View
4
Download
2
Category
Preview:
DESCRIPTION
tht
Citation preview
No. ID dan Nama Peserta : dr. Rosmainar
No. ID dan Nama Wahana: RSUD Sinjai
Topik: Mastoiditis Kronik
Tanggal (kasus) : 29-09-2014
Nama Pasien : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 26 tahun
No. RM: 06 49 64
Tanggal presentasi : 11-12-2014 Pendamping:
dr.Hj. Indo Sakka, Sp.THT-KL,M.Kes
Tempat presentasi:
Obyek presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi:
Demam sejak 1 minggu yang lalu SMRS,
Sakit kepala (+), terasa seperti tertusuk-tusuk pada seluruh bagian kepala dan tidak
membaik dengan minum obat
Riw. Keluar darah dari telinga kiri
Mual (+), muntah (-)
Nyeri ulu hati (-)
Riwayat sakit sebelumnya (+) pada tahun 2013
BAB: belum biasa
BAK: lancar, warna kuning
Tujuan: : Menegakkan diagnosis Mastoiditis Kronik dan penataksanaan
Bahan bahasan:
Tinjauan pustaka
Riset Kasus Audit
Cara membahas:
Diskusi Presentasi dan diskusi
E-mail Pos
Data Pasien: Nama: Tn. S No.Registrasi: 06 49 64
Nama klinik RSUD Sinjai
Data utama untuk bahan diskusi:
Demam sejak 1 minggu yang lalu SMRS,
Sakit kepala (+), terasa seperti tertusuk-tusuk pada seluruh bagian kepala dan tidak membaik
dengan minum obat
Riw. Keluar darah dari telinga kiri
Mual (+), muntah (-)
Nyeri ulu hati (-)
Riwayat sakit sebelumnya (+) pada tahun 2013
BAB: belum biasa
BAK: lancar, warna kuning
Pemeriksaan Fisis
Stasus Generalis: sakit sedang/ Gizi cukup/ sadar
Status Vitalis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 92 x/menit, regular, kuat angkat
Pernafasan : 20 x/menit, BP: tipe thoracoabdiominal
Suhu : 38,0 C
Status lokalis:
Kepala : konjungtiva anemis : -/-
Sklera Ikterus : -/-
Bibir Sianosis : -
Leher : Nyeri Tekan : -
Massa tumor : -
Pembesaran KGB : -
Paru-Paru
Inspeksi : Simetris kiri=kanan
Palpasi : MT(-), NT(-), VF kanan = kiri
Perkusi : Sonor kanan = kiri
Auskultasi : BP: vesikulerr, Rh -/-, Wheezing -/-
Cor : dalam batas normal
Abdomen :
Inspeksi: datar, ikut gerak napas
Auskultasi: peristaltik (+) kesan normal
Palpasi: Nyeri tekan (-)
Perkusi: nyeri ketok (-)
Ekstremitas : dbn
Daftar Pustaka
1.
Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:
1. Subyektif:Demam sejak 1 minggu yang lalu SMRS,
Sakit kepala (+), terasa seperti tertusuk-tusuk pada seluruh bagian kepala dan tidak
membaik dengan minum obat
Riw. Keluar darah dari telinga kiri
Mual (+), muntah (-)
Nyeri ulu hati (-)
Riwayat sakit sebelumnya (+) pada tahun 2013
BAB: belum biasa
BAK: lancar, warna kuning
2. Obyektif:Pemeriksaan Fisis
Stasus Generalis: sakit sedang/ Gizi cukup/ sadar
Status Vitalis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 92 x/menit, regular, kuat angkat
Pernafasan : 20 x/menit, BP: tipe thoracoabdiominal
Suhu : 38,0 C
Status lokalis:
Kepala : konjungtiva anemis : -/-
Sklera Ikterus : -/-
Bibir Sianosis : -
Leher : Nyeri Tekan : -
Massa tumor : -
Pembesaran KGB : -
Paru-Paru
Inspeksi : Simetris kiri=kanan
Palpasi : MT(-), NT(-), VF kanan = kiri
Perkusi : Sonor kanan = kiri
Auskultasi : BP: vesikulerr, Rh -/-, Wheezing -/-
Cor : dalam batas normal
Abdomen :
Inspeksi: datar, ikut gerak napas
Auskultasi: peristaltik (+) kesan normal
Palpasi: Nyeri tekan (-)
Perkusi: nyeri ketok (-)
Ekstremitas : dbn
3. Pendekatan DiagnosisDefinisi:
EtiologiKuman :
- Streptococcus hemolyticus (60%)
- Pneumococcus (30%)
- Stapyilococcus aureus / albus
- Streptococcus viridans
- H. Influenza
Mastoiditis terjadi karena Streptococcus ß hemoliticus / pneumococcus. Selain itu kurang
dalam menjaga kebersihan pada telinga seperti masuknya air ke dalam telinga serta
bakteri yang masuk dan bersarang yang dapat menyebabkan infeksi traktus respiratorius.
Pada pemeriksaan telinga akan menunjukkan bahwa terdapat pus yang berbau busuk
akibat infeksi traktus respiratorius.
Patofisiologi
Mastoiditis adalah hasil dari infeksi yang lama pada telinga tengah, bakteri yang didapat
pada mastoiditis biasanya sama dengan bakteri yang didapat pada infeksi telinga tengah.
streptococcus aureus adalah beberapa bakteri yang paling sering didapatkan pada infeksi
ini. Seperti telah disebutkan diatas, bahwa keadaan-keadaan yang menyebabkan
penurunan dari system imunologi dari seseorang juga dapat menjadi faktor predisposisi
mastoiditis. Seperti semua penyakit infeksi, beberapa hal yang mempengaruhi berat dan
ringannya penyakit adalah faktor tubuh penderita dan faktor dari bakteri itu sendiri. Dapat
dilihat dari angka kejadian anak-anak yang biasanya berumur di bawah dua tahun, pada
usia inilah imunitas belum baik. Beberapa faktor lainnya seperti bentuk tulang, dan jarak
antar organ juga dapat menyebabkan timbulnya penyakit. Faktor-faktor dari bakteri sendiri
adalah, lapisan pelindung pada dinding bakteri, pertahanan terhadap antibiotic dan
kekuatan penetrasi bakteri terhadap jaringan keras dan lunak dapat berperan pada berat
dan ringannya penyakit. Keradangan pada mukosa kavum timpani pada otitis media
supuratif akut dapat menjalar ke mukosa antrum mastroid. Bila terjadi gangguan pengaliran
sekret melalui aditus ad antrum dan epitimpanum menimbulkan penumpukan sekret di
antrum sehingga terjadi empiema dan menyebabkan kerusakan pada sel – sel mastoid.
Timbul dari infeksi yang berulang dari Otitis Media Akut. Faktor-faktor yang menyebabkan
timbulnya infeksi berulang.
1. Eksogen : infeksi dari luar melalui perforasi membran timpani.
2. Rinogen : dari penyakit rongga hidung dan sekitarnya.
3. Endogen : alergi, DM, TBC paru.
Seperti pada kebanyakan proses menular, Microbial host dan mempertimbangkan faktor-
faktor dalam evaluasi mastoiditis akut. Host faktor termasuk mucosal imunologi, sementara
tulang anatomi, dan sistemik imunitas, sedangkan Microbial faktor termasuk lapisan
pelindung, antimicrobial tahan, dan kemampuan yang pathogen menembus ke jaringan
lokal atau kapal (yakni, invasi jenis).
1. Host faktor
Sebagian besar anak-anak dengan mastoiditis akut yang lebih muda dari 2 tahun dan ada
sedikit sejarah yg di atas otitis media. Pada usia ini, sistem kekebalan yang relatif belum
dewasa, terutama dalam hal-nya kemampuan untuk menanggapi tantangan dari
polysaccharide antigens.
2. Anatomi
Mastoid yang berkembang dari outpouching sempit dari belakang epitympanum dinamakan
aditus iklan antrum. Pneumatization berlangsung sesaat setelah melahirkan, setelah
menjadi telinga yg bercampur dgn udara. Proses ini selesai pada saat seorang individu
yang berusia 10 tahun. Mastoid udara sel dibuat oleh invasi dari epithelial berkerut sacs
antara spicules baru dan tulang oleh degenerasi dan redifferentiation sumsum tulang yang
ada spasi. Daerah lain yang sementara tulang, termasuk kaku dan apex zygomatic akar,
pneumatize mirip. The antrum, mirip dengan sel udara mastoid, berkerut adalah dengan
respiratory epithelium yang swells di hadapan infeksi. Blockage dari antrum oleh inflamed
mucosa entraps infeksi di udara sel oleh inhibiting drainase dan precluding kembali
aeration dari tengah-sisi telinga. Mastoid yang dikelilingi oleh burit berhubung dgn
tengkorak lekuk, di tengah berhubung dgn tengkorak lekuk, di kanal yang facial nerve, yang
sigmoid dan lateral sinuses, dan kaku yang sementara ujung tulang. Mastoiditis dapat
melongsorkan melalui antrum dan memperpanjang atas situs menyebelah di atas,
menyebabkan klinis signifikan sifat mudah kena sakit dan penyakit mengancam hidup.
3. Pergabungan
Persistent infeksi akut dalam rongga mastoid dapat mengakibatkan rarifying osteitis, yang
menghapuskan trabeculae bertulang yang membentuk sel mastoid; karena itu, istilah
coalescent mastoiditis digunakan. Coalescent mastoiditis pada dasarnya adalah sebuah
empyema dari keduniaan tulang itu, kecuali dengan kemajuan yang ditangkap, baik melalui
alam habis antrum menyebabkan spontan resolusi atau habis unnaturally ke permukaan
mastoid, kaku apex, intracranial atau ruang untuk membuat komplikasi lebih lanjut. Lainnya
sementara tulang atau dekat struktur, seperti facial nerve, labirin, atau berkenaan dgn urat
darah halus sinuses, dapat melibatkan diri. Mastoiditis dapat ditangkap pada titik apapun.
Itu berlangsung dalam 5 tahapan, yaitu:
1. Tahap 1 – Hyperemia dari mucosal lining dari sel udara mastoid
2. Tahap 2 – Transudation dan pengeluaran dari cairan dan / atau nanah di dalam sel
3. Tahap 3 – kebekuan tulang yang disebabkan oleh hilangnya vascularity yang septa
4. Tahap 4 – Cell dinding dengan kerugian peleburan menjadi abscess cavities
5. Tahap 5 – Ekstensi dari kobaran proses ke daerah berdekata
Manifestasi klinis1. Febris/subfebris
2. Nyeri pada telinga
3. Hilangnya sensasi pendengaran
4. Bahkan kadang timbul suara berdenging pada satu sisi telinga (dapat juga pada sisi
telinga yang lainnya)
5. Kemerahan pada kompleks mastoid
6. Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lender Dari keluhan penyakit didapatkan keluarnya cairan dari dalam telinga yang selama lebih
dari tiga minggu, hal ini menandakan bahwa pada infeksi telinga tengah sudah melibatkan
organ mastoid. Gejala demam biasanya hilang dan timbul, hal ini disebabkan infeksi telinga
tengah sebelumnya dan pemberian antibiotik pada awal-awal perjalanan penyakit. Jika
demam tetap dirasakan setelah pemberian antibiotik maka kecurigaan pada infeksi
mastoid lebih besar. Rasa nyeri biasanya dirasakan dibagian belakang telinga dan
dirasakan lebih parah pada malam hari, tetapi hal ini sulit didapatkan pada pasien-pasien
yang masih bayi dan belum dapat berkomunikasi. Hilangnya pendengaran dapat timbul
atau tidak bergantung pada besarnya kompleks mastoid akibat infeksi.
1.Anamnesis- Otorea terus menerus/kadang kambuh lebih dari 6-8 minggu.
- Pendengaran menurun (tuli).
2.Pemeriksaan.
1) Tipe Tubo Timpani (hipertropi, benigna).
- Perforasi sentral.
- Mukosa menebal.
- Audiogram : tuli konduktif .
- X-foto mastoid : sklerotik (pengerasan tulang).
2) Tipe Degeneratif
- Perforasi sentral besar.
- Granulasi/polip pada mukosa cavum timpani.
- Audiogram : tuli konduktif/campuran
- X – foto mastoid : sklerotik.
3) Tipe Metaplastik (atikoantral maligna)
- Perforasi atik/marginal.
- Terdapat Kolesteatom
- Destruksi tulang pada margotimpani
- Audiogram : tuli konduktif/campuran
- X-foto mastoid : sklerotik.
4) Tipe Campuran (degeneratif metaplastik)
– Perporasi marginal besar atau total.
– Granulasi dan kolesteatom.
– Audiogram : Tuli konduktif/campuran.
– X-Foto mastoid : sklerotik/rongga.
3.Pemeriksaan tambahan : pembuatan audiogram dan X-foto mastoid.
TatalaksanaPengobatan dengan obat-obatan seperti antibiotik, anti nyeri, anti peradangan dan lain-
lainnya adalah lini pertama dalam pengobatan mastoiditis. Tetapi pemilihan anti bakteri
harus tepat sesuai dengan hasil test kultur dan hasil resistensi. Pengobatan yang lebih
invasif adalah pembedahan pada mastoid. Bedah yang dilakukan berupa bedah terbuka,
hal ini dilakukan jika dengan pengobatan tidak dapat membantu mengembalikan ke fungsi
yang normal.
Manifestasi klinik mastoiditis meliputi adanya pembengkakkan dibelakang telinga dan rasa
sakit pada saat pergerakan minimal dari tragus, pinna atau kepala. Selulitis timbul di kulit
atau di kulit kepala luar selama proses mastoid berlangsung. Pada pemeriksaan otostopik
ditemukan adanya warna merah, membran timpani yang tidak bergerak dengan atau tanpa
per-forasi. Nodes limpa postauricular teraba lembut dan membesar.
penatalaksanaan medis dari mastoiditis adalah :
1. KolaborasiBerdasarkan tipenya, penatalaksanaan terapi dapat dibagi sebagai berikut:
Pemeriksaan :
a. Tipe Tubo Timpani (hipertropi, benigna).
Perforasi sentral.
Mukosa menebal.
Audiogram; tuli konduktif dengan “air bone gap” sebesar 30 dB.
X-foto mastoid: sklerotik.
b. Tipe Degeneratif
Perforasi sentral besar.
Granulasi/polip pada mukosa cavum timpani.
Audiogram: tuli konduktif/campuran dengan penurunan 50-60 dB.
X-foto mastoid: sklerotik.
c. Tipe Metaplastik (atikoantral maligna)
Perforasi atik/marginal.
Terdapat Kolesteatom
Destruksi tulang pada margotimpani
Audiogram: tuli konduktif/campuran dengan penurunan 30 atau lebih.
X-foto mastoid: sklerotik.
d. Tipe Campuran (degeneratif metaplastik)
Perporasi marginal besar atau total.
Granulasi dan kolesteatom.
Audiogram : Tuli konduktif/campuran dengan penurunan 60 dB asal lebih.
X-Foto mastoid sklerotik/rongga.
2. Penatalaksanaan PembedahanTindakan pembedahan untuk membuang jaringan yang terinfeksi diperlukan jika tidak ada
respon terhadap pengobatan antibiotik selama beberapa hari. Mastoidektomy radikal/total
yang sederhana atau yang dimodifikasi dengan tympanoplasty dilaksanakan untuk memu-
lihkan ossicles dan membran timpani sebagai suatu usaha untuk memulihkan
pendengaran. Seluruh jaringan yang terinfeksi harus dibuang sehingga infeksi tidak
menyebar ke bagian yang lain.
3. Prosedur OperatifPada awalnya tindakan pembedahan dilakukan hanya bila di telinga tengah dan tuba
eusthacia bebas dari infeksi. Apabila terjadi infeksi, maka hasil dari tindakan
graft/pemindahan kulit kemungkinan besar menjadi infeksi dan tidak sembuh sebagaimana
mestinya. Pada pembedahan membran timpani dan ossicles mengharuskan penggunaan
mikroskop dan dipertimbangkan sebagai prosedur yang sulit. Anestesi lokal dapat
digunakan meskipun yang sering dipilih adalah anestesi general untuk mencegah klien
agar tidak cepat sadar.
Ahli bedah dapat memperbaiki membran timpani dengan menggunakan bahan-bahan
seperti otot fascia temporal, mengambil bagian yang tebal untuk dilakukan skin graft dan
jaringan vena. Apabila ossicles rusak, tindakan yang lebih ekstensif harus diambil untuk
memperbaiki atau mengganti tulang yang kecil tersebut. Ahli bedah menjangkau ossicles
dengan salah satu dari 3 cara berikut ini:
1. Pendekatan Transkanal (Transcanal Approach).
2. Insisi Endaural (Endaural Incision).
3. Mengarahkan Postauricular melalui Mastoidektomi (The Postauricular Route via
Mastoidectomy).
Ahli bedah kemudian membuang jaringan penyakit dan membersihkan rongga telinga te-
ngah. Tingkat kerusakan ossicles dikaji dengan teliti agar dapat diperbaiki atau diganti jika
perlu. Ahli bedah menggunakan kartilago autogenous atau tulang, ossicles pada mayat
(cadaver), kawat stainless steel atau komponen polytetrafluoroethylene (teflon) untuk
memperbaiki atau mengganti ossicles.
Antibiotika: ampisilin/amoxillin (3-4 x 500 mg oral), klindamisin (3×150 mg – Perawatan
lokal dengan Perhidrol 3 % dan tetes telinga Chloramphenicol
Komplikasi :
1. Abses retro aurikula
2. Paresis/paralisis syaraf fasialis
3. Labirintitis
4. Komplikasi intra kranial: meningitis, abses extra dural, abses otak.
4. Rencana Penatalaksanaan
Anjuran: pemeriksaan laboratorium, PTA, operasi Mastoidektomi radikal sinistra
Diagnosis: Mastoiditis Kronik
Penatalaksanaan IVFD RL 28 tpm
Ceftriaxone 2gr/12j/iv
Metronidazole 500/8j/iv
Dexametason 1g/8j/iv
Ranitidine ig/12j/iv
Recommended