View
224
Download
2
Category
Preview:
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN Search Solve Create Share (SSCS)
DAN Experimenting Demonstrating Information (EDI) DENGAN MEMPERHATIKAN
SIKAP ILMIAH SISWA SMA TERHADAP PRESTASI BELAJAR
PADA POKOK BAHASAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN
NON ELEKTROLIT
Oleh :
NOVI HENDRASTUTI
NIM K 3302528
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Program Kimia Jurusan P MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Tri Redjeki, M.S. Endang Susilowati,S.Si., M.Si.
NIP. 19510601 197603 2 004 NIP. 19700117 200003 2 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan, Pada :
Hari :...................................
Tanggal : ..................................
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Dra.Hj. Kus Sri Martini, M.Si. …………....
Sekretaris : Drs. H. Sugiharto, A.Pt, M.S. ……………
Anggota I : Dra. Hj. Tri Redjeki, M.S .…………....
Anggota II : Endang Susilowati, S.Si, M.Si. ……………
Disahkan oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
ABSTRAK
Novi Hendrastuti, PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN Search Solve Create Share (SSCS) dan Experimenting Demonstrating Information (EDI) DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP ILMIAH SISWA SMA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA POKOK BAHASAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT, Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. April 2010. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Pengaruh penerapan model pembelajaran Search Solve Create Share (SSCS) dan model pembelajaran Experimenting Demonstrating Information (EDI) terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit (2) Model pembelajaran EDI memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap prestasi belajar siswa dibandingkan model pembelajaran SSCS (3) Pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit, (4) Interaksi antara model pembelajaran SSCS dan model pembelajaran EDI dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ceper. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial 2x2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XC dan XD SMAN Ceper tahun pelajaran 2006/2007. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Pengumpulan data menggunakan metode tes untuk aspek kognitif siswa, sedangkan metode angket untuk sikap ilmiah, aspek afektif dan aspek psikomotor. Teknik analisis data menggunakan anava dua jalan dengan frekuensi sel tak sama, dilanjutkan uji komparasi rerata pasca analisis variansi dengan metode Scheeffe. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) terdapat perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran SSCS dan model pembelajaran EDI, nilai aspek kognitif Fhitung = 7,9077 > Ftabel = 3,98, aspek afektif fhitung= 23,1735 > Ftabe l= 3,98 dan aspek psikomotor Fhitung = 24,5182 > Ftabel = 3,98. (2) model pembelajaran EDI memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit dari pada model pembelajaran SSCS. (3) Sikap ilmiah siswa berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Larutan elektrolit dan non elektrolit, aspek kognitif Fhitung = 8,8697 > Ftabel = 3,98, aspek afektif Fhitung = 9,6111 > Ftabel = 3,98 dan aspek psikomotor Fhitung = 7,7825 > Ftabel = 3,98. (4) tidak ada interaksi pengaruh antara model pembelajaran SSCS dan model pembelajaran EDI dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit, aspek kognitif Fhitung = 0,0049 < Ftabel = 3,98, aspek afektif Fhitung = 0,0410 < Ftabel =3,98 dan aspek psikomotor Fhitung = 0,0174 < Ftabel = 3,98.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
ABSTRACT Novi Hendrastuti, THE EFFECT OF SEARCH SOLVE CREATE SHARE (SSCS) AND EXPERINTING DEMONSTRATING INFORMATION (EDI) LEA RNING MODEL APPLICATION BY CONSIDERING THE SENIOR HIGH SC HOOL STUDENT’S SCIENTIFIC ATTITUDE ON THE LEARNING ACHIE VEMENT IN THE ELECTROLYTE AND NON ELECTROLYTE SOLUTION SUB JECT MATTER , Thesis: Teacher Training and Education Faculty, Surakarta Sebelas Maret University, April 2010.
The objective of this research are to find out: (1) the effect of Search Solve
Create Share (SSCS) and Experimenting Demonstrating Information (EDI) learning model application on the student learning achievement in electrolyte and non electrolyte solution subject matter, (2) EDI learning model gives better effects on the student learning achievement than the SSCS model does (3) the effect of scientific attitude on the students learning achievement in electrolyte and non electrolyte solution subject matter, and (4) Interaction between SSCS and EDI learning models, and the scientific attitude on the students learning achievement in electrolyte and non electrolyte solution subject matter.
This research was taken place in SMA Negeri 1 Ceper. This research was done using experimental method with a 2x2 factorial design. The sample employed in this research was XC and XD graders of SMAN Ceper in the school year of 2006/2007. The sampling technique used was cluster random sampling. The data collection was done using test method for the student cognitive aspect, while questionnaire method was used for the scientific attitude, affective and psychomotor aspects. Technique of analyzing data used was a two-way anava with different cell frequency, followed by the average comparative test after the variance analysis using Scheeffe method.
Considering the result of research, it can be concluded that: (1) there is an effect difference of SSCS and EDI learning model use, the cognitive aspect value Fstatistic = 7.9077 > Ftable = 3.98, affective aspect Fstatistic = 23.1733 > Ftable = 3.98 and psychomotor aspect Fstatistic = 24.5182 > Ftable = 3.98. (2) the EDI learning model give better effect than the SSCS does. (3) Student scientific attitude affects the improvement of the student learning achievement in electrolyte and non electrolyte solution subject matter, the cognitive aspect value Fstatistic = 8.8697 > Ftable = 3.98, affective aspect Fstatistic = 9.6111 > Ftable = 3.98 and psychomotor aspect Fstatistic = 7.7825 > Ftable = 3.98. (4) there is no interaction between SSCS and EDI learning models, and the low scientific attitude, the cognitive aspect value Fstatistic = 0.0049 < Ftable = 3.98, affective aspect Fstatistic = 0.0410 < Ftable = 3.98 and psychomotor aspect Fstatistic = 0.0174 < Ftable = 3.98.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
MOTTO
“Keberhasilan bukan hanya sekedar pencapaian dari apa yang mau dicapai, tetapi
justru usaha mencapainya”.
(Andre Gide)
“Berharga atau tidak, hanya kita yang mampu membuatnya berbeda”
( Novv )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan tulisan ini untuk:
• Ayah yang telah memberikan segala yang
terbaik untuk anak-anaknya
• (Almh) Ibuku di Peristirahatan abadinya.
• Adikku, Sang Nyawa Hidupku
• Sahabat sekaligus saudaraku: Duix,Kris,
Tiwi, Prily, Himagifo FC.
• Kimia 2002
• Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-
Nya, penelitian dan penulisan skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan untuk
memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Sekecil tulisan ini banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam
penyelesaian penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak
akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala
bentuk bantuannya penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan ijin penelitian.
2. Dra. Tri Redjeki, M.S., selaku ketua Program Kimia Jurusan P. MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta,
yang telah memberikan ijin dan selaku Pembimbing I atas waktu, bimbingan
dan petunjuk selama penyusunan dan penyelesaian keseluruhan skripsi ini.
3. Dra. Hj. Kus Sri Martini, M. Si., selaku Ketua Jurusan P. MIPA Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan ijin penelitian.
4. Endang Susilowati, S.Si., M.si., selaku Pembimbing II atas sumbangan
pemikiran yang berharga selama penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
5. Drs.Sri Harjana, M.M, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Ceper yang
telah memberikan ijin penelitian untuk skripsi ini.
6. Sinder Prasetyo, S.Pd., selaku guru kimia SMA Negeri 1 Ceper atas
bimbingan dan petunjuknya dalam melaksanakan penelitian.
7. Siswa-siswi IPA 1, X C dan X D, atas kerjasamanya dalam penelitian ini.
8. Ayah yang selalu memberi dukungan dan bimbingan,(almh) Ibu yang doa-
doanya selalu bersamaku hingga saat terakhirnya. Adiku,kekuatan yang
membuatku bertahan sampai saat ini.
9. Dwi PDH, Kris, Tiwi, Prily yang telah memberiku semangat,bantuan dan
senantiasa disampingku disaat tersulitku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
10. Teman-teman kimia '02
Selanjutnya dalam kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan
dan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangan
langsung dan tidak langsung dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan pada umumnya dan bidang kimia pada khususnya.
Surakarta, April 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii
ABSTRAK ............................................................................................. iv
ABSTRACT ........................................................................................... v
HALAMAN MOTTO ............................................................................. vi
HALAMAN PERSEMBAHN ................................................................. vii
KATA PENGANTAR ............................................................................ viii
DAFTAR ISI .......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah...................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................ 5
C. Pembatasan Masalah ........................................................... 5
D. Perumusan Masalah ........................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ............................................................... 6
F. Manfaat Penelitian .............................................................. 7
BAB II LANDASAN TEORI .............................................................. 9
A. Tinjauan Pustaka ................................................................ 9
1. Belajar ........................................................................ 9
2. Model Pembelajaran .................................................... 10
3. Model SSCS (Search, Solve, Create, Share) ................ 11
4. Model EDI (Experimenting, Demonstrating, Information) 20
5. Sikap Ilmiah ................................................................ 23
6. Prestasi Belajar ............................................................ 24
7. Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit .. 27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
B. Kerangka Berpikir ............................................................. 33
C. Hipotesis ........................................................................... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 37
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 37
1. Tempat penelitian ....................................................... 37
2. Waktu Penelitian ......................................................... 37
B. Metode Penelitian ............................................................. 37
C. Populasi dan Sampel ......................................................... 38
D. Variabel Penelitian ............................................................ 39
1. Variabel Bebas ............................................................ 39
2. Variabel Terikat .......................................................... 39
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 39
F. Instrumen Penelitian ......................................................... 40
1. Instrumen Penilaian Kognitif ...................................... 40
a. Taraf Kesukaran Suatu Item .................................. 41
b. Taraf pembeda Soal .............................................. 42
c. Validitas Instrumen Penelitian .............................. 43
d. Reliabilitas Instrumen ............................................ 44
2. Instrumen Penilaian Afektif ........................................ 45
3. Instrumen Penilaian Psikomotor .................................. 48
4. Instrumen Sikap Ilmiah................................................ . 49
G. Teknik Analisis Data........................................................... 50
1. Uji keseimbangan.......................................................... 50
2. Uji Prasyarat.................................................................. 51
3. Uji Hipotesis.................................................................. 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................ 56
A. Deskripsi Data .................................................................. 56
1. Data Skor Sikap Ilmiah Siswa........................................ 56
2. Data Prestasi Kognitif Siswa......................................... 58
3. Data Prestasi Afektif Siswa......................................... . 59
4. Data prestasi Psikomotor Siswa................................... . 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
B. Hasil Penelitian dan Prasyarat Analisis ............................. 63
1. Uji Keseimbangan......................................................... 63
2. Uji Normalitas ............................................................ 64
3. Uji Homogenitas ......................................................... 65
C. Hasil Pengujian Hipotesis ................................................. 66
1. Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama.................... 66
2. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Dua Jalan.............. 67
D. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................. 70
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ......................... 74
A. Kesimpulan ....................................................................... 74
B. Implikasi ........................................................................... 75
C. Saran ................................................................................ 75
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 76
LAMPIRAN .......................................................................................... 78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Perbandingan sifat larutan elektrolit dan non elektrolit ........... 28
Tabel 2. Pengelompokan larutan berdasarkan jenisnya ......................... 30
Tabel 3. Rancangan Penelitian ............................................................. 37
Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Instrumen
Penilaian Kognitif .................................................................. 42
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji taraf Pembeda Soal Instrumen
Penilaian Kognitif ................................................................... 43
Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif . 44
Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Penilaian Kognitif.. ................................................................. 45
Table 8. Skor Penilaian Afektif ............................................................. 46
Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen
Penilaian Afektif .................................................................... 47
Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Penilaian Afektif ..................................................................... 48
Tabel 11. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen
Angket Sikap Ilmiah ............................................................... 49
Tabel 12. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Sikap Ilmiah ........................................................................... 50
Tabel 13. Jumlah Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah
Tinggi dan Rendah .................................................................. 56
Tabel 14. Distribusi Skor Motivasi Belajar Siswa Antara Kelas
Eksperimen SSCS (eksperimen-1) dengan Kelas Eksperimen
EDI (eksperimen-2) ............................................................... 57
Tabel 15. Rerata Prestasi Belajar Siswa Pokok Bahasan Larutan Elektrolit
dan Non Elektrolit .................................................................. 58
Tabel 16. Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Siswa Pokok Bahasan
Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
Metode SSCS (eksperimen-1) ................................................ 59
Tabel 17. Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Siswa Pokok Bahasan
larutan Elektrolit dan Non Elektrolit dengan Model EDI
(eksperimen- 2) ...................................................................... 60
Tabel 18. Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Siswa Pokok Bahasan
Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit dengan Model SSCS
(eksperimen-1) ........................................................................ 61
Tabel 19. Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Siswa Pokok Bahasan
Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit dengan Model EDI
(eksperimen-1) ........................................................................ 62
Tabel 20. Distribusi Frekuensi Prestasi Psikomotor Kelas SSCS
(eksperimen-1) dan Kelas EDI (eksperimen-2) ....................... 63
Tabel 21. Rangkuman Uji Normalitas Selisih Nilai Siswa Pada
Aspek Kognitif ....................................................................... 64
Tabel 22. Rangkuman Uji Normalitas Nilai Siswa Pada
Aspek Afektif ......................................................................... 64
Tabel 23. Rangkuman Uji Normalitas Nilai Siswa pada Aspek
Psikomotor ............................................................................ 65
Tabel 24. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Selisih Nilai Kognitif ....... 65
Tabel 25. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Nilai afektif ...................... 65
Table 26. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Nilai Psikomotor ............... 65
Tabel 27. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Sikap Ilmiah ..................... 65
Tabel 28. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Selisih Nilai Kognitif
Ditinjau dari Sikap Ilmiah ....................................................... 66
Tabel 29. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama Aspek
Kognitif .................................................................................. 66
Tabel 30. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama Aspek
Afektif ................................................................................... 66
Tabel 31. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama Aspek
Psikomotor ............................................................................ 66
Tabel 32. Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Baris
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
Aspek Kognitif ....................................................................... 68
Tabel 33. Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Kolom
Aspek Kognitif ....................................................................... 68
Tabel 34. Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Baris
Aspek Afektif ........................................................................ 68
Tabel 35. Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Kolom
Aspek Afektif ........................................................................ 69
Tabel 36. Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Baris
Aspek psikomotor .................................................................... 69
Tabel 37. Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Kolom
Aspek Psikomotor..................................................................... 69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Siklus SSCS ......................................................................... 12
Gambar 2. Menguji Konduktivitas Larutan Elektrolit dan
Non Elektrolit ...................................................................... 28
Gambar 3. Proses Daya Hantar listrik Larutan Elektrolit ........................ 29
Gambar 4. Menguji Konduktivitas Larutan Elektrolit Kuat,
Elektrolit Lemah, dan Non Elektrolit ................................... 31
Gambar 5. Proses Pelarutan Garam Dapur ............................................. 32
Gambar 6. Histogram Perbandingan Skor Sikap Ilmiah Siswa Antara
Kelas Eksperimen SSCS dan Kelas Eksperimen EDI ........... 58
Gambar 7. Histogram Prestasi Kognitif Siswa dengan Model SSCS ...... 59
Gambar 8. Histogram Prestasi Kognitif Siswa dengan Model EDI ........ 60
Gambar 9. HistogramPrestasi Afektif Siswa Dengan Model SSCS ........ 61
Gambar 10. Histogram Prestasi Afektif Siswa dengan Model EDI ........ 62
Gambar 11. Histogram Selisih Prestasi Psikomotor Kelas SSCS
(eksperimen-1) dan Kelas EDI (eksperimen-2)........................... 63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvii
LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus ............................................................................... 75
Lampiran 2. Satuan Pelajaran ................................................................. 78
Lampiran 3. Skenario Model Pembelajaran SSCS dan EDI .................... 89
Lampiran 4. Kisi- Kisi Instrumen Pokok Bahasaan Larutan Elektrolit dan
Non Elektrolit .................................................................... 93
Lampiran 5. Hubungan Indikator, Soal dan Jenjang Kemampuan
Kognitif ............................................................................. 94
Lampiran 6. Instrumen Kognitif ............................................................. 95
Lampiran 7. Instrumen Afektif ............................................................... 106
Lampiran 8. Instrumen Sikap Ilmiah ...................................................... 111
Lampiran 9. Daftar Cek Skala Unjuk Kerja ............................................ 114
Lampiran 10. Lembar Kegiatan Siswa Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit 118
Lampiran 11. Petunjuk Praktikum Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit 121
Lampiran 12. Data Induk Penelitian ....................................................... 123
Lampiran 13. Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan Tingkat
Kesukaran Soal Kognitif .................................................. 125
Lampiran 14. Uji Validitas dan Reliabilitas Penilaian Afektif ............... 127
Lampiran 15. uji Validitas dan Reliabilitas penilaian Psikomotor ........... 128
Lampiran 16. Uji Validitas dan Reliabilitas Sikap Ilmiah ....................... 129
Lampiran 17. Uji Normalitas.................................................................. 131
Lampiran 18. Uji Keseimbangan (Uji-t Dua Pihak) Pretest kognitif
Kelas EDI dan SSCS ....................................................... 160
Lampiran 19. Uji Homogenitas Pretest Kognitif ..................................... 161
Lampiran 20. Uji homogenitas Posttest Kognitif ................................... 162
Lampiran 21. Uji Homogenitas Prestasi Kognitif ................................... 163
Lampiran 22. Uji Homogenitas Prestasi Afektif ..................................... 164
Lampiran 23. Uji Homogenitas Prestasi Psikomotor .............................. 165
Lampiran 24. Uji Homogenitas Sikap Ilmiah ......................................... 166
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xviii
Lampiran 25. Uji Homogenitas Prestasi Kognitif Ditinjau dari
Sikap Ilmiah ..................................................................... 167
Lampiran 26. Uji Homogenitas Prestasi Kognitif Antar Sel .................... 168
Lampiran 27. Uji Homogenitas Prestasi Afektif Ditinjau dari
Sikap Ilmiah .................................................................... 169
Lampiran 28. Uji Homogenitas Prestasi Afektif Antar Sel...................... 170
Lampiran 29. Uji Homogenitas Prestasi Psikomotor Ditinjau dari
Sikap Ilmiah ................................................................... 171
Lampiran 30. Uji Homogenitas Prestasi Psikomotor Antar Sel ............... 172
Lampiran 31. Analisis Variansi 2 Jalan Sel Tak Sama
Prestasi Kognitif .............................................................. 173
Lampiran 32. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi 2 Jalan
Prestasi Kognitif .............................................................. 177
Lampiran 33. Analisis Variansi 2 Jalan Sel Tak sama Prestasi Afektif ... 178
Lampiran 34. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Prestasi Afektif .......... 182
Lampiran 35. Analisis Variansi 2 Jalan Sel Tak Sama
Prestasi Psikomotor ......................................................... 183
Lampiran 36. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi 2 Jaln Sel Tak Sama
Prestasi Psikomotor ......................................................... 187
Lampiran 37. Jurnal Internasional .......................................................... 188
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dari hasil beberapa kajian masih banyak ditemui berbagai masalah yang
berkaitan dengan masalah implementasi pembelajaran. Salah satunya disebabkan
padatnya materi pembelajaran sehingga dapat mengakibatkan munculnya
kecenderungan pengajaran yang berpusat pada guru (teacher centered). Situasi
belajar seperti ini mengakibatkan berkurangnya kreativitas siswa dan guru selama
kegiatan belajar mengajar berlangsung. Kondisi demikian dapat menyebabkan
siswa menjadi pasif dan cenderung untuk menghafal konsep tanpa disertai
pemahaman yang memadai,karena mereka tidak dididik untuk berfikir
kritis,berlatih menemukan konsep atau prinsip maupun untuk mengembangkan
kreativitasnya.
Paradigma semacam itu harus bergeser ke arah pembelajaran yang
berorientasi pada pemberdayaan kreativitas siswa. Agar tujuan pemberdayaan
kreativitas tersebut dapat tercapai,maka peran guru perlu dialihkan dari peran
dominan sebagai fasilisator di kelas sehingga siswa merasa terlibat dalam proses
pembelajaran dan memperoleh sesuatu dari proses belajarnya.
Dalam proses pembelajaran,guru hendaknya menggunakan model
pembelajaran yang memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya kepada siswa
untuk melakukan eksplorasi sederhana, menguasai konsep-konsep sains dan
dalam aspek kecakapan berfikir rasional. Hal ini sesuai dengan jurnal Dilek Isik &
Kamuran Tarim (2009: 464) tentang peran guru dalam konsep konstruktivisme,
yang menyatakan:
“As constructivist approach suggest, the teacher is a facilitator or coach who oversees the student’s learning process. Students are active learners who play a critical role in their own learning as they create projects, work with others, and use their own learning styles to succed”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Berkaitan dengan hal tersebut maka diperlukan suatu model pembelajaran
yang mampu memfasilitasi siswa untuk mendapatkan pengalaman belajar seperti
yang diharapkan secara maksimal. Yaitu model pembelajaran yang memuat
kecakapan hidup dan melibatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar
pada materi pembelajaran. Seperti yang disebutkan dalam jurnal Marian Mahat
(2008: 83) bahwa tujuan belajar sekarang ini berkembang meliputi aspek
multidimensi.
“ The purpose of the present study was to develop a multidimensional instrument that cuould effectively measure affective, cognitive and behavioural aspect of attitudes within the real of inclisive education that includes physical, social and curicular inclusion. While a number of studies have attempted to include one or the other”.
Pada penelitian ini ada dua macam model pembelajaran yang digunakan
yaitu model pembelajaran SSCS ( search, solve, create, share ) dan model
pembelajaran EDI ( Experimenting, Demonstrating, Information ).
Model pembelajaran SSCS (Search, Solve, Create Share) merupakan
model pembelajaran dengan sistem pemecahan masalah yang menekankan pada
penggunaan metode ilmiah atau berfikir sistematis, logis, teratur dan teliti.
Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif,untuk
memecahkan masalah rasional, lugas dan tuntas. Model pembelajaran SSCS ini
melibatkan siswa dalam penelitian sains, sehingga siswa menjadi terlibat secara
aktif dalam penerapan isi, konsep, dan ketrampilan berfikir menjadi lebih tinggi.
Mereka dirangsang untuk menjadi seorang eksplorer, mencari penemuan terbaru,
inventor mengembangkan ide/gagasan dan pengujian-pengujian baru yang
inovatif, desainer mengkreasi rencana dan model terbaru, pengambil keputusan
berlatih bagaimana menetapkan pilihan yang bijaksana dan sebagai komunikator
mengembangkan metode dan teknik untuk bertukar pendapat dan berinteraksi
(Edward L.Pizzini, 1991: 6).
Model pembelajaran EDI (Experimenting Demonstrating Information)
merupakan kombinasi dari metode eksperimen, demonstrasi dan ceramah.
Tekanan utama dari ketiga metode ini terletak pada metode eksperimen dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
demonstrasi, sedangkan metode ceramah digunakan dalam upaya menjelaskan
hakekat bahan pelajaran (sebagai pengantar) sebelum melakukan demonstrasi dan
eksperimen. Melalui eksperimen siswa diharapkan mampu mencari dan
menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan yang dihadapinya dengan
melakukan percobaan/eksperimen sendiri. Dengan eksperimen siswa dapat
menemukan bukti kebenaran dari teori tentang sesuatu yang dipelajarinya
(Roestiyah, N.K., 1991: 80).
Melalui demonstrasi proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan
berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik.
Penggunaan demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang jalannya
proses atau kerja suatu hal.( Roestiyah, N.K., 1991: 83).
Penggunaan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif akan
merangsang siswa untuk membelajarkan diri mereka sendiri. Mereka akan
berusaha mengaktualisasikan dan mendayagunakan seluruh potensi yang dimiliki
secara maksimal untuk mempelajari materi pelajaran/pelatihan yang tengah
dihadapinya. Dengan demikian diharapkan siswa akan mampu mencapai prestasi
belajar yang optimal.
Pembelajaran kimia harus sesuai dengan karakteristik konsep kimia yang
menekankan pada ketrampilan proses. Agar pembelajaran kimia di SMA lebih
bermakna perlu diupayakan peningkatan mutu pendidikan yaitu diterapkannya
model pembelajaran yang memberikan tekanan pada keterlibatan siswa dalam
proses yang aktif.
Proses mengajar di SMA Negeri 1 Ceper umumnya guru masih banyak
menggunakan metode yang didominasi metode konvensional yang menjadikan
guru sebagai pusat pembelajaran (teacher centered). Hal ini menyebabkan siswa
menjadi kurang aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Siswa umumnya
hanya mendengarkan, membaca, dan menghafal informasi yang diperoleh,
sehingga konsep yang tertanam tidak kuat. Dengan metode mengajar seperti ini
hasil yang dicapai kurang maksimal dan keaktifan siswa serta potensi yang ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
pada siswa kurang terekplorasi secara maksimal. Oleh karena itu diperlukan
model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif sehingga mereka
akan berusaha meneksplorasi seluruh potensi yang dimilikinya secara maksimal
untuk menghadapi atau mempelajari materi yang dihadapinya.
Dalam pembelajaran kimia di SMA banyak pokok bahasan yang menuntut
siswa melaksanakan eksperimen, salah satunya adalah pokok bahasan larutan
elektrolit dan non elektrolit. Pembelajaran materi ini harus disesuaikan dengan
karakteristik konsep kimia yang menekankan pada ketrampilan proses.
Pencapaian kompetensi dasar tersebut dapat dikembangkan melalui pemilihan
model pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar bagi siswa untuk
menguasai kompetensi dasar yang telah ditentukan. Untuk itu dalam
pembelajarannya perlu digunakan model pembelajaran yang memberikan
kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembentukan
konsep sehingga dapat meninggkatkan pencapaian hasil belajar.
Dalam hal ini model pembelajaran yang digunakan adalah model
pembelajaran SSCS dan EDI dimana dengan model pembelajaran SSCS siswa
diharapkan siswa dapat terlibat secara aktif dan merangsang siswa untuk
membelajarkan dirinya. Dengan demikian mereka akan berusaha
menndayagunakan seluruh potensi yang dimilikinya untuk mempelajari materi
yang sedang dipelajarinya. Sedangkan model pembelajaran EDI diharapkan
proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan terkesan secara mendalam
melalui proses demonstrasi dan juga siswa mampu mencari dan menemukan
jawaban atas permasalahan yang dihadapiny dengan melakukan eksperimen,
sehingga diharapkan siswa akan memperoleh prestasi belajar yang optimal.
Siswa yang memiliki sikap ilmiah juga akan memiliki sikap positif
terhadap kegiatan ilmiah. Sikap positif ini akan mendorong siswa untuk terlibat
aktif baik secara fisik maupun mental dalam kegiatan ilmiah, seperti melakukan
percobaan di laboratorium dan menganalisis data percobaan, sehingga sikap
ilmiah membuat siswa selalu ingin tahu, kritis, jujur, teliti, dan hati-hati dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
bertindak, tidak dapat menerima kebenaran tanpa bukti dan sanggup menerima
saran dan gagasan-gagasan baru dari orang lain.
Untuk mengetahui perbedaan pengaruh penerapan model pembelajaran
SSCS dan model pembelajaran EDI pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non
elektrolit, maka dilakukan penelitian dengan judul:
“ Pengaruh Penenrapan Model Pembelajaran SSCS (Search, Solve, Create, Share)
dan EDI (Experimenting Demonstrating, Information) dengan Memperhatikan
Sikap Ilmiah Siswa SMA terhadap Prestasi Belajar Pokok Bahasan Larutan
Elektrolit dan Non Elektrolit.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan terdapat berbagai
masalah dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan khususnya dalam
pembelajaran kimia di SMA. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Apakah model pembelajaran SSCS dan model pembelajaran EDI dapat
digunakan dalam pembelajaran kimia pada pokok bahasan larutan elektrolit
dan non elektrolit?
2. Apakah penggunaan model pembelajaran SSCS dan model pembelajaran EDI
dalam pembelajaran kimia pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non
elektrolit dapat meningkatkan prestasi belajar siswa?
3. Apakah sikap ilmiah siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa
dengan model SSCS dan model pembelajaran EDI pada pokok bahasan
larutan elektrolit dan non elektrolit?
4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran (SSCS dan EDI) dengan
sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada pokok bahasan larutan
elektrolit dan non elektrolitt?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini dapat lebih terarah,maka penelitian ini dibatasi pada:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran SSCS
(Search, Solve, Create, Share) dan model pembelajaran EDI (Experimenting,
Demonstrating, Information).
2. Objek penelitian ini adalah siswa kelas XC dan XD semester 2 SMAN 1
Ceper tahun pelajaran 2006/2007.
3. Pokok bahasan yang dipilih dalam pembelajaran kimia pada penelitian ini
adalah larutan elektrolit dan non elektrolit.
4. Prestasi belajar yang dinilai meliputi tiga aspek yaitu: aspek kognitif, afektif
dan psikomotor.
5. Sikap ilmiah dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi sikap ilmiah tinggi
dan sikap ilmiah rendah.
D. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran SSCS dan model
pembelajaran EDI terhadap prestasi belajar pada pokok bahasan larutan
elektrolit dan non elektrolit?
2. Apakah model pembelajaran SSCS memberikan pengaruh yang lebih baik
terhadap prestasi belajar siswa dibandingkan model pembelajaran EDI?
3. Apakah terdapat pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi belajar pada pokok
bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran SSCS dan model
pembelajaran EDI dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada
pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah dalam penelitian
ini,tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui:
1. Perbedaan pengaruh penerapan model pembelajaran SSCS dan model
pembelajaran EDI terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan larutan
elektrolit dan non elektrolit.
2. Apakah model pembelajaran SSCS memberikan pengaruh yang lebih baik
terhadap prestasi belajar siswa dibandingkan model pembelajaran EDI?
3. Pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan
larutan elektrolit dan non elektrolit.
4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran SSCS dan model
pembelajaran EDI dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada
pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak,antara lain:
1. Bagi Siswa
a. Dapat mendorong siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran
b. Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan berfikir siswa dalam proses
pembelajaran.
c. Menumbuhkan minat siswa terhadap mata pelajaran kimia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2. Bagi guru:
a. Sebagai bahan kajian dan acuan dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran.
b. Mengembangkan dan menggunakan model pembelajaran yang sesuai
dengan kondisi siswa.
c. Menambah kreativitas dalam menentukan model pembelajaran.
3. Bagi sekolah, sebagai bahan masukan yang dapat dikembangkan dalam
pembelajaran pada mata pelajaran lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang terjadi dalam diri seseorang yang
melibatkan aktivitas berfikir. Hingga saat ini pengertian belajar masih sangat
kompleks, sehingga tidak dapat dikatakan secara pasti apa sebenarnya belajar itu.
Beberapa ahli telah mencoba merumuskan tentang arti belajar. Namun rumusan
yang dihasilkan berbeda satu dengan yang lainnya.
Sebagai landasan peruraian mengenai apa yang dimaksud dengan
belajar,Ngalim Purwanto (1990: 84) mengutip beberapa definisi sebagai berikut:
a. Hilgard dan Bower, dalam buku Theories of Learning (1975) mengemukakan,
“Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap
situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang dalam
situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar
kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan- keadaan
seseorang.”
b. Gagne, dalam buku The Conditions of Learning (1977) menyatakan bahwa:
“Belajar terjadi apabila situasi stimulus bersama dengan isi ingatan
mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance)
berubah dari waktu sebelumnya ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia
mengalami situasi tadi.”
c. Morgan, Dalam buku Introduction to Psycology (1978) mengemukakan :
“Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang
terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.”
d. Witherington dalam bukunya Educational Psycology mengemukakan,” Belajar
adalah perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu
pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian
atau suatu pengertian.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata,
proses tersebut terjadi dalam diri seseorang dalam usahanya memperoleh
hubungan-hubungan baru. Belajar menurut teori psikologi Gestalt terjadi jika ada
pengertian (insight). Pengertian atau insight ini muncul apabila seseorang setelah
beberapa saat mencoba memahami suatu masalah, tiba-tiba muncul suatu
kejelasan. Dengan belajar dapat memahami atau mengerti hubungan antara
pengetahuan dengan pengalaman di dalam belajar, pribadi atau organisme
memegang peranan yang paling sentral. Belajar dilakukan secara sadar,bermotif
dan bertujuan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman dan latihan dalam interaksi dengan
lingkungannya.
2. Model Pembelajaran
Dalam belajar mengajar terdapat berbagai macam penyajian agar proses
belajar mengajar berjalan dengan baik, efektif, dan efisien yang disebut dengan
metode mengajar. Menurut Mulyati Arifin (1995: 107) metode mengajar
menyangkut permasalahan fisik apa yang harus diberikan kepada siswa sehingga
kemampuan intelektualnya dapat berkembang dan belajar dapat berjalan dengan
efisien dan bermakna bagi siswa, sedangkan menurut Mulyani S dan Johar P
(2001 : 114) mengatakan : “ metode mengajar adalah cara-cara yang ditempuh
guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan
mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak
yang memuaskan”.
Dari dua pengertian metode mengajar diatas, maka dapat disimpulkan
metode mengajar adalah cara yang ditempuh guru untuk mencapai tujuan
mengajar, yaitu tujuan-tujuan yang diharapkan tercapai oleh murid dalam kegiatan
belajar. Agar proses belajar mengajar mencapai tujuan yang diharapkan maka
seorang guru hendaknya memiliki pengertian mengenai sifat, baik mengenai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
kelebihan dan kekurangan sehingga dapat menentukan pemilihan terhadap metode
yang paling tepat dipakai pada pengajaran.
3. Model Pembelajaran SSCS (Search,Solve,Create and Share)
a. Pengertian Model Search Solve Create Share (SSCS)
Metode Search Solve Create Share (SSCS) merupakan suatu metode
pemecahan masalah yang menekankan pada penggunaan metode ilmiah atau
berfikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti. Metode SSCS merupakan model
strategi pemecahan masalah yang valid, karena dapat mengembangkan
pengetahuan yang ada dengan program melibatkan siswa di dalam suatu
penyelidikan. model SSCS, siswa dapat berpartisipasi aktif dan mereka dapat
bekerjasama untuk menyelidiki (search) pertanyaan, memecahkan (solve)
pertanyaan ini, kreasi (create) yang berarti mengkomunikasikan apa yang mereka
dapatkan dan berbagi (share) kesimpulan mereka.
Model SSCS didesain untuk mengembangkan dan mempraktekkan konsep
ilmu pengetahuan dan ketrampilan berfikir kritis. Dengan menggunakan model ini
membantu guru dalam meningkatkan pemikiran kreatif siswa. Metode SSCS
melibatkan siswa di dalam menyelidiki situasi yang baru, memikirkan sejumlah
pertanyaan-pertanyaan, dan memecahkan masalah secara realistis. Dengan
menggunakan model SSCS, siswa dapat menjadi aktif terlibat dalam
mengaplikasikan materi, konsep dan ketrampilan berfikir yang lebih tinggi.
Model pembelajaran SSCS ini menuntut siswa untuk berfikir dan
bertindak kritis dan kreatif. Dengan menggunakan strategi pemecahan masalah
SSCS, siswa akan lebih bebas di dalam mengemukakan pendapat. Mereka dapat
menggali penyelidikan pada penemuan baru dan mengembangkan penemuan baru
tersebut, dengan mendesain kekreatifan rencana dan model baru, membuat
keputusan praktis yang bijaksana dan suatu metode untuk mengembangkan
komunikasi siswa sehingga dapat berkomunikasi dan berinteraksi.
Model pemecahan masalah SSCS didesain untuk mengembangkan dan
mempraktekkan konsep ilmu pengetahuan dan ketrampilan berfikir kritis. Dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
menggunakan model ini membantu guru dalam meningkatkan pemikiran kreatif
siswa. Model SSCS melibatkan siswa menyelidiki situasi baru,memikirkan
sejumlah pertanyaan-pertanyaan dan memecahkan masalah secara realistis.
Langkah-langkah model pembelajaran SSCS :
1) Siswa menyelidiki (search) pada suatu pertanyaan topik yang ada dan
menyelidiki dengan cara mereka sendiri.
2) Siswa mendesain dan mengimplementasikan penyelidikan untuk dipecahkan
sesuai dengan hasil penyelidikan.
3) Siswa menganalisis dan mengimpretasikan data dan mereka mengkreasikan
jawaban untuk mengkomunikasikan yang mereka dapatkan.
4) Siswa berbagi hasil jawaban dan mengevaluasi penyelidikan mereka.
Gambar 1. Siklus SSCS
Model SSCS menyediakan kerangka berfikir (framework) guru untuk:
1) Membuka luas minat siswa.
2) Mencurahkan ketrampilan berfikir.
3) Mengaktifkan seluruh siswa untuk berperan serta di dalam belajar.
4) Meningkatkan pengetahuan tentang keterikatan ilmu pengetahuan, teknologi
dan sosial (Pizzini, 1991: 6).
SEARCH
SOLVE
CREATE
SHARE
Finding Fact
Skill Learning
(Pizzini, 1991: 5)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
b. Siklus Model SSCS
Model SSCS didesain untuk mengembangkan dan mempraktekkan
konsep ilmu pengetahuan dan ketrampilan berfikir kritis. Siklus SSCS adalah
sebagai berikut :
1) Search (Penyelidikan)
a) Mencari fakta: Membuat daftar informasi yang diketahui dan yang
berhubungan dengan situasinya.
b) Menganalisis fakta: Mengobservasi dan menganalisis informasi yang
diketahui, merumuskan pertanyaan dan mencari jawaban yang
berhubungan dengan permasalahan. Mengumpulkan data tambahan jika
dirasakan penting.
c) Merumuskan Masalah.
d) Brainstorm (tukar pendapat). Dalam brainstorm diusahakan membuat
bermacam-macam ide yang luas dan kreatif. (Pizzini, 1991: 7).
2) Solve (Pemecahan)
a) Mendeterminasi kriteria. Mengidentifikasikan dan mendaftar kriteria yang
digunakan dalam seleksi alternatif yang terbaik (solusi).
b) Memilih alternatif. Menggunakan sistem mengikat (grid) untuk
menimbang alternatif yang tak sesuai kriteria.
c) Menyelidiki solusi dan prosedur. Memikirkan terus solusinya, mencoba
memprediksi kesulitan apa yang harus diatasi.
d) Menetapkan rencana. Menanyakan kepada diri anda sendiri rencananya,
menempatkan kedalam perhitungan informasi baru yang telah diterima.
Rencana tersebut harus termasuk solusinya bahan yang dibutuhkan orang-
orang yang akan terlibat dalam pelaksanaan perlangkah masalah-masalah
beserta solusinya yang harus diatasi dan informasi yang tepat . Kumpulan
data dan organisasi harusnya diakhiri dalam tahap ini (Pizzini, 1991: 8).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
3) Create (Kreasi)
a) Mengimplementasikan rencana. Menyatakan masalah anda dan solusi anda
seperti seorang penemu, desainer, penjelajah, si pembuat keputusan atau
komunikator.
b) Mengucapkan pikiran anda. Komunikasikan kepada anda sendiri misalnya
: mengapa anda melakukan hal itu, apa yang sedang anda lakukan.
c) Menampilkan data dan menganalisis.
d) Memilih audience untuk share (ambil bagian).
e) Memilih cara presentasi untuk share.
f) Persiapan Create (Pizzini, 1991: 9).
4) Share (ambil bagian/berbagi)
a) Mempromosikan solusi anda.
b) Menampilkan solusi anda.
c) Mengkomunikasikan solusi anda secara verbal (lisan atau tulisan) dan atau
secara visual (menggunakan gambar/model).
d) Mengevaluasi umpan balik dari orang lain.
e) Merefleksikan pada keefektifan anda sebagai pemecah masalah
(Pizzini, 1991: 9).
c. Peran Guru di dalam SSCS
Ketika mengimplementasikan model SSCS, guru mengerjakan berbagai
peran yang membantu memudahkan peningkatan pengalaman siswa dalam
belajar. Peranan guru berikut direkomendasikan untuk digunakan bersama model
SSCS di dalam ruangan kelas:
a) Model strategi untuk penggunaan siswa.
b) Mengecek kepemilikan rencana investigasi siswa.
c) Memonitor kemajuan siswa.
Menantang siswa secara remain non jugmental untuk menemukan cara
memperbaiki ide mereka, keterangan, desain dan penyelesaian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
d. Peran Guru untuk Masing-masing Siklus
Pada penerapan metode SSCS guru mengerjakan berbagai peran yang
membantu memudahkan peningkatan pengalaman siswa dalam belajar. Peran
guru pada masing-masing siklus adalah sebagai berikut :
1) Search
a) Menciptakan suasana yang beresiko rendah.
b) Memberikan pengalaman untuk membangkitkan pertanyaan.
c) Memimpin dan memastikan tersedianya catatan selama brainstorming (tukar
pendapat).
d) Membuat dan memelihara lingkungan yang tanpa prasangka.
e) Membantu menjelaskan dan menyempurnakan pertanyaan.
2) Solve
a) Menyediakan berbasai macam bantuan yang berhubugan dengan
keselamatan, sumber- sumber dan waktu.
b) Memberikan pertanyaan untuk membantu menjelaskan observasi siswa,
pemikiran, dan membantu mereka memikirkan alternatif.
c) Membimbing siswa dalam menghubungkan pengalaman-pengalaman mereka
dengan ide- ide.
d) Menyediakan instruksi dalam penggunaan alat-alat baru serta teknik-tekniknya.
e) Membimbing siswa dalam mengembangkan metode untuk pengumpulan data
dan pencatatan hasil.
f) Memfasilitasi siswa untuk memperoleh tambahan informasi dan data.
3) Create
a) Menyarankan hasil dan kemungkinan yang ada.
b) Menyediakan instruksi dalam analisa data dan teknik penyampaian.
c) Memberikan instruksi dalam persiapan produk.
4) Share
a) Menekankan suasana yang beresiko rendah.
b) Memfasilitasi interaksi antara khalayak dengan penyaji.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
c) Membimbing dalam menemukan metode evaluasi penyelidikan dan
pengujiannya (Pizzini, 1991: 13).
e. Implementasi Model SSCS
a) SEARCH
a) Pengkatalisasian pertanyaan
Pertanyaan siswa merupakan masalah.perlu menyediakan iklim untuk
pemodelan pertanyaan siswa secara terus (secara teratur guru memberikan
pertanyaan ilmiah) dan penerimaan (menghargai keingintahuan siswa). Situasi
yang bervariasi mampu membuat siswa menggenerasikan pertanyaan, melalui :
1) Kejadian yang tak sesuai.
2) Koran dan majalah.
3) Penggalan alat ilmiah yang baru.
4) Bab dari buku teks atau umum.
5) Kejasian-kejadian khusus seperti rapat, kerja lapangan, atau pidato.
6) Topografi.
7) Investigasi laboratorium.
b) Strategi pengajaran untuk menggeneralisasikan pertanyaan.
1) Sebelum memulai unit baru, guru membantu siswa tentang apa yang mereka
ketahui mengenai topic yang baru dan apakah mereka ingin mencari tahu.
2) Sesion perumusan masalah berguna dalam menyusun ide yang dapat diteliti.
a) Semakin banyak semakin baik
b) Ide yang dirasa aneh tetap baik.
c) Piggybacking (pengembangan masing-masing ide yang lain) tetap bagus.
d) Menghormati pendapat sampai selesai sesi perumusan.
Beberapa ide menejemen yang dicoba guru untuk perumusan masalah termasuk:
a) Perumusan masalah dalam kelompok kecil, kemudian kelompok besar.
b) Menyuruh masing-masing siswa mencatat ide-ide yang terdengar menarik
(ini akan membantu di kemudian hari).
c) Meminta siswa secara individual menulis beberapa ide sebelum sesi
kelompok dimulai.
d) Mencatat semua ide.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
e) Mengelilingi kelas dan ambil bagian.
f) Contoh model pertanyaan yang dapat diteliti oleh guru.
g) Pengumuman topik berikutnya pada sesi perumusan masalah yang lebih
sulit.
h) Memberi semangat kelompok individual, atau seluruh kelas untuk membuat
jaringan seputar topik yang khas
(Pizzini,1991 : 22)
c) Meringkas Daftar
1) Menyuruh siswa mernyusun daftar.
(a) Menghilangkan duplikat.
(b) Menyelesaikan item yang tidak selesai.
(c) Mengkombinasikan ide-ide.
(d) Menambahkan ide-ide baru.
(e) Mengkategorikan ide-ide tersebut.
2) Siswa dapat meringkas topik-topik dengan memfokuskan pada 1 bagian.
3) Memulai mengevaluasi daftar.
(a) Membuat pertanyaan yang tidak resertabel.
(b) Membuang pertanyaan yang tidak mungkin dibahas pada waktu itu.
(c) Menyeleksi pertanyaan yang mengudang minat yang tinggi
(Pizzini, 1991:23).
d) Penyeleksian Permasalahan-permasalahan Terakhir.
Penggunaan kriteria membantu para siswa dalam penyelesaian
masalah akhir terbaik mereka. Para siswa harus menyeleksi dan menggunakan
kriteria yang relevan dengan topik yang sedang diinvestigasi.
Kriteria yang mungkin untuk pemilihan permasalahan:
1) Minat
2) Fasilitas dan peralatan
3) Waktu
4) Keamanan
5) Kepraktisan
6) Tujan atau relevansi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
7) Pengetahuan dari narasumber
8) Latar belakng peneliti/ ketrampilan peneliti
9) Keetersediaan literatur
e) Penyempurnaan Pertanyaan.
1) Pernyataan permasalahan harus jelas, sederhana dan ringkas.
2) Pernyataan tersebut harus menjelaskan secara pasti apa yang peneliti
inginkan untuk diketahui.
3) Semua kondisi dan parameter yang penting dikhususkan.
4) Semua istilah yang tidak jelas harus didefinisikan (Pizzini,1991:2).
b) SOLVE
a. Tipe Investigasi
Pertanyaan-pertanyaan dapat diinvestigasikan dengan menggunakan
variasi metode penelitian. Tiga metode penelitian akan dijabarkan sebagai
berikut:
1) Penelitian deskriptif berarti pengukuran sampel secara sistematik.
Contoh : survey, studi observasi, interview.
2) Penelitian korelasional melibatkan perbandingan 2 set pengukuran
sampel untuk menentukan jika terdapat hubungan antar variabel
(contohnya hubungan antara tinggi dan berat, ukuran dan angka
kecepatan jantung atau merokok dan lamanya hidup).
3) Penelitian eksperimental meneliti sebab akibat. Variabelnya harus benar-
benar dikontrol.
b. Pengembangan rencana
1) Merumuskan semua kemungkinan cara untuk memecahkan masalah.
2) Menulis langkah demi lamgkah.
3) Menyerahkan rencana guru untuk persetujuan.
4) Menyerahkan rencana untuk kelompok lain untuk dikritik.
5) Mengembangkan rencana kelas, kemudian diselesaikan secara
kelompok kecil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
c. Penemuan perlengkapan kebutuhan
Masing-masing kelompok harus:
1) Membuat permintaan peralatan sebelum memulai tahap solve.
2) Membuat daftar kebutuhan bahan secara tertulis untuk tahap solve.
3) Mengindikasikan item untuk disuplay oleh guru dan masing-masing
anggota kelompok.
4) Menunjuk salah satu anggota kelompok yang berwenang untuk
memperbaiki dan mengemblikan bahan untuk penyediaa tempat
diruang kelas.
d. Pengumpulan data dan organisasi
Siswa harus:
1) Memprediksi hasil sebelum menyimpulkan data.
2) Mendesain data sebelum mengumpulkannya
3) Menyerahkan desain untuk mendapat perdsetujuan guru atau kritik
dari kelompok lain
4) Menanyakan kepada diri sendiri, “apakah hasil tersebut memberikan
perubahan?”
5) Siswa mungkin membutuhkan bantuan dalam menjaga jarak
investigasi (Pizzini, 1991:27).
c) CREATE
a. Menganalisis data dan mendispaly
1) Mengukur tendensi sentral
2) Mengukur variable
3) Korelasi (hubungan)
4) Memilih audience untuk presentasi
5) Memilih tempat untuk presentasi
6) Menyiapkan presentasi (Pizzini, 1991:30).
d) SHARE
a) Praktek
1) Ketika siswa pada tahap create, dia dapat memulai praktek di depan
audience/ siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
2) Siswa harus berkonsentrasi pada presentator ketika mempresentasikan
3) Siswa harus menyatakan /mengeluarkan pendapat pada session ini dan
mengkritik.
b) Presentasi
1) Guru melihat kelakuan/perbuatan dan mengevaluasi pada kelompok yang
presentasi
2) Guru memberi semangat kepada presenter untuk membawa serta
audience dengan:
a) Menyimulasikan penyelidikan
b) Menanyakan pada audience untuk memprediksi kesimpulan
c) Membuat pre test/pos test
3) Setelah presentasi, guru memberi waktu untuk berdiskusi dengan cara:
a). Memberi komentar positif tentang presentasinya dan investigasi
b) Menghubungkan pertanyaan dengan yang di investigasi
4) Evaluasi topik yang dipresentasikan dan mengambil keputusan
(Pizzini,1991:36).
4. Model Pembelajaran EDI
(Experimenting, Demonstrating, Information)
Model pembelajaran EDI merupakan kombinasi dari metode eksperimen,
demonstrasi dan ceramah. Tekanan utama dari ketiga metode ini terletak pada
metode eksperimen dan demonstrasi, sedangkan metode ceramah digunakan
dalam upaya menjelaskan hakekat bahan pelajaran (sebagai pengantar) sebelum
melakukan demonstrasi dan eksperimen.
a. Metode Eksperimen
Metode Eksperimen adalah salah satu cara mengajar dimana siswa
melakukan suatu percobaan, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil
percobaannya, kemudian hasil pengamatannya itu disampaikan ke kelas dan di
evaluasi oleh guru. Penggunaan metode eksperimen ini mempunyai tujuan agar
siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan
yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Dengan eksperimen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
siswa menemukan bukti kebenaran dari teori tentang sesuatu yang sedang
dipelajarinya.. (Roestiyah,N.K.,1991: 80).
1) Kelebihan metode eksperimen:
Menurut Mulyati Arifin (1995: 111), keuntungan menggunakan metode
eksperimen adalah sebagai berikut :
a) Dapat memberikan gambaran yang kongkrit tentang suatu peristiwa
b) Siswa dapat mengamati proses
c) Siswa dapat mengembangkan ketrampilan inkuiri
d) Siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah
e) Membantu guru untuk mencapai tujuan pengajaran yang lebih efektif dan
efisien.
2) Kelemahan metode eksperimen
a) Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik mendapat
kesempatan untuk mengadakan eksperimen
b) Eksperimen kadang memerlukan waktu yang relative lama
c) Kurangnya persiapan dan pengalaman anak didik akan menimbulkan
kesulitan dadalam melakukan eksperimen.
b. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi ialah metode yang digunakan untuk memperlihatkan
sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran
(Syiful Bahri Djamarah,2000:201). Metode ini digunakan bila ingin
memperlihatkan bagaimana sesuatu harus terjadi dengan cara yang paling baik.
Demonstrasi dapat juga diartikan sebagai cara mengajar dimana seorang
instruktur atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan sesuatu proses sehingga
seluruh siswa dalam kelas dapat mengamati, melihat, mendengar mungkin
meraba- raba dan merasakan proses yang diperlihatkan oleh guru tersebut (
Roestiyah,N.K.,1991: 83).
Dengan demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan
berkesan secara mendalam, sehingga membentuk penertian dengan baik dan
sempurna. Penggunaan teknik demonstrasi mempunyai tujuan agar siswa mampu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
memehami tentang cara mengatur atau menyusun sesuatu, dengan demonstrasi
siswa dapat mengamati bagian- bagian dari benda atau alat.
1) Kelebihan metode demonstrasi:
a) Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau
kerja suatu benda
b) Memudahkan berbagai jenis penjelasan, penggunaan bahasa dapat lebih
terbatas. Hal ini dengan sendirinya dapat mengurangi verbalisme pada
anak didik
c) Kesalahan- kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki
melalui pengamatan dan contoh kongkrit, dengan menghadirkan objek
sebenarnya.
2) Kelemahan metode demonstrasi :
a) Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda atau cara kerja
yang akan dipertunjukkan
b) Tidak semua benda dapat diperlihatkan
c) Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai
apa yang didemonstrasikan ( Syaiful Bahri Djamarah, 2000: 201).
c. Metode Informasi ( Ceramah )
Metode mengajar ceramah menekankan penjelasan guru kepada
siswa atau penjelasan siswa kepada siswa lain dalam membahas bahan
pelajaran. Tumpuan metodologi ada pada metode ceramah dan Tanya jawab (
Nana Sudjana, 1996: 79).
Dalam metode ini aktivitas ditekankan pada guru, maka guru harus
pandai memilih kata- kata sedemikian rupa sehingga dengan suara yang cukup
jelas dapat dimengerti dan menarik perhatian siswa. Disini siswa bersikap
pasif mendengarkan dengan teliti dan mencatat agar dapat mengambil
kesimpulan tanpa memikirkan bahwa ada masalah dalam pelajaran itu.
1) Kelebihan metode ceramah :
a) Guru mudah menguasai kelas
b) Mudah dilaksanakan
c) Dapat diikuti dengan jumlah anak didik yang besar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
d) Guru mudah menerangkan bahan pelajaran dengan baik.
2) Kekurangan metode ceramah :
a) Mudah menjadi verbalisme ( pengertian kata- kata belaka)
b) Bila terlalu lama bias membosankan
c) Guru sukar sekali menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik
pada ceramahnya
d) Siswa memberi pengertian lain pada ucapan guru
e) Menyenbabkan anak menjadi pasif
f) Tidak memberi kesempatan berkembangnya self activity, self
expression, dan self selection
g) Murid berkecenderungan menghafal ( Roestiyah, N.K,,1991:69).
5. Sikap Ilmiah
a. Definisi Sikap Ilmiah
Menurut Berkowitz (1972) dalam Saifuddin Azwar (1987:5)
didefinisikan sebagai respon evaluatif. Respon itu sendiri hanya timbul apabila
individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki timbulnya reaksi
individual. Sikap sebagi respon evaluatif merupakan sikap yang didasari oleh
proses dalam individu yang memberi kesimpulan nilai terhadap suatu stimulus
dalam bentuk baik atau buruk, positif atu negatif, menyenangkan atau tidak
menyenangkan, suka atau tidak suka, yang kemudian mengkristal sebagai potensi
reaksi terhadap suatu obyek sikap. Potensi reaksi yang sudah terbentuk dalam
individu pada situasi bebas akan muncul berupa perilaku aktual sebagai cerminan
sikap yang sebenarnya.
Sikap ilmiah biasa dikatkan dengan keilmuan, sehingga sikap ilmiah
dapat didefinisikan sebagai sikap yang diujudkan dalam bentuk perilaku aktual
yang bersifat keilmuan terhadap suatu stimulus tertentu.
a. Aspek sikap ilmiah
Winner Harlen dalam Margono, dkk (1994:150), mengemukakan ada
sembilan aspek ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak yakni:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
1) Sikap ingin tahu (curiosity)
2) Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru (originality)
3) Sikap kerjasama (cooperative)
4) Sikap tidak putus asa (perseverance)
5) Sikap tidak berprasangka (open mindedness)
6) Sikap mawas diri (self awareness)
7) Sikap bertanggungjawab (responsibility)
8) Sikap berfikir bebas (independence in thinking)
9) Sikap kedisiplinan (discipline)
Carin dan Sund dalam bukunya teaching Science Through Discovery,
seperti yang dikutip oleh Margono mengemukakan aspek sikap ilmiah yaitu:
1). Sikap ingin tahu (curiosity)
2). Kerendahan hati (humility)
3). Ketidakpercayaan (scepticism)
4). Tidak fanatik (avoidance of dogmatism or gullibility)
5). Tidak berprasangka (open midedness)
6). Pendekatan positif pada kegagalan (a positive approach to failure)
Pendapat lain tentang aspek ilmiah adalah seperti yang dikemukakan oleh
Gega dalam Saifuddin Azwar (1987):
1. Sikap ingin tahu (curiosity)
2. Menciptakan sesuatu yang baru (anvestiveness)
3. Berpikir kritis (critical thinking)
4. Ketekunan (persistence)
Dari berbagai pendapat tersebut di atas dapat diambil aspek sikap ilmiah
yang penting yakni keingintahuan, tidak berprasangka, daya cipta dan ketekunan.
6. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar terdiri dari kata prestasi dan belajar. Menurut Zainal Arifin
(1989:2-3) kata prestasi berasal dari bahasa Belanda “prestatie” kemudian dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
bahasa indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Prestasi belajar
adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Depdikbud 1988:700) Dalam hal ini yang telah dilakukan
adalah belajar. Prestasi yang dimaksud meliputi kemampuan, ketrampilan, dan
sikap dalam menyelesaikan suatu hal. Biasanya ditunjukkan dengan nilai tes atau
nilai yang diberikan guru.
Prestasi belajar merupakan tolok ukur keberhsilan belajar, dengan
demikian proses belajar mengajar selalu berkaitan dengan prestasi belajar.
Menurut Zainal Arifin (1990: 3-4), prestasi belajar memiliki beberapa fungsi
utama,antara lain:
1) Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak
didik.
2) Sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Hal ini didasarkan atas asumsi
bahwa para ahli psikologi biasanya menyebutkan prestasi sebagai tendensi
keingintahuan dan merupakan kebutuhan umum pada manusia, termasuk
kebutuhan anak didik dalam suatu program pendidikan.
3) Sebagai bahan informasi dan inovasi pendidikan. Asumsinya adalah bahwa
prestai belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik untuk meningkatkan
ilmu pengetahuan dan berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan
mutu pendidikan.
4) Sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan.
5) Sebagai indikator terhadap daya serap siswa.
Kemampuan lulusan suatu jenjang pendidikan (hasil belajar) sesuai
dengan tuntutan penerapan kuurikulum berbasis kompetensi yang mencakup tiga
ranah yaitu:
1) Ranah kognitif
Berhubungan dengan kemampuan berfikir,termasuk di dalamnya
kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis,
mensintesis dan kemampuan mengevaluasi.(Depdiknas 2003: 1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
2) Ranah Afektif
Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap,
emosi dan nilai.( Depdiknas 2003:1 )
3) Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktifitas fisik.
(Depdiknas 2003:1)
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut W.S. Winkel (1983: 309), pencapaian prestasi belajar
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu : faktor yang berasal dari diri siswa sendiri dan
faktor dari luar diri siswa. Faktor yang berasal dari diri siswa meliputi faktor
psikis yang terdiri dari faktor psikis yang intelektual dan faktor psikis yang non
intelektual. Faktor psikis yang intelektual misalnya taraf intelegensi, kemampuan
belajardan cara belajarnya. Faktor psikis non intelektual misalnya motivasi
belajar, sikap, perasaan, minat, kondisi psikis, kondisi keadaan sosial dan juga
kultural. Faktor lain yang berasal dari diri siswa adalah faktor fisik, yaitu kondisi
fisik dari siswa itu sendiri dalam usahanya belajar.
Faktor yang berasal dari diri siswa yaitu faktor lingkungan sekolah yang
meliputi faktor- faktor yang mempengaruhi proses belajar di sekolah, misalnya
kurikulum pengajaran, disiplin sekolah, efektivitas guru pengajar, fasilitas belajar
dan pengelompokan siswa. Faktor lingkungan sekolah yang kedua adalah faktor
sosial sekolah, misalnya hubungan antara siswa, guru, dan sekolah. Faktor
lingkungan sekolah yang terakhir adalah faktor situasional sekolah, misalnya
keadaan politik ekonomi, waktu dan tempat serta musim dan iklim.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 238), prestasi belajar dipengaruhi
oleh faktor intern dan faktor ekstern.
1) Faktor intern meliputi:
Sikap siswa terhadap belajar, kreativitas, konsentrasi belajar, kemampuan
mengolah bahan belajar, kemampuan menyimpan perolehan hasil belajar,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
kemampuan menggali hasil belajar yang telah tersimpan, kemampuan
berprestasi, rasa percaya diri siswa, intelegensi, kebiasaan belajar.
2) Faktor ekstern antara lain :
Guru pembimbing belajar siswa, sarana dan prasarana belajar, kondisi
pembelajaran, kebijakan penilaian, kurikulum yang diterapkan, lingkungan
sosial siswa.
Menurut Ngalim Purwanto (1990: 102), prestasi belajar dipengaruhi oleh
faktor individu, dan faktor sosial.
1) Faktor individu adalah faktor yang ada dalam diri individu. Misalnya:
kematangan, kecerdasan, motivasi, kesiapan belajar dan faktor pribadi.
2) Faktor sosial adalah faktor yang ada di luar diri individu. Misalnya: keluarga,
metode mengajar dan motivasi sosial.
Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
merupakan kecakapan nyata sebagai hasil dari pengalaman belajar yang dapat
diukur secara langsung dan dapat dihitung hasilnya selama periode tertentu.
7. Pokok Bahasan larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
Pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit mulai diajarkan di
Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas X semester II. Berdasarkan pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) disebutkan bahwa kompetensi dasar
pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit adalah “mengidentifikasi
sifat larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan data hasil percobaan”.
a. Larutan Elektrolit dan Larutan Non Elektrolit
Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan dibedakan menjadi dua
macam, yaitu: Larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Larutan elektrolit
adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik, sedangkan larutan non
elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Membedakan larutan elektrolit dan non elektrolit dapat dilakukan
dengan pengujian menggunakan rangakaian listrik sederhana seperti gambar di
bawah ini.
Gambar 2. Menguji konduktivitas larutan elektrolit dan non elektrolit
Berdasarkan pengujian, jika elektroda dicelupkan ke dalam larutan elektrolit
maka lampu akan menyala. Ini menandakan bahwa larutan tersebut
menghantarkan arus listrik. Tetapi jika elektroda dicelupkan ke dalam larutan non
elektrolit, maka lampu tidak menyala. Ketidakmampuan larutan tersebut untuk
menyalakan lampu menandakan bahwa larutan tersebut tidak dapat
menghantarkan arus listrik. Hal lain yang dapat diamati untuk membedakan
larutan elektrolit dan non elektrolit adalah ada tidaknya gelembung gas pada saat
pengujian menggunakan rangkaian listrik sederhana. Larutan elektrolit
bergelembung sedangkan larutan non elektrolit tidak menghasilkan
gelembung.(Muchtaridi dan Sandri justiana, 2006:216).
b. Perbedaan Larutan Berdasarkan Daya Hantar Listrik
Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan terbagi menjadi 2 golongan
yaitu larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.
Tabel 1. Perbandingan sifat-sifat larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit
Larutan Elektrolit Larutan Non Elektrolit
1. Dapat menghantarkan listrik.
2. Terjadi proses ionisasi (terurai
1. Tidak dapat menghantarkan listrik
2. Tidak terjadi proses ionisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
menjadi ion-ion)
3. Lampu dapat menyala terang atau redup dan ada gelembung gas
Contoh :
Garam dapur (NaCl), Cuka dapur (CH3COOH), Air accu (H2SO4)
Garam magnesium (MgCl2)
3. Lampu tidak menyala dan tidak ada gelembung gas
Contoh :
Larutan gula (C12H22O11)
Larutan urea (CO(NH2)2)
Alkohol /etanol (C2H5OH)
Pada saat elektroda yang terhubung dengan rangkaian listrik dicelupkan ke
dalam larutan elektrolit, ion- ion yang bergerak bebas akan menuju ke elektroda
bermuatan. Ion- ion positif akan menuju elektroda negatif (katoda) dan ion- ion
negatif akan menuju elektroda positif (anoda). Proses daya hantar listrik suatu
larutan elektrolit dapat dilihat pada gambar di bawah.
Gambar 3. Proses daya hantar listrik larutan elektrolit
Sebagai contoh, jika larutan dalam bejana di atas adalah larutan HCl, maka
dalam larutan akan terjadi reaksi sebagai berikut :
Reaksi di katoda : 2H+(aq) + 2e → H2(g)
Reaksi di anoda : 2Cl-(aq)→Cl2(g) + 2e
Total reaksi : 2H+(aq) + 2Cl-(g) → H2(g) + Cl2 (g)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Larutan HCl di dalam air terurai menjadi kation (H+) dan anion (Cl-).
Terjadinya hantaran listrik pada larutan HCl disebabkan ion H+ menangkap
elektron pada katoda dengan membebaskan gas Hidrogen. Sedangkan ion-ion Cl-
melepaskan elektron pada anoda dengan menghasilkan gas klorin.
Proses di atas akan terus berjalan sehingga terbentuk aliran elektron (arus
listrik) dari anoda ke katoda. Aliran listrik ini akan terhenti jika semua ion dalam
larutan telah berubah menjadi partikel netral. Artinya, tidak ada lagi ion negatif
yang dapat memberikan elektron dan ion positif yang dapat menerima elektron.
c. Pengelompokkan Larutan Berdasarkan Jenisnya
Tabel 2. Pengelompokan Larutan Berdasarkan Jenisnya
Jenis Larutan
Sifat dan Pengamatan Lain
Contoh Senyawa Reaksi Ionisasi
Elektrolit kuat
-terionisasi sempurna -menghantarkan arus listrik listrik -lampu menyala terang -terdapat gelembung gas
NaCl, HCl, NaOH dan H2SO4 KCl
NaCl → Na+ + Cl- NaOH → Na+ + OH-
H2SO4→ 2H+ + SO4 2-
KCl → K+ + Cl-
Elektrolit lemah
-terionisasi sebagian -menghantarkan arus listrik -lampu menyala redup -terdapat gelembung gas
CH3COOH, HCN dan Al(OH)3
CH3COOH → H++ CH3COO- HCN→ H+ + CN- Al(OH)3 → Al3+ + 3OH-
Non elektrolit
-tidak terionisasi -tidak menghantarkan arus listrik -lampu tidak menyala -tidak terdapat gelembung gas
C6H12O6, C12H22O11, CO(NH2)2 dan C2H5OH
C6H12O6, C12H22O11 CO(NH2)2,,C2H5OH
Membedakan larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah juga dapat
dilakukan dengan pengujian menggunakan rangkaian listrik sederhana seperti
gambar di berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Gambar 4. Menguji konduktivitas larutan elektolit kuat ,elektrolit lemah
dan non elektrolit
d. Elektrolit Kuat dan Elektrolit Lemah
Jenis dan konsentrasi (kepekatan) suatu larutan dapat berpengaruh
terhadap daya hantar listriknya. Untuk menunjukkan kekuatan elektrolit
digunakan derajat ionisasi yaitu jumlah ion bebas yang dihasilkan oleh suatu
larutan. Makin besar harga α, makin kuat elektrolit tersebut.
1) Reaksi Ionisasi Elektrolit Kuat
Larutan yang dapat memberikan lampu terang, gelembung gasnya
banyak, maka larutan ini merupakan elektrolit kuat. Umumnya elektrolit kuat
adalah larutan garam. Dalam proses ionisasinya, elektrolit kuat menghasilkan
banyak ion. Elektrolit kuat ada beberapa dari asam dan basa.
Contoh :
NaCl (aq) → Na+(aq) + Cl-(aq)
KI (aq) → K+(aq) + I- (aq)
Ca(NO3)2(aq) → Ca2+(aq) + NO3-(aq)
Kation : Na+, Li+, K+, Mg2+ , Ca2+ , Sr2+ , Ba2+ , NH4+
Anion : Cl-, Br-, I-, SO42- , NO3
-, ClO4-, HSO4
-, CO32- , HCO3
-
2) Reaksi Ionisasi Elektrolit Lemah
Larutan yang dapat memberikan nyala redup ataupun tidak menyala,
tetapi masih terdapat gelembung gas pada elektrodanya maka larutan ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
merupakan elekrtolit lemah. Daya hantarnya buruk dan memiliki α (derajat
ionisasi) kecil, karena sedikit larutan yang terurai (terionisasi). Makin sedikit yang
terionisasi, makin lemah elektrolit tersebut.
Contoh :
CH3COOH(aq) CH3COO-(aq) + H+ (aq)
NH4OH(aq) NH4+ (aq) + OH- (aq)
e. Senyawa Ion
NaCl adalah senyawa ion, jika dalam keadaan kristal sudah sebagai ion-
ion, tetapi ion-ion itu terikat satu sama lain dengan rapat dan kuat, sehingga tidak
bebas bergerak. Jadi dalam keadaan kristal (padatan) senyawa ion tidak dapat
menghantarkan listrik, tetapi jika garam yang berikatan ion tersebut dalam
keadaan lelehan atau larutan, maka ion-ionnya akan bergerak bebas, sehingga
dapat menghantarkan listrik. Pada saat senyawa NaCl dilarutkan dalam air, ion-
akan menyusup di sela-sela butir-butir ion tersebut (proses hidrasi) yang akhirnya
akan terlepas satu sama lain dan bergerak bebas dalam larutan.
Reaksi: NaCl (s) + air → Na+ (aq) + Cl- (aq)
Proses ionisasi padatan natrium klorida (garam dapur) dapat dilihat pada
gambar di bawah.
Gambar 5. Proses pelarutan garam dapur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
f. Senyawa Kovalen
Senyawa kovalen terbagi menjadi senyawa kovalen non polar misalnya :
F2, Cl2,Br2, I2, CH4 dan kovalen polar misalnya : HCl, HBr, HI, NH3. Dari hasil
percobaan, hanya senyawa yang berikatan kovalen polarlah yang dapat
menghantarkan arus listrik. HCl merupakan senyawa kovalen diatom bersifat
polar, pasangan elektron ikatan tertarik ke atom Cl yang lebih elektro negatif
dibanding dengan atom H. Sehingga pada HCl, atom H lebih positif dan atom Cl
lebih negatif.
Struktur lewis HCl.
Jadi walaupun molekul HCl bukan senyawa ion, jika dilarutkan ke dalam air maka
larutannya dapat menghantarkan arus listrik karena menghasilkan ion-ion yang
bergerak bebas, reaksinya sebagai berikut:
HCl (aq) + H2O (l) → H3O+ (aq) + Cl- (aq) atau HCl (aq) → H+ (aq) + Cl- (aq)
Dalam keadaan murni HCl tidak dapat menghantarkan arus listrik, karena
HCl dalam keadaan murni berupa molekul-molekul tidak mengandung ion-ion,
maka cairan HCl murni tidak dapat menghantarkan arus listrik.
(Unggul Sudarmo,2007:119)
B. KERANGKA BERPIKIR
1. Perbedaan Prestasi Belajar Kimia pada Siswaz dengan model Pembelajaran
SSCS dan Model Pembelajaran EDI
Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dari hasil yang telah
dicapai dari apa yang telah dilakukan. Dalam hal ini yang telah dilakukan adalah
belajar. Prestasi belajar dapat berupa penilaian kognitif, afektif dan psikomotor.
Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar adalah model
pembelajaran.
Pada model pembelajaran SSCS siswa dapat berpartisipasi aktif dan
mereka dapat bekerja sama untuk menyeliki (search) untuk menyelidiki
pertanyaan, memecahkan (solve) pertanyaan yang muncul, kreasi (create) yang
berati merumuskan dan mengkomunikasikan pemecahan masalah tersebut dan
berbagi (share) kesimpulan yang mereka dapatkan dari proses ini. Penggunaan
model pembelajaran SSCS melibatkan siswa secara aktif dan dapat merangsang
siswa untuk membelajarkan dirinya sendiri sehingga mereka akan berusaha
mengeksplorasi seluruh potensi yang dimiliki secara maksimaluntuk mempelajari
materi yang sedang dihadapinya.
Model pembelajaran EDI merupakan kombinasi dari metode
eksperimen, demonstrasi dan informasi, dalam hal ini adalah metode ceramah.
Tekanan utama dari ketiga metode ini terletak pada metode eksperimen dan
demonstrasi, sedangkan metode ceramah digunakan sebagai pengantar dalam
upaya menerangkan bahan pelajaran sebelum melakukan demonstrasi dan
eksperimen. Melalui eksperimen siswa mampu menemukan jawaban dari
persoalan yang dihadapi dengan melakukan percobaan/ eksperimen sendiri.
Dengan eksperimen siswa dapat menemukan bukti kebenaran dari teori tentang
sesuatu yang dipelajarinya. Dengan demonstrasi proses penerimaan siswa
terhadap pelajaran akan berkesan secara mendalam sehingga membentuk
pengertian dengan baik. Penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan
pemahaman siswa tentang jalannya proses atau kerja suatu hal.
Dari uraian diatas, diprediksikan siswa SMA yang menerima
pembelajaran dengan model EDI akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik
dari pada siswa yang menerima pembelajaran dengan model SSCS.
2. Pengaruh Sikap Ilmiah Terhadap Prestasi Belajar Kimia Siswa
Sikap ilmiah adalah sikap sebagai respon evaluatif terhadap stimulus
tertentu yang diwujudkan dalam bentuk perilaku aktual yang bersifat keilmuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Siswa yang memiliki sikap ilmiah juga akan memiliki sikap positif terhadap
kegiatan belajar yang mendorong siswa untuk terlibat aktif baik secara fisik
maupun mental dalam kegiatan ilmiah, seperti melakukan kegiatan laboratorium
dan menganalisis dat percobaan. Sikap ilmiah yang dimiliki siswa dapat membuat
siswa tersebut selalu ingin tahu, kritis, teliti dan hati- hati dalam bertindak dan
tidak dapat menerima kebenaran tanpa bukti dan sanggup menerima gagasan baru
dari orang lain. Siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi akan memperoleh
prestasi yang lebih baik dari pada siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah, baik
diberikan pengajaran dengan model SSCS dan model pembelajaran EDI.
3. Interaksi Antara Model Pembelajaran dengan Sikap Ilmiah Siswa terhadap
Prestasi Belajar.
Bertolak dari uraian sebelumnya yaitu kemungkinan siswa yang
menerima pembelajaran dengan model pembelajaran EDI memiliki prestasi
belajar yang lebih baik dari pada dengan model pembelajaran SSCS dan siswa
yang memiliki sikap ilmiah tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih baik dari
pada siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah, serta dilihat dari karakteristik
kedua model pembelajaran yang mana sikap ilmiah memiliki peran yang sama
dalam proses kegiatan belajar mengajar. Sehingga dimungkinkan apapun model
pembelajaran yang diterapkan, baik SSCS maupun EDI, siswa yang memiliki
sikap ilmiah tinggi akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik dari pada siswa
yang memiliki sikap ilmiah rendah.Sebaliknya berapapun tingkat sikap ilmiah
siswa, baik tinggi ataupun rendah yang menerima pembelajaran dengan model
pembelajaran EDI akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik dari pada dengan
model pembelajaran SSCS sehingga tidak terjadi interaksi antara model
pembelajaran dengan sikap ilmiah siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
C. HIPOTESIS
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas dapat diajukan hipotesis sebagai
berikut :
1. Ada pengaruh penerapan model pembelajaran SSCS dan model pembelajaran
EDI terhadap prestasi belajar pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non
Elektrolit.
2. Model pembelajaran EDI memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap
prestasi belajar siswa dibandingkan model pembelajaran SSCS.
3. Sikap ilmiah siswa berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar pada
pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit.
4. Tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan sikap ilmiah siswa
terhadap prestasi belajar pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non
Elektrolit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1) Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ceper.
Sebagai objek penelitian diambil kelas X semester 2 tahun pelajaran 2006/ 2007.
2) Waktu Penelitian
Penelitian ini mulai dilaksanakan pada semester 2 tahun ajaran 2006/ 2007.
Pengambilan data dimulai pada bulan Mei 2007.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimen dengan rancangan
penelitian adalah rancangan faktorial 2 x 2 dari data selisih nilai pre test dan post test
( gain score ). Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Tabel 3. Rancangan Penelitian
Metode Pengajaran Sikap ilmiah
Tinggi ( B1) Rendah (B2)
SSCS (A1) A1B1 A1B2
EDI (A2) A2B1 A2B2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Keterangan :
A : Model pengajaran
A1 : Model pengajaran SSCS
A2 : Model pengajaran EDI
B : Sikap ilmiah
B1 : Sikap ilmiah tinggi
B2 : Sikap ilmiah rendah
A1B1 : Kelompok siswa yang diajar dengan model SSCS yang memiliki sikap ilmiah
tinggi.
A1B2 : Kelompok siswa yang diajar dengan model SSCS yang memiliki sikap
ilmiah rendah.
A2B1 : Kelompok siswa yang diajar dengan model EDI yang memiliki sikap ilmiah
tinggi.
A2B2 : Kelompok siswa yang diajar dengan model EDI yang memiliki sikap ilmiah
rendah.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah seluruh sumber data yang memungkinkan memberikan
informasi. (Nana Sudjana dan Ibrahim,1989:84).
Populasi yang ditetapkan mempunyai kesempatan yang sama menjadi sampel.
Menurut Nana Sudjana dan Ibrahim (1989:84),”Sampel adalah sebagian dari seluruh
populasi yang memiliki sifat dan karakter yang sama dengan populasi sehingga betul-
betul mewakili populasinya”.
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X semester 2 SMAN 1 Ceper tahun
ajaran 2006/2007.
Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara cluster random
sampling dengan menggunakan dua kelas dari delapan kelas yang ada, yaitu kelas X-
C dan kelas X-D. Untuk menentukan kelas eksperimenn satu dan dua dilakukan
dengan cara pengundian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
D. Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang terdapat pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.Variabel bebas
Variabel bebas adalah kondisi yang oleh peneliti dimanipulasi dalam rangka
menerangkan hubungan dengan fenomena yang diobservasi. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah Model Pembelajaran SSCS dan EDI.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah kondisi yang menunjukkan akibat atau pengaruh yang
dikarenakan variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi
belajar siswa pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data yang akan dikumpulkan berupa data tentang prestasi belajar siswa pada
pembelajaran kimia pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit. Prestasi
belajar siswa yang ditinjau dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Adapun sumber data penelitian ini diperoleh dengan teknik metode tes dan
metode angket.
a. Metode Tes
Metode ini dimaksudkan untuk mengungkap sampai sejauh mana penguasan
siswa terhadap konsep-konsep dalam pokok bahasan larutan elektrolit dan non
elektrolit dan untuk mendapatkan nilai prestasi belajar. Data tes berupa nilai kognitif
siswa pada materi Larutan Elektolit dan Non Elektrolit, dengan menggunakan
perangkat tes berupa tes objektif dengan 5 pilihan jawaban.
b. Metode Angket
Metode angket merupakan metode pengumpulan data yang dilaksanakan
dengan cara mengajukan sejumlah daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh
responden. Metode angket digunakan untuik memperoleh data tentang sikap ilmiah.
Data yang diperoleh berupa skor hasil pengisisan angket dari responden.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Pemberian skor untuk angket sikap ilmiah digunakan skala 1 sampai 5, untuk
item yang mengarah jawaban positif, pemberian skornya sebagai berikut :
Skor 5 untuk jawaban Sangat Setuju
Skor 4 untuk jawaban Setuju
Skor 3 untuk jawaban Netral
Skor 2 untuk jawaban Tidak Setuju
Skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju
Item yang mengarah jawaban negatif, pemberian skornya sebagai berikut :
Skor 1 untuk jawaban Sangat Setuju
Skor 2 untuk jawaban Setuju
Skor 3 untuk jawaban Netral
Skor 4 untuk jawaban Tidak Setuju
Skor 5 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju
F. Instrumen Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto ( 1997:36) instrumen penelitian adalah alat atau
fasilitas yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaan lebih
mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, sistematis sehingga
lebih mudah untuk diolah.
Sebelum digunakan sebagai alat pengumpulan data,angket harus memenuhi
persyaratan meliputi: validitas, reliabilitas,taraf kesukaran soal dan daya pembeda
soal yang dilakukan dengan cara mengadakan try out (uji coba).
Instrumen dalam penelitian ini terdiri atas tiga instrumen yaitu instrumen
penilaian kognitif, afektif dan psikomotor.
1. .Instrumen Penilaian Kognitif
Untuk penilaian kognitif menggunakan bentuk tes obyektif. Sebelum
digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut diujicobakan terlebih
dahulu untuk mengetahui kualitas soal. Uji coba soal ditujukan untuk mengetahui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
tentang taraf kesukaran, taraf pembeda item soal, validitas dan reliabilitas dari suatu
soal.
a. Taraf Kesukaran Suatu Item
Taraf kesukaran suatu item dapat diketahui dari banyaknya siswa yang
menjawab benar. Taraf kesukaran suatu item dinyatakan dalam bilangan indeks
yang disebut Indeks Kesukaran (IK), yaitu bilangan yang merupakan hasil
perbandingan antara jawaban benar yang diperoleh dengan jawaban yang
seharusnya diperoleh dari suatu item.
maksimalskor N
B IK
×=
Keterangan :
IK :Indeks Kesukaran
B :Jumlah jawaban yang benar yang diperoleh siswa dari suatu item
N :Kelompok siswa
Skor maksimal : Besarnya skor yang dituntut oleh suatu jawaban benar dari suatu
item
N x skor maksimal : Jumlah jawaban benar yang seharusnya diperoleh dari suatu
item.
Klasifikasi indeks kesukaran adalah sebagai berikut :
0,81 – 1,00 : Mudah Sekali (MS)
0,61 – 0,80 : Mudah (Md)
0,41 – 0,60 : Sedang atau cukup (Sd)
0,21 – 0,40 : Sukar (Sk)
0,00 – 0,20 : Sukar Sekali (SS)
(Masidjo, 1995:189- 192 )
Hasil uji taraf kesukaran soal instrumen penilaian kognitif yang dilakukan
terangkum dalam tabel 4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Instrumen Penilaian
Kognitif
Variabel Jumlah
Soal
Kriteria
SM M Sd S SS
Soal-soal Pokok Bahasan
Larutan Elektrolit dan Non
Elektrolit
34 3 11 11 5 -
Hasil uji taraf kesukaran soal instrumen penilaian kognitif yang lebih rinci dapat
dilihat pada lampiran 13
b. Taraf Pembeda Soal
Taraf pembeda soal adalah taraf sampai dimana jumlah jawaban benar
dari siswa. Siswa yang tergolong kelompok atas (pandai) berbeda dari siswa
yang tergolong kelompok bawah (bodoh). Perbedaan jawaban benar dari siswa
yang tergolong kelompok atas dan bawah disebut Indeks Diskriminasi (ID)
maksimalSkor nKBatau nKA
KB -KA ID
×=
Keterangan :
ID : Indeks Diskriminasi
KA : Jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa kelompok atas
K : Jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa kelompok bawah
NKA atau nKB : Jumlah siswa yang tergolong kelompok atas atau bawah.
Kualifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut :
0,80 – 1,00 : Sangat Membedakan (SM)
0,60 – 0,79 : Lebih Membedakan (LM)
0,40 – 0,59 : Cukup Membedakan (CM)
0,20 – 0,39 : Kurang Membedakan (KM)
negatif – 0,19 : Sangat kurang membedakan (SKM)
(Masidjo, 1995: 201)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Hasil uji taraf pembeda soal instrumen penilaian kognitif yang dilakukan
terangkum pada tabel 5.
Tabel 5. Rangkuman hasil uji taraf pembeda Soal Instrumen Penilaian Kognitif
Variabel Jumlah
Soal
Kriteria
SM LM CM KM SKM
Soal-soal Pokok Bahasan
Larutan Elektrolit dan
Non Elektrolit
34 - - 14 16 -
Hasil uji taraf pembeda soal instrumen penilaian kognitif yang lebih rinci dapat
di lihat pada lampiran 13.
c. Validitas Instrumen Penelitian
Yang dimaksud dengan validitas suatu tes adalah taraf sampai dimana
suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.
Teknik yang digunakan untuk menentukan validitas item adalah
menggunakan Korelasi Product Moment,sebagai berikut :
{ }{ }∑ ∑∑ ∑∑ ∑ ∑=
2222xyY)(- YNX)(- XN
Y)X)(( - XYN r
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi antara item dengan skor total.
N : banyaknya subyek
x : skor item
y : skot total
Item dikatakan valid jika rhitung > rtotal
Kriteria validitas suatu soal (rxy) adalah sebagai berikut:
0,91 – 1,00 : Sangat Tinggi (ST)
0,71 – 0,90 : Tinggi (T)
0,41 – 0,70 : Cukup (C)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
0,21 – 0,40 : Rendah (R)
Negatif – 0,20 : Sangat Rendah (SR)
(Masidjo, 1995:243-246)
Hasil uji validitas instrumen penilaian kognitif yang dilakukan terangkum
dalam Tabel 6.
Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif.
Variabel `Jumlah
Soal
Kriteria
Valid Drop
Soal- soal pokok Bahasan Larutan
Elektrolit dan Non Elektrolit
34 30 4
Hasil uji coba instrumen lebih rinci dapat dilihat di lampiran 13.
d. Reliabilitas Instrumen Penelitian
Reliabilitas adalah keajegan suatu tes apabila diteskan kepada subyek
yang sama, dalam waktu yang berlainan atau kepada subyek tidak sama pada
waktu yang sama.
Untuk menghitung koefisien reliabilitas tes bentuk obyektif digunakan
rumus KR 20 yaitu sebagai berikut :
= ∑t
2
t11 S
PQ- S
1-n
n r
Keterangan :
r11 : Koefisien reliabilitas
n : Jumlah item
S : deviasi standar
P : indeks kesukaran
Q : 1 – P
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Kriteria reliabilitas
0,91 – 1,00 : Sangat Tinggi
0,71 – 0,90 : Tinggi
0,41 – 0,70 : Cukup
0,21 – 0,40 : Rendah
Negatif – 0,20 : Sangat Rendah
(Masidjo, 1995:209-233)
Hasil uji reliabilitas instrumen penilaian kognitif yang dilakukan terangkum
dalam tabel 7.
Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas instrumen Penilaian Kognitif
Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria
Soal-soal Pokok bahasan Larutan
Elektrolit dan Non Elektrolit
34 0,845 Tinggi
Hasil uji reliabilitas instrumen penilaian kognitif yang lebih rinci dapat dilihat
pada lampiran 13.
2. Instrumen Penilaian Afektif
Instrumen penilaian afektif yang digunakan dalam penelitian ini berupa
angket sksla sikap. Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung dan
sekaligus menyediakan alternatif jawaban. Responden atau siswa memberikan
jawaban dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan.
Sebelum menyusun angket terlebih dahulu dibuat konsep alat ukur yang
mencerminkan isi kajian teori. Konsep alat ukur ini berisi kisi-kisi angket. Konsep
selanjutnya dijabarkan dalam variabel dan indikator yang disesuaikan dengan tujuan
penilaian yang hendak dicapai, selanjutnya indikator ini digunakan sebagai pedoman
dalam menyusun item-item angket.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Penyusunan item-item angket berdasarkan indikator yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dalam menjawab pertanyaan, responden atau siswa hanya dibenarkan
dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan.
Tabel 8. Skor Penilaian Afektif
Skor untuk aspek yang dinilai Nilai
SS Sangat setuju
S Setuju
N Netral
TS Tidak setuju
STS Sangat tidak setuju
5
4
3
2
1
Keterangan:
Jumlah nilai ≥ 72 sangat baik (A)
Jumlah nilai 54-71 baik (B)
Jumlah nilai 36-53 cukup (C)
Jumlah nilai < 35 kurang (D)
(Depdiknas, 2003: 91)
Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut diuji
terlebih dahulu dengan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui kualitas item
angket.
a. Uji Validitas Angket
Pengujian Validitas angket menggunakan rumus korelasi yang dikemukakan
Pearson yang dikenal Korelasi Produk Momen sebagai berikur:
{ }{ }∑ ∑∑ ∑∑ ∑ ∑=
2222xyY)(- YNX)(- XN
Y)X)(( - XYN r
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi antara item dengan skor total.
N : banyaknya subyek
x : skor item
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
y : skot total
Item dikatakan valid jika rhitung > rtotal
Kriteria validitas suatu soal (rxy) adalah sebagai berikut:
0,91 – 1,00 : Sangat Tinggi (ST)
0,71 – 0,90 : Tinggi (T)
0,41 – 0,70 : Cukup (C)
0,21 – 0,40 : Rendah (R)
Negatif – 0,20 : Sangat Rendah (SR)
(Masidjo, 1995:243-246)
Hasil uji validitas instrumen penilaian afektif yang dilakukan terangkum
dalam Tabel 9.
Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Afektif
variabel Jumlah Soal Kriteria
Soal- Soal Larutan Elektrolit dan Non
Elektrolit
16 Valid Drop
16 -
Hasil uji validitas instrumen penilaian afektif yang lebih rinci dapat dilihat pada
lampiran 14.
b. Uji Reliabilitas Angket
Untuk mengetahui reliabilitas angket digunakan rumus alpha.Rumus Alpha
digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 0 atau
1,misalnya angket atau soal bentuk uraian.
Keterangan ;
r11 : koefisien reliabilitas suatu tes
n : jumlah item
∑Si2 : jmlah kuadrat S dari masing-masing item
St2 : kuadrat dari S total keseluruhan item
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Adapun acuan penilaian reliabilitas suatu butir soal atau item adalah sebagai
berikut:
0,91 – 1,00 : sangat tinggi (ST)
0,71 – 0,90 : tinggi (T)
0,41 – 0,70 : cukup (C)
0,2 – 0,40 : rendah (R)
Negatif – 0,20 : sangat rendah ( SR)
(Masidjo, 1995: 209)
Hasil uji reliabilitas instrumen penilaian afektif yang dilakukan
terangkum dalam tabel 10.
Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Afektif
Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria
Soal-soal Pokok Bahasan Larutan
Elektrolit dan Non Elektrolit
16 0,79 Cukup
Hasil uji reliabilitas instrumen penilaian afektif yang lebih rinci dapat dilihat
pada lampiran 14.
3. Instrumen Penilaian Psikomotor
Instrumen penilaian psikomotor berupa lembar penilaian observasi kinerja
(Perfomance Assesment). Bentuk instrumen ini digunakan untuk kompetensi yang
berhubungan dengan praktek. Perangkat tes ini diisi oleh guru atau asisten
laboratorium sesuai dengan kriteria skor untuk tiap-tiap aspek yang dinilai, secara
lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2.
Analisis instrumen penilaian psikomotor menggunakan analisis kuantitatif.
Analisis kuantitatif adalah analisis yang dilakukan oleh teman sejawat dalam rumpun
keahlian yang sama, dosen pembimbing skripsi atau para ahli. Tujuannya adalah
untuk menilai materi, kontruksi dan apakah bahasa yang digunakan sudah memenuhi
pedoman dan bisa dipahami oleh siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
4. Instrumen Sikap Ilmiah
Pernyataan dalam angket sikap ilmiah diberikan nilai sebagai berikut:
a. Jawaban sangat setuju : 5
b. Jawaban setuju : 4
c. Jawaban netral : 3
d. Jawaban tidak setuju : 2
e. Jawaban sangat tidak setuju : 1
Kriteria penilaian sikap ilmiah :
1. Jumlah nilai ≥ 72 : sangat baik (A)
2. Jumlah nilai 54 – 71 : baik (B)
3. Jumlah nilai 36 – 53 : cukup (C)
4. Jumlah nilai < 35 : kurang (D)
Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut diuji
terlebih dahulu dengan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui kualitas item
angket.
a. Uji Validitas
Hasil uji validitas instrumen penilaian angket sikap ilmiah yang dilakukan
terangkum dalam tabel 11.
Tabel 11. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Angket Sikap Ilmiah
Variabel Jumlah Soal Kriteria
Valid Drop
Soal-soal Pokok Bahasan Larutan
Elektrolit dan Non Elektrolit
23 23 -
Hasil uji validitas instrumen angket sikap ilmiah yang lebih rinci dapat dilihat di
lampiran 15.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
b. Uji Reliabilitas
Hasil uji reliabilitas instrumen penilaian sikap ilmiah yang dilakukan
terangkum dalam tabel 12.
Tabel 12. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Sikap Ilmiah
Variabel Jumlah Soal reliabilitas kriteria
Soal-soal Pokok Bahasan Larutan
Elektrolit dan Non elektrolit
23 0,862 Cukup
Hasil uji reliabilitas angket sikap ilmiah yang lebih rinci dapat dilihat pada
lampiran 12.
G. Teknik Analisis Data
Data pretes yang diperoleh dianalisis menggunakan uji-t dua pihak. Kemudian
data prestasi belajar perlu memenuhi uji prasyarat analisisnya, yaitu uji normalitas
dengan menggunakan uji Liliefors dan uji homogenitas dengan menggunakan uji
Bartlet. Selanjutnya data prestasi belajar dianalisis dengan menggunakan analisis
variansi dua jalan dengan isi sel tak sama.
1. Uji Keseimbangan
Untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasal
dari kelas yang memiliki kemampuan yang seimbang atau tidak, maka digunakan uji
t- dua pihak dengan rumus sebagai berikut:
T =
21
21
11
nnS
XX
+
−
S2 =2
)1()1(
21
222
211
−+−+−
nn
SnSn
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Keterangan :
1X : nilai rata-rata tes kelas eksperimen 1
2X : nilai rata-rata tes kelas eksperimen 2
n1 : jumlah sampel pada kelas eksperimen 1
n2 : jumlah sampel pada kelas eksperimen 2
S : simpangan baku
S12 : varians kelas eksperimen 1
S22 : varians kelas eksperimen 2
Dengan kriteria sebagai berikut :
H0 : µ1 = µ2, tidak ada perbedaan antara rata-rata nilai pretes siswa kelas
eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2.
H1 : µ1 ≠ µ2, ada perbedaan rata-rata nilai pretes siswa kelas eksperimen1 dan
kelas eksperimen 2.
Kriteria pengujian:
a. Jika – tt < thitung < +tt maka hipotesis nol diterima.
b. Jika thitung < -tt atau + tt maka hipotesis nol ditolak.
( Sudjana, 1996: 243)
2. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari
populasi yang normal atau tidak. Di sini digunakan metode Liliefors dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan Hipotesis
Ho = sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
H1= sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2. Dipilih = α = 0,05
3. Statistik uji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
L = Maks )()( ziSziF −
Dengan :
`Z berdistribusi N (0,1)
F (zi) = P(z <zi)
S ( zi) proporsi cacah z < zi terhadap seluruh zi
4. Daerah Kritik (DK)
DK = { L/ L o ≥ L α ;n }
5. Keputusan Uji
Kriteria : Ho diterima jika Lo< Ltabel.
(Sudjana, 1996: 466-469)
b. Uji Homogenitas.
Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah sampel penelitian
berasal dari poopulasi yang homogen. Untuk mengetahui homogenitas variansi
digunakan “Uji Bartlett” dengan rumus :
}S log )1- (n-{B 2,3026
}S log )1- (n - {B 10)(ln X2
i1
2i1
2
∑∑
=
=
)1(n )S (log B 2 −= ∑ i
∑∑
−=
1)(n
S 1)-(n S
i
2ii2
Hipotesis yang akan diuji adalah :
=== δ δ Ho 22
21 kedua populasi mempunyai varian yang sama
=== δ δ Ho 22
21 paling sedikit satu tanda sama tidak berlaku
Adapun langkah-langkah pengujian homogenitas dengan menggunakan uji Bartlett
sebagai berikut :
1. Menentukan hipotesis
δ δ Ho 22
21 ==
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
δ δ H 22
211 ==
2. Menghitung varians masing-masing sampel (Si2) dengan rumus :
1n
X)-(X Si
2i2
−=
3. Menghitung varian gabungan dari semua sampel (S2) dengan rumus :
∑∑
−=
1)n(
1)S-(n S
i
2ii2
4. Menghitung harga satuan
∑ −= )1(n)S (log B i2
5. Menghitung Chi_kuadrat )(χ 2 , dengan rumus :
∑ −= }logS )1(n-{B 10)(ln χ 2ii
2
6. Menghitung 2χ dari tabel distribusi Chi-kuadrat pada taraf signifikan 5%
7. Kriteria uji.
Ho diterima, apabila 2χ hitung < 2χ tabel, yang berarti sampel homogen.
(Sudjana, 1996: 261-263)
3. Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan:
a. Analisis Variansi (ANAVA) 2x2 dengan frekuensi pengamatan sel tak sama
Langkah – langkah dalam analisis adalah sebagai berikut :
1. Komponen jumlah kuadrat
(1) = pg
G 2
(2) = ∑ij
ijSS
(3) = ∑i
i
q
A 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
(4) = ∑j
i
p
B 2
(5) = ∑IJ
IJBA 2
2. Jumlah kuadrat
JKA = n h{(3)-(1)}
JKB = n h {(4)-(1)}
JKAB = n h {(1)+(5)-(3)-(4)}
JKG = (2)
JKT = JKA + JKB + JKAB +JKB
3. Derajat kebebasan
dkA = p - 1
dkB = q - 1
dkAB = (p-1) (q-1)
dkG = N - pq
dkT = N - 1
4. Rerata kuadrat
RKA = JKA/dkA
RKB = JKB/dkB
RKAB = JKAB/dkAB
RKG = JKG/dkG
5. Daerah kritik
Fa = {F│F > Fα : p -1,N-pq} = (F│F > F0,05:1,70)
Fb = {F│F > Fα : r -1,N-pq} = (F│F > F0,05:1,70)
Fab = {F│F > Fα : (p-q)(q-1) -1,N-pq} = (F│F > F0,05:1,70)
6. Statistik uji
Fa = RKA/RKG
Fb = RKB/RKG
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Fab = RKAB/RKG
b. Uji Lanjut ANAVA ( Uji Scheffe)
Sebagai tidak lanjut dari analisis variansi dua jalan adalah menggunakan
Uji Scheffe untuk uji rerata. Tujuan dari Uji Scheffe adalah untuk melakukan
pelacakan terhadap perbedaan rerata setiap pasangan kolom, baris dan setiap
pasangan sel. Rumus metode Scheffe adalah :
Fi-j =
+
−
ji
ji
nnRKG
XX
11
)( 2
Keterangan :
FI-J : nilai Fobs pada perbandingan perlakuan ke-i
X i : rataan pada sampel ke-i
X j : rataan pada sampel ke-j
RKG : rataan galat kuadrat
ni : ukuran sampel ke-i
nj : ukuran sampel ke-j
(Budiyono, 2004 : 211-214)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sikap ilmiah siswa dan
nilai prestasi belajar siswa pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non
elektrolit. Data diperoleh dari 79 siswa kelas X SMA Negeri 1 Ceper Tahun
Pelajaran 2006/2007, dengan perincian 39 siswa kelas X diberi pembelajaran
dengan model SSCS sebagai kelas eksperimen 1 dan 40 siswa kelas X diberi
pembelajaran dengan model EDI sebagai kelas eksperimen 2.
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data skor sikap ilmiah
siswa, data nilai kognitif dan data nilai afektif dan data psikomotor. Secara rinci
data tersebut adalah sebagai berikut:
1. Skor Sikap Ilmiah Siswa
Data tentang sikap ilmiah siswa diperoleh dengan cara angket. Kemudian
dikelompokkan dalam dua kategori yaitu tinggi dan rendah. Pengelompokan
kategori ini berdasarkan pada skor rata-rata kedua kelas. Siswa yang mempunyai
skor sama dengan skor rata-rata atau di atasnya termasuk kategori tinggi, dan
siswa yang mempunyai skor di bawah rata-rata termasuk kategori rendah. Dengan
menggunakan kriteria tersebut dari 79 siswa yang terdiri dari 39 siswa kelas
eksperimen 1 dan 40 siswa kelas eksperimen 2, terdapat 38 siswa mempunyai
sikap ilmiah tinggi dan 41 siswa mempunyai sikap ilmiah rendah. Secara rinci
disajikan dalam Tabel 13 berikut:
Tabel 13. Jumlah Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Tinggi dan Rendah.
Sikap Ilmiah
Kelas XC (Eksperimen-1) Kelas XD (Eksperimen-2)
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Rendah 23 58,88% 18 45% Tinggi 16 41,02% 22 55% Jumlah 39 100% 40 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
a. Skor Sikap Ilmiah Siswa pada Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Non
Elektrolit kelas eksperimen Model SSCS
Dari data yang terkumpul, skor terendah pada kelas eksperimen SSCS
yang dicapai siswa adalah 41 dan skor tertinggi adalah 72. Pada kelas eksperimen
SSCS terdapat 16 siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi dan 23 siswa yang
mempunyai sikap ilmiah rendah. Deskripsi data skor sikap ilmiah siswa dan
kriterianya untuk kelas SSCS dapat dilihat pada Lampiran 12.
b. Skor Sikap Ilmiah Siswa pada Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Non
Elektrolit kelas eksperimen Model EDI
Dari data yang terkumpul, skor terendah pada kelas eksperimen EDI yang
dicapai siswa adalah 41 dan skor tertinggi adalah 73. Pada kelas eksperimen EDI
terdapat 22 siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi dan 18 siswa yang
mempunyai sikap ilmiah rendah. Deskripsi data skor sikap ilmiah dapat dilihat
pada Lampiran 12.
Perbandingan distribusi frekuensi skor sikap ilmiah siswa untuk kelas
eksperimen SSCS dan kelas eksperimen EDI pada Tabel 14 dan histogramnya
dapat dilihat pada Gambar 6.
Tabel 14. Distribusi Skor Sikap Ilmiah Siswa Antara Kelas Eksperimen SSCS (eksperimen-1) dengan Kelas Eksperimen EDI.(eksperimen-2)
No Interval Nilai Tengah
Frekuensi Eksp. I Prosentase Eksp. II Prosentase
1 41 – 46 43,5 6 15,4 % 10 25 % 2 47 – 52 49,5 8 20,5 % 6 15 % 3 53 – 58 55,5 10 25,6 % 5 12,5 % 4 59 – 64 61,5 3 7,7 % 5 12,5 % 5 65 – 70 67,5 8 20,5 % 10 25 % 6 71 – 76 73,5 4 10,3 % 4 10 %
Jumlah 39 100% 40 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Gambar 6. Histogram Perbandingan Skor Sikap Ilmiah Siswa Antara Kelas
Eksperimen SSCS dan Kelas Eksperimen EDI.
2. Data Prestasi Kognitif Siswa
Data kemampuan kognitif siswa atau data prestasi belajar kognitif pokok
bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit yang di analisis adalah data selisih
nilai pretest dan posttest. Untuk memperjelas gambaran dari masing-masing data,
maka akan disajikan gambaran mengenai prestasi belajar siswa dalam tabel
berikut :
Tabel 15. Rerata Prestasi Belajar Siswa Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit. Uraian SSCS EDI
Rata-rata pretest kognitif 46,24 45,67 Rata-rata posttest kognitif 59,32 62,75 Rata-rata prestasi afektif 39,77 45,65 Rata-rata sikap ilmiah 55,46 57,58 Rata-rata selisih prestasi kognitif 13,08 17,08
Data siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model SSCS pada
pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit diperoleh selisih nilai tertinggi
prestasi kognitif mencapai 26,67 sedangkan selisih nilai terendah prestasi kognitif
mencapai 3,33. Sedangkan untuk siswa yang dikenai pembelajaran dengan model
EDI, mempunyai selisih nilai tertinggi 26,67 dan selisih nilai terendah 6,67 dapat
6
10
8
6
10
5
3
5
8
10
4 4
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
Frekuensi
41 - 46 47 - 52 53 - 58 59 - 64 65 - 70 71 - 76
Kelas Interval
SSCS EDI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
dilihat pada Lampiran 12. Untuk dapat lebih membandingkan selisih nilai prestasi
belajar kognitif pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit yang diperoleh
siswa pada kelas yang diberi pembelajaran dengan model SSCS dan model EDI,
maka kedua data tersebut dapat dijadikan satu dalam sebuah distribusi frekuensi
seperti pada tabel 16 berikut.
Tabel 16.Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Siswa Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit dengan Model SSCS (eksperimen-1).
No Kelas Interval Nilai tengah Frekuensi Prosentase
1. 40 – 46 44 6 15,4 %
2. 47 – 53 50 8 20,5 %
3. 54 – 60 57 7 17,9 %
4. 61 – 67 64 7 17,9 %
5. 68 – 74 71 6 15,4 %
6. 75 - 81 78 5 12,8 %
Jumlah 39 100 %
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas secara grafik dengan model
SSCS dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Histogram Prestasi Kognitif Siswa dengan Model SSCS
6
8
7 7
6
5
0
1
2
3
4
5
6
7
8
Frekuensi
40 - 46 47 - 53 54 - 60 61 - 67 68 - 74 75 - 81
Kelas Interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Tabel 17. Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Siswa Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit dengan Model EDI (eksperimen-2).
No Kelas Interval Nilai tengah Frekuensi Prosentase
1. 40 – 47 44,5 8 20 %
2. 48 – 55 51,5 4 10 %
3. 56 – 63 59,5 11 27,5 %
4. 64 – 71 68,5 5 12,5 %
5. 72 – 79 75,5 7 17,5 %
6. 80 – 87 83,5 5 12,5 %
Jumlah 40 100 %
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas secara grafik dengan model
EDI dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Histogram Prestasi Kognitif Siswa dengan Model EDI.
8
4
11
5
7
5
0
2
4
6
8
10
12
Frekuensi
40 - 47 48 - 55 56 - 63 64 - 71 72 - 79 80 - 87
Kelas Interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
3. Data Prestasi Afektif Siswa
Data prestasi afektif siswa diperoleh melalui angket skala sikap. Data
afektif untuk kelas dengan dengan model SSCS (eksperimen-1) dan model EDI
(eksperimen-2) dapat dilihat pada Lampiran 12.
Distribusi frekuensi prestasi afektif siswa kelas eksperimen-1 dan kelas
eksperimen-2 disajikan dalam Tabel 18 dan histogramnya dapat dilihat pada
Gambar 9.
Tabel 18.Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Siswa Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit dengan Model SSCS (eksperimen-1).
No Kelas Interval Nilai tengah Frekuensi Prosentase
1. 30 – 32 30,5 3 7,7 %
2. 33 – 35 33,5 6 15,4 %
3. 36 – 38 36,5 8 20,5 %
4. 39 – 41 39,5 7 17,9 %
5. 42 – 44 42,5 7 17,9 %
6. 45 - 47 45,5 8 20,5 %
Jumlah 39 100 %
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas secara grafik dengan model
SSCS dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Histogram Prestasi Afektif Siswa dengan Model SSCS
3
6
8 7 7
8
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Frekuensi
30 - 32 33 - 35 36 - 38 39 - 41 42 - 44 45 - 47
Kelas Interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Tabel 19. Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Siswa Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit dengan Model EDI (eksperimen-2).
No Kelas Interval Nilai tengah Frekuensi Prosentase
1. 34 – 37 35, 5 2 5 %
2. 38 – 41 39, 5 7 17,5 %
3. 42 – 45 43, 5 13 32,5 %
4. 46 – 47 47, 5 6 15 %
5. 48 – 51 49, 5 3 7,5 %
6. 52 – 55 53, 5 9 22,5 %
Jumlah 40 100 %
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas secara grafik dengan model
SSCS dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Histogram Prestasi Afektif Siswa dengan Model EDI. 4. Data Prestasi Psikomotor Siswa
Data prestasi psikomotor siswa diperoleh melalui penilaian observasi
kinerja. Data psikomotor untuk kelas dengan dengan model SSCS (eksperimen-1)
dan model EDI (eksperimen-2) dapat dilihat pada Lampiran 12.
2
7
13
6
3
9
0
2
4
6
8
10 12 14
Frekuensi
34 - 37 38 - 41 42 - 45 46 - 47 48 - 51 52 - 55
Kelas Interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Distribusi frekuensi prestasi psikomotor siswa kelas eksperimen-1 dan
kelas eksperimen-2 disajikan dalam Tabel 20 dan histogramnya dapat dilihat pada
Gambar 11.
Tabel 20. Distribusi Frekuensi Prestasi Psikomotor Kelas SSCS (eksperimen-1) dan kelas EDI (eksperimen-2).
No Interval Nilai
Tengah Frekuensi
Eksp. I Prosentase Eksp. II Prosentase 1 13 – 14 13,5 8 20,5 % 1 2,5 % 2 15 – 16 15,5 10 25,6 % 8 20 % 3 17 – 18 17,5 9 23,1 % 13 32,5 % 4 19 – 20 19,5 5 12,8 % 12 30 % 5 21 – 22 21,5 4 10,3 % 6 15 % 6 23 - 24 23,5 3 7,6 % 0 0 %
Jumlah 39 100% 39 100%
Gambar 11. Histogram Selisih Prestasi Psikomotor Kelas SSCS (eksperimen-1) dan kelas EDI (eksperimen-2).
B. Hasil Penelitian dan Prasyarat Analisis
1. Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan ini diambil dari nilai pretest kelas X SMA Negeri 1
Ceper tahun pelajaran 2006/2007 untuk mata pelajaran kimia kelas eksperimen
SSCS dan EDI. Untuk kelas X (kelas SSCS) dengan jumlah siswa 39 diperoleh
8
1
10
89
13
5
12
4
6
3
00
2
4
6
8
10
12
14
Frekuensi
13-14 15-16 17-18 19-20 21-22 23-24
Kelas Interval
SSCS EDI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
rata-rata 46,24 dan variansi 103,03. Sedangkan untuk kelas X (kelas EDI) dengan
jumlah siswa 40 diperoleh rata-rata 45,67 dan variansi 127,76.
Hasil uji keseimbangan dengan menggunakan uji t diperoleh thit = -0,2424
dengan -t0,975 = -1,96 atau –t0,975 < thit < t0,975, maka dapat disimpulkan bahwa kelas
eksperimen 1 (kelas SSCS) dan kelas eksperimen 2 (kelas EDI) mempunyai rata-
rata kemampuan awal yang sama atau kedua kelas tersebut dalam keadaan
seimbang (perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 18).
2. Uji Normalitas
Salah satu syarat agar teknis analisis variansi dapat diterapkan maka harus
normal pada distribusi populasinya. Untuk mengetahui apakah prasyarat sudah
terpenuhi maka dilakukan uji Lilliefors. Uji ini bertujuan untuk menyelidiki
apakah sampel dalam penelitian ini berasal dari populasi normal atau tidak. Uji
normalitas selisih nilai siswa pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit
untuk setiap kelompok siswa pada taraf signifikansi 5 % tertera pada lampiran
untuk penilaian kognitif dan afektif. Rangkuman hasil uji normalitas selisih nilai
siswa sebagai berikut:
a. Uji normalitas Aspek Kognitif
Tabel 21. Rangkuman Uji Normalitas Selisih Nilai Siswa Pada Aspek Kognitif. Faktor Kategori Lo Ltabel Kesimpulan Model
Pembelajaran (A) Eksperimen-1 (a1) 0,1091 0,1419 Normal Eksperimen-2 (a2) 0,1302 0,1401 Normal
Sikap Ilmiah(B) Tinggi 0,1255 0,1437 Normal Rendah 0,1364 0,1384 Normal
b. Uji Normalitas Aspek Afektif
Tabel 22. Rangkuman Uji Normalitas Nilai Siswa Pada Aspek Afektif No Kelas N Harga L Kesimpulan
Berdistribusi Hitung Tabel 1. Eksperimen-1 39 0,0761 0,1419 Normal 2. Eksperimen-2 40 0,1131 0,1401 Normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
c. Uji Normalitas Aspek Psikomotor
Tabel 23. Rangkuman Uji Normalitas Nilai Siswa Pada Aspek Psikomotor No Kelas N Harga L Kesimpulan
Berdistribusi Hitung Tabel 1. Eksperimen-1 39 0,0988 0,1419 Normal 2. Eksperimen-2 40 0,1272 0,1401 Normal
Sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal bila Lo maks. (L.
hitung) < Lotab 0,05. Berdasarkan hasil tersebut di atas, terlihat bahwa untuk
masing-masing kelompok siswa diperoleh harga Lo maks. < dari L tabel pada
taraf signifikansi α = 0,05. Dengan demikian maka sampel berasal dari populasi
yang berdistribusi normal.
3. Uji Homogenitas
Syarat yang harus dipenuhi dalam penggunaan analisis variansi adalah
varians populasi harus homogen. Untuk menguji homogenitas pada penelitian ini
digunakan metode Bartlett.
Hasil uji homogenitas menggunakan metode Bartlett dengan tingkat
signifikansi 0,05 dapat dilihat pada tabel-tabel sebagai berikut:
Tabel 24. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Selisih Nilai Kognitif S2 B χ
2Hitung χ
2Tabel Kesimpulan
32,4902 116,4049 0,4149 3,84 Homogen
Tabel 25. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Nilai Afektif S2 B χ
2Hitung χ
2Tabel Kesimpulan
26,7795 109,9408 0,3268 3,84 Homogen
Tabel 26. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Nilai Psikomotor S2 B χ
2Hitung χ
2Tabel Kesimpulan
3,4593 41,5025 2,4027 3,84 Homogen Tabel 27. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Sikap Ilmiah
S2 B χ2
Hitung χ2
Tabel Kesimpulan 95,8813 152,5691 2,3257 3,84 Homogen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Tabel 28. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Selisih Nilai Kognitif Ditinjau dari Sikap Ilmiah
S2 B χ2
Hitung χ2
Tabel Kesimpulan 32,1108 116,0121 0,5417 3,84 Homogen
Tampak dari Tabel-tabel di atas bahwa harga statistik uji χ2 tidak
melampaui harga kritik χ2, dengan demikian dapat dikatakan bahwa sampel pada
penelitian ini berasal dari populasi yang homogen.
C. Hasil Pengujian Hipotesis
1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama disajikan
pada Tabel berikut:
Tabel 29. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama Aspek Kognitif Sumber JK dk RK Fobs F Keputusan
Model Pembelajaran (A) Sikap Ilmiah (B) Interaksi (AB) Galat
235,8212 264,5097 0,1476
2236,6322
1 1 1 75
235,8212 264,5097 0,1476 29,8218
7,9077 8,8697 0,0049
-
3,98 3,98 3,98
-
H0A Ditolak H0B Ditolak H0AB Diterima -
Total 2737,1106 78 - - - -
Tabel 30. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama Aspek Afektif. Sumber JK dk RK Fobs F Keputusan
Model Pembelajaran (A) Sikap Ilmiah (B) Interaksi (AB) Galat
564,2417 234,0163 0,9973
1826,1402
1 1 1 75
564,2417 234,0163 0,9973 29,8218
23,1735 9,6111 0,0410
-
3.98 3.98 3.98
-
H0A Ditolak H0B Ditolak H0AB Diterima -
Total 26253955 78 - - - -
Tabel 31. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama Aspek Psikomotor.
Sumber JK dk RK Fobs F Keputusan Model Pembelajaran (A) Sikap Ilmiah (B) Interaksi (AB) Galat
78,8546 25,0299 0,0560
241,2120
1 1 1 75
78,8546 25,0299 0,0560
241,2120
24,5182 7,7825 0,0174
-
3.98 3.98 3.98
-
H0A Ditolak H0B Ditolak H0AB Diterima -
Total 345,1525 78 - - - -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Berdasarkan Tabel 28,29 dan 30 menunjukkan bahwa :
1. Pada efek utama (A), H0 ditolak.
Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara penggunaan model
pembelajaran SSCS dan model EDI terhadap prestasi belajar siswa aspek
kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor pada pokok bahasan larutan
elektrolit dan non elektrolit, maka diperlukan uji pasca anava yaitu uji
komparasi ganda.
2. Pada efek utama (B), H0 ditolak.
Hal ini berarti terdapat perbedaan pengaruh antara sikap ilmiah siswa pada
kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa aspek kognitif,
aspek afektif, dan aspek psikomotor pada pokok bahasan larutan elektrolit dan
non elektrolit, maka diperlukan uji pasca anava yaitu uji komparasi ganda.
3. Pada efek utama interaksi (AB), H0 diterima.
Hal ini berarti tidak ada interaksi bersama antara penggunaan model
pembelajaran SSCS dan model EDI dengan sikap ilmiah siswa terhadap
prestasi belajar siswa aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor
pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit, maka tidak dilakukan
uji pasca anava.
(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 31)
2. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Dua Jalan
Analisis variansi mempunyai keuntungan dan kelemahan. Untuk menutupi
kelemahan-kelemahan itu, maka perlu dilakukan uji lanjut anava yaitu uji
komparasi ganda. Hal ini diperlukan untuk mengetahui karakteristik pada variabel
bebas dan variabel terikat.
Dalam penelitian ini uji komparasi ganda dilakukan pada hipotesis
pertama dan kedua. Pada hipotesis ketiga tidak diperlukan uji komparasi ganda,
karena keputusan H0 diterima. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 32).
H0A ditolak, maka perlu dilakukan uji komparasi ganda untuk mengetahui
perbedaan rerata setiap pasangan baris. Hasil perhitungan uji lanjut anava untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
aspek kognitif disajikan dalam Tabel 29 (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 32).
H0B ditolak, maka perlu dilakukan uji komparasi ganda untuk mengetahui
perbedaan rerata setiap pasangan kolom. Hasil perhitungan uji lanjut anava aspek
kognitif disajikan dalam Tabel 32. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 32).
Tabel 32. Rangkuman Uji Komparasi Ganda antar Baris Aspek Kognitif Komparasi F Kritik Keputusan µ1 vs µ2 33,5544 3,98 Ditolak
µ1 = Nilai prestasi kelas SSCS
µ2 = Nilai prestasi kelas EDI
Tabel 33. Rangkuman Uji Komparasi Ganda antar Kolom Aspek Kognitif Komparasi F Kritik Keputusan µ1 vs µ2 37,6140 3,98 Ditolak
µ1 = Nilai prestasi kelas SSCS
µ2 = Nilai prestasi kelas EDI
Dari rangkuman Tabel 32 tersebut dapat disimpulkan bahwa : H0 ditolak
karena Fhitung > Ftabel . Hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan antara siswa
kelas SSCS sikap ilmiah tinggi dan siswa kelas EDI sikap ilmiah tinggi terhadap
prestasi belajar kognitif siswa. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 32 ). Dari rangkuman Tabel 33 dapat disimpulkan bahwa : H0 ditolak
karena Fhitung > Ftabel . Hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan antara antara
siswa kelas SSCS sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah dan siswa kelas
EDI sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah, terhadap prestasi belajar kognitif
siswa. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 32).
Hasil perhitungan uji lanjut anava untuk aspek afektif disajikan dalam
Tabel 34 dan Tabel 35.
Tabel 34. Rangkuman Uji Komparasi Ganda antar Baris Aspek Afektif Komparasi F Kritik Keputusan µ1 vs µ2 98,3314 3,98 Ditolak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
µ1 = Nilai prestasi kelas SSCS
µ2 = Nilai prestasi kelas EDI
Tabel 36. Rangkuman Uji Komparasi Ganda antar Kolom Aspek Afektif Komparasi F Kritik Keputusan µ1 vs µ2 40,7582 3,98 Ditolak
µ1 = Nilai prestasi kelas SSCS
µ2 = Nilai prestasi kelas EDI
Dari rangkuman Tabel 34 tersebut dapat disimpulkan bahwa : H0 ditolak
karena Fhitung > Ftabel . Hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan antara siswa
kelas SSCS sikap ilmiah tinggi dan siswa kelas EDI sikap ilmiah tinggi terhadap
prestasi belajar afektif siswa. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 33 ). Dari rangkuman Tabel 35 disimpulkan bahwa : H0 ditolak karena
Fhitung > Ftabel . Hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan antara siswa kelas
SSCS sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah dan siswa kelas EDI sikap
ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah terhadap prestasi belajar afektif siswa.
(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 33).
Hasil perhitungan uji lanjut anava untuk aspek psikomotor disajikan
dalam Tabel 36 dan Tabel 37.
Tabel 36. Rangkuman Uji Komparasi Ganda antar Baris Aspek psikomotor Komparasi F Kritik Keputusan µ1 vs µ2 104,0373 3,98 Ditolak
µ1 = Nilai prestasi kelas SSCS
µ2 = Nilai prestasi kelas EDI
Tabel 37. Rangkuman Uji Komparasi Ganda antar Kolom Aspek Psikomotor Komparasi F Kritik Keputusan µ1 vs µ2 33,0037 3,98 Ditolak
µ1 = Nilai prestasi kelas SSCS
µ2 = Nilai prestasi kelas EDI
Dari rangkuman Tabel 36 tersebut dapat disimpulkan bahwa : H0 ditolak
karena Fhitung > Ftabel . Hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan antara siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
kelas SSCS sikap ilmiah tinggi dan siswa kelas EDI sikap ilmiah tinggi terhadap
prestasi belajar psikomotor siswa. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 35). Dari rangkuman Tabel 37 disimpulkan bahwa : H0 ditolak karena
Fhitung > Ftabel . Hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan antara siswa kelas
SSCS sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah dan siswa kelas EDI sikap
ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah terhadap prestasi belajar psikomotor siswa.
(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 35).
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pencapaian hasil belajar yang
lebih tinggi pada pembelajaran kimia pokok bahasan larutan elektrolit dan non
elektrolit antara yang menggunakan model SSCS dan EDI yang ditinjau dari sikap
ilmiah siswa terhadap prestasi belajar.
Dalam penelitian ini terdapat tiga hipotesis. Hasil analisis variansi dua
jalan, diperoleh dua hipotesis yang diajukan ditolak dan satu hipotesis yang
diterima. Analisis dilakukan dengan taraf signifikansi 0,05, derajat kebebasan 1
dan jumlah sampel 79 siswa didapatkan :
1. Pengujian hipotesis pertama
Untuk menguji hipotesis yang pertama pembelajaran kimia dengan model
SSCS dan EDI memberi pengaruh terhadap prestasi belajar pada materi pokok
larutan elektrolit dan non elektrolit, digunakan analisis variansi dua jalan sel tak
sama. Dari anava dua jalan dengan sel tak sama aspek kognitif diperoleh Fhit =
7,9077 > 3,98 = Ftab. Hal ini berarti pembelajaran dengan mengunakan model
SSCS dan model EDI memberikan perbedaan pengaruh terhadap prestasi belajar
kognitif siswa pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Untuk aspek
afektif diperoleh Fhit = 23,1735 > 3,98 = Ftab. Hal ini berarti pembelajaran dengan
mengunakan model SSCS dan model EDI memberikan perbedaan pengaruh
terhadap prestasi belajar afektif siswa pada materi pokok larutan elektrolit dan non
elektrolit. Untuk aspek psikomotor diperoleh Fhit = 24,5182 > 3,98 = Ftab. Hal ini
berarti pembelajaran dengan mengunakan model SSCS dan model EDI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
memberikan perbedaan pengaruh terhadap prestasi belajar psikomotor siswa pada
pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit
Berdasarkan analisis data, ternyata terdapat perbedaan selisih prestasi
belajar yaitu antara kelompok siswa yang dikenai pembelajaran dengan model
SSCS dan model EDI. Rerata nilai prestasi belajar pokok bahasan larutan
elektrolit dan non elektrolit pada kelas yang dikenai pembelajaran dengan model
EDI lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang dikenai pembelajaran dengan
model SSCS. Pada prestasi belajar kognitif siswa, kelas yang dikenai dengan
model EDI memperoleh prestasi rata-rata = 17,08 lebih tinggi dibanding dengan
kelas yang dikenai pembelajaran dengan model SSCS yang mempunyai rata-rata
= 13,08. Sedangkan untuk prestasi belajar afektif siswa, kelas yang dikenai
dengan model EDI memperoleh prestasi rata-rata = 45,65 lebih tinggi dibanding
dengan kelas yang dikenai pembelajaran dengan model SSCS yang mempunyai
rata-rata = 39,77. Untuk prestasi belajar psikomotor siswa, kelas yang dikenai
dengan model EDI memperoleh prestasi rata-rata = 18,10 lebih tinggi dibanding
dengan kelas yang dikenai pembelajaran dengan model SSCS yang mempunyai
rata-rata = 15,92. Tingginya rata-rata prestasi aspek kognitif, rata-rata prestasi
aspek afektif maupun rata-rata prestasi aspek psikomotor yang dikenai
pembelajaran dengan model EDI menunjukkan bahwa model EDI memberikan
hasil yang lebih baik dalam meningkatkan prestasi belajar aspek kognitif, aspek
afektif maupun aspek psikomotor pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non
elektrolit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
mengunakan model SSCS dan model EDI memberikan pengaruh terhadap prestasi
belajar kimia pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit dimana
pembelajaran model EDI memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan
model SSCS dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
Penggunaan model pembelajaran EDI ternyata memberikan hasil yang
lebih baik. Hal ini dikarenakan pada model EDI merupakan kombinasi dari
metode eksperimen, demonstrasi dan ceramah. Dalam model ini, dengan
kombinasi metode eksperimen dan demonstrasi siswa dapat melihat gambaran
yang kongkrit tentang suatu peristiwa, mengamati proses, mengembangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
ketrampilan inkuiri, ditambah dengan metode ceramah guru mudah menerangkan
bahan pelajaran dan juga menguasai kelas dengan baik. Untuk model SSCS siswa
memang dituntut untuk lebih mandiri dan aktif dalam berpikir sesuai kreativitas
mereka, tetapi siswa harus menemukan sendiri permasalahan, mencari pemecahan
sendiri dimana masih sulit dilakukan sebagian besar siswa.
2. Pengujian Hipotesis Kedua
Pada pengujian hipotesis yang kedua menyatakan bahwa sikap ilmiah
siswa berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar pada pokok bahasan
larutan elektrolit dan non elektrolit. Hasil pengujian menunjukkan untuk aspek
kognitif bahwa Fhitung = 8,8697 > Ftabel 3,98 yang berarti Ho ditolak dan H1
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa sikap ilmiah siswa memberikan pengaruh
terhadap prestasi belajar kognitif. Untuk aspek afektif diperoleh Fhit = 9,6111 >
3,98 = Ftab. Hal ini menunjukkan bahwa sikap ilmiah siswa memberikan pengaruh
terhadap prestasi belajar afektif. Untuk aspek psikomotor diperoleh Fhit = 7,7825 >
3,98 = Ftab Hal ini berarti terdapat pengaruh antara sikap ilmiah terhadap prestasi
belajar psikomotor siswa.
Hasil anava menunjukkan bahwa kelas SSCS pada kelompok siswa
dengan sikap ilmiah tinggi mempunyai rerata selisih nilai prestasi aspek kognitif
15,2075 dan kelompok siswa dengan sikap ilmiah rendah memiliki rerata selisih
nilai prestasi kognitif 11,5952, untuk aspek afektif rerata nilainya 41,6875 dengan
sikap ilmiah kategori tinggi dan 38,4348 untuk sikap ilmiah kategori rendah.
Untuk aspek psikomotor rerata nilainya 16,5625 dengan sikap ilmiah kategori
tinggi dan 15,4783 untuk sikap ilmiah kategori rendah. Sedangkan pada kelas EDI
pada kelompok siswa dengan sikap ilmiah tinggi mempunyai rerata selisih nilai
prestasi aspek kognitif 18,7882 dan kelompok siswa dengan sikap ilmiah rendah
memiliki rerata selisih nilai prestasi kognitif 15,0011, untuk aspek afektif rerata
nilainya 47,3182 dengan sikap ilmiah kategori tinggi dan 43,6111 untuk sikap
ilmiah kategori rendah. Untuk aspek psikomotor rerata nilainya 18,6364 dengan
sikap ilmiah kategori tinggi dan 17,4444 untuk sikap ilmiah kategori rendah Hal
ini berarti siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi memiliki prestasi baik kognitif,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
afektif maupun psikomotor yang lebih baik bila dibandingkan dengan siswa yang
memiliki sikap ilmiah rendah.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap ilmiah siswa berpengaruh
terhadap peningkatan prestasi belajar pada pokok bahasan larutan elektrolit dan
non elektrolit dimana siswa yang mempunyai sikap ilmiah kategori tinggi
menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa dengan sikap
ilmiah kategori rendah.
Siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi cenderung memiliki rasa ingin
tahu yang lebih, belajar dengan penuh percaya diri, bertanggungjawab dan
mempunyai ketekunan terhadap tugas-tugas dan selalu berusaha memperoleh
prestasi belajar yang lebih baik. Keyakinan dan keingintahuan yang kuat terhadap
pengetahuan baru merupakan modal dasar bagi siswa dalam meraih prestasi
belajar yang lebih baik. Untuk siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah
cenderung bersikap pasif, kurang memiliki rasa ingin tahu, mudah menyerah pada
kondisi, tidak mempunyai keinginan yang kuat untuk memperoleh prestasi belajar
yang lebih baik.
3. Pengujian Hipotesis Ketiga
Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis variansi dua jalan dengan sel
tak sama aspek kognitif diperoleh Fhit = 0,0049 < 3,98 = Ftab , sehingga Fhit
anggota daerah kritik. Untuk aspek afektif diperoleh Fhit = 0,0410 < 3,98 = Ftab ,
sehingga Fhit anggota daerah kritik. Untuk aspek psikomotor diperoleh Fhit =
0,0174 < 3,98 = Ftab , sehingga Fhit anggota daerah kritik. Hal ini berarti tidak ada
interaksi antara penggunaan model pembelajaran SSCS dan model EDI dengan
sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor.
Perubahan prestasi belajar siswa dikarenakan oleh model pembelajaran
yang diterapkan bukan karena sikap ilmiah tinggi atau rendah, dengan kata lain
model pembelajaran dan sikap ilmiah tidak saling mempengaruhi atau tidak
berinteraksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran SSCS dan EDI
terhadap prestasi belajar kimia pokok bahasan larutan elektrolit dan non
elektrolit. Hal ini dapat diketahui dari aspek kognitif Fhitung = 7,9077 >
Ftabel = 3,98, aspek afektif Fhitung = 23,1735 > Ftabel = 3,98 dan aspek
psikomotor Fhitung = 24,5182 > Ftabel = 3,98.
2. Model pembelajaran EDI memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap
prestasi belajar siswa dari pada model pembelajaran SSCS pada pokok
bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit. Hal ini dapat diketahui rerata
nilai prestasi belajar kelas EDI untuk aspek kognitif: 17,08, aspek afektif:
45,65, aspek psikomotor: 18,10. Sedangkan kelas SSCS untuk aspek
kognitif: 13,08, aspek afektif: 39,77, aspek psikomotor: 15,92.
3. Terdapat pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap peningkatan prestasi
belajar pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit. Hal ini
dapat diketahui dari aspek kognitif Fhitung = 8,8697 > Ftabel = 3,98, aspek
afektif Fhitung = 9,6111 > Ftabel = 3,98 dan aspek psikomotor Fhitung =
7,7825 > Ftabel = 3,98.
4. Tidak ada interaksi antara pembelajaran dengan model SSCS dan model
EDI dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pokok bahasan
larutan elektrolit dan non elektrolit. Hal ini dapat diketahui dari aspek
kognitif Fhitung = 0,0049 < Ftabel = 3,98, aspek afektif Fhitung = 0,0410
< Ftabel = 3,98 dan aspek psikomotor Fhitung = 0,0174 < Ftabel = 3,98.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
B. Implikasi
Bertitik tolak dari kesimpulan di atas, implikasi yang dapat disampaikan
dalam upaya peningkatan prestasi belajar kimia siswa kelas X semester 2 SMA
Negeri 1 Ceper, antara lain :
1. Model pembelajaran EDI dapat diterapkan pada pokok bahasan larutan
elektrolit dan non elektrolit, dalam upaya meningkatkan prestasi belajar
siswa.
2. Pada pembelajaran kimia pokok bahasan larutan elektrolit dan non
elektrolit perlu memperhatikan sikap ilmiah siswa. Karena siswa yang
mempunyai sikap ilmiah tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih
baik dibandingkan dengan sikap ilmiah rendah.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dalam penelitian ini, maka penulis
mengajukan saran-saran sebagai berikut :
1. Dalam penyampaian mata pelajaran kimia pokok bahasan larutan elektrolit
dan non elektrolit sebaiknya digunakan Model pembelajaran EDI dalam
upaya meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Apabila ada 2 model pembelajaran yang dipakai, yaitu model
pembelajaran SSCS dan model pembelajaran EDI, maka model
pembelajaran EDI dapat dipilih untuk digunakan dalam proses
pembelajaran dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa
3. Sikap ilmiah siswa memberikan dampak yang berbeda terhadap prestasi
belajar pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit, maka guru
perlu memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sikap
ilmiah dalam menyampaikan materi pelajaran khususnya pokok bahasan
larutan elektrolit dan non elektrolit siswa sehingga dapat memberikan hasil
yang maksimal pada prestasi belajar siswa.
4. Perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor lain yang berpengaruh
terhadap prestasi belajar, sehingga dapat menambah pengetahuan guru
dalam upaya meningkakan prestasi belajar siswa.
Recommended