View
219
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
EKSPERIMENTASI PENGGUNAAN PETA KONSEP PADA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
DITINJAU DARI KEMAMPUAN PRASYARAT SISWA KELAS X SMA DI SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2010-2011
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
MAGDALENA PUSPITANINGTYAS
S850809209
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
EKSPERIMENTASI PENGGUNAAN PETA KONSEP PADA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
DITINJAU DARI KEMAMPUAN PRASYARAT SISWA KELAS X SMA DI SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2010-2011
Disusun oleh :
Magdalena Puspitaningtyas
S850809209
Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing
Pada Tanggal ........................
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Mardiyana, M.Si Drs. Gatut Iswahyudi, M.Si NIP. 19660225 199302 1002 NIP. 19670607 199302 1001
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Dr. Mardiyana, M.Si NIP. 19660225 199302 1002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
EKSPERIMENTASI PENGGUNAAN PETA KONSEP PADA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
DITINJAU DARI KEMAMPUAN PRASYARAT SISWA KELAS X SMA DI SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2010-2011
Disusun oleh :
Magdalena Puspitaningtyas
S850809209
Telah Disetujui dan Disahkan oleh Tim Penguji Pada Tanggal ........................................
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua : Drs. Tri Atmojo K, M.Sc.Ph.D ....................... Sekretaris : Dr. Riyadi, M.Si ........................ Anggota Penguji :
1. Dr. Mardiyana, M.Si ........................
2. Drs. Gatut Iswahyudi, M.Si ........................ Mengetahui Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi Universitas Sebelas Maret Surakarta Pendidikan Matematika Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D Dr. Mardiyana, M.Si NIP.19570820 198503 1004 NIP.19660225 199302 1002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama : Magdalena Puspitaningtyas
NIM : S850809209
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul :
EKSPERIMENTASI PENGGUNAAN PETA KONSEP PADA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI KEMAMPUAN PRASYARAT SISWA KELAS X SMA DI SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010-2011 adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini
diberi tanda khusus dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari
terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik
berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis ini.
Surakarta, Januari 2011
Yang membuat pernyataan
Magdalena Puspitaningtyas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Tuhan punya rencana dalam setiap pribadi manusia yang diciptakanNya.
Tesis ini kupersembahkan kepada: 1. Deki Sulistiyo, suamiku yang tercinta.
2. Ibunda tercinta di Solo.
3. Bapak dan Ibu mertuaku di Delanggu.
4. Saudara-saudaraku.
5. Teman-temanku mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana UNS.
6. Rekan-rekan guru matematika SMA Negeri dan Swasta se-Surakarta
7. Almamater.
8. Pembaca yang budiman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan, atas rahmat dan kasihNya
yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul: EKSPERIMENTASI PENGGUNAAN PETA KONSEP PADA MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI KEMAMPUAN
PRASYARAT SISWA KELAS X SMA DI SURAKARTA TAHUN PELAJARAN
2010-2011.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini telah banyak
melibatkan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis
menyampaikan rasa hormat, penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D direktur Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian dan kesempatan belajar yang
seluas-luasnya untuk menyelesaikan tesis ini.
2. Asisten Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan ijin penelitian dan kesempatan belajar yang seluas-luasnya
untuk menyelesaikan tesis ini.
3. Dr. Mardiyana, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, sekaligus selaku
pembimbing I yang telah memberikan petunjuk, bimbingan, dan dorongan
sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan.
4. Drs. Gatut Iswahyudi, M.Si. selaku pembimbing II dalam penyusunan tesis ini,
yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berarti dalam
penyusunan tesis ini, sehingga dapat penulis selesaikan dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberikan
bekal ilmu pengetahuan sehingga mempermudah penulis dalam menyelesaikan
tesis ini.
6. Drs. Rahmat Sutomo, MM kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kota
Surakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menempuh
pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
7. Drs. Unggul Sudarmo, M.Pd kepala SMA Negeri 5 di Surakarta yang telah
memberikan ijin untuk uji coba instrumen penelitian, yang diperlukan dalam
penyusunan tesis ini.
8. Drs. Sukardjo, MA kepala SMA N 2 Surakarta, Drs. Soewarto, MM kepala
SMA Batik 2 Surakarta, dan Drs. Mulyanto kepala SMA Kristen 2 Surakarta
yang telah memberikan ijin penelitian dan berbagai kemudahan, sehingga tesis
ini dapat penulis selesaikan.
9. Rekan guru SMA N 2, SMA Batik 2 dan SMA Kristen 2 Surakarta yang telah
membantu dalam penelitian ini.
10.Rekan-rekan guru matematika SMA Negeri dan Swasta Surakarta yang
senantiasa memberikan bantuan, kemudahan dan motivasi sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini.
11. Teman-teman mahasiswa angkatan 2009 Program Studi Pendidikan Matematika
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
memberikan motivasi dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
ini.
12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini, yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Surakarta, Januari 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ...................................................................................................................... i
PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................................................. ii
PENGESAHAN TESIS ............................................................................................ iii
PERNYATAAN ........................................................................................................ iv
MOTTO dan PERSEMBAHAN ................................................................................ v
KATA PENGANTAR ............................................................................................... vi
DAFTAR ISI .............................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL........................................................................................ .............. xii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................xiv
ABSTRAK...............................................................................................................xvi
ABSTRACT...............................................................................................................xvii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 6
C. Pemilihan Masalah ................................................................................... 7
D. Pembatasan Masalah ................................................................................ 8
E. Perumusan Masalah .................................................................................. 9
F. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 10
G. Manfaat Penelitian ................................................................................... 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
BAB II. LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori ..................................................................................... 13
1. Hasil Belajar Matematika ............................................................. 13
2. Model Pembelajaran ..................................................................... 22
B. Penelitian yang Relevan ....................................................................... 38
C. Kerangka Berpikir ................................................................................ 39
D. Perumusan Hipotesis ............................................................................ 41
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian ................................................ 43
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ........................... 46
C. Variabel Penelitian ............................................................................... 48
D. Teknik Pengumpulan Data, Instrumen dan Uji instrumen ................... 50
1. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 50
2. Instrumen Penelitian ....................................................................... 51
3. Uji Coba Instrumen ......................................................................... 51
E. Teknik Analisis Data ............................................................................ 56
1. Uji Keseimbangan ... ...................................................................... 56
2. Uji Prasyarat ..................................................................... ............ 57
3. Uji Hipotesis ................................................................................. 60
4. Uji Komparasi Ganda ................................................................... 66
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ........................................... 69
1. Instrumen Tes Kemampuan Prasyarat Peserta Didik ......... ............ 69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
2. Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika ...................................... ..71
B. Deskripsi Data ..................................................................................... 73
1. Data Kemampuan Prasyarat Peserta Didik .................................. 73
2. Data Hasil Belajar Matematika .................................................... 75
C. Hasil Analisis Data ............................................................................. 76
1. Uji Keseimbangan ........................................................................ 76
2. Uji Prasyarat ................................................................................ 78
3. Uji Hipotesis Penelitian ............................................................... 81
4. Uji Lanjut Pasca Anava .............................................................. .82
D. Pembahasan Hasil Analisa Data ......................................................... .84
E. Keterbatasan Penelitian ..................................................................... .90
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan ..... ................................................................................... .92
B. Implikasi ............................................................................................ .93
C. Saran ................................................................................................... .95
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... ....................... .97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Desain Faktorial Penelitian ................................................................................. 46
2. Interpretasi Indeks Kesukaran Soal ( P ) ............................................................ 54
3. Interpretasi Daya Beda Soal ( D )........................................................................ 55
4. Data Amatan, Rataan dan Jumlah Kuadrat Deviasi ............................................. 62
5. Rataan dan Jumlah Rataan ................................................................................... 63
6. Rangkuman Analisis variansi .............................................................................. 66
7. Deskripsi Data Hasil Belajar matematika ................................................ ........... 76
8. Rangkuman Uji Normalitas Kemampuan Prasyarat .......................................... 77
9. Rangkuman Uji Normalitas Hasil Belajar Matematika ..................................... 79
10. Rangkuman Uji Homogenitas Variansi ................................................ ............ 80
11. Rangkuman Hasil Analisis Variansi ................................................................. 81
12. Rangkuman Rataan antar Sel dan Rataan Marginal............................... ........... 83
13. Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rataan antar Kolom .................................... 83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1. Grafik Distribusi Student’s-t .......................................................................... 57
3.2. Grafik Distribusi Chi Kuadrat ........................................................................ 59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Kisi-Kisi Soal Uji Coba Tes Kemampuan
Prasyarat Siswa ....................................................................... ....... 99
Lampiran 2 : Soal Uji Coba Tes Kemampuan Prasyarat .................................... 103
Lampiran 3 : Lembar Validasi Instrumen Tes Kemampuan Prasyarat
Siswa............................................................................................... 113
Lampiran 4 : Hasil Jawaban Responden ............................................................ 116
Lampiran 5 : Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Kemampuan Prasyarat ............ 120
Lampiran 6 : Daya Pembeda Soal Kemampuan Prasyarat................................... 126
Lampiran 7 : Rangkuman Analisis Soal Kemampuan Prasyarat ......................... 132
Lampiran 8 : Reliabilitas Soal Kemampuan Prasyarat.................... ..................... 133
Lampiran 9 : Kisi-Kisi Soal Uji Coba Tes Hasil Belajar............................... ....... 137
Lampiran 10 : Soal Uji Coba Tes Hasil Belajar Matematika............................... 140
Lampiran 11 : Lembar Jawaban Uji Coba Tes Hasil Belajar Matematika.... ........ 151
Lampiran 12 : Hasil Jawaban Soal Uji Coca Tes Hasil Belajar........ .................... 154
Lampiran 13 : Tingkat Kesukaran Uji Coba Tes Hasil Belajar Matematika ... .. 158
Lampiran 14 : Daya Pembeda Soal Uji Coba Tes Hasil Belajar Matematika .. ... 164
Lampiran 15 : Rangkuman Analisis Soal Uji Coba Tes Hasil Belajar.......... ........ 170
Lampiran16 : Reliabilitas Soal Hasil Belajar Matematika..................................... 171
Lampiran 17: Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Prasyarat ..................................... 175
Lampiran18 : Soal Tes Kemampuan Prasyarat ................................................... 176
Lampiran 19 : Kisi-Kisi Soal Tes Hasil Belajar ............................................. ...... 190
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Lampiran 20 : Soal Tes Hasil Belajar Matematika ............. ........................... ..... 193
Lampiran 21 : RPP Kelompok Eksperimen 1 .................... .................................. 204
Lampiran 22 : RPP Kelompok Eksperimen 2... ................... ................................ 262
Lampiran 23 : Data Induk Penelitian ............................... .................................... 319
Lampiran 24 : Uji Normalitas Kemampuan Prasyarat................ ........................... 322
Lampiran 25 : Uji Homogenitas Variansi Kemampuan Prasyarat........................ 324
Lampiran 26 : Uji Keseimbangan ........ ................................................................ 325
Lampiran 27 : Uji Normalitas Hasil Belajar ......................................................... 326
Lampiran 28 : Uji Homogenitas Variansi Hasil Belajar ...................................... 331
Lampiran 29: Data Amatan Hasil Belajar ............................................................. 311
Lampiran 30: Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama......................... 334
Lampiran 31 : Uji Komparasi Ganda .................................................................... 336
Lampiran 32 : Tabel-tabel Statistik ...................................................................... 337
Lampiran 33 : Surat Ijin Penelitian ........................................................................ 341
Lampiran 34 : Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah ...................................... 343
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
ABSTRAK
Magdalena Puspitaningtyas. S850809209. Eksperimentasi Penggunaan Peta Konsep pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ditinjau dari Kemampuan Prasyarat Siswa Kelas X SMA di Surakarta Tahun Pelajaran 2010-2011. Komisi pembimbing I, Dr. Mardiyana, M.Si, dan pembimbing II Drs. Gatut Iswahyudi, M.Si. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Apakah penggunaan peta konsep pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menghasilkan hasil belajar matematika siswa yang lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe STAD tanpa peta konsep. (2) Apakah hasil belajar matematika siswa yang memiliki kemampuan prasyarat tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemampuan prasyarat sedang atau rendah. Apakah siswa yang memiliki kemampuan prasyarat sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemampuan prasyarat rendah. (3) Apakah perbedaan hasil belajar matematika dengan menggunakan peta konsep pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran tipe STAD tanpa peta konsep konsisten pada tiap-tiap kategori kemampuan prasyarat siswa dan apakah perbedaan hasil belajar matematika antara tiap-tiap kategori kemampuan prasyarat siswa konsisten pada penggunaan peta konsep pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran tipe STAD tanpa peta konsep. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu dengan desain faktorial 2x3. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2010 sampai Desember 2010 dengan populasi siswa kelas X reguler SMA di Surakarta. Sampel penelitian diperoleh dengan gabungan stratified random sampling dan cluster random sampling. Banyak anggota sampel untuk kelompok eksperimen 1 (penyajian materi menggunakan peta konsep pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD) sebanyak 85. Sedangkan kelompok eksperimen 2 (penyajian materi dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tanpa peta konsep) sebanyak 84. Pengumpulan data dilakukan dengan tes pilihan ganda. Validitas instrumen tes menggunakan validitas isi dan reliabilitas tes digunakan uji KR-20. Prasyarat analisis data dengan menggunakan uji Lilliefors untuk uji normalitas dan uji Bartlett untuk uji homogenitas. Analisis data dengan analisis variansi dua jalan sel tak sama. Hasil analisis dua jalan dengan taraf signifikansi a = 5%, menunjukkan (1) ada pengaruh penggunaan peta konsep pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas X materi logaritma (Fa=4,26697>3,84=F(0,05;1;163)), (2) ada pengaruh kemampuan prasyarat siswa terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas X materi logaritma (Fb = 263,851> 3,00=F(0,05;2;163)) dan (3) tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dan kemampuan prasyarat siswa pada siswa kelas X materi logaritma (Fab = 0,25932< 3,00=F(0,05;2;163)).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) penggunaan peta konsep pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD menghasilkan hasil belajar matematika siswa yang lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe STAD tanpa peta konsep pada siswa kelas X untuk materi logaritma (2) hasil belajar matematika siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
yang memiliki kemampuan prasyarat tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemampuan prasyarat sedang atau rendah, dan hasil belajar matematika siswa yang memiliki kemampuan prasyarat sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemampuan prasyarat rendah. (3) perbedaan hasil belajar matematika dengan menggunakan peta konsep pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tanpa peta konsep konsisten pada tiap-tiap kategori kemampuan prasyarat siswa dan perbedaan hasil belajar matematika antara tiap-tiap kategori kemampuan prasyarat siswa konsisten pada penggunaan peta konsep pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan penggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tanpa peta konsep.
Kata Kunci : Peta Konsep, Model pembelajaran kooperatif, STAD, Kemampuan prasyarat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
ABSTRACT
Magdalena Puspitaningtyas. S850809209. The Experimentation of Use of Concept Mapping On Cooperative Learning Method by STAD Type Viewed From Students Prerequisites Competence of Senior High School Students Grade X at Surakarta Academic Year 2010-2011. Consultant commission I Dr. Mardiyana, M.Si and consultant commission II Drs. Gatut Iswahyudi, M.Si. Thesis. Mathematics Education Study Program of Postgraduate Program of Sebelas Maret University Surakarta. 2011. The aims of this research are to know: (1) whether the use of concept mapping on Cooperative Learning Method by STAD Type with using concept mapping can result in students learning achievement in mathematics which better than Cooperative Learning Method by STAD Type without using concept mapping. (2) whether the result of students learning achievement in mathematics who have a high prerequisites competence better than those who have a middle or low prerequisites competence and whether the result of students learning achievement in mathematics who have a middle prior competence better than those who have a low prerequisites competence. (3) whether the difference of students learning achievement in mathematics on the use of concept mapping on Cooperative Learning Method by STAD Type and Cooperative Learning Method by STAD Type without using concept mapping consistent in each prerequisites competence category and is the difference of students’ learning achievement in mathematics of each prerequisites competence category consistent on cooperative learning method using the use of concept mapping on Cooperative Learning Method by STAD Type and Cooperative Learning Method by STAD Type without using concept mapping
This research is a quasi experiment with 2x3 factorial design. A study was conducted in February 2010 to December 2010 with a population of state senior high school students grade X in Surakarta. This sample was obtained by a combination of stratified random sampling and cluster random sampling. The number of participants in this research was 85 students as the experimental group 1 (using cooperative learning method by STAD with using concept mapping ). Meanwhile, the experimental group 2 (using cooperative learning method by STAD without using concept mapping). consists of 84 students. The data was collected using multiple choice test. The validity of test instrument used content validity and the reliability of the test used KR-20 test.
The prerequisites of data analysis employed Lilliefors test for normality test and Bartlett test for homogenity test. The technique used to analyze data in this study was two ways variance analysis with different cells. The results of two ways variance analysis at significance level a =5% show that (1) there is an effect of learning method by STAD with using concept mapping usage on the students’ learning achievement of students grade X in the subject matter Logarithm (Fa= 4.26697>3.84 = F(0.05;1;163)), (2) there is an effect The prerequisites competence usage on the learning achievement of students grade X in the subject matter of Logarithm (Fb = 263.851> 3.00 = F(0.05;2;163)) and (3) there is no interaction between the learning method and the students prerequisites competence in the learning
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
achievement of grade X in the subject matter Logarithm (Fab = 0.25932< 3.00 = F(0.05;2;163)).
The conclusion of this research are: (1) cooperative learning method using STAD Type with concept mapping result in students’ learning achievement in mathematics which is better than cooperative learning method using STAD Type without concept mapping (2) the students who have high prerequisites competence achieve better result in mathematics compared with those who have middle or low prerequisites competence and the students who have middle prerequisites competence achieve better result in mathematic compared with those have low prerequisites competence (3) the difference of learning achievement in mathematics using cooperative learning method by STAD with using concept mapping and cooperative learning method by STAD without using concept mapping are consistent with each prerequisites competence category and the difference of learning achievement in based on students’ prerequisites competence category is consistent with cooperative learning method by STAD with using concept mapping and cooperative learning method by STAD without using concept mapping.
Keyword : concept mapping, cooperative learning, STAD, prerequisites competence.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di abad 21 ini dampak globalisasi telah dirasakan oleh hampir semua
orang di belahan dunia manapun. Setiap orang dapat dengan mudah mengakses
informasi dari tempat lain, baik melalui media cetak maupun media elektronik.
Dengan menggunakan internet orang dapat dengan mudah mempromosikan hasil
usahanya agar dikenal orang lain. Melalui internet pula orang dapat
berkomunikasi secara cepat tanpa ada batasan ruang dan waktu.
Pengaruh modernisasi dan globalisasi menyebabkan struktur dalam
keluarga banyak yang berubah. Pada awal abad 19 peran orang tua dan kehadiran
orang tua dalam mendidik anak amat terasa sekali, karena orang tua memiliki
waktu yang banyak untuk memperhatikan anaknya secara langsung. Saat ini
banyak anak yang dibesarkan oleh keluarga tanpa kehadiran penuh orang tuanya.
Waktu orang tua baik ayah maupun ibu lebih banyak digunakan di luar rumah
untuk mengejar karir di tempat mereka bekerja daripada menemani anaknya di
rumah. Anak tumbuh dalam asuhan pembantu rumah tangga. Tidak sedikit orang
tua yang bahkan tidak mengetahui perkembangan anaknya di sekolah. Mereka
merasa telah menyerahkan anaknya untuk dididik di sekolah.
Di sisi lain peserta didik di sekolah ada yang tidak memiliki motivasi yang
baik. Mereka tidak mau mempersiapkan diri dengan baik ketika akan belajar ilmu
pengetahuan di sekolah. Menjadi tanggung jawab orang tua dan guru untuk
membangkitkan motivasi pada peserta didik agar mereka dapat belajar bagaimana
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
belajar. Motivasi diakui sebagai salah satu hal penting yang harus dimiliki peserta
didik agar mereka dapat menguasai materi pelajaran yang diberikan oleh guru.
Dengan memiliki motivasi yang baik peserta didik dengan mudah belajar agar ia
dapat melakukan sesuatu. Hewitt dalam Nasution (2008, 181) mengemukakan
bahwa ”attentional set” merupakan dasar bagi perkembangan motivasi yang
bersifat sosial, artinya peserta didik suka bekerja sama dengan peserta didik
lainnya dan juga dengan gurunya. Ia mengharapkan penghargaan dari temannya,
mencegah celaan mereka, dan ingin mendapatkan harga dirinya di kalangan
kawan sekelasnya.
Dalam dunia pendidikan, paradigma lama yang bersumber pada teori
tabula rasa John Locke masih sangat berpengaruh. John Locke dalam Lie (2008,
23) mengatakan bahwa pikiran seorang peserta didik ibarat kertas kosong yang
putih bersih dan siap menunggu coretan-coretan dari gurunya. Dengan kata lain
otak seorang peserta didik ibarat botol kosong yang siap diisi dengan pengetahuan
dari gurunya. Dari asumsi ini banyak guru yang melaksanakan kegiatan belajar
mengajar sebatas pada tugas guru adalah memberi dan tugas peserta didik adalah
menerima. Guru memberikan informasi dan mengharapkan peserta didik untuk
menghafal dan mengingatnya. Guru aktif memberikan pengetahuan dan peserta
didik menerima pengetahuan dengan pasif. Di sisi lain peserta didik berusaha
bekerja keras untuk mengalahkan temannya, siapa yang kuat dialah yang menjadi
pemenangnya.
Pemilihan model pembelajaran guru yang monoton juga sering menjadi
kendala bagi peserta didik untuk mengerti materi pelajaran yang diberikan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Saat ini guru bukanlah satu-satunya sumber belajar, oleh karena itu guru haruslah
memiliki inovasi yang selalu baru dalam pengajarannya. Dengan menganggap
peserta didik sebagai seorang individu yang utuh dalam masyarakat maka
sebaiknya dalam pengajarannya guru juga memperhatikan perkembangan peserta
didik baik sebagai individu maupun sebagai mahkluk sosial. Model pembelajaran
yang dipilih guru harus dapat menunjang aspek-aspek tersebut, karena yang
menjadi pusat pembelajaran adalah peserta didik.
Sejauh ini, pembelajaran yang berpusat pada guru masih sering
dilakukan, alasannya yaitu karena pemerintah masih memberlakukan Ujian Akhir
Nasional (UAN) yang menjadikan guru harus menyelesaikan semua materi UAN.
Guru harus menyelesaikan materi standar kompetensi lulusan (SKL). Masyarakat
masih menggunakan indikator kelulusan sebagai tolok ukur keberhasilan suatu
sekolah. Mereka mempunyai pandangan bahwa bila suatu sekolah semua peserta
didik lulus 100% maka sekolah tersebut dinilai memiliki mutu baik, sedang bila
ada beberapa peserta didik yang tidak lulus, masyarakat menilai sekolah tersebut
mutunya kurang baik. Di samping itu bila guru yang mengampu mata pelajaran
UAN, ada peserta didik yang diampu tidak lulus, masih ada kepala sekolah yang
melihat bahwa guru tersebut dinilai tidak kompeten dalam mengajar. Ini menjadi
dilema tersendiri bagi guru di satu sisi diberi kewenangan penuh di sisi lain
dituntut UAN hasilnya baik, padahal bila peserta didik lulus UAN 100% tidak
menjamin sekolah tersebut mutunya baik.
Berdasarkan hasil prestasi Ujian Akhir Nasional (UAN) SMA tahun
pelajaran 2008/2009 kota Surakarta untuk mata pelajaran matematika program
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
studi IPA berada pada urutan ke-30 dari 35 kabupaten dan kota di Jawa Tengah .
Program studi IPS berada pada urutan ke-35 dari 35 kabupaten dan kota se Jawa
Tengah. Program studi Bahasa berada pada urutan ke-23 dari 27 kabupaten dan
kota di Jawa Tengah.
Dari data tersebut, terlihat bahwa hasil prestasi belajar UAN untuk mata
pelajaran matematika di kota Surakarta masih kurang menggembirakan jika
dibandingkan dengan kota dan kabupaten lain di Jawa Tengah. Keadaan ini
mungkin disebabkan oleh: pembelajaran di kelas yang cenderung monoton,
peserta didik hanya sebagai pendengar, kemampuan prasyarat peserta didik yang
lemah, peserta didik tidak menguasai materi sebelumnya, peserta didik mengalami
masalah secara komprehensif atau parsial dalam matematika.
Salah satu materi dengan tingkat penguasaan peserta didik yang masih
rendah adalah materi logaritma, hal ini didukung dengan data dari Puspendik yang
menyatakan bahwa daya serap (penguasaan materi) UAN tahun pelajaran 2008/
2009 mata pelajaran matematika tingkat rayon kota Surakarta untuk kompetensi
dasar logaritma pada program IPS adalah 67,19%, sedangkan untuk program
Bahasa daya serapnya adalah 33,15%. Materi logaritma dalam kurikulum KTSP
dipelajari oleh peserta didik pada kelas X semester 1. Rendahnya daya serap ini
kemungkinan disebabkan oleh kemampuan prasyarat peserta didik dalam
menguasai materi eksponen yang merupakan materi prasyarat untuk mempelajari
logaritma kurang baik, atau kemungkinan metode yang digunakan guru dalam
pembelajaran logaritma kurang tepat. Salah satu kemungkinan menyelesaikan
masalah tersebut, dengan cara pemilihan metode yang tepat oleh guru, karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
tidaklah mungkin jika seorang guru menggunakan hanya satu metode saja dalam
beberapa kali tatap muka. Guru yang menggunakan metode yang bervariasi
kemungkinan akan dapat memudahkan siswa dalam mempelajari konsep-konsep
yang baru, dalam hal ini akan diteliti pengaruh penggunaan pembuatan
rangkuman dengan peta konsep pada metode pembelajaran kooperatif tipe STAD
dapat menjadi pemecahan masalah mengenai rendahnya hasil belajar peserta didik
pada kompetensi dasar logaritma.
Guru mempunyai peranan cukup penting untuk mengadakan perubahan.
Proses pembelajaran di kelas menuntut adanya perubahan dari pembelajaran yang
berpusat pada guru ke pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Aktivitas
pembelajaran perlu dihindari yang sifatnya mekanistik belaka, karena perbelajaran
ini tidak bermakna. Perlu pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif
dan juga mempertimbangkan keberadaan peserta didik. Hal ini sesuai dengan
pendapat Orhan and Ruhan (2006) dalam jurnal internasional yang berjudul The
Effects of Problem-Based Active Learning in Science Education on Students
Academic Achievement, Attitude and Concept Learning menyatakan bahwa : The
Active Learning method are more effective than the classic method by relying on
the findings of their research conducted on the basis of problem-based learning,
brain storming and cooperative learning, yang artinya metode belajar aktif lebih
effektif dari pada metode tradisional karena percaya pada hasil penelitian mereka
yang berdasarkan pada pembelajaran berdasar permasalahan, daya kerja otak dan
pembelajaran kooperatif. Agar konsep yang dipelajari peserta didik tidak mudah
dilupakan perlu berbagai strategi, salah satunya dengan membuat ringkasan materi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
dalam bentuk peta konsep. Tiap-tiap peserta didik bebas menggambarkan peta
konsep yang mereka inginkan sesuai dengan keterampilan mereka. Peserta didik
di tingkat SMA telah memiliki tanggung jawab yang baik dan dapat bekerja sama
dengan orang lain untuk itu pembelajaran kooperatif merupakan salah satu
pembelajaran yang dapat digunakan guru, di mana pada pembelajaran ini peserta
didik dilibatkan secara aktif. Dalam pembelajaran kooperatif peserta didik terlibat
dalam diskusi, memecahkan masalah bersama, bekerja sama, mendengarkan
pendapat peserta didik yang lain bahkan menyampaikan atau mempresentasikan
hasil dari kerjasama kelompok. Pembelajaran yang demikian dapat membekali
peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya sehingga mampu menjadi
pribadi yang mandiri, bertanggung jawab, bekerja sama dan mempunyai
kompetensi lulusan yang baik.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai
berikut:
1. Rendahnya hasil belajar matematika peserta didik kemungkinan
disebabkan oleh metode pembelajaran yang digunakan guru dalam proses
belajar mengajar kurang tepat. Terkait dengan hal ini, muncul
permasalahan yang menarik untuk diteliti, yaitu apakah pemilihan metode
pembelajaran yang sesuai dan tepat dapat meningkatkan hasil belajar
matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
2. Mengingat penguasaan kemampuan prasyarat mempunyai peranan yang
penting dalam belajar matematika maka ada kemungkinan rendahnya hasil
belajar peserta didik diakibatkan oleh lemahnya kemampuan prasyarat
peserta didik. Terkait hal ini, dapat diteliti apakah rendahnya hasil belajar
matematika peserta didik tergantung pada kemampuan prasyarat yang
dimiliki peserta didik .
3. Ada kemungkinan hasil belajar peserta didik yang belum memuaskan
disebabkan peserta didik cenderung pasif, hanya menjadi pendengar dan
hanya belajar secara individu. Guru mungkin belum mengoptimalkan
kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik. Terkait dengan ini, dapat
diteliti apakah pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif
dalam membuat rangkuman dengan cara pembuatan peta konsep dan
peserta didik belajar secara kooperatif dalam kelompok dapat
meningkatkan daya ingat peserta didik menjadi lebih baik, sehingga dapat
pula meningkatkan hasil belajar matematika
C. Pemilihan masalah
Karena keterbatasan peneliti, tidaklah mungkin untuk melakukan
penelitian dengan banyak masalah penelitian dalam waktu yang sama.
Berdasarkan identifikasi masalah, peneliti akan mencoba menyelesaikan masalah
penelitian yang terkait dengan variabel penggunaan peta konsep pada metode
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD),
faktor internal peserta didik dan hasil belajar peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Alasan peneliti memilih penggunaan peta konsep karena peta konsep yang
sederhana dan sarat dengan informasi akan dapat membantu peserta didik
meningkatkan daya ingatnya. Sedangkan penggunaan metode pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) akan menjadikan
peserta didik ikut aktif dalam proses pembelajaran, peserta didik juga diajarkan
untuk bekerja sama dengan peserta didik lainnya, menghargai pendapat orang lain
dan menyadari keberadaan dirinya sehingga tidak akan menjadi sombong kalau
mempunyai kelebihan dan tidak akan menjadi rendah diri kalau mempunyai
kekurangan.
D. Pembatasan Masalah
Sehubungan dengan masalah-masalah di atas, agar permasalahan tidak
berkembang lebih jauh, maka masalah yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi
sebagai berikut:
1. Penelitian seluruh peserta didik kelas X reguler semester I SMA di
Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011.
2. Model pembelajaran yang digunakan adalah penggunaan peta konsep pada
model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions
(STAD) pada kelas eksperimen 1 dan model pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams-Achievement Divisions (STAD) pada kelas eksperimen 2.
3. Faktor internal peserta didik yang diteliti adalah kemampuan prasyarat
peserta didik. Kemampuan prasyarat peserta didik yang peneliti gunakan
adalah nilai hasil tes kompetensi dasar eksponen peserta didik sebelum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
mengikuti pembelajaran logaritma. Dalam penelitian ini, kemampuan
prasyarat peserta didik dibedakan menjadi tiga tingkatan yaitu tinggi,
sedang dan rendah.
4. Hasil belajar matematika peserta didik dibatasi pada hasil belajar peserta
didik setelah dilakukan eksperimen untuk materi logaritma pada peserta
didik SMA kelas X.
E. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi, pemilihan dan pembatasan masalah maka
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah penggunaan peta konsep pada model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dapat menghasilkan hasil belajar matematika peserta didik yang
lebih baik dari pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD?
2. Apakah hasil belajar matematika peserta didik yang memiliki kemampuan
prasyarat tinggi lebih baik daripada peserta didik yang mempunyai
kemampuan prasyarat sedang atau rendah? Apakah hasil belajar
matematika peserta didik yang memiliki kemampuan prasyarat sedang
lebih baik daripada peserta didik yang mempunyai kemampuan prasyarat
rendah?
3. Apakah perbedaan hasil belajar matematika dengan menggunakan peta
konsep pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD konsisten pada tiap-tiap kategori
kemampuan prasyarat peserta didik dan apakah perbedaan hasil belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
matematika antara tiap-tiap kategori kemampuan prasyarat peserta didik
konsisten pada penggunaan peta konsep pada model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD?
F. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Penggunaan peta konsep pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dapat menghasilkan hasil belajar matematika peserta didik yang lebih baik
daripada model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Hasil belajar matematika peserta didik yang memiliki kemampuan
prasyarat tinggi lebih baik daripada peserta didik yang mempunyai
kemampuan prasyarat sedang atau rendah. Hasil belajar matematika
peserta didik yang memiliki kemampuan prasyarat sedang lebih baik
daripada peserta didik yang mempunyai kemampuan prasyarat rendah.
3. Perbedaan hasil belajar matematika dengan menggunakan peta konsep
pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD konsisten pada tiap-tiap kategori kemampuan
prasyarat peserta didik dan perbedaan hasil belajar matematika antara tiap-
tiap kategori kemampuan prasyarat peserta didik konsisten pada
penggunaan peta konsep pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
G. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi khasanah pada proses
pembelajaran matematika terutama yang berkaitan dengan penggunaan peta
konsep pada pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions
(STAD) dan kemampuan prasyarat peserta didik. Dengan mengetahui kadar
kekuatan pengaruh tersebut diharapkan dapat menunjukkan seberapa penting
variabel tersebut mempengaruhi hasil belajar matematika peserta didik.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peserta didik
Melalui penelitian ini diharapkan peserta didik dapat memperluas wawasan
tentang cara belajar matematika yaitu dengan cara membuat rangkuman yang
berbentuk peta konsep, agar konsep yang dipelajari lebih mudah diingat,
belajar bertanggung jawab dalam kelompok, belajar berinteraksi dalam
kelompok, belajar bekerja sama dalam kelompok dan berkomunikasi dalam
kelompok.
b. Bagi guru dan calon guru
Melalui penelitian ini diharapkan guru dapat mengenal lebih baik tentang
penggunaan peta konsep pada metode pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams-Achievement Divisions (STAD) ditinjau dari kemampuan prasyarat
peserta didik dan termotivasi untuk berani melakukan inovasi pembelajaran
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
c. Bagi MGMP matematika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Melalui penelitian ini kelompok guru matematika dapat memperoleh
informasi tentang penggunaan peta konsep pada metode pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dan dapat
mendiskusikan hasil penelitian ini dan selanjutnya berani untuk melakukan
perubahan-perubahan dan perbaikan dalam mengajar.
c. Bagi Sekolah
Melalui penelitian ini diharapkan sekolah dalam hal ini kepala sekolah dan
pemegang otoritas di sekolah dapat memperoleh informasi sebagai masukan
dalam menentukan kebijakan terkait dengan proses pembelajaran matematika
di kelas sehingga diharapkan akan dapat meningkatkan prestasi belajar
peserta didik pada mata pelajaran matematika. Dengan prestasi belajar
peserta didik yang tinggi otomatis prestasi sekolah tersebut juga menjadi
lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Hasil Belajar Matematika
a. Hakekat Matematika
Menurut Jonson dan Rising dalam Jihad (2008,175) matematika adalah
pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logis. Matematika
adalah bahasa, bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan
cermat, jelas, akurat dengan simbol yang padat, lebih berupa bahasa simbol
dengan arti dari pada sekedar bunyi. Matematika .adalah pengetahuan struktur
yang terorganisasi, sifat-sifat atau teori dibuat secara deduktif berdasarkan pada
unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan
kebenarannya. Matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan atau ide.
Matematika adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keteraturan dan
keharmonisannya
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pendidikan
Menengah Umum (1995,3) mendefinisikan matematika dalam GBPP adalah
matematika sekolah dengan pengertian bahwa materi dan pola pikirnya telah
dipilih dan disesuaikan dengan proses perkembangan siswa. Walaupun objek
matematika adalah abstrak, namun pengajarannya dapat dimulai dari objek
yang konkrit. Demikian pula pola pikir matematika adalah deduktif dan
konsisten atau deduktif aksiomatis. Selain itu matematika sekolah juga
13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
disesuaikan dengan kebutuhan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
Fungsi mata pelajaran matematika di SMA adalah sebagai wahana
untuk :
1) Meningkatkan ketajaman penalaran siswa yang dapat membantu
memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-
hari.
2) Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dangan menggunakan bilangan
dan simbol-simbol.
Tujuan pendidikan matematika di SMA untuk peserta didik supaya
memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan. Dengan memiliki kemampuan
matematika, peserta didik diharapkan dapat mengalihgunakan kemampuan-
kemampuan tersebut dalam menghadapi masalah-masalah dalam berbagai
bidang pelajaran atau kehidupan. Kemampuan bernalar, kamampuan memilih
strategi yang cocok dengan permasalahannya, maupun kemampuan menerima
dan mengemukakan suatu informasi secara tepat dan cermat, merupakan
kemampuan umum yang dapat digunakan dalam berbagai bidang.
b. Pengertian Belajar
Manusia sebagai individu maupun sosial membutuhkan
pengetahuan untuk berelasi dengan yang lain. Kebutuhan akan pengetahuan ini
akan meningkatkan harga diri sebagai manusia. Pengetahuan yang dimiliki oleh
manusia diperoleh melalui belajar secara mandiri atau berkelompok.
Pengetahuan akan mengubah manusia dalam bertindak dan bertingkah laku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan belajar sebagai usaha
untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubahnya tingkah laku
atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Sedangkan Marpaung
dalam makalah berjudul Karakteristik PMRI menyatakan belajar yang
bermakna dapat juga berarti peserta didik melihat hubungan antara informasi
baru yang diterima dengan pengetahuan atau pengalaman yang sudah
dimilikinya.
Menurut Bruner (dalam Nasution 2008,9) proses belajar dapat
dibedakan dalam 3 fase yaitu :
1) Fase informasi
Dalam tiap pelajaran untuk memperoleh sejumlah informasi, ada yang
menambah pengetahuan yang telah dimiliki, ada yang memperhalus dan
memperdalamnya, dan ada pula yang bertentangan dengan apa yang telah
diketahui sebelumnya.
2) Fase transformasi
Informasi itu harus dianalisis, diubah atau ditransformasikan ke dalam
bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-
hal yang lebih luas.
3) Fase Evaluasi
Fase evaluasi adalah fase dimana dapat dinilai sejauh mana pengetahuan
yang diperoleh dan transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami
gejala-gejala lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Beck (2003,4) menyebutkan belajar berarti menerapkan pengetahuan
mengenai otak, sehingga perkembangan mentalnya akan sesuai dengan
kemampuannya. Riset mengenai otak yang dilakukan Solso dalam Slavin
(2008, 235) menyatakan bahwa ketika seseorang memperoleh pengetahuan dan
keterampilan, maka otaknya menjadi lebih efisien.
Jadi belajar adalah suatu kegiatan sadar yang dilakukan seseorang
sehingga informasi baru yang diterima akan dihubungkan dengan pengalaman
sebelumnya di mana otaknya akan bekerja menjadi lebih efisien.
c. Hasil Belajar
Proses pembelajaran sebagai suatu sistem yang terdiri dari komponen
guru, siswa, materi pembelajaran dan lingkungan belajar yang saling
berinteraksi satu sama lain dalam usaha untuk mencapai tujuan. Setelah
mengikuti proses pembelajaran seorang siswa dapat mengetahui kemampuan
hasil belajarnya melalui tes yang dilakukan oleh guru.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002, 895) mengartikan prestasi
sebagai hasil yang telah dicapai dari apa yang telah dilakukan atau dikerjakan,
sedangkan prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai melalui penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran.
Menurut Nasution (2008,176) hasil belajar adalah perubahan nyata dari
apa yang dapat dilakukan yang sebelumnya tidak dapat dilakukannya atau
adanya perubahan kelakuan yang dapat diamati dan dapat dibuktikan dalam
perbuatan. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
adalah tes. Fungsi diadakannya tes menurut Nasution (2008, 53) adalah sebagai
berikut :
1) Mempercepat peserta didik belajar dan memberikan motivasi untuk bekerja
dengan sungguh-sungguh dalam waktu secukupnya.
2) Menjamin bahwa peserta didik menguasai sepenuhnya syarat-syarat atau
bahan apersepsi yang diperlukan untuk memahami bahan yang baru.
3) Bagi peserta didik yang telah memiliki bahan apersepsi yang diperlukan
akan memberi rasa kepastian atas penguasaannya.
4) Bagi peserta didik yang kurang menguasai bahan pelajaran, tes adalah alat
untuk mengungkapkan di mana sebetulnya letak kesulitannya.
5) Memberikan umpan balik kepada guru, agar ia mengetahui di mana
terdapat lekemahan-kelemahan dalam metode pembelajarannya sehingga ia
dapat memperbaikinya atau mencari model lain yang lebih cocok.
Hasil belajar peserta didik dapat dipengaruhi oleh beberapa hal
diantaranya adalah metode pembelajaran yang digunakan guru dan kemampuan
awal yang dimiliki oleh peserta didik. Hasil belajar yang dicapai peserta didik
melalui proses belajar-mengajar yang optimal cenderung menunjukkan hasil
yang berciri sebagai berikut:
1) Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar
intrisik pada diri peserta didik. Motivasi intrisik adalah semangat juang
untuk belajar yang tumbuh dari dalam diri peserta didik itu sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
2) Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya. Artinya ia tahu akan
kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia punya potensi yang tidak kalah dari
orang lain apabila ia berusaha sebagaimana seharusnya.
3) Hasil belajar yang dicapainya bermakna bagi dirinya karena akan tahan lama
diingatnya, membentuk perilakunya, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain,
dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan
lainnya, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan
kreatifitasnya.
4) Hasil belajar diperoleh peserta didik secara menyeluruh, yakni mencakup ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik.
5) Kemampuan peserta didik untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan
dirinya terutama dalam menilai hasil yang dicapainya dan mengendalikan
proses dan usaha belajarnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan hasil belajar adalah hasil yang
dicapai pesera didik setelah melalui proses belajar yang ditunjukkan dengan nilai
tes.
d. Hasil Belajar Matematika
Hal yang penting dalam pembelajaran matematika adalah proses dengan
tidak melupakan tujuan. Proses ini lebih ditekankan pada proses belajar
matematika seseorang. Tujuan yang paling utama dalam pembelajaran matematika
adalah mengatur jalan pikiran untuk memecahkan masalah bukan hanya
menguasai konsep dan perhitungan walaupun sebagian besar belajar matematika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
adalah belajar konsep, struktur, keterampilan menghitung, dan menghubungkan
konsep-konsep tersebut.
Menurut Jihad (2008,144) hasil belajar matematika peserta didik adalah
sebagai berikut :
1) Melalui proses ”learning to know” secara umum, peserta didik diharapkan
memiliki pemahaman dan penalaran terhadap produk dan proses
matematika yang memadai sebagai bekal melanjutkan studinya atau
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari atau penerapan pada bidang
studi lainnya.
2) Melalui proses ”learning to do” diharapkan dapat memberi kesempatan
pada peserta didik untuk memiliki keterampilan dan mendorong peserta
didik mau melaksanakan proses matematika yang memadai dan dapat
memacu meningkatkan perkembangan intelektualnya.
3) Melalui proses ”learning to be” peserta didik diharapkan memahami,
menghargai atau mempunyai apresiasi terhadap nilai-nilai dan keindahan
akan produk dan proses matematika, yang ditunjukkan dengan sikap
senang belajar, bekerja keras, ulet, sabar, disiplin, jujur, mempunyai motif
berprestasi yang tinggi serta memiliki rasa percaya diri.
4) Pelaksanaan belajar matematika yang berorientasi pada ” learning to do”
dan ”learning to be” dalam bentuk belajar kelompok atau klasikal
merupakan latihan belajar dalam suasana ”learning to live together in
peace and harmony”, penciptaan suasana belajar ini memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk bekerja sama, saling menghargai pendapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
orang lain, menerima pendapat yang berbeda, dan belajar mengemukakan
pendapat.
Berdasarkan pengertian belajar dan hasil belajar di atas maka yang
dimaksud hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah hasil dari seorang
peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar matematika yang diukur
dari kemampuan peserta didik tersebut dalam menyelesaikan suatu permasalahan
dalam matematika yang diwujudkan dalam bentuk penilaian menggunakan tes tipe
pilihan ganda.
2. Kemampuan Prasyarat Peserta Didik
Dalam Depdiknas (2004,2), matematika bersifat hierarkis yang berarti
suatu materi merupakan prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya. Untuk
mempelajari matematika hendaknya berprinsip pada:
a. Materi matematika hendaknya disusun menurut urutan tertentu atau tiap topik
matematika berdasarkan subtopik tertentu,
b. Setiap peserta didik dapat memahami suatu topik matematika jika ia telah
memahami subtopik pendukung atau prasyaratnya,
c. Perbedaan kemampuan antar peserta didik dalam mempelajari atau memahami
suatu topik matematika dan dalam menyelesaikan masalahnya ditentukan oleh
perbedaan penguasaan subtopik prasyaratnya,
d. Pengusaan topik baru oleh seorang peserta didik tergantung pada penguasaan
topik sebelumnya.
Senada dengan pendapat Depdiknas di atas, Yevdokimov (2004) dalam
jurnal international berjudul About a Constructivist Approach for Stimulating
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Students’ Thingking to Produce Conjectures and Their Proving in Active
Learning of Geometry menuliskan ada tiga hal penting suatu pembelajaran yaitu :
a. Learning is a process of knowledge construction, not of knowledge recording or absorption;
b. Learning is knowledge-dependent; people use current knowledge to construct new knowledge;
c. The learner is aware of processes of cognition and can control and regulate them.
Yang berarti :
a. Pembelajaran adalah proses membentuk pengetahuan bukan merekam atau
menyerap pengetahuan.
b. Pembelajaran adalah pengetahuan yang saling bergantung, orang dapat
menggunakan pengetahuan sebelumnya yang berlaku untuk membentuk
pengetahuan yang baru.
c. Peserta didik menjadi sadar akan proses pembentukan suatu pengetahuan dan
dapat mengontrolnya dan mengaturnya.
Pada poin ke dua jelas menyebutkan bahwa suatu pengetahuan saling
bergantung satu dengan lainnya, demikian pula dalam matematika banyak
pengetahuan yang dibangun dari pengetahuan sebelumnya, sehingga untuk
mempelajari matematika penguasaan pengetahuan sebelumnya pasti akan
mempengaruhi pada penguasaan pengetahuan berikutnya. Jadi kemampuan
prasyarat peserta didik merupakan pengetahuan yang harus dimiliki peserta didik
agar proses pembelajaran yang dihadapi peserta didik dapat berjalan dengan
lancar. Kemampuan prasyarat peserta didik adalah suatu kemampuan yang telah
dimiliki sebelum pembelajaran berlangsung yang merupakan prasyarat untuk
mengikuti proses belajar selanjutnya. Kemampuan prasyarat berperan penting
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
dalam proses pembelajaran. Kemampuan prasyarat juga menggambarkan kesiapan
peserta didik dalam menerima materi pelajaran baru yang akan diberikan oleh
guru pada kelas yang lebih tinggi.
Ada beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi hasil belajar seorang
peserta didik yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam
peserta didik yang mungkin mempengaruhi hasil belajarnya antara lain kondisi
kesehatan, ketidaksiapan peserta didik dalam pembelajaran, tingkat kecerdasan,
dan kemampuan (pengetahuan) yang harus dimiliki sebelumnya yang merupakan
kemampuan prasyarat untuk pengetahuan berikutnya. Faktor dari luar peserta
didik yang mungkin mempengaruhi hasil belajarnya antara lain guru, metode
pembelajran yang digunakan tidak bervariasi, dan media pembelajaran yang tidak
tersedia. Sesuai dengan pandangan Depdiknas dan Yevdokimov di atas bahwa
belajar matematika adalah belajar mengenai urutan pengetahuan yang nantinya
akan digunakan dalam pengetahuan berikutnya, sebagai contoh, peserta didik
perlu menguasai materi eksponen dengan baik sebelum mempelajari logaritma.
Jadi salah satu faktor yang mungkin mempengaruhi hasil belajar peserta didik
dalam logaritma adalah kemampuan prasyarat mengenai eksponen yang dimiliki
peserta didik.
3. Model Pembelajaran
Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah model
pembelajaran yang digunakan guru. Model pembelajaran yang tepat untuk materi
tertentu akan meningkatkan hasil belajar peserta didik. Guru memegang peranan
penting dalam menentukan model pembelajaran yang tepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Menurut Driscoll dalam Slavin (2008,179) pembelajaran didefinisikan
perubahan dalam diri seseorang yang disebabkan oleh pengalaman. Sedangkan
perubahan yang disebabkan oleh perkembangan bukanlah suatu pembelajaran.
Ann, Röj, dan Lindberg (2001) dalam jurnal internasional berjudul Active
Learning of Mathematics mengemukakan bahwa ada empat hal dasar yang perlu
diperhatikan pada pembelajaran matematika yaitu :
a. The learner is the key-person in the active learning process, i.e. mathematics teaching should be learner-centred.
b. The teacher is an authority because of her knowledge of both mathematics and learning mathematics and her respect for the learners as thinking and socially active individuals.
c. Open-ended and mathematically rich learning tasks are considered a prerequisite for the possibility of constructing a conceptually rich cognitive structure and a relational understanding of mathematical concepts.
d. The set-up of the classroom should support interaction in small group, whole-class discussion and individual seatwork in accordance with the needs of the leaner and the learning task.
Yang dapat diartikan sebagai berikut :
a. Peserta didik merupakan kunci pokok dalam proses pembelajaran aktif,
seperti dalam pembelajaran matematika peserta didik seharusnya menjadi
pusat pembelajaran.
b. Guru merupakan ahli dalam pengetahuan matematikanya dan metode
pembelajaran matematikanya dan perhatiannya pada peserta didik sebagai
seorang pemikir dan seorang individu aktif yang bersosial.
c. Pembukaan-penutupan dan tugas-tugas pembelajaran matematika yang
bervariasi dipikirkan sebagai syarat mutlak yang memungkinkan peserta
didik untuk mengkonstruksi konsep yang memperkaya kemampuan
kognitifnya dan relasi pengetahuan tentang konsep-konsep matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
d. Penataan kelas seharusnya mendukung interaksi pada kelompok kecil,
diskusi kelas, dan tugas individu yang disesuaikan dengan kebutuhan
peserta didik dan tugas pembelajaran.
a. Model Pembelajaran Kooperatif
Kegiatan belajar mengajar peserta didik dipengaruhi oleh guru, salah
satu hal yang mempengaruhi adalah model pembelajaran yang dipilih oleh
guru. Pendekatan model pembelajaran yang dipilih guru akan membentuk
perilaku dan sikap peserta didik. Model pembelajaran yang bernuansa
kompetisi akan menyebabkan peserta didik cenderung bekerja keras dan
membentuk pribadi yang kurang bisa kerja sama. Salah satu model
pembelajaran yang dapat menumbuhkan sikap kerja sama adalah model
pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran yang melibatkan seluruh peserta didik untuk saling berinteraksi
satu sama lain. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah
mencakup kelompok kecil peserta didik yang bekerja sama sebagai sebuah tim
untuk menyelesaikan suatu masalah, menyelesaikan suatu tugas atau
mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Hal ini sesuai
dengan pendapat Grootenboer dan Jorgensen (2009) dalam Eurasia Journal of
Mathematics, Science & Technology Education yang berjudul Towards a
Theory of Identity and Agency in Coming to Learn Mathematics menuliskan
bahwa Being part of a group and working as collective enabled the student to
share their knowledge, yang artinya menjadi bagian dari suatu kelompok kerja
memungkinkan para siswa berbagi pengetahuan mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Dari sudut pandang psikologi, pembelajaran kooperatif didukung oleh
Vygotsky. Karya Vygotsky dalam Slavin ( 2008,59) didasarkan pada dua
gagasan utama. Pertama, perkembangan intelektual dapat dipahami dari sudut
pandang historis dan budaya yang dialami peserta didik. Kedua, perkembangan
bergantung pada sistem tanda yang ada pada masing-masing orang ketika
mereka bertumbuh : simbol-simbol yang diciptakan budaya untuk membantu
orang berpikir, berkomunikasi dan memecahkan masalah. Vygotsky
berpendapat bahwa perkembangan kognisi sangat terkait dengan masukan dari
orang lain dan perolehan sistem-sistem tanda terjadi dalam urutan langkah-
langkah tetap yang sama untuk semua anak.
Teori Vygotsky mengatakan bahwa pembelajaran mendahului
perkembangan. Pembelajaran melibatkan perolehan tanda-tanda melalui
pengajaran dan informasi dari orang lain. Perkembangan melibatkan
internalisasi anak terhadap tanda-tanda ini sehingga sanggup berpikir dan
memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain. Kemampuan ini disebut
pengaturan diri.
Teori Vygotsky menyiratkan bahwa perkembangan kognitif dan
kemampuan menggunakan pemikiran untuk mengendalikan tindakan
memerlukan penguasaan sistem komunikasi budaya dan kemudian belajar
menggunakan sistem tersebut untuk mengatur proses pemikiran kita sendiri.
Pembelajaran terjadi ketika orang berada pada daerah perkembangan proksimal
mereka. Daerah perkembangan proksimal adalah daerah dimana seseorang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
melakukan tugas yang belum pernah dipelajari namun dia dapat
mengerjakannya dengan bantuan teman atau orang lain yang kompeten.
Teori Vygotsky mendukung penggunaan strategi pembelajaran kerja
sama, di mana peserta didik saling membantu dan bekerja sama dalam belajar.
Pembelajaran kerja sama juga memungkinkan percakapan batin seorang
peserta didik didiskusikan dengan peserta didik lainnya, sehingga mereka dapat
memperoleh pemahaman tentang proses penalaran yang satu dengan lainnya.
Vygotsky mengakui bahwa nilai interaksi sesama peserta didik dapat
memajukan mereka dalam proses berpikir.
Teori pendidikan Vygotsky mempunyai dua implikasi utama. Yang
pertama ialah keinginan menyusun pembelajaran kerja sama diantara
kelompok-kelompok peserta didik yang mempunyai tingkat kemampuan yang
berbeda-beda. Pengajaran pribadi oleh teman yang kompeten dapat berjalan
efektif dalam meningkatkan pertumbuhan dalam daerah perkembangan
proksimal. Kedua mengajarkan pada peserta didik untuk bertanggung jawab
terhadap pembelajaran mereka sendiri.
Menurut Elkind dalam Setiono (2009,26) remaja pada tahap formal
operation selain mampu menghimpun pikirannya sendiri menjadi suatu konsep,
ia juga mampu menghimpun konsep pikiran orang lain. Sedangkan menurut
Porter (2002,310) metode curah gagasan yang dilakukan dalam kelompok-
kelompok akan merangsang pikiran dan kreatifitas, yang memungkinkan untuk
melihat hubungan antara gagasan satu dengan gagasan yang lain yang dapat
saling mendukung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Hasil penelitian Carlan, Rubin dan Morgan (2003) yang dipublikasikan
dalam jurnal internasional berjudul Cooperative Learning, Mathematical
Problem Solving, and Latinos menyatakan bahwa :
1) Student became more actively engaged in mathematical problem solving through cooperative learning. Reluctant leaners, who previously did not do their work, began to participate in the problem solving process.
2) Students moved from a competitive to a cooperative stance. Rather than competing for the correct answer, they began to share their problem solving ideas and answers.
3) At first, students asked each other for their answers. However, they soon began to work with each other on the mathematical problem solving process rather than seeking the correct answers.They discovered that there are often several correct ways of finding a solution.
4) After observing the researchers implementing cooperative learning as well 5) Teacher also became more aware of students’ abilities when they worked
in small groups. Some students who did not normally participate in whole group activitie were actively involved in small grop work.
Hal ini dapat diartikan sebagai :
1) Peserta didik menjadi lebih aktif dalam mengusahakan pemecahan
masalah matematika melalui pembelajaran kooperatif. Peserta didik yang
malas mengerjakan pekerjaan rumahnya mulai ikut berpartisipasi dalam
proses pemecahan masalah.
2) Peserta didik mengubah sikap kompetisi menjadi sikap kerja sama.
Kompetisi dalam menjawab soal dengan benar mereka mulai dengan
berbagi pengalaman dalam memecahkan masalah beserta gagasan dan
jawabannya.
3) Pertama kali peserta didik menanyakan masing-masing jawaban. Tetapi
mereka segera mulai mengerjakan dengan yang lain tentang proses
pemecahan masalah matematika daripada hanya mencari jawaban saja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Mereka telah menemukan bahwa ada beberapa cara yang benar dalam
menentukan penyelesaian.
4) Setelah mengobservasi pemakaian pembelajaran kooperatif dalam
matematika, guru dapat mengubah meja dari bentuk berbaris menjadi
bentuk kelompok sehingga pembelajaran kooperatif menjadi lebih baik.
5) Guru menjadi lebih peduli dengan kemampuan peserta didik ketika mereka
bekerja dalam kelompok kecil. Bererapa peserta didik yang tidak
berpartisipasi dengan baik dalam kelompok besar menjadi terlibat aktif
dalam kelompok kecil.
Sedangkan hasil penelitian Katsap (2003) dari Kaye College of
Educatioan yang dipublikasikan pada jurnal internasional yang berjudul Active
Learning in the College Mathematics Classroom adalah :
1) Learning was cooperative 2) Demonstrating the implementation of the learning unit colleagues
influenced decisions to adopt the method and the topic 3) Learning and preparing the unit taught, which is to be included in the
course book, required that the teacher take responsibility, 4) Learning in group was characterized by organization.
Yang artinya :
1) Pembelajaran adalah bekerja sama.
2) Penerapan pembelajaran di tingkat unit dengan rekan sejawat
mempengaruhi pengambilan keputusan dalam penentuan metode dan
topik.
3) Pembelajaran dan persiapan mengajar yang ada di buku kursus harus dapat
dipertanggungjawabkan oleh guru.
4) Pembelajaran dalam kelompok ditandai dengan adanya pengorganisasian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Pembelajaran kooperatif mempunyai berbagai macam tujuan sosial,
tetapi juga dapat meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugas-tugas
akademik. Pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada
peserta didik kelompok bawah maupun pada peserta didik kelompok atas
melalui kerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Peserta didik
kelompok atas diharapkan dapat menjadi tutor bagi peserta didik kelompok
bawah, sehingga peserta didik dari kelompok bawah dapat memperoleh
bantuan dari teman sebaya. Peserta didik dari kelompok atas secara otomatis
kemampuan akademiknya akan meningkat karena memberi pelayanan sebagai
tutor, sehingga mereka membutuhkan pemikiran yang lebih mendalam.
Metode pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model
pembelajaran yang memiliki ciri dalam kegiatannya selalu menerapkan sistem
kelompok-kelompok belajar. Metode pembelajaran kooperatif dilandasi oleh
pendekatan belajar Contextual Teaching and Learning (CTL). Tujuan belajar
dan mengajar yang berdasarkan kontekstual dapat dicapai dengan cara
memadukan materi pembelajaran dengan konteks keseharian peserta didik.
Belajar dan mengajar kontekstual akan menghasilkan pengetahuan yang
mendalam sehingga peserta didik akan kaya dengan pemahaman masalah dan
cara penyelesaiannya. Peserta didik mampu secara mandiri menggunakan
pengetahuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah baru yang belum
pernah dihadapinya serta memiliki tanggung jawab yang lebih terhadap
belajarnya sendiri seiring dengan peningkatan pengalaman dan
pengetahuannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Tiga konsep utama metode pembelajaran kooperatif menurut Slavin (2009: 10):
1) Penghargaan pada kelompok
Suatu tim akan mendapatkan penghargaan bila tim tersebut berhasil
melampaui nilai tertentu yang ditetapkan.
2) Tanggung jawab individu
Kesuksesan tim tergantung pada pembelajaran individual dari semua
anggota tim. Tanggung jawab difokuskan pada kegiatan anggota tim
dalam membantu sama lain untuk belajar dan memastikan bahwa tiap
anggota tim siap untuk mengerjakan kuis atau bentuk penilaian lainnya
yang dilakukan siswa tanpa bantuan teman satu tim.
3) Setiap anggota kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk sukses
Semua peserta didik memberi kontribusi kepada timnya dengan cara
meningkatkan kinerja mereka dari yang sebelumnya. Ini akan memastikan
bahwa peserta didik dengan prestasi tinggi, sedang dan rendah semuanya
ditantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua
anggota tim ada nilainya.
Sedangkan Lie (2008, 31) berpendapat bahwa untuk mencapai hasil
belajar yang maksimal pada kerja kelompok yang dianggap cooperative
learning terdapat lima unsur model pembelajaran gotong royong yang harus
diterapkan pada pembelajaran tersebut yaitu :
1) Saling ketergantungan positif
Keberhasilan kelompok tergantung pada usaha setiap anggotanya, karena
setiap anggota kelompok mempunyai sumbangan nilai terhadap nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
kelompok mereka. Jadi peserta didik yang kurang mampu tidak akan
merasa minder karena mereka juga ikut memberi sumbangan nilai, malah
mungkin dapat lebih memacu usahanya agar lebih dapat menaikkan nilai
kelompok, sedangkan peserta didik yang lebih pandai juga tidak akan
merasa dirugikan, karena setiap anggota kelompok telah memberikan
sumbangan nilai. Semua peserta didik akan bekerja bersama demi
mencapai satu tujuan yang sama, yaitu keberhasilan kelompok dengan cara
setiap anggota kelompok menguasai pelajaran sehingga nilai yang dicapai
dapat memberikan sumbangan pada nilai kelompok.
2) Tanggung jawab perseorangan
Setiap peserta didik yang berada dalam kelompok akan merasa
bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik karena nilai mereka
pasti akan memberikan sumbangan pada nilai kelompok.
3) Tatap muka
Setiap anggota kelompok diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan
berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan kepada setiap anggota
kelompok untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota.
Hasil dari kerja sama ini akan meningkatkan kemampuan setiap
anggotanya, karena mereka dapat mendiskusikan kelemahan dan kelebihan
dari hasil pekerjaan individu.
4) Komunikasi antar anggota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Keterampilan berkomunikasi setiap anggota kelompok akan memperkaya
pengalaman belajar peserta didik dan dapat membantu pembinaan
perkembangan mental dan emosional peserta didik.
5) Evaluasi proses kelompok
Evaluasi proses kerja kelompok perlu dilakukan untuk melihat apakah
mereka telah bekerja secara efektif dengan demikian mereka akan bekerja
lebih baik pada waktu selanjutnya. Evaluasi tidak perlu dilakukan setiap
kali ada kerja kelompok, tetapi dapat dilakukan setelah beberapa kali ada
kerja kelompok.
Keuntungan metode pembelajaran kooperatif:
1. Bagi pihak Sekolah :
a. Mengembangkan kemampuan kognitif dan afektif siswa
b. Terciptanya hubungan yang positif antar suku, ras dan agama
c. Adanya kesempatan pendidikan yang sama
2. Bagi Peserta didik
a. Pengembangan pembelajaran akademik
b. Mengembangkan keterampilan sosial dan personal
3. Bagi Guru
a. Adanya keseimbangan kurikulum
b. Mengembangkan keragaman peran guru yang menarik
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran yang melibatkan siswa
belajar dalam kelompok-kelompok kecil dengan kemampuan yang heterogen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
(tinggi, sedang dan rendah) untuk menyelesaikan suatu masalah dan terjadi
interaksi personal yang menguntungkan.
b. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement
Divisions
Guru memegang peran penting dalam menentukan keberhasilan
belajar peserta didik. Pembelajaran yang dirancang guru dan melibatkan
peserta didik aktif dalam pembelajaran akan memberikan hasil belajar yang
lebih baik daripada peserta didik yang hanya menjadi pendengar saja. Sebagai
seorang profesional, guru harus mempunyai pengetahuan dan persediaan
metode serta model-model pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang
dapat digunakan guru adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams-Achievement Divisions. Seperti pendapat Zakaria dan Iksan dalam
jurnal yang berjudul Promoting Cooperative Learning in Science and
Mathematics Education: A Malaysian Perspective, menyebutkan Results
indicated a positive attitude toward Mathematics, most student also have
positive perception towards STAD, yang artinya dari hasil penelitian mereka
terdapat indikasi adanya sikap positif terhadap matematika, sebagian besar
peserta didik memiliki pandangan positif terhadap STAD.
Gagasan utama model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-
Achievement Divisions, untuk memotivasi peserta didik supaya dapat saling
mendukung dan membantu satu dengan yang lain dalam penguasaan materi,
yang dalam penelitian ini adalah penguasaan mengenai logaritma. Jika peserta
didik ingin mendapat penghargaan tim, mereka harus membantu teman satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
timnya utnuk bisa melakukan yang terbaik, menunjukkan bahwa belajar itu
penting, berharga dan menyenangkan. Peserta didik dapat bekerja bersama dan
membandingkan jawaban masing-masing, mendiskusikan kalau ada yang tidak
sesuai, dan saling membantu satu sama lain jika ada yang salah dalam
memahami persoalan. Peserta didik bekerja dengan teman satu timnya, menilai
kekuatan dan kelemahan mereka agar dapat membantu mereka berhasil dalam
penyelesaian masalah.
Meskipun peserta didik belajar bersama, mereka tidak boleh saling
membantu dalam mengerjakan test atau kuis. Tiap-tiap peserta didik harus
menguasai materinya. Tanggung jawab individual ini akan memotivasi peserta
didik untuk memberi penjelasan yang baik satu sama lain, karena satu-satunya
cara bagi tim untuk berhasil adalah dengan membuat semua anggota tim
menguasai materi dengan baik. Setiap anggota tim akan merasa tertantang
untuk memperoleh nilai yang baik agar timnya dapat menjadi tim terbaik di
kelas.
Skor tim didasarkan pada kemajuan yang dibuat anggotanya dengan
cara hasil nilai yang diperoleh akan dibandingkan dengan hasil nilai yang
dicapai sebelumnya, sehingga semua peserta didik mempunyai kesempatan
yang sama untuk menjadi bintang tim dalam minggu tersebut, baik dengan cara
memperoleh skor yang lebih tinggi dari skor sebelumnya ataupun dengan
memberikan jawaban yang sempurna sehingga mendapat skor maksimum.
Menurut Slavin (2009,143) terdapat lima komponen utama pada
pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
1) Presentasi kelas
Materi petama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini
merupakan pengajaran langsung atau dapat berupa diskusi yang dipimpin
guru, atau dapat juga digunakan presentasi audiovisual. Pada saat
presentasi ini peserta didik akan memberi perhatian penuh karena mereka
menyadari hal ini akan sangat membantu mereka dalam mengerjakan kuis
dan skor kuis mereka akan menentukan skor tim mereka.
2) Tim
Tim terdiri dari empat atau lima peserta didik yang mewakili seluruh
bagian kelas. Fungsi utama tim adalah memastikan bahwa setiap anggota
tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah mempersiapkan
setiap anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru
menyampaikan materi tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan.
Yang sering terjadi pembelajaran melibatkan pembahasan masalah
bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan
pemahaman apabila ada anggota tim yang berbuat kesalahan.
3) Kuis
Setelah ada presentasi dan kerja tim peserta didik akan mengerjakan kuis
individual. Peserta didik tidak diperbolehkan saling membantu dalam
mengerjakan kuis, sehingga setiap peserta didik bertanggung jawab secara
individual untuk memahami materinya.
4) Skor kemajuan individual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Gagasan dari skor kemajuan individual adalah untuk memberikan pada
tiap peserta didik tujuan kinerja yang akan dapat dicapai jika mereka
bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada
sebelumnya. Tiap peserta didik dapat memberikan kontribusi poin yang
maksimal kepada tim dengan jalan berusaha sebaik mungkin.
5) Rekognisi tim
Tim akan mendapat sertifikat atau bentuk penghargaan lain apabila tim
tersebut memperoleh skor dengan kriteria tertentu.
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Presentasi kelas dilakukan guru.
2) Guru membentuk tim, tiap-tiap tim terdiri dari 4 peserta didik.
3) Guru memberikan soal kepada peserta didik untuk menyelesaikan soal
tersebut, dengan cara mendiskusikan soal tersebut dengan kelompok
timnya.
4) Guru memberikan kuis kepada tiap peserta didik dan dikerjakan secara
individual.
5) Nilai tes inilah yang nantinya akan digunakan dalam penghargaan tim.
Tim yang mendapatkan rata-rata tertinggi akan mendapatkan poin
tambahan dari guru, dan anggota tim terbaik pada tiap-tiap kuis akan
dipajang pada papan pajang kelas sebagai bintang tim. Anggota tim
terbaik adalah anggota yang memperoleh peningkatan nilai paling
tinggi pada masing-masing tim.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
c. Peta Konsep
Menurut Dempster & Corkill dalam Slavin (2008,238) salah satu
alasan penting yang menjadikan orang lupa adalah adanya gangguan.
Gangguan terjadi ketika informasi bercampur baur atau disingkirkan oleh
informasi lain. Salah satu cara guru dalam membantu peserta didik mengurangi
hambatan gangguan, dengan cara tidak mengajarkan konsep yang mirip dan
membingungkan terlalu dekat dari segi waktu, atau mengunakan metode yang
berbeda untuk mengajarkan konsep yang mirip.
Buku merupakan salah satu sumber informasi dan sumber belajar
peserta didik. Buku yang sarat dengan informasi sangat dibutuhkan peserta
didik dan guru dalam proses pembelajaran, oleh karena itu bahasa yang
digunakan dalam buku tersebut harus jelas agar informasi yang ditangkap tidak
salah. Hal ini sesuai dengan pendapat Ernest (2008) dalam International
Journal of Mathematics Education yang berjudul Towards a Semiotics of
Mathematical Text menyatakan bahwa: Mathematical text is unlike fiction, for
it is not merely a doorway to a world of imagination, it is not just a told tale
rendered into written language, yang artinya teks matematika tidak sama
dengan fiksi, karena teks matematika tersebut bukan berisi hal-hal yang
imajinatif, tidak sekedar dongeng yang ditulis.
Salah satu cara agar informasi yang diterima peserta didik tidak mudah
dilupakan adalah dengan membuat peta konsep. Menurut Porter dan Hernacki
(2002,152) peta konsep adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan
menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
yang lebih mendalam. Otak sering kali mengingat informasi dalam bentuk
gambar, simbol, suara, dan perasaan. Peta konsep menggunakan pengingat-
pengingat visual dalam suatu pola dari ide-ide yang terkait. Teknik pencatatan
dengan peta konsep ini mungkin akan lebih menyenangkan bagi peserta didik
karena akan memicu kreatifitas mereka dalam menggambarkan skema yang
dikehendaki.
Untuk membuat peta konsep dapat dimulai dari bagian tengah kertas,
dan dapat digunakan beberapa pulpen berwarna agar lebih menarik. Langkah-
langkah pembuatan peta konsep :
1) Tulis gagasan utama di tengah-tengah kertas dan lingkupilah dengan
lingkaran, persegi panjang atau bentuk lain yang disukai peserta didik.
2) Tambahkan sebuah cabang yang keluar dari pusat untuk setiap poin yang
lain.
3) Tuliskan kata kunci untuk setiap poin yang merupakan cabang dari
gagasan utama.
4) Tambahkan simbol-simbol dan ilustrasi-ilustrasi lain untuk mendapatkan
ingatan yang lebih baik.
Adapun model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang akan
digunakan dalam penelitian ini akan dikombinasikan dengan teknik pencatatan
dalam bentuk peta konsep dengan prosedur sebagai berikut :
1) Presentasi kelas dilakukan guru.
2) Guru membentuk tim, tiap-tiap tim terdiri dari 4 peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
3) Guru memberikan soal kepada peserta didik untuk menyelesaikan soal
tersebut, dengan cara mendiskusikan soal tersebut dengan kelompok
timnya.
4) Guru membimbing peserta didik untuk membuat rangkuman pelajaran
dengan menggunakan teknik pencatatan dengan peta konsep sesuai dengan
kreatifitas masing-masing peserta didik.
5) Guru memberikan kuis kepada tiap peserta didik dan dikerjakan secara
individual.
6) Nilai tes dari hail kuis nantinya akan digunakan dalam penghargaan tim.
Tim yang mendapatkan rata-rata tertinggi akan mendapatkan poin
tambahan dari guru, dan anggota tim terbaik pada tiap-tiap kuis akan
dipajang pada papan pajang kelas sebagai bintang tim. Anggota tim terbaik
adalah anggota yang memperoleh peningkatan nilai paling tinggi pada
masing-masing tim.
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Aloysius Sutomo, tahun 2008 dalam
penelitiannya yang berjudul ”Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif
tipe STAD pada Pokok Bahasan Fungsi Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa
Kelas VIII SMP Negeri Kota Surakarta”. Dari hasil penelitiannya dapat
disimpulkan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe STAD menghasilkan
prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan metode konvensional.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Nurhadi tahun 2008, dalam penelitiaannya yang
berjudul ” Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
terhadap kemampuan kognitif Siswa dalam Mata Pelajaran Matematika pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
MTSn di Magetan Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa, menyimpulkan
bahwa penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik
dibandingkan dengan metode konvensional. Penggunaan metode mengajar
dan motivasi belajar keduanya dapat mempengaruhi kemampuan kognitif.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Yuli Bangun Nursanti tahun 2003 dalam
tesisnya yang berjudul ”Pengaruh Penggunaan Peta Konsep dalam Strategi
Pembelajaran Matematika terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas
Dua SMU Negeri Kota Wonogiri Ditinjau dari Cara Belajar Siswa”. Hasil
penelitian tersebut menyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar
matematika, peserta didik yang menggunakan bantuan peta konsep lebih baik
dari pada peserta didik yang mengikuti pembelajaran secara konvensional.
C. Kerangka Berpikir
Hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh model pembelajaran yang
digunakan oleh guru. Model pembelajaran yang relevan dengan materi yang
diberikan oleh guru akan memberikan hasil belajar yang lebih baik. Dalam model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions, peserta didik
diajak untuk mendiskusikan masalah yang dihadapi dalam kelompok, hal ini
diharapkan akan membantu peserta didik untuk dapat mengkonstruksi
pengetahuannya dalam kelompok. Teknik pencatatan dengan menggunakan peta
konsep mampu memberikan kesan yang mendalam bagi peserta didik sehingga
dapat menjadi pengingat yang baik. Penggunaan peta konsep pada model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Division, akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
meningkatkan hasil belajar peserta didik dibandingkan pembelajaran dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions saja.
Hasil belajar peserta didik akan dipengaruhi oleh kemampuan prasyarat
(kemampuan yang telah dikuasai peserta didik sebelumnya). Kemampuan
prasyarat merupakan syarat peserta didik untuk dapat mengikuti materi pelajaran
dengan baik. Pada saat peserta didik menerima materi baru, peserta didik akan
menghubungkan atau menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya
untuk mengkonstruksi pengetahuan yang baru. Peserta didik dengan kemampuan
prasyarat yang terbatas akan mengalami kesulitan dalam memahami materi yang
baru. Sehingga peserta didik dengan kemampuan prasyarat tinggi dimungkinkan
hasil belajarnya akan lebih baik dibandingkan dengan peserta didik dengan
kemampuan prasyarat sedang atau rendah, demikian pula peserta didik dengan
kemampuan prasyarat sedang dimungkinkan hasil belajarnya akan lebih baik
dibandingkan dengan peserta didik dengan kemampuan prasyarat rendah.
Seorang peserta didik sebelum mengikuti pelajaran pasti sudah
mempunyai kemampuan prasyarat yang sudah ia kuasai. Kemampuan prasyarat
matematika peserta didik dan pengalaman belajar peserta didik selama proses
belajar berlangsung merupakan modal bagi peserta didik dalam membangun
konsep matematika yang dimiliki dan mempengaruhi hasil belajar matematikanya.
Ini berarti bagi peserta didik dengan kemampuan prasyarat tinggi pada
pembelajaran dengan menggunakan peta konsep pada model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions maupun pada model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions saja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
dimungkinkan akan mencapai hasil belajar matematika yang lebih baik
dibandingkan peserta didik dengan kemampuan prasyarat sedang atau rendah dan
peserta didik dengan kemampuan prasyarat sedang pada pembelajaran dengan
menggunakan peta konsep pada model pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams-Achievement Divisions maupun pada model pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams-Achievement Divisions saja dimungkinkan akan mencapai hasil
belajar matematika yang lebih baik, dibandingkan peserta didik dengan
kemampuan prasyarat rendah.
D. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir, maka dapat dirumuskan
hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Penggunaan peta konsep pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dapat menghasilkan hasil belajar matematika siswa yang lebih baik daripada
model pembelajaran kooperatif tipe STAD tanpa peta konsep.
2. Hasil belajar matematika peserta didik yang memiliki kemampuan prasyarat
tinggi lebih baik daripada peserta didik yang mempunyai kemampuan
prasyarat sedang atau rendah. Hasil belajar matematika peserta didik yang
memiliki kemampuan prasyarat sedang lebih baik daripada peserta didik yang
mempunyai kemampuan prasyarat rendah.
3. Perbedaan hasil belajar matematika dengan menggunakan peta konsep pada
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD saja konsisten pada tiap-tiap kategori kemampuan prasyarat peserta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
didik dan perbedaan hasil belajar matematika antara tiap-tiap kategori
kemampuan prasyarat peserta didik konsisten pada penggunaan peta konsep
pada pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pembelajaran kooperatif tipe
STAD saja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian
1. Tempat dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di beberapa SMA di kota Surakarta baik
sekolah negeri ataupun swasta yang bukan sekolah dengan kategori RSBI
ataupun SBI dengan subyek penelitian adalah peserta didik kelas X reguler
semester 1 tahun pelajaran 2010-2011. Sedangkan uji coba instrumen
penelitian dilaksanakan di SMAN 5 di kota Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester pertama tahun pelajaran
2010-2011. Adapun tahapan pelaksanaan penelitian sebagai berikut:
a.Tahap perencanaan
Tahap perencanaan meliputi: pengajuan judul, penyusunan proposal,
penyusunan instrumen penelitian, penyusunan skenario pembelajaran serta
pengajuan ijin penelitian. Tahap ini dilaksanakan pada bulan Februari 2010
sampai dengan bulan Agustus 2010.
b. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan meliputi: uji coba instrumen, eksperimen, pengumpulan
data dan konsultasi dengan pembimbing. Tahap ini dilaksanakan pada bulan
Agustus 2010 sampai dengan bulan Oktober 2010.
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
c. Analisis data
Analisis data dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 sampai dengan November
2010.
d. Tahap penyusunan laporan
Tahap ini dimulai bersamaan dengan pelaksanaan eksperimen yaitu pada bulan
Agustus 2010 dan selesai pada bulan Desember 2010.
3. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen
semu, karena peneliti tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel yang
relevan. Dalam penelitian ini responden dikelompokkan menjadi dua bagian.
Kelompok pertama adalah kelompok eksperiman 1 yaitu kelompok peserta didik
yang mendapat perlakuan diajar dengan menggunakan cara mencatat dengan peta
konsep pada model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement
Divisions dan kelompok kedua adalah kelompok eksperimen 2 yaitu kelompok
peserta didik yang mendapat perlakuan diajar dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD. Dari masing-masing kelompok yaitu kelompok
eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 dibagi dalam tiga kategori kelompok
peserta didik yaitu peserta didik dengan kemampuan prasyarat tinggi, sedang dan
rendah. Desain penelitian ini adalah desain faktorial 2x3 yang dapat digambarkan
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Tabel 1. Desain Faktorial Penelitian
Kemampuan
Model Prasyarat (B)
pembelajaran (A)
Tinggi
(B1)
Sedang
(B2)
Rendah
(B3)
Penggunaan peta konsep pada
model pembelajaran kooperatif tipe
STAD (A1)
((AB)k)11 ((AB)k)12 ((AB)k)13
Model pembelajaran kooperatif tipe
STAD (A2) ((AB)k)21 ((AB)k)22 ((AB)k)23
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik tingkat SMA di
Surakarta kelas X tahun pelajaran 2010-2011 yang bukan sekolah kategori RSBI
ataupun SBI. Dari sekolah yang bukan RSBI atau SBI akan dikelompokkan dalam
3 kategori yaitu sekolah kategori tinggi, sedang dan rendah. Pengkategorian
menggunakan nilai hasil UAN tahun pelajaran 2008/2009 yang diperoleh dari
Puspendik .
2. Sampel
Sampel yang diambil adalah sampel kelas bukan sampel individu, maka
penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel cluster random sampling.
Dari tiap-tiap kategori sekolah diambil satu sekolah sacara random, kemudian dari
sekolah yang terpilih diambil lagi dua kelas secara random sebagai kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Sampel dalam penelitian ini dibedakan
menjadi dua kelompok yaitu:
a. Kelas eksperimen 1, masing-masing kategori sekolah akan diambil satu kelas
eksperimen 1.
b. Kelas eksperimen 2, masing-masing kategori sekolah akan diambil satu kelas
eksperimen 2.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara kombinasi antara
pengambilan sampel random dengan cara populasi yang dibagi menurut strata-
strata (stratified random sampling) dan pengambilan sampel random dengan cara
kluster (cluster random sampling), dengan langkah-langkah:
a. Populasi dibagi menurut kategori masing-masing sekolah, dengan melihat
rataan nilai UN matematika SMA tahun pelajaran 2008/ 2009.
b. Dari masing-masing kategori diambil secara acak satu sekolah yaitu kelompok
atas terpilih SMA Negeri 2 Surakarta, kelompok sedang terpilih SMA Batik 2
Surakarta dan kelompok bawah terpilih SMA Kristen 2 Surakarta yang
merupakan unit-unit populasi (kluster-kluster).
c. Melakukan sampling random kluster lagi dari kluster-kluster yang ada yaitu
dengan mengambil secara acak masing-masing dua kelas, satu untuk kelas
eksperimen 1 pada pengambilan pertama dan satu untuk kelas eksperimen 2
pada pengambilan kedua.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) variabel bebas dan satu
variabel terikat. Sebagai variabel bebas adalah model pembelajaran dan
kemampuan prasyarat, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar
matematika siswa.
Penjelasan dari masing-masing variabel sebagai berikut:
1. Variabel Bebas
a. Model Pembelajaran (A)
1) Definisi Operasional
Model pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru untuk
menyampaikan materi ajar kepada peserta didik sehingga tujuan
pembelajaran yang ditetapkan guru dapat tercapai. Tujuan pembelajaran
yang diharapkan adalah proses pembelajaran dapat berlangsung secara
efektif dan efisien.
2) Indikator
Berupa langkah-langkah dari masing-masing model pembelajaran.
3) Skala Pengukuran
Skala pengukuran untuk model pembelajaran adalah nominal, yaitu
penggunaan peta konsep pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD..
4) Kategori: Ai, dengan i: 1 = penggunaan peta konsep pada model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, 2 = model pembelajaran kooperatif
tipe STAD.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
b. Kemampuan Prasyarat (B)
1) Definisi Operasional
Kemampuan prasyarat adalah suatu kemampuan yang telah dimiliki
sebelum pembelajaran berlangsung yang merupakan prasyarat untuk
mengikuti proses belajar selanjutnya. Kemampuan prasyarat berperan
penting dalam proses pembelajaran.
2) Indikator
Skor hasil tes kemampuan prasyarat dengan materi eksponen.
3) Skala Pengukuran
Skala pengukuran: skala interval yang diubah ke skala ordinal yang terdiri
tiga kategori yaitu kelompok tinggi dengan skor > X + 21 s, kelompok
sedang dengan X -21 s £ skor £ X +
21 s, dan kelompok rendah dengan
skor < X -21 s.
Dengan: s adalah standar deviasi dan X adalah rerata dari seluruh skor
total siswa
4) Kategori: Bj, dengan j:1= tinggi, 2= sedang, 3= rendah
2. Variabel Terikat
Hasil Belajar Matematika
1) Definisi Operasional
Hasil belajar matematika adalah skor yang diperoleh siswa dari hasil tes
setelah mengikuti proses pembelajaran dengan cara pencatatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
menggunakann peta konsep pada model pembelajaran kooperatif tipe
STAD untuk kelompok eksperimen 1 dan pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD saja untuk kelompok eksperimen 2.
2) Indikator
Skor tes untuk materi logaritma.
3) Skala pengukuran
Skala pengukuran dari hasil belajar matematika adalah interval.
D. Teknik Pengumpulan Data, Instrumen dan Uji Instrumen
1. Metode Pengumpulan Data
a. Tes kemampuan prasyarat
Tes kemampuan prasyarat mengenai eksponen dilakukan untuk
mengetahui skor kemampuan prasyarat peserta didik sebelum mengikuti
pembelajaran dengan cara pencatatan menggunakan peta konsep pada model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD. Tes dalam penelitian ini terdiri dari 25 pertanyaan pilihan ganda dengan 5
pilihan jawaban. Jika benar mendapat skor 1 dan jika jawaban salah mendapat
skor 0, sehingga skor maksimal seorang responden adalah 25 dan skor minimal 0.
Kemampuan prasyarat peserta didik dibedakan menjadi tiga kategori yaitu
kemampuan prasyarat tinggi, sedang dan rendah.
b. Tes hasil belajar
Tes yang berisi soal-soal logaritma dilakukan untuk mengetahui skor
kemampuan peserta didik setelah mengikuti pembelajaran matematika dengan
cara pencatatan menggunakan peta konsep pada model pembelajaran kooperatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Tes dalam penelitian
ini terdiri dari 25 pertanyaan pilihan ganda dengan 5 pilihan jawaban. Jika benar
mendapat skor 1 dan jika jawaban salah mendapat skor 0, sehingga skor maksimal
seorang responden adalah 25 dan skor minimal 0.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitan ini berupa tes objektif dengan
materi eksponen berbentuk pilihan ganda yang digunakan untuk mengukur
kemampuan prasyarat peserta didik dan tes objektif dengan materi logaritma
berbentuk pilihan ganda untuk mengukur hasil belajar matematika.
3. Uji Coba Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes untuk
memperoleh data tentang kemampuan prasyarat peserta didik dan hasil belajar
matematika. Sebelum instrumen tes ini digunakan terlebih dahulu diadakan uji
coba di luar sampel tetapi masih dalam populasi untuk mengetahui validitas dan
reliabilitas instrumen tes tersebut. Uji coba instrumen penelitian dilaksanakan di
SMA Negeri 5 Surakarta pada peserta didik kelas X tahun pelajaran 2010/2011.
a. Uji Validitas Isi
Agar tes mempunyai validitas isi, menurut Budiyono (2003: 58) harus
diperhatikan hal-hal berikut:
1) Tes harus dapat mengukur sampai seberapa jauh tujuan pembelajaran
tercapai ditinjau dari materi yang diajarkan.
2) Penekanan materi yang akan diujikan seimbang dengan penekanan materi
yang diajarkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
3) Materi pelajaran untuk menjawab soal-soal tes sudah dipelajari dan dapat
dipahami oleh tester.
4) Untuk memenuhi uji validitas isi, peneliti melakukan prosedur dalam
penyusunan tes sebagai berikut: a) menentukan kompetensi dasar dan
indikator yang akan diukur sesuai dengan materi yang diajarkan
berdasarkan kurikulum yang berlaku, b) menyusun kisi-kisi soal tes
berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang dipilih, c) menyusun
butir-butir soal tes berdasar kisi-kisi yang telah dibuat, d) melakukan
penilaian terhadap butir-butir soal tes. Penilaian terhadap butir-butir soal
tes dilakukan oleh instruktur matematika SMA kota Surakarta dan tim
ahli dari MGMP matematika kota Surakarta. Dengan demikian validitas
tes ini didasarkan experts judgment instruktur dan tim ahli MGMP
matematika kota Surakarta. Jika penilaian oleh instruktur dan tim ahli
MGMP matematika menyatakan butir-butir soal tes telah sesuai dengan
kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur, maka tes tersebut dapat
dikatakan valid.
b. Uji Reliabilitas
Dalam penelitian ini tes hasil belajar yang peneliti gunakan adalah tes
objektif dengan setiap jawaban benar diberi skor 1, dan setiap jawaban salah
diberi skor 0 sehingga untuk menghitung tingkat reliabilitas tes ini digunakan
rumus Kuder Richardson KR-20 yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
÷÷ø
öççè
æ S-÷øö
çèæ
-=
2i
2
11
p
1 t
it
s
qs
nn
r
Dengan :
11r = indeks reliabilitas instrumen
n = banyaknya butir instrumen
2ts = variansi total
ip = proporsi subjek yang menjawab benar pada butir ke-i
iq = 1 – ip
Soal dikatakan reliabel jika 11r > 0,70.
( Budiyono 2003: 69)
Kriteria reliabilitas dalam penelitian ini adalah 11r > 0,70.
c. Tingkat Kesukaran Butir Soal
Tingkat kesukaran butir soal pada penelitian ini dilakukan dengan melihat
indeks kesukaran item/butir soal yang diperoleh dengan menggunakan rumus
yang dikemukakan oleh Du Bois dalam Sudijono yaitu:
N
NP p=
dengan :
P = proporsi = difficulty index = angka indeks kesukaran item
pN = Banyaknya peserta tes yang dapat menjawab benar pada butir soal yang
bersangkutan
N = Banyaknya peserta tes/testee (Anas Sudijono, 2007:372)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Sedangkan cara memberikan penafsiran (interpretasi) terhadap angka indeks
kesukaran item, Thorndike dan Hagen dalam bukunya yang berjudul
Measurement and Evaluation in Psychology and Education dalam Sudijono
(2007:372) mengemukakan sebagai berikut:
Tabel 2. Interpretasi Indeks Kesukaran Soal ( P )
Besarnya P Interpretasi
Kurang dari 0,30
0,30-0,70
Lebih dari 0,70
Sukar
Cukup
Mudah
Nilai P yang dipakai dalam penelitian ini adalah 0,30 £ P £ 0,70.
d. Daya Pembeda Butir Soal
Untuk mengetahui daya pembeda dari tiap butir soal pada penelitian ini
dilakukan dengan cara menghitung besar kecilnya angka indeks diskriminan
/pembeda butir soal, yaitu dengan menggunakan rumus:
BA PPD -=
dengan :
D = Angka indeks diskriminasi item (Discriminatory Power)
AP = Proporsi testee kelompok atas yang dapat menjawab benar item
yang dimaksud, dengan rumus : AA
A
BP
J= , di mana :
AB = Banyaknya testee kelompok atas ( 27% dari testee kelompok atas) yang
menjawab benar pada butir soal yang dimaksud.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
AJ = Jumlah testee kelompok atas
BP = Proporsi testee kelompok bawah yang dapat menjawab benar
item yang dimaksud, dengan rumus : BB
B
BP
J=
dengan :
BB = Banyaknya testee kelompok bawah (27% testee kelompok bawah) yang
menjawab benar pada butir soal yang dimaksud
BJ = Jumlah testee kelompok bawah
(Anas Sudijono 2007:389-390)
Sedangkan klasifikasi dasarnya angka indeks diskriminasi item adalah sebagai
berikut:
Tabel 3. Interpretasi Daya Beda Soal ( D )
Besarnya D Klasifikasi
Negatif
0,00 – 0,20
0,21 – 0,40
0,41 – 0,70
0,71 – 1,00
Jelek Sekali (JS)
Jelek (J)
Cukup(C)
Baik (B)
Baik Sekali (BS)
Nilai D yang dipakai dalam penelitian ini adalah 0,21 £ D £ 0,70, dimana nilai
D tersebut mempunyai kriteria cukup atau baik untuk membedakan kemampuan
kelompok atas dan kelompok bawah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
E. Teknik Analisis Data
1. Uji Keseimbangan
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok dalam
keadaan seimbang atau tidak sebelum kedua kelompok tersebut mendapat
perlakuan, sebelumnya perlu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas, untuk
uji keseimbangan, statistik uji yang digunakan adalah uji-t.
a. Hipotesis
Ho : m1 = m2 kedua kelompok dari dua populasi yang berkemampuan
prasyarat sama
H1 : m1 ≠ m2 kedua kelompok tidak berasal dari dua populasi yang
berkemampuan prasyarat sama
b. Taraf Signifikansi : a = 0,05
c. Statistik Uji
1 2
1 2
1 2
~ ( 2),1 1
p
X Xt t n n
sn n
-= + -
+ dengan
2 22 1 1 2 2
1 2
( 1) ( 1)2p
n s n ss
n n- + -
=+ -
dengan
1X = rata-rata nilai tes kemampuan prasyarat peserta didik pada kelompok
eksperimen 1.
2X = rata- rata nilai tes kemampuan prasyarat peserta didik pada kelompok
eksperimen 2.
1s = simpangan baku kelompok eksperimen 1
2s = simpangan baku kelompok eksperimen 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
1n = banyaknya peserta didik kelompok eksperimen 1
2n = banyaknya peserta didik kelompok eksperimen 2
d. Daerah kritis
DK1 2 1 2; 2 ; 2
2 2
atau n n n n
t t t t ta a+ - + -
ì üï ï= < - >í ýï ïî þ
Gambar 3.1. Grafik Distribusi Student’s-t
e. Keputusan uji
H0 diterima jika harga statistik uji t jatuh di luar daerah kritis.
( Budiyono 2009: 151 )
2. Uji Prasyarat
Uji prasyarat yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan
uji homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil
berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam
penelitian ini menggunakan uji Lilliefors. Adapun prosedur ujinya adalah sebagai
berikut:
1 2; 22
n nta
+ -
1 2; 22
n nta
+ -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
1. Hipotesis.
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
2. Taraf signifikansi : a = 0,05
3. Statistik uji
L = Maks ( ) ( )ii zSzF -
dengan
ii
X Xz
s-
= , s = standar deviasi
F( zi ) = P( Z≤ zi ); Z ~ N(0,1)
S(zi ) = proporsi cacah z ≤ zi terhadap seluruh Z
4. Daerah kritis
DK= { L │L > L a;n } dengan n adalah ukuran sampel
5. Keputusan uji.
H0 diterima jika harga statistik uji L jatuh di luar daerah kritis.
( Budiyono, 2009:168)
b. Uji Homogenitas Variansi
Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah k sampel
mempunyai variansi yang sama. Untuk menguji homogenitas ini digunakan uji
Bartlett dengan statistik uji Chi Kuadrat sebagai berikut:
1. Hipotesis
H0 : 2 2 21 2 ... ks s s= = =
H1 : tidak semua variansi sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
2. Taraf signifikansi; a = 0,05
3. Statistik uji
( )2 2j
2,303log f log jf RKG s
cc = -å dengan 2 2
( 1)~ kc c -
k = banyaknya sampel
f = derajat kebebasan untuk RKG = N – k
fj = derajat kebebasan untuk sj2 = nj – 1 dengan j = 1, 2 ,…, k
N = banyaknya seluruh nilai ( ukuran )
jn = banyaknya nilai ( ukuran ) sampel ke – j
( ) j
1 1 11
3 1 fc
k f
æ ö= + -ç ÷ç ÷- è ø
å
RKG = rataan kuadrat galat = j
j
SS
fåå
; ( ) ( )
2
2 2jSS 1
j
j j jj
xx n s
n= - = -
åå
4. Daerah kritis
DK { }2 2 2; 1kac c c -= > untuk beberapa a dan ( k – 1 ) nilai 2
1; -kac dapat di
lihat pada tabel nilai Chi Kuadrat dengan derajat kebebasan ( k – 1).
Gambar 3.2. Grafik Distribusi Chi Kuadrat
; 1
2
kac
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
5. Keputusan uji
H0 diterima jika harga statistik uji jatuh di luar daerah kritis
( Budiyono 2009: 174 )
3. Uji Hipotesis
Hipotesis penelitian diuji dengan teknik analisis variansi dua jalan 2 x 3
dengan sel tak sama dengan model sebagai berikut :
( ) eba abmijkijjiijkX ++++= dengan :
X ijk = data amatan ke k pada baris ke- i dan kolom ke- j
m = rerata dari seluruh data amatan ( rerata besar , grand mean )
a i = efek baris ke- i pada variabel terikat
b j = efek kolom ke- j pada variabel terikat
( )ab ij = interaksi baris ke- i dan kolom ke- j pada variabel terikat
e ijk = deviasi data amatan terhadap rataan populasinya yang
berdistribusi normal dengan rataan 0 dan variansi 2es .
i = 1, 2 dengan 1 = penggunaan peta konsep pada model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions
2 = penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams-Achievement Divisions
j = 1, 2, 3 dengan 1 = kemampuan prasyarat tinggi
2 = kemampuan prasyarat sedang
3 = kemampuan prasyarat rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
a. Hipotesis
H0A : tidak ada perbedaan penggunaan peta konsep pada model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaraan
kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar matematika.
H1A : ada perbedaan penggunaan peta konsep pada model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaraan kooperatif tipe
STAD terhadap hasil belajar matematika.
H0B : tidak ada perbedaan antara kemampuan prasyarat peserta didik
terhadap hasil belajar matematika.
H1B : ada perbedaan antara kemampuan prasyarat peserta didik terhadap
hasil belajar matematika.
H0AB : tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan
prasyarat terhadap hasil belajar matematika.
H1AB : ada interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan prasyarat
terhadap hasil belajar matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
b. Komputasi
1. Notasi dan Tata Letak Data
Tabel 4. Data amatan, rataan dan jumlah kuadrat deviasi
Kemampuan
Model prasyarat
pembelajaran
b1
b2
b3
a1
n11
11Xå
11X
211Xå
C11
SS11
n12
12Xå
12X
212Xå
C12
SS12
n13
13Xå
13X
213Xå
C13
SS13
a2
n21
21Xå
21X
221Xå
C21
SS21
n22
22Xå
22X
222Xå
C22
SS22
n23
23Xå
23X
223Xå
C23
SS23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Tabel 5. Rataan dan jumlah rataan
Faktor b
Faktor a b1 b2 b3 Total
a1 11X 12X 13X A1
a2 21X 22X 33X A2
Total B1 B2 B3 G
Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama didefinisikan notasi –
notasi sebagai berikut:
nij = banyaknya data amatan pada sel ij
hn = rataan harmonik frekuensi seluruh sel =
åij ijn
pq1
å=ij
ijnN = banyaknya seluruh data amatan
SS
2
2ijk
kij ijk
k ijkn
XX
æ öç ÷è ø= -å
å = jumlah kuadrat deviasi data amatan pada
sel ij
ij ijX AB= = rataan pada sel ij
å ==j
iji ABA jumlah rataan pada baris ke i
ijji
B AB= =å jumlah rataan pada kolom ke j
=å=ij
ijABG jumlah rataan semua sel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
2. Komponen jumlah kuadrat
Didefinisikan
pqG
12
= å=j
2j
pB4
å=ij
ijSS2 å=ij
ijAB2
5
2
i
i
3qA= å
3. Jumlah Kuadrat (JK)
( ) ( ){ }13nJKA -= h
( ) ( ){ }14nJKB -= h
( ) ( ) ( ) ( ){ }4351nJKAB --+= h
)2(JKG =
JKT JKA JKB JKAB JKG= + + +
4. Derajat kebebasan (dk)
dkA = p – 1 dkB = q – 1
dkAB = (p – 1)(q – 1 ) dkG = N – pq
dkT = N – 1
5. Rataan Kuadrat ( RK )
JKARKA
dkA=
dkBJKB
RKB =
dkABJKAB
RKAB = dkGJKG
RKG =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
b. Statistik uji
Statistik uji analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama adalah:
1. Untuk H0A adalah RKGRKA
F =a yang merupakan nilai dari variabel random
yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan p – 1 dan N – pq
2. Untuk H0B adalah RKGRKB
F =b yang merupakan nilai dari variabel random
yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan q – 1 dan N – pq
3. Untuk H0AB adalah RKG
RKABF =ab yang merupakan nilai dari variabel
random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan (p – 1)( q – 1) dan
N – pq
c. Daerah kritis
Untuk masing – masing nilai F di atas daerah kritisnya adalah :
1. Daerah kritis untuk Fa adalah { }pq-N1,-p;aa FFFDK a>=
2. Daerah kritis untuk Fb adalah { }pq-N1,-q;bb FFFDK a>=
3. Daerah kritis untuk Fab adalah { }pq-N1),-1)(q-(p;abab FFFDK a>=
d. Keputusan uji
H0 ditolak bila Fobs Î DK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
e. Rangkuman analisis variansi
Tabel 6. Rangkuman Analisis Variansi
Sumber JK dk RK Fobs Fa
Baris (A)
Kolom (B)
Interaksi (AB)
Galat ( G )
JKA
JKB
JKAB
JKG
p – 1
q – 1
(p –1)(q -1)
N - pq
RKA
RKB
RKAB
RKG
Fa
Fb
Fab
-
F*
F*
F*
Total JKT N – 1 - - -
( Budiyono, 2009: 231) 4. Uji Komparasi Ganda
Apabila H0 ditolak maka perlu dilakukan uji lanjut anava. Metode yang
digunakan untuk uji lanjut pasca anava dua jalan dalam penelitian ini adalah
metode Scheffe. Langkah–langkah komparasi ganda dengan metode Scheffe
adalah:
a. Komparasi Rataan Antar Kolom
Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar kolom adalah:
( )
÷÷ø
öççè
æ+
-=
j
ji
n
XX
...i
2.
-.j ..i1
n1
RKG
.F
dengan:
F.i – .j = rataan Fobs pada perbandingan kolom ke- i dan kolom ke- j
iX . = rataan pada kolom ke- i
jX . = rataan pada kolom ke- j
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
RKG = rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi
n.i = ukuran sampel kolom ke- i
n.j = ukuran sampel kolom ke- j
sedangkan daerah kritik untuk uji itu adalah { }.i-.j .i-.j ;q-1,N-pqDK F F ( 1)Fq a= > -
b. Komparasi Rataan Antar Sel Pada Kolom yang Sama
Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama adalah :
( )
÷÷ø
öççè
æ+
-=
kj
kjij XX
n1
n1
RKG
F
ij
2
kj- ij
dengan :
Fij – kj = rataan Fobs pada perbandingan rataan pada sel ij dan rataan pada sel kj
ijX = rataan pada sel ij
kjX = rataan pada sel kj
RKG = rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi
nij = ukuran sel ij
nkj = ukuran sel kj
sedangkan daerah kritik untuk uji itu adalah { }ij-kj ij-kj ;pq-1,N-pqDK F F ( 1)Fpq a= > -
c. Komparasi Rataan Antar Sel Pada Baris yang Sama
Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar sel pada baris yang sama adalah:
( )
÷÷ø
öççè
æ+
-=
ik
ikij XX
n1
n1
RKG
F
ij
2
ik- ij
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
sedangkan daerah kritis untuk uji itu adalah { }pq-N1,-pq;ik-ijik-ij F)1(FFDK a->= pq
(Budiyono, 2004:217)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1. Instrumen Tes Kemampuan Prasyarat Pesera Didik
a. Uji Validitas Isi
Sebelum tes kemampuan prasyarat diberikan kepada peserta didik
terlebih dahulu dilakukan validitas isi melalui experts judgment yaitu penilaian
yang dilakukan oleh para ahli. Dalam hal ini dilakukan oleh Drs. H.Kismanto,
M.Pd sebagai ketua MGMP matematika SMA kota Surakarta, Dra.
Harminingsih, M.Pd dan Mujapar, S.Pd.,M.Pd selaku instruktur mata pelajaran
matematika untuk SMA kota Surakarta. Tujuan validitas isi adalah untuk
menilai apakah klasifikasi kisi-kisi yang dibuat oleh peneliti telah mewakili
substansi yang akan diukur dan apakah masing-masing butir tes yang telah
disusun relevan dengan klasifikasi kisi-kisi yang ditentukan.
Hasil validitas isi menunjukan bahwa instrumen penelitian yang
berupa tes uji coba kemampuan prasyarat yang berbentuk pilihan ganda
sebanyak 30 butir soal telah dipenuhi karena adanya kesesuaian antara kisi-kisi
yang dibuat (Lampiran 1) dengan butir soal yang dipakai (Lampiran 2). Hasil
penilaian validitas isi selengkapnya ditunjukkan pada Lampiran 3. Berdasarkan
uji validitas di atas dinyatakan bahwa instrumen tes kemampuan prasyarat
tersebut dinyatakan valid. Setelah dilakukan uji validitas soal kemudian
dilanjutkan uji coba instrumen tes. Uji coba dilakukan sekali pada 72 siswa
69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
yang berasal dari siswa kelas X.8 dan X.9 SMA N 5 Surakarta pada tanggal 2
Agustus 2010.
b. Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran yang
memadai artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Dalam penelitian
ini soal mempunyai tingkat kesukaran yang memadai jika 0,30 £ P £ 0,70,
dimana P adalah indeks kesukaran.
Berdasarkan perhitungan tingkat kesukaran dari 30 item soal uji coba
kemampuan prasyarat diperoleh 3 item soal yang tidak memadai yaitu item
soal nomor 8 mempunyai indeks kesukaran 0,278 termasuk kriteria sukar, item
soal nomor 21 mempunyai indeks kesukaran 0,222 termasuk kriteria sukar dan
item soal nomor 30 mempunyai indeks kesukaran 0,292 termasuk kriteria
sukar. Sedangkan item soal yang lain mempunyai tingkat kesukaran yang
memadai. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.
c. Daya Pembeda
Berdasarkan hasil uji coba 30 butir soal kemampuan prasyarat terhadap
72 responden menunjukkan bahwa 2 item soal mempunyai daya beda kurang
dari 0,21 yaitu untuk item soal nomor 18 mempunyai indeks daya beda 0,167,
item soal nomor 24 mempunyai daya beda 0,167 dan 1 item mempunyai daya
beda lebih dari 0,70 yaitu soal nomor 30 mempunyai indeks daya beda 0,708,
sehingga ketiga item soal kemampuan prasyarat tersebut dianggap tidak baik.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
d. Analisis Butir Tes Kemampuan Prasyarat
Berdasarkan indeks kesukaran dan daya beda yang ditetapkan dari 30
item soal terdapat 5 item soal yang tidak dipakai (ditolak) yaitu soal nomor 8,
18, 21, 24, dan 30 (lihat Lampiran 7). Selanjutnya dari 25 soal yang efektif
akan dipakai sebagai instrumen tes untuk menentukan kemampuan prasyarat
siswa.
e. Reliabilitas
Uji reliabilitas yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan
metode satu kali tes. Teknik perhitungan yang digunakan untuk menghitung
indeks reliabilitas menggunakan Kuder Richardson KR-20. Indeks reliabilitas
dari 25 soal yang dipakai sebesar 0,821 yang berarti instrumen tes kemampuan
prasyarat tersebut adalah reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 8.
2. Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika
a. Uji Validitas Isi
Uji validitas isi untuk uji coba tes hasil belajar matematika juga
dilakukan oleh Drs H. Kismanto, M.Pd sebagai ketua MGMP matematika
SMA kota Surakarta sekaligus sebagai team ahli dalam MGMP matematika
kota Surakarta, Dra. Harminingsih, M.Pd dan Mujapar, S.Pd.,M.Pd
selaku instruktur mata pelajaran matematika untuk SMA kota Surakarta. Hasil
validitas isi menunjukan bahwa instrumen penelitian yang berupa tes uji coba
hasil belajar matematika yang berbentuk pilihan ganda sebanyak 30 butir soal
telah dipenuhi karena adanya kesesuaian antara kisi-kisi yang dibuat (Lampiran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
9) dengan butir soal yang dipakai (Lampiran 10). Hasil penilaian validitas isi
selengkapnya ditunjukkan pada Lampiran 11. Setelah dilakukan uji validitas
soal kemudian dilanjutkan uji coba instrumen tes. Uji coba dilakukan sekali
pada 72 siswa yang berasal dari siswa kelas X.8 dan X.9 SMA N 5 Surakarta
pada tanggal 27 September 2010.
b. Tingkat Kesukaran
Berdasarkan perhitungan tingkat kesukaran dari 30 item soal uji coba
hasil belajar diperoleh 5 item soal yang tidak memadai yaitu item soal nomor 5
mempunyai indeks kesukaran 0,292 termasuk kriteria sukar, item soal nomor
23 mempunyai indeks kesukaran 0,278 termasuk kriteria sukar, item soal
nomor 26 mempunyai indeks kesukaran 0,28 termasuk kriteria sukar, item soal
nomor 27 mempunyai indeks kesukaran 0,28 termasuk kriteria sukar, dan item
soal nomor 30 mempunyai indeks kesukaran 0,278 termasuk kriteria sukar.
Sedangkan item soal yang lain mempunyai tingkat kesukaran yang memadai.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13.
c. Daya Pembeda
Berdasarkan hasil uji coba 30 butir soal hasil belajar terhadap 72
responden menunjukkan bahwa 2 item soal mempunyai daya beda kurang dari
0,21 yaitu untuk item soal nomor 5 mempunyai indeks daya beda 0,083 dan
item soal nomor 26 mempunyai daya beda 0,208, sehingga kedua item soal
hasil belajar tersebut dianggap tidak baik. Perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 14.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
d. Analisis Butir Tes Hasil Belajar Matematika
Berdasarkan indeks kesukaran dan daya beda yang ditetapkan dari 30
item soal terdapat 5 item soal yang tidak baik (ditolak) yaitu nomor 5, 23, 26,
27, dan 30. Sedangkan sisanya 25 item soal telah mewakili masing-masing
indikator yang tertuang dalam kisi-kisi penyusunan soal, untuk dipakai sebagai
instrumen tes untuk pengambilan data hasil belajar matematika peserta didik.
e. Reliabilitas
Uji reliabilitas yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan
metode satu kali tes. Teknik perhitungan yang digunakan untuk menghitung
indeks reliabilitas menggunakan Kuder Richardson KR-20. Indeks reliabilitas
dari 25 soal yang dipakai sebesar 0,782 yang berarti instrumen tes hasil belajar
matematika tersebut adalah reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 16.
B. Deskripsi Data
Deskripsi data yang disajikan adalah data kemampuan prasyarat peserta
didik dan data hasil belajar peserta didik. Data kemampuan prasyarat peserta didik
diambil sebelum dilakukan penelitian baik pada kelompok eksperimen 1 maupun
pada kelompok eksperimen 2. Sedangkan data hasil belajar peserta didik diambil
setelah dilakukan eksperimen pembelajaran.
1. Data Kemampuan Prasyarat Peserta Didik
a. Data Kemampuan Prasyarat Peserta Didik Kelompok Eksperimen 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Data kemampuan prasyarat pesrta didik untuk kelompok eksperimen 1
berasal dari 33 siswa kelas X.1 SMA N 2 Surakarta, 36 siswa kelas X.6 SMA
Batik 2 Surakarta dan 16 siswa kelas X.2 SMA Kristen 2 Surakarta. Dari 85
siswa untuk kelompok eksperimen 1 diperoleh nilai mean 58,73, median 56,
modus 56, nilai maksimum 84, nilai minimum 28 dan standar deviasi 12,82.
Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 23.
b. Data Kemampuan Prasyarat Peserta Didik Kelompok Eksperimen 2
Data kemampuan prasyarat siswa untuk kelompok eksperimen 2
berasal dari 36 siswa kelas X.2 SMA N 2 Surakarta, 32 siswa kelas X.8 SMA
Batik 2 Surakarta dan 17 siswa kelas X.1 SMA Kristen 2 Surakarta. Dari 84
siswa untuk kelompok eksperimen 2 diperoleh nilai mean 58,2, median 57,
modus 56, nilai maksimum 88, nilai minimum 32 dan standar deviasi 13. Data
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 23.
c. Data Kemampuan Prasyarat Berdasarkan Kategori
Berdasarkan data kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2
selanjutnya akan dikategorikan dalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan
rendah. Dari hasil perhitungan kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2
diperoleh rerata gabungan ( X ) = 58,45 dan standart deviasi gabungan (s)
=18,3. Penentuan untuk kategori didasarkan pada ketentuan sebagai berikut:
kelompok tinggi : ix > X +21 s, kelompok sedang X -
21 s £ ix £ X +
21 s dan
kelompok rendah ix < X -21 s. Sehingga untuk nilai yang lebih dari 67,6
dikategorikan tinggi, untuk nilai yang lebih dari atau sama dengan 49,3 dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
kurang dari atau sama dengan 67,6 dikategorikan sedang dan untuk nilai
kurang dari 49,3 dikategorikan rendah.
Berdasarkan data yang telah terkumpul diperoleh 50 peserta didik
mempunyai kemampuan prsyarat tinggi, 72 peserta didik mempunyai
kemampuan prasyarat sedang dan 47 peserta didik mempunyai kemampuan
prasyarat rendah, dengan perincian untuk kelompok eksperimen 1 terdapat 26
peserta didik mempunyai kemampuan prasyarat tinggi, 37 peserta didik
mempunyai kemampuan prasyarat sedang dan 22 peserta didik mempunyai
kemampuan prasyarat rendah. Untuk kelompok eksperimen 2 terdapat 24
peserta didik mempunyai kemampuan prasyarat tinggi, 35 peserta didik
mempunyai kemampuan prasyarat sedang dan 25 peserta didik mempunyai
kemampuan prasyarat rendah.
2. Data Hasil Belajar Matematika
a. Data Hasil Belajar Matematika Kelompok Eksperimen 1
Data hasil belajar matematika peserta didik untuk kelompok eksperimen
1 berasal dari 33 peserta didik kelas X.1 SMA N 2 Surakarta, 36 peserta didik
kelas X.6 SMA Batik 2 Surakarta dan 16 peserta didik kelas X.2 SMA Kristen
2 Surakarta. Dari 85 siswa untuk kelompok eksperimen 1 diperoleh nilai mean
64,8, median 68, modus 68, nilai maksimum 88, nilai minimum 40 dan standar
deviasi 11,9. Berdasarkan data tersebut peserta didik juga dikelompokkan
menjadi tiga kelompok yaitu peserta didik dengan kemampuan prasyarat tinggi,
sedang dan rendah. Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 23.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
b. Data Hasil Belajar Matematika Kelompok Eksperimen 2
Data hasil belajar matematika peserta didik untuk kelompok
eksperimen 2 yaitu 36 siswa kelas X.2 SMA N 2 Surakarta, 32 siswa kelas X.8
SMA Batik 2 Surakarta dan 17 siswa kelas X.1 SMA Kristen 2 Surakarta. Dari
84 peserta didik untuk kelompok eksperimen 2 diperoleh nilai mean 61,86,
median 60, modus 64, nilai maksimum 88, nilai minimum 40 dan standar
deviasi 12,1. Berdasarkan data tersebut peserta didik juga dikelompokkan
menjadi tiga kelompok yaitu peserta didik dengan kemampuan prasyarat tinggi,
sedang dan rendah. Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 23.
Tabel 7. Deskripsi data hasil belajar matematika
No. Kelompok Rerata Simpangan Baku N
1. Eksperimen 1 64,80 11,900 85
2. Eksperimen 2 61,860 12,100 84
3. Kemampuan Prasyarat tinggi
76,800
6,363
50
4. Kemampuan Prasyarat sedang
62,889
6,412
72
5. Kemampuan Prasyarat rendah
49,617
5,636
47
C. Hasil Analisis Data
1. Uji Keseimbangan
Sebelum dilaksanakan penelitian dilakukan terlebih dahulu uji
keseimbangan. Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah sampel
penelitian yang dikenai metode pembelajaran yaitu kelompok eksperimen 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
(penggunaan peta konsep pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD) dan
kelompok eksperimen 2 (pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD ) mempunyai kemampuan matematika yang sama. Sebelum dilakukan
uji keseimbangan terlebih dahulu dilakukan uji normalitas untuk kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dengan menggunakan uji Lilliefors dan uji
homogenitas dengan menggunakan uji Bartlett.
a. Uji Normalitas Kemampuan Prasyarat Kelompok Eksperimen 1 dan
Eksperimen 2
Hasil uji normalitas kemampuan prasyarat kelompok eksperimen 1 dan
kelompok eksperimen 2 dapat dilihat secara lengkap pada Lampiran 24.
Adapun rangkuman hasil uji normalitas tersebut disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 8. Rangkuman Uji Normalitas Kemampuan Prasyarat
No Kelompok yang
diuji
Lobs n Ltabel Keputu-
san
Kesim-
pulan
1. Kelompok
Eksperimen1
0,08907
85 0,0961
H0
diterima
berdistribu
si normal
2. Kelompok
Eksperimen 2
0,0799
84 0,0967
H0
diterima
berdistribu
si normal
Dari tabel tersebut, terlihat bahwa Lobs kelompok eksperimen 1 kurang dari
L0,05,85dan Lobs kelompok eksperimen 2 kurang dari L0,05,84, berarti pada taraf
signifikansi 5% hipotesis nol kedua kelompok diterima. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kedua kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi
normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
b. Uji Homogenitas Variansi
Uji homogenitas variansi pada kelompok peserta didik yang diberi
perlakuan dengan penggunaan peta konsep pada model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (kelompok eksperimen 1) dan kelompok peserta didik
yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
(kelompok eksperimen 2) dapat dilihat secara lengkap pada Lampiran 25. Uji
homogenitas pada penelitian ini menggunakan uji Bartlett pada tingkat
signifikansi a sebesar 5%. Berdasarkan perhitungan uji homogenitas diperoleh
2c obs = 0,0144 dan daerah kritik uji DK={ }2 2 20,05;1 3,841c c c> = . Pada
tingkat signifikansi a sebesar 5% diperoleh 2c obs berada di luar daerah kritik
maka hipotesis nol diterima dan dapat disimpulkan bahwa variansi keduanya
sama.
c. Uji Keseimbangan antara Kelompok Eksperimen 1 dan Kelompok
Eksperimen 2
Sedangkan untuk uji keseimbangan menggunakan uji t, berdasarkan
perhitungan diperoleh tobs=0,296 dengan t0,025; 167 =1,960, DK={ 1,960t t < -
atau }1,960t > . Karena nilai tobs ÏDK maka Ho diterima berarti tidak terdapat
perbedaan rerata antara kelompok eksperimen 1 dengan kelompok eksperimen
2. Jadi antara peserta didik yang menggunakan peta konsep pada model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran kooperatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
tipe STAD saja mempunyai kemampuan prasyarat yang sama. Hasil
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 26.
2. Uji Prasyarat
Sebelum data dianalisa menggunakan uji anava, terlebih dahulu data harus
memenuhi syarat uji normalitas dan uji homogenitas. Dalam penelitian ini uji
normalitas menggunakan uji Lilliefors dan uji homogenitas menggunakan uji
Bartlett.
a. Uji Normalitas Data Hasil Belajar Matematika
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data variabel terikat yaitu
hasil belajar matematika berasal dari populasi normal. Uji normalitas hasil
belajar dalam penelitian ini meliputi:
1) eksperimen 1 untuk kelompok peserta didik dengan menggunakan peta
konsep pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2) eksperimen 2 untuk kelompok peserta didik dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3) kelompok peserta didik dengan kemampuan prasyarat tinggi
4) kelompok peserta didik dengan kemampuan prasyarat sedang
5) kelompok peserta didik dengan kemampuan prasyarat rendah.
Uji normalitas menggunakan uji Lilliefors dengan tingkat signifikansi
a =0,05.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Rangkuman uji normalitas sebagai berikut:
Tabel 9. Rangkuman Uji Normalitas Hasil Belajar Matematika
No Kelompok peserta
didik yang diuji
Lobs n LTabel Keputusan
uji
Kesimpulan
1. Eksperimen 1 0,0952
85 0,0961
H0 diterima Berdistribusi
normal
2. Eksperimen 2 0,0953
84 0,0967
H0 diterima Berdistribusi
normal
3. kemampuan
prasyarat tinggi
0,1134
50 0,1253
H0 diterima Berdistribusi
normal
4. kemampuan
prasyarat sedang
0,0938
72 0,1044
H0 diterima Berdistribusi
normal
5. kemampuan
prasyarat rendah
0,1247
47 0,1292
H0 diterima Berdistribusi
normal
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 27. Dari hasil analisis uji
normalitas hasil belajar matematika di atas, tampak bahwa nilai Lobs untuk
kelompok eksperimen 1 kurang dari L0,05;85, Lobs untuk kelompok eksperimen 2
kurang dari L0,05;84, Lobs untuk kelompok kemampuan prasyarat tinggi kurang
dari L0,05;50, Lobs untuk kelompok kemampuan prasyarat sedang kurang dari
L0,05;72, dan Lobs untuk kelompok kemampuan prasyarat rendah kurang dari
L0,05;47, berarti pada tingkat signifikansi a =0,05 menunjukkan data kelompok
eksperimen 1, kelompok eksperimen 2, kelompok kemampuan prasyarat tinggi,
kelompok kemampuan prasyarat sedang dan kelompok kemampuan prasyarat
rendah berasal dari populasi berdistribusi normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
b. Uji Homogenitas Variansi Data Hasil Belajar Matematika
Uji homogenitas untuk mengetahui apakah sampel random data hasil
belajar kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 mempunyai
variansi yang sama. Demikian juga apakah sampel random data hasil belajar
kategori kemampuan prasyarat tinggi, sedang dan rendah mempunyai variansi
yang sama.
Dalam penelitian ini uji homogenitas yang digunakan uji Bartlett
dengan statistik uji Chi Kuadrat dengan tingkat signifikansi a =0,05.
Rangkuman hasil penelitian untuk uji homogenitas disajikan pada tabel sebagai
berikut:
Tabel 10. Rangkuman Uji Homogenitas Variansi
Kelompok 2obsc 2
tabelc Keputusan Kesimpulan
Eksperimen 1
dan eksperimen 2
0,03534
3,841 Ho diterima Kedua kelompok mempunyai variansi yang sama
Kemampuan
prasyarat tinggi,
sedang dan rendah
1,00911
5,991 Ho diterima Ketiga kelompok mempunyai variansi yang sama
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 28.
Dari hasil analisis uji homogenitas variansi hasil belajar matematika di
atas, tampak bahwa nilai 2obsc untuk kelompok eksperimen 1 dan kelompok
eksperimen 2 kurang dari 㩘挠0,05;1, dan 2obsc untuk kelompok kemampuan
prasyarat tinggi, sedang dan rendah kurang dari 㩘挠0,05;2, berarti pada tingkat
signifikansi a =0,05 menunjukkan bahwa sampel random data hasil belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
matematika kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 mempunyai
variansi yang sama. Demikian pula untuk sampel random data hasil belajar
kategori kemampuan prasyarat tinggi, sedang dan rendah juga mempunyai
variansi yang sama.
3. Uji Hipotesis Penelitian
Hasil perhitungan uji hipotesis dengan analisis variansi dua jalan 2 x 3
dengan sel tidak sama dan taraf signifikansi 05,0=a disajikan pada tabel
berikut:
Tabel 11. Rangkuman Analisis Variansi
Sumber JK dk RK Fobs Fa Keputusan uji
Model pembelajaran (A) 161,193
1 161,193
4,26697
3,84
Ho ditolak
Kemampuan prasyarat (B)
19935 2
9967,5
263,851
3,00 Ho ditolak
Interaksi (AB) 19,5926
2 9,7963
0,25932
3,00 Ho diterima
Galat (G) 6157,64
163 37,777
Total 26273,4 168
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa:
a. Pada efek utama A (metode pembelajaran), nilai statistik uji Fa = 4,26697 dan
F0,05;1,163 = 3,84, ternyata Fa > F0,05;1,163 dengan demikian H0A ditolak. Hal ini
berarti pada tingkat signifikansi a =0,05 terdapat perbedaan efektifitas
penggunaan peta konsep pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas X semester 1 pada materi logaritma.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
b. Pada efek utama B (tingkat kemampuan prasyarat siswa), harga statistik uji
Fb = 263,581 dan F0,05;2;163 = 3,00, ternyata Fb > F0,05;2;163 dengan demikian
H0B ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a =0,05 tingkat
kemampuan prasyarat peserta didik yang tinggi, sedang dan rendah
memberikan efek yang berbeda terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X
semester 1 pada materi logaritma.
c. Pada efek interaksi AB (model pembelajaran dan tingkat kemampuan prasyarat
peserta didik), harga statistik uji Fab = 0,25932 dan F0,05;2;163 = 3,00, ternyata
Fab<F0,05;2;163 dengan demikian H0AB diterima. Hal ini berarti pada tingkat
signifikan a =0,05 tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan
tingkat kemampuan prasyarat peserta didik terhadap hasil belajar matematika
siswa kelas X semester 1 pada materi logaritma. Data tentang analisis variansi
dua jalan dengan sel tak sama selengkapnya terdapat pada Lampiran 30.
4. Uji Lanjut Pasca Anava
Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh
bahwa H0A dan H0B ditolak, sehingga perlu dilakukan uji lanjut untuk melacak
perbedaan rerata khususnya untuk uji hipotesis yang kedua. Dalam penelitian ini
uji lanjut menggunakan uji komparasi ganda dengan metode Scheffe. Uji
komparasi ganda hanya dikenakan pada faktor kolom yang terdiri dari 3 kategori
yaitu kemampuan prasyarat tinggi, sedang dan rendah sedangkan pada faktor baris
tidak perlu dilajukan uji komparasi karena hanya terdiri dari 2 kategori sehingga
cukup dengan melihat rataan marginalnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Sebelum melihat hasil komparasi rataan antar kolom, di bawah ini
disajikan rangkuman rataan antar sel lengkap dengan rataan marginalnya.
Tabel 12. Rangkuman Rataan antar Sel dan Rataan Marginal
Kemampuan Prasyarat
Model Pembelajaran
Tinggi Sedang Rendah Rataan
Marginal
Eksperimen 1 77,846 64,216 50,182 64,753
Eksperimen 2 75,667 61,486 49,120 61,857
Rataan Marginal 76,800 62,889 49,617 Rangkuman hasil uji komparasi rataan antar kolom seperti tabel berikut:
Tabel 13. Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rataan antar Kolom
Komparasi F hitung F kritik Keputusan Uji
µ.1 = µ.2 151,111 6,00 Ho ditolak
µ.1 = µ.3 473,606 6,00 Ho ditolak
µ.2 = µ.3 132,463 6,00 Ho ditolak Keterangan:
m.1 : rerata populasi hasil belajar matematika untuk kemampuan prasyarat tinggi
m.2 : rerata populasi hasil belajar matematika untuk kemampuan prasyarat sedang
m.3 : rerata populasi hasil belajar matematika untuk kemampuan prasyarat rendah
Berdasarkan hasil perhitungan uji komparasi rataan antar kolom, tampak
bahwa ketiga hipotesis nol ditolak. Ini berarti bahwa ketiga tingkatan kemampuan
prasyarat memberi efek yang berbeda terhadap hasil belajar matematika peserta
didik. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rerata hasil belajar
matematika antara tingkat kemampuan prasyarat tinggi dengan sedang atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
rendah, serta antara tingkat kemampuan prasyarat sedang dengan rendah.
Perhitungan uji komparasi ganda selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 31.
D. Pembahasan Hasil Analisa Data
1. Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama dalam penelitian ini mengatakan bahwa ” penggunaan
peta konsep pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menghasilkan
hasil belajar matematika peserta didik yang lebih baik daripada model
pembelajaran kooperatif tipe STAD saja.”. Berdasarkan hasil analisis variansi
dua jalan untuk sel tak sama untuk efek utama faktor A (model pembelajaran)
diperoleh harga statistik uji Fa = 4,26697 dan F0,05;1;163 = 3,84 , ternyata
Fa>F0,05;1;163, sehingga Fa ÎDK dengan demikian H0A ditolak. Hal ini berarti pada
tingkat signifikansi a =0,05 terdapat perbedaan efektifitas penggunaan peta
konsep pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menghasilkan hasil
belajar matematika peserta didik yang lebih baik daripada model pembelajaran
kooperatif tipe STAD saja terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X pada
materi logaritma.
Melihat hasil rataan marginal antara rerata hasil belajar matematika
dengan menggunakan peta konsep pada model pembelajaran kooperatif tipe
STAD diperoleh 64,753, sedangkan rerata hasil belajar matematika dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD diperoleh 61,857. Tampak bahwa rerata hasil
belajar dengan menggunakan peta konsep pada model pembelajaran kooperatif
tipe STAD lebih tinggi daripada rerata hasil belajar matematika dengan model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Ini sesuai dengan hipotesis penelitian, hal ini
mungkin disebabkan oleh banyak faktor diantaranya penggunaan peta konsep
dapat merangsang daya kreatifitas peserta didik, dengan bentuk yang ringkas dan
menyenangkan akan memudahkan peserta didik dalam mengingat konsep-konsep
tentang logaritma dengan mudah. Pada model pembelajaran kooperatif peserta
didik lebih banyak terlibat dalam memecahkan masalah atau menyelesaikan soal.
Peserta didik dituntut bertanggung jawab secara pribadi maupun kelompok untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Peserta didik tidak hanya menjadi
pendengar saja, namun peserta didik terlibat dalam proses pembelajaran.
2. Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua dalam penelitian ini mengatakan bahwa “hasil belajar
matematika peserta didik yang memiliki kemampuan prasyarat tinggi lebih baik
daripada peserta didik yang mempunyai kemampuan prasyarat sedang atau
rendah. Hasil belajar matematika peserta didik yang memiliki kemampuan
prasyarat sedang lebih baik daripada peserta didik yang mempunyai kemampuan
prasyarat rendah”. Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan untuk sel tak sama
untuk efek utama faktor B (kemampuan prasyarat) diperoleh harga statistik uji
Fb=263,851 dan F0,05;2;163=3,00, ternyata Fb > F0,05;2;163 sehingga Fb ÎDK dengan
demikian H0B ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a =0,05 terdapat
perbedaan efek kemampuan prasyarat yang berbeda terhadap hasil belajar
matematika pada materi logaritma. Karena H0B ditolak maka perlu dilakukan uji
lanjut anava yaitu uji komparasi ganda. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 31.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Pada uji komparasi ganda antara kolom 1 dan kolom 2 diperoleh bahwa
F1-2= 151,111 dan 2F0,05;2;163=6,00, ternyata F1-2 > 2F0,05;2;163 sehingga F1-2
ÎDK
dengan demikian H0 ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a =0,05
peserta didik yang mempunyai kemampuan prasyarat tinggi secara signifikan hasil
belajar matematikanya berbeda dengan peserta didik yang mempunyai
kemampuan prasyarat sedang pada materi logaritma.
Berdasarkan hasil rataan marginal dapat dilihat pada Tabel 12, diperoleh
rerata hasil belajar matematika peserta didik yang mempunyai kemampuan
prasyarat tinggi sebesar 76,800 sedang rerata hasil belajar peserta didik yang
mempunyai kemampuan prasyarat sedang sebesar 62,889. Ini menunjukkan
bahwa rerata hasil belajar matematika pada peserta didik yang mempunyai
kemampuan prasyarat tinggi lebih tinggi daripada rerata hasil belajar peserta didik
yang mempunyai kemampuan prasyarat sedang. Hal ini dimungkinkan karena
peserta didik yang mempunyai kemampuan prasyarat tinggi mempunyai bekal
materi prasyarat yang memadai, sehingga peserta didik dapat memahami materi
dengan lebih baik, baik secara komputasi maupun secara konsep. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa peserta didik dengan kemampuan prasyarat tinggi mempunyai
hasil belajar matematika yang lebih baik dari peserta didik yang mempunyai
kemampuan prasyarat sedang pada materi logaritma.
Pada uji komparasi ganda antara kolom 1 dan kolom 3 diperoleh bahwa
F1-3= 473,606 dan 2F0,05;2;163= 6,00, ternyata F1-3 > 2F0,05;2;163 sehingga F1-3
ÎDK
dengan demikian H0 ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a =0,05
peserta didik yang mempunyai kemampuan prasyarat tinggi secara signifikan hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
belajar matematikanya berbeda dengan peserta didik yang mempunyai
kemampuan prasyarat rendah pada materi logaritma.
Berdasarkan hasil rataan marginal dapat dilihat pada Tabel 12, diperoleh
rerata hasil belajar matematika peserta didik yang mempunyai kemampuan
prasyarat tinggi sebesar 76,800 sedang rerata hasil belajar peserta didik yang
mempunyai kemampuan prasyarat rendah sebesar 49,617. Ini menunjukkan
bahwa rerata hasil belajar matematika pada peserta didik yang mempunyai
kemampuan prasyarat tinggi lebih tinggi dari peserta didik yang mempunyai
kemampuan prasyarat rendah. Ini sangat dimungkinkan karena peserta didik
dengan kemampuan prasyarat tinggi dapat menguasai materi dengan lebih cepat
karena materi prasyarat yang dimiliki sangat memadai, sedang pada peserta didik
dengan kemampuan prasyarat rendah materi prasyarat yang dimiliki sangat minim
sehingga peserta didik dengan kemampuan prasyarat rendah lambat untuk
menguasai materi yang diberikan. Peserta didik dengan kemampuan prasyarat
rendah mengalami kesulitan untuk memahami materi baru karena tidak dapat
menghubungkan antara konsep baru dengan konsep lama. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa peserta didik dengan kemampuan prasyarat tinggi mempunyai
hasil belajar matematika yang lebih baik dari peserta didik yang mempunyai
kemampuan prasyarat rendah pada materi logaritma.
Pada uji komparasi ganda antara kolom 2 dan kolom 3 diperoleh bahwa
F2-3= 132,463 dan 2F0,05;2;163= 6,00, ternyata F2-3 > 2F0,05;2;163 sehingga F2-3
ÎDK
dengan demikian H0 ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a =0,05
peserta didik yang mempunyai kemampuan prasyarat sedang secara signifikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
hasil belajar matematikanya berbeda dengan pesrta didik yang mempunyai
kemampuan prasyarat rendah pada materi logaritma.
Berdasarkan hasil rataan marginal dapat dilihat pada Tabel 12, diperoleh
rerata hasil belajar matematika peserta didik yang mempunyai kemampuan
prasyarat sedang sebesar 62,889 sedang rerata hasil belajar peserta didik yang
mempunyai kemampuan prasyarat rendah sebesar 49,617. Ini menunjukkan
bahwa rerata hasil belajar matematika pada peserta didik yang mempunyai
kemampuan prasyarat sedang lebih tinggi dari peserta didik yang mempunyai
kemampuan prasyarat rendah. Kemampuan prasyarat adalah pengetahuan dan
keterampilan yang telah dimiliki peserta didik sehingga mereka dapat mengikuti
pelajaran dengan baik. Semakin tinggi tingkat kemampuan prasyarat yang dimiliki
peserta didik semakin baik dalam memahami materi pelajaran berikutnya,
demikian pula semakin rendah kemampuan prasyarat yang dimiliki peserta didik
semakin sulit peserta didik memahami materi berikutnya. Dengan demikian
peserta didik dengan kemampuan prasyarat sedang akan lebih baik memahami
materi selanjutnya dibandingkan dengan peserta didik yang mempunyai
kemampuan prasyarat rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peserta didik
dengan kemampuan prasyarat sedang mempunyai hasil belajar matematika yang
lebih baik dari peserta didik yang mempunyai kemampuan prasyarat rendah pada
materi logaritma.
3. Hipotesis Ketiga
Hipotesis ketiga dalam penelitian ini mengatakan bahwa “perbedaan hasil
belajar matematika dengan menggunakan peta konsep pada model pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tanpa peta
konsep konsisten pada tiap-tiap kategori kemampuan prasyarat peserta didik dan
perbedaan hasil belajar matematika antara tiap-tiap kategori kemampuan
prasyarat peserta didik konsisten pada penggunaan peta konsep pada
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pembelajaran kooperatif tipe STAD
tanpa peta konsep”. Berdasarkan hasil anava dua jalan dengan sel tak sama
diperoleh harga statistik uji Fab = 0,25932 dan F0,05;2;163 = 3,00 ternyata
Fab<F0,05;2;163 sehingga Fab ÏDK dengan demikian H0AB diterima. Hal ini berarti
pada tingkat signifikan a =0,05 tidak terdapat interaksi antara model
pembelajaran dan tingkat kemampuan prasyarat peserta didik terhadap hasil
belajar matematika peserta didik kelas X pada materi logaritma. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar
matematika tidak tergantung oleh kategori kemampuan prasyarat. Dengan kata
lain perbedaan hasil belajar matematika dengan menggunakan peta konsep pada
model pembelajaran STAD dan model pembelajaran STAD tanpa peta konsep
konsisten pada tiap-tiap kategori kemampuan prasyarat peserta didik dan hasil
belajar matematika antara tiap-tiap kategori kemampuan prasyarat peserta didik
konsisten dengan menggunakan peta konsep pada model pembelajaran STAD
dan model pembelajaran STAD tanpa peta konsep. Artinya peserta didik yang
diberi pembelajaran matematika dengan menggunakan peta konsep pada model
pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai hasil belajar yang lebih baik
daripada peserta didik yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe STAD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
tanpa peta konsep, baik secara umum maupun ditinjau dari kategori kemampuan
prasyarat.
E. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang perlu peneliti
kemukakan, ini dimaksudkan agar dalam penggunaan hasil penelitian tidak
terdapat persepsi yang salah. Keterbatasan-keterbatasan yang dimaksud berkaitan
dengan :
1. Populasi dalam penelitian ini terbatas pada SMA negeri maupun swasta kelas X
di kota Surakarta untuk peserta didik reguler saja tidak termasuk SMA negeri
maupun swasta yang termasuk kategori RSBI maupun SBI. Walaupun sampel
sudah diambil dari sekolah dengan predikat tinggi, sedang dan rendah.
2. Model pembelajaran dalam penelitian ini terbatas pada penggunaan peta konsep
pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran
kooperastif tipe STAD tanpa peta konsep, sehingga mengabaikan model
pembelajaran yang lain. Ada kemungkinan model pembelajaran lain dapat lebih
meningkatkan hasil pembelajaran matematika pada materi logaritma.
3. Pelaksanaan eksperimen dalam penelitian ini mengalami keterbatasan, peneliti
hanya dapat mengajar pada dua sekolah sampel, sedang satu sekolah sampel
yang lain, meminta bantuan rekan guru untuk mengajar. Dalam hal ini peneliti
menjelaskan dan memberikan semua perangkat pembelajaran kepada guru yang
membantu mengajar. Peneliti hanya dapat mengontrol dan memantau
pelaksanaan pembelajaran di kelas tersebut beberapa kali karena keterbatasan
waktu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisa data dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Secara umum, penggunaan peta konsep pada model pembelajaran kooperatif
tipe STAD menghasilkan hasil belajar matematika peserta didik yang lebih
baik dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tanpa
peta konsep .
2. Secara umum, hasil belajar matematika peserta didik yang mempunyai kemam-
puan prasyarat tinggi lebih baik dari peserta didik yang mempunyai
kemampuan prasyarat sedang atau rendah, demikian pula hasil belajar
matematika peserta didik yang mempunyai kemampuan prasyarat sedang lebih
baik dari peserta didik yang mempunyai kemampuan prasyarat rendah.
3. Perbedaan hasil belajar matematika dengan menggunakan peta konsep pada
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD tanpa peta konsep konsisten/sama pada tiap-tiap kategori
kemampuan prasyarat peserta didik dan perbedaan hasil belajar matematika
antara tiap-tiap kategori kemampuan prasyarat peserta didik konsisten pada
penggunakan peta konsep pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD tanpa peta konsep. Artinya peserta
didik yang diberi pembelajaran matematika dengan menggunakan peta konsep
pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai hasil belajar yang
92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
lebih baik daripada peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD tanpa peta konsep baik secara umum maupun ditinjau
dari kategori kemampuan prasyarat.
B. Implikasi
Berdasarkan kajian teori dan mengacu pada hasil penelitian ini maka
penulis menyampaikan implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan hasil
belajar matematika.
1. Implikasi Teoritis
Berdasarkan kesimpulan di atas tampak bahwa terdapat pengaruh
penggunaan peta konsep pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD tanpa peta konsep terhadap hasil
belajar matematika peserta didik kelas X pada materi logaritma. Rerata nilai hasil
belajar dengan menggunakan peta konsep pada model pembelajaran kooperatif
tipe STAD lebih baik dari rerata nilai hasil belajar dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD tanpa peta konsep. Ini berarti hasil belajar
matematika dengan menggunakan peta konsep pada model pembelajaran
kooperatif tipe STAD lebih baik daripada menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD tanpa peta konsep.
Hasil ini secara teoritis dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk
pengembangan model pembelajaran pada materi logaritma, di samping itu hasil
penelitian ini dapat juga digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan hasil
belajar matematika khususnya pada materi logaritma. Penggunaan peta konsep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
yang merangsang daya kreatifitas peserta didik secara individual dan
dikombinasikan dengan pembelajaran kooperatif yang melibatkan peserta didik
secara aktif dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran
untuk meningkatkan hasil belajar yang lebih baik.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kemampuan prasyarat peserta
didik berpengaruh terhadap hasil belajar matematika pada materi logaritma pada
peserta didik kelas X semester 1 tahun pelajaran 2010-2011. Hasil belajar
matematika peserta didik yang mempunyai kemampuan prasyarat tinggi lebih baik
dari peserta didik yang mempunyai kemampuan prasyarat sedang atau rendah,
demikian pula hasil belajar matematika peserta didik yang mempunyai
kemampuan prasyarat sedang lebih baik dari peserta didik yang mempunyai
kemampuan prasyarat rendah. Hasil ini secara teoritis dapat digunakan sebagai
salah satu acuan untuk memperhatikan aspek kemampuan prasyarat peserta didik
dalam melakukan proses pembelajaran, khususya pembelajaran matematika.
Semakin baik kemampuan matematika yang dikuasai peserta didik sewaktu di
SMP baik kemampuan komputasi maupun kemampuan penguasaan konsep akan
semakin baik penguasaan belajar matematika di SMA, apalagi matematika adalah
suatu ilmu yang menganut sistem hierarki sehingga proses belajar selanjutnya
akan tergantung kemampuan yang dimiliki sebelumnya. Dengan demikian
sebaiknya dalam pembelajaran matematika seorang guru memperhatikan
kemampuan prasyarat siswa sehingga hasil pembelajaran menjadi lebih optimal.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan calon
guru dalam upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar dan hasil belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
peserta didik. Dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses
belajar mengajar, guru dapat memilih model pembelajaran yang tepat dan efektif
dengan memperhatikan kemampuan prasyarat peserta didik.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi pada penelitian di atas dapat
dikemukakan saran sebagai berikut:
1. Kepada guru mata pelajaran matematika
a. Guru matematika dapat menggunakan peta konsep pada model pembe-
lajaran kooperatif tipe STAD sebagai salah satu model pembelajaran yang
dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.
b. Guru dalam proses pembelajaran hendaknya lebih banyak melibatkan siswa,
guru sebatas fasilitator dan motivator, guru tidak mendominasi seluruh
proses pembelajaran. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
STAD siswa diajak terlibat aktif dalam kelompok untuk menyelesaikan
masalah, dan penggunaan peta konsep dapat merangsang daya kreatifitas
peserta didik secara individual.
c. Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah kemampuan
prasyarat peserta didik. Guru dapat melibatkan peserta didik dengan
kemampuan tinggi untuk menjadi tutor sebaya bagi peserta didik
berkemampuan sedang dan rendah. Dengan adanya keterlibatan peserta
didik berinteraksi dengan temannya diharapkan hasil belajar yang dicapai
akan lebih optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
2. Kepada Kepala Sekolah
Guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan peta
konsep pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD memerlukan beberapa
sarana, hendaknya kepala sekolah menyediakan sarana tersebut agar peserta
didik dapat bekerja dalam kelompok lebih efektif, menyesuaikan antara
banyaknya peserta didik dengan ruangan kelas, khususnya dalam pembentukan
kelompok, sehingga waktu menjadi lebih efisien.
3. Kepada Kepala Dinas Dikpora
Hendaknya kepala Disdikpora menyediakan sarana dan prasarana bagi
guru-guru agar lebih professional dalam pembelajarannya, misalnya dengan
mengirim guru matematika untuk mengikuti seminar, lokakarya dan pelatihan
tentang model-model pembelajaran, maupun penyediaan beasiswa bagi guru-
guru yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
4. Saran bagi para peneliti/calon peneliti
Bagi para peneliti dapat mengembangkan hasil penelitian ini sebagai
salah satu referensi untuk penelitian yang relevan. Diharapkan para peneliti
dapat mengembangkan penelitian untuk variabel lain yang sejenis atau model-
model pembelajaran lain, sehingga dapat menambah wawasan dan kualitas
pendidikan yang lebih baik, khususnya pendidikan matematika.
Recommended