View
219
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2
1/40
MODUL KEGIATAN LABORATORIUM LAPANGAN
(FIELD LAB)
TOPIK KETRAMPILAN:
PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR:
DEMAM BERDARAH DENGUE
DISUSUN OLEH:
TIM FIELD LAB FK UNS
FIELD LAB
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS
2011
8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2
2/40
2
KATA PENGANTAR
Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia dan masih menjadi masalah
kesehatan yang up to date. Atas dasar inilah, tim laboratoriumlapangan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (FK
UNS) memandang bahwa topik ini perlu dipelajari oleh mahasiswa
di FK UNS.
Buku manual kegiatan pembelajaran laboratorium lapangan
dengan topik program pengendalian penyakit menular DBD
diharapkan dapat memberi informasi dasar tentang masalah DBD
di Indonesia dan ketrampilan untuk penegakan KLB, pengambilan
keputusan untuk mengatasi KLB dan mengevaluasi tindakan untuk
mengatasi KLB. Diharapkan ketrampilan ini dapat berguna bagi
para mahasiswa di masa depan, baik yang menjalani profesi secara
khusus di bidang kesehatan masyarakat maupun klinisi yang
memberikan pelayanan langsung pada masyarakat.
8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2
3/40
3
Akhir kata, kami mengharapkan masukan dan saran untuk
pengembangan manual keterampilan ini agar selanjutnya dapat
berguna bagi pengembangan IPTEK khususnya pada kegiatan
laboratorium lapangan di masa yang akan datang.
Surakarta, September 2011Tim Penyusun
8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2
4/40
4
DAFTAR ISI
BAB I. Pendahuluan ………………….………............... 5
BAB II. Tinjauan Pustaka …………....…........................ 10
BAB III. Penyelidikan Epidemiologi…...……………… 30
BAB IV. Strategi Pembelajaran..…………...................... 33
BAB V. Prosedur Kerja…………...……......................... 36BAB VI. Checklist penilaian..……………....................... 38
8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2
5/40
5
BAB I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD/Dengue Hemmoragic Fever)
merupakan masalah kesehatan yang ditemukan di daerah tropis
dan subtropis, terutama di daerah perkotaan. DBD merupakan
penyakit dengan potensi fatalitas yang cukup tinggi, yang
ditemukan pertama kali pada tahun 1950an di Filipina dan
Thailand, saat ini dapat ditemukan di sebagian besar negara di
Asia. Jumlah negara yang mengalami wabah DBD telah
meningkat empat kali lipat setelah tahun 1995. Sebagian besar
kasus DBD menyerang anak-anak. Angka fatalitas kasus DBDdapat mencapai lebih dari 20%, namun dengan penanganan
yang baik dapat menurun hingga kurang dari 1 % (WHO,
2008).
Di Indonesia, DBD telah menjadi masalah kesehatan
masyarakat selama 30 tahun terakhir. Jumlah kasus DBD padatahun 2007 telah mencapai 139.695 kasus, dengan angka kasus
baru (insidensi rate) 64 kasus per 100,000 penduduk. Total
kasus meninggal adalah 1.395 kasus /Case Fatality Rate
sebesar 1% (Depkes RI, 2008a). Pada saat ini kasus DBD dapat
8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2
6/40
6
ditemukan di seluruh propinsi di Indonesia dan 200 kota telah
melaporkan Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD (Depkes RI,
2008b). Insidence Rate (IR) tahun 1998 sebesar 35,15 per
100.000 penduduk menjadi 10,17 tahun 1999. Meningkat pada
tahun 2000 menjadi 15,99 dan 21,66 pada 2001 selanjutnya
menurun pada tahun 2002 menjadi 19,24 namun pada 2003
terjadi peningkatan dengan IR 23,87. Peningkatan kasus terjadisejak tahun 2003 dibeberapa Provinsi yaitu Banten, DKI, Jabar,
Jateng, DIY, Jatim, Kalsel, NTT.
Pola penularan DBD dipengaruhi iklim dan kelembaban udara.
Kelembaban udara yang tinggi dan suhu panas justru membuat
nyamuk Aedes bertahan lama. Sehingga kemungkinan polawaktu terjadinya penyakit mungkin akan berbeda-beda dari
satu tempat dengan tempat yang lain tergantung dari iklim dan
kelembaban udara. Di Jawa, umumnya kasus DBD merebak
mulai awal Januari sampai dengan April-Mei setiap tahun
(Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, 2006).
8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2
7/40
7
Pada Gambar 1, dan Gambar 2 menejelaskan hubungan antara
curah hujan dengan kasus DBD di DKI.
Gambar 1
Gambar 2
8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2
8/40
8
2. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan kegiatan laboratorium lapangan, diharapkan
mahasiswa dapat:
1. Mampu menegakkan diagnosis DBD
2. Mampu melakukan penyelidikan epidemiologi
3. Mampu menentukan adanya kejadian KLB dari hasil
penyelidikan epidemiologi
4. Mampu melakukan pelaporan kasus DBD
5. Menjelaskan berbagai cara penanggulangan DBD di
Indonesia
6. Mampu menentukan tindakan penanggulangan yang
harus diambil dari hasil penyelidikan epidemiologi
7.
Mampu menjelaskan cara evaluasi penanggulanganKLB-DBD
8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2
9/40
9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Demam Berdarah Dengue
1.1. Penyebab
Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD)
disebabkan virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod
Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai genusFlavivirus, famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotipe,
yaitu ; DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN-4.
Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap
serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk
terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat
memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain
tersebut.
Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi
oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus
dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Di
Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun
1975 di beberapa rumah sakit menunjukkan bahwa keempat
serotipe ditemukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe
8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2
10/40
10
DEN-3 merupakan serotipe yang ominan dan diasumsikan banyak
yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat.
1.2. Vektor Penyakit
Penyakit DBD ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti.
Nyamuk Aedes agypti mempunyai siklus hidup dari bentuk telur-
jentik-kepompong-nyamuk. Lama siklus hidup nyamuk adalah 9-10 hari. Telur nyamuk Aedes Aegypti terletak satu-satu di dinding
tempat air bersih, berwarna hitam, ukuran + 0,8 mm di tempat
kering (tanpa air) dapat bertahan sampai 6 bulan. Telur akan
menetas menjadi jentik dalam waktu kurang 2 hari setelah
terendam air
8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2
11/40
11
Gambar 1. Siklus hidup nyamuk Aedes Aegypti
Sumber: www.biotechpestcontrols.com/html/mosquitoes.html
Jentik Aedes Aegypti berukuran 0,5-1 cm dan selalu bergerak aktif
dalam air dengan pola gerakan berulang-ulang drari bawah ke atas
permukaan air untuk beristirahat kemudian turun kembali ke
bawah. Pada saat di permukaan, posisinya hampir tegak lurus
dengan permukaan air, biasanya berada di sekitar dinding tempat
penampungan air. Habitat biasanya pada tempat penampungan air
seperti bak mandi, tempayan drum, ban bekas, vas bunga. Jentik
Aedes Aegypti tidak hidup di genangan air yang langsung dengan
tanah. Perkembangan jentik ke kepompong (imago) memakan
8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2
12/40
12
waktu 7 hari. Kepompong nyamuk Aedes berbentuk koma,
gerakan lambat dan berada di permukaan air
Nyamuk Aedes Aegypti berwarna hitam, belang putih di seluruh
tubuh. Hidup di dalam dan sekitar rumah/gedung. Mampu terbang
sekitar 100 meter. Nyamuk betina menghisap manusia pagi hingga
sore hari, setiap 2 hari. Setelah menghisap nyamuk beristirahat di benda-benda bergantung. Setelah masa istirahat nyamuk
meletakkan telur di tempat penanpungan air
1.3. Cara Penularan
Jika nyamuk Aedes Aegypti menghisap darah seseorang yang
mengandung virus Dengue maka virus Dengue akan masuk ke
dalam lambung nyamuk. Selanjutnya, virus Dengue akan
memperbanyak diri (replikasi) dan menyebar ke seluruh bagian
tubuh nyamuk termasuk ke kelenjar liur nyamuk. Proses replikasi
virus membutuhkan waktu sekitar 1 minggu dan akan menetap
selama nyamuk masih hidup.
Penularan terjadi jika kemudian nyamuk yang mengandung virus
Dengue menggigit orang sehat. Sebelum menghisap darah orang
8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2
13/40
13
sehat, nyamuk akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat
tusuknya sehingga virus dengue akan tertular ke tubuh orang sehat.
Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi
virus dengue yaitu :
1) Vektor : perkembang biakan vektor, kebiasaan menggigit,
kepadatan vektor di lingkungan, transportasi vektordilingkungan, transportasi vektor dai satu tempat ke tempat
lain;
2) Pejamu : terdapatnya penderita di lingkungan/keluarga,
mobilisasi dan paparan terhadap nyamuk, usia dan jenis
kelamin;
3) Lingkungan : curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan
penduduk
1.4. Patogenesis dan Patofisiologi
Fenomena patofisiologi utama menentukan berat penyakit dan
membedakan demam berdarah dengue dengan dengue klasik ialah
tingginya permabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya
volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diabetes
hemoragik. Meningginya nilai hematokrit pada penderita dengan
8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2
14/40
14
renjatan menimbulkan dugaan bahwa renjatan terjadi sebagai
akibat kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler melalui kapiler
yang rusak dengan mengakibatkan menurunnya volume plasma
dan meningginya nilai hematokrit.
Mekanisme sebenarnya tentang patofisiologi dan patogenesis
demam berdarah dengue hingga kini belum diketahui secara pasti,tetapi sebagian besar menganut "the secondary heterologous
infection hypothesis" yang mengatakan bahwa DBD dapat terjadi
apabila seseorang setelah infeksi dengue pertama mendapat infeksi
berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan dalam jangka
waktu yang tertentu yang diperkirakan antara 6 bulan sampai 5
tahun.
Akibat infeksi kedua oleh tipe virus dengue yang berlainan pada
seorang penderita dengan kadar antibodi anti dengue yang rendah,
respons antibodi ananmestik yang akan terjardi dalam beberapa
hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi limfosit imun
dengan menghasilkan antibodi IgG anti dengue titer tinggi.
Disamping itu replikasi virus dengue terjadi dengan akibat
terdapatnya virus dalam jumlah yang banyak. Hal-hal ini
8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2
15/40
15
semuanya akan mengakibatkan terbentuknya kompleks antigen-
antibodi yang selanjutnya akan mengaktivasi sistem komplemen.
Pelepasan C3a dan C5a akibat antivasi C3 dan C5 menyebabkan
meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
merembesnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah.
Pada penderita renjatan berat, volume plasma dapat berkurang
sampai lebih dari pada 30% dan berlangsung selama 24 -48 jam.Renjatan yang tidak ditanggulangi secara adekwat akan
menimbulkan anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian.
Sebab lain dari kematian pada DBD ialah perdarahan saluran
pencernaran hebat yang biasanya timbul setelah renjatan
berlangsung lama dan tidak dapat diatasi. Trombositopenia
merupakan kelainan hematologis yang ditemukan pada sebagian
besar penderita DBD. Nilai trombosit mulai menurun pada masa
demamdan mencapai nilai terendah pada masa renjatan. Jumlah
tromosit secara cepat meningkat pada masa konvalesen dan nilai
normal biasanya tercapai sampai hari ke 10 sejak permulaan
penyakit.
Kelainan sistem koagulasi mempunyai juga peranan sebagai sebab
perdarahan pada penderita DBD. Berapa faktor koagulasi menurun
8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2
16/40
16
termasuk faktor II, V, VII, IX, X dan fibrinogen. Faktor XII juga
dilaporkan menurun. Perubahan faktor koagulasi disebabkan
diantaranya oleh kerusakan hepar yang fungsinya memang terbukti
terganggu, juga oleh aktifasi sistem koagulasi.
Pembekuan intravaskuler menyeluruh (PIM/DIC) secara potensial
dapat terjadi juga pada penderita DBD tanpa atau dengan renjatan.Renjatan pada PIM akan saling mempengaruhi sehingga penyakit
akan memasuki renjatan irrevesible disertai perdarahan
Respon imun yang diketahui berperan dalam patogenesis DBD
adalah :
a) Respon humoral berupa pembentukan antibody yang berparan
dalam proses netralisasi virus, sitolisis yang dimeasi
komplemen dan sitotoksisitas yang dimediasi antibody.
Antibody terhadap virus dengue berperan dalam mempercepat
replikasi virus pad monosit atau makrofag. Hipotesis ini
disebut antibody dependent enhancement (ADE);
b) Limfosit T baik T-helper (CD4) dan T sitotoksik (CD8)
berepran dalam respon imun seluler terhadap virus dengue.
Diferensiasi T helper yaitu TH1 akan memproduksi interferon
8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2
17/40
17
gamma, IL-2 dan limfokin, sedangkan TH2 memproduksi IL-4,
IL-5, IL-6 dan IL-10;
c) Monosit dan makrolag berperan dalam fagositosis virus dengan
opsonisasi antibodi. Namun proses fagositosis ini
menyebabkan peningkatan replikasi virus dan sekresi sitokin
oleh makrofag;
d) Selain itu aktivitasi komplemen oleh kompleks imunmenyebabkan terbentuknya C3a dan C5a.
1.5. Penegakan diagnosa DBD
Diagnosa DBD ditegakkan jika ada 2 kriteria klinis ditambah
dengan 2 kriteria laboratoris (Tabel 1). Kasus DBD yang
menjadi lebih berat, menjadi kasus Dengue Shock Syndrome
(DSS).
8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2
18/40
18
Tabel 1. Kriteria Klinik dan Laboratoris DBD
Kriteria Klinik 1. Demam tinggi mendadak, terus menerus
selama 2-7 hari
2. Terdapat manifestasi perdarahan seperti
torniquet positif, petechiae, echimosis,
purpura, perdarahan mucosa, epistaksis,
perdarahan gusi dan hematemesis danatau melena
Kriteria
laboratoris
1. Trombositopenia (100.000ul atau kurang)
2. Hemokonsentrasi, peningkatan hematokrit
20% atau lebih
Demam Dengue (DD)
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan
dua atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut:
• Nyeri kepala.
• Nyeri retro-oebital.
•
Mialgia / artralgia.
• Ruam kulit.
• Manifestasi perdarahan (petekie atau uji bending positif).
• Leukopenia.
8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2
19/40
19
dan pemeriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan pasien
DD/DBD yang sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang
sama.
Dengue Shock Syndrome (DSS).
Syok biasa terjadi pada saat atau segera setelah suhu turun, antara
hari ke 3 sampai hari sakit ke-7. Pasien mula-mula terlihat letargiatau gelisah kemudian jatuh ke dalam syok yang ditandai dengan
kulit dingin-lembab, sianosis sekitar mulut, nadi cepat-lemah,
tekanan nadi < 20 mmHg dan hipotensi.
Kebanyakan pasien masih tetap sadar sekalipun sudah mendekati
stadium akhir. Dengan diagnosis dini dan penggantian cairan
adekuat, syok biasanya teratasi dengan segera, namun bila
terlambat diketahui atau pengobatan tidak adekuat, syok dapat
menjadi syok berat dengan berbagai penyulitnya seperti asidosis
metabolik, perdarahan hebat saluran cerna, sehingga memperburuk
prognosis. Pada masa penyembuhan yang biasanya terjadi dalam
2-3 hari, kadang-kadang ditemukan sinus bradikardi atau aritmia,
dan timbul ruam pada kulit. Tanda prognostik baik apabila
pengeluaran urin cukup dan kembalinya nafsu makan.
8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2
20/40
20
Penyulit SSD : penyulit lain dari SSD adalah infeksi (pneumonia,
sepsis, flebitis) dan terlalu banyak cairan (over hidrasi),
manifestasi klinik infeksi virus yang tidak lazim seperti
ensefalopati dan gagal hati.
1.5. Pencegahan dan penanggulangan DBD
Pengembangan vaksin untuk penyakit DBD masih sulit, karena
proteksi terhadap 1-2 virus dengue akan meningkatkan risiko
penyakit DBD menjadi lebih berat (WHO, 2008). Oleh karena
itulah, maka pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD
dilakukan secara promotif dan preventif, dengan pemberantasan
nyamuk vektor (hewan perantara penularan).
8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2
21/40
21
2. Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD
Setiap kasus DBD yang terdiagnosis harus dilaporkan ke Dinas
Kesehatan Kabupaten dan Propinsi dengan berbagai macam alur
berikut ini:
b. Pelaporan langsung oleh masyarakat dengan surat
pemberitahuan ke Puskesmas
c. Pelaporan dari puskesmas ke kabupaten menggunakan form
PU-DBD dan W2
d. Pelaporan dari rumah sakit ke kabupaten menggunakan
form KD-RS (1 x 24 jam setelah ada kasus DBD)
e. Pelaporan dari Kabupaten ke propinsi: K-DBD (1 bulan
sekali)
Jika ada kasus yang dilaporkan, maka akan ditindaklanjuti dengan
penyelidikan epidemiologi untuk melihat intensitas masalah yang
terjadi. Uraian tentang penyelidikan epidemiologi akan dijelaskan
di Bab III.
Dari hasil penyelidikan epidemiologi, kemudian disimpulkan ada
tidaknya kejadian KLB DBD. KLB DBD ditegakkan jika ada
peningkatan jumlah kasus DBD dan Dengue Syok Sindrom (DSS)
8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2
22/40
22
di suatu desa/kelurahan/wilayah lebih luas, 2 kali lipat atau lebih
dalam kurun waktu 1 minggu/bulan dibanding minggu/bulan
sebelumnya atau bulan yang sama tahun lalu.
3. Kegiatan Penanggulangan KLB DBD
Jika terjadi KLB, maka kegiatan tersebut di bawah ini harusdilakukan:
1. Pemberantasan vektor
Kegiatan pemberantasan vektor terdiri dari penyemprotan
insektisida (2 siklus dengan interval 1 minggu),
pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah (PSN
DBD) dan penggunaan larvasida
2. Penyuluhan di seluruh wilayah terjangkit
3. Perlindungan individu
Untuk melindungi pribadi dari risiko penularan virus DBD
dapat dilakukan secara individu dengan menggunakan
repellent , menggunakan pakaian yang mengurangi gigitan
nyamuk. Baju lengan panjang dan celana panjang bisa
mengurangi kontak dengan nyamuk meskipun sementara.
Untuk mengurangi kontak dengan nyamuk di dalam
8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2
23/40
23
keluarga bisa memasang kelambu pada waktu tidur dan
kasa anti nyamuk.
Insektisida rumah tangga seperti semprotan aerosol dan
repellent : obat nyamuk bakar, vaporize mats (VP), dan
repellent oles anti nyamuk bisa digunakan oleh individu.
Pada 10 tahun terakhir dikembangkan kelambu
berinsektisida atau dikenal sebagai insecticide treated nets(ITNs) dan tirai berinsektisida yang mampu melindungi
gigitan nyamuk.
4. Kegiatan pendukung lainnya seperti pembentukan Posko
pengobatan dan Posko penanggulangan, penyelidikan KLB,
pengumpulan dan pemeriksaan spesimen serta peningkatan
kegiatan surveilans kasus dan vektor dan lain lain
Pemberantasan vektor
Seperti yang sudah disampaikan di atas, ada beberapa bentuk
kegiatan pemberantasan vektor, yakni
1. Pengasapan ( fogging/ULV ) di seluruh wilayah dengan
kriteria desa/kelurahan dengan KLB pada rumah-
rumah/lingkungan pada radius 200 m dari penderita atau
tersangka.
8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2
24/40
24
Alat dan bahan yang dipakai adalah mesin ULV dan
insektisida sesuai dosis. Fogging dilakukan pagi hari
(06.00-08.30) atau sore (17.00 – 19.30) saat hari tidak
hujan dan kecepatan angin 3-13 km/jam. Pengasapan
dilakukan 2 siklus dengan interval satu minggu. Pada saat
pengasapan, jendela dan pintu rumah harus dibuka lebar,
makanan dan minuman ditutup, binatang dan manusiaharus dijauhkan dari mesin ULV.
2. Penyemprotan dengan mesin Fog
Cara ini agak berbeda dengan cara pengasapan. Pada
penyemprotan dengan mesin Fog, pintu dan jendela rumah
ditutup kecuali pintu yang dilalui petugas fogging. Pintu
dan jendela rumah baru dibuka sedikitnya 15 menit setelah
penyemprotan. Petugas harus menggunakan alat pelindung
berupa googles, sarung tangan, baju lengan panjang, topi
tepi lebar, masker penutup mulut dan hidung, sepatu boot
dari karet atau plastik. Penyemprotan dilakukan secara
mundur dari belakang rumah ke depan atau pada lantai atas
ke lantai di bawahnya.
3. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD
PSN DBD dilakukan dengan cara 3 M yakni: Menguras
(bak mandi); Menutup tempat penampungan air dan
8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2
25/40
25
Mengubur/Membuang barang bekas yang dapat
menampung air hujan
4. Larvasida
Pemberian larvasida (Abate/Altosid) pada tempat
penampungan yang tidak bisa dikuras di rumah maupun di
tempat umum.
5.
BiologisPengendalian biologis antara lain dengan menggunakan :
a. Predator
Predator larva di alam cukup banyak, namun yang bisa
digunakan untuk pengendalian larva vektor DBD tidak
banyak jenisnya, dan yang paling mudah didapat dan
dikembangkan masyarakat serta murah adalah ikan pemakan jentik. Di Indonesia ada beberapa ikan yang
berkembang biak secara alami dan bisa digunakan
adalah ikan kepala timah dan ikan cetul. Namun ikan
pemakan jentik yang terbukti efektif dan telah digunakan
di kota Palembang untuk pengendalian larva DBD
adalah ikan cupang. Meskipun terbukti efektif untuk
pengendalian larva Ae.aegypti, namun sampai sekarang
belum digunakan oleh masyarakat secara luas dan
berkesinambungan.
8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2
26/40
26
Jenis predator lainnya yang dalam penelitian terbukti
mampu mengendalikan larva DBD adalah dari
kelompok Copepoda atau cyclops, jenis ini sebenarnya
jenis Crustacea dengan ukuran mikro. Namun jenis ini
mampu makan larva vektor DBD.
b.
BakteriAgen biologis yang sudah dibuat secara komersial dan
digunakan untuk larvasidasi dan efektif untuk
pengendalian larva vektor adalah kelompok bakteri.
Dua spesies bakteri yang sporanya mengandung
endotoksin dan mampu membunuh larva adalah
Bacillus thuringiensis serotype H-14 (Bt. H-14) dan B.spaericus (BS). Endotoksin merupakan racun perut bagi
larva, sehingga spora harus masuk ke dalam saluran
pencernaan larva. Keunggulan agent biologis ini tidak
mempunyai pengaruh negatif terhadap lingkungan dan
organisme bukan sasaran. Kelemahan cara ini harus
dilakukan secara berulang dan sampai sekarang masih
harus disediakan oleh pemerintah melalui sektor
kesehatan. Karena endotoksin berada di dalam spora
bakteri, bilamana spora telah berkecambah maka agent
tersebut tidak efektif lagi.
8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2
27/40
27
Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan dikoordinasikan dengan kepala wilayah
setempat (Bupati/Walikota/Camat/Lurah). Kegiatan ini dapat
berupa beberapa macam kegiatan yakni:
1. Pertemuan dengan lintas sektor terkait (Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan, Departmen Agama, Kabupaten/Kota,Kecamatan, Kelurahan/Desa dsb)
2. Penyuluhan melalui media elektronik dan media cetak
3. Penyuluhan di sekolah, tempat ibadah, tempat pemukiman,
pasar, dsb
4. Penyuluhan melalui Ketua RT/RW
Evaluasi kegiatan penanggulangan kejadian luar biasa (KLB)
Evaluasi meliputi evaluasi operasional kegiatan dan
evaluasi epidemiologi setelah penanggulangan KLB. Penilaian
operasional kegiatan ditujukan untuk mengukur % (jangkauan)
pemberantasan vektor dari jumlah yang direncanakan. Penilaian ini
dilakukan dengan melakukan kunjungan rumah penderita secara
acak dan kunjungan ke wilayah yang direncanakan untuk
dilakukan pengasapan, larvasida dan penyuluhan. Pada saat
8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2
28/40
28
kunjungan itu, dilakukan wawancara untuk mengetahui apakah
kegiatan pemberantasan vektor memang sudah dilakukan.
Tujuan evaluasi epidemiologi adalah mengetahui dampak
upaya penanggulangan terhadap jumlah penderita dan jumlah
kematian akibat DBD. Penilaian dilakukan dengan cara
membandingkan data kasus/kematian sebelum dan sesudah usaha penanggulangan DBD. Data kemudian dibandingkan pula dengan
bulan yang sama pada tahun sebelumnya.
8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2
29/40
29
Gambar 3. Alur Penanggulangan KLB-DBD
Penderita/tersangka
DBD
Penyelidikan
Epidemiologi
-
Ditemukan 1 atau lebih penderita
DBD lainnya dan atau ada
penderita panas > 3 orang
tersangka DBD
-
Ditemukan jentik (> 5%)
YA TIDAK
- PSN
- Larvasida selektif
- Penyuluhan
-
Fogging radius +200 m
- PSN
- Larvasida
selektif
-
Penyuluhan
8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2
30/40
30
BAB III. PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI
Jika ada penderita/tersangka DBD yang dilaporkan langsung oleh
masyarakat atau oleh RS, maka petugas P2M Puskesmas perlu
melakukan penyelidikan epidemiologi. Adapun langkah-langkah
melakukan penyelidikan epidemiologi adalah sebagai berikut:
1.
Mencatat identitas penderita/tersangka DBD di buku harian penderita DBD
2. Menyiapkan peralatan PE (tensimeter anak, senter, form
dan abate)
3. Petugas datang ke Lurah atau Kades di wilayah dengan
penderita DBD
4.
Menanyakan ada tidaknya penerita panas dalam kurun
waktu 1 minggu sebelumnya. Bila ada, dilakukan uji
Rumple Leeds
5. Memeriksa jentik di tempat penampuangan air di dalam
dan di luar rumah (radius 20 rumah di sekitar kasus atau
radius 100 meter dari rumah penderita)
6. Hasil pemeriksaan jentik dicatat dalam formulir
Penyelidikan Epidemiologi (PE) (lihat lampiran)
8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2
31/40
31
Lampiran 1. FORMULIR PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGIS (PE)
Nama penderita :
Nama KK :
Alamat :
Kelurahan/Desa :
Kecamatan :
Kabupaten/Kota :
No. Nama
Kepala
Keluarga
(KK)
Pemeriksaan Penderita Panas/tersangka DBD*) Pemeriksaan
Jentik (+/-) Nama
penderita
Umur Bintik
perdarahan/tan
da perdarahan
lain
Uji
Tourni
quet
Kesimpulan
Penderita
panas
Tersang
ka
Jumlah
*) Termasuk yang menderita panas 1 minggu yang lalu
8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2
32/40
32
Kesimpulan:
- Perlu pengasapan (fooging) ( ) ( )
Ya ** Tidak
**) Ya: Jika ada penderita DBD lainnya atau ada tersangka DBD
(> 3 tersangka), dan ada jentik (> 5%)
Tanggal........................
Petugas pelaksana,
(........................................)
8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2
33/40
33
BAB IV. Strategi Pembelajaran
1. Kegiatan laboratorium lapangan dilakukan dalam
kelompok yang terdiri dari 10-12 mahasiswa
2. Tiap kelompok dipandu oleh 1 instruktur lapangan (dokter
puskesmas)
3.
Lokasi: 6 DKK yang mempunyai kerjasama dengan FKUNS (Sragen, Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Karanganyar,
Boyolali)
4. Pembagian kelompok dilakukan oleh pengelola Field Lab,
dengan konfirmasi jadwal kelompok kepada DKK dan
Puskesmas terkait
5.
Pembekalan materi diberikan pada kuliah pengantar field
lab, sesuai jadwal dari pengelola KBK FK UNS
6. Pada saat kuliah pengantar dilakukan pretes untuk
mahasiswa
7. Pelaksanaan dilapangan 1 hari, sesuai jadwal dari tim
pengelola KBK FK UNS. Gambaran tata cara pelaksanaan
kegiatan laboratorium lapangan adalah sebagai berikut:
Tiap mahasiswa wajib membuat lembar cara kerja,
yang diserahkan kepada instruktur lapangan pada pagi
hari sebelum pelaksanaan. Lembar cara kerja berisi:
8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2
34/40
34
I. Tujuan Pembelajaran
II. Alat/Bahan yang diperlukan
III. Cara Kerja
Tiap mahasiswa wajib mengikuti kegiatan penyelidikan
epidemiologi yang ada di wilayah kerja puskesmas
yang bersangkutan. Apabila pada hari tersebut tidak ada
kegiatan penyelidikan epidemiologi di wilayah kerja puskesmas, mahasiswa wajib mengikuti demonstrasi
kegiatan penyelidikan epidemiologi di Puskesmas.
Instruktur memberi penilaian terhadap mahasiswa
sesuai dengan cek list yang ditetapkan dalam buku
panduan
Tiap mahasiswa membuat laporan kelompok 2
eksemplar diketik atau tulis tangan. Laporan paling
lambat 3 hari sesudah pelaksanaan kegiatan field lab,
harus diserahkan instruktur lapangan untuk
disetujui/disahkan, ditunjukkan dengan lembar tanda
tangan persetujuan instruktur lapangan.
Format Laporan:
Cover
Lembar pengesahan instruktur lapangan
Daftar isi
8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2
35/40
35
I. Pendahuluan dan Tujuan pembelajaran
II. Kegiatan yang dilakukan
III. Hasil
IV. Pembahasan
V. Penutup
Satu laporan yang sudah disetujui instruktur
selanjutnya diserahkan pada pengelola field lab palinglambat 1 minggu sesudah pelaksanaan. Apabila ada
mahasiswa yang membuat laporan sama persis dengan
temannya akan dikembalikan.
Postes dilaksanakan di Fakultas Kedokteran sesuai
jadwal pengelola Field Lab
NILAI AKHIR MAHASISWA :
1 pretes + 3 pelaksanaan + 1 postes
5
8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2
36/40
36
BAB V. Prosedur Kerja
1. Mendemonstrasikan form-form pelaporan yang ada di
puskesmas.
2. Mendemonstrasikan pencatatan laporan kasus DBD dalam
buku catatan harian penderita DBD.
3.
Mendemonstrasikan persiapan alat yang akan dipakaidalam PE (tensimeter anak, senter, form PE dan abate).
4. Menjelaskan koordinasi yang dilakukan petugas Puskesmas
dengan Lurah/Kades/RT/RW setempat untuk pelaksanaan
PE
5. Mendemonstrasikan kunjungan ke rumah
tersangka/penderita DBD untuk mencari kasus tambahan
DBD dengan menanyakan ada tidaknya penderita panas 1
minggu sebelum nya dengan sebab yang tidak jelas dan
kemudian melakukan uji Rumple Leed
6. Melakukan pemeriksaan jentik di tandon air dalam atau
luar rumah (sampai dengan radius 100 meter dari rumah
penderita).
7. Memberi larvasida atau memberitahukan perlunya PSN jika
menemukan jentik
8. Mencatat hasil pemeriksaan di form PE
8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2
37/40
37
9. Melakukan analisis data
9.1. Adanya transmisi penyakit: dilihat dari adanya penderita
panas > 3 orang dan adanya jentik di sekitar rumah.
Seluruh kontainer yang berisi air di dalam dan di luar
rumah diperiksa
9.2. Menghitung House index
HI = kepadatan jentik X 100%Rumah yang diperiksa
8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2
38/40
38
BAB VI. Checklist penilaian
NO HAL 0 1 2
1. Persiapan
Membuat format rencana kerja sesuai panduan
2. Sikap Perilaku
Menunjukkan kedisplinan (datang tepat waktu)
Menunjukkan penampilan rapi dan sikap sopan terhadap staf
puskesmas dan atau masyarakat yang dilayani (bila ada)
3. Prosedur Pelaksanaan PE
Menjelaskan persiapan yang harus dilakukan
Menanyakan ada tidaknya penderita panas 1 minggu sebelum nya
dengan sebab yang tidak jelas
Melakukan uji Rumple Leed jika ada tersangka DBD
Melakukan pemeriksaan jentik di tandon air dalam atau luar rumah
(sampai dengan radius 100 meter dari rumah penderita)
Menjelaskan tindakan yang harus dilakukan (pemberian larvasida dan
PSN) jika menemukan jentik
Mencatat hasil pemeriksaan di form
Dapat menentukan ada tidaknya KLB dari hasil PE
Dapat mengisi formulir PU-DBD dan W2
Dapat menentukan tindakan penanggulangan KLB DBD
3. Laporan
Isi laporan sesuai tujuan pembelajaran
Membuat format laporan sesuai dengan buku panduan
8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2
39/40
39
JUMLAH
Keterangan
0 : tidak melakukan
1 : melakukan, tidak sempurna
2 : melakukan dengan sempurna
NILAI : -------------------- X 100 %
28
8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2
40/40
Referensi
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008a. Perkembangan
Kejadian DBD Indonesia, 2004-2007.
http://www.penyakitmenular.info/detil.asp?m=5&s=5&i=217
(diakses pada April 2008)
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008b. Tata Laksana
Demam Berdarah Dengue .
http://www.depkes.go.id/downloads/Tata%20Laksana%20DBD.pd
f (diakses pada April 2008)
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2006. Prosedur Tetap
Penanggulangan KLB dan Bencana Provinsi Jawa Tengah.
World Health Organization. 2008. Dengue and Dengue
Hemmoragic Fever.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/ (diakses pada
April 2008)
Recommended