View
230
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
Rencana Kerja
2016
Balai
Besar
KS
DA
Jawa
Barat
w
Kementerian Lingkungan Hidup dan KehutananBalai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa BaratJl. Gedebage Selatan No. 117 RancasariTelp/Fax. (022) 7567715 Bandung 40295
1
KATA PENGANTAR
encana Kerja Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa
Barat Tahun 2016 disusun sebagai amanat dari Undang-undang Nomor
17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-undang Nomor
25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, serta
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah.
Renja BBKSDA Jawa Barat Tahun 2016 disusun dengan mengacu pada prioritas
pembangunan nasional dan pagu indikatif serta memuat kebijakan, program dan
kegiatan pembangunan kehutanan bidang perlindungan hutan dan konservasi
alam. Renja BBKSDA Jawa Barat Tahun 2016 disusun mengacu pada Rencana
Kerja Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Tahun
2016, Rencana Kerja Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup
dan Kehutanan serta Rencana Kerja Direktorat Jenderal Pengendalian
Perubahan Iklim. Rencana Kerja BBKSDA Jawa Barat sebagai pedoman dan
acuan dalam melaksanakan program, kegiatan dan anggaran
pembangunan kehutanan Bidang Konservasi Sumber Daya Alam dan
Ekositem Tahun 2016 di wilayah kerja BBKSDA Jawa Barat.
Renja BBKSDA Jawa Barat Tahun 2016 disusun sebagai bagian dari
upaya untuk meningkatkan kinerja dan akuntabilitas penyelenggaraan
pembangunan kehutanan bidang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem.
Dokumen perencanaan tahunan ini diharapkan dapat menjadi instrumen dalam
upaya-upaya pencapaian tujuan dan sasaran strategis Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan dari program pengelolaan kawasan konservasi dan
keanekaragaman hayati, beserta kegiatan dan indikator kinerja yang telah
ditetapkan.
Sejak penggabungan antara Kementerian Kehutanan dan
Kementerian Lingkungan Hidup menjadi Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, maka terjadi reorganisasi dalam tubuh kementerian. BBKSDA
R
2
Jawa Barat yang selama ini melaksanakan satu program yaitu Perlindungan
Hutan dan Konservasi Sumber Daya Alam maka sejak reorganisasi ini
mengemban 3 program yaitu Program Konservasi Sumber Dalam Alam dan
Ekosistem, Program Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan
serta Program Pengendalian Perubahan Iklim. Hal ini disebabkan ada tugas
fungsi Direktorat Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (ex Direktorat
Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam ) yaitu Penyidikan dan
Perlindungan Hutan yang setelah penggabungan kementerian masuk ke
Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
serta tugas fungsi Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan menjadi satu
dengan Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim.
Besar harapan kami bahwa Renja BBKSDA Jawa Barat Tahun 2016 ini
dapat benar-benar dipedomani dalam penyusunan rencana kerja dan anggaran,
sehingga apa yang menjadi tujuan dan sasaran strategis dapat tercapai dalam
rangka mewujudkan indikator kinerja BBKSDA Jawa Barat Tahun 2015-2019.
Dengan demikian, penyusunan Renja ini juga merupakan bagian dari upaya untuk
melaksanakan reformasi birokrasi dalam rangka mewujudkan tata kelola
kepemerintahan yang baik, dalam kerangka tertib perencanaan, tertib
pelaksanaan, tertib pemantauan, dan tertib pelaporan.
Kepada para pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan
dokumen perencanaan tahunan ini kami sampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan atas kesediaannya meluangkan waktu, tenaga dan pemikiran.
Bandung, Oktober 2015Kepala Balai Besar,
DR. Ir. Sylvana Ratina, M.Si,NIP. 196108131986032003
3
DAFTAR ISI
4
RINGKASAN EKSEKUTIF
Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.02/Menhut-
II/2007 tanggal 1 Pebruari 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis Konservasi Sumber Daya Alam. BBKSDA Jawa Barat mempunyai tugas
penyelenggaraan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dan
pengelolaan kawasan cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam, dan
taman buru, koordinasi teknis pengelolaan taman hutan raya dan hutan lindung
serta konservasi tumbuhan dan satwa liar di luar kawasan konservasi berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada Kabinet Kerja era
kepemimpinan Presiden Joko Widodo Kementerian Kehutanan digabungkan
bersama Kementerian Lingkungan Hidup menjadi Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan. Aspek legalitas BBKSDA Jawa Barat selaku Unit Pelaksana Teknis
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah diatur oleh Surat Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor : SK. 171/MenLHK-II/2015
tanggal 15 Juni 2015.
Sebagai konsekuensi penggabungan tersebut maka saat ini BBKSDA Jawa
Barat tetap menginduk pada Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam
dan Ekosistem (ex Ditjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Kementerian
Kehutanan) dan memiliki dua pembina teknis yaitu Ditjen Penegakan Hukum
Lingkungan Hidup dan Kehutanan dimana ex Direktorat Penyidikan dan
Perlindungan Hutan, Ditjen PHKA Kementerian Kehutanan bergabung di
dalamnya, serta Ditjen Pengendalian Perubahan Iklim dimana ex Direktorat
Pengendalian Kebakaran Hutan Ditjen PHKA Kementerian Kehutanan bergabung
di dalamnya.
BBKSDA Jawa Barat sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di daerah wajib mengikuti arah
kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Selanjutnya untuk menjalankan tugas pokok
5
dan fungsinya dengan baik, BBKSDA Jawa Barat menyusun Rencana Kerja (RENJA)
Tahun 2016, sebagai salah satu bentuk perencanaan pada tahun yang akan
berjalan.
Rencana Kerja Besar KSDA Jawa Barat Tahun 2016 disusun sebagai bagian
dari upaya untuk meningkatkan kinerja dan akuntabilitas penyelenggaraan
pembangunan kehutanan bidang Konservasi Sumber Daya Alam dan
Ekosistem (KSDAE), bidang Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (GAKKUM) dan bidang Pengenalian Perubahan Iklim (PPI) di
Provinsi Jawa Barat dan Banten. Dokumen perencanaan tahunan ini
diharapkan dapat menjadi instrumen dalam upaya-upaya pencapaian tujuan
dan sasaran strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dari
program pengelolaan kawasan konservasi dan keanekaragaman hayati,
beserta kegiatan dan indikator kinerja yang telah ditetapkan secara berjenjang.
Dengan demikian, penyusunan Renja ini juga merupakan bagian dari upaya untuk
melaksanakan reformasi birokrasi dalam rangka mewujudkan tata kelola
kepemerintahan yang baik, dalam kerangka tertib administrasi perencanaan,
tertib pelaksanaan, tertib pemantauan, dan tertib administrasi pelaporan.
Adapun sasaran strategis yang ingin dicapai Direktorat Jenderal PHKA
dalam kurun waktu 2015-2019, yaitu: (1) Terwujudnya peningkatan efektivitas
pengelolaan kawasan konservasi; (2) Terwujudnya peningkatan upaya konservasi
species, baik insitu maupun eksitu; (3) Terwujudnya pengembangan dan
diversifikasi pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar; (4) Terwujudnya
pengembangan pemanfaatan jasa lingkungan kawasan konservasi; (5)
Meningkatnya efektivitas sistem pencegahan, pemadaman, dan
penanggulangan dampak kebakaran hutan; (6) Meningkatnya efektivitas
pengamanan kawasan hutan, pengamanan hasil hutan, serta jaminan terhadap
hak-hak negara atas kawasan hutan; serta (7) Terwujudnya reformasi
birokrasi dan tata kelola kepemerintahan yang baik di lingkungan Direktorat
Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, dengan indikator kinerja
6
SAKIP Direktorat Jenderal PHKA dengan nilai minimal 78,00 (A) di tahun 2019.
Penyusunan Rencana Kerja tahun 2016 juga mengacu pada beberapa
Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup
yaitu(1) Penyelesaian tindak pidana LHK (P21) sebesar 75% dari kasus pidana yang
ditangani (2) Terwujudnya keamanan lingkungan dan hutan melalui peningkatan
ketaatan terhadap hukum lingkungan dan kehutanan, serta Sasaran Strategis
Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim yaitu : menurunnya luas areal
kebakaran hutan.
Pembiayaan pelaksanaan program dan kegiatan BBKSDA Jawa Barat pada
tahun 2016, sebagaimana pagu indikatif tahun 2016, direncanakan sebesar
Rp.41.821.085.000- (Empat Puluh Satu Milyar Delapan Ratus Dua Puluh Satu Juta
Delapan Puluh Lima Ribu Rupiah).
Renja ini merupakan penjabaran tahun pertama dari Rencana Strategis
(Renstra) BBKSDA Jawa Barat, yang hingga saat ini penyusunannya masih mengacu
pada rancangan teknokratik. Walaupun Renstra yang diacu masih bersifat
tentatif, Renja ini tetap merupakan pedoman dan acuan dalam penyusunan
Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Tahun 2016.
7
BAB I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Upaya konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya berkaitan
erat dengan tercapainya tiga sasaran konservasi, yaitu: (1) Menjamin
terpeliharanya proses ekologis yang menunjang sistem penyangga kehidupan
bagi kelangsungan pembangunan dan kesejahteraan manusia; (2)
Menjamin terpeliharanya keanekaragaman sumber genetik dan tipe-tipe
ekosistemnya sehingga mampu menunjang pembangunan, ilmu pengetahuan,
dan teknologi yang memungkinkan pemenuhan kebutuhan manusia yang
menggunakan sumberdaya alam hayati bagi kesejahteraan; serta (3)
Mengendalikan cara-cara pemanfaatan sumber daya alam hayati sehingga
terjamin kelestariannya.
Agar upaya konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya dapat
berjalan pada arah yang benar, mencapai tujuan dan sasaran secara efektif dan
efisien, serta pencapaian multi manfaat sumberdaya alam hayati, maka diperlukan
pedoman dan acuan dalam melaksanakan program dan kegiatan pembangunan
kehutanan bidang PHKA tahun 2016 di seluruh unit kerja lingkup Direktorat
Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem.
BBKSDA Jawa Barat sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan di daerah wajib mengikuti arah kebijakan yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan. Selanjutnya untuk menjalankan tugas pokok dan fungsinya
dengan baik, BBKSDA Jawa Barat menyusun Rencana Kerja (RENJA) Tahun 2016,
sebagai salah satu bentuk perencanaan pada tahun yang akan berjalan.
Rencana Kerja Besar KSDA Jawa Barat Tahun 2016 disusun sebagai bagian
dari upaya untuk meningkatkan kinerja dan akuntabilitas penyelenggaraan
pembangunan kehutanan bidang Konnservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem
8
di Provinsi Jawa Barat dan Banten. Dokumen perencanaan tahunan ini diharapkan
dapat menjadi instrumen dalam upaya-upaya pencapaian tujuan dan sasaran
strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dari program
pengelolaan kawasan konservasi dan keanekaragaman hayati, beserta kegiatan
dan indikator kinerja yang telah ditetapkan secara berjenjang. Dengan demikian,
penyusunan Renja ini juga merupakan bagian dari upaya untuk melaksanakan
reformasi birokrasi dalam rangka mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang
baik, dalam kerangka tertib administrasi perencanaan, tertib pelaksanaan, tertib
pemantauan, dan tertib administrasi pelaporan.
Pedoman dan acuan dimaksud berupa Rencana Kerja (Renja) BBKSDA
Jawa Barat Tahun 2016 disusun mengacu pada Rencana Kerja Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Rencana Kerja Direktorat Jenderal Konservasi
Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Direktorat Jenderal Penegakan Hukum dan
Lingkungan Hidup dan Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Tahun
2016. Renja disusun sebagai amanat dari Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara, Undangundang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, serta Peraturan Pemerintah Nomor 20
Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah.
B. TUGAS DAN FUNGSI
BBKSDA Jawa Barat, dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor: P.02/Menhut-II/2007 tanggal 1 Pebruari 2007 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis Konservasi Sumber Daya Alam, masuk dalam tipe A
dengan kedudukan di Bandung, membawahi 3 (tiga) Bidang Wilayah yaitu Bidang
Wilayah I di Bogor, Bidang Wilayah II di Soreang dan Bidang Wilayah III di Ciamis,
serta 6 (enam) Seksi Konservasi Wilayah. Sedangkan yang berkedudukan di kantor
terdiri dari 1 Bagian Tata Usaha dengan 3 Sub Bagian dan 1 Bidang Teknis KSDA
dengan 2 seksi yang tergambarkan dalam struktur Organisasi sebagai berikut.
9
Gambar 1. Struktur Organisasi BBKSDA Jawa Barat
BBKSDA Jawa Barat mempunyai tugas menyelenggarakan Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan pengelolaan kawasan cagar
alam, suaka margasatwa, taman wisata alam dan taman buru, koordinasi teknis
pengelolaan taman hutan raya dan hutan lindung serta konservasi tumbuhan dan
satwa liar diluar kawasan konservasi berdasarkan perundang-undangan yang
berlaku.
Adapun fungsi yang diemban adalah :
1. Penataan blok, penyusunan rencana kegiatan, pemantauan dan evaluasi
2. Pengelolaan kawasan cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam,
dan taman buru, serta konservasi tumbuhan dan satwa liar di dalam dan di
luar kawasan konservasi;
3. Koordinasi teknis pengelolaan taman hutan raya dan hutan lindung;
4. Penyidikan, perlindungan dan pengamanan hutan, hasil hutan dan
tumbuhan dan satwa liar di dalam dan di luar kawasan konservasi;
10
5. Pengendalian kebakaran hutan;
6. Promosi, informasi konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya;
7. Pengembangan bina cinta alam serta penyuluhan konservasi sumberdaya
alam hayati dan ekosistemnya;
8. Kerja sama pengembangan konservasi sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya serta pengembangan kemitraan;
9. Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan konservasi;
10. Pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan dan pariwisata alam;
11. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
C. PROGRAM DAN KEGIATAN
Sesuai dengan tugas dan fungsinya, Direktorat Jenderal Konservasi
Sumber Daya Alam dan Ekosistem menetapkan beberapa arah kebijakan, yaitu (1)
Mengembangkan dan meningkatkan efektivitas pengelolaan kawasan konservasi;
(2) Meningkatkan upaya-upaya konservasi species yang dibarengi dengan
diversifikasi pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar; (3) Mengembangkan
pemanfaatan jasa lingkungan kawasan konservasi; (4) Meningkatkan efektivitas
pengendalian kebakaran hutan; (5) Meningkatkan efektivitas pengamanan
kawasan hutan; serta (6) Mewujudkan reformasi birokrasi dan tata kelola
kepemerintahan yang baik di lingkungan Direktorat Jenderal PHKA.
Sasaran strategis yang ingin dicapai Direktorat Jenderal PHKA dalam
kurun waktu 2015-2019, yaitu: (1) Terwujudnya peningkatan efektivitas
pengelolaan kawasan konservasi; (2) Terwujudnya peningkatan upaya konservasi
species, baik insitu maupun eksitu; (3) Terwujudnya pengembangan dan
diversifikasi pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar; (4) Terwujudnya
pengembangan pemanfaatan jasa lingkungan kawasan konservasi; (5)
11
Meningkatnya efektivitas sistem pencegahan, pemadaman, dan penanggulangan
dampak kebakaran hutan; (6) Meningkatnya efektivitas pengamanan kawasan
hutan, pengamanan hasil hutan, serta jaminan terhadap hak-hak negara atas
kawasan hutan; serta (7) Terwujudnya reformasi birokrasi dan tata kelola
kepemerintahan yang baik di lingkungan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan
dan Konservasi Alam, dengan indikator kinerja SAKIP Direktorat Jenderal PHKA
dengan nilai minimal 78,00 (A) di tahun 2019.
Dalam rangka mewujudkan pencapaian sasaran-sasaran strategis
sebagaimana diuraikan di atas, Direktorat Jenderal PHKA melaksanakan Program
Pengelolaan Hutan Konservasi dan Keanekaragaman Hayati. Sasaran dari program
tersebut adalah kawasan konservasi dan keanekaragaman hayati berperan
signifikan sebagai penyangga ketahanan ekologis, penggerak ekonomi, serta
pengungkit martabat bangsa dalam pergaulan global.
Sebagai penjabaran dari Program kerja Ditjen PHKA, maka BBKSDA Jawa
Barat diamanatkan untuk melaksanakan kegiatan Kegiatan Pengelolaan
Konservasi Sumber Daya Alam. Sasaran kegiatan tersebut adalah meningkatnya
efektivitas upaya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya,
kapasitas kelembagaan pengelola kawasan konservasi dan ekosistem esensial,
serta meningkatnya dukungan dari para pemangku kepentingan.
Indikator kinerja kegiatan (IKK), lokasi target pencapaian kinerja, serta
komponen (tahapan/bagian dari proses pencapaian keluaran) dari Kegiatan
Pengelolaan Konservasi Sumber Daya Alam, diuraikan sebagai berikut:
Tabel 1. Indikator Kinerja Kegiatan, Kinerja Kegiatan PengelolaanKonservasi Sumber Daya Alam Lingkup Ditjen Konservasi SumberDaya Alam dan Ekosistem
NO. IKK dan TARGET KINERJA
1. Beroperasinya KPH Konservasi pada kawasan konservasi non taman nasional
2. Tersusunnya dokumen perencanaan pengelolaan kawasan konservasi(RP/Zonasi/Blok)
3. Terbentuknya kawasan ekosistem esensial
12
NO. IKK dan TARGET KINERJA4. Pemulihan ekosistem kawasan konservasi yang terdegradasi
5. Terlaksananya pembinaan daerah penyangga kawasan konservasi
6. Peningkatan populasi 25 species yang terancam punah menurut IUCN Red Listof Threatened Species (2%)
7. Tersertifikasinya penangkar yang melakukan peredaran tumbuhan dansatwa liar ke luar negeri
8. Bertambahnya jumlah jenis satwa liar yang dikembangbiakkan padalembaga konservasi dari baseline tahun 2013
9. Meningkatnya nilai ekspor pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar sertabioprospecting
10. Meningkatnya kontribusi PNBP dari pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar
11. Meningkatnya kontribusi PNBP dari pengusahaan jasa lingkungan
12. Meningkatnya pengusahaan pariwisata alam dari baseline tahun 2013
13. Beroperasinya usaha pemanfaatan jasa lingkungan air
14. Tercapainya registrasi dan sertifikasi Verified Carbon Standard (VCS) atauClimate Community and Biodiversity Alliance (CCBA) REDD+ pada kawasankonservasi
15. TersedianyaKaderKonservasi (KK), Kelompok Pecinta Alam (KPA), KelompokSwadaya Masyarakat/Kelompok Profesi (KSM/KP) yang berstatus aktif
16. Penurunan jumlah hotspot pada kawasan hutan di Pulau Sumatera,Kalimantan dan Sulawesi dari toleransi maksimum tahun2014
17. Penurunan luas Kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam yang terbakar diPulau Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi dari toleransi maksimal tahun2014
18. Peningkatan kapasitas SDM pengendalian kebakaran hutan
19. Terbentuknya brigade pengendalian kebakaran hutan pada kesatuanpengelolaan hutan (KPH) di Pulau Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi
20. Terjaminnya penanganan dan penyelesaian perkara tindak pidana kehutanansebanyak minimal 75 kasus per tahun
21. Terjaminnya pelaksanaan pengamanandanpenindakan terhadap gangguandan ancaman bidang kehutanan pada unit pelaksana teknis DirektoratJenderal PHKA (15 lokasi)
22. Terpenuhinyastandarminimum sarana dan prasarana pengamanan hutanpada unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal PHKA dan Brigade SPORC
23. Peningkatan kapasitas sumberdayamanusiadibidang pengamanan hutan
24. SAKIP Direktorat Jenderal PHKA dengan nilai minimal 78,00 (A) ditahun 2019
13
BAB II. CAPAIAN KINERJA SAMPAI DENGAN TAHUN 2014 DAN PROGNOSIS
CAPAIAN KINERJA TAHUN 2015
A. CAPAIAN KINERJA S/D TAHUN 2014
Capaian kinerja pelaksanaan pembangunan kehutanan bidang PHKA
pada BBKSDA Jawa Barat yang didasarkan pada pengukuran capaian kinerja
sasaran strategis merupakan hasil pengukuran terhadap dokumen Penetapan
Kinerja BBKSDA Jawa Barat Tahun 2014. Terdapat enam belas indikator sasaran
yang juga menggambarkan kinerja outcome BBKSDA Jawa Barat Tahun 2014.
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja yang ditetapkan dalam dokumen
penetapan kinerja BBKSDA Jawa Barat, capaian kinerja masing-masing sasaran
strategis/outcome tahun 2014 adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Capaian Kinerja Tahun 2014
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Kategori
Menurunnyakejadian konflik dantekanan terhadapkawasan konservasi
Konflik dan tekananterhadap kawasankonservasi (CA, SM,dan TB) menurun
1% 1% 100 Sangatbaik
Meningkatnyaefektifitaspengelolaanekosistem esensialsebagai daerahpenyangga
Pengelolaanekosistem esensialsebagai daerahpenyanggameningkat
2% 2% 100 Sangatbaik
Meningkatnyapendapatanmasyarakat sekitarkawasan konservasi
Pendapatanmasyarakat sekitarkawasan konservasimeningkat
6% 6,96% 116 Sangatbaik
Meningkatnyapopulasi jenisterancam punah
Populasi speciesutama yangterancam punahmeningkat sesuaiketersediaanhabitat
0,6% 24% 150 Sangatbaik
14
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Kategori
Meningkatnyapenangkaran danpemanfaatankeanekaragamanhayati
Usaha penangkaran danpemanfaatankeanekaragamanhayati secara lestarimeningkat
1% 18% 150 Sangatbaik
Kasus tindak pidanakehutanan tahunberjalan dapatterselesaikan
Persentaseterselesaikannyapenanganan kasustindak pidanakehutanan (illegallogging,perambahan,perdagangan TSLillegal,penambangan illegal
15% 72,7% 150 Sangatbaik
Tunggakan kasustindak pidanakehutanan dapatterselesaikan
Terselesaikannyatunggakan kasustindak pidanakehutanan
5% 33,3% 150 Sangatbaik
Terselesaikannyakasus perambahanhutan konservasi
Kasus hukumperambahankawasankonservasiterselesaikan
4% 5,1% 130 SangatBaik
Menurunnyakawasan hutankonservasi yangterbakar
Persentasemenurunnyaluasan kawasanhutankonservasi yangterbakar
10% 0% 0 Kurangbaik
Meningkatnyapengusahaanpariwisata alamyang diikutidenganpeningkatan PNBP
PenerimaanNegara BukanPajak (PNBP) dibidangpariwisata alammeningkat
20% 109% 150 Sangatbaik
Meningkatnyaperan serta KaderKonservasi,Kelompok PecintaAlam, danKelompokSwadayaMasyarakat
KK, KPA, danKSM yang dapatdiberdayakanmeningkat
2% 2,2% 110 Sangatbaik
Meningkatnyapengembanganpromosi,informasi dan jasalingkungan
Pengembanganpromosi,informasikonservasisumberdayaalam
1Kegiatan
1kegiatan
100 Sangatbaik
15
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Kategori
Meningkatnyakapasitaskelembagaandengan klasifikasilengkap
Kapasitaskelembagaandenganklasifikasilengkapmeningkat
1kegiatan
1kegiatan
100 Sangatbaik
Tersusunnyaprogram dananggaran sertalaporan evaluasidan keuangan
Program dananggaran sertalaporan evaluasidan keuangantersusun
1kegiatan
1kegiatan
100 Sangatbaik
Meningkatnyaprofesionalismetenaga fungsionalPOLHUT, PEH, danPenyuluhKehutanan
ProfesionalismetenagafungsionalPOLHUT, PEHdan PenyuluhKehutananmeningkatmelaluipendidikan,pelatihan danpenugasan 1orang/tahun.
1 orang 1 orang 100 Sangatbaik
Rata-Rata Pencapaian Sasaran 113,73Sangat
baik
Berdasarkan hasil pengukuran capaian kinerja, dari 15 (lima belas)
sasaran yang telah ditetapkan, 14 (empat belas) di antaranya meraih kinerja
sangat baik dengan persentase capaian kinerja > 100%. Sementara 1 (satu) sasaran
lainnya memiliki presentase capaian kinerja di bawah 55% sehingga berkinerja
kurang baik. Artinya, terdapat 1 (satu) sasaran yang tidak dapat dicapai pada tahun
2014. Dengan rata-rata capaian kinerja untuk seluruh sasaran sebesar 113,73%,
menunjukkan bahwa kinerja BBKSDA Jawa Barat dalam mewujudkan tujuan dan
sasaran organisasi secara umum telah berjalan dengan baik. Berikut ini penjelasan
terkait pencapaian masing-masing sasaran.
16
Sasaran 1. Kejadian konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasimenurun 1%
Konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi masih kerap
terjadi. Hal ini tentunya memberikan dampak yang cukup serius terhadap
upaya perlindungan tumbuhan dan satwa liar beserta ekosistemnya secara in-
situ. Kejadian seperti perambahan kawasan merupakan contoh klasik konflik
dan tekanan terhadap kawasan konservasi.
Faktor penyebabnya sendiri sangat kompleks, tetapi pada umumnya
disebabkan oleh faktor ekonomi dan sosial kemasyarakatan seperti relatif
masih rendahnya tingkat pendapatan dan pendidikan masyarakat di sekitar
kawasan konservasi serta rendahnya kesadartahuan masyarakat akan
pentingnya kawasan konservasi. Di samping itu, masih lemahnya penegakan
hukum terhadap pelaku juga menjadi faktor lain yang menyebabkan masih
maraknya aktivitas illegal di kawasan konservasi.
Legalitas kawasan konservasi yang dikelola BBKSDA Jawa Barat juga
menjadi salah satu faktor pemicu konflik dan tekanan terhadap kawasan
konservasi. Sebagian kawasan konservasi masih dalam status penunjukkan
yang ditandai belum adanya kejelasan mengenai tata batas ataupun tata batas
yang belum temu gelang. Hal tersebut seringkali menjadi titik lemah para
petugas di lapangan dalam mengatasi konflik tenurial.
Secara khusus, kejadian konflik dan tekanan terhadap kawasan
konservasi lingkup BBKSDA Jawa Barat didominasi oleh aktivitas perambahan
kawasan. Pada tahun 2014, secara keseluruhan terdapat 14 (empat belas)
kawasan konservasi yang mengalami konflik dan tekanan utamanya berupa
perambahan kawasan. Keempat belas kawasan tersebut adalah Suaka
Margasatwa (SM) Cikepuh, CA Gunung Simpang, CA Gunung Tilu, CA
Kamojang, CA Papandayan, TWA Pulau Sangiang, TWA Carita, CA Rawa Danau,
TWA Gunung Pancar, TWA Cimanggu, CA Leuweung Sancang, Taman Buru (TB)
Masigit Kareumbi, CA Tukung Gede, dan SM Gunung Sawal. Kawasan
17
konservasi terakhir yang disebutkan (SM Gunung Sawal) merupakan kawasan
yang semula di dalamnya tidak terdapat perambahan. Namun semenjak areal
petak 67 seluas 68,76 ha yang semula dikelola oleh Perhutani dan digunakan
oleh masyarakat (untuk lahan pertanian, perkebunan, dan pemukiman)
diserahkan pengelolaannya ke BBKSDA Jawa Barat, maka areal tersebut
dianggap sebagai perambahan.
Untuk mengatasi kejadian konflik dan tekanan terhadap kawasan
konservasi yang dikelola BBKSDA Jawa Barat, pada tahun 2014 telah
dilaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.
1. Pengelolaan kawasan berbasis resort, dengan jumlah anggaran sebesar Rp.
2.917.215.000,-. Kegiatan ini ditekankan pada beberapa aspek pengelolaan
kawasan konservasi, di antaranya pengecekan/pemeliharaan pal batas
kawasan;
2. Monitoring dan evaluasi kerjasama pengelolaan kawasan, dengan jumlah
anggaran sebesar Rp. 56.960.000,-.
3. Penyusunan rencana pengelolaan kawasan di TWA Papandayan, dengan
jumlah anggaran sebesar Rp.59.605.000,-.
4. Penataan blok pengelolaan kawasan di TWA Linggarjati, dengan jumlah
anggaran sebesar Rp.43.435.000,-.
5. Restorasi kawasan konservasi, termasuk di dalamnya monitoring dan evaluasi
rehabilitasi partisipatif, pengkayaan tanaman demplot rehabilitasi, pelatihan
monev rehabilitasi, dengan anggaran sebesar 244.280.000,-.
Total anggaran guna mendukung pencapaian sasaran ini sebesar
Rp3.321.495.000,- dengan realisasi sebesar Rp3.266.853.000,- (98,4%).
Di samping itu, pada tahun 2014 BBKSDA Jawa Barat telah melakukan
upaya percepatan penetapan kawasan konservasi lingkup BBKSDA Jawa Barat
yang tata batasnya telah temu gelang, mengingat legalitas kawasan juga
18
berperan penting meminimalisir konflik dan tekanan terhadap kawasan.
Hasilnya, pada tahun 2014 sebanyak 14 (empat belas) kawasan konservasi
telah ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan. Kawasan-
kawasan tersebut adalah:
1. CA Leuweung Sancang
2. TWA Sukayana
3. CA Sukawayana
4. CA Gunung Tilu
5. CA Tangkuban Parahu
6. TWA Tangkuban Parahu
7. SM Gunung Sawal
8. TWA Linggarjati
9. CA Gunung Jagat
10. CA Rawa Danau
11. CA Gunung Tukung Gede
12. SM Cikepuh
13. CA Cibanteng
14. CA Nusa Gede Panjalu
Berikut ini beberapa proses penyelesaian terhadap penanganan
konflik dan tekanan terhadap beberapa kawasan konservasi lingkup BBKSDA
Jawa Barat.
1. Di Suaka Margasatwa (SM) Cikepuh semula terdapat sekitar 300 ha
kawasan yang dirambah, saat ini sudah berkurang seluas 58 ha (19,3%).
2. Perambahan di CA Rawa Danau yang semula mencapai 851 ha, saat ini telah
berhasil ditangani seluas 28 ha (3,29%).
3. Perambahan di TB Masigit Kareumbi yang semula seluas 3 ha, berhasil
ditangani seluas 2,42 ha (80,67%).
Informasi tersebut di atas menunjukkan bahwa upaya-upaya yang
dilakukan oleh BBKSDA Jawa Barat untuk mengurangi konflik dan tekanan
19
terhadap kawasan konservasi telah memperlihatkan hasil, walaupun belum
optimal. Dari total tekanan kawasan konservasi berupa perambahan seluas
1.723,68 ha, berhasil ditangani seluas 88,42 ha (5,1%).
Dengan melihat kondisi saat ini (yang mengindikasikan bahwa jumlah
konflik dan tekanan terhadap kawasan sudah berkurang dilihat dari jumlah
luasan perambahan dan penyelesaian kasus lainnya), maka indikator konflik
dan tekanan terhadap kawasan konservasi dapat dilhat dari indikator
berkurangnya luas kawasan konservasi yang dirambah, dari semula 1.723,68
ha turun menjadi 1.635,26 ha. Dengan demikian, target pencapaian sasaran
sebesar 1% berhasil dicapai. Oleh karena itu, persentase pencapaian sasaran
adalah sebesar 100%.
Sasaran 2. Pengelolaan eksosistem esensial sebagai daerah penyanggameningkat 2%
Upaya pengelolaan ekosistem esensial menjadi salah satu perhatian
dalam isu pembangunan yang berkeadilan. Intruksi Presiden RI No 3 Tahun
2010 tentang Program Pembangunan yang berkeadilan mengamanatkan
untuk meningkatkan pengelolaan dan pendayagunaan ekosistem esensial
sebagai sistem penyangga kehidupan melalui program konservasi
keanekaragaman hayati dan perlindungan.
Menjawab Instruksi Presiden RI tersebut, BBKSDA Jawa Barat telah
menginisiasi pengelolaan kawasan ekosistem esensial di tiga lokasi,
sebagaimana terlihat pada Tabel 5 berikut ini.
20
Tabel 3. Kawasan Ekosistem Esensial lingkup BBKSDA Jabar
No.Nama Kawasan
EELokasi Potensi EE
Luas(Ha)
1 Mangrove BulakSetra
Desa BabakanKec. PangandaranKab. Pangandaran
HutanMangrove danhutan pantai
17
2 Pelestarian PenyuBatu Hiu
Desa CiliangKec. ParigiKab. Pangandaran
Hutan Pantai,panjang pantai 70Km dengan lebar50 m
7
3 Karst CukangTaneuh
Desa Batukaras danDesa KertayasaKec. CijulangKab. Pangandaran
Hutan Pantai yangberada di LahanKarst
52
Berbagai upaya untuk membangun dan mengelola kawasan
ekosistem esensial ini telah dilakukan bersama dengan stakeholders, terutama
Pemerintah Daerah setempat. Beberapa jenis kegiatan yang telah
dilaksanakan dari awal sampai saat ini antara lain:
Identifikasi, Inventarisasi dan Validasi data Ekosistem;
Sosialisasi dan Koordinasi Pengelolaan Ekosistem Esensial;
Penyusunan Kesepakatan Pengelolaan Ekosistem Esensial;
Pembentukan Forum;
Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Ekosistem Essensial;
Rapat Koordinasi Pengelolaan Ekosistem Essensial;
Bantuan Biaya Pemeliharaan Sarana Penangkaran dan pakan tukik;
Penyusuanan Rencana Aksi Pengelolaan Eksosistem Esensial di Kab.
Pangandaran.
Pada akhirnya, pengelolaan ekosistem esensial harus menjadi concern
semua pihak, utamanya pemerintah daerah setempat karena ekosistem
esensial yang telah ditunjuk berada di luar kawasan konservasi. Namun
demikian, sinergi dengan Kementerian Kehutanan cq BBKSDA Jawa Barat perlu
terus ditingkatkan, khususnya dalam menjalankan Rencana Aksi Pengelolaan
Eksosistem Esensial di Kab. Pangandaran untuk mendukung terwujudnya
21
ekosistem esensial sebagai sistem penyangga kehidupan sebagaimana
diamanatkan oleh Intruksi Presiden RI No 3 Tahun 2010.
Walaupun pada tahun 2014 tidak tersedia anggaran untuk sasaran ini
(karena mengalami penghematan), dengan melihat proses yang sudah
berjalan dengan baik dan concern dari semua pihak, maka target yang telah
dibebankan pada sasaran kedua ini sebesar 2% dapat tercapai. Dengan
demikian, persentase pencapaian sasaran untuk kegiatan ini adalah 100%.
Sasaran 3. Pendapatan masyarakat sekitar kawasan konservasi meningkat 6%
Fungsi kawasan konservasi sebagai perlindungan perlindungan sistem
penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan
satwa beserta ekosistemnya, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya, saat ini menghadapi ancaman yang sangat
serius. Betapa tidak, hutan konservasi yang merupakan benteng terakhir
hutan di Indonesia, ternyata belum lepas dari berbagai aktivitas ilegal seperti
perambahan, pembalakan liar, perburuan satwa liar, dan sebagainya.
Kondisi masyarakat sekitar kawasan konservasi yang pada umumnya
adalah petani tradisional dengan beberapa karakteristik seperti lemah dari sisi
ekonomi, pengetahuan, keterampilan, serta memiliki akses terbatas terhadap
permodalan, informasi, dan teknologi semakin menempatkan kawasan
konservasi pada posisi yang sulit. Masih tingginya tingkat ketergantungan
masyarakat terhadap kawasan konservasi menyebabkan masyarakat kerap
kali melakukan interaksi negatif dengan kawasan konservasi untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka. Sebagai contoh, sebagian masyarakat
menggunakan kawasan konservasi sebagai area bercocok tanam, mengambil
kayu sebagai bahan bakar dan bahan bangunan, ataupun menebang kayu
hanya untuk kegiatan berladang. Jika kegiatan tersebut tidak dihentikan, akan
semakin memperparah kerusakan kawasan konservasi.
22
Menjawab kondisi masyarakat tersebut di atas, BBKSDA Jawa Barat
telah melakukan berbagai upaya di antaranya dengan membentuk Model Desa
Konservasi dengan Grand Design baru. Dalam hal ini MDK dijadikan sebagai
instrumen dalam penanganan permasalahan kawasan konservasi melalui
pendekatan sosial. Hal ini dikarenakan pendekatan yang bersifat represif
dirasakan belum dapat mengatasi permasalahan kawasan secara optimal.
Pada tahun 2013, melalui proyek ICWRMIP (hibah dari Asian
Development Bank) berhasil dibentuk 12 MDK yang masing-masing memiliki
Master Plan untuk rencana kegiatan kelompok lima tahun kedepan (termasuk
di dalamnya kegiatan usaha ekonomi produktif) dan masing-masing diberikan
bantuan modal sebesar Rp100.000.000,-. Masing-masing desa juga
mendapatkan pendampingan dari para fasilitator desa serta berbagai jenis
pelatihan untuk meningkatkan keterampilan masyarakat.
Pada tahun 2014, sesuai dengan komitmen dari ADB, melalui proyek
ICWRMIP akan diberikan modal tahap kedua sebesar Rp75.000.000,- kepada
masing-masing desa. Sebelum bantuan tersebut diberikan, telah dilakukan
monitoring dan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana kegiatan MDK
berlangsung ditinjau dari aspek administrasi, teknis, maupun kelembagaan.
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi, hanya ada 10 (sepuluh) desa yang
masih layak untuk diberikan bantuan modal lebih lanjut. Sementara 1 (satu)
desa menolak bantuan yang akan diberikan dan 1 (satu) desa dianggap tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap kawasan (sehingga tidak diberi bantuan
tahap kedua). Sepuluh MDK yang mendapatkan bantuan tahap kedua, juga
mendapatkan pendampingan dari fasilitator desa serta bimbingan teknis dari
BBKSDA Jawa Barat. Jumlah anggaran yang tersedia untuk kegiatan MDK ini
sebesar Rp1.625.000.000,- dengan realisasi sebesar Rp1.151.845.000,-
(70,88%).
23
Selain itu, melalui anggaran yang berasal dari APBN telah dibentuk
sebanyak 6 (enam) MDK. Keenam MDK ini juga dibimbing untuk menyusun
master plan serta menjalani beberapa pelatihan untuk menguatkan
kelembagaan dan kemampuan teknis mereka. Seperti halnya MDK yang
dibentuk dari proyek ICWRMIP, keenam MDK ini juga mendapatkan bantuan
modal sebesar Rp45.000.000,-.
Melalui anggaran yang berasal dari APBN, juga telah dilakukan
monitoring dan evaluasi pemberdayaan masyarakat yang difokuskan pada
peningkatan pendapatan masyarakat sebagai dampak kegiatan
pemberdayaan masyarakat yang telah dilaksanakan. Monev mengacu pada
Instrumen Pendapatan Masyarakat di Daerah Penyangga Kawasan Konservasi
yang diterbitkan oleh Direktorat Kawasan Konservasi dan Bina Hutan Lindung.
Dalam petunjuk tersebut, jumlah desa yang dijadikan sampel minimal
sebanyak 1 (satu) desa. Namun demikian, BBKSDA Jawa Barat mencoba untuk
menggali pendapatan masyarakat di 12 (dua belas) desa yang telah diberikan
bantuan modal. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak semua desa yang dimonev
dapat tergambarkan peningkatan penghasilannya. Hal ini dikarenakan
beberapa usaha produktif di beberapa desa belum berjalan sebagaimana
mestinya. Sementara beberapa desa sudah dapat diukur peningkatan
penghasilannya sebagaimana terlihat pada Tabel 4 berikut ini.
24
Tabel 4. Hasil Monev Pendapatan Masyarakat
No Nama Desa MDKPopulasi(Orang)
JumlahKK
Rata-RataPendapatan
(Rp)
PeningkatanPendapatan
(Rp)
PersentasePeningkatan
(%)
1 Tanjungwangi 5.602 1.629 970.000 79.250 8,2
2 Jayagiri 18.701 4.683 1.826.000 92.875 5,1
3 Pasanggrahan 2.334 666 1.352.000 120.000 8,9
4 Sakambang 1.630 485 1.425.000 96.000 6,74
Rerata 1.393.250 97.031,25 6,96
Ket: Rerata yang ditampilkan merupakan rerata kelompok
Berdasarkan Tabel 4 di atas, rata-rata pendapatan meningkat sebesar
Rp97.031 atau meningkat sebesar 6,96%. Peningkatan pendapatan sebesar
6,96% tersebut dicapai melalui usaha produktif yang telah dijalankan oleh
anggota kelompok MDK. Sebagai contoh, kelompok MDK Pasanggrahan telah
berhasil meningkatkan pendapatan mereka melalui usaha pembuatan gula
aren. Sedangkan di Desa Sakambang, anggota kelompok menekuni usaha
pembuatan kerajinan dari bambu.
Dengan melihat hasil monev tersebut yang menunjukkan bahwa
pendapatan masyarakat meningkat sebesar 6,96%, maka target sebesar 6%
terlampaui. Dengan demikian, capaian untuk sasaran ini sebesar 116%.
Adapun total anggaran yang tersedia untuk sasaran ini sebesar
Rp2.232.760.000,- dengan realisasi sebesar Rp1.733.495.000,- (77,64%).
Sasaran 4. Populasi jenis terancam punah meningkat sesuai ketersediaanhabitat sebesar 0,6%
Keanekaragaman hayati merupakan kekayaan alam yang tak ternilai
harganya. Indonesia dikenal sebagai negara Biodiversity karena memiliki
potensi keanekaragaman hayati yang tinggi. Kondisi ini salah satunya dapat
25
dilihat di Provinsi Jawa Barat dan Banten yang memiliki flora dan fauna khas
bahkan beberapa jenis endemik. Namun sampai saat ini ketersediaan data
base kawasan dalam hal potensi flora dan fauna masih sangat kurang. Hampir
seluruh kawasan konservasi di Provinsi Jawa Barat dan Banten belum memiliki
data mengenai potensi flora dan fauna yang terbaru (up to date).
Pada tahun 2014, telah dilakukan beberapa jenis kegiatan untuk
mengungkap potensi flora dan fauna serta pembinaan habitat satwa yang
berada di kawasan konservasi lingkup BBKSDA Jawa Barat, yaitu:
1. Monitoring potensi owa jawa di CA Gunung Tilu, CA Leuweung Sancang, dan
CA Burangrang;
2. Monitoring potensi elang jawa di CA/TWA Tangkuban Parahu, CA/TWA
Kamojang, dan SM Gunung Sawal;
3. Identifikasi home range elang jawa di TWA Talaga Warna;
4. Pembinaan Habitat Penyu di SM. Cikepuh, SM. Sindang Kerta dan TWA. Pulau
Sangiang;
5. Fasilitasi Pelestarian Penyu di Pantai Batu Hiu.
Adapun alokasi anggaran untuk seluruh kegiatan tersebut adalah
sebesar Rp271.930.000,- dengan realisasi anggaran sebesar Rp.264.630.000,-
(97,32%) .
Penghitungan peningkatan populasi satwaliar terancam punah yang
menjadi indikator kinerja BBKSDA Jawa Barat difokuskan pada jenis Owa jawa
(Hylobatesh moloch) di CA Gunung Tilu dan Elang jawa (Spizaetus bartelsii) di
CA/TWA Talaga Warna. Berikut jumlah populasi jenis tersebut tahun 2010-
2014 seperti dapat terlihat pada Tabel 5 berikut ini.
26
Tabel 5. Estimasi Populasi Owa Jawa dan Elang Jawa Tahun 2010-2014
Jenis Satwa 2010 2011 2012 2013 2014
Owa jawa di CA Gunung Tilu 25 16 26 26 31
Elang jawa di CA/TWA TalagaWarna
8 23 20 20 20
Apabila dibandingkan dengan tahun awal 2010, pada tahun 2014
populasi owa jawa naik sebesar 24%. Sedangkan populasi elang jawa pada
tahun 2014 telah mengalami peningkatan sebesar lebih dari 100%
dibandingkan tahun 2010, walaupun mengalami penurunan jika dibandingkan
dengan tahun 2011. Dengan demikian, persentase pencapaian sasaran adalah
sebesar 150% dengan serapan anggaran sebesar 97,32%.
Keberhasilan pencapaian sasaran ini tidak terlepas dari terpantau
serta terjaganya kawasan tersebut sehingga masih dapat memberikan daya
dukung yang optimal bagi perkembangan populasi kedua jenis satwa
terancam punah tersebut.
Sasaran 5. Penangkaran dan pemanfaatan keanekaragaman hayati meningkatsebesar 1%
Keberhasilan kegiatan konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya tidak terlepas dari bagaimana mengendalikan cara-cara
pemanfaatannya untuk menjamin terpeliharanya keanekaragaman sumber
daya genetik dan ekosistemnya. Dalam memanfaatkan TSL harus selalu
memegang prinsip menghindari bahaya kepunahan atau menghindari
penurunan potensi pertumbuhan populasinya atara lain melalui kegiatan
penangkaran.
Kegiatan penangkaran sebagai salah satu upaya pemanfaatan TSL
merupakan kegiatan perbanyakan melalui pengembangbiakan dan
pembesaran TSL dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya. Untuk
27
mewujudkan peningkatan pemanfaatan dan penangkaran keanekaragaman
hayati secara lestari, beberapa kegiatan berikut ini telah dilakukan, yaitu:
1. Pembinaan teknis penangkaran TSL;
2. Workshop penangkaran TSL;
3. Pembinaan teknis pengedar TSL;
4. Pengelolaan demplot penangkaran penyu semi alamiah di SM Cikepuh dan
SM Sindangkerta;
5. Penanganan gangguan satwa liar.
Anggaran untuk melaksanakan seluruh kegiatan tersebut dialokasikan
sebesar Rp346.960.000,- dengan realisasi sebesar Rp344.330.000,- (99,24%).
Kegiatan-kegiatan tersebut di atas, utamanya pembinaan teknis
penangkaran dan pembinaan teknis pengedar TSL telah memberikan
pengaruh signifikan terhadap perkembangan penangkar yang terdaftar di
BBKSDA Jawa Barat. Hal tersebut dapat dilihat pada trend peningkatan jumlah
penangkar dari tahun ke tahun seperti dapat terlihat pada Gambar 2 berikut
ini.
Berdasarkan Gambar 2 tersebut di atas, terjadi peningkatan jumlah
penangkar dari tahun 2013 ke tahun 2014 sebanyak 19 penangkar atau
28
sebesar 18%. Dengan demikian, target peningkatan jumlah penangkar sebesar
1% berhasil terlampaui sehingga capaian realisasi sasaran sebesar 150%
dengan serapan anggaran sebesar 99,24%.
Sasaran 6. Kasus tindak pidana kehutanan tahun berjalan dapat terselesaikansebesar 15%
Dalam rangka meningkatkan upaya perlindungan dan pengamanan di
dalam maupun di luar kawasan konservasi, BBKSDA Jawa Barat melaksanakan
berbagai jenis kegiatan di antaranya:
1. Pengumpulan bahan dan keterangan;
2. Kegiatan intelejen;
3. Operasi pengamanan kawasan;
4. Pemeliharaan sarana prasarana pengamanan hutan;
5. Penyelesaian kasus tindak pidana bidang kehutanan;
6. Koordinasi pengamanan hutan lingkup BBKSDA Jawa Barat;
7. Penyusunan rencana penanganan perambahan.
Kegiatan operasi pengamanan ini dilaksanakan oleh Bidang
Wilayah/Seksi Wilayah dan disupervisi oleh Bidang Teknis KSDA, baik berupa
operasi rutin, gabungan maupun operasi intelejen. Keseluruhan kegiatan yang
berkaitan dengan pengamanan serta penyelesaian kasus tindak pidana
kehutanan mendapat porsi anggaran pada tahun 2014 sebesar
Rp1.588.260.000,- dengan realisasi anggaran sebesar Rp1.292.035.000,-
(82,42%).
Selama tahun 2014 BBKSDA Jawa Barat telah melaksanakan kegiatan
intelejen di wilayah kerja yang meliputi Provinsi Jawa Barat dan Banten.
Disamping itu juga dilaksanakan pengumpulan bahan dan keterangan
29
(pulbaket) dari kegiatan operasi intelijen dan hasil pengecekan di lapangan.
Kegiatan Operasi Intelejen dan Pulbaket dilaksanakan antara lain di CA Gunung
Simpang, CA Takokak, CA/TWA Patengan, CA Gunung Jagat, dan beberapa
lokasi eksitu. Dari kegiatan tersebut dapat diperoleh bukti-bukti kejahatan
kehutanan dan diharapkan dapat menggiring para pelaku kejahatan
kehutanan ke Pengadilan.
Berdasarkan register perkara TIPIHUT tahun 2014 tercatat ada 11
(sebelas) kasus tindak pidana kehutanan terdiri atas 5 (lima) kasus pencurian
kayu, 1 (satu) kasus pencurian kulit kayu sulibra, 3 (tiga) kasus illegal trading
TSL, dan 2 (dua) kasus pembakaran hutan. Kondisi penyelesaian kasus tahun
2014 dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini.
Tabel 6. Penanganan Kasus Pelanggaran Kehutanan Tahun 2014
No.Jenis
PelanggaranJumlahKasus
Kondisi Saat Ini
Penyelidikan/Penyidikan
P21 Vonis
1 Illegal logging 5 1 3 1
2 Illegal trading 3 - 1 2
3 Pencurian kulit kayu 1 - 1 -
4 Pembakaran hutan 2 2 - -
JUMLAH 11 3 5 3
Berdasarkan Tabel 6 tersebut di atas, dari 11 (sebelas) kasus yang
ditangani, 3 (tiga) kasus sampai pada tahap vonis, 5 (lima) kasus sudah pada
tahap P21, dan 3 (tiga) kasus masih dalam penyelidikan. Jika yang menjadi
acuan penyelesaian kasus adalah kasus yang sudah pada tahap P21 dan vonis,
artinya ada 8 (delapan) kasus atau 72,7% kasus tahun berjalan yang berhasil
diselesaikan. Jumlah ini melebihi target yang direncanakan, yaitu 15%
sehingga realisasi sasaran mencapai 150% dengan serapan anggaran sebesar
82,42%.
30
Keberhasilan pencapaian sasaran ini di antaranya dikarenakan
semakin aktif dan profesionalnya para Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)
pada BBKSDA Jawa Barat dalam melakukan penyidikan suatu kasus. Di
samping itu, koordinasi yang intens dengan pihak kepolisian dan kejaksaan
setempat juga menjadi faktor lain yang menyebabkan tercapainya sasaran ini.
Sasaran 7. Tunggakan kasus tindak pidana kehutanan dapat terselesaikansebesar 5%
Proses penegakan hukum dalam hal ini penyelesaian kasus
merupakan bagian penting dalam upaya menjaga kelestarian SDA Hayati dan
Ekosistemnya. Berbagai kegiatan operasi pengamanan yang dilakukan tidak
akan berarti banyak jika proses hukum selanjutnya tidak tertangani dengan
baik. Namun demikian, tidak semua kasus yang ada dapat tertangani
seluruhnya sehingga ada beberapa kasus yang tertunggak untuk diselesaikan
pada tahun berikutnya. Adapun kegiatan dan anggaran yang digunakan untuk
penyelesaian tunggakan kasus tindak pidana kehutanan merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari kegiatan dan anggaran untuk mencapai sasaran 7.
Berdasarkan register perkara TIPIHUT tahun 2014 tercatat ada 3 (tiga)
tunggakan kasus tahun 2013. Dari 3 (tiga) tunggakan kasus tesebut, yang
berhasil diselesaikan sampai vonis sebanyak 1 (satu) kasus atau sebesar 33,3%.
Jumlah ini melebihi target yang direncanakan, yaitu 5% sehingga persen
pencapaian sasaran mencapai 150%.
Sasaran 8. Terselesaikannya kasus perambahan hutan konservasi sebesar 4%
Masalah perambahan di dalam kawasan konservasi memang masih
sering terjadi. Ada beberapa faktor yang dapat memicu maraknya Ilegal mining
(penambangan liar) dan perambahan hutan, yaitu faktor ekonomi dan sosial
masyarakat, serta oleh kebijakan pemekaran wilayah yang kurang menghitung
31
daya dukung kawasan. Hal ini tentu saja akan membuat tekanan terhadap
hutan semakin berat. Akibatnya hutan Indonesia tidak terkecuali kawasan
konservasi semakin mengalami kerusakan dan dialihfungsikan.
Lemahnya pengawasan serta kurang tegasnya penegakan hukum
kehutanan diduga juga menjadi faktor penting dalam mengatasi permasalahan
perambahan ini. Untuk itu BBKSDA Jawa Barat berkomitmen untuk mengatasi
segala permasalahan hukum terkait perambahan. Adapun jenis kegiatan dan
anggaran yang digunakan untuk penyelesaian kasus perambahan hutan
konservasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan dan
anggaran untuk mencapai sasaran 7.
Berdasarkan data yang ada, pada awal tahun 2014 tercatat ada sekitar
1.723,68 ha kawasan yang menjadi lokasi perambahan. Namun demikian,
pada akhir tahun 2014 sebanyak 88,42 ha atau 5,1% berhasil diselesaikan.
Persentase penurunan luasan perambahan ternyata melebihi target awal yang
ditetapkan, yaitu sebesar 4% sehingga realisasi sasaran mencapai 130%.
Sasaran 9. Menurunnya kawasan hutan konservasi yang terbakar sebesar 10%
Menurunnya kebakaran hutan adalah sasaran yang harus dicapai,
keberhasilan dalam pengendalian kebakaran hutan merupakan keberhasilan
konservasi yang paling penting. Kawasan konservasi yang sering terjadi
kebakaran hutan adalah kawasan hutan konservasi Suaka Margasatwa
Cikepuh, CA Bojonglarang Jayanti, CA. Kamojang dan TB. Masigit Kareumbi.
Untuk mencapai target menurunnya luas kawasan hutan konservasi
yang terbakar, pada tahun 2014 BBKSDA Jawa Barat melaksanakan beberapa
kegiatan antara lain:
1. Rapat koordinasi teknis pengendalian kebakaran hutan;
2. Pelatihan fisik dan peningkatan daya tahan tubuh;
32
3. Pembinaan masyarakat peduli api;
4. Pemeliharaan sarana prasarana pengendalian kebakaran hutan;
5. Posko siaga kebakaran hutan;
6. Pelaksanaan apel siaga kebakaran hutan;
7. Monitoring hotspot;
8. Koordinasi dengan para pihak;
9. Sosialisasi pengurangan resiko bahaya kebakaran hutan;
10. Operasi pengendalian dan pemadaman kebakaran hutan;
11. Pemeliharaan sarana dan prasarana pengendalian kebakaran hutan.
Adapun Jumlah anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan
pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan sebesar Rp900.000.000,-
dengan realisasi sebesar Rp800.900.000,- (88,99%).
Tabel 7 dan Gambar 3 berikut ini memperlihatkan luas kebakaran
hutan selama tahun 2011 sampai dengan tahun 2014.
Tabel 7. Data Kejadian Kebakaran Hutan Tahun 2011 s/d 2014 di KawasanKonservasi Lingkup BBKSDA Jawa Barat
No. Nama KawasanLuas Kawasan yang Terbakar (Ha)
2011 2012 2013 2014
1 CA Bojonglarang Jayanti 11,39 26 - -
2 CA Leuweung Sancang 5,98 23 3 -
3 CA Cibanteng - 150 23 15,5
4 CA Rawa Danau - 600 - -
5 SM Cikepuh 861,49 717 214,7 76,1
6 TWA Papandayan - 50 - -
7 TWA Kamojang 75 - - -
8 TWA Gunung Guntur - 94,5 - 200
33
9 TB Masigit Kareumbi 94 65,5 - 11,97
10 TWA Gunung Tampomas - - 1,5 -
TOTAL 1.068,86 1.726 242,2 303,57
Berdasarkan Gambar 3 di atas, luas kawasan yang terbakar antara
2011 – 2014 berfluktuasi. Namun demikian, tampak jelas bahwa peningkatan
luas kawasan yang terbakar secara signifikan terjadi pada tahun 2012, dari
semula 1.068 ha pada tahun 2012 menjadi 1.726 pada tahun 2012. Kondisi
sebaliknya terjadi pada tahun 2013, dengan kawasan yang terbakar hanya
seluas 242 ha, menurun sebanyak 1.483,8 ha dibandingkan tahun sebelumnya.
Pada tahun 2014, luas kawasan yang terbakar kembali meningkat
sebesar 61,37 ha. Di sisi lain, target pada tahun 2014 adalah menurunnya luas
kebakaran hutan sebanyak 10% dari tahun 2013. Dengan melihat kondisi
tersebut, maka target yang telah ditetapkan tidak dapat tercapai sehingga
realisasi capaian sasaran 0%.
Ketidakberhasilan dalam upaya menurunkan luas kawasan yang
terbakar disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya:
34
belum optimalnya sistem deteksi dini kebakaran hutan;
lokasi kebakaran hutan yang relatif sulit dijangkau dan diperparah dengan
kurangnya ketersediaan air;
musim kemarau yang lebih lama dibandingkan dengan tahun 2013.
Sasaran 10. Meningkatnya pengusahaan pariwisata alam yang diikuti denganpeningkatan PNBP sebesar 20%
Kegiatan pariwisata alam memiliki prospek besar di dalam
memberikan income bagi negara, baik melalui pengeluaran/belanja para
wisatawan maupun penerimaan langsung dari karcis masuk, pungutan Izin
Pengusahaan Pariwisata Alam (IPPA) dan Pungutan Usaha Pariwisata Alam
(PUPA). Penerimaan secara langsung dari kegiatan pariwisata alam tersebut
merupakan salah satu sumber Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), yaitu
penerimaan negara yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan namun
masuk dalam struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Sebagai salah satu sumber PNBP bidang PHKA, kegiatan pariwisata
alam layak untuk mendapatkan perhatian. Untuk itu, pada tahun 2014
beberapa kegiatan telah dilakukan untuk mendukung peningkatan PNBP dari
pariwisata alam, di antaranya:
1. Bimbingan Teknis Pengembangan Wisata Alam;
2. Monitoring dan Evaluasi Pengusahaan Pariwisata Alam oleh Pemegang IPPA;
3. Rapat Koordinasi Wisata Alam;
4. Peningkatan Pelayanan Pengunjung Pada Hari Raya dan Hari Libur Nasional;
5. Identifikasi Potensi Wisata di TWA Tampomas;
6. Penatausahaan karcis masuk TWA;
7. Pembinaan petugas pengelola PNBP;
35
8. Peningkatan pengelolaan PNBP;
9. Pengembangan sarpras khusus wisata alam.
Adapun jumlah anggaran yang telah dialokasikan untuk melaksanakan
kegiatan tersebut di atas sebesar Rp1.284.875.000,- dengan realisasi sebesar
Rp1.235.647.100,- (96,17%). Sasaran yang hendak dicapai pada tahun 2014
dari berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan adalah meningkatnya jumlah
PNBP sebesar 20% dari tahun 2013. Gambar 4 berikut ini memperlihatkan
jumlah PNBP mulai tahun 2011 sampai dengan tahun 2014.
Berdasarkan Gambar 4 tersebut di atas, dalam rentang waktu 2011 –
2013 jumlah PNBP terlihat relatif stagnan. Pada periode tersebut, PNBP
mengalami peningkatan namun sangat tidak signifikan. Tidak mengherankan
jika pada periode tersebut realisasi sasaran tidak tercapai karena
peningkatannya di bawah 5%.
Kenaikan secara drastis justru terjadi pada tahun 2014. PNBP yang
semula berjumlah Rp6.558.617.750,- pada tahun 2013, meningkat menjadi
36
13.731.984.000,- pada tahun 2014 atau mengalami lonjakan sebesar 109%.
Tentunya, kenaikan ini jauh melampaui target kenaikan PNBP yang telah
ditetapkan, yaitu sebesar 20%. Dengan kondisi tersebut, maka realisasi
pencapaian sasaran sebesar 150% dengan realisasi anggaran sebesar 96,17%.
Tercapainya sasaran peningkatan PNBP dari kegiatan wisata alam
tidak terlepas dari diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 2014
tentang tentang Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP yang berlaku pada
Kementerian Kehutanan sebagai pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 59
Tahun 1998 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang
Berlaku pada Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Di dalam PP No. 12
Tahun 2014 ini, terdapat beberapa revisi terhadap harga karcis masuk ke
dalam kawasan konservasi.
Penetapan rayon pada kawasan TWA lingkup BBKSDA Jawa Barat juga
mengalami perubahan. Sebelumnya, seluruh kawasan TWA lingkup BBKSDA
Jawa Barat berada pada rayon I dengan harga harga karcis masuk sebesar
Rp2.000/orang/hari. Saat ini, seluruh TWA termasuk rayon III dengan harga
tiket masuk sebesar Rp5.000/orang/hari, kecuali TWA Pangandaran dan TB
Masigit Kareumbi yang masuk ke rayon II dengan tiket masuk sebesar Rp
10.000/orang/hari.
Dengan adanya peningkatan harga karcis, perubahan rayonisasi, serta
peningkatan jumlah pengunjung, maka sangat wajar terjadi peningkatan PNBP
dari kegiatan wisata alam di TWA Lingkup BBKSDA Jawa Barat pada tahun 2014
secara fenomenal dan jauh melebihi target yang telah ditetapkan.
Sasaran 11. Meningkatnya peran serta Kader Konservasi, Kelompok PecintaAlam, dan Kelompok Swadaya Masyarakat sebesar 2%
Kader konservasi dan Kelompok Pecinta Alam merupakan salah satu
mitra BBKSDA Jawa Barat dalam pengelolaan kawasan konservasi. Kader
37
konservasi dan Kelompok Pecinta Alam merupakan generasi muda yang
diharapkan dapat memiliki pemahaman mengenai konservasi sehingga dapat
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam hal pelestarian
lingkungan.
Kader konservasi dan Kelompok Pecinta Alam lebih jauh lagi
diharapkan menjadi agen perubah yang dapat menularkan pengetahuan
tentang pentingnya menjaga kelestarian alam kepada masyarakat luas.
Dengan demikian, diharapkan semakin banyak masyarakat yang memiliki
kesadartahuan tentang pentingnya konservasi bagi masa depan generasi yang
akan datang.
Kegiatan yang biasanya dilaksanakan terkait dengan kader konservasi,
kelompok pecinta alam, dan kelompok swadaya masyarakat antara lain:
Pembinaan kader konservasi dan pecinta alam;
Fasilitasi kader konservasi dan pecinta alam pada kegiatan Gempala Tk.
Nasional;
Dukungan operasional tenaga penyuluh;
Evaluasi peran serta kader konservasi dan pecinta alam.
Namun demikian, pada tahun 2014 beberapa kegiatan tersebut di
atas tidak dapat dilaksanakan seperti pembinaan kader dan pecinta alam
(karena mengalami penghematan) serta fasilitasi kader konservasi pada
kegiatan Gempala Tk. Nasional (karena anggaran turun di akhir tahun).
Sementara untuk evaluasi peran serta kadeer konservasi dan pecinta alam
tetap dilakukan karena kegiatan tersebut merupakan kegiatan rutin dalam
menilai kader konservasi dan pecinta alam terbaik di tingkat provinsi.
Dikarenakan mengalami penghematan, anggaran untuk kegiatan hanya
berjumlah Rp20.700.000,- dengan realisasi sebesar Rp13.240.000,- (63,96%).
38
Terlepas dari itu semua, peran para kader konservasi dalam turut
serta membangun kawasan konservasi semakin meningkat. Tercatat ada 6
(enam) orang kader konservasi yang tergabung dalam FK3I terlibat secara aktif
di dalam pengembangan Model Desa Konservasi sebagai fasilitator. Peran
mereka sangat krusial dalam membimbing dan membina masyarakat,
terutama dalam menguatkan kelembagaan MDK. Di samping itu, ada pula 2
(dua) orang anggota KPA Pajar Rimbawana yang secara aktif memberikan
pendidikan konservasi dan lingkungan kepada masyarakat, terutama anak
sekolah dengan mendirikan semacam taman bacaan konservasi dan
memberikan penyuluhan ke sekolah-sekolah.
Dengan melihat kondisi tersebut di atas, selama tahun 2014, peran
serta kader konservasi mengalami peningkatan sebesar 2,2% dari jumlah 360
orang, yaitu sekitar 8 orang. Peningkatan ini melebihi target yang ditetapkan
yaitu 2%, sehingga persen pencapaian sasaran mencapai 110% dengan
realisasi anggaran sebesar 63,96%.
Keberhasilan tersebut, tidak terlepas dari berbagai upaya yang telah
dilakukan oleh BBKSDA Jawa Barat, di antaranya:
Hampir setiap tahun BBKSDA Jawa Barat senantiasa melaksanakan kegiatan
pembinaan kader konservasi dan pecinta alam;
Pelibatan kader konservasi di dalam even-even yang dilaksanakan oleh
BBKSDA Jawa Barat;
Adanya motivasi berupa penetapan Kader Konservasi dan Pecinta Alam terbaik
lingkup BBKSDA Jawa Barat setiap tahunnya.
Sasaran 12. Meningkatnya pengembangan promosi, informasi dan jasalingkungan sebanyak 1 Kegiatan
BBKSDA Jawa Barat mengelola sebanyak 50 kawasan konservasi yang
39
tersebar di Provinsi Jawa Barat dan Banten. Tentunya, masing-masing kawasan
konservasi memiliki potensi dan karakteristik tersendiri, baik berupa flora,
fauna, maupun ekosistemnya.
Potensi yang dimiliki oleh masing-masing kawasan sudah selayaknya
disebarluaskan agar masyarakat secara luas mengetahui bahwa kawasan
konservasi di samping memiliki fungsi yang penting sebagai perlindungan
sistem penyangga kehidupan, juga memiliki pesona dan keindahan alam
tersendiri sehingga dapat menggugah masyarakat untuk bangga dan turut
melestarikannya. Oleh karena itu, pengembangan promosi, informasi dan jasa
lingkungan dalam pengelolaan kawasan konservasi diperlukan.
Beberapa kegiatan terkait dengan promosi dan informasi yang
dilaksanakan pada tahun 2014 di antaranya:
Kegiatan pameran promosi wisata alam tingkat nasional;
Penyebaran informasi melalui media cetak dan elektronik.
Adapun anggaran untuk kegiatan ini sebesar Rp308.435.000,- dengan
realisasi anggaran sebesar Rp249.800.000,- (80,99%).
Diharapkan melalui penyebaran informasi tersebut, dapat
memberikan pemahaman kepada masyarakat luas mengenai kawasan
konservasi. Di samping itu, kunjungan masyarakat ke kawasan konservasi,
khususnya taman wisata alam dapat meningkat dari tahun ke tahun. Kegiatan
penyebaran informasi dan promosi dapat dilaksanakan sehingga capaian
sasarannya sebesar 100% dengan realisasi anggaran sebesar 80,99%.
Sasaran 13. Meningkatnya kapasitas kelembagaan dengan klasifikasi lengkap
BBKSDA Jawa Barat merupakan Unit Pelaksana Teknis Departemen
Kehutanan yang wilayah pengelolaannya meliputi Provinsi Jawa Barat dan
Banten. Kelembagaan BBKSDA Jawa Barat secara lengkap terdiri dari :
40
1. Bagian Tata Usaha, berkedudukan di Bandung
2. Bidang Teknis KSDA, berkedudukan di Bandung
3. Bidang Wilayah I s/d III, berkedudukan di Bogor, Soreang, Ciamis.
4. Sub Bagian Umum, Sub Bagian Perencanaan & Kerjasama, Sub Bagian Data,
Evlap & Humas, berkedudukan di Bandung
5. Seksi Pemanfaatan & Pelayanan, Seksi Perlindungan, Pengawetan dan
Perpetaan, berkedudukan di Bandung
6. Seksi Konservasi Wilayah I s/d VI, berkedudukan di Serang, Bogor, Soreang,
Purwakarta, Garut dan Tasikmalaya.
Dengan adanya implementasi Resort Based Management (RBM), pada
tahun 2013 telah ditetapkan 21 resort pengelolaan wilayah yang tersebar di
setiap seksi konservasi wilayah.
Sumber daya manusia (PNS, Honorer, Pegawai Harian) yang tersedia
untuk mendukung pelaksanaan tugas, fungsi, dan kewenangan BBKSDA Jawa
Barat per Desember 2014 adalah sebanyak 287 orang. Sampai dengan akhir
tahun 2014 semua gaji, tunjangan dan honor sudah dibagikan kepada seluruh
pegawai lingkup BBKSDA Jawa Barat.
Pada tahun 2014 PNS lingkup BBKSDA Jawa Barat juga menerima gaji
ke-13 dan kenaikan gaji sebesar 6%. Pemberian gaji ke-13 dan kenaikan gaji ini
dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan meringankan biaya
hidup Pegawai Negeri, Pejabat Negara, dan Penerima Pensiun/Tunjangan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 53 Tahun 2014
tentang Pemberian Gaji/Pensiun/Tunjangan Bulan Ketiga Belas dalam Tahun
Anggaran 2014 kepada Pegawai Negeri, Pejabat Negara, dan Penerima
Pensiun/Tunjangan. Di samping itu, PNS BBKSDA Jawa Barat juga
mendapatkan tunjangan kinerja sesuai dengan jabatan yang diembannya.
41
Pada tahun 2014 juga telah dibangun berbagai sarana dan prasarana
dalam rangka menunjang tupoksi di antaranya adalah:
1. Pengadaan komputer, 10 unit;
2. Pengadaan printer, 10 unit;
3. Pengadaan perlengkapan pos terpadu di CA Rawa Danau, 1 Paket;
4. Pengadaan perlengkapan meubelair kantor balai, 1 paket;
5. Pembangunan Dapur untuk Kantor Resor Pulau Sangiang, 1 paket;
6. Pemagaran dan Penataan Landscape Rumah Dinas SKW V di Garut, 1 paket;
7. Pembuatan Pos Jaga di CA. Junghuhn, 1 paket.
Total anggaran yang disediakan untuk mendukung pencapaian
sasaran ini sebesar Rp19.804.598.000,- dengan realisasi sebesar
Rp18.954.235.573,- (95,70%). Jumlah anggaran yang besar bisa dipahami
mengingat di dalamnya termasuk gaji dan honor pegawai, pemeliharaan
kendaraan dan bangunan, serta pengadaan/ pembangunan sarana prasarana
penunjang tupoksi.
Dengan melihat semakin baiknya kelengkapan kelembagaan BBKSDA
Jawa Barat, maka sasaran berupa peningkatan kapasitas kelembagaan dengan
klasifikasi lengkap telah teralisasi sehingga capaian sasaran ini sebesar 100%
dengan realisasi anggaran sebesar 93,21%.
Sasaran 14. Tersusunnya program dan anggaran serta laporan evaluasi dankeuangan
Dokumen perencanaan yang meliputi Rencana Kerja (RO/RK, RKT dan
RKAKL) serta Rencana Strategis 2010-2014 merupakan dokumen yang
mendukung kelancaran pelaksanaan Tupoksi BBKSDA Jawa Barat sebagai
42
pengelola kawasan konservasi di Provinsi Jawa Barat dan Banten. Dengan
perencanaan yang matang maka pelaksanaan kegiatan akan berjalan dengan
lancar.
Sementara itu, dokumen Data Informasi dan Evaluasi yang meliputi
Laporan Tahunan, Statistika, dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP) merupakan pelaporan dan pertanggungjawaban kegiatan
yang telah dilaksanakan. Dokumen tersebut diperlukan sebagai bahan evaluasi
dan peningkatan kinerja di tahun mendatang.
Guna mendukung pencapaian sasaran yang telah ditetapkan, pada
tahun 2014 telah dilaksanakan beberapa kegiatan berikut ini:
1. Penyusunan Laporan Keuangan & Barang Tingkat Satuan Kerja;
2. Penyusunan Laporan Keuangan & Barang Tingkat Wilayah;
3. Penyusunan Laporan BMN;
4. Penyusunan Laporan SPIP;
5. Pembinaan persuratan dan kearsipan;
6. Penyusunan Renstra 2015 – 2019;
7. Penyusunan Rencana Operasional/Petunjuk Operasional;
8. Penyusunan RKA-KL Tahun 2015;
9. Penyusunan RENJA Tahun 2015;
10. Dukungan pengelolaan barang milik negara;
11. Dukungan pelaksanaan sistem pengendalian intern satuan kerja;
12. Penyusunan laporan tahunan 2013;
13. Penyusunan statististik tahun 2013;
14. Penyusunan LAKIP tahun 2013;
43
15. Monitoring dan evaluasi kegiatan tahun 2014.
Total anggaran yang dialokasikan untuk mendukung pencapaian
sasaran ini adalah sebesar Rp417.334.000,- dengan realisasi sebesar
Rp368.095.000,- (88,21%).
Dengan melihat bahwa seluruh output yang diharapkan dapat
tercapai dengan baik, maka sasaran telah dapat dicapai sebesar 100% dengan
realisasi anggaran sebesar 88,21%.
Sasaran 15. Meningkatnya Profesionalisme Tenaga Fungsional POLHUT, PEH,dan Penyuluh Kehutanan
Meningkatnya profesionalisme tenaga fungsional POLHUT, PEH, dan
Penyuluh Kehutanan mutlak diperlukan dalam pengelolaan kawasan. Sebagai
ujung tombak pengelolaan kawasan di lapangan, tenaga fungsional wajib
memiliki profesionalisme dan keahlian yang terus ditingkatkan melalui
kegiatan pendidikan, pelatihan, seminar, dan penugasan. Masing-masing
kelompok jabatan fungsional tersebut memiliki koordinator dan wakil untuk
memudahkan dalam pengorganisasian.
Pada tahun 2014, ada beberapa jenis pelatihan yang diikuti oleh
pegawai BBKSDA Jawa Barat di antaranya adalah inhouse training aplikasi
database RBM, diklatpim II, diklatpim III, dan diklatpim IV. Pelatihanpelatihan
tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis para pejabat
fungsional dalam mengelola kawasan konservasi. Khusus untuk Polhut, telah
diselenggarakan Latihan Menembak untuk meningkatkan kemampuan
menggunakan senjata para pejabat fungsional Polhut sebagai bekal dalam
melaksanakan Tupoksi di lapangan. Di samping itu, guna meningkatkan
motivasi seluruh pegawai BBKSDA Jawa Barat dalam menjalankan tupoksinya
masing-masing, telah diselenggarakan pembinaan pegawai di Pangandaran.
Pegawai BBKSDA Jawa Barat juga ada yang pada saat ini sedang
44
melaksanakan Tugas Belajar. Tercatat sedikitnya 4 (empat) orang pegawai
BBKSDA Jawa Barat yang saat ini sedang menempuh pendidikan jenjang strata
2 (S2), baik di dalam maupun luar negeri. Tentunya hal tersebut merupakan
satu keuntungan tersendiri bagi organisasi BBKSDA Jawa Barat karena akan
memiliki lebih banyak pegawai dengan tingkat pendidikan lebih tinggi.
Guna mendukung peningkatan profesionalisme pegawai, khususnya
tenaga fungsional di BBKSDA Jawa Barat, juga telah dilaksanakan kegiatan
pemutakhiran data pegawai serta bimbingan teknis penyusunan Dupak dan
penilaian Dupak jabatan fungsional. Adapun anggaran untuk keseluruhan
kegiatan tersebut sebesar Rp130.860.000,- dengan realisasi anggaran sebesar
Rp130.500.000,- (99,72%).
Mengingat banyaknya pelatihan dalam rangka peningkatan
kemampuan dan profesionalisme pejabat fungsional, maka sasaran ini telah
tercapai 100% sehingga persen pencapaian sasaran mencapai 100% dengan
realisasi anggaran 99,72%.
B. PROGNOSIS CAPAIAN KINERJA TAHUN 2015
Prognosis Capaian kinerja pelaksanaan pembangunan kehutanan
bidang PHKA pada BBKSDA Jawa Barat Tahun 2015 sebagai berikut:
Tabel 8. Prognosis Capaian Kinerja Tahun 2015 Program Konservasi
Sumber daya Alam dan Ekosistem
Kode Uraian Satuan Target Prediksi
029.05.08 Program Konservasi Sumber Daya Alamdan Ekosistem - -
2305 Pengelolaan Konservasi Sumber DayaAlam - -
2305.994 Layanan Perkantoran BulanLayanan
3 3
001 Pembayaran Gaji dan Tunjangan - -
002 Penyelenggaraan Operasional danPemeliharaan Perkantoran
- -
45
Kode Uraian Satuan Target Prediksi
5425 Konservasi Sumber Daya Alam Hayati - -
5425.002 Jumlah KPHK pada kawasan konservasinon taman nasional yang terbentukdan beroperasi
KPHK 1 1
5425.002.001 PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASIBERBASIS KPH
- -
011 INVENTARISASI POTENSI KAWASANKONSERVASI TERKAIT PENGELOLAANKPHK
- -
012 PENYUSUNAN DOKUMEN PENATAANBLOK KPHK GUNTUR - PAPANDAYAN - -
013 PENGUATAN KAPASITAS DALAMPENGELOLAAN KPHK
- -
014 PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANAPENGELOLAAN KPHK
- -
015 PENGELOLAAN SISTEM INFORMASIPENGELOLAN KAWASAN
- -
018 MONITORING, EVALUASI, KOORDINASIDAN SUPERVISI PENGELOLAAN KPHKGUNTUR-PAPANDAYAN
- -
5425.003 Jumlah dokumen perencanaanpengelolaan kawasan konservasi yangtersusun dan mendapat pengesahan
Dokumen 9 9
012 PENYUSUNAN DAN REVIU RENCANAPENGELOLAAN 3 LOKASI - -
013 PENATAAN BLOK PENGELOLANKAWASAN 3 LOKASI
- -
014 PENYUSUNAN DESAIN TAPAK 3KAWASAN
- -
5425.004 Luas kawasan konservasi yangterdegradasi yang dipulihkan kondisiekosistemnya (termasuk penyelesaiankonflik pemanfaatan lahan di dalamkawasan konservasi)
Hektar 100 100
5425.004.001 DOKUMEN RP RHL - -
011 PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANALOKASI PEMULIHAN EKOSISTEM - -
012 PENGUATAN KAPASITAS SDM DALAMRANGKA PEMULIHAN EKOSISTEM - -
013 PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASIDAS CITARUM - -
014 KOORDINASI, KONSULTASI, PEMBINAANKE WILAYAH KERJA - -
5425.005 Jumlah desa di daerah penyanggakawasan konservasi yang dibinaselama 5 tahun
Desa6 6
46
Kode Uraian Satuan Target Prediksi
011 PEMBINAAN DAERAH PENYANGGAKAWASAN KONSERVASI - -
012 MONITORING DAN VELAUASIPENGELOLAAN DAERAH PENYANGGA - -
013 IIDENTIFIKASI POTENSI SUMBER DAYAALAM DAN EKONOMI DESA - -
5425.011 Presentase peningkatan populasi 25spesies satwa terancam punahprioritas (sesuai The IUCN Red List ofThreatened Species) dari baseline datatahun 2013
Persen2 2
011 INVENTARISASI DAN PEMETAANSEBARAN SATWA LIAR
- -
012 PEMBINAAN HABITAT SATWA LIAR - -
013 PEMBINAAN POPULASI SATWA LIAR - -
014 MONITORING POTENSI SATWA LIAR - -
015 PEMBINAAN DAN KOORDINASIPENGAWETAN JENISKEANEKARAGAMAN HAYATI
- -
016 KOORDINASI DAN KONSULTASI - -
017 PEMBETUKAN UNIT KHUSUSPENANGANAN KONFLIK SATWA DANMANUSIA
- -
5425.012 Jumlah penambahan jenis satwa liardan tumbuhan alam yangdikembangbiakan pada lembagakonservasi dari baseline tahun 2013
Spesies 2 2
011 PEMBINAAN LEMBAGA KONSERVASI- -
5425.013 Jumlah sertifikasi penangkar yangmelakukan pengedaran satwa liar dantumbuhan alam ke luar negeri
Unit1 1
011 BIMBINGAN TEKNIS DAN PENGAWASANKEGIATAN PENANGKARAN - -
012 SOSIALISASI PERIJINAN PENANGKARANDAN PEMANFAATAN TSL HASILPENANGKARAN
- -
5425.015 Besaran PNBP dari hasil pemanfaatansatwa liar dan tumbuhan alam[Base Line]
Milyar1 1
011 BIMBINGAN TEKNIS DAN PENGAWASANPEREDARAN TSL - -
012 SOSIALISASI REGULASI PEMANFAATANTSL - -
013 PENYUSUNAN DATABASEPEMANFAATAN - -
47
Kode Uraian Satuan Target Prediksi
5425.020 Jumlah kunjungan wisatawan nusantarake kawasan konservasi selama 5 tahun[Base Line]
Orang1.750.000 1.750.000
011 KOORDINASI DAN KONSULTASI- -
013 MONITORING DAN EVALUASIPENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM - -
016 PEMELIHARAAN BANGUNANPENUNJANG WISATA - -
017 PENINGKATAN KAPASTIAS SDMPENGELOLA WISATA DAN PNBP - -
018 ANALISA KEBUTUHAN PENGEMBANGANPARIWISATA ALAM - -
019 PENYEBARAN INFORMASI DANPROMOSI - -
020 PEMBUATAN MATERI PENDUKUNGPROMOSI WISATA ALAM (Revisi antarProgram)
- -
5425.021 Peningkatan pemanfaatan energi airdari kawasan konservasi untukkeperluan mini/micro hydro powerplant
Unit 1 1
011 IDENTIFIKASI PEMANFAATAN POTENSIPESUMBER DAYA AIR DI KAWASANKONSERVASI DI TWA. PAPANDAYAN,TWA. TANGKUBAN PERAHU, TWA.TAMPOMAS DAN SM. GUNUNG SAWAL
- -
012 SOSIALISASI PERATURANPERUNDANGAN PEMANFAATAN AIR - -
013 KOORDINASI DAN KONSULTASI- -
5425.022 Jumlah Kader Konservasi (KK),Kelompok Pecinta Alam (KPA),Kelompok SwaddayaMasyarakat/Kelompok Profesi(KSM/KP) yang berstatus aktif
Orang 250 250
5425.022.001 Jumlah Kader Konservasi, KelompokPecinta Alam, Kelompo SwadayaMasyarakat dan Kel. Profesi yang dibina
- -
015 KEMAH BAKTI KADER KONSERVASI - -
017 PEMBINAAN KADERKONSERVASI/KPA/KSM/KP
- -
5425.028 Jumlah kasus tipihut yang diselesaikanper tahun
Kasus 22
5425.028.001 PENANGANAN KASUS BARU TINDAKPIDANA KEHUTANAN
- -
012 OPERASI YUSTISI - -
013 PENGUMPULAN BAHAN DANKETERANGAN
- -
48
Kode Uraian Satuan Target Prediksi
5425.029 Jumlah pelaksanaan kegiatanpengamanan dan penindakan terhadapgangguan dan ancaman bidangkehutanan
Provinsi 1 1
5425.029.001 LOKASI PELAKSANAAN PENGAMANANDAN PENINDAKAN
- -
012 OPERASI PENGAMANAN HUTAN - -
014 KOORDINASI DAN KONSULTASIPENGAMANAN HUTAN
- -
016 PEMELIHARAAN SARANA PRASARANAPENGAMANAN HUTAN
- -
5425.030 Jumlah sumberdaya manusia di bidangperlindungan dan pengamanan hutanyang ditingkatkan kapasitasnya
Orang 90 90
5425.030.001 BIMBINGAN TEKNIS POLISI KEHUTANANDAN TPHL
- -
011 BIMBINGAN TEKNIS POLISI KEHUTANANDAN TPHL
- -
5425.030.002 PELATIHAN MENEMBAK - -
012 PELATIHAN MENEMBAK - -
5425.032 Persentasi penurunan luas kebakaranhutan dan lahan di Pulau Sumatera,Kalimantan dan Sulawesi dari toleransimaksimal tahun 2014
Persen 5 5
5425.032.001 Penurunan Luasan KSA, KPA dan TBterbakar di Prov. Wil. Kerja BBKSDAJabar
- -
012 PENGEMBANGAN SARANA PRASANAPENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN
- -
013 PRA-PEMADAMAN - -
014 PEMADAMAN DAN PENANGANANPASCA KEBAKARAN HUTAN
- -
015 MONITORING, EVALUASI DANPELAPORAN PEMADAMAN DANPENANGANAN PASCA KEBAKARANHUTAN
- -
5425.034 Nilai SAKIP Direktorat Jenderal KSDAdan Ekosistem minimal 77,00 (A) ditahun 2019
Poin 70 70
011 PROGRAM DAN ANGGARAN - -
012 EVALUASI PELAPORAN - -
013 DATA, INFORMASI DAN HUMAS - -
014 KERJASAMA DAN KEMITRAAN - -
015 ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN - -
016 ADMINISTRASI KEUANGAN - -
017 KETATAUSAHAAN DAN UMUM - -
49
Kode Uraian Satuan Target Prediksi
018 PERLENGKAPAN - -
5425.994 Layanan Perkantoran BulanLayanan 12 12
5425.994.001 PEMBAYARAN GAJI PEGAWAI - -
001 Pembayaran Gaji dan Tunjangan - -
5425.994.002 OPERASIONAL PERKANTORAN DANPEMELIHARAAN
- -
002 Penyelenggaraan Operasional danPemeliharaan Perkantoran - -
5425.996 Perangkat Pengolah Data danKomunikasi[Base Line]
Unit58 58
011 PENGADAAN PERAKAT PENGOLAHDATA DAN KOMUNIKASI PENUNJANGPETUGAS PNBP DAN PERLENGKAPANPUSAT INFORMASI
- -
012 PERANGKAT PENGOLAH DATA DANKOMUNIKASI PERLENGKAPAN RUANGRAPAT KANTOR DAN RUANGPERENCANAAN KANTOR BBKSDA JAWABARAT
- -
5425.997 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran Unit287 287
5425.997.001 PERALATAN PENUNJANG PROMSIWISATA ALAM - -
011 PERALATAN PENDUKUNG PENGELOLANKAWASAN DAN PROMOSI WISATAALAM (Revisi Antar Program)
- -
5425.997.002 Fasilitas perkantoran- -
011 PENGADAAN PERALATAN PENUNJANGPENGEMBANGAN WISATA ALAM - -
5425.998 Gedung/Bangunan M2250 250
011 RENOVASI BANGUNAN - -
012 RENOVASI BANGUNAN PENUNJANGWISATA ALAM
- -
50
Tabel 9. Prognosis Capaian Kinerja Tahun 2015 Program Penegakan HukumLingkungan Hidup dan Kehutanan
KODE URAIAN Satuan Target Prediksi
029.10.12 Program Penegakan Hukum LingkunganHidup dan Kehutanan
- -
5431 Penanganan Tindak Pidana LingkunganHidup dan Kehutanan
- -
5431.002 Persentase penyelesaian tindak pidanalingkungan hidup sampai dengan P21sebesar 5% per tahun dari jumlah kasusyang terjadi[Base Line]
Persen 1 1
011 PENGUMPULAN BAHAN DANKETERANGAN
- -
012 OPERASI YUSTISI - -
5431.003 Jumlah kasus yang ditangani melaluitindakan represif terhadap pelaku Tipihutper tahun
Kasus 6 6
011 OPERASI PENGAMANAN HUTANFUNGSIONAL
- -
012 OPERASI GABUNGAN - -
013 KOORDINASI, KONSULTASI DANSUPERVISI KEGIATAN PENGAMANANHUTAN
- -
014 PENYEBARLUASAN INFORMASIPENGAMANAN HUTAN
- -
015 PATROLI PENGAMANAN KAWASANBERSAMA MASYARAKAT MITRA POLHUT
- -
016 ADMINISTRASI PENGELOLAANKEUANGAN
- -
5431.004 Persentase barang bukti yang ditanganisesuai dengan jumlah kasus yangditangani
Persen 1 1
011 PENANGANAN BARANG BUKTI - -
5431.996 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi Unit 110 110
011 PENGADAAN PERALATAN PENGOLAHDATA DAN INFORMASI PENUNJANGPENGAMANAN
- -
5431.997 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran Unit 42 42
011 FASILITAS PERKANTORAN PENUNJANGPENGAMANAN KAWASAN
- -
51
Tabel 10. Prognosis Capaian Kinerja Tahun 2015 Program Program PengendalianPerubahan Iklim
KODE URAIAN Satuan Target Prediksi
029.11.13 Program Pengendalian Perubahan Iklim
5450 Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan
5450.001 Persentasi penurunan jumlah hotspotpada kawasan hutan non-konservasi, danlahan di Pulau Sumatera, Kalimantan danSulawesi dari batas toleransi maksimumjumlah hotspot sebesar 32.323 HSmenjadi 29.091
Persen 1 1
011 DETEKSI DAN PERINGATAN DINI
012 PENYADARTAHUAN DAN PROMOSIPENCEGAHAN KEBAKARAN HUTAN
013 KOORDINASI DAN SUPERVISI KEGIATANPENCEGAHAN DAN PENGENDALIANKEBAKARAN HUTAN
014 OPERASIONAL PENGELOLAAN KEGIATANPENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM
52
BAB III RENCANA KERJA TAHUN 2016
A. RENCANA KERJA
Pada tahun 2016 sasaran yang harus dicapai BBKSDA Jawa Barat
mengacu pada Indikator Kinerja 3 Direktorat Jenderal Lingkup Kemneterian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai berikut:
Tabel 11 . Indikator Kinerja dan Komponen Kegiatan Pencapaian Kinerja ProgramKonservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem
KODE PROGRAM/KEGIATAN/IKK/KOMPONEN TARGET
PERKIRAANBIAYA
Rp.
029.05.08 PROGRAM KONSERVASI SUMBER DAYA ALAMDAN EKOSISTEM
- 38.937.589.000
5425 Konservasi Sumber Daya Alam Hayati - 38.937.589.000
5425.035 Dokumen perencanaan penataan kawasankonservasi[Base Line]
1 Dokumen 91.175.000
013 Penataan Blok Pengelolan Kawasan 1 Lokasi - 91.175.000
5425.036 Rekomendasi hasil evaluasi kesesuaian fungsikawasan konservasi[Base Line]
2 Unit 61.680.000
052 Evaluasi Kesesuaian Fungsi Kawasan - 51.680.000
053 Koordinasi Dan Konsultasi - 10.000.000
5425.037 Data Dan Informasi Kawasan Konservasi[BaseLine]
1 Paket Data 173.520.000
054 Pengelolaan Data Dan Informasi - 158.520.000
055 Koordinasi Dan Konsultasi - 15.000.000
5425.039 Kerjasama pembangunan strategis dankerjasama penguatan fungsi kawasan konservasi
1 PKS 27.770.000
051 Monitoring Kerjasama Pembangunan Strategis - 27.770.000
5425.040 Kawasan konservasi yang ditingkatkanefektivitas pengelolaannya hingga memperolehnilai METT minimal 70 point
3 Unit 447.380.000
051 Self Asismen METT - 64.990.000
052 Pengembangan Sarana Prasarana PengelolaanKawasan
- 258.000.000
053 Koordinasi Dan Konsultasi PelaksananPengelolaan Kawasan
- 124.390.000
5425.041 Dokumen perencanaan pengelolaan kawasankonservasi[Base Line]
1 Dokumen 67.595.000
051 Penyusunan Rencana Pengelolaan - 67.595.000
5425.042 Kawasan konservasi terdegradasi yangdipulihkan kondisi ekosistemnya
100 Ha 1.909.417.000
051 Penyusunan Dokumen RencanaTahunan/Rencana Pemulihan Ekosistem
- 37.535.000
53
KODE PROGRAM/KEGIATAN/IKK/KOMPONEN TARGET
PERKIRAANBIAYA
Rp.
052 Penanaman Dalam Rangka Pemulihan Ekosistem - 371.882.000
053 Pengelolaan Kawasan Konservasi Hulu DASCitarum
- 1.500.000.000
5425.043 Desa di daerah penyangga kawasan konservasiyang dibina
3 Desa 266.445.000
051 Peningkatan Kapasitas Kelompok Masyarakat - 152.070.000
052 Pendampingan Pemberdayaan Masyarakat - 20.550.000
053 Monitoring Dan Evaluasi Pelaksanaan RKTKelompok Desa Konservasi Daerah Penyangga
- 22.245.000
054 Koordinasi Dan Konsultasi Pengelolaan DaerahPenyangga
- 71.580.000
5425.044 KPHK pada Kawasan Konservasi Non TamanNasional Yang Beroperasi
3 Unit 805.960.000
051 Operasional Pengembangan Kphk Guntur-Papandayan
- 150.200.000
052 Koordinasi Dan Konsultasi Pengelolaan KPHKGuntur-Papandayan
- 55.700.000
051 Inventarisasi Potensi Kawasan KonservasiTerkait Pengelolaan KPHK
- 28.920.000
052 Penyusunan Rencana Pengelolaan KPHKSimpang-Tilu dan Burangrang-TangkubanPerahu
- 113.880.000
053 Operasional Pengembangan KPHK Simpang-TiluDan Tangkuban Perahu Burangrang
- 345.860.000
054 Koordinasi Dan Konsultasi Pengelolaan KPHKSimpang -Tilu dan Burangrang- TangkubanPerahu
- 111.400.000
5425.045 Pelaksanaan kegiatan perlindungan danpengamanan kawasan konservasi
2 Provinsi 780.428.000
051 Patroli Pengamanan Kawasan - 250.860.000
052 Koordinasi Pengamanan Hutan - 76.500.000
053 Patroli Pengendalian Kebakaran Hutan - 334.428.000
054 Deteksi Dan Peringatan Dini Kebakaran Hutan - 69.140.000
055 Koordinasi Dan Konsultasi - 49.500.000
5425.046 Peningkatan populasi 25 jenis satwa terancampunah prioritas
4 % 601.775.000
051 Inventarisasi dan Pemetaan Sebaran TumbuhanDan Satwa Liar
- 28.780.000
052 Monitoring Populasi Satwa Liar - 81.750.000
053 Pembinaan Habitat Satwa Liar - 29.875.000
054 Pembinaan Populasi Satwa Liar - 209.430.000
055 Evakuasi Satwa Liar - 251.940.000
5425.047 Penambahan jenis satwa liar dan tumbuhanalam yang dikembangbiakkan pada lembagakonservasi
1 Spesies 49.370.000
051 Pembinaan Dan Koordiinasi - 49.370.000
54
KODE PROGRAM/KEGIATAN/IKK/KOMPONEN TARGET
PERKIRAANBIAYA
Rp.
5425.048 PNBP dari hasil pemanfaatan satwa liar dantumbuhan alam[Base Line]
319 Juta Rupiah 296.800.000
051 Pertimbangan Teknis Penyusunan HargaPatokan
- 46.980.000
052 Bimbingan Teknis Dan Supervisi - 83.990.000
053 Pembinaan dan Koordinasi - 150.830.000
055 Koordinasi dan Konsultasi - 15.000.000
5425.052 Kunjungan wisatawan nusantara ke kawasankonservasi[Base Line]
1.600.000
Orang 1.195.860.000
051 Analisis Kebutuhan Pengembangan PariwisataAlam
- 551.620.000
052 Pengembangan Sarana Prasarana Wisata Alam - 118.245.000
053 Informasi, Promosi, Dan Pemasaran PotensiObyek Wisata Alam
- 451.700.000
054 Operasional Pengelolaan Obyek Wisata Alam - 74.295.000
5425.053 Unit usaha pemanfaatan pariwisata alam dikawasan konservasi[Base Line]
10 Unit 131.265.000
051 Penyusunan Desain Tapak - 59.020.000
052 Bimbingan Teknis Dan Supervi IUPSWA danIUPJWA
- 30.350.000
053 Evaluasi IUPSWA dan IUPJWA - 41.895.000
5425.056 Kemitraan pemanfaatan jasa lingkungan panasbumi yang beroperasi di kawasan konservasi
1 Unit 15.270.000
051 Koordinasi Pemanfaatan Potensi Panas Bumi - 15.270.000
5425.057 Kader Konservasi (KK), Kelompok Pecinta Alam(KPA), Kelompok Swadaya Masyarakat/Kelompok Profesi (KSM/KP) yang berstatus aktif
90 Orang 278.453.000
051 Pembinaan Kader Konservasi - 178.680.000
054 Pembinaan Dan Koordinasi AktivitasKK/KPA/KSM/KP
- 36.330.000
055 Penilaian KK/KPA/KSM/KP dalam rangka PKAWana Lestari
- 63.443.000
5425.058 Nilai SAKIP Direktorat Jenderal KSDA danEkosistem[Base Line]
70 Poin1.460.537.000
051 Program Dan Anggaraan - 207.800.000
052 Monitoring, Evaluasi Dan Pelaporan - 286.260.000
053 Data, Informasi Dan Humas - 80.150.000
054 Kerjasama Kemitraan - 48.275.000
055 Administrasi Kepegawaian - 171.620.000
056 Administrasi Keuangan - 94.560.000
057 Ketatausahaan Dan Umum - 130.272.000
058 Perlengkapan - 441.600.000
5425.994 Layanan Perkantoran 12 BulanLayanan
27.467.589.000
001 Gaji dan Tunjangan - 24.992.589.000
002 Penyelenggaraan Operasional dan PemeliharaanPerkantoran
-2.475.000.000
55
KODE PROGRAM/KEGIATAN/IKK/KOMPONEN TARGET
PERKIRAANBIAYA
Rp.
5425.996 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 8 Unit 77.800.000
051 Peralatan Penunjang Pengolah Data danKomunikasi
-77.800.000
5425.997 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 230 Unit 311.500.000
051 Fasilitas Perkantoran - 311.500.000
5425.998 Gedung/Bangunan 100 M2 2.420.000.000
051 Pembangunan Bangunan PendukungPengelolaan KAWASAN
-150.000.000
052 Pembangunan Bangunan Penunjang WisataAlam
-2.270.000.000
Tabel 12 . Indikator Kinerja dan Komponen Kegiatan Pencapaian Kinerja ProgramPenegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan
KODE PROGRAM/KEGIATAN/IKK/KOMPONEN TARGET
PERKIRAANBIAYA
Rp.
029.10.12 PROGRAM PENEGAKAN HUKUMLINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN -
2.483.496.000
5431 PENANGANAN TINDAK PIDANA LINGKUNGANHIDUP DAN KEHUTANAN -
2.483.496.000
5431.002 Persentase penyelesaian tindak pidanalingkungan hidup sampai dengan P21 sebesar5% per tahun dari jumlah kasus yang terjadi
1 Persen 493.040.000
051 Pengumpulan Bahan dan Keterangan 149.840.000
052 Operasi Yustisi - 343.200.000
5431.003 Jumlah kasus yang ditangani melalui tindakanrepresif terhadap pelaku Tipihut per tahun
12 Kasus 1.905.796.000
051 operasi pengamanan hutan fungsional - 175.570.000
052 Operasi Gabungan - 375.120.000
053 Koordinasi, Konsultasi dan Supervisi KegiatanPengamanan Hutan
- 467.768.000
054 Operasional Pemeliharaan Sarana PrasaranaPengamanan
- 355.940.000
055 Patroli Pengamanan Kawasan BersamaMasyarakat Mitra POLHUT
- 175.200.000
056 Dukungan Pengeloaan Program PenegakanHukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan
- 186.758.000
057 Pelatihan Menembak - 169.440.000
5431.004 Persentase barang bukti yang ditangani sesuaidengan jumlah kasus yang ditangani
1 Persen 84.660.000
051 Penanganan Barang Bukti - 84.660.000
56
Tabel 13 . Indikator Kinerja dan Komponen Kegiatan Pencapaian Kinerja ProgramPengendalian Perubahan Iklim
KODE PROGRAM/KEGIATAN/IKK/KOMPONEN TARGET
PERKIRAANBIAYA
Rp.
029.11.13 PROGRAM PENGENDALIAN PERUBAHANIKLIM
- 400.000.000
5450 PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DANLAHAN -
400.000.000
5450.001 Persentasi penurunan jumlah hotspot padakawasan hutan non-konservasi, dan lahandi Pulau Sumatera, Kalimantan danSulawesi dari batas toleransi maksimumjumlah hotspot sebesar 32.323 HS menjadi29.09
4Persen 215.530.000
051 Peningkatan Sistem KemintraanPencegahan dan Pengendalian Kebakaranhutan
-139.280.000
A Rapat Kerja Pengendalian Kebakaran Hutantk. Provinsi -
69.180.000
B Koordinasi para pihak dalam rangkapencegahan karhhutla tk, operasional -
44.000.000
C Ssosialisasi Pencegahan Karhutla PadaSekolah (usia dini) -
26.100.000
052 Perencanaan Strategi Dan KetatausahaanDalkarhutla
- 76.250.000
A Pengelolaan Keuangan ProgramPengendalian Perubahan Iklim -
60.030.000
B Perencanaan dan Evaluasi ProgramPengendalian perubahan iklim -
16.220.000
5450.002 Persentase penurunan luas kebakaranhutan non konservasi, dan lahan di pulauSumatera, Kalimantan dan Sulawesi daribatas toleransi maksimum luas kebakaranhutan dan lahan seluas 498.736 Ha
4Persen 184.470.000
052 Deteksi Dini - 6.270.000
A Pengolahan Data Informasi MonitoringHotspot -
6.270.000
053 Pemadaman Lanjutan Dan PenangananPasca karhutla -
178.200.000
A Pemadaman Kebakaran Hutan Dan Lahan-
178.200.000
B. PENGUKURAN KINERJA
Untuk mengetahui keberhasilan dan/atau kegagalan pencapaian
sasaran strategis yang telah ditetapkan, dilakukan pengukuran kinerja dan
57
analisis akuntabilitas kinerja. Metode pengukuran kinerja menggunakan
formula sederhana yaitu menentukan persentase pencapaian kinerja. Untuk
melengkapi gambaran setiap capaian kinerja maka disajikan evaluasi kinerja
dalam bentuk analisis deskriptif setiap capaian indikator dan perhitungan
tingkat efektifitas dan efisiensi pencapaian kinerja. Dalam melakukan
pengukuran kinerja digunakan formulasi Pengukuran Kinerja sebagai berikut:
ܥ ൌ �
�ͳͲͲ�Ψݔ�
dimana,
C : Tingkat capaian target kinerja
R : Realisasi capaian target kinerja
T : Target kinerja
Apabila diasumsikan semakin tinggi realisasi menunjukan semakin
rendahnya pencapaian kinerja, maka digunakan rumus sebagai berikut:
ܥ ൌ �െ ሺ െ ሻ
�ͳͲͲ�Ψݔ�
dimana,
C : Tingkat capaian target kinerja
R : Realisasi capaian target kinerja
T : Target kinerja
Jika terdapat beberapa indikator kinerja yang memiliki capaian sangat
tinggi, maka pengukuran nilai capaian indikator kinerja menggunakan
pembatasan maksimal yaitu sebesar 150% dengan tujuan agar dapat
menggambarkan capaian kinerja yang sesungguhnya dari BBKSDA Jawa Barat.
58
C. PEMBIAYAAN
Pembiayaan pelaksanaan program dan kegiatan BBKSDA Jawa Barat
pada tahun 2016, sebagaimana pagu indikatif tahun 2016, direncanakan
sebesar Rp.41.821.085.000- (Empat Puluh Satu Milyar Delapan Ratus Dua
Puluh Satu Juta Delapan Puluh Lima Ribu Rupiah) yang berasal terdiri dari:
No Nama Program Jumlah
1 Program Konservasi Sumber daya Alam danEkosistem
38.937.589.000
2 Program Penegakan Hukum Lingkungan Hidupdan kehutanan
2.483.496.000
3 Program Pengendalian Perubahan Iklim 400.000.000
Jumlah 41.821.085.000
Alokasi pagu indikatif tersebut direncanakan untuk membiayai gaji
dan tunjangan, operasional perkantoran serta belanja non operasional
perkantoran. Uraian rencana pembiayaan pelaksanaan program dan kegiatan,
Output, Komponen dan Sub Komponen Kegiatan BBKSDA Jawa Barat lampiran.
59
BAB IV. PENUTUP
Rencana (Renja) Kerja BBKSDA Jawa Barat Tahun 2016 yang disusun
mengacu pada Rencana Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Tahun 2016 dan Rencana Kerja Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya
Alam dan Ekosistem, Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup
dan Kehutanan serta Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Tahun
2016. Rencana Kerja ini merupakan acuan dalam melaksanakan program dan
kegiatan pembangunan kehutanan pada BBKSDA Jawa Barat Tahun 2016.
Renja ini merupakan penjabaran tahun pertama dari Rencana
Strategis (Renstra) BBKSDA Jawa Barat, yang hingga saat ini penyusunannya
masih mengacu pada rancangan teknokratik. Walaupun Renstra yang diacu
masih bersifat tentatif, Renja ini tetap merupakan pedoman dan acuan dalam
penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Tahun 2016. Namun demikian,
apabila sekiranya dibutuhkan penyempurnaan sebagai akibat dari adanya
penyesuaian-penyesuaian dalam Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2016
maka akan dilakukan penyempurnaan setelah Rencana Strategis Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Direktorat Jenderal Konservasi Sumber
Daya Alam dan Ekosistem Tahun 2015-2019 yang bersifat final.
Selain digunakan sebagai acuan dalam penyusunan RKA Tahun 2016,
Renja ini juga selanjutnya akan digunakan sebagai acuan dalam penyusunan
dokumen Penetapan Kinerja BBKSDA Jawa Barat Tahun 2016. Untuk proses
selanjutnya masih diperlukan penyesuaian-penyesuaian sehubungan dengan
kemungkinan akan adanya perubahan arah kebijakan pemerintah dari kabinet
yang baru akan terbentuk serta adanya perubahan-perubahan prioritas dalam
APBN Tahun 2016 dan kodisi esksisting regulasi dan kelembagaan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan saat ini. Hal-hal tersebut perlu
mendapat prioritas dalam penanganannya dengan tetap memperhatikan
prinsip-prinsip relevan, efektif, efisien, fleksibel, dan bermanfaat.
Recommended