View
8
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PENGARUH KONSELING GIZI DAN PEMBERIAN TABLET BESI FOLAT TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP DAN
KADAR HEMOGLOBIN SISWI MTSN KECAMATAN WAWONII TENGAH
KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN
SKRIPSI
Penyusun : HILDAWATI DJUFRI NIM P00313017058
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI PROGRAM STUDI DIPLOMA IV GIZI
2018
PENGARUH KONSELING GIZI DAN PEMBERIAN TABLET BESI FOLAT TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP DAN
KADAR HEMOGLOBIN SISWI MTSN KECAMATAN WAWONII TENGAH
KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi
Penyusun :
Hildawati Djufri NIM P00313017058
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI PROGRAM STUDI DIPLOMA IV GIZI
2018
PENGARUH KONSELING GIZI DAN PEMBERIAN TABLET BESI FOLAT TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP DAN KADAR
HEMOGLOBIN SISWI MTSN KECAMATAN WAWONII TENGAH KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN
Hildawati Djufri dengan bimbingan Trees Paukiran dan Hariani
RINGKASAN
Latar belakang : Anemia adalah sua tu keadaan d imana kada r hemog lob in (Hb ) dalam darah kurang dari normal (penyakit kurang darah) Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konseling gizi dan pemberian tablet besi folat terhadap tingkat pengetahuan, sikap, dan kadar hemoglobin siswi MTsN Kecamatan Wawonii Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan Metode : Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperimen artinya desain penelitian experiment dengan jumlah sampel penelitian terbagi atas dua kelompok yaitu kelompok kasus dan kelompok kontrol masing-masing sebanyak 31 responden. Variabel bebas meliputi pengetahuan, sikap, dan kadar hemoglobin dan pengaruh konseling gizi dan pemberian tablet besi folat sebagai variabel terikat. Data tentang karakteristik responden (siswi) terdiri dari umur dan kelas. Data tentang variabel pengetahuan dan sikap yang diperoleh menggunakan kuesioner yang diukur dengan skala likert. Observasi kadar hemoglobin siswi dengan menggunakan metode Sahli kepada sampel yang telah dipilih. Hasil : Status anemia siswi sebelum dan setelah intervensi yaitu tidak anemia 30 (96,8%) kelompok kasus dan kelompok kontrol 27 (87,1%). Sebagian besar pengetahuan siswi sebelum dan setelah intervensi cukup 30 (96,8%) kelompok kasus dan kelompok kontrol 25 (80,6%). Sebagian besar sikap siswi sebelum dan setelah intervensi yaitu cukup 30 (96,8%) kelompok kasus dan kelompok kontrol 23 (25,8%). Kesimpulan : Sebelum dilakukan intervensi berupa konseling menggunakan leaflet, kelompok kasus dan kelompok kontrol semuanya tidak anemia, tingkat pengetahuan dan sikap yang cukup. Setelah dilakukan intervensi kelompok kasus tidak anemia 30 (96,8%), pengetahuan cukup 30 (96,8%) dan sikap cukup 30 (96,8%), sama dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan konseling namun sebagian besar tidak anemia yaitu 27 (87,1%), pengetahuan cukup 25 (80,6%), sikap cukup 23 (74,2%). Kata kunci : Konseling gizi, pemberian tablet besi folat, pengetahuan,
sikap, kadar hemoglobin
INFLUENCE OF KONSELING GIZI AND GIFT OF TABLET IRON FOLAT TO KNOWLEDGE, ATTITUDE AND RATE HAEMOGLOBIN
SCHOOLGIRL OF MTSN SUBDISTRICT WAWONII MIDDLE REGENCY OF KONAWE ARCHIPELAGO
Hildawati Djufri supervised by Trees Paukiran and Hariani
ABSTRAC Background : Anaemia is circumstance of where haemoglobin rate (Hb) in normal blood less than (disease less bloody) Target : This Research aim to to know the influence of konseling gizi and gift of tablet of iron folat to knowledge storey;level, attitude, and rate of haemoglobin of schoolgirl of Middle MTSN Subdistrict Wawonii [of] Regency of Konawe Archipelago Method : This Research represent the research of its Quasi meaning Experiment is desain of research experiment with the divisible amount sampel research for two group that is group of case and group control each as much 31 responder. Free variable cover the knowledge, attitude, and rate of haemoglobin and influence of konseling gizi and gift of tablet of iron folat as variable trussed. Data about responder characteristic (siswi) consisted of by the age and class. Data about variable of knowledge and attitude obtained use the kuesioner measured with the scale likert. observation of Rate of schoolgirl haemoglobin by using method Sahli to sampel which have been selected. Result of : Status of schoolgirl Anaemia before and after intervention that is anaemia do not 30 (96,8%) group of case and group control 27 (87,1%). Mostly schoolgirl knowledge before and after intervention enough 30 (96,8%) group of case and group control 25 (80,6%). Mostly schoolgirl attitude of before and after intervention that is enough 30 (96,8%) group of case and group control 23 (25,8%). Conclusion : Before conducted by intervention in the form of konseling use the leaflet, group of case and group control altogether do not anaemia, mount the knowledge and attitude which enough. After conducted by intervention of group of anaemia case do not 30 (96,8%), knowledge enough 30 (96,8%) and attitude enough 30 (96,8%), equal to control group which is not given by konseling but most anaemia do not that is 27 (87,1%), knowledge enough 25 ( 80,6%), attitude enough 23 (74,2%) Keyword : Konseling Gizi, gift of tablet of iron folat, knowledge, attitude,
haemoglobin rate
KATA PENGANTAR
Dengan penuh kerendahan hati serta sadar akan keterbatasan
kemampuan, perkenankanlah penulis mengawali rasa terima kasih
dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena atas izin-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
tepat pada waktunya dan semoga segala aktivitas keseharian kita bernilai
ibadah di sisi-Nya. Amin. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih
dan penghargaan kepada ibu Trees Paukiran, STP, M.Kes selaku
pembimbing I dan ibu Hariani, SST, MPH selaku pembimbing II yang telah
dengan sabar meluangkan waktu, tenaga dan pikiran memberikan
bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran yang sangat berharga
kepada penulis salama menyusun skripsi.
Demikian pula rasa hormat dan terima kasih penulis ucapkan
kepada :
1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kendari.
2. Ibu Sri Yunanci V.G, SST., MPH selaku Ketua Jurusan Gizi
3. Bapak Dr. Sultan Akbar Toruntju, SKM, M.Kes selaku Ketua Program
Studi Diploma D-IV Gizi.
4. Bapak dan ibu Dosen Gizi yang telah memberi bekal ilmu
pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Kepala Sekolah MTsN Kecamatan Wawonii Tengah beserta staf yang
telah mengizinkan dan membantu penulis untuk melakukan penelitian
dalam rangka penyelesaian penulisan skripsi ini.
6. Keluarga tercinta yaitu suamiku Brigadir Igna Arya Angga yang telah
memberikan motivasi, serta doa restu selama mengikuti pendidikan
pada Poltekkes kemenkes Kendari.
7. Rekan-rekan sejawat mahasiswa(i) Program Studi D IV Gizi Poltekkes
Kemenkes Kendari yang senantiasa memberikan banyak bantuan
yang tak ternilai harganya.
8. Ayahanda dan Ibunda yang sangat banyak memberikan bantuan
moral, material, arahan, dan selalu mendoakan keberhasilan dan
keselamatan selama menempuh pendidikan.
Akhirnya semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa
melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua, penulis menyadari masih
terdapat kekurangan-kekurangan, sehingga penulis mengharapkan
adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan
skripsi ini. Amin
Kendari, Agustus 2018
Penulis
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................
............................................................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...................... vi
RINGKASAN ..........................................................................................
............................................................................................................... vii
ABSTRAC ..............................................................................................
............................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .............................................................................
............................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ..........................................................................................
............................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ....................................................................................
............................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
............................................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
............................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................ 5
D. Manfaat Penelitian .......................................................... 6
E. Keaslian Penelitian .......................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Teori .................................................................... 9
1. Tinjauan Tentang Pengetahuan ................................. 9
2. Tinjauan Tentang Sikap ............................................ 11
3. Tinjauan Tentang Kadar Hemoglobin ........................ 13
4. Tinjauan Tentang Konseling Gizi ................................ 15
5. Tinjauan Tablet Besi Folat .......................................... 20
6. Tinjauan Tentang Remaja Putri .................................. 23
B. Kerangka Teori ............................................................... 25
C. Kerangka Konsep ............................................................ 26
D. Hipotesis Penelitian ......................................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................... 28
B. Populasi dan Sampel ....................................................... 28
C. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................... 30
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ....................... 30
E. Pemberian Intervensi ....................................................... 31
F. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data .............................. 31
G. Analisis Data ................................................................... 33
H. Prosedur Penelitian ......................................................... 31
I. Etika Penelitian ................................................................ 35
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................... 36
B. Pembahasan ................................................................... 41
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..................................................................... 54
B. Saran ...... ........................................................................ .55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Keaslian Penelitian………………………………... 7 Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur
di MTSN Kecamatan Wawonii Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan...........................
37 Tabel 3. Distribusi Sampel Menurut Status Anemia
Sebelum Intervensi di MTSN Kecamatan Wawonii Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan...........................................................
37 Tabel 4. Distribusi Sampel Menurut Pengetahuan Siswi
Sebelum Intervensi di MTSN Kecamatan Wawonii Tengah …………………………………. Kabupaten Konawe Kepulauan ………...
38
Tabel 5. Distribusi SampelMenurut Sikap Siswi Sebelum
Intervensi di MTSN Kecamatan Wawonii Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan..............
39 Tabel 6. Distribusi Sampel Menurut Status Anemia Siswi
Setelah Intervensi di MTSN Kecamatan Wawonii Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan………................................................
39 Tabel 7. Distribusi Sampel Menurut Pengetahuan Siswi
Setelah Intervensi di MTSN Kecamatan Wawonii Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan………................................................
40 Tabel 8. Distribusi Sampel Menurut Sikap Siswi Setelah
Intervensi di MTSN Kecamatan Wawonii Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan………...
40 Tabel 9. Hasil Statistik Uji Paired Sample T Test Siswi
MTSN Kecamatan Wawonii Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan ……………………………….
41
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Teori ……………………………….. 26 Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian............................ 27
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Permintaan Menjadi Responden
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian
Lampiran 4. Master Tabel Penelitian
Lampiran 5. Uji Statistik
Lmapiran 6. Dokumentasi
Lampiran 7. Surat Izin Penelitian
Lampiran 8. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia adalah suatu kondisi di mana kadar hemoglobin (Hb)
hematokrik dan jumlah sel darah merah berada di bawah, yang
diakibatkan oleh defisiensi salah satu atau beberapa unsur makanan yang
mempengaruhinya khususnya zat gizi seperti zat besi (Fe), Vit C, dan
Zink. Anak remaja khususnya remaja putri, berisiko untuk mengalami
kejadian anemia, hal ini disebabkan karena pada usia mereka merupakan
masa pertumbuhan serta mengalami menstruasi setiap bulan juga aktifitas
yang cukup tinggi (Ahmady, 2016).
Anemia pada remaja putri sampai saat ini masih cukup tinggi,
menurut World Health Organization (WHO), prevalensi anemia dunia
berkisar 40-88%. Jumlah penduduk usia remaja (10-19 tahun) di
Indonesia sebesar 26,2% yang terdiri dari 50,9% laki-laki dan 49,1%
perempuan (Kemenkes RI, 2013). Anemia defisiensi zat besi di negara
berkembang sekitar 80%, dikalangan perempuan India terjadi pada usia
reproduksi (15 – 45 tahun) dari strata sosial ekonomi rendah. Di
Bangalore 39% dari perempuan yang ditemukan anemia adalah 95%
akibat kekurangan zat besi (Sindhu, 2013).
Menurut data hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di
Indonesia yaitu 21,7% dengan penderita anemia berumur 5-14 tahun
sebesar 26,4% dan 18,4% penderita berumur 15-24 tahun (Kemenkes RI,
2014). Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012
menyatakan bahwa prevalensi anemia pada balita sebesar 40,5%, ibu
hamil sebesar 50,5%, ibu nifas sebesar 45,1%, remaja putri usia 10-18
tahun sebesar 57,1% dan usia 19-45 tahun sebesar 39,5%. Wanita
mempunyai risiko terkena anemia paling tinggi terutama pada remaja putri
sebab pada usia ini terjadi percepatan pertumbuhan fisik, mental dan
emosional (Kemenkes RI, 2013).
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Reproduksi Remaja Tahun
2012 menunjukkan masih rendahnya tingkat pengetahuan remaja (15 – 24
tahun) terkait anemia, sebanyak 78% responden pria dan 67% responden
wanita menyebutkan penyebab anemia dengan kategori lainnya dan tidak
tahu sama sekali (Survei Demografi dan Kesehatan Reproduksi Remaja,
2012).
Masalah anemia pada remaja pada umumnya disebabkan karena
intake zat besi yang rendah dan muncul karena pilihan terhadap makanan
yang tidak tepat sehingga terdapat ketidakseimbangan antara konsumsi
gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan. Faktor lain pihak remaja putri
cenderung untuk membatasi asupan makanan karena ingin memiliki tubuh
yang langsing dengan pengetahuan yang masih rendah terkait anemia
(Abbas. dkk, 2005).
Remaja putri pada umumnya menghabiskan sebagian besar
waktunya untuk aktivitas di sekolah, dengan aktivitas yang beragam
tentunya akan mempengaruhi pola makan yang teratur. Selain karena
keterbatasan intake pangan remaja putri secara normal akan mengalami
kehilangan darah melalui menstruasi setiap bulan dan akan meningkatkan
kebutuhan zat besi selama growth spurt. Sehingga siswa dengan
beragam aktivitas tersebut akan lebih berisiko menderita Anemia akibat
defisiensi zat besi. Kekurangan Zat besi dapat menyebabkan menurunnya
konsentrasi dan menurunnya semangat belajar akibatnya akan
berdampak pada prestasi belajar dan aktivitas fisik. Selain itu defisiensi
besi juga dapat menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh sehingga
akan mudah terkena penyakit (Zulaekah, 2007).
Hasil penelitian Weliyati & Riyanto (2012) di SMA Negeri Metro
Jakarta menunjukkan sebagian besar (96,4%) remaja putri tidak
berkeinginan mengkonsumsi suplemen zat besi selama menstruasi
minimal 1x seminggu, disebabkan kurangnya pengetahuan tentang
pencegahan anemia pada saat remaja putri mengalami menstruasi,
sehingga berpengaruh pada sikap untuk mengkonsumsi besi folat secara
rutin.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Kepulauan
tahun 2017 prevalensi anemia pada remaja 11,27%. Pada hasil
penjaringan kesehatan dengan kejadian anemia yang dilakukan SMA 1
Wawonii Tengah sebanyak 15 orang (18,75%) dari 80 siswi dan MTsN
Wawonii Tengah sebanyak 62 orang (49,6%) dari 125 siswi yang
mengalami anemia (Dinkes Kab. Konkep, 2017).
Dalam rangka menindaklanjuti pencegahan anemia pada remaja
putri, Seksi Pembinaan dan Pelayanan Gizi Masyarakat pada Dinas
Kesehatan Kabupaten Konawe Kepulauan bekerjasama dengan
Puskesmas Wawonii Tengah melaksanakan sosialisasi pencegahan
anemia dengan pemberian besi folat pada remaja putri di MTsN Wawonii
Tengah.
Dari hasil observasi awal yang dilakukan pada remaja putri hasil
penjaringan kesehatan masih terdapat siswi yang belum mengetahui
tanda dan gejala anemia, siswi juga mengatakan bahwa cepat lelah dan
sulit berkosentrasi hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnya
pengetahuan siswi tentang tanda gejala anemia, dan pengetahuan
tentang tablet besi folat, sehingga sulit berkonsentrasi di dalam belajar
dan cepat lelah ketika mereka sedang menstruasi (Dinkes Kab. Konkep,
2017).
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Pengaruh Konseling Gizi dan Pemberian Tablet Besi
Folat Terhadap Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Kadar Hemoglobin Siswi
MTsN Kecamatan Wawonii Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah konseling gizi
dan pemberian tablet besi folat berpengaruh terhadap tingkat
pengetahuan, sikap dan kadar hemoglobin Siswi MTsN Kecamatan
Wawonii Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh konseling gizi dan pemberian tablet
besi folat terhadap tingkat pengetahuan, sikap, dan kadar hemoglobin
siswi MTsN Kecamatan Wawonii Tengah Kabupaten Konawe
Kepulauan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan kadar hemoglobin siswi
sebelum dilakukan konseling gizi dan pemberian tablet besi folat di MTsN
Kecamatan Wawonii Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan.
b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan kadar hemoglobin siswi
sesudah dilakukan konseling gizi dan pemberian tablet besi folat di MTsN
Kecamatan Wawonii Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan.
c. Untuk mengetahui pengaruh konseling gizi dan pemberian tablet besi folat
terhadap tingkat pengetahuan, sikap dan kadar hemoglobin siswi MTsN
Kecamatan Wawonii Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian dapat memberikan beberapa manfaat yaitu:
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Institusi
Sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan
pengetahuan dan penemuan baru di bidang ilmu pengetahuan
khususnya untuk mengetahui faktor-faktor berkaitan dengan intensi
(niat) remaja putri dalam mengkonsumsi tablet besi folat.
b. Bagi Profesi Gizi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam
penerapan program gizi yang bersifat promotif dan edukasi kepada
remaja putri untuk mengkonsumsi tablet besi folat.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Puskesmas
Dapat digunakan sebagai acuan untuk mengetahui intensi
(niat) remaja dalam mengkonsumsi tablet besi folat sehingga
mendukung upaya pencegahan anemia pada remaja melalui
pemberian tablet besi folat di wilayah kerja Puskesmas Wawonii
Tengah.
b. Bagi Institusi yang Diteliti
Dapat memberikan informasi kepada remaja putri tentang
pentingnya mengkonsumsi tablet besi folat untuk mencegah
kejadian anemia sehingga pertumbuhan dan daya konsentrasi
dalam belajar tidak mengalami gangguan.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya
dengan menggunakan analisis faktor yang paling berpengaruh
pada variabel dependen.
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1. Keaslian Penelitian
No Peneliti Judul Subjek Metode Persamaan Perbedaan
1 Ahmady, Hapzah, Dina Mariana (2016)
Penyuluhan Gizi dan Pemberian Tablet Besi Terhadap Pengetahuan dan Kadar Hemoglobin Siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Mamuju
Siswi dari dua SMA Negeri yaitu SMAN 2 Mamuju dan SMAN 3 Mamuju
Quasy Experime
ntal
Quasy Experimental
Tidak memakai variabel
sikap
2. Budi Listyani (2012)
Pengaruh Pemberian Tablet Tambah Darah Terhadap Perubahan Kadar Hemoglobin (Studi Pada Siswi SMUN 1 Kecamatan Brebes dan MAN 1 Brebes)
Siswi SMUN 1 Kecamatan Brebes
Quasy Experime
ntal
Pre dan post Test
sikap remaja
3. Hapzah, Ramlah Yulita (2012)
Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Status Gizi Terhadap Kejadian
Semua siswi kelas III SMAN 1 Tinambung Polman
Deskriptif Observas
ional
Populasi sama kelompok siswi SMAN
Variabel Sikap remaja
Anemia Remaja Putri Pada Siswi Kelas III di SMAN 1 Tinambung Polman
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Teori
1. Tinjauan Tentang Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan melalui panca indera yakni penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif
merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan gizi adalah sesuatu yang diketahui tentang
makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal.
Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan dan
konsumsi sehari-hari dengan baik dan memberikan semua zat gizi
yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Pemilihan dan konsumsi
bahan makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status
gizi baik atau status gizi optimal terjadi apabila tubuh memperoleh
cukup zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Status gizi kurang terjadi apabila
tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi essential.
Sedangkan status gizi lebih terjadi apabila tubuh memperoleh zat gizi
dalam jumlah yang berlebihan, sehingga menimbulkan efek yang
membahayakan.
b. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut
Notoadmodjo (2010) mempunyai enam tingkatan, yaitu:
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Disebut juga dengan istilah recall (mengingat kembali)
terhadap suatu yang spesifik terhadap suatu bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima.
2) Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar, tentang obyek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang
telah paham terhadap obyek atau materi tersebut harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,
dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.
3) Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau konsulidasi riil (sebenarnya).
Aplikasi ini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum,
rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi
yang lain.
4) Analisa
Analisa adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
obyek ke dalam komponen, tetapi masih di dalam struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitan satu sama lain.
Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata karena
dapat menggambarkan, membedakan, dan mengelompokkan.
5) Sintesis
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk
melaksanakan atau menghubungkan bagian suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang
ada.
6) Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian ini berdasarkan suatu keriteria yang ditentukan sendiri
atau menggunakan kriteria yang telah ada sebelumnya.
2. Tinjauan Tentang Sikap
a. Pengertian
Sikap merupakan reaksi suatu stimulus atau objek. Manifestasi
sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan
terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang
bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2010).
b. Faktor yang Mempengaruhi Sikap
Menurut Bertalini (2015) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
yaitu:
1) Pengalaman pribadi Pengalaman pribadi dapat menjadi dasar
pembentukan sikap apabila pengalaman tersebut meninggalkan
kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila
pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan
faktor emosional.
2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting Individu pada
umumnya cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau
searah dengan sikap seseorang yang dianggap penting.
Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk
menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
3) Kebudayaan dapat memberi corak pengalaman individuindividu
masyarakat asuhannya. Sebagai akibatnya, tanpa disadari
kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap
berbagai masalah.
4) Media massa Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau
media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual
disampaikan secara objektif berpengaruh terhadap sikap
konsumennya.
5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama Konsep moral dan
ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat
menentukan sistem kepercayaan. Tidaklah mengherankan apabila
pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.
6) Faktor emosional. Bentuk sikap merupakan pernyataan yang
didasari emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
3. Tinjauan Tentang Kadar Hemoglobin
Hemoglobin adalah pigmen protein yang mengandung zat besi,
terdapat dalam sel darah merah dan berfungsi terutama dalam
pengangkutan oksigen dari paru-paru ke semua sel jaringan tubuh (Irianto,
2007).
Hemoglobin adalah protein yang kaya zat besi yang memiliki
afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu
membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah sehingga oksigen
dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan.
Ada beberapa cara pemeriksaan kadar Hb :
a. Cara tallquist yaitu membandingkan warna merah darah dengan
menggunakan standart warna dari kertas tallquist.
b. Kalorimetris
1) Visual metode sahli (pembentukan hematin asam)
2) Fotoelektris (pembentukan cyanmet oxyhaemoglobin)
c. Berdasarkan berat jenis dengan metode CuSO
d. Cara kimia yaitu : menentukan kadar Fe yang diikat sejumlah gas yang
tertentu pula.
e. Gasometrik yaitu : bahwa pada suhu dan tekanan udara teretentu Hb
dapat mengikat sejumlah gas yang tertentu pula.
Prosedur pemeriksaan dengan metode cyanmethemoglobin :
Hemoglobin darah diubah menjadi cyanmethemoglobin
(hemoglobinsianida) dalam larutan yang berisi kaliumsianida. Absorbsi
larutan diukur pada gelombang 540 nm atau filter hijau.
Larutan Drabkin yang dipakai pada cara ini mengubah hemoglobin,
oksihemoglobin, methemoglobin dan karboksihemoglobin menjadi
cyanmethemoglobin.
Cara pengukuran :
1) Ke dalam tabung kolorimeter dimasukkan 5,0 ml larutan Drabkin.
2) Dengan pipet hemoglobin diambil 20 μl darah kapiler, sebelah luar
ujung pipet dibersihkan, lalu darah itu dimasukkan ke dalam tabung
kolorimeter.
3) Campurlah isi tabung dengan membalikkannya beberapa kali.
4) Bacalah dalam spektrofotometer pada gelombang 540 nm.
5) Kadar hemoglobin ditentukan dari perbandingan absorbasinya dengan
absorbansi standard sianmethemoglobin atau dibaca dari kurve tera.
Cara ini sangat bagus untuk laboratorium rutin dan sangat
dianjurkan untuk penerapan kadar hemoglobin dengan teliti karena
standard cyanmethemoglobinyang ditanggung kadarnya bersifat stabil dan
dapat dibeli. Ketelitian cara ini dapat mencapai ± 2 %. Larutan Drabkin:
natriumbikarbonat 1 g, kaliumsianida 50 mg, kaliumferrisianida 200 mg,
aqua dest 1000 ml. Kadang-kadang ditambahkan sedikit detergent kepada
larutan Drabkin ini supaya perubahan menjadi sianmethemoglobin
berlangsung lebih sempurna dalam waktu singkat. Simpan reagens ini
dalam botol coklat dan perbaruilah tiap bulan.
Laporan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin dengan memakai
cara cyanmethemoglobin dan spektrofotometer hanya boleh menyebut
satu angka (digit) di belakang tanda desimal; melaporkan dua digit
sesudah angka desimal melampaui ketelitian dan ketepatan yang dapat
dicapai dengan metode ini (Supariasa, 2012).
4. Tinjauan Tentang Konseling Gizi
a. Pengertian
Konseling (counseling) terkadang disebut sebagai penyuluhan,
yang berarti suatu bentuk bantuan. Konseling merupakan suatu proses
pelayanan yang melibatkan kemampuan professional pada pemberi
pelayanan dan sekurangnya melibatkan pula orang kedua, penerima
layanan, yaitu orang yang sebelumnya merasa ataupun nyata-nyata
tidak dapat berbuat banyak dan setelah mendapat layanan menjadi
dapat melakukan sesuatu (Supariasa, 2012).
Konseling gizi adalah suatu proses komunikasi interpersonal /
dua arah antara konselor dan klien untuk membantu klien mengenali,
mengatasi dan membuat keputusan yang benar dalam mengatasi
masalah gizi yang dihadapi (Supariasa, 2012).
Mengacu pada beberapa defenisi, dapat disimpulkan konseling
merupakan hubungan antara seorang pemberi konseling (konselor)
dan individu yang sedang mengalami masalah atau yang diberi
konseling (klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang
dihadapi klien, dengan karakteristik sebagai berikut (Nadimin, 2011) :
1) Hubungan antara konselor dan kondisi adalah hubungan tatap
muka (face to face)
2) Konseling diselenggarakan untuk membantu menyelesaikan suatu
masalah
3) Tujuan konseling adalah klien mengenali diri sendiri, menerima dan
secara realitis dan mengembangkan tujuan.
4) Konseling memberi bantuan kepada individu untuk
mengembangkan pengetahuan, kesehatan mental, serta
perubahan sikap dan perilaku.
b. Tujuan Konseling Gizi
Tujuan konseling gizi adalah menyelenggarakan pendidikan gizi
melalui pendekatan konseling adalah terjadinya pemecahan masalah
yang dihadapi oleh seseorang yang akan diatasi sendiri sesuai dengan
keputusan yang telah diambilnya setelah melalui konseling yang
diberikan oleh tenaga gizi.
c. Langkah-Langkah Konseling Gizi
Supariasa (2012) menyatakan bahwa konseling gizi merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dalam proses asuhan gizi terstandar
(PAGT) atau nutrition care process (NCP) yang meliputi pengkajian gizi
(nutrition assessment), diagnosis gizi (nutrition diagnosis), intervensi
gizi (nutrition intervention), monitoring dan evaluasi gizi
(nutritionmonitoring and evaluation).
1) Langkah I : Membangun dasar–dasar Konseling meliputi : Salam,
Perkenalan diri, mengenal klien, membangun hubungan,
memahami tujuan kedatangan, serta mejelaskan tujuan dan proses
konseling.
2) Langkah II : Menggali permasalahan meliputi : Menggumpulkan
data dan fakta dari semua aspek dengan melakukan assessment
atau pengkajian gizi menggunakan data antropometri, biokimia,
klinis dan fisik, riwayat makan, serta personal.
3) Langkah III : Menegakkan diagnosa gizi meliputi : Melakukan
identifikasi komponen masalah , penyebab dan tanda/gejala yang
disimpulkan dari uraian hasil pengkajian gizi dengan prolem(P),
etiologi (E), sign and symptom (S).
4) Langkah IV : Intervensi gizi
a) Memilih rencana : Bekerjasama dengan klien untuk memilih
alternatif upaya perubahan prilaku diet yang dapat
diimplentasikan.
b) Memperoleh komitmen: Komitmen untuk meaksanakan
perlakukan diet khusus serta membuat rencana yang realistis
dan dapat diterapkan & menjelaskan tujuan, prinsip diet dan
ukuran porsi makan.
5) Langkah V : Monitoring dan evaluasi : Ulangi kembali dan tanya
apakah konseling dapat dimengerti oleh klien. Pada kunjungan
berikutnya lihat proses dan dampaknya.
6) Langkah VI : Mengakhiri konseling (terminasi) : akhiri konseling
(satu kali pertemuan) dan akhiri proses konseling (beberapa kali
pertemuan).
d. Media Konseling Gizi
Media konseling bertujuan untuk mengubah perilaku
masyarakat kearah konsumsi pangan yang sehat dan bergizi. Hal ini
dicapai dengan penyusunan model-model penyuluhan yang efektif dan
efisiensi melalui berbagai nedia untuk membantu proses
berlangsungnya konseling gizi yang dapat dimengerti dan mudah
dipahami antara lain (Saydam, 2011) :
1) Poster
Poster adalah media lembaran tercetak/sablon yang
memuat dua aspek pokok yaitu verbal (teks/naskah) dan aspek
visual (ilustrasi/typografi).
Adapun kelebihan dari media ini adalah :
a) Bahasa singkat, sederhana, tidak berbelit-belit sehingga mudah
di pahami
b) Menggunakan komposisi huruf yang cukup besar sehingga
dapat dilihat dari jarak yang diperkirakan.
c) Ilustrasi dapat bervariasi baik berupa foto, gambar, warna, titik,
garis, warna dan sebagainya, sehingga dapat menarik.
d) Pesan sederhana namun sangat kuat menunjukkan produk.
e) Meningkatkan pemilihan lokasi pada wilayah yang diinginkan.
Adapun kelemahan dari media ini adalah :
1. Luas jangkauan hanya bersifat lokal
2. Tidak dapat memilah-milah khalayak secara rinci
3. Khalayak hanya melihat sepintas lalu.
2) Leaflet
Leaflet bentuk lembaran, tanpa lipatan, jumlah satu
lembar/lebih, distaples/berdiri sendiri atau dimasukkan dalam map
yang di rancang khusus.
5. Tinjauan Tentang Tablet Besi Folat
a. Pengertian
Tablet besi folat adalah suplemen yang mengandung zat besi.
Zat besi adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel darah
merah (Hemoglobin) (Soebroto, 2009).
b. Fungsi Zat Besi
Menurut Weliyati (2012) :
1) Sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan
2) Sebagai alat angkut eletron pada metabolisme energi
3) Sebagai enzim pembentuk kekebalan tubuh dan sebagai pelarut
obat-obatan.
4) Sumber makanan yang mengandung zat besi
5) Zat besi yang berasal dari hewani yaitu; daging, ayam, ikan, telur.
6) Zat besi yang berasal dari nabati yaitu;kacang-kacangan, sayuran
hijau, dan pisang ambon.
c. Komposisi Zat Besi Folat
Setiap tablet besi folat bagi wanita usia subur, ibu hamil dan
remaja putri sekurangnya mengandung :
1) Zat besi setara dengan 60 mg besi elemental (dalam bentuk
sediaan ferro sulfat, ferro fumarat atau ferro gluconaf
2) Asam folat 0,400 mg
Keanekaragaman konsumsi makanan berperan penting dalam
membantu meningkatkan penyerapan Fe didalam tubuh. Kehadiran
protein hewani, vitamin C, Vitamin A, Asam folat, zat gizi mikro lain
dapat meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh. Manfaat lain
dari mengkonsumsi makanan sumber zat besi adalah terpenuhinya
kecukupan vitamin A, karena makanan sumber zat besi biasanya juga
merupakan sumber vitamin A.
d. Maksud dan Tujuan Pemberian Besi Folat pada Remaja Putri
Meningkatkan status gizi remaja putri sehingga dapat memutus
mata rantai stunting, mencegah anemia dan meningkatkan cadangan
zat besi dalam tubuh sebagai bekal dalam mempersiapkan generasi
yang sehat berkualitas dan produktif.
e. Pelaksanaan
1) Cara pemberian tablet besi folat dengan dosis 1 (satu) tablet per
hari
2) Pemberian tablet besi folat dilakukan untuk remaja putri usia 12-18
tahun
3) Pemberian tablet besi folat pada remaja putri melalui UKS/UKM di
institusi pendidikan (SMP dan SMA atau yang sederajat) dengan
menentukan hari minum setiap minggunya.
f. Pengukuran
Metode pengukuran konsumsi zat besi dalam makanan pada
Arisman (2007) terbagi menjadi beberapa metode berdasarkan
sasaran pengamatan atau pengguna di tingkat individu atau
perorangan antara lain :
1) Metode Recall 24 Jam
Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan
mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada
periode 24 jam yang lalu.
2) Metode Estimated Food Records
Metode ini disebut juga food records atau diary records,
yang digunakan untuk mencatat jumlah yang dikonsumsi.
3) Metode Penimbangan Makanan (Food Weighing)
Pada metode penimbangan makanan responden atau
petugas menimbang dan mencatat seluruh makanan yang
dikonsumsi responden selama satu hari.
4) Metode Dietary History
Metode ini bersifat kualitatif karena memberikan gambaran
pola konsumsi berdasarkan pengamatan dalam waktu yang cukup
lama (bisa 1 minggu, 1 bulan, 1 tahun).
5) Metode Frekuensi Makanan (Food Frequency)
Metode frekuensi makanan adalah metode untuk
memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan
makanan atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari,
minggu, bulan atau tahun.
Dengan menggunakan metode frekuensi makanan, maka dapat
diperoleh gambaran konsumsi bahan makanan secara kualitatif, tetapi
karena periode pengamatannya lebih lama dan dapat membedakan
individu berdasarkan ranking tingkat konsumsi zat gizi, maka cara ini
paling sering digunakan dalam epidemiologi gizi. Kuesioner frekuensi
makanan memuat tentang daftar bahan makanan atau makanan dan
frekuensi penggunaan makanan tersebut pada peri ode tertentu.
Bahan makanan yang ada dalam daftar kuesioner tersebut adalah
yang di konsumsi dalam frekuensi yang cukup sering oleh responden
(Supariasa, 2012).
6. Tinjauan Tentang Remaja Putri
Remaja putri adalah masa peralihan dari anak menjadi dewasa,
ditandai dengan perubahan fisik dan mental. Perubahan fisik ditandai
dengan berfungsinya alat reproduksi seperti menstruasi (umur 10 -19
tahun) (Sarwono, 2011).
Menurut Masrizal (2007), wanita dan remaja putri sering menderita
anemia karena :
a. Pada umumnya masyarakat Indonesia lebih banyak mengkonsumsi
makanan nabati dibandingkan hewani.
b. Wanita lebih jarang mengkonsumsi makanan hewani dan sering
melakukan diet pengurangan makan karena ingin langsing;
c. Mengalami haid setiap bulan, sehingga membutuhkan zat besi dua kali
lebih banyak dari pada pria, oleh karena itu wanita cenderung
menderita anemia dibandingkan dengan pria.
Kelompok umur remaja termasuk golongan rentan, oleh karena
pada masa remaja terjadi pertumbuhan fisik dan pematangan organ
tubuh yang cepat sehingga untuk memenuhinya diperlukan zat-zat gizi
yang cukup, baik jumlah maupun macamnya. Oleh karena tidak ada
satupun jenis makanan yang mengandung lengkap semua zat gizi, maka
remaja harus makan makanan yang beraneka ragam. Dengan
mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam kekurangan zat gizi pada
jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh zat gizi dari makanan
lainnya.
Pengaruh defisiensi zat besi terutama melalui kondisi gangguan
fungsi hemoglobin yang merupakan alat transfor O2, yang diperlukan
pada banyak reaksi metabolik tubuh. Pada anak sekolah telah ditunjukkan
adanya korelasi erat antara kadar hemoglobin dan kesanggupan anak
untuk belajar. Dikatakan bahwa pada kondisi anemia, daya konsentrasi \
dalam belajar menurun (Santoso dan Ranti, 2009).
Tanda - Tanda Anemia dan Akibatnya Pada Remaja Putri
1) Tanda-tanda anemia adalah (Santoso dan Ranti, 2009) :
a) Lesu, lemah, letih, lelah dan lalai (5L)
b) Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
c) Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan
telapak tangan menjadi pucat.
2) Akibat Anemia pada Remaja Putri
a) Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
b) Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai
optimal.
c) Menurunkan kemampuan fisik olahragawati
d) Mengakibatkan muka pucat
B. Kerangka Teori
Sumber : Ahmady (2016)
Gambar 1. Bagan Kerangka Teori
Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan : - Pendidikan - Media Massa - Pengalaman
Konsumsi Tablet Zat besi (Fe)
Pengetahuan Gizi Sikap
Proses Perubahan
Perilaku
Kadar Hb Meningkat
- Tidak mudah Anemia - Tidak cepat lelah, letih,
lemas - Konsentrasi belajar tidak
terganggu
-
Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Tablet Zat Besi : - Eksternal - Internal - Sosial Ekonomi
C. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori diatas dengan segala keterbatasannya,
maka peneliti merumuskan kerangka konsep penelitian yang akan
menjadi acuan dalam melakukan penelitian seperti di bawah ini. Uraian
tersebut dapat digambarkan seperti gambar di bawah ini :
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian
D. Hipotesis Penelitian
Ho : δ = 0 : (Tidak ada pengaruh konseling gizi dan pemberian
tablet besi folat terhadap tingkat pengetahuan, sikap
dan kadar hemoglobin siswi di MTsN Kecamatan
Wawonii Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan).
Ha : δ ≠ 0 : (Ada pengaruh konseling gizi dan pemberian tablet besi
folat tingkat pengetahuan, sikap dan kadar hemoglobin
siswi di MTsN Kecamatan Wawonii Tengah Kabupaten
Konawe Kepulauan).
Pengetahuan, Sikap dan kadar HB
Sebelum Konseling dan Pemberian
Tablet Besi Folat
Konseling Gizi dan
Pemberian Tablet Besi Folat
Pengetahuan, Sikap dan kadar HB
diharapkan Mengalami Perubahan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Quasi Eksperimen, artinya desain
penelitian experiment dimana pada penelitian ini sudah ada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol, namun pengambilan responden belum
dilakukan secara randomisasi (Notoatmodjo, 2012).
Sebelum Perlakuan Sesudah
Keterangan : 01 : Pengukuran pertama (pre test)
x : Perlakuan berupa pemberian tablet besi folat dan
konseling
02 : Pengukuran kedua (post test)
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa puteri (remaja
putri) kelas XI MTsN Kecamatan Wawonii Tengah yang menderita
anemia sebanyak 62 orang (diperoleh dari hasil penjaringan kesehatan
oleh Dinkes Kab. Konkep tahun 2017 )
01 x 02
2. Sampel
a. Besar Sampel
1) Kelompok Perlakuan (Kasus)
Kelompok kasus dalam penelitian ini adalah siswi yang
menderita anemia sebanyak 31 orang (berdasarkan penjaringan
kesehatan oleh Dinkes Kab. Konkep tahun 2017) yang diberikan
konseling gizi dan pemberian tablet besi folat.
2) Kontrol
Kelompok kontrol dalam penelitian ini adalah siswi yang
menderita anemia sebanyak 31 orang dan hanya diberikan
tablet besi folat.
b. Teknik Penarikan Sampel
Model pengambilan sampel dengan cara acak sederhana
(simple random sampling), dengan kriteria kriteria sebagai berikut :
1) Kriteria Inklusi :
a) Remaja putri yang tercatat sebagai siswi di MTsN
Kecamatan Wawonii Tengah
b) Berusia 16-17 tahun
c) Sudah mengalami menstruasi
d) Bersedia menjadi responden
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 15 Februari s/d 2
Maret tahun 2018 bertempat di MTsN Kecamatan Wawonii Tengah.
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden
menyangkut pengertian anemia, penyebab, tanda dan gejala, cara
pencegahannya.
Kriteria obyektif :
Cukup : Bila responden memperoleh skor ≥ 60% dari total
skor pertanyaan yang diberikan
Kurang : Bila responden memperoleh skor < 60% dari total
skor pertanyaan yang diberikan
2. Sikap adalah keinginan atau dorongan responden untuk
mengkonsumsi tablet besi folat.
Kriteria obyektif :
Cukup : Bila responden memperoleh skor ≥ 60 % dari total
skor pertanyaan yang diberikan
Kurang : Bila responden memperoleh skor < 60% dari total
skor pertanyaan yang diberikan
3. Konseling gizi adalah penambahan pengetahuan siswi tentang tablet
besi folat dan manfaatnya bagi kesehatan yang dilakukan empat kali
selama 1 minggu setelah pre test dengan menggunakan media leaflet.
4. Kadar Hb adalah nilai hemoglobin (gr/dl) dalam darah remaja putri
yang ditentukan dengan pemeriksaan menggunakan metode Sahli
dengan kriteria (Kemenkes, 2016) :
a. Anemia : (bila Hb < 12 gr/dl)
b. Tidak Anemia : (bila Hb 12 gr/dl)
5. Siswi adalah remaja putri berusia 16-17 tahun dan sudah mengalami
perubahan fisik reproduksinya seperti sudah mengalami menstruasi.
6. Pemberian tablet besi folat adalah suplementasi tablet besi folat yang
diberikan kepada responden setelah dilakukan konseling gizi. Tablet
besi folat di peroleh dari Puskesmas Wawonii Tengah.
E. Pemberian Intervensi
1. Pemberian Konseling menggunakan leaflet
2. Pemberian tablet besi folat Adapun pemberian tablet besi folatnya
yaitu 1 tablet per minggu (Kemenkes, 2016). Dalam penelitian ini
diberikan besi folat sebanyak 1 tablet per hari.
3. Mengontrol kepatuhan minum tablet besi folat dengan cara
mendatangi rumah siswi tersebut.
4. Pemeriksaan laboratorium :
Penilaian terhadap kadar darah anemia dilakukan pemeriksaan
menggunakan metode Sahli.
a. Alat dan bahan
1) Sahli
2) Blood Lancet
3) Lancet
4) Microcuvet
5) Tissú
6) Alcohol 70%
b. Cara Kerja :
1) Oleskan alcohol 70% pada ujung jari (jari Manis) kemudian
hapus dengan tissu
2) Tusuk ujung jari dengan blood lancet
3) Darah yang pertama keluar hapus dengan tissu
4) Darah yang keluar diisap dengan menggunakan microcuvet
yang kemudian dimasukkan kedalam hemocue
5) Baca dan catat kadar Hb yang muncul pada layar hemocue
kemudian masukkan dalam tabel.
F. Jenis Dan Teknik Pengumpulan Data
1. Data primer
Pengumpulan data dilakukan secara langsung terhadap
responden yang meliputi :
a. Data tentang karakteristik responden (siswi) terdiri dari umur dan
kelas.
b. Data tentang variabel pengetahuan dan sikap yang diperoleh
menggunakan kuesioner yang diukur dengan skala likert
c. Observasi kadar hemoglobin siswi dengan menggunakan metode
Sahli kepada sampel yang telah dipilih
2. Data sekunder
a. Data tentang gambaran tempat penelitian yang meliputi tentang
letak geografis, keadaan demografis serta jumlah siswi atau remaja
putri.
b. Data tentang program penanganan anemia di wilayah kerja
Puskesmas Wawonii Tengah
G. Analisa Data
1. Analisis Univariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui persentase dari tiap
variabel independent dan variabel dependent dengan rumus sebagai
berikut (Sugiyono, 2011) :
n
Xi
Dimana :
∑xi = Jumlah karakteristik subyek penelitian
n = jumlah sampel
2. Analisis Bivariat
Analisis menggunakan statistik uji t pada taraf kepercayaan
95%. Dengan rumus yang digunakan adalah :
nSDt
/
Keterangan
δ = rata-rata deviasi (selisih sampel sebelum dan sampel
sesudah)
SDδ = Standar deviasi dari δ (selisih sebelum dan sesudah)
n = banyaknya sample
DF = n-1
H. Prosedur Penelitian
Bagan 1. Prosedur Penelitian
I. Tahap persiapan a. Survey lapangan b. Perizinan c. Instrumen penelitian
II. Tahap Perlakuan
Pengumpulan data
- Memberikan lembar persetujuan untuk menjadi informan
- Tahapan :
- Pembagian kuesioner pra test
- Konseling gizi dan pembagian leaflet
- Pembagian kuesioner post test
- Pengambilan sampel darah
- Tahap pengambilan dokumentasi
III. Tahap Akhir a. Pengolahan dan analisis data b. Pembahasan dan penelitian
I. Etika Penelitian
1. Informed consent (Lembar Persetujuan Responden)
Lembar persetujuan diberikan pada subyek yang akan diteliti.
Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan riset yang dilakukan dan
dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data.
Jika responden bersedia diteliti, maka mereka harus menandatangani
lembar persetujuan tersebut. Jika responden menolak untuk diteliti
maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-
haknya.
2. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak
mencantumkan nama koresponden pada lembar pengumpulan data,
cukup dengan memberi nomor kode pada masing-masing lembar
tersebut.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya
kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan
sebagai hasil riset.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Lokasi Sekolah
1) Alamat : Jl. H. Taata No. 1
2) Desa : Lampeapi Baru
3) Kode Pos : 93393
4) Kecamatan : Wawonii Tengah
b. Data Pelengkap Sekolah
1) Tahun Pendirian Sekolah : 1968
2) Status Kepemilikan : Milik Kementerian Agama
3) Jenjang Akreditas : B
4) Luas Tanah : 2.596 M2
5) Luas Bangunan : 1.300 M2
c. Jumlah Siswa
Jumlah siswa di MTsN Kecamatan Wawonii yaitu 132 orang
yang terdiri dari kelas X sebanyak 52 orang, kelas XI sebanyak 44
orang dan kelas XII sebanyak 36 orang
2. Karakteristik Sampel
a. Kelompok Umur
Umur adalah usia sampel pada saat wawancara dilakukan
pada hitungan tahun seperti pada tabel berikut :
Tabel 2. Distribusi Sampel Menurut Kelompok Umur di MTSN Kecamatan Wawonii Tengah Kabupaten
Konawe Kepulauan
No Kelompok Umur Kasus
Kontrol
n % n %
1 16 Tahun 22 70,9 10 32,2
2 17 Tahun 9 29,1 21 67,8
Total 31 100 31 100
Tabel 2 menunjukkan bahwa kelompok umur kasus
sebagian besar umur 16 tahun sebanyak 22 (70,9%) dan kelompok
umur kontrol yaitu umur 17 tahun sebanyak 21 (67,8%).
3. Distribusi Frekuensi Sebelum Intervensi
a. Status Anemia
Status anemia siswi sebelum intervensi di MTSN Kecamatan
Wawonii Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan disajikan pada
tabel berikut ini
Tabel 3. Distribusi Sampel Menurut Status Anemia Sebelum Intervensidi MTSN Kecamatan Wawonii Tengah
Kabupaten Konawe Kepulauan
No Anemia Kasus
Kontrol
n % n %
1 Anemia 2 6,5 3 9,7
2 Tidak Anemia 29 93,5 28 90,3
Total 31 100 31 100
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar status anemia
siswi kelompok kasus dan kontrol sebelum intervensi yaitu tidak
anemia sebanyak 29 (93,5%) untuk kasus dan sebanyak 28
(90,3%) untuk kontrol.
b. Pengetahuan
Pengetahuan siswi sebelum intervensi di MTSN Kecamatan
Wawonii Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan disajikan pada
tabel berikut ini :
Tabel 4. Distribusi Sampel Menurut Pengetahuan Siswi Sebelum Intervensi di MTSN Kecamatan Wawonii Tengah
Kabupaten Konawe Kepulauan
No Pengetahuan Kasus
Kontrol
n % n %
1 Cukup 27 87,1 28 90,3
2 Kurang 4 12,9 3 9,7
Total 31 100 31 100
Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar
pengetahuan siswi kelompok kasus sebelum intervensi yaitu
cukup sebanyak 27 (87,1%) dan kelompok kontrol sebagian
besar cukup sebanyak 28 (90,3%).
c. Sikap
Sikap siswi sebelum intervensi di MTSN Kecamatan
Wawonii Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan disajikan pada
tabel berikut ini :
Tabel 5. Distribusi SampelMenurut Sikap Siswi Sebelum Intervensi di MTSN Kecamatan Wawonii Tengah
Kabupaten Konawe Kepulauan
No Sikap Kasus
Kontrol
n % n %
1 Cukup 28 90,3 28 90,3
2 Kurang 3 9,7 3 9,7
Total 31 100 31 100
Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar sikap siswi
kelompok kasus sebelum intervensi yaitu cukup sebanyak 28
(90,3%) dan kelompok kontrol sebagian besar kurang sebanyak 28
(90,3%).
4. Distribusi Frekuensi Setelah Intervensi
a. Status Anemia
Status anemia siswi setelah intervensi di MTSN Kecamatan
Wawonii Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan disajikan pada
tabel berikut ini :
Tabel 6. Distribusi Sampel Menurut Status Anemia Siswi Setelah Intervensi di MTSN Kecamatan Wawonii Tengah
Kabupaten Konawe Kepulauan
No Status Anemia Kasus
Kontrol
n % n %
1 Anemia 1 3,2 4 12,9
2 Tidak Anemia 30 96,8 27 87,1
Total 31 100 31 100
Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar status anemia
siswi kelompok kasus setelah intervensi yaitu tidak anemia
sebanyak 30 (96,8%) dan kelompok kontrol sebagian besar tidak
anemia sebanyak 27 (87,1%).
b. Pengetahuan
Pengetahuan siswi setelah intervensi di MTSN Kecamatan
Wawonii Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan disajikan pada
tabel berikut ini :
Tabel 7. Distribusi Sampel Menurut Pengetahuan Siswi Setelah Intervensi di MTSN Kecamatan Wawonii Tengah
Kabupaten Konawe Kepulauan
No Pengetahuan Kasus
Kontrol
n % n %
1 Cukup 30 96,8 25 80,6
2 Kurang 1 3,2 6 19,4
Total 31 100 31 100
Tabel 7 menunjukkan bahwa pengetahuan siswi kelompok
kasus setelah intervensi yaitu cukup sebanyak 30 (96,8%) dan
kelompok kontrol sebagian besar cukup sebanyak 25 (80,6%).
c. Sikap
Sikap siswi setelah intervensi di MTSN Kecamatan Wawonii
Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan disajikan pada tabel berikut
ini :
Tabel 8. Distribusi Sampel Menurut Sikap Siswi Setelah Intervensi di MTSN Kecamatan Wawonii Tengah
Kabupaten Konawe Kepulauan
No Sikap Kasus
Kontrol
n % n %
1 Cukup 30 96,8 23 74,2
2 Kurang 1 3,2 8 25,8
Total 31 100 31 100
Tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar sikap siswi
kelompok kasus setelah intervensi yaitu cukup sebanyak 30
(96,8%) dan kelompok kontrol sebagian besar cukup sebanyak
23 (25,8%).
5. Analisis Bivariat
Berdasarkan analisis tabel statistik uji paired sample t test pada
taraf kepercayaan 95% diperoleh nilai rata-rata yang signifikan dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 9. Hasil Statistik Uji Paired Sample T Test Siswi MTSN Kecamatan Wawonii Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan
Pengukuran Variabel
N
T Test
pValue
Status Anemia (pre-post) 31 20,857
0,000
Pengetahuan (pre-post) 31 9,287 0,000
Sikap (pre-post) 31 30,000 0,000
Dari hasil uji paired sample t test menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh konseling gizi dan pemberian tablet besi folat terhadap
pengetahuan, sikap dan kadar hemoglobin siswi MTsN Kecamatan
Wawonii Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan.
B. Pembahasan
1. Status Anemia
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin
(Hb) dalam darah kurang dari normal (kadar Hb < 12 g/dL), dimana
pada remaja adalah (kadar Hb ≥ 12 d/dL).
Sebelum dilakukan intervensi baik kelompok kasus dan
kelompok kontrol, penelitian ini di awali dengan melakukan
pemeriksaan kadar hemoglobin siswi menggunakan metode sahli
menunjukkan bahwa semua kelompok tidak menderita anemia
dengan kadar hemoglobin rata-rata sebesar 11,8 gr/dl.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian anemia lebih
banyak terjadi pada umur 16 - 17 tahun. Hasil penelitian ini
membuktikan bahwa semakin meningkat umur remaja putri,
semakin meningkat pula risiko terjadi anemia. Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmady dkk (2016)
dimana ditemukan adanya kecenderungan semakin bertambah
umur remaja puttri, semakin tinggi risiko terjadi anemia pada
kelompok umur 12 – 18 tahun.
Faktor lain karena seorang remaja memiliki banyak kegiatan,
seperti sekolah dari pagi hingga siang, diteruskan dengan kegiatan
ekstrakurikuler sampai sore, belum lagi kalau ada les atau kegiatan
tambahan (Zulaekah, 2007).
Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin untuk
kelompok kasus sebelum intervensi terdapat 2 (6,5%) yang
menderita anemia. Hal tersebut karena remaja putri mengalami
menstruasi setiap bulan sehingga membutuhkan zat besi lebih
tinggi, sementara jumlah makanan yang dikonsumsinya juga lebih
rendah karena ingin langsing. Selain karena asupan yang tidak
rutin saat menstruasi ataupun, remaja putri pada umumnya sangat
memperhatikan bentuk badannya sehingga banyak yang berdiet
tanpa nasehat atau pengawasan ahli gizi (Bertalina, 2015).
Hasil penelitian sebelum intervensi menunjukkan pada
kelompok kontrol terdapat yang anemia sebanyak 2 (6,5%).
Berdasarkan hasil pengambilan data yang dilakukan bahwa semua
sample tidak pernah mengkonsumsi tablet besi folat setiap harinya,
apalagi setiap bulannya sampel mengalami menstruasi. Adanya
menstruasi setiap bulan yang dialami wanita merupakan salah satu
penyebab terjadinya anemia. pada wanita terjadi kehilangan darah
secara alamiah setiap bulan. Jika darah yang keluar selama
menstruasi sangat banyak akan terjadi anemia defisiensi zat besi.
Remaja putri yang mengalami haid dan banyak selama lebih dari 5
hari dikhawatirkan akan kehilangan zat besi (sehingga
membutuhkan zat besi pengganti) lebih banyak.
Untuk kelompok kasus setelah intervensi terjadi perubahan
pada kadar hemoglobinnya saat dilakukan pemeriksaan (post) yaitu
sebagian besar tidak anemia sebanyak 30 (96,8%) dengan kadar
Hb sebelum yaitu 11,8 gr/dl meningkat 12,1 gr/dl. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa sampel telah melakukan tindakan
pencegahan anemia dengan rutin mengkonsumsi tablet besi folat 1
biji/hari yang di berikan saat dilakukannya konseling gizi, serta rajin
mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak sumber zat
besi dalam kehidupan sehari-harinya.
Sama halnya dengan kelompok kontrol setelah intervensi
menunjukkan sebanyak 27 (87,1%) yang tidak mengalami anemia.
Hal ini disebabkan oleh tingkat pengetahuan sampel tentang
bahaya anemia bagi remaja putri dalam masa pertumbuhan.
Berdasarkan hasil pengambilan data yang dilakukan bahwa sampel
(siswi MTsN) sudah pernah mendapatkan informasi tentang
manfaat tablet besi folat di sekolahnya, faktor lain sampel pernah
membaca buku atau artikel kesehatan yang berhubungan dengan
penyakit anemia bagi remaja putri.
Masa remaja merupakan masa pertumbuhan dan
perkembangan, baik secara fisik, mental, dan aktivitas sehingga,
kebutuhan makanan yang mengandung zat-zat gizi menjadi cukup
besar. Kecepatan pertumbuhan yang tinggi menyebabkan remaja
membutuhkan energi dan protein yang tinggi. Remaja putri banyak
mengalami kekurangan zat-zat gizi dalam konsumsi makanan
sehari-harinya. Kekurangan zat besi dianggap penyebab paling
umum dari anemia secara global, tetapi beberapa lainnya
kekurangan gizi (termasuk folat, vitamin B12 dan vitamin A), akut
dan peradangan kronis, parasit infeksi dapat menyebabkan anemia
(Arisman, 2007).
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan rata-rata nilai
(pre test) adalah 1,000 dan setelah (post test) mengalami
perubahan yaitu 1,935. hal ini menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan kadar Hb setelah dilakukan konseling menggunakan
leaflet dan pemberian tablet besi folat. Hal ini disebabkan oleh latar
belakang pendidikan dan pengetahuan sampel yang sebagian
besar bertempat tinggal di wilayah pedesaan. Hal ini
memungkinkan adanya perbedaan kemudahan akses informasi
dari media masa seperti majalah kesehatan khususnya tentang
anemia remaja.
Sesuai dengan hasil penelitian Budi Listyani (2012), bahwa
kehilangan darah yang banyak pada wanita merupakan faktor
resiko penting yang dapat menyebabkan anemia defisiensi besi
pada wanita. Zat besi akan keluar sebanyak kurang lebih 42 mg
setiap siklus menstruasi. Sedangkan wanita yang tidak sedang
menstruasi akan kehilangan zat besi sebesar 1 mg per harinya.
2. Pengetahuan
Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan
dan konsumsi sehari-hari dengan baik dan memberikan semua zat
gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh (Notoatmodjo,
2010).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan kelompok
kasus sebelum intervensi menggunakan leaflet sebagian besar
memiliki pengetahuan cukup yaitu 27 (87,1%). Berdasarkan
pengambilan data yang dilakukan oleh peneliti menyimpulkan
bahwa yang menyebabkan sampel tidak menderita anemia karena
pernah mendapatkan informasi kesehatan mengenai penyakit
anemia oleh petugas Puskesmas yang pernah mengadakan
penyuluhan kesehatan di sekolah mereka. Kalaupun ada siswa
yang sakit akibat gejala anemia seperti pusing dan tidak semangat
mengikuti pembelajaran hanya mendapatkan perawatan sementara
di ruang Unit Kesehatan Sekolah (UKS) dengan mendapatkan
penjelasan yang cukup tentang penyakit yang diderita (Hapzah,
2012).
Namun sama halnya dengan kelompok kontrol sebelum
intervensi sebagian besar tidak anemia yaitu 28 (90,3%) karena
akses informasi yang semakin modern sekarang telah
memudahkan siswi untuk mendownload informasi-infomasi
kesehatan bagi remaja putri khususnya pencegahan penyakit
anemia.
Hal ini sejalan yang dikemukakan oleh Ahmady (2016)
bahwa semakin tinggi pengetahuan maka makin positif sikap
terhadap gizi makanan sehingga makin baik pula zat gizi yang
dikonsumsi.
Setelah dilakukan intervensi berupa konseling menggunakan
leaflet, tingkat pengetahuan kelompok kasus mengalami perubahan
yaitu sebagian besar memiliki pengetahuan cukup sebanyak 30
(96,8%). Hal ini disebabkan oleh kesungguhan sampel yang benar-
benar menyimak atas segala informasi yang dibawakan saat
dilakukan konseling gizi sehingga hal ini menambah pengetahuan
sampel tentang penyakit anemia dan juga sangat berpengaruh
pada perhitungan nilai kuesioner variable pengetahuan.
Sama halnya dengan kelompok kontrol yang tidak
mendapatkan intervensi melalui konseling gizi mengalami sedikit
penurunan namun masih sebagian besar dengan pengetahuan
cukup yaitu 25 (80,6%). Berdasarkan hasil wawancara dengan guru
pembina UKS bahwa di MTsN terdapat perpustakaan yang
terdapat buku tentang penyakit anemia, hanya saja hal ini
dipengaruhi oleh minat baca siswi yang kurang, sehingga tidak
memanfaatkan waktu untuk membaca buku di waktu luang (saat
guru terlambat masuk kelas) sehingga tidak dapat menambah
pengetahuannya tentang penyakit anemia (Nadimin, 2011).
Pengetahuan menyangkut banyak hal, pengetahuan yang
baik belum tentu menjamin seseorang untuk tidak terkena anemia,
ada faktor lain seperti remaja putri tinggal di kost yang kurang
memperhatikan kebutuhan gizinya, selain itu keinginan untuk
memiliki tubuh yang langsing sehingga membatasi makan makanan
yang menunjang untuk memenuhi kadar haemoglobinnya,
sehingga masih banyak remaja yang mengalami anemia, meskipun
pengetahuan dan pemahamannya tentang anemia atau gizi baik
(Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan yang dimiliki remaja tersebut belum diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, remaja sudah
mengetahui tentang sarapan sebagai salah satu penyebab anemia
namun tetap masih banyak yang tidak sarapan sebelum berangkat
sekolah. Hal ini menggambarkan bahwa pengetahuan belum dapat
merubah perilaku
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam
suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan
lingkungan, maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya
mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan
karena lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap
pribadi atau sikap seseorang (Notoatmodjo, 2010).
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan rata-rata nilai pre
test adalah 1,000 dan mengalami perubahan setelah post test yaitu
1,749. hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat
pengetahuan setelah dilakukan konseling gizi dan pemberian tablet
besi folat. Pengetahuan dan sikap yang baik tentang gizi belum
pasti semakin baik zat gizi yang dikonsumsi. Hal ini terjadi karena
remaja putri memiliki kecenderungan lebih mementingkan
penampilannya atau menjaga kecantikan tubuhnya, kuatir menjadi
gemuk, sehingga membatasi diri dengan memilih makanan yang
tidak mengandung banyak energi, tidak mau makan pagi serta
kebiasaan menunda waktu makan. Mereka cenderung lebih
memilih konsumsi diet tanpa lemak atau hanya konsumsi buah-
buahan daripada makanan sehat (Hamidah, 2009).
Hasil penelitian ini Hapzah (2012) pada siswi kelas III di
SMAN 1 Tinabung kabupaten Polewali Mandar menunjukkan
bahwa bukan pengetahuan saja yang mempengaruhi kejadian
anemia, bisa saja faktor lain yang mempengaruhi, seperti pola
makan yang tidak baik, ekonomi keluarga, atau tidak suka sayuran
sehingga tidak zat gizi tidak terpenuhi
3. Sikap
Sikap merupakan reaksi suatu stimulus atau objek.
Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Notoatmodjo,
2010).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap sampel sebelum
intervensi sebagian besar memiliki sikap cukup yaitu 28 (90,3%).
Pada saat penelitian dilakukan, remaja telah mengetahui tentang
penyakit anemia dan umumnya remaja yang sudah mengetahui
beberapa gejala anemia serta dampaknya.
Sama halnya dengan kelompok kontrol sebagian besar
dengan sikap cukup yaitu 23 (74,2%) karena sikap sampel yang
senantiasa mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi
yang sangat baik untuk kesehatan bagi remaja putri.
Namun sebelum intervensi masih terdapat kelompok kasus
yang memiliki sikap kurang yaitu 3 (9,7%) karena perilaku remaja
mengikuti budaya keluarga yang menjadi kebiasaan yang bertahan
yaitu memiliki pantangan terhadap makanan tertentu seperti daging
sapi, daging kambing, dan buah-buahan yang banyak mengandung
protein tinggi sehingga dapat dijadikan sebagai sumber zat besi
(Farida, 2007)
Dalam penelitian yang dilakukan sampel sebagian besar
bersuku Torete memiliki budaya atau kebiasaan turun temurun
bahwa terlalu banyak mengkonsumsi daging kambing atau daging
sapi tidak baik untuk kesehatan.
Sikap remaja masa kini dalam mencegah terjadinya anemia
masih kurang baik ditandai dengan asupan zat besi dan kebutuhan
zat gizi yang masih kurang pada masa pertumbuhan. Selain itu,
remaja putri memiliki sikap yang sangat memperhatikan bentuk
badan, sehingga banyak yang membatasi konsumsi makan dan
banyak pantangan terhadap makanan seperti pada diet vegetarian
(Notoatmodjo, 2010).
Setelah dilakukan intervesi berupa konseling menggunakan
leaflet, pada kelompok kasus menunjukkan sikap cukup yaitu 30
(96,8%). Hal ini disebabkan oleh kepatuhan sampel dalam
mengkonsumsi tablet besi folat setiap harinya untuk mencegah
terjadinya anemia. Faktor lain kebiasaan sampel setiap pagi
melakukan sarapan untuk menghindari terjadinya anemia.
Sama halnya dengan kelompok kontrol setelah intervensi
menunjukkan sebagian besar sikapnya cukup sebanyak 23
(74,2%). Banyak faktor yang mempengaruhi anemia pada remaja
seperti asupan zat gizi, aktifitas, pola menstruasi, pengetahuan,
sikap tentang anemia. Anemia defisiensi besi menimbulkan
dampak pada remaja putri antara lain cepat lelah, menurunnya
daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi dan menurunnya
kebugaran tubuh. Remaja putri rentan mengalami anemia karena
selain terjadinya menarche dan ketidakteraturan menstruasi. Pola
makan yang salah dan pengaruh pergaulan karena ingin langsing
dan diet yang ketat menyebabkan berat badan turun.
Mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang akan memberikan
energi yang cukup, sebaliknya akan berakibat menurunnya
kemampuan otak, dan menurunnya semangat remaja dalam
belajar. Takut berat badan naik dan kebiasaan makan yang tidak
teratur penyebab anemia remaja (Proverawati, 2011).
Faktor lain yaitu pengetahuan yang berpengaruh terhadap
sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan dan selanjutnya akan
berpengaruh terhadap keadaan gizi individu yang bersangkutan
termasuk status anemia. Sebagian besar sampel berusia 17-18
tahun, sehingga kemungkinan untuk mengetahui tentang anemia
cukup banyak terutama dari materi pelajaran dan media massa
serta akses informasi yang lebih tinggi. Pengetahuan dapat
diperoleh melalui pendidikan formal, nonformal, media massa dan
orang lain. Orang yang memiliki pengetahuan yang baik akan
memiliki kecenderungan untuk bersikap baik yang selanjutnya akan
mempengaruhi perilaku (Notoatmodjo, 2010).
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan rata-rata nilai
pre test adalah 1,000 dan mengalami perubahan setelah post test
yaitu 1,967. hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sikap
setelah dilakukan konseling gizi dan pemberian tablet besi folat.
Keberhasilan konseling kesehatan di pengaruhi oleh faktor
penyuluh. Penyuluh sendiri merupakan orang yang bergerak dalam
bidang kesehatan, hal ini akan memberikan pengaruh pada sikap
yang dimiliki responden. Selain itu faktor umur juga memberikan
kontribusi meningkatkan pengaruh terhadap perubahan sikap, umur
merupakan salah satu faktor sasaran.
Sejalan dengan hasil penelitian Weliyati (2012) diketahui
sebanyak 70,2% mengalami anemia pada remaja putri mempunyai
sikap tidak mendukung terhadap anemia
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Proverawati
(2011) bahwa sikap remaja putri minum teh paling tidak sejam
sebelum atau setelah makan akan mengurangi daya serap sel
darah terhadap zat besi sebesar 64 %. Pengurangan daya serap
akibat teh ini lebih tinggi daripada akibat sama yang ditimbulkan
oleh minum segelas kopi setelah makan. Kopi mengurangi daya
serap hanya 39 %
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Sebelum dilakukan intervensi berupa konseling menggunakan leaflet,
kelompok kasus dan kelompok kontrol semuanya tidak anemia,
memiliki tingkat pengetahuan dan sikap yang cukup
2. Setelah dilakukan intervensi berupa konseling menggunakan leaflet,
kelompok kasus sebagian besar tidak anemia 30 (96,8%),
pengetahuan cukup 30 (96,8%) dan sikap cukup 30 (96,8%), sama
dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan konseling namun
sebagian besar tidak anemia yaitu 27 (87,1%), pengetahuan cukup 25
(80,6%), sikap cukup 23 (74,2%)
3. Ada pengaruh konseling menggunakan leaflet dan pemberian tablet
besi folat terhadap tingkat pengetahuan, sikap, dan kadar hemoglobin
siswi MTsN Kecamatan Wawonii Tengah Kabupaten Konawe
Kepulauan.
B. Saran
1. Dinas Kesehatan
Sebaiknya melaksanakan supervisi secara teratur untuk melihat
dan mengevaluasi pelaksanaan penyuluhan dan sosialisasi anemia
gizi besi di masyarakat serta melakukan pembinaan ke semua
puskesmas, puskesmas pembantu dan polindes.
2. Bagi Institusi yang Diteliti
Perlu adanya kerjasama antara tenaga kesehatan dengan dinas
pendidikan dalam mensosialisasikan dan memberikan informasi dan
pendidikan kesehatan tentang anemia gizi besi serta memasukkan
kurikulum tambahan tentang gizi pada remaja, khususnya gizi pada
keadaan anemia gizi besi ke sekolah-sekolah, khususnya di MTsN
Kecamatan Wawonii Tengah.
3. Bagi Puskesmas
Sebaiknya melakukan pendistribusian tablet besi folat serta
pendeteksian dini anemia gizi besi dengan pengukuran kadar
haemoglobin secara berkala ke sekolah-sekolah.
4. Bagi Remaja Putri
Perlu meningkatkan konsumsi energi, protein, besi, vitamin A,
dan vitamin C terutama pada remaja putri yang mempunyai pola
menstruasi tidak teratur, terlalu lama, dan menderita infeksi.
5. Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi peneliti
berikutnya untuk melakukan penelitian dengan desain yang berbeda
yang berhubungan dengan kejadian anemia.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, dkk. 2005). Asupan Zat Besi Pada Remaja Putri Usia 10-14 Tahun
di Pulau Barrang Lompo Makkasar Tahun 2003. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 1(1).
Ahmady, Hapzah, Dina Mariana, 2016. Penyuluhan Gizi dan Pemberian
Tablet Besi Terhadap Pengetahuan dan Kadar Hemoglobin Siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Mamuju. Jurnal Kesehatan. Volume 2, Nomor 1, Juli 2016
Almatsier. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta. Gramedia Pustaka
Utama Arisman, 2007. Buku Ajar Ilmu Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC Bertalina. 2015. Pengaruh Promosi Kesehatan Terhadap Peningkatan
Pengetahuan Tentang Gizi Seimbang Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan RajabasaKota Bandar Lampung. Jurnal Kesehatan.; VI(1): 56-63.
Budi Listyani, 2012, Pengaruh Pemberian Tablet Tambah Darah Terhadap
Perubahan Kadar Hemoglobin (Studi Pada Siswi SMUN 1 Kecamatan Brebes dan MAN 1 Brebes). Skripsi
Depkes RI, 2010. Petunjuk Teknik Standar Pelayanan Minimal (SPM).
Jakarta Farida, 2007. Determinan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di
Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus. Tesis Universitas Diponegoro Semarang
Fitriani, 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu Hamidah. 2009. Hubungan Jarak Kehamilan Dengan Kejadian Anemia di
Puskesmas Lamper Tengah Kota Semarang. (online). Available:http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php?mod=browse&cp=read&id=jtptunimugdlhamidahmei-siog&q=hamidah. Diakses 28 Desember 2017
Hapzah, Ramlah Yulita. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Status
Gizi Terhadap Kejadian Anemia Remaja Putri Pada Siswi Kelas III di SMAN 1 Tinabung Kabupaten Polewali Mandar. Skripsi
Irianto, K. 2007. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung: CV. Yrama Widya Kemenkes RI, 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Riskesdas
2013. Balitbangkes Jakarta ___________, 2014. Mother Days. In : Indonesia KKR. Editor Jakarta ___________, 2016. Surat Edaran tentang Pemberian Tablet Tambah
Darah pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat. Jakarta
Masrizal. 2007. Anemia Defisiensi Besi. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
September 2007 Nadimin, 2011. Pola Makan, Aktivitas Fisik, dan Status Gizi Pegawai
Dinkes Sulsel, Jurnal Media Gizi Pangan Vol XI Edisi 1, Januari–Juni 2011
Notoatmodjo, 2010. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta, PT.
Rineka Cipta ___________. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta. Proverawati, 2011. Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Riduwan, 2010. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian, Alfabeta, Bandung
Santoso dan Ranti. 2009. Kesehatan dan Gizi. Jakarta Rineka Cipta Sarwono, S., 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Saydam, 2011. Memahami Berbagai Penyakit. Bandung : Alfabeta.
Sindhu S, Mangala S, Sherry B. 2013. Efficacy Of Moringa Oleifera In
Treating Iron Deficiency Anemia In Women Of Reproductive Age
Group. International Journal Of Phytotherapy Research, 3(4).
Soebroto, 2009. Anemia, Jogjakarta : Bangkit
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif. Kualitatif dan R & D. Alfabeta. Bandung.
Supariasa, 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Survei Demografi Dan Kesehatan Reproduksi Remaja. 2012. Jakarta:
Badan Pusat Statistik. http://chnrl.org/pelatihan-demografi/SDKI-2012.pdf.
Wawan dan Dewi, 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan Sikap dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika Weliyati dkk, 2012. Faktor terjadinya anemia pada remaja putri di SMA
Negeri Kota Metro. Skripsi Zulaekah. 2007. Efek Suplementasi Besi, Vitamin C dan Pendidikan Gizi
Terhadap Perubahan Kadar Hemoglobin Anak Sekolah Dasar Yang Anemia Di Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Thesis Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang.
http://chnrl.org/pelatihan-demografi/SDKI-2012.pdfhttp://chnrl.org/pelatihan-demografi/SDKI-2012.pdf
Lampiran 1
LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN
Kepada
Yth, Bapak/Ibu/Saudara(i)
Di
Tempat
Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir di Politeknik
Kesehatan Kendari, maka saya :
Nama : Hildawati Djufri
Nim : P00313017058
Status : Mahasiswa Poltekkes Program Studi Diploma IV
Jurusan Gizi
Akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Konseling
Gizi dan Pemberian Tablet Besi Folat Terhadap Pengetahuan, Sikap dan
Kadar Hemoglobin Siswi MTsN Kecamatan Wawonii Tengah Kabupaten
Konawe Kepulauan”. Untuk kepentingan tersebut, saya mohon
kesediaan Bapak/ibu untuk berkenan menjadi subyek penelitian
(dijadikan sampel). Identitas dan informasi yang berkaitan dengan
Bapak/ibu dirahasiakan oleh Peneliti.
Atas partisipasi dan dukungannya, saya ucapkan banyak
terima kasih
Kendari, Februari 2018
Responden
_______________
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(INFORMEND CONCENT)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat :
menyatakan bersedia menjadi subyek (responden) dalam penelitian dari :
Nama : Hildawati Djufri
Nim : P00313017058
Judul : Pengaruh Konseling Gizi dan Pemberian Tablet Besi
Folat Terhadap Pengetahuan, Sikap dan Kadar
Hemoglobin Siswi MTsN Kecamatan Wawonii Tengah
Kabupaten Konawe Kepulauan
Informasi yang diberikan pada penelitian ini tidak akan memberikan
dampak dan risiko apapun pada subyek penelitian, karena semata-mata
untuk kepentingan peneliti. Saya telah diberi kesempatan untuk bertanya
mengenai hal-hal yang belum di mengerti dan telah mendapatkan
jawaban yang jelas.
Demikian pernyataan ini dengan sukarela tanpa ada paksaan dari
pihak manapun, semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Kendari, Februari 2018
Responden
_______________
Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN PENGARUH KONSELING GIZI DAN PEMBERIAN TABLET BESI
FOLAT TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP DAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI MTSN KECAMATAN WAWONII
TENGAH KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN
A. Karakteristik Responden
1. Kode responden : 2. Nama : 3. Umur : 4. Kelas : 5. Alamat :
B. Status Anemia
Hasil pemeriksaan kadar Hb ……….gr %
Kriteria Penilaian :
1. Anemia bila Hb < 12 gr %
2. Tidak anemia bila Hb ≥ 12gr %
C. Pengetahuan
1. Apakah yang dimaksud dengan Anemia ? a. Suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah kurang
dari normal b. Darah rendah dalam tubuh c. Suatu keadaan kadar hemoglobinnya meningkat d. Tidak tahu
2. Apa saja tanda dan gejala dari Anemia ? a. Cepat lelah, pucat pada kulit dan telapak tangan b. Diare dan kejang c. Nyeri dada dan kaki pegal d. Tidak tahu
3. Menurut anda, apa penyebab remaja putri lebih beresiko terkena
anemia adalah ? a. Remaja putri cenderung lebih sering melakukan diet b. Sering mengkonsumsi makanan siap saji seperti bakso dan mie
ayam c. Kehilangan darah akibat peristiwa haid setiap bulannya
d. Tidak tahu 4. Menurut anda, kelompok yang paling beresiko menderita Anemia?
a. Remaja putri b. Remaja putra c. Lansia ( lanjut usia ) d. Tidak tahu
5. Menurut anda, berapa kadar Hb normal pada remaja putri adalah? a. Kadar Hb < 12g/dl b. Kadar Hb > 12g/dl c. Kadar Hb < 13g/dl d. Tidak tahu
6. Dampak Anemia terhadap remaja putri adalah a. Konsentrasi belajar menurun b. Selalu terlambat datang bulan c. Bibir pecah-pecah d. Tidak tahu
7. Faktor apa yang menyebabkan wanita kehilangan zat besi yang
berlebihan dalam tubuh a. Menstruasi b. Kurang konsumsi makanan yang bergizi c. Bekerja keras d. Tidak tahu
8. Anemia pada remaja putri dapat dicegah dengan banyak
mengkonsumsi ? a. Makanan yang berlemak seperti coklat b. Makanan sumber zat besi, seperti daging sapi,hati ayam c. Makanan yang lunak seperti bubur d. Tidak tahu
9. Dibawah ini yang merupakan makanan sumber zat besi atau
makanan penambah darah yang berasal dari hewani adalah : a. Ikan dan nasi b. Tahu dan Tempe c. Hati ayam dan daging sapi d. Tidak tahu
10. Dibawah ini yang merupakan makanan sumber zat bes
Recommended