View
85
Download
7
Category
Preview:
DESCRIPTION
gigi dan mulut referat
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit gigi dan mulut masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
utama di dunia, menurut hasil The National Health and Nutrition Examination Survey
pada tahun 2004, sebanyak 92 % penduduk Amerika Serikat usia dewasa memiliki
karies gigi. Sedangkan hasil laporan Studi Morbiditas pada tahun 2001, menunjukkan
bahwa kesehatan gigi dan mulut di Indonesia merupakan hal yang perlu diperhatikan
karena penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi yang dikeluhkan oleh
masyarakat yaitu sebesar 60%. Penyakit gigi dan mulut yang terbanyak diderita
masyarakat adalah karies gigi kemudian diikuti oleh penyakit periodontal di urutan
kedua. Karies merupakan kerusakan jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam
yang ada dalam karbohidrat melalui perantara mikroorganisme yang ada dalam saliva.
Antara 29% hingga 59% orang dewasa dengan usia lebih dari lima puluh tahun
mengalami karies. Hipertensi merupakanan salah satu penyakit yang memiliki perhatian
khusus pada pasien dengan karies gigi.
Penyakit tekanan darah tinggi, dalam istilah medis disebut hipertensi, adalah
salah satu masalah kesehatan yang paling banyak diderita di seluruh dunia. Di Amerika,
diperkirakan sebanyak 67 juta orang menderita hipertensi. Penyakit ini sering disebut
“silent killer” karena dapat berakibat fatal dan berujung kepada kematian, namun tidak
menunjukkan gejala yang khas/berat sehingga banyak penderita yang tidak
menyadarinya.
Prevalensi hipertensi di Indonesia pun cukup tinggi. Menurut Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2007, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum
terdiagnosis. Dari hasil pengukuran tekanan darah pada subyek berusia 18 tahun ke atas
ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, namun hanya 7,2%
diantaranya yang sudah mengetahui memiliki hipertensi, dan hanya 0,4% kasus yang
terkontrol (minum obat hipertensi). Penderita hipertensi memiliki resiko yang lebih
tinggi terhadap penyakit jantung, stroke, gagal ginjal dan kebutaan.
Jika dahulu hipertensi lebih banyak diderita oleh orang lanjut usia, saat ini
semakin banyak kasus hipertensi yang terjadi pada kelompok usia produktif (di bawah
1
50 tahun). Mengingat tingginya prevalensi penyakit ini di masyarakat dan sebagian
besar penderita tidak menyadarinya, maka hal ini patut mendapat perhatian lebih dari
tenaga kesehatan, tak terkecuali dokter gigi.
Pasien dengan hipertensi yang tidak terkontrol beresiko untuk mengalami
perdarahan paska pencabutan gigi. Hal ini berkaitan dengan obat anastesi yang
digunakan umumnya mengandung vasokonstriktor yang berefek menyempitkan
pembuluh darah, sehingga tekanan darah semakin meningkat. Hal ini dapat
menyebabkan pecahnya pembuluh darah kecil dan terjadi perdarahan. Oleh karena itu,
perlu dilakukan pemeriksaan tekanan darah sebelum tindakan pencabutan dilakukan.
Jika tekanan darah pasien tinggi, pencabutan gigi sebaiknya ditunda dan pasien dirujuk
ke ahli penyakit dalam terlebih dulu untuk mengontrol tekanan darah.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karies Gigi
2.1.1 Definisi
Karies adalah suatu proses hilangnya ion-ion mineral secara
kronis dan terus menerus dari jaringan gigi seperti, email, dentin, dan
sementum, serta diikuti oleh proses disintegrasi materi organik gigi, yang
sebagian besar distimulasi oleh adanya beberapa flora bakteri dan
produk-produk yang dihasilkannya
Karies Gigi (Kavitasi) adalah daerah yang membusuk di dalam
gigi, yang terjadi akibat suatu proses yang secara bertahap melarutkan
email (permukaan gigi sebelah luar yang keras) dan terus berkembang
ke bagian dalam gigi.
2.1.2 Etiologi
1. Faktor host
Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai
tuan rumah terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan
bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis. Pit dan
fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-
sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan
fisur yang dalam. Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat
menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan
karies gigi. Enamel merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia
kompleks yang mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat,
fluor), air 1% dan bahan organik 2%. Bagian luar enamel mengalami
mineralisasi yang lebih sempurna dan mengandung banyak fluor,
fosfat dan sedikit karbonat dan air. Kepadatan kristal enamel sangat
menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel mengandung
mineral maka kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin
3
resisten. Gigi susu lebih mudah terserang karies daripada gigi tetap.
Skema yang menunjukkan karies sebagai penyakit multifaktorial
yang disebabkan faktor host, agen, substrat dan waktu.
2. Faktor agen atau mikroorganisme
Plak gigi memegang peranan peranan penting dalam
menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang
terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas
suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi
yang tidak dibersihkan. Hasil penelitian menunjukkan komposisi
mikroorganisme dalam plak berbeda-beda. Pada awal pembentukan
plak, kokus gra positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai
seperti Streptokokus mutans, Streptokokus sanguis, Streptokokus
mitis dan Streptokokus salivarius serta beberapa strain lainnya.
Selain itu, ada juga penelitian yang menunjukkan adanya laktobasilus
pada plak gigi. Pada penderita karies aktif, jumlah laktobasilus pada
plak gigi berkisar 104 – 105 sel/mg plak. Walaupun demikian, S.
mutans yang diakui sebagai penyebab utama karies oleh karena S.
mutans mempunyai sifat asidogenik dan asidurik (resisten terhadap
asam).
3. Faktor substrat atau diet
Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan
plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi
mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Selain itu, dapat
mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan
bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan
lain yang aktif .
4. Faktor waktu
Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada
manusia yang berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun.
Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi
suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.
4
2.1.3 Patogenesis
Komponen mineral enamel, dentin dan sementum adalah
hidroksiapatit (HA) yang tersusun atas Ca10(PO4)6(OH)2. Pertukaran
ion mineral antara permukaan gigi dengan biofilm oral senantiasa terjadi
setiap kali makan dan minum. Dalam keadaan normal, HA berada dalam
kondisi seimbang dengan saliva yang tersaturasi oleh ion Ca2+ dan
PO43-. HA akan reaktif terhadap ion-ion hidrogen pada atau dibawah pH
5.5, yang merupakan pH kritis bagi HA. Pada kondisi pH kritis tersebut,
ion H+ akan bereaksi dengan ion PO43- dalam saliva. Proses ini akan
merubah PO43- menjadi HPO42-. HPO42- yang terbentuk kemudian
akan mengganggu keseimbangan normal HA dengan saliva, sehingga
kristal HA pada gigi akan larut. Proses ini disebut demineralisasi.
Proses demineralisasi dapat berubah kembali normal, atau
mengalami remineralisasi apabila pH ternetralisir dan dalam lingkungan
tersebut terdapat ion Ca2+ dan PO43- yang sudah mencukupi. Ion-ion
Ca2+ dan PO43- yang terdapat di dalam saliva dapat menghambat proses
disolusi kristal-kristal HA. Interaksi ini akan semakin meningkat dengan
adanya ion fluoride yang dapat membentuk fluorapatit (FA). FA
memiliki pH kritis 4.5 sehingga bersifat lebih tahan terhadap asam.
Mekanisme terjadinya karies berhubungan dengan proses
demineralisasi dan remineralisasi. Plak pada permukaan gigi terdiri dari
bakteri yang memproduksi asam sebagai hasil dari metabolismenya.
Asam ini kemudian akan melarutkan mineral kalsium fosfat pada enamel
gigi atau dentin dalam proses yang disebut demineralisasi. Apabila
proses ini tidak dihentikan atau dibalik menjadi remineralisasi, maka
akan terbentuk kavitas pada enamel, yaitu karies.
2.1.4 Klasifikasi
Tergantung kepada lokasinya, pembusukan gigi dibedakan
menjadi:
1. Pembusukan permukaan yang licin/rata.
5
Merupakan jenis pembusukan yang paling bisa dicegah dan
diperbaiki, tumbuhnya paling lambat. Sebuah karies dimulai sebagai
bintik putih dimana bakteri melarutkan kalsium dari email.
Pembusukan jenis ini biasanya mulai terjadi pada usia 20-30 tahun.
2. Pembusukan lubang dan lekukan.
Biasanya mulai timbul pada usia belasan, mengenai gigi tetap
dan tumbuhnya cepat.Terbentuk pada gigi belakang, yaitu di dalam
lekukan yang sempit pada permukaan gigi untuk mengunyah dan pada
bagian gigi yang berhadapan dengan pipi. Daerah ini sulit dibersihkan
karena lekukannya lebih sempit daripada bulu-bulu pada sikat gigi.
3. Pembusukan akar gigi.
Berawal sebagai jaringan yang menyerupai tulang, yang
membungkus permukaan akar (sementum). Biasanya terjadi pada usia
pertengahan akhir. Pembusukan ini sering terjadi karena penderita
mengalami kesulitan dalam membersihkan daerah akar gigi dan
karena makanan yang kaya akan gula. Pembusukan akar merupakan
jenis pembusukan yang paling sulit dicegah.
4. Pembusukan dalam email.
Pembusukan terjadi di dalam lapisan gigi yang paling luar dan
keras, tumbuh secara perlahan. Setelah menembus ke dalam lapisan
kedua (dentin, lebih lunak), pembusukan akan menyebar lebih cepat
dan masuk ke dalam pulpa (lapisan gigi paling dalam yang
mengandung saraf dan pembuluh darah). Dibutuhkan waktu 2-3 tahun
untuk menembus email, tetapi perjalanannya dari dentin ke pulpa
hanya memerlukan waktu 1 tahun. Karena itu pembusukan akar yang
berasal dari dalam dentin bisa merusak berbagai struktur gigi dalam
waktu yang singkat.
2.2. Hipertensi
6
2.2.1 Definisi
Tekanan darah adalah daya dorong ke semua arah pada seluruh
permukaan yang tertutup pada dinding bagian dalam jantung dan
pembuluh darah.
Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah dari
sistem sirkulasi atau sistem vaskuler terhadap dinding pembuluh darah.
Darah mengambil oksigen dari dalam paru-paru. Darah yang
mengandung oksigen ini memasuki jantung dan kemudian dipompakan
keseluruh bagian tubuh melalui pembuluh darah yang disebut arteri.
Pembuluh darah yang lebih besar bercabang-cabang menjadi
pembuluh-pembuluh darah yang lebih kecil hingga berukuran
mikroskopik, yang akhirnya membentuk jaringan yang terdiri dari
pembuluh-pembuluh darah yang sangat kecil yang disebut kapiler.
Jaringan ini mengalirkan darah ke sel-sel tubuh dan menghantarkan
oksigen untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan demi
kelangsungan hidup. Kemudian darah yang tidak beroksigen kembali
ke jantung melalui pembuluh darah vena, dan dipompa kembali ke
paru-paru untuk mengambil oksigen lagi.
Tekanan darah merujuk kepada tekanan yang dialami darah pada
pembuluh arteri darah ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh
anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua
ukuran dan biasanya diukur seperti berikut - 120 /80 mmHg. Nomor
atas (120) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat
denyutan jantung, dan disebut tekanan sistol. Nomor bawah (80)
menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan,
dan disebut tekanan diastole. Saat yang paling baik untuk mengukur
tekanan darah adalah saat istirahat dan dalam keadaan duduk atau
berbaring.
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara
alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang
jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi
oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan
7
aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam
satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling
rendah pada saat tidur malam hari.
Kenaikan tekanan arteri pada usia tua biasanya dihubungkan
dengan timbulnya arteriosklerosis. Pada penyakit ini, tekanan arteri
yang terutama meningkat; pada kira-kira sepersepuluh dari semua
orang tua akhirnya meinngkat di atas 200mmHg.
Tekanan darah seseorang dapat lebih atau kurang dari batasan
normal. Jika melebihi nilai normal, orang tersebut menderita tekanan
darah tinggi/hipertensi. Sebaliknya, jika kurang dari nilai normal,
orang tersebut menderita tekanan darah rendah/hipotensi.
2.2.3 Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan besar yaitu : ( Lany Gunawan, 2001 )
a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang
tidak diketahui penyebabnya
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh
penyakit lain
Hiperrtensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita
hipertensi, sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi
sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa factor
yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Factor tersebut adalah
sebagai berikut :
Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi
8
Ciri perseorangan
Cirri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah
umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin
( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ) dan ras ( ras kulit hitam
lebih banyak dari kulit putih )
Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah
konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau
makan berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya merokok, minum
alcohol, minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
2.2.4 Klasifikasi
Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa > 18 tahun
Menurut Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure / JNC VII.
Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal ≥ 120 < 80
Prehypertension 120 - 139 85 – 89
Derajat 1 140 - 159 90 – 99
Derajat 2 ≥ 160 100
Hipertensi Sistolik
Terisolasi≥ 140 < 90
2.2.5 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
9
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan
rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
10
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).
2.2.6 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.
2.2.7 Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat.
Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
11
a). Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b). Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c). Penurunan berat badan
d). Penurunan asupan etanol
e). Menghentikan merokok
f). Diet tinggi kalium
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
a). Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,
bersepeda, berenang dan lain-lain
b). Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau
72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Denyut
nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220 – umur
c). Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona
latihan
d). Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
a). Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh
subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan
psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
12
b). Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
d. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu
dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh
Komite Dokter Ahli Hipertensi menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat
beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai
obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan
penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
a. Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis,
ACE inhibitor
b. Step 2 : Alternatif yang bisa diberikan
1) Dosis obat pertama dinaikan
2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker,
Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
c. Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh
1) Obat ke-2 diganti
2) Ditambah obat ke-3 jenis lain
d. Step 4 : alternatif pemberian obatnya
13
1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2) Re-evaluasi dan konsultasi
3. Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan
komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan
( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan. Hal-hal yang
harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah
sebagai berikut :
a. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan
darahnya
b. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan
darahnya
c. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun
bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas
e. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya
tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat
diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter
f. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu
g. Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita
h. Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
i. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau
keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah
j. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x
sehari atau 2 x sehari
k. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping
dan masalah-masalah yang mungkin terjadi
l. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau
mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas
maksimal
m. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
n. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
14
o. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
2.2.6 Tindakan Ekstraksi Gigi Pada Pasien Hipertensi
Penderita Hipertensi yang masuk dalam stage I dan stage II masih
memungkinkan untuk dilakukan tindakan pencabutan gigi karena resiko
perdarahan yang terjadi pasca pencabutan relatif masih dapat terkontrol
(Little, 1997). Pada penderita hipertensi dengan stage II sebaiknya di rujuk
terlebih dahulu ke bagian penyakit dalam agar pasien dapat dipersiapkan
sebelum tindakan.
Pengobatan pada pasien hipertensi biasanya digunakan lebih dari satu macam
golongan obat, misalnya: golongan obat anti hipertensi (mis: captopril) dan
golongan diuretic Resiko-resiko yang dapat terjadi pada pencabutan gigi
penderita hipertensi, antara lain :
1. Resiko akibat Anestesi lokal pada penderita hipertensi
Larutan anestesi lokal yang sering dipakai untuk pencabutan gigi adalah
lidokain yang dicampur dengan adrenalin dengan dosis 1:80.000 dalam setiap
cc larutan. Konsentrasi adrenalin tersebut dapat dikatakan relatif rendah, bila
dibandingkan dengan jumlah adrenalin endogen yang dihasilkan oleh tubuh
saat terjadi stres atau timbul rasa nyeri akibat tindakan invasif. Tetapi bila
terjadi injeksi intravaskular maka akan menimbulkan efek yang berbahaya
karena dosis adrenalin tersebut menjadi relatif tinggi. Masuknya adrenalin ke
dalam pembuluh darah bisa menimbulkan: takikardi, stroke volume
meningkat, sehingga tekanan darah menjadi tinggi. Resiko yang lain adalah
terjadinya ischemia otot jantung yang menyebabkan angina pectoris, bila
berat bisa berakibat fatal yaitu infark myocardium. Adrenalin masih dapat
digunakan pada penderita dengan hipertensi asal kandungannya tidak lebih
atau sama dengan 1:200.000. Dapat juga digunakan obat anestesi lokal yang
lain, yaitu Mepivacaine 3% karena dengan konsentrasi tersebut mepivacaine
mempunyai efek vasokonstriksi ringan, sehingga tidak perlu diberikan
campuran vasokonstriktor.
2. Resiko akibat ekstraksi gigi pada penderita hipertensi
Komplikasi akibat pencabutan gigi adalah terjadinya perdarahan yang sulit
15
dihentikan. Perdarahan bisa terjadi dalam bentuk perdarahan hebat yang sulit
berhenti saat dilakukannya tindakan pencabutan gigi, atau bisa berupa oozing
(rembesan darah) yang membandel setelah tindakan pencabutan gigi selesai.
2.2.7 Hubungan Antara Perubahan Tekanan Darah dan Pencabutan Gigi
Seperti yang kita ketahui dan telah dijelaskan sebelumnya bahwa
ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan tekanan darah
seseorang, beberapa diantaranya yaitu: posisi tubuh, posisi lengan, aktifitas
fisik, emosi, stress, umur, jenis kelamin, status gizi , perokok, dan beberapa
lainnya.
Dalam praktek kedokteran gigi, khususnya pencabutan gigi,
beberapa dari faktor tersebut dapat muncul pada pasien yang akan menjalani
pencabutan gigi. Misalnya saja faktor posisi tubuh, dimana pasien yang akan
menjalani tindakan pencabutan gigi, didudukkan di kursi unit dengan posisi
tertentu, sehingga dapat mempengaruhi tekanan darah pasien tersebut.
Kemudian faktor lainnya yaitu emosi, stress, kecemasan, yang
mana faktor tersebut umum dijumpai pada pasien yang berkunjung ke doker
gigi. Misalnya saja setiap pasien tentunya mengalami perasaan cemas, yang
bias saja berujung pada perasaan stress saat berada di tempat praktek dokter
gigi. Hal ini bisa saja disebabkan oleh pasien tersebut yang mungkin pertama
kali berkunjung ke dokter gigi, atau pasien memiliki ketakutan tertentu
terhadap tindakan medis atau peralatan medis.
Kesemua hal tersebut di atas pada akhirnya akan menghasilkan
perubahan pada tekanan darah pasien, yang mana tentunya akan ada
perbedaan tekanan darah sebelum menjumpai kondisi / faktor yang dapat
meningkatkan tekanan darah, dengan pada saat menerima tindakan medis dan
sesudah dilakukan tindakan pencabutan gigi.
Oleh karena itu, tindakan pencabutan gigi dan perubahan tekanan
darah memiliki keterkaitan satu sama lain, dimana tindakan pencabutan gigi
dapat mengakibatkan terjadinya perubahan tekanan darah, dan sebaliknya
perubahan tekanan darah juga akan mempengaruhi keputusan tindakan medis
yang akan diambil.
2.2.8 Penyakit Sistemik Yang Menyebabkan Terjadinya Perdarahan
16
Faktor lokal
Setelah tindakan ekstraksi gigi yang menimbulkan trauma pada
pembuluh darah, hemostasis primer yang terjadi adalah pembentukan platelet
plug (gumpalan darah) yang meliputi luka, disebabkan karena adanya
interaksi antara trombosit, faktor-faktor koagulasi dan dinding pembuluh
darah. Selain itu juga ada vasokonstriksi pembuluh darah. Luka ekstraksi juga
memicu clotting cascade dengan aktivasi thromboplastin, konversi dari
prothrombin menjadi thrombin, dan akhirnya membentuk deposisi fibrin.
Perdarahan pasca ekstraksi gigi biasanya disebabkan oleh faktor lokal,
tetapi kadang adanya perdarahan ini dapat menjadi tanda adanya penyakit
hemoragik.
Beberapa penyakit sistemik yang mempengaruhi terjadinya perdarahan
1.Kardiovaskular
Pada penyakit kardiovaskuler, denyut nadi pasien meningkat, tekanan darah
pasien naik menyebabkan bekuan darah yang sudah terbentuk terdorong
sehingga terjadi perdarahan.
2.Hipertensi
Bila anestesi lokal yang kita gunakan mengandung vasokonstriktor, pembuluh
darah akan menyempit menyebabkan tekanan darah meningkat, pembuluh darah
kecil akan pecah, sehingga terjadi perdarahan. Apabila kita menggunakan anestesi
lokal yang tidak mengandung vasokonstriktor, darah dapat tetap mengalir sehingga
terjadi perdarahan pasca ekstraksi.
Penting juga ditanyakan kepada pasien apakah dia mengkonsumsi obat-obat
tertentu seperti obat antihipertensi, obat-obat pengencer darah, dan obat-obatan lain
karena juga dapat menyebabkan perdarahan.
3.Hemofilli
Pada pasien hemofilli A (hemofilli klasik) ditemukan defisiensi factor VIII. Pada
hemofilli B (penyakit Christmas) terdapat defisiensi faktor IX. Sedangkan pada
von Willebrand’s disease terjadi kegagalan pembentukan platelet, tetapi penyakit
ini jarang ditemukan
17
4.DiabetesMellitus
Bila DM tidak terkontrol, akan terjadi gangguan sirkulasi perifer, sehingga
penyembuhan luka akan berjalan lambat, fagositosis terganggu, PMN akan
menurun, diapedesis dan kemotaksis juga terganggu karena hiperglikemia sehingga
terjadi infeksi yang memudahkan terjadinya perdarahan.
5Adrenal
Ditandai dengan pembentukan glukokortikoid berlebihan (Sindroma Cushing)
sehingga menyebabkan diabetes dan hipertensi.
6.Antikoagulan
Pada pasien yang mengkonsumsi antikoagulan (heparin dan walfarin)
menyebabkan PT dan APTT memanjang. Perlu dilakukan konsultasi terlebih
dahulu dengan internist untuk mengatur penghentian obat-obatan sebelum
pencabutan gigi
2.2.9 Penatalaksanaan Perdarahan Pasca Ekstraksi Gigi
Yang pertama harus kita lakukan adalah tetap bersikap tenang dan
jangan panik. Berikan penjelasan pada pasien bahwa segalanya akan dapat
diatasi dan tidak perlu khawatir. Alveolar oozing adalah normal pada 12-24
jam pasca ekstraksi gigi. Penanganan awal yang kita lakukan adalah
melakukan penekanan langsung dengan tampon kapas atau kassa pada daerah
perdarahan supaya terbentuk bekuan darah yang stabil. Sering hanya dengan
melakukan penekanan, perdarahan dapatdiatasi.
Jika ternyata perdarahan belum berhenti, dapat kita lakukan penekanan
dengan tampon yang telah diberi anestetik lokal yang mengandung
vasokonstriktor (adrenalin). Lakukan penekanan atau pasien diminta
menggigit tampon selama 10 menit dan periksa kembali apakah perdarahan
sudah berhenti. Bila perlu, dapat ditambahkan pemberian bahan absorbable
gelatine sponge (alvolgyl / spongostan) yang diletakkan di alveolus serta
lakukan penjahitan biasa.
Bila perdarahan belum juga berhenti, dapat kita lakukan penjahitan
pada soket gigi yang mengalami perdarahan tersebut. Teknik penjahitan yang
18
kita gunakan adalah teknik matras horizontal dimana jahitan ini bersifat
kompresif pada tepi-tepi luka. Benang jahit yang digunakan umumnya adalah
silk 3.0, vicryl® 3.0, dan catgut 3.0.
Pada perdarahan yang sangat deras misalnya pada terpotongnya arteri,
maka kita lakukan klem dengan hemostat lalu lakukan ligasi, yaitu mengikat
pembuluh darah dengan benang atau dengan kauterisasi.
Pada perdarahan yang masif dan tidak berhenti, tetap bersikap tenang
dan siapkan segera hemostatic agent seperti asam traneksamat. Injeksikan
asam traneksamat secara intravena atau intra muskuler.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyebab sakit gigi yang utama adalah lubang (karies) pada gigi yang
salah satu penanganannya adalah dengan ekstraksi gigi, namun hal ini perlu
sanga diperhatikan pada pasien yang menderita hipertensi, karena dapat
menimbulkan komplikasi berupa perdarahan pasca ekstraksi.
Pencabutan gigi merupakan tindakan yang sering dilakukan oleh dokter
gigi, sebelum melakukan tindakan tersebut sebaiknya kita lakukan anamnesis
serta pemeriksaan klinis yang cermat pada pasien. Lakukan tindakan ekstraksi
gigi dengan hati-hati serta hindari penggunaan alat yang berlebihan. Komplikasi
paling sering adalah perdarahan pasca ekstraksi.
Apabila setelah ekstraksi gigi terjadi perdarahan, kita harus bersikap
tenang dan mampu berpikir jernih untuk menganalisis penyebab perdarahan.
Lihat kondisi pasien, cek tanda vital, dan bila semua dalam keadaan normal,
segera periksa daerah yang mengalami perdarahan. Bersihkan soket secara
cermat dan lakukan tindakan sesuai kondisi yang ada.
20
Recommended