View
231
Download
10
Category
Preview:
DESCRIPTION
Perpajakan
Citation preview
Kelompok II• Hendriyat Surgandhi 041013011• Elian Arta H. 041013023• Dandy Priapratama 041013026• Arif Maulana 041013027• Adiansyah Bagus S. 041013060• Allan Akbar 041013140
TEORI-TEORI PEMUNGUTAN PAJAK
Asas-asas Pemungutan Pajak
• Asas- asas pemungutan pajak dikenal dengan nama the four cannons atau the four maxims dengan uraian sebagai berikut:
Equality
• Pembebanan pajak diantara subyek pajak hendaknya seimbang dengan kemampuannya, yaitu seimbang dengan penghasilan yang di nikmatinya di bawah perlindungan pemerintah.
• Dalam hal equality, tidak diperbolehkan suatu negara mengadakan diskriminasi di antara sesama wajib pajak.
Certainty
• Pajak yang dikenakan kepada wajib pajak harus jelas dan tidak mengenal kompromi (not arbitraty)
• Azaz ini kepastian hukum yang diutamakan adalah mengenai subyek pajak, obyek pajak, tarif pajak, dan ketentuan mengenai pembayarannya.
Convenience of Payment
• Pajak hendaknya di pungut pada saat yang paling baik bagi wajib pajak, yaitu saat yang paling dekat saat diterimanya penghasilan/ keuntungan yang dikenakan pajak.
Economic of Collections
• Pemungutan pajak hendaknya dilakukan sehemat dan seefesien mungkin, jangan sampai biaya pemungutan pajak lebih besar dibanding penerimaan pajak itu sendiri.
Teori-teori Pembenaran Pemungutan Pajak
Teori AsuransiTugas negara mencakup tugas melindungi jiwa dan raga, oleh sebab itu negara disamakan juga sebagai perusahaan asuransi. Warga negara membayar pajak sebagai premi untuk mendapat perlindungan.
Teori KepentinganPembayaran pajak mempunyai hubungan dengan kepentingaan individu yang diperoleh dari pekerjaan negara, makin banyak individu menikmati jasa dari pemerintah, makin besar pajaknya. Belaku pada retribusi.
• Teori Daya Pikul Teori Gaya PikulPemungutan pajak harus sesuai dengan kekuatan membayar dari wajib pajak, jadi pajak harus memperhatikan pada besarnya penghasilan dan kekayaan, juga pengeluaran wajib pajak tersebut.
• Menurut Prof. W. J. de LangenDaya pikul adalah besarnya kekuatan seseorang untuk dapat mencapai pemuasan kebutuhan setinggi –tingginya setelah dikurangi oleh kebutuhan primer
• Menurut Mr. A.J. cohen stuartDaya pikul diumpamakan jembatan, yang pertama- tama harus memikul bobotnya sendiri sebelum dicoba dibebani dengan beban yang lain.
• Teori daya pikul ini diterapkan dalam pajak penghasilan di mana pajak wajib baru dikenakan bila penghasilan melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), berdasarkan pasal 7 ayat 1 undang- undang No. 7 tahun 1983 yang telah diubah terahir kali dengan undang-undang No. 17 tahun 2000
Kepada wajib pajak (individu) diberikan pengurangan berupa PTKP yang besarnya per tahun:
• Untuk diri sendiri Rp. 15.840.000,00• Tambahan untuk pegawai yang kawin Rp. 1.320.000,00• Tambahan untuk setiap anggota keluarga Rp. 1.320.000,00
sedarah dalam garis keturunan lurus, max 3
Teori Kewajiban Mutlak• Didasari dari bahwa negara sebagai organisasi mempunyai
tugas untuk menyelenggarakan kepentingan umum. Negara harus mengambil keputusan termasuk keputusan di bidang pajak, oleh karena itu, negara mempunyai hak mutlak untuk memungut pajak dan rakyat harus membayar pajak sebagai tanda baktinya
Teori Daya Beli• Menurut teori ini fungsi pajak dapat disamakan dengan
pompa yaitu mengambil daya beli dari rumah tangga masyarakat ke rumah tangga negara dan kemudian memelihara hidup masyarakat.
• Penyelenggaraan kepentingan masyarakat inilah yang dapat dianggap sebagai dasar keadilan pemungutan pajak
Stelsel Pemungutan Pajak
Dalam pemungutan pajak, kususnya pajak penghasilan dikenal 3 macam stel sel pajak:
1. Riel Stelsel atau Stelsel Nyata2. Fictieve Stelsel atau Stelsel Fiktif3. Stelsel Campuran
Riel Stelsel atau Stelsel Nyata
• Pengenaan pajak didasarkan pada obyek atau penghasilan yang sungguh- sungguh di peroleh pada satiap tahun pajak atau periode pajak, besarnya pajak baru dapat dihitung pada akhir tahun atau periode pajak, karena penghasilan riil baru dapat diketahui pada waktu tersebut• Kelemahan: pemungutan pajak baru dapat dilakukan
pada akhir tahun padahal pemerintah membutuhkannya untuk membiayai keperluaan sepajang tahun
• Kelebihan: sesuai dengan besarnya pajak yang sesungguhnya terutang.
Fictieve Stelsel atau Stelsel Fiktif
• Penetapan pajak didasarkan pada suatu anggapan (fiksi), tergantung peraturan perpajakan yang berlaku. Anggapan tersebut dapat berupa anggaran pendapatan tahun berjalan atau penghasilan pajak tahun lalu• Kelemahan: besarnya pajak yang dipungut belum
tentu sesuai dengan besarnya pajak yang sesungguhnya.
• Kelebihan: pemungutan pajak dapat dilakukan pada awal tahun pajak/periode pajak, sehingga pemerintah dapat menggunakannya untuk membiayai pengeluaran sepajang tahun
Stelsel Campuran
• Kombinasi antara stelsel riil dan stelsel fiktif, pada awal tahun pajak perhitungan pajak menggunakan stelsel fiktif, dan pada ahir tahun pajak dihitung kembali dengang stelsel aktif.• Kelemahan: adanya tambahan pekerjaan
administrasi karena perhitungan dua kali• Kelebihan: pemungutan pajak dapat dilakukan
pada awal tahun pajak/periode pajak, dan besarnya pajak dipungut sesuai dengan besarnya pajak yang sesungguhnya terutang
• Undang-undang pajak penghasilan Indonesia menganut stelsel campuran.
• Pada awal tahun terdapat angsuran pajak (PPh pasal 25) berdasarkan besarnya pajak yang terutang pada surat pemberitahuan tahun sebelumnya, pada akhir tahun dihitung kembali berdasarkan penghasilan sesungguhnya yang di peroleh pada tahun yang bersangkutan. Jika ada kekurangan wajib pajak harus melunasi pembayaran pajak (PPh Pasal 29), dalam jangka waktu yang telah ditentukan, yang berlaku saat ini adalah paling lambat sebelum SPT di sampaikan (Pasal 9 UU No. 28 tahun 2007).
Pembagian Pajak
Pembagian Pajak Berdasarkan Golongan
Berdasarkan golongannya, pajak dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Pajak Langsung Pajak langsung adalah pajak yang bebannya harus ditanggung
sendiri oleh Wajib Pajak yang bersangkutan dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain.
Contoh: Pajak Penghasilan
b) Pajak Tidak Langsung Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan
atau digeserkan kepada pihak lain.Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
Pembagian Pajak Berdasarkan Wewenang Pemungutnya
Berdasarkan wewenang pemungutnya pajak dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Pajak Pusat/Pajak Negara
Pajak pusat/pajak negara adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada
pemerintah pusat yang pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan
melalui Direktorat Jendral Pajak. Pajak Pusat diatur dalam undang-undang dan
hasilnya akan masuk ke Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
2) Pajak Daerah
Pajak daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada Pemerintah
Daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah. Pajak Pusat
diatur dalam undang-undang dan hasilnya akan masuk ke APBD. Pajak Daerah yang
diatur dalam UU No.18 Tahun 1997 yang telah dubah dengan UU No.34 Tahun
2004.
Pembagian Pajak Berdasarkan Sifatnya
Berdasarkan sifatnya, pajak dibagi menjadi dua yaitu:
1. Pajak Subjektif
Pajak Subjektif adalah pajak yang memperhatikan kondisi/keadaan Wajib Pajak.
Dalam menentukan pajaknya harus ada alasan-alasan objektif yang berhubungan
erat dengan keadaan materialnya, yaitu gaya pikul. Gaya pikul adalah kemampuan
Wajib Pajak memikul pajak setelah dikurangi biaya hidup minimum.
2. Pajak Objektif
Pajak Objektif adalah pajak yang pada awalnya memperhatikan objek yang
menyebabkan timbulnya kewajiban membayar, kemudian baru dicari subjeknya
baik Orang Pribadi maupun badan. Jadi dengan kata lain, pajak objektif adalah
pengenaan pajak yang hanya memperhatikan kondisi objeknya saja
Cara Pemungutan Pajak
Dalam Pemungutan pajak penghasilan ada tiga macam cara yang biasa dilakukan:
- Asal Domisili (Tempat Tinggal)
Dalam asas ini, pemungutan pajak berdasarkan domisi atau tempat tinggal Wajib Pajak dalam
suatu negara. Negara dimana Wajib Pajak bertempat tinggal berhak memungut pajak terhadap
Wajib Pajak tanpa melihat faktor-faktor lainnya.
- Asas Sumber
Dalam asas ini pemungutan pajak didasarkan pada sumber pendapatan/penghasilan dalam suatu
negara. Menurut asas ini, negara yang menjadi sumber/penghasilan tersebut berhak memungut
pajak tanpa memperhatikan domisili dan kewarganegaraan Wajib Pajak.
- Asas Kebangsaan (Nationaliteit)
Dalam asas ini, pemungutan pajak didasarkan pada kebangsaan atau kewarganegaraan dari Wajib
Pajak, tanpa melihat dari mana sumber pendapatan/penghasilan tersebut maupun dimana tempat
tinggal (domisili) dari Wajab Pajak yang bersangkutan
Subjek dan Objek Pajak
Subjek pajak
• Siapa saja yang dikenakan pajak, meliputi :
1.Orang pribadi 2.Warisan yang belum terbagi sebagai satu
kesatuan 3.Badan 4.Bentuk usaha tetap
Jenis Subjek Pajak
Terdiri atas 2 jenis:
1.Subjek pajak dalam negeri : a) Orang pribadi yang bertempat tinggal di
indonesia b) Badan yang didirikan/bertempat di indonesia c) Warisan yang belum terbagi sebagai satu
kesatuan menggantikan yang berhak
2. Subjek pajak luar negeri:
a) Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di indonesia
b) Badan yang didirikan dan bertempat kedudukan di luar indonesia
c) Menjalankan usaha / melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di indonesia
Saat Mulainya Kewajiban Pajak Subjektif
1. Subjek pajak orang pribadi
a) Dimulai pada saat ia lahir di Indonesia b) Sejak saat ia berada di Indonesia c) Sejak ia menjalaankan usahanya di Indonesia d) Sejak ia menerima / memperoleh penghasilan
dari Indonesia
2. Subjek pajak badan
a) Saat badan tsb didirikan / bertempat di indonesia b) Saat menerima / memperoleh penghasilan di
indonesia
1. Warisan a) Saat pewaris meninggal dunia
Berakhirnya Kewajiban Pajak Subjektif
1. Subjek pajak orang pribadi : a) Saat meninggal dunia / meningalkan indonesia
selamanya b) Saat ia tidak lagi menjalankaan usahanya di
indonesia c) Saat ia tidak lagi menerima / memperoleh
penghasilan dari indonesia
2. Subjek pajak badan a) Saat dibubarkan / tidak lagi bertempat
kedudukan di indonesia b) Tidak lagi menerima / memperoleh penghasilan
di indonesia
3. Warisan a) Saat warisan selesai dibagi ke ahli waris
Pengecualian Sebagai Subjek Pajak
1. Badan perwakilan negara saing 2. Pejabat diplomatik dan konsulat dari negara
asing 3. Organisasi internasional dengan syarat :
a) Indonesia menjadi anggota b) Tidak menjalankan usaha / melakukan kegiatan
lain untuk mempoeroleh penghasilan dari Indonesia
4. Pejabat perwakilan organisasi internasional dengan syarat :
a) Bukan warga negara Indonesia b) Tidak menjalankan usaha / kegiatan lain yang
dapat memberikan penghasila di Indonesia.
OBJEK PAJAK DARI PAJAK PENGHASILAN
Penghasilan yang diterima oleh Wajib Pajak dikategorikan: Penghasilan dari pekerjaan berdasarkan hubungan kerja
dan pekerjaan bebas Penghasilan dari usaha dan kegiatan Penghasilan dari modal Penghasilan lain-lain
Penghasilan yang Termasuk Objek Pajak Penghasilan
Berdasarkan UU PPh pasal 4 ayat 1:1. Penggantian atau imbalan berkaitan dengan pekerjaan
atau jasa yang diterima2. Hadiah dari undian, pekerjaan, atau kegiatan, dan
penghargaan3. Laba usaha4. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah
dibebankan sebagai biaya6. Bunga, termasuk premium, diskonto, dan imbalan
karena jaminan pengembalian hutang
7. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun8. Royalti9. Sewa dan penghasilan lain yang berhubungan dengan
penggunaan harta10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala11. Keuntungan karena pembebasan utang12. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing13. Selisih lebih karena penilaian kembali aset14. Premi asuransi15. Iuran yang diperoleh perkumpulan dari anggotanya16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan
yang belum dikenakan pajak
Berdasarkan UU Pph pasal 4 ayat 2:1. Bunga deposito dan tabungan-tabungan lainnya2. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas
lainnya di bursa efek3. Penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah
dan/atau bangunan4. Penghas, seperti dari usaha migas, kertas, baja, dan
sebagainyailan tertentu lainnya
Penghasilan yang Tidak Termasuk Objek Pajak Penghasilan
Berdasarkan UU PPh pasal 4 ayat 3:1.Bantuan atau sumbangan2.Warisan3.Harga termasuk setoran tunai yang diterima oleh
badan sebagai pengganti saham atau pengganti penyertaan modal
4.Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima dalam bentuk natura ataupun kenikmatan dari Wajib Pajak atau pemerintah
5.Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
6. Dividen atau bagian laba yang diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak
7. Iuran yang diterima dari dana pensiun yang pendiriannya disahkan oleh Menteri Keuangan
8. Bagian laba yang diterima anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham, persekutuan, perkumpulan firma, dan kongsi
9. Bunga obligasi yang diterima perusahaan reksa dana10. Penghasilan yang diterima perusahaan modal ventura
Utang Pajak
Utang Perdata
Penyebab utang perdata pada umumnya karena adanya perikatan yang dikuasai oleh hukum perdata. Dalam perikatan maka pihak yang satu berkewajiban memenuhi apa yang menjadi hak pihak lain, misalnya terjadi perjanjian jual beli maka kewajiban penjual menyerahkan barang yang di jualnya, sedangkan si pembeli berkewajiban membayar sesuai dengan harga yang telah ditetapkan.
Timbulnya Utang Pajak• Menurut ajaran materiil, utang pajak timbul jika ada sesuatu
yang menyebabkan, yaitu rangkaian dari perbuatan atau peristiwa yang dapat menimbulkan utang pajak, seperti :
– Perbuatan, misalnya : pengusaha melakukan impor barang– Keadaan, misalnya : memiliki harta bergerak dan harta tak bergerak;
dan– Peristiwa, misalnya : mendapat hadiah
• Menurut ajaran formil, utang pajak timbul karena adanya surat ketetapan pajak oleh Fiskus. Dengan demikian meskipun syarat adanya tatbestand sudah terpenuhi, namun sebelum ada surat ketetapan pajak, maka belum ada utang pajak.
Berakhirnya Utang Pajak
Utang pajak dapat berakhir karena hal-hal berikut :
Pembayaran/pelunasanPembayaran/pelunasan pajak dapat dilakukan Wajib Pajak dengan menggunakan surat setoran pajak atau dokumen lain yang dipersamakan.
KompensasiKompensasi dapat dilakukan antara jenis pajak yang berbeda dalam tahun pajak yang sama, misalnya antara kelebihan pembayaran PPh dengan kekurangan pembayaran PPN.
Penghapusan utang Penghapusan utang pajak dilakukan karena kondisi dari wajib pajak yang bersangkutan,
misalnya wajib pajak dinyatakan bangkrut oleh pihak-pihak yang berwenang. Utang pajak pada prinsipnya dapat dihapuskan karena tidak dapat atau tidak mungkin
ditagih lagi dengan beberapa sebab/alasan seperti di atur dalam Keputusan Menteri Keuangan No.565/KMK.04/2000 tanggal 26 Desember 2000, yaitu :“Wajib pajak meninggal dunia dengan tidak meninggalkan harta warisan dan tidak mempunyai ahli waris, atau ahli waris tidak dapat ditemukan”
• Wajib pajak tidak mempunyai harta kekayaan lagi• Hak untuk melakukan penagihan sudah daluwarsa; atau• Sebab lain sesuai hasil penelitian
Daluwarsa• Untuk memberikan kepastian hukum baik bagi wajib pajak maupun
fiskus, maka diberikan batas waktu tertentu untuk penagihan pajak. Batas daluwarsa yang berlaku saat ini adalah :– Untuk pajak pusat adalah 5 tahun– Untuk pajak daerah adalah 5 tahun– Untuk restribusi daerah adalah 3 tahun– Sedangkan untuk wajib pajak yang terlibat tindak pidana pajak tidak di
berikan batas waktu
Pembebasan• Pembebasan pajak biasanya dilakukan berkaitan dengan kebijakan
pemerintah. Misal dalam rangka meningkatkan penanaman modal maka pemerintah memberikan pembebasan pajak untuk jangka waktu tertentu atau pembebasan pajak di wilayah-wilayah tertentu.
Sistem Pemungutan Pajak
• Pada dasarnya terdapat 3 sistem pemungutan pajak yang berlaku, yaitu :
– Official Assessment System– Self Assesment System– Withholding System
Official Assessment System
Official Assessment System adalah sistem pemungutan pajak dimana jumlah pajak yang harus dilunasi atau terutang oleh wajib pajak dihitung dan ditetapkan oleh fiskus/aparat pajak. Maka, dalam sistem ini wajib pajak bersifat pasif sedang fiskus bersifat aktif. Menurut sistem ini, utang pajak timbul apabila telah ada ketetapan pajak dari fiskus.
Self Assesment SystemAdalah sistem pemungutan pajak, dimana wajib pajak
harus menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan jumlah pajak yang terutang. Aparat pajak (fiscus) hanya bertugas melakukan penyuluhan dan pengawasan untuk mengetahui kepatuhan wajib pajak.
Untuk mensukseskan sistem self assesment ini di butuhkan prasyarat dari wajib pajak, antara lain : Kesadaran wajib pajak Kejujuran wajib pajak Kemauan membayar pajak dari wajib pajak Kedisiplinan wajib pajak
Withholding System
• Withholding System adalah sistem pemungutan pajak dimana besarnya pajak terutang dihitung dan dipotong oleh piuhak ke tiga. Pihak ketiga yang dimaksud di sini antara lain pemberi kerja dan bendaharawaan pemerintah.
Recommended