Pengatar Administrasi Rumah Sakit

Preview:

DESCRIPTION

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk rumah sakit. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien.

Citation preview

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

Latar Belakang

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan

yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan

pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan

penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan

kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu,

dan berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi

pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia

termasuk rumah sakit. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana

kesehatan, merupakan rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama

menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan

pemulihan bagi pasien.

Definisi Rumah Sakit

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

983/MenKes/SK/XI/1992, rumah sakit merupakan suatu unit yang

mempunyai organisasi teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan

penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan penderita yang dilakukan

secara multidisiplin oleh berbagai kelompok profesional terdidik dan

terlatih, yang menggunakan prasarana dan sarana fisik. Rumah sakit yang

memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik, dan

subspesialistik disebut rumah sakit umum.

Pengertian Rumah Sakit Menurut Para Ahli - Ruma sakit adalah suatu

organisasi tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana

kedokteran yang menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan

keperawatan yang berkesinambungan, diagnosa serta pengobatan penyakit

yang diderita oleh pasien (American Hospital Association; 1974 dalam

Azwar, 1996).1

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

Wolper dan Pena (dalam Azwar, 1996) menyatakan bahwa rumah sakit

adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan

kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa

kedokteran, perawat dan berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya

diselenggarakan. Association of Hospital Care (dalam Azwar, 1996)

menjelaskan bahwa rumah sakit adalah suatu pusat dimana pelayanan

kesehatan masyarakat, pendidikan dan penelitian kedokteran

diselenggarakan.

Pengertian Rumah Sakit Berdasarkan Permenkes No. 147 tahun 2010

tentang Perijinan Rumah Sakit adalah :

1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat

darurat.

2. Rumah Sakit Umum adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan

kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.

3. Rumah Sakit Khusus adalah Rumah Sakit yang memberikan

pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu

berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau

kekhususan lainnya.

4. Rumah Sakit Publik adalah Rumah Sakit yang dikelola oleh

Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Badan Hukum yang bersifat

nirlaba.

5. Rumah Sakit Privat adalah Rumah Sakit yang dikelola oleh badan

hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau

persero.

6. Izin mendirikan Rumah Sakit adalah izin yang diberikan untuk

mendirikan Rumah Sakit setelah memenuhi persyaratan untuk

2Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

mendirikan. Izin operasional Rumah Sakit adalah izin yang diberikan

untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan setelah memenuhi

persyaratan dan standar.

7. Registrasi Rumah Sakit adalah pencatatan resmi tentang status

Rumah Sakit di Indonesia.

8. Akreditasi Rumah Sakit adalah pengakuan yang diberikan oleh

pemerintah kepada manajemen Rumah Sakit yang telah memenuhi

standar yang telah ditetapkan.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012

Tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,

rawat jalan, dan gawat darurat.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

983/MenKes/SK/XI/1992, tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan

upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan

mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan

secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta

melaksanakan rujukan.

Dalam melaksanakan tugasnya, rumah sakit mempunyai berbagai fungsi

yaitu menyelenggarakan pelayanan medik, pelayanan penunjang medik dan

nonmedik, pelayanan dan asuhan keperawatan, pelayanan rujukan,

pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, serta administrasi

umum dan keuangan (Siregar dan Lia, 2004).

Adapun fungsi rumah sakit menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 983/MenKes/SK/XI/1992, yaitu:

1. Pelayanan Penderita

3Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

Pelayanan penderita yang langsung di rumah sakit terdiri atas

pelayanan medis, pelayanan farmasi dan pelayanan keperawatan. Di

samping itu, untuk mendukung pelayanan medis, rumah sakit juga

mengadakan pelayananberbagai jenis laboratorium.

2. Pendidikan dan Pelatihan Pendidikan dan pelatihan merupakan fungsi

penting dari rumah sakit modern, baik yang berafiliasi atau tidak

dengan suatu universitas.

3. Penelitian

Kegiatan penelitian dalam rumah sakit mencakup merencanakan

prosedur diagnosis yang baru, melakukan percobaan laboratorium

dan klinik, pengembangan dan menyempurnakan prosedur

pembedahan yang baru, mengevaluasi obat investigasi dan penelitian

formulasi obat yang baru.

4. Kesehatan masyarakat

Tujuan utama dari fungsi rumah sakit ini adalah membantu komunitas

dalam mengurangi timbulnya kesakitan dan meningkatkan kesehatan

umum penduduk. Contoh kegiatan kesehatan masyarakat adalah

partisipasi dalam program deteksi penyakit, seperti tuberkulosis,

diabetes, hipertensi dan kanker

Berdasarkan pasal 4 UU No. 44 Tahun 2009, rumah sakit mempunyai tugas

memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Pasal 5 UU

No 44 Tahu 2009 disebutkan bahwa untuk menjalankan tugas, rumah sakit

mempunyai fungsi:

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan

sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

2. Pemeliharaan dan peningkatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan dan paripurna tingkat kedua daan ketiga sesuai kebutuhan

medis.

4Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia

dlam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan

kesehatan.

4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan

teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan

kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang

kesehatan.

Rumah sakit menurut Aditama, 2000 dalam Shobirin, 2003 dalam Cecep

Triwibowo, 2012 setidaknya memiliki 5 (lima) fungsi sebagai berikut:

1. Menyediakan rawat inap dengan fasilitas diagnostik dan

terapeutiknya.

2. Memiliki pelayanan rawat jalan.

3. Melakukan pendidikan dan pelatihan.

4. Melakukan penelitian dan dibidang kedokteran dan kesehatan.

5. Melaksanakan program pencegahan penyakit dan penyuluhan

kesehatan bagi populasi disekitarnya.

Fungsi rumah sakit berdasarkan sistem kesehatan nasional dalam

Djojodibroto (1997) adalah:

1. Memberikan pelayanan rujukan medik spesialistik dan subspesialis

2. Menyediakan dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat

penyembuhan dan pemulihan pasien

3. Sebagai sarana pendidikan dan pelatihan di bidang kedokteran dan

kedokteran gigi jenjang diploma, dokter, dokter gigi, dokter spesialis,

dokter gigi spesialis konsultan, magister, doktor dan pendidikan

berkelanjutan bidang kedokteran.

5Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

Karakteristik Rumah Sakit Djojodibroto (1997) menyatakan bahwa

organisasi rumah sakit mempunyai sejumlah sifat atau karakteristik yang

tidak dipunyai organisasi lainnya, antara lain:

1. sebagian besar tenaga kerja rumah sakit adalah tenaga profesional

2. wewenang kepala rumah sakit berbeda dengan wewenang pimpinan

perusahaan

3. tugas-tugas kelompok profesional lebih banyak dibandingkan tugas

kelompok manajerial

4. beban kerjanya tidak bisa diatur

5. jumlah pekerjaan dan sifat pekerjaan di unit kerja beragam

6. hampir semua kegiatannya bersifat penting

7. pelayanan rumah sakit sifatnya sangat individualistik. Setiap pasien

harus dipandang sebagai individu yang utuh, aspek fisik, aspek

mental, aspek sosiokultur dan aspek spiritual harus mendapat

perhatian penuh

8. pelayanan bersifat pribadi, cepat dan tepat

9. pelayanan berjalan terus menerus selama 24 jam dalam sehari.

World Health Organization (WHO) mendefinisikan rumah sakit sebagai

sebuah sarana tinggal yang menyediakan pelayanan medik singkat atau

lama, yang meliputi pelayanan pengamatan, diagnostik, pengobatan dan

pemulihan untuk mereka yang menderita penyakit atau cedera dan untuk

yang melahirkan. Rumah sakit dapat menyediakan dan dapat juga tidak

menyediakan pelayanan untuk pasien rawat jalan.

”a residential establishment which provides short and long term medical

care, consisting of observational, diagnostic, therapeutic and rehabilitative

6Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

services for persons suffering from a disease or injury and for parturiants. It

may or may not also provides for ambulatory patiens on out patient basis”

Sebagai perwujudan pemenuhan hak kesehatan, pemerintah wajib

menyediakan rumah sakit sesuai kebutuhan masyarakat dan memberikan

jaminan pembiayaan bagi penduduk miskin sesuai peraturan perundang-

undangan. Pemerintah juga bertanggung jawab membina dan mengatur

rumah sakit agar memberikan pelayanan yang bermutu dan profesional.

Karakteristik rumah sakit tersebut meliputi :

1. Uncertainty atau ketidakpastian, bahwa kebutuhan akan pelayanan

rumah sakit tidak bisa dipastikan baik waktunya, tempatnya, maupun

besarnya biaya yang dibutuhkan. Sifat inilah yang menyebabkan

timbulnya respons penyelenggaran mekanisme asuransi di dalam

pelayanan kesehatan. Ciri ini pula yang mengundang mekanisme derma

di dalam masyarakat tradisional dan modern. Karena pada akhirnya ciri

ini menurunkan keunikan lain yang menyangkut aspek peri kemanusiaan

(humanitarian) dan etika.

2. Asymetry of information, bahwa konsumen pelayanan rumah sakit

berada pada posisi yang lebih lemah sedangkan Rumah Sakit

mengetahui jauh lebih banyak tentang manfaat dan kualitas pelayanan

yang “dijualnya”. misalnya kasus ekstrim pembedahan, pasien hampir

tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui apakah ia membutuhkan

Kondisi ini sering dikenal dengan consumer ignorance atau konsumen

yang bodoh.

3. Externality, bahwa konsumsi pelayanan kesehatan/rumah sakit tidak

saja mempengaruhi “pembeli” tetapi juga bukan pembeli. Demikian juga

risiko kebutuhan pelayanan kesehatan tidak saja mengenai pasien

melainkan juga publik.

7Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

Mengutip www.josephsoninstitute.org menjelaskan bahwa komponen

karakter terdiri dari 6 hal, yaitu:

1. Trustworthiness (kepercayaan)

2. Respect (hormat)

3. Responsibility (bertanggung jawab)

4. Fairness (berkeadilan)

5. Caring (peduli)

6. Citizenship (kewarganegaraan)

Rumah sakit mempunyai karakter yang baik apabila mempunyai ciri ciri

seperti di atas dalam pelayanannya. Jujur dalam memberi pelayanan, tidak

memanfaatkan ketidaktahuan pasien untuk keuntungan rumah sakit, seperti

memerintahkan opname padahal masih bisa di rawat jalan. Hormat

terhadap hak hak pasien. Bertanggung jawab terhadap kesehatan pasien,

memberikan perlakuan yang terbaik agar pasien cepat sembuh. Adil dalam

bertindak, dalam arti mengerjakan sesuatu atas dasar prosedur yang benar.

Peduli dengan kesusahan yang diderita pasien dengan berusaha

memberikan bantuan dan solusi terbaik meski tidak memberikan

keuntungan sesaat bagi rumah sakit. Berusaha menjadi warga negara yang

baik dengan mematuhi segala peraturan tentang rumah sakit dan

berpartisipasi dalam kegiatan kemanusiaan.

Karakteristik Pelayanan

Pelayanan memiliki sejumlah karakteristik yang membedakan dengan

aspek-aspek lainnya. Terkait dengan hal tersebut, Fitzsimmons (2006),

menyebutkan adanya empat karakteristik pelayanan, yaitu:

1. Artisipasi pelanggan dalam proses pelayanan; kehadiran pelanggan

sebagai partisipan dalam proses pelayanan membutuhkan sebuah

perhatian untuk mendesain fasilitas. Kondisi yang demikian tidak

8Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

ditemukan pada perusahaan manufaktor yang tradisional. Kehadiran

secara fisik pelanggan di sekitar fasilitas pelayanan tidak dibutuhkan

oleh perusahaan-perusahaan manufaktur.

2. Kejadian pada waktu yang bersamaan (simultaneity); fakta bahwa

pelayanan dibuat untuk digunakan secara bersamaan, sehingga

pelayanan tidak disimpan. Ketidakmampuan untuk menyimpan

pelayanan ini menghalangi penggunaan strategi manufaktur

tradisional dalam melakukan penyimpanan untuk mengantisipasi

fluktuasi permintaan.

3. Pelayanan langsung digunakan dan habis (service perishability);

pelayanan merupakan komoditas yang cepat habis. Hal ini dapat

dilihat pada tempat duduk pesawat yang habis, tidak muatnya

ruangan rumah sakit atau hotel. Pada masing-masing kasus telah

menyebabkan kehilangan peluang.

4. Tidak berwujud (intangibility); pelayanan adalah produk pikiran yang

berupa ide dan konsep. Oleh karena itu, inovasi pelayanan tidak bisa

dipatenkan. Untuk mempertahankan keuntungan dari konsep

pelayanan yang baru, perusahaan harus melakukan perluasan

secepatnya dan mendahului pesaing.

5. Beragam (heterogenity); kombinasi dari sifat tidak berwujud

pelayanan dan pelanggan sebagai partisipan dalam penyampaian

sistem pelayanan menghasilkan pelayanan yang beragam dari

konsumen ke konsumen. Interaksi antara konsumen dan pegawai

yang memberikan pelayanan menciptakan kemungkinan pengalaman

kerja manusia yang lebih lengkap.

Karakteristik pelayanan juga dapat dilihat dari perbedaannya dengan

barang-barang, sebagaimana disebutkan oleh Lovelock dan Wirtz (2007)

sebagai berikut:

9Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

1. Umumnya produk pelayanan tidak dapat disimpan, sehingga

pelanggan mungkin mencari pilihan lain atau menunggu.

2. Pelayanan merupakan elemen yang tidak nampak dan biasanya

mendominasi penciptaan nilai. Hal ini menyebabkan pelanggan tidak

bisa merasakan, tidak bisa tersenyum, atau tidak bisa menyentuh

elemen-elemennya dan mungkin tidak dapat melihat atau

mendengarnya. Selain itu juga sulit mengevaluasi dan membedakan

dengan pesaing.

3. Pelayanan seringkali sulit untuk digambarkan dan dipahami, sehingga

pelanggan memperoleh risiko dan ketidakpastian yang lebih besar.

4. Orang mungkin menjadi bagian dari pengalaman pelayanan. Hal ini

dikarenakan pelanggan berinteraksi dengan perlengkapan, fasilitas

dan sistem yang dimiliki oleh pemberi pelayanan. Selain itu,

pelaksanaan tugas yang buruk oleh pelanggan dapat menyebabkan

berkurangnya produktivitas, mengganggu pengalaman pelayanan dan

membatasi keuntungan.

5. Input dan output operasional cenderung berubah-ubah secara luas,

sehingga sulit untuk menjaga konsistensi, keandalan, dan kualitas

pelayanan atau mempertahankan biaya rendah melalui produktivitas

yang lebih tinggi. Selain itu, juga sulit melindungi pelanggan dari

hasil kegagalan pelayanan.

6. Waktu sering dianggap senagai faktor yang paling penting. Pelanggan

melihat waktu sebagai sumber daya yang langka sehingga harus

digunakan secara bijak. Pelanggan tidak suka membuang waktu

dengan menunggu, dan menginginkan pelayanan tepat waktu serta

nyaman.

7. Tempat distribusi melalui saluran non fisik. Pelayanan berdasarkan

informasi dapat disampaikan melalui saluran-saluran elektronik,

10Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

seperti internet atau telekomunikasi suara, namun produk intinya

melibatkan aktivitas fisik.

Kotler (2003) mengungkapkan bahwa suatu organisasi harus

memperhatikan empat karakter khusus suatu pelayanan, yakni: (1) tanpa

wujud (service intangibility), (2) keterikatan jasa pelayanan dan penyedia

jasa tidak dapat dipisahkan (service inseparability), (3) variabilitas

pelayanan (service variabiltiy), dan (4) pelayanan langsung digunakan dan

habis (service perishability).

Tanpa wujud (service intangibility) berarti bahwa jasa/pelayanan tidak

dapat dilihat, diraba, didengar, atau dicium sebelum jasa itu dibeli.

Keterikatan pelayanan jasa dan penyedia jasa dimisalkan sebagai suatu

produk fisik dihasilkan, kemudian disimpan, lalu dijual, dan akhirnya

dikonsumsi. Sebaliknya pada sisi lain, jasa dijual terlebih dahulu, baru

diproduksi dan dikonsumsi pada saat yang sama (service are first sold, then

produced and comsumed at the same time). Service inseparability berarti

bahwa jasa pelayanan tidak dapat dipisahkan dari penyedia jasa pelayanan

itu sendiri, baik penyedia jasa itu sebuah mesin atau seseorang, atau suatu

kelompok orang (organisasi). Variabilitas pelayanan (service variabiltiy)

berarti bahwa kualitas jasa pelayanan tergantung pada siapa yang

menyediakan atau menghasilkan jasa itu, juga tergantung pada kapan, di

mana, dan bagaimana jasa pelayanan itu diselenggarakan. Pelayanan

langsung habis (service perishability) berarti bahwa jasa pelayanan tidak

dapat disimpan untuk kemudian dijual kembali atau digunakan.

Peningkatan kepuasan pelanggan atau pasien menjadi strategi utama bagi

organisasi pelayanan kesehatan di Indonesia salah satunya rumah sakit.

Kepuasan pelanggan timbul bila produk atau jasa memenuhi atau melebihi

harapan pelanggan.

11Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

Kepuasan pelanggan merupakan dasar yang penting dalam mengukur mutu

dari pelayanan. Tingkat kepuasan pasien adalah sangat tergantung pada

kinerja penyaji jasa. Apabila kinerja dibawah harapan, maka pelanggan

akan kecewa. Bila kinerja melebihi harapan, pelanggan akan sangat puas.

Tjiptono, (1997). Kalau seorang pelanggan puas dengan nilai yang diberikan

oleh produk suatu perusahaan. Kalau ia merasa dihargai dan diperlakukan

dengan baik, pelanggan itu akan tetap menjadi peanggan perusahaan

tersebut dalam waktu yang lama. Kalau tidak ia akan segera berpindah ke

perusahaan lain. Menurut Kotler bila pelanggan merasa puas akibatnya

adalah pelanggan akan: 1). Menjadi lebih setia. 2). Membeli lebih banyak

jika perusahaan memperkenalkan produk baru. 3). Memberi komentar yang

menguntungkan tentang perusahan dan produknya. Kurang memberi

perhatian pada merek dan iklan pesaing dan kurang sensitif terhadap harga

4). Membutuhkan biaya pelayanan yang lebih kecil daripada pelanggan

baru karena transaksi menjadi rutin.

Gerson (2002). Pelanggan yang puas akan jasa atau produk yang

diterimanya akan menimbulkan kognisi, afeksi dan konasi terhadap produk

atau jasa tersebut sehingga pada akhirnya muncul minat untuk

menggunakan produk atau jasa tersebut Nugroho (2003). Hal ini membuat

tempat pelayanan kesehatan harus berkompetisi agar mutu pelayanan

kesehatan yang dapat diterima dan dinikmati masyarakat akan semakin

baik.

Apabila pasien tidak puas akan pelayanan maka jumlah pasien terus

mengalami penurunan dari tahun ketahun. Salah satu indikator yang dapat

dilihat yaitu dari BOR yang mengalami penurunan. Penurunan jumlah

pasien akan menyebabkan menurunnya jumlah pendapatan rumah sakit,

pembiayaan operasional rumah sakit akan menurun, kualitas pelayanan

rendah, sehingga pelayanan yang diberikan kepada pasien jelek, hal ini

12Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

menyebabkan kepuasan pasien terus menurun. Pasien yang tidak puas akan

menurunkan minat mereka menggunakan jasa pelayanan rumah sakit.

Dampaknya kembali akan menurunkan jumlah pasien untuk menggunakan

jasa pelayanan.

Menurut Leboeuf (1992), penurunan jumlah kunjungan pelanggan lama

disebabkan; 3% karena pindah tempat tinggal, 5% karena menemukan

persahabatan baru di perusahaan lain, 9% karena bujukan pesaing, 14%

karena merasa tidak puas, dan 68% karena sikap masa bodoh atau tidak

perhatian yang diperlihatkan oleh pemilik, manajer atau karyawan. Upaya

untuk menarik pelanggan yang baru rata-rata perusahaan menghabiskan

waktu enam kali lebih banyak daripada waktu yang dipakainya untuk

mempertahankan pelanggan lama. Padahal dalam sebagian besar kasus,

loyalitas pelanggan mempunyai nilai 10 kali lebih besar daripada uang yang

dibelanjakannya dalam satu kali pembelian Lele dan Sheth (1995).

Kepuasan pelanggan merupakan dasar yang penting dalam mengukur mutu

dari pelayanan. Tingkat kepuasan pasien adalah sangat tergantung pada

kinerja penyaji jasa. Apabila kinerja dibawah harapan, maka pelanggan

akan kecewa. Bila kinerja melebihi harapan, pelanggan akan sangat puas.

Tjiptono (1997). Kalau seorang pelanggan puas dengan nilai yang diberikan

oleh produk suatu perusahaan. Kalau ia merasa dihargai dan diperlakukan

dengan baik, pelanggan itu akan tetap menjadi peanggan perusahaan

tersebut dalam waktu yang lama. Kalau tidak ia akan segera berpindah ke

perusahaan lain. Menurut Kotler bila pelanggan merasa puas akibatnya

adalah pelanggan akan: 1). Menjadi lebih setia. 2). Membeli lebih banyak

jika perusahaan memperkenalkan produk baru. 3). Memberi komentar yang

menguntungkan tentang perusahan dan produknya. Kurang memberi

perhatian pada merek dan iklan pesaing dan kurang sensitif terhadap harga

13Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

4). Membutuhkan biaya pelayanan yang lebih kecil daripada pelanggan

baru karena transaksi menjadi rutin.

Loyalitas pelanggan/pasien sangat menentukan apakah seorang

pelanggan/pasien akan kembali atau tidak dan apakah mereka akan

merekomendasikan rumah sakit kepada orang lain untuk memakainya atau

tidak. Untuk mempertahankan loyalitas pelanggan, perlu dilakukan

rintangan pengalihan (switching barriers) dan strategi menangani keluhan

(customer voice) yang baik. Untuk itu perlu diidentifikasi switching barrier

dan strategi penanganan keluhan yang tepat menurut pelanggan agar

pelanggan yang puas bisa menjadi pelangan yang loyal bahkan menjadi

pelanggan advokasi bagi rumah sakit.

Puas tidaknya pengalaman seseorang mendapatkan perawatan di rumah

sakit sangat menentukan apakah seseorang akan menggunakan rumah sakit

itu lagi atau tidak. Bila pelanggan merasa puas setelah dirawat maka perlu

upaya mempertahankan agar pelanggan tersebut menjadi pelanggan rumah

sakit dan tidak beralih ke rumah sakit lain (customer retention). Untuk itu

perlu diketahui tingkat loyalitas pasien agar dapat mengetahui gambaran

tingkat loyalitas pasien.

Klasifikasi Rumah Sakit

Rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria Siregar dan Lia

(2004) sebagai berikut:

1. Klasifikasi berdasarkan kepemilikan, terdiri dari:

Rumah sakit pemerintah, terdiri dari:

a. Rumah sakit yang langsung dikelola oleh Departemen Kesehatan

b. Rumah sakit pemerintah daerah

c. Rumah sakit militer

d. Rumah sakit Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

14Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

e. Rumah sakit yang dikelola oleh masyarakat (swasta)

2. Klasifikasi berdasarkan jenis pelayanan, terdiri dari 2 jenis:

a. Rumah sakit umum, memberi pelayanan kepada berbagai penderita

dengan berbagai penyakit.

b. Rumah sakit khusus, memberi pelayanan diagnosa dan pengobatan

untuk penderita dengan kondisi medik tertentu baik bedah maupun

non bedah, contoh: rumah sakit kanker maupun rumah sakit jantung.

3. Klasifikasi berdasarkan afiliasi pendidikan, terdiri dari 2 jenis:

a. Rumah sakit pendidikan, yaitu rumah sakit yang menyelenggarakan

program latihan untuk berbagai profesi.

b. Rumah sakit nonpendidikan, yaitu rumah sakit yang tidak memiliki

program pelatihan profesi dan tidak ada afiliasi rumah sakit dengan

universitas.

4. Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah, dibagi menjadi:

a. Rumah Sakit Umum kelas A adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik

luas dan subspesialistik luas.

b. Rumah Sakit Umum kelas B adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-

kurangnya 11 spesialistik dan subspesialistik terbatas.

c. Rumah Sakit Umum kelas C adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik

dasar.

d. Rumah Sakit Umum kelas D adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar.

Djojodibroto (1997) membagi rumah sakit menjadi beberapa macam, yaitu

menurut:

15Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

1. Pemilik Rumah sakit dapat dibedakan atas dua macam, yaitu rumah

sakit pemerintah (goverment hospital) dan rumah sakit swasta (privat

hospital).

2. Filosofi yang dianut Rumah sakit dapat dibedakan atas dua macam,

yaitu rumah sakit yang tidak mencari keuntungan (non-profit hospital)

dan rumah sakit yang mencari keuntungan (profit hospital).

3. Jenis pelayanan yang diselenggarakan. Rumah sakit dapat dibedakan

atas dua macam, yaitu rumah sakit umum (general hospital) yang

menyelenggarakan semua jenis pelayanan kesehatan dan rumah sakit

khusus (specially hospital).

4. Lokasi rumah sakit Rumah sakit dibedakan atas beberapa macam,

tergantung dari pembagian sistem pemerintah yang dianut, misalnya

rumah sakit pusat jika lokasinya di ibukota negara, rumah sakit

propinsi jika lokasinya di ibukota propinsi dan rumah sakit kabupaten

jika lokasinya di ibukota kabupaten.

Azwar (1996) menyatakan bahwa rumah sakit di Indonesia jika ditinjau dari

kemampuan yang dimiliki dibedakan menjadi lima macam, yaitu:

1. Rumah sakit tipe A

Rumah sakit kelas A adalah rumah sakit yang mampu memberikan

pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis secara luas. Rumah

sakit kelas A ditetapkan sebagai tempat pelayanan rumah sakit

rujukan tertinggi (top referral hospital) atau rumah sakit pusat.

2. Rumah sakit tipe B

Rumah sakit kelas B adalah rumah sakit yang mampu memberikan

pelayanan kedokteran spesialis luas dan subspesialis terbatas. Rumah

sakit kelas B didirikan di setiap ibukoata propinsi (propincial hospital)

yang menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten.

16Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

Rumah sakit pendidikan yang tidak termasuk kelas A juga

diklasifikasikan sebagai rumah sakit kelas B.

3. Rumah sakit tipe C

Rumah sakit kelas C adalah rumah sakit yang mampu memberikan

pelayanan kedokteran spesialis terbatas, yaitu pelayanan penyakit

dalam, pelayanan bedah, pelayanan kesehatan anak dan pelayanan

kebidanan dan kandungan. Rumah sakit kelas C akan didirikan di

setiap ibukota kabupaten (regency hospital) yang menampung

pelayanan rujukan dari puskesmas.

4. Rumah sakit tipe D

5. Rumah sakit kelas D adalah rumah sakit ynag bersifat transisi karena

pada satu saat akan ditingkatkan menjadi rumah sakit kelas C.

Kemampuan rumah sakit kelas D hanya memberikan pelayanan

kedokteran umum dan kedokteran gigi. Rumah sakit kelas D juga

menampung pelayanan rujukan yang berasal dari puskemas.

6. Rumah sakit Tipe E

Rumah sakit kelas E adalah rumah sakit khusus (spesial hospital)

yang menyelenggarakan satu macam pelayanan kedokteran saja,

misalnya rumah sakit kusta, rumah sakit paru, rumah sakit kanker,

rumah sakit jantung, rumah sakit ibu dan anak, rumah sakit gigi dan

mulut dan lain sebagainya.

Menurut UU No. 44 tahun 2009 pasal 19, rumah sakit dapat dibagi

berdasarkan jenis pelayanan dan pengololaannya. Berdasarkan jenis

pelayanan yang diberikan, rumah sakit dikategorikan dalam rumah sakit

umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum yaitu rumah sakit yang

memberikan pelayanan kesehatan pada semua jenis bidang dan jenis

penyakit. RUmah sakit khusus yaitu rumah sakit yang memberikan

17Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu

berdasarkan disiplin ilmu, golongan, umur, organ, jenis penyakit atau

kekhususan lainnya.

Berdasarkan pengelolaannya rumah sakit dapat dibagi menjadi rumah sakit

publik dan rumah sakit privat. Rumah sakit publik adalah rumah sakit yang

dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah dan badan hokum yang

bersifat nirlaba yaitu Badan Layanan Umum (BLU). Pengertian atau definisi

BLUdiatur dalam pasal 1 angka 23 UU No. 1 tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara, yaitu “Badan Layanan Umum adalah instansi

dilingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan

kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/ atau jasa yang dijual

tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan

kegiatannya didasarkan pada prinsif efisiensi dan produktivitas”. Hal ini

berarti rumah sakit publik tidak bertujuan untuk mencari laba atau

keuntungan.

Rumah sakit private adalah rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum

dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero.

Menurut Astuti (2009), dalam Cecep Triwibowo (2012), rumah sakit swasta

adalah rumah sakit yang didirikan oleh pihak swasta atau nonpemerintah,

yaitu beberapa orang sepakat mendirikan badan hukum dan badan hokum

ini melakukan kegiatan dalam bidang pendirian dalam menjalankan rumah

sakit. Selain didirikan oleh persero, sering juga terdapat rumah sakit yang

didirikan oleh kelompok-kelompok seperti kelompok agama. Adapun bentuk

badan hokum yang didirikan pihak swasta ini lazimnya digunakan oleh

yayasan.

Menurut Mustafari (2009) dalam Cecep Triwibowo (2012), rumah sakit

umum pemerintah adalah rumah sakit umum milik pemerintah baik pusat,

18Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

daerah Departemen Pertahanan dan keamanan maupun Badan Usaha Milik

Negara. Rumah sakit umum daerah adalah rumah sakit umum milik

pemerintah provinsi, kabupaten atau kota berlokasi di daerah provinsi,

kabuaptendan kota.

UU No. 44 Tahun 2009 Pasal 24 menyatakan bahwa dalam

penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi

rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan

berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayana rumah sakit. Klasifikasi

rumah sakit umum terdiri atas rumah sakit umum kelas A, rumah sakit

umum kelas B, rumah sakit umum kelas C, rumah sakit umum kelas D.

Klasifikasi rumah sakit khusus terdiri atas rumah sakit umu kelas A, rumah

sakit umum kelas B, rumah sakitumum kelas C.

Selanjutnya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340

Tahun 2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit mengatur klasifikasi rumah

sakit secara detail berdasrkan pelayanan, sumber daya manusia, peralatan,

sarana prasarana dan administrasi manajemen.

1. Rumah Sakit Umum Kelas A

Rumah sakit umum kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) pelayanan medik spesialis

dasar, 5 (lima) pelayanan spesialis penunjang medik,12 (dua belas)

pelayanan medik spesialis lain dan 13 (tiga belas) pelayanan sub

spesialis. Kriteria fasilitas dan kemampuan pelayanan medik meliputi:

pelayanan medik umum, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik

spesialis dasar, pelayanan spesialis penunjang medik, pelayanan medik

spesialis lain, pelayanan medik spesialis gigi dan mulut, pelayanan medik

sub spesialis, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan

penunjang klinik dan pelayanan penunjang non klinik.

19Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

Pelayanan medik umum terdiri dari pelayanan medik dasar, pelayanan

medik gigi mulut dan pelayanan kesehatan ibu dan anak/ keluarga

berencana. Pelayanan gawat darurat harus dapat memberikan pelayanan

gawat darurat 24 jam dalam 7 hari seminggu dengan kemampuan

melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat melakukan

resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar. Pelayanan medik

spesialis dasar terdiri dari pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak,

bedah, obstetri, dan ginekologi. Pelayanan spesialis penunjang medik

terdiri dari pelayanan anesteiologi, radiologi, rehabilitasi medik, patologi

klinik dan patologi anatomi.

Pelayanan medik spesialis lain sekurang-kurangnya terdiri dari

pelayanan mata, telinga, hidung, tenggorokan, syaraf, jantung dan

pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedi,

urologi, bedah syaraf, bedah plastik, dan kedokteran forensic. Pelayanan

medik spesialis gigi dan mulut terdiri dari pelayanan bedah mulut,

konservasi/endodonsi, periodonti, orthodonti, prosthodonti, pedodonsi

dan penyakit mulut. Pelayanan Keperawatan dan kebidanan terdiri dari

pelayanan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan.

Pelayanan medik subspesialis terdiri dari sub spesialis bedah, penyakit

dalam, kesehatan anak, obstetri dan ginekologi, mata, telinga hidung

tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin,

jiwa, paru, orthopedi dan gigi mulut. Pelayanan penunjang klinik terdiri

dari perawatan intensif, pelayanan darah, gizi, farmasi, sterilisasi

intrumen dan rekam medik. Pelayanan penunjang non klinik terdiri dari

pelayanan loundri/linen, jasa boga/dapur, teknik dan pemeliharaan

fasilitas, pengelolaan limbah, gudang, ambulance, komunikasi,

pemulasaran jenazah, pemadam kebakaran, pengelolaan gas medik dan

penampungan air bersih.

20Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat

pelayanannya. Pada pelayanan medik dasar minimal harus ada 18

(delapan belas) orang dokter umum dan 4 (empat) orang dokter gigi

sebagai tenaga tetap. Pada pelayanan medik spesialis dasar harus ada

masing-masing 6 (enam) dokter spesialis dengan masing-masing 2 (dua)

orang spesialis sebagai tenaga tetap. Pada pelayanan spesialis

penunjang medik harus ada masing-masing 3 (tiga) orang dokter

spesialis dengan masing-masing-masing 1 (satu) orang dokter spesialis

sebagai tenaga tetap. Pada pelayanan medik spesialis lain harus ada

minimal 3(tiga) orang dokter spesialis dengan masing-masing 1(satu)

orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap.

Untuk pelayanan medik spesialis gigi mulut harus ada masing-masing

minimal 2(dua) orang dokter subspesialis sebagai tenaga tetap.

Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 1:1 dengan

kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di rumah sakit.

Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan rumah sakit.

Sarana prasarana rumah sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan

oleh menteri. Peralatan yang dimiliki rumah sakit harus memenuhi

standar yang ditetapkan oleh menteri. Peralatan radiologi dan

kedokteran nuklir harus memenuhi standar sesuai dengan ketentuan

peraturan perundangan. Jumlah tempat tidur minimal 400 buah.

Administrasi dan menejemen terdiri dari struktur organisasi dan tata

laksana. Struktur organisasi paling sedikit terdiri atas kepala/ direktur

rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsure keperawatan, unsur

penunjang medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum

dan keuangan. Tatalaksana meliputi tatalaksana organisasi, standar

pelayanan, Standar Operasional Prosedur (SPO), Sistem Informasi

Manajemen Rumah Sakit (SIMRS), Hospiatal by law dan Medical Staf by

law.

21Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

2. Rumah Sakit Umum Kelas B

Rumah sakit umum kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) pelayanan medik spesialis

dasar, 4 (empat) pelayanan spesialis penunjang medik, 8(delapan)

pelayanan medik spesialis lain dan 2(dua) pelayanan sub spesialis.

Kriteria fasilitas dan kemampuan pelayanan medik meliputi: pelayanan

medik umum, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik spesialis dasar,

pelayanan spesialis penunjang medik, pelayanan medik spesialis lain,

pelayanan medik spesialis gigi dan mulut, pelayanan medik sub spesialis,

pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik dan

pelayanan penunjang non klinik.

Pelayanan medik umum terdiri dari pelayanan medik dasar, pelayanan

medik gigi mulut dan pelayanan kesehatan ibu dan anak/ keluarga

berencana. Pelayanan gawat darurat harus dapat memberikan pelayanan

gawat darurat 24 jam dalam 7 hari seminggu dengan kemampuan

melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan

resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar. Pelayanan medik

spesialis dasar terdiri dari pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak,

bedah, obstetri, dan ginekologi.

Pelayanan spesialis penunjang medik terdiri dari pelayanan anesteiologi,

radiologi, rehabilitasi medik, dan patologi klinik. Pelayanan medik

spesialis lain sekurang-kurangnya 8 (delapan) dari 13 (tiga belas)

pelayanan meliputi pelayanan mata, telinga, hidung, tenggorokan,

syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa,

paru, orthopedi, urologi, bedah syaraf, bedah plastik, dan kedokteran

forensik. Pelayanan medik spesialis gigi dan mulut terdiri dari pelayanan

bedah mulut, konservasi/endodonsi, dan periodonti.

Pelayanan Keperawatan dan kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan

keperawatan dan asuhan kebidanan. Pelayanan medik sub spesialis

22Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

terdiri dari 2 (dua) dari 4 (empat) sub spesialis dasar yang meliputi

bedah, penyakit dalam, kesehatan anak, obstetri dan ginekologi.

Pelayanan penunjang klinik terdiri dari perawatan intensif, pelayanan

darah, gizi, farmasi, sterilisasi intrumen dan rekam medik. Pelayanan

penunjang non klinik terdiri dari pelayanan loundri/linen, jasa

boga/dapur, teknik dan pemeliharaan fasilitas, pengelolaan limbah,

gudang, ambulance, komunikasi, pemulasaran jenazah, pemadam

kebakaran, pengelolaan gas medik dan penampungan air bersih.

Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat

pelayanannya. Pada pelayanan medik dasar minimal harus ada 12 (dua

belas) orang dokter umum dan 3 (tiga) orang dokter gigi sebagai tenaga

tetap. Pada pelayanan medik spesialis dasar masing-masing minimal 3

(tiga) orang dokter spesialis dengan masing-masing 1 (satu) orang

spesialis sebagai tenaga tetap. Pada pelayanan medik spesialis lain harus

ada masing-masing minimal 1 (satu) orang dokter spesialis sebagai

tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda. Untuk pelayanan medik

spesialis gigi mulut harus ada masing-masing minimal 1 (satu) orang

dokter spesialis sebagai tenaga tetap. Pada pelayanan medik sub

spesialis harus ada masing-masing minimal satu orang dokter sub

spesialis sebagai tenaga tetap. Perbandingan tenaga keperawatan dan

tempat tidur adalah 1:1 dengan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai

dengan pelayanan di rumah sakit. Tenaga penunjang berdasarkan

kebutuhan rumah sakit.

Sarana prasarana rumah sakitharus memenuhi standar yang ditetapkan

oleh menteri. Peralatan yang dimiliki rumah sakit harus memenuhi

standar yang ditetapkan oleh menteri. Peralatan radiologi dan

kedokteran nuklir harus memenuhi standar sesuai dengan ketentuan

peraturan perundangan. Jumlah tempat tidur minimal 200 buah.

23Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

Administrasi dan menejemen terdiri dari struktur organisasi dan tata

laksana. Struktur organisasi paling sedikit terdiri atas kepala/ direktur

rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur

penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta

administrasi umum dan keuangan. Tatakelola rumah sakit meliputi

tatalaksana meliputi tatalaksana organisasi, standar pelayanan, Standar

Operasional Prosedur (SPO), Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit

(SIMRS), Hospiatal by law dan Medical Staf by law.

3. Rumah Sakit Umum Kelas C

Rumah sakit umum kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) pelayanan spesialis dasar.

Kriteria fasilitas dan kemampuan pelayanan medik meliputi: pelayanan

medik umum, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik spesialis dasar,

pelayanan spesialis penunjang medik, pelayanan medik spesialis gigi dan

mulut, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang

klinik dan pelayanan penunjang non klinik.

Pelayanan medik umum terdiri dari pelayanan medik dasar, pelayanan

medik gigi mulut dan pelayanan kesehatan ibu dan anak/ keluarga

berencana. Pelayanan gawat darurat harus dapat memberikan pelayanan

gawat darurat 24 jam dalam 7 hari seminggu dengan kemampuan

melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat melakukan

resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar. Pelayanan medik

spesialis dasar terdiri dari pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak,

bedah, obstetri, dan ginekologi.

Pelayanan spesialis penunjang medik terdiri dari pelayanan

anestesiologi, radiologi, rehabilitasi medik, patologi klinik. Pelayanan

Keperawatan dan kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan keperawatan

dan asuhan kebidanan. Pelayanan penunjang klinik terdiri dari

perawatan intensif, pelayanan darah, gizi, farmasi, sterilisasi intrumen

24Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

dan rekam medik. Pelayanan penunjang non klinik terdiri dari pelayanan

loundri/linen, jasa boga/dapur, teknik dan pemeliharaan fasilitas,

pengelolaan limbah, gudang, ambulance, komunikasi, pemulasaran

jenazah, pemadam kebakaran, pengelolaan gas medik dan penampungan

air bersih.

Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat

pelayanannya. Pada pelayanan medik dasar minimal harus ada 9

(sembilan) orang dokter umum dan 2 (dua) orang dokter gigi sebagai

tenaga tetap. Pada pelayanan medik spesialis dasar harus ada masing-

masing minimal 2 (dua) orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap pada

pelayanan yang berbeda. Pada setiap pelayanan spesialis penunjang

medik masing-masing lain harus ada minimal 1(satu) orang dokter

spesialis setiap pelayanan dengan 2 (dua) orang dokter spesialis sebagai

tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda.

Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 2:3 dengan

kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di rumah sakit.

Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan rumah sakit. Sarana

prasarana rumah sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh

menteri. Begitu juga dengan peralatan yang dimiliki rumah sakit harus

memenuhi standar yang ditetapkan oleh menteri. Peralatan radiologi dan

kedokteran nuklir harus memenuhi standar sesuai dengan ketentuan

peraturan perundangan. Jumlah tempat tidur minimal 200 buah.

Administrasi dan menejemen terdiri dari struktur organisasi dan tata

laksana. Struktur organisasi paling sedikit terdiri atas kepala/ direktur

rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur

penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta

administrasi umum dan keuangan. Tatakelola rumah sakit meliputi

tatalaksana meliputi tatalaksana organisasi, standar pelayanan, Standar

25Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

Operasional Prosedur (SPO), Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit

(SIMRS), Hospiatal by law dan Medical Staf by law.

4. Rumah Sakit Umum Kelas D

Rumah sakit umum kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) pelayanan spesialis dasar.

Kriteria fasilitas dan kemampuan pelayanan medik meliputi: pelayanan

medik umum, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik spesialis dasar,

pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik dan

pelayanan penunjang non klinik.

Pelayanan medik umum terdiri dari pelayanan medik dasar, pelayanan

medik gigi mulut dan pelayanan kesehatan ibu dan anak/ keluarga

berencana. Pelayanan gawat darurat harus dapat memberikan pelayanan

gawat darurat 24 jam dalam 7 hari seminggu dengan kemampuan

melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat melakukan

resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar. Pelayanan medik

spesialis dasar sekurang-kurangnya 2 (dua) dari 4 (empat) jenis

pelayanan spesialis dasar meliputi pelayanan penyakit dalam, kesehatan

anak, bedah, obstetri, dan ginekologi.

Pelayanan spesialis penunjang medik yaitu Laboratorium dan radiologi.

Pelayanan Keperawatan dan kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan

keperawatan dan asuhan kebidanan. Pelayanan penunjang klinik terdiri

dari perawatan high care unit, pelayanan darah, gizi, farmasi, sterilisasi

intrumen dan rekam medik. Pelayanan penunjang non klinik terdiri dari

pelayanan loundri/linen, jasa boga/dapur, teknik dan pemeliharaan

fasilitas, pengelolaan limbah, gudang, ambulance, komunikasi,

pemulasaran jenazah, pemadam kebakaran, pengelolaan gas medik dan

penampungan air bersih.

Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat

pelayanannya. Pada pelayanan medik dasar minimal harus ada 4

26Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

(empat) orang dokter umum dan 1 (satu) orang dokter gigi sebagai

tenaga tetap. Pada pelayanan medik spesialis dasar harus ada masing-

masing minimal 1 (satu) orang dokter spesialis dari 2 (dua) jenis

pelayanan spesialis dasar dengan 1 (satu) orang dokter spesialis sebagai

tenaga tetap. Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah

2:3 dengan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di

rumah sakit. Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan rumah sakit.

Sarana prasarana rumah sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan

oleh menteri. Begitu juga dengan peralatan yang dimiliki rumah sakit

harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh menteri. Peralatan

radiologi dan kedokteran nuklir harus memenuhi standar sesuai dengan

ketentuan peraturan perundangan. Jumlah tempat tidur minimal 50

buah.

Administrasi dan menejemen terdiri dari struktur organisasi dan tata

laksana. Struktur organisasi paling sedikit terdiri atas kepala/ direktur

rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur

penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta

administrasi umum dan keuangan. Tatakelola rumah sakit meliputi

tatalaksana meliputi tatalaksana organisasi, standar pelayanan, Standar

Operasional Prosedur (SPO), Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit

(SIMRS), Hospiatal by law dan Medical Staf by law.

5. Rumah Sakit Khusus

Jenis rumah sakit khusus antara lain: rumah sakit ibu dan anak, rumah

sakit jantung, Kanker, Orthopedi, Paru, Jiwa, Kusta, Mata,

Ketergantungan Obat, Stroke, Penyakit infeksi, Bersalin, Gigi dan mulut,

Rehabilitasi medik, Telinga hidung tenggorokan, Bedah Ginjal, Kulit dan

kelamin. Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, rumah sakit

khusus diklasifikasikan menjadi rumah sakit khusus kelas A, rumah sakit

khusus kelas B, rumah sakit khusus kelas C. Klasifikasi rumah sakit kelas

27Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

khusus ditetapkan berdasarkan pelayanan, sumber daya manusia,

peralatan, sarana dan prasana, serta administrasi dan manejemen.

Klasifikasi dari unsur pelayanan meliputi pelayanan medik umum,

pelayanan gawat darurat sesuai dengan kekhususan, pelayanan medik

spesialis dasar sesuai dengan kekhususan, pelayanan spesialis

penunjang medik, spesialis medik spesialis lain keperawatan, pelayanan

penunjang klinik, pelayanan penunjang non klinik.

Kriteria klasifikasi dari unsur sumber daya manusia meliputi ketersedian

sumber daya manusia pada pelayanan medik dasar, pelayanan medik

spesialis sesuai kekhususannya, pelayanan medik sub spesialis,

pelayanan spesialis penunjang medik, pelayanan keperawatan dan

penunjang klinik.

Kriteria klasifikasi dari unsur administrasi dan manajemen meliputi

organisasi dan tatalaksana. Struktur organisasi paling sedikit atas

kepala/ direktur rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur

keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan

internal, serta administrasi umum dan keuangan. Tatalaksana rumah

sakit meliputi tugas dan fungsi, susunan dan uraian jabatan, tata

hubungan kerja, Standar Operasional Prosedur (SPO), Hospiatal by law

dan Medical Staf by law. Rumah sakit khusus harus memenuhi jumlah

tempat tidur sesuai dengan klasifikasinya berdasarkan perhitungan.

Selain itu penamaan rumah sakit khusus harus mencantumkan

kekhususannya.

Akreditasi Rumah Sakit

Sebuah tempat pelayanan kesehatan termasuk Rumah Sakit dalam

memberikan pelayanan kesehatan harus memenuhi beberapa standar

penilaian yang menunjukkan bahwasannya mutu pelayanan rumah sakit

28Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

yang bersangkutan telah teruji dengan benar dan telah mendapatkan

sertifikasi akreditasi rumah sakit.

Akreditasi Rumah Sakit adalah suatu proses dimana suatu lembaga

independen baik dari dalam atau pun luar negeri, biasanya non pemerintah,

melakukan assesment terhadap rumah sakit berdasarkan standar akreditasi

yang berlaku. Rumah sakit yang telah terakreditasi akan mendapatkan

pengakuan dari Pemerintah karena telah memenuhi standar pelayanan dan

managemen yang ditetapkan. Itulah yang dimaksud dengan pengertian

akreditasi rumah sakit.

Akreditasi Rumah Sakit, adalah pengakuan terhadap Rumah Sakit yang

diberikan oleh lembaga independen penyelenggara Akreditasi yang

ditetapkan oleh Menteri, setelah dinilai bahwa Rumah Sakit itu memenuhi

Standar Pelayanan Rumah Sakit yang berlaku untuk meningkatkan mutu

pelayanan Rumah Sakit secara berkesinambungan.

Perubahan paradigma akreditasi mulai dilakukan pada tahun 2012 ini.

Standar akreditasi berubah menjadi berfokus kepada pasien, yang

dikembangkan dengan mengacu kepada standar dari Joint Commission

International (JCI) ditambah dengan sasaran program Millenium

Development Goals (MDGs). Penambahan Sasaran Program MDGs

merupakan bentuk komitmen Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) dalam

mensukseskan program-program pemerintah. Standar akreditasi baru

tersebut terdiri dari 4 kelompok yaitu : standar pelayanan berfokus pasien,

standar manajemen rumah sakit, sasaran keselamatan pasien, sasaran

program MDGs. Perubahan standar perlu pula diikuti dengan perubahan

instrumen akreditasi dan perubahan metode survei. Survei akreditasi lama

lebih folkus ke input atau dokumen-dokumen, sedangkan akreditasi baru

selain input juga proses dan output/outcome yang akan dinilai dan

ditelusuri oleh para surveior.

29Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

Karena itu rumah sakit perlu mempersiapkan akreditasi lebih awal karena

selain harus melengkapi dokumen akreditasi, juga harus melaksanakan

kegiatan pelayanan yang berfokus ke pasien. Dalam rangka membantu

rumah sakit mempersiapkan akreditasi maka Komisi Akreditasi Rumah

Sakit menyediakan bimbingan akreditasi rumah sakit yang disesuaikan

dengan kebutuhan rumah sakit.

Tujuan umum diadakannya akreditasi rumah sakit ialah agar rumah sakit

dapat meningkatkan mutu pelayanan, melalui implementasi standar

akreditasi yang berorientasi kepada pasien. Secara khusus tujuan dari

akreditasi rumah sakit adalah sebagai berikut:

1. Agar rumah sakit dapat mengetahui dan menerapkan standar akreditasi

baru

2. Agar rumah sakit dapat menyiapkan dokumen akreditasi

3. Agar rumah sakit dapat mengetahui kegiatan yang harus dilaksanakan.

4. Agar rumah sakit dapat memenuhi standar akreditasi Meningkatnya

pemahaman para praktisi RS terhadap standar akreditasi pelayanan

berfokus pasien .

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012

Tahun 2012 Tentang Akreditasi Rumah Sakit Akreditasi bertujuan untuk:

1. Meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit

2. Meningkatkan keselamatan pasien Rumah Sakit;

3. Meningkatkan perlindungan bagi pasien, masyarakat, sumber daya

manusia Rumah Sakit dan Rumah Sakit sebagai institusi;

4. Mendukung program Pemerintah di bidang kesehatan.

Undang-Undang Kesehatan no 44 tahun 2009 pasal 40 ayat 1 menyatakan

bahwa bahwa dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib

30Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 tahun sekali. Dengan

semakin kritisnya masyarakat Indonesia dalam menilai mutu pelayanan

kesehatan, maka Kementrian Kesehatan RI khususnya Direktorat Jenderal

Bina Upaya Kesehatan memilih dan menetapkan sistem Akreditasi Rumah

Sakit yang mengacu kepada akreditasi JCI atau Joint Commission

International (JCI). Ada juga sebutan mengenai Akreditasi KARS. Akreditasi

KARS atau Komisi Akreditasi Rumah Sakit ini dalah merupakan suatu

lembaga independen dalam negeri sebagai pelaksana akreditasi RS yang

bersifat fungsional dan non-struktural. Sedangkan yang dimaksud dengan

JCI (Joint Commission International) adalah merupakan badan akreditasi

non profit yang berpusat di Amerika Serikat dan bertugas menetapkan dan

menilai standar performa para pemberi pelayanan kesehatan.

Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) adalah lembaga independen

pelaksana akreditasi rumah sakit yang bersifat fungsional, non struktural

dan bertanggung jawab kepada Menteri Kesehatan. KARS tersebut

dibentuk pertama kali pada tahun 1995 dan setiap 3 (tiga) tahun peraturan

diperbarui, yang terakhir diperbarui melalui Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor : 417/Menkes/Per/II/2011 tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit,

dengan tugas dan fungsi melaksanakan akreditasi di Indonesia.

Akreditasi Rumah Sakit pertama kali dilaksanakan pada tahun 1995,

dengan 5 pelayanan, kemudian pada tahun 1998 bertambah menjadi 12

pelayanan dan pada tahun 2001 menjadi 16 pelayanan. Namun sejalan

dengan peningkatan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yang

berfokus kepada pasien. Maka diperlukan perubahan paradigma akreditasi

yang berfokus kepada provider menjadi akreditasi yang berfokus kepada

pasien.

Tarif Rumah Sakit

31Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

Rumah sakit merupakan sebuah lembaga usaha yang padat karya yang

multi disiplin, padat modal, padat teknologi, padat ilmu, padat sistem, padat

tenaga, serta dipengaruhi oleh lingkungan yang selalu berubah. Sebuah

rumah sakit harus bisa bertahan bahkan berkembang dengan mengikuti

perkembangan kebutuhan masyarakat saat ini. Langkah yang dilakukan

untuk tetap bisa bertahan dan berkembang, tentu memerlukan dana yang

tidak sedikit, sehingga penentuan tarif yang efisien dan efektiflah yang

sangat diperlukan.

Tarif merupakan aspek yang sangat penting dalam institusi rumah sakit.

Berdasarkan PP No. 23 tahun 2005 mengenai Pengelolaan Badan Layanan

Umum, BLU dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan

atas barang/jasa layanan yang diberikan yang ditetapkan dalam bentuk tarif

yang disusun atas dasar perhitungan unit cost dan mempertimbangkan

kontinuitas dan pengembangan layanan, daya beli masyarakat, asas

keadilan dan kepatutan, serta kompetisi yang sehat. Oleh karena itu,

strategi penetapan tarif untuk layanan kesehatan merupakan suatu hal yang

kompleks dan bervariasi karena harus memperhatikan banyak faktor yang

menjadi pertimbangan. Dalam masa transformasi dan persiapan menjadi

BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial), risiko pembiayaan jaminan

kesehatan dan anggaran yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem ini

perlu diprediksi salah satunya dengan melakukan suatu kajian untuk

menghitung perkiraan biaya yang akan dikeluarkan sehingga risiko ke

depan yang terkait dengan aspek finansial dapat diantisipasi.

Berbagai masalah dan kecenderungan pelayanan kesehatan yang terjadi

saat ini dipengaruhi berbagai faktor yang saling berkaitan. Salah satu dari

faktor tersebut adalah cara memberikan penghargaan (kompensasi) kepada

dokter. Beberapa masalah dan kecenderungan mendasar yang perlu

ditinjau dan dicarikan jalan keluar karena berkaitan dengan kompensasi

32Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

dokter, antara lain adalah Pertama: Secara nasional pembayaran masih

didominasi (sekitar 71%) oleh pembayaran out of pocket untuk setiap

layanan yang diberikan kepada pasien, yang dikenal sebagai fee for service

(FFS). Kondisi ini mendorong pemberian layanan yang berlebihan dan

terkadang tidak diperlukan, menyebabkan pemborosan sumber daya dan

menimbulkan ketidakpastian biaya bagi pasien dan ketidakpastian

pendapatan/kompensasi bagi dokter. Kedua pelayanan kesehatan telah

menjadi komoditas yang mahal, harganya meningkat dari tahun ke tahun

sehingga membebani masyarakat, terutama masyarakat miskin dan

masyarakat yang tidak mempunyai asuransi kesehatan. Biaya berobat

menjadi penghalang (financial barrier) akses ke layanan kesehatan. WHO

melaporkan 152 juta orang setahun yang bangkrut dan ekonomi

keluarganya morat-marit karena mahalnya biaya kesehatan (financial

catastrophy). Ketiga adanya kebijakan “dokter murah” atau menghargai

dokter di bawah standar (underpaid) yang telah berlangsung lama yang

tidak disadari oleh sebagian besar dokter. Batasan underpaid “adalah

kompensasi (pendapatan) dari kerja utama (40 jam/minggu) tidak

mencukupi untuk hidup layak”. Kondisi ini menyebabkan dokter harus kerja

rangkap di luar jam kerja utama (kerja utama + kerja tambahan). Penelitian

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menunjukkan kompensasi dari kerja

tambahan 3-12 kali kompensasi kerja utama. Keempat kesenjangan

pendapatan yang sangat lebar diantara dokter, terutama antara Dokter

Praktik Umum (DPU) dan Dokter spesialis (Dsp). Penelitian Ikatan Dokter

Indonesia (IDI) menunjukkan pendapatan Dsp 8-244 kali pendapatan DPU.

Di Negara Uni Eropa dan Amerika kisarannya hanya 1,5-3,8 kali.

Price (tarif) adalah harga dalam nilai uang yang harus dibayar oleh

konsumen untuk memperoleh atau mengkonsumsi suatu komoditi, yaitu

barang atau jasa. Dalam suatu mekanisme pasar yang murni, tinggi

33Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

rendahnya tarif biasanya ditentukan oleh interaksi antara supply dan

demand.

Dalam mekanisme pasar, ada kecenderungan supply dan demand mencari

keseimbangan, yaitu jika terjadi dalam keadaan-keadaan tertentu.

Adapun tujuan penerapan tarif sebagai berikut:

1. Penerapaan tarif untuk pemulihan biaya.

Dibeberapa rumah sakit pemerintah, tarif ditetapkan untuk

meningkatkan pemeliharaan biaya rumah sakit. Pada masa lau kebijakan

swadana rumah sakit pemerintah pusat ditetapkan berdasarkan cost-

recovery (pemulihan biaya). Penetapan tarif ini tentunya tidak

berdasarkan teknik full pricing.

2. Penerapaan tarif untuk subsidi silang.

Dalam manajemen rumah sakit diharapkan ada kebijakan agar

masyrakat ekonomi kuat dapat ikut meringankan pembiayaan pelayanan

rumah sakit bagi masyrakat ekonomi lemah. Dengan konsep subsidi

silang ini maka tarif rawat inap VIP atau kelas I harus berada diatas unit

cost agar kelebihan pendapatannya dapat dipakai untuk mengatasi

kerugian di rawat inap kelas III. Selain subsidi silang berbasis pada

ekonomi, rumah sakit juga diharapkan melakukan kebijakan penetapan

tarif yang berbeda pada bagian-bagiannya. Konsep subsidi silang saat ini

ditentang karena, dalam jangka panjang akan membuat rumah sakit

menjadi rendah mutunya.

3. Penerapaan tarif untuk meningkatkan akses pelayanan.

Rumah sakit mempunyai misi untuk melayani masyarakat miskin. Oleh

karena itu, saat ini pemerintah mempunyai kebijakan penetapan tarif

serendah mungkin. Diharapkan dengan tarif yang rendah maka akses

orang miskin menjadi lebih baik. Akan tetapi, patut diperhatikan bahwa

akses tinggi belum berarti menjamin mutu pelayanan yang baik.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa mutu pelayanan rumah sakit

34Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

pemerintah rendah akibat subsidi pemerintah terbatas dan tarif rumah

sakit rendah dengan sistem manajemen yang birokratis. Kegagalan

pemerintah memberikan subsidi cukup bagi biaya operasional dan

pemeliharaan rumah sakit yang mempunyai tarif rendah menyebabkan

mutu pelayanan rumah sakit semakin rendah.

4. Penerapan tarif untuk meningkatkan mutu pelayanan

Diberbagai rumah sakit pemerintah daerah, kebijakan penetapan tarif

pada rawat inap VIP dilakukan berdasarkan pertimbangan untuk

peningkatan mutu dan peningkatan kepuasan kerja dokter spesialis.

Sebagai contoh, bangsa VIP dibangun untuk mengurangi waktu spesialis

di rumah sakit swasta. Terlalu lamanya waktu yang dipergunakan dokter

spesialis pemerintah bekerja di rumah sakit swasta dapat mengurangi

mutu pelayanan.

5. Penerapaan tarif untuk tujuan lain

Beberapa tujuan lainnya, misalnya mengurangi pesaing, memaksimalkan

pendapatan meminimalkan penggunaan, menciptakan corporate image.

Penerapan tarif untuk mengurangi pesaing dapa dilakukan untuk

mencegah adanya rumah sakit baru yang akan menjadi pesaing. Dengan

cara ini, rumah sakit yang sudah terlebih dahulu beroperasi mempunyai

strategi agar tarifnya tidak sama dengan rumah sakit baru. Penetapan

tarif untuk memperbesar keuntungan dapat dilakukan pada pasar rumah

sakit yang cenderung dikuasai satu rumah sakit (monopoli). Oleh karena

itu, penetapan tarif dapat dilakukan dengan tujuan memaksimalkan

pendapatan. Tanpa kehadiran pesaing dalam suasana pasar demand

tinggi, maka tarif dapat dipasang pada tingkat yang setinggi-tingginya

dapat meningkatkan surplus secara maksimal.

Tarif INA-CBG’s (Indonesia Case Base Groups) merupakan dasar tarif dalam

penerapan BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) kesehatan pada

35Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

2014 mendatang, terutama untuk kasus peserta BPJS yang dirujuk ke

Rumah Sakit INA CBG’s dihitung berdasarkan statistik, yakni jumlah rata-

rata biaya untuk suatu diagnosis penyakit atau pelayanan kesehatan. Tarif

INA-CBG’s (sebelumnya INA DRG) merupakan jenis-jenis tarif layanan

kesehatan yang baru ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan dan berlaku

sejak 1 Januari 2014.

Pengertian Sistem INA-CBGs

Sistem Indonesia Case Base Group’s (INA-CBG’S) adalah aplikasi yang

digunakan sebagai aplikasi pengajuan klaim rumah sakit, puskesmas dan

semua PPK bagi masyarakat miskin Indonesia. Sistem Casemix INA-CBG’S

adalah suatu pengklasifikasian dari episode perawatan pasien yang

dirancang untuk menciptakan kelas-kelas yang relatif homogen dalam hal

sumber daya yang digunakan dan berisikan pasien-pasien dengan

karakteristik klinik yang sejenis. (George Palmer, Beth Reid). CBG’s (Case

Base Groups), yaitu cara pembayaran perawatan pasien berdasarkan

diagnosis-diagnosis atau kasus-kasus yang relatif sama. rumah sakit akan

mendapatkan pembayaran berdasarkan rata-rata biaya yang dihabiskan

oleh untuk suatu kelompok diagnosis.

Dalam pembayaran menggunakan sistem INA-CBG’S, baik rumah sakit

maupun pihak pembayar tidak lagi merinci tagihan berdasarkan rincian

pelayanan yang diberikan, melainkan hanya dengan menyampaikan

diagnosis keluar pasien dan kode DRG (Disease Related Group). Besarnya

penggantian biaya untuk diagnosis tersebut telah disepakati bersama

antara provider/asuransi atau ditetapkan oleh pemerintah sebelumnya.

Perkiraan waktu length of stay (lama perawatan) yang akan dijalani oleh

pasien juga sudah diperkirakan sebelumnya disesuaikan dengan jenis

diagnosis maupun kasus penyakitnya.          

36Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

Sistem pembayaran pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan mutu,

pemerataan dan jangkauan dalam pelayanan kesehatan yang menjadi salah

satu unsur pembiayaan pasien berbasis kasus campuran, merupakan suatu

cara meningkatkan standar pelayanan kesehatan rumah sakit. Rumah sakit

akan mendapatkan pembayaran berdasarkan rata-rata biaya yang

dihabiskan oleh untuk suatu kelompok diagnosis. Pengklasifikasian setiap

tahapan pelayanan kesehatan sejenis kedalam kelompok yang mempunyai

arti relatif sama. Setiap pasien yang dirawat di sebuah rumah sakit,

diklasifikasikan ke dalam kelompok yang sejenis dengan gejala klinis yang

sama serta biaya perawatan yang relatif sama.

Selama ini yang terjadi dalam pembiayaan kesehatan pasien di sarana

pelayanan kesehatan adalah dengan fee for service (FFS), yaitu provider

layanan kesehatan menarik biaya pada pasien untuk tiap jenis pelayanan

yang diberikan. Setiap pemeriksaan dan tindakan akan dikenakan biaya

sesuai dengan tarif yang ada di rumah sakit. Tarif ditentukan setelah

pelayanan dilakukan. Dengan sistem fee for service kemungkinan moral

hazard oleh pihak rumah sakit relatif besar, karena tidak ada perjanjian dari

awal antara pihak rumah sakit dengan pasien, tentang standar biaya

maupun standar lama waktu length of stay.

Manfaat Casemix INA-CBGs

Manfaat yang dapat kita peroleh dari penerapan kebijakan program

Casemix INA CBGs secara umum adalah secara Medis dan Ekonomi. Dari

segi medis, para klinisi dapat mengembangkan perawatan pasien secara

komprehensif, tetapi langsung kepada penanganan penyakit yang diderita

oleh pasien. Secara ekonomi, dalam hal ini costing (keuangan) kita jadi

lebih efektif dan efisien dalam penganggaran biaya kesehatan. Sarana

pelayanan kesehatan akan menghitung dengan cermat dan teliti dalam

penganggaranya.

37Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

1. Bagi Pasien

a. Adanya kepastian dalam pelayanan dengan prioritas pengobatan

berdasarkan tingkat keparahan

b. Dengan adanya batasan pada length of stay pasien mendapatkan

perhatian lebih dalam tindakan medis dari para petugas rumah sakit,

karena berapapun lama rawat yang dilakukan biayanya sudah

ditentukan.

c. Pasien menerima kualitas pelayanan kesehatan yang lebih baik.

d. Mengurangi pemeriksaan dan penggunaan alat medis yang

berlebihan oleh tenaga medis sehingga mengurangi resiko yang

dihadapi pasien.

2. Bagi Rumah Sakit

a. Rumah sakit mendapat pembiayaan berdasarkan kepada beban kerja

sebenarnya.

b. Dapat meningkatkan mutu dan efisiensi pelayanan rumah sakit.

c. Bagi dokter atau klinisi dapat memberikan pengobatan yang tepat

untuk kualitas pelayanan lebih baik berdasarkan derajat keparahan,

meningkatkan komunikasi antar spesialisasi atau multi disiplin ilmu

agar perawatan dapat secara komprehensif serta dapat memonitor

QA (Quality Assurance) dengan cara yang lebih objektif.

d. Perencanaan budget anggaran pembiayaan dan belanja yang lebih

akurat.

e. Dapat untuk mengevaluasi kualitas pelayanan yang diberikan oleh

masing-masing klinisi.

f. Equity (keadilan) yang lebih baik dalam pengalokasian budget

anggaran.

g. Mendukung sistem perawatan pasien dengan menerapkan Clinical

Pathway.

3. Bagi Penyandang Dana Pemerintah (Provider)

38Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

a. Dapat meningkatkan efisiensi dalam pengalokasian anggaran

pembiayaan kesehatan.

b. Dengan anggaran pembiayaan yang efisien, equity terhadap

masyarakat luas akan akan terjangkau.

c. Secara kualitas pelayanan yang diberikan akan lebih baik sehingga

meningkatkan kepuasan pasien dan provider/ Pemerintah.

d. Penghitungan tarif pelayanan lebih objektif dan berdasarkan kepada

biaya yang sebenarnya.

39Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

Referensi

1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

983/MENKES/SK/XI/1992

2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1197/MENKES/SK/X/2004 Tentang Standar Pelayanan Farmasi Di

Rumah Sakit

3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

147/MENKES/PER/I/2010 Tentang Perizinan Rumah Sakit

4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012 Tahun

2012 Tentang Akreditasi Rumah Sakit

5. Undang-Undang Kesehatan no 44 tahun 2009

6. PP No. 23 tahun 2005 mengenai Pengelolaan Badan Layanan Umum

7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340 Tahun

2010

8. Surat keputusan Menteri kesehatan RI No. 582/Menkes/SK/VI 1997,

Tentang pola Tarif Rumah Sakit Pemerintahan

9. Siregar, Charles, Lia Amalia 2004. Farmasi Rumah Sakit: Teori &

Penerapan

10. Azwar, Azrul, 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta.

11. Azwar, Azrul. 2008. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta

edisi ketiga.

12. Djojodibroto, Darmanto R. 1997. Kiat Mengelola Rumah Sakit.

Jakarta: Hipokrates

13. www.josephsoninstitute.org

14. Contreras-Sanchez, W. and Fitzsimmons,. Tilapia, Sustainable

Aquaculture from the New Millennium - Proceedings of the Seventh

International Symposium on Tilapia in Aquaculture. American Tilapia

Association, Aquaculture. 

40Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

15. Morrison, C., Fitzsimmons, K. and J.R. Wright. 2006. Atlas of

Tilapia Histology, World Aquaculture Society, Baton Rouge, LA.

16. Lovelock, C.H., J. Wirtz, dan Jayanta Chatterjee. 2007. Service

Marketing : People, Technology, Strategy. Sixth Edition. USA

17. Kotler, Philip. 2003. Marketing Insight From A to Z.

Jakarta:Erlangga.

18. Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2008. Manajemen

Pemasaran. Edisi Kedua Belas Jilid satu, Jakarta

19. Fandy Tjiptono, 1997, Strategi Pemasaran, Edisi 1, Penerbit

Andi, Yogyakarta.

20. Gerson, Richard F. 2002. Mengukur Kepuasan Pelanggan,

Cetakan kedua, Jakarta: PPM

21. D., Riant Nugroho, 2003. Kebijakan Publik Formulasi,

Implementasi dan Formulasi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

22. LeBoeuf, Michael. 1992. Memenangkan dan Memelihara

Pelanggan. Jakarta, PT. Pustaka Tangga.

23. Lele, Milind M dan Jagdish N Sheth, 1995. Pelanggan Kunci

Keberhasilan, Mitra Utama, Jakarta.

24. Tjiptono, Fandi dan Gregorius Chandra, 2005. "Service, Quality

and Satisfaction", Penerbit Andi, Yogyakarta.

25. Tjiptono, Fandi, 1997. “Prinsip-prinsip Total Quality Service”,

Andi Offset, Yogyakarta.

41Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

26. Al-Maidin, Achmad R. Muttaqien, 2013. Studi Kasus: Analisis

Perbandingan Tarif Tindakan Operasi Berdasarkan Relative Value

Unit (RVU), Indonesia Case Based Groups (INA-CBG’s) Dan Tarif

Kolegium Di RSUD Embung Fatimah Kota Batam Tahun 2013, Tesis

Program PASCA SARJANA Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Hasanuddin Makassar.

27. Adadiyah, Min. 2013. Mekanisme Pengedalian oleh Manajemen

dan Peran Komite Medis Dalam Penerapan INA-CBGs pada Pasien

Jamkesmas di RS PKU Muhammadiyah Temanggung (RS Type C)

Studi Kasus Sectio Caesaria. Tesis Program PASCA SARJANA

Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

28. Alfiah, Dian. Rosyidah, Surahma Asti Mulasari. 2009. Analisis

Penerapan Tarif Pakes Pelayanan Esensial (PPE) Jamkesmas pada

Pelayanan Operasi Caesarea Kelas II di Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Unit I, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas

Ahmad Dahlan, Yogyakarta,

29. Budiarto, Wasis, dkk. 2013, Biaya Klaim INA-CBGs dan Biaya

Rill Penyakit Katastropil Rawat Inap Peserta Jamkesmas di Rumah

Sakit (Studi di 10 Rumah Sakit Milik Kementrian Kesehatan Januari –

Maret 2012), Jakarta.

30. Dachary, Sundarty, Alimin Maidin 2003. Analisis biaya satuan

per jenis tindakan (Relative Value Unit) pada unit bedah RS Haji

42Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Pengatar Administrasi Rumah sakit

By Achmad R. Muttaqien Al-Maidin SKM., M.Kes (MARS)

Makassar (skripsi: tidak diterbitkan). Fakultas Kesehatan Masyarakat

Univesitas Hasanuddin, Makassar.

31. Maidin, Alimin, Kasman, Sriyana M. 2002, Pembiayaan sektor

kesehatan. Laboratorium Komputer AKK. Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar.

43Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Recommended