View
7
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
PENGARUH KEADILAN PROSEDURAL PADA KOMITMEN AFEKTIF,
DISCRETIONARY SERVICE BEHAVIOR, DAN KEPUASAN ATAS
LAYANAN
(Studi pada Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar)
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun oleh:
ABDUL KADIR SALIM A
F0207025
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
ABSTRAK
PENGARUH KEADILAN PROSEDURAL PADA KOMITMEN AFEKTIF,
DISCRETIONARY SERVICE BEHAVIOR, DAN KEPUASAN ATAS LAYANAN
(Studi Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar)
Oleh:
ABDUL KADIR SALIM A
F0207025
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Keadilan Prosedural pada Komitmen Afektif, Discretionary Service Behavior, dan Kepuasan atas layanan. Peneliti melihat pada era sekarang ini, sektor publik menjadi pusat perhatian masyarakat. Hal ini terlihat dari banyaknya keluhan yang timbul dari masyarakat akibat ketidakpuasan mereka atas layanan yang ditunjukkan aparatur Pemerintahan khususnya pada Pemerintah Daerah. Peneliti merasa layanan yang diberikan oleh aparatur daerah masih perlu ditingkatkan. Salah satu cara untuk meningkatkan kinerja aparatur daerah yaitu melalui proses menumbuhkembangkan perilaku prososial Discretionary Service Behavior. Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dengan metode survey. Target populasi penelitian ini adalah karyawan pada Pemerintah Daerah Karanganyar. Sampel diambil sebanyak 130 responden dimana sampel adalah karyawan pada Pemerintah Daerah Karanganyar. Teknik samping yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling.
Berdasarkan hasil analisis model struktural (SEM) yang menguji hipotesis dalam penelitian ini, disimpulkan bahwa Keadilan prosedural berpengaruh pada Komitmen Afektif. Komitmen Afektif berpengaruh pada kepuasan atas layanan. Komitmen Afektif juga berpengaruh pada Discretionary Service Behavior. Sedangkan Discretionary Service Behavior tidak terbukti berpengaruh pada kepuasan atas layanan.
Berdasarkan dari hasil penelitian tersebut, maka saran yang dapat diberikan adalah agar pemimpin selalu memantau terwujudnya keadilan prosedural karena keadilan prosedural terbukti berpengaruh pada perilaku kerja karyawan. Selain itu pimpinan Pemerintah Daerah Karanganyar perlu berupaya mendorong terwujudnya perilaku Discretionary Service Behavior agar karyawan bersedia melakukan pelayanan yang optimal pada masyarakat..
Kata kunci: Keadilan Prosedural, Komitmen Afektif, Discretionary Service
Behavior, Kepuasan atas layanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, Wr. Wb
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kuasa-Nya
sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Keadilan Prosedural pada Komitmen
Afektif, Discretionary Service Behavior, dan Kepuasan atas Layanan (Studi pada
Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar)” dapat diselesaikan oleh penulis
sebagai syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Berhasilnya penulisan skripsi ini adalah berkat bantuan dari berbagai pihak
yang dengan ketulusannya telah memberikan semangat, dorongan, serta pengarahan
kepada penulis. Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan segala ketulusan dan
kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dra. Endang Suhari, Msi. selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Reza Rahardian, S.E., Msi, selaku
Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Drs.Bambang Saroso, Msi selaku pembimbing akademik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
4. Sinto Sunaryo, S.E, M.Si selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan saran sampai terselesaikannya penulisan skripsi ini.
5. Mama dan Abahku yang selalu memberikan dukungan dan do’anya hingga
terselesaikannya penulisan skripsi ini
6. Adikku Adni dan Lamia yang memberi semangat penulis untuk
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
7. Kakek dan nenek yang selalu memberi dukungan dan bantuan hingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
8. Paman dan bibi yang memberi banyak bantuan hingga terselesaikannya
penulisan skripsi ini.
9. Ustad Alwi Al-Habsyi yang memberikan bantuan do’a dan segala nasehatnya
pada penulis.
10. Bunda Fatimah yang selalu memberi masukan untuk membantu proses
penyelesaian penulisan skripsi ini.
11. Fatimah yang selalu memberi dukungan dan semangat agar penulis segera
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
12. Teman-teman Majlis Ta’lim yang selalu memberikan semangat agar penulis
menyelesaikan penulisan skripsi ini
13. Teman-teman Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen yang banyak
membantu hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
membangun guna kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, Penulis berharap semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang membutuhkan.
Surakarta, 23 Desember 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ........................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN .........................…………………………….... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................…………………………….. .... iii
KATA PENGANTAR……….....................………………………………….. iv
DAFTAR ISI………….....................…………………………………………. vii
DAFTAR TABEL…………………......................………………………….… xi
DAFTAR GAMBAR…………………………….......................…………….. xii
BAB I. PENDAHULUAN……………………………………...…...….......... 1
A. Latar Belakang Masalah……………………………………...…………… 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………....……….. 7
C. Tujuan Penelitian……………………………………………...….……….. 8
D. Manfaat Penelitian……………………………………………....………… 8
1. Manfaat Praktis………………………………………………………. 8
2. Manfaat Akademis………………………………………………….. 8
BAB II. LANDASAN TEORI……………………………………………...… 10
A. Telaah Teoritis......…………………………………................................... 10
1. Keadilan Organisasional..................................................................... 10
2. Komitmen Organisasional.................................................................... 12
3. Discretionary Service Behavior………………………………………. 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
B. Penelitian Terdahulu…………......…………………...………….….…..... 16
C. Kerangka Pemikiran……………………………...…………….……......... 17
D. Perumusan Hipotesis……………………………………………………… 18
BAB III. METODE PENELITIAN………………………………………….... 21
1. Desain Penelitian…………………………………..…………...…………. 21
a. Jenis Riset………………………………………………………….. 21
b. Dimensi Waktu Riset………………………………………………. 21
c. Setting Riset……………………………………………………….. 21
d. Unit Analisis……………………………………………………….. 21
2. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling…………..………………………. 22
a. Populasi Penelitian………………………………………………… 22
b. Sampel dan Teknik Sampling……………………………………… 22
3. Jenis Data………………………………………………………………….. 24
4. Definisi Operasional Variabel....................................................................... 24
5. Teknik Analisis Data………………………………………………..……. 26
a. Uji Validitas ................................................................................... … 26
b. Uji Reliabilitas ...................................................................................... 26
c. Analisis SEM ......................................................................................... 27
1. Uji Normalitas…………………………………………………… 27
2. Uji Outliers……………………………………………………… 28
3. Uji Multikolinearitas……………………………………………. 29
BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN…………...........................…. 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
A. Gambaran Umum Objek Penelitian………………………………..……..... 33
a. Pernyataan Visi Kabupaten Karanganyar Tahun 2009-2013............... 34
b. Pernyataan Misi Kabupaten Karanganyar Tahun 2009-2013............. 35
c. Tujuan dan Sasaran............................................................................. 36
1. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu.................................................. 42
2. Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan masyarakat…….. 44
3. Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi………………………… 46
4. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil………………………….. 48
5. Dinas Pekerjaan Umum……………………………………………….. 51
6. Badan Kepegawaian Daerah…………………………………………. 54
B. Analisis Deskriptif ...................................................................................... 56
1. Profil dan Tingkat Pendidkan Responden……………………………. 57
2. Tanggapan Responden Mengenai Keadilan Prosedural......................... 60
3. Tanggapan Responden Mengenai Komitmen Afektif .......................... 62
4. Tanggapan Responden Mengenai Discretionary Service Behavior… 64
5. Tanggapan Responden Mengenai Kepuasan Layanan Publik…........ 67
C. Uji Instrumen Penelitian.................................................................................. 70
1. Uji Validitas ………………………………………………………….. 70
2. Uji Reliabilitas………………………………………………………… 72
D. Analisis SEM…. ............................................................................................. 73
1. Uji Asumsi Klasik……………………………………………………… 73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
a. Normalitas Data…………………………………………………….. 73
b. Evaluasi Outliers…………………………………………………….. 76
c. Evaluasi Multikolinearitas…………………………………………… 80
2. Uji Kesesuaian Model Goodness of Fit………………………………… 81
3. Modifikasi Model………………………………………………………. 83
4. Analisis Koefisien Jalur dan Uji Hipotesis……………...……………… 85
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN....…......………………..…….......…….. 90
A. Simpulan……………………………………………..……......………....... 90
B. Keterbatasan Penelitian................................................................................ 92
C. Saran..........…………………………………………..……………………. 92
a. Saran Akademis…………………………………………………….. 92
b. Saran Praktis………………………………………………………… 93
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
DAFTAR TABEL
Tabel IV.1 Profil Responden……............................................................. 57
Tabel IV.2 Tingkat Pendidikan Responden…………………………….. 59
Tabel IV.3 Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap Keadilan Prosedural 61
Tabel IV.4 Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap Komitmen Afektif 63
Tabel IV.5 Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap Discretionary Service
Behavior...................................................................................... 65
Tabel IV.6 Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap Kepuasan Layanan
Publik............................................................................................ 67
Tabel IV.7 Uji Validitas.................................................................................. 71
Tabel IV.8 Uji Reliabilitas............................................................................... 73
Tabel IV.9 Uji Normalitas................................................................................ 75
Tabel IV.10 Mahalanobis Distance Square....................................................... 77
Tabel IV.11 Revisi Uji Normalitas................................................................... 79
Tabel IV.12 Revisi Mahalanobis Distance Square…………………………… 80
Tabel IV.13 Kriteria Goodness of Fit................................................................. 82
Tabel IV.14 Revisi Kriteria Goodness of Fit................................................. 85
Tabel IV.15 Hasil Uji Hipotesis Setelah Modifikasi.......................................... 86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Kerangka Pemikiran……….......…………………………...... 18
Gambar IV.1 Struktur Organisasi ..…………………………....................... 41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
PENGARUH KEADILAN PROSEDURAL PADA KOMITMEN AFEKTIF,
DISCRETIONARY SERVICE BEHAVIOR, DAN KEPUASAN ATAS LAYANAN
(Studi Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar)
Oleh:
ABDUL KADIR SALIM A
F0207025
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Keadilan Prosedural pada Komitmen Afektif, Discretionary Service Behavior, dan Kepuasan atas layanan. Peneliti melihat pada era sekarang ini, sektor publik menjadi pusat perhatian masyarakat. Hal ini terlihat dari banyaknya keluhan yang timbul dari masyarakat akibat ketidakpuasan mereka atas layanan yang ditunjukkan aparatur Pemerintahan khususnya pada Pemerintah Daerah. Peneliti merasa layanan yang diberikan oleh aparatur daerah masih perlu ditingkatkan. Salah satu cara untuk meningkatkan kinerja aparatur daerah yaitu melalui proses menumbuhkembangkan perilaku prososial Discretionary Service Behavior. Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dengan metode survey. Target populasi penelitian ini adalah karyawan pada Pemerintah Daerah Karanganyar. Sampel diambil sebanyak 130 responden dimana sampel adalah karyawan pada Pemerintah Daerah Karanganyar. Teknik samping yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling.
Berdasarkan hasil analisis model struktural (SEM) yang menguji hipotesis dalam penelitian ini, disimpulkan bahwa Keadilan prosedural berpengaruh pada Komitmen Afektif. Komitmen Afektif berpengaruh pada kepuasan atas layanan. Komitmen Afektif juga berpengaruh pada Discretionary Service Behavior. Sedangkan Discretionary Service Behavior tidak terbukti berpengaruh pada kepuasan atas layanan.
Berdasarkan dari hasil penelitian tersebut, maka saran yang dapat diberikan adalah agar pemimpin selalu memantau terwujudnya keadilan prosedural karena keadilan prosedural terbukti berpengaruh pada perilaku kerja karyawan. Selain itu pimpinan Pemerintah Daerah Karanganyar perlu berupaya mendorong terwujudnya perilaku Discretionary Service Behavior agar karyawan bersedia melakukan pelayanan yang optimal pada masyarakat..
Kata kunci: Keadilan Prosedural, Komitmen Afektif, Discretionary Service Behavior, Kepuasan
atas layanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT EFFECT OF PROCEDURAL JUSTICE TO AFFECTIVE
COMMITMENT,DISCRETIONARY SERVICE BEHAVIOR, AND THE SERVICE SATISFACTION
(Studies in Karanganyar District Government) By:
Abdul Kadir SALIM A F0207025
The purpose of this study to investigate the influence of Procedural Justice on Affective Commitment, Discretionary Service Behavior, and Satisfaction of service. Researchers looked at this present era, the public sector into the public limelight. This is evident from the number of complaints arising from the public due to their dissatisfaction over the service apparatus shown particularly in Local Government Administration.
Researchers feel the services provided by local officials still need to be improved. One way to improve the performance of the officers is through a process to develop the prosocial behavior of Discretionary Service Behavior. This study is a replication of the survey method. The target population of this study are employees of the Local Government Karanganyar. Samples taken as many as 130 respondents in which the sample is an employee of the Local Government Karanganyar. Side technique used in this study was purposive sampling.
Based on the analysis of structural models (SEM), which tested the hypothesis in this study, it was concluded that procedural justice affects the Affective Commitment.Affective Commitment effect on satisfaction with the service. Affective commitment also affects the Discretionary Service Behavior. Discretionary Service Behavior While no proven effect on satisfaction with the service.
Based on these findings, the advice can be given is for a leader always monitor the realization of procedural justice because procedural justice proved influential on employee behavior. In addition, local government leaders should attempt to promote the establishment Karanganyar Discretionary Service Behavior of behavior for employees willing to perform an optimal service to the community.
Keywords: Procedural Justice, Affective Commitment, Discretionary Service Behavior, Service Satisfaction.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perubahan paradigma penyelenggaraan pemerintahan dalam wujud pelaksanaan otonomi
daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab telah menjadikan Pemerintah Daerah
sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan terutama dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Saat ini, kinerja layanan publik menjadi
perhatian utama dari masyarakat. Kondisi masyarakat yang mengalami perkembangan
dinamis, tingkat kehidupan masyarakat yang semakin baik, mengakibatkan masyarakat
semakin sadar akan apa yang menjadi hak dan kewajibannya sebagai warga negara dalam
hidup bermasyarakat, mengajukan tuntutan, keinginan dan aspirasinya kepada pemerintah.
Masyarakat semakin kritis dan semakin berani untuk melakukan kontrol terhadap apa yang
dilakukan oleh pemerintahnya. Kenyataan yang ada mengisyaratkan hal yang kurang
melegakan, hal tersebut terkait dengan kepuasan masyarakat yang belum terpenuhi dengan
kata lain pelayanan yang diberikan selama ini masih belum memenuhi harapan pelanggan
atau masyarakat, dimana masih banyak dirasakan kelemahan-kelemahan yang dampaknya
sering merugikan masyarakat. Kelemahan tersebut dapat dilihat dari banyaknya keluhan
masyarakat terhadap layanan publik yang diberikan di berbagai organisasi sektor publik.
Perkembangan otonomi daerah yang terjadi saat ini dan tuntutan masyarakat dalam hal
pelayanan publik membawa implikasi yang besar terkait kebijakan yang disusun pada
organisasi sektor publik. Selain itu, perkembangan otonomi daerah juga menuntut adanya
perubahan kinerja organisasi sektor publik untuk menjadi lebih baik, khususnya pada kinerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 2
pelayanan publik. Sebagai konsekuensi dari perubahan tersebut maka perlu adanya penataan
ulang berbagai elemen dalam sistem penyelengggaraan pemerintahan dalam rangka
manifestasi pelaksanaan otonomi daerah. Perlunya penataan ulang tersebut tidak lepas dari
tujuan pelaksanaan otonomi daerah yang pada dasarnya adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Dalam rangka mewujudkan tata kelola sistem penyelenggaraan pemerintah diperlukan
upaya pembinaan aparatur pemerintah, sehingga dapat bekerja secara profesional dan
manajemen pelayanan umum (public service) dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Hal ini terkait dengan fungsi dasar pemerintahan yang pada hakikatnya memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Pemerintahan diadakan tidak untuk melayani diri sendiri
tetapi untuk melayani masyarakat serta menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap
anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan kreatifitasnya demi mencapai tujuan
bersama. Karenanya Pemerintah Daerah berkewajiban dan bertanggung jawab untuk
memberikan layanan publik yang baik dan professional. Pelayanan publik bisa dikatakan
baik (profesionalisme) bila masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan pelayanan dan
dengan prosedur yang tidak panjang, biaya murah, waktu cepat dan hampir tidak ada
keluhan yang diberikan kepadanya.
Pelayanan Publik (Public Service) oleh birokrasi publik merupakan salah satu
perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat di samping sebagai abdi
negara. Pelayanan publik oleh birokrasi publik dimaksudkan untuk mensejahterakan
masyarakat (warga negara). Dalam Kep./25/M.PAN/2/2004 pelayanan publik diartikan
sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 3
kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah
ditetapkan.
Penyelenggaraan pelayanan publik (Public Service) dapat terwujud bilamana organisasi
publik didukung oleh sumber daya manusia yakni aparatur pemerintah yang mumpuni baik
dari kualitas maupun kuantitas, di samping juga adanya sumber daya peralatan dan sumber
daya keuangan yang memadai. Aparatur pemerintah memiliki peranan penting dalam
penyelenggaraan pelayanan publik karena hasil kinerja dari aparatur pemerintah akan
menentukan tingkat kepuasan masyarakat sebagai pengguna layanan publik. Kepuasan
masyarakat tersebut akan menentukan penilaian masyarakat terhadap keberhasilan dari
organisasi sektor publik.
Kepuasan masyarakat terhadap kualitas layanan pada organisasi sektor publik memiliki
hubungan yang erat dengan perilaku kerja karyawan. Lingkungan organisasi menjadi faktor
yang sangat penting dalam mempengaruhi perilaku kerja karyawan. Dari berbagai macam
faktor di dalam lingkungan organisasi, faktor yang memiliki dampak secara langsung
terhadap karyawan adalah prosedur kinerja organisasi yang berhubungan dengan
pengelolaan karyawan. Prosedur kinerja organisasi merupakan ketetapan sistem kerja
organisasi yang disusun berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh organisasi. Prosedur
kinerja organisasi yang telah disusun akan dilaksanakan oleh karyawan sehingga
pengaruhnya dirasakan langsung oleh karyawan. Persepsi karyawan terhadap penerapan
prosedur kinerja organisasi tersebut akan berhubungan dengan rasa keadilan yang dirasakan
oleh karyawan. Hal ini terkait dengan keadilan organisasional. Keadilan organisasional yang
dirasakan langsung oleh karyawan akan berdampak pada perilaku kerja karyawan. Keadilan
organisasional muncul sebagai upaya untuk menjelaskan peran keadilan dalam tempat kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 4
Menurut Klendauer dan Deller (2008) istilah keadilan organisasi umumnya mencakup tiga
komponen yang berbeda, yaitu : (1) keadilan distributif, (2) keadilan prosedural, (3) keadilan
interpersonal. Penelitian Simons dan Roberson (2003) menyebutkan bahwa keadilan
organisasional di tempat kerja berpengaruh penting pada sikap individu setiap karyawan,
seperti kepuasan dan komitmen, dan juga berpengaruh pada perilaku individu seperti absensi
dan citizenship behavior. Lebih lanjut penelitian yang dilakukan Colquit, et.al (dalam
Simons dan Roberson, 2003) membuktikan adanya hubungan antara keadilan organisasional
pada kinerja individu.
Karyawan akan merasa tenang jika karyawan diperlakukan adil terkait prosedur yang
diterapkan pada suatu organisasi. Hal ini berhubungan langsung dengan salah satu dimensi
dari keadilan organisasional yaitu keadilan prosedural. Keadilan prosedural berkaitan
dengan proses pembuatan suatu keputusan. Karyawan yang merasa prosedur yang
diterapkan memperlakukan mereka dengan hormat, akan mempermudah mereka untuk
menerima suatu keputusan. Hal ini dilihat oleh Mossholder, et.al (dalam Suliman, 2006)
sebagai salah satu faktor penting di tempat kerja saat ini. Menurut Lin dan Tyler (dalam
Suliman, 2006) organisasi yang mengabaikan keadilan prosedural akan memunculkan resiko
negatif pada sikap karyawan dalam organisasi diantaranya, ketidakpuasan dengan hasil
keputusan organisasi, tidak mematuhi prosedur, dan kinerja yang lebih rendah dari standar
kerja. Kebijakan yang diambil dalam suatu organisasi menjadi sangat penting karena hal ini
berkaitan langsung dengan prosedur kerja organisasi yang diterapkan dan pada akhirnya
akan mempengaruhi perilaku kerja karyawan.
Salah satu perilaku kerja karyawan yang dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap
keadilan prosedural adalah komitmen mereka pada organisasi. Simon dan Roberson (2003)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 5
menyebutkan bahwa keterbukaan prosedur sebagai bagian dari keadilan organisasional dapat
memperkuat komitmen individu pada organisasi. Pernyataan ini menunjukkan bahwa
seorang karyawan yang merasa diperlakukan secara adil terkait prosedur yang diterapkan
organisasi melalui unsur keterbukaan akan memperkuat komitmen karyawan pada
organisasi. Komitmen tersebut akan mengarah pada komitmen afektif.
Menurut Allen dan Meyer (1990), komitmen afektif adalah keterikatan emosional
karyawan, dan keterlibatannya dalam organisasi. Komitmen afektif berkaitan dengan
keinginan individu untuk terikat pada organisasi karena kesesuaian antara nilai pribadinya
dengan nilai-nilai organisasi. Komitmen ini menggambarkan keinginan karyawan untuk
tetap berada dalam organisasi melalui keterikatan emosional karyawan pada organisasi.
Karyawan yang memiliki komitmen afektif yang tinggi cenderung ingin mempertahankan
keberadaannya dalam organisasi berdasarkan keinginan mereka sendiri bukan karena faktor
lain seperti pendapatan yang mereka dapatkan atau pada peran yang telah ditentukan bagi
mereka.
Salah satu dampak dari tumbuhnya komitmen afektif karyawan pada suatu organisasi
adalah timbulnya perilaku prososial yakni perilaku ekstra dalam pelayanan. Perilaku ekstra
dalam pelayanan merupakan perilaku yang ditunjukkan karyawan melebihi tuntutan formal
pada deskripsi pekerjaan. Hal ini menunjukkan bahwa komitmen afektif telah mendorong
perilaku prososial yang dilakukan karyawan demi kebaikan organisasi. Dalam konteks
perilaku prososial tersebut, Simons dan Roberson (2003) mengemukakan bahwa dalam
industri jasa, karyawan memperlihatkan perilaku kerja yang melebihi perannya untuk
memenuhi permintaan pelanggan, yang disebut dengan Discretionary Service Behavior
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 6
(DSB). Perilaku ini diharapkan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan atas pelayanan
yang diterimanya. Dengan demikian terlihat bahwa komitmen afektif karyawan yang tinggi
akan mampu mendorong terwujudnya perilaku DSB yang pada akhirnya akan meningkatkan
kepuasan pelanggan.
Perilaku DSB menjadi faktor yang sangat penting dalam upaya untuk meningkatkan
kualitas layanan. Untuk mendorong terwujudnya perilaku DSB, maka organisasi dituntut
untuk selalu memperhatikan faktor yang mengarahkan pada perilaku kerja karyawan. Faktor
yang mengarahkan pada perilaku kerja karyawan tersebut diantaranya adalah keadilan
prosedural dan komitmen afektif. Untuk itu, organisasi harus menjamin terciptanya prosedur
kerja yang adil bagi karyawan melalui perumusan kebijakan-kebijakannya. Dengan jaminan
keadilan prosedural tersebut maka komitmen afektif akan tumbuh dalam individu seorang
karyawan sehingga perilaku DSB dapat terwujud.
Kualitas layanan publik merupakan faktor yang menjadi perhatian utama bagi
masyarakat, oleh karena itu perlu diwujudkan suatu upaya dalam meningkatkan kualitas
layanan. Dengan kenyataan ini, Pemerintah Daerah Karanganyar sebagai salah satu daerah
yang sedang berkembang perlu mewujudkan peningkatan kualitas layanan publik melalui
perilaku DSB yang ditunjukkan aparatur pemerintah. Berkembangnya suatu daerah semakin
menuntut kinerja yang maksimal dari Pemerintah Daerah khususnya pada upaya
peningkatan kualitas layanan pada masyarakat. Dengan perilaku DSB yang diterapkan oleh
karyawan, diharapkan masyarakat akan merasa puas atas layanan yang diberikan, sehingga
Pemerintah Daerah Karanganyar dapat mengantisipasi timbulnya berbagai macam keluhan
dari masyarakat atas ketidakpuasan mereka atas layanan yang diterima. Oleh karena itu,
upaya untuk mendorong terwujudnya perilaku DSB sangat diperlukan oleh Pemerintah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 7
Daerah Karanganyar. Hal ini dapat dilakukan dengan menjamin penyusunan kebijakan
terkait prosedur kinerja organisasi yang mempengaruhi persepsi karyawan terhadap keadilan
prosedural. Karyawan yang merasa diperlakukan secara adil terkait prosedur yang
diterapkan organisasi akan memperkuat komitmen afektif karyawan pada organisasi.
Komitmen afektif karyawan yang tinggi pada organisasi akan mendorong terwujudnya
perilaku DSB.
Dari uraian di atas penelitian ini menarik untuk diteliti, sehingga peneliti mengambil
judul ” Pengaruh Keadilan Prosedural pada Komitmen Afektif, Discretionary Service
Behavior, dan Kepuasan atas Layanan Publik ”.
(Studi Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas maka permasalahan dalam penelitian
ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah keadilan prosedural berpengaruh pada komitmen afektif?
2. Apakah komitmen afektif berpengaruh pada Discretionary Service Behavior?
3. Apakah komitmen afektif berpengaruh pada kepuasan atas layanan publik bagi
masyarakat?
4. Apakah Discretionary Service Behavior berpengaruh pada kepuasan atas layanan publik
bagi masyarakat?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 8
C. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh keadilan prosedural pada komitmen afektif.
2. Untuk mengetahui pengaruh komitmen afektif pada Discretionary Service Behavior.
3. Untuk mengetahui pengaruh komitmen afektif pada kepuasan atas layanan publik bagi
masyarakat.
4. Untuk mengetahui pengaruh Discretionary Service Behavior pada kepuasan atas
pelayanan bagi masyarakat.
D. Manfaat penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain:
1. Manfaat Praktis
Bagi Pemerintah Daerah Karanganyar, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah
satu bahan masukan untuk meningkatkan kualitas layanan terutama di sektor publik,
dengan meningkatkan perilaku prososial dalam bentuk Discretionary Service Behavior
melalui upaya mewujudkan keadilan prosedural yang dirasakan karyawan dan komitmen
afektif karyawan.
2. Manfaat Akademis
a. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat memperkaya pengetahuan dan penelitian tentang
manajemen sumber daya manusia dan perilaku organisasi, terutama menyangkut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 9
Discretionary Service Behavior dalam kaitannya dengan keadilan prosedural, komitmen
afektif, dan kepuasan atas pelayanan publik.
b. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pemikiran
pengembangan riset tentang perilaku organisasi dan manajemen sumber daya manusia,
khususnya pada penelitian dengan topik kajian yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah Teoritis
1. Keadilan Organisasional
Keadilan organisasi muncul sebagai upaya untuk menjelaskan peran keadilan dalam
tempat kerja. Dessler (2005) mengemukakan bahwa suatu organisasi adalah adil, bila di
antaranya, dapat disetarakan, imparsial dan tidak bias dalam berbagai cara mereka
melakukan banyak hal. Klendauer dan Deller (2008) menyimpulkan dari berbagai pendapat
bahwa istilah keadilan organisasi umumnya mencakup tiga komponen yang berbeda, yaitu:
1. Keadilan Distributif
Sebagian besar didasarkan pada teori keadilan yang dikemukakan oleh Stacy Adams pada
tahun 1965 dan mengacu pada keadilan yang dirasakan inidividu sebagai hasil dari
penerimaan atas suatu keputusan .
2. Keadilan Prosedural
Keadilan yang dirasakan atas prosedur yang diterapkan pada organisasi.
3. Keadilan Interaksional
Berkaitan dengan keadilan yang dirasakan atas komunikasi interpersonal antara atasan dan
bawahan.
Robbins (2005) mengemukakan bahwa teori keadilan telah terfokus pada keadilan
distributif dan keadilan prosedural. Keadilan distributif adalah keadilan yang dipersepsikan
dari jumlah imbalan yang terdapat pada individu-individu. Sedangkan keadilan prosedural
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 11
adalah persepsi keadilan yang digunakan oleh pihak yang berwenang untuk menilai kinerja
karyawan dan untuk menentukan rewards mereka, seperti promosi dan kenaikan gaji.
Senada dengan pengertian tersebut, McDowall dan Fletcher (dalam Suliman, 2006)
mengungkapkan bahwa keadilan distributif mengacu pada keadilan yang dirasakan atas
imbalan yang didistribusikan pada suatu organisasi, sedangkan keadilan prosedural mengacu
pada keadilan yang dirasakan dari prosedur yang digunakan dalam membuat keputusan
mengenai pembagian hadiah.
Keadilan prosedural berkaitan dengan proses pembuatan suatu keputusan. Karyawan
yang merasa prosedur yang diterapkan memperlakukan mereka dengan hormat, akan
mempermudah mereka untuk menerima suatu keputusan. Hal ini dilihat dalam penelitian
Tang dan Sarsfield-Baldwin; Mossholder et al, (dalam Suliman, 2006) sebagai salah satu
faktor penting di tempat kerja saat ini. Menurut Lin dan Tyler (dalam Suliman, 2006)
organisasi yang mengabaikan keadilan prosedural akan memunculkan resiko negatif pada
sikap karyawan dalam organisasi diantaranya, ketidakpuasan dengan hasil keputusan
organisasi, tidak mematuhi peraturan dan prosedur, dan kinerja yang lebih rendah dari
standar kerja. Menurut McDowall dan Fletcher (dalam Suliman, 2006) persepsi tentang
keadilan prosedural secara konsisten telah ditunjukkan untuk mempengaruhi berbagai hasil
variabel. Tyler dan Belliveau (dalam Suliman, 2006) berargumen bahwa prosedur yang adil
cenderung menginspirasi perasaan kesetiaan kepada seseorang atau kelompok, melegitimasi
otoritas pemimpin, dan membantu untuk memastikan prosedur sesuai dengan aturan. Secara
umum, keadilan prosedural dalam pengambilan keputusan organisasi telah menunjukkan
dampak positif pada berbagai keputusan karyawan. Konsekuensi dari keadilan prosedural
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 12
meliputi variabel seperti komitmen organisasi, kepercayaan, kepuasan, sesuai dengan
keputusan dan kinerja
2. Komitmen Organisasional
Pandangan mengenai komitmen organisasional telah banyak dipaparkan oleh para ahli
melalui berbagai sudut pandang. Robbins (2005) memberikan pengertian komitmen pada
organisasi sebagai suatu keadaan yang menggambarkan sampai tingkat mana seorang
karyawan memihak pada organisasi tertentu, serta berniat memelihara keanggotaan dalam
organisasi. Suliman (2006) mengungkapkan bahwa komitmen organisasi merupakan akibat
dari tiga faktor yaitu:
(1) Penerimaan terhadap tujuan-tujuan dan nilai-nilai yang dimiliki organisasi,
(2) Kemauan untuk membantu organisasi dalam mencapai tujuan-tujuannya, dan
(3) Hasrat atau keinginan untuk tetap berada dalam organisasi.
Senada dengan pendapat tersebut, Mowday, et.al (dalam Wang, Indridarson, dan
Saunders, 2010) menjelaskan bahwa komitmen organisasional dicirikan oleh:
(a) Penerimaan dan keyakinan yang kuat terhadap nilai dan tujuan organisasi,
(b) Kesediaan untuk mengerahkan usaha atas nama organisasi, dan
(c) Keinginan yang kuat untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi.
Pendekatan yang lain terhadap komitmen organisasional dikemukakan oleh Meyer dan
Allen dalam model tiga komponen komitmen organisasional. Menurut model tersebut,
konstruk komitmen organisasional meliputi unsur keinginan, kebutuhan, dan kewajiban
yang ditampilkan dalam tiga dimensi yaitu afektif, continuance, dan normatif. Menurut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 13
Allen dan Meyer (dalam Wang, Indridarson, dan Saunders, 2010) ada tiga dimensi
komitmen organisasi, yaitu :
1. Komitmen afektif
Komitmen afektif berkaitan dengan keinginan individu untuk terikat pada organisasi karena
kesesuaian antara nilai pribadinya dan nilai-nilai organisasi. Komitmen ini menggambarkan
keinginan karyawan untuk tetap berada dalam organisasi melalui keterikatan emosional
karyawan pada organisasi yang terbentuk dari keinginan dan kesesuaian karyawan dalam
organisasi. Karyawan yang memiliki komitmen afektif yang tinggi cenderung ingin
mempertahankan keberadaannya dalam organisasi berdasarkan keinginan sendiri bukan
karena faktor lain seperti investasi yang mereka keluarkan atau pada peran yang telah
ditentukan bagi mereka
2. Komitmen continuence
Komitmen continuance berkaitan dengan kebutuhan individu untuk tinggal pada organisasi
berdasarkan biaya yang harus ditanggung jika meninggalkan organisasi seperti pendapatan
yang akan hilang jika keluar dari organisasi atau karena individu tersebut tidak memiliki
alternatif pekerjaan lain yang lebih baik. Karyawan yang memiliki komitmen continuance
yang tinggi cenderung akan mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi karena
mereka harus melakukannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 14
3. Komitmen normatif
Komitmen normatif berkaitan dengan keinginan untuk mempertahankan keanggotaan dalam
organisasi berdasarkan kesetiaan pada organisasi atau kewajiban moral untuk tetap berada
dalam organisasi. Karyawan yang memiliki komitmen normatif yang tinggi cenderung akan
mempertahankan keanggotaan dalam organisasi karena memang sebaiknya hal tersebut
dilakukan.
Menurut Allen dan Meyer (1990), komponen afektif, continuance, dan normatif
dipandang sebagai komponen yang dapat dibedakan. Hal ini berarti bahwa karyawan
mengalami tahapan psikologis dalam berbagai tingkatan pada setiap komponen tersebut.
Beberapa karyawan dapat merasakan kebutuhan dan keharusan yang kuat untuk tetap tinggal
pada organisasi, meskipun pada dasarnya mereka tidak ada keinginan. Sedangkan karyawan
yang lain mungkin tidak merasakan kebutuhan dan keharusan, namun memiliki keinginan
yang kuat untuk tetap tinggal pada organisasi.
Dengan adanya perbedaan pada masing-masing komponen komitmen organisasional,
faktor-faktor anteseden pada setiap komponen juga berbeda. Menurut Allen dan Meyer
(1990), anteseden pada komponen afektif digolongkan menjadi 4 faktor, yaitu karakteristik
personal, karakteristik pekerjaan, pengalaman kerja dan karakteristik struktural. Komponen
continuance berkembang dari 2 faktor, yaitu jumlah investasi yang dibuat individu dan
kesenjangan alternatif pekerjaan yang dirasakan. Sedangkan komponen normatif
berkembang dari pengalaman individu baik yang berhubungan dengan sosialisasi budaya
maupun sosialisasi organisasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 15
3. Discretionary Service Behavior
Van Dyne, Cummings dan Parks (dalam Simons dan Roberson, 2003) menjelaskan
bahwa perilaku karyawan yang terkait dengan keanggotaan dalam organisasi akan berbeda-
beda tergantung pada ketentuan yang disyaratkan pada deskripsi pekerjaan. Konteks
pekerjaan yang menentukan perilaku kerja karyawan tersebut memunculkan discretionary.
Menurut Blancero dan Johnson (1997) konteks dan dimensi perilaku Discretionary Service
Behavior dapat diketahui melalui pengamatan pada lingkungan pelayanan dan perilaku yang
ditunjukkan karyawan. Simons dan Roberson (2003) mengemukakan bahwa dalam industri
jasa, karyawan memperlihatkan perilaku kerja yang melebihi perannya untuk memenuhi
permintaan pelanggan, yang disebut dengan Discretionary Service Behavior (DSB).
Senada dengan pernyataan tersebut Blancero dan Johnson (dalam Simons dan Roberson,
2003) menjelaskan DSB sebagai rangkaian yang tidak dapat dipisahkan dari Organizational
Citizenship Behavior (OCB) yang berfokus pada interaksi karyawan dengan pelanggan.
Blancero dan Johnson (1997) mendefinisikan Discretionary Service Behavior sebagai
perilaku kerja karyawan yang melebihi tuntutan formal yang disyaratkan untuk memberikan
kepuasan pada pelanggan. Karena perilaku Discretionary Service Behavior hanya mengacu
pada perilaku kerja karyawan maka istilah karyawan akan meliputi semua individu yang
bersedia melayani pelanggan. Pada konteks pelayanan pada pelanggan, setiap karyawan
memiliki beberapa kebijaksanaan dalam menentukan perilaku mereka dalam melayani.
Karyawan bebas memilih perilaku yang akan mereka tunjukkan ketika melayani pelanggan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 16
Blancero dan Johnson (1997) memberikan contoh perilaku Discretionary Service
Behavior yang ditunjukkan karyawan, diantaranya Customer Service dapat memilih sikap
dan nada bicara dengan pelanggan misalnya ekspresi yang datar dan suara yang monoton
atau ekspresi dengan senyuman dan suara yang riang. Pilihan sikap yang ditunjukkan
karyawan tersebut akan mempengaruhi kepuasan pelanggan atas pelayanan yang
diterimanya. Dengan demikian, perilaku Discretionary Service Behavior yang ditunjukkan
karyawan dapat mendorong munculnya kepuasan pelanggan atas pelayanan yang
diterimanya.
B. Penelitian Terdahulu
Sebuah penelitian yang mengkaji hubungan antara keadilan organisasional, komitmen
organisasional, dan Discretionary Service Behavior yang berdampak pada kepuasan atas
pelayanan telah dilakukan oleh Simon dan Roberson (2003). Objek dari penelitian ini adalah
karyawan pada industry perhotelan di Amerika Serikat dan Kanada. Hasil dari penelitian ini
menggambarkan bahwa keadilan organisasional, komitmen organisasional, dan cara
karyawan bersikap terhadap pelanggan dapat menentukan tingkat kepuasan pelanggan. Jika
karyawan merasa diperlakukan adil dalam organisasi, karyawan akan lebih menguatkan
komitmennya pada organisasi tersebut sehingga akan mendorong terwujudnya perilaku
Discretionary Service Behavior yang pada akhirnya akan mewujudkan kepuasan pelanggan.
Dengan kata lain, penelitian Simons dan Roberson membuktikan bahwa keadilan prosedural
berpengaruh pada komitmen afektif, komitmen afektif berpengaruh pada kepuasan atas
layanan, komitmen afektif juga berpengaruh pada Discretionary Service Behavior, dan
Discretionary Service Behavior berpengaruh pada kepuasan atas layanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 17
Penelitian yang dilakukan oleh Hosmer (dalam Simons dan Roberson, 2003)
membuktikan adanya pengaruh komitmen afektif pada terwujudnya perilaku Discretionary
Service Behavior oleh karyawan. Senada dengan hasil penelitian ini, Shore dan Wayne
(dalam Simons dan Roberson,2003) membuktikan bahwa komitmen afektif dapat
mempengaruhi perilaku Organizational Citizenship Behavior.
Dari berbagai penelitian yang dilakukan tersebut menunjukkan bahwa komitmen afektif
dapat mendorong terwujudnya perilaku prososial yang mencerminkan pengorbanan yang
dilakukan karyawan pada organisasi dalam bentuk perilaku ekstra dalam memberikan
pelayanan demi kemajuan organisasi. Perilaku ekstra inilah yang disebut dengan
Discretionary Service Behavior.
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan unsur pokok dalam sebuah penelitian. Kerangka teoritis
memberikan penjelasan hubungan antar variabel. Penelitian ini merupakan replikasi parsial
dari penelitian Simons dan Roberson (2003). Oleh karena itu, kerangka pemikiran dalam
penelitian ini diadaptasi dari model yang dikembangkan oleh Simons dan Roberson (2003).
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini disusun sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 18
1 3
2 4
Gambar II.1
Kerangka Pemikiran
Sumber : Simons and Roberson (2003)
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, keadilan procedural dapat berpengaruh pada
komitmen afektif. Seorang karyawan yang merasa diperlakukan secara adil terkait prosedur
yang diterapkan organisasi melalui unsur keterbukaan akan memperkuat komitmen afektif
karyawan pada organisasi. Komitmen afektif dapat berpengaruh secara langsung terhadap
kepuasan atas layanan, dan juga berpengaruh tidak langsung pada kepuasan atas layanan
melalui perilaku Discretionary Service Behavior.Komitmen afektif yang dimiliki karyawan
akan mendorong karyawan untuk melakukan pekerjaannya dengan lebih baik bahkan
melebihi tuntutan formal dari pekerjaannya demi kemajuan organisasi. Perilaku inilah yang
pada akhirnya dapat mempengaruhi tingkat kepuasan atas layanan.
Keadilan Prosedural
Komitmen Afektif
Discretionary Service Behavior
Kepuasan atas layanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 19
D. Perumusan Hipotesis
Menurut Sekaran (2003) hipotesis merupakan jawaban sementara yang masih harus
dibuktikan kebenarannya di dalam kenyataan (empirical verification), percobaan
(experimentation) atau praktek (implementation). Dengan demikian hipotesis merupakan
anggapan sementara yang bersifat sebagai pedoman untuk mempermudah jalannya
penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan berdasarkan hasil-hasil dari penelitian
terdahulu.
Menurut Lin dan Tyler (dalam Simons dan Roberson, 2003) keadilan prosedural
mempengaruhi komitmen individu dalam sebuah kelompok, dimana prosedur yang dirasa
adil bagi individu dapat memperkuat komitmen individu dalam sebuah kelompok. Penelitian
yang dilakukan oleh Simons dan Roberson (2003) membuktikan bahwa persepsi mengenai
keadilan prosedural telah memperkuat komitmen karyawan pada organisasi. Selain itu
Konovsky, Folger, dan Kropanzano (dalam Simons dan Roberson,2003) menemukan bahwa
prosedur organisasi yang diterapkan secara adil terhadap karyawan dapat meningkatkan
keterikatan individu pada organisasi. Berdasarkan penelitian tersebut, maka hipotesis 1
dirumuskan sebagai berikut :
H1: Keadilan prosedural berpengaruh pada komitmen afektif.
Salah satu dampak dari tumbuhnya komitmen afektif karyawan pada suatu organisasi
adalah timbulnya perilaku prososial yakni perilaku ekstra dalam pelayanan. Perilaku ekstra
dalam pelayanan merupakan perilaku yang ditunjukkan karyawan melebihi tuntutan formal
pada deskripsi pekerjaan. Hal ini menunjukkan bahwa komitmen afektif telah mendorong
perilaku prososial yang dilakukan karyawan demi kebaikan organisasi. Blancero dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 20
Johnson (dalam Simons dan Roberson,2003) mengidentifikasi perilaku Discretionary
Service Behavior merupakan bentuk dari Organizational Citizenship Behavior yang
berfokus pada interaksi karyawan dengan pelanggan. Dalam penelitian Simons dan
Roberson (2003) membuktikan bahwa komitmen afektif pada karyawan akan mempengaruhi
perilaku karyawan yang mengarah pada Discretionary Service Behavior. Selain itu
penelitian Shore dan Wayne (dalam Simons dan Roberson,2003) membuktikan bahwa
komitmen afektif dapat mengarahkan Organizational Citizenship Behavior pada karyawan.
Dalam industri jasa, karyawan bersedia melakukan peran di luar tuntutan formal pekerjaan
mereka untuk memenuhi permintaan pelanggan dan perilaku ini berperan penting
menunjang kinerja organisasi.
H2: Komitmen afektif berpengaruh pada Discretionary Service Behavior
Penelitian Hosmer (dalam Simons dan Roberson,2003) menunjukkan bahwa komitmen
afektif dapat mempengaruhi keinginan karyawan untuk meningkatkan perilaku
Discretionary Service Behavior untuk mencapai kemajuan organisasi yang pada akhirnya
perilaku tersebut akan meningkatkan kepuasan atas layanan yang diterima pelanggan. Simon
dan Roberson (2003) berpendapat bahwa Discretionary Service Behavior dapat berpengaruh
pada kepuasan atas layanan. Di samping itu, Simons dan Roberson (2003) juga berpendapat
bahwa komitmen afektif dapat berpengaruh langsung pada kepuasan atas layanan yang
diterima pelanggan. Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut, maka dirumuskan hipotesis 3
dan 4 sebagai berikut :
H3: Komitmen afektif berpengaruh langsung pada kepuasan atas layanan.
H4: Discretionary Service Behavior berpengaruh pada kepuasan atas layanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 21
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
a. Jenis Riset
Penelitian ini merupakan Descriptive dan Explanatory Research. Menurut Jogiyanto
(2004), descriptive research merupakan riset yang bertujuan untuk menggambarkan suatu
peristiwa, siapa yang terlibat, apa yang dilakukan, kapan dilakukan, di mana, dan bagaimana
melakukannya. Adapun explanatory research merupakan riset yang mencoba menjelaskan
fenomena yang ada.
b. Dimensi Waktu Riset
Dilihat dari dimensi waktunya, penelitian ini adalah penelitian cross-sectional. Jogiyanto
(2004) mengemukakan bahwa penelitian cross-sectional melibatkan satu waktu tertentu
dengan banyak sample.
c. Setting Riset
Berdasarkan setting-nya, penelitian ini melibatkan lingkungan non contrived setting,
yaitu lingkungan riil (field setting).
d. Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian ini adalah individual, di mana individu responden akan
diminta tanggapannya mengenai variable-variabel yang diteliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 22
2. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
a. Populasi Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain survey, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari
satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan yang tersebar di berbagai unit kerja dalam
lingkup Pemerintah Daerah Karanganyar dan seluruh masyarakat yang menerima layanan
dari Pemerintah Daerah Karanganyar.
b. Sampel dan Teknik Sampling
Dari populasi penelitian akan ditentukan sample yang akan diteliti lebih lanjut
berdasarkan data yang diperoleh. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
berpasangan antara karyawan yang memberikan pelayanan dan masyarakat yang menerima
layanan tersebut. Pada penelitian ini sample yang digunakan sebesar 130 responden. Ukuran
sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan dasar estimasi Maksimum Likelihood
(ML) yang menyatakan bahwa minimum sample yang diperlukan adalah 100. Ketika sampel
dinaikkan di atas nilai 100, metode ML meningkat sensitivitasnya untuk mendeteksi
perbedaan antar data. Saat sampel menjadi besar (di atas 400 sampai 500) maka metode ML
menjadi sangat sensitif dan selalu menghasilkan perbedaan secara signifikan sehingga
ukuran Goodness of Fit menjadi jelek. Jadi dapat direkomendasikan bahwa ukuran sampel
antara 100 sampai 200 harus digunakan untuk metode estimasi ML (Ghozali, 2005).
Berdasarkan pendapat tersebut maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 130
responden.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 23
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive
Sampling. Menurut Sekaran (2006) Purposive sampling merupakan pengambilan sampel
dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena
peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang
dibutuhkan bagi penelitiannya. Penelitian ini meneliti perilaku karyawan dalam memberikan
layanan publik pada masyarakat, oleh karena itu sampel yang dipilih sebagai responden
adalah karyawan yang memberikan layanan publik pada masyarakat dan masyarakat yang
menerima layanan dari Pemerintah Daerah Karanganyar. Berdasarkan pertimbangan tersebut
maka teknik pengambilan sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah purposive
sampling.
Objek penelitian dalam penelitian ini diambil melalui rekomendasi yang diberikan
BAPPEDA Kabupaten Karanganyar. Untuk menentukan objek penelitian, peneliti meminta
izin untuk melakukan penelitian pada badan yang mengurus tentang perizinan untuk
melakukan penelitian di Kabupaten Karanganyar yaitu BAPPEDA. Peneliti memaparkan
bahwa karyawan yang akan diambil menjadi sampel adalah karyawan yang memberikan
layanan publik pada masyarakat. Berdasarkan data yang dibutuhkan peneliti maka
BAPPEDA memberikan rekomendasi untuk melakukan penelitian pada 6 unit kerja dalam
lingkup Pemerintah Daerah Karanganyar.
Adapun berdasarkan izin yang diberikan, unit-unit kerja dalam lingkup Pemerintah
Daerah Karanganyar yang dijadikan objek penelitian adalah sebagai berikut :
1) Badan Pelayanan Perijinan Terpadu : 28 responden
2) Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi : 30 responden
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 24
3) Badan Kesbang, Pol dan Linmas : 6 responden
4) Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil : 24 responden
5) Dinas Pekerjaan Umum : 20 responden
6) Badan Kepegawaian Daerah : 22 responden
3. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
a. Data Primer
Data primer diperoleh dari responden penelitian melalui kuisioner sebagai alat
pengumpulan data. Data yang dikumpulkan ini mencakup karakteristik responden penelitian
serta tanggapan responden mengenai keadilan procedural, komitmen afektif, Discretionary
Service Behavior, dan Kepuasan atas layanan.
b. Data Sekunder
Jenis data ini meliputi data tambahan yang diperlukan dari objek penelitian, seperti profil
organisasi, struktur organisasi, data kepegawaian, dan sebagainya.
4. Definisi Operasional Variabel
a. Keadilan Prosedural
Keadilan prosedural adalah persepsi keadilan dari proses dan prosedur yang digunakan
oleh pihak yang berwenang untuk menilai kinerja karyawan dan untuk membuat keputusan
dalam menentukan rewards mereka, seperti promosi dan kenaikan gaji. Pengukuran keadilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 25
procedural dilakukan dengan 5 item pertanyaan yang diadopsi dari Niehoff dan Moorman’s
(dalam Schepers dan Van den Berg,2006).
b. Komitmen Afektif
Komitmen afektif berkaitan dengan keinginan individu untuk terikat pada organisasi
karena kesesuaian antara nilai pribadinya dan nilai-nilai organisasi. Komitmen ini
menggambarkan keinginan karyawan untuk tetap berada dalam organisasi melalui
keterikatan emosional karyawan pada organisasi yang terbentuk dari keinginan dan
kesesuaian karyawan dalam organisasi. Pengukuran komitmen afektif dilakukan dengan 8
item pertanyaan yang diadopsi oleh Allen dan Meyer (1990).
c. Discretionary Service Behavior
Discretionary Service Behavior didefinisikan sebagai perilaku kerja karyawan yang
melebihi tuntutan formal yang disyaratkan untuk memberikan kepuasan pada pelanggan.
Discretionary Service Behavior diukur dengan 6 item pertanyaan yang dikembangkan dari
dimensi-dimensi yang dikemukakan oleh Blancero dan Johnson (1997).
d. Kepuasan atas Layanan
Kepuasan atas layanan berhubungan dengan sejauh mana pelayanan yang diberikan
memenuhi harapan pengguna layanan. Kepuasan atas layanan diukur dengan Indeks
Kepuasan Masyarakat yang merujuk pada Keputusan MENPAN No 25/KEP/M
PAN/2/2004.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 26
5. Teknik Analisis Data
a. Uji Validitas
Uji validitas menurut Sekaran (2006) menunjukkan seberapa baik sebuah instrument
yang digunakan untuk mengukur sebuah konsep tertentu. Instrument dapat dikatakan valid
jika instrument tersebut mampu mengukur apa yang hendak diukur oleh peneliti. Uji
validitas dalam penelitian ini akan dijalankan dengan Confirmatory factor analysis (CFA)
akan dilakukan peneliti terhadap konstruk dalam penelitian ini secara terpisah dengan
bantuan program Amos 18.00. Menurut Ferdinand (2002), factor loading lebih besar ± 0.30
dianggap memenuhi level minimal, factor loading ± 0.40 dianggap lebih baik dan sesuai
dengan rules of thumb yang dipakai para peneliti, dan factor loading ³ 0.50 dianggap
signifikan. Jadi semakin besar nilai absolut factor loading, semakin penting loading tersebut
menginterpretasikan konstruknya.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauhmana pengukuran data dapat
memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran pada obyek yang
sama, selain itu uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui kemantapan atau konsistensi
suatu alat ukur. Reliabilitas suatu pengukuran mencerminkan apakah suatu pengukuran
dapat terbebas dari kesalahan (error), sehingga memberikan hasil pengukuran yang
konsisten pada kondisi yang berbeda dan pada masing-masing butir dalam instrumen
(Sekaran, 2000). Dalam penelitian ini reliabilitas dilakukan dengan metode one shot, dimana
pengukuran hanya sekali dilakukan dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 27
lain atau mengukur korelasi antar jawaban. Dalam pengukurannya, one shot akan dilakukan
dengan analisis Cronbach’s Alpha. Triton, P.B (2005) mengklasifikasi nilai cronbach’s
alpha, sebagai berikut :
a) Nilai Cronbach’s Alpha antara 0,00 - 0,20 dikategorikan kurang reliabel.
b) Nilai Cronbach’s Alpha antara 0,21 - 0,40 dikategorikan agak reliabel.
c) Nilai Cronbach’s Alpha antara 0,41 - 0,60 dikategorikan cukup reliabel.
d) Nilai Cronbach’s Alpha antara 0,61 - 0,80 dikategorikan reliabel.
e) Nilai Cronbach’s Alpha antara 0,81 - 1,00 dikategorikan sangat reliabel.
c. Analisis Structrual Equation Modelling (SEM)
Model SEM merupakan sekumpulan teknik-teknik statistical yang memungkinkan
pengujian sebuah rangkaian secara simultan (Hair et.al dalam, Ferdinand,2002). Hubungan
tersebut dapat dibangun antara satu atau beberapa variable dependen dengan satu atau
beberapa variable independen. Analisis dengan menggunakan SEM harus memenuhi
beberapa asumsi berikut :
1. Uji Normalitas
Salah satu asumsi yang digunakan untuk pengujian hipotesis didalam SEM adalah bahwa
data yang akan dianalisis menyebar normal bila n (sample size) besar, maka statistik dari
sampel tersebut akan mendekati distribusi normal, walaupun populasi darimana sampel
tersebut diambil tidak berdistribusi normal. Normalitas adalah bentuk distribusi data variabel
yang mendekati distribusi normal yaitu, distribusi data dalam bentuk lonceng.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 28
Sebaran data harus dianalisis untuk melihat apakah asumsi normalitas dipenuhi sehingga
data dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut. Normalitas dapat diuji dengan melihat
gambar histogram data atau dapat diuji dengan metode statistik. Uji normalitas ini perlu
dilakukan baik untuk normalitas univariat dan multivariate dimana beberapa variabel
digunakan sekaligus dalam analisis akhir. Caranya menentukan normalitas data adalah
dengan membandingkan nilai Critical ratio skewness dan kurtosis dengan nilai kritis pada
tingkat signifikansi tertentu. Rules of thumb yang digunakan adalah bila nilai Critical ratio
skewness dan kurtosis lebih dari ± 2.58 pada level 0.01 berarti distribusi data tidak normal.
Dalam output Amos 18.00, uji normalitas dilakukan dengan membandingkan nilai C .r
dengan nilai kritis ± 2.58 pada level 0.01. Jika terdapat nilai C. r yang lebih besar dari nilai
kritis maka distribusi datanya adalah tidak normal (Ferdinand, 2002).
2. Uji Outliers
Uji outliers adalah data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat jauh dari
obseravasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim. Outliers merupakan
hasil-hasil observasi yang menunjukkan nilai-nilai ekstrim dalam distribusinya. Menurut
Hair et.al (dalam Ferdinand, 2002) outliers terjadi karena adanya kombinasi unik dan nilai-
nilai yang dihasilkan dari observasi tersebut sangat berbeda dari observasi-observasi lainnya.
Outliers dalam bentuk ekstrim dapat muncul dalam suatu variabel tunggal (univariate
outlier) maupun dalam kombinasi beberapa variabel (multivariate outlier).
Untuk sample besar (>80 observasi), pedoman evaluasi outliers adalah bahwa nilai kritis
dari z-score berada pada rentang 3 – 4 (Hair, et.al dalam Ferdinand, 2002), sehingga, kasus-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 29
kasus atau observasi-observasi dengan nilai z ≥ 3.0 dianggap sebagai outlier univariat.
Untuk mengidentifikasi univariate outlier dilakukan dengan bantuan program Amos 18.00.
Sedangkan evaluasi outliers multivariate perlu dilakukan karena meski pada tingkat
univariate tidak terjadi outliers, tetapi observasi-observasi itu dapat menjadi outliers bila
sudah dikombinasikan. Uji outliers multivariate dilakukan dengan kriteria Jarak
Mahalanobis pada tingkat p < 0,001 (Ghozali, 2004). Jarak Mahalanobis (Mahalanobis
Distance) ini dievaluasi dengan menggunakan c2 pada derajat bebas sebesar jumlah
indikator variabel yang digunakan dalam penelitian. Jika dalam penelitian digunakan 25
indikator variabel, maka semua kasus yang mempunyai Jarak Mahalanobis lebih besar dari
c2 (25, 0,001) = 52,61966 adalah outliers multivariat.
Terdapat dua pendapat yang menyatakan alasan mengapa outliers harus dibuang atau
tidak. Kalau peneliti memilih untuk tidak membuang data yang terjadi outliers, hal itu
dikarenakan peneliti memilih untuk menampilkan data yang benar-benar merepresentasikan
data populasi. Pertimbangannya adalah observasi yang termasuk dalam outliers tersebut
merupakan representasi dari segmen tertentu dalam populasi sehingga harus dipertahankan
karena menyangkut kemampuan generalisasi hasil penelitian ke seluruh populasi. Sedangkan
alasan mengapa outliers sebaiknya dibuang adalah kekhawatiran nantinya outliers tersebut
akan berakibat pada penyimpangan hasil penelitian.
3. Uji Multikolinearitas
Ada tidaknya multikolineritas dalam sebuah kombinasi variabel dapat dilihat melalui
matrik korelasi antar variabel laten independen. Nilai korelasi tidak boleh melebihi batas 0,9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 30
sementara nilai yang melebihi 0,8 dapat menjadi indikasi adanya multikolineritas (Ghozali,
2005). Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas dari
multikolinearitas. Multikolinearitas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua
atau lebih variabel independen.
SEM memiliki dua tujuan utama dalam analisisnya. Tujuan pertama adalah untuk
menentukan apakah model tersebut fit berdasarkan data yang dimiliki. Sedangkan tujuan
kedua adalah menguji berbagai hipotesis yang telah dibangun sebelumnya (Ghozali, 2005).
Dalam konteks penilaian model fit, Ghozali (2005) menjelaskan bahwa secara keseluruhan
goodness of fit dari suatu model dapat dinilai berdasarkan beberapa ukuran fit, yaitu :
1. Chi-Square dan Probabilitas
Chi Square adalah ukuran goodness of fit yang dapat dilihat spesifikasinya. Nilai χ2 yang
signifikan artinya matrik yang diobservasi berbeda secara signifikan dengan matrik yang
diestimasi. Sebaliknya, χ2 yang rendah akan menghasilkan model yang labih baik
(Ferdinand, 2002). Probabilitas chi-square diharapkan tidak signifikan. Probabilitas
menunjukkan penyimpangan (deviasi) besar sebagaimana ditunjukkan nilai chi-square.
Sehingga nilai probabilitas yang signifikan (< 0.05) menunjukkan data empiris yang
diperoleh memiliki perbedaan dengan teori yang dibangun. Sedangkan nilai probabilitas
yang tidak signifikan adalah yang diharapkan, yang menunjukkan data empiris sesuai
dengan model.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 31
2. Goodness of Fit Indices (GFI)
GFI merupakan derajat kesesuaian secara keseluruhan yaitu residual yang dikuadratkan
(R 2 ) dari data yang diprediksi dibandingkan dengan data aktual namun tidak disesuaikan
dengan degree of freedom-nya. Semakin tinggi nilai GFI mengindikasikan fit yang semakin
baik. Model dikatakan fit yang baik jika nilai GFI ≥ 0,90 (Ferdinand, 2002).
3. Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI)
AGFI adalah GFI yang disesuaikan dengan rasio antara degree of freedom dari model yang
diusulkan dan degree of freedom dari null model. Nilai AGFI yang direkomendasikan adalah
≥ 0,90 (Ghozali, 2004).
4. Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)
RMSEA digunakan untuk mengoreksi kecenderungan statistik chi square untuk menolak
model yang dispesifikasi jika menggunakan sampel yang cukup besar. Nilai RMSEA yang
dapat diterima ≤ 0,08 (Ferdinand, 2002).
5. Expected Cross Validation Index (ECVI)
ECVI mengukur penyimpangan antara fitted (model) covarians matrik pada sample yang
dianalisis dan covarians matrik yang akan diperoleh pada sample lain tetapi memiliki ukuran
yang sama besar. Model yang memiliki ECVI terendah berarti model tersebut sangat
potensial untuk direplikasi. Nilai ECVI model yang lebih rendah dari ECVI pada satured
model dan independence model, mengindikasikan bahwa model adalah fit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 32
6. Akaike’s Information Criterion AIC dan CAIC
AIC dan CAIC digunakan dalam perbandingan dari dua atau lebih model, di mana nilai AIC
dan CAIC yang lebih kecil dari AIC model satured dan independence berarti memiliki
model fit yang lebih baik.
7. Comparatif Fit Index (CFI)
CFI adalah merupakan perbandingan antara model yang diestimasi dengan null
model.Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0-1 dimana semakin mendekati
nilai 1 maka mengindikasikan tingkat fit yang paling tinggi (a very good fit) (Arbuckle
dalam Ferdinand, 2002). Keunggulan dari indeks ini adalah indeksi ini besarannya tidak
dipengaruhi oleh ukuran sampel karena itu sangat baik untuk mengukur tingkat penerimaan
sebuah model (Hulland et al dan Tanaka dalam Ferdinand,2002). Sehingga CFI cocok
digunakan untuk sampel kecil, nilai yang direkomendasikan adalah > 0,95 (Ferdinand,
2002).
8. Normed Fit Index (NFI)
Merupakan ukuran perbandingan antara proposed model dan null model. Nilai NFI akan
bervariasi dari 0 (no fit at all) sampai 1.0 (perfect fit). Nilai NFI yang direkomendasikan
adalah >0.90 (Ghozali, 2004)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 33
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Pemerintah Kabupaten Karanganyar dibentuk berdasarkan Undang Undang Nomor 13
Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi
Jawa Tengah. Kabupaten Karanganyar adalah salah satu dari 29 Kabupaten dan 6 Kota di
wilayah Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
Pemerintah Kabupaten Karanganyar berdasarkan kewenangan yang dimiliki merupakan
Daerah Otonom yang seluas-luasnya. Kewenangan Kabupaten sebagai Daerah Otonom yang
luas menjalankan urusan wajib dan urusan pilihan yang menjadi kewenangannya. Urusan
wajib yang dijalankan oleh Pemerintah Kabupaten Karanganyar meliputi: perencanaan dan
pengendalian pembangunan; perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;
penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; penyediaan sarana dan
prasarana umum; penanganan bidang kesehatan; penyelenggaraan pendidikan;
penanggulangan masalah sosial; pelayanan bidang ketenagakerjaan; fasilitasi pengembangan
koperasi, usaha kecil dan menengah; pengendalian lingkungan hidup; pelayanan pertanahan;
pelayanan kependudukan, dan catatan sipil; pelayanan administrasi umum pemerintahan;
pelayanan administrasi penanaman modal; penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan
urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan urusan wajib
yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan. Sedangkan urusan yang bersifat
pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 34
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan dan potensi
unggulan daerah.
Penyelenggara Pemerintahan Kabupaten Karanganyar dipimpin oleh seorang Bupati yang
dibantu seorang Wakil Bupati. Asas penyelengaraan pemerintahan berpedoman pada
asas umum penyelenggaraan Negara yang terdiri dari atas : asas kepastian hukum, asas
tertib penyelenggaraan negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas
proporsionalitas, asas profesionalitas, asas akuntabilitas, asas efisiensi dan asas efektivitas.
Bupati dan Wakil Bupati dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara
demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
a. Pernyataan Visi Kabupaten Karanganyar Tahun 2009-2013
Visi merupakan gambaran menantang tentang keadaan masa depan yang berisikan
cita dan citra yang ingin diwujudkan Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar. Visi
merupakan pandangan ke depan yang menyangkut kemana Kabupaten Karanganyar akan
dibawa dan diarahkan agar dapat berkarya secara konsisten dan tetap eksis, antisipatif,
inovatif serta produktif.
Berdasarkan kondisi nyata Kabupaten Karanganyar dengan berbagai kekuatan,
kelemahan, peluang dan tantangan saat ini, dan yang akan datang, serta dengan
memperhitungkan modal dasar yang dimiliki. Maka VISI pembangungan Kabupaten
Karanganyar sebagaimana Visi tahun 2009 – 2013 adalah sebagai berikut:
TERWUJUDNYA KARANGANYAR YANG TENTERAM, DEMOKRATIS DAN
SEJAHTERA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 35
Tenteram, mengandung arti terciptanya suasana aman di lingkungan masyarakat dan
terbebas dari ancaman dan gangguan ketertiban.
Demokratis, mengandung maksud terciptanya kesadaran dan kedewasaan berpolitik,
sehingga mampu mendorong demokrasi yang lebih transparan dan bertanggung jawab
serta mampu menciptakan iklim tata pemerintahan yang baik.
Sejahtera, diartikan sebagai terciptanya kondisi kehidupan dan tatanan kemasyarakatan,
dimana aspek kebutuhan materiil dan sprituil dapat terpenuhi secara optimal, adil dan
merata.
b. Pernyataan Misi Kabupaten Karanganyar Tahun 2009-2013
Misi adalah adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan
untuk mewujudkan visi. MISI pembangunan Kabupaten Karanganyar sebagaimana Misi
Tahun 2009 – 2013 adalah sebagai berikut:
1. Menciptakan keamanan, ketertiban dan kepatuhan hukum melalui penegakan
peraturan perundang-undangan,
2. Memperkuat kehidupan demokrasi melalui pemberdayaan partisipasi rakyat
untuk pemerintahan daerah yang demokrastis,
3. mewujudkan kesejahteraan rakyat melalui keseimbangan pertumbuhan ekonomi
dan pemerataan pembangunan yang bertumpu pada kemandiran, peningkatan
kualitas SDM dan penyetaraan gender,
4. Meningkatakan pola pelayanan birokrasi dengan mengutamakan kepuasan
masyarakat secara pasti, cepat dan murah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 36
5. Meningkatkan kualitas kehidupan dan kerukunan antar umat beragama dengan
penguatan kesadaran moral dan etika serta kehidupan berbudaya di masyarakat.
c. Tujuan dan Sasaran
Tujuan adalah pernyataan tentang apa yang perlu dicapai untuk mencapai /
mewujudkan visi, misi dan mengatasi isu yang dihadapi. Idealnya tujuan dirumuskan
berasaskan pendekatan spesifik, terukur, dapat dicapai, realistis dan berorientasi hasil dan
jangka waktu pencapaian yang jelas.
Perumusan tujuan diharapkan dapat menciptakan iklim yang kondusif untuk
mengoptimalkan kinerja pemerintah daerah dan dapat mencerminkan arah dan prioritas;
memberikan indikasi ke arah perumusan sasaran, kebijakan dan program; berorientasi ke
depan; serta mudah dipahami.
Untuk merealisasikan pelaksanaan Misi Pemerintah Kabupaten Karanganyar, perlu
ditetapkan tujuan pembangunan daerah (goal) yang akan dicapai dalam kurun waktu 5
(lima) tahun ke depan. Tujuan pembangunan daerah ini ditetapkan untuk memberikan
arah terhadap pembangunan kabupaten secara umum. Di samping itu, juga dalam rangka
memberikan kepastian operasionalisasi dan keterkaitan terhadap peran misi yang telah
ditetapkan.
Adapun tujuan pada masing-masing misi sebagai berikut:
1. Menciptakan keamanan, ketertiban dan kepatuhan hukum melalui penegakan
peraturan perundang-undangan.
a. Terwujudnya ketertiban dan keamanan secara mantab serta stabilitas daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 37
b. Meningkatnya penerapan dan penegakan hukum,
c. Terwujudnya supremasi hukum dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM)
2. Memperkuat kehidupan demokrasi melalui pemberdayaan partisipasi rakyat
untuk pemerintahan daerah yang demokrastis.
a. Berkembangnya sistem politik di Daerah yang berkedaulatan rakyat,
demokratis dan terbuka,
b. Meningkatnya partisipasi masyarakat dan lembaga sosial dalam
pembangunan,
c. Meningkatnya pendidikan politik secara intensif kepada masyarakat,
d. Terciptanya hubungan kerjasama yang kondusif antara eksekutif dan
legislatif.
3. Mewujudkan kesejahteraan rakyat melalui keseimbangan pertumbuhan ekonomi
dan pemerataan pembangunan yang bertumpu pada kemandiran, peningkatan
kualitas SDM dan penyetaraan gender.
a. Meningkatnya kualitas pendidikan dan derajat kesehatan,
b. Meningkatnya minat baca dan berkembangnya pengetahuan masyarakat,
c. Semakin terbuka-luasnya kesempatan kerja dan meningkatnya kesejahteraan
masyarakat,
d. Meningkatnya kualitas Sumberdaya Manusia, Keadilan dan Kesetaraan Gender,
jaminan kesejahteraan dan pemenuhan hak anak, serta terbebasnya anak dan
perempuan dari segala bentuk kekerasan dan diskriminasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 38
e. Meningkatnya ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui pelayanan KB,
f. Meningkatnya kualitas penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial,
g. Meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD),
h. Terciptanya wilayah-wilayah yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi,
i. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui pengembangan sektor
pariwisata dan pertanian,
j. Meningkatnya pertumbuhan sektor industri yang ramah lingkungan,
k. Terbangunnya ekonomi kerakyatan dengan mengoptimalkan pemanfaatan
sumberdaya melalui pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan
Koperasi (UMKMK),
l. Tersedianya sarana prasana lingkungan perumahan dan permukiman dengan
memperhatikan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah (RUTRW),
m. Tersedianya lahan hijau yang memadai dan kawasan lindung serta kawasan
strategis daerah yang berwawasan lingkungan,
n. Meningkatnya ketertiban pengaturan penggunan lahan,
o. Meningkatnya kualitas pengelolaan lingkungan,
p. Terwujudnya pemerataan pembangunan melalui pengembangan sarana
prasarana wilayah yang memadai,
q. Meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana, prasarana serta fasilitas
perhubungan yang berbasis pada pelayanan masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 39
4. Meningkatakan pola pelayanan birokrasi dengan mengutamakan kepuasan
masyarakat secara pasti, cepat dan murah.
a. Terwujudnya birokrasi pemerintahan yang akuntabel dan efisien melalui
pelaksanaan sistem pengawasan yang efektif dalam mewujudkan sistem
pemerintahan yang baik (Good Governance) dan bersih (Clean Governance),
b. Meningkatnya kemampuan teknis dan managerial perencana; termasuk
integrasi, koordinasi dan sinkronisasi perencanaan pembangunan,
c. Meningkatknya peran dan fungsi Pemerintah Daerah, yaitu fungsi pelayanan,
regulasi dan pemberdayaan,
d. Meningkatnya penyelenggaraan diklat, baik teknis maupun fungsional,
e. Terwujudnya pelayanan masyarakat yang prima, cepat, murah dan tepat serta
bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN),
f. Meningkatnya kualitas pelayanan perijinan penanaman modal,
g. Meningkatnya manajemen pengelolaan administrasi kependudukan dan
Catatan Sipil,
h. Meningkatnya penyediaan dan penguasaan teknologi di bidang komputer dan
jaringan,
i. Meningkatnya manajemen data dan informasi pembangunan daerah,
j. Meningkatnya manajemen pengelolaan fungsi dan pemanfaatan arsip.
5. Meningkatkan kualitas kehidupan dan kerukunan antar umat beragama dengan
penguatan kesadaran moral dan etika serta kehidupan berbudaya di masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 40
a. Meningkatnya kualitas dan kuatnya kelembagaan pengajaran dan pendidikan
agama,
b. Meningkatnya pelaksanaan ibadah bagi semua umat beragama, terciptanya
kesemarakan kehidupan keagamaan dan meningkatnya kerukunan umat
beragama demi kokohnya persatuan dan kesatuan bangsa.
Berikut adalah gambar bagan struktur organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten
Karanganyar :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 42
Selain itu, secara khusus berikut kami paparkan gambaran umum masing-masing
bidang yang kami teliti, yaitu :
1. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu merupakan unsur pendukung tugas Bupati
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang pelayanan perizinan terpadu,
yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
mempunyai tugas membantu Bupati dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di
bidang pelayanan perizinan terpadu.
Dalam menyelenggarakan tugas Badan Pelayanan Perizinan Terpadu mempunyai
fungsi :
a Perumusan kebijakan teknis di bidang pelayanan perizinan terpadu;
b Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang
pelayanan perizinan terpadu yang meliputi informasi, pendaftaran dan penanganan
pengaduan, penelitian, administrasi, perhitungan dan pelaporan, penanaman modal
serta kesekretariatan;
c Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pelayanan perizinan terpadu yang
meliputi informasi, pendaftaran dan penanganan pengaduan, penelitian,
administrasi, perhitungan dan pelaporan, penanaman modal serta kesekretariatan;
d Pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis dalam lingkup Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 43
e Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Susunan Organisasi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu, terdiri dari :
a. Kepala Badan;
b. Sekretariat, membawahkan :
1. Sub Bagian Perencanaan;
2. Sub Bagian Keuangan;
3. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
c. Bidang Informasi, Pendaftaran dan Penanganan Pengaduan, membawahkan :
1. Sub Bidang Informasi dan Pendaftaran;
2. Sub Bidang Penanganan Pengaduan.
d. Bidang Penelitian dan Administrasi, membawahkan :
1. Sub Bidang Koordinasi dan Penelitian Lapangan;
2. Sub Bidang Administrasi Perizinan.
e. Bidang Perhitungan dan Pelaporan, membawahkan :
1. Sub Bidang Perhitungan;
2. Sub Bidang Pelaporan.
f. Bidang Penanaman Modal, membawahkan :
1. Sub Bidang Pengendalian Penanaman Modal;
2. Sub Bidang Promosi dan Kerjasama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 44
g. Unit Pelaksana Teknis;
h. Kelompok Jabatan Fungsional.
2. Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan masyarakat
Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat merupakan unsur
pendukung tugas Bupati dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang
kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat yang dipimpin oleh seorang
Kepala Badan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui
Sekretaris Daerah. Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat
mempunyai tugas membantu Bupati dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di
bidang kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat.
Dalam menyelenggarakan tugas Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan
Perlindungan Masyarakat mempunyai fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang kesatuan bangsa, politik dan perlindungan
masyarakat;
b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang
kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat yang meliputi kesatuan
bangsa, politik dan kemasyarakatan dan perlindungan masyarakat serta
kesekretariatan;
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kesatuan bangsa, politik dan
perlindungan masyarakat yang meliputi kesatuan bangsa, politik dan
kemasyarakatan dan perlindungan masyarakat serta kesekretariatan;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 45
d. Pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis dalam lingkup Badan Kesatuan
Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat;
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Susunan Organisasi Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat,
terdiri dari:
a. Kepala Badan;
b. Sekretariat, membawahkan :
1. Sub Bagian Perencanaan;
2. Sub Bagian Keuangan;
3. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
c. Bidang Kesatuan Bangsa, membawahkan :
1. Sub Bidang Ideologi dan Wawasan Kebangsaan;
2. Sub Bidang Kerukunan Antar Umat Beragama dan Aliran Penghayat
Kepercayaan.
d. Bidang Politik dan Kemasyarakatan, membawahkan :
1. Sub Bidang Kelembagaan dan Hubungan Antar Lembaga;
2. Sub Bidang Demokratisasi dan Masalah Aktual.
e. Bidang Perlindungan Masyarakat, membawahkan :
1. Sub Bidang Peningkatan Perlindungan Masyarakat;
2. Sub Bidang Pemberdayaan SDM Perlindungan Masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 46
f. Unit Pelaksana Teknis;
g. Kelompok Jabatan Fungsional.
3. Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 2 Tahun 2009
tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Karanganyar, Dinas Sosial
Tenaga Kerja dan Transmigrasi merupakan unsure pelaksana Pemerintah Daerah di
bidang sosial, tenaga kerja dan transmigrasi yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekertaris Daerah.
Tugas pokok Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten
Karanganyar sesuai dengan Peraturan Bupati Karanganyar Nomor 30 Tahun 2009 tentang
uraian tugas pokok dan fungsi jabatan structural adalah membantu Bupati dalam
melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang social, tenaga kerja dan
transmigrasi berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.
Fungsi Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi adalah :
a. Perumusan kebijakan teknis penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang
social, tenaga kerja dan transmigrasi yang meliputi kesejahteraan social,
penempatan tenaga kerja, hubungan industrial dan pengawasan
ketenagakerjaan, pelatihan, perluasan kesempatan kerja dan transmigrasi serta
kesekretariatan.
b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelaksanaan pelayanan umum di
bidang social, tenaga kerja dan transmigrasi yang meliputi kesejahteraan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 47
social, penempatan tenaga kerja, hubungan industrial dan pengawasan
ketenagakerjaan, pelatihan, perluasan kesempatan kerja dan transmigrasi serta
kesekretariatan.
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang social, tenaga kerja dan
transmigrasi yang meliputi kesejahteraan social, penempatan tenaga kerja,
hubungan industrial dan pengawasan ketenagakerjaan, pelatihan, perluasan
kesempatan kerja dan transmigrasi serta kesekretariatan.
d. Pembinaan terhadap unit pelaksana teknis dalam lingkup Dinas Sosial Tenaga
Kerja dan Transmigrasi.
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Susunan Organisasi Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi adalah :
a. Kepala Dinas
b. Sekretariat, membawahkan :
1. Sub Bagian Perencanaan
2. Sub Bagian Keuangan
3. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
c. Bidang Kesejahteraan Sosial, membawahkan :
1. Seksi Pemberdayaan Sosial
2. Seksi Rehabilitasi dan Pelayanan Sosial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 48
3. Seksi Bantuan Sosial
d. Bidang Penempatan Tenaga Kerja, mambawahkan :
1. Seksi Pendaftaran Pencari Kerja dan Informasi Pasar Kerja
2. Seksi Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri
3. Seksi Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri
e. Bidang Hubungan Industri dan Pengawasan Ketenagakerjaan, membawahkan:
1. Seksi Hubungan Industrial dan Persyaratan Kerja
2. Seksi Pengawasan Ketenagakerjaan
3. Seksi Perselisihan Ketenagakerjaan
f. Bidang Pelatihan Perluasan Kesempatan Kerja dan Transmigrasi:
1. Seksi Pelatihan dan Perluasan Kesempatan Kerja
2. Seksi Pembinaan Lembaga Pelatihan Kerja dan Produktivitas
3. Seksi Transmigrasi
g. Unit Pelaksana Teknis
h. Kelompok Jabatan Fungsional.
4. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Pembentukan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Karanganyar
berdasarkan Peraturan Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 2 Tahun
2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Karanganyar. Dinas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 49
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Karanganyar dipimpin oleh seorang
Kepala dan membawahai langsung 1 (satu) Sekretariat dan 3 (tiga) Bidang yaitu :
a. Kepala Dinas;
b. Sekretariat, membawahi;
1. Sub Bagian Perencanaan;
2. Sub Bagian Keuangan;
3. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
c. Bidang Kependudukan, membawahi;
1. Seksi Identitas Penduduk;
2. Seksi Mutasi Penduduk
3. Seksi Registrasi Penduduk;
d. Bidang Pencatatn Sipil, membawahi;
1. Seksi Pencatat Kematian dan Kelahiran;
2. Seksi Pencatatat Perkawinan dan Perceraian;
3. Seksi Pengangkatan, Pengakuan dan Pengesahan Anak;
e. Bidang Pengelolaan Data dan Dokumen Penduduk, membawahi;
1. Seksi Pengumpulan Data dan Informasi;
2. Seksi Pengelolaan Data;
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 2 Tahun 2009
tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Karnganyar dan
dijabarkan lebih lanjut dengan Peraturan Bupati Karanganyar Nomor 79 Tahun 2009
tentang Uraian Tugas dan fungsi Jabatan Struktural pada Dinas Kependudukan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 50
Pencatatan Sipil Kabupaten Karanganyar mempunyai Tugas Pokok dan Fungsi sebagai
berikut :
1. Tugas Pokok
Merumuskan Kebijakan Teknis Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Bidang
Kependudukan dan Penyelenggaraan urusan Pemerintahan, Pelaksanaan Pelayanan
Umum serta Pembinaan dan Pelaksanaan Tugas di bidang Kependudukan , Pencatatan
Sipil , Pengolahan Data dan Dokumen Penduduk serta Kesekretariatan.
2. Fungsi
Merumuskan progran kegiatan Dinas berdasarkan peraturan perundang –
undangan yang berlaku dan sumber data yang tersedia sebagai pedoman pelaksanaan
kegiatan;
a. Mengarahkan tugas bawahan sesuai bidang tugasnya baik secara lisan maupun
tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas;
b. Melaksanaan koordinasi dengan instansi terkait baik secara langsung maupun
secara tidak langsung untuk mendapatkan masukan, informasi serta untuk
mengevaluasi permasalahan agar diperoleh hasil kerja yang optimal;
c. Merumuskan kebijakan bupati di Bidang Kependudukan dan Pencatatan Sipil
berdasarkan wewenang yang diberikan dan peraturan perundang – undangan
yang berlaku;
d. Mengkoordinasikan dan memfasilitasi kegiatan di Bidang Kependudukan dan
Pencatan Sipil sesuai peraturan perundang – undangan yang berlaku;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 51
e. Mengkoordinasikan pelayanan Kependudukan dan Pencatatan Sipil;
f. Mengevaluasi perkembangan Kependudukan dan Pencatatn Sipil;
g. Menetapkan Dokumen di bidang Kependudukan dan Pencatan Sipil;
h. Mengendalikan pelaksanaan kegiatan di bidang Kependudukan dan Pencatan
Sipil;
i. Membina pelaksanaan kegioatan di bidang Kependudukan dan Pencatan Sipil
sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku;
j. Mengvaluasi pelaksanaan kegiatan di bidang Kependudukan dan Pencatatan
Sipil dengan cara mengukur pencapaian program kerja yang telah disusun
sebagai bahan penyusunan laporan;
k. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan menilai prestasi kerja pelaksanaan
tugas bawahan secara berkala melalui system penilaian yang tersedia sebagai
cerminan penampilan kerja;
l. Menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai dasar
pengambilan kebijakan;
m. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan secara lisan maupun
tertulis sebagai bahan masukan guna kelancaran pelaksanaan tugas;
n. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesui dengan tugas dan
fungsinya.
5. Dinas Pekerjaan Umum
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Karanganyar adalah sebagian dari fungsi
Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar dan merupakan salah satu Instansi
Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar, sesuai dengan Peraturan Daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 52
Kabupaten Karanganyar Nomor 2 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Dinas Daerah Kabupaten Karanganyar (Lembaran Daerah Kabupaten Karanganyar
Tahun 2009 Nomor 2).
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 2 Tahun 2009
tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Karanganyar (Lembaran
Daerah Kabupaten Karanganyar Tahun 2009 Nomor 2); Susunan Organisasi Dinas
Pekerjaan Umum terdiri dari :
a. Kepala Dinas
b. Sekretariat terdiri dari :
1. Sub Bagian Perencanaan
2. Sub Bagian Keuangan
3. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
c. Bidang Perencanaan dan Bina Teknik terdiri dari :
1. Seksi Perncanaan teknik
2. Seksi Bina Teknik
3. Seksi Evaluasi dan Pelaporan
d. Bidang Bina Marga terdiri dari :
1. Seksi Pembangunan dan Peningkatan Jalan dan Jembatan;
2. Seksi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan.
e. Bidang Cipta Karya terdiri dari :
1. Seksi Tata Ruang dan Bangunan
2. Seksi Pertanahan dan Perumahan
3. Seksi Penyehatan Lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 53
f. Bidang Pengairan dan Energi Sumber Daya Mineral terdiri dari :
1. Seksi Pembangunan dan Peningkatan sarana Pengairan
2. Seksi Pelestarian Sumber Air, Operasi dan Pemeliharaan
3. Seksi Sumber Daya Mineral
g. Unit Pelaksana Teknis Dinas
h. Kelompok Jabatan fungsional
Dinas Pekerjaan Umum Karanganyar mempunyai tugas pokok melaksanakan
kewenangan otonomi daerah dalam rangka pelaksanaan tugas desentralisasi dibidang
pekerjaan umum. Tugas pokok dan fungsi Dinas Pekerjaan Umum adalah sebagai
berikut :
1. Tugas Pokok
Membantu Bupati dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang
pekerjaan umum berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.
2. Fungsi
Perumus kebijakan teknis penyelenggaraan pemerintahan daerah dibidang
pekerjaan umum yang meliputi perencanaan dan bina teknik, bina marga, cipta karya,
pengairan dan energi sumber daya mineral serta kesekretariatan.
a. Penyelenggara urusan pemerintahan, pemberi perijinan dan pelaksana pelayanan
umum di bidang Pekerjaan Umum yang meliputi perencanaan dan bina teknik,
bina marga, cipta karya, pengairan dan energi sumber daya mineral serta
kesekretariatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 54
b. Pembina dan pelaksana tugas di bidang pekerjaan umum yang meliputi
perencanaan dan bina teknik, bina marga, cipta karya, pengairan dan energi
sumber daya mineral serta kesekretariatan.
c. Penyusun rencana dan program pengembangan kegiatan serta pengelolaan dan
fasilitas kegiatan di bidang pekerjaan umum.
d. Pembina terhadap Unit Pelaksana Teknis dalam lingkup Dinas Pekerjaan Umum.
e. Pelaksana tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
6. Badan Kepegawaian Daerah
Badan Kepegawaian Daerah merupakan unsur pendukung tugas Bupati dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang kepegawaian, yang dipimpin oleh
seorang Kepala Badan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati
melalui Sekretaris Daerah. Badan Kepegawaian Daerah mempunyai tugas membantu
Bupati dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di bidang kepegawaian.
Dalam menyelenggarakan tugas Badan Kepegawaian Daerah mempunyai fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang kepegawaian;
b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang
kepegawaian yang meliputi pengangkatan dan pengembangan, mutasi, diklat dan
pembinaan serta kesekretariatan;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 55
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kepegawaian yang meliputi,
pengangkatan dan pengembangan, mutasi, diklat dan pembinaan serta
kesekretariatan;
d. Pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis dalam lingkup Badan Kepegawaian
Daerah.
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Susunan Organisasi Badan Kepegawaian Daerah, terdiri dari :
a. Kepala Badan;
b. Sekretariat, membawahkan :
1. Sub Bagian Perencanaan;
2. Sub Bagian Keuangan;
3. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
c. Bidang Pengangkatan dan Pengembangan, membawahkan :
1. Sub Bidang Pengangkatan dan Penempatan;
2. Sub Bidang Pengembangan, Informasi dan Pelaporan.
d. Bidang Mutasi, membawahkan :
1. Sub Bidang Mutasi dan Pensiun;
2. Sub Bidang Kenaikan Pangkat.
e. Bidang Diklat, membawahkan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 56
1. Sub Bidang Diklat Struktural;
2. Sub Bidang Diklat Teknis dan Fungsional.
f. Bidang Pembinaan, membawahkan :
1. Sub Bidang Penegakan Disiplin;
2. Sub Bidang Kesejahteraan.
g. Unit Pelaksana Teknis;
h. Kelompok Jabatan Fungsional.
B. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan terhadap tanggapan responden mengenai item-item
pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner yang mengukur persepsi terhadap Keadilan
Prosedural, Komitmen Afektif, Discretionary Service Behavior dan Kepuasan Pada
Layanan Publik. Dalam penelitian ini kuesioner disebarkan kepada dua sumber data, yaitu
karyawan Pemerintah Daerah Karanganyar dan masyarakat yang menggunakan layanan
publik dari Pemerintah Daerah Karanganyar (pada saat penelitian dilakukan). Kuesioner
untuk karyawan Pemda mengukur persepsi terhadap Keadilan Prosedural, Komitmen
Afektif dan Discretionary Service Behavior. Adapun kuesioner untuk masyarakat pengguna
layanan publik mengukur tingkat kepuasan masyarakat terhadap kualitas layanan publik
yang diberikan. Kuesioner yang disebarkan berjumlah 140 eksemplar untuk karyawan dan
140 eksemplar untuk masyarakat. Dari kuesioner yang disebarkan, kuesioner yang kembali
adalah 130 dari karyawan dan 130 dari masyarakat. Adapun kuesioner yang layak olah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 57
adalah 123 dari karyawan dan 123 dari masyarakat. Berikut adalah analisis deskriptif untuk
profil responden beserta variable penelitian :
1. Profil dan Tingkat Pendidikan Responden
Profil responden sebanyak 123 orang karyawan dan 123 orang masyarakat adalah
sebagai berikut :
Tabel IV.1 Profil Responden
No Jumlah Karyawan
Usia L P Jumlah Masyarakat
Usia L P
1 15 20-25 th 4 11 9 18-24 th 7 2
2 23 25-30 th 9 14 27 24-30 th 13 14
3 6 30-35 th 5 1 28 30-36 th 21 7
4 34 35-40 th 21 13 24 36-42 th 19 5
5 19 40-45 th 15 4 16 42-48 th 11 5
6 16 45-50 th 8 8 12 48-54 th 10 2
7 10 >50 th 6 4 7 >54 th 7 0
Sumber : Data Primer, 2010
Dari table IV.2 dapat diketahui bahwa :
1. 15 karyawan (12,2 % dari 123 karyawan) berusia antara 20-25 th, 4 karyawan
laki-laki dan 11 karyawan perempuan. 9 masyarakat (7,32% dari 123
masyarakat) berusia antara 18-24 th, 7 laki-laki dan 2 perempuan.
2. 23 karyawan (18,7% dari 123 karyawan) berusia antara 25-30 th, 9 karyawan
laki-laki dan 14 karyawan perempuan. 27 masyarakat (21,95% dari 123
masyarakat) berusia antara 24-30 th, 13 laki-laki dan 14 perempuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 58
3. 6 karyawan (4,88% dari 123 karyawan) berusia antara 30-35 th, 5 karyawan
laki-laki dan 1 karyawan perempuan. 28 masyarakat (22,76% dari 123
masyarakat) berusia antara 30-36 th, 21 laki-laki dan 7 perempuan.
4. 34 karyawan (27,64% dari 123 karyawan) berusia antara 35-40 th, 21 karyawan
laki-laki dan 13 karyawan perempuan. 24 masyarakat (19,51% dari 123
masyarakat) berusia antara 36-42 th, 19 laki-laki dan 5 perempuan.
5. 19 karyawan (15,45% dari 123 karyawan) berusia antara 40-45 th, 15 karyawan
laki-laki dan 4 karyawan perempuan. 16 masyarakat (13% dari 123
masyarakat) berusia antara 42-48 th, 11 laki-laki dan 5 perempuan.
6. 16 karyawan (13% dari 123 karyawan) berusia antara 45-50 th, 8 karyawan
laki-laki dan 8 karyawan perempuan. 12 masyarakat (9,76% dari 123
masyarakat) berusia antara 48-54 th, 10 laki-laki dan 2 perempuan.
7. 10 karyawan (8,13% dari 123 karyawan) berusia antara >50 th, 6 karyawan
laki-laki dan 4 karyawan perempuan. 7 masyarakat (5,69% dari 123
masyarakat) berusia antara >54 th, 7 laki-laki dan 0 perempuan.
8. 68 karyawan (55,28% dari 123 karyawan) adalah laki-laki dan 55 karyawan
(44,72% dari 123 karyawan) adalah perempuan. Sedangkan 88 masyarakat
(71,54% dari 123 masyarakat) adalah laki-laki dan 35 masyarakat (28,46% dari
123 masyarakat) adalah perempuan.
Tingkat Pendidikan responden dapat dilihat pada table IV.3 berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 59
Tabel IV.2 Tingkat Pendidikan Responden
No Tingkat Pendidikan
Jumlah Karyawan
Jumlah Masyarakat
1 SD 0 4
2 SMP 0 23
3 SMA 3 67
4 DIII 15 9
5 S1 87 16
6 S2 18 4
Sumber : Data Primer, 2010
Dari table IV.3 dapat diketahui bahwa :
1. Tidak ada karyawan yang memiliki tingkat pendidikan SD, sedangkan 4
masyarakat (3,25% dari 123 masyarakat) memiliki tingkat pendidikan SD.
2. Tidak ada karyawan yang memiliki tingkat pendidikan SMP, sedangkan 23
masyarakat (18,7% dari 123 masyarakat) memiliki tingkat pendidikan SMP.
3. 3 karyawan (2,44% dari 123 karyawan) memiliki tingkat pendidikan SMA,
sedangkan 67 masyarakat (54,47% dari 123 masyarakat) memiliki tingkat
pendidikan SMA.
4. 15 karyawan (12,2% dari 123 karyawan) memiliki tingkat pendidikan DIII,
sedangkan 9 masyarakat (7,32% dari 123 masyarakat) memiliki tingkat
pendidikan DIII.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 60
5. 87 karyawan (70,73% dari 123 karyawan) memiliki tingkat pendidikan S1,
sedangkan 16 masyarakat (13% dari 123 masyarakat) memiliki tingkat
pendidikan S1.
6. 18 karyawan (14,63% dari 123 karyawan) memiliki tingkat pendidikan S2,
sedangkan 4 masyarakat (3,25% dari 123 masyarakat) memiliki tingkat
pendidikan S2.
Dengan demikian secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa rata-rata usia
responden pada karyawan berkisar antara 35-40 th dan rata-rata usia masyarakat
berkisar antara 30-36 th. Responden pada karyawan maupun masyarakat lebih
didominasi oleh laki-laki, selain itu rata-rata karyawan memiliki tingkat pendidikan S1
sedangkan rata-rata masyarakat memiliki tingkat pendidikan SMA.
2. Tanggapan Responden Mengenai Keadilan Prosedural
Deskripsi tanggapan responden sebanyak 123 orang terhadap item pertanyaan
Keadilan Prosedural sebanyak 5 item yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 61
Tabel IV.3 Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap Keadilan Prosedural
No Pernyataan SS S TS STS Jumlah
1. Atasan saya memberikan pertimbangan yang memadai pada setiap keputusan menyangkut pekerjaan saya.
24 94 5 0 123
2. Ketika membuat keputusan menyangkut pekerjaan saya, atasan saya memberikan penjelasan yang masuk akal pada saya.
27 93 3 0 123
3. Keputusan menyangkut pekerjaan dibuat oleh atasan saya dengan cara yang jelas (tidak bias)
31 80 12
0 123
4. Semua keputusan menyangkut pekerjaan diterapkan secara konsisten pada semua karyawan.
21 91 8 3 123
5. Untuk membuat keputusan-keputusan menyangkut pekerjaan, atasan saya mengumpulkan data akurat dan melengkapi informasi.
27 88 8 0 123
Sumber : Data Primer Diolah, 2010
Dari tabel IV.4 dapat diketahui bahwa :
1. 94 responden (76,42% dari 123 responden) memilih setuju bahwa atasan
mereka memberikan pertimbangan yang memadai pada setiap keputusan yang
menyangkut pekerjaan karyawan tersebut.
2. 93 responden (75,61% dari 123 responden) memilih setuju bahwa ketika
membuat keputusan menyangkut pekerjaan mereka, atasan memberikan
penjelasan yang masuk akal pada karyawan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 62
3. 80 responden (65,04% dari 123 responden) memilih setuju bahwa keputusan
menyangkut pekerjaan dibuat oleh atasan dengan cara yang jelas (tidak bias).
4. 91 responden (73,98% dari 123 responden) memilih setuju bahwa semua
keputusan menyangkut pekerjaan diterapkan secara konsisten pada semua
karyawan.
5. 88 responden (71,54% dari 123 responden) memilih setuju bahwa untuk
membuat keputusan-keputusan menyangkut pekerjaan, atasan mengumpulkan
data akurat dan melengkapi informasi.
Dengan demikian secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa karyawan Pemda
Kabupaten Karanganyar merasa diperlakukan adil terkait dengan prosedur dan
kebijakan yang diterapkan dalam organisasi.
3. Tanggapan Responden Mengenai Komitmen Afektif
Deskripsi tanggapan responden sebanyak 123 orang terhadap item pertanyaan
komunikasi sebanyak 8 item, yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 63
Tabel IV.4
Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap Komitmen Afektif
No Pernyataan SS S TS STS Jumlah
1. Saya senang menjalani seluruh karir saya di organisasi ini.
17 95 10 1 123
2. Saya senang membicarakan organisasi ini dengan orang lain.
7 70 44 2 123
3. Saya merasa masalah yang dihadapi organisasi ini juga menjadi masalah saya.
11 94 16 2 123
4. Saya merasa mudah terikat dengan organisasi lain, seperti halnya saya merasa terikat dengan organisasi ini (R).
4 53 64 2 123
5. Saya tidak merasa menjadi “bagian dari keluarga besar” dalam organisasi ini (R).
4 26 84 9 123
6. Saya tidak merasa terikat secara emosional dengan organisasi ini (R).
4 27 85 7 123
7. Organisasi ini mempunyai arti yang besar bagi saya.
24 89 10 0 123
8. Saya tidak mempunyai perasaan memiliki dengan organisasi ini
4 12 96 11 123
Sumber : Data primer, 2010
Dari tabel IV.5 dapat diketahui bahwa :
1. 95 responden (77,24% dari 123 responden) setuju senang menjalani seluruh karir
di organisasi ini.
2. 70 responden (56,59% dari 123 responden) senang membicarakan organisasi ini
dengan orang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 64
3. 94 responden (76,42% dari 123 responden) setuju merasa masalah yang dihadapi
organisasi ini juga menjadi masalah karyawan.
4. 64 responden (52 % dari 123 responden) tidak setuju jika mudah terikat dengan
organisasi lain, seperti halnya karyawan merasa terikat dengan organisasi ini.
5. 84 responden (68,29% dari 123 responden) tidak setuju jika karyawan merasa
menjadi “bagian dari keluarga besar” dalam organisasi.
6. 85 responden (69,1% dari 123 responden) tidak setuju jika tidak merasa terikat
secara emosional dengan organisasi.
7. 89 responden (72,36 % dari 123 responden) setuju jika organisasi tersebut
mempunyai arti yang besar bagi karyawan.
8. 96 responden (78,05 % dari 123 responden) tidak setuju dengan pernyataan tidak
mempunyai perasaan memiliki dengan organisasi.
Dengan demikian secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa karyawan Pemda
Kabupaten Karanganyar memiliki Komitmen Afektif yang kuat pada organisasinya.
4. Tanggapan Responden Mengenai Discretionary Service Behavior
Deskripsi tanggapan responden sebanyak 123 orang terhadap item pertanyaan
Discretionary Service Behavior sebanyak 6 item, yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 65
Tabel IV.5
Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap Discretionary Service Behavior
Sumber : Data Primer, 2010
Dari tabel IV.6 dapat diketahui bahwa :
1. 78 responden (64,23% dari 123 responden) setuju dengan pernyataan jika
karyawan tidak dapat menjawab pertanyaan dari masyarakat yang membutuhkan
No Pernyataan SS S TS STS Jumlah
1. Jika saya tidak dapat menjawab pertanyaan dari masyarakat yang membutuhkan layanan, saya akan berusaha untuk mencari informasi dan mendapatkan jawaban pertanyaan tersebut
43 78 2 0 123
2. Saya bersedia memberikan pelayanan kepada masyarakat melebihi ketentuan yang ditetapkan dalam pelaksanaan pekerjaan, untuk memenuhi permintaan masyarakat
14
56 51 2 123
3. Saya berusaha melayani masyarakat dengan sopan dan ramah sesuai ketentuan yang ditetapkan dalam pekerjaan
48 75 0 0 123
4. Jika waktu kerja sudah habis dan masih banyak masyarakat yang mengantri untuk mendapatkan layanan, saya tidak akan memperpanjang waktu pelayanan dan meminta mereka untuk kembali esok hari
3 27 84 9 123
5. Saya merasa gagal dalam melaksanakan pekerjaan jika masyarakat tidak puas dengan layanan yang diberikan
28 83 9 3 123
6. Kepuasan masyarakat terhadap layanan menjadi tujuan utama dalam pekerjaan saya
56 65 1 1 123
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 66
layanan, karyawan akan berusaha untuk mencari informasi dan mendapatkan
jawaban pertanyaan tersebut.
2. 56 responden (45,53% dari 123 responden) setuju dengan pernyataan saya bersedia
memberikan pelayanan kepada masyarakat melebihi ketentuan yang ditetapkan
dalam pelaksanaan pekerjaan, untuk memenuhi permintaan masyarakat.
3. 75 responden (60,98% dari 123 responden) setuju berusaha melayani masyarakat
dengan sopan dan ramah sesuai ketentuan yang ditetapkan dalam pekerjaan.
4. 84 responden (68,29 % dari 123 responden) tidak setuju jika waktu kerja sudah
habis dan masih banyak masyarakat yang mengantri untuk mendapatkan layanan,
karyawan tidak akan memperpanjang waktu pelayanan dan meminta mereka untuk
kembali esok hari.
5. 83 responden (67,48% dari 123 responden) setuju jika karyawan merasa gagal
dalam melaksanakan pekerjaan jika masyarakat tidak puas dengan layanan yang
diberikan.
6. 65 responden (52,85% dari 123 responden) setuju dengan pernyataan kepuasan
masyarakat terhadap layanan menjadi tujuan utama dalam pekerjaan karyawan.
Dengan demikian secara umum dapat disimpulkan bahwa belum semua karyawan
Pemda Kabupaten Karanganyar menunjukkan perilaku Discretionary Service Behavior
dalam melaksanakan pekerjaannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 67
5. Tanggapan Responden Mengenai Kepuasan Layanan Publik
Deskripsi tanggapan responden sebanyak 123 masyarakat terhadap item kepuasan
atas layanan sebanyak 12 item, yaitu :
Tabel IV.7
Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap Kepuasan Layanan Publik
No Pernyataan SP P TP STP Jumlah
1. Kepuasan anda terhadap kesederhanaan alur proses pelayanan yang diberikan kepada masyarakat
17 94 12 0 123
2. Kepuasan anda terhadap ketentuan persyaratan administrasi yang harus dipenuhi untuk mendapatkan pelayanan
18
93
12 0 123
3. Kepuasan anda terhadap keberadaan dan kepastian petugas pada saat memberikan pelayanan
24 87 11
1 123
4. Kepuasan anda terhadap kedisiplinan petugas dalam hal waktu kerja pemberian pelayanan
26 74 21 2 123
5. Kepuasan anda terhadap tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan
28 81 14 0 123
6. Kepuasan anda terhadap keahlian dan ketrampilan petugas dalam memberikan pelayanan
23 81 16 3 123
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 68
7. Kepuasan anda terhadap kecepatan waktu pelayanan yang diberikan petugas sesuai waktu yang ditentukan oleh instansi
20 73 28 2 123
8. Kepuasan anda terhadap keadilan mendapatkan pelayanan, dimana petugas memberikan pelayanan tanpa membedakan golongan / status masyarakat yang dilayani
29 92 2 0 123
9. Kepuasan anda terhadap kesopanan dan keramahan petugas dalam memberikan pelayanan
30 83 9 1 123
10. Kepuasan anda terhadap kepastian jadwal pelayanan sesuai waktu yang ditentukan instansi
15 86 22 0 123
11. Kepuasan anda terhadap kenyamanan sarana & prasarana pelayanan yang bersih, rapi dan teratur
28 84 10 1 123
12. Kepuasan anda terhadap tingkat keamanan lingkungan di instansi tempat pemberian pelayanan
24 90 8 1 123
Sumber : Data Primer Diolah, 2010
Dari tabel IV.7 dapat diketahui bahwa :
1. 94 responden (76,42% dari 123 responden) merasa puas dengan kesederhanaan
alur proses pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
2. 93 responden (75,61% dari 123 responden) merasa puas terhadap ketentuan
persyaratan administrasi yang harus dipenuhi untuk mendapatkan pelayanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 69
3. 87 responden (70,73% dari 123 responden) merasa puas terhadap keberadaan dan
kepastian petugas pada saat memberikan pelayanan.
4. 74 responden (60,16%% dari 123 responden) merasa puas terhadap kedisiplinan
petugas dalam hal waktu kerja pemberian pelayanan.
5. 81 responden (65,85% dari 123 responden) merasa puas terhadap tanggung jawab
petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan.
6. 81 responden (65,85% dari 123 responden) merasa puas terhadap keahlian dan
ketrampilan petugas dalam memberikan pelayanan.
7. 73 responden (59,35% dari 123 responden) merasa puas terhadap kecepatan waktu
pelayanan yang diberikan petugas sesuai waktu yang ditentukan oleh instansi.
8. 92 responden (74,80% dari 123 responden) merasa puas terhadap keadilan
mendapatkan pelayanan, dimana petugas memberikan pelayanan tanpa
membedakan golongan / status masyarakat yang dilayani.
9. 83 responden (67,48% dari 123 responden) merasa puas terhadap kesopanan dan
keramahan petugas dalam memberikan pelayanan.
10. 86 responden (69,92% dari 123 responden) merasa puas terhadap kepastian jadwal
pelayanan sesuai waktu yang ditentukan instansi.
11. 84 responden (68,29% dari 123 responden) merasa puas terhadap kenyamanan
sarana & prasarana pelayanan yang bersih, rapi dan teratur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 70
12. 90 responden (73,17% dari 123 responden) merasa puas terhadap tingkat
keamanan lingkungan di instansi tempat pemberian pelayanan.
Dengan demikian secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa masyarakat sebagai
pengguna layanan public merasa cukup puas dengan kualitas layanan publik yang
diberikan oleh Pemda Kabupaten Karanganyar.
C. Uji Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas
Penelitian ini menggunakan analisis faktor untuk mengetahui validitas instrumen
penelitian. Tinggi rendahnya validitas suatu instrument kuesionerdapat dilihat melalui factor
loading dengan bantuan program komputer AMOS 18. Factor loading adalah korelasi item-
item pertanyaan dengan konstruk yang diukurnya. Menurut Hair, et.al (dalam Ferdinand,
2002), factor loading lebih besar ± 0.30 dianggap memenuhi level minimal, sangat
disarankan besarnya factor loading adalah ± 0.40, jika factor loading suatu item pertanyaan
mencapai ± 0.50 atau lebih besar maka item tersebut sangat penting dalam
menginterpretasikan konstruk yang diukurnya. Pedoman umum untuk analisis faktor adalah
factor loading ³ 0,4 (Ferdinand, 2002). Berdasarkan pedoman tersebut, peneliti menetapkan
nilai factor loading yang signifikan adalah lebih dari ± 0.40. Hasil output analisis faktor
dapat dilihat pada tabel-tabel berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 71
Tabel IV.7
Uji Validitas
Variabel Instrumen Factor
Loading Keterangan
Keadilan prosedural
KP1 .668 Valid KP2 .768 Valid KP3 .750 Valid KP4 .564 Valid KP5 .752 Valid
Komitmen afektif
KA1 .489 Valid KA2 .574 Valid KA3 .537 Valid KA4 -.472 Valid KA5 .041 Tidak Valid KA6 .227 Tidak Valid KA7 .686 Valid KA8 -.036 Tidak Valid
Discretionary Service Behavior
DSB1 .758 Valid DSB2 .278 Tidak Valid DSB3 .839 Valid DSB4 .126 Tidak Valid DSB5 .299 Tidak Valid DSB6 .612 Valid
Kepuasan atas layanan
IKM1 .503 Valid IKM2 .546 Valid IKM3 .663 Valid IKM4 .752 Valid IKM5 .703 Valid IKM6 .744 Valid IKM7 .641 Valid IKM8 .739 Valid IKM9 .741 Valid IKM10 .669 Valid IKM11 .631 Valid IKM12 .597 Valid
Sumber : Data Primer Diolah,2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 72
Dari uji CFA ditemukan 25 item yang dinyatakan valid dan 6 instrumen yang tidak valid,
yaitu 3 instrumen dari variable Komitmen Afektif (KA5, KA6, KA8) dan 3 instrumen dari
variable Discretionary Service Behavior (DSB2, DSB4, dan DSB5). Instrument yang tidak
valid tidak diikutkan dalam analisis.
2. Uji Reliabilitas
Setelah pengujian validitas, maka tahap selanjutnya adalah pengujian reliabilitas. Uji
reliablitas mengindikasikan bahwa suatu instrumen tidak bias dan sejauh mana suatu
instrumen handal pada waktu, tempat, dan orang yang berbeda-beda (Sekaran, 2000). Untuk
mengukur reliabilitas dari instrumen penelitian ini dilakukan dengan menggunakan koefisien
Cronbach’s Alpha. Koefisien Cronbach’s Alpha yang mendekati 1 menandakan reliabilitas
konsistensi yang tinggi.
Indikator pengukuran reliabilitas menurut Triton, P.B (2005) mengklasifikasi nilai
cronbach’s alpha, sebagai berikut :
c) Nilai Cronbach’s Alpha antara 0,00 - 0,20 dikategorikan kurang reliabel.
d) Nilai Cronbach’s Alpha antara 0,21 - 0,40 dikategorikan agak reliabel.
c) Nilai Cronbach’s Alpha antara 0,41 - 0,60 dikategorikan cukup reliabel.
d) Nilai Cronbach’s Alpha antara 0,61 - 0,80 dikategorikan reliabel.
e) Nilai Cronbach’s Alpha antara 0,81 - 1,00 dikategorikan sangat reliabel.
Hasil pengujian reliabilitas variabel-variabel didapatkan nilai Cronbach’s Alpha masing-
masing variabel yang disajikan dalam tabel IV.9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 73
Tabel IV.8
Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach’s Alpha Keterangan
Keadilan prosedural 0.820 Sangat reliabel
Komitmen afektif 0.3 Agak reliabel
Discretionary Service Behavior 0.767 Reliabel
Kepuasan atas layanan 0.904 Sangat reliabel
Sumber : Data Primer Diolah, 2010
Dalam penelitian ini, berdasarakan indikator yang digunakan peneliti, terdapat dua
variabel yang dinyatakan sangat reliabel, yaitu variabel keadilan prosedural dan kepuasan
atas layanan. Sedangkan variabel Discretionary Service Behavior dinyatakan reliabel dan
variabel komitmen afektif dinyatakan agak reliabel. Dengan hasil ini maka pengujian
selanjutnya dapat dilakukan.
D. Analisis SEM
1. Uji Asumsi Klasik
a. Normalitas Data
Asumsi yang paling fundamental dalam analisis multivariate adalah normalitas, yang
merupakan bentuk suatu distribusi data pada suatu variabel matrik tunggal dalam
menghasilkan distribusi normal (Hair et.al dalam Ghozali, 2005). Apabila asumsi normalitas
tidak dipenuhi dan penyimpangan normalitas tersebut besar, maka akan mengakibatkan hasil
uji statistik yang bias. Normalitas dibagi menjadi dua yaitu : univariate normality dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 74
multivariate normality. Untuk menguji asumsi normalitas dengan membandingkan nilai
critical ratio skewness dan kurtosis dengan nilai kritis pada tingkat signifikansi tertentu.
Rules of thumb yang digunakan adalah apabila nilai critical ratio skewness dan kurtosis
lebih dari + 2.58 pada tingkat 0.01 berarti distribusi data tidak normal. Dalam output Amos
6.00, uji normalitas dilakukan dengan membandingkan nilai C.r. dengan nilai kritis + 2.58
pada tingkat 0.01. Jika terdapat nilai C.r yang lebih besar dari nilai kritis maka distribusi
datanya adalah tidak normal (Ferdinand, 2002). Disamping itu, Curran et.al. (dalam Ghozali,
2005) membagi distribusi data menjadi tiga bagian :
a) Normal, apabila nilai z statistik (critical ratio atau C.r.) skewness < 2 dan nilai C.r.
kurtosis < 7.
b) Moderately non-normal, apabila nilai C.r. skewness berkisar antara 2-3 dan nilai C.r.
kurtosis berkisar antara 7-21.
c) Extremely non-normal, apabila nilai C.r. skewness >3 dan nilai C.r. kurtosis >21.
Hasilnya adalah seperti yang disajikan dalam tabel IV.10 adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 75
Tabel IV.9
Uji Normalitas
Variable Min Max Skew c.r. Kurtosis c.r. IKM12 1.000 4.000 -.216 -.978 1.893 4.286 IKM11 1.000 4.000 -.257 -1.164 1.088 2.462 IKM10 2.000 4.000 -.036 -.165 .316 .716 IKM9 1.000 4.000 -.263 -1.192 1.055 2.387 IKM8 1.000 4.000 -.468 -2.120 .963 2.180 IKM7 1.000 4.000 -.214 -.969 .019 .044 IKM6 1.000 4.000 -.556 -2.516 1.143 2.587 IKM5 2.000 4.000 .001 .004 -.075 -.169 IKM4 1.000 4.000 -.336 -1.520 .229 .518 IKM3 1.000 4.000 -.250 -1.133 1.346 3.046 IKM2 2.000 4.000 .112 .508 1.077 2.439 IKM1 2.000 4.000 .106 .481 1.223 2.770 DSB1 2.000 4.000 .323 1.463 -1.023 -2.317 DSB3 3.000 4.000 .450 2.037 -1.797 -4.069 DSB6 1.000 4.000 -.573 -2.593 .989 2.238 KA7 2.000 4.000 .166 .749 .538 1.218 KA4 1.000 4.000 -.317 -1.436 -.421 -.953 KA3 1.000 4.000 -.739 -3.347 2.629 5.951 KA2 1.000 4.000 -.113 -.512 -.180 -.408 KA1 1.000 4.000 -.309 -1.400 2.637 5.971 KP1 2.000 4.000 .539 2.441 .839 1.898 KP2 2.000 4.000 .720 3.259 .375 .849 KP3 2.000 4.000 -.001 -.004 -.149 -.337 KP4 1.000 4.000 -.770 -3.485 2.991 6.772 KP5 2.000 4.000 .225 1.020 .357 .808 Multivariate 120.813 18.234
Sumber : Data Primer Diolah, 2010
Dari IV.10 dapat dilihat evaluasi normalitas pada responden yang diidentifikasi baik
secara univariate maupun multivariate. Terlihat secara univariate untuk nilai-nilai dalam C.r.
skewness, terdapat 4 instrumen pertanyaan yang memliki nilai C.r. skewness lebih dari 2.58
yakni DSB 6, KA3, KP2, dan KP4. Kemudian, secara univariate untuk nilai-nilai dalam C.r
kurtosis terdapat 8 instrumen pertanyaan yang memiliki nilai C.r. kurtosis lebih dari 2.58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 76
yakni KP4, KA1, KA3, DSB3, IKM1, IKM3, IKM6, dan IKM12. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa data tidak terdistribusi normal secara univariate. Sementara nilai yang
tertera di pojok kanan bawah pada tabel IV.8 menandakan bahwa data dalam penelitian ini
juga tidak terdistribusi normal secara multivariate, karena nilai 18.234 lebih besar dari harga
mutlak 2,58.
Data yang tidak normal dapat mengakibatkan pembiasan intrepretasi karena nilai chi-
square hasil analisis cenderung meningkat sehingga nilai probability level akan mengecil.
Untuk data yang tidak normal secara multivariate, Ghozali (2004) menyarankan dengan
menggunakan prosedur yang dikenal dengan “bootstrap”. Namun, hal tersebut tidak perlu
dilakukan karena nilai C.r. kurtosis multivariate masih kurang dari 21.00. Disamping itu,
teknik Maximum Likelihood Estimates (MLE) yang digunakan dalam penelitian ini tidak
terlalu terpengaruh (robust) terhadap data yang tidak normal (Ghozali, 2005) sehingga
analisis selanjutnya masih dapat dilakukan.
b. Evaluasi Outliers
Outliers adalah data atau observasi yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat
jauh dari obserasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim. Uji outliers
dalam penelitian ini menggunakan multivariate outliers. Dimana dapat ditunjukkan dengan
jarak mahalanobis untuk tiap observasi dapat dihitung dan akan menunjukkan jarak sebuah
observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah ruang multidimensional. Identifikasi
adanya multivariate outliers pada penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan nilai
mahalanobis distance (Ghozali, 2004). Kriteria yang digunakan adalah berdasarkan nilai chi-
square pada derajat bebas (degree of freedom) 31 yaitu jumlah variabel indikator pada
tingkat signifikansi p < 0.001. Dalam penelitian ini setelah menggunakan uji validitas maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 77
indikator yang awalnya 31 item telah disederhanakan sehingga menjadi 25 item saja. Kriteria
yang digunakan adalah berdasarkan nilai Chi Squares pada derajat kebebasan (degree of
freedom) 25. Oleh karena itu, nilai mahalanobis distance (25, 0.001) = 52,61966. Hal ini
berarti semua kasus yang mempunyai mahalanobis distance yang lebih besar dari 52,61966
akan dikategorikan sebagai multivariate outliers. Mahalanobis distance dapat dilihat pada
tabel IV.11
Tabel IV.10
Mahalanobis Distance Square Data Mahalanobis
Distance Square Mahalanobis Distance Square yang diharapkan
Mahalanobis distance square
(df = 25,p<0,001) Mahalanobis
< 52,61966 112 64.902 43 63.656 89 61.961 12 55.991 55 53.954 46 52.842
108 49.123 - - - - 15 16.927 21 16.674
111 16.457 Sumber : data primer yang diolah (2010)
Dari tabel IV.11 terlihat adanya outliers pada data observasi ke-112, 43 ,89, 12, 55, dan
46 yang memiliki nilai mahalanobis distance yang lebih besar dari 52,61966 yakni memiliki
nilai mahalanobis distance square sebesar 64.902, 63.656, 61.961, 55.991, 53.954, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 78
52.842 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat multivariate outliers. Jika terjadi
multivariate outliers, maka sebaiknya data observasi yang mengalami outliers dikeluarkan
dari analisis selanjutnya (Ghozali, 2005).
Oleh karena itu, peneliti tidak mengikutsertakan lagi observasi ke-112, 43 ,89 , 12, 55,
dan 46 dalam analisis selanjutnya sehingga hanya 117 data responden yang bisa diolah pada
analisis selanjutnya.
Setelah keenam observasi tersebut dikeluarkan, pada tabel IV.12 terlihat evaluasi
normalitas pada responden yang diidentifikasi baik secara univariate maupun multivariate.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 79
Tabel IV.11
Revisi Uji Normalitas
Variable Min Max Skew c.r. Kurtosis c.r. IKM12 1.000 4.000 -.170 -.750 2.932 6.473 IKM11 2.000 4.000 .143 .634 .250 .553 IKM10 2.000 4.000 -.045 -.200 .538 1.188 IKM9 2.000 4.000 .266 1.174 .086 .191 IKM8 2.000 4.000 .019 .082 -.096 -.212 IKM7 2.000 4.000 .048 .212 -.446 -.985 IKM6 2.000 4.000 .028 .124 .154 .339 IKM5 2.000 4.000 .009 .039 -.086 -.189 IKM4 2.000 4.000 -.036 -.159 -.333 -.735 IKM3 2.000 4.000 .142 .625 .480 1.059 IKM2 2.000 4.000 .231 1.020 1.431 3.159 IKM1 2.000 4.000 .169 .745 1.463 3.229 DSB1 2.000 4.000 .341 1.506 -.964 -2.128 DSB3 3.000 4.000 .512 2.260 -1.738 -3.838 DSB6 3.000 4.000 .154 .681 -1.976 -4.363 KA7 2.000 4.000 .246 1.088 .635 1.403 KA4 1.000 3.000 -.488 -2.156 -.773 -1.707 KA3 1.000 4.000 -.555 -2.452 2.515 5.554 KA2 1.000 4.000 -.063 -.277 -.257 -.567 KA1 1.000 4.000 -.393 -1.735 3.362 7.423 KP1 2.000 4.000 .662 2.923 .993 2.193 KP2 2.000 4.000 .858 3.787 .242 .534 KP3 2.000 4.000 .068 .300 .028 .062 KP4 1.000 4.000 -.599 -2.646 3.406 7.521 KP5 2.000 4.000 .431 1.903 .400 .884 Multivariate 75.796 11.157 Sumber : Data Primer Diolah, 2010
Terlihat secara univariate untuk nilai-nilai dalam C.r. skewness, terdapat 3 instrumen
pertanyaan yang memliki nilai C.r. skewness lebih dari 2.58 yakni KP1, KP2, dan KP4.
Kemudian, secara univariate untuk nilai-nilai dalam C.r kurtosis terdapat 8 instrumen
pertanyaan yang memiliki nilai C.r. kurtosis lebih dari 2.58 yakni KP4, KA1, KA3, DSB6,
DSB3, IKM1, IKM2,dan IKM12. bahwa nilai C.r. multivariate kurtosis pada uji normalitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 80
mengalami penurunan dari nilai 18.234 menjadi 11.157. Selain itu, tidak terlihat lagi adanya
outliers pada hasil revisi mahalanobis distance square. Dengan demikian, langkah yang
diambil adalah tepat karena mampu membuat data menjadi lebih baik. Adapun hasil revisi
uji revisi outliers dapat dilihat pada tabel IV.13.
Tabel IV.12
Revisi Mahalanobis Distance Square Data Mahalanobis
Distance Square
Mahalanobis Distance Square yang diharapkan
Mahalanobis distance square
(df = 25,p<0,001) Mahalanobis
< 52,61966 103 48.653 52 48.524 110 44.985
- - - - - - - - - - - -
29 16.342 87 14.278 50 12.686
Sumber : data primer yang diolah (2010)
c. Evaluasi Multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan pengujian yang menguji ketergantungan antara variable satu
dengan yang lain (Ghozali,2005). Multikolinearitas dapat dilihat melalui determinan matriks
kovarian. Nilai determinan yang sangat kecil menunjukkan indikasi terdapatnya masalah
multikoliniearitas atau singularitas (Ghozali, 2005). Hasil output memberikan nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 81
determinant of sample covariance matrix = 0.000. Nilai ini menunjukkan bahwa terdapat
masalah multikolinieritas dan singularitas pada data yang dianalisis.
Dalam penelitian perilaku, sebuah variable mempunyai kemungkinan untuk dapat
mempengaruhi variable yang lain. Dalam konteks penelitian ini secara teoritis dan pengujian
empiris dari penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa Keadilan Prosedural dapat
mempengaruhi Komitmen Afektif, Discretionary Service Behavior, dan Kepuasan atas
Layanan. Adanya pengaruh antar variable inilah yang memungkinkan terjadinya
multikolinearitas.
2. Uji Kesesuaian Model Goodness of Fit
Sebelum melakukan teknik pengujian hipotesis, langkah yang pertama adalah menilai
kesesuaian goodness of fit. Kriteria penilaian untuk goodness of fit pada model tertera pada
tabel IV.14. Sementara itu, kriteria untuk uji hipotesis adalah hipotesis mengenai hubungan
kausal dalam model akan diterima jika mempunyai nilai C.r ≥ t tabel dengan tingkat
signifikansi 0,05 adalah 1,96.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 82
Tabel IV.13
Kriteria Goodness of Fit Goodness of Fit
indeks Nilai yang
Diharapkan Hasil Evaluasi
X - Chi Square
Diharapkan rendah 354.027
Buruk
Probabilitas > 0,05 0.000 Buruk GFI 0<GFI<1 0.817 Baik AGFI 0<AGFI<1 0.768 Baik RMSEA ≤ 0,08 0.056 Baik ECVI < ECVI model
satured dan independence
model
4.033 Baik
AIC < AIC & CAIC model satured dan
independence model
492.027 Baik
CAIC < AIC & CAIC model satured dan
independence model
755.068 Baik
NFI ≥ 0,90 0.764 Marginal CFI ≥ 0,90 0.918 Baik
Sumber data : data primer yang diolah (2010)
Pada tabel IV.14 dapat dilihat bahwa chi-square yang bernilai 354.027 adalah signifikan
secara statistik pada level signifikansi 0.00. Probabilitas sebesar 0.00 lebih kecil dari 0.05
hal ini merupakan indikasi yang sangat buruk. Dengan demikian, terdapat perbedaan antara
matrik kovarian sampel dengan matrik kovarian populasi yang diamati. Nilai GFI sebesar
0.817 merupakan indikasi yang baik. Nilai RMSEA sebesar 0.056 merupakan indikasi yang
baik. Sementara dari indeks incremental fit measures didapat nilai AGFI sebesar 0.768
merupakan indikasi yang baik. Nilai ECVI sebesar 4.033 merupakan indikasi yang baik.
Nilai NFI sebesar 0.764 merupakan indikasi yang marginal. Kemudian, nilai CFI sebesar
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 83
0.918 merupakan indikasi yang baik. Nilai AIC adalah 492.027 merupakan indikasi yang
baik. Sedangkan nilai CAIC menunjukkan 755.068. Dari keseluruhan pengukuran goodness
of fit tersebut di atas diindikasikan bahwa model dalam penelitian ini belum dapat diterima.
Selain itu, nilai probabilitas juga belum memenuhi syarat.
Oleh karena itu, peneliti mempertimbangkan untuk melakukan modifikasi model untuk
membentuk model alternatif yang diharapkan memiliki goodness of fit yang lebih baik. Hal
ini dilakukan dengan memperhatikan modification indices yang diperoleh dari hasil output
analisis menggunakan AMOS 18.00
3. Modifikasi Model
Mengingat hasil dari goodness of fit model belum diterima, maka peneliti
mempertimbangkan untuk melakukan modifikasi model guna mendapatkan model yang fit.
Hal tersebut dilakukan dengan memperhatikan nilai modification indices yang dapat
mengetahui ada tidaknya kemungkinan modifikasi terhadap model yang dapat diusulkan.
Modification indices dapat diketahui dari output AMOS 18.00 dimana akan ditunjukkan
hubungan-hubungan yang perlu diestimasi agar terjadi penurunan nilai chi-square guna
mendapatkan model penelitian yang lebih baik.
Untuk mendapatkan kriteria model yang dapat diterima, peneliti mencoba mengestimasi
hubungan korelasi antar error term yang tidak memerlukan justifikasi teoritis dan yang
memiliki nilai modification indices lebih besar atau sama dengan 4,0. Dalam hal ini peneliti
mengestimasi hubungan korelasi antar error term. Adapun hasil goodness of fit model yang
telah dimodifikasi dapat dilihat pada tabel IV.13.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 84
Pada tabel IV.15, terlihat setelah dimodifikasi maka terlihat adanya penurunan chi-square
menjadi 287.657 adalah signifikan secara statistik pada level signifikansi 0.00. Evaluasi
untuk nilai chi-square sebesar 287.657 adalah baik karena nilainya sudah mengalami
penurunan cukup banyak. Selain itu, nilai probabilitas sebesar 0.085 lebih besar dari 0.05.
Nilai probabilitas 0.085 menunjukkan indikasi yang baik. Nilai GFI sebesar 0.850
merupakan indikasi yang baik. Nilai RMSEA sebesar 0.033 merupakan indikasi yang baik.
Sementara dari indeks incremental fit measures didapat nilai AGFI sebesar 0.809 merupakan
indikasi yang baik. Nilai ECVI sebesar 3.669 merupakan indikasi yang baik. Nilai NFI
sebesar 0.797 merupakan indikasi yang marginal. Kemudian, nilai CFI sebesar 0.972
merupakan indikasi yang baik. Nilai AIC adalah 425.657 merupakan indikasi yang baik.
Sedangkan nilai CAIC menunjukkan 685.247 merupakan indikasi yang baik.
Dari keseluruhan pengukuran tersebut diatas, diindikasikan bahwa model akhirnya dapat
diterima dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 85
Tabel IV.14
Revisi Kriteria Goodness of Fit Goodness of Fit
indeks Nilai yang
Diharapkan Hasil Evaluasi
X - Chi Square
Diharapkan rendah 287.657
Baik
Probabilitas > 0,05 0.085 Baik GFI 0<GFI<1 0.850 Baik AGFI 0<AGFI<1 0.809 Baik RMSEA ≤ 0,08 0.033 Baik ECVI < ECVI model
satured dan independence
model
3.669 Baik
AIC < AIC & CAIC model satured dan
independence model
425.657 Baik
CAIC < AIC & CAIC model satured dan
independence model
685.247 Baik
NFI ≥ 0,90 0.797 Marginal CFI ≥ 0,90 0.972 Baik
Sumber : Data Primer Diolah, 2010
4. Analisis Koefisien Jalur dan Uji Hipotesis
Setelah uji goodness of fit model, maka tahap selanjutnya adalah menguji uji hipotesis.
Tabel IV.16 berikut menunjukkan hipotesis dari model yang sudah dimodifikasi.
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 86
Tabel IV. 15
Hasil Uji Hipotesis Setelah Modifikasi
Hipotesis Hubungan Estimate S.E. C.R. P H1 KA <--- KP + 0.671 0.148 4.549 *** H3 IKM <--- KA + 0.337 0.118 2.845 0.004 H4 DSB <--- KA + 0.430 0.146 2.973 0.003 H5 IKM <--- DSB + -0.042 0.077 -0.543 0.587
Sumber : data primer yang diolah (2010) Dari tabel IV.16 dapat dilihat bahwa pengaruh variable keadilan procedural pada
komitmen afektif, pengaruh komitmen afektif pada kepuasan atas layanan, serta pengaruh
komitmen afektif pada Discretionary Service Behavior adalah signifikan pada probabilitas
P < 0,05 karena mempunyai nilai C. r lebih besar dari t tabel yaitu 1,96.
Kemudian, pengaruh kesesuaian Discretionary Service Behavior pada kepuasan atas
layanan adalah tidak signifikan karena mempunyai nilai C. r yang lebih kecil dari t tabel
1,96 dan P > 0,05.
Adapun pembahasan untuk setiap hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Hipotesis 1
H1 : Keadilan prosedural berpengaruh pada komitmen organisasional
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel IV.16 dimana nilai C.r memiliki nilai lebih
besar dari 1.96 yakni sebesar 4.549 dengan pengaruh langsungnya sebesar 0.671 maka dapat
disimpulkan bahwa H1 didukung. Dengan kata lain, Keadilan Prosedural mempengaruhi
Komitmen Afektif. Artinya keadilan yang dirasakan karyawan terkait prosedur yang
ditetapkan dan dilaksanakan organisasi dapat meningkatkan komitmen individu pada
organisasi. Hasil ini sejalan dengan penelitian Simons dan Roberson (2003) yang
menunjukkan keadilan procedural berpengaruh pada komitmen afektif. Selain itu, Lin dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 87
Tyler (dalam Simons dan Roberson, 2003) mengungkapkan bahwa keadilan prosedural
mempengaruhi komitmen individu dalam sebuah kelompok, dimana prosedur yang dirasa
adil bagi individu dapat memperkuat komitmen individu dalam sebuah kelompok.
2. Hipotesis 2
H2 : Komitmen afektif berpengaruh langsung pada kepuasan atas layanan
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel IV.16 dimana nilai C. r yang menyatakan
hubungan antara komitmen afektif pada kepuasan atas layanan lebih dari 1.96 yakni sebesar
2.845 signifikan pada p< 0.05 karena signifikansinya sebesar 0.004, maka dapat disimpulkan
bahwa H2 didukung. Dengan kata lain, variabel komitmen afektif berpengaruh langsung
pada kepuasan atas layanan. Hal ini berarti komitmen afektif yang dimiliki karyawan dapat
mendorong timbulnya kepuasan atas layanan yang diterima masyarakat sebagai pengguna
layanan. Hasil ini sejalan dengan penelitian Simons dan Roberson (2003) yang menunjukkan
komitmen afektif berpengaruh pada kepuasan atas layanan.
3. Hipotesis 3
H3 : Komitmen afektif berpengaruh pada Discretionary Service Behavior
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel IV.16 dimana nilai C.r memiliki nilai lebih dari
1.96 yakni sebesar 2.973 signifikan pada p< 0.05, karena signifikansinya 0.003, maka dapat
disimpulkan bahwa H3 didukung. Dengan kata lain, variable komitmen afektif berpengaruh
pada Discretionary Service Behavior. Hal ini berarti bahwa komitmen afektif yang dimiliki
karyawan akan mendorong karyawan tersebut untuk menunjukkan perilaku prososial
Discretionary Service Behavior. Hasil ini sejalan dengan penelitian Simons dan Roberson
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 88
(2003) bahwa komitmen organisasional berpengaruh pada Discretionary Service Behavior.
Di samping itu, penelitian yang dilakukan oleh Hosmer (dalam Simons dan Roberson 2003)
juga membuktikan adanya pengaruh komitmen afektif pada terwujudnya perilaku
Discretionary Service Behavior oleh karyawan. Senada dengan hasil penelitian ini, Shore dan
Wayne (dalam Simons dan Roberson,2003) membuktikan bahwa komitmen afektif dapat
mempengaruhi perilaku Organizational Citizenship Behavior.
4. Hipotesis 4
H4 : Discretionary Service Behavior berpengaruh pada kepuasan atas layanan.
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel IV.16 dimana nilai C.r memiliki nilai kurang
dari 1.96 yakni sebesar -0.543 tidak signifikan pada p< 0.05 karena signifikansinya melebihi
0.05 yakni 0.587 maka dapat disimpulkan bahwa H4 tidak didukung. Dengan kata lain,
variabel Discretionary Service Behavior tidak dapat meningkatkan kepuasan atas layanan.
Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Simons dan Roberson (2003) yang menunjukkan
Discretionary Service Behavior berpengaruh pada kepuasan atas layanan. Tidak
terdukungnya hipotesis 4 pada penelitian ini dimungkinkan karena belum semua karyawan
pada Pemerintah Daerah Karanganyar memiliki kesadaran untuk mengembangkan perilaku
Discretionary Service Behavior. Berdasarkan analisis deskriptif juga diketahui bahwa masih
ada karyawan yang belum menunjukkan perilaku Descretionary Service Behavior. Hal ini
terlihat dari masih ada kenyataan dalam jumlah yang cukup banyak, karyawan yang
menjawab tidak bersedia memberikan pelayanan melebihi ketentuan yang ditetapkan dalam
pelaksanaan pekerjaan, untuk memenuhi permintaan masyarakat. Selain itu juga masih
banyak karyawan yang menjawab tidak akan memperpanjang waktu pelayanan dan meminta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 89
mereka untuk kembali esok hari jika waktu kerja sudah habis dan masih banyak masyarakat
yang mengantri untuk mendapatkan layanan. Hal ini menunjukkan bahwa belum semua
karyawan pada Pemerintah Daerah Karanganyar memiliki kesadaran untuk mengembangkan
perilaku Discretionary Service Behavior, sehingga dampaknya pada peningkatan kualitas
layanan menjadi tidak telalu nampak. Hal ini perlu diperhatikan oleh pimpinan pada
Pemerintah Daerah Karanganyar untuk berupaya meningkatkan perilaku prososial
Discretionary Service Behavior.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 90
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Pada Bab V ini akan dikemukakan hal-hal yang terkait dengan hasil penelitian. Simpulan
didasarkan pada hasil analisis yang telah dilakukan dan akan menjawab permasalahan yang
dirumuskan sebelumnya sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditentukan. Selain itu
akan dikemukakan pula saran untuk perusahaan dan penelitian yang akan datang.
A. Simpulan
Penelitian mengenai pengaruh keadilan prosedural pada komitmen afektif, Discretionary
Service Behavior, dan kepuasan atas layanan dilakukan di Pemerintah Daerah Kabupaten
Karanganyar. Data dari penelitian ini didapat melalui kuesioner yang disebarkan dengan
mengambil sampel sejumlah 130 karyawan dan 130 masyarakat. Dari data tersebut diketahui
informasi bahwa rata-rata usia responden pada karyawan berkisar antara 35-40 th dan rata-
rata usia masyarakat berkisar antara 30-36 th. Responden pada karyawan maupun
masyarakat lebih didominasi oleh laki-laki, selain itu rata-rata karyawan memiliki tingkat
pendidikan S1 sedangkan rata-rata masyarakat memiliki tingkat pendidikan SMA. Dari hasil
penelitian mengenai pengaruh keadilan prosedural pada komitmen afektif, Discretionary
Service Behavior, dan kepuasan atas layanan yang dilakukan di Pemerintah Daerah
Kabupaten Karanganyar Selain itu, berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode
Structural Equations Models (SEM), maka dapat diambil simpulan sebagai berikut:
1. Karyawan Pemda Kabupaten Karanganyar merasa diperlakukan adil terkait dengan
prosedur dan kebijakan yang diterapkan dalam organisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 91
2. Karyawan Pemda Kabupaten Karanganyar memiliki Komitmen Afektif yang kuat pada
organisasinya.
3. Belum semua karyawan Pemda Kabupaten Karanganyar menunjukkan perilaku
Discretionary Service Behavior dalam melaksanakan pekerjaannya.
4. Masyarakat sebagai pengguna layanan publik merasa cukup puas dengan kualitas layanan
publik yang diberikan oleh Pemda Kabupaten Karanganyar.
5. Keadilan Prosedural terbukti berpengaruh pada Komitmen Afektif. Keadilan yang
dirasakan karyawan terkait prosedur yang ditetapkan dan dilaksanakan organisasi dapat
meningkatkan komitmen individu pada organisasi.
6. Komitmen Afektif terbukti berpengaruh langsung pada Kepuasan atas Layanan. Hal ini
berarti bahwa Komitmen Afektif yang dimiliki karyawan dapat meningkatkan Kepuasan
atas layanan.
7. Komitmen Afektif terbukti berpengaruh pada Discretionary Service Behavior. Komitmen
Afektif yang tinggi pada karyawan dapat mendorong perilaku terwujudnya perilaku
prososial Discretionary Service Behavior.
8. Discretionary Service Behavior tidak terbukti berpengaruh pada Kepuasan atas Layanan.
Hal ini tidak dapat dijadikan acuan untuk menarik kesimpulan bahwa Discretionary
Service Behavior tidak dapat meningkatkan Kepuasan atas layanan. Hal ini
dimungkinkan karena belum semua karyawan pada Pemerintah Daerah Karanganyar
mengembangkan perilaku Discretionary Service Behavior, sehingga dampaknya pada
peningkatan kualitas layanan menjadi tidak nampak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 92
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tidak lepas dari keterbatasan dan kekurangan. Keterbatasan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilakukan di Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar, dan hanya
mengambil karyawan pada Pemerintah Daerah tersebut sebagai responden, sehingga
generalisasi penelitian ini hanya terbatas untuk karyawan Pemerintah Daerah Kabupaten
Karanganyar.
2. Informasi data yang didapat masih sangat terbatas karena hanya mengacu pada kuesioner
saja. Jika dimungkinkan untuk melakukan wawancara maka informasi yang digali
menjadi lebih dalam.
3. Kurangnya referensi untuk menggali lebih dalam tentang variable Discretionary Service
Behavior karena variable tersebut relatif belum banyak dikaji.
4. Peneliti tidak melakukan pre-test karena keterbatasan yang dihadapi dalam objek
penelitian. Hal ini menyebabkan adanya beberapa indikator yang tidak valid sehingga
harus dikeluarkan dari analisis karena mempunyai factor loading yang rendah.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti memberikan beberapa
saran sebagai berikut:
a. Saran Akademis
1. Karena generalisasi yang bersifat terbatas dalam penelitian ini, disarankan bagi penelitian
selanjutnya untuk dapat memperluas cakupan objek penelitian pada organisasi sektor
publik yang lain. Selain itu, penelitian juga dapat dilakukan dengan tidak hanya meneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 93
sektor publik tetapi juga dapat meneliti private sector, sehingga dapat dilakukan
pembandingan hasil penelitian pada sektor public dengan private sector.
2. Apabila memungkinkan, pada penelitian selanjutnya disarankan melakukan wawancara
dengan responden agar informasi data yang digali lebih dalam.
3. Disarankan untuk penelitian yang akan datang untuk memperbanyak sumber referensi
tentang variable Discretionary Service Behavior agar dapat menggali lebih dalam tentang
konsep dasar variable tersebut.
4. Jika dimungkinkan, penelitian yang akan datang hendaknya melakukan pre-test untuk
memperkecil kemungkinan timbulnya reliabilitas yang buruk pada variabel yang
digunakan dan memperkecil kemungkinan munculnya indikator-indikator yang tidak
valid.
b. Saran Praktis
1. Pimpinan Pemerintah Daerah Karanganyar perlu memantau terwujudnya Keadilan
prosedural dalam organisasi, karena Keadilan prosedural terbukti berpengaruh pada
perilaku kerja karyawan. Hal ini dapat dilakukan di antaranya dengan cara menyusun
prosedur dan kebijakan dalam organisasi yang transparan dengan memperhatikan
masukan yang diberikan karyawan sehingga seluruh karyawan merasakan keadilan terkait
prosedur ataupun kebijakan yang disusun.
2. Pimpinan Pemerintah Daerah Karanganyar perlu berupaya mendorong terwujudnya
perilaku Discretionary Service Behavior agar karyawan bersedia melakukan pelayanan
yang optimal pada masyarakat. Hal ini dapat dilakukan di antaranya dengan memberikan
rewards pada karyawan yang menunjukkan perilaku yang melebihi tuntutan formal pada
pekerjaan mereka agar timbul suatu dorongan pada setiap karyawan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 94
mengembangkan perilaku Discretionary Service Behavior. Rewards dapat diberikan
dalam bentuk financial maupun non financial.
3. Pimpinan Pemerintah Daerah Karanganyar perlu berupaya mempertahankan komitmen
afektif yang kuat pada setiap karyawan agar tidak terjadi penurunan komitmen pada
karyawannya. Hal ini dapat dilakukan dengan memastikan terciptanya keadilan yang
dirasakan karyawan dalam organisasi. Karyawan yang merasa diperlakukan adil oleh
organisasi akan memperkuat komitmennya dalam organisasi.
Recommended