View
226
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERBANDINGAN PENGARUH IMPLEMENTASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT ANTARA KABUPATEN SRAGEN DAN
KABUPATEN KLATEN
T E S I S
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Magister Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan
Konsentrasi Ekonomi Sumberdaya Manusia dan Pembangunan
Oleh :
WIDJAYA SANTOSA S 4209146
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk : 1. Istriku tercinta, Dra. Wiwik Nur S. yang senantiasa mendampingi dalam penyelesaian studi ini. 2. Ananda Primasari Ariska Widjayanti dan Broshtito Danys Widjaya
yang telah memberikan motivasi sehingga sampai pada tingkatan ini. 3. Almamaterku, Program Pascasarjana Magister Ekonomi dan Studi
Pembangunan pada khususnya dan Universitas Sebelas Maret Surakarta pada umumnya. 4. Masyarakat, bangsa dan negara Indonesia.
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
Kesadaran adalah matahari, Kesabaran adalah bumi, Keberanian adalah cakrawala, Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Ketika kerjamu tidak dihargai, saat itu dirimu belajar tentang ketulusan. Ketika usahamu tidak dinilai, saat itu kau belajar tentang keiklasan. Ketika hatimu terluka sangat dalam, saat itu kau sedang belajar memaafkan. Ketika kau harus lelah dan kecewa maka saat itu kau belajar tentang kesungguhan. Ketika kau merasa sepi dan sendiri maka kau sedang belajar tentang ketangguhan. Ketika kau harus membayar biaya yang seharusnya tak kau tanggung maka saat itu kau belajar tentang kemurahan hati.
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
WIDJAYA SANTOSA S 4209146
COMPARISON OF IMPLEMENTATION EFFECT OF SOCIETY EMPOWER NATIONAL PROGRAM (PNPM) RELATED TO INCREASE THE PEOPLE WELFARE BETWEEN SRAGEN REGENCY AND KLATEN REGENCY To fight against poverty the government launched Society Empower National Program (PNPM); the research aim to know the profile UPPKS group members before and after receiving the PNPM fund, to know the impact of members of the Donor Program UPPKS group, and to know the effect PNPM programs in improve the welfare of UPPKS group members. Research methodology is done by collecting primary data from the respondents through interviews, questionares, and observation. Secondary data such as administrative notes of the group members and other references are also used. Studies population is 240 groups of UPPKS which receive the PNPM funds. In Sragen Regency, the number of members of the UPPKS group varies from 8 to 12 members. Each member of a fund from five hundred thoosends rupiah to two million rupiah. In Kabupaten Klaten, the number of members of the group varies UPPKS 5 to 15 members. Each member of fund of one million to three million rupiah. Research sample for 5% of the population of the 12 groups, with each group taken 3 members, the number of samples in this study of 36 respondents. Data analysis used test the hypothesis using different T-test. Hypothesis testing results found that: there is difference in average of number of positive productivity significantly before and after PNPM program, thus proved hypothesis 1, and there is differences in average amount of labor positive significantly before and after PNPM program, with thus hypothesis 2 proved. Based on the data analysis is obtained the following conclusions : members of the UPPKS group PNPM funding recipients in Sragen Regency and Klaten Regency majority are women with low education of junior high school, members of the group UPPKS Donor funding recipients in Kabupaten Sragen and Kabupaten Klaten, using PNPM funds to increase the amount of employment, product, the difference being of the amount of labor, productivity and income of UPPKS group members in Sragen Regency and Klaten Regency before and after the PNPM. It is advised that the UPPKS groups receiving PNPM fund should do the following efforts : the groups should broaden their vision to have a network with other companies or entrepreneurs thst will support the groups business, the groups should motive them selves to be able to gain their welfare. Keywords : PNPM, UPPKS, Sragen Regency and Klaten Regency
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
WIDJAYA SANTOSA S 4209146
PERBANDINGAN PENGARUH IMPLEMENTASI PROGRAM NASIONAL
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT ANTARA KABUPATEN SRAGEN DAN
KABUPATEN KLATEN
Untuk menanggulangi kemiskinan pemerintah meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat, maka penelitian ini bertujuan: untuk mengetahui profil anggota kelompok UPPKS sebelum dan sesudah menerima dana PNPM, untuk mengetahui dampak program PNPM terhadap anggota kelompok UPPKS, dan untuk mengetahui pengaruh program PNPM dalam meningkatkan kesejahteraan anggota kelompok UPPKS. Metodologi penelitian yang digunakan adalah dengan mengumpulkan data primer dari responden melalui wawancara, kuesioner dan observasi. Di samping itu melalui data sekunder, yaitu administrasi anggota kelompok UPPKS dan referensi buku-buku pendukung. Populasi penelitian adalah 240 anggota kelompok UPPKS yang menerima PNPM. Di Kabupaten Sragen, jumlah anggota kelompok UPPKS bervariasi 8 – 12 anggota. Tiap anggota kelompok mendapatkan dana antara Rp 500 ribu – Rp 2 juta. Di Kabupaten Klaten, jumlah anggota kelompok UPPKS bervariasi 5 – 15 anggota. Tiap anggota kelompok mendapatkan dana antara Rp 1 juta – Rp 3 juta. Sampel penelitian sebesar 5% dari populasi kelompok, yaitu 12 kelompok dengan masing-masing kelompok diambil 3 anggota, sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini sebesar 36 responden. Analisis data untuk menguji hipotesis menggunakan uji beda rata-rata. Hasil uji hipotesis ditemukan perbedaan rata-rata jumlah produksi yang positif secara signifikan antara sebelum dengan sesudah adanya PNPM, dengan demikian hipotesis 1 terbukti, dan terdapat perbedaan rata-rata jumlah tenaga kerja yang positif secara signifikan antara sebelum dan sesudah PNPM, dengan demikian hipotesis 2 terbukti. Berdasarkan analisa data diperoleh kesimpulan sebagai berikut: anggota kelompok UPPKS penerima dana PNPM di Kabupaten Sragen dan Kabupaten Klaten mayoritas adalah perempuan dengan pendidikan masih rendah yaitu SLTP dan SLTA, anggota kelompok UPPKS penerima dana PNPM di Kabupaten Sragen dan Kabupaten Klaten memanfaatkan dana PNPM untuk meningkatkan produksi dan jumlah tenaga kerja. Untuk anggota kelompok UPPKS penerima dana PNPM disarankan sebagai berikut : mau membuka wawasan untuk bekerja sama dengan dunia usaha yang saling mendukung usahanya, berusaha memotivasi diri bahwa dengan bekerja keras dirinya mampu mengentaskan kemiskinan untuk hidup mandiri.
Kata Kunci : PNPM, UPPKS, Kabupaten Sragen dan Kabupaten Klaten.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas karunia
dan anugerahNya yang penulis rasakan selama ini sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tesis yang berjudul :
PERBANDINGAN PENGARUH IMPLEMENTASI PROGRAM NASIONAL
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) TERHADAP PENINGKATAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT ANTARA KABUPATEN SRAGEN DAN
KABUPATEN KLATEN.
Tesis ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di 4 desa,
yaitu : desa Kalitengah, Melikan, Kadilanggon dan Sidorejo yang terletak di
Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten, kemudian penulis bandingkan dengan hasil
penelitan di Kabupaten Sragen.
Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis
ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis senantiasa mengharapkan saran dan
masukan yang dapat memberikan motivasi bagi penelitian lebih lanjut. Oleh sebab
itu dengan sepenuh hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. JJ. Sarungu, MS selaku Ketua Program Studi Magister Ekonomi dan
Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dr. Guntur Riyanto, M.Si. selaku Pembimbing I yang dengan penuh
perhatian dan kesabaran senantiasa memberi dorongan serta meluangkan
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
waktu untuk membimbing dan mengarahkan, sehingga Tesis ini dapat
selesai.
3. Drs. Kresno Saroso Pribadi, M.Si. selaku Pembimbing II yang telah
memberikan motivasi, bimbingan dan pengarahan kepada penulis
sehingga Tesis ini dapat diselesaikan.
4. Segenap Dosen Program Syudi Magister Ekonomi dan Studi
Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Seluruh Karyawan dan Karyawati Program Studi Magister Ekonomi dan
Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
6. Kepala Biro Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Klaten beserta staf.
7. Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Klaten beserta staf.
8. Bapak Camat Wedi.
9. Unit Pengelola Kegiatan (UPK) PNPM Kecamatan Wedi.
10. Kepala Desa Kalitengah, Melikan, Kadilanggon dan Sidorejo.
11. Ibuku tercinta yang telah memberikan doa, semangat dan motivasi kepada
penulis untuk menyelesaikan tesis ini.
12. Istriku tercinta dan putera-puteriku tersayang.
13. Rekan-rekan MESP angkatan XII, terima kasih atas kerjasama diantara
kita selama ini.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Atas segala bantuan yang telah diberikan, hanya doa yang dapat penulis
panjatkan, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan balasan
dan menjadikan amal ibadah yang mulia. Terakhir, penulis mengharapkan
tesis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
Surakarta, Juni 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………….. i
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………… ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI ……………………………………. iii
HALAMAN PERNYATAAN ………………………………………………… iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………………. v
HALAMAN MOTTO ………………………………………………………….. vi
ABSTRACT ……………………………………………………………………. vii
INTISARI ……………………………………………………………………… viii
KATA PENGANTAR …………………………………………………………. ix
DAFTAR ISI …………………………………………………………………… xii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………… xv
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………… xvi
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………… xvii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………… 1
B. Perumusan Masalah ………………………………………… 9
C. Tujuan Penelitian …………………………………………… 10
D. Manfaat Penelitian ………………………………………….. 10
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritis ………………………………………………. 11
1. Program Jaring Pengaman Sosial (JPS) ………………… 11
2. Konsep Kemiskinan …………………………………….. 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Definisi Kemiskinan …………………………………… 13
4. Konsep Penanggulangan Kemiskinan …………………. 16
5. Konsep Pemberdayaan ………………………………… 17
6. Indikator Pemberdayaan ………………………………. 20
7. Pendekatan Pemberdayaan …………………………….. 23
8. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) .. 26
a. Pengertian PNPM ………………………………….. 26
b. Tujuan PNPM ……………………………………… 27
c. Sejarah PNPM ……………………………………… 28
9. Keberlanjutan Pemanfaatan Dana PNPM ……………… 30
a. Pemanfaatan Dana PNPM …………………………. 30
1) Prinsip Dana Bergulir ………………………….. 31
2) Prinsip Keberlanjutan Pemanfaatan Dana PNPM 31
3) Kelompok Masyarakat (Pokmas) ………………. 32
b. Jenis Usaha …………………………………………. 33
c. Besar Dana Yang Diterima ………………………… 34
d. Partisipasi Anggota Kelompok …………………….. 35
10. Kesejahteraan Ekonomi ………………………………… 36
B. Penelitan Terdahulu ………………………………………… 38
C. Kerangka Pemikiran ………………………………………… 40
D. Hipotesis …………………………………………………….. 41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Data Dan Sumber Data ……………………………………… 42
B. Populasi Dan Sampel ………………………………………… 42
C. Analisis Data …………………………………………………. 44
D. Asumsi ……………………………………………………….. 45
E. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel Penelitian …. 46
BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Klaten ……………… 48
1. Realisasi Pelaksanaan PNPM …………………………… 48
2. Letak Geografis …………………………………………. 53
3. Kondisi Demografi ……………………………………… 54
B. Karakteristik Responden…………………………………….. 55
C. Analisis Data ………………………………………………… 67
D. Pembahasan …………………………………………………. 68
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan …………………………………………………. 72
B. Saran ………………………………………………………… 72
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 74
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. : Kerangka Penelitian …………………………………………… 40
Gambar 2.2. : Pengujian Hipotesis …………………………………………… 45
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. : Distribusi responden asal desa kelompok sampel …………….. 43
Tabel 4.1. : Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin ……………… 55
Tabel 4.2. : Distribusi responden berdasarkan umur ………………………. 57
Tabel 4.3. : Distribusi responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga 58
Tabel 4.4. : Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan ………… 60
Tabel 4.5. : Distribusi responden berdasarkan jenis usaha ………………… 62
Tabel 4.6. : Distribusi responden berdasarkan jumlah dana yang diterima .. 64
Tabel 4.7. : Produksi sebelum dan sesudah penerimaan dana PNPM ……. 65
Tabel 4.8. : Distribusi frekuensi jumlah tenaga kerja sebelum menerima
Dana PNPM ……………………………………………………. 66
Tabel 4.9. : Distribusi frekuensi jumlah tenaga kerja sesudah menerima
Dana PNPM …………………………………………………… 66
Tabel 4.10 : Hasil uji beda rata-rata Kabupaten Sragen ……………………. 68
Tabel 4.11 : Hasil uji beda rata-rata Kabupaten Klaten ……………………. 68
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat ijin penelitian Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi
(MESP) UNS Surakarata ke BAPPEDA Kabupaten Klaten … 78
Lampiran 2 : Surat permohonan ijin penelitian dari BAPPEDA Kabupaten
Klaten ke BAPERMAS Kabupaten Klaten …………………… 79
Lampiran 3 : Surat permohonan ijin penelitian dari BAPERMAS Kabupaten
Klaten ke Kecamatan Wedi ……………………………………. 80
Lampiran 4 : Surat pemberitahuan tentang ijin penelitian dari Kecamatan
Wedi Ke Kepala Desa Kalitengah, Melikan, Kadilanggon dan
Sidorejo …………………………………………………………. 81
Lampiran 5 : Kuesioner ………………………………………………………. 82
Lampiran 6 : Data hasil penelitian …………………………………………… 83
Lampiran 7 : Hasil analisis data ……………………………………………… 84
Lampiran 8 : T-Test ………………………………………………………….. 85
xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
P E N D A H U L U A N
A. Latar Belakang
Sebelum terjadinya krisis moneter, khususnya di bidang ekonomi telah
mencatat sejumlah kemajuan walaupun masih ditemui sejumlah masalah
pembangunan yang perlu segera dicari solusinya. Permasalahan tersebut merupakan
masalah fundamental yang bersifat kronis, yaitu berkaitan dengan kesenjangan antar
pelaku ekonomi, kesenjangan antar sektor ekonomi, dan kesenjangan antar daerah.
Kesenjangan ini berakibat luas pada masalah kemiskinan, pengangguran dan
kesejahteraan sosial.
Di samping itu terdapat masalah pembangunan yang bersifat kejutan (shock),
yaitu berkaitan dengan krisis moneter, ekonomi dan politik. Permasalahan ini
menyebabkan kondisi ekonomi Indonesia menjadi sangat memprihatinkan. Inflasi
yang tinggi, pertumbuhan yang rendah, pemutusan hubungan kerja (PHK),
pengangguran, kemiskinan yang semakin meluas, yang telah membawa dampak
buruk bagi kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat.
Pada masa krisis moneter yang paling terpuruk adalah kelompok masyarakat
miskin yang hidup di bawah garis kemiskinan, yaitu para buruh, pekerja informal,
petani kecil dan pengusaha mikro. Selama ini kaum miskin selain berpenghasilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
rendah, juga sudah sekian lama mengalami kesulitan dan hambatan dalam mengakses
faktor-faktor produksi (tanah dan modal) bahkan tidak memiliki akses informasi
pasar, ilmu pengetahuan dan pelayanan kesehatan. Dalam pandangan pemerintah,
bahwa kondisi yang memprihatinkan sebagai dampak krisis moneter membutuhkan
intervensi segera dan langsung kepada kelompok masyarakat miskin yang sangat
membutuhkan bantuan. Salah satu jalan yang ditempuh pemerintah adalah meminta
bantuan Negara donor Internasional untuk ikut serta dalam penanggulangan dampak
krisis moneter terutama pinjaman dalam bentuk Program Jaring Pengaman Sosial
(JPS)
Jaring Pengaman Sosial baru popular di Indonesia pada akhir 1998 setelah
Bank Dunia mengucurkan dana dengan memperkenalkan program-program darurat
(emergency) untuk mengatasi dampak buruk krisis moneter. Sebenarnya sudah
lama dikenal Program Jaring Pengaman Sosial, seperti Program Padat Karya,
Program Inpres Desa Tertinggal (IDT), kredit (subsidi untuk rumah, subsidi untuk
petani/nelayan tradisional), subsidi energi/listrik dan subsidi pangan.
Konsep Program JPS untuk menanggulangi sosial ekonomi masyarakat agar
tidak semakin terpuruk, dengan strategi pelaksanaannya adalah melalui tahapan
penyelamatan (rescue) yang sifatnya mendesak dan harus ditangani secepat mungkin
dan tahapan pemulihan (recovery) untuk memberdayakan masyarakat miskin.
Program JPS didesain menekankan pada tiga sasaran pokok meliputi: Pertama,
menjamin adanya makanan dengan harga yang dapat terjangkau oleh keluarga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
miskin. Kedua, memberikan kemampuan daya beli di antara pengusaha kecil dan
menengah. Ketiga, menjaga akses masyarakat pada pelayan-pelayan sosial.
Tujuan utama Jaring Pengaman Sosial adalah sebagai berikut:
1. Memulihkan kecukupan pangan dengan harga terjangkau oleh masyarakat miskin
2. Menciptakan kesempatan kerja produktif yang dapat meningkatkan daya
beli masyarakat miskin.
3. Memulihkan pelayanan kesehatan dan pendidikan yang terjangkau masyarakat
miskin.
4. Memulihkan kegiatan ekonomi rakyat.
Untuk menanggulangi masalah kemiskinan diperlukan upaya yang memadukan
berbagai kebijakan dan program pembangunan yang tersebar diberbagai sektor.
Adapun kebijakan pengentasan atau penenggulangan kemiskinan menurut
Sumodiningrat (1998) dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu kebijakan tidak langsung
dan kebijakan langsung. Kebijakan tidak langsung meliputi: upaya menciptakan
ketentraman dan kestabilan situasi ekonomi, sosial dan politik; mengendalikan
jumlah penduduk; melestarikan lingkungan hidup dan menyiapkan kelompok
masyarakat miskin melalui kegiatan pelatihan. Sedangkan kebijakan langsung
meliputi: pengembangan data dasar (base data) dalam penentuan kelompok sasaran
(targeting); penyediaan untuk kebutuhan dasar berupa pangan, sandang, papan,
kesehatan dan pendidikan; usaha penciptaan kesempatan kerja program
pembangunan wilayah; dan pelayanan perkreditan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Strategi dalam penanggulangan kemiskinan harus dapat memperkuat peran dan
posisi perekonomian rakyat dalam perekonomian nasional, sehingga terjadi
perubahan struktural yang meliputi pengalokasian sumber daya, penguatan
kelembagaan, pemberdayaan sumber daya manusia (Sumodiningrat, 1998). Maka
program yang dipilih harus memberdayakan masyarakat melalui pembangunan
ekonomi dan peningkatan perekonomian rakyat. Program ini harus diwujudkan dalam
langkah-langkah strategis untuk perluasan akses masyarakat miskin kepada sumber
daya pembangunan dan menciptakan peluang bagi masyarakat paling bawah untuk
berperan serta dalam proses pembangunan, sehingga mereka diharapkan mampu
mengatasi kondisi keterbelakangan. Di samping itu usaha penanggulangan
kemiskinan harus senantiasa didasarkan pada penetapan garis kemiskinan yang tepat
dan pada pemahaman yang jelas mengenai sebab –sebab timbulnya persoalan itu.
Setiap usaha penanggulangan kemiskinan yang kurang memperhatikan kedua hal
tersebut tidak hanya cenderung tidak efektif, tetapi dicurigai sebagai retorika belaka
(Baswir, 1999)
Menurut Soegijoko dkk (1997) dalam penanggulangan kemiskinan terdapat
3(tiga) pendekatan pemberdayaan masyarakat miskin. Pertama, pendekatan yang
terarah, artinya pemberdayaan masyarakat harus terarah yaitu berpihak kepada
masyarakat miskin. Kedua, pendekatan kelompok, artinya secara bersama-sama untuk
memudahkan pemecahan masalah yang dihadapi. Ketiga, pendekatan pendampingan,
artinya selama proses pembentukan dan penyelenggaraan kelompok masyarakat
miskin perlu didampingi oleh pendamping yang profesional sebagai fasilitator,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
komunikator, dan dinamisator terhadap kelompok untuk mempercepat tercapainya
kemandirian. Sedang menurut Sumodiningrat (1999) Arah baru strategi
pembangunan diwujudkan dalam bentuk: (1) upaya pemihakan kepada yang lemah
dan pemberdayaan masyarakat; (2) pemantapan otonomi dan desentralisasi, dan (3)
modernisasi melalui penajaman arah perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat.
Untuk merealisasi arah baru pelaksanaan pembangunan tersebut, pemerintah perlu
lebih mempertajam fokus pelaksanaan strategi pembangunan yaitu melalui penguatan
kelembagaan pembangunan masyarakat maupun birokrasi.
Penguatan kelembagaan pembangunan masyarakat dilaksanakan dengan
menggunakan model pembangunan partisipatif yang bertujuan mengembangkan
kapasitas masyarakat dan kemampuan aparat birokrasi dalam menjalankan fungsinya
sebagai lembaga pemerintahan yang berorientasi pada kepentingan rakyat.
Pembangunan yang partisipatif mengutamakan pembangunan yang
dilaksanakan dan dikelola langsung oleh masyarakat lokal. Model ini menekankan
pada upaya pengembangan kapasitas masyarakat dalam bentuk pemberdayaan
masyarakat. Menurut model pembangunan tersebut, dapat dikemukakan bahwa suatu
proyek atau program dapat digolongkan ke dalam model pembangunan partisipatif
apabila program tersebut dikelola sendiri oleh masyarakat yang bersangkutan, bukan
oleh aparat pemerintah. Pemberian kepercayaan kepada masyarakat setempat yang
tidak hanya untuk menyelenggarakan proyek atau program pembangunan, tetapi juga
untuk mengelola proyek tersebut akan mendorong masyarakat untuk mengerahkan
segala kemampuan dan potensinya demi keberhasilan proyek atau program tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pada akhirnya keberdayaan masyarakat menjadi baik sebagai akibat dari
meningkatnya kapasitas dan kualitas masyarakat setempat.
Menguatnya kemampuan masyarakat miskin untuk meningkatkan taraf
hidupnya, merupakan dampak dari semua aktivitas program penanggulangan
kemiskinan. Penguatan masyarakat tersebut dapat dilihat dari: (1) dimensi
pemberdayaan masyarakat miskin; (2) dimensi terwujudnya kemandirian masyarakat
miskin; dan (3) dimensi perekonomian rakyat. Yang perlu ditekankan adalah dimensi
pemberdayaan masyarakat perlu diarahkan terutama dalam rangka pengembangan
kegiatan sosial ekonominya. Sedang dimensi kemandirian masyarakat dapat dicapai
melalui asas gotong royong, kebersamaan, keswadayaan dan partisipasi. Adapun
untuk dimensi perekonomian rakyat dapat ditandai dengan tersedianya dana untuk
modal usaha guna dikembangkan oleh masyarakat itu sendiri.
Salah satu bentuk upaya dan kebijakan pembangunan yang dilakukan
pemerintah selama ini terutama yang memberikan peluang pada masyarakat miskin
untuk meningkatkan kesejahteraannya adalah melalui pendekatan pemberdayaan
keluarga yang mengacu pada UU No.10 Tahun 1992 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera yang pelaksanaannya diatur
dalam Inpres nomor 3 tahun 1996 tentang Pembangunan Keluarga Sejahtera dalam
rangka Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan. Inpres ini menekankan perlunya
usaha yang terpadu dan menyeluruh yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat dan
keluarga untuk memberikan kemampuan pada keluarga, terutama keluarga yang
masih dalam tahap Pra Sejahtera dan Sejahtera I, agar dapat memanfaatkan berbagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
peluang dan dukungan yang ada untuk mengangkat dari ketertinggalan dalam bidang
sosial dan ekonomi, sehingga mampu memiliki wawasan, sikap, perilaku, dan nilai-
nilai yang menjunjung tinggi sifat hemat, perencanaan ke depan dan mampu
mengumpulkan modal kerja secara mandiri untuk mengembangkan usahanya.
Sebagai upaya untuk meningkatkan efektifitas penanggulangan kemiskinan
dan penciptaan lapangan kerja, pemerintah meluncurkan program penanggulangan
kemiskinan yang salah satunya adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri. Pada PNPM Mandiri dirumuskan kembali upaya penanggulangan
kemiskinan yang melibatkan unsure masyarakat, mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, evaluasi hingga pelestarian. Ruang lingkup kegiatan
PNPM Mandiri terbuka bagi semua kegiatan penanggulangan kemiskinan yang
diusulkan dan disepakati masyarakat, meliputi: penyediaan dan perbaikan sarana
prasarana lingkungan pemukiman, social, peningkatan kualitas sumber daya manusia,
peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintah local serta kegiatan ekonomi,
meliputi: penyediaan dana bergulir dan kredit mikro untuk mengembangkan kegiatan
ekonomi masyarakat miskin yang dikelola di tingkat kecamatan oleh lembaga Unit
Pengelola Kegiatan (UPK).
PNPM Mandiri memberikan satu peluang unik untuk menangani sebagian
dari kendala dalam pemberdayaan perempuan, yang pada akhirnya akan
meningkatkan efektifitas penanggulangan kemiskinan. Persiapan PNPM akan
banyak memanfatkan pengalaman dari pelaksanaan Program Pengembangan
Kecamatan (PPK) dan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kajian dalam penelitian ini menitikberatkan pada implementasi program PNPM
terhadap masyarakat pedesaan melalui program PPK.
Program Pengembangan Kecamatan adalah program pemerintah yang
bertujuan mengentaskan kemiskinan, memperkuat kelembagaan pemerintah lokal dan
masyarakat, serta memperbaiki tata pemerintahan local. Untuk mencapai tujuan
tersebut, program ini memberikan bantuan langsung (block grant) kepada kecamatan-
kecamatan untuk pembangunan infrastruktur produktif dan investasi sosial ekonomi
yang diidentifikasi melalui sebuah proses perencanaan partisipatif. PPK merupakan
program pemerintah yang didanai sebagian dari Bank Dunia, dan sudah berjalan sejak
tahun 1998. Program ini mencakup 34233 desa di lebih dari 2.000 kecamatan
termiskin di 252 kabupaten di 30 propinsi.
Di samping itu juga diberikan fasilitas kredit dengan cara dan prosedur yang
mudah serta bunga rendah lewat Kredit Usaha Keluarga Sejahtera I alasa ekonomi
yang telah memiliki Tabungan Keluarga Sejahtera (Takesra) dan tergabung dalam
kelompok Usaha Peningkatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) agar mereka dapat
mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga.
Adapun tujuan umum program ini adalah untuk membantu keluarga Pra
Sejahtera dan Sejahtera I (alasan ekonomi) untuk meningkatkan taraf hidup keluarga
sejahtera melalui kegiatan ekonomi produktif dalam rangka penanggulangan
kemiskinan. Sedang tujuan khususnya adalah sebagai berikut (BKKBN, 1997) :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan
penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor).
2. Meningkatnya keberdayaan dan kemandirian masyarakat, serta kapasitas
pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat dalam menanggulangi
kemiskinan di wilayahnya.
3. Merangsang kesadaran, motivasi dan semangat keluarga untuk berwirausaha.
4. Membantu keluarga dalam mendapatkan modal usha dengan syarat ringan,
mudah dan cepat.
5. Mengembangkan kegiatan kemitrausahaan dalam bidang ekonomi.
6. Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan
potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal.
7. Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi dan
komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat. Dengan adanya kucuran dana
PNPM diharapkan dapat menambah modal usaha sehingga dapat meningkatkan
pendapatan para anggota kelompok UPPKS.
B. Perumusan Masalah
PNPM merupakan salah satu dari strategi pemerintah dalam
pemberdayaan masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan. Adapun
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah dampak program PNPM terhadap peningkatan produksi pada
anggota kelompok UPPKS di Kabupaten Sragen dan Kabupaten Klaten.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Bagaimanakah dampak program PNPM terhadap peningkatan penyerapan tenaga
kerja anggota kelompok UPPKS di Kabupaten Sragen dan Kabupaten Klaten.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini antara lain:
1. Untuk mengetahui pengaruh dana PNPM terhadap peningkatan produksi anggota
kelompok UPPKS di Kabupaten Sragen dan Kabupaten Klaten.
2. Untuk mengetahui pengaruh dana PNPM terhadap peningkatan jumlah tenaga
kerja anggota kelompok UPPKS di Kabupaten Sragen dan Kabupaten Klaten
D. Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini akan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Pemda
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pemerintah
daerah Kabupaten Sragen dan Kabupaten Klaten berkaitan dengan partisipasi
masyarakat pedesaan dalam rangka penanggulangan kemiskinan melalui
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) yang dikelola oleh PPK
2. Bagi Pihak Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti
lain untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang partisipasi masyarakat
dalam rangka penanggulangan kemiskinan melalui PNPM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritis
1. Program Jaring Pengaman Sosial (JPS)
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) merumuskan
program yang dilaksanakan pemerintah sebagai program untuk mengatasi dampak
buruk krisis moneter, mencakup empat bentuk Program Jaring Pengaman Sosial:
Pertama, program ketahanan pangan, dilaksanakan agar masyarakat miskin yang
terkena dampak krisis moneter mendapat kebutuhan pangan dengan harga yang
relatif terjangkau, sehingga bahaya rawan pangan dapat dihindari. Kegiatan utama
di bidang ketahanan pangan adalah bantuan pangan dalam bentuk: Operasi Pasar
Khusus (OPK) beras (sekarang raskin), peningkatan ketahanan Pangan
Nasional melalui Pemberdayaan Masyarakat Petani, pengembangan pembibitan
dan pengembangan tambak rakyat serta pengembangan ayam buras.
Kedua, program pengaman sosial bidang pendidikan, ditujukan untuk
memelihara pelayanan pendidikan bagi keluarga miskin serta sebagai upaya
menjaga kualitas pengajaran dan pendidikan. Program utama yang dilakukan
bidang pendidikan, meliputi: Beasiswa dan Dana Bantuan Operasional Pendidikan
Dasar dan Menengah(DBO Dikdasmen), Beasiswa dan Dana Bantuan Operasional
Pendidikan Tinggi (DBO Dikti), Dana Operasional dan Perawatan SD/MIN dan
Rehabilitasi serta Dana Bantuan Pembangunan Sekolah Dasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Ketiga, program jaminan sosial bidang kesehatan khususnya ditujukan
untuk memelihara pelayanan di bidang kesehatan dan peningkatan gizi keluarga
miskin. Program ini meliputi: JPS bidang kesehatan, JPS bidang sosial, Bantuan
Sarana dan Prasarana Kesehatan dan Program Makanan Tambahan Anak Sekolah.
Keempat, program pemberdayaan masyarakat dilaksanakan untuk
meningktkan daya beli masyarakat miskin dengan menciptakan lapangan kerja dan
kesempatan berusaha menggerakkan kembali ekonomi rakyat dengan
membangun sarana dan prasarana ekonomi dan sosial yang mendukung sistem
produksi dan distribusi barang dan jasa, serta meningkatkan fungsi sarana dan
prasarana ekonomi rakyat dengan tetap menjaga keseimbangan, kelestarian
lingkungan hidup. Kegiatan yang dilaksanakan berupa: pemeliharaan sarana dan
prasarana (jalan, irigasi, tempat pembuangan air, penampungan air serta
pengendalian banjir) yang banyak menyerap tenaga kerja dan pengangguran.
2..Konsep Kemiskinan
Dalam konsep kemiskinan setidaknya ada tiga macam, yaitu
kemiskinan absolut, kemiskinan relatif dan kemiskinan subyektif. Konsep
Kemiskinan absolut dimaksudkan untuk menentukan tingkat pendapatan minimum
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik terhadap makanan, pakaian dan
perumahan untuk menjamin kelangsungan hidup (Usman, 2004 : 230).
Konsep kemiskinan relatif dirumuskan berdasarkan the ides of relative
standard, yaitu dengan memperhatikan dimensi tempat dan waktu. Dasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
asumsinya kemiskinan di suatu daerah berbeda dengan daerah lainnya, dan
kemiskinan pada waktu tertentu berbeda dengan waktu yang lain. Konsep
kemiskinan semacam ini lazim diukur berdasarkan pertimbangan (intern of
judgment) anggota masyarakat tertentu, dengan berorientasi pada derajad
kelayakan hidup.
Sedangkan konsep kemiskinan subyektif dirumuskan berdasarkan
perasaan kelompok miskin itu sendiri. Konsep ini tidak mengenal a fixed
yardstick, dan tidak mempertimbangkan the ide of relative standard. Kelompok
yang menurut ukuran berada di bawah garis kemiskinan, boleh jadi tidak
menganggap dirinya sendiri miskin dan demikian pula sebaliknya. Kelompok
yang dalam perasaan termasuk hidup dalam kondisi tidak layak, boleh jadi tidak
menganggap dirinya sendiri seperti itu dan demikian pula sebaliknya (Usman,
2004 : 125-127)
3. Definisi kemiskinan.
Beberapa pandangan dan pendekatan yang dinamis tentang definisi
kemiskinan memang tidak mudah karena formulasi dari para ahli dan peneliti
dipengaruhi oleh fokus kajian masing-masing.
Specler (1993) mengatakan bahwa kemiskinan mencakup: Pertama,
kekurangan fasilitas fisik bagi kehidupan yang normal. Kedua, gangguan dan
tingginya resiko kesehatan, resiko keamanan dan kerawanan kehidupan sosial
ekonomi serta lingkungannya. Ketiga, kekurangan pendapatan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mengakibatkan tidak bisa hidup layak. Keempat, kekurangan dalam kehidupan
sosial yang ditunjukkan oleh ketersisihan sosial, dan kualitas pendidikan y rendah.
Usman (2004) mengatakan bahwa kemiskinan adalah suatu tingkat
kehidupan yang berada di bawah standar kebutuhan hidup minimal yang
ditetapkan berdasarkan atas kebutuhan pokok pangan yang membuat orang cukup
bekerja dan hidup sehat atas kebutuhan beras dan gizi. Batas atau garis
kemiskinan dibuat berdasarkan pemenuhan konsumsi makanan pokok serta
kebutuhan bahan makanan yang terdiri dari sandang, perumahan, kesehatan,
pendidikan dan transportasi.
Menurut BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional),
kriteria kemiskinan dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu kelompok keluarga
sejahtera I, II, III dan III Plus, karena alas an ekonomi. Kategori keluarga pra
sejahtera, apabila tidak memenuhi salah satu dari lima syarat: melaksanakan
ibadah menurut agamanya, malam dua kali atau lebih sehari, memakai pakaian
yang berbeda untuk bepergian, lantai rumah bukan dari tanah dan apabila anggota
keluarga sakit dibawa berobat ke sarana kesehatan. Ukuran atau indicator
kemiskinan versi ini sebenarnya suadah banyak mendapat kritikan dari berbagai
pihak namun tetap digunakan sebagai data dasar pelaksanaan penanggulangan
kemiskinan.
Menurut BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Nerencana Nasional)
menerangkan bahwa kesejahteraan keluarga dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu:
a. Keluarga Sejahtera Tahap I dengan kriteria sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1) Anggota keluarga melaksanakan ibadah agama
2) Pada umumnya anggota keluarga makan 2 kali sehari atau lebih.
3) Anggota keluarga memiliki pakaian berbeda di rumah / pergi / bekerja /
sekolah.
4) Bagian lantai yang terluas bukan dari tanah.
5) Anak sakit atau pasangan usia subur (PUS) yangan ingin ber KB dibawa ke
sarana kesehatan.
b. Keluarga Sejahtera Tahap II, meliputi:
1) Anggota keluarga melaksanakan ibadah agama secara teratur.
2) Paling kurang sekali dalam seminggu lauk daging / ikan / telur.
3) Setahun terakhir anggota keluarga menerima satu stel pakaian baru.
4) Luas lantai paling kurang 8 m2 untuk tiap penghuni.
5) Tiga bulan terakhir anggota keluarga dalam keadaan sehat dan dapat
melaksanakan tugas.
6) Ada anggota keluarga umur 15 tahun ke atas berpenghasilan tetap.
7) Anggota keluarga umur 10 – 60 tahun bias baca tulis latin.
8) Anak umur 7 – 15 tahun bersekolah.
9) PUS dengan anak hidup 2 atau lebih saat ini memakai alat kontrasepsi.
c. Keluarga Sejahter Tahap III, meliputi:
1) Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama.
2) Sebagian penghasilan keluarga ditabung.
3) Keluarga makan bersama paling kurang sekali sehari untuk berkomunikasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4) Keluarga sering ikut dalam kegiatan masyarakat dilingkungan tempat
tinggal.
5) Keluarga rekreasi bersama paling kurang sekali dalam enam bulan.
6) Keluarga memperoleh berita dari surat kabar / majalah / TV / radio.
7) Anggota keluarga menggunakan sarana transportasi setempat.
d. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus, meliputi:
1) Keluarga secara teratur memberikan sumbangan.
2) Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus yayasan / institusi
masyarakat.
Beberapa definisi kemiskinan seperti yang telah diuraikan, secara umum
semuanya menunjukkan bahwa kemiskinan merupakan kondisi seseorang atau
keluarga berada dalam keadaan kekurangan dan atau ketidaklayakan hidup
menurut standar-standar tertentu. Kekurangmampuan fisik manusia, kekurangan
akses dalam memperoleh pelayanan minimal dalam berbagai bidang kehidupan,
serta sulit atau kurang mendapat akses dalam proses pengambilan kebijakan.
4. Konsep penanggulangan kemiskinan
Penanggulangan kemiskinan seperti yang termuat dalam dokumen Interm
Poverty Reduction Strategi Paper (IPRSP) meliputi: Pertama, menciptakan
kesempatan kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat miskin. Kedua,
memberdayakan masyarakat miskin agar dapat memperoleh kembali hak-hak
ekonomi, sosial dan politiknya, mengontrol keputusan yang menyangkut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kepentingannya, menyalurkan aspirasi, mengidentifikasi masalah dan
kebutuhannya sendiri. Ketiga, meningkatkan kapasitas atau kemampuan
masyarakat miskin agar mampu bekerja dan berusaha secara lebih produktif dan
memperjuangkan kepentingannya. Keempat, memberikan perlindungan sosial bagi
masyarakat miskin.
5. Konsep Pemberdayaan
Pemberdayaan masyarakat berkaitan dengan dua kelompok yang saling
berhubungan, yaitu masyarakat yang belum berkembang sebagai pihak yang harus
diberdayakan, dan pihak yang menaruh kepedulian sebagai yang memberdayakan
(Sumodiningrat, 1997). Sedang Adimiharja dan Kusnaka (2001) mengemukakan
bahwa pemberdayaan merupakan pelimpahan proses pengambilan dan tanggung
jawab secara penuh. Pemberdayaan bukan berarti pengendalian, melainkan
menyerahkan pengendalian. Dengan demikian pemberdayaan bukanlah masalah
hilangnya pengendalian atau hilangnya hal-hal lain. Yang paling penting
pemberdayaan memungkinkan pemanfaatan kecakapan dan pengetahuan
masyarakat seoptimal mungkin untuk kepentingan masyarakat itu sendiri.
Menurut Priyono dan Pranarka (1996) proses pemberdayaan mengandung
dua kecenderungan. Pertama, proses pemberdayaan dengan kecenderungan primer
menekan pada proses pemberian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada
masyarakat agar individu yang bersangkutan menjadi lebih berdaya. Pada proses
ini dapat dilengkapi dengan membangun asset material guna mendukung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pembangunan kemandirian mereka melalui organisasi. Kedua, proses
pemberdayaan dengan kecenderungan sekunder menekankan pada proses
menstimulasi, mendorong atau memotivasi agar individu mempunyai kemampuan
atau keberdayaan untuk menentukan yang menjadi pilihan hidupnya melalui
proses dialog.
Dimungkinkan kecenderungan primer terwujud dari kecenderungan
sekunder terlebih dahulu. Berikutnya dijelaskan bahwa proses pemecahan masalah
berbasiskan pemberdayaan masyarakat yang berdasarkan prinsip berbeda dengan
masyarakat menyadari bahwa masyarakat mempunyai hak-hak yang harus
dihargai, sehingga masyarakat lebih mampu mengenali kebutuhannya dan dilatih
untuk dapat merumuskan rencana serta melaksanakan pembangunan
secara mandiri dan swadaya. Dalam hal ini , praktisi pembangunan berperan dalam
memfasilitasi proses dialog, diskusi, tukar pendapat dan mensosialisasikan
berbagai temuan masyarakat.
Berdasarkan pendapat Moebyarto (1985), pemberdayaan masyarakat
mengacu kepada kemampuan masyarakat untuk mendapatkan dan memanfaatkan
akses dan kontrol atas sumber hidup yang penting. Proses pemberdayaan sebagai
wujud perubahan sosial yang menyangkut relasi antara lapisan sosial sehingga
kemampuan individu; “senasib” untuk saling berkumpul dalam suatu kelompok
cenderung dinilai sebagai bentuk pemberdayaan yang paling efektif.
Sebenarnya teori pemberdayaan telah berkembang dengan beraneka ragam
panutan dan kebijakan dalam 20 tahun terakhir ini. Pemberdayaan dapat diartikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sebagai suatu proses, sustu mekanisme di mana individu, organisasi dan
masyarakat menjadi ahli terhadap masalah yang mereka hadapi. Adapun teori
pemberdayaan mengasumsikan bahwa pemberdayaan akan berbeda bentuk untuk
orang yang berbeda; pemberdayaan akan berbeda bentuk untuk konteks yang
berbeda; pemberdayaan akan berfluktuasi atau berubah sejalan dengan waktu.
Seseorang akan dapat terberdayakan pada suatu saat dan tidak terberdayakan pada
saat yang lain, tergantung pada kondisi yang mereka hadapi pada suatu waktu.
Menurut para akademisi teori pemberdayaan mengatakan bahwa konsep
pemberdayaan berlaku tidak hanya bagi individu sebagai kelompok, organisasi dan
masyarakat, melainkan juga individu itu sendiri (Fred, 1998).
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment)
berasal dari kata “power” (kekuasaan atau keberdayaan). Maka dari itu, ide utama
pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan
seringkali dihubungkan dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain
melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka. Ilmu
sosial tradisional menekankan bahwa kekuasaan berhubungan dengan pengaruh
dan control. Pengertian ini mengasumsikan bahwa kekuasaan sebagai sesuatu yang
tidak berubah atau tidak dapat diubah.
Sebenarnya kekuasaan tidak terbatas pada pengertian di atas. Kekuasaan
tidak vakum atau terisolasi. Kekuasaan senantiasa hadir dalam konteks relasi
sosial antar manusia. Dengan pemahaman kekuasaan seperti ini, pemberdayaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sebagai sebuah proses perubahan kemudian memiliki konsep bermakna. Dengan
istilah lain, kemungkinan terjadinya proses pemberdayaan tergantung pada 2 hal :
a. bahwa kekuasaan dapat berubah, sebab jika tidak berubah berarti pemberdayaan
tidak mungkin terjadi dengan cara apapun.
b. bahwa kekuasaan dapat diperluas. Pengertian ini menekankan pada arti
kekuasaan yang tidak statis, melainkan dinamis.
6. Indikator Pemberdayaan
Pemberdayaan memiliki kegunaan untuk meningkatkan kekuasaan orang-
orang lemah yang belum beruntung. Pemberdayaan menunjuk pada upaya
pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial (Swift dan
Levin, 1987). Pemberdayaan merupakan suatu cara di mana rakyat, organisasi dan
konitas diarahkan agar mampu menguasai atau berkuasa atas kehidupannya
(Rapaport, 1984). Pemberdayaan adalah proses dengan mana orang-orang menjadi
cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan dan mempengaruhi
terhadap kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya.
Pemberdayaan menekankan bahwa orang akan memperoleh ketrampilan,
pengetahuan dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan
kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya (Parsons, et al., 1994)
Pada dasarnya pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang,
khususnya kelompok rentan dan lemah, untuk memiliki akses terhadap sumber-
sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka
perlukan; dan berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan
yang mempengaruhi mereka.
Menurut definisi-definisi pemberdayaan di atas, dapat dinyatakan bahwa
pemberdayaan merupakan sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses,
pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kakuasaan atau
keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu
yang mengalami masalah kemiskinan. Adapun sebagai tujuan, pemberdayaan
menunjuk kepada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan
sosial; yaitu masyarakat miskin yang berdaya, memiliki kekuasaan, pengetahuan,
dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik,
ekonomi maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan
aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan
mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Pengertian pemberdayaan
sebagai tujuan sering digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan
sebagai proses.
Schuler, Hashemi dan Riley mengembangkan beberapa indikator
pemberdayaan, yang mereka sebut sebagai empowerment index atau indeks
pemberdayaan (David, 2004) :
a. Keberhasilan mobilitas, artinya kemampuan individu untuk pergi keluar rumah
atau wilayah tempat tinggalnya, seperti ke pasar, fasilitas medis, gedung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bioskop, rumah ibadah, atau ke rumah tetangga. Tingkat mobilitas ini dianggap
tinggi apabila individu mampu pergi sendirian.
b. Memiliki kemampuan membeli komoditas “kecil”, maksudnya kemampuan
individu untuk membeli barang-barang kebutuhan keluarga sehari-hari,
missalnya beras, minyak tanah, minyak goring, bumbu-bumbu, dan untuk
kebutuhan dirinya, misalnya minyak rambut, sabun mandi, sampo, bedak.
Individu dianggap mampu melaksanakan kegiatan ini jika ia dapat membuat
keputusan sendiri tanpa meminta ijin pasangannya, lebih-lebih jika ia dapat
membeli barang-barang tersebut dengan menggunakan uangnya sendiri.
c. Memiliki kemampuan membeli komuditas “besar”, yaitu kemampuan imdividu
untuk membeli barang-barang sekunder atau tersier, seperti radio, TV, kulkas,
almari pakaian, koran, majalah. Seperti halnya indikator di atas, nilai tinggi
akan diberikan terhadap individu yang dapat membuat keputusan sendiri tanpa
meminta ijin pasangannya, lebih-lebih jika ia dapat membeli barang-barang
tersebut dengan mempergunakan uangnya sendiri.
d. Terlibat dalam pembuatan keputusan-keputusan rumah tangga, yaitu mampu
membuat keputusan secara sendiri maupun bersama suami/istri mengenai
keputusan-keputusan keluarga, seperti merenovasi rumah, pembelian hewan
ternak, mendapatkan kredit untuk usaha.
e. Kebebasan relatif dari dominasi keluarga, maksudnya responden ditanya
mengenai apakah dalam satu tahun terakhir ada seseorang (suami, istri, anak-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
anak) yang mengambil uang, tanah, perhiasan dari dia tanpa ijinnya; atau
melarang mempunyai anak; atau melarang bekerja di luar rumah.
f. Kesadaran hokum dan politik, artinya mengetahui nama salah seorang pegawai
pemerintah desa/kalurahan; seorang anggota dewan setempat; nama presiden;
memahami pentingnya memiliki surat nikah atau hokum-hukum waris.
g. Ketertiban dalam berkampanye dan protes-protes, yaitu seseorang dianggap
“berdaya” apabila ia pernah terlibat dalam kampanye atau bersama orang lain
melakukan protes, seperti suami memukul istri, istri mengabaikan suami dan
keluarganya, gaji yang tidak adil, penyalahgunaan bantuan social.
h. Jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga, yaitu memiliki rumah
tinggal, tanah, asset produktif, tabungan. Seseorang memiliki nilai tinggi jika ia
memiliki aspek-aspek tersebut secara sendiri atau terpisah dari pasangannya.
7. Pendekatan Pemberdayaan
Berdasarkan pendapat Ife (1995), bahwa pemberdayaan memuat dua
pengertian kunci, yaitu kekuasaan dan kelompok lemah. Kekuasaan diartikan
bukan hanya menyangkut kekuasaan politik dalam arti sempit, namun kekuasaan
atau penguasaan klien atas :
a. Pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan hidup : kemampuan
dalam membuat keputusan-keputusan mengenai gaya hidup, tempat tinggal,
atau pekerjaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Pendefinisian kebutuhan : kemampuan menentukan kebutuhan selaras dengan
aspirasi dan keinginannya.
c. Ide atau gagasan : kemampuan mengekspresikan dan menyumbangkan suatu
gagasan dalam suatu forum atau diskusi secara bebas tanpa tekanan.
d. Lembaga-lembaga : kemampuan menjangkau, menggunakan atau memberi
pengaruh pranata-pranata masyarakat, misalnya lembaga kesejahteraan sosial,
pendidikan, keshatan.
e. Sumber-sumber : kemampuan memobilisasi sumber-sumber formal, informal,
dan kemasyarakatan.
f. Aktivitas ekonomi : kemampuan memanfaatkan dan mengelola mekanisme
produksi, distribusi dan pertukaran barang dan jasa.
g. Reproduksi : kemampuan dalam kaitannya proses kelahiran, perawatan anak,
pendidikan dan sosialisasi.
Proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan di atas dicapai melalui
penerapan pendekatan pemberdayaan. Parsons, et al., (1994) menyatakan bahwa
proses pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif. Menurutnya, tidak ada
literature yang menyatakan bahwa proses pemberdayaan terjadi dalam relasi satu
lawan satu antara pekerja sosial dan klien dalam setting pertolongan perseorangan.
Walaupun pemberdayaan ini dapat meningkatkan rasa percaya diri dan
kemampuan klien, hal ini bukanlah strategi utama pemberdayaan.
Meskipun demikian, tidak semua intervensi pekerjaan sosial dapat
dilakukan melalui kolektivitas. Untuk beberapa situasi, strategi pemberdayaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dapat saja dilakukan secara individual, walaupun pada akhirnya strategi ini tetap
berkaitan dengan kolektivitas, dalam arti mengkaitkan klien dengan sumber atau
sistem lain di luar dirinya. Karenanya, dalam konteks pekerjaan sosial,
pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga pendekatan : mikro, mezzo dan makro.
1) Pendekatan Mikro.
Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan,
konseling, stress management, crisis invention. Tujuan utamanya adalah
memberi bimbingan atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas
kehidupannya. Model ini sering disebut Pendekatan yang Berpusat pada
Tugas (task centered approach).
2) Pendekatan Mezzo.
Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan ini
dilaksanakan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi.
Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya digunakan
sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, ketrampilan
dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan
yang dihadapinya.
3) Pendekatan Makro
Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem Besar (large system
strategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada system lingkungan yang
lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial,
lobbying, pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik, adalah beberapa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
strategi dalam pendekatan ini. Pendekatan ini memandang klien sebagai orang
yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan
untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk melakukan tindakan.
8. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
a. Pengertian PNPM
PNPM merupakan gerakan nasional dalam wujud kerangka
kebijakan sebagai dasar dan acuan penyelenggaraan program-program
penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan dan
meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara perseorangan ataupun
berkelompok, dalam memecahkan berbagai masalah terkait upaya
peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraan.
Dengan PNPM dilakuakan harmonosasi dan pengembangan sistem serta
mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan dan pendanaan
stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya
penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan. Partisipasi dari perngkat
pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan peluang dan
menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai menjadi kunci
keberhasilan proses pemberdayaan masyarakat.
Program ini merupaya untuk menciptakan dan meningkatkan kualitas
hidup masyarakat, baik secara individu maupun kelompok. PNPM merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
salah satu dari berbagai program penanggulangan kemiskinan yang dirancang
berdasarkan pembelajaran terbaik pelaksanaan program-program
pemberdayaan masyarakat selama ini.
b. Tujuan PNPM
Tujuan umum PNPM adalah meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan
kerja masyarakat miskin secara mandiri. Adapun tujuan khusus dari PNPM
antara lain:
1) Meningkatkan partisipasi aktif dari seluruh masyarakat, termasuk
masyarakat miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil, dan
kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke
dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.
2) Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar,
akuntabel dan reprensitatif.
3) Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan
penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin.
4) Meningkatnya kerjasama masyarakat, pemerintah daerah dan kelompok
peduli diantaranya pihak swasta, asosiasi, perguruan tinggi media ataupun
LSM untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5) Meningkatnya keberdayaan dan kemandirian masyarakat, serta kapasitas
dari pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat dalam pengentasan
kemiskinan diwilayahnya.
6) Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan
potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan local.
7) Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi
dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat.
c. Sejarah PNPM
Pada bulan Agustus 2006 Pemerintah meluncurkan Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) yang dilaksanakan di 70.000
desa selama tiga tahun, yaitu 2007, 2008 dan 2009. Pada tahun pertama
PNPM dilaksanakan di hampir 2.000 kecamatan dan kemudian di tahun
2008 di 3.600 kecamatan. Sedangkan untuk kecamatan-kecanatan sisanya
dilaksanakan pada tahun 2009. Secara umum PNPM dimaksudkan untuk
mengurangi kemiskinan melalui peningkatan partisipasi masyarakat di dalam
proses pembangunan, peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam
penyediaan layanan umum, dan peningkatan kapasitas lembaga lokal yang
berbasis masyarakat.
Sangat diharapkan PNPM dapat meningkatkan sinergi antara
masyarakat dan pemerintah daerah dalam usaha lebih mengefektifkan upaya-
upaya pengurangan kemiskinan. PNPM yang mempunyai target untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menurunkan jumlah serta meningkatkan partisipasi orang miskin, secara
khusus mempunyai tujuan sebagai berikut:
1) Memberdayakan kapasitas masyarakat, terutama masyarakat miskin
(RTM) dengan menyediakan sarana dan prasarana sosial dasar dan
ekonomi, serta lapangan kerja.
2) Meningkatkan partisipasi miskin dalam pengambilan keputusan
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian kegiatan
pembangunan.
3) Mengembangkan kapasitas pemerintahan lokal dalam memfasilitasi
penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan.
PNPM dalam pelaksanaannya menggunakan pendekatan PPK di mana
pemerintah menyediakan sejumlah dana block grant kepada kecamatan
tertentu berdasarkan besar kecilnya populasi dan tingkat kemiskinan. Pada
waktu yang sama Pemerintah Daerah melalui alokasi APBD juga
menyediakan dana dampingan sesuai ketentuan yang ada. Desa-desa di
kecamatan tersebut bersaing untuk mendapatkan dana ini dengan cara
pengajuan proposal. Masyarakat desa memilih fasilitator desa yang membantu
proses sosialisasi dan perencanaan terutama dalam menentukan kebutuhan dan
skala prioritas. Selanjutnya mereka menentukan jenis proyek yang dibiayai
oleh dana ini dan menuangkannya dalam proposal. Jika proyek sudah
disetujui, PNPM mengirim konsultan pendamping untuk membantu
masyarakat dalam merencanakan dan melaksanakan proyek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PNPM diproyeksikan dapat menyentuh sekitar 16 juta orang miskin di
seluruh Indonesia. Dengan jumlah dana hibah sekitar Rp 3 milyar per
kecamatan, maka diharapkan antara 20 – 26 juta orang miskin mendapatkan
pekerjaan dan sekaligus penghasilan. Jika hibah yang dipatok untuk tiap-tiap
kecamatan sebesar Rp 1,5 milyar, maka masyarakat miskin yang mendapat
pekerjaan dan penghasilan berkisar antara 10 – 16 juta orang sampai pada
akhir program (2009)
9. Keberlanjutan Pemanfaatan Dana PNPM
Keberlanjutan pemanfaatan dana PNPM dipengaruhi oleh empat faktor :
a. Pemanfaatan dana PNPM
b. Jenis usaha
c. Besar dana yang diterima
d. Partisipasi anggota kelompok masyarakat
Beberapa variabel yang mempengaruhi pelaksanaan PNPM dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Pemanfaatan dana PNPM
Untuk menjelaskan konsep pemanfaatan dana bergulir PNPM
terdapat beberapa prinsip yang saling berkaitan, antara lain sebagai berikut:
1) Prinsip Dana Bergulir
Dana PNPM yang dusalurkan pemerintah kepada masyarakat sesuai
dengan Inpres No.5 Tahun 1993 merupakan bantuan khusus bagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
masyarakat miskin yang berupa modal kerja sebagai hibah bergulir
(Revolving Grant) dengan bimbingan teknis pemerintah untuk
pembinaan, penyuluhan dan motivasi. Secara kualitatif, bantuan tersebut
memerlukan system dan mekanisme yang mudah, ringan dan cepat
dipahami agar dana di pedesaan tidak macet, dapat berputar secara
efisien, efektif serta keberadaannya abadi di masyarakat. Pada prinsipnya
dana bergulir tersebut merupakan sumber dana yang disalurkan
pemerintah kepada anggota pokmas di desa tertinggal sebagai pinjaman
untuk dipergunakan kegiatan yang bersifat produktif dan harus
dikembalikan sesuai kesepakatan anggota kelompok masyarakat.
2) Prinsip Keberlanjutan Pemanfaatan Dana PNPM
Sebagai upaya penanggulangan kemiskinan secara terencana dan
terkoordinir telah diusahakan pemerintah untuk dilaksanakan melalui
prinsip-prinsip pokok perencanaan kegiatan PNPM, yaitu sebagai berikut:
a) Prinsip keterpaduan
b) Prinsip kepercayaan
c) Prinsip kebersamaan dan kegotongroyongan
d) Prinsip kemandirian
e) Prinsip ekonomi
f) Prinsip keberlanjutan
Berkaitan dengan prinsip berkelanjutan mengandung arti bahwa
kegiatan kelompok harus dapat meningkatkan kesejahteraan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
berkelanjutan secara terus menerus, berkesinambungan dalam kegiatan
usaha tanpa batas waktu. Dana PNPM diharapkan dapat dikembangkan
oleh masyarakat melalui pokmas sebagai dana abadi milik masyarakat
desa artinya pemerintah member kepercayaan kepada masyarakat miskin
untuk merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan menjaga
kelangsungan dana PNPM untuk menanggulangi kemiskinan di desanya.
Pemberian kepercayaan pada masyarakat miskin itu dapat dibuktikan
dalam pengelolaan dana PNPM yang dilakukan dari, oleh, dan untuk
pokmas miskin lewat usaha ekonomi produktif yang dikembangkan
secara terus menerus dan berkesinambungan.
3). Kelompok Masyarakat (Pokmas)
Kelompok sasaran PNPM adalah kelompok masyarakat yang
lebih dikenal dengan nama pokmas yaitu penduduk miskin yang
bermukim di desa yang dikategorikan tertinggal. Mereka merupakan
masyarakat yang punya penghasilan rendah, terbatas kemampuan dan
aksesnya dalam mendapatkan pelayanan, prasarana, permodalan, untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya dalam menghadapi masalah khusus atau
mendesak yang segera dicarikan solusinya.
Dalam panduan PNPM (1993: 16) pembentukan kelompok harus
memperhatikan: (1) Didasarkan pada kebutuhan keluarga miskin untuk
meningkatkan kesejahteraan anggota; (2) Agar dihindarkan pembentukan
kelompok yang dipaksakan; (3) Dalam kelompok disiapkan wadah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kegiatan sosial ekonomi yang berupa usaha produktif, pemupukan modal
dan tabungan sehingga dapat memberikan manfaat ekonomi bagi semua
anggota kelompok secara berkelanjutan; (4) Pembentukan kelompok
dapat merupakan kelompok yang sudah ada atau dapat pula disiapkan,
ditumbuhkan, dibina khusus oleh aparat desa a serta masyarakat setempat.
b. Jenis Usaha
Jenis usaha ekonomi merupakan kegiatan produksi barang dan jasa
yang memberikan hasil atau keuntungan sehingga dapat meningkatkan
penghasilan, kesejahteraan anggota pokmas dan keluarganya. Berdasarkan
Panduan PNPM (1994: 24) jenis usaha yang dapat dibiayai dengan dana
PNPM adalah jenis usaha yang memenuhi syarat-syarat:
1) Cepat menghasilkan, jarak waktu antara pengeluaran yang harus
dilakukan dengan penerimaan hasil kegiatan tidak terlalu lama.
2) Mendayagunakan potensi yang ada dan dimiliki oleh desa.
3) Menghasilkan produk yang dapat memenuhi permintaan pasar atau
dipasarkan sehingga memberikan nilai tambah.
4) Dapat memenuhi kebutuhan dasar yang sifatnya mendesak dan
melibatkan sebanyak-banyaknya penduduk miskin.
5) Memberi hasil dan dapat digulirkan pada seluruh kelompok.
6) Dapat dilakukan dengan cara-cara yang telah dikenal dan dikuasai oleh
masyarakat dengan memanfaatkan pengetahuan asli yang telah ada yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
secara teknis dapat dan mudah dilaksanakan.
7) Disesuaikan dengan potensi dan kondisi ekologi setempat sehingga tidak
merusak kelestarian lingkungan.
8) Saling mendukung dan tidak bersaing dengan kegiatan lain yang
dilaksanakan melalui program pembangunan sektoral dan regional.
9) Secara sosial dan budaya dapat diterima oleh masyarakat.
Dana PNPM dipergunakan untuk pengembangan usaha yang bersifat
produktif dan tidak dipergunakan untuk pembangunan prasarana fisik.
c. Besar Dana Yang Diterima
Bersumber pada Inpres No.5 Tahun 1993 tanggal 27 Desember 1993
tentang Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan, PNPM merupakan bagian
dari gerakan nasional penanggulangan kemiskinan dengan menyediakan
bantuan khusus berupa modal kerja bagi kelompok penduduk miskin yang
digunakan untuk kegiatan usaha yang pemanfaatannya dapat dirasakan
terutama pemenuhan kebutuhan mendasar keluarga miskin. Falsafah yang
mendasari pendekatan PNPM adalah mempercayai penduduk miskin apabila
dibantu secara tepat mereka akan dapat mengentaskan diri dari kemiskinan
yang mereka alami. Usaha dan kegiatan ekonomi keluarga miskin di desa
tertinggal yang dibiayai dengan dana bantuan khusus diatur bersama melalui
kelompok-kelompok masyarakat. Dana yang diterima oleh desa tertinggal
sebesar Rp.20 juta. Adapun yang berhak menerima dana PNPM adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
seluruh anggota pokmas yang ada di desa itu. Jika yang membutuhkan dana
banyak sementara dana tidak mencukupi maka pemberian dana diprioritaskan
kepada anggota pokmas yang miskin dan yang paling membutuhkan dana.
d. Partisipasi Anggota Kelompok Masyarakat
Sesuai dengan panduan PNPM bahawa pelaksanaan program PNPM
bersifat terbuka dan berkesinambungan melalui pendekatan sebagai berikut:
1) Keterpaduan
2) Kegotongroyongan
3) Keswadayaan
4) Partisipatif
5) Terdesentralisasi
Keberhasilan PNPM sangat dipengaruhi oleh keterlibtan secara aktif
anggota pokmas secara keseluruhan yang berdampak pada peningkatan
penghasilan penduduk miskin di desa. Penduduk miskin yang tergabung
dalam pokmas PNPM harus memainkan peran aktif dalam kelompok usaha
produktif yang dikembangkan di masing-masing desa.
10. Kesejahteraan Ekonomi
Pendekatan economic welfare memiliki asumsi dasar bahwa tujuan dari
aktivitas ekonomi adalah meningkatkan kesejahteraan individu-individu yang
membentuk masyarakat. Setiap individu tersebut merupakan penilai terbaik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mengenai seberapa jauh mereka membaik dalam suatu kondisi. Kesejahteraan
setiap individu tidak hanya tergantung pada konsumsi barang dan jasa yang
tersedia, namun juga tergantung pada kuntitas dan kualitas yang diterima dari
barang dan jasa nonmarket dari sistem SDA dan lingkungannya.
BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Nerencana Nasional) menerangkan
bahwa kesejahteraan keluarga dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu:
a. Keluarga Sejahtera Tahap I dengan kriteria sebagai berikut:
1) Anggota keluarga melaksanakan ibadah agama
2) Pada umumnya anggota keluarga makan 2 kali sehari atau lebih.
3) Anggota keluarga memiliki pakaian berbeda di rumah / pergi / bekerja /
sekolah.
4) Bagian lantai yang terluas bukan dari tanah.
5) Anak sakit atau pasangan usia subur (PUS) yangan ingin ber KB dibawa ke
sarana kesehatan.
b. Keluarga Sejahtera Tahap II, meliputi:
1) Anggota keluarga melaksanakan ibadah agama secara teratur.
2) Paling kurang sekali dalam seminggu lauk daging / ikan / telur.
3) Setahun terakhir anggota keluarga menerima satu stel pakaian baru.
4) Luas lantai paling kurang 8 m2 untuk tiap penghuni.
5) Tiga bulan terakhir anggota keluarga dalam keadaan sehat dan dapat
melaksanakan tugas.
6) Ada anggota keluarga umur 15 tahun ke atas berpenghasilan tetap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7) Anggota keluarga umur 10 – 60 tahun bias baca tulis latin.
8) Anak umur 7 – 15 tahun bersekolah.
9) PUS dengan anak hidup 2 atau lebih saat ini memakai alat kontrasepsi.
c. Keluarga Sejahter Tahap III, meliputi:
1) Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama.
2) Sebagian penghasilan keluarga ditabung.
3) Keluarga makan bersama paling kurang sekali sehari untuk berkomunikasi.
4) Keluarga sering ikut dalam kegiatan masyarakat dilingkungan tempat
tinggal.
5) Keluarga rekreasi bersama paling kurang sekali dalam enam bulan.
6) Keluarga memperoleh berita dari surat kabar / majalah / TV / radio.
7) Anggota keluarga menggunakan sarana transportasi setempat.
d. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus, meliputi:
1) Keluarga secara teratur memberikan sumbangan.
2) Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus yayasan / institusi
masyarakat.
B. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Horrison (1996) yang mengkaji masalah perkembangan
kegiatan promosi di Inggris dengan bantuan modal usaha. Saat ini perdebetan
telah ditandai dengan peningkatan penjaman pembiayaan bantuan untuk modal
usaha dalam mendukung pengembangan sektor UKM yang kuat dan potensial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dimanfaatkan. Pemberdayaan dan dampak sejumlah pemberdayaan sektor swasta
dan publik untuk mendorong aliran bantuan modal venture untuk usaha informal
modal venture di Inggris. Ketidaklengkapan informasi merupakan penyebab in-
efisiensi di pasar modal venture informal dan pengembangan dimulai dari sektor
bawah, penyediaan jasa pengenalan usaha berupa biaya efektif. Mekanisme untuk
meningkatkan penyediaan modal usaha informal berdampak pada memobilisasi
sejumlah daerah kota besar dalam usaha informal modal dan memfasilitasi usaha
investasi, serta menghasilkan nomor efek tidak langsung.
Menurut Andriyanto, (2003), yang menganalisis permasalahan
pemanfaatan dana pinjaman program pengembangan kecamatan dalam
upaya meningkatk pendapatan keluarga. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan
pelaksanaan PKK, khususnya pada kegiatan pemberian pinjaman modal usaha
ekonomi produktif dalam upaya meningkatkan pendapatan keluarga, maka perlu
diadakan suatu penelitian untuk menilai pelaksanaan PKK. Dalam pemberian
dana pinjaman PKK sebagai modal usaha ekonomi kepada masyarakat ternyata
belum dimanfaatkan dengan maksimal sebagai modal pengembangan usaha
sehingga upaya peningkatan pendapatan masyarakat tidak berjalan dengan baik
seperti yang kita harapkan.
Klonowski (2006) yang membahas tentang modal venture sebagai metode
pengembangan usaha pembiayaan di Eropa Tengah dan Timur. Dari penelitian
yang dilakukan menghasilkan tiga kesimpulan. Pertama, pembiayaan modal
venture terus menjadi besar untuk perusahaan yang berkembang di daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kedua, Polandia sebagai pemimpin pasar di wilayah dalam kegiatan modal
venture seperti yang dijelaskan secara statistik. Ketiga, Negara-negara CEF tidak
dapat diperlakukan sebagai blok homogen. Penelitian ini penting karena ada dua
alas an. Pertama, studi longitudinal berfokus pada data antara 1998 dan 2003,
periode yang paling penting dalam pengembangan industri. Pergeseran tren
dalam statistik kunci ini hanya dapat diamati dengan menganalisa data jangka
panjang seri. Kedua, evolusi dari industry modal venture di Negara-negara yang
dianalisa dapat digunakan sebagai cetak baru untuk modal venture pembangunan
di Negara-negara lain.
Ullah, and Jayant K. (2007), yang mengkaji situasi kemiskinan dan upaya
pengentasan kemiskinan dari LSM di Bangladesh dengan menekankan pada dua
dampak program LSM di dua desa di distrik Barisal, menemukan bahwa kondisi
ekonomi masyarakat miskin di wilayah studi belum membaik banyak dilihat dari
beberapa indikator yang dipilih, yaitu pendapatan, makanan dan pengeluaran non
pangan, produktif dan non aset produktif, ketahanan pangan, dan penciptaan
lapangan kerja. The Foster Greer Thorbecke indeks menunjukkan bahwa
sebagian besar LSM penerima manfaat tetap di bawah garis kemiskinan dari segi
pendapatan dan mayoritas dari mereka tetap di bawah garis setengah
pengangguran (kurang dari 260 hari kerja dalam satu tahun). Analisis regresi
menunjukkan bahwa pendapatan rumah tangga ditentukan oleh ukuran
kepemilikan tanah, tenaga kerja keluarga, jumlah pinjaman yang diambil dan
kesempatan kerja yang mampu diciptakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini ditunjukkan dengan adanya: (1)
Perbedaan rata-rata tingkat produksi sebelum dan sesudah pemberian bantuan
dana PNPM; (2) Perbedaan rata-rata jumlah tenaga kerja sebelum dan sesudah
pemberian bantuan dana PNPM.
Dengan adanya bantuan pemerintah melalui program PNPM, anggota
kelompok UPPKS mendapat kesempatan untuk pengembangan diri secara
mandiri sesuai dengan potensinya masing-masing, sehingga setiap anggota
dituntut mampu berkolaborasi dengan sesama anggota yang lain dalam upaya
meningkatkan produksi dan sekaligus dapat menyerap dan menambah jumlah
tenaga kerja.
Gambar 2.1. Kerangka Penelitian
Produksi
Tenaga Kerja
Sesudah PNPM
Sebelum PNPM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Diduga pelaksanaan program PNPM dapat meningkatkan produksi anggota
UPPKS.
2. Diduga pelaksanaan program PNPM dapat meningkatkan jumlah tenaga kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Data Dan Sumber Data
Data diperoleh dengan cara mengumpulkan data primer dan data sekunder.
Data primer/lapangan diperoleh dari hasil responden melalui wawancara langsung
dengan angket/kuisoner dan observasi sedangkan data sekunder diperoleh dari
laporan tertulis Badan KB PMD, UPTB KB PMD, administrasi kelompok UPPKS
dan referensi buku-buku pendukung.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini 240 anggota kelompok Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) bervariasi antara 8 hingga 12 anggota.
dan setiap anggota kelompok memperoleh dana antara Rp 500 ribu sampai dengan
Rp 2 juta untuk Kabupaten Sragen. Adapun untuk Kabupaten Klaten bervariasi
antara 5 hingga 15 anggota dan setiap anggota kelompok dapat menerima dana
antara Rp 1 juta sampai dengan Rp 3 juta
Sampel merupakan bagian dari populasi yang karakteristiknya dapat
diselidiki dan mampu mewakili keseluruhan populasi. Jumlah sampel dalam
penelitian ini sebesar 5% dari tingkat populasi kelompok yaitu 12 (5% x 240)
kelompok, dengan masing-masing kelompok diambil 3 anggota, sehingga jumlah
sampel dalam penelitian ini sebesar 36 (12 x 3) responden. Adapun pengambilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sampel ini karena populasi dalam penelitian ini diasumsikan homogeny, sehingga
jumlah sampel tersebut dinilai lebih mewakili terhadap jumlah populasi penelitian
(Singarimbun dkk, 1989)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kabupaten Sragen, dari 12
kelompok terdistribusi pada 4 (empat) desa, yaitu Bangak (1 kelompok), Kebon
Agung (3 kelompok), Sine (3 kelompok), dan Turi (5 kelompok).
Adapun untuk Kabupaten Klaten mengambil sampel penelitian dari
Kecamatan Wedi, yang berlokasi di desa Kalitengah (2 kelompok), Melikan
(3 Kelompok), Kadilanggon (3 kelompok) dan Sidorejo (4 kelompok).
Tabel 3.1. Distribusi responden berdasarkan asal desa kelompok sampel
di Kabupaten SRAGEN dan Kabupaten KLATEN
Kabupaten Sragen Kabupaten Klaten
D e s a Frekuensi Persen D e s a Frekuensi Persen
Bangak
Kebon Agung
S i n e
T u r i
3
9
9
15
8,3
25,0
25,0
41,7
Kalitengah
Melikan
Kadilanggon
Sidorejo
6
9
9
12
16,7
25,0
25,0
33,3
Jumlah 36 100,0 Jumlah 36 100,0
Sumber : data primer diolah (2011)
Pada dasarnya dalam pengambilan sampel penelitian di Kabupaten Sragen
dan di Kabupaten Klaten adalah serupa, artinya data diambil dari anggota
kelompok UPPKS yang berasal dari 4 desa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Analisis Data
Uji Beda Rata-rata Produksi dan Tenaga Kerja
Uji beda mean digunakan untuk mengetahui perbedaan rata-rata
produktivitas, tenaga kerja dan penghasilan yang diperoleh anggota kelompok
UPPKS sebelum dan sesudah pelaksanaan program PNPM.
Statistik uji yang digunakan adalah Uji Z dengan prosedur
sebagai berikut (Sudjana, 2002) :
=
Keterangan: = Rata-rata produksi dan tenaga kerja setelah
pelaksanaan program.
= Rata-rata produksi dan tenaga kerja sebelum
pelaksanaan program.
= Banyaknya sampel kelompok setelah program
= Banyaknya sampel kelompok sebelum program
S = Standar deviasi
Prosedur : a. Hipotesis
Ho : = 0 : Produksi dan tenaga kerja sebelum dan
sesudah program PNPM adalah sama
H1 : Produksi dan tenaga kerja sebelum dan
sesudah program PNPM adalah tidak sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Tingkat signifikansi : = 0,05
c. Kriteria Pengujian:
diterima
ditolak ditolak
- Z(α,n-1) 0 Z(α,n-1)
Gambar 2.2. Pengujian Hipotesis Hasil perhitungan dibandingkan dengan pada taraf signifikasi 5%
d. Kesimpulan :
Ho diterima jika ≤
Ho ditolak jika >
D. Asumsi
Asumsi tersebut di atas adalah :
1. Jenis usaha yang dipilih sesuai dengan potensi desa dan sumber daya manusia
yang ada. Sebagai jalan pemikiran terhadap asumsi ini bahwa usaha produktif
yang dilaksanakan anggota pokmas tidak dipengaruhi oleh potensi lain di luar
desa yang menerima dana sebagai modal kerja.
2. Hanya besar uang tunai yang berasal dari dana PNPM yang digunakan
sedangkan uang tunai yang berasal dari sumber lain adalah konstan. Dari
asumsi ini dapat dijelaskan bahwa uang tunai yang diterima dan dipergunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
anggota pokmas dapat dipengaruhi oleh pinjaman-pinjaman di luar dana
PNPM seperti dana subsidi LSM, Kukesra dan Takesra dari BKKBN
3. Setiap anggota pokmas memiliki kesempatan yang sama untuk menerima
bantuan uang tunai PNPM dan digunakan secara optimal artinya setiap
anggota pokmas yang menerima bantuan uang tunai PNPM memiliki
kesempatan yang sama untuk mengelola dana tersebut secara maksimal
sehingga dapat dikembangkan kembali sebagai modal bergulir dan faktor-
faktor lain yang mempengaruhi dianggap konstan atau tetap.
4. Variabel partisipasi anggota pokmas yang mempengaruhi kemampuan dan
pengembangan dana PNPM sebagai dana bergulir dianggap tidak dipengaruhi
oleh kekuatan lain di luar anggota pokmas. Keadaan anggota pokmas dari
aspek potensi SDM, lingkungan fisik dan sosial budaya dianggap sama.
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian.
1. Produksi
Pengertian produksi menurut Alam S. (2007) adalah kegiatan menambah
kegunaan (utility) suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih
bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan manusia. Kegiatan menambah
kegunaan suatu benda dengan mengubah sifat dan bentuknya dinamakan
produksi barang. Sedangkan kegiatan menambah kegunaan suatu benda tanpa
mengubah bentuknya dinamakan produksi jasa. Produksi barang dapat
dibedakan atas produksi barang konsumsi dan produksi barang modal. Barang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
konsumsi merupakan barang yang siap untuk dikonsumsi. Adapun barang
modal merupakan barang yang dipergunakan untuk menghasilkan barang
berikutnya. Jadi barang modal tidak dapat digunakan secara langsung untuk
memenuhi kebutuhan. Produksi jasa juga dapat dibedakan atas jasa yang
langsung memenuhi kebutuhan dan jasa yang tidak secara langsung dapat
memenuhi kebutuhan. Dalam penelitian ini cara mengukurnya dengan
memperbandingan jumlah produksi sebelum dan sesudah menerima dana
PNPM dan sebagai satuan ukurannya menyesuaikan jenis usaha yang
dilaksanakan.
2. Tenaga Kerja
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan, bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Untuk menjalankan usaha
membutuhkan tenaga kerja baik yang terlibat secara langsung maupun
tidak langsung. Banyaknya tenaga kerja dihitung dari jumlah tenaga
kerja yang berpartisipasi dalam proses kegiatan usahanya, artinya berapa
banyak tenaga kerja yang mampu menghasilkan barang dan atau jasa
yang diukur dengan satuan orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Klaten
1. Realisasi Pelaksanaan PNPM
Sebagai wujud langkah penyempurnaan program dan pengintegrasian
program serta komitmen Pemerintah, maka tahun 2007 mulai dilaksanakan
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) melalui Program
Pengembangan Kecamatan (PPK). Tujuan utama dari PNPM – PPK adalah
penanggulangan kemiskinan dan pengurangan pengangguran (perluasan
kesempatan kerja) dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
khususnya masyarakat miskin untuk ikut serta dalam berbagai kegiatan
sehingga mereka mendapatkan dampak peningkatan pendapatan secara
langsung. Namun demikian pendekatan pemberdayaan tetap menjadi
pedoman utama dalam operasionalnya.
PNPM – PPK di Kabupaten Klaten telah dimulai sejak Juni 2007
dengan alokasi dana sebesar Rp 19,75 milyar untuk wilayah sasaran program
di 24 Kecamatan, yaitu Kecamatan Wedi, Prambanan, Jogonalan,
Manisrenggo, Kemalang, Gantiwarno, Karangnongko, Kebonarum, Jatinom,
Karanganom, Klaten selatan, Klaten tengah, Klaten Utara, Kalikotes, Trucuk,
Bayat, Cawas, Pedan, Karangdowo, Ceper , Delanggu, Polanharjo, Juwiring
dan Wonosari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Untuk kelanjutan PNPM – PPK, maka sejak Februari 2008 di
Kabupaten Klaten mulai melaksanakan PNPM Mandiri Perdesaan yang
dialokasikan untuk 11 (sebelas) Kecamatan, yaitu Kecamatan Wedi, Bayat,
Cawas, Jatinom, Karangdowo, Karangnongko, Kemalang, Manisrenggo,
Prambanan, Tulung dan Wonosari. Sedangkan besarnya alokasi dana sebesar
Rp 19,75 milyar Adapun realisasi progress hasil kegiatan baik fisik maupun
administrasi telah 100%.
Dengan terbitnya Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun
2009 maka PNPM Mandiri Perdesaan untuk Tahun Anggaran 2009 telah
bergulir kembali, yang dialokasikan kepada 11 Kecamatan yang sama dengan
alokasi dana sebesar Rp 19,9 milyar yang terdiri dari sumber dana APBN
sebesar Rp 15,92 milyar dan sumber dana APBD sebesar Rp 3,98 milyar
Adapun realisasi progress kegiatan secara fisik yang ada di lapangan dan
administrasi telah mencapai 100%.
Selanjutnya dengan terbitnya Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
(DIPA) tahun 2010 di Kabupaten Klaten, telah bergulir dana PNPM Mandiri
Perdesaan yang lokasinya sama dengan 11 Kecamatan pada tahun 2009.
Adapun alokasi dana yang tersedia sebesar Rp 19 milyar terdiri dari sumber
dana APBN sebesar Rp 15,2 milyar dan sumber dana APBD sebesar
Rp 3,8 milyar Kegiatan ini dimulai sejak Januari 2010 dengan pola
Optimalisasi sekaligus persiapan proses integrasi sebagai pintu masuk
Program tahun 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Untuk memperlancar kegiatan program PNPM maka diadakan
pendampingan oleh fasilitator, baik fasilitator teknik maupun fasilitator
keuangan, yang pelaksanaannya diatur sesuai tahapan-tahapan yang disusun
berdasarkan rencana kegiatan fasilitator. Adapun tahapan-tahapan tersebut
sebagai berikut :
a. Pendampingan rutin kepada FK, UPK dan PI
b. Pendampingan rutin BKAD, BP dan UPK
c. Rapat koordinasi PNPM Mandiri Perdesaan Kabupaten Klaten
d. Rapat koordinasi forum UPK
e. Pendampingan pelaksanaan Optimalisasi
f. Rapat koordinasi PNPM Mandiri Perdesaan Propinsi
g. Monitoring pelaksaan kegiatan program PNPM
h. Koordinasi informal dengan TK PNPM
Selama akhir tahun 2010 sampai awal tahun 2011, kegiatan-kegiatan
pokok yang dilaksanakan oleh fasilitator tehnik dan fasilitator keuangan
Kabupaten dalam memfasilitasi program, antara lain :
a. Melakukan pembekalan dan bimbingan rutin kepada FK dan PI secara
langsung di lapangan maupun pada waktu rapat koordinasi menyangkut
pemahaman tentang kegiatan Teknik dan Pemberdayaan Masyarakat.
Sedangkan UPK setiap awal bulan dilaksanakan pertemuan rutin forum
UPK sekaligus memberikan pendampingan dan pembekalan berkaitan
dengan masalah keuangan dan memfasilitasi pelatihan-pelatihan, juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
teknik fasilitasi penguatan kelembagaan, kelompok dan penanganan
tunggakan.
b. Memberikan panduan dan bimbingan kepada fasilitator teknik dan
fasilitator keuangan Kecamatan, berkaitan dengan :
1) Sertifikasi
2) Meningkatkan fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan
3) Melakukan tahapan kegiatan, diantaranya proses penyusunan
RPJMDes.
4) Pendampingan kegiatan program PNPM
5) Pelaksanaan Audit Internal
c. Memberikan panduan dan bimbingan kepada UPK, berkaitan dengan :
1) Pelaksanaan pembukuan yang baik dan pembinaan yang akurat
sesuai dengan panduan terbaru.
2) Pembuatan laporan Micro Finance termasuk laporan arus dana
3) Mengikuti aturan dan prosedur program
4) Kepemilikan AD/ART BKAD dan SOP
5) Pengelolaan dana masyarakat dengan tidak meninggalkan pola
pemberdayaan masyarakat dan sesuai prosedur dan aturan yang
berlaku.
6) Melakukan pelatihan kelompok
d. Rapat koordinasi kabupaten dilakukan 2 kali dalam sebulan. Rakor yang
pertama dilaksanakan pada tanggal 21 Desember 2010, yang diikuti oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
fasilitator teknik dan fasilitator keuangan tingkat Kecamatan maupun
Kabupaten. Pada rakor ini agenda yang dibahas antara lain : evaluasi
progress hasil tahapan kegiatan yang telah dicapai sekaligus pembinaan
dan rekomendasi strategi penanganan.
e. Sedangkan Rakor yang kedua diselenggarakan pada tanggal 11 Januari
2011 bertempat di Sekretariat PNPM Kabupaten Klaten. Rakor ini diikuti
oleh Fasilitator Kecamatan, Fasilitator Kabupaten, PJOK Kecamatan dan
TK PNPM Kabupaten Klaten. Adapun dalam rakor ini membahas :
1) Pencairan dana PNPM
2) Pelaksanaan kegiatan PNPM
3) Progres kegiatan RPJMDes
4) Rencana mengoptimalkan MDST.
Untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya maka fasilitator secara
periodik mengadakan kunjungan lapangan. Adapun hal-hal yang
ditemukan antara lain :
a. Masih didapatkan adanya UPK yang kurang taat mengikuti
prosedur perguliran dana.
b. UPK yang terlambat mengerjakan Buku Kas dan masih ditulis
dengan pensil karena khawatir salah dan tidak ditanda tangani oleh
Ketua UPK dan Bendahara, sudah tidak ada lagi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Proses tahapan kegiatan PNPM disebagian besar Kecamatan sudah
berjalan sesuai mekanisme yang berlaku dan memasuki tahapan
penyelesaian kegiatan.
d. Tidak ada masalah dengan dana PNPM, seluruh kecamatan hingga ke
desa sudah melaksanakan pencairan dana.
e. Perlu pembenahan terhadap kelengkapan dan kebenaran administrasi
TPK.
f. Perlu dilakukan pengecekan terhadap laporan purna laksana karena
masih banyak TPK di dalam membuat asal-asalan sekedar formalitas.
2. Letak Geografis
Wilayah Kabupaten Klaten terletak antara :
Bujur Timur : 1000 26’ 14” - 1100 47’ 51”
Lintang Selatan : 70 32’ 19” - 70 48’ 33”
Wilayah Kabupaten Klaten berbatasan dengan beberapa kabupaten :
Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali
Sebelah Timur : Kabupaten Sukoharjo
Sebelah Selatan : Kabupaten Gunung Kidul (DI Yogyakarta)
Sebelah Barat : Kabupaten Sleman (DI Yogyakarta)
Wilayah Kabupaten Klaten terbagi menjadi tiga dataran :
Sebelah Utara : Dataran Lereng Gunung Merapi
Sebelah Timur : Membujur Dataran Rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sebelah Selatan : Dataran Gunung Kapur
Jarak Kota Klaten Dengan Kota Lain Se Karisedanan Surakarta :
Kota Klaten ke Kota Boyolali : 38 Km
Kota Klaten ke Kota Solo : 36 Km
Kota Klaten ke Kota Sukoharjo : 47 Km
Kota Klaten ke Kota Wonogiri : 67 Km
Kota Klaten ke Kota Karanganyar : 49 Km
Kota Klaten ke Kota Sragen : 63 Km
3. Kondisi Demografi
Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari pembangunan
dalam rangka membentuk manusia Indonesia yang produktif. Tahun 2010
jumlah penduduk Kabupaten Klaten sebanyak 1.303.910 jiwa, kondisi ini
menunjukkan peningkatan 3.416 jiwa dari tahun sebelumnya, yang berarti
pertumbuhannya 0,26%. Pertumbuhan penduduk diharapkan dapat diimbangi
dengan pemerataan penyebarannya. Secara umum kepadatan penduduk di
Kabupaten Klaten merata untuk semua kecamatan, kecuali kecamatan
Kemalang yang paling rendah kepadatannya, yaitu sebesar 676 jiwa per Km2.
Rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Klaten sebesar 95,79. Ini
berarti jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari laki-laki, yaitu
pendudk perempuan sebanyak 665.971 jiwa dan laki-laki sebanyak 637.939
jiwa. Sedang untuk penduduk usia produktif (usia 15 – 64 tahun) berjumlah
987.676 jiwa, sekitar 75,74% dari total penduduk Kabupaten Klaten.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Karakteristik Responden
Pada penelitian ini, data demografi sampel yang diukur adalah jenis
kelamin, usia, jumlah tanggungan, pendidikan terakhir, jenis usah, dan besarnya
dana yang diterima. Di samping data demografi, data yang didiskripsikan adalah
jumlah produksi dan jumlah tenaga kerja sebelum dan sesudah adanya PNPM.
1. Jenis Kelamin
Dari hasil pengumpulan kuesioner sebanyak 36 orang di Kabupaten
Sragen, distribusi frekuensi responden untuk berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 10 (27,8%) responden dan untuk perempuan sebanyak 26 (72,2%)
responden.
Sedangkan di Kabupaten Klaten distribusi frekuensi responden yang
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 5 (13,9%) responden dan yang berjenis
kelamin perempuan sebanyak 31 (86,1%) responden.
Tabel 4.1. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di Kabupaten SRAGEN dan
Kabupaten KLATEN
Jenis Kelamin
Kabupaten Sragen Kabupaten Klaten
Frekuensi Persen Frekuensi Persen
Perempuan
Laki-laki
10
26
27,8
72,2
5
31
13,9
86,1
Jumlah 36 100,0 36 100,0
Sumber : data primer diolah (2011)
Berdasarkan data distribusi frekuensi responden menurut jenis kelamin
di Kabupaten Sragen dan Kabupaten Klaten menunjukkan bahwa responden
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
berjenis kelamin perempuan di Kabupaten Klaten lebih banyak daripada di
Kabupaten Sragen, yang berarti laki-lakinya lebih sedikit.
2. U m u r
Distribusi responden berdasarkan umur di Kabupaten Sragen dibagi
dalam klasifikasi dengan range 5 (lima) yang umur minimal responden
adalah 25 tahun, maksimal 45 tahun dan rata-rata umur responden adalah 33
tahun. Pada Tabel 4.3. dapat diketahui bahwa sampel dalam penelitian yang
memiliki umur 25 – 29 tahun sebanyak 11 (30,5%) responden, umur 30 – 34
tahun sebanyak 9 (25%) responden, umur 35 – 39 tahun sebanyak 9 (25%)
responden, umur 40 – 44 tahun sebanyak 5 (13,9%) dan umur di atas atau
sama dengan 45 tahun hanya 2 (5,6%) responden. Hal ini berarti para anggota
UPPKS rata-rata berusia produktif dan diharapkan dana PNPM dapat
berkembang dan bergulir dengan baik ke masyarakat yang membutuhkan.
Untuk di Kabupaten Klaten, distribusi responden berdasarkan umur
juga dibagi dalam klasifikasi dengan range 5 (lima) yang umur minimal
responden adalah 26 tahun, maksimal 57 tahun dan umur rata-rata
responden adalah 39 tahun. Berdasarkan Tabel 4.3. juga dapat diketahui
bahwa sampel dalam penelitian yang memiliki umur 26 – 30 tahun sebanyak
4 (11,1%) responden, umur 31 – 35 tahun sebanyak 6 (16,7%) responden,
umur 36 – 40 tahun sebanyak 11 (30,5%) responden, umur 41 – 45 tahun
sebanyak 9 (25,0%) responden, dan sama dengan atau di atas umur 46 tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sebanyak 6 (16,7%) responden. Dengan memperhatikan gambaran umur
anggota kelompok UPPKS tersebut di atas menunjukkan bahwa rata-rata
penerima dana PNPM masih termasuk umur produktif (15 – 64 tahun)
sehingga hal ini cenderung memberi harapan ke depan yang menjanjikan
sebab dalam melakukan kegiatan usaha relatif lebih bersemangat dan ada
kolaborasi diantara anggota kelompok UPPKS.
Berdasarkan data distribusi frekuensi responden menurut umur yang
terdapat di Kabupaten Sragen dan Kabupaten Klaten menunjukkan anggota
kelompok UPPKS rata-rata masih dalam umur produktif.
Tabel 4.2. Distribusi responden berdasarkan umur di Kabupaten SRAGEN dan
Kabupaten KLATEN
U m u r
(tahun)
Kabupaten Sragen U m u r
(tahun)
Kabupaten Klaten
Frehuensi Persen Frekuensi Persen
25 - 29
30 - 34
35 - 39
40 - 44
≥ 45
11
9
9
5
2
30,5
25,0
25,0
13,9
5,6
26 - 30
31 - 35
36 - 40
41 - 45
≥ 46
4
6
11
9
6
11,1
16,7
30,5
25,0
16,7
Jumlah 36 100,0 Jumlah 36 100,0
Sumber : data primer diolah (2011)
3. Jumlah Tanggungan
Distribusi responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga di
Kabupaten Sragen, minimal 1 orang, maksimal 4 orang dan rata-rata 3.3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
orang. Sampel penelitian yang memiliki tanggungan 1 orang sebanyak 1
(2,8%) responden, tanggungan 2 orang sebanyak 6 (16,7%) responden,
tanggungan 3 orang sebanyak 13 (36,1%) responden, tanggungan 4 orang
sebanyak 12 (33,3%) responden dan tanggungan 5 orang sebanyak 4 (11,1%)
responden.
Adapun untuk di Kabupaten Klaten distribusi responden menurut
tanggungan keluarga, minimal 1 orang, maksimal 6 orang dan rata-rata 3,4
orang. Diketahui bahwa sampel penelitian yang memiliki tanggungan 1 orang
sebanyak 3 (8,3%) responden, tanggungan 2 orang sebanyak 5 (13,9%)
responden, tanggungan 3 orang sebanyak 9 (25,0%) responden, tanggungan 4
orang sebanyak 13 (36,1%) responden, tanggungan 5 orang sebanyak 4
(11,1%) responden dan tanggungan 6 orang sebanyak 2 (5,6%) responden.
Tabel 4.3. Distribusi responden berdasarkan tanggungan keluarga
di Kabupaten SRAGEN dan Kabupaten KLATEN
Jumlah Tanggungan
keluarga
Kabupaten Sragen Kabupaten Klaten
Frekuensi Persen Frekuensi Persen
1orang
2 orang
3 orang
4 orang
5 orang
6 orang
1
6
13
12
4
-
2,8
16,7
36,1
33,3
11,1
-
3
5
9
13
4
2
8,3
13,9
25,0
36,1
11,1
5,6
Jumlah 36 100,0 36 100,0
Sumber : data primer diolah (2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dengan memperhatikan data responden di Kabupaten Sragen dan
Kabupaten Klaten menunjukkan bahwa para anggota kelompok UPPKS rata-
rata memiliki beban tanggungan yang relatif ringan.
4. Pendidikan Terakhir
Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan dari responden
di Kabupaten Sragen menunjukkan bahwa pendidikan terendah responden
adalah tidak lulus SD, tertinggi SLTA dan rata-rata berpendidikan SLTP.
Adapun penyebarannya adalah yang berpendidikan SD sebanyak 10 (27%)
responden, berpendidikan SLTP sebanyak 31 (58,3%) responden dan
berpendidikan SLTA 4 (11,1%) responden, dan yang tidak memiliki
pendidikan atau tidak lulus SD sebanyak 1 (2,8%) responden. Dengan
demikian menggambarkan bahwa para anggota kelompok UPPKS penerima
dana PNPM rata-rata masih memiliki tingkat pendidkan yang terbatas.
Sedangkan distribusi responden menurut tingkat pendidikan terakhir
di Kabupaten Klaten menunjukkan bahwa untuk pendidikan terendah
responden adalah tingkat SD, tertinggi S1 (Sarjana) dan rata-rata
berpendidikan SLTA. Penyebarannya adalah yang memiliki latar belakang
pendidikan SD sebanyak 6 (16,7%) responden, SLTP sebanyak 12 (13,3%)
responden, SLTA sebanyak 14 (38,9%), D II sebanyak 2 (5,6%), D III
sebanyak 1 (2,8%) dan S1 (Sarjana) sebanyak 1 (2,8%). Adapun yang tidak
berpendidikan sama sekali tidak ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.4. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir di
Kabupaten SRAGEN dan Kabupaten KLATEN
Tingkat Pendidikan
Kabupaten Sragen Kabupaten Klaten
Frekuensi Persen Frekuensi Persen
Tidak Sekolah
SD
SLTP
SLTA
D II
D III
S1 (Sarjana)
1
10
21
4
-
-
-
2,8
27,8
58,3
11,1
-
-
-
-
6
12
14
2
1
1
-
16,7
13,3
38,9
5,6
2,8
2,8
Jumlah 36 100,0 36 100,0
Sumber : data primer diolah (2011)
Berdasarkan data distribusi frekuensi responden menurut tingkat
pendidikan terakhir antara Kabupaten Sragen dan Kabupaten Klaten
menggambarkan bahwa anggota kelompok UPPKS rata-rata sama-sama
mayoritas berpendidikan SLTP. Perbedaannya kalau di Kabupaten Sragen
masih ada yang tidak berpendidkan, sedang di Kabupaten Klaten pendidkan
terendah adalah SD. Jadi kesimpulannya, anggota kelompok UPPKS di
Kabupaten Sragen dan Kabupaten Klaten rata-rata masih berlatar belakang
pendidikan yang minim, sehingga hal ini masih diperlukan pelayanan
pendidkan dan latihan dan secara rutin diadakan pertemuan antara anggota
kelompok UPPKS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5. Jenis Usaha
Berdasarkan jenis usaha yang dimiliki oleh anggota kelompok
UPPKS di Kabupaten Sragen, rata-rata responden memanfaatkan dana PNPM
untuk mengembangkan usaha perdagangan seperti warung makan, toko
kelontong, dagang keliling, dagang pakaian dan lanilla sebanyak 22 (61,1%)
responden. Sementara responden yang memanffatkan untuk pengembangan
usaha di sektor jasa seperti menyewakan becak, membuka tempat permainan
anak, menjahit sebanyak 8 (22,2%) responden. Sedangkan industry rumah
tangga seperti membuat tahu, tempe, wingko, dan jajanan pasar sebanyak 5
(13,9%) responden serta hanya 1 (2,8%) responden untuk mengembangkan
ternak kambing.
Hal ini menunjukkan bahwa semua responden anggota kelompok
UPPKS penerima dana PNPM benar-benar memanfaatkan dana pinjaman
dari PNPM dengan baik.
Sedangkan untuk Kabupaten Klaten, distribusi responden
berdasarkan jenis usaha, rata-rata responden memanfaatkan dana PNPM
untuk kegiatan usaha dagang, diantaranya dagang itik, dagang sayuran,
warung makan dan toko kelontong sebanyak 25 (69,4%) responden, yang
bergerak dibidang jasa, misalnya menjahit pakaian, bordir dan warnet
sebanyak 5 (13,9%) responden. Di samping itu juga untuk kegiatan usaha
home industri seperti membuat tempe dan kripik tempe sebanyak 5 (13,9%)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
responden serta bergerak di bidang peternakan misalnya ternak bebek dan
ternak burung.
Sebagai respon positif dari semua responden anggota kelompok
UPPKS penerima dana PNPM adalah dengan adanya dana pinjaman tersebut
memberi dorongan untuk memperbesar usaha dan meningkatkan pendapatan.
Tabel 4.5. Distribusi responden berdasarkan jenis usaha di Kabupaten SRAGEN dan
Kabupaten KLATEN
Jenis Usaha
Kabupaten Sragen Kabupaten Klaten
Frekuensi Persen Frekuensi Persen
Jasa
Perdaganagan
Peternakan
Home Industri
8
22
1
5
22,2
61,1
2,8
13,9
5
25
4
2
13,9
69,4
11,1
5,6
Jumlah 36 100,0 36 100,0
Sumber : data primer diolah (2011)
Dengan memperhatikan data distribusi frekuensi responden anggota
kelompok UPPKS di Kabupaten Sragen dan Kabupaten Klaten menunjukkan
bahwa dana PNPM yang digulirkan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh
masing-masing anggota dan penggunaan dana PNPM yang paling banyak
diperuntukkan kegiatan usaha bidang perdagangan, yaitu di Kabupaten
Sragen terdapat 22 (61,1%) respondan dan di Kabupaten Klaten terdapat 26
(72,2%) responden dari 36 responden anggota kelompok UPPKS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6. Besarnya Dana Yang Diterima
Distribusi responden menurut jumlah dana PNPM yang dipinjamkan
di Kabupaten Sragen minimal Rp 0,5 juta, maksimal Rp 2 juta dan rata-rata
sebesar Rp 965.000,00. Dari Tabel 4.7. dapat dilihat bahwa anggota
kelompok UPPKS yang menerima pinjaman dana PNPM sebesar
Rp 0,5 juta sebanyak 8 (22,2%) responden, penerima pinjaman dana sebesar
Rp 1 juta sebanyak 20 (55,6%) responden, penerima pinjaman dana sebesar
Rp 1,5 juta sebanyak 6 (16,7%) responden dan penerima pinjaman dana
sebesar Rp 2 juta sebanyak 2 (5,6%) responden.
Untuk distribusi responden menurut jumlah dana PNPM yang diterima
di Kabupaten Klaten, minimal Rp 1 juta, maksimal Rp 3 juta dan rata-rata
sebesar Rp 2.180.555,55 Pada Tabel 4.7. menunjukkan yang menerima
pinjaman dana PNPM sebesar Rp 1 juta sebanyak 5 (13,9%) responden,
penerima pinjaman dana sebesar Rp 1,5 juta sebanyak 8 (22,2%) responden,
penerima pinjaman dana sebesar Rp 2 juta sebanyak 7 (19,4%) responden,
penerima pinjaman dana sebesar Rp 2,5 juta sebanyak (2,8%) responden dan
penerima pinjaman dana Rp 3 juta sebanyak 15 (41,7%) responden
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.6. Distribusi responden berdasarkan jumlah dana yang diterima
di Kabupaten SRAGEN dan Kabupaten KLATEN
Jumlah Dana PNPM
Kabupaten Sragen Kabupaten Klaten
Frekuensi Persen Frekuensi Persen
Rp 0,5 juta
Rp 1,0 juta
Rp 1,5 juta
Rp 2,0 juta
Rp 2,5 juta
Rp 3,0 juta
8
20
6
2
-
-
22,2
55,6
16,7
5,6
-
-
-
5
8
7
1
15
-
13,9
22,2
19,4
2,8
41,7
Jumlah 36 100,0 36 100,0
Sumber : data primer diolah (2011)
Berdasarkan data distribusi responden menurut jumlah dana PNPM
yang diterima anggota kelompok UPPKS di Kabupaten Sragen dan
Kabupaten Klaten menunjukkan adanya perbedaan nominal dana yang
digulirkan dan distribusi pemakai dana PNPM. Dari 36 responden, dari
Kabupaten Sragen terakumulasi dana sebesar Rp 37 milyar dan untuk
Kabupaten Klaten terakumulasi dana sebesar Rp 78,5 milyar yang
disebabkan pinjaman dana maksimal di Kabupaten Sragen Rp 2 juta dan di
Kabupaten Klaten Rp 3 juta. Adapun variasi pinjaman dana sama-sama
menggunakan interval Rp 0,5 juta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7. Produksi
Produksi yang diukur adalah kenaikan produksi dari sebelum ke
sesudah penerimaan dana PNPM.
Tabel 4.7. Produksi sebelum dan sesudah penerimaan dana PNPM
di Kabupaten SRAGEN dan Kabupaten KLATEN
Keterangan
Kabupaten Sragen Kabupaten Klaten
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Rata-rata
Standar Deviasi
Minimum
Maksimum
Jumlah
1,0000
,00000
1,00
1,00
36,00
1,7153
,48140
1,04
3,00
61,75
1,0000
,00000
1,00
1,00
36,00
1,2583
,22472
1,10
2,20
45,30
Sumber : data primer diolah (2011)
Berdasarkan Tabel 4.9. menunjukkan bahwa rata-rata produksi usaha
Anggota kelompok UPPKS di Kabupaten Sragen mengalami kenaikan
71, 53% dan di Kabupaten Klaten mengalami kenaikan 25,83%.
8. Tenaga Kerja
Untuk Kabupaten Sragen dan Kabupaten Klaten, pada Tabel 4.7.
menunjukkan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam menjalankan usaha
sebelum adanya program PNPM dan Tabel 4.8. menggambarkan jumlah
tenaga kerja yang digunakan dalam menjalankan usaha sesudah adanya
program PNPM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.8. Distribusi frekuensi jumlah tenaga kerja sebelum menerima dana PNPM
di Kabupaten SRAGEN dan Kabupaten KLATEN
Jumlah Tenaga Kerja
Kabupaten Sragen Kabupaten Klaten
Frekuensi Persen Frekuensi Persen
1 orang
2 orang
3 orang
4 orang
5 orang
28
5
2
-
1
77,8
13,9
5,6
-
2,8
24
7
3
2
-
66,7
19,4
8,3
5,6
-
Jumlah 36 100,0 36 100,0
Sumber : data primer diolah (2011
Tabel 4.9. Distribusi frekuensi jumlah tenaga kerja sesudah menerima dana PNPM
di Kabupaten SRAGEN dan Kabupaten KLATEN
Jumlah Tenaga Kerja
Kabupaten Sragen Kabupaten Klaten
Frekuensi Persen Frekuensi Persen
1 orang
2 orang
3 orang
4 orang
5 orang
33
2
-
-
1
91,7
5,6
-
-
2,8
29
4
2
1
-
80,5
11,1
5,6
2,8
-
Jumlah 36 100,0 36 100,0
Sumber : data primer diolah (2011) Dengan memperhatikan Tabel 4.8. dan Tabel 4.9. sebelum dan
sesudah menerima pinjaman dana PNPM di Kabupaten Sragen dan juga di
Kabupaten Klaten, terlihat bahwa usaha anggota kelompok UPPKS di kedua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kabupaten sama-sama mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan adanya
penyerapan tenaga kerja baru.
C. Analisis Data
Untuk mengetahui dampak dari adanya program PNPM terhadap jumlah
produksi dan jumlah tenaga kerja digunakan uji beda rata-rata. Hasil uji beda
rata-rata antara sebelum dan sesudah adanya PNPM ditunjukkan pada Tabel 4.11
untuk Kabupaten Sragen dan Tabel 4.12. untuk Kabupaten Klaten. Adapun
hasilnya adalah sebagai berikut :
1. Ada perbedaan rata-rata yang signifikan produksi pada uasaha anggota
kelompok UPPKS sebelum dengan sesudah adanya PNPM, produksi sesudah
lebih besar dibandingkan sebelum adanya PNPM. Hal ini ditunjukkan oleh
nilai (2,223) > (2,04) atau nilai Signifikasinya (0,033) < 0,05
dengan tingkat kepercayaan 95% untuk Kabupaten Sragen. Sedangkan untuk
Kabupaten Klaten, nilai (2,928) > (2,04) atau nilai
Signifikasinya (0,006) < 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%.
2. Ada perbedaan rata-rata yang signifikan jumlah tenaga kerja pada usaha
anggota kelompok UPPKS baik Kabupaten Sragen dan Kabupaten Klaten.
Jumlah tenaga kerja sesudah adanya program PNPM menjadi lebih banyak
bila dibandingkan sebelum adanya program PNPM. Hal ini ditunjukkan oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
nilai (2,223 > (2,04) atau nilai Signifikasinya (0,033) < 0,05
dengan tingkat kepercayaan 95% untuk Kabupaten Sragen. Sedangkan
untuk Kabupaten Klaten, nilai (2,376) > (2,04) atau nilai
Signifikasinya (0,023) < 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%.
Tabel 4.10. Hasil uji beda rata-rata Kabupaten Sragen
Sumber : data primer diolah (2011)
Tabel 4.11. Hasil uji beda rata-rata Kabupaten Klaten
Sumber : data primer diolah (2011)
D. Pembahasan
Dalam penelitian ini berkaitan dengan kondisi anggota kelompok UPPKS,
baik di Kabupaten Sragen maupun di Kabupaten Klaten. Berdasarkan analisis
deskriptif di atas ditemukan :
1. Penelitian ini dilakukan terhadap 12 kelompok yang terdistribusi pada 4
Variabel
Rata-Rata
Selisih
Uji beda sebelum
dengan sesudah PNPM
Kesimpulan
Sebelum Sesudah Z hitung signifikansi
Produsi 1,0000 1,7153 0,7153 2,223 0,033 signifikan
TenagaKerja 1,1667 1,3611 0,1944 2,223 0,033 signifikan
Variabel
Rata-Rata
Selisih
Uji beda sebelum
dengan sesudah PNPM
Kesimpulan
Sebelum Sesudah Z hitung signifikansi
Produksi 1,0000 1,2583 0,2583 2,928 0,006 signifikan
Tenaga Kerja 1,5000 1,6389 0,1389 2,376 0,023 signifikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(empat) wilayah desa. Untuk Kabupaten Sragen meliputi desa Bangak (1
kelompok), Kebon Agung (3 kelompok), Sine (3 kelompok) dan Turi (5
kelompok). Sedangkan untuk Kabupaten Klaten meliputi desa Kalitengah (2
kelompok), Kadilanggu (3 kelompok), Melikan (3 kelompok) dan Sidorejo (4
kelompok).
2. Mayoritas yang memanfaatkan dana PNPM di Kabupaten Sragen dan
Kabupaten Klaten adalah anggota kelompok UPPKS berjenis kelamin
perempuan.
3. Untuk di Kabupaten Sragen, umur anggota kelompok UPPKS didominasi
antara 25 – 29 tahun. Sedang di Kabupaten Klaten berumur antara 26 – 57
tahun, yang berarti bahwa anggota kelompok berada pada usia produktif.
4. Jumlah tanggungan keluarga anggota kelompok UPPKS di Kabupaten Sragen
rata-rata 3 (tiga) orang dan di Kabupaten Klaten juga rata-rata 3 (tiga) orang,
sehingga hal ini menggambarkan bahwa tanggungan keluarga relatif ringan,
tidak berat.
5. Pendidikan yang dimiliki anggota kelompok di Kabupaten Sragen mayoritas
tingkat SLTP (21 orang) dan masih ada yang tidak lulus SD, tertinggi
berpendidikan SLTA (4 orang). Adapun untuk di Kabupaten Klaten rata-rata
pendidikan terakhir SLTA (14 orang), terendah SD dan tertinggi tingkat
Sarjana (1 orang). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan anggota
kelompok masih belum memadai terhadap tuntutan pekerjaan maupun
tuntutan zaman yang cenderung bersentuhan dengan teknologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6. Jenis usaha yang dilakukan anggota kelompok mayoritas perdagangan, baik
yang terjadi di Kabupaten Sragen maupun di Kabupaten Klaten, sehingga hal
ini mencerminkan bahwa dana PNPM yang diterima anggota kelompok
banyak digunakan sebagai tambahan modal.
7. Besarnya dana PNPM yang diterima anggota kelompok tidak sama antara
Kabupaten Sragen dan Kabupaten Klaten. Untuk Kabupaten Sragen antara
Rp 500 ribu – Rp 2 juta dengan rata-rata Rp 965 ribu Sedang di Kabupaten
Klaten antara Rp 1 juta – Rp 3 juta dengan rata-rata Rp 2.180.555,55.
8 Meningkatnya produksi yang dihasilkan anggota kelompok UPPKS di
Kabupaten Sragen dan Kabupaten Klaten menunjukkan bahwa dana PNPM
dapat digunakan sebagai tambahan modal.
9 Jumlah tenaga kerja anggota kelompok masih banyak yang menggunakan 1
(satu) orang sebagai tenaga kerja, baik di Kabupaten Sragen maupun di
Kabupaten Klaten, sehingga hal ini menunjukkan bahwa usaha yang
dilaksanakan anggota kelompok merupakan usaha yang dikelola secara
keluarga dan cenderung bersifat perseorangan. Diperoleh data bahwa untuk
Kabupaten Sragen jumlah tenaga kerja maksimum 5 orang dan Kabupaten
Klaten maksimum 4 orang.
.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka kesimpulan dalam
penelitian ini sebagai berikut :
1. Ditemukan perbedaan rata-rata produksi yang signifikan antara sebelum dan
sesudah adanya PNPM. Untuk Kabupaten Sragen menunjukkan persentase
kenaikan produksi sebesar 71,53% sesudah adanya PNPM. Hasil uji hipotesis
diperoleh nilai (2,223) > (2,04) atau nilai Signifikasinya
(0,033) < 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%. Adapun untuk Kabupaten
Klaten kenaikan produksi sebesar 25,83% sesudah menerima dana PNPM.
Hasil uji hipotesis diperoleh nilai (2,928) > (2,04) atau nilai
Signifikasinya (0,006) < 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%. Berdasarkan
tanda yang positif, menunjukkan bahwa produksi sesudah mendapatkan dana
PNPM lebih besar jika dibandingkan produksi sebelum menerima dana
PNPM. Dengan demikian hipotesis ke 1 terbukti.
2. Ditemukan perbedaan rata-rata jumlah tenaga kerja yang signifikan antara
sebelum dan sesudah adanya PNPM. Untuk Kabupaten Sragen jumlah
tenaga kerja meningkat rata - rata sebesar 19,44%. Hasil uji hipotesis
diperoleh nilai (2,223) > (2,04) atau nilai Signifikasinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(0,033) < 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%.
Adapun untuk Kabupaten Klaten, peningkatan jumlah tenaga kerja
rata-rata sebesar 13,89%. Hasil uji hipotesis diperoleh nilai
(2,376) > (2,04) atau nilai Signifikasinya (0,023) < 0,05 dengan
tingkat kepercayaan 95%. Berdasarkan tanda yang positif, menunjukkan
bahwa jumlah tenaga kerja sesudah menerima dana PNPM lebih banyak
jika dibandingkan jumlah tenaga kerja sebelum menerima dana PNPM.
Dengan demikian hipotesis ke 2 terbukti.
B. Saran
1. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sesudah menerima dana
PNPM, produksi di Kabupaten Sragen mengalami peningkatkan sebesar
71,53% dan di Kabupaten Klaten sebesar 25,83%. Diharapkan dengan
meningkatnya produksi dapat memberi motivasi kepada anggota kelompok
UPPKS untuk memperluas usaha melalui potensi dana yang tersedia dan
tenaga kerja yang ada.
2. Memberikan pendampingan pada setiap kegiatan anggota kelompok UPPKS,
baik pendampingan oleh fasilitator teknik maupun fasilitator keuangan,
sehingga dapat meminimalkan adanya penyimpangan dan mampu
memaksimalkan potensi anggota.
3. Mendorong anggota kelompok UPPKS mampu mengembangkan dana PNPM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sebagai modal produktif, sehingga pada akhirnya akan dapat meningkatkan
produksi dan memiliki kesempatan membuka lapangan pekerjaan, yang secara
otomatis dapat menambah jumlah tenaga kerja.
4. Memonitor dan mengevaluasi kinerja anggota kelompok UPPKS, agar dapat
bekerja secara professional, sensitive terhadap perubahan keadaan, sehingga
mampu meningkatkan produksi dan mampu menyerap tenaga kerja baru.
5. Anggota kelompok UPPKS mampu memperbaiki kinerja dan berusaha
mengembangkan kemampuan agar dapat mengikuti pola tata niaga yang
menguntungkan.
6. Anggota kelompok UPPKS mampu membuka wawasan untuk menjalin
kerjasama dengan dunia usaha yang saling memberi dukungan usahanya.
7. Anggota kelompok UPPKS mampu memotivasi diri bahwa dengan bekerja
keras maka akan dapat mengubah nasib dan keluar dari kemiskinan untuk
hidup mandiri.
8. Unit Pengelola Kegiatan (UPK) harus dapat membuat laporan Micro Finance
termasuk laporan dana secara sistimatis dan mudah difahami, sebagai bentuk
pertanggungjawaban atas kegiatan yang telah dilaksanakan oleh anggota
kelompok UPPKS.
9. Menurut hasil penelitian menunjukkan bahwa penerima dana PNPM
adalah mayoritas perempuan, maka untuk penelitian ke depan sebaiknya
lebih terkonsentrasi pada peran perempuan dalam memanfaatkan dana
PNPM sesuai dengan karakteristiknya.
Recommended