View
225
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
i
PROPORSIONALITAS TAYANGAN
LOCAL WISDOM (KEARIFAN LOKAL)
JAWA TENGAH DI STASIUN TELEVISI
BOROBUDUR SEMARANG
(Analisis Perspektif Dakwah)
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
Nurhidayah
071211043
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ii
iii
iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya
sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi di lembaga
pendidikan lainnya. skripsi ini juga tidak berisi pikiran orang lain, kecuali
informasi yang ada dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat serta
hidayah yang diberikan kepada setiap makhluk-Nya. Sholawat serta salam
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, inspirator umat yang
tiada pernah kering untuk digali ilmunya.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, banyak sekali suka dan duka
yang penulis rasakan. Keberhasilan dalam penyusunan skripsi dengan judul
“Proporsionalitas Tayangan Local Wisdom (Kearifan Lokal) Jawa Tengan di
Stasiun Televisi Borobudur Semarang (Analisis Perspektif Dakwah)” tidak
terlepas dari bantuan, semangat, dan dorongan baik material maupun spiritual
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan ketulusan dan kerendahan hati
penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Walisongo
Semarang.
2. Bapak Dr. M. Sulthon, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN
Walisongo Semarang.
3. Bapak H. M. Alfandi, M.Ag. dan Bapak Ahmad Faqih, S.Ag, M.Si.
selaku pembimbing I dan pembimbing II atas kesabarannya dalam
membimbing dan memberikan arahan kepada penulis hingga
terselesaikannya skripsi ini.
4. Bapak Ahmad Faqih, S.Ag, M.Si. selaku wali studi yang selalu memberi
semangat dan bersedia meluangkan waktu dan tenaganya untuk
membimbing penulis selama masa perkuliahan.
5. Bapak Drs. H. Najahan Musyafak, MA. yang rela meluangkan waktu
untuk memberikan arahan kepada penulis.
vi
6. Para dosen dan staf karyawan di lingkungan Fakultas Dakwah IAIN
Walisongo Semarang atas arahan, pengetahuan, dan bantuan yang
diberikan.
7. Keluarga besar TV Borobudur Semarang, Bpk Juang Simbolon, Bpk
Agung Yuwono, Bpk Fredy, Mas Han, Mas Edy Glow, Mas Dee2t, Mas
Like, Mas Asari, Mas Ari, Mas Ubed, dll yang telah membantu
terlaksananya penelitian ini.
8. Bapak dan ibu tercinta, support materiil dan immateriil mereka selama
ini membuat perjalanan hidup penulis lebih bermakna dan sempurna.
9. Kakak, adik dan seluruh kerabat yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu yang telah memberikan dukungan dan arahan dalam hidup
penulis.
10. Sahabat-sahabat 2007 dan teman-teman senasib seperjuangan atas
semangat dan canda tawa yang kalian berikan selama ini.
Kepada mereka semua penulis tidak bisa memberikan balasan apapun
hanya ucapan terimakasih, dan permohonan maaf, semoga amal shaleh mereka
diterima serta mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Penulis menyadari masih jauh dari sempurna, banyak kekurangan dan
kesalahan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT
selalu memberi petunjuk dan kita semua selalu dalam lindungan-Nya. Amiin.
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah wa syukurillah.....
Dengan senang hati skripsi ini, kupersembahkan Untuk:
� Bapak Aminudin dan ibu Maimanah tercinta, yang telah
mengenalkanku pada kehidupan yang penuh dengan kasih sayang tak
bertepi. Baktiku padamu takkan pernah padam. Ridhamu adalah
semangatku dalam meraih impian.
� My beloved Inayati, Ahmad Taufik, Qomarudin. Faza Solikhatun
Niswy, yang selalu memberiku semangat untuk menjadi yang tebaik. I
Love U All….
� Segenap keluarga besar dan seluruh kerabat yang senantiasa memberi
kasih sayang dan do’a demi keberhasilan meraih kesuksesan.
� Orang-orang terdekat Q, Vyki (Neng yang cantik, cerdas dan penuh
semangat dalam menjalankan tugasnya), U2t (penampung isi hati Q)
Fahdi Fahlevi (Si keren yang banyak kasih aq semangat & masukan
buat skripsi q), Gus Taufieq (orang yang selalu menghibur q dengan
cerita2 konyol masa lalunya), Mz Vandy (orang yang care bgt with
me), mz Cha (pengganggu q, thanks yaa… hehe), mb Ezta (senior kecil
q yang banyak kasih motivasi). Makasih udah mewarnai hidup q jadi
me-ji-ku-hi-bi-ni-u, manis asam asin dehh pokoknya. Aku bahagia jadi
bagian dari kalian. I Love U aLL.
� Teman-teman angkatan 2007, Dian, Via, Munawir, Mbak Rini, Usfi,
Icha, Zuni, Aqif, Puji, Rizal, Arul, Tukin, Andika, Ali, Luluk, Lia,
Ulya, Nisa, Nia, Mb Ru2, dll. Terima kasih atas kebersamaan yang
kalian berikan.
� Lu2k 08 dan temen-temen di HMJ KPI yang tak bisa tersebut satu
persatu. Do the best for KPI. Ayo tetep semangat..!!!
� Penghuni Pondok INNA; Bapak Widodo sekeluarga, Cyka, Zuma,
Imud Mute, Endah, Me2h, Dek Alphy dll., makasih banget atas
keceriaan dan warna hidup yang telah kita jalani bersama.
� Tim KKN Posko 53 Ngareanak yang telah ajarkan arti tanggung
jawab dan hidup bermasyarakat.
viii
MOTTO
�� ����ا�� ا�ص� ������� ��وا� �� �ا�� ا����
“Menjaga tradisi lama yang baik dan mengambil perkara
baru yang lebih baik”
ix
ABSTRAKSI
Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang berbeda di masing-
masing daerah. Namun, hampir semua tayangan televisi di Indonesia berisi
tentang budaya Jakarta. Di sini terjadi ketidakadilan penyiaran Indonesia
bagi masyarakat di daerah-daerah. Akibatnya, masyarakat di daerah-daerah
tidak mengenal budaya daerahnya. Salah satu upaya untuk mengatasi hal ini
adalah dengan mendirikan televisi lokal di masing-masing daerah. Salah
satu televisi lokal Jawa Tengah adalah TV Borobudur yang mempunyai
slogan “TV-ne Jawa Tengah” yang belum lama ini berubah menjadi
“Inspirasi Jawa Tengah”. Berdasarkan slogan tersebut, sudah seharusnya
program-program yang ditayangkan benar-benar ditujukan untuk
masyarakat Jawa Tengah. Peraturan Menkominfo nomor 43 tahun 2009 dan
Peraturan KPI tahun 2009 menyatakan bahwa dalam sistem stasiun jaringan,
setiap stasiun penyiaran lokal harus memuat siaran lokal dengan durasi
paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari seluruh waktu siaran per hari dan
secara bertahap naik menjadi paling sedikit 50% (lima puluh persen) dari
seluruh waktu siaran per hari sesuai dengan perkembangan kemampuan
daerah dan lembaga penyiaran swasta
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan
permasalahan sebagai berikut: Apakah tayangan local wisdom Jawa Tengah
di Stasiun Televisi Borobudur Semarang sudah proporsional dan bagaimana
tayangan local wisdom Jawa Tengah di Stasiun Televisi Borobudur
Semarang ditinjau dari perspektif dakwah.
Penelitian tayangan Local wisdom Jawa Tengah bertujuan untuk
mengetahui apakah tayangan local wisdom Jawa Tengah di Stasiun Televisi
Borobudur Semarang sudah proporsional dan untuk mengetahui bagaimana
tayangan local wisdom Jawa Tengah di Stasiun Televisi Borobudur
Semarang ditinjau dari perspektif dakwah. Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan metodelogi kuantitatif didukung metodologi kualitatif yang
bersifat deskriptif untuk mengetahui tayangan yang mengandung kearifan
lokal Jawa Tengah dalam perspektif dakwah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tayangan yang mengandung
kearifan lokal Jawa Tengah sudah proporsional sesuai dengan peraturan
Menkominfo dan peraturan KPI. Karena sudah mencapai batas minimal
yaitu 10 %. Adapun prosentase tayangan yang mengandung kearifan lokal
Jawa Tengah disetiap minggunya yaitu prosentase terkecil 16,25 %, dan
prosentase terbesarnya adalah 23,75 %. Dalam perspektif dakwah, acara
yang mengandung kearifan lokal ini sesuai dengan metode bil hikmah, atau
dalam istilah lain juga bisa disebut dengan metode dakwah kultural. Analisis
dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak semua acara yang
mengandung kearifan lokal itu bermuatan dakwah.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. vii
HALAMAN MOTTO ............................................................................................. viii
ABSTRAKSI ......... ................................................................................................. ix
DAFTAR ISI .......... ................................................................................................ x
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1.Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2.Rumusan Masalah ....................................................................... 8
1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 9
1.4.Tinjauan Pustaka ......................................................................... 10
1.5.Metode Penelitian ....................................................................... 13
1.5.1. Jenis dan Metode Penelitian .............................................. 13
1.5.2. Definisi Konseptual dan Operasional ................................ 14
1.5.3. Sumber dan Jenis Data ...................................................... 17
1.5.4. Populasi dan Sampel ......................................................... 18
1.5.5. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 19
1.5.6. Teknik Analisis Data ......................................................... 20
1.6.Sistematika Penulisan ................................................................. 21
BAB II LOKAL WISDOM (KEARIFAN LOKAL) PADA TAYANGAN
TELEVISI DALAM PERSPEKTIF DAKWAH
2.1. Landasan Kerangka Teori .......................................................... 23
xi
1. Kajian tentang Local Wisdom (Kearifan Lokal) .................... 23
a. Pengertian Local Wisdom (Kearifan Lokal) ..................... 23
b. Sejarah Kearifan Lokal .................................................... 24
c. Fungsi Kearifan Lokal ...................................................... 24
d. Bentuk-bentuk Kearifan Lokal Jawa Tengah ................... 26
2. Kajian Tentang Tayangan Televisi ......................................... 28
a. Pengertian Televisi ............................................................ 28
b. Bentuk-bentuk Tayangan Televisi .................................... 29
c. Fungsi Televisi .................................................................. 33
3. Kajian Tentang Dakwah ........................................................ 35
a. Pengertian Dakwah ........................................................... 35
b. Dasar Hukum Dakwah ...................................................... 36
c. Unsur-unsur Dakwah ........................................................ 41
4. Tayangan Local Wisdom dalam Perspektif Dakwah ............. 57
2.2.Hipotesis ...................................................................................... 60
BAB III KONDISI STASIUN TELEVISI BOROBUDUR SEMARANG .
DAN PROGRAM-PROGRAMNYA
3.1. Sejarah dan Tujuan Berdirinya TVB ......................................... 62
3.2. Visi dan Misi TVB ..................................................................... 64
3.3. Kekuatan TVB .................................................................... 65
3.4. Setruktur Organisasi TVB ................................................... 65
3.5. Program-program Acara TVB ............................................ 67
3.6. Jadwal Acara TVB .............................................................. 142
BAB IV ANALISIS PROPORSIONALITAS TAYANGAN LOCAL
WISDOM (KEARIFAN LOKAL) JAWA TENGAH DI STASIUN
TELEVISI BOROBUDUR SEMARANG (Perspektif Dakwah)
4.1. Proporsionalitas Tayangan Lokal Wisdom Jawa Tengah
1. Rekapitulasi Tayangan yang Mengandung Kearifan Lokal
Jawa Tengah .......................................................................... 146
xii
2. Proporsionalitas Tayangan Kearifan Lokal Jawa Tengah ..... 157
4.2. Analisis Tayangan yang Mengandung Kearifan Lokal Jawa
Tengah dalam Perspektif Dakwah .............................................. 158
BAB V PENUTUP
5.1.Kesimpulan ................................................................................. 162
5.2.Saran ............................................................................................ 163
5.3.Penutup ........................................................................................ 164
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Fungsi-fungsi media massa
Tabel 3.1 Pola Acara TVB Bulan Oktober
Tabel 4.1 Acara hari Senin
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tayangan Kearifan Lokal Hari Senin
Tabel 4.3 Acara hari Selasa
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tayangan Kearifan Lokal Hari Selasa
Tabel 4.5 Acara hari Rabu
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Tayangan Kearifan Lokal Hari Rabu
Tabel 4.7 Acara hari Kamis
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Tayangan Kearifan Lokal Hari Kamis
Tabel 4.9 Acara hari Jumat
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Tayangan Kearifan Lokal Hari Jumat
Tabel 4.11 Acara hari Sabtu
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Tayangan Kearifan Lokal Hari Sabtu
Tabel 4.13 Acara hari Minggu
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Tayangan Kearifan Lokal Hari Minggu
Tabel 4.15 Tayangan Kearifan Lokal Bermuatan Dakwah
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Struktur Organisasi TVB
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara majemuk, dimana terdapat berbagai
macam kelompok etnis yang berbeda-beda di tiap-tiap daerahnya. Masing-
masing mempunyai identitas kebudayaan yang berbeda. Bahasa yang
digunakan juga beragam. Selain itu, kepercayaan keagamaan juga bermacam-
macam, hampir semua agama dunia terdapat di Indonesia. Bentuk
masyarakatnya juga berbeda-beda, mulai dari desa-desa kecil yang terpencil
sampai kepada kota-kota besar yang modern. Kehidupan yang ada di desa
sangat berbeda dengan kehidupan kota.
Jalaludin Rakhmat (1998: 51) mengatakan bahwa secara ekonomi, kota
cenderung mendominasi desa sehingga pada akhirnya secara kultural budaya
kota pun kemudian mendominasi budaya desa. Artinya, kota dipandang
mencerminkan budaya yang cukup tinggi. Kota dianggap sebagai agen
pembaruan, tempat munculnya pemikiran baru, dan pusat kemajuan ekonomi
dan modernitas. Kampung adalah lawan dari itu semua. Kampung adalah
lambang dari kemunduran ekonomi, keterbelakangan dalam pemikiran serta
tradisionalisme. Tidak heran kalau kita sering mendengar istilah ‘kampungan’
atau dalam Bahasa Jawa sering kita dengar ‘ndeso’. Citra seperti itu
kemudian dikukuhkan dalam adegan-adegan di media massa, yang dalam hal
ini adalah media televisi.
2
Perkembangan media televisi saat ini, tidak terletak pada teknologinya,
tetapi lebih jauh dari itu. Hal ini dapat dilihat dari sudut pandang politik.
Tiap-tiap negara di dunia, baik negara maju maupun negara dunia ketiga,
telah memberikan pengaruh yang besar terhadap negara lain dalam bentuk
propaganda budaya, ekonomi, sosial atau pertahanan keamanan negara.
Akibat hal tersebut, media televisi pada akhirnya dijadikan sebagai alat untuk
menjadikan aspirasi masyarakat dunia, agitasi mental dan budaya serta
menjajah pola perilaku dan sikap masyarakat tertentu dari suatu negara
(Kuswandi, 1996: 11). Inilah nampaknya yang sedang terjadi di Indonesia,
bahwa masyarakat kota yang dalam hal ini adalah Jakarta sebagai Ibu Kota
Negara menjadikan media televisi sebagai alat untuk menjajah pola perilaku
dan sikap masyarakat di daerah-daerah.
Di dalam teori media, ada yang disebut dengan Teori Refleksi. Menurut
teori itu media massa sering mencerminkan pandangan masyarakat yang
dominan pada saat itu, atau yang menjadi mainstream. Oleh karena itu, tidak
heran kalau kemudian media massa kita lebih menggambarkan budaya kota
ketimbang budaya desa. Atau, kalaupun budaya desa digambarkan, desa itu
digambarkan menurut persepsi orang-orang kota: yang dilihat adalah segi
negatif dari kehidupan kampung (Rakhmat, 1998: 51). Padahal banyak sekali
sisi-sisi positif kehidupan kampung yang justru bisa dijadikan contoh yang
baik apabila dimunculkan dalam sebuah tayangan televisi.
Namun, pada kenyataannya, stasiun TV umumnya menyajikan program
acara yang bersifat beragam seperti supermarket yang menyediakan segala
3
barang. Segmentasi audien televisi biasanya hanya terjadi pada waktu siaran
tertentu, misalnya pada sore hari lebih banyak menayangkan program acara
untuk anak-anak seperti film kartun karena kebanyakan anak-anak menonton
televisi pada sore hari, sementara pagi hari waktu siaran lebih banyak diisi
dengan program drama yang disukai ibu-ibu dan pembantu rumah tangga
yang tinggal di rumah (Morrisan, 2008: 182). Segmentasi tidak menjadi
prioritas utama bagi stasiun-stasiun televisi swasta. Sulit menemukan televisi
yang khusus melayani segmen khalayak kelas atas atau khalayak kelas bawah
saja.
Sejauh ini, materi siaran sebelas stasiun televisi nasional memang
sangat Jakarta-minded. Bukan semata-mata karena lokasi sebelas stasiun
televisi ini di Jakarta, namun karena yang mereka tonjolkan bukan persoalan
bagaimana melayani kepentingan publik secara luas melainkan bagaimana
mengoptimalkan potensi masyarakat sebagai konsumen. Paska memudarnya
monopoli TVRI pertengahan tahun 1990-an, sesungguhnya tidak banyak yang
ditawarkan televisi-televisi swasta baru pada masyarakat pemirsa, terutama di
luar Jakarta. Di tingkat isi dan muatan siaran, yang ditemukan masyarakat
sesungguhnya tidak terlalu jauh berbeda dengan apa yang diperoleh
masyarakat selama lebih dari tiga dekade di bawah kekuasaan Soeharto.
Hampir semua televisi swasta baru tidak melakukan perubahan, kecuali
dalam aspek hiburan yang lebih variatif. Mereka justru meniru TVRI dalam
me-relay siaran Jakarta ke daerah-daerah yang dianggap potensial secara
ekonomi. Tidak heran, apa yang dinikmati publik di Papua, Kalimantan,
4
Sumatra, dan Jawa adalah berita, hiburan, dan iklan yang sama. Tidak ada
perbedaan perlakuan untuk publik yang jelas-jelas secara kultural, sosiologis,
dan ekonomi berbeda (Sudibyo, 2004: 100).
Di sini berarti terjadi ketidakadilan penyiaran Indonesia bagi
masyarakat di daerah-daerah. Contohnya informasi tentang Makassar hanya
muncul di TV ketika ada konflik atau kerusuhan saja, sedangkan
kebudayaannya tidak pernah diekspos. Belum lagi daerah-daerah terpencil
lain yang tidak pernah tersentuh.
Dari hari ke hari kita saksikan betapa berbagai ekspresi kebudayaan
daerah makin lama makin menepi. Bukan hanya dalam bidang politik dan
ekonomi, tetapi juga dalam bidang kebudayaan secara lebih umum, yang
disebut dengan ekspresi lokal semakin sirna. Terjadi semacam pemusatan.
Ada ketergantungan antara pusat (nasional) dan daerah-daerah berjalan
dengan timpang, dalam pengertian searah dari pusat ke daerah.
Kemajemukan, termasuk juga dalam bidang budaya, keteter oleh
penyeragaman, kekhasan lokal dibalut identitas bersama nasional (Sularto,
1990: 101).
Akibatnya, masyarakat yang seharusnya mengenal budaya daerahnya
masing-masing justru tidak mengenal budaya daerahnya karena selalu
disuguhi dengan tayangan-tayangan televisi yang isinya didominasi oleh
budaya Jakarta yang identik dengan gaya hidup glamor dan mewah. Gaya
hidup semacam ini sangat jauh berbeda dengan gaya hidup masyarakat di
daerah-daerah. Sedangkan kebudayaan daerah hampir tidak pernah diekspos
5
dalam acara televisi. Hal ini menyebabkan terkikisnya kearifan lokal,
termasuk di dalamnya budaya lokal. Sehingga yang terjadi adalah sesuai
dengan apa yang dikatakan Wawan Kuswandi (1996: 55) bahwa tradisi lokal
berubah menjadi tradisi global. Sedangkan tidak semua lapisan masyarakat
mampu menerima dan menyerap tradisi global (contoh mode busana) karena
keterbatasan tingkat pendidikan serta kepemilikan aset media massa dan
budaya.
Sudah saatnya dominasi Jakarta terhadap daerah dibidang media dan
penyiaran diakhiri dan bukan eranya lagi daerah hanya diperlakukan sebagai
pasar, sebagai objek dan iklan-iklan komersial yang keuntungannya
sepenuhnya dikuasai oleh kalangan agensi dan televisi swasta Jakarta
(Sudibyo, 2004: 346).
Salah satu upaya untuk mengatasi hal ini adalah dengan mendirikan
TV-TV lokal di masing-masing daerah, baik secara independen maupun
dengan sistem stasiun televisi berjaringan. Di Jawa Tengah, saat ini terdapat
kurang lebih 6 stasiun TV lokal, diantaranya adalah TV Borobudur, Cakra
Semarang TV, TVKU, Pro TV, Ratih TV Kebumen dan Solo TV.
Keberadaan televisi lokal tersebut merupakan sebuah aset yang bisa
dioptimalkan peranan dan fungsinya sebagai mitra dalam upaya
mengembangkan sistem penyiaran lokal yang berkualitas melalui sistem
berjaringan. Hal ini akan mendorong terjadinya pemerataan kesempatan bagi
sumber daya lokal untuk mengembangkan potensi daerah melalui dunia
penyiaran sesuai dengan spirit Undang-Undang Penyiaran, yaitu keragaman
6
kepemilikan (diversity of ownership), dan keragaman isi (diversity of
content). Juga akan mampu menumbuhkembangkan ide-ide baru dari sumber
daya lokal yang sementara ini termarginalkan oleh adanya hegemoni acara
yang berasal dari luar negeri (http://suaramerdeka.com/v1/indexs.php/read/
cetak/2010/02/02/97456/Menuju-Sistem-Stasiun-Jaringan, 1 Juli 2011).
Berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika nomor 43
tahun 2009 pasal 8 dan Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia tahun 2009
tentang Standar Program Siaran pasal 52 bahwa dalam sistem stasiun
jaringan, setiap stasiun penyiaran lokal harus memuat siaran lokal dengan
durasi paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dari seluruh waktu siaran per
hari dan secara bertahap naik menjadi paling sedikit 50% (lima puluh
perseratus) dari seluruh waktu siaran per hari sesuai dengan perkembangan
kemampuan daerah dan lembaga penyiaran swasta. Dengan peraturan ini,
kearifan lokal sebagai identitas khas suatu daerah akan tetap terjaga dan tidak
akan terkikis ataupun punah.
Salah satu stasiun TV lokal yang mempunyai slogan “TV-ne Jawa
Tengah” yang berarti TV-nya orang-orang Jawa Tengah adalah Televisi
Borobudur Semarang, yang saai ini berganti slogan menjadi “Inspirasi Jawa
Tengah”. Namun, dengan slogan tersebut, apakah tayangan-tayangannya
sudah benar-benar ditujukan untuk orang-orang Jawa Tengah? Dan apakah
tayangan kearifan lokal/local wisdom di TVB ini sudah proporsional sesuai
dengan ketentuan menteri?
7
Berdasarkan latar belakang itulah penulis tertarik untuk mengangkat
tayangan local wisdom di stasiun Televisi Borobudur untuk menjadi objek
penelitian. Namun, sebagai mahasiswa Fakultas Dakwah, penulis merasa
penting untuk mengaitkan hal ini dengan dakwah. Mengingat saat ini, dakwah
baik sebagai konsep maupun sebagai aktivitas, telah memasuki seluruh
wilayah dan ruang lingkup kehidupan manusia. Seluruh aspek kehidupan
manusia tidak bisa dilepaskan dari sudut pandang dakwah (Daulay, 2001: v).
Secara umum, dakwah adalah ajakan atau seruan kepada yang baik dan
yang lebih baik (Syabibi, 2008: 17). Dakwah memiliki beberapa unsur,
diantaranya yaitu da’i, mad’u, materi (maddah), media (wasilah), metode
(thariqoh) dan efek (atsar). Namun yang akan lebih banyak dibahas disini
adalah materi dan metode. Materi adalah isi pesan atau materi yang
disampaikan da’i kepada mad’u (Munir dan Ilaihi, 2006: 24). Sedangkan
metode dakwah adalah cara-cara yang dipergunakan da’i untuk
menyampaikan pesan dakwah atau serentetan kegiatan untuk mencapai tujuan
dakwah (Illahi, 2010: 21).
Saat ini terdapat berbagai pengembangan metode berdakwah
diantaranya adalah dakwah kultural yang bisa dilakukan baik secara langsung
maupun melalui media televisi. Dakwah kultural dapat dipahami dalam dua
pengertian, yaitu pengertian umum (makna luas) dan pengertian khusus
(makna sempit). Dakwah kultural dalam arti luas dipahami sebagai kegiatan
dakwah dengan memperhatikan potensi dan kecenderungan manusia dengan
makhluk berbudaya dalam rangka menghasilkan kultur alternatif yaitu kultur
8
Islam, yakni berkebudayaan dan berperadaban yang dijiwai oleh pemahaman,
penghayatan dan pengamalan ajaran Islam, yang murni bersumber dari Al-
Quran dan al-Sunnah, dan melepaskan diri dari kultur dan budaya yang
dijiwai oleh kemusyrikan, takhayul, bid'ah dan khurafat.
Adapun dalam pengertian khusus, dakwah kultural adalah kegiatan
dakwah dengan memperhatikan, memperhitungkan dan memanfaatkan adat-
istiadat, seni, dan budaya lokal, yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam,
dalam proses menuju kehidupan Islami (http://www.pdmjogja.org/?
pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=22, 5 Juli 2011).
Dengan adanya dakwah kultural ini, kegiatan dakwah disesuaikan
dengan kondisi budaya mad’u, sehingga dakwah diharapkan dapat menyentuh
seluruh lapisan masyarakat yang beragam sosio kulturalnya. Berdasarkan
latar belakang tersebut, penulis mengambil judul “Proporsionalitas
Tayangan Local Wisdom (Kearifan Lokal) Jawa Tengah di Stasiun
Televisi Borobudur Semarang (Analisis Perspektif Dakwah)”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka:
1. Apakah tayangan local wisdom Jawa Tengah di Stasiun Televisi
Borobudur Semarang sudah proporsional?
2. Bagaimana tayangan local wisdom Jawa Tengah di Stasiun Televisi
Borobudur Semarang ditinjau dari perspektif dakwah?
9
1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
a. Mengetahui proporsionalitas tayangan local wisdom Jawa Tengah di
Stasiun Televisi Borobudur Semarang.
b. Mengetahui tayangan local wisdom Jawa Tengah di Stasiun Televisi
Borobudur Semarang ditinjau dari perspektif dakwah.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini daharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan
kajian studi ilmu sosial/komunikasi.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk konsumsi praktisi
komunikasi di bidang penyiaran pada umumnya, dan bagi para
pemilik stasiun TV atau produser pada khususnya. Harapannya,
program-program acara yang ditayangkan sesuai dengan proporsi
yang ditentukan oleh menteri, sehingga kearifan lokal akan tetap
terjaga dan tidak akan terkikis. Selain itu, pemanfaatan potensi lokal
diharapkan juga akan lebih maksimal.
1.4. Tinjauan Pustaka
Berikut ini ada beberapa laporan penelitian yang ada relevansinya
dengan penelitian yang penulis lakukan. Hal ini dimaksudkan untuk
10
mendukung kegiatan penulis dalam melakukan penelitian. Di samping itu
juga berguna untuk menghindari penduplikasian.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Asyiah yang berjudul “Analisis
Terhadap Program Siaran Dakwah TPI pada Bulan Ramadhan 2004 H”.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Fokus pembahasannya adalah
mengenai format program siaran dakwah TPI dan materi yang terkandung
dalam program siar Ramadhan 2004.
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa format siaran
dakwah yang ditayangkan TPI pada bulan Ramadhan 2004 dengan
strategi penyusunan program siaran dakwah disetiap segmen waktu sudah
cukup representatif, hal ini dilihat dari jam tayang TPI dalam program
siaran dakwah. Hampir setiap waktu terdapat jam tayang program siaran
dakwah, meskipun jam tayang pada siang hari masih terbilang minim.
Sedangkan untuk materi dakwah yang merupakan materi pokok aqidah,
akhlak dan syari’ah sudah cukup mewakili dari masing-masing materi
tersebut, meskipun sering kali terjadi pengangkatan pesan yang
berlebihan.
Penelitian ini dianggap relevan dengan penelitian yang penulis
lakukan karena sama-sama mengkaji program acara TV. Namun, fokus
penelitian ini adalah mengenai format program siaran dakwah dan materi
yang terkandung dalam program siar, sedangkan fokus penelitian yang
akan penulis lakukan adalah mengenai muatan local wisdom dalam
program acara yang ditayangkan, apakah sudah proporsional atau belum.
11
Selain itu, objek penelitian juga berbeda, yaitu TPI yang berada di Jakarta
dan TVB di Semarang.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Khasan Khotim yang berjudul
“Format Siaran Dakwah di Ratih TV Kebumen (Studi Tentang Format
Siaran Siraman Rokhani)”. Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
Fokus pembahasannya adalah mengenai format siaran siraman rokhani di
Ratih TV Kebumen.
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa Ratih TV memiliki
beberapa program siaran yang beragam, diantaranya adalah siraman
rohani yang menggunakan format dialog, musik padang pasir yang
menggunakan format musik, dan albarzanji yang menggunakan format
lomba. Siaran siraman rohani merupakan siaran keagamaan yang pada
tiap-tiap siarannya mengangkat topik yang berbeda yang berkaitan dengan
berbagai masalah kehidupan keseharian ditinjau dari sudut pandang ke-
Islam-an dengan narasumber yang berbeda. Audien dapat mengirimkan
pertanyaan via sms atau email yang akan dijawab oleh narasumber
berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits. Sedangkan alur dialognya diatur oleh
presenter Ratih TV Kebumen.
Penelitian ini dianggap relevan dengan penelitian yang penulis
lakukan karena sama-sama mengkaji program acara TV. Namun, fokus
penelitian ini adalah mengenai format siaran salah satu program,
sedangkan fokus penelitian yang penulis lakukan adalah mengenai
muatan local wisdom dalam program-program acara yang ditayangkan,
12
apakah sudah proporsional atau belum. Selain itu, objek penelitian juga
berbeda, yaitu Ratih TV yang berada di Kebumen dan TVB di Semarang.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Retno Kunratih dengan judul “Tanggapan
Masyarakat Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal Terhadap Program
Acara Al Hikam di Stasiun Televisi Borobudur Semarang”. Fokus
penelitiannya adalah penyajian acara Al Hikam di stasun TV Semarang
dan tanggapan masyarakat Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal
terhadap acara tersebut.
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa menurut
masyarakat Kecamatan Singorojo, pemilihan jam 21.00 untuk
menampilkan acara Al Hikam tidak tepat. Ini terbukti dengan adanya
sebagian besar masyarakat yang lebih memilih waktu pagi dan sore hari,
dengan prosentase masing-masing sebasar 43 % dan 40 %, sedangkan
yang memilih malam hari hanya 17 %.
Mengenai materi dakwah dalam acara Al Hikam, menurut
masyarakat perlu adanya tambahan materi tentang aqidah dan ahlak.
Penelitian ini dianggap relevan dengan penelitian yang penulis
lakukan karena sama-sama mengkaji program acara TV yang ditayangkan
oleh stasiun TV Borobudur Semarang. Namun, fokus penelitian ini adalah
mengenai tanggapan masyarakat terhadap salah satu program acara,
sedangkan fokus penelitian yang penulis lakukan adalah mengenai
muatan local wisdom dalam program-program acara yang ditayangkan,
apakah sudah proporsional atau belum.
13
1.5. Metodologi Penelitian
a. Jenis dan Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif yang didukung dengan jenis
penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang
menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah
dengan metode stastitika (Azwar, 2007: 5).
Metode yang digunakan penulis adalah deskriptif kuantitatif, yaitu
penelitian kuantitatif yang bertujuan hanya menggambarkan keadaan
gejala sosial apa adanya, tanpa melihat hubungan-hubungan yang ada
(Bungin, 2005: 171). Dalam hal ini, peneliti akan menggambarkan seperti
apa dan seberapa banyak tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah di Stasiun Televisi Borobudur Semarang.
Salain itu, sebagai pendukung, penulis juga menggunakan jenis
penelitian kualitatif. Yakni prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati (Moleong, 2009: 4). Menurut Strauss dan Corbin
(2003: 4), penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang temuan-
temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan
lainnya. Dengan penelitian kualitatif penulis berusaha untuk mengetahui
program-program tayangan lokal wisdom Jawa Tengah di Stasiun Televisi
Borobudur Semarang perspektif dakwah.
Sepesifikasi yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
analisis deskriptif. Yaitu analisis yang bertujuan untuk memberikan
14
deskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan data dari variabel yang
diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk
pengujian hipotesis (Azwar, 2007: 126). Analisis deskriptif digunakan
untuk menggambarkan bagaimana tayangan local wisdom Jawa Tengah di
stasiun televisi Borobudur Semarang perspektif dakwah.
b. Definisi Konseptual dan Operasional
1. Proporsionalitas
a. Definisi Konseptual
Proporsionalitas berasal dari kata proporsional yang berarti
sesuai dengan proporsi, sebanding, seimbang (Tim Penyusun Kamus
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1994, 790) yang
mendapat akhiran itas yang menunjukkan kata sifat.
b. Definisi Operasional
Sesuai dengan proporsi yang dimaksud penulis adalah sesuai
dengan proporsi yang sudah ditetapkan oleh Menkominfo dan KPI
mengenai proporsi muatan lokal yang harus ditayangkan oleh stasiun
TV Lokal. TV Lokal yang penulis maksud adalah Stasiun TV
Borobudur Semarang.
Sebanding atau seimbang dalam hal ini adalah seimbang antara
program-program tayangan yang mengandung local wisdom Jawa
Tengah dengan aturan dari Menkominfo dan KPI.
Adapun proporsi yang ditetapkan Menkominfo dan KPI adalah
10 % tayangan yang berrmuatan lokal yang nantinya secara bertahap
15
akan dinaikkan menjadi paling sedikit 50 % dari seluruh waktu
siaran per hari (Permenkominfo Nomor 43 Tahun 2009 halaman 5,
Peraturan KPI Nomor 03 Tahun 2009 halaman 71).
2. Tayangan Televisi
a. Definisi Konseptual
Tayangan adalah sesuatu yang ditayangkan (dipertunjukkan):
pertunjukkan (film dsb), persembahan (Tim Penyusun Kamus Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1994, 1017). Tayangan
televisi adalah sesuatu yang ditayangkan atau dipertunjukkan di
televisi.
b. Devinisi Operasional
Tayangan yang dimaksud dalam hal ini adalah tayangan yang
ditayangkan di Stasiun Televisi Borobudur Semarang pada bulan
Oktober 2011.
3. Kearifan Lokal/Local Wisdom
a. Definisi Konseptual
Kearifan lokal atau sering disebut local wisdom dapat
dipahami sebagai usaha manusia dengan menggunakan akal budinya
(kognisi) untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau
peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu (http://ibda.files.
wordpress.com/2008/04/2-landasan-keilmuan-kearifan-lokal.pdf, 25
Juni 2011).
16
b. Definisi Operasional
Local wisdom dalam hal ini adalah local wisdom Jawa Tengah,
yang difokuskan pada budaya Jawa Tengah berdasarkan unsur-unsur
budaya. Jadi, suatu program dikatakan mengandung kearifan lokal
Jawa Tengah apabila memuat salah satu unsur budaya Jawa Tengah.
Akan tetapi, dari tujuh unsur budaya, hanya empat unsur yang
digunakan dalam penelitian ini, diantaranya adalah:
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia sehari-hari, yang
dalam hal ini difokuskan pada pakaian saja. Pakaian khas Jawa
Tengah diantaranya adalah: kebaya, batik, blangkon, jarek (kain
jarit), kemben dll.
2. Bahasa sebagai media komunikasi, baik lisan maupun tertulis.
a) Lisan : krama inggil, krama, ngoko.
b) Tulis : ada aksara Jawa.
3. Kesenian, berupa seni suara dan seni rupa. Musik khas Jawa
Tengah diantaranya yaitu: campursari, dangdut Jawa, keroncong
dll. Seni rupa misalnya seni bangunan khas Jawa Tengah dan
kerajinan tangan khas Jawa Tengah.
4. Sistem religi. Pesan-pesan keagamaan disampaikan melalui
berbagai cara, baik dalam agama Islam maupun non Islam. Cara-
cara tersebut diantaranya adalah ceramah, dialog, lagu, dll.
Jadi, proporsionalitas tayangan local wisdom maksudnya adalah
kesesuaian tayangan yang mengandung local wisdom Jawa Tengah, dalam
17
hal ini adalah tayangan di Stasiun Televisi Borobudur Semarang dengan
proporsi yang telah ditentukan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika
dan Komisi Penyiaran Indonesia sebagaimana yang dijelaskan
sebelumnya.
c. Sumber dan Jenis Data
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh
(Arikunto, 2006: 129). Dalam penelitian ini, penulis membagi sumber data
menjadi dua, yaitu:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek
penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan
data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari
(Azwar, 1998: 91). Atau bisa dikatakan data pokok dalam penelitian
yang diperoleh melalui lapangan.
Data primer dalam penelitian ini adalah program-program acara
yang ditayangkan oleh Stasiun Televisi Borobudur Semarang berupa
sinopsis masing-masing program acara.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak
langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya (Azwar,
1998: 91). Maksudnya adalah seluruh data tambahan yang terkait
dalam penelitian ini yaitu buku-buku dan artikel.
18
d. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006:
130). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah program-program
tayangan Televisi Borobudur Semarang selama satu bulan yaitu Bulan
Oktober 2011. Peneliti memilih bulan Oktober sebagai objek penelitian
karena bulan Oktober adalah sebulan awal TVB bekerjasama dengan
Kompas setelah resmi bergabung di bulan September.
b. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Arikunto, 2006: 130). penelitian ini menggunakan taknik sampling
sederhana, dimana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang
sama untuk dipilih menjadi sampel (Kriyantono, 2007: 150). Sampel
yang diperlukan adalah tayangan selama seminggu (7 hari), karena
dalam tayangan televisi, tayangan selama seminggu mewakili tayangan
satu bulan. Ada 74 program acara dalam tayangan selama seminggu di
bulan Oktober, diantaranya adalah Jendela Jateng Pagi, Embun Pagi,
Musafir, Pujian, Percikan Kasih, Kompas Pagi, Tanya Dokter, Mata
Hati, Sebuah Nama Sebuah Cerita, dan lain sebagainya.
e. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah proses mendapatkan data empiris melalui
responden dengan menggunakan metode tertentu (Silalahi, 2010: 280).
Sedangkan teknik pengumpulan data berarti cara untuk mengumpulkan
19
data. Cara mengumpulkan data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah:
1. Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto,
2006: 231) dokumen yang digunakan berbentuk dokumen publik
berupa transkip acara TV. Dalam hal ini adalah TV Borobudur
Semarang. Selain itu, buku-buku, artikel dan data dari internet juga
penulis gunakan dalam penelitian ini.
2. Wawancara
Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan metode
wawancara. Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang,
melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang
lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan
tertentu (Mulyana, 2008: 180). Wawancara ini langsung dilakukan
dengan personil TV Borobudur Semarang.
f. Teknik Analisis Data
Beberapa permasalahan seperti yang dikemukakan dalam rumusan
masalah akan dipecahkan dengan menggunakan analisis isi (content
analysis) kuantitatif. Menurut Budd, analisis isi adalah suatu teknik
sistematis untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan atau suatu alat
untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang
terbuka dari komunikator yang dipilih (Kriantono, 2007: 228). Sedangkan
20
menurut Wazer dan Wiener, Analisis isi adalah suatu prosedur sistematika
yang disusun untuk menguji isi informasi yang terekam. (Bulaeng, 2004:
171).
Dalam hal ini, analisis isi digunakan untuk mengetahui apakah isi
dari program-program yang ditayangkan di Televisi Borobudur Semarang
mengandung kearifan lokal Jawa Tengah atau tidak. Suatu program
dikatakan mengandung kearifan lokal Jawa Tengah apabila dalam
tayangan tersebut memuat salah satu unsur kebudayaan Jawa Tengah,
sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.
Setelah dianalisis dengan menggunakan analisis ini, kemudian dibuat
tabel (distribusi) frekuensi. Kegunaan dari distribusi frekuensi adalah
membantu peneliti untuk mengetahui bagaimana distribusi frekuensi dari
data penelitian (Kriantono, 2007: 165). Dari tabel tersebut akan ditemukan
berapa prosentase tayangan yang mengandung kerifan lokal Jawa Tengah.
Dari data yang dihasilkan, maka dapat diketahui apakah tayangan kearifan
lokal Jawa Tengah di Stasiun Televisi Borobudur Semarang sudah
proporsional atau belum.
Setelah itu, acara yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah
dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif berdasarkan
unsur-unsur dakwah. Akan tetapi, tidak semua unsur-unsur dakwah penulis
gunakan dalam menganalisis tayangan ini, penulus lebih menekankan pada
unsur metode dan isi pesan (materi). Hasil analisis kemudian
21
dideskripsikan dalam bentuk draf laporan sebagaimana umumnya laporan
penelitian.
1.6. Sistematika Penulisan Skripsi
Penulisan skripsi ini terbagi dalam tiga bagian, sebagai berikut:
Bagian awal terdiri dari halaman sampul depan halaman judul,
persetujuan pembimbing, halaman pernyataan, abstraksi, kata pengantar dan
daftar isi.
Bagian utama dalam skripsi ini penulis membagi dalam lima bab. Bab
pertama, berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian,
dan sistematika penulisan. Bab kedua, berisi landasan teori yang memuat
kajian tentang kearifan lokal (local wisdom) pada tayangan televisi dalam
perspektif dakwah. Di dalamnya membahas tentang kearifan lokal, tayangan
televisi, dakwah, dan tayangan local wisdom perspektif dakwah. Bab ketiga,
berisi deskripsi Stasiun Televisi Borobudur Semarang dan program-program
acaranya yang meliputi sejarah dan tujuan berdirinya TVB, visi dan misi
TVB, kekuatan TVB, struktur organisasi TVB, program-program acara TVB,
dan jadwal siaran TVB. Bab keempat, berisi tentang analisis program-
program tayangan yang mengandung local wisdom Jawa Tengah perspektif
dakwah yang ditayangkan di stasiun televisi Borobudur Semarang. Dan bab
kelima, merupakan penutup yang berisi kesimpulan dari penelitian, saran dan
penutup.
22
Bagian akhir skripsi ini berisi daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan
daftar riwayat hidup.
23
BAB II
LOCAL WISDOM (KEARIFAN LOKAL) PADA TAYANGAN TELEVISI
DALAM PERSPEKTIF DAKWAH
2.1. Landasan Kerangka Teori
1. Kajian Tentang Local Wisdom (Kearifan Lokal)
a. Pengertian Local Wisdom (Kearifan Lokal)
Kearifan lokal atau sering disebut local wisdom dapat dipahami
sebagai usaha manusia dengan menggunakan akal budinya (kognisi)
untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa
yang terjadi dalam ruang tertentu. Pengertian di atas, disusun secara
etimologi, dimana wisdom dipahami sebagai kemampuan seseorang
dalam menggunakan akal pikirannya dalam bertindak atau bersikap
sebagai hasil penilaian terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang
terjadi. Sebagai sebuah istilah wisdom sering diartikan sebagai
‘kearifan/kebijaksanaan’.
Local secara spesifik menunjuk pada ruang interaksi terbatas
dengan sistem nilai yang terbatas pula. Sebagai ruang interaksi yang
sudah didesain sedemikian rupa yang di dalamnya melibatkan suatu
pola-pola hubungan antara manusia dengan manusia atau manusia
dengan lingkungan fisiknya (http://ibda.files,wordpress.com/2008/04/2-
landasan-keilmuan-kearifan-lokal.pdf, 25 juni 2011).
24
b. Sejarah Kearifan Lokal
Pendekatan teoritis tentang globalisasi ataupun modernisasi
seperti Marxis telah menciptakan kekosongan dan ketidaktahuan akan
praktik dan kearifan yang lahir dari perspektif lokal, yang dalam studi
ini disebut the local wisdom.
Era Poskolonial merupakan era baru sejarah dimulainya
perspektif kearifan lokal (local wisdom) menjadi rujukan para
pemerhati sosial untuk melihat arah dan konteks disiplin keilmuannya.
Era poskolonial merupakan tahapan zaman yang melahirkan konstruksi-
konstruksi kognitif tentang bagaimana kebebasan (freedom), hilangnya
diskriminasi (indiscriminate), lahirnya masyarakat toleran (tolerance
society), adil (justice) dan menjaga hak-hak sipil (civil right) menjadi
capital sosial bagi masyarakat di era itu (Abdullah, 2008: 2).
Kearifan lokal merupakan bagian dari konstruksi budaya.
Menurut pandangan John Haba dalam bukunya “Revitalisasi Kearifan
Lokal” yang dikutip oleh Irwan Abdullah (2008: 7), kearifan lokal
“mengacu pada berbagai kekayaan budaya yang tumbuh dan
berkembang dalam sebuah masyarakat dikenal, dipercayai dan diakui
sebagai elemen-elemen penting yang mampu mempertebal kohesi sosial
diantara warga masyarakat”.
c. Fungsi Kearifan Lokal
Berdasarkan inventarisasi Haba, setidaknya ada enam signifikasi
serta fungsi sebuah kearifan lokal.
25
1. Sebagai penanda identitas sebuah komunitas.
2. Elemen perekat (aspek kohesif) lintas warga, lintas agama dan
kepercayaan.
3. Kearifan lokal tidak bersifat memaksa atau dari atas (top down),
tetapi sebuah unsur kultural yang ada dan hidup dalam masyarakat.
Karena itu, daya ikatnya lebih mengena dan bertahan.
4. Kearifan lokal memberikan warna kebersamaan bagi sebuah
komunitas.
5. Local wisdom akan mengubah pola pikir dan hubungan timbal balik
individu dan kelompok dengan meletakkannya di atas common
ground/ kebudayaan yang dimiliki.
6. Kearifan lokal dapat berfungsi mendorong terbangunnya
kebersamaan, apresiasi sekaligus sebagai sebuah mekanisme
bersama untuk menepis berbagai kemungkinan yang meredusir,
bahkan merusak, solidaritas komunal, yang dipercayai berasal dan
tumbuh di atas kesadaran bersama, dari sebuah komunitas
terintegrasi.
Keenam fungsi kearifan lokal yang diurai di atas menegaskan
pentingnya pendekatan yang berbasis pada nilai-nilai atau kearifan lokal
(local wisdom), dimana sumber-sumber budaya menjadi penanda
identitas bagi kelangsungan hidup sebuah kelompok maupun aliran
kepercayaan (Abdullah, 2008: 7-8).
26
d. Bentuk-bentuk Kearifan Lokal Jawa Tengah
Pendekatan yang berbasis pada nilai-nilai atau kearifan lokal
(local wisdom) merupakan hal penting dimana sumber-sumber budaya
menjadi penanda identitas bagi kelangsungan hidup sebuah kelompok
maupun aliran kepercayaan.
Menurut Koentjaraningrat dalam bukunya “Pengantar Ilmu
Antropologi” yang dikutip oleh Joko Tri Prasetya, ada tujuh macam
unsur kebudayaan yang bersifat universal yang dapat disebut sebagai isi
pokok kebudayaan di dunia ini, yaitu:
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia sehari-hari, misalnya:
pakaian, perumahan, alat rumah tangga, senjata dan sebagainya.
2. Sistem mata pencaharian dan sistem ekonomi: misalnya sistem
pertanian, peternakan dan sistem produksi.
3. Sistem kemasyarakatan, misalnya: kekerabatan, sistem perkawinan,
sistem warisan.
4. Bahasa sebagai media komunikasi, baik lisan maupun tertulis.
5. Ilmu pengetahuan.
6. Kesenian, misalnya seni suara, seni rupa, seni gerak.
7. Sistem religi.
Unsur-unsur kebudayaan yang membentuk struktur kebudayaan
itu tak berdiri lepas dengan lainnya, melainkan saling berkaitan
(Prasetya, 2009 : 33).
27
Adapun bentuk-bentuk kearifan lokal Jawa Tengah yang dalam
hal ini difokuskan berdasarkan unsur-unsur budaya adalah:
5. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia sehari-hari:
a) Pakaian : kebaya, batik, blangkon, jarek (kain jarit),
dll.
b) Perumahan : Joglo
c) Alat rumah tangga : ceting (tempat nasi dari bambu), tampah,
dll.
d) Senjata : bambu runcing, dll
e) dan sebagainya.
6. Sistem mata pencaharian dan sistem ekonomi:
a) Sistem pertanian
b) Sistem peternakan
c) Sistem produksi
Sistem pertanian, peternakan, dan sistem produksi di Jawa
Tengah maupun di daerah lain hampir sama. Tidak ada perbedaan
khusus antara sistem di daerah satu dengan daerah lain.
7. Sistem kemasyarakatan:
a) Kekerabatan : gotong royong, dll
b) Sistem perkawinan : misalnya tradisi siraman dalam rangkaian
acara perkawinan, memecah telur, mencuci kaki mempelai pria,
dll.
28
c) Sistem warisan : dalam sistem waris Jawa ada istilah sepikul
segendongan. Sepikul itu untuk laki-laki, dan segendongan itu
untuk perempuan.
8. Bahasa sebagai media komunikasi, baik lisan maupun tertulis:
c) Lisan : krama inggil, krama, ngoko.
d) Tulis : ada aksara Jawa
9. Ilmu pengetahuan.
10. Kesenian, misalnya
a) Seni suara (musik) : campursari, dangdut Jawa, keroncong dll
b) Seni rupa : wayang, dll
c) Seni gerak (tari) : tari golek, tari srimpi, tari jaepong, dll
11. Sistem religi. Pesan-pesan keagamaan disampaikan melalui
berbagai cara, baik dalam agama Islam maupun non Islam. Cara-cara
tersebut diantaranya adalah ceramah, dialog, pengajaran formal
seperti di sekolah-sekolah, dll.
Kerangka kultur lokal harus dipahami sebagai basis sosial yang
memiliki kekuatan penggerak dalam berbagai hal (Abdullah, 2008: 7),
termasuk bagaimana mengemas program televisi agar menjadi tayangan
yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Mengingat
media khususnya televisi saat ini bagaikan kiblat masyarakat.
29
2. Kajian Tentang Tayangan Televisi
a. Pengertian Televisi
Televisi adalah salah satu jenis media massa yang merupakan
sarana atau saluran komunikasi massa. Pada hakikatnya televisi
merupakan sistem komunikasi yang menggunakan suatu rangkaian
gambar elektronik yang dipancarkan secara cepat, berurutan dan
diiringi unsur audio (Sutisno, 1993: 9).
b. Bentuk-bentuk Tayangan Televisi
Bentuk-bentuk program tayangan televisi bermacan-macam
diantaranya:
1. Berita
Berita adalah suatu fakta, ide, atau opini aktual yang menarik
dan akurat serta dianggap penting bagi sejumlah besar pembaca,
pendengar, maupun penonton (Muda, 2008: 22).
2. Program Feature
Adalah program yang membahas suatu pokok bahasan, satu
tema, diungkapkan lewat berbagai pandangan yang saling
melengkapi, mengurai, menyoroti secara kritis, dan disajikan
dengan berbagai format. Misalnya, wawancara, show, fox-pop,
puisi, musik, nyanyian, sandiwara pendek, atau fragmen.
3. Program Magazine
Program ini mirip dengan feature. Perbedaannya, program
feature satu pokok permasalahan disoroti dari berbagai aspek dan
30
disajikan lewat berbagai format. Sementara itu, program magazine
bukan hanya menyoroti satu pokok permasalahan, melainkan satu
bidang kehidupan, seperti wanita, film, pendidikan, dan musik yang
ditampilkan dalam rubrik-rubrik tetap dan disajikan lewat berbagai
format.
4. Program Spot
Adalah suatu program yang ingin memengaruhi dan
mendorong penonton televisi untuk tujuan tertentu. Spot
merupakan program yang sangat pendek.
5. Program Doku-Drama (Dokumenter Drama)
Maksudnya adalah dokumenter yang didramakan. Suatu
kejadian yang penah terjadi sungguh-sungguh, terdapat
peninggalan-peninggalan dan bekas-bekasnya secara faktual,
beberapa tokohnya masih hidup, tetapi kejadiannya sudah lampau.
Karena daya tarik atau kejadiannya sangat bernilai, maka kisah itu
dimainkan kembali di tempat yang sama dengan tokoh yang sama
pada saat kurang lebih sama juga dengan waktu kisah itu terjadi.
6. Program Sinetron (Sinema Elektronik)
Berdasarkan makna dari kata sinema, penggarapannya tidak
jauh berbeda dengan penggarapan film layar putih. Demikian
penulisan naskahnya. Yang berbeda hanyalah film layar lebar
menggunakan kamera optik, bahan film seluloid dan medium
sajiannya memakai proyektor dan layar putih di dalam gedung
31
bioskop. Sementara pembuatan senetron menggunakan kamera
elektronik dengan video recorder. Penyajiannya dipancarkan dari
stasiun televisi, dan diterima melalui layar kaca pesawat televisi di
rumah-rumah (Wibowo, 2007: 186-227).
7. Infotainment
Adalah berita yang menyajikan informasi mengenai orang-
orang yang dikenal masyarakat (celebrity).
8. Talk Show
Adalah program yang menampilkan satu atau beberapa orang
untuk membahas suatu topik tertentu yang dipandu oleh seorang
pembawa acara (host).
9. Program Drama
Adalah pertunjukan yang menyajikan cerita mengenai
kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa orang (yang
diperankan oleh pemain) yang dilibatkan konflik dan emosi.
10. Film
Televisi sering menayangkan film sebagai salah satu jenis
program yang masuk dalam kelompok atau kategori drama.
Adapun film yang dimaksud di sini adalah film layar lebar yang
dibuat oleh perusahaan-perusahaan film. Film baru bisa
ditayangkan di televisi setelah terlebih dahulu dipertunjukkan di
bioskop.
32
11. Reality Show
Program ini mencoba menyajikan suatu situasi seperti
konflik, persaingan, atau hubungan berdasarkan realitas yang
sebenarnya. Dengan kata lain, program ini mencoba menyajikan
suatu keadaan yang nyata (riil) dengan cara yang sealamiah
mungkin tanpa rekayasa.
12. Quiz Show
Merupakan bentuk program permainan yang paling
sederhana dimana sejumlah peserta saling bersaing untuk
menjawab sejumlah pertanyaan.
13. Musik
Program musik dapat ditampilkan melalui dua format, yaitu
video klip atau konser. Konser dapat dilakukan di lapangan
(outdoor) ataupun di dalam studio (indoor). Program musik di
televisi saat ini sangat ditentukan dengan kemampuan artis menarik
audien. Tidak dari kualitas suara tetapi juga berdasarkan bagaimana
mengemas penampilannya agar menjadi lebih menarik (Morissan,
2008: 210-219).
14. Format Talk/Ceramah
Wujud sajian format ini didahului pengumuman/pengantar
singkat oleh penyiar tentang nama acara, topik pembicaraan, dan
pembicara. Kemudian tampil seorang penceramah menyampaikan
isi pesannya.
33
15. Format Program Dokumenter
Menyajikan segala sesuatu dan peristiwa apa adanya. Format
ini menjadi lebih menarik bila tidak merekam seperti adanya
melainkan dilengkapi dengan rekaman kejadian di masa lalu
(Sutisno, 1993: 57-60).
c. Fungsi Televisi
Robert K. Avery dan Sanford B. Wienberg dalam Kuswandi
(1996: 24) mengungkapkan tiga fungsi media (televisi), yaitu:
1. The surveillance of the environment, yaitu mengamati lingkungan.
2. The correlation of the part of society in responding to the
environment, yaitu mengadakan korelasi antara informasi data yang
diperoleh dengan kebutuhan khalayak sasaran, karena komunikator
lebih menekankan pada seleksi evaluasi dan interpretasi.
3. The transmission of the social heritage from one generation of the
next, maksudnya adalah menyalurkan nilai-nilai budaya dari satu
generasi ke generasi berikutnya.
Ketiga fungsi di atas pada dasarnya memberikan satu penilaian
pada media massa sebagai alat atau sarana yang secara sosiologis
menjadi perantara untuk menyambung atau menyampaikan nilai-nilai
tertentu kepada masyarakat.
Charles Wright menambahkan fungsi hiburan media massa. hal
ini jelas sebagai salah satu fungsi yang lebih bersifat human interest.
34
Maksudnya agar pemirsa tidak merasa jenuh dengan berbagai isi pesan
yang disajikan oleh media televisi.
Bagi Wilbur Schramm, media massa juga berfungsi “to sell
goods for us”. Maksudnya adalah media massa menjadi sarana efektif
untuk mempropagandakan hasil produksi dalam mencari keuntungan
secara materi atau bentuk promosi barang di media massa dalam
kemasan iklan.
Sedangkan menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney dalam
Nurudin (2004: 62) menyebutkan fungsi komunikasi/media massa
antara lain:
1. To inform (menginformasikan)
2. To entertain (memberi hiburan)
3. To persuade (membujuk)
4. Transmission of the culture (transmisi budaya).
Alexis S Tan menjelaskan fungsi-fungsi komunikasi/media
massa dalam tabel sebagai berikut:
No Tujuan Komunikator
Tujuan Komunikan
(menyesuaikan diri pada sistem
pemuasan kebutuhan)
1
2
Memberi informasi
Mendidik
Mempelajari ancaman dan peluang,
memahami lingkungan, menguji
kenyataan, meraih keputusan.
Memperoleh pengetahuan dan
keterampilan yang berguna
memfungsikan dirinya secara efektif
dalam masyarakatnya, mempelajari
nilai, tingkah laku yang cocok agar
diterima dalam masyarakatnya.
35
3
4
Mempersuasi
Menyenangkan
Memberi keputusan, mengadopsi nilai,
tingkah laku dan aturan yang cocok
agar diterima dalam masyarakatnya.
Menggembirakan, mengendorkan urat
saraf, menghibur, mengalihkan
perhatian dari masalah yang dihadapi.
3. Kajian tentang Dakwah
a. Pengertian Dakwah
Ditinjau dari segi bahasa, dakwah berasal dari bahasa Arab د��ة
dari kata د�� , ���� yang berarti panggilan, ajakan, seruan. (Aziz, 2004:
2). Namun menurut Munir dan Ilahi (2006: 17) dakwah mengandung
pengertian yang lebih luas dari istilah-istilah tersebut, karena istilah
dakwah mengandung makna sebagai aktivitas menyampaikan ajaran
Islam, menyuruh berbuat baik dan mencegah perbuatan mungkar, serta
memberi kabar gembira dan peringatan bagi manusia.
Aziz (2004: 4) mengatakan bahwa secara terminologi, dakwah
itu dapat diartikan sebagai sisi positif dari ajakan untuk menuju
keselamatan dunia akhirat. Sedangkan menurut istilah para ulama
memberikan definisi yang bermacam-macam, antara lain:
1. Syeh Ali Mahfudh mengatakan dakwah adalah mendorong manusia
untuk berbuat kebajikan dan mengikuti petunjuk (agama) menyeru
mereka pada kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan munkar
agar memperoleh kebahagian dunia akhirat (Munir & Ilahi, 2006:
19).
36
2. Nasarudin Latif mendefinisikan dakwah sebagai usaha aktivitas
dengan lisan maupun tulisan yang bersifat menyeru, mengajak,
memanggil manusia lainnya untuk beriman dan menaati Allah swt.
Sesuai dengan garis-garis aqidah dan syari’at serta akhlak Islamiyah
(Aziz, 2004: 5).
3. Toha Yahya Umar mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak
manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai
dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka
di dunia dan akhirat (Munir & Ilahi, 2006: 20).
4. Aboebakar Atjeh mengatakan bahwa dakwah adalah seruan kepada
seluruh umat manusia untuk kembali kepada ajaran hidup sepanjang
ajaran Allah yang benar, dilakukan dengan penuh kebijaksanaan dan
nasihat yang baik (Aziz, 2004: 6).
Dengan begitu, esensi dari dakwah itu sendiri adalah aktivitas
dan upuya untuk mengubah manusia, baik individu maupun kolektif,
dari situasi yang tidak baik menuju situasi yang lebih baik.
b. Dasar Hukum Dakwah
Dakwah merupakan aktivitas yang sangat penting dalam Islam.
Dengan dakwah, Islam dapat tersebar dan diterima manusia. Dalam
kehidupan masyarakat, dakwah berfungsi menata kehidupan yang
agamis menuju terwujudnya masyarakat yang harmonis dan bahagia.
Karena pentingnya dakwah itulah, maka dakwah bukanlah pekerjaan
yang dipikirkan sambil lalu saja melainkan suatu pekerjaan yang telah
37
diwajibkan bagi setiap pengikutnya. Pijakan dasar pelaksanaan dakwah
ada dalam Al Qur’an dan Hadits.
1. Dasar Kewajiban Dakwah dalam Al Qur’an
a. Surat An Nahl ayat 125
äí÷Š $# 4’ n<Î) È≅‹ Î6 y™ y7 În/ u‘ Ïπ yϑõ3Ït ø:$$Î/ Ïπ sà Ïã öθyϑø9 $# uρ Ïπ uΖ|¡ pt ø:$# ( Ο ßγø9 ω≈ y_uρ ÉL©9 $$Î/
}‘ Ïδ ß |¡ômr& 4 ¨βÎ) y7 −/ u‘ uθèδ ÞΟ n=ôãr& yϑÎ/ ¨≅ |Ê tã Ï&Î#‹ Î6 y™ ( uθèδ uρ ÞΟ n=ôãr&
tωtGôγ ßϑø9 $$Î/ ∩⊇⊄∈∪
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah
yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk (Depag RI, 2004: 282).
Ayat di atas memerintahkan kaum muslimin untuk
berdakwah sekaligus memberi tuntunan bagaimana cara-cara
pelaksanaannya, yakni dengan cara yang baik yang sesuai dengan
petunjuk agama (Aziz, 2004: 38).
b. Surat Ali ’Imran ayat 110
öΝ çGΖä. u�ö! yz >π ¨Βé& ôM y_Ì�÷zé& Ĩ$̈Ψ=Ï9 tβρâ� ß∆ù's? Å∃ρã�÷èyϑø9 $$Î/ šχöθyγ ÷Ψ s? uρ Ç tã
Ì�x6Ζßϑø9 $# tβθãΖÏΒ÷σ è? uρ «!$$Î/ 3 öθs9 uρ š∅tΒ# u ã≅ ÷δr& É=≈ tGÅ6 ø9 $# tβ% s3s9 # Z�ö! yz
Ν ßγ ©9 4 ãΝ ßγ ÷ΖÏiΒ šχθãΨ ÏΒ÷σ ßϑø9 $# ãΝ èδç�sYò2 r& uρ tβθà) Å¡≈ x" ø9 $# ∩⊇⊇⊃∪
Artinya: ”Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah
dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya
38
ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka,
diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang fasik” (Depag RI, 2004:
65).
Ayat tersebut juga menjelaskan bahwa da’wah dalam arti
yang luas, adalah kewajiban yang harus dipikul oleh tiap-tiap
muslim dan muslimah. Tidak boleh seorang muslim dan
muslimah menghindarkan dari padanya (Natsir, 1984: 109).
Kata ”khaira ummatin ukhrijat linnas” mencakup semua
orang Islam, baik berbeda suku, warna, bahasa, dan strata
sosialnya. Semua muslim wajib berdakwah (Pimay, 2005: 31).
c. Surat Ali ’Imran ayat 104
ä3tFø9 uρ öΝ ä3Ψ ÏiΒ ×π ¨Βé& tβθãã ô‰tƒ ’ n<Î) Î�ö! sƒ ø:$# tβρã�ãΒù'tƒ uρ Å∃ρã�÷èpR ùQ $$Î/ tβöθyγ ÷Ζtƒ uρ Ç tã
Ì�s3Ψ ßϑø9 $# 4 y7 Í× ¯≈ s9 'ρé& uρ ãΝ èδ šχθßsÎ=ø" ßϑø9 $# ∩⊇⊃⊆∪
Artinya: “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat
yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang
ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah
orang-orang yang beruntung” (Depag RI, 2004: 64).
Sebagian ulama berpendapat bahwa berdakwah itu
hukumnya wajib ‘ain (fardhu ‘ain), maksudnya setiap orang
Islam yang sudah dewasa, kaya-miskin, pandai-bodoh, wajib
melaksanakan dakwah. Pendapat ini didasarkan pada penafsiran
kata “wa al takun” bahwa setiap perintah Allah wajib
dilaksanakan, sedangkan “minkum” adalah kata keterangan,
39
penjelasan (bayaniyah) dan bukan diartikan sebagian (Pimay,
2005: 30).
Sementara itu, ulama yang mengatakan bahwa dakwah itu
wajib kifayah (wajib kolektif) artinya wajib bagi sekelompok
orang saja, mengartikan min sebagai sebagian dari kamu, sebab
diantara umat Islam itu, ada beberapa orang yang tidak mampu
melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar karena berbagai sebab
(Aziz, 2004: 44). Jadi, terdapat perbedaan pendapat dalam
mengartikan ayat tersebut, ada yang mengartikan dakwah itu
fardhu ‘ain, dan ada yang mengartikan bahwa dakwah itu fardhu
kifayah.
2. Dasar Kewajiban Dakwah dalam Hadits
Di samping ayat-ayat Al Qur’an, banyak juga hadits nabi
yang mewajibkan umatnya untuk amar ma’ruf nahi munkar, antara
lain:
a. Hadits riwayat Imam Muslim
����� ���� � � ���� ���� ������� ������� ����� ��� : � � � !" # � ���$��� �%���&� '��$'() * !�+ �����!� :� ��,��- �.�/0�1) �*�� �2���3 �4����� �4�5��6���!�3 �75�8��, �*'8��,
���9�!�(�9�3 �.�/0�1) �*�� �2���3 ���:�1�!�9�3 ;��<+�� �2�&�)����� �=���)*!1, 4+�(
Artinya: “Dari Abi Sa’id Al Khudriy ra. berkata: Saya
mendengar Rasulullah saw. bersabda: siapa saja
diantara kamu melihat kemungkaran, maka rubahlah
dengan tangannya, apabila ia tidak mampu, maka
rubahlah dengan lisannya, bila ia tidak mampu
rubahlah dengan hatinya, dan itu adalah selemah-
40
lemahnya iman” (HR Muslim) (Imam Nawawi, 1999:
212).
Selemah-lemahnya keadaan seseorang setidak-tidaknya ia
masih tetap berkewajiban menolak kemunkaran dengan hatinya.
Kalau ia masih dianggap Allah sebagai orang yang masih
memiliki iman (Aziz, 2004: 41).
b. Hadits riwayat Imam Tirmidzi
����� * !�+ �����!� � � � !" �@�9A�� ��� ���� � � ���� �B�C�)�D�E ��� :�#1�C: ���D ��+ �*'8���!� �F��9) �2�� � � A��8�G�$�����+�� �5�8��&��� ��� 2�$H�0��+ �I�+�5��&����� 2�5�,�J0�� �4�����
K A*'L ����, �7���(�� �*'8�� �M�N0�1�) ��!�3 ��:�$����)�D,50�� 4+�(
Artinya: “Dari Hudaifah ra. dari Nabi Saw., beliau bersabda:
demi dzat yang jiwaku dalam genggaman-Nya,
seharusnyalah kalian menyuruh untuk berbuat baik dan
mencegah dari perbuatan yang munkar. Jika tidak,
sungguh Alah akan menurunkan siksa kepada kalian,
kemudian kamu berdo’a kepadaNya tetapi Ia tidak
mengabulkan do’amu” (HR Tirmidzi) (Imam Nawawi,
1999: 218).
Hadits di atas menunjukkan bahwa ada dua alternatif bagi
umat Islam. Berbuat amar ma’ruf atau nahi munkar atau kalau
tidak mereka akan mendapat malapetaka dan siksa dari Allah
serta Allah tidak menghiraukan permohonan mereka, karena
mereka telah dianggap Allah sebagai umat yang telah
mengabaikan tugas agama yang sangat esensi (Aziz, 2004: 41).
41
c. Unsur-unsur Dakwah
Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang terdapat
dalam setiap kegiatan dakwah.
1. Da’i (Pelaku Dakwah)
Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan,
tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu,
kelompok atau lewat organisasi/lembaga (Munir & Ilahi, 2006: 21-
22). Dari pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa da’i itu tidak
hanya individu, akan tetapi bisa berupa kelompok,
organisasi/lembaga.
Dalam kegiatan dakwah peranan da’i sangatlah esensial,
sebab tanpa da’i ajaran Islam hanyalah idiologi yang tidak terwujud
dalam kehidupan masyarakat. Untuk mewujudkan seorang da’i yang
profesional yang mampu memecahkan kondisi mad’unya sesuai
dengan perkembangan dan dinamika yang dihadapi oleh mad’u, ada
beberapa kriteria. Adapun sifat-sifat penting yang harus dimiliki oleh
seorang da’i secara umum, yaitu:
a) Mendalami Al Qur’an dan Sunah, sejarah kehidupan Rasulullah
serta Khulafa’ur Rasyidin.
b) Memahami keadaan masyarakat yang akan dihadapi.
c) Berani dalam mengungkapkan kebenaran kapanpun dan
dimanapun.
42
d) Ikhlas dalam melaksanakan tugas dakwah tanpa tergiur oleh
nikmat materi yang hanya sementara.
e) Satu kata dengan perbuatan.
f) Terjauh dari hal-hal yang menjatuhkan harga diri. (Aziz, 2004:
81)
2. Mad’u (Penerima dakwah)
Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau
manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai
kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak, atau
dengan kata lain manusia secara keseluruhan. Kepada manusia yang
belum beragama Islam, dakwah bertujuan untuk mengajak mereka
untuk mengikuti agama Islam. Sedangkan kepada orang-orang yang
telah beragama Islam dakwah bertujuan meningkatkan kualitas
Iman, Islam dan Ihsan.
Mad’u atau mitra dakwah terdiri dari berbagai macam
golongan manusia. Oleh karena itu, menggolongkan mad’u sama
dengan menggolongkan manusia itu sendiri dari aspek profesi,
ekonomi, dan seterusnya (Munir & Ilahi, 2006: 21-22).
Selain itu, ada juga penggolongan berdasarkan responsi
mereka. Berdasarkan responsi mad’u terhadap dakwah, Aziz (2004:
93) menggolongkan mereka menjadi tiga, yaitu:
43
a) golongan simpati aktif, yaitu mad’u yang menaruh simpati dan
secara aktif memberi dukungan moril dam materiil terhadap
kesuksesan dakwah.
b) golongan pasif, yaitu mad’u yang masa bodoh terhadap dakwah,
tidak merintangi dakwah.
c) golongan antipati, yaitu mad’u yang tidak rela atau tidak suka
akan terlaksananya dakwah. Mereka berusaha dengan berbagai
cara untuk merintangi dakwah.
Berbagai ragam penerimaan dakwah tersebut secara
sosiologis terpencar dalam bentuk-bentuk kelompok manusia, yaitu:
a) Kelompok
Maksudnya yaitu kelompok orang yang berkumpul pada
suatu tempat atau ruangan tertentu yang sedang terlibat dalam
suatu persoalan atau kepentingan bersama secara tatap muka.
b) Publik
Ialah kelompok yang abstrak dari orang-orang yang
menaruh perhatian dan minat pada suatu persoalan atau
kepentingan yang sama dimana mereka terlibat dalam suatu
pertukaran pikiran melalui komunikasi tidak langsung untuk
mencari penyelesaian atau kepuasan atas persoalan atau
kepentingan mereka.
44
c) Massa
Adalah orang banyak yang sangat heterogen, tidak terikat
oleh suatu tempat dan interaksinya sangat kurang, demikian
persoalan yang mereka hadapi masing-masing masih terpencar-
pencar.
3. Maddah (Materi dakwah)
Maddah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i
kepada mad’u. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi
maddah dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri (Munir dan Ilahi,
2006: 24).
Keseluruhan ajaran Islam yang menjadi materi dakwah
bersumber dari al-Qur’an dan Hadits. Materi-materi yang disajikan
dalam al Qur’an dibuktikan kebenarannya dengan argumentasi yang
dipaparkan atau yang dibuktikan manusia melalui penalaran akalnya.
Oleh karena itu, yang dapat dijadikan materi dakwah bukan sesuatu
yang datang dari Allah swt. saja, lewat wahyu-Nya atau yang
disabdakan oleh Nabi Muhammad saw. Tetapi juga adat istiadat,
kebudayaan atau hasil pemikiran manusia yang baik dan tidak
bertentangan dengan akal sehat dan ajaran Islam dapat dijadikan
sebagai materi dakwah (Aziz, 2004: 104).
Ajaran Islam yang dijadikan maddah dakwah itu pada garis
besarnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
45
a) Masalah Keimanan (akidah)
Masalah pokok yang menjadi materi dakwah adalah
akidah Islamiah. Aspek akidah ini yang akan membentuk moral
(akhlaq) manusia. Oleh karena itu, yang pertama kali dijadikan
materi dalam dakwah Islam adalah masalah akidah atau keimanan
(Munir & Ilahi, 2006: 24). Yang menurut Ali Aziz masalah
akidah ini melirputi rukun iman.
b) Masalah Syari’ah
Masalah Syariah dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Ibadah, yang meliputi
a) Thaharoh
b) Shalat
c) Zakat
d) Shaum
e) Haji
2. Mu’amalah, meliputi:
a) Al-Qununul Khas (hukum perdata)
1. Muamalah (hukum niaga)
2. Munakahat (hukum nikah)
3. Waratsah (hukum waris)
4. Dan lain sebagainya
46
b) Al- Qanunul (hukum publik)
1. Hinayah (hukum pidana)
2. Khilafah (hukum negara)
3. Jihad (hukum perang dan damai)
4. Dan lain sebagainya (Aziz, 2004: 95).
c) Masalah Akhlak
Secara etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa Arab
”khuluqun” yang berarti budi pekerti, perangai, dan tingkah laku
atau tabiat. Sedangkan secara terminologi, pembahasan akhlak
berkaitan dengan masalah tabiat atau kondisi temperatur batin
yang memengaruhi perilaku manusia.
Ajaran akhlak dalam Islam pada dasarnya meliputi
kualitas perbuatan manusia yang merupakan ekspresi dari kondisi
kejiwaannya. Dengan demikian, yang menjadi materi akhlak
dalam Islam adalah mengenai sifat dan kriteria perbuatan manusia
serta berbagai kewajiban yang harus dipenuhinya. Materi akhlak
ini diorientasikan untuk dapat menentukan baik dan buruk, akal,
dan kalbu berupaya untuk menemukan standar umum melalui
kebiasaan masyarakat (Munir & Ilahi, 2006: 28).
Menurut Ali Aziz (2004: 95), materi akhlak ini meliputi
akhlak terhadap khalik dan akhlak terhadap makhluk. Makhluk
disini tidak hanya manusia, akan tetapi makhluk-makhluk lain
seperti hewan, tumbuhan, dan lain sebagainya.
47
4. Wasilah (Media dakwah)
Unsur dakwah yang keempat adalah wasilah (media
dakwah), yaitu alat yang dipergunakan untuk menyampaikan materi
dakwah (ajaran Islam) kepada mad’u. Untuk menyampaikan ajaran
Islam kepada umat, dapat menggunakan berbagai wasilah.
Hamzah Ya’qub dalam Munir & Ilahi (2006: 32) membagi
wasilah dakwah menjadi lima macam, yaitu lisan, tulisan, lukisan,
audiovisual, dan akhlak.
a) Lisan adalah media dakwah yang paling sederhana yang
menggunakan lidah dan suara, dakwah dengan media ini dapat
berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan
sebagainya.
b) Tulisan adalah media dakwah melalui tulisan, buku, majalah,
surat kabar, spanduk, dan sebagainya.
c) Lukisan, adalah media dakwah melalui gambar, karikatur, dan
sebagainya.
d) Audio visual, adalah media dakwah yang dapat merangsang
indera pendengaran, penglihatan, atau kedua-duanya, seperti
televisi, film, slide, internet, dan sebagainya.
e) Akhlak, yaitu media dakwah melalui perbuatan-perbuatan nyata
yang mencerminkan ajaran Islam yang secara langsung dapat
dilihat dan didengarkan oleh mad’u.
48
Dari segi pesan, penyampaian dakwah dibagi menjadi tiga
golongan, yaitu:
a) Spoken words, yaitu media dakwah yang membentuk ucapan atau
bunyi yang dapat ditangkap dengan indra telinga seperti radio,
telepon, dan sebagainya.
b) Pinted writing, yaitu media dakwah yang membentuk tulisan,
gambar, lukisan dan sebagainya yang dapat ditangkap dengan
indra mata.
c) The audio visual, yaitu media dakwah yang berbentuk gambar
hidup yang dapat didengar sekaligus dapat dilihat seperti televisi,
film, video, dan sebagainya.
Di samping wasilah di atas, wasilah dakwah dari segi sifatnya
juga dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
a) Media tradisional, yaitu berbagai macam seni pertunjukan yang
secara tradisional dipentaskan di depan umum (khalayak)
terutama sebagai sarana hiburan yang memiliki sifat komunikatif,
seperti ludruk, wayang, drama, dan sebagainya.
b) Media modern, yang diistilahkan juga dengan ”media
elektronika” yaitu media yang dilahirkan dari teknologi. Yang
termasuk media modern ini diantaranya adalah
49
1. Radio
Adalah media dakwah yang bersifat audio yang berarti
dapat didengar. Siaran radio tidak mengenal jarak dan mampu
menjangkau daerah-daerah terpencil.
2. Televisi
Televisi merupakan media yang bersifat audio visual,
artinya bisa didengar sekaligus dilihat. Dibeberapa daerah
terutama di Indonesia, masyarakat banyak menghabiskan
waktunya untuk menonton televisi. Jika dakwah Islam dapat
memanfaatkan media ini, maka jangkauan dakwah akan lebih
luas.
3. Pers
Dakwah melalui media ini dapat berbentuk berita-berita
Islam, artikel-artikel Islam, dan lain sebagainya.
4. Film
Seperti halnya televisi, film juga bersifat audio visual
yang bisa dilihat dan didengar.
5. Internet
Internet adalah suatu sistem jaringan komunikasi
(berjuta komputer) yang terselubung di seluruh dunia (Aziz,
2004: 149-154).
50
5. Thariqah (Metode dakwah)
Metode dakwah adalah cara-cara yang dipergunakan da’i
untuk menyampaikan pesan dakwah atau serentetan kegiatan untuk
mencapai tujuan dakwah. (Illahi, 2010: 21). Metode sangat penting
peranannya, karena sebaik apapun pesan, apabila disampaikan
dengan metode yang tidak tepat, maka pesan itu bisa jadi tidak bisa
diterima bahkan ditolak oleh mad’u.
Metode dakwah dalam Al Qur’an dijelaskan dalam surat an
Nahl ayat 125, yaitu:
äí÷Š $# 4’ n<Î) È≅‹ Î6 y™ y7 În/ u‘ Ïπ yϑõ3Ït ø:$$Î/ Ïπ sà Ïã öθyϑø9 $# uρ Ïπ uΖ|¡ pt ø:$# ( Ο ßγø9 ω≈ y_uρ ÉL©9 $$Î/
}‘ Ïδ ß |¡ômr& 4 ¨βÎ) y7 −/ u‘ uθèδ ÞΟ n=ôãr& yϑÎ/ ¨≅ |Ê tã Ï&Î#‹ Î6 y™ ( uθèδ uρ ÞΟ n=ôãr&
tωtGôγ ßϑø9 $$Î/ ∩⊇⊄∈∪
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah meraka dengan
jalan yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-
Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk (Depag RI, 2004: 282).
dari ayat tersebut terlukiskan bahwa ada tiga metode yang
menjadi dasar dakwah, yaitu,
a. Hikmah
Yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi
sasaran dakwah dengan menitikberatkan pada kemampuan
mereka, sehingga dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam
51
selanjutnya mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan
(Illahi, 2010: 22). Prof DR. Toha Yahya Umar, M.A., menyatakan
bahwa hikmah berarti meletakkan sesuatu pada tempatnya dengan
berpikir, berusaha menyusun dan mengatur dengan cara yang
sesuai dengan keadaan zaman dengan tidak bertentangan dengan
larangan Tuhan. Di samping itu, al Hikmah juga diartikan
menempatkan sesuatu pada proporsinya. (Munir, 2009: 9).
Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
hikmah dalam dunia dakwah mempunyai posisi yang sangat
penting yaitu dapat menentukan sukses dan tidaknya dakwah.
Dalam menghadapi mad’u yang beragam tingkat pendidikan,
strata sosial, dan latar belakang budaya, para da’i memerlukan
hikmah, sehingga ajaran Islam mampu memasuki ruang hati para
mad’u dengan tepat. Oleh karena itu, para da’i dituntut untuk
mampu mengerti dan memahami sekaligus memanfaatkan latar
belakangnya, sehingga ide-ide yang diterima dirasakan sebagai
sesuatu yang menyentuh dan menyejukkan kalbunya (Munir,
2009: 11).
Mengenal mad’u (objek dakwah) merupakan salah satu
prinsip utama yang harus dimiliki seorang da’i karena merupakan
tuntutan logis dalam menjalankan aktifitas dakwah. Dengan
mengenal mad’u sesuai dengan situasi dan kondisinya, dakwah
pun dapat diaplikasikan secara efektif.
52
Mengenal mad’u berarti melakukan analisis terhadap
kondisi mad’u yang dikenalnya dengan analisis sosial. Analisis
ini menjadi alat untuk mengetahui realitas objektif mad’u, baik
faktor geografis, antropologis, psikologis, dan agama, karena
berbagai faktor tersebut akan memengaruhi cara pandang, sikap,
dan tingkah laku seseorang. Kenyataan ini menunjukkan adanya
perbedaan budaya, idiologi, dan hubungan sosial antar manusia
satu dengan lainnya. (Syabibi, 2008: 120-122)
Pendekatan pada mad’u atau dalam istilah komunikasinya
adalah khalayak ini, oleh David K. Berlo, dinamakan “emphati”,
yang berarti keahlian seseorang dalam menempatkan diri pada
pihak lain. (Kuswandi, 1996: 18). Jadi, ketika hendak
menyampaikan sesuatu kepada orang lain, kondisis mad’u harus
sangat diperhatikan. Seperti apa kebudayaan yang ada, bagaimana
kondisi lokal mad’u itu berada, semuanya harus disesuaikan
sehingga hasil yang diharapkan bisa maksimal.
Hikmah merupakan peringatan kepada juru dakwah untuk
tidak menggunakan satu bentuk metode saja. Sebaliknya, mereka
harus menggunakan berbagai macam metode sesuai dengan
realitas yang dihadapi dan sikap masyarakat terhadap agama
Islam (Munir, 2009:9). Saat ini sedang berkembang metode
dakwah kultural. Sebenarnya metode ini telah ada sejak pertama
kali Islam masuk ke Indonesia yang diajarkan oleh walisongo.
53
Dakwah kultural adalah dakwah yang dilakukan dengan
cara mengikuti budaya maupun kultur masyarakat dengan tujuan
agar dakwahnya mudah diterima oleh mereka, atau kegiatan
dakwah dengan memperhatikan potensi dan kecenderungan
manusia sebagai mahluk budaya secara luas dalam rangka
menghasilkan kultur baru yang bernuansa Islam, atau dengan
memanfaatkan tradisi, adat, seni, dan budaya lokal sebagai proses
menuju kehidupan yang Islami. Metode dakwah kultural dalam
pengertian yang disebut terakhir itu nampaknya telah
dipraktekkan juga dalam dakwah Walisongo di Pulau Jawa.
(Halimi, 2008 : 38).
Dakwah kultural juga bisa berarti dakwah yang dilakukan
dengan cara mengikuti budaya-budaya kultur masyarakat
setempat dengan tujuan agar dakwahnya dapat diterima di
lingkungan masyarakat setempat (http://alumnifiad.youneed.us/
43-dakwah-kultural, 11 Juli 2011).
b. Mauidhah Hasanah
Adalah berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat
atau penyampaian ajaran Islam dengan rasa kasih sayang,
sehingga nasihat dan ajaran Islam yang disampaikan itu dapat
menyentuh hati mereka (Illahi, 2010: 22). Al Asfahani dalam
Munir (2009: 243) memberikan pemahaman terhadap makna al
54
Mau’idzah, yaitu merupakan tindakan mengingatkan seseorang
dengan baik dan lemah lembut agar dapat melunakkan hatinya.
c. Mujadalah
Yaitu berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan
membantah dengan cara sebaik-baiknya dengan tidak
memberikan tekanan-tekanan dan tidak pula dengan menjelekkan
yang menjadi mitra dakwah (Illahi, 2010: 22).
Semua metode yang ada adalah cabang dari tiga metode ini.
Macam-macam metode dakwah yaitu:
a) Ceramah
Adalah menyampaikan pesan dalam rangka meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan daya pikir dan usaha-usaha yang
menyangkut perubahan sikap dan tingkah laku manusia.
b) Diskusi
Yaitu menyampaikan materi dakwah dengan jalan
bertukar pendapat atau informasi tentang masalah agama antar
beberapa orang dalam tempat tertentu.
c) Karyawisata
Yaitu dakwah yang dilakukan dengan membawa mitra
dakwah ke tempat-tempat yang memiliki nilai historis keislaman
atau lembaga-lembaga penyelenggara dakwah.
55
d) Infiltrasi/sisipan
Yaitu menyampaikan ajaran agama pada saat atau
kegiatan yang tidak secara khusus sebagai kegiatan keagamaan.
Pesan-pesan keagamaan hanya disisipkan di dalamnya (Aziz,
2004: 165-187).
e) Metode Tanya Jawab
Metode yang dilakukan dengan mengadakan tanya jawab
untuk mengetahui sampai sejauh mana ingatan atau pikiran
seseorang dalam memahami atau menguasai suatu materi dakwah.
f) Metode Keteladanan (Demonstration)
Metode yang diberikan dengan cara memperhatikan gerak
gerik, kelakuan, perbuatan dengan harapan orang dapat
menerima, melihat, memperhatikan, dan mencontohnya
(Abdullah, 1989: 107).
6. Atsar (Efek dakwah)
Atsar berasal dari bahasa Arab yang berarti bekasan, sisa,
atau tanda. Atsar sering disebut sebagai feed back (umpan balik) dari
proses dakwah. Evaluasi dan koreksi terhadap atsar dakwah harus
dilaksanakan secara radikal dan komprehensif, artinya tidak secara
parsial atau setengah-setengah. Apa saja yang seharusnya dievaluasi
dari pelaksanaan dakwah tidak lain adalah seluruh komponen
dakwah yang dikaitkan dengan tujuan dakwah yang ingin dicapai.
56
Dalam upaya mencapai tujuan dakwah maka kegiatan
dakwah selalu diarahkan untuk mempengaruhi tiga aspek perubahan
dari objeknya, yakni perubahan pada aspek pengetahuan
(knowledge), aspek sikap (attitude), dan aspek perilaku (behavioral).
Berkenaan dengan ketiga hal tersebut Jalaluddin Rahmat dalam Aziz
(2004: 139) menyatakan:
- Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui,
dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan
transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan, dan informasi.
- Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan,
disenangi atau dibenci khalayak, yang meliputi segala yang
berhubungan dengan emosi, sikap, serta nilai.
- Efek behavioral, merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati,
yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan
berperilaku.
4. Tayangan Local Wisdom dalam Perspektif Dakwah
Kearifan lokal dinilai mampu mempertegas fungsi identitas
teologis suatu kepercayaan keagamaan tertentu, dimana berlakunya
hukum-hukum lokal yang menyertai kebijakan-kebijakan publik dalam
kerangka teologi keagamaan merupakan kearifan mendasar yang harus
dijadikan basis kebijakan dalam setiap pengambilan keputusan terkait
praktik keagamaan (Abdullah, 2008: 9-10).
57
Sebagai sebuah kenyatan sejarah, begitu kata Kuntowijoyo, agama
dan kebudayaan dapat saling mempengaruhi karena keduanya terdapat
nilai dan simbol. Agama adalah simbol yang melambangkan nilai ketaatan
kepada Tuhan. Kebudayaan juga mengandung nilai dan simbol supaya
manusia bisa hidup di dalamnya. Agama memerlukan sistem simbol,
dengan kata lain agama memerlukan kebudayaan agama. Tetapi keduanya
perlu dibedakan. Agama adalah sesuatu yang final, universal, abadi
(parennial) dan tidak mengenal perubahan (absolut). Sedangkan
kebudayaan bersifat partikular, relatif dan temporer. Agama tanpa
kebudayaan memang dapat bekembang sebagai agama pribadi, tetapi tanpa
kebudayaan agama sebagai kolektivitas tidak akan mendapat tempat.
Demikian pula untuk memahami nilai-nilai Islam. Para pendakwah
Islam kita dulu, memang lebih luwes dan halus dalam menyampaikan
ajaran Islam kepada masyarakat yang heterogen setting nilai budayanya.
Mungkin kita masih ingat para wali yang di Jawa dikenal dengan sebutan
Walisongo. Mereka dapat dengan mudah memasukkan Islam karena
agama tersebut tidak dibawanya dalam bungkus Arab, melainkan dalam
racikan dan kemasan bercita rasa Jawa. Artinya, masyarakat diberi
“bingkisan” yang dibungkus budaya Jawa tetapi isinya Islam
(http://pemikiranislam.wordpress.com/ 2007/08/14/dakwah-kultural, 11 Juli
2011).
Begitu juga ketika mengemas suatu pesan menjadi sebuah tayangan
televisi, para praktisi televisi juga harus menyesuaikan kondisi masyarakat
58
pemirsanya. Karena, tayangan local wisdom disini maksudnya adalah
tayangan yang mengandung kearifan lokal. Hal ini sesuai dengan salah
satu unsur dalam dakwah.
Secara umum, dakwah adalah ajakan atau seruan kepada yang baik
dan yang lebih baik. Dakwah mengandung nilai tentang progresivitas,
sebuah proses terus menerus menuju kepada yang baik dan yang lebih baik
dalam mewujudkan tujuan dakwah. Dalam dakwah terdapat suatu ide
dinamis, sesuatu yang terus tumbuh dan berkembang sesuai dengan
tuntutan ruang dan waktu. Sementara itu, dakwah dalam prakteknya
merupakan kegiatan untuk mentransformasikan nilai-nilai agama yang
mempunyai arti penting dan berperan langsung dalam pembentukan
persepsi umat tentang berbagai nilai kehidupan (Syabibi, 2008: 17) Ada
beberapa unsur dalam dakwah, satu diantaranya yaitu materi (maddah)
dakwah.
Materi dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i
kepada mad’u. Secara umum, materi dakwah dapat diklasifikasikan
menjadi tiga masalah pokok, yaitu masalah aqidah, syariah, dan akhlak
(Munir dan Ilaihi, 2006: 24). Materi dakwah ini dapat disampaikan melalui
berbagai macam media. Media dakwah adalah alat yang digunakan untuk
menyampaikan materi dakwah kepada mad’u. Media dakwah yang masih
dipandang efektif adalah televisi. Karena televisi merupakan media audio
visual yang bisa didengar dan dilihat langsung oleh masyarakat
pemirsanya.
59
Penyampaian materi dakwah harus menggunakan metode yang
tepat. Metode dakwah adalah cara-cara yang dipergunakan da’i untuk
menyampaikan pesan dakwah atau serentetan kegiatan untuk mencapai
tujuan dakwah (Illahi, 2010: 21). Metode sangat penting peranannya,
karena sebaik apapun pesan, apabila disampaikan dengan metode yang
tidak tepat, maka pesan itu bisa jadi tidak bisa diterima bahkan ditolak
oleh mad’u. Metode inilah salah satu unsur dakwah yang berkaitan dengan
kearifan lokal dalam pembahasan ini.
Metode dakwah dalam Al Qur’an dijelaskan dalam surat an Nahl
ayat 125. Dari ayat tersebut terlukiskan bahwa ada tiga metode yang
menjadi dasar dakwah, yaitu Hikmah, Mau’idho khasanah dan Mujadalah.
Dari ketiga metode tersebut, metode pertamalah yang sesuai
dengan konteks kali ini, yaitu bil hikmah. Dengan metode ini, seorang da’i
dituntut untuk mengenali mad’u terlebih dahulu sebelum melaksanakan
dakwahnya. Begitu juga dalam mengemas pesan dalam sebuah tayangan
televisi, pesan harus disesuaikan dengan kondisi budaya pemirsanya.
Karena dalam hal ini masyarakat pemirsanya adalah masyarkat Jawa
Tengah, maka program tayangannya juga harus disesuaikan dengan
kondisi kearifan lokal masyarakat Jawa Tengah. Selain dapat lebih
diterima masyarakat, hal itu juga dapat melestarikan kebudayaan Jawa
Tengah, sehingga kearifan budaya lokal tidak luntur oleh budaya global.
Tayangan yang mengandung kearifan lokal ini sesuai dengan
metode bil hikmah dalam dakwah. Perbedaannya adalah, hanya dari sisi
60
pesannya saja. Kalau dalam dakwah, pesan yang disampaikan adalah
ajaran Islam. Sedangkan tayangan yang mengandung kearifan lokal ini
lebih luas karena tidak hanya tayangan yang mengandung ajaran Islam
saja, akan tetapi juga pesan-pesan lain yang bersifat umum.
2.2. Hipotesis
Hopotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul
(Arikunto, 2006 : 71)
Berdasarkan penjelasan dalam teori yang sudah dipaparkan di atas,
hipotesisnya adalah tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah
di Stasiun Televisi Borobudur Semarang sudah proporsional sesuai dengan
peraturan Menkominfo dan peraturan KPI. Karena tiap harinya terdapat
jadwal acara yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah yang
diperkirakan lebih dari 10 % tiap harinya.
61
BAB III
KONDISI STASIUN TELEVISI BOROBUDUR SEMARANG DAN
PROGRAM-PROGRAM ACARANYA
3.1. Sejarah dan Tujuan Berdirinya
Televisi Borobudur atau biasa disebut TVB, merupakan televisi lokal
swasta pertama di Semarang. Stasiun TV yang berada di channel 47 UHF
ini resmi mengudara sejak pertengahan tahun 2003, tepatnya pada 12 Mei
2003. Pada awal beroperasi, studio TVB terletak di Jl. Setiabudi 5A
Semarang, terpisah dari kantor pemasarannya, yang berlokasi di Jl. Sultan
Agung 115A. Sejalan dengan perkembangan televisi lokal di Semarang,
TVB melakukan berbagai pembenahan. Salah satu perubahan penting yang
terjadi adalah perpindahan lokasi studio dan kantor pemasaran ke Gedung
SCJ Plaza lantai 5-6 Johar Semarang.
Berpijak pada motivasi untuk memberikan sumbangsih terbaik bagi
masyarakat, dengan keyakinan bahwa media televisi merupakan salah satu
media yang mampu menyajikan berbagai informasi, berita, hiburan dan
edukasi secara audio visual, maka PT. Televisi Semarang Indonesia, yang
lebih dikenal dengan TV Borobudur Semarang lahir ke tengah publik.
TV Borobudur Semarang yang merasa lahir dari “rahim” sosio
kultural masyarakat Jawa Tengah, kemudian menggeliat penuh semangat
dengan mencoba mengekspresikan diri dalam kemasan berbagai program
acara yang mengakar pada keberagaman nilai-nilai tradisi yang pluralistik,
meski tanpa mengabaikan perkembangan “jiwa jaman”. Dengan demikian
62
TV Borobudur tetap menyajikan berbagai acara dengan spirit content local
yang terkemas dalam kemasan aktual.
Dengan cara di atas, TV Borobudur tetap diharapkan dapat melekat
di hati masyarakat, karena kedekatan emosional dan sosio kulturalnya.
Berdasarkan alasan tersebut, TV Borobudur Semarang tetap tumbuh
berkembang dengan membuka kemitraan dengan berbagai pihak
(http://www.tvborobudur.com. 15 September 2011). Salah satu mitra yang
bekerjasama dengan TVB saat ini adalah Kompas. Kerja sama ini
diantaranya adalah mengenai program acara. 70 % program acara
disediakan oleh Kompas, dan 30 % nya diproduksi oleh TVB (wawancara
dengan Pak Agung Yuwono selaku HRD TVB, 20 November 2011).
Di tengah lahirnya berbagai stasiun televisi lokal yang semakin
menjamur, TV Borobudur tetap menyikapinya tidak semata-mata sebagai
kompetiter, tapi tetap sebagai partner yang saling membutuhkan.
Untuk itulah, maka TV Borobudur akan tetap berupaya keras
memberikan program acara yang terbaik bagi semua publik di wilayah
jangkauan siarnya, yaitu wilayah Semarang, Ungaran, Salatiga, Ambarawa,
Purwodadi, Grobogan, Demak, Kudus, Pati, Jepara, Weleri, Kendal, Batang,
Pekalongan, dan Pemalang. Dan rencana kedepan, TV Borobudur akan
memperluas coverage areanya sampai keseluruh Jawa Tengah
(http://www.tvborobudur.com. 15 September 2011).
63
3.2. Visi dan Misi TVB
a. VISI
TV Borobudur Semarang hadir untuk menjadi TV ne Jawa
Tengah. Yaitu sebuah stasiun televisi yang dapat menjadi representasi
dari sosio kultural dan seluruh aspek kehidupan masyarakat Jawa
Tengah. Dengan demikian, seluruh masyarakat Jawa Tengah diharapkan
bisa merasa “handarbeni” keberadaan TV Borobudur Semarang.
b. MISI
TV Borobudur menumbuh kembangkan semangat
“Hamemangun Kuncaraning Projo”, yang artinya ikut membangun agar
daerah/wilayahnya (Jawa Tengah) dapat dikenal luas oleh semua
kalangan dari daerah lain.
Untuk mewujudkan MISI tersebut, TV Borobudur selalu
melakukan pembenahan dan realisasi di berbagai aspek secara
menyeluruh, yaitu :
1. Mewujudkan MISI Program
Yaitu dengan cara selalu memberikan program acara yang
variatif, inovatif dan dinamis sesuai tuntutan “jiwa jaman”, dengan
tetap menjaga “akar” sosio kultural sebagai tempat tumbuh
kembangnya TV Borobudur Semarang.
2. Mewujudkan MISI Teknis
TV Borobudur sebagai stasiun televisi lokal yang berbasis
teknologi digital, dengan pemanfaatan sumber daya manusia berbasis
lokal.
64
3. Mewujudkan MISI Managemen
Mengembangkan prinsip-prinsip managemen modern dan
professional yang sehat dan terbuka (http://www.tvborobudur.com. 15
September 2011).
3.3. Kekuatan TVB
Hal yang dapat dikatakan sebagai kekuatan dari TV Borobudur
tentunya adalah hal yang terkait dengan “service” terhadap
publik/pemirsanya.
Hal itu diciptakan dengan melihat kondisi real sosio kultural masyarakat
Jawa Tengah yang pluralistik. Berpijak pada kondisi tersebut, maka TV
Borobudur tidak menyajikan program acara yang terlalu segmented, baik
kelas sosial, umur, ekonomi, pendidikan dll.
Strategi itu diformulasikan dalam langkah mencari ide, menyusun
konsep dan merealisasikannya dalam content local yang variatif dan inovatif
untuk semua latar belakang masyarakat yang beragam. Strategi itulah yang
diharapkan dapat memikat pemirsa semua kalangan di Jawa Tengah, tanpa
harus membuat “penegasan” adanya perbedaan latar belakang (tidak
membedakan “perbedaan”), dengan tetap menjaga nilai-nilai orisinalitas dan
identitas Jawa Tengah (http://www.tvborobudur.com. 15 September 2011).
3.4. Struktur Organisasi TVB
Struktur organisasi yang penulis sertakan ini adalah setruktur
organisasi ketika penelitian dilakukan, yaitu bulan Oktober 2011.
65
STRUKTUR ORGANISASI TVB
Station Manager
Juang Simbolon
Finance Manager
Arnoldus Mau
HRGA & Legal Manager
Agung Yuwono
Marketing & Sales Manager
Juang Simbolon
Operation Manager
Juang Simbolon
Executive Produser
News
Agus Sutiyono
Executive Produser
Productsy
Fredy Priyanto
Technical Support
Hantoro
Koordinator Lapangan
Produser
VJ
Produser
Grafis & VE
MCR Operator
Tx Operation
SCR Operator
PA
Audio Person
Camera Person
IT Enginering
Gambar 1. Struktur Organisasi TVB
(Sumber: Dokumentasi TVB)
66
3.5. Program-program Acara TVB
1. Embun Pagi
Merupakan acara Monolog. Tausiyah keagamaan oleh Ustadz
ternama di Jawa Tengah Drs. H. Ahmad Anas M.Ag. Uraian yang
disampaikan berhubungan dengan problematika kehidupan yang
didasarkan pada ayat suci Al Quran dan Hadits.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : batik, koko (kemeja muslim)
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi: Islam
Karena mayoritas masyarakat Jawa Tengah beragama
Islam, maka acara ini dapat dikategorikan dalam acara yang
mengandung kearifan lokal Jawa Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : problematika kehidupan yang didasarkan pada ayat
suci Al Quran dan Hadits.
2. Metode : ceramah
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan berdasarkan Al Qur’an dan Al
Hadits.
67
2. Musafir
Program keagamaan dengan tokoh seorang Musafir (Joko
Sulak). Sosok musafir ini adalah seorang individu muda
berpengetahuan keagamaan yang luas, cerdas, mengerti dan memahami
kandungan Al Qur’an. Musafir melakukan perjalanan dari satu tempat
ke tempat lain. Dalam perjalanannya Musafir menemukan beragam
problematika/ permasalahan, untuk kemudian Musafir mencoba
memberikan solusi berdasarkan Al Quran dan Hadits.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : jaket, peci
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : Islam
Berdasarkan data tersebut, acara ini merupakan acara
keagamaan, yaitu agama Islam. karena mayoritas masyarakat Jawa
Tengah beragama Islam, maka acara ini dapat dikategorikan dalam
tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : solusi masalah berdasarkan al Qur’an dan Hadits
2. Metode : ceramah
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah karena
materi yang disampaikan berdasarkan pada Al Qur’an dan Al Hadits.
68
3. Kompas Pagi
Berita Kompas di layar kaca hadir setiap hari untuk memenuhi
kebutuhan pemirsa akan informasi, berita yang hangat di sajikan secara
tegas dan inspiratif, serta melihat lebih dekat berbagai peristiwa yang
terjadi, dalam Kompas Pagi.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional, batik
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berita yang dimuat dalam kompas pagi adalah informasi
yang bersifat umum, akan tetapi, terdapat berita yang disuguhkan
untuk berita lokal Jawa Tengah selama 15 menit. Dari sini, dapat
dilihat kekhasan suatu daerah, terutama daerah Jawa Tengah. oleh
sebab itu, acara ini dapat dikategorikan dalam tayangan yang
mengandung kearifan lokal Jawa Tengah, dengan durasi waktu 15
menit.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : berita tentang peristiwa-peristiwa di sekitar
masyarakat Indonesia dan Jawa Tengah
2. Metode : talk show
69
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
4. Bonita Show
Variety Show Wanita, dipandu seorang public figure lokal
Bonita D. Sampurna. Program ini mengangkat tema-tema kewanitaan,
dengan bintang tamu tokoh-tokoh atau orang-orang yang berkompeten
pada bidangnya masing-masing. Proses produksi dilakukan di studio
dan dihadiri pula oleh penonton di studio.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Dalam acara ini tidak ada yang menunjukkan kekhasan
budaya lokal Jawa Tengah, sehingga acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : tema kewanitaan
2. Metode : talk show
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
70
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
5. Kulik Kuliner
Variety Show Kuliner, dipandu oleh seorang ahli masak (Owner
tempat makan Mbah Jingkrak dan Bentuman Steak) yang selalu
mengenakan kemben dalam memandu acara ini. Dalam program ini
akan diketengahkan tips pemilihan bahan masakan yang tepat, cara
memasak dan mengolah, sampai dengan penyajian, dan uji coba rasa
dan kelezatan.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : kemben, nasioanal
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Kemben adalah salah satu pakaian khas Jawa Tengah. Dalam
unsur budaya, pakaian masuk dalam unsur peralatan dan
perlengkapan sehari hari. Berdasarkan hal tersebut, acara ini dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : masakan/makanan
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
71
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
6. Oprek (Obrolan Pengetahuan, Perkembangan Teknologi dan Komputer)
Variety Show Teknologi dan Komputer bersama seorang praktisi
IT dan komputer (Hardware-Software), yang disebut sebagai Toekang
Oprek. Oprek berarti juga bongkar-pasang beragam peralatan
khususnya yang berbau teknologi, elektronik, dan komputer. Pada
program ini dibahas beragam tema berkaitan dengan teknologi dan
komputer, informasi teknologi terbaru dan unik, serta pembahasan
masalah yang diajukan melalui email, facebook, dan twitter.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Tidak ada yang menunjukkan kekhasan Jawa Tengah dalam
acara ini, sehingga acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara
yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : teknologi dan komputer
2. Metode : talk show
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
72
7. Rumah Inspirasi “Warna-Warni Budaya” (Prof. Eko Budihardjo)
Program Rumah Inspirasi “Warna-Warni Budaya” merupakan
program edukasi dan inspirasi yang disampaikan oleh seorang
budayawan ternama di Jawa Tengah yakni Prof. Eko Budihardjo.
Dengan puisi-puisi satire-nya Prof. Eko Budihardjo selama kurang lebih
1 jam bersama tamu atau narasumber berkompeten melakukan
perbincangan yang berisi hal-hal positif berlandaskan budaya.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : batik, nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : puisi satire
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, karena batik menunjukkan simbol
budaya Jawa Tengah, maka acara ini dapat dikategorikan dalam
tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : hal-hal positif berlandaskan budaya
2. Metode : talk show
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
73
8. Rumah Inspirasi “Canda-Candu Pikiran” (Bayu Krisna)
Program Rumah Inspirasi “Canda-Candu Pikiran” merupakan
program motivasi dan inspirasi yang disampaikan oleh seorang tokoh
motivator ternama di Jawa Tengah yakni Bayu Krisna. Dengan tag line-
nya “Ubah Pikiran Anda Maka Dunia Akan Berubah” akan pula hadir
tokoh-tokoh hebat yang telah berani mengubah pola pemikiran mereka
sehingga apa yang dicapai sekarang ini adalah hal terbaik dalam
hidupnya.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa
Tengah.
b. Variabel Dakwah
a. Materi : motifasi
b. Metode : diskusi/talk show
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
74
9. Rumah Inspirasi “Serba-Serbi Karir (Kristian Hardianto)
Program Rumah Inspirasi “Serba-Serbi Karir” merupakan
program motivasi dan inspirasi seputar dunia karir yang disampaikan
oleh seorang enterpreneur ternama di Jawa Tengah yakni Kristian
Hardianto. Dengan tag line-nya “Pasti Sukses” Kristian mengajak
masyarakat terutama karyawan atau pekerja dengan uraian motivasinya
untuk melangkah meraih puncak karir.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, karena tidak ada yang
menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah, maka acara ini tidak
dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan
lokal Jawa Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : motifasi seputar dunia karir
2. Metode : talk show
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
75
10. SLC Angkringan Kang Tris
Variety Show problematika yang terjadi di masyarakat, disorot
dari sisi hukum. Program ini dipandu dan dimainkan oleh anggota
Semarang Lawyers Club, serta dihadiri oleh tokoh-tokoh penting
berkaitan dengan tema-tema hukum yang diangkat. Program ini tidak
mengarahkan pemirsa untuk setuju/tidak setuju pada gagasan yang
disampaikan, namun cenderung membiarkan mereka berpikir dan
menentukan pemikirannya sendiri.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Dalam acara ini tidak ada simbol yang menunjukkan kearifan
lokal Jawa Tengah. Sehingga, acara ini tidak dapat dikategorikan
dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah
b. Variabel Dakwah
1. Materi : problematika masyarakat disorot dari sisi hukum
2. Metode : talk show
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
76
11. Jamahan-Nya
Talk Show keagamaan (Nasrani) bersama seorang Pendeta, live.
Pada program ini diuraikan beragam tema yang didasarkan pada kitab
Injil. Tersedia pula line interaktif untuk pemirsa untuk bertanya
langsung.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : musik/nyanyian Nasrani
4. Sistem religi : Nasrani
Berdasarkan data tersebut, acara ini merupakan acara
keagamaan, yaitu agama Nasrani. mengingat adanya masyarakat
Jawa Tengah yang beragama Nasrani. Maka, acara ini dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : tema berdasarkan kitab Injil
2. Metode : talk show
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
77
12. Bintang Kecil
Variety Show anak-anak, mengetengahkan bakat menyanyi dan
bermain musik dari anak-anak. Lagu-lagu pilihan dalam program ini
adalah lagu-lagu yang memang diperuntukkan bagi anak-anak. Acara
ini tampil live dari studio.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : seni musik pop
4. Sistem religi : -
Tidak ada yang menunjukkan simbol budaya lokal Jawa
Tengah dalam acara ini, baik dari lagu yang dinyanyikan maupun
pakaian yang dikenakan. sehingga acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : nyanyian, musik pop
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
78
13. Kini Kutahu
Feature anak yang mengupas ilmu pengetahuan ringan dan unik,
dibahas santai, dipandu oleh seorang tokoh karakter lucu Profesor Ijo
dan seorang anak cerdas Christy. Untuk lebih memperjelas pengertian-
pengertian ilmu pengetahuan yang ingin disampaikan, maka pada
program ini dilengkapi pula dengan grafis penjelasan.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Tidak ada yang menunjukkan kekhasan budaya Jawa Tengah
dalam acara ini, sehingga acara ini tidak dapat dikategorikan dalam
tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : ilmu pengetahuan umum
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
14. Pantang Menyerah
Feature anak inspiratif yang mengulas tentang anak-anak yang
berkekurangan/berkebutuhan khusus namun punya semangat juang
79
yang tinggi dalam menapaki kehidupan, sehingga mereka pun bisa
meraih beragam prestasi.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, karena tidak ada yang
menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah, maka acara ini tidak
dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan
lokal Jawa Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : anak berkekurangan yang berprestasi
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
15. Jadul (Jaman Dulu)
Feature yang membahas bangunan-bangunan tua yang ada di
Semarang dan sekitarnya. Informasi dan ulasan pada program ini diulas
dengan detail, mulai dari arsitektur, seni bangunan, sampai sejarah
bangunan. Jadul dipandu oleh seorang host yang berpengetahuan luas
berkenaan dengan bangunan-bangunan tua.
80
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : seni rupa dalam bentuk bangunan di Jawa Tengah
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah karena terdapat kesenian Jawa Tengah dalam bentuk seni
rupa bangunan.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : bangunan-bangunan di Jawa Tengah
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
16. Campursarinan
Variety Show, penampilan lagu-lagu campursari (lagu khas
kegemaran masyarakat Jawa Tengah) oleh artis-artis lokal. Acara ini
diproduksi secara live di studio TV Borobudur. Tersedia pula line
telepon interaktif yang bisa digunakan pemirsa berkirim salam dan
memilih lagu yang disediakan.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : kebaya, blangkon, jarek
81
2. Bahasa : Jawa
3. Kesenian : seni musik campursari
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah karena unsur-unsur budaya yang ada dalam acara ini adalah
budaya Jawa Tengah, yaitu musik campursari, bahasa Jawa, dan
pakain khas Jawa Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : musik campursari
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
17. Advontur
Program ini berbentuk feature 30 menit, bersifat santai tapi
berisi dengan dukungan narasi berdasarkan data yang akurat. Dipandu
oleh seorang host maka pemirsa akan diantarkan pada lokasi-lokasi
wisata dan daerah-daerah menarik seputar Semarang dan Jawa Tengah.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional, batik
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : seni rupa dalam bentuk bangunan khas Jawa
82
Tengah dll
4. Sistem religi : -
Dalam tayangan ini tidak terlepas dari budaya Jawa Tengah,
karena tempat wisata yang diangkat adalah tempat wisata di daerah
Semarang dan Jawa Tengah, sehingga acara ini dapat dikategorikan
dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : tempat wisata
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
18. Khasanah
Feature-dokumenter yang mengangkat kearifan-kearifan lokal
yang ada di Jawa Tengah. Program ini akan memiliki tema yang
berbeda-beda setiap minggunya, mulai tradisi-tradisi daerah, kesenian,
bentuk kebudayaan, kebiasaan, adat-istiadat dsb.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional, kebaya, jarek
2. Bahasa : Indonesia, Jawa.
3. Kesenian : smua kesenian yang ada di Jawa Tengah
4. Sistem religi : -
83
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah, karena terdapat beberapa simbol Jawa Tengah di dalamnya,
yaitu kebaya, jarek, dan kesenian Jawa Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : kearifan-kearifan lokal Jawa Tengah
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
19. Mujizat
Blocking Time monolog uraian keagamaan (Nasrani) yang
didasarka pada kitab suci dan disampaikan oleh Pendeta Yesaya Pariaji.
Program ini akan berjalan tanpa jeda iklan selama 30 menit.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : Nasrani
Acara ini adalah acara keagamaan Nasrani. Karena sebagian
masyarakat Jawa Tengah beragama Nasrani, maka acara ini dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah.
84
b. Variabel Dakwah
1. Materi : materi keagamaan Nasrani
2. Metode : ceramah
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
20. Wagu (Waton Guyon)
“Wagu” merupakan kumpulan sketsa-sketsa komedi daerah.
Tema yang diambil pada masing-masing sketsa berbeda, namun secara
garis besar merupakan hal-hal umum yang kental terjadi di lingkungan
masyarakat Jawa Tengah. Acara ini akan diperankan oleh artis-artis
daerah.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia, Jawa
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Dilihat dari nama acaranya, ini sudah menunjukkan bahwa
acara ini termasuk acara yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah karana bahasa yang digunakan dalam judulnya adalah
bahasa Jawa yaitu Wagu (Waton Guyon) yang dalam bahasa
indonesia bisa diartikan asal gurau. Di samping isinya yang juga
didasarkan pada peristiwa yang kental terjadi dilingkungan Jawa
85
Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : komedi daerah
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
21. Zona Info-Akses
“Zona Info Akses” merupakan program Variety Show berisikan
info-info ringan seputar hobby, lifestyle, kesehatan dll. Program ini
dilengkapi pula dengan liputan seputar tema yang yang dibawakan
secara santai, serta dibuka dan ditutup dengan tayangan video klip.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa
Tengah.
86
b. Variabel Dakwah
1. Materi : info-info ringan seputar hobby, lifestyle, kesehatan
dll
2. Metode : tanya jawab
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
22. Berita Kampus
“Berita Kampus” merupakan program khusus yang berisi
liputan-liputan kegiatan dan aktifitas kampus yang ada di Jawa Tengah.
Program ini berdurasi kurang lebih setengah jam, dipandu oleh seorang
host yang berasal dari kalangan mahasiswa.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, karena tidak ada yang
menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah, maka acara ini tidak
dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan
lokal Jawa Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : informasi seputar kampus di Jawa Tengah
87
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
23. Pujian
“Pujian” merupakan kumpulan lagu-lagu rohani (Nasrani) yang
dinyanyikan oleh aktivis-aktivis gereja baik daerah maupun nasional.
Produksi acara tidak selalu di studio namun juga mengambil lokasi-
lokasi di luar.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : seni musik
4. Sistem religi : Nasrani
Acara ini adalah acara keagamaan Nasrani. Karena sebagian
masyarakat Jawa Tengah beragama Nasrani, maka acara ini dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : keagamaan Nasrani
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
88
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
24. Percikan Kasih
“Percikan kasih” merupakan program monolog dari seorang
pendeta yang menguraikan khotbah dengan dasar-dasar diambil dari Al
Kitab.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : Kristen
Acara ini adalah acara keagamaan Kristen. Karena sebagian
masyarakat Jawa Tengah beragama Kristen, maka acara ini dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : tema-tema berdasarkan Al Kitab
2. Metode : monolog/ceramah
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
25. Arena Olahraga
“Arena Olahraga” merupakan program news dengan konten
berkaitan dengan dunia olahraga. Dalam Arena olahraga, selain liputan-
89
liputan berita olahraga, terdapat pula segmen yang mengulas sosok
atlet.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : sport
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, karena tidak ada yang
menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah, maka acara ini tidak
dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan
lokal Jawa Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : olahraga
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
26. Jendela Jateng Pagi
“Jendela Jateng Pagi” adalah program news yang menyajikan
liputan berita dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di daerah-daerah di
Jawa Tengah. Berita yang tersaji diulas berdasarkan kecepatan,
ketepatan, dan keakuratan. Program ini hadir pagi hari menjelang
masyarakat Jawa Tengah beraktifitas.
90
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional, batik
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah, karena terdapat salah satu simbol Jawa Tengah yaitu batik.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : berita dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di
daerah-daerah di Jawa Tengah.
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
27. Jendela Jateng Sore
“Jendela Jateng Sore” adalah program news yang menyajikan
liputan berita dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di daerah-daerah di
Jawa Tengah. Berita yang tersaji diulas berdasarkan kecepatan,
ketepatan, dan keakuratan. Program ini hadir pagi sore hari.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional, batik
2. Bahasa : Indonesia
91
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah, karena terdapat salah satu simbol Jawa Tengah yaitu Batik.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : berita dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di
daerah- daerah di Jawa Tengah.
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
28. Kuthane Dhewe
“Kuthane Dhewe” adalah program news yang menyajikan
liputan berita dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di daerah-daerah di
Jawa Tengah dengan menggunakan Bahasa Jawa Populer yang secara
umum dikenal oleh masyarakat luas.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Jawa
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini dapat
92
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah, karena bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa..
b. Variabel Dakwah
1. Materi : liputan berita dari peristiwa-peristiwa yang terjadi
di daerah-daerah di Jawa Tengah
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
29. Harpindo Jaya In Action
Program promo pihak Harpindo Jaya yang berisi kegiatan-
kegiatan off air Harpindo Jaya serta liputan khusus yang berkaitan
dengan Harpindo Jaya. Acara ini diperuntukkan untuk semua kalangan.
Dalam acara ini terdapat promo Harpindo Jaya, baik promo di dalam
diler motor maupun promo yang diadakan di pasar yang biasanya
diiringi dengan organ tunggal.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional, kebaya, batik
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : musik dangdut, campursari
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
93
Tengah, karena terdapat simbol Jawa Tengah di dalamnya, yaitu
batik, kebaya dan musik campursari.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : tema tentang motor
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
30. Makelaran
Jual beli interaktif lewat telephone dipandu dua host, Ita Tronton
dan Kriwil yang selalu mengenakan blangkon dikepalanya. Mereka
menggiring pemirsa untuk promosi penjualan maupun mancari barang
yang hendak dibeli melalui telpon interaktif (live).
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional, blangkon
2. Bahasa : Indonesia, Jawa
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah, karena terdapat simbol Jawa Tengah di dalammya, yaitu
bahasa Jawa dan Blangkon.
94
b. Variabel Dakwah
1. Materi : jual beli barang
2. Metode : tanya jawab
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
31. Teroka – Host: Cahyo Alkantana
“Teroka”, sebuah ekspedisi menjelajah daratan, lautan, hingga
perut bumi Indonesia yang dipandu oleh Cahyo Alkantana. Petualang
ini adalah seorang fotografer dan videografer dengan kiprah
internasional, bahkan menjadi orang Indonesia pertama dalam sebuah
produksi film mengenai bumi dan antartika.
Cahyo Alkantana dan tim “Teroka” akan berkeliling Indonesia
menggunakan mobil lowo discovery dan lowo defender, dua mobil
awak yang digunakan untuk melakukan ekspedisi ke seluruh nusantara,
mengeksplorasi alam Indonesia. Daratan Indonesia menawarkan
permukaan yang sangat menantang untuk dijelajahi. Indonesia
merupakan negara yang memiliki ratusan gunung berapi karena dilewati
oleh jalur pegunungan api. Ribuan pulau-pulau di Indonesia juga
menyimpan kekayaan alam yang beragam. Gua dan liang kapur
menyimpan aneka hayati yang belum pernah teridentifikasi
sebelumnya.
Indonesia merupakan tempat pertemuan lempeng tektonik
95
sehingga kekayaan dasar lautnya besar. Selain itu, Indonesia juga
merupakan wilayah segitiga terumbu karang yang memiliki spesies
terumbu karangnya yang beragam.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, karena tidak ada yang
menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah, maka acara ini tidak
dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan
lokal Jawa Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : alam Indonesia
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
32. Explore Indonesia – Host: Mohammed Kamga
Indonesia, sebuah negara kesatuan yang memiliki keindahan
alam dan budaya mempesona. Di balik pesona Indonesia yang menarik
wisatawan dalam dan luar negeri ini terdapat banyak hal menarik yang
belum banyak diketahui. Dipandu oleh Kamga yang akan mengajak
96
pemirsa mengeksplorasi alam, keindahan budaya, dan sejarah
Indonesia. Menemukan sesuatu yang baru di tempat lama,
membangkitkan hal lama yang hampir punah serta menemukan tempat-
tempat baru. Sebuah program dokumenter wisata yang mengekplorasi
Indonesia dan menyajikannya dengan sisi-sisi berbeda.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, karena tidak ada yang
menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah, maka acara ini tidak
dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan
lokal Jawa Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : wisata alam Indonesia
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
33. Fanatik
Live music performance persembahan Kompas TV yang
mengajak musisi lebih dekat dengan fans fanatiknya. “Fanatik”, salah
97
satu program musik di TVB yang memberikan kesempatan sang musisi
untuk membawakan lagu-lagu hits dengan aransemen berbeda dan
menceritakan kisah unik dibalik lagu miliknya.
Menghadirkan satu musisi (band/solo) dalam setiap episode
sekaligus sebagai pembawa acara. “Fanatik” mengajak pemirsa melihat
hubungan dekat antara musisi dengan penggemar setianya. Kejutan
dihadirkan oleh bintang tamu dan musisi lain yang turut berkolaborasi.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : musik pop, rock
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa
Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : kisah unik di balik lagu sang musisi
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
98
34. Kampung Main – Host: Ramon Y. Tungka
Mainan tidak hanya sekedar milik bocah-bocah kecil tetapi juga
orang dewasa. Ramon Y. Tungka akan mengajak pemirsa berkeliling
Indonesia, mengeksplorasi permainan dan olahraga tradisional
Indonesia dalam “Kampung Main”. Menceritakan mengenai permainan
dan olahraga tradisional daerah tertentu berkaitan erat dengan adat
budaya yang ada. Bukan hanya itu, Ramon juga akan mencoba berbagai
permainan yang ada. Ia juga akan bertanding melawan penduduk
setempat.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional, menyesuaikan budaya setempat yang
sedang dikunjungi.
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, karena tidak ada yang
menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah, maka acara ini tidak
dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan
lokal Jawa Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : mainan khas suatu daerah
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
99
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
35. Jalan Sesama
Jalan sesama hadir untuk anak-anak Indonesia. Bermain-main
seru dan menyenangkan di Jalan Sesama. Tantan, Putri, Momon, dan
Jabrik, akan menemani pemirsanya. Putri si gadis cilik yang penuh
semangat dan lincah ini sangat senang menyanyi dan menari. Adik-adik
pemirsa juga bisa bermain dengan Momon, si bocah laki-laki yang suka
menggambar. Momon juga seorang penamu yang hebat.
Masih ada Tantan dan Jabrik yang akan meramaikan waktu seru
adik-adik semua. Tantan, orang utan betina yang gemar membaca buku
ini, ternyata senang berjoget dangdut. Ketika Tantan berayun, suara
“AIEOU...” khasnya akan selalu terdengar. Masih ada Jabrik si badak
bercula satu dengan jambul ungunya yang lucu. Jabrik yang memiliki
daya penciuman tajam dan badan yang kuat akan selalu menimbulkan
keramaian di Jalan Sesama dengan tingkah lucunya.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
100
Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa
Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : permainan anak-anak
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
36. Mitos – Host: Shafira dan Chevrina Anayang
“Mitos”, merupakan sebuah program tayangan yang dipandu
oleh Shafira dan Chevrina Anayang, menjelajahi pelosok Indonesia,
mengunjungi tempat-tempat yang penuh cerita dan kepercayaan turun
temurun. Indonesia yang terdiri dari beragam suku dan budaya memiliki
beragam kepercayaan adat yang masih dipegang teguh oleh penduduk
sekitar.
Penasaran dengan kepercayaan masyarakat yang berlaku di
suatu daerah, Shafira dan Chevrina berkeliling daerah yang
penduduknya masih sangat percaya pada mitos. Mengejutkan! Ternyata
mitos-mitos tersebut dapat dijelaskan secara logis dan bukan sekedar
kepercayaan tanpa dasar. Melibatkan para ahli sesuai bidangnya,
“Mitos” akan mengajak pemirsa memahami secara ilmiah mengenai
mitos yang diangkat dari daerah tertentu.
a. Variabel Kearifan Lokal
101
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, karena tidak ada yang
menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah, maka acara ini tidak
dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan
lokal Jawa Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : memahami mitos suatu daerah
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
37. H-1
Setiap kejadian pasti memiliki latar belakang, setiap pergelaran
pasti membutuhkan persiapan. “H-1” adalah sebuah program tayangan
yang mendokumentasikan riuhnya persiapan menjelang sebuah
pergelaran berskala besar. Mengabadikan momen penting, merekam
jejak figur-figur dibalik terselenggaranya sebuah acara,
“H-1” akan mengungkap cerita narasumber dan menelusuri
fakta-fakta dibalik prosesi yang terjadi. Sebuah pergelaran pasti
102
menyimpan kisah, ketegangan, dan konflik dibalik persiapannya.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa
Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : fakta-fakta di balik prosesi suatu pergelaran
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
38. Belantara
“Belantara”, sebuah tayangan dokumenter kehidupan alam liar
yang mengeksplorasi hutan Indonesia akan merekam jejak flora dan
fauna di habitat asalnya. Indonesia sebagai wilayah yang ditutupi hutan
hujan tropis terluas ketiga di dunia merupakan tempat berbagai macam
flora fauna untuk hidup, bahkan banyak diantaranya merupakan mahluk
103
hidup endemik yang menarik untuk diteliti.
Penambangan ilegal, pembalakan, dan kebakaran hutan
menyebabkan flora dan fauna kehilangan habitat aslinya. “Belantara”
juga akan bercerita mengenai pusat-pusat konservasi alam tempat
keragaman hayati Indonesia diselamatkan.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, karena tidak ada yang
menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah, maka acara ini tidak
dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan
lokal Jawa Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : flora dan fauna hutan Indonesia
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
39. Science Is Fun – Joe Shandy dan Abu Marlo
Dalam “Science Is Fun”, eksperimen ilmiah dikemas semenarik
mungkin karena sains bukanlah hal yang membosankan. Bahan-
104
bahannya juga mudah didapatkan di lingkungan, sehingga adik-adik di
rumah bisa ikut mencoba bereksperimen.
Abu Marlo juga akan memberikan bonus pertunjukkan sulap
yang menambah serunya acara ini. Bukan hanya itu, ternyata banyak
trik-trik sulap yang juga dapat dijelaskan dengan sains.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, karena tidak ada yang
menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah, maka acara ini tidak
dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan
lokal Jawa Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : sains
2. Metode : keteladanan
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
40. Weekend Yuk! – Host: Yoane Balvaz
Berjalan-jalan santai menikmati relaksasi di akhir pekan.
“Weekend yuk!” Akan mengajak pemirsa menghabiskan akhir pekan di
105
tempat-tempat yang menyenangkan. Penat dan bosan yang dirasakan
pada hari aktif harus dilepaskan pada saat akhir pekan.
Relaksasi, rekreasi keluarga, tantangan adrenalin, hingga wisata
kuliner dapat menjadi pilihan. Mengeksplorasi tempat-tempat baru yang
ternyata menyimpan keasyikan tersendiri untuk berlibur. “Weekend
yuk!” Sebuah program informatif mengenai panduan bagi masyarakat
Jabodetabek untuk menikmati pilihan liburan yang beragam, lengkap
dengan informasi biaya.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa
Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : tempat wisata di Jabodetabek
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
106
41. Tarung - Host: Raditya Dika
Raditya Dika hadir di TVB bersama program “Tarung”
berkeliling ke pelosok Indonesia mengupas seni bela diri yang jarang
diketahui banyak orang. Dalam “Tarung”, Radit tidak hanya sekedar
menerangkan seni bela diri daerah tapi juga ikut berlatih hingga piawai.
Seni bela diri Indonesia yang beragam tidak hanya sekedar kalah
menang, tetapi menyimpan filosofi dan melekat aspek sejarah serta
budaya di dalamnya yang akan diungkap oleh Raditya Dika untuk
pemirsa. Pada akhir acara, Radit juga akan bertarung dengan jagoan
bela diri daerah yang dikunjungi.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional, pakaian bela diri
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, karena tidak ada yang
menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah, maka acara ini tidak
dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan
lokal Jawa Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : seni bela diri daerah
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
107
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
42. Tanya Dokter – Host: Dokter Ferdiriva Hamzah
Ferdiriva, seorang dokter, penulis novel komedi, santai, penuh
cerita, dan komunikatif. Dokter Ferdiriva akan memandu pemirsa dalam
sebuah talk show kesehatan “Tanya Dokter”. Tayangan ini akan
menghadirkan informasi seputar penyakit serta bagaimana
penanganannya.
Bagi masyarakat awam, banyak masalah kesehatan yang
terlewatkan karena pengetahuan yang kurang. Padahal nyatanya, ketika
terabaikan masalah tersebut bisa menjadi problem yang besar. “Tanya
Dokter” akan menyajikan informasi mengenai penyakit-penyakit yang
akrab di telinga, namun tidak banyak diketahui detail faktanya.
Dikemas secara menarik dan santai, bahkan dibumbui oleh stand up
comedy ala dokter Ferdiriva, jadi tidak perlu khawatir ini akan menjadi
program tayangan monoton dan membosankan.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
108
Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa
Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : kesehatan
2. Metode : talk show
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
43. Hidden Paradise – Host: Nadine Chandrawinata
Nadine Chandrawinata akan melakukan perjalanan menyusuri
tempat-tempat terpencil di Indonesia yang ternyata menyimpan potensi
wisata yang luar biasa. Menyapa cantiknya alam nusantara, menemukan
surga di alam Indonesia.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, karena tidak ada yang
menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah, maka acara ini tidak
dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan
lokal Jawa Tengah.
b. Variabel Dakwah
109
1. Materi : tempat wisata Indonesia
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
44. Mata Hati – Host: Maman Suherman
Kehidupan selebritis di Indonesia seringkali mengundang rasa
ingin tahu masyarakat. Namun terkadang cerita-cerita yang beredar
sarat dengan informasi-informasi yang tidak sesuai dengan fakta dan
akhirnya menimbulkan gosip. Kita sering lupa bahwa di balik
kehidupan para selebritis terdapat fakta-fakta bermakna dalam
kehidupan mereka.
“Mata Hati”, program talk show yang akan menghadirkan
selebritis, mengungkap sisi lain diri mereka, dan menghadirkan kisah
inspiratif. Lengkap dengan kejutan-kejutan bagi sang artis, misterious
guest, hingga fakta-fakta tersembunyi.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
110
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa
Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : kisah selebritis
2. Metode : talk show
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
45. Sosok
Seseorang yang menjadi inspirasi, yang kerja kerasnya berbuah
manis bagi dirinya dan orang lain. Seseorang yang melakukan
kegemarannya dengan tulus dan akhirnya berdampak positif bagi
lingkungannya. “Sosok”, sebuah tayangan mingguan yang
menampilkan figur-figur from zero to hero yang menjadi inspirasi bagi
sekitarnya.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, karena tidak ada yang
menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah, maka acara ini tidak
111
dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan
lokal Jawa Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : figur seseorang yang menjadi inspirasi bagi orang
di sekitarnya.
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
46. Showcase – Host: Andezzz
Aksi panggung atraktif, menghadirkan musikalitas berbeda dan
lebih berwarna. Menyuguhkan karya yang dibuat dengan totalitas.
Penampilan musisi-musisi tanah air yang memiliki karya apik dan
digemari.
Segala tentang musik mereka siap berbagi. Musisi-musisi
Indonesia ini akan bercerita pengalaman bermusik dan
mempertunjukkan kepiawaiannya di atas panggung untuk menghibur
pemirsa.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : musik pop rock
4. Sistem religi : -
112
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa
Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : musik dan musisi
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
47. 180⁰ - Host: Pandji Pragiwaksono
“180⁰” sebuah talk show yang dipandu oleh Pandji
Pragiwaksono, Menghadirkan bintang tamu selebritis, tokoh
masyarakat, hingga tokoh dunia maya. Dikemas ringan, menarik, dan
penuh humor khas ala Pandji, “180⁰” akan membahas fenomena-
fenomena dengan cara yang unik.
Tidak sekedar berbincang dan menggali pendapat dari bintang
tamu, “180⁰” juga akan menghadirkan segmen-segmen menarik dan
menghibur, games, sketsa komedi, dan liputan-liputan yang unik. Tidak
ketinggalan juga stand up comedy khas yang akan dibawakan oleh
Pandji.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
113
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, karena tidak ada yang
menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah, maka acara ini tidak
dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan
lokal Jawa Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : fenomena-fenomena dalam kehidupan masyarakat
2. Metode : talk show
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
48. Jejak Nusantara
“Jejak Nusantara”, program yang menyuguhkan koleksi situs-
situs sejarah di Indonesia. Situs-situs tersebut akan dibahas oleh pakar-
pakar terkait memaparkan asal usul mengenai sejarah perjalanan sejarah
bangsa Indonesia tersebut. Tayangan dokumenter ini akan menggali
makna dari keberadaan situs-situs tersebut kini, terutama di mata
generasi muda.
Program yang sarat akan pengetahuan dan informasi ini akan
menampilkan hasil penelitian yang akurat, menelusuri jejak-jejak masa
114
lampau Indonesia yang tertutupi arus budaya masa kini.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indoonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa
Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : situs-situs sejarah di Indonesia
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
49. Tanah Air
Indonesia negeri yang penuh ritual dan kental upacara-upacara
adat beragam. Upacara adat yang hingga pada masa modern ini masih
dilaksanakan dan diyakini. “Tanah Air”, program semi dokumenter
yang mengangkat sebuah perayaan khas dari suatu daerah tertentu,
melibatkan khalayak masyarakat dan kultur mereka yang unik.
Merangkum rangkaian upacara adat, mulai dari persiapan,
115
proses pengemasan, termasuk konflik yang dihadapi baik oleh peserta
maupun penyelenggara. Mengeksplorasi antusiasme dan ritual–ritual
yang dilakukan oleh masyarakat dari sebelum dimulai hingga saat
berakhirnya perayaan.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, karena tidak ada yang
menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah, maka acara ini tidak
dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan
lokal Jawa Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : upacara adat
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
50. Coffee Story - Host: Adi Taroepratjeka
Indonesia dan kopi adalah dua hal yang tidak terpisahkan. Salah
satu negara penghasil kopi terbesar di dunia ini memiliki jenis kopi
yang unik dan beragam. Disetiap cerita tentang kopi terdapat pula cerita
116
keakraban khas masyarakat Indonesia yang menyesap aromanya.
Menelusuri kopi-kopi terbaik, menjelajahi perkebunan kopi di
penjuru Indonesia. Mengenal lebih dalam industri kopi dengan kearifan
lokal dan yang masih terjaga. Dipandu oleh Adi Taroepratjeka, seorang
barista dengan lisensi coffee tester internasional, yang pada akhir
perjalanan akan memberikan tips-tips seputar kopi, dan tidak
ketinggalan sajian kreasi kopi yang menggiurkan.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa
Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : kopi Indonesia
2. Metode : tanya jawab
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
117
51. Arisan Plus – Host: Darius Sinatrhya, Donna Agnesia, Aditya Herpavi
Variety show yang dipandu oleh Darius Sinarthrya, Donna
Agnesia, dan juga Aditya Herpavi ini akan menghadirkan tiga
kelompok ibu-ibu arisan yang akan menjadi peserta. Juga akan ada
segmen saat para host akan berbincang-bincang dengan bintang tamu
mengenai isu-isu aktual yang dekat dengan dunia wanita.
“Arisan Plus” juga akan menghadirkan games, doorprize bagi
peserta, dan juga ulasan tentang buku, film, dan CD musik terbaru.
Akan ada juga segmen tambahan yang membahas berbagai hal variatif,
mulai dari fashion, interior rumah, wedding and marriage, bunda dan
anak, hingga peluang bisnis keluarga.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, karena tidak ada yang
menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah, maka acara ini tidak
dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan
lokal Jawa Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : isu-isu tentang dunia wanita
2. Metode : talk show
118
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
52. Exotic Living – Host Wimmy
“Exotic Living” Merupakan program feature documenter yang
membahas arsitektur bangunan-bangunan eksotik di berbagai daerah.
Bangunan yang berciri khas dan mengandung makna filosofis yang
kental. Berani tampil sebagai bangunan yang unik diantara bangunan
lain yang monoton. Program ini berangkat dari pandangan bahwa suatu
bangunan merupakan presentasi dari misi arsitek dan pemiliknya dalam
kehidupan.
Bukan hanya memberikan info tentang rumah-rumah perkotaan
dengan konsep modern yang sering kita lihat dalam kehidupan sehari-
hari, “Exotic Living” juga mengangkat arsitektur nusantara yang nyaris
terlupakan oleh masyarakat. Serta pengaruh bangunan-bangunan adat
pada arsitektur masa kini.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, karena tidak ada yang
menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah, maka acara ini tidak
119
dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan
lokal Jawa Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : bangunan rumah unik
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah karena
materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
53. Versus – Host: Helmy Yahya
Dua orang yang mempunyai keahlian dan latar belakang yang
sama, bergelut dengan keseharian profesi yang seragam. Mereka kini
harus bersaing dalam sebuah kuis. “Versus”, sebuah kuis yang dipandu
oleh Helmy Yahya. Peserta diberi pertanyaan-pertanyaan yang di luar
keahlian mereka yang seragam sehingga pemenang dari kuis ini tidak
dapat ditebak. Pertanyaan-pertanyaan yang tidak terduga dan atmosfer
persaingan yang ketat akan membuat kuis semakin seru.
Ditambah lagi, masing-masing peserta membawa pendukung
fanatik, sehingga terasa atmosfer persaingannya. Mempertemukan dua
orang yang mempunyai keahlian dan bergelut dengan profesi yang
seragam bersaing dalam “Versus”.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
120
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa
Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : pengetahuan umum
2. Metode : tanya jawab
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
54. Big Baz
Bicara isu-isu aktual dengan gaya berbeda. Mendalam, kritis,
namun menggelitik. “Big Baz”, sebuah talk show political correct
dipandu oleh Budiarto Shambazy yang merupakan seorang wartawan
senior di bidang politik. Talk show ini akan menghadirkan tokoh-tokoh
kompeten untuk membahas Indonesia dengan gaya khas Budiarto
Shambazy, santai, mengalir, namun tetap lugas.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
121
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa
Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : ke-Indonesia-an
2. Metode : talk show
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
55. Sebuah Nama Sebuah Cerita
Program yang mengangkat kisah selebritis terkenal ataupun
public figure Indonesia, menceritakan kembali perjalanan hidup dan
karir mereka, termasuk skandal ataupun hal-hal yang tidak pernah
diungkapkan sebelumnya, dan bagaimana kehidupan mereka saat ini.
Dilengkapi dengan interview mendalam dengan sosok yang diangkat
kisahnya, ataupun nara sumber yang mengetahui dengan jelas fakta di
balik sosok tersebut.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
122
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa
Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : kisah selebritis
2. Metode : tanya jawab
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
56. Ensiklopedi Anak Nusantara
Mengangkat kisah anak-anak di seluruh nusantara. Berkisar
pada petualangan, pengetahuan, keindahan alam, budi pekerti dan etos
kerja sesuai keunikan daerah masing-masing, untuk memahami
perbedaan sekaligus menimbulkan kebanggaan, karena menjadi anak
Indonesia adalah mengalami keragaman budaya sejak dini.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
123
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa
Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : kisah anak-anak suatu daerah di seluruh nusantara
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
57. Newstar
Program yang membahas dunia musik, film, dan buku yang
sedang trend, menjadi perhatian, dan buruan masyarakat. Program ini
juga menjadi referensi acara musik, seni teater, dan film yang sedang
diputar atau digelar.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa
Tengah.
124
b. Variabel Dakwah
1. Materi : musik dan buku
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
58. Sporty
Program tentang sisi lain dunia olahraga dan atlet, baik dalam
maupun luar negeri melingkupi hobi atlet tersebut, naturalisasi atlet,
ukuran sepatu atlet dan gaya hidup para atlet.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : sport
2. Bahasa : Indonesia, Inggris
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa
Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : olahraga
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
125
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
59. Klik! Arbain Rambay
Membahas seluk-beluk dan trik-trik memotret ala fotografer
senior Kompas, Arbain Rambey. Dengan karakter yang mengutamakan
momentum dan content, “Klik! Arbain Rambey” akan memotivasi siapa
pun tidak hanya untuk menyukai fotografi, tetapi juga sampai menjadi
fotografer profesional. Setiap episode akan membawa kita ke beragam
obyek foto yang berbeda.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa
Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : teknik fotografi
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
126
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
60. Indonesia Exploride
Acara yang menyuguhkan perjalanan keliling Indonesia dengan
menggunakan motor.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa
Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : makanan khas dan keadaan suatu daerah.
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
61. Kompas Siang
Pada jam makan siang, pemirsa akan disuguhkan informasi yang
aktual dan faktual serta inspiratif, memberitakan kepada pemirsa
berbagai peristiwa yang tidak hanya terjadi di Indonesia namun juga
127
belahan dunia lainnya serta isu-isu hangat yang dikemas secara hati-
hati, dalam Kompas Siang.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, tidak ada yang menunjukkan
simbol budaya Jawa Tengah. Oleh karena itu, acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : peristiwa di Indonesia dan belahan dunia lainnya
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
62. Tekno
Program yang membahas seputar teknologi meliputi gadget dan
perkembangan teknologi yang dibahas secara jelas dan rinci baik
keunggulan produk tersebut maupun kelemahan produk tersebut
semuanya akan dirinci secara detail oleh para ahli yang menyajikan
informasi yang lengkap seputar teknologi.
128
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa
Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : teknologi
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
63. Kompas 100
Talk show yang menghadirkan tamu-tamu para CEO sukses di
Tanah Air. Mengupas perekonomian Indonesia dan dunia terkini,
termasuk panduan ringan bagi para pelaku bisnis di Tanah Air dan
inspirasi untuk berinvestasi. Dipandu oleh wartawan senior ekonomi
Kompas, Pieter P Gero dan Andi Surudji.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
129
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa
Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : perekonomian Indonesia
2. Metode : talk show
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
64. Berkas Kompas
Membahas isu-isu yang ada di masyarakat, seperti skandal
publik, kemiskinan dan dampaknya, sampai ke kejahatan kerah putih.
Semua dijabarkan secara mendalam, tuntas, dan solutif.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
130
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa
Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : isu-isu yang ada dalam masyarakat
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
65. Stand Up Comedy Indonesia
“Stand Up Comedy Indonesia” adalah program pencarian bakat
stand up comedy pertama di Indonesia. Program yang dibawakan oleh
Pandji Pragiwaksono dan Raditya Dika ini akan menampilkan
komedian tunggal yang memamerkan bakat melucunya. Setelah melalui
audisi di Bandung, Jakarta, Jogja, Surabaya, dan Medan, terpilihlah 13
orang Stand Up Comedian Indonesia, yaitu: Asep, Ryan, Ernest, Daned,
Wisben Antoro, Sakdiyah, Gareng, Mo Sidik, Ivan, Budi Kusumah,
Daslan, Akbar dan Fauzy.
13 orang comic tersebut akan berjuang dalam 10 babak Stand
Up Show dan akan dinilai langsung oleh Indro Warkop, Butet
Kartaredjasa dan Astrid Tiar sebagai juri.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
131
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa
Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : komedi
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
66. Diary Stand Up Comedy Indonesia
“Diary Stand Up Comedy Indonesia” adalah program yang
menceritaan keadaan di balik layar acara “Stand Up Comedy
Indonesia”. Acara ini menceritakan serunya para finalis belajar jadi
stand up comedian.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
132
Tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah
berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan
dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : kegiatan sehari-hari para finalis komedian
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
67. Jalan Keluar
Program talk show yang dipandu oleh Bp Jusuf Kalla, sebagai
host sekaligus narasumber. Menjawab persoalan yang tengah dihadapi
masyarakat terutama seputar sosial ekonomi dan politik. JK menjawab
pertanyaan tersebut dari email, twitter, dan facebook, atau bisa juga on
location berdialog dengan masyarakat. JK akan ditemani seniman
makassar dan tamu yang bergantian.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Dalam acara ini tidak menunjukkan adanya kekhasan daerah
Jawa Tengah, sehingga acara ini tidak dapat dikategorikan dalam
133
tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : sosial, ekonomi, dan politik
2. Metode : talk show
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
68. Mereka Kini
Program menceritakan tentang bagaimana mereka pernah
menjadi pembuat berita dan mereka sangat kontroversial. Tapi dimana
mereka kini dan apa aktifitas mereka sekarang? Semua akan dikupas
dalam acara ini.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, tidak ada yang menunjukkan
kekhasan daerah Jawa Tengah dalam acara ini, maka acara ini tidak
dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan
lokal Jawa Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : kehidupan wartawan
134
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
69. Bab yang Hilang
Program tentang dokumentasi gambar seseorang dan kegiatan
yang tidak pernah dibahas atau diketahui oleh khalayak umum namun
layak dan patut dipertanyakan sekaligus diperbincangkan. Banyak
sekali dokumentasi yang belum khalayak umum tahu yang merupakan
bukti saksi sejarah dan Kompas TV akan membahasnya dalam program
“Bab yang Hilang”.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol atau kekhasan
Jawa Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : sejarah Indonesia
2. Metode : -
135
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
70. Berbagi Sukses
“Berbagi Sukses” adalah program tentang bagaimana pengusaha
besar bersedia berbagi ilmu management usaha dan kiat-kiat sukses
mereka dengan pengusaha lain.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, karena tidak ada yang
menunjukkan simbol Jawa Tengah, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : ilmu manajemen dan kiat sukses
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
136
71. Bumi Kita
Program “Bumi Kita” akan mengajak 3 orang yang berasal dari
latar belakang profesi berbeda ke alam, mulai dari taman nasional
sampai ke tempat-tempat penangkaran hewan langka. Program ini tidak
hanya menghadirkan eksotika panorama, tetapi juga mengajak penonton
mengenal kearifan lokal dan kehidupan manusia di seluruh penjuru
bumi.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : kearifan lokal dan kehidupan manusia di seluruh
penjuru bumi.
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
137
72. Kompas Petang
Menemani terbenamnya matahari, hadir informasi yang dikupas
secara mendalam, berita Kompas hadir ketengah masyarakat dengan
tetap mejaga kredibilitas.
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : informasi peristiwa-peristiwa yang terjadi di
sekitar masyarakat di Indonesia.
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
73. Kompas Malam
Melengkapi hari dengan informasi yang senantiasa
menumbuhkan harapan dijelang waktu istirahat, dalam Kompas Malam.
138
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : informasi peristiwa-peristiwa yang terjadi di
sekitar masyarakat di Indonesia.
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
74. Ekspedisi Cincin Api
Gunung Tambora, stratovolcano aktif yang berada di Nusa
Tenggara Barat, terbentang 340 Kilometer di sebelah utara sistem
Pulau Jawa. Aktivitas vulkanik gunung berapi ini mencapai puncaknya
pada bulan April tahun 1815, meletus dalam skala tujuh pada Volcanic
Explosivity Index. Gelegar letusannya terdengar hingga pulau Sumatra
(lebih dari 2.000 Kilometer).
Abu vulkanik jatuh di Kalimantan, Sulawesi, Jawa dan Maluku,
139
menyebabkan kematian hingga tidak kurang dari 71.000 jiwa, bahkan
letusan ini menyebabkan perubahan iklim dunia. Satu tahun berikutnya,
1816, menjadi tahun tanpa musim panas karena perubahan drastis dari
cuaca Amerika Utara dan Eropa efek debu yang dihasilkan dari letusan
Tambora. Gunung yang pernah memiliki letusan terbesar setelah
letusan Danau Taupo tahun 181. Tambora hanyalah salah satu tiang
langit dari sederet gunung berapi yang dimiliki Indonesia. Ekspedisi
Cincin Api, program ekspedisi TVB segera menceritakan ketangguhan
gunung berapi di Indonesia (Dokumentasi TV Borobudur).
a. Variabel Kearifan Lokal
1. Pakaian : nasional
2. Bahasa : Indonesia
3. Kesenian : -
4. Sistem religi : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah.
b. Variabel Dakwah
1. Materi : gunung berapi
2. Metode : -
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
140
3.6. Jadwal Siar TVB Bulan Oktober
POLA ACARA
KOMPAS TV – SEMARANG (BTV)
BULAN OKTOBER
Hour Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sunday Hour
(WIB) 31 1 2 3 4 5 6 (WIB)
05 00 JENDELA JATENG PAGI (LIVE)
05 00
# 50 # 51 # 52 # 53 # 54 # 55 # 56
30
EMBUN PAGI MUSAFIR PUJIAN PERCIKAN
HATI
30
# 22 # 23 # 24 # 15 # 16 # 8 # 8
06 00 06 00
KOMPAS PAGI KOMPAS PAGI AKHIR PEKAN
30 (LIVE) (LIVE) 30
07 00 07 00
30 30
R-BO
# 37 # 38 # 39 # 40 # 41 R-BO # 15 # 16
08 00 JALAN SESAMA (R) 08 00
TANYA
DOKTER (R) MATA HATI (R)
SEBUAH NAMA
SEBUAH CERITA (R) 180 DERAJAT (R)
EXPLORE
INDONESIA (R) A-BO # 15 # 16
30
ENSIKLOPEDI ANAK NUSANTARA (R)
30
R-BO
# 8 R-BO # 8
R-BO
# 7
R-BO
# 9
R-BO
# 8
09 00 KOMPAS UPDATE
09 00
02 02
ARISAN PLUS A-BO # 15 # 16
30
WEEKEND YUK ! KAMPUNG
MAIN (R)
30
R-BO
# 31 # 32 # 33 # 34 # 35 R-BO # 8
R-BO
# 9
10 00 KOMPAS UPDATE
10 00
02 02
BONITA SHOW KULIK KULINER OPREK RUMAH INSPIRASI RUMAH
INSPIRASI
EXPLORE
INDONESIA EXOTIC LIVING
30
WARNA WARNI
BUDAYA
CANDA CANDU
PIKIRAN
30
# 8 # 8 # 8 # 8 # 8 R-BO # 9
R-BO
# 8
11 00
KOMPAS
UPDATE
11 00
02
NEWSTAR SPORTY (LIVE)
02
MAKELARAN
R-BO # 8
R-BO
# 8
30
KLIK! ARBAIN
RAMBEY (R) IINDONESIA
EXPLORIDE
30
# 35 # 36 # 37 # 38 # 39 R-BO # 8
R-BO
# 4
12 00 KOMPAS SIANG
12 00
(LIVE)
R-BO
# 53 # 54 # 55 # 56 # 57 # 58 # 59
30
TEKNO (R) BERBAGI SUKSES
(R)
KLIK! ARBAIN
RAMBEY (R) KOMPAS 100 (R)
BERKAS KOMPAS
(R)
STAND UP
COMEDY
INDONESIA (R)
30
141
FANATIK (R)
R-BO
# 7 R-BO # 8
R-BO
# 7
R-BO
# 8
R-BO
# 8
13 00 JALAN SESAMA “SHEILA ON 7”
13 00
A-BO
# 36 # 37 # 38 # 39 # 40
30 SCIENCE IS FUN (R)
30
A-BO
# 36 # 37 # 38 # 39 # 40 R-BO # 7
R-BO
# 8
14 00
KOMPAS UPDATE
14 00
02
RUMAH INSPIRASI ANGKRINGAN
02
ENSIKLOPEDI ANAK NUSANTARA (R) SERBA SERBI
KARIR KANG TRIS
30
30
A-BO
# 36 # 37 # 38 # 39 # 40 # 8 # 8
15 00
KOMPAS UPDATE
15 00
02
JAMAHANNYA BINTANG KECIL KINI KUTAHU PANTANG
MENYERAH JADUL ADVONTUR
02
# 8 # 8 # 8 CAMPURSARINAN # 8
30
HARPINDO IN ACTION KHASANAH MUKJIZAT BERITA
KAMPUS
30
# 7 # 7 # 8 # 8 # 8 # 8 # 8
16 00 JENDELA JATENG SORE (LIVE)
16 00
# 53 # 54 # 55 # 56 # 57 # 58 # 59
30 HIDDEN
PARADISE (R) TEROKA (R) JEJAK NUSANTARA (R) COFFEE STORY (R) MITOS (R) DIARY STAND UP
COMEDY
INDONESIA
SEBUAH NAMA
SEBUAH
CERITA
30
R-BO # 7
17 00
KOMPAS UPDATE
17 00
02
KAMPUNG MAIN
02
R-BO
# 8 R-BO # 8
R-BO
# 7
R-BO
# 8
R-BO
# 7 R-BO # 9
R-BO
# 8
30
30
KOMPAS PETANG
18 00 (LIVE)
18 00
R-BO
# 46 # 47 # 48 # 49 # 50 # 51 # 52
30 SCIENCE IS FUN VERSUS
30
A-BO
# 37 # 38 # 39 # 40 # 41
19 00
KOMPAS UPDATE
19 00
02
ENSIKLOPEDI ANAK NUSANTARA
ENSIKLOPEDI
ANAK
NUSANTARA (R)
R-BO # 17 # 18
02
30
"SURFER CILIK" STAND UP
COMEDY
INDONESIA
TARUNG
30
A-BO
# 33 # 34 # 35 # 36 # 2
20 00
KOMPAS UPDATE
20 00
142
02
02
TEROKA JEJAK
NUSANTARA COFFEE STORY MITOS
HIDDEN
PARADISE
R-BO
# 9
30
FANATIK 30
R-BO
# 8 R-BO # 7
R-BO
# 8
R-BO
# 7
R-BO
# 9 “NAIF”
21 00
KOMPAS UPDATE
21 00
02
02
MATA HATI BIG BAZ 180 DERAJAT TANYA DOKTER JALAN KELUAR
30
30
R-BO
# 8 R-BO # 9
R-BO
# 9
R-BO
# 9
R-BO
# 8 R-BO # 8 R-BO # 8
22 00
KOMPAS UPDATE
22 00
02
SOSOK MEREKA KINI EKSPEDISI
CINCIN API
02
R-BO
# 7 R-BO # 8 TANAH AIR BELANTARA SHOWCASE H – 1
30 BAB YANG
HILANG
KAMPUNG MAIN
(R)
30
R-BO
# 8 R-BO # 7
R-BO
# 8
R-BO
# 8
R-BO
# 9 R-BO # 8
R-BO
# 6
23 00 KOMPAS MALAM
23 00
(LIVE)
R-BO
# 46 # 47 # 48 # 49 # 50 # 51 # 52
30 BERBAGI
SUKSES
KLIK! ARBAIN
RAMBEY KOMPAS 100 BERKAS KOMPAS
BUMI KITA
TEKNO NEWSTAR (R)
30
(LIVE)
R-BO
# 8 R-BO # 7
R-BO
# 8
R-BO
# 8
R-BO
# 8 R-BO # 8
R-BO
# 8
24 00
KOMPAS UPDATE
24 00
02
KUTHANE DHEWE (TAPING)
02
# 36 # 37 # 38 # 39 # 40 # 8 # 8
30
ZONA INFO AKSES ARENA OLAH
RAGA WAGU
30
# 36 # 37 # 38 # 39 # 40 # 8 # 8
01 00
01 00
30
SIGN OFF
30
02 00
02 00
30
30
03 00
03 00
30
30
04 00
04 00
30
30
REV/30/09/11
LOCAL
PROGRAM
146
BAB IV
ANALISIS PROPORSIONALITAS TAYANGAN LOCAL WISDOM
(KEARIFAN LOKAL) JAWA TENGAH DI STASIUN TELEVISI
BOROBUDUR SEMARANG
4.1. Analisis Proporsionalitas Tayangan Lokal Wisdom Jawa Tengah
A. Rekapitulasi Tayangan yang Mengandung Kearifan Lokal Jawa Tengah
Dari jadwal selama bulan Oktober, maka dapat dilihat acara per
harinya sebagai berikut:
1. Senin
Waktu Acara Durasi
(Jam)
Mengandung kearifan lokal
Ya Tidak
05.00 – 05.30 Jendela Jateng Pagi 0,5 �
05.30 – 06.00 Embun Pagi 0,5 �
06.00 – 08.00 Kompas Pagi 2 � (0,25 jam) � (1,75 jam)
08.00 – 09.00 Tanya Dokter 1 �
09.00 – 10.00 Arisan Plus 1 �
10.00 – 11.00 Bonita Show 1 �
11.00 – 12.00 Makelaran 1 �
12.00 – 12.30 Kompas Siang 0,5 �
12.30 – 13.00 Tekno 0,5 �
13.00 – 13.30 Jalan Sesama 0,5 �
13.30 – 14.00 Science is Fun 0,5 �
14.00 – 15.00 Ensiklopedi Anak
Nusantara 1 �
15.00 – 16.00 Jamahan-Nya 1 �
16.00 – 16.30 Jendela Jateng Sore 0,5 �
16.30 – 17.00 Hidden Paradise 0,5 �
147
17.00 – 17.30 Kampung Main 0,5 �
17.30 – 18.30 Kompas Petang 1 �
18.30 – 19.00 Science is Fun 0,5 �
19.00 – 20.00 Ensiklopedi Anak
Nusantara 1 �
20.00 – 21.00 Teroka 1 �
21.00 – 22.00 Mata Hati 1 �
22.00 – 22.30 Sosok 0,5 �
22.30 – 23.00 Bab yang Hilang 0,5 �
23.00 – 23.30 Kompas Malam 0,5 �
23.30 – 24.00 Berbagi Sukses 0,5 �
24.00 – 24.30 Kutane Dhewe 0,5 �
24.30 – 01.00 Zona Info Akses 0,5 �
Dari tabel di atas, dapat dibuat tabel/distribusi frekuensi untuk
mengetahui prosentase tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah dan tayangan yang tidak mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah. Tabel tersebut adalah sebagai berikut:
Durasi (Jam) Dalam Persen (%)
Acara yang mengandung kearifan
lokal 4,25 × 100 = 21,25
Acara yang tidak mengandung
kearifan lokal 15,75 × 100 = 78,75
* Angka 20 sebagai pembagi diperoleh dari total siaran per hari di TVB, yaitu 20 jam
.
2. Selasa
Waktu Acara Durasi
(Jam)
Mengandung kearifan lokal
Ya Tidak
05.00 – 05.30 Jendela Jateng Pagi 0,5 �
05.30 – 06.00 Embun Pagi 0,5 �
148
06.00 – 08.00 Kompas Pagi 2 � (0,25 jam) � (1,75 jam)
08.00 – 09.00 Mata Hati 1 �
09.00 – 10.00 Arisan Plus 1 �
10.00 – 11.00 Kulik Kuliner 1 �
11.00 – 12.00 Makelaran 1 �
12.00 – 12.30 Kompas Siang 0,5 �
12.30 – 13.00 Berbagi Sukses 0,5 �
13.00 – 13.30 Jalan Sesama 0,5 �
13.30 – 14.00 Science is Fun 0,5 �
14.00 – 15.00 Ensiklopedi Anak
Nusantara 1
�
15.00 – 16.00 Bintang Kecil 1 �
16.00 – 16.30 Jendela Jateng Sore 0,5 �
16.30 – 17.00 Teroka 0,5 �
17.00 – 17.30 Kampung Main 0,5 �
17.30 – 18.30 Kompas Petang 1 �
18.30 – 19.00 Science is Fun 0,5 �
19.00 – 20.00 Ensiklopedi Anak
Nusantara 1 �
20.00 – 21.00 Jejak Nusantara 1 �
21.00 – 22.00 Big Bas 1 �
22.00 – 22.30 Mereka Kini 0,5 �
22.30 – 23.00 Kampung Main 0,5 �
23.00 – 23.30 Kompas Malam 0,5 �
23.30 - 24.00 Klik! Arbain
Rambey 0,5
�
24.00 – 24.30 Kutane Dhewe 0,5 �
24.30 – 01.00 Zona Info Akses 0,5 �
Dari tabel di atas, dapat dibuat tabel/distribusi frekuensi untuk
mengetahui prosentase tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
149
Tengah dan tayangan yang tidak mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah. Tabel tersebut adalah sebagai berikut:
Durasi (Jam) Dalam Persen (%)
Acara yang mengandung kearifan
lokal 4,25 × 100 = 21,25
Acara yang tidak mengandung
kearifan lokal 15,75 × 100 = 78,75
* Angka 20 sebagai pembagi diperoleh dari total siaran per hari di TVB, yaitu 20 jam.
3. Rabu
Waktu Acara Durasi
(Jam)
Mengandung kearifan lokal
Ya Tidak
05.00 – 05.30 Jendela Jateng
Pagi 0,5
�
05.30 – 06.00 Embun Pagi 0,5 �
06.00 – 08.00 Kompas Pagi 2 � (0,25 jam) � (1,75 jam)
08.00 – 09.00 Sebuah Nama
Sebuah Cerita 1 �
09.00 – 10.00 Arisan Plus 1 �
10.00 – 11.00 Oprek 1 �
11.00 – 12.00 Makelaran 1 �
12.00 – 12.30 Kompas Siang 0,5 �
12.30 – 13.00 Klik! Arbain
Rambey 0,5
�
13.00 – 13.30 Jalan Sesama 0,5 �
13.30 – 14.00 Science is Fun 0,5 �
14.00 – 15.00 Ensiklopedi Anak
Nusantara 1 �
15.00 – 15.30 Kini Kutahu 0,5 �
15.30 – 16.00 Harpindo in
Action 0,5
�
16.00 – 16.30 Jendela Jateng 0,5 �
150
Sore
16.30 – 17.00 Jejak Nusantara 0,5 �
17.00 – 17.30 Kampung Main 0,5 �
17.30 – 18.30 Kompas Petang 1 �
18.30 – 19.00 Science is Fun 0,5 �
19.00 – 20.00 Ensiklopedi Anak
Nusantara 1 �
20.00 – 21.00 Coffee Story 1 �
21.00 – 22.00 180 Derajat 1 �
22.00 – 23.00 Tanah Air 1 �
23.00 – 23.30 Kompas Malam 0,5 �
23.30 – 24.00 Kompas 100 0,5 �
24.00 – 24.30 Kutane Dhewe 0,5 �
24.30 – 01.00 Zona Info Akses 0,5 �
Dari tabel di atas, dapat dibuat tabel/distribusi frekuensi untuk
mengetahui prosentase tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah dan tayangan yang tidak mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah. Tabel tersebut adalah sebagai berikut:
Durasi (Jam) Dalam Persen (%)
Acara yang mengandung kearifan
lokal
3,75 × 100 = 18,75
Acara yang tidak mengandung
kearifan lokal
16,25 × 100 = 81,25
* Angka 20 sebagai pembagi diperoleh dari total siaran per hari di TVB, yaitu 20 jam.
4. Kamis
Waktu Acara Durasi
(Jam)
Mengandung kearifan lokal
Ya Tidak
05.00 – 05.30 Jendela Jateng Pagi 0,5 �
05.30 – 06.00 Musafir 0,5 �
151
06.00 – 08.00 Kompas Pagi 2
� (0,25
jam)
� (1,75 jam)
08.00 – 09.00 180 Derajat 1 �
09.00 – 10.00 Arisan Plus 1 �
10.00 – 11.00 Rumah inspirasi
“Warna Warni
Budaya”
1 �
11.00 – 12.00 Makelaran 1 �
12.00 – 12.30 Kompas Siang 0,5 �
12.30 – 13.00 Kompas 100 0,5 �
13.00 – 13.30 Jalan Sesama 0.5 �
13.30 – 14.00 Science is Fun 0,5 �
14.00 – 15.00 Ensiklopedi Anak
Nusantara 1 �
15.00 – 15.30 Pantang Menyerah 0,5 �
15.30 – 16.00 Khasanah 0,5 �
16.00 – 16.30 Jendela Jateng Sore 0,5 �
16.30 – 17.00 Coffee Story 0,5 �
17.00 – 17.
30
Kampung Main 0,5
�
17.30 – 18.30 Kompas Petang 1 �
18.30 – 19.00 Science is Fun 0,5 �
19.00 – 20.00 Ensiklopedi Anak
Nusantara 1 �
20.00 – 21.00 Mitos 1 �
21.00 - 22.00 Tanya Dokter 1 �
22.00 – 23.00 Belantara 1 �
23.00 – 23.30 Kompas Malam 0,5 �
23.30 – 24.00 Berkas Kompas 0,5 �
24.00 – 24.30 Kutane Dhewe 0,5 �
24.30 – 01.00 Zona Info Akses 0,5 �
152
Dari tabel di atas, dapat dibuat tabel/distribusi frekuensi untuk
mengetahui prosentase tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah dan tayangan yang tidak mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah. Tabel tersebut adalah sebagai berikut:
Durasi (Jam) Dalam Persen (%)
Acara yang mengandung kearifan
lokal
4,75 × 100 = 23,75
Acara yang tidak mengandung
kearifan lokal
15,25 × 100 = 76,25
* Angka 20 sebagai pembagi diperoleh dari total siaran per hari di TVB, yaitu 20 jam.
5. Jumat
Waktu Acara Durasi
(Jam)
Mengandung kearifan lokal
Ya Tidak
05.00 – 05.30 Jendela Jateng Pagi 0,5 �
05.30 – 06.00 Musafir 0,5 �
06.00 – 08.00 Kompas Pagi 2 � (0,25 jam) � (1,75 jam)
08.00 – 09.00 Explore Indonesia 1 �
09.00 – 10.00 Arisan Plus 1 �
10.00 – 11.00 Rumah Inspirasi
“Canda-candu
Pikiran”
1 �
11.00 – 12.00 Makelaran 1 �
12.00 – 12.30 Kompas Siang 0,5 �
12.30 – 13.00 Berkas Kompas 0,5 �
13.00 – 13.30 Jalan Sesama 0,5 �
13.30 – 14.00 Science is Fun 0,5 �
14.00 – 15.00 Ensiklopedi Anak
Nusantara 1 �
15.00 – 15.30 Jadul 0,5 �
15.30 – 16.00 Mukjizat 0,5 �
153
16.00 – 16.30 Jendela Jateng Sore 0,5 �
16.30 – 17.00 Mitos 0,5 �
17.00 – 17.30 Kampung Main 0,5 �
17.30 – 18.30 Kompas petang 1 �
18.30 – 19.00 Science is Fun 0,5 �
19.00 – 20.00 Ensiklopedi Anak
Nusantara 1 �
20.00 – 21.00 Hidden Paradise 1 �
21.00 – 22.00 Jalan Keluar 1 �
22.00 – 23.00 Showcase 1 �
23.00 – 23.30 Kompas Malam 0,5 �
23.30 – 24.00 Bumi Kita 0,5 �
24.00 – 24.30 Kutane Dhewe 0,5 �
24.30 – 01.00 Zona Info Akses 0,5 �
Dari tabel di atas, dapat dibuat tabel/distribusi frekuensi untuk
mengetahui prosentase tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah dan tayangan yang tidak mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah. Tabel tersebut adalah sebagai berikut:
Durasi (Jam) Dalam Persen (%)
Acara yang mengandung kearifan
lokal
4,25 × 100 = 21,25
Acara yang tidak mengandung
kearifan lokal
15,75 × 100 = 78,75
* Angka 20 sebagai pembagi diperoleh dari total siaran per hari di TVB, yaitu 20 jam.
6. Sabtu
Waktu Acara Durasi
(Jam)
Mengandung kearifan lokal
Ya Tidak
05.00 – 05.30 Jendela Jateng Pagi 0,5 �
05.30 – 06.00 Pujian 0,5 �
154
06.00 – 08.00 Kompas Pagi (akhir
pekan) 2 � (0,25 jam) � (1,75 jam)
08.00 – 08.30 Jalan sesama 0,5 �
08.30 – 09.30 Ensiklopedi Anak
Nusantara 1 �
09.30 – 10.00 Weekend Yuk! 0,5 �
10.00 – 11.00 Explore Indonesia 1 �
11.00 – 11.30 Newstar 0,5 �
11.30 – 12.00 Klik! Arbain
Rambey 0,5 �
12.00 – 12.30 Kompas Siang 0,5 �
12.30 – 14.00 Fanatik 1,5 �
14.00 – 15.00 Rumah inspirasi
“Serba Serbi Karir” 1 �
15.00 – 16.00 Campursarinan 1 �
16.00 – 16.30 Jendela Jateng Sore 0,5 �
16.30 – 17.00 Sebuah Nama
Sebua Cerita 0,5 �
17.00 – 17.30 Kampung Main 0,5 �
17.30 – 18.30 Kompas Petang 1 �
18.30 – 19.30 Versus 1 �
19.30 – 22.00 Stand Up Comedy
Indonesai 2,5 �
22.00 – 23.00 H – 1 1 �
23.00 – 23.30 Kompas Malam 0,5 �
23.30 – 24.00 Tekno 0,5 �
24.00 – 24.30 Kutane Dhewe 0,5 �
24.30 – 01.00 Arena Olahraga 0,5 �
Dari tabel di atas, dapat dibuat tabel/distribusi frekuensi untuk
mengetahui prosentase tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
155
Tengah dan tayangan yang tidak mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah. Tabel tersebut adalah sebagai berikut:
Durasi (Jam) Dalam Persen (%)
Acara yang mengandung kearifan
lokal
3,25 × 100 = 16,25
Acara yang tidak mengandung
kearifan lokal
16,75 × 100 = 83,75
* Angka 20 sebagai pembagi diperoleh dari total siaran per hari di TVB, yaitu 20 jam.
7. Minggu
Waktu Acara Durasi
(Jam)
Mengandung kearifan lokal
Ya Tidak
05.00 – 05.30 Jendela Jateng Pagi 0,5 �
05.30 – 06.00 Percikan Kasih 0,5 �
06.00 – 08.00 Kompas Pagi 2 � (0,25 jam) � (1,75 jam)
08.00 – 08.30 Jalan Sesama 0,5 �
08.30 – 09.30 Ensiklopedi Anak
Nusantara 1 �
09.30 – 10.00 Kampung Main 0,5 �
10.00 – 11.00 Exotic Living 1 �
11.00 – 11.30 Sporty 0,5 �
11.30 – 12.00 Indonesia Exploride 0,5 �
12.00 – 12.30 Kompas Siang 0,5 �
12.30 – 14.00 Stand Up Comedy
Indonesia 1,5 �
14.00 – 15.00 Angkringan Kang
Tris 1 �
15.00 – 15.30 Advontur 0,5 �
15.30 – 16.00 Berita Kampus 0,5 �
16.00 – 16.30 Jendela Jateng Sore 0,5 �
16.30 – 17.00 Sebuah Nama
Sebuah Cerita 0,5 �
156
17.00 – 17.30 Kampung Main 0,5 �
17.30 – 18.30 Kompas Petang 1 �
18.30 – 19.30 Versus 1 �
19.30 – 20.30 Tarung 1 �
20.30 – 22.00 Fanatik 1,5 �
22.00 – 23.00 Ekspedisi Cincin Api 1 �
23.00 – 23.30 Newstar 0,5 �
23.30 – 24.00 Kompas Malam 0,5 �
24.00 – 24.30 Kutane Dhewe 0,5 �
24.30 – 01.00 Wagu 0,5 �
Dari tabel di atas dapat dibuat tabel/distribusi frekuensi untuk
mengetahui prosentase tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah dan tayangan yang tidak mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah. Tabel tersebut adalah sebagai berikut:
Durasi (Jam) Dalam Persen (%)
Acara yang mengandung kearifan
lokal
3,25 × 100 = 16,25
Acara yang tidak mengandung
kearifan lokal
16,75 × 100 = 83,75
* Angka 20 sebagai pembagi diperoleh dari total siaran per hari di TVB, yaitu 20 jam.
B. Proporsionalitas Tayangan Kearifan Lokal Jawa Tengah
Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat dilihat prosentase
terkecil tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah tiap
minggunya adalah 16,25 %, dan prosentase terbesarnya tiapa pinggunya
adalah 23,75 %. Sehingga, tayangan yang mengandung kearifan lokal
Jawa Tengah di TVB sudah proporsional sesuai dengan aturan
Menkominfo dan KPI. Karena tayangan yang mengandung kearifan lokal
157
Jawa Tengah sudah melebihi batas minimum dari aturan yang sudah
ditetapkan yaitu 10 % per harinya.
4.2. Analisis Tayangan yang Mengandung Kearifan Lokal Jawa Tengah
Perspektif Dakwah
Berdasarkan unsur-unsur dakwah, maka dapat diketahui bahwa
media yang digunakan dalam acara-acara yang ditayangkan di TVB adalah
media audio visual dan termasuk dalam media modern, yaitu media televisi.
Da’i dalam acara-acara tersebut termasuk da’i kolektif yaitu da’i
yang bukan perseorangan atau bisa disebut lembaga. Karena meskipun yang
terlihat di layar kaca hanya satu orang, akan tetapi di balik layar terdapat
crew-crew yang juga ikut andil dalam pelaksanaan acara tersebut seperti
produser, pengarah acara, kamera person, audio person, dan lain sebagainya.
Mad’u dalam acara-acara tersebut secara umum adalah masyarakat
Jawa Tengah yang bersifat massa, yaitu orang banyak yang sangat heterogen,
tidak terikat oleh suatu tempat dan interaksinya sangat kurang, demikian
persoalan yang mereka hadapi masing-masing masih terpencar-pencar (Aziz,
2004: 93). Namun massa di sini adalah massa yang berada di Jawa Tengah
saja, karena jangkauan siaran TVB hanya di wilayah Jawa Tengah.
Unsur-unsur di atas tidak dibahas secara menyeluruh dalam analisis
ini karena analisis ini lebih memfokuskan pada unsur materi dan metode,
sedangkan analisis unsur-unsur di atas hanya sebagai gambaran saja.
158
Untuk mempernudah dalam memahami acara yang mengandung
kearifan lokal Jawa Tengah dan mengandung muatan dakwah, maka dapat
dilihat tabel sebagai berikut:
No Acara yang Mengandung
Kearifan Lokal Jawa Tengah
Mengandung muatan Dakwah
Ya Tidak
1 Embun Pagi �
2 Musafir �
3 Kompas Pagi �
4 Kulik Kuliner �
5 Warna Warni Budaya �
6 Jamahan-Nya �
7 Jadul �
8 Campursarinan �
9 Advontur �
10 Khasanah �
11 Mujizat �
12 Wagu �
13 Pujian �
14 Percikan Kasih �
15 Jendela Jateng Pagi �
16 Jendela Jateng Sore �
17 Kutane Dhewe �
18 Makelaran �
Berdasarkan table di atas, dapat diketahui bahwa tidak semua acara
yang mengandung kearifan lokal itu mengandung muatan dakwah. Suatu
acara dikatakan mengandung muatan dakwah apabila pesan atau materi yang
disampaikan adalah ajaran-ajaran Islam, karena yang menjadi materi dakwah
adalah ajaran-ajaran Islam (Munir dan Ilahi, 2006: 24). Keseluruhan ajaran
Islam yang menjadi materi dakwah bersumber dari al-Qur’an dan Hadits.
Meskipun demikian, yang dapat dijadikan materi dakwah bukan sesuatu yang
datang dari Allah swt. saja, lewat wahyu-Nya atau yang disabdakan oleh Nabi
Muhammad saw. Tetapi juga adat istiadat, kebudayaan atau hasil pemikiran
159
manusia yang baik dan tidak bertentangan dengan akal sehat dan ajaran Islam
dapat dijadikan sebagai materi dakwah (Aziz, 2004: 104).
Karena acara-acara tersebut mengandung kearifan lokal Jawa
Tengah, berdasarkan unsur dakwah, secara umum metode yang digunakan
dalam acara-acara tersebut sesuai dengan metode dakwah kultural yaitu
dakwah yang dilakukan dengan cara mengikuti budaya masyarakat setempat
dengan tujuan agar dakwahnya dapat diterima di lingkungan masyarakat
setempat (http://alumnifiad.youneed.us/43-dakwah-kultural, 11 Juli 2011).
Sehingga, ada usaha dari da’i untuk melihat kondisi mad’unya untuk
kemudian menyesuaikan dengan apa dan bagaimana materi itu disampaikan.
Yang demikian ini termasuk dalam metode al hikmah sebagaimana yang
dijelaskan dalam al Qur’an surat an Nahl ayat 125:
äí÷Š $# 4’ n<Î) È≅‹ Î6 y™ y7 În/ u‘ Ïπ yϑõ3Ït ø:$$Î/ …… ∩⊇⊄∈∪
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah………
(Depag RI, 2004: 282).
Hikmah merupakan peringatan kepada juru dakwah untuk tidak
menggunakan satu bentuk metode saja. Sebaliknya, mereka harus
menggunakan berbagai macam metode sesuai dengan realitas yang dihadapi
dan sikap masyarakat terhadap agama Islam (Munir, 2009: 9).
146
BAB V
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan data analisis hasil penelitian, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah sudah
proporsional sesuai dengan peraturan Menteri Komunikasi dan
Informatika dan peraturan Komisi Penyiaran Indonesia. Karena sudah
mencapai batas minimal yaitu 10 %. Adapun prosentase tayangan yang
mengandung kearifan lokal Jawa Tengah disetiap minggunya yaitu
prosentase terkecil 16,25 %, dan prosentase terbesarnya adalah 23,75
%.
2. Dalam perspektif dakwah, acara yang mengandung kearifan lokal ini
sesuai dengan metode bil hikmah, yaitu dengan menyesuaikan kondisi
pemirsanya dalam menyampaikan pesan. Atau dalam bahasa lain di
sebut dakwah kultural, yaitu dakwah dengan menyesuaikan budaya
dimana mad’unya tinggal. Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa tidak semua acara yang mengandung kearifan
lokal itu bermuatan dakwah.
147
6.2. Saran-saran
1. Meskipun tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah di
Stasiun Televisi Borobudur Semarang sudah proporsional, diharapkan
para praktisi televisi tetap merencanakan program-program baru dengan
tidak meninggalkan muatan kearifan lokal di dalamnya. Mengingat siaran
lokal yang harus disiarkan oleh setiap stasiun penyiaran lokal akan naik
secara bertahap menjadi minimal 50 % dari batas minimal semula 10 %
sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan Menteri Komunikasi dan
Informatika dan peraturan yang ditetapkan Komisi Penyiaran Indonesia.
Sedangkan acara yang mengandung kearifan lokal di TVB saat ini baru
mencapai batas maksimal 23,75 %. Artinya, harus merencanakan 26,25
% lagi program yang mengandung kearifa lokal Jawa Tengah jika
kedepannya batas minimal 50 % sudah diberlakukan.
2. Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan, tayangan yang mengandung
muatan dakwah di Stasiun televisi Borobudur Semarang baru ada dua
program acara saja. Oleh karena itu, diharapkan para praktisi televisi
dapat memproduksi lebih banyak lagi tayangan yang bermuatan dakwah,
mengingat mayoritas masyarakat Jawa Tengah beragama Islam. Dengan
begitu, diharapkan hal ini juga dapat mendukung naiknya rating TV
karena apa yang ditayangkan sesuai dengan kondisi masyarakat
pemirsanya.
148
6.3. Penutup
Dengan mengucapkan Alhamdulillah kepada Allah SWT atas
segala karunia dan hidayahnya, kini penulis menyelesaikan penyusunan
skpripsi dengan judul Proporsionalitas Tayangan Local Wisdom (Kearifan
Lokal) Jawa Tengah di Stasiun Televisi Borobudur Semarang (Analisis
Perspektif Dakwah). Penulis menyadari di dalam penulisan skripsi ini masih
banyak kekurangan dan kesalahan yang perlu disempurnakan. Karena itulah
masukan saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Amin.
146
Daftar Pustaka
Abdullah, Dzikron. 1989. Metodologi Dakwah. Semarang: Fakultas Dakwah IAIN
Walisongo.
Abdullaah, Irwan, dkk. 2008. Agama dan Kearifan Lokal Dalam Tantangan
Global. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Asyiah, Siti. 2005. Analisis Terhadap Program Siaran Dakwah TPI pada Bulan
Ramadhan 2004 H (Tidak dipublikasikan. Skripsi, IAIN).
Aziz, Moh Ali. 2004. Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana.
Azwar, Saifuddin. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bulaeng, Andi. 2004. Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer. Yogyakarta:
Andi.
Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.
Daulay, Hamdan. 2001. Dakwah di Tengah Persoalan Budaya dan Politik.
Yogyakarta: LESFI.
Departemen Agama RI. 2004. Al Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: CV
Penerbit Jumanatul ‘Ali-Art (J-ART)
Dokumentasi TV Borobudur.
Halimi, Safrodin. 2008. Etika Dakwah dalam Perspektif Al Qur’an. Semarang:
Walisongo Press.
Illahi, Wahyu. 2010. Komunikasi Dakwah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Khotim, Nur Khasan. 2009. Format Siaran Dakwah di Ratih TV Kebumen (Studi
Tentang Format Siaran Siraman Rokhani) (Tidak dipublikasikan. Skripsi,
IAIN).
Kriyantono, Rachmat. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana.
Kunratih, Retno. 2006. Tanggapan Masyarakat Kecamatan Singorojo Kabupaten
Kendal Terhadap Program Acara Al Hikam di Stasiun Televisi
Borobudur Semarang (Tidak dipublikasikan. Skripsi, IAIN).
147
Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Media Televisi.
Jakarta: Rineka Cipta.
Moleong, Lexi. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Morrisan. 2008. Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan
Televisi. Jakarta: Kencana.
Muda, Deddy Iskandar. 2005. Jurnalistik Televisi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Munir, M. 2009. Metode Dakwah. Jakarta: Kencana.
Munir, M. dan Wahyu Ilahi. 2006. Manajemen Dakwah. Jakarta: Kencana.
Natsir, M..1984. Fiqhud Da’wah. Solo: Ramadhani.
Nawawi, Imam. 1999. Terjemah Riyadhus Shalihin Jilid 1. Jakarta: Pustaka
Amani.
Nurudin. 2004. Komunikasi Massa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pimay, Awaludin. 2005. Paradigma Dakwah Humanis. Semarang: Rasail.
Prasetya, Joko Tri, dkk. 2009. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Rakhmat, Jalaluddin. 1998. Catatan Kang Jalal, visi media, politik dan
pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Silalahi, Ulber. 2010. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Rafika Aditama.
Sularto, St. 1990. Menuju Masyarakat Baru Indonesia: Antisipasi terhadap
tantangan abad XXI. Jakarta: Gramedia.
Strauss, Anselm dan Juliet Corbin. 2003. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif
(penerjemah Muhammad Sodiq dan Imam Muttaqin). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sudibyo, Agus. 2004. Ekonomi Politik Media Penyiaran. Yogyakarta: LKiS.
Sutisno, P.C.S. 1993. Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televise Dan Video.
Jakarta. PT Grasindo.
148
Syabibi, M. ridho. 2008. Metodologi Ilmu Da’wah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1994. Kamus
Besar Bahasa Indonesia edisi kedua. Jakarta: Balai Pustaka.
Wibowo, Fred. 2007. Teknik Produksi Program Televisi. Yogyakarta: Pinus Book
Publisher.
http://alumnifiad.youneed.us/43-dakwah-kultural. 11 Juli 2011.
http://ibda.files,wordprees.com/2008/04/2-landasan-keilmuan-kearifan-lokal.pdf.
25 Juni 2011.
http://pemikiranislam.wordpress.com/2007/08/14/dakwah-kultural. 11 Juli 2011.
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/02/02/97456/Menuju-
Sistem- Stasiun-Jaringan. 1 Juli 2011.
http://www.pdmjogja.org/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=22. 5 Juli 2011.
http://www.postel.go.id/content/ID/regulasi%5Cfrekuensi%5Ckepmen%5Ctv%20
jaringan.pdf. 12 September 2011.
http://www.tvborobudur.com/content.php?halaman_curr=3. 17 Oktober 2011.
.
146
147
148
149
150
151
152
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nurhidayah
Tempat Tanggal Lahir : Batang, 10 Agustus 1988
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat Asal : Jlamprang, Rt 03 Rw 01 Kecamatan Bawang
Kabupaten Batang.
Alamat Sekarang : Jl. Tanjungsari III No. 11 Rt 07 Rw 05, Tambakaji,
Ngaliyan, Semarang.
No. Telp : 085641557706
Pendidikan Formal : - SD N Jlamprang, lulus tahun 2001.
- MTs Sunan Kalijaga Bawang, lulus tahun 2004.
- SMA N 1 Bawang, lulus tahun 2007.
- IAIN Walisongo Semarang lulus tahun 2011.
Recommended