View
11
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE
TREATMENT INTERACTION TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA PADA KONSEP GELOMBANG BUNYI DAN CAHAYA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
ARIEF PRATAMA
1113016300013
PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020
ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
Skripsi berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction
terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Gelombang Bunyi dan Cahaya disusun
oleh Arief Pratama, NIM. 1113016300013, Program Studi Tadris Fisika, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah
melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diajukan
pada ujian/sidang munaqasyah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 7 Januari 2020
iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
iv
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
v
ABSTRAK
ARIEF PRATAMA, NIM. 1113016300013. Pengaruh Model Pembelajaran
Aptitude Treatment Interaction terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep
Gelombang Bunyi dan Cahaya. Skripsi, Program Studi Tadris Fisika,
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hasil belajar siswa
menggunakan model pembelajaran aptitude treatment interaction (ATI) pada
konsep gelombang bunyi dan cahaya. Metode yang digunakan oleh peneliti adalah
quasi eksperimen dengan rancangan penelitian nonequivalent control group
design. Populasinya adalah siswa kelas XI IPA di MAN 2 Kota Bekasi tahun
ajaran 2018/ 2019. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling.
Masing-masing sampel berjumlah 40 siswa, di mana terdapat kelas eksperimen
(XI IPA 3) yang diberi perlakuan model pembelajaran ATI. Sedangkan, sampel
yang kedua yaitu kelas kontrol (XI IPA 1) menggunakan model pembelajaran
konvensional. Pengumpulan data menggunakan teknik tes dan non tes. Instrumen
tes berupa soal pilihan ganda sebanyak 25 butir dan instrumen non tes
menggunakan lembar observasi aktivitas siswa. Uji-t digunakan sebagai teknik
dalam menganalisis hasil penelitian. Hasil penelitian memperoleh nilai thitung
sebesar 2,788 dengan nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,007 (lebih kecil dari 0,05),
sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh model pembelajaran ATI terhadap hasil belajar pada konsep gelombang
bunyi dan cahaya. Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan model
pembelajaran ATI lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol pada ranah kognitif
baik kategori kemampuan mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan
(C3) maupun menganalisis (C4). Hasil observasi kegiatan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung juga tergolong baik.
Kata Kunci: Aptitude Treatment Interaction, Hasil Belajar, Gelombang Bunyi
dan Cahaya.
vi
ABSTRACT
ARIEF PRATAMA, NIM. 1113016300013. The Effect of Aptitude Treatment
Interaction Learning Model on Learning Outcomes of Student on the Concept
of Soundwaves and Light. Skripsi, Physics Education Study Program,
Department of Natural Sciences Education, Faculty of Tarbiyah and Teacher
Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2019.
This study aims to determine the effect of student learning outcomes
using the learning model aptitude treatment interaction (ATI) on the concept of
sound waves and light. The method used by researchers is a quasi-experimental
research design with nonequivalent control group design. The population is
students of class XI Science in MAN 2 Kota Bekasi in 2018/2019 school year.
Sampling uses a purposive sampling technique. Each sample consists of 40
students, of which there are experimental class (XI IPA 3) using the ATI learning
model. Meanwhile, the second sample is the control class (XI IPA 1) using a
conventional learning model. The collecting data using test and non-test
techniques. Test instruments in the form of multiple choice questions as many as
25 items and non-test instruments using student activity observation sheets. T test
is used as a technique in analyzing research results. The results of the study
obtained a tcount of 2.788 with a sig value. (2-tailed) of 0.007 (less than 0.05), so
H0 is rejected and H1 is accepted. This shows that there is an influence of the ATI
learning model on learning outcomes on the concept of sound waves and light.
The average learning outcomes of students who use the ATI learning model is
higher than the control class in the cognitive realm of both the ability to
remember (C1), understand (C2), apply (C3) and analyze (C4). The results of
observations of student activities during the learning process took place also
classified as good. Keywords: Aptitude Treatment Interaction, the result of learning, Soundwave
and Light.
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan kita nikmat dan karunia-Nya. Sholawat serta salam selalu tercurah
kepada Habibana Wanabiyana Muhammad SAW, serta keluarga, para sahabat
dan para pengikutnya. Alhamdulillahirrabil’alamin, atas keridhoan-Nya skripsi
ini dapat diselesaikan oleh penulis yang berjudul “Pengaruh Model
Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction terhadap Hasil Belajar Siswa
pada Konsep Gelombang Bunyi dan Cahaya”.
Penulis mengucapkan rasa terimakasih kepada segala pihak yang telah
berperan dan mendukung sehingga skripsi ini dapat diselesaikan, khususnya
kepada yang terhormat:
1. Ibu Dr. Sururin, M.Ag., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Iwan Permana Suwarna, M.Pd., sebagai Ketua Program Studi
Tadris Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, sekaligus sebagai dosen pembimbing akademik yang
selalu memberikan arahan dan bimbingan selama menjadi mahasiswa.
3. Ibu Kinkin Suartini, M.Pd., sebagai Sekretaris Program Studi Tadris
Fisika, sekaligus sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan serta arahan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi.
4. Seluruh dosen, staff dan karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan pelayanan, dan pengetahuan kepada penulis
selama proses perkuliahan.
5. Bapak Endang Saefudin, sebagai Kepala Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota
Bekasi yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan
observasi.
6. Bapak Drs. Hamidi, sebagai Kepala Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota
Bekasi yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan
observasi, validasi instrumen dan penelitian.
viii
7. Ibu Venny Riska I., S.Pd sebagai guru fisika di MAN 2 Kota Bekasi yang
telah membimbing penulis selama proses penelitian berlangsung.
8. Keluarga tercinta, Bapak saya Habib Gozalie dan Ibu saya Asih Puji
Harsiwi, dan adik-adik saya M.Akmal Karim Dan Ahmad Hasbi, serta
keluarga besar, terimakasih atas segala motivasi, dukungan dan do’anya
yang telah diberikan kepada penulis.
9. Semua pihak yang tidak dapatkan penulis sebutkan satu persatu, yang
telah membantu dalam penyusunan skripsi, saya ucapkan terimakasih,
semoga Allah membalas kebaikannya, Aamiiin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, penulis menerima setiap kritik maupun saran yang bersifat konstruktif
untuk kebaikan penelitian selanjutnya. Penulis juga berharap semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat khususnya bagi para penulis dan umumnya bagi para
pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 10 Januari 2020
Penulis
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ............................................................... iii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI .................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ................................................................................... 6
D. Rumusan Masalah ....................................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7
F. Kegunaan Penelitian .................................................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
PENELITIAN ........................................................................................................ 9
A. Deskripsi Teoritik ........................................................................................ 9
1. Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)................ 9
2. Model Pembelajaran Konvensional ................................................... 14
3. Hasil Belajar ....................................................................................... 14
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar .............................. 19
5. Kajian Subjek Materi Gelombang Bunyi dan Cahaya ....................... 20
B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................... 49
x
C. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 51
D. Hipotesis Penelitian ................................................................................... 53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 54
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 54
B. Metode dan Desain Penelitian ................................................................... 54
C. Variabel Penelitian .................................................................................... 55
D. Prosedur Penelitian .................................................................................... 55
1. Tahap Persiapan ................................................................................. 55
2. Tahap Pelaksanaan ............................................................................. 56
3. Tahap Akhir........................................................................................ 56
E. Populasi dan Sampel ................................................................................. 57
F. Teknik Pengambilan Sampel ..................................................................... 57
G. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 59
H. Instrumen Penelitian .................................................................................. 60
I. Kalibrasi Instrumen Penelitian .................................................................. 62
1. Uji Validitas ....................................................................................... 62
2. Uji Reliabilitas.................................................................................... 64
3. Uji Taraf Kesukaran ........................................................................... 65
4. Uji Daya Pembeda .............................................................................. 66
J. Teknik Analisis Data ................................................................................. 68
1. Uji Prasyarat Analisis Data Tes ......................................................... 68
2. Uji Hipotesis ....................................................................................... 69
3. Uji N-gain ........................................................................................... 71
4. Analisis Data Non Tes........................................................................ 71
K. Hipotesis Statistik ...................................................................................... 72
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 74
A. Deskripsi Data Penelitian .......................................................................... 74
1. Data Hasil Pretest............................................................................... 74
2. Data Hasil Posttest ............................................................................. 75
xi
3. Rekapitulasi Data Hasil Pretest dan Posttest ..................................... 75
4. Data Hasil Uji Hipotesis ..................................................................... 76
5. Data Hasil Belajar Siswa pada Ranah Kognitif ................................. 77
6. Data Hasil Obervasi Aktivitas Siswa ................................................. 78
7. Data Hasil Uji N-Gain ........................................................................ 80
B. Hasil Uji Prasyarat .................................................................................... 82
1. Uji Normalitas .................................................................................... 82
2. Uji Homogenitas ................................................................................ 83
C. Pembahasan Penelitian .............................................................................. 84
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 93
A. Kesimpulan ................................................................................................ 93
B. Saran .......................................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 95
LAMPIRAN ....................................................................................................... 100
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kategori Hasil Belajar Domain Psikomotorik ............................ 18
Tabel 2.2 Kompetensi Dasar ....................................................................... 21
Tabel 2.3 Intensitas Berbagai Macam Bunyi .............................................. 33
Tabel 2.4 Indeks Bias dari Bermacam Sinar ............................................... 36
Tabel 2.5 Perbedaan antara Interferensi dan Difraksi ................................. 43
Tabel 2.6 Perbedaan LCD dan LED ........................................................... 48
Tabel 3.1 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Nilai Ulangan Harian
Siswa …………………………………………………………... 58
Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 59
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Tes ............................................................... 60
Tabel 3.4 Interpretasi Kriteria Validitas Instrumen Tes.............................. 63
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes ............................................... 63
Tabel 3.6 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen Tes .......................... 64
Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes ........................................... 65
Tabel 3.8 Interpretasi Kriteria Indeks Kesukaran Instrumen Tes ............... 65
Tabel 3.9 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes .................................. 66
Tabel 3.10 Interpretasi Kriteria Daya Pembeda Instrumen Tes .................... 67
Tabel 3.11 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Tes ..................................... 67
Tabel 4.1 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Pretest Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol.……………………………….. 74
Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol ................................................... 75
Tabel 4.3 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest dan
Posttest ........................................................................................ 76
Tabel 4.4 Data Hasil Uji Hipotesis ............................................................. 77
Tabel 4.5 Rekapitulasi Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Tiap
Pertemuan (Ranah Afektif) ......................................................... 79
Tabel 4.6 Rekapitulasi Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Tiap
Pertemuan (Ranah Psikomotorik) ............................................... 79
Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Uji N-Gain Tiap Siswa ................................. 80
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol ....................................................................... 82
Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest dan Posttest Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol ................................................... 83
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Konsep Gelombang Bunyi .................................................. 22
Gambar 2.2 Peta Konsep Cahaya .................................................................... 23
Gambar 2.3 Perbedaan Tekanan Fluida .......................................................... 25
Gambar 2.4 Gelombang Tegak pada Dawai dengan Kedua Ujung Tidak
Bebas ........................................................................................... 29
Gambar 2.5 Gelombang Tegak pada Dawai dengan Satu Ujung Bebas ......... 30
Gambar 2.6 Gelombang Tegak pada Pipa Organa Terbuka ........................... 31
Gambar 2.7 Gelombang Tegak pada Pipa Organa Tertutup ........................... 32
Gambar 2.8 Sinar Datang yang Masuk dan Sinar Pantul yang Keluar pada
Prisma .......................................................................................... 35
Gambar 2.9 Dispersi pada Prisma ................................................................... 36
Gambar 2.10 Spektrum Cahaya ........................................................................ 37
Gambar 2.11 Difraksi Celah Tunggal ............................................................... 39
Gambar 2.12 a) Gelombang Dibagi 4 Kelompok dan b) Difraksi Pita Gelap .. 41
Gambar 2.13 Gelombang Cahaya pada Kisi ..................................................... 42
Gambar 2.14 Interferensi Cahaya (Percobaan Young) ..................................... 43
Gambar 2.15 Cahaya Datang pada Keping Polaroid ........................................ 45
Gambar 2.16 Polarisator dan Analisator ........................................................... 46
Gambar 2.17 Seberkas Cahaya Tidak Terpolarisasi Datang pada Permukaan
Kaca pada Sudut Brewster .......................................................... 47
Gambar 2.18 Bagan Kerangka Berpikir ............................................................ 52
Gambar 3.1 Desain Penelitian ………………………………………............ 55
Gambar 4.1 Diagram Hasil Belajar Siswa Skor Pretest dan Posttest Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol pada Ranah Kognitif ……...…. 78
Gambar 4.2 Diagram Hasil Uji N-Gain (Ranah Kognitif) ............................. 81
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A
Lampiran A.1 RPP Kelas Eksperimen ............................................................ 102
Lampiran A.2 RPP Kelas Kontrol ................................................................... 124
Lampiran A.3 Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ................................................ 167
LAMPIRAN B
Lampiran B.1 Kisi-kisi Angket Studi Pendahuluan ....................................... 183
Lampiran B.2 Angket Studi Pendahuluan ...................................................... 184
Lampiran B.3 Hasil Studi Pendahuluan ......................................................... 190
Lampiran B.4 Kisi-kisi Instrumen Tes Penelitian .......................................... 200
Lampiran B.5 Instrumen Tes Penelitian ........................................................ 203
Lampiran B.6 Hasil Uji Instrumen Tes .......................................................... 239
Lampiran B.7 Uji Validitas Instrumen Tes .................................................... 241
Lampiran B.8 Uji Reliabilitas Instrumen Tes ................................................ 242
Lampiran B.9 Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes ........................................ 243
Lampiran B.10 Uji Daya Pembeda Instumen Tes ............................................ 243
Lampiran B.11 Rekapitulasi Hasil Kalibrasi Instrumen Tes ........................... 245
Lampiran B.12 Lembar Soal Pretest dan Posttest Penelitian ........................... 249
Lampiran B.13 Rekapitulasi Hasil Belajar Tiap Pertemuan ............................ 253
Lampiran B.14 Rekapitulasi Hasil Observasi Siswa Tiap Pertemuan ............. 254
LAMPIRAN C
Lampiran C.1 Data Hasil Nilai Ulangan Harian Siswa.................................. 257
Lampiran C.2 Uji Normalitas Data Nilai Ulangan Harian Siswa .................. 262
Lampiran C.3 Uji Homogenitas Data Nilai Ulangan Harian Siswa ............... 265
Lampiran C.4 Dasar Pengambilan Sampel Berdasarkan Data Nilai Ulangan
Harian Siswa ........................................................................... 267
Lampiran C.5 Kategorisasi Kemampuan Siswa Berdasarkan Data Nilai
Ulangan Harian Siswa ............................................................ 269
xv
Lampiran C.6 Data Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ....... 272
Lampiran C.7 Rekapitulasi Data Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol .................................................................................... 280
Lampiran C.8 Data Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ..... 281
Lampiran C.9 Rekapitulasi Data Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol .................................................................................... 289
Lampiran C.10 Uji Normalitas Data Pretest Kelas Eksperimen...................... 290
Lampiran C.11 Uji Normalitas Data Pretest Kelas Kontrol ............................ 292
Lampiran C.12 Uji Normalitas Data Posttest Kelas Eksperimen .................... 294
Lampiran C.13 Uji Normalitas Data Posttest Kelas Kontrol ........................... 296
Lampiran C.14 Uji Homogenitas Data Pretest ................................................ 298
Lampiran C.15 Uji Homogenitas Data Posttest ............................................... 299
Lampiran C.16 Uji Hipotesis Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
................................................................................................ 300
Lampiran C.17 Uji Hipotesis Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
................................................................................................ 302
Lampiran C.18 Uji N-Gain Kelas Eksperimen (Tiap Siswa) ........................... 304
Lampiran C.19 Uji N-Gain Kelas Kontrol (Tiap Siswa) ................................. 306
Lampiran C.20 Uji N-Gain Kelas Eksperimen (Ranah Kognitif) .................... 308
Lampiran C.21 Uji N-Gain Kelas Kontrol (Ranah Kognitif) .......................... 309
Lampiran C.22 Rekapitulasi Uji N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
................................................................................................ 310
Lampiran C.23 Hasil Pretest-Posttest Berdasarkan Kemampuan Siswa (Rendah,
Sedang dan Tinggi) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .... 311
LAMPIRAN D
Lampiran D.1 Surat Izin Observasi ................................................................ 316
Lampiran D.2 Surat Keterangan Observasi ................................................... 318
Lampiran D.3 Surat Izin Validasi Instrumen Tes .......................................... 319
Lampiran D.4 Surat Keterangan Validasi Intrumen Tes ................................ 320
Lampiran D.5 Surat Izin Penelitian ................................................................ 321
Lampiran D.6 Surat Keterangan Penelitian ................................................... 323
xvi
Lampiran D.7 Dokumentasi ........................................................................... 324
LAMPIRAN E
Lampiran E.1 Uji Referensi ........................................................................... 327
Lampiran E.2 Biodata Penulis ....................................................................... 347
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia teknologi yang dinikmati oleh manusia cukup pesat.
Perkembangan tersebut akibat dari perkembangan fisika.1 Untuk itu, agar dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut perlu adanya peningkatan
kemampuan siswa di bidang sains, terutama dalam bidang studi fisika.2
Fisika merupakan cabang ilmu yang paling mendasar dari bidang sains
yang lainnya, sebab fisika mengkaji komponen materi dan interaksi antara zat dan
energinya serta efek dan fenomenanya.3 Para fisikawan meneliti gejala alam
dimulai dari partikel yang sub-mikroskopik bahkan sampai perilaku materi alam
itu sendiri juga dikaji.4 Jadi, Fisika merupakan salah satu cabang dari ilmu
pengetahuan alam yang tidak bisa lepas dalam kehidupan manusia, mempunyai
peran penting di dalamnya dan berkaitan erat dengan fenomena alam yang berada
di lingkungan sekitar serta perkembangan akan temuan kemajuan teknologi-
teknologinya.
Pengajaran sains, khususnya fisika ialah satu dari sekian banyak mata
pelajaran yang perlu dipelajari oleh siswa di tingkat SMA (Sekolah Menengah
Atas), karena di dalamnya terdapat materi pokok yang wajib diajarkan menurut
kurikulum.5 Mata pelajaran tersebut wajib diajarkan kepada siswa, karena fisika
memberikan dampak yang positif bagi siswa. Dampak positifnya yaitu siswa
mampu mengembangkan sikap ilmiah, antara lain: sikap ingin tahu, mencari fakta
sebelum menerima pernyataan, sikap inisiatif dan terbuka dengan ide-ide ilmiah,
1 Supeno, dkk., Materi Pokok Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Fisika,
(Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), cet. IV, h. 7.24. 2 Ibid., h. 7.1.
3 Zainuddin, “Analisis Karakteristik Umum Materi Ajar Fisika serta Strategi Belajar dan
Pembelajaran”, Jurnal Pendidikan MIPA, vol. 1, No.1, Februari 2017, h. 67. 4 Rully Bramasti, Kamus Fisika, (Surakarta: Aksarra Sinergi Media, 2012), h. 71.
5 Artoto Arkundato, dkk., Materi Pokok Pembaharuan dalam Pembelajaran Fisika,
(Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), cet. IV, h. 7.16.
2
kebiasan bersikap kritis, serta menimbulkan sikap peduli terhadap makhluk hidup
dan lingkungan sekitarnya.6 Untuk itu, perlu adanya suasana kegiatan belajar
mengajar yang baik di sekolah dalam mempelajari materi fisika agar para siswa
tertanam sikap-sikap positif tersebut.
Pembelajaran yang baik dapat terlaksana, apabila adanya keaktifan siswa
dalam memahami pelajaran fisika serta adanya strategi yang tepat yang telah
disiapkan oleh guru. Peran aktif siswa dalam mempelajari fisika sangat
diperlukan, sebab pada hakikatnya siswa tidak hanya dituntut dapat melakukan
kegiatan berpikir saja (seperti teori dan matematis) melainkan kegiatan fisik
(seperti melakukan pengamatan dan eksperimen).7 Strategi guru dalam
menyampaikan pelajaran juga menjadi faktor penentu. Dengan adanya strategi
yang tepat diharapkan siswa dapat mengerti materi yang disampaikan oleh
gurunya. Dengan begitu, hasil belajar siswa yang baik akan tercapai.
Beberapa siswa masih saja berpikir bahwa fisika termasuk salah satu
materi yang menakutkan dan cenderung membosankan.8 Momok yang
menakutkan dan membosankan ini menambah daftar kategori pelajaran yang sulit
dipahami oleh siswa. Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti menunjukkan
bahwa 58% siswa di MAN 1 Kota Bekasi merasa sulit memahami fisika, berada
pada posisi ketiga teratas. Sedangkan siswa di MAN 2 Bekasi sebesar 63%, fisika
berada pada posisi kedua mata pelajaran yang sulit.9
Rendahnya daya serap siswa dalam pendidikan dilingkungan sekolah
masih menjadi masalah utama dalam pembelajaran.10
Permasalahan ini terjadi di
lingkungan sekolah MAN 2 Kota Bekasi, daya serap siswa belum bisa dikatakan
baik karena hasil yang diperoleh siswa belum mencapai standar KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimum) yang telah ditetapkan sekolah tersebut yakni sebesar 65.
Dilihat dari observasi yang dilakukan oleh peneliti, siswa di sekolah tersebut
6 Ibid., h.7.8.
7 Zainuddin, Loc.cit.
8 Artoto Arkundato, dkk., Op.cit., h. 7.1.
9 Peneliti, Observasi dilaksanakan di MAN 1 pada tanggal 28 April 2018, dan di MAN 2
Kota Bekasi pada tanggal 7 Mei 2018. 10
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2009), h. 5.
3
mendapatkan nilai ulangan harian fisika lebih dari 65% siswa belum memenuhi
standar KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah.11
Hasil belajar yang masih
tergolong rendah ini disebabkan adanya ketidakberhasilan dalam proses kegiatan
belajar mengajar. Menurut Zulkipli (2014) faktor-faktor seperti: pemilihan model
pembelajaran, penguasaan materi oleh guru, sarana prasarana pendukung, serta
kesiapan kemampuan motivasi siswa dalam menerima pelajaran, sebagai penentu
keberhasilan proses belajar mengajar. Pada materi pelajaran fisika khususnya,
tidak semua faktor tersebut dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa.
Akan tetapi, hasil belajar siswa yang rendah bisa disebabkan oleh faktor yang lain,
seperti kemampuan tiap siswa yang tidak diakomodir.12
Hal yang senada juga
diungkapkan oleh Carool yang dikutip oleh Sudjana, hasil belajar dipengaruhi
lima faktor, salah satu faktornya yakni kemampuan individu.13
Kemampuan individu seorang siswa menjadi faktor yang dapat
mempengaruhi keberhasilan belajar. Kemampuan individu siswa tentunya
memiliki perbedaan. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Douglass,
“Individual differences in emotional stability, social adaptation, personal
appearance, aptitude, and appreciation may have greater significance for the
reather than variability in academic ability”. Ungkapan tersebut menggambarkan,
di dalam kelas pasti adanya perbedaan individu yang meliputi stabilitas emosi,
adaptasi sosial, penampilan seseorang, bakat/ kemampuan, dan pengetahuan yang
berbeda-beda.14
Sebagaimana tertuang dalam Permendikbud nomor 22 tahun 2016
dalam prinsip pembelajaran, guru dalam menyusun RPP perlu memperhatikan
juga aspek perbedaan individual yang dimiliki siswa.15
Namun, temuan di
lapangan memperlihatkan bahwa guru hanya cenderung menyamaratakan
kemampuan siswa, sehingga apa yang disampaikan oleh gurunya hanya sebagian
11
Peneliti, Observasi dilaksanakan di MAN 2 Kota Bekasi pada tanggal 7 Mei 2018. 12
Zulkipli Dongoran, “Efek Model Pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction)
terhadap Aktivitas dan Generik Sains Fisika Siswa”, Jurnal Pendidikan fisika, vol. 3, No. 2,
Desember 2014, Dikfis pascasarjana UNIMED, h. 41. 13
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2014), h. 39-40. 14
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumiaksara, 2014), h. 184-
185. 15
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. (2016).
4
siswa saja yang masih mencermatinya. Hal ini disebabkan pada dasarnya, tidak
semua siswa yang berada di dalam kelas memiliki kemampuan kecepatan
memahami yang sama.
Undang-undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 40 ayat 2 menjelaskan
pentingnya dalam membangun suasana yang bermakna, dalam setiap proses
pembelajaran.16
Para guru dalam mengajar belum sepenuhnya memandang bahwa
siswa adalah pribadi yang unik, memiliki potensi, bakat, minat yang berbeda. Jika
pembelajaran seperti ini terus terjadi, pendidikan menjadi kurang bermakna.17
Model pembelajaran yang digunakan oleh guru hanya sebatas menganggap
kemampuan siswa itu relatif sama. Guru perlu merencanakan pengajaran yang
mampu mengembangkan kemampuan siswa masing-masing, karena tiap siswa
mempunyai perbedaan individual seperti yang telah diuraikan sebelumnya.18
Kemampuan siswa yang heterogen memerlukan adanya pemecahan
masalah dalam kegiatan pembelajaran, agar dapat mengakomodir keragaman
kemampuan tiap siswa. Adapun sebuah model yang memiliki sejumlah perlakuan-
perlakuan (treatment) yang digunakan untuk menangani masing-masing siswa,
berdasarkan karakteristik kemampuannya, model ini dikenal dengan nama ATI
(Aptitude Treatment Interaction).19
Dengan model pembelajaran tersebut
diharapkan mampu mengakomodir kemampuan siswa yang heterogen serta
mengoptimalkan hasil belajar khususnya pada mata pelajaran fisika. Beberapa
hasil penelitian terkait model pembelajaran ATI menunjukkan adanya
peningkatan hasil belajar fisika. Jika dilihat pada penelitian yang dilakukan
Zulkipli (2014), penggunaan model ATI menunjukkan adanya peningkatan hasil
kemampuan generik sains dan siswa menjadi lebih aktif dibandingkan
penggunaan model Direct Instruction.20
Hal yang senada juga ditunjukkan dari
16
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Jakarta: Sekretaris Negara Republik Indonesia, 2003). 17
Khabibur Rohman, “Optimalisasi Pendidikan Humanistik di Sekolah Dasar”, Dinamika
Penelitian, vol. 16, No.1, Juli 2016, h. 83-84. 18
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), cet. V, h. 93. 19
Nurdin Syafrudin, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu
Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Ciputat: Quantum Teaching, 2005), cet. I, h. 39. 20
Zulkipli Dongoran. op.cit., h. 45.
5
hasil penelitian Maisya (2017), yang menunjukkan adanya peningkatan hasil
belajar fisika pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran ATI
dibandingkan dengan kelas kontrol, yang tentunya di dalam kelas memiliki
kemampuan individu yang heterogen.21
Mata pelajaran fisika memang beberapa siswa masih kesulitan dalam
memahaminya sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya. Mayoritas siswa
yang mengalami kesulitan belajar fisika disebabkan mata pelajaran fisika
memiliki sifat matematis dan cakupan materi yang luas.22
Siswa yang mengaku
kesulitan belajar fisika di MAN 2, berkaitan dengan konsep yang bersifat
matematis sebesar 48%, sedangkan berkaitan dengan cakupan materi yang luas
sebesar 43%. Konsep yang memiliki karakteristik demikian, salah satunya yaitu
terdapat pada konsep gelombang bunyi dan cahaya.23
Berdasarkan uraian yang telah di sampaikan di atas, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian bagaimanakah pengaruh penggunaan pengajaran ATI
(Aptitude Treatment Interaction) ini dapat mengatasi keanekaragaman
kemampuan siswa dalam pembelajaran fisika di MAN 2 Kota Bekasi, dengan
melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Aptitude
Treatment Interaction terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Gelombang
Bunyi dan Cahaya”.
B. Identifikasi Masalah
Peneliti telah menguraikan latar belakang sebelumnya. Adapun masalah
yang identifikasi sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang biasanya digunakan oleh guru belum disesuaikan
dengan prinsip pembelajaran kurikulum 2013.
2. Kemampuan siswa yang heterogen di dalam kelas, belum diakomodasi
seoptimal mungkin oleh guru.
21
Maisya Anjani, “Pengaruh Model Aptitude Treatment Interaction Berbantuan
Multimedia Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Fluida Statis”, Skripsi pada Sarjana UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2017, h. 62, tidak dipublikasikan. 22
Supeno, op.cit., h. 8.36. 23
Peneliti, op.cit.
6
3. Mata pelajaran fisika secara umum dianggap siswa sebagai mata pelajaran
sulit.
C. Pembatasan Masalah
Luasnya cakupan masalah penelitian yang timbul berdasarkan
identifikasi masalah. Dengan demikian, peneliti memfokuskan pada penelitian ini,
yaitu:
1. Penilaian hasil belajar meliputi 3 ranah yaitu kognitif, psikomotorik dan
afektif. Hasil ranah kognitif dinilai setelah proses belajar mengajar,
sedangkan hasil ranah psikomotorik dan afektif dinilai selama proses belajar
mengajar berlangsung. Taksonomi Pendidikan Bloom revisi oleh Lorin W. A.
dan David R. K., digunakan sebagai acuan ranah kognitif. Dalam ranah
kognitif yang digunakan hanya kemampuan berpikir C1 (mengingat), C2
(memahami), C3 (menerapkan), dan C4 (menganalisis).
2. Model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) mengacu pada
buku Syafrudin Nurdin.
3. Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah materi gelombang bunyi
dan cahaya, yang sesuai dengan kurikulum 2013 revisi.
D. Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan diteliti oleh peneliti bersumber pada latar
belakang yang telah dikemukakan, secara umum dapat dirumuskan yakni:
“Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction
terhadap hasil belajar siswa pada konsep gelombang bunyi dan cahaya?”.
Rumusan masalah secara umum di atas, penelitian ini memiliki fokus
pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana hasil pretest dan posttest yang diperoleh siswa, baik kelas
eksperimen maupun kelas kontrol?
2. Bagaimana peningkatan nilai N-Gain kemampuan kognitif siswa setelah
diberikan penggunaan model yang berbeda pada kelas eksperimen dan
kontrol?
7
3. Bagaimana hasil ranah kognitif, afektif dan psikomotorik yang diperoleh
siswa, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol?
E. Tujuan Penelitian
Peneliti dalam melakukan penelitian memiliki tujuan secara umum
adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Aptitude Treatment
Interaction terhadap hasil belajar siswa pada konsep gelombang bunyi dan
cahaya, sedangkan tujuan secara khusus, yaitu untuk mengetahui:
1. Hasil pretest dan posttest yang diperoleh siswa baik kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
2. Hasil peningkatan nilai N-gain kemampuan kognitif siswa setelah diberikan
penggunaan model yang berbeda pada kelas eksperimen dan kontrol.
3. Hasil ranah kognitif, afektif dan psikomotorik yang diperoleh siswa, baik
kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini memiliki dua hal kegunaan,
sebagai berikut:
1. Bagi siswa, diharapkan dapat membantu mengatasi kesulitan belajarnya
ketika kemampuannya diakomodasi seoptimal mungkin sehingga hasil
belajarnya dapat meningkat.
2. Bagi guru, dapat memberikan gambaran mengenai model pembelajaran
Aptitude Treatment Interaction yang dapat diterapkan di dalam pengajaran,
terutama dalam mata pelajaran fisika.
8
9
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
A. Deskripsi Teoritik
1. Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)
a. Pengertian Model Pembelajaran ATI
Pengertian aptitude telah diungkapkan, Menurut R.E Snow yang dikutip
oleh Lawrence A. P. Dan Michael L. “an aptitude is an individual difference
construct, with its sociated measures, that bears a hypothesized or demonstrated
relation to individual differences in learning in some particular situation.”
Sebelumnya sudah dikemukakan mengenai pengertian aptitude.
Pengertian Treatment memiki arti tersendiri, yakni
“Treatment variables can also be defined broadly to cover any
manipulable situation variable. All experimental variables, whether
manipulated within-or between-subjects, are treatment variables.
Educational treatmens may vary in pace, methods, media, and/ or
styles of instruction”. 24
Hal ini berarti, aptitude merupakan sebuah perbedaan individu yang
dapat diukur, dimana bisa dihipotesiskan atau ditunjukkan hubungannya dengan
perbedaan kemampuan tiap individu dalam pembelajaran dalam beberapa situasi
tertentu. Sedangkan treatment merupakan perlakuan yang dapat didefinisikan
sebagai cara yang cocok dengan berbagai situasi. Semua variabel penelitian, baik
yang dimanipulasi di dalam atau di antara subjek, itulah variabel perlakuan.
Perlakuan dalam pendidikan bisa bervariasi seperti metode, media, ataupun gaya
penyampaian.
24
Lawrence A. Pervin, dan Michael Lewis, Perspectives in Interactional Psychology,
(New York: Plenum Press, 1978), p. 239-240.
10
Aptitude Treatment Interaction (ATI) juga memiliki arti secara substantif
teoritis yaitu sebuah model yang memiliki sejumlah strategi pembelajaran
(perlakuan) yang efektif digunakan untuk memenuhi perbedaan kemampuan
masing-masing tiap individu.
Hal senada juga dikemukakan oleh Cronbach (1996) bahwa ATI
Approach
“..as the study of aptitude-treatment interaction approaach (ATI) is
the search for treatment that are tailored to individual differences
in aptitudes. That is, treatments that are optimally effective for
students of different aptitude levels”.
Dapat diartikan bahwa model ATI sebagai sebuah pendekatan yang mencari
perlakuan-perlakuan yang sesuai dengan perbedaan kemampuan tiap individu, di
mana perlakuan tersebut sangat efektif di peruntukkan bagi siswa yang memiliki
perbedaan tingkat kemampuannya. perlakuan-perlakuan (treatment) yang optimal
dan efektif, yang diterapkan untuk siswa yang heterogen tingkat kemampuannya
(aptitude).25
Berdasarkan pengertian-pengertian yang dikemukakan diatas, dapat
diperoleh beberapa makna esensial dari model pembelajaran ATI, sebagai berikut:
a. ATI merupakan sebuah model yang memiliki strategi pembelajaran
(treatment) yang efektif digunakan untuk siswa tertentu sesuai dengan
perbedaan kemampuan (aptitude)-nya.
b. Sebagai sebuah kerangka teoritik model pembelajaran ATI berasumsi bahwa
optimalisasi akademik/hasil belajar akan tercipta bilamana perlakuan-
perlakuan (treatment) dalam pembelajaran disesuaikan sedemikian rupa
dengan perbedaan kemampuan siswa (aptitude).
c. Terdapat hubungan timbal balik antara hasil belajar yang dicapai siswa
dengan pengaturan kondisi pembelajaran dikelas atau dengan kata lain, hasil
belajar yang diperoleh siswa (achievement) tergantung kepada bagaimana
kondisi pembelajaran yang dikembangkan guru dikelas (treatment).
25
Syafrudin Nurdin, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individual
Siswa Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Ciputat: Quantum Teaching, 2005), h. 37- 38.
11
Dari rumusan pengertian dan makna essensial yang telah dikemukakan di
atas, terlihat bahwa secara hakiki model ATI bertujuan untuk menciptakan dan
pengembangan suatu model pembelajaran yang betul-betul peduli dan
memperhatikan hubungan antara kemampuan/bakat (aptitude) seseorang dengan
pengalaman belajar melalui perlakuan-perlakuan yang khas (treatment). Untuk
mencapai tujuan seperti digambarkan diatas. Model ATI berusaha mencari dan
menemukan sejumlah pendekatan, metode atau cara, strategi, kiat yang dapat
dijadikan sebagai perlakuan (treatment) yang tepat, yaitu treatment yang sesuai
dengan keberagaman kemampuan (aptitude) siswa. Kemudian melalui sesuatu
interaksi yang bersifat multiplikatif dikembangkan perlakuan-perlakuan
(treatment) tersebut dalam pembelajaran, sehingga akhirnya dapat diciptakan
optimalisasi prestasi akademik/hasil belajar. Model ATI dapat dikatakan berhasil
dalam mencapai tujuan, apabila terdapat kesesuaian antara kemampuan (aptitude)
siswa yang berbeda dengan perlakuan-perlakuan (treatment) yang telah
diimplementasikan dalam pembelajaran. 26
b. Langkah-langkah Pembelajaran Model Pembelajaran ATI
Adapun langkah-langkah yang terdapat pada model pembelajaran
aptitude treatment interaction (ATI), antara lain:
1) Treatment awal
Perlakuan awal pada tahap ini, siswa diklasifikasikan ke dalam kelompok
berdasarkan tingkat kemampuannya (aptitude/ability) melalui pemberian
aptitude test.
2) Pengelompokan siswa
Siswa di kelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu: kemampuan yang
tinggi, sedang dan rendah berdasarkan hasil aptitude test sebelumnya.
3) Memberikan perlakuan (Treatment)
Perlakukan pada masing-masing kemampuan siswa memiliki perbedaan.
Kelompok siswa yang memiliki kemampuan tinggi diberikan perlakuan
26
Ibid., h. 39-40.
12
melalui pendekatan belajar mandiri (self learning). Perlakuan pembelajaran
regular (regular teaching) untuk siswa kelompok yang sedang. Sedangkan,
siswa yang memiliki kemampuan rendah diberi perlakuan khusus melalui
reguler teaching+tutorial.
4) Achievement-Test
Tahap terakhir yaitu memberikan achievement test kepada siswa untuk
mengukur seberapa besar siswa memahami/ menguasai materi yang telah
dipelajarinya.27
c. Bakat (Aptitude) dalam Model Pembelajaran ATI
Bakat (aptitude) adalah kemampuan khusus dalam bidang tertentu.
Menurut W. B Michael (1960) bakat sebagai “pattern of behavior involved in the
performance of a task respect to which the individual has had little or no previous
training”. Menurut Michael dalam buku Nana Syaodih mengemukakan bahwa
bakat merupakan potensi yang belum dipengaruhi oleh pengalaman/ belajar, bakat
terkait dengan menguasai sesuatu pola tingkah laku dalam aspek kehidupan
tertentu.28
Dalam melihat potensi yang melekat pada diri seorang siswa,
diperlukan tes yang dapat mengukur kemampuan siswa. Dalam model
pembelajaran ATI, tes untuk mengetahui bakat kemampuan seorang siswa
dinamakan aptitude test. Aptitude test merupakan bentuk tes untuk mengetahui
kemampuan seseorang.29
Siswa di dalam suatu kelas tentunya memiliki perbedaan tiap individu,
terutama dalam hal bakat/kemampuan (aptitude). Ada tiga kategori kemampuan
dalam model pembelajaran ATI, yaitu: kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
Kelompok siswa yang dikemukakan oleh Bloom dan Gagne (1982, 1997) masih
terdapat siswa yang belajar cepat, sedang dan lambat dalam memahami suatu
pelajaran, tiap siswa tidak memiliki kecepatan memahami yang sama. Biasanya,
siswa yang sudah dapat mengerti hanya mendengarkan penyampaian guru saja,
27
Ibid., h. 42-43.
28 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2007), cet. IV, h. 101-102. 29
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 85.
13
inilah siswa yang termasuk kemampuan tinggi (cepat). Sedangkan, siswa yang
cenderung memiliki kemampuan sedang hanya dengan penyampaian guru sekali
belum cukup paham dan perlu diulang dua kali. Sementara, siswa yang
mempunyai kemampuan rendah saat diberi penyampaian tidak cukup hanya dua
kali saja. Para siswa tersebut perlu bimbingan khusus dan motivasi dalam belajar
agar mereka dapat paham dan mengerti.30
Potensi/ kemampuan siswa dapat diidentifikasi melalui pengumpulan
informasi. Dalam pengumpulan informasi, ada dua cara untuk mengidentifikasi
siswa yaitu: data objektif dan data subjektif. Cara pengumpulan informasi melalui
data objektif untuk mengidentifikasi siswa, antara lain: skor intelegensi individu,
skor intelegensi kelompok, skor tes prestasi, skor tes akademik, dan skor tes
kreatif. Sedangkan pengumpulan informasi melalui data subjektif untuk
mengidentifikasi siswa, antara lain: ceklis perilaku, nominasi oleh guru, nominasi
oleh orang tua, nominasi teman sebaya, nominasi diri sendiri.31
d. Perbedaan Perlakuan terhadap Perbedaan Kemampuan
Perbedaan kemampuan menuntut guru untuk memberikan perlakuan
yang berbeda. Belajar mandiri (self learning), siswa dituntut untuk membaca
modul, buku, dan lain-lain secara mandiri. Perlakuan tersebut berlaku pada
kelompok siswa yang memiliki kemampuan tinggi karena siswa dianggap akan
lebih baik belajar sendiri dan lebih fokus pada seluruh tujuan.32
Kelompok siswa
yang memiliki kemampuan sedang di beri perlakuan model pembelajaran
konvensional (regular teaching). Namun, dalam perlakuannya model
pembelajaran dilaksanakan seoptimal mungkin. Sedangkan, kelompok siswa
dengan kemampuan yang rendah diberi pembelajaran seperti halnya dengan
kelompok siswa dengan kemampuan sedang. Hal ini diberlakukan, agar siswa
yang memiliki kemampuan rendah tidak merasa seperti siswa yang dinomor
duakan di dalam kelas. Setelah diberi perlakuan pembelajaran konvensional
30
Syafrudin Nurdin, op.cit, h. 65-66. 31
Hamzah B. Uno dan Masri Kudrat Umar, Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran
sebuah Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet. I, h. 23-24. 32
Syafrudin Nurdin, op.cit., h. 51.
14
(regular teaching) siswa selanjutnya diberi perlakuan khusus, di mana siswa
didampingi dan bombing untuk mengulang kembali pelajaran (re-
teaching+tutoring). Dengan demikian, siswa dapat memahami pelajaran yang
diberikan.33
2. Model Pembelajaran Konvensional
Model tersebut memiliki ciri khas yakni, di mana siswa dianggap
memiliki kemampuan atau bakat (aptitude) yang relatif sama (normal). Guru
memberikan pembelajaran kepada siswa dengan cara pembelajaran yang sama
dengan jumlah pembelajaran dan waktu yang ada, sehingga siswa mencapai hasil
belajar yang normal juga.34
Hal yang sama dituturkan oleh E.T. Ruseffendi, model pembelajaran
konvensional ini para siswa diajarkan oleh guru dalam satu ruang kelas, dengan
menganggap bahwa siswa memiliki minat, kepentingan, kecakapan dan kecepatan
belajar yang relatif sama. Pembelajaran hanya berpusat pada guru, dan siswa
cenderung menerima saja dan kurang peran aktif saat proses belajar mengajar
berlangsung. Pada pengajaran model itu, siswa satu persatu tidak mungkin
diperhatikan oleh guru, baik kecepatan belajarnya, kesenangannya, kebiasaan
belajar dan lain-lain.35
3. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Sebagaimana yang diuraikan oleh Kunandar, hasil belajar adalah
kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik
yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar
mengajar. Menurut Hamalik (2003) dikutip dalam buku karangan Kunandar,
33
Ibid., h. 54.
34 Iif Khoiru Ahmad, dkk., Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2011), cet. I, h. 107. 35
E.T. Ruseffendi, Pengajaran Matematika Modern untuk Orangtua Murid Guru dan
SPG, (Bandung: Tarsito, 1979), h. 231.
15
bahwa hasil belajar adalah pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan
sikap-sikap serta kemampuan peserta didik.36
Hal yang senada juga dikemukakan oleh Ahmad (2016), kemampuan
yang didapat oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar disebut hasil belajar.
Dalam kegiatan pembelajaran, guru akan menetapkan tujuan yang akan dicapai
setelah belajar. Apabila siswa dapat memenuhi tujuan-tujuan dalam pembelajaran,
dengan demikian siswa dapat dikatakan berhasil dalam belajar.37
Kesimpulan mengenai hasil belajar dari beberapa uraian yang telah
dikemukakan di atas bahwa hasil belajar merupakan perubahan kemampuan baik
aspek pengetahuan, keterampilan maupun sikap yang dimiliki siswa, sehingga ia
dapat memenuhi tujuan-tujuan pembelajaran yang ada, setelah siswa mengalami
proses kegiatan pembelajaran.
b. Tujuan dan Manfaat Hasil Belajar
Adapun tujuan dilakukannya penilaian hasil belajar peserta didik, antara
lain:
1) Melacak kemajuan peserta didik
2) Mengecek ketercapaian kompetensi peserta didik
3) Mendeteksi kompetensi yang belum dikuasai oleh peserta didik
4) Menjadi umpan balik untuk perbaikan bagi peserta didik.
Selain tujuan terdapat juga manfaat penelitian hasil belajar yang
dilakukan oleh guru, sebagai berikut:
1) Mengetahui tingkat pencapai kompetensi selama dan setelah proses
pembelajaran berlangsung.
2) Memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan
kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi.
36
Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013) Suatu Pendekatan Praktis Disertai dengan Contoh, (Depok: PT Rajagrafindo
Persada, 2014), h. 62. 37
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2016), cet. IV, h. 12.
16
3) Memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta
didik.
4) Umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode pendekatan, kegiatan dan
sumber belajar yang digunakan.
5) Memberikan pilihan alternatif penilaian kepada guru.
6) Memberikan informasi kepada orang tua tentang mutu dan efektivitas
pembelajaran yang dilakukan sekolah.38
c. Macam-macam Hasil Belajar
Adapun macam-macam ranah hasil belajar menurut Benyamin Bloom,
yaitu ranah kognitif (pengetahuan), psikomotorik (keterampilan), dan afektif
(sikap).39
Uraian mengenai ranah kognitif, psikomotorik dan afektif, sebagai
berikut:
1) Ranah kognitif
Ranah yang berhubungan dengan aktivitas otak (berpikir) disebut ranah
kognitif (al-Nahiyah al-Fikriyyah).40
Pada model aptitude-treatment interaction
yang lebih dominan dilihat yaitu pada hasil belajar adalah ranah kognitif. Untuk
lebih jelasnya mengenai kategori-kategori kognitif sebagai berikut:
a) Mengingat, kategori kognitif yang membutuhkan memori jangka panjang
dalam mengambil pengetahuan. Proses mengingat seperti mengenali,
mengingat kembali.
b) Memahami, kategori kognitif yang mengkonstruksi makna dari materi
pembelajaran baik berupa lisan, tulisan, maupun grafik yang disampaikan
melalui pengajaran. Proses memahami antara lain menafsirkan,
mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan,
membandingkan dan menjelaskan.
38
Kunandar, op.cit., h. 70-71. 39
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Surabaya:
Pustaka Pelajar, 2009), h. 74. 40
Anas Sudijono. Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
1996), cet. I, h. 49.
17
c) Mengaplikasikan, kategori kognitif yang melibatkan prosedur-prosedur
tertentu dalam menyelesaikan masalah. Proses mengaplikasikan meliputi
mengeksekusi dan mengimplementasikan.
d) Menganalisis, kategori kognitif yang melibatkan proses memecah materi
menjadi beberapa bagian dan menentukan hubungan bagian-bagian tersebut
dan antara setiap bagian maupun struktur keseluruhannya. Proses-proses
kognitif menganalisis antara lain membedakan, mengorganisasi, dan
mengatribusikan.
e) Mengevaluasi, kategori kognitif berdasarkan kriteria dan standar dalam
mengambil keputusan. Proses mengevaluasi seperti memeriksa dan
mengkritik.
f) Mencipta, kategori kognitif yang membentuk suatu yang baru dan koheren
dengan memadukan bagian-bagian atau guna membuat produk yang orisinal.
Proses-proses mencipta antara lain merumuskan, merencanakan dan
memproduksi.41
2) Ranah afektif
Ranah yang berhubungan dengan tingkah laku atau sikap disebut dengan
ranah afektif (al-Nahiyah al-Mauqifiyyah). Menurut Krathwohl (1974) dikutip
dalam buku Anas. Ada lima tahapan sebagai berikut:
a) Receiving (Penerimaan), tingkat tahapan terendah dalam hasil belajar ranah
afektif. Di mana seseorang menerima stimulus yang datang kepadanya.
b) Responding (Pemberian respons), dalam hal ini seseorang menjadi peserta
yang memberikan reaksi secara aktif.
c) Valuing (Penilaian), yang mengacu kepada nilai dan kepercayaan terhadap
kejadian tertentu. Di mana sesorang memilih nilai yang baik atau buruk.
d) Organization (Pengorganisasian), yang berkenaan dengan mengatur nilai-
nilai. Di mana nilai tersebut membentuk sistem internal (diatur) sehingga hal
41
Lorin W. Anderson dan David R. Krawthwohl, Kerangka Landasan untuk
Pembelajaran, Pengajaran dan Assesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom, Terj. Agung
Prihantoro, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2015), h. 44-45.
18
tersebut menjadi suatu nilai yang baru. Inilah tahapan yang lebih tinggi
dibandingkan tahapan yang sebelumnya.
e) Charactherization by a value or value complex (Karakterisasi), yang
berkenaan dengan gaya hidup seseorang dan karakter atau pola kepribadian.
Di mana nilai-nilai yang tertanam dapat mempengaruhi kepribadian dan
emosi seseorang.42
3) Ranah psikomotorik
Ranah yang berhubungan dengan keterampilan disebut ranah
psikomotorik (Nahiyah al-Harakah).43
Menurut R. H. Dave (1970) dalam ranah
psikomotorik terdapat lima tahap, sebagai berikut:
Tabel 2.1 Kategori Hasil Belajar Domain Psikomotorik
Level Karakteristik
Imitasi Mengembangkan model keterampilan
Manipulasi Melaksanakan keterampilan secara independen
Ketepatan Mempraktekkan keterampilan dengan tepat
Artikulasi Mengintegrasikan gerakan secara benar
Naturalisasi Mempraktikkan keterampilan secara alami
Domain yang telah disebutkan oleh Dave, lalu dirangkum oleh Callahan menjadi
empat, yakni: gerakan (gross coordination), manipulasi (finer coordination),
komunikasi (communication of ideas & feeling), dan kreasi (coordination of all
skills from all three domains).44
42
Anas Sudijono, op.cit., cet. I, h. 54-56. 43
Ibid., h. 57. 44
A. Wahab Jufri, Belajar dan Pembelajaran Sains, (Bandung: Pustaka Reka Cipta,
2013), cet. I, h. 69.
19
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Keberhasilan seorang siswa dalam belajar dipengaruhi dua faktor utama,
yaitu faktor dari dalam siswa dan faktor lingkungannya. Kemampuan berpikir atau
tingkah laku intelektual, motivasi, minat dan kesiapan siswa baik jasmani maupun
rohani termasuk ke dalam faktor yang disebabkan oleh siswa itu sendiri. Lain
halnya dengan sarana, prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-
sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan, keluarga, dan lingkungan
termasuk ke dalam faktor lingkungan. Hal yang sama dikemukakan oleh
Wasliman (2007) yang dikutip dalam buku Ahmad Susanto bahwa faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa ada dua yakni faktor internal dan faktor
eksternal. Untuk lebih jelasnya, berikut uraian mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar:
a. Faktor internal, faktor yang berasal dari diri siswa itu sendiri, diantaranya
kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap,
kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.
b. Faktor eksternal, faktor yang berasal dari luar siswa, diantaranya keluarga,
sekolah dan masyarakat.45
Hal yang senada dituturkan oleh Slameto, faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu: faktor intern dan faktor ekstern. Adapun
faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor intern (faktor yang terdapat dari
dalam siswa), meliputi:
a. Faktor jasmaniah
Faktor-faktor yang terkait dengan jasmaniah, antara lain: faktor kesehatan dan
cacat tubuh.
b. Faktor psikologis
Faktor-faktor yang terdapat pada faktor psikologis, yaitu: intelegensi, minat,
bakat, motif, kematangan dan kesiapan.
c. Faktor kelelahan
Sedangkan, faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor ekstern (faktor
yang terdapat dari luar siswa), antara lain:
45
Ahmad Susanto, op.cit., h. 12.
20
a. Faktor keluarga
Faktor keluarga meliputi: cara orangtua mendidik, relasi antaranggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua,
latarbelakang kebudayaan.
b. Faktor sekolah
Faktor yang terdapat di lingkungan sekolah antara lain: metode yang
digunakan saat mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa
dengan siswa, displin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran
yang tinggi, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah.
c. Faktor masyarakat
Faktor yang terdapat pada masyarakat, yakni: kegiatan siswa dalam
masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.46
5. Kajian Subjek Materi Gelombang Bunyi dan Cahaya
a. Kompetensi inti materi gelombang bunyi dan cahaya
Kompetensi inti yang terdapat pada kurikulum 2013 revisi, sebagai
berikut:
KI.1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI.2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI.3 Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
46
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), ed.rev; cet. V, h. 54-72.
21
minatnya untuk memecahkan masalah.
KI.4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan
metode sesuai kaidah keilmuan. 47
b. Kompetensi dasar materi gelombang bunyi dan cahaya
Kompetensi dasar merupakan kemampuan demi tercapainya kompetensi
ini yang harus didapatkan oleh siswa melalui pembelajaran.48
Berikut ini adalah
kompetensi dasar yang ada pada kurikulum 2013 revisi, antara lain:
Tabel 2.2 Kompetensi Dasar49
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.10 Menerapkan konsep dan
prinsip gelombang
bunyi dan cahaya dalam
teknologi
4.10 Melakukan percobaan
tentang gelombang bunyi
dan/ atau cahaya, berikut
presentasi hasil percobaan
dan makna fisisnya
misalnya sonometer, dan
kisi difraksi
c. Peta konsep materi gelombang bunyi dan cahaya
Peta konsep materi gelombang bunyi dan cahaya sebagai berikut:
47
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Silabus Mata Pelajaran Sekolah Menengah
Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA): Mata Pelajaran Fisika, (2016), h. 4-5. 48
Fadlillah, Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTs, dan
SMA/MA, (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2014), cet. I, h. 54. 49
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, op.cit., h. 20-21.
22
Gambar 2.1 Peta Konsep Gelombang Bunyi
Gelombang Bunyi
Karakteristik
Gelombang
bunyi
Jenis-Jenis
Gelombang
Bunyi
Cepat Rambat
Gelombang Bunyi Efek
Doppler Pipa Organa
Zat Padat
Zat Cair
Zat Gas
Intensitas
bunyi Taraf
Intensitas
bunyi
Mengalami
gejala-gejala
gelombang
bunyi
Dawai
Pipa
Organa
Terbuka
Pipa
Organa
Tertutup
refleksi
refraksi
difraksi
interferensi
Merambat
melalui medium Berdasarkan
frekuensi
infrasonik
audiosonik
ultrasonik
Dibagi menjadi
dua macam
mempelajari
1 2 3 4 5 6 7 8
23
Gambar 2.2 Peta Konsep Cahaya
Cahaya
Dispersi
Cahaya Difraksi
Cahaya Interferensi
Cahaya Polarisasi
Cahaya Spektrum
Cahaya Penerapan
cahaya di bidang
teknologi
Difraksi
Celah
Tunggal
Difraksi
Celah
Banyak
Berdasarkan
Frekuensi Interferensi
Cahaya
Celah
Ganda
Young
membahas
Teknologi
LED dan
LCD
mempelajari
Penyerapan
selektif
Pemantulan
Pembiasan rangkap
Hamburan
dibagi
menjadi dua
Merah
Jingga
Kuning
Hijau
Biru
Nila
Ungu
1 2 3 4 5 5
24
d. Materi Gelombang bunyi
1) Karakteristik gelombang bunyi
Gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal di mana energi
membuat partikel udara berbentuk sebuah rapatan dan regangan sehingga
merambat ke seluruh ruangan. Ketika udara dalam keadaan vakum (tidak ada
udara) maka gelombang bunyi tidak dapat didengar ini disebabkan oleh tidak ada
medium perambatan, misalnya saja astronot yang berada di luar angkasa. Para
astronot dalam berkomunikasi tidak menggunakan gelombang suara melainkan
menggunakan gelombang elektromagnetik, karena gelombang elektromagnetik
tidak memerlukan medium perantara untuk menjalar.50
Ada dua hal dari suatu
bunyi yang dapat didengar oleh manusia, yaitu: kenyaringan (loudness) dan
ketinggian (pitch). Kenyaringan berkaitan erat sekali dengan energi gelombang
bunyi yang dihasilkan, sedangkan ketinggian bunyi berhubungan dengan tinggi
rendahnya bunyi dan besaran fisikanya adalah frekuensi. Jadi, jika frekuensi
tinggi maka makin tinggi ketinggian, jika frekunsi rendah maka makin rendah
ketinggian. Jangkaian frekuensi yang dapat didengar oleh manusia sebesar 20 Hz
sampai dengan 20.000 Hz. Sedangkan diluar jangkauan yang dapat di dengar
manusia ada dua macam, yaitu ultrasonik dan audiosonik. Ultrasonik merupakan
bunyi dengan frekuensi di atas 10.000 Hz. Infrasonik merupakan bunyi dengan
frekuensi di bawah 20 Hz.51
2) Cepat rambat bunyi
a) Penurunan kecepatan gelombang bunyi
Sebuah tabung yang dilengkapi piston di salah satu ujungnya, lalu piston
diberikan tekanan dan tarikan sehingga menimbulkan gelombang longitudinal
yang terdengar seperti bunyi. Di sinilah terjadi perbedaan tekanan setiap posisi
pada fluida, akibat fluida merenggang dan merapat.
50
Mohamad Ishaq, Fisika Dasar Edisi 2, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), cet. I, h. 201. 51
Douglas C. Giancoli, Fisika Jilid 1, Edisi Kelima, terj. dari Physics: Principles with
applications. Fifth Edition, oleh Yuhilza Hanum, (Jakarta: Erlangga, 2001), h. 409-410.
25
Gambar 2.3 Perbedaan Tekanan Fluida
Perbedaan dititik 1 dan 2 adalah , maka gaya yang bekerja adalah:
dengan menerapkan hukum II Newton:
melalui massa jenis fluida, m adalah massa fluida yang terlibat sepanjang titik 1
dan 2 yang dapat dihitung:
di mana V adalah volume silinder dari titik 1 ke 2, yang dihitung dari jarak ke 1
ke 2 yakni dikali luas penampangnya A, dengan demikian:
jika percepatan dituliskan sebagai a = , maka:
jika kedua ruas dikalikan v:
1 2
26
atau
kita perhatikan perbandingan selisih kecepatan terhadap kecepatan adalah
sama dengan perbandingan selisih volume dengan volume asal:
dengan demikian, persamaan menjadi
, maka kecepatan gelombang
dalam fluida:
√
Pada bagian pembilang merupakan modulus Bulk K, seperti yang kita ketahui di
dalam bab elastisitas. Secara umum persamaan gelombang dalam fluida (zat cair
atau udara) sebagai berikut:
√
………………..…………………….. (2.1)
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa cepat rambat dipengaruhi oleh modulus
Bulk dari medium dan massa jenisnya.52
b) Pengaruh temperatur pada kecepatan bunyi
Persamaannya sebagai berikut:
Kita tuliskan dalam bentuk diferensial
52
Mohamad Ishaq, op.cit., h. 202-204.
27
di udara berlaku sifat adiabatik, di mana tidak adanya kalor baik masuk maupun
keluar dari sistem. Dengan demikian, persamaan sebagai berikut:
merupakan konstanta udara, lalu kembali lakukan diferensial pada rumus
( ) ( )
atau
jika persamaan di atas disubstitusikan sehingga rumusan
Udara dianggap sebagai gas ideal yang memiliki persamaan PV = nRT, atau
( ) , di mana M merupakan masa molar, sehingga persamaan menjadi
Persamaan berikut di masukkan ke dalam persamaan di atas sebelumnya maka
akan menghasilkan persamaan cepat rambat gelombang bunyi.53
√
………………………………. (2.2)
3) Efek Doppler (Azas Doppler)
Menurut Christian Johann Doppler (1803-1853) menerangkan kejadian
bahwa frekuensi yang didengar seorang pengamat akan berubah jika terdapat
gerak relatif antara sumber dan pengamat. Jika sumber dan pengamat (pendengar)
diam dan angin bertiup mendekati pengamat, tidak terjadi perubahan frekuensi
yang didengar. Gerak angin hanya mempercepat muka gelombang tiba di
pengamat.54
Sehingga persamaan Efek Doppler sebagai berikut:
………………….…………… (2.3)
53
Ibid., h. 204-205. 54
Ganijanti Aby Sarojo, Gelombang dan Optika, (Jakarta: Salemba Teknika, 2011), h.
48-49.
28
Keterangan:
frekuensi bunyi yang terdengar oleh pendengar (Hz)
frekuensi yang dihasilkan oleh sumber bunyi (Hz)
kecepatan sumber bunyi (m/s)
kecepatan pendengar (m/s)
v = kecepatan rambat bunyi di udara (m/s)
dengan: tanda (+) jika sumber menjauhi pendengar dan (-) jika mendekati
pendengar dan bertanda (+) jika mendekati sumber, tapi (-) jika menjauhinya.
Hasil pengamatan Doppler mengemukakan bahwa frekuensi yang didengar oleh
pendengar belum tentu sama dengan frekuensi bunyi yang dihasilkan oleh sumber
bunyi. Perbedaan tersebut diakibatkan diantaranya arah gerak sumber bunyi,
pengamat dan kecepatannya. Pada kenyataannya, efek Doppler ini terbukti pada
tahun 1853 di Holland dari hasil uji coba menggunakan kereta api yang diberikan
terompet didalamnya. 55
4) Dawai
Pada peristiwa dawai gelombang yang terbentuk yaitu gelombang
transversal. Gelombang transversal ada dua jenis yaitu gelombang ujung terikat
dan gelombang ujung bebas. Untuk lebih jelasnya berikut ini penjelasannya:
a) Jika kedua ujung terikat, sehingga menghasilkan titik simpul.
55
Mohamad Ishaq, op.cit., h. 212-213.
29
Gambar 2.4 Gelombang Tegak pada Dawai dengan Kedua Ujung Tidak
Bebas Gambar di atas (a) menjelaskan keadaan pada nada dasar, gambar (b) menjelaskan
keadaan 1 oktaf di atas nada dasar (nada atas pertama), dan gambar (c)
menjelaskan keadaan 2 oktaf di atas nada dasar (nada atas kedua).
i. Nada dasar (harmonik pertama)
atau
, maka
ii. Nada atas pertama (harmonik kedua)
, maka
iii. Nada atas kedua (harmonik ketiga)
, maka
dan seterusnya:
( ) . ……………..………...… (2.4)
b) Jika salah satu ujung tidak terikat (bebas), sehingga menghasilkan titik perut.
30
Gambar 2.5 Gelombang Tegak pada Dawai dengan Satu Ujung Bebas
i. Nada dasar (harmonik pertama)
atau
, maka
ii. Nada atas pertama (harmonik ketiga)
atau
, maka
iii. Nada atas kedua (harmonik kelima)
atau
, maka
dan seterusnya:
( ) ………………………… (2.5)
Pada umumnya
,
√
56
……………………….…. (2.6)
5) Pipa organa terbuka
Pipa organa terbuka mirip dengan dawai yang kedua ujungnya terikat (tidak
bebas).
56
Ganijanti Aby Sarojo, op.cit., h. 189-192.
31
Gambar 2.6 Gelombang Tegak pada Pipa Organa Terbuka
i. Nada dasar (harmonik pertama)
ii. Nada atas pertama (harmonik kedua)
iii. Nada atas kedua (harmonik ketiga)
57…………………………… (2.7)
6) Pipa organa tertutup
Pada pipa organa tertutup mirip dengan dawai yang salah satu ujungnya
terikat dan ujung lain bebas (tidak terikat).
57
Ibid., h. 194.
32
Gambar 2.7 Gelombang Tegak pada Pipa Organa Tertutup
i. Nada dasar (harmonik pertama)
ii. Nada atas pertama (harmonik ketiga)
iii. Nada atas kedua (harmonik kelima)
58 ……………………........... (2.8)
7) Intensitas bunyi
Gelombang bunyi yang kita dengar berbentuk bola. Energi akan tersebar
secara merata berbentuk seperti bola ketika sumber bunyi memancarkan
gelombang, dengan jari-jari yang makin membesar jika makin menjauhi sumber
bunyi. Apabila energi menjauhi sumber bunyi, energi tersebut semakin kecil
58
Ibid., h. 193.
33
dengan rasio 1/r2 dari energi sumber bunyinya dengan r jarak pendengar dari
sumber bunyi. Sehingga, rumus intensitas bunyi yaitu:59
………………...……….….. (2.9)
Keterangan:
I = intensitas Bunyi (W/m2)
P = Daya (Watt)
r = jari-jari (meter)
Tabel 2.3 Intensitas Berbagai Macam Bunyi60
Sumber Bunyi Tingkat Intensitas
(dB)
Intensitas (W/m2)
Pesawat jet pada jarak 30 m 140 100
Ambang rasa sakit 120 1
Konser rock yang keras
dalam ruangan
120 1
Sirine pada jarak 30 m 100
Interior mobil, yang melaju
pada 90 km/jam
75
Lalu lintas jalan raya yang
sibuk
70
Percakapan biasa, dengan
jarak 50 cm
65
Radio yang pelan 40
Bisikan 20
Gemerisik daun 10
Batas pendengaran 0
59
Mohamad Ishaq, op.cit., h. 206-207. 60
Douglas C. Giancoli, op.cit., h. 411.
34
8) Taraf intensitas bunyi
Perbandingan antara intensitas bunyi dengan harga intensitas ambang
untuk bunyi dinamakan taraf intensitas bunyi. Persamaan taraf intensitas bunyi
sebagai berikut:61
……………..…………… (2.10)
Keterangan:
TI = taraf intensitas (dB)
I = intensitas bunyi (w/m2),
= intensitas ambang (w/m2)
e. Materi Cahaya
1) Hakikat Cahaya
Teori-teori yang mengemukakan tentang cahaya, antara lain:
Teori korpuskuler (the corpuscular theory of light)
Teori korpuskuler dikemukakan oleh Newton, pada pertengahan abad 17
teori ini masih dianggap benar. Menurutnya cahaya merupakan korpuskel-
korpuskel (partikel) yang dipancarkan dari sumbernya dan merambat secara garis
lurus dengan kecepatan tinggi. Teori ini memiliki keunggulan yaitu dapat
menerangkan peristiwa pemantulan dan pembiasan, namun tidak dapat
menerangkan peristiwa interferensi.
Teori undulasi
Huygens mengemukakan bahwa cahaya adalah sumber bergetar yang
menghasilkan gelombang. Merambat dalam medium disebut eter. Eter tersendiri
memiliki pengertian yaitu zat yang dapat mengisi pada ruang vakum.
Teori gelombang elektromagnetik (the electromagnetic wave theory of light)
Teori dikemukakan oleh Maxwell (pada awal abad 19), ia menerangkan
bahwa cahaya merupakan gelombang elektromagnetik.62
61
Sudaryono, Dasar-dasar Fisika: Konsep, Rumus & Evaluasi Mandiri, (Depok:
Rajawali Press, 2018), cet. I, h. 130.
35
2) Dispersi
Benda tembus cahaya yang memiliki dua bidang pembias yang
membentuk sudut dinamakan prisma. Sudut yang terbentuk dari kedua bidang
pembias tersebut disebut sudut pembias. Jika sinar datang masuk prisma, sinar
tersebut akan dibiaskan oleh bidang pembias. Akibat dari pembiasan ini arah sinar
pantul tidak sama dengan arah sinar datang yang masuk. Sudut antara arah sinar
datang yang masuk dan sinar pantul yang keluar dinamakan sudut deviasi.
Gambar 2.8 Sinar Datang yang Masuk dan Sinar Pantul yang Keluar pada
Prisma
Besar sudut deviasi prisma:
( ) ( )
: sudut puncak prisma atau sudut pembias prisma
: sudut datang pada bidang pembias 1
: sudut bias pada bidang pembias 1
: sudut datang pada bidang pembias 2
: sudut bias pada bidang pembias 2
62
Ganijanti Aby Sarojo, op.cit., h. 77-78.
36
: sudut deviasi (sudut antara sinar masuk dan sinar keluar)
Sudut deviasi minimum, diberikan oleh rumus:
( )
(
) …..………………. (2.11)
Untuk kecil sekali ( kurang dari 15 )
( )
adalah indeks bias prisma relatif terhadap lingkungan.
Sudut deviasi dipengaruhi oleh sudut pembias dan indeks bias prisma. Indeks bias
prisma bergantung dari jenis sinar yang datang dan jenis bahan prismanya.
Berikut ini tabel berbagai indeks bias dari bermacam-macam sinar:
Tabel 2.4 Indeks Bias dari Bermacam Sinar
Warna Kaca kerona Kaca Flinta
Merah 1,514 1,638
Kuning 1,520 1,650
Biru 1,527 1,664
Ungu 1,533 1,675
Akibat adanya perbedaan indeks bias dari bermacam sinar, sehingga ketika
sinar putih (matahari) datang ke suatu prisma, sinar tersebut terurai menjadi
berbagai jenis warna. Sinar dengna indeks bias kecil yaitu sinar merah, sedangkan
sinar indeks biasnya besar yaitu warna ungu.63
Gambar 2.9 Dispersi pada Prisma
63
Yohanes Surya, Optika, (Tangerang: PT Kandel, 2014), h. 147-148.
37
Suatu kejadian ketika suatu berkas campuran panjang gelombang lalu terjadi
penguraian warna pada cahaya disebut dispersi.64
Selisih sudut deviasi sinar ungu
Du sinar merah Dm dinamakan sudut dispersi Ф.
Untuk sinar yang mengalami deviasi minimum.
65
…….………………… (2.12)
3) Spektrum cahaya tampak
Visible Light Spectrum atau dikenal dengan spektrum cahaya tampak
merupakan spektrum radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang yang
dapat dilihat manusia sekitar 700-400 nanometer. Daerah yang terdapat pada
cahaya tampak diidentifikasi sebagai daerah cahaya dengan tujuh warna, yaitu
merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.66
Gambar 2.10 Spektrum Cahaya67
4) Difraksi
Difraksi adalah terjadi ketika cahaya mengenai suatu penghalang, lalu
cahaya tersebut dibelokkan. Peristiwa ini di temukan pertama kali oleh Francesco
M. Grimaldi (1618-1663) dan peristiwa ini juga diketahui oleh Huygens (1620-
1695) dan Newton (1642-1727). Namun, Newton tidak menemukan teori
64
Ganijanti Aby Sarojo, op.cit., h. 241. 65
Yohanes Surya, loc.cit. 66
Efrizon Umar, Buku Pintar Fisika, (Jakarta: Media Pusindo, 2008), cet. I, h. 207. 67
Tim Penerbit, Ensiklopedia IPTEK, Terj. dari The Kingfisher Science Encyclopedia,
Kingfisher Publications Plc, London, (Jakarta: PT Lentera Abadi, 2007), Edisi rev., h. 320.
38
gelombang disini sedangkan Huygens percaya akan teori gelombang dan tidak
percaya dengan difraksi. Dengan demikian, Huygens tetap percaya bahwa cahaya
berjalan lurus. Fresnel (1788-1827) menguatkan teori Huygens yang menerangkan
difraksi, sehingga prinsip ini dinamakan Prinsip Huygens-Fresnel.
Pola difraksi memiliki pola yang serupa dengan pola interferensi, pada
layar pengamatan terdapat tempat-tempat terang dan gelap. Perbedaannya yaitu
pada pola difraksi intensitas paling terang di tengah-tengah, disebut maksimum
pusat, di mana makin jauh dari maksimum pusat, intensitas maksimumnya makin
berkurang, sedangkan pada pola interferensi intensitas maksimum sama besar.
Adapun macam-macam difraksi, untuk lebih jelasnya
Difraksi Fraunhofer
Apabila letak sumber cahaya dan layar jauh sekali dari celah, artinya:
berkas yang memasuki celah harus sejajar dan yang keluar dari celah harus
sejajar. Celah dapat diartikan sebagai lubang berbentuk persegi panjang yang
memiliki lebar yang kecil namun memiliki panjang yang terlalu besar. Difraksi
Fraunhofer membicarakan tentang difraksi seperti: celah tunggal (single slit),
lubang bulat (circular aperture), dua celah sempit, dan kisi (celah banyak).
Difraksi Fresnel
Apabila jarak sumber-celah dan celah-layar dekat, berkas tidak perlu
sejajar, celah lebar dan tidak sempit. Difraksi Fresnel membahas tentang difraksi
lubang bulat, celah persegi, penghalang berbentuk piringan, dan penghalang
berbentuk lancip.68
Dalam bahasan kali ini, peneliti hanya membahas tentang difraksi
Fraunhofer yaitu Difraksi Celah Tunggal dan Kisi.
Celah Tunggal
Celah tunggal ialah suatu celah sempit. Ketika celah tunggal dilewati sinar
datang akan didifraksikan. Prinsip Huygens mengemukakan bahwa tiap titik pada
celah dapat dianggap sebagai sumber cahaya koheren.
68
Ganijanti Aby Sarojo, op.cit., h. 215-217.
39
Gambar 2.11 Difraksi Celah Tunggal
Pada gamabr di atas menunjukkan beda lintasan antara B1 dengan gelombang A1
adalah (
) sin (b adalah lebar celah). termasuk beda lintasan gelombang
B2 dan A2, B3 dan A3, B4 dan A4 dan seterusnya.
Jika
maka tiap pasangan gelombang akan berinteraksi saling meniadakan
mengakibatkan pada titik P terjadi pita gelap
atau
( ) ………………………… (2.13)
40
Jika gelombang datang dipecah menjadi 4 kelompok: A, B, C dan D. Beda
lintasan antara gelombang A1 dan B1 adalah (
) . Pasangan yang berbeda
lintasan di tiap gelombang baik A maupun B (
) .m hal yang sama tiap
gelombang di C dan D memiliki perbedaan lintasan (
) .
Jika
maka semua pasangan gelombang akan berinterferensi lalu saling
menghapuskan, sehingga di titik P terjadilah pita gelap.
(
)
atau
Kemudian, jika gelombang dipecah menjadi 6 kelompok: A, B, C, D, E, dan F,
maka akan diperoleh pita gelap terjadi saat
Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa pita gelap (interferensi saling
meniadakan) terjadi saat
( ) ……………….. (2.14)
Dengan m = 1, 2, 3,…69
69
Yohanes Surya, op.cit., h. 156-159.
41
Gambar 2.12 a) Gelombang Dibagi 4 Kelompok dan b) Difraksi Pita Gelap
Gambar b menunjukkan bahwa letak pita gelap pada layar. Lihat dengan seksama,
bahwa terang pusat di pusat layar dengan terang yang lebih lebar dari terang yang
lainnya.
Kisi Difraksi
Kisi difraksi adalah suatu pengubah amplitudo atau fase dari sebuah
gelombang ketika melewati sederetan lubang atau penghalang. Biasanya terdapat
sejumlah lubang yang sejajar yang memilikir jarak yang sama.70
Goresan pada
kisi mencapai 5000 goresan per cm. Sehingga jarak antara dua celah sangat kecil
sebesar 1/5000 = cm. Kisi dapat digunakan dalam menentukan suatu
panjang gelombang cahaya.
70
Frederick J. Bueche dan Eugene Hecht, Scauhm’s Outlines Teori dan Soal-soal FIsika
Universitas Edisi Kesepuluh, terj. dari Scauhm’s Outlines of Theory and Problems of College
Physics Tenth Edition, oleh Refina Indriasari, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 262.
a. b.
42
Gambar 2.13 Gelombang Cahaya pada Kisi
Perhatikan gambar di atas, diantara layar dan kisi terdpaat sebuah lensa cembung
yang berfungsi memfokuskan sinar ke titik P. Intensitas yang terlihat pada layar
ialah kombinasi interferensi dan difraksi.
Pada difraksi kisi tiap lubang dianggap sebagai sumber gelombang yang koheren.
Beda lintasan gelombang dari kedua lubang yang berdekatan . Jika
beda lintasan tersebut sama dengan kelipatan panjang gelombang ,
sehingga seluruh gelombang yang tiba di titik P akan berinterferensi saling
menguatkan. Persamaan menjadi:
(terang) ……………………… (2.15)
dengan m = 0, 1, 2, 3, …71
5) Interferensi
Interferensi adalah kerja sama (superposisi) dari dua gelombang atau lebih
yang bertemu pada saat yang sama di tempat yang sama pula, sehingga terjadi
kerja sama yang menguatkan atau melemahkan.72
71
Yohanes, op.cit., h. 160-161. 72
Ganijanti Aby Sarojo, op.cit, h. 210.
43
Gambar 2.14 Interferensi Cahaya (Percobaan Young)73
Pada percobaan Young melalui 2 celah sempit, berlaku:
, syarat terjadi interferensi minimum. ……………..…………. (2.16)
( ) , syarat terjadi interferensi maksimum. …………….. (2.17)
Persamaan berlaku apabila = jarak celah-layar.74
Tabel 2.5 Perbedaan antara Interferensi dan Difraksi75
No. Interferensi Difraksi
1. Hasil Superposisi dari dua muka
gelombang yang berbeda yang
datang dari dua sumber koheren.
Hasil superposisi gelombang-
gelombang sekunder yang datang dari
titik-titik berbeda dari muka
gelombang yang sama.
2. Dalam pola (frinji) interferensi,
daerah-daerah intensitas
minimum biasanya hamper
gelap total. Jadi ada batas yang
jelas antara frinji gelap dan
terang.
Dalam pola difrakasi, intensitas pada
minimum tidak pernah nol. Jadi
kurang ada batas jelas antara frinji
gelap dan terang.
73
Yohanes Surya, op.cit., h. 152. 74
Ganijanti Aby Sarojo, op.cit., h. 166. 75
Artoto arkundato, Sutisna dan Supeno, Materi Pokok Fisika Dasar 2, (Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka, 2015), cet. V, h. 5.25.
44
3. Dalam pola interferensi semua
maksimum mempunyai sama
intensitasnya.
Dalam difraksi semua pita terang tidak
sama intensitasnya.
4. Lebar peta frinji interferensi
mungkin sama, mungkin tidak.
Dalam difraksi lebar frinji difraksi
selalu tidak sama.
6) Polarisasi cahaya
Thomas Young tahun 1817 menyediakan suatu dasar eksperimental untuk
mempercayai bahwa gelombang cahaya adalah transversal. Dua orang di antara
orang-orang yang sezaman dengannya, yakni Dominique-Francois Arago (1786-
1853) dan Augustin Jean Fresnel (1788-1827), dengan membiarkan sebuah sinar
cahaya jatuh pada sebuah kristal klasit, mampu menghasilkan dua sinar yang
terpisah. Secara sangat mengherankan sinar-sinar ini, walaupun merupakan sinar-
sinar koheren, tidak menghasilkan pinggir interferensi tetapi hanya menghasilkan
suatu penerangan yang uniform. Young mendeduksi dari ini bahwa cahaya
haruslah kedua sinar tersebut haruslah tegak lurus terhadap satu sama lain.76
Polarisasi adalah keadaan (orientasi) bidang getar dari E (medan listrik).
Berikut macam-macam polarisasi:
Polarisasi linear. Suatu gelombang disebut terpolarisasi linear, bila
gelombang tersebut hanya bergetar pada satu bidang getar (datar) yang
disebut juga bidang polarisasi. Polarisasi linear disebut juga polarisasi bidang.
Polarisasi lingkaran. Apabila gelombang memiliki amplitude tetap, tetapi arah
medan berubah-ubah. Polarisasi ini dapat terjadi apabila dua gelombang
dengan amplitudo sama superposisi.
Polarisasi eliptis. Sama seperti polarisasi lingkaran,tetapi dengan amplitud0
tidak selalu sama besar.77
Cahaya belum terpolarisasi dapat menjadi terpolarisasi melalui dua metode
sebagai berikut:
76
David Halliday dan Robert Resnick, Fisika Edisi Ketiga, Jilid 2, terj. dari Physics 3rd
Edition, oleh Pantur Silaban dan Erwin Sucipto (Jakarta: Erlangga, 1984), h. 796-797. 77
Ganijanti Aby Sarojo, op.cit., h. 79-80.
45
i. Polarisasi akibat penyerapan (absorption)
Metode ini adalah metode yang paling umum digunakan untuk
mendapatkan cahaya yang terpolarisasi. Untuk membuat cahaya terpolarisasi
membutuh bahan yang dapat menyerap gelombang yang tidak diinginkan dan
membiarkan salah satu arah getar dapat terlewati. Zat yang digunakan ini
dinamakan zat dikroik. E.H. Land pada tahun 1938 menemukan polaroid dengan
bahan sejenis zar dikroik. Arah getar cahaya yang diteruskan sejajar dengan
sumbu cahaya disebut sumbu transmisi.
Gambar 2.15 Cahaya Datang pada Keping Polaroid
Vektor medan listrik E membentuk sudut dengan sumbu transmisi.
Vektor E dapat digantikan dengan komponen vektor dan . Lalu, komponen
diserap polaroid dan komponen diteruskan. Besar komponen yang
diteruskan adalah .
Kuadrat dari amplitudo sebanding dengan intensitas gelombang yang diteruskan
Intensitas rata-rata gelombang yang diteruskan dihitung dengan merata-ratakan
terhadap semua kemungkinan nilai . Karena nilai rata-rata
maka
besarnya intensitas rata-rata yang diteruskan
………….…….. (2.18)
46
Kesimpulan: apabila cahaya yang belum terpolarisasi masuk ke dalam suatu
polaroid maka intensitas gelombang yang diteruskan adalah ½ intensitas mula-
mula. (I0 merupakan intensitas cahaya yang datang)
Gambar 2.16 Polarisator dan Analisator
Gambar tersebut menunjukkan suatu gelombang belum terpolarisasi dengan
intensitas I0 datang pada sebuah polarisator. Intensitas setelah keluar polarisator
adalah I1 = ½ I0.
Cahaya tersebut kemudian masuk analisator yang membentuk sudut .
Besarnya intensitas setelah melewati analisator, sebanding dengan atau
…………..…………………… (2.19)
Persamaan tersebut disebut hokum Malus. Berdasarkan persamaan yang telah
diperoleh, dapat disimpulkan maka intensitas yang keluar adalah nol karena
sumbu transmisi analisator dan polarisator membentuk sudut 90 derajat.
ii. Polarisasi akibat pemantulan
Peristiwa ini terjadi pada saat cahaya tak terpolarisasi ada yang dibiaskan
dan ada pula yang dipantulkan. Cahaya yang terpantul akan terpolarisasi
sedangkan cahaya yang dibiaskan tidak terpolarisasi. ketika cahaya yang
dipantulkan akan terpolarisasi dan membentuk sudut, sudut inilah yang disebut
sudut polarisasi (sudut Brewster).
47
Gambar 2.17 Seberkas Cahaya Tidak Terpolarisasi Datang pada Permukaan
Kaca pada Sudut Brewster
Hasil eksperimen diperoleh bahwa
Dari persamaan Snell:
………………..………….... (2.20)
Gabungkan kedua persamaan tersebut, sehingga persamaan diperoleh:
( )
atau
…………………………… (2.21)
Dimana merupakan indeks bias relatif medium sinar dibiarkan dan medium
sinar datang. Rumus ini dikenal sebagai hukum Brewster.78
78
Yohanes Surya, op.cit., h. 162-165.
48
7) Teknologi LCD dan LED
LCD
LCD singkatan dari Liquid Crystal Display, dimana layar dapat
menghasilkan warna yang cukup tajam walaupun tidak memiliki tabung katoda,
tanpa radiasi dan tidak melelahkan mata. Monitor tersebut berbahan kristal cair
yang di dalamnya terdapat piksel yang cukup banyak. Cahaya yang dihasilkan
monitor ini bersumber dari lampu neon putih yang terdapat di belakang Kristal.
LED
LED singkatan dari Light Emitting Diode, monitor ini adalah
perkembangan dari teknologi LCD. Penggunaan teknologi LED backlight pada
layar monitor LED. 79
Perbedaan LCD dan LED
Adapun perbedaan yang dimiliki LCD dan LED, sebagai berikut:
Tabel 2.6 Perbedaan LCD dan LED80
Keterangan LCD LED
Kekurangan Kelebihan
Tingkat kontras Kontras gambar
yang kurang tajam
Kontras gambar yang tajam
(jutaan piksel)
Konsumsi listrik Cukup besar
konsumsi listrik
Lebih hemat konsumsi listrik
Ketebalan Layar Tipis Lebih tipis
Penggunaan
Backlightning
teknologi
CCFL (Cold
Cathode Flourescent
Lamp)
LED (Light Emitting Diode)
79
Ritaelfianis, Pengertian dan Perbedaan antara LCD dengan LED, 24 September 2019,
(ritaelfianis.com). 80
Agus Dwi, 6 Perbedaan TV LCD dan TV LED yang perlu Anda Ketahui, 24 September
2019, (www.foldertekno.com).
49
Daya tahan Jangka waktu
pemakaian relatif
pendek.
Jangka waktu pemakaian
relatif panjang, namun sekali
rusak, susah untuk diperbaiki
Harga Relatif murah Cukup mahal
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Berikut ini ada beberapa hasil penelitian yang relevan dengan model
pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI), antara lain:
a. Z. Dongoran (2014), dalam penelitian jurnal nasional dengan judul “Efek
Model Pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) terhadap Aktivitas
dan Generik Sains Fisika Siswa”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
aktivitas siswa yang diajar dan kemampuan generik sains fisika siswa yang
diajar menggunakan model pembelajaran ATI lebih baik dibandingkan
dengan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran langsung. 81
b. Antomi Siregar, dkk. (2018) “Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran ATI
(Aptitude Treatment Interaction) dan Model Pembelajaran TAI (Team
Assisted Individually): Dampak terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”,
menginformasikan bahwa Model pembelajaran ATI dinilai lebih efektif
digunakan dalam pembelajaran fisika siswa SMA.82
c. Franciska Ayuningsih R. (2018), dalam Seminar Nasional dengan judul
“Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik untuk Meningkatkan Hasil
Belajar sesuai Model Aptitude Treatment Interaction pada Materi Fluida
Dinamis” menginformasikan bahwa terdapat peningkatan hasil siswa dalam
81
Zulkipli Dongoran, “Efek Model Pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction)
terhadap Aktivitas dan Generik Sains Fisika Siswa”, Jurnal Pendidikan fisika, vol. 3, No. 2, 2014,
h. 40-45. 82
Antomi Saregar, Rahma Diani dan Ridho kholid. “Efektivitas Penerapan Model ATI
(Aptitude Treatment Interaction) dan Model TAI (Team Assited Individually): Dampak terhadap
Hasil Belajar Fisika Siswa”. Jurnal Pendidikan Fisika dan Keilmuan (JPFK), Maret 2017, h. 28-
35.
50
menguasai konsep fluida dinamis melalui penggunaan model pembelajaran
aptitude treatment interaction (ATI).83
d. Erniati Unggul Wahyono dan Nurjanah (2017), dalam penelitian jurnal
dengan judul “Perbandingan Hasil Belajar Fisika antara Model Pembelajaran
Aptitude Treatment Interaction dengan Model Student Teams Achievement
Division” menginformasikan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar dari
kedua model tersebut, namun presentasi skor rata-rata posttest lebih unggul
model ATI dibandingkan dengan model STAD.84
e. Thomas M. Scaife dan Andrew F. Heckler (2013), dalam penelitian jurnal
internasional dengan judul “The Dependence of Instructional Outcomes on
Individual Differences: An Example from DC Circuit” menginformasikan
bahwa perbedaan kemampuan yang ada pada siswa membutuhkan pengajaran
yang berbeda pula, agar siswa dapat sama-sama berhasil.85
f. Maisya Anjani (2016), dalam penelitian dengan judul “Pengaruh Model
Aptitude Treatment Interaction (ATI) Berbantuan Multimedia terhadap Hasil
Belajar Siswa pada Konsep Fluida Statis”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh model Aptitude Treatment Interaction (ATI)
berbantuan multimedia terhadap hasil belajar siswa pada konsep fluida statis.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 5 Depok. Kelas eksperimen dalam
penelitian ini adalah kelas X MIA 4 dan kelas kontol adalah kelas X MIA 3,
yang menginformasikan bahwa rata-rata hasil belajar siswa yang
menggunakan model ATI berbantuan multimedia lebih unggul dibanding
kelas kontrol pada semua jenjang kognitif. Respon siswa terhadap
pembelajaran menggunakan model ATI berada pada kategori baik, dan hasil
83
Franciska Ayuningsih Ratnawati, “Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik untuk
Meningkatkan Hasil Belajar sesuai Model Aptitude Treatment Interaction pada Materi Fluida
Dinamis”, SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya), Pasca Sarjana Magister Pendidikan
Fisika UAD, Yogyakarta, 2018, h. 94-101. 84
Erniati, Unggul Wahyono dan Nurjannah, “Perbandingan Hasil Belajar Fisika antara
Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dengan Model Student Teams
Achievement Division (STAD) pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Ampana Kota”, Jurnal
Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT), vol. 3, no. 2, 2017, h. 11. 85
Thomas M. Scaife dan Andrew F. Heckler, “The Dependence of Instructional
Outcomes on Individual Differences: An Examole from DC Cicuits”, Department of Chemistry and
Engineering Physics, Department of Physics, 2013, h. 370-374.
51
observasi kegiatan siswa selama pembelajaran juga berada pada kategori
baik.86
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan deskriptif teoritik yang telah diuraikan sebelumnya, kita dapat
menyusun kerangka berpikir. Kerangka berpikir disusun berdasarkan variabel
yang dipakai dalam penelitian ini adalah model pembelajaran aptitude treatment
interaction (ATI) dan hasil belajar.
Penggunaan model pembelajaran dikelas biasanya, menggunakan model
yang kurang mengakomodasi keragaman kemampuan (aptitude) individu.
Pemilihan model pembelajaran yang kurang tepat akan menghambat dan
mempengaruhi tercapainya suatu tujuan pembelajaran.
Model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction itu model dimana
keragaman individu dapat diakomodasi, baik yang berkemampuan tinggi, sedang
dan rendah. Model ini memiliki 4 tahapan yaitu aptitude test, pengelompokkan,
treatment dan achievement test. Treatment yang digunakan untuk siswa yang
berkemampuan tinggi dapat belajar sendiri dan dapat pengawasan guru,
sedangkan berkemampuan sedang dan rendah dapat belajar bersama agar siswa
yang berkemampuan rendah tidak merasa minder. Namun untuk berkemampuan
rendah diberikan re-teaching dan tutorial agar dapat mengejar ketertinggalan.
Kerangka berpikir pada penelitian yang dibuat oleh peneliti dapat
digambarkan, sebagai berikut:
86
Maisya Anjani, “Pengaruh Model Aptitude Treatment Interaction (ATI) Berbantuan
Multimedia terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Fluida Statis”, Skripsi pada Sarjana UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2017, h. 62, tidak dipublikasikan.
52
Gambar 2.18 Bagan Kerangka Berpikir
Kurikulum 2013 revisi
Upaya di perlukan agar
dapat optimalkan
kemampuan siswa
Model Pembelajaran
Aptitude Treatment
Interaction (ATI)
Adanya peningkatan hasil
belajar siswa pada konsep
gelombang bunyi dan cahaya
Permendikbud No.22 tahun
2016 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan
Menengah
(Pengakuan atas dasar
perbedaan kemampuan siswa)
Guru belum menerapkan
pembelajaran yang dapat
mengakomodasi kemampuan
siswa yang heterogen.
Rendahnya hasil ulangan
siswa
UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003
pasal 40 ayat 2a (menciptakan
suasana pendidikan yang
bermakna, menyenangkan, kreatif,
dinamis dan dialogis)
1. Aptitude Test
2. Pengelompok
kan
3. Treatment
4. Achievement
Test
Sulitnya memahami
fisika
Guru belum
menciptakan
suasana yang
bermakna
Teori David
Ausubel (Belajar
bermakna)
fakta fakta
akibat
relevan
53
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dari penelitian ini adalah model pembelajaran Aptitude
Treatment Interaction (ATI) berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada
konsep gelombang bunyi dan cahaya.
54
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Peneliti melakukan penelitian selama bulan Maret 2019 sampai dengan
bulan April 2019, di sekolah MAN 2 Kota Bekasi pada semester genap tahun
ajaran 2018/2019.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode Quasi Experimental Design merupakan metode yang dipilih oleh
peneliti, yang dimana penelitian ini tidak dapat mengontrol variabel-variabel dari
luar sepenuhnya yang mempengaruhi pelaksanaan penelitian, hanya dari variabel-
variabel tertentu.87 Metode ini menggunakan kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment
Interaction (ATI), sedangkan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran
konvesional/ regular.
Penelitian ini menggunakan desain Nonequivalent Control Group
Design. Desain penelitian ini mengambil dua sampel terdiri dari kelas ekperimen
dan control, tidak secara random. Pada awal sebelum diberikan treatment semua
kelas (baik eksperimen maupun kontrol) diberikan pretest. Namun guna
mengetahui tingkat kemampuan siswa, peneliti menggunakan data nilai ulangan
harian bab sebelumnya untuk mengelompokkan siswa menjadi 3 tingkat
kemampuan (kemampuan tinggi, kemampuan sedang dan kemampuan rendah)
sebagai aptitude test. Setelah itu kedua kelas diberikan perlakuan masing-masing,
dan terakhir diberikan posttest pada kedua kelas (eksperimen dan kontrol).88
87
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2011), cet. XIV, h. 77. 88
Ibid., cet. XXVI, h. 116.
55
Gambar 3.1 Desain Penelitian89
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan segala sesuatu hal yang ditetapkan oleh
peneliti berbentuk apa saja untuk dipelajari sehingga memperoleh informasi, lalu
ditemukan kesimpulannya.90 Dalam penelitian kuasi eksperimen peneliti
menggunakan dua macam variabel, yaitu variabel terikat dan variabel bebas.
Variabel bebas merupakan suatu hal khusus yang diukur dari subjek yang diteliti
sebelum mendapat perlakuan. Sedangkan variabel terikat adalah ciri-ciri khusus
yang melekat pada subjek yang diteliti setelah mendapat perlakuan.91
Ada dua
variabel yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini, untuk lebih jelasnya
sebagai berikut:
Variabel bebas (X) : Model Pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction).
Variabel terikat (Y) : Hasil Belajar Siswa.
D. Prosedur Penelitian
Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam melakukan
penelitian, antara lain:
1. Tahap Persiapan
1) Melakukan observasi terhadap masalah yang terjadi di sekolah. Pengamatan
ini dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri Kota Bekasi dengan menggunakan
angket.
89
Sugiyono, op.cit., h. 116. 90
Ibid., h. 60. 91
Endang Mulyatiningsih, Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2012), cet. I, h. 88-89.
X 02
O4
O1
O3
56
2) Menyusun RPP, LKS (Lembar Kegiatan Siswa) dan bahan ajar yang akan
digunakan. sesuai dengan pokok bahasan yang dipilih.
3) Menyusun instrumen Penelitian.
4) Melakukan survei tempat untuk uji coba instrumen dan penelitian.
5) Menguji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian yang akan digunakan.
6) Membagi sampel menjadi dua macam kelas yaitu kelas eksperimen dan
kontrol menggunakan purposive sampling.
2. Tahap Pelaksanaan
1) Mengelompokkan siswa kelas ekperimen dan kelas kontrol berdasarkan
kemampuan tinggi, sedang dan rendah melalui data nilai ulangan harian siswa
(aptitude test).
2) Memberikan tes awal, pretest pada kedua kelompok (eksperimen maupun
kontrol) untuk mengetahui pemahaman awal siswa.
3) Melakukan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada kelas eksperimen, sedangkan pada
kelas kontrol menerapkan model pembelajaran konvensional (kurikulum 2013
revisi).
4) Memberikan tes akhir, posttest pada kedua kelompok (eksperimen maupun
kontrol) untuk mengevaluasi pembelajaran.
3. Tahap Akhir
1) Menganalisis data hasil penelitian berdasarkan data yang diperoleh oleh
peneliti baik data pretest maupun posttest.
2) Membuat pembahasan dan kesimpulan berdasarkan data penelitian yang telah
diolah dan dianalisis.
3) Selanjutnya membuat laporan penelitian.
57
E. Populasi dan Sampel
Populasi merupakan sekumpulan objek yang akan dikaji atau diteliti yang
memiliki karakteristik tertentu.92
Target populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas XI MAN 2 Kota Bekasi pada tahun ajaran 2018/2019 di
semester genap yang karakteristik siswanya homogen. Namun karakteristik di
dalam kelas cukup heterogen, di mana di antara siswa memiliki kemampuan
kognitif yang tinggi, sedang dan rendah.
Sampel yang akan digunakan berdasarkan populasi dengan teknik non-
probability sampling. Non-Probability sampling di mana populasi tidak memiliki
kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian.93 Pemilihan sampel
berdasarkan kelompok subjek yang berkumpul bersama secara alami. Setelah itu,
pengambilan sampel diambil dari sejumlah kelas yang ada berdasarkan
pertimbangan peneliti. Sampel tersebut akan dibagi menjadi dua kelas, dimana
ada kelas yang diberikan treatment model pembelajaran ATI dan kelas yang lain
sebagai kelompok kontrol menerapkan model pembelajaran konvensional
(kurikulum 2013 revisi).
F. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling.
Teknik purposive sampling merupakan teknik di mana sampel yang diambil
berdasarkan pada tujuan atau pertimbangan tertentu.94 Peneliti mengambil sampel
kelas eksperimen yang memiliki kemampuan yang rendah, karena peneliti
memiliki tujuan yaitu meningkatkan hasil belajar siswa masih cenderung rendah.
Setelah di ambil keputusan pengambilan sampel, sampel yang dijadikan kelas
eksperimen dan kontrol lalu dikategorikan kemampuannya menjadi tiga tingkatan,
yaitu kelompok tinggi, kelompok sedang dan kelompok rendah berdasarkan data
92
Ibid., h. 9. 93
Riduwan dan Akdon, Rumus dan Data dalam Aplikasi Penelitian, (Bandung: Alfabeta,
2011), cet. V, h. 245. 94
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT., Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 254.
58
hasil ulangan harian siswa (data objektif) sebagai aptitude test. Peneliti dalam
menentukan tingkatan tersebut memiliki langkah-langkah sebagai berikut:95
a) Menjumlahkan skor yang diperoleh dari semua siswa.
b) Menghitung nilai Mean dan Deviation Standard atau Standar deviasi.
c) Menentukan batas-batas kelompok.
1) Kelompok atas (tinggi), seluruh siswa yang memiliki skor, dimana skor
rata-rata ditambah standar deviasi, yang lebih dari itu.
2) Kelompok sedang, seluruh siswa yang memiliki skor antara -1SD dan
+SD.
3) Kelompok kurang (rendah), seluruh siswa yang memiliki skor -1SD dan
yang kurang dari itu.
Data nilai ulangan harian siswa diambil oleh peneliti saat sebelum
melakukan pretest. Peneliti menggunakan data nilai ulangan harian siswa sebagai
aptitude test sekaligus sebagai dasar pengambilan keputusan untuk menentukan
kelas eksperimen (XI IPA 3) dan kelas kontrol (XI IPA 1). Berdasarkan hasil
penelitian dan analisis data, berikut ini rangkuman mengenai data yang diperoleh
oleh peneliti:
Tabel 3.1 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Nilai Ulangan Harian
Siswa
Pemusatan dan
Penyebaran
Data
Kelas XI IPA 1 Kelas XI
IPA 2 Kelas XI IPA 3
Nilai Terendah 30 30 30
Nilai Tertinggi 85 85 85
Rata-rata (mean) 55 54,88 54,75
Median 55 55 55
Modus 55 50 40
Standar Deviasi 14,936 14,828 14,976
Uji Normalitas Sig. = 0,243 Sig. = 0,163 Sig. = 0,208
95
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2016), cet. V, h. 299.
59
Uji Homogenitas Sig. = 0,998
Keputusan Kelas Kontrol - Kelas Eksperimen
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai ulangan harian siswa
dari ketiga kelas menunjukkan berdistribusi normal dan homogen. Sehingga data
ini dapat digunakan menjadi dasar pengambilan sampel dan menjadi acuan untuk
menentukan kategori kemampuan siswa (tinggi, sedang dan rendah) sebagai
aptitude test. Peneliti menggunakan teknik purposive sampling (pertimbangan
tertentu), sehingga kelas XI IPA 1 dijadikan sebagai kelas kontrol sedangkan XI
IPA 3 dijadikan kelas eksperimen. Kelas XI IPA 3 dijadikan kelas eksperimen
karena siswa di kelas tersebut terdapat banyak siswa yang memiliki
kemampuan/bakat (aptitude) cenderung rendah. Perhitungan dan analisis data
yang lebih detail terdapat pada lampiran C.1 sampai dengan C.6.
G. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan intrumen tes dan non tes sebagai teknik
pengumpulan datanya. Dalam hal ini instumen tes yang digunakan yaitu tes
objektif meliputi pretest dan posttest. Sedangkan intrumen non tes yang
digunakan yaitu angket dan observasi saat studi pendahuluan dan observasi saat
pembelajaran berlangsung. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut ini:
Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data
Data Jenis
Tes Jenis Data yang Dikumpulkan
Pretest Tes
Hasil belajar siswa sebelum di beri
perlakuan (ranah kognitif).
Posttest Tes
Hasil belajar siswa setelah di beri
perlakuan (ranah kognitif).
Angket dan observasi Non tes Saat studi pendahuluan
Observasi Non Tes Rubrik penilaian kinerja siswa ketika
60
proses pembelajaran berlangsung (ranah
psikomotrik dan afektif).
Instrumen tes dan non tes (saat studi pendahuluan) yang digunakan
peneliti dapat dilihat pada lampiran B.1 sampai dengan B.5. Sedangkan instrumen
non tes (saat proses kegiatan siswa) dapat dilihat pada setiap RPP tiap pertemuan
yang ada pada lampiran A.1 dan A.2.
H. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian teknik tes yang digunakan pada penelitian ini,
adalah tes objektif. Tes objektif meliputi dua kali digunakan, saat pretest dan
posttest. Pretest untuk mengetahui pemahaman awal siswa sebelum diberikan
perlakuan. Sedangkan, posttest digunakan untuk mengetahui hasil setelah
diberikan perlakuan. Masing-masing sebanyak 40 butir soal yang berbentuk
pilihan ganda (multyple choice). Untuk lebih jelasnya, berikut tabel kisi-kisi
instrumen tes (soal pilihan ganda) yang digunakan oleh peneliti:
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Tes
Konsep Sub Konsep Indikator Aspek Kognitif Jumlah
Soal C1 C2 C3 C4
Gelombang
Bunyi
Karakteristik
gelombang
bunyi
Memahami
karakteristik
gelombang
bunyi.
1*,
2*,
3*,
4 4
Cepat rambat
gelombang
bunyi
Mengaplikasi-
kan besaran
dari cepat
rambat
gelombang
bunyi.
5* 6*,
7* 3
Azas Doppler Menentukan
nilai besaran
Azas Doppler.
8* 9*,
10*
11,
12,
13
6
Fenomena
dawai dan
pipa organa
Menghitung
nilai besaran-
besaran terkait
fenomena
16
*
14*
,
15*
,
18,
19
*,
20
7
61
dawai dan pipa
organa
(terbuka dan
tertutup).
17*
,
*
Intensitas dan
Taraf
intensitas
Menentukan
besaran-
besaran terkait
intensitas
bunyi dan taraf
intensitas
bunyi.
21
*
22,
23*
, 24
4
Cahaya Dispersi
cahaya
Memahami
fenomena
dispersi
cahaya.
25
*
26
* 2
Spektrum
cahaya
Mengetahui
spektrum
cahaya.
27
* 1
Difraksi
cahaya
Menghitung
nilai besaran-
besaran pada
peristiwa
difraksi.
28
*
29,
30*
, 31
4
Interferensi
cahaya
Menghitung
nilai besaran-
besaran pada
peristiwa
interferensi.
32
*
33
*
34,
35,
36*
5
Polarisasi
cahaya
Memahami
fenomena
polarisasi.
37
*
38,
39 3
Teknologi
LCD dan
LED
Mencontohkan
teknologi LCD
dan LED.
40
* 1
Total 8 10 16 6 40
Presentase 20
%
25
%
40
%
15
% 100 %
Keterangan:
* (tanda bintang) = butir soal yang valid.
1 (angka miring/italic) = butir soal yang digunakan sebagai pretest dan posttest.
62
Berdasarkan tabel 3.2 dapat diketahui bahwa soal yang valid sebanyak 27
butir soal, namun butir soal yang digunakan oleh peneliti sebanyak 25 butir soal.
Jadi, 25 butir soal tersebut digunakan oleh peneliti saat penelitian sebagai soal
pretest dan posttest, yang bisa dilihat pada lampiran B11.
I. Kalibrasi Instrumen Penelitian
Instrumen tes sebelum diberikan kepada siswa, harus di kalibrasi
instrumen tesnya terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas dari instrumen yang
digunakan oleh peneliti. Sebuah instrumen yang digunakan peneliti dapat
dikatakan baik bila memenuhi kriteria, antara lain: validitasnya, reliabilitasnya,
objektivitasnya, praktibilitas dan ekonomis.96
Kalibrasi instrumen tes (soal pilihan
ganda) yang digunakan pada penelitian ini, sebagai berikut:
1. Uji Validitas
Dalam penelitian ini uji validitas item yang digunakan adalah korelasi
point biseral, berikut rumus perhitungannya:97
√
………………………...…. (3.1)
Keterangan:
: Nilai koefisien korelasi point biseral dimana untuk mengetahui kekuatan
korelasi baik variabel I maupun variabel II, dalam hal ini dianggap
koefisien validitas item.
: Skor mean hitung yang didapatkan oleh testee, untuk butir item yang
telah dijawab testee dengan betul.
: Skor mean dari skor total.
: Deviasi standar dari skor total.
: Proporsi jawaban betul dari testee terhadap butir item yang sedang diuji
validitas itemnya.
96
Suharsimi Arikunto, op.cit., h. 72. 97
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2011), cet. II, h. 185.
63
: Proporsi jawaban salah dari testee butir item yang sedang diuji validitas
itemnya.
Penentuan interpretasi validitas suatu instrumen tes, didasarkan pada
tabel di bawah ini:
Tabel 3.4 Interpretasi Kriteria Validitas Instrumen Tes98
Koefisien korelasi (r) Interpretasi
0,80 sampai dengan 1,00 Sangat tinggi
0,60 sampai dengan 0,79 Tinggi
0,40 sampai dengan 0,59 Cukup
0,20 sampai dengan 0,39 Rendah
0,00 sampai dengan 0,20 Sangat rendah
Berikut hasil uji validitas instrumen tes yang digunakan oleh peneliti,
dapat dilihat pada tabel:
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Statistik Butir Soal
Jumlah Soal 40
Jumlah Siswa 40
Nomor Soal yang Valid 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 15, 16, 17, 19, 20,
21, 23, 25, 26, 27, 28, 30, 32, 33, 36, 37, 40
Nomor Soal yang Tidak
Valid
4, 11, 12, 13, 18, 22, 24, 29, 31, 34, 35, 38, 39
Jumlah Soal Valid 27
Persentase Soal Valid 67,5 %
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa soal yang valid berjumlah 27
butir soal dari 40 butir soal. Peneliti dalam menguji validitas tes menggunakan
bantuan aplikasi ANATES ver. 4,09. Pengolahan data dan hasil uji validitas
instrumen tes yang digunakan di atas dapat Anda lihat pada lampiran B6.
98 Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula,
(Bandung: Alfabeta, 2012), cet. VIII, h. 98.
64
2. Uji Reliabilitas
Suatu instrumen tes dapat disebut reliabel apabila instrumen tersebut ajeg
atau stabil dalam memberikan penilaian atas apa yang diukur dengan kenyataan.99
Pengujian reliabilitas untuk tes berbentuk pilihan ganda dalam penelitian ini
melalui pendekatan single test-single trial, di mana peneliti melakukan tes hanya
satu kali saja dan satu kelompok saja.100
Formula yang dipilih peneliti sebagai tes
reliabilitas yaitu rumus Kuder dan Richardson (KR20). Adapun rumusnya sebagai
berikut:101
(
) (
∑
) ….………..…….……. (3.2)
Keterangan:
: Koefisien reliabilitas tes.
: Banyaknya butir item.
: Bilangan konstan.
: Varian total.
: Proporsi jawaban betul dari testee terhadap butir item yang
bersangkutan.
: Proporsi testee yang jawabannya salah, atau .
∑ : Jumlah perkalian antara dengan .
Tabel 3.6 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen Tes102
Koefisien Korelasi Reliabilitas Interpretasi
r11 sama dengan atau lebih besar dari
0,70 Reliabel, tinggi
r11 lebih kecil dari 0,70 Tidak reliabel, tidak tinggi
Berikut hasil uji reliabilitas instrumen tes yang digunakan oleh peneliti,
perhatikan tabel berikut:
99 Suharsimi Arikunto, op.cit., cet. III, h. 100.
100 Anas Sudijono, op.cit., h. 213-214.
101 Ibid., h. 252-253.
102 Ibid., h. 209.
65
Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes Hasil Reliabilitas Keterangan
r11 = 0,086 Reliabel, tinggi
Peneliti dalam menguji reliabilitas tes menggunakan bantuan aplikasi ANATES
ver. 4,09. Untuk lebih jelasnya mengenai perolehan uji reliabilitas instrumen tes
dapat Anda lihat pada lampiran B7.
3. Uji Taraf Kesukaran
Taraf kesukaran ialah tes yang dapat memilih banyaknya responden tes
yang dapat mengerjakan soal dengan jawaban yang benar. Untuk melihat tingkat
kesukaran hitung caranya dengan membandingkan antara jumlah responden yang
mengerjakan soal dengan jawaban yang benar dengan keseluruhan jumlah
responden yang mengikuti tes tersebut. Persamaannya sebagai berikut:103
∑
……………………………………. (3.3)
Keterangan:
P : Tingkat kesukaran
∑ : Jumlah peserta didik yang menjawab benar
N : Jumlah peserta didik
Penentuan interpretasi tingkat kesukaran suatu instrumen tes mengacu
pada buku yang berjudul Measurement and Evaluation in Psychology and
Education yang dikemukakan oleh Robert L. Thorndike dan Elizabeth sebagai
berikut:
Tabel 3.8 Interpretasi Kriteria Indeks Kesukaran Instrumen Tes104
Besarnya (P) Interpretasi
Kurang dari 0,30 Terlalu sukar
0,30 sampai dengan 0,70 Cukup (sedang)
Lebih dari 0,70 Terlalu mudah
103
Zainal Arifin, Evaluasi pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2016), cet.
VII, h. 272. 104
Anas Sudijono, op.cit., h. 372.
66
Hasil yang diperoleh peneliti setelah data dikalibrasi, dirangkum dalam
tabel berikut ini:
Tabel 3.9 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes Interpretasi Nomor Butir Soal Jumlah Soal
Sukar 11, 12, 13, 22, 24, 26, 29, 31, 35, 38, 39 11
Sedang 2, 5, 9, 10, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 25, 27, 30,
33, 36
15
Mudah 1, 3, 4, 6, 7, 8, 15, 21, 23, 28, 32, 34, 37, 40 14
Peneliti dalam menguji tingkat kesukaran intrumen tes menggunakan
bantuan aplikasi ANATES ver. 4,09. Pengolahan data dan hasil dapat Anda lihat
pada lampiran B8.
4. Uji Daya Pembeda
Indeks diskriminan adalah angka yang menunjukkan besarnya daya
pembeda. Untuk menemukan indeks diskriminan, maka digunakan rumus:105
…………..………... (3.4)
Keterangan:
D : Daya pembeda
PA : Proporsi kelas atas yang menjawab benar
PB : Proporsi kelas bawah yang menjawab benar
BA : Banyak siswa golongan atas yang menjawab benar untuk setiap butir
soal
BB : Banyak siswa golongan bawah yang menjawab benar untuk setiap butir
soal
JA : Jumlah siswa kelas atas
JB : Jumlah siswa kelas bawah
105
Nana Syaodih Sukmadinata, op.cit., h. 245.
67
Dalam memberikan tafsiran mengenai daya pembeda, dapat digunakan
interpretasi yang terdapat pada tabel berikut:
Tabel 3.10 Interpretasi Kriteria Daya Pembeda Instrumen Tes106
Besarnya Diskriminan (D) Klasifikasi Interpretasi
Kurang dari 0,20 Poor Daya pembedanya lemah
sekali (jelek).
0,20 – 0,40 Satisfactory Daya pembedanya yang cukup.
0,40 – 0,70 Good Daya pembedanya yang baik.
0,70 – 1,00 Excellent Daya pembedanya baik sekali.
Bertanda negatif – Daya pembedanya bertanda
negatif (jelek sekali).
Hasil yang diperoleh peneliti mengenai daya pembeda instrumen tes,
berikut tabel hasil ujinya:
Tabel 3.11 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Tes
Interpretasi Nomor Butir Soal Jumlah
Soal
Jelek – poor 4, 11, 12, 22, 31, 34, 38, 39 8
Cukup – satisfactory 1, 6, 13, 40 4
Baik – good 3, 5, 7, 8, 10, 14, 15, 19, 21, 23, 28, 30,
32, 36, 37, 15
Sangat Baik – excellent 2, 9, 16, 17, 20, 25, 26, 27, 33 9
Jelek sekali 18, 24, 29, 35 4
Peneliti dalam menguji daya pembeda intrumen tes menggunakan
bantuan aplikasi ANATES ver. 4,09. Pengolahan data dan hasil dapat Anda lihat
pada lampiran B.9.
106
Anas Sudijono, op.cit., h. 389.
68
J. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis Data Tes
Pengujian prasyarat analisis data ini dilaksanakan sebelum melakukan uji
hipotesis. Pengujian Prasyarat analisis data tes tersebut menggunakan dua uji
yaitu normalitas dan homogenitas. Untuk lebih detailnya berikut uraiannya:
a. Uji Normalitas
Uji Saphiro-Wilk digunakan oleh peneliti untuk menguji sampel yang
berasal dari populasi. Persamaan dari uji Saphiro wilk, yaitu:107
(∑ ( ) )
∑ ( )
……………………….…. (3.5)
di mana
( ) = tatanan ( ), ( ), …, ( ).
= konstanta yang dibangkitkan dari purata (mean), variance dan covariance
sampel statistik tatanan sebesar n dari distribusi normal.
Persyaratannya sebagai berikut: 108
1) Data berskala interval/ ratio (kuantitatif)
2) Data belum dikelompokkan pada tabel distribusi frekuensi (data tunggal)
3) Data berasal dari sampel acak (random).
Dalam mengambil keputusan gunakan kriteria:
1) Jika nilai p-value lebih dari 5% maka H0 diterima, tolak Ha.
2) Jika nilai p-value kurang dari 5% maka H0 ditolak, terima Ha.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas data ini adalah untuk mengetahui kesamaan antara dua
kondisi atau populasi. Homogenitas dilakukan dengan melihat keadaan
kehomogenan populasi. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Barlett
dengan langkah-langkah sebagai berikut:109
1) Bagilah set data pada variabel menjadi beberapa kelompok.
107
Stanislaus S. Uyanto, Pedoman Analisis Data dengan SPSS, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2009), cet. I, h. 55. 108
Tri Cahyono, Statistik Uji Normalitas, (Purwokerto: Yasamas , 2015), h. 23-24. 109
Edi Riadi, Statistik Penelitian (Analisis Manual dan IBM SPSS), (Yogyakarta: ANDI,
2016), h. 127.
69
2) Hitunglah varian dari tiap kelompok yang dibentuk dengan rumus:
∑ (∑ )
( ) ………………….……..…. (3.6)
3) Susunlah kelompok tersebut ke dalam tabel di bawah ini
Sampel Db Varian (S2) Db S
2 Log S
2 Db log S
2
Jumlah
4) Menghitung varian gabungan dengan menggunakan persamaan berikut:
∑( )
∑( ) ………………………..…….. (3.7)
5) Menghitung nilai satuan B
(∑ )( ) ……………………….... (3.8)
6) Menghitung nilai chi kuadrat hitung
( )( (
) …………….……. (3.9)
7) Menentukan nilai chi kuadrat tabel,
( ) ..………………………... (3.10)
Di mana k = banyak kelompok varian
8) Kesimpulan
Jika
, maka dapat diikhtisarkan bahwa sampel berasal dari populasi
yang homogen.
2. Uji Hipotesis
Peneliti dalam melakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t dua
sampel independen untuk mengetahui pengaruh dari model ATI terhadap hasil
belajar. Persamaan uji-t jika terdapat dua sampel independen sebagai berikut:110
a. Dengan asumsi kedua variance sama besar (equal variance assumed):
110
Stanislaus S. Uyanto, op.cit., h. 160-161.
70
√
……….…………...………….. (3.11)
Dengan derajat kebebasan:
√( )
( )
………….………..….. (3.12)
dimana
= besar sampel pertama.
= besar sampel kedua.
b. Dengan asumsi kedua variance tidak sama besar (equal variance not
assumed):
√
……….………...……………. (3.13)
Dengan derajat kebebasan:
(
)
(
)
(
)
……………….…...……….. (3.14)
= dibaca nu adalah alphabet Yunani untuk n.
Sedangkan uji beda dua mean data berpasangan menggunakan paired
sampel t test. Peneliti gunakan uji-t tersebut untuk mengetahui perbedaan hasil
pretest dan posttest, khususnya kelas eksperimen. Berikut persamaan uji-t:111
∑
√ ∑ ( )
……………………………... (3.15)
Keterangan:
T = nilai t
d = selisih nilai posttes dan pretes
N = jumlah sampel
111
Edi Riadi, op.cit., h. 246.
71
3. Uji N-gain
Dalam mengetahui peningkatan kemampuan kognitif siswa, peneliti
menggunakan uji N-gain yang dikemukakan Archambault (2008) dengan
persamaan:112
100 …...……… (3.16)
di mana:
N-gain lebih dari 0,7 maka kategori tinggi.
N-gain besarnya 0,3 < 0,7 maka kategori sedang.
N-gain besarnya < 0,3 maka kategori rendah.
4. Analisis Data Non Tes
Analisis data non tes ini dilaksanakan saat studi pendahuluan dan saat
proses pembelajaran berlangsung. Untuk mengetahui lebih detailnya berikut
uraiannya:
a. Kuesioner (Angket)
Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan dan jawaban tertulis yang
ditujukan kepada responden untuk mengumpulkan data informasi. Peneliti
menggunakan kuesioner kombinasi berstruktur dan tak berstruktur dimana, satu
pihak memberi alternatif jawaban yang harus dipilih dilain pihak memberi
kebebasan kepada responden untuk menjawab secara bebas lanjutan dari jawaban
pertanyaan sebelumnya.113
Lembar angket untuk guru dan siswa dilakukan saat
studi pendahuluan, dapat dilihat pada lampiran B.1 dan B.2.
112
Rosdiana Meliana Situmorang, dkk., “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Sistem Ekskresi Manusia.”
Universitas Syiah Kuala, Jurnal EduBio Tropika, vol. 3, No. 2, Oktober 2015, h. 88. 113
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta 2010), h. 167-
168.
72
b. Observasi
Peneliti dalam melakukan penelitian teknik non tes menggunakan lembar
observasi. Lembar observasi yang digunakan untuk mengamati aktivitas siswa
ketika proses pembelajaran berlangsung. Peneliti menggunakan metode check-list
sesuai dengan rubrik penilaian yang dibuat oleh peneliti. Rubrik penilaian yang
digunakan oleh peneliti yaitu jenis penilaian kinerja (penilaian untuk kerja).
Rubrik merupakan pedoman penskoran yang digunakan untuk menentukan skor
dalam penilaian kinerja.114
Penilaian untuk kerja merupakan observasi yang
sistematik yang digunakan untuk memperoleh informasi terhadap seseorang.115
Peneliti menggunakan diskusi dalam tiap pertemuan kegiatan belajar mengajar,
karena metode diskusi merupakan kegiatan memecahkan suatu masalah yang
memerlukan ketelitian dan keputusan bersama.116
Terlebih lagi, penilaian kinerja
cocok digunakan untuk tugas tertentu seperti diskusi. Rubrik tersebut digunakan
untuk mengamati siswa di ranah psikomotorik maupun afektifnya. Sedangkan,
untuk memberikan skor dan nilai pada siswa, peneliti memiliki rumusan sebagai
berikut:117
………..……... (3.17)
Rubrik penilaian kinerja secara terperinci dapat dilihat pada lampiran A.1 dan A.2
dalam perangkat pembelajaran tiap pertemuan, sementara hasilnya dapat dilihat
pada lampiran B.13.
K. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah uji dua pihak. Uji dua
pihak yang digunakan sebagai pengujian hipotesis tak langsung, yakni separoh
114
Harun Rasyid dan Mansur, Penilaian Hasil Belajar, (Bandung: CV. WACANA
PRIMA, 2009), h. 221. 115
Sudaryono, Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta, Graha Ilmu, 2012),
cet. I, h. 75. 116
Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, (Ciputat: Quantum
Teaching, 2010), cet. III, h. 54. 117
Anas Sudijono, op.cit., h. 317.
73
berada di pihak kiri dan separoh lagi pihak kanan sebagai daerah penolakan.118
Berikut uji hipotesis statistik:
H0 : (tidak terdapat pengaruh model ATI terhadap hasil belajar siswa)
H1 : (terdapat pengaruh model ATI terhadap hasil belajar siswa)
Keterangan:
: Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan perlakuan model
pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI).
: Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan perlakuan model
pembelajaran konvensional.
118
Kadir, Statistika Terapan: Konsep, Contoh dan Analisis Data dengan Program SPSS/
Lisrel dalam Penelitian, Ed. kedua, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 138.
93
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang diperoleh dan
pembahasan, maka dapat disimpulkan secara umum bahwa penggunaan model
pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa pada konsep gelombang bunyi dan cahaya.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan secara khusus dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Kelas eksperimen (XI IPA 3) memiliki rata-rata hasil pretest sebesar 21,60,
sedangkan kelas kontrol (XI IPA 1) memiliki rata-rata hasil pretest sebesar
21,90. Setelah diberi perlakuan model pembelajaran ATI pada kelas
eksperimen (XI IPA 3) rata-rata hasil posttest yaitu 73,50, sedangkan kelas
kontrol (XI IPA 1) yang diberikan perlakuan model konvensional rata-rata
hasil posttest yakni 68,00. Hasil ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen
yang menggunakan model ATI lebih tinggi dibandingkan dengan kelas
kontrol yang menggunakan model konvensional.
2. Hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran ATI juga mengalami
peningkatan kemampuan berpikir terutama pada kategori kognitif C1
(mengingat), C2 (memahami), C3 (menerapkan) dan C4 (menganalisis).
Peningkatan kemampuan berpikir siswa secara uji N-gain nilai rata-ratanya
sebesar 0,67 (sedang). Sedangkan, nilai rata-rata uji N-Gain tiap siswa yang
menggunakan model pembelajaran konvensional sebesar 0,59 (sedang).
3. Hasil observasi siswa kelas eksperimen dan kontrol pada ranah afektif dan
psikomotorik masih tergolong baik. Begitupun hasil soal evaluasi pada ranah
kognitif tergolong baik.
94
B. Saran
Berdasarkan temuan selama penelitian, adapun beberapa saran yang
dapat diajukan untuk penelitian di masa mendatang antara lain:
1. Sebaiknya penelitian dengan model pembelajaran ATI dapat dipergunakan
sebagai referensi melakukan penelitian yang sejenis dengan menggunakan
materi yang lain.
2. Sebaiknya model pembelajaran ATI dapat dipadukan dengan perkembangan
teknologi yang ada, misalnya ditambahkan media pembelajaran.
3. Sebaiknya peneliti atau guru yang hendak menggunakan model pembelajaran
ATI untuk diterapkan dalam mata pelajaran fisika, dapat menyediakan waktu
pertemuan yang cukup banyak agar model ini dapat efektif.
4. Sebaiknya dalam pengkategorian kemampuan siswa menggunakan tes yang
mampu menunjukan kemampuan siswa secara komprehensif.
95
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Iif Khoiru, dkk. Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP. Jakarta:
Prestasi Pustaka. Cet. I, 2011.
Anderson, Lorin W. dan David R. Krawthwohl. Kerangka Landasan untuk
Pembelajaran, Pengajaran dan Assesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan
Bloom, Terj. Agung Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2015.
Arifin, Zainal. Evaluasi pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Cet. V,
2013.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: PT.
Bumi Aksara. Cet. V, 2016.
Arkundato, Artoto, dkk. Materi Pokok Fisika Dasar 2. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka. Cet. V, 2015.
_________, dkk. Materi Pokok Pembaharuan dalam Pembelajaran Fisika.
Jakarta: Universitas Terbuka. Cet. IV, 2008.
Ayuningsih R., Franciska. “Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik untuk
Meningkatkan Hasil Belajar sesuai Model Aptitude Treatment Interaction
pada Materi Fluida Dinamis. SNFA (Seminar Nasional Fisika dan
Aplikasinya).” Yogyakarta: Pasca Sarjana Magister Pendidikan Fisika
UAD, 2018.
Bramasti, Rully. Kamus Fisika. Surakarta: Aksarra Sinergi Media, 2012.
Cahyono, Tri. Statistik Uji Normalitas. Purwokerto: Yasamas, 2015.
Dahar, Ratna Wilis. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga,
2011.
Dongoran, Zulkipli. Efek Model Pembelajaran ATI (Aptitude Treatment
Interaction) terhadap Aktivitas dan Generik Sains Fisika Siswa. Jurnal
Pendidikan fisika. 3, 2014.
Dwi, Agus. “6 Perbedaan TV LCD dan TV LED yang Perlu Anda Ketahui”,
www.foldertekno.com, 24 September 2019.
Erniati, dkk. Perbandingan Hasil Belajar Fisika antara model pembelajaran
Aptitude Treatment Interaction (ATI) dengan Model Student Teams
Achievement Division (STAD) pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Ampana
Kota. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT). 2, 2017.
Fadlillah. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTs,
dan SMA/MA. Yogyakarta: Ar-ruzz Media. Cet. I, 2014.
96
Giancoli, Douglas C. Fisika Jilid 1, Edisi Kelima, terj. dari Physics: Principles
with applications. Fifth Edition, oleh Yuhilza Hanum. Jakarta: Erlangga,
2001.
Halliday, David dan Robert Resnick, Fisika Edisi Ketiga, Jilid 2, terj. dari Physics
3rd
Edition, oleh Pantur Silaban dan Erwin Sucipto. Jakarta: Erlangga,
1984.
Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumiaksara, 2014.
Hermawan, A., dkk. Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)
terhadap Hasil Belajar Siswa Materi Struktur Atom. Program Studi Kimia
FKIP Untan.
Ishaq, Mohamad. Fisika Dasar Edisi 2. Yogyakarta: Graha Ilmu. Cet. I, 2007.
Jufri, A. Wahab. Belajar dan Pembelajaran Sains. Bandung: Pustaka Reka Cipta,
2013.
Kadir. Statistika Terapan: Konsep, Contoh dan Analisis Data dengan Program
SPSS/ Lisrel dalam Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers, 2015.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Silabus Mata Pelajaran Sekolah
Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA): Mata Pelajaran Fisika,
2016.
_________. Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah, 2016.
Kunandar. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
Berdasarkan Kurikulum 2013) Suatu Pendekatan Praktis Disertai dengan
Contoh. Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2014.
Mahmud. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2011.
Maimunah, S., dkk.. Remediasi Miskonsepsi Siswa Menggunakan Model Aptitude
Treatment Interaction (ATI) pada materi Tekanan Hidrostatis di SMP.
Artikel Penelitian Prodi Pendidikan Fisika FKIP Untan Pontianak, 2019.
Maisya, “Pengaruh Model Aptitude Treatment Interaction Berbantuan Multimedia
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Fluida Statis”, Skripsi pada
Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: 2017. Tidak
dipublikasikan.
Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Mulyatiningsih, Endang. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan.
Bandung: Alfabeta. Cet. I, 2012.
Mundilarto, Penilaian Hasil Belajar Fisika. Yogyakarta: UNY Press, 2012.
97
Nasution. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta:
Remaja Rosdakarya, 2013.
Nurdin, Syafrudin. Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman
Individual Siswa Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Ciputat:
Quantum Teaching, 2005.
Pervin, Lawrence A. dan Michael Lewis. Perspectives in Interactional
Psychology. New York: Plenum Press, 1978.
Rasyid, Harun dan Mansur. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV. WACANA
PRIMA, 2009.
Ratnawati, Franciska Ayuningsih. “Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik
untuk Meningkatkan Hasil Belajar sesuai Model Aptitude Treatment
Interaction pada Materi Fluida Dinamis”, SNFA (Seminar Nasional Fisika
dan Aplikasinya), Pasca Sarjana Magister Pendidikan Fisika UAD,
Yogyakarta, 2018.
Riadi, Edi. Statistik Penelitian (Analisis Manual dan IBM SPSS). Yogyakarta:
ANDI, 2016.
Riduwan dan Akdon. Rumus dan Data dalam Aplikasi Penelitian. Bandung:
Alfabeta. Cet. V, 2011.
Riduwan. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula.
Bandung: Alfabeta. Cet. VIII, 2012.
Ritaelfianis, “Pengertian dan Perbedaan antara LCD dengan LED”,
ritaelfianis.com, 24 September 2019.
Rohman, Khabibur. Optimalisasi Pendidikan Humanistik di Sekolah Dasar,
Dinamika Penelitian, 2016.
Ruseffendi, E.T. Pengajaran Matematika Modern untuk Orangtua Murid Guru
dan SPG. Bandung: Tarsito, 1979.
Sabri, Ahmad. Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching. Ciputat: Quantum
Teaching. Cet. III, 2010.
Saregar, A., dkk. Efektivitas Penerapan Model ATI (Aptitude Treatment
Interaction) dan Model TAI (Team Assited Individually): Dampak
terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika dan
Keilmuan (JPFK). 3, 2017.
Sarojo, Ganijanti Aby. Gelombang dan Optika. Jakarta: Salemba Teknika, 2011.
Scaife, Thomas M., dan Andrew F. Heckler. The Dependence of Instructional
Outcomes on Individual Differences: An Examole from DC Cicuits”,
98
Department of Chemistry and Engineering Physics, Department of
Physics, 2013.
Situmorang, Rosdiana Meliana, dkk. Penerapan Model Pembelajaran Problem
Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi
Sistem Ekskresi Manusia. Universitas Syiah Kuala, Jurnal EduBio
Tropika. 3, 2015.
Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta. Cet. V, 2010.
Sudaryono. Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Graha Ilmu. Cet.
I, 2012.
_________. Dasar-dasar Fisika: Konsep, Rumus & Evaluasi Mandiri. Depok:
Rajawali Press. Cet. I, 2018.
Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada. Cet. II, 2011.
Sudjana, Nana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2014.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Cet. XIV, 2011.
________. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta. Cet. XXVI, 2017.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya. Cet. IV, 2007.
_________. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2011.
Supeno, dkk. Materi Pokok Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Fisika.
Jakarta: Universitas Terbuka. Cet. IV, 2008.
Suprijono, Agus. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Surabaya:
Pustaka Pelajar, 2009.
Surya, Yohanes. Optika. Tangerang: PT Kandel, 2014.
Susanto, Ahmad. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. (Jakarta:
Prenadamedia Group. Cet. IV, 2016.
Sutarjo Adisusilo, J.R. Pembelajaran Nilai-Karakter Konstruktivisme dan VCT
sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif. Depok: Rajagrafindo
Persada, 2012.
99
Syafrudin, Nurdin. Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman
Individu Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Ciputat: Quantum
Teaching. Cet. I, 2005.
Syaiful Bahri Djamarah, dkk. Strategi Belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta,
2010.
Tim Penerbit. Ensiklopedia IPTEK, Terj. dari The Kingfisher Science
Encyclopedia, Kingfisher Publications Plc, London. Jakarta: PT Lentera
Abadi, 2007.
Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2009.
Umar, Efrizon. Buku Pintar Fisika. Jakarta: Media Pusindo. Cet. I, 2008.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: Sekretaris Negara Republik Indonesia, 2003.
Uno, Hamzah B. dan Masri Kudrat Umar. Mengelola Kecerdasan dalam
Pembelajaran sebuah Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan.
Jakarta: Bumi Aksara. Cet. I, 2009.
Usman, Moch. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. Cet. XXIV, 2010.
Uyanto, Stanislaus S.. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha
Ilmu. Cet. I, 2009.
Zainuddin. Analisis Karakteristik Umum Materi Ajar Fisika serta Strategi Belajar
dan Pembelajaran. Jurnal Pendidikan MIPA. 1, 2017.
Recommended