View
7
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS
DI KAMPUNG KEBANYAKAN
KOTA SERANG -BANTEN
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S. Sos.)
Oleh
Aat Atqiya
NIM 11140520000004
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
i
ABSTRAK
Aat Atqiya, NIM 11140520000004, Religiusitas dan Mentalitas
Kerja Pengemis di Kampung Kebanyakan Kota Serang - Banten,
dibawah bimbingan Abdul Azis, M.Psi.
Permasalan keagamaan dan mentalitas kerja pengemis semakin
marak terjadi, hal ini terbukti dari banyaknya pengemis yang ditemui
disekitar jalan/lampu merah, tempat-tempat keramaian sampai meminta-
minta dari rumah ke rumah. Penelitian ini dilakukan di Kampung
Kebanyakan Desa Sukawana Kecamatan Serang Kota Serang-Banten.
Masyarakat di Kampung Kebanyakan rata-rata beragama islam dan
memiliki sikap religiusitas tetapi banyak juga masyarakat yang memiliki
mentalitas kerja sebagai pengemis. Penelitian ini bertujuan menjelaskan
proses religiusitas pengemis, mentalitas kerja pengemis serta
menjelaskan pengaruh religiusitas terhadap mentalitas kerja pengemis.
Teori yang digunakan adalah teori religiusitas dari
Mangunwidjadja yang menjelaskan bahwa religiusitas adalah kualitas
keadaan individu dalam memahami, menghayati ajaran agama yang
dianutnya serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, yang
merefleksikannya dalam beragama, dan teori mentalitas yaitu suatu sikap
rohaniah yang menuntun prilaku berbuat atau bertindak dalam
kehidupan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Dilakukan pada
tiga informan dan data dianalisis dengan menggunakan teknik miles dan
huberman, yaitu data collection, reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) bentuk pengembangan
religiusitas pengemis pada saat mengikuti pengajian di Majelis Ta’lim,
para informan pengemis meliburkan diri untuk meminta-minta supaya
bisa mengikuti pengajian, materi yang diajarkan pada saat pengajian
berupa materi yang ada dalam kitab kuning, seperti ilmu fiqih, ilmu
hadits serta ilmu al-qur’an dan tafsir. (2) pengemis di Kampung
Kebanyakan adalah pengemis yang memiliki mentaliltas malas, karena
pada dasarnya informan masih bisa mendapatkan pekerjaan selain
mengemis namun karena mentalitas kerjanya sudah terbentuk sebagai
pengemis sehingga tidak mau mencari pekerjaan lain supaya bisa
memenuhi kebutuhan hidupnya. (3) setelah tertanam religiusitas terjadi
perubahan sikap pada mentalitas kerja beberapa pengemis, meskipun
belum sepenuhnya meninggalkan aktivitas mengemis tapi sudah mulai
ada kesadaran untuk mencari pekerjaan lain selain mengemis.
Kata Kunci: Religiusitas, Mentalitas Kerja, Pengemis
ii
KATA PENGANTAR
Assalamua’laikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat dan pertolongan-Nya. Shalawat dan
salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya yang setia.
Setelah melalui proses yang panjang akhirnya penulis
dapat menyelesaikan penelitian skripsi dengan judul “Pengaruh
Religiusitas Terhadap Mentalitas Kerja Pengemis di Kampung
Kebanyakan Kelurahan Sukawana Kecamatan Serang Kota Serang
Provinsi Banten”. Sebagai tugas akhir dalam menepuh jenjang
pendidikan S-1, untuk mendapat gelar Sarjana Sosial di Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak
akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dorongan
dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih kepada kedua orang tua,
Ayahanda Astawi dan Ibunda Munah yang selama ini telah
memberikan dukungan baik dari segi moril maupun materil, yang
senantiasa ridho dengan langkah penulis, yang tidak pernah
berhenti mengirimkan do’a dan tidak pernah habis membagi cinta,
kasih sayang serta semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh
pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini, kepada:
ii
1. Suparto, M. Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Dr. Siti Napsiah, S.Ag., BSW, MSW. Selaku
Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. Shihabudin Noor, M.A.
selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, serta Drs.
Cecep Castrawijaya, M.A. selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama.
2. Ir. Noor Bekti Negoro, SE. selaku Ketua Jurusan Bimbingan
dan Penyuluhan Islam.
3. Artiarini Puspita, M.Psi. selaku Sekertaris Jurusan Bimbingan
dan Penyuluhan Islam.
4. Abdul Azis, M.Psi. selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberi arahan
dan masukan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si. selaku Dosen Penasihat
Akademik Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Kelas A,
angkatan 2014.
6. Seluruh Dosen dan Staf dilingkungan Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi yang telah mendidik dan memberikan ilmu
yang bermanfaat kepada penulis selama menempuh pendidikan
di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi yang telah memberikan fasilitas untuk
mendapatkan referensi dalam menyusun skripsi.
8. Adik-adik penulis yaitu Rifki Zidan dan Rizki Zidan, embah
penulis yaitu embah Guntur, yang selalu memberikan dukungan
iii
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 7
C. Batasan Masalah .......................................................................... 7
D. Rumusan Masalah ....................................................................... 8
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………. ............... 8
F. Metodologi Penelitian ................................................................. 9
1. Pendekatan Penelitian ............................................................... 9
2. Subjek dan Objek Penelitian ..................................................... 10
3. Lokasi dan Waktu……… ......................................................... 10
4. Penelitian Sumber Data ............................................................. 11
5. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 12
6. Teknik Analisis Data ................................................................. 13
7. Keabsahan Data Penelitian ....................................................... 15
G. Sisitematika Penulisan ................................................................. 18
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori .............................................................................. 20
1. Religiusitas .................................................................................... 20
a. Pengertian Religiusitas .............................................................. 20
b. Karakteristik Individu yang Memiliki Religiusitas ................... 22
v
iv
c. Dimensi-dimensi Religiusitas ................................................... 23
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Religiusitas ....................... 26
2. Mentalitas ...................................................................................... 28
3. Kerja .............................................................................................. 31
a. Pengertian Kerja ........................................................................ 31
b. Hakekat Kera............................................................................. 32
c. Motivasi Kerja .......................................................................... 33
4. Pengemis ....................................................................................... 34
a. Pengertian Pengemis ................................................................ 34
b. Rekayasa Pengemis ................................................................... 37
c. Faktor Munculnya Pengemis ................................................... 37
5. Mentalitas Kerja Pengemis ........................................................... 39
B. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 41
C. Kerangka Berpikir ............................................................................ 46
BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
A. Profil Daerah Kampung Kebanyakan
1. Letak Geografis ........................................................................... 48
2. Kondisi Ekonomi Sosial dan Pendidikan .................................... 49
3. Sarana .......................................................................................... 51
B. Awal Mula Munculnya Pengemis di Kampung Kebanyakan ........ 52
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Karakteristik .................................................................................... 54
1. Profil Pembimbing ...................................................................... 54
2. Profil Subjek Terbimbing ............................................................ 54
B. Intervensi Pembimbing Agama di Majelis Ta’lim ........................... 59
C. Ritual dan Prilaku Pengemis dalam Pengembangan Religiusitas .... 61
vi
iv
1. Ritual dan Prilaku Pengemis Sebelum Pengembangan
Religiusitas ................................................................................... 61
2. Ritual dan Prilaku Pengemis Selama Pengembangan
Religiusitas .................................................................................... 62
3. Ritual dan Prilaku Pengemis Setelah Pengembangan
Religiusitas .................................................................................... 63
D. Mentalitas Kerja Pengemis di Kampung Kebanyakan ....................... 67
E. Pengaruh Religiusitas Terhadap Mentalitas Kerja Pengemis ............. 68
BAB V PEMBAHASAN
A. Analisis Intervensi Pembimbing Agama di Majelis Ta’lim ............. 80
B. Analisis Ritual dan Prilaku Pengemis dalam Pengembangan
Religiusitas ....................................................................................... 81
1. Analisis Ritual dan Prilaku Pengemis Sebelum Pengembangan
Religiusitas ....................................................................................... 81
2. Analisis Ritual dan Prilaku Pengemis Selama Pengembangan
Religiusitas ....................................................................................... 84
3. Analisis Ritual dan Prilaku Pengemis Setelah Pengembangan
Religiusitas ....................................................................................... 87
C. Kehidupan Mentalitas Kerja Pengemis ............................................ 91
D. Pengaruh Religiusitas Terhadap Mentalitas Kerja Pengemis .......... 95
BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan ...................................................................................... 104
B. Implikasi ........................................................................................... 105
C. Saran ................................................................................................. 106
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Pembimbing dan Terbimbing……………………………………….. 42
Tabel 5.1 Perkembangan Religiusitas Pengemis ……………………………… 66
Tabel 5.2 Perkembangan Religiusitas dan Mentalitas Kerja Pengemis ………. 74
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ……………………………………………….. 37
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara berkembang yang memiliki
permasalahan sosial dilingkungan masyarakat, salah satunya
kemiskinan. Kemiskinan dapat diartikan sebagai suatu keadaan
dimana seseorang tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya secara wajar sebagaimana anggota
masyarakat lainnya, yang menimbulkan munculnya pengemis.1
Pengemis menjadi suatu fenomena sosial terutama di
daerah perkotaan, kehadiran pengemis menjadi cerminan
kemiskinan. Sebagian orang memilih menjadi pengemis dengan
sengaja mengemis dijadikan sebagai profesi.2
Mentalitas kerja yang rendah sedangkan kebutuhan
ekonomi semakin tinggi membuat seseorang memilih jalan praktis
menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat
keramaian.
Ada dua tipe pengemis, yaitu pengemis miskin materi dan
pengemis miskin mental. Pengemis miskin materi adalah yang
kondisi ekonominya sulit dan tidak mampu memenuhi kebutuhan
sehari-hari, sehingga mereka memutuskan untuk mencari
penghasilan dari mengemis.
1Abdulsyani, Sosiologi, Skematika, Teori dan Terapan, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2002), h. 190. 2Adi Saputro, dalam skripsi Pengaruh Persepsi Tentang Gepeng
(Gelandangan dan Pengemis) dengan Pengambilan Keputusan, Jurusan
Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakata, 2011, h. 2.
1
2
Kedua, pengemis miskin mental adalah pengemis yang
kondisi ekonominya masih tergolong mampu namun mereka tetap
memilih mengemis dikarenakan memiliki mental malas untuk
berusaha mencari penghasilan dari pekerjaan yang lebih layak.3
Pengemis miskin mental banyak ditemui disekitar kita,
biasanya mereka mengemis untuk memperkaya diri dan untuk
memenuhi segala kebutuhan hidup serta gaya hidup mereka yang
tinggi, tetapi tidak sebanding dengan semangat bekerja keras dan
latar belakang pendidikan maupun tingkat keterampilan mereka.
Menjadi pengemis adalah pilihan untuk mencari nafkah
dengan mudah, karena untuk menjadi pengemis orang tidak
membutuhkan keterampilan yang membuat mereka terbebani, dan
tidak perlu pusing kesana-kemari melamar pekerjaan di
perusahaan-perusahaan atau ditempat lainnya.
Dalam pandangan islam, bekerja merupakan satu kesatuan
yang tidak terpisahkan, mulai dari niat bekerja yaitu tidak hanya
mencari kelimpahan materi di dunia tetapi juga mencari pahala
untuk di akhirat nanti.
Niat ini akan berkorelasi dengan usaha yang dilakukan oleh
seorang individu. Islam menyuruh umatnya untuk bekerja keras
dengan diikuti oleh berbagai perangkat pengamannya seperti nilai-
nilai moral, yaitu akhlak dan etika.4
3Arzena Devita Sari, dalam jurnal Pelembagaan Prilaku Pengemis di
Kampung Pengemis (studi deskriptif di kampung pragaan daya Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep), di akses dari http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts48ab4a8caafull.pdf, pada tanggal 04 april 2018, Hal. 3.
4Ima Amaliah, Aan Julia, Westi Riani, dalam jurnal, Pengaruh Nilai Islam Terhadap Kinerja Kerja, Mimbar, Vol. 29, No. 2, Tahun 2013. H. 166.
3
Allah SWT memerintahkan kepada hambanya supaya
bekerja dan berusaha di muka bumi untuk mencari rizki, Allah
SWT berfirman,
ن فضل وٱذكروا ٱلله م وٱبتغوا روا ف ى ٱلرض لوة فنتش يت ٱلص فإ ذا قض
كث يرا لعلكم تفل حون
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu
dimuka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
banyak-banyak supaya kamu beruntung” (QS. Al-jumu’ah, 62:
10).
Dengan demikian islam tidak menghendaki para
pengikutnya untuk menjadi orang-orang yang malas dan menyerah
saja, apalagi beranggapan bahwa bekerja itu jelek dan menyiksa.
Islam merupakan ajaran yang penuh dengan perintah kepada
umatnya untuk bekerja keras dan amat mengecam peminta-minta.
Banten adalah sebuah provinsi di tatar pasundan, serta
wilayah paling barat di pulau Indonesia. Provinsi Banten pernah
menjadi bagian dari provinsi Jawa Barat, namun menjadi wilayah
pemekaran semenjak tahun 2000, dengan keputusan Undang-
undang No 23 tahun 2000. Dan pusat pemerintahannya berada di
Kota Serang.
Provinsi Banten banyak ditemui para pengemis di setiap
ruas jalan maupun tempat wisata yang ramai. Berdasarkan
keterangan dari Dinas Sosial Provinsi Banten, pengemis di Banten
4
tercatat mencapai 2.674 orang sesuai dengan hasil pendataan di
dinas kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Banten.5
Kota Serang adalah pusat pemerintahan Provinsi Banten,
oleh karenanya banyak orang yang datang dan mengadu nasib,
bagi mereka yang memiliki pengetahuan dan keterampilan bisa
beradaptasi dan mencapai kesuksesan dan bagi mereka yang belum
beruntung dan tidak memiliki keterampilan bukan tidak mungkin
juga akan memilih menjadi gelandangan dan pengemis.
Kampung Kebanyakan salah satu sudut buram Kota
Serang. Letaknya 7 kilometer dari pusat kota. Karena banyaknya
warga yang meminta-minta, maka kebanyakan di juluki sebagai
kampung pengemis. Hampir setiap kali Satpol PP merazia, maka
pengemis yang tertangkap selalu dari kampung Kebanyakan.
Di Kota Serang terdapat Kampung yang lekat dengan
julukan kampung pengemis, Namanya Kampung Kebanyakan,
Desa Sukawana, Kecamatan Serang. Di Kampung Kebanyakan
tercatat ada 2.213 jiwa dari 522 KK (Kepala Keluarga). Kampung
Kebanyakan terbagi atas tida rukun warga (RW). Yaitu RW 1
(kebanyakan wetan) dengan jumlah 219 KK, RW 2 (kebanyakan
kulon) 131 KK, dan RW 3 (kebanyakan tegal) 92 KK. Dari jumlah
tersebu terdapat 76 KK yang berprofesi sebagai pengemis. Muklas
ketua RT 1 Kebanyakan Wetan mengungkapkan, ada 30 warganya
yang menjadi pengemis. Mayoritas dari mereka adalah perempuan
yang tidak pernah mengenyam bangku pendidikan atau paling
tinggi sekedar lulus SD.”hampir rata-rata sudah berumah tangga
dan janda tua, kalau anak-anak juga ada mereka lebih memilih jadi
pemulung,” ujar Mukhlas. (Radarbanten.co.id, 2016)6
5Radar Banten, Di Banten Ada 2.674 Pengemis, diakses dari
https://www.radarbanten.co.id/di-banten-ada-2-674-pengemis/, pada tanggal 12 April 2018.
6Radar Banten, Kisah Miris Budaya Mengemis Dari Kampung Pengemis Bag. 1, diakses dari https://www.radarbanten.co.id/kisah-miris-
5
Pengemis di Kampung Kebanyakan termasuk dalam
pengemis yang memiliki miskin mental, karena pada dasarnya para
pengemis di Kampung Kebanyakan masih bisa mencari pekerjaan
lain seperti berdagang, menjadi kuli cuci dan lainnya, mereka
mengemis dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan hidup sesuai
dengan gaya hidupnya.
Data yang peneliti dapat dari salah satu warga Kampung
Kebanyakan sekaligus sebagai ketua Rt 1 Kebanyakan Wetan
(Mukhlas) menyatakan bahwa:
“Betul ada beberapa warga yang masih mengemis di
jalanan dikarenakan mereka tidak mampu memenuhi kehidupan
sehari-hari dan mereka tidak memiliki pekerjaan tetap yang bisa
mencukupi segala kebutuhan yang dimiliki”.7
Motif warga di Kampung Kebanyakan Desa Sukawana
Kecamatan Serang menjadi pengemis adalah untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya baik berupa sandang, pangan dan papan.
Mereka lebih memilih mengemis dijadikan sebagai profesi karena
mengemis merupakan pekerjaan yang mudah bagi mereka.
Mengemis cukup berjalan keliling atau menunggu belas
kasihan orang lain tidak perlu cape kerja dan tidak memakai
banyak tenaga. Ini merupakan jenis mental kerja yang negativ,
karena pekerjaan yang dipilih tidak sesuai dengan norma dan
aturan yang ada baik dimasyarakat maupun pemerintah, bahkan
budaya-mengemis-dari-kampung-pengemis-bag-1/, pada tanggal 04 maret 2018.
7Hasil wawancara dengan Mukhlas – Ketua Rt 1 Kebanyakan Wetandi desa sukawana pada Selasa, 24 april 2018.
6
didalam agama sekalipun mengemis bukanlah pekerjaan yang di
halalkan untuk dijadikan sebagai profesi.
Mayoritas warga di Kampung Kebanyakan beragama islam
termasuk para pengemis yang setiap harinya mencari nafkah
dengan mengharap belas kasihan dari orang lain. Seseorang yang
meyakini suatu agama seharusnya memiliki sikap religiusitas.
Religiusitas merupakan kualitas keadaan individu dalam
memahami, menghayati ajaran agama yang dianutnya, serta
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, dan
merefleksikan ketaatannya dalam beragama.8
Religiusitas menjadi penting dalam membentuk mentalitas
kerja seseorang, dalam hal ini pada mentalitas kerja pengemis.
Mentalitas merupakan daya otak atau kekuatan berpikir yang ada
pada sikap seseorang yang menuntun prilaku berbuat atau
bertindak dalam kehidupan.9
Penelitian ini menjadi sangat penting untuk dilakukan
karena mayoritas masyarakat di kampung Kebanyakan desa
Sukawana Kecamatan Serang Kota Serang Banten adalah muslim
yang seyogyanya melaksanakan adab-adab yang baik dalam
berprilaku sehari-hari terutama dalam bekerja keras untuk mencari
nafkah keluarga, tidak dengan cara meminta-minta (mengemis).
8Satriani, dalam skripsi, Hubungan Tingkat Religiusitas dengan
Kecemasan Moral Mahasiswa Ushuludin UIN Suska Riau, Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2011, h.29.
9Zakiah Darajat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), cet. Ke-4, h.38.
7
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan, maka
penulis melakukan penelitian tentang RELIGIUSITAS DAN
MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI KAMPUNG
KEBANYAKAN KOTA SERANG - BANTEN.
B. Identifikasi Masalah
Dari beberapa uraian yang dikemukakan pada latar
belakang, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai
berikut:
1. Lingkungan sekitar pengemis tinggal
2. Religiusitas pengemis
3. Mentalitas kerja pengemis
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan , maka
peneliti memfokuskan dan membatasi pembahasan dan
permasalahan hanya pada religiusitas dan mentalitas kerja
pengemis di Kampung Kebanyakan Serang – Banten.
Religiusitas yang dimaksud adalah kualitas keadaan
individu pengemis dalam memahami, menghayati ajaran agama
yang dianutnya, serta mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari. Yang didapat dari pembimbing agama setiap
mengikuti pengajian di Majelis Ta’lim.
Mentalitas kerja yang dimaksud adalah kekuatan berpikir
seseorang yang menuntun prilaku pengemis dalam berbuat atau
bertindak dikehidupan.
Pengemis yang dimaksud adalah seseorang yang
mendapatkan penghasilan dengan cara meminta-minta ditempat
umum dengan berbagai cara dan alasan.
8
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana bentuk pengembangan religiusitas pada pengemis
di Kampung Kebanyakan Kota Serang – Banten.
2. Bagaimana Mentalitas Kerja Pengemis di Kampung
Kebanyakan Kota Serang – Banten.
3. Bagaimana religiusitas dan mentalitas kerja pengemis di
Kampung Kebanyakan Kota Serang – Banten.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bentuk pengembangan religiusitas
pengemis di Kampung Kebanyakan Kota Serang – Banten.
b. Untuk mengetahui bagaimana mentalitas kerja pengemis di
Kampung Kebanyakan Kota Serang – Banten.
c. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh religiusitas terhadap
mentalitas kerja pengemis di Kampung Kebanyakan Kota Serang
– Banten.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis/Pengembangan Pendidikan
1. Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menjadi khazanah
ilmu pengetahuan dalam menangani permasalahan sosial
banyaknya pengemis yang ada di Kampung Kebanyakan Desa
Sukawana Kecamatan Serang Kota Serang-Banten sehingga
masalah pengemis dapat berkurang dan dihilangkan. Dan
diharap dapat memberikan sumbangan keilmuan dan
9
pengetahuan yang meliputi Bimbingan Penyuluhan Sosial dan
Bimbingan Penyuluhan Islam. Khsusnya yang berkaitan
dengan “Religiusitas dan Mentalitas Kerja Pengemis di
Kampung Kebanyakan Serang-Banten
2. Penelitian ini diharapkan dapat memicu kesadaran para
akademisi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya
jurusan Bimbingan dan penyuluhan Islam akan pentingnya
mengkaji dan berperan aktif dalam menanggulangi
permasalahan sosial. Dalam hal ini permasalahan banyaknya
warga yang memilih profesi sebagai pengemis untuk
mencukupi kehidupannya sehari-hari.
b. Manfaat Praktis
Peneliti dapat memahami dan mendalami ilmu
pengetahuan di bidang ilmu dakwah dan komunikasi khusunya
dalam hal Bimbingan dan penyuluhan Islam mengenai
religiusitas mentalitas kerja pengemis.
E. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Pendekatan
Kualitatif. Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang mencoba
memahami fenomena dalam setting dan konteks naturalnya,
dimana peneliti tidak berusaha untuk memanipulasi fenomena
yang diamati.10 Konsep fenomenologi bermula dari pandangan
Edmund Huserl yang meyakini bahwa sesungguhnya objek ilmu
itu tidak terbatas pada hal-hal yang empiris (terindra), tetapi juga
10Samiaji Sarosa, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT
Indeks), 2012, h.7.
10
mencakup fenomena yang berada di luar itu, seperti, pemikiran,
kemauan dan keyakinan sebjek tentang “sesuatu” di luar
dirinya.11
Metode kualitatif digunakan bila:
a. masalah penelitian belum jelas, kompleks dan dinamis
b. untuk memahami makna dibalik data yang tampak
c. untuk memahami interaksi sosial
d. memahami perasaan seseorang.12
Menurut peneliti masalah yang diteliti bersifat kompleks
dan dinamis, oleh karenanya dalam penelitian ini peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif guna mengetahui lebih dalam
secara fenomenologi permasalahan yang ada.
2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini peneliti menetapkan
subjek penelitian yaitu pengemis di Kampung Kebanyakan
Kota Serang-Banten.
b. Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah “Religiusitas Mentalitas
Kerja Pengemis.”
11Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Yogyakarta:
Erlangga, 2009), h. 58. 12Sofwatillah Amin, Dalam Skripsi: Dukungan Sosial dan Kemampuan
Penyesuaian Diri Remaja Suku Baduy Luar yang Bersekolah di Luar Baduy, (jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), 2016, h.12.
11
3. Lokasi dan Waktu
Peneliti memiliki beberapa alasan melakukan penelitian
pada warga Kampung Kebanyakan Desa Sukawana Kecamatan
Serang Kota Serang-Banten, yaitu:
a. Peneliti belum menemukan hasil penelitian tentang religiusitas
dan mentalitas kerja pengemis.
b. Kampung Kebanyakan Desa Sukawana Kecamatan Serang
terdapat warganya yang bekerja untuk mencari nafkah dengan
cara mengemis dijalanan, tempat-tempat ramai, dan tempat-
tempat lainnya.
c. Banyaknya warga masyarakat Kampung Kebanyakan yang
memiliki permasalahan sosial (kemiskinan) sehingga muncul
para pengemis.dan kurangnya upaya pemerintah dalam
memberikan pelatihan yang bersifat pemberdayaan masyarakat
supaya memiliki keterampilan dan bentuk penyuluhan dari
penyuluh agama dan penyuluh sosial setempat belum
maksimal.
Adapun waktu pelaksanaan dalam penelitian ini
dilaksanakan pada tanggal 09 Desember 2018 sampai dengan
08 Mei 2019.
4. Penelitian Sumber Data
Dalam hal ini, peneliti berupaya mengumpulkan data-
data terkait religiusitas mentalitas kerja pengemis. Dalam
penelitian ini yang dijadikan sumber data adalah sebagai
berikut:
12
a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh peneliti melalui
observasi langsung, sebagai pengamat dan wawancara
langsung kepada informan yaitu, Ketua RT, tokoh agama dan
pengemis. di Kampung Kebanyakan.
b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh peneliti melalui
catatan pribadi, dokumen yang berkaian dengan penelitian ini
baik dari referensi buku, majalah, jurnal yang ada kaitannya
dengan pembahasan penelitian ini.
5. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, maka
pengumpulan data diperoleh dengan langkah sebagai berikut:
1. Studi pustaka, yaitu mengumpulkan data dengan cara membaca,
mempelajari serta menganalisis teori-teori dan data tertulis
melalui literature, buku-buku atau dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan pembahasan
2. Studi lapangan, yaitu mengumpulkan, menyeleksi dan meneliti
data yang diperoleh dilokasi penelitian dengan teknik-teknik
sebagai berikut:
a. Observasi (pengamatan)
Observasi merupakan pengamatan akan manusia pada
habitatnya, dalam hal ini adalah lingkungan tempat tinggal, atau
lokasi lain dimana para partisipan berada, hidup, berinteraksi
dan beraktivitas.13 Dalam observasi, peneliti melakukan
kunjungan dan meneliti secara langsung kepada pengemis di
Kampung Kebanyakan.
13Samiaji Sarosa, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Indeks),
2012, h.56.
13
b. Wawancara
Wawancara didefinisikan sebagai diskusi antara dua
orang atau lebih dengan tujuan tertentu. Dengan wawancara
peneliti dapat memperoleh banyak data yang berguna bagi
penelitinya.14 Wawancara yang peneliti lakukan yaitu dengan
Ketua Rt, pengemis, dan tokoh agama Kampung Kebanyakan
yang dianggap dapat memberikan informasi bagi peneliti terkait
permasalahan dalam penelitian ini.
c. Dokumentasi
Dokumen adalah segala sesuatu materi dalam bentuk
tertulis yang dibuat oleh manusia. Dokunen yang dimaksud
adalah segala catatan baik dalam kertas (hardcopy) maupun
elektronik (softcopy). Dokumen dapat berupa buku, artikel
media massa, catatan harian, undang-undang, notulen, blog,
halaman web dan foto.15
6. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada
saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai
pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara,
peneliti sudah mulai melakukan analisis terhadap jawaban
informan yang diwawancara. Jika selesai analisis belum
memuaskan maka peneliti melanjutkan wawancara lagi sampai
tahap tertentu, dan diperoleh data yang kredibel. Menurut Miles
14Samiaji Sarosa, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Indeks),
2012, h.45. 15Samiaji Sarosa, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Indeks),
2012, h.61
14
dan Huberman, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data yaitu
Collection data reduction, data display, dan conclusion
drawing/verification.16
Adapun teknik analisis data penelitian yang akan dilakukan
dalam penelitian ini akan menggunakan analisis data sebagai
berikut:
a. Data Collection ialah peneliti mengumpulkan data dari sumber
sebanyak mungkin mengenai Religiusitas dan Mentalitas Kerja
Pengemis di Kampung Kebanyakan.
b. Data Reduction (Reduksi Data) yaitu setelah data koleksi
terkumpul dan dipaparkan apa adanya, sedangkan data yang
tidak relevan maka dianggap tidak pantas atau kurang valid
akan dihilangkan atau tidak dimasukan ke dalam pembahasan,
data Reduction juga memiliki arti merangkum, memilih hal-hal
yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari
tema dan polanya, sehingga data yang direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas.17
c. Data Display atau penyajian data, yaitu data yang didapat dari
penelitian tentang Pengaruh Religiusitas terhadap Mentalitas
Kerja Pengemis dipaparkan secara ilmiah oleh peneliti dan tidak
ada yang ditutup-tutupi kekurangannya, dan digunakan
16Samiaji Sarosa, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Indeks),
2012, h.218 17Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,
2010), h.95
15
penyajian data berupa teks naratif, penyajian data ini akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan
kerja selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami.
d. Conclusion Drawing/Verifying atau penarikan kesimpulan dan
verifikasi adalah melakukan dengan melihat kembali pada
reduksi data (pengurangan data) sehingga kesimpulan sebagai
jawaban rumusan masalah dengan melihat kembali gambarak
keseluruhan dari tema Religiusitas dan Mentalitas Kerja
Pengemis.
7. Keabsahan data penelitian
Keabsahan data sebuah penelitian merupakan kebutuhan
primer, menyediakan konsep agar mudah diterima dan data hasil
penelitian dapat dipertanggung jawabkan berdasarkan temuan-
temuannya. Kemudian pada prinsipnya, tujuan dari mengetahui
keabsahan data adalah bagaimana mendorong orang lain
khususnya peneliti untuk mempercayai dan mempertimbangkan
temuan-temuan penelitian yang sudah dilakukan.18 Uji keabsahan
data dalam penelitian kualitatif meliputi uji validitas dan uji
reliabilitas yaitu:
a. Uji Validitas
Uji validitas merupakan sebuah langkah pemeriksaan
terhadap keakuratan hasil penelitian dengan menerapkan prinsip
dan aturan tertentu. Berikut aturan yang dipakai:19
18Abdul Azis, dalam skripsi Proses Konversi Spiritual (Studi
Fenonenologi pada Remaja Tunanetra), Program Studi Psikologi, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014, h. 46.
19Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 270-274.
16
1. Perpanjang Pengamatan
Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke
lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber
data yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan
perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan
nara sumber akan semakin terbentuk rapport, semakin akrab (tidak
ada jarak lagi), semakin terbuka, saling mempercayai sehingga
tidak ada informasi yang disembunyikan lagi.
2. Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan kerekunan berarti melakukan pengamatan
secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut
maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam
secara pasti dan sistematis. Dengan meningkatkan ketekunan,
maka peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data
yang telah ditemui itu salah atau tidak. Demikian juga dengan
meningkatkan ketekunan maka, peneliti dapat memberikan
deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.
3. Triangulasi
Triangulasi dapat diartikan sebagai pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.
Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik
pengumpulan data, dan waktu.
a) Triangulasi sumber dapat dilakukan dengan cara mengecek data
yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dengan cara
membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara, membandingkan apa yang dikatakan orang di depan
umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, kemudian
17
membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.20
b) Triangulasi teknik yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara,
lalu dicek dengan observasi, dokumentasi.
c) Triangulasi waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data.
Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara dipagi hari pada
nara sumber saat masih segar belum banyak masalah, akan
memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.
b. Uji Reliabilitas
Untuk mengetahui hasil penelitian yang konsisten. Maka
peneliti mendokumentasikan prosedur dan langkah penelitiannya
sebanyak mungkin. Langkah-langkah peneliti dalam menguji
reliabilitas penelitian ini yakni:21
1. Mebuat kategorisasi data yang sudah direduksi dari hasil
wawancara dan observasi dalam bentuk tabel. Tujuannya dapat
mempermudah peneliti memilih data mana yang sesuai fokus
penelitian dan mebuang data yang dianggap tidak penting.
2. Membuat kesimpulan sementara dari hasil data verbatim
wawancara yang sudah diresuksi.
3. Membuat data berbentuk teks yang bersifat naratif
4. Data yang sudah terpenuhi keseluruhannya kemudian disimpulkan
20M. Djunadi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian
Kualitatif, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2016), h. 332. 21Abdul Azis, dalam skripsi Proses Konversi Spiritual (Studi
Fenonenologi pada Remaja Tunanetra), Program Studi Psikologi, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014, h. 49.
18
sesuai dengan rumusan masalah.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam skripsi ini diuraikan sebagai
berikut:
BAB 1 : Dimulai dengan latar belakang yang merupakan argumen
yang menunjukan adanya suatu kebutuhan untuk mengetahui dan
menganalisa tentang Pengaruh Religiusitas terhadap Mentalitas
Kerja Pengemis dalam mengurangi permasalahan sosial yaitu
pengemis yang ada di Kampung Kebanyakan Desa Sukawana
Kecamatan Serang Kota Serang Banten. Dalam bab ini juga
diuraikan tentang permasalahan yang akan diteliti, pembatasan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi
penelitian, kerangka teori serta studi pustaka yang merupakan
temuan karya ilmiah yang menginspirasi pembuatan skripsi ini.
BAB II : Dimulai dengan kajian pustaka atau teori yang akan
membahas secara lebih rinci tentang pengertian pengemis dan
motif menjadi pengemis, mentalitas: pengertian mental, pengertian
mentalitas, sistem nilai budaya dan sikap mental, serta mentalitas
kerja pengemis, religiusitas: pengertian religiusitas, karakteristik
individu yang memiliki religiusitas, dimensi-dimensi religiusitas,
dan faktor-faktor yang mempengaruhi religiusitas.
BAB III : Pada bab ini akan membahas tentang metodologi
penelitian, Pendekatan Penelitian, Subjek dan Objek Penelitian,
Lokasi dan Waktu, Penelitian Sumber Data, Teknik
Pengumpulann Data, dan Teknik Analisis Data.
19
BAB IV : Gambaran umum lokasi penelitian yang mencakup letak
geografis Kampung Kebanyakan Desa Sukawana Kecamatan
Serang Kota Serang-Banten, agama/religiusitas masyarakat,
pendidikan, pekerjaan, penduduk dan strtur pemerintah.
BAB V : Pada bab ini diuraikan hasil penelitian. Yang akan
membahas pengaruh religiusitas terhadap mentalitas kerja
pengemis di Kampung Kebanyakan Desa Sukawana Kecamatan
Serang Kota Serang-Banten.
BAB VI : Bab ini akan berisi kesimpulan dari penelitian serta
saran-saran untuk penelitian lebih lanjut.
20
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Religiusitas
a. Pengertian Religiusitas
Menurut Nasution (dalam Arifin, 2008), kata religi
beasal dari Bahasa latin yaitu religare yang berarti mengikat.
Agama (religi) mengandung arti ikatan yang harus dipegang
dan dipatuhi manusia. Menurut Gock dan Stark (dalam Ancok
dan Suroso, 2005) agama (religiusitas) adalah sistem simbol,
sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem prilaku yang
terlembagakan, yang semuanya itu berpusat pada persoalan-
persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi
(Ultimate Meaning). Menurut Syafaat, Sahrani dan Muslih
(2008) agama (religi) merupakan norma-norma abadi yang
mengerti kehidupan manusia. Menurut Siswanto (2007)
agama adalah yang menentukan norma-norma hidup dan
norma-norma etika. Menurut Rahmat (dalam Ali, 2007)
religiusitas adalah sikap keagamaan yaitu suatu keadaan yang
ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk
bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap
agama.1
Menurut Mangunwidjadja, agama dan religiusitas
merupakan kesatuan yang saling mendukung dan saling
1Satriani, dalam skripsi Hubungan Tingkat Religiusitas dengan
Kecemasan Moral Mahasiswa Ushuluddin UIN Suska Riau, Fakultas
Psikologi, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2011, h.26.
20
21
melengkapi karena keduanya merupakan konsekuensi logis
manusia yang diibaratkan selalu mempunyai dua kutub, yaitu
kehidupan pribadi dan kebersaman ditengah masyarakat.
Agama berpengaruh sebagai motivasi dalam mendorong
individu untuk melakukakn suatu aktivitas, karena perbuatan
yang dilakukan dinilai mempunyai unsur kesucian serta
ketaatan. Kriterian ini akan mempengaruhi seseorang untuk
berbuat sesuatu. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan
bahwa religiusitas dapat diartikan sebagai kualitas keadaan
individu dalam memahami, menghayati ajaran agama yang
dianutnya serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-
hari, yang merefleksikan ketaatannya dalam beragama.2
Dalam masyarakat Indonesia sekarang ini tampak
terlampau banyak usaha baru yang dengan tujuan
memamerkan taraf hidup yang mewah dalam waktu singkat.
Dengan cara-cara yang tidak lazim, atau dengan cara
“menyikat keuntungan sebesar-besarnya mumpung ada
kesempatan”, tanpa mau merasakan pahit getirnya permulaan
usaha.3 Bahkan ada pula yang memilih pekerjaan yang tidak
lazim seperti mengemis atau meminta-minta dengan harapan
dapat mendapatkan hasil atau keuntungan yang banyak tanpa
harus bermodalkan uang dan kerja keras.
2Satriani, dalam skripsi Hubungan Tingkat Religiusitas dengan
Kecemasan Moral Mahasiswa Ushuluddin UIN Suska Riau, Fakultas
Psikologi, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2011, h.29. 3Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan, h.46.
22
b. Karakteristik Inividu yang Memiliki Religiusitas
Individu yang memiliki religuitas tinggi akan tercermin
pada prilakunya.Sebagaimana yang diungkapkan oleh Hawari
(dalam Sutoyo 2009: 148-160) menyebutkan ciri orang yang
memiliki religiusitas yang tinggi sebagai berikut:
1) Merasa resah dan gelisah manakala tidak melakukan apa
yang diperintahkan oleh Allah atau melaukan suatu yang
dilarang-Nya.
2) Selalu merasa bahwa tingkah laku dan ucapannya selalu
ada yang mengontrol.
3) Melakukan pengalaman agama seperti yang dicontohkan
oleh para Nabi.
4) Memiliki jiwa yang sehat sehingga bisa membedakan mana
yang baik dan buruk bagi dirinya.
5) Selalu melakukan aktivitas-aktivitas positif dalam
kehidupannya.
6) Memiliki kesadaran bahwa adanya batas-batas maksimal
apa yang tidak bisa dicapai olehnya, karena ia menyadari
bahwa hal tersebut sepenuhnya merupakan kehendak
Allah, dan tidak mengalami stress ketika mengalami
kegagalan serta tidak menyombongkan diri ketika sukses,
karena ia menyadari kegagalan dan kesuksesan pada
dasarnya merupakan ketentuan Allah. 4
4Atika Okaviani Palupi, dalam skripsi Pengaruh Religiusitas
Terhadap Kenakalan Remaja Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi
Kabupaten Tegal, Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang, 2013, hal.54.
23
c. Dimensi-dimensi religiusitas
Keberagaman atau religiusitas diwujudkan dalam
berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas beragama bukan
hanya terjadi ketika seseorang melakukan prilaku ritual
(beribadah), tapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang
didorong oleh kekuatan supranatural. Bukan hanya yang
berkaitan dengan aktivitas yang tak tampak dan terjadi dalam
hati seseorang. Karena itu, keberagamaan seseorang akan
meliputi berbagai macam sisi dan dimensi. Dengan demikian,
agama adalah system yang berdimensi banyak. Menurut
Glock & Stark (Robertson, 1988), ada lima macam dimensi
keberagamaan, yaitu dimensi keyakinan (ideologis), dimensi
peribadatan atau praktik agama (ritualistik), dimensi
penghayatan (eksperiensial), dimensi pengamalan
(konsekuensial), dimensi pengetahuan agama (intelektual).5
Pertama, dimensi keyakinan. Dimensi ini berisi
pengharapan-pengharapan di mana orang religious berpegang
teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui
kebenaran doktrin tersebut. Setiap agama mempertahankan
seperangkat kepercayaan di mana penganut diharapkan akan
taat.
Kedua, dimensi praktik agama. Dimensi ini mencakup
prilaku pemujaan, ketaatan, dan hal-hal yang dilakukan untuk
menunjukan komitmen terhadap agama yang dianutnya.
5Djamaludin Ancok & Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1995), hal. 76.
24
Praktik-praktik keagamaan ini terdiri atas dua kelas penting,
yaitu:
a. Ritual, mengacu pada seperangkat ritus, tindakan agama
formal dan praktek-praktek suci yang semua
mengharapkan para pemeluk melaksanakan.
b. Ketaatan, ketaatan dan ritual bagaikan ikan dengan air,
meski ada perbedaan penting.
Ketiga, dimensi pengalaman. Dimensi ini berisikan
dan memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung
pengharapan-pengharapan tertentu, meski tidak tepat jika
dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada
suatu waktu akan mencapai pada pengetahuan subjektif dan
langsung megenai kenyataan terakhir (kenyataan terakhir
bahwa ia akan mencapai suatu kontak dengan kekuatan
superanatural).
Keempat, dimensi pengetahuan agama. Dimensi ini
mengacu pada harapan bahwa orang-orang yang beragama
paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan
mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan
tradisi-tradisi. Dimensi keyakinan dan pengetahuan jelas
berkaitan satu sama lain, karena pengetahuan mengenai suatu
keyakinan adalah syarat bagi penerimanya.
Kelima, dimensi pengalaman atau konsekuensi.
Konsekuensi komitmen agama berlainan dari keempat
dimensi yang sudah dibicarakan di atas. Dimensi ini mengacu
pada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik,
pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari.
25
Istilah “kerja” dalam pengertian teologis digunakan disini
walaupun agama banyak menggariskan kehidupan sehari-hari,
tidak sepenuhnya jelas sebatas konsekuensi-konsekuensi
agama merupakan bagian dari komitmen keagamaan atau
semata-mata berasal dari agama.6
Menurut R. Stark dan C.Y. Glock dalam bukunya yang
berjudul “American Piety: The Nature Of Religious” yang
dikutip oleh Ancok dan Suroso dimensi religiusitas dibagi
menjadi lima yaitu:
1) Religious Belief (The Ideological Dimension), yaitu
tingkat sejauh mana seseorang menerima hal-hal yang
dogmatic dalam agamanya. Misalnya kepercayaan akan
adanya Tuhan, surga, neraka dan sebagainya.
2) Religious Practise (The ritualistic dimension), yaitu
tingkat sejauh mana seseorang melakukan kewajiban-
kewajiban ritual dalam agamanya. Misalnya shalat,
puasa, zakat, haji, dan ibadah muamalah lainnya.
3) Religious Feeling (The experiental dimension), yaitu
perasaan perasaan atau pengalaman keagamaan yang
pernah dialami dan dirasakan oleh seseorang. Misalnya
merasa dekat dengan Tuhan, merasa takut berbuat dosa,
atau merasa diselamatkan oleh Tuhan.
4) Religious Knowledge (The Intelektual dimension), yaitu
seberapa jauh mengetahui tentang ajaran agamanya
terutama yang ada dalam kitab suci maupun lainnya.
6Djamaludin Ancok & Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam, h.78.
26
5) Religious Effect (The consecquental dimension), yaitu
dimensi yang menunjukkan sejauh mana perilaku
seseorang dimotivasi oleh ajaran agama di dalam
kehidupan sosial. Yaitu meliputi perilaku suka menolong,
memaafkan, tidak mencuri, tidak berzina, menjaga
amanah, dan lain sebagainya.7
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi religiusitas
Dalam perkemangan jiwa seseorang dalam
kehidupan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor intern
yang berupa pengaruh dari dalam dan faktor ekstern yang
berupa pengaruh dari luar.
1) Faktor intern
a) Faktor hereditas
Maksudnya bahwa keagamaan secara langsung
bukan sebagai faktor bawaan yang diwariskan secara turun
temurun melainkan terbentuk dari unsur lainnya.
b) Tingkat usia
Dalam bukunya The Development of Religious on
Childern Ernest Harm, yang dikutip Jalaluddin
mengungkapkan bahwa perkembangan agama dalam masa
anak-anak di tentukan oleh tingkat usia mereka,
perkembangan tersebut dipengaruhi oleh aspek kejiwaan
termasuk agama dan perkembangan berpikir.
c) Kepribadian
7D. Ancok dan K. Suroso, Psikologi Islam: Solusi Islam atas
Problem-problem Psikologi, (Jogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hal. 80-81.
27
Kepribadian menurut pandangan para psikologis
terdiri dari dua unsur yaitu hereditas dan lingkungan. dari
kedua unsur tersebut para psikolog cenderung berpendapat
bahwa tipologi memiliki keperibadian yang unik dan
berbeda. Sebaliknya, karakter menunjukan bahwa
kepribadian manusia terbentuk berdasarkan pengalaman
dan lingkungan.
d) Kondisi kejiwaan
Kondisi kejiwaan ini terkai dengan faktor intern.
Menurut Sigmun Freud menunjukan gangguan kejiawaan
ditimbulkan oleh konflik yang ditekan di alam ketidak
sadaran manusia, konflik akan menjadi sumber gejala
kejiwaan yang abnormal.
2) Faktor ekstern
a) Faktor keluarga
Keluarga merupakan satuan sosial yang paling
sederhana dalam kehidupan manusia, khususnya orang tua
yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa
keagamaan anak, karena jika kedua orang tuanya
berkelakuan baik maka cenderung anak juga akan
berkelakuan baik, begitupun sebaliknya jika orang tua
berkelakuan buruk maka anak juga akan berkelakuan
buruk.
b) Lingkungan institusional
Lingkungan ini ikut mempengaruhi perkembangan
jiwa keagamaan, baik dalam institut formal maupun non
formal seperti perkumpulan dan organisasi.
28
c) Lingkungan masyarakat
Lingkungan masyarakat bukan merupakan
lingkungan yang mengandung unsur bertanggung jawab,
melainka hanya unsur pengaruh belaka, tetapi terkadang
norma dan tata nilai yang lebih mengikat bahkan
pengaruhnya lebih besar baik dalam perkemangan jiwa
keagamaan dalam bentuk positif maupun negativ.8
2. Mentalitas
Mental dalam kamus besar Bahasa Indonesia diartikan
sebagai “suatu hal yang berhubungan dengan batin dan watak
manusia yang bukan bersifat badan dan tenaga”.9 H.M. Arifin
menyatakan bahwa “arti mental” adalah sesuatu kekuatan yang
abstrak (tidak tampak) serta tidak dapat dilihat oleh pancaindra
tentang wujud dan zatnya, melainkan yang tampak adalah
hanya gejalanya saja.10 Zakiah Darajat, mengemukakan bahwa
mental sering digunakan sebagai ganti dari kata Personalty
(kepribadian) yang berarti bahwa mental adalah semua unsur-
unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap, dan perasaan dalam
keseluruhan dan kebulatannya akan menentukan corak tingkah
laku, cara menghadapi suatu hal yang menekan perasaan
mengecewakan, mengembirakan dan sebagainya.11
8Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007), hlm: 279-287 9Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet. Ke-1,
Edisi Tiga, h. 733. 10H.M. Arifin, “Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniah
Manusia”, (Jakarta: Bulan Bintan, 1997), Cet. Ke-2,h. 17. 11Zakiah Darajat, ”Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental”,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1990), Cet. Ke-4, h.38-39.
29
Jadi kata mental adalah suatu yang tidak dapat dilihat,
diraba secara lahiriah dan tidak mudah untuk di ukur karena ia
sesuatu yang abstrak. Namun pada prinsipnya mental itu suatu
yang utuh dan terbentuk dalam suatu wujud kegiatan yang
merupakan gambaran yang jelas antara suasana yang mereka
lakukan, sehingga hal ini dapat terlihat dalam wujud tingkah
laku seseorang dalam bentuk wajar atau tidak. Mental berkaitan
dengan batin yang mewujud dalam cara berpikir, cara merasa,
dan cara bersikap atau meyakini yang melahirkan tindakan.
Menurut Poerwadar-minta (2005: 762) bahwa mentalitas berarti
keadaan batin, cara berpikir dan berperasaan.
Mentalitas atau orang inggris menamakan mentality,
berarti daya otak atau kekuatan pikir, suatu sikap rohaniah
(mental) yang ada pada sikap seseorang yang menuntun prilaku
berbuat atau bertindak dalam kehidupan. Ada lima macam
konsep sikap mental yang bisa kita pelajari, seperti
dikemukakan oleh Kluckhon dan Strodbeck (1961) (dalam
Mattulada, 1987) yang secara universal terdapat pada semua
bangsa dan semua zaman yang menjadi sumber nilai budaya
dan terhadapnya orang itu menyatakan sikapnya:
a. Tanggapan terhadap hakikat hidup. Semua kebudayaan di dunia
ini niscaya memiliki konsep tentang apa yang disebut hakikat
hidup. Apa arti hidup ini, apa tujuan dan bagaimana
menjalaninya. Biasanya agama-agama memberikan tuntunan
hidup seseorang sehingga terbentuk persepsinya terhadap hidup
itu.
30
b. Tanggapan terhadap karya. Konsep tentang arti karya begitu
banyak variasinya, yang ditampilkan oleh berbagai
kebudayaan. Ada yang memandang karya atau bekerja itu
sebagai sesuatu yang memberikan arti bagi kehidupan;
c. Tanggapan terhadap alam. Bagaimana manusia harus
menghadapi alam juga terdapat persepsi yang berbeda-beda
menurut tiap-tiap kebudayaan. Ada yang memandan bahwa
ala mini sebagai sesuatu yang potensial dapat memberikan
suatu kebhidupan yang bahagia bagi manusia dengan
mengelolanya; ada yang memandang alam ini sebagai
sesuatu yang sacral dan orang harus menerima sebaggaimana
adanya; dan berbagai tanggapannya.
d. Tanggapan terhadap waktu. Berbagai tanggapan oran
tentang waktu terbentuk dalam kebudayaan yang
membinanya. Ada tanggapan bahwa sebaik-baiknya adalah
masa lalu yang memberikan pedoman kebijaksanaan dalam
hidupnya; ada yang memandang masa kini itulah waktu yang
terpenting dan ada yang beranggapan berorientasi ke masa
depan itulah yang terbaik untuk kehidupan ini.
e. Tanggapan terhadap sesama manusia. Ada peradaban yang
menanamkan pada warga masyaraka pandangan-pandangan
terhadap sesama manusia bahwa orang-orang atasan itulah
yang sepatutnya menjadi pola ikutan yang sebaik-baiknya;
ada yang menanamkan pandangan bahwa mengikuti kepada
sesama adalah yang terbaik; dan ada yang berorietasi pada
pengikut pengalaman leluhur itulah yang baik; dan berbagai
jenis tanggapan lainnya.
31
3. Kerja
a. Pengertian Kerja
Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh
manusia. Kebutuhan itu bisa bermacam-macam,
berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak disadari
oleh pelakunya. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang
hendak dicapai. Dan orang berharap bahwa aktivitas kerja
yang dilakukan dapat membawanya kepada suatu keadaan
yang lebih memuaskan daripada keadaan sebelumnya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa manusia dalam
dirinya mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang kemudiam
membentuk tujuan yang hendak dicapai dan dipenuhinya.
Untuk memenuhi kebutuhannya orang akan terdorong
melakukan aktivitas yang disebut kerja.12
Menurut Hegel (1770-1831), inti pekerjaan adalah
kesadaran manusia. Pekerjaan memungkinkan orang dapat
menyatakan diri secara obyektif ke dunia ini, sehingga ia
dan orang lain dapat memandang dan memahami
keberadaan dirinya. Bagi sebagian orang yang sudah
berada pada taraf tidak lagi mencari nafkah (karena
persediaan uangnya sudah cukup banyak), kerja hanyalah
kesenangan (hobby) atau merupakan pilihan untuk
memenuhi egonya saja.
Menurut Dr. May Smith dalam bukunya
“Introduction to Industrial Psichology”, tujuan dari kerja
12Pandji Anoraga, Psikologi Kerja (Jakarta: Rineka Cipta, Cet.6
2014), hal. 11.
32
adalah untuk hidup. Dengan demikian, maka mereka
menukarkan kegiatan fisik atau kegiatan otak dengan
sarana kebutuhan untuk hidup. Dengan demikian bahwa
hanya orang-orang yang bermotivasikan kebutuhan
ekonomi saja yang bisa dikategorikan sebagai kerja.13
b. Hakekat Kerja
Dalam kehidupan manusia selalu mengadakan
bermacam-macam aktivitas. Salah satu aktivitas itu
diwujudkan dalam gerakan yang dinamakan kerja.
Bekerja mengendung arti melaksanakan tugas yang
kemudikan diberikan upah/bayaran untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Faktor pendorong yang menyebabkan
manusia bekerja adalah adanya kebutuhan yang harus
dipenuhi. Aktivitas bekerja mengandung unsur suatu
kegiatan sosial, menghasilkan sesuatu, dan pada akhirnya
bertujuan untuk memenuhi kebutuhannya. Pada
hakekatnya orang bekerja tidak hanya untuk
mempertahankan kelangsungan hidup, namun juga
bertujuan untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik.
Menurut Mc. Gregor (dikutip dari Smith &
Wakeley, 1972), seseorang bekerja karena bekerja
merupakan kondisi bawaan, sama halnya seperti bermain
dan beristirahat, untuk aktif mengerjakan sesuatu.
Kemudian Smith & Wakeley menambahkan dengan
teorinya yang menyatakan bahwa seseorang didorong
13Pandji Anoraga, Psikologi Kerja (Jakarta: Rineka Cipta, Cet.6
2014), hal. 12.
33
melakukan aktivitas karena berharap agar bisa membawa
pada keadaan yang lebih memuaskan dari pada sekarang.
Pendapat dari Gilmer (1971), bahwa bekerja itu
merupakan proses fisik maupun mental manusia dalam
mencapai tujuannya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa
bekerja adalah aktivitas manusia baik fisik maupun mental
yang dasarnya adalah bawaan dan mempunyai tujuan
untuk mencapai kepuasan.14
c. Motivasi Kerja
Motivasi sering diartikan sebagai istilah dorongan.
Dorongan atau tenaga yang merupakan gerak jiwa dan
jasmani untuk berbuat. Motivasi merupakan suatu proses
psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap,
kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri
seseorang. Pengertian yang dikemukakan oleh Wexley &
Yukl adalah pemberian atau penimbulan motif. Jadi
motivasi kerja adalah sesuat yang menimbulkan semangat
atau dorongan kerja.
Motivasi sebagai sesuatu yang dirasakan sangat
penting, hal ini disebabkan karena beberapa hal:
a) Motivasi sebagai suatu yang penting (Important
Subject)
b) Motivasi sebagai sesuatu yang sangat sulit (Puzzling
Subject)
14Moh. As’ad, “Psikologi Industri”, (Yogyakarta: Lambaga
Management YKPN, 1980), h. 45-46.
34
Motivasi bekerja seseorang dapat lebih bercorak
proaktif atau reaktif. Pada motivasi proaktif orang akan
berusaha untuk mneingkatkan kemapuannya sesuai dengan
yang dituntuk oleh pekerjaan atau berusaha untuk
mencarinya, menemukna, dan menciptakan peluang dimana
ia dapat menggunakan kemampuannya untuk performance
yang tinggi. Sebaliknya motivasi seseorang yang lebih
reaktif, cenderung menunggu upaya atau tawaran dari
lingkungannya. Ia mau bekerja jika mau dipaksa (dari luar
dirinya) untuk bekerja. Bila motivasi kerja rendah, maka
untuk kerja akan rendah pula meskipun memiliki
kemampuan yang cukup baik. Sebaliknya jika motivasi
kerjanya besar, namun peluang untuk menggunakan
kemampuasn tidak ada atau tidak diberikan, untuk kerjanya
pun akan rendah.15
4. Pengemis
a. Pengertian
Pengemis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
berasal dari kata emis dan mengemis (meminta sedekah dan
meminta penuh rendah serta harapan). Emis pengemis (orang
yang meminta-minta). Raharjo (1986:143), menyebutkan
bahwa pengemis merupakan jenis gelandangan untuk
mencari nafkah. Dalam mengemis tidak selalu mendapatkan
penghasilan kecil, jika dilakukan secara professional maka
dengan mengemis bisa mendapatkan penghasilan yang
15Minto Waluyo, dalam artikel ilmiah “Manajemen Psikologi
Industri”, (Jakarta: PT Indeks, 2015), h. 62-63.
35
memuaskan, bahkan lebih dari cukup rata-rata orang yang
bekerja di pabrik atau di kantoran, dan mengemis tidak
memandang laki-laki, perempuan, anak-anak, orang tua
maupun muda yang sebagian besar waktunya untuk
meminta-minta. Menurut Humaidi (2003), jenis praktek
mengemis biasanya dilakukan secara individual, baik dalam
hal keberangkatan maupun penentuan daerah mengemis.16
Menurut PP No 31 tahun 2010 pengemis adalah
orang-orang yang mendapatkan penghasilan dengan
meminta-minta dimuka umum dengan berbagai cara dan
alasan untuk mendapatkan belas kasihan orang lain. Sejalan
dengan peraturan tersebut, dijelaskan pula dalam peraturan
Mentri Sosial Republik Indonesia No 08 Tahun 2012 dengan
pedoman pendataan dan pengelolaan data penyandang
masalah kesejahteraan sosial (PMKS), potensi dan sumber
kesejahteraan sosial (PSKS) yang menyebutkan bahwa
“pengemis adalah orang-orang yang mendapatkan
penghasilan meminta-minta ditempat umum dengan
berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan
orang lain dengan kriteria:
a) Mata pencahariannya bergantung pada belas kasihan
orang lain
b) Berpakaian kumuh dan compang camping
16Lita Yuniarti, “Prilaku Pengemis di Alun-alun Kota Probolinggo”,
Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jember, file:///D:/JURNAL/JURNAL%20DAN%20SKRIPSI/jurnal%20prilaku%20pengemis.pdf, h.2.
36
c) Berada ditempat-tempat ramai/strategis
d) Memperalat sesama untuk merangsang belas kasihan
orang lain.17
Pengemis merupakan bagian dari penyandang
permasalahan sosial. Pada kluster pemerintahan sosial
belum termasuk kedalam penyandang masalah
kesejahteraan sosial (PMKS). Menurut Oscar Lewis,
prilaku mengemis berawal dari kemiskinan yang diawali
dengan keterbatasan ekonomi dan terbentuknya budaya
kemiskinan serta cara berpikir yang mengarah pada prilaku
miskin dengan cara berharap pemberian dari orang lain.
Prilaku miskin yang kini disandang pengemis
disebabkan karena kebiasaan yang telah dijalaninya selama
bertahun-tahun dan rasa apatis dari keluarganya. Sehingga
dalam tinjauan psikologi membuatnya tidak berdaya
kecuali dengan mengemis. Pada dasarnya inti dari aktivitas
mengemis yang dilakukan adalah untuk mengejar istilah
kesejahteraan dalam hidupnya dengan membanting setir
terjun sebagai pengemis yang dianggap sebagai solusi
terbaik. Penghasilan yang didapatkan dari mengemis pun
sesuai dengan yang diharapkan.18
17Ama Farida Sari, dalam skripis Sikap Mental Pengemis di Kompleks
Pecinan Desa hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus”, Jurusan Politik dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang. h.25.
18Halim Purnomo, “Spiritualitas dan Prilaku Pengemis di Kota Cirebon”, (Jakarta: Cakrawala Budaya, 2017), h. 193.
37
b. Rekayasa Pengemis (mengemis dengan cara menipu)
Dalam keadaan terpaksa karena himpitan ekonomi,
banyak masyarakat yang menyulap dirinya sebagai
pengemis. Mereka beranggapan bahwa dengan cara
mengemis dapat menghasilkan uang banyak tanpa harus
keluar banyak modal dan tidak perlu pendidikan tinggi.
Bahkan untuk mengetahui cara-caranya pun tidak perlu
belajar. Itulah alasan mereka berpindah profesi.19 Banyak
pengemis yang merubah penampilannya untuk membuat
orang merasa kasihan dan iba sehingga memberikan uang
atau barang kepadanya. Biasanya para pengemis mengakali
dengan cara memakai pakaian yang compang camping,
membawa anak kecil, pura-pura cacat bahkan sampai
membuat rekayasa bagian tubuh supaya terlihat cacat.
c. Faktor Munculnya Pengemis
Artijo Alkostar (1984: 120-121) mengatakan
bahwa munculnya pengemis disebabkan dua faktor, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi
sifat-sifat malas, tidak mau bekerja, mental yang tidak kuat,
adanya cacat fisik maupun cacat psikis. Sedangkan faktor
eksternal meliputi faktor sosial, kultural, ekonomi,
pendidikan, lingkungan, agama dan letak geografis.20
19Halim Purnomo, “Spiritualitas dan Prilaku Pengemis di Kota
Cirebon”, h. 217. 20Maghfur Ahmad, dalam jurnal “Strategi Kelangsungan Hidup
Gelandangan dan Pengemis (gepeng),” Volume 7, Nomor 2, November 2010, h. 3.
38
Effendi (1993: 114), menurut buku Standar Pelayanan
Minimal Pelayanan Dan Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan
Pengemis, ada beberapa hal yang mempengaruhi sesorang
menjadi pengemis, yaitu:21
a) Tingginya tingkat kemiskinan, menyebabkan seseorang
tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga
tidak dapat mengembangkan kehidupan baik pribadi
maupun keluarga secara layak.
b) Rendahnya tingkat pendidikan, merupakan faktor yang
menyebabkan sulitnya untuk mendapatkan pekerjaan
sehingga memilih mengemis untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
c) Kurangnya keterampilan kerja atau bahkan tidak
memiliki keahlian dalam bekerja menyebabkan seseorang
tidak mampu bersaing dalam memenuhi tuntutan pasar
kerja.
d) Faktor sosial budaya: ada beberapa faktor sosial budaya
yang mempengaruhi seseorang menjadi pengemis, yaitu:
1) Rendahnya harga diri, sehingga ketika meminta-minta
(mengemis) tidak merasa malu.
2) Sikap pasrah pada nasib. Mereka berpikir bahwa menjadi
pengemis adalah nasib yang harus dijalani sehingga tidak
21Lita Yuniarti, “Prilaku Pengemis di Alun-alun Kota Probolinggo”,
Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jember, file:///D:/JURNAL/JURNAL%20DAN%20SKRIPSI/jurnal%20prilaku%20pengemis.pdf, h. 3.
39
ada keinginan untuk merubah nasib dan tidak lagi menjadi
seorang pengemis.
3) Kebebasan dan kesenangan hidup menggelandang. Ada
kenikmatan sendiri ketika mereka hidup mengemis dan
menggelandang, karena mereka merasa tidak terikat oleh
aturan aturan atau norma yang terkadang membebani
mereka, sehingga mengemis menjadi salah satu mata
pencaharian. (Dirjen Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
Depsos RI, 2005: 7-8).
5. Mentalitas Kerja Pengemis
Mentalitas atau orang inggris menamakan mentality,
berarti daya otak atau kekuatan berpikir yang ada pada sikap
seseorang yang menuntun prilaku berbuat atau bertindak
dalam kehidupan. Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan
oleh manusia. Kebutuhan itu bisa bermacam-macam,
berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak disadari
oleh pelakunya. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang
hendak dicapai.
Berdasarkan teori-teori yang disampaikan diatas,
antara mentalitas kerja memiliki pengertian daya otak atau
kekuatan berpikir yang ada pada sikap seseorang yang
menuntun prilaku berbuat atau bertindak dalam kehidupan
untuk memenuhi kebutuhannya atau mencapai suatu
keinginannya. Mentalitas kerja yang rendah akan mendorong
seseorang untuk melakukan tindakan praktis sedangkan
budaya konsumersime mereka tinggi sehingga mereka
memilih mengemis untuk memunuhi kebutuhan hidupnya.
40
Tujuan dari bekerja sebagai pengemis terdiri dari dua
macam:
a) Membantu penghasilan suami atau istri (biaya rumah tangga
dan sekolah anak)
b) Memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Bagi mereka yang memiliki tujuan untuk membantu
suami atau istrinya, bermula dari jenis pekerjaan mereka yang
sama seperti menjadi tukang sampah dan buruh tani yang
selama ini tidak mampumemenuhi segala kebutuhan
keluarganya karena pendapatan yang sangat minim. Akhirnya,
atas kesepakatan mereka masing-masing pasangan, maka
salah satu dari keduanya bergabung menjadi pengemis.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang di lakukan pada
“Spiritualitas dan Prilaku Pengemis di Kota Cirebon”.
Memaknai peran diri sebagai pengemis di Kota Cirebon, dapat
dilihat dari cara mereka melihat dirinya sebagai pengemis,
sperti diketahui bahwa menjadi pengemis bagi mereka
merupakan suatu pilihan yang harus diambil untuk
menyelasikan masalah kehidupan yang dialaminya.
Berkeliaran mencari nafkah dengan mengemis bukan
semata-mata hanya karena ajakan orang lain, tetapi
merupakan pilihan yang harus mereka lakukan untuk
memecahkan persoalan hidup yang mereka hadapi. Misalnya
ketidak mampuannya memenuhi kebutuhan hidupnya,
memperoleh pendidikan yang layak untuk anak-anaknya, dan
meningkatnya harga kebutuhan pokok, menyebabkan mereka
41
pergi ke jalanan untuk mengemis untuk mencari tambahan
penghasilan.22
B. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka dimaksudkan untuk memberikan
informasi tentang penelitian atau karya-karya lain yang
berhubungan dengan penelitian yang akan diteliti agar tidak
terjadi penggandaan. Tinjauan pustaka juga berfungsi untuk
memberikan gambaran tenteng seberapa penting penelitian ini
harus dilakukan.
Adapun penelitian yang berbentuk skripsi dan jurnal yang
pernah penyusun baca meliputi:
1. Skripsi Ama Farida Sari dengan judul : “Sikap Mental
Pengemis di Kompleks Pecinan Desa Hadipolo Kecamatan
Jekulo Kabupaten Kudus”. Dalam skripsi ini dijelaskan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi adanya pengemis meliputi
faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal datang dalam
diri si miskin itu sendiri, Alasan dasar yang menjadi penyebab
kemisikan yaitu faktor ekonomi. Faktor ekonomi mempengaruhi
hampir seluruh bagian kehidupan masyarakat. Mereka yang
kekurangan ekonomi akan mencari berbagai cara untuk
memperbaiki hidupnya dan salah satu cara yang digunakan yaitu
mengemis. Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah a.
bagaimana sikap mental pengemis yang berada di Komplek
Pecinan Desa Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus, b.
apasaja faktor yang melatar belakangi pengemis melakukan
22Halim Purnomo,”Spiritualitas dan Prilaku Pengemis di Kota
Cirebon”, h.205.
42
kegiatan mengemis. Dalam skripsi ini menggunakan teori sikap
mental dari Graham dalam Poerwopoespito (200:2) dan teori
konstruksi sosial dari Suryanto dalam Ayni (200). Sikap mental
yang dimiliki oleh pengemis di kompleks pecinan menunjukan
bahwa mereka malas untuk mencari pekerjaan yang lain karena
pekerjaan menjadi pengemis sudah mereka jalani sejak dulu
bahkan diajarkan kepada anak cucu mereka secara turun temurun.
Faktor yang melatar belakangi sikap mental pengemis Kompleks
Pecinan melakukan kegiatan mengemis adalah karena adanya
suatu kehendak sendiri oleh pengemis, kondisi ekonomi yang
mereka miliki, lingkungan sosial dan lingkungan keluarga di
Kompleks tempat mereka tinggal. 23
2. Skripsi Ruri Anggraeni dengan judul “Peran Dinas Sosial
Dalam Merehabilitasi Mental Gelandangan dan Pengemis
(Studi Kasus di Dinas Sosial Provinsi Banten)”. Dalam skripsi
ini dijelaskan bahwa faktor penyebab pengemis yaitu: a)
pekerjaan yang tidak tepat dan tidak normative. b) tempat tinggal
yang tidak manusiawi, tidak sehat, tidak eduktif, merusak tatanan
lingkungan. c) kondisi fisik dan mental gelandangan yang tidak
khas. Faktor ini berkaitan dengan masalah sosial: 1) nilai
keagamaan yang rendah, yaitu nilai yang berkaitan dengan tidak
memiliki rasa malu untuk meminta-minta. 2) nilai atau sikap
pasrah pada nasib yaitu pengemis mengaggap bahwa kemiskinan
dan kondisi mereka sebagai pengemis adalah takdir dari tuhan,
23Ama Farida Sari, dalam skripsi “Sikap Mental Pengemis Kompleks
Pecinan Desa Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus”, 2016, Jurusan
Politik dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Semarang.
43
sehingga mereka tidak ada upaya untuk melakukan perubahan. 3)
nilai kebebasan dan kesenangan hidup mengemis yaitu ada
kebahagiaan tersendiri bagi sebagian pengemis yang hidup
mengemis karena mereka merasa tidak terikat oleh aturan atau
norma yang kadang-kadang membebani mereka. Rumusan
masalah dalam skripsi ini: a. bagaimana peran dinas sosial dalam
merehabilitasi mental gelandangan dan pengemis, b. bagaimana
kondisi gelandangan dan pengemis setelah direhabilitasi. Teori
yang digunakan yaitu teori rehabilitas dan teori mental. Setelah
dilakukan rehabilitasi oleh Dinas Sosial Provinsi Banten ini, para
gelandangan dan pengemis mengalami perubahan. Dari lima
responden yang di rehabilitasi, mereka telah memiliki keahlian
yang berbeda-beda yaitu dibidang bisnis, keteampilan menjahit,
keterampilan kerajinan tangan dan bercocok tanam. Selain
keterampilan yang berbeda-beda kelima responden, mereka juga
memiliki rasa percaya diri dalam menjalani kehidupan sehari-hari
dan lebih termotivasi untuk menjalani hidup yang lebih baik
lagi.24
3. Zaenal Abidin, Sangidun, Alief Budiono (dosen jurusan
dakwah STAIN Puwokerto) (VOl.7, NO2, Tahun 2013)
dengan judul Penanganan Problematika Pengemis,
Gelandangan dan Orang Terlantar (PGOT) Melalui
Bimbingan dan Konseling Islami di Balai Rehabilitasi Sosial
“Martini” Cilacap. Hasil dalam jurnal ini menunjukan bahwa,
24Ruri Anggraeni, dalam skripsi “Peran Dinas Sosial dalam
Merehabilitasi Mental Pengemis (Studi Kasus Dinas Sosial Provinsi Banten)”,
2016, Fakultas Ushuludin Dakwah dan Adab Istitut Agama Islam Negeri
(IAIN) Sultan Maulana Hasanudin Banten.
44
Balai Rehabilitasi Sosial Martani merupakan lembaga di bawah
naungan Kementrian Sosial Provinsi Jawa Tengah, yang
berdomisili di Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap, Balai
Rehabilitasi Sosial “martani” Cilacap telah melakukan layanan
sosial terhadap pengemis, gelandangan dan orang terlantar
(PGOT) bahkan dari berbagai daerah diluar kota yang rata-rata
masih usia produktif; para PGOT yang masuk dan tinggal di
Balai Rehabilitasi Sosial “martini” rata-rata lebih disebabkan
oleh ketidak berdayaan menghadapi kehidupan, didera oleh
kemiskinaan, tidak memiliki life skill, ketidak adaannya
kepeduliain dari orang tua, saudara, bahkan anaknya serta
pemerintah setempat dan masyarakat dimana ia tinggal
sebelumnya. Pelayanan masih fokus pemenuhan fasilitas papan,
sandang dan pangan, dan kesehatan, sedangkan layanan sosial
pendidikan life skill dan pembinaan sosial dan rohani PGOT
belum optimal namun sudah dilakukan dengan bekerjasama
dengan berbagai pihak terutama pemerintah daerah kabupaten
cilacap.
4. Tyas Martika Anggriana (VOL.7, NO.1, Tahun 2016), dalam
jurnal berjudul “Identifikasi Permasalahan Gelandangan dan
Pengemis di UPT Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan
Pengemis”. Hasil dalam jurnal ini dapat disimpulkan bahwa ada
beberapa permaslahan yang dialami oleh gelandangan dan
pengemis di Panti Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan Pengemis
yang terkait dengan : masalah ekonomi, masalah pendidikan,
masalah sosial budaya, masalah lingkungan, masalah hukum dan
kewarganegaraan, dan sikap mental yang kurang
45
sehat.sedangkan faktor penyebab gepeng memilih untuk hidup
dijalanan bukan hanya karena kurangnya bekal keterampilan dan
pendidikan yang memadai namun ada penyebab lain, diantaranya
adanya sikap malas,tidak mau berusaha untuk mengubah
hidupmenjadi lebih baik dan menginginkan hidup enak dengan
cara yang instan. Untuk itu pembinaan dan pendampingan yang
mnekankan pada pemberian berbagai keahlian dan keterampilan
kerja masih kurang optimal untuk mengetaskan keberadaan
gepeng. Sikap malas dan tidak mau bekerja merupakan ciri dari
mental yang tidak sehat. Jika seseorang memiliki mental yang
sehat maka ia akan memotivasi dirinya untuk mendapatkan
kehidupan yang lebih baik lagi, maka individu tersebut memiliki
gangguan kesehatan mental. Untuk itu mereka butuh
pendampingan dari psikolog yang dapat menumbuhkan sikap
mental yang sehat.
Kajian pustaka pertama meneliti tentang sikap mental
mengemis yang terbentuk didalam lingkungan, kajian pustaka
kedua meneliti tentang peran Dinas Sosial dalam merehabilitasi
mentalitas pengemis serta membahas tentang faktor seseorang
menjadi pengemis, kajian pustaka ketiga meneliti tentang
penanganan problematika Pengemis, Gelandangan dan Orang
Terlantar (PGOT) melalui bimbingan rohani, kajian pustaka
keempat meneliti tentang identifikasi permasalahan gelandangan
dan pengemis.
Perbedaan dari penelitian di atas dengan penelitian ini
adalah pada fokus penelitiannya. Penelitian di atas mayoritas
fokus terhadap identifikasi permasalahan pengemis dan program
46
dalam penanganan gelandangan dan pengemis. Sedangkan yang
peneliti lakukan adalah meneliti religiusitas dan mentalitas kerja
pengemis di Kampung Kebanyakan Kota Serang – Banten.
C. Kerangka Berpikir
Pengemis merupakan seseorang yang meminta-minta
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya beserta keluarga, banyak
orang yang memilih bekerja sebagai pengemis dengan alasan
tidak adanya lapangan pekerjaan yang tersedia sedangkan
kebutuhan semakin banyak, maka memilih jalan praktis dengan
cara meminta-minta.
Pengemis di Kampung Kebanyakan pada dasarnya
adalah pengemis yang masih mampu mencari peluang untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara lain, namun karena
mentalitas kerja rendah sehingga memilih meminta-minta
sebagai pekerjaan supaya bisa cepat mendapatkan uang.
Masyarakat di Kampung Kebanyakan mayoritas
beragama islam, sudah seharusnya memahami aturan-aturan
dalam agama islam salah satunya adalah aturan dalam memilih
pekerjaan, karena agama islam menentukan norma hidup dan
etika seseorang. Sikap keagamaan atau religiusitas yang ada
dalam diri seseorang akan mendorong tingkah lakunya sesuai
kadar ketaatan terhadap agama.
Pengemis di Kampung Kebanyakan rutin mengikuti
pengajian di Majelis Ta’lim yang didalamnya diajarkan ilmu
tentang agama serta aturan-aturan yang ada dalam agama islam
dengan harapan para jama’ah terutama pengemis memiliki
47
sikap religiusitas dalam bertingkah laku. Upaya penulis dalam
menjelaskan kerangka berpikir dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
Religiusitas dan Mentalitas Kerja Pengemis di
Kampung Kebanyakan
Religiusitas dan Mentalitas kerja Pengemis
Religiusitas Mentalitas Kerja
Pengemis
1. Keyakinan
2. Ritual
3. Pengetahuaan
4. penghayatan
1. Sikap
2. Emosi
3. Kebutuuhan
51
BAB III
GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
A. Profil Daerah Kampung Kebanyakan Desa Sukawana
Kecamatan Serang
1. Letak Geografis dan Jumlah Penduduk
Serang, ibu kota Provinsi Banten baru Sembilan
tahun berpisah dengan Kabupaten Serang. Kota seluas
266,77 kilometer persegi memiliki enam kecamatan
yaitu :
a. Kecamatan Cipocok Jaya
b. Kecamatan Curug
c. Kecamatan Kasemen
d. Kecamatan Serang
e. Kecamatan Taktakan
f. Kecamatan Walantaka
Di kecamatan Serang terdapat sebuah kampung
lekat dengan julukan kampung pengemis yaitu di kampung
Kebanyakan desa Sukawana. Kampung Kebanyakan
menyumbang pengemis terbanyak di kota Serang, setiap
kali ada pengemis yang tertangkan oleh Satpol PP mengaku
berasal dari kampung Kebanyakan. Jarak kampung
Kebanyakan dengan pusat pemerintahan kota serang
(Puspemkot) Serang hanya 1,5 kilometer. Berlokasi di
sebelah timur Kompleks Kota Serang Baru (KSB)
Cipocokjaya Kecamatan Serang, akses menuju kecamatan
juga relatif mudah menggunakan kendaraan roda empat
atau roda dua.
51
52
Di kampung Kebanyakan tercatat ada 2.213 jiwa
dari 522 KK (kepala keluarga), kampung Kebanyakan
terbagi atas tiga rukun warga (RW). Yaitu RW 1
(kebanyakan wetan) dengan jumlah 219 kepala keluarga,
RW 2 (kebanyakan kulon) dengan julah 131 kepala
keluarga, dan RW 3 (kebanyakan tegal) dengan jumlah 92
kepala keluarga.1
2. Kondisi Ekonomi, Sosial, dan Pendidikan
Kampung Kebanyakan merupakan salah satu
sudut buram kota Serang, banyaknya warga yang
meminta-minta baik di ruas jalan, pasar, maupun di
perumahan-perumahan sekitar kota serang, kabupaten
serang dan cilegon. Maka kampung kebanyakan
dijuluki sebagai kampung pengemis, karena setiap kali
Satpol PP merazia pengemis mengaku berasal dari
kampung Kebanyakan. Kampung Kebanyakan juga
penyumbang pengemis terbanyak di kota Serang.
Dalam segi ekonomi masyarakat,
pengangguran memang menjadi wacana yang penting,
karena minimnya keahlian ataupun keterampilan yang
dimiliki oleh masyarakat. Di kampung Kebanyakan
terdapat pengusaha kecil, seperti sablon dan menjahit.
Namun banyak masyarakat yang memilih mengemis
sebagai profesi dengan alasan tidak mempunyai
keahlian dalam menjahit ataupun sablon. Beberapa
1Dokumentasi kampung Kebanyakan tahun 2016
38
53
lembaga pemerintahan memberikan pelatihan
keterampilan baik itu menjahit, membuat kerajinan
tangan dan keterampilan lainnya, dengan tujuan untuk
membantu masyarakat supaya mempunyai
keterampilan dan tidak mengemis lagi. Namun upaya
tersebut belum berhasil, para pengemis setelah
mendapatkan pelatihan dan mampu untuk membuat
keterampilan tidak dapat mengembangkan, banyak dari
mereka yang memilih kembali mengemis untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya. Hal tersebut
dikarenakan pengemis tidak mampu memasarkan hasil
kerajinan tangan mereka.
Kondisi masyarakat kampung Kebanyakan
begitu heterogen yang berarti hampir seluruh suku
bangsa yang berada di Negara Republik Indonesia
dengan beraneka ragam pemeluk agama, budaya, dan
adat istiadatnya yang berdomisili di Kampung
Kebanyakan Desa Sukawana Kecamatan Serang.
Namun lebih banyak masyarakatnya beragama Islam,
untuk itu diperlukan pola-pola tertentu dalam rangka
pembinaan kepada masyarakat secara
berkesinambungan agar terciptanya peningkatan
kehidupan dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara
guna terwujudnya kesatuan dan persatuan bangsa.
Mata pencaharian warga Kampung
Kebanyakan terdiri dari pedagang/pengusaha, pegawai
negeri sipil, konveksi jahit, konveksi sablon, karawan
54
swasta, pensiunan, pengemis dan lain-lain. Mayoritas
warga Kampung Kebanyakan adalah pedagang,
konveksi jahit dan konveksi sablon. Namun banyak
juga warganya yang berprofesi sebagai pengemis untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti sandang,
pangan dan papan,
Dalam hal pendidikan, dengan semakin
berkembangnya dunia pendidikan dan perkembangan
teknologi yang begitu cepat, tapi disisi lain
perkembangan pendidikan masih kurang mendukung,
dengan adanya usia putus sekolah padahal belum tamat
SD sekalipun.
3. Sarana
a. Saranan Ibadah
Sarana ibadah merupakan hal penting untuk
manusia dalam menjalankan kewajibannya sebagai
makhluk Tuhan. Seperti yang diketahui bahwa warga
Kampung Kebanyakan mayoritas beagama Islam
sehingga tempat-tempay ibadahnya pun didominasi
untuk kaum muslim yaitu Masjid.
b. Sarana Pendidikan
Pendidikan memegang peranan yang sangat
penting dalam membina dan memajukan suatu wilayah
khususnya di Kampung Kebanyakan Desa Sukawana
Kecamatan Serang, dengan turut sertanya masyarakat
dalam mendukung program wajib belajar 9 tahun
berarti turut serta pula dalam membangun generasi
55
muda yang berpendidikan. Fasillitas pendidikan di
Kampung Kebanyaka seperti gedung sekolah yang
sesuai standard an juga program pendidikan diluar
sekolah. Dengan pelaksanaan wajib belajar 9 tahun dan
pendidikan diluar sekolah akan sangat membantu
pemerintah dalam mengurangi jumlah anak putus
sekolah dan buta aksara di masyarakat.
c. Sarana Ekonomi
Kampung Kebanyakan terdapat banyak
konveksi jahit dan konveksi sablon, hal tersebut
dimanfaatkan oleh warganya untuk mencari nafkah
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Akan tetapi
tidak semua warga Kampung Kebanyakan bisa
memanfaatkan peluang tersebut, banyak warganya
yang memilih menjadi pengemis untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Dalam hal ini ditemukan
berbagai macam tipe pengemis, yaitu pengemis yang
memang benar-benar tidak mempunyai keahlian dan
mengemis hanya untuk kebutuhan sehari-hari ada juga
pengemis yang memanfaatkan peluang mengemis
untuk memperkaya diri.
B. Awal Mula Munculnya Pengemis di Kampung
Kebanyakan
Awal munculnya pengemis di Kampung
Kebanyakan bukan asli dari warga Kampung Kebanyakan
yang mengemis, namun ada seorang janda yang datang
kemudian tinggal di Kampung Kebanyakan, janda ini
56
merupakan janda yang memiliki anak banyak tapi tidak
memiliki harta dan pekerjaan yang layak sehingga untuk
rumah pun hanya mampu membuat rumah seperti kandang
kambing.
Sehingga masyarakat di Kampung Kebanyakan
merasa kasihan dan memberikan bantuan berupa uang atau
makanan, kemudian dia memint-minta, awalnya hanya
kepada sanak saudaranya namun lama kelamaan kepada
warga lainnya bahkan meminta-minta di jalanan untuk
memenuhi kebutuhan hidup serta kebutuhan anak-anaknya
sekolah.
Hasil dari mengemis sangat menggiurkan, dia bisa
membuat rumah dan menyekolahkan anak-anaknya sampai
lulus SMA, sehingga banyak orang yang tertarik untuk
mencari uang dengan cara meminta-minta, dan kebiasaan
ini turun temurun sampai sekarang masih ada tapi tidak
sebanyak dulu. Ada sekitar 30 orang warga di Kampung
Kebanyakan yang masih mengemis atau sekitar 1,6 % dari
jumlah penduduk yang ada di Kampung Kebanyakan.2
2Hasil Wawancara dengan Ketua Rw 02, hari minggu 29 september
2019.
53
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Dalam bab ini akan dipaparkan hasil temuan lapangan yang
didapatkan selama melakukan penelitian di Kampung Kebanyakan
Kota Serang - Banten tentang religiusitas dan mentalitas kerja
pengemis.
Ustadz KH. Sabihis, Informan, Ibu TI dan Ibu SH (nama
inisial) adalah informan dalam penelitian ini. Ustadz KH. Sabihis
adalah pembimbing sekaligus tokoh agama di Kampung
Kebanyakan, Informan, Ibu TI dan Ibu SH adalah warga Kampung
Kebanyakan yang berprofesi sebagai pengemis.
Tabel 4.1 Pembimbing dan Terbimbing
No Nama Usia Jabatan Pendidikan
1. Ustadz KH.
Sabihis 65 Tahun
Tokoh
Agama SMA
3. UH 42 Tahun Pengemis Tidak
tamat SD
4. TI 45 Tahun Pengemis Tidak
tamat SD
5. SH 50 Tahun Pengemis Tidak
tamat SD
53
54
A. Karakterisitik
1. Profil Pembimbing
Ustadz KH. Sabihis adalah seorang tokoh agama di
Kampung Kebanyakan Desa Sukawana Kecamatan Serang. Umur
beliau sekarang 65 tahun dan beliau lulusan SMA, beliau banyak
belajar ilmu agama dari ke dua orangtua nya sehingga beliau
diangkat menjadi tokoh agama atau orang yang di tuakan oleh
masyarakat Kampung Kebanyakan.
Beliau dikenal masyarakat adalah seorang pembimbing
(ustadz) yang sangat berwibawa, dermawan, ramah dan sederhana,
beliau sangat mengerti dan memahami kondisi masyarakat
terutama ketika memberikan bimbingan, beliau konsisten
melakukan bimbingan kepada masyarakat setiap minggunya di
hari selasa.
2. Profil subjek terbimbing yaitu pengemis di Kampung
Kebanyakan
Dalam penelitian terbimbing dibatasi guna mempermudah
dalam melakukan penelitian, disini peneliti memilih terbimbing
sebagai informan yaitu, Informan UH, TI dan SH yang berprofesi
sebagai pengemis. Alasan memilih informan terpilih karena para
informan tersebut merupakan pengemis yang masih rutin
melakukan aktivitas meminta-minta setiap hari baik di sekitar
perumahan, di sekitar pasar maupun di jalanan, dan para informan
rutin mengikuti pengajian setiap minggunya di Majelis Ta’lim
yang ada di Kampung Kebanyakan.
55
a. Informan UH
Informan adalah salah satu dari sekian banyak warga di
Kampung Kebanyakan yang berprofesi sebagai pengemis.
Informan mengemis untuk membantu suaminya dalam memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari, Informan berusia 42 tahun, selain
mengemis keseharian Informan merupakan ibu rumah tangga yang
mempunyai 4 orang anak dan satu orang anak meninggal dunia,
pendidikan Informan tidak tamat SD.
Di Kampung Kebanyakan sudah tidak asing lagi jika
ditanya soal warganya yang mengemis, karena banyak warga di
Kampung Kebanyakan yang memilih berprofesi sebagai
pengemis, padahal di Kampung Kebanyakan terkenal akan
banyaknya masyarakat yang membuka konveksi di rumah, namun
tidak dengan informan UH, beliau memilih mengemis untuk
memenuhi kebutuhannya setiap hari, bahkan informan tidak ada
rasa malu saat ditanya soal profesinya, karena profesi mengemis
ini merupakan turunan dari ibunya yang juga dulu seorang
pengemis.
“saya mah ngemis nong, ibu saya juga sama dulunya
ngemis juga, sekarang mah nggak orang udah tua
geh”. (W1/UH: 8-10)
“banyak nong orang sini yang mengemis, ibu geh
karena kebutuhannya banyak. Kadang-kadang
Bapak pulang dagang dapet uang tapi kadang gak
dapet mah yaudah. Anak-anak mah gak tau apa-apa
pengennya uang aja buat jajan segala”. (W1/UH:
60-65)
Anak pertama Informan berusia 18 tahun tapi tidak
melanjutkan sekolah hanya lulus SD dan saat ini belum bekerja.
Informan biasa mengemis disekitar perumahan dan yang paling
56
sering disekitar perumahan ciceri. Di rumah Informan tinggal 6
orang, 3 orang anak Informan, Informan dan suami, serta Ibu
informan yang sudah tua renta dan sering sakit-sakitan,
sebelumnya Ibu informan juga merupakan pengemis, namun akhir-
akhir ini sering sakit-sakitan sehingga sudah berhenti mengemis,
maka dari itu kebutuhannya sekarang di tanggung oleh informan
UH.
Suami Informan bekerja sebagai pedagang asongan di
lampu merah sekitaran Kota Serang, Informan mengemis dengan
alasan ingin membantu suami dalam mencari nafkah, karena uang
yang dihasilkan dari menjual asongan tidak seberapa.
“saya ngemis soalnya suami sayanya gak mampu,
jualan tentengan air sama asongan gitu di jalanan
paling sehari dapet berapa nong, buat anak sekolah”
(W1/UH: 25-28)
Informan UH biasa mengemis disekitar perumahan atau
ditempat ramai lainnya, informan biasa berangkat mengemis pagi
hari dan pulang sekitar pukul 13.00 WIB atau tergantung dengan
hasil yang didapatkan, penghasilan mengemis informan UH dalam
satu hari sekitar Rp. 50.000-, sampai Rp. 100.000-, jika merasa
cukup informan langsung pulang dan jika dirasa belum cukup
informan akan melanjutkan mengemis, informan ketika berangkat
dan pulang mengemis selalu diantar jemput oleh anaknya. Tempat
tinggal informan UH sudah bangunan permanen dan cukup bagus
serta fasilitas didalamnya juga tersedia. Misalnya, televise, kulkas,
motor, dan sebagainya.
57
“tergantung kalo udah dapet mah bisa lebih cepet
pulangnya kalo belum dapet mah ya masih nyari
terus nong sampe jam satu atau jam dua baru
pulang”. (W3/UH: 40-43)
b. Informan TI
Informan TI adalah seorang janda berusia 45 tahun dan
memiliki 4 orang anak yang masih kecil, alasan informan
mengemis karena mempunyai anak banyak dan suaminya sudah
meninggal dunia sehingga tidak ada lagi yang memberi nafkah,
jika suami masih hidup informan tidak ingin menjadi pengemis
yang setiap harinya meminta-minta dan selalu mengharap belas
kasihan orang lain.
Informan TI mengemis dengan alasan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya beserta keluarga, sebelum mengemis
informan sempat menjadi penyanyi (biduan) yang biasa menyanyi
dari panggung ke panggung ketika hajatan, namun sekarang sudah
tidak lagi menjadi penyanyi setelah suaminya meninggal.
Informan mengatakan tidak memiliki pilihan lain selain mencari
uang dengan cara mengemis.
Informan sebenarnya tidak menginginkan bekerja sebagai
pengemis namun jika informan bekerja selain mengemis informan
akan dibayar sebulan sekali, sedangkan kebutuhan hidup setiap
harinya membutuhkan uang, ketika mengemis informan sudah
memiliki jadwal dan lokasi tersendiri dan setiap harinya mengemis
hanya setengah hari saja.
“pengennya mah kerja, tapi pengennya mah kalo
kerja langsung dibayar, kalo yang gak harian mah
gimana yah nong”. (W1/TI: 60-62)
58
Biasanya setelah meminta-minta informan langsung
membelanjakan uang hasil dari minta-minta untuk kebutuhan
makan bersama anak-anaknya, setelah itu informan langsung
memasak dan makan bersama dengan anak-anaknya. Sama dengan
informan UH rata-rata pendapatan harian mengemis informan TI
dalam satu hari sekitar Rp. 50.000-, sampai Rp. 100.000-,
“biasanya juga gitu nong setiap harinya udah masak
langsung makan bareng-bareng”. (W3/TI: 47-50).
Rumah yang ditempati oleh informan SH beserta anak-
anaknya layak untuk ditempati, jika orang lain yang melihat tidak
akan mengira bahwa rumah tersebut ditinggali oleh seorang yang
berprofesi sebagai pengemis. Didalam rumah terdapat motor,
Televisi serta perabotan rumah tangga lainnya.
c. Informan SH
Informan SH merupakan pengemis yang berusia 50 Tahun
yang sebelumnya berjualan makanan ringan di Pasar Rau, Suami
informan SH sebelumnya bekerja sebagai tukang becak namun
sekarang sudah tidak bisa lagi bekerja untuk mencari nafkah
karena sakit dan penglihatannya sudah tidak lagi jelas.
Informan SH menjadi pengemis setelah tertabrak motor
saat sedang berjualan kue di Pasar Rau dan tangannya sempat tidak
bisa digerakan, untungnya orang yang menabrak informan mau
bertanggung jawab sampai sembuh, meskipun sudah tidak bisa lagi
sembuh total seperti sedia kala. Maka dari itu untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya dan suami, informan memilih mencari uang
dengan cara meminta-minta supaya bisa bertahan hidup karena
sudah tidak bisa lagi bekerja.
59
“ketabrak motor nong, terus jatoh, untung orangnya
mau tanggung jawab, itupun pas ibu lagi jualan di
Pasar Rau ketabraknya, kemaren-kemaren mah
jalannya juga susah nong harus dituntun sama
bapak” (W1/SH: 77 – 81)
Informan SH memiliki empat orang anak dua orang laki-
laki dan dua orang perempuan, ke empatnya sudah menikah dan
sudah memiliki anak, tiga orang anak sudah tidak tinggal bersama
informan, hanya ada satu anak laki-laki beserta istri dan anaknya
yang masih tinggal bersama yang sehari-harinya bekerja sebagai
tukang ojek.
Rumah informan SH sangat layak dan cukup bagus untuk
seorang pengemis, fasilitas yang ada di rumahnya pun cukup
lengkap. Rata-rata penghasilan informan setiap hari dari mengemis
sekitar Rp. 50.000-, sampai Rp. 150.000-, itupun mengemis hanya
dari pagi sampai siang hari.
B. Intervensi Pembimbing Agama di Majelis Ta’lim
Kegiatan bimbingan agama atau pengajian di majelis ta’lim
di khususkan untuk ibu-ibu setiap hari selasa dan sudah
berlangsung kurang lebih lima tahun.
“udah lumayan lama ngisi pengajian disini mah,
pokoknya setiap hari selasa pagi saya ngisi pengajian
disini dari jam 09.00-11.00 WIB” (W/Ustadz KH.
Sabihis: 17-20)
Materi yang diambil adalah dari kitab-kitab kuning, mulai
dari ilmu fiqih, akhlak, ilmu hadits, ilmu al-quran dan tafsir. Dan
biasanya disesuaikan dengan apa yang terjadi pada lingkungan
masyarakat, sehingga kebiasaan buruk yang berkembang di
masyarakat bisa sedikit demi sedikit berkurang, terutama
60
permasalahan pengemis di Kampung Kebanyakan Desa Sukawana
Kecamatan Serang ini.
Profesi sebagai pengemis sudah biasa dan banyak
ditemukan di Kampung Kebanyakan, biasanya yang mengemis
adalah ibu-ibu dengan alasan untuk membantu perekonomian
keluarga, namun ada juga yang mengemis untuk memenuhi
keinginan pribadi, misalnya kebutuhan sandang dan papan
yang tidak terlalu penting.
Menariknya para pengemis di Kampung Kebanyakan
setiap hari selasa sengaja tidak berangkat mengemis supaya bisa
mengikuti pengajian rutin di Majelis Ta’lim, namun sayangnya
mereka mengikuti pengajian bukan atas dasar pentingnya mencari
ilmu terutama ilmu agama, tetapi hanya karena rasa tidak enak jika
tidak hadir dan menjadi omongan para tetangga, sehingga
meskipun sudah diberikan peringatan dan pengetahuan tentang
meminta-minta yang dilarang oleh agama mereka menghiraukan
dan terus berangkat mengemis.
“hadir terus kalo ada pengajian gitu nong, cuman
susah dinasehatinya disurUH berentinya gak mau,
padahal dari pemerintah sudah pernah ngasih
bantuan, maksudnya mah supaya tidak mengemis lagi
dikasih modal buat dagang paling bertahan seminggu
setelah itu balik lagi berangkat ngemis”. (W/Ustadz
SS: 50-57)
Menurut Ustadz KH. Sabihis ada dua macam pengemis
dalam agama, yang pertama pengemis yang dibolehkan agama
yaitu orang yang meminta-minta karena memang sudah tidak
mampu untuk mencari nafkah, kemudian yang ke-dua
pengemis yang tujuannya adalah untuk memperkaya diri.
61
Pengemis di Kampung Kebanyakan termasuk dalam pengemis
yang tujuannya adalah untuk memperkaya diri karena pada
dasarnya mereka masih bisa mencari pekerjaan lain yang lebih
layak.
Pembimbing agama selalu memberikan nasihat dan
teguran untuk jama’ah yang setiap harinya mengemis supaya
segera meninggalkan pekerjaannya dan mencari pekerjaan lain
yang sesuai dengan yang disyari’atkan oleh agama. Nasihat
dan teguuran diberikan ketika pengajian berlangsung.
C. Ritual dan Prilaku Pengemis Dalam Pengembangan
Religiusitas
Gambaran pengemis sebelum mendapatkan bimbingan
religiusta, selama mendapatkan bimbingan religiusitas dan setelah
mendapatkan bimbingan religiusitas oleh pembimbing agama atau
Ustadz disetiap pengajian yang dilaksanakan di Majelis Ta’lim.
1. Ritual dan Prilaku Pengemis Sebelum Pengembangan
Religiusitas
Pengemis di Kampung Kebanyakan ada sudah sejak lama,
sebelum adanya pengajian di Majelis Ta’lim mereka tidak
mengetahui bahwa mengemis adalah pekerjaan yang dilarang oleh
agama dan juga pemerintah, sehingga mengemis dijadikan
pekerjaan utama untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, mulai
dari kebutuhan makan sehari-hari dan kebutuhan lainnya.1
Ketiga informan beragama islam, namun sebelum adanya
pengajian mereka belum memahami agama lebih dalam dan belum
1Hasil observasi,
62
begitu paham apa yang sebenarnya harus dilakukan supaya bisa
menjadi hamba yang ta’at. Sesuai dengan yang dipaparkan oleh
informan UH.
“sebelum adanya pengajian shalat semaunya dan
gak begitu paham nong kayak aturan-atutrannya
gitu, taunya saya dari kecil agamanya islam aja.”
(W2/UH: 92-94)
2. Ritual dan Prilaku Pengemis Selama Pengembangan
Religiusitas
Selama proses bimbingan religi para pengemis di
Kampung kebanyakan rutin mengikuti pengajian di Majelis
Ta’lim, dari pengajian ini para informan pengemis memiliki
tambahan ilmu pengetahuan tentang agama dan mulai
terbentuknya religiusitas para informan.
Adanya bimbingan religi atau pengajian ini memiliki
maksud dan tujuan supaya bisa menambah wawasan bagi para
masyarakat tentang aturan-aturan yang ada dalam agama, mulai
dari aturan yang harus dilaksanakan sampai aturan yang harus
ditinggalkan, terutama untuk para pengemis supaya bisa merubah
prilaku mengemis yang sudah menjadi kebiasaan mereka setiap
hari.
Selama proses pengajian berlangsung setiap hari selasa
para pengemis sengaja meliburkan diri dari rutinitas mereka setiap
hari yang bekerja sebagai pengemis dan mengikuti pengajian di
Majelis Ta’lim, namun para pengemis belum benar-benar atas
dasar kesungguhan hati untuk menuntut ilmu ketika mengikuti
pengajian.
63
“Setiap hari selasa kan ada pengajian nong disini di
Majelis Ta’lim, ibu juga biasa dateng, kesini aja
kalo mau ikut nong”. (W2/SH: 11-18)
Hal serupa terjadi karena pada saat pengajian, para jama’ah
kurang kondusif dan banyak jama’ah yang tidak memperhatikan
apa yang disampaikan oleh Ustadznya, ditambah warga Kampung
Kebanyakan lebih memilih duduk dibagian paling belakang.
“Ibu biasa ke tempat pengajian jam 10.00 WIB pas
pengajian mau dimulai baru dateng, sekalian
nunggu pak Ustadznya, terus duduknya diluar paling
belakang, yang dibarisan depan itu orang Kampung
Ciwedus kalo orang Kampung Kebanyakan Etan
mah biasanya dibelakang aja”. (W2/TI: 130-140)
Kondisi pada saat pengajian di Majelis Ta’lim yang di isi
oleh Ustadz KH. Sabihis berlangsung kurang kondusif, karena
banyaknya warga yang hadir dan terbatasnya tempat serta ruangan
yang panas mengganggu konsentrasi para jama’ah. Ditambah para
pengemis yang memilih duduk dipaling belakang dan terkadang
diluar ruangan membuat mereka tidak konsentrasi dalam
mendengarkan apa yang disampaikan oleh ustadznya.2
3. Ritual dan Prilaku Pengemis Setelah Pengembangan
Religiusitas
Setelah mengikuti pengajian rutin setiap hari selasa di
Majelis Ta’lim terdapat perubahan yang berbeda pada ketiga
informan:
a. Perubahan pada informan UH dan TI
Pada informan UH dan TI terjadi perubahan prilaku
dari yang tadinya tidak rajin shalat menjadi lebih rajin shalat
2Hasil Observasi, Selasa 26 Februari 2019
64
dan yang tadinya tidak pernah membaca al-qur’an lebih sering
membaca al-qur’an meskipun hanya malam hari yaitu setelah
shalat maghrib atau isya.
Informan UH dan TI juga lebih bertanggung jawab
dalam melaksanakan kewajiban ibadah yang diperintahkan
agamanya. Mulai dari shalat fardhu lima waktu, kewajiban
berpuasa dibulan ramadhan serta mengeluarkan zakat fitrah
setiap tahunnya meskipun hasil dari meminta-minta.
“iyah nong shalat, di rumah aja nong, kecuali bulan
puasa, kalo bulan puasa mah iyah berjama’ah di
majelis, kan deket tuh. Kan kata pak ustadznya juga gak
papa yang nong yang penting shalat” (W2/TI: 34-37)
“bayar nong, semuanya dibayar nong meskipun gak ada
geh diusahain biar bisa bayar zakat fitrah kan wajib yah
nong” (W2/TI: 58-60)
“kalo sekarang mah kayaknya mending gitu nong, ibu
lebih rajin shalat dibandingkan sebelumnya” (W2/UH:
89-90)
“itu aja sih nong sama paling ngaji kalo abis shalat
maghrib paling” (W2/UH: 92-93)
Perubahan prilaku pada informan UH dan TI juga
terlihat dari rutinitasnya sebagai pengemis. Semenjak adanya
pengajian ini mulai tumbuh kesadaran akan prilaku mengemis
yang menyimpang, terutama bagi mereka yang masih mampu
untuk bekerja, sehingga mulai ada kesadaran dan mencoba
mencari penghasilan dengan cara menjadi kuli cuci atau
sekedar membantu membersihkan rumah dan halaman rumah
di sekitar perumahan tempat mereka mengemis, meskipun
rutinitas mengemis mereka belum sepenuhnya ditinggalkan.
65
“sekarang mah di perumahan atau di komplek-komplek
aja, kadang disuruh nyuci yam au nyuci, suruh nyabutin
rumput ya mau, yang penting dikasih beras 2 liter sama
uang kadang tiga puluh ribu, yang penting mah dapet
uang nong” (W1/UH: 70-74)
“nggak ada yang jahil malah yang kasihan mah banyak.
Ada yang udah jadi keluarga ditolongin segala-galanya,
mulai dari nyuci, ngegosok. Kalo udah ada say amah
dikasih segala-gala, pernah ada yang sakit terus dipijit
sama ibu eh dianya sembuh orang yang sering ngasih itu,
saya mah biasa juga nyapu gak kaya orang-orang yang
cuman minta-minta doang, saya mah malu, kadang
bersih-bersih, nyuci piring, apa aja dikerjain” (W2/TI:
77-86)
b. Perubahan pada informan SH
Informan SH juga memiliki perubahan setelah
mengikuti pengajian di Majelis Ta’lim setiap hari selasa
seperti halnya dengan informan UH dan TI namun tidak
begitu significant. Karena pada dasarnya informan SH
mengikuti pengajian bukan atas dasar kesadaran sendiri
namun karena rasa tidak enak dengan tetangga jika tidak
berangkat ke pengajian.
“kalo ibu mah sejujurnya orang bodoh nong ngaji itu
nggak terlalu bisa nggak terlalu paham, ibu mah ngaji geh
nggak terlalu paham, ibu mah ngaji geh telinga doang paling
ngedengerin doang nong orangnya mah nggak terlalu paham,
kalo bapak mah tuh bisa ngajinya meskipun sedikit-sedikit
geh, soalnya ibu mah emang dari kecil geh udah bodoh nggak
tahu apa-apa” (W2/SH: 52-58)
Perubahan yang terlihat yaitu perubahan dalam ibadah
informan seperti melaksanakan shalat lima waktu, karena
informan sudah mulai menyadari bahwa shalat lima waktu
66
merupakan kewajiban bagi setiap orang yang beragama islam.
Informan juga rutin berdzikir setiap setelah shalat.
Informan mengakui bahwa dirinya tidak bisa
membaca al-qur’an dan tidak mau mempelajarinya dengan
alasan malu karena sudah tua, ketika shalat informan
membaca surat-surat pendek yang sudah dihafal dari kecil,
karena metode belajar al-qur’an zaman dulu dengan cara
dihafal.
Namun ustadz yang mengisi dipengajian ibu-ibu
majelis ta’lim selalu mengatakan kepada para jama’ahnya
meskipun tidak bisa membaca al-qur’an tetap harus bisa
mengamalkan amalan-amalan lainnya misalnya berdzikir dan
bershalawat kepada Nabi sebanyak-banyaknya setiap hari
setelah shalat.
“sebenernya ini mah yah nong ibu mah gak bisa ngaji
qur’an nong, gak bisa kalo bacca-baca al-qur’an gitu mah,
paling geh sebisanya aja ibu mah kan kata kiayinya juga kalo
gak bisa baca al-qur’an sebisanya aja megang tasbeh paling
sehabis shalat baca shalawat sampe 700 kali kadang 800 kali
nong” (W1/SH: 61-66)
Dalam rutinitasnya sebagai pengemis informan SH
belum terlihat ada perubahan setelah sering mengikuti
pengajian di Majelis Ta’lim, karena memang pada dasarnya
informan tidak paham dan tidak memperhatikan apa yang
dijelaskan oleh ustadz. Sehingga sampai saat ini informan
belum mengetahui jika mengemis merupakan pekerjaan yang
dilarang dan tidak sesuai dengan norma yang ada sehingga
informan tetap mengemis dengan alasan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya dan suami.
67
D. Mentalitas Kerja Pengemis di Kampung Kebanyakan
Profesi sebagai pengemis sudah umum di Kampung
Kebanyakan sehingga para informan tanpa ada rasa malu
mengakui prihal pekerjaanya saat ditanya kegiatan sehari-hari
mereka. Para informan mengakui bahwa kesehariannya meminta-
minta untuk mencukupi kebutuhan hidupnya beserta keluarga.
“saya mah ngemis nong, ibu saya juga sama dulunya
pengemis juga, sekarang mah nggak orang udah tua geh”
(W1/UH: 8-10)
“iyah nong sebenernya minta-minta nong, orang sini
banyak jjuga yang minta-minta buat keperluan sehari-hari,
yang punya anak satu dan suaminya masih ada aja ngemis,
apalagi saya yang punya anak banyak, saya suaminya
nggak ada udah meninggal” (W1/TI: 12-17)
“keseharian ibu?, ibu mah gak malu, tadinya mah ibu
jualan tapi sekarang mah ibu minta-minta nong” (W1/SH:
8-10)
Dari tiga informan yang diwawancarai semuanya
berprofesi sebagai pengemis dan sampai saat ini mereka masih
sering mengemis, tempat mereka mengemis beragam, ada yang
mengemis di sekitar jalanan atau lampu merah, ada yang
mengemis disekitar perumahan da nada juga yang mengemis
disekitar pasar atau tempat-tempat ramai.
Informan SH memang tidak bisa bekerja lagi karena
kondisinya yang sudah tua dan tangan serta kakinya sudah tidak
berfungsi sepenuhnya akibat kecelakaan. Suaminya pun sudah
tidak bisa bekerja lagi karena penglihatannya sudah berkurang dan
kakinya sering sakit karena asam urat, tapi informan SH
mempunyai anak yang juga tinggal bersama, namun informan
68
tetap mencari uang dengan cara meminta-minta di jalanan supaya
bisa memenuhi kebutuhannya dan suami.
Berbeda dengan informan SH, informan UH dan TI dilihat
dari kondisi fisiknya masih memungkinkan jika menginginkan
pekerjaan lain misalnya menjadi kuli cuci atau profesi lainnya.
Mereka juga sering diminta mencuci pakaian saat sedang
mengemis di sekitar perumahan, namun sayangnya mereka masih
mempertahankan profesinya sebagai pengemis untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya dan keluarga dibandingkan dengan kuli cuci.
Mengemis merupakan pekerjaan yang tidak sesuai dengan
norma dan nilai yang berlaku dimasyarakat, mereka beranggapan
bahwa mengemis merupakan suatu pekerjaan yang sama seperti
pekerjaan lainnya, yaitu suatu pekerjaan yang bisa menghasilkan
uang untuk mereka bertahan hidup dan memenuhi segala macam
kebutuhan hidupnya mulai dari makan, minum, pakaian, sekolah
anak dan lainnya.
E. Pengaruh Religiusitas terhadap Mentalitas Kerja Pengemis
Religiusitas merupakan sikap yang ada dalam diri
seseorang yang akan mendorongnya dalam tingkah laku sesuai
dengan kadar ketaatannya terhadap agama, untuk mengetahui
berpengaruh atau tidaknya religiusitas para informan terhadap
mentalitas kerja pengemis ini dapat dilihat dari berbagai macam
sisi dan dimensi.
1. Informan UH
a. Dimensi Keyakinan
Dalam hal keyakinan akan kekuasaan Allah SWT informan
meyakini dan mempercayai akan adanya Allah dan segala sesuatu
69
yang terjadi saat ini merupakan kehendak Allah termasuk ketika
meminta pertolongan hanya kepada Allah SWT.
Selama melaksanakan rutinitas setiap harinya informan
pun mengakui bahwa Allah SWT selalu mengawasi setiap gerak
geriknya sehingga informan merasa takut jika membuat kesalahan,
namun informan belum benar-benar menyadari bahwa mengemis
merupakan pekerjaan yang dilarang oleh agama padahal informan
mengetahui balasan kelak di akhirat bagi orang yang meminta-
minta.
“yakin nong, Allah kuasa atas segala-galanya”
(W2/UH:2)
b. Dimensi Praktik Agama
Ritual mengacu pada seperangkat ritus, tindakan agama
dan praktek praktek suci yang menharapkan para pemeluk untuk
melaksanakannya.3 Dalam hal praktik agama informan UH rutin
melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagai seorang muslim ini
merupakan bentuk ketaatan pada Allah SWT. Bentuk ritual
tersebut seperti melaksanakan kewajiban shalat lima waktu dan
juga membiasakan membaca al-Qur’an.
Jika sedang sakit Informan akan lebih sering membaca al-
Qur’an, karena meyakini bahwa dengan membaca al-Qur’an
segala sesuatu yang mengganggu akan pergi dan memberikan
ketenangan saat membacanya, informan juga mengakui setiap
akan melakukan aktivitas selalu membaca
bismillahirrahmanirrahim.
3Djamaludin Ancok & Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam, h.78.
70
“sering nong, hampir setiap hari membaca al-
Qur’an, semalem juga 3 kali membaca surat ya sin
biar setannya pergi, baca tabaraq atau al-mulk”.
(W2/UH: 9-11)
“Setelah shalat baca al-Qur’an, udah baca mah
enak nong adem, walaupun gak punya apa-apa,
walaupun Cuma punya air aja, perasaan ibu mah
kayak gitu”. (W2/UH: 14-17)
Bahkan ketika bulan ramadhanpun informan
mengusahakan supaya bisa membayar zakat fitrah, karena
informan mengetahui bahwa zakat fitrah ini hukumnya wajib, jadi
informan akan berusaha membayarnya meskipun dari hasil
informan mengemis.
Dalam melaksankan sunnah informan tidak begitu rajin,
bahkan hampir tidak sama sekali melaksanakan sunnah kecuali
sunnah-sunnah dibulan puasa misalnya shalat sunnah tarawih,
informan biasa berpuasa setiap hari senin dan kamis hanya untuk
mengqadha puasa dibulan ramadhan, setelah qadha puasa selesai
informan tidak lagi puasa setiap hari senin dan kamis.
“iyah nong, sebelum berangkat berdo’a supaya ada
yang nyuruh nyuci atau apa aja supaya dapet uang,
eh beneran nong kadang ada aja yang nyuuruh
mah”. (W2/UH: 56-58)
c. Dimensi Pengalaman
Pada dasarnya informan UH memiliki pengalaman
keagamaan, pengalaman ini di dapat dari pengajian di Majelis
Ta’lim, informan mengikuti pengajian secara rutin disetiap hari
selasa setiap minggunya, bahkan informan dengan sengaja tidak
berangkat mengemis hanya untuk mengikuti pengajian ini. Setelah
71
adanya pengajian informan jadi lebih merasa takut akan dosa-dosa
yang dilakukan, sehingga informan lebih rajin dalam melaksanakan
ibadah dari sebelumnya.
Selain itu, informan juga pernah mendapatkan penyuluhan
dan pelatihan membuat suatu kerajinan tangan berupa membuat
keset, dengan maksud memberikan keterampilan yang kemudian
bisa dimanfaatkan hasil karyanya untuk dijual sehingga informan
bisa mendapatkan uang dari jualan keset dan tidak lagi mengemis,
namun faktanya informan tetap mengemis sampai sekarang dengan
alasan karena informan bingung menjualnya dimana sedangkan
informan setiap harinya membutuhkan uang untuk makan dan
keperluan lainnya.
“dulu mah ada pelatihan membuat keset, terus
dibikin I Love You gitu ibu bikin udah dapet bagus-
bagus nong”. (W2/UH: 48-50)
“nggak nong, udah bisa bikin bagus mah gak
dilanjutin. Bingung juga mau dijualinnya dimana
karena kan gak banyak yang butuh dan gak setiap
hari orang membeli keset, sedangkan kebutuhan
kita kan banyak jadi ibu balik lagi ngemis”.
(W2/UH: 53-57)
d. Dimensi Pengetahuan
Dimensi pengetahuan agama merupakan dimensi yang
dimiliki oleh orang yang beragama, minimal mengetahui dasar-
dasar keyakinan, ritual-ritual keagamaan, kitab suci dan tradisi-
tradisi yang dimiliki suatu agama. Dimensi pengetahuan dan
keyakinan jelas berkaitan satu sama lain karena pengetahuan bagi
suatu keyakinan adalah syarat bagi penerimanya.4
4Djamaludin Ancok & Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam, h.78.
72
Dari sejumlah wawancara dan observasi yang dilakukan
terhadap informan UH menunjukan bahwa informan memiliki
pengetahuan agama yang lumayan baik, buktinya pada praktik
sehari-harinya informan mengerjakan shalat lima waktu dan ritual-
ritual yang diperintahkan oleh agamanya. Informan mendapatkan
pengetahuan agama dari pengajian yang diikuti setiap minggunya
di Majelis Ta’lim yang di isi oleh Ustadz KH. Sabihis.
Informan UH mengetahui akan hukuman bagi orang yang
meminta-minta, namun karena alasan ekonomi informan tetap
menjadi pengemis, padahal jika dilihat dari kondisi fisik informan
masih bisa bekerja lain selain mengemis, misalnya kuli cuci atau
pekerjaan lainnya.
“Pernah denger hukuman bagi orang yang minta-
minta, cuman mau gimana lagi nong, ibu kan butuh
untuk makan ibu sama anak-anak, kadang juga anak
minta jajan , apalagi anak yang kecil mah kan gak
mau tau kalo ibunya lagi gak punya uang, ya itinya
buat kebutuhan hiduplah nong biar bisa bertahan
hidup”. (W2/UH: 63-70)
“Pernah dikasih tahu nong sama pak Ustadz
katanya kalo minta-minta keliatannya mah uang pas
di dunia tapi nanti pas di akhirat mah ternyata api”.
(W2/UH: 81-83)
e. Dimensi Pengalaman dan Konsekuensi
Dimensi pengalaman dan konsekuensi merupakan dimensi
yang menunnjukan sejauh mana perilaku seseorang dimotivasi
oleh ajaran agama. Informan UH memiliki pengetahuan agama
yang lumayan baik, mulai dari informan meyakini adanya Allah
SWT dan segala ketetapan yang Allah berikan sampai pada praktik
agama sehari-hari, dalam hal praktik agama informan sudah
73
menjalankan segala kewajiban yang diperintahkan oleh Allah
SWT, namun sayangnya dalam hal berprilaku dan mencari
pekerjaan informan belum menunjukan bahwa informan adalah
seorang yang memiliki sikap religiusitas.
Religiusitas yang berkembang pada informan hanya
sebatas pengetahuan saja dan belum benar-benar menghayati
segala bentuk kewajiban bagi seorang muslim yang sudah
informan lakukan setiap harinya. Padahal jika informan benar-
benar menghayati segala bentuk religiusitas yang dia tahu dan dia
laksanakan setiap harinya harusnya informan merasa takut dan
tidak mengemis lagi dan akan mencari pekerjaan lain, namun
sedikit demi sedikit mulai terjadi perubahan itu dengan adanya
usaha lain meskipun tidak sering yaitu sebagai kuli cuci ketika
mengemis di sekitar perumahan supaya bisa mendapatkan uang.
2. Informan TI
a. Dimensi Keyakinan
Informan TI menyadari bahwa yang terjadi saat ini adalah
cobaan dari Allah SWT maka dari itu informan harus sabar dan
ikhlas menjalani segala takdir hidupnya, selain itu informan juga
selalu merasa dilindungi dari segala macam bahaya, informan
meyakini segala yang dialaminya merupakan cobaan hidup yang
harus ia dan keluarganya hadapi.
Informan meyakini akan kekuasaan Allah SWT, informan
juga percaya akan adanya malaikat yang selalu mengawasinya
ketika melakukan aktivitas sehari-hari. Selain itu informan juga
meyakini dan melaksanakan perintah yang diwajibkan oleh agama
yang dianutnya.
74
“iyah nong shalat, di rumah aja nong, kecuali bulan puasa,
kalo bulan puasa mah iyah di Majelis kan deket sekalian yasinan”
(W2/TI: 34-36)
b. Dimensi Praktik Agama
Dalam hal ibadah informan rutin melaksanakan ibadah
yang diperintahkan oleh Allah SWT terutama shalat lima waktu,
meskipun terkadang shalatnya masih sesuai dengan apa yang
diketahui dan mengambil hal yang menurutnya bisa dikerjakan.
Misalnya menjamak shalat dzuhur dengan shalat ashar, padahal
tidak sedang dalam perjalanan yang jauh. Menjamak shalat dzuhur
ke shalat ashar hanya karena ketika akan melaksanakan shalat
dzuhur masih dalam kondisi capek.
“mau shalat dzuhur juga belum ini, tadi langsung
masak sekarangnya cape paling nanti aja dibarengin
sama ashar” (W2/TI: 57-60)
Selain melaksanakan kewajiban shalat lima waktu,
informan juga rutin melaksanakan kewajiban yang lainnya seperti
membayar zakat fitrah, bersedekah dan membaca al-qur’an.
Meskipun hidup sederhana dan mendapatkan uang dari hasil
mengharapkan belas kasihan orang lain informan TI selalu
mengusahakan supaya bisa membayar zakat fitrah setiap tahunnya.
Membaca al-qur’an merupakan kegiatan rutin yang
informan lakukan, informan sering membaca al-Qur’an ketika
malam hari, biasanya membaca surat ya sin apalagi jika informan
atau anak-anaknya sedang sakit, karena informan masih
mempercayai hal-hal mistis. Setiap terkena musibah atau masalah
selalu dikaitkan dengan hal mistis, terutama ketika informan atau
anak-anaknya sedang sakit.
75
“iyah sering nong, semalem geh 2 kali, baca al-qur’an
baca surat ya sin dua kali makanya kata anak saya emak
mah ngaji terus”(W2/TI: 93-95)
“biasanya malem nong abis shalat maghrib, tengah malem
apalagi sekarang lagi bawaannya sakit, kalo kata orang
mah ada yang ngeganggu gitu, kalo lagi sakit geh
kadang-kadang bisa langsung sembuh kalo abis baca al-
qur’an” (W2/TI: 97-101)
Seperti halnya informan UH, Informan TI juga rajin
mengikuti pengajian di Majelis Ta’lim setiap hari selasa, namun
sayangnya informan mengikuti pengajian bukan atas dasar
kesadaran akan pentingnya menuntut ilmu tetapi karena takut
menjadi omongan orang jika tidak mengikuti pengajian terlebih
rumah Ibu TI sangat dekat dengan majelis Ta’lim, Setelah
informan mengikuti pengajian ini informan merasa takut jika
berbuat dosa dan menyadari bahwa informan diselamatkan dari
segala macam bahaya yang pernah menimpanya.
c. Dimensi Pengetahuan
Pengetahuan agama yang dimiliki oleh informan TI cukup
baik, tandanya informan TI melakukan setiap perintah yang
agamanya ajarkan, bahkan dalam hal memilih pekerjaan sebagai
pengemis pun informan mengetahuinya bahwa pekerjaan itu
dilarang oleh agama islam.
d. Dimensi Pengalaman
Pengalaman dan pengetahuan yang informan miliki
menujukan sikap dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari yang
sesuai dengan ajaran agama, namun tidak semua hal dilakukan atas
dasar pengalaman dan pengetahuan tersebut contohnya dalam hal
memilih pekerjaan informan tetap memilih menjadi pengemis
76
meskipun sudah mengetahui bahwa pekerjaan tersebut dilarang
oleh agama, disini menunjukan bahwa informan tidak benar-benar
menghayati dan melaksanakan apa yang telah informan ketahui,
informan beralasan karena tidak memiliki pilihan lain untuk
mencari uang.
Informan mengingikan pekerjaan lain, namun yang
bayarannya perhari karena butuh uangnya untuk kebutuhan sehari-
hari, jika bayarannya perbulan informan tidak mau dan bingung
untuk mensiasati kebutuhan sehari-harinya itu kenapa sampai saat
ini informan masih mengemis, namun terkadang ketika mengemis
informan juga sambil menjadi kuli cuci jika kebetuhan mengemis
disekitar perumahan. Dan sudah memiliki langganan cuci gosok
yang sudah dianggap seperti keluarga.
“ada yang udah jadi kayak keluarga ditolongin
segala-galanya, mulai dari nyuci, ngegosok. Kalo
udah ada say amah dikasih segala-gala. Pernah
ada yang sakit terus dipijitin sama ibu eh terus dia
sembuh nong jadi orangnya sering ngasih. Ibu mah
biasa juga nyapu gak kayak orang-orang yang
cuman minta-minta doang saya mah malu, kadang
bersih-bersih, nyuci piring apa aja dikerjain”.
(W2/TI: 77-86)
Anak ke dua informan masih sekolah sekaligus mondok
dan mendapatkan bantuan berupa biaya gratid dan perlengkapan
belajar seperti buku, kitab-kitab dan juga pakaian untuk sekolah
dan keperluan pondok. Dari sini dapat terlihat dalam diri informan
ada upaya untuk bisa merubah garis kemiskinan dan supaya nanti
anaknya tidak lagi mengemis dengan cara memberikan pendidikan
terbaik untuk anaknya.
77
“anak kedua dipondok nong di pak haji nggak bayar
nggak apa, soalnya tahu bukan orang punya,
semenjak bapaknya masih ada juga udah disitu,
muali dari kitab, al-Qur’an, baju dan kebutuhan
lainnya dikasih nong”. (W1/TI: 35-39)
3. Informan SH
a. Dimensi Keyakinan
Keyakinan merupakan suatu sikap yang dimiliki seseorang
yang bersifat sakral, keyakinan disini berkaitan dengan keimanan
seseorang terhadap agama yang dianutnya. Informan SH memiliki
keyakinan bahwa yang sudah terjadi merupakan ketetapan dari
Allah SWT tinggal bagaimana kita bisa menjalaninya dengan sabar
atau tidak. Menurut informan bagaimanapun yang Allah takdirkan
untuk kita, kita harus bisa menjalaninya.
b. Dimensi Ritual
Sehari-hari informan SH melakukan ritual keagamaan yang
diwajibkan oleh agamanya sebagai bentuk ketaatan seorang hamba
pada Tuhan, misalnya melaksanakan shalat lima waktu yang wajib
dilakukan oleh seorang hamba yang sudah baligh dan berakal.
“ya jelas nong, shalat mah shalat terus meskipun
bacaannya gak bisa juga nong” (W2/SH: 9-11)
Informan rutin melaksanakan shalat lima waktu meskipun
sekarang sudah tidak bisa lagi shalat dengan cara berdiri setelah
mengalami kecelakaan. Selain itu informan juga tidak bisa
membaca al-qur’an namun tapi informan mempunyai sedikit
hafalan surat pendek yang sering digunakan ketika shalat fardhu.
Informan juga melakukan ritual keagamaan lainnya seperti
berinfaq untuk anak-anak yatim, membayar kewajiban berzakat
78
ketika bulan puasa, dan melakukan zikir serta do’a setelah shalat
wajib.
“kalo buat shalat mah bisa nong, paling al-fatihah
sama qulhu nong yang bisa ibu apalin aja, soalnya
kalo dulu mah ngajinya diapal gitu nong, diapal
surat-surat buat shalat jadi ya bisanya itu-itu aja
nong, kalo diapal mah ibu bisa nong tapi kalo baca
mah ibu gak bisa nong, kalo bapak mah bisa tuh”
(W2/TI: 79-84)
c. Dimensi pengalaman
Informan memiliki pengalaman keagamaan terutama
setelah mengikuti pengajian setiap hari selasa di Majelis Ta’lim
informan sedikit demi sedikit mulai paham akan ajaran agama
islam, karena tujuan mengikuti pengajian supaya bisa
mendapatkan pengetahuan agama (religiusitas).
pengajian ini sudah ada sejak informan masih kecil namun
tidak terlalu rutin, mulai rutin sekitar tujuh tahun yang lalu dan
Ustadz yang membimbing konsisten mengisi kajian untuk
masyarakat terutama untuk ibu-ibu disetiap hari selasa jam 09.00
WIB sampai selesai. Namun sayangnya informan hanya
menggugurkan kewajiban saja saat hadir di setiap pengajian,
karena informan tidak benar-benar mengikuti secara sungguh-
sunggah dan tidak begitu paham akan apa yang disampaikan oleh
Ustadznya.5
d. Dimensi Pengetahuan
Pengetahuan agama informan SH tidak begitu paham, ini
atas pengakuan informan sendiri yang mengatakan bahwa tidak
5Hasil Observasi, selasa 26 Februari 2019
79
begitu tahu persoalan agama, hanya tahu yang wajib dilaksanakan
saja seperti shalat fardhu lima waktu. Informan juga tidak bisa
membaca al-qur’an padahal suami dan anak-anaknya bisa namun
informan tidak mau belajar dengan alasan malu karena sudah tua.
“kalo ibu mah sejujurnya orang bodoh nong ngaji
itu nggak bisa nggak terlalu paham, ibu mah ngaji
geh telinga doang nong ngedengerin orangnya mah
nggak terlalu paham”. (W2/SH: 54-56)
Informan SH melaksanakan segala kewajiban yang
diajarkan oleh agamanya namun tidak semua hal yang dilakukan
oleh informan SH menunjukan prilaku seorang yang memiliki
sikap religiusitas yang tinggi, faktanya informan masih mengemis
untuk mencukupi kebutuhan hidupnya padahal dalam agama islam
mengemis merupakan pekerjaan yang tidak dibolehkan. Informan
mengemis karena informan sudah tidak bisa lagi bekerja yang lain
dengan kondisi informan yang tidak begitu sempurna (cacat).
80
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dipaparkan pembahasan dari
analisis data yang diperoleh di lapangan terkait pengaruh
religiusitas terhadap mentalitas kerja pengemis di Kampung
Kebanyakan Desa Sukawana Kecamatan Serang. Analisis
data dan temuan dilapangan terdiri dari:
A. Analisis Intervensi Pembimbing Agama di Majelis
Ta’lim
Berdasarkan hasil analisis dan wawancara, peneliti
menyimpulkan adanya intervensi pembimbing agama
dalam pengembangan religiusitas pengemis di Kampung
Kebanyakan, sebagai berikut:
1. Pemberi Pelajaran
Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara yang
dilakukan menunjukan bahwa pembimbing agama
memberikan pelajaran tentang ilmu-ilmu agama dengan
menggunakan materi yang ada pada kitab-kitab kuning,
mulai dari ilmu fiqih, akhlak, ilmu hadits, ilmu al-qur’an
dan tafsir.
Pembimbing agama memberikan pelajaran supaya
jama’ah memiliki sikap religiuisitas dalam kehidupan
sehari-hari, mulai dari pemahaman, prilaku, ritual, dan
penghayatan terhadap ajaran agama islam.
80
81
2. Penasihat dan Pemberi Teguran
Pembimbing agama di Majelis Ta’lim bukan hanya
memberikan pengetahuan saja, tetapi juga memberikan
nasihat serta teguran bagi jama’ah yang berprilaku tidak
sesuai dengan norma agama.
Pembimbing agama memberikan teguran bagi
jama’ah yang setiap harinya mencari uang dengan cara
meminta-mint serta memberikan nasihat supaya para
pengemis meninggalkan pekerjaan tersebut dan mencari
pekerjaan lain yang lebih layak.
B. Analisis Ritual dan Prilaku Pengemis Dalam
Pengembangan Religiusitas
1. Analisis Ritual dan Prilaku Pengemis Sebelum
Pengembangan Religiusitas
Dalam ilmu psikologi, prilaku seseorang bisa
dilihat dari usianya. Informan UH, TI dan SH termasuk
dalam masa perkembangan dewasa madya antara usia 40-
60 tahun. Dewasa madya merupakan masa transisi,
dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani
dan prilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode
dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan prilaku
yang baru. Perhatian terhadap agama lebih besar
dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan kadang-
kadang minat serta perhatiannya terhadap agama
dilandasi dengan kebutuhan pribadi dan sosial.1
1Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Kencana, 2019),
hlm. 246.
82
Sebelum religiusitas berkembang dalam diri
pengemis atau disebut dengan pra-religiusitas, agama bagi
para informan hanya bersifat formalitas saja dan
menganggap agama merupakan turunan dari orang tua,
sehingga mereka tidak benar-benar memaknai agama
yang mereka yakini dan tidak menjalankan perintah
agamanya.
Prilaku religiusitas yang berkembang di Kampung
Kebanyakan terutama para informan pengemis berawal
dari adanya pengajian ibu-ibu di Majelis Ta’lim yang
diadakan setiap hari selasa pukul 09.00 WIB sampai
dengan selesai dan diisi langsung oleh Ustadz KH. SS.
Sebelum adanya pengajian para informan tidak
mengetahui bahwa mengemis merupakan pekerjaan yang
dilarang baik oleh pemerintah maupun agama.
Mengemis merupakan profesi yang sudah tidak
asing lagi di Kampung Kebanyakan karena terdapat
banyak warga di Kampung Kebanyakan yang setiap
harinya mengemis untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Prilaku mengemis sudah ada sejak lama dan bersifat turun
temurun, seolah-olah mengemis merupakan pekerjaan
yang baik dimata mereka.
Prilaku miskin yang kini disandang pengemis
disebabkan karena kebiasaan yang telah dijalaninya
selama bertahun-tahun dan rasa apatis dari keluarganya.
Sehingga dalam tinjauan psikologi membuatnya tidak
berdaya kecuali dengan mengemis. Pada dasarnya inti
60
83
dari aktivitas mengemis yang dilakukan adalah untuk
mengejar istilah kesejahteraan dalam hidupnya dengan
membanting setir terjun sebagai pengemis yang dianggap
sebagai solusi terbaik. Penghasilan yang didapatkan dari
mengemis sesuai dengan yang diharapkan.2
Informan UH adalah anak dari seorang pengemis.
Informan mengemis agar bisa membantu suaminya yang
bekerja sebagai pedagang asongan di jalanan untuk
memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan biaya sekolah
anak-anaknya, padahal jika dilihat dari kondisi fisiknya
informan masih bisa mencari pekerjaan yang lain selain
mengemis. Informan TI merupakan seorang janda yang
juga berprofesi sebagai pengemis, informan mengemis
semenjak suaminya meninggal dunia dan mengemis
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya beserta anak.
Berbeda dengan informan UH dan TI, informan
SH merupakan seorang pengemis yang sudah berusia
lanjut dan memiliki keterbatasan fisik (cacat) akibat
kecelakaan yang dialaminya ketika sedang berjualan kue
di pasar, informan SH memulai mengemis setelah
informan kecelakaan dan tidak bisa berjualan, religiusitas
pada diri informan SH belum tertanam, karena informan
mengakui bahwa informan SH tidak paham dengan
pengetahuan-pengetahuan agama apalagi tentang larangan
mengemis. Sehingga informan SH tetap memilih
2Halim Purnomo, “Spiritualitas dan Prilaku Pengemis di Kota Cirebon”, (Jakarta: Cakrawala Budaya, 2017), h. 193.
84
mengemis untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak
mau mencari pekerjaan lainnya.
2. Analisis Ritual dan Prilaku Pengemis Selama
Pengembangan Religiusitas
Ada dua faktor yang mempengaruhi religiusitas,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
berupa pengaruh dari dalam diri seseorang termasuk usia
akan berpengaruh dengan religiusitas. Sedangkan faktor
eksternal berupa pengaruh dari luar, misalnya dari
keluarga maupun lingkungan.
Keluarga merupakan satuan sosial yang paling
sederhana dalam kehidupan manusia, khususnya orang tua
yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa
keagamaan. Lingkungan ikut mempengaruhi
perkembangan keagamaan seseorang, baik dalam institut
formal maupun non formal seperti perkumpulan dan
organisasi atau lingkungan masyarakat.
Lingkungan masyarakat hanya unsur pengaruh
belaka, terkadang norma dan tata nilai yang lebih
mengikat bahkan pengaruhnya lebih besar dalam
perkembangan jiwa keagamaan dalam bentuk positif
maupun negativ.3 Proses mendapatkan pemahaman
tentang religiusitas tidak semudah yang difikirkan apalagi
untuk merubah mentalitas para informan yang
kesehariannya bekerja sebagai pengemis. Selama proses
3Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007), hlm: 279-287
85
mendapatkan bimbingan religi para informan didukung
oleh lingkungan masyarakat yang memiliki religiusitas
cukup baik.
Di Kampung Kebanyakan terdapat rutinitas
pengajian untuk ibu-ibu pada hari selasa pukul 09.00 WIB
sampai selesai tujuannya supaya masyarkat Kampung
Kebanyakan mendapatkan pemahaman agama sehingga
berprilaku sesuai dengan ajaran agama dan tidak
berprilaku menyimpang.
Pengajian di Majelis Ta’lim sudah berlangsung
sekitar lima tahun dan Ustadz yang /mengisinya konsisten
untuk tetap mengisi pengajian disetiap minggunya,
pengajian dilaksanakan setiap hari selasa pukul 09.00
WIB sampai selesai. Jama’ah di Majelis Ta’lim bukan
hanya dari warga Kampung Kebanyakan saja, banyak
juga warga dari Kampung lainnya yang mengikuti
pengajian. Sayangnya para jama’ah dari Kampung
Kebanyakan memilih duduk di paling belakang terutama
para pengemis duduk di luar Majelis karena tempat duduk
paling depan sudah di isi oleh jama’ah dari Kampung lain
dan setiap pengajian selalu seperti itu.
Sebelum ustadz datang biasanya para jama’ah
bersama-sama membaca ya sin dan juga shalawat dilanjut
dengan berdo’a bersama. Pada saat pengajian berlangsung
ustadz yang mengisi pengajian hanya fokus terhadap apa
yang dibaca dikitab sambil menjelaskan maksud dari kitab
86
yang dibaca. Namun sayangnya tidak terlalu
memperhatikan kondisi para jama’ah.
Ketika pengajian berlangsung para jama’ah
banyak yang asik ngobrol dan tidak memperhatikan apa
yang disampaikan oleh Ustadz, terutama para pengemis
yang memilih duduk diluar asik dengan obrolannya
bersama rekan-rekannya. Sehingga para jama’ah terutama
para pengemis tidak bisa langsung mendengar dengan
jelas apa yang disampaikan oleh Ustadz dan tidak bisa
langsung mengaplikasikannya kedalam kehidupan sehari-
hari.4
Berdasarkan hasil dari pengamatan peneliti,
religiusitas di Kampung Kebanyakan berkembang baik,
dilihat dari adanya pengajian di setiap minggunya,
terutama pengajian di Majelis Ta’lim untuk ibu-ibu untuk
memfasilitasi mereka supaya bisa menambah pengetahuan
agama.
Jama’ah di Majelis Ta’lim bukan hanya dari
Kampung Kebanyakan saja tetapi banyak juga dari
Kampung-kampung lain. Target pengajian adalah ibu-ibu,
terutama ibu-ibu yang setiap harinya mengemis supaya bisa
meninggalkan pekerjaannya dan memilih pekerjaan yang
lebih layak dari pada harus meminta-minta.
4Hasil Observasi, Selasa 26 Februari 2019.
87
3. Analisis Ritual dan Prilaku Pengemis Setelah
Pengembangan Religiusitas
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, terdapat
perubahan prilaku pada para informan setelah mengikuti
pengajian di Majelis Ta’lim, diantaranya:
a. Perubahan prilaku informan UH dan TI
Perubahan prilaku informan UH dan TI dapat dilihat
dari rutinitas beribadah setiap hari, setelah mengikuti
pengajian di Majelis Ta’lim informan lebih rajin
melaksanakan kewajiban dalam beribadah dan adanya
perubahan sikap dalam rutinitas sebagai pengemis.
Dalam melaksanakan kewajiban seperti shalat lima
waktu informan UH dan TI lebih sering melaksanakan
dibanding sebelumnya, meskipun pelaksanaannya belum
tentu benar namun mereka sudah memiliki kesadaran
bahwa shalat lima waktu merupakan kewajiban yang harus
dilaksanakan.
Kedua informan memiliki perubahan prilaku yang
sama setelah mendapatkan bimbingan religi dari pengajian
yang diikuti setiap hari selasa di Majelis Ta’lim, pada
informan TI melaksanakan shalat namun terkadang
menggampangkan praktek yang dilakukan.
Informan TI biasa melaksanakan shalat dzuhur di
jama’ dengan waktu shalat ashar, dengan alasan ketika
waktunya shalat dzuhur informan masih dalam kondisi
capek karena baru pulang dari rutinitas mengemis dan
langsung memasak untuk makan siang.
88
Selain perubahan dalam melaksanakan kewajiban
shalat lima waktu, kedua informan juga semenjak
mengikuti pengajian lebih rutin membaca al-qur’an, karena
selalu diingatkan oleh ustadz yang mengisi disetiap
pengajian untuk membaca al-qur’an terutama saat sedang
sakit.
Informan TI dan UH lebih sering membaca al-qur’an
saat malam hari dan setelah shalat maghrib atau isya, jika
informan atau anggota keluarga ada yang sakit informan
akan lebih sering membaca al-qur’an karena Ustadz yang
mengisi dipengajian mengatakan bahwa al-qur’an bisa
menjadi penenang dan penyembuh dari sakit dan kedua
informan sudah membuktikannya
Selain itu kedua informan sadar akan kewajiban-
kewajiban lainnya seperti melaksanakan puasa disetiap
bulan ramadhan dan membayar zakat fitrah meskipun untuk
membayar zakat fitrah kedua informan harus mencarnya
dengan cara mengemis.
Setelah adanya pengajian religiusitas pada informan
mulai berkembang dan mempengaruhi prilaku kedua
informan dalam rutinitas sehari-harinya sebagai pengemis.
Kedua informan mulai ada kesadaran bahwa pekerjaan
yang mereka lakukan bukanlah pekerjaan yang baik.
Informan UH dan TI mengatakan bahwa mereka
bukan hanya mengemis untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya namun melakukan pekerjaan lainnya menjadi kuli
cuci, nyapu, ngepel, dan kuli setrika, ini dilakukan supaya
89
mereka bisa mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
b. Perubahan prilaku informan SH
Perubahan prilaku pada informan SH tidak terlihat
begitu significant. Karena informan mengikuti pengajian
tidak atas dasar kemauan sendiri dan kebutuhan akan ilmu
agama, namun informan mengikuti pengajian hanya karena
merasa malu dan akan menjadi pembicaraan orang lain jika
tidak mengikuti pengajian.5
Perubahan prilaku pada informan terlihat dari
kebiasaan informan dalam beribadah. Informan mengakui
bahwa setelah mengikuti pengajian ini informan menjadi
lebih rajin dalam melaksanakan shalat lima waktu,
meskipun bacaannya belum semuanya benar.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, informan tidak
bisa membaca al-qur’an dan jika melaksanakan shalat lima
waktu informan menggunakan hafalan surat-surat pendek
yang informan hafal semenjak kecil. Meskipun tidak bisa
membaca al-qur’an namun informan biasa menghafal surat-
surat pendek di al-qur’an yang dibacakan oleh Ustadz atau
suaminya untuk bacaan shalat lima waktu.
Suami dan anak-anak informan semuanya bisa
membaca al-qur’an, hanya informan SH saja yang tidak
bisa dan tidak mau belajar membaca al-qur’an dengan
5 Hasil Wawancara dengan Informan SH, dirumah beliau pada
tanggal 25 Februari 2019.
90
alasan malu karena sudah tua, padahal suami informan mau
mengajarinya membaca al-qur’an.
Ketika mengikuti pengajian informan diingatkan oleh
ustadz yang mengisi dipengajian jika tidak bisa membaca
al-qur’an setelah shalat coba biasakan membaca shalawat
kepada Nabi dan berdzikir sebanyak-banyaknya dan
informan melakukan hal tersebut rutin setiap setelah shalat
lima waktu.
Religiusitas pada informa SH tidak benar-benar
berkembang, informan hanya melaksanakan rutinitas agama
yang wajib dilaksanakan saja seperti shalat lima waktu,
tetapi tidak mempunyai pemahama akan ajaran agama yang
lainnya terutama dalam berprilaku dan memilih pekerjaan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya informan
tetap mengemis dan tidak merasa bersalah dengan
profesinya sebagai pengemis, karena ketika mengikuti
pengajian di Majelis Ta’lim informan tidak benar-benar
mendengarkan apa yang disampaikan oleh ustadz, padahal
sudah diingatkan bahwa mengemis merupakan pekerjaan
yang menyimpang baik menurut agama maupun Negara.6
6 Hasil Wawancara dengan Informan SH, dirumah beliau pada
tanggal 25 Februari 2019.
91
Tabel 5.1 Perkembangan Religiusitas Pengemis
C. Kehidupan Mentalitas Kerja Pengemis di Kampung
Kebanyakan
Mentalitas atau mentality adalah daya otak atau
kekuatan berpikir yang ada dalam sikap seseorang yang
menuntun prilaku berbuat atau bertindak dalam
kehidupan.7 Sedangkan kerja merupakan suatu yang
dibutuhkan oleh manusia, kebutuhan bisa bermacam-
macam, berkembang dan berubah bahkan seringkali tidak
disadari oleh pelakunya. Untuk memenuhi kebutuhannya
orang akan terdorong melakukan aktivitas yang disebut
7Zakiah Darajat, ”Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental”,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1990), Cet. Ke-4, h.38-39.
Informan
Sebelum
Pengembangan
Religiusitas
Setelah
Pengembangan
Religiusitas
UH dan TI
Mengemis merupakan
penghasilan utama
untuk memenuhi
kebutuhan hidup
Memiliki penghasilan
tambahan hasil dari
kuli cuci dan lain
sebagainya
Perintah agama tidak
dikerjakan seluruhnya
Rutin melaksanakan
kewajiban yang
diperintahkan agama
SH
Tidak rutin
melaksanakan perintah
agama
Rutin melaksanakan
perintah agama
meskipun belum
sempurna
Tidak bisa dan biasa
membaca al-qur’an
setelah shalat
Berdzikir dan
bershalwat sebanyak-
banyaknya setelah
melaksanakan shalat
lima waktu.
92
kerja.8 Bagi sebagian orang yang sudah berada pada taraf
tidak lagi mencari nafkah (karena persediaan uangnya
cukup banyak), kerja hanyalah kesenangan (hobby) atau
merupakan pilihan untuk memenuhi egonya saja.
Mentalitas kerja adalah kekuatan berpikir yang
menuntun prilaku seseorang untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan para
informan dis memiliki mentalitas kerja pengemis,
informan bekerja sebagai pengemis untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya atau bisa jadi untuk memenuhi
egonya saja. Karena jika dilihat dari kondisi fisik para
informan harusnya masih bisa bekerja selain mengemis.
Misalnya menjadi kuli cuci, menjadi asisten rumah tangga
atau berjualan. Kecuali informan SH yang memang sudah
tua dan fisiknya tidak lagi sempurna akibat kecelakaan.
Para informan juga sudah memiliki rumah bangunan
permanen yang layak, bahkan jika orang lain yang
melihatnya tidak akan tahu jika orang-orang yang tinggal
dirumah itu berprofesi sebagai pengamis.9
Persoalan pengemis di Kampung Kebanyakan
sudah tidak asing lagi, dilihat dari sikap para informan
yang merasa biasa saja ketika ditanya tentang profesinya.
Para informan mengaku secara terang-terangan dan tanpa
ada rasa malu sedikitpun tentang aktivitasnya sehari-hari
8Pandji Anoraga, Psikologi Kerja (Jakarta: Rineka Cipta, Cet.6 2014),
hal. 11. 9Hasil Observasi, hari senin tanggal 25 februari 2019.
93
yaitu meminta-minta atau bisa disebut pengemis. Bahkan
para informan mengatakan jika di Kampung Kebanyakan
bukan hanya mereka saja yang mengemis tapi banyak
warga Kampung Kebanyakan yang berprofesi sebagai
pengemis.
Pekerjaan meminta-minta dikatakan hina jika
pekerjaan itu dilakukan dalam keadaan serba cukup,
sehingga akan merendahkan dirinya sendiri baik dimata
manusia maupun dalam pandangan Allah SWT diakhirat
nanti. Hal ini tentunya berkaitan erat dengan mental
pemalas yang selalu mengharap dari orang lain. Meminta-
minta boleh dilakukan tetapi dalam keadaan terdesak atau
sangat terpaksa. Ini dijelaskan dalam sebuah hadits yang
artinya:
“… Wahai qabishah! Sesungguhnya meminta-
minta itu tidak halal, kecuali bagi salah satu dari tiga
orang: seseorang yang menanggung beban (hutang orang
lain, diyat/denda), ia boleh meminta-minta sampai ia bisa
melunasinya, kemudian berhenti. Dan seseorang yang
ditimpa musibah dan menghabiskan hartanya, ia boleh
meminta-minta sampai ia memperoleh sandaran hidup.
Dan seseorang yang ditimpa kesengsaraan hidup sehingga
ada tiga orang berakal dari kaumnya yang mengatakan, ‘si
fulan telah ditimpa kesengsaraan hidup,’ ia boleh
meminta-minta sampai ia memperoleh sandaran hidup.
Wahai Qabishah meminta-minta selain tiga hal itu adalah
haram, dan orang yang memakannya adalah memakan
yang haram.”10
10Jagat Rayana Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah Wal Aqidah Ash-
Shofa (STISA), Arah dan Kritik dengan Metode Takhrij Hadits Tentang Meminta-minta, Volume 03, No. 06, Tahun 2016. h. 17.
94
Alasan utama para pengemis di Kampung
Kebanyakan mengemis karena faktor ekonomi yang
harus dipenuhi terutama kebutuhan dasar untuk
melangsungkan hidup setiap harinya sehingga mereka
mau melakukan segala macam cara termasuk mengemis.
Informan UH, TI dan SH mengemis dengan alasan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika dilihat dari fisiknya
informan UH dan TI masih bisa mencari pekerjaan lain
misalnya kuli cuci, menjadi asisten rumah tangga atau
berdagang, sedangkan informan SH merupakan pengemis
yang sudah lanjut usia dan dan fisiknya tidak lagi
sempurna sehingga terpaksa mencari uang dengan cara
mengemis, sebelumnya informan SH adalah seorang
pedagang kue di sekitar Pasar Rau karena kecelekaan
yang menimpanya membuat tangan dan kakinya cacat dan
tidak bisa berfungsi dengan sempurna, anak-anak
informan SH sudah dewasa dan sudah bekerja seharusnya
bisa menghidupi kedua orang tuanya supaya informan
tidak lagi mengemis untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya dengan suami.
Prilaku mengemis ketiga informan termasuk
kedalam prilaku mengemis yang diharamkan oleh agama,
karena tidak termasuk kedalam tiga golongan yang
dibolehkan untuk mengemis, pada dasarnya ketiga
informan masih bisa mendapatkan uang untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya dengan pekerjaan lain.
95
Prilaku mengemis merupakan prilaku yang buruk,
tetapi mengemis sudah menjadi kebiasaan bagi para
informan untuk mencari uang, mentalitas kerja mereka
sudah terbentuk sebagai pengemis dan mengemis sudah
menjadi rutinitas informan UH, TI dan SH setiap hari
sehingga sulit untuk meninggalkannya. Karena segala
kebutuhannya bisa terpenuhi dari hasil mereka mengemis
setiap hari. Padahal sudah pernah diberikan bimbingan
keterampilan serta modal untuk berdagang supaya para
informan tidak lagi mengemis namun setelah program
tersebut selesai dan tidak ada pantauan secara lebih lanjut
para informan kembali lagi mengemis untuk memenui
kebutuhan hidupnya.
D. Pengaruh Religiusitas terhadap Mentalitas Kerja
Pengemis
Religiusitas merupakan sikap keagamaan yaitu suatu
keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya
untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya
terhadap agama.11 Orang yang memiliki religiusitas akan
bertingkah laku sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya
dan akan menghindari larangan-larangan yang diajarkan
oleh agamanya. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
peneliti religiusitas yang ada pada diri informan belum
11Satriani, dalam skripsi Hubungan Tingkat Religiusitas dengan
Kecemasan Moral Mahasiswa Ushuluddin UIN Suska Riau, Fakultas
Psikologi, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2011, h.26.
96
berkembang dengan baik, tandanya para informan masih
memilih mengemis untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menurut Rahmat (dalam Ali, 2007) religiusitas
adalah sikap keagamaan yaitu suatu keadaan yang ada
dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah
laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama.12
Keberagamaan atau religiusitas diwujudkan dalam berbagai
sisi kehidupan manusia. Aktivitas beragama bukan hanya
terjadi ketika seseorang melakukan prilaku ritual
(beribadah), tapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang
didorong oleh kekuatan supranatural. Karena itu,
keberagamaan seseorang akan meliputi berbagai macam sisi
dan dimensi. Dengan demikian, agama adalah system yang
berdimensi banyak. Menurut Glock & Stark (Robertson,
1988) 13, ada lima macam dimensi keberagamaan, yaitu
dimensi keyakinan, dimensi praktik agama (ritual dan
ketaatan), dimensi pengetahuan agama, dimesi pengalaman
dan konsekuensi, dan dimensi penghayatan.
a. Dimensi Keyakinan
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara
dengan tiga informan pengemis di Kampung Kebanyakan
menunjukan hasil bahwa ketiga informan memiliki
keyakinan terhadap agama yang dianutnya. Dari ketiga
12Satriani, dalam skripsi Hubungan Tingkat Religiusitas dengan
Kecemasan Moral Mahasiswa Ushuluddin UIN Suska Riau, Fakultas
Psikologi, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2011, h.26. 13Djamaludin Ancok & Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1995), hal. 76.
97
informan semuanya beragama islam dan meyakini akan
adanya Allah SWT serta kekuasaanya, para informan
meyakini bahwa segala yang terjadi saat ini merupakan
cobaan dari Allah SWT dan harus sabar dalam
menjalaninya.
Ketiga informan juga meyakini akan adanya surga
dan neraka, dan juga meyak akan adanya malaikat yang
selalu mengawasi dan mencatat perbuatan mereka, yaitu
perbuatan baik dan juga perbuatan buruk mereka,
sehingga para pengemis merasa takut jika berbuat
kesalahan.
ketiga informan pengemis di Kampung
Kebanyakan bukan hanya meyakini akan adanya Allah
SWT tetapi juga melaksanakan segala perintah yang
diwajibkan oleh Allah sebagai bentuk ketaatan mereka
pada Tuhannya. Dari hasil wawancara dan pengamatan
peneliti, para pengemis rutin melaksanakan ritual
keagamaan yang diwajibkan. Seperti shalat fardhu lima
waktu, puasa bulan ramadhan dan membayar zakat fitrah.
b. Dimensi Praktik Agama
Meskipun dalam pelaksanaannya belum sempurna
namun ketiga informan berusaha supaya bisa menjalankan
kewajiban mereka, misalnya dalam melaksanakan shalat
lima waktu mereka sering menjama’ shalat mereka
meskipun tidak sedang berada dalam perjalanan jauh,
sedangkan persyaratan dibolehkannya menjama’ shalat
adalah ketika seseorang sedang dalam perjalanan jauh.
98
Mereka menjama’ shalat dengan alasan capek setelah
melaksanakan aktivitas sehari-hari. Para informan sering
menjama’ shalat dzuhur dengan shalat ashar. Saat bulan
ramadhan para informan juga melaksanakan
kewajibannya dalam berpuasa dan membayar zakat fitrah,
meskipun harus membayar zakat fitrah dari hasil
meminta-minta.
Ketiga informan juga menjalankan ritual
keagamaan lainnya seperti bersedekah, bersosialisasi baik
di masyarakat dan juga membaca al-Qur’an. Namun tidak
semua informan yang diteliti bisa membaca al-qur’an, ada
satu informan yaitu informan SH tidak bisa membaca al-
qur’an dan tidak mau belajar karena sudah tua jadi malu
jika masih belajar al-qur’an.
c. Dimensi Pengetahuan Agama
Pengetahuan agama yang dimiliki oleh para
pengemis lumayan baik, buktinya para pengemis meyak
akan adanya Allah dan mengetahui segala perintah serta
larangan Allah SWT. Bahkan informan UH dan TI
mengetahui tentang larangan meminta-minta, informan
UH pernah diberi tahu oleh Ustadz bahwa setiap uang
yang diterima ketika meminta-minta di dunia kelak di
akhirat akan menjadi api.
Para informan hanya sekilas mengetahui larangan
meminta-minta tapi tidak benar-benar mendalaminya,
buktinya mereka tidak mengetahui ayat al-qur’an dan hadits
99
yang menyebutkan bahwa meminta-minta merupakan
perbuatan yang dilarang, sesuai dengan hadits yang artinya:
“Telah berkata kepada kami Abu Bakar bin Abi
Syaibah telah berkata kepada kami Ibnu Fudail dari
Umarah bin al-Qa’qa dari Abi Zur’ah dari Abi hurairah
berkata: Rasulullah SAW bersabda: “barangsiapa yang
meminta harta kepada orang lain untuk memperkaya diri
maka sesungguhnya dia hanyalah meminta bara api, maka
silahkan mereka meminta sedikit atau banyak”. (Musnad
Abi Ya’la, Juz. 10, hlm. 474, No 6087)14
d. Dimensi Pengalaman dan Dimensi Konsekuensi
Dimensi pengalaman atau dimensi konsekuensi
merupakan dimensi yang mengacu pada akibat-akibat
keyakinan keagamaan, praktik, dan pengetahuan. Dalam
hal para informan memiliki pengalaman keagamaan yang
cukup, pengalaman didapat ketika para informan
konsisten mengikuti pengajian di Majelis Ta’lim, di
Majelis Ta’lim informan mendapatkan pelajaran-pelajaran
tentang ilmu Fiqh, Akhlak dan juga pekerjaan.
Para informan rutin mengikuti pengajian setiap
hari selasa di Majelis Ta’lim dan dari Majelis Ta’lim lah
para informan mendapatkan pengetahuan serta
pengalaman keagamaan, dan menambah keyakinan
informan terhadap agama dan tuhannya serta membawa
14Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah Wal Aqidah As-Shofa (STISA)
Tasikmalaya, Arah dan Kritik dengan Metode Takhrij Hadits Tentang Meminta-minta, Volume 03, Nomor 06, Tahun 2016, hlm. 22.
100
informan agar berprilaku baik serta tidak lagi menjadi
pengemis untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Berdasarkan hasil penelitian lewat wawancara dan
observasi yang peneliti lakukan, dari ketiga informan
semuanya meyakini akan adanya Allah dan segala
ketentuannya serta melaksanakan praktik keagamaan yang
diwajibkan setiap harinya. Informan UH serta TI memiliki
pengetahuan agama yang baik serta mengetahui bahwa
mengemis merupakan pekerjaan yang tidak dibolehkan
agama, namun informan SH belum begitu memahamai
ilmu agama serta belum mengetahui tentang larangan
meminta-minta dari segi agama islam.
Dari ketiga informan pengemis belum ada yang
benar-benar menghayati sikap religiusitas yang sudah
berkembang dalam dirinya, biasanya sikap atau tindakan
seseorang jika sudah benar-benar menghayati ajaran
agamanya maka tindakannya pun akan sesuai dengan
yang diatur oleh agama tersebut seperti pemilihan
pekerjaan tetap menjadi seorang pengemis atau akan
mencari jalan lain supaya bisa mendapatkan uang untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kemantapan jiwa orang dewasa setidaknya
memberikan gambaran tentang bagaimana sikap
keberagamaan pada orang dewasa. Mereka sudah
memiliki tanggung jawab terhadap nilai yang dipilihnya,
baik nilai-nilai yang bersumber dari ajaran agama maupun
nilai-nilai yang bersumber dari ajaran yang lain. Sikap
101
keberagamaan orang dewasa memiliki perspektif yang
luas didasarkan atas nilai-nilai yang dipilihnya. Selain itu,
sikap keberagamaan itu umumnya juga dilandasi oleh
pendalaman pengertian dan perluasan pemahaman tentang
ajaran agama yang dianutnya. Beragama bagi orang
dewasa sudah merupakan sikap hidup dan bukan sekedar
ikut-ikutan.15
Dari ketiga informan yang diteliti oleh peneliti
menujukan bahwa sikap keberagamaan mereka tidak
sepenuhnya sesuai dengan ajaran agama islam, karena
dalam islam dilarang untuk meminta-minta namun mereka
masih tetap meminta-minta dengan alasan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, padahal dari segi fisik
dan jika ada keinginan bekerja selain mengemis mereka
masih memiliki fisik yang cukup baik, kecuali informan
SH yang fisiknya sudah lemah serta tidak bisa berfungsi
dengan sempurna (cacat) namun anak-anak informan SH
sudah dewasa dan memiliki pekerjaan dan bisa memenugi
kebutuhan hidup kedua orang tuanya sehingga informan
tidak lagi bekerja sebagai pengemis
Ketiga informan pada dasarnya memiliki
pemahaman agama yang cukup baik, hanya saja
pengetahuan mereka hanya sekedar pengetahuan dan tidak
diaplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari, sebaiknya
para informan benar-benar didampingi dalam hal
15Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1996), hlm. 107.
102
penanaman sikap religiusitas supaya bisa benar-benar
menghayati apa yang sudah diketahui mereka. Terutama
untuk perubahan prilaku mereka yang setiap hari rutin
untuk mengemis.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, informan
UH dan TI memang sudah memiliki kesadaran akan
pentingnya ilmu agama serta memiliki keyakinan adanya
Allah SWT, adanya hari akhir nanti, dan menyadari apa
yang dilakukan saat di dunia akan dimintai pertanggung
jawaban di akhirat, termasuk profesinya sebagai
pengemis. Setelah mendapatkan bimbingan religi
Informan UH dan TI mencari uang bukan dengan cara
mengemis saja namun juga mau bekerja sebagai kuli cuci
baju, setrika baju, nyapu, ngepel dan membersihkan
halaman dari rumput-rumput liar.16
Berbeda dengan informan UH dan TI, informan
SH tidak memiliki perhatian yang lebih besar terhadap
agama, karena meskipun informan SH rutin mengikuti
pengajian, hanya sebatas ikut saja tapi tidak begitu paham
dengan apa yang disampaikan oleh ustadznya, bisa
dikatakan informan SH beragama islam karena
merupakan agama turun temurun dari orang tuanya dan
lingkungan disekitar tempat tinggal beragama islam serta
rutin mengikuti pengajian.
Meskipun belum sempurna dalam perubahan yang
terjadi pada ketiga informan tetapi dapat disimpulkan
16Hasil Observasi, Senin 08 April 2019.
103
bahwa religiusitas berpengaruh pada mentalitas kerja
pengemis.
Tabel 5.2 Perkembangan Religiusitas dan Mentalitas
Kerja Pengemis
NO Perkembangan
Religiusitas
Perkembangan Mentalitas
Kerja Pengemis
1 Pra perkembangan
religiusitas, agama
sebagai formalitas bagi
ketiga informan.
Bekerja sebagai pengemis tanpa
mengetahui hukumnya.
2 Pasca dan selama
perkembangan
religiusitas UH dan TI,
mengikuti ritual dan
menjalankan kewajiban
agama.
Sadar dan mulai untuk mencari
pekerjaan selain mengemis,
seperti kuli cuci, setrika, nyapu
dan lain-lain
3 Pasca dan selama
perkembangan
religiusitas SH,
mengikuti ritual dan
menjalankan kewajiban
agama tapi tidak atas
dasar kesadaran sendiri.
Tidak ada perubahan yang
significant dalam memilih
pekerjaan, karena mengemis
merupakan satu-satunya pekerjaan
yang bisa dilakukan oleh
informan.
104
BAB VI
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis tentang Religiusitas dan
Mentalitas Kerja Pengemis di Kampung Kebanyakan Kota
Serang - Banten ini, dapat disimpulkan hasil penelitian
bahwa ternyata religiusitas bisa merubah mentalitas kerja
pengemis namun tidak mudah. Buktinya dari ketiga
informan yang diteliti dua informan memiliki sedikit
perubahan mentalitas kerjanya dan satu informan tidak ada
perubahan pada mentalitas kerjanya.
1. Dari ketiga informan, informan UH dan TI memiliki
perubahan mentalitas kerja sebagai pengemis setelah
mendapatkan bimbingan religiusitas dari pengajian di
Majelis Ta’lim dan menanamkan nilai-nilai religiusitas
pada diri informan meskipun belum sepenuhnya
meninggalkan pekerjaannya sebagai pengemis. Informan
UH dan TI, mulai ada kesadaran untuk mencari pekerjaan
lain misalnya, menjadi kuli cuci, kuli setrika serta bersih-
bersih dan beres-beres rumah, supaya bisa mendapatkan
uang dan tidak terus mengandalkan uang dari hasil
mengemis
2. Pada informan SH belum ada perubahan mentalitas kerja
sebagai pengemis, karena atas pengakuan informan SH
mengikuti pengajian juga bukan karena keinginan sendiri
atau karenapentingnya ilmu yang akan didapat namun
karena keterpaksaan dan ketakutan jika tidak mengikuti
104
105
pengajian akan menjadi pembicaraan tetangga, sehingga
nilai-nilai religiusitas yang ditanamkan dalam pengajian
tersebut tidak berkembang dalam diri informan SH.
B. Implikasi
Dari hasil tentang penelitian Pengaruh Religiusitas
terhadap Mentalitas Kerja Pengemis di Kampung
Kebanyakan dapat dilihat bahwa religiusitas dapat
merubah mentalitas kerja pengemis, dan religiusitas pada
informan dapat berkembang dari pengajian di Majelis
Ta’lim yang diikuti oleh para informan.
Ketiga informan memiliki dimensi keyakinan yaitu
meyakini akan adanya Allah SWT dan juga meyakini akan
adanya hari akhir nanti yang akan dimintai pertanggung
jawaban dari apa yang dilakukan di dunia, serta meyakini
bahwa Allah SWT yang telah mengatur segala jalan
hidupnya sekarang ini. Informan UH dan TI memiliki
dimensi pengetahuan yang didapat dari pengajian di
Majelis Ta’lim.
Ketiga informan melakukan ritual keagamaan
seperti mengikuti pengajian di Majelis Ta’lim,
menjalankan kewajiban shalat lima waktu, melaksanakan
puasa ketika bulan ramadhan, membayar zakat fitrah
meskipun dari hasil meminta-minta, dan rutin membaca al-
qur’an setiap setelah shalat ketika malam hari apalagi jika
ada anggota keluarga yang sedang sakit akan lebih sering
membaca al-qur’an karena sesuai dengan yang
disampaikan oleh pembimbing bahwa al-qur’an sebagai
106
penyembuh dan penenang. Kecuali informan SH yang
tidak bisa membaca al-qur’an dan tidak mau belajar
membaca al-qur’an dengan alasan malu karena sudah tua.
Religiusitas dapat merubah mentalitas kerja ketiga
informan pengemis. Dalam penelitian ini perubahan dapat
dilihat pada informan UH dan TI, yang sudah menyadari
akan nilai-nilai yang ada dalam religiusitas, meskipun
belum sepenuhnya meninggalkan aktivitas mengemis
namun sudah mulai menjalankan pekerjaan lain untuk
mendapatkan uang. Kecuali pada informan SH yang belum
menyadari nilai-nilai religiusitas sehingga belum ada
kesadaran untuk meninggalkan aktivitasnya sebagai
pengemis.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, peneliti
memberikan saran sebagai berikut:
a. Dalam proses bimbingan religi sebaiknya para informan
benar-benar didampingi sampai adanya kesadaran untuk
tidak meminta-minta dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya.
b. Pembimbing religi sebaiknya lebih memperhatikan para
jama’ah di pengajian supaya materi yang disampaikan
dapat diterima terutama oleh para informan pengemis.
c. Kesulitan teori tentang pengaruh religiusitas terhadap
mentalitas kerja pengemis adalah problem utama dalam
menganalisis penelitian ini, akan tetapi peneliti sudah
berusaha semaksimal mungkin untuk menjelaskan
107
tentang pengaruh religiusitas terhadap mentalitas kerja
pengemis dengan teori yang ada sehingga dapat menjadi
salah satu sudut pandang serta dapat memberikan
kontribusi yang bersifat membangun dan beragam.
d. Peneliti mengakui dengan kesadaran penuh bahwa
masih banyak kekurangan dalam penelitian ini, sehingga
kekurangan tersebut diharapkan bagi peneliti
selanjutnya bisa menggali lebih mendalam dengan
fenomena yang sama atau berbeda sehingga
menemukan suatu hal yang baru sebagai pembanding
dengan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani. (2002). Sosiologi, Skematika, Teori dan Terapan.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Ahmad, M. (2010). Strategi Kelangsungan Hidup Gelandangan
dan Pengemis (Gepeng). Vol.7. No. 2.
Almanshur, M. D. (2016). Metode Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Amaliah, I., A, Julia., & Westi Riani. (2013). Pengaruh Nilai Islam
Terhadap Kinerja Kerja. mimbar, Vol. 29, No.2.
Amin, S. (2016). Dukungan Sosial dan Kemampuan Penyesuaian
Diri Remaja Suku Baduy Luar Yang Bersekolah di Luar
Baduy. Skripsi, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ancok, Djamaludin & Fuadh Nashori Suroso. (1995). Psikologi
Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ancok, Djamaludin & Fuadh Nashori Suroso (2008). Solusi Islam
Atas Probelm-problem Psikologi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Anggraeni, R. (2016). Peran Dinas Sosial dalam Merehabilitasi
Mental Gelandangan dan Pengemis. Skripsi, Jurusan
Bimbingan Konseling Islam Fakultas Ushuludin Dakwah
dan Adab, Institut Agama Islam Negeri "Sultan Maulana
Hasanudin" Banten.
Anoraga, P. (2014). Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta Cet.
Ke-6.
Arifin, H. M. (1997). Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan
Rohaniah Manusia. Jakarta: Bulan Bintang.
As'ad, M. (1980). Psikologi Industri. Yogyakarta: Lembaga
Management YKPN.
Azis, A. (2014). Proses Konversi Spiritual (studi fenomenologi
pada remaja tunanetra). Skripsi, Program Studi Psikologi
Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Bahasa, T. P. (1998). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Radar Banten. (2018). Di Banten ada 2.674 Pengemis. Serang:
Radar Banten. https://www.radarbanten.co.id/di-banten-
ada-2-674-pengemis/.
Radar Banten. (2018). Kisah Miris Budaya Mengemis Dari
Kampung Pengemis Bag. 1. Serang: Radar Banten.
https://www.radarbanten.co.id/kisah-miris-budaya-
mengemis-dari-kampung-pengemis-bag-1/.
Darajat, Z. (1990). Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental.
Jakarta: Bulan Bintang Cet. Ke-4.
Idrus, M. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta:
Erlangga.
Jahja, Y. (2019). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.
Jalaludin. (2007). Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Palupi, A. O. (2013). Pengaruh Religiusitas Terhadap Kenakalan
Remaja pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi
Kabupaten Tegal. Skripsi, Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Purnomo, H. (2017). Spiritualitas dan Prilaku Pengemis di Kota
Cirebon. Jakarta: Cakrawala Budaya.
Rayana, J. (2016). Arah dan Kritik dengan Metode Takhrij Hadits
Tentang Meminta-minta. Vol. 3. No. 6.
Saputro, A. (2011). Pengaruh Persepsi Tentang Gepeng
(Gelandangan dan Pengemis) dengan Pengambilan
Keputusan. Skripsi, Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sari, A. D. (2018). Pelembagaan Prilaku Pengemis di Kampung
Pengemis (studi deskriptif di kampung pragaan daya
kecamatan pragaan kabupaten sumenep). Journal unair,
http://juornal.unair.ac.id/download-fullpapers-
kmnts48ab4a8caa.full.pdf.
Sari, A. F. (n.d.). Sikap Mental Pengemis di Kompleks Pecinan
Desa Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus.
Skripsi: Jurusan Politik dan Kewarganegaraan Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang.
Saroso, S. (2012). Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT.
Indeks.
Satriani. (2011). Hubungan Tingkat Religiusitas dengan
Kecemasan Moral Mahasiswa Ushuludin UIN Suska Riau.
Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau.
Sugiyono. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif, Kuantitatif
dan R&B. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
Waluyo, M. (2015). Manajemen Psikologi Industri. PT Indeks, 62-
63.
Yuniarti, L. (n.d.). Prilaku Pengemis di Alun-alun Kota
Probolinggo. Jurnal, Program Studi Sosiologi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember.
sile:///D:/JURNAL/JURNAL%20DAN%20SKRIPSI/jurn
al%20prilaku%pengemis.pdf.
PEDOMAN PENGUMPULAN DATA
a. Pedoman Guide Observasi
Nama Inisial :
Usia :
Jenis Kelamin :
Tabel 1. Blue Print Guide Observasi Penelitian
Pengaruh Religiusitas terhadap Mentalitas Kerja
Pengemis
NO Aspek Keterangan Proses Pengaruh Religiusitas
terhadap Mentalitas Kerja Pengemis
1. Keseharian informan
menjalani hidup
sebagai pengemis
Permulaan terjadinya proses pengaruh religiusitas
terhadap mentalitas kerja pengemis, peneliti
mengamati informan secara keseluruhan dimulai
dari sikap verbal dan non verbal, interaksi dengan
orang lain atau grupnya. Dan mengamati sejauh
mana kesungguhan, kesadaran, motivasi kuat
informan untuk tidak mengemis.
2. Kondisi informan saat
diwawancara.
Sikap saat menjawab setiap pertanyaan, ekspresi
wajah, gesture tubuh, intonasi suara, dan kontak
mata.
3. Pola dalam berinteraksi
informan dengan
Tuhannya dan
lingkungan sekitar
seperti lingkungan
keluarga dan
masyarakat.
Apa saja bentuk ibadah yang dilakukan informan,
bagiamana informan berinteraksi dan
berkomunikasi dengan Tuhan dan lingkungan
sekitarnya.
4. Suasana rumah
informan
Kegiatan informan di rumah. Suasana keakraban
dan kebersamaan antar anggota keluarga.
Tabel II. Guide Wawancara Pada Informan
(Religiusitas)
B. Tabel blue print wawancara (Religiusitas)
Nama :
Usia :
Alamat :
Pendidikan :
Hari/tanggal wawancara :
Waktu wawancara :
Lokasi wawancara :
No Indikator Pertanyaan
1. Identitas informan a. Bisa tolong ceritakan identitas
anda secara keseluruhan?
b. Bagaimana awal menjadi
pengemis?
c. Apa yang dirasakan ketika
menjadi pengemis?
2.
Keyakinan a. Apakah yakin Allah yang
mengatur jalan kehidupan
terbaik?
b. Bagaimana bisa yakin Allah
tempat meminta perlindungan
dan pertolongan?
c. Apakah yakin akan adanya
malaikat dan menyakini bahwa
malaikat akan mencatat segala
amal perbuatan?
d. Apakah yakin bahwa al-Quran
dapat memberikan ketenangan
dan kesembuhan batin?
e. Kenapa meyakini bahwa al-
Quran memberikan ketenangan
dan kesembuhan batin?
f. Bagaimana bisa yakin akan
perbuatan yang dilakukan akan
ada perhitungannya dan balasan
di hari akhir?
g. Apakah yakin yang terjadi adalah
kehendak Allah?
h. Apakah yakin adanya makhluk
gaib sehingga harus senantiasa
berlindung kepada Allah dari
gangguang?
3. Ritual a. Apakah rutin melaksanakan
shalat wajib berjama’ah?
b. Kenapa melaksanakan shalat
berjama’ah?
c. Dimana biasa melaksanakan
shalat berjama’ah?
d. Apakah rutin melaksanakan
shalat sunnah (rawatib, dhuha,
tahajud)?
e. Bagaimana perasaan setelah
melaksanakan shalat?
f. Apakah melaksanakan puasa
dibulan ramadhan?
g. Apakah rutin melaksanakan
puasa sunnah?
h. Kenapa melaksanakan puasa
sunnah?
i. Apakah membayar zakat yang
wajib dikeluarkan?
j. Apakah rutin mengeluarkan infaq
dan sedekah?
k. Kapan mengeluarkan infaq dan
sedekah?
l. Dimana mengeluarkan infaq dan
sedekah?
m. Apakah terbiasa membaca
do’a/basmallah sebelum
melaksanakan sesuatu?
n. Apakah selalu melaksanakan
zikir pagi petang atau setelah
shalat?
4. Penghayatan a. Apakah selalu merasa diawasi
oleh Allah?
b. Kapan Allah mengawasi
umatnya?
c. Apakah merasa dilindungi oleh
Allah?
d. Bagaimana Allah melindungi
umatnya?
e. Apakah merasa tenang setelah
shalat atau zikir?
f. Bagaimana Allah mengabulkan
do’a-do’a yang dipanjatkan?
g. Kapan Allah mengabulkan do’a
yang dipanjatkan?
h. Dimana biasa melakukan
aktivitas berdo’a?
i. Apakah merasa Allah
memberikan nikmat yang
banyak?
j. Apakah merasa Allah
memberikan musibah supaya bisa
lebih beriman?
k. Siapa yang paling ditakuti ketika
melakukan perbuatan yang
dilarang oleh agama?
l. Kenapa masih melakukan
pekerjaan mengemis?
m. Apakah pekerjaan yang
dilakukan diniatkan untuk
ibadah?
5. Pengetahuan a. Apakah memahami bahwa
sumber ajaran islam adalah al-
Quran dan sunnah/hadits shahih?
b. Bagaimana islam mengajarkan
untuk bersabar dalam
menghadapi musibah dan
kesulitan?
c. Apakah mengetahui bahwa Allah
melarang hambanya untuk
meminta-minta (mengemis)?
d. Siapa yang memerintahkan untuk
mengemis?
e. Bagaimana perasaan ketika
mengemis?
f. Kapan melakukan praktek
mengemis?
g. Apakah mengetahui do’a-do’a
saat menghadapi kesulitan?
h. Bagaimana do’a yang
dipanjatkan saat menghadapi
kesulitan?
Tabel II. Guide Wawancara Pada Informan
(Mentalitas Kerja)
B. Tabel blue print wawancara (Mentalitas Kerja)
Nama :
Usia :
Alamat :
Pendidikan :
Hari/tanggal wawancara :
Waktu wawancara :
Lokasi wawancara :
No Indikator Pertanyaan
1. Sikap a. Bagaimana ibu bisa memilih mengemis sebagai
pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup?
b. Pernahkah ibu melakukan pekerjaan selain
mengemis?
c. Bagaimana cara ibu supaya orang bisa
memberikan uang untuk ibu?
d. Apakah ibu meyakini bahwa mengemis
merupakan pekerjaan yang baik?
e. Apakah ibu mendukung jika ada anak atau
anggota keluarga yang lain ikut mengemis?
f. Bagaimana ibu menyikapi orang yang
membicarakan profesi ibu sebagai pengemis?
g. Selama ini apakah ibu aktif bersosialisasi
dengan warga sekitar dalam kegiatan sosial
atau yang lainnya?
2. Emosi 1. Apakah ibu senang bekerja sebagai pengemis?
2. Apakah ibu merasa puas dengan hasil yang
didapat dari mengemis?
3. Adakah rasa bersalah ketika ibu mendapatkan
uang dari mengemis?
4. Adakah ketenangan dalam diri ibu ketika
sedang mengemis?
5. Apakah ibu merasa terganggu dengan ucapan
orang lain yang membicarakan tentang profesi
ibu sebagai pengemis?
Kebutuhan 1. Apa yang ibu butuhkan saat ini?
2. Seberapa besar kebutuhan ibu dan
keluarga?
3. Apakah dengan mengemis kebutuhan ibu
tercukupi?
4. Bagaimana ibu mengatur keuangan supaya
mencukupi kebutuhan ibu?
5. Apakah kebutuhan pangan baik makan dan
minum ibu dan keluarga tercukupi?
6. Pernahkan ibu dan keluarga merasakan
tidak makan seharian?
7. Apakah kebutuhan sandang berupa pakaian
ibu dan keluarga terpenuhi dan cukup layak
untuk dipakai?
Tabel III. Guide Wawancara dengan Significant Other
B. Tabel blue print wawancara dengan significant
other
Nama :
Usia :
Alamat :
Pendidikan :
Hari/tanggal wawancara :
Waktu wawancara :
Lokasi wawancara :
Tabel Wawancara untuk Significant Other
1. Identitas diri significant
others
a. Bisa anda perkenalkan identitas anda?
b. Bagaimana kedekatan anda dengan
informan?
c. Sudah berapa lama anda mengenal
informan?
d. Bagaimana relasi anda dengan informan
dan sejauh mana anda mengenal dengan
informan?
2. Persepsi masyarakat
terkait pengaruh
religiusitas terhadap
mentalitas kerja pada
informan (pengemis)
a. Sejauh ini menurut anda bagaimana
sikap dan prilaku keseharian informan,
baik di lingkungan keluarga dan
masyarakat?
b. Bagaimana kesadaran informan dalam
melaksanakan praktik ibadah?
c. Apakah informan sering mengikuti
kajian-kajian keagamaan?
d. Menurut anda apakah informan
mengemis untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya atau untuk memperkaya diri?
e. Bagaimana gaya hidup informan sehari-
hari?
3. Pandangan mengenai
proses religiusitas
informan
a. Bagaimana anda melihat informan
sebagai sosok yang memiliki
religiusitas?
b. Sejauh ini adakah sikap yang menonjol
dari religiusitas infornan?
c. Pernahkah informan mengalami kendala
dalam melakukan praktik religiusitas
(beribadah)?
d. Bagaimana pandangan anda tentang
hubungan informan terhadap Tuhan dan
lingkungan sekitarnya?
e. Apa saja bentuk ibadah yang sering
informan lakukan?
WAWANCARA TOKOH AGAMA
Nama : Sahibis
Usia : 65 tahun
Alamat : Kampung Kebanyakan Ds. Sukawana
Pendidikan : SMA
Hari/tanggal wawancara : Senin/25 Februari 2019
Lokasi wawancara : Majelis Ta’lim
BARIS WAWANCARA INTERPRETASI
1
5
10
15
20
25
30
Assalamua’laikum pak, saya Aat
dari UIN Jakarta sedang
mengadakan penelitian, saya mau
mewawancarai bapak apakah
bisa?
Wa’alaikumsalam iyah nong boleh
Sebelumnya boleh minta jelaskan
profil tentang pak ustadz?
Iya, saya biasa di panggil Pak haji
atau ada juga yang manggil Ustad
Sabihis, usianya 65 tahun saya
punya pesantren dan ngajar disana
saya juga lulusan pesantren dan
sering mengisi pengajian ibu-ibu
Pak ustadz kalo boleh tau sudah
berapa lama mengisi pengajian
ibu-ibu disini?
Udah lumayan lama ngisi pengajian
disini mah, pokoknya setiap hari
selasa pagi saya biasa ngisi
pengajian disini dari jam 09.00-
11.00
Pak Ustadz mengetahui bahwa
ada warga yang mengemis disini?
Iya nong udah tau, biasa juga
mereka ikut pengajian kok disini
setiap minggunya
Bagaimana tanggapan Pak
Ustadz saat melihat ada warga
yang mengemis?
Sudah lama mengisi
pengajian di Majelis ta’lim
ibu-ibu di Kampung
Kebanyakan Desa
Sukawana Kecamatan
Serang
Mengetahui akan adanya
warga/jama’ah
pengajiannya yang
berprofesi sebagai
pengemis
35
40
45
50
55
60
65
70
75
Bingung sih nong ya, sebenernya
mah kan gak boleh dalam ajaran
islam meminta-minta itu
Oh gitu tapi pak ustadz sudah
pernah mengingatkan ke mereka
supaya tidak lagi mengemis?
Sudah nong, udah sering malah,
setiap dipengajian juga sering
diomongin kalo mengemis itu
dilarang oleh agama. Tapi jawaban
mereka kalo istilah jaman
sekarangnya mah “lu lu gua gua”
jadi masing-masing aja gitu katanya,
ada juga yang jawab ini kan bukan
urusan pak ustad jadi gak usah ikut
campur saya kan banyak keperluan
dan pak ustad juga gak bisa ngasih
dan memenuhi kebutuhan saya” jadi
ya terserah mereka aja sekarang
mah. Sering diingetin pokoknya
mah.
Ketika pengajian mereka hadir
terus pak?
hadir mah hadir terus nong cuman
susah dinasehati, disuruh berenti
juga gak mau. Dari pemerintah juga
udah pernah ngasih bantuan
maksudnya mah supaya jangan
ngemis lagi dikasih modal buat
dagang paling bertahan semingu
setelah itu berangkat ngemis lagi,
dipengajian bapak-bapak juga
sering diingetin. Pastikan yang diliat
kiyai nya gimana, jadi sekarang mah
jangan liat kiyai gimana intinya kita
sudah sering ngingetin di pengajian-
pengajian baik pengajian ibu-ibu
ataupun pengajian bapak-bapak.
Menurut bapak bagaimana
pemahaman agama mereka?
Gimana ya, intinya mereka bukan
orang bodoh, harusnya orang bodoh
ngikut ke orang pinter tapi mereka
enggak, mereka paham surga neraka
Merasa bingung dengan
kondisi
warganya yang mengemis,
padahal sudah diberikan
penjelasan supaya tidak
mengemis lagi namun
mereka menghiraukan
Mereka mengatakan bukan
urusan Pak Ustadz lagi
karena mereka mengemis
untuk kebutuhan kecuali
jika pak ustadz mau
menanggung segala
keperluan mereka
Para pengemis rajin
mengikuti pengajian tapi
hanya sekedar hadir tidak
benar-benar mengikuti
pengajian untuk
mendapatkan tambahan
ilmu-ilmu agama
Pemerintah sudah pernah
memberikan bantuan
berupa modal usaha namun
tidak pernah bertahan lama,
setelah 1 minggu kemudian
mereka kembali lagi
mengemis
Pengemis paham tentang
pengetahuan agama, adanya
surga neraka dan yang
diharamkan untuk
80
85
90
95
100
105
110
115
cuman gitu sudah jadi kecintaan,
kan pak haji juga udh pernah
ngomong mengemis itu tidak selalu
haram, kalo untuk makan mah bisa,
kecuali bagi mereka yang kelaparan
terus ngemis makan udah kenyang
berenti, tapi inikan nggak, mereka
mengemis untuk kekayaan, benerin
rumah, motor, terus juga kan kalo
yang badannya masih sehat mah
bisa aja kuli nyuci, itu yang pak haji
haramkan.
Pengemis disini termasuk
kedalam pengemis yang
diharamkan atau bukan pak?
justru itu nong, bukan cuman
sekedar makan, rumah-rumah kan
udah layak yah, di kampung
kebanyakan ini gak ada yang sampe
gak makan, gak ada yang beberiman
untuk makan semuanya untuk
kekayaan, makan pengennya beli di
warung duitnya 100rban tapi kalo
diomongin ya mereka jawabnya
sebodo masing-masing aja, kalo
terus-terusan diomong takut malah
jadi fitnah.
Menurut bapak sebelum adanya
pengajian ini mereka bagaimana
pak?
Sebelum ada pengajian mereka
ngemis bener-bener buat
memperkaya diri, pengemis disini
kan bukan pengemis sehari dua hari
nong tapi udah tahunan, dulu
mereka berangkat pagi pulang sore,
makanya kan sampe kebangun
rumah terus didalem rumahnya juga
nggak kosong nong, semacam tv
mah ada. Liat aja kan rumahnya juga
udah bangunan permanen semua
kalo orang luar mah gak bakal
berfikir kalo itu rumah pengemis
meminta-minta, namun
masih menuruti ego untuk
memenuhi kebutuhan hidup
(kekayaan)
Pengemis di Kampung
Kebanyakan adalah
pengemis yang mengemis
untuk memenuhi kebutuhan
hidup dan menuruti gaya
hidupnya
Di Kampung Kebanyakan
tidak ada yang termasuk
orang yang diperbolehkan
untuk mengemis
Sebelum adanya pengajian
mengemis dijadikan profesi
utama yang bisa memenuhi
kebutuhan hidupnya
120
125
130
istilahnya mah orang yang gak
mampu nong.
Iyah yah pak rumahnya lumayan
udah dikeramik semua, proses
mereka mengikuti pengajian ini
bagaimana pak?
Kalau pengajian mereka rutin nong
setiap hari selasa itu mereka nggak
berangkat ngemis buat ikut
pengajian ini, maknaya kan kata
bapak juga kalo sekedar ilmu doang
mah mereka itu pinter-pinter nong
Hehe iyah yah pak, kalau setelah
mereka rutin ikut pengajian Ini
ada perubahan yang terlihat
nggak pak?
Mendingan kayaknya nong mereka
ada waktunya mau shalat, terus
sekarang mah kalo ngemis itu
cuman dari pagi sampe siang doang
nong, kalo udah sekiranya dapet ya
udah pada pulang, terus ada juga
yang ngemis sambil cari kerjaan
sampingan bilangnya sih gitu nong.
Para pengemis rutin
mengikuti pengajian
Setelah adanya pengajian
pengemis mau
melaksanakan kewajiban
yaitu shalat lima waktu
Pengkategorian dari Wawancara Tokoh Agama Tentang Pengaruh
Religiusitas terhadap Mentalitas Kerja Pengemis
Interpretasi Kategori Sub Kategori
Sudah lama mengisi
pengajian di Majelis ta’lim
ibu-ibu di Kampung
Kebanyakan Desa Sukawana
Kecamatan Serang (W/SS:
17-20)
Pembimbing agama
di Kampung
Kebanyakan
Proses pemberian
bimbingan religi
Mengetahui akan adanya
warga/jama’ah pengajiannya
yang berprofesi sebagai
pengemis (W/SS: 23-25)
Tahu aktivitas
mengemis di
Kampung
Kebanyakan
Mereka mengatakan bukan
urusan Pak Ustadz lagi
karena mereka mengemis
untuk kebutuhan kecuali jika
pak ustadz mau menanggung
segala keperluan mereka
(W/SS:39-45)
Para pengemis tidak
menerima nasihat
untuk berhenti
sebagai pengemis
Tidak menerima
nasehat kecuali ada
cara lain untuk
mendapatkan uang
Para pengemis rajin
mengikuti pengajian tapi
hanya sekedar hadir tidak
benar-benar mengikuti
pengajian untuk
mendapatkan tambahan
ilmu-ilmu agama (W/SS: 50-
52)
Mengikuti pengajian
tidak atas dasar
kesadaran
Kebutuhan akan ilmu
tidak tertanam dalam
diri pengemis
Pemerintah sudah pernah
memberikan bantuan berupa
modal usaha namun tidak
pernah bertahan lama,
setelah 1 minggu kemudian
mereka kembali lagi
mengemis (W/SS: 52-57)
Tidak bertahan lama
ketika diberikan
peluang untuk bekerja
selain mengemis
Bantuan dari
pemerintah sudah
pernah diterima
Pengemis paham tentang
pengetahuan agama, adanya
surga neraka dan yang
diharamkan untuk meminta-
minta, namun masih
menuruti ego untuk
Para informan
memiliki pengetahuan
agama yang cukup
baik, namun tetap
mengemis
Pengetahuan agama
tidak menjamin
seseorang akan
bertingkah laku baik
memenuhi kebutuhan hidup
(kekayaan) (W/SS: 66-79)
Pengemis di Kampung
Kebanyakan adalah
pengemis yang mengemis
untuk memenuhi kebutuhan
hidup dan menuruti gaya
hidupnya (W/SS: 75-80)
Bukan termasuk
pengemis yang
dibolehkan
Mengemis untuk
memenuhi kebutuhan
hidup
Di Kampung Kebanyakan
tidak ada yang termasuk
orang yang diperbolehkan
untuk mengemis (W/SS: 84-
90)
Sebelum adanya pengajian
mengemis dijadikan profesi
utama yang bisa memenuhi
kebutuhan hidupnya (W/SS:
98-110)
Sikap sebelum
adanya pengajian
Profesi utama adalah
mengemis
Para pengemis rutin
mengikuti pengajian (W/SS:
115-120)
Kesadaran akan
rutinitas yang baik
yang harus diikuti
Proses mendapatkan
bimbingan religi
Setelah adanya pengajian
para pengemis mau
melaksanakan kewajiban
yaitu shalat lima waktu
(W/SS: 124-130)
Di tempat pengajian
diingatkan supaya
melaksanakan
kewajiban sebagai
seorang muslim
Perubahan sikap
religiusitas
Wawancara 1 – X1
Nama : UH
Usia : 42 tahun
Pendidikan : Tidak tamat Sekolah Dasar (SD)
Pekerjaan : Pengemis
Waktu Wawancara : Minggu/ 09-12-2018
Lokasi Wawancara : Di Tempat Kediaman Informan
BARIS WAWANCARA INTERPRETASI
1
5
10
15
20
25
30
Assalamu’alaikum apakah kabar bu? Ibu
dengan ibu UH?
Iya nong saya UH, ada apa yah nong
Gak papa bu, mau minta waktunya sebentar
buat ngobrol-ngobrol bisa bu?
Iyah bisa nong
Ibu kesehariannya bekerja?
Saya mah ngemis nong, ibu saya juga sama
dulunya pengemis juga, sekarang mah nggak
orang udah tua geh
Selain mengemis apakah ibu punya keahlian
lain?
gak ada nong, namanya orang kampung, gak
bisa apa-apa paling ya kuli nyuci
oh gitu, tapi ibu sebenernya pengen nggak sih
punya penghasilan selain dari mengemis?
Pengennya mah nong meningkat nggak ngemis
terus, kalo punya mah pengen jualan cuman mau
minjem uangnya takut gak kebayar nong,
banyak kan yah yang minjemin uang gitu
contohnya bangling (bank keliling) dan yang
lainnya juga banyak.
Oh iyah bu banyak sekarang mah, ibu udah
berapa lama ngemis?
Saya ngemis soalnya suami sayanya gak
mampu, jualan tentengan air sama asongan gitu
di jalan, paling sehari dapet berapa, buat anak
sekolah.
Anaknya berapa bu?
Anaknya empat meninggal 1, tinggal tiga
Anaknya masih kecil semua bu?
Iyah nong masih kecil nong
Anak pertamanya umur berapa bu?
Umur 18 tahun nong
Pengakuan secara terang-
terangan bahwa kesehariannya
sebagai pengemis dan ibunya
dulu sebagai pengemis juga
Ada keinginan untuk mencari
uang selain mengemis (adanya
sikap kurang percaya diri saat
menjawab pertanyaan)
Mengemis untuk memenuhi
kebutuhan hidup
35
40
45
50
55
60
65
70
75
Berarti sudah lulus sekolah yah bu?
Sudah nong tapi cuman lulus sekolah SD
Owalah, selain buat makan ibu ngemis buat
kebutuhan apa aja bu?
Iyah nong buat sekolah kan bayar buku, terus
yang lainnya juga kan bayar meskipun katanya
gratis juga tapi beli buku, seragam sekolah, tas
dan sepatu mah beli sendiri aja nong.
Sekolah nya dimana bu?
Disini nong di SD Kebanyakan
Berarti deket yah bu, oh iyah bu disini sudah
pernah ada penyUHuhan atau pelatihan gitu
belum yah bu?
Ada nong, dUHu mah ada pelatihan bikin keset,
terus di bikin I love you gitu ibu bikin dapat
bagus-bagus nong
Sekarangnya gimana bu, masih dilanjutin
atau nggak?
Nggak nong udah bisa bikin bagus mah gak
dilanjutin. Bingung juga mau dijualinnya
dimana karena kan gak banyak yang butuh dan
gak setiap hari orang beli keset sedangkan
kebutuhan kita kan banyak, jadi ibu balik lagi
untuk mengemis
Sayang banget yah bu, oh iyah kalo orang sini
(Kampung Kebanyakan) banyak gak bu
yang mengemis?
Banyak nong orang sini yang mengemis, ibu geh
karena kebutuhannya banyak. Kadang kadang
bapak pulang dagang dapet uang tapi kadang
kalo gak dapet mah yaudah. Anak mah gak mau
tau apa-apa, pengennya uang aja buat jajan
segala.
Ibu biasanya kalo minta-minta gitu dimana
tempatnya?
Di deket-deket sini aja paling di perumahan
ciceri.
Di jalanan?
Nggak nong, sekarang mah di perumahan
komplek-komplek aja terus kadang disuruh
nyuci ya mau nyuci, suruh nyabutin rumput ya
mau, yang penting dikasih beras 2 liter sama
uang kadang 30 ribu. Yang penting mah dapet
uang.
Mengemis untuk memenuhi
kebutuhan sekolah anak
Pernah ada pelatihan membuat
keset untuk bekal keterampilan
ibu-ibu supaya tidak mengemis
Tidak ada yang menampung
keset buatan ibu-ibu pengemis
sehingga mereka bingung untuk
menjualnya.
Dan kembali mengemis lagi.
Ada banyak warga kampung
kebanyakan yang mengemis
Mengemis di perumahan sekitar
ciceri dan sambil menjadi kuli
cuci atau beres-beres rumah
Merasa malu saat mengemis
(informan menjawab seperti
ragu-ragu)
80
85
90
95
100
105
110
115
Ibu pernah denger orang-orang disekitar ibu
entah tetangga, sodara, adek atau yang
lainnya ngomongin tentang profesi ibu
nggak?
Iya geh nong, kalo didengerin mah begitu,
sebenernya ibu juga malu, berhubung gak ada
lagi, gak ada apa-apa, kalo ada yang nyuruh mah
mau aja nong apa aja nong, suruh bersihin got
juga saya mah mau asal dikasih buat makan aja.
Berarti ibu ngemisnya setiap hari atau
gimana?
Ibu mah cuman kalo lagi gak punya doang
ngemis juga, kalo lagi punya mah ibu gak
berangkat nong
Oh gitu berarti nggak rutin yah bu setiap
hari berangkat?
Iyah nong tergantung gimana kebutuhannya
nong
Tapi ibu kalo akhir-akhir ini masih sering
berangkat buat minta-minta?
Iyah nong soalnya lagi banyak kebutuhan jadi
mau gak mau ibu minta-minta lagi
Ibu di Kampung Kebanyakan ini biasa ada
pengajian?
Ada nong
Setiap hari apa bu?
Setiap hari selasa nong rutin
Ibu biasa ikut pengajian?
Dateng aja ibu mah nong kalo lagi sehat mah
Iyah yah bu, yaudah kalo gitu makasih
banyak yah bu udah mau di wawancara,
nanti dilanjut lagi yah bu, insyaallah nanti
saya bakal kesini lagi
Iyah nong sama-sama ibu mah ngebantu
sebisanya ibu aja nong, iyah gak papa nong
kesini aja
Iyah bu Assalamua’laikum
Wa’alaikumsalam
Mengemis hanya ketika tidak
punya uang
Pengkategorian dari Wawancara Informan UH Tentang Pengaruh
Religiusitas terhadap Mentalitas Kerja Pengemis
Interpretasi Sub Kategori Kategori
Pengakuan secara terang-terangan
bahwa kesehariannya sebagai
pengemis dan ibunya dulu sebagai
pengemis juga (W1/UH: 8-10)
Pengakuan sebagai
pengemis tanpa ada rasa
malu
Profesi sebagai
pengemis sudah
umum di sekitar
rumahnya
Ada banyak warga kampung
kebanyakan yang mengemis
(W1/UH: 60-65)
Merasa memiliki banyak
teman sesama pengemis
di sekitar rumah
Mengemis untuk memenuhi
kebutuhan hidup (W1/UH: 25-30)
Tidak memiliki
pekerjaan lain selain
mengemis
bekerja supaya
bisa mendapatkan
uang untuk
kelangsungan
hidup
Mengemis untuk memenuhi
kebutuhan sekolah anak (W1/UH:
37-42)
Mengemis hanya ketika tidak
punya uang (W1/UH: 85-90)
Pernah ada pelatihan membuat
keset untuk bekal keterampilan
ibu-ibu supaya tidak mengemis
(W1/UH: 45-50)
Pelatihan dan
penyuluhan yang
diberikan kepada
pengemis tidak terus
didampingi sehingga
banyak yang kembali
mencari uang dengan
mengemis
Upaya untuk
merubah
mentalitas kerja
informan yang
setiap harinya
bekerja sebagai
pengemis
Tidak ada yang menampung keset
buatan ibu-ibu pengemis sehingga
mereka bingung untuk
menjualnya.
Dan kembali mengemis lagi.
(W1/UH: 50-60)
Mengemis di perumahan sekitar
ciceri dan sambil menjadi kuli cuci
atau beres-beres rumah (W1/UH:
70-75)
Mencari penghasilan
tambahan menjadi kuli
cuci jika sedang
mengemis di sekitar
perumahan
Kesadaran akan
profesi yang
dijalani selama ini
tidak baik dan
mulai ada usaha
untuk merubah
pekerjaan sebagai
pengemis
Merasa malu saat mengemis
(W1/UH: 75-85)
Merasa malu saat
mengemis hanya sebatas
ucapan saja
Ada keinginan untuk mencari uang
selain mengemis (adanya sikap
kurang percaya diri saat menjawab
pertanyaan)
(W1/UH: 15-25)
Keinginan mencari uang
bukan dari mengemis
masih hanya sebatas
ucapan saja
Wawancara 2 – x1
Nama : UH
Usia : 42 tahun
Pendidikan : Tidak tamat Sekolah Dasar (SD)
Pekerjaan : Pengemis
Waktu Wawancara : Senin, 25 Februari 2019
Lokasi Wawancara : Di Tempat Kediaman Informan
BARIS WAWANCARA INTERPRETASI
1
5
10
15
20
25
30
Ibu yakin akan adanya Allah?
Yakin nong, Allah kuasa atas segala-
galanya
Ibu sering meminta pertolongan
kepada Allah?
Iyah nong
Kapan biasa ibu meminta
pertolongan?
iya nong ketika shalat minta apa aja,
minta rizki segala.
Ibu sering membaca al-quran?
Sering nong, hampir tiap hari membaca
al-quran, semalem juga 3 kali membaca
surat ya sin biar setannya pergi, baca
tabarok atau surat al-mulk.
Ibu yakin bahwa al-quran bisa
memberikan ketenangan dan
kesembuhan batin?
Iyah yakin nong, setelah shalat juga
baca, udah baca mah enak nong adem,
walaupun gak punya apa-apa,
walaupun Cuma punya air aja, perasaan
ibu mah kaya gitu.
Ibu percaya dengan adanya makhluk
ghaib, sehingga ibu harus berlindung
kepada Allah?
Percaya nong yah, kan Allah
menciptakan bukan Cuma manusia
doang.
Ibu rutin melaksanakan shalat
wajib?
Iyah semua rutin nong shalat lima waktu
Meyakini akan kuasa Allah
Informan sering membaca al-
quran (surat yasin dan al-mulk)
Informan merasa tenang
setelah membaca al-quran
Informan rutin melaksanakan
shalat lima waktu
(informan menjawab ragu-
ragu/ketakutan)
35
40
45
50
55
60
65
70
75
Kalau shalat sunnah bagaimana bu?
nggak sunnah mah paling geh kalau
pengen shalat tahajud, kalau bulan
puasa mah iyah sunnah juga.
Kalu shalat dhuha apakah ibu
sering?
iya, kadang-kadang juga sih
Kalau untuk puasa sunnah senin-
kamis atau puasa sunnah yang
lainnya gimana?
Biasa puasa senin-kamis sambil bayar
hutang
Ibu kalo zakat fitrah gitu apakah
membayarnya?
Iyah bayar nong kan wajib yah jadi satu-
satu bayarnya sama guru ngajinya,
meskipun lagi gak punya uang juga
bayar aja nong ibu nyari uang buat bayar
zakat fitrah paling cuman yang kecil aja
yang belum mengaji kalo lagi gak punya
banget ya nggak bayar
Ibu apakah biasa membaca basmalah
sebelum melakukan aktivitas?
Iyah baca nong
bismillahirrahmanirrahim
Ibu apakah sering membaca dzikir
pagi dan petang di al-ma’surat?
Nggak nong, orang nggak bisa, paling
baca-baca do’a doang bahasa
jawa/Indonesia
Kalo puasa ramadhan apakah ibu
puasa fUHl?
iyah fUHl kecuali ada halangan
Ibu jika sedang melakukan sesuatu
apakah merasa diawasi?
Iyah nong, merasa diawasi kan ada
malaikat roqib atid yah nong
Ibu selama ini merasa dilindungi
sama Allah gak?
Iyah nong setiap shalat itu merasa adem
Ibu merasa Allah mengabUHkan
do’a-do’a ibu?
Iyah nong, sebelum berangkat berdo’a
supaya ada yang nyuruh nyuci atau apa
Meskipun sedang tidak
memiliki uang informan
mencari supaya bisa
membayar zakat fitrah setiap
tahunnya karena merupakan
kewajiban
Dalam memUHai sesuatu
selalu membaca
bismillahirrahmanirrahim
Berdo’a menggunakan bahasa
sehari-hari
Informan mengetahui bahwa
dalam melakukan sesuatu
selalu diawasi oleh Allah SWT
Informan merasa bahwa Allah
SWT mengabUHkan do’a-
do’a yang dipanjatkan
Mengemis untuk memenuhi
kebutuhan hidup supaya
informan beserta anak-anaknya
bisa tetap bertahan hidup
80
85
90
95
100
105
110
115
120
aja supaya dapet uang, eh beneran nong
kadang ada aja yang nyuruh mah
Apakah ibu merasa takut jika
berbuat dosa?
takut geh nong
Ibu pernah mendengar hukum bagi
orang yang meminta-minta itu
seperti apa?
Pernah nong cuman mau gimana lagi
ibu kan butuh makan juga
Kalau pekerjaan yang ibu lakukan
diniatkan untuk apa?
Untuk makan ibu sama anak-anak,
kadang juga anak minta jajan anak kecil
kan gak mau tau kalo ibunya lagi gak
punya uang ya intinya buat kebutuhan
hidup lah nong biar bisa bertahan hidup
Apakah ibu mengetahui bahwa
sumber ajaran islam itu al-Quran
dan hadits shahih?
Iyah tau nong
Kalau do’a-do’a untuk menghadapi
kesUHitan apakah ibu hapal?
Tidak nong
Ibu pernah membaca ayat al-Quran
atau hadits tentang larangan
meminta-minta?
Gak tau nong, kan ngaji al-Quran dari
alif lam mim sampe seterusnya kan gak
ada artinya jadi gak tau, paling kalo
dipengajian pernah dikasih tau katanya
keliatannya mah uang tapi nanti pas
udah di akhirat ternyata api.
Tapi disini sering ada pengajian gitu
kan bu? Ibu biasanya hadir atau
nggak?
Iyah nong ada setiap hari selasa, kalo
lagi sehat mah hadir aja nong ibu mah,
kan kalo hari selasa ibu juga gak
berangkat ngemis karena ada pengajian
ini
Ohh gitu, oh iya bu, ibu kan sering
mengikuti pengajian setiap hari
selasa nah apa yang ibu rasa saat
Informan mengetahui balasan
kelak diakhirat bagi orang
yang minta-minta
Mengikuti pengajian setiap
hari selasa
Lebih sering rajin shalat dan
membaca al-qur’an
125
130
135
140
sebelum ikut pengajian dengan
sekarang pas udah ikut pengajian
rutin setiap hari selasanya?
Kalo sekarang mah kayaknya mending
gitu nong, ibu jadi lebih rajin shalat
dibandingkan sebelumnya
Oh gitu yah bu, perubahan yang lain
ada lagi bu?
Itu aja sih nong sama paling ngaji kalo
abis shalat maghrib paling
Emang sebelum adanya pengajian
bagaimana bu?
Shalat semaunya dan gak begitu paham
nong kayak aturan-aturannya gitu,
taunya saya dari kecil agamanya islam
aja.
Owalah gitu bu, oh iyah bu makasih
yah bu sudah mau diwawancarai
saya mau pamit dulu udah sore
Iyah nong sama-sama nong
Mari bu, Assalamua’laikum
Wa’alaikumsalam
Pengkategorian dari Wawancara Informan UH Tentang Pengaruh
Religiusitas terhadap Mentalitas Kerja Pengemis
Interpretasi Sub Kategori Kategori
Meyakini akan kuasa Allah
(W2/UH: 1-5)
Meyakini akan kuasa
Allah hanya sebatas
ucapan saja
Proses religiusitas
yang berkembang
didalam diri
informan Informan sering membaca al-
quran (surat yasin dan al-
mulk) (W2/UH: 8-13)
Melakukan ritual
keagamaan setiap hari
Informan merasa tenang
setelah membaca al-quran
(W2/UH: 14-17)
Informan rutin melaksanakan
shalat lima waktu (W2/UH:
18-22)
Dalam memUHai sesuatu
selalu membaca
bismillahirrahmanirrahim
(W2/UH: 40-45)
Mengikuti pengajian setiap
hari selasa (W2/UH: 85-90)
Berdo’a menggunakan
bahasa sehari-hari (W2/UH:
43-47)
Meskipun sedang tidak
memiliki uang informan
mencari supaya bisa
membayar zakat fitrah setiap
tahunnya karena merupakan
kewajiban (W2/UH: 32-38)
Informan berusaha supaya
dapat melaksanakan
kewajiban mengeluarkan
zakat fitrah setiap
tahunnya
Informan mengetahui bahwa
dalam melakukan sesuatu
selalu diawasi oleh Allah
SWT (W2/UH: 49-55)
Berdo’a menggunakan
bahasa sehari-hari
Lebih sering rajin shalat dan
membaca al-qur’an (W2/UH:
90-95)
Perubahan setelah
mengikuti pengajian
Informan merasa bahwa
Allah SWT mengabUHkan
do’a-do’a yang dipanjatkan
(W2/UH: 56-58)
Kesadaran atas apa yang
didapat merupakan bagian
dari do’a yang
dipanjatkan
Mengemis untuk memenuhi
kebutuhan hidup supaya
informan beserta anak-
anaknya bisa tetap bertahan
hidup (W2/UH: 66-70)
Menentukan pekerjaan
supaya dapat memenuhi
kebutuhan hidup
Keadaan yang
mengharuskan
untuk bekerja
apapun supaya bisa
memenuhi
kebutuhan hidup
Informan mengetahui balasan
kelak diakhirat bagi orang
yang minta-minta (W2/UH:
78-84)
Sebatas mengetahui tidak
benar-benar menghayati
Religiusitas yang
berkembang pada
informan hanya
sebatas
pengetahuan belum
benar-benar
menghayati
Wawancara 3 – x1
Nama : UH
Usia : 42 tahun
Pendidikan : Tidak tamat Sekolah Dasar (SD)
Pekerjaan : Pengemis
Waktu Wawancara : Sabtu, 06 April 2019
Lokasi Wawancara : Di Tempat Kediaman Informan
BARIS WAWANCARA INTERPRETASI
1
5
10
15
20
25
30
Assalamua’laikum..
Wa’alaikumsalam eh iyah nong masuk nong,
sebentar yah ibu nanggung lagi masak dulu
Iyah bu, gak papa bu dilanjut aja
masaknya bu..
Gimana nong khabarnya sehat? Perasaan
lama gak kesini yah nong?
Hehe iyah bu udah hampir 2 minggu
nggak kesini, kemaren sempet di RS
nungguin kakek sakit bu, ibu apa kabar?
Ya ampun kasiannya, Alhamdulillah baik
nong, cuman ini anak saya kepalanya bocor
Bocor kenapa bu?
Di timpug si arif anaknya bu UH nong
Becandaan apa gimana bu?
Gak tau yah nong nja tadinya mah lagi
duduk-duduk aja lagi ngobrol tiba-tiba si arif
nimpug peke batu gede kena kepala anak
saya, yaudah anak sayanya nangis kejer
Ya Allah kasiannya.. udah mendingan
belum bu sekarangnya? Susah yah bu
namanya anak-anak suka main
sembarangan tanpa mikir akibatnya
gimana
Udah sekarang mah mendingan nong,
semalem mah nangis terus kesakitan, iyah
nong makanya ibunya bingung mau marahin
jug gak enak sama ibunya jadi ya udahlah
nanti juga mereka main bareng lagi
Hehe iyah bu, ini di jait nggak bu?
Nggak nong cuman dikasih kopi doang itu
nong, kalo di kampung mah gak ada yang
dijait-jait gitu kalo bocor, paling juga dikasih
kopi biar darahnya gak keluar lagi
35
40
45
50
55
60
65
70
Owalah emang bisa yah bu sama kopi?
Baru tau soalnya
Iyah nong bisa, kan nyerep gitu, malem
paling dikasihnya kalo mau tidur nong
Ibu baru pilang?
Iyah nong baru pulang langsung masak tadi
Biasanya emang pulang jam segini bu?
Iyah nong, tapi tergantung sih, kalo udah
dapet mah bisa lebih cepet pulangnya kalo
belum dapet mah ya masih nyari terus nong,
sampe jam satu atau jam dua baru pulang.
Pulangnya naik apa bu?
Dijemput nong, kan pagi-pagi dianter terus
nanti pulangnya juga dijemput
Nanti ngabarin kalo mau pulang itu
gimana bu?
Kan udah tau nong pulangnya mau jam
berapa ya nanti dijemput juga jam segitu.
Ohh gitu, kalo tempatnya selalu di
perumahan sekitar Serang aja apa
gimana bu?
Gimana hatinya nong, kalo hatinya ngajak ke
perumahan yang di Serang ya kesana kalo
ngajaknya ke Cilegon ya berangkat ke
Cilegon, kan kita punya perkiraan baiknya
ngemis dimana
Berarti nggak pasti yah bu kemana nya?
Iyah nong nggak pasti, berhubung orang-
orang udah pada kenal jadi kadang disuruh
nyetrika, nyuci piring, nyuci, ngegosok mau
aja apa geh dikerjain.
Biasa berangkatnya jam berapa bu?
Jam enam paling atau kadang-kadang jam
setengah tujuh, tadi geh ada yang ngasih
kerudung nong, dari jokowi katanya, gak
enak sebenrnya mah yah ngasih je kerudung
cuman ya yaudahlah diterima aja
Hehe iyah bu buat dipake nanti kalo
pengajian-pengajian gitu bu
Iyah nong tapi geh saya mah malu, , kalo
nong milihnya apa nih jokowi apa prabowo?
Informan biasa pulang jam
13.00 atau tergantung
pendapatan
Setiap berangkat dan pulang
dianter oleh anaknya di dekat
jalan raya
Anaknya sudah tau jadwal
pulang ibunya
Tempat mengemis ditentukan
tergantung keinginan hati mau
dimana
Orang-orang di seskitar
perumahan di kota serang sudah
paham dengan jadwal bu UH
meminta-minta dan akan
memberikan kerjaan kepada bu
UH untuk mencuci baju
Bersosialisasi baik di
lingkungan, karena ketika ada
tetangga yang ngundang ada rasa
tidak enak ketika tidak datang
atau datang tapi tidak membawa
apa-apa
75
80
85
90
95
100
Hehe belum tau bu masih bingung
Iya ya orang dua-duanya geh ngasih je yah
nong, cuman ibu mah nggak dapet kalo ibu
tini mah iya tuh dapet bantuan dari jokowi
katanya ini juga lagi pusing banyak
kondangan, kalo kondangan gak ada
berasnya kalo gak kondangan gak enak yah
nong namanya juga kenal
Hehe iyah yah bu, sebenernya mah yang
penting dateng
Iyah nong tapi nggak enak nong, makanya
gimana-gimana geh dicariin meskipun dapet
utang geh. Kalo orang yang ngundangnya
mah nggak tau apa-apa yang penting dateng
terus bawa beras atau amplop
Iyah sih bu hehe, tapi kalo lagi nggak ada
mah mau gimana lagi, oh iyah bu
ngomong-ngomong ini udah sore kayanya
mau ujan juga saya mau ke pak rt dulu
sekalian mau pamit, makasih banyak yah
maaf juga udah mengganggu waktunya
Iyah nong sama-sama, jangan kapokan yah
nong nanti main-main lagi kesini, apa nggak
mau nginep aja tah nong kasian udah sore
terus mau ujan juga nanti gimana kalo
keujanan di jalan?
Gak usah deh bu gak papa nanti ada jas
hujan, insya’allah nanti bakal kesini lagi
buat silaturrahim, mari bu
Assalamua’laikum
Iyah nong wa’alaikumsalam
Pengkategorian dari Wawancara Informan UH Tentang Pengaruh
Religiusitas terhadap Mentalitas Kerja Pengemis
Interpretasi Sub Kategori Kategori
Informan biasa pulang jam
13.00 atau tergantung
pendapatan (W3/UH: 48-52)
Melakukan
aktivitas rutin
setiap harinya yaitu
mengemis, dengan
jadwal dan tempat
tergantung
keinginan hati
Mengemis
merupakan pekerjaan
yang setiap hari
dilakukan dan sudah
terjadwal Setiap berangkat dan pulang
dianter oleh anaknya di dekat
jalan raya (W3/UH: 44-46)
Anaknya sudah tau jadwal
pulang ibunya (W3/UH: 47-
50)
Tempat mengemis ditentukan
tergantung keinginan hati
mau dimana (W3/UH: 50-55)
Orang-orang di seskitar
perumahan di kota serang
sudah paham dengan jadwal
bu UH meminta-minta dan
akan memberikan kerjaan
kepada bu UH untuk mencuci
baju (W3/UH: 55-60)
Mempunyai
pekerjaan lain
sebagai kuli cuci
jika mengemis di
perumahan
Proses merubah
mentalitas kerja
sebagai pengemis
Bersosialisasi baik di
lingkungan, karena ketika ada
tetangga yang ngundang ada
rasa tidak enak ketika tidak
datang atau datang tapi tidak
membawa apa-apa (W3/UH:
70-75)
Berinteraksi dan
bersosialisasi
dengan masyarakat
sekitar rumah
Berinteraksi sosial
layaknya masyarakat
lain
Wawancara 1 – X2
Nama : TI
Usia : 45 tahun
Pendidikan : Tidak tamat Sekolah Dasar (SD)
Pekerjaan : Pengemis
Waktu Wawancara : Minggu, 09 desember 2018
Tempat Wawancara : Di Tempat Kediaman Informan UH
BARIS WAWANCARA INTERPRETASI
1
5
10
15
20
25
30
Assalamua’laikum bu?
Wa’alaikum salam..
Ibu boleh minta waktunya sebentar untuk
diwawancarai?
Iyah boleh nong
Saya Aat bu, saya sedang melakukan penelitian
mudah-mudahan ibu berkenan untuk saya
teliti.
Iyah nong gak papa
Sebelumnya mau tanya bu, ibu kegiatan sehari-
harinya apa ya?
iyah nong sebenernya minta-minta nong orang sini
banyak juga yang minta-minta buat kepeluan
sehari-hari, yang punya anak satu dan suaminya
masih ada aja ngemis, apalagi saya yang punya
anak banyak saya suaminya nggak ada udah
meninggal, kalo masih ada mah saya mau nurut
suami aja nong, gak usah cape-cape nyari uang
dengan cara minta-minta kayak gini, kalo ngemis
langsung dapet uang biasanya langsung dipake
belanja terus masak buat makan setiap harinya aja
nong. Kalo kerja mah kuli nyuci atau yang lainnya
dikasihnya sebulan sekali, terus mau gimana buat
makan sehari-harinya? Udah mah anak minta uang
maunya langsung yang dikasih aja receh. Yang
kecil minta, yang gede minta udah dikasih 4ribu
masih kurang. Paling sehari dapetnya 50ribu buat
ongkos 20ribu buat beli beras 1,5liter sehari, laki-
laki tiga sedangkan makannya lagi banyak-
banyaknya.
Anak pertamanya umuran berapa bu?
Umuran 13tahun nong, hayatullah namanya
keduanya diki
Mengemis karena
mempunyai anak
banyak dan suaminya
sudah meninggal, di
sekitaran rumah
informan banyak juga
yang mengemis
dengan alasan untuk
memenuhi kebutuhan
hidup
Jika masih memiliki
suami informan tidak
ingin menjadi sebagai
pengemis yang setiap
harinya meminta-
minta dan
mengharapkan belas
kasihan orang lain
Tidak ingin kerja lain
karena dapat uangnya
satu bulan sekali,
sedangkan setiap
35
40
45
50
55
60
65
70
75
Masih sekolah bu?
Yang satu nggak, yang kedua di pondok di Pak Haji
Sibli nggak bayar nggak apa, soalnya tahu bukan
orang punya, semenjak bapaknya masih ada juga
udah disitu, mulai dari kitab, al-Quran, baju-baju
dan kebutuhan lainnya juga dikasih jarang pulang,
cuman sekarang ada di rumah tak marahin gara-
gara air gak ada semua malah kalo mandi boros ke
air jadinya tak marahin.
Tapi Ibu sebelumnya punya keahlian lain nggak
bu, mungkin sebelum minta-minta ibu kerja
dimana gitu?
apa ya, dulu mah punya nong nyanyi, waktu
suaminya masih yang pertama mah sering nyanyi
nggak punya anak selama 12 tahun terusnya mah
pagar makan tanaman, direbut sama temen jadi
saya ngalah, terus punya suami bapaknya itu yang
meninggal
Biasanya ibu nyanyi dihajatan-hajatan gitu?
Iyah tadinya kalo sekarang mah nggak, makanya
biasa kalo disini ada yang hajatan suka disuruh
nyanyi, cuman saya sudah tua, suaranya udah gak
enak, malu saya udah punya anak banyak nanti
anaknya marah. Dulu mah iyah enak suaranya.
Tapi ibu sebenernya ada nggak sih keinginan
buat nggak minta-minta lagi gitu?
Pengennya mah kerja, tapi pengennya mah kalo
kerja langsung dibayar, yang harian kalo gak harian
mah gimana yah nong.
Biasanya ibu ngemis disekitaran mana?
Di cilegon nong, semua disitu banyakan ada pasar
minggu
Berarti naek bus dulu yah bu?
Iyah nong, ini juga baru pulang, yang lain mah
masih disana kalo saya mah setengah hari aja
langsung pulang yang penting cukup buat beli
beras, makanya saya sempet berpikir kalo ada yang
mau mah apa saya nikah lagi aja ya, tapi emang ada
yang mau, terus nanti tidurnya juga dimana ya kan
itu ada anak-anak saya semua soalnya kamarnya
juga cuman ada satu jadi nanti ajalah pas udah gede
anak-anaknya. Soalnya trauma juga nong karena
dulu suami saya gak nafkahin saya. Apalagi di
rumah saya gak ada tv kalo mau nonton tv ya disini
harinya butuh uang
untuk makan
Anak kedua informan
di pondok dan
mendapat bantuan
berupa biaya gratis
dan perlengkapan
belajar seprti buku,
kitab dan juga
pakaian
Sebelum mengemis
sempat menjadi
penyanyi (biduan),
mengemis ketika
suaminya sudah
meninggal
Mempunyai
keinginan bekerja
namun bekerja yang
dibayarnya harian
Mengemis disekitar
pasar minggu di
daerah cilegon
Mengemis hanya
setengah hari setelah
itu langsung pulang
Lebih sering
mengemis di Cilegon
Mempunyai
keinginan untuk
menikah lagi, tapi
trauma karena dulu
suaminya tidak
80
85
90
95
100
Anak yang pertama sekarang dimana?
Ada di rumah, tadi pulang paling ya jajan maen
gitu-gitu doang. Sekolah geh udah nggak, cuman
kadang bantu-bantu ibu sama anter jemput ibu
nong.
Oh gitu berarti yang di pondok hanya anak ke-
2 yah bu?
Iyah nong anak ke-2 yang di pondok, soalnya dia
mah dapet bantuan gitu, Alhamdulillah anaknya
pinter jadi ibu gak perlu bayar apa-apa lagi paling
ngasih cuman buat jajan doang, kalo diamah sering
bilang ke ibu biar gak minta-minta lagi cuman
ibunya bingung nong kalo gak minta-minta ibu
sama anak-anak ibu mau makan apa nantinya, mau
jadi tukang cuci tapi bayarannya perbulan ibu gak
bisa nong kalo perbulan mah
Oh gitu hmm iya sih yah bu cuman mungkin
nanti insyaAllah anak ibu yang bakal ngangkat
drajat ibu, oh iya bu makasih yah bu sudah mau
dimintai untuk wawancara, saya mau langsung
pamit aja, nanti insyaallah kesini lagi yah bu
Iyah nong sama-sama yaudah nong hati-hati yah
nong
Iyah bu, assalamua’laikum
Wa’alaikumsalam
menafkahi dan takut
tidak bisa menerima
anak-anak serta
kondisi keluarganya
saat ini
Anak pertama putus
sekolah
Anak ke-2 masih
melanjutkan sekolah
sekaligus tinggal di
pesantren dan
mendapat bantuan
Anak ke-2 meminta
ibu TI untuk berhenti
mengemis
Pengkategorian dari Wawancara Informan TI Tentang Pengaruh
Religiusitas terhadap Mentalitas Kerja Pengemis
Interpretasi Sub Kategori Kategori
Mengemis karena
mempunyai anak banyak
dan suaminya sudah
meninggal, di sekitaran
rumah informan banyak
juga yang mengemis
dengan alasan untuk
memenuhi kebutuhan hidup
(W1/TI: 10-16)
Tidak memilik pilihan
lain selain mencari
uang dengan
berprofesi sebagai
pengemis
Mengemis untuk
memenuhi
kebutuhan hidup
Jika masih memiliki suami
informan tidak ingin
menjadi sebagai pengemis
yang setiap harinya
meminta-minta dan
mengharapkan belas
kasihan orang lain (W1/TI:
19-24)
Sebelum mengemis sempat
menjadi penyanyi (biduan),
mengemis ketika suaminya
sudah meninggal (W1/TI:
44-57)
Tidak ingin kerja lain
karena dapat uangnya satu
bulan sekali, sedangkan
setiap harinya butuh uang
untuk makan (W1/TI: 26-
30)
Memilih pekerjaan
yang bisa
mendapatkan uang
setiap hari (dibayar
setiap hari)
Alasan pokok
memilih bekerja
sebagai
pengemis
Anak kedua informan di
pondok dan mendapat
bantuan berupa biaya gratis
dan perlengkapan belajar
seprti buku, kitab dan juga
pakaian (W1/TI: 35-48)
Ada upaya untuk
merubah garis
kemiskinan dengan
memberikan
pendidikan terbaik
untuk anaknya
Proses
perubahan
mentalitas kerja
sebagai
pengemis
Mempunyai keinginan
bekerja selain mengemis
namun bekerja yang
dibayarnya harian (W1/TI:
60-63)
Kesadaran untuk
mendapatkan
penghasilan selain dari
mengemis
Anak ke-2 meminta ibu TI
untuk berhenti mengemis
(W1/TI: 91-96)
Mengemis disekitar pasar
minggu di daerah cilegon
(W1/TI: 64-66)
Ketika mengemis
sudah memiliki jadwal
dan lokasi tersendiri
Konsisten
dengan jadwal
mengemis setiap
harinya Mengemis hanya setengah
hari setelah itu langsung
pulang (W1/TI: 67-70)
Anak ke-2 masih
melanjutkan sekolah
sekaligus tinggal di
pesantren dan mendapat
bantuan (W1/TI: 84-90)
Memberikan
pendidikan terbaik
untuk anaknya
Upaya
penanaman
religiusitas
terhadap anak
Wawancara 2 – x2
Nama : TI
Usia : 45 tahun
Pendidikan : Tidak tamat Sekolah Dasar (SD)
Pekerjaan : Pengemis
Waktu Wawancara : Senin, 25 Februari 2019
Tempat Wawancara : Di Tempat Kediaman Informan UH
BARIS WAWANCARA INTERPRETASI
1
5
10
15
20
25
30
Assalamua’laikum?
Wa’alaikumsalam masuk nong
Iyah bu, apakabar bu?
Ibu lagi sakit nong baru mendingan ini
udah lama gak kerja-kerja, untungnya
setiap hari jum’at ada yang ngasih buat
anak yatim satu orang dapet 30ribu
mah lumayan buat makan buat jajan
anak-anak, tapi dipegang ibu aja si
uangnya paling anak minta buat
jajannya 10 ribu.
Owalah, tapi sekarang mah udah
mendingan yah bu?
Iyah nong Alhamdulillah sekarang
mah udah mendingan udah mulai
ngemis lagi ini
Alhamdulillah kalo gitu, bu boleh
minta waktunya lagi untuk saya
wawancarai?
iyah nong boleh, silahkan aja ibu mah
yang pasti sebisanya ibu jawab aja
nong
ibu yakin atau nggak kalo yang ibu
jalani saat ini sudah diatur oleh
Allah?
Iyah yakin nong, (tiba-tiba datang
anaknya yang masih SD dan langsung
bercerita)
itu anak saya satu, yang di pondok satu,
banyak makannya paling yang ikut
yang laki-laki anak ke tiga buat jajan,
baut beli buku, paling cuman sehari
doang ikut juga
Setiap hari jum’at
anak-anaknya
mendapat sedekah
karena anak-anak
yatim
Anak yang masih di
SD kadang-kadang
ikut mengemis
35
40
45
50
55
60
65
70
oh ini anak nya yang ke tiga bu, oh
iyah ibu percaya kalo yang saat ini
ibu alami merupakan kehendak
Allah?
Iyah ini anak saya yang ke tiga nong,
iya nong percaya anggap aja cobaan
bagi saya
Iyah bu mudah-mudahan ibu selalu
diberikan kesabaran, oh iya bu biasa
melaksanakan shalat lima waktu?
Biasanya berjama’ah apa di rumah
aja?
Aamiin nong, iyah nong shalat, di
rumah aja nong, kecuali bulan puasa,
kalo bulan puasa mah iyah berjama’ah
di majelis kan deket tuh sekalian
yasinan, kan kata pak ustadznya juga
gak papa yah nong yang penting shalat.
Biasanya yang berjama’ah di masjid
bapak-bapak doang yah bu, kalo ibu
percaya adanya malaikat?
Iyah nong, paling geh bapak-bapaknya
kalo shalat maghrib, isya sama subuh,
percaya nong, kan ada juga malaikat
yang ngikutin kita
Sama aja berarti yah bu kayak di
rumah saya juga gitu, paling bapak-
bapaknya aja yang shalat jama’ah
di masjid, ibu biasa puasa sunnah
atau shalat sunnah?
paling pas bulan puasa doang nong kan
traweh tuh, shalat sunnah dulu sebelum
isya terus sebelum shalat subuh juga
biasa shalat sunnah dulu, kalo bukan
bulan puasa mah saya males nong
sejujurnya.
Ibu sering shalat sunnah dhuha dan
tahajud gak setiap harinya?
nggak nong nggak shalat sunnah duha
atau shalat sunnah tahajud
Kalo zakat fitrah gimana bu,
biasanya mengeluarkan zakat fitrah
atau nggak setiap tahunnya?
Menyadari bahwa
yang terjadi sekarang
adalah cobaan
Shalat berjama’ah
hanya ketika bulan
ramadhan
Percaya akan adanya
malaikat yang selalu
mengawasi
Mengakui selain
bulan puasa malas
melaksanakan shalat
sunnah
75
80
85
90
95
100
105
110
115
Bayar nong, semuanya dibayar
meskipun gak ada geh diusahain biar
bisa bayar zakat kan wajib yah nong.
Kalo sebelum ngemis gitu bu ada
do’a-do’a yang ibu minta nggak sih
sebelum berangkat?
Iyah nong paling baca bismilah sama
minta mudah-mudahan nanti banyak
yang ngasih
Oh gitu yah bu, ibu kalo lagi ngemis
gitu ngerasa lagi diawasi nggak
sama Allah bu?
Iyah nong ngerasa diawasi.
Tapi ibu ngerasa kalo dilindungi
Allah nggak?
Iya nong pastinya, kalo nggak mah
mungkin ibu juga gak bakal selamet
Iyah yah bu, ibu pernah kena razia?
Alhamdulillah saya gak pernah ketemu
razia kalo lagi ngemis gitu nong
Kalo orang yang jahil ada bu, kayak
preman gitu yang suka malakin?
Nggak ada malah yang kasihan mah
banyak. Ada yang udah jadi keluarga
ditolongin segala-galanya, mulai dari
nyuci, ngegosok kalo udah ada say
amah dikasih segala-gala, pernah ada
yang sakit terus dipijitin sama ibu eh
terus dianya sembuh orang yang sering
ngasih itu, saya mah biasa juga nyapu
gak kaya orang-orang yang cuman
minta-minta doang, saya mah malu,
kadang bersih-bersih, nyuci piring apa
aja dikerjain.
Biasanya orang-orang kayak gitu
adanya di daerah mana bu?
Di cilegon nong, kalo gak pergi-pergi
tuh suka dicariin kemana ibu TI, ada
yang tau dijawab lagi sakit.
Kalo baca al-Qur’an ibu sering?
Iyah sering, semalem geh dua kali
membaca al-Quran baca surat ya sin
dua kali makanya kata anak saya emak
mah ngaji terus.
Membayar zakat
fitrah karena
diwajibkan oleh
agama
Sebelum mengemis
baca bismillah dan
berdo’a supaya
banyak yang
memberi uang
Merasa selalu
dilindungi oleh Allah
Mempunyai
langganan cuci gosok
yang sudah dianggap
seperti keluarga
Sering dicari ketika
tidak berangkat
mengemis di daerah
cilegon
Sering membaca
surat ya sin apalagi
ketika sedang sakit
120
125
130
135
140
145
150
155
Biasanya waktu ngaji ibu kapan
aja?
Biasanya malem nong, abis shalat
maghrib, tengah malem apalagi
sekarang lagi bawaannya sakit kalo
kata orang mah ada yang ngeganggu
gitu, kalo lagi sakit geh kadang-kadang
bisa langsung sembuh kalo abis baca
al-Quran. Disuruh ziarah sebenernya
mah ke suami saya cuman sayanya
belum punya uang.
Emang dimana bu di makaminnya?
disini sebenernya mah nong, cuman
saya belum punya uang buat ngasih ke
orang yang ziarahinnya, kalo disini
mah biasanya ngasih gitu. Setiap
malam jumat didatengin katanya mah
di khawatirin gitu.
Kalau untuk do’a menghadapi
kesulitan ibu do’anya gimana?
Paling geh minta biasa aja ngomong
jawa, minta sembuh, minta rizki
gimana ya kalo sayanya sakit aja mah
gak ada yang nyari uang nong
makanya pengennya mah dikasih sehat
aja biar anak-anak sayanya bisa makan
soalnya kan anak saya masih kecil-
kecil belum bisa nyari uang nong
Iya yah bu, mudah-mudahan ibunya
sehat terus yah bu diberikan
kesabaran juga aamiin
Iyah nong aamiin
Saya pamit yah bu terimakasih
sudah mau membantu saya yah bu
Iyah nong sama-sama nong
Mari bu, Assalamua’laikum
Wa’alaikumsalam
Membaca al-qur’an
lebih sering malam
hari
Dalam berdo’a selalu
menggunankan
bahasa jawa
Pengkategorian dari Wawancara Informan TI Tentang Pengaruh
Religiusitas terhadap Mentalitas Kerja Pengemis
Interpretasi Sub Kategori Kategori
Setiap hari jum’at anak-anaknya
mendapat sedekah karena anak-
anak yatim (W2/TI: 4-10)
Mendapatkan
sedekah untuk
anak yatim
Bantuan sedekah untuk
anak yatim setiap hari
jum’at
(tiba-tiba datang anaknya yang
masih SD dan langsung bercerita)
Anak yang masih di SD kadang-
kadang ikut mengemis (W2/TI:
20-25)
Anak-anak
terkadang ikut
serta mengemis
Mengajarkan sikap
mentalitas bekerja sebagai
pengemis kepada anaknya
Menyadari bahwa yang terjadi
sekarang adalah cobaan (W2/TI:
26-30)
Memiliki sikap
religiusitas, mulai
dari pemahaman,
sikap sehari-hari
hanya saja belum
bisa menghayati
religiusitas
Religiusitas hanya sebatas
pengetahuan belum benar-
benar bisa menghayati
Shalat berjama’ah hanya ketika
bulan ramadhan (W2/TI: 34-36)
Mengakui selain bulan puasa
malas melaksanakan shalat
sunnah (W2/TI: 47-51)
Membayar zakat fitrah karena
diwajibkan oleh agama (W2/TI:
55-60)
Merasa selalu dilindungi oleh
Allah (W2/TI: 67-71)
Sering membaca surat ya sin
apalagi ketika sedang sakit
(W2/TI: 92-95)
Membaca al-qur’an lebih sering
malam hari (W2/TI: 96-100)
Dalam berdo’a selalu
menggunankan bahasa jawa
(W2/TI: 110-115)
Mempunyai langganan cuci gosok
yang sudah dianggap seperti
keluarga (W2/TI: 75-80)
Memiliki
pekerjaan
tambahan ketika
mengemis
Upaya untuk merubah
mentalitas kerja sebagai
pengemis
Sering dicari ketika tidak
berangkat mengemis di daerah
cilegon (W2/TI: 87-91)
Wawancara 3 – x2
Nama : TI
Usia : 45 tahun
Pendidikan : Tidak tamat Sekolah Dasar (SD)
Pekerjaan : Pengemis
Waktu Wawancara : Sabtu, 06 April 2019
Tempat Wawancara : Di Tempat Kediaman Informan
BARIS WAWANCARA INTERPRETASI
1
5
10
15
20
25
30
Assalamua’laikum bu?
Wa’alaikum salam, eh iyan nong lama
yah gak ketemu. Makan nong ibu lagi
makan sama anak baru pulang, dapet
sedikit tadi langung beli langsung masak
ini juga baru beres masak laper jadi
langsung aja makan bareng sama anak,
yuk makan nong nanti ibu siapin sama
sambel dan ikan asin makannya juga,
anak yang di pondok mah belum makan
ini, yang kecil ini makannya susah
Iyah bu udah makan tadi di rumah
Bagaimana khabarnya bu? Sehat?
Iyah nong Alhamdulillah udah
mendingan ini, ada motor peninggalan
almarhum bapak itu belum dijual, gmn
yah dijualnya susah sekarang mah
bingung udah jelek lagi.
Buat dipake anak ibu motornya?
Nggak jalan nong harus dibetulin dulu,
anak bapaknya kan banyak yah disana,
jangan diambil kata saya buat nanti anak
saya aja, anak-anak disana mah udah
pada gede, anak-anak saya mah masih
kecil-kecil, ngehol juga say amah nggak
pernah nong, paling yang ngeholin
bapaknya anak-anak yang disana.
Tadinya mah iya ngehol bapaknya terus
pas sebelum sayanya sakit, saya kan
pernah sakit tiga bulan gak bangun-
bangun nong.
Sakit yang waktu saya kesini itu
bukan bu? Kan saya kesini ibu baru
mendingan gitu?
Ketika mendapatkan uang hasil
dari minta-minta langusng
dibelikan makanan untuk dimakan
bersama anak
Suami ibu TI meninggal dan
meninggalkan motor
Mempunyai anak tiri, sebelum
menikah dengan ibu TI suaminya
sudah mempunyai istri dan anak
Setiap tahun yang melaksanakan
haul untuk suaminya adalah anak
tirinya ibu TI
Ibu TI pernah sakit selama
berbulan-bulan
35
40
45
50
55
60
65
70
75
Bukan geh nong, pas waktu keponakan
saya meninggal, terus saya makan
nasinya kayanya mah kekambuan kalo
kata orang sini mah, yaudah sayanya gak
bisa bangun, terus anak saya yang
bangunin disuruh suntik terus diminta-
mintain ke temen-temen, yaudah
Alhamdulillah sehat nong.
Ohh gitu, ini sekarang ibu baru
pulang?
Iyah, udah masak, masak nasi, masak
ikan asin, masak lalapan, dari pagi nong
laper mikirin anak bae jadi langsung
masak, biasanya juga gitu nong setiap
harinya udah masak langsung makan
bareng-bareng, yang dua mah belum
makan anaknya, masih lagi sekolah,
nanti kalo pulang sekolah mah pulang
makan. Biasanya kalo abis makan itu
nyuci piring terus nyuci baju nong, ini
juga belum nyuci mah, cape nong.
Banyak anaknya ganti baju terus, udah
nyuci baju mah asar be terus gak berasa
malem be, sehari-harinya gitu nong.
Mau shalat dzuhur juga belum ini, tadi
langsung masak sekarangnya cape
paling nanti aja dibarengin sama asar.
Nong belum pernah kesini yah?
Yaudah atuh bu sekarang shalat dulu
aja bu mumpung masih ada waktu
dzuhur, belum bu, tadi ke rumah ibu
ulfah dulu terus ada anak ibu jadi
minta anterin kesini biar tau juga
rumah ibu.
Nanti aja nong biasanya ibu mah
shalatnya juga nanti sekalian ashar aja
nong, Iyah gak papa nong, tapi
rumahnya jelek nong, ini pun berhubung
tadinya bekas bapaknya jadi sedikit-
sedikit dikeramik, pintunya juga pada
rusak gak ada bapaknya mah gak ada
yang benerin, tadinya pas masih hidup
sering beli tv rusak masih tuh dua lagi,
belum lama ini sih meninggalnya juga
Ibu TI masih mempercayai hal-hal
mistis, karena setiap terkena
musibah atau masalah selalu
dikaitkan dengan hal ghoib/mistis
Setelah pulang minta-minta
aktiivitas ibu TI setiap harinya
adalah masak kemudian langsung
makan bersama anak-anaknya,
nyuci piring kemudian nyuci baju,
karena masih memiliki anak kecil
jadi setiap nyuci selalu banyak
Ibu TI biasa shalat zuhur dan
ashar di jamak ke ashar, dengan
alasan shalat dzuhur masih dalam
kondisi capek
Sebelum meninggal suami nya
tukang service barang-barang
elektronik, sehingga banyak
barang-barang elektronik rusak di
rumah ibu TI
80
85
90
95
100
105
110
115
120
paling geh satu tahun, baru satu kali
haul. Pas habis beli tv itu sakit, sakitnya
mah cuman dua hari nong terus di bawa
ke rumah sakit eh gak lama meninggal.
(datang anak pertama) itu anak saya
yang paling gede nong belum makan
juga.
Ini anaknya yang di pondok bu?
bukan nong, ini mah anak saya yang
paling gede, anak yang di pondok mah
anak kedua belum pulang dia mah, ini
anak saya yang pertama juga main aja
kerjaannya tapi kadang kalo lagi gak
punya uang mah cari rongsokan nong
buat dijual, buat jajan dianya sendiri,
mendinglah jadi gak minta lagi ke saya
uang buat jajannya. Itu anaknya ibu
ulfah juga kasian nong kepalanya bocor.
Bocor karena apa emang bu?
Di timpug anak saya nong, anak saya
yang ke tiga gak tau masalahnya apa
tiba-tiba nimpug kepala anaknya bu
ulfah tadinya mah nangis kejer itu nong
anak bu ulfahnya, anak saya juga saya
marahin cuman gak tega nong mau
marahin nya soalnya baru mendingan
lagi nong abis sakit namanya juga anak-
anak yah nong susah, itu geh nggak
sekolah-sekolah anak bu ulfahnya,
bilang sama gurunya aja langsung kalo
gak masuk. Anak saya juga gak sekolah-
sekolah itu tadinya bilang aja sama
gurunya arilnya sakit.
Aril kelas berapa emang bu?
Kelas empat nong, abis sakit nong
tadinya katanya mau di tengok sama
gurunya tapi udah lah gak usah kata saya
nya. Baru tadi sekolah, pengen sekolah
katanya. Ini geh tuh beli buku LKS Rp.
15.000 satu terusnya mah nggak dipake
nong, harusnya anak yatim mah gak
usah bayar, ini mah bayar aja. Kata
gurunya sih iya nanti diusahain lagi biar
Suami meninggal karena sakit,
sudah dibawa ke rumah sakit tapi
tidak tertolong
Anak pertama ibu TI tidak
melanjutkan sekolah, setiap
harinya jarang ada dirumah lebih
sering main dengan teman-
temannya dan ketika sedang tidak
punya uang biasanya dia mencari
barang bekas atau rongsokan
untuk dijual setelah itu uangnya
dipakai untuk memenuhi
kebutuhannya
Anak ke tiga ibu TI kelas empat
sekolah di SDN kebanyakan 1 dan
setiap semesternya harus membeli
buku LKS, guru-gurunya sedang
mengusahaka supaya aril
125
130
135
140
145
150
155
160
gak bayar tapi tetep aja sampe sekarang
bayar terus.
Oh gitu, iya yah bu. Ini langsung
tembus ke majlis yah bu?
Iyah nong majlis biasa tempat pengajian,
besok juga ada pengajian ini
Oh iya yah bu, besok hari selasa.
Selasa minggu yang kemaren juga
saya kesana ikut pengajian, kok gak
ketemu ibu yah?
Kok gak ketemu yah nong, ibu kesana
jam sepuluhan pas mau mulai ngaji baru
dating, sekalian nunggu pak ustadnya.
Terus duduknya di luar paling belakang.
Pantesan gak ketemu bu, saya duduk
di depan gabung sama ibu-ibu yang
lain.
Oh berarti kamu di barisan orang-orang
ciwedus, kebanyakan ulon yah. Ibu mah
dibelakang aja gabung sama orang-
orang sini, orang kebanyakan etan mah
biasanya dibelakang aja.
oh gitu bu, besok juga ada pengajian
yah bu?
Iyah nong besok ada pengajian,
dipengajian juga dimintain sumbangan
buat penutupan pengajian katanya, kan
sebentar lagi mau puasa nong. Mudah-
mudahan ada rizki nong buat ikut
nyumbangan di pengajian nanti,
biasanya meskipun seribu ngasih aja
nong.
Oh iyah yah bu, pak ustadz juga besok
hadir berarti yah bu?
Iyah nong besok ada pak ustadznya juga,
pak ustadz setiap hari selasa rutin selalu
hadir terus nong paling kalau lagi sakit
parah doang gak hadir, selebihnya hadir
meskipun kadang datengnya telat juga
nong.
Yaudah bu kalau gitu besok kesini
lagi bu sambil nanti ikut pengajian
sekarang udah sore dan mau ujan
juga cuacanya
mendapat beasiswa supaya tidak
perlu bayar lagi
Rumah Ibu TI dekat dengan
Majelis tempat ibu-ibu pengajian
Ibu TI dan teman-temannya rajin
mengikuti pengajian setiap hari
selasa namun biasa duduk
dipaling belakang
Informan rutin memberikan
sumbangan ketika dimintai
sumbangan di tempat pengajian
meskipun nilai yang diberikan
tidak seberapa
Ustadz yang membimbing di
tempat pengajian konsisten untuk
terus hadir meskipun kadang
datang terlambat kecuali sakit
parah baru tidak datang
165
170
175
180
Iyah nong, nggak nginep aja disini
nong? Nginep aja sih kan besok juga
mau kesini lagi sekalian, sekarang juga
kan udah mau ujan takut nanti keujanan
di jalan.
Hehe gak papa bu langsung pulang
aja, insyaAllah besok pagi kesini lagi,
mumpung belum hujan ini,
terimakasih yah bu maaf sudah
mengganggu waktunya
Iyah nong sama-sama, disini juga
dianggurin aja ini gak dikasih apa-apa
Udah bu udah cukup kok ini, udah
mau dibantu juga udah terimakasih
bu, mari bu assalamu’alaikum
Iyah nong wa’alaikumsalam
Pengkategorian dari Wawancara Informan TI Tentang Pengaruh
Religiusitas terhadap Mentalitas Kerja Pengemis
Interpretasi Sub Kategori Kategori
Ketika mendapatkan uang hasil dari
minta-minta langsung dibelikan
makanan untuk dimakan bersama
anak
(W3/TI: 1-10)
Hasil dari mengemis
digunakan untuk
makan mengemis untuk makan
Suami ibu TI meninggal dan
meninggalkan motor (W3/TI: 12-
18) Memiliki motor
peninggalan suami
ketika masih hidup
dan barang-barang
elektronik yang
belum diservice
Motor merupakan harta
peninggalan dari suami
sebelum meninggal dan
barang-barang
elektronik bekas, karena
suaminya bekerja
sebagai tukang service
Sebelum meninggal suami nya
tukang service barang-barang
elektronik, sehingga banyak
barang-barang elektronik rusak di
rumah ibu TI (W3/TI: 68-75)
Suami meninggal karena sakit,
sudah dibawa ke rumah sakit tapi
tidak tertolong (W3/TI: 76-80)
Mempunyai anak tiri, sebelum
menikah dengan ibu TI suaminya
sudah mempunyai istri dan anak
(W3/TI: 20-25)
Suami informan
sudah memiliki anak
sebelum menikah
dengan ibu TI, dan
rutin melaksanakan
haul setiap tahunnya
Informan memiliki anak
tiri dan ketika haul
suaminya hanya anak
tirinya yang
melaksanakan Setiap tahun yang melaksanakan
haul untuk suaminya adalah anak
tirinya ibu TI (W3/TI: 26-27)
Ibu TI pernah sakit selama
berbulan-bulan (W3/TI: 28-30) Masih mempercayai
hal mistis dan
mempercayai sakit
yang dialami
berkaitan dengan hal-
hal mistis tersebut
Ketika sakit informan
mengaitkan dengan hal
mistis
Ibu TI masih mempercayai hal-hal
mistis, karena setiap terkena
musibah atau masalah selalu
dikaitkan dengan hal ghoib/mistis
(W3/TI: 34-41)
Setelah pulang minta-minta
aktivitas ibu TI setiap harinya
adalah masak kemudian langsung
makan bersama anak-anaknya,
nyuci piring kemudian nyuci baju,
karena masih memiliki anak kecil
jadi setiap nyuci selalu banyak
(W3/TI: 45-51)
Kegiatan rutin yang
dilakukan informan
setelah meminta-
minta
Aktivitas sehari-hari
informan dengan anak-
anaknya
Ibu TI biasa shalat zuhur dan ashar
di jamak ke ashar, dengan alasan
shalat dzuhur masih dalam kondisi
capek (W3/TI: 55-60)
Mengerjakan praktek
religiusitas sesuai
yang dia ketahui dan
mengambil hal yang
menurutnya bisa
dikerjakan
Menggampangkan
praktek religiusitas
sesuai dengan
keyakinannya
Anak pertama ibu TI tidak
melanjutkan sekolah, setiap harinya
jarang ada dirumah lebih sering
main dengan teman-temannya dan
ketika sedang tidak punya uang
biasanya dia mencari barang bekas
atau rongsokan untuk dijual setelah
itu uangnya dipakai untuk
memenuhi kebutuhannya (W3/TI:
88-94)
anak pertama tidak
lanjut sekolah dan
terkadang bekerja
mencari barang
rongsokan untuk
kebutuhan pribadinya Tidak semua anak
informan melanjutkan
sekolah Anak ke tiga ibu TI kelas empat
sekolah di SDN kebanyakan 1 dan
setiap semesternya harus membeli
buku LKS, guru-gurunya sedang
mengusahaka supaya aril mendapat
beasiswa supaya tidak perlu bayar
lagi
(W3/TI: 110-118)
Anak ketiga informan
masih sekolah kelas
empat SD
Ibu TI dan teman-temannya rajin
mengikuti pengajian setiap hari
selasa namun biasa duduk dipaling
belakang (W3/TI: 125-130)
Mengikuti pengajian
ibu-ibu setiap hari
selasa hanya karena
rumah informan
dekat dengan majelis
Mengikuti pengajian
bukan atas dasar
kesadarannya untuk
menuntut ilmu Rumah Ibu TI dekat dengan Majelis
tempat ibu-ibu pengajian (W3/TI:
120-122)
Informan rutin memberikan
sumbangan ketika dimintai
sumbangan di tempat pengajian
meskipun nilai yang diberikan tidak
seberapa (W3/TI: 140-146)
Membayar
iuran/sumbangan
ketika diminta di
tempat pengajian
Memiliki rasa tidak enak
sehingga mengusahakan
supaya bisa ikut serta
memberikan iuran atau
sumbangan ketika
diminta
Ustadz yang membimbing di
tempat pengajian konsisten untuk
terus hadir meskipun kadang datang
terlambat kecuali sakit parah baru
tidak datang (W3/TI: 149-154)
Rutin diberikan
bimbingan oleh
ustadz setiap hari
selasa ketika
pengajian
Pembimbing/ustadz
konsisten memberikan
bimbingan
VERBATIM WAWANCARA DENGAN SIGNIFICANT OTHER
Nama : Mukhlas (Ketua Rt serta tetangga informan
1 UH dan informan 2 TI)
Usia : 50 tahun
Alamat : Kampung Kebanyakan Desa Sukawana
Pekerjaan : Wirausaha dan Ketua RT
Pendidikan : SMA
Hari/tanggal : Senin, 08 April 2019
Lokasi wawancara : Rumah beliau
Tujuan wawancara : Menggali lebih dalam Informan 1 UH dan
informan 2 TI
BARIS WAWANCARA INTERPRETASI
1
5
10
15
20
25
30
Assalamua’laikum?
Wa’alaikumsalam
Permisi pak boleh minta waktunya
sebentar untuk diwawancarai?
Iyah nong boleh
Bapak kenal dengan ibu UH sudah
berapa lama?
Udah lama banget nong, dari dulu juga
bapak udah kenal sama Ibu UH mah
kan bapak dari dulu udah tinggal disini
dari kecil juga udah kenal nong
Kalau dengan ibu tini bagaimana
pak?
Sama nong udah lama juga nong
Oh gitu berarti udah lama yah pak,
kalo menurut bapak sikap dan
prilaku sehari-hari ibu UH sama Ibu
bagaimana sama keluarga dan
tetangga-tetangganya pak?
Iyah nong, dua-duanya biasa aja sih
kalo menurut bapak sama kaya warga
yang lainnya aja, sering ngobrol-
ngobrol juga sama saya sama tetangga-
tetangga sekitar juga, kalo ada kegiatan
kumpulan atau gotong royong gitu ya
ikut-ikut aja
Kalau kajian-kajian keagamaan gitu
pak sering ikut? Kayak pengajian
gitu
Informan berinteraksi
dan bersosialisasi
dengan masyarakat
sekitar seperti
masyarakat yang
lainnya
Informan rutin
mengikuti pengajian
dan tidak berangkat
mengemis ketika ada
pengajian
35
40
45
50
55
60
65
70
Setau saya sih ikut terus nong, kan
kalo disini pengajian rutin buat ibu-ibu
itu adanya hari selasa orang sini kan
sengaja nggak berangkat ngemis
karena ikut pengajian di Majelis yang
dibelakang rumahnya itu nong
oh yang dibelakang rumahnya bu TI
itu Majelis Ta’lim pak?
Iyah nong Majelis Ta’lim nong,
mungkin ikut pengajian juga karena
gak enak orang deket kan masa gak
ikut pengajian
Kalo menurut bapak setelah adanya
pengajian terus ibu UH dan ibu TI
ikut juga dipengajian tersebut ada
perubahan yang bapak lihat?
Kalo yang saya liat si kayak sekarang
mah nggak terlalu sering ngemis nong,
kalo pun ngemis juga nggak lama
paling sebelum dzuhur udah pada
pulang biasanya kan mereka berdua
seringnya kalo ngemis bareng-bareng
terus nong
Iya yah pak, oh iyah pak kalo
menurut bapak dari yang bapak
lihat selama ini ibu UH dan Ibu TI
dalam melaksanakan ibadah
bagaimana?
Setau bapak sih wayahnya shalat ya
shalat nong, kalo puasa ramadhan ya
puasa juga terus shalat terawih juga
Berarti rajin yah pak kalo urusan
ibadah mah?
Ngelaksanain sih ngelaksanain nong
cuman kalo rajin atau nggaknya bapak
kurang tau yah karena kan nggak
serumah, jadi sekilas yang bapak
ketahui aja nong
Oh gitu yah pak, pak kalo menurut
bapak ibu UH dan Ibu TI ini
mengemisnya untuk apa yah pak?
Yang bapak tau sih iya buat makan
nong soalnya suaminya Ibu UH kan
pedagang asongan mungkin biar ada
Ada kemungkinan
mengikuti pengajian
karena malu rumahnya
dekat dengan majelis
tempat pengajian
Ada sedikit perubahan
semenjak adanya
pengajian di majelis
ta’lim
Melaksanakan ibadah
yang diwajibkan oleh
agama, tapi tidak tau
rajin atau tidaknya
Mengemis untuk
membantu ekonomi
keluarga terutama
untuk makan
75
80
85
90
95
100
105
110
115
tambahan dengan cara dia ngemis
nong terus kalo Ibu Tinikan janda nong
anaknya banyak jadi ya mungkin
dengan cara ngemis itu bisa buat
menghidupi anak-anaknya
Oh gitu, yang bapak tau gaya hidup
Ibu UH dan Ibu TI ini sehari-
harinya bagaiamana pak? mulai
dari pakaian, makan dan yang
lainnya?
Kalo yang bapak liat sih sama aja kaya
orang-orang lainnya makan ya makan
dari hasil ngemisnya itu kan bisa
kebeli beras sama lauk pauk buat
dimasak terus dimakan bareng-bareng
sama keluarganya, kalo pakaian ya
biasa aja sih soalnya kalo ke warung
bapak juga paling sesarungan nong
orang sini mah kalo sehari-hari ya
begitu-begitu aja pakaiannya
Ohh gitu yah pak, pak kalo dari
yang bapak lihat ibu UH ini apakah
termasuk orang yang memiliki
religiusitas yang tinggi, mulai dari
pemahaman agamanya, pelaksanaan
kewajiban dan yang lainnya?
kalo tinggi banget sih nggak nong
cuman ya kalo paham mungkin paham
cuman kalo dibilang religiusitasnya
tinggi nggak deh kayaknya nong,
buktinya kan masih aja ngemis
padahalkan diagama juga dilarang buat
ngemis nong
Berarti biasa aja yah pak
religiusitasnya, yang bapak tau
sikap religiusitas yang paling
menonjol dari informan apa?
biasa aja nong gak ada sikap
religiusitas yang menonjol si dari Ibu
UH ini
oh gitu yah pak, kalo kendala Ibu
UH dan Ibu TI dalam beribadah apa
yah pak?
Gaya hidup sehari-hari
normal seperti
masyarakat umumnya,
makan nasi serta lauk
yang diingginkan dari
uang hasil dia
mengemmis
Memiliki pemahaman
agama hanya saja tidak
benar-benar
menghayati dan
mengaplikasikan
dalam kehidupan
sehari-hari
Keluhan informan
ketika waktunya shalat
dzuhur dan ashar
sering dilewat atau
dijamak
120
125
130
135
140
145
150
155
Yang bapak tau sih paling kayak shalat
dzuhur atau ashar keseringan dilewat
kalo nggak dijamak alasannya sih
karena capek, kan kadang suka
ngobrol-ngobrol gitu sama bapak
kadang sama ibu
Oh gitu, kalo ibadah yang sering
informan lakukan yang bapak
ketahui apa saja?
Iyah nong, paling ya yang wajibnya
shalat, terus ngaji, puasa kalo
ramadhan gitu itu siih yang bapak tau
Kalau disini pernah ada semacam
pelatihan atau penyuluhan gitu
tidak yah pak khusus untuk
pengemis?
Pernah nong, dulu mah sering malah
cuman ya gitu balik lagi ngemis
setelah dapet pelatihan juga, padahal
kalau mau bener-bener kerja mah bisa
di konveksi-konveksi sekitar sini juga
kan banyak, bisa juga kuli cuci nong
Ohh gitu pak, yaudah pak makasih
banyak yah ini udah mau
diwawancarai mohon maaf ini udah
ganggu waktunya
Iyah nong gak papa nong, bapak mah
kalo mau ada yang minta tolong
apalagi urusan skripsi kayak gini ya
bapak bantu sebisa bapak soalnya kan
anak bapak juga lagi kuliah bakalan
ngalamin juga nyusun skripsi kayak
gini
Anak bapak kuliah dimana?
Di UIN Banten nong, baru masuk sih
Oh gitu, yaudah atuh pak saya
sekalian mau pamit yah pak sekali
lagi terimakasih banyak ini pak,
assalamua’laikum
Iyah nong hati-hati wa’alaikumsalam
warahmatUHlahi wabarakatuh
Hubungan dengan
masyarakat sekitar
dengan tetangga baik-
baik saja
Ibadah yang informan
lakukan shalat lima
waktu, membaca al-
qur’an, puasa bulan
ramadhan
Setelah mendapatkan
pelatihan kembali lagi
mengemis
Pengkategorian dari Wawancara Signivicant Other Informan UH
dan Tini Tentang Pengaruh Religiusitas terhadap Mentalitas Kerja
Pengemis
INTERPRETASI SUB KATEGORI KATEGORI
Informan rutin mengikuti pengajian dan tidak
berangkat mengemis ketika ada pengajian
(W/Mukhlas: 25-31)
Muncul proses
religiusitas untuk
mencari pengetahuan
tentang agama namun
bukan atas kesadaran
diri sendiri
Proses religiusitas
Ada kemungkinan mengikuti pengajian karena
malu rumahnya dekat dengan majelis tempat
pengajian (W/Mukhlas: 32-36)
Ada sedikit perubahan semenjak adanya
pengajian di majelis ta’lim (W/Mukhlas: 37-
45)
Muncul proses
perubahan religiusitas
Tahap menuju
perubahan mentalitas
kerja sebagai
pengemis Melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh
agama, tapi tidak tau rajin atau tidaknya
(W/Mukhlas: 46-52)
Ibadah yang informan lakukan shalat lima
waktu, membaca al-qur’an, puasa bulan
ramadhan (W/Mukhlas: 112-117)
Melaksanakan ritual
keagamaan /
religiusitas
Tahap perkembangan
religiusitas
Mengemis untuk membantu ekonomi keluarga
terutama untuk makan (W/Mukhlas: 60-67)
Proses memenuhi
kebutuhan
Pilihan pekerjaan
Informan berinteraksi dan bersosialisasi
dengan masyarakat sekitar seperti masyarakat
yang lainnya (W/Mukhlas: 15-23)
Proses interaksi sosial Interaksi sosial
Gaya hidup sehari-hari normal seperti
masyarakat umumnya, makan nasi serta lauk
yang diingginkan dari uang hasil dia mengemis
(W/Mukhlas: 67-78)
gaya hidup tidak
menonjolkan bahwa
dia pengemis
Gaya hidup normal
seperti masyarakat
lain
Memiliki pemahaman agama hanya saja tidak
benar-benar menghayati dan mengaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari (W/Mukhlas: 79-
90)
Paham akan
pengetahuan agama
namun tidak benar-
benar menghayati dan
melaksanakannya
Religiusitas hanya
sebatas pengetahuan
Keluhan informan ketika waktunya shalat
dzuhur dan ashar sering dilewat atau dijamak
(W/Mukhlas: 97-104)
Memudahkan diri
sendiri dalam
beribadah
Setelah mendapatkan pelatihan kembali lagi
mengemis (W/Mukhlas: 118-127)
Tidak benar-benar
mengaplikasikan
pelatihan yang didapat
Mengemis masih
menjadi pekerjaan
utama
Wawancara 1 – X3
Nama : SH
Usia : 50 tahun
Pendidikan : Tidak tamat Sekolah Dasar (SD)
Pekerjaan : Pengemis
Waktu Wawancara : Sabtu, 06 April 2019
Tempat Wawancara : Di Tempat Kediaman Informan SH
BARIS WAWANCARA INTERPRETASI
1
5
10
15
20
25
30
Assalamua’laikum bu?
Wa’alaikumsalam iyah nong ada perlu apa yah?
Ibu benar dengan Ibu SH?
Iyah bener nong
Ibu boleh minta waktunya sebentar, saya Aat
dari Mahasiswa UIN Jakarta mau Tanya-
tanya soal keseharian Ibu saat ini
Keseharian ibu? Ibu mah gak malu tadinya mah
ibu jualan tapi sekarang mah ibu minta-minta
nong, paling geh sebentar doang kesitu tuh nong
orang gimana yah pengen makan, bapak gak
bisa kerja kakinya kayak gitu (bengkak) karena
asam urat nong, ibu mah gak pernah nutup-
nutupin sehari-harinya ibu mah minta-minta
soalnya butuh geh
Oh gitu, oh iyah bu saya kan sekalian lagi
penelitian nih mudah-mudahan ibu berkenan
untuk diwawancarai, dan inipun akan dijaga
kerahasiaannya.
Ohh iyah sih nong nggak papa nong, bapak juga
sekarang udah nggak usaha dulu mah iyah narik
becak tapi sekarang mah nggak kuat kakinya
pegel-pegel, kalo gak gitu mah gak bisa makan
nong, ini juga rumah numpang sama anak
Kalo boleh tau nama asli ibu siapa bu?
Asiah nong
Kalo pendidikan terakhirnya apa yah bu?
Dulu pernah sekolah atau tidak?
nggak nong orang dulu mah susah mau sekolah
juga, terus mah bapak saya nya juga tukang
becak jadi ya gak disekolahin.
Iya yah bu, dulu mah masih jarang yang
sekolah, oh iyah bu ibu biasanya minta-minta
disekitaran mana yah bu?
Mengakui tanpa rasa
malu bahwa
kesehariannya
meminta-minta untuk
mencukupi hidupnya
dan suami, karena
suaminya sudah tidak
bisa bekerja karena
asam urat
Suaminya dulu
seorang tukang becak
Responden
berbohong, tidak
mengakui nama
aslinya
35
40
45
50
55
60
65
70
75
Gak jauh-jauh nong ibu mah paling geh minta-
minta di ciruas, yang penting mah udah dapet
nong kalo lama-lama mah gak kuat kakinya juga
sakit nong, nggak dapet banyak juga yang
penting dapet buat sekedar makan atau ngopi-
ngopi mah ibu mah udah langsung pulang aja
nong.
Bapak juga ikutan minta-minta bu?
Nggak nong bapak mah di rumah aja, gimana
geh orang kakinya kayak gitu takut nanti malah
kesakitan nong, nggak pernah kemana-mana
terus mah matanya juga nggak terlalu keliatan,
kirain mah dari calon mau ngasih sesuatu ibu
mah.
Bukan bu hehe, tapi disini pernah ada
bantuan bu?
Ada pernah tapi ibu mah gak pernah kebagian
nong, paling juga yang punya anak sekolah, kan
ibu mah udah gak punya anak sekolah jadi ya
gak dapet bantuan. Tapi kalo beras mah iyah
dapet nong itupun harus nebus dulu cuman
emang lebih murah sih
Ohh biasa beras raskin/bulog itu yah bu?
Iyah nong beras 10 kg terus telornya 10 biji baru
banget kemarennya ini dikasihnya ibu mah gak
pernah dapet biasanya geh. Kalo nong mau
ngasih sesuatu mah ibu terima dengan senang
hati supaya ibu gak berangkat ngemis lagi nong
Hehe iyah yah bu, tapi sayangnya belum bisa
ngasih apa-apa bu soalnya juga belum kerja
Iyah gak papa nong becanda aja ibu mah, ya
sejujurnya ibu mah gak malu-malu orang
keadaanya kayak gini geh, kalo gak gitu ya ibu
gak ada yang ngasih, ada anak usaha anaknya
juga ngojek nong
Oh gitu bu, dari tahun berapa bu ibu udah
minta-minta?
Belum lama ini nong, paling geh 1 tahun lah
baru minta-minta karena udah nggak jualan aja
ini
Kenapa gitu bu nggak jualan lagi?
Tangannya kasar nong susah digerakin laginya
ini
Tadinya bekas ngapain bu?
Biasa mengemis
disekitaran Ciruas
Suaminya sudah
tidak bekerja
semenjak sakit
Responden mengira
dari timses calon
presiden
Tidak pernah
mendapatkan
bantuan, karena lebih
sering bantuan untuk
anak seklah
sedangkan ibunya
tidak memiliki anak
yang masih sekolah
Berharap ketika ada
tamu yang datang
membawa bingkisan/
bantuan (masa
kampanye pemilu)
80
85
90
95
100
105
110
115
120
Ke tabrak motor nong, terus jatoh, untung
orangnya mau tanggung jawab, itupun pas ibu
lagi jualan di pasar rau, itupun kemaren-
kemaren mah jalannya juga susah dituntun terus
sama bapak dulunya geh
Berarti parah banget yah bu ketabraknya?
Iyah nong, jalan geh susah, pugu ini mau mandi
tadinya mah nong terus kata bapak ada tamu dari
carenang, ibu bingung siapa ya perasaan belum
punya kenalan orang sana
Hehe iyah bu maaf yah jadi mengganggu,
biar jadi sodara aja nantinya hehe
Iyah gak papa nong itu diminum sih, gak di
kasih apa-apa adanya cuman air teh doang nong,
nong kesini sendirian ajah?
Iyah bu diminum, iyah ini sendirian aja bu
Aih beranian sendirian itu, kan jauh nong
Iyah bu, tapi gak papa udah biasa kok bu,
biasanya ibu berangkat jam berapa yah bu?
Se pengennya nong, gak pasti namanya juga
banyak cucu jadi ya seberesnya aja baru
berangkat
Oh gitu, emang ibu punya anak berapa?
Punya anak empat nong, 2 laki-laki 2
perempuan, yang laki-laki udah nikah terus yang
perempuan juga udah nikah nong, sebenarnya
ibu gak tiap hari sih minta-minta juga, kalo lagi
gak punya uang doang paling ibu berangkat,
biasanya mah bersih-bersih aja di kebon
singkong kalo lagi gak berangkat mah nong
sembari ngasuh cucu, kan anak sayanya kerja
nong jadi cucunya di titipin ke saya, diminum
sih nong itu gak ada makanan apa-apa lagi yaah
Iyah bu diminum, biarin bu ini juga udah
cukup, malah jadi ngerepotin ibu
Gak papa nong, ibu mah seneng kalo ada yang
kesini dan mau nganggep ibu sebagai sodara
mah, mudah-mudahan nong diberikan kesehatan
yaah, dilancarkan rizki nya dan umur yang
panjang.
Iyah bu Aamiin Allahuma Aamiin, ngomong-
ngomong geh udah sore yah bu sekalian mau
pamit aja yah bu, makasih banyak ini udah
mau direpoti bu
Informan memiliki
anak laki-lakinya
bekerja sebagai
tukang ojek dan
sudah berkeluarga
Baru satu tahun
meminta-minta,
sebelumnya
berjualan kue di pasar
Ketika sedang
berjualan di pasar
tiba-tiba di tabrak
motor, beruntung
orangnya mau
bertanggung jawab
Ibu SH mengalami
kesulitan saat
berjalan setelah
tertabrak motor
Jam berangkat untuk
meminta-minta tidak
pasti
125
130
135
Atuh gak papa sih nong disini aja juga, iyah
nong sama-sama ibunya juga minta maaf yah
disininya di anggurin aja gak di kasih makan-
makanan aja
Iyah bu kan udah ada teh bu itu hehe, yaudah
bu pamit yaah assalamua’laikum..
Iyah nong wa’alaikumsalam hati-hati yah nong
Memiliki 4 orang
anak, 2 laki-laki dan
2 perempuan,
keempatnya sudah
menikah
Pengkategorian dari Wawancara Informan SH Tentang Pengaruh
Religiusitas terhadap Mentalitas Kerja Pengemis
Interpretasi Sub Kategori Kategori
Mengakui tanpa rasa malu
bahwa kesehariannya
meminta-minta untuk
mencukupi hidupnya dan
suami, karena suaminya
sudah tidak bisa bekerja
karena asam urat (W1/SH:
8-15)
Mengakui sebagai
pengemis tanpa ada rasa
malu
Profesi sebagai
pengemis sudah umum
disekitar rumah
informan di Kampung
Kebanyakan Desa
Sukawana Kecamatan
Serang
Biasa mengemis
disekitaran ciruas
(W1/SH: 34-40)
Suaminya dulu seorang
tukang becak (W1/SH: 20-
25)
Suami informan sudah
tidak bekerja semenjak
sakit
Suami Informan sudah
tidak bekerja dan
informan yang
mencari nafkah Suaminya sudah tidak
bekerja semenjak sakit
(W1/SH: 42-44)
Tidak pernah
mendapatkan bantuan,
karena lebih sering
bantuan untuk anak
sekolah sedangkan ibunya
tidak memiliki anak yang
masih sekolah (W1/SH:
50-55)
Informan tidak pernah
mendapatkan bantuan
khusus dari pemerintah
karena biasanya bantuan
hanya untuk yang
memiliki anak sekolah
saja, sedangkan
informan sudah tidak
memiliki anak
Informan tidak pernah
mendapatkan bantuan
khusus dari
pemerintah
Informan memiliki anak
laki-lakinya bekerja
sebagai tukang ojek dan
sudah berkeluarga
(W1/SH: 64-69)
Anak laki-laki informan
bekerja sebagai tukang
ojek dan sudah
berkeluarga
Anak laki-laki
informan bekerja
sebagai tukang ojek
dan sudah berkeluarga
Memiliki 4 orang anak, 2
laki-laki dan 2 perempuan,
keempatnya sudah
menikah
(W1/SH: 100-105)
Baru satu tahun meminta-
minta, sebelumnya
Informan meminta-
minta semenjak
Mengemis karena
keterpaksaan dan
berjualan kue di pasar
(W1/SH: 71-73)
tertabrak motor dan
kesulitan saat berjalan,
sebelumnya informan
jualan makanan ringan
di pasar
kondisi yang tidak
memungkinkan untuk
bekerja
Ketika sedang berjualan di
pasar tiba-tiba di tabrak
motor, beruntung
orangnya mau
bertanggung jawab
(W1/SH: 77-83)
Ibu SH mengalami
kesulitan saat berjalan
setelah tertabrak motor
(W1/SH: 84-87)
Jam berangkat untuk
meminta-minta tidak pasti
(W1/SH: 95-100)
Tidak memiliki jadwal
yang pasti ketika
mengemis
Tidak memiliki jadwal
pasti berangkat
mengemis namun
setiap hari pasti
berangkat mengemis
Wawancara 2 – x3
Hari/Tanggal /25 Februari 2019
Nama : SH
Usia : 50 tahun
Pendidikan : Tidak tamat Sekolah Dasar (SD)
Pekerjaan : Pengemis
Waktu Wawancara : Senin, 08 April 2019
Tempat Wawancara : Di Tempat Kediaman Informan SH
BARIS PERTANYAAN INTERPRETASI
1
5
10
15
20
25
30
Assalamua’laikum?
Wa’alaikumsalam, masuk nong
Iyah bu, gimana khabarnya bu?
Alhamdulillah baik nong, nong gimana?
Alhamdulillah baik juga bu. Oh iyah bu
biasanya ibu shalat dimana yah?
Di rumah aja nong ibu mah
Tapi ibu kalo shalat setiap waktunya
shalat selalu?
ya jelas nong shalat mah shalat terus
meskipun bacaannya gak bisa juga nong,
namanya juga orang islam nong, besok juga
ada pengajian nong di Majlis Ta’lim
Oh iyah bu yang dibelakang situ yah bu
tempat pengajiannya, selasa kemaren
juga saya kesana bu
Iyah nong yang dibelakang situ nong, oh
udah pernah ikut pengajian nong, kok gak
ketemu yah sama ibu, besok juga selasa nong
kesini aja kalo mau ikut pengajian lagi mah
nong
Iyah bu, insyaallah niatnya sih besok mau
ikut pengajian juga bu
Iyah kesini aja nong nanti yang ngisi pak haji
Sabihus yang ngajar
Iyah bu, oh iya pak haji udah berapa lama
emang bu ngisi pengajian disini?
Udah lama banget nong, dari ibu kecil cuman
dulu mah nggak terlalu rutin nong ngajar di
sekolah segala nong, mulai rutin sekitar lima
tahun yang lalu kan dulu mah itu yang
dijadiin tempat pengajian sekarang pondok
nong
Ibu SH rajin
melaksanakan shalat
wajib, karena mengakui
dirinya adalah seorang
mmuslim yang sudah
seharusnya melaksanakan
kewajiban
Ibu SH rajin mengikuti
pengajian setiap hari
selasa
Sejak informan masih
kecil sudah ada pengajian,
namun tidak terlalu rutin,
mulai rutin ada pengajian
sekitar tujuh tahun yang
lalu
35
40
45
50
55
60
65
70
75
Oh iyah yah bu, kalo sepuluh tahun kira-
kira ada bu, pak haji ngisi pengajian?
Lebih kayaknya nong sepuluh tahun mah,
semenjak ibu belum kayak gini kakinya.
Kaki ibu aja udah 6 tahun jalannya kayak
gini
Lama banget berarti yah bu, iyah waktu
itu juga beliau yang ngisi pengajiannya bu
Iyah nong pak haji aja yang ngisi pengajian
ibu-ibunya, kan sekarang mah rumahnya
yang dipinggir jalan itu tuh yang kayak
gedongan itu juga sekalian ada pondoknya
juga nong disana
Yang pas mana itu yah bu?
Itu nong yang pinggir jalan pokoknya mah
rumah yang paling gede yang ada pagernya,
gak ada lagi disini mah nong itu doang rumah
yang paling gede itu yang cat nya warna
kuning.
Kalo ibu percaya nggak kalo Allah yang
ngatur segala ketetapan sekarang ini?
Iyah geh nong percaya kan biasa di pengajian
juga dibahas nong, kalo abis ngaji Qur’an
terus ada ceramah gitu, jelasin hal-hal yang
kayak gitu setelah itu ngaji kitab, kalo gak
sambil ngaji kitab sambil dijelasin nong, kalo
ibu mah sejujurnya orang bodoh nong ngaji
itu nggak bisa nggak terlalu paham, ibu mah
ngaji geh telinga doang paling ngedengerin
doang nong orangnya mah nggak terlalu
paham, kalo bapak mah tuh bisa ngajinya
meskipun sedikit-sedikit geh, soalnya ibu
mah emang dari kecil geh udah bodoh nggak
tau apa-apa nong
Tapi ibu ngaji mah lanjutkan yaah bu,
ngaji qur’an kalo sehabis shalat gitu?
Sebenernya ini mah yah nong ibu mah nggak
bisa ngaji qur’an nong, gak bisa kalo baca-
baca qur’an gitu mah, paling geh sebisanya
aja ibu mah kan kata kiayi nya juga gitu kalo
gak bisa mah baca al-Qur’an sebisanya aja
megang tasbeh paling sehabis shalat baca-
baca shalawat sampe 700 kadang 800 kali
nong, mau diajarin bapak geh gak mau nong
Kakinya cacat setelah
tertabrak orang saat
sedang berjualan di pasar
sejak 6 tahun yang lalu
Meyakini bahwa yang
sudah terjadi merupakan
ketetapan dari Allah SWT
Ibu SH mengakui ketika
ikut pengajian hanya
sekedar hadir dan kurang
memahami yang
disampaikan sama
ustadznya
Ibu SH tidak bisa
membaca al-Qur’an,
setelah shalat paling
hanya membaca shalawat
dan dzikir sebisanya yang
ia pahami dari ustadznya
80
85
90
95
100
105
110
115
120
malu tapi kalo anak-anak mah Alhamdulillah
pada bisa dari semenjak kecil udah belajar,
ibu doang yang gak bisa. Dulu sekolah juga
nggak namanya juga orang gak puny amah
gimana gitu nong paling ngasuh adek-adek
yang masih kecil-kecil dulunya, tapi kalo
bapak mah bisa nong cuman sekarang mah
matanya gak terlalu keliatan, bisa baca ya sin
fadhilah atau ya sin benernya juga bisa nong,
nggak malu-maluin banget lah dari pada saya
mah gak bisa apa-apa sama sekali biasa kalo
abis shalat tuh ngaji bapak mah nong
Terus ibu kalo shalat gimana bacaannya?
Kalo buat shalat mah bisa nong, paling al-
fatihah sama qulhu nong yang ibu bisa apalin
aja, soalnya kalo dulu mah ngajinya di apal
gitu nong, diapal surat-surat buat shalat jadi
ya bisanya itu-itu aja nong. Kalo di apal mah
ibu bisa tapi kalo baca mah ibu nggak bisa
nong, kalo bapka mah bisa tuh nong
Oh gitu yah bu, ibu biasa shalat
berjama’ah atau sendiri-sendiri aja bu?
Sendiri-sendiri aja nong ibu mah, susah geh
nong gak bisa berdiri lama-lama, kalo bisa
mah iyah nong berjama’ah di Masjid nong,
shalat geh dodok nong
Oh iya yah bu, gak papa kan bu yang
penting mah shalat kan kalo gak bisa
berdiri ya dipersilahkan duduk
perintahnya juga bu, tapi ibu kalo shalat
sunnag gitu sering nggak bu, sahalat
sunnah sebelum atau sesudah shalat wajib
atau sahalat sunnag yang lainnya gitu?
Nggak nong orang nggak bisa, paling ya
shalat wajibnya aja nong yang lima waktu
Kalo zakat atau infaq gitu ibu sering
melaksankan nggak bu?
Iya paling kalo ke anak yatim nong ibu mah
ngasihnya, banyak disini yang anak yatim
nong tapi paling kalo ibu dapet uang lebih,
kalo nggak mah ya nggak nong kan
meskipun ngaishnya seribu-seribu geh kalo
banyak mah bingung nong
Kalo zakat fitrah mah bayar tersu yah bu?
Suami dan anak-anaknya
bisa mengaji al-Qur’an,
namun ibu SH tidak mau
belajar dengan alasan
malu karena sudah tua
Ketika shalat membaca
surat yang ia bisa dan
sudah hafal
Dulu ngaji tanpa
membaca tapi langsung
mengikuti ustadz dan
menghafalnya
Shalat sendiri, setelah
kecelakaan ibu SH tidak
bisa berdiri terlalu lama
ketika shalat pun ibu SH
duduk
Hanya melaksanakan
shalat wajib
125
130
135
140
145
150
155
160
165
Iyah geh nong kalo zakat fitrah mah kan
wajib, gimana geh kalo nggak dijalankan
mah nong meskipun ibunya gak punya geh
tapi ya dicariin, sekarang juga ibu lagi
berobat terus ini nong, bulak balik suntik
terus ini, biasanya anak yang sering
nganterin, yah siapa tau nong mau bantu-
bantu gitu yaah
Hehe iyah yah bu maunya sih gitu bantuin
Iyah nong becanda ibu mah, tapi kalo mau
beneran gak papa hehe, ini juga rumah dapet
anak nong yang ngerapihin takutnya ada
tamu gitu biar enak duduk dan ngobrolnya
katanya. Coba aja nong jalan ke situ banyak
juga yang minta-minta juga nong
Oh iyah yah bu banyak berarti yah yang
minta-minta disini? Kalo menurut ibu
selama ini ibu berdo’a kira-kira Allah
sudah mengabulkan do’a-do’a ibu atau
belum?
Nggak deh kayanya nong, orang ibu mah gak
pernah minta do’a yang macem-macem nong
yang penting mah ibu mah do’anya minta
selamat aja nong
Sebelumnya ibu jualan apa yah bu?
Jualan kueh nong, gorengan, kroket,
makanan-makanan kayak gitu lah nong,
rame dulunya mah nong semenjak anak-anak
saya masih pada kecil-kecil nong
Ibu ketika minta-minta ada rasa bersalah
nggak bu?
Nggak lah nong, orang ibunya butuh buat
makan geh ya, kalo gak kaya gitu mah
gimana ibu gak bisa makan geh nong,
sebenernya mah kalo ad amah ibu geh gak
mau ngemis gini nong
Tapi ibu udah pernah denger atau
mungkin ada yang ngasih tau kalo ngemis
itu sebenernya dilarang oleh agama?
Ya namanya juga pengen makan nong, dari
pada ibu maling kan, dan ibu juga paling
sampe zuhur
Ibu sejauh ini merasa cukup nggak
dengan hasilnya?
Sering berinfaq untuk
anak-anak yatim
Membayar kewajiban
berzakat
Ibu SH dalam berdo’a
hanya meminta supaya
selamat
Ibu SH berjualan
makanan ringan di pasar
sebelum kecelakaan
Tidak merasa bersalah
ketika meminta-minta
170
175
180
185
190
195
Nggak nong orang buat ngojek segala
macem terus mah naik angkot juga bulak
balik kan harus bayar juga nong
Oh gitu yah bu, iyah bu makasih yah bu
maaf ini udah ganggu waktunya
Iyah nong sama-sama iyah gak papa disini
juga dianggurin aja nong, diminum sih itu
nong teh nya
Iyah bu di minum yah bu, ibu baru
nyampe?
Nggak nong nyampe nya mah jam dua itu
tapi cape jadi ya selonjoran dulu baru mau
mandi ini tadinya mah
Anak-anak nya masih tinggal disini semua
bu?
Iyah disini nong, lagi di orang hajat disana,
yang dua mah nggak, yang satu jauh di
karang bolong, yang satu di mauk nong
Berarti dua anak ibu yang masih tiggal
disini yah, lumayan jauh juga yah bu
anak-anaknya yang dua orang
Iyah nong jauh makanya geh
Disini rame terus yah bu orang-
orangnya?
Iyah nong disini mah rame terus, coba aja
nong jalan kesana tuh banyak orang pasti
yang lagi pada nongkrong di depan
rumahnya
Hehe iyah bu nanti deh coba kesana, oh
iya bu ngomong-ngomong mau langsung
pamit aja bu ini, makasih banyak yah bu
Iyah nong sama-sama hati-hati nong
Iyah bu assalamua’laikum
Wa’alaikumsalam
Tidak merasa cukup
dengan hasil mengemis
Pengkategorian dari Wawancara Informan SH Tentang Pengaruh
Religiusitas terhadap Mentalitas Kerja Pengemis
Interpretasi Sub Kategori Kategori
Ibu SH rajin melaksanakan
shalat wajib, karena mengakui
dirinya adalah seorang
muslimah yang sudah
seharusnya melaksanakan
kewajiban (W2/SH: 5-13)
Sadar dan melakukan
ritual keagamaan
dengan melaksanakan
kewajiban setiap harinya
sebagai seorang
muslimah
Rutin melakukan ritual
keagamaan (religiusitas)
Ibu SH rajin mengikuti
pengajian setiap hari selasa
(W2/SH: 15-18)
Mengikuti pengajian
setiap hari selasa
Proses mendapatkan
pengetahuan agama
(religiusitas)
Sejak informan masih kecil
sudah ada pengajian, namun
tidak terlalu rutin, mulai rutin
ada pengajian sekitar tujuh
tahun yang lalu (W2/SH: 25-30)
Pengajian dilaksanakan
sudah lebih dari tujuh
tahun
Konsisten adanya
pengajian (bimbingan)
terhadap masyarakat
terutama ibu-ibu
Kakinya cacat setelah tertabrak
orang saat sedang berjualan di
pasar sejak 6 tahun yang lalu
(W2/SH: 30-35)
Adanya perbedaan
informasi tentang
kondisi kaki yang cacat,
diwawancara pertama
informan mengatakan
mengemis sejak kakinya
cacat satu tahun yang
lalu, dan ketika
diwawancarai kedua
kalinya informan
mengatakan kakinya
cacat sejak 6 tahun yang
lalu
Adanya ketidak jujuran
informan tentang lama
mengemis
Meyakini bahwa yang sudah
terjadi merupakan ketetapan dari
Allah SWT (W2/SH: 49-53)
Religiusitas berkembang
dalam diri informan
Yakin akan ketetapan
Allah merupakan bagian
dari sikap religiusiitas
Ibu SH mengakui ketika ikut
pengajian hanya sekedar hadir
dan kurang memahami yang
disampaikan sama ustadznya
(W2/SH: 54-59)
Mengikuti pengajian
hanya sekedar hadir
tidak benar-benar untuk
mendapatkan
pengetahuan
Mengikuti pengejian
tidak atas kesadaran
akan pentingnya ilmu
agama
Ibu SH tidak bisa membaca al-
Qur’an, setelah shalat paling
Informan tidak dapat
membaca al-qur’an dan
Menghafal al-qur’an
hanya untuk shalat
hanya membaca shalawat dan
dzikir sebisanya yang ia pahami
dari ustadznya (W2/SH: 60-65)
tidak mau belajar
dengan alasan malu,
padahal suami dan anak-
anaknya bisa membaca
al-qur’an
Suami dan anak-anaknya bisa
mengaji al-Qur’an, namun ibu
SH tidak mau belajar dengan
alasan malu karena sudah tua
(W2/SH: 68-78)
Ketika shalat membaca surat
yang ia bisa dan sudah hafal
Dulu ngaji tanpa membaca tapi
langsung mengikuti ustadz dan
menghafalnya (W2/SH: 80-85)
Ketika shalat hanya
membaca surat yang
dihafal sejak kecil
Mengahafal surat-surat
yang diajarkan oleh
ustadznya tanpa harus
bisa membaca al-qur’an
Informan setiap hari shalat
sendiri tidak berjama’ah, setelah
kecelakaan ibu SH tidak bisa
berdiri terlalu lama ketika shalat
pun ibu SH duduk (W2/SH: 86-
91)
Melaksanakan ritual
keagamaan yang
diwajibkan meskipun
harus shalat dengan cara
duduk
Melaksanakan
kewajiban tanpa benar-
benar menghayati
Hanya melaksanakan shalat
wajib (W2/SH: 98-99)
Melakukan ritual
keagamaan tapi tidak
dengan kesadaran akan
maknanya dan tidak
benar-benar menghayati
Melakukan ritual
keagamaan tidak benar-
benar menghayati Sering berinfaq untuk anak-anak
yatim (W2/SH: 102-106)
Membayar kewajiban berzakat
(W2/SH: 108-114)
Ibu SH dalam berdo’a hanya
meminta supaya selamat
(W2/SH: 125-127)
Tidak merasa bersalah ketika
meminta-minta (W2/SH:135-
138)
Tidak merasa bersalah
karena menganggap
mengemis merupakan
perkejaan yang sudah
umum dilakukan orang
Dan tidak merasa cukup
uang dari hasil
mengemis
Meminta-minta
merupakan hal wajar
dan tidak merasa cukup
dari hasil mengemis Tidak merasa cukup dengan
hasil mengemis (W2/SH: 146-
148)
VERBATIM WAWANCARA DENGAN SIGNIFICANT OTHER
Nama : Muhammad Buang
Usia : 60 Tahun
Alamat : Kampung Kebanyakan Desa Sukawana
Kecamatan Serang Banten
Pendidikan : Tidak Tamat SD
Hari/tanggal wawancara : Senin / 08 April 2019
Lokasi wawancara : Kediaman Informan
BARIS WAWANCARA INTERPRETASI
1
5
10
15
20
25
30
Assalamua’laikum pak apa kabar?
Wa’alaikumsalam Alhamdulillah baik
nong
Pak mau minta waktunya sebentar
untuk diwawancarai boleh?
Iyah nong boleh nong, gimana ada yang
bisa bapak bantu?
Iyah pak hehe mau nanya-nanya
tentang istri bapak, sejauh ini
bagaimana kedekatan bapak dengan
istri bapak?
Deket banget lah nong namanya juga
suami istri nong
Hehe iya yah pak, oh iyah pak bapak
sehari-harinya masih bekerja atau
dirumah saja?
Nggak nong bapak udah lama nggak
kerja kakinya pada sakit nong kalo
sebelum sakit mah iyah bapak yang kerja
narik becak
Ohh gitu, berarti yang kerja hanya ibu
yah pak?
Iyah nong ibu doang, saya soalnya udah
nggak kuat jalan jauh, ibu juga dulunya
jualan cuman waktu itu ketabrak motor
sampe gak bisa jalan sama sekali
sekarang aja udah agak mendingan udah
bisa jalan, cuman ya gitu ibu mah
kerjanya minta-minta nong
Kalau hubungan dan sikap keseharian
ibu bagaimana pak baik dikelurga
ataupun dimasyarakat sekitar?
Informan mengemis
semenjak kecelakaan dan
kakinya cacat
35
40
45
50
55
60
65
70
75
Dikeluarga baik-baik aja nong
dilingkungan masyarakat juga
Alhamdulillah baik-baik aja ibu mah
orangnya cuek-cuek aja nong meskipun
kadang ada aja orang yang ngomongin
inilah itulah tapi ibu mah gak pernah
ngambil pusing orangnya kalo diladenin
mah kan pasti jadi itu berantem nong
Owalah, emang yang biasa terdengar
orang-orang ngomongin gimana pak?
iyah ngomongin masalah kerjanya yang
minta-minta gitu paling nong
Oh gitu, kalau ibu dalam
melaksanakan ibadah yang
diwajibkan bagaimana pak?
Alhamdulillah nong kalo shalat mah
nggak tinggal, meskipun kadang shalat
diakhir waktu geh atau kadang dijamak
Kalau kayak puasa, ngaji gimana pak?
Kalau puasa ramadhan ya puasa nong,
kalo ngaji emang sih ibu mah gak bisa
ngaji al-Qur’an nong, disuruh belajarnya
nggak mau juga katanya sih malu udah
tua, jadi paling kalo ngaji mah saya aja
nong ibu mah paling ngedengerin doang
nong
Berarti kalau shalat gitu gimana pak
bacaannya?
Baca yang sebisanya ibu aja nong, kan
kayak surat-surut qulhu, an-nas sama
alfatihah mah bisa nong udah hafal
ibunya
ohh gitu, kalau ada pengajian gitu ibu
biasa ikut atau nggak pak?
Alhamdulillah ikut aja nong kalo ada
pengajian mah, kalo nggak ikut mah suka
diomongin soalnya kan deket juga
tempatnya nong
Biasa pengajiannya setiap hari selasa
yah pak?
Iyah nong setiap hari selasa pengajiannya
Kalo menurut bapak ibu ini
bagaimana dalam pemahaman
agamanya pak?
Sikap sehari-hari dengan
keluarga dan masyarakat
baik-baik saja dan
hubungannya baik juga
Ketika ada orang yang
membicarakan pekerjaan
informan, informan tidak
pernah menanggapi dan
mengabaikan omongan
orang tersebut
Informan tidak pernah
meninggalkan shalat
meskipun shalat diakhir
waktu atau menjamaknya
Informan melaksanakan
kewajiban puasa ketika
ramadhan
Informan tidak bisa
membaca al-qur’an dan
tidak mau belajar karena
malu sudah tua
Ketika shalat membaca
surat yang sudah dihafal
dari kecil
Informan mengikuti
pengajian rutin setiap hari
selasa di Majelis Ta’lim
karena jika tidak mengaji
menjadi omongan orang
Informan tidak begitu
paham prihal agama
80
85
90
95
100
105
110
115
Jujur yah nong kalo pemahaman agama
mah emang ibu mah kurang begitu
paham nong, ya maklum lah dulunya
nggak sekolah terus nggak ada yang
ngajarin juga
Oh iya-iya pak, kalo selama ini ada
kendala nggak sih bagi ibu dalam
melaksanakan kewajiban?
Paling kendalanya kalo lagi males gitu
doang nong
Kenapa pak kalo lagi males?
Iyah kalo lagi males shalatnya kadang
ditinggal, kadang dijamak gitu nong
Oh gitu, menurut bapak hubungan ibu
dengan Allah seperti apa?
Allah kan emang Tuhan kita yah nong
yang wajib kita laksanakan segala
perintahnya kalo menurut bapak ibu mah
sebisa mungkin ngelaksanain gitu, kayak
abis shalat juga kan sering berdo’a sama
Allah, dzikir, shalawat dan yang lainnya
sebisa mungkin dikerjain
Kalo bentuk ibadah sunnah yang
sering ibu lakukan apa aja pak?
Apa yah kalo sunnahnya mah jarang sih
nong orang yang wajib aja masih kadang
dilaksanain kadang nggak nong, paling
kalo ada yang nggak punya uang gitu ibu
mah sering ngasih sedekah terutama buat
jajan cucunya nong meskipun ibu daper
uangnya juga dari hasil minta-minta tapi
kalo lagi ada uang lebih mah ngasih aja
nong
Oh gitu, cucunya udah ada berapa
pak?
Banyak nong cuman yang ada disini mah
2 orang cucu, yang lainnya mah pada
jauh-jauh nong rumahnya
Owalah gitu yah pak, pak makasih
banyak yah udah mau direpotkan ini,
udah mau membantu saya juga
Iyah nong sama-sama nong, saya nya
minta maaf ini gak bisa ngasih apa-apa
karena tidak sekolah dan
tidak ada yang
mengajarkan
Ketika sedang malas
informan terkadang
meninggalkan shalat
Informan sering berdo’a
kepada Allah, berdzikir
kepada Allah dan
bershalawat ketika setelah
shalat
Ibadah lain yang sering
dilakukan bersedekah
untuk anak-anak terutama
untuk cucunya
120
125
Gak papa pak saya juga gak bawa
apa-apa kesini, nanti buat sodaraan
aja pak, insyaAllah saya mampir
kesini lagi pak
Iyah nong, iyah jangan kapokan kalo
mau kesini kesini aja nong
Yaudah pak saya pamit pulang yah
pak Assalamua’laikum
Wa’alaikumsalam hati-hati nong
Pengkategorian dari Wawancara Significant Other Informan SH
Tentang Pengaruh Religiusitas terhadap Mentalitas Kerja
Pengemis
INTERPRETASI SUB KATEGORI KATEGORI
Informan mengemis semenjak kecelakaan
dan kakinya cacat (W/Buang: 17-23)
Memulai profesi
mengemis
Terbentuk mentalitas
kerja sebagai
pengemis Ketika ada orang yang membicarakan
pekerjaan informan, informan tidak pernah
menanggapi dan mengabaikan omongan
orang tersebut (W/Buang: 29-31)
Mentalitas kerja
sebagai pengemis
sudah tertanam dalam
diri
Sikap sehari-hari informan dengan keluarga
dan masyarakat baik-baik saja dan
hubungannya baik juga (W/Buang: 25-28)
Interaksi dengan
keluarga dan
masyarakat
berlangsung baik
Proses
perkembangan
religiusitas
Informan tidak pernah meninggalkan shalat
meskipun shalat diakhir waktu atau
menjamaknya (W/Buang: 39-41)
Muncul proses ritual
religiusitas dalam
pribadi informan
namun belum benar-
benar menghayati Ketika shalat membaca surat yang sudah
dihafal dari kecil
(W/Buang: 50-52)
Informan melaksanakan kewajiban puasa
ketika ramadhan (W/Buang: 42-47)
Ketika sedang malas informan terkadang
meninggalkan shalat (W/Buang: 75-80)
Informan sering berdo’a kepada Allah,
berdzikir kepada Allah dan bershalawat
ketika setelah shalat (W/Buang: 83-89)
Ibadah lain yang sering dilakukan
bersedekah untuk anak-anak terutama untuk
cucunya (W/Buang: 86-90)
Informan tidak bisa membaca al-qur’an dan
tidak mau belajar karena malu sudah tua
(W/Buang: 44-46)
Malu untuk belajar al-
Qur’an
Belum ada
penghayatan dalam
proses religiusitas
Informan mengikuti pengajian rutin setiap
hari selasa di Majelis Ta’lim karena jika
tidak mengaji menjadi omongan orang
(W/Buang: 58-60)
Mengikuti pengajian
hanya untuk
menghindari
pembicaraan orang
tidak atas dasar
kesadaran dan
membutuhkan ilmu
agama
Informan tidak begitu paham prihal agama
karena tidak sekolah dan tidak ada yang
mengajarkan (W/Buang: 62-65)
DOKUMENTASI
Tampak Depan Rumah Informan UH
Tampak Dalam Rumah Informan UH
Tampak Depan Rumah Informan TI
Tampak Depan Rumah Informan SH
Tampak Depan Majelis Ta’lim
Suasana Pengajian di Majelis
Ta’lim
Foto Bersama Informan TI
Foto Bersama Informan UH
Proses Wawancara Dengan Informan SH
Recommended