View
23
Download
4
Category
Preview:
DESCRIPTION
laporan kasus varicella
Citation preview
LAPORAN KASUS
VARICELLA
PEMBIMBING :
dr. Wahyu Pramono, Sp.PD
DISUSUN OLEH :
Meilinda Vitta Sari
NIM : 030.10.173
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT OTORITA BATAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 26 OKTOBER 2014 – 3 JANUARI 2015
0
LEMBAR PENGESAHAN
Nama mahasiswa : Meilinda Vitta Sari
NIM : 030.10.173
Bagian : Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam FK Universitas Trisakti
Periode : 26 Oktober 2014 – 3 Januari 2015
Judul : Varicella
Pembimbing : dr. Wahyu Pramono, Sp.PD
Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal :
Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu
Penyakit Dalam di Rumah Sakit Otorita Batam.
Batam, Desember 2014
dr. Wahyu Pramono, Sp.PD
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus, atas segala
nikmat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul “Varicella” dengan baik dan tepat waktu.
Referat ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti di Rumah Sakit Otorita Batam periode 26 Oktober
2014 – 3 Januari 2015. Di samping itu, laporan kasus ini ditujukan untuk menambah
pengetahuan bagi kita semua tentang varicella.
Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya
kepada dr. Wahyu Pramono, Sp.PD selaku pembimbing dalam penyusunan laporan kasus ini,
serta kepada dokter – dokter pembimbing lain yang telah membimbing penulis selama di
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Otorita Batam. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada rekan – rekan anggota Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit
Dalam Rumah Sakit Otorita Batam serta berbagai pihak yang telah memberi dukungan dan
bantuan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna dan tidak luput
dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat berharap adanya masukan, kritik maupun
saran yang membangun. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya,
semoga tugas ini dapat memberikan tambahan informasi bagi kita semua.
Batam, Desember 2014
Penulis
Meilinda Vitta Sari
2
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ................................................................................ .......... 1
Kata pengantar .......................................................................................... .......... 2
Daftar isi .................................................................................................. .......... 3
BAB I Pendahuluan .................................................................................. 4
BAB II Laporan Kasus ................................................................ .......... 5
BAB III Analisis Kasus ..................................................................... .......... 12
BAB IV Kesimpulan ............................................................................. 16
Daftar Pustaka ....................................................................... ............................... 17
3
BAB I
PENDAHULUAN
Varisela adalah infeksi akut primer oleh Varisela Zoster Virus (VZV) yang
menyerang kulit dan mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf,
terutama berlokasi di bagian sentral tubuh. Varisela juga dikenal sebagai cacar air atau
chicken pox. 1,2 Varisela merupakan penyakit yang tersebar luas diseluruh dunia menyerang
terutama anak-anak, namun dapat pula menyerang orang dewasa. Epidemik varisela terjadi
pada musim dingin dan musim semi, tercatat lebih dari 4 juta kasus, 11.000 rawat inap, dan
100 kematian tiap tahunnya. Di Indonesia, insidennya cukup tinggi dan terjadi secara
sporadis sepanjang tahun. Varisela merupakan penyakit serius dengan persentasi komplikasi
dan angka kematian tinggi pada dewasa, serta orang imun yang terkompromi. Pada rumah
tangga, presentasi penularan dari virus ini berkisar 65%-86%. VZV merupakan infeksi yang
sangat menular dan menyebar biasanya dari oral, udara atau sekresi respirasi dan terkadang
melalui transfer langsung dari lesi kulit melalui transmisi fetomaternal.2,3 Pengobatan
biasanya bersifat simptomatik, dengan pemberian antipiretik dan analgesik. Anti histamin
oral dapat diberikan untuk menghilangkan rasa gatal, sedangkan pemberian anti virus dapat
memperpendek perjalanan penyakit.2 Prognosis penyakit ini ditentukan oleh perawatan yang
teliti dan komplikasi yang mungkin timbul, namun pada umumnya prognosisnya baik.
BAB II
4
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. P
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 31 tahun
Bangsa / suku : -
Agama : Islam
Pekerjaan : Supir
Status pernikahan : Menikah
Alamat : Komplek Patam Lestari C no.19
Hari, dan tanggal masuk RS : 13 November 2014
Ruang perawatan : Bangsal Teratai (Isolasi)
II. ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis kepada pasien pada tanggal 14 November 2014 pukul
15.00 WIB
Keluhan Utama
Bintik-bintik kemerahan hampir di seluruh badan sejak 2 hari SMRS
Keluhan Tambahan
Demam, susah makan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli penyakit dalam dengan keluhan bintik-bintik kemerahan hampir
di seluruh badan sejak 2 hari SMRS. Bintik-bintik kemerahan ini berjumlah semakin
banyak, bulat, kecil, berisi cairan, dan disertai rasa gatal. Bintik kemerahan ini awalnya
muncul dimulai dari dada dan perut kemudian meluas hingga ke wajah, punggung dan
kedua lengan serta tungkai. Selain itu pasien juga mengeluh demam disertai nyeri
menelan sehingga pasien merasakan kesulitan untuk makan, mual, dan nafsu makan
5
menurun. Sebelum muncul bintik-bintik kemerahan, pasien demam tinggi sejak 4 hari
SMRS. Demam terus-menerus, diukur menggunakan termometer ± 400C, dan tidak
menggigil, ataupun keringat malam. Keesokan harinya, pasien masih demam dan mulai
muncul bintik-bintik merah di dada dan perut berjumlah sedikit. Di hari berikutnya,
bintik-bintik kemerahan ini semakin banyak dan meluas dari wajah hingga ke punggung,
kedua lengan dan tungkai disertai mual, nyeri menelan sehingga pasien susah makan. Sat
ini pasien tidak ada sakit kepala, kejang, batuk, sesak, nyeri dada, muntah, ataupun
penurunan berat badan. BAB dan BAK lancar.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Riwayat
tekanan darah tinggi, kencing manis, alergi, dan asma disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Istri pasien mengalami hal yang sama 2 minggu yang lalu. Riwayat tekanan darah
tinggi, kencing manis, alergi, dan asma disangkal.
Riwayat Pengobatan
Pasien sempat berobat ke dokter sebanyak 2 kali. Tiga hari SMRS, pasien ke klinik
diberi obat penurun demam, vitamin, dan asiklovir. Karena demam tidak turun dengan
pengobatan dan tetap tinggi, keesokan harinya pasien berobat ke IGD RSOB. Pasien
disuntik obat untuk menurunkan demam, pulang dan melanjutkan minum obat yang sudah
diberi dari klinik.
III.PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
1. Keadaan umum : Tampak sakit sedang
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tanda vital
a. Tekanan darah : 130/80 mmHg
b. Nadi : 90 x/menit
c. Pernapasan : 20 x/menit
6
d. Suhu : 370C
4. Antropometri
a. BB : 51 kg
b. TB : 155 cm
c. BMI : 21,22 kg/m2
Status Generalis
1. Kelenjar getah bening
Retroaurikular : Tidak teraba membesar
Preaurikular : Tidak teraba membesar
Submandibula : Tidak teraba membesar
Submental : Tidak teraba membesar
Anterior cervical : Tidak teraba membesar
Posterior cervical : Tidak teraba membesar
Supraclavicula : Tidak teraba membesar
2. Kepala dan wajah
Kepala : Normosefali
3. Mata
Exophtalmus : Tidak ada
Enophtalmus : Tidak ada
Palpebra : Tidak tampak oedem
Konjunctiva : tidak tampak pucat pada kedua konjunctiva
Sklera : Tidak tampak ikterik pada kedua sklera
Pupil : Bulat, isokor, diameter 3 mm / 3 mm,
Refleks cahaya : Langsung : Ada pada kedua mata
Tidak langsung : Ada pada kedua mata
Lensa : Jernih
Pergerakan bola mata : Baik
4. Telinga
Bentuk : Normotia aurikula dekstra dan sinistra
Liang telinga : Lapang pada kedua liang telinga
Serumen : Tidak ada pada kedua telinga
Cairan : Tidak ada pada kedua telinga
5. Hidung
Bentuk : Bentuk normal dan tidak ada kelainan
7
Kavum nasi : lapang / lapang
Sekret : Tidak ada pada kedua lubang hidung
Mukosa hiperemis : (-) / (-)
Konka edema : (-) / (-)
6. Mulut
Bibir : tidak tampak pucat, kering, ataupun sianosis
Palatum : tak tampak kelainan
Gigi geligi : tak tampak kelainan
Lidah : tak tampak kelainan
Tonsil : T1 –T1, kripta (-), detritus (-), hiperemis (-)
Faring : hiperemis (-), bergranuler (-)
7. Leher
a. Deviasi trakea : (-)
b. Kelenjar Tiroid : Tak teraba membesar
c. Kelenjar getah bening leher : Tak teraba membesar
d. Tekanan Vena Jugularis : 5 + 1 cmH2O
8. Thorax
a. Paru
Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris pada kedua lapang paru, tidak
ditemukan retraksi pernafasan.
Palpasi : Vokal fremitus sama kuat pada kedua lapang paru
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Suara napas vesikuler di kedua lapang paru,tidak terdengar
adanya ronki dan tidak ditemukan adanya wheezing.
b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tak teraba, tak teraba pulsasi abnormal.
Perkusi : - Batas paru dan kanan jantung berada setinggi ICS III-V linea
sternalis dekstra dengan suara redup
- Batas paru dan kiri jantung berada setinggi ICS V 1 cm
medial dari linea midclavicularis sinistra dengan suara redup
- Batas atas jantung berada setinggi ICS III linea parasternalis
sinistra dengan suara redup
Auskultasi : Bunyi jantung I-II normal, irama reguler, tidak terdengar split,
8
murmur, ataupun gallop.
9. Abdomen
Inspeksi : Perut tampak datar, simetris
Palpasi : Supel, tidak terdapat nyeri tekan diseluruh kuadran abdomen,
hepar dan lien tidak teraba, tidak teraba ballottement ginjal.
Perkusi : Timpani pada seluruh lapang kuadran abdomen, tidak terdapat
nyeri ketok costo-vertebra angle.
Auskultasi : Bising usus (+) dengan frekuensi 3x/menit.
10. Ekstremitas
Ekstremitas atas Dekstra Sinistra
Akral Hangat Hangat
Tonus otot Normal Normal
Trofi otot Eutrofi Eutrofi
Motorik 5 5
Sensorik Baik Baik
Capillary refill time <2 detik <2 detik
Lain-lain Oedem (-) Oedem (-)
Ekstremitas bawah Dekstra Sinistra
Akral Hangat Hangat
Tonus otot Normal Normal
Trofi otot Eutrofi Eutrofi
Motorik 5 5
Sensorik Baik Baik
Capillary refill time <2 detik <2 detik
Lain-lain Oedem (-) Oedem (-)
Status Dermatologi
Distribusi : Generalisata
Lokasi : Di wajah, dada, perut, punggung, kedua lengan dan tungkai
Efloresensi : Gambaran polimorfik,
Vesikel dengan gambaran seperti tetesan embun
Vesikel yang pecah dan menjadi krusta berwarna kehitaman
Papul-papul berukuran milier
Pustul ukuran milier dan lentikuler
9
Makula eritema
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (13/11/2014)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Darah Lengkap
Hb 15,9 g/dl 11,0 – 16,5
Eritrosit 5,37 106/uL 3,8 – 5,8
Hematokrit 39,6 % 35,0 – 50,0
Leukosit 10,95 103/uL 4 – 11
Trombosit 144 103/uL 150 – 450
LED - mm/jam
MCV 73,7 fL 80,0 – 97,9
MCH 29,6 pg 26,5 – 33,5
MCHC 40,2 g/dL 31,5 – 35,0
RDW-CV 14,9 % 10,0 – 15,0
GDS 87 mg/dl 70-140
Hitung Jenis Leukosit
Basofil 0,3 % 0 – 1
Eosinofil 0,2 % 0 – 5
Neutrofil 41,4 % 46 -75
Limfosit 13,3 % 17 – 48
Monosit 14,8 % 4 – 10
V. RESUME
Pasien laki-laki usia 31 tahun datang dengan keluhan bintik-bintik kemerahan hampir
di seluruh badan sejak 2 hari SMRS. Bintik-bintik kemerahan ini berjumlah semakin banyak,
bulat, kecil, berisi cairan, dan disertai rasa gatal. Bintik kemerahan ini awalnya muncul
dimulai dari dada dan perut kemudian meluas hingga ke wajah, punggung, kedua lengan serta
tungkai. Riwayat demam tinggi (+), nyeri menelan (+), susah makan (+), mual (+), dan nafsu
makan menurun. Pasien sudah berobat 2 kali, diberikan obat penurun demam, vitamin, dan
10
asiklovir, namun keluhan tidak berkurang. Pasien tidak pernah mengalami hal seperti ini
sebelumnya dan riwayat istri pasien mengalami hal yang serupa 2 minggu yang lalu. Pada
pemeriksaan fisik, didapatkan pasien compos mentis dengan sakit sedang. Tanda vital dalam
batas normal. Status generalis, dalam batas normal. Status dermatologi, tampak distribusi lesi
generalisata, berlokasi di wajah, dada, perut, punggung, kedua lengan dan tungkai dengan
gambaran vesikel seperti tetesan embun dan efloresensi polimorfik lainnya. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan trombositopeni, neutrofilia dan limfositopeni.
VI. DIAGNOSIS
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang maka
diagnosis kerja yang ditegakkan ialah Varicella Zooster.
VII. TATALAKSANA
1. Non-medikamentosa
Isolasi untuk mencegah penularan
Makan makanan yang bergizi
Jangan menggaruk lesi yang gatal, pastikan kuku dipotong pendek, bersih,
dan rapi
2. Medikamentosa
IVFD RL/8 jam
Ceftriaxone 2x1gr IV
Rantin 2x1amp IV
Farbion drip 1x1 IV
Valvir 2x500mg PO
Paracetamol 3x500mg PO
Imunvit plus 1x1 PO
Impepsa 3xCth1 PO
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : Ad bonam
Ad functionam : Ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
Ad kosmetikum : Dubia ad bonam
11
BAB III
ANALISIS KASUS
12
Diagnosis varicella pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien adalah seorang laki - laki berumur 31 tahun.
Berdasarkan kepustakaan yang ada disebutkan bahwa varisela dapat juga menyerang orang
dewasa. Keluhan utama pada pasien ini adalah timbulnya bintik-bintik kemerahan hampir di
seluruh badan, dimana awalnya timbul di dada dan perut kemudian menyebar ke wajah,
punggung, dan kedua lengan serta tungkai. Bintik-bintik kemerahan kemudian berubah
menjadi lesi lepuh-lepuh berisi cairan. Dari anamnesis ini diketahui bahwa penyebaran terjadi
dari sentral ke perifer, yaitu dari daerah badan menyebar ke wajah dan lengan serta lesi
berbentuk khas seperti tetesan embun. Hal ini sesuai kepustakaan dimana disebutkan bahwa
penyebaran lesi kulit dari varicella pada umumnya pertama kali di daerah badan kemudian
menyebar secara sentripetal ke wajah dan ekstremitas, serta lesinya yang khas seperti tetesan
embun (tear drops). Lesi kulit dari varisela dapat juga menyerang selaput lendir mata, mulut,
dan saluran napas bagian atas.2,4
Empat hari sebelum timbulnya bintik-bintik kemerahan tersebut, pasien merasa
badannya demam tinggi, nyeri menelan sehingga susah makan, mual, dan nafsu makan
menurun. Berdasarkan kepustakaan disebutkan bahwa gejala prodromal dari varicella
biasanya berupa demam, nyeri kepala, dan malaise ringan, yang umumnya muncul sebelum
pasien menyadari bila telah timbul erupsi kulit. Masa prodromal ini kemudian disusul oleh
stadium erupsi.5 Dari anamnesis diketahui adanya riwayat kontak dengan pasien varicella
yang lain, yaitu istri pasien kurang lebih 2 minggu yang lalu. Hal ini sesuai dengan
kepustakaan dimana dikatakan bahwa jalur penularan VZV bisa secara aerogen, kontak
langsung, dan transplasental. Droplet lewat udara memegang peranan penting dalam
mekanisme transmisi, tapi infeksi bisa juga disebabkan melalui kontak langsung. Krusta
varisela tidak infeksius, dan lamanya infektifitas dari droplet berisi virus cukup terbatas.
Manusia merupakan satu-satunya reservoir, dan tidak ada vektor lain yang berperan dalam
jalur penularan.6
Pada pemeriksaan fisik didapati pada status generalis suhu badan 37°C yang
menunjukkan bahwa pasien dalam keadaan sub febris kemudian dari status dermatologis
yang didapati pada wajah, dada, perut, punggung serta kedua lengan dan tungkai pasien
tampak vesikel dengan gambaran seperti tetesan embun (tear drops), vesikel yang pecah dan
menjadi krusta berwarna kehitaman, papul-papul berukuran milier, pustul ukuran milier dan
lentikuler, dan makula eritema. Jadi terdapat gambaran lesi kulit yang bermacam-macam. Hal
13
ini sesuai kepustakaan dikatakan bahwa varisela mempunyai bentuk vesikel yang khas, yaitu
seperti tetesan embun (tear drops) dan memiliki gambaran polimorfik.7
Selain dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis varicella juga ditegakkan
berdasarkan pemeriksaan laboratorium. Berdasarkan kepustakaan pemeriksaan penunjang
yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan tzanck, yaitu dengan cara mengerok bagian dasar
dari vesikel yang diwarnai dengan giemsa kemudian dapat ditemukan sel datia berinti
banyak, dan serologi, misalnya flourescent antibody dan pemeriksaan antibodi dengan cara
ELISA. 2.4,6 Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan Tzanck. Bila dilakukan pemeriksaan
Tzanck maka akan ditemukan sel datia berinti banyak.
Pasien ini tidak mengalami komplikasi. Ini dilihat dari hasil pemeriksaan fisik yang
meliputi keadaan umum, tanda vital dan pemeriksaan fisik lainnya yang masih dalam batas
normal. Pada orang yang immunocompromised (leukemia, pemberian kortikosteroid dengan
dosis tinggi dan lama, atau pasien AIDS) bila terinfeksi VZV maka manifestasi varicella
lebih berat (lesi lebih lebar, lebih dalam, berlangsung lebih lama, dan sering terjadi
komplikasi).8
Varicella dapat didiagnosis banding dengan herpes zoster namun karena dari
anamnesis pasien belum pernah mengalami sakit yang sama seperti ini sebelumnya dan dari
pemeriksaan fisik pada status dermatologis ditemukan gambaran lesi kulit yang polimorfik,
tidak bergerombol, dan tidak terasa nyeri, maka herpes zoster dapat dieliminasi sebagai
diagnosis banding varicella. Pada herpes zoster, pasien sebelumnya sudah pernah terpapar
dengan VZV dan gambaran lesi kulit berupa vesikel yang bergerombol, unilateral sesuai
dengan daerah persarafan saraf yang bersangkutan dan biasanya timbul di daerah thorakal.
Pada herpes zoster lesi dalam satu gerombol sama, sedangkan usia lesi pada satu gerombol
dengan gerombol lain berbeda.9
Tujuan paling penting pengobatan pada pasien ini adalah untuk memperpendek
perjalanan penyakit dan mengurangi gejala klinis yang ada, yaitu dengan pemberian anti
virus yaitu valvir 2x500mg selama 3 hari, hal ini dimaksudkan untuk menekan atau
menghambat replikasi dari virus varicella zoster, analgetik dan antipiretik parasetamol 3 x
500 mg/hari jika demam, dan pemberian imunostimulan untuk meningkatkan daya tahan
tubuh.2,5,9 Pasien disarankan agar dirawat di ruang isolasi agar tidak menular, makan makanan
yang bergizi, tidak menggaruk lesi, memotong kuku agar pendek, bersih, dan rapi.
Prognosis umumnya baik, bergantung pada kecepatan penanganan dan kemungkinan
komplikasi yang dapat terjadi. Pada pasien ini prognosis ad vitam adalah bonam karena
penyakit ini tidak mengancam jiwa sebab dari pemeriksaan fisik tidak ditemukan tanda-tanda
14
komplikasi. Prognosis ad functionam adalah bonam karena fungsi bagian tubuh yang terkena
tidak terganggu. Prognosis ad sanationam adalah dubia ad bonam karena memungkinkan
terjadinya reccurent infeksi, yaitu herpes zooster. Prognosis ad kosmetikum ialah dubia ad
bonam akibat lesi eflorensi polimorfik yang bisa berbekas pada masa penyembuhan.4
BAB IV
KESIMPULAN
15
Pasien laki-laki usia 31 tahun datang dengan keluhan bintik-bintik kemerahan hampir
di seluruh badan sejak 2 hari SMRS. Bintik-bintik kemerahan ini berjumlah semakin banyak,
bulat, kecil, berisi cairan, dan disertai rasa gatal. Bintik kemerahan ini awalnya muncul
dimulai dari dada dan perut kemudian meluas hingga ke wajah, punggung, dan kedua lengan
serta tungkai. Riwayat demam tinggi (+), nyeri menelan (+), susah makan (+), mual (+), dan
nafsu makan menurun. Pasien sudah berobat 2 kali, diberikan obat penurun demam, vitamin,
dan asiklovir, namun keluhan tidak berkurang. Pasien tidak pernah mengalami hal seperti ini
sebelumnya dan riwayat istri pasien mengalami hal yang serupa 2 minggu yang lalu. Pada
pemeriksaan fisik, didapatkan pasien compos mentis dengan sakit sedang. Tanda vital dalam
batas normal. Status generalis, dalam batas normal. Status dermatologi, tampak distribusi lesi
generalisata, berlokasi di wajah, dada, perut, punggung, kedua lengan dan tungkai dengan
gambaran vesikel seperti tetesan embun dan efloresensi polimorfik lainnya. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan trombositopeni, nuetofilia, dan limfositopeni.
Diagnosis yang ditegakkan pada pasien ini ialah Varicella Zooster. Dengan penanganan cepat
dan tepat, prognosis pada pasien ini ialah ad bonam.
DAFTAR PUSTAKA
16
1. CDC. Varicella, Varicella Zooster Virus, Pinbook 2012: Epidemiologt and Prevention of
Vaccine-Preventable Disaease: recommendations of the Advisory Committee on
Immunization Practices (ACIP). MMWR 2012,12;301–324.
2. Baxter et all. Impact of Vacination on The Epidemiology of Varicella: 1995-2009.
Pediatrics Official Journal of The American Academy of Pediatric 2014,134:24-30.
3. Gershin AA, Gershon MD. Pathogenesis and Current Approaches to Control of Varicella-
Zooster Virus Infection. Clinical Microbiology Review Journal ASM 2013, 26:728-743.
4. Gnann JW. Varicella Zooster Virus: Atypical Presentation an Unusual Complication. The
Journal of Infection Disease 2002,186:S91-8.
5. Seward JF, Marin M, Vasquez M. Varicella Vaccine Effectiveness in the US Vaccination
Program: A Review. The Journal Infection Disease 2008,197: S82-9.
6. Handoko RP. Penyakit Virus. Dalam : Djuanda A, dkk, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2010; 107-15.
7. Sterling JC, Kurtz JB. Viral Infection (Varicella and Zoster). In : Text book of
Dermatology, Rook/Wilkonsn/Ebing, 6th ed. Oxford : Blackwell Science, 2000 : 995-1095
8. Hagiya H, Kimura M, Otsuka F. Systemic Varicella Zooster Virus in Critically Ill Patients
In An Intensive Care Unit. Virology Jorunal 2013,10:2-5.
9. Straus SE, Oxman MN. Varicella and Herpes Zoster. In : Fredberg IM, et all, ed.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 5th ed. Vol. 2, New York : Mc. Grawhill
inc, 1999 : 2427-50.
17
Recommended