View
2
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
SUMBANGAN KATEKESE UMAT
DALAM RANGKA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN UMAT
LINGKUNGAN SANTO YUSUF, BERUT, WILAYAH SANTA MARTA, SUMBER,
PAROKI SANTA MARIA LOURDES, SUMBER, MAGELANG,
JAWA TENGAH MELALUI SHARED CHRISTIAN PRAXIS
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Monica Dewi Pratiwi
NIM: 101124028
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada
orang tuaku tercinta: Paulus Sugita dan Victoria Suprihatin
berserta kakak-kakakku tersayang: Agustinus Eko Pramustiyowidi,
dan Yohanes Wikan Kharismawan,
keluarga-keluarga dan umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut,
Wilayah St. Marta, Sumber, Paroki St. Maria Lourdes, Sumber, Magelang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Dan sesungguhnya ada orang yang terakhir
yang akan menjadi orang yang terdahulu
dan ada orang yang terdahulu
yang akan menjadi orang yang terakhir."
(Luk 13:30)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Judul skripsi SUMBANGAN KATEKESE UMAT DALAM RANGKA
MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN UMAT LINGKUNGAN
SANTO YUSUF, BERUT, WILAYAH SANTA MARTA, SUMBER,
PAROKI SANTA MARIA LOURDES, SUMBER, MAGELANG, JAWA
TENGAH MELALUI SHARED CHRISTIAN PRAXIS. Skripsi ini memiliki
latar belakang bahwa dalam kehidupan umat kurang mampu menghayati iman
khususnya bagi orang dewasa dan orang tua. Masih banyak umat yang kurang
memahami imannya dan menerapkannya dalam hidup. Umat kurang mampu
mendalami pengalaman hidupnya menjadi bermakna. Persoalan pokok pada
skripsi ini adalah iman setiap umat sebaiknya selalu dikembangkan. Akan tetapi
pada kenyataanya umat yang berusia dewasa dan tua kurang mendapat perhatian
dari Gereja. Oleh sebab itu untuk mendalami persoalan yang dihadapi umat,
penulis melakukan penyebaran kuesioner dan studi pustaka yang bersumber dari
Kitab Suci, dokumen-dokumen Gereja, dan pandangan para ahli.
Katekese umat merupakan proses sharing pengalaman iman yang mampu
meneguhkan iman umat. Melalui katekese, umat diharapkan terbantu untuk
mendalami pesan Kitab Suci berdasarkan pengalaman hidup. Sedangkan
keberhasilan katekese umat membutuhkan kerjasama antara umat sebagai peserta
dan pendamping. Dalam proses katekese umat, melibatkan beberapa unsur yaitu
sharing pengalaman iman, pendalaman pesan Kitab Suci, menerapkan iman
Kristiani dalam kehidupan dan doa bersama. Tetapi umat belum memanfaatkan
peluang yang ada, banyak umat belum terlibat dalam proses katekese umat. Di
usia dewasa dan usia tua mereka menghadapi banyak tantangan dan persolan
hidup, oleh karena itu kehadiran katekese umat sangat membantu dan
mempengaruhi penghayatan iman supaya umat memiliki iman yang kuat dalam
menghadapi kehidupan. Salah satu model katekese umat yang dapat membantu
umat meningkatkan penghayatan iman adalah model Shared Christian Praxis.
Model SCP menekankan dialog dan partisipasi supaya mendorong umat untuk
mengungkapkan visi dan misi hidup dengan Visi dan Misi Kristiani, sehingga
umat mampu untuk mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah.
Penulis dalam skripsi ini mengusulkan katekese umat model SCP untuk
membantu umat meningkatkan penghayatan iman. Umat diharapkan terbantu
dalam mendalami pengalaman hidupnya berdasarkan wahyu Tuhan sehingga umat
dapat mengembangkan dan mendalami imannya melalui tindakan nyata dalam
hidup. Adapun tema umum yang diangkat adalah “Membangun Kebersamaan
dalam Meningkatkan Penghayatan Iman”. Tujuannya adalah bersama
pendamping, peserta diajak untuk menyadari dan memahami pentingnya arti
kebersamaan dalam meningkatkan penghayatan iman sehingga peserta dapat
bersama-sama membangun kebersamaan dalam hidup berkomunitas dan
melibatkan diri dalam kegiatan menggereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
The title of this thesis is THE CONTRIBUTION OF COMMUNITY
CATECHESIS TO IMPROVE THE FAITHFUL’S FAITH IN SAINT JOSEPH
DISTRICT, BERUT, SANTA MARTA REGION, SUMBER, SANTA MARIA
LOURDES PARISH, SUMBER, MAGELANG, CENTRAL JAVA THROUGH
SHARED CHRISTIAN PRAXIS. The background of this thesis is based on the fact
that christian elderly could not live their faith in their life. Many people do not
understand their own and can not apply it in their life. People could not make their
life experiences more meaningful. The key issue of this thesis is to develop
lifelong faith formation of every people. But in reality christian elderly do not
receivefully atention from Church. There, to explore the problem, the author
spread questionnaires, do literature study from Bible, Church documents, and
from experts point of view.
Community catechesis ia a prosess of sharing experiences of people of faith
that is meant to confirm the faith of the people. Throught people catechesis, is
expected to help the faithful’s deepen the message of the Bible based on their life
experiences. On the other hand, community catechesis can be successful there is it
cooperation among people as participants and chaperones. In the process of
community catechesis, it involves several elements by sharing faith experience, by
deepening the message of Bible, by applying christian faith in life and prayering
together. But many pople have not yet used the advantages. Many people have not
been involved in the process of community catechesis. Adult and elderly faced
many challenges and life problem, therefore the presence of community catechesis
really help and influence faithful’s faith, so that they can have strong faith for
their life. One model of community catechesis that can help people to develop
faith formation the Shared Christian Praxis model. SCP model emphasize
dialogue and participation in order encourage people to express the vision and
mossion on their life with Vision and Mission Christian so that people were able
to actualize meaning God’s Kingdom.
The writer in this paper proposes a model community catechesis SCP to
help people improve the appreciation of faith. People are expected to gain help in
deepening the experience of life based on the revelation of God so that people can
develop and deepen their faith throught concrete action in life. The theme raised is
to “Building Fellowship to Develop Faithful’s Faith”. The gold of this theme is
together with the chaperones, participants are invited to ralize and understand the
important of being together to develop faithful’s faith so that they can buil
fellowship in their own community and participate into Church activities.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan karena cinta kasih-Nya, penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul SUMBANGAN KATEKESE UMAT
DALAM RANGKA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN UMAT
LINGKUNGAN SANTO YUSUF, BERUT, WILAYAH SANTA MARTA,
SUMBER, PAROKI SANTA MARIA LOURDES, SUMBER, MAGELANG,
JAWA TENGAH MELALUI SHARED CHRISTIAN PRAXIS.
Selama proses penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan
banyak dukungan dan perhatian dari berbagai pihak. Untuk itu penulis dengan
setulus hati mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A., selaku Dosen Pembimbing Utama, yang
selalu memberi perhatian, meluangkan waktu dan membimbing penulis
dengan penuh kesabaran dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
2. Drs. F.X. Heryatno W.W., S.J., M.Ed., selaku Dosen Pembimbing Akademik
dan dosen penguji kedua, yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam
penyelesaian skripsi ini.
3. Drs. L. Bambang H.Y., M.Hum., selaku dosen penguji ketiga, yang sering
mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
4. Segenap staf dosen dan seluruh karyawan prodi IPPAK Universitas Sanata
Dharma, yang secara tidak langsung selalu memberikan semangat kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
penulis dalam menyelesaikan studi di IPPAK dan telah mendidik serta
membimbing penulis selama belajar di IPPAK.
5. Aloysius Martoyoto Wiyono, Pr, sebagai Pastor Paroki St. Maria Lourdes,
Sumber, Magelang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melakukan penelitian dan memberi dukungan dalam menyelesaikan studi di
Prodi IPPAK Universitas Sanata Dharma.
6. Ketua Lingkungan dan seluruh umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut yang
telah memberikan dukungan dan perhatian kepada penulis dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
7. Kedua orang tua beserta sanak keluarga dengan ketulusan hati mendoakan,
membantu, mendampingi, memberikan dukungan dan memberikan motivasi
sepenuhnya bagi penulis dalam menyelesaikan perkuliahan di Prodi IPPAK
Universitas Sanata Dharma.
8. Sahabat-sahabat tercinta: Tiara Wulandari Mustikarani dan Hana Puspita
Canti yang dengan setia memberikan dukungan dan selalu memberikan
semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Segenap teman-teman tercinta mahasiswa angkatan 2010 dan lintas angkatan
yang telah mendukung dan berdinamika bersama dalam studi di IPPAK
sehingga tercipta kebersamaan sebagai keluarga IPPAK.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang dengan
tulus hati telah memberikan kritik, saran, dukungan, dan semangat dalam
menyelesaikan studi di Prodi IPPAK Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............................................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... ii
PENGESAHAN ........................................................................................... iii
PERSEMBAHAN ........................................................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................................... vii
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
ABSTRACT ..................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... xx
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xxiv
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 4
D. Manfaat Penulisan ............................................................................. 5
E. Metode Penulisan ............................................................................. 5
F. Sistematika Penulisan ........................................................................ 5
BAB II. PENELITIAN TENTANG KATEKESE UMAT DI
LINGKUNGAN ST. YUSUF, BERUT, WILAYAH ST. MARTA
SUMBER, PAROKI ST. MARIA LOURDES, SUMBER,
MAGELANG ...................................................................................... 8
A. Gambaran Umum Situasi Paroki St. Maria Lourdes, Sumber ........... 8
1. Sejarah Berdirinya Gereja St. Maria Lourdes, Sumber ............. 8
2. Visi dan Misi Paroki St. Maria Lourdes, Sumber ...................... 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
a. Visi Paroki St. Maria Lourdes, Sumber .............................. 10
b. Misi Paroki St. Maria Lourdes, Sumber .............................. 11
3. Karya Pastoral di Paroki St. Maria Lourdes, Sumber ................ 12
4. Letak Geografis .......................................................................... 12
5. Situasi Umum Paroki St. Maria Lourdes, Sumber ..................... 13
6. Situasi Sosial dan Ekonomi Paroki St. Maria Lourdes, Sumber 15
B. Gambaran Situasi Umum di Lingkungan St. Yusuf, Berut, Wilayah
St. Marta, Sumber, Paroki St. Maria Lourdes, Sumber , Magelang .. 16 1. Situasi Umum di Lingkungan St. Yusuf, Berut, Wilayah St.
Marta, Sumber, Paroki St. Maria Lourdes, Sumber .................... 16
2. Situasi Katekese Umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut,
Wilayah St. Marta, Sumber, Paroki St. Maria Lourdes, Sumber 17
C. Penelitian Sumbangan Katekese Umat dalam Rangka
Meningkatkan Penghayatan Iman di Lingkungan St. Yusuf, Berut,
Wilayah St. Marta, Sumber, Paroki St. Maria Lourdes, Sumber,
Magelang ........................................................................................... 20 1. Latar Belakang Penelitian ............................................................ 20
2. Rumusan Permasalahan .............................................................. 21
3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 21
4. Metodologi Penelitian ................................................................. 22
a. Metode Penelitian ................................................................. 22
b. Jenis Penelitian ...................................................................... 22
c. Alat Pengumpulan Data ........................................................ 22
d. Tempat Penelitian................................................................... 23
e. Waktu Penelitian ................................................................... 23
f. Responden ............................................................................. 23
g. Sampel .................................................................................. 23
h. Variabel Penelitian ............................................................... 24
i. Teknik Analisis Data .............................................................. 25
D. Hasil Penelitian Sumbangan Katekese Umat dalam Rangka
Meningkatkan Penghayatan Iman Umat Lingkungan St. Yusuf,
Berut ................................................................................................... 25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
1. Identitas Responden ................................................................... 26
2. Pemahaman dan Keterlibatan Umat dalam Katekese Umat ........ 27
a. Pemahaman Umat terhadap Katekese Umat ......................... 28
b. Keterlibatan Umat dalam Katekese Umat ........................... 31
c. Hambatan yang terjadi dalam Katekese Umat .................... 33
d. Dukungan yang Dibutuhkan dalam Katekese Umat ............. 35
e. Harapan terhadap Katekese Umat ......................................... 36
f. Usulan terhadap Katekese Umat ......................................... 38
3. Penghayatan dan Perwujudan Iman dalam Katekese Umat ......... 39 a. Pemahaman Umat terhadap Iman ......................................... 39
b. Penghayatan Iman dalam Katekese Umat ......................... 41
c. Perwujudan Iman dalam Katekese Umat .............................. 42
d. Peran Katekese Umat dalam Meningkatkan Penghayatan
Iman ...................................................................................... 45
E. Pembahasan Hasil Penelitian Sumbangan Katekese Umat dalam
Rangka Meningkatkan Penghayatan Iman Umat Lingkungan St.
Yusuf, Berut .................................................................................... 48 1. Identitas Responden ................................................................... 48
2. Pemahaman dan Keterlibatan Umat dalam Katekese Umat ...... 49
a. Pemahaman Umat terhadap Katekese Umat ......................... 49
b. Keterlibatan Umat dalam Katekese Umat ........................... 52
c. Hambatan yang Terjadi dalam Katekese Umat .................... 54
d. Dukungan yang Dibutuhkan dalam Katekese Umat ............. 56
e. Harapan terhadap Katekese Umat ......................................... 57
f. Usulan terhadap Katekese Umat ......................................... 59
3. Penghayatan dan Perwujudan Iman dalam Katekese Umat ........ 60
a. Pemahaman Umat terhadap Iman ......................................... 60
b. Penghayatan Iman dalam Katekese Umat ......................... 62
c. Perwujudan Iman dalam Katekese Umat .............................. 63
d. Peran Katekese Umat dalam Meningkatkan Penghayatan
Iman ...................................................................................... 66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
F. Kesimpulan Penelitian ...................................................................... 69
BAB III. KATEKESE UMAT MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS
DALAM PENGHAYATAN IMAN ............................................ 71
A. Gambaran Umum tentang Katekese ................................................ 72
1. Tempat Katekese dalam Pastoral Gereja .................................... 72
2. Pengertian Umum Katekese ........................................................ 76
3. Tujuan Katekese .......................................................................... 78
4. Isi Katekese .................................................................................. 79
5. Pendekatan-pendekatan Katekese .............................................. 80
a. Pendekataan Biblis/Kitab Suci .............................................. 81
b. Pendekatan Antropologis/Pengalaman Manusia .................. 81
c. Pendekatan Masalah............................................................... 82
d. Pendekatan Peristiwa ............................................................ 82
e. Pendekatan Alam ................................................................... 83
6. Sarana Katekese .......................................................................... 83
B. Gambaran Umum tentang Katekese Umat ...................................... 84
1. Pengertian Umum Katekese Umat .............................................. 85
2. Tujuan Katekese Umat ............................................................... 85
3. Isi Katekese Umat ........................................................................ 87
4. Sarana Katekese Umat ................................................................. 87
5. Model Katekese Umat ................................................................. 88
a. Model Pengalaman Hidup ..................................................... 88
b. Model Biblis .......................................................................... 90
c. Model Campuran: Biblis dan Pengalaman Hidup ............... 91
C. Shared Christian Praxis: Salah Satu Model Katekese Umat ........... 92
1. Pengertian Shared Christian Praxis ............................................ 92
a. Shared .................................................................................. 93
b. Christian ............................................................................... 94
c. Praxis .................................................................................... 95
2. Langkah Katekese Umat Model Shared Christian Praxis ........... 96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
a. Langkah 0: Pemusatan Aktifitas ....................................... 97
b. Langkah I: Pengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta ....... 98
c. Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta ............. 100
d. Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani Peserta . 102
e. Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi
Konkrit ............................................................................... 103
f. Langkah V: Mengusahakan Suatu Aksi Konkret ............... 105
3. Tinjauan Kritis Katekese Umat Model Shared Christian Praxis 107
a. Urutan Langkah ................................................................... 108
b. Peserta .................................................................................... 108
c. Penggunaan Waktu ............................................................... 109
d. Keterampilan Katekis ............................................................ 109
D. Penghayatan Iman dalam Katekese Umat ....................................... 110
1. Penghayatan Iman ...................................................................... 110
2. Bentuk dan Cara Penghayatan Iman dalam Katekese Umat .... 113
a. Bentuk Penghayatan Iman dalam Katekese Umat ............... 114
b. Cara Penghayatan Iman dalam Katekese Umat .................. 114
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Penghayatan Iman dalam
Katekese Umat ........................................................................... 115 a. Faktor Pendukung Penghayatan Iman dalam Katekese
Umat ..................................................................................... 115
b. Faktor Penghambat Penghayatan Iman dalam Katekese Umat ................................................................................... 116
4. Penghayatan Iman dalam Katekese Umat Model Shared Christian Praxis ........................................................................ 117 a. Penekanan Penghayatan Iman dalam Langkah 0: Pemusatan
Aktifitas ............................................................................... 118
b. Penekanan Penghayatan Iman dalam Langkah I:
Pengungkapan Pengalaman Hidup Peserta ............................ 119
c. Penekanan Penghayatan Iman dalam Langkah II:
Mendalami Pengalaman Hidup Peserta ................................. 120
d. Penekanan Penghayatan Iman dalam Langkah III: Menggali
Pengalaman Iman Kristiani Peserta .................................... 121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
e. Penekanan Penghayatan Iman dalam Langkah IV:
Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Konkrit ............ 122
f. Penekanan Penghayatan Iman dalam Langkah V:
Mengusahakan Suatu Aksi Konkret .................................... 124 BAB IV. USULAN KATEKESE UMAT MODEL SHARED CHRISTIAN
PRAXIS UNTUK MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN
UMAT LINGKUNGAN ST. YUSUF, BERUT, WILAYAH ST.
MARTA, SUMBER, PAROKI ST. MARIA LOURDES,
SUMBER, MAGELANG ............................................................... 125
A. Latar Belakang Usulan Katekese Umat Model Shared Christian
Praxis ................................................................................................ 125
B. Alasan Pemilihan Tema dan Tujuan ................................................ 126
C. Rumusan Tema dan Tujuan ............................................................... 128
D. Matrik Usulan Katekese Umat Model Shared Christian Praxis bagi
Umat Lingkungan St. Yusuf, Berut, Wilayah St. Marta, Sumber,
Paroki St. Maria Lourdes, Sumber, Magelang .............................. 131
E. Petunjuk Pelaksanaan Usulan Katekese Umat .................................. 135
F. Contoh Persiapan Katekese Umat Model Shared Christian Praxis . 136
BAB V. PENUTUP ......................................................................................... 149
A. Kesimpulan ........................................................................................ 149
B. Saran .................................................................................................. 151
1. Bagi Pendamping Katekese Umat .............................................. 152
2. Bagi Umat .................................................................................... 152
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 154
LAMPIRAN .................................................................................................. 157
Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Penelitian untuk Pastor Kepala
Paroki ............................................................................. (1) Lampiran 2: Surat Izin Penelitian untuk Ketua Lingkungan St. Yusuf,
Berut ................................................................................. (2) Lampiran 3: Surat Bukti Melaksanakan Penelitian .............................. (3)
Lampiran 4: Pedoman Wawancara dengan Ketua Lingkungan
St. Yusuf, Berut ................................................................ (4) Lampiran 5: Rangkuman Hasil Wawancara dengan Ketua Lingkungan
St. Yusuf, Berut ................................................................. (5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
Lampiran 6: Kuesioner untuk Penelitian ............................................ (10)
Lampiran 7: Contoh Isian Kuesioner Penelitian .................................. (17)
Lampiran 8: Kumpulan Lagu-lagu ..................................................... (25)
Lampiran 9: Cerita: Daun-daun dan Orang ............................................ (26)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci
Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan
kepada umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departeman Agama
Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal.
8.
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Paus Yohanes Paulus II
kepada para Uskup, Klerus, dan segenap umat beriman
tentang ketekese masa kini, 16 Oktober 1979.
DV : Dei Verbum, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang
wahyu ilahi, 18 November 1965.
KGK : Katekismus Gereja Katolik, disahkan oleh Yohanes Paulus
II, 25 Juni 1992.
KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan
oleh Paus Yohanes Paulus II, 25 Januari 1983.
LG : Lumen Gentium. Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II
tentang Gereja, 21 November 1964.
Youcat : Youcat Indonesia – Katekismus Populer, disahkan oleh Paus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxi
Benedictus XVI, tahun 2010. Dokumen asli diterbitkan
tahun 2010, R.D. Yohanes Dwi Harsanto, dkk (Penerjemah).
C. Singkatan lain-lain
AK : Suster-suster Abdi Kristus
Art : Artikel
Bdk : Bandingkan
BKSN : Bulan Kitab Suci Nasional
Dll : Dan lain-lain
Dst : Dan seterusnya
Hal : Halaman
IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
J : Jumlah responden yang menjawab salah satu item jawaban
dalam soal kuesioner.
JIP : Jurusan Ilmu Pendidikan
Kamtibmas : Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
Kan : Kanon
KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi III), yang disusun
oleh Balai Pustaka Jakarta
KK : Kepala Keluarga
KWI : Konferensi Waligereja Indonesia
LAI : Lembaga Alkitab Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxii
LBI : Lembaga Biblika Indonesia
LCD : Liquid Crystal Display
MB : Madah Bakti, No.553, 478, 501, 533 Buku Doa dan
Nyanyian Edisi 2000 yang disusun oleh Pusat Musik Liturgi
Yogyakarta
N : Jumlah responden
No : Nomor
OMK : Orang Muda Katolik
PAK : Pendalaman Agama Katolik
PIA : Pendalaman Iman Anak
PIR : Pendalaman Iman Remaja
PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia
PML : Pusat Musik Liturgi
PNS : Pegawai Negara Sipil
PPL : Program Pengalaman Lapangan
Pr : Projo
Prodi : Program Studi
PS : Puji Syukur, No. 615, Buku Doa dan Nyanyian Gerejawi
yang disusun oleh Komisi Liturgi Konferensi Waligereja
Indonesia tahun 1992
Rm : Romo
RT : Rukun Tetangga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxiii
SCP : Shared Christian Praxis
SD : Sekolah Dasar
SJ : Serikat Jesuit
SMA : Sekolah Menengah Atas
SMK : Sekolah Menengah Kejuruan
Sosekbud : Sosial, ekonomi, dan budaya
SR : Sekolah Rakyat
USD : Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1: Variabel Penelitian .......................................................................... 24
Tabel 2: Identitas Responden ........................................................................ 26
Tabel 3: Pemahaman Umat terhadap Katekese Umat .................................. 28
Tabel 4: Keterlibatan Umat dalam Katekese Umat .................................. 31
Tabel 5: Hambatan yang terjadi dalam Katekese Umat ................................ 33
Tabel 6: Dukungan yang Dibutuhkan dalam Katekese Umat ...................... 35
Tabel 7: Harapan terhadap Katekese Umat ................................................... 36
Tabel 8: Usulan terhadap Katekese Umat ..................................................... 38
Tabel 9: Pemahaman Umat terhadap Iman ................................................... 39
Tabel 10: Penghayatan Iman dalam Katekese Umat ..................................... 41
Tabel 11: Perwujudan Iman dalam Katekese Umat ....................................... 42
Tabel 12: Peran Katekese Umat dalam Meningkatkan Penghayatan Iman . 45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di zaman sekarang iman yang kuat masih sangat dibutuhkan oleh setiap umat
untuk bisa menghadapi perkembangan zaman dan permasalah hidup. Dari usia
anak-anak sampai dengan tua, mereka perlu mendapatkan pendampingan supaya
iman mereka terus bertumbuh dan berkembang dalam hidup. Khususnya umat yang
sudah berusia dewasa dan tua juga masih memerlukan pendampingan supaya iman
mereka semakin berkembang untuk menghadapi kehidupan. Umat yang berusia
dewasa dan tua pasti menghadapi berbagai macam persolan hidup dari lingkungan
keluarga, sosial, maupun pribadi. Persoalan hidup tersebut harus dihadapi dengan
ketegaran dan dengan iman yang kuat. Walaupun pada kenyataanya masih banyak
umat kurang bisa menyikapi persolan tersebut dengan iman tetapi malah
menghindar dari masalah. Oleh sebab itulah Gereja memiliki tugas untuk
mewartakan Kabar Gembira kepada semua umat supaya umat juga terbantu untuk
mendalami dan mengembangkan imannya.
Gereja memiliki tugas mewartakan Kabar Gembira kepada seluruh umat
tanpa memandang perbedaan. Oleh sebab itu Gereja berupaya untuk membangun
kebiasaan hidup rohani dan menemukan kegiatan-kegiatan yang dapat membantu
umat mendewasakan iman Salah satu kegiatan Gereja yang sudah dikenal oleh
umat adalah katekese umat. Setiap Lingkungan menyelenggarakan katekese umat
pada masa-masa tertentu (Prapaskah, Adven, BKSN), atau Lingkungan dengan
sengaja melaksanakan katekese umat sebagai kegiatan rutin yang harus
dilaksanakan demi kepentingan bersama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Berdasarkan PKKI II katekese umat merupakan proses komunikasi
pengalaman iman antar umat sehingga umat dapat saling bersaksi dan mampu
memperteguhkan dan menyempurnakan iman setiap umat. Katekese umat juga
mengandaikan adanya perencanaan dengan tidak meninggalkan pengetahuan
Tujuan katekese umat adalah mendalami pengalaman hidup dengan terang Kitab
Suci supaya terjadi pertobatan terus menerus. Iman umat semakin beriman dan
dapat mewujudkan imanya dalam kehidupan sehari-hari sehingga bersatu dengan
Kristus (Huber, 1981b: 15-16).
Pada dasarnya katekese umat dapat ditujukan kepada anak-anak, remaja,
orang muda, orang dewasa dan orang tua. Melalui katekese umat dibantu untuk
dekat dan mendalami pesan dalam Kitab Suci yang terkandung di dalamnya
sehingga umat dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
berkatekese umat dapat belajar banyak hal misalnya dapat saling mengenal pribadi
satu sama lain, peka terhadap kebutuhan umat, imannya semakin berkembang dan
diteguhkan, serta semakin mengenal pribadi-Nya, dll.
Akan tetapi berdasarkan pengamatan penulis umat yang berusia dewasa dan
tua kurang mendapatkan perhatian dari pihak Gereja. Gereja lebih fokus untuk
lebih memberikan pelayanan terhadap kaum muda dengan alasan mereka adalah
para generasi penerus Gereja. Padahal Kabar Gembira hendaknya selalu diwartakan
kepada siapa saja dan tanpa mengenal batasan umur. Pelayanan juga terus
diberikan kepada umat yang sudah dewasa maupun tua karena mereka
membutuhkan iman yang kokoh untuk menghadapi permasalah hidupnya.
Iman memang penting dalam hidup umat, hal ini juga dikatakan oleh Injil
Matius yaitu “Ia berkata kepada mereka: Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji
sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana,
maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu“ (Mat 17:20).
Dalam kutipan tersebut sudah sangat jelas bahwa sekecil apa pun iman yang
dimiliki oleh seseorang akan menjadi berguna dan berpengaruh dalam hidupnya
jika iman tersebut terus dikembangkan. Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini
dapat dihadapi dengan iman. Tidak ada yang mustahil terjadi dalam kehidupan
umat bila melakukannya dengan iman.
Penulis melaksanakan penelitian untuk mengetahui gambaran umum
katekese umat yang berlangsung di Lingkungan St. Yusuf, Berut. Untuk
mengetahui seberapa besar sumbangan katekese umat terhadap penghayatan iman
umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut sehingga umat dapat menjadi saksi Kristus
dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis berusaha untuk mengajak umat di Lingkungan St. Yusuf supaya
dapat melibatkan diri dalam kegiatan menggereja terutama kegiatan katekese umat
yang ada di Lingkungan. Melalui katekese umat diharapkan umat mampu terbantu
untuk mendalami pengalaman-pengalaman hidupnya berdasarkan pesan dalam
Kitab Suci. Dengan mengikuti katekese umat diharapkan semakin tekun
mengembangkan dan mendalami imannya dan mampu mewujudkan imannya
dalam kehidupan sehari-hari. Penulis juga ingin mencoba mengusulkan salah satu
model katekese umat Shared Christian Praxis yang cocok bagi umat setempat
supaya umat terbantu untuk meningkatkan penghayatan iman.Usulan ini mengajak
umat untuk terlibat aktif dalam katekese umat karena katekese umat dapat
memberikan pengaruh dan manfaat dalam kehidupan. Katekese umat merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
kegiatan yang melibatkan doa bersama, dan dialog antar umat dan Tuhan. Maka
penulis mengangkat judul SUMBANGAN KATEKESE UMAT DALAM
RANGKA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN UMAT
LINGKUNGAN SANTO YUSUF, BERUT, WILAYAH SANTA MARTA,
SUMBER, PAROKI SANTA MARIA LOURDES, SUMBER, MAGELANG,
JAWA TENGAH MELALUI SHARED CHRISTIAN PRAXIS
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, penulis akan memberi perhatian
khusus pada masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran katekese umat yang berlangsung di Lingkungan St. Yusuf,
Berut?
2. Apa gambaran umum dari katekese umat?
3. Bagaimana katekese umat model Shared Christian Praxis dapat meningkatkan
penghayatan iman umat Lingkungan St. Yusuf, Berut?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui gambaran umum katekese umat yang berlangsung di Lingkungan
St. Yusuf, Berut.
2. Mengetahui dan mendalami hal-hal pokok tentang gambaran umum dari
katekese umat.
3. Mengetahui cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan penghayatan iman
umat Lingkungan St. Yusuf, Berut melalui katekese umat model Shared
Christian Praxis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
D. Manfaat Penulisan
1. Memberikan pemahaman yang cukup kepada umat di Lingkungan St. Yusuf,
Berut tentang katekese umat serta mengetahui salah satu model katekese umat
yaitu model Shared Christian Praxis sehingga umat dapat merasakan
manfaatnya dan terbantu dalam meningkatkan penghayatan iman.
2. Memberikan dorongan atau motivasi kepada umat di Lingkungan St. Yusuf,
Berut supaya dapat mengikuti katekese umat dengan kesungguhan hati sehingga
umat terbantu dalam meningkatkan penghayatan iman.
3. Menambah wawasan baru dan membantu penulis sebagai anggota Gereja untuk
meningkatkan penghayatan iman dengan melibatkan diri dalam katekese umat
sebagai modal untuk menghadapi persoalan hidup.
E. Metode Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode diskriptif. Metode
diskriptif berusaha untuk memecahkan masalah yang ada berdasarkan data-data
yang diperoleh kemudian disusun, dijelaskan, dan dianalisis (Cholik Narbuko &
Abu Achmadi, 2007: 44). Penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode
diskripsi yang mendalami tentang katekese umat dalam rangka meningkatkan
penghayatan iman di Lingkungan St. Yusuf, Berut, Wilayah St. Marta, Sumber,
Paroki St. Maria Lourdes, Sumber.
F. Sistematika Penulisan
Judul Skipsi yang dipilih adalah SUMBANGAN KATEKESE UMAT
DALAM RANGKA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN UMAT
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
LINGKUNGAN SANTO YUSUF, BERUT WILAYAH SANTA. MARTA,
SUMBER PAROKI SANTA MARIA LOURDES, SUMBER, MAGELANG,
JAWA TENGAH MELALUI SHARED CHRISTIAN PRAXIS.
Bab I berisikan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika
penulisan.
Bab II membahas tentang gambaran umum katekese umat yang berlangsung
di Lingkungan St. Yusuf, Berut. Bab II terdiri dari lima bagian yaitu pertama,
gambaran umum tentang situasi Paroki St. Maria Lourdes, Sumber. Kedua,
gambaran situasi umum di Lingkungan St. Yusuf, Berut. Ketiga, penelitian tentang
sumbangan katekese umat dalam rangka meningkatkan penghayatan iman di
Lingkungan St. Yusuf, Berut. Keempat, hasil penelitian tentang sumbangan
katekese umat dalam rangka meningkatkan penghayatan iman di Lingkungan St.
Yusuf, Berut. Kelima, pembahasan hasil penelitian.
Bab III membahas tentang salah satu model katekese umat yaitu model
Shared Christian Praxis untuk meningkatkan penghayatan iman. Bab III terdiri
dari empat bagian yaitu pertama, gambaran umum tentang katekese. Kedua,
gambaran umum tentang katekese umat. Ketiga, Shared Christian Praxis
merupakan salah satu model katekese umat. Keempat, penghayatan iman dalam
katekese umat.
Bab IV menjelaskan tentang katekese umat model Shared Christian Praxis
sebagai usulan untuk meningkatkan penghayatan iman di Lingkungan St. Yusuf,
Berut. Bab IV ini terdiri dari enam bagian yaitu latar belakang usulan katekese
umat model Shared Christian Praxis, alasan pemilihan tema dan tujuan, rumusan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
tema dan tujuan, penjabaran katekese umat model Shared Christian Praxis,
petunjuk pelaksanaan katekese umat model Shared Christian Praxis, dan contoh
persiapan katekese umat model Shared Christian Praxis.
Bab V berisikan penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran dari
keseluruhan skripsi diantaranya: saran bagi para pendamping ketekese umat dan
saran bagi seluruh umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
PENELITIAN TENTANG KATEKESE UMAT DI LINGKUNGAN ST.
YUSUF, BERUT, WILAYAH ST. MARTA, SUMBER, PAROKI ST.
MARIA LOURDES, SUMBER, MAGELANG
Salah satu cara untuk meningkatkan penghayatan iman adalah melalui
katekese umat. Katekese umat merupakan sharing pengalaman iman antar peserta
yang saling meneguhkan satu dengan yang lain. Umat yang sungguh-sungguh
mengikuti proses berkatekese akan terbantu untuk meningkatkan penghayatan
iman. Umat sebaiknya mampu meningkatkan penghayatan iman supaya umat
memperoleh iman yang kuat sebagai pedoman/bekal menjalani kehidupan sehari-
hari dan mampu untuk bersaksi di tengah-tengah masyarakat.
A. Gambaran Umum Situasi Paroki St. Maria Lourdes, Sumber
Paroki St. Maria Lourdes, Sumber merupakan salah satu Wilayah dari
Paroki St. Antonius, Muntilan. Akan tetapi karena umat di Sumber semakin
berkembang maka Paroki St. Maria Lourdes berdiri sendiri terpisah dari Paroki St.
Antonius, Muntilan. Oleh sebab itu Paroki St. Maria Lourdes, Sumber dibagi
menjadi 4 Wilayah dan masing-masing Wilayah mempunyai Gereja/Kapel untuk
memudahkan umat berkumpul beribadah (Martoyoto Wiyono, 2014: 1).
1. Sejarah Berdirinya Gereja St. Maria Lourdes, Sumber
Kehadiran Tuan Sungken (Belanda) pada tahun 1923 sebagai pengusaha
sapi perah dan perkebunan bibit tebu memberikan pengaruh yang baik kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
warga sekitar. Banyak warga dan para pekerja tertarik untuk menjadi orang
Katolik karena kehadiran Tuan Sungken. Oleh sebab itu Rm. Speekle, SJ dari
Paroki Muntilan datang untuk memberi pelajaran agama, pembinaan, dan sebulan
sekali mengadakan misa di rumah Tuan Sungken (Kirjito, 2009: 6).
Akan tetapi ketika terjadi perang di Yogyakarta pada tanggal 19 Desember
1948 Gereja yang berada di dusun Musuk dihancurkan, beberapa tokoh agama
ditangkap dan diadili dengan tuduhan menjadi mata-mata bangsa Belanda. Pada
tahun 1950 kegiatan Gereja hidup kembali dan umat dihimpun oleh tokoh Katolik,
yaitu Timotius Prawiro Wahyono dari dusun Juwono, Pius Partin dari dusun
Diwak, dan Yusup Somaatmaja dari dusun Berut (Kirjito, 2009: 6).
Pada tahun 1951, guru sekolah Kanisius diwajibkan untuk mengajar agama
di Lingkungan-lingkungan. Pada tahun 1953 dibangun SR Kanisius sekaligus
dipakai sebagai tempat beribadah. Pada tahun 1957 SR Kanisius dibongkar, dan
dibangun Gereja dan pada tanggal 11 Februari 1959 Gereja selesai dibangun serta
diresmikan dengan nama Gereja St. Maria Lourdes. Pada tahun 1968 berdirilah
SMP Farming dan sekolah pertukangan di lokasi dekat SR Kanisius dan suster-
suster AK membangun rumah biara di dekat Gereja Sumber (Kirjito, 2009: 7).
Pada bulan Agustus 1978 Rm. Dibya Wahyana, SJ membeli tanah di
belakang Gereja Sumber untuk dibangun gedung pastoran. Namun pada tanggal
17 Agustus 1978 Rm. Dibya Wahyana, SJ meninggal dunia menjelang
pemberkatan gedung pastoran. Pada tahun 1988, Rm. Simon Ciptosuwarno, SJ,
bertugas di Gereja Sumber, beliau memikirkan untuk membangun stasi mandiri
karena jumlah umat semakin banyak. Berdasarkan gagasan Rm Cipto umat
Sumber dibagi dalam empat stasi mandiri, yaitu stasi Sumber, stasi Tangkil, stasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Juwono dan stasi Lor Senowo. Setiap Wilayah memiliki Gereja/Kapel masing-
masing. Para Romo melaksanakan perayaan Ekaristi dan pelayanan umat di
masing-masing stasi. Dengan keempat stasi tersebut, Sumber berkembang
menjadi Paroki administratif dari Paroki Muntilan. Pada tahun 1997 Rm. P.
Susanto Prawirowardoyo, Pr bertugas di Sumber, pada saat itulah Paroki
administatrif Sumber mulai dirintis sebagai Paroki mandiri (Kirjito, 2009: 8).
2. Visi dan Misi Paroki St. Maria Lourdes, Sumber
Umat harus mampu mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu umat juga harus paham akan visi dan misi
Paroki. Visi merupakan tujuan bersama yang akan dicapai melalui misi. Misi
merupakan langkah atau cara untuk mencapai tujuan bersama. Semua warga
Gereja harus saling bekerja sama dan saling mendukung satu sama lain supaya
tujuan bersama dapat terwujud.
a. Visi Paroki St. Maria Lourdes, Sumber
Martoyoto Wiyono (2014: 6) mengatakan bahwa visi Paroki St. Maria
Lourdes, Sumber berdasarkan arahan Keuskupan Agung Semarang adalah
“Persekutuan murid-murid Kristus yang tekun dan setia memperdalam iman
melalui kegiatan yang menghadirkan keselamatan Allah kepada semua orang.”
Berdasarkan rumusan visi tersebut Paroki St. Maria Lourdes, Sumber
memiliki tiga hal pokok yang ditekankan dalam pelayanannya yaitu persekutuan
murid-murid Yesus yang tekun dan setia memperdalam iman serta menghadirkan
keselamatan Allah. Pertama, umat Paroki Sumber merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
persekutuan/paguyuban murid-murid Kristus yaitu umat yang tampil sebagai
murid yang setia mendengarkan, mengikuti, dan melaksanakan kehendak-Nya.
Kedua, umat Paroki Sumber harus tekun dan setia memperdalam imannya. Umat
harus mengikuti teladan Yesus dengan kesetiaan supaya dapat menemukan
kehendak Allah dalam kesederhanaan hidup. Ketiga, kegiatan yang dilakukan
oleh umat Paroki Sumber ingin menghadirkan keselamatan Allah kepada semua
orang. Umat melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut tidak sebatas aktivitas atau
program kerja tetapi setiap hal yang dilakukan umat dengan giat akan membawa
keselamatan bagi semua orang (Martoyoto Wiyono, 2014: 6).
b. Misi Paroki St. Maria Lourdes, Sumber
Misi Paroki St. Maria Lourdes, Sumber yaitu sebagai berikut (Martoyoto
Wiyono, 2014: 6):
- Meneguhkan keluarga muda dan OMK dalam menjalani kehidupannya
dengan iman yang tangguh.
- Mengembangkan budaya setempat sebagai sarana hidup bermasyarakat.
- Melayani dengan tulus dan murah hati semua orang yang terbuka akan
karya keselamatan Tuhan.
- Memberdayakan potensi-potensi umat dan masyarakat dalam meningkatkan
semangat kerja.
- Meningkatkan kepedulian umat untuk menjaga kelestarian alam dalam
kehidupan sehari-hari
Misi Paroki St. Maria Lourdes, Sumber dijelaskan dalam lima bagian.
Pertama, Gereja ingin meneguhkan keluarga-keluarga muda dan OMK supaya
dalam menjalani kehidupan sehari-hari dengan iman yang tangguh. Kedua, Gereja
ingin mengembangkan kebudayaan yang ada sebagai sarana hidup bermasyarakat.
Ketiga, Gereja akan melayani semua umat dengan ketulusan dan kemurahan hati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
serta terbuka terhadap karya keselamatan Allah. Keempat, Gereja ingin
mengembangkan dan mengelola potensi yang dimiliki umat dan masyarakat
sekitar untuk meningkatkan semangat kerja. Kelima, Gereja akan meningkatkan
kepedulian umat terhadap keutuhan alam semesta dalam kehidupan.
3. Karya Pastoral di Paroki St. Maria Lourdes, Sumber
Paroki tidak sebatas memiliki visi dan misi saja tetapi harus mempunyai
karya pastoral dalam Paroki untuk mendukung terwujudnya visi dan misi Paroki
tersebut. Karya pastoral yang dilaksanakan di Paroki St. Maria Lourdes, Sumber
adalah Ekaristi harian, Ekaristi mingguan, Ekaristi sekolah, perayaan hari besar,
kunjungan keluarga, paguyuban Ana Yoakim (wali timbalan), ibu-ibu wanita
katolik (Marta, Rukun Biyung), Rekoleksi, Kerahiman Ilahi, Paguyuban Keluarga
Mesias, PIA, PIR, dan OMK. Sedangkan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan
adalah mengadakan live in, dan mengirim bantuan berupa beras ke Seminari
Tinggi Mertoyudan, Magelang (Martoyoto Wiyono, 2014: 7-8).
4. Letak Geografis
Menurut buku Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki St. Maria Lourdes,
Sumber, Gereja St. Maria Lourdes terletak di desa Sumber, kecamatan Dukun,
kabupaten Magelang. Batas-batas Paroki Sumber yaitu sebagai berikut (Kirjito,
2009: 14 ):
- Sebelah Barat: Paroki St. Antonius, Muntilan,
- Sebelah Utara: Paroki St. Kristoforus, Banyutemumpang,
- Sebelah Timur: Paroki Hati Tak Bernoda St. Perawan Maria, Boyolali,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
- Sebelah Selatan: Paroki St. Theresia, Salam,
Paroki St. Maria Lourdes, Sumber terdiri dari 4 Wilayah/stasi yaitu Wilayah
St. Marta, Sumber, Wilayah St. Yusup, Juwono, Wilayah St. Paulus,
Ngargomulyo, dan Wilayah St. Petrus Kanisius, Lor Senowo. Sebagian kecil umat
di Wilayah St. Petrus Kanisius, Lor Senowo berasal dari desa Tlogolele dan
Banyutemumpang, kecamatan Selo, kabupaten Boyolali. Mereka tetap dilayani di
Paroki Sumber karena jarak ke Gereja Boyolali terlalu jauh dan lebih dekat untuk
datang ke Gereja Wilayah St. Petrus Kanisius Lor Senowo, Paroki St. Maria
Lourdes (Martoyoto Wiyono, 2014: 2).
5. Situasi Umat Paroki St. Maria Lourdes, Sumber, Magelang
Berdasarkan data statistik per bulan April 2014 jumlah umat Paroki Sumber
berjumlah 1.151 KK dan terdiri dari 2.999 jiwa. Untuk memudahkan dalam
pengorganisasian umat, Paroki St. Maria Lourdes, Sumber dibagi menjadi 4
Wilayah dengan 33 Lingkungan sebagai berikut (Martoyoto Wiyono, 2014: 2-5).
37%
13%
32%
18%
Jumlah Umat Paroki St. Maria Lourdes, Sumber, Magelang
Sumber (465 KK; 1110 jiwa)
Juwono (133 KK; 382 jiwa)
Ngargomulyo (353 KK; 951 jiwa)
Lor Senowo (200 KK; 556 jiwa)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Jumlah Umat Wilayah St. Marta, Sumber St Yohanes Talun (19 KK / 41 Jiwa)
St Paulus Gejiwan (33 KK/86 Jiwa)
St Monica Duren (43 KK / 110 Jiwa)
St Yusup Kemiriombo (37 KK/72 Jiwa)
St Don Bosco Sumber (61 KK / 167 Jiwa)
St Yusup Berut (68 KK / 163 Jiwa)
St Yulius Berut (40 KK/109 Jiwa)
St Petrus Ngentak (68 KK/190 Jiwa)
St Paulus Diwak (57 KK/130 Jiwa)
St Pius Diwak (39 KK / 102 Jiwa)
Jumlah Umat Wilayah St. Yusup, Juwono St Yakobus Keron - Ngadipuro (20 KK / 46Jiwa)
St Albertus Balong (18 KK/57 Jiwa)
St Yusup Juwono (29 KK/98 Jiwa)
St Lukas Kwayuhan - Wates (30 KK/92Jiwa)
St Mikael Sempon - Selosari (36 KK/89Jiwa)
Jumlah Umat Wilayah St. Paulus, Ngargomulyo St Thomas Kalibening (54 KK/144 Jiwa)
St Alexander Sabrang (32 KK/83 Jiwa)
St Mateus Batur Duwur (26 KK/69 Jiwa)
St Petrus Kanisius Braman (31 KK/102Jiwa)Theresia Gemer (42 KK/119 Jiwa)
St Yohanes Pembaptis Gemer (42 KK/81Jiwa)St Maria Tangkil (27 KK/81 Jiwa)
St Yusup Tangkil (29 KK/71 Jiwa)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
6. Situasi Sosial dan Ekonomi Paroki St. Maria Lourdes, Sumber
Situasi sosial kemasyarakatan yang tercipta di Paroki St. Maria Lourdes,
Sumber sangat baik karena tercipta kerukunan, persaudaraan, dan gotong royong.
Hal ini juga terlihat dari kerja sama antar budaya dan agama misalnya saling
mengundang tokoh agama sebagai peserta atau pembicara dalam suatu kegiatan
bersama. Umat mengadakan Natalan tani, penyelenggaraan live in, bersilaturahmi
kepada umat beragama lain pada saat Idul Fitri, merayakan Suran, Muludan,
silaturahmi kepada Kamtibmas Polsek Dukun, mengadakan gelar budaya „Jagad
Bocah Merapi‟ bekerja sama dengan Padhepokan Tjipta Budaya, Sanggar Bangun
Budaya, dll (Martoyoto Wiyono, 2014: 11).
Secara ekonomi umat di Paroki St. Maria Lourdes, Sumber berada dalam
kelas menengah ke bawah karena sebagian besar umat bekerja sebagai petani dan
buruh. Umat Paroki Sumber sebagian kecil bekerja sebagai PNS, pegawai swasta,
pensiunan, karyawan, wiraswasta dll (Martoyoto Wiyono, 2014: 13-15).
Jumlah Umat Wilayah St. Petrus Kanisius, Lor Senowo
St Yusup Ngampel (18 KK / 50 Jiwa)
St Bartholomeus Kajangkoso (17 KK / 49Jiwa)St Gregorius Grogol (20 KK/61 Jiwa)
St Yakobus Krinjing (16 KK/48 Jiwa)
St Yohanes Dadapan (30 KK/90 Jiwa)
St Maria Sewukan (44 KK/134 Jiwa)
St Mateus Semen (43 KK/109 Jiwa)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
B. Gambaran Situasi Umum di Lingkungan St. Yusuf, Berut, Wilayah St.
Marta, Sumber, Paroki St. Maria Lourdes, Sumber
Lingkungan St. Yusuf merupakan pecahan dari Lingkungan St. Yulius,
Berut. Pada tahun 2005 Lingkungan St. Yulius dikembangkan menjadi satu
Lingkungan lagi yaitu St. Yusuf karena jumlah umat bertambah banyak. Setiap
Lingkungan mempunyai kepengurusan masing-masing, tetapi tetap saling
bekerjasama. Sedangkan penggunaan nama pelindung Lingkungan St. Yusuf
diambil dari nama baptis tokoh agama yang tinggal di Lingkungan tersebut yaitu
Bapak Yusup Somaatmaja [Lampiran 5: (5)].
1. Situasi Umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut, Wilayah St. Marta Sumber,
Paroki St. Maria Lourdes, Sumber
Secara geografis Lingkungan St. Yusuf, Berut berada di kelurahan Sumber,
kecamatan Dukun, kabupaten Magelang. Batas-batas Lingkungan St. Yusuf, Berut
sebagai berikut [Lampiran 5: (5)]:
- Sebelah Utara: Lingkungan St. Petrus, Ngentak, dan Lingkungan St. Paulus,
serta St. Pius, Diwak,
- Sebelah Selatan: Lingkungan St. Thomas, Kalibening,
- Sebelah Barat: Lingkungan St. Yulius, Berut,
- Sebelah Timur: Lingkungan St. Petrus, Ngentak,
Berdasarkan data per November 2014 Lingkungan St. Yusuf, Berut terdiri
dari 60 KK dengan 187 jiwa. Umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut mayoritas
adalah orang dewasa. Sedangkan pekerjaan umat 90% adalah petani dan buruh
(mencangkul, tandur, menambang pasir, buruh pabrik batu, dst). Sebagian kecil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
umat bekerja sebagai PNS dan pensiunan. Oleh sebab itu secara ekonomi umat
berada dalam kelas menengah ke bawah [Lampiran 5: (5)].
Situasi sosial di Lingkungan St. Yusuf dengan umat beragama lain terjalin
dengan baik. Keakraban antar umat beragama dapat dirasakan saat umat sedang
mengalami kerepotan (umat Katolik), umat Muslim ikut membantu dan
sebaliknya. Dalam organisasi pedesaan tidak ada pembedaan antara orang Katolik
dan Muslim misalnya arisan, kegiatan RT, dan kelompok tani, kerja bakti. Umat
Katolik dan Muslim membaur dalam berkesenian. Walaupaun kesenian tersebut
pendiri dan pelatihnya orang Katolik tetapi pesertanya dari umat Muslim.
Kebersamaan umat yang tercipta saat hari raya kurban, umat Katolik mendapatkan
daging kurban, pada saat lebaran umat Katolik ikut merayakan dengan saling
berkunjung untuk bersilaturahmi. Apabila ada umat yang meninggal semua warga
terlibat membantu, misalnya bila yang meninggal umat Katolik maka umat
Muslim diundang untuk mendoakan yang meninggal dengan cara tahlilan dan
sebaliknya [Lampiran 5: (5)-(6)].
2. Situasi Katekese Umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut, Wilayah St. Marta
Sumber, Paroki St. Maria Lourdes, Sumber
Umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut dalam keterlibatan hidup menggereja
masih sangat kurang. Sebagian sesar umat sangat sulit untuk terlibat, belum
mempunyai “greget” atau semangat dan belum ada kesadaran diri untuk
mengikuti kegiatan menggereja sehingga sedikit umat yang mau terlibat penuh.
Ketidakterlibatan umat dalam hidup menggereja dapat dilihat dari kedatangan
umat mengikuti Ekaristi di Gereja (Ekaristi harian maupun Ekaristi mingguan),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
pendalaman iman di Lingkungan, doa bersama dan kerja bakti membersihkan
Gereja [Lampiran 5: (6)].
Sedangkan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di Lingkungan St.
Yusuf adalah ibadat sabda setiap satu bulan sekali, rosario (bulan Mei dan
Oktober), pendalaman iman (BKSN, Adven, dan Prapaskah), PIA setiap minggu
dibantu oleh siswa-siswi dari SMA Vanlith Muntilan, jalan salib, kerja bakti
membersihkan Gereja, tugas koor setiap 10 minggu sekali bekerjasama dengan
Lingkungan St. Yulius, kegiatan WK (Wanita Katolik) setiap Senin paing, dan
Novena bersama [Lampiran 5: (6)].
Katekese umat yang sudah berjalan di Lingkungan St. Yusuf dilaksanakan
pada masa Adven, Prapaskah dan BKSN walaupun menurut kesepakatan katekese
umat dilaksanakan satu bulan sekali. Keterlibatan umat dalam menghadiri
katekese umat belum merata artinya sebagian kecil umat yang mau datang. Umat
harus diajak satu persatu dan biasanya yang hadir adalah orang dewasa dan tua,
serta beberapa anak remaja yang memiliki tugas sekolah [Lampiran 5: (8)].
Keterlibatan umat dalam proses katekese umat masih pasif karena sebagian
besar umat kurang berpendidikan sehingga banyak umat hanya sebagai
pendengar. Sebagian besar umat kurang bisa mengolah pengalaman hiduo
menjadi pengalaman iman. Umat yang aktif dalam berkatekese hanya orang-orang
tertentu dan umat akan aktif pada saat menyampaikan doa umat dengan
menggunakan bahasa yang sederhana. Oleh karena itu hambatan yang dihadapi
Lingkungan adalah umat yang aktif mengungkapkan gagasan terbatas, umat sulit
untuk menyampaikan pengalaman hidup dan pengalaman iman, kurangnya sarana
pendukung karena sarana yang di miliki Lingkungan sangat terbatas, peserta atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
umat yang datang kebanyakan orang-orang tua, susah mengajak umat untuk
terlibat walaupun setiap pertemuan sudah diingatkan, daya tangkap umat kurang
karena lelah bekerja. Sedangkan dukungan dari Lingkungan adalah tersedianya
tempat yang digunakan untuk berkatekese dengan cara bergiliran bagi umat yang
bersedia rumahnya digunakan untuk berkumpul [Lampiran 5 :(8)].
Pendamping katekese umat adalah prodiakon atau ketua Lingkungan hal ini
dilakukan karena tidak semua umat mampu memandu katekese umat. Proses
katekese umat yang sejauh ini sudah berjalan adalah lagu pembukaan, doa
pembukaan, pengantar, bacaan Kitab Suci, pembahasan teks Kitab Suci, sharing
pengalaman hidup, rangkuman, doa umat, doa penutup dan doa malam, serta lagu
penutup jika diperlukan. Akan tetapi pada langkah-langkah tersebut tidak selalu
sama karena bisa sharing pengalaman hidup kemudian pembacaan Kitab Suci dan
pembahasannya. Dalam hal ini pendamping berperan sebagai pemandu, dan
memberikan pengarahan/penjelasan isi teks Kitab Suci dengan penggunaan sarana
pendukung (Kitab Suci, Kidung Adi, atau buku panduan) [Lampiran 5: (7)].
Umat dan pendamping saling bekerjasama dengan harapan umat dapat
terlibat aktif dalam proses berkatekese dan menghadirinya dengan kesadaran
supaya menjadi umat yang berkualitas dalam iman, dan pendamping dapat
memandu dengan kreatif supaya umat antusias mengikutinya. Sedangkan usulan
yang diharapkan Lingkungan adalah mencari sarana yang menarik misalnya
penggunaan LCD untuk menampilkan foto, gambar, video, umat lebih peka dan
tahu kebutuhan Lingkungan, adanya pembekalan untuk para pendamping katekese
umat, serta mencetak katekis yang handal [Lampiran 5: (9)].
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
C. Penelitian tentang Sumbangan Katekese Umat dalam Rangka
Meningkatkan Pengahayatan Iman di Lingkungan St. Yusuf, Berut,
Wilayah St.Marta, Sumber, Paroki St. Maria Lourdes, Sumber, Magelang
Berdasarkan permasalahan yang ada penulis melakukan penelitian supaya
mendapatkan data-data yang diperlukan untuk mengetahui seberapa besar
sumbangan katekese umat dalam meningkatkan penghayatan iman di Lingkungan
St. Yusuf, Berut. Dalam kehidupan umat katekese umat dan iman saling berkaitan
karena iman perlu dikembangkan dan katekese umat merupakan salah satu cara
untuk meningkatkan penghayatan iman.
1. Latar Belakang Penelitian
Setiap Lingkungan memiliki kegiatan rohani yang bertujuan untuk
menumbuhkan iman supaya semakin dewasa. Umat diharapkan dapat terlibat aktif
di dalamnya supaya mereka dapat menjadi saksi Kristus dalam kehidupan. Salah
satu kegiatan Lingkungan yang sangat menarik adalah ketekese umat. Akan tetapi
umat kurang mempunyai kepedulian terhadap kegiatan tersebut. Umat biasanya
lebih tertarik untuk mengikuti doa devosi seperti doa Rosario dari pada mengikuti
katekese umat. Berdasarkan pengamatan umat di Lingkungan St. Yusuf masih
banyak umat yang belum beriman. Hal ini terlihat dari kepekaan, kepedulian, dan
kesadaran diri dalam menghidupi Gereja dan menghadapi kehidupan. Umat
kurang mampu mendalami pengalaman hidup sehari-hari menjadi bermakna.
Oleh sebab itu penulis melaksanakan penelitian untuk mengetahui seberapa
besar sumbangan katekese umat terhadap penghayatan iman di Lingkungan St.
Yusuf, Berut. Kehadiran katekese umat pasti membawa nilai positif dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
kehidupan iman umat yaitu membantu umat meningkatkan penghayatan iman
sehingga dapat bersaksi di tengah-tengah masyarakat.
2. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang penelitian, dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
a. Bagaimana gambaran katekese umat yang berlangsung di Lingkungan St.
Yusuf, Berut?
b. Apa hambatan umat dalam mengikuti katekese umat yang ada di Lingkungan
St. Yusuf, Berut?
c. Apa harapan umat terhadap terlaksananya katekese umat di Lingkungan St.
Yusuf, Berut?
d. Sejauh mana sumbangan katekese umat dalam meningkatkan penghayatan
iman?
3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui gambaran umum katekese umat yang berlangsung di
Lingkungan St. Yusuf, Berut.
b. Untuk mengetahui hambatan-hambatan umat dalam mengikuti ketekese umat
di Lingkungan St. Yusuf, Berut.
c. Untuk mengetahui harapan umat terhadap katekese umat di Lingkungan St.
Yusuf, Berut supaya menjadi lebih baik lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
d. Untuk mengetahui sejauh mana sumbangan katekese umat dalam
meningkatkan penghayatan iman.
4. Metodologi Penelitian
a. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
diskriptif. Metode diskriptif berusaha untuk memecahkan masalah berdasarkan
data-data yang diperoleh kemudian disusun, dijelaskan, dan dianalisis (Cholik
Narbuko & Abu Achmadi, 2007: 44).
b. Jenis Penelitian
Penulis dalam penelitian menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah memahami fenomena yang dialami responden secara holistik dan
deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, serta pada suatu konteks yang
sedang dialami dengan menggunakan metode alamiah (Moleong, 2012: 6).
c. Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitian, penulis menggunakan alat pengumpulan data berupa
kuesioner. Kuesioner merupakan daftar pertanyaan/pernyataan yang bersifat
terbuka/tertutup. Sifat kuesioner yang dipilih adalah kuesioner tertutup. Kuesioner
tertutup merupakan kuesioner yang berbentuk sedemikian rupa sehingga
responden diminta memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dalam
dirinya, dengan memberi tanda silang (Riduwan, 2013: 72). Penulis menggunakan
kuesioner langsung yaitu daftar pertanyaan yang dikirim kepada responden secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
langsung. Dengan menggunakan tipe pilihan kuesioner fact finding yaitu jawaban
koesioner yang disediakan ada dua pilihan sedangkan tipe item multiple choice
jawaban yang disediakan lebih dari dua pilihan (Sutrisna Hadi, 2004b: 178).
d. Tempat Penelitian
Penulis melaksanakan penyebaran dan pengisian kuesioner kepada
responden untuk melakukan penelitian tentang sumbangan katekese umat dalam
meningkatkan penghayatan iman dilakukan di Lingkungan St. Yusuf, Berut.
e. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan penulis untuk melakukan penelitian adalah 5 hari.
Kegiatan penyebaran dan pengisian kuesioner dimulai pada tanggal 6-8 Desember
2014 dan tanggal 15-16 Desember 2014. Penulis menyebarkan kuesioner kepada
responden dengan cara mendatangi langsung ke rumah responden.
f. Responden
Responden merupakan orang-orang yang berperan sebagai penjawab atas
pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian (Pusat Bahasa Depenas, 2015: 952).
Responden dalam penelitian ini adalah umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut yang
berusia 30 tahun ke atas dengan jumlah keseluruhan ada 100 jiwa.
g. Sampel
Sampel merupakan sebagian responden yang akan diteliti. Populasi
merupakan semua responden dari sampel (Sutrisna Hadi, 2004: 77). Penelitian ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
menggunakan teknik random sampling yaitu pengambilan sampel secara
random/acak (Sutrisna Hadi, 2004: 82-84). Purposive sampling merupakan jenis
sampel yang digunakan karena pemilihan responden berdasarkan ciri-ciri tertentu
supaya penelitian dapat mencapai tujuan (Sutrisna Hadi, 2004: 91). Sampel
diambil dari 60 % dari 100 responden (populasi) yaitu 60 responden dengan
kriteria: umat Lingkungan St. Yusuf, Berut, berusia 30 tahun ke atas, dan terlibat
aktif maupun tidak terlibat aktif dalam katekese umat.
h. Variabel Penelitian
Variabel merupakan konsep yang dapat diukur, dan memiliki dua nilai atau
lebih yang berasal dari satu unit yaitu dari pribadi/kelompok/satu unit dengan
waktu yang berbeda (Labovitz & Hagelorn, 1982: 29). Variabel dalam penelitian
ini adalah katekese umat dan meningkatkan penghayatan iman umat di
Lingkungan St. Yusuf, Berut. Variabel yang diungkap adalah identitas responden,
pemahaman dan keterlibatan umat dalam katekese umat, penghayatan dan
perwujudan iman dalam katekese umat. Untuk lebih memperjelas variabel
penelitian yang diungkap dalam penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 1: Variabel Penelitian
No. Variabel yang
diungkap
Aspek yang diungkap No. Item Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5)
1.
Identitas responden
a. Jenis kelamin
b. Usia
c. Pendidikan
d. Pekerjaan
1
2
3
4
1
1
1
1
2. Pemahaman dan a. Pemahaman umat 5, 6, 7, 8, 9, 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
(1) (3) (4) (5)
keterlibatan umat
dalam katekese
umat
terhadap katekese umat
b. Keterlibatan umat
dalam katekese umat
c. Hambatan yang terjadi
dalam katekese umat
d. Dukungan yang
dibutuhkan dalam
ketekese umat
e. Harapan terhadap
katekese umat
Usulan terhadap
katekese umat
10, 11,12
13, 14, 15,
16, 17
18, 19, 20,
21
22, 23,24
25, 26, 27,28
29, 30, 31
5
4
3
4
3
3. Penghayatan, dan
perwujudan, iman
dalam katekese
umat
a. Pemahaman umat
terhadap iman
b. Penghayatan iman
katolik dalam katekese
umat
c. Perwujudan iman
dalam katekese umat
d. Peran katekese umat
dalam meningkatkan
penghayatan iman
32, 33, 34
35, 36, 37,
38
39, 40, 41,
42, 43
44, 45, 46,
47, 48, 49,
50
3
4
5
7
JUMLAH 50
i. Teknik Analisis Data
Dalam pengolahan data hasil penelitian, rumus yang digunakan adalah
(
). (J) adalah jumlah jawaban responden yang masuk, (N) adalah
jumlah responden keseluruhan, dan 100% adalah prosentase keseluruhan
(Riduwan, 2013: 89).
D. Hasil Penelitian tentang Sumbangan Katekese Umat dalam Rangka
Meningkatkan Penghayatan Iman Umat Lingkungan St. Yusuf, Berut.
Hasil penelitian yang disajikan setelah melakukan penelitian adalah
katekese umat yang terlaksana di Lingkungan dan sumbangan katekese umat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
dalam meningkatkan penghayatan iman. Data-data yang diperoleh penelitian
adalah identitas responden, pemahaman dan keterlibatan umat serta penghayatan
dan perwujudan iman dalam katekese umat.
Penyebaran kuesionder dilakukan selama 5 hari yaitu dari tanggal 6-8
Desember 2014 dan 15-16 Desember 2014. Dari 60 kuesioner yang disebarkan
ada 52 yang kembali dan 8 tidak kembali.
Berikut ini hasil pengolahan data berdasarkan masing-masing variabel dari
52 kuesioner yang disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
1. Identitas Responden
Pada variabel identitas responden terdiri dari jenis kelamin, usia,
pendidikan, dan pekerjaan responden yang terungkap dalam tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Identitas Responden
N= (52)
No Pertanyaan Jumlah %
(1) (2) (3) (4)
1. Jenis kelamin
a. Laki-laki
b. Perempuan
24
28
46,15
53,85
2.
Usia
a. Kurang dari 35 tahun
b. 36-45 tahun
c. 46-55 tahun
d. Lebih dari 56 tahun
13
22
8
9
25,00
42,31
15,38
17,31
3.
Pendidikan terakhir
a. SD
b. SMP
c. SMA/SMK
d. Perguruan tinggi
10
11
19
12
19,23
21,15
36,54
23,08
4.
Pekerjaan
a. Petani
b. Buruh/karyawan
30
14
57,70
26,92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
(1) (2) (3) (4)
c. Wiraswasta
d. PNS
7
1
13,46
1,92
Berdasarkan tabel 2 di atas sebagian besar responden berjenis kelamin
perempuan 53,85% (28 orang), walaupun perbandingannya tidak terlalu jauh
dengan responden yang berjenis kelamin laki-laki 46,15% (24 orang).
Sebagian besar responden yang berusia 36-45 tahun ada 42,31% (22 orang),
sedangkan sebagian lagi responden yang berusia kurang dari 35 tahun ada 25,00%
(13 orang), berusia lebih dari 50 tahun ada 17,31% (9 orang), dan berusia 46-55
tahun 15,38% (8 orang).
Ada pun sebagian besar pendidikan terakhir responden adalah SMA/SMK
36,54% (19 orang), perguruan tinggi 23,08% (12 orang), SMP 21,15% (11 orang),
dan SD 19,23% (10 orang). Sedangkan sebagian besar responden bekerja sebagai
petani 57,69% (30 orang), dan sebagian kecil umat bekerja sebagai
buruh/karyawan 26,92% (14 orang), wiraswasta 13,46% (7 orang), dan PNS
1,92% (1 orang).
2. Pemahaman dan Keterlibatan Umat dalam Katekese Umat
Pada variabel pemahaman dan keterlibatan umat dalam katekese umat
terdiri dari pemahaman umat terhadap katekese umat, keterlibatan umat dalam
katekese umat, hambatan yang terjadi dalam katekese umat, dukungan yang
dibutuhkan dalam ketekese umat, harapan terhadap katekese umat dan usulan
terhadap katekese umat. Variabel pemahaman dan keterlibatan umat dalam
katekese umat terungkap dalam tabel berikut ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
a. Pemahaman Umat terhadap Katekese Umat
Tabel 3. Pemahaman Umat terhadap Katekese Umat
N= (52)
No Pertanyaan Jumlah %
(1) (2) (3) (4)
5. Pengertian katekese umat
a. Pendalaman Kitab Suci
b. Saling membagikan pengalaman iman
c. Ibadat Sabda
d. Doa Rosario
27
21
0
4
51,93
40,38
0,00
7,69
6. Tujuan ketekese umat
a. Saling membagikan pengalaman iman antar umat
b. Mengolah pengalaman hidup melalui terang Kitab
Suci
c. Pendewasaan iman dan kesaksian iman di tengah-
tengah masyarakat
d. Berdoa bersama
10
22
17
3
19,23
42,31
32,69
5,77
7.
Isi katekese umat
a. Pengalaman hidup sehari-hari
b. Pengalaman iman Gereja yang ada di dalam Kitab
Suci
c. Ajaran Gereja tentang dokumen Gereja
d. Doa
28
17
1
6
53,85
32,69
1,92
11,54
8. Sarana yang digunakan dalam katekese umat
a. Teks Kitab Suci yang akan dibahas
b. Buku lagu dan buku doa
c. Buku panduan
d. Sarana dari kreatifitas pendamping
24
4
14
10
46,15
7,70
26,92
19,23
9.
Model katekese umat
a. Menggali pengalaman hidup
b. Pendalaman Kitab Suci
c. Campuran (menggali pengalaman hidup dan
pendalaman Kitab Suci)
d. Doa bersama
20
17
4
11
38,46
32,69
7,70
21,15
10.
Langkah-langkah yang terjadi dalam katekese umat
a. Pembukaan, pembacaan teks Kitab Suci, cerita
pengalaman hidup berdasarkan Kitab Suci,
pendalaman pengalaman hidup dan Kitab Suci, doa
umat dan penutup
b. Pembukaan, pengalaman hidup umat, mendalami
teks Kitab Suci, menerapkan iman Kristiani dalam
situasi umat dan mengusahakan suatu aksi konkret
dalam kehidupan, doa umat dan penutup
14
19
26,92
36,54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
(1) (2) (3) (4)
c. Pembukaan, pembacaan teks Kitab Suci, doa umat
dan doa penutup
d. Pembukaan, pembacaan teks Kitab Suci,
pendalaman Kitab Suci, pendalaman pengalaman
hidup, penerapan iman Kristiani, doa umat dan
penutup.
3
16
5,77
30,77
11. Tema katekese umat sesuai dengan situasi dan kondisi
umat
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
9
14
26
3
17,31
26,92
50,00
5,77
12. Pemimpin katekese umat
a. Ketua Lingkungan
b. Prodiakon
c. Umat yang ditunjuk
d. Umat secara bergantian
20
12
12
8
38,46
23,08
23,08
15,38
Berdasarkan tabel 3 di atas pemahaman umat terhadap pengertian katekese
umat sebagian besar responden menjawab pendalaman Kitab Suci 51,93% (27
orang), katekese umat merupakan saling membagikan pengalaman iman 40,38%
(21 orang). Tetapi ada juga responden yang menjawab katekese umat merupakan
doa Rosario 7,69% (4 orang) dan tidak ada responden yang menjawab katekese
umat merupakan ibadat sabda.
Pemahaman responden terhadap tujuan katekese umat sebagian besar
responden menjawab mengolah pengalaman hidup melalui terang Kitab Suci
42,31% (22 orang), dan membagikan pengalaman iman antar umat 19,23% (10
orang). tujuan katekese umat adalah pendewasaan iman dan kesaksian iman di
tengah- masyarakat 32,69% (17 orang), dan berdoa bersama 5,77% (3 orang).
Isi katekese umat yang sejauh ini dilaksanakan di Lingkungan St. Yusuf
adalah pengalaman hidup sehari-hari 53, 85% (28 orang). Sedangkan pengalaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
iman Gereja yang ada di dalam Kitab Suci 32, 69% (17 orang), ajaran Gereja
tentang dokumen Gereja 1, 92% (1 orang), dan doa bersama 11,54% (6 orang).
Sedangkan sarana yang digunakan dalam katekese umat sebagian besar
responden menjawab sarana teks Kitab Suci yang akan dibahas 46,15% (24
orang), dan 7, 69% (4 orang) menjawab buku lagu dan buku doa. Sarana lain yang
digunakan dalam berkatekese adalah buku panduan 26,92 % (14 orang), dan
sarana dari kreatifitas pendamping 19,23% (10 orang).
Model katekese umat yang biasanya digunakan di Lingkungan adalah 38,
46% (20 orang) menjawab menggali pengalaman hidup dan pendalaman Kitab
Suci 32,69% (17 orang). Sedangkan 21,15% (11 orang) menjawab katekese umat
model doa bersama, dan 7,70% (4 orang) responden menjawab model campuran
(menggali pengalaman hidup dan pendalaman Kitab Suci).
Adapun langkah-langkah yang terjadi dalam katekese umat di Lingkungan
sebagian besar responden menjawab pembukaan, pengalaman hidup umat,
mendalami teks Kitab Suci, menerapkan iman Kristiani dalam situasi umat dan
mengusahakan suatu aksi konkret dalam kehidupan, doa umat dan penutup
36,54% (19 orang), dan 30,77% (16 orang) responden menjawab pembukaan,
pembacaan teks Kitab Suci, pendalaman Kitab Suci, pendalaman pengalaman
hidup, penerapan iman Kristiani, doa umat dan penutup. Sedangkan responden
yang menjawab langkah-langkah pembukaan, pembacaan teks Kitab Suci, cerita
pengalaman hidup berdasarkan Kitab Suci, pendalaman pengalaman hidup dan
Kitab Suci, doa umat dan penutup 26,92% (14 orang), serta pembukaan,
pembacaan teks Kitab Suci, doa umat dan doa penutup 5,77% (3 orang).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Kesesuaian tema katekese umat terhadap situasi dan kondisi umat di
Lingkungan sebagian besar responden menjawab kadang-kadang sesuai 50,00%
(26 orang), dan sering sesuai 26,92% (14 orang). Sedangkan 17,31% (9 orang)
responden menjawab tema katekese umat selalu sesuai dan 5,77% (3 orang)
responden menjawab tidak pernah sesuai.
Pemimpin katekese umat yang sering terlaksana di Lingkungan adalah
38,46% (20 orang) menjawab ketua Lingkungan, dan prodiakon sebanyak 23,08%
(12 orang). 23,08% (12 orang) responden menjawab umat yang ditunjuk, dan
15,38% (8 orang) menjawab umat secara bergantian.
b. Keterlibatan Umat dalam Katekese Umat
Tabel 4. Keterlibatan Umat dalam Katekese Umat
N= (52)
No Pertanyaan Jumlah %
(1) (2) (3) (4)
13. Keterlibatan umat mengikuti katekese umat
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
4
10
33
5
7,70
19,23
63,46
9,61
14.
Ketertarikan umat mengikuti katekese umat
a. Sangat tertarik
b. Tertarik
c. Kurang tertarik
d. Tidak tertarik
5
41
6
0
9,61
78,85
11,54
0,00
15.
Motivasi umat mengikuti ketekese umat
a. Kebutuhan dan kerinduan akan sabda Tuhan
b. Ingin berkumpul bersama.
c. Memperdalam iman
d. Keterpaksaan atau ikut-ikutan
20
6
24
2
38,46
11,54
46,15
3,85
16.
Sikap umat dalam mengikuti katekese umat
a. Diam saja atau pasif
b. Berbicara jika ditunjuk
2
9
3,85
17,31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
(1) (2) (3) (4)
c. Mengikuti arahan pendamping
d. Aktif dengan terlibat dalam proses katekese umat
24
17
46,15
32,69
17. Situasi umat dalam mengikuti kegiatan katekese umat
di Lingkungan
a. Umat terlibat aktif
b. Umat sebagai peserta mengikuti alur yang diarahkan
pembimbing
c. Umat pasif dan cuek
d. Umat kurang menciptakan suasana kekeluargaan
12
26
3
11
23,08
50,00
5,77
21,15
Berdasarkan tabel di atas keterlibatan umat dalam mengikuti katekese umat
di Lingkungan sebagian responden menjawab kadang-kadang mengikuti katekese
umat 63,46% (33 orang), dan 19,23% (10 orang) menjawab sering mengikuti
katekese umat. Sedangkan 9,61% (5 orang) menjawab tidak pernah mengikuti
katekese umat, dan 7,70% (4 orang) menjawab selalu mengikuti ketekese umat.
Sebagian besar responden tertarik mengikuti katekese umat 78,85% (41
orang), dan 11,54% (6 orang) kurang tertarik. Sedangkan 9,61 % (5 orang)
menjawab sangat tertarik mengikuti katekese umat, dan tidak ada responden yang
menjawab tidak pernah tertarik..
Motivasi umat mengikuti katekese umat 46,15% (24 orang) menjawab
memperdalam iman, 38,46% (20 orang) menjawab kebutuhan dan kerinduan
sabda Tuhan. Sedangkan motivasi lain ingin berkumpul bersama umat lain
11,54% (6 orang), dan motivasi karena keterpaksaan/ikut-ikutan 3,85% (2 orang).
Sikap umat dalam mengikuti katekese umat sebagian besar responden
mengikuti arahan pendamping 46,15% (24 orang), dan 32,69% (17 orang) terlibat
aktif dalam proses katekese umat. Sedangkan sikap umat berbicara jika ditunjuk
17,31% (9 orang), dan sikap diam atau pasif 3,85% (2 orang).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Situasi umat dalam mengikuti katekese umat adalah umat mengikuti alur
yang diarahkan pendamping 50,00% (26 orang), dan umat terlibat aktif 23,08%
(12 orang). Sedangkan 21,15% (11 orang) situasi umat kurang menciptakan
suasana kebersamaan, dan 5,77% (3 orang) menjawab situasi umat pasif dan cuek.
c. Hambatan yang terjadi dalam Katekese Umat
Tabel 5. Hambatan yang terjadi dalam Katekese Umat
N= (52)
No Pertanyaan Jumlah %
(1) (2) (3) (4)
18. Hambatan yang dialami selama mengikuti proses
katekese umat
a. Kesulitan untuk memahami proses katekese umat
b. Kesulitan untuk mengungkapkan pengalaman
hidup
c. Kesulitan untuk merenungkan pengalaman hidup
d. Kesulitan untuk menanggapi pokok pembicaraan
9
14
19
10
17,31
26,92
36,54
19,23
19.
Hambatan yang dirasakan dari pihak Lingkungan
berkaitan dengan pelaksanaan katekese umat
a. Pendamping kurang kreatif sehingga terpaku pada
teks
b. Pendamping kurang mempunyai pengetahuan
cukup tentang bahan katekese umat
c. Kurangnya dukungan sarana dari Lingkungan
d. Tidak tersedianya tempat untuk melakukan
katekese umat
14
7
26
5
26,92
13,46
50,00
9,62
20.
Hambatan dalam diri untuk mengikuti katekese umat
a. Kesibukan
b. Kurang peduli/malas
c. Memiliki masalah pribadi
d. Lelah setelah seharian bekerja
23
11
0
18
44,23
21,15
0,00
34,62
21. Hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan katekese
umat
a. Katekese umat terlalu lama
b. Tidak tepat waktu
c. Tercipta suasana emosional yang tidak mendukung
d. Tercipta lingkungan fisik yang kurang mendukung
16
9
12
15
30,77
17,31
23,08
28,84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Berdasarkan tabel di atas hambatan yang dialami umat salama mengikuti
katekese umat adalah kesulitan untuk merenungkan pengalaman hidup 36,54%
(19 orang), dan kesulitan untuk mengungkapkan pengalaman hidup 26,92% (14
orang). Sedangkan responden yang menjawab kesulitan untuk menanggapi pokok
pembicaraan pokok pembicaraan 19,23% (10 orang), dan 17,31% (9 orang)
responden menjawab kesulitan untuk memahami proses katekese umat.
Hambatan yang umat rasakan dari pihak Lingkungan adalah 50,00% (26
orang) responden menjawab kurangnya sarana pendukung, dan 26,92% (14 orang)
responden pendamping kurang kreatif sehingga terpaku pada teks. Sedangkan
sebagian kecil responden menjawab pendamping kurang mempunyai pengetahuan
yang cukup tentang katekese umat 13,46% (7 orang), dan 9,62% (5 orang)
responden menjawab tidak tersedianya tempat untuk melakukan katekese umat.
Hambatan dalam diri umat untuk mengikuti katekese umat di Lingkungan
sebagain besar responden menjawab kesibukan 44,23% (23 orang), dan 34,61%
(18 orang) responden menjawab lelah setelah seharian bekerja. Sedangkan
hambatan dalam diri yaitu kurang peduli atau malas terhadap kegiatan katekese
umat 21,15% (11 orang) dan bahkan tidak ada responden yang menjawab
memiliki masalah pribadi dalam mengikuti katekese umat.
Hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan katekese umat sebagaian besar
responden menjawab katekese umat terlalu lama 30,77% (16 orang), dan tercipta
lingkungan fisik yang kurang mendukung 28,84% (15 orang). Sebagian kecil
responden menjawab hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan katekese umat
tercipta suasana emosional yang tidak mendukung 23,08% (12 orang), dan
17,31% (9 orang) responden menjawab tidak tepat waktu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
d. Dukungan yang Dibutuhkan dalam Katekese Umat
Tabel 6. Dukungan yang Dibutuhkan dalam Katekese Umat
N= (52)
No Pertanyaan Jumlah %
(1) (2) (3) (4)
22. Waktu yang ideal/cocok untuk katekese umat
a. Kurang dari 60 menit
b. 60 menit-90 menit
c. 90 menit-120 menit
d. Lebih dari 120 menit
19
29
4
0
36,54
55,77
7,69
0,00
23. Dukungan Lingkungan yang dirasakan selama
mengikuti katekese umat
a. Menyediakan tempat
b. Menyediakan sarana pendukung
c. Adanya pendamping/pemandu katekese umat
d. Menyediakan dana
18
17
17
0
34,62
32,69
32,69
0,00
24.
Dukungan dalam diri untuk mengikuti katekese umat
a. Mempunyai waktu luang untuk mengikuti katekese
umat
b. Mempunyai kesadaran diri untuk terlibat aktif
dalam proses katekese umat
c. Mempunyai kerinduan untuk dekat dengan Sabda
Allah
d. Keterbukaan untuk menyediakan tempat untuk
katekese umat
8
23
18
3
15,38
44,23
34,62
5,77
Berdasarkan tabel diatas waktu yang ideal atau untuk katekese umat,
responden menjawab 60 menit-90 menit 55,76% (19 orang), dan 36,54% (19
orang) responden menjawab kurang dari 60 menit. Sedangkan 7,69% (4 orang)
responden menjawab 90 menit-120 menit.
Dukungan Lingkungan untuk terselenggaranya katekese umat sebagian
responden menjawab menyediakan tempat 34,62% (18 orang), dan Lingkungan
menyediakan sarana pendukung 32,69% (17 orang). Sebagian kecil responden
menjawab adanya pendamping/pemimpin katekese umat 32,69% (17 orang).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Dukungan yang ada dalam diri umat sebagian responden mempunyai
kesadaran diri terlibat aktif dalam proses katekese umat 44,23% (23 orang), dan
34,62% (18 orang) menjawab mempunyai kerinduan untuk dekat dengan sabda
Allah. Sedangkan dukungan lain umat memiliki waktu luang 15,38% (8 orang),
dan 5,77 (3 orang) responden keterbukaan menyediakan tempat.
e. Harapan terhadap Katekese Umat
Tabel 7. Harapan terhadap Katekese Umat
N= (52)
No Pertanyaan Jumlah %
(1) (2) (3) (4)
25.
Harapan terhadap katekese umat yang akan datang
a. Katekese umat dikemas dengan menarik
b. Menggunakan sarana pendukung
c. Menjawab kebutuhan umat
d. Menciptakan suasana yang menyenangkan penuh
persaudaraan
13
2
7
30
25,00
3,85
13,46
57,69
26.
Harapan terhadap proses katekese umat
a. Umat terlibat aktif sehingga dapat memahami
materi katekese umat
b. Tercipta suasana yang bersahabat (saling
menghormati)
c. Isi sesuai dengan kebutuhan umat
d. Dapat disusun secara menarik
20
15
4
13
38,46
28,85
7,69
25,00
27.
Harapan terhadap pendamping katekese umat
a. Pendamping lebih kreatif dan aktif melibatkan
semua umat
b. Pendamping memiliki pengetahuan yang cukup
c. Pendamping terampil dalam berkomunikasi
d. Pendamping terampil mengajak umat merenungkan
pengalaman hidup
26
5
4
17
50,00
9,62
7,69
32,69
28.
Katekese umat yang menarik
a. Menjawab kebutuhan umat
b. Dapat menantang umat untuk menghadapi
perkembangan zaman dan permasalahanya
c. Dapat mengajak umat terlibat aktif dalam proses
pendalaman iman
13
8
3
25,00
15,38
5,77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
(1) (2) (3) (1)
d. Dapat mengajak umat terlibat aktif dalam hidup
menggereja dan masyarakat
28 53,85
Tabel 7 di atas menunjukkan harapan responden terhadap katekese umat,
sebagian besar responden menjawab menciptakan suasana menyenangkan penuh
persaudaraan 57,69% (30 orang), dan katekese umat dikemas dengan menarik
25,00% (13 orang). Harapan umat terhadap katekese umat 13,46% (7 orang)
responden menjawab katekese umat dapat menjawab kebutuhan umat, dan 3,85%
(2 orang) responden menjawab menggunakan sarana pendukung.
Harapan umat terhadap proses katekese umat 38,46% (20 orang) responden
menjawab umat terlibat aktif sehingga dapat memahami materi katekese umat,
dan 28,85% (15 orang) tercipta suasana yang bersahabat. Sedangkan 25,00% (13
orang) menjawab proses katekese umat dapat disusun secara menarik, dan 7,69%
(4 orang) menjawab isi katekese umat sesuai kebutuhan umat.
Ada pun harapan terhadap pendamping katekese umat sebagian besar
responden menjawab pendamping lebih kreatif dan aktif melibatkan semua umat
50,00% (26 orang), dan pendamping terampil mengajak umat merenungkan
pengalaman hidup 32,69% (17 orang). Sedangkan 9,62% (5 orang) responden
menjawab pendamping memiliki pengetahuan yang cukup, dan 7,69% ( 4 orang)
responden menjawab pendamping terampil berkomunikasi.
Katekese umat yang menarik adalah katekese umat yang dapat mengajak
umat terlibat aktif dalam hidup menggereja dan masyarakat 53,85% (28 orang),
dan 25,00% (13 orang) responden katekese umat yang dapat menjawab kebutuhan
umat. Katekese umat yang menarik adalah dapat menantang umat menghadapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
perkembangan zaman 15,38% (8 orang), dan mengajak umat terlibat aktif dalam
katekese umat 5,77% (3 orang).
f. Usulan terhadap Katekese Umat
Tabel 8. Usulan terhadap Katekese Umat
N=(52)
No Pertanyaan Jumlah %
(1) (2) (3) (4)
29.
Usulan untuk katekese umat yang akan datang
a. Menyediakan sarana dan menggunakan metode
yang menarik
b. Adanya pelatihan untuk para pendamping/pemandu
katekese umat
c. Pendamping kreatif sehingga umat dapat saling
membagikan pengalaman hidup
d. Menciptakan suasana yang mendukung
5
6
9
32
9,62
11,54
17,31
61,53
30.
Tema yang menarik untuk diangkat dalam katekese
umat yang akan datang
a. Lingkungan hidup
b. Kesetaraan gender
c. Memperjuangkan keadilan
d. Membangun kebersamaan
7
3
3
39
13,46
5,77
5,77
75,00
31.
Usulan untuk pendamping katekese umat
a. Pendamping dapat membangkitkan suasana
kekeluargaan
b. Pendamping menguasai bahan dan dapat
menyajikan materi dengan menarik
c. Pendamping menggunakan bahasa yang sederhana
d. Pendamping dapat menjadi motivator umat
27
11
4
10
51,93
21,15
7,69
19,23
Tabel di atas menunjukkan usulan katekese umat 61,53% (32 orang)
responden menjawab menciptakan suasana yang mendukung, dan pendamping
kreatif sehingga dapat saling membagikan pengalaman hidup 17,31% (9 orang).
Adapun 11,54% (6 orang) mengusulkan pelatihan untuk para pendamping, dan
9,62% (5 orang) menyediakan sarana dan menggunakan metode yang menarik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Sedangkan tema yang menarik untuk diangkat dalam katekese umat
sebagian besar responden menjawab tema membangun kebersamaan 79,00% (39
orang), dan tema lingkungan hidup 13,46% (7 orang). Sedangkan 5,77% (3
orang) responden menjawab katekese umat dengan tema kesetaraan gender dan
5,77% (3 orang) responden menjawab tema memperjuangkan keadilan.
Usulan responden terhadap pendamping katekese umat adalah pendamping
dapat membangkitkan suasana kekeluargaan 51,93% (27 orang), dan pendamping
menguasai bahan dan menyajikan materi dengan menarik 21,15% (11 orang).
Sedangkan usulan pendamping katekese umat adalah pendamping dapat menjadi
motivator bagi umat 19,23% (10 orang), dan pendamping dapat menggunakan
bahasa yang sederhana 7,69% (4 orang).
3. Pengahayatan dan Perwujudan Iman dalam Katekese Umat
Variabel penghayatan dan perwujudan iman dalam katekese umat terdiri
dari pemahaman umat terhadap iman, penghayatan iman dan perwujudan iman
dalam katekese umat, serta peran katekese umat dalam meningkatkan
penghayatan iman. Variabel tersebut dijabarkan dalam tabel berikut:
a. Pemahaman Umat terhadap Iman
Tabel 9. Pemahaman Umat terhadap Iman
N=(52)
No Pertanyaan Jumlah %
(1) (2) (3) (4)
32.
Arti iman
a. Gambaran hubungan manusia dengan Tuhan dan
30
57,69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
(1) (2) (3) (4)
tanggapan manusia akan wahyu-Nya
b. Iman merupakan sumber dan pusat dari
keseluruhan kehidupan keagamaan sehingga
manusia dapat menanggapi rencana Tuhan.
c. Sikap penyerahan diri secara total kepada Allah
d. Iman merupakan ikatan pribadi antara manusia
dengan Allah yang tak terpisahkan dengan
persetujuan bebas yang dimiliki manusia atas
wahyu-Nya.
2
19
1
3,85
36,54
1,92
33.
Iman harus diwujudkan dalam tindakan konkret
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
21
30
1
0
40,38
57,70
1,92
0,00
34. Mewujudkan iman dalam sikap, tindakan, dan ucapan
di kehidupan sehari-hari
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
8
15
29
0
15,38
28,85
55,77
0,00
Tabel di atas menunjukkan jawaban responden tantang arti iman yaitu iman
adalah gambaran hubungan manusia dengan Tuhan dan tanggapan manusia akan
wahyu-Nya 57,69% (30 orang) dan iman merupakan sikap penyerahan diri secara
total kepada Allah 36,54% (19 orang). Sedangkan iman merupakan sumber dan
pusat keseluruhan kehidupan keagamaan sehingga manusia dapat menanggapi
rencana Tuhan ada 3,85% (2 orang) dan iman merupakan ikatan pribadi antara
manusia dengan Allah yang tak terpisahkan dengan persetujuan bebas yang
dimiliki manusia atas wahyu-Nya. 1,92% (1 orang).
Iman sebaiknya diwujudkan dalam tindakan konkret, sebagian besar
responden menjawab setuju 56,69% (30 orang), dan 40,38% (21 orang)
menjawab sangat setuju, ragu-ragu 19,20 (1 orang) bahkan tidak ada responden
yang menjawab tidak setuju jika iman sebaiknya diwujudkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Responden mewujudkan iman dalam sikap, tindakan, dan ucapan, sebagian
besar responden menjawab kadang-kadang 55,77% (29 orang), dan 28,85% (15
orang) responden menjawab sering. Sedangkan responden menjawab selalu
mewujudkan iman dalam sikap, tindakan, dan ucapan kehidupan sehari-hari
15,38% (8 orang), dan tidak ada responden yang menjawab tidak pernah
mewujudkan iman.
b. Penghayatan Iman dalam Katekese Umat
Tabel 10. Penghayatan Iman dalam Katekese Umat
N= (52)
No Pertanyaan Jumlah %
(1) (2) (3) (4)
35.
Merenungkan pengalaman hidup yang sudah dialami
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
8
18
26
0
15,39
34,61
50,00
0,00
36. Berdasarkan pengalaman umat menemukan makna/arti
yang terkandung di dalamnya.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
12
26
14
0
23,08
50,00
26,92
0,00
37. Umat dapat menemukan nilai-nilai Kitab Suci yang
menegur, memperteguhkan, atau mengokohkan iman
umat sendiri
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
20
20
12
0
38,46
38,46
23,08
0,00
38.
Materi katekese umat membantu umat dalam
memahami keadaan atau situasi hidup
a. Sangat membantu
b. Membantu
c. Kurang membantu
d. Tidak membantu
13
35
4
0
25,00
67,31
7,69
0,00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian responden menjawab kadang-
kadang merenungkan pengalaman hidup 50,00% (26 orang), dan sering 34,61%
(18 orang). Sedangkan responden yang selalu merenungkan 15,39% (8 orang),
dan tidak ada responden yang tidak pernah merenungkan pengalaman hidup.
Berdasarkan pengalaman hidup responden menemukan makna/arti yang
terkandung di dalamnya, sebagian responden menjawab sering 50,00% (26
orang), dan kadang-kadang 14,92% (14 orang). Bahkan ada responden yang
menjawab berdasarkan pengalaman hidup selalu menemukan makna/arti yang
terkandung di dalamnya 23,08% (12 orang), dan tidak ada responden yang
menjawab tidak pernah menemukan makna/arti yang terkandung di dalamnya.
Sebagian besar responden menjawab materi katekese umat membantu
responden dalam memahami keadaan/situasi hidup, 67,31% (35 orang), dan
sangat membantu 25,00% (13 orang). Tetapi ada juga responden menjawab materi
katekese umat kurang membantu 7,69% (4 orang), dan tidak ada responden yang
menjawab materi katekese umat tidak membantu.
c. Perwujudan Iman dalam Katekese Umat
Tabel 11. Perwujudan Iman Katolik dalam Katekese Umat
N=(52)
No Pertanyaan Jumlah %
(1) (2) (3) (4)
39.
Menciptakan suasana kekeluargaan dalam proses
ketekese umat
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
18
18
13
3
34,61
34,61
25,00
5,78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
(1) (2) (3) (4)
40. Terbuka terhadap pendapat dan sharing pangalaman
iman dari umat lain
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
16
11
24
1
30,77
21,16
46,15
1,92
41.
Yang dilakukan umat dalam proses katekese umat
untuk mendukung penghayatan iman
a. Tidak menghakimi pendapat orang lain
b. Mensharingkan pengalaman iman dengan
kejujuran dan keterbukaan
c. Memperhatikan penjelasan dan pengarahan
pendamping
d. Terlibat penuh dalam proses katekese umat
16
11
24
1
30,78
21,15
46,15
1,92
42.
Dapat merasakan kehadiran Allah mengikui ketekese
umat melalui sharing pengalaman hidup
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
12
20
20
0
23,08
38,46
38,46
0,00
43. Setelah mengikuti proses katekese umat mempunyai
keputusan untuk melaksanakan niat-niat yang akan
dibangun sebagai wujud pertobatan.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
15
18
19
0
28,85
34,61
36,54
0,00
Berdasarkan no. item 39 responden menciptakan suasana kekeluargaan
dalam proses katekese umat, sebagian besar responden menjawab selalu 34,61%
(18 orang), dan 34,61% (18 orang) responden menjawab sering. Tetapi ada juga
responden yang menjawab kadang-kadang menciptakan suasana kekeluargaan
dalam proses katekese umat 25,00% (13 orang), dan jarang menciptakan suasana
kekeluargaan dalam proses katekese umat 5,77 (3 orang).
Sedangkan keterbukaan umat terhadap pendapat dan saling membagikan
pengalaman iman dari umat lain, sebagian besar responden menjawab kadang-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
kadang 15% (24 orang), dan 30,77 % (16 orang) responden menjawab selalu.
Sedangkan 21,16% (11 orang) responden menjawab sering terbuka terhadap
pendapat, dan saling membagikan pengalaman iman dari umat lain, tetapi ada
juga responden yang menjawab tidak pernah terbuka 1,92% (1 orang).
Sedangkan hal yang dilakukan responden dalam proses katekese umat untuk
mendukung penghayatan iman katolik, sebagian besar responden menjawab
memperhatikan penjelasan dan pengarahan dari pendamping 46,15% (24 orang),
dan 30,78% (16 orang) responden menjawab tidak menghakimi pendapat orang
lain. Sedangkan sebagian kecil responden menjawab hal yang dilakukan dalam
proses ketekese umat untuk mendukung penghayatan iman adalah membagikan
pengalaman iman dengan kejujuran dan keterbukaan 21,15% (11 orang) dan
terlibat secara penuh dalam proses katekese umat 1,92% (1 orang).
Adapun responden merasakan kehadiran Allah setelah/selama mengikuti
katekese umat melalui saling membagikan pengalaman hidup, sebagian responden
menjawab sering 38,46% (20 orang), dan 38,46% (20 orang) responden menjawab
kadang-kadang. Sedangkan 23,85% (12 orang) responden menjawab selalu
merasakan kehadiran Allah selama mengikuti katekese umat dan tidak ada
responden yang menjawab tidak pernah.
Setelah mengikuti proses katekese umat responden mempunyai keputusan
untuk melaksanakan niat-niat yang dibangun sebagai wujud pertobatan, sebagian
responden menjawab kadang-kadang 36,54% (19 orang), dan 34,61% (18 orang)
responden menjawab sering. Sedangkan responden menjawab selalu mempunyai
keputusan untuk melaksanakan niat-niat yang dibangun sebagai wujud pertobatan
28,85% (15 orang) dantidak ada responden yang menjawab tidak pernah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
d. Peran Katekese Umat dalam Meningkatkan Penghayatan Iman
Tabel 12. Peran Katekese Umat dalam Meningkatkan Penghayatan Iman
N= (52)
No Pertanyaan Jumlah %
(1) (2) (3) (4)
44.
Manfaat yang diperoleh setelah mengikuti katekese
umat
a. Menambah pengetahuan tentang ajaran Gereja dan
nilai-nilai dalam Kitab Suci
b. Menguatkan dan meneguhkan iman
c. Memberikan keberanian untuk bersaksi dalam
kehidupan sehari-hari
d. Tidak tahu
17
26
3
6
32,69
50,00
5,77
11,54
45. Katekese umat membantu umat dalam penghayatan
iman
a. Sangat membantu
b. Membantu
c. Kurang membantu
d. Tidak membantu
19
30
3
0
36,54
57,69
5,77
0,00
46.
Peran katekese umat dalam rangka meningkatkan
penghayatan iman
a. Memberikan pengetahuan tentang ajaran Gereja
dan nilai-nilai Kitab Suci
b. Untuk mempermudah umat mendalami pengalaman
hidup
c. Membantu umat untuk memahami nilai-nilai Kitab
Suci dalam pengalaman hidup
d. Untuk membantu umat mendalami kehidupan
berdasarkan iman
16
4
28
4
30,77
7,69
53,85
7,69
47. Hasil yang diperoleh selama mengikuti katekese umat
a. Menemukan makna pengalaman hidup
b. Dapat merenungkan pengalaman hidup sehingga
dapat bersaksi kepada sesama di tengah masyarakat
c. Terbuka terhadap kehadiran Allah dalam kehidupan
d. Biasa saja
18
12
17
5
34,62
23,08
32,69
9,61
48.
Pengaruh yang dirasakan umat selama mengikuti
katekese umat dalam meningkatkan penghayatan iman
a. Iman semakin diteguhkan dan dikuatkan
b. Berani untuk bersaksi kepada sesama
c. Berasa bahagia dan tenang karena telah mendalami
nilai-nilai dalam Kitab Suci dan pengalaman hidup
d. Biasa saja
32
6
10
4
61,54
11,54
19,23
7,69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
(1) (2) (3) (4)
49. Proses katekese umat yang dapat meningkatkan
penghayatan iman katolik
a. Saling membagikan pengalaman hidup
b. Merenungkan pengalaman hidup dalam terang
Kitab Suci
c. Menerapkan iman Kristiani dan mengusahakan
suatu aksi konkrit yang akan dilakukan
d. Merenungkankan pengalaman hidup dalam terang
Kitab Suci dan melaksanakan aksi konkrit dalam
kehidupan sebagai perwujudan iman
10
8
8
26
19,23
15,38
15,39
50,00
50.
Yang dialami dan dirasakan setelah mengikuti
katekese umat di Lingkungan
a. Merasa terbantu untuk semakin mengenal pribadi
Yesus dan diri pribadi sehingga
mengembangkan/memperdalam iman
b. Merasa tertarik untuk mengikuti katekese umat
yang akan datang
c. Merasa terganggu karena waktu untuk
keluarga/pribadi menjadi berkurang
d. Biasa saja
44
2
0
6
84,62
3,85
0,00
11,53
Hasil penelitian tabel di atas menunjukkan manfaat yang diperoleh setelah
mengikuti katekese umat adalah 50,00% (26 orang) responden menjawab
menguatkan dan meneguhkan iman, dan 32,69% (17 orang) responden menjawab
menambah pengetahuan tentang ajaran Gereja. Sedangkan 5,77% (3 orang)
responden menjawab memberikan keberanian untuk bersaksi dalam kehidupan
sehari-hari, tetapi ada juga responden yang menjawab tidak tahu manfaat yang
diperoleh setelah mengikuti katekese umat 11,54% (6 orang).
Katekese umat membantu penghayatan iman, sebagian responden menjawab
membantu 57,69% (30 orang), dan sangat membantu 36,54% (19 orang).
Sedangkan 5,77% (3 orang) responden menjawab katekese umat kurang
membantu dalam penghayatan iman, dan tidak ada responden yang menjawab
katekese umat tidak membantu penghayatan iman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Peran katekese umat dalam rangka meningkatkan penghayatan iman yaitu
responden menjawab membantu umat untuk memahami nilai-nilai Kitab Suci
dalam pengalaman hidup 53,85% (28 orang) dan 30,77% (16 orang) untuk
memberikan pengetahuan tentang ajaran Gereja dan nilai-nilai Kitab Suci. Peran
katekese umat dalam rangka meningkatkan penghayatan iman 7,69% (4 orang)
untuk memudahkan umat mendalami pengalaman hidup, dan untuk membantu
umat mendalami kehidupan berdasarkan iman 7,69% (4 orang).
Hasil yang diperoleh selama mengikuti katekese umat, sebagian responden
menemukan makna pengalaman hidup 34,61% (18 orang), dan 32,69% (17 orang)
terbuka terhadap kehadiran Allah dalam kehidupan. Hasil yang diperoleh selama
mengikuti katekese umat adalah dapat merenungkan pengalaman hidup sehingga
dapat bersaksi kepada sesama di tengah masyarakat 23,08% (12 orang), tetapi ada
juga responden yang menjawab biasa saja 9,61% (5 orang).
Pengaruh yang dirasakan selama mengikuti katekese umat dalam
meningkatkan penghayatan iman adalah responden menjawab iman semakin
diteguhkan dan dikuatkan 61,54% (32 orang), dan merasa bahagia dan tenang
karena telah mendalami nilai-nilai Kitab Suci dan pengalaman hidup 19,23% (10
orang). Sedangkan pengaruh lain yang dirasakan adalah berani untuk bersaksi
kepada sesama 11,54% (6 orang), dan merasa biasa saja 7,69% (4 orang).
Proses katekese umat yang dapat meningkatkan penghayatan iman katolik
adalah merenungkan pengalaman hidup dalam terang Kitab Suci dan
melaksanakan aksi konkrit dalam kehidupan sebagai perwujudan iman 50,00%
(26 orang), dan saling membagikan pengalaman iman 19,23% (10 orang).
Sedangkan responden menjawab merenungkan pengalaman hidup dalam terang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Kitab Suci 15,39% (8 orang), dan menerapkan iman Kristiani dan mengusahakan
suatu aksi konkrit yang akan dilakukan 15,38% (8 orang).
Umat merasakan dan mengalami manfaat setelah mengikuti katekese umat
banyak responden yang menjawab merasa terbantu untuk semakin mengenal
pribadi Yesus dan diri pribadi sehingga mengembangkan/memperdalam iman
84,61% (44 orang), dan merasa biasa saja 11,53% (6 orang). Akan tetapi ada juga
responden yang menjawab merasa tertarik untuk mengikuti pendalaman iman
yang akan datang 3,85% (2 orang) dan tidak ada responden yang menjawab
merasa terganggu karena waktu untuk keluarga/pribadi berkurang.
E. Pembahasan Hasil Penelitian Sumbangan Katekese Umat dalam Rangka
Meningkatkan Penghayatan Iman Umat Lingkungan St. Yusuf, Berut
Berdasarkan hasil penelitian tentang seberapa besar sumbangan katekese
umat dalam rangka meningkatkan penghayatan iman di Lingkungan St. Yusuf
maka ditemukan poin-poin penting dari setiap variabel. Oleh sebab itu hasil
penelitian tersebut dijabarkan sesuai dengan data-data yang diperoleh.
Pembahasan hasil penelitian bertujuan untuk mengetahui lebih dalam pelaksanaan
katekese umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut, dan mengetahui seberapa besar
sumbangan katekese umat dalam rangka meningkatkan penghayatan iman.
1. Identitas Responden
Tabel 2 di atas menunjukkan keseluruhan responden yang berjumlah 52
orang adalah umat yang aktif maupun tidak aktif mengikuti katekese umat.
Sebagian besar umat berjenis kelamin perempuan (28 orang) dan sebagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
berjenis kelamin laki-laki tidak begitu jauh yaitu (24 orang). Sedangkan usia umat
sebagian responden kebanyakan antara 36-45 tahun (22 orang) Sebagian besar
pendidikan terakhir umat adalah lulusan SMA/SMK sebagian kecil pendidikan
terakhir SD, SMP, dan perguruan tinggi dengan pekerjaan umat sebagai petani
dan buruh/karyawan serta sebagian kecil bekerja sebagai wiraswasta dan PNS.
Berdasarkan data di atas, usia umat yang terlibat dalam katekese umat
bervariasi yaitu antara kurang dari 35 tahun dan lebih dari 56 tahun dengan latar
belakang pendidikan yang berbeda juga. Hal ini menunjukkan bahwa umat yang
hadir dalam katekese umat adalah umat usia dewasa dan tua, bahkan pekerjaan
umat sebagai petani tidak menjadi penghalang untuk membaur dengan umat lain
dalam mengikuti katekese umat yang ada di Lingkungan.
2. Pemahaman dan Keterlibatan Umat dalam Katekese Umat
Pada bagian variabel 1 penulis membicarakan tentang pemahaman dan
keterlibatan umat dalam katekese umat yang dijabarkan lebih dalam untuk
mendapatkan data penting. Pemahaman dan keterlibatan umat dalam katekese
umat terdiri dari pemahaman umat terhadap katekese umat, keterlibatan umat
dalam katekese umat, hambatan yang terjadi dalam katekese umat, dukungan,
harapan dan usulan terhadap katekese umat.
a. Pemahaman Umat terhadap Katekese Umat
Berdasarkan tabel 3 pemahaman umat terhadap katekese umat masih sangat
kurang. Sebagian besar umat menjawab katekese umat adalah pendalaman Kitab
Suci 51,93% padahal katekese umat merupakan tukar pengalaman iman antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
umat 40,38%. Bahkan ada umat yang menjawab katekese umat merupakan doa
rosario. Dengan jawaban tersebut berarti umat belum bisa membedakan antara
katekese umat dengan doa rosario.
Pemahaman umat terhadap katekese umat sudah cukup baik hal ini terlihat
dari jawaban umat yaitu saling membagikan pengalaman iman, mengolah
pengalaman hidup melalui terang Kitab Suci, serta pendewasaan iman dan
kesaksian di masyarakat. Tetapi ada beberapa umat yang belum memahami tujuan
dari katekese umat karena katekese umat merupakan doa bersama.
Berdasarkan situasi di Lingkungan isi ketekese umat yang selama ini sudah
terlaksana sering menggunakan pengalaman hidup sehari-hari, pengalaman iman
Gereja yang ada di dalam Kitab Suci, dan doa tetapi hanya sedikit saja
menyangkut dokumen Gereja. Berdasarkan jawaban umat isi katekese umat yang
sudah terlaksana di Lingkungan bervariasi akan tetapi masih perlu dikembangkan
lagi karena dokumen Gereja masih kurang digunakan menjadi isi katekese umat.
Sedangkan sarana yang sering digunakan dalam katekese umat adalah teks
Kitab Suci yang akan dibahas, buku panduan. Sarana yang tersedia tersebut
menunjukkan bahwa umat dan Lingkungan sudah menyadari bahwa pentingnya
menggunakan sarana pendukung dalam proses katekese umat sehingga umat dapat
mengetahui alur pembicaraan yang akan dibahas. Ada pun buku lagu dan buku
doa kurang digunakan sebagai sarana pendukung katekese umat karena umat
sudah menyediakan buku panduan yang di dalamya terdapat lagu dan doa-doanya.
Sarana yang terakhir yang sering digunakan adalah sarana kreatif dari
pendamping. Hal ini menunjukkan pendamping memiliki kreatifitas dan telah
mempersiapkan materi katekese umat dengan maksimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Sedangkan model katekese umat yang sering digunakan adalah menggali
pengalaman hidup dan pendalaman Kitab Suci. Hal ini menunjukkan bahwa
kedua model katekese umat tersebut sering digunakan di Lingkungan. Sedangkan
katekese umat model campuran (menggali pengalaman hidup dan pendalaman
Kitab Suci) jarang digunakan di Lingkungan. Akan tetapi ada juga umat yang
belum memahami model katekese umat yang bisanya dilakukan di Lingkungan
karena beberapa umat menjawab katekese umat model doa bersama. Doa bersama
masuk dalam proses katekese umat dan tidak berdiri sendiri.
Model katekese umat yang sering digunakan di Lingkungan sudah sesuai
dengan langkah-langkah katekese umat. Sebagian besar umat menjawab langkah-
langkah sebagai berikut pembukaan, pengalaman hidup umat, mendalami teks
Kitab Suci, menerapkan iman Kristiani dalam situasi umat dan mengusahakan
suatu aksi konkret dalam kehidupan, doa umat dan penutup. Langkah-langkah
tersebut merupakan katekese model pengalaman hidup. Langkah pembukaan,
pembacaan teks Kitab Suci, pendalaman Kitab Suci, pendalaman pengalaman
hidup, penerapan iman Kristiani, doa umat dan penutup ini merupakan model
Kitab Suci. Langkah-langkah seperti pembukaan, pembacaan teks Kitab Suci,
cerita pengalaman hidup berdasarkan Kitab Suci, pendalaman pengalaman hidup
dan Kitab Suci, doa umat dan penutup merupakan model campuran. Sedangkan
langkah-langkah seperti pembukaan, pembacaan teks Kitab Suci, doa umat dan
doa penutup merupakan katekese umat yang tidak lengkap.
.Adapun tema katekese umat yang selama ini dilaksanakan di Lingkungan
masih mengalami keprihatinan karena menurut umat tema katekese umat masih
kadang-kadang sesuai dengan situasi dan kondisi umat di Lingkungan. Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
menunjukkan tema katekese belum menjawab kebutuhan dan kerinduan umat.
Sedangkan tema katekese umat yang sering sesuai dengan situasi dan kondisi
umat berarti tema katekese umat sudah cukup menanggapi kebutuhan dan
kerinduan umat. Ada pun tema katekese umat selalu sesuai dengan situasi dan
kondisi berarti umat sudah puas karena menjawab kebutuhan. Tetapi jika tema
katekese umat tidak pernah sesuai berarti umat tidak memiliki kepekaan terhadap
sekitarnya dan dirinya serta kurang terbuka menerima materi katekese umat.
Bahkan keterlibatan umat dalam memandu jalannya katekese umat masih
sangat kurang karena yang sering memandu katekese umat adalah ketua
Lingkungan dan prodiakon. Hal ini menunjukkan bahwa umat masih beranggapan
tugas pemandu katekese umat adalah katua Lingkungan dan prodiakon. Para
pengurus Lingkungan belum memberikan kesempatan penuh kepada umat.
Keterlibatan umat dalam memimpin katekese umat masih kurang hal ini terlihat
dari jawaban umat yaitu umat yang ditunjuk dan umat secara bergantian.
b. Keterlibatan Umat dalam Katekese Umat
Katerlibatan umat dalam berkatekese masih sangat kurang karena sebagian
besar umat kadang-kadang mengikuti katekese umat. Sebagian kecil umat
menjawab sering terlibat yang berarti umat sudah cukup memiliki kesadaran diri
terlibat walaupun tidak maksimal menghadirinya. Sedangkan umat yang selalu
terlibat maka umat tersebut secara penuh telah mengikuti katekese umat dan
memiliki kesadaran diri yang tinggi untuk terlibat. Bahkan ada umat yang tidak
pernah mengikuti katekese umat hal ini menunjukkan bahwa umat tidak memiliki
kepedulian dan kesadaran diri mengikuti katekese umat yang ada di Lingkungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Kebanyakan umat tertarik mengikuti katekese umat hal ini menunjukkan
bahwa umat memiliki kesadaran diri yang cukup baik karena katekese umat
penting dan dapat memberikan manfaat. Sedangkan umat yang sangat tertarik
mengikuti katekese umat berarti katekese umat sangat penting dan umat memiliki
kesadaran yang tinggi terlibat aktif dalam kegiatan di Lingkungan. Bahkan tidak
ada umat yang tidak tertarik terhadap katekese umat, hal ini menunjukkan bahwa
katekese umat memberikan pengaruh baik dalam kehidupan. Akan tetapi ada umat
yang kurang tertarik mengikuti katekese umat hal ini menunjukkan bahwa umat
belum memiliki kesadaran diri untuk terlibat aktif dalam kegiatan di Lingkungan.
Pada dasarnya motivasi umat mengikuti katekese umat sangat baik karena
untuk memperdalami iman, dan kebutuhan dan kerinduan akan sabda Tuhan. Hal
tersebut menunjukkan bahwa motivasi umat untuk pendewasaan iman dan sebagai
petunjuk menjalani hidup. Tetapi jika umat memiliki motivasi ingin berkumpul
bersama, dan sebagian lagi karena keterpaksaan/ikut-ikutan. Hal ini menunjukkan
bahwa umat melakukannya sebagai kewajiban bukan kebutuhan dan kesadaran
diri sehingga umat menghadiri katekese umat sebatas sebagai rutinitas. Mengikuti
katekese umat untuk mendalami iman berarti umat menyadari bahwa iman perlu
untuk selalu dikembangkan dan didalami supaya semakin berkembang.
Sedangkan keterlibatan umat dalam katekese umat sebagian besar umat
masih sangat kurang karena umat hanya mengikuti arahan pendamping, dan
sebagian kecil umat diam saja/pasif, dan bicara jika ditunjuk. Ketiga hal ini
menunjukkan bahwa umat menerima apa saja yang diungkapkan dan diarahkan
oleh pendamping dan umat kurang memiliki kesadaran diri untuk terlibat aktif
dalam katekese umat. Umat juga perlu mendapat sapaan/perintah secara langsung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
supaya mau terlibat aktif dalam proses katekese umat. Bahkan sedikit umat yang
terlibat aktif dalam katekese umat. Umat yang terlibat aktif berarti umat tersebut
memiliki kesadaran diri untuk melibatkan diri dalam proses katekese umat dan
menyadari pentingnya melibatkan diri demi tercapainya tujuan bersama.
c. Hambatan yang terjadi dalam Katekese Umat
Hambatan umat dalam mengikuti katekese umat perlu untuk diperhatikan
supaya katekese umat dapat menjadi lebih baik. Hambatan yang biasanya dialami
umat adalah kesulitan dalam merenungkan pengalaman hidup sehari-hari. Hal ini
menunjukkan bahwa umat perlu dibantu untuk menemukan pengalaman hidup
sesuai tema atau umat tersebut belum memiliki kerendahan hati untuk memproses
pengalaman hidupnya. Kesulitan lain yang dihadapi umat adalah kesulitan
mengungkapkan pengalaman hidup sehari-hari. Hal ini berarti umat belum bisa
terbuka untuk membagikan pengalaman hidup. Umat juga kesulitan menanggapi
pokok pembicaraan berarti umat kurang fokus mengikuti katekese umat, atau
kurang memahami meteri yang disampaikan oleh pendamping. Umat kesulitan
memahami proses katekese umat, hal ini menunjukkan bahwa umat kurang
tertarik atau kurang memperhatikan pembicaan.
Adapun hambatan yang dirasakan pihak Lingkungan adalah kurangnya
sarana pendukung. Hal ini menunjukkan bahwa Lingkungan belum bisa
menyediakan sarana-sarana yang mendukung. Lingkungan belum bisa
menyediakan sara pendukung kemungkinan ada beberapa sebab seperti
ketidaktahuan pengurus Lingkungan, keterbatasan biaya, tenaga, dan ide.
Hambatan lain pendamping kurang kreatif dalam memandu katekese umat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
sehingga pendamping terpaku pada teks. Hal ini terjadi karena pendamping
kurang mempersiapkan bahan dan mempersiapkan diri sehingga kurang
memahami bahan katekese umat yang akan disampaikan. Kurangnya sarana dan
kurangnya kreatifitas pendamping disebabkan karena keterbatasan tenaga dan
kurangnya pengetahuan. Sedangkan tidak tersedianya tempat berkatekese berarti
umat kurang memiliki kesadaran diri untuk menggunakan rumahnya sebagai
tempat berkatekese. Hambatan lainnya adalah tidak adanya dana, hal ini
menunjukkan Lingkungan kurang memperhatikan fasilitas yang dibutuhkan.
Ada pun hambatan dalam diri umat untuk mengikuti katekese umat adalah
kurang peduli/malas mengikuti ketekse umat. Hal ini menunjukkan bahwa umat
kurang memiliki kesadaran diri mengikuti katekese umat. Hambatan lainnya
adalah masalah pribadi, ini berarti umat sudah bijaksana menghadapi masalah
pribadinya sehingga mampu mengikuti katekese umat di Lingkungan. Umat
kelelahan setelah seharian bekerja, hal ini terjadi karena sebagian umat bekerja
sebagai petani dan buruh sehingga hampir seharian waktu mereka digunakan
bekerja. Bahkan tidak hanya itu saja umat juga masih mempunyai kesibukan yang
lain yang menyebabkan mereka tidak terlibat mengikuti katekese umat. Hal ini
menunjukkan bahwa umat belum bisa membagi waktu secara bijaksana untuk
keluarga/pribadi dan kegiatan yang ada di Lingkungan serta umat kurang
memiliki kesadaran diri menghadiri ketekese umat.
Adapun hambatan yang terjadi dalam katekese umat, sebagian besar umat
menjawab katekese umat terlalu lama. Hal ini menunjukkan bahwa umat merasa
proses katekese umat terlalu panjang. Hambatan lainnya adalah tercipta
lingkungan fisik yang kurang mendukung. Hal ini berarti lingkungan fisik sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
mempengaruhi proses katekese umat. Tercipta suasana emosional yang tidak
mendukung, hal tersebut menunjukkan bahwa untuk melaksanakan katekese umat
perlu menciptakan suasana emosional yang mendukung. Hambatan lainnya adalah
tidak tepat waktu memulai katekese umat. Hal ini menunjukkan bahwa umat
menginginkan supaya menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya.
d. Dukungan yang Dibutuhkan dalam Katekese Umat
Waktu yang ideal/cocok dalam pelaksanaan katekese umat adalah 60 menit-
90 menit. Hal ini menunjukkan bahwa umat waktu tersebut tidak terlalu lama
dalam melaksanakan katekese umat. Sedangkan umat yang memilih waktu kurang
dari 60 menit berarti umat tersebut menginginkan proses katekese umat yang
singkat sehingga tidak menyita banyak waktu. Ada juga umat yang memilih
waktu 90 menit-120 menit, hal ini menunjukkan bahwa untuk mendalami tema
katekese umat memerlukan waktu yang lama. Tetapi jika waktu yang ideal lebih
dari 120 menit maka umat menginginkan supaya membahas tema katekese umat
secara rinci dan jelas sehingga membutuhkan waktu yang lama.
Sedangkan dukungan dari Lingkungan untuk terlaksananya katekese umat
adalah menyediakan tempat, menyediakan sarana pendukung, dan adanya
pendamping katekese umat. Berdasarkan ketiga hal tersebut Lingkungan telah
terbuka menyediakan tempat dan dengan kesadaran diri menyediakan sarana
pendukung serta tersedianya pendamping katekese umat.
Adapun dukungan yang ada dalam diri umat adalah umat memiliki
kesadaran diri terlibat dalam kagiatan katekese umat. Hal ini berarti bahwa umat
memiliki kepeduliam untuk mengikuti katekese umat. Dukungan lainnya adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
kerinduan umat terhadap sabda Tuhan. Bagi umat yang merindukan sabda Tuhan
maka umat tersebut akan bersungguh-sungguh dalam mengikuti proses katekese
umat walaupun prosesnya tidak dikemas dengan menggunakan sarana pendukung
dan menyadari bahwa sabda Tuhan merupakan sumber hidup. Dukungan lain
yang diperlukan demi terlaksananya katekese umat adalah adanya waktu luang
dan tersedianya tempat berkatekese. Kedua hal ini menunjukkan bahwa umat
masih mengesampingkan katekese umat dalam kehidupan sehingga kurang
terbuka menyediakan tempat dan kurang bijaksana membagi waktu.
e. Harapan terhadap Katekese Umat
Harapan umat terhadap katekese umat adalah menciptakan suasana yang
menyenangkan penuh dengan persaudaraan. Hal tersebut menunjukkan suasana
kekeluargaan penting dalam berkatekese dan umat merindukan suasana tersebut.
Harapan lain dalam berkatekese adalah mengemas katekese umat menjadi
menarik. Hal ini menunjukan katekese umat yang sudah berlangsung belum
dikemas dengan menarik. Sedangkan sarana pendukung untuk katekese umat
masih kurang sehingga perlu ditingkatkan. Materi yang menjawab kebutuhan
umat merupakan hal penting supaya umat tertarik mengikuti katekese umat.
Adapun harapan umat terhadap proses katekese umat supaya menjadi lebih
baik yaitu umat terlibat aktif sehingga dapat memahami materi katekese umat. Hal
tersebut menunjukkan bahwa umat menginginkan supaya seluruh umat dengan
kesadaran diri terlibat aktif dalam proses katekese umat supaya katekese umat
dapat berjalan dengan baik dan lancar. Sedangkan harapan lainnya adalah
menciptakan suasana yang saling menghormati. Hal ini menunjukkan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
suasana yanag mendukung dibutuhkan dalam proses katekese umat. Katekese
umat dapat disusun dengan menarik, hal ini menunjukkan selama ini katekese
umat belum maksimal dalam penyusunanya sehingga menjadi kurang menarik.
Sedangkan harapan akan isi sesuai dengan kebutuhan umat ini berarti katekese
umat yang berlangsung di Lingkungan kurang sesuai dengan kebutuhan umat.
Sedangkan harapan umat terhadap pendamping katekese umat, adalah
pendamping lebih kreatif dan aktif melibatkan semua umat, serta pendamping
terampil membantu umat merenungkan pengalaman hidup dan merenungkan
pesan dalam Kitab Suci. Oleh sebab itu umat mengharapkan supaya pendamping
katekese umat tidak hanya kreatif dan melibatkan umat tetapi pendamping dapat
mengajak umat untuk merenungkan pengalaman hidup dan menemukan nilai-nilai
dalam Kitab Suci. Adapun harapan lainnya adalah pendamping memiliki
pengetahuan yang cukup tentang katekese umat. Hal ini menunjukkan bahwa
pengetahuan diperlukan dalam proses katekese umat. Pengetahuan dapat
mendukung dan membantu proses katekese umat. Pendamping juga dapat
terampil dalam berkomunikasi, hal ini menunjukkan bahwa umat menyadari
dalam proses katekese umat memerlukan komunikasi. Terjalinnya komunikasi
yang baik akan mempengaruhi keberhasilan penyampaian isi katekese umat.
Sedangkan katekese umat yang menarik adalah katekese umat yang dapat
mengajak umat terlibat aktif dalam hidup menggereja, masyarakat, serta katekese
umat yang menjawab kebutuhan umat. Kedua hal tersebut menunjukkan bahwa
katekese umat tidak sebatas mendalami pengalaman hidup dan nilai-nilai Kitab
Suci tetapi memberikan pengaruh untuk terlibat dalam kegiatan menggereja dan
masyarakat. Katekese umat dapat menjawab kebutuhan umat berarti umat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
merindukan apa yang menjadi kebutuhan dan kebutuhannya dapat terpenuhi
dalam katekese umat. Sedangkan katekese umat yang dapat menantang umat
menghadapi perkembangan zaman dan permasalahanya. Hal tersebut
menunjukkan bahwa umat mengharapkan semangat, dan nilai hidup baru
sehingga dapat menghadapi perkembangan zaman dan permasalahannya.
f. Usulan terhadap Katekese Umat
Berdasarkan tabel 8 di atas, usulan terhadap katekese umat yang akan
datang adalah menciptakan suasana yang mendukung. Suasana dalam proses
katekese umat sangat penting demi keberhasilan tujuan yang akan dicapai.
Sedangkan usulan lainnya untuk katekese umat yang datang adalah adanya
pelatihan untuk para pendamping, menyediakan sarana dan menggunakan metode
yang menarik. Berdasarkan kedua hal tersebut menunjukkan bahwa sarana dan
metode yang menarik dapat mendukung keseluruhan proses katekese umat.
Bahkan perlu ada pelatihan untuk pendamping, hal ini menunjukkan bahwa umat
sadar pengetahuan itu penting untuk melengkapi informasi dalam katekese umat.
Ada pun usulan lain supaya pendamping dapat kreatif sehingga umat dapat saling
membagikan pengalaman iman. Hal ini berarti pendamping diharapkan dapat
kreatif mengajak umat mengungkapkan pengalaman hidup.
Sedangkan tema yang menarik untuk diangkat dalam katekese umat adalah
membangun kebersamaan karena tema ini sesuai dengan situasi dan kondisi umat
di Lingkungan. Tema tersebut sangat penting dan dibutuhkan dalam kehidupan
menggereja. Sedangakan tema lingkungan hidup merupakan tema yang penting
juga karena sekarang lingkungan alam mulai tercemar oleh limbah sampah dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
suara. Tema kesetaraan gender merupakan tema yang menarik hal ini
menunjukkan bahwa pada zaman sekarang masih terjadi diskriminasi terhadap
laki-laki atau perempuan. Adapun tema tentang memperjuangkan keadilan
merupakan tema yang menarik sebab di zaman yang modern ini masih sering
terjadi ketidakadilan dalam kehidupan Gereja maupun masyarakat umum.
Usulan untuk pendamping katekese umat adalah dapat membangkitkan
suasana kekeluargaan. Suasana kekeluargaan penting demi kelancaran proses
katekese umat. Pendamping dapat menjadi motivator, berarti umat dapat
memperoleh semangat baru. Bahasa yang sederhana perlu diperhatikan supaya
umat dapat memahami isi katekese umat. Pendamping menguasai bahan dan
menyajikan materi dengan menarik yang berarti perlu ada persiapan yang matang.
3. Penghayatan dan Perwujudan Iman dalam Katekese Umat
Pada variabel 2 penulis membicarakan tentang penghayatan dan perwujudan
iman dalam ketekese umat. Variabel 2 tersebut terbagi terdiri dari pemahaman
umat terhadap iman, penghayatan iman dalam katekese umat, perwujudan iman
dalam katekese umat, dan peran katekese umat dalam meningkatkan penghayatan
iman umat.
a. Pemahaman Umat terhadap Iman
Berdasarkan tabel 9 di atas, arti iman berdasarkan jawaban umat sudah
sesuai karena iman merupakan gambaran hubungan manusia dengan Tuhan dan
tanggapan manusia akan wahyu-Nya. Iman merupakan sumber dan pusat dari
keseluruhan kehidupan keagamaan sehingga manusia dapat menanggapi rencana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman umat sudah sesuai dengan
pengertian iman berdasarkan Kitab Suci. Iman merupakan sikap penyerahan diri
secara total kepada Allah. Hal tersebut menunjukkan bahwa umat belum paham
tentang pengertian iman karena sikap penyerahan merupakan tindakan nyata dari
iman. Iman adalah ikatan pribadi antara manusia dengan Allah yang tak
terpisahkan dengan persetujuan bebas yang dimiliki manusia atas wahyu-Nya.
Hal tersebut menunjukkan umat sudah paham tentang iman sesuai dengan KGK.
Sedangkan banyak umat yang setuju bila iman harus diwujudkan dalam
kehidupan sehari-hari yang berarti bahwa umat telah menyadari iman sebaiknya
diwujudkan dalam hidup. Sedangkan umat yang sangat setuju jika iman harus
diwujudkan berarti umat sungguh menyadari bahwa iman sebaiknya wajib
diwujudkan. Sedangkan umat yang ragu-ragu berarti dalam kehidupan sehari-hari
umat tersebut masih jarang mewujudkan iman dalam kehidupan. Adapun umat
yang tidak setuju jika iman diwujudkan dalam tindakan nyata berarti umat
mengetahui bahwa iman sebaiknya diwujudkan dalam kehidupan.
Selama ini umat kadang-kadang mewujudkan iman dalam sikap, tindakan,
dan ucapan di dalam kehidupan. Hal tersebut menunjukkan bahwa umat masih
butuh belajar untuk sering mewujudkan iman dalam kehidupan. Sedangkan umat
yang sering menunjukkan iman dalam sikap, tindakan, dan ucapan maka umat
tersebut telah mewujudkannya iman dengan kesungguhan hati dan mampu
melewati rintangan yang dihadapi. Sedangkan umat yang selalu mewujudkan
iman dalam tindakan, sikap, dan perkataan berarti umat sudah maksimal dalam
mewujudkan iman. Bahkan tidak ada umat yang menjawab tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
mewujudkan iman dalam sikap, tindakan, dan dalam ucapan. Hal tersebut berarti
umat telah mewujudkan iman dalam tindakan nyata.
b. Penghayatan Iman dalam Katekese Umat
Umat yang kadang-kadang merenungkan pengalaman hidup yang sudah
dialami berarti umat tersebut kurang mampu mengolah pengalaman hidup
menjadi bermakna. Sedangkan umat yang sering merenungkan pengalaman hidup
berarti umat sudah cukup baik mengolah pengalaman hidup menjadi bermakna
dan dapat menghadapi tantangan yang ada. Adapun umat yang selalu
merenungkan pengalaman hidup berarti umat menyadari pentingnya mengolah
pengalaman hidup menjadi bermakna, dan umat semakin mengenal dirinya.
Tetapi tidak ada umat yang tidak pernah merenungkan pengalaman hidup. Hal
tersebut menunjukkan bahwa umat paham untuk merenungkan pengalaman
hidupnya.
Berdasarkan pengalaman hidup umat selalu menemukan makna dan arti
yang terkandung di dalamnya maka umat telah menemukan pesan baru dan
membangun kebiasaan merenungkan pengalaman hidup. Sedangkan umat yang
kadang-kadang menemukan makna hidup maka umat belum membangun
kebiasaan untuk merenungkan pengalaman hidupnya. Bila umat menjawab sering
menemukan makna dalam pengalaman hidup, maka umat tersebut sudah mulai
membangun kebiasaan merenungkan pengalaman hidup. Tetapi tidak ada umat
yang tidak pernah menemukan makna dalam pengalaman hidupnya. Hal tersebut
menunjukkan bahwa umat pernah merenungkan pengalaman hidupnya, dan umat
pernah menemukan nilai-nilai baru dalam kehidupannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Adapun umat yang selalu menemukan nilai-nilai dalam Kitab Suci yang
menegur, memperteguhkan, atau mengokohkan iman berarti umat terbuka
menerima teguran, peneguhan, atau pengokohan iman. Sedangkan umat yang
sering menemukan nilai-nilai dalam Kitab Suci yang menegur, memperteguhkan,
atau mengokohkan iman berarti umat cukup terbuka menerima sapaan-Nya. Umat
yang kadang-kadang menemukan nilai-nilai dalam Kitab Suci yang menegur,
memperteguhkan, atau mengokohkan iman. Hal tersebut menunjukkan bahwa
umat masih kurang terbuka akan sapaan Tuhan lewat sabda-Nya. Bahkan tidak
ada umat yang tidak pernah menemukan nilai-nilai dalam Kitab Suci yang
menegur, memperteguhkan, atau mengokohkan iman. Hal tersebut berarti umat
menyadari dirinya dapat disapa Tuhan lewat sabda-Nya dan pengalaman hidup.
Sedangkan materi katekese umat dapat membantu umat memahami keadaan
dan situasi hidup berarti katekese umat memberikan peran penting dalam
mendalami pengalaman hidup pribadi dan sosial. Adapun umat yang menganggap
katekese umat kurang membantu dalam memahami keadaan dan situasi hidup
berarti materi katekese umat kurang sesuai kenyataan. Sedangkan katekese umat
tidak membantu umat dalam memahami keadaan dan situasi hidup berarti
katekese umat tidak bisa memberikan manfaat untuk memahami keadaan sekitar.
c. Perwujudan Iman dalam Katekese Umat
Berdasarkan tabel 11 di atas, umat selalu menciptakan suasana kekeluargaan
dalam proses katekese umat. Hal tersebut menunjukkan bahwa umat sadar dan
memahami bahwa dalam proses katekese umat diperlukan suasana kekeluargaan.
Sedangkan umat yang sering menciptakan suasana kekeluargaan dalam proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
katekese umat berarti umat telah sadar bila suasana kekeluargaan perlu diciptakan
untuk mendukung proses katekese umat. Adapun umat yang kadang-kadang
menciptakan suasana kekeluargaan berarti umat belum menyadari pentingnya
menciptakan suasana kekeluargaan untuk mendukung katekese umat. Tetapi jika
umat tidak pernah menciptakan suasana kekeluargaan berarti umat tersebut tidak
paham akan pentingnya suasana kekeluargaan dalam berkatekese, dan umat belum
mewujudkan perannya sebagai peserta dalam proses katekese umat.
Berdasarkan tabel di atas umat yang terbuka terhadap pendapat dan sharing
pengalaman iman dari umat lain masih sangat kurang karena kebanyakan umat
masih kadang-kadang terbuka. Oleh sebab itu umat yang kadang-kadang terbuka
berarti belum memahami pentingnya menghargai dan menghormati perbedaan
yang ada dalam katekese umat. Ada pun umat yang selalu terbuka terhadap
pendapat dan sharing pengalaman iman berarti umat sudah menyadari bahwa
setiap manusia itu berbeda sehingga perlu saling menghormati dan menghargai.
Adapun umat yang sering terbuka, maka umat tersebut sudah cukup memahami
perlunya menghormati dan menghargai orang lain dalam proses katekese umat.
Sedangkan umat yang tidak pernah terbuka terhadap orang lain maka umat
tersebut menganggap dirinya benar dan tidak bisa menghargai gagasan orang lain.
Sedangkan yang dilakukan umat dalam proses katekese umat untuk
mendukung penghayatan iman adalah tidak menghakimi pendapat orang lain. Hal
tersebut menunjukkan bahwa umat bisa menghargai perbedaan. Adapun sikap
lainnya adalah mensharingkan pengalaman iman dengan kejujuran dan
keterbukaan, maka umat bisa berdamai dengan dirinya sehingga dapat berbagi
pengalaman. Umat yang terlibat penuh dalam katekese umat berarti umat dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
kesadaran diri ambil bagian dalam katekese umat demi tujuan yang akan dicapai.
Sedangkan umat yang memperhatikan penjelasan dan pengarahan pendamping
berarti menerima arahan pendamping tanpa harus terlibat dalam katekese umat.
Umat dapat selalu merasakan kehadiran Allah selama mengikuti katekese
umat melalui sharing pengalaman hidup. Hal tersebut menunjukkan bahwa umat
sungguh-sungguh mengikuti katekese umat. Umat kadang-kadang merasakan
kehadiran Allah selama mengikuti katekese umat melalui sharing pengalaman
hidup. Hal tersebut menunjukkan bahwa umat kurang mampu mengikuti katekese
umat. Adapun umat yang sering merasakan kehadiran Allah selama mengikuti
katekese umat maka umat sudah cukup menyadari kehadiran Allah. Bahkan tidak
ada umat yang tidak pernah merasakan kehadiran Allah selama mengikuti
katekese umat melalui sharing pengalaman hidup. Hal ini menunjukkan bahwa
umat sudah pernah merasakan kehadiran Allah selama mengikuti katekese umat.
Setelah mengikuti proses berkatekese umat selalu mempunyai keputusan
melaksanakan niat-niat yang akan dibangun sebagai wujud pertobatan. Hal
tersebut menunjukkan bahwa umat mempunyai kesadaran diri untuk mewujudkan
imannya secara maksimal. Umat yang sering mempunyai keputusan untuk
melaksanakan niat-niatnya maka umat mempunyai kesadaran diri mewujudkan
imannya tetapi belum maksimal. Sedangkan umat yang kadang-kadang
mempunyai keputusan untuk melaksanakan niat-niatnya berarti umat kurang
memiliki kesadaran diri mewujudkan imannya. Tetapi tidak ada umat yang tidak
pernah mempunyai keputusan melaksanakan niat-niatnya. Hal tersebut
menunjukkan bahwa umat sudah memahami bahwa iman sebaiknya diwujudkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
d. Peran Katekese Umat dalam Meningkatkan Penghayatan Iman
Manfaat yang diperoleh umat setelah mengikuti katekese umat adalah
menguatkan dan meneguhkan iman. Hal tersebut menunjukkan bahwa katekese
umat memberikan manfaat yang baik karena iman umat semakin dikuatkan dan
diteguhkan untuk bersaksi dalam kehidupan. Manfaat lain yang diperoleh umat
adalah menambah pengetahuan tentang ajaran Gereja dan nilai-nilai dalam Kitab
Suci. Hal tersebut menunjukkan bahwa katekese umat dapat memberikan
pengetahuan tentang ajaran Gereja dan nilai-nilai Kitab Suci. Katekese umat juga
memberikan keberanian untuk bersaksi dalam kehidupan. Hal ini menunjukkan
bahwa katekese umat mengajak umat untuk berani menjadi saksi dalam
kehidupan. Akan tetapi ada juga umat yang tidak mengetahui manfaat yang
diperoleh setelah mengikuti katekese umat. Hal ini berarti umat tidak mengikuti
proses katekese umat dengan kesungguhan hati dan sebatas rutinitas.
Sedangkan katekese umat dapat sangat membantu dalam penghayatan iman
maka katekese umat dapat memberikan banyak manfaat dalam kehidupan umat
dan memudahkan umat dalam penghayatan iman. Katekese umat dapat membantu
dalam penghayatan iman berarti katekese umat dapat memberikan manfaat bagi
kehidupan umat dan dapat membantu umat dalam penghayatan iman. Katekese
umat dapat kurang membantu dalam penghayatan iman. Hal tersebut
menunjukkan bahwa katekese umat belum banyak memberikan sumbangan dalam
kehidupan umat. Ada pun katekese umat tidak membantu dalam penghayatan
iman berarti katekese umat tidak memberikan manfaat bagi kehidupan umat.
Peran katekese umat dalam meningkatkan penghayatan iman hanya sebatas
membantu umat memahami pesan Kitab Suci dalam pengalaman hidup. Hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
tersebut menunjukkan bahwa katekese umat dapat memberikan informasi dan
membantu mendalami pesan Kitab Suci. Sebagian kecil lagi umat berpendapat
bahwa peran katekese umat adalah mempermudah umat mendalami pengalaman
hidup. Hal tersebut menunjukkan bahwa umat terbantu dalam mendalami
pengalaman hidup. Adapun peran lain dari katekese umat adalah membantu umat
mendalami kehidupan berdasarkan iman. Hal tersebut menujukkan bahwa dalam
berkatekese umat diajak untuk mendalami pengalaman hidupnya berdasarkan
Kitab Suci dan mengajak untuk mewujudkan imannya dalam tindakan nyata.
Sedangkan hasil yang diperoleh umat selama mengikuti katekese umat
adalah menemukan makna pengalaman hidup. Hal tersebut menunjukkan bahwa
kehadiran katekese umat memberikan manfaat untuk memperoleh makna baru
dari pengalaman hidup. Hasil lain yang diperoleh umat adalah terbuka terhadap
kehadiran Allah dalam kehidupan. Hal tersebut menunjukkan bahwa katekese
umat dapat menyadarkan umat tentang pentingnya keterbukaan terhadap sapaan-
Nya. Dalam berkatekese umat dapat merenungkan pengalaman hidup sehingga
dapat bersaksi di tengah masyarakat. Hal tersebut menunjukkan bahwa umat
belajar mendalami pengalaman hidup dengan merenungkan dan mewujudkannya.
Tetapi jika umat merasa biasa saja, maka umat kurang terbuka dan merasa apa
yang diterima dalam katekese umat merupakan sesuatu yang kurang penting.
Pengaruh yang dirasakan umat selama mengikuti katekese umat dalam
mengingkatkan penghayatan iman adalah iman semakin diteguhkan dan
dikuatkan. Pengaruh tersebut menunjukkan umat mengikuti proses katekese umat
dengan kesungguhan hati. Pengaruh lain yang dirasakan umat adalah berani
bersaksi. Hal tersebut menunjukkan bahwa katekese umat dapat membantu umat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
untuk bersaksi dalam hidup. Sedangkan umat yang merasa bahagia dan tenang
karena telah mendalami pesan Kitab Suci dan pengalaman hidup, maka katekese
umat dapat memberikan kedamaian hati, karena kekuatirannya dapat terjawab dari
pesan baru yang diperoleh. Tetapi jika umat merasa biasa saja maka katekese
umat tidak memberikan manfaat dan dampak dalam pribadi umat tersebut.
Proses katekese umat yang dapat meningkatkan penghayatan iman adalah
merenungkan pengalaman hidup dalam terang Kitab Suci dan melaksanakan aksi
konkrit dalam kehidupan sebagai perwujudan iman. Hal tersebut menunjukkan
bahwa umat memahami seluruh proses katekese memiliki peran dan memiliki
tujuan. Beberapa umat menjawab proses katekese umat yang dapat meningkatkan
penghayatan iman yaitu saling membagikan pengalaman hidup. Hal tersebut
menunjukkan bahwa umat tersebut kurang memahami tujuan katekese umat yang
akan dicapai bersama.
Setelah mengikuti proses katekese umat, umat merasa terbantu untuk
mengenal pribadi-Nya dan diri pribadi sehingga mengembangkan iman. Hal
tersebut menunjukkan bahwa umat semakin mengenal bahwa kehidupannya
berharga dan dapat meneladani tindakan-Nya. Adapun umat merasa tertarik untuk
mengikuti katekese umat yang akan datang berarti umat merasakan manfaat dan
pengaruh mengikuti katekese umat. Bahkan tidak ada umat yang merasa
terganggu karena waktu untuk keluarga/pribadi menjadi berkurang. Hal tersebut
menunjukkan bahwa katekese umat memberikan pengaruh yang positif dalam
kehidupan. Tetapi ada juga umat yang merasa biasa saja. Hal tersebut menjadi
keprihatinan karena umat belum bisa merasakan peran dan manfaat mengikuti
katekese umat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
F. Kesimpulan Penelitian
Berdasarkan penelitian sebagian besar umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut
berjenis kelamin perempuan dengan usia 36-46 tahun. Pendidikan terakhir
sebagian besar SMA/SMK dan pekerjaan umat sebagai petani dan buruh.
Sebagain besar umat kurang memahami katekese umat yang sudah berlangsung di
Lingkungan. Katekese umat yang sudah berlangsung di Lingkungan masih
membutuhkan banyak perbaikan karena sarana yang digunakan masih sangat
terbatas, perlu meningkatkan suasana kekeluargaan dan meningkatkan peran
pendamping. Sedangkan tema yang digunakan dalam berkatekese masih belum
sesuai dengan kebutuhan umat sehingga katekese umat menjadi tidak menarik.
Hambatan yang dialami umat dalam katekese umat adalah sebagian besar
kesulitan merenungkan pengalaman hidup, menanggapi pokok pembicaraan, dan
mengungkapkan pengalaman hidup, umat sibuk, malas mengikuti katekese umat,
serta lelah setelah seharian bekerja. Adapun hambatan yang dialami Lingkungan
adalah kurangnya sarana pendukung, pendamping kurang kreatif, dan kurang
memiliki pengetahuan yang cukup. Bahkan proses katekese umat selama ini
terlalu lama, dan tercipta suasana yang kurang mendukung.
Sedangkan harapan umat terhadap katekese umat adalah menciptakan suasana
kekeluargaan dan persaudaraan, umat terlibat aktif, pendamping memiliki
pengetahuan yang cukup akan materi katekese umat, pendamping kreatif dan aktif
melibatkan semua umat dan materi katekese umat dapat menjawab kebutuhan,
mengangkat tema tentang membangun kebersamaan serta katekese umat dapat
mengajak umat untuk terlibat aktif dalam hidup menggereja dan masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Ada pun sumbangan katekese umat dalam meningkatkan penghayatan iman
masih belum dirasakan seluruh umat. Hal ini dapat dilihat dari peran katekese
umat dalam kehidupan umat yaitu membantu memahami pesan Kitab Suci dalam
pengalaman hidup, memberi pengetahuan tentang ajaran Gereja dan pesan Kitab
Suci dan terbantu mendalami iman tetapi belum sampai pada tindakan nyata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
KATEKESE UMAT MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS DALAM
PENGHAYATAN IMAN
Karya pastoral Gereja merupakan tindakan Gereja sebagai keseluruhan umat
Allah dalam melaksanakan tugas perutusan dan panggilan (Adisusanto, 2000: 13).
Dalam karya pastoral, Gereja mempunyai tugas penting yang disebut sebagai tiga
tugas Kristus yaitu Kristus Nabi (docendi), Kristus imam (sanctificandi), dan
Kristus sebagai Raja (regendi) (Amalorpavadass, 1972: 5).
Dalam tugas kenabian Gereja berpartisipasi mewartakan misteri
keselamatan dan mengajak umat menanggapi panggilan Allah. Yesus yang sudah
bangkit dan mati merupakan pokok pewartaan Gereja sekarang, karena tugas
pokok Kristus sebelum wafat dan kebangkitan adalah mewartakan Kerajaan Allah
(Sumarno Ds, 2013/2014: 35-36).
Tempat katekese dalam karya pastoral Gereja berada di dalam tugas
kenabian. Katekese berada dalam tugas kenabian karena katekese merupakan
pengajaran/pendidikan agama untuk umat. Salah satu bentuk katekese adalah
katekese umat yang berisikan tukar pengalaman iman (Huber, 1981c: 10).
Model Shared Christian Praxis merupakan salah satu model katekese umat
yang dapat membantu umat untuk meningkatkan penghayatan iman. Model
Shared Christian Praxis ini bertitik tolak pada pengalaman hidup. Dengan
penghayatan iman umat diharapkan dapat menanggapi wahyu-Nya sehingga
memperoleh keselamatan yang telah Allah janjikan dan membagikan kasih
kepada sesama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
A. Gambaran Umum tentang Katekese
Gereja merupakan himpunan orang-orang beriman akan Yesus Kristus. Oleh
sebab itu Gereja mempunyai tiga tugas Kristus dalam karya pastoralnya yaitu
Kristus Nabi (decendi), Kristus Imam (sanctificandi), dan Kristus Raja (regendi).
Tugas Kristus Nabi dalam KHK, kan. 747 § 1 adalah Kristus memberi
kepercayaan kepada Gereja untuk menjaga iman bersama Roh Kudus sebagai
kebenaran, menyelidiki mendalam, mewartakan, dan menjelaskan dengan setia.
Gereja memiliki tugas dan hak mewartakan Injil kepada semua orang dengan alat
komunikasi sosial dan tanpa bergantung pihak lain.
Tugas Kritus Imam menurut KHK, kan. 834 § 1 bahwa Gereja
melaksanakan tugas menguduskan secara istimewa dengan liturgi suci sebagai
pelaksanaan tugas imamat. Pengudusan manusia dinyatakan dalam tanda-tanda
indrawi dan dihasilkan dengan cara khas. Dengan liturgi dipersembahkan juga
liturgi publik kepada Allah oleh Tubuh Yesus, yaitu Kepada dan anggota- Nya.
Tugas Kristus Raja dalam KHK, kan. 212 § 1 para Gembala suci yang
mewakili Kristus sebagai guru iman, atau mereka yang ditetapkan sebagai
pemimpin Gereja harus diikuti dengan ketaatan kristiani oleh kaum beriman
kristiani dengan kesadaran tanggungjawab masing-masing.
1. Tempat Katekese dalam Pastoral Gereja
Istilah „pastoral‟ berasal dari kata „pastor‟, yang dalam bahasa Latinnya
berarti gembala. „Pastoral‟ merupakan seluruh karya yang dilakukan oleh semua
orang beriman, tidak hanya pastor sebagai pelayan imamat dalam melaksanakan
tugas sebagai Kristus Imam (Sumarno Ds, 2012/2013: 1).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Oleh karena itu karya pastoral dapat dipahami sebagai tindakan yang
dilakukan Gereja sebagai keseluruhan umat Allah dalam melaksanakan tugas
perutusan dan panggilannya, bukan hanya karya pastor atau hirarki saja tetapi
seluruh umat berpartisipasi (Adisusanto, 2000: 13).
Dalam karya pastoral Gereja terdapat tiga tugas pokok Kristus yang harus
terlaksana yaitu Kristus sebagai Nabi (docendi), Kristus sebagai Imam
(sanctificandi), dan Kristus sebagai Raja (regendi). Dari ketiga tugas Gereja
tersebut terdapat tiga bentuk yang terpenuhi dalam pelayanan pastoral Gereja
yaitu pelayanan sabda dengan mewartakan (kerygma), pelayanan ibadat dengan
merayakan (leiturgia), dan pelayanan pengarahan dengan mengorganisir dan
mendidik umat Kristus (koinonia) dengan penuh cinta kasih supaya dapat
memberikan kesaksian (martyria) dan pengabdian kepada sesama (diakonia)
(Sumarno Ds, 2013/2014: 35; bdk. Amalorpavadass, 1972: 5).
Tugas pokok Kristus sebagai Nabi (docendi) adalah mewartakan Kerajaan
Allah kepada seluruh umat. Dalam tugas tersebut Gereja berpartisipasi dalam
pokok, karya dan pewartaan Yesus tentang Kerajaan Allah. LG, art. 12
mengatakan bahwa semua umat Allah berpartisipasi dalam tugas kenabian yaitu
menyampaikan kesaksian, melalui pengalaman iman dan cinta kasih, serta
memberikan pujian syukur kepada-Nya (Ibr 13:15). Seluruh umat beriman yang
telah diurapi (1 Yoh 2:20.27), dan tidak dapat sesat dalam beriman. LG, art. 35
kaum awam berpartisipasi dalam tugas kenabian. Oleh karena itu umat menjadi
saksi-Nya dan dibekali iman dan rahmat sabda (Kis 2:17-18; bdk. Why 19:10)
sehingga dapat terpancar dalam kehidupan (Sumarno Ds, 2013/2014: 35).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Tugas kenabian Gereja adalah mewartakan Kerajaan Allah, mengajak
seluruh umat menanggapi panggilan dan menerima keselamatan-Nya yang
terpenuhi dalam bentuk pelayanan sabda. Pelayanan sabda yang merupakan fungsi
pastoral dan berisikan Tradisi yang hidup. Oleh karena itu sabda Allah
disampaikan dengan cara dan bentuk yang bervariasi, sehingga dapat membina,
menggairahkan dan memupuk iman umat supaya menjadi aktual dan relevan
dalam kehidupan sehari-hari (Sumarno Ds, 2013/2014: 36-37; bdk.
Amalorpavadass, 1972: 5-6).
Bentuk dan fungsi Gereja dalam pelayanan Sabda adalah magisterium
(kuasa mengajar) Gereja yang tidak dapat sesat, sebagai penjaga dan penyampaian
pengajaran iman; peranan teologi sebagai refleksi iman dan pengalaman kristen/
sebagai penulisan sistematis dan penyelidikan ilmiah tentang kebenaran iman;
serta pelayanan sabda dengan pewartaan, katekese dan homili/khotbah (Sumarno
Ds, 2013: 37; bdk. Amalorpavadass, 1972: 6).
Pelayanan sabda merupakan tugas Gereja yang penting karena merupakan
awal mula terbentuknya Gereja adalah melalui komunitas kaum beriman (1 Ptr
1:23) sehingga seolah-olah orang dilahirkan lewat sabda. Gereja hidup dan
mendapat sumber makanan dari Sabda Allah maupun roti Ekaristi (Kis 2:24)
(Sumarno Ds, 2013/2014: 37; bdk. Amalorpavadass, 1972: 7).
Ketiga tugas Gereja tersebut merupakan tugas penyelamatan Gereja
sehingga katekese berada dalam tugas kenabian (docendi). Katekese berperan
sebagai sarana, alat dan media penyampaian wahyu Allah (Sumarno Ds,
2013/2014: 35; bdk. Amalorpavadass, 1972: 5).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Pelayanan sabda memberikan persiapan dan membimbing ke arah perayaan
(santificandi). Perayaan merupakan ungkapan syukur atas pewartaan sabda yang
telah diterima umat. Kegiatan ibadat terjadi karena warta Gembira yang harus
diwartakan dan liturgi Ekaristi timbul karena liturgi sabda. Dalam perayaan
terdapat pelayanan sabda sebagai sebuah pewartaan dan pelayanan sabda cocok
untuk berkatekese (Sumarno Ds, 2013/2014: 37; bdk. Amalorpavadass, 1972: 7).
Tugas Kristus sebagai Raja (regendi) berproses dari pelayanan sabda
(kerygma) dan liturgi yang keduanya saling membutuhkan sehingga tercapai
kesaksian iman dan terwujudnya pengabdian cinta kasih dalam kehidupan
(Sumarno Ds, 2013/2014: 37; bdk. Amalorpavadass, 1972: 7-8).
Ketiga tugas Kristus tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain.
Tanpa pelayanan sabda liturgi menjadi magis dan ritual, hukum menjadi legalistis
dan yuridis, lembaga menjadi institusional, dan pastor hanya sebagai pembesar
administrasi. Demi terwujudnya tugas Kristus maka dibutuhkan usaha terus
menerus. Dalam Perjanjian Lama peranan imam bersifat ibadat tetapi dalam
Perjanjian Baru terjadi penekanan dalam tugas kenabian sebagai segi imamat (Rm
15:16). Kegiatan ibadat muncul karena Kabar Gembira yang diwartakan. Ekaristi
timbul karena liturgi sabda, dan Ekaristi tidak berarti jika tidak ada liturgi sabda
(Sumarno Ds, 2013/2014: 37; bdk. Amalorpavadass, 1972: 7).
Katekese merupakan bagian dari pelayanan sabda dan tercermin dalam
tugas kenabian yang dilakukan oleh Gereja demi terciptanya Kerajaan Allah.
Tugas kenabian adalah menyampaikan Kabar Gembira kepada seluruh umat
dengan memberi kesaksian iman dan menanggapi wahyu Allah. Tugas kenabian
didukung dengan tugas perayaan (sanctificandi) sebagai bentuk tindakan ritual.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Tugas perayaan timbul karena tugas kenabian (docendi), dan tugas Raja (regendi)
berasal dari proses tugas kenabian dan perayaan. Oleh karena itu tempat katekese
dalam karya pastoral Gereja berada dalam tugas kenabian yang merupakan
pewartaan sabda melalui kesaksian iman dengan menjawab dan mewujudkan
nilai-nilai Kerajaan Allah dalam kehidupan sehari-hari (Sumarno Ds, 2013/2014:
36-38; bdk. Amalorpavadass, 1972: 5-8).
Secara keseluruhan katekese tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pastoral
dan misioner Gereja. Katekese merupakan pembinaan iman untuk anak-anak,
kaum muda, orang dewasa, dan orang tua tentang ajaran Kristiani, yang diberikan
secara organis dan sistematis, supaya umat dapat memasuki kepenuhan hidup
Kristiani. Oleh karena itu katekese secara formal tidak bertepatan dengan unsur
misi pastoral Gereja yang memiliki unsur kateketis, yang merupakan persiapan
katekese atau bersumber pada misi pastoral. Tetapi katekese tetap bertumpu pada
unsur-unsur kateketis. Unsur misi pastoral adalah proklamasi awal Injil/pewartaan
misioner melalui kerygma untuk membangkitkan iman umat, penyelidikan alasan
beriman, pengalaman hidup, perayaan Sakramen, integrasi ke dalam hidup jemaat,
dan kesaksian apostolis misioner. Katekese dan evangelisasi tidak saling
bertentangan dan tidak bisa dianggap sama tetapi keduanya saling berhubungan
(CT, art. 18).
2. Pengertian Umum Katekese
Istilah „katekese‟ berasal dari bahasa Yunani yaitu „katechein’. Katechein
berasal dari dua kata yaitu kat yang berarti pergi atau meluas, dan echo berarti
menggema atau menyuarakan ke luar. Katechein mempunyai dua pengertian yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
pewartaan yang sedang disampaikan atau diwartakan dan ajaran dari para
pemimpin untuk umat (Papo, 1987: 1). Kata „katekese‟ berarti membuat gema,
membuat sesuatu bergaung. Kata „katekese‟ juga terdapat dalam teks Kitab Suci
yaitu Luk 1:4 (diajarkan); Kis 18:25 (pengajaran dalam Jalan Tuhan); Kis 21:21
(mengajar); Rm 2:18 (diajar); 1 Kor 14:19 (mengajar); Gal 6:6 (pengajaran)
(Telaumbanua, 1999: 4).
Dalam konteks pengertian tentang katekese dapat dipahami sebagai
pengajaran, pendalaman, dan pendidikan iman untuk umat supaya seorang Kristen
semakin hari semakin dewasa dalam iman. Oleh sebab itu katekese diperuntukkan
bagi orang yang sudah dibaptis tetapi dengan berjalannya waktu setelah zaman
Bapa-bapa Gereja (Patristik), katekese merupakan suatu pengajaran dan latihan
untuk para calon baptis (Telaumbanua, 1999: 4). Dengan demikian katekese
merupakan segala usaha penyampaian ajaran iman, pendidikan agama/ajaran
Gereja (Papo, 1987: 11). Di dalam katekese berisikan pengarahan tata-hidup
orang beriman yang diwujudkan dalam kehidupan pribadi dan bersama
(Setyakarjana, 1997: 4).
CT, art. 18 menyatakan bahwa katekese adalah pembinaan iman untuk
anak-anak, kaum muda dan orang dewasa tentang ajaran Kristen. Pembinaan iman
tersebut disampaikan secara organis dan sistematis, dengan tujuan mengantar
umat memasuki kepenuhan hidup Kristen.
Katekese juga mengajak seluruh umat-Nya untuk merasakan kasih Allah
sebagaimana dijalaskan dalam CT, art. 5:
Katekese mencakup arti mengajak sesama mendalami Misteri dalam segala
dimensinya: “untuk menunjukkan kepada semua orang makna rencana yang
terkandung dalam misteri ...bersama dengan segala orang kudus memahami,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus
... mengenai kasih itu yang melampaui segala pengetahuan ... (dan dipenuhi)
dalam segala kepenuhan Allah”.
Katekese tidak sebatas mengantar umat pada kepenuhan hidup Kristus tetapi
juga mengajak umat untuk mendalami Misteri Kristus yaitu makna terdalam
tentang kasih Allah, kasih yang melebihi pengetahuan, dan kasih yang terpenuhi
dalam kepenuhan diri Allah.
Dalam rangka penerimaan sakramen katekese merupakan persiapan
menerima sakramen-sakramen yang bernilai tinggi untuk mengantar kepada
sakramen iman (CT, art. 23). Katekese juga harus mampu memantapkan dan
mengajarkan iman, serta terus menerus membangkitkan iman dengan bantuan
rahmat-Nya. Dengan hati terbuka, timbul pertobatan dan menyerahkan diri
seutuhnya kepada Yesus. Hal ini biasa terjadi bagi umat yang baru mengalami
ambang iman (CT, art. 19). Oleh karena itu inti dari katekese terarah pada
pendewasaan iman dan kesaksian umat di tengah-tengah masyarakat (CT, art. 25).
3. Tujuan Katekese
Katekese bertujuan untuk mendampingi umat supaya bersatu dengan Kristus
sehingga umat menerima kekuatan dari Allah (CT, art. 25). Sasarannya adalah
umat yang sudah tua maupun yang masih muda semakin hari bertumbuh dalam
iman dengan bantuan Allah. Dalam proses katekese, umat diajak untuk mengenal
misteri Kristus melalui firman-firman-Nya, supaya umat hidup berdasarkan
firman-Nya (CT, art. 20). Katekese juga merangsang pengetahuan, penghayatan,
serta pertumbuhan benih iman yang diberi oleh Roh Kudus melalui pewartaan
awal, dan yang diperoleh melalui pembaptisan (CT, art. 5).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Sejalan dengan itu tujuan mutakir katekese ialah bukan saja
menghubungkan umat dengan Yesus Kristus, melainkan mengundangnya
untuk memasuki persekutuan hidup yang mesra denganNya. Hanya Dialah,
yang dapat membimbing kita kepada cintakasih Bapa dalam Roh, dan
mengajak kita ikut serta menghayati hidup Tritunggal Kudus (CT, art. 5).
Tujuan katekese adalah membantu menghubungkan relasi manusia dengan
pribadi Yesus dan mengundang Yesus masuk dalam kehidupan manusia sehingga
terjalin hubungan yang mesra. Yesus Kristus membimbing manusia dengan cinta
kasih Bapa dalam Roh, dan mengajak manusia untuk terlibat dalam menghayati
hidup Tritunggal Kudus.
4. Isi Katekese
Dalam CT, art. 5 dikatakan bahwa jantung katekese adalah pribadi Yesus
yang diutus Bapa menjadi manusia. Dia yang telah menderita sengsara dan wafat
demi manusia, dan sekarang telah bangkit dengan mulia serta hidup di tengah
kehidupan manusia. Jantung katekese disampaikan melalui pewartaan Injil dan
Kabar Gembira Keselamatan yang merupakan bagian dari katekese. Isi katekese
tersebut sering didengar, disampaikan dan diterima dengan terbuka hati. Oleh
karena itu katekese didalami melalui refleksi dan studi sistematis dalam
pengalaman hidup yang diwujudkan dalam kehidupan Gereja, masyarakat serta
umat berani untuk mengambil keputusan dan berkomitmen (CT, art. 26).
Isi katekese merupakan wahyu Allah (Kitab Suci) yang memuncak dalam
diri Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah kepada semua orang. Dengan
prinsip Kabar Gembira tersebut menjadi aktual, nyata, dapat dirasakan oleh umat
dan membawa perubahan hidup (Banyu Dewa, 2003: 18). Keselamatan dan
pembebasan yang berasal dari Allah dan Yesus Kristus, nilai-nilai kerja dan harga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
diri manusia serta masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat merupakan
isi katekese yang tidak bisa ditinggalkan (Gowing Bataona, 1979: 40-43)
Tradisi dan Kitab Suci yang merupakan sumber hidup dan warisan Gereja
yang berisikan sabda Allah sebagai sumber pokok katekese. Tradisi dan Kitab
Suci merupakan suatu hal yang kudus. Tradisi dan Kitab Suci tersebut yang telah
dipercayakan kepada Gereja seperti yang telah diingatkan dalam Konsili Vatikan
II, pelayanan sabda-kotbah pastoral, kateketik dan pendidikan Kristen harus
dikembangkan, dan mendorong manusia menuju kekudusan melalui sabda Allah
(CT, art. 27).
Karena Tradisi dan Kitab Suci merupakan sumber katekese maka
dibutuhkan perhatian akan kenyataan yang terjadi karena katekese harus lebih
berwarna, dan diresapi oleh gagasan, semangat dan visi Kitab Suci serta Injil
dengan berhadapan pada teks-teks tersebut dengan melakukan kontak. Oleh
karena itu katekese akan menjadi kaya dan efektif jika membaca teks tersebut
dengan pengertian serta hati dengan menggali inspirasi, refleksi dan kehidupan
Gereja (CT, art. 27).
5. Pendekatan-pendekatan Katekese
Pendekatan merupakan suatu pola dasar yang dapat digunakan dalam
menyampaikan pewartaan Kristiani, supaya umat atau peserta terbantu dalam
menghayati imannya. Terdapat lima pendekatan yang dapat digunakan dalam
karya katekese yaitu pendekatan biblis/Kitab Suci, pendekatan
antropologis/pengalaman manusia, pendekatan masalah, pendekatan peristiwa,
dan pendekatan alam (Papo, 1987: 64).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
a. Pendekataan Biblis/Kitab Suci
Pendekataan biblis/Kitab Suci merupakan pola dasar dalam penyampaian
pewartaan berdasarkan nilai-nilai Kitab Suci. Pendekatan ini meliputi tiga langkah
yaitu menampilkan aspirasi umat, menampilkan nilai-nilai Kitab Suci dan hidup
baru (Papo, 1987: 64).
Langkah pertama dalam pendekatan biblis adalah memilih salah satu nilai
kemanusiaan dengan memberikan penjelasan dan mengungkapkan pengalaman
hidup dengan memanfaatkan sarana pendukung yang ada. Langkah kedua
mendalami nilai Kitab Suci dengan pengalaman hidup peserta dan pengalaman
hidup orang kudus. Langkah ketiga berdasarkan nilai-nilai Kitab Suci, peserta
diajak untuk mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai bentuk
pertobatan (Papo, 1987: 65).
b. Pendekatan Antropologis/Pengalaman Manusia
Pendekatan antropologis/pengalaman manusia merupakan pendekatan yang
bertitik tolak dari pengalaman hidup yang konkret. Pendekatan antropologis
menekankan penyadaran pengalaman hidup umat dalam memberikan arah melalui
Yesus Kristus sehingga umat dapat memaknai hidup menjadi berarti. Pendekatan
antropologis memiliki tiga langkah pokok yaitu pengalaman hidup, menemukan
arti kristiani, dan arti bagi hidup (Papo, 1987: 65-66).
Langkah pertama dalam pendekatan antropologis diawali dengan
merangsang pengalaman hidup dan memanfaatkan sarana misalnya cerita, foto,
film, atau sarana lainnya. Langkah kedua peserta diajak untuk mengungkapkan
pengalaman hidup dan mendalaminya sebagai pengalaman yang dirasakan semua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
orang. Langkah ketiga umat diajak untuk menyimak kesaksian iman dalam Kitab
Suci sebagai arti akhir dari pengalaman hidup. Sabda Allah yang sudah diterima
dapat memberi arti baru dalam kehidupan manusia yaitu dari pengalaman hidup
menuju Yesus Kristus dan kembali ke kehidupan nyata (Papo, 1987: 65-66).
c. Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah merupakan pendekatan berdasarkan masalah yang
sedang terjadi dan membutuhkan solusi berdasarkan Kitab Suci. Pendekatan ini
terdiri dari penegasan masalah dengan menguraikan masalah yang terjadi, mencari
jawaban Kristiani melalui Kitab Suci, dan penerapan hidup (Papo, 1987: 66-67).
Langkah pertama dalam pendekatan masalah adalah menemukan masalah
yang terdapat fakta-fakta hidup sebagai topik. Topik tersebut menjadi hal penting
dengan melakukan diskusi untuk memecahankan masalah. Jawaban yang muncul
harus sesuai akal budi, berdasarkan wahyu dan dokumen Gereja. Langkah kedua,
peserta diajak menemukan jawaban berdasarkan Kitab Suci/domumen Gereja.
Jawaban yang muncul dapat memberi pengaruh pada kehidupan dan menemukan
contoh konkret sebagai nilai baru. Agar pendekatan masalah dapat berhasil peserta
dituntut untuk melakukan meditasi mendalam sehingga memperoleh kesimpulan
yang tepat. Peserta juga diharapkan memiliki rasa hormat terhadap Kitab Suci,
liturgi, dll dalam proses katekese (Papo, 1987: 66-67).
d. Pendekatan Peristiwa
Pendekatan peristiwa merupakan pewartaan yang terjadi saat ada
kesempatan spontan, misalnya resepsi pernikahan, layat, reuni keluarga,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
peringatan orang meninggal, pemberkatan rumah, arisan, selametan, tukar cincin,
dll. Pendekatan peristiwa meliputi tiga langkah yaitu menanggapi peristiwa yang
terjadi, mendalami iman dalam terang Kitab Suci, dan penerapan dalam hidup
(Papo, 1987: 67-68).
Pendekatan peristiwa diawali dengan mengajak umat mengungkapkan
pengalaman hidup sesuai peristiwa yang sedang terjadi dan katekis memberikan
arahan. Dari sharing pengalaman hidup, dan menemukan nilai-nilai hidup peserta
diteguhkan dengan bacaan Kitab Suci. Pada tahap akhir katekis menyebutkan
contoh konkret dan memberikan penjelasan supaya peserta dapat menghayati
peristiwa itu dengan semangat dan pandangan baru (Papo, 1987: 67-68).
e. Pendekatan Alam
Pendekatan alam merupakan pendekatan yang bertitik tolak dari unsur alam
semesta untuk membantu peserta dalam menghayati imannya. Pendekatan alam
terdiri dari tiga langkah pokok yaitu mencari arti alam semesta yang terjadi,
membaca Kitab Suci, dan perwujudan hidup (Papo, 1987: 68-69).
Pendekatan alam didahului dengan mengajak peserta memperhatikan alam,
memilih dan memperhatikan salah satu jenis alam dengan mengungkapkan
pendapat. Peserta mendalami teks Kitab Suci dengan menemukan makna hidup
dan berani mewujudkan nilai-nilai itu dalam kehidupan (Papo, 1987: 68-69).
6. Sarana Katekese
Sarana merupakan alat bantu, bahan, tempat dan kesempatan yang
digunakan dalam berkatekese, misalnya papan tulis, gambar, flanel, cerita,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
nyanyian, drama, guntingan gambar, perayaan, buku, alat-alat ibadat dan tempat
berkatekese. Pribadi pendamping merupakan sarana sebagai pemudah, pengarah,
dan, pencipta suasana. Pendamping sebagai tokoh dan pemberi kesaksian iman
dengan mengembangkan kepribadian peserta yaitu memberi penyadaran,
pengembangan dan peneguh iman dan kehidupan agama (Papo, 1987: 79).
Berdasarkan dari pengajaran lisan maupun beredarnya surat-surat di Gereja-
gereja yang telah dilakukan oleh para Rasul pada zaman itu katekese terus
berkembang untuk mencari cara dan sarana yang bersifat modern. Cara dan sarana
yang modern itu mendukung jalannya tugas perutusan, dan mendukung peran
serta jemaat dan para gembala (CT, art. 46).
Peluang-peluang besar yang ada yaitu berkat media komunikasi sosial dan
media komunikasi dalam kelompok (“group media”) yaitu radio, media cetak,
piringan hitam, rekaman tape, serta seluruh media audio-visual lain yang harus
dimanfaatkan dengan baik (CT, art. 46).
Berbagai upaya dan usaha yang sudah dilakukan, semua kegiatan Gereja
bersifat kateketis, karya katekese tidak kehilangan nilai, akan tetapi memperoleh
penyegaran baru. Salah satu gejala utama pembaharuan katekese sekarang adalah
penerbitan dan penggadaan buku-buku katekese di wilayah Gereja yang bisa
digunakan sebagai sumber atau isi katekese (CT, art. 49).
B. Gambaran Umum tentang Katekese Umat
Katekese umat merupakan komunikasi iman antar peserta dengan saling
memberikan kesaksian iman yang akan membantu umat untuk diteguhkan
imannya dan semakin menghayati imannya secara sempurna (Huber, 1981b: 15).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Keberhasilan proses katekese umat dapat dilihat dari tercapainya tujuan
yang didukung dengan sarana, isi, sumber katekese yang mendukung serta
pemilihan model katekese. Model katekese umat yang dapat digunakan adalah
model pengalaman hidup, model biblis/Kitab Suci dan model campuran.
1. Pengertian Umum Katekese Umat
Huber (1981b: 15) mengutip rumusan katekese umat yang dihasilkan oleh
PKKI II:
Katekese Umat diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman
iman (penghayatan iman) antara anggota jemaat/kelompok. Melalui
kesaksian para peserta saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman
masing-masing diteguhkan dan dihayati semakin sempurna. Dalam
Ketekese Umat tekanan terutama diletakkan penghayatan iman, meskipun
pengetahuan tidak dilupakan. Katekese Umat mengandaikan ada
perencanaan.
Rumusan di atas menegaskan bahwa katekese umat merupakan tukar
pengalaman iman antar umat dengan saling membagikan kesaksian iman.
Kesaksian iman tersebut dapat memperteguhkan iman peserta yang
mendengarkan. Tukar pengalaman iman merupakan pokok dari proses katekese
umat, dengan tidak meninggalkan pengetahuan dan mengandaikan perencanaan.
2. Tujuan Katekese Umat
Katekese umat merupakan sharing pengalaman iman antar peserta yang
meneguhkan. Maka Huber (1981b: 16), mengutip rumusan tujuan katekese umat
dalam PKKI II, yaitu
- supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman-
pengalaman kita sehari-hari;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
- dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari
kehadiran-Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari:
- dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap,
mengamalkan cinta kasih dan makin dikukuhkan hidup kristiani kita;
- pula kita makin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegas
mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengkokohkan Gereja semesta;
- sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup
kita di tengah masyarakat.
Berdasarkan rumusan di atas tujuan katekese umat adalah umat diajak untuk
meresapi pengalaman hidup dengan terang Kitab Suci supaya dapat melakukan
pertobatan dan merasakan kehadiran Allah dalam kehidupan. Umat semakin
sempurna dalam iman, pengaharapan, cinta kasih dan hidup semakin kokoh.
Hidup umatdapat menyatu dengan Kristus, menjemaat, berani mewujudkan tugas
Gereja dan mampu mengokohkan Gereja semesta serta bersaksi tentang Kristus
dalam kehidupan sehari-hari.
Umat mampu memberikan kesaksian tentang Kristus dalam hidup di tengah-
tengah masyarakat, merupakan rangkuman tujuan katekese umat dari sudut yang
berbeda. Ketiga tujuan katekese umat yang pertama lebih mengarah pada pribadi
peserta (ekstern), dan kedua lainnya menegaskan tujuan katekese umat sebagai
Gereja dan memuncak pada hidup umat di tengah-tengah masyarakat (intern)
(Huber, 1981a: 23).
Katekese umat membantu umat untuk hidup penuh kesadaran, mendalam,
mendorong proses pemanusiaan kristiani dan membantu proses pendewasaan
iman. Katekese umat menempatkan pengalaman religius dalam kehidupan nyata
sehingga umat dapat menafsirkan riwayat hidupnya sebagai sejarah penyelamatan
(Huber, 1981a: 23).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
3. Isi Katekese Umat
Demi terwujudnya tujuan katekese umat diperlukan isi katekese umat. Isi
katekese umat adalah pengalaman iman umat dalam kehidupan sehari-hari,
pengalaman iman Gereja yang terdapat di dalam Kitab Suci, dan pengalaman
iman Gereja dalam Tradisi yaitu perumusan iman Gereja untuk menanggapi
situasi dan kondisi pada saat ini dan yang akan datang (Heselaar, 1981: 103).
Dalam katekese umat, peserta diajak untuk bersaksi akan Yesus Kristus.
Yesus Kristus yang hadir di tengah kehidupan manusia, dengan tujuan manusia
dapat berjumpa dengan Allah melalui perantara Yesus. Oleh sebab itu Yesus
menjadi isi dan cara dalam berkatekese (Huber, 1981a: 19). Melalui sabda
manusia dapat berjumpa dan bersaksi akan iman Yesus Kristus sebagai perantara
Bapa. Kahadiran Yesus menjadi pola hidup manusia dalam Kitab Suci (Perjanjian
Lama) mendasari penghayatan iman sepanjang Tradisi (Sumarno Ds, 2013: 9).
Untuk mendukung isi katekese umat maka diperlukan sumber katekese yang
jelas untuk mempertanggungjawabkan isi tersebut. Sumber-sumber katekese umat
meliputi Kitab Suci, ajaran Magisterium, liturgi, kehidupan Gereja, kehidupan
manusia, dan tanda-tanda zaman. Sumber katekese umat tersebut dapat menjadi
pegangan umat dalam menjalankan kehidupan (Pareira, 1979: 82).
4. Sarana Katekese Umat
Sarana pendukung untuk menyampaikan pesan atau isi katekese umat
diperlukan. Sarana-sarana yang bisa digunakan adalah buku-buku teks untuk
peserta, bantuan audio visual, dan katekismus lokal. Sarana-sarana tersebut dapat
langsung digunakan dalam kegiatan kateketik yang disediakan komunitas kristiani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
berdasarkan orientasi kateketis, dan kegiatan kateketik-analisis situasi, rencana
karya, petunjuk kateketik (Dapiyanta, 2013: 13).
Ungkapan yang sama juga dikatakan bahwa sarana katekese umat adalah
alat-alat komunikasi sosial dari bangsa yang memberikan pengaruh dan dukungan
atas kemajuan hidup rohani, serta kemajuan mutu manusia. Alat-alat komunikasi
tersebut digunakan untuk mencapai cita-cita bersama dari berbagai kalangan
(Setyakarjana, 1997: 10). Buku-buku katekese, sarana slide, tape recorder, Kitab
Suci, dan sarana audio visual yang sangat mendukung dalam proses berkatekese
(Setyakarjana, 1997: 42).
5. Model Katekese Umat
Model merupakan pola dasar yang digunakan dalam melaksanakan
pewartaan Injil. Unsur pokok dalam pendalaman iman/katekese adalah
pengalaman hidup, teks Kitab Suci, dan penerapan konkret. Pendalaman
iman/katekese memiliki tiga model katekese umat, yaitu model pengalaman
hidup, model biblis dan model campuran (Sumarno Ds, 2013: 11).
a. Model Pengalaman Hidup
Model pengalaman hidup bertitik tolak dari pengalaman hidup dan berpusat
pada hidup peserta. Berdasarkan pengalaman dan tindakan hidup yang dialami
maka umat semakin mengenal pribadinya. Model pengalaman hidup menekankan
pengalaman konkret peserta sebagai pusat dari proses komunikasi iman. Oleh
karena itu dalam berkatekese dibutuhkan suasana yang mendukung supaya umat
berani mengungkapkan pengalaman hidup (Sumarno Ds, 2013: 11-12).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Langkah-langkah dalam model pengalaman hidup adalah pembukaan,
penyajian pengalaman hidup, pendalaman pengalaman hidup, rangkuman
pendalaman pengalaman hidup, bacaan Kitab Suci/Tradisi, pendalaman teks Kitab
Suci/Tradisi, rangkuman pendalaman teks Kitab Suci/Tradisi dan penerapan
dalam kehidupan sehari-hari (Sumarno Ds, 2013: 11-12).
Langkah awal katekese umat model pengalaman hidup adalah pembukaan
yang berisikan lagu dan doa pembukaan sesuai tema. Kemudian
katekis/pendamping menyajikan pengalaman hidup yang relevan, diambil dari
surat kabar/cerita sesuai tema. Berdasarkan pengalaman hidup, peserta diajak
untuk mendalaminya dan mengaktulisasikan pengalaman hidup konkret tersebut.
Pendalaman pengalaman hidup dapat dilakukan dalam kelompok kecil dengan
menggunakan pertanyaan bantuan untuk merangsang peserta mengambil sikap
moral. Setelah mendalami pengalaman hidup katekis/pendamping membuat
rangkuman sikap yang akan dilakukan peserta. Berdasarkan pengalaman hidup
peserta merefleksikan nilai-nilai dalam Kitab Suci/Tradisi untuk mengukuhkan
iman. Pada tahap ini katekis/pendamping berperan untuk membantu umat
mengungkapkan pesan inti teks Kitab Suci/Tradisi. Setelah itu
katekis/pendamping merangkum pendalaman teks Kitab Suci/Tradisi pesan
intinya berdasarkan persiapan dari sumber-sumber yang mendukung. Berdasarkan
hasil refleksi peserta diajak untuk menerapkan nilai/sikap yang diperoleh selama
proses berkatekese dalam kehidupan konkret, dan mengambil kesimpulan praktis
sesuai tema dalam hidup di masyarakat, Gereja, Lingkungan, Wilayah, maupun
Paroki, keluarga. Peserta juga diajak untuk merenungkan dan mengungkapkan
buah-buah pribadi yang diperoleh berupa niat yang dapat dilakukan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
kehidupan sehari-hari. Sebagai penutup dalam berkatekese peserta diajak untuk
mengungkapkan doa spontan, dan dapat diakhiri doa penutup dengan merangkum
keseluruhan tema, atau dengan doa bersama/nyanyian (Sumarno Ds, 2013: 11-12).
b. Model Biblis
Model biblis berpusat pada pengalaman Kitab Suci/Tradisi dan memiliki
tiga hal pokok yang perlu diperhatikan yaitu mengamati, mengartikan dan
menerapkan teks Kitab Suci. Ketiga hal pokok tersebut digunakan untuk
membantu umat memahami isi Kitab Suci/Tradisi. Ketekese umat model biblis
terdiri dari beberapa langkah yaitu pembukaan, teks Kitab Suci/Tradisi,
pendalaman teks Kitab Suci/Tradisi, pendalaman pengalaman hidup, penerapan
dalam hidup, dan penutup (Sumarno Ds, 2013: 12-13).
Langkah pertama dalam model biblis yang berisikan doa dan atau nyanyian
pembukaan. Pada langkah pembukaan peran katekis/pendamping menghubungkan
tema katekese sekarang dengan tema sebelumnya. Setelah itu pembacaan teks
Kitab Suci yang dibacakan oleh salah satu peserta langsung dari Kitab Suci dan
peserta diajak merefleksikannya. Pendalaman teks Kitab Suci, diawali dengan
masuk dalam kelompok kecil untuk mengungkapkan hasil refleksi pribadi.
Sedangkan katekis/pendamping berperan merangkum pesan inti dari peserta
dengan menghubungkan penjelasan pribadi berdasarkan persiapan pribadi.
Katekis/pendamping menjadi sumber yang penting karena menampilkan isi/pesan
inti Kitab Suci yang relevan dan mudah dipahami peserta. Kemudian peserta
diajak untuk mendalami pengalaman hidup dengan menghubungkan pesan inti
teks Kitab Suci. Dari pendalaman hidup peserta diajak merefleksikan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
menemukan sikap yang bisa dilakukan dalam hidup. Peserta dapat menemukan
semangat, jiwa, serta kekuatan baru dari teks Kitab Suci yang dapat diwujudkan.
Kemudian peserta masuk dalam keheningan merenungkan pesan yang diperoleh,
menemukan sarana, dan cara menghadapi kesulitan, serta menemukan hal-hal
yang mendukung dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai penutup proses katekese
peserta mengungkapkan doa spontan dan katekis/pendamping menutup dengan
doa penutup, doa bersama atau nyanyian bersama (Sumarno Ds, 2013: 12-13).
c. Model Campuran: Biblis dan Pengalaman Hidup
Katekese umat model campuran merupakan gabungan antara model biblis
dan model pengalaman hidup. Model campuran bertitik tolak pada hubungan
antara Kitab Suci/Tradisi dengan pengalaman hidup konkret peserta (Sumarno Ds,
2013: 13-14). Katekese umat model campuran memiliki beberapa langkah penting
yaitu pembukaan, pembacaan Kitab Suci/Tradisi, penyajian pengalaman hidup,
pendalaman pengalaman hidup dengan teks Kitab Suci/Tradisi, penerapan
meditatif, evaluasi singkat, dan doa penutup (Sumarno Ds, 2013: 13-14).
Langkah pembukaan model campuran adalah doa dan nyanyian pembuka.
Langkah kedua, pembacaan teks Kitab Suci/Tradisi, dibacakan peserta secara
langsung dan pendamping mengulanginya kemudian peserta diberi kesempatan
merenungkannya. Setelah itu peserta diajak menyimak pengalaman hidup dengan
sarana pendukung untuk membangkitkan semangat peserta. Peserta diajak
mengungkapkan kesan pribadi dalam penyajian pengalaman hidup, mencari apa
yang terjadi dalam pengalaman hidup secara objektif, menemukan tema dan pesan
pokok. Berdasarkan pengalaman hidup peserta diajak merefleksikan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
mendalami pesan yang diperoleh dan menghubungkan pengalaman pribadi
dengan pesan Kitab Suci. Peran pendamping adalah merangkum reflekis
pengalaman hidup dan mengajak peserta membangun niat bersama/pribadi.
Langkah lima, penerapan meditatif katekis membuat pertanyaan pembantu
sebagai bahan reflektif pengalaman hidup, dan refleksi-pemikiran muncul selama
pendalaman pengalaman dihubungkan dengan Kitab Suci. Kemudian Katekis
mengajak peserta menemukan nilai baru dalam hidup pribadidan bersama.
Langkah keenam adalah evaluasi jalannya katekese umat berupa isi, tema,
langkah-langkah dan proses sharing pengalaman iman. Dengan evaluasi
diharapkan pertemuan berikutnya menjadi lebih baik, sesuai, dan relevan.
Sebagai penutup dilakukan doa umat spontan dan doa penutup dan menyanyikan
lagu penutup sesuai tema (Sumarno Ds, 2013: 13-14).
C. Shared Christian Praxis: Salah Satu Model Katekese Umat
Salah satu model katekese umat yaitu model Shared Christian Praxis (SCP).
Shared Christian Praxis adalah model katekese umat yang menekankan sifat
dialog dan partisipasi supaya mendorong umat berdasarkan konfrontasi tradisi dan
visi hidup dengan Tradisi dan Visi Kristiani sehingga dapat mewujudkan nilai-
nilai Kerajaan Allah di dalam kehidupan sehari-hari (Sumarno Ds, 2013: 14-15).
1. Pengertian Shared Christian Praxis
Katekese umat model Shared Christian Praxis (SCP) terdiri dari 3 (tiga)
unsur penting yang harus diperhatikan yaitu Shared, Christian, dan Praxis
(Sumarno Ds, 2012: 15-17).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
a. Shared
Istilah „shared’ merupakan pengertian dari komunikasi iman yang bersifat
dialogal, partisipasi dan kritis, sikap egaliterian, terbuka terhadap diri sendiri,
sesama dan rahmat Tuhan. Shared menekankan aspek dialog, kebersamaan,
keterlibatan dan solidaritas. Oleh sebab itu proses sharing pengalaman peserta
diharapkan dapat saling mendengarkan dengan terbuka, dengan hati dan
berkomunikasi dengan kebebasan hati. Karena sharing mempunyai hubungan
antara hidup faktual dengan tradisi dan visi kristiani (Groome, 1997: 4).
Sharing berarti saling berbagi rasa, pengetahuan, dan saling mendengarkan
pengalaman setiap umat. Proses sharing diawali dengan berdialog kepada diri
sendiri kemudian diungkapkan dalam berbagai pengalaman dengan suasana
persaudaraan dan cinta kasih (Sumarno Ds, 2013: 16).
Aspek dialog dalam sharing didahului dengan refleksi dan pengolahan
pengalaman pribadi sebagai pokok penegasan bersama. Dalam proses berdialog
dibutuhkan kejujuran, keterbukaan, kepekaan dan penghormatan. Hal terpenting
dalam berdialog adalah mendengarkan dengan hati yaitu mendengarkan penuh
simpati. Oleh karena itu dialog memiliki unsur peneguhan, penegasan, dan hasrat
untuk maju bersama serta unsur hubungan dialegtis antara praktis faktual peserta
dengan nilai dan semangat kristiani (Groome, 1997: 4).
Dalam dialog terdapat dua unsur yaitu membicarakan (to tell) dan
mendengarkan (to lisen). Membicarakan berarti menyampaikan kebenaran dan
pengalaman pribadi dan mengatakannya dengan kejujuran, bukan atas apa yang
didengar, diperkirakan dan dipikirkan. Membicarakan didasari sikap keterbukaan,
kejujuran, dan kerendahan hati untuk mengungkapkan pengalaman hidup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Mendengarkan berarti mendengar dengan hati dan rasa yang dikomunikasikan
orang lain. Dengan mendengarkan pribadi tersebut akan menemukan diri sendiri
dan menemukan kehendak Tuhan dalam hidupnya. Mendengarkan melibatkan
keseluruhan diri sehingga muncul empati (Sumarno Ds, 2013: 16-17).
b. Christian
Model Shared Christian Praxis akan mengusahakan supaya kekayaan iman
Kristiani dan visinya dapat terjangkau, dekat, dan relevan di tengah-tengah
kehidupan umat. Dengan proses itu kekayaan iman Gereja dapat berkembang
menjadi pengalaman iman karena kekayaan iman menekankan dua unsur pokok
yaitu pengalaman iman Kristiani (tradisi) dan visi (Groome, 1997: 2-3).
Tradisi (T dengan huruf besar) merupakan keseluruhan pengalaman iman
umat yang terungkap dan dibakukan Gereja dalam menanggapi pewahyuan Allah.
Tradisi Gereja merupakan seluruh corak kehidupan umat Kristiani, Kitab Suci,
ajaran Gereja resmi, intepretasi/tafsir, penelitian para teolog, praktek suci, ibadat,
sakramen, simbol, ritus, pesta/peringatan, hiasan/lukisan merupakan ekspresi
iman akan pengalamannya dengan Allah berdasarkan peristiwa historis, mati, dan
kebangkitan Yesus (Sumarno Ds, 2013: 17).
Tradisi mengungkapkan kenyataan iman umat yang hidup dan dihidupi.
Sebagai kenyataan iman Tradisi Kristiani terus mengundang umat dalam
keterlibatan praktis dan proses pembribadian. Tradisi Kristiani merupakan
perjumpaan antara rahmat Allah dalam Kristus dan tanggapan manusia. Tradisi
sebagai sabda yang dihidupi untuk mengembangkan identitas kristiani dan
memberi insiprasi supaya nilai-nilai itu terwujud (Groome, 1997: 3).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Tradisi (t dalam huruf kecil) merupakan seluruh pengalaman konkret
manusia dan sejarahnya dalam menghayati hidup serta menjalani hidup di dunia
atas dasar iman (Sumarno Ds, 2013: 17).
Visi (V dengan huruf besar) merupakan pengetahuan dan kenyataan
hadirnya isi Tradisi, dan menjadi jawaban pengalaman iman kristiani serta janji
Allah yang terungkap dalam Tradisi. Visi merupakan kenyataan konkret atas
jawaban manusia terhadap janji-janji Allah yang terwujud dalam Tradisi
(Sumarno Ds, 2012: 17).
Visi Kristiani menekankan tuntutan dan janji yang terdapat dalam Tradisi,
tanggungjawab dan perutusan umat merupakan jalan menghidupi semangat dan
sikap kemuridan dan hal mendasar adalah terwujudnya Kerajaan Allah. Visi
Kristiani mengarah pada proses sejarah kehidupan yang saling berhubungan,
bersifat dinamis, mengandung penilaian, penegasan, pilihan, dan keputusan
(Groome, 1997: 3).
Visi (v dalam huruf kecil) merupakan kritik perbuatan manusia pada masa
kini, dan menjadi ukuran beriman dan terbuka atas masa depan. Manusia dalam
menjalankan kehidupannya berusaha menganggapi janji Allah dan
merumuskannya dalam visi kristiani berdasarkan pengalaman akan tradisi atau
pengalaman yang sedang dihayati (Sumarno Ds, 2013: 17).
c. Praxis
Praxis merupakan perbuatan/tindakan manusia yang meliputi keseluruhan
diri manusia dengan segala sesuatu yang dibuat dengan tujuan tertentu. Praxis
mengacu pada tindakan manusia dengan tujuan perubahan hidup meliputi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
kesatuan praktik dan teori (kreatifitas), antara refleksi kritis dan kesadaran historis
(keterlibatan baru). Praxis merupakan praktek yang didukung oleh refleksi teoritis
dan sebaliknya. Praxis merupakan ungkapan pribadi meliputi ungkapan fisik,
emosional, intelektual, dan spiritual dari hidup (Sumarno Ds, 2013: 15).
Aktifitas terdiri dari kegiatan mental, fisik, kesadaran, tindakan pribadi dan
sosial, hidup pribadi, kegiatan publik yang merupakan kenyataan masa kini
sebagai perwujutan diri. Aktifitas bersifat historis sehingga ditempatkan pada
waktu dan tempat (Sumarno Ds, 2013: 15; bdk. Groome, 1997: 2)
Penekanan refleksi ada pada refleksi kritis terhadap tindakan historis pribadi
dan sosial terhadap praxis pribadi dan kehidupan masyarakat terhadap Tradisi dan
Visi kristiani (Sumarno Ds, 2013: 15; bdk. Groome, 1997: 2).
Kreativitas merupakan perpaduan antara aktifitas dan refleksi dengan
menekankan sifat transenden sebagai manusia dalam dinamika praxis sehingga
menciptakan praxis baru yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
(Sumarno Ds, 2013: 15; bdk. Groome, 1997: 2)
2. Langkah Katekese Umat Model Shared Christian Praxis
Katekese umat model Shared Christian Praxis yang menekankan proses
komunikasi pengalaman hidup. Oleh sebab itu katekese umat model Shared
Christian Praxis (SCP) dapat dipahami sebagai suatu proses yang mengalir.
Katekese umat model Shared Christian Praxis terdiri dari lima langkah yang
saling berurutan, walaupun dalam kenyataanya tidak jarang terjadi tumpang
tindih, atau terulang atau langkah satu dengan yang lainnya saling bergabung
menjadi satu (Groome, 1997: 5).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Langkah-langkah katekese umat model Shared Christian Praxis (SCP)
saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Katekese umat model Shared
Christian Praxis memiliki dari 5 (lima) langkah-langkah pokok yang didahului
dengan langkah 0 (pemusatan aktifitas). Kelima langkah katekese umat model
Shared Christian Praxis (SCP) adalah mengungkap pangalaman hidup peserta,
mendalami pengalaman hidup peserta, menggali pengalaman iman kristiani,
menerapkan iman kristiani dalam situasi peserta konkret, dan mengusahakan
suatu aksi konkrit (Sumarno Ds, 2013: 18-22; bdk. Groome, 1997: 5-50).
a. Langkah 0: Pemusatan Aktifitas
Langkah nol dapat digunakan bila diperlukan. Apabila sudah memiliki
bahan atau buku panduan yang sudah jadi, maka langkah ini tidak perlu
digunakan. Unsur-unsur penting yang ada pada langkah nol adalah kekhasan,
tujuan, peran peserta, dan peran pendamping.
Kekhasan dari langkah nol adalah peserta dapat menentukan sendiri tema
pokok yang akan dibahas sesuai dengan minat, kebutuhan dan keprihatinan yang
sedang terjadi (Sumarno Ds, 2013: 18).
Melalui cerita, permasalahan/keyakinan, peserta didorong menyampaikan
pemahaman dan pengalaman. Berdasarkan kepentingan, minat, kebutuhan peserta
diajak merumuskan topik dan menyusunannya sesuai prioritas (Groome, 1997: 8).
Tujuan yang ingin dicapai adalah peserta menentukan tema yang sesuai
kenyataan hidup sehingga tema tersebut menjadi tema pokok. Tema yang
diangkat harus konkret yang mencerminkan pokok hidup, keprihatinan,
permasalahan dan kebutuhan peserta (Sumarno Ds, 2013: 18).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Membangun keterlibatan dan kesadaran peserta sebagai subjek dalam
ketekese sehingga menjadi pendidikan yang menciptakan kesatuan kesadaran,
kehendak, dan keterlibatan baru. Tema dasar disadari sebagai tema bersama.
Langkah nol bermaksud membangun kesadaran dan minat bersama dan visi
sebagai sarana perjumpaan, kebersatuan, dan komunikasi antar pribadi sebagai
subjek dengan menghormati keunikan dan kebutuhan (Groome, 1997: 8).
Peserta berperan untuk terlibat aktif dalam berkatekese, menjalin dialog
dalam pemilihan tema dasar sesuai model Shared Christian Praxis dan tema
tersebut tidak bertentangan dengan iman kristiani. Melalui simbol, keyakinan,
cerita, bahasa foto, poster, video, kaset, film, telenovela, atau sarana lain peserta
dapat menemukan sendiri salah satu aspek kehidupan yang bisa digunakan
sebagai tema dasar dalam berkatekese (Sumarno Ds, 2013: 19).
Pendamping menciptakan lingkungan psikososial yaitu peserta
berpartisipasi dan tercipta suasana persahabatan, kekeluargaan, dan saling percaya
sehingga peserta diterima, dimengerti, dan dihargai. Pendamping menciptakan
lingkungan fisik yang mendukung. Pendamping memilih sarana yang tepat dan
membantu peserta menentukan serta merumuskan tema pokok yang menjadi
prioritas (Sumarno Ds, 2013: 19; bdk. Groome, 1997: 10).
b. Langkah I: Pengungkapan Pengalaman Hidup Peserta
Langkah pertama merupakan keterlibatan peserta untuk membagikan
pengalaman hidupnya sesuai dengan tema. Pengalaman hidup yang dibagikan
merupakan kejadian atau peristiwa yang benar-benar dialami. Langkah pertama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
ini memiliki tiga hal pokok yang mendukung jalannya katekese yaitu kekhasan,
tujuan, peran peserta, dan peran pendamping.
Kekhasan langkah pertama adalah sharing pengalaman hidup yang terjadi di
masyarakat, dan kehidupan pribadi. Melalui cerita, puisi, tarian, nyanyian, drama
pendek, lambang, dll peserta mengungkapkan pengalaman hidup dan
keterlibatannya. Pengalaman hidup yang diungkapkan dapat berupa perasaan,
menilai, sikap, kepercayaan, dan keyakinan sehingga peserta sadar dan kritis akan
pengalaman hidupnya (Sumarno Ds, 2013: 19; bdk. Groome, 1997: 5).
Tujuan yang akan dicapai pada langkah pertama adalah peserta dapat
mengungkapkan pengalaman hidup sesuai tema. Peserta tidak hanya
mengungkapkan pengalaman pribadi tetapi pengalaman orang lain/keadaan
masyarakat/gabungan keduanya (Sumarno Ds, 2013: 19; bdk. Groome, 1997: 5).
Untuk mendukung terwujudnya tujuan yang akan dicapai maka peserta
berperan mengungkapkan pengalaman hidup. Peserta menyadari pengalaman
pribadinya, mendalami, membahasakan, dan menyampaikan kepada peserta yang
lain (Sumarno Ds, 2013: 19; bdk. Groome 1997: 11).
Pengalaman hidup yang diungkapkan adalah pengalaman pribadi, atau
kehidupan dan permasalahan sosial, ekomomi, budaya yang terjadi di lingkungan
masyarakat atau gabungan keduanya. Dengan sharing pengalaman peserta yang
masih subjektif dan akan menjadi objektif sehingga mereka akan diteguhkan dan
dikembangakan imannya (Sumarno Ds, 2013: 19; bdk. Groome, 1997: 11).
Demi terciptanya peran peserta pendamping juga ikut berperan yaitu
berperan sebagai fasilitator yang mampu menciptakan suasana hangat dan
mendukung. Apabila peserta yang hadir banyak, maka dibagi dalam kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
kecil supaya efektif. Pendamping merumuskan pertanyaan dengan jelas, terarah,
tidak menyinggung pribadi peserta, pendamping menyesuaikan latar belakang
peserta, terbuka dan objektif dalam menghadapi peserta. Pendamping membangun
sikap ramah, sabar, hormat, dan bersahabat. Pendamping peka terhadap
permasahan peserta, dan memberi kebebasan memilih pertanyaan yang cocok.
Pendamping juga menyadari tujuan dan pokok pemikiran dasar langkah pertama
(Sumarno Ds, 2013: 19; bdk. Groome, 1997: 13, 42).
c. Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta
Berdasarkan proses sharing pengalaman hidup pada langkah pertama maka
langkah kedua ini peserta mendalami pengalaman hidupnya menjadi pengalaman
iman. Langkah kedua ini juga terdiri dari tiga hal pokok yaitu kekhasan, tujuan,
peran peserta, dan peran pendamping.
Kekhasan langkah kedua adalah refleksi kritis dan mengantar peserta pada
pengalaman hidup dan tindakannya yang mencakup tiga hal yaitu pemahaman
kritis dan sosial (alasan, minat, asumsi) menekankan pemahaman terhadap
tindakan dan pertimbangannya serta menganalisa pengalaman hidup yang
dibentuk oleh sistem sosial yang keduanya saling berhubungan. Kenangan analisis
dan sosial (sumber historis) yang mencakup sejarah hidup dan pranata sosial yang
membentuk dan mempengaruhi cara hidup masyarakat. Imajinasi kreatif dan
sosial (harapan konsekunsi historis), mencakup dua tekanan yaitu bersifat pribadi
berarti membayangkan konsekuansi, kemungkinan, dan tanggungjawab pribadi
atas keputusan konsekuansi yang membuat peserta sadar akan keterlibatan dan
solidaritas sosial (Sumarno Ds, 2013: 20; bdk. Groome 1997: 5-6).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Tujuan yang akan dicapai adalah merefleksikan dan mengantar peserta pada
kesadaran kritis pengalaman hidupnya dan tindakanya yang berhubungan dengan
pemahaman kritis dan sosial (alasan, minat, asumsi), kenangan analisis dan sosial
(sumber historis) dan imajinasi kreatif serta sosial (harapan konsekuensi historis).
Berdasarkan pengalaman hidup peserta sampai pada kesadaran terdalam, sehingga
dapat mengolah dan menemukan makna hidup, dan praksis baru (Sumarno Ds,
2013: 20; bdk. Groome, 1997: 5-6, 43).
Peran peserta pada langkah kedua adalah memperdalam pengalaman hidup
melalui refleksi dan berproses pada kesadaran kritis atas pengalaman hidup dan
tindakannya yang meliputi tiga hal yaitu pemahaman kritis dan sosial, kenangan
analisis dan sosial, serta imajinasi kreatif dan sosial. Peserta berusaha
merefleksikan pengalaman hidupnya yang telah dikomunikasikan sehingga
menemukan arti dan nilai dari pengalaman tersebut. Peserta juga dapat mencapai
kesadaran terhadap tradisi dan visi hidupnya sehingga menciptakan keterlibatan
hidup dan praksis baru. Jadi inti peran peserta pada langkah kedua adalah
memperdalam sharing pengalaman hidup pada langkah kedua dan mengantar
peserta pada kesadaran kritis akan pengalaman dan tindakannya (Sumarno Ds,
2013: 20; bdk. Groome, 1997: 14-15).
Pendamping juga berperan menciptakan suasana saling menghormati dan
mendukung setiap gagasan, sumbangan dari peserta. Pendamping mengundang
peserta melakukan refleksi kritis, menguji pemahaman, kenangan, dan imajinasi
peserta. Pendamping mengajak peserta untuk aktif berbicara tanpa paksaan.
Pendamping dapat menggunakan pertanyaan pembantu untuk mendalami tema
bukan mengintrogasi, mengganggu harga diri dan rahasia peserta. Pendamping
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
memahami kondisi peserta, terutama peserta yang tidak biasa melakukan refleksi
kritis. Pendamping berusaha untuk menghindari kesan bahwa peserta diwajibkan
mempertanggungjawabkan pengalaman hidup. Peran pendamping yang penting
adalah kesabaran dalam berproses, dan menggunakan imajinasi sebagai
penyambung langkah ketiga (Sumarno Ds, 2013: 20; bdk. Groome, 1997: 44).
Pendamping menyadari adanya kesulitan dalam refleksi kritis sehingga
dibutuhkan kesabaran, dan keterampilan untuk mengembangkanya. Pendamping
perlu menciptakan lingkungan psikososial yaitu keakraban, rasa senasib-
sepenanggungan dan kepercayaan antar peserta. (Groome, 1997: 19).
d. Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani Peserta
Pada langkah ketiga peserta akan berhadapan dengan teks Kitab Suci untuk
didalami bersama supaya menemukan nilai-nilai Kerajaan Allah yang bisa
diwujudkan dalam kehidupan. Langkah ketiga memiliki tiga hal pokok yang perlu
diperhatikan yaitu kekhasan, tujuan, peran peserta, dan peran pendamping.
Kekhasan langkah ketiga adalah pendamping menyampaikan pesan Tradisi
dan Visi Kristiani supaya terjangkau dan mengena dalam kehidupan peserta.
Tradisi dan Visi Kristisni berisikan pewahyuan dan kehendak Allah yang
memuncak dalam misteri hidup dan karya Yesus serta mampu mengungkapkan
tanggapan manusia atas pewahyuan-Nya. Sifat pewahyuan Allah adalah dialogal,
menyejarah dan normatif, seperti terungkap dalam Kitab Suci, ajaran-ajaran
Gereja, liturgi, spiritual, devosi, kepemimpinan, kehidupan umat beriman. Oleh
sebab itu diperlukan penafsiran supaya pewahyuan-Nya relevan dalam kehidupan
(Sumarno Ds, 2013: 20-21).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Tujuan yang hendak dicapai pada langkah ketiga mengkomunikasikan nilai-
nilai yang terdapat dalam Tradisi dan Visi kristiani supaya dekat dan mengena
dalam kehidupan peserta dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda.
Pendamping membuka jalan, menghilangkan hambatan sehingga peserta dapat
menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam Tradisi dan Visi kristiani tersebut
(Sumarno Ds, 2013: 20; bdk. Groome, 1997: 6).
Peran peserta demi terciptanya tujuan langkah ini adalah mendialogkan
tradisi dan visi hidup dengan Tradisi dan Visi Gereja sehingga iman Kristiani
dapat dekat dan hadir di tengah-tengah kehidupan peserta dan peserta terdorong
mempribadikan makna kebenaran secara kritis dan kreatif, dan menemukan
praksis baru (Sumarno Ds, 2013: 19; bdk. Groome, 1997: 19).
Pendamping juga berpartisipasi dengan menghormati Tradisi dan visi
Kristiani yang otentik, dan normatif, memanfaatkan sarana dan menafsirakan
Kitab Suci sebagai informasi dan mambantu peserta supaya nilai-nilai Tradisi dan
visi Kristiani dapat dekat dalam kehidupan peserta. Tafsiran Kitab Suci disertai
dengan kesaksian iman, harapan, dan hidup pribadi. Pendamping menggunakan
metode yang tepat dan cocok, mengantar peserta pada kesadaran diri, tidak
mengulang-ulang rumusan, tidak bersikap sebagai guru serta mempersiapkan
bahan secara maksimal (Sumarno Ds, 2013: 21; bdk. Groome, 1997: 28).
e. Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Konkrit
Berdasarkan pengolahan langkah pertama sampai ketiga peserta
menemukan nlai-nilai baik yang akan dikembangkan dan nilai-nilai tidak baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
yang akan ditinggalkan. Untuk itu langkah keempat ini juga mempunyai tiga
unsur pokok yaitu kekhasan, tujuan, peran peserta, dan peran pendamping.
Kekhasan langkah ketiga ini, peserta diajak untuk mendialogkan hasil
pengolahan langkah pertama, kedua dan isi pokok langkah ketiga. Peserta dapat
menemukan nilai-nilai Tradisi dan Visi Kristiani yang meneguhkan, mengkritik,
sehingga peserta dapat melangkah pada kehidupan yang lebih baik dengan
semangat, nilai, dan iman baru demi terwujudnya Kerajaan Allah (Sumarno Ds,
2013: 21; bdk. Groome, 1997: 7).
Berdasarkan penemuan nilai-nilai Tradisi maka tujuan yang dicapai pada
langkah ini adalah mengajak peserta menemukan nilai hidup berdasarkan Tradisi
dan Visi Kristiani. Peserta diajak untuk dapat menentukan sendiri sikap lama yang
akan diubah atau diperbaiki, dan menemukan nilai-nilai baru yang hendak
dikembangkan dan diwujudkan dalam kehidupan. Langkah empat bertujuan
mengintepretasikan nilai hidup ke dalam Tradisi dan visi Kristiani serta
mempersonalisasikan dan memperkaya dinamika Tradisi dan visi Kristiani
(Sumarno Ds, 2013: 21; bdk. Groome, 1997: 30, 48).
Peserta dan pendamping juga berpartisipasi demi tujuan yang akan dicapai.
Peran peserta adalah peserta mendialogkan hasil pengolahan langkah pertama,
langkah kedua dan isi pokok langkah ketiga. Berdasarkan hasil pengolahan setiap
langkah peserta menemukan nilai-nilai tradisi dan visi Kristiani yang
meneguhkan, mengkritik, sehingga peserta dapat melangkah kehidupan yang lebih
baik lagi dengan semangat, nilai, dan iman baru demi terwujudnya Kerajaan Allah
(Sumarno Ds, 2013: 21; bdk. Groome, 1997: 5).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Dalam proses menemukan nilai hidup peserta dapat mengungkapkan
perasaan, sikap, intuisi, perspektif, evaluasi, dan penegasan kebenaran nilai dan
kesadaran yang diyakini sebagai tanggapan dialog tradisi dan visi kristiani.
Pengungkapan nilai hidup dapat berupa penjelasan, tulisan, simbol, atau ekspresi
dsb (Sumarno Ds, 2013: 21; bdk. Groome, 1997: 32).
Pendamping menghormati kebebasan dan saling menghormati hasil
penegasan peserta, terutama peserta yang menolak penafsiran pendamping,
pendamping mampu meyakinkan peserta supaya menemukan nilai pengalaman
hidup dan visi dalam terang Tradisi dan Visi Kristiani. Pendamping mendorong
peserta supaya dapat merubah sikap sebagai pendengar pasif menjadi pendengar
aktif, menyadari tafsiran pendamping bukan harga mati dan pendamping mampu
mendengarkan dengan hati terhadap tanggapan, pendapat, dan pemikiran peserta
lain (Sumarno Ds, 2012: 21-22; bdk. Groome, 1997: 48-49).
Peran lainnya yang harus dilakukan pendamping adalah membantu peserta
dengan cara menyampaikan pertanyaan-pertanyaan bantuan yang bersifat aktif,
supaya peserta dapat menemukan sendiri nilai-nilai hidup, kesadaran baru dari
iman, dan perjuangan hidup yang akan diwujudkan dan dikembangkan secara
kritis dan kreatif dalam kehidupan sehari-hari (Sumarno Ds, 2013: 21; bdk.
Groome, 1997: 49).
f. Langkah V: Mengusahakan Suatu Aksi Konkret
Langkah kelima merupakan langkah terakhir dari katekese umat model
Shared Christian Praxis. Pada tahap ini peserta diajak menutup katekese umat
dengan melakukan ibadat singkat untuk mendoakan seluruh proses katekese umat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
yang telah berlangsung. Langkah kelima ini juga terdiri dari tiga hal penting yaitu
kekhasan, tujuan, peran peserta, dan peran pendamping.
Kekhasan langkah kelima adalah peserta diajak menemukan keputusan
pribadi dan bersama berdasarkan tema dalam berkatekese. Keputusan tersebut
dapat bermacam bentuk dan sifat serta subjek dan arah. Keputusan berdasarkan
bentuk menekankan aspek kognitif/pemahaman, aspek afektif/perasaan, dan
tingkah laku/praktis-politis. Keputusan berdasarkan sifat berhubungan dengan
pribadi, dan interpersonal/sosial-politis. Keputusan berdasarkan subjek bersifat
aktivitas pribadi, dan bersama. Keputusan berdasarkan arah bersifat
intern/kepentingan kelompok dan ekstern/kepentingan diluar kelompok
(keterlibatan sesama) (Sumarno Ds, 2013: 22; bdk. Groome, 1997: 34-35).
Sedangkan tujuan yang dicapai adalah peserta dapat sampai pada keputusan
praktis sebagai tanggapan umat terhadap wahyu Allah yang berlangsung dalam
sejarah kehidupan dengan Tradisi Gereja dan Visi Kristiani. Keprihatinan dari
tujuan yang ingin dicapai adalah mendorong peserta pada keterlibatan baru
sehingga muncul pertobatan pribadi dan sosial (metanoia). Secara teologis peserta
diajak untuk mengungkapkan harapan rahmat Allah dan atas tanggapan tersebut
kehidupan manusia akan menjadi lebih baik. Tanggapan tersebut bertujuan
membantu peserta mengambil keputusan secara moral, konseptual, sosial, politis
sesuai nilai Kristiani. Langkah kelima merupakan sarana untuk menghayati dan
mewujudkan iman (Sumarno Ds, 2013: 22; bdk. Groome, 1997: 34, 49).
Berdasarkan tujuan yang akan dicapai peserta berperan untuk
mengungkapkan keputusan yang akan diwujudkan dan dikembangkan dalam
berbagai bentuk (aspek kognitif/pemahaman, dan aspek afektif/perasaan) dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
berdasarkan sifat (pribadi, interpersonal, sosial-politis); berdasarkan subjek
(aktifitas pribadi/bersama) dan berdasarkan arah (intern atau ekstern untuk
kepentingan kelompok) (Sumarno Ds, 2013: 22; bdk. Groome, 1997: 49).
Pendamping juga berperan untuk membantu peserta mengambil keputusan
pribadi diiringi dengan pertobatan pribadi atau sosial. Keputusan tersebut sebagai
wujud iman Kristiani supaya Kerajaan Alah dapat hadir dalam kehidupan manusia
(Sumarno Ds, 2013: 22; bdk. Groome, 1997: 37).
Pendamping menyadari hakikat praktis, inovatif, dan transformatif pada
langkah kedua. Pendamping mampu untuk merumuskan pertanyaan yang bersifat
sederhana sehingga membantu peserta mengambil keputusan, dan menekankan
sikap optimis yang realistis. Pendamping merangkum isi langkah pertama sampai
keempat sehingga membantu peserta mengambil keputusan pribadi dan bersama.
Sebagai penutup peserta diajak merayakan liturgi sederhana untuk mendoakan
keputusan yang diambil (Sumarno Ds, 2013: 22; bdk. Groome, 1997: 50).
3. Tinjauan Kritis Katekese Umat Model Shared Christian Praxis
Keberhasilan katekese umat dipengaruhi oleh beberapa hal pokokuntuk
mendukung jalannya ketekese umat model Shared Charistian Praxis. Hal-hal
yang mendukung katekese umat model Shared Christian Praxis adalah materi,
kesiapan pendamping, fasilitator, dan lingkungan fisik yang mendukung.
Hal-hal yang harus diperhatikan demi terlaksananya katekese umat model
Shared Christian Praxis adalah urutan setiap langkah, peserta katekese umat,
penggunaan waktu yang efektif, serta keterampilan katekis/pendamping dalam
berkatekese (Sumarno Ds, 2013: 22-23).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
a. Urutan Langkah
Urutan dalam berkatekese yang biasanya terjadi adalah mensharingkan
pengalaman hidup dan merefleksikannya. Berdasarkan hasil refleksi peserta diajak
menemukan pengalaman iman dan menghadirkan Tradisi dan Visi Kristiani,
mewujudkannya dalam tindakan nyata serta berani menanggapi wahyu Allah
sebagai pembaharuan/keterlibatan baru (Sumarno Ds, 2013: 22-23).
Kelima langkah tersebut dapat dikombinasikan satu dengan yang lain
dengan memberi penekanan yang berbeda dalam setiap langkah. Langkah-langkah
katekese umat tersebut dapat terjadi tumpang tindih antara langkah pertama dan
kedua, langkah empat dengan langkah kelima (Sumarno Ds, 2013: 23).
Semua langkah-langkah tersebut merupakan satu kesatuan, supaya
memudahkan pendamping dalam memandu. Untuk memulai katekese umat adalah
dengan mengungkapkan pengalaman hidup secara bersama. Cara tersebut
merupakan cara yang bisa dilakukan walaupun tidak harus dilaksanakan. Tetapi
yang terpenting dalam berkatekese adalah suasana kebersamaan, pengungkapan
dan merefleksikan pengalaman hidup menjadi pengalaman iman sehingga terarah
pada pendidikan iman (Sumarno Ds, 2012: 23).
b. Peserta
Mendorong peserta berdasarkan tradisi dan visi hidup dengan Tradisi dan
Visi Kristiani, supaya secara pribadi/kelompok melakukan penegasan dan berani
mengambil keputusan demi terwujudnya Kerajaan Allah (Sumarno Ds, 2013: 14).
Suasana lingkungan yang mendukung akan membuat peserta menjadi bebas dan
terbuka mengungkapkan pengalaman hidup/pendapatnya. Oleh sebab itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
dibutuhkan rasa percaya diri terhadap diri sendiri maupun peserta lain dan jika
memungkinkan mampu berkontak dengan semua peserta (Sumarno Ds, 2013: 24).
c. Penggunaan Waktu
Pada dasarnya Shared Christian Praxis merupakan suatu kegiatan/sikap
yang dapat digunakan dalam setiap usaha pendidikan kristiani, maka berkaitan
dengan waktu tidak menjadi suatu masalah (Sumarno Ds, 2013: 23).
Shared Christian Praxis merupakan kegiatan yang dapat dilaksanakan
diberbagai kesempatan terutama berkaitan dengan pendidikan kristiani, maka
waktu yang digunakan dapat menyesuaikan situasi dan kondisi peserta. Waktu
yang digunakan bersifat fleksibel karena menyesuaikan penggunaannya misalnya
retret/rekoleksi. Penggunaan dan pemanfaatan lingkungan, tempat, dan waktu
yang longgar merupakan sesuatu yang ideal dalam memberi perhatian yang cukup
pada setiap langkah (Sumarno Ds, 2013: 23-24).
d. Keterampilan Katekis
Katekis terampil dalam menciptakan lingkungan emosional dan lingkungan
physis yang mendukung. Lingkungan emosional merupakan suasana saling
menerima, hangat, dan terbuka, sehingga peserta merasa diterima, bebas, dan
santai. Lingkungan physis merupakan lingkungan yang lembut, misalnya lantai
tertutup lebih baik dari pada lantai kosong, kursi yang nyaman dari pada kursi
malas atau kursi bangku, memperhatikan pencahayaan, pengaturan tempat duduk,
suasana warna, lantai, hiasan, dll. Katekis/pendamping juga terampil dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
berperan sebagai pemandu atau fasilitator dalam keseluruhan proses katekese
umat (Sumarno Ds, 2013: 24).
Tanggung jawab dan peran katekis dalam berkatekese adalah sebagai
fasilitator dengan menciptakan suasana pertemuan menjadi hangat dan
mendukung, memberikan penjelasan dengan jelas, menghormati dan menghargai
setiap gagasan yang disampaikan peserta, mengajak peserta untuk terlibat,
memberikan tafsiran yang jelas dan menggunakan bahasa yang sederhana, tidak
mendoktrinasi kepada peserta tetapi membiarkan peserta berproses dengan
bantuan katekis serta berani bersaksi akan kebenaran (Sumarno Ds, 2013: 19-22).
D. Penghayatan Iman dalam Katekese Umat
Katekese umat merupakan tempat untuk membantu umat menghayati iman
katolik karena melalui sharing pengalaman iman umat semakin diteguhkan
imannya. Shared Christian Praxis adalah salah satu model katekese umat yang
bisa dgunakan untuk membantu peserta mendalami imannya karena menekankan
pengalaman hidup konkret. Dari setiap proses katekese umat dan langkah-langkah
yang ada didalamya peserta akan diajak untuk memperdalam kehidupannya
sehingga iman umat semakin bertumbuh dan berkembang.
1. Penghayatan Iman
Penghayatan berasal dari kata „hayat‟ yang berarti hidup, kehidupan, nyawa,
atau raga. Penghayatan berarti pengalaman batin, pendalaman, penjiwaan, atau
peresapan. Penghayatan merupakan pendalaman kehidupan (pengalaman hidup)
yang dialami sekarang atau masa lalu (Setiawan, 2014: 1).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Pengertian iman dalam bahasa Yunani disebut „pistis’ artinya memberi
kepercayaan kepada seseorang atau dalam bahasa Latin „fides’ dan dalam bahasa
Inggris „faith’ artinya keyakinan dan penerimaan akan wahyu Allah. Dalam
bahasa Indonesia „beriman‟ lebih dimaksudkan sebagai hubungan manusia dengan
Allah; sedangkan „percaya‟ dipakai sebagai hubungan antar manusia. Dalam
Kitab Suci „iman‟ merupakan sumber dan pusat dari keseluruhan kehidupan
keagamaan manusia. Dengan iman manusia mampu menjawab rencana Allah
dalam jangka waktu (Leon Dufour, 1979: 7).
Kata „iman‟ dan „percaya‟ merupakan gambaran hubungan manusia dengan
Allah, serta tanggapan akan wahyu Allah. Akan tetapi wahyu yang disampaikan
Allah kadang tidak sesuai dengan harapan manusia, karena kehendak Allah belum
tentu sesuai dengan kehendak manusia (Sutrisnaatmaka, 2002: 47-48).
Dalam KGK, art. 150 menjelaskan tentang pengertian iman dalam
kehidupan manusia:
Iman adalah ikatan manusia dengan Allah dan sekaligus, tidak terpisahkan
dari itu, persetujuan secara bebas terhadap segala kebenaran yang
diwahyukan Allah. Sebagai ikatan pribadi dengan Allah dan persetujuan
terhadap kebenaran yang diwahyukan Allah, iman Kristen berbeda dengan
kepercayaan yang diberikan kepada seorang manusia. Menyerahkan diri
seluruhnya kepada Allah, dan mengimani secara absolut apa yang Ia
katakan adalah tepat dan benar. Sebaliknya adalah sia-sia dan salah
memberikan kepercayaan yang demikian itu kepada seorang makluk.
Berdasarkan rumusan di atas iman merupakan sebuah ikatan pribadi antara
manusia dengan Allah yang tak terpisahkan dengan persetujuan bebas yang
dimiliki manusia terhadap kebenaran yang diwahyukan-Nya. Sebagai ikatan
pribadi dengan Allah dan persetujuan bebas akan wahyu Allah, maka iman
berbeda dengan kepercayaan yang diberikan untuk manusia. Menyerahkan diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
dan mengimani-Nya secara penuh bahwa wahyu Allah benar dan tepat. Menjadi
salah dan sia-sia jika memberikan kepercayaan seperti itu kepada manusia.
Iman merupakan hubungan manusia dengan Allah. Hubungan tersebut
manusia terlibat penuh dalam penyerahan diri kepada Allah yang telah
mewahyukan kehendak dan rencana-Nya, dengan mendatangi manusia melalui
kekuasaan dan kasih sayang serta memanggil manusia masuk dalam kesatuan-Nya
(Banawiratma & Suharyo, 1990: 60).
Iman juga dapat terlihat dalam wujud sosial yaitu agama. Hal tersebut dapat
terlihat dengan jelas dalam ekspresi agama melalui dan dalam
persaudaraan/paguyuban iman, dalam pewartaan, dalam ibadah/perayaan iman
dan dalam wujud sekuler iman (Banawiratma & Suharyo, 1990: 61).
Karena iman merupakan penyerahan diri dan tanggapan wahyu Allah maka
keterarahan dan penyerahan diri manusia tidak hanya terlihat dalam ungkapan
iman, misalnya doa, upacara, peragaan religius, rumusan ajaran. Keterarahan dan
penyerahan diri manusia terlaksana dalam perbuatan baik misalnya menemani
orang sakit atau membebaskan sesama dari kesengsaraan, penderitaan, kesepian,
kemalangan dan merasa tersingkir dari yang lain (Banawiratma, 1986: 36).
Dalam DV, art. 5 ditegaskan tentang keterlibatan iman dalam keseluruhan
diri manusia:
Kepada Allah yang menyampaikan wahyu manusia wajib menyatakan
“ketaatan iman” (Rom 16:26; lih. Rom 1:5; 2 Kor 10:5-6 ). Demikianlah
manusia dengan kebebasan menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah,
dengan mempersembahkan “kepatuhan akal budi serta kehendak yang
sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan”, dan dengan sukarela
menerima sebagai kebenaran wahyu yang dikaruniakan oleh-Nya. Supaya
orang dapat beriman seperti itu, diperlukan rahmat Allah yang mendahului
serta menolong, pun juga bantuan batin Roh Kudus, yang menggerakkan
hati dan mengembalikannya kepada Allah, membuka mata budi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
mempercayai kebenaran. Supaya semakin mendalamlah pengertian akan
wahyu, Roh Kudus itu juga senantiasa menyempurnakan iman melalui
kurnia-kurnia-Nya.
Berdasarkan rumusan di atas iman memiliki tiga aspek dalam melibatkan
diri manusia. Pertama, ketaatan iman dan penyerahan bebas atas seluruh diri
kepada Allah, yaitu berhubungan dengan akal budi (intelektual, pengetahuan,
keyakinan dan pengertian serta pemahaman). Kedua, kehendak yaitu perasaan
supaya manusia dapat menentukan sikap hidup. Ketiga, kerelaan hati/keterbukaan
menerima wahyu Allah, walaupun pada kenyataannya kerelaan dan ketaatan
kadang bertentangan dengan kehendak manusia (Sustrisnaatmaka, 2002: 48-49).
Keterlibatan iman dalam diri manusia tidak berarti beriman sekedar
mengetahui Kitab Suci dan ajaran Gereja, tetapi mampu mewujudkannya dalam
hidup. Iman dihayati dalam pribadi yang otentik, mempertahankan keutuhan
ciptaan, menghargai sesama, dan tindakan berdasarkan cinta kasih. Beriman
berarti mampu menyelamatkan kehidupan melalui iman itu (Shenli, 2013: 1).
Jadi dapat disimpulkan bahwa penghayatan iman merupakan proses
seseorang mendalami kehidupannya melalui pengalaman hidup dengan
menanggapi wahyu Allah. Iman harus melibatkan seluruh diri manusia supaya
nilai-nilai Kerajaan Allah dapat terwujud dalam kehidupan. Iman akan tumbuh
dan berkembang bila diwujudkan dalam tindakan penuh cinta kasih karena iman
tidak terbatas pada pengetahuan tentang Kitab Suci dan ajaran Gereja.
2. Bentuk dan Cara Penghayatan Iman dalam Katekese Umat
Untuk sampai pada penghayatan iman dalam keseluruhan proses katekese
umat, peserta harus mengetahui cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
pengahayatan iman. Peserta paham bentuk-bentuk pengahyatan iman dalam
proses katekese umat.
a. Bentuk Penghayatan Iman dalam Katekese Umat
Pada dasarnya iman bukanlah kata-kata hampa/tanpa makna tetapi iman
merupakan kenyataan. Kenyataan yang artinya iman dapat diwujudkan dalam
tindakan, perbuatan, dan kata-kata penuh cinta kasih yang bisa dibagikan kepada
semua orang (Youcat, no. 25).
Bentuk penghayatan iman yang terlihat adalah proses sharing pengalaman
hidup, peserta mempunyai kecintaan dunia, dan manusia sebagai dasar
berkomunikasi, memiliki sikap rendah hati, pengalaman iman yang melibatkan
kejujuran dan keterbukaan sehingga memperoleh kekuatan dan dukungan dari
sesama, bijaksana terhadap apa yang disharingkan. Sharing tidak sebatas kepada
peserta, tetapi antar peserta dan Tuhan (Sumarno Ds, 2013: 17).
b. Cara Penghayatan Iman dalam Katekese Umat
Iman bertumbuh bila umat cermat mendengarkan sabda Tuhan dan
membangun hubungan intim dengan Allah dalam doa (Youcat, no. 21). Karena
sabda Allah dengan keteguhan, kesetiaan, dan tanpa kesalahan mengajarkan
kebenaran sebab ditulis berdasarkan ilham Roh Kudus. Ilham Roh Kudus turun
melalui orang-orang terpilih untuk menggunakan kecakapan dan kemampuan
mereka sementara Allah berkarya dalam dan melalui orang-orang tersebut
(Youcat, no.14). Mencari kesatuan pribadi dengan Allah dan percaya kepada-Nya
dalam segala hal sehingga manusia berani menanggapi wahyu Allah dalam diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Yesus (Youcat, no. 22). Umat haus dan menginginkan kepenuhan sabda Allah
dengan bantuan pendamping dalam berkatekese (Olsthoorn, 1981:59-60).
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Penghayatan Iman dalam Katekese
Umat
Proses penghayatan iman dalam katekese umat dibutuhkan kerjasama antara
pendamping dan peserta sebagai bentuk dukungan tercapainya tujuan bersama.
Bahkan dalam proses itu pendamping dan peserta akan menghadapi hambatan-
hambatan yang akan mengganggu proses pengahayatan iman. Oleh karena itu
diperlukan kepekaan masing-masing peserta akan sapaan Allah melalui proses
berkatekese sehingga satu dengan lain saling terbantu dalam penghayatan iman.
a. Faktor Pendukung Penghayatan Iman dalam Katekese Umat
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses katekese umat
dalam penghayatan iman yaitu pertemuan menarik, peserta harus intim,
pendamping peka, waktu harus menguntungkan, pendamping menguasai teknik
memimpin (Huber, 1981c: 14). Menggunakan metode yang bervariasi, bahasa
sederhana dan mudah dipahami, tema sesuai kebutuhan, menjangkau seluruh
umat, penyajian materi tersusun secara sistematis dan melakukan evaluasi untuk
menghindari terjadinya kesalahan yang sama, fasilitator/pendamping menguasai
bahan dan adanya pelatihan serta keterlibatan kaum biarawan-biarawati
(Dapiyanta, 2013: 13). Pendamping memperhatikan bahan, metode, dan susunan
kelompok yang dapat menjamin keterlibatan umat supaya memberikan pengaruh
demi berkembangnya penghayatan iman (Olsthoorn, 1981:59-60).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Ungkapan lain juga dikatakan bahwa faktor pendukung katekese umat
adalah kebiasaan umat berkumpul, adanya penggerak dan aktivitas Paroki yang
menggiatkan umat terlibat, adanya bahan katekese umat yang tersedia, dan adanya
program keuskupan, pusat pastoral, dan panitia kateketik (Setyakarjana, 1997: 84)
Faktor pendukung penghayatan iman dari peserta adalah haus sabda Allah
dan menginginkan kepenuhan-Nya melalui berkatekese. Peserta merindukan
jawaban atas kebutuhan hidup, dan merindukan kehendak Allah. Umat pernah
mengalami pengalaman menemukan jawaban dasariah dalam Kitab Suci, dan
yakin Kitab Suci mendekati dan menyapa umat (Olsthoorn, 1971: 59-60).
Peserta dan pendamping menciptakan lingkungan emosional dan physis
yang baik. Lingkungan emosional merupakan suasana pertemuan yang saling
menerima, hangat, dan terbuka sehingga peserta bebas mengungkapkan argumen.
Menghargai dan memperhatikan setiap sumbangan yang disampaikan umat. rasa
Saling percaya antar peserta dan pendamping sebagai dukungan proses dalam
berkatekese sehingga sampai pada penghayatan iman (Sumarno Ds, 2013: 23).
Lingkungan physis merupakan lingkungan belajar yang menyenangkan,
mesra, hangat, dan terbuka. Misalnya lantai tertutup, kursi yang nyaman,
pengaturan cahaya, pengaturan tempat duduk, warna, hiasan, jumlah umat, dll.
Jika peserta yang datang banyak maka bisa masuk dalam kelompok kecil supaya
efisien dan memberikan kesempatan perserta terlibat (Sumarno Ds, 2013: 24).
b. Faktor Penghambat Penghayatan Iman dalam Katekese Umat
Faktor penghambat penghayatan iman dalam berkatekese adalah umat
belum haus akan sabda Allah sebagai sumber hidup akibatnya umat belum tertarik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
pada pertemuan Kitab Suci/katekese dan belum sungguh-sungguh melibatkan diri
(Olsthoorn, 1981: 60).
Tukar pengalaman hidup menjadi gagal dan menjengkelkan apabila peserta
tidak mau saling menanggapi, tidak saling menampung, dan secara bersama tidak
mendalami satu pokok dalam katekese umat. Dalam proses pembicaraan tidak
saling berkaitan dan menjadi tidak cocok dengan pokok tema yang diangkat
(Huber, 1981b:19).
Adapun faktor penghambat lainnya adalah pendamping kurang mengetahui
dan memahami katekese umat serta kurang memiliki keterampilan memandu
katekese umat. Masih ada petugas hirarki yang kurang memahami dan bersimpati
terhadap katekese umat, masih ada umat yang klerikalisme-centris, dan adanya
hambatan struktural, sehingga umat menjadi pasif (Lalu, 2007: 22).
4. Penghayatan Iman dalam Katekese Umat Model Shared Christian Praxis
Salah satu cara untuk membantu meningkatkan penghayatan iman adalah
melalui katekese umat model Shared Christian Praxis. Dalam katekese umat
model Shared Christian Praxis prosesnya menekankan dialog/partisipasi supaya
peserta terdorong berdasarkan komunikasi Tradisi dan Visi Kristiani dengan
tradisi dan visi untuk mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah (Groome, 1997: 1).
Dalam katekese umat model Shared Christian Praxis terdapat langkah-
langkah penting yang harus diperhatikan. Setiap langkah dalam model Shared
Christian Praxis memiliki tiga unsur penting demi tercapainya penghayatan iman
yaitu letak, dukungan, dan hambatan penghayatan iman. Ketiga unsur tersebut
saling melengkapi satu sama lain demi tercapainya tujuan bersama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
a. Penekanan Penghayatan Iman dalam Langkah 0: Pemusatan Aktifitas
Letak penghayatan iman langkah 0 adalah keterlibatan umat dalam
menentukan tema yang diangkat pada pertemuan berikutnya. Penghayatan iman
diawali dengan sikap kepekaan terhadap situasi yang terjadi di dalam keluarga
maupun masyarakat sekitar yang mencerminkan pokok-pokok hidup,
keprihatinan, permasalahan, dan kebutuhan (Sumarno Ds, 2013: 18; bdk. Groome,
1997: 8, 39). Peserta mampu mengungkapkan keyakinan kepada Allah yang
senantiasa terlibat dalam mewahyukan diri dan kehendak-Nya dalam kehidupan
umat. Melalui refleksi, sejarah hidup dapat menjadi tempat perjumpaan
pewahyuan Allah dan tanggapan manusia (Sumarno Ds, 2013: 18-19).
Dukungan dari langkah 0 adalah peserta diberi kebebasan mengungkapkan
pendapat untuk menentukan tema yang akan dibahas. Peserta menentukan tema
pertemuan sesuai dengan pokok hidup, keprihatinan, permasalahan, dan
kebutuhan (Sumarno Ds, 2013: 18). Penggunaan sarana tepat untuk
mempermudah peserta mengungkapkan tema pokok misalnya menggunakan
simbol, keyakinan, foto, poster, video, kaset suara, film, telenovela, atau sarana
yang lain. Didukung juga dengan lingkungan psikososial dan fisik yang kondusif,
dan katekis/pendamping dapat membantu peserta menentukan tema yang menjadi
prioritas (Sumarno Ds, 2013: 18; bdk. Groome, 1997: 10).
Sedangkan hambatan yang sering dihadapi adalah umat tidak memiliki
kepeduliaan dan kepekaan atas peristiwa/kejadian yang ada di lingkungan sekitar.
Pendamping kurang mampu mengarahkan dan menggunakan sarana pendukung
untuk membantu peserta mengungkapkan pendapat. Pendamping kurang mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
memilih tema yang menjadi prioritas dan sesuai dengan kebutuhan umat,
pendamping kurang mampu mengarahkan umat dalam menentukan tema dasar.
b. Penekanaan Penghayatan Iman pada Langkah I: Pengungkapan
Pengalaman Hidup Peserta
Letak penghayatan iman berada dalam kesadaran diri peserta
mengungkapkan pengalaman hidup berdasarkan kehidupan dan permasalahan
(sosekbud) yang terjadi di masyarakat atau gabungan keduanya, sehingga peserta
dapat menghayati iman katolik (Sumarno Ds, 2013: 19 ; bdk. Groome, 1997: 11).
Kesadaran peserta terhadap pengalaman hidupnya akan mempertebal
keyakinan bahwa sebagai subjek utama dalam proses berkatekese. Sebagai subjek,
peserta mempunyai hak untuk mengatur dan merencanakan hidupnya berdasarkan
kepentingan, minat, dan kemampuan sehingga proses katekese akan membantu
peserta menghayati iman katolik (Groome, 1997: 11).
Dukungan demi terciptanya penghayatan iman adalah peserta terdorong
untuk mensharingkan pengalaman hidup dalam berbagai bentuk (lambang, tarian,
nyanyian, puisi, pantonim, dll). Melalui sharing peserta terbantu untuk
meningkatkan pengahayatan iman. Pendamping memberi dukungan dengan
menciptakan sikap ramah, sabar, hormat, bersahabat, peka dan melaksanakan
perannya dengan baik. Tercipta suasana yang hangat, merumuskan pertanyaan
yang jelas, terarah, tidak menyinggung harga diri, sesuai latar belakang, bersifat
terbuka dan objektif (Sumarno Ds, 2013: 19; Groome, 1997: 13).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Hambatan yang terjadi yaitu umat tidak mau terlibat, dan tidak terbuka
mensharingkan pengalaman hidup. Pendamping sering kurang mampu mengajak
peserta terlibat, adanya lingkungan fisik, dan suasana yang kurang mendukung.
c. Penekanaan Penghayatan Iman dalam Langkah II: Mendalami
Pengalaman Hidup Peserta
Letak penghayatan iman berada dalam refleksi kritis dan tersampainya
peserta pada pengalaman hidup dan tindakan yang mencakup tiga hal yaitu
pemahaman kritis dan sosial (alasan, minat, asumsi) menekankan pemahaman
terhadap tindakan dan pertimbangannya serta menganalisa pengalaman hidup
yang dibentuk oleh sistem sosial. Kenangan analisis dan sosial (sumber historis)
yang mencakup dua hal yaitu sejarah hidup dan pranata sosial yang membentuk
dan mempengaruhi cara hidup dalam masyarakat. Imajinasi kreatif dan sosial
(harapan konsekunsi historis), mencakup dua tekanan yaitu bersifat pribadi
berkaitan dengan konsekuansi, kemungkinan, dan tanggungjawab pribadi atas apa
yang telah dilakukan dan konsekuansi itu membuat sadar akan keterlibatan dan
solidaritas sosial (Sumarno Ds, 2013: 19; bdk. Groome 1997: 5-6).
Dukungan yang mempengaruhi dalam penghayatan iman adalah pribadi
pendamping dalam memandu proses katekese umat yaitu menciptakan suasana
saling menghormati dan mendukung setiap gagasan, mengundang umat untuk
refleksi kritis, mendorong peserta berdialog dan menarik penegasan bersama
dengan tujuan memperdalam, menguji pemahaman, kenangan, dan imanjinasi.
Pendamping mengajak peserta untuk berbicara tanpa paksaan, menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
pertanyaan yang terbuka, pendamping dapat memahami kondisi peserta terutama
yang tidak terbiasa melakukan refleksi kritis (Sumarno Ds, 2013: 20).
Sedangkan hambatan yang mengganggu proses penghayatan iman adalah
peserta belum bisa merefleksikan pengalaman hidup menjadi pengalaman iman.
Peserta belum bisa berdamai/terbuka dengan pengalaman hidupnya sehingga tidak
menemukan nilai-nilai baik melalui pengalaman hidup sebagai bahan
pembelajaran dalam kehidupan. Terciptanya suasana yang kurang mendukung,
dan pendamping kurang terampil memandu peserta dalam berkatekese.
d. Penekanaan Penghayatan Iman dalam Langkah III: Menggali
Pengalaman Iman Kristiani Peserta
Letak penghayatan imannya berada dalam penyampaian pesan Tradisi dan
Visi Kristiani supaya terjangkau dan mengena dalam kehidupan peserta dalam
konteks dan latar belakang budaya. Tradisi dan Visi Kristisni berisi pewahyuan
diri dan kehendak Allah yang memuncak dalam misteri hidup dan karya Yesus
serta mampu mengungkapkan tanggapan manusia atas pewahyuan. Sifat
pewahyuan Allah adalah dialogal, menyejarah dan normatif, seperti terungkap
dalam Kitab Suci, pengajaran Gereja, liturgi, spiritual, devosi, kepemimpinan,
kehidupan umat beriman. Karena bersifat normatif maka diperlukan penafsiran
supaya pewahyuan Allah dapat relevan dalam hidup (Sumarno Ds, 2013: 20-21).
Dukungan dari pendamping yang berpengaruh dalam penghayatan iman
katolik adalah pendamping menghormati Tradisi dan Visi Kristiani yang otentik
dan normatif. Pendamping memanfaatkan sarana dan menafsirakan Kitab Suci
sebagai informasi serta membantu peserta supaya nilai Tradisi dan visi Kristiani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
dekat dalam kehidupan. Tafsiran Kitab Suci disertai dengan kesaksian iman,
harapan, dan hidup pribadi. Pendamping menggunakan metode yang tepat dan
cocok. Pendamping mengantar peserta pada kesadaran diri, tidak mengulang-
ulang rumusan, tidak bersikap sebagai guru dan mempersiapkannya secara
maksimal (Sumarno Ds, 2013: 21; bdk. Groome, 1997: 28).
Hambatan yang sering terjadi adalah peserta merasa tidak tidak layak
menafsirkan pesan Kitab Suci. Oleh karena itu peserta menjadi pasif dan tidak
bisa menghayati iman sesuai dengan kehidupan. Sedangkan kesulitan dari
pendamping adalah tidak memiliki pengetahuan yang cukup dalam menafsirkan
Kitab Suci, tidak sesuai tujuan dan tidak ada kesinambungan antara langkah satu
dan dua. Pendamping tidak menggunakan metode yang tepat, mendekte peserta,
mengulang-ulang rumusan, bersikap sebagai guru, dan pendamping tidak
mempersiapkan dengan matang sehingga umat tidak bisa meningkatkan
penghayatan iman karena teks Kitab Suci tidak dekat dan relevan.
e. Penekanaan Penghayatan Iman dalam Langkah IV: Menerapkan Iman
Kristiani dalam Situasi Konkrit
Letak penghayatan iman langkah keempat adalah menemukan nilai-nilai
hidup yang hendak ditekankan, sikap-sikap tidak baik yang hendak dihilangkan,
dan sikap-sikap baik yang hendak dikembangkan. Peserta mengintegrasikan nilai-
nilai hidup dalam Tradisi dan visi Kristiani serta mempersonalisasikan dan
memperkaya dinamika Tradisi dan visi kristiani. Peserta mendialogkan hasil
pengolahan langkah I-III. Nilai-nilai yang menenguhkan, mengkritik atau
mempertanyatakan dan mengundang peserta pada kehidupan yang lebih baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
dengan semangat, nilai, dan iman yang baru demi terwujudnya Kerajaan Allah
(Sumarno Ds, 2013: 21).
Dukungan pendamping dalam penghayatan iman adalah menghormati
kebebasan dan hasil penegasan peserta bahkan kepada peserta yang menolak
tafsiran pendamping. Pendamping mampu meyakinkan peserta untuk
menemukan nilai pengalaman hidup dan visi dengan nilai Tradisi dan Visi
Kristiani. Pendamping mendorong peserta merubah sikap pendengar pasif
menjadi aktif. Pendamping menyadari bahwa tafsiran pendamping bukan harga
mati, mendengarkan dengan hati (Sumarno Ds, 2013: 21).
Hambatan penghayatan iman dari pendamping dan peserta beranggapan
bahwa tafsiran pendamping sebagai kebenaran satu-satunya, peserta menerima
pesan Tradisi dan Visi Kristiani sebagai kebenaran yang baku (objektivitisme) dan
pendapat/pengalaman peserta yang paling benar karena seolah-olah tidak
membutuhkan nilai-nilai Tradisi dan Visi Kristiani (subjektifitisme) (Sumarno Ds,
2013: 21; bdk. Groome, 1997: 31).
Dalam proses langkah keempat ini peserta merasa tidak mampu/tidak
percaya diri dalam menemukan nilai tradisi dan visi peserta dengan Tradisi dan
Visi Kristiani. Peserta bersikap pasif tidak mau terlibat sehingga tercipta suasana
yang tegang. Bahkan pendamping mengalami kesulitan dalam mengajak peserta
untuk saling mendengarkan pendapat yang berbeda-beda. Peserta kurang bisa
memahami penjelasan pendamping sehingga akan menghambat proses langkah
kelima dan suasana menjadi tidak menarik lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
f. Penekanaan Penghayatan Iman dalam Langkah V: Mengusahakan Suatu
Aksi Konkret
Letak penghayatan iman pada langkah lima adalah peserta dapat mengambil
keputusan praktis sebagai tanggapan akan wahyu Allah yang berlangsung dalam
hidup dengan Tradisi Gereja sepanjang sejarah dan visi kristiani. Praktis yang
merupakan keputusan peserta dalam mendorong keterlibatan baru dan melahirkan
pertobatan pribadi dan sosial (metanoia) (Sumarno Ds, 2013: 22).
Untuk mendukung penghayatan iman pendamping dapat melaksanakan
tanggungjawabnya dengan kesungguhan hati. Pendamping menyadari hakikat
praktis, inovatif, dan transformatif dari langkah lima. Pendamping merumuskan
pertanyaan yang sederhana untuk membantu peserta mengambil keputusan, dan
menekankan sikap optimis yang realistis pada. Pendamping merangkum hasil
langkah I-IV. Pendamping mengusahakan supaya peserta sampai pada keputusan
pribadi dan bersama serta mengajak peserta merayakan liturgi sederhana untuk
mendoakan keputusan yang sudah diambil (Sumarno Ds, 2013: 22).
Hambatan yang sering terjadi dalam proses penghayatan iman adalah
peserta berhenti pada niat pribadi sehingga nilai-nilai Kerajaan Allah kurang bisa
diwujudkan dalam kehidupan bersama. Penghayatan iman akan terhambat karena
peserta sulit menemukan nilai-nilai kehidupan sebagai bentuk keterlibatan dalam
kehidupan dan pendamping tidak menjalankan perannya dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
USULAN KATEKESE UMAT MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS
UNTUK MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN UMAT
LINGKUNGAN ST. YUSUF, BERUT, WILAYAH ST. MARTA,
SUMBER, PAROKI ST. MARIA LOURDES, SUMBER, MAGELANG
Katekese umat yang berlangsung di Lingkungan St. Yusuf, Berut
memberikan sumbangan dalam kehidupan umat terutama dalam meningkatkan
penghayatan iman. Berdasarkan keprihatinan yang masih terjadi di Lingkungan St.
Yusuf maka penulis mengusulkan adanya katekese umat model Shared Christian
Praxis untuk membantu umat meningkatkan penghayatan iman. Usulan tersebut
dapat berguna dan bermanfaat bagi umat untuk membantu meningkatkan
pengahayatan iman dan mengajak umat untuk terlibat aktif mengikuti katekese
umat yang ada di Lingkungan supaya umat mengalami pertobatan terus menerus.
A. Latar Belakang Usulan Katekese Umat Model Shared Christian Praxis
Katekese umat merupakan sharing pengalaman iman antar umat yang mampu
memperteguhkan iman masing-masing umat. Katekese umat biasanya
diselenggarakan pada bulan Maret (Prapaskah), Oktober (BKSN), dan Desember
(Adven) bahkan pihak keuskupan sudah menyediakan bahan dalam bentuk buku
panduan untuk memudahkan umat dalam berkatekese. Dengan adanya katekese
umat, umat diharapkan semakin dewasa dalam iman sehingga dapat menjadi saksi
di tengah-tengah masyarakat. Dengan adanya ketekese umat, umat memiliki tempat
untuk belajar lebih dalam tentang sabda Tuhan sebagai pedoman dalam menjalani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
kehidupan dan mengajak umat untuk peduli dengan lingkungan sekitar. Bahkan
dengan mengikuti katekese umat dapat membantu umat untuk meningkatkan
penghayatan iman. Dalam proses katekese umat melibatkan beberapa unsur yaitu
pengalaman hidup, mendalami sabda Tuhan, membangun niat dan doa bersama.
Berdasarkan hasil penelitian, kehadiran katekese umat belum mampu
membantu umat meningkatkan penghayatan iman dengan berbagai sebab. Oleh
sebab itu penulis mengusulkan katekese umat yang dilakukan di Lingkungan
dengan tujuan membantu umat meningkatkan penghayatan iman. Dengan adanya
usulan katekese umat diharapkan umat semakin meningkatkan penghayatan iman
dan semangat terlibat dalam hidup menggereja serta terjadi pertobatan terus.
B. Alasan Pemilihan Tema dan Tujuan
Berdasarkan penelitian dan pengamatan penulis terhadap katekese umat yang
berlangsung di Lingkungan St. Yusuf umat belum menyadari pentingnya
melibatkan diri dalam hidup menggereja. Masih banyak umat yang belum terlibat
dalam kegiatan Lingkungan dengan berbagai alasan. Padahal katekese umat dapat
memberikan manfaat yang besar dalam kehidupan umat. Katekese umat tidak
sekedar kegiatan rutin dari program bersama, tetapi katekese umat dapat membantu
umat untuk lebih dekat dengan sabda Tuhan, untuk merekatkan hubungan dengan
sesama dan mampu membantu umat meningkatkan penghayatan iman.
Berdasarkan hasil penelitian tema yang menarik untuk diangkat dalam
ketekese umat adalah membangun kebersamaan. Bagi penulis tema tersebut sesuai
dengan situasi umat di Lingkungan St. Yusuf. Membangun kebersamaan dalam
kehidupan sangat penting dan umat masih sangat kurang membangun kebersamaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
antar umat di Lingkungan maupun di dalam keluarga. Umat kurang memahami
pentingnya peran setiap orang dalam kegiatan di Lingkungan. Hal ini dapat terlihat
dari keterlibatan umat yaitu kurangnya keterlibatan umat mengikuti tugas koor di
Gereja, membersihkan Gereja (kerja bakti), kurang menghormati perbedaan yang
ada. Melalui tema ini umat tidak hanya meningkatkan penghayatan iman sekaligus
membangun kebersamaan dalam hidup sebagai wujud kasih. Tema dan tujuan yang
diangkat dalam katekese umat sesuai dengan hasil penelitian. Katekese umat yang
menarik adalah tema dan isinya menjawab kebutuhan umat, mengajak umat terlibat
dalam kegiatan menggereja dan didukung dengan penggunaan metode dan sarana.
Tema umum yang diangkat dalam ketekese umat model Shared Christian
Praxis di Lingkungan St. Yusuf, Berut adalah “Membangun kebersamaan dalam
meningkatkan penghayatan iman” dengan tujuan bersama pendamping, peserta
diajak untuk menyadari dan memahami pentingnya arti kebersamaan dalam
meningkatkan penghayatan iman sehingga peserta dapat bersama-sama
membangun kebersamaan dalam hidup berkomunitas dan melibatkan diri dalam
kegiatan menggereja. Melalui usulan katekese umat ini, umat semakin terbantu
meningkatkan penghayatan iman dan mampu membangun kebersamaan di
lingkungan keluarga, Gereja, maupun masyarakat serta melibatkan diri dalam
kegiatan menggereja. Tema umum tersebut masih dijabarkan lagi menjadi 6 tema
yaitu bersama Yesus kita membangun kebersamaan dalam hidup berkomunitas,
membangun kebersamaan dalam keluarga, membangun kebersamaan dalam
kehidupan menggereja, iman yang kuat membuahkan kasih dalam hidup
kebersamaan, hidup dalam kasih dan bersatu dalam Kristus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Penjabaran tema umum menjadi beberapa tema didasarkan pada Yesus
sebagai teladan manusia dalam membangun kebersamaan, membangun
kebersamaan di lingkungan keluarga, membangun kebersamaan dalam kegiatan
menggereja. Dengan membangun kebersamaan dan melibatkan diri dalam kegiatan
menggereja maka iman akan menjadi kuat sehingga membuahkan kasih dalam
kehidupan bersama. Iman yang kuat dapat menciptakan kebersamaan dalam hidup
melalui kasih Tuhan sehingga mampu untuk hidup seturut dengan kehendak-Nya
dan berani menjadi saksi Kristus dalam kehidupan sehari-hari.
C. Rumusan Tema dan Tujuan
Tema Umum : Membangun kebersamaan dalam meningkatkan
penghayatan iman.
Tujuan Umum : Bersama pendamping, peserta diajak untuk menyadari
dan memahami pentingnya arti kebersamaan dalam
meningkatkan penghayatan iman sehingga peserta dapat
bersama-sama membangun kebersamaan dalam hidup
berkomunitas dan melibatkan diri dalam kegiatan
menggereja.
Tema dan Tujuan umum tersebut dijabarkan dalam tema dan tujuan yang lebih
khusus yaitu sebagai berikut:
Tema I : Bersama Yesus kita membangun kebersamaan dalam
hidup berkomunitas.
Tujuan I : Bersama pendamping, peserta diajak untuk menyadari
pentingnya membangun kebersamaan dalam hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
berkomunitas sehingga mereka dapat saling berbagi satu
sama lain dalam kehidupan sehari-hari.
Tema II : Membangun kebersamaan dalam keluarga.
Tujuan II : Bersama pendamping, peserta diajak untuk menyadari
betapa pentingnya membangun kebersamaan di dalam
keluarga sehingga mereka dapat menciptakan suasana
damai di dalam keluarga.
Tema III : Membangun kebersamaan dalam kehidupan menggereja.
Tujuan III : Bersama pendamping, peserta mendalami makna
kebersamaan dalam kegiatan menggereja sehingga
mereka mampu melibatkan diri dalam kegiatan
menggereja terutama di Lingkungan.
Tema IV : Iman yang kuat membuahkan kasih dalam hidup
kebersamaan.
Tujuan IV : Bersama pendamping, peserta diajak untuk menyadari
bahwa iman merupakan dasar untuk membangun
kebersamaan sehingga mereka dapat saling membantu
dalam kehidupan sehari-hari.
Tema V : Hidup dalam kasih.
Tujuan V : Bersama pendamping, peserta diajak untuk hidup
berdasarkan kasih sehingga mereka dapat saling
mengasihi satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari.
Tema VI : Bersatu dalam Kristus
Tujuan VI : Bersama pendamping, peserta diajak untuk hidup bersatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
dengan Kristus sehingga mereka dapat rendah hati dalam
hidup di Lingkungan keluarga, Gereja, maupun
masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
E. Petunjuk Pelaksanaan Usulan Katekese Umat
Usulan katekese umat model Shared Christian Praxis ditujukan kepada
umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut. Katekese umat ini dilaksanakan setiap
bulan sekali kecuali pada masa Prapaskah, BKSN, masa Adven dan bulan
Rosario. Katekese umat ini juga dilaksanakan dalam jangka waktu satu tahun,
dengan 6 kali pertemuan. Waktu yang digunakan setiap masing-masing pertemuan
katekese umat 60-90 menit. Sedangkan tempat yang digunakan untuk katekese
umat adalah salah satu rumah umat secara bergantian.
Usulan katekese umat model Shared Christian Praxis dilaksanakan secara
berurutan berdasarkan tema yang sudah disusun karena pertemuan satu
berhubungan dengan pertemuan berikutnya supaya tujuan dapat tercapai dengan
baik. Enam tema katekese umat sebagai usaha untuk meningkatkan penghayatan
iman umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut.
Sedangkan pendamping atau pelaksana kegiatan katekese umat adalah
penulis dan bekerja sama dengan pemuka umat serta umat di Lingkungan St.
Yusuf. Melalui kegiatan ini diharapkan umat semakin terbantu untuk
meningkatkan penghayatan iman dan memperkenalkan kepada umat katekese
umat model Shared Christian Praxis sepaya umat juga semakin semangat untuk
melibatkan diri dalam ketekese umat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
F. Contoh Persiapan Katekese Umat model Shared Christian Praxis
1. Identitas
a. Tema pertemuan : Bersama Yesus kita membangun kebersamaan dalam
hidup berkomunitas.
b. Tujuan : Bersama pendamping, peserta diajak untuk menyadari
pentingnya membangun kebersamaan dalam hidup
berkomunitas sehingga mereka dapat saling berbagi
satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari.
c. Peserta : Orang dewasa
d. Tempat : Salah satu rumah umat
e. Waktu : 60-90 menit
f. Metode : Sharing
Tanya jawab
Informasi
Renungan
Peneguhan
g. Model : SCP (Shared Christian Praxis)
h. Sarana : Teks Kitab Suci Kis 2:41-47.
Teks lagu: “Dalam Yesus Kita Bersaudara” dan
“Hari ini Ku Rasa Bahagia”
Teks Cerita: “Daun-daun dan Orang”
Spiker aktif
Laptop
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
i. Sumber bahan : Darmawijaya, St. (2006). Kisah Para Rasul.
Kanisius: Yogyakarta, hal. 42-47.
LBI. (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru.
Kanisius: Kanisius: Yogyakarta, hal. 218.
LAI. (2011). Alkitab Deuterokanonika. KWI:
Jakarta, hal. 143.
Mihalic, Frank. (2008a). 1500 Cerita Bermakna
(Jilid I). Obor: Jakarta, hal. 182-183.
2. Pemikiran Dasar
Pada zaman sekarang kebersamaan antar umat tetap diperlukan untuk
mempererat hubungan satu sama lain. Suatu kelompok/komunitas terbentuk
karena adanya kebersamaan antar anggota. Tetapi pada kenyataanya kebersamaan
semakin luntur karena perkembangan zaman. Pada zaman sekarang banyak umat
yang tidak peduli dengan lingkungan di mana mereka tinggal. Banyak umat
kurang memahami pentingnya membangun kebersamaan. Penyebab lunturnya
kebersamaan dalam kehidupan umat adalah pengaruh perkembangan teknologi
yang pesat, sibuk dengan pekerjaan, cuek dengan keadaan sekitar, egois, dll.
Tidak jarang sering dijumpai banyak umat membangun kebersamaan saat
kebersamaa itu menguntungkan bagi dirinya.
Kis 2:41-47 menguraikan tentang kebersamaan yang ada dalam sebuah
komunitas/kelompok yaitu mereka orang-orang yang percaya kepada Yesus. Kita
merupakan pribadi-pribadi yang percaya kepada Yesus dan hidup dalam suatu
lingkungan yang membuat kita selalu kuat. Secara istimewa juga kita dipanggil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
untuk hidup bersama Yesus melalui pembaptisan yang sudah kita terima. Karena
kita hidup dalam komunitas/kelompok yang membutuhkan kebersamaan maka
Yesus mengajak kita untuk tekun dalam pengajaran dan berkumpul merayakan
Ekaristi atau ibadat bersama, tekun dalam doa, bersuka cita, bersyukur, dan saling
berbagi satu sama lain. Oleh karena itu kita semakin percaya dan yakin akan
kuasa Yesus dalam hidup kita sehingga semakin banyak yang percaya kepada-
Nya dan saling membangun kebersamaan.
Pada pertemuan kali ini kita diajak untuk membangun kebersamaan dalam
berkomunitas terutama komunitas Gereja, serta melibatkan Yesus untuk
mewujudkan kebersamaan. Kebersamaan dalam berkomunitas harus selalu
dikembangkan supaya suka cita hidup bersama Yesus dapat selalu dirasakan.
Dengan membangun kebersamaan kita dapat merasakan kasih Tuhan dengan
saling berbagi. Perwujudan kebersamaan dalam komunitas misalnya melibatkan
diri dalam kegiatan menggereja, tekun berdoa, menghadiri perayaan Ekaristi,
saling berbagi pengalaman, saling berbagi pengetahuan, saling bekerjasama
membersihkan Gereja, melibatkan diri dalam tugas koor, dll. Membangun
kebersamaan berarti berani untuk berkorban dan berani untuk bekerjasama.
3. Pengembangan Langkah-Langkah:
a. Pembukaan
1) Kata pengantar
Bapak/ibu dalam Yesus Kristus, pada malam hari ini kita di sini berkumpul
untuk bersama-sama belajar tentang bersama Yesus kita membangun
kebersamaan dalam berkomunitas/kelompok. Pada saat ini kebersamaan yang ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
di Lingkungan atau Gereja semakin hari semakin luntur. Banyak dijumpai umat
yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, kurang peduli dengan sekitar, atau kurang
tanggap akan situasi dan kondisi di sekitar. Kebersamaan itu penting bagi
kehidupan kita dalam sebuah komunitas/kelompok. Bahkan segala sesuatu dapat
dihadapi jika kita melibatkan Yesus dalam membangun kebersamaan tersebut.
Dalam Kis 2:41-47 kita akan diajak untuk membangun kebersamaan dalam
komunitas orang beriman. Kebersamaan yang sesungguhnya tidak hanya sebatas
merasakan kebahagiaan akan tetapi kebersamaan juga membutuhkan perjuangan,
dan pengorbanan untuk sesuatu yang akan dicapai. Dalam membangun
kebersamaan membutuhkan kerjasama satu sama lain. Melalui kebersamaan kita
belajar mampu saling berkomunikasi, saling mengenal dan saling berbagi.
2) Lagu pembukaan: “Dalam Yesus Kita Bersaudara” [Lampiran 8: (25)]
3) Doa pembukaan
Bapa yang maha pemurah, kami bersyukur dan berterima kasih kepada-Mu,
karena penyertaan-Mu kami semua dapat berkumpul di tempat ini untuk bersama-
sama mendalami sabda-Mu. Bapa, kami mohon dampingi kami semua yang ada di
sini supaya kami dapat membuka hati kami untuk merenungkan, mendalami, dan
mensharingkan pengalaman hidup kami dalam membangun kebersamaan
berkomunitas. Kami mohon agar kami semakin menyadari pentingnya
membangun kebersamaan dalam hidup komunitas sehingga kami dapat saling
berbagi kasih. Bapa kami mohon berkatilah seluruh pertemuan malam hari ini,
dari awal hingga akhir supaya kami sungguh-sungguh memahami arti
kebersamaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Amin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
b. Langkah I: Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta
1) Pendamping membagikan teks cerita yang berjudul “Daun-Daun dan Orang”
[Lampiran 9: (26)] kepada peserta dan menunjuk salah satu peserta untuk
membacakanya sedangkan umat lain memperhatikan dan mendengarkan.
2) Pendamping memberikan waktu kepada umat untuk membaca secara pribadi
cerita tersebut dalam hati.
3) Pendamping meminta salah satu peserta untuk mencoba menceritakan kembali
dengan singkat cerita “Daun-Daun dan Orang”.
4) Inti sari cerita “Daun-Daun dan Orang”.
Hidup dalam kelompok seperti halnya sebuah pohon yang terdiri dari daun,
batang pohon, cabang, dan akar. Daun memiliki peran penting demi berkembang
dan bertumbuhnya pohon. Satu lembar daun bagaikan satu pribadi dalam
kelompok tersebut. Jika satu lembar daun tidak dapat bekerja dengan baik maka
akan menghambat pertumbuhan pohon. Jika tidak ada kerjasama antara daun,
batang, cabang, maupun akar maka pohon tidak akan tumbuh dengan baik. Pohon
membutuhkan air dari akar pohon dan sinar matahari. Melalui hijau daun pohon
akan memproduksi air dan gula kemudian disimpan sebagai bahan makanan.
5) Pengungkapan pengalaman hidup: peserta diajak untuk mendalami
perumpamaan tersebut dengan tuntunan beberapa pertanyaan:
a) Ceritakanlah hambatan apa saja yang terjadi jika sebuah pohon tumbuh tanpa
ada kebersamaan?
b) Ceritakan pengalaman Bapak/Ibu dalam menghadapi hambatan dalam
membangun kebersamaan berkomunitas (Lingkungan, Wilayah, atau Paroki)?
6) Suatu contoh arah rangkuman pendamping
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
Berdasarkan perumpamaan di atas, hambatan yang terjadi jika bagian-
bagian dari pohon tersebut tidak tumbuh dalam kebersamaan adalah jika pohon
tidak menerima sinar matahari karena terhalang sesuatu, tidak ada air yang
mengalir, daun menjadi gugur atau layu dll.
Dalam pengalaman hidup hambatan-hambatan yang sering dihadapi dalam
membangun kebersamaan berkomunitas misalnya tidak mau bekerja sama satu
sama lain, tidak saling mempercayai kemampuan orang lain, tidak mau berkorban,
saling menyalahkan, dijahui umat lain, tidak mau tahu atau tidak peduli dengan
lingkungan, dll. Hambatan-hambatan tersebut menghambat pertumbuhan hidup
dalam berkomunitas. Hambatan-hambatan tersebut akan mengganggu kehidupan
dalam berkomunitas, akan tetapi semua hambatan dapat diselesaikan jika saling
bekerjasama dan melibatkan Yesus.
c. Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta
1) Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman hidup yang telah
diungkapkan pada langkah I, dengan panduan pertanyaan sebagai berikut ini:
Bagaimana sikap Bapak/Ibu dalam menghadapi hambatan-hambatan yang
terjadi dalam membangun kebersamaan di Lingkungan/Wilayah/Paroki?
2) Pendamping memberikan arah rangkuman singkat atas jawaban-jawaban
peserta yang telah diungkapkan, misalnya sebagai berikut:
Bapak/Ibu yang terkasih, setelah kita merefleksikan pengalaman hidup kita,
banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menghadapi hambatan-hambatan untuk
membangun kebersamaan dalam komunitas/kelompok. Setiap dari kita pasti
memiliki cara sendiri untuk menghadapi hambatan-hambatan tersebut. Ada orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
yang memberikan perhatian dan kepedulian, tekun terlibat dalam setiap kegiatan
yang ada di Lingkungan, Wilayah/Paroki, tetapi ada juga yang menikmati saja apa
yang sedang terjadi dalam kelompok, cuek, tidak mau tahu. Diperlukan ketekunan
dan keberanian dalam menghadapi hambatan tersebut dan melibatkan Yesus
supaya memberikan kekuatan. Hanya Yesus yang bisa diandalkan dalam
menghadapi berbagai hambatan dan tantangan untuk membangun kebersamaan.
d. Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani
1) Salah satu peserta dimohon untuk membacakan teks langsung dari Kitab Suci,
yang diambil dari Kis 2:41-47.
2) Peserta diberi waktu hening sejenak untuk secara pribadi merenungkan dan
menanggapi bacaan Kitab Suci dengan bantuan beberapa pertanyaan, yaitu:
a) Ayat-ayat mana yang mengesan bagi Bapak/Ibu berkaitan membangun
kebersamaan dalam berkomunitas? Mengapa ayat tersebut mengesan bagi
Bapak/Ibu?
b) Apa pesan inti yang mau disampaikan Paulus dalam membangun kebersamaan
di Lingkungan/Wilayah/Paroki?
3) Peserta diajak untuk terlebih dahulu mengungkapkan hasil renungan pribadi
sehubungan dengan pertanyaan diatas.
4) Pendamping menyampaikan tafsiran dari bacaan Kis 2:41-47 dan
menghubungkan pesan inti dengan tanggapan dan hasil renungan pribadi serta
sesuai dengan tema dan tujuan pertemuan, misalnya, sebagai berikut:
Teks Kitab Suci yang diambil dari Kis 2: 41-47 merupakan salah satu
perikop yang membicarakan tentang kebersamaan dalam berkomunitas. Dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
perikop ini mengajak kita untuk merenungkan cara hidup dalam sebuah komunitas
yang pertama. Hampir semua ayat dalam Kis 2:41-47 dapat mengesan bagi hidup
kita. Kis 2:41, mengingatkan akan panggilan hidup kita untuk mengikuti Yesus
melalui baptisan. Dalam komunitas bertekun dalam pengajaran, dan berkumpul
untuk berdoa bersama (Kis 2:42), terjadi mukjizat dan tanda dalam pengajaran
(Kis 2:43), banyak orang yang percaya kepada-Nya tetap bersatu dan kepunyaan
mereka adalah kepunyaan bersama (Kis 2:44), saling berbagi (Kis 2:45), selalu
berkumpul bersama dengan sepenuh hati, bertekun, dan bersuka cita, (Kis 2:46)
dan orang-orang yang percaya kepada-Nya selalu memuji Tuhan, sehingga
banyak orang senang melihat kehadiran mereka dan semakin bertambah banyak.
Berdasarkan Kis 2: 41-47, pesan inti yang ingin disampaikan oleh Paulus
adalah orang yang percaya kepada-Nya semakin banyak. Oleh sebab itu
terbentuklah gaya hidup jemaat yaitu persekutuan, untuk saling melayani
berdasarkan ajaran Gereja dan dilaksanakan dalam ibadah. Seperti dalam Kis
2:44, menggambarkan sebuah kebersamaan dalam komunitas. Kebersamaan dan
menganggap semua yang ada adalah milik bersama. Hal ini merupakan sebuah
ungkapan persahabatan. Yang menjadi pokok dalam berkomunitas adalah semua
anggota jemaat dicukupi kebutuhannya dan tidak seorang pun menyimpan bagi
dirinya sendiri dan yang lainnya mengalami kekurangan.
Unsur kehidupan dalam berkomunitas adalah bertekun dalan ajaran,
membangun keluarga baru, memecahkan roti, berdoa bersama, dan dicintai
banyak orang. Dasar utama umat Allah adalah setia pada ajaran Gereja yang di
dalamnya terdapat nilai-nilai Kitab Suci. Umat dapat membangun keluarga baru
berdasarkan pada pengalaman iman dan dikembangkan dalam persaudaraan. Ciri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
khas persaudaraan tersebut adalah mengesampingkan kepentingan pribadi dan
saling berbagi dalam kebersamaan, saling peduli, dan memperhatikan satu sama
lain. Sedangkan makan bersama lebih pada mengenang apa yang pernah
dilakukan oleh Yesus besama para murid-Nya. Doa bersama merupakan ungkapan
dari komunitas beriman dan tampil sebagai saksi hubungan yang erat dengan
Allah sebagai hubungan yang pokok dalam kehidupan.
e. Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Peserta Konkrit
1) Pendamping mulai mengawali langkah ini dengan menempatkan peserta dalam
konteks dan situasi pertemuan, serta menerapkan pesan inti Kitab Suci dalam
pengalaman, kebutuhan, dan situasi hidup sesuai dengan tema dan tujuan katekese
umat, misalnya sebagai berikut:
Bapak/Ibu yang terkasih dalam Yesus setelah kita bersama-sama mendalami
pengalaman kebersamaan dalam komunitas/kelompok kita menemukan pesan di
dalamnya. Bersama Yesus kita diajak untuk mampu membangun komunitas orang
beriman yang sungguh hidup dalam kehidupan kita. Dibutuhkan kerjasama dalam
membangun kebersamaan dalam komunitas/kelompok. Bersama Yesus kita
mampu menjalani kehidupan dalam komunitas/kelompok. Tidak mudah hidup
dalam sebuah komunitas/kelompok karena setiap orang memiliki kepentingan,
karakter dan kekhasan masing-masing. Akan tetapi kita persatukan oleh tujuan
yang sama yaitu bersama berproses menjadi orang beriman dengan teladan Yesus.
2) Sebagai bahan refleksi untuk semakin mendalami arti kebersamaan dalam
berkomunitas. Dan dalam suasana yang hening peserta diajak untuk merenungkan
hasil merenungkan langkah I-III dengan panduan pertanyaan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
Apa arti berbagi bagi Bapak/Ibu untuk membangun kebersamaan dalam hidup
berkomunitas di Lingkungan/Wilayah/Paroki?
3) Peserta diberi kesempatan untuk merenungkan pertanyaan di atas dengan
diiringi lagu instumental (Jesus, remember me). Setelah itu peserta diberi
kesempatan untuk mengungkapkan hasil renungan pribadi. Pada langkah ke IV
pendamping dapat memberikan arah rangkuman singkat sesuai dengan hasil-hasil
renungan pribadi peserta, misalnya:
Bersama Yesus kita mampu melakukan banyak hal termasuk membangun
kebersamaan dalam berkomunitas/kelompok. Dengan melibatkan Yesus kita telah
menyadari bahwa pentingnya bantuan Yesus dalam hidup kita. Pribadi Yesus
dapat menjadi teladan bagi kita untuk membangun kebersamaan dalam sebuah
komunitas/kelompok orang. Oleh karena itu hidup dalam kebersamaan sangat
penting bagi kita, dan hidup dalam kebersamaan memberikan kekuatan dan
manfaat untuk menjalani kehidupan.
Berbagi dalam kebersamaan berarti mau membagikan apa yang kita miliki
kepada mereka yang lebih membutuhkan. Berbagai berarti mau berkorban bagi
sesama. Berbagi berarti belajar untuk hidup dalam kebersamaan dan tidak
mementingkan diri sendiri. Berbagi berarti mau memberikan diri kepada sesama
yang membutuhkan. Contoh saling berbagi dalam kebersamaan berkomunitas
adalah saling berbagi pengalaman, saling berbagi pengetahuan, berbagi perhatian,
berbagi materi kepada yang membutuhkan, saling berbagi kebahagiaan, saling
membantu kepada yang membutuhkan, mengikuti Ekaristi di Gereja, mengikuti
kegiatan-kegiatan yang ada di Lingkungan, musyawarah dalam menyelesaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
suatu masalah, saling mempercayai, dan saling melengkapi, mengikuti kerja bakti,
ikut terlibat tugas koor di Gereja, dll.
f. Langkah V: Mengusahakan Suatu Aksi Konkrit
1) Pengantar
Bapak/Ibu yang terkasih tadi kita sudah bersama-sama menggali
pengalaman hidup dalam komunitas/kelompok melalui perumpamaan tumbuhnya
sebuah pohon. Hidup berkomunitas ibarat sebuah pohon yang terdiri dari daun,
batang, ranting-ranting, dan akar. Demi pertumbuhan sebuah pohon diperlukan
sinar matahari untuk sumber tenaga dan pengairan yang cukup untuk mengolah
bahan makanan sehingga menghasilkan buah. Satu lembar daun ibarat satu pribadi
yang memiliki peran penting demi pertumbuhan komunitas. Demikian pula
dengan pengalaman hidup, dalam membangun kebersamaan kita mengalami
banyak tantangan/hambatan. Setiap orang memiliki cara sendiri untuk
menghadapi tantangan/hambatan yang terjadi. Hambatan-hambatan yang biasanya
terjadi dalam membangun kebersamaan adalah malas untuk terlibat, tidak
memiliki kesadaran diri untuk saling berbagi, sibuk dengan pekerjaan, dll.
Sedangkan sikap/tindakan yang bisa dilakukan untuk menghadapi hambatan
dalam membangun kebersamaan adalah melibatkan Yesus dalam menghadapi
kesulitan, mempertahankan apa yang sudah menjadi kebiasaan baik dalam
berkomunitas, tekun, saling mengingatkan, peduli dengan sesama, dll.
Bersama Yesus kita belajar banyak hal yaitu tekun dalam doa, tekun dalam
pengajaran, menghadiri Ekaristi atau ibadah, dan saling berbagi. Berbagi disini
tidak sebatas berbagi secara materi tetapi dapat berbagai pengalaman, perhatian,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
kasih, dll. Tindakan-tindakan tersebut merupakan wujud dari kebersamaan dalam
sebuah komunitas. Berdasarkan pengalaman iman dalam Kisah Para Rasul kita
semakin menyadari bahwa membangun kebersamaan dalam komunitas/kelompok
itu penting. Melalui Yesus dan bersama Yesus kita diajak untuk terus membangun
kebersamaan walaupun banyak tantangan yang akan dihadapi.
Berdasarkan hasil refleksi kita semakin tegur/disadarkan/diteguhkan dalam
hal berdoa, mengikuti Ekaristi, tekun mengikuti pengajaran, dan saling berbagi.
Bahkan kebersamaan berarti mau saling berbagi kepada sesama. Berbagi berarti
mau memberi apa yang kita miliki untuk orang lain. Berbagi berarti memberikan
perhatian dengan kasih. Tindakan nyata dari saling berbagi untuk membangun
kebersamaan adalah saling berbagi perhatian, berbagai kasih, saling
mengingatkan, berbagi pengalaman, pengetahuan, mengikuti Ekaristi, dll. Oleh
sebab itu untuk mendukung terwujudnya kebersamaan dalam komunitas alangkah
baiknya kita dapat menemukan dan melaksanakan niat-niat yang akan kita bangun
secara pribadi dan bersama supaya semakin hari komunitas/kelompok orang
beriman di Lingkungan/Wilayah/Paroki terus kita hidupi dan kita bangun.
2) Peserta diajak untuk memikirkan niat-niat yang akan dilakukan untuk
mendukung terwujudnya kebersamaan di Lingkungan/Wilayah/Paroki, dengan
panduan pertanyaan sebagai berikut:
Tindakanan apa saja yang harus diperhatikan untuk mewujudkan kebersamaan
dalam berkomunitas dengan saling berbagi dengan sesama di
Lingkungan/Wilayah/Paroki?
3) Peserta diberi kesempatan mengungkapkan dan mensharingkan niat pribadi
yang akan dilakukan dalam kehidupan. Kemudian peserta diajak untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
mendiskusikan dan mengambil keputusan bersama yang akan dibangun dalam
sebagai umat beriman di Lingkungan St. Yusuf, Berut. Setelah itu niat pribadi dan
bersama dipersembahkan dalam doa umat supaya dapat terwujud dalam hidup.
g. Penutup
1) Pendamping meletakkan salib dan lilin di tengah-tengah peserta, sehingga
semua peserta dapat melihatnya. Kemudian pendamping mengajak peserta untuk
mengajukan doa-doa umat kepada Tuhan Yesus. Pendamping mengawalinya doa
umat kemudian diakhiri dengan doa Bapa Kami, doa penutup yang dihubungkan
dengan tema dan tujuan katekese umat dan doa malam.
2) Doa Penutup
Tuhan Yesus, yang penuh kasih, kami mengucap syukur kepada-Mu karena
pada pertemuan malam hari ini, Engkau telah menyertai kami sehingga pertemuan
malam ini dapat berjalan dengan baik. Banyak tantangan/hambatan yang kami
hadapi untuk membangun kebersamaan. Tapi kami percaya kami dapat
melewatinya dengan ketukunan, dan kesabaran. Kami berterima kasih kerena
kami disadarkan dan dibuka mata hati kami betapa pentingnya membangun
kebersamaan dalam berkomunitas serta melibatkan Engkau dalam hidup.
Bantulah kami supaya berkat teladan-Mu kami mampu mewujudkan kebersamaan
dengan saling berbagi perhatian, kasih, tenaga, waktu, dan pengalaman kepada
sesama. Semoga berkat kasih-Mu kami mampu mewujudkan niat yang akan kami
lakukan dalam kehidupan untuk membangun kebersamaan dalam berkomunitas.
Doa permohonan ini kami haturkan dalam kebaktian kami kepada hati-Mu Yang
Maha Kudus, kini dan selama-lamanya. Amin. Doa malam.
3) Lagu Penutup : “Hari ini Ku Rasa Bahagia” [Lampiran 8: (25)].
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan situasi umat dan hasil penelitian, dapat dilihat situasi katekese
umat yang sudah berlangsung di Lingkungan St. Yusuf, Berut dan penghayatan
iman umat melalui katekese umat. Oleh sebab itu dapat ditarik kesimpulan dan
saran supaya katekese umat yang sudah berlangsung di Lingkungan St. Yusuf
semakin hari semakin baik. Dengan adanya katekese umat diharapkan mendukung
kebutuhan umat sehingga membantu meningkatkan penghayatan iman.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian banyak umat yang belum memiliki pemahaman
yang benar tentang katekese umat sehingga terjadi salah penafsiran tentang
katekese umat yang diselenggarakan di Lingkungan. Masih banyak umat
menganggap katekese umat merupakan doa bersama dan doa Rosario sehingga
tujuan yang akan dicapai dalam katekese umat belum dapat tercapai dengan
maksimal. Katekese umat yang sudah berlangsung di Lingkungan St. Yusuf
belum mampu menanggapi kebutuhan umat sehingga peran dan manfaatnya
belum maksimal. Peran dan manfaat katekese umat hanya sebatas sebagai
pengetahuan tentang ajaran Gereja/nilai-nilai dalam Kitab Suci, dan menguatkan
iman umat tetapi belum sampai pada perwujudan iman dalam kehidupan sehari-
hari. Perwujudan iman dalam hidup umat belum terlaksana secara maksimal
karena umat banyak yang masih kadang-kadang mewujudkan iman walaupun
mereka menyadari bahwa iman harus diwujudkan dalam tindakan, perbuatan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
perkataan. Kehadiran katekese umat di Lingkungan belum mampu membantu
umat dalam meningkatkan penghayatan iman katolik, hal ini disebabkan karena
kurangnya keterlibatan umat, pemahaman umat kurang, proses katekese umat
yang kurang menarik, peran pendamping dan peserta kurang maksimal dan
kurangnya keseriusan umat dalam mengikuti katekese umat.
Berdasarkan situasi katekese umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut masih
banyak yang perlu diperbaiki lagi supaya kehadiran katekese umat mampu
membantu umat meningkatkan pengahayatan iman dan merekatkan hubungan satu
sama lain dalam kebersamaan. Lingkungan dapat meningkatkan peran
pendamping katekese umat, melibatkan seluruh umat dalam katekese umat, materi
katekese umat yang sesuai dengan kebutuhan, tersedianya tempat katekese umat,
serta dapat mengolah waktu katekese umat dengan baik.
Katekese umat merupakan sharing pengalaman iman antar umat sehingga
dapat saling memperteguhkan iman umat. Dalam proses katekese umat, umat akan
diajak untuk mendalami pengalaman hidup melalui terang Injil sehingga umat
dapat mengalami pertobatan secara terus menerus dan dapat merasakan kehadiran
Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Katekese umat juga mengajak umat untuk
mewujudkan iman dalam tindakan nyata, dan umat dapat hidup seturut kehendak-
Nya sehingga mampu menjadi saksi-saksi Kristus di dalam kehidupan.
Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan proses katekese
umat yaitu isi katekese umat, pemilihan model katekese umat, sarana yang
digunakan, peran pendamping serta peserta. Peran pendamping dalam proses
katekese umat sangat mempengaruhi karena pendamping berperan sebagai
fasilitator. Katekese umat dapat memberikan pengaruh dan manfaat demi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
pendewasaan iman. Oleh sebab itu dalam proses katekese umat, umat dibantu
untuk meningkatkan penghayatan iman dan mampu mewujudkan iman dalam
kehidupan sehari-hari. Shared Christian Praxis merupakan salah satu model
katekese umat yang dapat membantu umat dalam meningkatkan penghayatan
iman. Katekese umat model Shared Christian Praxis menekankan dialog antar
peserta dan pendamping dengan mendalami dan mengolah pengalalaman hidup
konkrit. Model SCP terdiri dari lima langkah dan didahului dengan langkah 0.
Setiap langkah dalam model SCP memiliki unsur kekhasan, tujuan, peran
pendamping, dan peran peserta. Langkah-langkah tersebut saling berkaitan
sehingga membantu umat untuk mencapai tujuan dan membantu umat
meningkatkan pengahayatan iman.
Oleh sebab itu untuk membantu umat meningkatkan penghayatan iman,
penulis mengusulkan untuk mengadakan katekese umat dengan model Shared
Christian Praxis. Model Shared Christian Praxis dipilih dengan alasan model
tersebut cocok untuk umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut karena menekankan
dialog pengungkapan pengalaman hidup. Tema katekese umat terdiri dari enam
tema yang saling berkaitan. Tema katekese umat tersebut dilaksanakan setiap
bulan kecuali pada masa Adven, Prapaskah, dan bulan Rosario.
B. Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan hasil penelitian maka masih banyak hal
yang perlu ditingkatkan lagi untuk mendukung berlangsungnya kegiatan
katekese umat. Katekese umat yang mampu memberikan manfaat dan pengaruh
bagi kehidupan umat. Kehadiran katekese umat mampu membantu umat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
meningkatkan penghayatan iman katolik dan membantu meningkatkan
kebersamaan di Lingkungan sehingga mampu melibatkan diri dalam kegiatan
menggereja.
1. Bagi Pendamping
Yang dimaksud pendamping adalah para pengurus Lingkungan dan seluruh
umat Lingkungan St. Yusuf, Berut yang memiliki kesadaran diri dan kemampuan
untuk menjadi pendampingi katekese umat. Para pengurus Lingkungan dan
seluruh umat di Lingkungan memiliki kesadaran diri untuk melibatkan diri dalam
mendampingi umat dalam melaksanakan katekese umat. Para pendamping dan
seluruh umat dapat menyadari pentingnya katekese umat dalam pendewasaan
iman dan meningkatkan penghayatan iman, sehingga katekese umat perlu
dilaksanakan secara rutin dan umat dapat merasakan manfaatnya dalam hidup.
Para pengurus dan umat dapat mempersiapkan materi dan mempersiapkan diri
secara maksimal karena keberhasilan katekese umat tergantung pada peran
pendamping. Pengurus Lingkungan dan umat dapat saling bekerjasama dan saling
mempercayai demi kebersamaan umat beriman di Lingkungan St. Yusuf, Berut.
2. Bagi Umat
Umat dapat menyadari pentingnya katekese umat di Lingkungan karena
memberikan manfaat yang besar dalam kehidupan umat. Umat dapat menyadari
bahwa katekese umat bukan sekedar kegiatan rutinitas atau kebiasaan tetapi
katekese umat dapat menjadi kebutuhan umat untuk mendewasaan iman dan
membantu meningkatkan penghayatan iman. Dengan adanya katekese umat, umat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
dapat semakin mengenal sabda Tuhan, membangun hubungan yang erat dengan
Tuhan dan sesama.
Umat dalam mengikuti katekese umat diharapkan dapat terlibat aktif dalam
proses katekese umat, sehingga tujuan katekese umat dapat tercapai dan umat
merasakan manfaatnya dalam hidup. Umat juga perlu untuk menciptakan suasana
yang mendukung yaitu suasana kekeluargaan. Dengan menciptakan suasana
kekeluargaan dalam berkatekese maka katekese umat menjadi menyenangkan,
menarik dan dapat merasakan damai dalam mengikuti katekese umat. Umat juga
perlu untuk saling menghormati dan menghargai satu sama lain demi tercipta
Lingkungan yang penuh dengan kasih persaudaraan dan kebersamaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Abineno, J.L.CH. (1967). Tafsiran Surat Filipi. Jakarta: Badan Penerbit Kristen.
Adisusanto, F.X. (2000). Katekese dalam Konteks Pastoral Gereja. (Seri Puskat
No. 370). Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Kateketik Puskat.
Amalorpavadass, D.S. (1972). Katekese sebagai Tugas Pastoral Gereja. (Seri
Pradnyawidya No. 11). Yogyakarta: Sekolah Tinggi Kateketik
“Pradnyawidya”.
Banawiratma, J.B. (1986). Iman Kristiani Berjumpa dengan Iman Non-Kristiani.
Dalam J.B. Banawiratma (Ed.). Wahyu Iman Kebatinan. (hal. 35-52).
Yogyakarta: Kanisius.
________. & Suharyo, I. (1990). Umat Allah Menegaskan Arah. Kanisius:
Yogyakarta.
Banyu Dewa HS, P. (2003). Katekese di Tengah Pesatnya Kemajuan Teknologi.
Umat Baru, 208, hal. 14-19.
Cholik Narbuko & Abu Achmadi. (2007). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Dapiyanta, F.X. (2013). Katekese Umat antara Harapan dan Kenyataan. Rohani,
60, hal. 12-14.
Darmawijaya, St. (2006). Kisah Para Rasul. Kanisius: Yogyakarta.
Gowing Bataona, Yos. (1979). Katekese Sekarang. Dalam Th. Huber (Ed.). Arah
Katekese Indonesia??? (hal. 18-45). Yogyakarta: Kanisius.
Groome, Thomas H. (1997). Shared Christian Praxis: Suatu Model Berkatekese
(Seri Puskat No. 356). (F.X. Heryatno Wono Wulung, Penyadur)
Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Kateketik Puskat. (Buku asli
diterbitkan tahun 1991).
Hadiwiyata, A.S. (2008). Tafsiran Injil Yohanes. Yogyakarta: Kanisius.
Heselaar, F. (1981). Di Sekitar Katekese Umat. Dalam Th. Huber (Ed.). Katekese
Umat Hasil Pertemuan Kateketik antar Keuskupan Se-Indonesia II. (hal.
97-105). Yogyakarta: Kanisius.
Huber, Th. (1981a). Beberapa Catatan pada Rumus Katekese Umat PKKI II.
Dalam Th. Huber (Ed.). Katekese Umat Hasil Pertemuan Kateketik antar
Keuskupan Se-Indonesia II. (hal. 17-23). Yogyakarta: Kanisius.
________. (1981b). Katekese Umat Hasil Pertemuan Kateketik antar Keuskupan
se-Indonesia II. Dalam Th. Huber (Ed.). Rumus Katekese Umat yang
Dihasilkan PKKI II. (hal. 15-16). Yogyakarta: Kanisius.
________. (1981c). Pertemuan Kateketik Antar Keuskupan Se-Indonesia II 26
Juni - 5 Juli 1980. Dalam Th. Huber (Ed.). Katekese Umat Hasil
Pertemuan Kateketik antar Keuskupan Se-Indonesia II. (hal. 7-14).
Yogyakarta: Kanisius.
Katekismus Gereja Katolik. (1995). (P. Herman Embuiru SVD, Penerjemah).
Ende: Arnoldus. (Dokumen Asli diterbitkan Tahun 1992).
Kirjito, Vincentius. (2009). Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki St. Maria
Lourdes, Sumber. Manuskrip yang berisi tentang kerangka besar pedoman
tata penggembalaan Paroki St. Maria Lourdes yang disusun dalam rangka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
pembaharuan pedoman pelaksaan dewan Paroki Sumber pada tanggal 5
Mei 2009.
Kitab Hukum Kanonik. (2006). (Codex Iuris Canonici) (Dr. R. Rubiyatmoko dkk,
Penerjemah). Bogor: Grafika Mardi Yuana. (Dokumen asli diterbitkan
tahun 1983).
Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II. (R. Hardawiryana,
Penerjemah). Jakarta: Obor. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1966).
Labovits, Samforn & Hagelorn, Robert. (1982). Metode Riset Sosial. Jakarta:
Erlangga.
Lalu, Yosef. (2007). Katekese Umat. Yogyakarta: Kanisius.
LBI. (1985). Surat-surat Ibrani dan Umum. Yogyakarta: Kanisius.
________. (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. (A.S. Hardawiyata,
Penerjemah). Yogyakarta: Kanisius.
________. (2011). Alkitab Deuterokanonika. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.
Leon Dufour, Xavier. (1979). Iman dalam Kitab Suci. (Seri Pastoral No. 3).
Yogyakarta: Pusat Pastoral Yogyakarta.
Martoyoto Wiyono, Aloysius. (2014). Profil Paroki St. Maria Lourdes Sumber
dan Narasi Supervisi. Manuskrip yang berisi tentang profil Paroki dan
bahan supervisi untuk pembelajaran pelayanan tahun 2013-2014 yang
disusun dalam rangka supervisi Paroki St. Maria Lourdes, Sumber pada
tanggal 19 Mei 2014.
Mihalik, Frank. (1998a). 1500 Cerita Bermakna (Jilid I). (F. Rudijanto, MA,
Penerjemah). Bogor: Grafika Mardi Yuana.
________. (1998b). 1500 Cerita Bermakna (Jilid III). (F. Rudijanto, MA,
Penerjemah). Bogor: Grafika Mardi Yuana.
Moleong, Lexy J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Olsthoorn, P. Dr. Martin (1981). Membina Kelompok Kitab Suci yang Anggota-
anggotanya Semakin Terlibat. Dalam Th. Huber (Ed.). Katekese Umat
Hasil Pertemuan Kateketik antar Keuskupan Se-Indonesia II. (hal. 58-
73). Yogyakarta: Kanisius.
Papo, Jakob. (1987). Memahami Katekese. Ende: Nusa Indah.
Pareira, Berthold A. (1979). Katekese dan Kitab Suci. Dalam Th. Huber (Ed.).
Arah Katekese Indonesia??? (hal. 82-93). Yogyakarta: Kanisius.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi III. Jakarta: Balai Pustaka.
Riduwan. (2013). Belajar Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula.
Bandung: Alfabeta.
Setiawan, Ebda. http://kbbi.web.id/penghayatan accessed on May 14, 2014.
Setyakarjana, J.S. (1997). Arah Katekese di Indonesia: Dari Mencari Arah
Ketekese 1976 sampai dengan Pertemuan Katekatik antar Keuskupan
Se-Indonesia VI 1996. Yogyakarta: Pusat Kateketik Yogyakarta.
Shenli, Mario Angelo. (2013). Iman yang Membumi. Fenomena, X, hal. 1.
Sumarno Ds, M. (2012/2013). Pastoral Paroki. Diktat Mata Kuliah Pastoral
Paroki untuk Mahasiswa Semester V, Program Studi Ilmu Pendidikan
dengan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
________. (2013). Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik
Paroki (PPL PAK Paroki). Diktat Mata Kuliah Program Pengalaman
Lapangan Pendidikan Agama Katolik Paroki (PPL PAK Paroki) untuk
Mahasiswa semester VI, Program Studi Ilmu Pendidikan dengan
Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
________. (2013/2014). Pengantar Pendidikan Agama Katolik Paroki). Diktat
Mata Kuliah Pengantar Pendidikan Agama Katolik Paroki untuk
Mahasiswa Semester III, Program Studi Ilmu Pendidikan dengan
Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Sutrisnaatmaka, Mgr. A. M. (2002). Penghayatan Iman Berdasar Wahyu Allah:
Impikasi dan Relevansinya untuk Hidup Dewasa Ini. Dalam L. Madya
Utama, SJ dkk. (Ed.). Dinamika Hidup Beriman. (hal. 45-86).
Yogyakarta: Kanisius.
Sutrisno Hadi. (2004a). Metodologi Research (Jilid 1). Yogyakarta: Andi.
________. (2004b). Metodologi Research (Jilid 2). Yogyakarta: Andi.
Telaumbanua, Marinus. (1999). Ilmu Kateketik: Hakikat, Metode, dan Peserta
Katekese Gerejawi. Jakarta: Obor.
van den End, Th. (1995). Tafsiran Alkitab Surat Roma. Jakarta: PT BPK Gunung
Mulia.
Verlag, Pattloch GmbH & Munich, Co. KG,. (2012) Youcat Indonesia:
Katekismus Populer. (R.D. Yohanes Dwi Harsanto dkk., Penerjemah).
Yogyakarta: Kanisius. (Dokumen asli diterbitkan tahun 2010).
Yohanes Paulus II. (1992). Catechesi Tradendae. (R. Hardawirjana, Penerjemah).
Jakarta: Dokpen KWI. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1979).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(1)
Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Penelitian untuk Pastor Kepala Paroki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
Lampiran 2: Surat Izin Penelitin untuk Ketua Lingkunan St. Yusuf, Berut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
Lampiran 3: Surat Bukti Melaksanakan Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
Lampiran 4: Pedoman Wawancara dengan Ketua Lingkungan St.Yusuf,
Berut
1. Sebutkan batas-batas Lingkungan St. Yusuf, Berut?
2. Bagaimana sejarah Lingkungan St. Yusuf, Berut?
3. Berapa jumlah umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut?
4. Apa pekerjaan umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut?
5. Bagaimana situasi sosial dan ekonomi umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut?
6. Kegiatan apa saja yang sudah terlaksana di Lingkungan? kapan dilakukan?
7. Bagaimana keterlibatan umat dalam kegiatan di Lingkungan?
8. Apa permasalahan yang sering terjadi di Lingkungan St. Yusuf, Berut?
9. Menurut Anda apa itu katekese umat/pendalaman iman?
10. Apa tujuan dari katekese umat/pendalaman iman?
11. Apa isi katekese umat/pendalaman iman yang disampaikan kepada umat?
12. Sarana apa yang digunakan dalam ketekese umat/pendalaman iman?
13. Apa model katekese umat/pendalaman iman yang biasanya digunakan?
14. Apa saja langkah-langkah yang terjadi dalam katekese umat/pendalaman
iman?
15. Bagaimana peran pendamping dalam katekese umat/pendalaman iman?
16. Kapan katekese umat/pendalaman iman dilaksanakan?
17. Dari mana Lingkungan mendapat bahan katekese umat/pendalaman iman?
18. Siapa yang biasanya memimpin/pemandu katekese umat/pendalaman iman?
19. Bagaimana keterlibatan umat dalam mengikuti katekese umat/pendalaman
iman?
20. Apa dukungan Lingkungan terhadap penyelenggaraan katekese umat/
pendalaman iman?
21. Apa hambatan atau kesulitan yang sering dihadapi dalam katekese
umat/pendalaman iman?
22. Apa harapan Anda terhadap penyelenggaraan katekese umat/pendalaman
iman?
23. Apa usulan Anda terhadap penyelenggaraan katekese umat/pendalaman iman
di Lingkungan St. Yusuf, Berut supaya menjadi lebih baik?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
Lampiran 5: Rangkuman Hasil Wawancara dengan Ketua Lingkungan St.
Yusuf, Berut
A. Pelaksanaan
Responden : P. Sugito, Ketua Lingkungan St. Yusuf, Berut
Waktu : 4 November 2014
Tempat : di Rumah Responden
B. Pokok-Pokok Pertanyaan dan Rangkuman Hasil Wawancara
1. Sebutkan batas-batas Lingkungan St. Yusuf, Berut?
Jawaban:
Sebelah Utara: Lingkungan St. Petrus, Ngentak dan St. Paulus, St. Pius,
Diwak,
Sebelah Selatan: Lingkungan St. Thomas, Kalibening,
Sebelah Barat: Lingkungan St. Yulius, Berut,
Sebelah Timur: Lingkungan St. Petrus, Ngentak
2. Bagaimana sejarah Lingkungan St. Yusuf, Berut?
Jawaban:
Dulu Lingkungannya hanya ada satu yaitu Lingkungan St. Yulius, tapi karena
banyak keluarga-keluarga baru maka pada tahun 2005 Lingkungan dibagi
menjadi dua yaitu Lingkungan St. Yulius dan St. Yusuf. Nama St. Yusuf
diambil dari nama baptis seorang tokoh agama yaitu Yusuf Somaatmaja.
3. Berapa jumlah umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut?
Jawaban:
Ada 60 KK dan terdiri dari 187 orang. Lingkungan St. Yusuf, Berut
mayoritas orang dewasa.
4. Apa pekerjaan umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut?
Jawaban:
90% pekerjaan umat sebagai petani dan buruh (mencangkul, tandur, menggali
pasir, buruh pabrik baru, dll) dan beberapa orang sebagai PNS dan pensiunan.
5. Bagaimana situasi sosial dan ekonomi umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut?
Jawaban:
Secara umum situasi sosialnya baik artinya bila ada umat non Katolik yang
kerepotan, orang Katolik juga ikut membantu dan jika orang Katolik yang
kerepotan, orang non Katolik ikut mambantu juga. Dalam organisasi
pedesaan tidak ada pembedaan antara Katolik dan non Katolik misalnya
arisan, Rtnan, kelompok tani). Contoh lain misalnya Lingkungan mempunyai
kesenian, pendiri dan pelatihnya dari orang Katolik, tapi umat Muslim juga
ikut terlibat sebagai peserta. Undangan untuk pertunjukan tidak hanya dalam
acara-acara orang Katolik tapi juga hari-hari besar orang Muslim. Sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
hubungan keduanya menjadi dekat dan erat. Kalau kurbanan, orang Katolik
juga mendapat daging kurban, jika lebaran orang Katolik ikut merayakan dan
saling silaturahmi tanpa memandang agama dan golongan, dan jika
sambatan/kerjabakti, nikahan, orang meninggal semua warga saling
membantu. Ini terlihat jika orang Katolik ada yang meninggal orang Muslim
juga ikut diundang untuk mendoakan yang meninggal dengan cara mereka
yaitu tahlilan dan jika yang meninggal orang Muslim orang Katolik juga
diundang. Situasi ekonomi, termasuk kelas menengah kebawah karena
sebagain besar bekerja sebagai petani dan buruh saja.
6. Kegiatan apa saja yang sudah terlaksana di Lingkungan? kapan dilakukan?
Jawaban:
Ibadat sabda, 1 bulan sekali
Rosario pada bulan Mei dan Oktober
Pendalaman iman saat BKSN bulan September, Adven bulan Desember,
Prapaskah bulan Maret
PIA setiap minggu dibantu oleh beberapa siswa-siswi dari SMA Vanlith
Jalan salib setiap prapaskah
Koor untuk tugas Gereja setiap 10 minggu sekali bekerja sama dengan
Lingkungan St. Yulius, Berut
Novena dilakukan menjelang Pentakosta
Kegiatan Wanita Katolik setiap Senin paing
Kerja bakti membersihkan Gereja
7. Bagaimana keterlibatan umat dalam kegiatan di Lingkungan?
Jawaban:
Umat masih malas dan sibuk dengan urusan masing-masing (mengejar harta
duniawi), umat belum mempunyai “greget” untuk terlibat. Kesadaran umat
sangat kurang. Ada yang aktif tapi ada juga yang masih tidak aktif (belum
merata) ini dapat dilihat dari keterlibatan umat terhadap kegiatan di
Lingkungan misalnya pendalaman iman, kerja bakti untuk Gereja, dll.
8. Apa permasalahan yang terjadi di Lingkungan St. Yusuf, Berut?
Jawaban:
Banyak keluarga-keluarga mengalami permasalahan (perselingkuhan)
Banyak orang muda (OMK) yang menikah di KUA sehingga pindah
agama
Banyak umat yang sibuk mengumpulkan harta sehingga tidak mau
terlibat dalam kegiatan menggereja
Umat susah untuk diajak berkumpul untuk musyawarah membahas
Lingkungan
Adanya ketidakpercayaan umat terhadap salah satu pengurus Lingkungan
9. Menurut Anda apa itu katekese umat/pendalaman iman?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(7)
Jawaban:
Pendalaman iman merupakan proses pembelajaran untuk mengenal akan
Tuhan, penyampaian ajaran Gereja kepada umat. Pendalaman iman
menyampaikan pengalaman kepada umat lain (sesama)
10. Apa tujuan dari katekese umat/pendalaman iman?
Jawaban:
Memperkuat dan menumbuhkan iman umat supaya dapat menghadapi
permasalahan dengan benar
Memperdalam iman dan pengetahuan tentang ajaran Gereja
11. Apa isi katekese umat/pendalaman iman yang disampaikan kepada umat?
Jawaban:
Pendalaman ajaran Gereja
Sharing pengalaman
Ajakan untuk terlibat dalam hidup menggereja untuk memperdalam iman
Mendengarkan pengalaman iman
12. Apa sarana yang digunakan dalam ketekese umat/pendalaman iman?
Jawaban:
Kitab Suci
Pengalaman iman
Buku lagu (Kidung Adi)
Buku panduan
13. Apa model katekese umat/pendalaman iman yang biasanya digunakan?
Jawaban:
Modelnya tidak tentu kadang menggunakan pengalaman tapi kadang
menggunakan Kitab Suci.
14. Apa saja langkah-langkah yang terjadi dalam katekese umat/pendalaman
iman?
Jawaban:
Lagu biasanya hapalan
Doa pembukaan
Pengantar
Bacaan Kitab Suci yang akan dibahas
Pembahasan Kitab Suci
Sharing pengalaman hidup
Rangkuman
Doa umat
Doa penutup dan doa malam
Lagu penutup jika diperlukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(8)
15. Bagaimana peran pendamping dalam katekese umat/pendalaman iman?
Jawaban:
Perannya memimpin doa
Memberikan pengarahan/penjelasan tentang teks Kitab Suci
16. Kapan katekese umat/pendalaman iman dilaksanaka?
Jawaban:
Pendalaman iman biasanya dilaksanakan pada saat BKSN (September),
Adven (Desember) dan Prapaskah (Maret). Kesepakatanya setiap bulan sekali
mengadakan pendalaman iman (minggu pertama doa Rosario, minggu kedua
doa Kerahiman Ilahi, minggu ketiga pendalaman iman, dan minggu ke empat
ibadat bersama).
17. Dari mana Lingkungan mendapat bahan katekese umat/pendalaman iman?
Jawaban:
Bahan dari Gereja atau menyusun sendiri jika diperlukan.
18. Siapa yang biasanya memimpin/pemandu katekese umat/pendalaman iman?
Jawaban:
Yang memimpin biasanya ketua Lingkungan dan prodiakon, sedangkan umat
hanya sebagai peserta karena umat tidak mungkin diberi tugas untuk
memimpin pendalaman iman. Umat dilibatkan dalam proses pendalaman
iman.
19. Bagaimana keterlibatan umat dalam mengikuti katekese umat/pendalaman
iman?
Jawaban:
Umat sebagian besar petani yang kurang pendidikan maka yang aktif itu
hanya sedikit. Sebagian besar hanya sebagai pendengar setia saja. Yang
mempunyai pengalaman iman pun sangat terbatas. Jadi yang aktif
pendalaman iman biasanya orang-orang tertentu saja, hanya biasanya umat
akan aktif dalam doa umat dengan menggunakan bahasa sederhana, dan
dalam nyanyian umat terlibat. Umat yang aktif mengikuti pendalaman iman
biasanya orang dewasa dan orang tua, dan ada juga anak remaja karena
mendapat tugas sekolah.
20. Apa dukungan Lingkungan terhadap penyelenggaraan katekese
umat/pendalaman iman?
Jawaban:
Tersedianya tempat untuk menyelenggarakan pendalaman iman, Lingkungan
tetap memerlukan pendalaman iman walaupun yang datang hanya sedikit.
21. Apa hambatan atau kesulitan yang sering dihadapi dalam katekese
umat/pendalaman iman?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(9)
Jawaban: Umat yang bisa berbicara terbatas sehingga sulit untuk menyampaikan
pengalaman hidup
Kurangnya sarana pendukung/sarana minim
Pesertanya hanya orang-orang tua
Sulit mengajak umat untuk terlibat
Setiap kali pertemuan harus diingatkan dengan cara diajak satu per satu
Karena lelah umat daya tangkapnya kurang
22. Apa harapan Anda terhadap penyelenggaraan katekese umat/pendalaman
iman?
Jawaban: Umat dapat aktif mengikuti kegiatan Lingkungan dengan cara mengikuti
proses pendalaman iman (membangun dan menghidupi Lingkungan)
Umat aktif dalam hidup menggereja
Umat menjadi umat yang berkualitas untuk memperkuat iman
Pendamping dapat memimpin pendalaman iman dengan kreatif
23. Apa usulan Anda terhadap penyelenggaraan katekese umat/pendalaman iman
di Lingkungan St. Yusuf, Berut supaya menjadi lebih baik?
Jawaban: Mencari sarana yang menarik contohnya LCD
Mencetak katekis yang handal
Umat tahu kebutuhan Lingkungan
Ada pembekalan atau pelatihan untuk memimpin pendalaman iman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(10)
Lampiran 6: Kuesioner untuk Penelitian
KUESIONER PENELITIAN SUMBANGAN KATEKESE UMAT
DALAM RANGKA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN
KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YUSUF BERUT, WILAYAH ST.
MARTA SUMBER, PAROKI ST. MARIA LOURDES SUMBER
MAGELANG
__________________________________________________________________
Petunjuk:
Jawablah semua pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda
silang (X)
di depan jawaban yang sesuai dengan situasi yang sesungguhnya.
__________________________________________________________________
A. IDENTITAS DIRI
1. Jenis kelamin Anda?
a. Laki-laki
b. Perempuan
2. Berapa umur Anda?
a. Kurang dari 35 tahun
b. 36-45 tahun
c. 46-55 tahun
d. Lebih dari 56 tahun
3. Apa pendidikan terakhir Anda?
a. SD
b. SMP
c. SMA/SMK
d. Perguruan tinggi
4. Apa pekerjaan Anda sekarang?
a. Petani
b. Buruh/karyawan
c. Wiraswasta
d. PNS
B. PEMAHAMAN UMAT TERHADAP KATEKESE
UMAT/PENDALAMAN IMAN
5. Apa yang Anda ketahui tentang katekese umat/pendalaman iman?
a. Pendalaman Kitab Suci
b. Sharing pengalaman iman
c. Ibadat Sabda
d. Doa Rosario
6. Apa tujuan dari ketekese umat/pendalaman iman?
a. Sharing pengalaman iman antar peserta
b. Mengolah pengalaman hidup melalui terang Kitab Suci
c. Pendewasaaan iman dan kesaksian iman di tengah-tengah masyarakat
d. Berdoa bersama
7. Apa isi dari katekese umat/pendalaman iman yang sejauh ini dilaksanakan?
a. Pengalaman hidup sehari-hari
b. Pengalaman iman Gereja yang ada di dalam Kitab Suci
c. Ajaran Gereja tentang dokumen Gereja
d. Doa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(11)
8. Sarana apa saja yang selama ini digunakan dalam katekese umat/pendalaman
iman?
a. Teks Kitab Suci yang akan dibahas
b. Buku lagu dan buku doa
c. Buku panduan
d. Sarana dari kreatifitas pendamping
9. Apa model katekese umat/pendalaman iman yang digunakan di Lingkungan
Anda?
a. Menggali pengalaman hidup
b. Pendalaman Kitab Suci
c. Sarasehan
d. Doa bersama
10. Bagaimana langkah-langkah yang terjadi dalam katekese umat/pendalaman
iman di Lingkungan Anda?
a. Pembukaan, pembacaan teks Kitab Suci, cerita pengalaman hidup
berdasarkan Kitab Suci, pendalaman pengalaman hidup dan Kitab Suci,
doa umat dan penutup
b. Pembukaan, pengalaman hidup umat, mendalami teks Kitab Suci,
menerapkan iman Kristiani dalam situasi umat dan mengusahakan suatu
aksi konkret dalam kehidupan, doa umat dan penutup
c. Pembukaan, pembacaan teks Kitab Suci, doa umat dan doa penutup
d. Pembukaan, pembacaan teks Kitab Suci, pendalaman Kitab Suci,
pendalaman pengalaman hidup, penerapan iman Kristiani, doa umat dan
penutup
11. Apakah tema katekese umat/pendalaman iman sesuai dengan situasi dan
kondisi umat?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
12. Siapa yang memimpin katekese umat/pendalaman iman selama ini?
a. Ketua Lingkungan
b. Prodiakon
c. Umat yang ditunjuk
d. Umat secara bergantian
C. KETERLIBATAN UMAT DALAM KATEKESE
UMAT/PENDALAMAN IMAN
13. Apakah Anda mengikuti katekese umat/pendalaman iman?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
14. Apakah Anda tertarik mengikuti katekese umat/pendalaman iman?
a. Sangat tertarik
b. Tertarik
c. Kurang tertarik
d. Tidak tertarik
15. Apa motivasi Anda mengikuti ketekese umat/pendalaman iman?
a. Kebutuhan dan kerinduan akan sabda Tuhan
b. Ingin berkumpul bersama
c. Memperdalam iman
d. Keterpaksaan atau ikut-ikutan
16. Bagaimana sikap Anda dalam mengikuti katekese umat/pendalaman iman?
a. Diam saja atau pasif
b. Berbicara jika ditunjuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(12)
c. Mengikuti arahan pendamping
d. Aktif dengan terlibat dalam proses pendalaman iman
17. Bagaimana situasi umat dalam mengikuti kegiatan katekese umat/pendalaman
iman di Lingkungan Anda?
a. Umat terlibat aktif
b. Umat sebagai peserta mengikuti alur yang diarahkan pendamping
c. Umat pasif dan cuek
d. Umat kurang menciptakan suasana kebersama
D. HAMBATAN YANG TERJADI DALAM KATEKESE
UMAT/PENDALAMAN IMAN
18. Apa hambatan yang Anda alami selama mengikuti katekese umat/pendalaman
iman?
a. Kesulitan untuk memahami proses pendalaman iman
b. Kesulitan untuk mengungkapkan pengalaman hidup
c. Kesulitan untuk merenungkan/merefleksikan pengalaman hidup
d. Kesulitan untuk menanggapi pokok pembicaraan
19. Apa hambatan yang Anda rasakan dari pihak Lingkungan berkaitan dengan
pelaksanaan katekese umat/pendalaman iman?
a. Pendamping kurang kreatif sehingga terpaku pada teks
b. Pendamping kurang mempunyai pengetahuan cukup tentang bahan
pendalaman iman
c. Kurangnya dukungan dari Lingkungan
d. Tidak tersedianya tempat untuk melakukan pendalaman iman
20. Apa hambatan dalam diri Anda untuk mengikuti katekese umat/pendalaman
iman?
a. Kesibukan
b. Kurang peduli/malas
c. Memiliki masalah pribadi
d. Lelah setelah seharian bekerja
21. Apa hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan katekese umat/pendalaman
iman?
a. Penggunaan waktu untuk pendalaman iman terlalu lama
b. Kesepakatan waktu untuk pendalaman iman terlalu malam
c. Tercipta suasana emosional yang tidak mendukung
d. Tercipta Lingkungan fisik yang kurang mendukung
E. DUKUNGAN TERHADAP KATEKESE UMAT/PENDALAMAN
IMAN
22. Berapakah waktu yang ideal/cocok untuk katekese umat/pendalaman iman?
a. Kurang dari 60 menit
b. 60 menit-90 menit
c. 90 menit-120 menit
d. Lebih dari 120 menit
23. Apa dukungan Lingkungan yang Anda rasakan selama mengikuti katekese
umat/pendalaman iman?
a. Menyediakan tempat
b. Menyediakan sarana pendukung
c. Adanya pendamping/pemandu pendalaman iman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(13)
d. Menyediakan dana
24. Apa dukungan dalam diri Anda untuk mengikuti katekese umat/pendalaman
iman?
a. Mempunyai waktu luang untuk mengikuti pendalaman iman
b. Mempunyai kesadaran diri untuk terlibat aktif dalam mengikuti
pendalaman iman
c. Mempunyai kerinduan untuk dekat dengan Sabda Allah
d. Keterbukaan untuk menyediakan tempat untuk pandalaman iman
F. HARAPAN TERHADAP KATEKESE UMAT/PENDALAMAN IMAN
25. Apa harapan Anda terhadap katekese umat/pendalaman iman yang akan
datang?
a. Pendalaman iman dikemas dengan menarik
b. Menggunakan sarana pendukung
c. Menjawab kebutuhan umat
d. Menciptakan suasana yang menyenangkan penuh persaudaraan
26. Apa harapan Anda terhadap proses katekese umat/pendalaman iman?
a. Umat terlibat aktif sehingga dapat memahami materi pendalaman iman
b. Tercipta suasana yang bersahabat (saling menghormati)
c. Isi sesuai dengan kebutuhan umat
d. Dapat disusun secara menarik sehingga dapat hidup
27. Apa harapan Anda terhadap pendamping katekese umat/pendalaman iman?
a. Pendamping lebih kreatif dan aktif melibatkan semua umat
b. Pendamping memiliki pengetahuan yang cukup
c. Pendamping terampil dalam berkomunikasi
d. Pendamping terampil dalam berefleksi (mengolah pengalaman hidup
menjadi kesaksian iman)
28. Bagaimana pendalaman iman yang menarik bagi Anda?
a. Menjawab kebutuhan umat
b. Dapat menantang umat untuk menghadapi perkembangan zaman dan
permasalahanya
c. Dapat mengajak umat terlibat aktif dalam proses pendalaman iman
d. Dapat mengajak umat terlibat aktif dalam hidup menggereja dan
masyarakat
G. USULAN TERHADAP KATEKESE UMAT/PENDALAMAN IMAN
29. Apa usulan Anda untuk katekese umat/pendalaman iman yang akan datang?
a. Menyediakan sarana dan metode menarik
b. Adanya pelatihan untuk para pendamping/pemandu pendalaman iman
c. Pendamping kreatif sehingga terjadi komunikasi iman
d. Menciptakan suasana yang mendukung (kekeluargaan, persahabatan, dan
saling terbuka)
30. Apa tema yang menarik bagi Anda yang diangkat dalam katekese
umat/pendalaman iman yang akan datang?
a. Lingkungan hidup
b. Kesetaraan gender
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(14)
c. Memperjuangkan keadilan
d. Membangun kebersamaan
31. Apa usulan Anda untuk pendamping katekese umat/pendalaman iman?
a. Pendamping dapat membangkitkan suasana kekeluargaan dan
persahabatan
b. Pendamping menguasai bahan dan dapat menyajikan materi dengan
menarik
c. Pendamping menggunakan bahasa yang sederhana
d. Pendamping dapat menjadi motivator umat
H. PEMAHAMAN UMAT TERHADAP IMAN
32. Apa arti dari iman?
a. Gambaran hubungan manusia dengan Tuhan dan tanggapan manusia akan
wahyu-Nya
b. Tanggapan manusia akan wahyu-Nya
c. Sikap penyerahan diri secara total kepada Allah
d. Memberi kepercayakan kepada Allah untuk memimpin hidup manusia
33. Apakah iman harus diwujudnyatakan dalam tindakan konkret?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
34. Apakah selama ini Anda mewujudkan iman dalam sikap, tindakan, dan
ucapan di kehidupan sehari-hari?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
I. PENGHAYATAN IMAN KATOLIK DALAM KATEKESE
UMAT/PENDALAMAN IMAN
35. Apakah Anda merefleksikan/merenungkan pengalaman hidup yang sudah
dialami?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
36. Berdasarkan pengalaman hidup (menyenangkan dan tidak menyenangkan)
Anda menemukan makna/arti yang terkandung di dalamnya.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
37. Apakah Anda menemukan nilai-nilai Kitab Suci yang menegur,
memperteguhkan, atau mengokohkan iman?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
38. Apakah materi katekese umat/pendalaman iman membantu Anda dalam
memahami keadaaan atau situasi hidup anda?
a. Sangat membantu
b. Membantu
c. Kurang membantu
d. Tidak membantu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(15)
J. PERWUJUDAN IMAN KATOLIK DALAM KATEKESE UMAT/
PANDALAMAN IMAN
39. Apakah Anda menciptakan suasana kekeluargaan dalam proses ketekese
umat/pendalaman iman?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang
40. Apakah Anda terbuka terhadap pendapat dan sharing pangalaman iman dari
umat lain?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
41. Apa yang Anda lakukan dalam proses katekese umat/pendalaman iman untuk
mendukung penghayatan iman?
a. Tidak menghakimi pendapat orang lain
b. Terlibat aktif dalam proses katekese umat
c. Terbuka terhadap diri sendiri dan sesama
d. Memperhatikan penjelasan dan pengarahan pendamping
42. Apakah Anda dapat merasakan kehadiran Allah setelah atau selama
mengikuti proses ketekese umat/pendalaman iman?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
43. Setelah mengikuti proses katekese umat/pendalaman iman Anda mempunyai
keputusan untuk melaksanakan niat-niat yang Anda bangun sebagai wujud
pertobatan.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
K. PERAN KATEKESE UMAT/PENDALAMAN IMAN DALAM
RANGKA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN KATOLIK
44. Apa manfaat yang Anda peroleh setelah mengikuti katekese umat/
pendalaman iman?
a. Menambah pengetahuan tentang ajaran Gereja dan nilai-nilai dalam Kitab
Suci
b. Menguatkan dan meneguhkan iman untuk bersaksi dalam kehidupan
sehari-hari
c. Menjadi lebih peduli dengan sesama
d. Tidak tahu
45. Apakah katekese umat/pendalaman iman membantu Anda dalam
pengahayatan iman katolik?
a. Sangat membantu
b. Membantu
c. Kurang membantu
d. Tidak membantu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(16)
46. Apa peran katekese umat/pendalaman iman dalam rangka meningkatkan penghayatan
iman katolik?
a. Memberikan pengetahuan tentang ajaran Gereja dan nilai-nilai Kitab Suci
b. Untuk mempermudah umat mendalami pengahayatan iman katolik
c. Membantu umat untuk memahami nilai-nilai Kitab Suci dalam pengalaman hidup
d. Untuk menghantar umat pada kepenuhan hidup bersama Kristus
47. Apa hasil yang Anda peroleh selama mengikuti katekese umat/pendalaman iman?
a. Menemukan makna pengalaman hidup
b. Dapat merefleksikan pengalaman hidup sehingga dapat bersaksi kepada sesama di
tengah masyarakat
c. Terbuka terhadap kehadiran Allah dalam kehidupan
d. Biasa saja
48. Apa pengaruh yang Anda rasakan selama mengikuti katekese umat/pendalaman iman
dalam meningkatkan penghayatan iman katolik?
a. Iman semakin diteguhkan dan dikuatkan
b. Berani untuk bersaksi kepada sesama
c. Menjadi peduli terhadap keadaan sesama
d. Biasa saja
49. Menutut Anda, mana proses katekese umat/pendalaman iman yang dapat meningkatkan
penghayatan iman katolik?
a. Saling membagikan pengalaman iman
b. Merefleksikan pengalaman hidup dalam terang Kitab Suci
c. Menerapkan iman Kristiani dan mengusahakan suatu aksi konkrit yang akan dilakukan
d. Merefleksikan pengalaman hidup dalam terang Kitab Suci dan melaksanakan aksi
konkrit dalam kehidupan sebagai perwujudan iman
50. Apa yang Anda alami dan Anda rasakan setelah mengikuti katekese umat/pendalaman
iman di Lingkungan?
a. Merasa terbantu untuk semakin mengenal pribadi Yesus dan diri pribadi sehingga
mengembangkan/memperdalam iman
b. Merasa tertarik untuk mengikuti pendalaman iman yang akan datang
c. Merasa terganggu karena waktu untuk keluarga/pribadi menjadi berkurang
d. Biasa saja
----------TERIMA KASIH-------
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(17)
Lampiran 7: Contoh Isian Kuesioner Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(18)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(19)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(20)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(21)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(22)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(23)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(24)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(25)
Lampiran 8: Kumpulan Lagu-lagu
Lagu pembukaan: “Dalam Yesus Kita Bersaudara”
Dalam Yesus kita bersaudara (3X)
Sekarang dan selamanya
Dalam Yesus kita bersaudara
Dalam Yesus kita bersatu (3X)
Sekarang dan selamanya
Dalam Yesus kita bersatu
Lagu penutup : “Hari ini Ku Rasa Bahagia”
Hari ini kurasa bahagia
Berkumpul bersama saudara seiman
Tuhan Yesus t’lah satukan kita
Tanpa memandang di antara kita
Bergandengan tangan
dalam kasih dalam satu hati
Berjalan dalam terang kasih Tuhan
Kau sahabatku
Kau saudaraku
Tiada yang dapat memisahkan kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(26)
Lampiran 9: Cerita : Daun-daun dan Orang
“Daun-daun dan Orang”
Yang paling penting dari sebuah pohon adalah daun-daunnya. Anda bisa
memiliki batang pohon dan cabang-cabangnya, tapi jika tidak ada daunnya maka
pohon itu adalah pohon mati atau tidak produksi. Daun adalah bengkel dari
sebuah pohon.
Dalam satu kelompok atau organisasi, para anggotanya bisa disamakan
dengan daun-daun pada sebuah pohon. Sama seperti ada ratusan jenis daun maka
ada banyak jenis manusia: yang berguna, yang berfungsi sebagai hiasan, berduri,
bisa dimakan, bisa untuk obat, harum, dan beragam bentuk dan ukurannya.
Selembar daun adalah satu unit kerja. Jika ia tidak bekerja dan memproduksi,
maka pohon itu sendiri memotong saluran hidupnya. Daun membutuhkan air dari
akar pohon dan cahaya matahari dari atas. Melalui warna hijau pada daun, ia
memproduksi air dan gula yang disimpan di dalam akar dan kemudian menjadi
makanan seperti kentang dan sebagainya.
Jika Anda menghalangi sinar matahari dari daun maka ia akan mati. Ia mati
karena ia tidak bisa bekerja dan memproduksi. Jika Anda tidak mengairinya maka
ia akan mati juga...karena ia tidak bisa bekerja. Dan sekali lagi, jika karena satu
dan lain hal tidak dapat berproduksi, maka pohon itu akan menggugurkan
daunnya, daun itu tidak berguna, berproduktif.
Orang dalam organisasi bisa disamakan dengan daun-daun itu, tanpa mereka
kelompok bisa saja mempunyai ketua dan beberapa kepala seksi, tapi tidak
mempunyai anggota.
Dalam kehidupan rohani, seperti halnya dengan daun dalam ilmu tumbuhan
(botani), kita memerlukan kekuatan dari bawah dan dari atas. Kita adalah
manusia; kita membutuhkan bumi dan kehidupan; tetapi kita juga memerlukan
rahmat Tuhan dari atas. Tanpa hal ini kita tidak bisa menghasilkan buah.
Mihalik, Frank. (2008). 1500 Cerita Bermakna (Jilid I). Obor: Jakarta,
hal.182-183.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Recommended