View
6
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
KEMENTERIAN PERHUBUNGANDIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
STAF AHLI MENTERI PERHUBUNGAN
BIDANG HUKUM DAN REFORMASI BIROKRASI
DR. UMAR ARIS SH, MM, MH.
DALAM RANGKA REFORM LEADERSHIP TRAINING
Jakarta, 21 September 2018
REFORMASI BIROKRASI DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
1
1. Undang-Undang No 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara;2. Undang-Undang No 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi
Pemerintahan;3. Paket Peraturan Perundang-undangan Transportasi;4. Undang-Undang No 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undanganl;5. Peraturan Menteri PAN RB Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road
Map Reformasi Birokrasi 2010-2024;6. Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 11 Tahun 2015 tentang
Road Map Reformasi Birokrasi 2015-2019;7. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 216 Tahun 2016
tentang Tim reformasi Birokrasi Kementerian Perhubungan;8. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 430 Tahun 2017
tentang Tim Penataan Peraturan Perundang-Undangan dalamRangka Reformasi Birokrasi Kementerian Perhubungan.
2
1. Change Management
2. Reformasi Birokrasi
3. Entrepreneur & Transformasi Leadership
4. Pengetahuan Teknis Transportasi
5. Inovasi Sektor Publik
Manfaat :
Sertifikasi Reform Leadership Training sebagai salah satu Refrerensi Pengangkatan Jabatan administrasi di Kementerian Perhubungan
3
•peningkatan pelayanan
publik
•profesionalisme SDM
aparatur
•birokrasi pemerintah yang
bersih dan bebas KKN
4
AREA PERUBAHAN HASIL YANG DIHARAPKAN
Pola Pikir (mind set) danBudaya Kerja (culture set) aparatur
Birokrasi dengan integritas dan kinerja yang tinggi
Peraturan perundang-undangan
Regulasi yang tertib, tidak tumpang tindih dan kondusif
Organisasi Organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing)
Tatalaksana Sistem, proses dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien, terukur dan sesuai dengan prinsip-prinsip good governance
SDM Aparatur SDM aparatur yang berintegritas, netral, kompeten, capable, profesional, berkinerja tinggi dan sejahtera
Akuntabilitas Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi
Pengawasan Meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersihdan bebas KKN
Pelayanan Publik Pelayanan prima sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat
5
1. Memiliki Integritas
2. Profesional
3. Netral
4. Bebas dari Intervensi Politik
5. Bersih dari praktek KKN
6. Mampu menyelenggarakan Pelayanan Publik
7. Mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 45
6
Manajemen ASN :
Belum berlandaskan perbandingan antaraKompetensi dan Kompetensi Kualifikasi yang diperlukan oleh jabatan dengan kompetensi dankualifikasi yang dimiliki calon dalam rekrutmen,pengangkatan, penempatan, dan promosi padajabatan sejalan dengan Tata Kelola Pemerintahanyang baik.
7
Nilai Dasar ASN:
a. Memegang teguh ideologi Pancasila;
b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah;
c. Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;
d. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
e. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
f. Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif;
8
h. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik;
i. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah;
j. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun;
k. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
l. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;
m. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;
n. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan
o. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat sistem karier.
9
Kode Etik ASN ;a. melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan
berintegritas tinggi;
b. melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c. melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
d. melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan;
f. menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
g. menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien;
10
h. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;
i. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
j. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain;
k. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN; dan
l. Melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan mengenai disiplin Pegawai ASN.
11
12
MASYARAKAT MEMILIKI
KESAN MASIH TEREDAPAT
PRAKTIK PUNGLI DAN SUAP
DI KEMENHUB
MANAJEMEN PERUBAHAN
BELUM TERLEMBAGA DAN
TERINTENRALISASI
SISTEM PENGENDALIAN
PENYUSUNAN PERATURAN
PERUNDANGAN MASIH
BELUM OPTIMAL
DILAKSANAKAN
KUALITAS AKUNTABILITAS
KINERJA INSTANSI
PEMERINTAH BELUMA ADA
KEMAJUAN BERARTI
PENATALAKSANAAN BELUM
MENGACU PADA POLA
HUBUNGAN KINERJA (PROSES
BISNIS)
UPAYA PENATAAN
MANAJEMEN SDM PERLU
SELALU DI MONITORING DAN
EVALUASI
KOMITMEN PENGENDALIAN
INTERNAL PERLU SELALU
DIJAGA
MASIH RENDAHNYA
KOMPETENSI, BELUM SESUAI
DENGAN KEBUTUHAN
DALAM JABATAN; KINERJA
BELUM OPTIMAL
REFORMASI BIROKRASI
TERKESAN MASIH
DOKUMENTATIF
HASIL SURVEI PELAYANAN
PUBLIK DI BAWAH RATA-
RATA NASIONAL
ISU STRATEGIS REFORMASI BIROKRASI
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN (HASIL EVALUASI)
1. MENETAPKAN DOKUMEN INDIKATOR KINERJA UTAMA Tidak ada dokumen Indikator Kinerja Utama. Indikator Kinerja Utama melekat
pada Rencana Strategis
2. MENINJAU KEMBALI PENGGUNAAN INDIKATOR KINERJA UNTUK MENGUKUR TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS Masih berorientasi Output pada Tingkat Kementerian/Eselon I
• Jumlah Pedoman Starndar Keselamatan (IKU KEMENTERIAN)• Jumlah Lintasan/rute angkutan perintis (IKU KEMENTERIAN)• Jumlah Sarana dan Prasarana Keselamatan (IKU KEMENTERIAN)• DLL
Tidak Relevan dengan Sasaran/Tujuan (kinerja)
Sasaran:Meningkatnya penetapan dan kualitasregulasi dalam implementasi kebijakanbidang perhubungan
Indikator:Jumlah peraturan perundang-undangan di sector transportasi yang ditetapkan
Tidak adaindicator yang mengukur aspek“kualitas”
13
Sebelumnya, tidak ada satupun Sasaran dan indikator Kementerian Perhubungan (PadaRencana Strategis yang lama) yang berbicara tentang konektivitas. Baru pada Rencana
Strategis Reviu (saat ini sedang dalam proses pembahasan) muncul sasaran dan indicator konektivitas
SASARAN:TERWUJUDNYA KONEKTIVITAS NASIONAL UNTUK MENJAMIN KESEIMBANGAN
PEMBANGUNAN
4. MEMASTIKAN RENCANA STRATEGIS MENGAWAL AMANAT RPJMN
INDIKATOR:RASIO KONEKTIVITAS ANTAR WILAYAH
14
5. MENYEGERAKAN PENETAPAN RENCANA STRATEGIS REVIEW DALAM RANGKA MENINGKATKAN KUALITAS KINERJA Kualitas Rencana Strategis Reviu lebih baik dibandingkan dengan Rencana
Strategis saat ini6. MEMASTIKAN PENYELARASAN RENCANA STRATEGIS ESELON I DENGAN RENCANA
STRATEGIS REVIU7. MENETAPKAN PERJANJIAN KINERJA ESELON III DAN IV SEBAGAI INSTRUMEN
DALAM RANGKA MENGAWAL KINERJA ESELON I DAN II, SERTA SEBAGAI INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA (AMANAT UU ASN)
8. MENINGKATKAN KUALITAS MEKANISME PENGUMPULAN DATA KINERJA DAN MONITORING EVALUASI KINERJA MELALUI OPTIMALISASI SISTEM E-KINERJA
9. MENINGKATKAN KUALITAS BUDAYA KINERJA, SALAH SATUNYA DENGAN MENGIMPLEMENTASIKAN REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDORONG MOTIVASI PENCAPAIAN KINERJA
15
16
TAHAPAN LIMA TAHUNAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI
2014
2019
2025RULE BASED BUREAUCRACY
PERFORMANCE BASED BUREAUCRACY
DYNAMIC GOVERNANCE
• efektif, efisien dan ekonomis• difokuskan pada upaya untuk mewujudkan outcomes
(hasil)• menerapkan manajemen kinerja yang didukung
dengan penerapan sistem berbasis elektronik• Setiap individu pegawai memiliki kontribusi yang jelas
terhadap kinerja organisasi
SASARAN 1: BIROKRASI YG BERSIH
&AKUNTABEL
SASARAN 2 : PELAYANAN
PUBLIK YG BERKUALITAS
•Mendorong Penerapan ZonaIntegritas Menjadi TidakSebatas Dokumentatif•Memastikan KeterlibatanSeluruh Pihak, KhususnyaPimpinan untukMemberantas Segala BentukPraktik Pungli dan Suap•Memperbaiki ManajemenKinerja denganMemaksimalkan PengukuranKinerja dan PemberianReward dan Punishment
• IntegrasiPerencanaanKinerja, Penganggaran, danManajemen Kinerja
• MemperbaikiUkuran Kinerja
• Budget Saving
3 Ada (TIGA) REKOMENDASI RB
17
SASARAN 3: PELAYANAN PUBLIK YANG BERKUALITAS
Menjaring Sebanyak-banyaknyaAspirasi Masyarakat atasPelayanan Publik yang Diharapkan
Utamakan Memperbaiki BudayaPelayanan Prima
Segera Menerapkan BerbagaiAplikasi/Sistem Informasi Yang Memudahkan Pelayanan
18
•Dilayani
•Orientasi proses
•Menunggu
• Tidak kompeten
• Rumit
• KoruptifSebelum
Reformasi
•Melayani
•Orientasi hasil
•Menjemput
• Kompeten
• Sederhana
• Bersih
Setelah Reformasi
19
APA YANG HARUS DILAKUKAN OLEH INSTANSI?
ROAD MAP RB
1. REVIEW ROAD MAP RB BERDASARKAN HASIL EVALUASI
PELAKSANAAN RB TAHUN 2018
2. SUSUN RENCANA KERJA PERUBAHAN 2019
3. SUSUN RENCANA AKSI SERTA TARGET YANG YANG
AKAN DICAPAI UNTUK TIM RB DALAM MENGAWAL
PELAKSANAAN RENCANA KERJA
4. LAKUKAN PERTEMUAN TIM SECARA RUTIN UNTUK
MONITORING DAN EVALUASI SECARA BERKALA
TERHADAP PENCAPAIAN TARGET
PELAKSANAAN
PMPRB
KOMITMEN
PIMPINAN DAN
PERKUAT TIM RB
REVIEW TIM RB YANG ADA
1. PENUNJUKKAN ASESOR
2. INSPEKTUR MELAKUKAN EVALUASI SECARA
BERKALA DENGAN PARA ASESOR DENGAN
MENGGUNAKAN PMPRB
3. PENYAMPAIAN HASIL PMPRB KEPADA
KEMENPANRB
20
BIROKRASI YANG BERSIH DAN AKUNTABEL
BIROKRASI YANG EFEKTIF DAN EFISIEN
BIROKRASI YANG MEMILIKI PELAYANAN PUBLIK YANG
BERKUALITAS
CAPAIAN SASARAN YANG DIHARAPKAN TAHUN 2019
1. Meningkatnya integritas
birokrasi
2. Meningkatnya sinergitas sistem
pengawasan
3. Meningkatnya integrasi sistem
perencanaan, penganggaran,
dan pelaporan kinerja
4. Meningkatnya keterbukaan
sistem pelaporan
5. Meningkatnya sinegitas sistem
pelaporan
6. Meningkatnya penerapan
sistem reward and punishment
dalam manajemen kinerja
nasional
7. Meningkatnya keselarasan
antara kinerja individu dengan
kinerja organisasi
8. Meningkatnya independensi
APIP
9. Meningkatnya pengendalian
internal di lingkungan instansi
pemerintah
1. Meningkatnya kualitas dan intensitas pelaksanaan
reformasi birokrasi di kalangan instansi pemerintah
2. Meningkatnya ketepatan ukuran dan fungsi
kelembagaan
3. Meningkatnya kecepatan proses penyelenggaraan
pemerintahan
4. Meningkatnya sinergi antar fungsi dan
kewenangan antar instansi
5. Meningkatnya penggunaan TI dalam
penyelenggaraan tugas pemerintahan
6. Meningkatnya keterbukaan informasi publik
7. Meningkatnya penerapan manajemen SDM yang
berbasis merit
8. Meningkatnya transparansi dalam rekrutmen
pegawai
9. Meningkatnya kesejahteraan SDM Aparatur
10.Meningkatnya harmonisasi dalam peraturan
perundang-undangan
11.Meningkatnya dukungan publik terhadap
kebijakan pemerintah
12.Meningkatnya efisiensi dalam penggunaan
anggaran
1. Meningkatnya kemudahan,
kepastian, dan kecepatan
proses pelayanan
2. Meningkatnya aksesibilitas
pelayanan
3. Meningkatnya penggunaan TI
dalam pemberian pelayanan
4. Meningkatnya kompetensi SDM
pelayanan
5. Meningkatnya inovasi dalam
pelayanan publik
6. Meningkatnya partisipasi publik
dalam mendorong peningkatan
kualitas pelayanan
7. Meningkatnya kepuasan
masyarakat terhadap pelayanan
publik
8. Meningkatnya kepercayaan
masyarakat terhadap
pemerintah
9. Meningkat investasi dalam
negeri
21
1800 1900
Lini Masa
2000now
Penemuan
Mesin Uap
mendorong
munculnya
kapal uap,
kereta api, dll
Penemuan
listrik dan
assembly line
yang
meningkatkan
produksi
barang
Inovasi
teknologi
informasi,
komersialiasi
personal
computer, dll.
Revolusi Industri ke-4
Kegiatan
manufaktur
terintegrasi
melalui
penggunaan
teknologi
wireless dan big
data secara
masif
Fase periode Revolusi Industri membutuhkan masa yang semakin singkat dari waktu ke waktu
22
Dunia Digital dan Revolusi Industri
Keempat
Toko Fisik Market Place Online
Ojek dan Taksi Konvensional GO-Jek, Grab, Uber, dll.
Saat ini beberapa jenismodel bisnis danpekerjaan di Indonesia sudah terkena dampakdari arus era digitalisasi• Toko konvensional yang ada
sudah mulai tergantikan denganmodel bisnis marketplace.
• Taksi atau Ojek Tradisionalposisinya sudah mulaitergeserkan dengan moda-modaberbasis online
23
Hal-hal yang sudah dilakukan Oleh Kementerian Perhubungan dalam mengakomodir lahirnya Industri 4.0 yaitu :
1. Pelayanan melalui sistem Inapornet layanan yang dipergunakanuntuk membantu proses permohonan pelayanan kapal sampaidikeluarkannya izin pengoperasian kapal, mulai dari kapalmasuk, kapal tambat, kapal tunda hingga kapal keluar termasukpembayaran PNBP pada Direktorat Jenderal Perhubungan Laut
2. Membuat PM 108 Tahun 2017 tentang Angkutan Sewa Khususyang salah satunya mengatur mengenai Angkutan TransportasiOnline pada Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.
24
Rencana Penyusunan Peraturan Perundang-undangan
Identifikasi, analisis, pemetaan Peraturan Perundang-undangan yang tidak Harmonis/sinkron
Evalusi dan monitoring peraturan perundang-undangan
25
SINKRONISASI DAN HARMONISASI
PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN
Peraturan Transportasi
Darat
Peraturan Transportasi Laut
Peraturan Transportasi
Udara
Peraturan Transportasi
Perkeretaapian
Peraturan Transportasi
Multimoda dan Penunjang
26
No. Regulasi yang baru/
mengubah/menggabung
/ mencabut
Revisi/
Pencabutan/
Penggabungan
Regulasi yang disimplifikasi Analisis singkat
1. PM 108 Tahun 2017
tentang
Penyelenggaraan
Angkutan Orang Dengan
Kendaraan Bermotor
Umum Tidak Dalam
Trayek
Pencabutan PM 26 Tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Orang
Dengan Kendaraan Bermotor
Umum Tidak Dalam Trayek
Mahkamah Agung mengabulkan Permohonan Uji
Materiil atas Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor PM 26 Tahun 2017 dikarenakan dianggap
bertentangan dengan Peraturan yang lebih tinggi
yaitu:
1. Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dan
2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Dalam pertimbangannya Majelis Hakim
menyatakan:
Keberadaan taksi online merupakan konsekuensi
logis dari perkembangan Teknologi informasi dalam
moda transportasi yang menawarkan pelayanan
yang lebih baik, jaminan keamanan perjalanan
dengan harga yang relatif murah dan tepat waktu
serta berhasil mengubah bentuk pasar dari
monopoli ke persaingan pasar yang kompetitif
PERATURAN TRANSPORTASI DARAT
IDENTIFIKASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG
TIDAK HARMONIS/SINKRONTAHUN 2017
27
No. Regulasi yang baru/
mengubah/menggab
ung/ mencabut
Revisi/ Pencabutan/
Penggabungan
Regulasi yang disimplifikasi Analisis singkat
1. PM 20 Tahun 2017
tentang Terminal
Khusus Dan Terminal
Untuk Kepentingan
Sendiri
Pencabutan PM 51 Tahun 2011 tentang Terminal Khusus
dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri
Penyederhanaan persyaratan modal disetor,
semula paling sedikit 25 M diubah menjadi:
ketentuan modal ditentukan berdasarkan
panjang dermaga (<70m atau lebih) dan
volume bongkar muat (<100rb ton/thn atau
lebih) yaitu 1 M atau 5 M
Perpanjangan Penggunaan Tersus Untuk
Melayani Kepentingan Umum;
Semula paling lama 6 (enam) bulan dan tidak
dapat diperpanjang, diubah menjadi paling
lama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang
berdasarkan hasil evaluasi dari Direktur
Jenderal.
2. PM 24 Tahun 2017
Tentang Pencabutan
persyaratan
kepemilikan modal
badan usaha di
bidang pengusahaan
angkutan laut,
keagenan kapal,
pengusahaan
bongkar muat, dan
badan usaha
pelabuhan
Pencabutan pasal PM 45 Tahun 2015 Tentang Persayaratan
Kepemilikan Modal Badan Usaha di Bidang
Transportasi
Pencabutan persyaratan kepemilikan modal
Badan Usaha di Bidang Transportasi
Pencabutan pasal PM 93 Tahun 2013 Tentang
Penyelenggaraan dan Pengusahaan
Angkutan Laut
Pencabutan persyaratan kepemilikan modal
pengusahaan angkutan laut
Pencabutan pasal PM 11 Tahun 2016 Tentang
Penyelenggaraan dan Pengusahaan
Keagenan Kapal
Pencabutan persyaratan kepemilikan modal
pengusahaan keagenan kapal
Pencabutan pasal PM 146 Tahun 2016 Tentang
Penyelenggaraan Pelabuhan Laut
Pencabutan persyaratan kepemilikan modal
penyelenggaraan pelabuhan laut
Pencabutan pasal PM 152 Tahun 2016 Tentang
Penyelenggaraan dan Pengusahaan Bongkar
Muat Barang dari dan ke Kapal
Pencabutan persyaratan kepemilikan modal
Penyelenggaraan dan Pengusahaan Bongkar
Muat Barang dari dan ke Kapal
PERATURAN TRANSPORTASI LAUT
28
3. PM 25 Tahun 2017 tentang
Perubahan atas Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor
PM 116 Tahun 2016 tentang
Pemindahan Barang Yang
Melewati Batas Waktu
Penumpukan (Long Stay) di
Pelabuhan Utama Belawan,
Pelabuhan Utama Tanjung
Priok, Pelabuhan Utama
Tanjung Perak, dan Pelabuhan
Utama Makassar
revisi PM 116 Tahun 2016 tentang Pemindahan
Barang yang Melewati Batas Waktu
Penumpukan (Long Stay) doi Pelabuhan
Utama Belawan, Tanjung Priok, Tanjung
Perak, dan Pelabuhan Utaa Makassar
Mendorong penurunan dwelling time di pelabuhan dengan
mengenakan pajak progressif terhadap penumpukan barang
yang melebihi 3 hari
Peraturan Menteri ini tidak saja berlaku di Pelabuhan Utama
Belawan, Pelabuhan Utama Tanjung Priok, Pelabuhan Utama
Tanjung Perak, dan Pelabuhan Utama Makassar, tapi juga akan
diberlakukan di Pelabuhan Utama lainnya secara bertahap
4. PM 72 Tahun 2017 tentang
Jenis , Struktur, Golongan dan
Mekanisme Penetapan Tarif
Jasa Kepelabuhanan
Revisi Peraturan Menteri Perhubungan Nomor
PM 6 Tahun 2013 Jenis , Struktur,
Golongan Tarif Jasa Kepelabuhanan
sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor
PM 15 Tahun 2014
Sebagai bentuk keinginan Pemerintah untuk menciptakan tarif
jasa kepelabuhanan yang lebih kompetitif serta kemudahan
dalam mekanisme penetapannya
5. PM 115 Tahun 2017 tentang
Perubahan Atas Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor
PM 100 Tahun 2016 tentang
Tata Cara Dan Persyaratan
Pemberian Izin Penggunaan
Kapal Asing Untuk Kegiatan
Lain Yang Tidak Termasuk
Kegiatan Mengangkut
Penumpang Dan/Atau Barang
Dalam Kegiatan Angkutan Laut
Dalam Negeri
Revisi PM 100 Tahun 2016 Tata Cara Dan
Persyaratan Pemberian Izin Penggunaan
Kapal Asing Untuk Kegiatan Lain Yang
Tidak Termasuk Kegiatan Mengangkut
Penumpang Dan/Atau Barang Dalam
Kegiatan Angkutan Laut Dalam Negeri
mendorong perusahaan nasional untuk dapat menggunakan
kapal berbendea Indonesia guna mendukung kegiatan
penunjang Offshore migas nasional
PERATURAN TRANSPORTASI LAUT
29
6. PM 114 Tahun 2017
tentang Perubahan
Ketiga Atas
Peraturan Menteri
Perhubungan
Nomor PM 10
Tahun 2016 tentang
Tarif Angkutan
Barang Di Laut
Dalam Rangka
Pelaksanaan
Kewajiban
Peayanan Publik
(Public Service
Obligation)
Revisi
PM 10 Tahun 2016 tentang
Taif Angkutan Barang di
laut dalam rangka
pelaksanaan kewajiban
pelayanan publik service
obligation
memberikan keringanan /potongan harga
kepada pengguna jasa antara lain PNS,
TNI, Pelajar, Mahasiswa, Veteran dan
Lansia
7. Penyusunan Draft
Peraturan
Pemerintah tentang
Pemeriksaan
Kecelakaan Kapal
Penyusunan
Draft
PERATURAN TRANSPORTASI LAUT
30
No. Regulasi yang baru/
mengubah/menggabung/ mencabut
Revisi/
Pencabutan/
Penggabungan
Regulasi yang disimplifikasi Analisis singkat
1. PM 45 Tahun 2017 tentang
Perubahan Ke-10 atas KM 25 Tahun
2008 tentang Penyelenggaraan
Angkutan Udara
revisi KM 25 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Angkutan
Udara
Pemangkasan jangka waktu penerbitan perizinan
2. PM 53 Tahun 2017 tentang
Pengamanan Kargo dan Pos serta
Rantai Pasok (Supply Chain) Kargo
dan Pos yang Diangkut dengan
Pesawat Udara
Pencabutan PM 153 Tahun 2015 tentang Pengamanan Kargo dan Pos
serta Rantai Pasok (Supply Chain) Kargo dan Pos yang
diangkut dengan Pesawat Udara
PM 45 Tahun 2015 tentang Persyaratan Kepemilikan
Modal Badan Usaha di Bidang Transportasi yang
mengatur mengenai kepemilikan modal Regulated Agent
dan Known Consignor
Penghapusan persyaratan modal disetor Rp 25 M
Penyederhanaan persyaratan fasilitas peralatan
3. PM 59 Tahun 2017 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor KM
16 Tahun 2010 tentang Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil
(PKPS) Bagian 63 Tentang
Persyaratan Personel Pesawat
Udara Selain Penerbangan dan
Personel Penunjang Operasi
Pesawat Udara
revisi KM 16 Tahun 2010 tentang Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil (PKPS) Bagian 63 (CASR Part 63)
tentang Persyaratan Personel Pesawat Udara Selain
Penerbang dan Personel Penunjang Operasi Pesawat
Udara (Licensing Flight Crew Members Other)
PERATURAN TRANSPORTASI UDARA
31
5. PM 64 Tahun 2017 Tentang
Perubahan Ketiga atas
Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor KM 57
Tahun 2010 tentang
Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil Bagian
141 Tentang Persyaratan
Sertifikasi dan Operasi
untuk Sekolah Penerbang
revisi KM 57 Tahun 2010 Tentang Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 141
(Civil Aviation Safety Regulation Part 141)
Tentang Persyaratan Sertifikasi dan Operasi
Untuk Sekolah Penerbang (Certification and
Operating Requirement For Pilot School)
PERATURAN TRANSPORTASI UDARA
32
4. PM 61 Tahun 2017 tentang
Perubahan Keempat Atas
Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor PM 28 Tahun 2013
tentang Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil Bagian 121
Tentang Persyaratan-Persyaratan
Sertifikasi dan Operasi Bagi
Perusahaan Angkutan Udara
yang Melakukan Penerbangan
Dalam Negeri, Internasional dan
Angkutan Udara Niaga Tidak
Berjadwal
revisi PM 28 Tahun 2013 tentang Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil (Civil Aviation Safety Regulation
Part 121) Tentang Persyaratan-Persyaratan
Sertifikasi Dan Operasi Bagi Perusahaan Angkutan
Udara Yang Melakukan Penerbangan Dalam Negeri,
Internasional Dan Angkutan Udara Niaga Tidak
Berjadwal
No. Regulasi yang baru/
mengubah/menggabung/
mencabut
Revisi/
Pencabutan/
Penggabungan
Regulasi yang disimplifikasi Analisis singkat
1. PM 4 Tahun 2017 tentang
Sertifikasi Kecakapan Awak
Sarana Perkeretaapian
Pencabutan PM 155 Tahun 2015 tentang
Sertifikasi Kecakapan Awak Sarana
Perkeretaapian
Sertifikasi terhadap masinis/ Asisten Masinis
di Sarana KA otomatis
2. PM 5 Tahun 2017 tentang
Sertifikasi Kecakapan
Pengatur Perjalanan Kereta
Api dan Pengendali
Perjalanan Kereta Api
Pencabutan PM 21 Tahun 2011 tentang
Sertifikasi Kecakapan Pengatur
Perjalanan Kereta Api dan
Pengendali Perjalanan Kereta Api
Penyederhanaan proses penerbitan sertifikat
3. PM 8 Tahun 2017 tentang
Sertifikasi Tenaga Pemeriksa
Sarana Perkeretaapian
Pencabutan PM 92 Tahun 2010 tentang Tenaga
Pemeriksa Sarana Perkeretaapian
Penyederhanaan proses penerbitan sertifikat
awak sarana perkeretaapian
4. PM 9 Tahun 2017 tentang
Sertifikasi Tenaga Pemeriksa
Prasarana Perkeretaapian
Pencabutan PM 93 Tahun 2010 tentang Tenaga
Pemeriksa Prasarana
Perkeretaapian
Penyederhanaan proses penerbitan awak
sarana perkeretaapian
5. PM 16 Tahun 2017 tentang
Sertifikasi Tenaga Perawatan
Sarana Perkeretaapian
Pencabutan PM 94 Tahun 2010 tentang Tenaga
Perawatan Sarana Perkeretaapian
Penyederhanaan proses penerbitan awak
sarana perkeretaapian
6. PM 17 Tahun 2017 tentang
Sertifikasi Tenaga Perawatan
Prasarana Perkeretaapian
Pencabutan PM 95 Tahun 2010 tentang Tenaga
Perawatan Prasarana
Perkeretaapian
Penyederhanaan proses penerbitan awak
sarana perkeretaapian
PERATURAN TRANSPORTASI PERKERETAAPIAN
33
Rekomendasi KemenpanRB
• Agar melakukan identifikasi danharmonisasi terhadap peraturanperundang-undangan yang tidakharmonis secara keseluruhan
1.
• Meningkatkan koordinasi terkaitproses penyelesaian revisi danpenyusunan peraturan perundang-undangan baru yang melibatkaninstansi lain.
3.
2.
Menindaklanjuti hasil evaluasi untuk
memberikan masukan terhadap
perbaikan sistem penyusunan
peraturan perundang-undangan.
34
LKE Penilaian PMPRB online
PENJELASANPilihan
Jawaban
Jawaban
Internal
Tahun
2017
Jawaban
Internal
Tahun
2016
Hasil
Evaluasi
MenPAN
& RB
Tahun
2015
DATA DUKUNG 2016 DATA DUKUNG 2017 PENANGGUNG JAWAB
A. PROSES (60)
II. PENATAAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN (5)
1
a. Telah dilakukan
identifikasi, analisis,
dan pemetaan
terhadap peraturan
perundang-undangan
yang tidak
harmonis/sinkron
a. Telah dilakukan identifikasi, analisis, dan
pemetaan terhadap seluruh peraturan
perundang-undangan yang tidak
harmonis/sinkron
b. Telah dilakukan identifikasi, analisis, dan
pemetaan terhadap sebagian peraturan
perundang-undangan yang tidak
harmonis/sinkron
c. Belum dilakukan identifikasi, analisis, dan
pemetaan terhadap peraturan perundang-
undangan yang tidak harmonis/sinkron
A A A B
Rencana Penyusunan
Peraturan Perundang-
undangan, Daftar
Inventarisasi dan Hasil
Tindak Lanjut Peraturan
yang tidak harmonis dan
tidak sinkron
1. Rencana Pnyusunan
Peraturan Perundang-undangan
Tahun 2016;
2. Daftar Peraturan Perundang-
undangan yang tidak
harmonisasi/tidak sinkron Tahun
2016.
Biro Hukum, perlu dilakukan
rapat pembahasan
dikoordinasikan oleh ketua
leading sector penataan
peraturan perundangan yaitu
Biro Hukum
b. Telah dilakukan
revisi peraturan
perundang-undangan
yang tidak harmonis /
tidak sinkron
a. Revisi atas peraturan perundang-undangan
yang tidak harmonis / tidak sinkron telah
selesai dilakukan, atau tidak ditemukan adanya
peraturan perundangan-undangan yang tidak
harmonis
b. Upaya revisi atas peraturan perundang-
undangan yang tidak harmonis / tidak sinkron
telah dilakukan, namun belum selesai
c. Belum dilakukan upaya revisi atas peraturan
perundang-undangan yang tidak harmonis /
tidak sinkron
A/B/C A A B
1. Rencana Penyusunan
Peraturan Perundang-
undangan Tahun 2016;
2. peraturan hasil
harmonisasi/sinkronisasi
2015 s.d 2016
3.Laporan Uji Publik
Rancangan Peraturan
Menteri Perhubungan
2015 s.d 2016
1. Daftar Peraturan hasil
harmonisasi/sinkronisasi 2016;
2. Daftar Peraturan Perundang-
undangan yang telah ditetapkan
pada tahun 2016;
Biro Hukum, perlu dilakukan
rapat pembahasan
dikoordinasikan oleh ketua
leading sector penataan
peraturan perundangan yaitu
Biro Hukum
PENILAIAN
Harmonisasi (2,5)
PENATAAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
35
2
a. Adanya Sistem
pengendalian
penyusunan
peraturan
perundangan yang
mensyaratkan
adanya Rapat
Koordinasi, Naskah
Akademis/kajian/poli
cy paper, dan Paraf
Koordinasi
a. Seluruh persyaratan lengkap dan
diimplementasikan
b. Ada persyaratan tersebut namun baru
sebagian diimplementasikan
c. Ada persyaratan tersebut namun belum
diimplementasikan
d. Belum ada persyaratan tersebut
A/B/C/D A A A
1. Laporan Uji Publik
Rancangan Peraturan
Menteri Perhubungan
2. Laporan
penyelenggaraan Rapat
Koordinasi Teknis Bidang
Peraturan Perundang-
Undangan
3. Contoh paraf koordinasi
dalam penyusunan
peraturan
4. Undangan Rapat
Koordinasi, Absensi, dan
Laporan Hasil Rapat
Koordinasi
1. Laporan Uji Publik
Rancangan Peraturan Menteri
Perhubungan Tahun 2016;
2. Revisi PM Nomor 82 Tahun
2013 Tentang Tata Cara Tetap
Pelaksanaan Penyusunan
Peraturan Perundang-undangan,
Kesepakatan Bersama, dan
Perjanjian Kerjasama di
Lingkungan Kementerian
Perhubungan menjadi PM 69
Tahun 2016;
3. Contoh paraf koordinasi dalam
penyusunan peraturan (Relas).
4. Undangan Rapat Koordinasi,
Absensi, Laporan Rapat
Biro Hukum, perlu dilakukan
rapat pembahasan
dikoordinasikan oleh ketua
leading sector penataan
peraturan perundangan yaitu
Biro Hukum
b. Telah dilakukan
evaluasi atas
pelaksanaan sistem
pengendalian
penyusunan
peraturan perundang-
undangan
a. Evaluasi atas pelaksanaan sistem
pengendalian penyusunan peraturan
perundang-undangan dilakukan secara berkala
b. Evaluasi atas pelaksanaan sistem
pengendalian penyusunan peraturan
perundang-undangan dilakukan secara tidak
berkala
c. Belum pernah dilakukan evaluasi atas
pelaksanaan sistem pengendalian penyusunan
peraturan perundang-undangan A/B/C A A B
1. Laporan Tahunan Biro
Hukum Tahun 2015
(Program dan Realisasi)
2 Revisi atas Nomor PM
82 Tahun 2013 tentang
Tata Cara Tetap
Pelaksanaan Penyusunan
Peraturan Perundang-
Undangan, Kesepakatan
Bersama, dan Perjanjian
Kerja Sama di Lingkungan
Kementerian
Perhubungan
3. Laporan
penyelenggaraan Rapat
Koordinasi Teknis Bidang
Peraturan Perundang-
Undangan Tahun 2015
dan 2016
1. Laporan Tahunan Biro Hukum
Tahun 2016 (Program dan
Realisasi);
2 Laporan Pelaksanan Uji Petik
Peraturan Perundangan Tahun
2016;
3. Laporan penyelenggaraan
Rapat Koordinasi Teknis Bidang
Peraturan Perundang-Undangan
Tahun 2016 ;
4. Laporan Sosialisasi Peraturan
Perundang-undangan Tahun
2016.
Biro Hukum, perlu dilakukan
rapat pembahasan
dikoordinasikan oleh ketua
leading sector penataan
peraturan perundangan yaitu
Biro Hukum
Sistem pengendalian
36
RENCANA AKSI REFORMASI BIROKRASI TAHUN 2018
NO KEGIATAN
1. Proses pembahasan naskah akademis RUU Sistranas
2. - proses pembahasan RPP tentang Ganti Kerugian Jalan
- proses pembahasan RPP tentang kecelakaan kapal
- proses pembahasan RPP tentang pelayanan perizinan berusaha terintegrasi
secara elektronik (online single submission)
3. Penetapan 30 Permenhub baru
4. Revisi 20 Peraturan Menteri Perhubungan
5. Menyusun Reformasi Regulasi Perizinan di bidang Transportasi
6. Menyelenggarakan kegiatan Uji publik dan Uji petik
7. Menyelenggarakan E-Advokasi : merupakan salah satu bentuk layanan pada Biro
Hukum dalam menjamin dan memenuhi hak hukum Kemenhub serta
Aparaturnya dalam bentuk pendampingan.
8. Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan di bidang Transportasi dan
Peraturan Menteri lainnya37
KEBERHASILAN REFORMASI BIROKRASI PADA AREA PENATAAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
DUKUNGAN DAN KOMITMEN DARI PEMRAKARASA RANCANGAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
sebagaimana amanat Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 82 Tahun 2013
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 69
Tahun 2016 tentang Tata Cara Tetap Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan,
Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerjasama di Lingkungan Kementerian
Perhubungan.-Justifikasi rancangan peraturan
-Matrik sandingan untuk revisi Peraturan
-Undangan rapat
-Berita acara rapat
-Daftar hadir rapat
-Draf peraturan
-Foto , dll38
REKAPITULASI DEREGULASI PERIZINAN
DI BIDANG TRANSPORTASI
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2018
39
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT
UNIT KERJADAFTAR
PERIZINAN DARI MENKO
HASIL EVLUASI KEMENHUB
AKHIR
TOTAL
JUMLAH PERIZINAN DIHAPUS
NON PERIZINAN
TETAPPERIZINAN
44 32 4 8
40
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARATUNIT KERJA DAFTAR
PERIZINAN
KEMENKO
PENAMBAHAN DATA
PERIZINAN
HASIL EVALUASI KEMENHUB
AKHIR
KEMENHUBMENAMBAHKAN 5 (LIMA) PERIZINAN
JUMLAH
14
JUMLAH
5
PERIZINAN
DIHAPUS
8
NONPERIZIN
AN
8
TETAPPERIZINA
N
3
TOTAL19
19
41
DIREKTORAT JENDERAL PERKERETAAPIAN
UNIT KERJADAFTAR
PERIZINAN DARI MENKO
HASIL EVLUASI KEMENHUB
AKHIR
TOTAL JUMLAH PERIZINAN DIHAPUS
NON PERIZINAN
TETAPPERIZINAN
14 3 4 7
42
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
(PERIZINAN)
43
UNIT KERJA DAFTARPERIZINA
N KEMENKO
PENAMBAHAN DATA PERIZINA
N
HASIL EVALUASI KEMENHUB
AKHIR
KEMENHUBMENAMBAHKAN 1 (SATU) PERIZINAN
JUMLAH
110
JUMLAH
1
PERIZINAN
DIHAPUS
23
NONPERIZINA
N
84
TETAPPERIZINA
N
4
TOTAL 111 111
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
(REGULASI)
NO UNIT KERJAPERATURAN
AWAL HASIL EVLUASI KEMENHUB AKHIR
1.
2.
Direktorat AngkutanUdara
Direktorat BandarUdara
DKUPPU
Direktorat KeamananPenerbangan
Direktorat NavigasiPenerbangan
TOTAL
16
13
PERIZINAN
1
1
DI DEREGULASI(DIHAPUS)
7
8
HASIL RAPAT (SISA PM)
9
5
3.
4.
5.
38
9
19
95
0
1
1
4
0
0
0
16
38
9
19
79
44
PARADIGMA PROSES PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
45
46
Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2017tentang Pengambilan, Pengawasan , dan Pengendalian PelaksanaanKebijakan di Tingkat Kementerian Negara dan Lembaga Pemerintah
a. Dalam hal kebijakan yang akan diputuskan merupakan pelaksanaan tugas dankewenangan Menteri atau Kepala Lembaga yang bersifat strategis dan mempunyaidampak luas kepada masyarakat, Menteri dan Kepala Lembaga menyampaikankebijakan tersebut secara tertulis kepada Menteri Koordinator yang lingkupkoordinasinya terkait dengan kebijakan tersebut, untuk mendapatkan pertimbangansebelum kebijakan tersebut ditetapkan;
b. Dalam hal kebijakan yang akan diputuskan bersifat lintas sektoral atau berimplikasiluas pada kinerja Kementerian atau Lembaga lain, Menteri dan Kepala Lembagamenyampaikan kebijakan tersebut secara tertulis kepada Menteri Koordinator yanglingkup koordinasinya terkait dengan kebijakan tersebut, untuk dibahas dalam RapatKoordinasi guna mendapatkan kesepakatan;
c. Dalam hal kebijakan yang akan diputuskan merupakan kebijakan yang berskalanasional, penting, strategis, atau mempunyai dampak luas kepada masyarakat,Menteri dan Kepala Lembaga menyampaikan rencana kebijakan tersebut secaratertulis kepada Presiden melalui Menteri Koordinator yang lingkup koordinasinyaterkait dengan kebijakan tersebut, untuk dibahas dalam Sidang Kabinet Paripurnaatau Rapat Terbatas guna mendapatkan keputusan.
PASAL 88 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 2018 TENTANG
PERIZINAN BERUSAHA TERINTEGRASI SECARA ELEKTRONIK
MENGAMANAHKAN
PENGATURAN LEBIH LANJUT OLEH KEMENTERIAN/LEMBAGA MENGENAI NORMA,
STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA PERIZINAN BERUSAHA
SEKTOR PERHUBUNGAN
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 2018 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN BERUSAHA TERINTEGRASI
SECARA ELEKTRONIK
47
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN MENYUSUN 4 (EMPAT) RANCANGAN PERATURAN
MENTERI PERHUBUNGAN, YAUTU:
1. RPM TENTANG NSPK SEKTOR PERHUBUNGAN DI BIDANG PERKERETAAPIAN
2. RPM TENTANG NSPK SEKTOR PERHUBUNGAN DI BIDANG DARAT
3. RPM TENTANG NSPK SEKTOR PERHUBUNGAN DI BIDANG LAUT
4. RPM TENTANG NSPK SEKTOR PERHUBUNGAN DI BIDANG UDARA
1. Rancangan Peraturan Menteri, Rancangan Peraturan Lembaga PemerintahNonkementerian, atau Rancangan Peraturan dari Lembaga Nonstrukturalharus dilakukan pengharmonisasian yang merupakan salah satu tahapanyang harus dipenuhi dalam pembentukan peraturan perundang-undangan.
48
PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA NOMOR 23 TAHUN 2018 TENTANG PENGHARMONISASIAN RANCANGAN PERATURAN MENTERI, RANCANGAN PERATURAN LEMBAGA PEMERINTAH NONKEMENTERIAN, ATAU
RENCANGAN PERATURAN DARI LEMBAGA NONSTRUKTURAL OLEH PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
2. Setiap Rancangan Peraturan Menteri yang akan diusulkan penetapannya mulai tanggal 23 September 2018 wajib dilakukan pengharmonisasian oleh Perancang Peraturan Perundang-undangan yang ditugaskan oleh Direktur Jenderal Peraturan Perundang-undangan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan mengikutsertakan:
a. instansi Pemrakarsa; danb. lembaga pemerintah atau instansi yang terkait.
49
Recommended