Upload
seli-izazi-sabil
View
58
Download
12
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Referat Kulit & Kelamin - Skabies
Citation preview
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin REFERAT MINI II
Fakultas Kedokteran JANUARI 2016
Universitas Hasanuddin
DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN SKABIES
Disusun oleh :
A. Sri Izazi Wafiah Sabil
C111 11 375
Pembimbing :
dr. Maryam
Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik
Pada Bagian Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin
Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
Makassar
2016
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 DEFINISI
Skabies adalah penyakit kulit menular akibat infestasi dan sensitisasi tungau
Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya pada tubuh. Pada populasi yang
besar dan padat, insiden skabies tinggi oleh karena kemungkinan kontak antar
manusia yang besar. Penyakit ini biasa disebut juga the itch, gudig, budukan, dan
gatal agogo.(1)
I.2 EPIDEMIOLOGI
Skabies terjadi baik pada laki-laki maupun perempuan, di semua area
geografi, semua kelompok usia, ras dan kelas sosial. Namun menjadi masalah
utama pada daerah yang padat dengan sanitasi yang buruk, dan negara dengan
keadaan perekonomian yang kurang.(1)
Studi epidemiologi memperlihatkan bahwa prevalensi skabies cenderung
tinggi pada anak-anak serta remaja dan tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin, ras,
umur, ataupun kondisi sosial ekonomi. Faktor primer yang berkontribusi adalah
kemiskinan dan kondisi hidup di daerah yang padat,sehingga penyakit ini lebih
sering di daerah perkotaan. Diperkirakan bahwa terdapat lebih dari 300 juta orang
di seluruh dunia terjangkit tungau skabies.(1,2)
I.3 ETIOLOGI
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Sarcoptes scabiei
adalah parasit manusia obligat yang termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida,
ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Bentuknya lonjong, bagian chepal depan
kecil dan bagian belakang thoracoabdominal dengan penonjolan seperti rambut
yang keluar dari dasar kaki.(1)
Gambar 1.Gambaran morfologi Sarcoptes scabiei(1)
I.4 PATOGENESIS
Jalur utama dari transmisi penularan yaitu kontak langsung antara kulit ke
kulit. Namun transmisi dengan cara pakaian bersama atau metode tidak langsung
lainnya sangat langka tetapi mungkin terjadi pada Norwegian scabies (misalnya,
dalam host immunocompromised). Transmisi antara anggota keluarga. Transmisi
seksual juga terjadi.(1)
Masa inkubasi sebelum munculnya gejala dapat terjadi selama berhari-hari
bahkan berbulan-bulan. Pada infestasi awal, biasa 2-6 minggu sebelum imunitas
host disensitasi oleh tungau atau produknya, menimbulkan pruritus dan lesi
kutaneus. Infestasi berikutnya biasanya disadari dalam 24-48 jam setelah infestasi
awal. Penderita skabies asimptomatik tidak jarang ditemukan dan penderita ini
dapat disebut carrier.(2)
BAB II
DIAGNOSIS
II.1 Gambaran Klinis
Kelainan klinis pada kulit yang ditimbulkan oleh infestasi Sarcoptes scabiei
sangat bervariasi. Meskipun demikian kita dapat menemukan gambaran klinis
berupa keluhan subjektif dan objektif yang spesifik. Dikenal ada 4 tanda utama
atau cardinal sign pada infestasi skabies, yaitu :
1. Pruritus nocturna
Setelah pertama kali terinfeksi dengan tungau skabies, kelainan kulit seperti
pruritus akan timbul selama 6 hingga 8 minggu. Infeksi yang berulang
menyebabkan ruam dan gatal yang timbul hanya dalam beberapa hari. Gatal terasa
lebih hebat pada malam hari.(3) Hal ini disebabkan karena meningkatnya aktivitas
tungau akibat suhu yang lebih lembab dan panas. Sensasi gatal yang hebat
seringkali mengganggu tidur dan penderita menjadi gelisah. Pruritus nocturna juga
artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih
tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.(1)
2. Menyerang manusia secara berkelompok
Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, sehingga dalam sebuah
keluarga biasanya mengenai seluruh anggota keluarga. Begitu pula dalam sebuah
pemukiman yang padat penduduknya, skabies dapat menular hampir ke seluruh
penduduk. Didalam kelompok mungkin akan ditemukan individu yang
hiposensitisasi, walaupun terinfestasi oleh parasit sehingga tidak menimbulkan
keluhan klinis akan tetapi menjadi pembawa/carier bagi individu lain.(1,2)
3. Adanya terowongan
Kelangsungan hidup Sarcoptes scabiei sangat bergantung kepada
kemampuannya meletakkan telur, larva dan nimfa didalam stratum korneum, oleh
karena itu parasit sangat menyukai bagian kulit yang memiliki stratum korneum
yang relatif lebih longgar dan tipis. Tempat-tempat predileksi yaitu sela jari
tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar, lipatan ketiak, areola mammae,
genitalia externa, dan pantat.(1,3)
Erupsi eritematous dapat tersebar di badan sebagai reaksi hipersensitivitas
pada antigen tungau. Lesi yang patognomonis adalah terowongan yang tipis dan
kecil seperti benang, berstruktur linear kurang lebih 1 hingga 10 mm, berwarna
putih abu-abu, pada ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel yang
merupakan hasil dari pergerakan tungau di dalam stratum korneum. Terowongan
ini terlihat jelas kelihatan di sela-sela jari, pergelangan tangan dan daerah siku.
Namun, terowongan tersebut sukar ditemukan di awal infeksi karena aktivitas
menggaruk pasien yang hebat.(1)
4. Menemukan Sarcoptes scabiei
Apabila kita dapat menemukan terowongan yang masih utuh kemungkinan
besar kita dapat menemukan tungau dewasa, larva, nimfa maupun skibala dan ini
merupakan hal yang paling diagnostik. Akan tetapi, kriteria yang keempat ini agak
susah ditemukan karena hampir sebagian besar penderita pada umumnya.(1)
II.2 Bentuk Klinis
Selain bentuk skabies yang klasik, terdapat pula bentuk-bentuk yang tidak
khas, meskipun jarang ditemukan. Kelainan ini dapat menimbulkan kesalahan
diagnostik yang dapat berakibat gagalnya pengobatan. Bentuk-bentuk skabies
antara lain : (1)
1. Skabies pada orang bersih
Klinis ditandai dengan lesi berupa papula dan kanalikuli dengan jumlah
yang sangat sedikit, kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur.(1)
2. Skabies nodular
Lesi berupa nodul kecoklatan yang gatal, nodul terjadi akibat reaksi
hipersensitivitas terhadap Sarcoptes scabiei. Umumnya terdapat pada daerah yang
tertutup terutama pada genitalia, inguinal dan aksila. Pada nodul yang lama tungau
sukar ditemukan, dan dapat menetap selama beberapa minggu hingga beberapa
bulan walaupun telah mendapat pengobatan anti skabies.(1)
2. Skabies incognito
Penggunaan obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala
dan tanda pada penderita apabila penderita mengalami skabies. Akan tetapi
dengan penggunaan steroid, keluhan gatal tidak hilang dan dalam waktu singkat
setelah penghentian penggunaan steroid lesi dapat kambuh kembali bahkan lebih
buruk. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena penurunan respon imun seluler.(1)
3. Skabies yang ditularkan oleh hewan
Sarcoptes scabieivarcanis bisa menyerang manusia yang pekerjaannya
berhubungan erat dengan hewan tersebut, misalnya anjing, kucing dan gembala.
Lesi tidak pada daerah predileksi skabies tipe humanus tetapi pada daerah yang
sering berkontak dengan hewan peliharaan tersebut, seperti dada, perut, lengan.
Masa inkubasi jenis ini lebih pendek dan sembuh sendiri bila menjauhi hewan
tersebut dan mandi bersih-bersih oleh karena varietas hewan tidak dapat
melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.(1,3)
4. Norwegian Scabies (Skabies berkrusta)
Merupakan skabies berat ditandai dengan lesi klinis generalisata berupa
krusta dan hiperkeratosis dengan tempat predileksi pada kulit kepala berambut,
telinga, bokong, telapak tangan, kaki, siku, lutut dapat pula disertai kuku distrofik.
Bentuk ini sangat menular tetapi gatalnya sangat sedikit. Dapat ditemukan lebih
dari satu juta populasi tungau di kulit. Bentuk ini ditemukan pada penderita yang
mengalami gangguan fungsi imun misalnya AIDS, penderita gangguan
neurologik dan retardasi mental.(1,3)
5. Skabies pada bayi dan anak
Pada anak yang kurang dari dua tahun, infestasi bisa terjadi di wajah dan
kulit kepala sedangkan pada orang dewasa jarang terjadi. Nodul pruritis
eritematous keunguan dapat ditemukan pada aksila dan daerah lateral badan pada
anak-anak. Nodul-nodul ini bisa timbul berminggu-minggu setelah eradikasi
infeksi tungau dilakukan. Vesikel dan bula bisa timbul terutama pada telapak
tangan dan jari. (3)
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh
kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki dan sering terjadi infeksi sekunder
berupa impetigo, ektima, sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi
terdapat di wajah.(1)
II.3 Pemeriksaan penunjang
Bila gejala klinis spesifik, diagnosis skabies mudah ditegakkan. Tetapi
penderita sering datang dengan lesi yang bervariasi sehingga diagnosis pasti sulit
ditegakkan. Pada umumnya diagnosis klinis ditegakkan bila ditemukan dua dari
empat cardinal sign. (1)Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menemukan
tungau dan produknya yaitu :
1. Kerokan kulit
Papul atau kanalikuli yang utuh ditetesi dengan minyak mineral atau KOH
10% lalu dilakukan kerokan dengan menggunakan skalpel steril yang bertujuan
untuk mengangkat atap papul atau kanalikuli. Bahan pemeriksaan diletakkan di
gelas objek dan ditutup dengan kaca penutup lalu diperiksa dibawah mikroskop.(1,5)
2. Mengambil tungau dengan jarum
Bila menemukan terowongan, jarum suntik yang runcing ditusukkan
kedalam terowongan yang utuh dan digerakkan secara tangensial ke ujung lainnya
kemudian dikeluarkan.Bila positif, tungau terlihat pada ujung jarum sebagai
parasit yang sangat kecil dan transparan. Cara ini mudah dilakukan tetapi
memerlukan keahlian tinggi.(1,5)
3. Tes tinta pada terowongan (Burrow ink test)
Papul skabies dilapisi dengan tinta cina, dibiarkan selama 20-30 menit.
Setelah tinta dibersihkan dengan kapas alkohol, terowongan tersebut akan
kelihatan lebih gelap dibandingkan kulit di sekitarnya karena akumulasi tinta
didalam terowongan. Tes dinyatakan positif bila terbetuk gambaran kanalikuli
yang khas berupa garis menyerupai bentuk S.(1)
4. Membuat biopsi irisan (epidermal shave biopsy)
Dilakukan dengan cara menjepit lesi dengan ibu jari dan telunjuk kemudian
dibuat irisan tipis, dan dilakukan irisan superfisial menggunakan pisau dan
berhati-hati dalam melakukannya agar tidak berdarah. Kerokan tersebut
diletakkan di atas kaca objek dan ditetesi dengan minyak mineral yang kemudian
diperiksa dibawah mikroskop.(1)
5. Biopsi irisan dengan pewarnaan Hematoksilin and Eosin
Sarcoptes scabiei dalam epidermis (panah) dengan pewarnaan H.E(4)
6. Uji tetrasiklin
Pada lesi dioleskan salep tetrasiklin yang akan masuk ke dalam
kanalikuli. Setelah dibersihkan, dengan menggunakan sinar ultraviolet dari
lampu Wood, tetrasiklin tersebut akan memberikan efluoresensi kuning
keemasan pada kanalikuli.(1)
II.4 DIAGNOSIS BANDING
1. Insect bite (gigitan serangga)
Karakteristik lesi berupa urtikaria papul eritematous 1-4 mm
berkelompok dan tersebar di seluruh tubuh, sedangkan tungau skabies lebih
suka memilih area tertentu yaitu menghindari area yang memiliki banyak
folikel pilosebaseus.(6)
Pada umumnya popular urtikaria terjadi akibat gigitan dan sengatan
serangga tetapi area lesinya hanya terbatas pada daerah gigitan dan sengatan
serangga saja sedangkan skabies ditemukan lesi berupa terowongan yang
tipis dan kecil seperti benang berwarna putih abu-abu, pada ujung
terowongan ditemukan papul atau vesikel.(5)
Gigitan serangga biasanya hanya mengenai satu anggota keluarga
saja, sedangkan skabies menyerang manusia secara kelompok, sehingga
dalam sebuah keluarga biasanya mengenai seluruh anggota keluarga.(1,5)
2. Folikulitis
Merupakan peradangan folikel rambut yang disebabkan oleh bakteri
Stafilokokus berupa makula eritem disertai papul atau pustul yang ditembus
oleh rambut. Berbeda dengan skabies, folikulitis memiliki rasa gatal dan
rasa terbakar pada daerah rambut. Kadang-kadang penyakit ini ditimbulkan
oleh discharge (sekret) dari luka dan abses. Kemudian, lesi folikulitis
muncul pada daerah yang ditumbuhi oleh rambut, sedangkan pada skabies
menghindari area yang memiliki banyak folikel pilosebaseus.(3)
3. Prurigo nodularis
Merupakan tanda klinik yang kronis yaitu nodul yang gatal dan secara
histologi ditandai adanya hiperkeratosis dan akantosis hingga ke bawah
epidermis. Sedangkan pada skabies ditemukan Sarcoptesscabiei di bagian
teratas epidermis yang mengalami akantosis. Pada prurigo, penyebabnya
belum diketahui. Namun dalam beberapa kasus, faktor stress emosional
menjadi salah satu pemicu sehingga sulit untuk ditentukan apakah ini adalah
penyebab atau akibat dari prurigo sedangkan pada skabies disebabkan oleh
adanya tungau Sarcoptes scabiei melalui pewarnaan Hematoksilin-Eosin
(H.E).(3)
II.5 KOMPLIKASI
Impegtiginisasi sekunder adalah komplikasi umum ditemukan dan
berespon baik terhadap pemberian antibiotik topikal ataupun oral,
tergantung tingkat piodermanya.Selain itu, limfangitis dan septiksemia
dapat juga terjadi terutama pada skabies Norwegian Scabies, post-
streptococcal glomerulonephritis bisa terjadi karena scabies-induced
pyodermas yang disebabkan oleh Streptococcus pyogens.(1,3)
II.6 PROGNOSIS
Jika tidak dirawat, kondisi ini bisa menetap untuk beberapa tahun.
Pada individu yang immunokompeten, jumlah tungau akan berkurang
seiring waktu.(3) Investasi skabies dapat disembuhkan. Seorang individu
dengan infeksi skabies, jika diobati dengan benar, memiliki prognosis
yang baik, keluhan gatal dan eksema akan sembuh. Penyakit scabies dapat
ditangani secara efektif oleh dokter yang mempunyai pengetahuan
mengenai obat yang tersedia dan dapat mengarahkan pasien untuk
mengikuti aturan dalam pengobatan.(2,3)
BAB III
PENATALAKSANAAN
Terdapat beberapa terapi untuk skabies yang memiliki tingkat efektifitas
yang bervariasi. Faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan yang antara lain
umur pasien, biaya pengobatan, berat derajat erupsi, dan faktor kegagalan terapi
yang pernah diberikan sebelumnya.(1)
Pada pasien dewasa, skabisid topikal harus dioleskan di seluruh permukaan
tubuh kecuali area wajah dan kulit kepala,dan lebih difokuskan di daerah sela-sela
jari, inguinal, genital, area lipatan kulit sekitar kuku, dan area belakang telinga.
Pada pasien anak dan skabies berkrusta, area wajah dan kulit kepala juga harus
dioleskan skabisid topikal. Pasien harus diinformasikan bahwa walaupun telah
diberikan terapi skabisidal yang adekuat, ruam dan rasa gatal di kulit dapat tetap
menetap hingga 4 minggu. Jika tidak diberikan penjelasan, pasien akan
beranggapan bahwa pengobatan yang diberikan tidak berhasil dan kemudian akan
menggunakan obat anti skabies secara berlebihan. Steroid topikal,anti histamin
maupun steroid sistemik jangka pendek dapat diberikan untuk menghilangkan
ruam dan gatal pada pasien yang tidak membaik setelah pemberian terapi skabisid
yang lengkap.(1)
III.3 Penatalaksanaan secara umum
Edukasi pada pasien skabies :
1. Mandi dengan air hangat dan keringkan badan.
2. Pengobatan meliputi seluruh bagian dari kulit tanpa terkecuali baik
yang yang terkena oleh skabies ataupun bagian kulit yang tidak terkena.
3. Pengobatan yang diberikan dioleskan di kulit dan sebaiknya dilakukan
pada malam hari sebelum tidur.
4. Hindari menyentuh mulut dan mata dengan tangan.
5. Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci dengan
teratur dan bila perlu direndam dengan air panas
6. Jangan ulangi penggunaan skabisid yang berlebihan dalam seminggu
walaupun rasa gatal yang mungkin masih timbul selama beberapa hari.
7. Setiap orang di yang tinggal dalam satu rumah sebaiknya mendapatkan
penanganan di waktu yang sama.
8. Melapor ke dokter anda setelah satu minggu
III.2 Penatalaksanaan secara khusus
Ada banyak cara pengobatan secara khusus pada pengobatan skabies dapat
berupa topikal maupun oral antara lain :
a. Permethrin 5 %
Permethrin merupakan sintesa dari pyrethtoid, sifat skabisidnya sangat
baik. Obat ini merupakan pilihan pertama dalam pengobatan skabies karena
efek toksisitasnya terhadap mamalia sangat rendah dan kecenderungan
keracunan akibat salah dalam penggunaannya sangat kecil. Hal ini
disebabkan karena hanya sedikit yang terabsorbsi dan cepat dimetabolisme
di kulit dan deksresikan di urin. Tersedia dalam bentuk krim 5 % dosis
tunggal digunakan selama 8-12 jam, digunakan malam hari sekali dalam 1
minggu selama 2 minggu, apabila belum sembuh bisa dilanjutkan dengan
pemberian kedua setelah 1 minggu. Permethrin tidak dapat diberikan pada
bayi yang kurang dari 2 bulan, wanita hamil, dan ibu menyusui.Efek
samping jarang ditemukan berupa rasa terbakar, perih, dan gatal.(3)
b. Presipitat Sulfur 2-10%
Presipitat sulfur adalah antiskabietik tertua yang telah lama digunakan,
sejak 25 M. Preparat sulfur yang tersedia dalam bentuk salep (2% -10%)
dan umumnya salep konsentrasi 6% lebih disukai. Cara aplikasi salep sangat
sederhana, yakni mengoleskan salep setelah mandi ke seluruh kulit tubuh
selama 24 jam tiga hari berturut-turut. Keuntungan penggunaan obat ini
adalah harganya yang murah dan mungkin merupakan satu-satunya pilihan
di negara yang membutuhkan terapi massal. Kekurangan yang lain ialah
berbau dan mengotori pakaian dan kadang menimbulkan iritasi.(3)
c. Benzyl benzoate
Benzyl benzoate adalah ester asam benzoat dan alkohol benzilyang
merupakan bahan sintesis balsam peru. Benzyl benzoate bersifat
neurotoksik pada tungau skabies. Digunakan sebagai 25% emulsi dengan
periode kontak 24 jam dan pada usia dewasa muda atau anak-anak, dosis
dapat dikurangi menjadi 12,5%. Benzyl benzoate sangat efektif bila
digunakan dengan baik dan teratur dan secara kosmetik bisa diterima. Efek
samping dari benzyl benzoate dapat menyebabkan dermatitis iritan pada
wajah dan skrotum, karena itu penderita harus diingatkan untuk tidak
menggunakan secara berlebihan. Penggunaan berulang dapat menyebabkan
dermatitis alergi. Terapi ini dikontraindikasikan pada wanita hamil dan
menyusui, bayi, dan anak-anak kurang dari 2 tahun. Tapi benzyl benzoate
lebih efektif dalam pengelolaan resistant crusted scabies.(3)
d. Lindane (Gamma benzene heksaklorida)
Lindane juga dikenal sebagai hexaklorida gamma benzena, adalah
sebuah insektisida yang bekerja pada sistem saraf pusat tungau. Lindane
tersedia dalam bentuk krim, losion, gel, tidak berbau dan tidak berwarna.
Pemakaian secara tunggal dengan mengoleskan ke seluruh tubuh dari leher
ke bawah selama 12-24 jam dalam bentuk 1% krim atau losion. Setelah
pemakaian dicuci bersih dan dapat diaplikasikan lagi setelah 1 minggu.
Dianjurkan untuk tidak mengulangi pengobatan dalam 7 hari, serta tidak
menggunakan konsentrasi lain selain 1%. Obat ini tidak dianjurkan untuk
anak dibawah 6 tahun. Efek samping lindane antara lain menyebabkan
toksisitas sistem saraf pusat, kejang, dan bahkan kematian pada anak atau
bayi walaupun jarang terjadi.(3)
e. Crotamiton krim (Crotonyl-N-Ethyl-O-Toluidine)
Crotamion (crotonyl-N-etil-o-toluidin) digunakan sebagai krim 10%
atau losion. Tingkat keberhasilan bervariasi antara 50% dan 70%. Hasil
terbaik telah diperoleh bila diaplikasikan dua kali sehari selama lima hari
berturut-turut setelah mandi dan mengganti pakaian dari leher ke bawah
selama 2 malam, kemudian dicuci setelah aplikasi kedua. Efek samping
yang ditimbulkan berupa iritasi bila digunakan jangka panjang.(3)
f. Ivermectin
Ivermectin adalah bahan semisintetik yang dihasilkan oleh
Streptomyces avermitilis, anti parasit yang strukturnya mirip antibiotik
makrolid, namun tidak mempunyai aktifitas sebagai antibiotik, diketahui
aktif melawan ekto dan endo parasit. Diberikan secara oral, dosis tunggal,
200 ug/kgBB dan dilaporkan efektif untuk skabies. Digunakan pada umur
lebih dari 5 tahun. Efek samping yang sering adalah kontak dermatitis dan
toxicepidermal necrolysis.(3)
g. Monosulfiran
Tersedia dalam bentuk lotion 25% sebelum digunakan harus
ditambahkan 2-3 bagian air dan digunakan setiap hari selama 2-3 hari.(3)
d. Pengobatan simptomatik
Obat antipruritus seperti obat anti histamin mungkin mengurangi gatal yang
secara karakeristik menetap selama beberapa minggu setelah terapi dengan anti
skabies yang adekuat. Pada bayi, aplikasi hidrokortison 1% pada lesi kulit yang
sangat aktif dan aplikasi pelumas atau emolien pada lesi yang kurang aktif
mungkin sangat membantu, dan pada orang dewasa dapat digunakan
triamsinolon 0,1% untuk mengurangi keluhan.(1)
Tabel 1. Pengobatan Skabies (1)
Jenis Obat Dosis Keterangan
Krim
Permethrin
5%
Dioleskan selama 8-14
jam, diulangi selama 7
hari.
Terapi lini pertama di Amerika Serikat dan
kehamilan kategori B.
Losion
Lindane
1%
Dioleskan selama 8 jam
setelah itu dibersihkan,
olesan kedua diberikan 1
minggu kemudian.
Tidak dapat diberikan pada anak umur 2 tahun
kebawah, wanita selama masa kehamilan dan
laktasi.
Krim
Crotamito
n 10%
Dioleskan selama 2 hari
berturut-turut,lalu
diulangi dalam 5 hari.
Memiliki efek anti pruritus tetapi efektifitasnya
tidak sebaik topikal lainnya.
Sulfur
presipitat
5-10%
Dioleskan selama 3 hari
lalu dibersihkan.
Aman untuk anak kurang dari 2 bulan dan
wanita dalam masa kehamilan dan laktasi, tetapi
tampak kotor dalam pemakaiannya dan data
efisiensi obat ini masih kurang.
Losion
Benzyl
Benzoat
10%
Dioleskan selama 24 jam
lalu dibersihkan
Efektif namun dapat menyebabkan dermatitis
pada wajah
Ivermectin
200 υg/kg
Dosis tunggal oral, bisa
diulangi selama 10-14
hari
Memiliki efektifitas yang tinggi dan aman.
Dapat digunakan bersama bahan topikal lainnya.
Digunakan pada kasus-kasus skabies berkrusta
dan skabies resisten.
III.3 PENCEGAHAN
Untuk melakukan pencegahan terhadap penularan skabies, orang-orang
yang kontak langsung atau dekat dengan penderita harus diterapi dengan topikal
skabisid. Terapi pencegahan ini harus diberikan untuk mencegah penyebaran
skabies karena seseorang mungkin saja telah mengandung tungau skabies yang
masih dalam periode inkubasi asimptomatik.(1)
Selain itu untuk mencegah terjadinya reinfeksi melalui seprei, bantal,
handuk dan pakaian yang digunakan dalam 5 hari terakhir, harus dicuci bersih dan
dikeringkan dengan udara panas karena tungau skabies dapat hidup hingga 3 hari
diluar kulit, karpet dan kain pelapis lainnya juga harus dibersihkan
(vacuumcleaner).(1)
BAB IV
KESIMPULAN
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes scabiei var. hominis dan produknya. Penularannya dengan 2
cara, yaitu kontak langsung dan kontak tak langsung. Pada penyakit skabies
ditemukan 4 tanda cardinal yaitu pruritus nocturna, menyerang manusia secara
berkelompok, adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan dan menemukan tungau.
Bentuk kelainan kulit pada penyakit skabies yaitu ditemukannya papul,
vesikel, erosi, ekskoriasi, krusta dan lain-lain, serta bermanifestasi klinis dalam
berbagai variasi. Bila infeksi sekunder telah terjadi dapat disebabkan bakteri yang
ditandai dengan munculnya pustul maupun timbulnya gejala infeksi sistemik
Penanganan yang menjadi pilihan utama adalah permethrin 5% topikal yang
dioleskan di kulit 8-12 jam serta edukasi pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Fitzpatrick Stone SP, Goldfarb JN, Bacelieri RE. Scabies, other mites, and
pediculosis In: Wolff K, Lowell A, Katz GSI, Paller GAS, Leffell DJ,
editors. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 8th ed. United state
of America. McGraw-Hill; 2012. Ch 208 p. 3652-3657.
2. Jean L Bolognia, Joseph L Jorizzo, Anthony JM, SS Mary. Infections,
infestations, and bites In : Terry L Meinking, Craig NB, George Elgard,
editors. Dermatology. 2nd ed. New York University school of Medicine;
2011. Ch 83 p.1291-1294.
3. Burns DA. Diseases caused by arthropods and other noxious animals. In:
Rook’s textbook of dermatology. 8th ed. United kingdom. Willey-
blackwell; 2010. p. 38.36 – 38.38.
4. Thomas J, Greg M Peterson, Shelley F walton et al. Scabies: an ancient
global disease with a need for new therapies. BMC Infectious Diseases;
2015. 15:250.
5. Ju Hyuk Park, Chul W KimSang Seok Kim, M.D. The Diagnostic
Accuracy of Dermoscopy for Scabies. Department of Dermatology,
Kangdong Sacred Heart Hospital, Hallym University College of Medicine,
Seoul, Korea. 2012.
6. V Leung, M Miller. Detection of scabies: A systematic review of
diagnostic methods. Can J Infect Dis Med Microbiology. 2011;22(4):143-
146.
7. Cliff Rosendahl, Alan Cameron, David Weedon. Pre-emptive diagnosis of
a case of scabies by dermatopathology. Dermatology Practical &
Conceptual. 2012; 2(1):12.