View
70
Download
9
Category
Preview:
Citation preview
RESPONSI
SKABIES
Disusun Oleh:
Bagus Dwi Prasetyo
G99122023
Pembimbing:
Soewito Partosoewiryo, dr., Sp.KK
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2013
1
STATUS RESPONSI
ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
Pembimbing : Soewito Partosoewiryo, dr., Sp.KK
Nama Mahasiswa : Bagus Dwi Prasetyo
NIM : G99122023
SKABIES
I. DEFINISI
Skabies adalah penyakit pada kulit manusia yang disebabkan oleh penetrasi,
infeksi dan sensitisasi dari kutu parasit manusia obligat yaitu Sarcoptes scabiei var.
hominis dan produknya ke dalam epidermis yang ditandai adanya lubang superfisial
dan keluhan gatal. Kata skabies berasal dari bahasa latin yaitu “scabere” yang artinya
garukan (scratch). Sinonim dari penyakit ini adalah “The 7 year itch”, gudik,
budukan, gatal agogo, kudis.1,2,6,8,9,13
Skabies menyerang bayi, anak-anak maupun orang dewasa. Pruritus adalah
gejala khas pada individu yang terkena, dan umumnya muncul di malam hari. Lesi
patognomonik skabies berbentuk kunikulus atau terowongan yang tidak beraturan.
Pada akhir setiap terowongan ,terdapat parasit yang hanya dapat dilihat dengan mata
telanjang sebagai titik gelap.3
II. EPIDEMIOLOGI
Diperkirakan lebih dari 300 juta penduduk dunia terinfeksi kutu skabies.
Skabies dapat mengenai semua golongan sosio-ekonomi, akan lebih sering
didapatkan pada daerah perkotaan, atau tempat–tempat yang padat penduduknya.
Kejadian skabies lebih banyak didapatkan pada musim dingin dibandingkan dengan
2
musim panas. Penularan skabies sering melalui kontak antar individu, bergantian
peralatan mandi, dan pakaian.1,10,14
Pada umumnya skabies ditandai dengan rasa gatal, adanya ruam, dan
mampu mengenai banyak orang dalam satu waktu, serta memungkinkan untuk
terjadinya superinfeksi. Angka kejadian skabies meningkat dalam dua dekade
terakhir. Resiko penyakit yang semakin memberat dan terjadinya komplikasi
umumnya tinggi pada institusi (termasuk rumah perawatan dan rumah sakit), pada
daerah sosial ekonomi rendah, dan pasien dengan imunokompromais. Transmisi
skabies biasanya melalui kontak personal, skabies sendiri dapat hidup diluar kulit
manusia selama kurang lebih 2 hari, oleh karena itu penularan dapat terjadi tanpa
kontak langsung. Skabies merupakan penyakit kulit yang sering ditemukan di
Indonesia. Hal ini dikarenakan iklim tropis Indonesia sangat mendukung
perkembangan agen penyebab skabies. Selain itu, kepekaan individu juga
berpengaruh terhadap infestasi agen.10,11,14
III. ETIOLOGI
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas arachnida, ordo
ackarima, super famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var.
Hominis, merupakan parasit obligat pada manusia yang hidup dan beraktifitas pada
kulit 2,8,9,13
Skabies merupakan tungau kecil yang mempunyai empat pasang kaki.
berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini
translusen, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar
antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yaitu
200-240 mikron x 150-200 mikron.14
Kutu ini tidak bisa terbang atau melompat, dan hanya berjalan merambat
dengan kecepatan 2,5cm/menit. Siklus hidupnya sekitar 30 hari di epidermis. Setelah
terjadinya kopulasi, kutu jantan akan mati. Kemudian kutu betina yang sudah dibuahi
melubangi stratum korneum dengan kecepatan 2-3 mm sehari dan bertelur 2 - 3 butir
per hari. Lalu telur tersebut menetas 4 hari, kemudian larva bermigrasi menuju
terowongan, setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk
3
yaitu jantan dan betina. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai dewasa
memerlukan waktu antara 8-12 hari 7,11
Jumlah kutu rata – rata pada seorang penderita biasanya kurang dari 20,
kecuali pada skabies berkrusta (Norwegian Scabies) yang mengandung ratusan
hingga jutaan kutu. Individu dengan HIV, orang tua, dan pasien dengan pengobatan
imunosupresi beresiko terjadi skabies krustosa.1,14
Tungau skabies gravid10 Tungau skabies betina gravid setelah
menggali terowongan dan meletakkan telur-
telurnya yang oval dan berwarna abu-abu.14
Gambar 1. Tungau Skabies
IV. PATOGENESIS
Siklus hidup kutu berlangsung selama 30 hari yang seluruhnya akan
dihabiskan dalam epidermis manusia. Setelah sanggama, kutu jantan mati dan kutu
betina membuat terowongan ke lapisan superfisial kulit dan meletakkan total 60-90
telur. Telur memerlukan waktu 8-12 hari untuk manjadi larva, nimfa, dan kemudian
menjadi tungau dewasa. Kurang dari 10% telur tersebut yang dapat tumbuh menjadi
dewasa. Tungau bergerak menuju lapisan superfisial kulit dengan mengeluarkan
protease yang akan menghancurkan stratum korneum. Tungau tersebut akan
memakan jaringan yang telah hancur dan bukan memakan darah. Saat perjalanan
menuju lapisan superfisial kulit, akan tercipta lesi liniear akibat tinja tungau yang
tertinggal di belakang sehingga terlihat seperti terowongan.7,10
Gambar 2. Tungau betina membuat terowongan ke lapisan superfisial kulit dan meletakkan telur
4
Penularan Skabies terjadi lewat kontak fisik, misalnya hubungan seksual,
kamp-kamp dan pada anak-anak masyarakat golongan menengah ke bawah.
Transmisi skabies yang paling efisien biasanya terjadi secara langsung melalui
kontak kulit dan lama dengan penderita skabies. Penularan lewat kontak fisik seksual
biasanya terjadi pada kalangan orang-orang muda yang aktif secara seksual. Tungau
skabies sangat sensitif terhadap lingkungan sekitar, namun dapat bertahan selama 24-
36 jam diluar kulit manusia.3,10,12
Gambar 3. Daur hidup skabies2
Kelainan kulit tidak hanya disebabkan oleh tungau Skabies, tetapi juga akibat
garukan oleh penderita sendiri. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi
terhadap sekreta dan eksreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan
setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan
ditemukannya papul, vesikel, dan urtika. Dengan garukan dapat timbul erosi,
ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder 4,9
5
Gambar 4. Tempat-tempat yang sering terjadi lokasi lesi dari skabies, yaitu di sela-sela jari
dan ruas-ruasnya.
Gambar 5. Kanalikuli yang dibuat oleh skabies.
Gambar 6. Skabies banyak menimbulkan pruritus, papul eritem di daerah genital. Pada pria
biasanya sering terdapat di daerah skrotum.
6
Gambar 7. Pergelangan tangan. Skabies banyak menimbulkan pruritus, terdapat vesikel / papul
eritem diujung terowongannya
V. GEJALA KLINIS
Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal dari manifestasi
klinis Skabies 9:
1. Pruritus nokturnal.
Yaitu gatal pada malam hari. Hal ini disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih
tinggi pada suhu yang lembab dan panas.
2. Menyerang manusia secara berkelompok.
a. Misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga
terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat
penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh
kutu tersebut.
b. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya
terkena, walaupun mengalami investasi tungau, tapi tidak memberikan
gejala. Penderita ini bersifat sebagai carrier.
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi.
a. Terowongan (kunikulus) berwarna putih keabu-abuan, berbentuk garis
lurus atau berkelok-kelok “S shaped”5, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung
terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder
ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul dan ekskoriasi).
7
Gambar 8. Kanalikuli yang dibuat oleh skabies10
b. Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum
korneum yang tipis, yaitu :
1) Sela-sela jari tangan
2) Pergelangan tangan bagian volar
3) Siku bagian luar
4) Lipat ketiak bagian depan
5) Areola mamae
6) Umbilikus
7) Bokong
8) Genitalia eksterna, dan perut
bagian bawah
9) Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
Skabies pada celah jari, jarang
mengenai kuku
Skabies pada genitalia pria
dengan papul dan ekskoriasi
Payudara wanita dengan lesi
skabies berupa papul pada areola
dan puting susu
Gambar 9. Predileksi Skabies
4. Menemukan adanya tungau
a. Merupakan hal yang diagnostik.
b. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium tungau ini.
8
Gambar 10. Tungau skabies yang dikorek dari terowongan dengan perbesaran 40x6
Beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal dapat
ditemukan, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk
tersebut antara lain 5,6,7 :
1. Skabies Incognito.
a. Bentuk ini timbul pada skabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga
gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih
bisa terjadi.
b. Sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi
luas dan mirip penyakit lain.
2. Skabies nodular.
a. Lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal.
b. Nodus biasanya terdapat di daerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki,
inguinal, dan aksila.
c. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau skabies.
d. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan.
Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun
meskipun telah diberi pengobatan anti skabies dan kortikosteroid.
9
Gambar 11. Skabies nodular pada daerah aksilla.9
3. Skabies pada orang bersih (Scabies of Cultivated)
Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit
jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.
4. Skabies pada bayi dan anak.
a. Lesi skabies pada anak: Seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak
tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo,
ektima sehingga terowongan jarang ditemukan.
b. Lesi Skabies pada bayi: Muka.
Gambar 12. Skabies pada bayi. Lokasi pada telapak kaki khas pada skabies jenis ini, juga pada
wajah, scalp, dan telapak tangan.
5. Skabies Norwegia atau skabies krustosa
a. Ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta, skuama generalisata dan
hiperkeratosis yang tebal.
b. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku,
lutut, telapak tangan, dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku.
10
c. Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia
tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang
menginfestasi sangat banyak (ribuan).
d. Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun
tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembang biak dengan
mudah.
Gambar 14. Scabies Norwegia pada lengan dengan skuama generalisata.9
6. Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden).
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur
dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.
Gambar 15. Papular skabies atipik pada wanita tua, lesi yang sama terdapat pada punggungnya
7. Skabies yang ditularkan melalui hewan.
a. Kelainan ini berbeda dengan skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan,
tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada
daerah dimana orang sering kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu
paha, perut, dada dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih
11
mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4 -8 minggu), dan dapat sembuh
sendiri karena S. scabiei var. binatang tidak dapat melanjutkan siklus
hidupnya pada manusia.
b. Di Amerika, sumber utamanya adalah anjing.
VI. DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis :
a. Lokasi keluhan
b. Onset penyakit
c. Waktu sering timbulnya keluhan
d. Riwayat penyakit dalam keluarga
e. Kebiasaan
f. Tempat tinggal
2. Pemeriksaan fisik :
a. Ditemukan adanya terowongan atau kunikulus
b. Ditemukan tungau skabies, dengan cara :
1) Carilah mula–mula terowongan, kemudian pada ujung yang terlihat papul
atau vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan diatas kaca objek,
lalau ditutup dengan objek glas, dan dilihat dengan mikroskop cahaya.
2) Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung diatas selembar kertas
putih dan dilihat dengan kaca pembesar.
3) Dengan membuat biopsi irisan. Caranya dengan menjepit lesi dengan dua
jari kemudian dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan
mikroskop cahaya.
4) Dengan biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewanaan (Hematoksisilin
Eosin) H. E.3
3. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosa pasti skabies dilakukan dengan membuat kerokan kulit pada
daerah yang berwarna kemerahan dan terasa gatal. Kerokan yang dilakukan
12
sebaiknya dilakukan agak dalam karena Sarcoptes betina bermukim agak dalam di
kulit dengan membuat terowongan. Untuk melarutkan kerak digunakan larutan
KOH 10%. selanjutnya hasil kerokan tersebut diamati dengan mikroskop dengan
perbesaran 10-40 kali.3
IV. DIAGNOSIS BANDING
Banyaknya penyakit kulit dengan keluhan gatal, maka ada pendapat yang
mengatakan bahwa penyakit skabies adalah great imitator. Diagnosis banding
Skabies adalah 1,8 :
a) Gigitan serangga
b) Papular utrikaria
c) Dermatitis herpetiformis
d) Dermatitis Atopik
e) Dermatitis Kontak
f) Pioderma
V. TERAPI
Terapi yang dapat dilakukan berupa : 7,8,10,12
1. Topikal :
a. Permetrin.5%
Merupakan obat pilihan untuk saat ini, tingkat keamanannya cukup tinggi,
mudah pemakaiannya, dan tidak mengiritasi kulit. Dapat digunakan di kepala
dan leher anak usia kurang dari 2 tahun. Penggunaannya dengan cara dioleskan
ditempat lesi lebih kurang 8 jam kemudian dicuci bersih
b. Malation.
Malation 0,5 % dengan dasar air digunakan selama 24 jam. Pemberian
berikutnya diberikan beberapa hari kemudian.
c. Emulsi Benzil-benzoas (20-25 %).
Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari.
Sering terjadi iritasi dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
13
d. Sulfur.
Dalam bentuk parafin lunak, sulfur 10 % secara umum aman dan efektif
digunakan. Dalam konsentrasi 2,5 % dapat digunakan pada bayi. Obat ini
digunakan pada malam hari selama 3 malam.
e. Monosulfiran.
Tersedia dalam bentuk lotion 25 %, yang sebelum digunakan harus ditambah 2
– 3 bagian dari air dan digunakan selama 2 – 3 hari.
f. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan).
Kadarnya 1% dalam krim atau lotion, termasuk obat pilihan karena efektif
terhadap semua stadium, mudah digunakan dan jarang terjadi iritasi. Tidak
dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun dan wanita hamil karena toksik
terhadap susunan saraf pusat. Pemberian cukup sekali, kecuali jika masih ada
gejala ulangi seminggu kemudian.
g. Krotamiton 10%
Dalam krim atau losio, merupakan obat pilihan. Mempunyai 2 efek sebagai
antiskabies dan antigatal.
2. Terapi sistemik
Obat ektoparasit yang biasa digunakan adalah avermectin, misalnya
ivermectin secara subkutan (SC). Dosis yang dianjurkan adalah 1 ml untuk 15 –
20 kg/berat badan dan diulang 10 -14 hari kemudian.
3. Terapi adjuvant :
a. Antibakterial
b. Antihistamin
c. Kortikosteroid
4. Terapi preventif
Semua anggota rumah dan kontak erat lebih dari 2 bulan dengan penderita
dan tidak hamil harus diperlakukan sebagai penderita skabies,walaupun tidak ada
gejala. Semua pakaian, handuk, bantal, kasur harus dijemur dibawah sinar
matahari. Tujuannya agar tungau mati karena sinar matahari. Pakaian dicuci
dengan menggunakan cairan karbol. Dan bila semua telah dilakukan, terpenting
14
adalah mengubah cara hidup sehari-hari dengan tidak saling meminjamkan
pakaian dan barang pribadi lainnya ke orang lain.
Pasien harus dievaluasi dalam waktu 2-4 minggu setelah perawatan untuk
mengetahui kepatuhan dan respon terapi. Pasien mungkin mengalami pruritus
hingga 2 minggu setelah pengobatan berhasil. Jika gatal menetap, pasien harus
dievaluasi ulang untuk memastikan diagnosis yang benar dan pengobatan yang
tepat.Individu dengan riwayat atopi mungkin memerlukan prednison untuk
pengobatan pruritus berat, namun hal ini jarang terjadi. Suntikan kortikosteroid
Intranodular yang telah diencerkan mungkin diperlukan dalam kasus-kasus
skabies nodular.
Kasus skabies krustosa mungkin memerlukan aplikasi berulang skabisid
topikal atau pengobatan simultan dengan agen topikal seperti permetrin dan
ivermectin oral dikarenakan jumlah tungau yang sangat banyak.7,8
VI. PROGNOSIS
Jika tidak diterapi dengan baik, skabies akan menetap selama beberapa tahun.
Pada pasien imunokompeten jumlah tungau akan berkurang dengan sendirinya
dalam beberapa waktu. Selama diterapi dengan obat yang tepat dan dengan
perawatan yang baik maka skabies umumnya memberikan prognosis yang baik.
Pada pasien imunokompromais atau yang sedang dalam perawatan meningkatkan
resiko untuk terjadinya skabies krustosa (Scabies Norwegian) sehingga
memberikan prognosis yang kurang baik.8
15
DAFTAR PUSTAKA
1. American Academy of Dermatology. 2010.
http://www.cdc.gov/ncidod/dpd/parasites/scabies/factsht_scabies.htm
2. Anonim. Scabies. http://en.wikipedia.org. 2010
3. Anonim. Scabies. http:// www.dermis.net/dermisroot/en/16625/diagnose.htm. 2009.
4. Anonim. Scabies. http://www.cdc.gov/scabies.com. 2008.
5. Bandyopadhyay, D. Scabies. http://dermatologylecturesnote.com. 2010.
6. Cordoro, Kelly M. Scabies. http://www.emedicinemedscape.com/ article/1109204.
2009.
7. Fox, Lindy P. Scabies. http://www.knol.google.com/k/scabies. 2008
8. Gandahusada, S., Ilahude, H.D., Pribadi, W. Parasitologi Kedokteran. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI, 2006
9. Handoko, R.P. Skabies. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI, 2005;122-25.
10. Oliver Chosidow. The New England Journal of Medicine : Scabies.
http://content.nejm.org/cgi/content/full/354/16/1718. 2006
11. Rasid, W.A. Yang Perlu Anda Ketahui Tentang Scabies. http://www.vet-indo.com.
2010
12. Rockoff, Alan and Stoppler, Mellisa Conrad. http://
www.medicinenet.com/scabies/article.htm. 2010
13. Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Jakarta: ECG,
2005;7:164.
14. Stone, S.P., Goldfarb, J.N., Bacelieri R.E. Scabies, Other Mites, and Pediculosis In
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Seventh edition. Vol. II, Mc Graw
Hill, New York. 2008. P: 2029-31
16
LAPORAN KASUS
SKABIES
A. ANAMNESA
1. Identitas
Nama : Tn. FP
Alamat : Mutihan RT 04 RW X, Sondakan, Laweyan, Surakarta
Usia : 24 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
No. RM : 01 18 96 41
Tanggal periksa : 12 April 2013
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Pendidikan : SMA
No. HP : 087835608130
2. Keluhan Utama
Keluhan Utama : Gatal seluruh tubuh.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak ± 2 bulan yang lalu pasien mengeluh bintik merah dan gatal di sela
jari tangan dan kaki. Kemudian pasien membeli obat (tablet) dexamethason di
apotek. Keluhan gatal dirasakan berkurang namun keluhan timbul lagi ketika obat
habis.
Satu bulan minggu kemudian pasien mengeluh gatal semakin hebat
terutama pada malam hari sampai pasien tidak bisa tidur. Pasien juga mengeluh
gatal dan bintik kemerahan menjalar sampai ke dada, perut, punggung, kaki dan
tangan. Kemudian pasien berobat ke dokter umum, diberi obat minum selama 5
hari, dan keluhan gatal menghilang namun luka-lukanya menetap. Setelah obat
habis, gatal timbul kembali. Kemudian pasien membeli obat sendiri di apotek:
dexamethason (tablet) dan obat “bersih darah kembang gula” yang diminum
17
selama seminggu, namun keluhan tidak berkurang dan akhirnya pasien
memeriksakan diri ke poliklinik kulit dan kelamin RSDM.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat alergi makanan : disangkal
Riwayat alergi obat : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat penyakit serupa : (+) sejak 2 bulan yang lalu, kambuh-kambuhan
5. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat alergi makanan : disangkal
Riwayat alergi obat : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat penyakit serupa : (+) pada bapak, ibu dan adik yang tinggal serumah
6. Riwayat kebiasaan
Pasien mandi 2 kali sehari, ganti baju 2 kali sehari dan tidur di kamar sendiri.
Pasien makan 2-3 kali sehari dengan nasi, sayur dan lauk.
B. PEMERIKSAANFISIK
1. Status Generalis
Keadaan umum : Baik, compos mentis, gizi kesan cukup
Tanda vital : TD : 120/80 mmHg
Respirasi : 20/menit
Nadi : 88/menit
Suhu : 37.1 ˚C
Kepala : dalam batas normal
18
Wajah : dalam batas normal
THT : dalam batas normal
Leher : dalam batas normal
Aksila : dalam batas normal
Thorax : Lihat status lokalis
Abdomen : Lihat status lokalis
Inguinal : dalam batas normal
Ekstremitas superior : Lihat status lokalis
Ekstremitas inferior : Lihat status lokalis
2. Status Dermatologis
Regio generalisata didapatkan lesi berupa : papul eritem multiple dengan erosi
dan ekskoriasi di beberapa tempat.
19
20
21
C. PEMERIKSAANPENUNJANG
Dilakukan pengambilan specimen dari lesi di tangan dan ketiak, diberikan
larutan KOH 10% kemudian di periksa di bawah mikroskop dengan perbesaran 10-
40 x: tampak parasit Sarcoptes scabei.
D. DIAGNOSIS BANDING
1. Skabies
2. Prurigo
3. Insect bite
E. DIAGNOSA KERJA
Skabies
F. TERAPI1. Non medikamentosa
a. Mandi minimal 2x/hari dengan air bersih dan sabun.
b. Merendam pakaian, sprei, dan handuk pasien dengan air panas sebelum dicuci.
c. Menjemur alat-alat tidur.
d. Hindari pemakaian pakaian dan handuk bersama-sama.
2. Medikamentosa:
Scabimite Cream 1 dd ue
Gentamycin zalf 1 dd ue pada luka dengan erosi
Cetirizin tab 1 x 10 mg
22
G. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad sanam : bonam
Ad fungsionam : bonam
Ad kosmetikum : dubia
23
Recommended