View
350
Download
10
Category
Preview:
Citation preview
PERFORMA AYAM KUB (KAMPUNG UNGGUL BALITNAK) PERIODEGROWER PADA PEMBERIAN RANSUM DENGAN PROTEIN KASAR
YANG BERBEDA
(Skripsi)
Oleh:
Made Lupita Sari
JURUSAN PETERNAKANFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG2017
ABSTRAK
PERFORMA AYAM KUB (KAMPUNG UNGGUL BALITNAK) PERIODEGROWER PADA PEMBERIAN RANSUM DENGAN PROTEIN KASAR
YANG BERBEDA
Oleh
Made Lupita Sari
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ransum dengankadar protein kasar berbeda terhadap performa ayam KUB. Penelitiandilaksanakan pada Juli--Agustus 2017 di kandang unggas Laboratorium LapangTerpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Ayam yang digunakan adalahayam KUB berumur 4--8 minggu sebanyak 95 ekor. Rancangan percobaan yangdigunakan, yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 8ulangan. Setiap satu satuan percobaan terdiri dari 4 ekor ayam KUB. Perlakuanyang diberikan adalah ransum dengan kadar protein kasar sebesar P0 : 15,60%;P1 : 12,81%; P2 : 10,05%. Data yang diperoleh dianalisis ragam menggunakantaraf nyata 5% dan dilanjutkan dengan uji BNT. Peubah yang diamati adalahkonsumsi ransum, konsumsi protein, pertambahan berat tubuh, konversi ransum,dan income over feed cost. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ransum dengankadar protein kasar berbeda berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsiransum, konsumsi protein, pertambahan berat tubuh, konversi ransum, dan incomeover feed cost ayam KUB periode grower.
Kata kunci : Performa, Ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB), ransum,protein kasar.
ABSTRACT
THE CHICKEN PERFORMANCE OF KUB (KAMPUNG UNGGULBALITNAK) CHICKEN AT THE GROWER PHASE WITH DIFFERENT
CRUDE PROTEIN RATION
By
Made Lupita Sari
The aims of this research is to know the effect of the different crude protein ration tothe performance of KUB chicken. The research was conducted in July to August2017 in poultry cage of Integrated Field Laboratory, Agriculture Faculty, LampungUniversity. The amount of chickens that is used in this research were 95 chickens atthe age of 4-- 8 weeks old. Every trial units consist of 4 KUB chickens. Thetreatment that used are the ratio of different crude protein, there are P0: 15,60%; P1:12,81%; P2: 10,05%. The obtaining data were analyzed by using the analysis ofvariance of 5% level and will continued by BNT Test. The observed variabels arefeed consumption, protein consumption, body weight gain, feed conversion, andincome over feed cost. The result showed that the different crude protein ratio hasnot significant (P> 0,05) on feed consumption, protein consumption, body weightgain, feed conversion, and income over feed cost.
Keywords : Performance, Kampung Unggul Balitnak (KUB) chicken, feed, crudeprotein ration
PERFORMA AYAM KUB (KAMPUNG UNGGUL BALITNAK) PERIODEGROWER PADA PEMBERIAN RANSUM DENGAN PROTEIN KASAR
YANG BERBEDA
Oleh
Made Lupita Sari
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelarSARJANA PETERNAKAN
Pada
Jurusan PeternakanFakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Rejobinangun pada 01 Februari 1995, putri kedua dari dua
bersaudara, anak dari pasangan Bapak I Wayan Suminggu dan Ibu Murwaningsih.
Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak - kanak di TK PKK Bali Indah
pada 2001; sekolah dasar di SDN2 Rejobinangun pada 2007; sekolah menengah
pertama di SMPN 1 Raman Utara pada 2010; sekolah menengah atas di SMAN 3
Metro 2013. Pada tahun yang sama penulis terdaftar sebagai Mahasiswi Jurusan
Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN.
Selama masa studi penulis pernah menjadi Pengurus Bidang Pelatihan dan
Pengembangan Himpunan Mahasiswa Peternakan (HIMAPET) periode
2015--2016. Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Ilmu Nutrisi
Ternak Unggas. Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Peternakan
Mulawarman, Desa Tegal Sari, Gading Rejo pada Juli--Agustus 2016 dan penulis
juga melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Negara Aji Baru,
Kecamatan Anak Tuha, Kabupaten Lampung Tengah pada Januari--Februari 2017.
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur yangmendalam kepada
Tuhan Yang Maha Esa
Saya persembahkan Mahakarya yangsederhana ini sebagai bentuk bakti
dan terima kasih kepada :
Kedua orang tuaku tercinta Bape dan MemeI Wayan Suminggu dan Murwaningsih
Mbok serta Adi ku yang kusayangiPutu Juni Ambarsari dan Wayan Dian Safitri
atas doa, dukungan, cinta, dan kasih sayang yang selaludiberikan selama ini yang mengiringi setiap langkah kaki ku
dalam menjalani hidup yang penuh warna
Sahabat, teman, dan semua orangyang telah memberikan semangat dan motivasiselama pembelajaran sampai akhir masa studi
Serta tak lupa ku ucapkan terima kasih kepadaAlmamater yang ku banggakan yang turut membentuk
pribadi ku menjadi lebih dewasa dan kuat
MOTTO
“Karena berbicara engkau menemukan kebahagiaan, karena berbicaraengkau mendapat kematian, karena berbicara engkau akan menemukan
kesusahan, dan karena berbicara pula engkau mendapat sahabat”(Nitisastra, Sargah V. Bait 3)
“Hidup dengan tidak mementingkan diri sendiri, itulah dasar dari kebajikandan kebenaran utama. Tahan menghadapi cobaan hidup, itulah kekuatan
yang utama. Berkeyakinan bahwa orang lain adalah bagian dari diri sendiri,itulah pengetahuan utama. Setia pada ucapan dan janji adalah kesetiaan
utama”(Sarasamuscaya, Sloka 66)
SANWACANA
Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Performa Ayam KUB (Kampung Unggul Balitnak) Periode
Grower Pada Pemberian Ransum Dengan Protein Kasar Yang Berbeda”. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Ir. Syahrio Tantalo, M.P., -- selaku Dosen pembimbing utama – atas
dukungan, motivasi, dan pemahaman yang diberikan;
2. Ibu Ir. Khaira Nova, M.P., -- selaku Dosen pembimbing anggota -- atas
waktu, dukungan, dan pemahaman yang diberikan;
3. Bapak Dr. Ir. Rudy Sutrisna, M.S., -- selaku Dosen penguji -- atas kritik dan
masukan yang membangun untuk menyempurnakan tulisan ini;
4. Bapak drh. Madi Hartono, M.P., -- selaku Dosen Pembimbing Akademik --
yang senantiasa memberikan waktu, dukungan, dan bimbingannya;
5. Ibu Sri Suharyati, S.Pt., M.P. -- selaku Ketua Jurusan Peternakan yang telah
memberikan dukungan;
6. Bapak Dr. Kusuma Adhianto, S.Pt., M.S. -- selaku Sekretaris Jurusan
Peternakan yang telah memberikan dukungan;
7. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. -- selaku Dekan Fakultas
Pertanian yang telah memberikan dukungan;
8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Peternakan, yang telah memberikan
pembelajaran dan pemahaman yang berharga;
9. Bapak Hadi dan Bapak Adi -- selaku staf PT. Charoen Pokphand --atas segala
bantuan, ilmu, dan dukungan selama penelitian;
10. Meme Bape ku tercinta, atas kasih sayang, doa, motivasi, materi,
kebersamaan dan kebahagiaan yang selalu diberikan;
11. Teman satu tim penelitian, Windara Insan Mayora, Hery Irawan dan Lukman
Hakim--atas kerjasama dan bantuannya selama penelitian;
12. Sahabat-sahabat ku, peternakan 2013 yang tiada henti memberikan nasihat-
nasihat dan kawan bertukar pikiran yang luar biasa, terimakasih atas
kebersamaan dan kekeluargaan kita selama ini semoga kita dapat menggapai
semua impian dan cita-cita kita serta dipertemukan kembali dalam keadaan
sehat dan sukses;
13. Keluarga besar Angan Saka -- atas segala bantuan, ilmu, dan dukungan
selama penelitian;
14. Almamater tercinta.
Semoga semua bantuan dan jasa yang telah diberikan kepada penulis
mendapatkan pahala dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis berharap semoga karya
ini dapat memberikan manfaat.
Bandar Lampung, 2017Penulis,
Made Lupita Sari
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ......................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ v
I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1. Latar Belakang dan Masalah ..................................................... 1
1.2. Tujuan Penelitian ....................................................................... 2
1.3. Kegunaan Penelitian .................................................................. 3
1.4. Kerangka Pemikiran .................................................................. 3
1.5. Hipotesis .................................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 6
2.1. Karakteristik Ayam Kampung .................................................. 6
2.2. Kebutuhan Nutrisi Ayam Kampung ......................................... 8
2.3. Konsumsi Ransum .................................................................... 10
2.4. Konsumsi Protein ..................................................................... 13
2.5. Pertambahan Berat Tubuh ........................................................ 14
2.6. Konversi Ransum ..................................................................... 16
2.7. Income Over Feed Cost (IOFC) ............................................... 17
III. METODE PENELITIAN ............................................................ 19
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................... 19
3.2. Bahan Penelitian ...................................................................... 19
3.2.1 Ayam KUB ....................................................................... 19
3.2.2 Ransum ............................................................................. 20
3.3. Alat Penelitian .......................................................................... 21
3.4. Metode Penelitian .................................................................... 22
3.4.1 Rancangan penelitian ........................................................ 22
3.4.2 Analisis data ....................................................................... 22
3.4.3 Tata letak penelitian ........................................................... 22
3.5. Pelaksanaan Penelitian ............................................................. 23
3.5.1 Persiapan kandang ............................................................ 23
3.5.2 Pembuatan ransum ............................................................ 24
3.5.3 Tahapan pelaksanaan ........................................................ 24
3.6. Peubah yang diamati ................................................................. 25
3.6.1 Konsumsi ransum (g/ekor/minggu) ................................... 25
3.6.2 Konsumsi protein (g/ekor/minggu) .................................... 26
3.6.3 Pertambahan berat tubuh (g/ekor/minggu) ........................ 26
3.6.4 Konversi ransum ................................................................ 26
3.6.5 Income over feed cost (IOFC) ........................................... 26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 27
4.1 Pengaruh Ransum Perlakuan terhadap Konsumsi
Ransum ................................................................................ 27
4.2 Pengaruh Ransum Perlakuan terhadap Konsumsi
Protein ................................................................................. 29
4.3 Pengaruh Ransum Perlakuan terhadap Pertambahan
Berat Tubuh ......................................................................... 31
4.4 Pengaruh Ransum Perlakuan terhadap Konversi
Ransum ................................................................................ 34
4.5 Pengaruh Ransum Perlakuan terhadap Income Over
Feed Cost (IOFC) ................................................................ 36
V. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 39
5.1 Simpulan .............................................................................. 39
5.2 Saran ..................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 40
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kebutuhan nutrisi ayam kampung ........................................................ 9
2. Kebutuhan pakan ayam kampung ......................................................... 11
3. Konsumsi ransum ayam kampung ........................................................ 11
4. Rata-rata bobot badan dan pertambahan berat tubuh rata-rata
ayam kampung ...................................................................................... 14
5. Kandungan nutrisi bahan pakan berdasarkan perhitungan..................... 20
6. Formulasi ransum penelitian ................................................................. 20
7. Harga ransum ........................................................................................ 21
8. Rata-rata konsumsi ransum ayam KUB selama pemeliharaan ............. 27
9. Rata-rata konsumsi protein ayam KUB selama pemeliharaan ............... 30
10. Rata-rata pertambahan berat tubuh ayam KUB selama
pemeliharaan ........................................................................................ 32
11. Rata-rata konversi ransum ayam KUB selama pemeliharan................ 35
12. Rata-rata IOFC (income over feed cost) ayam KUB selama
pemeliharaan ....................................................................................... 37
13. Bobot badan akhir ayam KUB periode grower ................................... 38
14. Suhu dan kelembaban kandang penelitian .......................................... 45
15. Formulasi ransum (P0 : protein kasar 15,60%) ................................... 46
16. Formulasi ransum (P0 : protein kasar 12,81%) ................................... 46
17. Formulasi ransum (P0 : protein kasar 10,05%) ................................... 46
18. Analisis ragam konsumsi ransum ayam KUB selama
pemeliharaan ....................................................................................... 47
19. Analisis ragam konsumsi protein ayam KUB selama
pemeliharaan ....................................................................................... 47
20. Analisis ragam pertambahan berat tubuh ayam KUB selama
pemeliharaan ....................................................................................... 48
21. Analisis ragam konversi ransum ayam KUB selama
pemeliharaan ....................................................................................... 48
22. Analisis ragam income over feed cost (IOFC) ayam KUB selama
pemeliharaan ....................................................................................... 49
23. Analisis ragam bobot badan akhir ....................................................... 49
24. Pendapatan dan biaya ransum ayam KUB periode grower ................ 50
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tata letak percobaan .............................................................................. 23
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Ayam kampung memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan. Jumlah
populasi yang besar dan hampir dimiliki seluruh penduduk menandakan bahwa
ayam kampung mudah dibudidayakan dengan kondisi iklim yang ada. Ayam
kampung memiliki ketahanan yang cukup baik dalam menghadapi iklim yang
sulit, seperti musim kemarau yang panjang. Oleh karena itu, ayam kampung
merupakan ternak yang cukup mudah beradaptasi di daerah lahan kering. Ada
berbagai jenis ayam kampung yang dapat dibudidayakan oleh masyarakat
Indonesia, salah satunya adalah ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB).
Ayam KUB merupakan jenis ayam kampung dengan galur baru yang dihasilkan
Badan Litbang Pertanian, Ciawi, Bogor. Ayam KUB mempunyai kelebihan, yaitu
mengandung gen MX++
60%, gen penanda ketahanan terhadap flu burung
sehingga membuatnya lebih tahan terhadap serangan Avian Influenza (AI).
Sebagai perbandingan, broiler tidak mengandung gen tersebut, sementara pada
ayam kampung biasa kandungan gen tersebut di bawah 60%. Kelebihan lainnya,
yaitu pada pemeliharaan intensif dengan diberi ransum komersil mampu
menghasilkan daging secara cepat dalam waktu kurang dari 70 hari.
2
Tata laksana pemeliharaan ayam KUB meliputi tata laksana pemberian ransum,
perkandangan, biosekuriti, dan lain-lain. Tata laksana pemberian ransum
merupakan hal penting yang harus diperhatikan agar mendapatkan hasil yang
maksimal. Hal ini akan berpengaruh terhadap pertambahan bobot tubuh,
produksi, dan kesehatan ternak, sehingga memerlukan imbangan ransum yang
baik, frekuensi serta jumlah pemberian ransum sesuai dengan kebutuhan. Ayam
KUB diberi ransum konsentrat yang mempunyai kadar protein kasar sekitar 22%,
sedangkan kebutuhan protein ayam kampung pada masa pertumbuhan adalah 14%
(Resnawati et al., 1998). Budidaya ayam KUB pada peternak umumnya
menggunakan ransum konsentrat yang mempunyai kadar protein kasar sebesar
22%, menurut pernyataan Resnawati et al., (1998) ransum yang diberikan
melebihi kebutuhan protein kasar ayam KUB. Hal ini tentunya akan
menyebabkan kerugian karena kelebihan protein tersebut akan dibuang melalui
ekskreta. Selain itu, harga ransum dengan kadar protein kasar yang tinggi relatif
lebih mahal, sehingga pengeluaran untuk produksi ayam juga tinggi. Oleh sebab
itu, kebutuhan protein kasar untuk ayam KUB perlu diteliti untuk mengetahui
kebutuhan protein kasar periode grower dan mendapatkan performa yang optimal
serta biaya yang dikeluarkan lebih efisien.
1.2 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh tingkat pemberian protein kasar yang berbeda dalam
ransum terhadap performa ayam KUB periode grower.
3
2. Mengetahui kadar protein kasar ransum terbaik yang berpengaruh terhadap
performa ayam KUB periode grower.
1.3 Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi bidang keilmuan, pemerintah,
dan penerapannya bagi peternak. Aspek ilmiah dari hasil penelitian ini
diharapkan menambah informasi mengenai nilai kebutuhan nutrisi ayam
kampung. Aspek untuk peternak diharapkan akan memberi pengaruh secara
ekonomis dalam pemeliharaan ayam kampung, khususnya ayam KUB.
1.4 Kerangka Pemikiran
Ayam kampung mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan gizi
masyarakat maupun dalam peningkatan pendapatan. Metode pemeliharaannya
yang tidak memerlukan persyaratan yang sulit, karena telah beradaptasi dengan
lingkungan dan memiliki daya tahan terhadap penyakit yang lebih besar
dibandingkan dengan ayam ras. Ayam kampung mempunyai kelebihan seperti
dagingnya lebih disukai masyarakat namun harga daging dan telurnya lebih mahal
dibandingkan dengan ayam ras. Rendahnya produktivitas ayam kampung
disebabkan oleh pemeliharaan yang masih bersifat tradisional, jumlah ransum
yang diberikan tidak mencukupi dan pemberian ransum yang belum mengacu
kepada kaidah ilmu nutrisi, dan belum memperhitungkan kebutuhan zat-zat
makanan untuk berbagai tingkat produksi.
4
Peningkatan produktivitas ayam kampung dapat dilakukan melalui perbaikan
kuantitas dan kualitas ransum yang diberikan dengan sistem pemeliharaan
intensif. Ransum berkualitas harus mengandung zat-zat nutrisi yang dibutuhkan
sesuai dengan perkembangan umur dan tujuan pemeliharaan. Ransum yang
sempurna dengan kandungan zat-zat nutrisi yang seimbang akan memberikan
hasil yang optimal. Keseimbangan yang baik antara protein dan energi metabolis
dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi ayam kampung (Iskandar dan
Resnawati, 1999).
Ayam KUB dipelihara menggunakan sistem yang sama dengan pemeliharan
broiler. Perbedaan dari sistem pemeliharaan ayam KUB dan broiler terletak pada
waktu umur pemanenan dan ransum yang digunakan. Pada ayam KUB dipelihara
hingga umur 11 minggu. Hal ini karena genetik ayam KUB berasal dari ayam
kampung yang pertumbuhannya relatif cukup lama dibandingkan dengan broiler
yang biasanya umur 1 bulan sudah dapat dipanen.
Ayam KUB sudah mulai dikembangkan di Lampung, yaitu di Badan Usaha Milik
Tiyuh (BUMT) Tulang Bawang Barat. Ayam KUB tersebut diberi ransum
dengan kadar protein kasar sebesar 17,45%. Kadar protein kasar yang diberikan
dianggap melebihi kebutuhan protein kasar ayam kampung. Oleh sebab itu,
dilakukan penelitian mengenai kebutuhan protein kasar ayam KUB.
Penelitian ini dilakukan dengan memberikan ransum dengan kadar protein kasar
berbeda, yaitu 15,60%, 12,81%, dan 10,05%. Resnawati et al. (1998) menyatakan
imbangan protein dan energi dalam ransum ayam kampung yang dibutuhkan
selama masa pertumbuhan adalah 14% protein kasar dan 2.600 kkal/kg energi
5
metabolis. Menurut Iskandar et al. (2010) kebutuhan protein ayam kampung
untuk penggemukan umur 0--12 minggu adalah 17,50%.
1.5 Hipotesis
1. Terdapat pengaruh pemberian ransum dengan kadar protein kasar yang berbeda
terhadap performa ayam KUB periode grower.
2. Terdapat kadar protein kasar terbaik yang berpengaruh terhadap performa
ayam KUB periode grower.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Ayam Kampung
Ayam kampung di Indonesia berasal dari subspesies Gallus gallus spadiceus yang
berasal dari Sumatera bagian utara, dan semenanjung Malaysia hingga Asia
Tenggara (Sulandari et al., 2007). Berdasarkan Fumihito et al. (1996) dan
Pramual et al. (2013) menyatakan bahwa ayam Kampung di Indonesia berasal
dari subspesies Gallus gallus bankiva yang berasal dari Lampung, Jawa, dan Bali.
Ayam yang terdapat di pedesaan Indonesia adalah keturunan ayam hutan (Gallus
gallus) yang sebagian telah didomestikasi, lalu dikenal dengan ayam
lokal/kampung atau ayam sayur.
Ayam kampung atau dikenal juga sebagai ayam buras mempunyai banyak
kegunaan dan manfaat untuk menunjang kehidupan manusia antara lain
pemeliharaannya sangat mudah karena tahan pada kondisi lingkungan,
pengelolaan yang buruk, tidak memerlukan lahan yang luas, bisa dilahan sekitar
rumah, harga jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam
pedaging lain dan tidak mudah stres terhadap perlakuan yang kasar dan daya
tahan tubuhnya lebih kuat dibandingkan dengan ayam pedaging lainnya
(Nuroso, 2010). Ayam kampung juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain
sulitnya memperoleh bibit yang baik, dan produksi telurnya yang lebih rendah
7
dibandingkan dengan ayam ras, pertumbuhannya relatif lambat sehingga waktu
pemeliharaannya lebih lama, keadaan ini terutama disebabkan oleh rendahnya
potensi genetik (Suharyanto, 2007).
Umumnya, ayam kampung dipelihara secara umbaran banyak dijumpai di desa.
Saat ini cara seperti ini banyak mengandung risiko, salah satunya tidak ekonomis.
Pada usia 20 minggu ayam kampung yang dipelihara secara tradisional hanya
mencapai bobot badan 746,9 g, sedangkan yang dipelihara intensif dalam kandang
pada usia yang sama dapat mencapai 1.435,5 g. Perbaikan lingkungan yang
diikuti perbaikan manajemen pemeliharaan akan meningkatkan produktivitas
ayam kampung di Indonesia yang perlu dilestarikan (Sulandri et al., 2007).
Menurut Sidadolog dan Yuwanta (2011), fase hidup ayam kampung pedaging
dibagi menjadi 3 fase, yaitu
1. Fase starter, yaitu ayam kampung berumur 0--4 minggu membutuhkan protein
kasar sekitar 9--20%, energi 2.850 kkal/kg, Ca 1%, dan P 0,45%.
2. Fase grower, yaitu ayam kampung berumur 4--8 minggu membutuhkan protein
kasar 18--19%, energi 2.900 kkal/kg, Ca 1%, dan P 0,45%.
3. Fase finisher, yaitu ayam kampung berumur 8--12 minggu membutuhkan
protein kasar 16--18%, energi 3.000 kkal/kg, Ca 0,6%, dan P 0,4%.
Kandang ayam dibuat dengan mengutamakan kenyamanan dan keamanan. Hal ini
akan mencegah ayam dari stress. Untuk itu perlu pengaturan populasi dalam satu
luasan kandang berdasarkan jumlah dan tingkatan umur. Berdasarkan tingkatan
umur dan jumlah kepadatan kandang dapat dilakukan seperti berikut
8
1. Untuk ayam pada periode starter dapat ditempatkan sebanyak 30 ekor pada
kandang dengan luas 100 cm x 100 cm x 40 cm.
2. Untuk ayam pada periode grower dapat ditempatkan sebanyak 15 ekor pada
kandang dengan ukuran 100 cm x 100 cm x 60 cm.
Ayam KUB merupakan salah satu nama ayam kampung hasil pemuliabiakan yang
dilakukan oleh Badan Pengembangan dan Pertanian yang bertempat di Ciawi,
Bogor. Proses pembentukan ayam KUB pada 1997--1998, Balitnak berinisiatif
melakukan penelitian breeding ayam kampung dengan mendatangkan indukan
ayam kampung dari beberapa daerah di Jawa Barat yakni dari Kecamatan
Cipanas/Kabupaten Cianjur, Kecamatan Jatiwangi/Kabupaten Majalengka,
Kecamatan Pondok Rangon/ Kota Depok, Kecamatan Ciawi/Kabupaten Bogor,
dan Kecamatan Jasinga/Kabupaten Bogor (Sartika et al., 2013).
Keunggulan dari ayam kampung unggul balitnak (KUB) pedaging, yaitu bobot
badan dapat mencapai 1 kg pada umur 70 hari. Keunggulan lain dari ayam KUB
diantaranya konsumsi ransum rendah, mortalitas rendah, daya tetas telur yang
tinggi, dan pertumbuhan lebih cepat (Sartika et al., 2013).
2.2 Kebutuhan Nutrisi Ayam Kampung
Secara umum, kebutuhan gizi untuk ayam tertinggi selama minggu
awal (0--8 minggu) dari kehidupan. Oleh karena itu, perlu diberikan ransum yang
cukup mengandung energi, protein, mineral, dan vitamin dalam jumlah yang
seimbang. Faktor lainnya adalah perbaikan genetik dan peningkatan manajemen
9
pemeliharaan ayam kampung harus didukung dengan perbaikan nutrisi pakan
(Setioko dan Iskandar, 2005). Kebutuhan nutrisi ayam kampung dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Kebutuhan nutrisi ayam kampung
Nutrisi Umur (minggu)
0--12 12--22 22 keatas
Energi (Kkal/kg) 2.600 2.400 2.400--2.600
Protein (%) 17--20 14 14
Kalsium (%) 0,9 1 3,4
Fosfor (%) 0,45 0,45 0,34
Metionin (%) 0,37 0,21 0,22--0,30
Lisin (%) 0,87 0,45 0,68
Sumber : Nawawi dan Norrohmah (2002)
Sampai saat ini standar gizi ransum ayam kampung yang dipakai di Indonesia
didasarkan rekomendasi Scott et al. (1982) dan NRC (1994). Menurut Scott et al.
(1982), kebutuhan energi metabolis ayam tipe ringan umur 2--8 minggu antara
2.600--3.100 kkal/kg dan protein ransum antara 18--21,4% sedangkan menurut
NRC (1994), kebutuhan energi metabolis dan protein masing-masing 2.900
kkal/kg dan 18%.
Menurut Ayu dan Wijana (2011), penggunaan level energi 3.100 kkal/kg dengan
protein kasar 22% protein dan level energi 2.900 kkal dengan 18% protein kasar
memengaruhi berat badan dan berat karkas ayam kampung nyata lebih baik
(P<0.05) dibandingkan dengan level energi 2.800 kkal dengan 16% protein. Akan
tetapi penggunaan seluruh level energi 3.100 kkal dengan 22% protein kasar
sampai 2.800 kkal dengan 16% protein kasar dalam ransum memberikan
pengaruh tidak nyata terhadap berat potong, persentase karkas dan organ dalam
10
ayam kampung umur 10 minggu. Ayam kampung umur 0--10 minggu
disarankan untuk menggunakan level energi 3.100--2.900 kkal/kg dan 22--18%
protein untuk pertumbuhan dan produksi karkas .
2.3 Konsumsi Ransum
Konsumsi ransum adalah jumlah ransum yang dikonsumsi oleh ternak apabila
ransum tersebut diberikan secara ad-libitum selama 24 jam. Jumlah konsumsi
ransum merupakan faktor terpenting dalam menentukan jumlah nutrien yang
didapat oleh ternak dan pengaruh terhadap tingkat produksi (Parakkasi, 1999).
Konsumsi ransum yang rendah akan menyebabkan kekurangan zat makanan yang
dibutuhkan ternak dan akibatnya akan menghambat pertumbuhan lemak dan
daging. Apabila kebutuhan untuk hidup pokok sudah terpenuhi, kelebihan gizi
yang dikonsumsi akan ditimbun sebagai jaringan lemak dan daging (Anggorodi,
1994). Menurut Piliang (2000), konsumsi ransum dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya adalah palatabilitas ransum, bentuk fisik ransum, bobot badan,
jenis kelamin, suhu lingkungan, keseimbangan hormonal, dan fase pertumbuhan.
Suhu yang tinggi juga dapat menyebabkan nafsu makan menurun dan
meningkatnya konsumsi air minum. Hal ini mengakibatkan otot-otot daging
lambat membesar sehingga daya tahannya juga menurun. Konsumsi harian
ransum ayam kampung dapat dilihat pada Tabel 2.
Konsumsi ransum yang tinggi pada keturunan ayam persilangan terkait dengan
pertambahan bobot badan (PBB) yang tinggi dan berpostur berat. Ayam berbobot
badan tinggi membutuhkan konsumsi ransum yang lebih banyak untuk kebutuhan
11
pokok maupun pertumbuhan. Jumlah konsumsi ransum tergantung pada
kebutuhan yang dipengaruhi oleh besar badan dan pertambahan bobot badannya
(Rahayu et al., 2010). Konsumsi ransum setiap minggu bertambah sesuai dengan
pertambahan bobot badan (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). Konsumsi
ransum tiap ekor ternak berbeda–beda. Konsumsi ransum ayam kampung naik
setiap minggunya seperti yang tersaji pada Tabel 3.
Tabel 2. Kebutuhan pakan ayam kampung
Umur (Minggu) Konsumsi (g/ekor/hari) Bobot badan (g)
1 9a 45
a
2 18a 65
a
3 27a 95
a
4 34a 130
a
5 41a 180
a
6 45a 240
a
7 46a 310
a
8 47a 360
a
9 41--44b 660
b
10 44--47b 720
b
11 48--52b 770
b
12 51--55b 830
b
Sumber a. Sudaryani dan Santoso (1995)
b. Murtidjo (1994)
Tabel 3. Konsumsi ransum ayam kampung
Umur (Minggu) Konsumsi (g/ekor)
1 35
2 70
3 105
4 140
5 175
6 245
7 315
8 385
9 455
10 525
Sumber : Aryanti et al (2013)
12
Rata–rata konsumsi ransum ayam kampung super umur 3--7 minggu yang
diberikan ransum ad-libitum sebesar 400,98 g/ekor/minggu (Wicaksono, 2015).
Kandungan energi dan protein dalam ransum dapat memengaruhi jumlah dari
konsumsi ransum ayam. Hal tersebut akan berdampak pada peningkatan
pertambahan berat badan (Sidadolog dan Yuwanta, 2011). Ransum yang di
konsumsi pada malam hari lebih banyak, sangat efisien dan ransum yang
dikonsumsi pada malam hari akan dialokasikan untuk pembentukan jaringan
tubuh, ransum dengan jumlah sedikit pada siang hari akan menekan panas yang
terbuang sia–sia karena proses metabolisme, sehingga ayam tidak mengalami
tekanan panas yang tinggi (Fijana et al., 2012).
Proporsi pemberian ransum dan cahaya pada malam hari bertujuan memberikan
kesempatan bagi ternak agar dapat beristirahat dari aktivitas makan demi
mendukung proses pencernaan di dalam tubuh sehingga dapat berlangsung secara
optimal dan mengurangi pengeluaran energi (Lewis dan Gous, 2007). Ayam
melakukan aktivitas pada siang hari dan beristirahat pada malam hari. Ayam
beraktivitas bila adanya cahaya yang diterima oleh retina mata. Hal ini diatur oleh
hormon melatonin yang dirangsang oleh keberadaan cahaya (Cornetto dan
Esteves, 2001). Konsumsi ransum yang banyak akan mempercepat laju
perjalanan makanan dalam usus, karena banyaknya ransum akan memenuhi
saluran pencernaan, semakin cepat laju makanan meninggalkan saluran
pencernaan maka hanya sedikit zat–zat makanan yang mampu diserap tubuh
ternak. Proses pencernaan yang relatif pendek pada unggas berjalan kurang lebih
8--12 jam (Scanes et al., 2004).
13
2.4 Konsumsi Protein
Konsumsi protein merupakan konsumsi zat-zat organik yang mengandung karbon,
hidrogen, nitrogen sulfur dan fosfor (Anggorodi, 1995). Menurut Wahju (2004),
besarnya konsumsi ransum tergantung pada kandungan protein ransum. Gultom
(2014), menyatakan bahwa konsumsi protein yang tinggi akan memengaruhi
asupan protein pula ke dalam daging dan asam-asam amino tercukupi di dalam
tubuhnya sehingga metabolisme sel-sel dalam tubuh berlangsung secara normal.
Hal ini sesuai dengan pendapat Tampubolon dan Bintang (2012) yang
menyebutkan bahwa asupan protein dipengaruhi oleh jumlah konsumsi ransum.
Ransum yang energinya semakin tinggi maka semakin sedikit protein yang
dikonsumsi, demikian sebaliknya bila energi pakan rendah protein yang
dikonsumsi semakin banyak untuk memenuhi kebutuhannya. Asupan protein
berperan penting dalam proses deposisi protein melalui sintesis dan degradasi
protein (Suthama et al., 2010).
Winedar et al., (2006) melaporkan bahwa konsumsi protein ransum broiler
sebesar 13,49 g/ekor/hari dan semakin meningkat sampai dengan 16,79
g/ekor/hari sampai umur 5 minggu. Menurut Mide dan Harfiah (2013), konsumsi
protein broiler sampai umur 6 minggu sebesar 124,49g/ekor/minggu dengan
pemberian energi metabolis 3.034 kkal/kg dan protein kasar 18,07%. Penelitian
Aisjah et al., (2007) menyatakan bahwa suplementasi metionin sampai dengan
0,12% dalam ransum broiler umur 6 minggu tidak memberikan pengaruh
terhadap konsumsi protein 23,42--23,53 g/ekor/hari dengan energi metabolis
berkisar 2.900 kkal/kg.
14
2.5 Pertambahan Berat Tubuh (PBT)
Pertambahan berat badan merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan
sebagai standar berproduksi (Muharlien et al., 2011). Pertambahan 10 g berat
badan berasal dari sintesis protein tubuh yang berasal dari protein ransum yang
dikonsumsi (Mahfudz et al., 2010). Rata-rata bobot badan dan pertambahan berat
badan rata-rata ayam kampung dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata bobot badan dan pertambahan berat tubuh rata-rata
ayam kampung
Umur (Minggu) Bobot badan
rata-rata
Pertambahan berat tubuh
rata-rata
Kisaran bobot
badan
7 576 136 500--600
8 712 136 600--700
9 840 128 700--800
10 900 60 800--900
Sumber : Aryanti et al. (2013)
Rata–rata pertambahan berat badan ayam kampung super umur 3--10 minggu
yang diberikan ransum secara ad-libitum, yaitu 103,47 g/ekor/minggu
(Wicaksono, 2015). Pertumbuhan mencakup pertumbuhan dalam bentuk dan
berat jaringan-jaringan pembangun seperti urat daging, tulang, jantung, otak dan
semua jaringan tubuh kecuali jaringan lemak. Pertumbuhan dapat terjadi dengan
penambahan jumlah sel, disebut hiperplasi dan dapat pula terjadi dengan
penambahan ukurannya yang disebut hipertropi (Anggorodi, 1994). Tingkah laku
pakan berpengaruh terhadap pertambahan berat badan karena konsumsi ransum
yang rendah dapat menyebabkan pertambahan berat badan menjadi rendah
(Yuwanta, 2008).
15
Menurut Tillman et al., (1991), pertumbuhan biasanya dimulai perlahan-
lahan kemudian mulai berlangsung lebih cepat dan akhirnya perlahan-lahan lagi
atau sama sekali berhenti sehingga membentuk kurva pertumbuhan yang
berbentuk sigmoid. Williamson dan Payne (1993) menyatakan bahwa rata-rata
pertambahan berat tubuh ayam kampung di daerah tropis sekitar 0,9 kg sampai
1,8 kg. Hasil penelitian Dewi et al., (2009) menyatakan bahwa ayam kampung
diberi ransum mengandung imbangan energi dan protein lebih tinggi
menghasilkan berat badan lebih tinggi secara nyata dibandingkan dengan ransum
mengandung imbangan energi dan protein lebih rendah pada umur 8 minggu.
Tillman et al., (1991) menyatakan bahwa kuantitas dan kualitas ransum yang
diberikan menyangkut dengan tinggi rendahnya produksi dan kecepatan
pertumbuhan yang sedang tumbuh.
Laju pertumbuhan bobot badan dipengaruhi oleh umur, lingkungan, dan genetik
dimana berat tubuh awal fase penggemukaan berhubungan dengan berat dewasa.
Faktor utama yang memengaruhi pertambahan berat badan adalah jumlah
konsumsi ransum ayam serta kandungan energi dan protein yang terdapat dalam
ransum, karena energi dan protein sangat penting dalam memengaruhi kecepatan
pertambahan berat badan. Faktor–faktor yang memengaruhi pertambahan berat
badan pada unggas adalah spesies, strain, tipe produksi, jenis kelamin, suhu
lingkungan, musim, mutu dan jumlah ransum, manajemen pemeliharaan, bentuk
ransum, sistem pemberian ransum, dan berat awal (Santosa, 2012).
16
2.6 Konversi Ransum
Konversi ransum merupakan pembagian antara konsumsi ransum dengan
pertambahan berat badan yang dicapai pada suatu periode waktu tertentu. Bila
rasio kecil berarti pertambahan berat badan memuaskan peternak atau konsumsi
ayam kampung tidak banyak. Konversi inilah yang sebaiknya digunakan sebagai
pegangan produksi karena sekaligus melibatkan berat badan dan konsumsi pakan
(Rasyaf, 1994). Faktor-faktor yang memengaruhi konversi ransum adalah
genetik, umur, berat badan, tingkat konsumsi ransum, pertambahan bobot badan,
palatabilitas dan hormon. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Lubis (1993)
yang menyatakan bahwa konversi ransum sangat dipengaruhi oleh kondisi ternak,
daya cerna, jenis kelamin, bangsa, kualitas dan kuantitas ransum dan faktor
lingkungan. Efisiensi ransum didefinisikan sebagai perbandingan jumlah unit
yang dihasilkan (pertambahan berat badan) dengan jumlah unit konsumsi ransum
per satuan waktu yang sama.
Semakin baik mutu ransum, semakin kecil pula nilai konversi ransumnya. Baik
atau tidak mutu ransum ditentukan oleh keseimbangan zat gizi pada ransum
dengan yang dibutuhkan oleh tubuh ayam kampung. Ransum yang kekurangan
salah satu unsur gizi dari zat gizi akan mengakibatkan ayam mengkonsumsi
ransum secara berlebihan untuk mencukupi kekurangan zat yang diperlukan
tubuhnya (Sarwono, 1996).
Ayam kampung super (umur 3--10 minggu) dengan pemberian ransum ad-libitum
memiliki nilai konversi ransum 5,0--5,5 (Wicaksono, 2015). Konversi ransum
ayam buras yang dipelihara dengan sistem pemeliharaan intensif berkisar antara
17
4,9--6,4. Pemeliharaan ayam dengan sistem pemeliharaan secara tradisional, semi
intensif, dan intensif dihasilkan konversi ransum yang berbeda. Konversi ransum
pada sistem pemeliharaan tradisional sekitar >10, pada sistem pemeliharaan
secara semi intensif didapatkan hasil berkisar 8--10 dan sistem pemeliharaan
secara intensif didapatkan hasil konversi ransum berkisar antara 4,9--6,4 (Suryana
dan Hasbianto, 2008). Semakin kecil angka konversi ransum menandakan ayam
lebih baik dalam mengubah pakan menjadi daging dan ransum dapat dikatakan
baik. Pemberian pakan pada suhu lingkungan yang sejuk (kurang 2--3°C dari
normal) secara nyata akan meningkatkan bobot badan, memperbaiki konversi
ransum, mengurangi mortalitas 1,41% dibandingkan dengan yang bersuhu normal
(Wahju, 2004).
2.7 Income Over Feed Cost (IOFC)
Income Over Feed Cost (IOFC) adalah perbandingan total pendapatan dari
penjualan ayam dengan total biaya ransum yang digunakan selama usaha
pemeliharaan broiler. Income Over Feed Cost ini merupakan tolak ukur untuk
melihat seberapa besar biaya ransum yang merupakan biaya terbesar dalam usaha
penggemukan ternak. IOFC diperoleh dengan menghitung perbandingan antara
harga jual ternak yang didapat dari total bobot badan dengan biaya ransum yang
digunakan selama penggemukan (Nova et al., 2002).
Penggunaan ransum yang berkualitas baik dan harganya yang relatif rendah
merupakan tuntutan ekonomis untuk mencapai tingkat efisiensi ransum. Hasil
penelitian Andriani (2012) menunjukkan bahwa nilai IOFC broiler berkisar
18
1,91--2,18, artinya setiap pengeluaran Rp1,00 akan mendapatkan penerimaan
sebesar Rp1,91--2,18. Besarnya nilai IOFC yang baik untuk usaha peternakan
adalah >1 (Rasyaf, 2011).
19
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 4 minggu pada Juni--Juli 2017, bertempat di
Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
Analisis proksimat bahan pakan dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi Makanan
Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dan
Laboratorium Teknik Hasil Pertanian, Politeknik Negeri Lampung.
3.2 Bahan Penelitian
3.2.1 Ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB)
Bahan yang digunakan adalah 95 ekor ayam KUB berumur 4 minggu dengan rata-
rata bobot tubuh 277,85 g/ekor ± 41,67 (koefisien keragaman = 14,99%) dengan
tidak memisahkan jantan dan betina per ulangan (unsex). Ayam KUB yang
digunakan produksi PT. Sumber Unggas Indonesia, Ciawi, Bogor.
20
3.2.2 Ransum
Ransum yang digunakan pada penelitian ini adalah ransum berbentuk mash
dengan kadar protein kasar 15,60%, 12,81%, dan 10,05%. Bahan ransum terdiri
atas dedak padi, jagung kuning, dan ransum Hipro 511 produksi PT. Chareon
Pokphand. Kandungan nutrisi bahan penyusun ransum penelitian dan formulasi
ransum penelitian disajikan pada Tabel 5, 6 dan 7.
Tabel 5. Kandungan nutrisi bahan pakan
Kandungan nutrisi Bahan penyusun ransum
Jagung* Dedak padi* Hipro 511**
----------------------------%---------------------------
Air 10,17 9,50 13
Berat kering 89,83 90,50 87,00
Protein kasar 6,41 7,09 21,50
Lemak 4,70 14,50 5,00
Serat kasar 2,02 13,10 5,00
Abu 1,50 10,62 7,00
Ca*** 0,23 0,07 0,90
P*** 0,41 1,50 0,60
BETN 75,20 41,56 48,50
Energi metabolis (kkal/kg)*** 3.370 2.980 3.025
Sumber: * Hasil analisis Laboratorium Teknik Hasil Pertanian Politeknik
Negeri Lampung berdasarkan bahan kering (2017)
** Hasil analisis Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung berdasarkan bahan kering (2017)
***Fathul et al. (2014)
Tabel 6. Formulasi ransum penelitian
Bahan Harga/kg (Rp) Perlakuan
R0 R1 R3
----------------%----------
Hipro 511 7.500,00 60,00 41,00 22,00
Jagung 5000,00 20,00 31,70 47,50
Dedak padi 2.500,00 20,00 27,30 30,50
Protein kasar ransum 15,60 12,81 10,05
Serat kasar ransum 6,02 6,27 6,05
Energi metabolis ransum(kkal/kg) 3.085 3.122 3.175
21
Tabel 7. Harga ransum
Ransum Harga
(Rp/kg)
kebutuhan ransum/
g/ekor/minggu Harga ransum selama 4
minggu/ekor (Rp) 1 2 3 4
P0 6.000,00 175 245 315 385
6.720,00
P1 5.343,00 175 245 315 385
5.984,16
P2 4.787,50 175 245 315 385
5.362,00
Keterangan: *Harga ransum ini berdasarkan harga pada Mei--Agustus 2017
dengan rincian sebagai berikut :
Harga Hipro 511 = Rp7.500,00
Harga Jagung = Rp5.000,00
Harga Dedak = Rp2.500,00
3.3 Alat Penelitian
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah
1. Petak kandang ayam terbuat dari waring yang dikaitkan pada besi berukuran 60
x 70 cm untuk 4 ekor ayam KUB sebanyak 24 petak;
2. tempat pakan berupa feeder tray dan tempat air minum kapasitas 1 liter yang
ditempatkan pada setiap kandang;
3. timbangan digital kapasitas 10 kg dengan tingkat ketelitian 0,01 untuk
menimbang ransum dan bobot ayam;
4. alat-alat analisis proksimat;
5. alat-alat kebersihan;
6. alat tulis untuk melakukan pencatatan.
22
3.4 Metode Penelitian
3.4.1 Rancangan penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri atas
3 perlakuan dan 8 ulangan. Masing-masing ulangan terdiri atas 4 ekor ayam KUB
berumur 4 minggu. Perlakuan yang menggunakan ransum dengan kadar protein
kasar berbeda sebagai berikut
R0 : ransum dengan kadar protein 15,60%
R1 : ransum dengan kadar protein 12,81%
R2 : ransum dengan kadar protein 10,05%
3.4.2 Analisis data
Data yang diperoleh dianalisis ragam pada taraf 5%. Apabila setelah dilakukan
analisis ragam diperoleh hasilnya berbeda nyata maka dilakukan uji lanjut dengan
menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) (Steel dan Torrie, 1993).
3.4.3 Tata letak penelitian
Sebelum penelitian ini dilakukan terlebih dahulu ditentukan tata letak percobaan.
Tata letak dalam percobaan ini berukuran 1x1m dengan pemisah antar satuan
petak berupa jaring. Tata letak yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat
pada Gambar 1.
23
R0U2 R0U1 R2U1 R1U3
R1U1 R2U2 R2U8 R0U4
R0U3 R1U5 R2U4 R2U7
R1U6 R2U6 R0U8 R0U7
R2U5 R1U4 R1U2 R2U3
R0U6 R1U8 R1U7 R0U5
Gambar 1. Tata letak percobaan
3.5 Pelaksanaan Penelitian
3.5.1 Persiapan kandang
Tahapan persiapan kandang meliputi :
1. membersihkan lantai kandang dengan menggunakan air dan sikat;
2. merakit kandang dari sekat dan waring dengan ukuran 60 x 70 cm sebanyak
24 petak;
3. mengapur rakitan kandang, dinding kandang, tiang kandang, dan
lantai kandang;
4. menyemprot kandang dengan desinfektan;
5. mencuci peralatan kandang (tempat ransum dan air minum);
6. setelah lantai kering, lantai kandang kemudian dilapisi dengan litter sekam
setebal 5--6 cm.
24
3.5.2 Pembuatan ransum
Pembuatan ransum dilakukan dengan cara mencampurkan bahan pakan secara
homogen. Berikut langlah-langkah mencampur bahan pakan secara manual :
1. Susun bahan pakan di lantai. Bahan yang banyak jumlahnya diletakkan paling
bawah. Bahan yang sedikit diletakkan di atas sehingga tumpukan bahan
berbentuk gundukan.
2. Agar mempermudah pencampuran, mula-mula campurkan setengah bagian
campuran dahulu. Misalnya campuran bahan sebelah kanan.
3. Lanjutkan mencampur setengah bagian bahan yang lain di sebelah kiri
4. Aduk merata campuran bahan di sebelah kanan dan kiri sehingga didapat
campuran yang benar-benar merata.
Contoh pencampuran ransum R1 adalah
1. Letakkan konsentrat 511 di lantai, tambahkan jagung dan yang terakhir
tambahkan dedak padi, sehingga bahan tersebut berbentuk gundukan.
2. Aduk sebagian ransum tersebut, misalnya sebelah kanan kemudian dilanjutkan
sebelah kiri.
3. Aduk merata bahan sebelah kiri dan kanan sampai benar-benar merata.
3.5.3 Tahapan pelaksanaan
Saat ayam kampung KUB berumur 4 minggu, dilakukan penimbangan terlebih
dahulu menggunakan timbangan digital untuk mendapatkan bobot tubuh awal,
kemudian dimasukkan ke dalam 24 petak kandang percobaan yang telah
25
dipersiapkan dan setiap petak terdiri dari 4 ekor ayam kampung KUB.
Selanjutnya, diberikan air minum dan ransum secara ad libitum. Konsumsi
ransum dihitung setiap minggu. Selain itu, juga diukur suhu dan kelembapan
lingkungan kandang setiap hari pada pukul 07.00 WIB, 12.00 WIB, dan 17.00
WIB. Suhu dan kelembapan lingkungan kandang diukur menggunakan
themohygrometer yang diletakkan di dalam kandang.
Air minum yang digunakan dalam penelitian ini berupa air sumur yang diberikan
secara ad-libitum. Pemberian air minum dilakukan pada pagi, siang, dan
sore hari.
3.6 Peubah yang Diamati
3.6.1 Konsumsi ransum (g/ekor/minggu)
Konsumsi ransum diukur setiap minggu berdasarkan selisih antara jumlah ransum
yang diberikan pada awal minggu (g) dengan sisa ransum pada akhir minggu
(Rasyaf, 2005). Konsumsi ransum ini dihitung untuk mengetahui banyaknya
ransum yang dikonsumsi oleh ayam KUB selama pemeliharaan.
3.6.2 Konsumsi Protein (g/ekor/minggu)
Konsumsi protein dinyatakan dalam satuan gram, dihitung dengan rumus menurut
Tillman et al., (1998) sebagai berikut.
Konsumsi protein (g) = Konsumsi ransum (g) x Kadar protein kasar ransum (%).
26
3.6.3 Pertambahan berat tubuh (g/ekor/minggu)
Pertambahan berat tubuh dihitung setiap minggu pada satuan percobaan ayam
KUB mulai umur 4 minggu berdasarkan selisih berat KUB akhir minggu (g)
dengan berat tubuh minggu sebelumnya (g) (Anggorodi, 1995).
3.6.4 Konversi ransum
Konversi ransum dihitung berdasarkan jumlah ransum yang dikonsumsi
(g/ekor/minggu) dibagi dengan pertambahan bobot tubuh (g/ekor/minggu)
(Rasyaf, 2005).
3.6.5 IOFC (Income Over Feed cost)
Nilai Income Over Feed cost (IOFC) diperoleh dengan cara membandingkan
pendapatan dari penjualan ayam dengan jumlah biaya ransum selama
pemeliharaan periode grower (Nova et al., 2002). Data yang diambil dari umur
1--8 minggu, yang artinya pendapatan dari penjualan ayam diperoleh dari bobot
ayam KUB umur 1--8 minggu, sedangkan biaya ransum yang digunakan adalah
biaya ransum selama periode grower.
39
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
1. Pemberian ransum dengan kadar protein kasar yang berbeda pada ayam KUB
berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum, konsumsi
protein, pertambahan berat tubuh, konversi ransum, dan income over feed
cost (IOFC).
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian disarankan pada peternak dan penelitian selanjutnya
sebagai berikut
1. Peternak disarankan menggunakan kadar protein kasar dalam ransum
sebesar 12,81% untuk ayam KUB periode grower karena nilai
pertambahan berat tubuh yang tinggi, konversi ransum yang rendah, dan
IOFC yang tinggi.
2. Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan ayam KUB dengan
membedakan antara jantan atau betina, agar mendapatkan dan mengetahui
respon pertumbuhan ayam KUB yang optimal.
40
3. Bentuk ransum untuk penelitian selanjutnya disarankan menggunakan
bentuk ransum crumble atau pellet untuk ayam KUB periode grower.
39
DAFTAR PUSTAKA
Aisjah, T., R.Wiradimadja dan Abun., 2007. Suplementasi Metionin dalamRansum Berbasis Lokal terhadap Imbangan Efisiensi Protein pada AyamPedaging. Artikel Ilmiah Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak,Fakultas Peternakan, Universitas Padjajaran, Jatinangor. Bandung.
Andriani, D. 2012. Pengaruh Kepadatan Kandang terhadap Performan Broiler diSemi Closed House. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Anggorodi, R. 1995. Ilmu Makanan Ternak Umum Cetakan ke 5. GramediaPustaka Utama. Jakarta.
Aryanti, F., Aji M.B., Budiono N. 2013. Pengaruh pemberian air gula merahterhadap performans ayam kampung pedaging. Jurnal Sains Veteriner.ISSN. 31 (2) : 0126-0421.
Ayu dan Wijaya. 2011. Pengaruh Penggunaan Level Energi Protein Ransumterhadap Produksi Ayam Kampung. Fakultas Peternakan,Universitas Udayana.
Cornetto, T. & I. Esteves. 2001. Behaviour of the domestic fowl in the presence ofvertical panels. Poult. Sci. 80 : 1455-1465.
Dewi, G.A., I G. Mahardika., I K. Sumadi., I M. Suasta., dan I M. Wirapartha,2009. Peningkatan Produktivitas Ayam Kampung Melalui KebutuhanEnergi dan Protein Pakan. Laporan Penelitian Hibah Bersaing, Fapet –UNUD. Denpasar.
Fathul, F., Liman, Nining, P., dan Syahrio, T. 2013. Pengetahuan Pakan danFormulasi Ransum. Buku Ajar. Jurusan Peternakan. Fakultas Pertanian.Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Fijana, M.F. 2012. Pengaruh proporsi pemberian pakan pada siang malam haridan pencahayaan pada malam hari terhadap produksi karkas broiler.Animal Agriculture Journal. 1 (1) : 1--24.
Fumihito A.S., Miyake, T., Takada, M., Singu, R., Endo, T., Gojobori, T., Kondo,N., Ohno, S. 1996. Monophyletic origin and unique dispersal patterns ofdomestic fowis. Proc Nati Acad Soi. 93: 6792--6795.
40
Gultom, S.M., Supratman, R.D.H., Abun. 2014. Pengaruh imbangan energi danprotein ransum terhadap bobot karkas dan bobot lemak abdominal broilerumur 3--5 minggu. Jurnal Fakultas Peternakan, UniversitasPadjajaran. Bandung.
Gunawan, Sihombing DTH. 2004. Pengaruh suhu lingkungan tinggi terhadapkondisi fisiologis dan produktivitas ayam buras. Wartozoa. 14 (1) : 31-38.
Hughes, B.D.2003. Interaction of dietary calcium and protein in bone health inhumans. Am.J.Clin.Nutr.133: 852S--854S.
Iskandar, S. dan H. Resnawati.1999. Potensi daging ayam silangan (F1)pelung x kampung yang diberi ransum berbeda protein pada dua masastarter. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis UniversitasDiponegoro. Semarang.
Iskandar, S. 2009. Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Lokal, Balitnak. Bogor.
_________. 2010. Usaha Tani Ayam Kampung. Editor: Ketaren, P. P., Sopiyana.S., Sudarman. D. Balai penelitian ternak Ciawi. Bogor.
Kartasudjana dan Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas. PebebarSwadaya. Jakarta.
Lewis, P. D. and R. M. Gous, 2007. Broilers perform better on short or step-upphotoperiods. South Afr. J. Anim. Sci. 37 : 90--96.
Listiawati, F. 1999. Pengaruh Pemberian Limbah Udang sebagai SubstitusiTepung Ikan terhadap Performans Ayam Kampung Umur 8-16 Minggu. FPUSU. Medan.
Lubis, D. A. 1993. Ilmu Makanan Ternak. PT Pembangunan. Jakarta.
Mahfudz, L.D., T.A. Sarjana., dan W. Sarengat. 2010. Efisiensi PenggunaanProtein Ransum yang Mengandung Limbah Destilasi Minuman Beralkohol(Ldmb) oleh Burung Puyuh (Coturnix Coturnix Japonica) Jantan. SeminarNasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Fakultas Peternakan,Universitas Diponegoro.
Mide, M.Z., Harfiah., 2013. Pengaruh penambahan tepung daun katuk (Saoropusandrogynus) dalam ransum berbasis pakan lokal terhadap performansbroiler. Buletin Nutrisi dan Makanan Ternak. 9 (1) : 18--26.
Muharlien., Achmanu., Agung K. 2011. Effek lama waktu pembatasan pemberianpakan terhadap performan ayam pedaging. Jurnal Ternak Tropika JurusanProter. Fapet. Univeritas Brawijaya. Malang. 6 (2) : 1--6.
41
Murtidjo, B.A. 1994. Pedoman Meramu Makanan Unggas. Edisi Keenam.Kanisius. Yogyakarta.
National Research Council. 1994. Nutrient Requirements of Poultry. NationalAcademy of Sciences. Washington. DC.
Nawawi, N. T., dan Nurrohmah. 2002. Ransum Ayam Kampung. PT TrubusAgrisarana. Surabaya
Nova, K., T. Kurtini, dan Riyanti. 2002. Buku Ajar. Mnejemen Usaha TernakUnggas. Universitas lampung. Bandar Lampung.
Nugraha, D.U., Atmomarsono, dan L.D Mahfudz. 2012. Pengaruh penambahaneceng gondok (Eichornia crassipes) fermentasi dalam ransum terhadapproduksi telur itik tegal. Anim Agric J.I (1): 75--85.
Nuroso. 2010. Ayam Kampung Pedaging Hari Per Hari. Penebarswadaya. Jakarta.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak Monogastrik.Angkasa. Bandung.
Piliang W.G. 2000. Fisiologi Nutrisi. Volume I. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Pramual, P., Meeyen, K., Wongpakam, K., Klinhom, U. 2013. Genetic diversityof thai native chicken inferred from mitocondrial DNA sequences. Trop NatHist. 13: 97--106.
Purba, E. 1999. Pengaruh Pemberian Berbagai Level Tepung Bekicot (Achatinafulica) sebagai Substitusi Tepung Ikan terhadap Performans AyamKampung Umur 10-16 Minggu. Skripsi. FP USU. Medan.
Rahayu, B.W.I., dan Widodo, A.E.P. 2010. Penampilan pertumbuhan ayampersilangan kampung dan bangkok. Jurnal Ilmu Peternakan. 5(2) : 77--81.
Rasyaf, M. 1994. Bahan Makanan Unggas Di Indonesia. Kanisius. Yogyakarta.
________. 2005. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya. Jakarta
________. 2011. Panduan Beternak ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.
Resnawati, H., A. Gozali., I Barchia., A. P. Sinurat., T. Antawidjaja. 1998.Penggunaan Berbagai Tingkat Energi dalam Ransum Ayam Buras yangDipelihara secara Intensif. Laporan Penelitian. Balai PenelitianTernak. Bogor.
42
Riza, M.Z. 1999. Pengaruh Penggunaan Tepung Buah Tanjung (Mimosops elengiL.) pada Ransum terhadap Performans Ayam Kampung Umur 16-24Minggu. Skripsi. FP USU. Medan.
Santosa, K., S.ST., Warsito., dan A. Andoko. 2012. Bisnis Penggemukan Sapi.Agromedia Pustaka. Jakarta.
Sartika, T. 2016. Panen Ayam Kampung 70 Hari. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sarwono, B., 1996. Beternak Ayam Kampung. Penebar Swadaya. Jakarta.
Scanes C.G., George B., Ensminger M. 2004. Poultry Science. Edisi ke-4.Illinois Interstate Publisher.
Scott, M. L., M.C, Nesheim., and R.J.Young. 1982. Nutritions of the Chickens.Second Ed. M. L. Scott and Associates Ithaca. New York.
Setioko, A.R., dan S. Iskandar. 2005. Review Hasil Hasil Penelitian dan dukunganTeknologi dalam Pengembangan Ayam Lokal. Prosiding LokakaryaNasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal. Semarang, 25September 2005. Pusat penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.Hlm. 10--19.
Sidadolog, J.H.P., dan T.Yuwanta. 2011. Pengaruh konsentrasi protein-energipakan terhadap pertambahan berat badan, efisiensi energi dan efisiensiprotein pada masa pertumbuhan ayam merawang. Animal Production 11Lab. Ternak Unggas, Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta. (1) : 15--22.
Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. GramediaPustaka Utama. Jakarta
Sudaryani, T., dan Santoso, 1995. Pembibitan Ayam Ras. PenebarSwadaya. Jakarta.
Suharyanto, A.A. 2007. Panen Ayam Kampung dalam 7 Minggu Bebas FluBurung. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sulandari, S., M.S.A. Zein., S. Paryanti., T. Sartika., M. Astuti., T. Widjastuti., E.Sujana., S.Darana., I. Setiawan., dan D. Garnida. 2007. Sumber DayaGenetik Lokal Indonesia. dalam: Keragaman Sumber Daya Hayati AyamLokal Indonesia : Manfaat dan Potensi. LIPI Press. Bogor.
Suryana., dan A. Hasbianto. 2008. Usaha tani ternak ayam buras di Indonesiapermasalahan dan tantangan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, J.Litbang Pertanian. Kalimantan Selatan. 27(3): 75--83
43
Suthama, N., Wahyuni, H.I., dan Mangitsah, I., 2010. Laju PertumbuhanBerdasarkan Degradasi Protein Tubuh pada Ayam Kedu Dipelihara Ex Situ.Prosiding Seminar Nasional Tentang Unggas Lokal ke-IV. Semarang 7Oktober 2010. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang.Hlm. 138--146.
Tampubolon., Bintang, P.P., 2012. Pengaruh Imbangan Energi dan ProteinRansum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler.Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran. Bandung.
Tanwiriah, W., D. Garnida dan I.Y. Asmara. 2006. Pengaruh Tingkat Proteindalam Ransum terhadap Performa Entok Lokal (Muscovy duck) padaPeriode Pertumbuhan. Seminar Teknologi Peternakan dan VeterinerFakultas Peternakan Universitas Padjajaran. Bandung.
Tillman. A. D., Hartadi., H. Reksohaddiprodjo., S. Prawirokusumo., dan S.Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah MadaUniversity Press. Yogyakarta.
Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke-V. Gadjah Mada UniversityPress. Yogyakarta.
Wicaksono, D. 2015. Perbandingan Fertilitas, Susut Tetas, Daya Tetas, danBobot Tetas Ayam Kampung pada Peternakan Kombinasi. Skripsi.Jurusan Peternakan. Universitas Lampung
Williamson, G., dan W.J.A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di DaerahTropis. Edisi ke-3. Gadjah Mada Universitas Press. Yogyakarta.
Winedar, H., Listyawati, S.,Sutarno., 2006. Daya cerna protein pakan, kandunganprotein daging, dan pertambahan berat badan ayam broiler setelahpemberian pakan yang difermentasi dengan Effective Microorganisms-4(EM-4). Jurnal Bioteknologi. 3 (1) : 14--19.
Yuwanta, T. 2008. Dasar Ternak Unggas. Cetakan ke 5. Kanisius. Yogyakarta
Recommended