View
13
Download
3
Category
Preview:
DESCRIPTION
s
Citation preview
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya
konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari, sehingga tidak
memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG).
Gizi buruk diketahui dari hasil penimbangan (BB/U) <60% baku median
WHO-NCHS.
B. Etiologi
Ada 2 penyebab langsung gizi buruk, yaitu :
1. Kurangnya intake zat gizi (dari makanan)
2. Adanya penyakit infeksi
Penyebab langsung dipengaruhi oleh 3 penyebab tak langsung, yaitu :
1. Ketersediaan pangan keluarga yang rendah
2. Perilaku kesehatan (termasuk pola asuh/perawatan ibu dan anak) yang
tidak benar
3. Pelayanan kesehatan rendah dan lingkungan yang buruk/tidak sehat.
C. Patofisiologi
Proses terjadinya kekurangan gizi dikarenakan akibat dari faktor
lingkungan dan faktor manusia yang didukung oleh kekurangan asupan gizi.
Akibat kekurangan zat gizi maka simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk
memenuhi kebutuhan. Apabila keadaan ini berlangssung lama maka simpanan zat
gizi akan habis dan akhirnya terjadi kemerosotan jaringan. Pada saat ini orang
sudah dapat dikatakan malnutrisi walaupun hanya saja ditandai dengan penurunan
berat badan dan pertumbuhan terhambat.
Dengan meningkatnya defisiensi zat gizi maka muncul perubahan
biokimia dan rendahnya zat-zat gizi dalam darah berubah rendahnya tingkat
hemoglobin, serum vitamin A dan karoten. Dapat terjadi peningkatan beberapa
hasil metabolisme seperti asam laktat dan piruvat pada kekurangan tiamin.
Apabila berlangsung lama maka akan terjadi perubahan fungsi tubuh seperti
tanda-tanda neurologi yaitu kelemahan, pusing, kelelahan, nafas pendek dan lain-
lain.
Keadaan tersebut akan berkembang terus yang diikuti tanda-tanda klasik
dari kekurangan gizi seperti kebutaan dan fotofobia, nyeri lidah pada penderita
kekurangan riboflavin, kaku pada kaki pada defisiensi tiamin. Keadaan ini akan
segera diikuti luka pada anatomi seperti xeroftalmia, keratomalasia pada
kekurangan vitamin A, angular stomatitis pada kekurangan riboflavin, oedema
dan luka kulit pada penderita kwashiorkor.
D. Manifestasi Klinis
Gizi buruk terdapat dalam 3 tipe yaitu Kwashiorkor, Marasmus, dan
Kwashiorkor-Marasmus.
Tanda-tanda Kwashiorkor :
Edema, umumnya diseluruh tubuh dan terutama pada punggung
kaki.
Wajah membulat dan sembab
Pandangan mata anak sayu
Perubahan status mental: cengeng, rewel, kadang apatis
Rambut berwarna pirang, kusam dan mudah dicabut
Otot-otot mengecil, lebih nyata apabila diperiksa pada posisi
berdiri dan duduk
Gangguan kulit berupa bercak merah coklat yang meluas dan
berubah menjadi hitam terkelupas
Anak sering menolak segala jenis makanan (anoreksia)
Serta disertai infeksi, anemia dan diare/mencret.
Tanda-tanda Marasmus :
Anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit
Wajah seperti orang tua
Cengeng, rewel
Perut cekung
Kulit keriput
Sering disertai diare kronik atau susah buang air besar.
Tanda-tanda Kwashiorkor-Marasmus :
Merupakan gabungan tanda-tanda kedua jenis tersebut.
E. Tanda Klinis Yang Menyertai
Xerophtalmia : kelainan mata karena kekurangan vitamin A yang
berat, mulai dari buta senja sampai buta total.
Anemia : karena kekurangan zat besi, asam folat dan atau
vitamin B12 yang ditandai dengan pucatnya konjungtiva, selaput lendir
pada mulut, muka dan telapak tangan.
Stomatitis : terjadi kelainan pada sudut mulut karena
kekurangan vitamin B.
Dermatosis : kelainan pada kulit dimana kulit terlihat melepuh
seperti luka bakar. Mula-mula terjadi pada tangan atau kaki (lengan bawah
atau tungkai), kemudian menjalar ke bagian tubuh yang lain.
F. Komplikasi Gizi Buruk
Hipoglikemi
Hipotermi (suhu aksiler kurang dari 35 oC)
Infeksi/sepsis
Diare dan dehidrasi
Anemia berat
dll
G. Pohon Masalah
Kurang Gizi = Dampak
Makanan Tidak Seimbang Penyakit Infeksi
Tidak Cukup Pola Asuh Anak Sanitasi / PelayananPersediaan Pangan Yang Tidak Memadai Kesehatan Dasar Tidak
Memadai
Kurang Pendidikan Pengetahuan dan Keterampilan
Kurang Pemberdayaan Wanita Dan Keluarga, Kurang Pemanfaatan = Pokok Masalah
Sumber Daya Masyarakat
Pengangguran, Inflasi, Kurang Pangan dan Kemiskinan
Krisis Ekonomi Politik dan Sosial = Akar Masalah
H. Pengelolaan Penderita Gizi Buruk
Fase Stabilisasi
Ancaman komplikasi masih tinggi
Perlu pengawasan ketat
Fase Transisi
Komplikasi berkurang
Infeksi teratasi
Dapat tersenyum, mau minum, tiap 3 jam
Mulai F100
Fase Rehabilitasi
Mulai aktif, makanan keluarga
Sirup besi
Fase Follow-up
Mempertahankan rehabilitasi
I. Tatalaksana Diet Untuk Gizi Buruk
1. Tujuan pemberian diet TETP
Memberikan makanan lebih banyak dari pada keadaan biasa untuk
memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat.
Mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh.
Menambah berat badan hingga mencapai normal.
2. Untuk memenuhi tujuan tersebut, perlu diperhatikan
persyaratan yang diperlukan bagi diet TETP yaitu diet harus
Tinggi energi
Tinggi protein
Cukup mineral dan vitamin
Mudah dicerna
Diberikan secara bertahap bila penyakit dalam keadaan berat; dan
Makanan yang dapat mengurangi nafsu makan, seperti kue-kue
manis dan gurih tidak diberikan dekat sebelum waktu makan.
3. Indikasi pemberian
Pemberian diet TETP dilakukan pada keadaan:
Gizi kurang dan gizi buruk
Anemia gizi
Persiapan operasi untuk mencapai gizi seimbang dan pasca operasi
bila pasien telah dapat menerimanya
Luka bakar
Baru sembuh dari penyakit dengan panas tinggi dan penyakit
kronis
4. Diet untuk penderita gizi buruk
Langkah-langkah:
Kaji hasil pengukuran BB dan umur berdasarkan KMS
Amati keadaan kesehatan balita:
- Bila balita mempunyai penyakit penyerta atau
komplikasi, balita dirujuk ke BP atau dokter
- Bila balita BB nya pada KMS berada di atas garis merah
dan di daerah pita warna kuning, berikan penyuluhan gizi yang
ditekankan pada jumlah porsi, frekuensi makanan atau variasi makan.
Anjurkan ke posyandu.
Bila balita tidak sakit dan pada KMS anak berada di bawah garis
merah, maka pelayanan gizi mengikuti petunjuk berikut.
Lakukan anamnesis dan riwayat gizi balita, amati jumlah porsi,
frekuensi makan dan jenis bahan makanan yang diberikan.
Siapkan diet lumat/lunak untuk anak balita berdasarkan macam dan
jumlah zat gizi sesuai umur.
Tuliskan diet anak pada leaflet makanan anak, dengan
memperhatikan frekuensi makan, jumlah makan dan jenis makan.
Jelaskan makanan anak saat ini perlu ditambah dengan cara
meningkatkan frekuensi makan atau menambah variasi bahan makanan.
Anjurkan diet anak selalu terdiri dari aneka ragam bahan makanan
tetapi disiapkan dalam bentuk lumat atau lunak.
Sarankan ibu balita menyiapkan makanan dalam porsi kecil yaitu 3
kali makan untuk bayi umur 9 bulan dan ditambah 2 kali makan selingan
untuk anak 9-24 bulan. Pemberian ASI tetap diteruskan.
Berikan leaflet anak dan jelaskan diet anak.
Timbanglah anak setelah 2 minggu melaksanakan diet yang
dianjurkan. Bila BB tidak naik, teliti apakah makanan yang diberikan
sudah mencukupi. Bila ternyata sudah mencukupi, tetapi BB tidak naik
nasehatkan untuk membawa balita ke puskesmas.
Catat jenis diet, macam konsultasi secara materi yang diberikan
pada kartu status balita.
Anjurkan kunjungan ulang bila ada masalah, apabila tidak ada
masalah anjurkan kunjungan ke posyandu.
5. Contoh diet untuk penderita gizi buruk
Pada prinsipnya diet untuk penderita gizi buruk makanan yang diberikan
harus sesuai dengan kondisi dari anak tersebut sesuai pula dengan umur
penderita misalnya seorang anak balita yang mempunyai berat sama dengan
seorang bayi maka jenis makanan yang diberikan harus sesuai berat badan dan
kebutuhan energi/protein. Secara bertahap mulai ditingkatkan kebutuhan
energi dan proteinnya. Dalam menyusun diet TETP, bahan makanan yang
dipilih hendaknya beraneka ragam setiap kali pemberian. Prinsip pemberian
adalah sbb:
a. ASI terus diberikan makin sering makin baik, ASI makanan utama
bagi balita gizi buruk terutama yang berusia kurang 2 tahun.
b. Mengingat jumlah nilai gizi ASI tidak mencukupi makan anak
harus diberi pisang lumat, biskuit lumat, sayur yang dilumatkan.
c. Cara pemberian:
Bubur lumat mula-mula diberikan encer secara bertahap ditingkatkan
kekentalan.
d. Setelah anak terbiasa dan berat badannya menunjukkan kenaikan
makanan ditingkatkan dan selanjutnya dikenalkan makanan yang lain
seperti telur rebus, bubur campur dan sebagainya.
e. Pada anak yang menunjukkan kenaikan berat badan selanjutnya
diberikan makanan lembik (seperti bubur campur yang disaring, buah-
buahan).
f. Setiap makan sebanyak 1 mangkuk ukuran sedang (100-150 cc)
g. Apabila berat badan anak sudah sama dengan balita usia 10-12
bulan, mulai diberikan makanan keluarga yang lunak (kenalkan bahan
makanan: telur, ikan, tepung ikan, abon, daging, berbagai lauk pauk
sayuran).
6. Cara menyiapkan makanan lembik
Dalam setengah cangkir bubur beras (bubur tepung jagung, bubur beras
merah campur) ditambah:
- Satu sendok teh tahu, ikan atau telur dan kacang hijau rebus yang
telah dihaluskan.
- Dua sendok teh sayur/wortel/tomat rebus yang telah dihaluskan.
- Gunakan santan, sari buah saat merebus bubur dan dapat tambahan
1 sendok the margarine.
- Bagi penderita gizi buruk tingkat sedang gunakan rujukan buku
penuntun diet RSCM bagi balita, bila tidak memerlukan perawatan.
Catatan :
Kebutuhan kalori untuk berat badan normal ditentukan berdasarkan :
- Umur 0-1 tahun 100-110 kal/kg BB
- Umur 1-3 tahun 100 kal/kg BB
- Umur 4-6 tahun 90 kal/kg BB
Kebutuhan protein untuk berat badan normal ditentukan berdasarkan :
- Umur 0-1 tahun 2,5 gr/kg BB
- Umur 1-3 tahun 2 gr/kg BB
- Umur 4-6 tahun 1,8 gr/kg BB
Secara berangsur kebutuhan energi per kg BB menurun dengan
pertambahan umur. Bila BB anak sangat kurang kebutuhan kalori diberikan
sedikit diatas normal yaitu 150-300 kal/kg BB secara bertahap. Kebutuhan
protein 1-3 gr/kg BB secara bertahap. Apabila BB berangsur nail maka
kecukupan energi diberikan normal dan selanjutnya ditambah 10-25% dari
kebutuhan energi untuk rehabilitasi.
Diet TETP adalah diet yang mengandung energi dan protein lebih tinggi
dari makanan biasa.
J. Tanda-Tanda Keluarga Sadar Gizi
(Kadarzi)
1. Biasa makan beraneka ragam makanan.
2. Selalu memantau kesehatan dan
pertumbuhan anggota keluarganya (menimbang berat badan), khususnya
balita dan ibu hamil.
3. Biasa menggunakan garam beryodium.
4. Memberi dukungan kepada ibu melahirkan
agar memberikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan.
5. Biasa makan pagi.
Keluarga dikatakan Kadarsi, bila dapat melaksanakan seluruh perilaku
tersebut. Bila salah satu perilaku belum dapat dilaksanakan, maka keluarga
tersebut belum Kadarsi.
K. Prinsip dan Syarat Diet Gizi Buruk
1. Fase stabilisasi (fase awal): keadaan faali
anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang.
Prinsip dan syarat diet:
- Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah
laktosa
- Bentuk makanan cair (Formula
WHO/Modisco/modifikasi)
- Energi 100 Kal/kg BB/hari
- Protein 1-1,5 gr/kg BB/hari
- Cairan 130 ml/kg BB/hari (jika ada edema berat:
100 ml/kg BB/hari)
- Bila anak mendapat ASI teruskan
- Penambahan suplemen vit B12 dan asam Folat 1
mg/har (5 mg/hari pertama)
- Koreksi pemberian Fe pada fase awal karena
akan memperburuk keadaan infeksi
2. Fase transisi : diberikan secara bertahap
untuk menghindari risiko gagal jantung, karena intake makanan yang
dalam jumlah banyak secara mendadak.
Prinsip dan syarat diet:
- Energi 100 Kal/kg BB/hari
- Protein 2-3 gr/kg BB/hari
- Cairan 1 cc/Kal
3. Fase rehabilitasi (bila balita gizi buruk telah
berangsur membaik dan berat badan sudah mulai meningkat).
Tujuan diet : meningkatkan keadaan gizi pasien secara bertahap, dengan
memberikan diet / makanan TETP dan tinggi vitamin dan mineral.
Prinsip dan syarat diet:
- Energi 150-220 Kal/kg BB/hari
- Protein 4-6 gr/kg BB/hari
- Bila anak masih mendapat ASI tetap diteruskan.
- Vit dan Mineral bisa memungkinkan tambahan
Vit A, B compleks, C dan Fe di dalam makanan.
- Porsi kecil tapi sering
- Secara perlahan diperkenalkan makanan
keluarga
- Hidangkan dalam keadaan hangat.
4. Yang perlu diperhatikan/ pantau
Jumlah yang diberikan dan sisa, banyaknya muntah, frekuensi
buang air besar dan konsistensi tinja, BB harian, edema.
DAFTAR PUSTAKA
Binkesmas, Depkes RI (2005). Penanggulangan Masalah Gizi Buruk. Jakarta :
Departemen Kesehatan
Indonesia Departemen Kesehatan (1998). Pedoman Tata Laksana Kurang Energi
Protein Pada Anak di Puskesmas dan di Rumah Tangga. Jakarta :
Departemen Kesehatan
Senat Mahasiswa, Prodi Keperawatan Semarang (Poltekes Semarang) (2005).
Seminar Nasional Gizi Buruk : Antara Dilema dan Solusi : Semarang
Supariasa, I Dewa Nyoman (2001). Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
(SAP)
Sub Pokok bahasan : Pencegahan Dan Penanganan Gizi Buruk
Sasaran : Keluarga An R
Waktu : 30 Menit
Tempat : Ruang Seruni km 7 RSUD Temanggung
Hari/tgl Pelaksanaan : Jumat 21 September 2012
Jam Pelaksanaan : 10.00 WIB – 11.30 WIB
I. PENDAHULUAN
Sebanyak 175 ribu balita (bayi usia lima tahun) di Indonesia mengalami
gizi buruk, dan lima juta balita lainnya mengalami gizi kurang. Masalah ini bukan
merupakan masalah yang baru di Indonesia. Namun akhir-akhir ini terjadi ledakan
kasus gizi buruk di beberapa daerah. Keadaan ini terungkap dimana-mana,
termasuk di kota-kota besar. Kondisi ini mengerikan karena satu generasi bakal
tampil ke permukaan di negeri tercinta ini yang semasa balita, sebagian menderita
gizi buruk dan gizi kurang. Kualitas generasi mendatang justru ditentukan asupan
gizi pada masa balita.
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang langsung berhadapan dan sebagai
ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat mempunyai tugas dan fungsi yang
tidak bisa ditolak untuk menyukseskan program penanggulangan dan pencegahan
gizi buruk yang telah dicanangkan oleh pemerintah.
II. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan diharapkan peserta didik dapat
mengetahui dan melakukan pencegahan dan penanganan gizi buruk.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 kali pertemuan
peserta didik dapat:
Menjelaskan tentang pengertian gizi buruk
Menjelaskan tanda dan gejala gizi buruk
Mengetahui komplikasi dari gizi buruk
Mengetahui tanda-tanda keluarga sadar gizi (Kadarzi)
Mengetahui pemberian diet untuk penderita gizi buruk.
III.SASARAN
Keluarga Tn. Budi Wiyoso di Desa Kemijen IV/1 Semarang
IV. TARGET
Peserta didik dapat mengetahui tentang pengertian, tanda dan gejala,
komplikasi gizi buruk, tanda-tanda keluarga sadar gizi (Kadarzi), pemberian
diet untuk penderita gizi buruk.
V. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Demonstrasi
VI. MEDIA
1. Materi pangajaran
2. Leaflet, lembar balik dan poster
3. Cairan Yodina
4. Food model
VII. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Waktu : Jumat,21-9-2012
2. Tempat : Ruang Seruni RSUDTemanggung
VIII. SUSUNAN ACARA
No Tahap /
Waktu
Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. Pra interaksi
5 menit
Mengucapkan
salam pembuka
Memperkenalk
an diri
Menjelaskan
Menjawab salam
Mendengarkan
Perkenalan
maksud dan tujuan
2. Interaksi
15 menit
Menjelaskan
materi
Demonstrasi
Diskusi
Mendengarkan
Memperhatikan
Berdiskusi dengan mahasiswa
(penyuluh )
3. Post
interaksi
10 menit
Memberikan
masukan
Menyimpulkan
hasil penyuluhan
Mengevaluasi
peserta didik
Salam Penutup
Memperhatikan
Memberi tanggapan
Menjawab pertanyaan yang
diajukan
Menjawab salam penutup
IX. MATERI
( Terlampir)
X. KRITERIA EVALUASI
Evaluasi Hasil
- Tes lisan : Diakhir ceramah
- Penilaian
System penilaian sesuai dengan masing-masing pertanyaan tiap
nomor :1. Bila benar semua, nilai : 1
2. Bila benar semua, nilai : 5
3. Bila benar semua, nilai : 5
4. Bila benar semua, nilai : 5
5. Bila benar semua, nilai : 4
Jumlah nilai benar pada semua soal : 20 point
Klasifikasi penilaian
- Bila nilai benar : 0 – 5 : D (berarti tidak memahami)
- Bila nilai benar : 6 – 10 : C (berarti kurang memahami)
- Bila nilai benar : 11 – 15 : B (berarti cukup memahami)
- Bila nilai benar : 16 -20 : A (berarti memahami / mengerti)
XI. DAFTAR PERTANYAAN
Apakah yang dimaksud dengan gizi buruk?
Sebutkan tanda dan gejala dari penderita gizi buruk?
Apa komplikasi dari gizi buruk?
Sebutkan tanda-tanda dari keluarga sadar gizi (Kadarzi)?
Bagaimana cara memberikan diet untuk penderita gizi buruk?
Recommended