View
4.551
Download
4
Category
Preview:
Citation preview
PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP INTENSITAS NYERI AKIBAT PERAWATAN LUKA BEDAH ABDOMEN
DI BADAN PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT RUMAH SAKIT UMUM NGUDI WALUYO WLINGI
KABUPATEN BLITAR
TUGAS AKHIR
Untuk Memenuhi PersyaratanMemperoleh Gelar Sarjana Ilmu Keperawatan
Oleh :Medical ShockerNIM. 0610722001
JURUSAN KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2007
ABSTRAK
Abu Hanifah, 2007. Pengaruh Terapi Musik Terhadap Intensitas Nyeri akibat Perawatan Luka Bedah Abdomen Di Badan Pelaksana Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit Umum Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar. Tugas Akhir, Fakultas Kedokteran Unversitas Brawijaya Malang. Pembimbing: 1) dr. Soemardini, MPd, dan 2) Ns. Tony Suharsono, S.Kep
Terapi musik merupakan intervensi non invasif yang dapat digunakan untuk mempertahankan dan memulihkan kesehatan baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental. Beberapa peneliti membuktikan bahwa terapi musik dapat digunakan untuk manajemen nyeri seperti nyeri akut, nyeri kanker, nyeri akibat prosedur invasif, dan beberapa prosedur medis lainnya. Di bidang kesehatan terapi musik dikenal sebagai complementary medicine yang dapat diterapkan setiap saat, dimana saja, dan oleh siapa saja, serta tidak menimbulkan efek samping. Akan tetapi penggunaan musik untuk penanganan nyeri seperti nyeri akibat perawatan luka belum diterapkan atau direkomendasikan secara nyata. Perawatan luka merupakan bantuan atau intervensi dari luar yang bertujuan untuk mendukung penyembuhan luka. Salah satu permasalahan yang sering terjadi saat perawatan luka adalah nyeri. Kenyamanan dan penanganan nyeri merupakan prinsip dalam perawatan luka, juga merupakan salah satu kebutuhan dasar yang menjadi hak pasien dan harus dipenuhi oleh perawat. Untuk itu perlu dicari atau diupayakan alternatif penanganan terhadap nyeri yang terjadi, agar perawatan luka dapat dilakukan secara optimal. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh terapi musik terhadap intensitas nyeri akibat perawatan luka bedah abdomen di Badan Pelaksanan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit Umum Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar. Rancangan penelitian menggunakan Pre Eksperimental After Only Design dengan metode Static Group Comparism. Sampel diambil dari pasien yang menjalani perawatan luka bedah abdomen dengan metode non probability sampling teknik purposive sampling, berjumlah 18 orang yang terdiri dari 9 orang kelompok kontrol dan 9 orang kelompok perlakuan. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi pengkajian nyeri dengan skala perilaku dari Margaret Campbell. Sebagian besar (56%) intensitas nyeri pada kelompok kontrol adalah nyeri sedang, sedangkan yang terbanyak pada kelompok perlakuan adalah intensitas nyeri ringan (67%). Hasil uji statistik Mann Whitney Test menggunakan tingkat kemaknaan p ≤ 0,05 menunjukkan hasil signifikan dengan nilai p = 0,039, hal ini berarti bahwa ada pengaruh terapi musik terhadap penurunan intensitas nyeri akibat perawatan luka bedah abdomen. Berdasarkan hasil penelitian maka terapi musik dapat dimanfaatkan sebagai intervensi penanganan nyeri pada pasien yang menjalani perawatan luka bedah abdomen.
Kata kunci : Terapi musik, intensitas nyeri, luka bedah abdomen
1
ABSTRACT
Abu Hanifah, 2007. The Effect of Music Therapy for Pain Caused Abdomen Surgical Wound Nursing in Executing Commmitte of Comunnity Health Ngudi Waluyo Wlingi of Blitar District. Final Assignment, Medical Faculty of Brawijaya University of Malang. Advisor: 1) dr. Soemardini, MPd, and 2) Ns. Tony Suharsono, S. Kep.
Music therapy is noninvasive intervention that can be used to maintain and recover health, either physical or mental health. Some researchers proved that music therapy can be used for pain management such as acute pain, cancer pain, painful due to invasive procedure, and several other medical procedural. In health field, music therapy is known as complementary medicine that can be applied anytime, anywhere, and by whomever. And it does not result in side effect. But, using music to overcoming painful such as pain caused wound nursing has not been applied recommended in real. Wound nursing is assistance or intervention from outside that has purpose to support wound recovery. One problem that often occurs when wound nursing is pain. Comfort and overcoming painful is principle in nursing. It is also one basic requirement that become patient right and must be met by the nurse. So, alternative of overcoming painful occurred needs to be found or sought, in order that wound nursing can be done optimally. This research has purpose to know an effect of music therapy for pain caused abdomen surgical wound nursing in Executing Commmitte of Comunnity Health Ngudi Waluyo Wlingi of Blitar District. Research design uses Pre Experimental after Only Design by utilizing Static Group Comparism method. Sample obtained from patient that undergoes abdomen surgical wound nursing by using non probability sampling method with purposive sampling technique, account for 18 people consisting of 9 people of control group and 9 people of experimental group. Data collection uses observation sheet of assessing pain with behavioral scale from Margaret Campbell. Most (56%) pain intensity for control group is moderate painful, where as most experimental group is light pain intensity (67%). Statistic test result of Mann Whitney Test that uses meaning level of p < 0.05 shows significantly result with value p = 0.039. This means that there is effect of music therapy for reducing pain intensity caused abdomen surgical wound nursing. Based on the result of research, music therapy can be used as intervention of overcoming pain to patient who undergoes abdomen surgical wound nursing.
Keyword: Music therapy, pain intensity, abdomen surgical wound.
2
PENDAHULUAN
Musik merupakan bunyi yang dianggap enak oleh pendengarnya yang
dihasilkan secara sengaja oleh seseorang atau sekumpulan orang. Penggunaan musik
sebagai terapi sebenarnya telah dikenal manusia sejak jaman Yunani kuno dan mulai
diterapkan pada masa perang dunia I dan II (Samuel, 2007). Studi tentang terapi musik
semakin banyak dikembangkan, lebih-lebih setelah diketahuinya pengaruh Mozart
pada tahun 1993.
Dalam bidang kedokteran, terapi musik dikenal sebagai Complementary
Medicine yang dapat digunakan untuk meningkatkan, mempertahankan, dan
mengembalikan kesehatan fisik, mental, emosional, maupun spritual dengan
menggunakan bunyi atau irama tertentu (Samuel, 2007). Beberapa peneliti telah
membuktikan bahwa musik dapat menurunkan keluhan baik fisik maupun mental.
seperti pada pasien luka bakar, diabetes, kanker, stroke, melengkapi perawatan AIDS,
pasien gangguan jiwa, termasuk untuk penanganan nyeri (Pandoe, 2006).
Dewasa ini penggunaan musik sudah tidak dibatasi oleh dimensi ruang dan
waktu lagi, seseorang dapat dengan bebas mengakses musik kapan serta dimana saja
tanpa harus mengganggu orang lain. Terapi musik merupakan intervensi alami non
invasif yang dapat diterapkan secara sederhana, tidak selalu membutuhkan kehadiran
ahli terapi, harga terjangkau, dan tidak menimbulkan efek samping. Namun sampai
saat ini penggunaan musik untuk penanganan nyeri terutama pada pasien-pasien di
rumah sakit belum secara nyata direkomendasikan atau diterapkan, termasuk dalam
menangani nyeri akibat prosedur invasif atau perawatan luka.
Perawatan luka pada hakekatnya merupakan bantuan atau intervensi dari luar
yang ditujukan dalam rangka mendukung penyembuhan luka. Di Badan Pelaksana
Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit Umum (BPKM RSU) Ngudi Waluyo Wlingi,
perawatan luka merupakan salah satu intervensi keperawatan yang tersering dan
hampir setiap hari dilakukan oleh perawat. Hal ini disebabkan karena luka yang terjadi
sebagai akibat dari kecelakaan atau pembedahan angka kejadiannya masih cukup
3
tinggi. Kondisi tersebut tentu saja berdampak pada tingginya intervensi perawatan luka
di rumah sakit ini.
Nyeri merupakan permasalahan yang sering terjadi dalam perawatan luka.
Penggantian balutan pascaoperatif merupakan salah satu tindakan yang menyebabkan
rasa sakit saat perawatan luka, bahkan untuk luka yang ditutup secara bedah sekalipun,
hal ini karena eksudat dapat merembes ke dalam balutan dan mengering, sehingga
menyebabkan perlekatan sedangkan area luka masih dalam fase inflamasi. Selain itu
penggunaan larutan pencuci luka atau agen yang digunakan untuk antiseptik juga
berdampak pada timbulnya nyeri (Morison, 2003:33).
Penanganan nyeri merupakan salah satu prinsip dalam perawatan luka, selain
itu kenyamanan juga merupakan salah satu kebutuhan dasar yang menjadi hak klien
dan harus dipenuhi oleh perawat. Untuk itu perawat perlu menerapkan teknik
penanganan nyeri untuk mengantisipasi atau meminimalkan nyeri dan
ketidaknyamanan yang terjadi agar perawatan luka dapat dilakukan secara optimal.
Tidak optimalnya perawatan luka akan berdampak pada terjadinya komplikasi luka
seperti infeksi dan penundaan penyembuhan luka, sehingga penyembuhan luka
menjadi lebih lambat yang pada akhirnya berdampak pada perawatan, waktu, dan
biaya yang tidak sedikit.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan Pre Experimental
After Only Design dengan metode Static Group Comparism.
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah semua pasien yang menjalani perawatan luka bedah
abdomen di BPKM RSU Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar selama periode
waktu pengumpulan data. Peneliti mengambil sampel berjumlah 18 orang sesuai
dengan kriteria sampel menggunakan metode non probability sampling, teknik
purposive sampling.
4
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk intervensi penelitian adalah alat pemutar
musik dari perangkat MP3 player yang dihubungkan dengan headphone/earphone.
Sedangkan instrumen pengumpul data intensitas nyeri menggunakan alat pengkaji
nyeri dengan skala perilaku dari Margaret Campbell meliputi observasi wajah,
kegelisahan, gerakan otot, vokalisasi, dan ketenangan, berupa lembar observasi.
Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data
Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan dengan menggunakan lembar
observasi yang telah disiapkan. Pengamatan dan pengisian lembar observasi dilakukan
pada tiga tahap perawatan luka yakni pengukuran intensitas nyeri pada saat melepas
balutan, saat pembersihan luka, dan saat penutupan luka. Pengambilan data dilakukan
di dua kelompok yaitu data pertama diambil dari kelompok kontrol saat perawatan
luka bedah dilaksanakan tanpa terapi musik. Data kedua diambil dari kelompok
perlakuan saat perawatan luka bedah dilaksanakan dengan intervensi terapi musik.
Setelah data terkumpul kemudian diolah dan dianalisis secara deskriptif dan
analitik sebagai berikut: memberi skor pada lembar observasi sesuai dengan pengisian
cheklist, menjumlahkan skor dari item pengamatan sesuai dengan tahap pengamatan,
menentukan total skor tertinggi pada salah satu tahap pengamatan, yang selanjutnya
akan dijadikan sebagai nilai Intensitas nyeri akibat perawatan luka bedah abdomen
yang dialami responden, mengklasifikasikan total skor yang diperoleh sesuai dengan
kriteria penilaian intensitas nyeri yaitu tidak nyeri jika total skor 0, nyeri ringan jika
total skor 1-3, nyeri sedang jika total skor 4-6, dan nyeri berat jika total skor ≥ 7, dan
selanjutnya dibuat tabulasi data serta diinterpretasikan.
Untuk mengetahui tahapan dan respons perilaku terhadap nyeri yang
memberikan kontribusi paling besar terhadap intensitas nyeri digunakan metode
perbandingan yang mengacu pada total skor dan rata-rata skor yang diperoleh oleh
semua responden kelompok kontrol.
5
Hasil identifikasi instensitas nyeri pada kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol selanjutnya dibandingkan secara langsung dan dianalisis dengan mengguna-
kan uji statistik Mann Whitney Test dengan tingkat kepercayaan 95% atau p ≤ 0,05.
HASIL PENELITIAN
Intensitas Nyeri akibat Perawatan Luka Bedah Abdomen pada Kelompok
Kontrol
Tabel 1 Intensitas Nyeri akibat Perawatan Luka Bedah Abdomen pada Kelompok Kontrol di BPKM RSU Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar, November 2007
No Intensitas Nyeri Jumlah Prosentase (%)1 Tidak Nyeri 0 02 Nyeri Ringan 3 333 Nyeri Sedang 5 564 Nyeri Berat 1 11
Total 9 100
Dari di atas menunjukkan bahwa pada dasarnya semua responden mengalami
nyeri, tetapi pada intensitas yang bervariasi. Intensitas nyeri terbanyak pada kelompok
kontrol adalah intensitas nyeri sedang yakni 5 orang (56%), sedangkan yang paling
sedikit adalah intensitas nyeri berat yakni 1 orang (11%).
Tabel Jumlah Skor Nyeri Berdasarkan Tahap Pengamatan Pada Kelompok Kontrol di BPKM RSU Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar, November 2007
No Tahap Pengamatan Skor Rata-rata1 Tahap Pelepasan Balut 3,82 Tahap Pembersihan Luka 4,13 Tahap Penutupan Luka 1,9
Intensitas Nyeri akibat Perawatan Luka Bedah Abdomen pada Kelompok
Perlakuan
Tabel 3 Intensitas Nyeri akibat Perawatan Luka Bedah Abdomen pada Kelompok Perlakuan di BPKM RSU Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar, November 2007
No Intensitas Nyeri Jumlah Prosentase (%)1 Tidak Nyeri 0 0
6
2 Nyeri Ringan 6 673 Nyeri Sedang 3 334 Nyeri Berat 0 0
Total 9 100
Intensitas nyeri terbanyak dialami responden pada kelompok perlakukan adalah
intensitas nyeri ringan yakni 6 orang (67%), sedangkan yang mengalami nyeri dengan
intensitas nyeri sedang sebanyak 3 orang (33%). Data di atas juga menunjukkan bahwa
tidak ada responden yang tidak mengalami nyeri atau mengalami nyeri berat.
Tabel 4 Jumlah Skor Nyeri Berdasarkan Respons Perilaku Pada Kelompok Perlakuan di BPKM RSU Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar, November 2007
No Respons Perilaku Skor Rata-rata1 Wajah 2,62 Kegelisahan 0,93 Tonus Otot 0,64 Vokalisasi 1,75 Ketenangan 0,2
Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah skor tertinggi terdapat pada respons
wajah dengan skor rata-rata 2,6, sedangkan yang terendah pada respons ketenangan
dengan skor rata-rata 0,2, kemudian pada respons tonus otot dengan skor rata- rata 0,6.
Analisis Pengaruh Terapi Musik terhadap Intensitas Nyeri akibat Perawatan
Luka Bedah Abdomen Di BPKM RSU Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar
Tabel 5 Pengaruh Terapi Musik terhadap Intensitas Nyeri Akibat Perawatan Luka Bedah Abdomen di BPKM RSU Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar,
November 2007
No Intensitas NyeriKelompok
KeteranganKontrol Perlakuan1 Tidak Nyeri 0 0 Test Statistik Mann
Whitney Test, nilai signifikan p = 0,039 pada tingkat p ≤ 0,05
2 Ringan 3 63 Sedang 5 34 Berat 1 0
Total 9 9
7
Dari hasil uji Mann Whitney Test ternyata didapatkan nilai p = 0,039 pada
tingkat kemaknaan p ≤ 0,05 (α ≤ 0,05). Bila dibandingkan dengan tingkat kemaknaan
yaitu 0,039 < 0,05, berarti Ho ditolak. Secara statistik berarti bahwa ada pengaruh
yang signifikan dari intervensi terapi musik yang dilakukan terhadap penurunan
intensitas nyeri akibat perawatan luka bedah abdomen.
PEMBAHASAN
Terjadinya nyeri pada saat perawatan luka bedah dapat disebabkan oleh karena
prosedur pelepasan balutan atau verban, rangsangan mekanik akibat pembersihan luka,
dan larutan pencuci luka atau agen yang digunakan untuk antiseptik luka. Selain itu
nyeri dapat juga disebabkan karena luka masih dalam fase inflamasi.
Di BPKM RSU Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar perawatan luka bedah
pertama kali dilaksanakan mulai dari hari ke-5 pascabedah, dimana waktu ini luka
masih dalam fase inflamasi, dengan menggunakan agen pencuci luka berupa NaCl
0,9% dan antiseptik berupa povidone-iodine. Adapun plaster dan kasa yang digunakan
adalah plaster adhesif serta kasa absorben sesuai dengan yang telah disediakan oleh
pihak rumah sakit. Penggunaan agens pencuci dan antiseptik luka relevan dengan
pendapat Morison (2004) yang menyatakan bahwa larutan garam fisiologis (NaCl
0,9%) merupakan salah satu agens pembersih luka yang efektif dan masih menjadi satu
pilihan sampai sekarang, sedangkan povidone-iodine merupakan salah satu agens
antimikroba paten yang masih digunakan secara luas dan efektif untuk desinfeksi dan
pembersihan luka baik prabedah maupun pascabedah.
Pada tahap pembersihan dilakukan tindakan pencucian atau pembersihan luka
menggunakan kasa yang dibasahi NaCL 0,9%, tindakan ini berdampak pada timbulnya
rangsangan nyeri pada area luka. Selain itu penggunaan povidone-iodine sebagai
antiseptik luka juga berdampak pada timbulnya rangsangan nyeri saat dioleskan, hal
ini karena sifat antiseptik povidone-iodine yang kuat sebagai penghambat dan
pembunuh mikroba, ternyata juga berdampak pada sifat iritasinya pada jaringan luka.
Kondisi ini sesuai dengan pendapat Indonesia Enterostomal Therapy Nurse
Association (InETNA) dan Tim Perawatan Luka dan Stoma Rumah Sakit Dharmais
(2004), yang menyatakan bahwa selain efektif untuk agens antimikroba, ternyata
povidone-iodine juga bersifat toksik pada jaringan luka, sehingga terjadi respon iritasi
8
pada jaringan luka yang menyebabkan pengeluaran mediator nyeri dan akhirnya
berdampak pada timbulnya nyeri.
Pada tahap pembukaan balut dilakukan tindakan pelepasan plaster dan kasa
yang digunakan untuk melekatkan kasa dan menutupi luka. Pada tahap ini, nyeri dapat
dicetuskan oleh adanya perlengketan balutan yang digunakan untuk menutup luka,
sehingga saat pelepasan menyebabkan stimulasi dan trauma pada jaringan luka,
sedangkan luka masih dalam fase inflamasi. Hal ini sesuai dengan Morison (2004)
yang menyatakan bahwa penyebab nyeri pada saat perawatan luka dapat terjadi akibat
pelepasan balutan karena perlengketan plaster yang digunakan untuk menahan balutan
dan teknik pelepasannya. Selain itu larutan yang digunakan untuk pencuci luka atau
antiseptik luka, ternyata dapat juga menimbulkan iritasi serta rasa nyeri pada saat
digunakan.
Variasi intensitas nyeri yang dirasakan responden dapat terjadi, hal ini
dimungkinkan karena kemampuan setiap individu berbeda dalam merespon dan
mempersepsikan nyeri yang dialami, keadaan ini dapat dihubungkan dengan
karakteristik yang dimiliki oleh responden. Menurut Potter dan Perry (2005)
kemampuan seseorang dalam mempersepsikan nyeri dipengaruhi oleh sejumlah faktor
seperi usia, kecemasan, perhatian, dan lain-lain. Dimana faktor-faktor itu dapat
meningkatkan atau menurunkan persepsi nyeri, meningkatkan atau menurunkan
toleransi terhadap nyeri, dan mempengaruhi sikap respons terhadap nyeri.
Mekanisme perbedaan intensitas nyeri akibat perawatan luka bedah pada
kelompok kontrol dan perlakuan dapat dijelaskan dengan teori gate control. Akibat
adanya stimulasi nyeri pada area luka bedah menyebabkan keluarnya mediator nyeri
yang akan menstimulasi transmisi impuls disepanjang serabut saraf aferen nosiseptor
ke substansia gelatinosa di medula spinalis untuk selajutnya disampaikan ke kortek
serebri dan diinterpretasikan sebagai nyeri. Pada kelompok perlakuan, stimulus suara
musik yang diberikan lebih awal menghasilkan impuls yang dikirim melalui serabut
saraf aferen non-nosiseptor. Serabut saraf non-nosiseptor mengakibatkan “gerbang”
tertutup sehingga stimulus pada kortek serebri dihambat atau dikurangi akibat counter
stimulasi dengan suara musik. Sehingga intensitas nyeri yang distimulasi oleh
9
perawatan luka berubah atau mengalami modulasi akibat stimulasi suara musik lebih
dahulu dan lebih banyak mencapai otak.
Hasil pengamatan respons perilaku terhadap nyeri menunjukkan perbedaan
penurunan nyeri tertinggi terjadi pada respons ketenangan dan tonus otot. Respons ini
dimungkinkan karena pada saat mendengarkan musik, seseorang menjadi lebih
nyaman dan rileks. Musik instrumentalia merupakan musik yang berirama lembut,
teratur, dan harmonis. Vibrasi dan harmonisasi irama musik yang yang dihasilkan
musik akan mempengaruhi seseorang secara fisik yang menyebabkan seseorang
menjadi relaks atau santai, sedangkan irama yang teratur mempengaruhi seseorang
secara psikis yang membuatnya menjadi nyaman dan tenang. Padahal kondisi fisik dan
psikis memiliki hubungan yang timbal balik. Hal ini didukung oleh pendapat
Setiadarma (2004) yang menyatakan bahwa musik yang berirama lembut dan teratur
mempengaruhi keadaan fisik dan mental seseorang. Jika vibrasi dan harmoni musik
yang digunakan sesuai maka pendengar akan merasa nyaman, kenyamanan akan
membuat seseorang menjadi tenang. Selain itu karena vibrasi musik menghasilkan
getaran atau hantaran udara pada organ pendengaran, maka organ vestibula (alat
keseimbangan) juga memperoleh dampak dari musik, sehingga sesorang menjadi lebih
rileks.
Hasil uji statistik Mann Whitney Test menunjukan nilai signifikan p = 0,039
pada tingkat kemaknaan p ≤ 0,05. Hal ini berarti bahwa penggunaan terapi musik pada
pasien yang mengalami nyeri akibat perawatan luka bedah abdomen di BPKM RSU
Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar mempunyai pengaruh menurunkan intensitas
nyeri secara bermakna.
Terapi musik merupakan penggunaan musik dalam penanganan masalah fisik,
psikologis serta keterbatasan (disability). Pengaruh terapi musik terhadap penurunan
intensitas nyeri akibat perawatan luka bedah dapat dibahas berdasarkan efek musik
terhadap persepsi nyeri. Dimana terapi musik berefek positif melalui mekanisme
pengalihan perhatian terhadap nyeri (distraction), memberikan perasaan nyaman dan
terkontrol pada pasien, merangsang atau menyebabkan pengeluaran endorfin, dan
menyebabkan perasaan tenang (relaxation).
10
Seseorang yang mendengarkan musik akan memfokuskan pikiran dan
perhatiannya (konsentrasi pikiran) pada suara atau irama musik yang diterimanya,
sehingga fokus perhatiannya terhadap nyeri atau stimulus nyeri teralihkan atau
berkurang. Pada mekanisme distraksi terjadi penurunan perhatian atau persepsi
terhadap nyeri dengan memfokuskan perhatian pasien pada stimulasi lain atau
menjauhkan pikiran terhadap nyeri. Smeltzer dan Bare (2002), yang menyatakan
bahwa distraksi merupakan mekanisme teknik kognitif yang menjadi strategi efektif
untuk mengalihkan fokus perhatian seseorang pada sesuatu selain nyeri. Seseorang
yang kurang menyadari adanya nyeri atau memberikan sedikit perhatian pada nyeri,
hanya akan sedikit terganggu dan lebih toleransi terhadap nyeri. Lebih lanjut Potter
dan Perry (2005) menyatakan bahwa distraksi menyebabkan terstimulasinya sistem
aktivasi retikular. Jika sistem aktivasi retikular akan menghambat stimulus nyeri atau
stimulus yang menyakitkan, dengan demikian menurunkan kewaspadaan pada nyeri.
Selain itu terapi musik juga merupakan proses kognitif yang diduga dapat
menstimulasi sistem kontrol desenden melalui mekanisme produksi dan kerja endorfin,
sehingga dengan adanya stimulasi kontrol desenden maka area ”gerbang” akan
menutup transmisi nyeri menuju otak. Hasilnya transmisi impuls suara musik yang
lebih banyak dan lebih dahulu mencapai otak akan menghambat (mengurangi)
transmisi impuls nyeri menuju otak, akibatnya persepsi terhadap nyeri menurun.
Penurunan intensitas nyeri pada responden yang mendengarkan terapi musik
dimungkinkan juga oleh adanya peningkatan pengeluaran endorfin. Endorfin merupa-
kan bahan neuroregulator jenis neuromodulator yang terlibat dalam sistem analgesia,
banyak ditemukan di hipotalamus dan area sistem analgesia (sistem limbik dan medula
spinalis). Sifat analgesia ini menjadikan endorfin sebagai opioid endogen. Endorfin
dianggap dapat menimbulkan hambatan presinaptik dan hambatan postsinaptik pada
serabut nyeri (nosiseptor) yang bersinaps di kornu dorsalis. Serabut ini diduga
mencapai inhibisi melalui penghambatan neurotransmiter nyeri seperti kalsium,
prostaglandin, dan lain-lain, terutama substansi P. Hal ini sesuai dengan penelitian
Bahr (1994) yang membuktikan bahwa terdapat peningkatan kadar endorfin pada
pasien yang mendengarkan musik, ini dimungkinkan karena musik yang
11
diperdengarkan dapat merangsang pengeluaran endorfin yang berdampak menurunkan
nyeri dan menimbulkan rasa nyaman pada pasien.
Selain mempengaruhi pelepasan endorfin, terapi musik juga berdampak pada
sistem hormonal lain yaitu menurunkan sekresi katekolamin seperti epinephrine dan
norepinephrine di medula adrenal. Penurunan katekolamin berdampak pada kondisi
fisik seperti menurunkan denyut jantung, kecepatan pernafasan, ketegangan otot yang
akan menyebabkan perasaan nyaman, terkontrol, dan rileks (American Music Therapy
Association, 2006).
PENUTUP
Simpulan
1. Hasil uji statistik menggunakan Mann Whitney Test dengan tingkat kemaknaan
nilai p ≤ 0,05 menunjukkan nilai signifikan p = 0,039, yang berarti bahwa ada
pengaruh terapi musik terhadap penurunan intensitas nyeri akibat perawatan luka
bedah abdomen.
2. Sebagian besar responden kelompok kontrol mengalami nyeri pada intensitas
sedang yaitu sebanyak 5 orang (56%), dan terdapat 1 (11%) orang yang
mengalami nyeri pada intensitas berat.
3. Sebagaian besar responden kelompok perlakuan mengalami nyeri pada intensitas
nyeri ringan yaitu sebanyak 6 orang (67%) dan tidak ada yang mengalami nyeri
pada intensitas berat.
Saran
1. Terapi musik merupakan salah satu alternatif terapi yang telah banyak diketahui
manfaatnya dalam dunia kesehatan. Untuk itu kepada profesi keperawatan
disarankan agar mengaplikasikan terapi musik dalam pelaksanaan intervensi
proses keperawatan pada pasien yang memerlukan.
2. Kepada pihak rumah sakit, khususnya tenaga keperawatan disarankan untuk
merekomendasikan sekaligus menggunakan terapi musik sebagai alternatif
penanganan nyeri non farmakologis, khususnya pada pasien yang mengalami nyeri
akibat perawatan luka bedah.
12
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh terapi musik terhadap
nyeri akibat prosedur invasif lainnya, tingkat kecemasan, atau mengembangkan
penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar serta metode yang lain.
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis banyak mendapatkan bimbingan,
bantuan dan arahan dari berbagai pihak, untuk itu perkenankan penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak DR. dr. Samsul Islam, M.Kes, Sp MK., Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya Malang dan Bapak dr. Subandi, M.Kes, DHAK., Ketua
Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya yang telah
memberikan saya kesempatan menuntut ilmu di Jurusan Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya Malang serta Segenap Anggota Tim Pengelola
Tugas Akhir Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya tahun 2007/2008.
2. Bapak dr. Budi Winarno, MM., selaku Kepala BPKM RSU Ngudi Waluyo Wlingi
Kabupaten Blitar beserta seluruh Staf yang telah memberikan kesempatan serta
ijin tempat kepada penulis untuk melakukan penelitian.
3. Ibu Yulian Wiji Utami, SKp, M.Kes., selaku ketua dewan penguji Tugas Akhir.
4. Ibu dr. Soemardini, MPd. dan Bapak Ns. Tony Suharsono, S.Kep., selaku
pembimbing sekaligus penguji yang telah memberi pemikiran, bimbingan dan
arahan dengan sabar serta senantiasa memberikan semangat kepada penulis untuk
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
5. Para responden yang terhormat atas kesediaan dan partisipasinya dalam kegiatan
penelitian ini
13
6. Istri dan anakku tercinta yang dengan ikhlas berpisah demi cita-cita dan senantiasa
menyertaiku dengan harap dan do’a.
7. Rekan-rekan Jurusan Keperawatan angkatan 2006, atas kebersamaan, saran,
masukan serta bantuan baik moril maupun materiil.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT memberikan imbalan atas segala amal serta kebaikan yang
telah diberikan. Dan semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
bagi ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
American Music Therapy Association. 2006. Music Therapy in The Treatment and Management of Pain. http/www.musictherapy.orgfactsheets.pain.pdf. Diakses 24 November 2007
Anonymous. 2007. Musik sebagai Terapi. http//hkbp.word press.com. Diakses 7 September 2007.
Guyton, Arthur C dan Hall, John E. 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Irawati Setiawan (Ed), Irawati Setiawan, dkk (penterjemah), 1997. Ed. 9, Cetakan 1. EGC, Jakarta.
Greer, Sarah. 2007. The Effect of Music on Pain Perception. http/www.hubel. sfasu.educourseinfo. Diakses 24 November 2007.
Hawthorn, Jan dan Redmond, Kathy., 2004. Pain: Causes and Management, First published, Blackwell Science Ltd, USA.
Hartwig, Mary S dan Wilson, Lorraine M. 2002. Nyeri. Dalam : Price, S. A dan Wilson, L. M, 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Huriawati Hartanto, dkk (Eds), Brahm U. Pendit, dkk (penterjemah), 2006. Ed. 6, Cetakan I, EGC, Jakarta.
Halim, Samuel., 2007. Efek Mozart dan Terapi Musik Dalam Dunia Kesehatan. Hhtp//www.tempo.co.id/medika, Diakses 5 September 2007.
Indonesia Enterostomal Therapy Nurse Association (InETNA) dan Tim Perawatan Luka dan Stoma Rumah Sakit Dharmais. 2004, Perawatan Luka, Makalah Mandiri, Rumah Sakit Dharmais, Jakarta.
14
Kompas, 2007. Musik sebagai Obat, hhtp//www.kompas.com/wanita.news, Diakses 6 September 2007.
Lembaga Penelitian Universitas Airlangga, 2004. Teknik Sampling dan Perhitungan Besar Sampel, Materi Pelatihan, Universitas Airlangga, Surabaya.
Mansjoer.Arif, dkk. (Eds), 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3, Media Aesculapius FKUI, Jakarta.
Morison, Moya J., 2003. Manajemen Luka, Florinda, et al. (Eds), Tyasmono, A F. (penterjemah), 2004. EGC, Jakarta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi, Rineke Cipta, Jakarta.
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Edisi I, Salemba Medika, Jakarta.
Oman, Katheleen S. and McLain, Jane Kaziol., 2007. Emergency Nursing Secrets, Ed. I, Mosby Elsevier, USA.
Potter. Patricia A. dan Perry. Anne Griffin., 2005. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik, Yasmin Asih, dkk (penterjemah), 2005. Edisi 4, Vol. 1, EGC, Jakarta.
Pandoe, Wing., 2006. Musik Terapi, hhtp//www.my.opera.com/paw, Diakses 7 September 2007.
Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Monica Ester (Ed), Agung Waluyo, dkk (penterjemah), 2002. Ed. 8, Cetakan I, EGC, Jakarta
Spawnthe. Anthony, 2003. Manfaat Musik, hhtp/www.partikelwebgaul.com/, Diakses 6 September 2007.
Setiadarma. Monty P. 2004. Dalam Spiritia, 2004. Terapi Alternatif, Suzana Murni dan Lusiana Aprilawati (Eds), Yayasan Spiritia, Jakarta
Sub Bidang Rekam Medik dan Pelaporan. 2007. Laporan Tahunan Penyelenggaraan Rumah Sakit, BPKM RSU Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar, Tidak dipublikasikan
Setiadi, 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan, Ed. I, Cetakan I, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Soemantri, Irman., 2007. Perawatan Luka, http//irmanthea.blogspot.com/1907 07, Diakses 5 September 2007.
15
Tamsuri, Anas, 2006. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri, Esty Wahyuningsih, (Ed), 2007. Cetakan I, EGC, Jakarta.
Tim Penyusun Pedoman Penulisan Tugas Akhir, 2006. Pedoman Penulisan Tugas Akhir Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang.
Ochmann, Von Frank., 1999. Ampuhnya Musik Sebagai Terapi, hhtp//www. Indo media.comintisari, Diakses 5 September 2007.
Wikepedia Indonesia, 2007, Musik , http/www.id.wikipedia/orgwiki.musik.htm, Diakses 4 September 2007.
16
Recommended