View
49
Download
4
Category
Preview:
DESCRIPTION
bph
Citation preview
DIKA HERZA PRATAMA08310077
BAB IPENDAHULUAN
Latar belakangBPH adalah ialah hiperplasia kelenjar
periuretral yang mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah.
BPH merupakan penyakit tersering kedua di klinik urologi di Indonesia.
Gangguan prostat: 80% terjadi BPH 18% kanker prostat dan sisanya prostatitis
Angka kejadian BPH di Indonesia yang pasti belum pernah diteliti, tetapi sebagai gambaran hospital prevalence di dua Rumah Sakit besar di Jakarta yaitu RSCM dan Sumberwaras selama 3 tahun (1994-1997) terdapat 1040 kasus
Sedangkan di bagian rawat inap bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek jumlah pasien BPH pada tahun 2006 berjumlah 114, 2008= 65 kasus, 2010=36 kasus.
Rumusan masalah“Bagaimanakah gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang pada pasien BPH di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek pada tahun 2010-2011?”
Tujuan PenelitianTujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang pada pasien BPH di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun 2010-2011.
Tujuan Khusus1.Untuk mengetahui proporsi pasien BPH.2.Untuk mengetahui gambaran straining,
pancaran urin lemah, intermittency, tidak lampias, frequency, nocturia, urgency, dan retensi urin pada pasien BPH.
3.Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Ultrasonography (USG) Transabdominal pada pasien BPH.
Manfaat PenelitianPenelitiPihak instansi terkaitMasyarakatUniversitas Malahayati
Ruang lingkupRuang lingkup dalam penelitian ini adalah :
Sifat Penelitian : Deskriptif retrospektif. Subyek Penelitian : Pasien BPH di RSUD
Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun 2010-2011.
Objek Penelitian : Umur, gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang pada pasien BPH di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun 2010-2011.
4. Tempat : Bagian Rekam Medik RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar lampung.
5. Waktu : Bulan Desember 2011 - Januari 2012.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
DefinisiHiperplasia prostat merupakan kelainan yang sering ditemukan. Istilah hipertrofi sebenarnya kurang tepat karena yang terjadi sebenarnya ialah hiperplasia kelenjar periuretral yang mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah.
Etiologi1. Adanya hiperplasia periuretral yang
disebabkan karena perubahan keseimbangan testosteron dan estrogen.
2. Ketidakseimbangan endokrin.3. Faktor umur/usia lanjut.
Biasanya terjadi pada usia diatas 50 tahun.4. Unknown / tidak diketahui secara pasti.
Gambaran prostat
Gejala dan tandaGejala1.Gejala obstruktif2.Gejala iritatif
TandaDitemukannya pembesaran konsistensi kenyal
pada pemeriksaan colok dubur.
Derajat hiperplasi prostatDerajat Colok dubur Sisa volume urinI Penonjolan prostat, batas atas
mudah diraba< 50 mL
II Penonjolan prostat jelas, batas atas dapat dicapai
50-100 mL
III Batas atas prostat tidak dapat diraba
> 100 mL
IV Retensi total
International Prostat Symptom ScoreTidakpernah
Kurangdari sekali
dalamlima kali
Kurangdari
setengah
Kadang-kadangsekitar(50%)
Lebihdari
setengah
Hampirselalu
SkorAnda
1. Tidak lampias:Sepanjang bulan lalu, berapa banyak Anda merasa tidak puas saat selesai berkamih?
0 1 2 3 4 5
2. Frekuensi:Sepanjang bulan lalu,
berapa sering Anda merasa harus berkemih lagi kurang dari 2 jam setelah berkemih sebelumnya?
0 1 2 3 4 5
3. Intermitensi:Sepanjang bulan lalu,
seberapa sering Anda merasa saat berkemih, Anda ingin berhenti tetapi kemudian berkemih lagi?
0 1 2 3 4 5
4. Urgensi:Sepanjang bulan lalu,
seberapa sering Anda mendapatkan bahwa Anda sulit menahan kencing?
0 1 2 3 4 5
5. Pancaran urin lemah:Sepanjang bulan lalu,
seberapa sering pancaran kencing Anda lemah?
0 1 2 3 4 5
6. Straining:Sepanjang bulan lalu,
seberapa sering Anda harus mengedan untuk mulai berkemih?
0 1 2 3 4 5
7. Nocturia:Sepanjang bulan lalu,
seberapa sering Anda harus bangun untuk berkemih sejak mulai tidur pada malam hari hingga bangun dipagi hari?
Tidakada0
1 kali1
2 kali2
3 kali3
4 kali4
5 kaliatau lebih
5
Senangsekali
SenangPada
umumnyapuas
Campuranantara
puas dantidak
Padaumumnyatidak puas
Tidakbahagia
Buruksekali
Seandainya Anda harus menghabiskan sisa hidup Anda dengan fungsi berkemih saat ini bagaimana perasaan Anda?
0 1 2 3 4 5 6
Skor IPSS= ……....Skor QOL = ………. (Skor kualitas hidup)Total IPSS Score: Ringan (Mild) : 0-7
Sedang (Moderate) : 8-19Berat (Severe) : 20-35
Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan mikroskopis urinElektrolit, Ureum, KreatininProstat Specific Antigen
Pemeriksaan RadiologiFoto polosPielografi intravenaSistografiUltrasonography(USG)
Pemeriksaan USG secara Transrectal Ultrasonography (TRUS), digunakan untuk mengetahui besar dan volume prostat, adanya kemungkinan pembesaran prostat maligna sebagai petunjuk untuk melakukan biopsi aspirasi prostat, menentukan jumlah residual urin dan mencari kelainan lain pada buli-buli.
Pemeriksaan Transabdominal Ultrasonography (TAUS) dapat mendeteksi adanya hidronefrosis ataupun kerusakan ginjal akibat obstruksi BPH yang lama
PenatalaksanaanDerajat I : medikamentosa (penghambat
adrenoresptor α)Derajat II: indikasi untuk melakukan
pembedahan (Trans Urethral Resection)Derajat III: pembedahan (Trans Urethral
Resection) atau bedah terbukaDerajat IV: Kateterisasi (retensi urin total)
lalu pembedahan (Trans Urethral Resection)
Kerangka teori
BPH
Gejala Klinis
-Straining
-Pancaran urin lemah
-Intermittency
-Tidak lampias
-Frequency
-Terminal dribbling
-Nocturia
-Urgency
-Disuria
-Hematuria
-Retensi urin
Pemeriksaan Penunjang
-Pemeriksaan mikroskopis urin
-Pemeriksaan Prostat Specific Antigen (PSA)
-Foto polos abdomen
-Pielografi intravena
-Sistografi
-Ultrasonografi (USG)
Transrectal Ultrasound (TRUS)
Transabdominal Ultrasound (TAUS)
Umur
Kerangka konsepGejala Klinis
-Straining
-Pancaran urin lemah
-Intermittency
-Tidak lampias
-Frequency
-Nocturia
-Urgency
-Retensi urin
Pemeriksaan Penunjang
-Ultrasonography (USG)
Transabdominal Ultrasonography (TAUS)
BPH
Umur
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitianJenis penelitian yang digunakan adalah studi
deskriptif retrospektif.Sumber data penelitian menggunakan data
sekunder yaitu rekam medik.
Waktu & tempat penelitianWaktu penelitian : Bulan Desember 2011-
Januari 2012.
Tempat penelitian :Di Bagian Rekam Medik RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.
Subyek PenelitianPopulasi
Populasi penelitian adalah semua kasus BPH Rawat Inap yang tercatat di Rekam Medik RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung
SampelSampel yg diambil pada penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling, yaitu didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yg dibuat oleh peneliti.
Cara Pengambilan DataData diperoleh dengan melihat semua status/rekam medik pasien BPH yang berasal dari Bagian Rekam Medik di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.
Kriteria Inklusi & EkslusiKriteria inklusi: Pasien yang didiagnosa
dengan BPH pada bagian rawat inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung pada tahun 2010-2011.
Kriteria ekslusi: Pasien BPH yang rawat jalan di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung dan di luar periode 2010-2011.
Variabel penelitianVariabel pada penelitian ini yaituUmurStariningPancaran urin lemahIntermittencyTidak lampiasFrequencyNocturiaUrgency Retensi urinPemeriksaan ultrasonografi (USG): Transrectal
Ultrasonography (TRUS)
Definisi OperasionalNo.
Variabel Definisi operasional
Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur
Umur Umur pasien BPH
Mengitung semua umur pasien BPH
Catatan medik RSUDAM Lampung tahun 2009-2010
Umur pasien BPH:0= 40-49 tahun1= 50-59 tahun2= 60-69 tahun3= 70-79 tahun4= ≥80 tahun
Ordinal
1.Straining Pasien harus
mengejan dahulu sebelum berkemih
Menghitung jumlah pasien BPH dengan gejala klinis seperti harus menunggu sebelum berkemih.
Catatan medik RSUDAM Lampung tahun 2009-2010
Harus menunggu sebelum berkemih:0=Ada1=Tidak ada
Nominal
3. Pancaran urin lemah
Pasien dengan pancaran kencing yang lemah
Menghitung jumlah pasien BPH dengan gejala pancaran kencing yang lemah.
Catatan medik RSUDAM Lampung tahun 2009-2010
Pancaran kencing lemah:0=Ada1=Tidak ada
Nominal
1.
No
2.
5. Tidak lampias Pasien merasa tidak puas setelah selesai berkemih
Menghitung jumlah pasien BPH dengan gejala tidak merasa puas setelah berkemih.
Catatan medik RSUDAM Lampung tahun 2009-2010
Tidak puas setelah berkemih:0=Ada1=Tidak ada
Nominal
6. Frequency Pasien dengan peningkatan frekeunsi berkemih
Menghitung jumlah pasien BPH dengan gejala peningkatan frekuensi berkemih.
Catatan medik RSUDAM Lampung tahun 2009-2010
Frekuensi berkemih:0= >8 kali1= ≤8 kali
Nominal
7. Nocturia Pasien dengan peningkatan frekuensi berkemih pada malam hari
Menghitung jumlah pasien BPH dengan gejala peningkatan frekuensi berkemih pada malam hari.
Catatan medik RSUDAM Lampung tahun 2009-2010
Frekuensi berkemih pada malam hari:0= >2 kali1= ≤2 kali
Nominal
No.
Variabel Definisi operasional
Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukurNo
4. Intermittency Pasien dengan keluhan pada saat berkemih ingin berhenti tapi kemudian berkemih lagi
Menghitung jumlah pasien BPH dengan gejala pada saat berkemih ingin berhenti tapi kemudian berkemih lagi.
Catatan medik RSUDAM Lampung tahun 2009-2010
Saat berkemih ingin berhenti tapi kemudian berkemih lagi:0=Ada1=Tidak ada
Nominal
No.
Variabel Definisi operasional
Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur
9. Retensi Urin Pasien dengan keluhan tidak dapat berkemih
Menghitung jumlah pasien BPH dengan gejala tidak dapat berkemih.
Catatan medik RSUDAM Lampung tahun 2009-2010
Tidak dapat berkemih:0=Ada1=Tidak ada
Nominal
10. Pemeriksaan ultrasonografi (USG): TRUS atau TAUS
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk melihat pembesaran prostat
Menghitung jumlah pasien dengan pembesaran prostat
Catatan medik RSUDAM Lampung tahun 2009-2010
Hasil pemeriksaan TRUS atau TAUS:0= dilakukan pemeriksaan USG1= Tidak dilakukan pemeriksaan USG
Nominal
8. Urgency Pasien dengan keluhan tidak dapat menunda pada waktu akan berkemih
Menghitung jumlah pasien BPH dengan gejala harus mengejan pada waktu akan berkemih.
Catatan medik RSUDAM Lampung tahun 2009-2010
Tidak dapat menunda pada saat akan berkemih:0=Ada1=Tidak ada
Nominal
Pengolahan dataSetelah data terkumpul melalui rekam medik
maka dilakukan tahap pengolahan data. Pengolahan data dalam penelitian dimulai dengan memeriksa data, menyunting data (editing), mengolah data (coding), memasukkan data (entry), memproses data (processing), membersihkan data (cleaning) dan tabulasi data (tabulating).
Analisa dataPada penelitian ini analisis data
menggunakan proporsi presentase yaitu:
F P = X 100
N
P = Besarnya presentaseF = Jumlah tiap kategori variableN = Jumlah seluruh sample
BAB IVHASIL & PEMBAHASAN
Hasil PenelitianPenelitian: Desember 2010-Januari 2011Tempat: Rekam Medik RSUD Dr. H. Abdul
MoeloekJumlah kasus BPH sebanyak 151 penderitaData yang diteliti 8170 data yang tidak diikut sertakan dalam
penelitian ini dengan rincian: 1. 26 data tidak terekam di Bagian
Rekam Medik 2. 44 data tidak dilakukan
anamnesa secara lengkap
Proporsi Penderita BPH Berdasarkan Umur
Umur Frekuensi Persen (%)
40-49 1 1.250-59 15 18.5
60-69 32 39.5
70-79 31 38.3
>80 2 2.5
Total 81 100.0
Proporsi Penderita BPH Berdasarkan Gejala Klinis Straining
Straining Frekuensi Persen (%)
Ada 22 27.2
Tidak ada 59 72.8
Total 81 100.0
Proporsi Penderita BPH Berdasarkan Gejala Klinis Pancaran Urin Lemah
Pancaran Urin Lemah
Frekuensi Persen (%)
Ada 18 22.2
Tidak ada 63 77.8
Total 81 100.0
Proporsi Penderita BPH Berdasarkan Gejala Klinis Intermittency
Intermittency Frekuensi Persen (%)
Ada 32 39.5
Tidak ada 49 60.5
Total 81 100.0
Proporsi Penderita BPH Berdasarkan Gejala Klinis Tidak Lampias
Pengosongan Tak Tuntas
Frekuensi Persen (%)
Ada 43 53.1
Tidak ada 38 46.9
Total 81 100.0
Proporsi Penderita BPH Berdasarkan Gejala Klinis Frequency
Dari 81 sampel penelitian hanya 18 penderita dengan keluhan sering buang air kecil dan juga pada rekam medik tidak dituliskan seberapa sering pasien BPH tersebut buang air kecil.
Karena peneliti mendefinisikan frequency sebagai buang air kecil lebih dari delapan kali selama satu hari, sehingga peneliti tidak mengambil variabel ini sebagai variabel penelitian.
Proporsi Penderita BPH Berdasarkan Gejala Klinis Nocturia
Nocturia Frekuensi Persen (%)
Ada 49 60.5
Tidak ada 32 39.5
Total 81 100.0
Proporsi Penderita BPH Berdasarkan Gejala Klinis Urgency
Urgency Frekuensi Persen (%)
Ada 6 7.4
Tidak ada 75 92.6
Total 81 100.0
Proporsi Penderita BPH Berdasarkan Gejala Klinis Retensi Urin
Retensi urin Frekuensi Persen (%)
Ada 77 95.1
Tidak ada 4 4.9
Total 81 100.0
Proporsi Penderita BPH Berdasarkan Pemeriksaan USG
Pasien yang didiagnosa BPH sebanyak 81 penderita, dan yang dilakukan pemeriksaan USG sebanyak 68, sedangkan 13 penderita BPH lain dilakukan pemeriksaan BNO, IVP dan sistografi.
Pemeriksaan USG Frekuensi Persen (%)
Dilakukan 68 84.0
Tidak dilakukan 13 16.0
Total 81 100.0
Pembahasan: Umur Penderita BPHPenelitian yang
dilakukan oleh Furqan di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2003, penderita BPH yang berusia:
50-59 tahun (7.81%)60-69 tahun (56.25%)70-79 tahun (32.81%)>80 tahun (3.13%)
Hasil ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Tanagho (1995) bahwa penderita BPH yang datang ke klinik 50 % dijumpai penderita yang berusia 60-69 tahun.
Untuk umur termuda pada usia 49 tahun ini sesuai dengan teori oleh P.Birowo dimana pada usia 40-49 tahun sudah dapat menimbulkan gejala BPH.
Gambaran Klinis StrainingPenelitian ini tidak
jauh berbeda dari penelitian yang dilakukan oleh Ferawaty tahun 2007 di RSUP dr. Kariadi Semarang didapatkan persentase pasien dengan gejala klinis straining sebanyak 30.4%
BPH adalah pertumbuhan nodul-nodul fibroadenomatosa majemuk dalam prostat, pertumbuhan tersebut dimulai dari bagian periuretral sebagai proliferasi yang terbatas dan tumbuh dengan menekan kelenjar normal yang tersisa. Prostat tersebut mengelilingi uretra, dan pembesaran bagian periuretral akan menyebabkan obstruksi leher kandung kemih dan uretra pars prostatika dan mengakibatkan gejala obstruksi yaitu kesulitan dalam memulai berkemih (straining) (Price.S.A. 2005).
Gambaran Klinis Pancaran Urin Lemah
Penelitian yang dilakukan Ferawaty tahun 2007 di RSUP dr. Kariadi Semarang, pasien BPH dengan gejala klinis pancaran urin lemah sebanyak 17.3%.
Pancaran Urin Lemah
Hasil penelitian ini dan penelitian yang dilakukan Ferawaty sesuai dengan teori, dimana tidak semua prostat yang membesar akan menimbulkan gejala obstruksi, meskipun volume kelenjar periuretral sudah membesar dan elastisitas leher vesika, otot polos prostat dan kapsul prostat menurun, tetapi apabila masih dikompensasi dengan kenaikan daya kontraksi otot detrusor maka gejala obstruksi belum dirasakan.
Gambaran Klinis IntermittencyHasil penelitian ini
sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Ferawaty tahun 2007 di RSUP dr. Kariadi Semarang, pasien BPH yang memiliki gejala intermittency sebanyak 28.3%.
Pada BPH biasanya ditemukan gejala obstruksi dan iritasi. Gejala dan tanda obstruksi saluran kemih berarti penderita harus menunggu pada tahap permulaan miksi, menetes pada akhir miksi, pancaran miksi menjadi lemah, rasa belum puas sehabis miksi dan miksi terputus (intermittency). Gejala intermittency ini terjadi karena detrusor gagal berkontraksi dengan cukup kuat atau gagal berkontraksi cukup lama sehingga kontraksi terputus-putus (Sjamsuhidajat, 2010).
Gambaran Klinis Tidak LampiasHasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ferawaty tahun 2007 di RSUP dr. Kariadi Semarang bahwa pasien BPH yang disertai dengan gejala tidak lampias sebanyak 65.2%.
Tidak Lampias
Gejala obstruksi biasanya lebih disebabkan oleh karena prostat dengan volume besar. Apabila vesika menjadi dekompensasi, maka akan menjadi retensi urin sehingga pada akhir miksi masih ditemukan sisa urin di dalam vesika, hal ini menyebabkan rasa tidak lampias pada akhir miksi (Djamaloeddin, 1995).
Gambaran Klinis FrequencyDari 81 sampel penelitian hanya 18 penderita
dengan keluhan sering buang air kecil dan juga pada rekam medik tidak dituliskan seberapa sering pasien BPH tersebut buang air kecil.
Karena peneliti mendefinisikan frequency sebagai buang air kecil lebih dari delapan kali selama satu hari, sehingga peneliti tidak mengambil variabel ini sebagai variabel penelitian.
Frekuensi berkemih yang normal adalah tiap tiga jam sekali atau tak lebih dari delapan kali sehari. Pada orang normal, sensasi pertama ingin berkemih biasanya timbul pada saat volume kandung kemih mencapai 300 – 600 ml. Umumnya kandung kemih dapat menampung urin sampai lebih kurang 500 ml tanpa terjadi kebocoran (Ganong W, 2003).
Sedangkan pada penderita BPH dengan gejala klinis frequency, terjadi pengosongan yang tidak sempurna pada saat miksi atau pembesaran prostat yang menyebabkan rangsangan pada kandung kemih sehingga vesika sering berkontraksi meskipun belum penuh (Sjamsuhidajat, 2010).
Gambaran Klinis NocturiaHasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ferawaty tahun 2007 di RSUP dr. Kariadi Semarang bahwa kebanyakan pasien BPH yang disertai dengan gejala nocturia sebanyak 93.5%.
Hasil penelitian ini dan penelitian yang dilakukan oleh Ferawaty sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Du Beau (1995) bahwa nocturia terjadi pada 73% pasien dengan prostat yang membesar dan merupakan empat gejala utama yaitu penurunan pancaran urine, nocturia, berkemih terputus-putus dan keinginan yang mendesak untuk berkemih.
Gambaran Klinis UrgencyHasil penelitian ini
tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ferawaty tahun 2007 di RSUP dr. Kariadi Semarang bahwa pasien BPH dengan gejala urgency sebanyak 56.6%.
Hal ini mungkin disebabkan karena perbedaan alat ukur yang digunakan, pada penelitian yang dilakukan oleh Ferawaty menggunakan metode kuesioner sedangkan penelitian ini menggunakan data dari rekam medik.
Urgency termasuk salah satu gejala iritatif pada penderita BPH, gejala iritatif ini disebabkan oleh karena pengosongan yang tidak sempurna pada saat miksi atau pembesaran prostat menyebabkan rangsangan pada vesika, sehingga vesika sering berkontraksi meskipun belum penuh (Sjamsuhidajat, 2010).
Gambaran Klinis Retensi UrinMenurut Sjamsuhidajat
(2011), apabila vesika menjadi dekompensasi, akan terjadi retensi urin sehingga pada akhir miksi masih ditemukan sisa urin di dalam kandung kemih, dan timbul rasa tidak tuntas pada akhir miksi. Jika keadaan ini berlanjut, pada suatu saat akan terjadi kemacetan total sehingga penderita tidak mampu lagi miksi.
Menurut Djamaloeddin (1995), pada taraf awal setelah terjadi pembesaran prostat akan terjadi resistensi yang bertambah pada leher vesika dan daerah prostat, kemudian detrusor akan mencoba mengatasi keadaan ini dengan jalan kontraksi lebih kuat. Sebagai akibatnya serat detrusor akan menjadi lebih tebal.
Fase penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi yang apabila berlanjut detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk kontraksi sehingga akan terjadi retensi urin total.
Pemeriksaan USGDari 81 pasien, yang
dilakukan pemeriksaan USG sebanyak 68 (84.0%), selebihnya 13 (16.0%) pasien tidak dilakukan pemeriksaan USG tetapi dilakukan pemeriksaan lain seperti BNO, IVP dan Sistografi.
Pemeriksaan ini merupakan salah satu modalitas pemeriksaan noninvasif dibidang urologi terutama pada BPH, selain itu pemeriksaan ini nyaman bagi pasien. Ultrasonografi transabdominal dengan full bladder biasanya dapat memperlihatkan dan memungkinkan mengukur volume prostat (Sari, 2010).
BAB VKESIMPULAN & SARAN
KesimpulanAngka kejadian BPH di Bagian Rawat Inap SMF
Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun 2010-2011 sebanyak 151 kasus dan yang diikutsertakan dalam penelitian sebanyak 81 kasus.
Proporsi umur penderita BPH tertinggi pada kelompok umur 60-69 tahun sebanyak 32 (39.5%) dari 81 kasus.
Gambaran klinis penderita BPH yang tidak disertai gejala straining sebanyak 59 (72.8%).
Gambaran klinis penderita BPH yang tidak disertai gejala pancaran urin lemah sebanyak 63 (77.8%).
Gambaran klinis penderita BPH yang tidak disertai gejala intermittency sebanyak 49 (60.5%).
Gambaran klinis penderita BPH yang disertai gejala tidak lampias sebanyak 43 (53.1%).
Gambaran klinis penderita BPH yang disertai gejala nocturia sebanyak 49 (60.5%).
Gambaran klinis penderita BPH yang tidak disertai gejala urgency sebanyak 75 (92.6%)
Gambaran klinis penderita BPH yang disertai gejala retensi urin sebanyak 77 (95.1%).
Pemeriksaan USG yang dilakukan pada semua penderita BPH didapatkan hasil pembesaran kelenjar prostat yaitu 68 (84.0%).
SaranBagi rumah sakit, sebaiknya status rekam
medik untuk pasien BPH dianamnesa sesuai dengan standar International Prostat Symptom Score (IPSS).
Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan untuk menggunakan kuesioner sebagai teknik pengumpulan data dan diharapkan dapat meningkatkan hasil penelitiannya dengan mengkaji hal-hal yang belum dapat dimunculkan penulis dalam penelitian ini.
Terima Kasih
Recommended