View
37
Download
13
Category
Preview:
DESCRIPTION
BLOK 11
Citation preview
Pengaturan Suhu Tubuh Berpengaruh pada Proses Pengeluaran Keringat
Abstrak
Berkeringat merupakan mekanisme alami untuk mengatur suhu tubuh saat bereaksi terhadap kondisi panas atau saat melakukan aktivitas fisik yang menguras tenaga. Pada umumnya, keringat diproduksi karena adanya rangsangan dari luar seperti perubahan panas ataupun suhu. Hal ini dilakukan sebagai mekanisme tubuh dalam mempertahankan kelembaban kulit. Selain itu, produksi keringat juga bisa disebabkan adanya rangsangan dari dalam seperti emosi,rasa takut, rasa gugup dan sebagainya. Adanya produksi panas tubuh dan pengeluaran panas tubuh selayaknya adalah konstan sehingga tubuh tidak akan mengalami gangguan.
Kata kunci: keringat, panas tubuh,suhu
Abstract
Sweating is a natural mechanism to regulate body temperature reacts in hot conditions or while doing strenuous physical activity. In general, the sweat produced due to external stimuli such as heat or temperature changes. This is done as a mechanism of the body in maintaining skin moisture. In addition, sweating can also be caused by the stimulation of the like emotions, fear, nervousness, and so on. The presence of body heat production and heat loss is constant body so that the body should not be impaired.
Keywords: sweat, body heat, temperature
Analisis Masalah
1
Pengaturan suhu tubuh
Tubuh yang sehat mempu memelihara suhu tubuh secara konstan walaupun pada kondisi lingkungan yang berubah-ubah. Sistem pengatur suhu tubuh terdiri atas tiga bagian yaitu reseptor yang terdapat pada kulit dan bagian tubuh lainnya, integrator di dalam hipotalamus, dan efektor sistem yang mengatur produksi panas dan kehilangan panas.
Reseptor sensori yang paling banyak terdapat pada kulit. Kulit mempunyai lebih banyak reseptor untuk dingin dan hangat dibanding reseptor yang terdapat pada organ tubuh lain seperti lidah, salurah pernapasan, maupun organ visera lainnya. Bila kulit menjadi dingin melebihi suhu tubuh, maka ada tiga proses yang dilakukan untuk meningkatkan suhu tubuh. Ketiga proses tersebut yaitu menggigil untuk meningkatkan produksi panas, berkeringat untuk menghalangi kehilangan panas, dan vasokonstriksi untuk menurunkan kehilangan panas.1,2
Selain reseptor suhu permukaan yang dimiliki oleh kulit, terdapat reseptor suhu lain yaitu reseptor pada inti tubuh yang merespons terhadap suhu pada organ tubuh bagian dalam, seperti visera abdominal, spinal cord, dan lain-lain. Termoreseptor di hipotalamus lebih sensitif terhadap suhu inti ini. hipotalamus integrator sebagai pusat pengaturan suhu inti berada di preoptik area hipotalamus.2 Bila sensitif reseptor panas di hipotalamus dirangsang, efektor sistem mengirim sinyal yang memprakarsai pengeluaran keringat dan vesodilatasi perifer. Hal tersebut dimaksudkan untuk menurunkan suhu, seperti menurunkan produksi panas dan meningkatkan kehilangan panas. Sinyal dari sensitif reseptor dingin di hipotalamus memprakarsai efektor unutk vasokontriksi, menggigil, serta melepaskan epinerfrin yang meningkatkan metabolisme sel dan produksi panas. Hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan produksi panas dan menurunkan kehilangan panas.
2
RM
Kerja FisikKontraksiEnersiMenghasil
kan Panas Tubuh
Keringat
Haus
Efektor sistem yang lain adalah sistem saraf somatis. Bila sistem ini dirangsang, maka seseorang secara sadar membuat penilaian yang cocok, misalnya menambah baju sebagai respons terhadap dingin, atau mendekati kipas angin bila kepanasan.3
Adapun faktor yang mempengaruhi suhu tubuh, antara lain adalah kecepatan metabolisme basal, rangsangan saraf simpatis, hormon pertumbuhan, hormon tiroid, hormon kelamin, demam ( peradangan), status gizi, aktivitas, gangguan organ, lingkungan, irama diurnal, jenis kelamin dan usia.3
Kehilangan panas tubuh
Panas hilang dari tubuh melalui empat cara yaitu radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi. Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas mengenai empat cara kehilangan panas tubuh tersebut.4
1. RadiasiRadiasi adalah cara untuk mentransfer panas dari permukaan suatu objek ke permukaan objek lain tanpa kontak diantara keduanya. Satu objek lebih panas dari objek lain, maka ia akan kehilangan panasnya melalui radiasi. Misalnya, seorang yang berdiri di depan kulkas yang terbuka, maka akan kehilangan panas tubuhnya melalui radiasi.
2. KonduksiKonduksi adalah pemindahan panas dari satu molekul ke molekul lain. Panas dipindahkan ke molekul yang suhunya lebih rendah. Pemindahan melalui cara konduksi ini tidak dapat terjadi tanpa adanya kontak diantara kedua molekul tersebut. Misalnya, seorang akan kehilangan panas tubuh kita bila direndam dalam air es selama waktu tertentu.
3. Konveksi Kehilangan panas tubuh melalui konveksi terjadi karena adanya pergerakan udara. Udara yang dekat dengan tubuh menjadi lebih hangat yang kemudian bergerak untuk diganti dengan udara dingin. Misalnya, udara akan terasa dingin dengan membuka pintu rumah.
4. EvaporasiKehilangan panas melalui evaporasi ini terus-menerus terjadi sepanjang hidup. Kehilangan panas secara evaporasi terjadi melalui pernapasan dan perspirasi kulit.1
Konsep “Set-Point” dalam pengaturan suhu tubuh
Konsep “Set-Point” dalam pengaturan temperatur yaitu semua mekanisme pengaturan temperatur yang terus-menerus berupaya untuk mengembalikan temperatur tubuh kembali ke tingkat “Set-Point”. Set-point disebut juga tingkat temperatur krisis, yang apabila suhu tubuh seseorang melampaui diatas set-point ini, maka kecepatan kehilangan panas lebih cepat dibandingkan dengan produksi panas, begitu sebaliknya. Sehingga suhu tubuhnya kembali ke tingkat set-point. Jadi suhu tubuh dikendalikan untuk mendekati nilai set-point.5
Peranan hipotalamus dalam pengaturan suhu tubuh.
3
Suhu tubuh diatur hampir seluruhnya oleh mekanisme persarafan umpan balik, dan hampir semua mekanisme ini terjadi melalui pusat pengaturan suhu yang terletak pada area preoptik hipotalamus anterior.
Telah dilakukan percobaan pemanasan dan pendinginan pada suatu area kecil di otak dengan menggunakan apa yang disebut dengan thermode. Alat ini dipanaskan dengan elektrik atau dialirkan air panas, atau didinginkan dengan air dingin. Dengan menggunakan thermode, area preoptik hipotalamus anterior diketahui mengandung sejumlah besar neuron yang sensitif terhadap panas dan dingin. Neuron-neuron ini diyakini berfungsi sebagai sensor suhu untuk mengontrol suhu tubuh. Apabila area preoptik dipanaskan, kulit diseluruh tubuh dengan segera mengeluarkan banyak keringat, sementara pada waktu yang sama pembuluh darah kulit diseluruh tubuh menjadi sangat berdilatasi. Jadi hal ini merupakan reaksi yang cepat untuk menyebabkan tubuh kehilangan panas, dengan demikian membantu mengembalikan suhu tubuh kembali normal. Oleh karena itu, jelas bahwa area preoptik hipotalamus anterior memiliki kemampuan untuk berfungsi sebagai termostatik pusat kontrol suhu tubuh. Walaupun sinyal yang ditimbulkan oleh reseptor suhu dari hipotalamus sangat kuat dalam mengatur suhu tubuh, reseptor suhu pada bagian kulit dan beberapa jaringan khusus dalam tubuh juga mempunyai peran penting dalam pengaturan suhu.5
Daerah spesifik dari interleukin-1 (IL-1) adalah regio preoptik hipotalamus anterior, yang mengandung sekelompok saraf termosensitif yang berlokasi di dinding rostral ventrikel III, disebut juga sebagai korpus kalosum lamina terminalis (OVLT) yaitu batas antara sirkulasi dan otak. Saraf termosensitif ini terpengaruh oleh daerah yang dialiri darah dan masukan dari reseptor kulit dan otot. Saraf yang sensitif terhadap hangat terpengaruh dan meningkat dengan penghangatan atau penurunan dingin, sedang saraf yang sensitif terhadap dingin meningkat dengan pendinginan atau penurunan dengan penghangatan. Telah dibuktikan bahwa IL-1 menghambat saraf sensitif terhadap hangat dan merangsang cold-sensitive neurons. Korpus kalosum lamina terminalis (OVLT) mungkin merupakan sumber prostaglandin. Selama demam, IL-1 masuk kedalam ruang perivaskular OVLT melalui jendela kapiler untuk merangsang sel untuk memproduksi prostaglandin E-2 (PGE-2); secara difusi masuk kedalam regio preoptik hipotalamus anterior untuk menyebabkan demam atau bereaksi dalam serabut saraf dalam OVLT. PGE-2 memainkan peran penting sebagai mediator, terbukti dengan adanya hubungan erat antara demam, IL-1 dan peningkatan kadar PGE-2 di otak. Penyuntikan PGE-2 dalam jumlah kecil kedalam hipotalamus binatang, memproduksi demam dalam beberapa menit, lebih cepat dari pada demam yang diinduksi oleh IL-1.5
Hasil akhir mekanisme kompleks ini adalah peningkatan thermostatic set-point yang akan memberi isyarat serabut saraf eferen, terutama serabut simpatis untuk memulai menahan panas (vasokonstriksi) dan produksi panas (menggigil). Keadaan ini dibantu dengan tingkah laku manusia yang bertujuan untuk menaikkan suhu tubuh, seperti mencari daerah hangat atau menutup tubuh dengan selimut. Hasil peningkatan suhu melanjut sampai suhu tubuh mencapai peningkatan set-point. Peningkatan set-point kembali normal apabila terjadi penurunan
4
konsentrasi IL-1 atau pemberian antipiretik dengan menghambat sintesis PGE-2. PGE-2 diketahui mempengaruhi secara negative feed-back dalam pelepasan IL-1, sehingga dapat mengakhiri mekanisme ini yang awalnya diinduksi demam. Sebagai tambahan, arginin vasopresin (AVP) beraksi dalam susunan saraf pusat untuk mengurangi pyrogen induced fever. Kembalinya suhu menjadi normal diawali oleh vasodilatasi dan berkeringat melalui peningkatan aliran darah kulit yang dikendalikan oleh serabut saraf simpatis.5
Hormon Hipofisis Anterior
Growth Hormon (GH)
Growth hormon atau GH memiliki beberapa efek fisiologis. Pertama, GH berperan dalam
sintesis protein, GH mempercepat laju sintesis protein pada seluruh sel tubuh dengan
meningkatkan pemasukan asam amino melalui membran sel. Kedua, berperan dalam konservasi
karbohidart dimana GH menurunkan laju penggunaan karbohidrat oleh sel-sel tubuh, dengan
demikian menambah kadar glukosa darah. Ketiga, GH berperan dalam mobilisasi simpanan
lemak dan pemakaian lemak untuk energi. Terakhir, GH menyebabkan hati (mungkin juga
ginjal) memproduksi somatomedin, sekelompok faktor pertumbuhan dependen-hipofisis yang
sangat penting untuk pertumbuhan tulang dan kartilago.3
Pelepasan GH distimulus oleh hormon pelepas pertumbuhan (growth hormone releasing
hormon – GHRH) dari hipotalamus yang kemudian dibawa melalui saluran portal hipotalamus-
hipofisis anterior. Stimulus tambahan untuk pelepasan GH meliputi kondisi stress, mal-nutrisi,
dan aktivitas yang merendahkan kadar gula darah, termasuk puasa. Sekresi GHRH akan
dihambat oleh peningkatan kadar GH dalam darah melalui mekanisme umpan balik.
Somatostatis adalah hormon yang juga berperan penting sebagai penghambat GH. Stimulus
tambahan lainnya untuk inhibisi GH meliputi obesitas dan peningkatan kadar asam lemak darah.3
Thyroid stimulating hormone (TSH)
TSH adalah hormon tiroid dari hipofisis anterior yang merupakan regulator fisiologik
terpenting sekresi hormon tiroid (TH). TSH selain meningkatkan sekresi hormon tiroid, TSH
juga mempertahankan integritasi kelenjar tiroid. Tanpa adanya TSH, tiroid mengalami atrofi dan
mengeluarkan TH dalam jumlah sangat rendah. Sebaliknya, kelenjar mengalami hipertrofi dan
hiperplasia sebagai respon terhadap TSH yang berlebihan.
Thyrotropin releasing hormon (TRH) hipotalamus melalui efek tropiknya, menyalakan
sekresi TSH oleh hipofisis anterior, sementara hormon tiroid melalui mekanisme umpan balik
5
negatif, memadamkan sekresi TSH degan menghambat hipofisis anterior. Satu-satunyaa faktor
yang diketahui meningkatkan sekesi TRH adalah pajanan ke cuaca dingin pada bayi baru lahir.
Sementara itu, berbagai jenis stress menghambat sekresi TSH dan hormon tiroid.4
Adrenokortokotropik (ACTH)
ACTH atau yang dikenal sebagai adrenokortokotropik merangsang sekresi kortisol oleh
korteks adrenal dan mendorong pertumbuhan korteks adrenal. Selain dari itu, ACTH juga
merangsang androgen adrenal. Apabila kadar ACTH tinggi, dapat menimbulkan masukulinisasi
pada wanita dan anak. Struktur.4
Gonadotropin
Gonadotropin meliputi dua hormon hipofisis anterior, yaitu Folicle Stimulating Hormone
(FSH) dan Luteinizing Hormone (LH). Jaringan target FSH dan LH adalah ovarium pada wanita
dan testis pada pria. FSH memiliki fungsi berbeda pada wanita dan pria. Pada wanita, hormon ini
merangsang pertumbuhan dan perkembangan folikel ovarium. Hormon ini juga mendorong
sekresi hormon estrogen oleh ovarium. Pada pria FSH diperlukan untuk produksi sperma. LH
juga memiliki fungsi yang berbeda pada wanita dan pria. Pada wanita LH berperan dalam
ovvulasi dan luteinisasi. LH juga mengatur sekresi hormon-hormon seks wanita. Pada pria
hormon ini mrangsang sel interstisium Leyding di testis untuk mengeluarkan hormon seks pria.4
Prolaktin
Prolaktin meningkatkan perkembangan payudara dan produksi susu pada wanita.
Fungsinya pada pria belum jelas, meskipun bukti menunjukan bahwa hormon ini mungkin
merangsang produksi reseptor LH di terstis. Selain itu, prolaktin mungkin meningkatkan sistem
imun dan menunjang pembentukan pembuluh darah baru di tingkat jaringan pada kedua jenis
kelamin, kedua efek ini sama sekali tidak berkaitan dengan perannnya dalam fisiologi
reproduksi.4
Hormon Hipofisis Posterior
Hormon antidiuretik (ADH)
ADH menyebabkan sel duktus pengumpul ginjal menjadi lebih permeabel terhadap air.
Hal ini meningkatkan reabsorpsi air ke dalam darah sehingga menurunkan diuresis urin. Ini
adalah efek antidiuretik ADH. Pada kadar yang sangat tinggi, ADH menyebabkan kontraksi otot
polos vaskular sehingga meningkatkan tahanan perifer total dan tekanan darah.5
6
Oksitosin
Oksitosin menstimulasi kontraksi lapisan otot polos duktus kelenjar payudara sehingga
menyebabkan peningkatan tekanan intramamaria dan kemudian keluarnya air susu yang
disimpan ke puting. Oksitosin juga menstimulasi kontraski otot polos uterus. Oksitosin
menyebabkan peningkatan intensitas kontraksi uterus saat terjadi kemajuan persalinan dan
mendekati pelahiran.5
Struktur Mikroskopis Glandula Tyroid
Pada sediaan, mereka hampir bulat dan berdiameter antara 0,2 dampai 0,9 mm. Folikel
dibatasi epitel selapis kuboid. Sel-selnya terpolarisasi terhadap lumen, yang terisi substansi
mirip-gelatin atau semicair yang disebut koloid. Tiroksin dan triiodotironin disimpan dalam
bentuk koloid sebagai unsur pembentuk sebuah glikoprotein sekresi besar disebut tiroglobulin.
Setiap folikel dibungkus lamina basal tipis, yaitu jalinan serat retikular halus, dan sebuah plexus
kapiler.
Epitel folikel tiroid mamalia terdiri atas dua jenis sel, sel principal yang terbanyak pada
epitel itu dan sel parafolikel yang terdapat satu-satu atau dalam kelompok kecil di antara basis
sel-sel principal ( Gambar 2). Epitel ini umumnya kuboid rendah namun tingginya bervariasi dari
folikel ke folikel dan pada keadaan aktivitas fisiologik berbeda. Ia dapat terutama gepeng atau
kuboid pada kelenjar yang relatif tenang dan kolumnar pada kelenjar hiperaktif.
Gambar 1 : kelenjar tiroid
7
Sel principal memiliki inti bulat atau lonjong, sedikit heterokromatin dan mengandung
satu atau dua nukleoli. Sitoplasma selnya basofilik, sedangkan koloidnya terpulas dengan eosin
dan memberi reaksi kuat terhadap karbohidrat dengan asam periodat Schiff. Pada mikrograf
elektron, permukaan lumen dari sel-sel principal memiliki banyak mikrovili pendek. Membran
pada dasar selnya licin dan duduk diatas lamina basal tipis yang mengelilingi folikel secara
lengkap.
Sel parafolikel besar yang pucat terletak di dalam epitel namun tidak mencapai
permukaan bebasnya, terpisah darinya oleh bagian melengkung sel-sel principal di sebelahnya.
Mereka terdapat satu-satu atau dalam kelompok kecil. Pada mikrograf elektron, semua sel
parafolikel tampak di dalam epitel. Sel-sel parafolikel dua sampai tiga kali lebih besar daripada
sel principal, namun pada manusia mereka hanya merupakan 0,1% dari massa epithelial kelenjar.
Mereka cenderung lebih banyak di bagian pusat lobus tiroid. Intinya bulat atau lonjong dan
mungkin berlekuk pada satu sisinya. Sitoplasmanya berdensitas rendah dan mengandung
reticulum endoplasma dalam jumlah sedang, terutama berbentuk tubular, namun mungkin juga
terdapat tumpukan kecil cysterna. Granul sekresi sel-sel parafolikel mengandung kalsitonin,
sebuah hormon peptide dari 32 asam amino yang menurunkan konsentrasi kalsium darah dengan
menekan reabsorpsi tulang.
Sel – sel sekretorik utama tiroid yang dikenal sebagai sel folikel, tersusun membentuk
bola-bola berongga yang masing- masing membentuk satu unit fungsional yang dinamai folikel .
Pada potongan mikroskopik, folikel tampak sebagai cincin sel- sel folikel mengelilingi suatu
lumen dibagian dalam yang terisi oleh koloid, bahan yang berfungsi sebagai tempat
penyimpanan ekstrasel untuk hormone tiroid. Perhatikan bahwa koloid di dalam lumen folikel
bersifat ekstrasel (yaitu diluar sel tiroid) meskipun terletak dibagian di dalam bagian interior
folikel. Koloid tidak berkontak langsung dengan cairan ekstrasel yang mengelilingi folikel
berupa yang mengelilingi folikel, serupa dengan danau di tengah pulau yang tidak berhubungan
langsung dengan lautan yang mengelilingi pulau tersebut.
Konsistuen utama koloid adalah suatu molekul protein besar yang dikenal sebagai
tiroglobulin (Tg) yang berikatan dengan hormon tiroid dalam berbagai stadium sintesis. Sel
Folikel menghasilkam dua hormone yang mengandung iodium yang berasal dari asam amino
tirosin, tetraiodotironin ( T4 atau tiroksin ) dan triiodotironin (T3) Kedua hormone secara
8
kolektif disebut hormone tiroid yang merupakan regulator penting terhadap laju metabolik basal
keseluruhan.6,7
Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus lateral dihubungkan melalui sebuah ismus yang
sempit. Organ ini terletak di atas permukaan anterior kartilago tiroid trakea tepat di bawah laring.
Kelenjar ini mensekresikan dua jenis hormon tiroid yaitu tiroksin (tetraiodotironin-T4) dan
Trilodotrionin (T3). T4 mencapai 90% dari seluruh sekresi kelenjar tiroid.
Sintesis dan Penyimpanan Hormon Tiroid
Sintesis hormone tiroid memerlukan dua bahan dasar yaitu tirosin dan iodium, yang
keduanya harus diserap dari darah oleh sel – sel folikel. Tahap pembentukan hormone tiroid
dimulai dari pengangkutan iodida dari darah ke dalam sel –sel dan folikel ke tiroid. Membran
basal sel tiroid mempunyai kemampuan yang spesifik untuk memompakan iodida secara aktif ke
bagian dalam sel. Kemampuan ini dinamakan penjeratan iodida (iodida trapping). Pada kelenjar
tiroid yang normal, pompa iodida dapat memekatkan iodide kurang lebih 30 kali dari
konsentrasinya di dalam darah. Tirosin adalah asam amino yang disintesis tubuh, sedangkan
iodium tidak disintesis oleh tubuh sehingga harus diperoleh dari makanan.
Sintesis, penyimpanan, dan sekresi hormon tiroid terdiri dari langkah – langkah berikut:
Semua langkah sintesis hormone tiroid berlangsung di dalam molekul tiroglobulin di dalam
koloid. Tiroglobulin di sintesis oleh reticulum endoplasma sel folikel. Di dalam sel folikel,
tiroglobulin yang disintesis akan menyatu dengan tirosin dan kemudian dikeluarkan ke dalam
koloid dengan cara eksositosis. Sel-sel folikel yang mengelilingi koloid membentuk suatu
glikoprotein yang disebut tiroglobulin dan enzim untuk sintesis hormone tiroid. Protein – protein
ini di kemas kedalam vesikel dan disekresikan ketengah – tengah ruang folikel . Sel –sel folikel
juga secara akif menimbun iodida, I- yang berasal dari makanan dengan menggunakan sodium –
iodide- symporter ( NIS).
Iodium dari darah terjerat di membran secara aktif oleh enzim hydrogen peroksidase yang
dihasilkan enzim tiroid peroksidase di sel folikel. Kemudian melalui pompa iodium yaitu pompa
Na – K ATPase terletak di membran luar sel folikel, iodium secara aktif masuk ke dalam sel
folikel menuju ke dalam koloid.
9
Di dalam koloid, iodium cepat melekat dengan molekul tiroglobulin. Perlekatan sebuah
iodium ke tirosin menghasilkan monoiodotirosin (MIT). Perlekatan dua iodium ke tirosin
menghasilkan diiodotirosin (DIT).
Kemudian terjadi penggabungan antar molekul MIT dan DIT. Penggabungan antar satu
molekul MIT dengan satu molekul DIT menghasilkan triiodotironin (T3). Penggabungan antar
dua molekul MIT menjadi tetraiodotironin (T4 atau tiroksin). Penggabungan tidak terjadi antara
dua molekul MIT.8,9
Sekitar 90% produk sekretorik yang dikeluarkan dari kelenjar tiroid adalah dalam bentuk
T4, walaupun T3 memiliki aktivitas biologis sekitar empat kali lebih poten daripada T3. Namun
sebagian besar T4 kemudian diubah atau diaktifkan oleh enzim deiodinase menjadi T3 melalui
proses pengeluaran satu iodium di hati dan ginjal. Sekitar 80% T3 dalam darah berasal dari
pengubahan T4. Dengan demikian T3 adalah bentuk hormone yang paling aktif di tingkat sel,
meskipun tiroid menghasilkan lebih banyak T4. Dalam kerjanya, T3 memiliki potensial lebih
besar sekitar 2-4 kali dari pada T4, selain itu juga T3 bekerja lebih cepat, mempunyai efek dalam
beberapa jam. Sedangkan T4 membutuhkan waktu beberapa hari untuk mencapai respons
maksimal. Dalam sirkulasi hanya sekitar 20% T3 yang dihasilkan dari kelenjar tiroid. Sekitar
80% T3 dalam darah berasal dari pengubahan T4. Dimana T4 berperan sebagai prohormon
(simpanan).
Sebagian besar T4 dan T3 diangkut di darah dalam keadaan terikat ke protein plasma
tertentu. Setelah dikeluarkan ke dalam darah, hormon tiroid yang sangat lipofilik berikatan
dengan beberapa protein plasma. Kurang dari 1% T3 dan 0,1% T4 tetap berada dalam bentuk
tidak terikat (bebas), karena hanya hormone bebas dari keseluruhan hormone tiroid memiliki
akses ke reseptor sel sasaran dan mampu menimbulkan suatu efek.
Terdapat 3 protein plasma yang penting dalam pengikatan hormone tiroid. Pertama,
globulin pengikat tiroksin ( thyroxine binding globulin ): secara selektif mengikat hormone
tiroid, kurang dari 55% T4 dan 65 % dari T3 dalam sirkulasi. Kedua, albumin: secara non
selektif mengikat banyak hormone hipofilik, termasuk 10 % dari T4 dan 35% dari T3. Ketiga,
thyroxine binding prealbumin: dimana hormon ini akan mengikat sisa 35% T4.
Semua produk ini tetap melekat ke tiroglobulin. Hormon tiroid tetap tersimpan dalam
bentuk ini di koloid sampai terurai dan disekresikan. Jumlah hormone tiroid yang tersimpan
normalnya dapat memenuhi kebutuhan tubuh untuk beberapa bulan. Karena reaksi – reaksi ini
10
berlangsung di dalam molekul tiroglobulin, semua produk tetap melekat ke protein besar tersebut
sampai kemudian dipecah dan di sekresikan jika diperlukan tubuh.
Sumber iodium dalam bahan makanan
Iodium berfungsi dalam sintesis hormone tiroid (iodium diperoleh dari makanan, asam
amino tirosin). Laut merupakan sumber utama iodium, dengan demikian makanan laut seperti
ikan, kerang-kerangan serta rumput laut yang dapat dimakan merupakan sumber pangan yang
kaya akan iodium. Siklus ekologis iodium di alam dimulai dalam bentuk uap air laut (yang
mengandung iodium) yang dibawa oleh angin dan awan ke wilayah daratan. Uap air laut ini akan
jatuh sebagai air hujan yang sebagian akan menggantikan iodium yang hilang pada lapisan
permukaan tanah kendati salju, hujan, banjir, dan sungai melarutkan kembali iodium dan
membawanya ke laut. Sebagian iodium yang diperoleh dari tanah akan masuk ke dalam air
minum serta sejumlah kecil iodium masuk ke dalam tanaman, hewan, dan produk pangan yang
dihasilkan seperti sereal, kacang-kacangan, buah, sayuran, daging, susu, serta telur.
Bila masukan iodium dalam makanan turun dibawah 10 µg/hari, sintesis hormone tiroid
tidak adekuat dan sekresinya menurun. Akibatnya terjadi peningkatan sekresi TSH, sehingga
kelenjar tiroid terlalu aktif memproduksi hormone tiroid dan terjadi hipertrofi tiroid (gondok
defisiensi iodium). Adapun yang namanya hipertiroidisme yang ditandai dengan peningkatan
laju metabolik basal, peningkatan pembentukan keringat sehingga pengeluaran keringat
bertambah banyak, penurunan berat badan, karena tubuh membakar bahan makanan dengan
kecepatan abnormal, terjadi degradasi netto simpanan karbohidrat, lemak dan protein sehingga
menyebabkan penurunan massa protein otot rangka, sehingga terjadi kelemahan otot. Hal ini
disebabkan oleh bermacam kelainan, meskipun jarang yaitu adanya tumor pada bagian hipofisis
anterior yang meproduksi hormone TSH atau aktifasi konstitutif reseptor TSH.8,9
Pengaturan sekresi hormon tiroid
Hormon tiroid diatur oleh sumbu hipotalamus-hipofisis-tiroid. Thyroid-stimulating
hormone (TSH), hormon tropik tiroid dari hipofisis anterior, adalah regulator fisiologis
terpenting bagi sekresi hormon tiroid. Hampir semua langkah dalam pembentukan dan
pengeluaran hormon tiroid dirangsang oleh TSH. Selain meningkatkan sekresi hormon tiroid,
TSH bertanggung jawab untuk mempertahankan integritas struktural kelenjar tiroid. Tanpa
adanya TSH, tiroid mengalami atrofi (ukurannya mengecil) dan sekresi hormonnya berkurang.
Sebaliknya, kelenjar ini mengalami hipertrofi (peningkatan ukuran setiap sel folikel) dan
11
hiperplasia (peningkatan jumlah sel folikel) sebagai respons terhadap stimulasi TSH yang
berlebihan.
Hormon tiroid, dengan mekanisme umpan-balik negatif, "mematikan" sekresi TSH,
sementara thyrotropin- releasing hormone (TRH) dari hipotalamus secara tropik
"menghidupkan" sekresi TSH oleh hipofisis anterior. Pada sumbu hipotalamus-hipofisis-tiroid,
inhibisi terutama berlangsung di tingkat hipofisis anterior. Seperti lengkung umpan-balik negatif
lainnya, lengkung antara hormon tiroid dan TSH cenderung mempertahankan stabilitas keluaran
(sekresi) hormon tiroid.
Pengaturan sehari-hari kadar hormon tiroid bebas tampaknya dilaksanakan oleh umpan-
balik negatif antara tiroid dan hipofisis anterior, sementara penyesuaian jangka-panjang
diperantarai oleh hipotalamus. Tidak seperti sebagian besar sistem hormonal lain, pada orang
dewasa hormon-hormon di sumbu tiroid secara normal tidak mengalami pergeseran sekresi yang
mendadak dan lebar. Kecepatan sekresi hormon tiroid yang relatif stabil sesuai dengan respons
terhadap hormon yang bersifat lamban dan berlangsung lama; peningkatan atau penurunan kadar
hormon tiroid dalam plasma yang mendadak tidak memiliki nilai adaptif. Satu-satunya faktor
yang diketahui meningkatkan sekresi TRH (dan dengan demikian, TSH dan hormon tiroid)
adalah pajanan ke dingin pada bayi, keadaan ini merupakan mekanisme yang sangat adaptif pada
bayi baru lahir. Peningkatan drastis sekresi hormon tiroid penghasil panas diperkirakan ikut
berperan dalam mempertahankan suhu tubuh dalam menghadapi penurunan mendadak suhu
lingkungan pada saat lahir, sewaktu bayi berpindah dari tubuh ibunya yang hangat ke udara
lingkungan yang lebih dingin. Pada orang dewasa, respons TSH serupa terhadap pajanan dingin
tidak terjadi, walaupun hal ini secara fisiologis masuk akal dan memang terjadi pada beberapa
jenis hewan percobaan.4
Peran katabolisme dan sekresi hormone tiroid
Efek pada plasma dan lemak hati, meningkatnya hormon tiroid akan menurunkan
jumlah kolesterol, fosfolipid, dan trigliserida dalam darah dan meningkatkan asam lemak bebas.
Sedangkan apabila sekresinya menurun, maka akan meningkatkan konsentrasi kolesterol,
fosfolipid dan trigiserida plasma dan hampir selalu menyebabkan pengendapan lemak secara
berlebihan di dalam hati.
Efek pada laju metabolisme, hormon tiroid adalah penentu utama laju metabolik basal,
dibandingkan dengan hormone lain, kerja hormone tiroid relative “lamban”. Hormon tiroid
12
meningkatkan laju metabolisme basal keseluruh tubuh. Hormon ini adalah regulator terpenting
laju konsumsi O2 dan pengeluaran energi tubuh pada keadaan istirahat. Efek metabolik hormone
toroid berkaitan erat dengan efek kalorgenik “ penghasil panas”.
Efek pada metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak, hormon ini meningkatkan
glikolisis, glukogenesis, meningkatkan kecepatan absorpsi, peningkatan sekresi insulin. Pada
metabolisme protein, hormone ini akan mempengaruhi sintesis dan penguraian protein. Pada
metabolisme lemak, hornom tiroid akan meningkatkan metabolismenya, dimana lipid akan
diangkut dari jaringan lemak sehingga konsentrasi asam lemak bebas di dalam plasma, serta
mempercepat proses oksidasi asam lemak bebas oleh sel.
Efek pada tumbuh kembang, hormone tiroid akan merangsang sekresi dan mendorong
efek dari Growth Hormon (GH) pada sintesis structural, pertumbuhan rangka. Hormon tiroid
penting untuk pertumbuhan anak. Pada anak hipotiroidisme, kecepatan pertumbuhan sangat
tertinggal. Pada anak hipertiroidisme, terjadi pertumbuhan tulang yang sangat berlebihan. Akan
tetapi, epifisis lebih cepat menutup, sehingga anak tersebut mempunyai masa pertumbuhan yang
lebih singkat .Hormon ini juga memberikan efek pada metabolisme tulang dan Ca++. Selain itu
peningkatan produksi hormone tiroid akan menyebabkan berat badan menurun, sebaliknya
apabila produksinya berkurang maka berat badan akan meningkat.
Efek pada kebutuhan vitamin, hormon tiroid meningkatkan metabolisme dalam tubuh
dengan cara meningkatkan jumlah enzim tubuh. Jadi sejumlah vitamin yang berperan sebagai
koenzim diperlukan untuk kerja enzim. Oleh karena itu peningkatan hormone tiroid yang
berlebih, akan menyebabkan defisiensi vitamin.
Efek pada pertumbuhan dan perkembangan sistem saraf pusat (SSP), hormon tiroid
penting untuk perkembangan SSP pada janin. Sehingga bayi yang kekurangan hormon tiroid
pasca melahirkan yang tidak di beri pengobatan, maka perkembangan SSP khususnya otak akan
terhambat dan terjadi keterbelakangan mental yang menetap selama hidupnya. Pada umumnya,
hormon tiroid meningkatkan kecepatan berpikir, tetapi juga sering menimbulkan disosiasi
pikiran, dan sebaliknya, berkurangnya hormon tiroid menyebabkan kecemasan yang berlebihan,
atau paranoia.
Efek terhadap system kardiovaskular, meningkatnya metabolisme jaringan
mempercepat pemakaian oksigen dan memperbanyak pelepasan jumlah produk akhir metabolism
dari jaringan. Efek ini menyebabkan vasodilatasi di sebagian besar jaringan tubuh untuk
13
sehingga meningkatkan aliran darah. Kecepatan aliran darah di kulit juga meningkat untuk
membuang panas dari tubuh. Sebagai meningkatnya aliran darah, maka curah jantung juga
meningkat sampai 60% atau lebih di atas normal dan turun sampai hanya 50% dari nomal jika
hipotiroidisme yang sangat berat. Frekuensi dan kekuatan denyut jantung juga meningkat karena
kebutuhan jaringan untuk proses metabolisme meningkat.
Efek pada saluran cerna, selain meningkatkan nafsu makan dan asupan makanan,
hormon tiroid mempercepat sekresi getah pencernaan dan motilitas saluran cerna.
Hipertiroidisme seringkali menyebabkan diare, dan sebaliknya, hipotiroidisme menyebabkan
konstipasi.
Efek pada kulit, kecepatan aliran darah pada kulit akan meningkat oleh karena
meningkatnya kebutuhan untuk pembuangan panas. Jadi karena adanya efek kalorgenik hormone
tiroid, menyebabkan vasodilatasi perifer.
Efek pada kelenjar kelamin dan kelenjar mammae, sekresi hormon tiroid yang
normal dapat membuat fungsi seksual yang normal. Pada pria, jika terjadi hipertiroidism akan
menyebabkan impotensi, dan sebaliknya jika hipotiroidisme akan menyebabkan hilangnya
libido. Pada wanita hipertiroidisme, biasanya menderita oligomenore, bahkan kadangkala timbul
amenore. Sedangkan pada wanita hipotiroidisme menyebabkan timbulnya menoragia (darah
menstruasi berlebih) dan polimenore (frekuensi menstruasi lebih sering). Namun pada beberapa
wanita kekurangan hormone ini menimbulkan periode menstruasi yang tidak teratur dan bahkan
timbul amenore. Pada wanita hipotiroidsme juga mengalami penurunan libido yang sangat besar.
Efek pada kelenjar endokrin lain, meningkatnya hormon tiroid menyebabkan
meningkatnya kecepatan sekresi sebagian besar kelenjar endokrin lain. Sebagai contoh
meningkatnya sekresi T4 akan menyebabkan peningkatan metabolisme glukosa menyebabkan
peningkatan sekresi insulin oleh pankreas.. 2,4
Kesimpulan
Suhu di dalam tubuh diatur oleh hipotalamus, dimana hipolatamus akan
merangsang hipofisis anterior yang menghasilkan berbagai hormon salah satunya adalah
hormon Thyroid stimulating hormone (TSH) dimana sel targenya adalah kelenjar tiroid.
Dalam kasus ini, seseorang yang berada di suhu kamar normal mengeluarkan keringat
dan merasa haus salah satu efeknya berasal dari hormon tiroid. Hormon tiroid
14
merupakan hormon yang mengatur mengatur metabolisme basal tubuh. Bila hormon
tiroid kadarnya berlebihan maka metabolismenya juga akan meningkat menyebkan suhu
tubuh orang tersebut juga tinggi atau dengan kata lain orang tersebut mengeluarkan
keringat dan menyebabkan haus karena cairan yang ada pada tubuh keluar dari kulit.
Daftar Pustaka
1. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2009.h.272-4.
2. Silverthorn DU. Fisiologi manusia sebuah pendekatan terintegrasi. Edisi 6. Jakarta :
ECG; 2013.h. 822-30.
3. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2004.
4. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2012.
5. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2009.h.272-4.
6. Junqueria LC, Carneiro J : Histologi dasar:teks & atlas, 10 ed. Jakarta :EGC, 2007.
7. Gunawijaya F, Kartawiguna E. Penuntun pratikum, kumpulan foto mikroskopik histologi.
Jakarta : universitas Trisakti, 2007.
8. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran . Edisi 20. Jakarta : EGC.h. 306-17.
9. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC; 2008. H.
978-87.
15
Recommended