View
7
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk
Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh: Triana Afrianti
NIM: 1110051100001
KONSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1436 H/2014 M
Semiotik Ilustrasi Ratu Atut Dalam Kasus Korupsi Pada Headline Koran Harian Tempo Tahun 2013
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Desember 2014
Triana Afrianti
ABSTRAK
Triana Afrianti
Semiotik Ilustrasi Ratu Atut Dalam Kasus Korupsi Pada Headline Koran
Harian Tempo Tahun 2013
Koran adalah salah satu alat untuk penyampaian informasi yang saat ini
sangat diminati oleh setiap kalangan, baik dari kalangan menengah atas maupun
kalangan bawah. Pada halaman depan terdapat berita utama atau biasa disebut
dengan headline yang memuat bermacam-macam tulisan yang dihiasi dengan
ilustrasi maupun foto-foto. Ilustrasi pada headline koran yang diterbitkan tentu
saja harus mampu mewakili isi pesan yang terkandung. Ilustrasi sebagai gambaran
pesan yang tak terbaca, namun bisa mengurai cerita, berupa gambar dan
penulisan, yaitu bentuk grafis, informasi yang memikat.
Kemudian muncul pertanyaan, bagaimana koran Tempo mengemas ilustrasi
gambar yang juga menjadi bagian dari headline tersebut? Makna apa yang
terkandung dalam ilustrasi gambar headline koran Tempo?
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tinjauan teoristis semiotika
menurut Charles Sander Peirce yaitu dengan melihat makna atas graound, objek
(ikon, indeks, simbol) dan interpretan. Ikon adalah tanda yang hubungan antara
penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah atau objeknya bersifat
kemiripan. Indeks adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan alamiah
antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau
tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Simbol adalah tanda yang
menunjukan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan ini
berdasarkan perjanjian masyarakat.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
dengan model deskriptif. Data yang didapatkan adalah ilustrasi headline Koran
Tempo edisi 2013 tentang kasus korupsi Ratu Atut Chosiyah dipilih agar dapat
mendeskripsikan ilustrasi tersebut.
Setelah melihat kedelapan ilustrasi headline koran Tempo yang diteliti,
maka kesimpulannya adalah setiap berita headline yang dimuat pada kasus
korupsi Ratu Atut, ilustrasi Ratu Atut lebih dominan dan dibuat seperti menyindir,
juga setiap judul ada yang diberi warna merah sebagai tanda bahwa warna merah
tersebut adalah inti dari berita yang akan disajikan.
Kata Kunci: Semiotika, Koran Tempo, Headline¸ Ilustrasi.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirobbil’alamin, puja dan puji syukur peneliti panjatkan hanya
kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat dan karunia yang
begitu banyak sehingga dengan Ridho-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi
ini. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAWyang telah memberikan banyak pencerahan kepada
umatnya, dari zaman Jahiliyah menuju zaman penuh ilmu seperti yang kita
rasakan sekarang.
Alhamdulillah peneliti telah menyelesaikan skripsi sebagai tugas akhir
pendidikan Strata Satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti
menyadari tanpa bantuan dan bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak,
penelitian skripsi ini tidak akan selesai, untuk itu pada kesempatan kali ini peneliti
ining menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. H. Arief Subhan.
M,Ag.Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Suparto, M,Pd, M.A, Wakil
Dekan II Bidang Administrasi Umum, Drs. Jumroni, M.Si, Wakil Dekan III
Bidang Kemahasiswaan, Dr. H. Sunandar Ibnu Nur, MA.
2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.si Yang telah banyak waktunya
untuk membantu menyelesaikan kuliah.
3. Sekertari Jurnalistik, Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA. Yang dengan sabar ikut
membantu dalam penyelesaian perkuliahan.
4. DR. Rulli Nasrullah, M.Si selaku pembimbing, yang telah banyak memberikan
pengarahan dan membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
5. Teruntuk kedua orang tua tercinta, Bapak (Kasmui) dan mama (Marwiyah)
yang tidak pernah putus mendoakan penulis, terima kasih atas seluruh rasa
sayangnya, cintanya, materi, suport, Serta tidak henti-hentinya mengatakan
“kapan lulus?” sebagai satu motivasi untuk penulis. Sampai kapan pun penulis
tidak akan pernah bisa membalas semuanya. Mungkin dengan selesainya
skripsi ini bisa memberi sedikit rasa bangga untuk bapak dan mama. Hanya
doa penulis kepada Allah SWT semoga Ridho-Nya menyertai bapak dan
mama. Amiin.
6. Untuk kedua jagoan, mas Iwan Purwanto dan adik Iman Ardiansyah atas
guyonnya, marahnya, bawelnya, semangatnya, dan suportnya tiap hari.
7. Untuk teman seperjuangan, Jurnalistik angkatan 2010 terutama NAJUA
(Jurnalistik A) yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih untuk
semangatnya dan semua kenangan. Semoga pertemanan kita tidak hanya
sampai perkuliahan saja.
8. Tema-teman KKN GUNTUR, terutama Rosyid, Arfan, Fajri, Devi, Mentari,
Nabila, Ayunda, Mila. Terima kasih suportnya dan semangatnya. Kalian luar
biasa.
9. Teruntuk sahabat WIA, Wuri, Irni, Afini. terima kasih semangat, suport,
masukan, dan doanya untuk penulis. Akhirnya penulis menyelesaikan
skripsinya semua juga karna kalian.
10. Sahabat sekaligus kakak perempuan penulis, Naila Hadawiyah (mamoii)
terima kasih untuk suport, semangat dan menjadi tempat berbagi untuk
penulis. “to finish a dream”.
Penulis mohon maaf karena tidak dapat menyebutkan satu persatu. Penulis
hanya dapat mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak
yang sudah banyak membantu. Semoga Allah SWT selalu menyayangi kalian dan
membalas semua kebaikan yang telah kalian berikan untuk penulis. Harapan
penulis semoga karya ini dapat bermanfaat untuk para pembacanya. Amiin
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, Desember 2014
Triana Afrianti
DAFTAR ISI
ABSTRAK.............................................................................................................iii KATA PENGANTAR...........................................................................................iv DAFTAR ISI.........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................iix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1 B. Pembatasan Dan Rumusan Masalah .................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 5 E. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 6 F. Metodologi Penelitian ........................................................................ 6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Headline Di Media Cetak ................................................................ 12 B. Korupsi ........................................................................ .....................21 C. Semiotika ......................................................................................... 23
BAB III PROFIL DAN GAMBARAN UMUM KORAN TEMPO
A. Sejarah Dan Perkembangan Koran Tempo...................................... 43 B. Tentang Ratu Atut Chosiyah ............................................................ 45
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Objek Semiotika dalam Headline Koran Tempo ............................ 49 B. Hasil Temuan Dalam Headline Koran Tempo ................................ 53
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 102 B. Saran ............................................................................................... 103
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................104
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Trikotomi Model Semiotik Peirce..........................................................31
Tabel 4.1 Headline Koran Tempo Yang Diteliti .................................................. 50
Tabel 4.2 Tanda Ground Headline Koran Tempo 5 Oktober 2013 ...................... 55
Tabel 4.3 Tanda Object Headline Koran Tempo 5 Oktober 2013 ....................... 57
Tabel 4.4 Tanda Interpretant Headline Koran Tempo 5 Oktober 2013 .............. 59
Tabel 4.5 Hasil Temuan Headline Koran Tempo 5 Oktober 2013....................... 60
Tabel 4.6 Tanda Ground Headline Koran Tempo 8 Oktober 2013 ...................... 63
Tabel 4.7 Tanda Object Headline Koran Tempo 8 Oktober 2013 ....................... 64
Tabel 4.8 Tanda Interpretant Headline Koran Tempo 8 Oktober 2013 ............... 66
Tabel 4.9 Hasil Temuan Headline Koran Tempo 8 Oktober 2013....................... 66
Tabel 4.10 Tanda Ground Headline Koran Tempo 25 Oktober 2013 .................. 70
Tabel 4.11 Tanda Object Headline Koran Tempo 25 Oktober 2013 .................... 71
Tabel 4.12 Tanda Interpretant Headline Koran Tempo 25 Oktober 2013 ........... 73
Tabel 4.13 Hasil Temuan Headline Koran Tempo 25 Oktober 2013 ................... 74
Tabel 4.14 Tanda Ground Headline Koran Tempo 31 Oktober 2013 .................. 75
Tabel 4.15 Tanda Object Headline Koran Tempo 31 Oktober 2013 .................... 78
Tabel 4.16 Tanda Interpretant Headline Koran Tempo 31 Oktober 2013 ........... 80
Tabel 4.17 Hasil Temuan Headline Koran Tempo 31 Oktober 2013 ................... 80
Tabel 4.18 Tanda Ground Headline Koran Tempo 4 November 2013 ................ 84
Tabel 4.19 Tanda Object Headline Koran Tempo 4 November 2013 .................. 85
Tabel 4.20 Tanda Interpretant Headline Koran Tempo 4 November 2013 ......... 87
Tabel 4.21 Hasil Temuan Headline Koran Tempo 4 November 2013 ................. 87
Tabel 4.22 Tanda Ground Headline Koran Tempo 5 November 2013 ................ 91
Tabel 4.23 Tanda Object Headline Koran Tempo 5 November 2013 .................. 92
Tabel 4.24 Tanda Interpretant Headline Koran Tempo 5 November 2013 ......... 93
Tabel 4.25 Hasil Temuan Headline Koran Tempo 5 November 2013 ................. 93
Tabel 4.26 Tanda Ground Headline Koran Tempo 18 Desember 2013 ............... 97
Tabel 4.27 Tanda Object Headline Koran Tempo 18 Desember 2013 ................. 98
Tabel 4.28 Tanda Interpretant Headline Koran Tempo 18 Desember 2013 ...... 100
Tabel 4.29 Hasil Temuan Headline Koran Tempo 18 Desember 2013 .............. 100
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Headline Koran Tempo 5 Oktober 2013 ........................................... 51
Gambar 4.2 Headline Koran Tempo 8 Oktober 2013 ........................................... 51
Gambar 4.3 Headline Koran Tempo 25 Oktober 2013 ......................................... 51
Gambar 4.4 Headline Koran Tempo 31 Oktober 2013 ......................................... 51
Gambar 4.5 Headline Koran Tempo 4 November 2013 ....................................... 52
Gambar 4.6 Headline Koran Tempo 5 November 2013 ....................................... 52
Gambar 4.7 Headline Koran Tempo 18 November 2013 ..................................... 52
Gambar 4.8 Hasil Temuan Headline Koran Tempo 5 Oktober 2013 ................... 53
Gambar 4.9 Hasil Temuan Headline Koran Tempo 8 Oktober 2013 ................... 61
Gambar 4.10 Hasil Temuan Headline Koran Tempo 25 Oktober 2013 ............... 68
Gambar 4.11 Hasil Temuan Headline Koran Tempo 31 Oktober 2013 ............... 75
Gambar 4.12 Hasil Temuan Headline Koran Tempo 4 November 2013 ............. 82
Gambar 4.13 Hasil Temuan Headline Koran Tempo 5 November 2013 ............. 89
Gambar 4.14 Hasil Temuan Headline Koran Tempo 18 November 2013 ........... 95
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Surat kabar harian atau yang biasa disebut dengan koran adalah salah satu
alat untuk penyampaian informasi yang saat ini sangat diminati oleh setiap
kalangan, baik dari kalangan menengah atas maupun kalangan bawah.
Menurut Onong Uchjana Effendy, “surat kabar adalah lembaran tercetak
yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara
periodik, bersifat umum, isinya termasa dan aktual mengenai apa saja dan dimana
saja di seluruh dunia untuk diketahui pembaca”.1 Karena terbitnya secara
periodik, jadi kita bisa mendapatka berita yang aktual setiap harinya tanpa takut
ketinggalan informsi. Pada surat kabar, terdapat berita utama yang berupa pada
halaman depan surat kabar. Berita utama atau headline adalah berita yang
menurut penilaian redaksi surat kabar merupakan berita penting dari semua berita
yang disajikan surat kabar pada hari itu. Karena itu, headline diberikan tempat
utama, yang mudah dibaca, yaitu halaman satu atau halaman pertama dan bagian
atas yang paling kiri. Headline biasanya terdiri dari 3,4 atau 5 kolom.2 Biasanya
pembaca melihat berita utama pada halaman depan surat kabar. Pembaca selain
melihat dari berita utamanya, yang membuat menarik perhatian pembaca untuk
membaca surat kabar tersebut adalah bagaimana tampilan halaman depan yang
1 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1992), h.241 2 A.M. Hoeta Soehoet, Dasar-dasar Jurnalistik, (Jakarta: Yayasan Kampus Tercinta IISIP,
2003), h. 78
1
2
berisikan berita utama disajikan secara menarik. Baik dari tulisannya maupun dari
gambarnya. Semakin menarik tampilan berita utama semakin tertarik para
pembaca untuk membeli surat kabar tersebut. Pada surat kabar biasanya
menampilkan sebuah ilustrasi dari berita yang disajikan. Terkadang ilustrasi
tersebut membuat timbul pertanyaan dari para pembaca, apa maksud dari ilustrasi
tersebut.
Ilustrasi pada majalah biasanya dijumpai pada cover atau sampul. Ilustrasi
pada headline surat kabar yang diterbitkan tentu saja harus mampu mewakili isi
pesan yang terkandung. Sedangkan dari segi pemasaran, ilustrasi harus mampu
menjadi nilai tambah agar mampu menarik perhatian khalayak, yang diikuti oleh
perilaku pembeli. Ilustrasi digunakan untuk membantu mengkomunikasikan pesan
dengan cepat, tepat, serta tegas, dan merupakan sebuah terjemahan dari sebuah
judul. Ilustrasi yang berupa gambar dan tulisan dapat mengurai suatu cerita yang
berupa bentuk grafis yang berupa informasi yang memikat.
Mengilustrasikan seorang wanita biasanya digambarkan dengan kecantikan,
menonjolkan sifat kelembutannya sebagai seorang wanita. Dengan pakaian yang
melekat dari seorang wanita mencirikan bagaimana wanita tersebut dipandang
dan bagaimana wanita tersebut tergambar dari kepribadiannya.
Alasan peneliti mengambil objek penelitian Ilustrasi Ratu Atut Pada
Headline Koran Harian Tempo Tahun 2013 karena dalam tahun 2013 adalah
tahunnya Gubernur Banten yaitu Atut Choisyiah atau yang dikenal dengan Ratu
Atut terlibat dalam kasus korupsi. Ditahun 2013 koran Tempo memberitakan
kasus yang terjadi pada Ratu Atut yang dijadikan berita utama atau headline. Ada
3
beberapa edisi yang mengilustrasikan Ratu Atut dalam kasusnya. Sehingga
peneliti ingin mengetahui bagaimana Koran Tempo dalam mengilustrasikan
seorang wanita yang terlibat dalam kasus korupsi. Di indonesia sendiri kasus
korupsi yang melibatkan peran wanita bukan hanya terjadi pada Gubernur Banten
saja. Ada beberapa nama wanita yang terlibat dalam kasus korupsi, salah satunya
seperti Angelina Shondakh. Akan tetapi peneliti hanya ingin meneliti dan
memfokuskan penelitian pada Ratu Atut saja. Karena dari hasil korupsinya Ratu
Atut sampai memiliki Dinasti Ratu Atut yang melibatkan keluarganya.
Mengapa Koran Tempo? Tempo merupakan media cetak besar di Indonesia.
Tempo menyajikan berita-berita investigasi, terutama yang berkaitan dengan
korupsi dan penyalagunaan kekuasaan. Dari situlah Tempo sering mendapatkan
beberapa penghargaan, salah satunya memperoleh penghargaan sebagai koran
paling kredibel dariDewanPers pada tahun 2002.3
Headline Koran tersebut memiliki ilustrasi yang unik dan karena keunikan
dari ilustrasi tersebut setiap orang dapat mengartikan sendiri ilustrasi tersebut.
karena itu memahami ilustrasi dari sebuah headline koran pada kenyataannya
bukan sebuah pekerjaan yang mudah. Dalam penelitian ini, peneliti, menggunakan
metode semiotika Charles Sanders Peirce guna menggali makna dan tanda dari
Ilustrasi Ratu Atut Dalam Kasus Korupsi Pada Headline Koran Harian Tempo
Tahun 2013. Pada metode semiotika Pierce ditekankan pada objek tanda yang
dibagi ke dalam ikon, indeks, dan simbol. Penggunaan metode Peirce ini sangat
tepat dalam memaknai keseluruhan ilustrasi halaman depan surat kabar tersebut
3Lampiran Company Profile Koran Tempo
4
karena pada ilustrasi berita utama tersebut terdiri dari beberapa tanda yaitu tulisan,
gambar, dan simbol-simbol yang ada pada berita utama. Menurut Peirce tulisan,
gambar maupun simbol-simbol adalah sebuah tanda yang saling berhubungan
dalam menghasilkan suatu pemaknaan dan menjadi landasan bagi teori semiotika
komunikasi.4 Selain itu peneliti juga menggunakan warna sebagai acuan untuk
meneliti berita utama karena warna memiliki makna yang bermacam-macam.
Dengan menggunakan metode semiotik dari Charles Sanders Peirce, maka
tanda-tanda pada gambar ilustrasi tersebut dapat dilihat dari jenis tanda yang
digolongkan dalam semiotik, yaitu ikon, indeks, simbol. Dari interpretasi tersebut,
maka dapat diungkapkan muatan pesan yang terkandung dalam Ilustrasi Ratu
Atut Dalam Kasus Korupsi Pada Headline Koran Harian Tempo Tahun
2013.
B. Pembatasan Dan Rumusan Masalah
Menyadari pengetahuan penulis dalam pengetahuan, pengalaman, waktu
dan dana. Maka penelitian ini penulis membatasi pada Ilustrasi Ratu Atut Dalam
Kasus Korupsi Pada Headline Koran Harian Tempo Tahun 2013.
Peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana makna ikon dalam Ilustrasi Ratu Atut Dalam Kasus Korupsi Pada
Headline Koran Harian Tempo Tahun 2013?
2. Bagaimana makna indeks dalam Ilustrasi Ratu Atut Dalam Kasus KorupsiPada
Headline Koran Harian Tempo Tahun 2013?
4Alex Sobur, Semiotika Komunikas, (Bandung : Rosdakarya, 2004). h. 135
5
3. Bagaimana makna simbol dalam Ilustrasi Ratu Atut Dalam Kasus Korupsi
Pada Headline Koran Harian Tempo Tahun 2013?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, tujuan diadakanya penelitian ini
yaitu untuk:
1. Untuk mengetahui bagaimana makna ikon dalam Ilustrasi Ratu Atut Dalam
Kasus Korupsi Pada Headline Koran Harian Tempo Tahun 2013.
2. Untuk mengetahui bagaimana makna indeks dalam Ilustrasi Ratu Atut Dalam
Kasus Korupsi Pada Headline Koran Harian Tempo Tahun 2013.
3. Untuk mengetahui bagaimana makna simbol dalam Ilustrasi Ratu Atut Dalam
Kasus Korupsi Pada Headline Koran Harian Tempo Tahun 2013.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan
keilmuan komunikasi, khususnya bagi penelitian yang bersifat Analisis Semiotika.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitaian ini diharapkan dapat digunakan oleh praktisi
bidang Jurnalistik, seperti wartawan dalam memaknai suatu simbol dan
diharapkan memberi masukan sebagai referensi tambahan terkait dengan data
analisis yang sama. Selain itu dapat menambah ilmu dalam memaparkan
bagaimana sebuah ilustrasi tidak hanya sebagai gambar saja, tetapi bisa menjadi
6
sarana bagi sebagian orang dalam mengekspresikan permasalahan-permasalahan
sevara sederhana tetapi tetap lugas dan mudah dipahami.
E. Tinjaan Pustaka
Setelah melakukan penelusuran koleksi skripsi pada Perpustakaan Utama
dan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta dan perpustakaan universitas lainnya, ada beberapa
contoh judul yang menjadi inspirasi untuk penulis beberapa judul yang
menginspirasi penulis untuk memfokuskan penelitian pada Ilustrasi Ratu Atut
Dalam Kasus Korupsi Pada Headline Koran Harian Tempo Edisi Tahun
2013 adalah:
1. Analisis Semiotika Foto Berita Headline Koran Tempo oleh Angga Rizal
Nurhuda Pendidikan Konsentrasi Jurnalistik Jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi 2009.
2. Analisis Semiotika Kepemimpinan Dalam Komik Strip Si Bujang oleh Novita
Intan Sari Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah Dan
Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2012.
F. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Peran paradigma sangat penting dalam memengaruhi teori, analisis atau
tindak perilaku seseorang. Secara tegas boleh dikatakan bahwa pada dasarnya
7
tidak ada suatu pandangan atau teori pun yang bersifat netral dan objektif,
melainkan salah satu diantaranya sangat tergantung pada paradigma yang
digunakan. Setiap penelitian berpegang pada paradigma tertentu. Pada penelitian
ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivisme. Paradigma ini memandang
ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap socially meaningful action melalui
pengamatan langsung dan terperinci terhadap pelaku sosial yang bersangkutan
menciptakan dan memelihara atau mengelola dunia sosial mereka.5
Penjelasan tentang konstruksivisme diambil dari teori George Kelley, teori
ini menyatakan bahwa individu menginterpretasikan pesan dan bertindak berdasar
pada kategori yang terkonsep pada pikiran. Realitas yang terjadi dan pesan yang
disampaikan tidak sedemikian adanya, tetapi melalui proses seleksi dari perspektif
induvidu. Konstruksivisme tersusun dari teori konstruk personal yang memandang
bahwa seseorang memahami pengalamannya melalui kejadian-kejadian yang
dikelompokan berdasarkan kesamaan dan perbedaan yang dimiliki tentang
sesuatu. Individu akan memberikan makna pada pengalaman tersebut melalui
pengklasivikasian. Teori konstruksivisme juga mengakui bahwa konstruk-
konstruk mempunyai kondisi sosial yang alami dan dipelajari melalui hubungan
dengan orang lain. Budaya menjadi penting dalam memaknai suatu peristiwa.6
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang pakai pada penelitian ini adalah pendekatan
penelitian kualitatif dengan sifat penelitian deskriptif. Pendekatan kualitatif
5 Dedy N, Hidayat, Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik Klasik, (Jakarta:
Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UI, 2003), h. 3 6 Rajiem, Widodo Agus Setianto, Konstruksi Budaya Dalam Iklan: Analisis Semiotik
Terhadap Konstruksi Budaya Dalam Iklan “Viva Mangir Beuty Lotion” Dalam Jurnal Humaniora
Volume 16, No. 2, juni, 2014, h. 155-167
8
menurut taylor adalah sebagai prosedur sebuat penelitian yang menghasilkan data
deskriptif, berupa kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang diamati.7
Pendekatan penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman
bersifat umum yang diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan
sosial yang menjadi fokus penelitian, kemudian ditarik kesimpulan berupa
pemahaman umum tentang kenyataan-kenyataan tersebut. mengenai sumber data
utama dalam pendekatan kualitatif menurut lofland ialah kata-kata, tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lainnya.8
3. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti, menggunakan metode semiotika Charles
Sanders Peirce guna menggali makna dan tanda dari ilustrasi Ratu Atut Dalam
Kasus Korupsi Pada Headline Koran Harian Tempo Tahun 2013. Pada metode
semiotika Peirce ditekankan pada objek tanda yang dibagi ke dalam ikon, indeks,
dan simbol. Penggunaan metode Peirce ini sangat tepat dalam memaknai
keseluruhan ilustrasi berita utama pada surat kabar tersebut karena pada ilustrasi
berita utama tersebut terdiri dari beberapa tanda yaitu tulisan, gambar, dan simbol-
simbol yang ada pada berita utama. Menurut Peirce tulisan, gambar maupun
simbol-simbol adalah sebuah tanda yang saling berhubungan dalam menghasilkan
suatu pemaknaan dan menjadi landasan bagi teori semiotika komunikasi.9
a. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah peneliti mewawancarai pembuat ilustrasi
pada Koran Harian Tempo.
7 Lexy J.Moleong, Metode Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hal .4 8 Lexy J.Moleong, Metode Kualitatif, hal.157
9Alex Sobur, Semiotika Komunikas, Bandung : Rosdakarya, 2004, h. 115
9
Dan Objek dari penelitian ini adalah Ilustrasi Ratu Atut Dalam Kasus
Korupsi Pada Headline Koran Harian Tempo Tahun 2013.
b. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai dari Maret 2014 sampai dengan
selesai. Dari penelitian ini peneliti mengambil tempat di kantor redaksi Tempo
Kebayoran Centre Blok A11- A15 Jalan Kebayoran Baru, Mayestik, Jakarta
12240, Telp. 021-7255625, Faks 725-5645/50 Email red@tempo.co.id, untuk
membatu dalam berjalannya penelitian ini.
c. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.10
Teknik
pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu:
a. Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung untuk memperoleh data
yang yang diperlukan.11
Menurut Indriantoro dan Supomo, obsevasi
adalah proses encatatan pola perilaku subjek (orang), objek (benda-
benda) atau kejadian yang sistematik tanpa adanya pertanyaan atau
komunikasi dengan individu-individu. Data yang dikumpulakan pada
umumnya tidak terdistorsi, lebih akurat dan rinci, serta bebas dari respon
bias.12
Dalam penelitian ini, penelitian melakukan pengamatan dengan
melihat serta mencermati langsung tanda-tanda pada objek penelitian
10
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 62 11
Lexy J.Moleong, Metode Kualitatif, hal.4 12
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada,2005), hal.34
10
Yaitu ilustrasi Ratu Atut Dalam Kasus Korupsi Headline pada Koran
Harian Tempo Tahun 2013.
b. Dokumentasi adalah representasi dari arsi. Dokumen adalah rekaman
peristiwa yang lebih dekat dengan percakapan.13
Dokumentasi adalah
penelitian mengumpulkan, membaca dan mempelajari berbagai bentuk
data tulisan (buku, koran, atau tulisan) yang terdapat diperpustakaan,
internet, atau instansi lain yang dijadikan analisis dalam penelitian.
Peneliti mengumpulkan data yang berhubungan dengan penelitian berupa
ilustrasi Headline Koran Harian Tempo.
c. Wawancara (interview) merupakan alat pengumpulan data yang sangat
penting dalam penelitian komunikasi kualitatif yang melibatkan manusia
sebagai subjek (pelaku atau aktor).14
Dalam penelitian ini dilakukan
wawancara mendalam (in-depth interview), yaitu wawancara yang
bersifat struktur dan mendetail.15
Dalam hal ini, wawancara langsung dan
mendalam dilakukan kepada Rdaktur Koran Tempo.
d. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, peneliti, menggunakan metode semiotika Charles
Sanders Peirce guna menggali makna dan tanda dari Ilustrasi Ratu Atut Dalam
Kasus Korupsi Dalam Kasus Korupsi Pada Headline Koran Harian Tempo Tahun
2013. Pada metode semiotika Peirce ditekankan pada objek tanda yang dibagi ke
13
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004), hal. 97
14
Parwito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: Lkis Pelangi Aksara, 2007),
hal.37-38 15
Parwito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, hal. 134
11
dalam ikon, indeks, dan simbol. Penggunaan metode Peirce ini sangat tepat dalam
memaknai keseluruhan ilustrasi berita utama surat kabar tersebut karena pada
berita utama tersebut terdiri dari beberapa tanda yaitu tulisan, gambar, dan simbol-
simbol. Menurut Peirce tulisan, gambar maupun simbol-simbol adalah sebuah
tanda yang saling berhubungan dalam menghasilkan suatu pemaknaan dan
menjadi landasan bagi teori semiotika komunikasi.16
16
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi,Bandung : Rosdakarya, 2004, hal: 115
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Headline Di Media Cetak
1. Pengertian Media Cetak
Media massa cetak merupakan media komunikasi pertama yang dikenal
manusia sebagai media yang memenuhiciri-ciri komunikasi massa (satu arah,
melembaga, umum, serempak). Media massa cetak berbentuk surat kabar, tabloid,
buletin, koran, dan majalah.
Menurut Onong Uchjana Effendy, kegiatan jurnalistik sudah sangat tua,
yaitu dimulai dari zaman Romawi Kuno ketika Julius Caesar berkuasa. Waktu ia
mengeluarkan peraturan agar kegiatan-kegiatan senat setiap hari diumumkan
kepada khalayak dengan detempel pada semacam papan pengumuman yang
disebut dengan Acta Diurna.1
Surat kabar di Indonesia hadir dalam berbagai bentuk yang jenisnya
bergantung pada frekuensi terbit, bentuk, kelas ekonomi pembaca, peredarannya
serta penekanan isinya. Menurut Onong Uchjana Effendy,
“surat kabar adalah lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di
masyarakatdengan ciri-ciri terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa
1 Sudirman Tebba, “Jurnalistik Indonesia: menulis berita dan feature (Panduan Praktis
Jurnalis Profesional), (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya , 2005), h. 4
12
13
dan aktual mengenai apa saja dan dimana saja di seluruh dunia untuk diketahui
pembaca”.2
Pada umumnya kalau kita berbicara mengenai pers sebagai media massa tercetak
ialah dalam pengertian sempit, yakni surat kabar. Menurut Onong Uchjana Effendy
ada empat ciri yang dapat dikatakan sebagai syarat yang harus dipenuhi oleh surat
kabar, antara lain:3
a. Publisitas (Publisity)
Yang mengandung arti penyebaran kepada khalayak atau kepada publik.
Karena diperuntukan untuk khalayak umum, isi atau informasi dalam surat kabar ini
terdiri dari berbagai kepentingan yang berkaitan dengan umum. Untuk itu penerbitan
yang meskipun sama dengan surat kabar tidak bisa disebut sebagai surat kabar jika
hanya ditunjukan kepada sekelompok orang atau golongan.
b. Periodesitas (Periodisity)
Yang berkaitan dengan keteraturan dalam penerbitannya. Keteraturanini bisa
satu kali sehari bisa juga satu atau dua kali terbit dalam seminggu. Karenamempunyai
keteraturan dalam penerbitannya, maka penerbit buku tidak dapat dikategorikan
sebagai surat kabar meskipunisinya menyangkut kepentingan umum karena tidak
disebarkan secara periodik dan berkala.
2 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1992), h. 241 3 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, h.199-121
14
c. Universalitas ( Universality)
Yang berarti kemestaan dan keragaman. Isinya yang datang dari berbagai
penjuru dunia. Untuk itu jika sebuah penerbit berkala isinya hanya mengkhususkan
diri pada suatu profesi atau aspek kehidupan, seperti majalah kdokteran, arsitektur,
koperasi, atau pertanian, tidak termasuk surat kabar. Memang benar bahwa berkala
itu ditunjukan kepada khalayak umum dan diterbitkan secara berkal, namun bila
isinya hanya mengenai salah satu aspek kehidupan saja maka tidak dapat dimasukan
ke dalam kategori surat kabar
d. Aktualitas (actuality)
Menurut kata asalnya aktualitas, berarti “kini” dan “keadaan sebenarnya”.
Kedua-duanya erat sekali sangkut pautnya dengan berita yang disiarkan surat kabar.
Berita adalah laporanmengenai peristiwa yang terjadi kini, dengan perkataan lain
laporan mengenai peristiwa yang baru terjadi dan yang dilaporkan itu harus benar.
Tetapi yang dimaksudkan aktualitas sebagai ciri surat kabar adalah pertama, yaitu
kecepatan laporan, tanpa menyampaikan pentingnya kebenaran berita.
2. Pengertian Headline
Headline menurut Kurniawan Junaedhi merupakan berita utama atau lebih
populer dengan istilah headline news adalah yang dianggap layak dipadang
dihalaman depan, dengan judul yang merangsang perhatian dan menggunakan tipe
huruf yang relatif besar. Pendeknya adalah berita yang istimewa.4
4 Kurniawan Junaedhi, Ensiklopedia Pers Indonesia, (Gramedia Pustaka Utama, 1991), h. 257
15
Sementara Onong Uchjana Effendy mengatakan, “headline news atau berita
utama adalah berita surat kabar, majalah, radio, atau televisi yang dinilai terpenting
untuk suatu masa penyiaran”.5
Secara sederhana headline news didefinisikan sebagai kepala berita atau judul
berita. Dibagian inilah sari berita akan ditampilkan. Dibagian ini pula yang akan
membuat seseorang pembaca berhenti dan membaca berita yang bersangkutan atau
akan melewatinya begitu saja. Headline news yang bagus adalah yang mampu
membuat orang tertarik dan penasaran membaca berita hingga tuntas. Disamping itu
ada pula pengertian headline news lain yaitu berita-berita menarik yang dijadikan
berita utama dan dipasang di halaman depanpada media massa koran.6 Tidak hanya
itu headline news juga sebagai suatu yang dianggap paling layak untuk dimuat di
halaman depan, dengan judul yang menarik perhatian dan menggunakan tipe huruf
lebih besar dari suatu surat kabar.7
Berita utama adalah berita yang menurut penilaian redaksi surat kabar
merupakan berita penting dari semua berita yang disajikan surat kabar pada hari itu.
Karena itu, headline diberikan tempat utama, yang mudah dibaca, yaitu halaman satu
5 Onong Uchajana Efendy, Dimensi-dimensi Komunikasi, (Bandung: Mandar Maju, 1981),
h.160 6 Teofillus G.P Anis, Proses Penentuan Headline Surat Kabar, Studi Pada Harian Manado
Post, (Jurnal Portal Garuda, 2013), h. 7 7 Kurniawan Djunaedi, Ensiklopedia Pers Indonesia, Jurnal Portal Garuda TGP. Anis
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1990), h. 29
16
atau halaman pertama dan bagian atas yang paling kiri. Headline biasanya terdiri dari
3, 4 atau 5 kolom.8
Berdasarkan isi headline dapat dikelompokan kedalam dua kategori yaitu
langsung dan tidak langsung. Headline seperti ini cenderung menggunakan daya tarik
rasional menunjukan bahwa produk tersebut akan menghasilkan manfaat yang
dikatakan. Contoh headline yang menunjukan kualitas, nilai ekonomis, manfaat, atau
kinerja suatu produk. Ditinjau dari segi demoografis dan psikografi, tampaknya
audience pada kebudayaan industrial paling respontif tehadap headline ini.
Headline tidak langsung tidak seselektif headline langsung dalam memberi
informasi. Headline jenis ini cenderung menggunakan daya tarik emosional. Daya
tarik emosional mencoba membangkitkan emosi positif atau negatif yang akan
memotivasi pembelian. Dalam hal ini headline memiliki asosiasi yang unik bagi
audience yang secara emosional mampu mendorong munculnya suatu image yang
baikmengenai produk yang diiklankan. Hal itu dapat dicapai dengan menggunakan
daya tarik negatif seperti rasa takut, rasa bersalah, dan malu agar orang berhenti
melakukan hal yang seharusnya mereka tidak lakukan. Selain itu, juga dapat
digunakan daya tarik emosional yang positif seperti humor, cinta, kebanggaan, dan
kebahagiaan.
Berdasarkan bentuknya headline dikelompokan ke dalam enam kategori,
diantaranya:9
8 A.M. Hoeta Soehoet, Dasar-dasar Jurnalistik, (Jakarta: Yayasan Kampus Tercinta IISIP,
2003), h. 78
17
1. Headline berita menyatakan suatu berita ( “Krisis Multifungsi Segera
Selesai...”)
2. Headline pertanyaan biasanya mengajukan pertanyaan problematik (“Saban
Bulan Menggangu Sampeyan?”)
3. Headline narasi menceritakan sesuatu peristiwa yang mengesankan (“Permen
yang Terlalu Enak Buat Anak Kecil...”)
4. Headlune perintah biasanya mensugesti audiens untuk melakukan suatu
tindakan (“Jangan Membeli Sebelum Anda Mencoba Ketiganya...”)
5. Headline cara-1-2-3 berisi kiat untuk mengatasi persoalan (“12 Cara Untuk
Mengurangi Pajak Penghasilan Anda”)
6. Headline bangaimana-apa-mengapa-mengungkapkan rangkaian kejadian
sbab-akibat (Mengapa Mereka Tidak Dapat Berhenti Membeli”)
Dari pengertian yang sudah ada, headline memiliki fungsi yang penting dalam
suatu media cetak. Pada dasarnya, headline yang bagus akan menarik perhatian
audience yang memiliki prospek; headline tidak akan menarik perhatian mereka yang
tidak berkepentingan dengan produk. Sebuah headline yang bagus akan memilih
target audience-nya dengan membicarakan kesenangan mereka.
Headline berfungsi untuk menghentikan audience. Salah satu cara untuk
menghentikannya adalah dengan melalui pesan yang menantang. Teknik iniakan
semakin memiliki pengaruh jika mengundang audience untuk berpatisipasi dalam
9 Pranata, Moeljadi, Apakah Desain Komunikasi Visual Itu?,(surabaya: Fakultas Seni dan
Desain UK Petra, 2000), h. 76-79
18
mengembangkan pesan, atau dipaksa untuk membaca dan menemukan jawabannya.
Untuk itu, pesan yang agak tidak sesuai dengan yang diyakini audience mrupakan
penarik perhatian yang paling berharga.
10Headline juga berfungsi untuk menerangkan produk dan merk. Untuk itu,
headline mengemban tugas untuk menjawab pertanyaan: “apa kebaikan merk itu?”
satu dari tantangan terbaik dalam perancangan headline ialah menciptakan memori,
bahwa merk yang ditawarkan merupakan yang terbaik untuk jenis produk itu.
Sehubungan dengan itu, dibutuhkan kunci verbal sebagai pengingat dan pemandu
identitas suatu merk. Kunci verbal yang bagus antara lain ditunjukan oleh headline 7-
up yang memberitakan bahwa 7-up bukanlah minuman cola dengan “the un cola”.
fungsi lain dari headline yang bagus adalah untuk mengenalkan ide yang
hendak dijual. Hal ini dapat dilakukan jika iklan akan dibarengi dengan perencanaan
penjualan, strategi pemasaran, atau strategi promosi yang unik. Akhirnya headline
yang bagus akan mengajak audience untuk membaca bodycopy. Hal ini bukanlah
halyang mudah, sebab riset telah menunjukan bahwa hanya 20% mereka yang
membaca headline meneruskan untuk membaca bodycopy. Idealnya, setiap target
audience yang membaca headline melanjutkannya untuk membaca bodycopy. Jika
hal ini tidak terjadi, headline tidak berfungsi secara baik. Headline hanya berfungsi
untuk menarik perhatian, tetapi tidak mampu mengikat perhatian.
Headline dapat diartika sebagai berita utama. Secara bahasa head berarti kepala
line berarti garis. Jadi, dapat diartikan kepala garis atau kepala berita. Dalam media
10
Pranata, Moeljadi, Apakah Desain Komunikasi Visual Itu?, h. 79-80
19
cetak headline merupakan berita yang paling banyak dibaca dan menarik perhatian.
Jika peristiwa itu dijadikam headline maka pihak terkait atau khalayak
menganggapnya sebagai peristiwa penting. Di sinilah media sangat berperan
membentuk opini publik (public opinion).
Headline yang peneliti maksud adalah berita utama yang ditempatkan pada
halaman depan surat kabar yang diteliti. Hal ini menjadi pertimbangan karena
headline yang berada pada halama depan adalah peristiwa yang dianggap pentik oleh
pemilik dan orang-orang yang berada di media tersebut.
Grand M. Hyde dalam bukunya The Journalitic Writing, mengatakan bahwa
judul dalam sebuh surat kabar dapat dinamakan headline. Sedangkan dalam majalah
disebut heading atau titles
3. Ilustrasi dalam Headline
Ilustrasi pada majalah biasanya dijumpai cover atau sampul. Ilustrasi pada
headline surat kabar yang diterbitkan tentu saja harus mampu mewakili isi pesan
yang terkandung. Sedangkan dari segi pemasaran, ilustrasi harus mampu menjadi
nilai tambah agar mampu menarik perhatian khalayak, yang diikuti oleh perilaku
membeli. Ilustrasi digunakan untuk membantu mengkomunikasikan pesan dengan
cepat, tepat, serta tegas, dan merupakan terjemahan dari sebuah judul. Ilustrasi
sebagai gambaran pesan yang tak terbaca, namun bisa mengurai cerita, berupa
gambar dan penulisan, yaitu bentuk grafis, informasi yang memikat. Meskipun
20
ilustrasi merupakan attention – getter (penarik perhatian). yang paling efektif, tetapi
akan lebih efektif lagi bila ilustrasi tersebut juga menunjang pesan yang terkandung.11
Ilustrasi adalah gambaran singkat alur cerita suatu cerita guna lebih
menjelaskan salah satu adegan. Dengan demikian, gambar ilustrasi adalah gambar
yang bercerita yang memiliki tema sesuai dengan tema isi cerita tersebut.12
Dalam proses belajar mengajar ilustrasi merupakan bagian yang paling menarik
untuk belajar sesuai gambar-gambar, dari hasil penelitian Seth Spaulding
menyimpulkan ilustrasi gambar sebagai berikut:
1. Ilustrasi gambar merupakan perangkat pelajaran yang sangat menarik minat
belajar siswa.
2. Ilustrasi gambar membatu siswa membaca dalam penafsiran dan mengingat isi
materi teks yang menyertainya.
3. Pada umumnya anak-anak lebih menyukai setengah atau sehalaman penuh
bergambar disertai beberapa petunjuk yang jelas.
4. Ilustrasi gambar harus dikaitkan dengan kehidupan yang nyata, agar minat
siswa menjadi efektif.
5. Ilustrasi gambar hendaknya ditata sedemikian rupa.
Ilustrasi adalah hasil visualisasi dari suatu tulisan dengan teknik drawing,
lukisan, fotografi, atau teknik seni rupa lainnya yang lebih menekankan hubungan
subjek dengan tulisan yang dimaksud daripada bentuk. Tujuan ilustrasi adalah untuk
11
Kusmiati, A, S. Pudjiastuti , P. Suptandar, Teori Dasar Desain Komunikasi Visual, (Jakarta:
Djambatan,1999), h. 44 12
Kusmiati, A, S. Pudjiastuti , P. Suptandar, Teori Dasar Desain Komunikasi Visual, h.46
21
menerangkan atau menghiasi suatu cerita, tulisan, puisi, atau informasi tertulis
lainnya. Diharapkan dengan bantuan visual, tulisan tersebut lebih mudah dicerna.13
Fungsi ilustrasi dalam iklan adalah :
a. Menarik perhatian.
b. Merangsang minat membaca keseluruhan pesan
c. Menonjolkan salah satu keistimewaan produk.·
d. Menjelaskan suatu pernyataan.
e. Memenangkan persaingan dalam menarik perhatian pembaca di antara rentetan
pesan lainnya dalam suatu media yang sama.
f. Menciptakan suatu suasana yang khas.
g. Mendramatisasi pesan.
h. Menonjolkan suatu merk atau menunjang semboyan yang ditampilkan.
i. Mendukung judul iklan.
B. Korupsi
Pakar Korupsi Robert Klitggard menulis bahwa munculnya korupsi disebabkan
oleh tumbuhnya kesempatan, resiko kecil, dan mental lembek. Menurut Baharuddin
Lopa, salah satu yang menyebabkan terjadinya korupsi dan pelanggaran hukum
adalah oleh karena pejabat yang serakah.14
13
Kusmiati, A, S. Pudjiastuti , P. Suptandar, Teori Dasar Desain Komunikasi Visual, h.47 14
Media Transparansi, (Edisi 4/ Januari 1999), Dalam Jurnal Demokrasi Vol. VI. No. 1 Thn.
2007
22
Syed Husein Alatas sejalan dengan pendekatan yang digunakan Willian J.
Chambliss dan Dillon melihat korupsi sebagai bagian yang integral dari setiap
birokrasi sebagai akibat dari konflik kepentingan antara segelintir pengusaha,
penegak hukum, birokrat dan politisi. Teori yang dikemukakan Alatas adalah hasil
refleksi dari gejala korupsi di Asia. Pendekatan Chambliss merupakan sebuah refleksi
terhadap munculnya “cabal” (jejaring) disebagian besar kota-kota di Amerika Serikat.
Chambliss menyebut korupsi sebagai kejahatan yang teroganisir dan bukan bagian
yang terpisah, melainkan semacam birokrasi pemerintah yang berbentuk jejaring
yang terdiri dari birokrat, politisi, pengusaha, dan aparat penegak hukum. Sedangkan
Djilas menggali persoalan korupsi dan koruptor dai siste ekonomi yang sosialis, yang
kemudian menimbulkan “kelas baru” dalam sebuah negara. Hal ini mirip dengan
zama orde baru di Indonesia, dengan partai tunggalnya Golkar15
Alatas menekankan kepada tiga tipe fenomena yang tercangkup dalam
peristiwa korupsi: penyuapan (bribery), pemerasan (extortion), dan nepotisme16
.
Terdapat tiga lapis korupsi menurut kerangka teori Alatas, Chambliss, dan Djilas.
Korupsi lapisan pertama berupa suap (bribery), dan pemerasan (extortion). Korupsi
lapisan kedua nepotisme dan kronisme. Lapisan ketiga jejaring yang meliputi
pengusaha, politisi, pengusaha, dan aparat penegak hukum. Namun bila dilihat lebih
jauh ketiga kerangka teori ini bergerak untuk level dan skala yang besar. Meskipun
15
George Junus Aditjondro, kembar siam pengusaha politik dan ekonomi indonesia, (jakarta:
LP3ES), h. 5-7, dalam Jurnal Demokrasi Vol. VI. No. 1 Thn. 2007 16
Syed Husein Alatas, 1975 Sosiologi Korupsi: Sebuah Penjelajahan Dengan Data
Kontemporer (Jakarta: LP3ES), h. 12, Dalam Jurnal Demokrasi Vol. VI. No. 1 Thn. 2007
23
dalam skala yang kecil ia merupakan bagian yang integral dari korupsi skala besar.
Menurut budayawan Mochtar Lubis, penyebab korupsi merajalela di Indonesia adalah
“birokrasi patrimonial”17
yaitu ketika dalam birokrasi orang-orang (aparat birokrasi)
lebih mengutamakan hubungan-hubungan trasional daropada hubungan yang
rasional, misalnya: sanak famili dan teman dekat, serta tidak adanya nilai yang
memisahkan secara tajam antara milik masyarakat dengan milik pribadi.
D. Semiotik
1. Pengertian Semiotik
Secara etimologis istilah Semiotik berasal dari kata Yunani semion, yang
beraarti tanda.18
Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu yang atas dasar
konvensi sosial yang terbangun sebelumnya dapat dianggap mewakili sesuatu hal
yang lain. Contohnya, asap menandai adanya api, sirine mobil yang keras meraung-
raung menandai adanya kebakaran di sudut kota.
Secara terminologis, Semiotik dapat diidentifikasikan sebagai ilmu yang
mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaanh
sebagai tanda.19
17
Mochtar Lubis dan James C Scott, (ed), 1985, Bunga Rampai Korupsi, Jakarta: LP3ES, p,
xvi-xvii, Liat Juga Andri Febrianto, 2005, “Korupsi Dari Sudut Pandang Antropologi” Dalam Jurnal
Antropologi, Tahun V, Nomor 7, Januari- Juni 2004 dan Dalam Jurnal Demokrasi Vol. VI. No. 1 Thn.
2007. 18
Sumbo Tinaarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta : Jalasutra, 2008), h. 11 19
Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi, (Jakarta, Mitra Wacana Media, 2011),
h.5
24
Berkenaan dengan studi semiotik, pada dasarnya pusat perhatian pendekatan
semiotika adalah pada tanda (sign). Menurut John Fiske, terdapat tiga area penting
dalam studi semiotik, yakni (Fiske,1990: 40):
a. Tanda itu sendiri. Hal ini berkaitan dengan beragam tanda yang berbeda, seerti
cara mengantarkan makna serta cara menghubungkannya dengan orang yang
menggunakannya. Tanda adalah buatan manusia dan hanya bisa dimengerti
oleh orang-orang yang menggunakannya.
b. Kode atau sistem di mana lambang-lambang disusun. Studi ini meliputi
bagaimana beragam kode yang berbeda dibangun untuk mempertemukan
dengan kebutuhan masyarakat dalam sebuah kebudayaan.
c. Kebudayaan di mana kode dan lambang itu beroprasi.
Semiotik digunakan sebagai pendekatan untuk menganalisis teks media dengan
asumsi bahwa media itu sendiri dikonsumsikan melalui seperangkat tanda. Teks
media yang tersusun atas seperangkat tanda tersebut tidak pernah membawa makna
tunggal. kenyataannya, teks media selalu memiliki ideologi dominan yang terbentuk
melalui tanda tersebut.20
Terdapat dua kubu semiotik, yakni semiotik kontimental Ferdinand de Saussure
(1857-1913) dan semiotik Amerika Charles Sanders Peirce (1834-1914). Kedua
tokoh semiotik ini sesungguhnya tidak saling berseteru, tidak saling beroposisi,
melainkan saling mengisi dan melengkai. Semiotik signifikansi identik dengan
20
Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, , (Bandung, Rosdakarya 2006), h. 94-95
25
Saussure dan semiotik komunikasi identik dengan Peirce. Dengan demikian, tidak
merupakan sebuah oposisi biner, melainkan sebuah totalitas teori bahasa yang saling
menghidupi.
Semiotik signifikasi yang berakar pada pemikiran bahasa Saussure, meskipun
lebih menaruh perhatian pada tanda sebagai sebuah sistem dan struktur, akan tetapi
tidak berarti mengabaikan penggunaan tanda secara konkret oleh individu-individu
didalam konteks sosial.
Semiotik komunikasi yang memunyai jejaknya ada pemikiran Peirce, meskipun
menekankan produksi tanda secara sosial dan proses interpretasi yang tanpa akhir
(semiosis), akan tetapi tidak berarti mengabaikan sistem tanda. Kedua semiotik ini
justru hidup dalam relasi saling mendinamisasi.21
Menurut Pateda, Semiotik ada sembilan macam, yaitu:
1. Semiotik analitik, yakni semiotik yang menganalisa sistem tanda. Peirce
mengatakan bahwa semiotik berobjekan tanda dan menganalisisnya menjadi
ide, objek dan makna.
2. Semiotik Deskriptif, yaitu semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang
dapat kita alami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti
yang disaksikan sekarang.
3. Semiotik Faunal (zoomsemiotic), yaitu semiotik yang khusus memperhatikan
sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan. Hewan biasanya menghasilkan tanda
21 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h.v-vi
26
untuk berkomunikasi dengan sesamanya, tetapi sering juga menghasilkan tanda
yang dapat ditafsirkan oleh manusia.
4. Semiotik Cultural, yaitu semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
berlaku dalam kebudayaan masyarakat tertentu. Telah diketahui bahwa
masyarakat sebagai makhluk sosial memiliki sistem budaya tertentu yang telah
turun-menurun dipertahankan dan dihormati.
5. Semiotik Naratif, yaitu semiotik yang menelaah sistem tanda dalam narasi yang
berwujud mitos dan cerita lisan (folklore). Itu sebabnya Greimas (1987) melalui
pembahasannya tentang nilai-nilai kultural ketika ia membahas persoalan
semiotika naratif.
6. Semiotik NaturalI, yaitu semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
dihasilkan oleh alam.
7. Semiotik Normativ, yaitu semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
dibuat oleh manusia yang berwujud norma-norma.
8. Semiotik Sosial, yaitu semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambing, baik lambing yang berwujud
kata maupun yang berwujud kalimat. Buku Halliday (1978) itu sendiri berjudul
language Sosial Semiotic. Dengan kata lain, semiotika sosial menelaah tanda
yang terdapat pada bahasa.
27
9. Semiotik Sruktural, yaitu semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
dimanifestasikan melalui struktur bahasa.22
Dari pengertian yang ada yang dapat diartikan dari studi semiotik adalah
disiplin ilmu yang mempelajari makna dari tanda-tanda. Teori semiologi yang juga
dapat disebut semiotik mempunyai dua pengertian mendasar. Pertama semiologi
signifikansi dan yang kedua semiologi komunikasi atau semiologi pragmatic.
Semiologi signifikansi adalah alat tafsir yang digunakan oleh masyarakat untuk
memberi makna pada tanda-tanda. Sedangkan semiologi komunikasi juga alat tafsir
yang digunakan oleh masyarakat untuk memberi makna pada tanda-tanda, tetapi
mengkhususkan mengkaji makna-makna pesan yang disampaikan komunikator dalam
proses komunikasi, jadi tanda mempunyai maksud tertentu yaitu pesan komunikator
kepada komunikan, khalayak atau publik. Studi bahasa telah dipengaruhi oleh
semiotik dan sebaliknya, keduanya saling berinteraksi dan memberikan kontribusi
yang cukup berarti bagi keduanya. Bahasa oleh Saussure dipandang sebagai sistem
terstruktur yang mempresentasikan realitas. Ia mengarahkan bahwa kajian-kajian
mengenai bentuk, bunyi dan tata bahasa menjadi sangat penting dalam kajian atau
studi-studi bahasa.23
22 Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 100-102 23
Agitha Fregina Pondaag, Analisis Semiotika Iklan A Mild Go Ahead Versi “Dorong
Bangunan” Di Televis, (Journal “Acta Diurna” Vol. I. No. I. TH. 2013)
28
2. Semiotik Charles Sander Peirce
Peirce, ahli filsafat dan logika asal Amerika, memulai ketertarikannya pada
tanda dengan kesadaran behwa logika harus mempelajari bagaimana orang lain
bernalar, yaitu melalui tanda-tanda yang dapat dijadikan petunjuk.24
Sebuah tanda atau representamen, menurut Charles Sanders Peirce (1986: 5 &
6), adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam hal atau
kapasitas. Sesuatu yang lain itu dinamakan sebagai interpretant dari tanda yang
pertama pada gilirannya mengacu kepada objek. Dengan demikian, sebuah tanda
atau representamen memiliki relasi triadik langsung dengan interpretant dan
objeknya.25
Peirce membedakan hubungan antara tanda dengan acuannya ke dalam tiga
jenis hubungan, yaitu:
1. Ikon
Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan “rupa” (resemblance)
sebagaimana dapat dikenali oleh para pemakainya. Didalam ikon hubngan antara
representamen dan objeknya terwujud sebagai “semaan dalam beberapa kualitas”.
Suatu peta atau lukisan misalnya, memiliki hubungan ikonik dengan objeknya sejauh
antara keduanya terdapat keserupaan.26
24
Aart Van Zoest, Interpretasi dan Semiotika dalam Panuti Sudjiman dan Aart Van Zoest,
Serba-Serbi Semiotika (Jakarta: Gramedia, 1992), h. 1 25
Kris Budiman, Semiotika Visual,h. 17 26
Kris Budiman, Semiotika Visual, h. 20
29
2. Indeks
Berhubungan dengan kedekatan eksistensi. Misalnya, asap hitam tebal
membubung menandai kebakaran, wajah yang muram menandai hati yang sedih, dan
sebagainya.
3. Simbol
Proses pemaknaan tanda pada peirce mengikuti hubungan prosesual antara tiga
titik, yaitu representamen [R] objek [O] interpretan [P]. [R] adalah bagian tanda yang
dapat dipersepsi (secara fisik atau mental) yang merujuk pada sesuatu yang diwakili
olehnya [O] . kemudian [I] adalah bagian dari proses yang menafsirkan hubungan [R]
dengan [O]. Oleh karena itu, bagi Pierce tanda tidak hanya representatif tapi juga
interpretatif. Pierce membedakan tiga jenis tanda, yakni, indeks, ikon, dan lambang.27
Dalam buku Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya karya Benny H. Hoed yang
dikutip dari W. Noth, membedakan tiga jenis tanda dalam kaitannya dengan objek
(hal yang dirujuk), yaitu indeks, ikon, dan lambang. Indeks adalah tanda yang
hubungan representamen dengan objeknya bersifat langsung, bahkan didasari
hubungan kontiguitas atau sebab akibat. Ikon adalah tanda yang representamennya
berupa tiruan identitas objek yang dirujuknya. Lambang adalah tanda yang
representamen dengan objeknya didasari konvensi.28
Pierce menandaskan bahwa kita hanya dapat berfikir dengan medium tanda.
Manusia hanya dapat berkomunikasi lewat sarana tanda. Peirce mengemukakan
27
Benny H Hoed, Semiotik dan Dinamika SosialBudaya (Jakarta: Komunitas Bambu, 2011),
h. 46-47 28
Benny H Hoed, Semiotik dan Dinamika SosialBudaya, h. 246
30
teori segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri dari tiga elemen utama,
yakni tanda (representament), object, dan interpretant. Yang dikupas teori
segitiga adalah bagaimana muncul dari sebuah tanda digunakan orang pada waktu
berkomunikasi.29
Menurut Peirce, tanda atau representament adalah “is something wich stands to
somebody for something in sone respect oe capacity”, atau sesuatu bagi
seseorang yang mewakili „sesuatu yang lai’ dalam beberapa hal. Sesuatu yang
lain itu kemudian dinamakan sebagai objek. Mengacu disini dapat diartikan
sebagai menggantikan atau mewakili. Tanda tersebut baru dapat berfungsi bila
diinterpretasikan dalam benak penerima tanda melalui interpretan. Jadi interpretan
adalan pemahaman makna yang muncul dalam diri penerima makna. Ini beerarti
sebuah tanda baru dapat berfungsi sebagai tanda bila dapat ditangkap dan
pemahamannya terjadi berkat Graound,yaitu pengetahuan tentang sistem tanda
dalam suatu masyarakat.30
Dalam mengkaji tanda, model Peirce memiliki trikotomi atau elemen-elemen
yang dapat dilihat sebagai berikut ini:
29
Rachmat Krisyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014, Analisis Semiotik
Korupsi Terhadap Sampul Majalah Tempo Pada kasus Simulator SIM),h. 40 30
Sumbo Tinarbuko, Semiotik Komunikasi Visual, (Yogyakarta,: Jalasutra, 2009), h. 13
31
Tabel 2.1
Trikotomi Model Semiotik Peirce
Kategoti/
Trikotomi
Representamen/
Tanda
Objek Interpretan
Firstness
Otonom atau
Berdiri Sendiri
Qualisign
Suatu Kualitas
Yang
menampilkan
Tanda
Ikon
Suatu Tanda yang
memiliki
kesamaan dengan
objeknya
Rheme
Sebuah huruf yang
berdiri sendiri
yang tidak
memperhatikan
benar atau salah.
Kata ya, tidak,
benaratau salah
tidak termasuk
rema.
Secondness
Dihubungkan
dengan realitas
Sinsign
Sin: “hanya sekali”
peristiwa yang
merupakan sebuah
tanda
Indeks
Tanda yang
mempunyai
hubungan
langsung
(kausalitas)
dengan objek
Dicent
Tanda eksistensi
aktual, suatu tanda
faktual (a sign of
fact), yang
biasanya berupa
sebuah proporsi
Thirdness
Dihubungkan
dengan aturan,
konvensi atau
kode
Legisign
Setiap tanda
konvensional
adalah legisign
Simbol
Terbentuk melalui
konvensi atau
kaidah
Argument
Tanda hukum
yang
memunculkan
kecimpulan yang
cendrung benar
a. Trikotomi Pertama: Qualisign, Sinsign, Legisign
Dilihat dari sudut pandang representamen, Peirce membedakan tanda-tanda
menjadi qualisign, sinsign, legisig. Bperbedaan ini berdasarkan hakikat tanda itu
sendiri, entah sebagai sekedar kualitas, sebagai suatu eksistensi aktual, atau sebagai
kaidah umum.
32
Pertama, qualisign, tanda yang berkaitan dengan kualitas, walaupun pada
dasarnya tanda tersebut belum dapat menjadi tanda sebelum mewujud. Tanda ini
biasanya berdiri sendiri dalam artian belum dikaitkan dengan tanda lainnya.
Kedua, sinsign, adalah suatu hal yang ada secara aktual yang berupa tanda
tunggal. Ia hanya dapat menjadi tanda melalui kualitas-kualitannya sebagai
melibatkat sebuah atau beberapa qualisign. Sinsign pada umumnya merupakan
perwujudan dari qualisign.
Ketiga, legisign, adalah suatu hukum atau kaidah yang merupakan tanda.
Setiap tanda konvensional kebahasaan adalah legisign. 31
b. Trikotomi Kedua: Ikon, Indeks, dan Simbol
Dipandang dari sisi hubungan representamen dengan objeknya, yakni
hubungan “menggantikan”, atau “the standing for” relation, tanda-tanda
diklasifikasikan menjadi ikon, indeks, simbol.
Pertama, ikon. Ikon adalah tanda yang didasarkan pada “keserupaan” atau
“kemiripan” diantara representamen dengan objeknya. Ikon merupakan bentuk
tanda yang menyerupai objek dari tanda tersebut. 32
31
Kris Budiman, Semiotik Visual: Semiotika Visual: kKonsep,Isu, Dalam Problem Ikonisita,
(Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2013, Analisis Semiotik Kritik Sosial Dalam Kartun Bung Sentil Di Harian
Umum Media Indonesia Edisi “Disapu Banjir”),h. 20 32
Rachmat Krisyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014, Analisis Semiotik
Kritik Sosial Dalam Kartun Bung Sentil Di Harian Umum Media Indonesia Edisi “Disapu Banjir”),h.
20
33
Kedua, indeks. Indeks adalah yang memiliki keterkaitan fisik., eksistensial
atau kausal di antara representamen dan objeknya sehingga seolah-olah akan
kehilangan karakter yang menjadikannya tanda jika objeknya dipindahkan atau
dihilangkan. Indeks merupakan tanda yang mempunyai hubungan langsung
dengan objeknya.33
Ketiga, simbol. Adalah tanda yang representamennya merujuk kepada objek
tertentu tanpa motivasi. Simbol terbentuk melalui konvensi atau kaidah, tanpa
adanya kaitan langsung antara representamen dan objeknya. Kebanyakan unsur
leksikal di dalam kosakata suatu bahasa adalah simbol.34
c. Trikotomi Ketiga: Rema, Disen, Argumen
Pembagian terakhir yakni menurut hakikat interpretannya, Peirce
membedakan tanda-tanda menjadi rema (rheme), tanda disen (dicent sign) dan
argumen (argument).
Pertama¸ rema adalah suatu tanda kemungkinan kualitatif, yakni tanda
apapun yang tidak betul dan tidak salah. Sebuah huruf atau fonem yang berdiri
sendiri adalah rema, bahkan nyaris semua kata tunggal dari kelas kata apapun,
entah kata kerja, kata benda, kata sifat dan lain sebagainya adalah rema.kecuali
kaa ya dan tidak atau benar dan salah.
33
Kris Budiman, Semiotik Visual: Semiotika Visual: kKonsep,Isu, Dalam Problem Ikonisita,
(Hidayatullah Jakarta, 2013, Analisis Semiotik Kritik Sosial Dalam Kartun Bung Sentil Di Harian
Umum Media Indonesia Edisi “Disapu Banjir”),h. 21 34
Rachmat Krisyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, ( Analisis Semiotik Kritik Sosial
Dalam Kartun Bung Sentil Di Harian Umum Media Indonesia Edisi “Disapu Banjir”),h. 22
34
Kedua, tanda disen atau dicentsign adalah tanda eksistensi aktual, suatu tanda
faktual, yang biasanya berupa ungkapan yang dapat dipercaya, disangka, atau
dibuktikan kebenarannya. Jadi tanda ini telah berupa pernyataan atau sesuatu
sudah nyata maknanya.
Ketiga, argumen adalah tanda hukum atau kaidah yang didasari oleh prinsip
yang mengarah kepada kesimpulan tertentu yang cenderung benar. Apabila tanda
disen hanya menegaskan eksistensi sebuah objek, maka argumen mampu
membuktikan kebenarannya.35
Dalam buku Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya karya Benny H. Hoed
yang dikutip dari W. Noth, membedakan tiga jenis tanda dalam kaitannya dengan
objek (hal yang dirujuk), yaitu indeks, ikon, dan lambang. Indeks adalah tanda yang
hubungan representamen dengan objeknya bersifat langsung, bahkan didasari
hubungan kontiguitas atau sebab akibat. Ikon adalah tanda yang representamennya
berupa tiruan identitas objek yang dirujuknya. Lambang adalah tanda yang
representamen dengan objeknya didasari konvensi.36
Peirce muncul dengan skeatik triadik, yakni graound, objek, dan iterpretan.
Atas dasar hubungan ini, menggandakan klasifikasi tanda. Tanda yang dikaitkan
dengan graound dibaginya menjadi qualisign, sinsign, dan legisign. Qualisign adalah
kualitas yang ada pada tanda, misalnya, kata-kata kasar, keras, lembut, merdu.
35
Kris Budiman, Semiotik Visual: Semiotika Visual: Konsep,Isu, Dalam Problem Ikonisita,
(Analisis Semiotik Kritik Sosial Dalam Kartun Bung Sentil Di Harian Umum Media Indonesia Edisi
“Disapu Banjir”),h. 23 36
Benny H Hoed, Semiotik dan Dinamika SosialBudaya, h. 246
35
Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristwa yang ada pada tanda, misalnya,
kata kabur atau kerus yang ada pada kata urutan kata air, sungan keruh yang
menandakan adanya hujan di hulu sungai. Legisign adalah norma yang terkandung
oleh tanda, misalnya, rambu-rambu lalulintas yang menandakan adanya hal yang
boleh atau tidak boleh dilakukan oleh manusia.37
Teori dari Peirce menjadi grand theory dalam semiotik. Gagasannya bersifat
menyeluruh, deskripsi struktural dari semua sistem penandaan. Peirce ingin
mengidentifikasi partikel dasar dari tanda dan menggabungkan kembali semua
komponen dalam struktur tunggal.38
Inti dari pemikiran Peirce ini adalah semua yang ada di bumi ini terdiri atas
tanda-tanda (sign). Ini merupakan pandangan dari pansemiotik tentang jagat raya kita.
Berdasarkan objeknya, pierce membagi tanda atas ikon, indeks, dan simbol.
Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan
bentuk alamiah atau objeknya bersifat kemiripan. Misalnya, potret pada peta. Indeks
adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda
yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu
pada kenyataan. Misalnya, asam menandanya bahwa adanya api. Simbol adalah tanda
37
Christomy. T dan Untung Yuwono (ed), Semiotika Budaya, (Depok: Pusat Penelitian
Kemasyarakatan dan Budaya Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia,
2004), h. 83-84 38
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 97
36
yang menunjukan hubungan alamiah antara penanda dengan petndanya. Hubungan
ini berdasarkan perjanjian masyarakat.39
3. Semiotika Komunikasi Visual
Dilihat dari sudut pandang semiotik, desai komunikasi visual adalah sebuah
sistem semiotik khusus, dengan perbendaharaan tanda (vocabulary) dan sintaks
(syntag) yang khas, yang berbeda dengan sistem semiotika seni. Di dalam sistem,
semiotika komunikasi visual melekat fungsi komunikasi, yaitu fungsitanda dalam
menyampaikan pesan dari sebuah pengirim pesan kepada para penerima tanda
berdasarkan aturan atau kode-kode tertentu.
Semiotika visual pada dasarnya merupakan salah sebuah bidang studisemiotika
yang secara khusus menaruh minat pada penyelidika terhadap segala jenis makna
yang disampaikan melalui sarana indra lihatan (visual senses).40
Sementara itu, pesan yang diungkapkan dalam karya desain komunikasi visual
disosialisasikan kepada khalayak melalui tanda. Secara garis besar, tanda dapat
dilihat dari dua aspek, yaitu tanda verbal dan visual. Tanda verbal adalah aspek
bahasa, tema, dan pengertian yang didapatkan. Sedangkan tanda visual akan dilihat
dari cara menggambarkannya, apakah secara ikonis, indeksial, atau simbolis, dan
bagaimana cara mengungkapkan idiom estektiknya. Tanda-tanda yang telah dilihat
39
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya, 2006), h. 41-42 40
Kris Budiman, Semiotika Visual, h. 9
37
dan dibaca dari dua aspek secara terpisah, kemudian diklasifikasikan dan dicari
hubungan antara satu dengan yang lain.41
Semiotika komunikasi visual diperlukan untuk mengkaji tanda verbal (judul,
subjudul, teks) dan tanda visual ilustrasi, logo, typografi, dan tata visual. Dengan
komunikasi visual dengan pendekatan teori semiotika. Diharapkan analisis semiotika
visual mampu menjadi salah satu pendekatan untuk memperoleh makna yang
terkandung dibalik tanda verbal dan tanda visual karya desai komunikasi visual
termasuk dalam sampul.42
Desain komunikasi visual adalah ilmu yang mempelajari konsep komunikasi
dan ungkapan daya kreatif, yang diaplikasikan dalam pelbagai media komunikasi
visual dengan mengelola elemen desain grafis yang terdiri atas gambar (ilustrasi),
huruf, dan tipografi, warna, komposisi, dan layout. Semua itu dilakukan guna
menyampaikan pesan secara visual, audio, dan/atau audio visual kepada target
sasaran yang dituju.
a. Tipografi
Tipografi dalam konteks komunikasi visual, mencangkup pemilihan bentuk huruf,
besar huruf, cara, dan teknik penyusunan huruf menjadi kata atau kalimat yang sesuai
dengan karakter pesan (sosial atau komersial) yang ingin disampaikan.43
Huruf dan tipografi dalam perkembangannya menjadi ujungtombak guna
menyampaikan pesan verbal dan pesan visual kepada seseorang, sekumpulan orang
41
Sambo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008), h. 9 42
Sambo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, h. 9 43
Sambo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, h. 25
38
bahkan masyarakat luas yang dijadikan tujuan akhir proses penyampaian pesan dari
komunikator kepada komunikan atau target sasaran.
Tipografi dalam hal ini adalah seni memilih dan menata huruf untuk pelbagai
kepentingan menyampaikan informasi berbentuk sosial ataupun komersial. Dewasa
ini, perkembangan tipografi banyak dipengaruhi oleh kemajuan teknologi digital.
Huruf yang telah disusun secara tipografis merupakan elemen dasar dalam bentuk
sebuah tampilan desain komunikasi visual. Hal ini diyakini dapat memberikan
inspirasi untuk membuat suatu komposisi yang menarik. Sedangkan bentuk-bentuk
tipografi itu sendiri dapat dipergunakan secara terpisah atau dapat pula
dikomposisikan dengan materi lain seperti ilustrasi han drawing ataupun image.
Danton Sihombing mengelompokan keluarga huruf berdasarkan latar belakang
sejarahnya:
1. Old style, jenis huruf ini meliputi: Bembo, Caslon, Galliard, Garamand.
2. Transitional, jenis huruf meliputi: Barkerville, Perpetua, Time News, Roman
3. Modern, jenis huruf ini meliputi: Bodoni
4. Egyptian, atau Slab Serif, jenis huruf ini meliputi: Bookman, Serifa
5. Sans Serif, jenis huruf ini meliputi: Franklin Ghotic, Futura, Gill Sans, Optima.44
Sejatinya masing-masing huruf harus menjadikan rangkaian huruf (kata atau
kalimat) tidak sekedar dibaca atau dimengerti maknanya.tetapi lebih dari itu, seorang
desainer komunikasi visual harus piawai menampilkan tipografi yang enak dipandang
mata dan lebih melancarkan pembaca dalam memahami media komunikasi visual.
44
Danton Sihombing, Tipograf Dalam Desain Grafis, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2001), h. 96
39
Dengan demikian, keberadaan tipografi dalam rancangan karya desain komunikasi
visual sangat penting, sebab perencanaan dan pemilihan tipografi yang tepat baik
ukuran, warna, maupun bentuk diyakini mampu menguatkan isi pesan verbal desain
komunikasi visual tersebut.
Ada beberapa faktor yang memengaruhi mudah atau tidaknya ketersampaian
sebuah pesan verbal yang terkandung dalam karya desain komunikasi visual,
diantaranya: pertama, latar belakang yakni warna dasar dan tekstur yang digunakan.
Teks menjadi unsur pertama dari sebuah pesan verbal akan terlihat jelas manakala
perbedaan warna huruf dan latarnya cukup kontras.
Kedua, besar huruf yang dugunakan. Ukuran ukuran standart teksk adalah
antara 6 sampai 10 poin. Tergantuk luas ruangan yang tersedia dan banyak sedikitnya
teks yang akan ditampilkan, juga menyesuaikan keluarga huruf yang akan
ditampilkan.
Selain itu, keluarga huruf terdiri dari kembangan yang berakar dari struktur
bentuk dasar (reguler) sebuah alfabet dan setiap perubahan huruf masi memiliki
kesinambungan bentuk. Perbedaan tampilan yang pokok dalam keluarga huruf dibagi
menjadi tiga bentuk pengembangan: (1) kelompok berat terdiri atas ligt, reguler, dan
bold. (2) kelompok proporsi condesed, reguler, extended. (3) kelompok kemiringan
yaitu italic. Ketiga, spasi antarhuruf, kata, maupun jarak antar baris kalimat.
40
Keempat, faktor-faktor sibjektif seperti jarak baca maupun kualitas penerangan ketika
membaca.45
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka ketika desainer komunikasi visual mahir
menguasai tipografi yang dipergunakan untuk menyampaikan informasi yang bersifat
sosial ataupun komersial, maka sejatinya sang desainer tersebut mampu
memposisikan dirinya sebagai kurir komunikasi. Komunikasi visual yang
bertanggung jawab kepada masyarakat luas yang dijadikan target.
b. Komposisi Warna
Kerja dari desainer sebuah gambar visual tidak terlepas dari artistik, desain,
warna, serta tema dari gambar yang ingin dibuat. Berikut pemaknaan yang akan
dideskripsikan:
1. Merah
Melambangkan kesan energi, kekuatan, hasrat, erotisme, keberanian simbol dari
api, pencapaian tujuan, darah, resiko, ketenaran, cinta, perjuangan, perhatian,
perang, bahaya, kecepatan, panas, kekerasan. Warna ini dapat menyampaikan
kecendrungan untuk menampilkan gambar dan teks secara lebih besar dan dekat.
Warna merah dapat mengganggu apabila digunakan pada ukuran besar. Merah
cocok untuk tema yang menunjukan keberanian seseorang. Energi misal mobil,
kendaraan bermotor, olahraga, dan permainan.
2. Putih
Menunjukan kedamaian, permohonan maaf, pencapaian diri, spiritualitas,
kedewaan, keperawanan atau kesucian, kesederhanaan, kesempurnaan,
kebersihan, cahaya, takbersalah, keamanan, persatuan. Warna putih sangat bagus
untuk menampilkan atau menekankan arna lain serta memberi kesan
kesederhanaan atau kebersihan.
3. Hitam
45
Danton Sihombing, Tipograf Dalam Desain Grafis, h. 28
41
Melambangkan perlindungan, pengusiran, sesuatu yang negatif, mengikat,
kekuatan, formalitas, misteri, kekayaan, ketakutan, kejahatan, ketidak bahagiaan,
perasaan yang dalam, kesedihan, kemarahan, sesuatu yang melanggar, harga
dirin anti kemapanan. Sangat tepat untuk menambahkan kesan misteri. Latar
belakang warna hitam dapat menampilkan perspektif dan kedalaman. Sangat
bagus untuk menampilkan karya seni atau fotografi karna membantu penekanan
pada warna lain.
4. Biru
Memberikan kesan komunikasi, peruntungan yang baik, kebijakan, perlindungan,
inspirasi spiritual, tenang, kelembutan, dinamis, air, laut, kreatifitas, cinta,
kedamaian, kepercayaan, kepandaian, kepatuhan, panutan, kekuatan dari alam,
kesedihan, kesadaran, pesan, ide, idealisme, persahabatan dan harmoni, kasih
sayang, warna ini memberi kesan tenang dan menekankan keinginan. Biru tidak
meminta mata untuk memperhatikan. Objek dan gambar biru pada dasarnya
dapat menciptakan perasaan yang dingin dan tenang.warna biru juga dapat
menampilkan kekuatan teknologi, kebersihan, udara air dan kedalaman laut.
5. Hijau
Menunjukan warna bumi, penyembuhan fisik, kelimpahan, keajaiban, tanaman
dan pohon, kesuburan, pertumbuhan, muda, kesuksesan materi, pembaharuan,
daya tahan, keseimbangan, ketergantungan, dan memenangkan pemikiran dan
merangsang kreatifitas.
6. Kuning
Merujuk pada matahari, ingatan, imajinasi logis, energi sosial, kerjasama,
kebahagiaan, kegembiraan, kehangatan, tekanan mental, pemahaman,
kebijaksanaan, penghianatan, kecemburuan, penipuan, kelemahan, penakut, aksi,
idealisme, optimisme, imajinasi, harapan, musim panas, filosofi, ketidakpastian,
resah, dan curiga. Warna kuning merangsang aktifitas mental dan menarik
perhatian, sangat efektif digunakan pada blogsite yang menekankan pada
perasaan bahagia dan kekanakan.
7. Merah Muda
Warna merah muda menunjukan simbol kasih sayang dan cinta persahabatan,
feminin, kepercayaan, niat baik, pengobatan emosi, damai, perasaan yang halus,
perasaan yang manis dan indah
8. Unggu
Menunjukan pengaruh, pandangan ketiga, kekuatan spiritual, pengetahuan yang
tersembunyi, aspirasi yang tinggi, kebangsawanan, upacara, misteri pencerahan,
telepati, empati, arogan, intuisi, kepercayaan, yang dalam, ambisi, megic,
keajaiban, dan harga diri.
9. Orange
Menunjukan kehangatan, antusiame, persahabatan, pencapaian bisnis, karir,
kesuksesan, kesehatan pikiran, keadilan, daya tahan, kegembiraan, gerak cepat,
42
sesuatu yang tumbuh, ketertarikan, indenpendensi. Pada blog dapat
meningkatkan aktifitas mental, disamping itu, warna orange memberi kesan yang
kuat pada elemen yang dianggap penting.
10. Coklat
Menunjukan persahabatan, kejadian yang khusus, bumi pemikiran yang
materialis, rehabilitasi, kedamaian produktifitas, praktis, kerja keras. Warna
coklat sangat tidak menarik apabila tidak digunakan tambahan gambar dan
ornamen tertentu, coklat harus didukung ornamen lain agar menarik.
11. Abu-abu
Mencerminkan keamanan, kepandaian, tenang, dan serius, kesederhanaan,
kedewasaan, konservatif, praktis, kesedihan, bosan, profesional, kualitas, diam,
tenang.
12. Emas
Mencerminkan prestis (kedudukan) kesehatan, keamanan, kegembiraan,
kebijakan, arti, tujuan, pencarian kedalam hati, kekuatan mistis, ilmu
pengetahuan, perasaan kagum, konsentrasi.46
Agar pesan dapat menarik perhatian calon konsumen, maka karya desain
komunikasi visual harus menawarkan eksklusivisme, keistimewaan, dan kekhususan
yang kemudian dapat memberikan akibat ketertarikan berupa ketertarikan calon
konsumen untuk membeli. Contohnya adalah sampul majalah. Sampul majalah harus
dibuat semenarik mungkin agar calon pembaca tertarik untuk membeli majalah
tersebut, karena biasanya sebelum membeli biasalan calon pembaca melihat terlebih
dahulu sampulnya, apakah menarik atau tidak. Strategi ini dilakukan karena produk
desain komunikasi visual yang salah satunya sampul majalan hanya sebagai “alat
pembius” bagi produsen untuk menarik perhatian konsumen.47
46
Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Bandung: Rosdakarya, 2005), h. 47
Sambo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008), h. 1
43
BAB III
PROFIL DAN GAMBARAN UMUM KORAN TEMPO
A. Sejarah Dan Perkembangan Koran Tempo
Bermula dari ruko kecil di bilangan Pecinan, Senen, Jakarta Pusat beberaa
wartawan muda, seperti Goenawan Mohamad, Fikri Jufri, Bur Rasuanto, Harjoko
Trisnadi, dan Chistianto Wibisono, membidani lahirnya Majalah Berita Mingguan
Tempo pada 1971.1 Sejak pertamakali Tempo Terbit, para pendirinya memang
meniatkan media ini dapat menyajikan berita peristiwa secara aktual, akurat, dan
berimbang. Dan faktanya, dengan falsafah itu, Tempo mampu tumbuh dan
berkembang esat, bahkan kemudian menjadi ikon dan satu-satunya media cetak
yang independen sekaligus terpercaya di indonesia.
Dalam perjalanannya, tentu saja ada masa pasang-surut yang harus dilewati.
Khususnya yang berkaitan dengan sajian berita yang ditampilkan. Fakta yang
sesungguhnya kerap bersinggungan dan memunculkan rasa tak nyaman bagi
kalangan penguasa order baru kala itu. Tempo lahir dan mati di zaman orde baru.
Beberapa pendiri Tempo adalah aktivis mahasiswa tahun 1965/1966 yang ikut
menggulingkan soekarno dan kemudian menempuh jalan masing-masing untuk
“mengisi” zaman orde baru. Beberapa diantaranya lalu mendirikan Tempo setelah
gagal berkongsi dengan penguasa pers kala itu B.M Diah, untuk majalah Ekspress
nya. Tempo luput dari pembredelan dua kali pada masa orde baru, tahun 1974 dan
1 Lampiran Company Profile Koran Tempo
43
44
1978 namun kembali dibredel pada 1982 dan akhirnya terbit lagi pada 6
oktober 1998 sampai sekarang.2
Di tengah upaya Tempo untuk bertahan, beragam produk mereka luncurkan
sebagai alternatif cara untuk terus bertahan di ranah persaingan media di Indonesia.
salah satu produknya adalah Koran Tempo. Sudah satu dekade ini Koran Tempo
hadir di hadapan pembaca. Sejak terbit pertama kali pada 2 april 2001, banyak hal
telah diungkap untuk memenuhi tuntutan pembaca akan berita yang lebih cerdasdan
berkualitas. Dengan format enam kolom, Koran Tempo berusaha menghadirkan
berita yang ringkas tampa kehilangan kedalamannya. Tempo juga tetap menyajikan
berita-berita investigasi, terutama yang berkaitan dengan korupsi dan penyalagunaan
kekuasaan. Tak heran pada tahun 2002 Koran Tempo memperoleh penghargaan
sebagai koran paling kredibel dari Dewan Pers. selain itu, Koran Tempo selalu
memperbaiki desain adar senantiasa menarik perhatian pembaca. Kualitan penulusan
juga terus ditingkatkan. Upaya ini membuahkan penghargaan dari Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional. Koran Tempo berhasil meraih penghargaan
sebagai Koran berbahasa Indonesia terbaik selama empat tahun berturut-turut, mulai
2007 hingga 2010.
Idealisme Koran Tempo sendiri ialah menjadi media massa cetak yang mampu
mendorong masyarakat menjadi kritis dalam menerima informasi. Market Reader
Koran Tempo ialah masyarakat kelas menengah ke atas yang secara ekonomi
berkecukupan dan memiliki pendidikan tinggi. Motto yang dianut Koran Tempo
2 Lampiran Company Profile Koran Tempo
45
adalah “to be concise”, yaitu memberitakan sebuah peristiwa dengan ringkas, padat,
dan jelas sesuai dengan 5W+1H . Motto ini juga yang mendasari desain Koran
Tempo yang pendek dan berita tidak bersambung dari halaman satu ke halaman yang
lainnya. Pertimbangan lain adalah waktu pembaca yang relatif pendek.
Saat ini Tempo memiliki labelnya sebagai Koran Kompak, sebuah pergeseran
konsep surat kabar harian broadsheet menjadi koran tabloid lima kolom yang lebih
mungil dan ringkas.harus diakui bahwa Tempo adalah sebuah sekolah jurnalisme
dalam praktik di Indonesia yang alumninya diakui dimana-mana. Sebutlah nama-
nama petinggi media di Indonesia saat ini, banyak diantaranya adalah alumni Tempo.
Kalau menyebut majalah berita, sukar menyebut media manapun yang tak ada alumni
Temo di dalamnya.
B. Tentang Ratu Atut Chosiyah
Hj. Ratu Atut Chosiyah, S.E. lahir di Ciomas, Serang, Banten, 16 Mei 1962,
umur 52 tahun ini adalah Gubernur Wanita Indonesia pertama. Suami dari Hikmat
Tomet ini dikaruniai dua orang anak yaitu Andika Hazrumy dan Andiara Aprilia
Hikmat.
Pada awal masa jabatannya, ia menjabat sebagai Wakil Gubernur Banten
pertama pada 11 Januari 2002 hingga 11 Oktober 2005 dengan ketua Gubernurnya
Djoko Munandar pada masa kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono. Setelah itu ia
dilantik lagi untuk naik jabatan menjadi Ketua Gubernur Banten pada masa Jabatan
20 Oktober 2005 – 11 Januari 2007 dengan tidak didampingi oleh siapapun. Pada
46
tanggal 4 Januari 2007 Susilo Bambang Yudhoyono mengirimkan radiogram yang
berisikan keputusan Presiden penetapan Ratu Atut sebagai Gubernur Banten yang
akan dilantik pada tanggal 11 Januari 2007 bersama dengan wakil Gubernurnya H.
Rano Karno. Pelantikan tersebut diadakan dalan sidang paripurna istimewa di
Cipocok Jaya, yang dipimpin oleh ketua DPRD Banten, Ady Surya Dharma untuk
masa jabatan 11 Januai 2007 - 9 Mei 2014.
Pada masa jabatannya Ratu Atut Chosiyah terlibat dalam beberapa kasus
korupsi. Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad mengatakan bahwa
KPK telah menetapkan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah sebagai tersangka
dalam kasus dugaan suap terkait penanganan sengketa pilkada Lebak, pengadaan alat
kesehatan di Provinsi Banten dan ada juga beberapa kasus yang belum tersentuh KPK
yaitu dana hibah dan BANSOS yang sudah sering diumbar para LSM.
Ratu Atut juga melibatkan adik kandungnya yaitu Tubagus Chaeri Wardana
alias Wawan. Dalam kasusnya suap penanganan sengketa pilkada Lebak dan proyek
pengadaan alat kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi Banten, Ratu Atut menyuap
Akil Mochtar selaku ketua Mahkama Konstitusi dengan uang Rp. 1 miliar yang
disediakan wawan. Pemberian uang tersebut bertujuan agar MK mengabulkan
gugatan yang diajukan pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Lebak untuk
memutuskan membatalkan keputusan KPU Lebak tentang hasil perhitugan.
Komisi Pemberantasan Korupsi resmi menahan Gubernur Banten Atut
Chosiyah hari ini, Jumat, 20 Desember 2013. Atut diperiksa penyidik KPK lebih dari
enam jam. Penahanan dilakukan untuk proses penyidikan lebih lanjut terkait kasus
47
suap sengketa pemilihan kepala daerah Kabupaten Lebak dan proyek pengadaan alat
kesehatan Provinsi Banten. Dalam perkara suap sengketa pemilihan kepala daerah,
KPK lebih dulu mencokok Akil Mochtar ketika masih menjabat sebagai Ketua
Mahkamah Konstitusi, yang disangka menerima suap Rp 1 miliar.
KPK telah menahan adik Atut, Chaeri Wardana, yang disangka turut berperan
dalam penyuapan Akil. Chaeri, suami Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi
Diany, dicokok KPK pada hari yang sama penahanan Akil, 2 Oktober 2013. Atut tiba
di KPK pukul 10.10 WIB. Menumpang Mitsubishi Pajero Sport hitam bernomor
polisi B-22-AAH, Atut turun dan langsung dikawal menuju ruang penyidik. Dia
berjalan tertunduk, tak seperti biasanya yang sering menyapa dengan
mempertemukan kedua telapak tangannya dan mengangkatnya setinggi dada. Hingga
masuk gedung KPK, Atut tak tersenyum.3
Peneliti mengambil kasus Ratu Atut dalam penelitian semiotika, karena Ratu
Atut adalah seorang perempuan yang pada dasarnya memiliki sifat kelembutan,
kesabaran, kebaikan, dll. Perempuan yang kerap kali disebut makhluk lemah, saat ini
banyak yang membuktika bahwa perempuan juga bisa menyamakan kedudukannya
seperti laki-laki. Perempuan juga mampu mengerjakan beberapa pekerjaan yang biasa
dikerjakan seorang laki-laki. Wanita juga mampu menjadi pemimpin yang didapat
diandalkan tidak hanya seorang laki-laki.
Ratu Atut yang seorang perempuan muslim yang sudah terlihat bahwa ia
mengenakan jilbab seperti yang diharuskan islam untuk menutup auratnya, ia malah
3 Artikel Tempo.co, Pada Jum'at, 20 Desember 2013 16:35 Wib
48
melakukan tindakan yang tidak semestinya ia lakukan. Jarang sekali seorang
perempuan dipilih untuk menjadi pemimpin, yang kita ketahui sebelumnya yaitu
Megawati Soekarno Putri yang pernah menjabat sebagai ketua presiden RI, ini bukti
bahwa wanita juga mampu untuk menjadi pemimpin. Akan tetapi dalam kasusnya
Ratu Atut, ia adalah seorang perempuan yang dipercaya untuk memimpin provinsi
Banten malah menghilangkan kepercayaan masyarakat Banten sebagai Gubernur
Banten yang menjadi tersangka dalam beberapa kasus korupsi di wilayahnya. Sebagai
seorang perempuan yang terlibat dalam kasus korupsi, ini memang bukan pertama
kalinya perempuan terlibat dalam kasus korupsi, sebelumnya ada Angelina Sondak,
Melinda dee dan beberapa perempuan lainnya.
Kasus korupsi Ratu Atut melibatkan beberapa keluarganya. Bahkan kasus
korupsi Ratu Atut disebutnya dengan Dinasti Ratu Atut yang memang didalamnya
melibatkan beberapa keluarganya. Makadari itu peneliti mengambil kasus korupsi
Ratu Atut dalam penelitian semiotikanya. Peneliti ingin mengetahui bagaimana media
koran Tempo mengilustrasikan seorang perempuan (Ratu Atut) yang terlibat kasus
korupsi.
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Pada Bab hasil temuan dan analisis data ini peneliti akan menguraikan hasil
dan analis peneliti. Hasil dari penelitian ini peneliti peroleh melalui proses terhadap
tanda-tanda yang ada pada headline koran Tempo kemudian mendeskripsikannya ke
dalam suatu bentuk analisis yang tersistematis. Bab ini mengacu pada identifikasi
masalah penelitian yang sebelumnya telah dirumuskan dengan menggunakan metode
analisis semiotika Charles Sanders Pierce berdasarkan Ground (qualisigh, sinsign,
dan legisign), Object (icon, index dan dymbol) dan Interpretant (Rheme, Dicent Sign
atau Dicisign dan Argument).
Selain itu dalam bab ini peneliti juga menambahkan beberapa tabel agar
memudahkan pembaca dapat melihat dan mengetahui apa saja yang diteliti dan dapat
juga melihat tanda-tanda yang ada dalam headline koran Tempo edisi tahun 2013.
A. Objek Semiotika dalam Headline Koran Tempo
Koran Tempo merupakan media massa cetak yang mampu mendorong
masyarakat menjadi kritis dalam menerima informasi. Dalam koran Tempo yang
peneliti jadikan bahan untuk di analisis adalah headline yang memberitakan tentang
kasus korupsi suap sengketa pemilihan kepala daerah Kabupaten Lebak dan proyek
pengadaan alat kesehatan Provinsi Banten yang melanda Ratu Atut Chosiyah.
49
50
Kasus korupsi yang melanda Ratu Atut menjadi bahan pemberitaan di setiap
media karena pada saat itu Ratu Atut menjadi orang nomor satu di Banten. Pada
kasus ini adik dari Ratu Atut yaitu wawan ikut terlibat dalam proyek pengadaan alat
kesehatan di provinsi Banten. Maka daari itu peneliti ingin melihat secara
keseluruhan bagaimana rangkaian kasus ini terjadi dan Koran Tempo mengemasnya
sebagai suatu berita yang utuh dengan melihat dari headline yang dibuatnya.
Tabel 4.1
Headline Koran Tempo yang diteliti
JUDUL EDISI
1. Suap Ketua MK, KPK Usut
Peran Atut
2. Atut Diduga Selewengkan Rp.
380 Miliar
3. Dugaan Korupsi Alat Kesehatan
Meluas ke Banten
4. RP33 Miliar Mengalir ke Klan
Atut
5. Transaksi Atut Di Luar Negeri
Ditelusuri
6. Ketua KPK: Korupsi Banten
Kejahatan Keluarga
7. Dinasti Atut Rontok
1. 5 Oktober 2013
2. 8 Oktober 2013
3. 25 Oktober 2013
4. 31 Oktober 2013
5. 4 November 2013
6. 5 November 2013
7. 18 Desember 2013
51
Gambar 4.1 Gambar 4.2
Headline Koran Tempo Headline Koran Tempo
Edisi 5 Oktober 2013 Edisi 8 Oktober 2013
Gambar 4.3 Gambar 4.4
Headline Koran Tempo Headline Koran Tempo
Edisi 25 Oktober 2013 Edisi 31 Oktober 2013
52
Gambar 4.5 Gambar 4.6
Headline Koran Tempo Headline Koran Tempo
Edisi 4 November 2013 Edisi 5 November2013
Gambar 4.7
Headline Koran Tempo
Edisi 18 Desember 2013
53
B. Hasil Temuan Dalam Headline Koran Tempo
1. Headline Koran Tempo edisi 5 Oktober 2013 dengan judul “Suap Ketua MK,
KPK Usut Peran Atut”.
Gambar 4.8
Headline Koran Tempo edisi 5 Oktober 2013
Headline tersebut dapat dideskripsikan sebagai bingkai foto. Di dalam bingkai
tersebut ada Ratu Atut Chosiyah dan rekan rekannya yang terlibat dalam kasus
korupsi. Terdapat nomor pada rekan Atut yang diduga ikut terlibat pada kasus
korupsi suap sengketa pemilihan kepala daerah Kabupaten Lebak dan proyek
pengadaan alat kesehatan Provinsi Banten. Pada luar bingkai terdapat keterangan
H G
B
F
D
E
54
untuk penjelasan nomor yang ada pada rekan Atut termasuk Ratu Atut tersebut.
kemudian adanya judul yang bertuliskan “Suap Ketua MK, KPK Usut Peran Atut”.
Gambar dan judul pada headline tersebut dapat dianalisis berdasarkan
semiotika peirce yang terdiri dari :
a. Ground : Qualisign, Sinsign, Legisign.
b. Object : Iicon, Index, Symbol.
c. Interpretant : Rheme, Dicent Sign, Argument.
A. Ground
1. Qualisign
Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda. Kata memerah menunjukan
suatu tanda. Misalnya, wajahnya memerah menandakan orang itu sedang malu.
Qualisign pada Headline koran Tempo edisi ini tampak pada teks dalam judul “Suap
Ketua MK, KPK Usut Peran Atut” (Kode F). Kata „Suap Ketua MK‟ yang diberi
warna merah pada tulisannya menandakan bahwa yang menjadi inti dari kasus ini
adalah Ratu Atut yang menyuap Ketua MK. Pada Headline tersebut, kasus Atut
dijelaskan dengan detail dan inti dari pemberitaan tersebut adalah peran Atut yang
diusut oleh pihak KPK.
2. Sinsign
Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda.
Tanda yang merupakan dasar tampilannya pada kenyataan. Seperti pada kata
mendarat, yang berarti tanda berhenti dari sebuah perjalanan. Sinsign pada headline
koran Tempo edisi ini adalah ilustrasi Ratu Atut chosyiah yang berada di dalam
55
bingkai mengenakan kerudung merah jambu dan menggunakan kacamata (Kode A).
Keterangan yang berada di luar bingkai (Kode H) merupakan penjelasan dari petanda
yang berada di dada Ratu Atut yang dituliskan menggunakan angka dan penjelasan
tersebut adalah Ratu Atut chosiyah. Ilustrasi Airin Rachmi Diany (Kode B) diberikan
keterangan bahwa ia adalah Wali Kota Tanggeran selatan (Kode H), Heryani (Kode
C) yang diberi keterangan (Kode H) adalah seorang Wakil Bupati Satu Pandenglang,
Ratu Atut Chasanah (Kode D) yang diberi keterangan Wakil Bupati Serang. Tubagus
Haerul Jaman adik tiri Atut sebagai wali Kota Serang (Kode E). Mereka adalah saksi
pentng dalam kasus suap MK yang melibatkan Ratu Atut.
3. Legisign
Legisign adalah tanda-tanda yang merupakan tanda atas dasar sebuah peraturan
yang berlaku umum, sebuah konvensi. Hal itu juga dapat dikatakan dari gerakan
isyarat, seperti menggelekan kepala yamg berarti “tidak”, berwajah lemas,
melambaikan tanggan. Pada headline edisi ini, legisign terlihat pada angka yang
tertulis disetiap bagian ilustrasi yang menjadi saksi penting dalam kasus suap MK
(Kode I) yang diberi keterangan dan jabatan saksi-saksi tersebut (Kode H) bingkai
yang menandakan ruang ingkup dalam kasus Ratu Atut (Kode G
Tabel 4.2
Tanda-tanda dalam gambar berdasarkan Ground
Jenis Tanda Contoh Tanda Kode
Qualisign Kasus F
56
Sinsign
Yang menjadi saksi
dalam kasus Suap MK
A, B, C,
D,dan E
Legisign Keterangan I, H, G
B. Object
1. Icon
Pada headline edisi 5 Oktober 2013 menampilkan ilustrasi Ratu Atut chosyiah
yang berada di dalam bingkai mengenakan kerudung merah jambu dan menggunakan
kacamata sebagai gubernur Banten (Kode A). Ilustrasi Airin Rachmi Diany (Kode B)
diberikan keterangan bahwa ia adalah Wali Kota Tanggeran selatan Heryani (Kode
C) yang diberi keterangan adalah seorang Wakil Bupati Satu Pandenglang, Ratu Atut
Chasanah (Kode D) yang diberi keterangan Wakil Bupati Serang. Tubagus Haerul
Jaman adik tiri Atut sebagai wali Kota Serang (Kode E). Mereka adalah saksi pentng
dalam kasus suap MK yang melibatkan Ratu Atut. Semua itu diberikan keterangan
yang tertulis (Kode H) yang berada di luar bingkai coklat (Kode G).
2. Index
Index pada headline koran Tempo edisi 5 oktober 2013 dilihat dari keterangan
yang tertulis (Kode H) ditunjukan pada angka yang berada pada ilustrasi (Kode I)
yang menjadi saksi dalam kasus Suap MK
57
Judul teks yang bertuliskan “Suap Ketua MK, KPK Usut Peran Atut”, dan kata
„Suap Ketua MK‟ yang diberi warna merah (Kode F) menjelaskan bahwa berita ini
intinya adalah kasus Suap MK.
3. Symbol
Simbol dalam headline koran Tempo edisi kali ini menurut penulis adalah
kasus korupsi Ratu Atut yang menyup pikah MK yang akan diusut oleh pihak KPK.
Ratu Atut yang mengenakan kerudung dan bluse berwarna merah jambu (Kode A),
dimana Atut menjabat sebagai Gubernur Banten yang berwenang mengatur kegiatan
apapun yang ada di wilayah Banten. Teks yang bertuliskan “Suap Ketua MK, KPK
Usut Peran Atut” (Kode F) sebagai judul dari pemberitaan Ratu Atut Vhosiyah yang
akan diusutoleh Pihak KPK.
Tabel 4.3
Tanda dalam gambar berdasarkan object
Jenis Tanda Contoh Tanda Kode
Icon
Ratu Atut dan saksi saksi
yang berada dalam bingkai
dan diberikan keterangan
A, B, C, D, E, H
dan G
Index Angka yang tercantum dan
keterangannya, judul I, H dan F
Symbil Ratu Atut Chosiyah, Judul
Teks Headline A, F
58
C. interpretant
1. Rheme
Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan
pilihan. Peneliti berpendepat, seseorang bisa saja menafsirkan bahwa yang
mengenakan kerudung dan bluse berwarna merah jambu (Kode A) itu adalah Ratu
Atut karna kemiripan dari ilustrasi tersebut tanpa adanya keterangan yang tertulis
(Kode H) dari angka yang ada yang ditunjukan (Kode I).
Akan tetapi bisa saja seseorang menafsirkannya dengan bahwa yang terdapat
pada bingkai yang berwarna coklat (Kode G) tersebut, adalah orang-orang yang
terlibat pada kasus korupsi Ratut Atut yang menyuap MK, padahal dalam
keterangannya mereka adalah saksi-saksi kasus tersebut.
2. Dicen Sign
Dicen Sign adalah tanda sesuai kenyataan. Dicen Sign pada headline koran
Tempo ini merupakan sebuah ilustrasi dimana Ratu Atut chosiyah sebagai Gubernur
Banten terlibat dalam kasus korupsi suap sengketa pemilihan kepala daerah
Kabupaten Lebak dan proyek pengadaan alat kesehatan Provinsi Banten.
Komisi Pemberantasan Korupsi resmi menahan Gubernur Banten Atut
Chosiyah hari ini, Jumat, 20 Desember 2013. Atut diperiksa penyidik KPK lebih dari
enam jam. Penahanan dilakukan untuk proses penyidikan lebih lanjut terkait kasus
suap sengketa pemilihan kepala daerah Kabupaten Lebak dan proyek pengadaan alat
kesehatan Provinsi Banten. Dalam perkara suap sengketa pemilihan kepala daerah,
59
KPK lebih dulu mencokok Akil Mochtar ketika masih menjabat sebagai Ketua
Mahkamah Konstitusi, yang disangka menerima suap Rp 1 miliar.1
3. Argument
Argument adalah tanda yang langsung memberika alasan tentang sesuatu.
Argument pada headline koran Tempo yang berjudul “Suap Ketua MK, KPK Usut
Peran Atut” menurut interpretasi peneliti yaitu kasus korupsi Ratu Atut yang
dilustrasikan mengenakan kerudung dan bluse berwarna merah jambu dan keterangan
yang diberi angka dan tertulis. Menyuap ketua MK yang akan diusut oleh pihak KPK.
Tabel 4.4
Tanda dalam gambar berdasarkan Interpretant
Jenis Tanda Contoh Tanda Kode
Rheme
Ratu Atut, Keterangan
Tertulis, Angka , Bingkai
Coklat
A, H, I, G
Dicen Sign Judul Headline E
Argument Ratu Atut, Judul Headline A, F
1 Artikel Tempo.co, Pada Jum'at, 20 Desember 2013 16:35 Wib
60
Tabel 4.5
Hasil Temuan Headline Koran Tempo Edisi 5 Oktober 2013 Menggunakan Teori
Semiotika Pierce
Ground
Qualisign pada headline koran Tempo edisi ini
tampak pada judul teks “Suap Ketua MK, KPK Usut Peran
Atut”. „Suap Ketua MK‟ yang diberi warna merah pada
tulisannya menandakan bahwa yang menjadi inti dari kasus
ini adalah Ratu Atut yang menyuap Ketua MK. Pada
Headline tersebut, kasus Atut dijelaskan dengan detail dan
inti dari pemberitaan tersebut adalah peran Atut yang diusut
oleh pihak KPK.
Sinsign pada headline koran Tempo edisi ini adalah
pada ilustrasi Ratu Atut dan beberapa saksi-saksi dalam
kasus suap MK.
Legisign terlihat pada angka yang ditunjukan dan
keterangan yang ada.
Object
headline koran Tempo edisi kali ini menurut penulis
adalah pada ilustrasi Ratu Atut dan beberapa saksi-saksi
dalam kasus suap MK.yang ditunjukan dengan angka dan
diberi keterangan.
Interpretan
Rheme seseorang bisa saja menafsirkan bahwa yang
mengenakan kerudung dan bluse berwarna merah jambu itu
adalah Ratu Atut karna kemiripan dari ilustrasi tersebut
tanpa adanya keterangan yang tertulis dari angka yang
ditunjukan.
Dicen Sign pada headline koran Tempo ini merupakan
sebuah ilustrasi dimana Ratu Atut chosiyah sebagai
Gubernur Banten terlibat dalam kasus korupsi suap ketua
MK.
Argument pada headline koran Tempo yang berjudul
“Suap Ketua MK, KPK Usut Peran Atut”
61
2. Headline Koran Tempo edisi 8 Oktober 2013 dengan judul “Atut Diduga
Selewengkan RP 380 Miliar”.
Gambar 4.9
Headline Koran Tempo edisi 8 Oktober 2013
Sampul tersebut dapat dideskripsikan iluatrasi Ratu Atut yang mengenakan
kerudung berwarna hijau senada dengan kemejanya melitik kesebelah kanan. Di
belakang Atut mengilustrasikan peta provinsi Banten yang dipimpin oleh Ratu Atut
Chosiyah dan diberi judul "Atut Diduga Selewengkan RP 380 Miliar”
A
B
C
D
E
62
Gambar dan judul pada headline tersebut dapat dianalisis berdasarkan
semiotika pierce yang terdiri dari :
a. Ground : Qualisign, Sinsign, Legisign.
b. Object : Iicon, Index, Symbol.
c. Interpretant : Rheme, Dicent Sign, Argument.
A. Ground
1. Qualisign
Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda. Qualisign pada Headline koran
Tempo edisi kali ini tampak pada teks dalam judul "Atut Diduga Selewengkan RP
380 Miliar”(Kode B). Kata „RP 380 Miliar‟ menandakan bahwa Atut mengambil
dana yang bukan haknya yang masuk dalam kantong pribadinya sebesar RP 380
Miliar yang diberi warna merah pada penulisannya.(Kode C)
2. Sinsign
Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda.
Sinsign pada headline koran Tempo edisi ini menurut peneliti adalah gambar peta
provinsi Banten yang berada di belakang ilustrasi Atut (Kode D) dan adanya tanda
mata angin yang ditunjukan (Kode E) yang menunjukan arah utara pada peta tersebut.
3. Legisign
Legisign adalah tanda-tanda yang merupakan tanda atas dasar sebuah peraturan
yang berlaku umum, sebuah konvensi. Pada headline edisi ini, legisign menurut
peneliti adalah terlihat pada Atut yang mengenakan kerudung berwarna hijau sebagai
63
tanda bahwa Atut adalah seorang islam.(Kode A) dan tanda mata angin yang
menunjukan arah utara pada peta (Kode E).
Tabel 4.6
Tanda-tanda dalam gambar berdasarkan Ground
Jenis Tanda Contoh Tanda Kode
Qualisign Judul teks pada headline B, C
Sinsign
Peta prop. Banten, arah mata
angin
D, E
Legisign
Wanita berjilbab, arah mata
angin
A, E
B.Object
1. Icon
Pada headline edisi 8 Oktober 2013 menampilkan Ratu Atut yang mengenakan
kerudung berwarna hijau senada dengan kemejanya (Kode A) melitik kesebelah
kanan. Di belakang Atut mengilustrasikan peta provinsi Banten (Kode D) yang
dipimpin oleh Ratu Atut Chosiyah ada arah mata anginnya (Kode E) dan diberi judul
"Atut Diduga Selewengkan RP 380 Miliar” (Kode B) kata „RP380 Miliar‟ diberi
warna merah menandakan bahwa itu dalam jumlah besar (KodeC).
2. Index
64
Index pada headline koran Tempo edisi 8 oktober 2013 dilihat dari seorang
wanita yang mengenakan kerudung berwarna hijau (Kode A) diilustrasikan sebagai
Ratu Atut yang matanya sedang melirik ke arah kiri. Dan kata yang bertuliskan „RP
380 Miliar‟ (Kode C) yang berwarna merah menandakan dalam jumlah yang besar.
3. Symbol
Simbol dalam headline koran Tempo edisi kali ini menurut penulis adalah peta
provinsi Banten (Kode D) dan arah mata angin yang menunjukan ke arah utara
sebelah atas (Kode E).
Tabel 4.7
Tanda-tanda dalam gambar berdasarkan Object
Jenis Tanda Contoh Tanda Kode
Icon
Wanita Berjilbab, peta, arah
mata angin, judul besar,judul
yang diberi
A, D, E, B, C
Index
Wanita yang mengenakan
kerudung, judul yang diberi
warna merah
A, C
Symbol Peta provinsi. Banten, arah
mata angin D, E
65
C. Interpretant
1. Rheme
Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan
pilihan. Pada edisi 8 Oktober 2013 di headline tersebut seorang wanita yang
menenakan kerudung diilustrasikan sebagai Ratu Atut yang sedang berbisik kepada
seorang dokter yang bisa di interpretasikan seorang dokter memang pada
kenyataannya menggunakan jas putih dan menggunakan stetoskop sebagai alat bantu
periksanya.
2. Dicen Sign
Dicen Sign adalah tanda sesuai kenyataan. Dicen Sign pada headline koran
Tempo ini merupakan sebuah ilustrasi dimana Ratu Atut chosiyah sebagai Gubernur
Banten terlibat dalam kasus korupsi suap sengketa pemilihan kepala daerah
Kabupaten Lebak dan proyek pengadaan alat kesehatan Provinsi Banten.
Dalam kasusnya suap sengketa pemilihan kepala daerah Kabupaten Lebak dan
proyek pengadaan alat kesehatan Provinsi Banten, Atut didakwa menyuap Akil
Mochtar selaku ketua Mahkamah Konstitusi saat itu dengan uang Rp 1 miliar terkait
pengurusan sengketa Pilkada Lebak, Banten, yang bergulir di MK. Uang Rp 1 miliar
tersebut disediakan Wawan atas perintah Atut. Pemberian uang itu bertujuan agar
MK mengabulkan gugatan yang diajukan pasangan calon bupati dan wakil bupati
Lebak Amir Hamzah dan Kasmin yang merupakan calon dari Partai Golkar.2
2 Artikel Kompas.com, Pada Kamis, 3 Juli 2014 12:56 WIB
66
3. Argument
Argument adalah tanda yang langsung memberika alasan tentang sesuatu.
Argument pada headline koran Tempo edisi ini menurut interpretasi peneliti yaitu
kasus korupsi Ratu Atut yang dilustrasikan pada headline ini adanya dugaan korupsi
alat kesehatan yang diusung oleh Atut. Dilihat dari ilutrasinya Atut berbisik kepada
seorang dokter yang mana dokter tersebut adalah tanda bahwa alat kesehatan itu
berhubungan dengan dokter yang berkepentingan dalam urusan alat kesehatan. Teks
yang ada pda headline sebagai wacana bahwa adanya dugaan korupsi alat kesehatan.
Tabel 4.8
Tanda-tanda dalam gambar berdasarkan interpretant
Jenis Tanda Contoh Tanda Kode
Rheme
Wanita Berjilbab, Wanita Berjas
Putih Ilustrasi Dari Seorang
Dokter, Alat bantu periksa
kesehatan (stetoskop)
B, C, D
Dicent Sign Iluatrasi Atut yang Berjilbab,
judul besar headline B, E
Argument Dokter Berjas Putih, Stetoskop C, D
Tabel 4.9
Hasil Temuan Headline Koran Tempo Edisi 8 Oktober 2013 Menggunakan Teori
Semiotika Peirce
Ground
Qualisign pada headline koran Tempo edisi ini tampak
pada judul teks “Dugaan Korupsi Alat Kesehatan Meluas Ke
Banten”. Kata Kata „RP 380 Miliar‟ menandakan bahwa Atut
mengambil dana yang bukan haknya yang masuk dalam kantong
pribadinya sebesar RP 380 Miliar yang diberi warna merah pada
penulisannya.
67
Sinsign pada headline koran Tempo edisi ini adalah pada
ilustrasi Ratu Atut yang berbisik kepada seorang dokter, dan
judul besar headline menjadi keterangannya
Legisign terlihat pada seorang dokter yang mengenakan jas
putih dan memakai stetoskop sebagai alat pemeriksaan kesehatan
Object
Ikon pada headline ini semua ilustrasi yang ada pada
gambar menjadi tanda sebuah ikon.
Simbol dalam headline koran Tempo edisi kali ini menurut
penulis adalah kasus korupsi Ratu Atut bukan hanya pada kasus
suap pikah MK saja, akan tetapi adanya dugaan korupsi alat
kesehatan. kasus dugaan korupsi Ratu Atut Alat kesehatan yang
meluas ke Banten, yang ditandai dengan Ratu Atut yang sedang
berbisik kepada seorang wanita yang mengenakan jas putih dan
menggunakan stetoskop pada telinganya.
Interpretan
Rheme dari ilustrasi yang ada pada headline adanya
kemiripan ilustrasi Ratu Atut pada gambar dan aslinya.
Dicen Sign pada headline koran Tempo ini merupakan
sebuah ilustrasi dimanaadanya dugaan korupsi alat kesehatan
yang dilakukan Ratu Atut chosiyah ditandakan pada berbisiknya
Atut pada seorang dokter.
Argument pada headline koran Tempo yang berjudul
“Dugaan Korupsi Alat Kesehatan Meluas Ke Banten”
68
3. Headline Koran Tempo edisi 25 Oktober 2013 dengan judul “Atut Diduga
Selewengkan RP 380 Miliar”.
Gambar 4.10
Headline Koran Tempo edisi 25 Oktober 2013.
Sampul tersebut dapat dideskripsikan iluatrasi Ratu Atut yang memakai
kerudung berwarna merah marun sedang berbisik kepada seorang dokter yang dokter
tersebut ditandai dengan mengenakan jas putih dan menggunakan stetoskop.
Kemudian terdapat teks “Dugaan Korupsi Alat Kesehatan Meluas Ke Banten”.
B
A
E
D
C
69
Gambar dan judul pada headline tersebut dapat dianalisis berdasarkan
semiotika pierce yang terdiri dari :
a. Ground : Qualisign, Sinsign, Legisign.
b. Object : Iicon, Index, Symbol.
c. Interpretant : Rheme, Dicent Sign, Argument.
A. Ground
1. Qualisign
Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda. Qualisign pada Headline koran
Tempo edisi kali ini tampak pada teks dalam judul “Dugaan Korupsi Alat Kesehatan
Meluas Ke Banten”. Kata “Dugaan Korupsi” yang diberi warna merah dalam
penulisan teksnya (Kode E) menandakan bahwa Ratu Atut tidak hanya terlibat dalam
kasus suap ketua MK saja, tetapi juga adanya dugaan yang melibatkan Ratu Atut
dalam kasus korupsi alat kesehatan.
2. Sinsign
Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda.
Sinsign pada headline koran Tempo edisi ini menurut peneliti adalah terdapat ilustrasi
Ratu Atut yang sedang membisikan sesuatu pada seorang dokter (Kode B) dan
adanya jutul teks yang bertuliskan “Dugaan Korupsi Alat Kesehatan Meluas Ke
Banten” (Kode A). Pada kalimat tersebut adanya kegiatan pada suatu peristiwa yang
menandakan kasus korupsi alat kesehatan yang terjadi pada Ratu Atut sudah
menyebar ke wilayah Banten yang pada saat itu dipimpinnya.
70
3. Legisign
Legisign adalah tanda-tanda yang merupakan tanda atas dasar sebuah peraturan
yang berlaku umum, sebuah konvensi. Pada headline edisi ini, legisign menurut
peneliti adalah terlihat pada seorang dokter yang memakai jas putih (Kode C) dan
menggunakan Stetoskop yang dililitkan bebagian lehernya (Kode D). Sejatinya
seorang dokter mengenakan jas putih dan menggukanan stetoskop sebagai alat dasar
untuk memeriksa pasiennya.
Tabel 4.10
Tanda-tanda dalam gambar berdasarkan Ground
Jenis Tanda Contoh Tanda Kode
Qualisign Judul teks yang berwarna merah E
Sinsign Ratu Atut, Judul Teks B, A
Legisign Dokter Berjas Putih, Stetoskop C, D
B. Object
1. Icon
Pada headline edisi 25 Oktober 2013 menampilkan seorang wanita yang
mengenakan kerudung diilustrasikan sebagai Ratu Atut yang sedang membisikan
seorang dokter ( Kode B). Pada kenyataannya Ratu Atut adalan seorang wanita yang
mengenakan kerudung sebagai tanda bahwa ia seorang muslim. Di sebelahnya ada
seorang dokter yang mengenakan jas putih (Kode C) bahwanyanya seorang dokter
71
pada kenyataannya ditandai dengan mengenakan jas berwarna putih. Dokter tersebut
juga mengenakan stetoskop (Kode D) sebagai alat dasar seorang dokter untuk
memeriksa pasiennya. Diatasnya terdapat judul teks “Dugaan Korupsi Alat Kesehatan
Yang Meluas Ke Banten” (Kode A), dan teks “Dugaan Korupsi” yang di beri warna
merah pada tulisannya (Kode E).
2. Index
Index pada headline koran Tempo edisi 25 oktober 2013 dilihat dari seorang
wanita yang mengenakan kerudung (Kode B) diilustrasikan sebagai Ratu Atut yang
sedang berbisik ke seorang dokter yang ditandai dengan mengenakan jas putih (Kode
C) dan menggunakan stetoskop yang dililitkan pada lehernya (Kode D).
3. Symbol
Simbol dalam headline koran Tempo edisi kali ini menurut penulis adalah kasus
dugaan korupsi Ratu Atut Alat kesehatan yang meluas ke Banten, yang ditandai
dengan Ratu Atut yang sedang berbisik kepada seorang wanita yang mengenakan jas
putih dan menggunakan stetoskop pada telinganya.
Tabel 4.11
Tanda-tanda dalam gambar berdasarkan Object
Jenis Tanda Contoh Tanda Kode
Ikon
Wanita Berjilbab, Wanita
Berjas Putih Ilustrasi Dari
Seorang Dokter, Alat
bantu periksa kesehatan
(stetoskop), Judul Besar
Headline, Judul teks yang
berwarna merah
B, C, D, A, E
72
Index
Iluatrasi Atut yang
Berjilbab, Wanita Berjas
Putih Dari Seorang
Dokter, Alat periksa
kesehatan (stetoskop)
B, C, D
Symbol Dokter Berjas Putih,
Stetoskop C, D
C. Interpretant
1. Rheme
Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan
pilihan. Pada edisi 25 Oktober 2013 di headline tersebut seorang wanita yang
menenakan kerudung diilustrasikan sebagai Ratu Atut yang sedang berbisik kepada
seorang dokter yang bisa di interpretasikan seorang dokter memang pada
kenyataannya menggunakan jas putih dan menggunakan stetoskop sebagai alat bantu
periksanya.
2. Dicen Sign
Dicen Sign adalah tanda sesuai kenyataan. Dicen Sign pada headline koran
Tempo ini merupakan sebuah ilustrasi dimana Ratu Atut chosiyah sebagai Gubernur
Banten terlibat dalam kasus korupsi suap sengketa pemilihan kepala daerah
Kabupaten Lebak dan proyek pengadaan alat kesehatan Provinsi Banten.
Dalam kasusnya suap sengketa pemilihan kepala daerah Kabupaten Lebak dan
proyek pengadaan alat kesehatan Provinsi Banten, Atut didakwa menyuap Akil
73
Mochtar selaku ketua Mahkamah Konstitusi saat itu dengan uang Rp 1 miliar terkait
pengurusan sengketa Pilkada Lebak, Banten, yang bergulir di MK. Uang Rp 1 miliar
tersebut disediakan Wawan atas perintah Atut. Pemberian uang itu bertujuan agar
MK mengabulkan gugatan yang diajukan pasangan calon bupati dan wakil bupati
Lebak Amir Hamzah dan Kasmin yang merupakan calon dari Partai Golkar.3
3. Argument
Argument adalah tanda yang langsung memberika alasan tentang sesuatu.
Argument pada headline koran Tempo edisi ini menurut interpretasi peneliti yaitu
kasus korupsi Ratu Atut yang dilustrasikan pada headline ini adanya dugaan korupsi
alat kesehatan yang diusung oleh Atut. Dilihat dari ilutrasinya Atut berbisik kepada
seorang dokter yang mana dokter tersebut adalah tanda bahwa alat kesehatan itu
berhubungan dengan dokter yang berkepentingan dalam urusan alat kesehatan. Teks
yang ada pda headline sebagai wacana bahwa adanya dugaan korupsi alat kesehatan.
Tabel 4.12
Tanda-tanda dalam gambar berdasarkan interpretant
Jenis Tanda Contoh Tanda Kode
Rheme
Wanita Berjilbab, Wanita
Berjas Putih Ilustrasi Dari
Seorang Dokter, Alat bantu
periksa kesehatan (stetoskop)
B, C, D
Dicent Sign
Iluatrasi Atut yang
Berjilbab, judul besar
headline
B, E
3 Artikel Kompas.com, Pada Kamis, 3 Juli 2014 12:56 WIB
74
Argument Dokter Berjas Putih,
Stetoskop C, D
Tabel 4.13
Hasil Temuan Headline Koran Tempo Edisi 5 Oktober 2013 Menggunakan Teori
Semiotika Pierce
Ground
Qualisign pada headline koran Tempo edisi ini tampak
pada judul teks “Dugaan Korupsi Alat Kesehatan Meluas Ke
Banten”. Kata „Dugaan Korupsi‟ menandakan bahwan status
Atut dalam kasus Korupsi tidak hanya pada Suap Ketua MK
tetapi juga adanya kasus korupsi lainnya.
Sinsign pada headline koran Tempo edisi ini adalah pada
ilustrasi Ratu Atut yang berbisik kepada seorang dokter, dan
judul besar headline menjadi keterangannya
Legisign terlihat pada seorang dokter yang mengenakan
jas putih dan memakai stetoskop sebagai alat pemeriksaan
kesehatan
Object
Ikon pada headline ini semua ilustrasi yang ada pada
gambar menjadi tanda sebuah ikon.
Simbol dalam headline koran Tempo edisi kali ini
menurut penulis adalah kasus korupsi Ratu Atut bukan hanya
pada kasus suap pikah MK saja, akan tetapi adanya dugaan
korupsi alat kesehatan. kasus dugaan korupsi Ratu Atut Alat
kesehatan yang meluas ke Banten, yang ditandai dengan Ratu
Atut yang sedang berbisik kepada seorang wanita yang
mengenakan jas putih dan menggunakan stetoskop pada
telinganya.
Interpretan
Rheme dari ilustrasi yang ada pada headline adanya
kemiripan ilustrasi Ratu Atut pada gambar dan aslinya.
Dicen Sign pada headline koran Tempo ini merupakan
sebuah ilustrasi dimanaadanya dugaan korupsi alat kesehatan
yang dilakukan Ratu Atut chosiyah ditandakan pada berbisiknya
Atut pada seorang dokter.
Argument pada headline koran Tempo yang berjudul
“Dugaan Korupsi Alat Kesehatan Meluas Ke Banten”
75
4. Headline Koran Tempo edisi 31 Oktober 2013 dengan judul “RP 33 Miliar
Mengalir Ke Klain Atut”.
Gambar 4.11
Headline Koran Tempo edisi 31 Oktober 2013.
Headline tersebut dapat dideskripsikan sebagai Ratu Atut Chosiyah yang
diilustrasikan sebagai ratu yang mengenakan mahkota pada kepalanya dan duduk di
kursi singgahsana, yang sedang membagikan uang kepada orang-orang yang hanya
diilustrasikan dengan sebuah tangan yang menengadah ke atas sebagai tanda
A B
D
C
E
G
F
76
menerima sejumlah uang yang diberikan Ratu Atut dengan judul besar “RP 33 Miliar
Mengalir Ke Klan Atut”
Gambar dan judul pada headline tersebut dapat dianalisis berdasarkan
semiotika pierce yang terdiri dari :
a. Ground : Qualisign, Sinsign, Legisign.
b. Object : Iicon, Index, Symbol.
c. Interpretant : Rheme, Dicent Sign, Argument.
A. Ground
1. Qualisign
Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda. Qualisign pada Headline koran
Tempo edisi ini tampak pada teks dalam judul “RP 33 Miliar Mengalir Ke Klan
Atut” (Kode A). Kata „RP 33 Miliar‟ (KodeG) menandakan adanya sejumlah uang
yang diberikan oleh Ratu Atut.
2. Sinsign
Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda.
Tanda yang merupakan dasar tampilannya pada kenyataan. Sinsign pada headline
koran Tempo edisi ini adalah ilustrasi Ratu Atut chosyiah yang sedang memberikan
sejumlah uang (Kode E) kepada klannya yang ditandai dengan tangan yang
menengadah ke atas yang menerima uang tersebut (Kode F)
3. Legisign
Legisign adalah tanda-tanda yang merupakan tanda atas dasar sebuah peraturan
yang berlaku umum, sebuah konvensi. Hal itu juga dapat dikatakan dari gerakan
77
isyarat. Pada headline edisi ini, legisign terlihat dari Atut yang mengenakan Mahkota
(Kode B) dan duduk di kursi singgahsanah (Kode C). Seorang ratu memang biasanya
mengenakan mahkota dan duduk di kursi.
Tabel 4.14
Tanda-tanda dalam gambar berdasarkan Ground
Jenis Tanda Contoh Tanda Kode
Qualisign Judul Headline A, G
Sinsign
Tanda memberi dan
menerima
E, F
Legisign Jabatan B, D
B. Object
1. Icon
Pada headline edisi 31 Oktober 2013 menampilkan Ratu Atut Chosiyah yang
mengenakan Mahkota seperti seorang ratu (Kode B), yang duduk di kursi
singgahsana (Kode C) mempunyai uang yang disimpan dalam sebuah bungkusan
berwarna ababu (Kode D) dan diberikannya sejumlah uang itu ( Kode E) kepada Klan
yang ditandai oleh tangan yang menegadah ke atas (Kode F), dengan Judul besar “RP
33 Miliar Mengalir Ke Klan Atut” (Kode A).
2. Index
Index pada headline koran Tempo edisi 31 oktober 2013 dilihat Ratu Atut yang
memiliki sejumlah uang yang disimpan dalam sebuah bungkusan abuabu (Kode D).
78
Tanda mengalir ke klan ditandain dari Atut yang memberikan uang (Kode E) dan di
terima oleh klan yang ditandain ilustrasi tangan yang menengadah ke atas yang
menerima uang tersebut (Kode F). Judul yang bertuliskan “RP 33 Miliar Mengalir Ke
Klan Atut” (Kode A) menandakan bahwa uang yang mengalir pada klan Atut sebesar
RP 33 Miliar.
3. Symbol
Simbol dalam headline koran Tempo edisi kali ini menurut penulis adalah
kasus korupsi Ratu Atut yang mengenakan mahkota (Kode B) dan duduk di kursi
singgahsana (Kode C) sebagai pemilik dari uang yang berjumlah RP 33 Miliar
tersebut yang diberikan kepada klannya dengan tanda tangan yang menengadah ke
atas sebagai tanda menerima (Kode F).
Tabel 4.15
Tanda dalam gambar berdasarkan object
Jenis Tanda Contoh Tanda Kode
Icon
Mahkota, kursi singgahsana,
uang yang disimpan dalam
sebuah bungkusan ababu, tanda
memberi, tanda menerima,
Judul Besar
B, C, D, E, F,
A
Index
uang yang disimpan dalam
bungkusan ababu, tanda
memberi, tanda menerima,
Judul Besar
B, A, D, E
Symbol Kedudukan Ratu Atut yang
memberikan uang B, C, F
79
C. Interpretant
1. Rheme
Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan
pilihan. Peneliti berpendepat, dilihat dariilustrasinya seseorang dapat menafsirkan
bahwa Ratu Atut yang berkuasa dalam hal tersebut ditandai dengan mengenakan
mahkota (Kode B) dan duduk di kursi singgahsana (Kode C) memberikan sejumlah
uang kepada klanya yang ditandai tangan yang memberi (Kode E) dan tangan klan
yang menerima (Kode F).
Pada ilustrasi gambar tersebut seseorang yang melihatnya mungkit tidak tau
berapa jumlah uang yang diberikan kepada klan Atut, akan tetapi ada Judul Besar
yang menerangkan bahwa sebesar RP 33 Miliar uang yang mengalir ke Klan Atut
(Kode A).
2. Dicen Sign
Dicen Sign adalah tanda sesuai kenyataan. Dicen Sign pada headline koran
Tempo ini merupakan sebuah ilustrasi dimana Ratu Atut chosiyah sebagai Gubernur
Banten yang terlibat dalam beberapa kasus korupsi memberikan sejumlah uang
sebesar RP 33 Miliar ke beberapa klannya seperti yang dikutip pada koran tempo
edisi 31 Oktober 2013.
3. Argument
Argument adalah tanda yang langsung memberika alasan tentang sesuatu.
Argument pada headline koran Tempo yang berjudul “RP 33 Miliar Mengalir Ke
Klan Atut” menurut interpretasi peneliti yaitu Ratu Atut yang berkuasa dalam hal ini
80
memberikan sejumlah uang yang jumlahnya cukup banyak adalah salah satu tindakan
penyuapan atau komisi kepada beberapa klannya dalam kasus korupsi penyuapan MK
dan alat kesehatan.
Tabel 4.16
Tanda dalam gambar berdasarkan Interpretant
Jenis Tanda Contoh Tanda Kode
Rheme
Kedudukan Ratu Atut
sebagai seorang Ratu Banten,
tanda memberi dan
menerima, judul
B, C, E, F,
A
Dicen Sign Judul Headline A
Argument Kedudukan Ratu Atut, Judul
Besar B, C, A
Tabel 4.17
Hasil Temuan Headline Koran Tempo Edisi 31 Oktober 2013 Menggunakan Teori
Semiotika Peirce
Ground
Qualisign pada headline koran Tempo edisi ini tampak pada
judul teks “RP 33 Miliar Mengalir Ke Klan Atut”. Kata „RP 33
Miliar‟ menandakan adanya sejumlah uang yang diberikan oleh
Ratu Atut.
Sinsign pada headline koran Tempo edisi ini adalah pada
ilustrasi Ratu Atut chosyiah yang sedang memberikan sejumlah
uang, kepada klannya yang ditandai dengan tangan yang
menengadah ke atas yang menerima uang tersebut.
Legisign terlihat pada Atut yang mengenakan Mahkota dan
duduk di kursi singgahsanah. Seorang ratu memang biasanya
mengenakan mahkota dan duduk di kursi.
Object
Indeks pada edisi ini Ratu Atut yang memiliki sejumlah uang
yang disimpan dalam sebuah bungkusan abuabu.Tanda mengalir ke
klan ditandain dari Atut yang memberikan uang dan di terima oleh
klan yang ditandain ilustrasi tangan yang menengadah ke atas yang
81
menerima uang tersebut. Judul yang bertuliskan “RP 33 Miliar
Mengalir Ke Klan Atut” menandakan bahwa uang yang mengalir
pada klan Atut sebesar RP 33 Miliar.
Simbol dalam headline koran Tempo edisi kali ini menurut
penulis adalah kasus korupsi Ratu Atut yang mengenakan mahkota
dan duduk di kursi singgahsana sebagai pemilik dari uang yang
berjumlah RP 33 Miliar tersebut yang diberikan kepada klannya
dengan tanda tangan yang menengadah ke atas sebagai tanda
menerima.
Interpretan
Rheme seseorang bisa saja menafsirkan bahwa bahwa Ratu
Atut yang berkuasa dalam hal tersebut ditandai dengan mengenakan
mahkota dan duduk di kursi singgahsana memberikan sejumlah
uang kepada klanya yang ditandai tangan yang memberi dan tangan
klan yang menerima.
Dicen Sign pada headline koran Tempo ini Ratu Atut chosiyah
sebagai Gubernur Banten yang terlibat dalam beberapa kasus
korupsi memberikan sejumlah uang sebesar RP 33 Miliar ke
beberapa klannya
Argument pada headline koran Tempo yang berjudul “RP 33
Miliar Mengalir Ke Klain Atut”
82
5. Headline Koran Tempo edisi 4 November 2013 dengan judul “Transaksi Atut
Di Luar Negeri Ditelusuri”.
Gambar 4.12
Headline Koran Tempo
edisi 4 November 2013
Headline tersebut diilustrasikan sebagai Ratu Atut Chosiyah yang dari mimik
wajahnya senang berbelanja ditandai dengan ia yang membawa beberapa paper bag di
tangan kanannya dan tas di lengan kirinya sekaligus memegang kacamata yang ia taru
di atas kepalanya. Pada judul bertuliskan “Transaksi Atut Di Luar Negeri Ditelusuru”.
A
F
B
D
E
C
G
83
Atut gemar berbelanja ke luar negeri ini ditandai dengan adanya peta dunia. Pada
bagian bawah badan Atut tidak digambarkan bagian tubuh Atut melainkan tingkat
penyanggah yang biasanya digunakan untuk patung baju yang biasa di pajang pada
butik butik pakaian
Gambar dan judul pada headline tersebut dapat dianalisis berdasarkan
semiotika pierce yang terdiri dari :
a. Ground : Qualisign, Sinsign, Legisign.
b. Object : Iicon, Index, Symbol.
c. Interpretant : Rheme, Dicent Sign, Argument.
A. Ground
1. Qualisign
Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda. Qualisign pada Headline koran
Tempo edisi ini tampak pada teks dalam judul “Transaksi Atut Di Luar Negeri Di
Telusuru” (Kode A). Kata „Atut‟ (Kode G) menandakan bahwa headline tersebut
Atut yang sangat berperan..
2. Sinsign
Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda.
Tanda yang merupakan dasar tampilannya pada kenyataan. Sinsign pada headline
koran Tempo edisi ini adalah adanya peta dunia pada gambar yang pada
kenyataannya sebuah peta digambarkan sedemikian rupa (Kode C). Tas (Kode B)
paper bag (Kode D) sepatu (Kode F) yang dikenakan oleh Ratu Atut sebagai tanda
kepemilikannya.
84
3. Legisign
Legisign adalah tanda-tanda yang merupakan tanda atas dasar sebuah peraturan
yang berlaku umum, sebuah konvensi.hal itu dapat dikatakan dari gerakan isyarat,
seperti mengangguk berarti “ya”. Pada headline edisi ini, biasanya dalam kehidupan
sehari-hari wanita yang gemar berbelanja membawa bungkusan yang banyak pada
tangannya (Kode D).
Tabel 4.18
Tanda-tanda dalam gambar berdasarkan Ground
Jenis Tanda Contoh Tanda Kode
Qualisign Judul headline A, G
Sinsign
Barang-barang
kepemilikan Atut, letak
negara
B, D, F, C
Legisign Gambaran seorang wanita
yang senang berbelanja
D
B. Object
1. Icon
Pada headline edisi 4 November 2013 mengilustrasikan Ratu Atut Chosiyah
yang dari mimik wajahnya senang berbelanja ditandai dengan ia yang membawa
beberapa paper bag di tangan kanannya (Kode D) dan tas di lengan kirinya (Kode B)
sekaligus memegang kacamata yang ia taru di atas kepalanya, ada sepatu highheels
85
yang diletakan pada bagian bawah Atut (Kode F). Pada bagian bawah badan Atut
tidak digambarkan bagian tubuh Atut melainkan tingkat penyanggah yang biasanya
digunakan untuk patung baju yang biasa di pajang pada butik butik pakaian (Kode E).
Pada judul bertuliskan “Transaksi Atut Di Luar Negeri Ditelusuru” (Kode A) hal ini
juga ditandai dengan adanya ilustrasi peta dunia yang ada pada headline tersebut
(Kode C).
2. Index
Index pada headline koran Tempo edisi 4 november 2013 dari judul headline
tersebut “Transaksi Atut Di Luar Negeri Ditelusuri” (Kode A) ditandai oleh adanya
gambar peta dunia yang diberi warna crem (Kode C), dilihat dari ilustrasi Atut yang
membawa tas yang di lengan sebelah Kirinya (Kode B) dan paper bag di tangan
sebelah kanan (Kode D) sepatu yang ada menggambarkan sepatu yang dipajang
dalam sebuah toko (Kode F) sebagai tanda kepemilikan dari Ratu Atut.
3. Symbol
Simbol dalam headline koran Tempo edisi kali ini menurut penulis adalah
transaksi ratu atut yang ditelusuri di beberapa negara di luar negeri yang ditandai oleh
gambar peta dunia (Kode C)
Tabel 4.19
Tanda dalam gambar berdasarkan object
Jenis Tanda Contoh Tanda Kode
Icon
Barang kepemilikan Ratu
Atut, tongkat penyanggah,
peta dunia, judul headline
B, D, F, E, C, A
86
Index
Judul headline, peta
Dunia, barang kepunyaan
Atut
A, C, B, D, F
Symbol Peta Dunia C
C. Interpretant
1. Rheme
Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan
pilihan. Peneliti berpendepat, dilihat dari ilustrasinya seseorang dapat menafsirkan
bahwa Ratu Atut yang gemar berbelanja dengan uang dari hasil korupsi ditandai
dengan adanya gambar Atut yang membawa belanjaan pada tangan kanannya (Kode
D) dari judulnya juga dapat ditafsirkan penelusuran Atut sampai keluar negeri
ditandai oleh peta dunia (Kode C).
2. Dicen Sign
Dicen Sign adalah tanda sesuai kenyataan. Dicen Sign pada headline koran
Tempo ini merupakan sebuah ilustrasi dimana transaksi Ratu Atut sudah mencapai
luar negeri. Transaksi Atut di luar negeri adalah transaksi berbelanja berbagai barang
bermerk dengan harga tinggi.
3. Argument
Argument adalah tanda yang langsung memberika alasan tentang sesuatu.
Argument pada headline koran Tempo yang berjudul “Transaksi Atut ditelusuri di
Luar Negeri” menurut interpretasi peneliti yaitu uang dari hasil korupsi suap Mk dan
87
alat kesehatan dibelanjakan Atut di luar negeri yang ditandai peta dunia dengan
berbelanja barang barang bermerk.
Tabel 4.20
Tanda dalam gambar berdasarkan Interpretant
Jenis Tanda Contoh Tanda Kode
Rheme Barang belanja Atut di luar
negeri, peta dunia D, C
Dicen Sign Judul Headline A
Argument Peta dunia, Judul C, A
Tabel 4.21
Hasil Temuan Headline Koran Tempo Edisi 4 November 2013 Menggunakan Teori
Semiotika Peirce
Ground
Qualisign pada headline koran Tempo edisi ini tampak
pada judul teks “Transaksi Atut Di Luar Negeri Di Telusuri”.
Kata „Atut‟menandakan bahwa Atut yang berperan dalam
Headline ini.
Sinsign pada headline koran Tempo edisi ini adalah
adanya peta dunia pada gambar yang pada kenyataannya sebuah
peta digambarkan sedemikian rupa. Barang yang di bawa Atut
dan dikenakan oleh Ratu Atut sebagai tanda kepemilikannya
Legisign sudah menjadi suatu kebiasaan seorang wanita
yang suka berbelanja seperti Atut
Object
Indeks pada edisi ini “Transaksi Atut Di Luar Negeri
Ditelusuri” ditandai oleh adanya gambar peta dunia yang diberi
warna crem, Atut yang membawa barang barang dan
mengenakan barang yang menunjukan bahwa itu milik Atut
Simbol dalam headline koran Tempo edisi kali ini
menurut penulis adalah transaksi ratu atut yang ditelusuri di
beberapa negara di luar negeri yang ditandai oleh gambar peta
dunia.
88
Interpretan
Rheme seseorang bisa saja menafsirkan Ratu Atut yang
gemar berbelanja dengan uang dari hasil korupsi ke luar negeri
Argument pada headline koran Tempo yang berjudul
“Transaksi Atut ditelusuri di Luar Negeri” menurut interpretasi
peneliti yaitu uang dari hasil korupsi alat kesehatan dibelanjakan
Atut di luar negeri dengan berbelanja barang barang bermerk.
89
6. Headline Koran Tempo edisi 5 November 2013 dengan judul “Ketua KPK:
Korupsi Banten Kejahatan Keluarga”.
Gambar 4.13
Headline Koran Tempo edisi 5 November 2013.
Headline tersebut dalam kasus Ratu Atut Chosiyah adalah tindakan korupsi
yang dilakukan bersama keluarganya. Pada ilustrasi tersebut wajah Atut terbelah yang
dalamnya berisikanseluarganya yang ikut terlibat dalam kasus korupsi banten.
Gambar dan judul pada headline tersebut dapat dianalisis berdasarkan
semiotika peirce yang terdiri dari :
B
A
90
a. Ground : Qualisign, Sinsign, Legisign.
b. Object : Iicon, Index, Symbol.
c. Interpretant : Rheme, Dicent Sign, Argument.
A. Ground
1. Qualisign
Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda. Qualisign pada Headline koran
Tempo edisi ini tampak pada teks dalam judul “Korupsi Banten Kejahatan Keluarga”
(Kode A). Kata „Kejahatan Keluargai‟ (Kode F) menandakan bahwa headline
tersebut intinya adalah kejahatan keluarga Atut yang terlibat.
2. Sinsign
Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda.
Tanda yang merupakan dasar tampilannya pada kenyataan. Sinsign pada headline
koran Tempo edisi ini adalah adanya wajah Ratu Atut yang terbelah (Kode B)
didalam wajah tersebut diilustrasikan sebagai Airin Rachmi Diany (Kode C) di
dalamnya lagi digambarkan sebagai Ratu Atut Chasanan (Kode D) dan Tubagus
Chaeri Wardana (Kode E). Diberi judul pada peristiwa “Korupsi Banten Kejahatan
Keluarga (Kode A).
3. Legisign
Legisign adalah tanda-tanda yang merupakan tanda atas dasar sebuah peraturan
yang berlaku umum, sebuah konvensi. Hal itu dapat dikatakan dari gerakan isyarat,
seperti mengangguk berarti “ya”. Pada headline edisi ini, terlihat bahwa yang terlibat
91
dalam kasus korupsi adalah keluarga dari Ratu atut (Kode A) yang diberi warna
merah pada penulisan Kejahatan Keluarga (Kode F).
Tabel 4.22
Tanda-tanda dalam gambar berdasarkan Ground
Jenis Tanda Contoh Tanda Kode
Qualisign Judul headline A, F
Sinsign
Yang terlibat dalam kasus
korupsi dinasti atut
B, C, D, E
Legisign
Yang terlibat dari kasus ini
adalah keluarga dari Atut
yang tertulis pada judul
A, F
B. Object
1. Icon
Pada headline edisi 5 November 2013 mengilustrasikan Ratu Atut Chosiyah
dan keluarganya Airin, Ratu Atut Chasanan, dan wawan adalah kejahatan keluarga
dalam kasus korupsi Banten.
2. Index
Index pada headline koran Tempo edisi 5 november 2013 dari judul headline
tersebut “Korupsi Banten Kejahatan Keluarga” (Kode A) yang diberi wrna merah
pada penulisan Kejahatan Keluarga (Kode F).
92
3. Symbol
Simbol dalam headline koran Tempo edisi kali ini menurut penulis adalah
wajah dari keluarga Ratu Atut Chosiah (Kode B) dan Judul Pada Headline (Kode A).
Tabel 4.23
Tanda dalam gambar berdasarkan object
Jenis Tanda Contoh Tanda Kode
Icon Pelaku Korupsi Kejahatan
Keluarga
B, D, E,
C
Index Judul headline yang diberi
warna merah A, F
Symbol Ratu Atut dan Judul headline B, A
C. Interpretant
1. Rheme
Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan
pilihan. Peneliti berpendepat, ilustrasi tersebus sudah jelas siapa saja keluarga Atut
yang terlibat dalam kasus korupsi walaupun wajah nya terpoton-potong.
2. Dicen Sign
Dicen Sign adalah tanda sesuai kenyataan. Dicen Sign pada headline koran
Tempo ini merupakan sebuah ilustrasi dimana Ratu Atut bekerjasama dengan
keluarganya dalam melakukan tindakan korupsi.
93
3. Argument
Argument adalah tanda yang langsung memberika alasan tentang sesuatu.
Argument pada headline koran Tempo yang berjudul “Korupsi Banten Kejahatan
Keluarga” menurut interpretasi peneliti yaitu Ratu Atut Bekerjasama dengan
beberapa keluarganya dalam melakukan tindakan korupsi banten, karena Atut tidak
mungkin bekerja sendiri dalam melakukan tindakan korupsi tersebut.
Tabel 4.24
Tanda dalam gambar berdasarkan Interpretant
Jenis Tanda Contoh Tanda Kode
Rheme Kejahatan keluarga B, C, D, E
Dicen Sign Judul Headline A, F
Argument Atut dan kejahatan
keluarga
A, B
Tabel 4.25
Hasil Temuan Headline Koran Tempo Edisi 5 November 2013 Menggunakan Teori
Semiotika Peirce
Ground
Qualisign pada headline koran Tempo edisi ini tampak
pada judul teks “Korupsi Banten Kejahatan Keluarga” bahwa
headline tersebut intinya adalah kejahatan keluarga Atut yang
terlibat.
Sinsign pada headline koran Tempo edisi ini adalah
adanya wajah Ratu Atut yang terbelah didalam wajah tersebut
diilustrasikan sebagai Airin Rachmi Diany di dalamnya lagi
digambarkan sebagai Ratu Atut Chasanan dan Tubagus Chaeri
Wardana. Diberi judul pada peristiwa “Korupsi Banten
Kejahatan Keluarga.
Legisign dalam judul dan ilustrasi sama penjelasannya.
94
Object
Indeks pada edisi ini “Korupsi Banten Kejahatan
Keluarga” yang diberi wrna merah pada penulisan Kejahatan
Keluarga.
Simbol dalam headline koran Tempo edisi kali ini
menurut penulis adalah wajah dari keluarga Ratu Atut Chosiah
dan Judul Pada Headline.
Interpretan
Rheme seseorang bisa saja menafsirkan Ratu Atut dan
keluarganya dalam ilustrasi tersebut walaupun wajahnya
terpotong
Argument pada headline koran Tempo menurut peneliti,
kejahatan keluarga tersebut mungkin sudah bisa dibilang benar
karena yang mengatakan adalan daripihak KPK.
95
7. Headline Koran Tempo edisi 18 Desember 2013 dengan judul “Dinasti Atut
Rontok”.
Gambar 4.14
Headline Koran Tempo edisi 18 Desember 2013.
Headline tersebut adalah Ratu Atut yang sedang berdiri dengan mimik muka
yang sedang marah. Setengah bagian badan sebelah kiri dari Atut diilustrasikan Atut
mengenakan kemeja yang berwarna biru dongker dan membawa tas di lengannya.
Sebelah kanan dari bagian badan Atut diilustrasikan Atut sedang berdiri di belakang
teralis besi penjara dan memakai rompi berwarna oranye sebagai tanda bahwa Atut
B
C
A
E
D
F
G
H
96
sudah terbukti sebagai tersangka kasus korupsi lebak Banten. Dan di beri judul
“Dinasti Atut Rontok”
Gambar dan judul pada headline tersebut dapat dianalisis berdasarkan
semiotika pierce yang terdiri dari :
a. Ground : Qualisign, Sinsign, Legisign.
b. Object : Iicon, Index, Symbol.
c. Interpretant : Rheme, Dicent Sign, Argument.
A. Ground
1. Qualisign
Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda. Qualisign pada Headline koran
Tempo edisi ini tampak pada dalam judul “Dinasti Atut Rontok” (Kode A). Kata
„Dinasti Atut‟ (Kode F) menandakan bahwa Dinasti Atut yang sudah dibangun oleh
Atut sudah terpecah atau hancur karena ulahnya sendiri.
2. Sinsign
Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda.
Tanda yang merupakan dasar tampilannya pada kenyataan. Sinsign pada headline
koran Tempo edisi ini adalah adanya ilustrasi teralis besi yang ada dibagian badan
sebelah kanan ratu atut (Kode B) dan Atut juga memakai Rompi oren sebagai tanda
bahwa Atut sudah menjadi tersangka kasus korupsi. (Kode C)
3. Legisign
Legisign adalah tanda-tanda yang merupakan tanda atas dasar sebuah peraturan
yang berlaku umum, sebuah konvensi.hal itu dapat dikatakan dari gerakan isyarat,
97
seperti menggelengkan kepala berarti “tidak”. Pada headline edisi ini, legisign yang
ada adalah Atut yang mengenakan rompi oren di sebelah kanan bagian tubuhnya
(Kode C) sebagai tanda bahwa yang mengenakan rompi oren tersebut adalah sudah
terbukti sebagai tersangka kasus korupsi.
Tabel 4.26
Tanda-tanda dalam gambar berdasarkan Ground
Jenis Tanda Contoh Tanda Kode
Qualisign Judul headline A
Sinsign Posisi status B, C
Legisign Tanda sebagai tersangka
kasus korupsi
C
B. Object
1. Icon
Pada headline edisi 18 Desember 2013 mengilustrasikan Ratu Atut yang sedang
berdiri dengan mimik muka yang sedang marah (Kode G). Setengah bagian badan
sebelah kiri dari Atut diilustrasikan Atut mengenakan kemeja yang berwarna biru
dongker (Kode D) dan membawa tas di lengannya (Kode E). Sebelah kanan dari
bagian badan Atut diilustrasikan Atut sedang berdiri di belakang teralis besi penjara
(Kode B) dan memakai rompi berwarna oranye (Kode C) yang didalamnya Atut
mengenakan Baju dinas berwarna coklat muda (Kode H) sebagai tanda bahwa Atut
sudah terbukti sebagai tersangka kasus korupsi lebak Banten. Dan diberi judul
“Dinasti Atut Rontok” (Kode A).
98
2. Index
Index pada headline koran Tempo edisi 18 Desember 2013 dilihat dari bagian
kanan badan Atut yang mengenakan rompi berwarna oranye (Kode C) menandakan
bahwa Atut sudah menjadi tersangka dalam kasus korupsi, ditambah lagi ilustrasi
Atut yang berdiri dibelakang teralis besi (Kode B) dan dengan judul yang bertuliskan
“Dinasti Atut Rontok” (Kode A)
3. Symbol
Simbol dalam headline koran Tempo edisi kali ini menurut penulis adalah
kemeja yang berwarna biru dongker yang dikenakan Atut pada sebelah kiri badannya
(Kode D) menandakan bahwa kemeja tersebut yang Atut kenakan sebelum divonis
menjadi tersangka kasus korupsi. Tas yang melenggang di tangan kirinya (Kode E)
juga atut kenakan sebelum divonisnya Atut menjadi tersangka.
Tabel 4.27
Tanda dalam gambar berdasarkan object
Jenis Tanda Contoh Tanda Kode
Icon
pakaian keseharian Atut,
rompi tersangka kasus
korupsi, teralis besi, judul
headline
D, E, C, B, A, G
Index
Rompi tersangka, teralis
besi penjara, Judul
headline
C, B, A
Symbol
Pakaian Atut sebelum
dan sesudah menjadi
tersangka kasus korupsi
D, E
99
C. Interpretant
1. Rheme
Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan
pilihan. Peneliti berpendepat, dilihat dari ilustrasinya seseorang dapat menafsirkan
bahwa ilustrasi tersebut menceritakan Atut sebelum dan sesudah menjadi tersangka
dalam kasus korupsi.
Sebelum menjadi tersangka Atut mengenakan kemeja berwarna biru dongker
(Kode D) dan membawa tas (Kode E), sesudah divonis menjadi tersangka Atut
mengenakan rompi oranye (Kode C) didalamnya mengenakan pakaian dinas
berwarna coklat muda (Kode H) dan berdiri di belakan teralis besi disebelah kanan
bagian tubuhnya (Kode B).
2. Dicen Sign
Dicen Sign adalah tanda sesuai kenyataan. Dicen Sign pada headline koran
Tempo ini merupakan sebuah ilustrasi dimana kasus yang dialami Atut mulai dari
kasus penyuapan MK dan kasus korupsi alat kesehatan, Atut menggandeng sejumlah
keluarganya ikut dalam kasus tersebut yang biasa disebutnya Dinasti Ratu Atut.
Setelah divinisnya Atut sebagai tersangka kasus korupsi, Atut mengenakan rompi
oranye yang bertanda bahwa atut sudah menjadi tersangka kasus tersebut.
3. Argument
Argument adalah tanda yang langsung memberika alasan tentang sesuatu.
Argument pada headline koran Tempo yang berjudul “Dinasti Atut Rontok” menurut
interpretasi peneliti yaitu ilustrasi yang dibuat seperti itu menceritakan tentang Atut
100
sebelum dan sesudah divonis menjadi tersangka. Dilihat dari ilustrasinya yang
berbeda antara sebelah kadan dan kiri badannya.
Tabel 4.28
Tanda dalam gambar berdasarkan Interpretant
Jenis Tanda Contoh Tanda Kode
Rheme Sebelum dan sesudah Atut
divonis D, E, C, B
Dicen Sign Judul Headline A
Argument Rompi oranye,teralis besi,
Judul C, B, A
Tabel 4.29
Hasil Temuan Headline Koran Tempo Edisi 18 Desember 2013 Menggunakan Teori
Semiotika Peirce
Ground
Qualisign pada headline koran Tempo edisi ini tampak
pada judul teks “Dinasti Atut Rontok”. Kata „Dinasti Atut‟
menandakan bahwa Dinasti yang sudah dibangun oleh Atut
sudah terpecah atau hancur karena ulahnya sendiri.
Sinsign pada headline koran Tempo edisi ini adalah
adanya ilustrasi teralis besi yang ada dibagian badan sebelah
kanan ratu atut dan Atut juga memakai Rompi oren sebagai
tanda bahwa Atut sudah menjadi tersangka kasus korupsi.
Legisign Atut yang mengenakan rompi oren di sebelah
kanan bagian tubuhnya sebagai tanda bahwa yang mengenakan
rompi oren tersebut adalah sudah terbukti sebagai tersangka
kasus korupsi.
Object
Indeks pada edisi ini Atut yang mengenakan rompi
berwarna oranye menandakan bahwa Atut sudah menjadi
tersangka, ditambah lagi ilustrasi Atut yang berdiri dibelakang
teralis besi dan dengan judul yang bertuliskan “Dinasti Atut
Rontok”
Simbol dalam headline koran Tempo edisi kali ini kemeja
101
yang berwarna biru dongker yang dikenakan Atut menandakan
bahwa kemeja tersebut yang Atut kenakan sebelum divonis
menjadi tersangka kasus korupsi juga tas yang dibawa Atut
Interpretan
Rheme seseorang bisa saja menafsirkan bahwa ilustrasi
tersebut menceritakan Atut sebelum dan sesudah menjadi
tersangka dalam kasus korupsi.
Argument setiap tersangka dalam kasus korupsi sudah
sepantasnya mengenakan rompi oranye sebagai tandanya.
102
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peneliti menganalisis ketujuh ilustrasi pada headline yang dijadikan sempel
seperti yang telah disebutkan. Dari delapan ilustrasi pada headline tersebut peneliti
menganalisis tanda-tanda yang terdapat pada headline tersebut menggunakan jenis
penelitian semiotika Charles Sander Peirce yang berusaha menemukan makna ikon,
indeks dan simbol yang terdapat pada ilustrasi tersebut dan menganalisisnya. Dari
kedelapan ilustrasi tersebut terdapat makna ikon, indeks dan simbol seperti yang
dijelaskan dari Gambar dan judul pada headline tersebut dapat dianalisis berdasarkan
semiotika pierce yang terdiri dari :
1. Ikon pada setiap ilustrasi headline koran Tempo menurut peneliti adalah lebih
terlihat pada peran Ratu Atut yang pada setiap berita di tahun 2013.
2. Simbol yang ada dalam headline tersebut menurut peneliti terlihat pada siapa saja
yang ikut terlibat dalam kasus korupsi Ratu Atut, yang memang pada saat itu Ratu
Atut mengajak beberapa keluarganya terlibat dalam kasusnya yang ikut menikmati
hasil korupsinya. Selain itu, judul headline juga termasuk simbol yang terlihat
karena simbol itu sendiri adalah menurut kesepakatan bersama.
3. Indeks yang ada menurut peneliti adalah, properti yang digambarkan pada ilustrasi
tersebut, pada headline18 Desember 2013 yang berjudul Rontoknya Dinasti Atut,
pada ilustrasi tersebut Atut digambarkan sebagai tersangka yang mendekam
102
103
dibalik tralis besi (dipenjara) yang memakai rompi berwarna oren, yang memang
jaket tersebut dikenakan pada tersangka korupsi.
B. Saran
Adapun beberapa saran yang dapat dan perlu menjadi pertimbangan bagi
redaksi Koran Tempo adalah sebagai berikut:
1. Sebagai salahsatu media cetak atau koran yang cukup komperhensif, koran Tempo
sangan baik dalam memberika informasi terhadap masyarakat baik dalam bentuk
berita yang digambarkan lewat foto maupun ilustrasi. Namun sayangnya pada
ilustrasi headline ini tidak terlalu greget dalam ilustrasi yang digambarkan.
2. Untuk tim redaksi diharapkan dapat mempertahankan bahkan membuat ilustrasi-
ilustrasi lainnya yang lebih menarik lagi dengan ide-ide lainnya. terutama pada
headline yang menjadi berita utama. Koran Tempo memberikan ilustrasi yang
lebih menarik lagi sehingga para pembaca lebih tertarik untuk membaca karena
ilustrasi yang disajikan dapat membuat para pembaca penasaran pada isi beritanya.
3. Skripsi ini masi banyak terdapat kesalahan. Untuk itu peneliti menghimbau pada
mahasiswa yang akan menulis skripsi agar lebih teliti pada jenis penelitian apa
yang akan diteliti, dan yang tertarik pada penelitian Semiotika hendaknya mengerti
terlebih dahulu ingin menggunakan jenis semiotika apa agar tidak kesulitan dalam
meneliti dan lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
A.M, Soehoet Hoeta, Dasar-dasar Jurnalistik. Jakarta: Yayasan Kampus Tercinta
IISIP, 2003.
Aart Van Zoest, Interpretasi dan Semiotika dalam Panuti Sudjiman dan Aart Van
Zoest, Serba-Serbi Semiotika. Jakarta: Gramedia, 1992
Agitha Fregina Pondaag, Analisis Semiotika Iklan A Mild Go Ahead Versi “Dorong
Bangunan” Di Televis, (Journal “Acta Diurna” Vol. I. No. I. TH. 2013)
Alex Sobur, Semiotika Komunikas. Bandung : Rosdakarya, 2004.
Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung, Rosdakarya 2006.
Anis, Teofillus G.P, Proses Penentuan Headline Surat Kabar, Studi Pada Harian
Manado Post, Jurnal Portal Garuda, 2013.
Bahtiar, Effendi, Mutiara Terpendam: Perempuan Dalam Literatur Islam Klasik.
Jakarta: Gramedia Puataka Utama, 2002.
Benny H Hoed, Semiotik dan Dinamika SosialBudaya. Jakarta: Komunitas Bambu,
2011.
Burhan, Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004.
Christomy. T dan Untung Yuwono (ed), Semiotika Budaya. Depok: Pusat Penelitian
Kemasyarakatan dan Budaya Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat
Universitas Indonesia, 2004.
104
105
Danton Sihombing, Tipograf Dalam Desain Grafis, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2001
Dedy Hidayat N, Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik Klasik.
Jakarta: Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UI, 2003.
Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: Rosdakarya, 2005.
Faisar Ananda, Arfa, Wanita Dalam Konsep Islam Modernis. Jakarta: Puataka
Firdaus, 2004.
George Junus, Aditjondro, kembar siam pengusaha politik dan ekonomi indonesia,
(jakarta: LP3ES), dalam Jurnal Demokrasi Vol. VI. No. 1 Thn. 2007.
Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi. Jakarta, Mitra Wacana Media,
2011.
Kris, Budiman, Semiotik Visual. Yogyakarta: Penerbit Buku Baik, 2004.
Kurniawan Djunaedi, Ensiklopedia Pers Indonesia, Jurnal Portal Garuda TGP. Anis.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1990.
Kurniawan, Djunaedhi, Ensiklopedia Pers Indonesia. Gramedia Pustaka Utama,
1991.
Kusmiati, A, S. Pudjiastuti P. Suptandar, Teori Dasar Desain Komunikasi Visual.
Jakarta: Djambatan,1999.
Lexy J Moleong, Metode Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002.
Lily Zakia, Munir (ed), Memposisikan Kodrat. Bandung: Mizan. 1999.
Mai Yamani, Feminisme dan islam: Perspektif Hukum dan Sastra. Bandung: Nuansa
Yayasan Nuansa Cendikia.
106
Media Transparansi, (Edisi 4/ Januari 1999), Dalam Jurnal Demokrasi Vol. VI. No. 1
Thn. 2007.
Mochtar Lubis dan James C Scott, (ed), 1985, Bunga Rampai Korupsi, Jakarta:
LP3ES, p, xvi-xvii, Liat Juga Andri Febrianto, 2005, “Korupsi Dari Sudut
Pandang Antropologi” Dalam Jurnal Antropologi, Tahun V, Nomor 7, Januari-
Juni 2004 dan Dalam Jurnal Demokrasi Vol. VI. No. 1 Thn. 2007.
Onong Uchajana Efendy, Dimensi-dimensi Komunikasi. Bandung: Mandar Maju,
1981.
Onong Uchajana Efendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1992.
Parwito, Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: Lkis Pelangi Aksara, 2007.
Pranata Moeljadi, Apakah Desain Komunikasi Visual Itu?. Surabaya: Fakultas Seni
dan Desain UK Petra, 2000.
Rachmat Krisyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2014, Analisis Semiotik Kritik Sosial Dalam Kartun Bung Sentil Di
Harian Umum Media Indonesia Edisi “Disapu Banjir”
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2005.
Sudirman Tebba, “Jurnalistik Indonesia: menulis berita dan feature (Panduan
Praktis Jurnalis Profesional). Bandung : PT. Remaja Rosdakarya , 2005.
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2010.
107
Sumbo Tinaarbuko, Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta : Jalasutra, 2008.
Syed Husein, Alatas, 1975 Sosiologi Korupsi: Sebuah Penjelajahan Dengan Data
Kontemporer (Jakarta: LP3ES), h. 12, Dalam Jurnal Demokrasi Vol. VI. No. 1
Thn. 2007
Widodo Agus Setianto, Rajiem, Konstruksi Budaya Dalam Iklan: Analisis Semiotik
Terhadap Konstruksi Budaya Dalam Iklan “Viva Mangir Beuty Lotion” Dalam
Jurnal Humaniora Volume 16, No. 2, juni, 2014.
Referensi Lainnya:
Artikel Tempo.co, Pada Jum'at, 20 Desember 2013 16:35 Wib. Diakses pada 3 juli
2014.
Lampiran Company Profile Koran Tempo
LAMPIRAN
A. Visi dan Misi Tempo Inti Media
Visi Tempo Inti Media
Menjadi acuan dalam proses meningkatkan kebebasan rakyat untuk
berikirdan mengutarakan pendapat serta membangun suatu masyarakat yang
menghargai kecerdasan dan perbedaan pendapat
Misi Tempo Inti Media
1. Menyumbangkan kepada masyarakat suatu produk multimedia yang
menampung dan menyalurkan secara adil suara yang berbeda-beda.
2. Sebuah produk multimedia yang mandiri, bebas dari tekanan kekuasaan
modal dan politik.
3. Terus menerus meningkatkan apresiasi terhadap ide-ide baru, bahasa, dan
tampilan visual yang baik.
4. Sebuah karya yang bermutu tinggi dan berpegang pada kodeetik.
5. Menjadikan tempat kerja yang mencerminkan Indonesia yang beragam
sesuai kemajuan jaman.
6. Sebuah proses kerja yang menghargai kemitraan dari semua sektor.
7. Menjadi lahan yang subur bagi kegiatan-kegiatan untuk memperkaya
khasanah artistik dan intelektual.
B. Prestasi
1. 1971 Edisi perdana TEMPO dapat menjual 20.000 kopi.
2. 1977 Penjualan mencapai 47.000 kopi.
3. 1988 Penjualan mencapai 166.000 kopi.
4. 1991 Menjadi satu-satunya jurnalis dari Indonesia yang meliput perang
Teluk dari Bagdad, Irak.
5. 1993 Penjualan mencapai 200.000 kopi.
6. 1996 Reporter TEMPO, Ahmad Taufik menerima anugerah S Tasrieb
Award.
7. 1997 Reporter Bina Bektiati menerima penghargaan US Woman Journalist
Award.
8. 1998 Penjualan pada edisi perdana TEMPO pasca dibreidel mencapai
150.000 kopi.
9. 1998 Goenawan Mohamad menerima CPJ Award.
10. 2000 Media pertama yang mengungkap sengketa Buloggate, sedangkan
yang lain hanya mengutip dari TEMPO.
11. 2002 Hasil Survey AC Nielsen, MBM paling banyak pembacanya.
12. 2002 Rommy Fibri menerima penghargaan sebagai Nominee dari
Internasional Federation of Journalist (IFJ) & European Union (EU) di
Belgia.
13. 2003 Karaniya Dharmasaputra mendapat penghargaan dari AJI (Aliansi
Jurnalistik Independent) untuk tulisannya mengenai Investasi Buloggate II.
14. 2003 Rommy F & Maria H menerima penghargaan Apresiasi Jurnalis
Jakarta dalam peringatan 9 tahun AJI.
15. 2003 Merupakan media yang paling komprehensif mengangkat isu illegal
logging periode 2002-2003 dari GreenCom & Inform (TWI, Walhi,
Telapak, WWF, Kemala, AMAN, TNC, FFI, BLI, CI).
16. 2003 Karaniya Dharmasaputra menerima penghargaan M. Hatta Award
atas kinerjanya memberantas korupsi.
17. 2004 Penghargaan kepada wartawan Tempo (Nezar Patria) : Tolerance
Prize dari International Federation Of Journalists atas pemberitaannya
mengenai Aceh.
C. Penghargaan
1. 1986 Best Cover-Asia Publishing Congress, Singapore
2. 1989 Second Best Cover-Asia Publishing Congress, Hongkong
3. 1989 Best Article, 25th National Health Day Award.
4. 1990 Best Outdoor Ad, Citra Mara Award, Indonesia.
5. 1991 Best Photo, Adinegoro Award, Indonesia.
6. 1999 Best Foreign Series Foster, 7th International Printed Graphic Art,
Pakistan.
7. 1999 The Most Read News Magazine, AC Nielsen.
8. 1999 The Most Satisfactory News Magazine, Frontier.
9. 1999 The Most Recognized Magazine, AMI.
10. 1999 The Most Popular Brand News Magazine, Mars- Frontier- SWA.
11. 1999 The Most Read Magazine by Indonesian Bussinessmen, IPSOS-RSL
(Hongkong) Asian Businessman Readership Survey.
12. 2002 Penghargaan Index Customer Satisfaction Award – Frontier.
13. 2004 Penghargaan Medal Of Honor dari Missouri School Of Journalism
Amerika Serikat.
14. 2004 Penghargaan Dewan Pers: Koran Tempo sebagai Harian yang
pemberitaannya paling berimbang dan Harian kedua terbaik secara umum.
15. Dan sebagainya.
Recommended