View
220
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
NASKAH AKADEMIK
RANCANGAN QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR TENTANG
SISTEM PENDIDIKAN DAYAH
D I S U S U N
OLEH:
TIM PENYUSUN NASKAH AKADEMIK BAGIAN HUKUM SETDAKAB. ACEH TIMUR
TAHUN 2013
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya selesailah penulisan Naskah Akademik
Rancangan Qanun Kabupaten Aceh Timur tentang Sistem Pendidikan
Dayah.
Naskah akademik ini ditujukan sebagai acuan atau referensi dalam
penyusunan dan pembahasan Rancangan Qanun Kabupaten Aceh Timur
tentang Sistem Pendidikan Dayah.
Disadari bahwa selesainya penulisan naskah akademik ini
dikarenakan adanya bantuan, pengarahan, bimbingan serta dorongan yang
telah diberikan oleh berbagai pihak, baik secara perseorangan maupun
bersama-sama. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ucapkan terima
kasih.
Harapan penulis dengan telah selesainya penulisan naskah
akademik ini, dapat segera disusun Rancangan Qanun Kabupaten Aceh
Timur tentang Sistem Pendidikan Dayah, dalam rangka mewujudkan
sinkronisasi dan kesamaan persepsi dalam peningkatan mutu dan
pengembangan potensi dayah sesuai dengan ketentuan Pasal 216 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, yang
menyebutkan bahwa Setiap penduduk Aceh berhak mendapat pendidikan
yang bermutu dan Islami sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Dilihat dari segi materi maupun teknis penulisannya, naskah
akademik ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati diharapkan adanya saran demi kesempurnaannya.
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................ 3
C. Tujuan dan Kegunaan Kegiatan Penyusunan
Naskah Akademik ........................................................... 3
D. Metode ............................................................................ 4
E. Sistematika ..................................................................... 4
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS
A. Kajian Teoretis ................................................................ 6
B. Kajian Terhadap Asas/Prinsip Yang Terkait ................... 7
C. Kajian Terhadap Praktik Penyelenggaraan ..................... 7
D. Kajian Terhadap Implikasi Sosial, Politik dan Ekonomi ... 8
BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN TERKAIT ......................................................... 9
BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS
A. Landasan Filosofis .......................................................... 11
B. Landasan Sosiologis ...................................................... 12
C. Landasan Yuridis ............................................................ 12
BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN DAN RUANG LINGKUP
MATERI MUATAN ................................................................ 15
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................... 18
B. Saran ............................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aceh merupakan satuan Pemerintahan Daerah yang bersifat
khusus atau istimewa terkait dengan salah satu karakter khas sejarah
perjuangan masyarakat Aceh yang memiliki ketahanan dan daya juang
tinggi. Ketahanan dan daya juang tinggi tersebut bersumber dari
pandangan hidup yang berlandaskan Syari’at Islam yang melahirkan
budaya Islam yang kuat, sehingga Aceh menjadi daerah modal bagi
perjuangan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Aceh sebagai satuan Pemerintahan
Daerah yang bersifat khusus dan sekaligus bersifat istimewa telah
mempunyai pengaturan Pemerintahan Daerah tersendiri yang
berlandaskan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Keistimewaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh dan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh,
yang bertujuan untuk memberikan landasan bagi Provinsi Aceh dalam
mengatur urusan-urusan yang telah menjadi keistimewaannya melalui
kebijakan daerah. Kebijakan daerah tersebut merupakan kebijakan yang
berupa urusan-urusan wajib dalam pelaksanaan keistimewaan yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dalam mengatur hal-hal pokok
untuk selanjutnya memberi kebebasan kepada daerah dalam mengatur
pelaksanaannya sehingga kebijakan daerah diharapkan lebih akomodatif
terhadap aspirasi masyarakat Aceh.
Berdasarkan ketentuan Pasal 17 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, menyebutkan bahwa
Urusan wajib lainnya yang menjadi kewenangan khusus pemerintahan
kabupaten/kota adalah pelaksanaan keistimewaan Aceh yang antara lain
meliputi:
a. penyelenggaraan kehidupan beragama dalam bentuk pelaksanaan
Syari’at Islam bagi pemeluknya di Aceh dengan tetap menjaga
kerukunan hidup antarumat beragama;
1
b. penyelenggaraan kehidupan adat yang bersendikan agama Islam;
c. penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas serta menambah materi
muatan lokal sesuai dengan Syari’at Islam; dan
d. peran ulama dalam penetapan kebijakan kabupaten/kota.
Dayah di Aceh merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam
yang bertujuan untuk membimbing anak didik (aneuk dayah/santri) untuk
menjadi manusia yang berkepribadian Islami, yang sanggup menjadi
umat yang berguna bagi bangsa dan negara serta agama. Bila ditinjau
dari sudut historis kultural, dayah di Aceh dapat dikatakan sebagai pusat
pelatihan yang secara otomatis menjadi pusat budaya Islam yang
disahkan atau dilembagakan oleh masyarakat di Aceh. Pendidikan dayah
diselenggarakan berdasarkan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 serta Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, dengan berasaskan Ahlul-
Sunnah Wal-Jama’ah. Pendidikan dayah juga diselenggarakan dengan
memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta
dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.
Dalam menyelenggarakan pendidikan dayah terdapat beberapa
prinsip penyelenggarakan dayah, antara lain:
a. pendidikan dayah diselenggarakan dengan menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan, nilai keagamaan, nilai kultural dan kemajemukan
berdasarkan nilai-nilai keislaman;
b. pendidikan dayah diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang
sistemik dengan sistem terbuka;
c. pendidikan dayah diselenggarakan sebagai suatu proses
pembudayaan dan pemberdayaan thalabah (peserta didik) yang
berlangsung sepanjang hayat;
d. pendidikan dayah diselenggarakan dengan memberi keteladanan,
membangun kemauan dan mengembangkan kreatifitas thalabah
dalam proses pembelajaran; dan
e. pendidikan dayah diselenggarakan dengan mengembangkan budaya
membaca, menghafal, menelaah dan menulis bagi segenap thalabah
(peserta didik).
2
Seiring dengan paradigma yang telah dipaparkan diatas, maka
sudah seharusnya Pemerintah Kabupaten Aceh Timur membentuk
Qanun Kabupaten Aceh Timur tentang Sistem Pendidikan Dayah dalam
rangka untuk mengembangkan kemampuan dan mendidik sumber daya
manusia yang beriman dan bertaqwa berdasarkan Al Qur’an dan Hadist
serta diharapkan dari dayah lahir insan-insan yang menekankan
pentingnya penerapan akhlak agama Islam yang merupakan pedoman
hidup bermasyarakat sehari-hari untuk mewujudkan masyarakat
Kabupaten Aceh Timur yang cerdas, Islami, berakhlakul karimah dan
bermartabat.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka dalam hal ini dapat diidentifikasi
permasalahan yang timbul adalah:
1. perlunya meningkatkan potensi dayah dalam penyelenggaraan
pendidikan yang bersendikan Syari’at Islam di Kabupaten Aceh Timur;
2. perlu dibentuknya suatu qanun yang dapat memberikan kepastian
hukum serta mengatur sistem pendidikan dayah yang berlaku secara
umum dan berkualitas, guna untuk mengembangkan lahirnya insan-
insan yang menekankan pentingnya penerapan akhlak agama Islam
yang merupakan pedoman hidup masyarakat sehari-hari; dan
3. perlunya mengikutsertakan masyarakat di Kabupaten Aceh Timur
dalam rangka pemberian dukungan dan partisipasi yang lebih
komprehensif terhadap pendidikan dayah di Kabupaten Aceh Timur,
agar dapat dikelola dengan lebih berdaya guna dan berhasil guna.
C. Tujuan dan Kegunaan Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik
Adapun tujuan penulisan Naskah Akademik Rancangan Qanun
Kabupaten Aceh Timur tentang Sistem Pendidikan Dayah adalah:
1. memberi masukan terhadap Rancangan Qanun Kabupaten Aceh
Timur tentang Sistem Pendidikan Dayah;
2. menyusun kerangka Naskah Akademik Rancangan Qanun Kabupaten
Aceh Timur tentang Sistem Pendidikan Dayah; dan
3. merumuskan Rancangan Qanun Kabupaten Aceh Timur tentang
Sistem Pendidikan Dayah yang dikaji secara ilmiah dan mencakup
segala aspek teknis secara ekonomis serta peran serta masyarakat.
3
Secara umum, kegunaan penulisan naskah akademik adalah
memberi masukan terhadap kenyataan yang ada di lapangan mengenai
pendidikan Islam dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi lembaga
dayah, yang diharapkan dapat memperkuat kelembagaan Pemerintah
Kabupaten Aceh Timur dalam mencerdaskan kehidupan bermasyarakat.
D. Metode
Dalam penyusunan naskah akademik ini, metode atau pendekatan
yang digunakan adalah melalui suatu kajian ilmiah secara sistematik dan
interdisipliner dengan metodologi sebagai berikut:
1. kajian pustaka yaitu pengkajian terhadap peraturan perundang-
undangan yang terkait dengan sistem pendidikan dayah;
2. serangkaian kegiatan diskusi;
3. kaji terap pengalaman kabupaten/kota yang telah menerapkan sistem
pendidikan dayah, yang didapatkan melalui proses telaah dokumen-
dokumen dari berbagai media (internet, proses seminar, dll);
4. analisis dan evaluasi; dan
5. penyusunan naskah.
Penyusunan materi naskah akademik juga memperhatikan kaidah-
kaidah hukum, kelembagaan dan mempertimbangkan peran serta
masyarakat.
E. Sistematika
Naskah akademik ini ditulis dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, berisi uraian tentang latar belakang,
identifikasi masalah, tujuan dan kegunaan kegiatan penyusunan naskah
akademik, metode dan sistematika.
Bab II Kajian Teoretis dan Praktik Empiris, berisi uraian tentang
kajian teoretis, kajian terhadap asas/prinsip yang terkait, kajian terhadap
praktik penyelenggaraan, kajian terhadap implikasi sosial, politik dan
ekonomi.
Bab III Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan
Terkait, berisi uraian tentang hasil kajian terhadap peraturan perundang-
undangan terkait dengan materi dan susunan Rancangan Qanun
Kabupaten Aceh Timur tentang Sistem Pendidikan Dayah.
4
Bab IV Landasan Filosofis, Sosiologis dan Yuridis, berisi uraian
tentang landasan filosofis, landasan sosiologis dan landasan yuridis.
Bab V Jangkauan, Arah Pengaturan dan Ruang Lingkup Materi
Muatan, berisi uraian tentang sasaran yang akan diwujudkan, arah dan
jangkauan pengaturan materi dan susunan Rancangan Qanun
Kabupaten Aceh Timur tentang Sistem Pendidikan Dayah.
Bab VI Penutup, bagian akhir naskah akademik berisi kesimpulan
dan saran hasil kajian analisa naskah akademik.
Daftar Pustaka, memuat buku, peraturan perundang-undangan
dan bahan-bahan yang diperoleh dari internet, yang menjadi sumber
bahan penyusunan naskah akademik.
5
BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS
A. Kajian Teoretis
Dalam sistem pendidikan nasional, masyarakat dianggap sebagai
pihak yang ikut serta dalam menentukan pelaksanaan pendidikan.
Masyarakat adalah sumber inspirasi dan masyarakat juga sebagai
pendukung serta sumber dana diluar dana dari pemerintah bagi
penyelenggaraan pendidikan, dengan demikian masyarakat adalah
stakeholder dari sistem pendidikan. Salah satu ukuran kemajuan daerah
dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya, sehubungan dengan hal
tersebut pendidikan di Aceh dapat dikatakan dalam tahap
pengembangan, seiring dengan banyaknya jalur pendidikan yang
berkembang di Aceh, salah satu pendidikan di Aceh yang berkembang
pada saat ini adalah dayah.
Dalam bahasa Aceh, Istilah untuk lembaga atau yang dikenal
dengan sebutan pesantren di Jawa dan seluruh Indonesia adalah dayah.
Kata dayah diambil dari bahasa Arab zawiyah. Istilah zawiyah, yang
secara literal bermakna sebuah sudut yang diyakini oleh masyarakat
Aceh untuk pertama kali digunakan oleh Nabi Muhammad SAW
berdakwah pada masa awal Islam yaitu pada sudut Masjid Madinah. Kata
zawiyah dipahami sebagai pusat agama dan pusat pengajian sufi dari
penganut tasawuf. Karena zawiyah didominasi oleh ulama perantau, yang
ingin memperdalam ilmunya dan mempertinggi intensitas ibadah dan
tawadhu’nya. Lembaga tersebut di bangun menjadi sekolah agama dan
saat tertentu juga zawiyah dijadikan sebagai pondok bagi pencari
kehidupan spiritual dari aktivitas dakwah dan pendidikan yang dilakukan
oleh para pendakwah tradisional Arab dan sufi yang kemudian kata
zawiyah sebagai nama lembaga pendidikan dikalangan Islam yang
diperkenalkan di Aceh.
Dalam sitem pendidikan di Aceh, dayah merupakan pendidikan
tradisional yang ditinjau secara historis telah ada sejak abad IX Masehi,
(Tgk. Muslim Ibrahim dalam tulisannya masyarakat yang adil dan
bermartabat). Keberadaan dayah di Aceh telah ada bersamaan dengan
masuknya Islam ke Aceh pada akhir masa kekhalifahan Usman Bin Affan.
6
Bila ditinjau dari sudut historis kultural, dayah di Aceh dapat
dikatakan sebagai pusat pelatihan yang secara otomatis menjadi pusat
budaya Islam yang disahkan atau dilembagakan oleh masyarakat di
Aceh. Oleh karenanya dayah merupakan salah satu perkembangan
kehidupan adat di Aceh. Dayah-dayah di Aceh dapat dikatakan sebagai
bapak dari pendidikan Islam yang didirikan berdasarkan tuntutan dan
kebutuhan zaman, yang mana dayah dilahirkan atas kesadaran dan
kewajiban islamiyah yaitu menyebarkan dan mengembangkan agama
Islam sekaligus mencetak kader-kader ulama dan da'i.
Dengan demikian dayah yang merupakan lembaga pendidikan
Islam yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Kabupaten Aceh Timur
mempunyai peran penting, sehingga perlu diatur sistem pendidikan dayah
yang berlaku secara umum dan berkualitas.
B. Kajian Terhadap Asas/Prinsip Yang Terkait
Pembentukan Qanun Kabupaten Aceh Timur tentang Sistem
Pendidikan Dayah dilakukan dalam rangka mewujudkan sinkronisasi dan
kesamaan persepsi dalam peningkatan mutu dan pengembangan potensi
dayah sesuai dengan ketentuan Pasal 216 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, yang menyebutkan
bahwa Setiap penduduk Aceh berhak mendapat pendidikan yang
bermutu dan Islami sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Adapun yang menjadi asas pembentukan Qanun Kabupaten Aceh
Timur tentang Sistem Pendidikan Dayah adalah berasaskan
Ahlul-Sunnah Wal-Jama’ah.
C. Kajian Terhadap Praktik Penyelenggaraan
Keberadaan dayah diyakini telah ada sejak masuknya Islam di
Aceh. Dayah juga sebagai tempat penyebaran agama Islam yang masuk
ke Indonesia. Oleh karenanya dalam penyelenggaraan dayah, dayah
merupakan tempat menuntut ilmu masyarakat Aceh yang berkembang
dan menjadi pendidikan adat dalam masyarakat Aceh. Dalam
menyelenggarakan pendidikan dayah terdapat beberapa prinsip,
antara lain:
a. pendidikan dayah diselenggarakan dengan menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan, nilai keagamaan, nilai kultural dan kemajemukan
berdasarkan nilai-nilai keislaman;
7
b. pendidikan dayah diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang
sistemik dengan sistem terbuka;
c. pendidikan dayah diselenggarakan sebagai suatu proses
pembudayaan dan pemberdayaan thalabah (peserta didik) yang
berlangsung sepanjang hayat;
f. pendidikan dayah diselenggarakan dengan memberi keteladanan,
membangun kemauan dan mengembangkan kreatifitas thalabah
dalam proses pembelajaran; dan
g. pendidikan dayah diselenggarakan dengan mengembangkan budaya
membaca, menghafal, menelaah dan menulis bagi segenap thalabah
(peserta didik).
D. Kajian Terhadap Implikasi Sosial, Politik dan Ekonomi.
Pembentukan Qanun Kabupaten Aceh Timur tentang Sistem
Pendidikan Dayah secara sosial, politik dan ekonomi merupakan bagian
daripada pengaturan dan penataan untuk memperkuat kelembagaan
pendidikan di Kabupaten Aceh Timur yang dalam pelaksanaannya
bertujuan untuk mendidik sumber daya manusia yang beriman dan
bertaqwa berdasarkan Al Qur’an dan Hadist.
Adapun implikasi yang diperoleh dari pembentukan Qanun
Kabupaten Aceh Timur tentang Sistem Pendidikan Dayah, antara lain:
1. mendidik para thalabah (peserta didik) untuk mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak thalabah (peserta didik) dalam
rangka mewujudkan masyarakat Kabupaten Aceh Timur yang cerdas,
Islami, berakhlakul karimah dan bermartabat;
2. menentukan arah yang jelas dalam sistem pendidikan dayah yang
berlaku secara umum dan berkualitas, guna untuk mengembangkan
lahirnya insan-insan yang berkualitas dan menekankan pentingnya
penerapan akhlak agama Islam yang merupakan pedoman hidup
masyarakat sehari-hari; dan
3. memberi pemahaman yang jelas tentang peran, fungsi dayah sebagai
sarana pendidikan yang berkualitas.
8
BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
TERKAIT
Dayah di Aceh merupakan lembaga pendidikan yang diselenggarakan
oleh dan untuk masyarakat. Pengelolaan pendidikan dayah merupakan
tanggung jawab masyarakat bersama Pemerintah, pengelolaan pendidikan
dayah harus dilakukan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan
prinsip manajemen berbasis dayah. Pengelolaan pendidikan dayah
dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi, akuntabilitas, jaminan mutu dan
evaluasi yang transparan. Pendidikan dayah juga diselenggarakan
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 serta Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang
Pemerintahan Aceh dengan berasaskan Ahlul-Sunnah Wal-Jama’ah.
Bila dievaluasi secara seksama terdapat beberapa peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan keberadaan sistem pendidikan
dayah, antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Dalam Pasal 10 menyebutkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah
Daerah berhak mengarahkan, membimbing, membantu dan mengawasi
penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh.
Dalam Pasal 215 menyebutkan bahwa:
(1) Pendidikan yang diselenggarakan di Aceh merupakan satu kesatuan
dengan sistem pendidikan nasional yang disesuaikan dengan
karakteristik, potensi dan kebutuhan masyarakat setempat.
(2) Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua
komponen masyarakat termasuk kelompok perempuan melalui peran
serta dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengendalian mutu
layanan.
Selanjutnya berdasarkan ketentuan Pasal 216 menyebutkan bahwa:
(1) Setiap penduduk Aceh berhak mendapat pendidikan yang bermutu
dan Islami sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
9
(2) Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan
berdasarkan atas prinsip-prinsip demokrasi dan keadilan dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai Islam, budaya dan
kemajemukan bangsa.
3. Qanun Aceh Nomor 5 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Pendidikan.
Dalam Pasal 5 ayat (2) menyatakan bahwa Sistem pendidikan nasional
yang diselenggarakan di Aceh didasarkan pada nilai-nilai Islami.
Berdasarkan ketentuan-ketentuan Pasal tersebut diatas, secara
umum mengandung pengertian sebagai instruksi kepada Pemerintah
Aceh untuk mengatur dan memberdayakan fungsi Pendidikan Daerah
sebagai wadah dalam penyelenggaraan sistem pendidikan. Oleh
karenanya pendidikan dayah bertujuan untuk mengembangkan seluruh
potensi thalabah (peserta didik) agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab serta
mengamalkan ilmunya untuk kebahagiaan di dunia dan akhirat kelak.
Berdasarkan evaluasi dan analisa peraturan perundang-undangan
sebagaimana tersebut diatas, maka sudah seharusnya Pemerintah
Kabupaten Aceh Timur membentuk Qanun Kabupaten Aceh Timur
tentang Sistem Pendidikan Dayah dalam rangka untuk mencerdaskan
dan meningkatkan kualitas manusia, yang berlandaskan iman, taqwa,
dan akhlak mulia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil,
makmur dan beradab.
10
BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS
A. Landasan Filosofis
Disadari oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Timur bahwa fungsi
utama yang harus dijalankan saat ini adalah Public Service Function
(fungsi pelayanan masyarakat), development function
(fungsi pembangunan) dan protection function (fungsi perlindungan).
Good Governance akan terwujud apabila setiap aparat pemerintah telah
mampu melaksanakan apa yang disebut sebagai objective and subjective
responsibility. Responsibility objectif bersumber kepada adanya
pengendalian dari luar (external controls) yang mendorong atau
memotivasi aparat untuk bekerja keras sehingga tujuan three es
(economy, efficiency and effectiveness) dari organisasi perangkat daerah
dapat tercapai (Denhardt, 2003).
Sedangkan responsibilitas subjektif yang bersumber pada sifat
subjektif individu aparat (internal control) lebih mengedepankan nilai-nilai
etis dan kemanusiaan yang terangkum dalam EEF (equity, equality and
fairness) dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan tugas-
tugas administratif lainnya.
Tujuan pendidikan nasional pada hakekatnya adalah untuk
mengembangkan potensi thalabah (peserta didik) agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan hal tersebut,
maka yang menjadi tujuan akhir pendidikan nasional adalah menciptakan
warga negara yang berjiwa Pancasila yang merupakan filosofi Bangsa
Indonesia.
Untuk mewujudkan cita-cita nasional dimaksud, maka salah satu
jalur yang paling utama adalah melalui jalur pendidikan. Oleh karena itu,
dalam setiap kebijakan dan pengaturan tentang pendidikan khususnya
pengaturan mengenai Qanun Kabupaten Aceh Timur tentang Sistem
Pendidikan Dayah haruslah mempertimbangkan nilai-nilai kekhususan
karakteristik dan budaya masyarakat Aceh yang Islami serta pandangan
hidup bangsa, kesadaran dan cita-cita hukum yang meliputi suasana
kebatinan dari falsafah Bangsa Indonesia yang bersumber dari nilai-nilai
Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
11
B. Landasan Sosiologis
Suatu peraturan perundang-undangan akan berlaku secara efektif
apabila dalam pembentukannya dilandasi oleh pertimbangan sosiologis
yaitu menyangkut dengan kebutuhan masyarakat/aparatur pemerintah
terhadap peraturan tersebut. Rancangan Qanun Kabupaten Aceh Timur
tentang Sistem Pendidikan Dayah menjawab permasalahan tentang
kepastian hukum terhadap penyelenggaraan pendidikan di Kabupaten
Aceh Timur sesuai dengan kebutuhan daerah dan berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
Dilihat dari aspek sosiologis, bahwa masyarakat dalam
menjalankan kehidupan membutuhkan hubungan yang harmonis
antarsesama, dalam arti dapat menyesuaikan diri dengan segala bentuk
kondisi dan lingkungan yang ada. Untuk itu masyarakat membutuhkan
pengetahuan dan ilmu yang diperoleh melalui jalur pendidikan untuk
dapat berinteraksi sesamanya. Oleh karena itu, pendidikan dayah
merupakan kebutuhan masyarakat yang harus mendapat pelayanan
maksimal dari pemerintah.
Berdasarkan hal tersebut maka pembentukan Qanun Kabupaten
Aceh Timur tentang Sistem Pendidikan Dayah bertujuan untuk mendidik
sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa berdasarkan Al Qur’an dan
Hadist dan untuk menunjang terselenggaranya pendidikan di Kabupaten
Aceh Timur secara baik dan memenuhi kebutuhan masyarakat di
Kabupaten Aceh Timur terhadap sistem pendidikan dayah.
C. Landasan Yuridis
Landasan yuridis merupakan pertimbangan secara hukum bahwa
Qanun Kabupaten Aceh Timur tentang Sistem Pendidikan Dayah harus
mempunyai landasan hukum yang kuat untuk diberlakukan di Kabupaten
Aceh Timur. Peraturan perundang-undangan yang dapat dijadikan
sebagai dasar hukum pembentukan Rancangan Qanun Kabupaten Aceh
Timur tentang Sistem Pendidikan dayah adalah sebagai berikut:
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 7 Drt Tahun 1956 tentang Pembentukan
Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah
Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1956 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 1092);
12
3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah
Otonom Propinsi Atjeh dan Perubahan Peraturan Pembentukan
Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1956 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 1103);
4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggarakan
Keistimewaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 172, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3893);
5. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4301);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
8. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633);
9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
10. Peraturan Pemerintahan Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republuk Indonesia
Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4496);
13
11. Peraturan Pemerintahan Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan
Agama dan Pendidikan Keagamaan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4769);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan
dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5105);
13. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh Nomor 5
Tahun 2000 tentang Pelaksanaan Syari’at Islam (Lembaran Daerah
Propinsi Daerah Istimewa Aceh Tahun 2000 Nomor 30);
14. Qanun Aceh Nomor 5 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Pendidikan di Propinsi Aceh (Lembaran daerah Aceh tahun 2008
nomor 5, tambahan Lembaran Daerah Nomor 15);
15. Qanun Aceh Nomor 5 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pembentukan
Qanun (Lembaran Daerah Aceh Tahun 2011 Nomor 11, Tambahan
Lembaran Daerah Aceh Nomor 38);
14
BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN DAN RUANG LINGKUP
MATERI MUATAN
Arah dan jangkauan pengaturan materi dan susunan Rancangan
Qanun Kabupaten Aceh Timur tentang Sistem Pendidikan Dayah,
antara lain:
Bab I. Ketentuan Umum
Pada Bab ini dimuat pengertian-pengertian dari istilah-istilah yang
akan dipergunakan lebih dari satu kali dalam pasal-pasal dari batang tubuh
dalam Rancangan Qanun Kabupaten Aceh Timur tentang Sistem Pendidikan
Dayah.
Bab II. Dasar, Fungsi dan Tujuan
Pada Bab ini dijelaskan mengenai Dasar, Fungsi dan Tujuan
penyelenggaraan dayah.
Bab III. Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Dayah
Pada Bab ini dijelaskan mengenai prinsip penyelenggaraan
pendidikan dayah di Kabupaten Aceh Timur.
Bab IV. Kriteria Dayah
Pada Bab ini dijelaskan mengenai kriteria dayah yang dapat didirikan
di Kabupaten Aceh Timur.
Bab V. Jenjang Pendidikan dan Lama Belajar
Pada Bab ini dijelaskan mengenai jenjang pendidikan dan masa
belajar di Dayah.
Bab VI. Kurikulum Dayah
Pada Bab ini dijelaskan mengenai kurikulum dayah.
Bab VII. Pimpinan Dayah
Pada Bab ini dijelaskan mengenai pimpinan dayah.
Bab VIII. Teungku dan Tenaga Kependidikan
Pada Bab ini dijelaskan mengenai Tenaga Profesional dan Tenaga
Pendidikan di Dayah.
Bab IX. Thalabah
Pada Bab ini dijelaskan mengenai Thalabah (peserta didik) dan
kewajibannya.
15
Bab X. Sarana dan Prasarana
Pada Bab ini dijelaskan mengenai penyediaan sarana dan prasarana
bagi Thalabah (peserta didik) di Dayah.
Bab XI. Pendanaan Pendidikan Dayah
Pada Bab ini dijelaskan mengenai pendanaan pendidikan dayah.
Bab XII. Pengelolaan Pendidikan Dayah
Pada Bab ini dijelaskan mengenai pengelolaan dalam pendidikan
dayah.
Bab XIII. Evaluasi, Kelulusan dan Ijazah
Pada Bab ini dijelaskan mengenai tahap evaluasi, tahap kelulusan
dan Ijazah Pendidikan Dayah.
Bab XIV. Akreditasi Dayah
Pada Bab ini dijelaskan mengenai kriteria persyaratan akreditasi
dayah.
Bab XV. Pendirian Dayah
Pada Bab ini dijelaskan mengenai persyaratan pendirian dayah.
Bab XVI. Pengawasan
Pada Bab ini dijelaskan mengenai sitem pengawasan dalam
penyelenggaraan dayah.
Bab XVII. Ketentuan Pidana
Pada Bab ini dijelaskan mengenai ketentuan pidana yang dapat
dikenakan akibat pelanggaran dalam penyelenggaraan dayah.
Bab XVIII.Ketentuan Lain-Lain
Pada Bab ini dijelaskan mengenai ketentuan lain yang diatur dalam
penyelenggaraan dayah.
Bab XIX. Penutup
Pada Bab ini dijelaskan mengenai pemberlakuan qanun dan
pengundangannya dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Kabupaten Aceh Timur.
Adapun sasaran yang akan diwujudkan dari pembentukan Qanun
Kabupaten Aceh Timur tentang Sistem Pendidikan Dayah adalah:
1. untuk menentukan arah dalam penyelenggaraan pendidikan khususnya
pendidikan dayah di kabupaten Aceh Timur;
16
2. untuk mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat
dalam melahirkan kebijakan dan program-program pendidikan,
meningkatkan tanggung jawab dan peran serta aktif dari seluruh lapisan
masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan serta menciptakan
suasana dan kondisi transparansi, akuntabel dan demokratis dalam
penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu; dan
3. memberikan pedoman dan payung hukum yang dapat memberikan
kepastian hukum dan sesuai dengan kebutuhan daerah dan berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
17
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian bab-bab terdahulu, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. pendidikan dayah merupakan pendidikan adat yang tumbuh dan
berkembang yang keberadaannya telah ada cukup lama sejak Islam
masuk ke Aceh yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan
masyarakat Aceh; dan
2. perlu dibentuknya Qanun Kabupaten Aceh Timur tentang Sistem
pendidikan Dayah dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 216
ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang
Pemerintahan Aceh, yang menyebutkan bahwa Setiap penduduk
Aceh berhak mendapat pendidikan yang bermutu dan Islami sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
B. Saran
1. pembentukan Qanun Kabupaten Aceh Timur tentang Sistem
Pendidikan Dayah untuk memenuhi kewajiban Pemerintah
Kabupaten Aceh Timur sebagai pelayan masyarakat (public service)
serta mengupayakan pemberdayaan (empowerment) akan
peningkatan mutu yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan
penyelenggaraan Pemerintahan dalam Kabupaten Aceh Timur
khususnya dalam bidang pendidikan, perlu segera diwujudkan;
2. pembentukan Qanun Kabupaten Aceh Timur tentang Sistem
Pendidikan dayah harus dapat memberikan keamanan, kenyamanan,
kepastian hukum, pedoman yang jelas dan sesuai dengan kondisi
saat ini; dan
3. pembentukan Qanun Kabupaten Aceh Timur tentang Sistem
Pendidikan Dayah diharapkan dapat menjadi sebuah solusi dalam
menuju Kabupaten Aceh Timur yang efektif dan efisien dalam
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan,
sehingga dengan sendirinya dapat meningkatkan dan
mengoptimalkan pendidikan dan kesejahteraan masyarakat di
Kabupaten Aceh Timur khususnya dalam bidang pendidikan.
18
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
1. Prof. DR. H. Sri Soemantri M, SH, Prosedur dan Sistem Perubahan
Konstitusi, PT. Alumni, Bandung, 2006.
2. Rahimullah, SH, M.Si, Hukum Tata Negara Ilmu Perundang-
Undangan Versi Amandemen UUD 1945, PT. Gramedia,
Jakarta, 2007.
3. Prof. DR. I Gede Pantja Astawa, SH, MH dan Suprin Na’a, SH, MH,
Dinamika Hukum dan Ilmu Perundang-Undangan di Indonesia,
PT. Alumni, Bandung, 2008.
4. Komisi Pemberantasan Korupsi, Meningkatkan Kapasitas Fungsi
Legislasi dan Pengawasan DPRD Dalam Konteks Pencegahan
Korupsi, Jakarta, 2008.
5. Prof. DR. H. Dahlan Thaib, SH, M.Si, Jazim Hamidi, SH, M.Hum dan
Hj. Ni’matul Huda, SH, M.Hum, Teori dan Hukum Konstitusi, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2008.
6. Prof. DR. M. Solly Lubis, SH, Ilmu Pengetahuan Perundang-
Undangan, CV. Mandar Maju, Bandung, 2009.
7. Departemen Pendidikan Nasional, Panduan Umum Dewan
Pendidikan Nasional dan Komite Sekolah, Jakarta, 2005.
8. Hestu Cipto Handoyo, Prinsip-Prinsip Legal Drafting dan Desain
Naskah Akademik, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 2012.
B. Peraturan Perundang-Undangan
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor
78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301).
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633).
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234).
4. Qanun Aceh Nomor 5 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Pendidikan (Lembaran Daerah Nanggroe Aceh Darussalam
Tahun 2008 Nomor 05).
19
Recommended