View
295
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
“SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN DAARUL
RAHMAN TAHUN 1990-2015”
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Humaniora (S,Hum.)
Oleh
Achmad Kurniawan
NIM: 11120022000015
JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
JAKARTA
2017 M/ 1439 H
iv
ABSTRAK
ACHMAD KURNIAWAN, NIM 1112022000015
SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN DAARUL
RAHMAN DI JAKARTA SELATAN TAHUN 1990-2015
Sejarah mencatat bahwa Pondok Pesantren turut andil dalam
kemerdekaan Indonesia, sehingga banyak diantara pahlawan-pahlawan
nasional yang tergolong dari Pondok Pesantren. Terlepas dari itu semua
bahwa Pesantren mempunyai peranan penting dalam kehidupan umat
beragama, melalui pesantrenlah santri-santri diajarkan memahami tentang
agama Islam. Adapun tujuan penulisan ini untuk memberikan gambaran
yang menyeluruh tentang perkembangan Pondok Pesantren. Dikarenakan
belum ada yang menulis tentan gperkembangan Pondok Pesantren ini
dalam karya ilmiah.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Metode penelitian
sejarah, yang mana merekontruksi sosok yang dinilai berperan serta
berkembangnya Pondok Pesantren Daarul Rahman, melalui tahapan yaitu;
Heuristik, sumber data, kritik, Interpretasi, Historiografi, dengan teknik
yang digunakan untuk mengumpulan data ialah melalui studi pustaka,
wawancara, dan observasi langsung ketempat penelitian. Dari hasil
tersebut akan memberikan gambaran secara utuh dan komplit tentang
Sejarah Pondok Pesantren, Perkembangan Pondok Pesantren, dan Peranan
Pondok Pesantren Dalam Bidang Pendidikan, Dakwah dan Sosial
Keagamaan.Dengan demikian dampak yang diberikan untuk karya ilmiah
ini ialah mengetahui bahwa telah ada Pondok Pesantren yang telah
berkembang dan juga berpengaruh dalam bidang Pendidikan, Dakwah, dan
Sosial Keagamaan.
Kata Kunci : Sejarah, Perkembangan, dan Peran Pondok Pesantren
Daarul Rahman.
v
KATA PENGANTAR
بسم هللا الر حمن الرحيم
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah mencurahkan
kasih sayang, kesehatan dan ridho-Nya serta memberikan istiqomah, keikhlasan
dan kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul:
“SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN DARUL
RAHMAN TAHUN 1990-2015”. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad
SAW junjungan para umat yang berpikir, dimana mencari sebuah kebenaran
dalam sebuah konsep ketuhanan yang telah dikonsep secara rapi dan sistematis
untuk umatnya hingga akhir zaman.
Penulis sangat bersyukur atas terselesainya tugas akhir untuk jenjang
pendidikan Strata Satu (S1) yang penulis tempuh. Serta penulis yakin di dalam
penulisan skripsi ini pasti banyak kekurangan di dalam menyelesaikannya. Maka
dari itu penulis menyadari dan mempunyai kewajiban untuk menghaturkan
permintaan maaf kepada pembaca atas ketidaksempurnaan yang memang itu telah
kodrat bagi manusia itu sendiri.
Selanjutnya penulis menyadari bahwa skripsi ini tidaklah mungkin dapat
tercapai tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu sebagai
ungkapan rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Rektor Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
vi
2. Prof. Dr. Sukron Kamil selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Kepada Pak Nurhasan, MA selaku Ketua Program Studi Sejarah dan
Kebudayaan Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Pembimbing Akademik dan seluruh Dosen Fakultas Adab dan
Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Dosen pembimbing Skripsi Drs. Azhar Saleh yang telah sabar dan
istiqomah dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Terkhusus kepada kedua orang tua saya yang sangat saya cintai dan
sayangi ayahanda bapak Ali Agus dan ibunda tercinta ibu Tihana yang
selalu memberikan masukkan kepada saya untuk selalu semangat dan
sabar dalam menyelesaikan skripsi ini dan tidak lupa mereka selalu
mendoakan saya agar selalu diberikan kesehatan dan waktu luang agar
dapat mengerjakan skripsi ini dengan baik dan benar. Dan kedua orang
tua adalah sumber inspirasi bagi penulis dalam menjalankan hidup dan
menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepada saudara-saudara penulis yang tersayang Muhammad Novrizal
dan Alvira Nadillah, yang selalu memberikan semangat dan mendoakan
penulis dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
8. KepadaBapak KH. Syukron Makmun, KH. Muhammad Faiz, KH. Qosim
Susillo, Ustad Syukron, dan para pengurus Pondok Pesantren Daarul
Rahman, yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian
vii
dan juga telah berkenaan untuk memberikan informasi yang penulis
butuhkan untuk penulisan skripsi ini.
9. Kepada Tim Hadroh Baabul Itsnaini Jakarta Barat, yang selalu
mensupport penulis baik lisan maupun syair yang di bacakan.
10. Kepada Tim Sepakbola UIN Jakarta yang telah menyemangati penulis di
luar lapangan maupun di dalam lapangan, semogaSepakbola UIN Jakarta
akan berkembang untuk selanjutnya.
11. Kepada Teman-teman KKN Bloossom yang juga menyemangati penulis
dalam penulisan skripsi ini.
12. Dan kepada teman-teman Angkatan 2012 Fakultas Adab dan Humaniora
Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam yang penulis tidak dapat sebutkan
namanya satu persatu yang mana selalu memberikan semangat dan
motivasi penulis dalam menyelasaikan karya ilmiah ini.
Semoga amal baik mereka semua dibalas berlipat ganda oleh Allah SWT.
Sungguh hanya Allah SWT yang dapat membalas kebaikan mereka dengan
kebaikan yang berlipat ganda.
Jakarta, 20 Juni 2017
Achmad Kurniawan
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN PANITIA ................................................................. ii
LAMPIRAN PERNYATAAN ................................................................................. iii
ABSTRAK ................................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR .............................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 8
E. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 8
F. Kerangka Teori .................................................................................... 11
G. Metode Penelitian ................................................................................ 13
H. Sistematika Penulisan .......................................................................... 17
BAB II GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN ................................. 19
A. Sejarah Pondok Pesantren .................................................................... 19
B. Kontribusi Pesantren dalam Kemerdekaan Indonesia ......................... 23
C. Pesantren Sebagai Subsistem Pendidikan Nasional............................. 25
D. Tranformasi Pesantren ......................................................................... 26
ix
BABIII SEJARAH PERKEMBANGANPONDOK PESANTREN DAARUL
RAHMAN ................................................................................................. 31
A. Sejarah Pondok Pesantren Daarul Rahman ......................................... 31
B. Perkembangan Pondok Pesantren Daarul Rahman .............................. 40
C. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Daarul Rahman ........................ 42
D. Perkembangan Organisasi Pondok Pesantren Daarul Rahman ............ 49
BAB IV PERAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG
PENDIDIKAN, DAKWAH DAN SOSIAL ........................................... 51
A. Peran Pondok dalam Bidang Pendidikan ............................................. 53
B. Peran Pondok dalam Bidang Dakwah ................................................. 56
C. Peran Pondok dalam Bidang Sosial ..................................................... 59
D. Alumni Pondok Pesantren Daarul Rahman ......................................... 61
BABV PENUTUP ................................................................................................ 64
A. Kesimpulan ........................................................................................... 64
B. Saran ..................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 67
LAMPIRAN .............................................................................................................. 71
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Membahas pesantren atau pondok pesantren sebagai lembaga
pendidikan Islam yang menjadi basis ilmu pengetahuan agama, perlu
dipahami bahwa pendidikan Islam berakar dari pondok pesantren yang mana
perkembangannya di Indonesia sangatlah pesat sejak masuknya Islam ke
Indonesia. Bersamaan dengan itu pula dibangun kontak antar pribadi untuk
membicarakan tentang pertemuan dalam hal pendidikan dengan para peserta
didiknya.1
Secara historis, pesantren telah mendokumentasikan berbagai sejarah
bangsa Indonesia, baik sejarah soal budaya masyarakat Islam, ekonomi
maupun politik bangsa Indonesia. Sejak awal penyebaran Islam, pesantren
menjadi saksi utama bagi penyebaran Islam di Indonesia. Sejarah bangsa
Indonesia mencatat bahwa pondok pesantren telah memainkan peranan yang
besar dalam usaha meningkatkan ketakwaan, membina akhlaq mulia,
mengembangkan swadaya masyarakat Indonesia untuk ikut serta dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan informal, non-formal
dan formal.2
1 Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharu Pendidikan Islam di
Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 1. 2 Dijelaskan bahwa pendidikan Informal adalah suatu jalur pendidikan keluarga dan
lingkungan, yang mana hasil dari informal ini setara dengan pendidikan non-formal dan formal
setelah melalui uji kesetaraan yang memenuhi Standar Nasional Pendidikan oleh lembaga yang
ditunjuk Pemerintah. Sedangkan Non-Formal adalah suatu jalur di luar pendidikan formal yang
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang, penyelenggaraannya meliputi: lembaga
kursus, lembaga pelatihan, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim dan PAUD
(Pendidikan Anak Usia Dini). Dan Formal adalah suatu jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi,
penyelenggaraannya meliputi: PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), TK (Taman Kanak-kanak),
dan RA (Raudhotul Athfal). Pendidikan dasar: (SD, MI, SMP, MTs). Pendidikan menengah:
(SMA, MA, SMK, MAK). Pendidikan tinggi: (Diploma, Sarjana, Magister, Spesialis, Doktor).
Lihat kembali di website http://www.gurupantura.com/2015/05/pendidikan-formal-nonformal-
informal.html
2
Pesantren mampu membawa perubahan besar terhadap masyarakat
Nusantara tentang arti penting agama dan pendidikan.3 Artinya, sejak itu
orang mulai memahami bahwa dalam rangka penyempurnaan keberagamaan,
mutlak diperlukan proses pendalaman dan pengkajian secara matang tentang
pengetahuan agama Islam.
Tujuan pendidikan pesantren bukan untuk kepentingan kekuasaan dan
keagungan duniawi saja tetapi mengutamakan kepada mereka, bahwa belajar
adalah semata-mata kewajiban dan pengabdian kepada Tuhan.4 Cita-cita
pendidikan pesantren adalah latihan untuk dapat berdiri sendiri, membina diri
agar tidak menggantungkan kepada orang lain kecuali kepada Tuhan. Pada
pertumbuhannya, fungsi utama pesantren adalah menyiapkan santri yang
mendalami dan menguasai ilmu agama Islam atau yang lebih dikenal
tafaqquh fiddin5, yang diharapkan dapat mencetak kader-kader ulama dan
turut mencerdaskan masyarakat Indonesia dan melakukan dakwah
menyebarkan agama Islam untuk benteng pertahanan umat dalam bidang
akhlak.
Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk belajar
memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam dengan
menekankan pentingnya moral agama sebagai pedoman hidup sehari-hari
dalam masyarakat.6
Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang memiliki akar kuat
(indigenous)7 pada masyarakat Indonesia, dalam perjalanannya mampu
menjaga dan mempertahankan keberlangsungan dirinya (survival system)
3 A. Mujib, et. Al., Intelektual Pesantren: Potret Tokoh dan Cakrawala Pemikiran di Era
Perkembangan Pesantren (Cet. 3; Jakarta: Diva Pustakan, 2006), h. 1. 4 Muctharom, Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 44.
5Akar kata yang terdiri dari fa-qa-ha menunjukkan arti mengetahui dan memahami
sesuatu.Seorang yang alim dan cerdas disebut faqih.Pada mulanya istilah tafaqquh fiddin adalah
untuk pekerjaan mengerti, memahami, dan mendalami seluk-beluk ajaran agama Islam.Namun
pada periode berikutnya, istilah fiqih digunakan untuk ilmu-ilmu syariat sebagai lawan dari ilmu
tauhid yang berkaitan dengan aqidah. 6 Qomar Mujamil, Pesantren Dari Tranformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Institusi, (Jakarta: Erlangga, 2005), h. 78 7Indigenous menurut etimologi yaitu barasal dari kata latin indigenus, indigena, yang
berarti asli, melekat, dan bawaan. Lihat dalam website http://kamus-
internasional.com/definitions/?indonesian_word=indigenous.
3
serta memiliki model pendidikan multi aspek. Santri tidak hanya dididik oleh
seseorang yang mengerti agama (guru), tetapi juga mendapat tempaan
kepemimpinan yang alami, mandiri, sederhana, ketekunan, kebersamaan,
kesetaraan, dan sikap positif lainnya.
Lembaga pendidikan pesantren berbentuk asrama dibawah pimpinan
kyai dibantu seorang atau beberapa ulama atau ustadz yang hidup bersama
ditengah-tengah para santri dengan masjid atau surau sebagai pusat kegiatan.
Pusat-pusat pendidikan pesantren di Jawa dikenal dengan nama “pondok
pesantren”. Rumah-rumah kecil tempat menginap para santri itu yang disebut
“pondok”, sedangkan “pesantren” artinya tempat santri. “Santri” adalah
sebutan dari pelajar-pelajar tersebut, jadi pondok pesantren artinya tempat
pendidikan para santri.8
Pada permulaan berdirinya, bentuk pesantren sangatlah sederhana.
Kegiatan pengajaran diselenggarakan didalam masjid oleh seorang kyai
sebagai guru dengan beberapa orang santri sebagai muridnya.
Guru dalam pondok pesantren disebut “Kyai”. Kyai dan santri hidup
bersama-sama dalam kompleks pesantren yang merupakan keluarga besar,
dimana Kyai dipandang sebagai orang yang berkedudukan tertinggi dalam
pesantren dan sebagai kepala keluarga. Kyai inilah yang menjiawai
masyarakat pesantren dan merupkan tokoh dalam pesantren serta masyarakat
sekitarnya.
Pengakuan masyarakat terhadap seorang kiai, bukan semata-mata
ditandai oleh kedalam ilmunya. Juga oleh peranannya sebagai pemimpin
informal bagi lingkungannya. Sebagai tempat bertanya segala macam
masalah, meminta fatwa dan perlindungan.9 Bukan saja tempat bertanya soal-
soal agama, juga masalah sosial budaya seperti pernikahan, selamatan,
pekerjaan dan sebagainya. Itu sebabnya dalam perkembangannya pesantren
berkembang menjadi komunitas khusus.
8 Wijo Sukarto, Amir Hamzah, Pembaharuan Pendidik dan Pengajaran Islam, (Malang:
U.U Ken Mutia, 1968), h. 40. 9 Zubaidi Habibullah Asy’ari, Moralitas Pendidikan Pesantren, (Yogyakarta: LKPSM,
1995), h. 10.
4
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam mengalami
perkembangan dan perubahan zaman seiring dengan adanya kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi, pondok pesantren tetap merupakan
lembaga pendidikan yang tumbuh dan berkembang dari masyarakat untuk
masyarakat. Secara nyata ada beberapa tipe pondok pesantren dalam
masyarakat menurut Gozali Buhri dalam bukunya Pesantren Berwawasan
Lingkungan yang dibuat pada tahun 2000. Ada beberapa tipologi pondok
pesantren yang berkembang di Indonesia, yaitu pesantren tradisional,
pesantren modern dan pesantren komperhensif. Tiga tipologi pondok
memiliki beberapa perbedaan mengenai metode pendidikannya yang disatu
sisi, pesantren tradisonal lebih memperkenalkan pengajaran kitab berbahasa
Arab yang bersifat sorogan dan bandongan, sedangkan pesantren modern
dalam metode pendidikannya telah mengadopsi metode klasikan dari Barat.10
Namun, memasuki abad 20 telah ada dan berkembang metode yang
menggabungkan pendekatan tradisional dan modern yang disebut pesantren
komprehensif.
Ketiga tipe pondok pesantren ini memberikan gambaran bahwa pondok
pesantren merupakan lembaga pendidikan sekolah, luar sekolah, dan
masyarakat yang tumbuh dari adanya masyarakat, dan tersebar untuk
masyarakat. Pesantren jika disandingkan dengan lembaga pendidikan yang
pernah muncul di Indonesia, merupakan sistem pendidikan tertua dan
dianggap sebagai produk budaya Indonesia. Kehadiran pesantren di tengah-
tengah masyarakat tidak hanya sebagai lembaga pendidikan tetapi sebagai
lembaga penyiaran agama dan sosial keagamaan. Sejak awal pula pesantren
ternyata mampu beradaptasi dengan masyarakat. Pesantren juga berhasil
menjadikan dirinya sebagai pusat gerakan pengembangan Islam.
Dalam banyak hal sistem dan lembaga pesantren telah di modernasasi
dan disesuaikan dengan tuntutan perkembangan zaman, sehingga secara
otomatis akan mempengaruhi kurikulum yang mengacu pada tujuan
institusional lembaga tersebut. Pesantren harus mampu mempertahankan ciri
10
Gozali, Buhri. Pesantren Berwawasan Lingkungan (Jakarta: CV Prasasti, 2000), h. 12.
5
khas pesantren dalam eksistensisnya ditengah-tengah masyarakat. Kurikulum
merupakan salah satu instrument dari suatu lembaga pendidikan termasuk
pendidikan pesantren dalam mencapai tujuannya tersebut. Adapun tujuan
pendidikan pondok pesantren yaitu untuk mempersiapkan para santri menjadi
orang alim dalam ilmu agama yang diajar oleh kyai dan mengamalkan
kedalam masyarakat.11
Secara sederhana pondok pesantren dapat diartikan sebagai suatu sistem
ditopang oleh beberapa komponen baik software dan hardware. Sarana untuk
mendukung keberadaan pesantren seperti: kyai, santri, tradisi pengajian kitab,
masjid, atau mushola, ruangang pembelajaran, rumah pengasuh, dan pondok
tinggal para santri. Pesantren selama ini dikenal sebagai lembaga pendidikan
yang bersifat menyeluruh dan berkarakter. Artinya, seluruh potensi dan zikir,
rasa dan karsa, jiwa dan raga dikembangkan melalui berbagai media
pendidikan yang terbentuk dalam suatu komunitas yang sengaja didesain
secara integral untuk tujuan pendidikan yang komprehensif.12
Pada mulanya, keberadaan pesantren sebetulnya tidak direncanakan
sebagai lembaga pendidikan yang mengambil batas tegas untuk secara
permanen hadir di tengah warga dan meninggalkan komunitas yang berada
diperkotaan. Namun, ketika kolonial mengusai di beberapa wilayah
Nusantara, memaksa para kyai pengasuh yang jauh dari keramaian kota dan
menjadi incaran para penjajah.
Menurut para pakar pendidikan bahwa tujuan pendidikan pesantren
pada umumnya ialah diserahkan kepada proses improviasi menurut
perkembangan pesantren yang dipilih sendiri oleh kyai atau bersama-sama
dengan pengasuh yang lain, sehingga terjadi perbedaan antara pesantren satu
dengan yang lainnya. Disamping tujuan umum perlu adanya tujuan khusus
yang spesifik yang mengarah tujuan local sesuai dengan situasi dan kondisi
pesantren berada.
11
Ziemek Manfred, Pesantren Dalam Perubahan Sosial, (Jakarta:P3M,1986), h. 86. 12
Ahmad Muhakamurrohman, Pesantren: Santri, Kiayi, dan Tradisi, (Jurnal Kebudayaan
Islam, vol. 12, no.2, 2014) h. 116
6
Dalam perjalanan pondok pesantren khususnya pondok pesantren
Modern Darussalam Gontor, menjadi titik awal dari sebuah lembaga pondok
pesantren Daarul Rahman untuk menggunakan sistem modern yang dianut
oleh pondok pesantren Daarul Rahman.13
Lembaga pendidikan Islam Daarul Rahman merupakan Pondok
Pesantren yang mengambil sikap yang agak berbeda dari kebanyakan
pesantren, di mana lembaga ini mengadopsi perpaduan antara sistem di
Pondok Modern Gontor Ponorogo dengan sistem Pondok Pesantren Salafiyah
yang mengajarkan kitab-kitab kuning.14
Usaha tersebut untuk memperluas
pemahaman Islam yang tidak terbatas hanya kepada tafsir, fiqih dan hadits
saja, melainkan meliputi ilmu-ilmu keduniaan dan mengintegrasikan sebagai
suatu kesatuan yang sangat komprehensif. Lembaga pendidikan Islam yang
model ini termasuk Pondok Pesantren tertua yang berada di Senopati Dalam
Jakarta Selatan yakni berdiri sejak tahun 1975, melalui musyawarah dari
tokoh-tokoh ulama setempat di Senopati.
Pelopor pendiri Pondok Pesantren Daarul Rahman adalah seorang kiayi
yang berasal dari tanah sampang Madura yang juga sekaligus pembaru di
daerah Jakarta Selatan khususnya di Senopati dan juga sosok yang
dibutuhkan dalam memecahkan persoalan-persoalan kehidupan masyarakat.
Dengan menyatakan kembali kepada al-Qur’an dan Hadits, berarti
menjadikan kedua sumber tersebut sebagai dasar hukum sekaligus sebagai
sumber ilmu pengatahuan. Juga Intensitas pada pengembangan pemikiran
(akal-pikiran) sangat besar dengan menampilkan metodologi pembangunan
akhlaqul karimah yang mendasarkan ilmu pengatahuan umum serta
mensejahterakan lahir maupun batin dan dunia maupun akhirat.15
Dari uraian diatas tersebut penulis mendorong untuk meneliti
bagaimana sebenarnya hiruk-pikuk kehidupan pondok pesantren. Sebagai
lembaga pendidikan Islam yang berkembang di daerah-daerah dan
mempunyai nilai sangat baik dalam pembangunan masyarakat karena
13
Ahmad Qosim Susilo, Pondok Pesantren Daarul Rahman, h. 12 14
Wawancara Pribadi dengan Ust. Syukron pada tanggal 25 Januari 2017 15
Ahmad Qosim Susilo, Pondok Pesantren Daarul Rahman, h. 8
7
umumnya pondok pesantren berada di pedesaan. Akan tetapi, pondok
pesantren Daarul Rahman ini ada diperkotaan yang banyak gedung-gedung
pencakar langit.
Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti mengambil tema
“Perkembangan Pondok Pesantren Daarul Rahman tahun 1990-
2015”semntara itu, lakasi waktu yang dipilih oleh peneliti tahuan 1990-2015
karena pada awal pertumbuhan dan perkembangannya yang sangat pesat, baik
perkembangan infrastruktur maupun structural.
B. Identifikasi Masalah
Bagian ini diarahkan kepada perumusan masalah yang menjadi bagian
penting dalam penelitian.Adapun pokok permasalahan pada penelitian ini
adalah bagaimana sejarah dan perkembangan pondok pesantren Daarul
Rahman tahun 1990-2015.
Untuk memudahkan dan mengarahkan dalam penulisan skripsi ini,
maka penulis mengidentifikasi beberapa permasalahan dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah berdirinya pondok pesantren Daarul Rahman?
2. Bagaiman proses pertumbuhan dan perkembangan pondok pesantren
Daarul Rahman?
3. Apa peranan pondok pesantren Daarul Rahman terhadap masyarakat
sekitar dalam bidang pendidikan, sosial, dan dakwah?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian dalam skripisi ini adalah untuk
mendapatkan pengetahuan baru mengenai peranan dan perkembangan pondok
pesantren Daarul Rahman, sehingga eksis sebagai salah satu lembaga
pendidikan Islam di Indonesia pada umumnya. Tujuan lain dalam penulisan
skripsi ini sebagai syarat mendapatkan gelar Strata 1 di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Adapun tujuan skripsi ini secara khusus untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang ada dalam rumusan masalah, yaitu:
8
1. Untuk mengetahui tentang sejarah berdirinya pondok pesantren Daarul
Rahman.
2. Mendeskripsikan tentang proses dan perkembangannya pondok
pesantren Daarul Rahman.
3. Mengetahui peranan dan pengaruh apa sajakah dari adanya pondok
pesantren Daarul Rahman baik dalam bidang agama, pendidikan,
sosial budaya, dan dakwah.
D. Manfaat Penelitian
Dari penelirian yang dilakukan oleh penulis diharapkan memperoleh
manfaat sebagai hasil penelitian yang meliputi:
1. Memberikan bahan referensi bagi penulis sejarah selanjutnya tentang
pondok pesantren Daarul Rahman.
2. Memberikan manfaat bagi Universitas Islam Negeri Jakarta terutama
bagi program studi Sejarah Kebudayaan Islam sebagai sumbangan
pengetahuan dan sebagai bahan masukan yang dapat meningkatkan
kualitas kesejarahan.
3. Memberi manfaat pada masyarakat yang memiliki minat atau perhatian
terhadap pesantren.
E. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan kajian pustaka yang telah dilakukan ada beberapa tulisan
tentang pondok pesantren, belum ada secara khusus membahas pondok
pesantren Daarul Rahman di Senopati Jakarta Selatan antara:
Buku, Skripsi, dan Jurnal yang digunakan dipilih sesuai dengan
masalah yang dibahas. Buku-buku-buku yang dipakai sebagai landasan atau
sumber informasi sebagai berikut:
Tradisi Pesantren(1984), Zamakhsary Dhofeir sebagai penulis dalam
bab I memaparkan ciri-ciri umum pesantren, terutama pesantren tradisional
yang didalamnya dipaparkan pola umum pendidikan Islam tradisional yang
dikenal dengan sorogan dan bandongan. Sistem pengajaran yang
mengedepankan pelajaran kitab-kitab lama (kuning, sebuah ciri khas dari
sumber pelajaran Islam tradisional di Indonesia. Pada bab berikutnya dan
9
seterusnya Zamakhsary Dhofeir, menulis tentang elemen-elemen sebuah
pesantren yang terdiri dari pondok, masjid, santri, dan Kyai secara mendalam.
Serta membahas tentang bagaimana intelektual dan juga kekrabatan yang
dibangun oleh kiai untuk santri-santrinya.
Kelebihan yang paling mendasar, dalam bukunya yang berjudul Tradisi
Pesantren, penulis dalam penulisannya sangat mendetail, sehingga dapat
mengaktualisasikan pesantren secara menyeluruh. Pada akhirnya, penulis
buku ini dapat membantah penulisan tentang pesantren oleh penulis lain yang
selama ini menganggap pesantren sebagai sebuah institusi yang marjinal.
Kelemahan buku ini terletak pada keperpihakan penulis terhadap pesantren,
disamping itu penulis hanya menitik beratkan pada institusi pesantren
tradisional saja.
Pustaka yang kedua berjudul Bilik-Bilik Pesantren(1999), Karya
Nurcholis Madjid. Dalam bukunya Nurcholis menulis tentang permasalahan
pesantren yang semakin komplek, maka dalam mewujudkan pesantren yang
ideal diperlukan suatu usaha untuk merumuskan tujuan pendidikan dalam
pesantren. Terlebih kenyataan yang dihadapi pesantren mengalami
kemunduran dalam menyampaikan pesan terhadap masyarakat. Dalam buku
juga dipaparkan tentang ajaran dan arti dari pesantren, terlepas dari pro dan
kontra tentang pelembagaan tasawuf didalam dinamika perkembangan
masyarakat muslim itu sendiri.
Didalam buku ini juga tertulis bagaimana perkembangan pesantren
terhadap percaturan politik di Indonesia. Pesantren dalam perkembangannya
merupakan titik sentral perkembangan Islam rakyat Indonesia, baik dalam
masa sebelum kemerdekaan, kemerdekaan, dan paska kemerdekaan. Banyak
permasalahan yang dihadapi pesantren terutama dengan dinamika kehidupan
di luar pesantren. Permasalahannya yang akan dihadapi terutama
perkembangan zaman, pendidikan, informasi dan peranan masyarakat yang
selama ini dihadapi oleh pesantren tradisional.
Buku ini memiliki kelebihan diantaranya, pemaparan isi tentang
reaktualisasi kehidupan pesantren, kemudian pengamatan yang dilakukan
10
Nurcholis Madjid sebagai orang luar sekaligus pernah mengenyam
pendidikan pesantren. Tulisan Nurcholis juga sangat mendetail dalam
memaparkan lika liku dalam kehidupan pesantren, sehingga isinya sangat
sesuai dengan keadaan pesantren itu sendiri. Kendati demikian, ada
kelemahan yang diantaranya pengamatan pesantren yang diangkat Nurcholis
hanya melingkupi pesantren tradisional saja.
Pustaka yang ke tiga buku yang dikarang oleh Dr. Armai Arief, MA
tahun 2005 dengan judul “Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan
Lembaga Pendidikan Islam Klasik”. Dalam buku ini menjelaskan tentang
berbagai masalah lembaga pendidikan Islam amat penting diketahui oleh para
pemerhati dan praktisi di bidang pendidikan Islam terutama dalam perumusan
konsep serta pengambilan kebijakan-kebijakan di bidang pendidikan Islam.
Selain itu, masalah-masalah yang berkaitan dengan pendidikan Islam sangat
luas, antara lain historis, kurikulum, metodologi, pengajar dan eksistensi
lembaga-lembaga pendidikan Islam.
Skripsi yang ditulis oleh mahasiswi atas nama Siti Khozana dan yang
diterbitkan oleh Repository UIN Jakarta “Pelaksanaan Pendidikan Islam di
Pondok Pesantren Daarul Rahman dan Upaya Pengembangannya di
Jakarta Selatan”. Skripsi ini membahas tentang pendidikan Islam di pondok
pesantren Daarul Rahman melalui metode pengajaran maupun tujuan dari
terlaksananya suatu pendidikan Islam di Jakarta Selatan, serta
pengembangannya melalui kurikulum yang telah dibuat agar terbentuknya
suatu pesantren yang menjanjikan dalam sistem pengajarannya maupun
pendidikannya.
Skripsi yang disusun oleh Babay Pujiyati dengan judul skrispi
“SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR’AN
AL-FURQON (1973-2007)” skripsi ini membahas tentang perkembangan
dari mulai awal berdirinya sampai proses untuk mencetak generasi yang
pintar membaca al-Qur’an dan juga menjadikan santri yang bisa
membanggakan bagi pondok pesantren dan khususnya untuk masyarakat.
11
Serta mampu berperan penting dalam bidang sosial budaya, keagamaan dan
dakwah.
Dari ketiga buku yang di tulis oleh para pakar tentang pondok
pesantren, penulis hanya menjadikan buku tersebut sebagai bahan penulisan
dan refrensi dari penelitian tentang pondok pesantren.Dan dari kedua skirpsi
yang ditulis oleh Babay Pujiyati maupun Siti Khozanah, penulis hanya
menjadikan referensi untuk penelitian penulis. Akan tetapi, dalam skripsi
yang ditulis oleh Siti Khozanah berjudul Pelaksanaan Pendidikan Islam di
Pondok Pesantren Daarul Rahman dan Upaya Pengembangannya di
Jakarta Selatan. Penulis melihat dan membaca skripsi tersebut tidak
menjelaskan tentang sejarah perkembangan dan peranan pondok pesantren
Daarul Rahman melainkan pelaksanaan pendidikan Islam di pondok
pesantren Daarul Rahman. Jadi, penulis belum menemukan tulisan tentang
sejarah perkembangan pondok pesantren Daarul Rahman seutuhnya.
F. Kerangka Teori
Setiap, manusia mengalami yang dinamakan dengan perubahan.
Dengan adanya perubahan tersebut dapat dilihat perbandingan antara meneliti
suatu masyarakat pada masa tertentu dan membandingkan dengan keadaan
masyarakat pada waktu yang lain.
Proses perubahan yang terus menerus itu oleh Sartono Kartodirdjo
dinamakan gejala sejarah. Suatu gejala sejarah dalam proses pertumbuhan
dan perkembangan sejarah seharusnya dapat mendifinisikan waktu, tempat,
pelaku, serta mengapa gajala itu terjadi dan bagaimana gejala sejarah yang
terjadi sebelumnya, sesudahnya, atau ada hubungan lain dalam satu system.
Dilihat dari perspektif di atas, maka gejala sejarah bisa dapat diartikan
sebagai suatu momentum gerakan historis atau biasa disebut dengan
perubahan sosial, menurut sartono konsep perubahan sosial itu terbagi
menjadi 2 referensi, yaitu.16
16
Sartono, Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metode Sejarah, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1992), h. 99
12
1. Dinamika masyarakat menunjukan pergerakan dari tingkat
perkembangnnya dari terdahulu hingga kemudian, lazimnya dari yang
sederhana hingga yang maju, unsur-unsur mana yang harus dirubah
dan faktor-faktor apakah yang menyebabkan perubahan tersebut.
2. Dalam bebarapa teori, perubahan sosial mempunyai dari yang
bentuknya sederhana menjadi komplek, artinya perubahan sosial yang
terjadi akan mengarah ke yang lebih baik.
Pondok pesantren berdiri sejak tahun 1975, masih berdiri sampai
sekarang dalam mencetak kader-kader manusia yang berakhlak baik dan
berwawasan luas, pondok pesantren memiliki andil besar dalam perubahan
sosial bagi masyarakat khususnya di dunia pendidikan, baik
perkembangannya, dalam dakwah, dan sosial keagamaan.
Untuk melihat berbagai perubahan yang terjadi dalam perkembangan
yang ada di pondok pesantren Daarul Rahman, dibidang pendidikan
khususnya, maka pendekatan yang digunakan untuk penelitian ini adalah
pendekatan sosiologi. Pendekatan sosiologi dalam hal ini ialah menggunakan
teori-teori sosiologi, untuk melihat perubahan masyarakat dan pondok
pesantren Daarul Rahman. Berkaitan dengan teori perubahan sosial tersebut
peneliti menggunakan teori fungsionalisme struktural17
yang dikembangkan
kembali oleh Talcot Parson dan Emile Durkheim.
Menurut teori ini masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri
atas bagian-bagian atau elemen yang saling berkaitan dan menyatu dalam
keseimbangan perubahan yang terjadi pada satu bagian yang akan membawa
perubahan pula terhadap bagian lain. Asumsinya adalah jika struktur sosial
fungsional dapat berjalan mestinya akan lebih baik lagi, dan jika tidak
berjalan sosial fungsional tersebut, maka akan hilang dengan sendirinya.18
17
Fungsionalisme Struktural adalah sebuah sudut pandang luas dalam sosiologi dan
antropologi yang berupaya menafsirkan masyarakat sebagai sebuah struktur dengan bagian-bagian
yang saling berhubungan. 18
George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo, 2011), h. 21.
13
Teori fungsionalisme structural ini dipakai oleh peneliti untuk menalisis
dan memaparkan keadaan serta keberadaan pondok pesantren Daarul Rahman
sesuai dengan fungsi yang dijalankan dan dipenuhinya, permasalahan ini
dapat dimulai dari adanya sebuat adaptasi atau penyesuaian diri yang
mengarahkan pada satu tujuan yang sama dengan perkembangan, kemajuan
pendidikan.
G. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu menggunakan metode
sejarah (historical method).19
Yaitu satu periodesasi atau tahapan-tahapan
yang ditempuh dalam suatu penelitian. Guna mengungkap kejadian-kejadian
yang berhubungan dengan masa lampau.
Adapun langkah-langkah dalam penelitian adalah:
1. Heuristik.
Dalam tahap ini dilakukan pengumpulan data yang sesuai dengan objek
penelitian. Kegiatan pengumpulan data sejarah dilakukan dengan pengkajian
terhadap sumber-sumber yang berkaitan, dengan metode sebagai berikut :
a. Dokumentasi
Yaitu teknik penyelidikan yang ditunjukan kepada penguraian
dan penjelasan terhadap apa yang lalu melalui sumber dokumentasi.20
Penulis memakai metode ini dengan cara melakukan pencarian buku-
buku, jurnal, majalah, skripsi atau lainnya yang berkaitan dengan
pondok pesantren Daarul Rahman.
b. Interview
Pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara untuk
mendapatkan sumber lisan, yaitu dengan teknik tanya jawab secara
lisan yang dikerjakan secara sistematis dan dengan mengajukan
pertanyaan langsung kepada sumbernya.21
Wawancara juga biasa
19
Historical Method ialah suatu membandingankan satu masyarakat dengan masyarakat
yang telah lampau, kemudian diambil contohnya untuk masa yang akan datang. 20
Winano Surahmat, Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar Metode dan Teknik, (Bandung:
Tarsito, 1980), h. 3 21
Sutisno Hadi, Metodologi Reseacrh III, (Yogyakarta: Andi Offset, 1992), h. 193.
14
disebut proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara
lisan, dua orang atau lebih bertarap muka, mendengarkan secara
langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan.22
Dalam
penelitian ini, penulis mengadakan tanya jawab langsung secara lisan
dengan KH. Syukron Ma’mun, para guru dan masyarakat sekitar.
c. Observasi
Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan, pencatatan
dengan sistematis terhadap fenomena yang diselidiki. Pada tahap ini
penulis melakukan pengamatan terkait dengan penelitian yang akan
dilakukan, dari mulai melakukan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena yang ada. Setelah itu penulis dapat menyimpulkan ringkasan
sejarah yang terjadi di Pondok Pesantren Daarul Rahman.
2. Sumber Data
Pada tahap ini penulis berusaha mencari dan mengumpulkan berbagai
sumber sejarah yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.Sumber
sejarah dapat berupa bukti-bukti tertulis seperti dokumen berkas lampiran
tentang pendirian pesantren. Sumber-sumber tulisan maupun lisan dibagi atas
dua jenis, yaitu:
a. Sumber Primer
Sumber primer merupakan sumber informasi dari seorang
narasumber yang diwawancarai secara langsung oleh peneliti, dengan
bantuan alat mekanis seperti diktafon (alat untuk mendikte suara)
narasumber tersebut. Sumber primer yang digunakan dalam penelitian
ini adalah keterangan langsung dari orang yang terlibat secara langsung.
Untuk mendapatkan informasi peneliti menggunakan metode
wawancara.23
b. Sumber Sekunder.
Sumber sekunder yang dimaksud disini adalah merupakan data-
data yang didapatkan dari seorang atau lebih yang berada diluar
22
Sutisno Hadi, Metodologi Reseacrh III, h. 42. 23
Hugiono dan PK Poerwantara, “Pengantar Ilmu Sejarah” (Jakarta: Bina Aksara, 1987),
h. 36.
15
kepemimpinan dan melakukan studi pustaka pada bagian yang termasuk
sumber sekunder yang berupan koran, arsip, buku-buku, maupun data-
data yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis.
Teknik yang digunakan dalam mencari sumber informasi yang relevan
adalah:
1) Studi pustaka.
Studi pustaka adalah bagian untuk mencari, menelusuri dan menelaah
buku yang relevan dengan masalah yang akan dibahas atau diteliti. Untuk
menemukan buku-buku tersebut peneliti mencari berbagai tempat seperti
PNRI (Perpustakaan Negara Republik Indonesia), Perpus Daerah Ibukota
Jakarta, Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah, dan lain-lain.
2) Studi Dokumen
Studi dokumen yaitu proses mencari, menelaah dan menghimpun jejak
sejarah yang berupa arsip, surat keputusan, surat penghargaan/piagam, hasil
laporan, dokumen asli atau salinan.
3) Metode Wawancara
Metode wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk tujuan
tertentu dan mendapatkan keterangan secara lisa dari seorang responden
dengan menggunakan komunikasi dua arah secara langsung bertatap muka.
Maka ini berguna untuk mendapatkan sumber lisan dari orang yang
mengalami atau menyaksikan peristiwa itu. Jadi dalam penulisan ini akan
dijummpai keterangan secara lisan dari beberapa orang sebagai informan.
4) Studi Lapangan
Studi lapangan atau observasi lapangan adalah suatu upaya
untukmendapat bukti atau menghimpun jejak dengan cara terjun langsung di
lapangan objek peristiwa. Teknik ini bermanfaat untuk mendapatkan bahan
perbandingan atau melengkapi data atau sumber tertulis dengan keadaan yang
sebenarnya dilapangan atau objek.
c. Kritik sumber
Adalah usaha menyelidiki apakah jejak-jejak itu sejati, baik
bentuk isinya. Untuk kritik ini dibagi menjadi 2 tahap yaitu:
16
a) Kritik ekstern
Kritik ekstern digunakan untuk membuktikan keaslian
dan kebenaran dari sumber sejarah, sumber ini asli atau
tidak.Kritik ekstren yang peneliti lakukan adalah dengan
melihat asal sumber, penulis sumber dan pelaku sejarah.
Peneliti meneliti sumber tersebut baik buku, arsip, dokumen
tertulis dan diterbitkan oleh pihak-pihak yang dapat dipercaya
member keterangan sesuai dengan permasalahan yang dikaji.
b) Kritik intern.
Kritik intern dilakukan setelah melalukan kritik
ekstern.Kritik intern bertujuan untuk mencapai nilai
pembuktian yang sebenarnya dari isi sumber sejarah, apakah
sumber tersebut dapat member informan yang dapat dipercaya.
Kritik intern ini untuk dapat memastikan kesaksian dan dapat
dipercaya dari sumber tersebut.
Kritik intern dilakukan untuk mengetahui apakah buku,
arsip, dokumen, artikel yang digunakan masih relevan dengan
permasalahan dan dapat dipercaya. Sedang hasil wawancara
dikritik dengan cara membandingkan hasil wawancara anatara
informan sehinggan peneliti dapat mengambil kesimpulan yang
sesuai dengan permasalahan.
d. Interpretasi
Interpretasi adalah menghubung-hubungkan dan mengaitkan
satu sama lain sedemikian rupa sehingga fakta yang sesuai dengan yang
lainnya kelihatan sebagai satu rangkaian yang masuk akal menunjukkan
satu sama lain.
Dalam menginterpretasikan penelitian dalam bentuk karangan
sejarah ilmiah, sejarah kritis, perlu diperhatikan sandaran karangan
yang logis menurut urutan yang kronologis dan tema yang jelas dan
mudah dimengerti.
17
Dalam menyusun skripsi ini peneliti tidak memasukan semua
fakta yang diperoleh. Dalam proses interpretasi ini penulis memilih data
yang relevan dengan permasalahan. Data tersebut dihubung-hubungkan
sehingga menjadi satu kesatuan kalimat yang bermakna.24
e. Historiografi.
Historiografi merupakan langkah perumusan cerita sejarah
ilmiah, yang disusun secara logis menurut urutan kronologis dan
tematis yang jelas dan mudah dimengerti, pengaturan bab atau bagian-
bagian yang dapat menggambungkan urutan kronologis dan tematis.25
Hal ini disebabkan penelitian sejarah sekurang kurangnya harus
memenuhi empat hal yaitu, detail factual yang akurat, struktur yang
logis dan penyajian yang terang dan halus.
Tahap ini merupakan bagian terakhir dari metode sejarah.
Apabila peneliti sudah mebangun ide-ide tentang hubungan fakta satu
dengan fakta lain melalui proses interpretasi maka langkah akhir dari
penelitian adalah penulisan atau menyusun cerita sejarah.
H. Sistematika Penulisan
Tulisan ini secara keseluruhan disusun berdasarkan per bab yang
selanjutnya akan dibagi dalam sub-sub bab. Hal ini di maksudkan untuk
membedakan jenis masalah dalam pembagian bab-banya. Sementara itu,
dalam sub-nya dimaksudkan untuk mengurangi isi dari tiap-tiap bab secara
terperinci, sehingga diharapkan akan memperoleh suatu jawaban atas
permasalahan secara menyeluruh. Adapun sistematika penulisan skripsi ini
mencakup.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
24
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Tiawa Wacana, 2013), h. 78. 25
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, h.62.
18
E. Tinjauan Pustaka
F. Kerangkat teori
G. Metode Penelitian
H. Sistematika Penulisan
BAB II Gambaran Umum Pondok Pesantren.
A. Sejarah Pondok Pesantren
B. Kontribusi Pesantren dalam Kemerdekaan Indonesia
C. Pesantren Sebagai Subsitem Pendidikan Nasional
D. Transformasi Pondok Pesantren
BAB III Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren Daarul Rahman.
A. Sejarah Pondok Pesantren Daarul Rahman
B. Perkembangan Pendidikan di Pondok Pesantren Daarul Rahman
C. Sistem Pendidikan Ponpes Daarul Rahman
D. Perkembangan Organisasi Pendidikan Pondok Pesantren Daarul Rahman
BAB IV Peranan Pondok Pesantren Daarul Rahman Bidang Keagamaan,
Dakwah, dan Sosial.
A. Peran Bidang Pendidikan
B. Peran Bidang Dakwah
C. Peran Bidang Sosial
D. Alumni Pondok Pesantren
BAB V Penutup, Kesimpulan dan Saran-saran
19
BAB II
GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN
A. Sejarah Pondok Pesantren
Istilah pondok pesantren di suatu daerah memiliki sebutan yang beragam.
Di Sumatra Barat misalnya, pesantren di sebut dengan surau, penyantren di
Madura, rangkang di Aceh dan Pondok di Jawa Barat.1 Namun secara definisi,
seperti yang diidentifikasi oleh hasil musyawarah tentang pengembangan pondok
pesantren pada tahun 1978 di Jakarta, pondok pesantren paling tidak memuat 5
elemen yang menopang adanya pondok pesantren tersebut, yaitu: pondok, Masjid,
pengajaran kitab-kitab Islam klasik, santri, dan kyai.2
Sebelum tahun 1960-an, pusat-pusat pendidikan pesantren di Indonesia
lebih dikenal dengan nama pondok. Pondok pesantren terdiri dari dua rangkaian
kata; pondok dan pesantren yang membentuk suatu pengertian. Istilah Kata
pondok berasal dari bahasa Arab funduk yang berarti rumah penginapan atau
hotel.3 Menurut WJS. Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
“Pondok mengandung empat makna; 1. Rumah untuk sementara waktu,
2. Rumah, 3. Rumah yang agak kurang baik biasanya berdinding bilik
beratap rumbia dsb. Dibuat berpetak-petak untuk tempat tinggal
(beberapa keluarga), 4. Madrasah dan asrama (tempat mengaji belajar
agama Islam dsb)”.4
Menurut asal katanya pesantren berasal dari kata “santri” yang mendapat
imbuhan awalan “pe” dan akhiran “an” yang menunjukkan tempat, maka artinya
adalah tempat para santri. Terkadang pula pesantren dianggap sabagai gabungan
1 Mulyanto Sumandi, Sejarah Singkat Pendidikan Islam Di Indonesia 1945-1979, (Jakarta:
Dharma Bhakti, 1978), h. 38. 2 Zamaksyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta:
LP3ES, 1982),h. 44 3 Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Pembinaan Lembaga Islam, Pedoman
Pembinaan Pondok Pesantren, (Jakarta: 1988), h. 7. Dan lihat lebih detail dalam buku Zamaksyari
Dhofier, Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, h. 41 4 WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cet VII (Jakarta: Balai Pustaka,
1984), h. 955
20
dari kata “santri” (manusia baik) dengan suku kata “tra” (suka menolong) sehingga
kata pesantren dapat diartikan tempat pendidikan manusia yang baik-baik.5
Menganai asul-usul perkataan “santri” itu ada (sekurang-kurangnya) dua
pendapat yang bisa dijadikan acuan. Pertama, adalah pendapat yang mengatakan
bahwa “santri” itu berasal dari perkataan “sastri”, sebuah kata dari bahasa
sanskerta, yang artinya melek huruf . Ini disebabkan pengetahuan bagi kaum santri
yang mengetahui tentang agama melalui kitab-kitab bertulisan dan berbahasa
Arab. Disinilah banyak pakar mengasumsikan bahwa menjadi santri berarti juga
menjadi tahu agama (melalui kitab-kitab tersebut). Atau paling tidak seorang santri
itu bisa membaca al-Qur’an yang dengan sendirinya membawa pada sikap dalam
memandang agamanya. Kedua, adalah pendapat yang mengatakan bahwa
perkataan santri berasal dari Jawa, persisnya dari kata cantrik, yang artinya
seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemana guru ini pergi menetap.
Tentunya dengan tujuan dapat belajar Ilmu agama dari seorang guru tersebut.
Sebenarnya cantrik ini masih bisa kita lihat sampai sekarang, tetapi sudah tidak
sekental seperti dahulu.6
Soegarda Poebakawatja juga menjelaskan bahwa pesantren berasal dari
kata santri, yaitu seorang yang belajar agama Islam. Dengan demikian pesantren
mempunyai arti tempat seseorang yang ingin belajar agama Islam.7 Hamdan
Rasyid mendefinikan, bahwa pondok pesantren sebagai tempat pendidikan Islam
yang khas dari Indonesia sejak berkembang dari awal mula Islam masuk ke
Indonesia.8
Departemen Agama RI merumuskan pondok pesantren sebagai berikut
“The Pesantren is a system of religious education making it obligary for their
5 Zamaksyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, h. 106
6 Nurcholish Madjid, Bilik-bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalan, (Jakarta: LP3ES, 1997),
h. 19-20 7 Seogarda Poebawatja, Ensiklopedia Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1976), h. 223.
8 Hamdan Rasyid, Kaderisasi Ulama di Pesantren, dalam Dinamika Pesantren, Telaah Kritis
Terhadap Pesantren Saat ini, Saefullah Ma’shum, ed., Cet, II (Jakarta: Yayasan Islam al-Hamidiyah,
1988), h.76.
21
student to stay in boarding schoool…” (Pesantren adalah sebuah sistem pendidikan
keagamaan yang memikul tanggung jawab bagi para muridnya untuk bertempat
tinggal di pondok…).9
Dari uraian di atas, penulis memberi kesimpulan bahwa pengertian dari
pondok pesantren sebagai “suatu rumah sementara yang di tempati oleh para santri
yang belajar Ilmu agama Islam, dan juga menjadi suatu tempat
penyebaran/penyiaran agama Islam dari yang belum tahu menjadi tahu.
Secara umum, pondok pesantren mempunyai tujuan dan fungsi sebagai
lembaga pendidikan dan penyiaran agama Islam, untuk membentuk manusia yang
mempunyai kesadaran tinggi akan pentingnya ajaran-ajaran agama Islam, untuk
memajukan umat Islam sebagai umat yang berpengetahuan luas dan juga untuk
melestarikan ajaran-ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW sebagai
warisan untuk dipelajari dan dipahami oleh generasi selanjutnya. Disisi lain
pesantren juga sebagai lembaga yang berfungsi tempat berinteraksi dan bersosial.
Semakin berkembangnya pondok pesantren saat ini, maka pondok
pesantren bisa menjadi multifungsi untuk para guru yang ingin membangun
masyarakat dengan keberadaan pondok pesantren, yang mampu mengedepankan
dan menerapkan dalam pendidikan nasional, dalam membangun masyarakat yang
seutuhnya.
Mengenai bagaimana perkembangan pondok pesantren di Indonesia, ada
beberapa pendapat yang membicarakan mengenai asal muasalnya dan latar
belakangnya. Pertama; pendapat yang menyebutkan bahwa pesantren berakar
pada tradisi Islam sendiri, misalnya tradisi tarekat.10
Pengikut tarekat selaiin yang
diajarkan amalan-amalan, juga diajarkan tentang kitab-kitab agama Islam yang
bisa menjadi tuntunan hidup dan menjadi cabang Ilmu pengetahuan yang baru bagi
9 Departemen Agama RI, The Development of Islam in Indonesai, (Jakarta: Karya Uni Press,
t.t,), h. 50 10
Istilah Tarekat diambil dari bahasa Arab yaitu Thariq, yang berarti “Jalan: jalan
kontemplatif Ilsam”. Kata ini biasanya dikontrakan dengan syariat yang berorientasi kepada tindakan
kehidupan. Lihat Muhaimin AG, Islam Dalam Bingkai Budaya Lokal Cirebon, Cet. 1 (Jakarta: Logos,
2001), h. 377.
22
mereka. Aktivitas mereka dinamakan pengajian. Selanjutnya pengajian ini tumbuh
dan berkembang melalui pesantren.11
Kedua; pendapat yang menyatakan bahwa
kehadiran pesantren di Indonesia diilhami oleh lembaga pendidikan “kuttab”.12
Dan ketiga; mulanya merupkan pengambil-alihan dari sistem pesantren orang-
orang Hindu di Nusantara pada masa pra-Islam.
Dilihat dari sisi materi yang dipraktekkan dari pondok pesantren, di
Indonesia setidak-tidaknya dapat diketahui dalam bentuk salaf murni, yaitu
pesantren yang megajarkan pengajian kitab-kitab klasik, dengan menggunakan
metode sistem Sorogan dan Bandongan.13
Pada umumnya, mayoritas pondok pesantren tumbuh-berkembang dan
berasal dari lembaga-lembaga pengajian. Relasi antara pengajian dan lembaga
pesantren merupakan sebuah sinergi yang sangat erat yang tidak dapat dipisahkan
satu sama yang lain.14
Sebelum timbulnya sekolah-sekolah dan universitas-
universitas yang dikenal dengan lembaga pendidikan formal, dalam dunia Islam
telah berkembang lembaga-lembaga pendidikan yang sifatnya non-formal,
kegiatan mengaji Al-Qur’an dan tata cara beribadah yang biasanya di dalam
mengajar terjadi interaksi aktif antara kyai sebagai guru dan santri sebagai murid.
Seiring dengan perkembangan zaman, lembaga pendidikan Islam mengalami
berbagai perubahan mulai dari perubahan kelembagaan, kurikulum, para pendidik,
dan modifikasi metode.
Tentunya perubahan ini mengalami perkembangannya sebagai pola dari
penyelenggaraan pendidikan Islam secara umum. Hal tersebut menjadikan
pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang dapat diklasifikasikan menjadi
11
Abdul Aziz, Ensiklopedia Islam, Cet. 1 (Jakarta: Logos, 2001), h. 103. 12
Istilah “kuttab” ini biasanya lembaga pendidikan dasar yang muncul sejak zaman Nabi,
lihat Muhaimin, Pemikiran Pemdodokan Islam, Cet. 1 (Bandung: Tri Geda Karya, 1993). 13
Metode pengajaran Sorogan Ini bisa disebut dengan metode pengajian yang dilakukan oleh
kyai dengan konsep perorangan agar santri bisa dinilai dari kemahirannya untuk membaca kitab.
Sedangkan bandungan ialah sistem pengajaran yang dilakukan oleh pak kyai dengan konsep bersama-
sama untuk medengarkan pak kyai membaca kitab. Lihat buku dari Zamaksyari, Tradisi Pesantren,
h.28-33. 14
Nurcholis Madjid, Bilik-bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan… h. 31
23
tiga, yaitu: pesantren salaf atau tradisional, pesantren khalaf atau modern, dan
pesantren kombinasi.15
Pesantren dapat dikatagorikan sebagai lembaga pendidikan “tradisional”.
Dalam batasan ini, merujuk bahwa lembaga pendidikan ini telah menjadi bagian
yang mendasar dari sistem kehidupan mayoritas umat Islam Indonesia, dan telah
mengalami perubahan dari masa ke masa seusai dengan perjalanan hidup umat
Islam. Pengertian dalam arti “tradisional” bukan berarti tetap tanpa mengalami
adaptasi melainkan cara pembelajaran dan sistem dari pondok pesantren.16
Dari penjelasan di atas bahwa pesantren telah dikenal sejak lama. Namun
demikian, pesantren baru dapat mendapat perhatian para ahli yang mempelajari
Islam di Indonesia sejak pertengahan abad ke-19.17
Itupun pada umumnya belum
merupakan deskripsi yang utuh menganai pesantren.
Namun, keberhasilan pondok pesantren telah diakui sebagai sebuah
lembaga pendidikan yang telah ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam
perkembangannya pesantren menjadi basis sentral dalam penyebaran agama Islam
dan menjadi pusat masa yang bergerak menentang penjaja pada masa pra-
kemerdekaan. Akan tetapi eksistensi dari berdirinya pesantren adalah sebagai
sebuah lembaga yang berorientasi pada pendidikan dan pengajaran agama Islam,
bukan lembaga pergerakan sosial dan politik.
B. Kontribusi Pesantren dalam Kemerdekaan Indonesia
Sejarah tidak akan memungkiri besarnya kontibusi serta peran pesantren
bersama kyai dan santri-santrinya dalam berbagai kiprahnya dalam pembangunan
dan perjuangan demi bangsa dan Negara ini. Nama-nama besar seperti Tuanku
Imam Bonjol, yang merupakan seorang ulama besar, mujahid dan dicatat sebagai
15
Dalam pengeelompokkan di atas, pesantren dapat dibagi menjadi beberapa tipe. Lihat,
Mahmud, MM, Model-model Pembelajaran di Pesantren (Jakarta: Media Nusantara, 2006), h. 15-20. 16
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Cet 1 (Jakarta: INIS, 1994), h. 55. 17
Sindu Galba, Pesantren Sebagai Wadah Komunikasi, Cet 1, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999),
h. 20.
24
salah seorang Pahlawan Nasional adalah salah satu bukti nyata kontribusi
pesantren bersama kyai dan santrinya kepada nusa bangsa dan Negara ini.
Menurut Wahjoetomo, penulis buku Perguruan Tinggi Pesantren:
Pendidikan Alternatif masa depan, perlawanan pesantren terhadap Belanda
dilakukan dengan tiga cara. Pertama, uzlah (mengasingkan diri). Mereka
menyingkir ke desa-desa dan tempat terpencil yang jauh dari jangkauan kolonial.
Tidak aneh, jika mayoritas pesantren berada di daerah pinggiran, pelosok, dan
bangkan pedaleman. Kedua, berskap nonkooperatif dan melakukan perlawan
secara diam-diam. Selain mengaji dan menelaah kitab kuning, para kyai
menumbuhkan semangat jihad santri-santrinya. Pada saat jepang memobilitasi
tentara PETA (Pembela Tanah Air) guna melawan Belanda, para kiai dan santri
mendirikan tentar Hizbullah.
Ketiga, memberontak dan mengadakan perlawan terhadap Belanda.
Contohnya ialah pemberontakan kaum padre di Sumatra Barat (1821-1828) di
bawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol, dimana beliau merupakan ulama besar,
pemberontakan Pangeran Diponegoro di Jawa Tengah (1825-1830), dan
Pemberontakan di Aceh (1873-1903) yang dipimpin oleh Teuku Umar dan Teuku
Cik Ditiro.
Besarnya pengaruh kyai tidak terbatas pada masyarakat awam, melainkan
juga menjangkau istana-istana. Kyai Hasan Besari, dari pesantren Tegalsari
Ponorogo, misalnya berperan besar dalam melarikan pemberontakan di Keraton
Kartasura. Bukan hanya itu, pesantren dulu juga mampu melahirkan pujangga
seperti halnya Raden Ngabehi Ronggowarsito sebagai santri kyai Hasan Basri
yang menjadi pujangga Jawa.
Di zaman pergerakan pra-kemerdekaan, peran pesantren juga sangat
menonjol, melalui alumninya. HOS Cokroaminoto pendiri gerakan Syarikat Islam
dan guru pertama Soekarno di Surabaya, adalah alumni pesantren. KH. Mas
Mansur, KH. Hasyim Ash’ari, KH. Ahmad Dahlan, Ki Bagus Hadikusumo. KH.
25
Kahar Muzakkir mereka ini adalah alumni pesantren yang menjadi tokoh sentral
yang sangat berpengaruh.
Di Era Orde Baru, Di tengah maraknya pembangunan fisik yang disertai
dengan proses merginalisasi peran politik umat Islam, kyai dan pesantren
memiliki perannya dalam membangun bangsa. Dampak pembangunan fisik yang
tidak berangkat dari konsep karakter building adalah dekadensi moral, korupsi,
tindak kekerasan dan lain-lain.18
C. Pesantren Sebagai Subsistem Pendidikan Nasional
Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia dalam menyelenggarakan
pendidikan nasional, pesantren dapat disebut sebagai sub system pendidikan
nasional, karena merupakan salah satu komponen penting yang
menyelenggarakan pendidikan secara nasional. Pada masa penjajah bangsa lain
terhadap bangsa Indonesia bahkan hingga awal-awal kemerdekaan perhatian
pemerintah terhadap pesantren masih setengah hari bahkan cenderung tidak
mendapat perhatian dari pihak pemerintah. Sebagai sub system pendidikan
nasional, tidak semua pesantren bersedia melakukan pembaruan sebagai upaya
untuk menindak lanjuti dan mengikuti dinamika perubahan dunia pendidikan
yang terus berkembang dengan pesatnya.19
Terdapat pesantren yang secara
demontratif melakukan pembaruan itu, namun tidak sedikit pesantren yang
berubah secara setengah-setengah bahkan ada yang tetap bertahan dengan model
tradisi lama sebagai ciri khas pesantren.
Keadaan pesantren kini telah mengalami perkembangan melampuai
perkembangan sebelumnya. Ketika periode awal, kyai di pulau Jawa cenderung
memilih pelawan langsung dengan pemetintah koloniaal. Memasuki periode awal
kemerdekaan, lembaga pendidikan ini masih mempertahankan tradisi dekat
dengan penduduk desa sehingga tidak mendapat perhatian yang baik dari
18
Lihat dalam http://pondokpesantrenhidayatussaalikin.blogspot.co.id/2016/04/peran-serta-
dan-kontribusi-pesantren.html 19
Suddin Bani, Kontribusi Pesantren Dalam Pendidikan Nasional, vol. 2 no. 2, (AULADUNA:
Desember, 2015) h. 267
26
pemerintah pusat. Memasuki era 1990-an, pemerintah mulai melirik dunia
pesantren dan sebaliknya, pihak pesantren meresponnya dengan melakukan
pembaharuan baik aspek kurikulum, pembelajaran sampai kepada menejemen
pengelolaan pesantren dari system kekeluargaan atau keluarga ke system yayasan.
Menurut Masykur Anis dalam bukunya Modernisasi Pesantren, iklim
politik nasional di era 1990-an menjadi tinggak kemajuan para inteletual
pesantren untuk lebih banyak berperan di bidang pengembangan ekonomi dan
politik. Munculnya santri menengah menjadi indokator penting untuk mengukur
peran sosial-politik santri. Kemunculan organisasi berbasis Islam seperti Ikatan
Cendikiawan Indonesia (ICMI) dan terbentuknya bank-bank syariah menjadi
tolak ukur kiprah kalangan santri. Penjelasan ini menunjukkan bahwa pesantren
telah mengalami pengambil alihan dalam penyelenggaraan pendidikan khususnya
di pedesaan bahkan dalam perkembangannya beberapa daerah telah berdiri
pesantren bukan lagi di pedesaan melainkan di perkotaan.20
D. Transformasi Pondok Pesantren
Sejarah mencatat bahwa pada awalnya sistem pendidikan pondok pesantren
ialah dengan menggunakan sisten sorogan dan sistem bandungan atau wetonan.
Kedua sistem tersebut biasa dipakai pada lembaga pendidikan pesantren yang
tradisional atau masih memakai kitab-kitab kuning (salafiyah). Ada beberapa
pondok pesantren yang memang tetap bertahan dengan mengunakan metode
tersebut untuk mengajarka para santrinya agar bisa membaca huruf-huruf gundul.
Ada pula yang mengubah sebuah metodenya dengan sistem pengajarnya dan
pendidikannya yaitu dengan menggunakan metode klasikal.
Dalam hal ini, pertumbuhan dan perkembangan pondok pesantren ini
mengembangkan sistem pendidikan terpadu antara sistem modern Gontor
Ponorogo dengan sistem pesantren salafiyah (tradisional) yang lebih
mengutamakan bahasa Arab dan bahasa Inggris serta penekanan pada pemahaman
20
Anis Masykur, Modernisasi Pesantren, (Depok: Borneo Pustaka, 2010), h. 158.
27
dan pengkajian kitab-kitab kuning, dengan maksud agar sistem yang satu akan
terpenuhi dengan kelebihan sistem yang lainnya.
Selain dengan menggunakan sistem yang disebutkan di atas, pondok
pesantren Daarul Rahman menggunakan dua macam, yaitu pertama, sistem
pendidikan pesantren, yang pendidikan dan pengajarannya itu mengacu pada
silabus. Yang kedua, sistem pendidikan yang bersifat umum yang pendidikan dan
pengajarannya mengacu kepada Departemen Agama dan Depdiknas.
Selain masyarakat yang sering membuat katagori pesantren di Indonesia
secara sederhana ke dalam dua bentuk, yakni pesantren salaf dan pesantren
modern. Pesantren salaf sering juga diidentikkan dengan pesantren tradisional
yang mana masih menganut paham-paham kitab kita klasikal ataupun memakai
metode pengajaran sorogan maupun bandungan. Sehingga pesantren yang tidak
tergolong salaf dikategorikan sebagai pesantren modern.
Penyebaran kata tradisional ini bagi pesantren salaf dan modern bagi
pesantren yang non salaf sebetulnya tidak memadai lagi. Sebab pada
perkembangannya pesantren selama ini, banyak terjadi perubahan yang
menimbulkan saling keterkaitan antara paham tradisionalitas dan paham
modernitas pada diri pesantren tersebut.
Meskipun masyarakat sering menyerderhanakan tipologi pesantren ke
dalam dua bentuk, yaitu pesantren salaf dan pesantren khalaf (modern), secara
terperinci, sesungguhnya terdapat dipologi pesantren.21
a. Pendidikan Modern
Menyikapi suatu relita pendidikan pesantren, Nurcholich Madjis
tampil memodernisasikan pendidikan Islam. Usaha ini dimaksudkan pada
menemukan format pendidikan yang ideal sebagai sistem pendidikan
alternative bangsa Indonesia masa depan. Kelebihan dank eunggulan
lembaga pendidikan masa lampau dijadikan sebagai sebuah kerangkan
21
Saifullah Ma’shum, Dinamika Pesantren Telaah Kritis keberadaan Pesantren Saat Ini,
(Jakarta: Yayasan Islam al-Hamidiyah, 1998), Cet. Ke-1, h. 43-44.
28
acuan untuk merekonstruksikan konsep pendidikan yang dimaksudkan.
Sedangkan sebagai bentuk sistem pendidikan yang lama tidak relevan lagi
untuk ruang dan waktu, akan dihilangkan.
Usaha-usaha kea arah modernisasi pendidikan Islam pada awal
abad ke-20, setidaknya masih relativ terbatas, sehingga usaha-usaha
pembaharuan dalam dunia pendidikan ini terjadi karena ada waca
modernisasi dibelahan dunia Islam lainnya.22
Secara lebih luas, munculnya integrasi sistem pendidikan yang
dilaksanakan sehingga benar-benar terwujud pondok pesantren yang
komprehensif. Disebut komprehensif karena merupakan sistem
pendidikan dan pengajaran gabungana antara sistem tradisional dan sistem
modern. Artinya dimasukannya pendidikan dan pengajaran ktab kuning
dengan metode sorogan, wetonan, atau bandongan dan hafalan, namun
secara regulasi sistem persekolahan terus dikembangkan, bahkan
pendidikan keterampilan pun dihidupkan sehingga menjadikannya
pesantren yang berbeda dari tradisional mapun yang modern.
Lebih jauh daripada itu pendidikan masyarakat pun menjadi
garapannya, dalam artian yang sedemikian rupanya dapat ditimbulkan
bahwa pondok pesantren telah berkiprah dalam pembangunan sosial
kemasyarakatan. Para santri modern dituntut untuk lebih mampu
mendalami aspek-aspek keagamaan dan keduniawian agar dapat
menyesuaikan diri baik secara mental maupun non-mental.
Disistem pengajaran yang digunanakan untuk bahasa pengantar di
dalam kelas yakni bahasa Arab untuk pelajaran agama dan bahasa Arab,
dan bahasa Inggris untuk pelajaran umum. Karena kedua-duanya (bahasa
Arab dan bahasa Inggris) adalah merupakan kunci dari segala ilmu
pengetahuan.
22
Drs. Yasmadi, M.A, Modernisasi Pesantren, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet. Ke-1, h.
112-113.
29
Program pendidikan Daarul Rahman adalah 6 tahun dengan
pembagian menjadi dua tahapan dimana setiap tahapannya, para santri
mempelajari mata pelajaran sesuai dari silabus yang dipadukan oleh
pondok pesantren Daarul Rahman yang mencakup kepada:
1) Madrasah Tsanawiyah (MTs), setara dengan Kelas 1 s.d 3 SMP,
memakai kurikulum pesantren yang dipadukan dengan Depag.
2) Madrasah Aliyah, yang mana setara dengan Kelas 1 s.d 3 SMU
menggunakan kurikulum pesantren yang telah dipadukan dengan
Depag.
Pondok Pesantren ini menggunakan sistem sebagai mana pondok
pesantren pada umumnya, karena dengan sistem ini diharapkan agar
tujuan dan pendidikan dapat dibina dan dikembangkan secara lebih efisien
dan efektif, maka memungkinkan penambahan jam-jam pelajaran dan juga
penambahan jum’ah materi yan dipelajari dikelas-kelas. Penambahan ini
dilaksanakan di Pagi hari dan Sore hari bahkan pada Malam hari.
b. Pendidikan Pesantren Salaf
Di kalangan masyarakat pesantren umumnya masih tetap
menjalankan keyakinan bahwa ajaran-ajaran yang terkandung dalam kitab
kuning tetap merupakan tuntunan hidup yang paten dan relevan. Paten
dalam artian ajaran-ajaran itu diyakini bersumber pada kitab Allah dan
Sunnah Rasulullah, dan tidak pula ketinggalan sebagai unsur pelangkap
adalah dari ulama-ulama salaf yang shaleh. Relevan artinya bahwa ajaran-
ajaran itu masih tetap cocok dan bergunan untuk meraih kebahagiian
hidup kini, maupun nanti. Disinilah letak dari sebuah perbedaan antara
masyarakat pesantren yang oleh pengamat disebut “tradisional” dan
masyarakat Islam yang disebutkan “Modern”. Masayarkat pesantren,
pengikut kitab kuning dengan mempercayai bahwa Kitabullah dan Sunnah
Rosulullah menjadi pedoman untuk menjalani hidup yang berguna di
30
dunia maupun akhirat, melalui tafsiran-tafsiran dan penjabaran-penjabaran
yang telah diupayakan oleh ulama-ulama yang dinilai terpercaya.23
Dalam konteks ini, pelaksanaan yang berada di Pondok Pesantren
Daarul Rahman ialah mengembangkan sistem pendidikan terpadu dengan
maksud agar setiap kekurangan sistem yang satu akan terpenuhi dengan
kelebihan sistem yang lainnya.
Kitab kuning menjadi khazanah keilmuan dan warisan para ulama
terdahulu, yang sangan akrab di lingkungan pesantren. Kitab yang berupa
hasil karya tulis dari para ulama masa lampau itu bahkan menjadi ciri khas
untuk bagi para pesantren. Misalnya pesantren tanpa kitab kuning seakan
lubuk tanpa ada ikannya. Melalui kitab kuning inilah santri mengetahui
dan mempelajari ilmu yang yang diwariskan oleh para ulama dan pada
umumnya umat muslim sebelumnya.24
23
M. Dawan Rahardjo, Pergulatan Dunia Pesantren, Membangun Dari Bawah, (Jakarta:
Media Prataman Offset LP3ES, 1985), Cet. Ke-1, h.57. 24
Muhammad M. Basyumi, Revitalisasi Spirit Pesantren, (Jakarta, Dirokrat Pendidikan dan
Pondok Diniyah dan Pondok Pesantren, 2006), cet. Ke-1, h.231.
31
BAB III
SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN
DAARUL RAHMAN
A. Sejarah Pondok Pesantren Daarul Rahman
1. Kondisi Kultural Masyarakat Senopati, Senayan
Menyebut kawasan Senayan, maka terlintas dalam ingatan adalah komplek
Gelora Bung Karno, deretan hotel mewah, apartemen, mal, pusat bisnis, TVRI
dan tentu gedung yang disebut kantornya para wakil rakyat: gedung DPR/MPR.
Itu sekarang, dahulu menurut para sejarawan merupakan kawasan dengan luas
sekitar 270 hektar ada pula yang mengatakan 260 hektar. Salah satunya kampung
Senayan yang dikenal sekarang sebagai kawasan Senopati.
Senayan dihuni oleh warga Betawi, warga asli Ibukota yang bermata
pencaharian sebagai pengusaha, pedagang, dan petani. Tak heran jika
kepemilikan tanah oleh warga begitu luas, mereka menanam sayur mayor dan
buah-buahan. Selain itu menurut beberapa literature yang menceritakan Jakarta
tempo dulu, sebagian warga Senayan juga pembatik.
Di samping itu pula masyarakat Senopati rajin pengaji kepada „alim ulama
dan habaib. Diantaranya kepada Habib Ali Al-Habsy Kwitang yang mana
beliaulah awal dari perjalanan dakwah Islam di Jakarta.1 Bagi para masyarakat
Betawi belajar agama itu adalah suatu kewajiban yang harus dipenuhi. Dengan
tujuan agar mendekatkan diri kepada Allah swt.
1 Nama panjang Habib Ali Al-Habsy adalah Habib Ali bin Abdurahman AL-Habsy, atau biasa
disebut dengan Habib Ali Kwitang. Lahir di Jakarta, 20 April 1870 wafat di Jakarta pada 13 Oktober
1968 dalam usia 98 tahun. Habib Ali Al-Habsy adalah salah seorang tokoh penyiar agama Islam
terdepan di Jakarta pada abad ke-20. Beliau juga pendiri dan pimpinan pertama pengajian Majelis
Taklim Kwitang yang merupakan cikal-bakal organisasi-organisasi keagamaan lainnya di Jakarta.
Selain menuntu ilmu, beliau juga aktif dalam mengembangkan dakwah islamiyah, terutama pada
pengajian yang setiap hari Minggu pagi sejak kurang lebih 70 tahun yang lalu hingga sekrang dengan
kunjungan umat Islam yang berpuluh-puluh ribu. Dengan tujuan agar umat Islam mengikuti ajaran-
ajaran Islam dengan cinta kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Diakses dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Ali_bin_Abdurrahman_Kwitang.
32
Kecintaan warga Senopati terhadap ulama tertular oleh H. Abdurahman
Naidi yang merupakan Pewakaf dari pembangunan pondok pesantren Daarul
Rahman, dimana menggelar pengajian setiap malam minggu dengan pembacaan
tahlil, barzanji, dan diba‟ yang tinggal di Gang Keramat Ibu. Selain itu, nama
Keramat Ibu mempunyai makna tersendiri bukan sekedar penanda. Melainkan
berhubungan dengan hal-hal magis, tempat atau benda yang dianggap sacral.
Tetapi mengandung arti kecintaan serta bakti kepada sosok ibu. yang pada
akhirnya kawasan ini menjadi Jalan Senopati Dalam II.
2. Latar Belakang Berdirinya Pondok Pesantren Daarul Rahman
Pondok Pesantren Daarul Rahman terletak di Senopati Jakarta Selatan
didirikan Kyai Haji Syukron Ma‟mun dengan dibantu oleh teman-temanya,
diantaranya adalah Ustadz Antung Ghozali BA, H. Masyuri Baedlowi M.A,
Nurhazim BA, H. Abdul Kadir Rahman, dan keluarga dari bapak H.
Abdurrahman bin Naidi. Kyai Sukron Ma‟mun lahir di Madura pada tanggal 21
Desember 1941, sebagaimana anak-anak pada umumnya, KH. Syukron Makmun
kecil mengenyam pendidikan di Sekolah Rakyat (SR), jika zaman sekaran
dengan sebutas Sekolah Dasar (SD) pada era 50-an beliau SR selama 6 tahun.
Selanjutnya KH. Syukron Makmun melanjutkan pendidikan dipesantren
tradisional (Salafiyyah) dan pesantren modern. KH. Syukron Makmun meniimba
ilmu selama dua tahun di pesantren Salafiyah, Pasuruan Jawa Timur. Kemudian,
selama Sembilan tahun, ia melanjutkan pendidikan dan mengabdi di Pesantren
Gontor, Ponorogo. Di Gontor pula ia mencicipi bangku kuliah, tepatkan di
Institut Darusalam pada tahun 1966. Dari pesantren salaf beliau mendapatkan
ilmu agama melalui kitab kuning, sementara di Gontor ia memperoleh kemahiran
bahasa Arab dan Inggris dan pintar berorganisasi. Setelah mentamatkan
pendidikan di dunia pesantren banyak para santri yang ingin belajar agama
kepada beliau, lalu timbullah suatu inisiatif untuk mendirikan pondok/asrama
dirumah kyai.
33
Semakin banyaknya pondok ataupun asrama yang berdiri sesuai dengan
banyaknya santri yang ada, sehingga tempat tersebut dinamakan pondok
pesantren, karena penghuninya adalah para santri yang ingin belajar menuntut
ilmu dari kyai. Pada zaman dulu kyai tidak merencakan bagaimana membangun
pondoknya itu, yang dipikirkan adalah bagaimana ilmu agama supaya dapat
dipahami dan dimengerti oleh santri. Maka kyai tidak peduli dengan tempat-
tempat yang didiami oleh para santri yang sangat kecil dan sederhana,
merekapun menempati sebuah gubug atau rumah kecil yang didirikan oleh santri-
santri disekitar rumah kyai.
Begitulah seterusnya, makin hari makin bertambah banyak jumlah santri,
makin bertambah pula gubug yang didirikan, maka dengan sendirinya masing-
masing santri mempopulerkan adanya pondok pesantren tersebut, sehingga
pesantren itu menjadi terkenal kemana mana. Begitu pula dengan kyai haji
Syukron Ma‟mun yang memberikan ilmunya pada santri-santrinya dengan sabar
dan tekun membuka pengajianya.
Mula-mula pesertanya hanya orang tua saja, yaitu orang-orang tua sekitar
Senayan, yang jumlah + 20 orang. Walaupun santrinya sedikit akan tetapi
pengajian tetap berlangsung.
Ternyata dengan cara demikian, benar saja dengan cara inilah orang-orang
yang mendengar bahwa disenopati ada seorang kyai, dan kemudia datanglah dari
berbagai daerah dengan membawa anaknya, agar bisa ikut belajar agama di sini.
Maka didirikanlah Madrasah Ar-rahman. Murid-muridnya adalah cucu dari
dan kerabat Haji Abdurahman Naidi, selain itu juga para tetangga di Gang
Keramat Ibu sekitar tahun 1970-an. Semakin banyaknya para murid di Madrasah
Ar-rahman, barulah Kyai Sukron Ma‟mun berpikir untuk membangun pesantren.
Kemudian bapak Haji Abdurrahman bin Naidi mewakafkan sebagian tanahnya
untuk mendirikan pesantren. Wakaf tersebut diserahkan kepada beliau secara
pribadi dan bukan mengatasnamakan organisasi. Dengan luas tanah sekitar +
34
7.800 M² terletak Jln. Senopati Dalam II No. 25 A Kebayoran Baru Jakarta
Selatan.
Dengan didasari ayat Al-Qur‟an nomer 7 surat Ibrahim, Firman Allah SWT
yang artinya “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah
(nikmat) kepadmu”.
Bertolak dari sinilah, keyakinan bertambah kuat dan tekad semakin
membaja, dan dimulailah pembangunan walaupun dengan modal yang sangat
minim.
Tepatnya pada tanggal 11 Januari tahun 1975 menjadi sejarah yang
fenomenal bagi pondok pesantren Daarul Rahman, dengan resmi dibuka oleh
pimpinan yakni KH. Syukron Ma‟mun, dengan jumlah santri laki-laki dengan
perempuan sekitar 40 orang.
Tahun berganti tahun, santri-santri terus bertambah banyak, sambil
merayat, pembangunan itupun dilanjutkan, baik infrastruktur pondok dari ruang
belajar, masjid dan ruang-ruangan lainnya. Dengan semua banguna itu sengaja
dibikin dengan kontruksi beton dan berlantai tiga mengingat aeral tanah yang
sangat terbatas dan untuk memudahkan generasi penerus yang akan datang.2
Pondok pesantren Daarul Rahman selama berada dibawah pimpinan Kyai
Sukron Ma‟mun mengorientasikan pondoknya bukan hanya mencari ijazah,
maka pondok pesantren Daarul Rahman ini mengikuti kurikulum yang
mengkombinasikan pada sistem Khalaf dengan sistem Salafiyyah dengan
kalkulasi berapa persennya ialah 30% Khalaf dan 70% Salafiyyah.3
2 Arsip Pondok Pesantren Daarul Rahman yang ditulis oleh KH. Qosim Susilo sebagai kepala
sekolah pondok pesantren Daarul Rahman Jakarta, Pondok Pesntren Daarul Rahman, (Jakrta: 2010),
h. 4-7 3 Wawancara priobadi dengan Ustad Syukron pada tanggal 25 januari 2017. Pesantren Salafi
secara etimologi kata “Salaf” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti sesautu atau orang
terdahulu, ulama-ulama terdahulu yang shaleh. Ada beberapa perndapat yang memaknai salafi ini,
Pertama pesantren Salafi dimaknai sebagai pesantren tradisional yang tetap mempertahankan kitab-
kitab klasik serta mengapresiasi budaya setempat. Kedua, pesantren Salafi dimaknai sebagai yang
secara konsisten mengikuti ajaran ulama generasi sahabat, tabi‟in, tabi‟at tabi‟in yang memiliki
kecenderungan pada penafsiran teks secara normative dan tidak/kurang mengapresiasi budaya
35
3. Tujuan dari Pondok Pesantren Daarul Rahman
Suatu usaha yang tidak mempunyai tujuan akan tidak mempunyai arti apa-
apa. Ibarat seseorang yang bepergian tak tentu arah, maka hasilnya pun tak lebih
dari pengalaman selama perjalan.
Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dan jelas
memiliki tujuan, sehingga diharapkan dalam penerapannya tak kehilangan arah
dan pijakan. Sebelum lebih jauh menjelaskan tujuan pendidikan Islam, terlebih
dahulu dijelaskan apa sebenarnya makna dari “tujuan” tersebut. Secara etimologi,
tujuan adalah “arah, maksud atau haluan”, dalam bahasa Arab, “tujuan”
diistilahkan dengan maqashid. Sementara dalam bahasa Inggris, diistilahkan
dengan goal, purpose, objectives atau aim. Secara terminology, tujuan berarti
“sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sebuah usaha atau kegiatan selesai”.4
Tujuan pendidikan Islam sebenarnya bukan membentuk pribadi muslim
yang bertakwa kepada Allah SWT, melainkan juga membentuk jiwa seorang
muslim yang dapat menyiarkan ajaran Islam kepada muslim lainnya. untuk
mencapai semuanya ini, sangat dibutuhkan suatu wadah pendidikan bagi umat
muslim. Wadah ini direalisasikan demi mendapatkan generas-generasi penyebar
ajaran Islam di masa yang akan datang. Itulah sebabnya, tidak heran bahwa bila
setempat, karena semua budaya harus seusai dengan zaman para Salafush-Sholih, yaitu sahabat, dll.
Pesantren Khalafi tampaknya menerima hal-hal yang baru dinilai baik di samping tetap memelihara
tradisi lama yang baik. Pesantren sejenisi ini memberikan pelajaran umum di madrasah dengan system
klasikal dan membuka sekolah-sekolah umum di lingkungan pesantren. Pesantren Khlafi ini
merupakan model pesantren yang mencoba mengikuti perkembangan zaman dengan tetap
mempertahankan tradisinya, yaitu mengkaji kitab-kitab klasik. Pesantren Modern ini dimana tradisi
salaf sudah ditinggalkan sama sekali. Pengajaran kitab-kitab Islam klasik tidak diselenggarakan.
Sekalipun bahasa Arab yang diajarkan, namun penguasanya tidak diarahkan untuk memahami bahasa
Arab terdapat kitab-kitab kalsik. Bagi pesantren modern, tidak lagi mengutamakan kajian-kajian kitab-
kitab klasik dalam proses pemberlajarannya, tapi kitab-kitab berbahasa Arab yang ditulis oleh para
tokoh muslim abad 20. Walaupun kadang pesantren Modern masih menggunakan sebagian kitab-kitab
klasik, tapi bukan menjadi kajian utamanya, akan tetapi menjadi referensi tambahan dan tidak dikaji
sampai selesai (khatam). Lihat dalam website http://mambs84.blogspot.co.id/2016/08/perbedaan-
antara-pesantren-salafi.html. 4 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), cet. 1, h. 15.
36
para ulama dahulu sampai sekarang mendirikan pondok pesantren sebagai wadah
pembinaan umat Islam.
Menurut Samsul Nizar dalam buku Pengantar Dasar-dasar Pemikiran
Pendidikan Islam mengatakan bahwa ”tujuan pendidikan Islam adalah sebagai
proses pengaktualan akal peserta didik yang secara teknis dengan kecerdasan
terampil, dewasa, dengan tetap menjaga nilai kemanusiaan yang ada pada diri
manusia untuk dikembangkan secara proposional Islami”.5
Adapun menurut Nasution dalam bukunya yang berjudul Teknologi
Pendidikan mengatakan ”tujuan dari pendidikan tersebut ialah menjadi manusia
yang baik dan bertanggung jawab serta bertakwa kepad Tuhan Yang Maha Esa,
yang mengabdi pada masyarakat dan sebagainya”.6
Dalam bukunya Daarul Rahman yang ditulis oleh KH. Qosim Susilo
sebagai kepala sekolah Daarul Rahman di Jakarta, bahwa dijelaskan dari
tujuannya yaitu pondok pesantren ingin membantu pemerintah, kalau pemerintah
selama ini membangun dengan giat-giatnya sistem ekonomi seperti industry-
industri pengeboran minyak, jalan-jalan raya, jembatan-jembatan, reboisasi, dan
lain sebagainya, maka pondok pesantren Daarul Rahman ingin membangun
manusia yang seutuhnya baik fisik maupun mental, terlebih lagi dari rohani
maupun jasmani.
Dalam pembangunan manusia seutuhnya maka pendidikan agamalah yang
menjadi dasar utamanya dan dilengkapi dengan ilmu pengetahuan umum agar
tidak ketinggalan zaman begitu pula bagi tercapainya suatu kesejahteraan
manusia baik lahir maupun batin, dan dunia maupun akhirat.7
5 Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media
Pratama, 2001), cet. 1, h. 105-106. 6 S, Nasution, Teknologi Pendidikan, (Bandung: CV. Jemmers, 1982), cet.1, h. 25.
7 Arsip Pondok Pesantren Daarul Rahman yang ditulis oleh KH. Qosim Susilo sebagai kepala
sekolah pondok pesantren Daarul Rahman Jakarta, Pondok Pesntren Daarul Rahman, (Jakrta: 2010),
h. 8-10.
37
4. Para Pendiri Pondok Pesantren Daarul Rahman
Pendirian pondok pesantren Daarul Rahman tidak terlepas dari peran serta
beberapa tokoh agama maupun para hartawan dan dermawan yang ikut berperan
aktif dalam kegiatan pembangunan, baik dalam bentuk dalam sumbangan moril
mauppun materil. Salah satu tokoh yang mempunyai pemikiran dan gagasan
dalam pendirian pondok pesantren Daarul Rahman di Senopati ini adalah Bapak
H. Abdurahman Naidi, seorang yang mempunyai andil besar dalam mempunyai
gagasan untuk segera mendirikan lembaga pendidikan islam berbasis pesantren,
pondok pesantren Daarul Rahman.
Selain dari H. Abdurahman Naidi, ada pula sosok sentral yang berperan
penting dalam perkembangan pondok pesantren Daarul Rahman, yaitu; KH.
Syukron Makmun, serta para dermawan yang menyisihkan hartanya demi
pembangunan, yakni: KH. Asmuni Rahman ini adalah anak ke-4 dari H.
Abdurahman Naidi yang mewakafkan tanahnya dan para teman-temannya seperti
halnya ustadz Antung Ghozali BA, H. Masyuri BAedlowi M.A. Kesemuanya
bersepakat untuk mendirikan pondok pesantren Daarul Rahman dengan metode
pembelajaran yang mengkombinasikan antara pesantren salaf dan pesantren
modern.
Dengan pengalaman yang dimiliki oleh KH. Syukron Makmun yang
pernah belajar di pesantren Modern Gontor dan pesantren salaf Sidogiri, maka
dicetuslah kurikulum yang mengkombinasikan untuk bisa menempatkan
kepribadian yang tidak terkikis oleh zaman.
Adapun penamaan pondok pesantren Daarul Rahman, yaitu atas pemikiran
para pendiri yang berkeinginan untuk mendirikan lembaga Islam yang bercorak
pada pondok pesantren.8 Salah satu pendiri pondok pesantren Daarul Rahman
yaitu:
8 Dalam filosofi pembuatan logo Daarul Rahman, arti dari logo itu adalah belajar dan Al-
Qur‟an sebagai tuntunan kita. Di dalam logo itu terdapat satu bintang di tengah bermakna Rasulullah
SAW. Kemudia ada gambar ka‟bah yang berarti lambing persatuan dan kesatuan. Ada lagi gambar Al-
38
Nama Lengkap : KH. Syukron Makmun
TTL : Sampang, 21 Desember 1941
Alamat :-
Istri : Hj. Afifah Noer
SD/SR :-
SMP : Miftahul Ulum
SMA/ MA : - Lulusan Pondok Pesantren Sidogiri
- Lulusan Pondok Modern Darussalam Gontor
Perguruan Tinggi: Institut Studi Islam Daarussalam
Anak-anaknya :
KH. Ahmad Zaenal Ridho SM
KH. Muhammad Faiz SM
Ustadzah Qonita Lutfiah
KH. Muhammad Faruq
Kiprah di Organisasi Politik:
Pernah menjadi anggota organisasi politik NU (Nahdatul Ulama) pada tahun
1998.
Pernah menjadi anggota organisasi politik PPP (Partai Persatuan
Pembangunan) 2008.
Mengajar di Daarul Ma‟arif sebuah Madrasah yang didirikan oleh KH. Idham
Chalid
Kemudian tokoh pendiri kedua adalah:
Nama lengkap : H. Abdurahman Naidi
Alamat : Jl. Senopati Dalam II, Jakarta Selatan
Qur‟an dan pena bermakna menuntut ilmu. Pak kyai Sukron Makmun memaknai ini adalah “karena
pondok pesantren, kita membaca kitab”. Kemudian gambar dua sayap di sisi gambar ka‟bar. Sayap
yang kanan bermakna para sahabat seperti Abu Bakar Assidiq RA, Umar bin Khattab RA, Ustman bin
Affan RA, dan Ali bin Abi Thalib RA. Sayap kiri bermakan empat madzhab. Yang mana pak kyai
berpesan “prinsip saya, membuat logo itu ya tidak lepas dari Khulafaurrosyidin dan Madzahibul
Arba’ah, serta kesatuan dan persatuan”.
39
TTL :-
Istri : Hj. Romlah
Jabatan Terakhir:-
Kiprah di Masyarakat :
Sebagai Pewakaf tanah untuk mendirikan pondok pesantren Daarul
Rahman.
Sebagai anggota KPBD (Koperasi Pembatik Bersama Djakarta).
5. Struktur Pengurus Pondok Pesantren Daarul Rahman
Berikut adalah struktur Organisasi Pondok Pesantren Daarul Rahman,
Tabel. 3. 1
Struktur Organisasi 2015-2017
STRUKTUR PENGURUS PONDOK PESANTREN DAARUL RAHMAN
Pengasuh KH. Syukron Makmun
Pimpinan KH. Mohammad Faiz Syukron Makmun, SM.
Kepala Sekolah KH. Ahmad Qosim Susilo
Staf Tata Usaha
1. Ustad Ukar
2. Ustad Syukron
3. Ustad Munfarid
Bendahara
1. Ustad Naufal
2. Ustadzah Zulfa
3. Ustad Ilham
Pengasuhan Santri
1. Ustad Umar Faruq SM.
2. Ustad Hilman
3. Ustadzah Anti Hanifah
Kurikulum 1. Ustad Syukron
40
B. Perkembangan Pondok Pesantren Daarul Rahman
1. Perkembangan para santri
Pondok Pesantren Daarul Rahman dirintis di kampung Senopati oleh Kyai
Sukron makmun pada tahun 1975. Beliau adalah seorang ulama dan mubaligh
yang sangat terkenal dengan kemahirannya dalam berdakwah, sehingga banyak
masyarakat yang mengetahui keberadaannya dikampung Senopati tersebut.
Pada awal berdirinya pondok pesantren Daarul Rahman ini tidak
merencanakan inisiatif untuk membuat suatu pondok pesantren, tetapi melihat
perkembangan rumah semakin semakin penuh sesak ditempati oleh para santri-
santri yang ingin mengaji kepadanya, beliau sebagai guru merasa terpanggil untuk
mendidik kader-kader Islam yang perlu dibina dengan memperdalam Ilmu Agama
Islam (Ahlusunnah Wal Jama‟ah) untuk mendakwahkan Islam dan
mengembangkan Islam perlu diberi tempat tinggal dan tempat belajar sebagai
wadahnya.9
Sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan kemajuan perkembangan zaman,
pondok pesantren berusaha meningkatkan kualitas dan kuantitas pondok
pesantren dalam bidang pendidikan dan pengembangnya untuk bisa bersaing
dengan pondok pesantren lainnya.
Table. 3. 2
Jumlah Kekuatan Santri Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta dan
Leweliang
No Tahun Laki-Laki Perempuan
1. 1990-200810
- -
2. 2007-2008 625 553
3. 2008-2009 559 491
4. 2009-2010 599 492
9 Nurcholish Madjid, Bilik-bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalan, h. 31-34.
10 Data santri pada tahun 1998-2008 dikarenakan pada tahun 1998 terjadi bencana alam yang
menimbulkan banjir di pondok pesantren Daarul Rahman, maka data-data tersebut hilang dan rusak
dengan adanya banjir tersebut, dan juga penulis tidak mendapatkan data-data yang sesudah tahun 1998
dikarenakan sudah tidak adanya dokumen-dokumen yang tetap di pondok pesantren Daarul Rahman
sehingga penulis kesulitan mencari data santri tersebut.
41
5. 2010-2011 527 434
6. 2011-2012 529 493
7. 2012-2013 709 536
8. 2013-2014 752 545
9. 2014-2015 824 636
10. 2015-2016 948 768
11. 2016-2017 1097 902
Setelah melihat banyaknya santri yang masuk di Pondok Pesantren ini,
yang datang dari seluruh penujuru daerah wilayah Indonesia, antara lain Aceh,
Medan, Padang, Riau, Palangkaraya, Banjarmasin, Pontianak, Manado, NTB
(Nusa Tenggara Barat), Irian Jaya, Timur-Timur, Malaysia dan lain sebagainya.
Maka pondok pesantren membangun kembali di Leuwiliang Bogor dan Parung
(Sawangan Elok wilayah Depok).11
2. Sarana dan Prasarana
Dalam perkembangan sarana dan prasarana di Pondok Pesantren Daarul
Rahman hingga saat ini banyak kemajauan yang tela dicapai. Seperti halnya
mendirikan suatu pondok pesantren ditengah-tengah wilayah metropolitan yang
mewarnai indah keberagaman di Ibukota Jakarta. Pada awal berdirinya, yakni
pada tahun 1975 pesantren ini belum memiliki sarana yang memadai untuk proses
belajar dan mengajar. Dimulai dari pak Kyai mengajar di depan rumahnya sampai
mengajar di majlis majlis untuk mengajarkan ilmu agama Islam yang beliau
miliki.
Perkembangan dan kemajuan yang telah dicapai Pondok Pesantren Daarul
Rahman sampai saat ini tentunya bukan hanya dari segi kualitasnya saja
melainkan dari infrastruktur yang menunjang dari maju atau tidaknya pondok
pesantren.
11
Pada tahun 1984 dibangunlah pondok pesantren Daarul Rahman yang berada di pinggir
sungai Cikaniki, Leweliang Bogor. Dengan luas tanah kurang lebih 8,5 hektar, disinilah peradaban
baru dimulai dengan adanya cabang pondok pesantren Daarul Rahman. Arsip Pondok Pesantren
Daarul Rahman yang ditulis oleh bapak KH. Qosim Susilo pada 14 juni 2010.
42
Dari infrastruktur yang ada di Pondok Pesantren Daarul Rahman Senopati
merupakan tanah wakaf yang diberikan kepada Kh. Syukron Makmun dari Kh.
Abdurahman Naidi. Yang terdiri dari bangunan semi permanen, meliputi:
a) Rumah KH. Syukron Makmun
b) Kantor Lembaga Pondok
c) Masjid
d) Bangunan Sekolah
e) Ruang Belajar Putra dan Putri
f) Bangunan Asrama Putra dan Putri
g) Kamar Mandi Putra dan Putri
h) Bangunan Dapur
i) Bangunan Koperasi
j) Lapangan
Dengan didukung infrastruktur inilah Pondok Pesantren Daarul Rahman
Senopati menjadi berkembang dan banyak para santri yang masuk ke pondok
tersebut.
C. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Daarul Rahman
1. Kurikulum Pondok Pesantren Daarul Rahman
Sesuai dengan pengalaman yang diperoleh Kh. Syukron Ma‟mun dan
pembantu-pembantunya sebelum terjun ke masyarakat, sewaktu masih berada di
bangku sekolah dan pondok pesantren, maka pondok pesantren ini memakai
sistem terpadu.
Perpaduan antara sistem yang ada di pondok Modern Gontor Ponorogo
dengan sistem Pondok Pesantren Salafiyah yang mengajarkan kitab-kitab kuning.
Waktu belajar sebagai berikut:
a. Pagi dari 07.20 s/d 12.40 semua santri belajar di dalam kelas
b. Siang dari jam 14.00 s/d 15.00 kelas I dan kelas II kursus bahasa
Arab dan bahasa Inggris
43
c. Sore dari jam 16.00 s/d 17.30 kelas III s/d VI belajar kitab kuning
(kitab Salafiyah).
d. Habis Magrib sampai dengan waktu shalat Isya‟ kelas II sampai
dengan kelas VI belajar kitab kuning
e. Kelas I setelah Magrib dan Shubuh membaca al-Qur‟an
f. Jam 20.00 s/d 22.30 malam belajar terpimpin di kelas di bawah
pengawasan guru-guru.
2. Pengajaran Bahasa
Berpangkal pada sumber-sumber ilmu pengetahuan yang ada di dunia,
baik ilmu pengetahuan umum maupun ilmu pengetahuan agama, maka sumbernya
adalah dua unsur pokok. Ilmu pengetahuan umum yang sumbernya dari Barat
dapat digali dengan memakai bahasa Inggris, dan ilmu pengetahuan Agama dapat
digali dengan memakai bahasa Arab, maka dua bahasa inilah yang ditekankan di
pondok pesantren Daarul Rahman untuk diperdalam, dan dipelajari dengan
sebaik-baiknya.
Karena kedua-duanya (bahasa Arab dan bahasa Inggris) adalah merupakan
kunci dari segala ilmu pengetahuan. Kemudia untuk menggalakkan kedua bahasa
tersebut di pondok pesantren Daarul Rahman, maka di samping guru-guru yang
mengontrol, dibentuklah mahkamah bahasa, untuk menjaga disiplin dan
mengontrol aktivitas para santri dalam berbicara sehari-hari.
Dengan kesungguhan agar santri bisa berdisiplin untuk bisa berbicara
bahasa Arab dan bahasa Inggris inilah yang menentukan berhasil atau tidaknya,
jadi jelaslah bagi santri yang tidak disiplin hasilnya akan kurang, berbeda dengan
mereka yang selalu rajin dan berdisiplin, jelas hasilnya akan lebih memuaskan.
Untuk pelajar-pelajar yang melanggar disiplin bahasa akan diberikan
sangsi-sangsi serta hukuman yang sesua dengan pelanggaran mereka. Ada
diantara mereka yang harus menyapu halaman sekolah, menyiram bunga, dan
apabila perlu mereka dicukur rambut hingga halus. Hal ini memang sengaja
dilakukan demi kepentingan serta kebaikan masa depan mereka nanti.
44
Table. 3. 3
Kegiatan Ekstra Kurikuler
Pondok Pesantren Daarul Rahman
Ekstra Kurikuler
Hari Jam Kegiatan
Sabtu 11.20 – 12.30
Muhadhoroh
Belajar berpidato 3 bahasa (Indonesia,
Inggris dan Arab)
Malam Minggu 20.00 – 22.00
Muhadhoroh
Belajar berpidato 3 bahasa (Indonesia,
Inggris, dan Arab)
Selasa dan Kamis 06.30 – 07.00 Muhadatsah bahasa Arab dan Inggris
Kursus Keterampilan
Komputer, Hadroh, Marawis, Pencak Silat dan Qosidah.
3. Pengajian Kitab Salafiyah Pondok Pesantren Daarul Rahman
Dalam rangka mencetak santri yang betul-betul mampu melayani
masyarakat sesuai dengan kebutuhan yang dihajatkan, maka pondok pesantren
Daarul Rahman terus berusaha membina dan mendidik santri-santri ini dengan
berbagai macam sistem yang sekiranya mungkin bisa diterapkan.
Salah satunya diantaranya yaitu pengajian kitab kuning yang sejak dahulu
menjadi tolok ukur bagi pondok pesantren, apakah pondok pesantren tersebut
maju atau tidak, serta berjalan atau tidak berjalan.
Begitu pula berhasil atau tidaknya pendidikan pesantren ini akan dilihat
dari bagaimana santri itu membaca dan memahami kitab kuning. Justru karena
inilah pondok pesantren Daarul Rahman menyelenggarakan pengajian kitab-kitab
kuning.
45
Disamping tujuan pondok pesantren untuk mencetak santri-santri yang
nantinya mampu mendirikan pesantren, atau madrasah di kampungnya maka
setidak-tidaknya santri ini nantinya mampu membaca kitab kuning dan menjadi
da‟I atau khatib-khatib di masjid.
Kitab sebagai khazanah keilmuan dan warisan para ulama terdahulu,
sangat akrab di lingkungan pesantren. Kitab yang sejatinya hasil karya tulis para
ulama masa lampau itu bahkan menjadi ikon yang khas untuk bagai para
pesantren. Misalnya pesantren tanpa kitab kuning seakan lubuk tanpa ikannya.
Melalui kitab kuning ini santri belajar dan mempelajari pengetahuan Islam di
warisi dari generasi muslim sebelumnya.12
Begitu pula kitab kuning harus dilestarikan pemakaiannya, karena kitab
kuning adalah satu-satunya kitab yang masih murni dengan sumber
keabsahannya, dimana pengarang (muallif) kitab-kitab tersebut langsung
mengambil dari sumber aslinya sesuasi dengan kaidah-kaidah ushuliyah (dalam
hal ini adalah al-Qur‟an dan al-Hadits).
Malalui kitab kuning pondok pesantren Daarul Rahman mengembangkan
aspek-aspek yang tertanam dalam kajian-kajian kuning. Dengan tujuan,
membiasakan para santri belajar berbahasa Arab dan mengartikannya untuk bekal
mereka dimasyarakat. Sehingga dimasyarakat mereka sudah paham dengan
bahasa yang sudah diajarkan dalam pondok pesantren.
Adapun kitab kuning yang dikaji di pondok pesantren Daarul Rahman
dapat dilihat pada table berikut:
12
Muhammad M. Basyumi, Revitalisasi Spirit Pesantren, h. 231.
46
Tabel. 3. 4
Kitab-kitab Kuning yang di kaji
Di Pondok Pesantren Daarul Rahman
NO. Bidang- bidang Nama Kitab
a. Aqidah Diyanah
b. Fiqih dan Ushul Fiqh
Fiqhul Wadih
Fathul Qarib
Fathul Mu‟in
Kifayatul Akhyar
Al-Bayyan
Bidayatul
Mudztahid
c. Akhlaq Ta‟limul Muta‟alim
d. Adab
Amtsilah
Tashrifiyyah
Nahwu Wadih
Jurumiyah
Imriti
Alfiyah Ibnu Malik
Al-Mantiq
Balaghah Wadihah
e. Tafsir Qur‟an dan Hadits
Tafsir Jalalain
Musthalahul Hadits
Bulughul Maram
f. Tarikh (Sejarah)
Khulashoh Nurul
Yaqin
Tarikh Tasyri‟
47
4. Disiplin Pondok Pesantren Daarul Rahman
Dimana saja manusia yang hidup dan tinggal, pasti terkait dengan
peraturan/disiplin. Apalagi dunia pendidikan seperti pondok pesantren Daarul
Rahman yang terletak di jantung Ibukota Jakarta.
Apa jadinya ketika seandainya disipilin tidak diperketat di pondok
pesantren, misalnya: santri bebas pulang kerumah semaunya tanpa izin kepada
ustad yang menjaga, pergi ke pasar, keluar masuk ke pondok tanpa izin, bebas
bergaul dengan pemuda dan pemudi di luar pondok pesantren, dan seterusnya.
Jelas akan sia sialah usaha untuk membangun pondok pesantren yang disiplin.
Maka dibuatlah suatu peraturan yang mana santri harus mentaati peraturan
tersebut agar menjadi santri yang disiplin di pondok maupun disiplin di luar
pondok, untuk itu peraturan tersebut seperti:
a. Anak laki-laki boleh pulang ke rumah sebulan sekali dengan
membawa surat izin dari keamanan.
b. Anak putri tidak boleh pulang kecuali dijemput oleh orang tua/wali
murid.
c. Apabila ada siswa/siswi pulang kerumah tidak membawa surat izin
dari keamanan, maka orang tua harus segera mengantarkan
kembali ke pondok pesantren.
d. Santri tidak boleh membawa alat telekomunikasi ke pondok dan
tidak boleh merokok.
e. Lain-lain disiplin dan sunnah pondok yang tidak tertulis.
48
Table. 3. 5
Aktivitas Harian Pondok Pesantren
Daarul Rahman
Aktivitas Harian
Waktu Aktivitas
03.30 Sholat Tahajjud Berjama‟ah
04.30 – 05.00 Bersiap untuk sholat Shubuh
05.00 – 05.30 Belajar Al-Qur‟an untuk kelas I dan mengaji
kitab kuning untuk kelas II s/d VI
05.30 – 06.30 Sarapan Pagi
06.30 – 07.00 Persiapan untuk sekolah
07.15 – 12.40 Belajar di kelas
13.00 – 14.00 Ishoma (Istirahat, sholat, dan makan)
14.00 – 15.00 Kursus bahasa Arab dan Inggris untuk kelas
I dan II
15.00 – 15.30 Sholat Ashar berjama‟ah
15.30 – 17.00 Mengaji kitab Salafiyyah untuk kelas III s/d
VI
17.00 – 18.00 Persiapan sholat Maghrib
18.30 – 19.00 Membaca Al-Qu‟ran untuk kelas I dan
mengaji kitab Salafiyah untuk II s/d VI
19.00 – 19.30 Makan malam
19.30 – 20.00 Sholat Isya berjama‟ah
20.00 – 22.30 Belajar malam di kelas
22.30 – 03.30 Tidur malam
49
D. Perkembangan Organisasi Pendidikan Pondok Pesantren Daarul
Rahman
Kehidupan di pondok tidak selamanya berkutat dengan pelajaran-pelajaran
semata, baik kitab-kitab kuning ataupun hafalan. Ada masanya dimana santri
juga belajar leadership13
melalui organisasi internal pesantren. Ikatan Pelajar
Pondok Pesantren Daarul Rahman (IP3DR) merupakan organisasi kesiswaan
yang berada di pondok pesantren Daarul Rahman. Organisasi dalam pesantren
bertujuan melatih para santri dan agenda kegiatan santri secara menyeluruh.
Organisasi dalam sebuah pesantren menjadi sendi berjalannya seluruh kegiatan
pembelajaran ataupun acara di pondok pesantren Daarul Rahman.
IP3DR dipimpin oleh ketua pelajar, dibantu dengan bagian mulai dari
sekretaris, bendahara, bagian keamanan, bagian pengajaran, bagian kesehatan,
olahraga, informasi, perpusatakaan, penerimaan tamu, kesenian dan keterampilan.
Semua bagian mempunyai peran penting sesuai dengan yang tercantum dalam
AD/ART.14
IP3DR dan IP4DR sudah sejak pondok pesantren Daarul Rahman
berdiri pada tahun 1975.
Awal mula berkembangannya organisasi ini pak kyai Sukron Ma‟mun
membawa konsep-konsep dari pondok pesantren Darussalam Gontor Ponorogo
untuk dibawa ke pondok pesantren Daarul Rahman ini. Dengan tujuan agar para
santrinya lebih berprestasi baik di luar pondok maupun di dalam pondok
pesantren Daarul Rahman, serta memberi peluang untuk para santri melakukan
suatu hal-hal yang positif dengan adanya organisasi. Dengan di khususkan untuk
para santri kelas V (2 Aliyah) putra maupun putri. Organisasi tersebut ialah: 1.
IP3DR (Ikatan Pelajar Pondok Pesantren Daarul Rahman dan 2. IP4DR (Ikatan
13
Leadership adalah kepemimpinan, yang mana proses memengaruhi atau memberi contoh
oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan yang sama. Cara alamiah
memperlajari kepemimpinan ialah melakukannya dalam kerja, dengan praktik seperti pemagangan
pada seorang ahli, pengrajin, atau praktisi. Lihat dalam website
https://id.wikipedia.org/wiki/Kepemimpinan 14
Struktur organisasi IP3DR/IP4DR dapat melihat dilampiran.
50
Pelajar Putri Pondok Pesantren Daarul Rahman).15
Diantara visi dan misi dari
organisasi ini adalah 1. “Siap Dipimpin dan Siap Memimpin”. 2. “Sebelum Patah
Sudah Tumbuh”.16
Maksud dari 2 visi dan misi tersebut adalah bahwa seorang santri harus
siap dipimpin dimanapun santri berada dan juga harus siap memimpin dalam
situasi dan kondisi apapun, serta menjadi santri yang membanggakan untuk
pondok pesantren Daarul Rahman. 17
15
Pada awal berdirinya organisasi ini pak kyailah yang menjadi tokoh utamanya. Karena,
dalam perjalanan kehidupan pak kyai banyak mengikuti organisasi keislaman salah satunya yakni
PBNU. Beliau dibawa oleh ketua PBNU bapak Idham Chalid sebagai kader dari organisasi tersebut.
Sehingga dibawalah pikiran-pikiran tersebut kedalam pondok pesantren Daarul Rahman. Wawancara
mendalam dengan Koordinator Umum Organisasi IP3DR/IP4DR yang bernama Ustadz Muhammad
Hilam pada tanggal 24 Maret 2017 16
Wawancara Pribadi dengan Koordinator Umum Organisasi IP3DR/IP4DR yang bernama
Ustad Muhammad Hilman pada tanggal 24 Maret 2017. 17
Wina Tresna Rahayu, Catatan dari Senopati, (PT. Andalas Media Pratama: Jakarta, 2017),
h. 182-186
51
BAB IV
PERAN PONDOK PESANTREN DAARUL RAHMAN DALAM BIDANG
PENDIDIKAN, BIDANG DAKWAH, DAN BIDANG SOSIAL
Membicarakan pesantren atau pondok pesantren sebagai lembaga
pendidikan Islam sangat penting dan menarik. Begitu pula peranannya sebagai
pelopor bagi masyarakat yang menimba ilmu agama Islam. Dalam hal ini
peranan kyailah yang memang sangat begitu berarti dan sangat dibutuhkan
karena kemajuan dan kemundurannya suatu daerah dengan adanya pondok
pesantren atau berkembangnya suatu pondok pesantren tergantung dari sosok
kyai, karena dari kyailah visi dan misi pesantren diserahkan dengan proses
improviasi yang dipilih sendiri oleh kyai bersama para pembantunya.1
Ribuan pesantren yang tersebar luas di kawasan Nusantara ini telah
berhasil mengisi sebagian pendidikan di Indonesia. Lembaga pendidikan ini
bukan hanya menjadi khazanah semata, melainkan membangun jiwa-jiwa yang
belum pernah dibangun oleh pendidikan manapun.Jiwa pesantren dimaksud
terimplikasi dalam panca-jiwa pesantren berikut ini.
Pertama, jiwa keikhlasan, yang tidak didorong oleh ambisi apa pun untuk
memperoleh keuntungan-kuntungan tertentu, melainkan semata-mata demi
ibadah kepada Allah. Jiwa keikhlasan ini termanifestasi dalam segala
rangkaian sikap dan tindakan yang selalu dilakukan secara ritual oleh
komunitas pesantren. Kedua, kesederhanaan tetapi agung.Sederhanan
bukan berarti pasif, melatar, dan miskin, tetapi mengandung unsure
kekuatan dan ketabahan hati, penguasaan diri dalam menghadapi segala
kesulitan.Di balik kesederhanaan itu, mengandung jiwa yang besar, berani,
jujur, maju terus dalam menghadapi perkembangan dinamika sosial.
1Seorang pemimpin pesantren yang berhasil biasanya juga memerlukan bantuan dari anggota
keluarganya yang terdekat. Kyai tersebut memerlukan badal (pembantu-pembantu) untuk mengurusi
pesantrennya dan mengajar para santri. Kebanyakan badal ini diangkat dari keluarganya yang terdekat.
Dalam masa-masa permulaan kariernya sebagai seorang kyai, sebelumnya putra-putranya yang cukup
dewasa untuk menjadi badal, biasanya ia akan memberikan didikan khusus kepada adik-adik dan
keponakan-keponakannya, dan kalau perlu mengirimkan mereka ke pesantren-pesantren terkenal,
dengan harapan, setelah selesai belajar di pesantren mereka dapat membantu mengembangkan
pesantren yang sedang tumbuh. Dapat dilihat dalam bukunya Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren
Studi Pandangan Hidup Kyai dan Mengenai Masa Depan Indonesia, h. 108-109. Dan dapat dilihat
kembali dalam buku Nurcholish Madjid, Bilik-Bilik Sebuah Potret Perjalanan, Cet. I h. 6.
52
Ketiga, jiwa ukhuwah Islamiyyah yang demokratis.Situasi yang akrab
antar-komunitas pesantren untuk mewujudkan suasana damai. Keempat,
jiwa kemandirian. Kemandirian dalam hal bukanlah kemampuan dalam
mengurusi persoalan-persoalan pribadi dan intern, tetapi juga kesanggupan
membentuk kondisi pesantren sebagai institusi pendidikan Islam yang
mandiri dan tidak bergantung diri pada bantuan dan belas kasihan dari
pihak lain. Kelima, jiwa bebas dalam memilih alternative jalan hidup dan
menentukan masa depan jiwa besar dan sikap optimism menghadapin
segala problematika hidup berdasarkan nilai-nilai Islam.2 demikian jiwa-
jiwa ini dibangun disetiap pesantren sebagai suatu sifat-sifat yang khas
tersendiri dengan kelebihan-kelebihan dan kekurang-kekurangannya.3
Hal tersebut bisa dapat dicapai dengan memaksimalkan dan memuaskan
bila mana dalam sautu penyajiannya diutamakan pemahaman, wawan (Insight),
inisiatif, serta kerjasama dengan mengembangkan kreatifitas.Jadi, harus bergerak
dinamis, berjalan tiada hentinya.4 Hal ini mudah mudah dimengerti dan dipahami
tidak membicarakan masalah metode tanpa menyentuh hal-hal yang erat
hubungannya.
Keberadaanya pondok pesantren di tengah-tengah masyarakat tidak hanya
sebagai lembaga pendidikan tetapi juga sebagai lembaga penyairan Islam.
Karena pembianaan yang dilakukan pesantren biasanya tidak hanya fokus kepada
santri di lingkungan pesantren, tetapi juga masyarakat sekita melalui dakwah atau
pengajian yang dilakukan oleh para kyai.5
Selanjutnya pondok pesantren tumbuh dan berkembang dewasa ini dengan
memadukan tiga unsure pendidikan yang sangat penting, yaitu: Ibadah
menanamkan Iman. Tabligh untuk menyerbarkan ilmu agama Islam. Amal untuk
2 Kelima jiwa pesantren ini dimaksudkan untuk tidak memberikan peluang terhadap
reduksionisme, (Reduksionime ini dapat diartikan sebagai suatu pendekatan untuk memahami sifat-
sifat dasar hal-hal komfleks dengan menyederhanakannya kedalam interaksi dari bagian-bagiannya,
atau membuat suatu hal menjadi lebih sederhan atau lebih mendasar). Dapat dilihat dari penjelasan
Reduksionime tersebut di www.id.m.wikipedia.org/wiki/Reduksionisme. dan dipertegas dalam buku
Dr. Armai Arief, Reformasi Pendidikan Islam, (Jakarta: CRSD PRESS, 2005), h. 52. 3 M. Dewam Rahardjo, Pergaluan Dunia Pesantren Membangun Dari Bawah, h. 26.
4 Zainal Abidin Ahmad, Memperkembang dan Mempertahankan Pendidikan Islam di
Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1952), h. 16. 5 Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Cet. I (Jakarta, Rajawali Press, 1996), h. 42.
53
mewujudkan kegiatan kemasyarakatan dalam kehidupan sehari-hari.6 Berdirinya
pondok pesantren di Nusantara menjadi pusat pusat perhatian masyarakat dari
dahulu sampai sekarang.
Pondok pesantren Daarul Rahman terlebih lagi mempunyai peranan yang
sangat penting dalam masyarakat, khususnya dalam penyebaran dan
pengembangan agama Islam. Dalam kesempatan ini penulis menguraikan
bagaimana peranan pondok pesantren dalam bidang pendidikan, bidang dakwah
dan bidang sosial.
A. Peran Pondok Pesantren dalam Bidang Pendidikan
Perkembangan pondok pesantren Daarul Rahman dari awal sampai menjadi
besar memiliki tahapan dan proses yang cukup panjang. Dimulai dengan pak
kyai Syukron Ma’mun mengajar ke rumah-rumah sampai ke masjid-masjid,
sehingga menumbulkan tekat yang sangat besar untuk mendirikan pondok
pesantren. Pondok pesantren ini hanya non-formal sebagai lembaga pendidikan
Islam. Secara tidak langsung ponpes Daarul Rahman memainkan peranan dalam
upayanya memajukan pendidikan, mecerdaskan masyarakat, dan pada akhirnya
berkembang maju menjadi pondok pesantren yang terorganisir dengan baik.
Pondok pesantren Daarul Rahman dalam peranan pendidikan ini, bahwa
yang dibangun pertama kali oleh pak kyai Syukron Ma’mun itu membentuk
karakter dan ilmu. Kenapa dengan karakter dan ilmu, karena sebuah akhlak yang
mulia akan tumbuh ilmu yang sempurna.7 Selain itu, dengan bimbingan dari para
pengajar dan peran aktif para siswa yang menjunjung tinggi nilai-nilai yang
terkandung dalam al-Qur’an, serta penerapan nilai-nilai yang baik, dapat
6 Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan: Visi, Misi, dan Aksi (Jakarta:
PT. Gamawindu Panca Perkasa, 2000), h. 222. 7 Membentuk karakter yang dimaksud karakter dan ilmu disini ialah bahwa kyai Syukron
Ma’mun ingin menjadikan santrinya itu baik dipondok dan baik pula dimasyarakat. Ketika karakter
dan ilmu sudah dimiliki oleh para santri maka akan mendapatkan kunci dunia akhirat. Saat santri
membuka kunci tersebut santri sudah mengetahui bagaimana permasalah dari setiap masalah yang ada
dimasyarakat. Wawacara dengan Ustadz Afif Nokman alumni angkatan ke-30 dari Daarul Rahman
pada tanggal 29 September 2017
54
memberikan pengaruh dan dampak positif baik dari siswa, keluarga, maupun
masyarakat. Pondok Pesantren Daarul Rahman hingga saat ini sudah dirasakan
manfaatnya bagi masyarakat disekitarnya, dengan adanya kegiatan-kegiatan yang
positif, seperti mengabdi kepada masyarakat seperti memimpin tahlilan
dimasyarakat maupun menjadi khatib Jum’at. Itu semua bagian proyeksi masa
yang akan datang dengan tumbuhnya generasi yang membanggakan pondok
pesantren maupun masyarakat disekitarnya.
Selain melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut, siswa yang baru saja lulus
dari Ponpes Daarul Rahman mengabdi dengan durasi 1 tahun di Ponpes yang
membutuhkan jasa ustadz untuk meningkatkan kualitasnya. Pak kyai Syukron
Ma’mun pernah memberikan wejangan yaitu: “Saya akan berbangga pada murid
saya jika muridnya menjadi guru”. Dalam artian guru disini, guru disekolah,
guru dimajlis taklim dan guru dimanapun santri itu berada, agar para santri selalu
mengingat jasa-jasa yang mengantarkan kepada kesuksesan.8
Dibeberapa pesantren lain misalnya bahwa kyai membebaskan kepada
santri untuk mencari pekerjaan selain guru, dengan tujuan agar para santri
mampu dalam segala bidang yang disukai oleh mereka.
Keikutsertaan dan antusias masyarakat terhadap ponpes Daarul Rahman
sabagai lembaga pendidikan Islam merupakan bukti-bukti dalam memperluas
syiar-syiar agama Islam. Dukungan masyarakat yang begitu besar terhadap
Ponpes Daarul Rahman dibuktikan dengan menitipkan putra dan putrinya untuk
belajar di sana.
Ponpes Daarul Rahman sampai saat ini sudah banyak mencetak alumni
yang bermanfaat bagi masyarakat, yang mampu mengembangkan syiar-syiar
Islam di wilayahnya sendiri. Terlebih lagi banyak dari jebolan Daarul Rahman
setelah lulus santri tersbeut membangun sebuah pondok pesantren sendiri.
Dengan sistem pendidikan yang mungkin hampir sama akan tetapi melakukan
8 Wawancara dengan KH. Muhammad Faiz SM pada hari sabtu, tanggal 30 april 2017 pada
pukul 09.59 – 11.00 WIB.
55
terobasan-terobosan kurikulum baru, yang membuat pondok pesantren tersebut
menjadi berkembang. Sistem pendidikan Ponpes Daarul Rahman ialah
memadukan antara sistem pesantren khalaf (modern) dan sistem pesantren salaf
(tradisional). Kegiatan meliputi kajian bahasa seperti bahasa Arab dan bahasa
Inggris dengan fokus percakapan setiap hari.Fiqh dan tasawuf, tauhid dan akhlak,
tafsir dan hadits, kader ustadz/ustadzah, serta pengajar.Ditegaskan dari perkataan
pak kyai Syukron Ma’mun bahwa pendidikan di Daarul Rahman adalah
melahirkan santri-santri yang bisa memimpin masyarakat, baik itu dalam
organisasi maupun pengajian-pengajian. Menjadikan santri sebagai kader muslim
masa depan, kutipan beliau “Jadi Ustadz, Jadi Kyai, Jadi Khotib itu tujuan saya
membikin pondok pesantren. Jadi kalau kau di masyarakat bisa mendirikan
pondok pesantren, itulah cita-cita saya. Kalau kau bisa berdakwah di atas
mimbar mengembangkan Islam, itulah cita-cita saya”.9
Ponpes Daarul Rahman, berdiri, tumbuh, berkembang, dan majunya karena
adanya keinginan, dorongan masyarakat, dan keprihatinan dengan keadaan dunia
pendidikan. Karena pak kyai Syukron Ma’mun mendirikan atas dasar untuk
mencetak generasi-generasi yang membanggakan bagi masyarakat sekitarnya
pada khususnya dan Republik Indonesia pada umumnya.10
Dalam
perkembangannya dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang signifikan
dan selalu berinovasi agar terus eksis di dunia pendidikan Islam. Hal tersebut
dapat dilihat dari meningkatnya para santri, pembangunan sarana dan prasarana
yang sudah selesai dikerjakan, seperti halnya pembangunan gedung santri,
gedung sekolah dan sarana untuk menunjang kemajuan pondok pesantren itu
sendiri.
9 Wina Tresna Rahayu, Catatan Dari Senopati, (Jakarta: PT. Andalas Media Pratama, 2017),
h. 118. Serta wawancara dengan ustadz Faiz Sukron Ma’mun, dan data-data lulusan pondok pesantren
Daarul Rahman yang sukses dalam bidang pendidikan yang menjadi cita-cita pak kyai Syukron
Ma’mun dapat melihat dilampiran skripsi ini. 10
Wawancara dengan Sekretaris Pondok Pesantren Daarul Rahman Ustadz Syukron pada
tanggal 28 April 2017 pada pukul 10.20 s/d 12.00 WIB.
56
B. Peran Pondok Pesantren dalam Bidang Dakwah.
Pengertian dakwah secara etimologis adalah panggilan, seruan atau ajakan
yang berasal dari kata bahasa Arab yaitu isim masdar dari kata Da’aa-yad’u-
da’wah. Sedangkan menurut terminologi adalah dakwah setiap kegiatan yang
dapat menyerukan, mengajak dan memanggil orang untuk selalu beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT11
sesuai dengan ketentuan dari akidah, syari’at dan
akhlakul karimah.12
Sedangkan menurut Toha Yahya Oemar, dakwah adalah mengajak manusia
dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah swt
untuk kebaikan di dunia dan di akhirat.13
Tujuan utama dari dakwah adalah menciptakan kebahagian dan
kesejahteraan hidup di dunia maupun akhirat dengan selalu menjaga syariat yang
telah digariskan oleh Allah swt, terutama yang berkaitannya dengan ketakwaan
manusia terhadap Tuhan-Nya.
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan yang tertua sudah mengakar
bagi masyarakat Indonesia, tentunya mempunyai peranan yang cukup besar
dalam kehidupan masyarakat beragama, sebagai benteng dari umat dalam aspek
membentuk akhlak dan membentuk kualitas sumber daya manusia Indonesia,
melalui media pendidikan dan dakwah. Selain menjadikan pusat pengajaran
Islam, pesantren sebagai pusat dakwah atau lembaga dakwah Islam.Dakwah
Islam yang dilakukan oleh pesantren yang sudah banyak di Indonesia ini, ada dua
metode yang dilakukan, yaitu dakwah bi al-lisan dan dakwah bi al-hal.
Dakwah bi al-lisan dilakukan dengan cara menyelenggarakan tabligh akbar
yang sedianya berkomunikasi dengan masyarakat luas bahwa ada pondok
pesantren di tengah-tengah kota metropolitan, serta ceramah-ceremah yang setiap
11
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam, cet. III (Jakarta: Ichtar Baru Van
Hoeve, 1994), h. 280-281). 12
Ilyas Ismail, dkk. Filsafat Dakwah, Rekayasa Membangun Agama dan Peradaban Islam,
(Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2011), cet. Ke-1, h. 27. 13
Toha Yahya Oemar, Ilmu Da’wah, (Jakarta, Widjaya, 1983), h. 1.
57
minggunya pak kyai menghadiri acara tersebut. Sedangkan dakwah bi al-hal
dilakukan dengan cara kyai memberikan contoh perbuatan atau perilaku akhlak
yang mulia seperti halnya nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan yang baik
dan sebagai uswatun hasanah bagi umat manusia. Seperti halnya objek yang
dituju tidak hanya untuk para santri, melainkan masyarakat.
Di dalam kehidupan era globalisasi ini, Islam mempunyai peran besar
dengan landasan amaliah keimanannya. Islam harus mampu memberi benteng
penangkal pengaruh budaya yang kurang baik menurut Islam. Namun dengan era
ini Islam mampu mengisi dan memanfaatkan. Islam yang sifatnya universal tanpa
mengingkari nilai-nilai lokalnya justru menjadi suesuatu yang menarik untuk
diekpresikan melalui media dan alat komunikasi canggih lainnya.
Agama dan globalisasi bila dilihat dalam kaca-mata dakwah merupakan
suatu kegiatan teoritis, artinya agama dapat dikembangkan dari segi ilmu
pengetahuan dan globalisasi merupakan bentuk praktek dilapangan. Keduanya
merupakan satu kesatuan yang saling mengisi, shingga makin baik dari segi ilmu
pengetahuan yang di peroleh dari agama akan maki baik pula praktek dilapangan
(transformasi global).14
Di dalam Islam dakwah merupakan kewajiban bagi semua umat Islam,
bukan hanya khusus untuk kyai saja, akan tetapi seluruh komponen yang berada
di dalam pesantren. Terlebih lagi apabila dakwah yang dilakukan kepada
masyarakat, baik santri harus menyajikan suatu pengertian dari hal yang dibahas
dalam masalah di masyarakat mengenai agama dan juga harus menjadi panutan
sebagai yang uswatun hasanah bagi umat.
Pondok pesantren Daarul Rahman dalam usaha untuk meluaskan dan
menyebarkan ajaran agama Islam menggunakan media dakwah. Melalui metode
ini, diharapkan dakwah yang dilakukan mampu membuat masyarakat berfikir
positif untuk Ponpes Daarul Rahman. Jika dilihat dari pada metodenya ini,
14
Istina Rakhmawati, Tantangan Dakwah di Era Globalisasi, ADDIN, Vol. 8, no, 2, Agustus
2014, h. 401-405.
58
Nampak tidak ada yang istimewa. Namun jika dilihat dari ragam pengajian,
jumlah yang hadir serta panggilan-panggilan ceramah keluar daerah dan motivasi
untuk belajar, ini merupakan peranan yang amat sangat besar bagi Ponpes Daarul
Rahman dalam usahanya untuk menyebarkan islam dan membina umat kejalan
ridho-Nya.
Pak kyai selalu berpesan kepada para santri bahwa “Jangan lupa dengan
nama Pondok Pesantren-Mu”. Di balik ini semuanya, jika para santri sudah
menjadi orang yang sukses, ingatlah kepada siapa yang mengantarkan mereka
untuk mencapai itu semua. Dengan harapan agar para santri yang sudah lulus
ataupun yang sudah sukses agar menjadi panutan untuk para santri yang lain.
Dari semuanya ini banyak para alumni Ponpes Daarul Rahman melanjutkan
kiprahnya dalam bidang dakwah, entah santri tersebut menjadi Da’I, mendirikan
Pondok Pesantren ditempat mereka masing-masing, dan menjadi pegawai
Negeri.15
Selain itu ada pesan kembali dari pak kyai Syukron Ma’mun untuk para
santri yaitu “Jangan mencari pekerjaan tapi membuat pekerjaan”. Kalimat ini
yang selalu diingat oleh para santri ponpes Daarul Rahman, karena dengan inilah
banyak para alumni yang sukses dengan cara mengingat pesan tersebut. Jadi,
dengan dakwah inilah pak kyai Syukron Ma’mun menjadikan santri agar sukses
dunia maupun akhirat kelat.
Parameter kesuksesan pondok pesantren Daarul Rahman tergantung pada
santrinya itu sendiri. Ketika santri akhlak dan budi pekertinya bagus maka bagus
juga pondok pesantren, dan sebaliknya jika santri akhlaknya tidak bagus maka
pula jelek kyainya. Dengan kata lain santrilah yang memegang peranan dakwah
dari Daarul Rahman bukan pak kyai Sukron Ma’mun.16
15
Wawancara dengan Kh. Muhammad Faiz SM… 16
Contohnya adalah bagaimana pondok pesantren mempromosikan dirinya kepada
masyarakat, peranan dakwah yang ditimbulkan disini bahwa pak kyai Sukron Makmun memberi
nasihat setiap santrinya libur pondok ataupun kegiatan yang lain. Bahwa “engkaulah yang menjadi
cikal dan bakal pertumbuhan dan perkembangan Daarul Rahman ini, jika akhlakmu baik di masyarakat
59
Contoh inilah yang membuat santri terus mengingat nasihat-nasihat baik
dari KH. Syukron Makmun sebagai pengasuh pondok pesantren Daarul Rahman
dan menjadi motivasi kepada santri untuk terus berusaha dalam berdakwah
dimana saja santri itu berada.
C. Peran Pondok Pesantren Daarul Rahman dalam Bidang Sosial.
Peran pondok di dalam masyarakat tidak hanya sebagai lembaga
pendidikan, melain juga sebagai lembaga membawa paham-paham tentang
agama Islam.17
Pondok pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam
yang tertua di Indonesia, keberadaannya hingga kini masih terus memperlihatkan
perkembangan dan berusaha untuk memenuhi serta meningkatkan fungsi dan
peranannya sebagai wadah untuk membina umat Islam sekitarnya.18
Dalam usaha
ini, pondok pesantren telah melakukan segala tindakan dan perbuatan yang
membawa aktivitas secara intensif, sebagai suatu pembinaan yang dilakukan
untuk mencapai hasil memuaskan.19
Kebanyakan pondok pesantren di samping memainkan peran atau fungsi
tradisionalnya, juga memainkan peran atau fungsi sosial.Dengan fungsi ini
pesantren diharapkan lebih berkompeten terhadap fenomena-fenomena yang ada
di masyarakat. Hubungan pesantren dengan masyarakat sekitarnya tertentu
sangat bervariasi, sesuai dengan kebutuhan fungsi dan peranan pesantren-
pesantren itu sendiri serta kegiatan yang dilakukannya. Untuk itu, Pondok
Pesantren Daarul Rahman, dalam peranannya terhadap masyarakat telah
maka baik pula nama kyaimu dan sebaliknya jika dimasyarakat akhlakmu kurang baik maka buruk
pula nama kyai”. “engkaulah” disini adalah santri yang bermukim di pondok pesantren Daarul
Rahman. Dalam wawancaranya penulis dengan salah satu alumni pondok pesantren Daarul Rahman,
bahwa kyai Sukron Makmun itu menekankan akhlak kepada para muridnya sehingga ketika santri
tersebut sudah keluar dari pondok pesantren, kata-kata itu yang diingat oleh para santri. Dan santrilah
yang menjadi aktor suksesnya dakwah pondok pesantren Daarul Rahman dan juga promosi kepada
masyarakat. Wawancara dengan Ustadz Afif Nokman … 17
Hasbullah, Kapita Selekta, h. 42. 18
Hasbullah, Kapita Selekta, h. 46 19
Sindu Galba, Pesantren Sebagai Wadah Komunikasi, h. 67.
60
melakukan kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya dengan sosial-keagamaan,
yaitu:
1. Pemberdayaan Terhadap Anak Tidak Mampu
Dalam kegiatan ini pemberdayaan anak yatim piatu ini merupakan salah
satu kegiatan sosial Pondok Pesantren Daarul Rahaman yang dilakukakn untuk
meringankan beban anak-anak yang tidak mempunyai ibu dan bapak, serta hidup
yang tidak mencukupi dari segi moril dan materil. Dengan harapan agar santri
pondok pesantren Daarul Rahman terus belajar walaupun mereka yatim dan
piatu.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Daarul Rahman ini dalam
rangka pemberdayaan anak yatim, meliputi:
a. lebaran anak yatim yang disetiap tanggal 10 Muharrom memberikan
santunan kepada anak yatim.
b. Pondok pesantren Daarul Rahman membeasiswakan untuk para santrinya
yang tidak mampu. Bahkan, ada santri yang tidak membayar uang SPP
karena dirinya tidak mampu akan tetapi berprestasi dalam pelajaran.
Kegiatan ini sebagai wujud kepedulian Pondok Pesantren Daarul Rahman
dalam bidang sosial keagamaan.
c. Beasiswa bagi anak-anak yang berprestasi dalam semua bidang khususnya
anak-anak yang tinggal di Maluku, Papua, dan wilayah Timur lainnya.20
2. Menerima dan Menyalurkan Hewan Qurban
Dalam kegiatan penyembelihan hewan qurban ini pondok pesantren Daarul
Rahman hanya untuk internalnya saja. Akan tetapi, mungkin selain dari pada itu
semua kegiatan ini bisa menjadi kegiatan yang sifatnya terus menerus dilakukan
dan menjadi rutinitas tahunan bagi pondok pesantren Daarul Rahman. Kegiatan
20
Ketika alumni-alumni yang mengabdi dan dalam pengabdiannya itu sukses didaerah-daerah
tempat mereka mengabdi. Maka, alumni melihat potensi dan bakat anak yang bagus serta berprestasi
untuk bisa belajar dan bersekolah dipondok pesantren Daarul Rahman dengan gratis sampai santri
selesai dan tamat di Daarul Rahman.
61
ini pula didukung oleh IKDAR yang memfasilitasi.21
Kegiatan tersebut dibuat
untuk memenuhi permintaan dari masyarakat agar ada sumbangan dari pondok
pesantren untuk masyarakat. didalam surat al-Kautsar ayat 1-3 yang artinya,
sebagai berikut:
Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu nikmat yang amat
banyak, maka dirikanlah shalat karena tuhanmu dan berqurbanlah (sebagai
salah satu ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah), sesungguhnya orang-
orang yang membenci kamu dialah yang terputus. (QS: al-Kautsar 1-3)
Perintah menyembelih hewan Qurban sudah sejak zaman Nabi Ibrahim as
dan Nabi Sulaiman as. Yang sedianya menyerukan kepada umat manusia
terkhususnya umat Nabi Muhammad agar selalu memberikan sedikit hartanya
kepada yang lebih membutuhkan dengan cara menyembelin hewan qurban.
Niscaya dari semuanya itu akan tumbuh-tumbuh pahala yang berlipat dari Allah
untuk umat manusia di dunia maupun di akhirat.
D. Alumni Pondok Pesantren Daarul Rahman
1. Profil Singkat Ikatan Alumni Daarul Rahman (IKDAR)
Bagaimana membangun organisasi IKDAR menjadi suatu organisasi yang
berkualitas dan mendapatkan kontribusi untuk bangsa dan Negara.Organisasi
IKDAR ini berdiri pada tahun 1976 yang terdiri dari alumni-alumni Daarul
Rahman.22
Berdirinya IKDAR bertujuan untuk memudahkan bagi para alumni
pondok pesantren Daarul Rahman yang mempunyai inovasi dan kreatif dalam
bidang-bidangnya di tuangkan di dalam IKDAR ini.
IKDAR sendiri harus dapat menentukan tujuan yang akan dicapai, baik
tujuan jangka panjang maupun jangka pendeknya serta instrument apa saja yang
dibutuhkan dan digunakan pencapaian tujuan tersebut. Setelah tujuan itu tercapai
sudah jelas maka organisasi IKDAR juga harus didukung dengan SDM yang
21
Wawancara dengan Ustadz TB Masnun… 22
Wawancara dengan Ustad Shobari sebagai perwakilan dari Ikatan Alumni Pondok
Pesantren Daarul Rahman pada tanggal 30 april 2017.
62
mumpuni sesuai dengan bidang masing-masing. Di dalam organizing,
menejemen IKDAR harus dapat menyatukan visi dan misi personil yang ada
didalamnya, sehingga menjadi satu kesatuan yang solid dan menejemen IKDAR
harus selektif dalam merekrut orang yang akan masuk ke dalam organisasi
tersebut serta menentukan posisi, jabatan serta wewenang seseorang dengan
keahliannya, karena inipun akan dapat menentukan sukses tidaknya suatu
organisasi. Selain SDM yang mempuni IKDAR juga harus mempunyai SDM
yang professional, mempunyai loyalitas yang tinggi dan mampu mengaplikasikan
tugas dan tanggung jawab yang diberikannya kepada masyarakat sehingga tidak
menjadi suatu organisasi yang pasif/ yang hanya bagus programnya saja tapi
tidak ada actionnya di masyarakat alias macan kerta.23
Setelah itu organisasi IKDAR harus dapat terus berinovasi dan
menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Tahap selanjutnya adalah
menyusun strategi. Proses perencanaan strategi terdiri dari fase formulasi
strategi, yang terdiri dari evaluasi hasil lalu, evaluasi misi- tujuan, sasaran, revive
strategis, secaning peluang-ancaman eksternal, scanning kekuatan dan kelemahan
internal, analisis factor startegis. Startegi merupakan penentuan tujuan dasar
jangka panjang dan sasaran suatu organisasi dan penerimaan dari serangkaian
tindakan serta alokasi dari sumber-sumber yang dibutuhkan untuk melaksanakan
tujuan tersebut.
Organisasi IKDAR akan dapat memberikan kontribusi kepada bangsa dan
negara serta dapat ikut berpartisipasi dalam menghadapi berbagai persoalan
umat, apabila:
a. Organisasi IKDAR harus mempunyai SDM yang mempuni
b. Organisasi IKDAR harus bisa beradaptasi dengan lingkungan luar
yang berubah-ubah dengan berbagai jenis dan warna yang dimiliki.
c. Organisasi IKDAR harus bisa selalu berinovasi.
23
Struktur dari IKDAR dapat dilihat dilampiran.
63
d. Organisasi IKDAR harus mempunyai kekuatan.
e. Organisasi IKDAR harus bisa menjadi perwakilan yang baik dalam
suatu kesatuan organisasi yang sejenis atau diluar organisasi yang tak
sejenis.24
2. Kontribusi IKDAR Terhadap Pondok Pesantren
Kontribusi IKDAR terhadap Daarul Rahman semakin tahun semakin
terlihat, artinya dimana kegiatan-kegiatan agama yang dilaksanakan pondok
pesantren Daarul Rahman alumni pondok hadir dan membantu untuk
mensukseskan acara tersebut, diantaranya:
a. Maulid Nabi SAW dan Milad pondok pesantren Daarul Rahman.
b. Santunan guru yang diadakan setiap tahunnya sebulum Hari Raya Idul
Fitri.
c. Membantu mencarikan dan mendanai hewan Qurban untuk disembelih
di Hari Raya Idul Adha.
d. Membantu guru yang sudah meninggal dunia untuk diberi santunan
kepada anaknya demi kelangsungan hidup.
e. Membantu memberangkatkan umroh untuk alumni yang sudah senior
dan junior pondok pesantren Daarul Rahman.25
IKDAR dalam hal ini hanya memfasilitator dari semua kegiatan
keagamaan dipondok pesantren Daarul Rahman.
24
Dapat dilihat diwebsite http://daarulrahman.com/profil-ikdar/ 25
Wawancara dengan ustadz TB Masnun sebagai pengurus IKDAR divisi Rumah Tangga
pada tanggal 1 Oktober 2017.
64
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menguraikan, mempelajari, meneliti, berbagai macam
permasalahan dalam penulisan ini yang berjudul “Sejarah Perkembangan
Pondok Pesantren Daarul Rahman di Jakarta Selatan tahun 1990-2015”
akhirnya penulis pada tahapan dari seluruh pembahasan dalam bab
sebelumnya, maka penulis penyimpulkan sebagai berikut:
1. Bahwa lahirnya Pondok Pesantren di Indonesia dipelopori oleh Kyai, bahkan
Kyailah yang memegang tanggung jawab dan peranan penting sebagai
seorang yang mengetahui tentang agama Islam. Dalam latar belakang
beridirinya Pondok Pesantren ini kesadaran masyarakatlah yang peduli dan
simpati dengan pendidikan serta pemahaman tentang ajaran Islam. Maka,
dengan inisiatif pak Kyai Syukron Makmun didirikanlah Pondok Pesantren,
atas dukungan dari masyarakat yang mengetahui tolak ukur dakwah KH.
Syukron Makmun. Dibangunlah Pondok Pesantren Daarul Rahman di
Senopati dengan luas lahan 7.800 M² pada tahun 1975. Dengan tanah wakaf
yang diberikan dari H. Abdurahman Naidi kepada KH. Syukron Makmun.
2. Pondok pesantren Daarul Rahman telah mempu menumbuhkan kepercayaan
masyarakat sekitarnya. Dengan dukungan dan bantuan masyarakat sekitarnya
baik moral maupun material, pondok pesantren Daarul Rahman tumbuh dan
berkembang pesat. Hal ini dapat terlihat dari adanya infrastruktur sarana-
prasarana serta metode pembelajaran yang digunakan di Pondok Pesantren
Daarul Rahman. Dengan memadukan antara metode salafiyah dan metode
khalafiyah.
3. Banyak dari Pondok Pesantren di Indonesia mempunyai peranan tersendiri
untuk memajukan baik dalam peranan di dalam setikar pondok maaupun di
65
luar dari pondok pesantren. Dalam hal ini Pondok Pesantren Daarul Rahman
mempunyai peranan dalam hal pendidikan, dakwah, dan sosial keagamaan.
a. Bidang Pendidikan
Pondok pesantren Daarul Rahman memakai sistem pendidkan yang
mengkombinasikan antara pesantren salafiyah dan pesantren modern yang
mana dilaksanakan dengan memakai metode sistem sorogan dan bandongan.
Di samping pendidikan agama, Pondok Pesantren Daarul Rahman juga
mengajarkan pendidikan formal seperti Bahasa Inggris, Fisika, Matematika,
Biologi dan PKn.
b. Bidang Dakwah
Pondok Pesantren Daarul Rahman mengambangkan dakwah pada
setiap Jum’atnya yang memerintahkan untuk para santrinya berkhutbah di
Masjid. Dengan berdakwah inilah masyarakat mengetahui bahwa ada
generasi-generasi yang tumbuh di dalam lembaga Islam Pondok Pesantren
Daarul Rahman, kerena berdakwah juga orang dapat mengambil ilmu
pengetahuan Islam yang lebih luas.
c. Bidang Sosial
Pondok Pesantren Daarul Rahman dalam peranannya terhadap
masyarakat telah melakukan kegiatan sosial yang ada kaitannya dengan
keagamaan, yaitu:
a) Pemotongan hewan kurban yang setiap tahun dilaksanakan pada saat Idul
Adha.
b) Memberdayakan anak yatim di pondok pesantren Daarul Rahman.
c) Beasiswa untuk anak-anak yang berada diwilayah Timur Nusantara
dengan syarat berprestasi.
Di zaman globalisasi sekarang ini, Pondok Pesantren Daarul Rahman
menginginkan para santrinya untuk selalu menjaga nama baik Pondok
Pesantren agar citra dan nama baik pondok tersebut tetap terjaga sehingga
66
banyak para orang tua tidak ragu untuk memasukan anaknya ke lembaga
Pendidikan Islam ini.
B. Saran
Demi kemajuan lembaga pendidikan Islam umumnya dan Pondok
Pesantren Daarul Rahman khususnya, ada beberapa saran yang penulis ajukan
antara lain:
1. Sebagai pondok pesantren yang menjadi kebanggan masyarakat harus
berani bertujuan untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan,
lebih tertib, dan lebih disiplin.
2. Diharapkan ada penelitian lebih lanjut terkait dengan perkembangan
Pondok Pesantren Daarul Rahman secara baik dan benar.
3. Sukses selalu dalam mencetak kader-kader yang berkompeten,
berwawasan luas, jujur dan sabar.
67
DAFTAR PUSTAKA
Buku.
Ahmad, Zainal Abidin, Memperkembang dan Mempertahankan Pendidikan Islam
di Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang, 1952.
Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat
Pres, 2002).
Asy’ari, Zubaidi Habibullah, Moralitas Pendidikan Pesantren, Yogyakarta:
LKPSM, 1995.
Aziz, Abdul, Ensiklopedia Islam, cet. I Jakarta: Logos, 2001.
Basyumi, M. Muhammad, Revitalisasi Spirit Pesantren, cet. I, Jakarta: Dirokrat
Pendidikan dan Pondok Diniyah dan Pondok Pesantren, 2006.
Bani, Suddin, Suddin Bani, Kontribusi Pesantren Dalam Pendidikan Nasional, vol.
2 no. 2, (AULADUNA: Desember, 2015).
Buhri, Gozali, Pesantren Berwawasan Lingkungan, Jakarta: CV Prasasti, 2000.
Daulay, Putra Haidar, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharu Pendidikan Islam di
Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Pembinaan Lembaga Islam, Pedoman
Pembinaan Pondok Pesantren, Jakarta: 1988.
Departemen Agama RI, The Development of Islam In Indonesia, (Jakarta: Karya
Uni Press).
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam, cet. III, Jakarta: Ichtar
Baru Van Hoeve, 1994.
Dhofier, Zamaksyari, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai,
Jakarta: LP3ES, 1982.
Galda, Sindu, Pesantren Sebagai Wadah Komunikasi, cet. I, Jakarta: Rineka
Cipta, 1999.
Hadi, Sutisno, Metodologi Research III, Yogyakarta: Andi Offset, 1992.
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, cet. I, Jakarta: Rajawali Press, 1996.
Hugiono, dan Pk Poerwantara, Pengantar Ilmu Sejarah, Jakarta: Bina Aksara,
1987.
68
Ismail, Ilyas dkk, Filsafat Dakwah, Rekayasa Membangun Agama dan Peradaban
Islam, cet. I, Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2011.
Kartodirdjo, Sartono, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metode Sejarah, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1992).
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2013.
Madjid, Nurcholish, Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, Jakarta:
LP3ES, 1997.
Manfred, Ziemek, Pesantren Dalam Perubahan Sosial, Jakarta: P3M, 1986.
Masykur, Anis, Modernisasi Pesantren, (Depok: Borneo Pustaka, 2010).
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, cet. I, Jakarta: INIS, 1994.
Ma’shum, Saefullah, Dinamika Pesantren Telaah Kritis Keberadaan Pesantren
Saat Ini, (Jakarta: Yayasan Islam Al-Hamidiyah, 1988).
MM, Mahmud, Model-model Pembelajaran di Pesantren, Jakarta: Media
Nusantara, 2006.
Muhaimin, Pemikiran Pendodokan Islam, cet. I, Bandung: Tri Geda Karya, 1993.
Mujamil, Qomar, Pesantren Dari Tranformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Institusi, Jakarta: Erlangga, 2005.
Mujib, et. Al, Intelektual Pesantren: Potret Tokoh dan Cakrawala Pemikiran di
Era Perkembangan Pesantren, Cet. 3, Jakarta: Diva Pustakan, 2006.
Muhakamurrohman, Ahmad, Pesantren: Santri, Kiayi, dan Tradisi, (Jurnal
Kebudayaan Islam, vol. 12, no.2, 2014.
Nasution, S, Teknologi Pendidikan, cet. I, Bandung: CV Jemmers, 1982.
Nizar, Samsul, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta:
Gaya Media Pratama, 2001.
Oemar, Toha Yahya, Ilmu Da’wah, Jakarta: Widjaya, 1983.
Poebawatja, Soergarda, Ensiklopedia Pendidikan, Jakarta: Gunung Agug, 1976.
Poerwadarminta, WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia, cet. VII, Jakarta:
LP3ES, 1997.
Rahardjo, M. Dawan, Pergulatan Dunia Pesantren, Membangun Dari Bawah, cet.
I, Jakarta: Media Pratama Offset LP3ES, 1985.
69
Rahmawati, Istina, Tantangan Dakwah di Era Globalisasi, ADDIN, Vol. 8, no, 2,
Agustus 2014. 0
Rasyid, Hamdan, Kaderisasi Ulama di Pesantren, dalam Dinamika Pesantren,
Telaah Kiritis Terhadap Pesantren Saat Ini, 0
Ritzer, Goerge, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo, 2011). 0
Shaleh, Abdul Rahman, Pendidikan Agama dan Keagamaan: Visi, Misi, dan Aksi,
Jakarta: PT. Gamawindu Panca Perkasa, 2000. 0
Sukarto, Wijo. Amir Hamzah, Pembaharuan Pendidik dan Pengajaran Islam,
Malang: U.U Ken Mutia, 1968. 0
Sumandi, Mulyanto, Sejarah Singkat Pendidkan di Indonesia 1945-1979, Jakarta:
Dharma Bhakti, 1978. 0
Surahmat, Winano, Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar Metode dan Teknik,
Bandung: Tarsito, 1980. 0
Yasmadi, Modernisasi Pesantren, cet. I, Jakarta: Ciputat Press, 2002. 0
Zuhairini, Muctharom, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara 2004. 0
Arsip.
Wina Tresna Rahayu, Catatan Dari Senopati, Jakarta: PT Andalas Media
Pratama, 2017.
KH. Qosim Susilo,Pondok Pesantren Daarul Rahman, Jakarta: 2010.
Website.
http://kamus-internasional.com/definitions/?indonesian_word=indigenous.
http://www.gurupantura.com/2015/05/pendidikan-formal-nonformal-
informal.html
http://pondokpesantrenhidayatussaalikin.blogspot.co.id/2016/04/peran-serta-dan-
kontribusi-pesantren.html
http://mambs84.blogspot.co.id/2016/08/perbedaan-antara-pesantren-salafi.html.
www.id.m.wikipedia.org/wiki/Reduksionisme
https://id.wikipedia.org/wiki/Kepemimpinan
https://id.wikipedia.org/wiki/Ali_bin_Abdurrahman_Kwitang
http://daarulrahman.com/profil-ikdar/
70
Wawancara
Wawancara Pribadi dengan, KH. Syukron Makmun. Pengasuh dari Pondok
Pesantren Daarul Rahman.
Wawancara Pribadi dengan, KH. Muhammad Faiz, Pembina Pondok Pesantren
Daarul Rahman.
Wawancara Pribadi dengan, Ustadz Hilman, Koordinator Organisasi Santri
Pondok Pesantren Daarul Rahman.
Wawancara Pribadi dengan, Ustadz Shobari, Koordinator Alumni Pondok
Pesantren Daarul Rahman.
Wawancara Pribadi dengan, Ustadz Syukron, Sekretaris Pondok Pesantren
Daarul Rahman.
Wawancara Pribadi dengan, Ustadz TB Masnun, Sebagai Pengurus IKDAR divisi
Rumah Tangga.
Wawancara Pribadi dengan, Ustadz Afif Nukman, Sebagai Alumni Pondok
Pesantren Daarul Rahman.
71
LAMPIRAN
DOKUMENTASI PONDOK PESANTREN DAARUL RAHMMAN, SENOPATI
Peta Lokasi Pondok Pesantren Daarul Rahman. Sumber www.google.com
Pintu Masuk Pondok Pesantren Daarul Rahman, Senopati
72
Asrama Santri, Lapangan Pondok Pesantren Daarul Rahman.
Masjid Pondok Pesantren Daarul Rahman dari Dalam.
Upacara di Lapangan dipimpin oleh KH. Syukron Ma’mun Pondok Pesantren Daarul Rahman
73
Rumah KH. Syukron Makmun
KH. Syukron Ma’mun Pengasuh Pondok Pesantren Daarul Rahman, KH. Syukron Makmun
Sumber http://daarulrahman.com/team/kh-syukron_makmun/
74
Penulis bersama KH. Syukron Ma’mun Pengasuh Pondok Pesantren Daarul Rahman
KH. Muhammad Faiz SM Dewan Pembina Pondok Pesantren Daarul Rahman
Sumber http://daarulrahman.com/team/ustadz-faiz-syukron-makmun/
75
KH. Ahmad Zainal Ridho SM Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyyah dan Kepala Kepengasuhan Santri.
Sumber http://daarulrahman.com/team/ustadz-ahmad-zainal-ridho/
KH. Qosim Susilo Kepala Sekolah Pondok Pesantren Daarul Rahman Madrasah Aliyah, Jakarta
Sumber http://daarulrahman.com/team/kh-ahmad-qosim-susilo/
76
Organisasi Alumni Pondok Pesantren Daarul Rahman, Jakarta 2013/2017 Sumber http://daarulrahman.com/project-details/kegiatan-alumni/
Nama-Nama Pengurus Organisasi Santri Pondok Pesantren Daarul Rahman 2016/2017
77
Penguruh Organisasi Pondok Pesantren Daarul Rahman 2016/2017
Staff Pengajar Daarul Rahman pada tahun 1992. Sumber http://daarulrahman.com/
78
Staff Pengajar Pondok Pesantren Daarul Rahman tahun 2016/2017, Jakarta
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW pada Tahun 2016. Sumber http://daarulrahman.com/project-details/maulid-pondok-pesantren/
79
Pelepasan Santri Kelas 6/ Hadwatul Wada’ ke 37 tahun 2016. Sumber http://daarulrahman.com/project-details/foto-kegiatan-haflatul-wadha-santri-daarul-
rahman-angkatan-37/
Tim Hajir Marawis Pondok Pesantren Daarul Rahman tahun 2016. Sumber http://daarulrahman.com/project-details/foto-kegiatan-haflatul-wadha-santri-daarul-
rahman-angkatan-37/
80
DATA PENGAJAR PONDOK PESANTREN DAARUL RAHMAN
NO NAMA GURU PROGRAM STUDI
01 Ust. Ah. QosimSusilo, M.Pd TARBIYAH 02 Ust. H. Ahmad Dhofir FIQIH 03 Ust. Drs. Ahmad Fauzi Bukhori FIQIH 04 Ust. H. Halwani MATEMATIKA 05 Ust. H. Abdul Mu'in Muhyi TAFSIR 06 Ust. Drs. Syihabuddin Qurtubi TARBIYAH 07 Ust. H. Anwar Wahdi Hasyi MUTHOLAAH
08 Ust. Drs. UkarRohili MUSTHOLAHUL HADITS
09 Ust. H. Ahmad Zaenal Ridlo SM PKn 10 Ust. H. Moh. Taqwim TAFSIR 11 Ust. H. Muhammad faiz SM TARIKH TASYRI' 12 Ust. Salman Alfarisi, s.Pd.I NAHWU 13 Ust. M. Sidup BA BAHASA INDONESIA 14 Ust. Ahmad Kholili Syamsuddin, S.Ag BAHASA INGGRIS 15 Ust. Drs. HadiMusthofa BAHASA ARAB 16 Ust. Muhammad Naufal ,S.PdI BAHASA ARAB 17 Ustz. St. Rahmah Thohir, S.PdI FIQIH 18 Ust. Isma'il Rakasiwi, S.PdI NAHWU 19 Ust. H. Ilyas Marwal FIQIH 20 Ust. Drs. Abd. Syakur BAHASA INGGRIS 21 Ust. Moh. Makki, S.Ag SEJARAH ISLAM 22 Ust. Abdul Rochman, S.Pd.I FIQIH 23 Ust. H. Zaenal Arifin Hamzawi FIQIH 24 Ust. M. Raffi Affani, S.Sos PKN 25 Ust. H. Abd. Aziz Al Yamani , S.HI FIQIH 26 Ust. H. Umar Faruq HADITS 27 Ust. Drs. Widianto MATEMATIKA 28 Ust. Akhmad Mustolih, S.Pd. BAHASA INDONESIA 29 Ust. M. Zaky SEJARAH 30 Ust. M. Khoiri AM. S.Pd.I BALAGHOH
81
31 Ust. Syahrulli Arif FIQIH 32 Ust. Izzi Rahman SEJARAH ISLAM 33 Ust. Muhammad Hilman PKN 34 Ust. Syamsul Arifin SEJARAH ISLAM 35 Ust. Ahmad Zahid BAHASA ARAB 36 Ust. Syukron Ma'mun TAUHID 37 Ust. Irfan Prasetyo M. USHUL FIQIH 38 Ustz. Anti Hanifah Noer NAHWU 39 Ust. Moh. Sholeh Faqih, M.Pd.I MUTHOLAAH 40 Ustz. Nurul Aulia IPA 41 Ustz. Virna Mutiara Wahyu TAUHID 42 Ust. Ahmad Zarkasy SEJARAH INDONESIA 43 Ust. Muhammad Rizky Alamsyah FIQIH 44 Ust. Imaduddin BAHASA ARAB 45 Ust. Ibnu Aqil NAHWU 46 Ust. Ilham Hadi HADITS 47 Ust. Rif'atullah BAHASA INDONESIA 48 Ustz. Nur Shaila Syahri IPA 49 Ust. Ahmad Mufid, s.Pd.I MIPA 50 Ust. Abd. Rozak BAHASA INGGRIS 51 Ust. Imam Mulyawan BAHASA ARAB 52 Ust. Miftahul Hilmy GEOGRAFI 53 Ust,. M. YasirulAlwan FIQIH 54 Ust. Mujtahid Samad Abbas BAHASA ARAB 55 Ust. Ahmad Fikr Y Munawwar BAHASA ARAB 56 Ust. Muhammad Walid BAHASA ARAB 57 Ust. Muhammad Zein GAHASA INGGRIS 58 Ust. Muhammad Hasyim GAHASA INGGRIS 59 Ust. Samsul Arifin TAUHID 60 Ust. Munfarid Awalludin BAHASA ARAB 61 Ustz. Hana Kafiyah BAHASA INGGRIS 62 Ustz. Mutammimah FIQIH 63 Ustz. Rinad Hamzah FIQIH 64 Ustz. Susi Ernawati BAHASA ARAB 65 Ustz. Ayu Lestari FIQIH 66 Ustz. Rima Rahayu BAHASA INDONESIA 67 Ustz. Zulfa Yunita BAHASA ARAB
82
68 Ustz. Ummu Hanik BAHASA ARAB 69 Ust. H. Ahmad Baidlowi, Sag FIQIH 70 Ust. Ahmad Sobari FIQIH 71 Ust. Rahmatullah TAFSIR 72 Ust. Rifky Pahlepy BAHASA INGGRIS 73 Ust. Rosma Laili BAHASA INGGRIS 74 Ust. H. AR. Musyaffa Basya, BA NAHWU 75 Ust. Ahmad Baijuri Ismail TARBIYAH 76 Ust. M. Kurdi Rahman, S.Pd.I FIQIH, AL QUR'AN 77 Ust. Sigit Sri Purnama, S.Pd.I BAHASA INGGRIS 78 Ust. Durorul Anwar, S.Pd.I FAROIDH, 79 Ust. Imronudin, S.Pd MATEMATIKA 80 Ust. Efri Yonanda, S.Pd.I SEJARAH ISLAM 81 Ust. Nuruddin TAUHID 82 Ust. H. Khoiron Abdillah FIQIH 83 Ust. Latif Mahfudh HADIS 84 Ust. Efroni MUTOLA'AH 85 Ust. Ah. Syathiby, S.Th.I TAFSIR 86 Ust. Syafrul Alam BAHASA INDONESIA 87 Ust. Hedi Nurmansah, S.Pd.I USUL FIQIH 88 Ust. M. Syaiful Anwar INSYA 89 Ust. M. Falahudin BAHASA ARAB 90 Ust. Ahmad Kosasih, S.Pd BAHASA INGGRIS 91 Ust. Anggawa Saputra BAHASA INGGRIS 92 Ust. M. Rafsanjani BAHASA INDONESIA 93 Ust. Reynaldi Maulida IPA
94 Ust. M. Hidayatullah, S.Pd.I GEOGRAFI, B. INDONESIA
95 Ust. AchmadFauzan INSYA 96 Ust. Fajar Soleh NAHWU 97 Ust. Ahmad Qodir IPA 98 Ust. Khoirul Millah NUSUS 99 Ust. Iin Iskandar TAFSIR 100 Ust. M. Khulafaurrosyidin NUSUS 101 Ust. AjiSutofo MUTOLA'AH 102 Ust. Nurrochman SHOROF 103 Ust. Ahmad Bisri MUTOLA'AH 104 Ust. M. AinulYaqin INSYA
83
105 Ust. Aditya Ihsan Ramadhan MATEMATIKA 106 Ustz. St. Romlah TAJWID 107 Ustz. Dewi Komalasari KOMPUTER 108 Ustz. Alvia Nurrachmie, S.Pd.I BAHASA INGGRIS 109 Ustz. Mastufah AL QUR'AN 110 Ustz. St. Fatimah BAHASA ARAB 111 Ustz. Afridariya FIQIH 112 Ustz. Endah Sulistyowati,S.Pd.I PKn 113 Ustz. Isna Sufyaningsih HADIS 114 Ustz. Vena Febriana NUSUS 115 Ustz. NurLaili AL QUR'AN 116 Ustz. Siti Nurhasilah NAHWU 117 Ustz. Aski FitriahNur IMLA 118 Ustz. Awaliah Kusuma Wardani IMLA 119 Ustz. Rizqa Mardhiyah MATEMATIKA 120 Utsz. Uswatun Hasanah IPA 121 Ustz. Nabilah Wulansari BAHASA INGGRIS 122 Ustz. Rizqya Alfiyahningsih INSYA 123 Ustz. Meli Nurul Amaliah HADIS 124 Ustz. Mega Apriyani Tarwiyah MUTOLA'AH 125 Ustz. Nur Asiah TARJAMAH 126 Ustz. Qonita Oktaviani Lutfiyah SHOROF 127 Ustz. Farida Putri Syayaroh BAHASA ARAB 128 Ustz. Rafiza Yolandari SEJARAH ISLAM 129 Ustz. Gamar Faradisi AL QUR'AN
84
Pondok Pesantren
Alumni Pondok Pesantren Daarul Rahman
I. Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta 1. KH. Amir Hamzah,
Pondok Pesantren Daarul Ishlah, Mampang Jakarta Selatan 2. KH. Abdullah/Abdillah,
Pondok Pesantren Al-Mawaddah, Ciganjur Jakarta Selatan 3. KH. Ismail Ishak,
Pondok Pesantren Miftahul Ulum, Cipete Jakarta Selatan 4. KH. Bunyamin,
LPI Daarunnaim, Semanan Jakarta Barat 5. KH. Sumarno Syafi’ie,
Pondok Pesantren Daarussa’adah, Cengkareng Jakarta Barat 6. KH. Hasanuddin Rausin,
Yayaysan Pendidikan Islam, Cengkaren Jakarta Barat 7. KH. Munahar Mukhtar,
Yayasan Yatim Raudhotul Muta’allimin, Semanan Jakarta Barat 8. KH. DR. Muhammad Ilyas Marwal,
Pondok Pesantren Tahfiz “Nurani”, Ciganjur Jakarta Selatan 9. KH. Abdurrahman Madinah,
Pondok Pesantren Al-Hidayah, Jatibening Jakarta Timur 10. Ustz. Aidah Maqbulah, M. Ag
Perguruan Tinggi Al-Aqidah, Kayumanis Jakarta Timur 11. KH. Jamaluddin Faisal
Ma’had Aliy Al-Hasyimiyah 12. Ust. Sofyan Siddik,
SMP/SMA Al-Fudhola, Tanjung Priuk Jakarta Utara
II. Provinsi Banten 1. KH. Drs. Ahmad Khudlori, M. Si,
Pondok Pesantren Daarul Falah, Carenang Serang Banten 2. KH. Ma’mun Syafi’i,
Pondok Pesantren Al-Muqorrobin, Kunciran Tangerang 3. KH. Asmuni Khaitami,
Pondok Pesantren Daarul Amanah, Cipondok Kota Tangerang 4. KH. Muhammad Tafsir,
Pondok Pesantren Al-Barkah, Pondok Aren Tangerang 5. KH. Muhammad Ikhsan (Cepot)
Pondok Pesantren Ibadurrahman, Cipondoh Kota Tangerang 6. KH. Sholahuddin Mansur,
Pondok Pesantren Al-Mansuriyah, Tangerang 7. KH. Dana Mulyana (Kyai Adang),
Pondok Pesantren Tafrijul Ahkam, Cikiray Lebak Banten 8. KH. Muhammad Shofa,
Pondok Pesantren Ummu Rodhiyah, Pasar Kemis Tangerang
85
9. KH. Wildan, Lc, Pondok Pesantren Al-Kamal, Pasar Kemis Tangerang
10. Ust. H. Ali Rahmat, MA Pondok Pesantren Al-Azkaar, Pamulang Kota Tangerang Selatan
11. Ust. Ai Safruddin, Pondok Pesantren Al-Fawwaz, Menes Pandeglang Banten
12. Ust. Mumammad Isyrof, MTs/MA, Sepatan Tangerang
13. Ust. Qomaruzzaman, SD IT Al-Itqon, Balaraja Tangerang
14. Ust. Abdul Haris, LPI Al-Mansuriyah, TK/SD/MTs/MA Cipondoh Tangerang
15. Ustz. Eem Huzaemah, Pondok Pesantren/MI/MTs/SMP/SMA Al-Bina, Cadasari Pandeglang
16. Ust. Royani/Ustz. Nurussaadah, Pondok Pesantren Al-Munawwaroh, Balaraja Tangerang
17. (Alm) KH. Shonhaji Kholili, (Guru Daarul Rahman) Pondok Pesantren Daarul Muttaqien, Cadas Tangerang
18. KH. Anwar Wahdi Hasyi, (Guru Daarul Rahman) Pondok Pesantren Babussalam, Tangerang Banten
III. Provinsi Jawa Barat 1. KH. Ali Nurdin (Alm),
Pondok Pesantren Daarussalam, Parung Bogor 2. KH. Damanhuri JK,
Pondok Pesantren & Perguruan Tinggi Al-Karimiyah, Sawangan Depok 3. KH. Musyfiq Amrullah,
Pondok Pesantren AtTawazun, Kalijati Subang Jawa Barat 4. KH. Kamali Abdul Ghani/Ustz. Hj. Eti Mufliha,
Pondok Pesantren Al-Ittihad, Cianjur Jawa Barat 5. KH. Alwan Surya,
Pondok Pesantren Parung Panjang, Bogor 6. KH. Asman Umar, MA,
Pondok Pesantren Husnayain, Citayam Depok 7. KH. Drs. Burhanuddin Marzuki,
Pondok Pesantren Qotrunnada, Sawangan Depok 8. KH. Faisal M. Ali Nurdin, Lc, MA,
Pondok Pesantren Nurul Ilmi, Citayam Depok 9. KH. Muhammad Jamhuri, MA,
Pondok Pesantren Ekonomi Islam Terpadu Multazam, Rumpin Bogor 10. KH. Drs. Mustofa Mughni,
Pondok Pesantren Daarul Mughni, Cilengsi Bogor 11. KH. Ahmad Dimyati,
Pondok Pesantren Jonggol Bogor Jawa Barat 12. KH. Muhammad Barzah,
Pondok Pesantren Nurul Amanah, Parung Bogor 13. KH. Badruddin,
Pondok Pesantren Cirebon Jawa Barat 14. Ust. Muhammad Said, S. Hum,
SMP/SMA Al-0Barkah, Cimanggis Depok
86
15. KH. Fathurrahman, Pondok Pesantren Pangandaran Sukabumi Jawa Barat
16. Ust. Abdul Hakim SMP/SMA Daarussa’adah, Indramayu Jawa Barat
17. KH. Miftahuddin Pondok Pesantren Barokatussalikin, Depok
18. Ust. Aidin Tamim Pondok Pesantren Al-Muqoddas, Cirebon
19. KH. Jamalillail Said Ponpes. Tahfidz Hadist, Bekasi Jawa Barat
20. KH. Helmy Abdul Mubin, Lc (Guru Daarul Rahman) Pondok Pesantren Ummul Quro’, Leuwiliang Bogor Jawa Barat
21. KH. Masyhuri Baidhowi, MA (Guru Daarul Rahman) Pondok Pesantren Daarussalam Eretan, Indramayu Jawa Barat
IV. Provinsi Jawa Tengah & Timur 1. KH. Abdurrahman Nafis,
Pondok Pesantren Nurul Huda, Ampel Surabaya 2. KH. Atho’ullah Busyiri,
Pondok Pesantren Assirojiyah, Sampang Madura Jawa Timur 3. KH. Nasyruddin Abdullah,
Pondok Pesantren Daarussyifa, Kudus Jawa Tengah 4. Ust. Muhammad,
Pondok Pesantren Manbaul Ulum, Pangolangan Bangkalan Madura 5. Kyai Eko Ali Ridho,
Yayasan SMP/SMA/Pesantren Al-Mabrur, Wonosobo Jawa Tengah
V. Sumatera/Kalimantan 1. KH. Mursyid,
Pondok Pesantren Khoirul Ummah, Air Molek Riau 2. KH. Zulkarnaen,
Pondok Pesantren Daarul Aula, Sarolangon Jambi 3. KH. Badrun,
Pondok Pesantren Daarul Rahman, Tembilahan Riau 4. KH. Syarif Hidayatullah
Pondok Pesantren Hidayatullah, Tegineneng Lampung 5. Ust. Agus Latif,
Pondok Pesantren, Kalimantan Selatan
87
VI. Muballigh/Penceramah,Pimpinan Majlis Ta’lim/Zikir
1. KH. Ibnu Abidin, Lc Jakarta Utara 2. KH. Abdul Mu’in Muhyi Jakarta Pusat 3. KH. Zuhri Ya’kub Jakarta Barat 4. KH. Muhaimin Sholeh Jakarta Timur 5. KH. Muhammad Bazzar Jakarta Timur 6. Ust. Sholeh Sofyan (Sapujagad) Bekasi 7. Ust. Muhammad Hayatuddin (Mohay) Bekasi 8. Ust. Iwan Zawawi Depok 9. Ust. Ahmad El-Quroy Jakarta Selatan 10. Ust. Helmy Jatmika Tangerang Selatan 11. Ust. Drs. Ahmad Damanhuri Depok 12. Ust. Mujahidin Ali Jakarta Pusat 13. Ust. Ahmad Ghozali, Lc Tangerang 14. Ust. Ihya Ulumuddin (Jakatingkir) Jakarta Timur 15. Habib Ridho Bogor 16. Ust. Syukron Abbas Jakarta Timur 17. Ust. Mohammad Holil Jakarta Timur 18. Ust. Khudori Depok 19. Ust. Zarkasyi Depok 20. Ust. Sofwan (Jakagledek) Depok 21. Ust. Oos Kosasih Depok 22. Ust. San Ridwan Maulana Tangerang Selatan
88
89
90
91
92
93
94
Transkip Wawancara
berikut ini adalah daftar pertanyaan dan jawaban hasil wawancara antara penulis
dengan pihak internal yaitu penguru pondok pesantren Daarul Rahman.
Wawancara Pertama
Nama : KH. Muhammad Faiz Syukron Makmun, selaku Pemimpin Pondok Pesantren
Daarul Rahman.
Hari, tanggal wawancara : 11 April 2017, dan 30 April 2017.
Tempat : Kediaman Ustadz Faiz di Daerah Jagakarsa Jakarta Selatan.
Berikut adalah hasil wawancara penulis dengan narasumber melalui komunikasi
secara langsung.
T : bagaimana Sejarah Pondok Pesantren Daarul Rahman?
J : dalam perjalan Pondok Pesantren Daarul Rahman ini, yang mana pak kyai dengan
para sahabatnya memulai berdakwah pada masa muda di Senopati, itupun pak kyai
tidak langsung membuat pondok pesantren tapi kesetiap rumah, yang mana garasipun
menjadi alas buat belajar. Mula-mula pak kyai mengajarkan orang-orang tua saja,
yaitu yang disekeliling wilayah Senayan. Ternyata dengan demikian, banyak juga
orang yang ingin mendengarkan pak kyai Syukron Makmun, kemudain datanglah
dari berbagai daerah dengan membawa anaknya agar bias belajar agama disini. Maka
didirikanlah Madrasah Ar-Rahman dengan menempati garasi-garasi mobil. Tahun
demi tahun ternyata banyak peminatnya maka, pak kyai dan para sahabatnya pun
berinisiatif bahwa “kenapa kita tidak membuat suatu pondok pesantren saja”, maka
dari itu semenjak kata itu di rumuskan maka pak kyai dan para sahabatnya
membangun pondok pesantren di daerah senopati. Itupun atas permintaan para wali
murid dan para guru yang berada di senopati. Yang mana tanah tersebut menjadi
tanah wakaf yang diberikan dari H. Abdurahman bin Naidi untuk pembangunan
pondok pesantren Daarul Rahman dengan luas tanah + 7.800 M² di jalan Senopati
Dalam 2 No. 35 A Kebayoran Baru Jakarta Selatan.
95
T : pendiri dari Pondok Pesantren Daarul Rahman itu KH. Syukron Makmun saja
atau para sahabatnya?sebutkan namanya?
J : pondok pesantern ini didirikan oleh bapak Kyai Haji Syukron Ma’mun dengan
dibantu kawan-kawannya, diantaranya yaitu : Ustadz Antung Ghozali BA, H.
Masyuri Baedlowi M.A, Nurhazim BA, H. Abdul Kadir Rahman, serta keluarga
mendiang Bapak H. Abdurhman bin Naidi dan juga para dermawan seperti H
Mochammad Nor Mughni serta para masyarakat yang memang ingin adanya pondok
pesantren pada saat itu.
T : untuk tanggal berdirinya pondok pesantren Daarul Rahman?
J : dengan didasari ayat Al-Qur’an nomer 7 surat Ibrahim, firman Allah SWT yang
artinya “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat)
kepadamu”. Dari situlah pak kyai yakin bahwa insya allah pondok pesantren daarul
rahman dibangun. Dan Alhamdulillah pada tanggal 11 Januari 1975, secara resmi
pondok pesantren ini dibangun yang dikomandoi KH. Syukron makmun sendiri.
Dengan jumlah santri laki-laki dan perempuan sekitar 40 orang.
T : Tujuan dari berdirinya pondok pesantren itu seperti apa?
J : tujuan utama pondok pesantren yaitu mencetak kaderisasi yang unggul dalam ilmu
agama, baik dari berpedoman kepada Al-qur’an dan al-hadits, serta menjadi manusia
yang berguna bagi masyarakat sekitar ketika mereka sudah melewati tahap kelulusan
dari pondok pesantren ini. Dan tetap selalu mendengarkan apa kata pak kyai sukron
makmun, yang mana dalam hal ini ada beberapa step. Pertama melalui keikhlasan
dengan ini semua dalam pergaulan , dalam memimpin ataupun dipimpin, dalam
mengajar tetap ikhlas. Kedua melalui kemaysarakatan dengan ini semua santri selalu
menjadi panutan bagi masyarakat hendak yang ingin mengajar mengaji kepadanya,
ataapun menjadi ustadz di kampungnya sendiri, dengan jiwa kemasyarakatanlah
mereka belajar apa arti pergaulan dan kemandirian. Ketiga melalu hidup sederhana
dengan itu semua santri bisa membiasakan hidup tanpa ada bantuan dari orang lain,
ditinggal oleh ibu dan ayah, dll. Keempat melalui tidak berpartai dengan ini mereka
96
mengerti apa arti organisasi bagi mereka yang ikut dalam perpolitikan. Kelima
mencari ilmu, tidak untuk menjadi pegawai dengan ini mereka mengetahui
bagaimana pekerjaan yang menjadikan mereka ke depan kesuksesan selain jadi
pegawai negeri.
T : selain dari pada itu ustadz kurikulum yang diciptakan oleh pondok pesantren
Daarul Rahman itu seperti apa?
J : kurikulum dari pondok pesantren daarul rahman mencampuradukan dengan
system klasik dan system modern. Dengan kata lain pak kyai mengkombinasikan
system ini dikarenakan dulunya pak kyai belajar ilmu agama di pondok pesantren
Sidogiri Jawa Timur dan belajar ilmu agama kembali di pondok pesantren
Daarussalam (gontor) Pasuruan. Di kedua pondok inilah pak kyai berinisiatif untuk
membuat kurikulum sendiri tanpa ikut campur dari pemerintah tapi ijazahnya
disamakan dengan SMA/MA. Dahulu memang pernah ada lulusan pondok pesantren
daarul rahman tidak diterima diperguruan tinggi negeri, karena tidak ada ijazah yang
mampu membuat mereka masuk kedalam perguruan tinggi negeri tersebut. Namun,
pada akhirnya pak kyai meminta kepada salah satu tokoh pemerintah untuk
disahkannya pondok pesantren ini sama seperti SMA/MA yang lainnya. Untuk
sistematika pembelajarannya yaitu pagi hari pukul 6.30 santri sudah berada di masjid
untuk membaca doa belajar yang dipimpin oleh ustadz sampai dengan jam 13.00 wib,
itu untuk mata pelajar umum dan dilanjutkan kesore harinya mempelajari kitab-kitab
salafiyyah sampai malam hari yaitu pukul 10.30 wib.
T : untuk pengkajian kitab salafiyyahnya itu teknisnya seperti apa yah ustadz, apakah
memakai system ustadz yang menerangkan atau ustadz menerjemahkan murid
menerangkan?
J : untuk metodenya kita itu menerjemahkan baru murid menerangkan satu persatu
dalam kata-kata yang mereka membuat sendiri, dan ustadz hanya membantunya saja
selebihnya murid yang menerangkan.
T : kitab apa saja yang menjadi pedoman pondok pesantren?
97
J : kalo untuk hal tersebut banyak dari kitab fiqih seperti fat’ul mu’in dll, kitab akhlak
seperti ta’lim muta’lim, kitab aqidah seperti dinayah, dan kitab-kitab yang lainnya.
T : peranan yang ditimbulkan pondok pesantren itu seperti apa?
J : dalam perjalanannya pondok pesantren daarul rahman ini banyak yang
menginginkan dari masyarakat senopati yang haus dengan ilmu agama sehingga
masyarakatpun ingin ada pondok pesantren. Semakin lama pondok pesantren berdiri
semakin banyaknya para santri yang ingin belajar dipondok ini, maka untuk masuk di
pondok inipun harus memasuki tahapan-tahapan sehingga mereka tidak canggung
lagi untuk belajar di pondok pesantren, masuknya pun di Tes secara professional.
Terlepas dari itu semuanya bahwa pondok pesantren ini adalah punya masyarakat
Indonesia bukan punya KH. Syukron Makmun semata.
T : selain daripada itu, adakah peranan dalam bidang pendidikan, dakwah dan social?
J : memang ada, di setiap pondok pesantren pasti mempunyai peranan yang penting
untuk memastikan kepada masyarakat bahwa pondok pesantren daarul rahman
melahirkan generasi-generasi yang membanggakan. Dalam bidang pendidikan, pak
kyai mengajarkan kepada murid-muridnya untuk selalu menjaga nama baik dari
pondoknya tersebut. Karena, pak kyai berpesan kepada muridnya “saya akan
berbangga kepada anak murid apabila mereka menjadi guru” muridpun semuanya
mengikuti apa kata pak kyai karena kyailah yang mempunyai sifat keguruan untuk
mengajarkan anak muridnya menjadi sama seperti pak kyai. Dan hal hasil banyak
para alumni dari pondok pesantren daarul rahman yang setelah lulus ataupun yang
masih pesantren itu mengajar dan mengabdi atapun sampai mereka mempunyai
pondok pesantren. Dalam bidang dakwah pak kyai banyak memberi masukan kepada
muridnya ini bahwa “Jika dirimu sudah menjelekkan nama Pondok Pesantrenmu.
Maka, jelek pula nama Kyaimu” jadi, hanya muridlah yang bisa mendakwah pondok
pesantrennya sendiri. Jika murid itu menjadi baik prilakunya maka baik pula
pendidikan yang dibina di pondok pesantren, jika sebaliknya maka akan sulit mencari
kader-kader selanjutnya. Dalam bidang sosial pondok pesantren mempunyai beberapa
98
agenda yang sudah disiapkan oleh para santri dan guru serta alumni yang membuat
acara lebih bagus dan juga sukses, diantara seperti pemotongan hewan qurban yang di
prioritaskan untuk warga sekitar pondok serta santunan anak yatim yang berada di
lingkungan pondok ataupun yang berada di luar pondok pesantren.
Jakarta, 15 September 2017
KH. Muhammad Faiz SM
99
Wawancara Kedua
Nama : Ustadz Muhammad Hilman, selaku coordinator organisasi IP3DR dan IP4DR
Tanggal : 24 Maret 2017
Tempat : di Sekretariat Pondok Pesantren Daarul Rahman.
T : Bagaimana Perkembangan Organisasi ini?
J : di pondok pesantren daarul rahman ini organisasi ada 2 yaitu: 1. IP3DR disebut
dengan (Ikatan Pelajar Putra Daarul Rahman) dan IP4DR (Ikatan Pelajar Putri Daarul
Rahman). 2. LEC ialah Organisasi bahasa yang berada di Pondok pesantren Daarul
Rahman. Untuk IP3DR dan IP4DR itu mengurusi semua kegiatan para santri selama
berada di Pemondokan, jika LEC itu mengurusi tentang bahasa khusus yang berada di
Pondok pesantren ini. Dimana yang membedakan antara keduanya itu Jas
organisasinya.
T : Sejak kapan Organisasi ini muncul?
J : organisasi ini muncul sejak pertama kali pondok pesantren Daarul Rahman ini
dibangun, karena dulunya pak kyai sangat berpartisipasi terhadap suatu organisasi
internal maupun eksternal. Dan juga pondok pesantren Daarul Rahman mengadopsi
strukturaln yang berada di Gontor. Dimana setelah itu pak kyai dibawa oleh kyai
Idham Khalid menuju Jakarta, untuk menjadi kader-kader NU yang berada di Gontor
untuk datang ke Jakarta. Sehingga disinilah pak kyai Syukron Makmun mampu
menumbuhkan organisasi kesiswaan yang berada di Pondok Pesantren Daarul
Rahman.
T : sudah berapa angkatan yang berada di Pondok Pesantren ini ?
J : hamper 38 yang sudah ada di organisasi pondok pesantren Daarul Rahman.
Termasuk saya sendiri juga yang menjadi ketuanya. dengan demikian angkatan
tahunan sekarang itu menjadi angkatan yang ke 38 selama saya disini.
Jakarta, 15 September 2017
Ustad M. Hilman
100
Wawancara Ketiga
Nama : Ustadz Shobari, sebagai alumni Pondok Pesantren Daarul Rahman dan juga
sebagai koordinator organisasi alumni dan pelajar.
Tanggal : 30 April 2017
Tempat : di Sekretariat Pondok Pesantren Daarul Rahman.
T : pada tahun berapa organisasi pelajar itu di buat dan tujuannya seperti apa?
J : Organisasi itu sudah ada pada tahun 1976 yang mana dahulu masih sederhana
sekali dan juga masih belum mengerti arti organisasi pelajar. Sedangkan organisasi
alumni Pondok pesantren Daarul Rahman yaitu IKDAR (Ikatan Pondok Alumni
Pondok Pesantren Daarul Rahman) awalnya Ikdar ini dari angkatan pertama yaitu itu
sudah mulai muncul dan terus berkembang lalu berubah menjadi IP3DR dan IP4DR,
dengan tujuan agar ketika pondok pesantren daarul rahman merencanakan suatu
agenda yang bersifatnya positif Ikdar turut ikut serta dalam hal tersebut. Pada tahun
76 sampai 79 itu angkatan yang paling terlama, karena memang belum ada
perkembangan yang signifikan dari tahun tersebut, lalu setelah tahun 79 baru ada
perkembangan yang menurut saya harus dipimpin setahun sekali dalam
kepengurusan.
T : ustadz dulu menjabat sebagai apa?
J : saya dulu menjabat sebagai sekretaris dari organisasi IP3DR dan Ikdar.
T : setelah adanya IKDAR apa yang diperoleh dari Pondok Pesantren setelah adanya
organiasasi tersebut?
J : setelah adanya ikatan organisasi alumni ini banyak manfaatnya, terlebih lagi pak
kyai menyetujui bahwa harus ada organisasi yang menampung semua keluhan dari
para alumni dan juga santri. Serta banyak para alumni yang mendukung acara acara
Islami semisal Maulid Nabi, dll. Itupun alumni turun tangan untuk mencarikan dana
sebagai timbal balik alumni kepada pondok pesantren.
T : IKDAR sendirii berdiri pada tahun berapa ?
101
J : Ikdar ini terbentuk pada tahun 1982, kenapa dibentuk? Karena merupakan salah
satu cara untuk merekatkan emosional antar alumni. Keberadaan kumpulan alumni ini
cukup penting bagi eksistensi, sebagai ajang silaturahim antar keluarga besar, tukar
informasi, koneksi dan sebagainya. Awalnya sih ikdar terbentuk dicetuskan oleh KH.
Antung Ghozali. Selepas angkatan ke pertama dan kedua, kyai antung meminta
kepada alumni untuk membuat sebuah wadah yang mana wadah ini berupa suatu
kegiatan agar santri terus berinovasi.
T : bagaimana pemilihan untuk mencari siapa yang ketuanya dan agendanya seperti
apa?
J : Program pertama ikdar saat itu menghantarkan kepada konstitusional dengan
agenda mengadakan Musyawarah Besar (MUBES) yang pertama. Mubes pertama itu
pada tahun 1983, berdasarkan hasil tersebut terpilihlah ustadz Thohir Anwar angkatan
ke 3 sebagai ketua (1983-1988). Mubes ke dua terpilihlah ustadz Ujang Kusnadi
(1988-1993). Mubes ke 3 terpilihlah ustadz H. Ali Nurdin (1993-1998). Mubes ke
empat terpilih ustadz Ahmad Zaenal Ridho (1998-2002). Mubes ke lima terpilih
Misbahun Najah periode 2002-2005. Mubes ke enam memilih Rahmat Hidayat 2005-
2008. Periode 2008-2010 adalah sis abdul Ghani, mubes ke 7 ustad Nurhasan Kamal,
sampai dengan periode 2014-2017 itu sholeh sofyan.
Jakarta, 15 September 2017
Ustadz Shobari
102
Wawancara Ke empat
Nama : Ustadz Syukron, sebagai sekretaris Pondok Pesantren Daarul Rahman.
Tanggal : 29 Januari 2017
Tempat : Di Sekretariat Pondok Pesantren Daarul Rahman.
T : pada tahun berapa ustadz bekerja di pondok ini?
J : saya, masuk ke pondok pesantren Daarul Rahman ini pada tahun 2011.
T : ustadz dipilih sebagai apah pada masa itu sebelum menjadi sekretaris?
J : saya, dulu cuma hanya sebagai guru saja, akan tetapi tahun demi tahun saya jalani
dan Alhamdulillah saya dipilih sebagai salah satu orang yang disuruh oleh ustadz faiz
untuk menjadi sekretaris dan juga membuat kurikulum di pondok pesantren ini.
T : bagaimana kurikulum di pondok pesantren Daarul Rahman?
J : kurikulum yang berada di pondok pesantren Daarul Rahman itu mengikuti pondok
pesantren Gondor, tapi kalau gontor itu Cuma hanya umumnya saja. Akan tetapi di
pondok pesantren ini mengkombinasikan antara pondok pesantren Modern dengan
Pondok pesantren Salafiyyah, kalo bisa di persenkan itu Moder 25% dan Salafiyyah
75%. Tidak ada ada tambahan dari pemerintah yang mengatur semuanya, bahkan
kurikulum ini sudah disetujui oleh Departemen Agama bahwa pondok pesantren
Daarul Rahman kedalam 30 Pesantren Muadalah, atau disebut juga pesantren yang
membuat kurikulum sendiri. Itupun mendapatkan ijazah yang sama dengan SMA/MA
itu susah karena kita semuanya harus bekerja keras untuk bagaimana pondok
pesantren ini bisa dianggap oleh pemerintah. Berungtungnya ketika pak Malik Fajar
yang pada saat itu mengobrol kepada pak kyai tentang kesulitan kita untuk
mendapatkan ijazah, pada tahun 80anlah itu kita sudah dianggap sebagai salah satu
pondok pesantren Muadalah se-Indonesia. dan setelah itu barulah ketika santri itu
keluar dari pondok pesantren ini sudah mendapatkan ijazah yang bisa menghantarkan
ke Perguruan Tinggi Islam di-Indonesia. sebelumnya, tidak ada yang mau menerima
mereka karena ijazahnya tidak ada legalitasnya, tapi Alhamdulillah sudah bisa setelah
mendapatkan ijazah itu.
103
T : bagaimana cara penilaian guru terhadap santrinya?
J : untuk penilaiannya di Daarul Rahman adalah nilai yang murni. Jika memang santri
itu nilainya C dirapotnya pun C juga tidak ada penambahan dari guru yang
menilainya. Karena santri dituntut harus bisa menyesuaikan sama pelajaran mereka,
jika memang dia tidak lulus maka tidak lulus walaupun mereka sudah berusaha.
Jakarta, 15 September 2017
Ustadz Syukron
104
Wawancara ke Lima
Nama : Ustadz Afif Nokman, Alumni pondok pesantren Daarul Rahman angkatan ke-
30.
Tanggal : 29 September 2017 pukul 18.30 – 20.20 wib.
Tempat : Kediaman rumah Ustadz Afif Nokman di daerah Larangan, kota
Tanggerang.
T : Riwayat pendidikan Ustad? Masuk dan keluar pondok pesantren Daarul Rahman
pada tahun berapa?
J : saya masuk dari pondok itu sekitar tahun 2003 dan lulus dari pondok tahun 2009.
Sehabis saya keluar pondok saya langsung mengabdi di pondok pesantren Daarul
Rahman serta menjadi koordinator bahasa yang ada di pondok.
T : Sekilas tentang pendidikan yang ustadz alami selama di pondok pesantren Daarul
Rahman?
J : yang saya alami saat berada di pondok pesantren Daarul Rahman itu pak kyai
Syukron Ma’mun selalu memberi nasihat-nasihat yang baik untuk para muridnya.
T : Seperti apa nasihat-nasihat pak kyai?
J : contohnya pak kyai menanamkan kepada anak didiknya moto “siap dipimpin dan
siap memimpin” dengan tujuan bagaimana santri terjun langsung ke dalam satu
kesatuan yang memang santri tersebut bisa aktif. Selain itu pula peraturan juga dibuat
oleh santri sendiri, guru-gurunya hanya memantau.
T : Selain itu adakah hal lain yang membuat Daarul Rahman terkenal di masyarakat?
J : jarang sekali pak kyai mempromosikan Daarul Rahman dimanapun, karena yang
mempromosikan itu adalah santri sendiri.
T : Kenapa santrinya itu sendiri yang mempromosikan?
J : karena pada saat sebelum pulang dari pondok ke rumah itu kita dikumpulkan
terlebih dahulu oleh pak kyai dan juga pak kyai memberi nasihat kepada santrinya
bahwa “dijidadmu ada stempel Daarul Rahman, baik atau buruknya Daarul Rahman
tergantung kamu yang mempromosikannya dimasyarakat nanti” jadi tuh kita bangga
105
sebagai santri Daarul Rahman. Selain itu, pak kyai pula menanamkan sifat mau
bertanggung jawab, dan tidak membedakan suku, adab, ras, dan kasta di dalam
pondok pesantren Daarul Rahman. Mau anak president, mau anak mentri dan mau
anak pejabat pula ketika memang dia disuruh maka mereka harus lakukan. Terlebih
lagi harus mandiri, disiplin, dan sabar. Dan juga ada yang namanya Muhadhoroh
dimana santri itu harus mengikutinya karena melatih mereka untuk berbicara didepan
para audient/santri, dengan berbahasa Inggris, Arab, dan Indonesia setiap Sabtu dan
Sabtu Malam/ Malam Minggu. Memang kita ingin mengikuti dakwah pak kyai yang
dijuluki singa mimbar. Ada lagi Muhadasah santri harus mempraktekkan setiap bait-
bait bahasa Arab kedalam kehidupan sehari-hari dipondok, jika memang dia tidak
mempraktekkan maka mereka akan dihukum. Selalu yan membuat kita kangen para
alumni itu nasihat-nasihat beliau, beliau itu memberi kita kajian kepada kita Riyadhus
Sholihin isinya adalah nasihat-nasihat yang memang membuat kita paham. Dengan
didukung dengan pelajar yang mana pelajaran juga diisi dengan nasihat-nasihat
sebagai contohnya Man Jadda Wajada artinya siapa yang bersungguh-sungguh maka
mereka akan mendapatkannya. Jadi, setelah itu ketika kita keluar pondok pesantren 1
tahun saja kita bisa berbicara dengan masyarakat. Serta pelajaran dibikin sendiri dari
pondok pesantren. Didiri kita berubah oleh pak kyai itu dari pelajaran/ nasihat-
nasihat. Semuanya ini larinya ke Akhlak. Di Daarul Rahman yang dibentuk adalah
Akhlak terlebih dahulu, ketika orang tersebut Akhlaknya baik maka dipandang sangat
baik dimasyarakat dalam hadits yang artinya “barangsiapa yang tidak mempunyai
akhlak mereka dianggap kecil walaupun ia besar dan sebaliknya jika mempunyai
akhlak dianggap besar walaupun ia kecil”. Jadi, mereka yang bagus akhlaknya bagus
pula ilmu dan jika akhlaknya kurang bagus, maka kurang bagus pula ilmu. Akhlak
tanpa dibarengi dengan ilmu akan berantakan, akan tetapi kalau akhlak dibarengi
dengan ilmu makan kehidupan dunia dan akhirat sudah ditangan mereka.
T : untuk masuk dan bersekolah di Daarul Rahman itu seperti apa?
106
J : saya masuk dan bersekolah itu di tes terlebih dahulu dengan hafalan dan juga
bacaan-bacaan al-Qur’an serta tes tulis untuk memberi pemahaman lebih luas tentang
ilmu agama Islam. Ciri khas dari Daarul Rahman untuk masuk dan sekolah disini
yaitu ketika saya sudah kelas 3 MTs dan lulus, saya masuk ke Daarul Rahman
langsung diturunin kembali jadi kelas 1, kelas 1 di Daarul Rahman setingkat dengan 1
MTs sampai kelas 6 setingkat kelas 3 MA. Saya pun tidak malu untuk dituruni
tingkat saya. Akan tetapi, saya lebih malu lagi jika saya tidak mempunya akhlak dan
ilmu di pondok pesantren Daarul Rahman.
T : apakah ustadz mengikuti organisasi internal pondok?
J : iya, saya dulu pernah mengikuti organisasi Bahasa di pondok pesantren Daarul
Rahman, untuk perkembangan organisasi di Daarul Rahman itu ada dua pertama itu
IP3DR/IP4DR dan yang kedua Bahasa, dulu saya menjadi ketua koordinator Bahasa
pada saat saya masih mengabdi di Daarul Rahman. Banyak pengalaman yang saya
dapatkan selama saya menjabat sebagai ketua, dari yang benci sama saya dan juga
suka sama saya.
T : Dimata ustadz pak kyai sosok seperti apa?
J : bagi saya pak kyai Sukron Makmun adalah sosok yang tegas dalam setiap
dakwahnya. Tidak ada kata menyerah bagi pak kyai untuk berdakwah dimanapun pak
kyai berada tidak menjadi hambatan.
Jakarta, 02 Oktober 2017
Ustadz Afif Nukman
107
Wawancara ke Enam
Nama : Ustadz TB Masnun, sebagai anggota IKDAR dan sekaligus sebagai koordinator Divisi bidang Rumah Tangga
Tanggal : 01 Oktober 2017
Tempat: diteras rumah pak kyai Syukron Ma’mun
T : Tujuan berdirinya Ikatan Alumni itu bagaimana?
J : Tujuan inti yang dilakukan IKDAR itu hanyalah ketika pak kyai menyampaikan suatu masalah maka IKDAR yang turun tangan. Selain itu, mempererat alumni terdahulu dengan alumni-alumni yang akan dating agar bergabung.
T : Kontribusi IKDAR kepada pondok pesantren Daarul Rahman seperti apa?
J : kalau kontribusi secara langsung itu mungkin belum kelihatan. Tapi, kontribusi itu dari segi apa, dari ukuran materi atau yang lain. Untuk kemajuan pondok terutama pada kegiatan-kegiatan agama yang diadakan oleh pondok pesantren Daarul Rahman alumni hadir contohnya itu maulid Nabi sudah dihandle oleh alumni sendiri dengan semua pendanaannya. Bulan puasa seperti santunan kepada guru-guru/paket juga untuk guru-guru. Hari Raya Idul Adha alumni mencarikan hewan qurban untuk pondok pesantren. Serta janda-janda sama yatim guru-guru yang sudah meninggal dunia. Walaupun nilainya tidak banyak namun sedikit bisa membantu. IKDAR sebagai fasilitator saja, antara alumni dengan pengasuh. Sekalipun dana bukan dari IKDARnya itu hasil pengumpulan dari semua alumni pondok pesantren Daarul Rahman dan sekarang angkatan sudah mulai kompak dengan dibantu oleh media-media elektronik. Karena, dengan media info-info dari pak kyai kita langsung sampaikan kepada alumni yang lain. Bahkan, ada pula alumni yang menginfokan secara khusus. Namun, tidak membeda-bedakan satu dengan yang lainnya.
T : Kegiatan yang paling sukses itu apa?
J : semuanya sukses tapi Maulid yang lebih meriah karena dibarengin dengan milad pondok pesantren Daarul Rahman bahkan alumni yang handle dalam 3 tahun terakhir.
T : sekarang sudah berapa angkatan yang ikut bergabung?
J : 38 angkatan yang berhasil dikumpulkan, bahkan yang menjadi awal pertemuan itu ialah Facebook. Yang udah hilang bertahun-tahun bertemunya disosial media
108
tersebut. Untuk acaranya itu dimana saja yang penting ada kesepakatan untuk acara dan tempatnya. Artinya, kontribusi sudah lumayan, sempurna belum, tapi bagi yang sudah tau pasti memahami dan ikut serta dalam kegiatan tersebut. Terlebih lagi ada alumni yang menyumbangkan uangnya dan juga ada alumni yang memberangkatkan umroh untuk alumni yang lain. Guru Daarul Rahman yang senior hampir sudah diberangkatkan umroh oleh alumni tersebut. Tinggal yang junior-junior insya allah akan diberangkatkan.
T : ustadz sebagai apa dalam organisasi tersebut?
J : saya sebagai divisi Rumah Tangga.
T : sejak kapan IKDAR berdiri?
J : IKDAR sejak tahun 80-an, sekarang mubes saja sudah ke-9 hampir 30 tahunan, memang dahulunya organisasi ini biasa-biasa saja, tapi tahun demi tahun IKDAR sudah memberikan kontribusi nyata untuk pondok pesantren Daarul Rahman. Selain kontribusi berupa materi juga IKDAR berkontribusi berupa pengalaman, yang mana pengalaman ini bisa dituangkan diseminar-seminar khusus untuk anak kelas 5 dan 6. Agar ada motivasi dari alumni untuk para santri sehingga mereka tidak bingung untuk memilih jalan yang baik ataupun buruk.
Jakarta, 01 September 2017
Ustadz TB Masnun.
Recommended