View
19
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
tok
Citation preview
POTRET KEMISKINAN DI WILAYAH TOMANG
TUGAS MATAKULIAH : KEMISKINAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMIDOSEN: RINALDI RUSTAM SE,ME
Disusun oleh:ROGHIEBAH JADWA FARADISI023050693SILVIA NOVITASARI022080256GARINDRA LAKSIDA022090093
FAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS TRISAKTI2013
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan petunjuk kepada kami sehinggadapat menyelesaikan makalah yang berjudul POTRET KEMISKINAN DI WILAYAH TOMANG pada mata kulliah Kemiskinan danPembangunan Ekonomi dengan baik.Dalam penulisan makalah ini kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Sumiyarti, SE. ME. selaku dosen pembimbing mata kuliah Kemiskinan dan Pembangunan Ekonomi., Sehingga kami selaku mahasiswa/i dapat sedikit demi sedikit memahami materi-materi yang telah disampaikan secara bertahap mengikuti silabus yang telah disusun pada awal pertemuan kuliah.Akhirnya dalam penyusunan makalah ini tentunya masih terdapat kesalahan baik dari segi penulisan kata maupun penggunaan istilah, untuk itu kritik dan sarannya sangat kami harapkan dari pembaca guna perbaikan makalah ini.Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta , Juni 2014
Penulis
BAB IPENDAHULUAN
Latar BelakangTujuan akhir pembangunan nasional adalah mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Karena ini merupakan sila terakhir pancasila, maka kita selalu menekankan bahwa setiap upaya pembangunan harus selalu merupakan upaya pengamalan pancasila. Mengamalkan pancasila sebagai ideology bangsa berarti bahwa setiap sila harus dapat kita amalkan yaitu: sila pertama dan kedua sebagai landasan moralnya, sila ketiga dan sila keempat sebagai cara atau metode kerjanya, dan sila kelima sebagai tujuan akhir dari pengamalannya.Tidak diragukan bahwa pembangunan nasional kita dewasa ini memang masih belum sampai pada tujuan akhir yaitu keadilan sosial, karena kemakmuran (nominal) masyarakat yang meskipun rata-rata sudah meningkat 10-15 kali dalam periode hamper 30 tahun, belum dinikmati oleh semua orang secara benar-benar merata. Bahkan ada ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial yang besar antara mereka yang kaya, yang sudah mampu menikmati kemakmuran dan kesejahteraan yang tinggi, dengan mereka yang masih pada tahap rata-rata atau bahkan dibawah rata-rata. Dan di bawah tingkat pendapatan rata-rata ini masih cukup banyak warga bangsa kita yang hidup di bawah garis kemiskinan.Demokrasi ekonomi bukanlah sekedar cara mengatur sistem perekonomian tetapi sekaligus pada tercapainya hasil akhir pelaksanaan sistem ekonomi (yang berdasar atas asas) kekeluargaan. Artinya, pelaksanaan sistem ekonomi kekeluargaan yang bermoral pancasila harus menghasilkan kemakmuran masyarakat seluruhnya secara merata. Inilah yang dimaksud dengan kesejahteraan sosial. Masyarakat sejahtera adalah masyarakat yang makmur dan sekaligus pembagiannya merata (adil dan makmur).Penilaian atas keberhasilan pembangunan nasional kita dapat dilakukan dengan mengadakan penilaian atas keberhasilan pelaksanaan Trilogi Pembangunan yaitu pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas ekonomi nasional. Namun pada kenyataannya masalah-masalah seperti kemiskinan dan pengangguran atau kesempatan kerja belum dapat di atasi dengan baik oleh pemerintah.Dalam undang-undang telah disebutkan bahwa sistem perekonomian berdasar atas asas kekeluargaan, yang berarti bahwa sumber daya alam yang merupakanpokok-pokokkemakmuran rakyat dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Banyak program-program yang sudah dilakukan pemerintah namun masalah-masalah terutama masalah ekonomi belum juga dapat teratasi dengan baik.Berdasarkan uraian di atas, maka kami melakukan survey yang lebih mendalam tentang keadaan sebenarnya di lapangan. Bagaimana kemiskinan ini dapat kita analisis, dan dari segi apakah kemiskinan ini terjadi. Kami melakukan survey di daerah permukiman padat penduduk yang dekat dengan kampus A Universitas Trisakti, tempat kami menimba ilmu.Wilayah Kelurahan Kalianyar merupakan kawasan atau wilayah yang cukup padat penduduk dan terletak di pinggiran sungai. Satu tahun yang lalu wilayah Setiakawan Ujung ini mengalami kebakaran dan banjir yang disebabkan oleh konsleting listrik dan saluran yang tersendat oleh sampah, peristiwa ini menghabiskan beberapa rumah di kawasan ini, sehingga semakin memperberat kondisi perekonomian keluarga di sekitar kawasan Kelurahan Kalianyar Jakarta Barat.Daerah tujuan survey kami yaitu di Kelurahan Kalianyar, kecamatan Tambora, lebih tepatnya di Jl. Kalianyar 9, di Wilayah Jakarta Barat.
Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang penelitian survey yang kami lakukan, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:1. Bagaimanakah kondisi sebenarnya daerah masyarakat miskin yang disurvey?2. Apakah program pro-poor policy yang dicanankan pemerintah sudah dirasakan dengan baik oleh masyarakat tersebut?3. Apakah kemiskinan di daerah tersebut dapat diatasi, jika dilihat dari tingkat keparahan, tingkat kesenjangan dan Gini Ratio yang dihitung?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kondisi sebenarnya daerah masyarakat miskin yang disurvey?2. Untuk mengetahui sejauh mana program pro-poor policy yang dicanangkan pemerintah sudah dirasakan dengan baik oleh masyarakat tersebut?3. Untuk mengetahui apakah kemiskinan di daerah tersebut dapat diatasi, jika dilihat dari tingkat keparahan, tingkat kesenjangan dan Gini Ratio yang dihitung?
BAB IIISI
2.1. KAJIAN TEORIA.PENGERTIAN KEMISKINANKemiskinan adalah keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf hidup kelompoknya dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut.Adapun ciri-ciri kemiskinan pada umumnya adalah. Pertama pada umumya mereka tidak memiliki faktor produksi seperti tanah modal ataupun keterampilan sehingga kemmpuan untuk memperoleh pendapatan menjadi terbatas. Kedua mereka tidak memmiliki kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri. Ketiga tingkat poendidikan rendah waktu mereka tersita untuk mencari nafkah dan mendapatkan pendapatan penghasilan. Keempat kebanyakan mereka tinggal di pedesaan. Kelima mereka yang hidup di kota masih berusia muda dan tidak didukung oleh keterampilan yang memadai.
B.JENIS-JENIS KEMISKINAN DAN DEFINISINYABesarnya kemiskinan dapat diukur dengan atau tanpa mengacu kepada gariskemiskinan. Konsep yang mengacu kepada garis kemiskinan disebut kemiskinan relatif, sedangkan konsep yang pengukurannya tidak didasarkan pada garis kemiskinan disebut kemiskinan absolut Kemiskinan relatif adalah suatu ukuran mengenai kesenjangan di dalam distribusi pendapatan, biasanya dapat didefinisikan didalam kaitannya dengan tingkat rata-rata dari distribusi yang dimaksud. Kemiskinan absolut adalah derajat kemiskinan dibawah, dimana kebutuhan-kebutuhan minimum untuk bertahan hidup tidak dapat terpenuhi.
C.PENYEBAB KEMISKINANTidak sulit mencari faktor-faktor penyebab kemiskinan, tetapi dari faktor-faktor tersebut sangat sulit memastikan mana yang merupakan penyebab sebenarnya serta mana yang berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap perubahan kemiskinan. Adapun faktor-faktor penyebab kemiskinan yaitu: Tingkat dan laju pertumbuhan output Tingkat upah neto Distribusi pendapatan Kesempatan kerja Tingkat inflasi Pajak dan subsidi Investasi Alokasi serta kualitas SDA Ketersediaan fasilitas umum Penggunaan teknologi Tingkat dan jenis pendidikan Kondisi fisik dan alam Politik Bencana alam Peperangan
D. DAMPAK DARI KEMISKINAN TERHADAP MASYARAKATBanyak dampak yang terjadi yang disebabkan oleh kemiskinan diantaranya adalah sebagai berikut:1. Kesejahteraan masyarakat sangat jauh dan sangat rendahIni berarti dengan adanya tingkat kemiskinan yang tinggi banyak masyarakat Indonesia yang tidak memiliki pendapatan yang mencukupi kebutuhan hidup masyarakat.2. Tingkat kematian meningkat Ini dimaksudkan bahwa masyarakat Indonesia banyak yang mengalami kematian akibat kelaparan atau melakukan tindakan bunuh diri karena tidak kuat dalam menjalani kemiskinan yang di alami.3. Banyak penduduk Indonesia yang kelaparan karena tidak mampu untuk membeli kebutuhan akan makanan yang mereka makan sehari-hari4. Tidak bersekolah (tingkat pendidikan yang rendah) ini menyebabkan masyarakat Indonesia tidak mempunyai ilmu yang cukup untuk memperoleh pekerjaan dan tidak memiliki keterampilan yang cukup untuk memperoleh pendapatan5. Tingkat kejahatan meningkat Masyarakat Indonesia jadi terdesak untuk memperoleh pendapatan dengan cara-cara kejahatan karena dengan cara yang baik mereka tidak mempunyai modal yaitu ilmu dan ketermpilan yang cukup.
E.KEBIJAKAN ANTI KEMISKINANUntuk menghilangkan atau mengurangi kemiskinan di tanah air diperlukan suatu strategi dan bentuk intervensi yang tepat, dalam arti cost effectiveness-nya tinggi.Ada tiga pilar utama strategi pengurangan kemiskinan, yakni:1. Pertumuhan ekonomi yang berkelanjutan dan yang prokemiskinan2. Pemerintahan yang baik (good governance)3. Pembangunan sosialUntuk mendukung strategi tersebut diperlukan intervensi-intervensi pemerintah yang sesuai dengan sasaran atau tujuan yang bila di bagi menurut waktu yaitu:a. Intervensi jangka pendek, terutama pembangunan sektor pertanian dan ekonomi pedesaanb. Intervensi jangka menengah dan panjang seperti: - Pembangunan sektor swasta - Kerjasama regional - APBN dan administrasi - Desentralisasi - Pendidikan dan Kesehatan - Penyediaan air bersih dan Pembangunan perkotaanJumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh besarnya Garis Kemiskinan (GK), karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.Selama Maret 2011-Maret 2012, Garis Kemiskinan naik sebesar 6,63 persen, yaitu dari Rp 355.480 per kapita per bulan pada Maret 2011 menjadi Rp 379.052 per kapita per bulan pada Maret 2012.Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar jumlah dan persentase penduduk miskin, dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan kemiskinan juga sekaligus dapat mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan.Pada periode Maret 2011-Maret 2012, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan penurunan. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 0,60 pada keadaan Maret 2011 menjadi 0,50 pada keadaaan Maret 2012. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan menurun dari 0,15 menjadi 0,13 pada periode yang sama (Tabel 2). Penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung meningkat dan mendekati garis kemiskinan, serta ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin mengecil.Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung persentase penduduk miskin terhadap total penduduk.Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan, kecuali untuk DKI Jakarta yang seluruh wilayahnya merupakan daerah perkotaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kkal per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dan lain-lain).Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar Non-Makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan.Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan tahun 2012 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Maret 2012. Jumlah sampel Susenas Maret 2012 di DKI Jakarta sebanyak 1.300 rumah tangga sehingga data kemiskinan dapat disajikan hingga tingkat provinsi. Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil survei SPKKD (Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar), yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditi pokok bukan makanan.
KERANGKA ANALISA
2.2. HASIL PENELITIAN2.2.1. ASPEK PENDAPATAN DAN PENGELUARANPendapatan / HariJumlahPengeluaran / HariJumlah
Rp 10.000 Rp 20.0004 KKRp 10.000 Rp 20.00017 KK
Rp 21.000 Rp 30.0003 KKRp 21.000 Rp 30.0006 KK
Rp 31.000 Rp 40.0001 KKRp 31.000 Rp 40.0007 KK
Rp. 41.0000 Rp 50.0008 KKRp. 41.0000 Rp 50.0004 KK
> Rp 51.0004 KK> Rp 51.000 6 KK
2.2.2. TINGKAT PENDAPATAN PER HARI
2.2.3.TINGKAT KETERGANTUNGANNoJumlah Anggota KeluargaJumlah Anggota Kel. bekerjaJumlah Anak yg Masih BersekolahPendapatan Per HariPendapatan perhari setiap orang dalam satu keluarga
14 orang1 orang1 orangRp. 50.000Rp. 12.500
25 orang1 orang1 orangRp. 20.000Rp. 4.000
32 orang1 orang2 orangRp. 47.000Rp. 23.500
45 orang2 orang2 orangRp. 50.000Rp. 10.000
53 orang1 orang2 orangRp. 30.000Rp. 10.000
65 orang1 orang2 orangRp. 50.000Rp. 10.000
71 orang1 orang0Rp. 15.000Rp. 15.000
82 orang1 orang0Rp. 20.000Rp. 10.000
93 orang2 orang2 orangRp. 50.000Rp. 16.666
102 orang1 orang2 orangRp. 20.000Rp. 10.000
114 orang2 orang2 orangRp. 60.000Rp. 15.000
123 orang1 orang1 orangRp. 25.000Rp. 8.333
132 orang1 orang1 orangRp. 55.000Rp. 27.500
143 orang2 orang1 orangRp. 50.000Rp. 16.666
154 orang2 orang1 orangRp. 50.000Rp. 12.500
166 orang2 orang2 orangRp. 60.000Rp. 10.000
176 orang2 orang3 orangRp. 60.000Rp. 10.000
185 orang1 orang3 orangRp. 40.000Rp. 8.000
196 orang1 orang4 orangRp. 50.000Rp. 8.333
203 orang3 orang1 orangRp. 30.000Rp. 10.000
213 orang1 orang2 orangRp. 75.000Rp. 25.000
224 orang1 orang1 orangRp. 50.000Rp. 12.500
235 orang1 orang2 orangRp. 80.000Rp. 16.000
246 orang1 orang2 orangRp. 150.000Rp. 25.000
255 orang1 orang3 orangRp. 50.000Rp. 10.000
266 orang1 orang2 orangRp. 50.000Rp. 8.333
272 orang1 orang1 orangRp. 50.000Rp. 25.000
284 orang1 orang0Rp. 50.000Rp. 12.500
295 orang1 orang3 orangRp. 55.000Rp. 11.000
303 orang1 orang1 orangRp. 60.000Rp. 20.000
314 orang1 orang2 orangRp. 55.000Rp. 13.750
324 orang1 orang3 orangRp. 40.000Rp. 10.000
333 orang1 orang2 orangRp. 26.000Rp. 8.666
345 orang1 orang2 orangRp. 40.000Rp. 8.000
354 orang1 orang2 orangRp. 50.000Rp. 12.500
364 orang2 orang2 orangRp. 70.000Rp. 35.000
375 orang1 orang2 orangRp. 50.000Rp. 10.000
381 orang1 orang0Rp. 50.000Rp. 50.000
395 orang2 orang1 orangRp. 40.000Rp. 8.000
403 orang2 orang1 orangRp. 60.000Rp. 20.000
2.2.4. ASPEK PENDAPATAN DAN PENGELUARAN
Nojml anggotajml anggotaPekerjaanPendapatan /Pengeluaran / HariMakan /
KeluargaKel. BekerjaHariMakanNon MakananHari
14 orang1 orangPengisi ATMRp. 50.000Rp. 30.000Rp. 25.0002x
25 orang1 orangDagang Nasi UdukRp. 20.000Rp. 30.000Rp. 15.0002x
32 orang1 orangTukang ParkirRp. 47.000Rp. 30.000Rp. 20.0002x
45 orang2 orangSPG, Supir BajajRp. 50.000Rp. 40.00002x
53 orang1 orangTukang ParkirRp. 30.000Rp. 50.00003x
65 orang1 orangSupir BajajRp. 50.000Rp. 30.000Rp. 10.0002x
71 orang1 orangTukang cuciRp. 15.000Rp. 10.00001x
82 orang1 orangPemulungRp. 20.000Rp. 40.00002x
93 orang2 orangSPG, Tukang parkirRp. 50.000Rp. 20.00002x
102 orang1 orangPembantuRp. 20.000Rp. 10.00002x
114 orang2 orangKaryawan, dagangRp. 60.000Rp. 30.00003x
123 orang1 orangSupir Rp. 25.000Rp. 15.00002x
132 orang1 orangGuruRp. 55.000Rp. 25.000Rp. 15.0002x
143 orang2 orangTukang Parkir, supirRp. 50.000Rp. 30.00002x
154 orang2 orangSupir Bajaj, PedagangRp. 50.000Rp. 30.00003X
166 orang3 orangSPG, Dagang, supirRp. 60.000Rp. 50.000Rp. 20.0002x
176 orang2 orangBengkel, SupirRp. 60.000Rp. 40.000Rp. 20.0003x
185 orang1 orangPenjaga Counter Rp. 40.000Rp. 20.00002x
196 orang1 orangPegawai PabrikRp. 50.000Rp. 40.000Rp. 25.0002x
203 orang1 orangOffice boyRp. 30.000Rp. 10.00002x
213 orang1 orangPedagangRp.75.000Rp. 25.00002x
224 orang1 orangPelayan TokoRp. 50.000Rp. 12.50010.0002x
235 orang1 orang Pelayan TokoRp. 80.000RP. 16.00015.0002x
246 orang1 orang PedagangRp. 150.000Rp. 25.00020.0003x
255 orang1 orangBerdagangRp. 50.000Rp. 10.00002x
266 orang1 orangBuruh BangunanRp. 50.000Rp. 15.000Rp. 8.5002x
272 orang1 orangPelayan TokoRp. 50.000Rp. 25.000Rp.10.0003x
284 orang1 orangBerdagangRp. 50.000Rp. 12.50002x
295 orang1 orangTukang SampahRp 55.000Rp. 11.00002x
303 orang1 orangTukang Sampu JalanRp. 60.000Rp. 30.00010.0002x
314 orang1 orangTukang SampahRp. 55.000Rp. 13.75002x
324 orang1 orangTukang Sapu JalanRp. 40.000Rp. 10.000Rp. 10.0002x
333 orang1 orangPegawaiRp. 26.000Rp. 8.70002x
345 orang 1 orangPelayan TokoRp. 40.000Rp. 8.00002x
354 orang1 orangBuruh CuciRp. 50.000Rp. 12.50002x
364 orang2 orangPelayan Toko, PegawaiRp. 70.000Rp. 17.50002x
375 orang1 orangTukang OjekRp. 50.000Rp. 10.000Rp. 5.0002x
381 orang1 orangTukang OjekRp. 50.000Rp. 50.000Rp. 10.0003x
395 orang1 orangSupir BajaiRp. 40.000Rp. 8.00002x
403 orang1 orangBuruh BangunanRp. 60.000Rp. 20.00003x
2.2.5. ASPEK TEMPAT TINGGAL
Berdasarkan hasil responden yang kami survey kepemilikan rumah permanen tersebut adalah milik sendiri. Berdasarkan hasil responden yang kami survey kepemilikan rumah semi permanen tersebut adalah mengontrak. Berdasarkan hasil responden yang kami survey kepemilikan rumah non permanen tersebut adalah mengontrak.
2.2.6.KEPEMILIKAN ASET RUMAH TANGGA
2.2.7.TINGKAT KEPEMILIKAN MCK
2.2.7.TINGKAT KEPEMILIKAN SUMBER AIR BERSIH
2.2.7.TINGKAT KEPEMILIKAN TEMPAT SAMPAHMasyarakat seluruhnya sudah memiliki tempat pembuangan sampah sementara untuk limbah rumah tangga mereka, meskipun hanya tempat sampah yang terbuat dari ember pelastik atau sejenisnya.
2.2.8.ASPEK KESEHATAN MASYARAKATDalam satu bulan terakhir ini, 22 orang dari 40 orang responen kami mengeluh memiliki penyakit. Penyakit yang mereka keluhkan merupakan penyakit seperti demam, influenza, pusing, dan lainnya yang tergolong penyakit ringan
2.2.9.CARA PENANGANAN PENYAKIT
2.2.10.KEPEMILIKAN KARTU ASKESKIN / JAMKESKIN
2.2.11.ASPEK PENDIDIKAN
2.2.12.PENDIDIKAN TERTINGGI KEPALA KELUARGA
2.2.13.PEMBAGIAN DANA BOS
2.2.14.KEMAMPUAN MEMBAYAR IURAN SEKOLAH
A. DOKUMENTASI PENELITIAN
\
PERHITUNGAN P0, P1, P2NoPendapatan Per HariPo(z-y)/z((z-y0/z)^2poor bdskn askespoor bdskn kepemilikan rumah
1Rp. 50.000nonnullnullnonpoor
2Rp. 20.000nonnullnullpoorpoor
3Rp. 47.000nonnullnullnonpoor
4Rp. 50.000nonnullnullnonpoor
5Rp. 30.000nonnullnullpoorpoor
6Rp. 50.000nonnullnullnonnon
7Rp. 15.000nonnullnullpoorpoor
8Rp. 20.000nonnullnullpoorpoor
9Rp. 50.000nonnullnullnonpoor
10Rp. 20.000nonnullnullpoorpoor
11Rp. 60.000nonnullnullnonnon
12Rp. 25.000nonnullnullpoorpoor
13Rp. 55.000nonnullnullnonnon
14Rp. 50.000nonnullnullnonpoor
15Rp. 50.000nonnullnullnonpoor
16Rp. 60.000nonnullnullnonnon
17Rp. 60.000nonnullnullnonnon
18Rp. 40.000nonnullnullpoorpoor
19Rp. 50.000nonnullnullnonpoor
20Rp. 30.000nonnullnullpoorpoor
P0 = 0P1 = 0P2 = 0BAB IIIPENUTUPKESIMPULANKemiskinan merupakan masalah yang selalu ada pada setiap Negara. Permasalahan kemiskinan tidak hanya terdapat di negara-negara berkembang saja, bahkan di negara maju juga mempunyai masalah dengan kemiskinan. Kemiskinan tetap menjadi masalah yang rumit, walaupun fakta menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di negara berkembang jauh lebih besar dibanding dengan negara maju. Hal ini dikarenakan negara berkembang pada umumnya masih mengalami persoalan keterbelakangan hampir di segala bidang, seperti : kapital, teknologi, kurangnya akses-akses ke sektor ekonomi, dan lain sebagainya.Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yakni kemiskinan alamiah dan buatan. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan buatan terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga mereka tetap miskin.Penyebab orang menjadi miskin adalah karena ia terjebak dalam perangkap kemiskinan kemiskinan materil, kelemahan jasmani, isolasi, kerentanan, dan ketidakberdayaan. Ini masalah sosial dan kultural. Makanya penanggulangan kemiskinan mesti melibatkan transformasi sosial dan kultural juga, termasuk perubahan nilai-nilai (misalnya etos kerja). Pembagian sesuatu yang gratis adalah langkah tidak karena membudayakan kemiskinan.Pembangunan ekonomi yang salah satu tujuannya menghapus atau setidak-tidaknya mengurangi kemiskinan, dalam realitasnya justru sering kali menimbulkan kemiskinan baru. Bahkan lebih daripada sekadar paradoks, realitas kemiskinan diyakini atau paling tidak disinyalir justru merupakan salah satu produk pembangunan Dalam konteks itulah pembicaraan mengenai modal menjadi amat relevan sebab faktanya orang kerap kali menjadi miskin (mengalami pemiskinan) dalam proses pembangunan karena orang tersebut tidak memiliki cukup modal.Warga masyarakat Kelurahan Kalianyar kecamatan Tambora tidak tergolong dalam masyarakat miskin secara absolut karena pendapatan perkapita mereka diatas Garis Kemiskinan tahun 2012 sebesar Rp 392.571,00. Akan tetapi, secara relatif, masyarakat Kelurahan Kalianyar kecamatan Tambora, tergolong masyarakat miskin karena kepemilikan asset dan akses pendidikan dan kesehatan yang kurang memadai. Program Pro-poor policy pun sudah banyak dirasakan oleh banyak warga, walaupun ada yang tidak merasakannya, khususnya pembagian dana BOS juga tidak merata, karena kurangnya sosialisasi oleh pejabat setempat. Dilihat dari perhitungan P0,P1, dan P2 yang terlihat, yakni NOL, maka program pengentasan kemiskinan di daerah ini tidak terlalu dibutuhkan usaha yang sangat keras, karena dapat diatasi dengan perbaikan sedikit demi sedikit dan berkesinambungan untuk meningkatkan fasilitas, sarana dan prasarana umum di wilayah tersebut.
SARANWarga masyarakat Kelurahan Kalianyar kecamatan Tambora yang tergolong miskin secara relatif hendaknya diperhatikan oleh pemerintah, terutama dalam hal pendidikan, penanganan kesehatan dan sarana umum lainnya. Warganya pun sebaiknya diberdayakan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat agar memiliki ketrampilan untuk digunakan dalam mencari penghidupan yang lebih layak.Dalam menghadapi kemiskinan di zaman global diperlukan usaha-usaha yang lebih kreatif, inovatif, dan eksploratif. Selain itu, globalisasi membuka peluang untuk meningkatkan partisipasi masyarakat Indonesia yang unggul untuk lebih eksploratif. Di dalam menghadapi zaman globalisasi ke depan mau tidak mau harus meningkatkan kualitas SDM dalam pengetahuan, wawasan, skill, mentalitas, dan moralitas yang standarnya adalah standar global.
Recommended