View
2
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.1 Banyak ahli
membuat pembagian dan klasifikasi otitis media.
Secara mudah, otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis
media non supuratif (otitis media media serosa, otitis media sekretoria, otitis
media musinosa, otitis media efusi/OME).1 Masing-masing golongan mempunyai
bentuk akut dan kronis, yaitu otitis media supuratif akut (otitis media akut=OMA)
dan otitis media supuratif kronis (OMSK/OMP). Begitu pula otitis media serosa
terbagi menjadi otitis media serosa akut (barotrauma = aerotitis) dan otitis media
serosa kronis. Selain itu terdapat juga otitis media spesifik, seperti otitis media
tuberkulosa atau otitis media sifilitika. Otitis media yang lain ialah otitis media
adhesive.1,2
Otitis media non supuratif nama lain adalah otitis media musinosa, otitis
media efusi, otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media mucoid (glue
ear).1,2,3
Otitis media efusi (OME) adalah keadaan terdapatnya sekret yang
nonpurulen di telinga tengah, sedangkan membran timpani utuh tanpa tanda-tanda
infeksi disebut juga otitis media dengan efusi. Apabila efusi tersebut encer disebut
otitis media serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis
media mukoid (glue ear).1,2,3
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Telinga
Telinga manusia terdiri atas tiga bagian, yaitu
1. Telinga luar, yang menerima gelombang suara.
2. Telinga tengah, dimana gelombang suara dipindahkan dari udara ke tulang
dan oleh tulang ke telinga dalam.
3. Telinga dalam, dimana getaran ini diubah menjadi impuls saraf spesifik
yang berjalan melalui nervus akustikus ke susunan saraf pusat. Telinga
dalam juga mengandung organ vestibuler yang berfungsi untuk
mempertahankan keseimbangan.4
Gambar 1. Anatomi Telinga
2.1.1 Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna, aurikula), saluran
telinga luar (meatus akustikus eksternus) dan selaput gendang (membran
timpani), bagian telinga ini berfungsi untuk menerima dan menyalurkan
getaran suara atau gelombang bunyi sehingga menyebabkan bergetarnya
2
membran timpani. Meatus akustikus eksternus terbentang dari telinga luar
sampai membran tympani. Satu per tiga luas meatus disokong oleh tulang
rawan elastis dan sisanya dibentuk olehtulang rawan temporal. Meatus
dibatasi oleh kulit dengan sejumlah rambut, kelenjar sebasea, dan sejenis
kelenjar keringat yang telah mengalami modifikasi menjadi
kelenjar seruminosa, yaitu kelenjar apokrin tubuler yang berkelok-kelok
yang menghasilkan zat lemak setengah padat berwarna kecoklat-coklatan
yang dinamakan serumen ( minyak telinga ). 4,5
Pada ujung dalam meatus akustikus eksternus terbentang membran
tympani. Dia diliputi oleh lapisan luar epidermis yang tipis dan pada
permukaan dalamnya diliputi oleh epitel selapis kubus. Antara dua epitel
yang melapisi terdapat jaringan ikat kuat yang terdiri atas serabut-serabut
kolagen dan elastin serta fibroblast. Pada kuadran depan atas membran
atas tympani tidak mengandung serabut dan lemas, membentuk membran
shrapnell. 4,5
Gambar 2. Telinga Luar
2.1.2 Telinga Tengah (Cavum Timpani)
Telinga tengah merupakan suatu rongga kecil dalam tulang pelipis
(tulang temporalis) yang berisi tiga tulang pendengaran (osikula), yaitu
maleus (tulang martil), inkus (tulang landasan), dan stapes (tulang
sanggurdi). Ketiganya saling berhubungan melalui persendian. Tangkai
maleus melekat pada permukaan dalam membran timpani, sedangkan
3
bagian kepalanya berhubungan dengan inkus. Selanjutnya, inkus
bersendian dengan stapes. Stapes berhubungan dengan membran pemisah
antara telinga tengah dan telinga dalam, yang disebut fenestra ovalis
(tingkap jorong/fenestra vestibule). Di bawah fenestra ovalis terdapat
tingkap bundar atau fenestra kokhlea, yang tertutup oleh membran yang
disebut membran timpani sekunder. 4,5
Gendang telinga atau membran timpani adalah selaput atau
membran tipis yang memisahkan telinga luar dan telinga dalam. Ia
berfungsi untuk menghantar getaran suara dari udara menuju tulang
pendengaran di dalam telinga tengah. Gendang telinga secara anatomi
dibagi 2 yaitu pars tensa (tegang) dan pars flaksida,
1. Pars tensa, sebagain besar gendang telinga merupakan pars tensa,
terdiri dari 3 lapis, bagian luar lanjutan kulit liang telinga, di tengah
jaringan ikat, dan bagian dalam yang mengarah ke telinga tengah,
merupakan lanjutan mukosa telinga tengah.
2. Pars flaksida, bagian atas gendang telinga (daerah atiq), hanya terdiri
dari dua lapis tanpa jaringan ikat di bagian tengah. 4,5,6
Telinga tengah berhubungan dengan rongga faring melalui saluran
Eustachius (tuba auditiva), yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan
tekanan antara kedua sisi membran timpani. Tuba auditiva akan membuka
ketika mulut menganga atau ketika menelan makanan. Ketika terjadi suara
yang sangat keras, membuka mulut merupakan usaha yang baik untuk
mencegah pecahnya membran timpani. Karena ketika mulut terbuka, tuba
auditiva membuka dan udara akan masuk melalui tuba auditiva ke telinga
tengah, sehingga menghasilkan tekanan yang sama antara permukaan
dalam dan permukaan luar membran timpani.4,5,6
4
Gambar 3. Anatomi Telinga Tengah
2.1.3 Telinga Dalam (Labirin)
Telinga dalam merupakan struktur yang kompleks, terdiri dari
serangkaian rongga-rongga tulang dan saluran membranosa yang berisi
cairan. Saluran-saluran membranosa membentuk labirin membranosa dan
berisi cairan endolimfe, sedangkan rongga-rongga tulang yang di
dalamnya berada labirin membranosa disebut labirin tulang (labirin
osseosa). Labirin tulang berisi cairan perilimfe. Rongga yang terisi
perilimfe ini merupakan terusan dari rongga subarachnoid selaput otak,
sehingga susunan perilimfe mirip dengan cairan serebrospinal. Labirin
membranosa dilekatkan pada periosteum oleh lembaran-lembaran jaringan
ikat tipis yang mengandung pembuluh darah. Labirin membranosa sendiri
tersusun terutama oleh selapis epitel gepeng dikelilingi oleh jaringan-
jaringan ikat.4,5,7
Labirin terdiri atas tiga saluran yang kompleks, yaitu vestibula,
choclea (rumah siput) dan 3 buah kanalis semisirkularis (saluran setengah
lingkaran).
Vestibula merupakan rongga di tengah labirin, terletak di belakang
choclea dan di depan kanalis semisirkularis. Vestibula berhubungan
5
dengan telinga tengah melalui fenesta ovalis (fenestra vestibule). Vestibula
bagian membran terdiri dari dua kantung kecil, yaitu sakulus dan utikulus.
Pada sakulus dan utikulus terdapat dua struktur khusus yang disebut
makula akustika, sebagai indra keseimbangan statis (orientasi tubuh
terhadap tarikan gravitasi). Sel-sel reseptor dalam organ tersebut berupa
sel-sel rambut, yang didampingi oleh sel-sel penunjang. Bagian atas sel
tersebut tertutup oleh membran yang mengandung butir-butiran kecil
kalsium karbonat (CaCO3) yang disebut otolit. Perubahan posisi kepala
yang menimbulkan tarikan gravitasi, menyebabkan akan menyampaikan
impuls saraf ke cabang vestibular dari saraf vestibulochoclea yang terdapat
pada bagian dasar sel-sel tersebut, yang akan meneruskan impuls saraf
tersebut ke pusat keseimbangan di otak.4
Canalis semisirkularis merupakan 3 saluran bertulang yang terletak
di atas belakang vestibula. Salah satu ujung dari masing-masing saluran
tersebut menggembung, disebut ampula. Masing-masing ampula
berhubungan dengan utrikulus. Pada ampula terdapat Crista acustik,
sehingga organ indra keseimbangan dinamis (untuk mempertahankan
posisi tubuh dalam melakukan respon terhadap gerakan). Seperti pada
vestibula sel-sel reseptor dalam crista acustika juga berupa sel-sel rambut
yang didampingi oleh sel-sel penunjang, tetapi di sini tidak terdapat otolit.
Sel-sel reseptor disini distimulasi oleh gerakan endolimfe. Ketika kepala
bergerak akibat terjadinya perputaran tubuh, endolimfe akan mengalir di
atas sel-sel rambut. Sel-sel rambut menerima ransangan tersebut dan
mengubahnya menjadi impuls saraf. Sebagai responnya, otot-otot
berkontraksi untuk mempertahankan keseimbangan tubuh pada posisi
yang baru.4
Koklea membentuk bagian anterior labirin, terletak di depan
vestibula. Berbentuk seperti rumah siput, berupa saluran berbentuk spiral
yang terdiri dari 2 ¾ lilitan, mengelilingi bentukan kerucut yang disebut
mediolus. Penampang melintang Koklea menunjukkan bahwa koklea
terdiri dari tiga saluran yang berisi cairan. Tiga saluran tersebut adalah:
6
1. Saluran vestibular (skala vestibular): di sebelah atas mengandung
perilimfe, berakhir pada tingkap jorong.
2. Saluran tympani (skala tympani): di sebelah bawah mengandung
perilimfe berakhir pada tingkap bulat.
3. Saluran choclear (skala media): terletak di antara skala vestibular dan
skala tympani, mengandung endolimfe.4,7
Skala media dipisahkan dengan skala vestibular oleh membran
vestibularis (membran reissner), dan dipisahkan dangan skala tympani
oleh membran basilaris.4,5
2.2 FISIOLOGI TELINGA
Telinga luar berfungsi mengumpulkan suara dan mengubahnya menjadi
energi getaran sampai ke gendang telinga. Getaran suara ditangkap oleh aurikel
yang diteruskan keliang telinga sehingga menggetarkan membran tympani.8
Telinga tengah menghubungkan gendang telinga sampai ke kanalis semisirkularis
yang berisi cairan. Di telinga tengah ini, gelombang getaran yang dihasilkan tadi
diteruskan ke tulang tulang pendengaran, stapes akhirnya menggerakkan foramen
oval yang juga menggerakkan perilymph dalam skala vestibuli. Dilanjutkan
melalui membran vestibuler yang mendorong endolymph dan membran basal ke
arah bawah, perilimfe dalam skala timpani akan bergerak sehingga mendorong
foramen rotundum ke arah luar. 8 Telinga dalam merupakan tempat ujung-ujung
saraf pendengaran yang akan menghantarkan rangsangan suara tersebut ke pusat
pendengaran di otak manusia. Skala media yang menjadi cembung mendesak
endolimfe dan mendorong membran basal dan menggerakkan perilimfe pada skala
timpani. 8
Pada saat istirahat, ujung sel rambut berkelok-kelok dan dengan
berubahnya membran basal, ujung sel rambut menjadi lurus. Rangsangan fisik
tadi diubah oleh adanya perbedaan ion kalium dan natrium menjadi aliran listrik
yang diteruskan ke nervus VIII yang diteruskan ke pusat sensorik pendengaran
diotak ( area 39-40) melalui sarafpusat yang ada dilobus temporalis.5,8
7
2.3 Otitis Media Non Supuratif
2.3.1 Definisi
Otitis Media Non Supuratif atau nama lainnya Otitis media serosa,
otitis media musinosa, otitis media efusi, otitis media sekretoria, otitis
media mukoid (glue ear). Otitis media serosa adalah keadaan terdapatnya
sekret nonpurulen di telinga tengah dengan membran timpani utuh tampa
adanya tanda – tanda infeksi. Apabila efusi tersebut encer disebut otitis
media serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis
media mukoid (glue ear).1
2.3.2 Etiologi dan Patogenesis
Etiologi dan patogenesis OME bersifat multifaktorial antara lain
infeksi virus atau bakteri, gangguan fungsi tuba Eustachius, status
imunologi, alergi, faktor lingkungan dan sosial. Walaupun demikian
tekanan telinga tengah yang negatif, abnormalitas imunologi, atau
kombinasi dari kedua faktor tersebut diperkirakan menjadi faktor utama
dalam pathogenesis OME. Faktor penyebab lainnya termasuk hipertropi
adenoid, adenoiditis kronis, palatoskisis, tumor nasofaring, barotrauma,
terapi radiasi, dan radang penyerta seperti sinusitis atau rinitis. Merokok
dapat menginduksi hiperplasi limfoid nasofaring dan hipertropi adenoid
yang juga merupakan patogenesis timbulnya OME.1,9
2.3.3 Klasifikasi
Otitis media serosa dibagi 2 jenis : otitis media serosa akut dan
otitis media serosa kronik (glue ear). Dimana pembagian ini berdasarkan
pada durasi timbulnya penyakit atau durasi timbulnya sekret dan bentuk
sekret.
1. Otitis Media Serosa Akut
Otitis media serosa akut adalah keadaan terbentuknya sekret di
telinga tengah secara tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi
tuba. Penyebabnya antara lain sumbatan tuba (barotrauma), virus,
alergi dan idiopatik.
8
Gejala yang menonjol biasanya pendengaran yang berkurang,
selain itu ada rasa tersumbat pada telinga atau suara sendiri terdengar
lebih nyaring atau berbeda pada telinga yang sakit. Kadang terasa
seperti ada cairan yang bergerak di dalam telinga dengan perubahan
posisi. Rasa nyeri relative. Vertigo kadang dalam bentuk ringan.
Dengan otoskop terlihat retraksi membrane timpani. Kadang tampak
gelembung udara atau permukaan cairan dalam kavum timpani. Tuli
konduktif dapat dibuktikan dengan garpu tala.
Pengobatan dapat dengan medikamentosa dan pembedahan.
Dapat diberikan tetes hidung (vasokontriktor lokal), anti histamine,
serta perasat valsava. Bila gejala masih menetap setelah 1–2 minggu,
dilakukan miringotomi, dan apabila belum mebaik dengan
miringotomi dapat ditambahkan pemasangan pipa ventilasi
(Grommet).1,6
2. Otitis Media Serosa Kronik (Glue Ear)
Pada keadaan kronis secret terbentuk secara bertahap tanpa rasa
nyeri dengan gejala-gejala pada telinga yang berlangsung lama.
Otitis media kronik lebih sering terjadi pada anak-anak,
sedangkan otitis media serosa akut lebih sering pada orang dewasa.
Otitis media serosa kronik dapat juga terjadi sebagai gejala sisa dari
OMA yang tidak sembuh sempurna. Penyebab lain diduga adanya
hubungan dengan infeksi virus, keadaan alergi atau gangguan
mekanis pada tuba.1,6
Batasan antara kondisi otitis media serosa akut dengan otitis
media serosa kronik hanya pada cara terbentuknya sekret. Pada otitis
media serosa akut, sekret terbentuk secara tiba-tiba di telinga tengah
dengan disertai rasa nyeri pada telinga.
Pada otitis media serosa kronis, sekret terbentuk secara
bertahap tanpa rasa nyeri dengan gejala-gejala pada telinga yang
berlangsung lama. Otitis media serosa kronik lebih sering terjadi pada
anak-anak, sedangkan otitis media serosa akut lebih sering terjadi
9
pada orang dewasa. Sekret pada otitis media serosa kronik dapat
kental seperti lem, maka disebut glue ear.
.2.3.4 Diagnosis
Diagnosis OME seringkali sulit ditegakkan karana prosesnya
sendiri yang kerap tidak bergejala (asimptomatik), atau dikenal
dengansilent otitis media. Dengan absennya gejala seperti nyeri telinga,
demam, ataupun telinga berair, OME sering tidak terdeteksi baik oleh
orang tuanya, guru, bahkan oleh anaknya sendiri.10
Gejala klinik meliputi:
a. Berkurangnya fungsi pendengaran. Keadaan ini sering ditemukan
dan kadang-kadang satu-satunya gejala. Onsetnya tersembunyi dan
jarang melebihi 40 dB. Ketulian bisa saja tidak terdeteksi oleh
orang tua dan mungkin ditemukan secara tidak sengaja pada saat
dilakukan skrining tes audiometri.
b. Percakapan yang lambat dan bisu. Disebabkan oleh ketulian,
perkembangan dari fungsi percakapan menjadi lambat atau bisu.
c. Sakit pada telinga tengah. Hal ini mungkin disebabkan adanya
infeksi pada saluran pernapasan atas.11
Lazimnya diagnosis OME dibuat berdasarkan pemeriksaan fisik
telinga dengan menemukan cairan di belakang membran timpani yang
normalnya translusen.
Pemeriksaan otoskopik dapat memperlihatkan:
a. Membran timpani yang retraksi (tertarik ke dalam), nyeri tumpul,
dan opaque yang ditandai dengan hilangnya refleks cahaya
b. Warna membran timpani bisa merah muda cerah hingga biru gelap.
c. Processus brevis maleus terlihat sangat menonjol
dan Processuslongus tertarik medial dari membran timpani.
d. Adanya level udara-cairan (air fluid level) membuat diagnosis
lebih nyata.2,10
Beberapa instrumen penunjang juga membantu menegakkan
diagnosis OME, antara lain:
10
a. Pneumatic otoscope
Efusi telinga tengah diperiksa dengan otoskop (alat untuk
memeriksa liang dan gendang telinga dengan jelas). Dengan
otoskop dapat dilihat adanya gendang telinga yang menggembung,
perubahan warna gendang telinga menjadi kemerahan atau agak
kuning dan suram, serta cairan di liang telinga.2,3,5
Jika konfirmasi diperlukan, umumnya dilakukan dengan
otoskopi pneumatik (pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk
melihat gendang telinga yang dilengkapi dengan pompa udara kecil
untuk menilai respon gendang telinga terhadap perubahan tekanan
udara). Gerakan gendang telinga yang berkurang atau tidak ada
sama sekali dapat dilihat dengan pemeriksaan ini.3,5
b. Impedance audiometry (tympanometry):
Digunakan untuk mengukur perubahan impedans akustik sistem
Membran timpani telinga tengah melalui perubahan tekanan udara
di telinga luar. 2,5
Efusi telinga tengah juga dapat dibuktikan dengan
timpanosentesis (penusukan terhadap gendang telinga). Namun
timpanosentesis tidak dilakukan pada sembarang anak. Indikasi
perlunya timpanosentesis antara lain adalah OMA pada bayi di
bawah usia enam minggu dengan riwayat perawatan intensif di
rumah sakit, anak dengan gangguan kekebalan tubuh, anak yang
tidak memberi respon pada beberapa pemberian antibiotik, atau
dengan gejala sangat berat dan komplikasi.5
c. Pure tone Audiometry:
Juga banyak digunakan, terutama menilai dari sisi gangguan
dengar atau tuli konduktif yang mungkin berasosiasi dengan OME.
Meski teknik ini time consuming dan membutuhkan peralatan yang
mahal, tetap digunakan sebagai skrining, dimana tuli konduktif
berkisar antara derajat ringan hingga sedang.2,10
11
2.3.5 PENATALAKSANAAN
Pengobatan pada OME meliputi pengobatan konservatif dan tindakan operatif. Pengobatan konservatif secara local ( obat tetes hidung atau spray ) dan sistemik antara lain antibiotika spektrum luas, antihistamin, dekongestan, dengan atau tanpa kortikosteroid. Pengobatan dan control terhadap alergi dapat mengurangi atau menyembuhkan otitis media efusi.12
Pengobatan secara operatif dilakukan pada kasus dimana setelah dilakukan pengobatan konservatif selam lebih dari 3 bulan tidak sembuh. Untuk memberikan hasil yang baik terhadap drainase dilakukan miringotomi dan pemasangan pipa ventilasi
Pengobatan OME langsung diarahkan untuk memperbaiki ventilasi
normal telinga tengah. Untuk kebanyakan penderita, kondisi ini diperoleh
secara alamiah, terutama jika berasosiasi dengan ISPA yang berhasil
disembuhkan. Artinya banyak OME yang tidak membutuhkan pengobatan
medis. Akan lebih baik menangani faktor predisposisi-nya.
Jika OME ternyata menetap dan mulai bergejala, maka pengobatan
medis mulai diindikasikan, seperti:
1. Antihistamin atau dekongestan.
Rasionalisasi kedua obat ini adalah sebagai hasil komparasi antara
sistem telinga tengah dan mastoid terhadap sinus paranasalis. Karena
antihistamin dan dekongestan terbukti membantu membersihkan dan
menghilangkan sekresi dan sumbatan di sinonasal, maka tampaknya
logis bahwa keduanya dapat memberikan efek yang sama untuk OME.
Jika ternyata alergi adalah faktor etiologi OME, maka kedua obat ini
seharusnya memberikan efek yang menguntungkan terhadap OME.2,5,13
2. Mukolitik.
Dimaksudkan untuk merubah viskoelastisitas mukus telinga tengah
untuk memperbaiki transport mukus dari telinga tengah melalui TE ke
nasofaring. Namun demikian mukolitik ini tidak memegang peranan
penting dalam pengobatan OME.2
3. Antibiotik.
Pemberian obat ini harus dipertimbangkan secara hati-hati. Karena
OME bukanlah infeksi sebenarnya (true infection). Meskipun demikian
OME seringkali diikuti oleh OMA, di samping itu isolat bakteri juga
12
banyak ditemukan pada sampel cairan OME. Organisme tersering
ditemukan adalah S. pneumoniae, H. influenzae non typable, M.
catarrhalis, dan grup A streptococci, serta Staphyllococcus
aureus. Controlled studies menunjukkan antibiotika golongan
amoksisilin, amoksisilin-klavulanat, sefaklor, eritromisin, trimetropim-
sulfametoksazol, atau eritromisin-sulfisoksazole, dapat memperbaiki
klirens efusi dalam 1 bulan. Pemberian antibiotika juga meliputi dosis
profilaksis yaitu ½ dosis yang digunakan pada infeksi akut. Namun
demikian perlu dipertimbangkan pula hubungan antara antibiotika
profilaksis dengan tingginya prevalensi dan meningkatnya spesies
bakteri yang resisten. 2,5,13
4. Kortikosteroid.
Beberapa klinisi mengusulkan pemberian kortikosteroid untuk
mengurangi respon inflamasi di kompleks nasofaring-tuba Eustachius
dan menstimulasi agent-aktif di permukaan tuba Eustachius dalam
memfasilitasi pergerakan udara dan cairan melalui tuba Eustachius.
Pemberian dapat berupa kortikosteroid oral atau topikal (nasal), ataupun
kombinasi. Berdasarkan clinical guidance 1994, pemberian steroid
bersama-sama antibiotika pada anak usia 1-3 tahun mampu
memperbaiki klirens OME dalam 1 bulan sebesar 25%. Namun
demikian karena hanya memberikan hasil jangka pendek dengan
kejadian OME rekuren yang tinggi, serta resiko sekuele maka
kortikosteroid tidak lagi direkomendasikan.1,2,5
5. Operasi
a. Myringotomy
Anak-anak yang tidak dapat di terapi dengan antibiotik
profilaksis atau dalam masa infeksi/peradangan dapat disarankan
untuk dilakukan operasi myringotomy. Prosedur ini dilakukan di
bawah anestesi umum.14
Operasi yang disebut myringotomy meliputi pembukaan kecil
(small surgical incision : melubangi gendang telinga untuk
mengeluarkan cairan yang menumpuk di belakangnya) ke dalam
gendang telinga untuk mengeluarkan cairan dan menghilangkan rasa
sakit. Bukaan (potongan/insisi) ini akan sembuh dalam beberapa hari
tanpa tanda atau luka pada gendang telinga.5,13,15
13
Terkadang dibuat dua insisi pada membran timpani, insisi
pertama di daerah anteroinferior dan insisi kedua di daerah
anterosuperior, untuk mengaspirasi sekret yang tebal seperti lem.12
Myringotomy juga hanya dilakukan pada kasus-kasus khusus di
mana terjadi gejala yang sangat berat atau ada komplikasi. Cairan
yang keluar harus dikultur.5,13,15
b. Pemasangan Tube Ventilasi (Grommet's Tube)
Terkadang tube ventilasi ( umumnya dikenal Grommet’s tube)
diletakan di dalam bukaan tadi jika masalah tetap ada setelah jangka
waktu yang lama.
(gambar dikutip dari kepustakaan )
Tube ventilasi ini dipasang sifatnya sementara, berlangsung 6
hingga 12 bulan di dalam telinga hingga infeksi telinga bagian
tengah membaik dan sampai tuba Eustachi kembali normal. Selama
masa penyembuhan ini, harus dijaga agar air tidak masuk kedalam
telinga karena akan menyebabkan infeksi lagi. Selain daripada itu,
tube tidak akan menyebabkan masalah lagi, dan akan terlihat
perkembangan yang sangat baik pada pendengaran dan penurunan
pada frekuensi infeksi telinga.15
Terapi pembedahan (operatif) untuk faktor predisposisi,
mungkin dibutuhkan adenoidektomi, tonsilektomi dan mencuci
(membersihkna) sinus maksillaris. Hal ini biasanya dilakukan pada
waktu dilakukannya myringoktomi.12
2.3.7 Komplikasi
Akibat lanjut OME dapat mengakibatkan hilangnya fungsi pendengaran sehingga akan mempengaruhi perkembangan bicara dan intelektual. Perubahan yang terjadi pada telinga tengah dapat mengakibatkan penyakit berlanjut menjadi otitis media adesiva dan otitis media kronis maligna.2,4,
2.3.8 Prognosis
Otitis media efusi biasanya akan sembuh dengan sendirinya dalam
waktu minggu atau bulan. Penatalaksanaan yang tepat dapat mempercepat
14
proses penyembuhan. Selama cairan masih terakumulasi di tengah telinga,
maka akan mengurangi fungsi pendengaran. Hal ini dapat mempengaruhi
perkembangan bahasa pada anak-anak. Gangguan ini tidak akan menjadi
ancaman bagi kehidupan tetapi dapat mengakibatkan komplikasi serius.1,16
BAB III
15
KESIMPULAN
OME sering terjadi pada bayi dan anak-anak sehingga cukup sulit dalam
melakukan diagnosis penyakitnya. Orang terdekat dan banyak berinteraksi dengan
anak tersebut akan menjadi sumber informasi yang baik. Perhatian orang tua dan
guru sangat membantu dalam menegakkan diagnosis.
Etiologi dan patofisiologi OME sangat multifaktorial, saling menunjang
dan saling terkait. Pada bayi dan anak, status imunologi sangat penting untuk
menjaga daya tahan tubuh terhadap infeksi.
Anamnesis dan pemeriksaan fisik diperlukan dalam penegakan diagnosis
OME. Penggunaan alat otoskopi pneumatik, timpanometri, audiometric untuk
pemeriksaan fisik sangat membantu dalam menegakan diagnosis.
Pengobatan pada OME meliputi pengobatan konservatif dan tindakan
operatif. Pengobatan konservatif meliputi pemberian antibiotika, antihistamin,
dekogestan, dengan atau tanpa kortikosteroid. Penatalaksanaan secara operatif
meliputi mirigotomi dengan atau tanpa pemasangan pipa ventilasi dan
adenoidektomi dengan atau tanpa tonsilektomi.
Penatalaksanaan yang cepat, tepat dan adekuat sangat berperan dalam
menghambat terjadinya proses gangguan pendengaran dan komplikasi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
16
1. Soepardi, Efiaty Arsyad; Iskandar, Nurbaiti. Editor: Otitis Media Non-
Supuratif. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorokan Kepala
Leher. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2001. p 58-60.
2. Megantara, Imam. 2008. Informasi Kesehatan THT: Otitis Media Efusi. Cited 15 Juni 2009. Diunduh dari :http:// www.perhati-kl.org/
3. Efendi, Harjanto; Santoso Kuswidayati. Editor: Penyakit Telinga Tengah dan Mastoid. BOIES Buku Ajar Penyakit THT, Ed.6. Jakarta: EGC. 1996.p 97-98.
4. Jide. 2008. Indera Pendengaran dan Keseimbangan . diunduh 20 november 2013. Diunduh dari :http:// iqbalali.com/2008/11/12/indera-pendengaran- dan-keseimbangan..
5. Media, Wiki. 2009. Telinga. Diunduh dari :http:// id.wikipedia.org/wiki/Telinga.
6. Arifiani, Novi. 2004. Pengaruh Kebisingan terhadap Kesehatan Tenaga Kerja . diunduh dari http:// www.Cerminduniakedokteran.com .
7. Thrasher, Richard D. 2009. Middle Ear, Otitis Media With Effusion di unduh dari http:// www.emedicine.medscape.com/
8.Admin.2009. Otitis Media Akut. diunduh dari http://www.medli-nux.blogspot.com/2009/2/otitis-media-akut.html.
9. Megantara, Imam. 2008. Informasi Kesehatan THT: Otitis Media Efusi. [5 screens] Cited 15 Juni 2009. Available from: http://www.perhati-kl.org/
10. Lalwani K, Anil. Editor: Current Diagnosis and Treatment Otolaryngology Head and Neck Surgery , Ed.2. New York: McGraw Hill Lange . 2007.p 1-10.
11. Rauch, Daniel. 2009. Otitis Media With Effusion [4 screens] Cited 15 Juni 2009. Available from:http:// www.midlineplus/healthtopics.html.
12. Djafar ZA, Effendi G. Penatalaksanaan otitis media serosa pada anak. Kumpulan naskah kongres XI PERHATI:Yogyakarta 1995; 621 – 31.
13. Commerse.2009. Infeksi Telinga dan Tuli. [6 screens] Cited 21 Juni 2009. Available from:http:// www.entsurgery.com.sg/indo/index.php
14. Anonymus. 2009. Otitis Media. Diunduh dari http:// www.texasear- center.com/eardisorders/om.asp
17
15. Anonymus.2009. Ear Infections. diunduh dari http:// www.akron-ent.com/infections.php
16. Elfa. 2008. Anatomi Fisiologi Sistem Pendengaran dan Keseimbangan. Diunduh dari http://elfa79.wordpress.com/2008/09/3/Anatomi-Fisiologi-Sistem-Pendengaran-dan-Keseimbangan/
18
Recommended