View
4
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
ISBN: 978-602-5562-20-4
PfwDI \3L
PROCEEDING Konferensi llmiah Tahunan
Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia (HEPI) Ke-7 Tahun 2017
Penguatan Liter4si Guru dalam Asesmen Kelas
Konferensi llmiah Tahu nan HEPI 2017 Banjarmasin, 28-29 Juli 2017
81
PROCEEDING Konferensi Ilmiah Tahunan Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia (HEPI) Ke-7 Tahun 2017 Penguatan Literasi Guru dalam Asesmen Kelas
Banjarmasin, 28-29 Juli 2017
Penas ihat
Penonggung Jawab
Editor
Penulis
La yout
lSBN
: Jahja Umar, Ph.D. Prof. Djemari Mardapi
: Bahrul Hayat, Ph.D.
: Prof. Dr. Suratno, M.Pd. Dr. Dina Hermina, M.Pd. Dr. Supriyanto, Ak., M.Pd. Moh. Yamin, M.Pd.
: Suratno Dina Huriaty A. Halim Akbar Iskandar Alben Ambarita Aminuddin Prahatama Putra Amka Anas Irwan Ari Setiawan Aulia Ajizah Awaluddin ljalla Badrun Kartowagiran Bakti Mulyani Bambang Prihadi Christina Pernatun Kismoyo Christina Tulalessy Cosmas Poluakan Dedek Andrian Djemari Mardapi Dyah Febria Wardhani Elsina Sarah Tamaela Fadil Fahriza Noor Farida Agus Setiawati Farida Kohar Farid] Musyadad Feriansyah Perdana Putra Gt. Irhamni Helmi Helmiah Suryani Herpratiwi Heru Budi Utomo Imam Yuwono Kaharuddin Arafah Kartianom Kasypul Anwar Kumaidi Lilik Sabdaningtyas Mans yur Mari a Des i Kumiawaty
Reza Pahlevi, S.Pd . Rizky Ameli a, M .Pd .
978-602-5562-20-4
Mayang Gadih Ranti Meyrika Maharani Muamar Surawidarto Muhammad Arsyad Muhammad Sidin Ali Mursal Mustika Wati Nelly Astuti Nina Permata Sari Nor Anisa Nova Yunandar Nur Aisyah Nurindahsari Tahir Nurmalawati Nurul Hidayati Utami Rabiatul Adawiah Rasuna Resti Maulidya Saleh Rima Susiana Ririanti Rachmayanie Rita Eka Izzaty Rukli Ruli Meiliawati S.R. Bajawati Saiyidah Mahtari Sri Hartini Sri Mulyani Sri Rejeki Sri Setiti Sri Yamtinah St. Wahidah Arsyad Suandi Sidauruk Sulistiyana Suriana Suryadi Budi Utomo Syahrul Trie Hartiti Retnowati Veny Hidayat Wiedy Murtini Yusrizal
Alam 11 t Rt:-dabi LP3 ULM, Jalan Brigjen H. Hasan Basri , Kayutangi, Banjarmasin, Indonesia, Kotak PO'l 219
PENGGUNAAN ASESMEN PORTOPOLIO PADA PEMBELAJARAN
ANAK USIA DINI
Ririanti Rachmayanie
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat
E-mail: ririanti.bk@unlam.ac.id
Prinsip belajar pada pendidikan anak di taman kanak-kanak (TK) dan sejenisnya
(Raudhatul Athfal-RA, Kelompok Bermain-KB usia 4-6 tahun) yaitu belajar melalui bermain
dan bermain seraya belajar.
Dengan demikian, prinsip pembelajaran anak usia dini sejatinya bersifat kolaboratif
yang tidak hanya menitikberatkan pengembangan pada satu aspek, akan tetapi berorientasi
pada pengembangan seluruh aspek perkembangan anak (holistic). Konsekuensinya dalam
proses pembelajaran, guru seyogyannya memberikan kebebasan kepada anak dalam
melakukan aktivitas belajar dan menstimulasi anak untuk mengembangkan salah satu atau
beberapa kecerdasan tertentu (kecerdasan jamak) supaya lebih cakap dan terampil.
Salah satu kegiatan yang memiliki peranan penting dalam kegiatan pendidikan anak
usia dini adalah kegiatan penilaian atau asesmen. Asesmen merupakan proses
mendokumentasikan keterampilan dan perkembangan anak. Asesmen mengukur level
perkembangan anak dan memberikan indikasi tahap perkembangan anak selanjutnya.
Pelaksanaan asesmen tidak luput dari beberapa instrumen alat yang digunakan, salah
satunya adalah portopolio. Portopolio merupakan kumpulan fakta-fakta atau hasil pekerjaan
serta informasi mengenai apa yang dilakukan anak.
Melalui tulisan ini, penulis ini membahas lebih mendalam tentang penggunaan asesmen
portopolio pada pembelajaran anak usia dini dari studi pustaka menggunakan kajian-kajian
literatur.
Kata Kunci: asesmen, portopolio, anak usia dini
PENGGUNAAN ASESMEN PORTOPOLIO PADA PEMBELAJARAN
ANAK USIA DINI
Ririanti Rachmayanie
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat
E-mail: ririanti.bk@unlam.ac.id
LATAR BELAKANG
Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa
pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Usia dini pada 0-6 tahun
merupakan usia emas bagi anak yang harus mendapatkan perhatian maksimal.
Terkait dengan itu, salah satu komponen penting dalam proses belajar mengajar pada PAUD
adalah melakukan asesmen perkembangan anak usia dini. Asesmen perkembangan anak usia
dini berfungsi untuk mengetahui karakteristik perkembangan dan profil individual setiap anak
sehingga diperoleh petunjuk dalam pembimbingan dan pengasuhannya secara tepat, benar dan
berkelanjutan. Oleh sebab itu kemampuan pengelolaan dan keterampilan melakukan asesmen
perkembangan anak usia dini perlu dikuasai oleh para calon guru maupun guru PAUD agar
dapat menerapkan proses belajar mengajar secara tepat, benar dan profesional.
Masa usia dini adalah periode kritis dalam perkembangan anak. Hasil kajian neurologi
menunjukkan bahwa pada saat lahir otak bayi membawa potensi sekitar 100 milyar yang pada
proses berikutnya sel-sel dalam otak tersebut berkembang dengan begitu pesat dengan
menghasilkan bertriliyun-triliyun sambungan antar neuron. Supaya mencapai perkembangan
optimal, sambungan ini harus diperkuat melalui berbagai rangsangan psikososial, karena
sambungan yang tidak diperkuat akan mengalami atropi (penyusutan) dan musnah. Inilah yang
pada akhirnya akan mempengaruhi kecerdasan anak. Hal ini telah dibuktikan dengan hasil
penelitian di Baylor College of Medicine (Jalal, 2002: 21-25) yang menemukan bahwa apabila
anak jarang memperoleh rangsangan pendidikan, maka perkembangan otaknya lebih kecil 20-
30% dari ukuran anak seusianya.
mailto:ririanti.bk@unlam.ac.id
Dalam kajian lain diungkapkan bahwa sekitar 50% kapabilitas kecerdasan manusia terjadi
ketika anak berumur 4 tahun, 80% telah terjadi ketika berumur 8 tahun, dan mencapai titik
kulminasi ketika anak berusia 18 tahun. Hal ini berarti bahwa perkembangan yang terjadi
dalam kurun waktu 4 tahun pertama sama besarnya dengan perkembangan yang terjadi pada
kurun waktu 14 tahun berikutnya, dan selanjutnya perkembangan otak akan mengalami
stagnasi. Itulah sebabnya periode ini dinamakan usia emas (golden age) dan setelah
perkembangan ini lewat, maka berapa pun kapabilitas kecerdasan yang dicapai individu, tidak
akan mengalami peningkatan lagi atau dengan kata lain tidak memiliki kebermaknaan.
Sebagai konsekuensi dari cukup urgennya fase anak usia dini ini, maka kegiatan pembelajaran
pun sejatinya dilakukan secara menyenangkan, yaitu melalui kegiatan bermain. Kesenangan
yang diperoleh melalui bermain memungkinkan anak belajar tanpa tekanan, sehingga di
samping motoriknya, kecerdasan lain seperti intelektual, sosial-emosional, bahasa akan ikut
berkembang.
Prinsip pembelajaran anak usia dini sejatinya bersifat kolaboratif yang tidak hanya
menitikberatkan pengembangan pada satu aspek, akan tetapi berorientasi pada pengembangan
seluruh aspek perkembangan anak secara holistik (keseluruhan). Konsekuensinya dalam proses
pembelajaran, guru seyogyanya memberikan kebebasan kepada anak dalam melakukan
aktivitas belajar dan menstimulasi anak untuk mengembangkan salah satu atau beberapa
kecerdasan tertentu (kecerdasan jamak) supaya lebih cakap dan terampil.
Salah satu kegiatan yang memiliki peranan penting dalam kegiatan pendidikan anak usia dini
adalah kegiatan penilaian perkembangan. Kegiatan penilaian perkembangan anak merupakan
usaha mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi secara sistematis, berkala,
berkelanjutan, menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan serta perkembangan
yang telah dicapai oleh peserta didik melalui kegiatan pembelajaran. Artinya penilain
perkembangan anak memberikan kontribusi kepada guru dalam mengidentifikasi selain
perkembangan juga permasalahan yang dihadapi anak agar dapat dipertimbangkan keputusan
yang tepat pada proses selanjutnya. Pada sisi yang lain, kegiatan penilaian perkembangan anak
dapat dijadikan salah satu cara membantu guru dalam memantau proses, kemajuan, dan
perbaikan hasil belajar anak secara berkesinambungan sehingga dapat memberikan umpan
balik bagi guru dalam menyempurnakan proses pembelajaran.
Terdapat dua bidang sasaran penilaian perkembangan anak yaitu Pertama, bidang
pengembangan perilaku meliputi nilai-nilai agama, moral, sosial-emosional dan kemandirian.
Kedua, bidang pengembangan kemampuan dasar meliputi kemampuan berbahasa, kognitif,
fisik-motorik dan seni. Dengan demikian penilaian perkembangan anak usia dini merupakan
kegiatan yang sangat penting dalam serangkaian program pembelajaran secara keseluruhan.
KONTEKS KAJIAN
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan
yang menitikberatkan pada peletakkan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik
(koordinasi motorik halus dan kasar ), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi,
kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta beragama), bahasa dan
komunikasi sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia
dini.
Usia dini dari lahir sampai enam tahun merupakan usia yang sangat menentukan dalam
pembentukan karakter dan kepribadian seorang anak. Usia itu sebagai usia penting bagi
pengembangan inteligensi permanen dirinya, mereka juga mampu menyerap informasi yang
sangat tinggi. Menurut para ahli anak yang berada pada usia dini tersebut dikatakan sebagai
masa emas (golden age), dimana pada masa ini anak sedang berkembang dengan pesat dan luar
biasa. Sejak anak dilahirkan, sel-sel otaknya berkembang secara luar biasa dengan membuat
sambungan antar sel, proses inilah yang akan membentuk pengalaman yang akan dibawa
seumur hidup dan sangat menentukan.
Elizabeth B. Hurlock (1978) menyebut anak usia dini (terutama usia 2-6) disebut
sebagai periode sensitif atau masa peka, yaitu masa dimana fungsi-fungsi tertentu perlu
dirangsang, diarahkan sehingga tidak menghambat perkembangannya. Adapun menurut
Erikson dalam Hels & Turner (1994) memandang periode ini sebagai masa imitasi (fase of
imitative), dimana pada masa ini anak harus didorong untuk mengembangkan inisiatifnya.
Lingkungan dapat membantu menumbuhkan kepercayaan diri dan kemandirian untuk
berprakarsa untuk menumbuhkan inisiatif. Sebaliknya jika terlalu banyak ditegur atau dilarang
anak akan diliputi perasaan bersalah (guilty).
Rasa ingin tahu dan sikap antusias yang kuat terhadap segala sesuatu merupakan ciri
yang menonjol pada anak usia dini, terutama anak usia 4-6 tahun. Anak memiliki sikap
petualangan yang kuat antara lain anak akan banyak memperhatikan, bertanya tentang berbagai
hal yang dilihat atau didengarnya. Selain itu mereka juga memiliki minat yang kuat untuk
mengobservasi lingkungan dan benda-benda disekitarnya (Susanto, 2015: 43-45).
Sebagai pendidik tentunya kita ingin mengetahui perkembangan dan kemajuan belajar
anak didik, sehubungan dengan hal tersebut maka kita memerlukan informasi yang akurat
tentang anak, yang dapat kita peroleh melalui asesmen.
Asesmen yang dalam bahasa Inggris disebut dengan assesment mengandung makna
taksiran/penaksiran, penilaian, penilaian keadaan, beban, pembebanan atau pemikulan.
Menurut H.A.R Tilaar assesment adalah alat tes untuk mengukur performan siswa dalam
proses belajar. Salah satu contoh tes (assesment) yang menjadi industri besar di Amerika adalah
test TOEFL (tes bahasa Inggris) yang digunakan untuk memasuki perguruan perguruan tinggi
terkemuka di Amerika. Hal senada diungkapkan oleh Tardif (1989) bahwa assesment adalah
evaluasi terhadap proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai oleh siswa,
sesuai kriteria yang ditetapkan, contoh assesment di Indonesia salah satunya adalah UN (Ujian
Nasional) yang dahulu dikenal dengan EBTANAS.
Lebih lanjut Lefrancois (1982:336) mengemukakan bahwa assesmen adalah alat
ukur/evaluasi, bagi guru/dosen untuk mengetahui, memonitor, merekam, mendorong, dan
meningkatkan atau memotivasi prestasi siswa yang akan menjadi umpan balik bagi diri siswa
sendiri untuk mengukur kelemahan dan kekuatannya dalam mengukur diri
Sedangkan assessment menurut Hopkins & Antes (1990:31) adalah alat ukur/evaluasi,
bagi guru untuk mengetahui kemajuan siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Lebih tegas
lagi Gagne & Briggs menjelaskan assesment adalah alat ukur keberuntungan guru dan siswa
untuk mengevaluasi diri mereka sendiri (self assesment) dalam meningkatkan keberhasilannya
dan inisiatif diri.
Dalam pendidikan assessmen sering dirangkai dengan kata pembelajaran
(Assesment Of Learning). Pembelajaran menurut Reigeluth dan Degeng adalah ”Upaya untuk
membelajarkan siswa”. Morton & Macbeth seperti yang dikutip Beard & Senior (1980:76)
mengungkapkan bahwa assesment of learning adalah evaluasi pada landasan psikologis yang
dilakukan oleh guru untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu mengevaluasi diri, dimana
guru dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dengan tahapan :
1. Menjadikan alat evaluasi sebagai umpan balik.
2. Memilih alat evaluasi yang objektif dan adil, dengan menginformasikannya kepada siswa,
3. Memberi kesempatan siswa untuk mengevaluasi diri,
4. Memberi kesempatan siswa untuk mengevaluasi teman.
Berdasarkan uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa asesmen dalam pembelajaran
secara istilah adalah upaya penilaian untuk mengukur (keberhasilan atau kegagalan) suatu
proses pembelajaran sekaligus sebagai umpan balik bagi guru dan siswa. Bagi siswa asesmen
dapat dijadikan evaluasi dirinya sejauhmana mereka memiliki kompetensi setelah mengikuti
proses pembelajaran. Bagi guru asesmen dapat dijadikan alat evaluasi yang objektif untuk
mengukur sejauhmana kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Asesmen anak usia dini berbeda karakteristiknya dengan asesmen anak berusia di
atasnya. Strategi asesmen untuk anak usia dini harus sesuai dengan tingkat perkembangan
anak, yang melibatkan aspek fisik, motorik, kognitif, bahasa, dan sosial emosional.
Perkembangan pada anak usia dini bersifat cepat sehingga dibutuhkan suatu asesmen untuk
melihat apakah anak berkembang secara wajar. Jika anak berkembang tidak wajar maka
pengukuran dan prosedur evaluasi perlu dilakukan untuk membuat keputusan tentang
pelayanan intervensi yang sesuai dengan karakteristik anak.
Proses asesmen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal berikut: 1)
dilakukan secara individual dengan membandingkan perkembangan anak saat ini dengan
perkembangan sebelumnya, 2) mempertimbangkan adanya perbedaan dalam perkembangan,
pengalaman, dan budaya anak, 3) bukan dilakukan dalam situasi tes melainkan alamiah, 4)
kemajuan tentang anak dilaporkan dalam konteks individual sehubungan dengan
performansinya dalam tahap usianya, dan bukan merupakan sistem ranking.
Asesmen digunakan untuk beragam tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui aspek perkembangan anak secara individual, yang meliputi aspek
fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosioemosional, dan sebagainya.
2. Untuk diagnosa adanya hambatan perkembangan maupun identifikasi penyebab
masalah belajar pada anak.
3. Untuk memberikan tempat dan program yang tepat untuk anak.
4. Untuk membuat perencanaan program (curriculum planning).
5. Untukmengidentifikasi dan memperbaiki masalah perkembangan pada anak.
6. Untuk kajian penelitian.
Manfaat asesmen menurut National Early Childhood Assement Resource Group adalah
sebagai berikut: 1) mendukung belajar anak, 2) mengidentifikasi anak apakah berkembang
secara normal atau memiliki kebutuhan khusus, 3) mengevaluasi program dan memonitor
kebutuhan anak, 4) sebagai wujud tanggung jawab.
Pengumpulan data dalam asesmen salah satunya dilakukan dengan cara asesmen
portfolio, yang berisi:
a. Hasil kerja anak, misal berupa foto berbagai kegiatan anak misalnya foto saat anak main
balok, melukis, interview anak, dan rekaman video.
b. Dokumentasi dengan orangtua, misalnya berupa kuesioner tentang perkembangan
anak, kegiatan keluarga, daftar anggota keluarga, dan alamat kontak darurat.
c. Data kesehatan anak, misal imunisasi dan alergi.
d. Dokumentasi guru, misalnya ringkasan interview dengan orangtua, hasil observasi dan
anecdotal records, checlist perkembangan anak, dan lain-lain (Fridani dkk, 2012: 1.25).
Portfolio merupakan kumpulan hasil kegiatan atau catatan mengenai aspek
perkembangan siswa dalam kurun waktu tertentu, misalnya dalam waktu satu semester.
Portfolio terdiri atas contoh hasil karya anak, hasil penilaian anak berdasarkan instrumen yang
telah disusun, foto-foto kegiatan, dan beberapa pendukung lainnya, seperti hasil penilaian
(Suyadi dan Dahlia, 2014: 139).
Dari sumber lain menyebutkan, portfolio adalah suatu koleksi pekerjaan dan kegiatan
anak yang diorganisasi secara sistematis menggambarkan potret anak secara menyeluruh.
Proses sistematis yang dimaksud adalah tentang bagaimana mengumpulkan, memilih, dan
menggambarkan yang didasarkan pada belajar sehingga akan membuat portfolio dinamis dan
bermakna.
Dua hal yang dapat diamati dari portfolio ini adalah:
1. Proses, yang menunjukkan bagaimana anak belajar dan melakukan kegiatan.
Penekanannya adalah pada strategi yang digunakan.
2. Hasil atau produk, yang merupakan bukti dari apa yang telah dilakukan siswa.
Robert J. Tierney (1991) memberikan karakteristik penilaian portfolio, yaitu:
1. Mengikutsertakan siswa dalam menilai kemajuannya dan atau mencapai dan
menentukan tujuan belajarnya.
2. Mengukur setiap prestasi yang dicapai yang didasarkan pada perbedaan individual di
antara para siswa.
3. Menggunakan pendekatan kolaboratif untuk penilaian.
4. Mempunyai tujuan bagi siswa untuk menilai dirinya sendiri.
5. Menunjukkan peningkatan, usaha, dan prestasi siswa.
6. Menghubungkan penilaian mengajar dengan belajar.
Sedangkan manfaat dari portfolio dikemukakan oleh Bonnie Campbell dan Cynthia Ruptic
(1991), sebagai berikut ini:
1. Membantu mengembangkan konsep diri positif dalam diri siswa dalam rangka
menumbuhkan proses belajar seumur hidup.
2. Untuk menggambarkan pertumbuhan siswa. Hal ini dapat terlihat dari contoh kegiatan-
kegiatan sekolah yang aktual yang menunjukkan peningkatan keterampilan siswa.
3. Untuk melengkapi pencapaian tujuan yang diharapkan dicapai anak.
4. Untuk meningkatkan kualitas komunikasi antara guru, siswa ataupun guru dan
pimpinan sekolah melalui rapat orangtua (Wahyudin dan Agustin, 2011: 79-81).
Penilaian portofolio sering diibaratkan sebagai satu album photo dari suatu kegiatan
yang merekam aktivitas program dan para partisipannya. Portofolio ini juga sering dianggap
sebagai suatu ‘showcases’ bagi orang-orang yang tertarik atau memerlukan untuk mendapatkan
gambaran mengenai program tersebut. Bagi dunia pendidikan, penilaian portofolio cukup
sering digunkan untuk mendokumentasikan kemajuan dan pencapaian masing-masing siswa.
Penilaian portofolio jika dilakukan secara benar dan sistematis dapat menjadi alat pengukur
praktek, prosedur, dan keluaran yang lebih baik jika dibandingkan alat pengukuran tradisional.
Ada beberapa kelebihan dari Penilaian Portofolio ( sebagaimana dikutip oleh Julia
Scherba dari Venn ) seperti:
1. Menunjukkan evaluasi diri siswa, refleksi, dan pemikiran kritis
2. Mengukur Kinerja dasar berdasarkan contoh original pekerjaan siswa
3. Memberikan fleksibilitas dalam mengukur bagaimana siswa mencapai tujuan
4. Memungkinkan guru dan siswa berbagi tanggung jawab dalam menentukan tujuan
belajar dan untuk evaluasi kemajuan.
5. Memberikan kemungkinan bagi siswa untuk mendapatkan masukkan yang ekstensif dari
proses pembelajaran
6. Memfasilitasi pembelajaran kooperatif, termasuk evaluasi ‘peer’ dan tutoring
7. Memungkinkan pembentukan struktur pembelajaran bertahap
8. Memungkinkan guru dan siswa untuk mendiskusikan tujuan pembelajaran dan kemajuan
dalam dialog yang terstruktur maupun tidak.
9. Memungkinkan pengukuran kemajuan siswa multi dimensi dengan memasukkan berbagai
tipe data dan material.
Bagi seorang guru, penilaian portofolio walaupun sedikit lebih rumit tetapi bisa memiliki
banyak kegunaan. Seperti misalnya:
1. Mendorong pembelajaran mandiri
2. Memperjelas pandangan mengenai apa yang dipelajari
3. Membantu mempelajari pembelajaran
4. Mendemonstrasikan kemajuan berdasarkan keluaran yang diidentifikasikan
5. Membuat interseksi antara instruksi dan penilaian
6. Memberikan jalan kepada siswa untuk menilai diri mereka sebagai pemelajar
7. Memberikan kemungkinan untuk pengembangan dukungan ‘peer’
8. Mengetahui bagaimana portofolio dapat memperbaiki proses persiapan
Dengan demikian penilaian portofolio berbeda dengan penilaian lainnya, penilaian
portofolio merupakan rangkuman setiap aktivitas yang membutuhkan pencermatan,
keobjektifan dan tranparansi. Penilaian portofolio bukanlah hasil rekaan dan bersumber
imajinatif. Hal ini menunjukkan program pembelajaran dalam persiapan evaluasi harus
berkelanjutan dari satu kegiatan kepada kegiatan lain guna peningkatan mutu kualitas
pendidikan bagi input maupun output di sekolah. Kegiatan tersebut dapat terlembaga secara
baik dan profesional baik di lembaga formal maupun non formal.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Fridani, Lara dkk, 2012. Evaluasi Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka
Hopkins, Charles D and Richard L. Antes. 1990. Classroom Measurement and Evaluation.,
Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon
Jalal, F. 2002. “Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan yang Mendasar”. Jurnal Ilmiah Anak
Usia Dini. Vol.03 Hal.4-8
Lefrancois, Guy R. 1982. Psychology for Teaching: a bear rarely faces the front, Fourth
Edition. Wadsworth Pub. Co
Susanto, Ahmad. 2015. Bimbingan dan Konseling untuk PAUD. Jogjakarta: Diva Press
Suyadi dan Dahlia, 2014. Implementasi dan Inovasi Kurikulum Paud 2013-Program
Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences. Bandung: Remaja Rosdakarya
Tardif. 1989. Metode Pengajaran: Penelitian Tindakan Kelas
Tilaar H.A.R. 2006. Standarisasi Pendidikan Nasional, Suatu Tinjauan Kritis. Jakarta:
Rineka Cipta
Wahyudin dan Agustin, 2011. Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini. Bandung: Refika
Aditama
Recommended