View
1.122
Download
10
Category
Preview:
DESCRIPTION
It is about syntax
Citation preview
2. Buku tata bahasa yang terdapat di toko buku ada yang bersifat deskriptif, ada pula
yang bersifat pedagogis. Jawablah pertanyaan berikut ini:
a. Apa tujuan setiap buku tata bahasa itu?
Buku tata bahasa yang bersifat deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan peristiwa
bahasa yang ada dalam suatu masyarakat secara objektif dan apa adanya. Oleh karena
itu, buku jenis ini digunakan dalam bidang penelitian bahasa dan penulisan ilmiah.
Sedangkan buku tata bahasa yang bersifat pedagogis bertujuan untuk memberikan aturan
tentang pemakaian bahasa dalam suatu masyarakat berdasarkan paradigma baku- tidak
baku sehingga semua anggota masyarakat dapat menggunakan bahasa secara baik dan
benar. Oleh karena itu, buku jenis ini digunakan dalam bidang pengajaran.
b. Coba sebutkan 2 karya dari setiap jenis buku tata bahasa itu pada bahasa yang saudara
pelajari.
Saya mempelajari bahasa Inggris. Dalam bahasa Inggris, 2 karya buku tata bahasa jenis
deskriptif adalah:
1. Gelderen, Elly van. 2002. An Introduction to the Grammar of English. Amsterdam:
John Benjamins Publishing Company.
2. Rebuschi, Georges dan Laurice Tuller (ed.). 1999. The Grammar of Focus.
Amsterdam: John Benjamins Publishing Company.
Kedua buku tersebut digunakan untuk penelitian bahasa dan penulisan ilmiah.
Sedangkan 2 karya buku tata bahasa bersifat pedagogis adalah:
1. Azar, Betty Schrampfer. 1989. Understanding and Using English Grammar. New
Jersey: Prentice Hall Regents.
2. Steve, Elsworth dan Elaine Walker. A Basic English Grammar Exercises. Oxford:
Oxford University Press.
Kedua buku tersebut digunakan dalam bidang pengajaran.
1
3. Secara tradisional, kalimat didefinisikan secara fonologis dan gramatikal. Tetapi,
penelitian linguistik dewasa ini berkembang ke arah logika. Secara logika, kalimat
merupakan proposisi. Dengan demikian, ahli linguistik memanfaatkan logika dalam
penelitian bahasa.
a. Jelaskan kegunaan menganalisis kalimat dari sudut logika—yang dikenal sebagai
analisis semantik, bila dibandingkan dengan menganalisis secara sintaktis.
Menurut Kridalaksana, (2002: 59) analisis semantis berguna untuk mengetahui
interaksi antara satu unsur dengan unsur yang lain dalam suatu proposisi, yaitu
hubungan antara predikator dengan argumen. Sedangkan analisis sintaksis berguna
untuk mengetahui hubungan yang terjadi antara satuan-satuan yang kecil dengan satuan
yang lebih besar secara fungsional. (2002: 50). Oleh karena itu, meskipun fungsi
semantis dan sintaksis sama- sama meneliti interaksi satu unsur dengan unsur yang lain.
Akan tetapi, fokus dalam kedua analisis tersebut berbeda.
Analisis semantis berfokus pada peran atau fungsi semantis argumen dan
predikator. Predikator mencakup makna, seperti perbuatan, cara, proses dll. Sedangkan
argumen memiliki peran, seperti pelaku, sasaran, penerima dsb (2002: 59). Sedangkan
analisis sintaksis berfokus pada unsur- unsur satuan yang membentuk satuan lebih
besar. Sebagai contoh, klausa dianalisis berdasarkan unsur- unsur pembentuknya, yaitu
subyek, predikat, obyek, pelengkap dan keterangan (2002: 50).
b. Mengapa diperlukan pula analisis pragmatis?
Analisis pragmatis diperlukan karena analisis pragmatis memperlihatkan adanya
kesesuaian antara konteks dengan apa yang diujarkan dalam pengungkapan bahasa.
Ujaran mempunyai unsur-unsur yang disebut satuan informasi yang membentuk
beberapa jenis konfigurasi (tema dan rema, fokus dan latar, fokus kontras, dan
penegasan), tergantung dari tujuan pengungkapan bahasa (2002: 33). Oleh karena itu,
analisis pragmatis dapat memudahkan kita untuk memahami makna dibalik ujaran.
Sebagai contoh, memahami maksud pembicara, memahami konstruksi non- klausal,
memahami tanda lalu lintas, dan memahami situasi komunikasi secara sosiokultural
maupun psikologis antara pembicara dan pendengar.
2
4. Kala dan aspek adalah kategori gramatikal yang berhubungan dengan waktu, tetapi
memiliki cara pandang yang berbeda dalam menyajikan situasi. Jelaskan di mana letak
perbedaan cara pandang itu dalam kalimat I went to Bali last week yang berkala lampau
sekaligus beraspek perfektif.
Menurut Comrie (1976: 5) :
“However, although both aspect and tense are concerned with time, they are concerned with time in very different ways. As noted above, tense is a deictic category, i.e. locates situations in time, usually with reference to the present moment, though also with reference to other situations. Aspect is not concerned with relating the time of the situation to any other time- point but rather with the internal temporal constituency of a situation; one could state the difference as one between situation- internal time (aspect) and situation- external time (tense).”
Oleh karena itu, kita dapat menyimpulkan kalau kala mengacu pada waktu ujaran
(sekarang) dan bersifat objektif karena hanya berfokus pada penglokasian waktu suatu
peristiwa bahasa. Sedangkan aspek tidak memperhatikan acuan terhadap waktu ujaran
(sekarang) dan bersifat subjektif karena berfokus pada cara pandang tiap individu
terhadap suatu peristiwa bahasa. Jadi, fokus kala adalah waktu eksternal dari suatu
situasi sedangkan fokus aspek adalah waktu internal dari suatu situasi.
Pada kalimat I went to Bali last week, terlihat perbedaan cara pandang kala dan
aspek. Dengan menggunakan gambar, terlihat kalau kalanya adalah lampau karena
peristiwa bahasa terjadi sebelum waktu ujaran (sekarang). Penunjuk past tense atau
lampau adalah went dan last week.
Last week 0
Sedangkan aspeknya adalah perfektif karena kalimat tersebut menunjukkan
sudut pandang pembicara yang menganggap kalau situasi “pergi” pada kalimat tersebut
sudah selesai atau terjadi. Hal tersebut ditunjukkan oleh penggunaan went.
3
5. Comrie berusaha menjelaskan pemunculan kala dalam bahasa Inggris dengan cara
mengkongkretkan konsep waktu ke dalam garis lurus yang disebutnya sumbu waktu.
Pada sumbu waktu itu ditentukan titik referensi yang merupakan saat ujaran. Terangkan:
a. Bagaimana munculnya kala lampau pada kalimat John promised to give me ten
pounds menurut teori penglokasian situasi menurut Comrie.
b. Terangkan pula proses apa yang memunculkan promised bukan promise pada kalimat
di atas.
Jawaban
a.
promised 0
Pada gambar sumbu waktu (timeline) di atas, waktu acuan yang digunakan
adalah saat ujaran atau masa sekarang (present) yang ditandai oleh 0. Jadi, garis sebelum
0 menunjukkan waktu lampau (past) sedangkan garis sesudah 0 menunjukkan waktu
yang akan datang (non past). Oleh karena itu, sumbu gambar di atas menunjukkan kalau
peristiwa pada kalimat John promised to give me ten pounds terjadi pada waktu lampau.
b. Menurut Comrie, pemarkah waktu dapat dibagi tiga, yaitu gabungan kata berupa frase
atau kata majemuk (lexically composite expressions), kata atau frase (lexical items) dan
kategori grammar (grammatical categories). Sedangkan konsep kala menggunakan
kategori grammar untuk pemarkah waktu, contohnya dalam bahasa Inggris (1985: 8-9).
Oleh karena itu, pada kalimat ini, pemarkah waktu yang digunakan adalah kategori
grammar. Jadi, promised muncul karena proses gramatikalisasi secara morfologis, yaitu
penambahan imbuhan –ed pada kata dasar promise.
6. Sebutkan jumlah klausa dan jenis klausa (terikat atau bebas) pada kalimat di bawah
ini.
a. Jika memang sudah kehendakNya, akan saya jalani.
b.Anda lihat sendiri, keadaan saya sangat sederhana.
4
c. Lepaskan selai dari kue lapis surabaya, lalu pisahkan lapisan kuning dan cokelatnya,
iris tipis- tipis, sisihkan.
Jawaban
a. Jika memang sudah kehendakNya, akan saya jalani.
Pada bagian a, terdapat dua buah klausa, yaitu: klausa pertama adalah: akan saya
akan jalani, merupakan klausa bebas. Sedangkan klausa kedua adalah: jika memang
sudah kehendakNya, merupakan klausa terikat.
Kalimat pada bagian a merupakan kalimat bersusun, yaitu kalimat yang terjadi
dari satu klausa lengkap (bebas) dan sekurang- kurangnya satu klausa terikat. Pola
kalimat a sama dengan pola kalimat bersusun, yaitu:
Intonasi deklaratif + klausa lengkap + konjungsi + klausa terikat
(Kridalaksana, 1999: 184)
Hanya pada kalimat a, susunan klausanya dibalik sehingga koma digunakan
untuk memisahkan kedua klausa tersebut.
b. Anda lihat sendiri, keadaan saya sangat sederhana.
Pada bagian b, terdapat dua buah klausa, yaitu: klausa pertama adalah: anda lihat
sendiri, merupakan klausa bebas. Sedangkan klausa kedua adalah: keadaan saya sangat
sederhana, merupakan klausa bebas.
Kalimat pada bagian b merupakan kalimat majemuk yang memiliki hubungan
parataktis, yaitu gabungan dua buah klausa lengkap (bebas) atau lebih tanpa konjungsi.
Pola kalimat b sama dengan pola kalimat majemuk, yaitu:
Intonasi + klausa lengkap 1 + klausa lengkap 2
(Kridalaksana, 1999: 186)
c. Lepaskan selai dari kue lapis surabaya, lalu pisahkan lapisan kuning dan cokelatnya,
iris tipis-tipis, sisihkan.
Pada bagian c, terdapat 4 buah klausa yang semuanya berjenis klausa bebas.
Kalimat pada bagian c merupakan kalimat majemuk setara, yaitu kalimat yang
terdiri dari dua klausa lengkap atau lebih yang mempunyai hubungan urutan
(Kridalaksana, 1999: 185).
5
Tugas menyelesaikan masalah
Lima data yang dipilih adalah sebagai berikut: temu wicara, kawin paksa, sembah sujud,
jatuh bangun dan serah terima.
Analisis semantis akan dilakukan dalam beberapa tahap. Pertama, data akan
dianalisis dalam bentuk komposisi. Selanjutnya, data tersebut akan dimasukkan ke
dalam bentuk kalimat lalu dianalisis. Terakhir, analisis komposisi pada tahap pertama
akan dibandingkan dengan analisis komposisi yang digunakan dalam bentuk kalimat.
I. temu wicara: komposisi ini menggambarkan dua buah peristiwa, yaitu
melakukan temu untuk wicara.
II. Saya melakukan temu wicara.
pred 1 arg.1 arg. 2
Perbuatan Pelaku Sasaran
lakukan Saya temu wicara
prep 2 prep 3
pred 2 arg. 3 pred 3 arg.4
perbuatan pelaku perbuatan pelaku
temu saya wicara saya
6
Jadi, berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dalam kalimat, temu wicara
memiliki peran sebagai sasaran. Akan tetapi, pada saat di analisis secara terpisah, temu
dan wicara sama- sama berperan sebagai predikator (perbuatan). Hal tersebut
menunjukkan kalau temu wicara memiliki peran yang berbeda saat digunakan dalam
kalimat dan saat dianalisis secara terpisah.
I. Kawin paksa: komposisi ini menggambarkan dua buah peristiwa, yaitu
berkeadaan kawin dengan cara paksa.
II. Purnama dikawin paksa Harry
pred 1 arg.1 arg. 2
keadaan Sasaran Pengguna
Kawin paksa Purnama Harry
prep 2 prep 3
pred 2 arg 3 pred 3 arg 4
keadaan sasaran cara sasaran
kawin purnama paksa purnama
Jadi, berdasarkan analisis yang telah dilakukan, kawin paksa, saat berada dalam
kalimat, memiliki peran sebagai predikator (keadaan). Akan tetapi, pada saat di analisis
secara terpisah, kawin menjadi predikator (keadaan) sedangkan paksa berperan sebagai
7
predikator (cara). Hal tersebut menunjukkan kalau kawin paksa memiliki peran yang
berbeda saat digunakan dalam kalimat dan saat berdiri sendiri.
I. Sembah sujud: komposisi ini menggambarkan dua buah peristiwa, yaitu
peristiwa sembah dan sujud yang saling melengkapi.
II. Kami sembah sujud pada-Mu
pred 1 arg.1 arg. 2
Perbuatan Pelaku Sasaran
sembah sujud kami Mu
prep 2 prep 3
pred 2 arg. 3 pred 3 arg 4
perbuatan pelaku cara pelaku
sembah kami sujud kami
Jadi, berdasarkan analisis yang telah dilakukan, sembah sujud, saat berada dalam
kalimat, menempati peran sebagai predikator (perbuatan). Lalu, pada saat di analisis
8
secara terpisah, sembah berperan sebagai predikator (perbuatan) sedangkan sujud
berperan sebagai predikator (cara). Hal tersebut menunjukkan kalau sembah sujud
memiliki peran yang berbeda saat digunakan dalam kalimat dan saat berdiri sendiri.
I. Jatuh bangun: komposisi ini menggambarkan dua buah peristiwa yang
beroposisi, yaitu peristiwa jatuh adalah oposisi peristiwa bangun.
II. Kami jatuh bangun mengejar dia
pred 1 arg.1 arg. 2 arg. 3
perbuatan pelaku ciri sasaran
kejar kami jatuh bangun dia
prep 2 prep 3
pred 2 arg. 4 pred 3 arg. 5
keadaan pelaku keadaan pelaku
jatuh kami bangun kami
Jadi, berdasarkan analisis yang telah dilakukan, jatuh bangun, saat berada dalam
kalimat, memiliki peran sebagai ciri. Akan tetapi, pada saat dianalisis secara terpisah,
jatuh dan bangun berperan sebagai predikator (keadaan). Hal tersebut menunjukkan
9
kalau jatuh bangun memiliki peran yang berbeda saat digunakan dalam kalimat dan saat
berdiri sendiri.
I. Serah terima: komposisi ini menggambarkan dua buah peristiwa, yaitu
peristiwa serah mendahului peristiwa terima.
II. Dia melakukan serah terima.
pred 1 arg.1 arg. 2
Perbuatan Pelaku Sasaran
lakukan dia serah terima
prep 2 prep 3
pred 2 arg. 3 pred 3 arg.4
perbuatan pelaku perbuatan pelaku
serah dia terima orang lain
Jadi, berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dalam kalimat, serah terima
memiliki peran sebagai sasaran. Akan tetapi, pada saat di analisis secara terpisah, serah
dan terima sama- sama berperan sebagai predikator (perbuatan). Hal tersebut
menunjukkan kalau temu wicara memiliki peran yang berbeda saat digunakan dalam
kalimat dan saat dianalisis secara terpisah.
10
Kesimpulan
Perbandingan analisis dari semua lima data di atas menunjukkan kalau peran kata
majemuk saat berdiri sendiri dan dipakai dalam kalimat berbeda. Hal tersebut
menunjukkan keterkaitan antara analisis fungsi sintaksis dan semantik karena kategori
kata dalam kalimat mempengaruhi fungsi semantis (peran) kata tersebut. Selain itu,
menurut saya pribadi, analisis fungsi semantik lebih sulit daripada analisis fungsi
sintaksis. Dalam analisis sintaksis, hubungan antar komponen hanya terbatas pada
subyek, predikat, obyek, pelengkap dan keterangan sehingga analisis yang dilakukan
adalah mudah dan sederhana. Analisis sintaksis juga bersifat obyektif karena kategori
kata memberikan petunjuk tentang hubungan yang ada antar komponen. Sedangkan
dalam analisis semantik, jumlah peran yang dimiliki oleh predikator dan argumen
banyak. Selain itu, analisis semantik juga bersifat subyektif karena interpretasi saya
dengan interpretasi orang lain menyangkut peran predikator dan argumen dapat berbeda.
Oleh karena itu, saya lebih suka melakukan analisis fungsi sintaksis dibandingkan
semantik. Terima kasih.
Daftar Pustaka
Comrie, Bernard. 1976. Aspect. Cambridge University Press: Cambridge.
Comrie, Bernard. 1985. Tense. Cambridge University Press: Cambridge.
Kridalaksana, Harimurti. 1994. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Gramedia: Jakarta.
Kridalaksana, Harimurti. 2002. Struktur, Kategori, dan Fungsi dalam Teori Sintaksis.
Universitas Katolik Indonesia Atmajaya: Jakarta.
Kridalaksana, Harimurti. 1999. Tata Wacana Deskriptif Bahasa Indonesia. Fakultas
Sastra Universitas Indonesia: Jakarta.
11
Recommended