View
241
Download
2
Category
Preview:
Citation preview
i
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI
PENDEKATAN INDUKTIF DI KELAS IV SD NEGERI 3 SUGIHAN
KABUPATEN WONOGIRI
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Rahmat Wahit Nurhasan
NIM 12108244130
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
OKTOBER 2016
ii
PERSETUJUAN
iii
PERNYATAAN
iv
PENGESAHAN
v
MOTTO
“Yang saya dengar, saya lupa. Yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat.
Yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya
mulai pahami. Dari yang saya dengar, lihat, bahas, dan terapkan, saya dapatkan
pengetahuan dan keterampilan. Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya
kuasai.”
(Melvin L. Siberman)
“Belajar dan mengajar”
(Penulis)
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini merupakan sebuah karya sebagai ungkapan cinta yang tulus dan penuh
kasih untuk:
1. Orang tua yang selalu mendukung dan mendoakan. Terimakasih atas doa yang
tiada hantinya beliau panjatkan. Jasa beliau takkan tergantikan oleh apapun,
izinkan ananda mempersembahkan sebagian dari amanah ini kepada Bapak dan
Ibu.
2. Guru dan siswa kelas IV SD Negeri 3 Sugihan Kabupaten Wonogiri
3. Almamater tercinta, Universitas Negeri Yogyakarta
4. Agama, nusa, dan bangsa Indonesia
vii
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI
PENDEKATAN INDUKTIF DI KELAS IV SD NEGERI 3 SUGIHAN
KABUPATEN WONOGIRI
Oleh
Rahmat Wahit Nurhasan
NIM 12108244130
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika
materi perkalian dan pembagian pecahan siswa kelas IV. Penelitian dilakukan di
SDN 3 Sugihan Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dilaksanakan secara kolaborasi antara peneliti dengan guru kelas dengan subyek
penelitiannya siswa kelas IV SDN 3 Sugihan yang terdiri dari 5 siswa perempuan
dan 9 siswa laki-laki. Penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Mc
Taggart. Penelitian dilakukan dua siklus. Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah tes dan observasi. Data yang terkumpul dianalisis secara
deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar siswa
setelah guru menggunakan pendekatan induktif dalam mengajarkan perkalian dan
pembagian pecahan pada siswa kelas V SD Negeri 3 Sugihan Kabupaten
Wonogiri. Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah ≥ 70. Pada pra
tindakan sebanyak 6 (42,85%) siswa yang sudah tuntas dan 8 (57,15%) siswa
belum tuntas. Siklus I sebanyak 7 (50%) siswa sudah tuntas dan 7 (50%) siswa
belum tuntas. Pada siklus II ketuntasan siswa meningkat menjadi 100% dan siswa
yang belum tuntas 0%. Begitupula dengan hasil observasi aktivitas siswa
mengalami peningkatan, pada siklus I yaitu 51,93% pada siklus II meningkat
menjadi 82, 80%.
Kata kunci : prestasi belajar, perkalian dan pembagian, pecahan, pendekatan
induktif.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur hanya bagi Allah Subhanahu Wata’ala, berkat segala limpahan
rahmat dari-Nya penulisan skripsi yang berjudul: Peningkatan Prestasi Belajar
Matematika melalui Pendekatan Induktif di Kelas IV SD Negeri 3 Sugihan
Kabupaten Wonogiri, berjalan dengan lancar. Skripsi ini disusun sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di bidang Pendidikan
Guru Sekolah Dasar.
Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat tersusun
atas bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M. Pd., M. A. Rektor Universitas Negeri
Yogyakarta.
2. Bapak Dr. Haryanto, M. Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian.
3. Bapak Suparlan, M. Pd.I Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar FIP UNY
yang telah memberikan rekomendasi permohonan izin kepada penulis.
4. Bapak Purwono, PA M. Pd. dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan nasihat kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Parni, S.Pd. Kepala Sekolah SD Negeri 3 Sugihan Kabupaten Wonogiri
yang telah memberikan izin dan bantuan dalam penelitian ini.
6. Bapak Iswanto, S.Pd. guru kelas IV SD Negeri 3 Sugihan Kabupaten
Wonogiri yang telah membantu memperlancar penelitian ini.
ix
7. Seluruh siswa kelas IV SD Negeri 3 Sugihan Kabupaten Wonogiri,
terimakasih sudah dapat bekerja sama dengan baik.
8. Keluarga besarku di kampus yang telah berjuang bersama-sama.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat saya sebutkan satu per satu.
Penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa melindungi dan membalas
kebaikan kalian. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembacanya. Penulis
sangat mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
guna perbaikan pada penelitian selanjutnya.
Yogyakarta, Juni 2016
Penulis
x
DAFTAR ISI
hal
JUDUL ................................................................................................................ i
PERSETUJUAN ................................................................................................ ii
PERNYATAAN ................................................................................................ iii
PENGESAHAN .............................................................................................. iv
MOTTO .............................................................................................................. v
PERSEMBAHAN ............................................................................................. vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 7
C. Pembatasan Masalah ................................................................................... 8
D. Rumusan Masalah ....................................................................................... 8
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 9
1. Bagi Siswa ............................................................................................ 9
2. Bagi Guru ............................................................................................. 9
3. Bagi Sekolah ........................................................................................ 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian tentang Prestasi Belajar ................................................................. 10
1. Prestasi Belajar ................................................................................... 10
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar ........................... 14
xi
B. Kajian tentang Pembelajaran Matematika ................................................. 16
1. Hakikat Matematika ........................................................................... 16
2. Hakikat Pembelajaran Matematika .................................................... 18
3. Tujuan Pembelajaran Matematika SD................................................ 19
C. Hakikat Pembelajaran Matematika di SD ................................................. 20
1. Matematika di Sekolah Dasar Kelas IV Semester II SD Negeri 3
Sugihan Kabupaten Wonogiri ............................................................ 22
2. Materi Bilangan Pecahan ................................................................... 23
D. Kajian tentang Pendekatan Induktif .......................................................... 28
1. Pengertian Pendekatan Induktif ......................................................... 28
2. Langkah-langkah Pendekatan Induktif............................................... 30
E. Penerapan Pendekatan Induktif dalam Pembelajaran Perkalian dan
Pembagian Pecahan di Kelas IV SD ......................................................... 34
1. Contoh Penerapan Pendekatan Induktif dalam Pembelajaran
Perkalian Pecahan .............................................................................. 35
2. Contoh Penerapan Pendekatan Induktif dalam Pembelajaran
Pembagian Pecahan ............................................................................ 38
F. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 46
G. Hipotesis Tindakan .................................................................................... 48
BAB III METODE PENELITIAN 49
A. Penelitian Tindakan Kelas ......................................................................... 49
B. Subjek dan Objek Penelitian ..................................................................... 50
1. Subjek Penelitian ................................................................................ 50
2. Objek Penelitian ................................................................................. 50
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 51
1. Lokasi Penelitian ................................................................................ 51
2. Waktu Penelitian ................................................................................ 51
D. Desain Penelitian ....................................................................................... 51
E. Prosedur Penelitian .................................................................................... 53
xii
1. Perencanaan ........................................................................................ 53
2. Pelaksanaan ........................................................................................ 55
3. Pengamatan (observasi)...................................................................... 56
4. Refleksi............................................................................................... 56
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 57
1. Lembar Observasi .............................................................................. 57
2. Tes ...................................................................................................... 58
G. Teknik Analisis Data ................................................................................. 61
1. Analisis Data Deskriptif Kuantitatif ................................................... 61
2. Analisis Data Deskriptif Kualitatif ..................................................... 62
H. Kriteria Keberhasilan ................................................................................ 63
I. Definisi Operasional .................................................................................. 63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 65
1. Situasi dan Lokasi Penelitian ............................................................. 65
2. Kondisi Awal...................................................................................... 65
3. Penelitian Siklus I............................................................................... 67
4. Penelitian Siklus II ............................................................................. 83
B. Pembahasan ............................................................................................. 100
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................................. 102
B. Saran ........................................................................................................ 103
1. Untuk Siswa ..................................................................................... 104
2. Untuk Guru ....................................................................................... 104
3. Untuk Peneliti ................................................................................... 104
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 105
LAMPIRAN ................................................................................................... 107
xiii
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Lembar Observasi Siswa ......................................................................... 58
Tabel 2. Kisi-Kisi Tes ........................................................................................... 60
Tabel 3. Batasan Kategori Hasil Observasi........................................................... 63
Tabel 4. Persentase Ketuntasan Pra Tindakan ...................................................... 66
Tabel 5. Persentase Ketuntasan Siklus I ............................................................... 76
Tabel 6. Persentase Ketuntasan Pra Tindakan dan Siklus I .................................. 76
Tabel 7. Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus 1 ..................................................... 79
Tabel 8. Ketuntasan Siswa Siklus II ..................................................................... 92
Tabel 9. Ketuntasan Siswa Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ......................... 93
Tabel 10. Aktivitas Siswa Siklus II ........................................................................ 96
xiv
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 1. Siklus PTK menurut Kemmis Taggart ................................................ 52
Gambar 2. Diagram Ketuntasan Siswa Pra Tindakan dan Siklus I ....................... 77
Gambar 3. Diagram Persentase Aktivitas Siswa Siklus I ..................................... 80
Gambar 4. Diagram Ketuntasan Siswa Pra Tindakan,
Siklus I, dan Siklus II ......................................................................... 94
Gambar 5. Diagram Peningkatan Nilai Rata-rata Siswa
Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II .................................................. 95
Gambar 6. Diagram Persentase Aktivitas Siswa Siklus II .................................... 97
Gambar 7. Persentase Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II ............................... 98
xv
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Lembar Soal Pra Tindakan ............................................................ 108
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ................................. 110
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ............................... 131
Lampiran 4. Soal Evaluasi dan Kunci Jawaban Siklus I .................................... 153
Lampiran 5. Soal Evaluasi dan Kunci Jawaban Siklus II ................................... 157
Lampiran 6. Daftar Nama Siswa ......................................................................... 161
Lampiran 7. Daftar Nilai Ulangan Akhir Semester Gasal .................................. 162
Lampiran 8. Daftar Nilai Tes Pra Tindakan ....................................................... 163
Lampiran 9. Daftar Nilai Evaluasi Siswa Siklus I ............................................. 164
Lampiran 10. Daftar Nilai Evaluasi Siswa Siklus II ........................................... 165
Lampiran 11. Lembar Observasi Siswa ............................................................. 166
Lampiran 12. Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa ........................................... 167
Lampiran 13. Surat Ijin Penelitian ..................................................................... 171
Lampiran 14. Dokumentasi Penelitian ................................................................ 177
Lampiran 15. Hasil Pekerjaan Siswa Pra Tindakan ............................................ 179
Lampiran 16. Hasil Pekerjaan Siswa Siklus I ..................................................... 183
Lampiran 17. Hasil Pekerjaan Siswa Siklus II .................................................... 187
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan media yang sangat berperan untuk menciptakan
manusia yang berkualitas dan berpotensi. Menurut Muhibbin Syah (2011:10)
pendidikan dapat diartikan sebagai proses dengan metode-metode tertentu
sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah
laku yang sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian melalui pendidikan
diharapkan manusia dapat mengembangkan potensinya menjadi manusia yang
lebih baik, sehingga nantinya menjadi manusia yang berguna di masyarakat.
Berdasarkan tujuan tersebut, pemerintah diharapkan mampu menjamin
terciptanya pemerataan dalam memperoleh pendidikan di seluruh pelosok
tanah air sehingga menjadi manusia yang berpendidikan dan mempunyai
kualitas serta dapat mewujudkan cita-citanya. Pemerintah telah berusaha
menanggapi masalah pemerataan pendidikan dengan melakukan upaya-upaya
seperti halnya perbaikan kurikulum, fasilitas belajar, metode mengajar serta
pembangunan infrastruktur sekolah. Namun pemerintah dalam upayanya
menanggapi masalah tersebut, masih mengalami banyak kendala khususnya
dalam hal meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Sejauh ini pendidikan masih didominasi oleh pandangan bahwa
pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih
berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian metode
ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah
2
strategi belajar yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang
tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang
mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.
Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa
anak akan belajar lebih baik jika lingkungan belajar diciptakan alamiah.
Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajari, bukan
mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi
terbukti berhasil dalam kompetensi janggka pendek, tetapi gagal dalam
membekali anak memecahkan persoalan dalam jangka panjang.
Matematika merupakan mata pelajaran yang perlu adanya perbaikan
karena mempunyai esensi dalam kehidupan manusia. Hal ini dapat dibuktikan
dalam kehidupan sehari-hari, bahwa manusia dalam kegiatannya sehari-hari
banyak menerapkan ilmu matematika mulai dari yang sederhana sampai
dengan yang komplek.
Pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan dasar pada
hakekatnya mempunyai beberapa tujuan yaitu menumbuhkan dan
mengembangkan ketrampilan berhitung (menggunakan bilangan)
sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari, menumbuhkan kemampuan
siswa yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika,
mengembangkan kemampuan dasar matematika sebagai bekal belajar
lebih lanjut di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan
membentuk sikap logis, kritis, kreatif, cermat dan disiplin. (Muchtar
Karim dkk, 1996:10-11)
Matematika telah diajarkan kepada anak-anak sejak dini. Diawali
dengan pengenalan angka-angka 1 sampai 10, berhitung secara urut, serta
sudah bisa menjumlah benda-benda yang ada di sekitar ketika masih menjalani
pendidikan di pendidikan anak usia dini maupun di taman kanak-kanak. Tetapi
3
ketika anak mulai memasuki jenjang pendidikan sekolah dasar, telah
dihadapkan pada materi-materi matematika yang rumit. Mulai dari materi
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Kebanyakan anak
kesulitan memahami materi-materi mata pelajaran matematika. Anak
menganggap pelajaran matematika ialah mata pelajaran yang sulit untuk
dipelajari. Dari kejadian tersebut, banyak anak-anak nilainya tidak tuntas atau
di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).
Hal ini nampak pada nilai rata-rata UAS (Ujian Akhir Semester) mata
pelajaran matematika pada semester gasal tahun ajaran 2015/2016 di SDN 3
Sugihan Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri kelas IV yaitu 65. Hal ini
masih kurang dari nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) untuk mata
pelajaran matematika, yang telah ditetapkan yaitu ≥70. Berikut adalah hasil
pengamatan proses pembelajaran matematika kelas IV di SDN 3 Sugihan pada
tanggal 8 Februari 2016: (1) metode yang diterapkan oleh guru umumnya
masih dominan menerapkan metode ceramah, (2) kegiatan pembelajaran masih
mengedepankan pembelajaran konvensional, (3) pada umumnya siswa belajar
dengan menghafal konsep-konsep matematika, (4) siswa kurang mampu
mengaitkan konsep-konsep matematika yang dipelajarinya dengan kegiatan
kehidupan sehari-hari (5) siswa kesulitan dalam memecahkan soal-soal
matematika yang berbentuk aplikasi (6) siswa belum dilibatkan dalam
menggunakan media pembelajaran, (7) pemahaman siswa tentang konsep-
konsep matematika masih kurang, (8) pada kegiatan akhir pembelajaran, siswa
belum dilibatkan dalam menyimpulkan kegiatan pembelajaran. Dari hasil
4
pengamatan tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran
matematika di kelas IV kegiatan pembelajaran belum berorientasi pada
kegiatan siswa. Pemahaman siswa tentang konsep matematika masih rendah
karena penyampaian materi matematika lebih banyak menggunakan metode
ceramah dan bahasan materi tersusun secara final serta belum melibatkan siswa
dalam menemukan konsep-konsep matematika.
Selain hasil pengamatan proses belajar mengajar, peneliti melakukan
wawancara langsung dengan guru kelas IV di SDN 3 Sugihan Kecamatan
Bulukerto Kabupaten Wonogiri. Dari hasil wawancara langsung dengan guru
kelas, selama ini dalam kegiatan pembelajaran matematika penyampaian
materi matematika lebih banyak dengan metode ceramah. Kegiatan
pembelajaran matematika diawali dengan menerangkan konsep matematika
kemudian guru memberikan contoh soal. Setelah itu guru menerangkan cara
menyelesaikan contoh soal tersebut. Dalam kegiatan akhir pembelajaran siswa
diberikan soal untuk dikerjakan dan kemudian soal tersebut dibahas bersama-
sama guru. Hal ini berpengaruh pada prestasi belajar matematika di kelas IV
yang belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Adapun
penjelasan dari prestasi belajar matematika adalah tercapainya hasil dari proses
belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Hasil tersebut dapat diukur dari
tes yang berbentuk soal-soal matematika.
Dari hasil observasi tersebut kesulitan yang dihadapi siswa adalah
kurang mampu mengaitkan konsep-konsep matematika yang dipelajarinya
dengan kegiatan kehidupan sehari-hari. Dan pada umumnya siswa belajar
5
dengan menghafal konsep-konsep matematika. Selain itu, siswa kesulitan
dalam memecahkan soal-soal matematika yang berbentuk aplikasi, bahkan
lebih jauh dari itu ada kesan siswa menganggap pelajaran matematika hanya
merupakan suatu beban, sehingga tidak heran jika banyak siswa yang tidak
menyenangi mata pelajaran matematika. Di sisi lain, metode dan pendekatan
yang diterapkan oleh guru umumnya masih dominan menerapkan metode
ceramah.
Matematika di sekolah dasar kelas IV semester genap mencakup
beberapa aspek, yaitu: bilangan bulat, bilangan pecahan, bilangan romawi,
bangun ruang dan bangun datar. Salah satu materi pembelajaran matematika
yang dirasa sulit oleh siswa adalah operasi hitung bilangan pecahan. Pecahan
merupakan materi matematika yang amat penting. Pecahan banyak digunakan
dalam kehidupan sehari-hari serta merupakan dasar dalam memahami
matematika lebih lanjut. Tingkat pemahaman terhadap pecahan akan mendasari
mereka untuk memahami matematika lebih lanjut. Bilangan pecahan
mencakup tentang mengenal pecahan dan urutannya, menyederhanakan
pecahan, penjumlahan pecahan, pengurangan pecahan, perkalian pecahan,
pembagian pecahan, dan penyelesaian masalah pecahan.
Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan pembelajaran yang
menyajikan pembahasan materi matematika dengan melibatkan siswa untuk
aktif dalam pemahaman konsep-konsep matematika, bukan menyajikan
bahasan materinya sudah tersusun secara final. Bruner (Ali Hamzah dan
Muhlisrarini, 2014:147) mengasumsikan dalam strategi pembelajaran bahwa
6
belajar yang paling baik apabila siswa menemukan sendiri informasi dan
konsep-konsep. Keterlibatan siswa ini dapat terjadi bila bahan yang disusun itu
bermakna bagi siswa, sehingga terjadinya interaksi antara guru dan siswa
menjadi efektif.
Solusi untuk memenuhi kebutuhan di atas adalah kegiatan
pembelajaran yang menggunakan pendekatan induktif. Induktif merupakan
cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari yang
bersifat khusus. Kemudian secara definisi menurut (Ali Hamzah dan
Muhlisrarini, 2014:234), pendekatan induktif adalah suatu cara mengajar yang
penyajian topik atau materi dikembangkan berdasarkan pemikiran induktif
yaitu berjalan dari konkret ke abstrak, dari yang khusus ke yang umum, dan
dari contoh-contoh menuju ke kesimpulan.
Kebaikan pendekatan ini adalah siswa mempunyai kesempatan aktif
menemukan konsep matematika sehingga siswa terlibat dalam berpikir
memahami konsep-konsep. Penyajian matematika perlu dimulai dari contoh-
contoh selanjutnya secara bertahap menuju kepada kesimpulan yang bersifat
umum. Sementara inti dari teori Bruner, bahwa materi pelajaran tidak disajikan
secara final, tetapi siswa dituntut aktif untuk memahami konsep yang ada
sehingga melalui aktivitas mental dapat diperoleh konsep yang berikutnya.
(Ruseffendi, 2001) dalam Heruman (2010:4) Bruner dalam metode
penemuannya mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran matematika, siswa
harus menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang diperlukannya. Oleh
karena itu, kepada siswa materi disajikan bukan dalam bentuk akhir dan tidak
7
diberitahukan cara penyelesaiannya. Dalam pembelajaran ini, guru harus lebih
banyak berperan sebagai pembimbing.
Dengan demikian dalam penelitian ini, penulis mencoba untuk
mengangkat judul “Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui
Pendekatan Induktif di Kelas IV SD Negeri 3 Sugihan Kabupaten Wonogiri”,
dengan harapan pendekatan ini dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa
pada materi matematika.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian pada latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
masalah yang muncul di kelas IV SD N 3 Sugihan Kabupaten Wonogiri, antara
lain:
1. Metode yang diterapkan oleh guru umumnya masih dominan menerapkan
metode ceramah.
2. Kegiatan pembelajaran masih mengedepankan pembelajaran konvensional.
3. Pada umumnya siswa belajar dengan menghafal konsep-konsep matematika.
4. Siswa kurang mampu mengaitkan konsep-konsep matematika yang
dipelajarinya dengan kegiatan kehidupan sehari-hari.
5. Siswa kesulitan dalam memecahkan soal-soal matematika yang berbentuk
aplikasi.
6. Siswa belum dilibatkan dalam menggunakan media pembelajaran.
7. Pemahaman siswa tentang konsep-konsep matematika masih kurang.
8. Pada kegiatan akhir pembelajaran, siswa belum dilibatkan dalam
menyimpulkan kegiatan pembelajaran.
8
9. Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika di bawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM).
C. Pembatasan Masalah
Ruang lingkup permasalahan-permasalahan yang timbul ternyata makin luas.
Mengingat keterbatasan waktu, penelitian terhadap permasalahan-
permasalahan tersebut tidak mungkin dilakukan. Masalah dalam penelitian ini
dibatasi pada pendekatan induktif dalam meningkatkan prestasi belajar
matematika pada materi perkalian dan pembagian pecahan. Penitikberatan
terhadap permasalahan ini disebabkan oleh adanya kaitan secara langsung
antara penggunaan pembelajaran tertentu terhadap partisipasi siswa.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada analisis diatas, maka masalah dalam penelitian ini
dirumuskan yaitu:
Bagaimana prestasi belajar matematika dapat meningkat dengan menggunakan
pendekatan induktif pada kelas IV di SD Negeri 3 Sugihan Kabupaten
Wonogiri?
E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan prestasi belajar matematika menggunakan pendekatan induktif
pada siswa kelas IV di SD Negeri 3 Sugihan Kabupaten Wonogiri.
9
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak,
diantaranya :
1. Bagi Siswa
Siswa dapat lebih aktif dalam memperoleh suatu materi pelajaran dengan
dilibatkan secara aktif dalam pemahaman konsep-konsep matematika
selama proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa.
2. Bagi Guru
Dari penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah tentang pendekatan
induktif guna meningkatkan prestasi belajar siswa.
3. Bagi Sekolah
Penelitian ini bermanfaat dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di
kelas melalui pengembangan pendekatan induktif dengan dunia nyata,
khususnya pada mata pelajaran matematika.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian tentang Prestasi Belajar
1. Prestasi Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah proses yang terjadi dari lahir sampai akhir hayat
dengan mengalami perubahan-perubahan tingkah laku. Adapun empat
pilar belajar sebagai keputusan universal antara lain: belajar untuk
mengetahui (learning to know), belajar untuk bekerja (learning to do),
belajar untuk hidup berdampingan dan berkembang bersama (learning to
live together), dan belajar untuk menjadi manusia seutuhnya (learning to
be).
“Belajar adalah suatu proses dan aktivitas yang selalu dilakukan
dan dialami manusia sejak manusia di dalam kandungan, buaian, tumbuh
menjadi dewasa, sampai ke liang lahat, sesuai dengan prinsip belajar
sepanjang hayat” (Suyono dan Hariyanto, 2001:1). Artinya belajar tidak
hanya dilakukan seseorang mulai dari anak-anak sampai dewasa,
melainkan belajar seperti yang dijelaskan diatas berlangsung sepanjang
hayat dari mulai lahir sampai akhir hayat.
Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada
saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila
ia tidak belajar maka responnya menurun (Dimyati dan Mudjiono,
11
2002:9). Hal ini sependapat dengan (Purwanto, 2010:38-39), bahwa
belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan
lingkungan untuk mendapatkan perubahan tingkah laku.
Belajar adalah aktivitas mental/ psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Winkel dalam
Purwanto, 2010:39). Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya
perubahan tingkah laku pada siswa yang belajar. Pendapat tersebut
sependapat dengan rumusan belajar menurut G.A Kimble dalam
(Lisnawati Simanjuntak, dkk, 1993:38).
Belajar adalah perubahan yang relatif menetap dalam potensi
tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari latihan dengan
penguatan dan tidak termasuk perubahan-perubahan karena
kematangan, kelelahan atau kerusakan pada susunan saraf, atau
dengan kata lain bahwa mengetahui dan memahami sesuatu
sehingga terjadi perubahan dalam diri seseorang yang belajar.
Menurut Soepartinah Pakasi (Lisnawati Simanjuntak, dkk,
1992:52) menguraikan sifat-sifat belajar antara lain:
1. Belajar merupakan interaksi antara anak dan lingkungan.
2. Belajar berarti berbuat. Belajar adalah suatu kegiatan, dengan
bermain, berbuat, bekerja dengan alat-alat sehingga banyak hal yang
menjadi jelas, karena dengan berbuat anak dapat menghayati sesuatu
dengan seluruh indra dan jiwanya.
3. Belajar berarti mengalami. Mengalami secara berulang-ulang maka
pembelajaran akan menjadi efektif, teknik menjadi lancar, konsep
makin lama makin terang.
12
4. Belajar merupakan aktivitas yang bertujuan. Sebab dengan aktivitas
dapat diperoleh pengalaman yang kelak akan berguna bagi dirinya.
Dengan demikian. Belajar merupakan proses perubahan tingkah
laku yang berlangsung sepanjang hayat. Perubahan ini dapat ditunjukkan
dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, sikap, maupun
keterampilan sebagai upaya menjadi manusia yang seutuhnya.
b. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan tercapainya tujuan pembelajaran
dalam proses belajar mengajar. Siswa dikatakan berhasil dalam belajar
apabila proses dan hasil pembelajaran mencapai kriteria keberhasilan
yang telah ditetapkan. Selain itu dalam tercapainya prestasi belajar,
harus memperhatikan perubahan pada aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor. Perubahan pada ketiga aspek tersebutlah yang akan
membawa siswa berhasil menjadi manusia yang seutuhnya karena
keberhasilannya dalam proses belajar.
Prestasi belajar adalah tingkatan keberhasilan siswa mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program (Muhibbin Syah,
2006:141). Artinya di dalam belajar terdapat tujuan pendidikan yang
harus dicapai melalui proses belajar. Jika tujuan tersebut tercapai maka
siswa berhasil dalam kegiatan pembelajarannya. Prestasi belajar
merupakan suatu keberhasilan pada tugas belajar dalam kegiatan
pembelajaran.
13
Prestasi belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada
siswa yang mengikuti proses belajar mengajar (Purwanto, 2010:46).
Dengan demikian maka prestasi belajar merupakan perolehan dari proses
belajar siswa sesuai pengajaran.
(Sudjiarto dalam Purwanto, 2010:46) menjelaskan bahwa,
prestasi belajar sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh mahasiswa
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan
yang ditetapkan. Artinya keberhasilan peserta didik dalam belajar diukur
pada tingkat penguasaan yang dicapai dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Dahar (1998:95) dalam Purwanto (2010:42), menurut Gagne
Prestasi/ hasil belajar adalah terbentuknya konsep, yaitu kategori
yang kita berikan pada stimulus yang ada di lingkungan, yang
menyediakan skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi
stimulus-stimulus baru dan menentukan hubungan di dalam dan
diantara kategori-kategori.
Berbagai pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
prestasi belajar adalah perubahan perilaku siswa secara keseluruhan
menjadi lebih baik setelah memperoleh proses belajar. Dengan kata lain,
perubahan tersebut berbentuk ketercapaian belajar siswa yang diperoleh
berdasarkan tujuan pembelajaran dari hasil proses belajar siswa yang
dinyatakan dalam bentuk skor. Perubahan perilaku disebabkan karena
adanya proses belajar. Proses tersebut dialami siswa dalam bentuk
penangkapan stimulus-stimulus yang diberikan dari lingkungan.
Perubahan perilaku yang diharapkan mencakup ketiga aspek yaitu aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor.
14
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar
Conny R. Semiawan (2007:11-14) menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar anak sebagai berikut:
a. Pemenuhan Kebutuhan Psikologis
Perkembangan anak perlu dipenuhi berbagai kebutuhan yaitu
berbagai kebutuhan primer, pangan, sandang dan perhatian, kasih sayang,
perlakuan terhadap dirinya. Pemenuhan kebutuhan banyak tergantung
dari cara diri seseorang berinterkasi dengan lingkungannya.
Pihak sekolah dan orangtua wajib memberikan perhatian, kasih
sayang, dan perlakuan yang baik dalam upaya mengembangkan potensi
anak didiknya. Peran pendidik dalam pemenuhan kebutuhan psikologis
anak mengacu pada perwujudan potensi bakat tertentu sebagai interaksi
anak terhadap lingkungan.
b. Intelegensi, Emosi, dan Motivasi
Keberhasilan belajar sangat ditentukan oleh kemampuan kognitif,
tetapi ternyata faktor nonkognitif yaitu motivasi, sikap, emosi tidak kalah
penting. Faktor tersebut mempengaruhi kinerja serta lingkungan maupun
perkembangan dirinya sendiri.
Keseimbangan antara intelegensi intelektual dan intelegensi
emosional diperlukan antara lain untuk berkonsentrasi terhadap materi
pelajaran yang dihadapi, mengatasi stres atau kecemasan dalam persoalan
tetentu. Semua ini juga terkait dengan motivasi internal. Motivasi ini
bersumber dari keyakinan kemampuannya untuk memperoleh sukses
15
dalam upaya mencpai sasaran yang dicanangkan. Hal ini berdampak pada
upaya mewujudkan prestasi belajar, mengaktualisasi potensi seoptimal
mungkin.
c. Pengembangan Kreativitas
Setiap anak dilahirkan dengan bakat masing-masing. Bakat yang
berbeda-beda terwujud dari faktor bawaan dengan keunikan masing-
masing dan juga pengaruh dari lingkungan. Kreativitas terbentuk karena
berfungsinya otak manusia. Kecerdasan orang juga ditentukan oleh
struktur otak. Otak kanan dan otak kiri mempunyai tugas dan fungsi yang
berbeda dalam mengahayati berbagai pengalaman belajar.
Belahan otak kiri berfungsi untuk merespon terhadap hal yang
sifatnya linier, logis, dan teratur. Sedangkan belahan otak kanan untuk
mengembangkan imajinasi dan kreativitas. Berfungsinya otak kanan
inilah yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kreativitas.
Pembelajaran yang mengendalikan fungsi kedua belahan otak secara
harmonis akan membantu anak meningkatkan prestasi belajar sehingga
mencapai kemandirian dan mampu menghadapi berbagai tantangan di
lingkungan.
16
B. Kajian tentang Pembelajaran Matematika
1. Hakikat Matematika
Menurut Ebbutt dan Straker dalam Marsigit (2003:2) memberikan
pedoman bagi guru dalam usaha untuk mendorong siswa agar para siswa
menyenangi matematika di sekolah. Pedoman yang diberikan beserta
implikasinya terhadap pembelajaran matematika ialah sebagai berikut:
a. Matematika adalah kegiatan penelusuran pola dan hubungan.
Implikasi dari pandangan ini terhadap usaha guru adalah:
1) Memberi kesempatan siswa untuk melakukan kegiatan penemuan dan
penyelidikan pola-pola untuk menentukan hubungan
2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan percobaan
dengan berbagai cara
3) Mendorong siswa untuk menemukan adanya urutan, perbedaan,
perbandingan, pengelompokan, dan sebagainya
4) Mendorong siswa memahami dan menemukan hubungan antara
pengertian satu dengan yang lainnya
5) Mendorong siswa menarik kesimpulan umum.
b. Matematika adalah kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi, dan
penemuan.
Implikasi dari pandangan ini terhadap usaha guru adalah:
1) Mendorong inisiatif dan memberikan kesempatan berpikir berbeda
2) Mendorong rasa ingin tahu, keinginan bertanya, kemampuan
menyanggah dan kemampuan memperkirakan
17
3) Menghargai penemuan yang diluar perkiraan sebagai hal bermanfaat
sebagai kesalahan
4) Mendorong siswa menemukan struktur dan desain matematika
5) Mendorong siswa menghargai penemuan siswa yang lainnya
6) Mendorong siswa berfikir refleksif
7) Tidak menyarankan penggunaan suatu metode tertentu.
c. Matematika adalah kegiatan pemecahan masalah (problem solving).
Implikasi dari pandangan ini terhadap usaha guru adalah:
1) Menyediakan lingkungan belajar matematika yang merangsang
timbulnya persoalan matematika
2) Membantu siswa memecahkan persoalan matematika menggunakan
caranya sendiri
3) Membantu siswa mengetahui informasi yang diperlukan untuk
memecahkan persoalan matematika
4) Mendorong siswa untuk berpikir logis, konsisten, sistematis, dan
mengembangkan sistem dokumentasi
5) Mengembangkan kemampuan dan keterampilan untuk memecahkan
persoalan
6) Membantu siswa mengetahui bagaimana dan kapan menggunakan
berbagai alat peraga/ media pendidikan matematika seperti: jangka,
kalkulator, dan sebagainya.
d. Matematika merupakan alat komunikasi
Implikasi dari pandangan ini terhadap usaha guru adalah:
18
1) Mendorong siswa mengenal sifat matematika
2) Mendorong siswa membuat contoh sifat matematika
3) Mendorong siswa menjelaskan sifat matematika
4) Mendorng siswa memberikan alasan perlunya kegiatan matematika
5) Mendorong siswa membicarakan persoalan matematika
6) Mendorong siswa membaca dan menulis matematika
7) Menghargai bahasa ibu siswa dalam membicarakan matematika.
2. Hakikat Pembelajaran Matematika
Pembelajaran merupakan hal penting dalam proses pendidikan.
Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara
sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku
tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon
terhadap situasi tertentu (Syaiful Sagala, 2010:61). Hal ini sejalan dengan
pendapat (Erman suherman, 2001:8), dijelaskan bahwa pembelajaran
adalah upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program
belajar tumbuh dan berkembang secara optimal.
Pembelajaran dilakukan oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu
pengetahuan, mengorganisasi, dan menciptakan sistem lingkungan
dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan
belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil optimal (Erman
Sugihartono, 2006:89). Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran merupakan proses yang dilakukan antara siswa dan guru
secara sengaja yang dirancang dalam situasi yang edukatif.
19
Pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja
direncanakan dan dirancang oleh pendidik dalam proses belajar
matematika secara efektif, efisien, dan dapat mencapai tujuan maupun
hasil belajar matematika yang optimal. Pada umumnya guru mengajarkan
matematika dengan menerangkan konsep dan operasi matematika,
memberi contoh mengerjakan soal, serta meminta siswa untuk
mengerjakan soal sejenis dengan soal yang sudah diterangkan guru.
Pembelajaran matematika di kelas hendaknya ditekankan pada
keterkaitan konsep-konsep matematika dengan pengalaman anak sehari-
sehari agar anak tidak cepat lupa dan dapat mengaplikasikan matematika
dalam kehidupan sehari-hari (Rostina Sundayana, 2013: 24).
3. Tujuan Pembelajaran Matematika SD
Tujuan adalah sesuatu yang hendak dicapai. Ketercapaian
tersebut dapat dilihat dari hasil yang telah dilakukan. Dalam
pembelajaran juga terdapat tujuan tersebut, yaitu terjadinya perubahan
pada siswa setelah mengikuti proses belajar.
Matematika merupakan mata pelajaran yang banyak berguna
dalam kehidupan sehari-hari, maka dari itu belajar matematika sejak usia
sekolah dasar perlu dioptimalkan. Caranya yaitu membimbing siswa
untuk terampil dalam belajar matematika. Hal ini sejalan dengan
pendapat Heruman (2008:2) yang menjelaskan bahwa tujuan akhir
pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah agar siswa terampil
20
dalam menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan
sehari-hari.
Pada tingkat sekolah dasar tujuan khusus pembelajaran
matematika adalah untuk (1) menumbuhkan dan mengembangkan
keterampilan berhitung sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari; (2)
menumbuhkan kemampuan siswa melalui kegiatan matematika; (3)
mengembangkan kemampuan dasar matematika sebagai dasar
matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut; (4) membentuk sikap
logis, kritis, kreatif, cermat, dan disiplin (Muchtar A. Karim, dkk.,
1996:11).
C. Hakikat Pembelajaran Matematika di SD
Pembelajaran adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang telah
direncanakan sesuai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Umur siswa
sekolah dasar umumnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13
tahun. Dalam kisaran umur tersebut, menurut Jean Piaget, seorang siswa
berada pada fase operasional konkret. Pada fase ini kemampuan yang tampak
adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-
kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran matematika di sekolah dasar, pada
tahap ini anak dapat mengelompokkan benda-benda konkret berdasarkan
warna, bentuk, atau ukurannya (Muchtar A. Karim, dkk., 1996:20).
Secara umum karakteristik anak usia sekolah dasar menurut Basset,
Jacka, dan Logan (1983) dalam Mulyani Sumantri dan Johar Permana
21
(1998:12) sebagai berikut: (1) secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang
kuat dan tertarik akan dunia sekitar yang mengelilingi diri anak; (2) senang
bermain dan lebih suka bergembira atau riang; (3) suka mengatur dirinya untuk
menangani berbagai hal, mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-
usaha baru; (3) terdorong untuk berprestasi sebagaimana anak tidak suka
mengalami ketidakpuasan dan menolak kegagalan-kegagalan; (4) belajar
secara efektif ketika merasa puas dengan situasi yang terjadi; (5) belajar
dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajar anak-anak
lainnya.
Dalam pembelajaran matematika kelas IV SDN 3 Sugihan Kabupaten
Wonogiri, setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami harus diberi
penguatan agar dapat bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan
tercermin dalam pola pikir dan pola tindakannya. Dalam hal ini dibutuhkan
adanya pembelajaran matematika melalui perbuatan dan pengertian, tidak
hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta yang mengakibatkan siswa mudah
lupa terhadap konsep-konsep yang telah diajarkan. Proses pembelajaran
matematika sesuai dengan karakterisitik matematika dan anak menurut J.
Tombokan Rotokahu dan Selpius Kandou (2014:226-227) melalui 3 tahap,
yaitu tahap penanaman konsep, tahap pemahaman konsep, dan tahap
keterampilan.
Pada pembelajaran matematika kelas IV SDN 3 Sugihan Kabupaten
Wonogiri harus terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa
sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan. Dalam matematika, setiap
22
konsep berkaitan dengan konsep lain, dan suatu konsep menjadi menjadi
prasyarat bagi konsep lain. Oleh karena itu, siswa kelas IV SDN 3 Sugihan
Kabupaten Wonogiri harus banyak diberi kesempatan untuk melakukan
keterkaitan antar konsep tersebut.
Menurut Heruman (2007:4), dalam pembelajaran matematika di
sekolah dasar diharapkan terjadi reinforcement (penemuan kembali), harus
terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan
konsep yang akan diajarkan, dan pembelajaran matematika harus terjadi pula
belajar secara konstruktivistik. Maka pendekatan pembelajaran yang digunakan
adalah dengan pendekatan pembelajaran induktif.
1. Matematika di Sekolah Dasar Kelas IV Semester II SD Negeri 3
Sugihan Kabupaten Wonogiri
Matematika di sekolah dasar semester dua SDN 3 Sugihan
Kabupaten Wonogiri mencakup beberapa aspek, yaitu: bilangan bulat,
bilangan pecahan, bilangan romawi, bangun ruang dan bangun datar.
Bilangan bulat mencakup tentang mengenal bilangan bulat, penjumlahan
bilangan bulat, pengurangan bilangan bulat, dan operasi hitung campuran.
Bilangan pecahan mencakup tentang mengenal pecahan dan urutannya,
menyederhanakan pecahan, penjumlahan pecahan, pengurangan pecahan,
perkalian pecahan, pembagian pecahan, dan penyelesaian masalah pecahan.
Bilangan romawi mencakup tentang mengenal lambang bilangan romawi,
membaca bilangan romawi, dan menuliskan bilangan romawi. Bangun
ruang dan bangun datar mencakup tentang bangun ruang sederhana, jaring-
23
jaring kubus dan balok, mengenal bangun datar simetris, dan pencerminan
bangun datar.
2. Materi Bilangan Pecahan
Darhim (1991:163) “Bilangan pecahan adalah bilangan yang
lambangnya dapat ditulis dengan bentuk dimana a dan b bilangan
bulat dan b ≠ 0 pada pecahan . a disebut pembilang dan b disebut
penyebut pecahan tersebut”.
Secara umum menurut Cholis Sa’dijah (1998:148), bentuk
penulisan disebut pecahan dengan a dan b bilangan cacah dan b ≠ 0.
Dalam hal ini a disebut pembilang dan b disebut penyebut.
Pada prinsipnya pecahan digunakan untuk menyatakan beberapa
bagian yang sama, jumlah seluruh bagian yang sama ini bersama-sama
membentuk satuan (Sri Subarinah, 2006:79-80). Dengan demikian
pecahan adalah perbandingan bagian yang sama terhadap keseluruhan
dari suatu benda.
Pengertian bilangan pecahan pada matematika sekolah dasar
dapat didasarkan atas pembagian suatu benda atau himpunan atas
beberapa bagian yang sama (Lisnawaty Simanjuntak, 1992:153).
Misalnya seorang Ibu yang baru pulang dari pasar membawa jeruk 3
buah sedangkan anaknya ada 2 orang. Supaya anak mendapat bagian
24
yang sama maka, tiga buah jeruk tersebut harus dibagi dua. Dalam
pembagian jeruk tersebut setiap anak mendapat satu setengah bagian.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pecahan adalah
perbandingan bagian yang sama dari keseluruhan bagian suatu benda.
Dimana bilangan pecahan terdiri dari dua bagian angka yaitu angka
sebagai pembilang dan angka sebagai penyebut. Sedangkan pengertian
bilangan pecahan untuk anak SD (Sekolah Dasar) adalah ketika ibu
membagi satu roti menjadi 2 bagian yang sama. Dan jika dituliskan maka
akan menjadi bagian, hal tersebut yang dinamakan pecahan.
a. Perkalian Pecahan
Pada prinsipnya, perkalian sama dengan penjumlahan secara
berulang. Oleh karena itu, kemampuan yang harus dimiliki siswa
sebelum belajar perkalian pecahan adalah sudah menguasai
penjumlahan pecahan. Perkalian pecahan terdiri atas perkalian
bilangan bilangan bulat dengan pecahan, perkalian pecahan biasa
dengan bilangan bulat, dan perkalian dua pecahan biasa.
1) Perkalian Bilangan Bulat dengan Pecahan
Contoh :
2 x = . . . artinya ada 2 satuan -an. Berapa nilainya setelah
digabung?
25
Yang diarsir Yang diarsir
Arsiran digabung menjadi
Yang diarsir
Jadi, terlihat bahwa 2 x = + = = 1 atau dapat dinyatakan
sebagai 2 x = .
2) Perkalian pecahan dengan bilangan bulat
x 2 = . . . artinya dari 2.
Untuk mendapatkan dari 2, maka anak harus memikirkan 2
obyek yang dikelompokkan menjadi 2 bagian yang beranggotakan
sama. Banyaknya anggota masing-masing kelompok terkait dengan
banyaknya obyek semula, dalam hal ini dari banyaknya obyek
semula.
26
0 1 2
Setiap petak mewakili bagian
dari 1. Jadi, terdapat 2 petak -an atau dalam kalimat matematika
adalah x 2 = = .
3) Perkalian Pecahan Biasa dengan Pecahan Biasa
x = . . . artinya dari .
Jadi, x adalah atau x = =
b. Pembagian Pecahan
Pada prinsipnya, pembagian adalah pengurangan secara
berulang sampai habis. Konsep pengurangan secara berulang tersebut
digunakan dalam mengenalkan pembagian pecahan. Pembagian
pecahan terdiri dari pembagian bilangan bulat dengan pecahan biasa,
27
pembagian pecahan biasa dengan bilangan bulat, dan pembagian dua
pecahan biasa.
Contoh:
1) Pembagian Pecahan Biasa dengan Bilangan Bulat
Contoh:
: 2 = . . .
x =
2) Pembagian Bilangan Bulat dengan Pecahan
Contoh :
2 : = . . .
Apabila diubah ke dalam pengurangan menjadi:
2 - - - - = 0 atau dengan kata lain banyak pengambilan
dari 2 adalah sebanyak 4 pengambilan. Hasil dari pembagian
tersebut dapat ditulis 2 : = 4.
3) Pembagian Pecahan oleh Pecahan
Contoh :
: = . . .
28
: = - - = 0 atau dengan kata lain banyak pengambilan
dari adalah sebanyak 2 pengambilan. Hasil pembagiannya dapat
ditulis : = 2.
D. Kajian tentang Pendekatan Induktif
1. Pengertian Pendekatan Induktif
Pendekatan merupakan salah satu komponen pembelajaran yang
akan menentukan kegiatan pembelajaran yang akan berlangsung.
Pendekatan pembelajaran adalah cara yang dilakukan untuk menyelesaikan
persoalan pembelajaran secara menyeluruh (Haryanto, 2003:13). Pilihan
pendekatan pembelajaran akan menentukan variasi metode dan media dalam
kegiatan pembelajaran. Selanjutnya menurut (Ali Hamzah dan Muhlisrarini,
2014:231), pendekatan pembelajaran merupakan strategi yang dapat
memperjelas arah yang ditetapkan agar mencapai tujuan pembelajaran. Jadi
dapat diartikan bahwa pendekatan pembelajaran merupakan prosedur yang
ditempuh oleh guru dalam membahas suatu bahan pelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
Pendekatan induktif berdasarkan pada penalaran induktif. Penalaran
induktif merupakan bentuk penalaran yang berjalan dari hal-hal yang
bersifat khusus ke hal-hal yang bersifat umum. Pendapat tersebut sejalan
dengan (Syaiful Sagala, 2010:77), dijelaskan bahwa berpikir induktif adalah
suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari khusus menuju ke yang
29
umum. Artinya penalaran atau pemikiran induktif didasarkan pada hal-hal
yang bersifat khusus, kemudian bertahap membentuk suatu sifat yang
bersifat umum.
Model pembelajaran berpikir induktif merupakan suatu strategi
mengajar yang dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan siswa
mengolah informasi atau strategi mengajar untuk mengembangkan
keterampilan berpikir siswa. Model pembelajaran dan pengajaran induktif
dirancang untuk melatih siswa membuat konsep dan sekaligus untuk
mengajarkan konsep-konsep dan cara penerapannya (generalisasi) pada
mereka. Model ini mengajar minat siswa pada logika, minat pada bahasa
dan arti kata-kata, dan minat pada sifat pengetahuan (Bruce Joyce, dkk.,
2009:115-117).
Secara definisi menurut (Hamzah dan Muhlisrarini, 2014:234),
pendekatan induktif adalah suatu cara mengajar yang penyajian topik atau
materi dikembangkan berdasarkan pemikiran induktif yaitu berjalan dari
yang khusus ke umum, dari yang konkret ke abstrak, dan dari contoh-contoh
menuju ke kesimpulan. Misalkan ketika mengajarkan kepada peserta didik
rumus segitiga siku-siku = sisi miring kuadrat = jumlah kuadrat sisi siku-
sikunya. Peserta didik melakukan secara berkelompok penyusunan bagian A
dan bagian B dipindahkan tempatnya ke bagian C. setiap kelompok dengan
ukuran dan warna segitiganya berbeda-beda. Nanti akan didapatkan bahwa
semua kelompok mendapat pembuktian luas bagian segitiga yang sama.
Ketika bersama-sama mencari panjang sisi miring segitiga maka dapat
30
diperoleh pemahaman umum bagi peserta didik bahwa kuadrat sisi miring =
jumlah kuadrat sisi siku-sikunya, = + .
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan
induktif adalah konsep atau prosedur yang digunakan dalam membahas
suatu bahan pelajaran yang berawal dari menyusun bentuk umum dari suatu
topik atau tema. Dengan kata lain pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan induktif, adalah pembelajaran yang menekankan pada penemuan
konsep-konsep dari fakta atau contoh kasus yang diberikan dalam kegiatan
pembelajaran sehingga pada kegiatan akhir pembelajaran ditarik suatu
kesimpulan yang berupa konsep, prinsip, atau aturan.
2. Langkah-langkah Pendekatan Induktif
Pengajaran berpikir induktif mengenal tiga strategi mengajar,
yaitu (1) pembentukan pengertian; (2) interpretasi data; (3) penerapan
prinsip (Moedjiono dan Dimyati, 1991:114). Hal ini sependapat dengan
rumusan (Bruce Joyce, 2009:116-117) mengenai langkah model berpikir
induktif. Beliau membagi langkah-langkah tersebut ke dalam tiga
tahapan yaitu: (1) pembentukan konsep; (2) interpretasi data; (3)
penerapan prinsip.
Langkah-langkah yang dapat digunakan dalam pendekatan
induktif adalah: (1) memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan
dengan pendekatan induktif; (2) menyajikan contoh-contoh khusus
konsep, prinsip atau yang terkandung dalam contoh-contoh itu; (3)
disajikan bukti-bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang
31
atau menyangkal perkiraan itu; (4) disusun pernyataan mengenai sifat
umum yang telah terbukti berdasarkan langkah-langkah yang terdahulu
(Syaiful Sagala, 2010:77). Pada tingkat ini menurut (Syamsudin dalam
Syaiful Sagala, 2010:77) siswa belajar mengadakan kombinasi dari
berbagai konsep atau pengertian dengan mengoperasikan kaidah-kaidah
logika formal (induktif, deduktif, analisis, sintesis, asosiasi, diferensiasi,
komparasi, dan kausalitas), sehingga siswa dapat membuat kesimpulan
tertentu yang mungkin selanjutnya dapat dipandang sebagai “rule”
(prinsip, dalil, aturan, hukum, kaidah, dan sebagainya).
Pembelajaran dengan pendekatan induktif menurut (Moedjiono
dan Dimyati, 1991:114) terbagi menjadi 3 langkah yaitu pembentukan
pengertian, interpretasi data, dan penerapan prinsip. Dalam pembentukan
pengertian guru mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang
menguraikan masalah. Dalam langkah ini kegiatan tanya jawab antara
guru dan siswa berperan penting agar siswa mengenal masalah secara
rinci. Dalam interpretasi data guru membimbing siswa mengenali data,
kemudian membimbing siswa menarik kesimpulan. Dalam penerapan
prinsip guru membimbing siswa untuk membuat hipotesis dan membuat
ramalan tentang sebab akibat suatu penerapan prinsip. Berikut adalah
langkah-langkah pembelajaran melalui pendekatan induktif:
a. Pembentukan pengertian
Fase satu : mengenalkan masalah dan menguraikan masalah menjadi
bagian yang lebih kecil.
32
Fase dua : mengelompokkan fakta-fakta yang serupa dan tidak
serupa menjadi suatu kumpulan.
Fase tiga : menentukan susunan fakta tersebut secara hierarkis.
b. Interpretasi data
Fase keempat : mengenal rincian fakta dan hubungan antar-fakta.
Fase kelima : menentukan hubungan sebab akibat.
Fase keenam : menarik kesimpulan.
c. Penerapan prinsip
Fase ketujuh : membuat perkiraan atau hipotesis, dan meramalkan
akibat-akibat bila pemecahan dilakukan
Fase kedelapan : menerangkan hal-hal yang ada hubungannya
dengan dukungan pada perkiraan atau hipotesis dan ramalan.
Fase kesembilan : memeriksa ramalan.
Langkah-langkah pembelajaran tersebut sejalan dengan model
berpikir induktif menurut Bruce Joyce. Berikut adalah model berpikir
induktif menurut (Bruce Joyce, 2009:116-117) :
a. Pembentukan konsep
(1) Mengkalkulasi dan membuat daftar
(2) Mengelompokkan
(3) Membuat label dan kategori
b. Interpretasi data
(4) Mengidentifikasi hubungan-hubungan yang penting
(5) Mengeksplorasi hubungan-hubungan
33
(6) Membuat dugaan/ kesimpulan
c. Penerapan prinsip
(7) Memprediksi konsekuensi, menjelaskan fenomena asing,
menghipotesis
(8) Menjelaskan dan atau mendukung prediksi dan hipotesis
(9) Menguji kebenaran (verifikasi) prediksi
Selanjutnya menurut (Haryanto, 2003:19-20) menjelaskan bahwa
ciri utama model pendekatan induktif dalam pengolahan informasi adalah
menggunakan data untuk membangun konsep atau memperoleh
pengertian. Berikut adalah langkah umum implementasi pendekatan
induktif :
a. Presenting examples : aktivitas ini ditandai dengan adanya data atau
contoh yang disampaikan guru atau diamati langsung oleh siswa,
seperti pada kasus di atas. Penyampaian data ini dapat menggunakan
berbagai cara misalnya kasus, data sekunder, grafik, dll. Berdasarkan
data tersebut guru melakukan interaksi dengan siswa dengan berbagai
cara agar siswa termotivasi untuk menarik pengertian atau konsep.
b. Closure : fase ini berfungsi untuk klarifikasi konsep dari data atau
contoh yang telah disampaikan terdahulu dan telah dibahas bersama
dengan siswa. Mungkin selama diskusi pada fase presenting examples
siswa memberikan konstribusi yang tidak berkaitan sama sekali
dengan konsep yang dibahas. Oleh karenanya dalam model induktif,
34
fase ini yang terpenting. Sebab jika tidak dilakukan maka siswa akan
merasa tidak pasti dengan hasil aktivitasnya.
c. Additional examples: fase ini merupakan langkah akhir dari seluruh
kegiatan model induktif. Pada fase ini guru mengajak siswa untuk
menambahkan atau mencari data atau contoh lain yang terkait dengan
masalah yang dibahas. Fungsinya adalah menguatkan konsep yang
telah ditemukan terdahulu, sebagai tes terhadap pengertian yang telah
diperoleh, dan sebagai tambahan informasi bagi guru untuk mengukur
pengertian siswa tentang konsep yang telah diperoleh.
E. Penerapan Pendekatan Induktif dalam Pembelajaran Perkalian dan
Pembagian Pecahan di Kelas IV SD
Contoh penerapan pendekatan induktif dalam pembelajaran matematika
untuk materi barisan. Pengajarannya diawali dengan beberapa contoh tentang
barisan matematika. Dari beberapa contoh itu ditunjukkan kepada siswa
karakteristik barisan seperti selisih suku ke-2 dengan suku ke-1 sama dengan
selisih suku ke-3 dengan suku ke-2, selisih suku ke-3 dengan suku ke-2, selisih
suku ke-4 dengan suku ke-3, selisih suku ke-5 dengan suku ke-4, dan
seterusnya sampai ditemukan rumus suku ke-n. setelah itu barulah ditetapkan
bahwa deret atau barisan adalah kumpulan bilangan berurutan dimana selisih
suku kedua suku yang berurutan mempunyai nilai yang sama (Ali Hamzah dan
Muhlisrarini, 2014:234). Misalkan deret itu:
10 = suku 1
35
12 = suku 2 dan seterusnya.
Suku 2 - suku 1 = suku 4 - suku 3
12-10 = 18-16 = 2.
1. Contoh Penerapan Pendekatan Induktif dalam Pembelajaran
Perkalian Pecahan
a. Perkalian Bilangan Bulat dengan Pecahan Biasa
Contoh :
2 x = . . . artinya ada 2 satuan -an. Berapa nilainya setelah digabung?
Yang diarsir Yang diarsir
Arsiran digabung menjadi
Yang diarsir
Jadi, terlihat bahwa 2 x = + = = 1 atau dapat dinyatakan sebagai
2 x = . Berdasarkan contoh tersebut siswa diharapkan dapat
36
menarik kesimpulan cara mengerjakan operasi hitung bilangan bulat
dengan pecahan biasa yaitu:
Bilangan bulat x =
b. Perkalian pecahan biasa dengan bilangan bulat
x 2 = . . . artinya dari 2.
Untuk mendapatkan dari 2, maka anak harus memikirkan 2 obyek yang
dikelompokkan menjadi 2 bagian yang beranggotakan sama. Banyaknya
anggota masing-masing kelompok terkait dengan banyaknya obyek
semula, dalam hal ini dari banyaknya obyek semula.
0 1 2
Setiap petak mewakili bagian dari 1.
Jadi, terdapat 2 petak -an atau dalam kalimat matematika adalah x 2 =
= . Berdasarkan contoh tersebut siswa diharapkan dapat menarik
kesimpulan cara mengerjakan operasi hitung perkalian pecahan biasa
dengan bilangan bulat yaitu:
37
x bilangan bulat =
c. Perkalian Dua Pecahan Biasa
x = . . . artinya dari .
Tahap 1:
Kertas dilipat menjadi 5 bagian yang sama sesuai dengan penyebut yang
digunakan. Kemudian mengarsir 3 bagian dari lipatan untuk membentuk
pecahan .
Tahap 2:
Melipat menjadi 2 bagian yang sama atau dari . Maka akan
terbentuk lipatan
Tahap 3:
Ikuti lipatan kecil tersebut sampai seluruh kertas membentuk lipatan kecil
yang sama. Maka akan terbentuk 10 lipatan kecil, dan dari tersebut
38
ternyata sama dengan 3 lipatan kecil dari 10 lipatan atau (yang diarsir
dobel)
Jadi, x adalah atau x = = .
Jadi, dari contoh tersebut siswa diharapkan dapat menarik kesimpulan
cara mengerjakan operasi hitung perkalian dua pecahan biasa yaitu:
x =
1. Contoh Penerapan Pendekatan Induktif dalam Pembelajaran
Pembagian Pecahan
a. Pembagian Bilangan Bulat oleh Pecahan Biasa
Pada pembelajaran ini menggunakan kertas karton yang dipotong-
potong berbentuk persegi panjang. Menetapkan suatu ukuran sebagai
patokan satuan. Misalnya persegi berikut sebagai karton satuan, yaitu
karton ini mewakili bilangan 1. Dan menyiapkan beberapa karton yang
panjangnya merupakan bagian dari karton satuan, misalnya karton
setengahan, karton seperempatan, karton sepertigaan, dan karton dua
pertigaan.
39
Karton Satuan
Karton Setengahan
Karton Seperempatan
Karton Sepertigaan
Karton Duapertigaan
1) Pembagian 1 oleh
Menyiapkan satu karton satuan dan beberapa karton setengahan.
1 : artinya mencari banyaknya karton setengahan dalam satu karton
satuan. Yaitu ada berapa banyak karton setengahan yang jika
ditempelkan (tanpa tumpang tindih dan tanpa jarak) dapat menutup
seluruh karton satuan.
Karton satuan
1
40
Hasilnya adalah ada dua karton setengahan yang dapat menutup satu
karton satuan. Jadi, 1 karton satuan dibagi karton satuan hasilnya
adalah 2 karton setengahan.
Apabila diubah ke dalam konsep pengurangan secara berulang
menjadi:
1: = 1 - - = 0. Atau dengan kata lain banyak pengambilan dari
1 adalah sebanyak 2 pengambilan.
Jadi, 1 : = 2 = = 1 x .
2) Pembagian 1 oleh
Menyiapkan satu karton satuan dan beberapa karton sepertigaan.
1 : artinya mencari banyaknya karton sepertigaan dalam satu karton
satuan. Yaitu ada berapa banyak karton sepertigaan yang jika
ditempelkan dapat menutup seluruh karton satuan.
Karton satuan
1
41
Hasilnya adalah ada tiga karton sepertigaan yang dapat menutup satu
karton satuan. Jadi, 1 karton satuan dibagi karton satuan hasilnya
adalah 3 karton sepertigaan.
Apabila diubah ke dalam bentuk penguranagan menjadi:
1 : = 1 - - - = 0. Atau dengan kata lain banyak pengambilan
dari 1 adalah sebanyak 3 pengambilan.
Jadi, 1 : = 3 = = 1 x
Berdasarkan contoh tersebut ternyata ada pola hubungan sebagai
berikut:
1 : = 2 = = 1 x
1 : = 3 = = 1 x
Pola hubungan yang terbentuk itu perlu diberikan sebagai kuncinya
kepada siswa, yaitu “Apabila bilangan bulat dibagi dengan pecahan
biasa maka pembagian berubah menjadi perkalian tetapi pecahannya
dibalik (penyebut menjadi pembilang dan pembilang menjadi
penyebut)” atau dalam bentuk umum:
Bilangan bulat : = bilangan bulat x
42
b. Pembagian Pecahan Biasa oleh Bilangan Bulat
Contoh:
1. : 2 = . . .
: 2 artinya karton setengahan dibagi menjadi dua bagian yang sama.
Jadi apabila karton -an dibagi menjadi 2 bagian yang sama, hasilnya
adalah terdapat 2 karton -an.
Artinya : 2 = = .
2. : 4 = . . .
: 4 artinya karton setengahan dibagi menjadi empat bagian yang
sama.
43
Jadi apabila karton -an dibagi menjadi 4 bagian yang sama, hasilnya
adalah terdapat 4 karton -an.
Artinya : 4 = = .
Berdasarkan contoh tersebut, ternyata ada pola hubungan sebagai
berikut:
: 2 = = .
: 4 = = .
Pola hubungan yang terbentuk itu perlu diberikan sebagai kuncinya
kepada siswa, yaitu “Apabila bilangan pecahan dibagi dengan
bilangan bulat maka pembilang dari pecahan tersebut tetap sedangkan
penyebutnya dikalikan dengan bilangan bulatnya” atau dalam bentuk
umum:
: bilangan bulat =
44
c. Pembagian Dua Pecahan Biasa
Contoh:
1. : = . . .
: artinya ada berapa karton -an dalam karton -an.
Jadi, dalam karton -an terdapat satu karton -an dengan bagian yang
sama.
: dengan konsep pengurangan secara berulang menjadi:
: = - = 0, atau dengan kata lain banyak pengambilan dari
adalah sebanyak 1 pengambilan.
Jadi hasilnya, : = 1 = .
2. : = . . .
: artinya ada berapa karton -an dalam karton -an.
45
Jadi, dalam karton -an terdapat dua bagian karton -an dengan
masing-masing bagian yang sama.
: dengan konsep pengurangan secara berulang menjadi:
: = - - = 0, atau dengan kata lain banyak pengambilan dari
adalah sebanyak 2 pengambilan.
Jadi hasilnya, : = 2 = .
Berdasarkan contoh tersebut, ternyata ada pola hubungan sebagai
berikut:
: = 1 =
: = 2 =
Berdasarkan hubungan tersebut, maka cara mengerjakan operasi
hitung pembagian dua pecahan biasa dalam bentuk umum yaitu:
: = x
46
F. Kerangka Berpikir
Tugas utama guru salah satunya adalah melaksanakan pembelajaran di
dalam kelas. Pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan
untuk membelajarkan siswa. Siswa adalah subjek dalam kegiatan
pembelajaran. Maka dari itu, pembelajaran yang efektif ialah pembelajaran
yang mengedepankan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran. Guru mempunyai peranan penting yaitu sebagai pembimbing
dan fasilitator dalam proses pembelajaran. Adapun cara mengajarkan materi
pelajaran dalam kegiatan pembelajaran yaitu menggunakan suatu model,
pendekatan, strategi, maupun metode pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi terhadap proses pembelajaran di kelas IV
SD Negeri 3 Sugihan, kesulitan yang dihadapi siswa adalah kurang mampu
mengaitkan konsep-konsep matematika yang dipelajarinya dengan kegiatan
kehidupan sehari-hari dan pada umumnya siswa belajar dengan menghafal
konsep-konsep matematika. Selain itu, siswa kesulitan dalam memecahkan
soal-soal matematika yang berbentuk aplikasi, bahkan lebih jauh dari itu ada
kesan siswa menganggap pelajaran matematika hanya merupakan suatu beban,
sehingga tidak heran jika banyak siswa yang tidak menyenangi mata pelajaran
matematika. Di sisi lain, metode dan pendekatan yang diterapkan oleh guru
umumnya masih dominan menerapkan metode ceramah.
Matematika di sekolah dasar kelas IV semester genap mencakup
beberapa aspek, yaitu: bilangan bulat, bilangan pecahan, bilangan romawi,
bangun ruang dan bangun datar. Salah satu materi pembelajaran matematika
47
yang dirasa sulit oleh siswa adalah operasi hitung bilangan pecahan. Pecahan
merupakan materi matematika yang amat penting. Pecahan banyak digunakan
dalam kehidupan sehari-hari serta merupakan dasar dalam memahami
matematika lebih lanjut. Tingkat pemahaman terhadap pecahan akan mendasari
mereka untuk memahami matematika lebih lanjut. Bilangan pecahan
mencakup tentang mengenal pecahan dan urutannya, menyederhanakan
pecahan, penjumlahan pecahan, pengurangan pecahan, perkalian pecahan,
pembagian pecahan, dan penyelesaian masalah pecahan.
Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan pembelajaran yang
menyajikan pembahasan materi matematika dengan melibatkan siswa untuk
aktif dalam pemahaman konsep-konsep matematika, bukan menyajikan
bahasan materinya sudah tersusun secara final. Belajar yang paling baik adalah
siswa menemukan sendiri informasi dan konsep-konsep. Keterlibatan siswa ini
dapat terjadi bila bahan yang disusun itu bermakna bagi siswa, sehingga
interaksi antara guru dan siswa menjadi efektif.
Penggunaan pendekatan induktif dalam proses pembelajaran
matematika merupakan hal yang penting dalam pencapaian prestasi belajar.
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan induktif adalah pembelajaran
yang menekankan pada penemuan konsep-konsep dari fakta atau contoh-
contoh soal dari yang sederhana sampai yang sulit yang diberikan dalam
kegiatan pembelajaran sehingga pada kegiatan akhir pembelajaran ditarik suatu
kesimpulan yang berupa konsep, prinsip, atau aturan. Dengan demikian apabila
penerapan pendekatan induktif dalam pembelajaran materi pecahan sesuai
48
dengan konsepnya, maka proses pembelajaran lebih melibatkan siswa dalam
pemahaman konsep-konsep matematika khususnya pada materi perkalian dan
pembagian pecahan.
Proses pembelajaran matematika dengan pendekatan induktif diawali
dengan menyajikan contoh-contoh soal matematika yang kemudian guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba mengerjakan soal-soal
tersebut dengan bantuan media pembelajaran serta bimbingan dari guru, yang
pada akhirnya siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan umum yang
berupa konsep matematika.
Dari hal tersebut terlihat jelas bahwa, dalam mempelajari perkalian
pecahan dan pembagian pecahan siswa sekolah dasar yang berkarakteristik
pada tahap operasional konkret akan lebih mudah memahami konsep
pembagian dan perkalian pecahan melalui pendekatan induktif dalam
pembelajaran matematika. Pendekatan induktif dapat menunjang tercapainya
tujuan pembelajaran, yang pada akhirnya meningkatkan prestasi belajar siswa
kelas IV di SD N 3 Sugihan Kabupaten Wonogiri pada materi perkalian dan
pembagian pecahan.
G. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir diatas hipotesis tindakannya adalah
penggunaan pendekatan induktif dapat meningkatkan prestasi belajar
matematika bagi siswa kelas IV di SD N 3 Sugihan Kabupaten Wonogiri.
49
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh
guru di kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan
(3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa semakin
meningkat (Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, 2010:9).
Secara etimologis, ada tiga istilah yang berkaitan dengan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK), yaitu penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian adalah
suatu proses pemecahan masalah yang dilakukan secara sistematis, empiris,
dan terkontrol. Tindakan dapat diartikan sebagai perlakuan tertentu yang
dilakukan oleh peneliti yaitu guru. Kelas merupakan tempat proses
pembelajaran berlangsung. Dari penjelasan diatas, maka Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) dapat diartiikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran
di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah
tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam
situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut (Wina
Sanjaya, 2011:25-26).
Selain itu menurut (Hamzah, dkk, 2011:41), penelitian tindakan kelas
adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelas melalui refleksi diri,
dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja guru, sehingga terjadi peningkatan
pada proses pembelajaran dan prestasi belajar.
50
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan permasalahan rendahnya
nilai mata pelajaran matematika atau masih di bawah Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) pada siswa kelas IV di SDN 3 Sugihan Kabupaten Wonogiri.
Peneliti bermaksud untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan
menggunakan pendekatan induktif dalam pembelajaran matematika untuk
meningkatkan prestasi belajar matematika materi perkalian pecahan dan
pembagian pecahan pada siswa kelas IV di SDN 3 Sugihan Kabupaten
Wonogiri.
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 3 Sugihan
Kabupaten Wonogiri, terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan
dengan jumlah siswa 14. Subjek penelitian ini dipilih berdasarkan
permasalahan yang terjadi pada siswa kelas IV SDN 3 Sugihan Kabupaten
Wonogiri yaitu masih rendahnya prestasi belajar dalam mata pelajaran
matematika.
2. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah peningkatan prestasi belajar
matematika melalui pendekatan induktif pada siswa kelas IV SDN 3
Sugihan Kabupaten Wonogiri.
51
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD N3 Sugihan Kabupaten Wonogiri
yang beralamatkan di Desa Sugihan RT.03 RW.03 Kecamatan Bulukerto
Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran
2015/2016. Persiapan untuk penelitian ini telah dimulai pada bulan Februari
2016. Setelah persiapan kemudian peneliti mengajukan surat izin, peneliti
kemudian mengumpulkan data penelitian dari lapangan yang berlangsung
pada bulan Mei sampai bulan Juni 2016.
D. Desain Penelitian
Desain penelitian digunakan untuk mendapatkan gambaran yang jelas
tentang penelitian yang akan dilaksanakan. Dalam penelitian ini model PTK
yang digunakan adalah model yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan
Mc Taggart (Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, 2012:21) yang terdiri dari
empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan (observasi), dan
refleksi. Empat komponen tersebut merupakan rangkaian dalam satu siklus.
Adapun skema alur tindakan model PTK Stephen Kemmis dan Mc Taggart
sebagai berikut:
52
Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Siklus PTK menurut Kemmis Taggart
(Wijayah Kusuma dan Dedi Dwitagama, 2010:21)
Keterangan:
1. Plan (Perencanaan)
2. Act & Observe (Tindakan dan Observasi)
3. Reflect (Refleksi)
4. Revised Plan (Perencanaan Revisi)
5. Act & Observe (Tindakan dan Observasi)
6. Reflect (Refleksi)
53
E. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui prestasi belajar
matematika melalui pendekatan induktif pada siswa kelas IV di SDN 3
Sugihan Kabupaten Wonogiri. Penelitian ini menggunakan siklus, dimana
setiap siklus terdapat empat langkah. Langkah dalam penelitian ini adalah (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan atau observasi, dan (4) refleksi.
1. Perencanaan
Perencanaan dilakukan oleh guru ketika akan melakukan tindakan di
dalam kelas. Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap perencanaan ini
adalah:
a. Permohonan ijin kepada Kepala Sekolah SDN 3 Sugihan Kabupaten
Wonogiri, yaitu tempat dilaksanakannya penelitian.
b. Observasi dan Wawancara
Observasi dan wawancara dilakukan kepada guru dan siswa kelas IV
SDN 3 Sugihan Kabupaten Wonogiri. Tujuan dari kegiatan ini adalah
untuk mengetahui situasi dan kondisi kegiatan pembelajaran di kelas
pada mata pelajaran matematika. Selain itu melakukan pengamatan
terhadap hal-hal yang menjadi masalah dalam proses pembelajaran
matematika.
c. Identifikasi Masalah
Setelah melakukan observasi dan wawancara terhadap guru dan siswa di
kelas IV SDN 3 Sugihan Kabupaten Wonogiri, peneliti mengidentifikasi
masalah dari beberapa masalah yang ditemukan, peneliti dan guru
54
memilih masalah mengenai prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
matematika. Masalah ini sangat penting untuk segera diselesaikan,
sehingga masalah siswa terhadap prestasi belajar matematika dapat
teratasi.
d. Menentukan penggunaan pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan
prestasi belajar matematika, yaitu melalui pendekatan induktif.
e. Peneliti dan guru sebagai kolaborator menyiapkan materi yang akan
dibahas dalam penelitian yang akan dilaksanakan.
f. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah
didesain dengan penerapan pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan
induktif dalam pembelajaran materi perkalian pecahan dan pembagian
pecahan.
g. Menyiapkan media pembelajaran yang terkait materi perkalian pecahan
dan pembagian pecahan sebagai pendukung penerapan pendekatan
pembelajaran secara induktif.
h. Menyiapkan lembar observasi yang akan digunakan peneliti untuk
mengamati proses pembelajaran dan aktivitas siswa di kelas.
i. Memberikan penjelasan terhadap guru tentang penerapan pendekatan
induktif dan menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dalam proses pembelajaran.
55
2. Pelaksanaan
Pada tahap ini, peneliti mengamati proses pembelajaran apakah telah
sesuai dengan apa yang sudah direncanakan sebelumnya. Pelaksanaan
tindakan ini dimaksudkan untuk memperbaiki proses pembelajaran
matematika di kelas IV SDN 3 Sugihan Kabupaten Wonogiri. Adapun
tindakannya sebagai berikut:
a. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan induktif
sesuai dengan RPP. Pelaksanaan kegiatan meliputi:
1) Kegiatan awal
Kegiatan awal berupa memberi salam, presensi siswa, memberi
apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran.
2) Kegiatan inti
Kegiatan inti berupa guru menggunakan pendekatan induktif dalam
membelajarkan matematika materi perkalian dan pembagian pecahan.
3) Penutup
Kegiatan penutup berupa penyimpulan hasil pembelajaran,
mengerjakan soal evaluasi serta refleksi.
b. Peneliti mengamati dan mencatat hal-hal penting ketika guru melakukan
pembelajaran menggunaka media audio visual materi persiapan
kemerdekaan Indonesia.
56
3. Pengamatan (observasi)
Pada tahap pengamatan atau observasi, peneliti mengamati aktivitas
guru dan siswa kelas IV SDN 3 Sugihan Kabupaten Wonogiri. Observasi
dalam penelitian berfungsi untuk mengetahui masalah yang ada pada kelas
IV yang terkait dengan proses pembelajaran matematika. Tahap observasi
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Pengamatan terhadap proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan
pendekatan induktif.
b. Pengamatan terhadap penerapan pendekatan induktif dalam pembelajaran
matematika.
4. Refleksi
Refleksi adalah aktivitas melihat berbagai kekurangan yang
dilaksanakan peneliti selama tindakan. Refleksi dilakukan dengan
melakukan diskusi dengan kolaborator. Dari hasil refleksi, peneliti dapat
nebcatat berbagai kekurangan yang perlu diperbaiki, sehingga dapat
dijadikan dasar dalam penyusunan rencana pembelajaran selanjutnya (Wina
Sanjaya, 2011:80).
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut tahap refleksi merupakan
sarana untuk melakukan pengkajian kembali terhadap tindakan-tindakan
yang telah dilakukan peneliti, subjek penelitian dan dicatat dalam kerangka
kerja proses, kekurangan, kesalahan, dan hambatan yang muncul dalam
perencanaan dan pelaksanaan tindakan sebagai bahan perbaikan pada siklus
selanjutnya.
57
F. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian yang akan dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Untuk mengumpulkan data, dalam penelitian ini menggunakan tes,
observasi, dan dokumentasi.
1. Lembar Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan pemuatan perhatian
terhadap objek menggunakan seluruh alat indra. Mengobservasi dapat
dilakukan melalui penglihatan, penciuman , pendengaran, peraba, dan
pengecap. Di dalam artian penelitian, observasi dapat dilakukan dengan tes,
kuesioner, rekaman gambar, dan rekaman suara (Suharsimi Arikunto,
2002:133).
Observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yang kemudian
digunakan untuk menyebut jenis observasi, yaitu observasi non-sistematis
dan observasi sistematis. Observasi non sistematis adalah observasi yang
dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen
pengamatan. Sedangkan observasi sistematis adalah observasi yang
dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman
sebagai instrumen pengamatan. Penulis menggunakan observasi sistematis
yang menggunakan pedoman berupa format observasi. Adapun hal-hal yang
diobservasi adalah bagaimana aktivitas siswa selama mengikuti
pembelajaran melalui pendekatan induktif.
58
a. Kisi-kisi lembar observasi untuk siswa
Tabel 1. Lembar Observasi Siswa
No Aspek yang diamati Butir yang diamati No Butir
1 Kerjasama Aktif bekerjasama dalam
kelompok
1
Bertanggungjawab terhadap
tugas kelompok
2
Saling membantu dalam
kerja kelompok
3
2 Keaktifan Aktif bertanya 4
Aktif menjawab pertanyaan 5
Aktif mengemukakan
pendapat
6
3 Minat Belajar Memperhatikan penjelasan
guru
7
Semangat dalam mengikuti
pembelajaran
8
Antusias ketika guru
menjelaskan dengan
pendekatan induktif
9
4 Kedisiplinan Mematuhi perintah guru 10
Mematuhi peraturan dalam
pembelajaran
11
Mengerjakan tugas tepat
waktu
12
2. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok
(Suharsimi Arikunto, 2002:127).
59
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan tes
prestasi yang dilakukan setelah akhir siklus. Siswa diminta mengerjakan
beberapa soal yang berkaitan dengan materi perkalian dan pembagian
pecahan. Tes ini juga digunakan untuk memperoleh data sejauh mana
penerapan pendekatan induktif dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa. Adapun kisi-kisi tes disusun sebagai berikut.
60
Tabel 2. Kisi-Kisi Tes
N
O
ASPEK Jumlah
Butir
Soal
Jenis
Soal
No.
Butir
Soal
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar
Indikator
1 5.
Menggunakan
pecahan
dalam
pemecahan
masalah
5.1
Mengalikan
dan membagi
berbagai
bentuk
pecahan
5.3.1 Mengalikan
bilangan pecahan
biasa dengan bilangan
bulat
2 Isian 1;2
5.3.2 Mengalikan
bilangan bulat dengan
pecahan biasa
3 Isian 3,4,5
5.3.3 Mengalikan
bilangan pecahan
biasa dengan pecahan
biasa
5 Isian 6,7,8,9
,10
5.3.4 Membagi
bilangan pecahan
biasa dengan bilangan
bulat
2 Isian 11,12
5.3.5 Membagi
bilangan bulat dengan
pecahan biasa
3 Isian 13,14,
15
5.3.5 Membagi
pecahan biasa dengan
pecahan biasa
5 Isian 16,17,
18,19,
20
Keterangan:
Setiap butir soal jika dijawab benar mendapat skor 1.
61
G. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah suatu proses mengolah dan menginterpretasi data
dengan tujuan untuk menempatkan informasi sesuai dengan fungsinya sampai
memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penellitian (Wina
Sanjaya, 2011:106). Suharsimi Arikunto (2010:282) menyatakan bahwa
analisis data penelitian ada dua macam, yaitu analisis deskriptif kuantitatif dan
analisis deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis
data yang berupa informasi berbentuk kalimat, sedangkan deskriptif kuantitatif
digunakan untuk menganalisis data berupa angka. Data dalam penelitian ini
diperoleh melalui pengamatan atau observasi dan tes untuk mengungkap
peningkatan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri 3 Sugihan Kabupaten
Wonogiri pada materi perkalian dan pembagian pecahan.
1. Analisis Data Deskriptif Kuantitatif
Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa. Rumus-
rumus yang akan digunakan untuk mengolah data kuantitatif meliputi:
a. Nilai Akhir Belajar Siswa
Untuk menentukan nilai akhir belajar yang diperoleh masing-masing
siswa, dapat digunakan rumus berikut:
Keterangan:
NA = Nilai Akhir
SP = Skor Perolehan
NA = SP x 100
SM
62
SM = Skor Maksimal
(BSNP, 2007:25)
b. Mencari nilai rata-rata kelas
NR = Nilai Rata-rata
∑NA = Jumlah nilai akhir
∑SN = Jumlah siswa keseluruhan
(Poerwanti, 2008: 6-25)
c. Persentase tuntas belajar klasikal
Untuk mengetahui persentase tuntas belajar klasikal siswa digunakan
rumus berikut:
Keterangan = TBK= Tuntas Belajar Klasikal
(Aqib dkk, 2010:41)
2. Analisis Data Deskriptif Kualitatif
Hasil observasi sendiri dihitung dengan jumlah skor butir yang dinilai
yaitu rentang antara 0-4 dibagi dengan skor ideal dikalikan 100%.
Apabila ditampilkan dalam rumus menjadi:
Berdasarkan perhitungan tersebut maka batasan kategori hasil observasi
menurut Suharsimi Arikunto (1996:251) sebagai berikut:
TBK = Jumlah siswa yang memenuhi KKM x 100%
Jumlah siswa seluruhnya
Nilai = Skor yang diperoleh X 100%
Skor maksimal
NR = ∑NA
∑SN
63
Tabel 3. Batasan Kategori Hasil Observasi
NO PENCAPAIAN SKOR KATEGORI
1 81% - 100% Baik Sekali
2 61% - 80% Baik
3 41% - 60% Cukup
4 ≤40% Kurang
H. Kriteria Keberhasilan
Penelitian tindakan kelas dimaksudkan untuk meningkatkan proses
pembelajaran dan prestasi belajar siswa kelas IV di SDN 3 Sugihan Kabupaten
Wonogiri. Maka dari itu keberhasilan penelitian tindakan ini ditandai dengan
adanya peningkatan prestasi belajar siswa ke arah yang lebih baik (Suharsimi
Arikunto, 2006:90). Tindakan dalam penelitian ini dikatakan berhasil, jika:
1. Persentase ketuntasan belajar ≥75% dari 14 siswa kelas IV SDN 3 Sugihan
Kabupaten Wonogiri dengan KKM yaitu ≥70.
2. Aktivitas siswa mencapai minimal 80%.
I. Definisi Operasional
Definisi operasional variabel pada penelitian ini yang berjudul
“Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui Pendekatan Induktif di
Kelas IV SD N 3 Sugihan Kabupaten Wonogiri” yaitu sebagai berikut:
1. Prestasi Belajar Matematika
Prestasi belajar matematika yang dimaksud adalah kemampuan
kognitif siswa SDN 3 Sugihan Kabupaten Wonogiri yang didapatkan dari
penerapan pendekatan induktif dalam proses pembelajaran matematika
64
khususnya materi perkalian dan pembagian pecahan serta sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan yang dinyatakan dalam bentuk
nilai dari tes yang telah dilakukan setelah perlakuan tindakan. Nilai tersebut
berupa angka dengan interval 0 (nol) sampai 100 (seratus).
2. Pendekatan Induktif
Pendekatan induktif merupakan salah satu pendekatan pembelajaran
yang digunakan untuk memudahkan guru dalam meningkatkan pemahaman
konsep matematika pada siswa khususnya pada materi perkalian dan
pembagian pecahan. Proses pembelajaran matematika dengan pendekatan
induktif diawali dengan menyajikan contoh-contoh soal matematika yang
kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba
mengerjakan soal-soal tersebut dengan bantuan media belajar serta
bimbingan dari guru, yang pada akhirnya siswa dengan bimbingan guru
membuat kesimpulan terhadap konsep materi matematika.
65
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Situasi dan Lokasi Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SDN 3 Sugihan yang
berada di Desa Sugihan Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri
Provinsi Jawa Tengah. Kondisi Bangunan di SDN 3 Sugihan secara
keseluruhan dapat dikatakan baik. Sekolah ini mempunyai 6 ruang kelas, 1
ruang guru dan kepala sekolah, 1 perpustakaan, 2 kantin siswa, 1 mushola,
serta beberapa kamar mandi. Penelitian Tindakan Kelas ini mengambil
subyek siswa kelas IV yang berjumlah 14 orang siswa yang terdiri dari 9
siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan. Siswa SDN 3 Sugihan secara
keseluruhan berjumlah 93 siswa, sedangkan guru dan karyawan di SDN 3
Sugihan berjumlah 8 orang.
2. Kondisi Awal
Sebelum dilakukan tindakan, siswa telebih dahulu diberikan pretest
untuk mengetahui prestasi belajar matematika siswa materi perkalian dan
pembagian pecahan sebelum diberikan tindakan. Kegiatan tes pra tindakan
dilakukan pada hari Sabtu, 21 Mei 2016. Data prestasi belajar siswa dalam
kegiatan pretest ini dapat dilihat pada lampiran. Data tersebut secara
sederhana dapat dirangkum dalam tabel di bawah ini.
66
Tabel 4. Persentase Ketuntasan Pra Tindakan
No Klasifikasi
Ketuntasan
Pra tindakan
Jumlah Persen
1 Tuntas 6 42,85%
2 Belum Tuntas 8 57,15%
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
matematika siswa kelas IV khususnya materi perkalian dan pembagian
pecahan masih rendah. Hal tersebut dibuktikan dengan persentase
ketuntasan siswa masih rendah dibandingkan dengan siswa yang belum
tuntas. Nilai KKM siswa kelas IV SDN 3 Sugihan adalah 70. Siswa yang
memperoleh nilai ≥ 70 masih lebih sedikit dibandingkan siswa yang
memperoleh nilai ≤ 70, yaitu siswa yang sudah tuntas melebihi KKM hanya
42,85% dari seluruh siswa. Nilai rata-rata kelas dari hasil tes pratindakan
adalah 71,42.
Observasi juga dilakukan terhadap aktivitas siswa selama mengikuti
kegiatan pembelajaran. Hasil pengamatan awal, siswa belum baik ketika
mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa terlihat kurang mendengarkan
penjelasan guru, dan hanya sibuk dengan kegiatannya sendiri-sendiri.
Beberapa siswa asyik berbicara dengan temannya. Siswa seakan kurang
tertarik mengikuti pelajaran karena metode pembelajaran yang digunakan
guru dominan dengan metode ceramah.
Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
Matematiaka kelas IV di SDN 3 Sugihan Kabupaten Wonogiri belum
67
optimal. Guru masih dominan menggunakan metode ceramah sehingga
siswa tidak aktif dan kurang memperhatikan penjelasan dari guru. Penelitian
yang dilakukan ialah menggunakan pendekatan induktif untuk
meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas IV di SDN 3 Sugihan
Kabupaten Wonogiri tahun ajaran 2015/2016.
3. Penelitian Siklus I
a. Perencanaan
Siklus pertama dilakukan dengan tahap perencanaan. Dalam
siklus ini akan dilakukan dua kali tatap muka. Hal-hal yang dilakukan
pada tahap perencanaan siklus I adalah:
1) Peneliti dan guru sebagai kolaborator berdiskusi menyiapkan
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
2) Membuat RPP mata pelajaran Matematika materi perkalian dan
pembagian pecahan.
3) Menyiapkan media dan semua perlengkapan yang diperlukan dalam
pembelajaran.
4) Menyusun dan menyiapkan lembar pengamatan.
5) Memberikan penjelasan kepada guru tentang pendekatan
pembelajaran induktif dan menjelaskan hal-hal yang akan dikerjakan
oleh guru pada saat pembelajaran.
68
6) Menyusun dan menyiapkan lembar evaluasi yang berupa soal yang
diberikan kepada siswa pada akhir siklus I.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Siklus I Pertemuan 1
Hari/ Tanggal : Senin, 23 Mei 2016
Waktu : 09.30 – 10.40.
Standar Kompetensi:
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar:
Mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan
Indikator:
a) Mengalikan bilangan pecahan biasa dengan pecahan biasa
b) Mengalikan pecahan biasa dengan bilangan bulat
c) Mengalikan bilangan bulat dengan pecahan biasa
Tujuan Pembelajaran:
a) Melalui kegiatan diskusi dan penugasan tentang perkalian pecahan
biasa dengan bilangan bulat, siswa dapat menyelesaikan operasi
hitung perkalian bilangan bulat dengan pecahan biasa dengan
benar.
69
b) Melalui kegiatan diskusi dan penugasan tentang perkalian bilangan
bulat dengan pecahan biasa, siswa dapat menyelesaikan operasi
hitung perkalian bilangan bulat dengan pecahan biasa dengan
benar.
c) Melalui kegiatan diskusi dan penugasan, siswa dapat
menyelesaikan operasi hitung perkalian pecahan biasa dengan
pecahan biasa dengan benar.
Kegiatan pembelajaran dilakukan selama 2 jam pelajaran yaitu
pada pukul 09.30 – 10.40 WIB. Kegiatan pembelajaran dilakukan
sesuai dengan RPP yang telah dirancang sebelumnya.
Kegiatan awal
Kegiatan awal dilakukan kurang lebih 5 menit. Guru
membuka pelajaran dengan salam, kemudian meminta salah satu
siswa untuk memimpin berdoa. Guru kemudian menjelaskan materi
yang akan dipelajari yaitu tentang perkalian dan pembagian
pecahan.
Kegiatan inti
Eksplorasi
Kegiatan inti berlangsung kurang lebih 60 menit. Indikator
pertama yaitu mengalikan pecahan biasa dengan bilangan bulat.
Kegiatan ini dimulai dengan guru menuliskan 3 indikator materi
yang akan dipelajari yaitu perkalian pecahan biasa dengan
70
bilangan bulat, perkalian bilangan bulat dengan pecahan biasa, dan
perkalian pecahan biasa dengan pecahan biasa.
Kegiatan selanjutnya yaitu membahas indikator pertama
perkalian pecahan biasa dengan bilangan bulat. Guru memberikan
satu contoh soal perkalian pecahan biasa dengan bilangan bulat.
Kemudian guru memberikan kertas karton yang ukurannya
mewakili pecahan setengahan, sepertigaan, seperempatan,
seperenaman, seperdelapanan, dan sepersembilanan. Siswa
dibimbing guru dengan dibantu kertas karton yang ukurannya
mewakili berbagai nilai pecahan untuk menyelesaikan soal
perkalian pecahan biasa dengan bilangan bulat. Siswa dan guru
kemudian membahas soal tersebut.
Indikator kedua yaitu mengalikan bilangan bulat dengan
pecahan. Sama seperti pada indikator pertama, dimulai dengan
memberikan satu contoh soal yang kemudian siswa diberikan
kesempatan untuk mengerjakan soal tersebut. Siswa dengan
bimbingan guru kemudian membahas soal tersenut.
Indikator ketiga yaitu mengalikan pecahan biasa dengan
pecahan biasa. Siswa diberikan satu contoh soal dengan angka yang
sederhana. Siswa diberikan kesempatan untuk mengerjakannya.
Siswa dan guru kemudian membahas soal tersebut.
71
Elaborasi
Guru meminta siswa untuk membuat 3 soal perkalian
pecahan biasa dengan bilangan bulat, 3 soal perkalian bilangan
bulat dengan pecahan biasa, dan 3 soal perkalian pecahan biasa
dengan pecahan biasa. Guru meminta siswa untuk mengerjakan
soal latihan.
Konfirmasi
Siswa dan guru membahas hasilnya. Kemudian siswa
dengan bimbingan guru menyimpulkan cara mengerjakan
operasi hitung perkalian pecahan biasa dengan bilangan bulat,
perkalian bilangan bulat dengan pecahan biasa, dan perkalian
pecahan biasa dengan pecahan biasa. Siswa oleh guru diberikan
kesempatan untuk mencatat materi yang telah dipelajari.
Kegiatan akhir
Kegiatan ini berlangsung selama 10 menit. Guru
menanyakan hal-hal yang belum dipahami siswa. Guru
mengumumkan materi yang akan dipelajari selanjutnya yaitu
pembagian pecahan. Akhirnya, guru menutup pelajaran dengan
berdoa dan salam penutup.
72
2) Siklus I Pertemuan 2
Hari/ Tanggal : Selasa, 24 Mei 2016
Waktu : 07.00 – 08.10 WIB.
Standar Kompetensi:
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar:
Mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan
Indikator:
a) Membagi pecahan biasa dengan bilangan bulat
b) Membagi bilangan bulat dengan pecahan biasa
c) Membagi pecahan biasa dengan pecahan biasa
Tujuan Pembelajaran:
a) Melalui kegiatan diskusi dan penugasan tentang pembagian
pecahan biasa dengan bilangan bulat, siswa dapat menyelesaikan
operasi hitung perkalian pecahan biasa dengan bilangan bulat
dengan benar.
b) Melalui kegiatan diskusi dan penugasan tentang pembagian
bilangan bulat dengan pecahan biasa, siswa dapat menyelesaikan
operasi hitung perkalian bilangan bulat dengan pecahan biasa
dengan benar.
73
c) Melalui kegiatan diskusi dan penugasan, siswa dapat
menyelesaikan operasi hitung pembagian pecahan biasa dengan
pecahan biasa.
Kegiatan pembelajaran dilakukan selama 3 jam pelajaran
yaitu pada pukul 07.00 – 08.45 WIB. Kegiatan pembelajaran
dilakukan sesuai dengan RPP yang telah dirancang sebelumnya.
Kegiatan awal
Kegiatan awal dilakukan kurang lebih 5 menit. Guru membuka
pelajaran dengan salam, kemudian meminta salah satu siswa untuk
memimpin berdoa. Guru memberikan apersepsi kepada siswa
berupa pertanyaan tentang materi yang telah dielajari sebelumnya.
Guru kemudian menjelaskan materi yang akan dipelajari.
Kegiatan inti
Eksplorasi
Kegiatan inti berlangsung selama 70 menit. Indikator pertama yaitu
membagi pecahan biasa dengan bilangan bulat. Siswa diberikan
soal pembagian pecahan biasa dengan bilangan bulat. Guru
memberikan kertas karton dengan ukuran yang mewakili nilai
pecahan sepertigaan, setengahan, seperempatan, seperenaman, dan
sepersembilanan. Siswa dengan bimbingan guru membahas soal
tersebut. Kemudian siswa diarahkan untuk mencari kesimpulan
umum bahwa membagi pecahan biasa dengan bilangan bulat
artinya dengan mengalikan bilangan bulat dengan kebalikan
74
pecahan itu. Siswa diberikan kesempatan untuk mencatat materi
yang telah dipelajari.
Siswa diberikan soal pembagian bilangan bulat dengan
pecahan biasa. Guru memberikan kertas karton dengan ukuran
yang mewakili nilai pecahan sepertigaan, setengahan,
seperempatan, seperenaman, dan sepersembilanan. Siswa dengan
bimbingan guru mengerjakan soal tersebut. Setelah selesai, siswa
dan guru membahasnya. Kemudian siswa diarahkan untuk mencari
kesimpulan umum bahwa membagi bilangan bulat dengan bilangan
pecahan artinya dengan mengalikan bilangan bulat dengan
kebalikan pecahan itu. Siswa diberikan kesempatan untuk mencatat
materi yang telah dipelajari.
Siswa diberikan soal pembagian pecahan biasa dengan
pecahan biasa. Siswa dengan bimbingan guru menyiapkan kertas
karton untuk membantu menyelesaikan soal tersebut. Guru
membimbing siswa bagaimana cara mengerjakannya. Siswa dan
guru membahas soalnya. Selanjutnya siswa diarahkan agar mencari
kesimpulan umum. Siswa diberikan kesempatan untuk mencatat
materi.
Elaborasi
Guru meminta siswa untuk membuat 3 soal pembagian pecahan
biasa dengan bilangan bulat, 3 soal pembagian bilangan bulat
dengan pecahan biasa, dan 3 soal pembagian pecahan biasa dengan
75
pecahan biasa. Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal
latihan.
Konfirmasi
Siswa dan guru membahas hasilnya. Kemudian siswa dengan
bimbingan guru menyimpulkan cara mengerjakan operasi hitung
pembagian pecahan biasa dengan bilangan bulat, pembagian
bilangan bulat dengan pecahan biasa, dan pembagian pecahan biasa
dengan pecahan biasa. Siswa oleh guru diberikan kesempatan
untuk mencatat materi yang telah dipelajari.
Kegiatan akhir
Kegiatan ini berlangsung selama 30 menit. Guru menanyakan hal-
hal yang belum dipahami siswa. Guru membagikan soal evaluasi
untuk masing-masing siswa. Siswa mengerjakan soal evaluasi
sendiri-sendiri tanpa mencontek dari buku catatan ataupun teman
lain. Guru kemudian meminta siswa untuk mengumpulkan hasil
pekerjaan siswa sesuai nomor urut presensi, masih banyak siswa
yang mengerjakan soal melebihi batas waktu yang ditentukan guru.
Guru mengumumkan materi yang akan dipelajari pada mata
pelajaran matematika selanjutnya. Akhirnya, guru menutup
pelajaran dengan berdoa dan salam penutup.
76
3) Prestasi Belajar Siklus I
Hasil tes siklus pertama ada pada lampiran, selanjutnya secara
sederhana dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5. Persentase Ketuntasan Siklus I
No Kriteria Keberhasilan Siklus I
Jumlah Persen (%)
1 Tuntas 7 50 %
2 Belum Tuntas 7 50 %
Rata-rata nilai siswa 72,85
Dari hasil belajar tersebut, dapat dilihat siswa yang tuntas
sebanyak 7 siswa atau sebesar 50% dan siswa yang belum tuntas
sebanyak 7 siswa atau sebesar 50% dengan rata-rata nilai siswa 72,85.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa ketuntasan belajar
matematika kelas IV pada siklus 1 belum tercapai.
Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar dari pra
tindakan ke siklus I, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 6. Persentase Ketuntasan Pra Tindakan dan Siklus I
Kriteria
Pra Tindakan Siklus I
Jumlah Persen
(%) Jumlah
Persen
(%)
Tuntas 6 42,85% 7 50%
Belum Tuntas 8 57,15% 7 50%
Rata-rata nilai siswa 71,42 72,85
77
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan dari
pra tindakan ke siklus I. Siswa yang tuntas pada pra tindakan
sebanyak 6 siswa atau sebesar 42,85% menjadi 7 siswa atau sebesar
50% pada siklus I. Siswa yang belum tuntas pada pra tindakan
sebanyak 8 siswa atau sebesar 57,15% menjadi 7 siswa atau sebesar
50% pada siklus I, sedangkan nilai rata-rata pada pra tindakan sebesar
71,42 menjadi 72,85 pada siklus I. Untuk memperjelas pemaparan
tabel tersebut, dapat dilihat dalam diagram berikut ini:
42.85%
50%
57.15%
50%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
Pra Tindakan Siklus I
Tuntas
Belum
Tuntas
Gambar 2. Diagram Ketuntasan Siswa Pra Tindakan dan
Siklus 1
Dari diagram di atas menunjukkan bahwa persentase
ketuntasan siswa meningkat dari pra tindakan ke siklus I. Persentase
ketuntasan siswa pra tindakan adalah 42,85%, sementara Persentase
ketuntasan pada siklus I adalah sebesar 50%. Peningkatan ketuntasan
belajar siswa juga diikuti dengan peningkatan rata-rata siswa yaitu
78
dari pra tindakan sebesar 71,42 meningkat pada siklus I yaitu sebesar
72,85. Meskipun demikian, Persentase ketuntasan belajar siswa belum
mencapai target yaitu sebesar 75%, sehingga perlu diperbaiki pada
siklus II.
c. Pengamatan/ Observasi
1) Observasi Siswa
Bersamaan dengan pelaksanaan tahap tindakan, peneliti
melakukan observasi atau pengamatan terhadap siswa. Peneliti dalam
penelitian ini adalah sebagai observer. Observasi yang dilakukan
kepada siswa bertujuan untuk mengetahui aktivitas dan partisipasi
siswa ketika mengikuti kegiatan pembelajaran. Terdapat 12 butir
pengamatan yang dilakukan untuk siswa. Pemberian skor aktivitas
siswa, yaitu dengan memberikan skor 4 sebagai skor tertinggi dan
skor 1 sebagai skor terendah. Skor maksimumnya adalah 48 dan skor
minimumnya adalah 12 untuk satu siswa. Untuk seluruh siswa, skor
maksimumnya adalah 672 sedangkan skor minimumnya adalah 168.
Dalam pelaksanaan siklus I, observasi terhadap siswa dilakukan 2 kali
yaitu pada siklus I pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2. Dari hasil
observasi dua kali pertemuan tersebut, diambil satu kali pertemuan
yang memperoleh hasil terbaik. Berikut ini merupakan tabel
pengamatan aktivitas siswa siklus I, untuk data masing-masing siswa
dapat dilihat pada lampiran.
79
Tabel 7. Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus 1
Butir yang diamati
Jumlah skor seluruh siswa
Pertemuan
ke-1
Pertemuan
ke-2
a. Siswa aktif bekerjasama
dalam kelompok 26 29
b. Siswa bertanggung jawab
terhadap tugas kelompok 23 29
c. Siswa saling membantu
dalam kerja kelompok 24 29
d. Siswa aktif bertanya 22 23
e. Siswa aktif menjawab
pertanyaan 23 25
f. Siswa aktif mengemukakan
pendapat 20 25
g. Siswa memperhatikan
penjelasan guru 26 34
h. Siswa semangat dalam
mengikuti pembelajaran 18 31
i. Siswa antusias ketika guru
menjelaskan dengan
pendekatan induktif
28 29
j. Siswa mematuhi perintah
guru 23 29
k. Siswa mematuhi peraturan
dalam pembelajaran 27 28
l. Siswa mengerjakan tugas
tepat waktu 28 29
Skor total seluruh siswa 293 349
Skor maksimum 672 672
Persentase keseluruhan 43,60% 51,93%
80
Dari hasil di atas, dapat diketahui bahwa untuk mengetahui
Persentase keseluruhan aktivitas siswa harus dihitung terlebih dahulu
skor total seluruh siswa kemudian dibagi dengan skor maksimum dan
dikalikan 100%, seperti yang terdapat pada bab 3. Dari perhitungan di
atas, dapat diketahui bahwa persentase keseluruhan aktivitas siswa
pada siklus I pertemuan ke-1 adalah 43,60% dan pertemuan ke-2
adalah 51,93%, dapat digambar dalam bentuk diagram seperti di
bawah ini.
43.60%
51.93%
38.00%
40.00%
42.00%
44.00%
46.00%
48.00%
50.00%
52.00%
54.00%
Pertemuan I Pertemuan 2
Persentase
Aktivitas
Siswa Siklus I
Gambar 3. Diagram Persentase Aktivitas Siswa Siklus I
Dari diagram di atas, dapat diketahui bahwa aktivitas siswa
pada siklus I diambil dari perolehan terbesar diantara 2 pertemuan
yaitu 51,93%. Perolehan tersebut masih rendah yaitu hanya 51,93%
dibandingkan dengan Persentase aktivitas minimal yang harus dicapai
81
siswa yaitu sebesar 80%. Berdasarkan hasil perhitungan aktivitas
siswa pada siklus I tersebut, maka ditentukan kategori hasil observasi,
sesuai dengan yang sudah tertulis pada bab III, yaitu untuk hasil
aktivitas siswa pada siklus I sebesar 51,93% termasuk dalam kategori
sangat kurang. Hal tersebut tentunya menjadikan bahan evaluasi agar
pada siklus berikutnya sesuai dengan persentase minimal aktivitas
siswa yaitu mencapai 80%.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan pada akhir siklus I. dalam kegiatan ini, peneliti
berkonsultasi dengan guru tentang berbagai masalah dan kendala yang
terjadi pada siklus I pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2. Kegiatan
refleksi ini bertujuan untuk mengemukakan kembali berbagai hal yang
terjadi pada saat pelaksanaan tindakan yaitu mencari kekurangan atau
kendala yang ada pada saat menggunakan pendekatan induktif pada mata
pelajaran matematika materi perkalian dan pembagian pecahan. Dari
pelaksanaan siklus I, ada beberapa kendala yang dialami yaitu:
1) Sebagian siswa masih belum aktif bertanya dan menjawab pertanyaan
2) Pada saat siswa diberikan kesempatan untuk membuat contoh soal,
guru hanya menunjuk siswa yang dianggap pintar atau pandai untuk
memberikan contoh soal
82
3) Pada saat mengerjakan soal latihan, siswa diminta untuk mengerjakan
soal latihan secara individu sehingga beberapa siswa masih bingung
cara mengerjakannya.
4) Pada kegiatan pembelajaran, tahap menyimpulkan tiap-tiap indikator
hanya dilaksanakan pada kegiatan akhir pembelajaran.
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka peneliti dan guru
melakukan upaya perbaikan dalam kegiatan pembelajaran yang akan
dilaksanakan pada siklu II. Upaya perbaikan tersebut diantar anya:
1) Guru lebih memancing siswa untuk aktif bertanya dan menjawab
pertanyaan dalam kegiatan pembelajaran
2) Guru memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk aktif dalam
memberikan contoh soal
3) Guru meminta siswa untuk berpasangan dalam mengerjakan soal
latihan
4) Dalam kegiatan inti, guru melaksanakan tahap menyimpulkan tiap-
tiap indikator.
Setelah refleksi terhadap pelaksanaan siklus I dilakukan, peneliti dan
guru kelas membuat kesepakatan untuk melaksanakan siklus II pada
pertemuan berikutnya.
83
4. Penelitian Siklus II
a. Perencanaan
1) Peneliti dan guru sebagai kolaborator berdiskusi menyiapkan
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
2) Membuat RPP mata pelajaran Matematika materi perkalian dan
pembagian pecahan.
3) Menyiapkan media dan semua perlengkapan yang diperlukan dalam
pembelajaran.
4) Menyusun dan menyiapkan soal latihan
5) Menyusun dan menyiapkan lembar pengamatan.
6) Memberikan penjelasan kembali kepada guru tentang pendekatan
pembelajaran induktif dan menjelaskan hal-hal yang akan dikerjakan
oleh guru pada saat pembelajaran.
7) Menyusun dan menyiapkan lembar evaluasi yang berupa soal yang
diberikan kepada siswa pada akhir siklus II.
84
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Siklus II Pertemuan ke-1
Hari/ Tanggal : Rabu, 25 Mei 2016
Waktu : 07.00 – 08.45.
Standar Kompetensi:
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar:
Mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan
Indikator:
a) Mengalikan bilangan pecahan biasa dengan pecahan biasa
b) Mengalikan pecahan biasa dengan bilangan bulat
c) Mengalikan bilangan bulat dengan pecahan biasa
Tujuan Pembelajaran:
a) Melalui kegiatan diskusi dan penugasan tentang perkalian pecahan
biasa dengan bilangan bulat, siswa dapat menyelesaikan operasi
hitung perkalian bilangan bulat dengan pecahan biasa dengan
benar.
b) Melalui kegiatan diskusi dan penugasan tentang perkalian bilangan
bulat dengan pecahan biasa, siswa dapat menyelesaikan operasi
hitung perkalian bilangan bulat dengan pecahan biasa dengan
benar.
85
c) Melalui kegiatan diskusi dan penugasan, siswa dapat
menyelesaikan operasi hitung perkalian pecahan biasa dengan
pecahan biasa dengan benar.
Kegiatan pembelajaran dilakukan selama 3 jam pelajaran
yaitu pada pukul 07.00 – 08.45 WIB. Kegiatan pembelajaran
dilakukan sesuai dengan RPP yang telah dirancang sebelumnya.
Kegiatan awal
Kegiatan awal dilakukan kurang lebih 10 menit. Guru
membuka pelajaran dengan salam. Sebelum pembelajaran dimulai
siswa dan guru berdoa bersama-sama. Guru kemudian menjelaskan
materi yang akan dipelajari yaitu tentang perkalian dan pembagian
pecahan.
Kegiatan inti
Eksplorasi
Kegiatan inti berlangsung kurang lebih 85 menit. Indikator
pertama yaitu mengalikan pecahan biasa dengan bilangan bulat.
Kegiatan ini dimulai dengan guru menuliskan 3 indikator materi
yang akan dipelajari yaitu perkalian pecahan biasa dengan
bilangan bulat, perkalian bilangan bulat dengan pecahan biasa, dan
perkalian pecahan biasa dengan pecahan biasa.
Kegiatan selanjutnya yaitu membahas indikator pertama
perkalian pecahan biasa dengan bilangan bulat. Guru memberikan
satu contoh soal perkalian pecahan biasa dengan bilangan bulat.
86
Kemudian guru memberikan kertas karton yang ukurannya
mewakili pecahan setengahan, sepertigaan, seperempatan,
seperenaman, seperdelapanan, dan sepersembilanan. Siswa
dibimbing guru dengan dibantu kertas karton yang ukurannya
mewakili berbagai nilai pecahan untuk menyelesaikan soal
perkalian pecahan biasa dengan bilangan bulat. Siswa dan guru
kemudian membahas soal. Dari kegiatan tersebut siswa dengan
bimbingan guru menyimpulkan cara mengerjakan perkalian
pecahan biasa dengan bilangan bulat. Siswa diberikan soal latihan
untuk dikerjakan. Setelah selesai siswa dan guru membahasnya.
Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya dan mencatat materi.
Indikator kedua yaitu mengalikan bilangan bulat dengan
pecahan. Sama seperti pada indikator pertama, dimulai dengan
memberikan satu contoh soal yang kemudian siswa diberikan
kesempatan untuk mengerjakan soal. Dari kegiatan tersebut siswa
dengan bimbingan guru menyimpulkan cara mengerjakan perkalian
bilangan bulat dengan pecahan biasa. Siswa diberikan soal latihan
untuk dikerjakan. Setelah selesai siswa dan guru
membahasnya.Siswa dengan bimbingan guru kemudian membahas
soal tersebut. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya.
Indikator ketiga yaitu mengalikan pecahan biasa dengan
pecahan biasa. Siswa diberikan satu contoh soal dengan angka yang
sederhana. Siswa diberikan kesempatan untuk mengerjakannya.
87
Siswa dan guru kemudian membahas soal tersebut. Dari kegiatan
tersebut siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan cara
mengerjakan perkalian pecahan biasa dengan pecahan biasa. Siswa
diberikan soal latihan untuk dikerjakan. Setelah selesai siswa dan
guru membahasnya. Siswa dengan bimbingan guru kemudian
membahas soal tersebut. Siswa diberikan kesempatan untuk
bertanya dan mencatat materi.
Elaborasi
Guru meminta siswa untuk membuat 3 soal perkalian
pecahan biasa dengan bilangan bulat, 3 soal perkalian bilangan
bulat dengan pecahan biasa, dan perkalian pecahan biasa dengan
pecahan biasa. Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal
tersebut secara berpasangan.
Konfirmasi
Siswa dan guru membahas hasilnya. Kemudian guru
memberikan penguatan terhadap materi yang telah dipelajari
tentang cara mengerjakan operasi hitung perkalian pecahan biasa
dengan bilangan bulat, perkalian bilangan bulat dengan pecahan
biasa, dan perkalian pecahan biasa dengan pecahan biasa. Siswa
diberikan kesempatan untuk bertanya dan mencatat materi yang
telah dipelajari.
88
Kegiatan akhir
Kegiatan ini berlangsung selama 10 menit. Guru
menanyakan hal-hal yang belum dipahami siswa dan
membahasnya. Guru mengumumkan materi yang akan dipelajari
pada mata pelajaran matematika selanjutnya. Akhirnya, guru
menutup pelajaran dengan berdoa dan salam penutup.
2) Siklus II Pertemuan ke-2
Hari/ Tanggal : 24 Mei 2016
Waktu : 09.00 – 10.45 WIB.
Standar Kompetensi:
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar:
Mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan
Indikator:
a) Membagi pecahan biasa dengan bilangan bulat
b) Membagi bilangan bulat dengan pecahan biasa
c) Membagi pecahan biasa dengan pecahan biasa
89
Tujuan Pembelajaran:
a) Melalui kegiatan diskusi dan penugasan tentang pembagian
pecahan biasa dengan bilangan bulat, siswa dapat menyelesaikan
operasi hitung perkalian pecahan biasa dengan bilangan bulat
dengan benar.
b) Melalui kegiatan diskusi dan penugasan tentang pembagian
bilangan bulat dengan pecahan biasa, siswa dapat menyelesaikan
operasi hitung perkalian bilangan bulat dengan pecahan biasa
dengan benar.
c) Melalui kegiatan diskusi dan penugasan, siswa dapat
menyelesaikan operasi hitung pembagian pecahan biasa dengan
pecahan biasa.
Kegiatan pembelajaran dilakukan selama 3 jam pelajaran
yaitu pada pukul 09.00 – 10.45 WIB. Kegiatan pembelajaran
dilakukan sesuai dengan RPP yang telah dirancang sebelumnya.
Kegiatan awal
Kegiatan awal dilakukan kurang lebih 5 menit. Guru
membuka pelajaran dengan salam. Guru memberikan apersepsi
kepada siswa berupa pertanyaan tentang materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Guru kemudian menjelaskan materi yang
akan dipelajari.
90
Kegiatan inti
Eksplorasi
Kegiatan inti berlangsung selama 70 menit. Indikator
pertama yaitu membagi pecahan biasa dengan bilangan bulat.
Siswa diberikan soal pembagian pecahan biasa dengan bilangan
bulat. Guru memberikan kertas karton dengan ukuran yang
mewakili nilai pecahan sepertigaan, setengahan, seperempatan,
seperenaman, dan sepersembilanan. Siswa dengan bimbingan guru
membahas soal tersebut. Kemudian siswa diarahkan untuk mencari
kesimpulan umum bahwa membagi pecahan biasa dengan bilangan
bulat artinya dengan mengalikan bilangan bulat dengan kebalikan
pecahan itu. Siswa diberikan soal latihan untuk dikerjakan.
Kemudian siswa dan guru membahasnya. Siswa diberikan
kesempatan untuk bertanya dan mencatat materi yang telah
dipelajari.
Siswa diberikan soal pembagian bilangan bulat dengan
pecahan biasa. Guru memberikan kertas karton dengan ukuran
yang mewakili nilai pecahan sepertigaan, setengahan,
seperempatan, seperenaman, dan sepersembilanan. Siswa dengan
bimbingan guru mengerjakan soal tersebut. Setelah selesai, siswa
dan guru membahasnya. Kemudian siswa diarahkan untuk mencari
kesimpulan umum bahwa membagi bilangan bulat dengan bilangan
pecahan artinya dengan mengalikan bilangan bulat dengan
91
kebalikan pecahan itu. Siswa diberikan soal latihan untuk
dikerjakan. Kemudian setelah selesai siswa dan guru
membahasnya. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya dan
mencatat materi yang telah dipelajari.
Siswa diberikan soal pembagian pecahan biasa dengan
pecahan biasa. Siswa dengan bimbingan guru menyiapkan kertas
karton untuk membantu menyelesaikan soal tersebut. Guru
membimbing siswa bagaimana cara mengerjakannya. Siswa dan
guru membahas soalnya. Selanjutnya siswa diarahkan agar mencari
kesimpulan umum. Siswa diberikan soal latihan. Kemudian siswa
dan guru membahasnya. Siswa diberikan kesempatan untuk
bertanya dan mencatat materi.
Elaborasi
Guru meminta siswa untuk membuat 3 soal pembagian
pecahan biasa dengan bilangan bulat, 3 soal pembagian bilangan
bulat dengan pecahan biasa, dan 3 soal pembagian pecahan biasa
dengan pecahan biasa. Guru meminta siswa untuk mengerjakan
soal latihan secara berpasangan.
Konfirmasi
Siswa dan guru membahas hasilnya. Kemudian guru
memberikan penguatan terhadap materi yang telah dipelajari yaitu
cara mengerjakan operasi hitung pembagian pecahan biasa dengan
bilangan bulat, pembagian bilangan bulat dengan pecahan biasa,
92
dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa. Siswa oleh
guru diberikan kesempatan untuk mencatat materi yang telah
dipelajari.
Kegiatan akhir
Kegiatan akhir berlangsung selama 30 menit. Guru
menanyakan hal-hal yang belum dipahami siswa. Guru
membagikan soal evaluasi untuk masing-masing siswa. Siswa
mengerjakan soal evaluasi sendiri-sendiri tanpa mencontek dari
buku catatan ataupun teman lain. Guru kemudian meminta siswa
untuk mengumpulkan hasil pekerjaan siswa sesuai nomor urut
presensi, masih banyak siswa yang mengerjakan soal melebihi
batas waktu yang ditentukan guru. Akhirnya, guru menutup
pelajaran dengan berdoa dan salam penutup.
3) Prestasi Belajar Siklus II
Hasil tes siklus kedua ada pada lampiran, selanjutnya secara
sederhana dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 8. Ketuntasan Siswa Siklus II
No Kriteria Keberhasilan Siklus I
Jumlah Persen (%)
1 Tuntas 14 100 %
2 Belum Tuntas 0 0 %
Rata-rata nilai siswa 95
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa siswa yang
tuntas sebanyak 14 siswa atau sebesar 100% dan yang belum tuntas 0
93
siswa atau sebesar 0% dengan nilai rata-rata 95. Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar Matematika siswa kelas IV
pada siklus II sudah mengalami peningkatan dari nilai rata-rata kelas
pra tindakan dan siklus I. Peningkatan nilai rata-rata kelas pada siklus
II sudah sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini.
Tabel 9. Ketuntasan Siswa Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II
Kriteria
Pra Tindakan Siklus I Siklus II
Jumlah Persen
(%) Jumlah
Persen
(%) Jumlah
Persen
(%)
Tuntas 6 42,85% 7 50% 14 100%
Belum
Tuntas 8 57,15% 7 50% 0 0%
Rata-rata 71,42 72,85 95
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai hasil belajar siswa
meningkat dari pra tindakan ke siklus I dan siklus II. Siswa yang
tuntas pada pra tindakan sebanyak 6 siswa atau sebesar 42,85%
menjadi 7 siswa atau sebesar 50% pada siklus I dan mencapai 14
siswa atau sebesar 100% pada siklus II. Siswa yang belum tuntas pada
pra tindakan sebanyak 8 siswa atau sebesar 57,15% menjadi 7 siswa
atau sebesar 50% pada siklus I dan mencapai 0 siswa atau sebesar 0%
pada siklus II. Sedangkan nilai rata-rata pada pra tindakan sebesar
71,42 menjadi 72,85 pada siklus I dan mencapai 95 pada siklus II.
Untuk memperjelas pemaparan tabel tersebut, dapat dilihat dalam
diagram berikut ini:
94
42.85%50%
100%
57.15%50%
0%0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
120.00%
Pra Tindakan Siklus I Siklus II
Tuntas
BelumTuntas
Gambar 4. Diagram Ketuntasan Siswa Pra Tindakan,
Siklus I, dan Siklus II
Dari diagram di atas menunjukkan bahwa persentase
ketuntasan siswa meningkat dari pra tindakan ke siklus I dan
meningkat pada siklus II. Persentase ketuntasan siswa pada pra
tindakan adalah 42,85%, sementara persentase ketuntasan pada siklus
I adalah sebesar 50% dan meningkat lagi pada siklus II yaitu
persentase ketuntasan siswa mencapai 100%. Begitupula dengan nilai
rata-rata siswa juga mengalami peningkatan yaitu pada pratindakan
rata-rata siswa yaitu 71,42 pada siklus I meningkat menjadi 72,85 dan
meningkat lagi pada siklus II sebesar 95. Diagram peningkatan rata-
rata siswa dapat dilihat dibawah ini.
95
Peningkatan Nilai Rata-rata Siswa
71.42 72.85
95
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Pra Tindakan Siklus I Siklus II
Peningkat
an Nilai
Rata-rata
Siswa
Gambar 5. Diagram Peningkatan Nilai Rata-rata Siswa
Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II
96
c. Pengamatan/Observasi
1) Observasi Siswa
Tabel 10. Aktivitas Siswa Siklus II
Butir yang diamati
Jumlah skor seluruh siswa
Pertemuan
ke-1
Pertemuan
ke-2
a. Siswa aktif bekerjasama
dalam kelompok
43
53
b. Siswa bertanggung jawab
terhadap tugas kelompok
36
40
c. Siswa saling membantu
dalam kerja kelompok
35
46
d. Siswa aktif bertanya 33 46
e. Siswa aktif menjawab
pertanyaan
29
45
f. Siswa aktif mengemukakan
pendapat
28
42
g. Siswa memperhatikan
penjelasan guru
38
41
h. Siswa semangat dalam
mengikuti pembelajaran
34
48
i. Siswa antusias ketika guru
menjelaskan dengan
pendekatan induktif
30
43
j. Siswa mematuhi perintah
guru
38
46
k. Siswa mematuhi peraturan
dalam pembelajaran
45
56
l. Siswa mengerjakan tugas
tepat waktu
46 51
Skor total seluruh siswa 435 557
Skor maksimum 672 672
Persentase keseluruhan 64,73% 82,80%
97
Dari hasil di atas, dapat diketahui bahwa untuk mengetahui
Persentase keseluruhan aktivitas siswa harus dihitung terlebih dahulu
skor total seluruh siswa kemudian dibagi dengan skor maksimum dan
dikalikan 100%, seperti yang terdapat pada bab III. Dari perhitungan
di atas, dapat diketahui bahwa persentase keseluruhan aktivitas siswa
pada siklus I pertemuan ke-1 adalah 64,73% dan pertemuan ke-2
adalah 82,8%, dapat digambar dalam bentuk diagram seperti di bawah
ini.
Persentase Aktivitas Siswa Siklus II
64.73%
82.80%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
Pertemuan 1 Pertemuan 2
Persentase
Aktivitas
Siswa
Siklus II
Gambar 6. Diagram Persentase Aktivitas Siswa Siklus II
Dari diagram di atas, dapat diketahui bahwa aktivitas siswa
pada siklus II yaitu diambil yang terbesar adalah sebesar 82,80%
sudah melebihi persentase aktivitas minimal yang harus dicapai siswa
yaitu sebesar 80%. Hal tersebut berarti persentase aktivitas siswa pada
siklus II mencapai batas minimal yang ditentukan yaitu 80%.
Berdasarkan hasil perhitungan aktivitas siswa pada siklus II tersebut,
98
maka ditentukan kategori hasil observasi, sesuai dengan yang sudah
tertulis pada bab III, yaitu untuk hasil aktivitas siswa pada siklus II
sebesar 82,80% termasuk dalam kategori baik sekali.
Dari hasil penelitian bahwa aktivitas belajar siswa mengalami
kenaikan pada siklus I ke siklus II. Aktivitas belajar siswa pada siklus
I yaitu mencapai 51,93%, dan belum memenuhi persentase minimal
yang harus dicapai yaitu 80%. Pada siklus II persentase aktivitas siswa
mencapai 82,80% dan sudah mencapai persentase aktivitas minimal
siswa. Peningkatan aktivitas siswa dapat dilihat pada diagram di
bawah ini.
Persentase Aktivitas Siswa
51.93%
82.80%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
Siklus I Siklus II
Persentase
Aktivitas
Siswa
Gambar 7. Persentase Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II
99
d. Refleksi
Refleksi dilaksanakan pada akhir siklus II. Dalam kegiatan ini,
peneliti berkonsultasi dengan guru tentang berbagai masalah dan kendala
yang terjadi pada siklus II pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2. Kegiatan
refleksi ini bertujuan untuk mengemukakan kembali berbagai hal yang
terjadi pada saat pelaksanaan tindakan yaitu mencari kekurangan atau
kendala yang ada pada saat menggunakan pendekatan induktif pada mata
pelajaran matematika materi perkalian dan pembagian pecahan. Dari
pelaksanaan siklus II, aktivitas pembelajaran menjadi lebih baik karena
adanya perbaikan dari masalah atau kendala yang muncul pada siklus I.
Adapun hasil perbaikan tersebut, diantaranya:
1) Guru lebih memancing siswa untuk aktif bertanya dan menjawab
pertanyaan dalam kegiatan pembelajaran
2) Guru memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk aktif dalam
memberikan contoh soal
3) Guru meminta siswa untuk berpasangan dalam mengerjakan soal
latihan
4) Dalam kegiatan inti, guru melaksanakan tahap menyimpulkan tiap-
tiap indikator.
Dengan berakhirnya perbaikan pada siklus I, maka proses
pembelajaran dan prestasi belajar siswa menjadi meningkat. Dengan
100
demikian target dalam penelitian ini telah tercapai, sehingga penelitian
berhenti pada siklus II.
B. Pembahasan
Siklus I dilakukan 2 kali pertemuan yaitu pada hari Senin, 23 Mei 2016
dan Selasa, 24 Mei 2016. Pada penelitian siklus I, siswa belum bisa
dikondisikan dan belum aktif mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa masih
pasif dalam bertanya, hal itu terjadi karena siswa belum paham dengan apa
yang akan diajarkan oleh guru. Siswa juga masih terlihat bingung ketika
mengerjakan soal latihan, karena materi yang dipelajari belum semuanya
dipahami siswa. Untuk aktivitas guru pada pelaksanaan penelitian siklus I, guru
melakukan kegiatan pembelajaran berdasarkan RPP yang telah dirancang oleh
peneliti bersama dengan guru. Guru ketika memberikan contoh soal, guru
hanya menunjuk siswa yang pandai saja, karena siswa yang pandai cenderung
terlihat lebih aktif. Pada kenyataannya, saat dilakukan evaluasi pembelajaran,
banyak siswa yang belum tuntas. Salah satu fakor lagi yang membuat siswa
masih banyak yang belum tuntas adalah banyaknya siswa masih belum paham
cara mengerjakan soal pembagian pecahan. Hasil penelitian pada siklus I
belum maksimal, yaitu Persentase aktivitas siswa baru mencapai 51,93% dari
target minimal 80%. Pada bab III, persentase tersebut masuk ke dalam kategori
kurang. Untuk prestasi belajar siklus I, yaitu Persentase ketuntasan siswa baru
mencapai 50% dari target minimal yaitu 75%.
101
Peneliti dan guru kemudian melakukan refleksi dan upaya perbaikan
untuk penelitian siklus II agar kendala dan permasalahan yang ada pada siklus I
dapat diperbaiki. Beberapa hal yang di refleksi diantaranya yaitu guru
memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk maju ke depan membuat
contoh soal dan mengerjakan soal. Lebih memancing siswa untuk aktif
bertanya terhadap materi yang belum dipahami dan memotivasi siswa untuk
antusias mengerjakan soal latihan di depan kelas. Dalam pembahasan soal
latihan, lebih melibatkan siswa dalam membahas soal latihan tersebut. Setelah
kendala siklus I diatasi, maka Persentase aktivitas siswa pada siklus II
meningkat menjadi 82,80%, sehingga pada bab III masuk dalam kategori baik
sekali. Begitupula dengan prestasi belajar siswa meningkat ditunjukkan dengan
Persentase ketuntasan siswa pada siklus II mencapai 100%. Hal itu
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan Persentase aktivitas siswa dari
51,93% pada siklus I menjadi 82,80% pada siklus II. Untuk prestasi belajar,
persentase ketuntasan siswa pada siklus I yaitu 50% meningkat pada siklus II
menjadi 100%.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh siswa pada siklus I dan
siklus II maka dapat diketahui bahwa penggunaan pendekatan induktif dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas IV SDN 3 Sugihan pada
materi perkalian dan pembagian pecahan.
102
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian menggunakan pendekatan induktif merupakan upaya peneliti
dan guru yang bertujuan meningkatkan prestasi belajar matematika materi
perkalian dan pembagian pecahan. Pembelajaran di kelas sebelum dilakukan
penelitian yaitu lebih dominannya guru menggunakan metode ceramah dalam
menjelaskan materi matematika. Selain itu penyajian materi matematika
tersusun secara final. Hal ini menyebabkan siswa kurang dilibatkan dalam
menemukan suatu konsep matematika. Dalam upaya untuk hal tersebut,
diperlukan suatu pendekatan yang melibatkan siswa aktif berpikir dalam
proses pembelajaran menemukan suatu konsep. Pendekatan induktif ini,
kemudian digunakan guru untuk mengajarkan konsep perkalian dan pembagian
pecahan agar siswa lebih memahami materi pembelajaran. Penggunaan
pendekatan induktif sendiri yaitu penyajian matematika perlu dimulai dari
contoh-contoh selanjutnya secara bertahap menuju kepada kesimpulan yang
bersifat umum.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penggunaan pendekatan induktif dapat meningkatkan prestasi belajar
matematika kelas IV SDN 3 Sugihan Kecamatan Bulukerto Kabupaten
Wonogiri pada materi perkalian dan pembagian pecahan. Peningkatan prestasi
belajar dapat dilihat dari hasil evaluasi setiap siklus yang mengalami
peningkatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa dari
103
pra tindakan ke siklus I dan siklus II meningkat. Pada pra tindakan yang
dilakukan dengan tes pra tindakan, dengan 8 siswa yang belum tuntas atau
belum mencapai KKM dan 6 lainnya sudah tuntas. Persentase jumlah siswa
yang tuntas yaitu 42,85% sedangkan siswa yang belum tuntas Persentasenya
yaitu 57,15%. Nilai rata-rata kelas pada pra tindakan adalah 71,42. Pada hasil
penelitian siklus I, diketahui bahwa siswa yang belum tuntas atau belum
mencapai KKM yaitu 7 siswa, sedangkan siswa yang sudah tuntas atau sudah
mencapai KKM adalah 7 siswa. Persentase ketuntasan sendiri yaitu siswa yang
tuntas 50% dan yang belum tuntas yaitu 50%, dengan nilai rata-rata kelas
sebesar 72,85. Hasil penelitian menunjukkan meningkatnya Persentase belajar
pada siklus II, yaitu sebanyak 14 siswa sudah tuntas atau mencapai KKM dan
artinya semua siswa sudah tuntas. Persentasenya yaitu siswa yang tuntas
sebanyak 100% sedangkan siswa yang belum tuntas yaitu 0%. Nilai rata-rata
kelas pada siklus II sebesar 95. Untuk hasil observasi aktivitas siswa selama
mengikuti pembelajaran, juga meningkat pada siklus I ke siklus II. Pada siklus
I persentase aktivitas siswa mencapai 51,93% belum mencapai persentase
minimal yang harus diraih, yaitu 80%. Pada siklus II persentase aktivitas siswa
meningkat menjadi 82,80% dan sudah mencapai Persentase aktivitas minimal
siswa, yaitu melebihi 80%.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti sampaikan saran
sebagai berikut:
104
1. Untuk Siswa : Sebaiknya siswa berusaha sebaik-baiknya untuk
memperhatikan penjelasan guru ketika guru menjelaskan pelajaran
menggunakan pendekatan induktif, agar prestasi belajar siswa khususnya
pada mata pelajaran matematika materi perkalian dan pembagian pecahan.
2. Untuk Guru : Dalam melaksanakan proses pembelajaran Matematika,
guru disarankan untuk menggunakan pendekatan pembelajaran yang
bervariasi yakni pendekatan pembelajaran yang bisa melibatkan siswa
berperan aktif di kelas. Salah satu pendekatan pembelajaran yang peneliti
sarankan adalah pendekatan induktif.
3. Untuk Peneliti : Sebagai dasar pengetahuan bagi para peneliti berikutnya
dalam menerapkan pendekatan induktif pada mata pelajaran Matematika.
105
DAFTAR PUSTAKA
Ali Hamzah dan Muhlisrarini. (2014). Perencanaan dan Strategi
Pembelajaran Matematika. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Aqib, Zainal, dkk. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2007). Pedoman Penilaian Hasil Belajar di
SD. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Bruce Joyce, dkk. (2009). Model of Teaching Model-model Pengajaran Ed. 8.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Cholis Sa’dijah. (1998). Pendidikan Matematika II. Malang: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Conny R. Semiawan. (2007). Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah
Dasar. Jakarta: PT Indeks.
Darhim, dkk. (1991). Pendidikan Matematika 2. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan
Tinggi.
Dimyati dan Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Erman Suherman, dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Kontemporer. Bandung:
FMIPA UPI.
Hamzah, dkk. (2011). Menjadi Peneliti PTK yang Profesional. Jakarta: Bumi
Aksara.
Haryanto, dkk. (2003). Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: UNY Press.
Heruman. (2010). Model Pembelajaran Matematika di Dekolah Dasar. Bandung:
PT Remaja Rosadakarya.
J. Tombokan dan Selpius Kandou. (2014). Pembelajaran Matematika Dasar Bagi
Anak Berkesulitan Belajar. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Lisnawati Simanjuntak, dkk. (1992). Metode Mengajar Matematika 1. Jakarta:
Rineka Cipta.
Moedjiono dan Dimyati. (1991). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
106
Muchtar Karim, dkk. (1996). Pendidikan Matematika 1. Malang: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Muhibbin Syah, dkk. (2011). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyani Sumantri dan Johar Permana. (1998). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Departemen Pendidkan dan Kebudayaan.
Poerwanti, Endang, dkk. (2008). Assesmen Pembelajaran SD. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional.
Purwanto. (2010). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Rostina Sundayana. (2013). Media Pembelajaran Matematika. Bandung:
Alfabeta.
Sri Subarinah. (2006). Inovasi Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Depdiknas.
Sugihartono, dkk. (2006). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: FIP UNY.
Suharsimi Arikunto, dkk. (1996). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Bumi Aksara.
…………………… (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi
Revisi V. Yogyakarta: Rineka Cipta.
…………………… (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
………………........ (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Suyono dan Hariyanto. (2001). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Syaiful Sagala. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama. (2010). Mengenal Penelitian Tindakan
Kelas, Edisi Kedua. Jakarta: PT Indeks.
Wina Sanjaya. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.
107
LAMPIRAN
108
Lampiran 1. Lembar Soal Pra Tindakan
LEMBAR SOAL PRA TINDAKAN
NAMA SEKOLAH : SDN 3 SUGIHAN
MATA PELAJARAN : MATEMATIKA
KELAS/SEMESTER : IV/II
HARI, TANGGAL : SENIN, 16 MEI 2016
Jawablah soal-soal di bawah ini dengan tepat!
1. x 8 = . . .
2. x 6 = . . .
3. 7 x = . . .
4. 8 x = . . .
5. 3 x = . . .
6. x = . . .
7. x = . . .
8. x = . . .
9. x = . . .
10. x = . . .
11. : 2 = . . .
109
12. : 3 = . . .
13. 4 : = . . .
14. 6 : = . . .
15. 7 : = . . .
16. : = . . .
17. : = . . .
18. : = . . .
19. : = . . .
20. : = . . .
110
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
SIKLUS I
Satuan Pendidikan : SD Negeri 3 Sugihan
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/ Semester : IV/ 2
Pertemuan Ke- : 1 dan 2 (Siklus I)
Alokasi Waktu : Pertemuan 1 : 2 x 35 menit
Pertemuan 2 : 2 x 45 menit
Hari/ Tanggal : Pertemuan 1 : Senin, 23 Mei 2016
Pertemuan 2 : Selasa, 24 Mei 2016
A. Standar kompetensi
5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
B. Kompetensi Dasar
5.1 Mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan
C. Indikator
5.3.1 Mengalikan bilangan pecahan biasa dengan pecahan biasa
5.3.2 Mengalikan pecahan biasa dengan bilangan bulat
5.3.3 Mengalikan bilangan bulat dengan pecahan biasa
5.3.4 Membagi pecahan biasa dengan bilangan bulat
5.3.5 Membagi bilangan bulat dengan pecahan biasa
5.3.6 Membagi pecahan biasa dengan pecahan biasa
111
D. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui kegiatan diskusi dan penugasan tentang perkalian pecahan
biasa dengan bilangan bulat, siswa dapat menyelesaikan operasi
hitung perkalian bilangan bulat dengan pecahan biasa dengan
benar.
2. Melalui kegiatan diskusi dan penugasan tentang perkalian bilangan
bulat dengan pecahan biasa, siswa dapat menyelesaikan operasi
hitung perkalian bilangan bulat dengan pecahan biasa dengan
benar.
3. Melalui kegiatan diskusi dan penugasan, siswa dapat
menyelesaikan operasi hitung perkalian pecahan biasa dengan
pecahan biasa dengan benar.
4. Melalui kegiatan diskusi dan penugasan tentang pembagian
pecahan biasa dengan bilangan bulat, siswa dapat menyelesaikan
operasi hitung pembagian pecahan biasa dengan bilangan bulat
dengan benar.
5. Melalui kegiatan diskusi dan penugasan tentang perkalian bilangan
bulat dengan pecahan biasa, siswa dapat menyelesaikan operasi
hitung pembagian bilangan asli dengan pecahan biasa dengan
benar.
6. Melalui kegiatan diskusi dan penugasan, siswa dapat
menyelesaikan operasi hitung pembagian pecahan biasa dengan
pecahan biasa dengan benar.
E. Materi Pembelajaran
1. Perkalian Pecahan
2. Pembagian Pecahan
F. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Pendekatan : Pendekatan Induktif
Metode : Tanya jawab, ceramah, diskusi, penugasan
112
G. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan ke-1 (2 x 35 menit)
Kegiatan Awal (5 menit)
a. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam
b. Guru mengkondisikan kelas hingga kondusif
c. Guru melakukan presensi siswa
d. Guru melakukan apersepsi dengan bertanya jawab tentang materi
yang dipelajari sebelumnya
e. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari
Kegiatan Inti (50 menit)
Eksplorasi
a. Siswa diberikan soal perkalian pecahan biasa dengan bilangan bulat
x 2 = . . .
b. Guru memberikan kertas karton dengan ukuran yang mewakili nilai
pecahan sepertigaan, setengahan, seperempatan, seperenaman, dan
sepersembilan
c. Siswa dibimbing guru menyelesaikan soal tersebut dengan
menggunakan bantuan kertas karton.
“Dua potongan dari tiga potongan yang sama nilainya mewakili
bilangan . Ini berarti terdiri dari dua potongan yang masing-
masing mewakili . Dengan demikian = + . Sesuai dengan
konsep perkalian + = x 2. Sehingga, x 2 = . “
d. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya
e. Siswa diberikan soal perkalian bilangan bulat dengan pecahan biasa
2 x = . . .
f. Siswa diberikan kesempatan untuk mengerjakannya
113
g. Siswa dan guru membahas soal tersebut
h. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya dan mencatat materi
yang telah dijelaskan oleh guru
i. Siswa diberikan soal perkalian pecahan biasa dengan pecahan biasa
Soal:
x = . . .
j. Siswa diberikan rambu-rambu menemukan konsep mengerjakan
perkalian biasa dengan pecahan biasa
x = = .
x = = .
k. Siswa diminta untuk mengisi titik-titik dengan benar.
l. Siswa dibimbing menyimpulkan cara mengerjakan perkalian
pecahan biasa dengan pecahan biasa.
x = .
m. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya dan mencatat materi
n. Siswa dan guru membahas hasil dari soal tersebut.
o. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya tentang materi yang
belum dipahami
Elaborasi
p. Guru meminta siswa untuk membbuat 3 contoh soal perkalian
pecahan biasa dengan bilangan bulat, 3 soal perkalian bilangan
bulat dengan pecahan biasa, dan 3 soal perkalian pecahan biasa
dengan pecahan biasa.
q. Siswa diberikan kesempatan untuk mengerjakannya
Konfirmasi
r. Perwakilan siswa maju ke depan kelas menuliskan hasil
pekerjaannya
s. Siswa dan guru membahas hasil pekerjaan siswa
114
t. Guru memberikan penguatan kepada siswa tentang cara
mengerjakan soal perkalian pecahan biasa dengan bilangan bulat,
perkalian bilangan bulat dengan pecahan biasa, dan perkalian
pecahan biasa dengan pecahan biasa.
Kegiatan Akhir (5 menit)
a. Siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan
dengan bimbingan guru yaitu materi perkalian bilangan bulat
dengan pecahan biasa dan perkalian pecahan biasa dengan pecahan
biasa.
b. Guru memberikan umpan balik dan pesan moral dari materi yang
sudah dipelajari oleh siswa
c. Guru mengucapkan salam untuk menutup kegiatan pembelajaran.
Pertemuan ke-2 (2 x 45 menit)
Kegiatan Awal (5 menit)
a. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam
b. Guru mengkondisikan kelas hingga kondusif
c. Guru melakukan presensi siswa
d. Guru melakukan apersepsi dengan bertanya jawab tentang materi
yang dipelajari sebelumnya
e. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari
Kegiatan Inti (60 menit)
Eksplorasi
a. Siswa diberikan soal pembagian pecahan biasa dengan bilangan
bulat
: 2 = . . .
b. Guru memberikan kertas karton dengan ukuran yang mewakili nilai
pecahan sepertigaan, setengahan, seperempatan, seperenaman, dan
sepersembilanan.
c. Siswa dengan bimbingan guru menyiapkan satu karton setengahan
dan beberapa karton seperempatan.
115
Hasilnya adalah ada dua karton seperempatan yang dapat menutup
satu karton setengahan. Jadi, : 2 = .
Apabila diubah ke dalam pengurangan hasilnya menjadi:
: 2 = - - = 0.
d. Kemudian siswa diarahkan untuk mencari kesimpulan umum
bahwa membagi bilangan bulat dengan bilangan pecahan.
Jadi, membagi pecahan biasa dengan bilangan bulat adalah:
: bilangan bulat = x
e. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya dan mencatat materi
f. Siswa diberikan soal pembagian bilangan bulat dengan pecahan
1 : = . . .
g. Guru memberikan kertas karton dengan ukuran yang mewakili nilai
pecahan sepertigaan, setengahan, seperempatan, seperenaman, dan
sepersembilanan.
h. Siswa dengan bimbingan guru menyiapkan satu karton satuan dan
beberapa karton setengahan.
“1 : artinya mencari banyaknya karton setengahan dalam satu
karton satuan. Yaitu ada berapa banyak karton setengahan yang
jika ditempelkan (tanpa tumpang tindih dan tanpa jarak) dapat
menutup seluruh karton satuan.” Hasilnya adalah ada dua karton
setengahan yang dapat menutup satu karton satuan. Jadi, 1 : = 2.
Apabila diubah ke dalam pengurangan hasilnya menjadi:
116
1: = 1- - = 0. Atau dengan kata lain banyak pengambilan
dari 1 adalah sebanyak 2 pengambilan. Jadi, 1 : = 2.
i. Kemudian siswa diarahkan untuk mencari kesimpulan umum
bahwa membagi bilangan bulat dengan bilangan pecahan artinya
dengan mengalikan bilangan bulat dengan kebalikan pecahan itu.
Bilangan bulat : = bilangan bulat x .
j. Siswa dan guru membahas hasil dari soal pembagian bilangan asli
dengan bilangan pecahan
k. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya dan mencatat materi
l. Siswa diberikan soal pembagian pecahan biasa dengan pecahan
biasa
Soal:
: = . . .
m. Siswa dengan bimbingan guru menyiapkan kertas karton
setengahan dan seperempatan, kemudian guru membimbing dengan
menerangkan : = diambil bagian.
: = - - = 0, atau dengan kata lain banyak pengambilan
dari adalah sebanyak 2 pengambilan. Jadi hasilnya, : = 2.
n. Selanjutnya siswa diarahkan agar mencari kesimpulan umum
bahwa, : = x dengan
cara:
1) Siswa mencari keterkaitan antara pembagi dengan hasil bagi,
misalnya:
117
2 : = 4. 2 : = 6.
2) Siswa diharapkan menemukan hubungan tersebut, yaitu:
a) 2 : = x = = 4.
b) 2 : = x = = 6.
o. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya dan mencatat materi
Elaborasi
p. Guru meminta siswa untuk membbuat 3 contoh soal perkalian
pecahan biasa dengan bilangan bulat, 3 soal perkalian bilangan
bulat dengan pecahan biasa, dan 3 soal perkalian pecahan biasa
dengan pecahan biasa.
q. Siswa diberikan kesempatan untuk mengerjakannya
Konfirmasi
r. Perwakilan siswa maju ke depan kelas menuliskan hasil
pekerjaannya
s. Siswa dan guru membahas hasil pekerjaan siswa
t. Guru memberikan penguatan kepada siswa tentang cara
mengerjakan soal perkalian pecahan biasa dengan bilangan bulat,
perkalian bilangan bulat dengan pecahan biasa, dan perkalian
pecahan biasa dengan pecahan biasa.
Kegiatan Akhir (25 menit)
a. Siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan
dengan bimbingan guru yaitu materi pembagian pecahan biasa
dengan bilangan bulat, pembagian bilangan asli dengan pecahan
biasa, dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa.
b. Siswa dibagikan soal evaluasi siklus I
c. Siswa mengerjakan soal evaluasi
d. Guru bersama siswa membahas hasil soal evaluasi
118
e. Guru memberikan umpan balik dan pesan moral dari materi yang
sudah dipelajari oleh siswa
f. Guru mengucapkan salam untuk menutup kegiatan pembelajaran.
H. Sumber dan Media Pembelajaran
1. Sumber belajar :
Osman, dkk. (2007). Matematika Kelas 4 Sekolah Dasar. Jakarta:
Yudhistira.
Tim Matematika. (2007). Cerdas Matematika. Bogor: Yudhistira.
2. Media pembelajaran : Kertas karton pecahan.
I. Penilaian
1. Penilaian Kognitif / Produk
a. Prosedur penilaian : Akhir pembelajaran
b. Jenis penilaian : Tes tertulis
c. Bentuk penilaian : Uraian
d. Jumlah soal : 20
e. Total skor : 20
2. Kriteria Ketuntasan Minimal
Siswa dikatakan berhasil mengikuti pelajaran, jika siswa memperoleh
nilai lebih dari 70.
119
LAMPIRAN
MATERI PEMBELAJARAN
1. Perkalian Pecahan
a. Perkalian Bilangan Bulat dengan Pecahan Biasa
Contoh :
2 x = . . . artinya ada 2 satuan -an. Berapa nilainya setelah
digabung?
Yang diarsir Yang diarsir
Arsiran digabung menjadi
Yang diarsir
Jadi, terlihat bahwa 2 x = + = = 1 atau dapat dinyatakan
sebagai 2 x = . Berdasarkan contoh tersebut siswa
120
diharapkan dapat menarik kesimpulan cara mengerjakan operasi
hitung bilangan bulat dengan pecahan biasa yaitu:
Bilangan bulat x =
b. Perkalian pecahan dengan bilangan bulat
x 2 = . . . artinya dari 2.
Untuk mendapatkan dari 2, maka anak harus memikirkan 2
obyek yang dikelompokkan menjadi 2 bagian yang beranggotakan
sama. Banyaknya anggota masing-masing kelompok terkait dengan
banyaknya obyek semula, dalam hal ini dari banyaknya obyek
semula.
0 1 2
Setiap petak mewakili bagian
dari 1. Jadi, terdapat 2 petak -an atau dalam kalimat matematika
adalah x 2 = = . Berdasarkan contoh tersebut siswa
diharapkan dapat menarik kesimpulan cara mengerjakan operasi
hitung perkalian pecahan biasa dengan bilangan bulat yaitu:
121
x bilangan bulat =
c. Perkalian Dua Pecahan Biasa
x = . . . artinya dari .
Tahap 1:
Kertas dilipat menjadi 5 bagian yang sama sesuai dengan penyebut
yang digunakan. Kemudian mengarsir 3 bagian dari lipatan untuk
membentuk pecahan .
Tahap 2:
Melipat menjadi 2 bagian yang sama atau dari . Maka akan
terbentuk lipatan
Tahap 3:
Ikuti lipatan kecil tersebut sampai seluruh kertas membentuk
lipatan kecil yang sama. Maka akan terbentuk 10 lipatan kecil, dan
122
dari tersebut ternyata sama dengan 3 lipatan kecil dari 10
lipatan atau (yang diarsir dobel)
Jadi, x adalah atau x = = .
Jadi, dari contoh tersebut siswa diharapkan dapat menarik
kesimpulan cara mengerjakan operasi hitung perkalian dua pecahan
biasa yaitu:
x =
2. Pembagian Pecahan
a. Pembagian Bilangan Bulat oleh Pecahan Biasa
Pada pembelajaran ini menggunakan kertas karton yang
dipotong-potong berbentuk persegi panjang. Menetapkan suatu
ukuran sebagai patokan satuan. Misalnya persegi berikut sebagai
karton satuan, yaitu karton ini mewakili bilangan 1. Dan menyiapkan
beberapa karton yang panjangnya merupakan bagian dari karton
satuan, misalnya karton setengahan, karton seperempatan, karton
sepertigaan, dan karton dua pertigaan.
123
Karton Satuan
Karton Setengahan
Karton Seperempatan
Karton Sepertigaan
Karton Duapertigaan
1) Pembagian 1 oleh
Menyiapkan satu karton satuan dan beberapa karton
setengahan.
1 : artinya mencari banyaknya karton setengahan dalam satu
karton satuan. Yaitu ada berapa banyak karton setengahan yang
jika ditempelkan (tanpa tumpang tindih dan tanpa jarak) dapat
menutup seluruh karton satuan.
124
Karton satuan
Hasilnya adalah ada dua karton setengahan yang dapat
menutup satu karton satuan. Jadi, 1 karton satuan dibagi
karton satuan hasilnya adalah 2 karton setengahan.
Apabila diubah ke dalam konsep pengurangan secara berulang
menjadi:
1: = 1 - - = 0. Atau dengan kata lain banyak pengambilan
dari 1 adalah sebanyak 2 pengambilan.
Jadi, 1 : = 2 = = 1 x .
2) Pembagian 1 oleh
Menyiapkan satu karton satuan dan beberapa karton
sepertigaan.
1 : artinya mencari banyaknya karton sepertigaan dalam satu
karton satuan. Yaitu ada berapa banyak karton sepertigaan yang
jika ditempelkan dapat menutup seluruh karton satuan.
1
125
Karton satuan
Hasilnya adalah ada tiga karton sepertigaan yang dapat
menutup satu karton satuan. Jadi, 1 karton satuan dibagi
karton satuan hasilnya adalah 3 karton sepertigaan.
Apabila diubah ke dalam bentuk penguranagan menjadi:
1 : = 1 - - - = 0. Atau dengan kata lain banyak
pengambilan dari 1 adalah sebanyak 3 pengambilan.
Jadi, 1 : = 3 = = 1 x
Berdasarkan contoh tersebut ternyata ada pola hubungan
sebagai berikut:
1 : = 2 = = 1 x
1 : = 3 = = 1 x
Pola hubungan yang terbentuk itu perlu diberikan sebagai
kuncinya kepada siswa, yaitu “Apabila bilangan bulat dibagi
dengan pecahan biasa maka pembagian berubah menjadi
1
126
perkalian tetapi pecahannya dibalik (penyebut menjadi
pembilang dan pembilang menjadi penyebut)” atau dalam
bentuk umum:
Bilangan bulat : = bilangan bulat x
b. Pembagian Pecahan Biasa oleh Bilangan Bulat
Contoh:
1) : 2 = . . .
: 2 artinya karton setengahan dibagi menjadi dua bagian yang
sama.
Jadi apabila karton -an dibagi menjadi 2 bagian yang sama,
hasilnya adalah terdapat 2 karton -an.
Artinya : 2 = = .
127
2) : 4 = . . .
: 4 artinya karton setengahan dibagi menjadi empat bagian
yang sama.
Jadi apabila karton -an dibagi menjadi 4 bagian yang sama,
hasilnya adalah terdapat 4 karton -an.
Artinya : 4 = = .
Berdasarkan contoh tersebut, ternyata ada pola hubungan
sebagai berikut:
: 2 = = .
: 4 = = .
Pola hubungan yang terbentuk itu perlu diberikan sebagai
kuncinya kepada siswa, yaitu “Apabila bilangan pecahan
dibagi dengan bilangan bulat maka pembilang dari pecahan
128
tersebut tetap sedangkan penyebutnya dikalikan dengan
bilangan bulatnya” atau dalam bentuk umum:
: bilangan bulat =
c. Pembagian Dua Pecahan Biasa
Contoh:
1) : = . . .
: artinya ada berapa karton -an dalam karton -an.
Jadi, dalam karton -an terdapat satu karton -an dengan
bagian yang sama.
: dengan konsep pengurangan secara berulang menjadi:
: = - = 0, atau dengan kata lain banyak pengambilan
dari adalah sebanyak 1 pengambilan.
Jadi hasilnya, : = 1 = .
129
2) : = . . .
: artinya ada berapa karton -an dalam karton -an.
Jadi, dalam karton -an terdapat dua bagian karton -an dengan
masing-masing bagian yang sama.
: dengan konsep pengurangan secara berulang menjadi:
: = - - = 0, atau dengan kata lain banyak pengambilan
dari adalah sebanyak 2 pengambilan.
Jadi hasilnya, : = 2 = .
Berdasarkan contoh tersebut, ternyata ada pola hubungan
sebagai berikut:
: = 1 =
: = 2 =
130
Berdasarkan hubungan tersebut, maka cara mengerjakan
operasi hitung pembagian dua pecahan biasa dalam bentuk
umum yaitu:
: = x
131
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
SIKLUS II
Satuan Pendidikan : SD Negeri 3 Sugihan
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/ Semester : IV/ 2
Pertemuan Ke- : 1 dan 2 (Siklus II)
Alokasi Waktu : Pertemuan 1 : 2 x 35 menit
Pertemuan 2 : 2 x 45 menit
Hari/ Tanggal : Pertemuan 1 : Rabu, 25 Mei 2016
Pertemuan 2 : Rabu, 25 Mei 2016
A. Standar kompetensi
5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
B. Kompetensi Dasar
5.1 Mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan
C. Indikator
5.3.1 Mengalikan bilangan pecahan biasa dengan pecahan biasa
5.3.2 Mengalikan pecahan biasa dengan bilangan bulat
5.3.3 Mengalikan bilangan bulat dengan pecahan biasa
5.3.4 Membagi pecahan biasa dengan bilangan bulat
5.3.5 Membagi bilangan bulat dengan pecahan biasa
5.3.6 Membagi pecahan biasa dengan pecahan biasa
132
D. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui kegiatan diskusi dan penugasan tentang perkalian pecahan
biasa dengan bilangan bulat, siswa dapat menyelesaikan operasi
hitung perkalian bilangan bulat dengan pecahan biasa dengan
benar.
2. Melalui kegiatan diskusi dan penugasan tentang perkalian bilangan
bulat dengan pecahan biasa, siswa dapat menyelesaikan operasi
hitung perkalian bilangan bulat dengan pecahan biasa dengan
benar.
3. Melalui kegiatan diskusi dan penugasan, siswa dapat
menyelesaikan operasi hitung perkalian pecahan biasa dengan
pecahan biasa dengan benar.
4. Melalui kegiatan diskusi dan penugasan tentang pembagian
pecahan biasa dengan bilangan bulat, siswa dapat menyelesaikan
operasi hitung pembagian pecahan biasa dengan bilangan bulat
dengan benar.
5. Melalui kegiatan diskusi dan penugasan tentang perkalian bilangan
bulat dengan pecahan biasa, siswa dapat menyelesaikan operasi
hitung pembagian bilangan asli dengan pecahan biasa dengan
benar.
6. Melalui kegiatan diskusi dan penugasan, siswa dapat
menyelesaikan operasi hitung pembagian pecahan biasa dengan
pecahan biasa dengan benar.
E. Materi Pembelajaran
1. Perkalian Pecahan
2. Pembagian Pecahan
F. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Pendekatan : Pendekatan Induktif
Metode : Tanya jawab, ceramah, diskusi, penugasan
133
G. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan ke-1 (2 x 35 menit)
Kegiatan Awal (5 menit)
a. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam
b. Guru mengkondisikan kelas hingga kondusif
c. Guru melakukan presensi siswa
d. Guru melakukan apersepsi dengan bertanya jawab tentang materi
yang dipelajari sebelumnya
e. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari
Kegiatan Inti (50 menit)
Eksplorasi
a. Siswa diberikan soal perkalian pecahan biasa dengan bilangan bulat
x 2 = . . .
b. Siswa dibimbing guru menyelesaikan soal tersebut.
“Dua potongan dari tiga potongan yang sama nilainya mewakili
bilangan . Ini berarti terdiri dari dua potongan yang masing-
masing mewakili . Dengan demikian = + . Sesuai dengan
konsep perkalian + = x 2. Sehingga, x 2 = . “
c. Siswa diberikan soal latihan yang dikerjakan secara berpasangan
Soal:
1. x 2 = . . .
2. x 3= . . .
3. x 6= . . .
d. Siswa berdiskusi untuk menyelesaikan soal tersebut
134
e. Siswa dan guru membahas hasil dari soal perkalian bilangan bulat
dengan pecahan
f. Siswa diberikan soal perkalian bilangan bulat dengan pecahan biasa
2 x = . . .
g. Siswa dan guru membahas soal tersebut
h. Siswa diberikan soal latihan perkalian bilangan bulat dengan
pecahan biasa
1. 2 x = . . .
2. 3 x = . . .
3. 6 x = . . .
i. Siswa dan guru membahas soal tersebut
j. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan cara mengerjakan
soal perkalian bilangan bulat dengan pecahan biasa
k. Siswa diberikan kesempatan untuk mencatat materi yang telah
dijelaskan oleh guru
l. Siswa diberikan soal perkalian pecahan biasa dengan pecahan biasa
Soal:
x = . . .
m. Siswa diberikan rambu-rambu menemukan konsep mengerjakan
perkalian biasa dengan pecahan biasa
x = = .
x = = .
n. Siswa diminta untuk mengisi titik-titik dengan benar.
o. Siswa dibimbing menyimpulkan cara mengerjakan perkalian
pecahan biasa dengan pecahan biasa.
135
x = .
p. Siswa diberikan kesempatan untuk mencatat materi
q. Siswa diberikan soal latihan untuk dikerjakan secara individu
x = . . .
x = . . .
x = . . .
r. Siswa dan guru membahas hasil dari soal tersebut.
s. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya tentang materi yang
belum dipahami
Elaborasi
t. Guru meminta siswa untuk membuat 3 contoh soal perkalian
pecahan biasa dengan bilangan bulat, 3 soal perkalian bilangan
bulat dengan pecahan biasa, dan 3 soal perkalian pecahan biasa
dengan pecahan biasa.
u. Siswa diberikan kesempatan untuk mengerjakannya
Konfirmasi
v. Perwakilan siswa maju ke depan kelas menuliskan hasil
pekerjaannya
w. Siswa dan guru membahas hasil pekerjaan siswa
x. Guru memberikan penguatan kepada siswa tentang cara
mengerjakan soal perkalian pecahan biasa dengan bilangan bulat,
perkalian bilangan bulat dengan pecahan biasa, dan perkalian
pecahan biasa dengan pecahan biasa.
Kegiatan Akhir (5 menit)
a. Siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan
dengan bimbingan guru yaitu materi perkalian bilangan bulat
dengan pecahan biasa dan perkalian pecahan biasa dengan pecahan
biasa.
136
b. Guru memberikan umpan balik dan pesan moral dari materi yang
sudah dipelajari oleh siswa
c. Guru mengucapkan salam untuk menutup kegiatan pembelajaran.
15 menit
Pertemuan ke-2 (2 x 45 menit)
Kegiatan Awal (5 menit)
a. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam
b. Guru mengkondisikan kelas hingga kondusif
c. Guru melakukan apersepsi dengan bertanya jawab tentang materi
yang dipelajari sebelumnya
d. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari
Kegiatan Inti (60 menit)
Eksplorasi
a. Siswa diberikan soal pembagian pecahan biasa dengan bilangan
bulat
: 2 = . . .
Hasilnya adalah ada dua karton seperempatan yang dapat menutup
satu karton setengahan. Jadi, : 2 = .
Apabila diubah ke dalam pengurangan hasilnya menjadi:
: 2 = - - = 0.
b. Siswa diberikan soal latihan
Soal:
1. : 2 = . . .
2. : 3 = . . .
137
c. Siswa dan guru membahas soal tersebut
d. Kemudian siswa diarahkan untuk mencari kesimpulan umum
bahwa membagi bilangan bulat dengan bilangan pecahan.
Jadi, membagi pecahan biasa dengan bilangan bulat adalah:
: bilangan bulat = x
e. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya dan mencatat materi
f. Siswa diberikan soal pembagian bilangan bulat dengan pecahan
biasa
1 : = . . .
“1 : artinya mencari banyaknya karton setengahan dalam satu
karton satuan. Yaitu ada berapa banyak karton setengahan yang
jika ditempelkan (tanpa tumpang tindih dan tanpa jarak) dapat
menutup seluruh karton satuan.” Hasilnya adalah ada dua karton
setengahan yang dapat menutup satu karton satuan. Jadi, 1 : = 2.
Apabila diubah ke dalam pengurangan hasilnya menjadi:
1: = 1- - = 0. Atau dengan kata lain banyak pengambilan
dari 1 adalah sebanyak 2 pengambilan. Jadi, 1 : = 2.
g. Siswa diberikan soal latihan
Soal:
1. 2 : = . . .
2. 3 : = . . .
138
h. Kemudian siswa diarahkan untuk mencari kesimpulan umum
bahwa membagi bilangan bulat dengan bilangan pecahan artinya
dengan mengalikan bilangan bulat dengan kebalikan pecahan itu.
Bilangan bulat : = bilangan bulat x .
i. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya dan mencatat materi
yang telah dipelajari
j. Siswa diberikan soal pembagian pecahan biasa dengan pecahan
biasa
Soal:
: = . . .
k. Guru membimbing dengan menerangkan : = diambil
bagian.
: = - - = 0, atau dengan kata lain banyak pengambilan
dari adalah sebanyak 2 pengambilan. Jadi hasilnya, : = 2.
l. Selanjutnya siswa diarahkan agar mencari kesimpulan umum
bahwa, : = x dengan
cara:
1) Siswa mencari keterkaitan antara pembagi dengan hasil bagi,
misalnya:
2 : = 4. 2 : = 6.
2) Siswa diharapkan menemukan hubungan tersebut, yaitu:
2 : = x = = 4.
139
2: = x = = 6.
m. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya dan mencatat materi
n. Siswa diberikan soal latihan
Soal:
1) : = . . .
2) : = . . . .
o. Siswa dan guru membahas hasil dari soal tersebut.
p. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya dan mencatat materi
Elaborasi
q. Guru meminta siswa untuk membbuat 3 contoh soal pembagian
pecahan biasa dengan bilangan bulat, 3 soal pembagian bilangan
bulat dengan pecahan biasa, dan 3 soal pembagian pecahan biasa
dengan pecahan biasa.
r. Siswa diberikan kesempatan untuk mengerjakannya
Konfirmasi
s. Perwakilan siswa maju ke depan kelas menuliskan hasil
pekerjaannya
t. Siswa dan guru membahas hasil pekerjaan siswa
u. Guru memberikan penguatan kepada siswa tentang cara
mengerjakan soal pembagian pecahan biasa dengan bilangan bulat,
pembagian bilangan bulat dengan pecahan biasa, dan pembagian
pecahan biasa dengan pecahan biasa.
Kegiatan Akhir (25 menit)
a. Siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan
dengan bimbingan guru yaitu materi pembagian pecahan biasa
dengan bilangan bulat, pembagian bilangan asli dengan pecahan
biasa, dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa.
b. Siswa dibagikan soal evaluasi siklus II
140
c. Siswa mengerjakan soal evaluasi
d. Hasil pekerjaan siswa langsung dikumpulkan sesuai nomor
presensi
e. Guru memberikan umpan balik dan pesan moral dari materi yang
sudah dipelajari oleh siswa
f. Guru mengucapkan salam untuk menutup kegiatan pembelajaran.
H. Sumber dan Media Pembelajaran
1. Sumber belajar :
Osman, dkk. (2007). Matematika Kelas 4 Sekolah Dasar. Jakarta:
Yudhistira.
Tim Matematika. (2007). Cerdas Matematika. Bogor: Yudhistira.
I. Penilaian
1. Penilaian Kognitif / Produk
a. Prosedur penilaian : Akhir pembelajaran
b. Jenis penilaian : Tes tertulis
c. Bentuk penilaian : Uraian
d. Jumlah soal : 20
e. Total skor : 20
2. Kriteria Ketuntasan Minimal
Siswa dikatakan berhasil mengikuti pelajaran, jika siswa memperoleh
nilai lebih dari 70.
141
LAMPIRAN
MATERI PEMBELAJARAN
1. Perkalian Pecahan
a. Perkalian Bilangan Bulat dengan Pecahan Biasa
Contoh :
2 x = . . . artinya ada 2 satuan -an. Berapa nilainya setelah
digabung?
Yang diarsir Yang diarsir
Arsiran digabung menjadi
Yang diarsir
Jadi, terlihat bahwa 2 x = + = = 1 atau dapat dinyatakan
sebagai 2 x = . Berdasarkan contoh tersebut siswa
142
diharapkan dapat menarik kesimpulan cara mengerjakan operasi
hitung bilangan bulat dengan pecahan biasa yaitu:
Bilangan bulat x =
b. Perkalian pecahan dengan bilangan bulat
x 2 = . . . artinya dari 2.
Untuk mendapatkan dari 2, maka anak harus memikirkan 2
obyek yang dikelompokkan menjadi 2 bagian yang beranggotakan
sama. Banyaknya anggota masing-masing kelompok terkait dengan
banyaknya obyek semula, dalam hal ini dari banyaknya obyek
semula.
0 1 2
Setiap petak mewakili bagian
dari 1. Jadi, terdapat 2 petak -an atau dalam kalimat matematika
adalah x 2 = = . Berdasarkan contoh tersebut siswa
diharapkan dapat menarik kesimpulan cara mengerjakan operasi
hitung perkalian pecahan biasa dengan bilangan bulat yaitu:
143
x bilangan bulat =
c. Perkalian Dua Pecahan Biasa
x = . . . artinya dari .
Tahap 1:
Kertas dilipat menjadi 5 bagian yang sama sesuai dengan penyebut
yang digunakan. Kemudian mengarsir 3 bagian dari lipatan untuk
membentuk pecahan .
Tahap 2:
Melipat menjadi 2 bagian yang sama atau dari . Maka akan
terbentuk lipatan
Tahap 3:
Ikuti lipatan kecil tersebut sampai seluruh kertas membentuk
lipatan kecil yang sama. Maka akan terbentuk 10 lipatan kecil, dan
144
dari tersebut ternyata sama dengan 3 lipatan kecil dari 10
lipatan atau (yang diarsir dobel)
Jadi, x adalah atau x = = .
Jadi, dari contoh tersebut siswa diharapkan dapat menarik
kesimpulan cara mengerjakan operasi hitung perkalian dua pecahan
biasa yaitu:
x =
2. Pembagian Pecahan
a. Pembagian Bilangan Bulat oleh Pecahan Biasa
Pada pembelajaran ini menggunakan kertas karton yang dipotong-
potong berbentuk persegi panjang. Menetapkan suatu ukuran sebagai
patokan satuan. Misalnya persegi berikut sebagai karton satuan, yaitu
karton ini mewakili bilangan 1. Dan menyiapkan beberapa karton
yang panjangnya merupakan bagian dari karton satuan, misalnya
karton setengahan, karton seperempatan, karton sepertigaan, dan
karton dua pertigaan.
145
Karton Satuan
Karton Setengahan
Karton Seperempatan
Karton Sepertigaan
Karton Duapertigaan
1) Pembagian 1 oleh
Menyiapkan satu karton satuan dan beberapa karton
setengahan.
1 : artinya mencari banyaknya karton setengahan dalam satu
karton satuan. Yaitu ada berapa banyak karton setengahan yang
jika ditempelkan (tanpa tumpang tindih dan tanpa jarak) dapat
menutup seluruh karton satuan.
146
Karton satuan
Hasilnya adalah ada dua karton setengahan yang dapat
menutup satu karton satuan. Jadi, 1 karton satuan dibagi
karton satuan hasilnya adalah 2 karton setengahan.
Apabila diubah ke dalam konsep pengurangan secara berulang
menjadi:
1: = 1 - - = 0. Atau dengan kata lain banyak pengambilan
dari 1 adalah sebanyak 2 pengambilan.
Jadi, 1 : = 2 = = 1 x .
2) Pembagian 1 oleh
Menyiapkan satu karton satuan dan beberapa karton
sepertigaan.
1 : artinya mencari banyaknya karton sepertigaan dalam satu
karton satuan. Yaitu ada berapa banyak karton sepertigaan yang
jika ditempelkan dapat menutup seluruh karton satuan.
1
147
Karton satuan
Hasilnya adalah ada tiga karton sepertigaan yang dapat
menutup satu karton satuan. Jadi, 1 karton satuan dibagi
karton satuan hasilnya adalah 3 karton sepertigaan.
Apabila diubah ke dalam bentuk penguranagan menjadi:
1 : = 1 - - - = 0. Atau dengan kata lain banyak
pengambilan dari 1 adalah sebanyak 3 pengambilan.
Jadi, 1 : = 3 = = 1 x
Berdasarkan contoh tersebut ternyata ada pola hubungan
sebagai berikut:
1 : = 2 = = 1 x
1 : = 3 = = 1 x
Pola hubungan yang terbentuk itu perlu diberikan sebagai
kuncinya kepada siswa, yaitu “Apabila bilangan bulat dibagi
dengan pecahan biasa maka pembagian berubah menjadi
1
148
perkalian tetapi pecahannya dibalik (penyebut menjadi
pembilang dan pembilang menjadi penyebut)” atau dalam
bentuk umum:
Bilangan bulat : = bilangan bulat x
b. Pembagian Pecahan Biasa oleh Bilangan Bulat
Contoh:
1) : 2 = . . .
: 2 artinya karton setengahan dibagi menjadi dua bagian yang
sama.
Jadi apabila karton -an dibagi menjadi 2 bagian yang sama,
hasilnya adalah terdapat 2 karton -an.
Artinya : 2 = = .
149
2) : 4 = . . .
: 4 artinya karton setengahan dibagi menjadi empat bagian
yang sama.
Jadi apabila karton -an dibagi menjadi 4 bagian yang sama,
hasilnya adalah terdapat 4 karton -an.
Artinya : 4 = = .
Berdasarkan contoh tersebut, ternyata ada pola hubungan
sebagai berikut:
: 2 = = .
: 4 = = .
Pola hubungan yang terbentuk itu perlu diberikan sebagai
kuncinya kepada siswa, yaitu “Apabila bilangan pecahan
dibagi dengan bilangan bulat maka pembilang dari pecahan
150
tersebut tetap sedangkan penyebutnya dikalikan dengan
bilangan bulatnya” atau dalam bentuk umum:
: bilangan bulat =
c. Pembagian Dua Pecahan Biasa
Contoh:
1) : = . . .
: artinya ada berapa karton -an dalam karton -an.
Jadi, dalam karton -an terdapat satu karton -an dengan
bagian yang sama.
: dengan konsep pengurangan secara berulang menjadi:
: = - = 0, atau dengan kata lain banyak pengambilan
dari adalah sebanyak 1 pengambilan.
Jadi hasilnya, : = 1 = .
151
2) : = . . .
: artinya ada berapa karton -an dalam karton -an.
Jadi, dalam karton -an terdapat dua bagian karton -an dengan
masing-masing bagian yang sama.
: dengan konsep pengurangan secara berulang menjadi:
: = - - = 0, atau dengan kata lain banyak pengambilan
dari adalah sebanyak 2 pengambilan.
Jadi hasilnya, : = 2 = .
Berdasarkan contoh tersebut, ternyata ada pola hubungan
sebagai berikut:
: = 1 =
: = 2 =
152
Berdasarkan hubungan tersebut, maka cara mengerjakan
operasi hitung pembagian dua pecahan biasa dalam bentuk
umum yaitu:
: = x
153
Lampiran 4. Soal Evaluasi dan Kunci Jawaban Siklus I
SOAL EVALUASI SIKLUS I
Hari, tanggal : Selasa, 24 Mei 2016
Materi : Perkalian dan Pembagian Pecahan
Nama :
Nomor :
Kelas :
Jawablah soal dibawah ini dengan benar!
1. x 6 = . . .
2. x 4 = . . .
3. 9 x = . . .
4. 8 x = . . .
5. 3 x = . . .
6. x = . . .
7. x = . . .
8. x = . . .
9. x = . . .
10. x = . . .
154
11. : 2 = . . .
12. : 3 = . . .
13. 4 : = . . .
14. 5 : = . . .
15. 3 : = . . .
16. : = . . .
17. : = . . .
18. : = . . .
19. : = . . .
20. : = . . .
155
KUNCI JAWABAN SOAL SIKLUS I
Hari, Tanggal : Selasa, 24 Mei 2016.
1. x 6 =
2. x 4 =
3. 9 x =
4. 8 x =
5. 3 x =
6. x =
7. x =
8. x =
9. x =
10. x =
11. : 2 =
12. : 3 =
13. 4 : =
156
14. 5 : =
15. 3 : =
16. : =
17. : =
18. : =
19. : =
20. : =
157
Lampiran 5. Soal evaluasi dan Kunci Jawaban Siklus II
SOAL EVALUASI SIKLUS II
Hari, tanggal : Rabu, 25 Mei 2016
Materi : Perkalian dan Pembagian Pecahan
Nama :
Nomor :
Kelas :
Jawablah soal dibawah ini dengan benar!
1. x 4 = . . .
2. x 3 = . . .
3. 5 x = . . .
4. 7 x = . . .
5. 8 x = . . .
6. x = . . .
7. x = . . .
8. x = . . .
9. x = . . .
10. x = . . .
158
11. : 6 = . . .
12. : 5 = . . .
13. 6 : = . . .
14. 8 : = . . .
15. 9 : = . . .
16. : = . . .
17. : = . . .
18. : = . . .
19. : = . . .
20. : = . . .
159
KUNCI JAWABAN SOAL EVALUASI SIKLUS II
Hari, tanggal : Rabu, 25 Mei 2016.
1. x 4 =
2. x 3 =
3. 5 x =
4. 7 x =
5. 8 x =
6. x =
7. x =
8. x =
9. x =
10. x =
11. : 6 =
12. : 5 =
13. 6 : =
14. 8 : =
15. 9 : =
160
16. : =
17. : =
18. : =
19. : =
20. : =
161
Lampiran 6. Daftar Nama Siswa
DAFTAR NAMA SISWA KELAS IV
SDN 3 SUGIHAN
NOMOR NAMA SISWA
URUT INDUK
1 699 HERMAN
2 720 ALVINA INTAN MURDIANA
3 723 NINDA SARI
4 727 RIDHO FIRMANSYAH
5 732 ABDULLAH SYAMSUL MA’ARIF
6 733 ARIEL DUBRIT ALBERTO
7 734 DHIKA DARMANTO
8 735 DONA JUNIA HASTI NATASYA
9 741 REVIANA KEISYA NUR NAYSILLA
10 725 REYHAN ANGGIO PRAJA
11 742 REZA ASHARI
12 744 SOLIKHIN HIDAYAT
13 747 MEILANNI INEEZ SAPUTRI
14 721 REYHAN PERMANA PUTRA
KKM
1. PAI : 75
2. PKn : 75
3. B. Indonesia : 75
4. Matematika : 70
5. IPA : 70
6. IPS : 70
7. SBK : 75
8. B. Jawa : 70
9. PJOK : 75
10. B. Inggris : 70
162
Lampiran 7. Nilai Ulangan Akhir Semester Gasal
No Nama
Nilai
PKn Bahasa
Indonesia Matematika IPA IPS
1 H 88 72 36 67 70
2 AIM 83 82 79 74 80
3 NS 73 75 55 69 73
4 RF 75 78 60 65 74
5 ASM 85 73 65 78 69
6 ADA 87 85 80 83 84
7 DD 85 90 78 89 83
8 DJHN 84 82 75 78 80
9 RKNN 76 75 60 65 70
10 RA 80 85 69 78 74
11 SH 80 78 70 74 75
12 MIS 70 74 60 70 70
13 RPP 58 70 50 73 73
14 RAP 67 65 73 74 75
Rata-rata 78 77 65 74 75
Nilai Tertinggi 88 90 80 89 84
Nilai Terendah 58 65 36 65 69
KKM 75 75 70 70 70
163
Lampiran 8. Daftar Nilai Pra Tindakan
DAFTAR NILAI PRA TINDAKAN
SENIN, 16 MEI 2016
NO NAMA SISWA NILAI
PRETEST KETERANGAN
1 H 65 BELUM TUNTAS
2 AIM 50 BELUM TUNTAS
3 NS 65 BELUM TUNTAS
4 RF 100 TUNTAS
5 ASM 55 BELUM TUNTAS
6 ADA 50 BELUM TUNTAS
7 DD 50 BELUM TUNTAS
8 DJHN 100 TUNTAS
9 RKNN 100 TUNTAS
10 RA 65 BELUM TUNTAS
11 SH 95 TUNTAS
12 MIS 30 BELUM TUNTAS
13 RPP 75 TUNTAS
14 RAP 100 TUNTAS
JUMLAH 1000
RATA-RATA KELAS 71,42
KETUNTASAN KELAS 42,85%
164
Lampiran 9. Daftar Nilai Evaluasi Siswa Siklus I
DAFTAR NILAI EVALUASI SISWA SIKLUS I
NO NAMA SISWA NILAI KETERANGAN
1 H 35 BELUM TUNTAS
2 AIN 90 TUNTAS
3 NS 55 BELUM TUNTAS
4 RF 60 BELUM TUNTAS
5 ASM 65 BELUM TUNTAS
6 ADA 100 TUNTAS
7 DD 95 TUNTAS
8 DJHN 95 TUNTAS
9 RKHN 60 BELUM TUNTAS
10 RA 80 TUNTAS
11 SH 80 TUNTAS
12 MIS 65 BELUM TUNTAS
13 RPP 50 BELUM TUNTAS
14 RAP 90 TUNTAS
JUMLAH 1020
NILAI RATA-RATA 72,85
NILAI TERTINGGI 100
NILAI TERENDAH 35
KETUNTASAN KELAS 50%
165
Lampiran 10. Daftar Nilai Evaluasi Siswa Siklus II
DAFTAR NILAI SISWA SIKLUS II
NO NAMA SISWA NILAI KETERANGAN
1 H 95 TUNTAS
2 AIN 85 TUNTAS
3 NS 95 TUNTAS
4 RF 100 TUNTAS
5 ASM 85 TUNTAS
6 ADA 100 TUNTAS
7 DD 95 TUNTAS
8 DJHN 100 TUNTAS
9 RKHN 100 TUNTAS
10 RA 100 TUNTAS
11 SH 90 TUNTAS
12 MIS 100 TUNTAS
13 RPP 90 TUNTAS
14 RAP 95 TUNTAS
JUMLAH 1330
NILAI RATA-RATA 95
NILAI TERTINGGI 100
NILAI TERENDAH 85
KETUNTASAN KELAS 100%
166
Lampiran 11. Lembar Observasi Siswa
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA KELAS IV SDN 3 SUGIHAN
DALAM PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Hari, tanggal :
Siklus :
Pertemuan :
Nama siswa :
Nomor :
Petunjuk pengisian: Berilah tanda cek (√) pada kolom yang sesuai dengan
pengamatan anda!
No Aspek yang diamati Skor
1 2 3 4
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Aktif bekerjasama dalam kelompok
Bertanggungjawab terhadap tugas kelompok
Saling membantu dalam kerja kelompok
Aktif bertanya
Aktif menjawab pertanyaan
Aktif mengemukakan pendapat
Memperhatikan penjelasan guru
Semangat dalam mengikuti pembelajaran
Antusias pada saat guru menggunakan alat peraga
Mematuhi perintah guru
Mematuhi peraturan dalam pembelajaran
Mengerjakan tugas tepat waktu
Keterangan: Skor 4 : Baik Sekali Skor 2 : Cukup
Skor 3: Baik Skor 1 : Kurang
Yogyakarta, 2016
Observer
( )
167
Lampiran 12. Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Data Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I Pertemuan I No Nama
siswa
Skor tiap-tiap aspek pengamatan Jumlah Aspek yang diamati
a b c d e f g h i j k l
1 H 2 2 2 1 1 2 2 3 2 1 2 2 24 a. Siswa aktif
bekerjasama dalam
kelompok
b. Siswa bertanggung
jawab terhadap tugas
kelompok
c. Siswa saling membantu
dalam kerja kelompok
d. Siswa aktif bertanya
e. Siswa aktif menjawab
pertanyaan
f. Siswa aktif
mengemukakan
pendapat
g. Siswa memperhatikan
penjelasan guru
h. Siswa semangat dalam
mengikuti
pembelajaran
i. Siswa antusias ketika
guru menjelaskan
dengan pendekatan
induktif
j. Siswa mematuhi
perintah guru
k. Siswa mematuhi
peraturan dalam
pembelajaran
l. Siswa mengerjakan
tugas tepat waktu
2 AIM 2 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 19
3 NS 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 21
4 RF 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 17
5 ASM 2 2 1 1 2 1 2 2 3 1 2 2 21
6 ADA 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 21
7 DD 2 2 2 1 2 2 3 2 2 1 2 2 23
8 DJHN 2 3 2 1 2 2 3 2 2 1 2 2 22
9 RKNN 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 24
10 RA 2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 19
11 SH 2 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 20
12 MIS 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 21
13 RPP 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 1 3 20
14 RAP 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 21
JUMLAH 26 23 24 22 23 20 26 18 28 23 27 28 293
Bulukerto, 23 Mei 2016.
Observer
Rahmat Wahit Nurhasan
168
Data Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I Pertemuan II
No Nama
siswa
Skor tiap-tiap aspek pengamatan Jumlah Aspek yang diamati
a b c d e f g h i j k l
1 H 3 2 2 1 1 2 2 3 2 2 2 2 24 a. Siswa aktif
bekerjasama dalam
kelompok
b. Siswa bertanggung
jawab terhadap tugas
kelompok
c. Siswa saling membantu
dalam kerja kelompok
d. Siswa aktif bertanya
e. Siswa aktif menjawab
pertanyaan
f. Siswa aktif
mengemukakan
pendapat
g. Siswa memperhatikan
penjelasan guru
h. Siswa semangat dalam
mengikuti
pembelajaran
i. Siswa antusias ketika
guru menjelaskan
dengan pendekatan
induktif
j. Siswa mematuhi
perintah guru
k. Siswa mematuhi
peraturan dalam
pembelajaran
l. Siswa mengerjakan
tugas tepat waktu
2 AIM 2 2 3 1 2 1 2 2 2 2 2 2 23
3 NS 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24
4 RF 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 24
5 ASM 2 2 2 1 2 1 3 2 3 2 2 2 24
6 ADA 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 24
7 DD 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 26
8 DJHN 2 3 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 25
9 RKNN 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 24
10 RA 2 1 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 23
11 SH 2 2 3 2 1 2 1 2 2 2 2 2 23
12 MIS 2 2 2 1 2 2 3 3 2 2 2 2 25
13 RPP 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 26
14 RAP 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 23
JUMLAH 29 29 29 23 25 25 34 31 29 29 29 28 349
Bulukerto, 24 Mei 2016.
Observer
Rahmat Wahit Nurhasan
169
Data Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Pertemuan I
No Nama
siswa
Skor tiap-tiap aspek pengamatan Jumlah Aspek yang diamati
a b c d e f g h i j k l
1 H 3 2 3 3 2 2 2 4 2 2 2 3 30 a. Siswa aktif
bekerjasama dalam
kelompok
b. Siswa bertanggung
jawab terhadap tugas
kelompok
c. Siswa saling membantu
dalam kerja kelompok
d. Siswa aktif bertanya
e. Siswa aktif menjawab
pertanyaan
f. Siswa aktif
mengemukakan
pendapat
g. Siswa memperhatikan
penjelasan guru
h. Siswa semangat dalam
mengikuti
pembelajaran
i. Siswa antusias ketika
guru menjelaskan
dengan pendekatan
induktif
j. Siswa mematuhi
perintah guru
k. Siswa mematuhi
peraturan dalam
pembelajaran
l. Siswa mengerjakan
tugas tepat waktu
2 AIM 4 3 3 2 2 2 2 2 2 2 4 3 31
3 NS 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 4 3 30
4 RF 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 4 30
5 ASM 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 30
6 ADA 3 2 2 2 2 2 4 4 3 2 3 3 32
7 DD 3 2 2 3 3 2 3 3 2 2 4 4 33
8 DJHN 3 3 4 3 2 2 3 2 2 2 3 4 33
9 RKNN 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 31
10 RA 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 4 3 31
11 SH 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 30
12 MIS 3 2 2 2 2 2 3 3 2 4 3 3 31
13 RPP 4 3 2 3 2 2 3 2 2 3 3 4 33
14 RAP 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 30
JUMLAH 43 36 35 33 29 28 38 34 30 38 45 46 435
Bulukerto, 25 Mei 2016.
Observer
Rahmat Wahit Nurhasan
170
Data Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Pertemuan II
No Nama
siswa
Skor tiap-tiap aspek pengamatan Jumlah Aspek yang diamati
a b c d e f g h i j k l
1 H 4 3 3 3 4 3 2 4 2 3 3 4 38 a. Siswa aktif
bekerjasama dalam
kelompok
b. Siswa bertanggung
jawab terhadap tugas
kelompok
c. Siswa saling membantu
dalam kerja kelompok
d. Siswa aktif bertanya
e. Siswa aktif menjawab
pertanyaan
f. Siswa aktif
mengemukakan
pendapat
g. Siswa memperhatikan
penjelasan guru
h. Siswa semangat dalam
mengikuti
pembelajaran
i. Siswa antusias ketika
guru menjelaskan
dengan pendekatan
induktif
j. Siswa mematuhi
perintah guru
k. Siswa mematuhi
peraturan dalam
pembelajaran
l. Siswa mengerjakan
tugas tepat waktu
2 AIM 4 4 3 3 3 4 3 2 2 4 4 3 39
3 NS 4 3 3 3 3 3 3 2 2 3 4 4 37
4 RF 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 39
5 ASM 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 4 4 38
6 ADA 4 4 2 3 2 2 4 4 3 3 3 3 37
7 DD 4 4 4 3 3 2 3 3 4 3 4 3 40
8 DJHN 4 4 4 3 4 2 3 2 4 3 3 4 40
9 RKNN 4 4 4 3 2 3 2 3 3 3 4 4 39
10 RA 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 41
11 SH 4 4 3 4 3 4 3 2 3 4 4 3 41
12 MIS 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 43
13 RPP 4 3 4 3 4 3 3 2 3 4 3 4 40
14 RAP 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 41
JUMLAH 53 40 46 46 45 42 41 48 43 46 56 51 553
Bulukerto, 25 Mei 2016.
Observer
Rahmat Wahit Nurhasan
171
Lampiran 13. Surat Ijin Penelitian
172
173
174
175
176
177
Lampiran 14. Dokumentasi Penelitian
DOKUMENTASI PENELITIAN
Pelaksanaan Siklus I
178
Pelaksanaan Siklus II
179
Lampiran 15. Hasil Pekerjaan Siswa Pra Tindakan
Nilai Terendah
180
181
Nilai Tertinggi
182
183
Lampiran 16. Hasil Pekerjaan Siswa Siklus I
Nilai Terendah
184
185
Nilai Tertinggi
186
187
Lampiran 17. Hasil Pekerjaan Siswa Siklus II
Nilai Terendah
188
189
Nilai Tertinggi
190
Recommended