View
1
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Siti Zulaeha
(21170181000016)
Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2020
EVALUASI PROGRAM EKSTRAKURIKULER ROBOTIKA
PADA SISWA MTS NEGERI 1 KOTA TANGERANG SELATAN
Tesis
Oleh:
SITI ZULAEHA
NIM: 21170181000016
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
v
ABSTRAK
Siti Zulaeha (NIM: 21170181000016). Evaluasi Program Ekstrakurikuler
Robotika pada Siswa MTs Negeri 1 Kota Tangerang Selatan. Prodi Magister
Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi konteks, masukan, proses, dan
produk dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler robotika di MTs Negeri 1 Kota
Tangerang Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian evaluatif dengan
menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan metode observasi, wawancara, kuesioner dan analisa dokumen. Analisa data
menggunakan Model Alir dengan langkah reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan. Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber dan
metode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) aspek context (konteks) sudah
baik, namun belum terdapat pedoman pelaksanaan kegiatan dan kurikulum
ekstrakurikuler robotika sebagai dasar pelaksanaan program ekstrakurikuler
robotika; (2) aspek input (masukan) cukup baik, masih terdapat kualifikasi
instruktur belum sesuai, penggunaan metode sudah bervariasi namun dalam
penyampaian materi masih terdapat instruktur yang kurang menguasai, sarana
prasarana pembelajaran masih belum optimal; (3) aspek process (proses) cukup
baik, dalam materi pembelajaran tertentu penggunaan peralatan robotika masih
terdapat kekurangan karena jumlahnya yang terbatas, dalam proses pembelajaran
terlihat antusias peserta yang menurun saat mempelajari materi yang berkaitan
dengan pemrograman, dan terdapat juga beberapa siswa yang kurang disiplin dalam
pembelajaran ekstrakurikuler robotika; (4) aspek product (produk) sudah sangat
baik, namun dalam hal ini peneliti tidak dapat melihat apakah perubahan sikap
peserta juga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari atau tidak. Selain itu, prestasi
yang diraih oleh MTsN 1 Kota Tangerang Selatan hanya bisa menjadi tolok ukur
keberhasilan madrasah saja, belum dapat mengukur keberhasilan peserta secara
individu karena tidak semua peserta ekstrakurikuler robotika mengikuti kompetisi.
Hasil evaluasi program ekstrakurikuler robotika di MTs Negeri 1 Kota Tangerang
Selatan dengan menggunakan model evaluasi CIPP secara keseluruhan terlaksana
dengan baik, tetapi masih perlu beberapa perbaikan terkait kegiatan pembelajaran
guna menghasilkan kualitas peserta yang berkompeten dan profesional.
Kata Kunci: Evaluasi Program, Ekstrakurikuler Robotika, CIPP
vi
ABSTRACT
Siti Zulaeha (NIM: 21170181000016). Evaluation of Robotics Extracurricular
Program in MTs Negeri 1 Kota Tangerang Selatan Students. Master of Islamic
Education Management Study Program, Faculty of Educational Sciences,
Syarif Hidayatullah Jakarta Islamic State University.
This study aims to evaluate the context, input, process, and product in the
implementation of robotics extracurricular activities in MTs Negeri 1 Kota
Tangerang Selatan. This research is an evaluative study using a qualitative
descriptive approach. Data collection techniques were carried out by observation,
interviews, questionnaires and document analysis. Data analysis uses Flow Model
with data reduction, data presentation, and conclusion drawing steps. Triangulation
used is the triangulation of sources and methods. The results showed that (1) the
context aspect (context) was good, but there were no guidelines on the
implementation of robotics extracurricular activities and curriculum as a basis for
the implementation of robotics extracurricular programs; (2) the input aspect is
quite good, there are instructors' qualifications that are not yet suitable, the use of
methods has varied but in the delivery of material there are still instructors who are
not proficient, learning infrastructure is still not optimal; (3) the aspect of the
process is quite good, in certain learning materials the use of robotics equipment is
still lacking because of the limited number, in the learning process the participants'
enthusiasm seems to decrease when learning material related to programming, and
there are also some students who lack discipline in robotics extracurricular learning;
(4) aspects of the product have been very good, but in this case the researcher
cannot see whether the change in the attitude of the participants is also applied in
daily life or not. In addition, the achievements achieved by MTsN 1 Kota
Tangerang Selatan can only be a measure of madrasa success, they have not been
able to measure the success of individual participants because not all robotics
extracurricular participants take part in the competition. The results of the
evaluation of the robotics extracurricular program at MTs Negeri 1 Kota Tangerang
Selatan by using the CIPP evaluation model as a whole have been carried out well,
but there still need to be some improvements related to learning activities in order to
produce competent and professional quality participants.
Keywords: Program Evaluation, Robotics Extracurricular, CIPP
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis persembahkan ke hadirat Dzat Yang Maha Pengasih, atas
karunia, rahmat, dan hidayah-Nya tesis ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada junjungan umat manusia, yaitu Nabi Muhammad
SAW sang pemilik akhlak mulia, pembawa kebenaran dan kedamaian bagi seluruh
alam.
Penulis sadar sepenuh hati bahwa tesis ini hanya sejentik debu jalanan untuk
orang-orang besar. Namun dalam kapasitas penulis yang dikepung dengan berbagai
keterbatasan, tesis ini rasanya sebuah pencapaian monumental yang membesarkan
perasaan penulis dan mengobarkan bara semangat untuk memburu pencapaian-
pencapaian berikutnya.
Terwujudnya tesis ini tidak lepas dari kemuliaan hati berbagai pihak yang telah
memberikan motivasi, bimbingan, kemudahan, pemikiran, dan kekuatan yang
selama ini telah mendorong penulis untuk mampu menyelesaikan tesis ini. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Amany Burhanuddin Lubis, Lc, MA., selaku Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Jejen Musfah, MA., selaku Ketua Program Studi Magister Manajemen
Pendidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Fauzan, MA. dan Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing
yang telah memberikan bimbingan, perhatian dan pengarahan, saran serta
nasehat yang penulis butuhkan selama pembuatan tesis ini.
5. Seluruh Dosen dan Civitas Akademika FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
yang telah membimbing dan mendidik penulis dengan memberikan bekal ilmu
pengetahuan yang sangat bermanfaat.
6. Petugas Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
pelayanan dalam penyediaan pustaka yang dibutuhkan penulis dalam
penyelesaian tesis ini.
7. Kepala MTs Negeri 1 Kota Tangerang Selatan, WKM Kurikulum, WKM
Kesiswaan, Koordinator ekstrakurikuler, Pembina Ekstrakurikuler robotika,
serta peserta ekstrakurikuler robotika yang telah memberikan informasi kepada
penulis dalam penelitian tesis.
8. Suamiku tercinta Zubadillah, yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan,
dan selalu sabar dalam membimbingku, terima kasih tak terhingga atas
perjuangan dan doanya.
9. Terkhusus Ananda yang saat ini sudah sembilan bulan berada di dalam
kandungan. Terima kasih karena telah menjadi motivasi terbesar dan selalu
viii
menemani Bunyak berjuang dalam penyelesaian tesis ini. Engkau adalah salah
satu alasan Bunyak untuk tidak menyerah hingga akhirnya tesis ini dapat
terselesaikan.
10. Orang tua penulis, Ayahanda Marjuki dan Ibunda Siti Maryah, serta Abi
Kurtubi dan Mamah Robiah. Terima kasih atas kesabaran dan ketulusannya
yang selalu mendoakan putrinya sehingga penyusunan tesis ini terselesaikan.
11. Adik-adik yang kucinta, Fitri Nurlaela, Akbar Fauzi, Viony Azizah, Indah, dan
Amar, serta Abang Maftuh. Terima kasih selama ini telah memberikan doa dan
semangatnya.
12. Sahabat seperjuangan, Dinda Nusa Putri, Faiz Bi’amrillah, dan kawan-kawan
di Prodi Magister MPI A angkatan 2017 lainnya yang tidak bisa disebutkan
satu-persatu. Terima kasih telah berbagi semangat, dukungan, dan menjadi
tempat belajar selama di kampus.
13. Teman-teman penulis, Khoirudin Muslim, Ikhlas Alwan, dan khususnya
Rhenata Amalia, terima kasih telah memberikan doa, dukungan dan informasi
kepada penulis tentang robotika. Semoga sukses selalu menyertai kalian.
14. Serta segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Terima kasih
atas bantuan dan motivasinya kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.
Semoga segala kebaikan tersebut mendapat balasan yang setimpal dari Allah
SWT. Semoga rahmat, taufik, dan hidayah-Nya selalu dilimpahkan pada kita
semua. Aamiin.
Penulis berharap semoga tesis ini menjadi sumbangan ilmu pengetahuan yang
bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi pembaca.
Jakarta, 2 Januari 2020
Penulis
Siti Zulaeha
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN TESIS ....................................................................... i
PENGESAHAN SEMINAR HASIL..................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ....................................................................................... iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ............................................................................................ vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 10
C. Batasan Masalah ................................................................................ 11
D. Rumusan Masalah .............................................................................. 11
E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 11
F. Manfaat Penelitian ............................................................................. 11
BAB II KAJIAN TEORI ...................................................................................... 13
A. Kegiatan Ekstrakurikuler .................................................................... 13
B. Robotika ............................................................................................. 16
1. Kategori Robot ............................................................................. 18
2. Robot Hardware ........................................................................... 20
3. Robot Perception .......................................................................... 21
4. Aplikasi Robotika ......................................................................... 21
C. Evaluasi Program ................................................................................ 23
1. Pengertian Program dan Evaluasi Program .................................. 23
2. Tujuan Evaluasi Program ............................................................. 25
3. Manfaat Evaluasi Program ........................................................... 26
4. Model-Model Evaluasi Program ................................................. 26
a. CSE-UCLA Model ................................................................. 27
b. Countenance Evaluation Model (Stake Model) .............. ...... 27
c. Discrepancy Model ......................................................... ...... 28
d. Context, Input, Process, Product (CIPP) Model ............ ...... 28
D. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................ 34
E. Kerangka Berpikir .............................................................................. 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 38
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ......................................................... 38
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 38
C. Subjek dan Objek Penelitian ............................................................... 39
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 39
1. Wawancara ................................................................................... 39
2. Kuesioner .................................................................................... 40
x
3. Observasi ..................................................................................... 40
4. Analisa Dokumen ......................................................................... 41
E. Instrumen Pengumpulan Data ............................................................. 41
1. Kisi-Kisi Wawancara ................................................................... 41
2. Kisi-Kisi Kuesioner ..................................................................... 43
3. Kisi-Kisi Observasi ...................................................................... 43
4. Kisi-Kisi Dokumen ...................................................................... 45
F. Teknik Analisa Data ........................................................................... 45
G. Keabsahan Data .................................................................................. 46
H. Kriteria Evaluasi ................................................................................. 47
BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................................ 48
A. Gambaran Umum MTs Negeri 1 Kota Tangerang Selatan ................ 48
1. Sejarah Berdirinya MTs Negeri 1 Kota Tangerang Selatan ......... 48
2. Identitas MTs Negeri 1 Kota Tangerang Selatan ......................... 49
3. Visi Misi MTs Negeri 1 Kota Tangerang Selatan ........................ 49
4. Tujuan MTs Negeri 1 Kota Tangerang Selatan ........................... 50
5. Strategi dalam Meningkatkan Profesionalitas Pembinaan
Ekstrakurikuler .............................................................................. 50
6. Struktur Organisasi MTs Negeri 1 Kota Tangerang Selatan ........ 51
7. Susunan Pejabat MTs Negeri 1 Kota Tangerang Selatan ............. 52
8. Data Guru MTs Negeri 1 Kota Tangerang Selatan ....................... 52
B. Gambaran Umum Program Ekstrakurikuler Robotika MTs Negeri 1
Kota Tangerang Selatan ..................................................................... 53
1. Sejarah Terbentuknya Ekstrakurikuler Robotika di MTs Negeri 1
Kota Tangerang Selatan ............................................................... 53
2. Daftar Peserta Robotika MTs Negeri 1 Kota Tangerang Selatan . 54
3. Daftar Instruktur Robotika MTs Negeri 1 Kota Tangerang
Selatan ........................................................................................... 55
C. Deskripsi dan Analisis Data Penelitian .............................................. 56
1. Evaluasi Konteks (Context) ......................................................... 56
2. Evaluasi Masukan (Input) ............................................................ 61
3. Evaluasi Proses (Process) ............................................................ 68
4. Evaluasi Produk (Product) ........................................................... 86
D. Pembahasan ........................................................................................ 95
1. Evaluasi Konteks (Context) ......................................................... 95
2. Evaluasi Masukan (Input) ............................................................ 99
3. Evaluasi Proses (Process) ........................................................... 106
4. Evaluasi Produk (Product) ......................................................... 111
E. Kendala dan Upaya Mengatasinya .................................................... 113
F. Diskusi Hasil Penelitian .................................................................... 114
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 122
A. Kesimpulan ........................................................................................ 122
B. Rekomendasi .................................................................................... 123
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 125
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Struktur Kurikulum MTs ......................................................................... 5
Tabel 1.1 Jumlah Siswa dan Peserta Ekstrakurikuler Robotika ............................... 9
Tabel 3.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian ................................................................. 39
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Wawancara ............................................................................... 42
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuesioner ................................................................................. 43
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Observasi ................................................................................. 43
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Dokumen .................................................................................. 45
Tabel 3.6 Kriteria Evaluasi ...................................................................................... 47
Tabel 4.1 Peserta Ekstrakurikuler Robotika MTs Negeri 1 Kota Tangerang
Selatan ...................................................................................................... 54
Tabel 4.2 Daftar Instruktur Robotika MTs Negeri 1 Kota Tangerang Selatan ........ 56
Tabel 4.3 Daftar Prestasi Peserta Ekstrakurikuler Robotika Tingkat Nasional ....... 93
Tabel 4.4 Daftar Prestasi Peserta Ekstrakurikuler Robotika Tingkat Internasional . 94
Tabel 4.5 Kendala dan Upaya Mengatasinya ......................................................... 113
Tabel 4.6 Kesesuaian Pelaksanaan Program .......................................................... 118
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Evaluasi CIPP ........................................................................ 34
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ............................................................................. 37
Gambar 4.1 Struktur Organisasi MTsN 1 Kota Tangerang Selatan ...................... 51
Diagram 4.1 Jenis Kelamin Guru MTsN 1 Kota Tangerang Selatan ..................... 52
Diagram 4.2 Lulusan Guru MTsN 1 Kota Tangerang Selatan ............................... 53
Diagram 4.3 Perkenalan Kegiatan Ekstrakurikuler Robotika ................................ 69
Diagram 4.4 Rekrutmen Peserta Ekstrakurikuler Robotika ................................... 70
Diagram 4.5 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Robotika .................. 71
Diagram 4.6 Ruang Kegiatan Ekstrakurikuler Robotika ....................................... 72
Diagram 4.7 Alat yang Digunakan dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Robotika ..... 73
Diagram 4.8 Bahan yang Digunakan dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Robotika .. 74
Diagram 4.9 Instruktur Menjelaskan Tujuan Kegiatan .......................................... 76
Diagram 4.10 Instruktur Menjelaskan Target Kegiatan ........................................... 76
Diagram 4.11 Instruktur Melakukan Persiapan Sebelum Kegiatan ......................... 77
Diagram 4.12 Instruktur Memberikan Contoh Saat Menjelaskan Materi ................ 78
Diagram 4.13 Instruktur Memantau Kemajuan Peserta ........................................... 78
Diagram 4.14 Peserta Diberikan Waktu untuk Diskusi ........................................... 80
Diagram 4.15 Keikutsertaan Peserta dalam Kompetisi ............................................ 81
Diagram 4.16 Instruktur Memberikan Tugas ........................................................... 83
Diagram 4.17 Instruktur Memberikan Penilaian secara Objektif ............................ 84
Diagram 4.18 Instruktur Melibatkan Peserta dalam Penilaian ................................. 85
Diagram 4.19 Pelaksanaan Kompetisi untuk Meningkatkan Kemampuan .............. 86
Diagram 4.20Pelaksanaan Ujian .............................................................................. 87
Diagram 4.21Peningkatan Kemampuan Komunikasi .............................................. 88
Diagram 4.22 Peningkatan Kreatifitas ..................................................................... 89
Diagram 4.23 Peningkatan Kemampuan Kerja Sama .............................................. 90
Diagram 4.24 Peningkatan Kedisiplinan ................................................................. 90
Diagram 4.25 Ekstrakurikuler Robotika sebagai Sarana Pengembangan Minat ..... 91
Diagram 4.26 Ekstrakurikuler Robotika sebagai Sarana Pengembangan Bakat ...... 92
Diagram 4.27 Ekstrakurikuler Robotika Meningkatkan Prestasi Non-akademik .... 94
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebuah negara yang ingin maju tentu harus melakukan perubahan di berbagai
bidang. Apalagi saat ini, ketika Indonesia tengah menghadapi era revolusi industri 4.0
dimana persaingan kian ketat. Salah satu perubahan itu bisa terbentuk dengan
perbaikan sumber daya manusia. Era Revolusi Industri 4.0 tengah dirasakan oleh
seluruh masyarakat Indonesia, bahkan dunia. Internet of Things (IoT) sangat
diperlukan pada era sekarang karena pengaruh internet sudah menjalar dimana-mana.
Tidak lupa dengan Artificial Intelegence (AI) yang sebagian orang mengkhawatirkan
keberadaannya.
Lee et al (2013 : 38-41) menjelaskan industri 4.0 ditandai dengan peningkatan
digitalisasi manufaktur yang didorong oleh empat faktor: 1) peningkatan volume data,
kekuatan komputasi, dan konektivitas; 2) munculnya analisis, kemampuan, dan
kecerdasan bisnis; 3) terjadinya bentuk interaksi baru antara manusia dengan mesin;
dan 4) perbaikan instruksi transfer digital ke dunia fisik, seperti robotika dan 3D
printing.
Saat ini, revolusi industri keempat (4.0) mengubah ekonomi, pekerjaan, dan
bahkan masyarakat itu sendiri. Hakikat Industri 4.0, merupakan penggabungan
teknologi fisik dan digital melalui analitik, kecerdasan buatan, teknologi kognitif,
dan Internet of Things (IoT) untuk menciptakan perusahaan digital yang saling terkait
dan mampu menghasilkan keputusan yang lebih tepat.
Perusahaan digital dapat berkomunikasi, menganalisis, dan menggunakan data
untuk mendorong tindakan cerdas di dunia fisik. Singkatnya, revolusi ini menanamkan
teknologi yang cerdas dan terhubung tidak hanya di dalam perusahaan, tetapi juga
kehidupan sehari-hari kita. World Economic Forum (WEF) menyebut Revolusi
Industri 4.0 adalah revolusi berbasis Cyber Physical System yang secara garis besar
merupakan gabungan tiga domain yaitu digital, fisik, dan biologi. Ditandai dengan
munculnya fungsi-fungsi kecerdasan buatan (artificial intelligence), mobile super
computing, intelligent robot, self-driving cars, neuro-technological brain
enchancements, era big data yang membutuhkan kemampuan cybersecurity, era
pengembangan biotechnology dan genetic editing (manipulasi gen).
Hermann et al (2016) menambahkan, ada empat desain prinsip industri 4.0.
Pertama, interkoneksi (sambungan) yaitu kemampuan mesin, perangkat, sensor, dan
orang untuk terhubung dan berkomunikasi satu sama lain melalui Internet of Things
(IoT) atau Internet of People (IoP). Prinsip ini membutuhkan kolaborasi, keamanan,
dan standar. Kedua, transparansi informasi merupakan kemampuan sistem informasi
untuk menciptakan salinan virtual dunia fisik dengan memperkaya model digital
dengan data sensor termasuk analisis data dan penyediaan informasi. Ketiga, bantuan
teknis yang meliputi; (a) kemampuan sistem bantuan untuk mendukung manusia
dengan menggabungkan dan mengevaluasi informasi secara sadar untuk membuat
keputusan yang tepat dan memecahkan masalah mendesak dalam waktu singkat; (b)
kemampuan sistem untuk mendukung manusia dengan melakukan berbagai tugas yang
tidak menyenangkan, terlalu melelahkan, atau tidak aman; (c) meliputi bantuan visual
dan fisik. Keempat, keputusan terdesentralisasi yang merupakan kemampuan sistem
2
fisik maya untuk membuat keputusan sendiri dan menjalankan tugas seefektif
mungkin.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan merumuskan bahwa paradigma
pembelajaran abad 21 menekankan pada kemampuan peserta didik dalam mencari tahu
dari berbagai sumber, merumuskan permasalahan, berpikir analitis dan kerjasama serta
berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah (Litbang Kemdikbud, 2013). Adapun
penjelasan mengenai framework pembelajaran abad ke-21 menurut (BSNP:2010)
adalah sebagai berikut: (a) Kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah
(Critical-Thinking and Problem-Solving Skills), mampu berfikir secara kritis, lateral,
dan sistemik, terutama dalam konteks pemecahan masalah; (b) Kemampuan
berkomunikasi dan bekerjasama (Communication and Collaboration Skills), mampu
berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif dengan berbagai pihak; (c)
Kemampuan mencipta dan membaharui (Creativity and Innovation Skills), mampu
mengembangkan kreativitas yang dimilikinya untuk menghasilkan berbagai terobosan
yang inovatif; (d) Literasi teknologi informasi dan komunikasi (Information and
Communications Technology Literacy), mampu memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi untuk meningkatkan kinerja dan aktivitas sehari-hari; (e) Kemampuan
belajar kontekstual (Contextual Learning Skills) , mampu menjalani aktivitas
pembelajaran mandiri yang kontekstual sebagai bagian dari pengembangan pribadi,
dan (f) Kemampuan informasi dan literasi media, mampu memahami dan
menggunakan berbagai media komunikasi untuk menyampaikan beragam gagasan dan
melaksanakan aktivitas kolaborasi serta interaksi dengan beragam pihak.
Untuk menghadapi pembelajaran di abad 21, setiap orang harus memiliki
keterampilan berpikir kritis, pengetahuan dan kemampuan literasi digital, literasi
informasi, literasi media dan menguasai teknologi informasi dan komunikasi
(Frydenberg & Andone, 2011). Pendidikan setidaknya harus mampu menyiapkan anak
didiknya menghadapi tiga hal: a) menyiapkan anak untuk bisa bekerja yang
pekerjaannya saat ini belum ada; b) menyiapkan anak untuk bisa menyelesaikan
masalah yang masalahnya saat ini belum muncul, dan c) menyiapkan anak untuk bisa
menggunakan teknologi yang sekarang teknologinya belum ditemukan. Sungguh
sebuah pekerjaan rumah yang tidak mudah bagi dunia pendidikan.
Dalam penjelasannya, Prof. Ali Ghufron Mukti selaku Dirjen Sumber Daya Ilmu
Pengetahuan, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Kementrian riset teknologi dan
pendidikan tinggi mengatakan bahwa bukan tidak mungkin jika Sumber Daya Manusia
(SDM) tergantikan oleh robot (UB, 2018, para.1). Dari kaitannya dengan aspek
Pendidikan, para calon pekerja dalam bidang tersebut harus melatih keahlian sejak dini
sejalan dengan era revolusi industri 4.0.
Untuk mendapatkan SDM yang kompetitif dalam industri 4.0, kurikulum
pendidikan harus dirancang agar luarannya mampu menguasai literasi baru. Luaran
tersebut diantaranya adalah literasi data, yaitu kemampuan membaca, menganalisis dan
memanfaatkan informasi big data dalam dunia digital. Selain itu literasi teknologi
adalah memahami cara kerja mesin, aplikasi teknologi. Terakhir adalah literasi
manusia, humanities, komunikasi dan desain yang bertujuan agar manusia dapat
berfungsi dengan baik di lingkungan yang semakin dinamis (UB, 2018, para.7).
Literasi big data, literasi teknologi, dan literasi humanities inilah yang harus dikuasai
oleh SDM agar mampu bersaing di era digital saat ini.
Revolusi industri 4.0 sedang dan telah terjadi sejak beberapa tahun yang lalu.
Kekhawatiran akan perubahan struktur kerja telah muncul dan menghantui tenaga
3
kerja saat ini. Padahal perubahan akibat revolusi industri 4.0 pun akan sangat
berdampak pada angkatan kerja pada generasi berikutnya. Berbagai kondisi dan
pekerjaan yang tidak dapat dibayangkan saat ini, akan terjadi di masa depan. Serta
terdapat kondisi-kondisi yang baru yang belum dialami generasi sebelumnya, hal ini
perlu menarik perhatian stakeholder pendidikan dan pemerintah. Tujuannya agar dapat
mengantisipasi perubahan tersebut dan mempersiapkan anak-anak saat ini untuk
menghadapi masa depan.
Studi menunjukkan bahwa 65% dari pendidikan dasar saat ini sudah tidak sesuai
dengan pekerjaan yang tersedia. Bahkan diproyeksikan pekerjaan yang disiapkan
untuk anak-anak saat ini akan hilang di masa depan. Hal ini menunjukkan adanya
kesenjangan antara pendidikan dan kebutuhan kapasitas di masa depan (Forbil, 2018,
para.6). Oleh karena itu terdapat berbagai hal yang perlu dilakukan untuk
mempersiapkan anak-anak saat ini menghadapi revolusi industri 4.0. Terdapat
beberapa hal yang perlu dilakukan. Pertama, melakukan transformasi ekosistem
pendidikan. Berbagai aspek dalam sistem pendidikan perlu mempersiapkan anak-anak
untuk ekosistem dunia industri 4.0. Adaptasi tersebut perlu dipersiapkan mulai dari
pendidikan dasar, bahkan pendidikan usia dini. Selanjutnya kurikulum dan tenaga
pendidik perlu beradaptasi pula. Dunia pendidikan perlu memberikan gambaran yang
sebenarnya dari kondisi masa depan, khususnya dunia kerja. Oleh karena itu
penggunaan teknologi digital perlu menjadi dasar proses pendidikan. Selain itu,
terdapat aspek penting untuk dikembangkan, yaitu pendidikan kejuruan, keterbukaan
pendidikan untuk melakukan inovasi, kritis, dan pengembangan konsep dan
implementasi lifelong learning.
Strategi kedua yang perlu dikembangkan adalah memfasilitasi transisi menuju
dunia kerja yang baru. Saat ini terjadi perbedaan pendapat dan muncul berbagai
pandangan tentang bagaimana dampak revolusi industri 4.0 terhadap kondisi kerja.
Dibutuhkan dukungan kebijakan dan program di bidang pendidikan untuk
mengantisipasi perubahan yang akan terjadi. Ada beberapa upaya praktis yang dapat
dilakukan, seperti menemukenali model-model kerja yang ada saat ini dan berbagai
model yang akan bertahan dan tidak. Selanjutnya memperbaharui sistem perlindungan
sosial untuk memastikan setiap orang akan mendapatkan jaminan kesejahteraan.
Selanjutnya di bidang pendidikan, perlu ada program reskilling dan pelayanan bagi
tenaga kerja untuk memperbaharui pengetahuan dan keahliannya.
Perlu dibenahi sistem pendidikan yang ideal untuk mempersiapkan anak-anak saat
ini untuk bersaing di era industri 4.0, salah satunya dengan intervensi terhadap sistem
pendidikan yang perlu dilakukan sejak dini. Orang tua dan sekolah perlu
memperhatikan aspek tersebut sebagai dasar pengembangan anak, khususnya pada
pendidikan dasar.
Kurikulum di pendidikan pun harus mengikuti dinamika industri. Teknologi dan
model bisnis terus berkembang. Agar anak-anak saat ini mampu mengikuti
perkembangan tersebut, maka materi yang diajarkan di sekolah harus mengikuti
perkembangan di dunia kerja. Hal ini telah menjadi kebutuhan. Contohnya yaitu
Finlandia, yang juga menjadi salah satu negara dengan pendidikan terbaik di dunia.
Finlandia melakukan pembaharuan terhadap kurikulumnya secara rutin. Tujuannya
untuk mengakomodasi perkembangan.
Dunia pendidikan membutuhkan generasi penerus yang memiliki kreatifitas tinggi
mengingat perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi semakin pesat. Namun di
sekolah-sekolah pengenalan terhadap IPTEK belum maksimal. Bahkan dalam 5 tahun
4
terakhir mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai mata
pelajaran yang menunjang dalam pemahaman teknologi di sekolah sempat dihapus
dalam kurikulum 2013. Mata pelajaran TIK diintegrasikan ke dalam mata pelajaran
lain, tidak berdiri sendiri menjadi sebuah mata pelajaran. Hal tersebut disahkan dalam
PP Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam PP tersebut menunjukan
bahwa mata pelajaran TIK dihapus dalam struktur kurikulum sebagai sebuah mata
pelajaran. Padahal struktur kurikulum sebelum kurikulum 2013 yaitu kurikulum 2004
(KBK) dan kurikulum 2006 (KTSP), mata pelajaran TIK ada walau hanya sebagai
muatan lokal (mulok). Hal ini membuat peserta didik kesulitan untuk mempelajari
teknologi secara khusus di sekolah.
Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh Haryadi dkk., ada sebanyak
46% peserta didik tidak setuju dengan penghapusan mata pelajaran Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) pada Kurikulum 2013. Mata pelajaran TIK
dihapuskan dan diintegrasikan ke dalam setiap mata pelajaran. Walaupun tidak semua
peserta didik memiliki komputer dan mengerti cara mengoperasikannya, sehingga
hanya di sekolah satu-satunya cara untuk belajar. Tetapi, jika pada Kurikulum 2013
pelajaran TIK dihapuskan maka anak-anak menjadi akan semakin gagap teknologi
(gaptek). Hal inilah yang membuat kurikulum pendidikan di Indonesia tidak relevan
dengan kebutuhan masyarakat.
Namun kegelisahan tersebut akhirnya dijawab pemerintah (Kemendikbud). Di
akhir Desember 2018, Muhajir Effendi selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
membuat gebrakan dengan menganulir kebijakan lama dan mengeluarkan 2 kebijakan
penting sehubungan dengan mata pelajaran TIK ini, yakni Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 36 Tahun 2018 dan
Permendikbud Nomor 37 Tahun 2018 (Hariawan, 2019). Permendikbud Nomor 36
tahun 2018, berisi tentang perubahan atas Permendikbud Nomor 59 Tahun 2014
tentang Kurikulum 2013 SMA/MA. Yang mana pada Permendikbud 59 Tahun 2014
tidak lagi mencantumkan mapel TIK di jenjang SMA/MA. Maka sejak
diberlakukannya Permendikbud 36 tahun 2018, maka di jenjang SMA/MA mata
pelajaran TIK akan diberlakukan kembali. Namanya bukan lagi TIK tapi
informatika. Secara eksplisit tertulis di Permendikbud 36/2018, terdapat pasal
perubahan yakni Pasal 10A: “Pelaksanaan pembelajaran informatika sebagai mata
pelajaran pilihan dilaksanakan mulai tahun ajaran 2019/2020 sesuai kesiapan sekolah”.
Hal serupa juga diberlakukan di jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP) yang
dituangkan dalam Permendikbud 37 Tahun 2018. Di sana tertulis, ada pasal tambahan
2A yang menyuratkan: Muatan Informatika pada SD/ MI digunakan sebagai alat
pembelajaran dan atau dipelajari melalui ekstrakurikuler dan atau muatan lokal.
Sedangkan untuk jenjang SMP/ MTs diberlakukan kembali mata pelajaran TIK dengan
nama informatika. Gebrakan ini patut diapresiasi karena terbitnya Permendikbud 36
tahun 2018 dan 37 Tahun 2018 adalah langkah tepat dan konkret untuk memenuhi
kebutuhan dasar peserta didik dalam mengembangkan kemampuannya pada era
digital.
Dalam salinan lampiran 1 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor
35 tahun 2018 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
nomor 58 tahun 2014 tentang kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah menjelaskan tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah. Struktur Kurikulum SMP/MTs terdiri atas
5
mata pelajaran umum kelompok A dan mata pelajaran umum kelompok B. Khusus
untuk MTs, dapat ditambah dengan mata pelajaran keagamaan yang diatur oleh
Kementerian Agama. Untuk mata pelajaran Prakarya dan mata pelajaran Informatika,
sekolah dapat menyelenggarakan salah satu atau kedua mata pelajaran tersebut. Peserta
didik dapat memilih salah satu mata pelajaran yaitu Prakarya atau Informatika yang
disediakan oleh sekolah. Struktur kurikulum MTs adalah sebagai berikut (KMA N0.
184 tahun 2019):
Tabel 1.1
Struktur Kurikulum MTs
Mata Pelajaran Alokasi Waktu Perpekan
Kelompok A VII VIII IX
1 Pendidikan Agama Islam
a. Al-Qur‟an Hadis 2 2 2
b. Akidah Akhlak 2 2 2
c. Fikih 2 2 2
d. Sejarah Kebudayaan Islam 2 2 2
2 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 3 3 3
3 Bahasa Indonesia 6 6 6
4 Bahasa Arab 3 3 3
5 Matematika 5 5 5
6 Ilmu Pengetahuan Alam 5 5 5
7 Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4
8 Bahasa Inggris 4 4 4
Kelompok B
1 Seni Budaya 3 3 3
2 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 3 3 3
3 Prakarya dan/atau Informatika 2 2 2
4 Muatan Lokal - - -
Jumlah 46 46 46
Keterangan
1. Mata pelajaran Kelompok A merupakan kelompok mata pelajaran yang
muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat.
2. Mata pelajaran Kelompok B merupakan kelompok mata pelajaran yang
muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat dan dapat dilengkapi
dengan muatan/konten lokal.
3. Mata pelajaran Kelompok B dapat berupa mata pelajaran muatan lokal yang
berdiri sendiri.
4. Satu jam pelajaran beban belajar tatap muka adalah 40 (empat puluh) menit.
5. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan dapat memuat
konten lokal.
6. Untuk Mata Pelajaran Prakarya dan/atau Mata Pelajaran Informatika, satuan
pendidikan menyelenggarakan salah satu atau kedua mata pelajaran tersebut.
Peserta didik dapat memilih salah satu mata pelajaran yaitu Mata Pelajaran
6
Prakarya atau Mata Pelajaran Informatika yang disediakan oleh satuan
pendidikan.
7. Muatan Lokal dapat memuat Bahasa Daerah dan/atau kearifan lokal atau
mata pelajaran lain yang menjadi kekhasan/keunggulan madrasah terdiri atas
maksimal 3 (tiga) mata pelajaran dengan jumlah maksimal 6 (enam) jam
pelajaran.
Kembalinya TIK menjadi mata pelajaran dinilai tak akan berjalan mulus dan tak
bisa serentak di semua sekolah oleh pengamat pendidikan dari Eduspec Indonesia
Indra Charismiadji. Sarana dan prasarana pendukung terlebih dahulu harus dibangun
oleh pemerintah. Kemungkinan hanya sekolah yang berada di kota besar yang
langsung siap menggelar mapta pelajaran Informatika (Pikiran Rakyat, 3 September
2018). “Sambil menyiapkan sarana dan prasarana, juga tenaga pendidik yang
mengampu mata pelajaran tersebut. Secara konsep, masuknya Informatika ke dalam
kurikulum sudah siap. Namun ada keraguan dari pihak Kemendikbud terkait kesiapan
sekolah itu sendiri. Terutama dari sisi sarana dan prasarana komputer, dan kesiapan
gurunya,” kata Indra. Selama ini pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer
(UNBK) saja, masih ada sekolah yang harus menumpang ke sekolah lain. Selain itu,
kompetensi guru Informatika juga harus ditingkatkan melalui beragam pelatihan.
Berdasarkan data Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) 2014, misalnya,
dari 1,3 juta guru peserta uji kompetensi, hanya 30 persen yang telah melek
teknologi (Harian Nasional, 2015). Bahkan Kepala Pusat Teknologi Informasi dan
Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan (Kapustekkom) Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Gogot Suharwoto mengatakan hanya 40 persen guru yang siap dengan
teknologi. Jumlah itu berdasarkan populasi guru nonteknologi informasi dan
komunikasi (TIK) (Liputan6.com, 2018).
Bahkan Badan Pusat Statistik (BPS) menginformasikan bahwa guru yang
mempunyai kualifikasi di bidang TIK, untuk semua jenjang pendidikan hanya sebesar
10,10 persen. Berdasarkan jenjang pendidikan SMA dan sederajat lebih besar yaitu
14,43 persen, diikuti SMP dan sederajat sebesar 11,33 persen, lalu SD dan sederajat
sebesar 6,90 persen. Berdasarkan status sekolah, sekolah swasta lebih banyak guru
yang mempunyai kualifikasi di bidang TIK yaitu 12,43 persen dibandingkan sekolah
negeri hanya 8,73 persen (BPS, 2018:17). Data tersebut menunjukkan bahwa masih
banyak guru di Indonesia yang kurang menguasai teknologi. Padahal, kemampuan
guru menguasai teknologi informasi sangat berhubungan dengan upaya adaptasi
terhadap peserta didik. Hal itu karena peserta didik telah terpapar sajian teknologi.
Guru harus terus belajar dan selalu mengembangkan diri. Karena dengan
keberadaan internet, guru akan ditinggalkan jika tidak menguasai teknologi. Jadi
kemungkinan pelaksanaan mata pelajaran informatika tidak diwajibkan di semua
sekolah terlebih dahulu sambil mempersiapkan guru yang akan mengajar agar mampu
mengampu mata pelajaran ini. Perkembangan teknologi informasi belum disambut
kemampuan oleh tenaga pengajar.
Dalam hal ini pendidikan melalui ekstrakurikuler juga memiliki peranan yang
tidak kalah penting. Pendidikan ini berfungsi untuk membantu peserta didik untuk
memaksimalkan potensi dan bakatnya yang mungkin belum seluruhnya bisa diperoleh
melalui jam pelajaran di sekolah. Program ekstrakurikuler dapat membentuk
kepribadian peserta didik menjadi terampil dan terbiasa dengan suatu kegiatan.
Program ekstrakurikuler dapat membiasakan peserta didik terampil mengorganisasi,
7
mengelola, menambah wawasan, memecahkan masalah, sesuai karakteristik
ekstrakurikuler yang diikutinya.
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh
peserta didik di luar jam belajar kegiatan intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler, di
bawah bimbingan dan pengawasan satuan pendidikan sebagaimana telah diamanatkan
dalam Permendikbud No. 62 Tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler pada
Pendidikan Dasar dan Menengah pasal 1 ayat 1. Peserta didik yang ikut serta dalam
kegiatan ekstrakurikuler yang diprogramkan oleh satuan pendidikan tergantung pada
bakat, minat dan kebutuhan peserta didik. Program ekstrakurikuler menjadi salah satu
kegiatan yang memiliki peran penting untuk pembinaan peserta didik.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Arief Yuri (2009), ekstrakurikuler sangat
penting dalam pendidikan nilai karena dalam kegiatan ekstrakurikuler peserta didik
terlibat secara aktif dalam kegiatan tersebut dan mendapatkan pengalaman secara
langsung sehingga pendidikan nilai didapatkan melalui aktivitas kegiatan
ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan
juga memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas pengembangan diri peserta
didik.
Kegiatan ekstrakurikuler dapat dikatakan berhasil jika dapat mengembangkan
bakat dan minat peserta didik secara baik dan memperluas wawasan peserta didik
sehingga dapat menghasilkan prestasi pada kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh
peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler juga dilaksanakan sebagai bentuk pemenuhan
hak peserta didik dalam pelayanan pendidikan sesuai bakat, minat dan kemampuannya.
Dengan demikian, sekolah diwajibkan melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler.
Melalui kegiatan ekstrakurikuler nantinya peserta didik diharapkan bisa melatih
dirinya agar benar-benar mampu memerankan dirinya dalam kehidupan sosial, sesuai
dengan kapasitasnya sebagai insan terpelajar, dan jika benar-benar digalakkan sesuai
esensinya, semua jenis ekstrakurikuler mengarah pada apresiasi berbagai pengetahuan
yang diserap peserta didik. Dalam hal ini, pendidikan di sekolah dan di luar sekolah,
serta pendidikan dalam keluarga maupun di luar keluarga harus bersinergi (Sidi, 2013).
Di samping itu, melalui kegiatan ekstrakurikuler peserta didik akan mempunyai ruang
yang lebih luas untuk memberdayakan dan mengembangkan minat serta bakat yang
dimilikinya.
Saat ini, robotika merupakan hal yang dianggap penting di bidang teknologi.
Robotika memiliki peranan yang penting terhadap daya saing bangsa sehingga
pengenalan robotika terhadap peserta didik perlu dilakukan. Pendidikan robotika
adalah salah satu cara untuk mewadahi peserta didik dalam mempelajari teknologi,
yaitu dengan menjadikannya salah satu bidang ekstrakurikuler di sekolah. Pengenalan
dan pelatihan merakit serta memprogram robot bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi
peserta didik dalam mempelajari teknologi. Dengan adanya pendidikan robotika,
peserta didik tidak hanya sekedar bermain robot saja, tetapi juga belajar membuat
robot dan teknik-teknik pemrogramannya yang dapat membuat peserta didik menjadi
kreatif dan imajinatif.
Sebagai masyarakat yang mayoritas muslim dan sedang giat membangun untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sudah seharusnya kita memahami imtaq
maupun sainstek dengan berpegang teguh pada nilai-nilai budaya bangsa yang
bercirikan khas Islam. Dengan bermodalkan sumber daya manusia yang
berkeunggulan inilah masyarakat muslim mampu berperan di garis depan dalam upaya
mengembangkan sains dan eknologi dalam upaya pembangunan yang semakin merata
8
pada era global ini. Sejarah sains sulit diungkapkan karena terbatasnya informasi yang
menunjang. Salah satu sumber yang dapat dipedomani adalah Al-Qur‟an:
ؤلء آء ى ثؤسأ جـ ئكة فقبل أ ه ب ثى عزضىأ عهى ٱنأ آء كه سأ عهى ءادو ٱلأ إ كتىأ
﴿ دقي تآ إك أث ٱنأعهيى ٱنأحكيى ﴿﴾ ١٣ص أ ك ل عهأى نآ إل يب عه ﴾١٣قبنا سجأح
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!".
Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa
yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS Al-Baqarah: 31-32).
Ternyata sesuai dengan ayat ini manusia mempunyai pengetahuan lebih luas dan
mereka benar-benar sudah mengetahui bentuk segala sesuatu yang hidup dan yang
mati. Suatu kewajiban kita untuk terus menggali sains dan teknologi agar dapat
digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup umat manusia (Jumin, 2012:11). Dunia
tanpa batas sekarang ini mengisyaratkan umat Islam harus peka dan tanggap terhadap
isu-isu aktual dan faktual yang berlangsung hari ini. Kemajuan sains dan teknologi
yang begitu cepat perlu diselaraskan dengan pemahaman agama dan disesuaikan
dengan nilai sosial dan budaya yang ada. Mempelajari hal tersebut perlu dilakukan
sejak dini, salah satunya melalui pendidikan di madrasah.
MTsN 1 Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu lembaga pendidikan yang
mengarahkan perhatiannya terhadap perkembangan teknologi baru yang inovatif
seperti robot, yang dapat diajarkan kepada para peserta didik di madrasah. MTs Negeri
1 Kota Tangerang Selatan memiliki visi “Terselenggaranya layanan prima untuk
membentuk insan religius, berprestasi nasional, dan berwawasan global”. Demi
mencapai visi tersebut MTsN 1 Kota Tangerang Selatan menjalankan misinya dengan
meningkatkan pembinaan dan pengembangan kecakapan global. Salah satu cara yang
dilakukan yaitu dengan menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler di bidang robotika.
MTsN 1 Kota Tangerang Selatan menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler robotika
sejak tahun 2013. Namun, tenaga pendidik di madrasah yang berkompeten dalam
bidang robotika jumlahnya sangat minim. Sehingga madrasah menganggap perlu
adanya tenaga pendidik yang didatangkan dari luar madrasah untuk dijadikan
instruktur dalam pembelajaran ekstrakurikuler robotika. Oleh karena itu, MTsN 1 Kota
Tangerang Selatan bekerjasama dengan salah satu lembaga kursus robotika di
Tangerang Selatan sebagai penyedia instrukturnya.
Ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan merupakan salah
satu ekstrakurikuler yang banyak diminati oleh peserta didik. Pada tahun ajaran
2019/2020 jumlah peserta ekstrakurikuler robotika mencapai 64 peserta didik. Bahkan
di tahun ajaran sebelumnya, untuk dapat mengikuti ekstrakurikuler robotika peserta
didik diharuskan mengikuti seleksi. Berikut jumlah siswa dan peserta ekstrakurikuler
robotika selama 3 tahun terakhir.
9
Tabel 1.2
Jumlah Siswa dan Peserta Ekstrakurikuler Robotika
No. Tahun Ajaran Jumlah Siswa MTsN 1
Kota Tangerang Selatan
Jumlah Peserta
Ekstrakurikuler Robotika
1. 2017 – 2018 972 70
2. 2018 – 2019 967 76
3. 2019 – 2020 984 76
Jumlah peserta ekstrakurikuler yang terdapat pada tabel di atas merupakan jumlah
peserta setelah melalui tahap seleksi. Peserta ekstrakurikuler robotika dibagi menjadi
dua rombongan belajar. Pembatasan kuota diberlakukan oleh pihak madrasah
dikarenakan pihak madrasah belum dapat memfasilitasi seluruh peserta yang berminat.
Media dalam pembelajaran robotika yang dimiliki oleh madrasah jumlahnya terbatas.
Keterbatasan media dalam pembelajaran robotika yang dimiliki oleh madrasah
disebabkan oleh mahalnya harga peralatan robotika yang digunakan dalam
pembelajaran.
Pada pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler robotika pembelajaran berkonsentrasi
pada perakitan dan pemrograman robot. Dalam pembelajaran, peserta didik ditargetkan
untuk menciptakan alat yang dapat diterapkan dan memudahkan dalam kehidupan
sehari-hari. Peserta didik yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler robotika terdiri dari
peserta didik kelas VII dan kelas VIII.
Kemampuan peserta didik MTsN 1 Kota Tangerang Selatan di bidang robotika
berkembang cukup pesat. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya prestasi yang diraih
oleh peserta didik MTsN 1 Kota Tangerang Selatan, tidak hanya prestasi di tingkat
nasional, namun juga prestasi di tingkat internasional. Pada Agustus 2019 peserta didik
MTsN 1 Kota Tangerang Selatan meraih juara empat kategori creative robot tingkat
internasional yang diselenggarakan di Korea Selatan. Pada tahun sebelumnya peserta
didik MTsN 1 Kota Tangerang Selatan juga meraih prestasi di kategori yang sama
pada kompetisi robotika internasional yang diadakan di Beijing, Tiongkok. Dan masih
banyak lagi prestasi yang telah diraih peserta didik dalam kompetisi robotika. Hal ini
dapat menjadi salah satu keunggulan madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam.
Banyaknya peserta didik yang mengikuti ekstrakurikuler robotika diharapkan
sebagai salah satu cara dalam meningkatkan pendidikan di bidang teknologi bagi
generasi muda. Dengan terselenggaranya kegiatan ekstrakurikuler robotika di berbagai
sekolah, ini menandakan bahwa pihak madrasah memang peduli betapa pentingnya arti
pendidikan di bidang teknologi di era revolusi industri saat ini, namun di sisi lain perlu
adanya perhatian mengenai penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler robotika.
Apabila tidak diikuti dengan penyelenggaraan kegiatan yang baik, maka tidak akan
menunjukkan hasil yang optimal.
Selama ekstrakurikuler robotika diselenggarakan, MTsN 1 Kota Tangerang
Selatan belum pernah melakukan evaluasi secara khusus untuk mengukur seberapa
optimal kegiatan ekstrakurikuler terselenggara. Sebagai salah satu ekstrakurikuler yang
memiliki kemajuan cukup pesat dan banyak meraih prestasi, ekstrakurikuler robotika
di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan membutuhkan evaluasi mengenai
penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler, yang nantinya akan menjadi tolok ukur
seberapa pencapaian ekstrakurikuler robotika. Maka sangat diperlukan penelitian untuk
mengevaluasi pelaksanaan program ekstrakurikuler robotika di MTs Negeri 1 Kota
10
Tangerang Selatan. Dengan baiknya pelaksanaan program ekstrakurikuler robotika,
diharapkan semakin banyak peserta didik yang tertarik dengan teknologi, dan nantinya
akan semakin banyak peserta didik yang siap menghadapi era revolusi industri 4.0.
Dari sekian banyak model evaluasi, terdapat salah satu model evaluasi yang
berbasis manajemen. Model evaluasi ini diajukan oleh Daniel L. Stufflebeam et. al.
pada Komite Pengkajian Nasional Phi Delta Kappa (Ansyar, 2015:486). Model ini
dikenal dengan “the CIPP Model”, akronim dari Context, Input, Process, dan Product.
Evaluasi konteks merupakan bagian awal dari program evaluasi yang fokus pada
kajian lingkungan program. Evaluasi input bertujuan untuk memperoleh informasi dan
menyajikan keterangan yang mendasari penetapan cara-cara pemanfaatan sumber daya
untuk mencapai tujuan terealisasi. Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dilakukan
untuk menetapkan kesesuaian antara kegiatan yang direncanakan dan yang
dilaksanakan. Terakhir adalah evaluasi produk yang fokus pada pengumpulan data
untuk menentukan apakah program yang dilaksanakan menghasilkan pembelajaran
bagi peserta didik yang sesuai dengan desain yang direncanakan.
Model CIPP dianggap model evaluasi yang komprehensif, khususnya pada bidang
kurikulum. Alasannya ialah karena model CIPP tidak hanya fokus pada evaluasi
produk (sumatif) saja, tetapi juga pada evaluasi formatif yang mencakup evaluasi
konteks, evaluasi input, dan evaluasi proses. Selain itu model CIPP merupakan suatu
proses yang berkelanjutan dengan tekanan terutama pada evaluasi formatif daripada
evaluasi sumatif saja (Ornstein & Hunkins, 1988:261; Miller & Seller, 1985:317).
Karena model evaluasi CIPP memandang evaluasi sebagai proses berkelanjutan, model
ini menetapkan tujuan, metode, dan saling kaitan antara tiap-tiap evaluasi dan
pengambilan keputusan dalam konteks perubahan untuk meningkatkan efektivitas
suatu program.
Berdasarkan fenomena di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Evaluasi Program Ekstrakurikuler Robotika pada Siswa MTs
Negeri 1 Kota Tangerang Selatan”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah
sebagai berikut:
1. Indonesia tengah menghadapi era revolusi industri 4.0, namun kurikulum di
Indonesia belum mencukupi kebutuhan peserta didik dalam pemahaman teknologi,
hal ini ditandai dengan sempat dihapusnya mata pelajaran TIK dari Kurikulum
2013.
2. Masih banyak guru di Indonesia yang kurang menguasai teknologi.
3. MTsN 1 Kota Tangerang Selatan menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler
robotika, namun tenaga pendidik yang menguasai bidang robotika sangat minim.
4. Banyaknya jumlah peminat kegiatan ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota
Tangerang Selatan, sedangkan media pembelajaran robotika yang dimiliki
madrasah jumlahnya terbatas.
5. MTs Negeri 1 Kota Tangerang Selatan belum pernah melakukan evaluasi untuk
mengukur pencapaian kegiatan ekstrakurikuler robotika, karena apabila tidak
diikuti dengan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler yang baik, maka kegiatan
tersebut tidak akan memberikan hasil yang optimal bagi peserta didik.
11
C. Fokus Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah di atas dan untuk membatasi penelitian agar
lebih fokus, maka penelitian dititikberatkan pada evaluasi program ekstrakurikuler
robotika di MTs Negeri 1 Kota Tangerang Selatan, dan model evaluasi yang
digunakan oleh peneliti adalah model evaluasi CIPP (Context, Input, Process,
Product).
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas,masalah dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana konteks pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler robotika di MTsN 1
Kota Tangerang Selatan?
2. Bagaimana input dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler robotika di MTsN 1
Kota Tangerang Selatan?
3. Bagaimana proses pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota
Tangerang Selatan?
4. Bagaimana produk yang dihasilkan dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler
robotika di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan?
5. Apa saja kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan program ekstrakurikuler
robotika dan bagaimana cara mengatasi kendala tersebut?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengevaluasi konteks pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler robotika di MTsN 1
Kota Tangerang Selatan.
2. Mengevaluasi masukan dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler robotika di
MTsN 1 Kota Tangerang Selatan.
3. Mengevaluasi proses pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler robotika di MTsN 1
Kota Tangerang Selatan.
4. Mengevaluasi produk yang dihasilkan dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler
robotika di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan.
5. Untuk mengetahui kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan program
ekstrakurikuler robotika dan merekomendasikan cara untuk mengatasi kendala
tersebut.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Peserta Didik
Sebagai bahan evaluasi bagi kegiatan ekstrakurikuler robotika sehingga
pelaksanaannya akan menjadi lebih optimal, yang nantinya akan berdampak pada
banyaknyapeserta didik yang tertarik dengan teknologi dan siap menghadapi era
revolusi industri 4.0.
2. Bagi Madrasah
Sebagai sarana penilaian pada penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler robotika
sehingga dapat menjadi masukan maupun bahan pertimbangan untuk
mengoptimalkan kegiatan ekstrakurikuler robotika.
12
3. Bagi peneliti
Sebagai sarana penerapan teori-teori pendidikan yang Peneliti pelajari ketika
perkuliahan dan semakin menambah wawasan pengetahuan peneliti tentang
evaluasi program yang terdapat di lembaga pendidikan.
13
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kegiatan Ekstrakurikuler
Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab (UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional). Sekolah menjadi tempat istimewa bagi penanaman nilai-nilai
dan laboratorium bagi latihan pelaksanaan nilai yang membantu mengembangkan
individu menjadi pribadi yang semakin utuh, menghayati kebebasan, dan bertanggung
jawab sebagai individu dan makhluk sosial.
لس حوا فى ٱلمج ا إذا قيل لكم تفس ها ٱلذين ءامنو أي لكم وإذا قيل ٱنشزوا ي فٱفسحوا يفسح ٱلل
بما تعمل ت وٱلل ٱلذين ءامنوا منكم وٱلذين أوتوا ٱلعلم درج ون خبير فٱنشزوا يرفع ٱلل
Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah
dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (QS. Al-Mujadilah:11)
Pada ayat tersebut terdapat beberapa catatan sebagai berikut. Pertama, terkait
dengan kegiatan menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang berpusat pada
majelis ilmu, tempat dimana berkumpul para pakar untuk memanfaatkan kebebasan
akademik secara bertanggung jawab. Kedua, terkait dengan etika berada di dalam
majelis, yakni harus saling memberi akses kepada setiap orang yang akan ikut terlibat
dalam kegiatan ilmiah. Ketiga, bahwa ilmu dan iman harus disandingkan, dan bukan
dipertentangkan (Nata, 2018:58). Untuk itu patut ditelaah kegiatan apa yang akan
menjadi momen bagi peserta didik dalam sekolah yang dapat dijadikan locus
educationis pendidikan karakter di dalam lembaga pendidikan, antara lain sebagai
berikut.
Pertama, kegiatan intrakurikuler atau proses belajar mengajar di kelas merupakan
kegiatan utama sekolah. Sekolah diberi kebebasan memilih strategi, metode, dan
teknik-teknik pembelajaran dan pengajaran yang efektif, sesuai dengan karakteristik
mata pelajaran, peserta didik, guru, dan kondisi nyata sumber daya yang tersedia di
sekolah. Kegiatan intrakurikuler merupakan kegiatan pengembangan diri yang
dilaksanakan sebagian besar di dalam kelas (Kunandar, 2007:177). Kegiatan
intrakurikuler tidak terlepas dari kegiatan belajar mengajar yang merupakan proses inti
yang terjadi di satuan pendidikan sebagai suatu lembaga pendidikan formal. Dengan
demikian, belajar diartikan sebagai suatu bentuk perubahan dalam diri seseorang yang
dinyatakan dalam cara bertingkah laku berkat pengalaman dan latihan.
Tujuan proses pembelajaran adalah membentuk kreasi lingkungan yang dapat
membentuk dan mengubah struktur kognitif peserta didik, berhubungan dengan tipe
pengetahuan yang harus dipelajari dan harus melibatkan peran lingkungan sosial
14
(Sanjaya, 2005). Secara umum, strategi pengajaran dan pembelajaran berpusat pada
peserta didik (student center). Yang dimaksud dengan pembelajaran berpusat pada
peserta didik adalah pembelajaran yang menekankan pada keaktifan belajar peserta
didik, bukan pada keaktifan mengajar guru. Oleh karena itu, cara-cara belajar peserta
didikaktif seperti active learning, cooperative learning, dan quantum learning perlu
diterapkan (Rohiat, 2010:65). Oleh karena itu, peran guru sangat penting dalam
menciptakan kondisi belajar-mengajar yang efektif, dikarenakan guru yang banyak
menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Hal ini menuntut
perubahan-perubahan dalam pengorganisasian kelas, penggunaan metode mengajar,
strategi belajar-mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola
proses belajar-mengajar.
Kedua, kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh
peserta didik di luar jam belajar (Permendikbud No. 62 tahun 2014). Jadi, kegiatan
ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik di luar jam
belajar kurikulum standar. Kegiatan ekstrakurikuler bertujuan agar peserta didik dapat
mengembangkan bakat, kepribadian, dan kemampuan di luar bidang akademik.
Kegiatan ini diadakan secara swadaya oleh pihak sekolah atau peserta didik untuk
merintis kegiatan di luar jam pelajaran sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler sendiri dapat
berbentuk kegiatan pengembangan kepribadian, olahraga, seni, dan kegiatan lain yang
positif untuk kemajuan peserta didik itu sendiri. Kegiatan ekstrakurikuler dapat
menemukan dan mengembangkan kegiatan peserta didik, serta memberikan manfaat
sosial yang besar dalam mengembangkan kemampuan berkomunikasi, bekerjasama
dengan orang lain. Di samping itu, kegiatan ekstrakurikuler dapat memfasilitasi bakat,
minat, dan kreatifitas peserta didik yang berbeda-beda. Sebagaimana yang tercantum
dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 62
Tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler diselenggarakan dengan tujuan untuk
mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerja sama dan
kemandirian peserta didik secara optimal dalam rangka mendukung pencapaian tujuan
pendidikan nasional.
Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar jam mata pelajaran untuk
membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan
minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan
atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di
sekolah/madrasah (Depdiknas, 2007:213). Kegiatan ekstrakurikuler dilakukan dalam
rangka mengembangkan aspek tertentu dari apa yang ditemukan pada kurikulum yang
sedang dijalankan, termasuk yang berhubungan dengan bagaimana penerapannya yang
disesuaikan dengan kebutuhan hidup peserta didik maupun lingkungan sekitarnya
(Mulyono, 2010:186). Kegiatan ekstrakurikuler menjadi wadah yang disediakan oleh
sekolah untuk mengembangkan hobi, minat, bakat, kepribadian, dan kreatifitas peserta
didik yang dapat digunakan untuk menemukan talenta peserta didik (Badrudin,
2014:140). Kegiatan ekstrakurikuler tidak termasuk dalam ketentuan kurikulum,
namun kegiatan ini bersifat pedagogis dan akan menunjang tercapainya suatu tujuan
sekolah (Hamalik, 1992:128).
Saleh mendefinisikan bahwa program ekstrakurikuler merupakan kegiatan
pembelajaran yang diselenggarakan di luar jam pelajaran yang disesuaikan dengan
pengetahuan, pengembangan, bimbingan dan pembinaan peserta didik agar memiliki
kemampuan dasar penunjang (Saleh, 2006:70). Hal tersebut sejalan dengan yang
dikatakan oleh Sahertian (1994:32) yang mengungkapkan bahwa kegiatan
15
ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan diluar jam pelajaran biasa
(termasuk pada waktu libur) yang dilakukan di sekolah ataupun di luar sekolah dengan
tujuan untuk memperluas pengetahuan peserta didik mengenai hubungan antara
berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat serta melengkapi upaya
pembinaan manusia seutuhnya (Sahertian, 1994:132).
Berdasarkan berbagai penjelasan tentang ekstrakurikuler di atas, dapat
disimpulkan bahwa ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan yang dilaksanakan
diluar jam pelajaran dan diprogramkan oleh sekolah yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan potensi peserta didik sehingga peserta
didik dapat menyalurkan bakat, minat dan kemampuannya.
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan alat dari pengalaman belajar peserta didik
dan memiliki nilai manfaat bagi pembentukan kepribadian. Adapaun tujuan dari
kegiatan ekstrakurikuler sekolah menurut Seno (1991:8) yaitu:
1. Dapat meningkatkan pengetahuan baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotor
peserta didik.
2. Mengembangkan minat dan bakat peserta didik dalam upaya pembinaan pribadi
yang positif.
3. Dapat mengenal, mengetahui, serta membedakan hubungan antara satu mata
pelajaran dengan mata pelajaran yang lain.
Dengan demikian, adanya kegiatan ekstrakurikuler di sekolah diharapkan tidak hanya
sebagai sarana pengembangan minat dan bakat peserta didik, namun juga dapat
meningkatkan pengetahuan yang didapatkan oleh peserta didik di kelas.
Untuk mencapai tujuan pelaksanaan ekstrakurikuler, satuan pendidikan harus
perpedoman pada prinsip antara lain (Mulyasa, 2003:38):
1. Individual, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan bakat dan
minat, serta potensi masing-masing peserta didik.
2. Pilihan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan keinginan
peserta didik dan diikuti secara sukarela.
3. Keterlibatan aktif, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang mengharuskan
adanya keikutsertaan peserta didik secara penuh.
4. Menyenangkan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler dalam suasana yang
menggembirakan peserta didik.
5. Etos kerja, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang membangun semangat
peserta didik untuk bekerja dengan baik.
6. Kemanfaatan sosial, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan
untuk kepentingan masyarakat.
Dengan berpedoman pada prinsip tersebut, diharapkan kegiatan ekstrakurikuler yang
dilaksanakan di sekolah dapat mencapai tujuan dengan maksimal. Kegiatan
Ekstrakurikuler diselenggarakan tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan potensi,
bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik
secara optimal, namun juga dalam rangka mendukung pencapaian tujuan pendidikan
nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
16
B. Robotika
Di era globalisasi saat sekarang ini kemajuan teknologi berkembang sangat pesat,
telah banyak diciptakan suatu teknologi baru yang dapat membantu pekerjaan
manusia. Salah satu bentuk dari berkembangnya teknologi tersebut adalah robot.
Secara umum robot didefenisikan sebagai sebuah piranti mekanik yang mampu
melakukan pekerjaan manusia atau berprilaku seperti manusia.
Robotika merupakan bidang ilmu yang mempelajari tentang struktur dan prinsip
kerja dari robot, mulai dari sensor robot, mekanik robot dan otak robot. Kemajuan
teknologi terus berkembang pesat sampai di berbagai bidang. Kemajuan teknologi
yang sedang berkembang saat ini identik dengan perkembangan teknologi otomasi dan
robotika.
Kata robot sudah tidak asing lagi didengar oleh kita. Kata robot berasal dari
bahasa Czech “robota” yang memiliki arti bekerja (Budiharto & Suhartono, 2014:280).
Robot adalah physical agent yang mengerjakan tugas dengan memanipulasi physical
world. Kata robot itu sendiri diperkenalkan ke publik oleh seorang penulis dari
Cekoslovakia yaitu Karel Capek dalam Rossum’s Universal Robots yang
dipublikasikan pada tahun 1920. Istilah robotics diawali oleh Isaac Asimov pada tahun
1941 pada cerita pendeknya yang bernuansa science-fiction dengan judul Liar
(Budiharto & Suhartono, 2014 : 266-267).
Penerapan robotika tidak lepas dari adanya Artificial Intelligence (AI). AI
merupakan bidang ilmu komputer yang mempunyai peran penting di era kini dan masa
akan datang. Bidang ini telah berkembang sangat pesat di 20 tahun terakhir seiring
dengan pertumbuhan kebutuhan akan perangkat cerdas pada industri rumah tangga
(Budiharto & Suhartono, 2014 : 2).
Kata intelligence berasal dari bahasa Latin intelligo yang berarti „saya paham‟.
Jadi, dasar dari intelligence adalah kemampuan memahami dan melakukan aksi.
Sebenarnya area AI bermula dari kemunculan komputer sekitar tahun 1940-an,
meskipun sejarah perkembangannya dapat dilacak hingga zaman Mesir Kuno
(Budiharto & Suhartono, 2014:3). Sebagian kalangan menerjemahkan AI sebagai
kecerdasan buatan, kecerdasan artifisial, intelijensia artifisial, atau intelijensia buatan.
Para ilmuwan memiliki dua cara pandang yang berbeda tentang AI. Yang pertama
adalah memandang AI sebagai bidang ilmu yang hanya fokus pada proses berpikir.
Sedangkan yang ke dua adalah memandang AI sebagai ilmu yang fokus pada tingkah
laku. Cara pandang ke dua dinilai memandang AI secara lebih luas, karena suatu
tingkah laku selalu didahului dengan proses berpikir (Suyanto, 2011:10).
Definisi AI yang paling tepat untuk saat ini adalah acting rationally dengan
pendekatan rational agent. Acting rationally merupakan cara melakukan aksi secara
rasional dengan menalar secara logis. Dengan menalar secara logis, maka bisa
didapatkan kesimpulan bahwa aksi yang diberikan akan mencapai tujuan atau tidak.
Jika mencapai tujuan, maka agent dapat melakukan aksi berdasarkan kesimpulan
tersebut (Suyanto, 2011:3). Berdasarkan hal tersebut disimpulkan bahwa komputer
dapat melakukan penalaran secara logis dan juga bisa melakukan aksi secara rasional
berdasarkan hasil penalaran tersebut. Dengan kata lain, komputer tersebut dapat
meniru kemampuan kecerdasan dan perilaku manusia.
Sejak pertama kali dikemukakan istilah AI pada tahun 1956 di konferensi
Darthmouth, AI terus dikembangkan melalui berbagai penelitian mengenai teori-teori
dan prinsip-prinsipnya. Perkembangan AI mengalami pasang surut mengikuti antusias
para peneliti dan dana penelitian yang tersedia. Pada periode 1966 sampai 1974,
17
perkembangan AI melambat. Tetapi sejak tahun 1980, AI menjadi sebuah industri
yang besar dengan perkembangan yang sangat pesat. Banyak industri skala besar yang
melakukan investasi besar-besaran dalam bidang AI (Suyanto, 2011:10). Saat ini,
dengan semakin cepatnya perkembangan hardware dan software, berbagai produk AI
telah berhasil dibangun dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan teknologi
hardware yang performansinya semakin tinggi dan berukuran kecil serta didukung
teknologi software yang semakin beragam dan kuat, produk-produk berbasis AI
semakin dekat dengan kehidupan manusia.
Pada masa mendatang, AI ditantang untuk membuat suatu kecerdasan yang
hampir menyamai kecerdasan manusia. Ray Kurzweil memprediksi bahwa hal itu akan
mungkin terwujud melalui tahapan-tahapan prediksi yang dibuatnya secara bertahap
sampai sekitar tahun 2099 (Suyanto, 2011:10).
Hampir keseluruhan ilmu kecerdasan buatan pada akhirnya akan mengarah
kepada robotika. Kebanyakan penelitian di bidang neural network, natural language
processing, image recognition, speech recognition bertujuan pada penerapan teknologi
mereka ke dalam robot. Robot ini biasanya lebih banyak disebut sebagai robot
humanoid (Budiharto & Suhartono, 2014 : 266).
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa AI merupakan bidang ilmu
komputer yang mana dapat melakukan sesuatu seperti yang dilakukan oleh manusia,
juga dapat berpikir sesuai dengan yang diinginkan oleh manusia. Perkembangan
kecerdasan buatan ini sangat penting baik di masa kini maupun masa yang akan
datang. Hampir semua perangkat komputer dan perangkat elektronika canggih
menerapkan kecerdasan buatan untuk membuat system lebih handal. Di masa yang
akan datang, diperkirakan semua perangkat elektronika dan komputer menjadi jauh
lebih cerdas karena telah ditanamkan teknologi yang mempermudah kehidupan
manusia.
Perkembangan robotika telah mengalami kemajuan yang sangat mengagumkan
yang ditandai dengan pengembangan berbagai jenis robot yang digunakan dalam
bidang medis, penerbangan, konstruksi, pemindaian wilayah, pertanian, dan jasa
lainnya. Robot tidak harus berstruktur menyerupai manusia (humanoid). Namun, yang
jelas, robot ini diciptakan untuk memudahkan atau membant manusia melakukan
berbagai kegiatannya, termasuk juga kegiatan yang sangat berisiko bagi keselamatan
atau kesehatan penggunanya.
Di dunia penerbangan, terdapat pesawat tanpa awak yang digunakan untuk
berbagai keperluan. Di Inggris terdapat lembaga pengkajian teknologi penerbangan
yang bernama Autonomous System Technology Related Airborne Evaluation and
Assesment (ASTRAEA). Lembaga tersebut telah berhasil merancang dan menguji
sebuah pesawat penumpang yang terbang tanpa awak. Walaupun belum ada regulasi
yang mengatur penerbangan pesawat penumpang tanpa awak ini, tetapi penelitian tetap
dikembangkan. Bukan tidak mungkin, ke depannya, pesawat penumpang ini
benarbenar dapat dioperasikan tanpa pilot di pesawat (Prima, 2016:3).
“Robot” terbang lain yang berhasil diciptakan adalah sebuah robot berbentuk
burung, yang benar-benar bisa terbang layaknya seekor burung. Berbeda dengan robot
berbentuk burung yang telah ada, karya dari kelompok penelitian SK Gupta di
University of Maryland, Amerika Serikat ini, bisa melakukan gerakan terbang terbalik,
berputar, bahkan menyelam. Kemampuan ini dimungkinkan karena penggunaan
sejenis bahan nilon berkualitas tinggi dan micro controller yang mereka ciptakan dari
hasil penelitian selama 8 tahun. Robot ini dapat diaplikasikan dalam bidang pertanian
18
untuk mengusir burung di ladang atau sebagai alat pemindai atau pemantau wilayah.
Menariknya, karena sangat mirip dengan burung sungguhan, dalam beberapa
“penerbangannya” robot yang diberi nama Robo Raven ini pernah diserang oleh
seekor elang, karena dianggap sebagai “musuh”.
Dalam dunia kedokteran, teknologi robot juga digunakan dalam memudahkan
proses penanganan medis. Seperti pembedahan dengan teknik robotik yang telah
berkembang sejak era 1980-an. Bahkan di Amerika Serikat penggunaan robot bedah
(robotic surgery) sudah sangat rutin dilakukan pada berbagai jenis tindakan
pembedahan seperti hysterectomy (angkat rahim), myomectomy (pengangkatan
myoma), radical prostatectomy (operasi kanker prostat) dan lain sebagainya (Prima,
2016:5). Dunia medis di Indonesia pun sudah mengadopsi teknologi robot. Dengan
menggunakan alat medis canggih seperti robot bedah, dokter dapat menjangkau
tempat-tempat yang sulit dijangkau jika hanya menggunakan teknologi laparoskopik
biasa. Salah satu terobosoan dalam teknologi dunia medis yang patut dicatat adalah
operasi bedah jantung dengan menggunakan robot yang dilakukan pertama kali di
akhir 1988. Saat itu, dr. Ralph Damiano di rumah sakit di Pennsylvania, Amerika
Serikat, melakukan operasi by-pass jantung pada 17 pasiennya. Penggunaan robot
dalam operasi bedah jantung ini ternyata mampu mengurangi dampak getaran tangan
para ahli bedah saat mengoperasi jantung dan bagian dalam tubuh lainnya.
1. Kategori Robot
Robot secara umum dapat diartikan sebuah sistem yang terdiri dari hardware
dan software yang dapat melakukan tugas tertentu dari manusia. Robot dirancang
oleh manusia untuk membantu bahkan menggantikan kegiatan manusia yang butuh
ketelitian dan beresiko tinggi. Kategori robot merupakan pembangunan jenis robot
baik berdasarkan bentuk fisik robot maupun berdasarkan cara mengendalikan
robot. Terdapat banyak sekali jenis robot yang dikembangkan, namun robot pada
umumnya terbagi menjadi tiga kategori, yaitu manipulator robot, mobile robot,
dan mobile manipulator.
a. Manipulator Robot
Secara fisik, lengan manipulator robot terhubung dengan workplace.
Misalnya, dalam sebuah jalur perakitan pada pabrik. Gerakan manipulator
biasanya mengikutsertakan rantai yang dikontrol oleh persendiannya. Hal ini
memungkinkan setiap robot untuk menempatkan effector-nya pada posisi
manapun di workplace-nya (Budiharto & Suhartono, 2014 : 267).
Manipulator robot merupakan tipe yang paling umum dalam industri
robot. Jumlah manipulator robot yang terinstalasi di dunia sekitar satu juta
unit. Beberapa mobile manipulator dan beberapa manipulator tersebut
digunakan untuk men-generate karya asli mereka. Robot jenis ini sering
dijumpai untuk menggantikan manusia, terutama dalam pekerjaan yang
repetitive (berulang-ulang), seperti adanya mesin-mesin otomatis di pabrik-
pabrik yang membantu proses produksi sebuah produk.
b. Mobile Robot
Jenis robot ini bergerak sesuai lingkungan menggunakan roda, lengan,
atau mekanisme lainnya. Mobile robot biasanya ditugaskan untuk
mengirimkan makanan di rumah sakit, memindahkan barang saat bongkar
19
muat, dan pekerjaan-pekerjaan lain yang sejenis (Budiharto & Suhartono, 2014
: 268). Contoh dari mobile robot antara lain:
1) Unmanned Ground Vehicle (kendaraan darat tanpa awak) atau UGV yang
dapat berjalan secara otomatis melewati jalan raya.
2) Planetary rover yang mengeksplorasi Mars dalam jangka waktu 3 bulan
pada tahun 1997.
3) Robot NASA yang berikutnya yaitu Mars ExplorationRover yang
mendarat pada tahun 2003 dan masih terus beroperasi hingga enam tahun
setelahnya.
4) Unmanned Air Vehicle (UAV) yang pada umumnya digunakan untuk
pengawasan, penyemprotan tanaman, dan operasi militer.
5) Autonomous Underwater Vehicle yang digunakan untuk mengeksplorai
lautan yang dalam.
Dengan demikian, mobile robot adalah konstruksi robot yang ciri
khasnya adalah mempunyai aktuator berupa roda untuk menggerakkan
keseluruhan badan robot tersebut, sehingga robot tersebut dapat melakukan
perpindahan posisi dari satu titik ke titik yang lain. Jenis robot ini mungkin
disukai bagi orang yang mulai mempelajari robot. Hal ini karena untuk
membuat mobile robot tidak memerlukan kerja fisik yang berat dan dapat
dibuat dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah ditemukan seperti
triplek, akrilik, atau logam. Mobile robot dapat dibuat sebagai pengikut garis
(Line Follower) atau pengikut dinding (Wall Follower) ataupun pengikut
cahaya.
Pengembangan mobile robot telah dilakukan oleh beberapa anak bangsa
bahkan peserta didik sekolah pun telah mencoba untuk mengembangkan robot
ini untuk beberapa fungsi, diantaranya ada robot line follower, maze solving
dan beberapa bentuk lain yang lebih unik yang dapat dikembangkan dalam
kegiatan ekstrakurikuler robotika. Selain itu, beberapa perlombaan juga
diadakan untuk menguji sejauh mana anak-anak mampu untuk mendalami
ilmu robotika.
c. Mobile Manipulator
Tipe mobile manipulator mengombinasikan mobilitas dan manipulasi.
Robot humanoid menirukan bagian-bagian tubuh dari manusia. Mobile
manipulator dapat menggunakan effector-nya jauh lebih baik daripada yang
dapat dilakukan anchored manipulator. Namun pekerjaan mobile manipulator
dibuat lebih sulit karena tidak memiliki kekakuan seperti yang dimilik oleh
anchor(Budiharto & Suhartono, 2014 : 269).
Dapat disimpulkan bahwa tipe mobile manipulator merupakan tipe robot
yang paling mirip dengan manusia. Robot humanoid semakin banyak
dikembangkan. Bahkan di dunia pendidikan saat ini mulai dikembangkan tutor
robot (machine learning) yang dapat mendampingi peserta didik dalam
memberikan pelajaran di kelas.
Dengan semakin berkembangnya teknologi robotika, diharapkan dapat
mempermudah kehidupan manusia. Robot dapat menggantikan pekerjaan yang
tidak dapat dilakukan oleh manusia karena adanya beberapa keterbatasan
20
kemampuan manusia. Misalnya, robot dapat meningkatkan produktivitas dan
efisiensi pada sebuah pabrik saat robot industri digunakan untuk menjalankan
fungsi-fungsi pada lini produksi, seperti pengemasan dalam jumlah yang sangat
banyak atau mengangkat beban yang sangat berat. Mengingat besarnya volume
produksi, robot industri tersebut dapat mengurangi downtime, sementara
mengoptimalkan produktivitas berarti bias memenuhi permintaan yang lebih besar.
2. Robot Hardware
Ada beberapa jenis robot pada saat ini seperti robot beroda, robot berkaki dan
robot humanoid, robot tersebut dikendalikan secara manual dan otomatis. Robot
manual adalah robot yang pengoperasiaannya masih dikendalikan oleh manusia
seperti robot dengan remote control. Robot otomatis adalah robot yang bergerak
otomatis sesuai perintah yang telah diatur sehingga robot ini tidak memerlukan
campur tangan manusia dalam pengoperasiannya, seperti robot pendeteksi logam,
kebakaran dan lainnya. Agar robot dapat berfungsi sebagaimana mestinya, terdapat
komponen hardware seperti sensor dan effector. Robot hardware merupakan
komponen yang terdapat pada robot yang dapat terlihat dan disentuh secara fisik.
Berikut penjelasan mengenai sensor dan effector pada robot. a. Sensor
Sensor adalah perceptual interface antara robot dengan environment-nya.
Sensor dibagi menjadi 2 kategori, yaitu (Budiharto & Suhartono, 2014 : 270):
1) Passive sensor, yaitu pengamat yang sesungguhnya dari environment.
Mereka mengambil sinyal yang di-generate oleh source lain pada
environment. Contoh: kamera.
2) Active sensor, yaitu sensor yang mengirimkan energi kepada environment.
Mereka bergantung pada fakta bahwa energi ini dipantulkan kembali
menuju ke sensor. Contoh: sonar.
Active sensor cenderung memberikan informasi yang lebih banyak daripada
passive sensor, akan tetapi ketika multiple active sensor digunakan pada satu
waktu maka dapat terjadi kenaikan konsumsi power dan bahaya dari berbagai
gangguan. Baik menggunakan active sensor maupun passive sensor, sensor
dapat dibagi menjadi 3 jenis, tergantung dari cara mengenali environtment,
lokasi robot, atau konfigurasi internal dari robot.
b. Effector
Effector adalah sarana robot untuk bergerak dan mengubah bentuk
body.untuk memahami perancangan effector lebih lanjut, kita perlu memahami
motion dan bentuk secara abstrak menggunakan Degree of Freedom (DOF).
Kita menghitung satu DOF untuk setiap arah independen dari satu effector-nya
yang dapat bergerak (Budiharto & Suhartono, 2014 : 271).
Kesuksesan pembuatan robot bergantung pada desain sensor dan effector
sehingga cocok untuk berbagai jenis pekerjaan. Sensor dan effector yang
digunakan pada robot disesuaikan fungsinya dengan jenis robot apa yang
dikembangkan.
21
3. Robot Perception
Untuk manusia, perception muncul sebagai akibat dari proses informasi yang
diterima. Perception yang manusia miliki antara satu dengan yang lain berbeda
tergantung cara menerima informasi. Informasi dapat berupa gambar, suara,
kejadian, dan sebagainya. Untuk robot, perception adalah proses konversi sensor
map menjadi representasi internal dan environment. Robot perception merupakan
robot yang terbentuk melalui pemrograman sehingga robot dapat menafsirkan
perintah yang diberikan. Perception dapat terjadi ketika sebuah sistem robot menggunakan sensornya
untuk memperoleh informasi, kemudian menginterpretasikannya menjadi
perception atau model dari environtment. Perception sulit terdefinisi secara baik
karena sensor biasanya cukup bising dan hanya sebagian environtment yang dapat
diobservasi, tidak terprediksi, dan seringkali berupa environment dinamis. Sebuah
representasi internal yang baik untuk robot harus memiliki tiga kelengkapan, yaitu
(Budiharto & Suhartono, 2014 : 272):
a. Memuat informasi yang cukup supaya robot dapat membuat keputusan terbaik.
b. Terstruktur, sehingga dapat di-update secara efisien.
c. Bersifat natural dalam indera, sehingga variable internal dapat
berkorespondensi dengan variable natural state pada phisical world.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk mengestimasi kondisi
dan lingkungan robot dapat digunakan sensor robot. Sinyal yang dihasilkan oleh
sensor akan dilewatkan ke controller untuk memungkinkan perilaku yang
sesuai.Sensor pada robot didasarkan pada fungsi organ sensorik manusia. Robot
membutuhkan informasi yang luas tentang lingkungannya agar berfungsi secara
efektif.
4. Aplikasi Robotika
Teknologi robotika merupakan sesuatu yang tidak bisa kita hindari di masa
depan. Teknologi robotika telah menjadi bagian di dalam kehidupan sehari-hari
dan akan semakin dekat dengan kehidupan kita di masa depan.
ط نيقو انبص ثبنأقسأ يشا انأ أشنأب يعى انأكتبة أ بت سهأب رسهب ثبنأجي أشنأب نقدأ أرأ أ ثؤأص ي انأحديد في ق الل رسه ثبنأغيأت إ أصز أ ي ي هى الل نيعأ يبفع نهبص شديد
عشيش
Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-
bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca
(keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi
yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia,
(supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa
yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya.
Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (QS. Al-Hadid : 25)
Ayat di atas secara tegas mengaitkan antara turunnya al-Qur‟an dan adanya
besi. Itu menunjukkan bahwa antara al-Qur‟an dan teknologi memiliki hubungan
yang erat. Al-Qur‟an sebagai wahyu memberikan arahan-arahan konseptual,
22
sementara teknologi adalah aplikasi dari konsep tersebut sehingga membawa
manfaat dan kemaslahatan bagi manusia dan alam semesta (Alim, 2014:99).
Besi dan berbagai jenis logam lainnya adalah ciptaan Allah yang jika
dipanaskan akan mencair dan jika didinginkan akan membeku, sehingga besi itu
dapat diubah ke dalam berbagai bentuk yang diinginkan manusia, sesuai dengan
inovasi yang mereka kembangkan. Dari besi, manusia dapat membuat mobil,
kereta api, kapal laut, bahkan pesawat terbang. Banyak perkakas rumah tangga
yang terbuat dari besi dan berbagai jenis logam lainnya.
ب يقد ي اثيب يأم سثدا ر م ٱنس ت ثقدرب فٱحأدية أ بء يبء فسبنثأ أ ٱنس أشل ي عهيأ
ثد فى ٱنبر ٱ ب ٱنش طم فؤي ٱنأج ٱنأحق زة ٱلل نك يضأ ثأهۥ كذ ع سثد ي أ يت ثأتغبء حهأية أ
ثبل يأ ٱلأ زة ٱلل نك يضأ ض كذ رأ كث فى ٱلأ أ ب يب يفع ٱنبص في أي ت جفبء فيذأ
Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-
lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang.
Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan
atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah
membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan
hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat
kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan. (QS. Ar-Ra‟du: 17)
Aplikasi robotika merupakan teknologi robot yang diterapkan dalam berbagai
bidang dan bertujuan untuk memudahkan pekerjaan manusia. Ada beberapa
domain aplikasi yang utama untuk teknologi robotika (Budiharto & Suhartono,
2014 : 275-276), antara lain:
a. Industri dan Pertanian. Robot yang ada pada bidang ini sebenarnya ditujukan
untuk menggantikan pekerjaan kasar. Pekerjaan yang dimaksud harus
terstruktur sehingga diterima pada otomasi robot. Contoh: penempatan alat,
pemindahan material, pengecatan, dll.
b. Transportasi. Banyak sekali contoh robot yang ditempatkan untuk membantu
manusia di bidang transportasi. Contoh: kursi roda otomatis untuk orang yang
kesulitann menggerakkan roda.
c. Mobil robotik. Isu yang paling sering terjadi ketika mengendarai mobil adalah
pengemudi memegang handphone sambil chatting atau melakukan panggilan
telepon. Fakta yang cukup mengerikan adalah kegiatan tersebut menyebabkan
banyak kecelakaan lalu lintas. Telah dikembangkan robot untuk mengatasi hal
ini. Tidak hanya membuat pengemudi lebih aman, namun mobil robotik ini
juga mampu membebaskan pengemui melakukan pekerjaan di dalam mobil.
d. Perawatan kesehatan. Kini semakin banyak robot yang digunakan untuk
membantu dokter bedah dalam penempatan alat ketika operasi organ seperti
otak, mata, dan hati. Selain itu, di luar area kedokteran, peneliti sudah mulai
mengembangkan robot untuk membantu orang cacat.
e. Lingkungan yang berbahaya. Robot dapat membantu manusia membersihkan
sampah-sampah kimia nuklir.
23
f. Eksplorasi. Contoh yang paling mudah mengenai eksplorasi adalah yang
sering dilakukan oleh NASA dengan mengirim robot untuk misi luar angkasa.
g. Pelayanan pribadi. Service robot dapat membantu individu melakukan
pekerjaan sehari-hari.
h. Entertainment. Robot juga mulai digunakan dalam bidang entertainment.
Contohnya, robot soccer, sebuah permainan sejenis sepak bola yang
mempertandingkan antar robot dengan aturan permainan yang mirip dengan
sepak bola.
i. Human augmentation. Domain aplikasi akhir pada teknologi robotika adalah
human augmentation. Para peneliti sudah mengembangkan mesin yang
berjalan menggunakan kaki yang dapat mengangkat manusia untuk
menggantikan kuri roda. Robotic teleoperation atau telepresence adalah
bentuk lain dari human augmentation. Teleoperation mampu membawa task
dalam jarak yang jauh dengan bantuan dari device robot.
Dari paparan di atas, dapat terlihat bahwa teknologi robotika begitu sangat
berpengaruh dan membantu bagi kehidupan manusia. Robot dibuat untuk
meningkatkan produksi dalam industri, robot juga dibuat manusia untuk dapat
bekerja hingga 24 jam. Berbeda dengan kemampuan manusia yang terbatas, robot
bisa bekerja secara maksimal tanpa mengenal lelah. Robot juga ditujukan untuk
membantu pekerjaan manusia yang butuh konsentrasi, butuh tenaga tanpa henti
dan sebagainya. Otak manusia memang lebih canggih dari robot, tapi siapa sangka
jika ketelitian yang tinggi dapat terganggu ketika seseorang sedang memikirkan
banyak hal, sehingga robot menjadi pilihan yang terbaik untuk pekerjaan dengan
ketelitian yang tinggi.
C. Evaluasi Program
Setiap kegiatan manajemen akan dikatakan sempurna jika dalam prosesnya
dilaksanakan suatu evaluasi, tidak terkecuali dalam manajemen pendidikan. Program
pendidikan sebagai penjabaran dari perencanaan pendidikan harus dievaluasi dengan
seksama, menggunakan strategi yang tepat sehingga hasilnya dapat dipertanggung-
jawabkan. Evaluasi terhadap program pendidikan dimaksudkan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan atau kegagalan suatu program pendidikan. Hasil evaluasi tersebut
dapat dijadikan informasi sebagai masukan untuk menentukan tindak lanjut dari
program yang sedang atau telah dilaksanakan.
1. Pengertian Program dan Evaluasi Program
Evaluasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu kata evaluation. Kata tersebut
diserap ke dalam bahasa Indonesia dengan tujuan mempertahankan kata aslinya
dengan penyesuaian lafal Indonesia menjadi “evaluasi” (Arikunto & Jabar,
2010:1).
Evaluasi adalah measurement, assesment and evaluation are hierarchical.
The comparison of observation with the criterion is a measurement the
interpretation and description of the evidence is an assessment and the judgment
of the value of implication of the behavior is an evaluation. Sedangkan menurut
Joint Committe on Standar Evaluation menyatakan bahwa evaluation is the
systematic assesment of the worth or merit of some object (Stufflebeam, 1971:3).
24
Definisi lain dikemukakan oleh Worthen dan Sanders (2004:5), mereka
mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mencari sesuatu yang berharga
tentang sesuatu, dalam mencari sesuatu tersebut, juga termasuk mencari informasi
yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu program, produksi, prosedur,
serta alternatif strategi yang diajukan untuk mencapai tujuan yang sudah
ditentukan.
Sementara itu, ahli lain menerangkan evaluasi sebagai suatu tindakan atau
proses untuk menentukan nilai dari sesuatu (Sudjiono, 2005:1). Evaluasi dipahami
pula sebagai proses pengambilan keputusan-nilai (value judgement) mengenai
kualitas produk atau kinerja peserta didik sekolah (Nitko, 2001:7). Wiersma dan
Jurs (1990:9) membatasi evaluasi sebagai proses yang mencakup pengukuran dan
bisa juga pengetesan (testing), dan mengandung konsep pengambilan keputusan
menurut standar tertentu. Djaali dan Muljono (2004:1) menandaskan bahwa
evaluasi adalah proses penilaian sesuatu berdasarkan kriteria atau tujuan yang telah
ditetapkan, yang diteruskan dengan pengambilan keputusan atas objek yang
dievaluasi.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah
kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang
selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat
dalam mengambil sebuah keputusan.
Menurut pengertian secara umum, program dapat diartikan sebagai rencana.
Sebuah program bukan hanya kegiatan tunggal yang dapat diselesaikan dalam
waktu singkat, tetapi merupakan kegiatan yang berkesinambungan karena
melaksanakan suatu kebijakan. Oleh karena itu, sebuah program dapat berlangsung
dalam kurun waktu relatif lama. Program dapat diartikan sebagai suatu unit atau
kesatuan kegiatan sehingga program dapat dianggap sebagai suatu sistem, yaitu
rangkaian kegiatan yang dilakukan bukan hanya satu kali tetapi berkesinambungan
(Arikunto & Jabar, 2010:4). Pelaksanaan program selalu terjadi di dalam sebuah
organisasi yang artinya harus melibatkan sekelompok orang.
Apabila program ini langsung dikaitkan dengan evaluasi program, maka
program dapat didefinisikan sebagai suatu unit atau kesatuan kegiatan yang
merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam
proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang
melibatkan sekelompok orang.
Paulson mengartikan evaluasi program sebagai proses untuk memeriksa suatu
program berdasarkan standar-standar nilai tertentu dengan tujuan membuat
keputusan yang tepat (Paulson, 2006:20). Dengan perkataan lain, evaluasi program
berisikan kegiatan pengujian terhadap fakta atau kenyataan untuk mendapatkan
bahan pengambilan keputusan. Evaluasi program juga merupakan aktivitas untuk
mengetahui tingkat keberhasilan atau pencapaian tujuan suatu program yang
diberikan sebagai kegiatan yang dilakukan berdasarkan perencanaan (Arikunto,
1999:291); dan aktivitas pengumpulan data yang tepat sebagai bahan bagi pembuat
keputusan untuk menentukan tindak lanjut dari program yang sedang atau sudah
dilaksanakan (Arikunto dan Jabar, 2010:22).
Dalam bidang pendidikan, evaluasi merupakan penilaian dalam bidang ini
atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan
(Sudjiono, 2005:1). Evaluasi program pendidikan diterangkan pula sebagai sebuah
studi yang dirancang dan dilakukan untuk membantu audiens memutuskan dan
25
meningkatkan keberhargaan program pendidikan (Madaus, Scriven, dan
Stufflebeam, 1983:24). Pengertian yang hampir sama menyatakan bahwa evaluasi
program pendidikan merupakan studi yang sistematis dan didesain, dilaksanakan,
serta dilaporkan untuk membantu klien memutuskan dan/atau meningkatkan
keberhargaan dan/atau manfaat program-program pendidikan (Stufflebeam dan
Shinkfield, 1986, 46-47).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi program
adalah proses yang berisi kegiatan yang memeriksa suatu program berdasarkan
standar nilai tertentu untuk mengetahui pencapaian program yang sedang atau
telah dilaksanakan yang nantinya digunakan sebagai bahan bagi pembuat
keputusan untuk menentukan tindak lanjut program tersebut.
2. Tujuan Evaluasi Program
Tujuan dari diadakannya evaluasi program adalah untuk mengetahui
pencapaian tujuan program dengan langkah mengetahui keterlaksanaan kegiatan
program, karena evaluator program ingin mengetahui bagian mana dari komponen
dan subkomponen program yang belum terlaksana dan apa sebabnya (Arikunto &
Jabar, 2010:18). Oleh karena itu, sebelum mulai dengan langkah evaluasi,
evaluator perlu memperjelas dirinya dengan apa tujuan program yang akan
dievaluasi.
Agar pengukuran tujuan dapat diketahui secara cermat dan teliti sampai
diketahui sisi positif dan negatifnya, dapat menunjukkan bagian mana dari
kebijakan yang dapat diimplementasikan dan mana yang tidak dapat
diimplementasikan, serta apa penyebabnya maka tujuan evaluasi perlu dirinci.
Ada dua macam tujuan evaluasi, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum diarahkan pada program secara keseluruhan, sedangkan tujuan
khusus diarahkan pada masing-masing komponen (Arikunto & Jabar, 2010:27).
Agar dapat melakukan tugasnya maka seorang evaluator program dituntut untuk
mampu mengenali komponen-komponen program. Selanjutnya Djudju Sudjana
(2006:35), menjelaskan tujuan evaluasi secara implisit telah tertuliskan dalam
definisi evaluasi yaitu untuk menyajikan data sebagai masukan pengambilan
keputusan. Tujuan khusus dijelaskan adalah upaya memberi masukan tentang
kebijakan pendidikan, hasil program pendidikan, kurikulum, tanggapan
masyarakat terhadap program, sumber daya program pendidikan, dampak
pembelajaran, manajemen program pendidikan dan sebagainya.
Untuk mempermudah mengidentifikasi tujuan evaluasi program, kita harus
memerhatikan unsur-unsur dalam kegiatan atau penggarapannya. Ada tiga unsur
yang penting dalam kegiatan atau penggarapan suatu kegiatan, yaitu apa yang
digarap (what), siapa yang menggarap (who), dan bagaimana menggarapnya (how)
(Arikunto & Jabar, 2010:27). Dengan memfokuskan perhatian pada tiga unsur
kegiatan tersebut, paling sedikit dapat diidentifikasi adanya tiga komponen
kegiatan, yaitu tujuan, pelaksana kegiatan, dan prosedur atau teknik pelaksanaan.
Dapat disimpulkan bahwa tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan data,
informasi serta gambaran tentang suatu program mulai dari perencanaan hingga
pelaksanaan akhir yang akan digunakan untuk bahan penyusun kebijaksanaan
berdasarkan keputusan yang rasional dan objektif. Dengan adanya evaluasi,
diharapkan program yang dilaksanakan akan terukur tingkat keberhasilannya.
26
3. Manfaat Evaluasi Program
Dalam organisasi pendidikan, evaluasi program dapat disamaartikan dengan
kegiatan supervisi. Secara singkat, supervisi diartikan sebagai upaya mengadakan
peninjauan untuk memberikan pembinaan. Maka evaluasi program adalah langkah
awal dalam supervisi, yaitu mengumpulkan data yang tepat agar dapat dilanjutkan
dengan pemberian pembinaan yang tepat pula.
Evaluasi program pendidikan tidak lain adalah supervisi pendidikan dalam
pengertian khusus, tertuju pada lembaga secara keseluruhan (Arikunto & Jabar,
2010:21). Terdapat hubungan antara evaluasi program dengan kebijakan. Program
adalah rangkaian kegiatan sebagai realisasi dari suatu kebijakan. Apabila suatu
program tidak dievaluasi, maka tidak dapat diketahui bagaimana dan seberapa
tinggi kebijakan yang sudah dikeluarkan dapat terlaksana. Informasi yang
diperoleh dari kegiatan evaluasi sangat berguna bagi pengambilan keputusan dan
kebijakan lanjutan dari program, karena dari masukan hasil evaluasi itulah para
pengambil keputusan akan menentukan tindak lanjut dari program yang sedang
atau telah dilaksanakan. Wujud dari hasil evaluasi adalah sebuah rekomendasi dari
evaluator untuk pengambil keputusan. Ada empat kemungkinan kebijakan yang
dapat dilakukan berdasarkan hasil dalam pelaksanaan sebuah program, yaitu
(Arikunto & Jabar, 2010:22):
a. Menghentikan program, karena dipandang bahwa program tersebut tidak ada
manfaatnya, atau tidak dapat terlaksana sesuai dengan apa yang diharapkan.
b. Merevisi program, karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai dengan
harapan.
c. Melanjutkan program, ketika pelaksanaan program menunjukkan bahwa
program sudah berjalan sesuai dengan harapan dan memberikan hasil yang
bermanfaat.
d. Menyebarluaskan program, ketika program tersebut berhasil dengan baik,
sehingga sangat baik jika dilaksanakan kembali di tempat dan waktu yang lain.
Dari penjelasan di atas dapat dilihat adanya hubungan antara evaluasi
program dengan kebijakan. Program merupakan rangkaian kegiatan sebagai
realisasi dari suatu kebijakan. Apabila suatu program tidak dievaluasi maka tidak
dapat diketahui bagaimana dan seberapa tinggi kebijakan yang sudah dikeluarkan
dapat terlaksana. Informasi yang diperoleh dari kegiatan evaluasi sangat berguna
bagi pengambilan keputusan dan kebijakan lanjutan dari program, karena dari
masukan hasil evaluasi program itulah para pengambil keputusan akan
menentukan tidak lanjut dari program yang sedang atau telah dilaksanakan.
4. Model-Model Evaluasi Program
Terdapat banyak model yang bisa digunakan dalam mengevaluasi suatu
program pendidikan. Meskipun antara satu dengan yang lainnya berbeda, namun
maksud dari model evaluasi tersebut sama yaitu melakukan pengumpulan
informasi yang berkenaan dengan objek yang dievaluasi, yang bertujuan
menyediakan bahan bagi pengambil keputusan untuk menentukan tindak lanjut
dari suatu program. Beberapa model evaluasi program yang sering digunakan
adalah sebagai berikut.
27
a. CSE-UCLA Model
Model evaluasi CSE-UCLA yang dikembangkan oleh Alkin memiliki
lima macam tahapan evaluasi, yaitu: system assesment, program planning,
program implementation, program improvement, dan program certification
(Tayibnapis, 2000). Hal senada diungkapkan oleh Suryanto, Gafur, dan
Sudarsono bahwa evaluasi CSE-UCLA yang dikembangkan oleh Alkin
mengevaluasi program dalam lima tahap evaluasi yaitu: system assesment,
program planning, program implementation, program improvement, dan
program certification (Suryanto, Gafur, dan Sudarsono, 2013).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diambil suatu sintesis
secara umum bahwa model CSE-UCLA merupakan model evaluasi yang
memiliki lima dimensi evaluasi, antara lain system assesment yang
memberikan informasi tentang keadaan sistem, program planning yang
membantu pemilihan program tertentu untuk memenuhi kebutuhan program,
program implementation yang menyiapkan informasi untuk memperkenalkan
program, program improvement yang memberikan informasi tentang
fungsi/kinerja program, program certification yang memberi informasi tentang
manfaat atau guna program.
b. Countenance Evaluation Model (Stake Model)
Walaupun sudah banyak kritik terhadap evaluasi yang berorientasi
terhadap tujuan, ternyata beberapa pendidik secara konsisten masih tetap
menggunakannya sebagai acuan model yang muncul pada waktu berikutnya,
salah satunya adalah model evaluasi countenance. Model ini secara garis besar
memiliki dua kelengkapan utama yang tercakup dalam data matrik, yaitu
matrik deskripsi dan matrik keputusan. Setiap matrik dibagi menjadi dua
kolom, yaitu kolom tujuan dan kolom pengamatan. Pada kolom ini mencakup
deskripsi matriks dan deskripsi standar, sedangkan pada deskripsi keputusan
berisi matriks pertimbangan. Kedua matriks dibagi menjadi tiga baris yang
secara vertikal disebut sebagai baris awal (antecedent), transaksi (transaction),
dan hasil (outcomes) (Sukardi, 2009:60). Antecedents dalah keadaan sebelum,
transaksi adalah proses, dan hasil adalah kemampuan yang diperoleh peserta
didik (Hasan, 2009:206).
Stake (1967) dalam Farida Yusuf (2008:22) mengemukakan bahwa
analisis proses evaluasi yang dikemukakannya membawa dampak yang cukup
besar dalam bidang ini dan meletakkan dasar yang sederhana namun
merupakan konsep yang cukup kuat untuk perkembangan yang lebih jauh
dalam bidang evaluasi.
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam model ini antara
masukan, proses, dan hasil data yang dibandingkan tidak hanya untuk
menentukan apakah ada perbedaan antara tujuan dengan keadaan yang
sebenarnya, namun juga dibandingkan dengan standar yang absolut untuk
menilai manfaat program. Hal yang menarik pada evaluasi ini terletak pada
perbedaan antara deskripsi tindakan dan keputusan yang sesuai dengan
program pendidikan pada antecedent, transaction dan outcomes. Berdasarkan
hal tersebut, keuntungan evaluasi model countenance stake adalah
penilaiannya didasarkan atas kebutuhan program yang dievaluasi, sehingga
dapat mengdeskripsikan secara kompleks program yang dilaksanakan serta
28
memiliki potensi besar untuk memperoleh pengalaman dan teori terhadap
program yang dievaluasi.
c. Discrepancy Model
Discrepancy Model dikembangkan oleh Malcom Provus pada 1972
didasarkan pada pendapat bahwa evaluasi program untuk mencapai dua tujuan,
yaitu proses pengembangan program dan cara mengkaji manfaat program
(Ansyar, 2015:480). Discrepancy Model juga mengaitkan evaluasi dengan
teori manajemen sistem yang terdiri dari empat tingkat, yaitu menentukan
standar program, menentukan unjuk kerja program, membandingkan unjuk
kerja dan standar, dan menetapkan apakah terdapat kesenjangan antara unjuk
kerja dan standar (Ansyar, 2015:480).
Evaluasi model ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui tingkat
kesesuaian antara standar yang telah ditentukan dalam program dengan
penampilan aktual dari program tersebut (Ananda & Rafida, 2017:69). Standar
adalah kriteria yang telah dikembangkan dan ditetapkan dengan hasil yang
efektif, sedangkan penampilan adalah sumber, prosedur, manajemen, dan hasil
nyata yang tampak ketika program dilaksanakan.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa model ini merupakan
suatu prosedur problem solving untuk mengidentifikasi kelemahan dan untuk
mengambil tindakan korektif. Dengan model ini, proses evaluasi pada
langkah-langkah dan isi kategori dilakukan sebagai cara memfasilitasi
perbandingan capaian program dengan standar, sementara pada waktu yang
sama mengidentifikasi standar untuk digunakan untuk perbandingan di masa
depan. Semua program memiliki daur hidup. Karena program terdiri atas
langkah-langkah pengembangan, aktivitas evaluasi banyak diartikan adanya
integrasi pada masing-masing komponennya.
d. Model Context, Input, Process, Product (CIPP)
Model evaluasi CIPP merupakan model evaluasi yang terdiri dari empat
jenis evaluasi, yaitu: Context evaluation (evaluasi konteks), Input evaluation
(evaluasi masukan), Process evaluation (evaluasi proses) dan Product
evaluation (evaluasi hasil) (Arikunto & Jabar, 2010:45; Wirawan, 2011:92;
Zaini, 2009:152). Model CIPP ini dikembangkan oleh Sufflebeam, dkk. di
Ohio State University. CIPP merupakan sebuah model evaluasi yang
menggunakan pendekatan yang berorientasi pada manajemen (management-
oriented evaluation approach) atau disebut sebagai bentuk evaluasi
manajemen program (evaluation in program management) (Owen, 1993:21).
Model CIPP berpijak pada pandangan bahwa tujuan terpenting dari evaluasi
program bukanlah membuktikan (to prove), melainkan meningkatkan (to
improve) (Madaus, Scriven, dan Stufflebeam, 1983:118). Artinya, model
CIPP diterapkan dalam rangka mendukung pengembangan organisasi dan
membantu pemimpin dan staf organisasi tersebut mendapatkan dan
menggunakan masukan secara sistematis supaya lebih mampu memenuhi
kebutuhan-kebutuhan penting atau, minimal, bekerja sebaik-baiknya dengan
sumber daya yang ada.
Merumuskan evaluasi sebagai suatu proses menggambarkan,
memperoleh dan menyediakan informasi yang berguna untuk menilai
29
alternatif keputusan. Membuat pedoman kerja untuk melayani para manajer
dan administrator menghadapi empat macam keputusan pendidikan, membagi
evaluasi menjadi empat macam, yaitu (Stufflebeam, 1971:25):
1) Context evaluation to serve planning desicion, konteks evaluasi ini
membantu merencanakaan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan
dicapai oleh program dan merumuskan tujuan program.
2) Input evaluation, structuring desicion, evaluasi ini menolong mengatur
keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif yang
diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan, bagaimana
prosedur kerja untuk mencapainya.
3) Process evaluation, to serve implementing desicion, evaluasi proses
untuk membantu mengimplementasikan keputusan sampai sejauhmana
rencana telah dapat diterapkan? apa yang harus direvisi? Begitu
pertanyaan tersebut terjawab prosedur dapat dimonitor, dikontrol dan
diperbaiki.
4) Product evaluation, to serve recycling desicion, evaluasi produk untuk
menolong keputusan selanjutnya, apa hasil yang telah dicapai? apa yang
dilakukan setelah program berjalan.
Keempat kata tersebut merupakan sasaran evaluasi, yang tidak lain
adalah komponen dari proses sebuah program kegiatan. Dengan kata lain
model CIPP adalah model evaluasi yang memandang program yang
dievaluasi sebagai sebuah sistem.
1) Evaluasi Context (Konteks)
Evaluasi konteks utamanya mengarah pada identifikasi kekuatan
dan kelemahan organisasi dan pada pemberian masukan untuk
memperbaiki organisasi (Fitzpatrick, Sanders, dan Worthen, 2004:96).
Tujuan pokok dari evaluasi konteks adalah menilai seluruh keadaan
organisasi, mengidentifikasi kelemahannya, menginventarisasi
kekuatannya yang bisa dimanfaatkan untuk menutupi kelemahannya,
mendiagnosis masalah-masalah yang dihadapi organisasi, dan mencari
solusi-solusinya (Mahmudi, 2011:120). Evaluasi konteks juga bertujuan
untuk menilai apakah tujuan-tujuan dan prioritas-prioritas yang telah
ditetapkan memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang menjadi sasaran
organisasi. Dengan demikian evaluasi konteks berupaya mendeskripsikan
dan merinci kebutuhan, lingkungan, populasi, dan tujuan disusunnya
suatu program.
Sax mendefinisikan evaluasi konteks, sebagai berikut (Widoyoko,
2009:181):
“…the delineation and specification of project’s environment,it’s unmet,
the population and sample individual to be served, and theproject
objectives. Context evaluation provides a rationale forjustifying a
particular type of program intervention”.
Evaluasi konteks merupakan spesifikasi tentang kebutuhan yang belum
dipenuhi, lingkungan program, karakteristik populasi dan sampel dari
individu yang dilayani serta tujuan program. Evaluasi konteks membantu
30
stakeholder dalam menentukan kebutuhan dan merencanakan keputusan
yang akan dicapai oleh program serta merumuskan tujuan program.
Konteks merupakan situasi atau latar belakang yang mempengaruhi
jenis-jenis tujuan dan strategi pendidikan yang akan dikembangkan
dalam sistem, seperti masalah pendidikan yang dirasakan, pandangan
hidup masyarakat, keadaan ekonomi negara, dan seterusnya (Daryanto,
2007: 88). Evaluasi konteks menghasilkan informasi tentang berbagai
macam kebutuhan yang telah diatur prioritasnya, agar tujuan dapat
diformulasikan (Sukardi, 2011: 63).
Context evaluation to serve planning decision. Konteks evaluasi
membantu merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan
dicapai oleh program, dan merumuskan tujuan program (Tayibnapis,
2008:14). Evaluasi konteks dilaksanakan untuk mengidentifikasi kondisi,
berbagai isu, kendala, dan kesempatan yang terdapat di dalam
lingkungan program (Mutrofin, 2010: 38). Hal tersebut menjadi analisis
kebutuhan, suatu kegiatan yang dilakukan di awal untuk mengidentifikasi
berbagai jenis program yang sesuai dengan latar belakang yang ada.
Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi
konteks merupakan evaluasi yang dilakukan untuk mendapatkan
informasi tentang dasar dan latar belakang diadakannya suatu program.
Evaluasi konteks juga mengidentifikasi dan menilai kebutuhan-
kebutuhan yang mendasari disusunnya suatu program sehingga dapat
merumuskan tujuan diselenggarakannya program tersebut. Dengan
demikian, evaluasi konteks terdiri dari upaya identifikasi dan analisis: 1)
latar belakang pelaksanaan program, 2) kebutuhan yang mendasari
penyelenggaraan program, dan 3) tujuan yang akan diupayakan. Analisis
konteks berfungsi sebagai latar belakang suatu desain proyek yang lebih
rinci dan spesifik yang menyertainya.
2) Evaluasi Input (Masukan)
Evaluasi input dimaksudkan untuk membantu menentukan program
guna melakukan perubahan-perubahan yang dibutuhkan (Madaus,
Scriven, dan Stufflebeam, 1983:128-130). Evaluasi input mencari
hambatan dan potensi sumber daya yang tersedia. Tujuan utamanya ialah
membantu klien mengkaji alternatif-alternatif yang berkenaan dengan
kebutuhan-kebutuhan organisasi dan sasaran organisasi. Dengan
perkataan lain, evaluasi input berfungsi untuk membantu klien
menghindari inovasi-inovasi yang sia-sia dan diperkirakan akan gagal
atause kurang-kurangnya menghambur-hamburkan sumber daya.
Masukan merupakan sarana dan rencana strategi yang ditetapkan
untuk mencapai suatu tujuan (Daryanto, 2007: 88). Selain itu, evaluasi
input juga menyediakan informasi tentang masukan yang terpilih,
strategi, dedsain, dan butir-butir kekuatan dan kelemahan untuk
merealisasikan tujuan (Sukardi, 2011: 63).
Input evaluation, structuring decision (Tayibnapis, 2008: 14).
Evaluasi masukan membantu mengatur keputusan, alternatif yang
diambil, menentukan sumber-sumber yang ada, rencana dan strategi
untuk mencapai kebutuhan, dan bagaimana prosedur kerja untuk
31
mencapainya. Evaluasi input juga memberikan informasi dalam
menentukan bagaimana cara memanfaatkan sumber daya untuk
mencapai tujuan dan sasaran suatu program (Mutrofin, 2010: 38).
Menurut Stufflebeam, pertanyaan yang berkaitan dengan masukan
mengarah pada pemecahan masalah yang mendorong
diselenggarakannya suatu program. Komponen evaluasi masukan
meliputi (Widoyoko, 2009: 182):
a) Sumber daya manusia.
b) Dana atau anggaran.
c) Sarana dan peralatan pendukung.
d) Berbagai prosedur dan aturan yang diperlukan.
Dari beberapa pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi
masukan merupakan evaluasi yang mengidentifikasi sumber daya yang
ada dan prosedur dalam pemanfaatannya sehingga dapat merealisasikan
tujuan program secara optimal. Dengan demikian, evaluasi input dapat
membantu pengambil keputusan dalam menilai prioritas, tujuan, dan
manfaat-manfaat program, rencana tindakan, menilai pendekatan
alternatif, rencana staf, dan anggaran untuk fleksibilitas dan potensi
efisiensi untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan yang diharapkan.
Evaluasi input terdiri dari analisis dan identifikasi: 1) kapabilitas agen
dan kelompok yang bertanggung jawab yang relevan (kualifikasi SDM),
2) berbagai strategi (prosedur dan aturan) untuk mencapai tujuan
program, 3) sarana dan prasarana penunjang untuk melaksanakan
strategi, dan 4) sumber dana. Informasi yang diberikan dalam evaluasi
input menjadi informasi penting untuk menentukan desain spesifik agar
mencapai tujuan suatu program.
3) Evaluasi Process (Proses)
Evaluasi proses meliputi data penilaian yang telah ditentukan dan
diterapkan dalam pelaksanaan program. Evaluasi proses dilakukan untuk
mengetahui seberapa jauh rencana yang sudah dilaksanakan dalam suatu
program, apakah sudah terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana,
dan komponen apa yang perlu mendapat perbaikan.
Evaluasi proses pada dasarnya memeriksa pelaksanaan rencana
yang telah ditetapkan (Madaus, Scriven, dan Stufflebeam, 1983:132-
133). Tujuannya adalah memberikan masukan bagi pengelola atau
manajer dan stafnya tentang kesesuaian antara pelaksanaan rencana dan
jadwal yang sudah dibuat sebelumnya dan efisiensi penggunaan sumber
daya yang ada. Apabila rencana tersebut perlu dimodifikasi atau
dikembangkan, evaluasi proses memberikan petunjuknya. Masih ada
tujuan-tujuan lain yang patut diperhatikan, yakni menilai secara periodik
seberapa jauh penerimaan para partisipan program dan keberhasilan
mereka dalam melaksanakan peran-peran mereka, dan memberikan
catatan yang lengkap tentang pelaksanaan rencana dan perbandingannya
dengan tujuan awalnya.
Evaluasi proses merupakan pelaksanaan strategi dan penggunaan
sarana dalam kegiatan nyata di lapangan (Daryanto, 2007: 88). Process
evaluation, to serve implementing decision (Tayibnapis, 2008: 14).
32
Evaluasi proses dilakukan untuk membantu mengimplementasikan
keputusan. Sampai sejauh mana rencana telah diterapkan? Apa yang
harus direvisi? Begitu pertanyaan tersebut terjawab, prosedur dapat
dikontrol, dimonitor, dan diperbaiki. Evaluasi proses menyediakan
informasi untuk evaluator melakukan prosedur monitoring yang baru
diimplementasi sehingga butir yang kuat dapat digunakan dan yang
lemah dapat dihilangkan (Sukardi, 2011: 63).
Evaluasi proses dalam model CIPP menunjuk pada apa (what)
kegiatan yang dilakukan pada program, siapa (who) orang yang ditunjuk
sebagai penanggung jawab program, kapan (when) kegiatan akan selesai
(Arikunto & Jabar, 2010:47). Stufflebeam mengusulkan beberapa
pertanyaan untuk evaluasi proses antara lain (Arikunto dan Safruddin,
2009: 47):
1. Apakah staf yang terlibat di dalam perlaksanaan program akan
sanggup menangani kegiatan selama program berlangsung dan
kemungkinan jika dilanjutkan?
2. Apakah pelaksanaan program sesuai dengan jadwal?
3. Hambatan-hambatan apa saja yang dijumpai selama pelaksanaan
program dan kemungkinan jika program dilanjutkan?
4. Apakah sarana dan prasarana yang disediakan dimanfaatkan secara
maksimal?
Dari beberapa pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi
proses merupakan prosedur monitoring terhadap pelaksanaan strategi
dalam penggunaan sumber daya pada program yang dilaksanakan.
Evaluasi proses dilaksanakan untuk mendapatkan data tentang program
yang sedang dilaksanakan. Evaluasi proses berupaya melaksanakan
program dari rencana-rencana yang ditargetkan yang selanjutnya menilai
program dan mengintepretasikan manfaat dari program yang
direncanakan. Evaluasi proses terdiri dari upaya identifikasi dan analisis:
1) pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan program, 2) penggunaan
sumber daya dalam pelaksanaan program, dan 3) prosedur monitoring
program yang dilaksanakan.
4) Evaluasi Product (Produk)
Evaluasi produk atau hasil diarahkan pada hal-hal yang
menunjukkan perubahan yang terjadi pada masukan mentah (Arikunto &
Jabar, 2010:47). Menurut Sax fungsi evaluasi produk atau hasil adalah
“to allow to project director (or teacher) to make decision regarding
continuation, termination, or modification of program” (Widoyoko,
2009: 183). Dari hasil evaluasi proses diharapkan dapat membantu
pimpinan proyek atau guru untuk membuat keputusan yang berkenaan
dengan kelanjutan, akhir maupun modifikasi program.
Evaluasi produk dilakukan untuk membantu membuat keputusan
selanjutnya, baik mengenai apa yang dilakukan setelah program itu
berjalan maupun mengenai hasil yang telah dicapai (Tayibnapis, 2008:
14). Evaluasi produk diarahkan pada hal-hal yang menunjukkan
perubahan yang terjadi pada masukan mentah. Evaluasi produk
merupakan hasil yang dicapai baik selama maupun pada akhir
33
pengembangan sistem pendidikan yang bersangkutan (Daryanto, 2007:
88). Evaluasi produk juga mengakomodasi informasi untuk meyakinkan
dalam kondisi apa tujuan dicapai, selain itu evaluasi produk juga untuk
menentukan strategi yang berkaitan dengan prosedur dan metode yang
diterapkan guna mencapai tujuan, apakah sebaiknya berhenti,
dimodifikasi atau dilanjutkan dalam bentuk yang seperti sekarang
(Sukardi, 2011: 63).
Evaluasi produk bertujuan untuk mengukur, menafsirkan, dan
menilai capaian-capaian program (Madaus, Scriven, dan Stufflebeam,
1983:134-135). Langkahnya dapat diawali dengan menilai kinerja
organisasi berdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang telah didiagnosis
sebelumnya (Madaus, Scriven, dan Stufflebeam, 1983:134-135).
Berikutnya, evaluasi produk juga memeriksa dampak-dampak program,
baik yang sesuai dengan tujuan dan maksud program maupun tidak, yang
positif maupun negatif. Evaluasi produk kerap kali diperluas dengan
menilai dampak-dampak jangka panjang dari program. Beberapa
pertanyaan yang dapat diajukan dalam evaluasi produk antara lain:
a) Apa saja hasil yang telah dicapai dalam program?
b) Apa saja yang dilakukan setelah program telah berjalan?
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi
produk berupaya untuk mendapat informasi tentang tingkat keberhasilan
dari pelaksanaan program. Lebih jelasnya, evaluasi produk bertujuan
untuk menilai keberhasilan program dalam memenuhi kebutuhan-
kebutuhan sasaran program. Evaluasi produk juga mengidentifikasi
output dan manfaat, baik jangka pendek atau jangka panjang, baik yang
direncanakan ataupun yang tidak direncanakan,. Penilaian-penilaian
tentang keberhasilan program atau organisasi ini dikumpulkan dari
orang-orang yang terlibat secara individual atau kolektif, dan kemudian
dianalisis. Artinya, keberhasilan atau kegagalan program dianalisis dari
berbagai sudut pandang.
Evaluasi produk terdiri dari upaya identifikasi dan analisis: 1)
perubahan (dampak) yang terjadi setelah program dilaksanakan, dan 2)
hasil (prestasi) yang telah dicapai sebagai dampak dari pelaksanaan
program. Data yang dihasilkan akan sangat menentukan apakah program
diteruskan, dimodifikasi atau dihentikan. Dengan demikian, evaluasi
produk merupakan tahap terakhir dari serangkaian proses evaluasi model
CIPP.
34
Rancangan evaluasi program dengan model CIPP dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
Gambar 2.1 Model Evaluasi CIPP
Sumber: The CIPP Approach to Evaluation (Bernadette Robinson, 2002)
D. Hasil Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelitian yang terdahulu, ada beberapa penelitian yang memiliki
relevansi dengan judul yang diteliti oleh penulis.
Pertama, penelitian yang diteliti oleh Fauzan pada tahun 2014 yang berjudul
“Studi Evaluasi Kurikulum PAI (Pendidikan Agama Islam) dalam Meningkatkan
Kompetensi Pedagogik Guru (Studi Kritis terhadap Kurikulum di Jurusan/Prodi PAI
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan ada dua
kompetensi yang menjadi tagihan jurusan PAI FITK UIN Jakarta di setiap kurikulum
yang diterapkan, yakni penguatan pedagogik dan penguasaan materi PAI. Penguatan
materi PAI tersebut ditawarkan sebagai upaya untuk memberikan penguatan terhadap
ilmu-ilmu keislaman. Maka, jurusan PAI menawarkan berbagai mata kuliah yang
sangat beragam. Namun dalam penerapannya masih terdapat struktur kurikulum atau
mata kuliah yang kurang relevan dengan kebutuhan kompetensi yang diharapkan,
bahkan tawaran mata kuliah untuk kompetensi pedagogik masih terlihat sangat
minim. Perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan, bahwa penulis meneliti
kurikulum dan berfokus kepada program ekstrakurikuler.
Kedua, penelitian yang diteliti oleh Ario Wiratmoko pada tahun 2012 yang
berjudul “Pengaruh kegiatan Ekstrakurikuler Robotika terhadap Kecerdasan
Emosional Peserta didik di SMK Negeri 3 Yogyakarta”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa antara kegiatan ekstrakurikuler robotika dan kecerdasan
emosional peserta didik terdapat pengaruh yang positif dan signifikan,dengan
kontribusi 40,7% dan sisanya 59,3% ditentukan oleh variabel lain. Hal inidapat dilihat
dari nilai thitung > ttabel (4,755 > 2,042) pada taraf signifikansi 5%. Perbedaan dari
penelitian yang dilakukan oleh penulis, penulis berfokus kepada program
ekstrakurikuler robotika dan mengevaluasi pelaksanaan programnya tanpa
menghubungkannya dengan kecerdasan emosional peserta didik.
Ketiga, penelitian yang diteliti oleh Achmad Fahrizal Zulfani pada tahun 2014
yang berjudul “Implementasi Manajemen Ekstrakurikuler untuk Meningkatkan
Context
• Tujuan, prioritas dan sasaran pada program
Input
• Sumber daya dan langkah-langkah yang diperlukan pada pelaksanaan program
Process
•Dukungan staff dan moral, kekuatan dan kelemahan material, dan permasalahan penganggaran pada pelaksanaan program
Product
•Hasil yang diharapkan pada pelaksanaan program
Formatif Sumatif
35
Prestasi Peserta didik Non-akademik di SMA Al-Multazam Mojokerto”. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa perencanaan kegiatan ekstrakurikuler sudah
diterapkan dengan baik penyusunan program kegiatan ekstrakurikuler melalui
program rutin dan prioritas yang meliputi yaitu: a) menanamkan nilai-nilai Islam; b)
pembentukan ekstrakurikuler terpadu; c) peningkatan prestasi nonakademik peserta
didik. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler meliputi: a) pembinaan secara kontinyu
dan berkelanjutan; b) student day; c) mengadakan seleksi; d) pengiriman duta ke luar
sekolah. Pelaksanaan evaluasi dilakukan dalam beberapa tahap: a) setiap minggu; b)
setiap bulan; c) akhir tahun dilaporkan kepada kepala sekolah. Teknik evaluasinya
meliputi tes tertulis dan praktek dan rapat koordinasi tim ekstrakurikuler. Implikasi
terhadap peningkatan prestasi non-akademik sebagai berikut: a) dapat mencerdaskan
dan melatih kemandirian peserta didik; b) sekolah dikenal masyarakat luas. Perbedaan
dengan penelitian yang penulis lakukan, bahwa penulis berfokus kepada satu
ekstrakurikuler saja, yaitu Robotika. Selain itu, penulis juga menganalisis
menggunakan metode kualitatif dengan melihat aspek konteks, input, proses, dan
produknya.
Keempat, jurnal internasional yang disusun oleh Norazilawati Abdullah dkk.
pada tahun 2016 yang berjudul “The Evaluation and Effectiveness of School Based
Assessment among Science Teachers in Malaysia Using CIPP Model”. Hasil
menunjukkan bahwa aspek konteks, input dan produk berada pada tingkat sedang,
sedangkan tingkat aspek proses tinggi. Hipotesis juga diterima, tidak ada hubungan
yang signifikan antara tingkat aspek konteks, input, proses dan produk dalam
implementasi SBA dengan pengalaman mengajar. Analisis wawancara menunjukkan
bahwa sebagian besar responden setuju bahwa ada keunggulan SBA, sehingga sesuai
dengan tujuan Malaysia untuk menciptakan sumber daya manusia kelas dunia.
Sebagai kesimpulan, penelitian ini memberikan kontribusi baru kepada para guru di
Malaysia untuk mengimplementasikan SBA secara efektif melalui pelatihan, kursus,
pemantauan dan dukungan berkelanjutan dari Departemen Pendidikan. Perbedaan dari
penelitian yang dilakukan oleh penulis, penulis berfokus kepada program
ekstrakurikuler robotika dan mengevaluasi pelaksanaan programnya, bukan
mengevaluasi kegiatan intrakurikuler sekolah.
E. Kerangka Berpikir
Pada pelaksanaan kegiatan tidaklah lepas dari tahap evaluasi. Tahap evaluasi ini
bertujuan untuk memperbaiki kegiatan yang sudah ada atau bahkan memberikan
perbaikan jika yang didapat sangat jauh dari rencana. Dalam metode penelitian yang
dipakai yaitu CIPP, dibagi menjadi empat tahap yaitu context, input, process, product.
Kerangka berpikir dibuat untuk dapat merinci secara umum aspek-aspek yang
akan diteliti dalam penelitian secara terkonsep. Dalam kerangka berpikir ini terdapat
model CIPP yang meliputi context, input, process, product yang pada model CIPP
tersebut masing-masing terdapat aspek-aspek yang sesuai dengan empat bagian model
penelitian CIPP.
Sax mendefinisikan evaluasi konteks sebagai gambaran dan spesifikasi tentang
kebutuhan yang belum dipenuhi, lingkungan program, karakteristik populasi dan
sampel dari individu yang dilayani serta tujuan program (Widoyoko, 2009:181).
Evaluasi konteks membantu merencanakan keputusan dan menentukan kebutuhan
yang akan dicapai oleh program serta merumuskan tujuan program. Dengan demikian,
evaluasi konteks terdiri dari upaya identifikasi dan analisis: 1) latar belakang
36
pelaksanaan program, 2) kebutuhan yang mendasari penyelenggaraan program, dan 3)
tujuan yang akan diupayakan. Analisis konteks berfungsi sebagai latar belakang
desain proyek yang lebih terinci dan spesifik yang mungkin menyertainya.
Menurut Stufflebeam, pertanyaan tentang masukan mengarah pada pemecahan
masalah yang mendorong dilaksanakannya program yang bersangkutan (Widoyoko,
2009: 182). Komponen evaluasi input meliputi sarana dan peralatan pendukung,
sumber daya manusia, dana, dan berbagai prosedur serta aturan yang diperlukan.
Berdasarkan teori tersebut, evaluasi input terdiri dari upaya identifikasi dan analisis:
1) kapabilitas agen dan kelompok yang bertanggung jawab yang relevan (kualifikasi
SDM), 2) berbagai strategi (prosedur dan aturan) untuk mencapai tujuan program, 3)
sarana dan prasarana penunjang untuk melaksanakan strategi, dan 4) sumber dana.
Informasi yang diberikan dalam suatu evaluasi input merupakan informasi yang
penting untuk menstrukturkan desain spesifik agar dapat mencapai tujuan program.
Evaluasi proses merupakan pelaksanaan strategi dan penggunaan sarana dalam
kegiatan nyata di lapangan (Daryanto, 2007: 88). Process evaluation, to serve
implementing decision (Tayibnapis, 2008: 14). Evaluasi proses untuk membantu
mengimplementasikan keputusan. Sampai sejauh mana rencana telah diterapkan? Apa
yang harus direvisi? Begitu pertanyaan tersebut terjawab, prosedur dapat dimonitor,
dikontrol, dan diperbaiki. Dengan demikian, evaluasi proses terdiri dari upaya analisis
dan identifikasi: 1) pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan program, 2)
penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan program, dan 3) prosedur monitoring
program yang dilaksanakan.
Evaluasi produk atau hasil diarahkan pada hal-hal yang menunjukkan perubahan
yang terjadi pada masukan mentah (Arikunto & Jabar, 2010:47). Menurut Daryanto
(2007: 88) evaluasi produk adalah hasil yang dicapai baik selama maupun pada akhir
pengembangan sistem pendidikan yang bersangkutan. Dengan demikian, evaluasi
produk terdiri dari upaya identifikasi dan analisis: 1) perubahan (dampak) yang terjadi
setelah program dilaksanakan, dan 2) hasil (prestasi) yang telah dicapai sebagai
dampak dari pelaksanaan program.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi baik dan tepat untuk
keberlangsungan kegiatan esktrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota Tangerang
Selatan agar kegiatan tersebut dapat dilaksanakan lebih baik lagi. Kerangka berpikir
penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut.
37
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
Product Dampak kegiatan
Prestasi bidang robotika
Pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler
Penggunaan sumber daya
Monitoring kegiatan
Rekomendasi
Process
Evaluasi
Latar belakang program
Analisis Kebutuhan
Tujuan Program
Kualifikasi SDM
Prosedur dan aturan
dalam kegiatan
Sarana dan Prasarana
Sumber Dana
Input
Context
Model CIPP Aspek
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh peneliti
dalam pelaksanaan penelitian, mulai dari merumuskan masalah hingga menarik
kesimpulan dan mendapatkan data yang akurat. Penelitian ini menggunaan pendekatan
penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor metodologi kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2005:
4).
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini pada umumnya berupa uraian
berbentuk deskripsi dan gambaran dari orang-orang yang berkaitan dengan program
ekstrakurikuler robotika. Selanjutnya data dihimpun dengan pengamatan secara
seksama dan mendetail, disertai catatan-catatan dari hasil wawancara yang mendalam,
serta hasil analisis dokumen.
Pendekatan deskriptif dalam penelitian mendeskripsikan suatu situasi tertentu
yang bersifat faktual secara akurat dan sistematis (Danim, 2002: 41). Dengan
demikian, tujuan dari pendekatan deskriptif adalah menggambarkan sebuah kondisi
atau peristiwa yang terjadi saat ini. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini ialah penelitian evaluatif, yakni jenis penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
pelaksanaan program ekstrakurikuler robotika yang berlangsung di MTsN 1 Kota
Tangerang Selatan.
Penelitian evaluatif adalah suatu desain dan prosedur evaluasi dalam menganalisis
data secara sistematis untuk menentukan manfaat (worth) atau nilai dari suatu praktik
(Sukmadinata, 2006: 120). Penelitian evaluatif dibutuhkan untuk mendesain,
menyempurnakan dan menguji pelaksanaan suatu kegiatan pendidikan. Evaluasi pada
penelitian ini merupakan kegiatan pengumpulan informasi dan data untuk pengambilan
keputusan mengenai program yang sedang dijalankan, keputusan tersebut antara lain
melanjutkan program, memperluas program, memperbaiki program, dan menghentikan
program. Dalam pelaksanaannya, peneliti menggunakan model evaluasi yang
dikembangkan oleh Stufflebeam, yaitu model evaluasi CIPP yang terdiri dari empat
komponen, yaitu Context, Input, Process, dan Product. Keunggulan model ini adalah
memberikan suatu kajian yang komprehensif dari suatu fenomena yang diamati.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada program ekstrakurikuler robotika MTsN 1 Kota
Tangerang Selatan yang terletak di Jalan Pajajaran No.31 Pamulang Barat, Kota
Tangerang Selatan. Pemilihan lokasi penelitian ini didasari pada pertimbangan berikut:
pertama, MTsN 1 Kota Tangerang Selatan merupakan satuan pendidikan dasar di
bawah naungan Kementrian Agama yang memiliki ekstrakurikuler robotika. Kedua,
pelaksanaan ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Tangerang Selatan sudah berlangsung
selama enam tahun, bahkan bisa dikatakan sebagai madrasah pelopor yang
mengadakan program ekstrakurikuler robotika dan masih aktif hingga saat ini. Ketiga,
peserta ekstrakurikuler robotika MTsN 1 Kota Tangerang Selatan aktif dalam megikuti
kompetisi dan sering meraih prestasi di bidang robotika baik di tingkat lokal, regional,
bahkan hingga tingkat internasional.
39
Adapun penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan yaitu pada bulan Juli 2019 –
Januari 2020.
Tabel 3.1
Waktu Pelaksanaan Penelitian
No
. Kegiatan
2019 2020
Juli Ags Sept Okt Nov Des Jan
1. Observasi Awal
2. Bimbingan dengan Dosen
Pembimbing
3. Penelitian ke Lapangan
4. Pengolahan Data
5. Penyusunan Hasil Penelitian
6. Ujian Hasil Tesis
7. Promosi Tesis
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian merupakan subjek yang dituju untuk diteliti dalam suatu
penelitian. Dalam penelitian ini, subjek penelitian meliputi sumber data dan informasi
yang berupa orang, dokumentasi, dan sumber data tertulis maupun cetak lainnya.
Subjek penelitian dibutuhkan sebagai pemberi keterangan mengenai informasi dan
data yang menjadi sasaran dalam penelitian. Sedangkan objek penelitian merupakan
objek yang dijadikan penelitian atau menjadi perhatian dalam suatu penelitian.
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah kepala MTsN 1 Kota Tangerang
Selatan, Wakil Kepala bidang Kurikulum, Koordinator Ekstrakurikuler, Pembina
Ekstrakurikuler Robotika, Instruktur Ekstrakurikuler Robotika, dan peserta didik yang
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan.
Objek dalam penelitian ini ialah pelaksanaan program ekstrakurikuler robotika yang
meliputi konteks, masukan, proses, dan hasil dari program ekstrakurikuler robotika di
MTsN 1 Kota Tangerang Selatan.
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai evaluator eksternal. Peneliti tidak
memiliki keterikatan baik secara administratif maupun secara lembaga dengan MTsN
1 Kota Tangerang Selatan. Peneliti juga tidak ikut serta dalam program ekstrakurikuler
robotika di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
ditetapkan tanpa mengetahui teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data
menjadi langkah strategis dalam sebuah penelitian, dan tujuan utama dari penelitian
adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2011: 224). Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini ada empat metode, yaitu wawancara, observasi,
kuesioner dan analisa dokumen.
1. Wawancara
Wawancara merupakan sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara
untuk memperoleh informasi dari narasumber (Arikunto, 2010: 198). Sedangkan
menurut Susan Stainback, “interviewing provide the researcher a means to gain a
deeper understanding of how the participant interpret a situation or phenomenom
40
than can be gained through observation alon.” (Sugiyono, 2011: 318). Jadi
melalui wawancara, peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam
tentang partisipan dalam menggambarkan situasi dan fenomena yang terjadi,
dimana hal ini tidak dapat ditemukan melalui observasi.
Pada teknik wawancara, peneliti datang dan berhadapan langsung dengan
responden yang diteliti. Responden yang diwawancara antara lain kepala MTsN 1
Kota Tangerang Selatan, Wakil Kepala bidang Kurikulum, Koordinator
Ekstrakurikuler, Pembina Ekstrakurikuler Robotika, 3 orang Instruktur
Ekstrakurikuler Robotika, dan 7 orang peserta didik yang mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler robotika. Hal-hal yang ditanyakan kepada responden merupakan
sesuatu yang telah direncanakan dan hasilnya dicatat sebagai informasi penting.
Sebelum wawancara dilakukan, instrumen wawancara disiapkan oleh peneliti yang
disebut dengan panduan wawancara. Panduan tersebut berisi pertanyaan atau
pernyataan untuk dijawab oleh responden. Isi pertanyaan atau pernyataan bisa
mencakup data, fakta, pengetahuan, pendapat, konsep, persepsi atau evaluasi
responden tentang program ekstrakurikuler robotika yang sedang dilaksanakan.
Penelitian ini menggunakan metode wawancara untuk memperoleh data dan
informasi dalam mengungkap lebih jauh tentang program ekstrakurikuler robotika
di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan.
2. Kuesioner
Penggunaan kuesioner dalam penelitian ini adalah untuk memperkuat data
kualitatif. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang ditujukan untuk peserta
didik yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler robotika. Jumlah responden yang
menggunakan kuesioner ini sebanyak 59 orang. Kuesioner dalam penelitian ini
terdiri menjadi dua aspek yaitu aspek proses dan aspek produk. Kuesioner ini
berisi pernyataan yang berkaitan dengan kompetensi pembina, materi
ekstrakurikuler, pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler, evaluasi kegiatan
ekstrakurikuler,dan hasil kegiatan ekstrakurikuler. Kuesioner dalam penelitian ini
merupakan jenis kuesioner tertutup karena telah disediakan alternatif jawaban
sehingga responden hanya memilih salah satu jawaban dari alternatif jawaban yang
telah disediakan. Kuesioner ini diharapkan menjadi data pelengkap karena
terbatasnya jumlah responden yang digunakan dalam teknik wawancara.
3. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik mengumpulkan data dengan cara
melakukan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Sukmadinata,
2006: 220). Observasi digunakan oleh evaluator dengan cara merasakan dan
melihat sendiri hal yang telah dilakukan oleh subjek atau objek yang dievaluasi
(Sukardi, 2014: 83). Dalam observasi, evaluator biasanya menggunakan alat bantu
seperti alat perekam untuk memaksimalkan perolehan data observasi. Tujuannya
adalah untuk memaksimalkan perolehan data sehingga diperoleh hasil yang
maksimal tentang program yang dinilai. Observasi dapat dilakukan secara
partisipatif maupun non-partisipatif. Dalam observasi partisipatif pengamat ikut
serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Sedangkan observasi non-
patisipatif pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan.
Dalam penelitian ini, observasi yang dilakukan adalah observasi
nonpartisipatif. Peneliti tidak ikut serta dalam kegiatan ekstrakurikuler robotika di
41
MTsN 1 Kota Tangerang Selatan melainkan hanya mengamati. Observasi dalam
penelitian ini berisi aspek dari konteks, input, proses, dan produk yang berkaitan
dengan program ekstrakurikuler robotika yang diteliti.
4. Analisa Dokumen
Evaluator pada umumnya mendatangi program yang dinilai (Sukardi, 2014:
83). Evaluator mencari informasi dari dokumen yang mendukung dan relevan
dengan program yang berhubungan dengan fokus evaluasi. Data dokumentasi
dibagi menjadi dua jenis, yaitu data resmi yang dikeluarkan oleh lembaga tempat
program yang sedang dievaluasi bernaung, seperti dokumen resmi berupa surat
perintah operasional, surat keputusan menteri, resi belanja atau jual beli barang,
surat perintah perjalanan dinas, dan sebagainya. Sedangkan data personal
merupakan data yang berasal dari pelaku secara individual yang sifatnya pribadi,
seperti nota pembelian bahan dalam pelaksanaan proyek dan nota dinas catatan
harian. Data dokumen ini digunakan oleh evaluator untuk mendapatkan data atau
informasi tentang program yang dievaluasi.
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa buku, surat kabar, catatan, majalah, prasasti, transkip, notulen rapat,
agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274). Dokumen dapat berbentuk tulisan,
gambar, atau karya dari seseorang (Sugiyono, 2010: 329). Dokumen berbentuk
tulisan misalnya sejarah kehidupan, catatan harian, biografi, ceritera, peraturan,
kebijakan, dan sebagainya.
Dokumen bisa juga berbentuk gambar, seperti foto, sketsa, gambar hidup, dan
lain-lain. Dokumentasi menjadi pelengkap dari metode observasi dan wawancara
dalam sebuah penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini, analisa dokumen
digunakan untuk mencari informasi dan data mengenai program ekstrakurikuler
robotika di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan yang ditinjau dari evaluasi CIPP.
E. Instrumen Pengumpulan Data
Peneliti kualitatif berperan sebagai human instrument, yaitu berfungsi dalam
memilih informan sebagai sumber data, menetapkan fokus penelitian, melakukan
pengumpulan data, analisis data, menilai kualitas data, menafsirkan data dan membuat
kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2011: 222). Dengan demikian, dalam
penelitian kualtatif seorang peneliti menjadi instrumen kunci penelitian.
Instrument penelitian membutuhkan kisi-kisi yang dijadikan pedoman dalam
merumuskan butir-butir instrumen. Kisi-kisi merupakan sebuah tabel yang
menunjukkan adanya hubungan antara hal-hal yang disebutkan dalam baris dan kolom
(Arikunto, 2010: 205). Kisi-kisi dalam penyusunan instrumen menunjukkan adanya
kaitan antara metode yang digunakan, variabel yang diteliti dengan sumber data, dan
instrumen yang disusun. Kisi-kisi yang terdapat dalam penelitian ini antara lain kisi-
kisi wawancara, kisi-kisi observasi, dan kisi-kisi dokumen yang akan diuraikan
dibawah ini:
1. Kisi-Kisi Wawancara
Panduan wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data
dari kepala Madrasah, Wakil Kepala bidang Kurikulum, Koordinator
Ekstrakurikuler, Pembina Ekstrakurikuler Robotika, Pembimbing Ekstrakurikuler
42
Robotika, dan peserta didik yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler robotika.
Adapun kisi-kisi wawancara dapat diamati pada tabel berikut.
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Wawancara
NO ASPEK INDIKATOR
1. Context (Konteks) a. Analisis kebutuhan kegiatan ekstrakurikuler
robotika
b. Latar belakang kegiatan ekstrakurikuler robotika
c. Aturan pelaksanaan ekstrakurikuler robotika
d. Tujuan dilaksanakannya ekstrakurikuler
robotika
e. Kebijakan mengenai pelaksaaan ekstrakurikuler
robotika
2. Input (Masukan) a. Syarat menjadi peserta ekstrakurikuler robotika
b. Proses rekrutmen peserta ekstrakurikuler
robotika
c. Jumlah peserta ekstrakurikuler robotika
d. Kualifikasi instruktur ekstrakurikuler robotika
e. Waktu pelaksanaan ekstrakurikuler robotika
f. Materi ekstrakurikuler robotika
g. Metode pembelajaran yang diterapkan dalam
ekstrakurikuler robotika
h. Media pembelajaran dalam kegiatan
ekstrakurikuler robotika
i. Sarana dan prasarana dalam kegiatan
ekstrakurikuler robotika
j. Sumber dana yang digunakan dalam kegiatan
ekstrakurikuler robotika
k. Teknologi yang digunakan dalam pembelajaran
robotika
3. Process (Proses) a. Jadwal pelaksanaan ekstrakurikuler robotika
b. Aktifitas peserta ekstrakurikuler robotika
c. Kinerja instruktur ekstrakurikuler robotika
d. Ketersediaan sarana dan prasarana
e. Kesesuaian media pembelajaran
f. Kelayakan materi ekstrakurikuler
g. Kesesuaian metode pembelajaran
h. Keaktifan peserta ekstrakurikuler dalam
kompetisi robotika
i. Hambatan dalam pelaksanaan ekstrakurikuler
robotika
j. Evaluasi kegiatan ekstrakurikuler robotika
4. Product (Produk) a. Perubahan keterampilan peserta ekstrakurikuler
robotika
b. Kualitas penguasaan materi robotika
c. Prestasi yang diperoleh siswa dalam bidang
robotika
43
2. Kisi-Kisi Kuesioner
Kisi-kisi kuesioner dalam penelitian ini digunakan sebagai pelengkap dalam
memperoleh data mengenai program ekstrakurikuler robotika MTsN 1 Kota
Tangerang Selatan. Adapun kisi-kisi kuesioner dapat diamati pada tabel berikut.
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Kuesioner
No. Aspek Indikator Nomor Butir
1. Proses
Pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler 4, 5, 6
Penggunaan sumber
daya 8, 12, 13
Monitoring Kegiatan:
a. Kinerja Instruktur
b. Aktifitas peserta
c. Evaluasi kegiatan
1, 2, 3, 7, 10
9, 18
11, 16, 17
2. Produk
Dampak kegiatan:
a. Penguasaan
materi
b. Perubahan sikap
14, 15
19, 20, 21, 22, 24, 25
Prestasi siswa 23
3. Kisi-Kisi Observasi
Kisi-kisi observasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data
mengenai program ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan.
Adapun kisi-kisi observasi dalam penelitian ini dapat diamati pada tabel berikut.
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Observasi
No. Model
CIPP Aspek Indikator
1.
Context
(Konteks)
Dasar
Hukum
Memiliki UU
Memiliki Perda
Memiliki SK
2. Tujuan Memiliki tujuan yang didasari pada
kebutuhan
3. Kurikulum Sesuai dengan tujuan yang dirumuskan
Ditetapkan secara sistematis
4.
Input
(Masukan)
Kriteria
Instruktur
Mempunyai kepribadian yang baik
Mempunyai sikap seorang pendidik
Berpengalaman dibidangnya
5. Peserta
Sesuai karakteristik
Termotivasi mengikuti ekstrakurikuler
Memenuhi persyaratan
6. Materi Sesuai dengan kurikulum
44
Berkaitan dengan tujuan
Sesuai standar kompetensi
Bahan ajar tersedia
7. Metode
Sesuai dengan materi
Orientasi PBL
Komunikatif
Mengembangkan kreatifitas
8. Media
Berfungsi optimal
Ketersediaan memadai
Mampu memfasilitasi
Kondisi baik
Mampu memotivasi
Memperjelas materi
Sesuai SOP
9. Sarana dan
Prasarana
Mampu memfasilitasi
Kondisi baik
Ketersediaan memadai
Berfungsi optimal
Sesuai SOP
10. Pendanaan
Optimalisasi penggunaan dana
Melalui rapat kerja anggaran
Transparan
11.
Process
(Proses)
Jadwal
Kegiatan
Seluruh rangkaian aktifitas ekstrakurikuler
Tersusun rapi dan terlaksana dengan baik.
12. Kinerja
Instruktur
Menguasai kelas
Menguasai materi
Menunjukkan sikap seorang pendidik
Mampu menjawab pertanyaan peserta
Berpengalaman dibidangnya
13. Aktifitas
Peserta
Mentaati tata tertib
Disiplin
Selalu memperhatikan penjelasan instruktur
Peserta serius saat mengikuti pembelajaran
Aktif menjawab ketika diberikan pertanyaan
Aktif bertanya jika diberikan kesempatan
14. Evaluasi Evaluasi dilakukan pada fasilitas, instruktur,
peserta ekstrakurikuler, dan program.
15.
Product
(Produk)
Penguasaan
Materi
Aktif dalam tanya jawab di kelas
Memiliki nilai evaluasi minimal 75.00
Mampu mengoperasikan alat praktik
16. Prestasi
Siswa aktif dalam berbagai kompetisi
robotika
Siswa menjuarai kompetisi robotika tingkat
nasional
Siswa menjuarai kompetisi robotika tingkat
45
internasional
4. Kisi-Kisi Dokumen
Kisi-kisi dokumen dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data
tentang pelaksanaan program ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota Tangerang
Selatan. Adapun kisi-kisi dokumen dapat diamati pada tabel berikut.
Tabel 3.5
Kisi-Kisi Dokumen
DOKUMENTASI CETAK DOKUMENTASI FOTO
a. Gambaran umum
b. Visi dan misi
c. Arah strategi
d. Struktur organisasi
e. Data peserta ekstrakurikuler
f. Data instruktur robotika
g. Materi ekstrakurikuler robotika
h. Jadwal pelaksanaan ekstrakurikuler
robotika
i. Hasil evaluasi peserta
ekstrakurikuler robotika
j. Data prestasi siswa di bidang
robotika
a. Proses pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler robotika
b. Ruang kegiatan ekstrakurikuler
robotika
c. Sarana dan prasarana
ekstrakurikuler robotika
d. Bentuk robot yang dihasilkan oleh
peserta ekstrakurikuler robotika
F. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif.
Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen merupakan upaya yang dilakukan
dengan menggunakan data, yaitu dengan mengorganisasikan data, memilah-milah data
menjadi satuan yang dapat diolah, mensintesiskan data, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain
(Moleong, 2005: 248). Menurut Nasution, analisis telah dimulai sejak merumuskan
masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan terus berlangsung hingga penulisan hasil
penelitian (Sugiyono, 2011: 336). Analisis data dalam penelitian ini menggunakan
Model Alir (Miles & Huberman, 2014: 18) yang dibagi menjadi tiga tahapan yaitu
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
1. Reduksi Data
Mereduksi data artinya merangkum, memilih hal-hal inti, fokus pada hal-hal
penting, hingga mencari tema dan polanya. Dengan demikian, gambaran yang
lebih jelas akan didapatkan setelah data direduksi, dan mempermudah peneliti
dalam melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila dibutuhkan.
Dalam penelitian ini, data yang terkumpul dari hasil wawancara Kepala Madrasah,
WKM Kurikulum, Koordinator Ekstrakurikuler, Pembina Ekstrakurikuler
Robotika, Instruktur, dan 7 orang peserta ekstrakurikuler robotika, hasil observasi,
kuesioner yang diisi oleh 59 orang peserta ekstrakurikuler, dan dokumentasi
peneliti yang selanjutnya dibuat kategorisasi dan dituangkan ke dalam bentuk
laporan terinci. Setelah dianalisis, hal-hal yang dianggap tidak ada kaitan langsung
dengan penelitian kemudian dieleminasi.
46
2. Penyajian Data
Penyajian data dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan menggunakan
teks yang sifatnya naratif. Dengan menyajukan data, maka peneliti akan
dimudahkan dalam memahami situasi yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan hal-hal yang telah dipahami. Dalam penelitian ini,
penyajian data dilakukan dengan cara melihat gambaran keseluruhan atau bagian-
bagian tertentu dari hasil data yang telah direduksi untuk dilakukan klasifikasi
berdasarkan aspek-aspek pada model evaluasi CIPP.
3. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel apabila
pada tahap awal penelitian didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten.
Dalam penelitian ini, penarikan kesimpulan dilakukan dengan membandingkan
informasi yang didapat secara terus menerus selama penelitian berlangsung dan
selama masih ada temuan-temuan baru di lapangan hingga mendapatkan hasil yang
diinginkan.
G. Keabsahan Data
Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan
triangulasi. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahaan data yang
memanfaatkan sesuatu diluar data tersebut untuk pembanding data atau keperluan
pengecekan data (Moleong, 2005: 330). Denzin membedakan empat macam
triangulasi sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
penggunaan metode, sumber, penyidik, dan teori (Moleong, 2005: 330). Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan dua macam triangulasi sebagai teknik
pemeriksaan keabsahan data, yaitu:
1. Triangulasi sumber
Triangulasi sumber berarti peneliti mendapatkan data dari sumber yang
berbeda-beda dengan menggunakan metode yang sama. Triangulasi sumber yang
digunakan dalam penelitian ini ialah wawancara yang dilakukan dengan kepala
Madrasah, Wakil Kepala bidang Kurikulum, Koordinator Ekstrakurikuler,
Pembina Ekstrakurikuler Robotika, Pembimbing Ekstrakurikuler Robotika, dan 7
orang peserta didik yang mengikuti ekstrakurikuler robotika.
2. Triangulasi metode
Triangulasi metode berarti peneliti menggunakan metode pengumpulan data
yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Dalam
penelitian ini, triangulasi metode yang digunakan ialah observasi, wawancara, dan
analisa dokumen untuk sumber data yang sama.
Jadi, triangulasi menjadi cara terbaik dalam menghilangkan perbedaan konstruksi
realita yang terdapat dalam konteks suatu studi saat mengumpulkan data tentang
berbagai pandangan. Dengan adanya triangulasi, peneliti dapat memeriksa ulang
temuannya dengan cara membandingkan data dan informasi yang diperoleh dari subjek
penelitian dan pihak-pihak terkait. Dengan demikian, akan dihasilkan keabsahaan data
untuk menghindari subjektivitas peneliti.
47
H. Kriteria Evaluasi
Berikut kriteria evaluasi yang penulis susun berdasarkan aspek CIPP: Tabel 3.6
Kriteria Evaluasi
Aspek Kriteria
Context (Konteks) Pelaksanaan program dilatarbelakangi oleh adanya
kebutuhan dan tujuan madrasah, serta memiliki dasar
hukum seperti undang-undang, peraturan pemerintah, dan
pedoman penyelenggaraan program ekstrakurikuler sebagai
dasar yang memperkuat latar belakang pelaksanaan
program
Melakukan analisis kebutuhan dalam mengembangkan
program seperti menyusun kurikulum, memilih metode
pembelajaran, menganggarkan biaya pelaksanaan,
menentukan instruktur, dan sebagainya
Memiliki tujuan untuk mengembangkan keterampilan
peserta yang telah disesuaikan dengan kebutuhan, minat,
dan bakat peserta didik
Input (Masukan) Tersedianya instruktur dengan kualifikasi akademik S-1
atau D-IV sesuai dengan bidang keahlian yang diajarkan
Peserta memiliki latar belakang yang homogen dan
jumlahnya ideal
Rumusan materi memenuhi kebutuhan peserta akan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap
Metode yang digunakan dalam pembelajaran bervariasi
Media pembelajaran yang digunakan tepat guna dan
berdaya guna
Sarana dan prasarana lengkap dan menunjang proses
pembelajaran
Dana digunakan secara optimal sehingga kegiatan yang
direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik
Process (Proses) Kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan pada waktu luang, di
luar jam pelajaran
Penggunaan sarana dalam proses pembelajaran yang
optimal
Instruktur mampu menciptakan iklim belajar yang baik,
menguasai materi, dan menyampaikan materi dengan baik
Peserta berpartisipasi aktif dalam pembelajaran
Adanya evaluasi pembelajaran dan evaluasi kegiatan
ekstrakurikuler
Product (Produk) Peserta menguasai materi yang diajarkan dan memiliki
perubahan sikap yang baik setelah mengikuti program
ekstrakurikuler robotika
Peserta memiliki prestasi di bidang robotika
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum MTs Negeri 1 Kota Tangerang Selatan
1. Sejarah Berdirinya MTs Negeri 1 Kota Tangerang Selatan
Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Kota Tangerang Selatan berdiri
pada 17 Agustus tahun 1981 di Cimanggis Ciputat Tangerang. Cikal bakal MTsN
1 Kota Tangsel adalah MTs. Darussalam yang berlokasi di Cimanggis Ciputat.
Pada tahun 1987 MTs. Darussalam dinegerikan oleh pemerintah dan berganti
nama menjadi MTsN Tangerang II Pamulang. Pada tahun ini pula MTsN
Tangerang II Pamulang dipindahkan ke kelurahan Pamulang di Jalan Raya
Pajajaran No. 31 Pamulang. Pada Tahun 2016 berganti nama menjadi MTsN 1
Kota Tangerang Selatan.
Kepala Madrasah yang pertama adalah Drs. Syamsudin (1981-1989)
kemudian pada tahun 1989 sampai 1993 dijabat oleh Drs. Edy Djunaedy, dan
pada tahun 1993-1994 diganti oleh Drs. Nasharudin Sarbini (1993-1994). Masa
tersebut adalah masa-masa perjuangan yang berat untuk memantapkan
keberadaan madrasah, karena masih dihadapkan pada pandangan masyarakat
yang menganggap bahwa madrasah hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama saja.
Padahal di madrasah alokasi pelajaran umum sama dengan seluruh pelajaran
yang ada di sekolah umum. Sedangkan pelajaran agama yang diwajibkan dari
Departemen Agama terjabar secara rinci ke dalam bidang 5 bidang pelajaran
agama, yaitu Al-Qur‟an Hadits, Akidah Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam,
Fiqih, dan Bahasa Arab.
Pada tahun 1994-2002 kepala sekolah dijabat oleh Dra. Hj. Iis Aisyah.Pada
masa kepemimpinan beliau mulailah diletakkan dasar-dasar pengelolaan
madrasah yang sesuai dengan harapan masyarakat, pembangunan serana fisik
mulai dilakukan. Sedikit demi sedikit madrasah mulai diperhitungkan di
masyarakat, terbukti dengan minat masyarakat untuk bersekolah di MTsN
Tangerang II meningkat pesat. Pada tahun 2003-2007 dilanjutkan oleh Drs. M.
Askolani, pada masa ini mulai dilakukan pembangunan secara fisik secara
bertahap sehingga mejadi sekolah yang cukup memadai, begitu juga sarana dan
prasarana.
Pada tahun 2007 terjadi pergantian kepala sekolah oleh Drs. Suhardi,
MA.Pada masa ini mulai diadakan inovasi pendidikan, seperti dibukannya kelas-
kelas unggulan yaitu: Kelas Bina Prestasi, Kelas Sains, Kelas Bilingual Arab,
Kelas Bilingual Inggris, Kelas TI, Kelas Agama, dan Kelas Sosial.
Selain itu banyak pula prestasi-prestasi yang telah dicapai, diantaranya
adalah juara I Lomba Sekolah Sehat tingkat Nasional tahun 2010,juara I Lomba
Matematika tingkat Nasional di Bandung tahun 2012, dan berhasil meraih Juara
III PIKR tingkat Nasional (Pusat Informasi Konseling Remaja) pada tahun 2013.
Selain itu juga meraih beberapa prestasi di bidang ekstrakurikuler,
diantaranyatiga kali berturut-turutmeraih juara ILomba Marching Band tingkat
Nasional Piala Presiden yaitu pada tahun 2010, 2011, 2012;Pada tahun 2013,
pertama kalinya MTsN Tangerang II Pamulang berhasil meraih prestasi pada
lomba robotika tingkat Internasional meraih 1 Medali Emas, 2 Perak dan 1
Perunggu dalam International Islamic School Robot Olimpiad di Johor Baharu
49
Malaysia;Pada tahun 2014-2015 berturut- turut meraih Juara I Kompetisi
SainsMadrasah Bidang Studi Biologi; dan tahun 2015 meraih Juara II Jurnalistik
tingkat Nasional;serta masih banyak lagi prestasi yang diraih dalam bidang
Akademik, Olah Raga dan Seni.
Setelah 9 tahun menjabat sebagai kepala madrasah, Drs. H. Suhardi,
M.Ag. digantikan oleh Ulik Widiantoro, S.Pd., M.Pd. pada tanggal 26 Juli
2016, yang sebelumnya merupakan guru dan wakil kepala sekolah bidang
Kurikulum, yang masih muda energik dan progresif.
2. Identitas MTs Negeri 1 Kota Tangerang Selatan
Nama Madrasah : MTs Negeri I Kota Tangerang Selatan
Status Madrasah : Negeri
No. Statistik Madrasah : 121136740001
No. Pokok Sekolah Nasional : 20623031
Akreditasi : A
Nama Kepala Madrasah : Ulik Widiantoro, M.Pd.
Alamat : Jalan Raya Pajajaran No.31 Pamulang,
aaaaaaaaaaaaaaaaTangerang Selatan, Banten. 15417.
Telp / Fax : 021-7415023 / 021-7415023
Website : www.mtsn1tangsel.sch.id
Luas Tanah : 6.852 m2
3. Visi Misi MTs Negeri 1 Kota Tangerang Selatan
a. Visi
“Terselenggaranya layanan prima untuk membentuk insan religius,
berprestasi nasional, dan berwawasan global.”
Sebagai sebuah lembaga pendidikan, visi merupakan cerminan dan
sebagai cita-cita yang ingin dicapai oleh lembaga pendidikan. Sama halnya
dengan cita-cita yang ingin dicapai oleh MTs Negeri 1 Kota Tangerang
Selatan. Dengan visi yang dimiliki, MTs Negeri 1 Kota Tangerang Selatan
ingin menjadi sebuah lembaga pendidikan Islam yang dapat membentuk
peserta didik yang religius, memiliki prestasi nasional dan berwawasan
global.
b. Misi
1) Meningkatkan kualitas pembinaan keimanan dan ketakwaan
2) Meningkatkan kualitas pembinaan ibadah, akhlak mulia, prestasi
akademik
3) Meningkatkan profesionalitas pembinaan ekstrakurikuler
4) Meningkatkan kualitas tata kelola atau manajemen madrasah secara lebih
transparan, partisipatif, efektif, efisien, dan akuntabel
5) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendidikan
6) Meningkatkan kompetensi guru dan profesionalitas pegawai ASN,
ASNPN
7) Meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan, pribadi, dan masyarakat
8) Mengembangkan tradisi pembelajar bagi seluruh komunitas madrasah
9) Meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan sosial, ekonomi, dan
budaya masyarakat Pamulang dan masyarakat di sekitarnya
50
10) Membekali siswa, guru, dan pegawai dengan kecakapan-kecakapan yang
diperlukan di era global
Misi merupakan langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai visi
yang telah ditetapkan bersama. Oleh karena itu, pihak madrasah harus
mampu melaksanakan misi tersebut dalam bentuk kegiatan yang nyata
sehingga memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut yang nantinya akan
berujung pada ketercapaian visi madrasah.
4. Tujuan MTs Negeri 1 Kota Tangerang Selatan
Terwujudnya guru, karyawan dan peserta didik dalam mengembangkan
seluruh potensi insaniyahnya secara optimal sehingga dapat melaksanakan tugas
dan fungsinya semaksimal mungkin. Bagi siswa dapat meraih prestasi setinggi-
tingginya dan melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya pada lembaga-
lembaga pendidikan yang unggul.
Tujuan adalah sesuatu yang hendak dicapai dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan. Tujuan dapat menunjukkan kondisi yang ingin dicapai pada masa
mendatang. Dengan demikian, tujuan akan mengarahkan perumusan sasaran,
program, kebijakan, dan kegiatan dalam rangka merealisasikan misi MTsN 1
Kota Tangerang Selatan. Pencapaian tujuan dapat dijadikan indikator untuk
menilai kinerja stakeholder MTsN 1 Kota Tangernag Selatan.
5. Strategi dalam Meningkatkan Profesionalitas Pembinaan Ekstrakurikuler
a. Meningkatkan kualitas pengelolaan ekstrakurikuler
b. Menyeleksi bentuk-bentuk ekstrakurikuler dan menentukan skala prioritas,
diatur dalam kriteria ekstrakurikuler
c. Menyeleksi pelatih ekstrakurikuler yang sesuai dengan kompetensi di
bidangnya
d. Meningkatkan administrasi perencanaan, pelaksanaan dan hasil berdasarkan
MoU pertahun bagi Pembina/pelatih
e. Membuat dan mengefektifkan prosedur dan tata tertib kegiatan
ekstrakurikuler
f. Membuka penyaluran bakat dan minat siswa melalui momen-momen
kegiatan internal maupun eksternal
g. Memberikan penghargaan bagi siswa yang meraih prestasi terbaik dalam
bidang ekstrakurikuler
Strategi merupakan rencana yang mengandung cara komprehensif dan
integratif yang dapat dijadikan sebagai pegangan untuk bekerja. Strategi menjadi
salah satu instrumen manajemen yang ampuh dan tidak dapat dihindari termasuk
dalam manajemen MTsN 1 Kota Tangerang Selatan. Strategi di atas menjelaskan
metode dan pendekatan yang digunakan untuk mencapai tujuan madrasah,
khususnya pada bidang ekstrakurikuler.
51
6. Struktur Organisasi MTs Negeri 1 Kota Tangerang Selatan
……..
…. …….. … …
……………………………………
Keterangan:
__________ = garis komando
…………… = garis koordinasi
Gambar 4.1
Struktur Organisasi MTsN 1 Kota Tangerang Selatan
Kepala
Madrasah
Komite
Madrasah
Kaur Tata
Usaha
PKM
Kurikulum
PKM
Kesiswaan
PKM
Humas
PKM
Sarpras
Ketua
Ma‟had
Team
Kurikulum
Lab, Olim
MGMP
Pemb. OSIS
Koor. Ekskul
DKM Masjid
Teknisi &
Instalasi
OB
Kom, Pubdok
Security
Unit Pelayanan
Perpustakaan
Kerumahtanggaan
Tim UKS
Guru Wali Kelas Guru BK
Siswa
52
7. Susunan Pejabat MTs Negeri 1 Kota Tangerang Selatan
Kepala Madrasah : Ulik Widiantoro, M.Pd.
Kepala Tata Usaha : A. Djalaludin, S.Ag.
PKM Kurikulum : Dra. Eka Munawaroh, M.Ed.
PKM Kesiswaan : Abd. Rozak, SH., MA.
PKM Humas : Drs. Ikhlas, M.Pd.
PKM Sarana dan Prasarana : Ir. Imam Sucipto, S.Kom.
Ketua Ma‟had : H. Romlan, S.Ag.
Kerumahtanggaan : Dra. Hj. Surtini, M.Si.
Administrasi dan Media Kurikulum : Drs. Panji Waluyo, M.Pd.
Peningkatan Mutu dan Evaluasi : Dra. N. Supriyati, M.Pd.
Web dan IT / Portal Kurikulum : Aulia Rahman, S.Pd.
Pembina OSIS : Masri‟ah, M.A.
Pengembangan Diri / Ekstrakurikuler : Nofrianto, S.Pd.
Pembina BK – PIKR : Sri Widiastuti, S.Psi.
Pembina DKM : Drs. Ashar Munadi
Web MTsN Kom, Pubdok : Afif Fauzi, S.Pd.
8. Data Guru MTs Negeri 1 Kota Tangerang Selatan
MTs Negeri 1 Kota Tangerang Selatan memiliki guru sebanyak 65 orang
yang terdiri dari 27 orang guru laki-laki dan 38 orang guru perempuan.
Diagram 4.1
Jenis Kelamin Guru MTsN 1 Kota Tangerang Selatan
Dari diagram di atas dapat dilihat perbandingan guru laki-laki dan
perempuan di MTs Negeri 1 Kota Tangerang Selatan hampir seimbang, yaitu
dengan prosentase sebesar 42% guru laki-laki dan 58% guru perempuan.
Guru yang terdapat di MTs Negeri 1 Kota Tangerang Selatan memiliki latar
belakang pendidikan minimal S1, bahkan terdapat 24 orang yang telah
menyelesaikan studi S2.
L
42%
P
58%
53
Diagram 4.2
Lulusan Guru MTsN 1 Kota Tangerang Selatan
Dari diagram di atas dapat dilihat guru MTs Negeri 1 Kota Tangerang
Selatan yang telah menyelesaikan studi S2 cukup banyak, yaitu dengan
prosentase sebesar 37%. Sedangkan sisanya sebanyak 63% merupakan guru
dengan lulusan S1.
MTs Negeri 1 Kota Tangerang Selatan memiliki guru yang pendidikannya
hampir seluruhnya sesuai dengan bidangnya. Namun masih ada guru yang latar
belakang pendidikannya tidak sesuai dengan tugas mengajarnya, di antaranya ada
guru yang lulusannya sarjana agama yang mengajar mata pelajaran seni budaya,
ada juga guru lulusan sarjana komputer yang mengajar mata pelajaran prakarya.
Guru-guru yang mengajar sudah memiliki pengalaman karena telah mengajar
cukup lama. Berdasarkan hal-hal tersebut guru-guru dapat memberikan layanan
yang baik dan optimal terutama dalam hal mengajar sehingga sangat mungkin
siswa memperoleh layanan pembelajaran yang maksimal. Daftar guru
selengkapnya dapat dilihat di lampiran.
B. Gambaran Umum Program Ekstrakurikuler Robotika MTs Negeri 1 Kota
Tangerang Selatan
1. Sejarah Terbentuknya Ekstrakurikuler Robotika di MTs Negeri 1 Kota
Tangerang Selatan
Imajinasi anak-anak milenial saat ini sudah semakin berkembang. Dalam hal
bermain robot, dulu mereka hanya berpikir bagaimana merangkai dan
memainkan alat-alat robot rakitan. Namun saat ini mereka sudah berpikir
bagaimana dapat membuat bermacam-macam robot sesuai dengan keperluan
mereka. MTsN 1 Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu lembaga
pendidikan tingkat menengah pertama yang unggul di bidang robotika. MTsN ini
berhasil mengharumkan nama lembaga pendidikan Islam dengan
mempersembahkan juara di hampir setiap kompetisi robotika nasional dan
internasional.
Keikutsertaan MTsN 1 Kota Tangerang Selatan pada kompetisi robotika
bermula saat madrasah ini mendapatkan undangan kompetisi robotika tingkat
Jabodetabek yang diadakan oleh lembaga Racer Robotics di auditorium RS Sari
Asih Ciputat pada Mei 2013. Saat itu MTsN 1 Kota Tangerang Selatan belum
memiliki kegiatan ekstrakurikuler robotika. Namun lembaga Racer Robotics
bersedia memberikan pelatihan sebanyak tiga kali kepada peserta yang akan
S1
63%
S2
37%
54
mengikuti kompetisi. Dengan melalui banyak pertimbangan, akhirnya Bapak
Imam Sucipto selaku guru MTsN 1 Kota Tangerang Selatan memutuskan untuk
mencari peserta didik yang cerdas terutama di bidang matematika, logika dan
sains. MTsN 1 Kota Tangerang Selatan mengirim dua tim yang terdiri dari 6
orang peserta didik. Minat peserta didik yang cukup tinggi dan ditunjang dengan
kecerdasan yang memadai sehingga MTsN 1 Kota Tangerang Selatan
mendapatkan hasil yang cukup memuaskan, madrasah ini mendapatkan juara
ketiga pada kompetisi robotika kategori creative robot.
Sejak saat itulah Bapak Imam Sucipto berani mengajukan ke pimpinan
untuk mengadakan program ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota Tangerang
Selatan. Program ekstrakurikuler robotika ini dimulai pada tahun ajaran baru
2013 dengan bekerja sama dengan lembaga kursus robotika Racer Robotics, dan
Bapak Imam Sucipto yang menjadi Pembina ekstrakurikuler robotika.
2. Daftar Peserta Ekstrakurikuler Robotika MTs Negeri 1 Kota Tangerang
Selatan
Peserta ekstrakurikuler robotika berjumlah 59 orang, yang terdiri dari 35
orang siswa kelas VII dan 24 orang siswa kelas VIII. Berikut daftar peserta
ekstrakurikuler robotika MTs Negeri 1 Kota Tangerang Selatan.
Tabel 4.1
Peserta Ekstrakurikuler Robotika MTs Negeri 1 Kota Tangerang Selatan
NO. NAMA SISWA KELAS
1. MUTHIA ZAHIDA VII-1
2. MAHARANI SEKAR VII-1
3. M. KIANDRA RAMDOVA VII-1
4. DIMAS ADYLITA VII-1
5. AULIA NUR IZZATI VII-2
6. HAFIDZ AFLAH VII-2
7. FEBY NAILA ANDIANI VII-2
8. HISYAM ARIEF VII-2
9. M. FITRIAN RIZKY VII-2
10. GATHAN ATTAR VII-3
11. M. NUFAIL ARINDA VII-3
12. M. SALMAN VII-4
13. RESYA ARLINGGA VII-4
14. SAFIRA FITRI ANDINI VII-4
15. PUSPA RIZKY ALIKA VII-4
16. RASYA ISLAMI PASHA VII-4
17. SAKHI SAVERA VII-4
18. M. RAADHI DJAUHAR VII-4
19. HAJIRA KHAIRUNNISA VII-5
20. ALIYYA ZAHRA VII-5
21. M. AKBAR MAULANA VII-5
22. ZACKY ISNAI SYAH VII-5
23. AULIA KEYSA IRAWAN VII-6
55
24. RAHMAD AGUNG VII-7
25. RAJWA RAHIQ VII-8
26. NABILA NUR ZAHRA VII-8
27. FAIQ KEENANDITYA VII-9
28. MEYLISA NURAULIA VII-10
29. M. KHAFI ALGHIFARI VII-10
30. GHISAN ALIF RAJA VII-10
31. AHMAD SYAUQI VII-10
32. LATANSYA AGNIA VII-10
33. IBRAHIM ANDRA VII-11
34. AUFAR RIJAL VII-11
35. ASYHA KAKADZA VII-11
36. HIKARI FATHAN VIII-1
37. HUMAM RIFQY VIII-1
38. REFA NAILATUDDHUHA VIII-2
39. SAHL IZZAN VIII-2
40. BINTANG FAREL ULAL VIII-2
41. ARYA BAYU ARKANA VIII-3
42. VALDAN AKHDAN VIII-3
43. ARIASATYA EZRA VIII-4
44. RASHIFALMAS VIII-5
45. REYVAN KEIVI VIII-5
46. M. HAZRIEL SETYAWAN VIII-6
47. MAULANA ZAQI VIII-6
48. RILDHA NURAIN VIII-6
49. ZIDNI FAHMI ADZKARI VIII-6
50. M. DZAKWAN VIII-8
51. M. ISMAIL ZUHAIR VIII-9
52. M. RIZKI RAMADHAN VIII-9
53. M. HAFIDZ RAMADHAN VIII-9
54. GHASKA GHIFAF VIII-9
55. SALMAN VIII-9
56. M. ADITYA RAHMAN VIII-10
57. EMIR FADLAN VIII-11
58. AQILA RAIHAN VIII-11
59 RADITYA SURYANSYAH VIII-11
3. Daftar Instruktur Robotika MTs Negeri 1 Kota Tangerang Selatan
MTs Negeri 1 Kota Tangerang Selatan bekerja sama dengan Racer Robotics
dalam penyelenggaraan program ekstrakurikuler robotika, termasuk dalam hal
penyediaan instruktur. Instruktur dari Racer Robotics membimbing peserta
ekstrakurikuler robotika kelas VII, sedangkan kelas VIII dibimbing langsung
oleh Pembina Ekstrakurikuler robotika. Namun dalam beberapa kesempatan
tertentu seperti persiapan lomba dan pembuatan karya, instruktur dari Racer
Robotics juga ikut terlibat dalam pembelajaran kelas VIII.
56
Intruktur yang disediakan memiliki latar belakang yang beragam. Sebagian
besar memiliki latar belakang di bidang IT dan elektro. Ada pula beberapa
instruktur pendamping yang diikutsertakan dalam kegiatan pembelajaran.
Instruktur pendamping tersebut merupakan siswa SMK yang sedang melakukan
kegiatan magang di Racer Robotics. Racer Robotics sendiri memiliki standar
dalam penyediaan instruktur, yaitu satu orang instruktur membimbing 10 orang
siswa. Sehingga untuk membimbing peserta kelas VII yang berjumlah 35 orang,
instruktur yang disediakan sebanyak 3 hingga 4 orang.
Berikut daftar instruktur inti dalam program ekstrakurikuler robotika MTsN
1 Kota Tangerang Selatan.
Tabel 4.2
Daftar Instruktur Robotika MTsN 1 Kota Tangerang Selatan
No. Nama Tempat
Tanggal Lahir Pendidikan Terakhir
Pengalaman
Melatih
1. Khoirudin
Muslim
Tangerang,
05/11/2000
SMK (Teknik Komputer
dan Jaringan) 1 tahun
2. Syafriwan, ST. Tangerang,
03/06/1994 S1 3 tahun
3. Imam Sucipto,
SP. S.Kom.
Blora,
10/07/1970 S1 3 tahun
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa instruktur inti dalam
program ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan berjumlah
3 orang. Instruktur ekstrakurikuler robotika memiliki latar belakang pendidikan
S1 sebanyak 2 orang yang masing-masing memiliki bidang keahlian teknik
elektro dan komputer, dan terdapat 1 orang instruktur memiliki latar belakang
pendidikan SMK dengan bidang keahlian Teknik Komputer dan Jaringan.
Instruktur inti dalam program ekstrakurikuler robotika juga telah memiliki
pengalaman melatih. Satu orang instruktur dengan pengalaman melatih selama 1
tahun dan dua orang instruktur dengan pengalaman melatih selama 3 tahun.
C. Deskripsi dan Analisis Data Penelitian
1. Evaluasi Konteks (Context)
A. Latar Belakang Program
Berdasarkan hasil observasi, MTs Negeri 1 Kota Tangerang Selatan
berupaya menyelenggarakan program ekstrakurikuler robotika sebagai
kegiatan yang menyalurkan minat dan bakat peserta didik di bidang
teknologi. MTsN 1 Kota Tangerang Selatan mengarahkan perhatiannya
terhadap perkembangan teknologi baru yang inovatif seperti robot, yang
dapat diajarkan kepada siswa-siswa di madrasah. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan pembinaan dan pengembangan kecakapan global. Sedangkan
menurut hasil wawancara, latar belakang pelaksanaan program
ekstrakurikuler robotika sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Imam selaku
Pembina ekstrakurikuler robotika mengatakan bahwa: “Yang
melatarbelakangi sebenarnya adalah visi madrasah. Visi madrasah itu adalah
berwawasan global. Sementara kita belum bergaul atau berbicara di tingkat
57
internasional. Kita ingin mengangkat nama madrasah di tingkat
internasional. Jadi sebenarnya kalau berbicara pioneer madrasah di tingkat
internasional, yaa MTsN 1 Tangsel ini.” (wawancara tanggal 23 Oktober
2019).
Sedangkan yang diungkap oleh Ibu Eka selaku Wakil Kepala Bidang
Kurikulum mengatakan bahwa: “Awalnya ditawarkan oleh pembina
olimpiade, lalu kita pelajari robotik itu seperti apa. Ditunjukkan alat-alatnya,
setelah dipertimbangkan sepertinya memungkinkan untuk dipelajari oleh
anak-anak MTs ini. Lalu kami ajukan ke Kepala Madrasah, dan Kepala
Madrasah menyetujui. Dia memang ingin kita menjadi pelopor di bidang
apapun.” (wawancara tanggal 14 November 2019).
Menurut keterangan dari Bapak Nofrianto selaku Koordinator
Ekstrakurikuler mengatakan bahwa: “Di luar sana sudah mulai booming
robotik, dari penjaringan minat dan bakat anak-anak juga ternyata besar di
robotik. Sehingga kita mengakomodir untuk pelaksanaan ekskul robotik.”
(wawancara tanggal 12 November 2019).
Sedangkan Khoirudin sebagai instruktur mengungkapkan bahwa:
“Pelaksanaan ekstrakurikuler robotik saat ini dirasa penting di zaman
teknologi seperti saat ini, apalagi memasuki era 4.0, saya rasa penting murid
diajarkan hal-hal yang berhubungan dengan teknologi. Seperti dalam
ekstrakurikuler robotika disini, murid diperkenalkan dengan dasarnya
terlebih dahulu, dengan membuat robot-robot sederhana seperti robot kipas
angin, dan sebagainya. Setidaknya murid mengenal dan tahu teknologi itu
seperti apa.” (wawancara tanggal 11 Oktober 2019).
Penyelenggaraan program ekstrakurikuler robotika MTsN 1 Kota
Tangerang Selatan juga didasari dengan adanya surat keputusan sebagai
dasar hukum penyelenggaraan program. Hal tersebut sesuai dengan yang
diungkapkan oleh Bapak Imam selaku pembina yang mengatakan bahwa:
“SK nya sih ada, nanti saya tanyakan di TU” (wawancara tanggal 23
Oktober 2019). Sedangkan yang diungkapkan oleh Bapak Ulik selaku
Kepala Madrasah mengatakan bahwa: “Dasar hukumnya ada, ada di
Permendikbud, ada di kurikulum K-13. Sebetulnya di raport namanya itu
pengembangan diri bukan ekstrakurikuler, SK penugasannya juga ada”
(wawancara tanggal 14 November 2019). Menurut dokumen yang
didapatkan, penyelenggaraan program ekstrakurikuler robotika di MTsN 1
Kota Tangerang Selatan berdasarkan Surat Tugas Nomor
B.756/MTs.28.08.02.01/PP 00.5/07/2019. Kemudian diperkuat dengan dasar
hukum sebagai berikut :
1) Undang-Undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 pasal 3
2) Undang-Undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 pasal 12 ayat 1b
3) Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 2013 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
4) Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan
5) Permendiknas No. 39 tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan
6) Permendikbud No. 62 Tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler
pada Pendidikan Dasar dan Menengah
58
Semakin berkembangnya teknologi di era 4.0 menjadi salah satu latar
belakang MTsN 1 Kota Tangerang Selatan perlu mengadakan kegiatan yang
berhubungan dengan teknologi. Mata pelajaran TIK di madrasah dirasa
masih belum cukup dalam memfasilitasi pembelajaran di bidang teknologi.
Oleh karena itu, diadakanlah kegiatan berupa program ekstrakurikuler
robotika pada tahun 2013.Saat itu masih jarang lembaga pendidikan yang
mengadakan kegiatan ekstra terkait teknologi, khususnya robotika. Bahkan
belum ada madrasah yang mengadakan kegiatan ekstrakurikuler robotika.
Sehingga dapat dikatakan bahwa MTsN 1 Kota Tangerang Selatan adalah
pelopor dalam penyelenggaraan program ekstrakurikuler robotika di
madrasah. Selain itu, penyelenggaraan program ekstrakurikuler robotika di
MTsN 1 Kota Tangerang Selatan juga diperkuat dengan adanya dasar
hukum berupa Surat Tugas. Dengan begitu, penyelenggaraan program ini
semakin terarah dan terstruktur dengan baik. Melalui program
ekstrakurikuler robotika, MTsN 1 Kota Tangerang Selatan dapat mewadahi
minat dan bakat peserta didik di bidang teknologi khususnya yang berkaitan
dengan robot. Peminat ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota Tangerang
Selatan juga sangat banyak. Dengan adanya program ini, diharapkan mampu
mengembangkan bakat peserta didik di bidang robotika sehingga nantinya
dapat berprestasi, tidak hanya di tingkat nasional namun juga hingga tingkat
internasional. Dengan demikian, madrasah tidak hanya menjadi lembaga
pendidikan yang unggul di bidang agama Islam, namun juga mampu unggul
di bidang lain, khususnya bidang teknologi.
B. Analisis Kebutuhan
Berdasarkan hasil observasi, program ekstrakurikuler robotika MTsN 1
Kota Tangerang Selatan diselenggarakan dalam rangka memenuhi
kebutuhan dasar peserta didik dalam mengembangkan kemampuannya pada
era digital. Selain itu, minat dan bakat peserta didik di bidang teknologi
sangatlah tinggi. Pengenalan dan pelatihan merakit serta memprogram robot
menjadi daya tarik tersendiri bagi siswa dalam mempelajari teknologi.
Dengan adanya pendidikan robotika, siswa tidak hanya sekedar bermain
robot saja, tetapi juga belajar membuat robot dan teknik-teknik
pemrogramannya yang dapat membuat siswa menjadi kreatif dan imajinatif.
Selain berdasarkan observasi tersebut, diselenggarakannya program
ekstrakurikuler robotika di MTs Negeri kota Tangerang Selatan
diungkapkan oleh Ibu Eka selaku Wakil Kepala Bidang Kurikulum yang
mengatakan bahwa:“Kalau kita sih melihat peluang yaa. Ekskul robotik ini
kan terkait dengan terapan IT, pemerintah ingin arahnya ada terapan IT
dalam pembelajaran, dan anak-anak ini kalau diberikan hal-hal yang berbau
IT tuh seneng banget dan saat dulu melihat belum banyak tingkatan SMP
yang melaksanakan ekskul robotik, makanya kita ambil kesempatan itu.
Walau mahal peralatannya, tapi antusias dari siswa dan orang tua sangat luar
biasa.” (wawancara tanggal 14 November 2019).
Sejalan dengan pernyataan tersebut, Bapak Nofrianto selaku
Koordinator Ekstrakurikuler mengatakan bahwa: “Robotik ini prospek ke
depannya sangat bagus, apalagi didukung oleh dua sisi yaitu pihak sekolah
59
dan orang tua. Selain itu, berangkat dari minat anak-anak yang kita beri
angket. Ternyata dari angket yang kita kumpulkan, minat anak-anak cukup
besar disini. Dari 18 pilihan ekstrakurikuler, robotik menjadi urutan ketiga
setelah futsal dan marching band.” (wawancara tanggal 12 November 2019).
Ekstrakurikuler Robotika di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan menjadi
wadah dalam menyalurkan bakat dan minat peserta didik di bidang robotika.
Selain itu, tidak sedikit yang menjadikan ekstrakurikuler robotika sebagai
sarana bagi peserta didik dalam meraih prestasi di bidang robotika. Hal
tersebut seperti yang diungkapkan oleh Bapak Ulik selaku Kepala MTsN 1
Kota Tangerang Selatan mengatakan bahwa: “Sebenarnya tidak hanya
robotika, pengadaan ekskul itu sebenarnya terletak pada raker. Ada atau
tidaknya, lanjut atau tidaknya suatu ekskul itu juga diputuskan saat raker.
Pertimbangannya adalah kegiatan ekskul kedepannya, seperti adanya
kompetisi rutin yang diikuti oleh madrasah, pertimbangan lain diadakannya
ekskul juga karena kegiatan tersebut memiliki ciri khas keislaman, lalu juga
mempertimbangkan banyaknya siswa yang memiliki minat dan bakat di
bidang tersebut. Nah robotika ini termasuk salah satu kegiatan yang banyak
diminati oleh siswa sehingga madrasah butuh memfasilitasi
ekstrakurikulernya, apalagi setiap tahun siswa madrasah rutin mengikuti
kompetisinya dan bisa berprestasi.” (wawancara tanggal 14 November
2019).
Berdasarkan hasil observasi, kurikulum program ekstrakurikuler
robotika MTsN 1 Kota Tangerang Selatan sudah relevan dengan tujuan yang
diharapkan dan mampu terlaksana dengan baik. Tidak hanya memahami hal-
hal terkait robotika, namun siswa juga dituntut untuk menghasilkan sebuah
karya. Hal serupa juga diungkapkan oleh Bapak Imam selaku Pembina
ekstrakurikuler robotika mengatakan bahwa: “Kurikulumnya sendiri
sebenarnya kita sudah kerja sama dengan Racer. Jadi kelas 7 itu
kurikulumnya menggunakan modul My Robot Time (MRT), itu ada bukunya
dari level 1 sampai 4. Nah kelas 8 itu adalah ke arah kreativitas. Jadi kelas 8
harus bisa membuat robot kreatif baik menggunakan arduino ataupun MRT,
diutamakan arduino yaa. Karena itu bekal untuk mereka nanti saat kuliah
ataupun untuk mengikuti lomba. Karena biasanya lomba itu mengadakan
kategori open. Dan project yang digunakan biasanya menggunakan arduino.
Jadi kelas 8 dilatih untuk membuat project sederhana seperti traffic light
menggunakan arduino, penyiram otomatis, dan sebagainya.” (wawancara
tanggal 23 Oktober 2019).
Hal serupa juga diungkapkan oleh Khoirudin selaku instruktur
mengatakan bahwa: “Menurut saya sih (kurikulum) sudah relevan.”
(wawancara tanggal 11 Oktober 2019). Lukmanul Hakim selaku instruktur
menambahkan, “(Kurikulum) Sudah relevan. Terkadang disesuaikan dengan
permintaan sekolah juga.” (wawancara tanggal 11 Oktober 2019).
Menurut Bapak Nofrianto selaku Koordinator ekstrakurikuler
mengatakan bahwa: “Pembelajarannya terkait dengan TIK. Untuk materi
secara detail saya kurang tahu, tetapi secara hasil saya sering lihat karya
yang dibuat oleh anak-anak, seperti robot pemadam kebakaran.”
(wawancara tanggal 12 November 2019).
60
Begitu juga yang diungkapkan oleh Ibu Eka selaku Wakil Kepala
Bidang Kurikulum mengatakan bahwa: “Pembinanya yang menyusun materi
ekskul, sampai kepada apa yang mau dicapai, setiap minggu kegiatannya
apa saja. Termasuk jika instruktur itu didatangkan dari luar. Dan sudah
disesuaikan dengan kompetensi.” (wawancara tanggal 14 November 2019).
Program ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan
dirasa perlu untuk diadakan, tidak hanya sekedar untuk memenuhi arahan
pemerintah akan adanya pembelajaran mengenai IT terapan, namun juga
sebagai wadah pemenuhan kebutuhan siswa akan minat dan bakatnya di
bidang teknologi. Tingginya animo peserta didik serta dukungan dari orang
tua membuat program ekstrakurikuler robotika terus bertahan hingga saat
ini. Ekstrakurikuler robotika juga memiliki prospek yang bagus ke
depannya. Tidak sedikit siswa yang mengembangkan kemampuan dan
menjadikan program ekstrakurikuler robotika sebagai batu loncatan untuk
meraih perstasi di bidang teknologi. Hal ini tidak terlepas dengan adanya
kurikulum pembelajaran robotika yang sudah relevan dengan kebutuhan.
Kurikulum disusun oleh Pembina ekstrakurikuler robotika dan disesuaikan
dengan kebutuhan peserta didik. Setelah mengikuti program ekstrakurikuler
robotika setidaknya peserta dapat mengerti hal-hal yang berkaitan dengan
robotika dan dapat menghasilkan karya sederhana yang bermafaat.
C. Tujuan Program
Berdasarkan hasil observasi, pelaksanaan program ekstrakurikuler
robotika di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan memiliki tujuan untuk
menyalurkan bakat dan minat peserta didik di bidang teknologi sehingga
nantinya dapat menyiapkan generasi muda yang memiliki kompetensi dan
unggul dalam bidang teknologi.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Ibu Eka selaku Waka Kurikulum
yang mengatakan bahwa tujuan program ekstrakurikuler robotika adalah:
“Untuk menggali potensi anak-anak supaya mereka bisa mengaplikasikan
potensi mereka di bidang IT, lalu juga mengajak mereka berani bersaing
dengan sekolah lain. Karena tidak semua anak yang ikut ekskul robotik itu
adalah anak-anak yang kompetensi mata pelajaran di kelasnya bagus, jadi
anak-anak ini kita giring agar bisa menunjukkan kompetensinya di bidang
lain.” (wawancara tanggal 14 November 2019).
Bapak Nofrianto selaku koordinator ekstrakurikuler mengatakan
bahwa: “Selain untuk menampung dan menyalurkan bakat dari anak-anak,
kami juga berorientasi pada prestasi. Dan kami sudah membuktikan sudah
banyak prestasi yang diraih anak-anak di bidang robotik. Sering juga kami
diundang oleh Kemenag pusat untuk menerima penghargaan.” (wawancara
tanggal 12 November 2019). Sama halnya dengan Bapak Imam selaku
Pembina ekstrakurikuler robotika mengatakan bahwa tujuan
diselenggarakannya program ekstrakurikuler robotika adalah: “Yang
pertama adalah melatih kerja sama tim, yang kedua mengasah kreativitas
anak di bidang robot, seperti merakit robot, lalu melatih anak berpikir logic.
Tentu tujuannya untuk meraih prestasi baik di tingkat nasional maupun di
tingkat internasional.” (wawancara tanggal 23 Oktober 2019).
61
Selaku instruktur ekstrakurikuler robotika, Khoirudin mengungkapkan
bahwa: “Tujuannya melatih mereka agar lebih kreatif, mengasah motorik
mereka juga.” (wawancara tanggal 11 Oktober 2019). Selain itu Hakan yang
juga menjadi instruktur menyampaikan bahwa tujuan diselenggarakannya
ekstrakurikuler robotika adalah: “Untuk memperkenalkan robot kepada
generasi muda sejak dini” (wawancara tanggal 11 Oktober 2019).
Adanya program ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota Tangerang
Selatan tidak hanya bertujuan untuk menyalurkan bakat dan minat peserta
didik, namun juga untuk menggali potensi di bidang teknologi,
mengaplikasikan potensi tersebut, hingga dapat bersaing dengan sekolah
lain dalam berbagai kompetisi. Dan tentunya adanya program
ekstrakurikuler robotika bertujuan untuk membantu peserta dalam meraih
prestasi di bidang teknologi hingga ke tingkat Internasional. Tidak hanya
untuk mengembangkan pengetahuan mengenai robotika sejak dini, program
ekstrakurikuler juga memiliki tujuan mengembangkan sikap peserta didik,
antara lain melatih kerja sama tim, mengasah kreatifitas, melatih berpikir
logic, dan mengasah motorik.
2. Evaluasi Masukan (Input)
A. Kualifikasi SDM
1) Instruktur Ekstrakurikuler Robotika
Instruktur ekstrakurikuler memiliki peranan penting dalam
kelancaran dan keberhasilan suatu program ekstrakurikuler.
Berdasarkan hasil observasi, instruktur ekstrakurikuler robotika di
MTsN 1 Kota Tangerang Selatan berasal dari lembaga kursus robotika
yang bernama Racer Robotics. Lembaga ini telah bekerja sama dengan
MTsN 1 Kota Tangerang Selatan selama 6 tahun. Syarat menjadi
seorang instruktur di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan adalah memiliki
latar belakang di bidang elektro atau informatika serta memiliki
pengalaman mengajar. Hal tersebut diungkapkan oleh Bapak Imam
selaku pembina mengatakan bahwa: “Karena kerja sama dengan Racer,
maka instruktur disediakan dari pihak Racer. Namun kita tetap
memiliki kriteria instruktur tersendiri yang harus diikuti oleh pihak
Racer. Yang pertama harus punya kualifikasi atau background di
bidang elektro atau informatika. Yang kedua, sudah punya pengalaman
mengajar.” (wawancara tanggal 23 Oktober 2019).
Bapak Ulik selaku Kepala Madrasah mengatakan bahwa: “Pada
dasarnya kami punya standar tersendiri terkait instruktur atau pelatih
ekstrakurikuler. Jadi pelatih harus punya sertifikat pelatih nasional,
misalnya pelatih basket harus punya sertifikat pelatih basket. Namun
ketetapan ini menjadi kesulitan bagi kita dalam menentukan kualifikasi
pelatih yang tidak tersertifikasi secara nasional, contohnya ekskul
robotika. Kan tidak ada secara nasional yang mengeluarkan sertifikat
pelatih robotika. Namun disini yang kita lihat adalah track record-nya,
dia sudah pernah membawa anak didiknya berprestasi dimana saja,
sudah sampai tingkat apa. Memang agak sedikit susah karena kalau
sertifikat kan lebih jelas penilaiannya.” (wawancara tanggal 14
November 2019).
62
Bapak Nofrianto selaku coordinator ekstrakurikuler juga
mengatakan bahwa: “Secara keseluruhan untuk ekstrakurikuler itu ada
instruktur dari luar dan ada yang dari dalam. Untuk ekskul yang sudah
banyak meraih prestasi, kita memakai instruktur yang profesional yang
berasal dari luar, tapi harus ada pembina dari dalam yang ahli di bidang
tersebut untuk memantau pelaksanaan ekstrakurikuler. Untuk syarat
instrukturnya kita serahkan ke pembina ekskul terkait. Biasanya kita
memberlakukan sertifikat untuk instruktur, namun jika tidak ada
sertifikatnya biasanya pembina punya referensi tersendiri dalam
menentukan instruktur ekskul tersebut.” (wawancara tanggal 12
November 2019).
MTsN 1 Kota Tangerang Selatan memiliki instruktur
ekstrakurikuler yang beragam. Ada yang berasal dari internal madrasah,
ada juga yang berasal dari luar madrasah. Walaupun terdapat instruktur
yang berasal dari luar madrasah, kegiatan ekstrakurikulernya tetap
dipantau oleh pembimbing ekstrakurikuler dari internal madrasah. Bagi
ekstrakurikuler yang telah banyak meraih prestasi, MTsN 1 Tangerang
Selatan bekerja sama dengan instruktur luar yang profesional dan
dibuktikan dengan kepemilikan sertifikat pelatih/instruktur. Namun
tidak semua instruktur yang di bidangnya sudah ada sertifikasi,
contohnya robotika. Tidak adanya sertifikasi instruktur di bidang
robotika membuat MTsN 1 Kota Tangerang Selatan selektif dalam
memilih instruktur. Oleh karena itu, MTsN 1 Kota Tangerang Selatan
bekerja sama dengan lembaga kursus robotika (Racer Robotics) dalam
penyelenggaraan program ekstrakurikuler robotika, termasuk dalam
penyediaan instrukturnya. Racer Robotics dianggap memiliki rekam
jejak yang baik dalam membimbing peserta dan dapat membawa
peserta mengikuti kompetisi dan berprestasi di tingkat Internasional.
MTsN 1 Kota Tangerang Selatan juga menetapkan kualifikasi khusus
bagi instruktur ekstrakurikuler robotika, yaitu harus memiliki latar
belakang di bidang informatika atau elektro dan memiliki pengalaman
mengajar.
2) Peserta Ekstrakurikuler Robotika
Berdasarkan hasil observasi, peserta ekstrakurikuler robotika di
MTsN 1 Kota Tangerang Selatan adalah peserta didik yang memiliki
bakat dan minat di bidang teknologi yang memilih robotika sebagai
program ekstrakurikuler pada awal tahun ajaran baru. Jumlah peserta
ekstrakurikuler robotika sebanyak 59 orang yang terdiri dari 35 orang
peserta kelas VII dan 24 orang peserta kelas VIII.
Pada dasarnya tidak ada syarat tertentu untuk menjadi peserta
ekstrakurikuler robotika. Sebagaimana diungkapkan oleh Khoirudin
dan Lukmanul Hakim selaku instruktur mengatakan bahwa:
“Sebenarnya tidak ada syarat tertentu. Semua anak bisa mempelajari
robotika.” (wawancara tanggal 11 Oktober 2019).
Namun sebagai bahan seleksi, maka peserta yang ingin mengikuti
ekstrakurikuler robotika diwajibkan memiliki laptop sebagai media
pembelajaran.
63
Sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Eka selaku Waka Kurikulum
mengatakan bahwa: “Ada beberapa ekskul yang harus diseleksi,
terutama ekskul yang peminatnya banyak. Jadi dipilih anak-anak yang
memiliki dasar ekskul yang akan diikuti. Kalau robotik peminatnya
dibatasi dengan cara diberikan syarat harus memiliki laptop sebagai
salah satu media pembelajarannya.” (wawancara tanggal 14 November
2019).
Sama halnya diungkapkan oleh Bapak Imam selaku pembina
mengatakan bahwa: “(Pada saat pengenalan ekstrakurikuler)
Disampaikan juga persyaratan untuk mengikuti ekskul ini yaitu
memiliki laptop. Karena jika tidak disampaikan seperti itu, akan banyak
sekali siswa yang mendaftar, bahkan pernah mencapai 68 siswa yang
mendaftar ekskul ini.” (wawancara tanggal 23 Oktober 2019).
Aqila Raihan sebagai peserta ekstrakurikuler robotika kelas VIII-
11 juga mengatakan hal yang samabahwa: “Syarat ikut ekskul robotika
harus punya laptop dan aplikasinya” (wawancara tanggal 23 Oktober
2019). Hal tersebut juga sesuai dengan pernyataan Sahl Izzan sebagai
peserta ekstrakurikuler robotika kelas VIII-2 yang mengungkapkan
bahwa: “Syarat ikut ekskul robotika salah satunya punya laptop untuk
coding aplikasi robot.” (wawancara tanggal 23 Oktober 2019).
Pada dasarnya tidak ada syarat untuk menjadi peserta
ekstrakurikuler robotika. Semua peserta didik MTsN 1 Kota Tangerang
Selatan yang memiliki minat di bidang robotika bisa mengikuti
program ekstrakurikuler robotika. Namun dikarenakan banyaknya
peserta yang berminat, Pembina ekstrakurikuler robotika memutuskan
untuk membatasi peserta yang ingin mengikuti program ekstrakurikuler
robotika dengan memberlakukan syarat kepemilikan laptop yang
nantinya akan digunakan dalam pembelajaran ekstrakurikuler. Hal ini
dilakukan untuk menjaga kualitas pembelajaran ekstrakurikuler
robotika dan menyesuaikan dengan ketersediaan sarana
pembelajarannya.
B. Prosedur dan Aturan dalam Kegiatan
1) Kelayakan Materi
Berdasarkan hasil observasi, materi yang disampaikan dalam
program ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan
ini disesuaikan dengan kurikulum yang telah disusun oleh Pembina
ekstrakurikuler robotika yang bekerja sama dengan tim dari lembaga
kursus robotika, Racer Robotics. Materi yang diberikan juga
disesuaikan dengan kebutuhan peserta ekstrakurikuler. Ketika
menjelang kompetisi, peserta ekstrakurikuler akan diberikan materi-
materi terkait kompetisi yang akan dihadapi. Peserta akan mempelajari
berbagai kategori dalam kompetisi robotika.
Sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Imam selaku pembina
mengatakan bahwa: “Karena kita kerja sama dengan Racer Robotics,
jadi untuk materi kelas VII kita murni menggunakan materi dari sana.
Kita hanya meminta materi apa saja yang nanti diajarkan kepada siswa.
Kalau kelas VIII ada materinya sendiri. Kita sudah punya materi
64
arduino, pihak Racer yang membantu dalam pembuatan project-nya.
Kita sudah mempunyai Arduino Kit. Disini sudah ada CD yang berisi
materi, selain ada arduino-nya, disini ada sensor-sensornya, ada
remote-nya juga. Jadi materi yang diajarkan disesuaikan dengan
kompetensi. Anak diharapkan punya karya, meskipun sederhana, tapi
dia bisa.” (wawancara tanggal 23 Oktober 2019).
Beberapa peserta ekstrakurikuler robotika mengemukakan
beberapa materi yang telah dipelajari selama mengikuti ekstrakurikuler
robotika. Gathan Attar dari kelas VII-3 menyebutkan: “Coding, materi-
materi yang akan dilombakan.” (wawancara tanggal 11 Oktober 2019).
Sedangkan Meylisa dari kelas VII-10 menyebutkan: “Maze solving,
permainan-permainan yang menggunakan robot seperti merakit, soccer
robot.” (wawancara tanggal 11 Oktober 2019).
Selanjutnya, Raditya sebagai peserta ekstrakurikuler robotika dari
kelas VIII-11 menyebutkan materi: “Merakit robot MRT (My Robot
Time), maze solving, coding forest, coding arduino.” (wawancara
tanggal 23 Oktober 2019). Dan Emir dari kelas VIII-11 mengatakan:
“Sudah belajar merakit robot, memprogram coding di laptop, merakit
LED dengan arduino, merakit robot sumo.” (wawancara tanggal 23
Oktober 2019).
Terkait materi pembelajaran, Khoirudin selaku instruktur
mengatakan bahwa: “Kita kan punya pegangan seperti silabus,
terkadang juga keluar dari materi yang ada di silabus itu sendiri,
menyesuaikan dengan kebutuhan murid. Misalnya seperti saat ini,
sebentar lagi akan ada lomba, jadi materi yang ada di silabus ditunda
dulu, kita utamakan mendalami materi-materi yang akan dilombakan.
Jadi sesuai situasi dan kondisi.” (wawancara tanggal 11 Oktober 2019).
Sama halnya dengan yang diungkap Hakan selaku instruktur
mengatakan bahwa: “(Materi) disesuaikan juga dengan kebutuhan.”
(wawancara tanggal 11 Oktober 2019). Lukmanul Hakim selaku
instruktur mengungkapkan bahwa, “(Materi) Sudah sesuai. Kalau
menjelang lomba, kita mengajarkan materi-materi yang akan
dilombakan.” (wawancara tanggal 11 Oktober 2019).
Kurikulum dalam pembelajaran ekstrakurikuler robotika disusun
oleh Pembina ekstrakurikuler robotika dengan bekerja sama dengan
Racer Robotics. Materi ekstrakurikuler robotika dibuat oleh instruktur
berdasarkan kurikulum dan silabus yang sudah disusun. Namun
demikian, materi yang diberikan akan disesuaikan dengan kebutuhan.
Jika menjelang kompetisi, maka materi yang terdapat dalam silabus
akan ditunda dan materi yang diberikan adalah materi terkait dengan
berbagai kategori yang terdapat dalam kompetisi. Materi kelas VII
murni disusun oleh tim Racer Robotics yang isinya sudah disesuaikan
dengan permintaan dari Pembina ekstrakurikuler robotika. Sedangkan
kelas VIII mempelajari materi mengenai Arduino yang disusun oleh
Pembina ekstrakurikuler robotika. Baik kelas VII maupun kelas VIII
dalam akhir pembelajaran diharapkan dapat membuat karya sederhana
terkait robotika. Adapun materi yang diberikan selama program
65
ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan dapat
dilihat di lampiran.
2) Metode
Berdasarkan hasil observasi, metode yang digunakan dalam proses
pembelajaran Ekstrakurikuler Robotika di MTsN 1 Kota Tangerang
Selatan disesuaikan dengan materi apa yang diajarkan, metode yang
digunakan antara lain:
a) Ceramah + Tanya Jawab
b) Demonstrasi
c) Eksperimental
d) Project Method
Berdasarkan hasil wawancara, metode yang digunakan dalam
pembelajaran pada program ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota
Tangerang Selatan adalah metode ceramah dan praktik secara
berkelompok.
Sebagaimana diungkapkan oleh Hakan selakuinstruktur
mengatakan bahwa: “Untuk metode biasanya kita bentuk kelompok-
kelompok lalu anak menyelesaikan project-nya.” (wawancara tanggal
11 Oktober 2019).
Sama halnya dengan yang diungkap oleh Lukmanul Hakim selaku
instruktur mengatakan bahwa: “Metodenya, awalnya anak-anak
dijelaskan, diperkenalkan alat-alat yang digunakan, fungsinya apa,
programnya bagaimana, setelah itu mereka praktik secara berkelompok.
Kalau sudah selesai, nanti diuji coba robotnya.” (wawancara tanggal 11
Oktober 2019).
Terkait metode pembelajaran, berdasarkan hasil wawancara
dengan Meylisa sebagai peserta ekstrakurikuler robotika kelas VII-10
mengatakan bahwa: “Pertama dijelaskan oleh instrukturnya, lalu
dibagikan alatnya untuk dipraktekkan.” (wawancara tanggal 11 Oktober
2019).
Hal yang sama diungkapkan oleh Raihan selaku peserta dari kelas
VIII-11 mengatakan bahwa: “Pertama instruktur menjelaskan, setelah
itu dipraktekkan, lalu diaplikasikan.” (wawancara tanggal 11 Oktober
2019).
Begitu pula yang diungkapkan oleh Emir sebagai peserta dari kelas
VIII-11 yang mengatakan bahwa: “Metode pembelajaran awalnya
instruktur menjelaskan bagian-bagian robot, lalu merakit robot
bersama-sama atau membuat program.” (wawancara tanggal 23
Oktober 2019).
Terdapat beragam metode yang digunakan dalam pembelajaran
ekstrakurikuler robotika. Metode yang digunakan disesuaikan dengan
materi yang diberikan saat pembelajaran. Pembuatan robot dalam
pembelajaran dilakukan oleh peserta secara berkelompok. Pada
umumnya, di awal pembelajaran instruktur memberikan penjelasan
terkait materi ekstrakurikuler seperti mengenalkan peralatan yang
digunakan, fungsi alatnya, program yang digunakan, bagaimana cara
66
mengaplikasikan programnya, hingga menerapkan program ke dalam
robot yang sudah dibuat dan melakukan uji coba.
3) Media
Media adalah salah satu komponen penting dalam kegiatan
pembelajaran. Hal ini dikarenakan media berfungsi sebagai alat
penyampaian materi. Keberadan media mampu memberikan dukungan
dalam pelaksanaan pembelajaran dan memberikan pengalaman nyata.
Menurut hasil observasi, media yang digunakan di dalam kelas pada
program ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan
adalah Laptop, LCD Proyektor, handout, dan berbagai peralatan
robotika yang penggunaannya disesuaikan dengan materi yang
diajarkan. Berdasarkan hasil wawancara, Khoirudin selaku instruktur
mengatakan bahwa: “Media yang digunakan biasanya ada proyektor,
handphone juga dipakai, laptop, untuk robotnya sendiri menggunakan
My Robot Time (MRT) 3, MRT 5, sama Humanoid.” (wawancara
tanggal 11 Oktober 2019).
Sama halnya yang diungkapkan oleh Hakan selaku instruktur
mengatakan bahwa: “Robot MRT (My Robot Time), Linecore, Arduino,
Drone, yang pasti kita menggunakan laptop untuk mengaplikasikan
programnya.” (wawancara tanggal 11 Oktober 2019).
Begitu pula yang diungkapkan oleh Lukman selaku instruktur
yang mengakatan bahwa: “Media yang kita gunakan ada laptop untuk
program, kalau robotnya banyak sih. Yang sering digunakan itu MRT
(My Robot Time) untuk merakit, robot-robot Humanoid seperti
Linecore dan Aelos, ada macam-macam Drone juga.” (wawancara
tanggal 11 Oktober 2019).
Menurut data yang diperoleh dari silabus ekstrakurikuler robotika,
peralatan robot yang digunakan dalam pelaksanaan ekstrakurikuler
antara lain My Robot Time (MRT) Kit, Mainboard (Coding dan
Precoding), berbagai sensor (sound sensor, IR sensor, LED Sensor,
CDS Sensor, Touch sensor), Servo Motor, DC Motor, Humanoid,
Arduino, Drone, IoT.
Robotika merupakan ekstrakurikuler yang menggunakan banyak
media dalam pembelajarannya. berbagai peralatan digunakan untuk
menunjang kegiatan pembelajaran. Pada umumnya media yang
digunakan dalam setiap pembelajaran antara lain laptop, LCD
proyektor, dan modul. Untuk penggunaan peralatan disesuaikan dengan
materi yang sedang dipelajari. Kelas VII menggunakan My Robot Time
(MRT) sebagai dasar mempelajari robotika. MRT sendiri berisi
berbagai bentuk part semacam lego yang dilengkapi dengan berbagai
elektrikal seperti mainboard, DC Motor, baterai, berbagai sensor, dan
remote. Sedangkan kelas VIII mempelajari materi Arduino yang
menggunakan Arduino Kit sebagai media pembelajarannya. Arduino
Kit terdiri dari project board, servo, LED, resistor, transistor,
capasitor, kabel downloader, kabel jumper, seven segment, ultrasonic
sensor, LCD, remote IR, dan modul berbentuk CD. Media lain yang
digunakan dalam pembelajaran ekstrakurikuler robotika antara lain
67
berbagai robot Humanoid (Rero, Aelos, Line Core), Drone, bahkan
handphone juga dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Sedangkan
dalam mempelajari materi untuk kompetisi disesuaikan dengan kategori
yang diadakan dalam kompetisi tersebut.
C. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana mempunyai peran penting dalam memberikan
fasilitas dalam memenuhi kebutuhan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler
untuk mencapai tujuan program. Menurut hasil observasi, sarana dan
prasarana yang diberikan pada program ekstrakurikuler robotika di MTsN 1
Kota Tangerang Selatan sudah cukup memadai, namun terkadang masih
ditemukan beberapa kekurangan terutama pada peralatan robotika dalam
mendukung pelaksanaan pembelajaran ekstrakurikuler robotika.
Sarana yang digunakan dalam pelaksanaan program ekstrakurikuler
robotika antara lain:
1) Handout
2) Alat tulis
3) Laptop
4) LCD Proyektor
5) Air Conditioning (AC)
6) Berbagai jenis set robot seperti My Robot Time (MRT) Kit, Drone,
Aelos, Line Core, dan sebagainya
7) Berbagai peralatan elektro seperti baterai, remote, Arduino Kit, dan
sebagainya
8) Arena robot
Sedangkan prasarana yang digunakan antara lain :
1) Ruang Aula Perpustakaan lantai 2
2) Ruang Kelas
Berdasarkan hasil wawancara, Bapak Imam selaku pembina
mengatakan bahwa: “Memang ekskul ini kan perlu alat yaa. Dengan peserta
yang banyak, saya rasa masih kurang. Untuk sarana, ada yang dari sekolah,
ada yang dari Racer, ada juga yang dari siswa. Alat-alat yang digunakan
antara lain robot MRT (My Robot Time), basic arduino, lego, Rero. Kita
juga menggunakan robot teknologi Jerman, Fischer Technik.” (wawancara
tanggal 23 Oktober 2019).
Hal yang sama diungkapkan oleh Meylisa dari kelas VII-10 selaku
peserta mengatakan bahwa: “(Sarana dan prasarana) Sudah bagus sih, tapi
terkadang robotnya suka error. Sering ditemukan juga alat-alat yang
kondisinya rusak.” (wawancara tanggal 11 Oktober 2019).
Sedangkan menurut Hakan selaku instruktur juga mengatakan bahwa:
“Terkadang masih ada yang kurang. Harus dicek dulu kelengkapannya
sebelum mengajar.” (wawancara tanggal 11 Oktober 2019).
Pengadaan sarana dan prasarana dalam pembelajaran ekstrakurikuler
robotika dilakukan secara bersama-sama antara pihak madrasah, komite, dan
orang tua peserta. Instruktur dari Racer Robotics juga berkontribusi dalam
pengadaan sarana dengan meminjamkan peralatan yang digunakan dalam
68
pembelajaran ekstrakurikuler robotika. Sarana yang digunakan dalam
pembelajaran antara lain modul, laptop, LCD proyektor, alat tulis, AC,
berbagai set robot, berbagai peralatan elektro, dan arena robot jika
dibutuhkan. Sarana dalam pembelajaran harus diperiksa kembali kondisi dan
kelengkapannya karena seringkali dalam kegiatan pembelajaran ditemukan
beberapa robot dan peralatan yang kondisinya kurang optimal. Pembelajaran
dilakukan di dalam ruangan, sehingga kegiatan pembelajaran ekstrakurikuler
robotika tidak terganggu atau berbenturan dengan kegiatan ekstrakurikuler
lain.
D. Sumber Dana
Berdasarkan hasil wawancara, sumber dana program ekstrakurikuler
robotika di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan diperoleh dari Pemerintah,
Komite, dan orang tua peserta ekstrakurikuler robotika itu sendiri.
Sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Ulik selaku Kepala Madrasah
mengatakan bahwa: “Sumber dana, yang pertama dari DIPA yaitu dana dari
pemerintah. Jadi kita bisa mengajukan peralatan-peralatan yang dibutuhkan
dalam ekskul baik ke pemerintah pusat maupun ke pemerintah daerah. Akan
tetapi memang kuota yang kita miliki tidak semua terpenuhi. Dan yang
kedua sumbernya dari komite. Namun, dana dari komite pun tidak hanya
fokus untuk ekskul saja sehingga belum maksimal alokasi untuk ekskulnya.
Jadi salah satu cara melengkapinya yaitu dari orang tua peserta ekskul itu
sendiri. Termasuk ekskul robotik yang membutuhkan banyak dana karena
peralatanya juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit.” (wawancara
tanggal 14 November 2019).
Hal serupa juga dikatakan oleh Bapak Imam selaku pembina bahwa:
“Ada dua sumber, yang pertama adalah sumbangan dari orang tua yang
dikoordinir oleh komite. Yang kedua adalah dari dana BOS.” (wawancara
tanggal 23 Oktober 2019).
Ketika mengikuti kompetisi yang bersifat terbuka tanpa adanya batasan
jumlah peserta, dana yang digunakan adalah dana pribadi dari orang tua
peserta, termasuk ketika terdapat kompetisi tingkat internasional yang
diselenggarakan di luar negeri. Sedangkan dalam mengikuti kompetisi yang
pesertanya terbatas dalam mewakili madrasah, dana yang digunakan diambil
dari anggaran madrasah yang sudah dialokasikan untuk kegiatan
ekstrakurikuler robotika.
Program ekstrakurikuler robotika termasuk kegiatan yang
membutuhkan banyak dana. Hal ini dikarenakan harga peralatan yang
digunakan dalam pembelajaran tidaklah murah. Dana yang digunakan dalam
penyelenggaraan program ekstrakurikuler berasal dari beberapa sumber,
yaitu dari pemerintah, sumbangan dari komite madrasah, dan swadaya dari
orang tua peserta ekstrakurikuler robotika.
3. Evaluasi Proses (Process)
A. Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler
Berdasarkan hasil observasi, program ekstrakurikuler robotika di MTsN
1 Kota Tangerang Selatan rutin dilaksanakan satu kali setiap minggunya,
yaitu pada hari jumat atau sabtu dengan durasi 90 menit. Jadwal kegiatan
69
ekstrakurikuler sudah sesuai dengan pelaksanaannya, hanya saja jika jadwal
bertepatan dengan hari libur maka akan ada pergantian jadwal yang
waktunya disesuaikan. Hal ini dilakukan agar target pembelajaran tercapai
sesuai dengan materi yang telah disusun sehingga tidak mengganggu
pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler robotika. Selain itu, ketika menjelang
kompetisi akan ada penambahan jam latihan untuk memperdalam materi
yang akan diikuti dalam kompetisi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Lukman selaku instruktur mengatakan bahwa: “(Jadwal) Sudah sesuai.
Biasanya suka ada yang minta jadwal tambahan juga kalau menjelang
lomba.” (wawancara tanggal 11 Oktober 2019).
Sama halnya yang dikatakan oleh Raihan selaku peserta bahwa: “Sudah
sesuai. Jadwal setiap hari jumat atau sabtu selama satu setengah jam.”
(wawancara tanggal 23 Oktober 2019). Meylisa selaku peserta juga
mengungkapkan bahwa: “Sudah sesuai. Kadang ada jadwal tambahan kalau
mau ada lomba.” (wawancara tanggal 11 Oktober 2019).
Sedangkan menurut Bapak Imam selaku Pembina mengatakan bahwa:
“Sudah sesuai jadwal. Seminggu satu kali, durasinya 1,5 jam kadang sampai
2 jam. Kelas VII itu ekskulnya setiap hari jumat. Kalau kelas VIII itu hari
jumat atau sabtu. Semuanya seminggu sekali.” (wawancara tanggal 23
Oktober 2019). Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh Bapak
Nofrianto selaku koordinator ekstrakurikuler bahwa: “Setiap hari jumat, dan
hari sabtu untuk kelas VIII. Kadang kalau mendekati lomba diadakan jam-
jam tambahan.” (wawancara tanggal 12 November 2019).
Berikut hasil perhitungan angket peserta ekstrakurikuler robotika di
MTsN 1 Kota Tangerang Selatan mengenai pelaksanaan program
ekstrakurikuler:
1) Perkenalan Kegiatan Ekstrakurikuler Robotika
Diagram 4.3
Perkenalan Kegiatan Ekstrakurikuler Robotika
Pelaksanaan program ekstrakurikuler robotika diawali dengan
adanya pengenalan kegiatan ekstrakurikuler robotika kepada peserta
didik. Hal ini dilakukan setiap awal tahun ajaran. Pada masa orientasi,
peserta didik diperkenalkan dengan berbagai kegiatan ekstrakurikuler
melalui adanya demo ekstrakurikuler, termasuk robotika. Pembina
ekstrakurikuler robotika akan menjelaskan tentang apa saja yang akan
dipelajari dalam kegiatan ekstrakurikuler robotika, waktu pelaksanaan
SB 63%
B 32%
C 5%
K 0%
70
ekstrakurikuler, persyaratan yang harus dimiliki jika ingin mengikuti
kegiatan, hingga menyebutkan beberapa prestasi yang telah diraih oleh
peserta ekstrakurikuler robotika. Selain itu, dalam pengenalan ini juga
ditunjukkan cara kerja beberapa robot untuk menarik peserta didik.
Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa 63% peserta
ekstrakurikuler robotika menilai perkenalan kegiatan ekstrakurikuler
robotika sangat baik pelaksanaannya, 32% menilai baik, dan 5%
menilai cukup baik. Tidak ada peserta yang menilai kurang baik dalam
kegiatan pengenalan ekstrakurikuler robotika. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa perkenalan kegiatan ekstrakurikuler robotika sudah
terlaksana dengan sangat baik.
2) Rekrutmen Peserta Ekstrakurikuler Robotika
Diagram 4.4
Rekrutmen Peserta Ekstrakurikuler Robotika
Rekrutmen peserta ekstrakurikuler dilakukan setelah adanya
perkenalan kegiatan ekstrakurikuler. Peserta didik diminta mengisi
angket dan memilih kegiatan ekstrakurikuler yang ingin diikuti. Dalam
satu tahun ajaran, Pembina ekstrakurikuler robotika membatasi peserta
beru sebanyak 32 orang yang nantinya akan dijadikan satu rombongan
belajar. Jika jumlah peserta jauh melebihi kuota yang tersedia, maka
akan diadakan seleksi berupa tes. Namun tahun ajaran 2019/2020 ini
tidak diadakan seleksi karena peserta yang mendaftar berjumlah 38
orang yang diprediksi nantinya akan ada pengurangan jumlah peserta
yang dikarenakan adanya peserta yang mengundurkan diri.
Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa 53% peserta
menilai proses rekrutmen peserta ekstrakurikuler robotika sangat baik
pelaksanaannya, 43% menilai baik, dan 4% menilai cukup baik. Tidak
ada peserta yang menilai kurang baik dalam kegiatan pengenalan
ekstrakurikuler robotika. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
proses rekrutmen peserta ekstrakurikuler robotika sudah terlaksana
dengan sangat baik.
SB 53%
B 43%
C 4%
K 0%
71
3) Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Robotika
Diagram 4.5
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Robotika
Kegiatan ekstrakurikuler robotika dilaksanakan satu kali dalam
seminggu pada hari jumat atau sabtu dengan durasi 90 menit. Jika
jadwal ekstrakurikuler robotika bertepatan dengan hari libur atau
bertepatan dengan adanya kegiatan lain di madrasah, maka jadwal akan
diganti di lain hari sehingga kegiatan dan target pembelajaran tetap
terlaksana sesuai dengan yang telah dijadwalkan. Ketika akan
mengikuti kompetisi, seringkali diadakan jadwal tambahan untuk
memperdalam materi mengenai kompetisi yang akan diikuti yang
waktu pelaksanaannya disesuaikan.
Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa 39% peserta
menilai jadwal kegiatan ekstrakurikuler robotika sangat baik
pelaksanaannya, 47% menilai baik, dan 14% menilai cukup baik. Tidak
ada peserta yang menilai kurang baik dalam kegiatan pengenalan
ekstrakurikuler robotika. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
jadwal kegiatan ekstrakurikuler robotika sudah terlaksana dengan baik.
Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler robotika diawali dengan adanya
pengenalan kegiatan ekstrakurikuler di awal tahun ajaran, yaitu pada saat
masa orientasi. Setelah adanya pengenalan, peserta didik akan memilih
kegiatan ekstrakurikuler yang akan diikuti dengan cara mengisi angket yang
dikoordinir oleh koordinator ekstrakurikuler. Angket yang telah diisi akan
dikelompokkan sesuai dengan ekstrakurikulernya, lalu diserahkan kepada
masing-masing Pembina ekstrakurikuler untuk dipertimbangkan. Pembina
ekstrakurikuler robotika akan melakukan seleksi berupa tes dalam proses
rekrutmen peserta jika jumlah peserta yang mendaftar jauh melebihi kuota
yang tersedia (32 orang). Namun pada tahun ajaran 2019/2020 ini jumlah
peserta yang mendaftar masih bisa diwadahi karena hanya berjumlah 38
orang sehingga tidak diadakan seleksi. Kegiatan ekstrakurikuler robotika
dilaksanakan satu kali dalam seminggu, yaitu pada hari jumat atau sabtu
dengan durasi 90 menit. Jika terdapat jadwal bertepatan dengan hari libur
atau terdapat halangan lain, maka kegiatan ekstrakurikuler akan diganti
jadwal pelaksanaannya di hari lain sesuai kesepakatan. Dan akan ada
SB 39%
B 47%
C 14%
K 0%
72
penambahan jadwal pembelajaran ketika mendekati kompetisi robotika
untuk memperdalam materi kompetisi yang akan diikuti.
B. Penggunaan Sumber Daya
Penggunaan sumber daya dalam suatu program menjadi hal penting
yang harus diperhatikan. Hal ini bertujuan agar dapat memfasilitasi program
dengan maksimal sehingga tujuan program dapat tercapai. Sumber daya
tidak hanya berupa sarana dan prasarana, namun juga SDM terkait program
itu sendiri. Menurut hasil observasi, penggunaan sumber daya yang
diberikan pada program ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota
Tangerang Selatan sudah cukup baik, namun terkadang masih ditemukan
beberapa kekurangan terutama pada peralatan robotika dalam mendukung
pelaksanaan pembelajaran ekstrakurikuler robotika.
Bapak Imam selaku Pembina mengungkapkan bahwa: “Memang ekskul
ini kan perlu alat yaa. Dengan peserta yang banyak, saya rasa masih kurang.
Untuk sarana, ada yang dari sekolah, ada yang dari Racer, ada juga yang
dari siswa. Kalau melihat jumlah siswa yang banyak yaa masih kurang.
Kadang ada materi yang baru bisa selesai setelah dua kali pertemuan.
Karena pada dasarnya siswa harus praktek.” (Wawancara tanggal 23
Oktober 2019).
Hal tersebut juga dirasakan oleh peserta, Gathan peserta dari kelas VII-
3 mengatakan bahwa: “Sudah lengkap sih. Lebih lengkap lagi jika
dibandingkan saat ekskul di SD, mungkin karena materinya lebih sulit. Tapi
masih suka ada alat yang kurang seperti baterai, terkadang baterai yang ada
sudah lemah.” (Wawancara tanggal 11 Oktober 2019).
Sedangkan Bapak Ulik selaku Kepala Madrasah mengungkapkan
bahwa: “Saya melihat keaktifan siswa ini dipengaruhi oleh sarana, kualitas
pelatih, dan dari minat siswa. Saya melihat rata-rata di dalam ekskul itu ada
pasang surut. Jadi jika pelatihnya kurang bagus akan berdampak ke
siswanya jadi kurang semangat. Jika pelatihnya bagus siswa juga akan
semangat. Adanya pergantian pelatih juga membuat kita agak kesulitan
untuk membina, selain itu sarana yang dipakai juga belum cukup untuk
memfasilitasi peserta ekskul.” (Wawancara tanggal 14 November 2019).
Berikut hasil perhitungan angket peserta ekstrakurikuler robotika di
MTsN 1 Kota Tangerang Selatan mengenai penggunaan sumber daya:
1) Ruang Kegiatan Ekstrakurikuler Robotika
Diagram 4.6
Ruang Kegiatan Ekstrakurikuler Robotika
SB 59%
B 27%
C 14%
K 0%
73
Kegiatan ekstrakurikuler robotika memiliki ruangan tersendiri
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Tidak ada kendala dalam
penggunaan ruangan sebagai tempat pelaksanaan ekstrakurikuler
robotika karena tidak bentrok dengan kegiatan ekstrakurikuler lain.
Kegiatan ekstrakurikuler robotika kelas VII dilaksanakan di ruang aula
perpustakaan lantai 2. Ruangan ini cukup luas dan dilengkapi dengan
AC.
Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa 59% peserta
menilai penggunaan ruangan dalam kegiatan ekstrakurikuler robotika
sangat baik, 27% menilai baik, dan 14% menilai cukup baik. Tidak ada
peserta yang menilai kurang baik dalam penggunaan ruang kegiatan
ekstrakurikuler robotika. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
pengguanaan ruangan dalam kegiatan ekstrakurikuler robotika sudah
sangat baik.
2) Alat yang Digunakan dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Robotika
Diagram 4.7
Alat yang Digunakan dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Robotika
Robotika merupakan salah satu ekstrakurikuler yang
membutuhkan banyak alat dalam pembelajarannya. Adanya praktik
dalam setiap pembelajaran membuat ekstrakurikuler robotika sangat
bergantung dengan ketersediaan alat serta kondisinya yang optimal.
Selain jumlahnya yang cukup banyak, harga beberapa alat yang
digunakan dalam pembelajaran juga tidak murah. Sehingga dibutuhkan
perhatian khusus dalam penggunaan peralatan yang digunakan agar
kondisinya tetap terjaga dengan baik.
Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa 24% peserta
menilai alat yang digunakan dalam kegiatan ekstrakurikuler robotika
sangat baik, 52% menilai baik, dan 24% menilai cukup baik. Tidak ada
peserta yang menilai kurang baik dalam penggunaan alat dalam
kegiatan ekstrakurikuler robotika. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa penggunaan peralatan dalam kegiatan ekstrakurikuler robotika
sudah baik.
SB 24%
B 52%
C 24%
K 0%
74
3) Bahan yang Digunakan dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Robotika
Diagram 4.8
Bahan yang Digunakan dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Robotika
Dalam ekstrakurikuler robotika seringkali dibutuhkan beberapa
bahan dalam pembelajarannya. Hal ini dikarenakan adanya praktik
dalam setiap pembelajaran sehingga ketersediaan bahan sangat penting
dalam setiap pembelajaran. Tidak hanya jumlah bahannya, namun juga
kondisi bahan yang digunakan dalam pembelajaran haruslah optimal.
Sehingga karya yang nantinya dihasilkan dalam praktik dapat berfungsi
dengan baik.
Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa 32% peserta
menilai bahan yang digunakan dalam kegiatan ekstrakurikuler robotika
sangat baik, 51% menilai baik, dan 17% menilai cukup baik. Tidak ada
peserta yang menilai kurang baik dalam penggunaan bahan dalam
kegiatan ekstrakurikuler robotika. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa penggunaan bahan dalam kegiatan ekstrakurikuler robotika
sudah baik.
Tidak hanya ketersediaannya, penggunaan sumber daya yang ada juga
mempengaruhi proses pembelajaran dalam program ekstrakurikuler
robotika. Sumber daya tidak hanya berupa sarana dan prasarana, tapi juga
berupa sumber daya manusia, dalam hal ini instruktur dan peserta. Dapat
dikatakan keaktifan peserta dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya
dipengaruhi oleh sarana yang digunakan, tapi juga dipengaruhi oleh kualitas
instruktur dan minat peserta itu sendiri. Ekstrakurikuler robotika sangat baik
dalam penggunaan ruang belajar karena memiliki ruangan tersendiri untuk
pelaksanaan kegiatannya dan tidak terganggu dengan kegiatan
ekstrakurikuler lain. Peralatan dan bahan yang digunakan dalam kegiatan
ekstrakurikuler juga sudah memadai. Namun terkadang masih ditemukan
kendala dalam penggunaan alat dan bahan seperti keadaan alat yang kurang
optimal ataupun kurangnya ketersediaan mengingat jumlah peserta yang
banyak.Sehingga terkadang diperlukan tambahan waktu untuk mempelajari
suatu materi. Hal ini dikarenakan peserta harus melakukan praktik
sedangkan penggunaan alat harus bergantian karena jumlahnya yang
terbatas.
SB 32%
B 51%
C 17%
K 0%
75
C. Monitoring Kegiatan
1. Kinerja Instruktur
Berdasarkan hasil observasi, instruktur yang melaksanakan
program ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan
sudah berpengalaman dibidangnya dan mampu menguasai materi yang
diajarkan. Instruktur dinilai menguasai materi karena mampu menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peserta ekstrakurikuler
robotika. Instruktur juga mampu mengatasi kendala yang ditemukan
oleh peserta saat mempelajari materi robotika, terutama ketika robot
yang dihasilkan tidak bekerja sesuai dengan yang diharapkan.
Banyaknya materi yang diberikan dalam pembelajaran, instruktur
dinilai sanggup menyampaikan materi tersebut dengan baik. Namun
demikian, terdapat beberapa instruktur yang dinilai masih kurang
mampu menarik perhatian dan kurang mampu menciptakan iklim
belajar yang baik. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya perhatian siswa
ketika instruktur menjelaskan materi.
Menurut hasil wawancara, Bapak Imam selaku Pembina
mengatakan bahwa: “Instruktur yang sekarang seringkali saya kawal.
Terkadang saya request minta diajarkan materi apa. Jadi harus selalu
disupervisi, yaa supervisi kecil-kecilan. Alhamdulillah karena ada
pengecekan itu, jadi instruktur tidak sembarangan kasih materi.
Masalahnya, terkadang instruktur yang diberikan pihak Racer tidak
sesuai kompetensi yang dimilikinya. Contoh, saat ada project tapi dia
tidak bisa menyelesaikan masalah, itu kan artinya tidak kompeten. Tapi
memang robotika itu kan banyak kategorinya yaa. Itu juga masalah
untuk instruktur, karena dia harus bisa menguasai semua. Ekskul
robotika itu kan harus ada fun, kreatifitas, kompetisi. Siswa juga tidak
melulu diberikan materi game-game robot, tapi juga harus ada
pembelajarannya. siswa juga sangat suka dengan materi game-game
robot, padahal itu hanya selingan.” (Wawancara tanggal 23 Oktober
2019).
Menurut Raditya selaku peserta ekstrakurikuler robotika kelas
VIII-11 mengatakan bahwa: “Cara kerja instruktur lumayan, cuma
perhatiannya terbagi oleh kelompok lain karena di kelas VIII hanya 1
instruktur yang mengajar.” (Wawancara tanggal 23 Oktober 2019).
Sedangkan menurut Nufail selaku peserta ekstrakurikuler robotika
kelas VII-3 mengatakan bahwa: “Cara mengajarnya sudah bagus.”
(Wawancara tanggal 11 Oktober 2019). Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Sahl Izzan peserta ekstrakurikuler robotika kelas VIII-2
bahwa: “Cara instruktur mengajar sudah bagus.” (Wawancara tanggal
23 Oktober 2019). Dan Raihan selaku peserta ekstrakurikuler robotika
kelas VIII-11 mengungkapkan bahwa: “Cara penyampaian instruktur
seru dan menarik” (Wawancara tanggal 23 Oktober 2019).
Berikut hasil perhitungan angket peserta ekstrakurikuler robotika
di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan mengenai kinerja instruktur:
76
a) Instruktur Menjelaskan Tujuan Kegiatan
Diagram 4.9
Instruktur Menjelaskan Tujuan Kegiatan
Penyampaian tujuan kegiatan dalam setiap pembelajaran
sangat penting dilakukan oleh instruktur. Hal ini dikarenakan agar
peserta mengerti apa tujuan dan manfaat mempelajari materi
tersebut. Dengan demikian, peserta akan lebih serius dalam
memahami materi yang akan dipelajari.
Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa 46% peserta
menilai instruktur sudah menjelaskan tujuan kegiatan
ekstrakurikuler robotika dengan sangat baik, 49% menilai baik,
dan 5% menilai cukup baik. Tidak ada peserta yang menilai
kurang baik dalam penyampaian tujuan kegiatan ekstrakurikuler
oleh instruktur robotika. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa instruktur sudah menjelaskan tujuan kegiatan
ekstrakurikuler robotika dengan baik.
b) Instruktur Menjelaskan Target Kegiatan
Diagram 4.10
Instruktur Menjelaskan Target Kegiatan
Penyampaian target kegiatan dalam setiap pembelajaran
sangat penting dilakukan oleh instruktur. Hal ini dikarenakan agar
peserta tahu bagaimana pencapaian yang akan dihasilkan setelah
mempelajari materi tersebut. Selain itu, nantinya peserta juga
SB 46%
B 49%
C 5%
K 0%
SB 41%
B 44%
C 15%
K 0%
77
dapat mengukur seberapa berhasil ketercapaiannya dalam
pembelajaran, apakah sudah maksimal atau belum. Dengan
demikian, peserta akan lebih serius dalam memahami materi yang
akan dipelajari.
Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa 46% peserta
menilai instruktur sudah menjelaskan tujuan kegiatan
ekstrakurikuler robotika dengan sangat baik, 49% menilai baik,
dan 5% menilai cukup baik. Tidak ada peserta yang menilai
kurang baik dalam penyampaian tujuan kegiatan ekstrakurikuler
oleh instruktur robotika. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa instruktur sudah menjelaskan tujuan kegiatan
ekstrakurikuler robotika dengan baik.
c) Instruktur Melakukan Persiapan Sebelum Kegiatan
Diagram 4.11
Instruktur Melakukan Persiapan Sebelum Kegiatan
Melakukan persiapan sebelum pembelajaran menjadi salah
satu hal penting yang harus dilakukan oleh instruktur. Tidak hanya
persiapan materi pembelajaran saja, tapi juga harus
mempersiapkan ketersediaan alat dan bahan yang digunakan dalam
pembelajaran. Selain mempersiapkan jumlah alat dan bahan,
instruktur juga perlu melakukan pemeriksaan terhadap kondisi alat
dan bahan yang akan digunakan. Hal ini dilakukan agar alat dan
bahan yang akan digunakan dalam pembelajaran dapat berfungsi
dengan optimal.
Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa 36% peserta
menilai instruktur sudah melakukan persiapan sebelum kegiatan
ekstrakurikuler robotika dengan sangat baik, 49% menilai baik,
dan 10% menilai cukup baik. Namun demikian, masih ada 2%
peserta yang menilai instruktur kurang baik dalam melakukan
persiapan sebelum kegiatan ekstrakurikuler oleh instruktur
robotika. Dapat disimpulkan bahwa instruktur melakukan
persiapan sebelum kegiatan ekstrakurikuler robotika dengan baik.
SB 39%
B 49%
C 10%
K 2%
78
d) Instruktur Memberikan Contoh Saat Menjelaskan Materi
Diagram 4.12
Instruktur Memberikan Contoh Saat Menjelaskan Materi
Memberikan contoh dalam setiap penyampaian materi
pembelajaran sangat penting dilakukan oleh instruktur. Hal ini
dilakukan agar peserta semakin mengerti dalam mempelajari
materi tersebut.
Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa 49% peserta
menilai instruktur sudah memberikan contoh saat menjelaskan
materi ekstrakurikuler robotika dengan sangat baik, 42% menilai
baik, dan 9% menilai cukup baik. Tidak ada peserta yang menilai
kurang baik dalam pemberian contoh oleh instruktur robotika saat
menjelaskan materi ekstrakurikuler. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa instruktur sudah contoh dengan sangat baik
saat menjelaskan materi ekstrakurikuler robotika.
e) Instruktur Memantau Kemajuan Peserta
Diagram 4.13
Instruktur Memantau Kemajuan Peserta
Memantau kemajuan peserta dalam setiap pembelajaran
sangat penting dilakukan oleh instruktur. Hal ini dilakukan agar
instruktur tahu bagaimana perkembangan kemampuan peserta
setelah mempelajari materi-materi yang telah disampaikan oleh
instruktur. Selain itu, ketika akan diadakan kompetisi, instruktur
SB 49%
B 42%
C 9%
K 0%
SB 44%
B 42%
C 14%
K 0%
79
juga dapat mengetahui mana peserta memiliki kemampuan untuk
diikutsertakan dan sesuai dengan kategori kompetisi yang ada.
Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa 44% peserta
menilai instruktur memantau kemajuan peserta ekstrakurikuler
robotika dengan sangat baik, 42% menilai baik, dan 14% menilai
cukup baik. Tidak ada peserta yang menilai instruktur kurang baik
dalam memantau kemajuan peserta ekstrakurikuler robotika.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa instruktur sudah
sangat baik dalam memantau kemajuan peserta ekstrakurikuler
robotika.
Kinerja instruktur menjadi salah satu faktor penting dalam
pembelajaran ekstrakurikuler robotika. Instruktur tidak cukup hanya
dengan berpengalaman di bidang robotika, namun juga harus mampu
menciptakan iklim belajar yang baik. Instruktur juga tidak hanya
dituntut untuk menguasai materi, namun juga harus mampu
menyampaikan materi tersebut dengan baik kepada peserta. Instruktur
ekstrakurikuler robotika MTsN 1 Kota Tangerang Selatan sudah
berpengalaman di bidang robotika dan menguasai materi pembelajaran
dengan baik, hal ini dibuktikan dengan kemampuan instruktur dalam
menjawab pertanyaan dari peserta dan mengatasi kendala yang
ditemukan oleh peserta dalam pembelajaran. Namun beberapa instruktir
masih belum bisa menguasai kelas, terlihat dari adanya beberapa siswa
yang kurang memperhatikan saat instruktur menjelaskan materi.
Kurangnya jumlah instruktur juga menjadi kendala dalam pembelajaran
ekstrakurikuler robotika kelas VIII. Peserta merasa perhatian instruktur
terbagi dikarenakan jumlah instruktur yang mengajar hanya satu orang
sedangkan dalam satu rombongan belajar terdapat beberapa kelompok
yang seringkali dalam praktik menemukan kendala. Kinerja instruktur
selalu dipantau oleh Pembina ekstrakurikuler robotika. Hal ini
dilakukan untuk menjaga kualitas dalam pembelajaran ekstrakurikuler
agar sesuai dengan yang diharapkan. Menurut penilaian peserta,
instruktur sudah baik dalam menjelaskan tujuan kegiatan di awal
pertemuan kegiatan, menjelaskan target kegiatan, dan melakukan
persiapan.Dan instruktur sudah sangat baik dalam memberikan contoh
saat menjelaskan materi dan memantau kemajuan peserta didik.
2. Aktifitas Peserta Ekstrakurikuler
Berdasarkan hasil observasi dalam kegiatan pembelajaran
ekstrakurikuler robotika, keterlibatan peserta terlihat sangat aktif. Hal
tersebut terlihat dari respon peserta ekstrakurikuler yang ditunjukkan
saat melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler. Saat pembelajaran di kelas,
peserta memperhatikan penjelasan instruktur dengan baik, tidak ada
yang mengantuk ataupun tidur. Begitu pula ketika instruktur
memberikan kesempatan untuk bertanya, beberapa peserta dengan aktif
mengajukan pertanyaan. Peserta juga aktif merespon pertanyaan yang
diberikan oleh instruktur. Selain itu, peserta juga menunjukkan
keaktifan dan keseriusannya pada saat praktik, baik saat merakit robot,
80
mengaplikasikan program, maupun saat menjalankannya. Antusias
peserta paling terlihat ketika materi yang disampaikan adalah materi
yang berupa kategori kompetisi. Banyaknya kategori permainan robot
membuat peserta tidak cepat bosan dan selalu ingin mencoba.
Namun demikian, masih terdapat hal-hal yang dinilai kurang
disiplin dari sikap yang ditunjukkan oleh peserta ekstrakurikuler.
diantaranya adalah terdapat beberapa siswa yang datang terlambat,
mengobrol di luar materi pembelajaran, makan, bahkan ada juga peserta
yang bercanda saat pembelajaran.
Sedangkan menurut hasil wawancara, Lukman selaku instruktur
mengatakan bahwa: “Beragam, kebanyakan siswa aktif jika mendapat
materi games robot, kalau materi yang di dalamnya membahas program
agak kurang. Siswa paling menguasai materi-materi games, paling
semangat.” (Wawancara tanggal 11 Oktober 2019).
Hal yang sama dikatakan oleh Hakan selaku instruktur bahwa:
“Bermacam-macam, ada yang serius, ada yang aktifnya main, ada juga
yang pasif. Kalau untuk merakit, siswa sudah mahir, kalau program
masih baru mengenal.” (Wawancara tanggal 11 Oktober 2019).
Khoirudin selaku instruktur juga mengatakan hal yang sama
bahwa: “Hampir semua aktif, tapi aktifnya bermacam-macam yaa. Ada
yang aktifnya karena ingin tahu, ada juga yang aktif karena senang
main-main dengan robotnya.” (Wawancara tanggal 11 Oktober 2019).
Sedangkan Bapak Imam selaku Pembina mengungkapkan bahwa:
“Untuk keaktifan kelas VII sih siswa masih aktif, karena materinya
masih dasar dan bervariasi, masih banyak materi-materi permainan
robot. Namun di kelas VIII sudah agak menurun. Yaa karena itu tadi,
karena di kelas VIII mereka sudah mulai diajari program dan
pembuatan project.” (Wawancara tanggal 23 Oktober 2019).
Berikut hasil perhitungan angket peserta ekstrakurikuler robotika
di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan mengenai aktifitas peserta
ekstrakurikuler:
a) Peserta Diberikan Waktu untuk Diskusi
Diagram 4.14
Peserta Diberikan Waktu untuk Diskusi
Dalam kegiatan pembelajaran sangatlah penting memberikan
kesempatan berdiskusi kepada peserta. Selain untuk menggali
SB 32%
B 54%
C 14%
K 0%
81
potensi peserta dalam memahami materi dan menyelesaikan
masalah, hal ini juga dilakukan agar peserta memiliki kemampuan
bersosialisasi dan kerja sama yang baik. Selain itu, peserta juga
dilatih agar memiliki kemampuan berkomunikasi.
Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa 32% peserta
menilai sangat baik dalam pemberian waktu untuk berdiskusi, 52%
menilai baik, dan 14% menilai cukup baik. Tidak ada peserta yang
menilai kurang baik dalam pemberian waktu berdiskusi dalam
pembelajaran ekstrakurikuler robotika. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa pemberian waktu kepada peserta untuk
melakukan diskusi dalam pembelajaran ekstrakurikuler robotika
sudah baik.
b) Keikutsertaan Peserta dalam Kompetisi
Diagram 4.15
Keikutsertaan Peserta dalam Kompetisi
Keikutsertaan peserta dalam kompetisi dirasa penting untuk
dilakukan. Hal ini bukan hanya untuk melihat sejauh mana
kemampuan peserta dalam menguasai materi yang telah dipelajari,
namun juga menjadi alat ukur dan perbandingan dengan
kemampuan peserta lain. Secara tidak langsung, prestasi yang
dihasilkan dari keikutsertaan peserta dalam kompetisi akan
menjadi salah satu indikator dalam keberhasilan program
ekstrakurikuler robotika.
Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa 63% peserta
menilai sangat baik dalam keikutsertaannya dalam kompetisi, dan
37% menilai baik. Tidak ada peserta yang menilai cukup ataupun
kurang baik dalam pemberian kesempatan untuk ikut serta dalam
kompetisi robotika. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
keikutsertaan peserta dalam kompetisi robotika sudah sangat baik.
Dalam pembelajaran ekstrakurikuler robotika, peserta tidak hanya
duduk dan mendengarkan instruktur menjelaskan suatu materi, namun
peserta juga dituntut untuk aktif dalam pembelajaran. Adanya
pembentukan kelompok dalam setiap kegiatan pembelajaran membuat
peserta aktif berinteraksi dengan peserta lain, saling bekerja sama saat
melakukan praktik, dan berdiskusi untuk menyelesaikan suatu masalah.
SB 63%
B 37%
C 0%
K 0%
82
Dalam pembelajaran ekstrakurikuler robotika, peserta aktif bertanya
dan merespon pertanyaan dari instruktur. Peserta juga antusias saat
melakukan berbagai kegiatan seperti merakit robot, membuat program,
hingga uji coba robot yang telah dibuat. Antusias peserta semakin
terlihat ketika materi yang dipelajari adalah materi lomba yang terdiri
dari berbagai kategori yang mayoritas merupakan permainan robot
seperti Soccer Robot, Volley, Sumo Push Push, dan sebagainya. Namun
antusias peserta terlihat menurun ketika materi yang dipelajari
mengenai program robot, dimana dalam pembelajarannya
menggunakan coding pemrograman. Dalam memperlajari
pemrograman dibutuhkan keseriusan dalam pembelajaran karena cukup
sulit untuk memahami bahasa pemrograman yang nantinya akan
diaplikasikan dalam pembuatan robot. Selain itu, dalam kegiatan
ekstrakurikuler robotika terlihat beberapa peserta yang masih kurang
disiplin seperti adanya beberapa peserta yang terlambat, mengobrol di
luar materi pembelajaran, makan, dan bercanda dengan peserta lain.
Oleh karena itu, peran instruktur sangat dibutuhkan agar kegiatan
pembelajaran ekstrakurikuler robotika berjalan dengan kondusif.
3. Evaluasi Kegiatan Ekstrakurikuler Robotika
Evaluasi adalah kegiatan untuk mengetahui keberhasilan suatu
program yang telah dilaksanakan. Berdasarkan wawancara, evaluasi
program ekstrakurikuler di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan dilakukan
satu kali dalam setahun, yaitu pada saat diadakan rapat kerja. Evaluasi
dilakukan tidak hanya untuk melihat sejauh mana kemampuan peserta
dalam bidang ekstrakurikuler yang telah dipilihnya, melainkan juga
evaluasi instruktur dan penyelenggaraan (fasilitas).
Bapak Ulik sebagai Kepala Madrasah mengungkapkan bahwa:
“Evaluasi sebenarnya ada dua. Yang pertama setiap semester, biasanya
ini mengevaluasi ketercapaian siswa ekskul yang nantinya akan tertulis
juga di raport. Evaluasi yang kedua yaitu setiap tahun saat raker. Hal-
hal yang dievaluasi antara lain mengenai target ekskul, apakah ekskul
sudah memenuhi target, kalau belum apa kendalanya. Lalu mengenai
jumlah peserta, apakah jumlah peserta ekskul sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan. Kalau kurang dari 20 orang ekskul tersebut akan
dihapuskan.” (Wawancara tanggal 14 November 2019).
Bapak Imam selaku pembina mengatakan bahwa: “Ekskul itu
dievaluasi oleh kesiswaan. Awalnya Pembina ekskul dikumpulkan
untuk menyampaikan targetnya apa, jadi evaluasinya kalau target
memenuhi, sering juara. Kalau belum mencapai target, hambatannya
apa, lalu dilakukan pembenahan-pembenahan. Jika tidak mencapai
target, terutama jumlah siswanya, ekskul tersebut bisa ditutup. Biasanya
evaluasi secara menyeluruh dilakukan setahun sekali. Ada juga evaluasi
yang dilakukan secara situasional. Misalnya, tidak menang saat lomba,
itu dievaluasi apa hambatannya.” (Wawancara tanggal 23 Oktober
2019).
Sedangkan Bapak Nofrianto selaku koordinator ekstrakurikuler
mengungkapkan bahwa: “Biasanya setiap akhir tahun kita evaluasi.
83
Untuk pelaksanaan sih setiap minggu bisa kita pantau. Biasanya yang
kita evaluasi akhir tahun itu prestasinya, sesuai dengan visi misi kita
“berprestasi secara global”, tentang waktu pelaksanaan yang suka
bentrok dengan ekskul lain” (Wawancara tanggal 12 November 2019).
Ibu Eka sebagai Waka Kurikulum mengatakan bahwa: “Paling
tidak dievaluasi setahun sekali. Biasanya terjadi antara Kepala
Madrasah dengan pembina. Laporannya ada di koordinator ekskul. Hal-
hal yang dievaluasi antara lain seperti apa pelaksanaannya, kendalanya
apa, pencapaiannya bagaimana.” (Wawancara tanggal 14 November
2019).
Sedangkan untuk mengevaluasi dan mengukur kemampuan peserta
ekstrakurikuler robotika dalam memahami materi yang disampaikan
dalam pembelajaran, instruktur biasanya melakukan tanya jawab
hingga melakukan berbagai tes sederhana. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Khoirudin selaku instruktur yang mengatakan bahwa:
“Murid suka diberikan tes setelah selesai penyampaian materi, seperti
materi tentang maze solving kemarin, kita melakukan pengambilan
nilai, siswa dites dalam pengerjaan robotnya dan memahami program.”
(Wawancara tanggal 11 Oktober 2019).
Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Hakan selaku
instruktur bahwa: “Setelah pembelajaran suka diulas lagi dengan tanya
jawab agar tahu siswa sudah paham atau belum.” (Wawancara tanggal
11 Oktober 2019). sedangkan Lukman sebagai instruktur
mengungkapkan bahwa: “Setiap akhir semester ada soal yang diberikan
ke anak. Ada juga project yang dikerjakan, biasanya kalau project
setiap akhir tahun ajaran.” (Wawancara tanggal 11 Oktober 2019).
Berikut hasil perhitungan angket peserta ekstrakurikuler robotika
di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan mengenai evaluasi kegiatan
ekstrakurikuler:
a) Instruktur Memberikan Tugas
Diagram 4.16
Instruktur Memberikan Tugas
Pemberian tugas dalam setiap pembelajaran ekstrakurikuler
robotika dilakukan untuk mengukur sejauh mana pemahaman
peserta terhadap materi yang telah dipelajari. Seringkali tugas yang
diberikan berupa project. Hal ini dikarenakan nantinya setelah
SB 47%
B 41%
C 12%
K 0%
84
mengikuti program ekstrakurikuler robotika, peserta dituntut untuk
mampu menghasilkan sebuah karya.
Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa 47% peserta
menilai instruktur sudah baik dalam memberikan tugas ketika
pembelajaran, 41% menilai baik, dan 12% menilai cukup baik.
Tidak ada peserta yang menilai instruktur kurang baik dalam
memberikan tugas saat pembelajaran. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa instruktur sudah sangat baik dalam
memberikan tugas ketika pembelajaran ekstrakurikuler robotika.
b) Instruktur Memberikan Penilaian secara Objektif
Diagram 4.17
Instruktur Memberikan Penilaian secara Objektif
Pemberian penilaian yang objektif oleh instruktur sangat
penting untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan nantinya penilaian
akan dijadikan alat ukur dalam pencapaian pembelajaran oleh
peserta. Hasil penilaian akan dijadikan acuan seberapa jauh
pemahaman dan kemampuan peserta setelah mengikuti program
ekstrakurikuler robotika.
Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa 30% peserta
menilai instruktur sudah memberikan penilaian yang objektif
kepada peserta dengan sangat baik, 54% menilai baik, dan 14%
menilai cukup baik. Namun masih ada 2% peserta yang
mengatakan bahwa instruktur masih kurang baik dalam
memberikan penilaian yang objektif kepada peserta
ekstrakurikuler robotika. Dapat disimpulkan bahwa instruktur
sudah baik dalam memberikan penilaian yang objektif kepada
peserta ekstrakurikuler robotika.
SB 30%
B 54%
C 14%
K 2%
85
c) Instruktur Melibatkan Peserta dalam Penilaian
Diagram 4.18
Instruktur Melibatkan Peserta dalam Penilaian
Keterlibatan peserta dalam proses penilaian dirasa perlu
dilakukan oleh instruktur. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir
subjektivitas dalam penilaian pembelajaran. Selain itu peserta juga
menjadi lebih paham dalam mengukur ketercapaian pembelajaran.
Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa 31% peserta
menilai instruktur sudah sangat baik dalam melibatkan peserta
dalam penilaian, 51% menilai baik, dan 15% menilai cukup baik.
Namun masih ada 3% peserta yang mengatakan bahwa instruktur
masih kurang baik dalam melibatkan peserta dalam melakukan
penilaian. Dapat disimpulkan bahwa instruktur sudah baik dalam
melibatkan peserta dalam penilaian ekstrakurikuler robotika.
Evaluasi secara keseluruhan dalam kegiatan ekstrakurikuler di
MTsN 1 Kota Tangerang Selatan dilaksanakan sekali dalam setahun
pada saat rapat kerja. Terdapat berbagai hal yang dievaluasi seperti
pelaksanaan seluruh kegiatan ekstrakurikuler, intruktur, fasilitas, dan
pencapaian ekstrakurikuler. Setiap minggunya pelaksanaan
ekstrakurikuler juga dipantau oleh koordinator ekstrakurikuler. kegiatan
ekstrakurikuler robotika sendiri selalu disupervisi secara berkala oleh
Pembina ekstrakurikuler robotika, baik terkait intruktur, aktivitas
peserta, materi pembelajaran, maupun media pembelajaran yang
digunakan. Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta dalam
materi yang telah diajarkan, instruktur memberikan tes sederhana
berupa tugas ataupun dengan tanya jawab setiap akhir pembelajaran.
Evaluasi lebih lanjut dilakukan tiap akhir semester dengan memberikan
tes berupa soal atau dengan pembuatan project sederhana yang nantinya
akan dilaporkan hasilnya dalam raport ekstrakurikuler robotika. Peserta
berpendapat bahwa instruktur sudah sangat baik dalam memberikan
tugas/project, instruktur juga sudah baik dalam memberikan penilaian
secara objektif dan melibatkan peserta dalam penilaian.
SB 31%
B 51%
C 15%
K 3%
86
4. Evaluasi Produk (Product)
A. Dampak Kegiatan
1. Penguasaan Materi
Penguasaan materi merupakan kondisi saat peserta mampu
memahami bahkan menguasai materi yang telah disampaikan oleh
instruktur saat proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil
observasi, penguasaan materi peserta program ekstrakurikuler robotika
di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan dapat dikatakan baik. Hal tersebut
terlihat dari peserta yang aktif baik dalam hal tanya jawab, maupun
ketika praktik. Sebagaimana diungkapkan oleh Lukman selaku
instruktur mengatakan bahwa: “Merakit robot juga sudah lancar, sudah
bisa mandiri mengikuti modul. Tinggal bagaimana menerapkan
programnya, kadang masih suka gagal setelah programnya diterapkan,
kurang teliti.” (Wawancara tanggal 11 Oktober 2019).
Sedangkan Khoirudin selaku instruktur mengungkapkan bahwa:
“Untuk penguasaan materi, belum semua menguasai sih, tapi sebagian
besar sudah.” (Wawancara tanggal 11 Oktober 2019). Hal serupa juga
dikatakan oleh Hakan selaku instruktur bahwa: “Kalau untuk merakit,
siswa sudah mahir, kalau program masih baru mengenal.” (Wawancara
tanggal 11 Oktober 2019).
Bapak Imam selaku Pembina mengatakan bahwa: “Yang saya lihat
siswa robotika sudah bisa mencapai KKM jika dalam pembelajaran.
Kalau dinilai bisa sampai 80. Karena biasanya mereka yang ikut
robotika itu sudah siap dan punya kemampuan.” (Wawancara tanggal
23 Oktober 2019).
Selain itu, Ibu Eka selaku Waka Kurikulum mengungkapkan
bahwa: “Biasanya kita melihat dari ketika anak dikirim lomba ke luar.
Namun kendalanya tidak semua siswa yang mengikuti ekskul juga
mengikuti lombanya. Jadi kita juga melihat dari raportnya, jadi ada
beberapa ekskul yang mengadakan ujian sendiri, termasuk ekskul
robotik.” (Wawancara tanggal 14 November 2019).
Berikut hasil perhitungan angket peserta ekstrakurikuler robotika
di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan mengenai penguasaan materi:
a) Pelaksanaan Kompetisi untuk Meningkatkan Kemampuan
Diagram 4.19
SB 58%
B 30%
C 12%
K 0%
87
Pelaksanaan Kompetisi untuk Meningkatkan Kemampuan
Keikutsertaan peserta dalam pelaksanaan kompetisi tidak
semata-mata hanya untuk mencari prestasi, namun juga menjadi
sarana untuk meningkatkan kemampuan peserta. Dalam sebuah
kompetisi peserta akan menghadapi peserta lain yang tentunya
juga memiliki kemampuan di bidang robotika. Jika dalam kegiatan
pembelajaran kemampuan peserta diukur dengan tugas dan ujian,
maka dalam sebuah kompetisi kemampuan peserta akan diukur
dengan kemampuan peserta lain. Dengan demikian semakin
terlihat bagaimana penguasaan materi yang peserta miliki.
Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa 58% peserta
menilai sangat baik dalam pelaksanaan kompetisi untuk
meningkatkan kemampuan peserta, 30% menilai baik, dan 12%
menilai cukup baik. Tidak ada peserta yang menilai kurang baik
dalam pelaksanaan kompetisi untuk meningkatkan kemampuan
peserta. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
kompetisi untuk meningkatkan kemampuan peserta sudah sangat
baik.
b) Pelaksanaan Ujian
Diagram 4.20
Pelaksanaan Ujian
Salah satu cara untuk mengukur penguasaan peserta terhadap
materi pembelajaran adalah melalui pelaksanaan ujian. Dalam
pembelajaran ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota Tangerang
Selatan tidak hanya dilakukan ujian berupa teori, tapi juga praktik
dalam membuat suatu karya. Hasil dari pelaksanaan ujian akan
tertulis dalam raport ekstrakurikuler robotika.
Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa 41% peserta
menilai sangat baik dalam pelaksanaan ujian, 37% menilai baik,
dan 22% menilai cukup baik. Tidak ada peserta yang menilai
kurang baik dalam pelaksanaan ujian. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan ujian dalam kegiatan
pembelajaran ekstrakurikuler robotika sudah sangat baik.
Penguasaan materi oleh peserta ekstrakurikuler robotika dapat
dilihat dari aktifitas yang dilakukan selama pembelajaran. Sebagian
SB 41%
B 37%
C 22%
K 0%
88
besar peserta ekstrakurikuler robotika MTsN 1 Kota Tangerang Selatan
dianggap sudah menguasai materi ekstrakurikuler dan dianggap sudah
mencapai KKM. Peserta sudah mahir dalam merakit robot dengan
mengikuti modul, namun dalam penerapan programnya masih harus
banyak berlatih lagi. Selain itu, penguasaan materi oleh peserta juga
terlihat dari keikutsertaannya dalam berbagai kompetisi. Dalam
kompetisi, peserta akan mengukur sejauh mana penguasaan materi yang
telah dimiliki jika dibandingkan dengan peserta lain. Peserta menilai
pelaksanaan kompetisi sudah sangat baik dalam meningkatkan
kemampuan peserta. Peserta juga menilai pelaksanaan ujian dalam
program ekstrakurikuler robotika juga sudah berjalan dengan sangat
baik. Contoh raport ekstrakurikuler robotika dapat dilihat di lampiran.
2. Perubahan Sikap
Perubahan sikap menjadi salah satu dampak kegiatan yang dapat
ditimbulkan setelah mengikuti program ekstrakurikuler robotika.
Kondisi dimana peserta menjadi lebih aktif, bisa bekerja sama, dan
pantang menyerah terutama dalam menyelesaikan masalah.
Sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Eka selaku Waka Kurikulum
mengatakan bahwa: “Anak itu kan tidak sama kemampuannya, jadi
tidak melulu hanya kognitifnya saja yang dikembangkan, bisa saja
kemampuannya di bidang seni atau psikomotoriknya yang lebih unggul.
Anak-anak pintar yang hobinya membaca buku saja, kini dituntut untuk
bergerak. Kita berusaha untuk mendorong dan memberikan motivasi
sehingga tidak ada lagi pernyataan bahwa anak pintar itu tidak bisa
menguasai bidang lain. Jadi dengan adanya ekskul kita berupaya agar
anak itu berkembang semua potensinya. Sehingga ekskul ini diperlukan
sebagai penyeimbang. Selain itu anak memiliki kemampuan
bersosialisasi. Karena ekstrakurikuler itu kan anak digabung dengan
teman-temannya yang berasal dari kelas lain, sehingga ekstrakurikuler
itu dapat membaurkan anak.” (Wawancara tanggal 14 November 2019).
Sementara Bapak Imam selaku Pembina mengungkapkan bahwa:
“anak lebih bisa bekerja sama, yang kedua kreatifitas anak meningkat,
lalu anak juga terlatih untuk berpikir logic” (Wawancara tanggal 23
Oktober 2019).
Berikut hasil perhitungan angket peserta ekstrakurikuler robotika
di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan mengenai perubahan sikap:
a) Peningkatan Kemampuan Komunikasi
Diagram 4.21
SB 47%
B 36%
C 14%
K 3%
89
Peningkatan Kemampuan Komunikasi
Kemampuan peserta dalam komunikasi dapat dilihat dari
aktifitas peserta dalam melakukan tanya jawab dan berdiskusi.
Dalam kegiatan pembelajaran, peserta akan terlatih untuk
berkomunikasi baik dengan instruktur maupun dengan sesame
peserta ekstrakurikuler robotika. Dengan demikian, setelah
mengikuti program ekstrakurikuler robotika diharapkan
kemampuan komunikasi peserta semakin meningkat.
Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa 47% peserta
menilai kegiatan ekstrakurikuler robotika sangat baik dalam
meningkatkan kemampuan komunikasi peserta, 36% menilai baik,
dan 14% menilai cukup baik. Namun masih ada 3% peserta yang
merasa kegiatan ekstrakurikuler robotika kurang meningkatkan
kemampuannya dalam berkomunikasi. Dapat disimpulkan bahwa
kegiatan ekstrakurikuler robotika sudah sangat baik dalam
meningkatkan kemampuan peserta dalam berkomunikasi.
b) Peningkatan Kreatifitas
Diagram 4.22
Peningkatan Kreatifitas
Peserta ekstrakurikuler robotika selalu melakukan praktik
dalam setiap pembelajaran. Hal ini membuat kreatifitas peserta
semakin terasah karena setiap kegiatan ekstrakurikuler peserta
dituntut untuk membuat robot. Dalam setiap pembelajaran, siswa
akan praktik membuat robot dengan mengikuti langkah-langkah
yang telah tertera di dalam modul. Dan nantinya robot tersebut
dapat dimodifikasi sesuai kreatifitas peserta.
Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa 47% peserta
menilai kegiatan ekstrakurikuler robotika sangat baik dalam
meningkatkan kreatifitas peserta, 44% menilai baik, dan 7%
menilai cukup baik. Namun masih ada 2% peserta yang merasa
kegiatan ekstrakurikuler robotika kurang dalam meningkatkan
kreatifitas. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler
robotika sudah sangat baik dalam meningkatkan kreatifitas peserta.
SB 47%
B 44%
C 7%
K 2%
90
c) Peningkatan Kemampuan Kerja Sama
Diagram 4.23
Peningkatan Kemampuan Kerja Sama
Dalam pembelajaran ekstrakurikuler robotika, peserta akan
dibagi menjadi beberapa kelompok untuk menyelesaikan sebuah
project. Dalam pelaksanaan praktik, siswa dituntut untuk bekerja
sama dengan peserta lain dalam kelompoknya. Tidak hanya
bekerja sama dalam merakit robot ataupun membuat program,
namun juga bekerja sama dalam memecahkan masalah saat
pembuatan robot. Dengan demikian, diharapkan kemampuan kerja
sama peserta semakin meningkat setelah mengikuti program
ekstrakurikuler robotika.
Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa 42% peserta
menilai kegiatan ekstrakurikuler robotika sangat baik dalam
meningkatkan kemampuan kerja sama, 49% menilai baik, dan 7%
menilai cukup baik. Namun masih ada 2% peserta yang merasa
kegiatan ekstrakurikuler robotika kurang meningkatkan
kemampuan kerja sama. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan
ekstrakurikuler robotika sudah baik dalam meningkatkan
kemampuan peserta dalam kerja sama.
d) Peningkatan Kedisiplinan
Diagram 4.24
Peningkatan Kedisiplinan
Dalam kegiatan ekstrakurikuler robotika, peserta dilatih
kedisiplinannya dari berbagai hal. Peserta harus tepat waktu saat
SB 42%
B 49%
C 7%
K 2%
SB 19%
B 64%
C 17%
K 0%
91
praktik menyelesaikan project. Selain itu, peserta juga harus
disiplin dalam menggunakan berbagai alat dan bahan yang ada.
Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa 19% peserta
menilai kegiatan ekstrakurikuler robotika sangat baik dalam
meningkatkan kedisiplinan peserta, 64% menilai baik, dan 17%
menilai cukup baik. Tidak ada peserta yang merasa kegiatan
ekstrakurikuler robotika kurang baik dalam meningkatkan
kedisiplinan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kegiatan
ekstrakurikuler robotika sudah baik dalam meningkatkan
kedisiplinan peserta.
e) Ekstrakurikuler Robotika sebagai Sarana Pengembangan Minat
Diagram 4.25
Ekstrakurikuler Robotika sebagai Sarana Pengembangan Minat
Salah satu faktor yang mempengaruhi peserta mengikuti suatu
kegiatan ekstrakurikuler ialah adanya minat yang dimiliki terhadap
ekstrakurikuler tersebut. Peserta yang mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler robotika merupakan siswa yang memiliki
ketertarikan terhadap teknologi, khususnya robot. Materi dalam
pembelajaran ekstrakurikuler robotika tidak hanya berisi tentang
bagaimana membuat program, namun juga menyisipkan beberapa
kategori permainan robot sehingga membuat peserta semakin
semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa 53% peserta
menganggap kegiatan ekstrakurikuler robotika telah menjadi
sarana pengembangan minat dengan sangat baik, 44% menilai
baik, dan 3% menilai cukup baik. Tidak ada peserta yang merasa
kegiatan ekstrakurikuler robotika kurang baik sebagai sarana
pengembangan minat.Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
ekstrakurikuler robotika merupakan kegiatan yang sangat baik
sebagai sarana pengembangan minat peserta.
SB 53%
B 44%
C 3%
K 0%
92
f) Ekstrakurikuler Robotika sebagai Sarana Pengembangan Bakat
Diagram 4.26
Ekstrakurikuler Robotika sebagai Sarana Pengembangan Bakat
Materi dalam pembelajaran ekstrakurikuler robotika sangatlah
beragam. Tidak hanya mempelajari bagaimana cara merakit robot
dan membuat program, namun juga mengasah keterampilan
peserta dalam memainkan berbagai kategori permainan robot.
Dengan demikian, peserta dapat mengembangkan bakat sesuai
dengan bidang yang tersedia.
Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa 51% peserta
menganggap kegiatan ekstrakurikuler robotika telah menjadi
sarana pengembangan bakat dengan sangat baik, 47% menilai
baik, dan 2% menilai cukup baik. Tidak ada peserta yang merasa
kegiatan ekstrakurikuler robotika kurang baik sebagai sarana
pengembangan bakat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
ekstrakurikuler robotika merupakan kegiatan yang sangat baik
sebagai sarana pengembangan bakat peserta.
Peserta didik memiliki kemampuan yang beragam, ada yang
unggul dari sisi kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Banyaknya
jumlah mata pelajaran di madrasah membuat MTsN 1 Kota Tangerang
Selatan merasa perlu mengadakan suatu program ekstrakurikuler
sebagai penyeimbang sehingga siswa tidak hanya terasah sisi
kognitifnya saja, tetapi juga afektif dan psikomotoriknya. Program
ekstrakurikuler robotika tidak hanya meningkatkan pengetahuan peserta
dalam bidang teknologi saja, namun terdapat juga beberapa sikap dan
keterampilan yang berkembang setelah mengikuti program
ekstrakurikuler ini, antara lain peserta memiliki kemampuan
bersosialisasi dan bekerja sama, meningkatkan kreatifitas, terlatih untuk
berpikir logic, dan sebagainya. Peserta juga merasakan dampak setelah
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler robotika. Dampak yang dirasakan
antara lain sangat baik dalam peningkatan kemampuan berkomunikasi,
sangat baik dalam peningkatan kreatifitas, baik dalam peningkatan
kemampuan bekerja sama, baik dalam peningkatan disiplin waktu, serta
sangat baik dalam pengembangan minat dan bakat.
SB 51%
B 47%
C 2%
K 0%
93
B. Prestasi Bidang Robotika
Prestasi menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan suatu program.
Pencapaian prestasi di bidang robotika oleh peserta ekstrakurikuler robotika
di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan dapat dikatakan sangat baik. Hal
tersebut terbukti dari banyaknya prestasi yang diraih oleh peserta dalam
berbagai kompetisi, baik di dalam maupun di luar negeri. Setiap tahun
peserta sangat aktif dalam mengikuti kompetisi robotika. Sebagaimana
diungkapkan oleh Bapak Imam selaku pembina mengatakan bahwa:
“(Prestasi) sudah sesuai target. Kompetisi yang kita ikuti itu 80%-nya kita
mendapat prestasi. Kompetisi robotika yang kita ikuti ada yang secara
kolektif (terbuka), ada juga yang hanya mengirim perwakilan tertentu. Kalau
yang mengirim perwakilan itu dalam setahun kita bisa mengikuti hingga 6
kompetisi, dan itu melalui proses seleksi.” (Wawancara tanggal 23 Oktober
2019).
Ibu Eka selaku Waka Kurikulum mengungkapkan bahwa: “Siswa
sering mengikuti kompetisi dan setiap tahun sudah terjadwal rutin.
Maksimal dalam setahun ada 6 kali, hal ini juga terkait dengan pendanaan
dari madrasah. Alhamdulillah ekskul robotika sudah sampai di tingkat
internasional. Dan setiap tahun kami mengirimkan perwakilan untuk
mengikuti kompetisinya.” (Wawancara tanggal 14 November 2019).
Hal tersebut juga sesuai dengan pernyataan Bapak Ulik Selaku Kepala
Madrasah, beliau mengungkapkan bahwa: “Sering (mengikuti kompetisi).
Rata-rata 3 kali setiap semester, jadi setahun rata-rata mengikuti 6 kali
kompetisi robotika. Sebagian sudah sesuai harapan. Jika diprosentase sudah
mencapai 80%. Artinya lumayan tinggi pencapaian prestasi di bidang
robotika.” (Wawancara tanggal 14 November 2019).
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan, berikut prestasi di bidang
robotika yang telah diraih oleh peserta ekstrakurikuler robotika MTsN 1
Kota Tangerang Selatan:
Tabel 4.3
Daftar Prestasi Peserta Ekstrakurikuler Robotika Tingkat Nasional
No. Tahun Nama Kompetisi Penyelenggara Juara
1. 2019 Madrasah Robotik 2019 Kemenag 3
2. 2019 Kompetisi Robot Nusantara Racer dan UIN
Jakarta 1
3. 2018 Indonesia Youth Robot
Competition
Racer dan ICE
BSD 1
4. 2018 Madrasah Robotik 2018 Kemenag 3
5. 2018 Indonesia Sains Enginering
Festival Jungleland 1
6. 2018 Kompetisi Robot Nusantara Racer dan ICE
BSD 1
7. 2017 Olimpiade TIK KOGTIK dan
Kemendikbud 2
94
Berdasarkan tabel di atas, peserta ekstrakurikuler robotika telah meraih
prestasi di tingkat nasional sebanyak tujuh kali, yaitu satu kali pada tahun
2017, empat kali pada tahun 2018, dan dua kali pada tahun 2019. Dari tujuh
prestasi yang telah diraih, peserta ekstrakurikuler robotika berhasil meraih
juara 1 sebanyak empat kali, juara 2 sebanyak satu kali, dan juara 3
sebanyak dua kali.
Tabel 4.4
Daftar Prestasi Peserta Ekstrakurikuler Robotika Tingkat
Internasional
No. Tahun Nama Kompetisi Penyelenggara Juara
1. 2019 Asian Robot Youth Olimpiad Singapura 1
2. 2018 World Robot Confrence
Contest
IYRA Beijing
China 1
3. 2017 Asian Robot Youth Olimdiad Singapura 1
4. 2016 Asian Junior Robot Cup Malaysia 1
5. 2015 International Islamic School
Robot Olimpiad Indonesia 2
6. 2015 Asian Robot Youth Olimdiad Singapura 1
7. 2015 Asian Junior Robot Cup Malaysia 1
8. 2014 International Islamic School
Robot Olimpiad Malaysia 1
Berdasarkan tabel di atas, peserta ekstrakurikuler robotika telah meraih
prestasi di tingkat internasional sebanyak delapan kali, yaitu satu kali pada
tahun 2014, tiga kali pada tahun 2015, dan satu kali pada tahun 2016 hingga
2019. Dari delapan prestasi yang telah diraih, peserta ekstrakurikuler
robotika berhasil meraih juara 1 sebanyak tujuh kali dan juara 2 sebanyak
satu kali.
Berikut hasil perhitungan angket peserta ekstrakurikuler robotika di
MTsN 1 Kota Tangerang Selatan mengenai prestasi bidang robotika:
Diagram 4.27
Ekstrakurikuler Robotika Meningkatkan Prestasi Non-akademik
Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa 42% peserta
berpendapat bahwa ekstrakurikuler robotika sangat baik dalam
meningkatkan prestasi non-akademik, 46% menilai baik, dan 12% menilai
cukup baik. Tidak ada peserta yang berpendapat bahwa ekstrakurikuler
SB 42%
B 46%
C 12%
K 0%
95
robotika kurang baik dalam meningkatkan prestasi non-akademik. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa ekstrakurikuler robotika sudah baik
dalam meningkatkan prestasi non-akademik.
Prestasi peserta ekstrakurikuler robotika MTsN 1 Kota Tangerang
Selatan sudah tidak diragukan lagi. Setiap tahun MTsN 1 Kota Tangerang
Selatan rutin mengirimkan perwakilannya untuk mengikuti berbagai
kompetisi robotika, baik lokal, regional, maupun tingkat internasional.
Dalam setahun MTsN 1 Kota Tangerang Selatan rata-rata mengikuti
sebanyak 6 kompetisi. Prestasi yang diraih MTsN 1 Kota Tangerang Selatan
sudah sesuai dengan apa yang ditargetkan. Dari seluruh kompetisi yang
diikuti, 80% membawa hasil yang memuaskan. Peserta menilai pencapaian
prestasi di bidang non-akademik sangat baik setelah mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler robotika. Oleh karena itu, banyak peserta yang menjadikan
program ekstrakurikuler robotika sebagai salah satu batu loncatan untuk
meraih prestasi di bidang non-akademik. Dengan demikian, nantinya peserta
dapat menggunakan jalur prestasi untuk masuk ke SMA/MA yang
diinginkan.
D. Pembahasan
1. Evaluasi Konteks (Context)
A. Latar Belakang Program
Ekstrakurikuler memiliki peranan yang tidak kalah penting. Program ini
berfungsi untuk membantu peserta didik memaksimalkan potensi dan
bakatnya yang mungkin belum seluruhnya bisa diperoleh melalui jam
pelajaran di madrasah. Salah satu alasan mengapa perlu diadakannya
program ekstrakurikuler robotika, yaitu untuk membentuk kepribadian
peserta menjadi terampil dan terbiasa dengan suatu kegiatan yang berkaitan
dengan teknologi. Selain itu, program ekstrakurikuler robotika dapat
membiasakan peserta terampil mengorganisasi, mengelola, menambah
wawasan, bekerja sama, dan menyelesaikan masalah.
Program yang memiliki dasar hukum semakin memperkuat latar
belakang pelaksanaan program tersebut. Dasar hukum ataupun landasan
hukum merupakan norma hukum yang mendasari suatu tindakan tertentu
sehingga dapat dibenarkan atau dianggap sah secara hukum (Asshiddiqie,
2006:151). Pelaksanaan program ekstrakurikuler yang baik tidak terlepas
dari adanya undang-undang sebagai dasar hukum atas pelaksanaan suatu
program. Dalam konteks, dasar hukum program ekstrakurikuler robotika di
MTsN 1 Kota Tangerang Selatan dapat dikatakan sudah memenuhi syarat
untuk menyelenggarakan program ekstrakurikuler. Program ekstrakurikuler
robotika di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan diselenggarakan dengan
berdasarkan Undang-Undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 pasal 3, Undang-
Undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 pasal 12 ayat 1b, Peraturan Pemerintah
No. 32 tahun 2013, Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 2010, Permendiknas
No. 39 tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan, dan Permendikbud No.
62 Tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler pada Pendidikan Dasar dan
Menengah, selanjutnya Kepala MTsN 1 Kota Tangerang Selatan
mengeluarkan SK penugasan Nomor B.756/MTs.28.08.02.01/PP
96
00.5/07/2019 sebagai dasar pelaksanaan program ekstrakurikuler robotika.
Namun dalam pelaksanaan ekstrakurikuler di MTsN 1 Kota Tangerang
Selatan tidak ditemukan dokumen berupa Pedoman Kegiatan
Ekstrakurikuler secara tertulis sebagaimana arahan Permendikbud No. 62
tahun 2014 pasal 5 yang mengatakan bahwa satuan pendidikan wajib
menyusun program Kegiatan Ekstrakurikuler yang merupakan bagian dari
Rencana Kerja Sekolah yang di dalamnya memuat tentang (1) rasional dan
tujuan umum, (2) deskripsi kegiatan ekstrakurikuler, (3) pengelolaan, (4)
pendanaan, dan (5) evaluasi.
Berdasarkan hasil penelitian, latar belakang diselenggarakannya
program ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan antara
lain karena semakin berkembangnya teknologi di era 4.0, sedangkan mata
pelajaran TIK masih belum cukup dalam memfasilitasi pembelajaran di
bidang teknologi. Selain itu, belum banyak lembaga pendidikan yang
menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler robotika. Melalui program
ekstrakurikuler robotika, MTsN 1 Kota Tangerang Selatan dapat mewadahi
minat dan bakat peserta didik di bidang teknologi khususnya yang berkaitan
dengan robot. Peminat ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota Tangerang
Selatan juga sangat banyak. Adanya program ini, diharapkan mampu
mengembangkan bakat peserta didik di bidang robotika sehingga nantinya
dapat berprestasi, tidak hanya di tingkat nasional namun juga hingga tingkat
internasional. Dengan demikian, madrasah tidak hanya menjadi lembaga
pendidikan yang unggul di bidang agama Islam, namun juga mampu unggul
di bidang lain, khususnya bidang teknologi. Selain itu, penyelenggaraan
program ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan
diperkuat dengan adanya dasar hukum berupa Undang-undang dan
Peraturan Pemerintah serta SK penugasan yang dikeluarkan oleh pihak
madrasah. Namun dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler tidak
ditemukan adanya pedoman penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler
sebagaimana yang diamanatkan dalam Permendikbud No. 62 tahun 2014
pasal 5. Pedoman tersebut dibutuhkan agar penyelenggaraan program
ekstrakurikuler semakin terarah dan terstruktur dengan baik.
B. Analisis Kebutuhan
Setyosari (2013:230) mengemukakan bahwa analisis kebutuhan
dilakukan untuk sebuah tujuan program atau produk tersebut dikembangkan.
Analisis kebutuhan ini merupakan kegiatan yang rumit, sulit, dan sangat
penting. Hal ini dikarenakan di samping menjadi landasan kegiatan
selanjutnya seperti pemilihan metode pembelajaran yang tepat, biaya
pelaksanaan program ekstrakurikuler robotika juga tidak murah sehingga
jika program tidak sesuai dengan kebutuhan, maka tidak akan meningkatkan
kemampuan peserta didik di bidang teknologi, selain itu juga akan
menghabiskan banyak biaya. Selanjutnya dikatakan sulit dan rumit karena
perlu menganalisa kompetensi yang dimiliki oleh instruktur dan kompetensi
peserta didik yang dibutuhkan sesuai dengan kecenderungan perubahan
situasi lingkungan yang sedang dihadapi dan yang akan dihadapi pada masa
yang akan datang.
97
Kurikulum berfungsi sebagai alat dan gambaran dari sebuah praktik
pendidikan yang harus dilaksanakan dan capaian yang diharapkan.
Kurikulum juga berfungsi sebagai pedoman pelaksanaan pendidikan,
sehingga hasil pendidikan sangat diwarnai oleh keberadaan kurikulum
tersebut (Khodijah, dkk., 2016:81). Kedudukan kurikulum yang penting itu
yang menyebabkan keberadaannya selalu menjadi fokus utama dalam setiap
perubahan/perbaikan sistem pendidikan. Kurikulum harus ditetapkan secara
sistematis, metode pengajaran, jumlah jam pertemuan, dan sistem
evaluasinya harus jelas agar sasaran dari pengembangan program menjadi
lebih optimal.
Berdasarkan hasil penelitian, program ekstrakurikuler robotika di
MTsN 1 Kota Tangerang Selatan didasarkan kepada kebutuhan dasar peserta
didik dalam mengembangkan kemampuannya pada era digital. Selain itu,
program ekstrakurikuler robotika tidak hanya sekedar untuk memenuhi
arahan pemerintah akan adanya pembelajaran mengenai IT terapan, namun
juga sebagai wadah pemenuhan kebutuhan peserta akan minat dan bakatnya
di bidang teknologi. Tingginya animo peserta didik serta dukungan dari
orang tua membuat program ekstrakurikuler robotika terus bertahan hingga
saat ini. Pengenalan dan pelatihan merakit serta memprogram robot menjadi
daya tarik tersendiri bagi siswa dalam mempelajari teknologi.
Ekstrakurikuler robotika juga memiliki prospek yang bagus ke depannya.
Tidak sedikit peserta yang mengembangkan kemampuan dan menjadikan
program ekstrakurikuler robotika sebagai batu loncatan untuk meraih
perstasi di bidang teknologi.
Berbagai prestasi yang diraih oleh peserta tidak terlepas dengan adanya
kurikulum pembelajaran robotika yang sudah relevan dengan kebutuhan.
Kurikulum disusun oleh pembina ekstrakurikuler robotika dan bekerja sama
dengan lembaga kursus robotika, Racer Robotics. Kurikulum yang disusun
terdiri atas materi-materi robotika yang akan dipelajari selama mengikuti
program ekstrakurikuler. Kurikulum disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran dan kebutuhan peserta ekstrakurikuler robotika. Kurikulum
yang digunakan juga sudah sesuai dengan standar kompetensi yang
diharapkan dan sudah terlaksana dengan baik. Setelah mengikuti program
ekstrakurikuler robotika setidaknya peserta dapat mengerti hal-hal yang
berkaitan dengan robotika dan dapat menghasilkan karya sederhana yang
bermafaat.
C. Tujuan Program
Kegiatan ekstrakurikuler bertujuan untuk mengembangkan,
memperluas ilmu pengetahuan peserta didik, menyalurkan bakat,
mengetahui hubungan antar pelajaran sebagai upaya pembinaan anak
(Prihatin, 2011:164). Tujuan ekstrakurikuler untuk membantu
mengembangkan keterampilan anak didik yang telah disesuaikan dengan
kebutuhan anak, minat dan bakat anak. Bimbingan tersebut dilaksanakan di
bawah bimbingan pendidik khusus, tenaga kependidikan dan seseorang yang
memiliki keahlian atas wewenang sekolah. Tujuan kegiatan ekstrakurikuler
dapat tercapai apabila manajemen dikelola dengan baik (Arikunto dan
Yuliana, 2012:2).
98
Adanya program ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota Tangerang
Selatan tidak hanya bertujuan untuk menyalurkan bakat dan minat peserta
didik, namun juga untuk menggali potensi di bidang teknologi,
mengaplikasikan potensi tersebut, hingga dapat bersaing dengan sekolah
lain dalam berbagai kompetisi. Dan tentunya adanya program
ekstrakurikuler robotika bertujuan untuk membantu peserta dalam meraih
prestasi di bidang teknologi hingga ke tingkat Internasional. Tidak hanya
untuk mengembangkan pengetahuan mengenai robotika sejak dini, program
ekstrakurikuler juga memiliki tujuan mengembangkan sikap peserta didik,
antara lain melatih kerja sama tim, mengasah kreatifitas, melatih berpikir
logic, dan mengasah motorik.
Berdasarkan hasil penelitian, tujuan program ekstrakurikuler robotika
di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan sudah sesuai dengan yang diharapkan
yaitu untuk menyalurkan bakat dan minat peserta didik di bidang teknologi
sehingga nantinya dapat menyiapkan generasi muda yang memiliki
kompetensi dan unggul dalam bidang teknologi. Selain itu, peserta didik
juga dapat bersaing dan meraih prestasi di bidang robotika.
Berdasarkan penelitian dari tiap indikator pada aspek konteks (Context),
ditemukan beberapa temuan. Dalam latar belakang pelaksanaan program,
madrasah hanya mengeluarkan SK penugasan sebagai dasar pelaksanaan
program. Madrasah tidak menyusun dokumen mengenai program kegiatan
ekstrakurikuler secara tertulis sebagai dasar pelaksanaan program. Padahal
program kegiatan ekstrakurikuler tersebut wajib disusun oleh satuan pendidikan
dan bagian dari rencana kerja sekolah sebagaimana diamanatkan dalam
Permendikbud No. 62 tahun 2014 pasal 5. Dokumen tersebut dapat dijadikan
acuan agar penyelenggaraan program ekstrakurikuler semakin terarah dan
terstruktur dengan baik.
Analisis kebutuhan dilakukan untuk sebuah tujuan program atau produk
tersebut dikembangkan. Dalam mengembangkan program ekstrakurikuler
dibutuhkan kurikulum yang berfungsi sebagai alat dan sekaligus sebagai
gambaran seperti apa praktik pendidikan harus dilaksanakan dan capaian yang
diharapkan. Kurikulum juga berfungsi sebagai pedoman pelaksanaan pendidikan.
Kurikulum harus ditetapkan secara sistematis, jumlah jam pertemuan, metode
pengajaran, dan sistem evaluasinya harus jelas agar sasaran dari pengembangan
itu optimal. Namun fakta di lapangan tidak ditemukan dokumen kurikulum
ekstrakurikuler robotika yang disusun secara sistematis mengenai
pembelajarannya. Silabus yang disusun juga hanya memuat susunan materi,
peralatan yang digunakan, dan target pembelajaran.
Tujuan dilaksanakannya program ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota
Tangerang Selatan yaitu menyalurkan bakat dan minat peserta didik di bidang
teknologi sehingga nantinya dapat menyiapkan generasi muda yang memiliki
kompetensi dan unggul dalam bidang teknologi. Selain itu, peserta didik juga
dapat bersaing dan meraih prestasi di bidang robotika. Tujuan tersebut sejalan
dengan tujuan penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler yang tertulis dalam
Permendikbud No. 62 tahun 2014 yang berbunyi, “Kegiatan Ekstrakurikuler
diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat,
99
kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara
optimal dalam rangka mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional”.
2. Evaluasi Masukan (Input)
A. Kualifikasi SDM
1. Instruktur Ekstrakurikuler Robotika
Instruktur menjadi orang dibalik layar yang mampu mengangkat
level prestasi para peserta, mulai dari tahap pemula sampai peserta
tersebut menjadi berhasil. Instruktur yang berkualitas diharapkan dapat
melahirkan prestasi yang berkualitas yang akan didapat melalui
pembelajaran yang berkualitas (Bangun, 2018:31). Oleh karena itu,
instruktur memiliki peran yang penting dalam keberhasilan dan
kelancaran suatu program ekstrakurikuler. Instruktur tidak hanya
menyampaikan materi dalam pembelajaran, melainkan juga
memberikan motivasi atau dorongan kepada peserta agar berhasil
dalam mengikuti program ekstrakurikuler.
Ketersediaan instruktur merupakan salah satu daya dukung dalam
pengembangan dan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler. Hal tersebut
sebagaimana tercantum dalam lampiran Permendikbud No. 62 Tahun
2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler pada Pendidikan Dasar dan
Menengah yang berbunyi, “Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler harus
didukung dengan ketersediaan pembina. Satuan pendidikan dapat
bekerja sama dengan pihak lain untuk memenuhi kebutuhan pembina”.
Selanjutnya, pada Lampiran Permendikbud No. 90 Tahun 2014 tentang
Standar Kualifikasi dan Kompetensi Instruktur pada Kursus dan
Pelatihan menetapkan standar kualifikasi akademik dan standar
kompetensi yang harus dimiliki oleh instruktur.
Instruktur pada kursus dan pelatihan berbasis keilmuan harus
memiliki kualifikasi akademik minimal Sarjana (S-1) atau Diploma
Empat (D-IV) yang diperoleh dari perguruan tinggi terakreditasi,
sertifikat kompetensi keahlian dalam bidang yang relevan, dan sertifikat
instruktur. Sertifikat kompetensi keahlian dikeluarkan atau diakui oleh
perguruan tinggi penyelenggara program keahlian dan/atau lembaga
yang ditunjuk oleh pemerintah. Sertifikat instruktur diperoleh setelah
calon instruktur mengikuti pelatihan dan lulus ujian kompetensi
instruktur yang diselenggarakan oleh lembaga yang ditunjuk oleh
pemerintah (Lampiran Permendikbud No.90 tahun 2014).
Standar kompetensi instruktur meliputi (1) standar kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial yang
bersifat umum dan berlaku untuk semua instruktur; dan (2) standar
kompetensi profesional sesuai dengan bidang keahlian/ keterampilan
yang diajarkan (Lampiran Permendikbud No.90 tahun 2014).
Program ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota Tangerang
Selatan memiliki satu orang instruktur ekstrakurikuler yang berasal dari
internal madrasah yang merangkap sebagai pembina ekstrakurikuler
robotika. Selain itu, MTsN 1 Kota Tangerang Selatan juga bekerja
sama dengan lembaga kursus robotika (Racer Robotics) dalam
menyediakan instruktur. Jumlah instruktur inti yang berasal dari Racer
100
Robotics sebanyak 2 orang dengan kualifikasi akademik masing-
masing S1 Teknik Elektro dan SMK Teknik Komputer dan Jaringan.
Instruktur inti tersebut didampingi oleh 2-3 orang asisten dalam setiap
kegiatan ekstrakurikuler. Racer Robotics dianggap memiliki rekam
jejak yang baik dalam membimbing peserta. Hal tersebut dibuktikan
dengan suksesnya Racer Robotics dalam membimbing peserta dalam
mengikuti kompetisi robotika tingkat internasional yang
diselenggarakan setiap tahun. Walaupun terdapat instruktur yang
berasal dari luar madrasah, kegiatan ekstrakurikulernya tetap dipantau
oleh pembina ekstrakurikuler robotika. Pembina ekstrakurikuler
robotika juga menetapkan kualifikasi khusus bagi instruktur
ekstrakurikuler robotika, yaitu harus memiliki latar belakang di bidang
informatika atau elektro dan memiliki pengalaman mengajar.
Berdasarkan hasil penelitian, instruktur ekstrakurikuler robotika di
MTsN 1 Kota Tangerang Selatan sudah sesuai dengan kualifikasi yang
ditetapkan oleh madrasah karena memiliki latar belakang di bidang
elektro atau informatika, memiliki pengalaman mengajar, menguasai
materi yang diajarkan, serta memiliki track record yang baik.
Ketersediaan instruktur juga sudah sesuai dengan Lampiran
Permendikbud No. 62 tahun 2014 yang mengatakan bahwa satuan
pendidikan dapat bekerja sama dengan pihak lain untuk memenuhi
kebutuhan pembina. Namun, masih terdapat instruktur yang memiliki
kualifikasi akademik SMK. Hal tersebut belum memenuhi kualifikasi
akademik yang ditetapkan pada Lampiran Permendikbud No. 90 tahun
2014. Dengan demikian, instruktur ekstrakurikuler robotika di MTsN 1
Kota Tangerang Selatan sudah berperan baik, namun masih terdapat
instruktur yang belum sesuai kompetensinya.
2. Peserta Ekstrakurikuler Robotika
Peserta sebaiknya memiliki latar belakang yang relatif homogen
dan jumlahnya ideal, agar kelancaran program dapat terjamin.
Rekrutmen peserta dapat menjadi kunci keberhasilan langkah
selanjutnya dalam pembelajaran (Kamil, 2010: 17). Dalam proses
rekrutmen pihak madrasah menetapkan beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi oleh peserta ekstrakurikuler robotika terutama yang
berhubungan dengan media pembelajaran yang dimiliki sehingga
peserta dapat mengikuti program ekstrakurikuler dengan baik.
Peserta program ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota
Tangerang Selatan adalah peserta didik yang memiliki bakat dan minat
di bidang teknologi dan memilih robotika sebagai program
ekstrakurikuler pada awal tahun ajaran baru. Pada dasarnya tidak ada
syarat untuk menjadi peserta ekstrakurikuler robotika. Semua peserta
didik MTsN 1 Kota Tangerang Selatan yang memiliki minat di bidang
robotika dapat mengikuti program ekstrakurikuler robotika. Namun
dikarenakan banyaknya peserta yang berminat, Pembina ekstrakurikuler
robotika memutuskan untuk membatasi peserta yang ingin mengikuti
program ekstrakurikuler robotika dengan memberlakukan syarat
kepemilikan laptop yang nantinya akan digunakan dalam pembelajaran
101
ekstrakurikuler. Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas pembelajaran
ekstrakurikuler robotika dan menyesuaikan dengan ketersediaan sarana
pembelajarannya.
Berdasarkan hasil penelitian, kualifikasi peserta program
ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan sudah
sesuai. Peserta memiliki kesamaan minat di bidang robotika. Selain itu,
agar pembelajaran lebih kondusif, peserta juga telah melalui seleksi
sehingga jumlah peserta sesuai dengan ketersediaan sarana
pembelajarannya. Pada tahun ajaran 2019/2020 jumlah peserta
ekstrakurikuler robotika sebanyak 59 orang, yang terdiri dari 35 orang
peserta kelas VII dan 24 orang peserta kelas VIII. Dapat diambil
kesimpulan bahwa peserta sudah memenuhi syarat sebagai peserta
ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan dan
diharapkan dapat mengikuti program ekstrakurikuler robotika dengan
baik.
B. Prosedur dan Aturan dalam Kegiatan
1. Kelayakan Materi
Materi pembelajaran tidak hanya tersusun dari hal-hal sederhana
yang bersifat hafalan dan pemahaman, tetapi juga terdiri dari materi
kompleks yang memerlukan analisis, aplikasi dan sintesis (Trianto
2011: 10-11). Materi yang dibahas dalam pembelajaran harus berkaitan
dengan tujuan program yang telah ditetapkan. Selain itu, rumusan
materi harus tersusun sesuai dengan struktur materi yang telah
terintegrasi yang dapat memenuhi kebutuhan peserta akan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. Prinsip-prinsip perumusan materi meliputi:
a) Materi sesuai dengan latar belakang dan tingkat kemampuan
peserta.
b) Materi diorganisir dengan mempertimbangkan aspek kemanfaatan
dan dipilih secara cermat.
c) Materi pembelajaran yang diberikan harus memiliki manfaat bagi
peserta.
Kurikulum dalam pembelajaran ekstrakurikuler robotika disusun
oleh Pembina ekstrakurikuler robotika dengan bekerja sama dengan
Racer Robotics. Materi yang diberikan dalam program ekstrakurikuler
merupakan kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta
ekstrakurikuler. Materi ekstrakurikuler robotika dibuat oleh instruktur
berdasarkan kurikulum dan silabus yang sudah disusun. Berdasarkan
data, berikut materi inti dalam program ekstrakurikuler robotika di
MTsN 1 Kota Tangerang Selatan:
a. Kelas VII My Robot Time (MRT)
b. Kelas VIII Arduino
Materi yang diberikan juga disesuaikan dengan kebutuhan. Jika
menjelang kompetisi, maka materi yang terdapat dalam silabus akan
ditunda dan materi yang diberikan adalah materi terkait dengan
berbagai kategori yang terdapat dalam kompetisi. Dengan demikian
peserta lebih siap dalam menghadapi kompetisi. Baik kelas VII maupun
102
kelas VIII dalam akhir pembelajaran diharapkan dapat membuat karya
sederhana terkait robotika.
Berdasarkan hasil penelitian, materi yang diberikan dalam
pembelajaran ekstrakurikuler robotika sudah sesuai dengan kurikulum
dan diharapkan dapat membekali peserta untuk bersaing dalam
kompetisi dengan baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
kelayakan materi dalam program ekstrakurikuler robotika di MTsN 1
Kota Tangerang Selatan sudah sesuai dengan kompetensi dan tujuan
yang diharapkan.
2. Metode Pembelajaran
Instruktur sangat penting untuk menggunakan berbagai metode
dalam pembelajaran (Mujiman, 2006: 81). Selain untuk
mengakomodasi preferensi peserta yang mungkin berbeda-beda,
penggunaan metode yang bervariasi juga dapat menumbuhkan
semangat partisipasi peserta, menumbuhkan ketertarikan, mengurangi
kebosanan, dan memberikan kesempatan kepada semua peserta untuk
menemukan pilihan metode pembelajaran apa yang cocok dengan gaya
belajarnya.
Pendidikan khususnya pendidikan di sekolah, pada proses
pembelajaran harus melibatkan peserta didik secara aktif dalam aspek
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Pembelajaran harus inovatif
sehingga peserta didik senang mengikuti proses pembelajaran, idealnya
proses pembelajaran berpusat pada peserta didik dan terkait dengan
kehidupan sehari-hari (Setyorini, dkk., 2011:52-56).
Terdapat beragam metode yang digunakan dalam pembelajaran
ekstrakurikuler robotika. Metode yang digunakan disesuaikan dengan
materi yang diberikan saat pembelajaran. Pembuatan robot dalam
pembelajaran dilakukan oleh peserta secara berkelompok. Pada
umumnya, di awal pembelajaran instruktur memberikan penjelasan
terkait materi ekstrakurikuler seperti mengenalkan peralatan yang
digunakan, fungsi alatnya, program yang digunakan, bagaimana cara
mengaplikasikan programnya, hingga menerapkan program ke dalam
robot yang sudah dibuat dan melakukan uji coba.
Berdasarkan hasil penelitian, metode yang digunakan dalam proses
pembelajaran pada program ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota
Tangerang Selatan sudah bervariasi. Metode yang digunakan juga
sudah melibatkan peserta didik secara aktif dalam aspek pengetahuan,
sikap, dan keterampilan. Metode pembelajaran yang digunakan adalah
ceramah dan tanya jawab, demonstrasi, eksperimental, dan Project
Method. Akan tetapi dalam hal penyampaiannya, terdapat beberapa
instruktur yang kurang mampu dalam menghidupkan iklim belajar yang
baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa metode yang
digunakan secara keseluruhan sudah baik dan tepat serta dapat diterima
oleh peserta ekstrakurikuler robotika. Penggunaan metode
eksperimental dan Project Method memiliki keunggulan, yaitu dapat
melihat kemampuan peserta secara langsung karya apa yang dibuat,
bagaimana fungsinya, dan dapat menguji-cobanya hingga berhasil.
103
3. Media
Media pembelajaran adalah komponen integral (satu kesatuan) dari
sistem pembelajaran. Adapun media pembelajaran sebagai alat kegiatan
belajar, menurut Latuheru dalam Suryani dan Agung (2012:137)
menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat atau teknik
yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar
proses interaksi komunikasi pendidikan antara guru dan siswa
berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna. Dari pendapat di atas
disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sumber yang
dapat berupa alat atau perlengkapan apapun yang bila digunakan oleh
instruktur maupun peserta dalam proses pembelajaran dapat
menyalurkan pesan, merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan
peserta sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri
peserta ekstrakurikuler.
Robotika merupakan ekstrakurikuler yang menggunakan banyak
media dalam pembelajarannya. berbagai peralatan digunakan untuk
menunjang kegiatan pembelajaran. Pada umumnya media yang
digunakan dalam setiap pembelajaran antara lain laptop, LCD
proyektor, dan modul. Untuk penggunaan peralatan disesuaikan dengan
materi yang sedang dipelajari. Kelas VII menggunakan My Robot Time
(MRT) sebagai dasar mempelajari robotika. MRT sendiri berisi
berbagai bentuk part semacam lego yang dilengkapi dengan berbagai
elektrikal seperti mainboard, DC Motor, baterai, berbagai sensor, dan
remote. Sedangkan kelas VIII mempelajari materi Arduino yang
menggunakan Arduino Kit sebagai media pembelajarannya. Arduino
Kit terdiri dari project board, servo, LED, resistor, transistor,
capasitor, kabel downloader, kabel jumper, seven segment, ultrasonic
sensor, LCD, remote IR, dan modul berbentuk CD. Media lain yang
digunakan dalam pembelajaran ekstrakurikuler robotika antara lain
berbagai robot Humanoid (Rero, Aelos, Line Core), Drone, bahkan
handphone juga dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Sedangkan
dalam mempelajari materi untuk kompetisi disesuaikan dengan kategori
yang diadakan dalam kompetisi tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian, ketersediaan media yang ada sudah
menunjang dalam kegiatan pembelajaran ekstrakurikuler robotika di
MTsN 1 Kota Tangerang Selatan. Sebagian besar media memiliki
kondisi yang baik dan layak, namun dalam beberapa kegiatan masih
ditemukan beberapa alat yang tidak berfungsi optimal. Dapat
disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran dalam program
ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan sudah
digunakan sebaik mungkin dan alat praktik yang digunakan sudah
sesuai, namun masih harus diperhatikan lagi kelayakannya.
C. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana dalam pendidikan menjadi penunjang bagi
kegiatan belajar mengajar atau seluruh fasilitas yang diperlukan dalam
kegiatan belajar mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak
104
agar tujuan pendidikan dapat tercapai dan berjalan dengan lancar, teratur,
efektif, dan efisien (Fadhilah, 2014:9). Adapun fungsi dari pengadaan sarana
dan prasarana pendidikan mengatur dan menyelenggarakan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan baik menyangkut jenis, jumlah, kualitas, tempat,
dan waktu yang dikehendaki (Arum, 2006:47). Sarana dan prasarana
memiliki peranan penting untuk mendukung pelaksanaan program
ekstrakurikuler guna mencapai tujuan yang diharapkan. Sarana yang
digunakan dalam program ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota
Tangerang Selatan antara lain Handout, Alat tulis, Laptop, LCD Proyektor,
Air Conditioning (AC), berbagai jenis set robot seperti My Robot Time
(MRT) Kit, Drone, Aelos, Line Core, dan sebagainya, berbagai peralatan
elektro seperti baterai, remote, Arduino Kit, dan sebagainya, dan arena robot.
Sedangkan prasarana yang digunakan antara lain ruang kelas dan aula.
Pengadaan sarana dan prasarana dalam pembelajaran ekstrakurikuler
robotika dilakukan secara bersama-sama antara pihak madrasah, komite, dan
orang tua peserta. Instruktur dari Racer Robotics juga berkontribusi dalam
pengadaan sarana dengan meminjamkan peralatan yang digunakan dalam
pembelajaran ekstrakurikuler robotika. Sarana dalam pembelajaran harus
diperiksa kembali kondisi dan kelengkapannya karena seringkali dalam
kegiatan pembelajaran ditemukan beberapa robot dan peralatan yang
kondisinya kurang optimal. Pembelajaran dilakukan di dalam ruangan,
sehingga kegiatan pembelajaran ekstrakurikuler robotika tidak terganggu
atau berbenturan dengan kegiatan ekstrakurikuler lain.
Berdasarkan hasil penelitian, sarana dan prasarana dalam program
ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan sudah memadai
sehingga mampu mendukung pelaksanaan pembelajaran dalam program
ekstrakurikuler robotika. Namun demikian, kondisinya harus diperhatikan
kembali sebelum melakukan proses pembelajaran agar tidak terdapat
kendala dalam kegiatan ekstrakurikuler robotika.
D. Sumber Dana
Anggaran pendidikan perlu dikelola dengan baik. Pengelolaan anggaran
dalam satuan pendidikan penting untuk dilakukan agar dana yang diperoleh
dapat digunakan secara efektif dan efisien (Fitri, 2014:33). Ketersediaan
dana menjadi salah satu syarat agar kegiatan dapat dilakukan. Dana menjadi
salah satu faktor penentu dalam keberhasilan suatu kegiatan, tanpa adanya
dana, kegiatan tidak dapat berjalan dengan lancar bahkan mungkin tidak
dapat berjalan sama sekali. Dalam kegiatan ekatrakurikuler, dana digunakan
untuk memenuhi segala kebutuhan dalam pelaksanaan kegiatan agar
berjalan lancar. Seperti yang penelitian oleh Hanushek, Woessmann dan
Zhang (2011) yaitu tersedianya dana dalam kegiatan ekstrakurikuler
diartikan sebagai besarnya dana yang disediakan oleh pihak sekolah untuk
memberi kemudahan kepada peserta dalam mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler. Ukuran besar atau kecilnya dana sangat relatif, namun yang
terpenting adalah kewajaran dan optimalisasi penggunaan dana tersebut.
Pembiayaan untuk penyelenggaraan program ekstrakurikuler perlu
dirancang sebaik-baiknya agar berbagai kegiatan dalam ekstrakurikuler yang
direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik.
105
Program ekstrakurikuler robotika termasuk kegiatan yang
membutuhkan banyak dana. Hal ini dikarenakan harga peralatan yang
digunakan dalam pembelajaran tidaklah murah. Dana yang digunakan dalam
penyelenggaraan program ekstrakurikuler berasal dari beberapa sumber,
yaitu dari pemerintah melalui DIPA dan BOS, sumbangan dari komite
madrasah, dan swadaya dari orang tua peserta ekstrakurikuler robotika.
Ketika mengikuti kompetisi yang pesertanya terbatas dalam mewakili
madrasah, dana yang digunakan diambil dari anggaran madrasah yang sudah
dialokasikan untuk kegiatan ekstrakurikuler robotika. Sedangkan dalam
mengikuti kompetisi yang bersifat terbuka tanpa adanya batasan jumlah
peserta, dana yang digunakan adalah dana pribadi dari orang tua peserta
termasuk ketika terdapat kompetisi tingkat internasional yang
diselenggarakan di luar negeri. Dengan demikian, peserta yang didukung
oleh orang tua dalam hal materi dapat mengikuti setiap kompetisi terbuka
yang diselenggarakan dan memiliki peluang lebih besar dalam mendapatkan
prestasi di bidang robotika dibandingkan dengan peserta yang dukungan
materinya terbatas.
Berdasarkan hasil penelitian, pengelolaan dan anggaran ekstrakurikuler
robotika di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan sudah terlaksana dengan baik.
Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai sumber dana yang bersinergi untuk
lancarnya pelaksanaan program. Banyaknya kegiatan yang dilaksanakan
dalam program ekstrakurikuler robotika juga menjadi bukti bahwa dana
yang terdapat dalam program ekstrakurikuler robotika telah dikelola dengan
baik.
Berdasarkan penelitian dari tiap indikator pada aspek masukan (Input),
ditemukan beberapa temuan. Dalam kualifikasi SDM, instruktur yang
membimbing ekstrakurikuler robotika belum sesuai sepenuhnya. Menurut
Lampiran Permendikbud Nomor 90 tahun 2014 tentang Standar Kualifikasi dan
Kompetensi Instruktur pada Kursus dan Pelatihan dikatakan bahwa standar
kualifikasi akademik instruktur pada kursus dan pelatihan berbasis keilmuan
antara lain memiliki kualifikasi akademik minimal S1 atau D-IV, memiliki
sertifikat kompetensi keahlian dalam bidang yang relevan, dan sertifikat
instruktur. Selain itu terdapat standar kompetensi instruktur yang meliputi standar
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial yang
bersifat umum, serta standar kompetensi profesional sesuai dengan bidang
keahlian yang diajarkan. Fakta di lapangan, masih terdapat instruktur yang belum
memiliki latar belakang pendidikan S1 atau D-IV. Selain itu, tidak ada instruktur
yang memiliki sertifikat instruktur. Hal ini dikarenakan belum adanya lembaga
yang ditunjuk oleh pemerintah untuk melaksanakan pelatihan instruktur robotika.
Namun, pengadaan instruktur ekstrakurikuler robotika MTsN 1 Kota Tangerang
Selatan dengan bekerja sama dengan pihak lain untuk memenuhi kebutuhan
instruktur sudah sesuai dengan arahan pada lampiran Permendikbud No. 62 tahun
2014. Dikatakan juga bahwa satuan pendidikan diberikan kebijakan dalam
mengembangkan dan melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler.
Dalam prosedur dan aturan pelaksanaan program ekstrakurikuler robotika di
MTsN 1 Kota Tangerang Selatan, penggunaan metode pembelajaran yang
bervariasi sangat penting dalam mengurangi kebosanan, menumbuhkan semangat
106
partisipasi peserta, menumbuhkan ketertarikan, dan memberikan kesempatan
kepada seluruh peserta untuk menemukan pilihan metode yang sesuai dengan
gaya belajarnya. Namun dalam penerapannya, terdapat beberapa instruktur yang
masih kurang dalam menghidupkan iklim belajar yang baik.
Sarana dan prasarana dalam program ekstrakurikuler robotika di MTsN 1
Kota Tangerang Selatan sudah menunjang dalam kegiatan pembelajaran. Namun
dalam penggunaannya masih ditemukan beberapa sarana pembelajaran yang
tidak berfungsi dengan baik.
3. Evaluasi Proses (Process)
A. Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler
Mesthrie (2010:307) mengungkapkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler
dilaksanakan oleh peserta didik pada waktu terluang. Dalam menyusun
kegiatan, penyelenggara program (dalam hal ini, madrasah) memilih dan
menentukan metode dan teknik pembelajaran, menentukan bahan belajar,
serta menentukan media yang akan digunakan (Kamil, 2010:18). Urutan
kegiatan yang harus disusun disini adalah seluruh rangkaian aktivitas mulai
dari pembukaan sampai penutupan.
Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler robotika diawali dengan adanya
pengenalan kegiatan ekstrakurikuler di awal tahun ajaran, yaitu pada saat
masa orientasi. Setelah adanya pengenalan, peserta didik akan memilih
kegiatan ekstrakurikuler yang akan diikuti dengan cara mengisi angket yang
dikoordinir oleh koordinator ekstrakurikuler. Angket yang telah diisi akan
dikelompokkan sesuai dengan ekstrakurikulernya, lalu diserahkan kepada
masing-masing Pembina ekstrakurikuler untuk dipertimbangkan. Pembina
ekstrakurikuler robotika akan melakukan seleksi berupa tes dalam proses
rekrutmen peserta jika jumlah peserta yang mendaftar jauh melebihi kuota
yang tersedia (32 orang). Namun pada tahun ajaran 2019/2020 ini jumlah
peserta yang mendaftar masih bisa diwadahi karena hanya berjumlah 38
orang sehingga tidak diadakan seleksi. Kegiatan ekstrakurikuler robotika
dilaksanakan satu kali dalam seminggu, yaitu pada hari jumat atau sabtu
dengan durasi 90 menit. Jika terdapat jadwal yang bertepatan dengan hari
libur atau terdapat halangan lain, maka kegiatan ekstrakurikuler akan diganti
jadwal pelaksanaannya di hari lain sesuai kesepakatan. Selain itu, akan ada
penambahan jadwal pembelajaran ketika mendekati kompetisi robotika
untuk memperdalam materi kompetisi yang akan diikuti.
Berdasarkan data hasil penelitian, pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler
robotika di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan sudah sesuai dengan
kurikulum. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler juga sudah sesuai dengan
aturan, yaitu dilaksanakan diluar jam pelajaran. Selain itu, dalam
pelaksanaan kegiatan pembina juga berperan dalam menyusun urutan
kegiatan, menentukan bahan belajar, dan menentukan media yang akan
digunakan dalam pembelajaran. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan kegiatan program ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota
Tangerang Selatan terlaksana dengan baik.
107
B. Penggunaan Sumber Daya
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sadiman, Arief S., dkk (2007)
menunjukkan bahwa ada pengaruh positif yang signifikan antara
kelengkapan sarana prasarana terhadap kinerja guru dan kepuasan siswa,
sedangkan besarnya kontribusi kelengkapan sarana prasarana sebesar 6,76%,
sehingga terdapat pengaruh positif yang signifikan secara simultan antara
kelengkapan sarana prasarana, kinerja guru, dan metode pembelajaran
terhadap kepuasan siswa. Penggunaan sumber daya dalam suatu program
menjadi hal penting yang harus diperhatikan. Hal ini bertujuan agar dapat
memfasilitasi program dengan maksimal sehingga tujuan program dapat
tercapai. Proses pembelajaran dalam program ekstrakurikuler robotika tidak
hanya dipengaruhi oleh ketersediaan sumber daya, tetapi juga dipengaruhi
oleh penggunaan sumber daya tersebut. Sumber daya tidak hanya berupa
sarana dan prasarana, tapi juga berupa sumber daya manusia, dalam hal ini
instruktur dan peserta. Dapat dikatakan keaktifan peserta dalam kegiatan
pembelajaran tidak hanya dipengaruhi oleh sarana yang digunakan, tapi juga
dipengaruhi oleh kualitas instruktur dan minat peserta itu sendiri.
Ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan sudah
sangat baik dalam penggunaan ruang belajar karena memiliki ruangan
tersendiri untuk pelaksanaan kegiatannya sehingga tidak terganggu dengan
kegiatan ekstrakurikuler lain. Peralatan dan bahan yang digunakan dalam
kegiatan ekstrakurikuler juga sudah memadai. Namun terkadang masih
ditemukan kendala dalam penggunaan alat dan bahan seperti keadaan alat
yang kurang optimal ataupun kurangnya ketersediaan mengingat jumlah
peserta yang banyak. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan tambahan
waktu untuk mempelajari suatu materi. Hal ini dikarenakan peserta harus
melakukan praktik sedangkan penggunaan alat harus bergantian karena
jumlahnya yang terbatas.
Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan sumber daya pada program
ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan sudah cukup
baik. Sebagian besar sumber daya sudah sesuai penggunaannya, namun
terkadang dalam kegiatan pembelajaran masih ditemukan beberapa
kekurangan terutama pada penggunaan peralatan robotika.
C. Monitoring Kegiatan
1. Kinerja Instruktur
Menurut Sugiyono (2002:77) lembaga pendidikan diharuskan
memiliki pengajar yang professional dan handal. Pendidik merupakan
ujung tombak lembaga pendidikan. Kehebatan suatu lembaga
pendidikan salah satunya dapat diukur berdasarkan kualitas
pengajarnya. Agar program ekstrakurikuler dapat berjalan dengan
efektif dan efisien, maka perlu dipilih instruktur yang memiliki
kualifikasi tertentu. Kinerja instruktur menjadi salah satu faktor penting
dalam pembelajaran ekstrakurikuler robotika. Instruktur tidak cukup
hanya dengan berpengalaman di bidang robotika, namun juga harus
mampu menciptakan iklim belajar yang baik. Instruktur juga tidak
hanya dituntut untuk menguasai materi, namun juga harus mampu
menyampaikan materi tersebut dengan baik kepada peserta.
108
Instruktur ekstrakurikuler robotika MTsN 1 Kota Tangerang
Selatan sudah berpengalaman di bidang robotika dan menguasai materi
pembelajaran dengan baik, hal ini dibuktikan dengan kemampuan
instruktur dalam menjawab pertanyaan dari peserta dan mengatasi
kendala yang ditemukan oleh peserta dalam pembelajaran. Namun
beberapa instruktir masih belum bisa menguasai kelas, terlihat dari
adanya beberapa siswa yang kurang memperhatikan saat instruktur
menjelaskan materi. Kurangnya jumlah instruktur juga menjadi kendala
dalam pembelajaran ekstrakurikuler robotika, terutama di kelas VIII.
Peserta merasa perhatian instruktur terbagi dikarenakan jumlah
instruktur yang mengajar hanya satu orang sedangkan dalam satu
rombongan belajar terdapat beberapa kelompok yang seringkali dalam
praktik menemukan kendala. Kinerja instruktur selalu dipantau oleh
Pembina ekstrakurikuler robotika. Hal ini dilakukan untuk menjaga
kualitas dalam pembelajaran ekstrakurikuler agar sesuai dengan yang
diharapkan. Menurut penilaian peserta, instruktur sudah baik dalam
menjelaskan tujuan kegiatan di awal pertemuan kegiatan, menjelaskan
target kegiatan, dan melakukan persiapan. Instrukturjuga sudah sangat
baik dalam memberikan contoh saat menjelaskan materi dan memantau
kemajuan peserta didik.
Berdasarkan hasil penelitian, kinerja instruktur sudah baik
terutama dalam penguasaan materi, menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh peserta, dan mengatasi kendala yang ditemukan dalam
pembelajaran. Namun masih terdapat beberapa instruktur yang kurang
mampu menarik perhatian peserta dan kurang mampu menciptakan
iklim belajar yang baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan secara
keseluruhan kinerja instruktur dalam ekstrakurikuler robotika di MTsN
1 Kota Tangerang Selatan sudah cukup baik dalam proses pembelajaran
walaupun dalam pelaksanaan program terdapat beberapa instruktur
yang kurang optimal dalam menyampaikan pembelajaran.
2. Aktifitas Peserta Ekstrakurikuler
Razak et al (2012) menyatakan bahwa pembelajaran efektif dapat
tercapai apabila:
a) Siswa termotivasi dan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran
yang diikutinya
b) Siswa menyadari akan kemajuan dan kelebihan yang dimilikinya
c) Siswa mengalami kemajuan prestasi belajar dari hasil yang dicapai
sebelumnya
d) Siswa memiliki rasa tanggung jawab serta berperan aktif di
sekolah dan lingkungannya
e) Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran serta menunjukan
peningkatan prestasi
f) Siswa diperlakukan secara adil dan dihormati.
Aktifitas peserta ekstrakurikuler dapat dilihat dari reaksi peserta
dalam pembelajaran, baik itu berupa pendapat, sikap, ataupun perhatian
atas materi dalam pembelajaran. Adanya pembentukan kelompok
109
dalam setiap kegiatan pembelajaran membuat siswa aktif berinteraksi
dengan peserta lain, saling bekerja sama saat melakukan praktik, dan
berdiskusi untuk menyelesaikan suatu masalah.
Dalam pembelajaran ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota
Tangerang Selatan, peserta aktif bertanya dan merespon pertanyaan dari
instruktur. Peserta juga antusias saat melakukan berbagai kegiatan
seperti merakit robot, membuat program, hingga uji coba robot yang
telah dibuat. Antusias peserta semakin terlihat ketika materi yang
dipelajari adalah materi lomba yang terdiri dari berbagai kategori yang
mayoritas merupakan permainan robot. Namun antusias peserta terlihat
menurun ketika materi yang dipelajari mengenai program robot, hal ini
dikarenakan dalam mempelajari pemrograman butuh keseriusan yang
lebih untuk memahami bahasa pemrograman yang cukup sulit. Dalam
hal kedisiplinan, terdapat beberapa peserta yang masih kurang disiplin.
Hal tersebut dapat terlihat dari adanya beberapa peserta yang terlambat,
mengobrol di luar materi pembelajaran, makan, dan bercanda dengan
peserta lain. Oleh karena itu, peran instruktur sangat dibutuhkan agar
kegiatan pembelajaran ekstrakurikuler robotika berjalan dengan
kondusif.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa peserta
program ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan
sudah terlibat secara aktif. Namun sangat dibutuhkan peran instruktur
dalam mengendalikan kondisi peserta agar kegiatan pembelajaran dapat
terlaksana dengan kondusif.
3. Evaluasi Kegiatan Ekstrakurikuler Robotika
Program ekstrakurikuler dirancang oleh masing-masing pembina
ekstrakurikuler. Hal tersebut didukung oleh Permendikbud (2014)
bahwa pembina merancang program kegiatan ekstrakurikuler. Adapun
kegiatan evaluasi dilaksanakan oleh pembina masing-masing
ekstrakurikuler dan koordinator ekstrakurikuler. Evaluasi tersebut untuk
mengetahui indikator yang sudah tercapai maupun belum tercapai.
Sesuai dalam Permendikbud (2014) menyatakan bahwa untuk
melakukan perbaikan dan tindak lanjut maka setiap pembina
melakukan evaluasi kegiatan. Kegiatan ekstrakurikuler berfungsi
sebagai wadah untuk mengembangkan bakat siswa. Hal ini diyakini
bahwa kegiatan ekstrakurikuler menawarkan cara untuk
mengekspresikan dan mengeksplorasi identitas seseorang dan
menawarkan pengalaman yang menantang di luar akademisi. Siswa
dapat membentuk identitas mereka dengan mengembangkan
keterampilan bakat minat, dan dapat berinteraksi dengan orang lain
(Eccles, J. S., Barber, B. L., Stone, M. and Hunt, 2003).
Terdapat dua jenis evaluasi dalam program pendidikan, yaitu
evaluasi pembelajaran dan evaluasi kegiatan. Evaluasi pembelajaran
dilakukan untuk mengetahui keberhasilan belajar. Dengan adanya
evaluasi pembelajaran, diharapkan nantinya dapat diketahui daya serap
dan penerimaan peserta belajar terhadap materi yang disampaikan.
Dengan demikian, penyelenggara pendidikan dapat menentukan
110
langkah atau tindak lanjut yang harus dilakukan. Sedangkan evaluasi
kegiatan merupakan penilaian seluruh kegiatan dari awal hingga akhir.
Hasil dari evaluasi kegiatan akan menjadi masukan bagi pengembangan
program selanjutnya. Dengan dilakukannya evaluasi kegiatan, selain
diketahui faktor-faktor yang harus dipertahankan, juga diharapkan
diketahui juga kelemahan dalam setiap komponen kegiatan, setiap
langkah, dan setiap kegiatan yang sudah dilaksanakan (Kamil,
2010:19). Dalam kegiatan ini yang dinilai tidak hanya hasil, melainkan
juga proses yang telah dilakukan. Dengan demikian diperoleh
gambaran yang menyeluruh dan objektif dari program yang telah
dilakukan.
Evaluasi kegiatan secara keseluruhan dalam program
ekstrakurikuler di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan dilaksanakan sekali
dalam setahun pada saat rapat kerja. Terdapat berbagai hal yang
dievaluasi seperti pelaksanaan seluruh kegiatan ekstrakurikuler,
intruktur, fasilitas, dan pencapaian ekstrakurikuler. Setiap minggunya
pelaksanaan ekstrakurikuler juga dipantau oleh koordinator
ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler robotika sendiri selalu
disupervisi secara berkala oleh Pembina ekstrakurikuler robotika, baik
terkait intruktur, aktivitas peserta, materi pembelajaran, maupun media
pembelajaran yang digunakan.
Evaluasi pembelajaran dalam kegiatan ekstrakurikuler robotika di
MTsN 1 Kota Tangerang Selatan dilakukan oleh instruktur
ekstrakurikuler robotika. Instruktur memberikan tes sederhana berupa
tugas ataupun dengan tanya jawab setiap akhir pembelajaran. Evaluasi
lebih lanjut dilakukan tiap akhir semester dengan memberikan tes
berupa soal atau dengan pembuatan project sederhana yang nantinya
akan dilaporkan hasilnya dalam raport ekstrakurikuler robotika. Peserta
berpendapat bahwa instruktur sudah sangat baik dalam memberikan
tugas/project, instruktur juga sudah baik dalam memberikan penilaian
secara objektif dan melibatkan peserta dalam penilaian.
Berdasarkan hasil penelitian, evaluasi kegiatan ekstrakurikuler
robotika di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan sudah dilaksanakan
dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari kegiatan evaluasi yang
sudah dilakukan secara menyeluruh. Evaluasi tidak hanya dilakukan
kepada pencapaian peserta, namun evaluasi juga dilakukan terhadap
instruktur dan penyelenggaraan (fasilitas).
Berdasarkan penelitian dari tiap indikator pada aspek proses (Process),
ditemukan beberapa temuan. Dalam penggunaan sumber daya, masih terdapat
kekurangan dalam penggunaan peralatan robotika seperti masih ditemukannya
kekurangan dalam ketersediaan alat. Hal tersebut sering terjadi pada saat peserta
harus melakukan praktik. Terbatasnya jumlah peralatan membuat peserta harus
bergantian dalam penggunaannya. Hal tersebut cukup mengganggu proses
pembelajaran karena diperlukan waktu tambahan untuk mempelajari suatu
materi.
Dalam monitoring kegiatan ekstrakurikuler robotika, minat peserta terlihat
kurang dalam mempelajari pemrograman. Hal tersebut dapat dilihat dari antusias
111
peserta yang menurun saat mempelajari pemrograman. Peserta butuh keseriusan
yang lebih untuk memahami bahasa pemrograman yang cukup sulit. Kurangnya
minat peserta dalam mempelajari pemrograman juga dibuktikan dengan
sedikitnya jumlah peserta yang mengikuti kompetisi robotika dengan kategori
yang menggunakan pemrograman dalam penerapannya. Selain itu, dalam
pembelajaran masih ditemukan beberapa peserta yang kurang disiplin seperti
datang terlambat, mengobrol dan bercanda saat pembelajaran.
Berdasarkan hasil kuesioner peserta pada aspek proses, skor tertinggi
terdapat pada indikator aktivitas peserta, yaitu keikutsertaan peserta pada
kompetisi robotika. Hal tersebut perlu dipertahankan dalam program
ekstrakurikuler robotika agar lebih meningkatkan semangat peserta dalam
mempelajari robotika. Sedangkan skor terrendah terdapat pada indikator
penggunaan sumber daya, yaitu penggunaan peralatan yang memadai untuk
pelaksanaan ekstrakurikuler robotika. Hal tersebut harus diperbaiki agar tidak
menghambat proses pembelajaran ekstrakurikuler robotika.
4. Evaluasi Produk (Product)
A. Dampak Kegiatan
1. Penguasaan Materi
Chittenden (1994) dalam Zainal Arifin (2014:15) mengemukakan
tujuan penilaian sebagai berikut:
a) Keeping track, yaitu untuk menelusuri dan melacak proses belajar
peserta didik sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran
yang telah ditetapkan.
b) Checking-up, yaitu untuk mengecek ketercapaian kemampuan
peserta didik dalam proses pembelajaran dan kekurangan-
kekurangan peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran.
c) Finding-out, yaitu untuk mencari, menemukan dan mendeteksi
kekurangan, kesalahan, atau kelemahan peserta didik dalam proses
pembelajaran, sehingga guru dapat dengan cermat mencari
alternatif solusinya.
d) Summing-up, yaitu untuk menyimpulkan tingkat penguasaan
peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditetapkan.
Evaluasi pada penguasaan materi dapat dilakukan dengan
memberikan tes kepada seluruh peserta mengenai setiap materi yang
telah diberikan kepada peserta. Tes tanya jawab dilaksanakan sebelum
kegiatan ekstrakurikuler berakhir. Dengan tes ini dapat diketahui
seberapa jauh penguasaan materi peserta ekstrakurikuler terhadap
materi yang telah diberikan. Selain itu kemampuan peserta
ekstrakurikuler robotika juga diuji dalam pembuatan karya sederhana.
Bahkan beberapa peserta menunjukkan kemampuannya dengan cara
mengikuti berbagai kompetisi robotika.
Dari evaluasi yang dilakukan dalam pembelajaran, sebagian besar
peserta ekstrakurikuler robotika MTsN 1 Kota Tangerang Selatan
dianggap sudah menguasai materi ekstrakurikuler dan dianggap sudah
mencapai KKM. Peserta sudah mahir dalam merakit robot dengan
mengikuti modul, namun dalam penerapan programnya masih harus
112
banyak berlatih lagi. Selain itu, penguasaan materi oleh peserta juga
terlihat dari keikutsertaannya dalam berbagai kompetisi. Dalam
kompetisi, peserta akan mengukur sejauh mana penguasaan materi yang
telah dimiliki jika dibandingkan dengan peserta lain. Peserta menilai
pelaksanaan kompetisi sudah sangat baik dalam meningkatkan
kemampuan peserta. Peserta juga menilai pelaksanaan ujian dalam
program ekstrakurikuler robotika juga sudah berjalan dengan sangat
baik.
Berdasarkan hasil penelitian, penguasaan peserta terhadap materi
ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan secara
keseluruhan dapat dikatakan sangat baik. Hal tersebut dapat dilihat dari
keaktifan peserta pembelajaran di kelas, hasil karya yang dibuat oleh
peserta, serta berbagai prestasi yang diraih oleh peserta dalam bidang
robotika.
2. Perubahan Sikap
Allport dalam Djaali (2009:115) mengemukakan bahwa sikap itu
tidak muncul seketika atau dibawa lahir, tetapi disusun dan dibentuk
melalui pengalaman serta memberikan pengaruh langsung kepada
respon seseorang. Perubahan sikap menjadi salah satu dampak kegiatan
yang ditimbulkan setelah mengikuti program ekstrakurikuler robotika.
Program ekstrakurikuler robotika tidak hanya meningkatkan
pengetahuan peserta dalam bidang teknologi saja, namun terdapat juga
beberapa sikap dan keterampilan yang berkembang setelah mengikuti
program ekstrakurikuler ini, antara lain peserta memiliki kemampuan
bersosialisasi dan bekerja sama, meningkatkan kreatifitas, terlatih untuk
berpikir logic, dan sebagainya. Peserta juga merasakan dampak setelah
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler robotika. Dampak yang dirasakan
antara lain sangat baik dalam peningkatan kemampuan berkomunikasi,
sangat baik dalam peningkatan kreatifitas, baik dalam peningkatan
kemampuan bekerja sama, baik dalam peningkatan disiplin waktu, serta
sangat baik dalam pengembangan minat dan bakat.
Berdasarkan hasil penelitian, program ekstrakurikuler robotika di
MTsN 1 Kota Tangerang Selatan memberikan dampak yang baik
terhadap perubahan sikap peserta. Perubahan sikap yang nampak antara
lain memiliki kemampuan dalam berkomunikasi, bersosialisasi, bekerja
sama, berpikir logic, disiplin, dan meningkatnya kreativitas peserta.
B. Prestasi Bidang Robotika
Kegiatan ekstrakurikuler dapat meningkatkan prestasi siswa. Sesuai
dengan pendapat Emmer dalam Chan (2016) bahwa kegiatan ekstrakurikuler
dapat meningkatkan keterampilan akademis dan nonakademis, dan
pengembangan sosial siswa. Prestasi juga menjadi salah satu tolok ukur
keberhasilan suatu program.
Prestasi peserta ekstrakurikuler robotika MTsN 1 Kota Tangerang
Selatan sudah tidak diragukan lagi. Setiap tahun MTsN 1 Kota Tangerang
Selatan mengikuti berbagai kompetisi robotika, baik lokal, regional, maupun
tingkat internasional. Dalam setahun MTsN 1 Kota Tangerang Selatan rata-
113
rata mengikuti sebanyak 6 kompetisi. Prestasi yang diraih MTsN 1 Kota
Tangerang Selatan sudah sesuai dengan apa yang ditargetkan. Peserta
menilai pencapaian prestasi di bidang non-akademik sangat baik setelah
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler robotika (daftar prestasi pesera
ekstrakurikuler robotika dapat dilihat pada tabel 4.3 dan 4.4).
Dari hasil penelitian, pencapaian prestasi di bidang robotika oleh
peserta ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan sudah
sangat baik. Hal tersebut terbukti dari banyaknya prestasi yang diraih oleh
peserta dalam berbagai kompetisi, baik di tingkat nasional maupun di
tingkat internasional. Setiap tahun peserta sangat aktif dalam mengikuti
kompetisi robotika. Dari seluruh kompetisi yang diikuti, hampir seluruhnya
pulang dengan membawa prestasi.
Berdasarkan penelitian dari tiap indikator pada aspek produk (Product),
ditemukan beberapa temuan. Dalam dampak kegiatan peneliti tidak dapat melihat
apakah pertambahan pengetahuan, keterampilan dan sikap selama pembelajaran
ekstrakurikuler robotika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari atau tidak. Jadi
ada tidaknya pertambahan pengetahuan, keterampilan dan sikap ini merupakan
hasil langsung dari pembelajaran. Hasil pembelajaran tersebut dapat dilihat dari
raport ekstrakurikuler robotika yang dilaporkan setiap semester oleh instruktur
ekstrakurikuler.
Prestasi di bidang robotika dapat menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan
madrasah dalam menyelenggarakan program ekstrakurikuler robotika. Namun
hal tersebut belum dapat mengukur keberhasilan peserta secara individu. Hal ini
dikarenakan tidak semua peserta ekstrakurikuler robotika mengikuti setiap
kompetisi.
Berdasarkan hasil kuesioner peserta pada aspek produk, skor tertinggi
terdapat pada indikator perubahan sikap, yaitu adanya kegiatan ekstrakurikuler
robotika sebagai sarana pengembangan minat dan bakat. Hal tersebut perlu
dipertahankan dalam program ekstrakurikuler robotika agar lebih meningkatkan
semangat peserta dalam mempelajari robotika. Sedangkan skor terrendah
terdapat pada indikator perubahan sikap, yaitu peningkatan disiplin waktu setelah
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler robotika. Dengan demikian, sikap peserta
harus lebih diperhatikan agar kegiatan ekstrakurikuler robotika memberikan
dampak yang baik, terutama dalam hal kedisiplinan.
E. Kendala dan Upaya Mengatasinya
Terdapat beberapa kendala dalam penyelenggaraan program ekstrakurikuler
robotika di MTs Negeri 1 Kota Tangerang Selatan. Berikut kendala yang ditemukan
dan upaya mengatasinya.
Tabel 4.5
Kendala dan Upaya Mengatasinya
No. Kendala Upaya Mengatasinya
1. Tidak adanya pedoman
penyelenggaraan kegiatan
ekstrakurikuler sebagai dasar
hukum pelaksanaan kegiatan
Pembina ekstrakurikuler robotika
bekerjasama dengan koordinator
ekstrakurikuler menyususn pedoman
penyelenggaraan ekstrakurikuler robotika
114
2. Masih terdapat instruktur
yang memiliki kualifikasi
akademik SMK
Pihak madrasah berkoordinasi dengan
lembaga kursus robotika agar menyediakan
instruktur yang sesuai kualifikasinya
3. Metode pembelajaran yang
digunakan sudah sesuai,
tetapi dalam penyampaiannya
terdapat beberapa instruktur
yang kurang mampu dalam
menghidupkan iklim belajar
yang baik
Pihak madrasah berkoordinasi dengan
lembaga kursus robotika untuk
mengarahkan instruktur agar mampu dalam
menghidupkan iklim belajar yang baik.
Pembina ekstrakurikuler robotika juga
dapat berbagi ilmu dengan instruktur
mengenai penguasaan kelas.
4. Sarana dan prasarana
lengkap, namun seringkali
dalam kegiatan pembelajaran
ditemukan beberapa robot
dan peralatan yang
kondisinya kurang optimal
Berkoordinasi dengan lembaga kursus
robotika dalam penyediaan sarana
pembelajaran. Selain itu, sebelum
pembelajaran instruktur harus melakukan
pengecekan peralatan yang akan digunakan
baik kuantitas maupun kualitasnya.
5. Peserta berpartisipasi aktif
dalam pembelajaran, namun
antusias peserta terlihat
menurun ketika materi yang
dipelajari mengenai program
robot. Dalam hal
kedisiplinan, terdapat
beberapa peserta yang masih
kurang disiplin
Instruktur memiliki strategi dalam
penyampaian pembelajaran, terutama untuk
materi yang memiliki tingkat kesulitan yang
cukup tinggi sehingga peserta antusias
dalam mmpelajari materi tersebut. Dalam
hal kedisiplinan, diperlukan adanya
ketegasan dari instruktur dalam
mengendalikan kelas. Instruktur dapat
membuat peraturan dalam pembelajaran
atau diberlakukannya reward and
punishment.
F. Diskusi Hasil Penelitian
Terdapat beberapa temuan hasil penelitian mengenai Evaluasi program
ekstrakurikuler robotika pada siswa MTs Negeri 1 Kota Tangerang Selatan yang
meliputi aspek Context (Konteks), Input (Masukan), Process (Proses), dan Product
(Produk). Pada aspek Konteks, MTsN 1 Kota Tangerang Selatan memiliki dasar
hukum yang melandasi pelaksanaan program ekstrakurikuler robotika. Dasar hukum
merupakan legal basis yaitu norma hukum yang mendasari suatu tindakan hukum
tertentu sehingga dapat dianggap sah atau dapat dibenarkan secara hukum
(Asshiddiqie, 2006:151).
Program ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan
diselenggarakan dengan berdasarkan Undang-Undang Sisdiknas No.20 tahun 2003
pasal 3, Undang-Undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 pasal 12 ayat 1b, Peraturan
Pemerintah No. 32 tahun 2013, Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 2010,
Permendiknas No. 39 tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan, dan Permendikbud
No. 62 Tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler pada Pendidikan Dasar dan
Menengah, selanjutnya Kepala MTsN 1 Kota Tangerang Selatan mengeluarkan SK
penugasan Nomor B.756/MTs.28.08.02.01/PP 00.5/07/2019 sebagai dasar
pelaksanaan program ekstrakurikuler robotika. SK penugasan yang dikeluarkan oleh
Kepala Madrasah dirasa belum cukup apabila dijadikan pedoman pelaksanaan
115
kegiatan ekstrakurikuler robotika. Karena sebagaimana arahan Permendikbud No. 62
tahun 2014 pasal 5 mengatakan bahwa satuan pendidikan wajib menyusun dokumen
berupa Pedoman Kegiatan Ekstrakurikuler secara tertulis yang merupakan bagian dari
Rencana Kerja Sekolah yang di dalamnya memuat tentang (1) rasional dan tujuan
umum, (2) deskripsi kegiatan ekstrakurikuler, (3) pengelolaan, (4) pendanaan, dan (5)
evaluasi.
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Achmad Fahrizal Zulfani
dengan judul Implementasi Manajemen Ekstrakurikuler untuk Meningkatkan Prestasi
Siswa Non-Akademik di SMA Al Multazam Mojokerto, mengatakan bahwa
penyusunan program kegiatan ekstrakurikuler melalui program rutin dan prioritas
yaitu meliputi (1) menanamkan nilai-nilai Islam kepada siswa yang berorientasi
keseimbangan antara tujuan dunia dan akhirat; (2) pembentukan ekstrakurikuler
terpadu sebagai pengembangan bidang dan integrasi keahlian kegiatan ekstrakurikuler
sesuai bakat dan minatnya; (3) peningkatan prestasi non-akademik siswa dalam
rangka mengeksplorasi kemampuan dan ketrampilan yang berkaitan dengan kegiatan
ekstrakurikuler.
Hasil penelitian tersebut dapat diadopsi oleh MTsN 1 Kota Tangerang Selatan
dalam menyusun Pedoman Kegiatan Ekstrakurikuler Robotika. MTsN 1 Kota
Tangerang Selatan dapat menanamkan nilai-nilai Islam dalam kurikulum
pembelajarannya. Dengan demikian madrasah tidak hanya mengembangkan
pengetahuan peserta di bidang teknologi, namun juga tetap menyeimbangkannya
dengan nilai-nilai keislaman.
Selanjutnya mengenai aspek Input (Masukan) dalam program ekstrakurikuler
robotika di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan, terdapat beberapa temuan antara lain
instruktur yang membimbing peserta dalam pembelajaran ekstrakurikuler robotika
berasal dari eksternal madrasah, yaitu lembaga kursus robotika yang bernama Racer
Robotics. Hal tersebut sudah sesuai dengan lampiran Permendikbud No. 62 tahun
2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler pada Pendidikan Dasar dan Menengah yang
mengatakan bahwa pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler harus didukung dengan
ketersediaan Pembina, dan satuan pendidikan dapat bekerja sama dengan pihak lain
untuk memenuhi kebutuhan Pembina. Namun dalam kualifikasinya, masih terdapat
instruktur yang memiliki latar belakang pendidikan SMK. Hal tersebut belum sesuai
dengan Lampiran Permendikbud No. 90 tahun 2014 tentang Standar Kualifikasi dan
Kompetensi Instruktur pada Kursus dan Pelatihan yang mengatakan bahwa standar
kualifikasi akademik instruktur pada kursus dan pelatihan berbasis keilmuan antara
lain memiliki kualifikasi akademik minimal S1 atau D-IV, memiliki sertifikat
kompetensi keahlian dalam bidang yang relevan, dan sertifikat instruktur. Diperlukan
adanya pelatihan khusus terhadap instruktur ekstrakurikuler mengenai pengelolaan
kelas. Seperti jurnal penelitian yang berjudul Program Pelatihan Tutor Universitas
Terbuka yang mengungkapkan bahwa dengan adanya program pelatihan tutor,
walaupun tutor memiliki latar belakang pendidikan, jenjang kepangkatan,
maupun pengalaman mengajar tutor-UT sangat beragam, namun tutor di
seluruh wilayah Indonesia mempunyai kualitas yang sama. Metode pembelajaran dalam kegiatan ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota
Tangerang Selatan bervariasi disesuaikan dengan materi yang sedang dipelajari.
Metode yang digunakan antara lain, ceramah dan tanya jawab, demonstrasi,
eksperimental, dan Project Method. Sama seperti penelitian yang dilakukan oleh
116
Hanif Dewi Saputri dengan judul Manajemen Ekstrakurikuler untuk Mengembangkan
Minat dan Bakat Siswa di SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang. Dalam
penelitian tersebut dikatakan bahwa terdapat kegiatan ekstrakurikuler membatik yang
Pembinanya menyampaikan materi dengan cara yang berbeda dengan pelatih dan
Pembina ekstrakurikuler lain di sekolahnya. Terdapat beberapa metode yang
digunakan, antara lain ceramah, putar video, member contoh, dan praktik.
Beragamnya metode yang digunakan dalam pembelajaran sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh Haris Mujiman (2006: 81) yang mengatakan bahwa seorang
instruktur sangat penting dalam menggunakan metode yang bervariasi. Selain untuk
mengakomodasi preferensi yang berbeda-beda di kalangan peserta, penggunaan
metode yang beragam dalam pembelajaran akan menumbuhkan semangat partisipasi
peserta, menumbuhkan ketertarikan, mengurangi kebosanan, dan memberikan
kesempatan kepada seluruh peserta dalam menemukan pilihan metode apa yang sesuai
dengan gaya belajarnya.
Beragamnya metode yang digunakan dalam pembelajaran belumlah cukup.
Seperti penelitian pada SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang yang
mengungkapkan bahwa selain peserta didik harus diberikan materi dengan metode
yang benar, pelatih juga harus mengerti bagaimana menghadapi siswa dengan baik,
terlebih lagi siswa sekolah dasar yang tentunya membutuhkan perhatian yang lebih
besar. Oleh karena itu, guru dan pelatih di SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota
Magelang lebih menekankan pada mengikuti kemauan siswa atau melihat mood
peserta, dengan begitu maka peserta didik akan merasa senang dan dihargai sehingga
mereka akan dengan senang hati memperhatikan pelatih. Dalam ekstrakurikuler,
pelatih tentunya dituntut untuk kompeten, sabar dan telaten dalam menghadapi peserta
didik. Hal tersebut berbeda dengan hasil observasi yang peneliti temukan pada
pembelajaran ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan. Peneliti
masih menemukan adanya peserta yang kurang disiplin dalam pembelajaran, seperti
datang terlambat, mengobrol saat instruktur menjelaskan, bahkan beberapa peserta
masih ada yang bercanda dengan peserta lain saat pembelajaran berlangsung.
Selanjutnya pada aspek Process (Proses), dari hasil penelitian yang dilakukan
oleh Sadiman, Arief S., dkk (2007) menunjukkan bahwa ada pengaruh positif yang
signifikan antara kelengkapan sarana prasarana terhadap kinerja guru dan kepuasan
siswa, sedangkan besarnya kontribusi kelengkapan sarana prasarana sebesar 6,76%,
sehingga terdapat pengaruh positif yang signifikan secara simultan antara
kelengkapan sarana prasarana, kinerja guru, dan metode pembelajaran terhadap
kepuasan siswa. Sedangkan pada kegiatan ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota
Tangerang Selatan masih ditemukan beberapa kekurangan dalam ketersediaan
peralatan robotika sebagai media pembelajaran. Kurangnya ketersediaan alat sering
terjadi terutama saat peserta melakukan praktikum dalam pembelajaran sehingga
peserta harus bergantian dalam menggunakan peralatan robotika. Terbatasnya jumlah
peralatan robotika cukup mengganggu dalam proses pembelajaran karena diperlukan
waktu tambahan untuk mempelajari suatu materi. Diperlukan adanya supervisi yang
dilakukan oleh pihak madrasah, sebagaimana jurnal internasional yang ditulis oleh
Kerrie Hancox dkk dengan judul An evaluation of an educational program for clinical
supervision. Dari hasil penelitian jurnal tersebut dikatakan bahwa adanya tingkat
kepuasan yang tinggi dan telah berhasil meningkatkan sikap peserta serta tingkat
kepercayaan setelah dilakukannya supervisi klinis.
117
Dalam pelaksanaan program ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota Tangerang
Selatan, dibutuhkan adanya evaluasi. Terdapat dua jenis evaluasi dalam program
pendidikan, yaitu evaluasi pembelajaran dan evaluasi kegiatan (Kamil, 2010:19).
Evaluasi pembelajaran merupakan evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui
keberhasilan belajar peserta. Dengan adanya evaluasi pembelajaran, diharapkan
nantinya akan diketahui daya serap peserta terhadap berbagai materi yang
disampaikan. Sedangkan evaluasi kegiatan merupakan penilaian seluruh kegiatan dari
awal sampai akhir. Hasil dari evaluasi kegiatan akan menjadi masukan bagi
pengembangan program selanjutnya. Dengan adanya evaluasi kegiatan, selain
diketahui faktor-faktor yang harus dipertahankan, juga diharapkan diketahui
kelemahan pada setiap langkah, setiap komponen, dan setiap kegiatan yang telah
dilaksanakan. Dengan demikian diperoleh gambaran yang menyeluruh dan objektif
dari program yang telah dilaksanakan.
Berdasarkan analisis hasil data penelitian yang berjudul Evaluasi Program
Ekstrakurikuler Program Keahlian di SMK Muhammadiyah Prambanan oleh
Muhammad Ihsanudin, ditemukan dalam aspek proses bahwa belum adanya ujian
kompetensi terkait kegiatan yang diikuti. Hal tersebut berbeda dengan program
evaluasi yang terdapat di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan. Evaluasi pembelajaran
dalam kegiatan ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan
dilakukan oleh instruktur ekstrakurikuler robotika. Instruktur memberikan tes
sederhana berupa tugas ataupun dengan tanya jawab setiap akhir pembelajaran.
Evaluasi lebih lanjut dilakukan tiap akhir semester dengan memberikan tes berupa
soal atau dengan pembuatan project sederhana yang nantinya akan dilaporkan
hasilnya dalam raport ekstrakurikuler robotika. Selain itu, dilakukan juga evaluasi
kegiatan secara keseluruhan dalam program ekstrakurikuler di MTsN 1 Kota
Tangerang Selatan setiap tahunnya pada saat rapat kerja. Terdapat berbagai hal yang
dievaluasi seperti pelaksanaan seluruh kegiatan ekstrakurikuler, intruktur, fasilitas,
dan pencapaian ekstrakurikuler. Setiap minggunya pelaksanaan ekstrakurikuler juga
dipantau oleh koordinator ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler robotika sendiri
selalu disupervisi secara berkala oleh Pembina ekstrakurikuler robotika, baik terkait
intruktur, aktivitas peserta, materi pembelajaran, maupun media pembelajaran yang
digunakan.
Selanjutnya aspek Product (Produk), salah satu indikator evaluasinya dapat
dilihat dari prestasi yang dicapai dalam kegiatan ekstrakurikuler robotika. Hal tersebut
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Emmer dalam Chan (2016) bahwa
kegiatan ekstrakurikuler dapat meningkatkan keterampilan akademis dan
nonakademis, dan pengembangan sosial siswa. Teori tersebut terbukti dalam
penelitian yang dilakukan oleh Oki Hardianto dengan judul Evaluasi Program
Ekstrakurikuler Robotika SMKN 3 Yogyakarta. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa peserta didik yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler robotika
mengalami perubahan yang positif seperti lebih rajin ke bengkel untuk membuat
robot, kemampuan peserta didik dalam kerja sama tim semakin baik, komunikasi juga
semakin baik. Selain pengalaman belajar pada kegiatan ekstrakurikuler, adanya
perhatian orang tua dan moivasi belajar dari individu peserta juga penting dalam
meningkatkan prestasi peserta, sebagaimana hasil dari jurnal penelitian yang
dilakukan oleh Mawarsih dan Hamidi dengan judul Pengaruh Perhatian Orang Tua
dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa.
118
Hal yang sama juga dikemukakan dalam penelitian di SMK Muhammadiyah
Prambanan, bahwa perilaku antara siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sangatlah
berbeda dengan siswa yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. siswa yang
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler mempunyai kemandirian, ketertiban, dan prestasi
yang lebih baik dibandingkan siswa yang tidak mengikuti ekstrakurikuler. Perubahan
sikap tersebut juga dirasakan oleh peserta program ekstrakurikuler robotika di MTsN
1 Kota Tangerang Selatan. Perubahan sikap yang nampak setelah peserta mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota Tangerang Selatanantara lain
memiliki kemampuan dalam berkomunikasi, bersosialisasi, bekerja sama, berpikir
logic, disiplin, dan meningkatnya kreativitas. Selain itu, pencapaian prestasi di bidang
robotika oleh peserta ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan
sudah sangat baik. Hal tersebut terbukti dari banyaknya prestasi yang diraih oleh
peserta dalam berbagai kompetisi, baik di tingkat nasional maupun di tingkat
internasional. Setiap tahun peserta sangat aktif dalam mengikuti kompetisi robotika.
Dari seluruh kompetisi yang diikuti, hampir seluruhnya pulang dengan membawa
prestasi.
Tabel 4.6
Kesesuaian Pelaksanaan Program
No Aspek Kriteria Capaian Program Kesenjangan Hasil
1. Konteks
(Context)
Adanya dasar
hukum
Program dilaksanakan
berdasarkan Undang-
undang, peraturan
pemerintah, dan SK
penugasan yang
dikeluarkan oleh pihak
madrasah
Tidak adanya
pedoman
penyelenggaraan
kegiatan
ekstrakurikuler
sebagai dasar
hokum
pelaksanaan
kegiatan
Belum
sesuai
Melakukan
analisis
kebutuhan
Penyelenggaraan
program didasarkan
pada kebutuhan peserta
didik, madrasah bekerja
sama dengan lembaga
kursus robotik dalam
pelaksanaan kegiatan
Tidak terdapat
kesenjangan
Sudah
sesuai
Tujuan sesuai
dengan
kebutuhan
peserta
Tujuan ekstrakurikuler
robotika untuk
menyalurkan bakat dan
minat peserta dan dapat
bersaing dan meraih
prestasi di bidang
robotika
Tidak terdapat
kesenjangan
Sudah
sesuai
2. Masukan
(Input)
Instruktur
memiliki
kualifikasi S1
Dua orang instruktur
memiliki kualifikasi
akademik S1 dan satu
Masih terdapat
instruktur yang
memiliki
Belum
sesuai
119
atau D-IV
sesuai bidang
yang diajarkan
orang instruktur
memiliki kualifikasi
akademik SMK
kualifikasi
akademik SMK
Peserta
memiliki latar
belakang yang
homogen dan
jumlahnya
ideal
Peserta peserta didik
yang memiliki minat di
bidang teknologi
dengan jumlah peserta
32 orang dalam satu
rombongan belajar
Tidak terdapat
kesenjangan
Sudah
sesuai
Rumusan
materi
memenuhi
kebutuhan
peserta akan
pengetahuan,
keterampilan,
dan sikap
Materi inti adalah My
Robot Time (MRT) dan
Arduino. Dalam akhir
pembelajaran, peserta
diharapkan dapat
membuat karya
sederhana.
Tidak terdapat
kesenjangan
Sudah
sesuai
Metode yang
digunakan
dalam
pembelajaran
bervariasi
Metode yang digunakan
adalah ceramah dan
tanya jawab,
demonstrasi,
eksperimental, dan
Project Method.
Metode sudah
sesuai, tetapi
dalam hal
penyampaiannya,
terdapat
beberapa
instruktur yang
kurang mampu
dalam
menghidupkan
iklim belajar
yang baik.
Belum
sesuai
Media
pembelajaran
yang
digunakan
tepat guna dan
berdaya guna
Pada umumnya media
yang digunakan antara
lain laptop, LCD
proyektor, modul, dan
peralatan robotika.
Tidak terdapat
kesenjangan
Sudah
sesuai
Sarana dan
prasarana
lengkap dan
menunjang
proses
pembelajaran
Sarana yang digunakan
antara lain Handout,
Alat tulis, Laptop, LCD
Proyektor, Air
Conditioning (AC),
berbagai jenis set robot,
berbagai peralatan
elektro, dan arena robot.
Sedangkan prasarana
yang digunakan antara
lain ruang kelas dan
aula.
Sarana dan
prasarana
lengkap, namun
seringkali dalam
kegiatan
pembelajaran
ditemukan
beberapa robot
dan peralatan
yang kondisinya
kurang optimal.
Belum
sesuai
120
Dana
digunakan
secara optimal
sehingga
kegiatan yang
direncanakan
dapat
dilaksanakan
dengan baik
Dana berasal dari
pemerintah melalui
DIPA dan BOS,
sumbangan dari komite
madrasah, dan swadaya
dari orang tua peserta
ekstrakurikuler robotika
Tidak terdapat
kesenjangan
Sudah
sesuai
3. Proses
(Process)
Kegiatan
ekstrakurikuler
dilaksanakan
pada waktu
luang, di luar
jam pelajaran
Kegiatan dilaksanakan
satu kali dalam
seminggu, yaitu pada
hari jumat sepulang
sekolah atau sabtu
dengan durasi 90 menit.
Tidak terdapat
kesenjangan
Sudah
sesuai
Penggunaan
sarana dalam
proses
pembelajaran
yang optimal
Ekstrakurikuler robotika
memiliki ruangan
tersendiri untuk
pelaksanaan
kegiatannya. Peralatan
dan bahan yang
digunakan dalam
kegiatan ekstrakurikuler
juga sudah memadai.
Peralatan yang
digunakan sudah
lengkap, namun
terkadang masih
ditemukan
keadaan alat
yang kurang
optimal ataupun
kurangnya
ketersediaan
karena
banyaknya
peserta
Belum
sesuai
Instruktur
mampu
menciptakan
iklim belajar
yang baik,
menguasai
materi, dan
menyampaikan
materi dengan
baik
Instruktur mampu
penguasaan materi,
menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh
peserta, dan mengatasi
kendala yang ditemukan
dalam pembelajaran.
Kinerja
instruktur sudah
baik, tetapi
masih ada
beberapa
instruktur yang
kurang mampu
menarik
perhatian dan
kurang mampu
menciptakan
iklim belajar
yang baik
Belum
sesuai
Peserta
berpartisipasi
aktif dalam
pembelajaran
peserta aktif bertanya
dan merespon
pertanyaan dari
instruktur. Peserta juga
antusias saat melakukan
berbagai kegiatan seperti
Peserta
berpartisipasi
aktif dalam
pembelajaran,
namun antusias
peserta terlihat
Belum
sesuai
121
merakit robot, membuat
program, hingga uji
coba robot yang telah
dibuat.
menurun ketika
materi yang
dipelajari
mengenai
program robot.
Dalam hal
kedisiplinan,
terdapat
beberapa peserta
yang masih
kurang disiplin.
Adanya
evaluasi
pembelajaran
dan evaluasi
kegiatan
ekstrakurikuler
Evaluasi kegiatan
dilaksanakan sekali
dalam setahun pada saat
rapat kerja. Evaluasi
pembelajaran dilakukan
dengan memberikan tes
setiap akhir
pembelajaran. Evaluasi
juga dilakukan tiap akhir
semester dengan
memberikan soal atau
dengan pembuatan
project sederhana.
Tidak terdapat
kesenjangan
Sudah
sesuai
Produk
(Product)
Peserta
menguasai
materi yang
diajarkan dan
memiliki
perubahan
sikap yang
baik setelah
mengikuti
program
ekstrakurikuler
robotika
Peserta sudah mahir
dalam merakit robot
dengan mengikuti
modul, namun dalam
penerapan programnya
masih harus banyak
berlatih lagi.selain itu,
terdapat beberapa sikap
dan keterampilan yang
berkembang setelah
mengikuti program
ekstrakurikuler, seperti
kemampuan
bersosialisasi dan
bekerja sama, kreatifitas,
berpikir logic, dan
sebagainya
Tidak terdapat
kesenjangan
Sudah
sesuai
Peserta
memiliki
prestasi di
bidang
robotika
Setiap tahun MTsN 1
Kota Tangerang Selatan
mengikuti berbagai
kompetisi robotika, baik
lokal, regional, maupun
tingkat internasional.
Tidak terdapat
kesenjangan
Sudah
sesuai
122
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian evaluasi program ekstrakurikuler robotika di MTs
Negeri 1 Kota Tangerang Selatan dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek context
(konteks) sudah baik, dikarenakan adanya kesesuaian latar belakang penyelenggaraan
ekstrakurikuler robotika, dasar hukum pelaksanaan program ekstrakurikuler,
kesesuaian analisis kebutuhan, relevansi kurikulum, dan tujuan program
ekstrakurikuler robotika sudah sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Namun
belum terdapat pedoman pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler dan kurikulum
ekstrakurikuler robotika sebagai dasar pelaksanaan program ekstrakurikuler robotika.
Aspek input (masukan) kurang baik, dikarenakan masih terdapat kualifikasi
instruktur belum sesuai, penggunaan metode sudah bervariasi namun dalam
penyampaian materi masih terdapat instruktur yang kurang menguasai, sarana
prasarana pembelajaran masih belum optimal. Namun demikian, kualifikasi peserta
ekstrakurikuler sesuai dengan kriteria, materi ekstrakurikuler sudah sesuai,
penggunaan media pembelajaran dengan baik, dan pengelolaan dana anggaran dalam
program ekstrakurikuler robotika sudah baik. Selain itu, peserta yang didukung oleh
orang tua dalam hal materi dapat mengikuti setiap kompetisi terbuka yang
diselenggarakan dan memiliki peluang lebih besar dalam mendapatkan prestasi di
bidang robotika dibandingkan dengan peserta yang dukungan materinya terbatas.
Aspek process (proses) kurang baik, dikarenakan dalam materi pembelajaran
tertentu penggunaan peralatan robotika masih terdapat kekurangan karena jumlahnya
yang terbatas. Selain itu, dalam proses pembelajaran terlihat antusias peserta yang
menurun saat mempelajari materi yang berkaitan dengan pemrograman. Terdapat juga
beberapa siswa yang kurang disiplin dalam pembelajaran ekstrakurikuler robotika.
Namun demikian, pelaksanaan kegiatan sudah sesuai dan evaluasi telah dilakukan
secara menyeluruh baik evaluasi terhadap peserta, instruktur maupun
penyelenggaraan kegiatan.
Aspek product (produk) sudah sangat baik, dikarenakan peserta menguasai
materi dengan baik karena sudah sesuai dengan indikator ketercapaian program,
adanya dampak yang baik terhadap perubahan sikap peserta, dan adanya pencapaian
yang sangat baik dalam prestasi di bidang robotika. Namun dalam hal ini peneliti
tidak dapat melihat apakah perubahan sikap peserta juga diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari atau tidak. Selain itu, prestasi yang diraih oleh MTsN 1 Kota Tangerang
Selatan hanya bisa menjadi tolok ukur keberhasilan madrasah saja, belum dapat
mengukur keberhasilan peserta secara individu karena tidak semua peserta
ekstrakurikuler robotika mengikuti kompetisi.
Dalam pelaksanaan program ekstrakurikuler robotika ditemukan beberapa
kendala. Tidak terdapat pedoman pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler robotika
sebagai salah satu dasar hukum. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
disusunnya pedoman pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler robotika oleh Pembina
ekstrakurikuler robotika dan bekerja sama dengan koordinator ekstrakurikuler.
Kendala lain yang ditemukan adalah terdapat instruktur yang kualifikasinya belum
sesuai dan kurang mahir dalam menguasai iklim belajar. Dalam hal ini pihak
madrasah dapat meminta kepada lembaga kursus robotika yang telah bekerja sama
123
dalam kegiatan ekstrakurikuler agar menyediakan instruktur yang sesuai kualifikasi
dan kompetensinya. Begitu pula mengenai sarana prasarana pembelajaran yang masih
belum optimal baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Pihak madrasah dapat
bekerja sama dengan lembaga kursus robotika dalam penyediaan sarana, selain itu
dibutuhkan adanya pemantauan yang dilakukan oleh Pembina ekstrakurikuler
robotika.
Hasil evaluasi program ekstrakurikuler robotika di MTs Negeri 1 Kota
Tangerang Selatan bahwa secara keseluruhan terlaksana dengan cukup baik. Dalam
pelaksanaannya masih ditemukan kekurangan pada beberapa komponen yang krusial.
Program ekstrakurikuler robotika di MTs Negeri 1 Kota Tangerang Selatan dapat
dilanjutkan tetapi masih perlu beberapa perbaikan terutama terkait kegiatan
pembelajaran guna menghasilkan kualitas peserta yang berkompeten dan profesional.
B. Rekomendasi
Wujud dari hasil evaluasi penelitian ini adalah sebuah rekomendasi untuk suatu
program ekstrakurikuler. Rekomendasi untuk pelaksanaan program ekstrakurikuler
robotika di MTs Negeri 1 Kota Tangerang Selatan antara lain:
2. Aspek Context (Konteks)
Di bawah naungan WKM Kesiswaan dan Koordinator Ekstrakurikuler serta
memiliki dasar hukum yang jelas, ekstrakurikuler robotika telah mampu
menyelenggarakan program ekstrakurikuler dengan baik. Tujuan program
ekstrakurikuler robotika sudah tercapai dengan baik berdasarkan latar belakang
dan analisis kebutuhan yang terpenuhi, tetapi perlu ditinjau kembali guna
memenuhi kualitas yang diharapkan. Perlu juga dibuat secara sistematis pedoman
pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler dan kurikulum ekstrakurikuler robotika
sebagai dasar pelaksanaan program ekstrakurikuler robotika. Kurikulum dan
materi yang disusun harus selalu dipantau pelaksanaannya oleh pembina
ekstrakurikuler robotika guna relevansi kurikulum dengan standar kompetensi
yang diharapkan.
3. Aspek Input (Masukan)
Meskipun instruktur berasal dari non-kependidikan, kinerja instruktur
ekstrakurikuler robotika di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan sudah cukup baik
dan hanya perlu sedikit peningkatan dalam hal pengelolaan kelas guna
pelaksanaan program ekstrakurikuler robotika yang lebih baik lagi. Sedangkan
untuk penerimaan peserta ekstrakurikuler robotika sudah sesuai dengan kriteria
dan sudah terlaksana secara sistematis. Adanya kolaborasi antara instruktur dan
pembina dalam menyediakan sebuah materi ekstrakurikuler robotika yang sesuai
standar kompetensi diharapkan selalu dilaksanakan guna menghasilkan kualitas
peserta yang berkompeten.
Pada dasarnya metode pembelajaran yang diberikan oleh setiap instruktur
sama dan sudah disesuaikan dengan materi yang dipelajari, tetapi perlu
diperhatikan kembali cara instruktur dalam menyampaikan materi guna menarik
perhatian peserta ekstrakurikuler robotika. Media pembelajaran dan sarana
prasarana yang digunakan sudah cukup optimal dalam mendukung kegiatan
ekstrakurikuler robotika, hanya saja perlu diperhatikan kondisi sarana
pembelajaran yang digunakan agar kegiatan pembelajaran ekstrakurikuler
robotika berjalan dengan lancar.
124
4. Aspek Process (Proses)
Sistem evaluasi yang selama ini dilakukan dalam program ekstrakurikuler
robotika di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan sebaiknya tetap digunakan dalam
kegiatan yang akan datang dengan merealisasikan masukan dari hasil evaluasi
guna meningkatkan kualitas program menjadi lebih baik lagi. Selama
pembelajaran, peserta mampu mengikuti kegiatan dengan baik dan aktif. Akan
tetapi, sangat dibutuhkan peran instruktur dalam mengendalikan kondisi peserta
agar kegiatan pembelajaran dapat terlaksana dengan kondusif. Dibutuhkan pula
peran instruktur dalam memberikan motivasi kepada peserta terutama saat
mempelajari materi dengan tingkat kesulitan yang tinggi. Oleh karena itu,
sebaiknya instruktur tidak hanya menguasai materi dan berpengalaman
dibidangnya tetapi juga menguasai keahlian dalam proses pembelajaran di kelas.
Sistem monitoring yang dilakukan oleh pembina ekstrakurikuler robotika sudah
optimal dan bisa terus dilakukan untuk program berikutnya agar kualitas program
ekstrakurikuler robotika selalu terjaga.
5. Aspek Product (Produk)
Dilihat dari keaktifan peserta pada saat pembelajaran berlangsung,
penguasaan materi dan perubahan sikap peserta ekstrakurikuler robotika dapat
dikatakan sudah baik. Bahkan prestasi peserta ekstrakurikuler robotika sangat
baik karena sudah melampaui target. Peserta yang sangat optimis meraih prestasi
dalam setiap kompetisi terkadang membuat peserta tidak siap dalam menerima
kekalahan. Oleh sebab itu, peserta masih harus diarahkan lagi dalam sikap
menerima kekalahan dan menjadikan kegagalan tersebut sebagai motivasi. Peran
pembina, instruktur, dan orang tua sangat dibutuhkan dalam memotivasi peserta
agar belajar lebih baik lagi.
125
DAFTAR PUSTAKA
Agustini, Nitia. 2018. Bagaimana Sistem Pendidikan Menyiapkan Anak-Anak
Menghadapi Revolusi Industri 4.0? Forbil Institute, 13 November 2018.
Diakses dari http://forbil.org/id/article/233/bagaimana-sistem-pendidikan-
menyiapkan-anak-anak-menghadapi-revolusi-industri-40 pada 13 Januari
2019.
Alim, Akhmad. 2014. Sains dan Teknologi Islami. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Ananda, Rusdy dan Tien Rafida. 2017. Pengantar Evaluasi Program Pendidikan.
Medan: Perdana Publishing.
Ansyar, Mohamad. 2015. Kurikulum; Hakikat, Fondasi, Desain dan
Pengembangan. Jakarta: Kencana.
Arifin, Zainal. 2014. “Evaluasi Pembelajaran”. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi dan Cepi Safruddin Abdul Jabar. 2010. Evaluasi Program
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi dan Lia Yuliana. 2012. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta:
Aditya Media.
Arum, Wahyu Sri Ambar. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan. Jakarta:
CV. Multi Karya Mulia, 2006.
Jimly Asshiddiqie. 2006. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta: Sekretariat
Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.
Aziz, Aulia Luqman. 2018. Menilik Revolusi Industri 4.0 dari Aspek Pendidikan.
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya, 22 Oktober 2018. Diakses
dari http://fia.ub.ac.id/blog/berita/menilik-revolusi-industri-4-0-dari-aspek-
pendidikan.html pada 13 Januari 2019.
Badan Pusat Statistik. 2018. Statistik Pemanfaatan dan Penggunaan Teknologi
Informasi dan Komunikasi Sektor Pendidikan 2018. Direktorat Statistik
Komunikasi dan Teknologi Informasi, BPS RI.
Badrudin. 2014. Manajemen Peserta Didik. Jakarta: PT Indeks.
Budiharto, Widodo dan Derwin Suhartono. 2014. Artificial Intelligence.
Yogyakarta: ANDI.
Bangun, Sabaruddin Yunis. 2018. Peran Pelatih Olahraga Ekstrakurikuler dalam
Mengembangkan Bakat dan Minat Olahraga pada Peserta Didik. Jurnal
Prestasi, Vol.2 No.4.
Chan, Y. K. 2016. Investigating the Realitionship Among Extracurricular Activies,
Learning Approach and Academic Outcomes. Journals Permissions, 17 (3),
223–233. https://doi.org/10.1177/1469787516654796.
Danim, Aksara Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka
Setia.
Daryanto. 2007. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Depatemen Pendidikan Nasional. 2007. Panduan Lengkap KTSP. Yogyakarta.
Djaali. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
126
Djaali dan Pudji Muljono. 2004. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta:
Grasindo.
Eccles, J. S., Barber, B. L., Stone, M., & Hunt, J. (2003). Extracurricular Activities
and Adolescent Development. Journal of Social Issues, (59), 865–889.
https://doi.org/10.1046/j.0022-4537.2003.00095.
Fadhilah, Nur Indah. 2014. Peranan Sarana dan Prasarana Pendidikan Guna
Menunjang Hasil Belajar Siswa di SD Islam Al Syukro Universal. Jakarta:
UIN.
Fitri, Afrilliana. 2014. Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota
Bukittinggi. Bahana Manajemen Pendidikan; Jurnal Administrasi Pendidikan,
Vol. 2 No.1.
Fitzpatrick, Jody L., James R. Sanders, dan Blaine R. Worthen. 2004. Program
Evaluation: Alternative Approaches and Practical Guidelines. Boston:
Pearson Education, Inc.
Frydenberg, M. E., Andone, D. 2011. Learning for 21st Century Skills. IEEE’s
International Conference on Information Society. London, 27-29 Juni 2011,
314-318.
Hamalik, Oemar. 1992. Administrasi dan Supervisi Pengembangan Kurikulum.
Bandung: Penerbit Mandar Maju.
Hanushek, E. A., Woessmann, L., dan Zhang, L. 2011. General Education,
Vocational Education, and Labor-Market Outcomes Over the Life-Cycle.
National Bureau of Economic Research.1–51.
Hariawan, Teguh. 2019. Gebrakan Muhajir, Selamat Datang Kembali Pelajaran
Informatika. Kompasiana, 4 Januari 2019. Diakses dari
https://www.kompasiana.com/www.teguhhariawan/5c2e54b0bde5757eb94b5
812/gebrakan-muhajir-welcome-back-informatika-mata-pelajaran-penting-di-
era-rev-4-0?page=all pada 17 Agustus 2019.
Hermann, M., Pentek, T., & Otto, B.. 2016. “Design Principles for Industrie 4.0
Scenarios”. Proceedings of the Annual Hawaii International Conference on
System Sciences. 3928-3937. 10.1109/HICSS.2016.488.
Jumin, Hasan Basri. 2012. Sains dan Teknologi dalam Islam; Tinjauan Genetis dan
Ekologis. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Kamil, Mustofa. 2010. Model Pendidikan dan Pelatihan. Bandung: Alfabeta.
Khodijah, Nyayu, dkk. 2016. Ketepatan Penyususnan Kurikulum Prodi MPI
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Dikaitkan dengan
KKNI, SN-DIKTI, dan Panduan Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi
Tahun 2014. Journal of Islamic Education Management. Vol.2 No.1.
Kunandar. 2007. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
Lee, J., Lapira, E., Bagheri, B., dan Kao, H.. 2013. “Recent advances and trends in
predictive manufacturing systems in big data environment”. Manufacturing
Letters. Society of Manufacturing Engineers (SME). Vol. 1 No. 1.
Liputan6.com. 2018. Kemendikbud: 40 Persen Guru Tak Siap dengan Teknologi.
Liputan6.com, 4 Desember 2018. Diakses dari
127
https://www.liputan6.com/news/read/3798441/kemendikbud-40-persen-guru-
tak-siap-dengan-teknologi pada 17 Agustus 2019.
Madaus, George F., Michael S. Scriven, dan Daniel L. Stufflebeam. 1983.
Evaluation Models: Viewpoints on Educational and Human Services
Evaluation. Boston: Kluwer-Nijhoff Publishing.
Mahmudi, Ihwan. 2011. CIPP: Suatu Model Evaluasi Program Pendidikan. Jurnal
At-Ta’dib. Vol. 6, No. 1, Juni 2011.
Mesthrie, R. 2010. New Englishes and the Native Speaker Debate. Language
Sciences. 32 (6), 594-601.http://doi.org/10.1016/j/langsci.2010.08.002.
Miller, J. P., & Seller, W. 1985. Curriculum: Perspectives and Practice. New York:
Longman. Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi; Konsep, Karakteristik, dan
Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyono. 2010. Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan. Yogyakarta:
Ar Ruzz Media.
Mutrofin. 2010. Evaluasi Program Teks Pilihan untuk Pemula. Yogyakarta:
Laksbang Pressindo.
Nata, Abuddin. 2018. Islam dan Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Prenadamedia Group.
Nitko, Anthony J.. 2001. Educational Assessment of Students. New Jersey: Prentice
Hall.
Ornstein, A.C. dan Francis P. Hunkins. 1988. Curriculum; Foundation, Principles,
and Issues. Englewood Cliffs, N.J: Prentice Hall.
Owen, John M. 1993. Program Evaluasi: Forms and Approaches. St. Leonards:
Allen & Unwin Pty Ltd.
Permendikbud. 2014. Permendikbud No 62 tahun 2014 tentang Kegiatan
Ekstrakurikuler Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta.
_______. Permendikbud No 90 tahun 2014 tentang Standar Kualifikasi dan
Kompetensi Instruktur pada Kursus dan Pelatihan. Jakarta.
Prihatin, Eka. 2011. Manajemen Peserta Didik. Bandung: Alfabeta.
Prima, Aries R. 2016 April. Akankah Peran Manusia Digantikan Robot? Engineer
Weekly: hlm. 3.
_______. 2016 April. Teknologi Robot; Robot Bedah, Bikin Bedah Jadi Mudah.
Engineer Weekly: hlm. 5.
Razak AA, Connoly TM & Hainey. 2012. Teachers View on the Approach of
Digital Games-Based Learning within the Curriculum for Excellence.
International Journal of Game-Based Learning. 2(1):33-51.
Rohiat. 2010. Manajemen Sekolah: Teori dan Praktik. Bandung: Refika Aditama.
Sadiman, Arief S., dkk. 2007. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya, Ed. I. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sahertian, Piet A. 1994. Dimensi Administrasi Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional.
Saleh, Abdul Rahman. 2006. Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
128
Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Prenada Media.
Seftiawan, Dhita. 2018. 2019, Informatika Akan Jadi Mata Pelajaran Utama di
SMP dan SMA. Pikiran Rakyat, 3 September 2018. Diakses dari
https://www.pikiran-rakyat.com/pendidikan/2018/09/03/2019-informatika-
akan-jadi-mata-pelajaran-utama-di-smp-dan-sma-429683 pada 17 Agustus
2019.
Seno, Winarno Hani. 1991. Pembangunan Instruksional. Bandung: Tarsito.
Setyorini, dkk. 2011. Penerapan Model Problem Based Learning untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP. Jurnal Pendidikan
Fisika Indonesia 7.
Setyosari, Punaji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta:
Kencana.
Sidi, Indra Djati. 2013. Ekstrakurikuler Perlu Ditingkatkan. Harian Kompas, Rabu,
16 Juli 2013.
Stufflebeam, D.L. 1971. Evaluation as Enlightment for Decision Making.
Columbus, Ohio: Ohio State University.
Stufflebeam, Daniel L., dan Anthony J. Shinkfield. 1986. Systematic Evaluation: A
Self-Instructional Guide to Theory and Practice. Boston: Kluwer-Nijhoff
Publishing.
Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sudjana, Djudju. 2006. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukardi. 2011. Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi
Aksara.
_______. 2015. Evaluasi Program dan Kepelatihan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Suryani, Nunuk dan Agung, Leo. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta:
Ombak.
Suryanto, Adi, A. Gafur, dan F.X. Sudarsono. 2013. Model Evaluasi Program
Tutorial Tatap Muka Universitas Terbuka. Jurnal Penelitian dan Evaluasi
Pendidikan, 17(2): 198-214.
Suyanto. 2011. Artificial Intelligence; Searching, Reasoning, Planning, dan
Learning. Bandung: Informatika.
Tayibnapis, Farida Yusuf. 2008. Evauasi Program dan Instrumen Evaluasi. Jakarta:
Rineka Cipta.
_______. 2000. Evaluasi Program. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,
Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
129
Widiyani, Rosmha. 2015. Guru Belum Melek Teknologi. Harian Nasional, 25 Juni
2015. Diakses dari http://www.harnas.co/2015/06/25/guru-belum-melek-
teknologi pada 17 Agustus 2019.
Widoyoko,S. Eko Putro. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Wiersma, William dan Stephen G. Jurs. 1990. Educational Measurement and
Testing. Massachusetts.
DAFTAR GURU MTS NEGERI 1 KOTA TANGERANG SELATAN
No. NAMA PENGAJAR JENIS
KELAMIN
MATA
PELAJARAN
1 Ulik Widiantoro, M.Pd L B. Indonesia
2 Dra. Hj. Surtini, M.Si P IPS
3 Tri Endah, S.Pd P IPA
4 Tjetjep Saiman, S.Pd L IPA
5 Dra. Dewi Widyantari P B. Inggris
6 Dra. Iriastuti P B. Inggris
7 Dra. Hj. Neneng Susilawati, M.Pd P B. Inggris
8 Hj. Iin Hamidah, S.Ag P IPS
9 Drs. Panji Waluyo, M.Pd L PKn
10 Dra. Hj. Nuraini, MA P Qurdits
11 Hj. Siti Nuraliyah, S.Ag P SKI
12 Drs. Nur Abdillah L B. Indonesia
13 Nofrianto, S.Pd L Penjas
14 Abdul Rozak, SH, MA L Akidah Akhlak
15 Midahwati, MA P Fiqih
16 Dra. Hj. Eka Munawaroh, M.Ed P Matematika
17 Ita Rosmita, MA P Fiqih
18 Dra. N. Supriati P B. Indonesia
19 Imam Sucipto, SP. S.Kom L Prakarya
20 Drs. Ashar Munadi L Akidah Akhlak
21 M. Kamal, S.Ag, M.Pd L B. Indonesia
22 Nalti Nasution, M.Pd L B. Inggris
23 Mawalidah, S.Ag P Matematika
24 Ikhlas, S.Ag, M.Pd L B. Arab
25 Siti Bahriah, MA P B. Arab
26 Masriah, MA P B. Arab
27 Dra. Hj. Siti Rochmaniah P B. Arab
28 Ganti Endang P., S.Pd P Matematika
29 Nur Utami, S.Pd P Matematika
30 Hj. Azizah, S.Ag P IPS
31 Asep Abdurrohim, S.Pd L IPS
32 Dra. Entu Tuningrat P IPA
33 Nurlena Hayati, S.Pd, M.Si P IPA
34 Wirda Hanum, S.Ag, M.Pd P B. Indonesia
35 Dian Rivia, S.Ag P B. Indonesia
36 Sri Rahayu, S.Sos P IPS
37 Umi Widaningsih, M.Pd P PKn
38 Yuli Astuti, S.Sos P PKn
39 Suhardo, S.Pd, M.Si L IPS
40 Drs. H. Madhari L IPS
41 Dasril, M.Pd L Penjas
42 Hamdani, S.Ag L Qurdits
43 Oman Sulaeman, S.Pd.I L Qurdits
44 Arif Syahrudin, S.Pd L Penjas
45 Lia Nurmalia, S.Psi P BP/BK
46 Sri Widiastuti, S.Psi P BP/BK
47 Sugiarni, S.Pd L IPA
48 Neneng Herawati, S.Pd P B. Inggris
49 Drs. Sanusi L IPA
50 Dede Saroni, M.Pd L B. Indonesia
51 Ety Muhammad, M.Pd P B. Indonesia
52 Maryanih, S.Ag P B. Indonesia
53 Tuti Sumiati, M.A P Fiqih
54 Aulia Rahman, S.Pd P Matematika
55 Anna Saraswati, S.S. P B. Arab
56 Lia Yulia, S.Pd P Seni Budaya
57 Uung Suryadi, S.Ag L SKI
58 Afif Fauzi, S.Pd L B. Inggris
59 Syaiful Bahri, S.Ag L Mulok Tahfidz
60 Arif Ulinnuha, S.Pd.I L Mulok Tahfidz
61 Siti Rahayu, S.Pd P Matematika
62 Bedah Zubaedah, S.Pd.I P Akidah Akhlak
63 Mustain, S.Ag L Seni Budaya
64 Mutmainah, M.Pd P Matematika
65 H. Romlan, MA L SKI
Hasil Wawancara Kepala Madrasah
Nama : Ulik Widiantoro, M.Pd.
Waktu : 14 November 2019
1. Apa analisis kebutuhan dari penyelenggaraan ekstrakurikuler robotika?
Sebenarnya tidak hanya robotika, pengadaan ekskul itu sebenarnya terletak
pada raker. Ada atau tidaknya, lanjut atau tidaknya suatu ekskul itu juga
diputuskan saat raker. Pertimbangannya adalah kegiatan ekskul kedepannya,
seperti adanya kompetisi rutin yang diikuti oleh madrasah, pertimbangan lain
diadakannya ekskul juga karena kegiatan tersebut memiliki ciri khas keislaman,
lalu juga mempertimbangkan banyaknya siswa yang memiliki minat dan bakat
di bidang tersebut. Nah robotika ini termasuk salah satu kegiatan yang banyak
diminati oleh siswa sehingga madrasah butuh memfasilitasi ekstrakurikulernya,
apalagi setiap tahun siswa madrasah rutin mengikuti kompetisinya dan bisa
berprestasi.
2. Apa dasar hukum dilaksanakannya ekstrakurikuler robotika?
Ada di permendikbud, ada di kurikulum k-13. Sebetulnya di raport namanya itu
pengembangan diri bukan ekstrakurikuler.
3. Bagaimana aturan pelaksanaan ekstrakurikuler robotika?
Kami punya koordinator ekstrakurikuler yang berada di bawah bidang
kesiswaan, untuk aturannya yang lebih ke teknis kami serahkan ke koordinator
ekskul. Koordinator itu nanti akan mengumpulkan pembina-pembina ekskul
untuk membicarakan pelaksanaan ekstrakurikuler termasuk mengenai aturannya
seperti jadwal, penggunaan tempat pelaksanaan terutama ekstrakurikuler yang
menggunakan lapangan, dan modul atau manual book-nya.
4. Bagaimana indikator ketercapaian ekstrakurikuler robotika?
Indikatornya biasanya dilihat dari target. Jadi setiap ekskul punya target yang
berbeda. Misalnya, ekskul robotik yang sudah mencapai prestasi di tingkat
nasional, targetnya harus ditingkatkan lagi menjadi tingkat internasional,
minimal mempertahankan. Selain itu indikator ketercapaian juga bisa dilihat
dari output produknya, jadi walaupun tidak juara tapi dari segi kompetensi atau
skill itu ada peningkatan. Setiap ekskul juga punya raport tersendiri.
5. Bagaimana syarat untuk menjadi instruktur ekstrakurikuler robotika?
Pada dasarnya kami punya standar tersendiri terkait instruktur atau pelatih
ekstrakurikuler. Jadi pelatih harus punya sertifikat pelatih nasional, misalnya
pelatih basket harus punya sertifikat pelatih basket. Namun ketetapan ini
menjadi kesulitan bagi kita dalam menentukan kualifikasi pelatih yang tidak
tersertifikasi secara nasional, contohnya ekskul robotika,marching band. Kan
tidak ada secara nasional yang mengeluarkan sertifikat pelatih robotika
ataumarching band. Namun disini yang kita lihat adalah track record-nya, dia
sudah pernah membawa anak didiknya berprestasi dimana saja, sudah sampai
tingkat apa. Memang agak sedikit susah karena kalau sertifikat kan lebih jelas
penilaiannya.
6. Bagaimana kinerja instruktur selama pelaksanaan ekstrakurikuler
robotika?
Kinerja instruktur ekstrakurikuler ada yang sudah sesuai harapan dan ada yang
belum, namun secara umum sudah tercapai. Hal ini dapat dilihat dari
produknya, ketika siswa mengikuti kompetisi sudah mencapai prestasi,
termasuk ekstrakurikuler robotika yang setiap tahun sudah meraih prestasi.
7. Bagaimana cara memantau kinerja instruktur selama ekstrakurikuler
robotika?
Biasanya kita memanggil koordinator ekskul. Jadi melaluikoordinator ekskul
kehadiran instruktur atau pelatih itu dipantau. Selain berkaitan dengan honor,
kehadiran juga direkap selama satu semester untuk mengetahui capaiannya.
8. Bagaimana cara sekolah melengkapi sarana dan prasarana yang
didapatkan peserta ekstrakurikuler robotika?
Untuk melengkapi sarana dan prasarana ini ada dua sumber dana, yang pertama
dari DIPA yaitu dana dari pemerintah. Jadi kita bisa mengajukan peralatan-
peralatan yang dibutuhkan dalam ekskul baik ke pemerintah pusat maupun ke
pemerintah daerah. Akan tetapi memang kuota yang kita miliki tidak semua
terpenuhi. Dan yang kedua sumbernya dari komite. Namun, dana dari komite
pun tidak hanya fokus untuk ekskul saja sehingga belum maksimal alokasi
untuk ekskulnya. Jadi salah satu cara melengkapinya yaitu dari orang tua
peserta ekskul itu sendiri. Termasuk ekskul robotik yang membutuhkan banyak
dana karena peralatanya juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
9. Apa hambatan selama pelaksanaan ekstrakurikuler robotika?
Dalam ekstrakurikuler terdapat dua hambatan, yang pertama ada hambatan
eksternal. Ternyata sekolah lain juga sudah mempertimbangkan pentingnya
ekskul sehingga mereka menekuni apa yang kita tekuni. Jadi kita persaingan
dalam prestasi semakin ketat. Bahkan ada SMP di Tangsel yang sampai
memiliki program kelas olahraga yang isinya ada bulu tangkis, bola, dan
sebagainya. Begitupun dalam bidang robotika. Sekarang semakin banyak
sekolah-sekolah yang juga mengadakan ekstrakurikuler robotika. Lalu kendala
internalnya antara lain adanya pergantian pelatih yang membuat kita agak
kesulitan untuk membina, selain itu sarana yang dipakai juga belum cukup
untuk memfasilitasi peserta ekskul.
10. Bagaimana proses evaluasi ekstrakurikuler robotika?
Evaluasi sebenarnya ada dua. Yang pertama setiap semester, biasanya ini
mengevaluasi ketercapaian siswa ekskul yang nantinya akan tertulis juga di
raport. Evaluasi yang kedua yaitu setiap tahun saat raker.Hal-hal yang
dievaluasi antara lain mengenai target ekskul, apakah ekskul sudah memenuhi
target, kalau belum apa kendalanya. Lalu mengenai jumlah peserta, apakah
jumlah peserta ekskul sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Kalau kurang
dari 20 orang ekskul tersebut akan dihapuskan.
11. Apa yang mempengaruhi keaktifan siswa terhadap ekstrakurikuler
robotika?
Saya melihat keaktifan siswa ini dipengaruhi oleh sarana, kualitas pelatih, dan
dari minat siswa. Saya melihat rata-rata di dalam ekskul itu ada pasang surut.
Jadi jika pelatihnya kurang bagus akan berdampak ke siswanya jadi kurang
semangat. Jika pelatihnya bagus siswa juga akan semangat.
12. Apakah siswa sering mengikuti kompetisi robotika?
Sering. Rata-rata 3 kali setiap semester, jadi setahun rata-rata mengikuti 6 kali
kompetisi robotika.
13. Bagaimana prestasi yang dicapai oleh peserta ekstrakurikuler robotika?
Sebagian sudah sesuai harapan. Jika diprosentase sudah mencapai 80%. Artinya
lumayan tinggi pencapaian prestasi di bidang robotika.
14. Bagaimana harapan Bapak terhadap penyelenggaraan ekstrakurikuler
robotika?
Ekskul robotika disini sebenarnya sebagai pelopor yaa. Di Kementrian Agama
itu ada yang namanya madrasah robotika. Inspirasinya itu dari MTsN 1
Tangerang Selatan ini. Jadi, karena MTsN 1 Tangerang Selatan ini sebagai
inspirator, kami berharap siswa peserta ekskul robotik bisa berkembang dan
bisa menghasilkan karya nyata yang bisa dipakai di MTs ini. Jd tidak hanya
mengikuti dan memenangkan lomba-lomba saja, tapi bisa menghasilkan karya
yang bisa diaplikasikan. Selain itu, harapan saya juga bagi yang berprestasi di
tingkat regional bisa ditingkatkan lagi.
Hasil Wawancara PKM Kurikulum
Nama : Dra. Eka Munawaroh, M.Ed.
Waktu : 14 November 2019
1. Apa analisis kebutuhan dari penyelenggaraan ekstrakurikuler robotika?
Kalau kita sih melihat peluang yaa. Ekskul robotik ini kan terkait dengan
terapan IT, pemerintah ingin arahnya ada terapan IT dalam pembelajaran, dan
anak-anak ini kalau diberikan hal-hal yang berbau IT tuh seneng banget dan
saat dulu melihat belum banyak tingkatan SMP yang melaksanakan ekskul
robotik, makanya kita ambil kesempatan itu. Walau mahal peralatannya, tapi
antusias dari siswa dan orang tua sangat luar biasa.
2. Apa latar belakang pelaksanaan ekstrakurikuler robotika?
Awalnya ditawarkan oleh pembina olimpiade, lalu kita pelajari robotik itu
seperti apa. Ditunjukkan alat-alatnya, setelah dipertimbangkan sepertinya
memungkinkan untuk dipelajari oleh anak-anak MTs ini. Lalu kami ajukan ke
Kepala Madrasah, dan Kepala Madrasah menyetujui. Dia memang ingin kita
menjadi pelopor di bidang apapun. Lalu kita adakan dan ditunjuklah Pak Imam
yang saat itu sebagai guru TIK menjadi pembina ekskul robotik.
3. Apa tujuan pelaksanaan ekstrakurikuler robotika?
Untuk menggali potensi anak-anak supaya mereka bisa mengaplikasikan
potensi mereka di bidang IT, lalu juga mengajak mereka berani bersaing dengan
sekolah lain. Karena tidak semua anak yang ikut ekskul robotik itu adalah anak-
anak yang kompetensi mata pelajaran di kelasnya bagus, jadi anak-anak ini kita
giring agar bisa menunjukkan kompetensinya di bidang lain.
4. Apa dasar hukum dilaksanakannya ekstrakurikuler robotika?
Dari Kemenag dan Dikbud itu memang ada kelompok-kelompok mata pelajaran
termasuk ekstrakurikuler, dan sekolah bebas menentukan kegiatan yang cocok
dengan kebutuhan dan lingkungan sekolahnya.
5. Bagaimana aturan pelaksanaan ekstrakurikuler robotika?
Setiap siswa wajib mengikuti 1 ekskul di luar Pramuka. Namun untuk anak
kelas IX hanya diperbolehkan mengikuti ekskul di semester ganjil saja, di
semester genap sudah tidak mengikuti ekskul lagi.
6. Bagaimana indikator ketercapaian ekstrakurikuler robotika?
Biasanya kita melihat dari ketika anak dikirim lomba ke luar. Namun
kendalanya tidak semua siswa yang mengikuti ekskul juga mengikuti lombanya.
Jadi kita juga melihat dari raportnya, jadi ada beberapa ekskul yang
mengadakan ujian sendiri, termasuk ekskul robotik.
7. Bagaimana relevansi kurikulum yang digunakan?
Anak itu kan tidak sama kemampuannya, jadi tidak melulu hanya kognitifnya
saja yang dikembangkan, bisa saja kemampuannya di bidang seni atau
psikomotoriknya yang lebih unggul. Anak-anak pintar yang hobinya membaca
buku saja, kini dituntut untuk bergerak. Kita berusaha untuk mendorong dan
memberikan motivasi sehingga tidak ada lagi pernyataan bahwa anak pintar itu
tidak bisa menguasai bidang lain. Jadi dengan adanya ekskul kita berupaya agar
anak itu berkembang semua potensinya. Sehingga ekskul ini diperlukan sebagai
penyeimbang. Selain itu anak memiliki kemampuan bersosialisasi. Karena
ekstrakurikuler itu kan anak digabung dengan teman-temannya yang berasal
dari kelas lain, sehingga ekstrakurikuler itu dapat membaurkan anak.
8. Siapa yang membuat materi ekstrakurikuler robotika? Apakah sudah
sesuai kompetensi?
Pembinanya yang menyusun materi ekskul, sampai kepada apa yang mau
dicapai, setiap minggu kegiatannya apa saja. Termasuk jika instruktur itu
didatangkan dari luar. Dan sudah disesuaikan dengan kompetensi.
9. Bagaimana syarat menjadi peserta ekstrakurikuler robotika?
Ada beberapa ekskul yang harus diseleksi, terutama ekskul yang peminatnya
banyak. Jadi dipilih anak-anak yang memiliki dasar ekskul yang akan diikuti.
Kalau robotik peminatnya dibatasi dengan cara diberikan syarat harus memiliki
laptop sebagai salah satu media pembelajarannya.
10. Bagaimana proses rekrutmen peserta ekstrakurikuler robotika?
Awalnya anak dikumpulkan di lapangan untuk disosialisasikan terdapat ekskul
apa saja di MTs ini. Setelah itu anak kemudian diminta mengisi form, lalu form
tersebut dikumpulkan ke koordinator ekskul untuk dikelompokkan. Setelah
dikelompokkan, form akan diserahkan ke masing-masing pembina ekskul untuk
diproses. Selanjutnya pembina ekskul yang nantinya memutuskan ingin
diterima seperti itu atau diadakan seleksi.
11. Bagaimana syarat untuk menjadi instruktur ekstrakurikuler robotika?
Kalau instruktur ekskul di bidang olahraga seperti basket, karate, bulu tangkis,
panahan, mereka harus terdaftar sebagai pelatih minimal di tingkat kota, jadi
mereka menunjukkan kartu keanggotaan. Mereka juga kirim CV, jadi kita tahu.
Bagi ekskul yang tidak ada keorganisasian seperti olahraga tadi biasanya kita
ngeceknya dari track record-nya.
12. Bagaimana kinerja instruktur selama ekstrakurikuler robotika?
Biasanya laporannya ada di koordinator ekskul, dan diserahkan ke Waka
kesiswaan.
13. Apa metode dan media yang digunakan oleh instruktur dalam
ekstrakurikuler robotika?
Agak susah sebenarnya untuk memantau metode dan media yang digunakan
masing-masing ekskul secara keseluruhan. Karena ekskul disini juga lumayan
banyak. Jadi hal ini diserahkan ke masing-masing pembina ekskulnya untuk
memantau.
14. Apa sarana dan prasarana yang didapatkan peserta ekstrakurikuler
robotika?
Kebanyakan sarana dan prasarana berasal dari siswa sendiri. Komite bisa
menambahkan, namun hanya sebagian kecil.
15. Teknologi apa saja yang digunakan dalam pembelajaran?
Salah satunya laptop. Laptop itu tidak disediakan dari sekolah, jadi siswa harus
punya sendiri.
16. Bagaimana sumber dana ekstrakurikuler robotika didapatkan?
Utamanya dari pemerintah, namun masih belum cukup. Selebihnya uang yang
dikelola oleh komite.
17. Apa hambatan selama pelaksanaan ekstrakurikuler robotika?
Hambatannya itu terkadang ada siswa yang hanya ikut-ikutan temannya.
Hambatan lain, jika ada jadwal ekskul yang bentrok sehingga siswa sulit
dikontrol. Lalu ada juga siswa yang ikut ekskul hanya diawal-awal saja.
18. Bagaimana proses evaluasi ekstrakurikuler robotika?
Paling tidak dievaluasi setahun sekali. Biasanya terjadi antara kepala madrasah
dengan pembina. Laporannya ada di koordinator ekskul. Hal-hal yang
dievaluasi antara lain seperti apa pelaksanaannya, kendalanya apa,
pencapaiannya bagaimana.
19. Apakah siswa sering mengikuti kompetisi robotika?
Siswa sering mengikuti kompetisi dan setiap tahun sudah terjadwal rutin.
Maksimal dalam setahun ada 6 kali, hal ini juga terkait dengan pendanaan dari
madrasah.
20. Bagaimana prestasi yang dicapai oleh peserta ekstrakurikuler robotika?
Alhamdulillah ekskul robotika sudah sampai di tingkat internasional. Dan setiap
tahun kami mengirimkan perwakilan untuk mengikuti kompetisinya.
21. Apa harapan Ibu terhadap peserta yang mengikuti ekstrakurikuler
robotika?
Harapannya bakat siswa dapat tersalurkan sampai mencapai tingkat
internasional. Maju dalam bidang tersebut, punya kemampuan, dan menjadi
orang yang sukses dalam bidang robotika.
Hasil Wawancara Koordinator Ekstrakurikuler
Nama : Nofrianto, S.Pd
Waktu : 12 November 2019
1. Apa analisis kebutuhan dari penyelenggaraan ekstrakurikuler robotika?
Robotik ini prospek ke depannya sangat bagus, apalagi didukung oleh dua sisi
yaitu pihak sekolah dan orang tua. Selain itu, berangkat dari minat anak-anak
yang kita beri angket. Ternyata dari angket yang kita kumpulkan, minat anak-
anak cukup besar disini. Dari 18 pilihan ekstrakurikuler, robotik menjadi urutan
ketiga setelah futsal dan marching band.
2. Apa latar belakang pelaksanaan ekstrakurikuler robotika?
Di luar sana sudah mulai booming robotik, dari penjaringan minat dan bakat
anak-anak juga ternyata besar di robotik. Sehingga kita mengakomodir untuk
pelaksanaan ekskul robotik.
3. Apa tujuan pelaksanaan ekstrakurikuler robotika?
Selain untuk menampung dan menyalurkan bakat dari anak-anak, kami juga
berorientasi pada prestasi. Dan kami sudah membuktikan sudah banyak prestasi
yang diraih anak-anak di bidang robotik. Sering juga kami diundang oleh
Kemenag pusat untuk menerima penghargaan.
4. Apa dasar hukum dilaksanakannya ekstrakurikuler robotika?
Dasarnya dari pemerintah sendiri, ada program intra dan ekstra. Jadi kita
berangkat dari sana untuk pelaksanaan ekstrakurikuler.
5. Bagaimana aturan pelaksanaan ekstrakurikuler robotika?
Kalau aturannya nanti langsung ke pembinanya saja. Karena saya menangani
ekstrakurikuler secara umum, jadi lebih spesifiknya bisa tanya ke pembinanya.
6. Bagaimana indikator ketercapaian ekstrakurikuler robotika?
Kalau kita selalu muaranya ke prestasi. Jadi setiap ekskul keberhasilannya
dilihat dari prestasi yang didapat. Jadi jika ekskul tersebut sudah mendapatkan
prestasi, berarti pelaksanaannya sudah bagus.
7. Bagaimana relevansi kurikulum yang digunakan?
Secara spesifik saya kurang tahu, tapi yang saya lihat pembelajarannya terkait
dengan TIK.
8. Siapa yang membuat materi ekstrakurikuler robotika? Apakah sudah
sesuai kompetensi?
Secara detail saya kurang tahu, tetapi secara hasil saya sering lihat karya yang
dibuat oleh anak-anak, seperti robot pemadam kebakaran.
9. Bagaimana proses rekrutmen peserta ekstrakurikuler robotika?
Di awal tahun saya buat angket yang saya perbaharui setiap tahunnya. Anak
juga bisa melakukan perpindahan ekskul di tiap semester. Kecuali kelas IX,
hanya bisa ekskul di semester 1, di semester 2 mereka fokus UN. Tahun ini
mulai diberlakukan satu siswa memilih satu ekskul. Hal ini dikarenakan untuk
memudahkan pemantauan kehadiran siswa saat ekskul.
10. Berapa jumlah peserta ekstrakurikuler robotika?
Sebenarnya untuk seluruh ekskul kita hanya ada batas minimal, kalau batas
maksimalnya tidak kita batasi. Biasanya kita mengatasi peserta ekskul yang
terlalu banyak dengan cara menambah hari dan menambah pelatih. Namun itu
kembali ke kebijakan masing-masing pembina ekskul itu sendiri.
11. Bagaimana syarat untuk menjadi instruktur ekstrakurikuler robotika?
Secara keseluruhan untuk ekstrakurikuler itu ada instruktur dari luar dan ada
yang dari dalam. Untuk ekskul yang sudah banyak meraih prestasi, kita
memakai instruktur yang profesional yang berasal dari luar, tapi harus ada
pembina dari dalam yang ahli di bidang tersebut untuk memantau pelaksanaan
ekstrakurikuler. Untuk syarat instrukturnya kita serahkan ke pembina ekskul
terkait. Biasanya kita memberlakukan sertifikat untuk instruktur, namun jika
tidak ada sertifikatnya biasanya pembina punya referensi tersendiri dalam
menentukaninstruktur ekskul tersebut.
12. Bagaimana kinerja instruktur selama ekstrakurikuler robotika?
Cukup bagus. Mereka punya dedikasi yang tinggi. Selama ini Alhamdulillah
mereka bisa mencapai target.
13. Apa metode dan media yang digunakan oleh instruktur dalam
ekstrakurikuler robotika?
Saya selalu mendata kehadiran instruktur setiap pelaksanaan ekstrakurikuler.
Untuk media yang digunakan ada yang memakai fasilitas sekolah, ada yang dari
siswa, ada juga yang menggunakan media dari pelatih itu sendiri. Jika di
sekolah kurang lengkap, pelatih membawa sendiri peralatannya, termasuk
ekskul robotik ada beberapa peralatan yang dibawa oleh pelatih menyesuaikan
dengan materi yang saat itu diajarkan.
14. Kapan ekstrakurikuler robotika dilaksanakan?
Setiap hari jumat, dan hari sabtu untuk kelas VIII. Kadang kalau mendekati
lomba diadakan jam-jam tambahan.
15. Bagaimana kesesuaian penjadwalan ekstrakurikuler robotika?
Jadwal sudah sesuai.
16. Apa sarana dan prasarana yang didapatkan peserta ekstrakurikuler
robotika?
Selama ini sarana dan prasarana itu disiapkan oleh peserta, sekolah dan pelatih.
Jadi saling melengkapi karena yang disediakan oleh sekolah juga terbatas,
sehingga ada yang disubsidi dari orang tua, ada juga yang dipinjamkan oleh
pelatih.
17. Bagaimana sumber dana ekstrakurikuler robotika didapatkan?
Dari komite dan BOSDA.
18. Bagaimana aktifitas peserta dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
robotika?
Sesuai dengan kurikulum masing-masing ekskul. Setiap pembina memiliki
program, dan masing-masing pembina ekskul sudah menyampaikan kegiatan
yang akan dilaksanakan selama ekskul. Jadi aktifitas peserta disesuaikan dengan
program yang sudah dibuat oleh pembinanya.
19. Apa hambatan selama pelaksanaan ekstrakurikuler robotika?
Paling kendalanya waktu yang suka bentrok dengan ekskul lain karena ekskul
disini lumayan banyak. Lalu dari anggaran yang belum mencukupi. Kalau
untung lokasi Alhamdulillahrobotik tidak ada kendala karena pelaksanaannya di
dalam ruangan, tidak menggunakan lapangan sehingga tidak bentrok dengan
ekskul lain.
20. Bagaimana proses evaluasi ekstrakurikuler robotika?
Biasanya setiap akhir tahun kita evaluasi. Untuk pelaksanaan sih setiap minggu
bisa kita pantau. Biasanya yang kita evaluasi akhir tahun itu prestasinya, sesuai
dengan visi misi kita “berprestasi secara global”, tentang waktu pelaksanaan
yang suka bentrok dengan ekskul lain.
21. Apa harapan Bapak terhadap peserta yang mengikuti ekstrakurikuler
robotika?
Saya berharap ekskul robotik bisa lebih berprestasi lagi di tingkat internasional.
Sebenarnya kita berharap banyak kepada ekskul robotik karena saat ini sudah
booming dimana-mana. Saya juga berharap anak-anak juga lebih menguasai
bidang IT.
Hasil Wawancara PembinaEkstrakurikuler Robotika
Nama : Imam Sucipto, SP., S.Kom.
Waktu : 23 Oktober 2019
1. Apa analisis kebutuhan dari penyelenggaraan ekstrakurikuler robotika?
Jadi sebetulnya analisis kebutuhannya berawal dari memotret sekolah lain yang
bisa berprestasi di bidang robotika. Jadi tahun 2012-2013 belum banyak seperti
sekarang ekskul robotika itu. Tapi di depan gerbang Muhammadiyah itu sudah
terpampang ucapan selamat untuk siswa yang mendapat juara di tingkat
internasional. Jadi obsesinya berawal dari keberhasilan sekolah lain. Kalau
sekolah lain saja bisa mendapatkan prestasi di tingkat internasional, kenapa
MTsN 1 Tangsel juga tidak mencoba. Lalu saya memikirkan gimana caranya
agar bisa berprestasi juga. Kebetulan saat itu Racer Robotics (Lembaga kursus
robotika) datang kesini menginformasikan kompetisi robotika tingkat nasional
sekaligus memberikan promo pelatihan. Jadi seperti diberikan jalan saat itu.
Namun awalnya saya bingung siapa siswa yang akan diikutsertakan, karena
belum ada ekskulnya. Lalu saya menghadap Kepala Madrasah menceritakan
tentang kompetisi robotika. Karena beliau orang yang visioner, jadi beliau
memberikan dukungan. Kita adakan trial dulu sebagai latihan, lalu kita ikut
lomba di Serang. Saya mengikutsertakan beberapa siswa kelas peminatan Sains
dan kelas Bina Prestasi . saya pilih siswa yang unggul di bidang matematika dan
IPA. Alhamdulillah kita menang juara 3. Lalu setelah itu akhirnya dibukalah
ekskul robotika.
2. Apa latar belakang pelaksanaan ekstrakurikuler robotika?
Yang melatar-belakangi sebenarnya adalah visi madrasah. Visi madrasah itu
adalah berwawasan global. Sementara kita belum bergaul atau berbicara di
tingkat internasional. Yang mengawali MTsN 1 Tangsel memiliki prestasi di
tingkat internasional yaa ekskul robotika ini. Tahun 2014 kita ikut International
Islamic School Robot Olimpiad (IISRO) di Johor Baru, Malaysia. Nah, itu
sudah terbentuk ekskul robotika disini. Jadi, latar belakangnya itu karena visi.
Kita ingin mengangkat nama madrasah di tingkat internasional. Jadi sebenarnya
kalau berbicara pioneer madrasah di tingkat internasional, yaa MTsN 1 Tangsel
ini. Barulah sejak saat itu booming sampai siswa yang berprestasi itu diundang
ke istana presiden, menghadiri upacara kemerdekaan dan dijamu makan malam
bersama presiden SBY waktu itu.
3. Apa tujuan pelaksanaan ekstrakurikuler robotika?
Tujuannya ada beberapa. Yang pertama adalah melatih kerja sama tim, yang
kedua mengasah kreativitas anak di bidang robot, seperti merakit robot, lalu
melatih anak berpikir logic. Tentu tujuannya untuk meraih prestasi baik di
tingkat nasional maupun di tingkat internasional.
4. Apa dasar hukum dilaksanakannya ekstrakurikuler robotika?
Ekskul robotika ini sebenarnya yaa di kurikulum itu ada pengembangan yang
diterjemahkan ke dalam kegiatan ekstrakurikuler. Nanti bisa di-eksplore lagi ke
waka kurikulum mengenai dasar hukumnya. Ada nanti dasar hukumnya, bisa
diperdalam lagi dengan waka kurikulum terkait muatan kurikulum.
5. Bagaimana aturan pelaksanaan ekstrakurikuler robotika?
Pertama, ekskul robotika ini diikuti secara berkelanjutan. Jadi jika kelas 7 ikut
ekskul robotika, maka diharapkan bisa melanjutkan hingga selesai. Dan yang
kedua aturannya adalah tidak bisa bergabung di tengah jalan. Jadi contoh, kelas
7 kan sudah berlangsung ekskul robotika, lalu saat kelas 8 ada yang mau baru
bergabung, itu tidak bisa. Kecuali dia mau ikut bergabung dengan kelas 7. Jadi
keikutsertaan ekskul robotika itu berkelanjutan, tidak bisa bergabung di tengah
jalan. Karena nanti siswa akan bingung dengan bagaimana dasar-dasarnya.
Selain itu, siswa juga diharuskan memiliki laptop. Siswa juga diseleksi karena
peserta ekskul robotika ini jumlahnya terbatas. Saya mulai membatasi jumlah
siswa yang mengikuti ekskul robotika maksimal 32 siswa, jika dikonversi ke
dalam kelas itu kan jadi 1 kelas yaa. Namun tahun ini tidak dilakukan seleksi
karena jumlah siswa yang mendaftar hanya 38 orang, dan saya sudah
memprediksi akan ada siswa yang berhenti di tengah jalan. dan benar saja,
hingga saat ini jumlah siswa yang mengikuti ekskul robotika ada 32 orang
karena ada beberapa siswa yang mundur.
6. Bagaimana indikator ketercapaian ekstrakurikuler robotika?
Kalau saya mengukur keetercapaian itu dari lomba. Jadi untuk melihatnya ada
2. Yang pertama, saya mengadakan classmeeting robotika di sekolah yang
diadakan setahun sekali di bulan Desember. Itu kita kompetisi internal dan
pendanaannya dari orang tua untuk penghargaannya. Dan yang menjadi panitia
adalah siswa kelas 9. Kelas 9 itu kan sudah fokus di akademik, sehingga tidak
lagi mengikuti ekstrakurikuler. Jadi disini siswa kelas 9 hanya dijadikan panitia
untuk melatih penyelenggaraan kompetisi dan melatih tanggung jawab.
7. Bagaimana relevansi kurikulum yang digunakan?
Kurikulumnya sendiri sebenarnya kita sudah kerja sama dengan Racer. Jadi
kelas 7 itu kurikulumnya menggunakan modul My Robot Time (MRT), itu ada
bukunya dari level 1 sampai 4. Nah kelas 8 itu adalah ke arah kreativitas. Jadi
kelas 8 harus bisa membuat robot kreatif baik menggunakan arduino ataupun
MRT, diutamakan arduino yaa. Karena itu bekal untuk mereka nanti saat kuliah
ataupun untuk mengikuti lomba. Karena biasanya lomba itu mengadakan
kategori open. Dan project yang digunakan biasanya menggunakan arduino.
Jadi kelas 8 dilatih untuk membuat project sederhana seperti traffic light
menggunakan arduino, penyiram otomatis, dan sebagainya.
8. Siapa yang membuat materi ekstrakurikuler robotika? Apakah sudah
sesuai kompetensi?
Karena kita kerja sama dengan Racer Robotics, jadi untuk materi kelas 7 kita
murni menggunakan materi dari sana. Kita hanya meminta materi apa saja yang
nanti diajarkan kepada siswa. Kalau kelas 8 ada materinya sendiri. Kita sudah
punya materi arduino, pihak Racer yang membantu dalam pembuatan project-
nya. Kita sudah mempunyai Arduino Kit. Disini sudah ada CD yang berisi
materi, selain ada arduino-nya, disini ada sensor-sensornya, ada remote-nya
juga. Jadi materi yang diajarkan disesuaikan dengan kompetensi. Anak
diharapkan punya karya, meskipun sederhana, tapi dia bisa.
9. Bagaimana proses rekrutmen peserta ekstrakurikuler robotika?
Awalnya diadakan demo ekskul. Saat demo itu kita menyampaikan visi misi,
program kerja, sekilas tentang ekskul robotika. Disampaikan juga persyaratan
untuk mengikuti ekskul ini yaitu memiliki laptop. Karena jika tidak
disampaikan seperti itu, akan banyak sekali siswa yang mendaftar, bahkan
pernah mencapai 68 siswa yang mendaftar ekskul ini. Jadi pertama disampaikan
persyaratannya saat demo ekskul, bilamana melebihi kuota (32 orang) maka
akan diadakan seleksi berupa tes tulis. Tesnya berupa soal-soal studi kasus
mengenai logika, untuk mengetahui cara berpikir siswa. Selain itu juga
didukung oleh biodata mereka, apakah mereka pernah memiliki prestasi. Jika
setelah dilakukan tes tulis masih melebihi kuota, maka akan dilakukan
wawancara. Namun jika setelah dilakukan tes tulis sudah cukup, maka tidak
dilakukan wawancara.
10. Berapa jumlah peserta ekstrakurikuler robotika?
Pada awal tahun ajaran ini ada 67 siswa, namun seiring berjalannya waktu ada
penurunan. Jadi saat ini yang masih aktif dalam ekstrakurikuler robotika ada 64
siswa.
11. Bagaimana syarat untuk menjadi instruktur ekstrakurikuler robotika?
Karena kerja sama dengan Racer, maka instruktur disediakan dari pihak Racer.
Namun kita tetap memiliki kriteria instruktur tersendiri yang harus diikuti oleh
pihak Racer. Yang pertama harus punya kualifikasi atau background di bidang
elektro atau informatika. Yang kedua, sudah punya pengalaman mengajar. Jadi
biasanya kita minta kepada Racer agar instruktur yang ditugaskan disini
memenuhi kriteria tersebut. Walau terkadang yang datang tidak sesuai karena
ada halangan. Dan kita selalu memantau, jika ketidaksesuaian itu berlanjut, kita
menghubungi pihak Racer untuk instruktur yang ditugaskan disini.
12. Bagaimana kinerja instruktur selama ekstrakurikuler robotika?
Instruktur yang sekarang seringkali saya kawal. Terkadang saya request minta
diajarkan materi apa. Jadi harus selalu disupervisi, yaa supervisi kecil-kecilan.
Alhamdulillah karena ada pengecekan itu, jadi instruktur tidak sembarangan
kasih materi. Masalahnya, terkadang instruktur yang diberikan pihak Racer
tidak sesuai kompetensi yang dimilikinya. Contoh, saat ada project tapi dia
tidak bisa menyelesaikan masalah, itu kan artinya tidak kompeten. Tapi
memang robotika itu kan banyak kategorinya yaa. Itu juga masalah untuk
instruktur, karena dia harus bisa menguasai semua. Ekskul robotika itu kan
harus ada fun, kreatifitas, kompetisi. Siswa juga tidak melulu diberikan materi
game-game robot, tapi juga harus ada pembelajarannya. siswa juga sangat suka
dengan materi game-game robot, padahal itu hanya selingan. Seperti kemarin
saat lomba, kelas 7 sudah saya berikan materi pemrograman, tapi hanya dua
siswa yang ikut kategori tersebut. Sisanya ikut kategori game-game robot.
13. Apa metode dan media yang digunakan oleh instruktur dalam
ekstrakurikuler robotika?
Metode yang dan media yang digunakan saya yakin cukup. Karena saya selalu
request kepada pihak Racer satu hari sebelum diadakan ekskul. Misalnya saya
bilang, tolong siswa diajarkan humanoid, maka saat ekskul instruktur sudah siap
dengan robotnya. Kadang harus seperti itu. Hal ini dikarenakan belum ada
kurikulum yang baku. Materi-materi sebenarnya sudah disusun, namun ketika
akan ada kompetisi, maka materi yang diajarkan adalah materi-materi yang
akan diikuti saat kompetisi. Dan untuk persiapan kompetisi itu paling tidak
butuh waktu selama 2 bulan. Jadi kurikulum ekskul robotikanya menyesuaikan
kompetisi. Nah, jadi itu salah satu yang membuat kita kesulitan menyusun
kurikulum yang baku.
14. Kapan ekstrakurikuler robotika dilaksanakan?
Seminggu sekali. Setiap hari jumat untuk kelas VII. Kalau kelas VIII setiap hari
jumat atau sabtu. Durasinya 1,5 – 2 jam tergantung materinya.
15. Bagaimana kesesuaian penjadwalan ekstrakurikuler robotika?
Sudah sesuai jadwal. Seminggu satu kali, durasinya 1,5 jam kadang sampai 2
jam. Kelas 7 itu ekskulnya setiap hari jumat. Kalau kelas 8 itu hari jumat atau
sabtu. Semuanya seminggu sekali.
16. Apa sarana dan prasarana yang didapatkan peserta ekstrakurikuler
robotika?
Memang ekskul ini kan perlu alat yaa. Dengan peserta yang banyak, saya rasa
masih kurang. Untuk sarana, ada yang dari sekolah, ada yang dari Racer, ada
juga yang dari siswa. Kalau melihat jumlah siswa yang banyak yaa masih
kurang. Kadang ada materi yang baru bisa selesai setelah dua kali pertemuan.
Karena pada dasarnya siswa harus praktek.
17. Teknologi apa saja yg digunakan dalam pembelajaran?
Untuk tenologi, alat-alat yang digunakan antara lain robot MRT (My Robot
Time), basic arduino, lego, Rero. Kita juga menggunakan robot teknologi
Jerman, picher Tech.
18. Bagaimana sumber dana ekstrakurikuler robotika didapatkan?
Ada dua sumber, yang pertama adalah sumbangan dari orang tua yang
dikoordinir oleh komite. Yang kedua adalah dari dana BOS.
19. Bagaimana aktifitas peserta dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
robotika?
Untuk keaktifan kelas 7 sih siswa masih aktif, karena materinya masih dasar
dan bervariasi, masih banyak materi-materi permainan robot. Namun di kelas 8
sudah agak menurun. Yaa karena itu tadi, karena di kelas 8 mereka sudah mulai
diajari program dan pembuatan project.
20. Apa hambatan selama pelaksanaan ekstrakurikuler robotika?
Peralatan yang terbatas kurang mendukung sebagai sarana pembelajaran dengan
jumlah siswa yang banyak. Lalu kompetensi pelatih yang kurang maksimal atau
agak kurang. Kalau dinilai, masih di kategori cukup lah.
21. Bagaimana proses evauasi ekstrakurikuler robotika?
Ada. Ekskul itu dievaluasi oleh kesiswaan. Awalnya Pembina ekskul
dikumpulkan untuk menyampaikan targetnya apa, jadi evaluasinya kalau target
memenuhi, sering juara. Kalau belum mencapai target, hambatannya apa, lalu
dilakukan pembenahan-pembenahan. Jika tidak mencapai target, terutama
jumlah siswanya, ekskul tersebut bisa ditutup. Biasanya evaluasi secara
menyeluruh dilakukan setahun sekali. Ada juga evaluasi yang dilakukan secara
situasional. Misalnya, tidak menang saat lomba, itu dievaluasi apa
hambatannya.
22. Bagaimana penguasaan siswa terhadap materi robotika?
Yang saya lihat siswa robotika sudah bisa mencapai KKM jika dalam
pembelajaran. Kalau dinilai bisa sampai 80. Karena biasanya mereka yang ikut
robotika itu sudah siap dan punya kemampuan.
23. Apakah siswa sering mengikuti kompetisi robotika?
Kompetisi robotika yang kita ikuti ada yang secara kolektif (terbuka), ada juga
yang hanya mengirim perwakilan tertentu. Kalau yang mengirim perwakilan itu
dalam setahun kita bisa mengikuti hingga 6 kompetisi, dan itu melalui proses
seleksi.
24. Bagaimana prestasi yang dicapai oleh peserta ekstrakurikuler robotika?
Sudah sesuai target. Kompetisi yang kita ikuti itu 80%-nya kita mendapat
prestasi.
25. Apa harapan Bapak terhadap peserta yang mengikuti ekstrakurikuler
robotika?
Harapan saya siswa dapat membuat dan berkreasi. Sekecil apapun kreasi, itu
dihargai. Tidak hanya menjadi pemakai.
Hasil Wawancara Instruktur Ekstrakurikuler Robotika
Nama : Khoirudin Muslim
Hari / Tanggal : Jumat, 11 Oktober 2019
1. Apa latar belakang pelaksanaan ekstrakurikuler robotika?
Pelaksanaan ekstrakurikuler robotik saat ini dirasa penting di zaman teknologi
seperti saat ini, apalagi memasuki era 4.0, saya rasa penting murid diajarkan
hal-hal yang berhubungan dengan teknologi. Seperti dalam ekstrakurikuler
robotika disini, murid diperkenalkan dengan dasarnya terlebih dahulu, dengan
membuat robot-robot sederhana seperti robot kipas angin, dan sebagainya.
Setidaknya murid mengenal dan tahu teknologi itu seperti apa.
2. Apa tujuan pelaksanaan ekstrakurikuler robotika?
Tujuannya melatih mereka agar lebih kreatif, mengasah motorik mereka juga.
3. Bagaimana syarat untuk menjadi peserta ekstrakurikuler robotika?
Kalau untuk syarat sih ga ada, semua anak bisa mempelajari robotika.
4. Apa syarat untuk menjadi seorang instruktur ekstrakurikuler robotika?
Ga ada syaratnya sih, yang penting kita mau belajar tentang robotika, itu aja.
5. Bagaimana kesesuaian materi dengan kebutuhan ekstrakurikuler
robotika?
Sesuai sih. Kita kan punya pegangan seperti silabus, terkadang juga keluar dari
materi yang ada di silabus itu sendiri, menyesuaikan dengan kebutuhan murid.
Misalnya seperti saat ini, sebentar lagi aka nada lomba, jadi materi yang ada di
silabus ditunda dulu, kita utamakan mendalami materi-materi yang akan
dilombakan. Jadi sesuai situasi dan kondisi.
6. Bagaimana kesesuaian penjadwalan pelaksanaan ekstrakurikuler
robotika?
Sudah sesuai
7. Apa media dan metode pembelajaran yang digunakan dalam proses
belajarmengajar ekstrakurikuler robotika?
Media yang digunakan biasanya ada proyektor, handphone juga dipakai, laptop,
untuk robotnya sendiri menggunakan MRT 3, MRT 5, sama humanoid. Kalau
metode kebanyakan sih belajar sambil bermain.
8. Bagaimana relevansi kurikulum yang dilaksanakan?
Menurut saya sih sudah relevan.
9. Bagaimana peran sarana dan prasana yang diberikan selama
pelaksanaanekstrakurikuler robotika?
Untuk sarana dan prasarana sih sudah mendukung untuk penyampaian
pembelajaran.
10. Apa hambatan selama pelaksanaan ekstrakurikuler robotika?
Selama ini sih ga ada hambatan
11. Bagaimana proses evaluasi pelaksanaan ekstrakurikuler robotika?
Murid suka diberikan tes setelah selesai penyampaian materi, seperti materi
tentang maze solving kemarin, kita melakukan pengambilan nilai, siswa dites
dalam pengerjaan robotnya dan memahami program.
12. Bagaimana keaktifan dan penguasaan materi peserta ekstrakurikuler
robotika?
Hampir semua aktif, tapi aktifnya bermacam-macam yaa. Ada yang aktifnya
karena ingin tahu, ada juga yang aktif karena senang main-main dengan
robotnya. Untuk penguasaan materi, belum semua menguasai sih, tapi sebagian
besar sudah.
Hasil Wawancara Instruktur Ekstrakurikuler Robotika
Nama : Hakan Maulana
Hari / Tanggal : Jumat, 11 Oktober 2019
1. Apa latar belakang pelaksanaan ekstrakurikuler robotika?
Untuk mengikuti perkembangan zaman.
2. Apa tujuan pelaksanaan ekstrakurikuler robotika?
Untuk memperkenalkan robot kepada generasi muda sejak dini.
3. Bagaimana syarat untuk menjadi peserta ekstrakurikuler robotika?
Semua anak bisa.
4. Apa syarat untuk menjadi seorang instruktur ekstrakurikuler robotika?
Harus tahu materi apa saja yang diajarkan di bidang robotik.
5. Bagaimana kesesuaian materi dengan kebutuhan ekstrakurikuler
robotika?
Sudah sesuai, dan disesuaikan juga dengan kebutuhan.
6. Bagaimana kesesuaian penjadwalan pelaksanaan ekstrakurikuler
robotika?
Sudah sesuai.
7. Apa media dan metode pembelajaran yang digunakan dalam proses
belajar mengajar ekstrakurikuler robotika?
Robot MRT (My Robot Time), Linecore, Arduino, Drone, yang pasti kita
menggunakan laptop untuk mengaplikasikan programnya. Untuk metode
biasanya kita bentuk kelompok-kelompok lalu anak menyelesaikan project-
nya.
8. Bagaimana relevansi kurikulum yang dilaksanakan?
Sudah sesuai.
9. Bagaimana peran sarana dan prasana yang diberikan selama pelaksanaan
ekstrakurikuler robotika?
Terkadang masih ada yang kurang. Harus dicek dulu kelengkapannya sebelum
mengajar.
10. Apa hambatan selama pelaksanaan ekstrakurikuler robotika?
Siswa terkadang suka sibuk sendiri, kalau sudah asik dengan robotnya kadang
suka tidak mendengarkan penjelasan instruktur.
11. Bagaimana proses evaluasi pelaksanaan ekstrakurikuler robotika?
Setelah pembelajaran suka diulas lagi dengan tanya jawab agar tahu siswa
sudah paham atau belum.
12. Bagaimana keaktifan dan penguasaan materi peserta ekstrakurikuler
robotika?
Bermacam-macam, ada yang serius, ada yang aktifnya main, ada juga yang
pasif. Kalau untuk merakit, siswa sudah mahir, kalau program masih baru
mengenal.
Hasil Wawancara Instruktur Ekstrakurikuler Robotika
Nama : Lukmanul Hakim
Hari / Tanggal : Jumat, 11 Oktober 2019
1. Apa latar belakang pelaksanaan ekstrakurikuler robotika?
Supaya siswa bisa bersaing dengan negara maju.
2. Apa tujuan pelaksanaan ekstrakurikuler robotika?
Supaya anak-anak tidak tertinggal dengan negara lain.
3. Bagaimana syarat untuk menjadi peserta ekstrakurikuler robotika?
Sebenarnya tidak ada syarat tertentu. Semua anak bisa mempelajari robotik.
4. Apa syarat untuk menjadi seorang instruktur ekstrakurikuler robotika?
Kalau untuk level basic (SMP-SMA), instruktur dituntut untuk menguasai
program, minimal arduino.
5. Bagaimana kesesuaian materi dengan kebutuhan ekstrakurikuler
robotika?
Sudah sesuai. Kalau menjelang lomba, kita mengajarkan materi-materi yang
akan dilombakan.
6. Bagaimana kesesuaian penjadwalan pelaksanaan ekstrakurikuler
robotika?
Sudah sesuai. Biasanya suka ada yang minta jadwal tambahan juga kalau
menjelang lomba.
7. Apa media dan metode pembelajaran yang digunakan dalam proses
belajar mengajar ekstrakurikuler robotika?
Media yang kita gunakan ada laptop untuk program, kalau robotnya banyak
sih. Yang sering digunakan itu MRT (My Robot Time) untuk merakit, robot-
robot Humanoid seperti Linecore dan Aelos, ada macam-macam Drone juga.
Metodenya, awalnya anak-anak dijelaskan, diperkenalkan alat-alat yang
digunakan, fungsinya apa, programnya bagaimana, setelah itu mereka praktik
secara berkelompok. Kalau sudah selesai, nanti diuji coba robotnya.
8. Bagaimana relevansi kurikulum yang dilaksanakan?
Sudah relevan. Terkadang disesuaikan dengan permintaan sekolah juga.
9. Bagaimana peran sarana dan prasana yang diberikan selama pelaksanaan
ekstrakurikuler robotika?
Sekolah cukup membantu dalam hal sarana dan prasarana.
10. Apa hambatan selama pelaksanaan ekstrakurikuler robotika?
Agak sulit mengendalikan siswa, soalnya ekstrakurikuler bukan pelajaran
wajib seperti pelajaran di kelas, jadi siswa kadang kurang serius dalam
pembelajaran.
11. Bagaimana proses evaluasi pelaksanaan ekstrakurikuler robotika?
Setiap akhir semester ada soal yang diberikan ke anak. Ada juga project yang
dikerjakan, biasanya kalau project setiap akhir tahun ajaran.
12. Bagaimana keaktifan dan penguasaan materi peserta ekstrakurikuler
robotika?
Beragam, kebanyakan siswa aktif jika mendapat materi games robot, kalau
materi yang di dalamnya membahas program agak kurang. Siswa paling
menguasai materi-materi games, paling semangat. Merakit robot juga sudah
lancar, sudah bisa mandiri mengikuti modul. Tinggal bagaimana menerapkan
programnya, kadang masih suka gagal setelah programnya diterapkan, kurang
teliti.
Hasil Wawancara Peserta Ekstrakurikuler Robotika
Nama : M. Nufail Arinda
Kelas : VII-3
Waktu : 11 Oktober 2019
1. Apa yang melatarbelakangi anda mengikuti ekstrakurikuler robotika?
Karena dari kecil sudah suka sama alat-alat elektro seperti kabel-kabel gitu, jadi
tertarik sama robotika.
2. Apa tujuan anda mengikuti ekstrakurikuler robotika?
Biar menambah wawasan.
3. Apa syarat untuk mengikuti ekstrakurikuler robotika?
Ga ada sih.
4. Bagaimana sarana dan prasarana yang ada dalam ekstrakurikuler
robotika?
Ada sih yang masih kurang, seperti drone.
5. Apakah kegiatan selama proses ekstrakurikuler robotika telah sesuai
dengan jadwal?
Sudah sesuai
6. Apa saja yang anda pelajari selama ekstrakurikuler robotika?
Belajar program seperti maze solving, merakit robot.
7. Apakah materi yang diberikan sesuai dengan kompetensi yang
diharapkan?
Sudah sesuai.
8. Bagaimana media pembelajaran dan metode pembelajaran yang
digunakan instruktur?
Sudah baik.
9. Bagaimana kinerja penyelenggara selama ekstrakurikuler robotika?
Dukungan sekolah sudah baik.
10. Bagaimana kinerja instruktur selama ekstrakurikuler robotika?
Cara mengajarnya sudah bagus.
11. Apa kendala anda dalam mengikuti ekstrakurikuler robotika?
Tidak ada kendala sih, lancar-lancar saja.
12. Apa harapan anda setelah mengikuti ekstrakurikuler robotika?
Bisa membuat robot sendiri.
Hasil Wawancara Peserta Ekstrakurikuler Robotika
Nama :Meylisa Nuraulia Sopian
Kelas : VII-10
Waktu : 11 Oktober 2019
1. Apa yang melatarbelakangi anda mengikuti ekstrakurikuler robotika?
Karena suka, kegiatannya juga tidak menguras tenaga seperti ekskul-ekskul
yang lain, jadi tidak capek.
2. Apa tujuan anda mengikuti ekstrakurikuler robotika?
Supaya bisa meraih prestasi di bidang robotika.
3. Apa syarat untuk mengikuti ekstrakurikuler robotika?
Kalau yang berminat ekskulnya banyak sih harus ikut seleksi, tapi tahun ini
tidak terlalu banyak jadi tidak ada seleksi.
4. Bagaimana sarana dan prasarana yang ada dalam ekstrakurikuler
robotika?
Sudah bagus sih, tapi terkadang robotnya suka error. Sering ditemukan juga
alat-alat yang kondisinya rusak.
5. Apakah kegiatan selama proses ekstrakurikuler robotika telah sesuai
dengan jadwal?
Sudah sesuai. Kadang ada jadwal tambahan kalau mau ada lomba.
6. Apa saja yang anda pelajari selama ekstrakurikuler robotika?
Maze solving, permainan-permainan yang menggunakan robot seperti merakit,
soccer robot.
7. Apakah materi yang diberikan sesuai dengan kompetensi yang
diharapkan?
Sudah sesuai.
8. Bagaimana media pembelajaran dan metode pembelajaran yang
digunakan instruktur?
Pertama dijelaskan oleh instrukturnya, lalu dibagikan alatnya untuk
dipraktekkan.
9. Bagaimana kinerja penyelenggara selama ekstrakurikuler robotika?
Sekolah sudah mendukung dengan baik.
10. Bagaimana kinerja instruktur selama ekstrakurikuler robotika?
Cara mengajarnya enak sih, seru.
11. Apa kendala anda dalam mengikuti ekstrakurikuler robotika?
Ga ada sih, hanya alat aja yang masih kurang.
12. Apa harapan anda setelah mengikuti ekstrakurikuler robotika?
Ingin mengejar prestasi, ingin ikut kompetisi di tingkat internasional juga.
Hasil Wawancara Peserta Ekstrakurikuler Robotika
Nama : Gathan Attar
Kelas : VII-3
Waktu : 11 Oktober 2019
1. Apa yang melatarbelakangi anda mengikuti ekstrakurikuler robotika?
Sebelumnya pernah ikut ekskul robotik di SD, jadi sekarang ingin meneruskan.
2. Apa tujuan anda mengikuti ekstrakurikuler robotika?
Agar tahu lebih banyak lagi hal-hal tentang teknologi.
3. Apa syarat untuk mengikuti ekstrakurikuler robotika?
Tidak ada.
4. Bagaimana sarana dan prasarana yang ada dalam ekstrakurikuler
robotika?
Sudah lengkap sih. Lebih lengkap lagi jika dibandingkan saat ekskul di SD,
mungkin karena materinya lebih sulit. Tapi masih suka ada alat yang kurang
seperti baterai, terkadang baterai yang ada sudah lemah.
5. Apakah kegiatan selama proses ekstrakurikuler robotika telah sesuai
dengan jadwal?
Sesuai jadwal.
6. Apa saja yang anda pelajari selama ekstrakurikuler robotika?
Coding, materi-materi yang akan dilombakan.
7. Apakah materi yang diberikan sesuai dengan kompetensi yang
diharapkan?
Sudah sesuai sih. Apalagi kalau belajar materi-materi permainan robot.
8. Bagaimana media pembelajaran dan metode pembelajaran yang
digunakan instruktur?
Cara menyampaikannya pembelajarannya seru.
9. Bagaimana kinerja penyelenggara selama ekstrakurikuler robotika?
Dukungan sekolah sudah baik.
10. Bagaimana kinerja instruktur selama ekstrakurikuler robotika?
Kinerjanya sudah baik.
11. Apa kendala anda dalam mengikuti ekstrakurikuler robotika?
Paling kendalanya kurang mengerti kalau ada materi yang sulit seperti coding,
karena agak ribet.
12. Apa harapan anda setelah mengikuti ekstrakurikuler robotika?
Ingin punya perstasi di bidang robotika.
Hasil Wawancara Peserta Ekstrakurikuler Robotika
Nama : Aqila Raihan
Kelas : VIII-11
Waktu : 23 Oktober 2019
1. Apa yang melatarbelakangi anda mengikuti ekstrakurikuler robotika?
Latar belakang ikut eskul robotik, mencari prestasi dan belajar tentang
teknologi.
2. Apa tujuan anda mengikuti ekstrakurikuler robotika?
Ingin memperdalam pengetahuan tentang teknologi.
3. Apa syarat untuk mengikuti ekstrakurikuler robotika?
Syarat ikut ekskul, punya laptop dan aplikasinya.
4. Bagaimana sarana dan prasarana yang ada dalam ekstrakurikuler
robotika?
Sarana dan prasarananya lengkap di sekolah tapi beberapa ada peralatan yang
punya sendiri.
5. Apakah kegiatan selama proses ekstrakurikuler robotika telah sesuai
dengan jadwal?
Sudah sesuai. Jadwal setiap hari jumat atau sabtu selama satu setengah jam.
6. Apa saja yang anda pelajari selama ekstrakurikuler robotika?
Materi yg sudah diajarkan antara lain kerja sama tim, maze solving, cara meng-
coding robot.
7. Apakah materi yang diberikan sesuai dengan kompetensi yang
diharapkan?
Materi sudah sesuai.
8. Bagaimana media pembelajaran dan metode pembelajaran yang
digunakan instruktur?
Pertama instruktur menjelaskan, setelah itu dipraktekkan, lalu diaplikasikan.
9. Bagaimana kinerja penyelenggara selama ekstrakurikuler robotika?
Pihak sekolah mendukung.
10. Bagaimana kinerja instruktur selama ekstrakurikuler robotika?
Cara penyampaian instruktur seru dan menarik.
11. Apa kendala anda dalam mengikuti ekstrakurikuler robotika?
Tidak ada kendala selama eskul.
12. Apa harapan anda setelah mengikuti ekstrakurikuler robotika?
Prestasi yang sudah didapat, juara 2 lomba teater robot di KRON (Kontes Robot
Nusantara) 2018 yang diselenggarakan di ICE BSD, juara 1Brickspeedyang
diselenggarakan di Madrasah Pembangunan, dan juara 3 lomba kreatif robot
yang diselenggarakan di sekolah. Saya berharap ke depannya lebih banyak lagi
prestasi yang bisa diraih di bidang robotika.
Hasil Wawancara Peserta Ekstrakurikuler Robotika
Nama :Sahl Izzan
Kelas : VIII-2
Waktu : 23 Oktober 2019
1. Apa yang melatarbelakangi anda mengikuti ekstrakurikuler robotika?
Latar belakang saya yaitu ingin mencari pengalaman, prestasi, dan belajar
teknologi.
2. Apa tujuan anda mengikuti ekstrakurikuler robotika?
Tujuannya agar tahu cara kerja robot seperti apa.
3. Apa syarat untuk mengikuti ekstrakurikuler robotika?
Syarat ikut ekskul robotika salah satunya punya laptop untuk coding aplikasi
robot.
4. Bagaimana sarana dan prasarana yang ada dalam ekstrakurikuler
robotika?
Sarana udah lengkap.
5. Apakah kegiatan selama proses ekstrakurikuler robotika telah sesuai
dengan jadwal?
Jadwal pelaksanaan sudah sesuai 1 minggu sekali.
6. Apa saja yang anda pelajari selama ekstrakurikuler robotika?
Materi yang udah dipelajari antara lain coding, maze solving, merakit robot.
7. Apakah materi yang diberikan sesuai dengan kompetensi yang
diharapkan?
Materi yang diajarkan sudah sesuai.
8. Bagaimana media pembelajaran dan metode pembelajaran yang
digunakan instruktur?
Metode yang digunakan selama pembelajaran sudah baik, soalnya langsung
dipraktekkan.
9. Bagaimana kinerja penyelenggara selama ekstrakurikuler robotika?
Dukungan dari sekolah sudah baik, sekolah sudah memfasilitaskan.
10. Bagaimana kinerja instruktur selama ekstrakurikuler robotika?
Cara instruktur mengajar sudah bagus.
11. Apa kendala anda dalam mengikuti ekstrakurikuler robotika?
Selama eskul tidak ada kendala.
12. Apa harapan anda setelah mengikuti ekstrakurikuler robotika?
Harapannya, eskul robotik lebih banyak lagi prestasinya dan saya bisa
meneruskan lagi di SMA.
Hasil Wawancara Peserta Ekstrakurikuler Robotika
Nama : Raditya Suryansyah
Kelas : VIII-11
Waktu : 23 Oktober 2019
1. Apa yang melatarbelakangi anda mengikuti ekstrakurikuler robotika?
Latar belakang saya agar bisa membuat robot dan mendapat prestasi supaya
mudah masuk SMA melalui jalur prestasi.
2. Apa tujuan anda mengikuti ekstrakurikuler robotika?
Tujuannya agar mendapatkan pengalaman baru.
3. Apa syarat untuk mengikuti ekstrakurikuler robotika?
Memiliki laptop dan alat arduino untuk kelas VIII.
4. Bagaimana sarana dan prasarana yang ada dalam ekstrakurikuler
robotika?
Sarana dan prasarana sudah lengkap.
5. Apakah kegiatan selama proses ekstrakurikuler robotika telah sesuai
dengan jadwal?
Kegiatan eskul sudah sesuai jadwal.
6. Apa saja yang anda pelajari selama ekstrakurikuler robotika?
Merakit robot MRT (My Robot Time), maze solving, coding forest, coding
arduino.
7. Apakah materi yang diberikan sesuai dengan kompetensi yang
diharapkan?
Materi sudah sesuai.
8. Bagaimana media pembelajaran dan metode pembelajaran yang
digunakan instruktur?
Peserta dibentuk kelompok lalu membuat robot secara bersama-sama.
9. Bagaimana kinerja penyelenggara selama ekstrakurikuler robotika?
Sekolah sudah men-support kegiatan eskul dengan baik.
10. Bagaimana kinerja instruktur selama ekstrakurikuler robotika?
Cara kerja instruktur lumayan, cuma perhatiannya terbagi oleh kelompok lain
karena di kelas VIII hanya 1 instruktur yang mengajar.
11. Apa kendala anda dalam mengikuti ekstrakurikuler robotika?
Jadwal sih sudah sesuai, namun jika bentrok dengan hari libur ekskulnya diganti
di hari lain yang terkadang suka ga bisa ikut.
12. Apa harapan anda setelah mengikuti ekstrakurikuler robotika?
Semoga bisa mendapatkan prestasi yang banyak agar bisa masuk SMA yang
diinginkan dan lebih banyak mengenal teknologi-teknologi baru dalam bidang
robotika.
Hasil Wawancara Peserta Ekstrakurikuler Robotika
Nama :Emir Fadlan
Kelas : VIII-11
Waktu : 23 Oktober 2019
1. Apa yang melatarbelakangi anda mengikuti ekstrakurikuler robotika?
Saya melihat kakak saya yang dulu sekolah disini juga. Dia ikut ekskul robotik
dan mendapatkan juara, lalu bisa masuk ke MAN 4 lewat jalur prestasi. Karena
sebelumnya saya belum pernah mendapatkan prestasi, jadi saya coba ikut
ekskul robotik.
2. Apa tujuan anda mengikuti ekstrakurikuler robotika?
Ingin berprestasi seperti kakak saya, jadi bisa masuk MAN 4 lewat jalur prestasi
juga.
3. Apa syarat untuk mengikuti ekstrakurikuler robotika?
Syaratnya harus punya laptop, soalnya kita sering bikin coding untuk robot.
4. Bagaimana sarana dan prasarana yang ada dalam ekstrakurikuler
robotika?
Sarana dan prasarananya sudah bagus. Sekolah dan instruktur sudah
menyediakan, tapi saya juga punya 2 robot, ada MRT (My Robot Time) dan
arduino punya kakak saya.
5. Apakah kegiatan selama proses ekstrakurikuler robotika telah sesuai
dengan jadwal?
Sudah sesuai jadwal.
6. Apa saja yang anda pelajari selama ekstrakurikuler robotika?
Sudah belajar merakit robot, memprogram coding di laptop, merakit LED
dengan arduino, merakit robot sumo.
7. Apakah materi yang diberikan sesuai dengan kompetensi yang
diharapkan?
Materi yang diberikan sudah sesuai.
8. Bagaimana media pembelajaran dan metode pembelajaran yang
digunakan instruktur?
Metode pembelajaran awalnya instruktur menjelaskan bagian-bagian robot, lalu
merakit robot bersama-sama atau membuat program.
9. Bagaimana kinerja penyelenggara selama ekstrakurikuler robotika?
Support sekolah sangat besar terhadap eskul robotik, soalnya banyak
mendukung siswa yang inginberprestasi di bidang robotik.
10. Bagaimana kinerja instruktur selama ekstrakurikuler robotika?
Kinerja instruktur sudah bagus.
11. Apa kendala anda dalam mengikuti ekstrakurikuler robotika?
Kendala dalam eskul robotik, notebook yang saya gunakan terkadang tidak
support untuk menjalankan program robotik, suka hang.
12. Apa harapan anda setelah mengikuti ekstrakurikuler robotika?
Harapan saya untuk sekolah semoga eskul semakin berkembang, meraih
prestasi dan membawa nama baik sekolah. Harapan untuk saya pribadi, semoga
banyak prestasi yang saya dapat dan mudah masuk SMA yang saya inginkan.
CATATAN LAPANGAN 1
Kegiatan : Demo Ekstrakurikuler
Tempat : Lapangan MTs Negeri 1 Kota Tangerang Selatan
Tanggal : 17 Juli 2019
Waktu : 08.30 – 09.30 WIB
Peneliti datang ke MTsN 1 Kota Tangerang Selatan pukul 08.30 WIB lapor ke pos
satpam, kemudian ke kantor untuk bertemu Pembina Ekstrakurikuler, Bapak Imam
Sucipto. Ternyata Bapak Imam Sucipto sudah berada di tepi lapangan mengamati
berlangsungnya demo ekstrakurikuler. Peneliti menemui Bapak Imam dan
selanjutnya ikut mengamati demo ekstrakurikuler yang sedang berlangsung. Seluruh
siswa baru (siswa kelas VII) sudah berkumpul di lapangan MTsN 1 Kota Tangerang
Selatan dan menyaksiskan demo ekstrakurikuler yang diadakan sejak pukul 08.00
WIB. Peneliti juga menemui para instruktur ekstrakurikuler robotika yang
berjumlah 3 orang. Para instruktur ekstrakurikuler robotika sedang menunggu
giliran demo sambil menyiapkan peralatan yang diperlukan untuk demo. Pukul
09.00 WIB tiba giliran ekstrakurikuler robotika untuk melakukan demo. Para
instruktur menampilkan beberapa bentuk robot yang telah dirakit di depan lapangan.
Selain itu instruktur juga menampilkan salah satu jenis robot humanoid yang
bernama Line Core. Robot tersebut telah diprogram sedemikian rupa sehingga
ketika remote control ditekan, robot dapat bergerak. Dan agar penampilan robot
lebih menarik, instruktur sudah menyiapkan lagu yang akan diputar saat robot
tersebut bergerak. Selama robot ditampilkan, Bapak Imam memberikan penjelasan
kepada siswa baru mengenai kegiatan ekstrakurikuler robotika yang berlangsung di
MTsN 1 Kota Tangerang Selatan. Selain itu, Bapak Imam juga menyebutkan
beberapa prestasi yang sudah diraih oleh siswa MTsN 1 Kota Tangerang Selatan di
bidang robotika pada beberapa kompetisi yang sudah berlangsung baik nasional
maupun internasional. Sebelum demo ekstrakurikuler robotika ditutup, Bapak Imam
mengingatkan para siswa baru untuk segera mendaftar ekstrakurikuler robotika
karena akan dilakukan seleksi jika peserta melebihi kuota. Pukul 09.20 WIB demo
ekstrakurikuler robotika telah selesai dan ditutup dengan meminta doa untuk salah
satu siswa yang mewakili MTsN 1 Kota Tangerang Selatan dalam kompetisi
robotika tingkat internasional yang berlangsung pada 1-4 Agustus 2019 di Korea
Selatan.
CATATAN LAPANGAN 2
Kegiatan : Kegiatan Ekstrakurikuler Pertemuan Ke-2
Tempat : Ruang Perpustakaan Lantai 2 MTsN 1 Kota Tangerang Selatan
Tanggal : 9 Agustus 2019
Waktu : 14.30 – 16.00 WIB
Peneliti datang ke MTsN 1 Kota Tangerang Selatan pukul 14.30 WIB, lapor ke
ruang piket untuk melakukan observasi kegiatan ekstrakurikuler robotika MTsN 1
Kota Tangerang Selatan. Guru piket menunjukkan lokasi kegiatan ekstrakurikuler
robotika kepada peneliti, kemudian peneliti berjalan menuju lokasi kegiatan
ekstrakurikuler robotika di ruang perpustakaan lantai 2. Ternyata peserta
ekstrakurikuler robotika kelas VII dan VIII melakukan kegiatan pembelajaran
secara terpisah. Ruang perpustakaan lantai 2 digunakan untuk melaksanakan
kegiatan ekstrakurikuler robotika kelas VII. Sedangkan peserta kelas VIII
melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler robotika di ruang lain. Dan pertemuan kali
ini peneliti melakukan observasi pada kegiatan ekstrakurikuler kelas VII. Peneliti
memasuki ruangan perpustakaan dan meminta izin kepada instruktur untuk
mengamati kegiatan ekstrakurikuler robotika. Peserta ekstrakurikuler robotika kelas
VII sudah berkumpul di ruang perpustakaan bersama 3 orang instruktur. Peserta
sudah siap dengan laptop masing-masing. Kegiatan ekstrakurikuler robotika dibuka
pukul 14.30 WIB. Seorang instruktur bernama Kak Udin mengulas materi
ekstrakurikuler mengenai robot Maze Solving yang pertemuan sebelumnya sudah
dibahas teorinya. Terlihat beberapa peserta yang datang terlambat. Mereka langsung
bergabung dengan kelompok yang sudah terbentuk. Pada pertemuan kali ini peserta
akan mengaplikasikan teori tersebut pada robot. Pukul 14.40 WIB peserta dibagi ke
dalam menjadi 5 kelompok. Pukul 14.45 WIB instruktur membagikan part dan
elektrikal robotik pada masing-masing kelompok dan peserta diminta untuk merakit
robot ke dalam bentuk yang sudah ditentukan. Pukul 15.00 WIB peserta mulai
menerapkan program yang sudah dirancang di masing-masing laptop ke dalam
robot yang sudah dirakit. Kak Udin, Kak Hakan, dan Kak Kamal membantu para
peserta yang mengalami kesulitan baik dalam dalam merakit robot maupun dalam
pengaplikasian program. Pukul 15.25 WIB muali ada kelompok yang sudah selesai
menerapkan program ke dalam robotnya. Satu-persatu kelompok mencoba robotnya
untuk berjalan secara otomatis di atas gambar lintasan yang sudah disiapkan oleh
instruktur. Namun pada percobaan kali ini masih terdapat beberapa kelompok yang
belum berhasil. Hal ini diperkirakan karena masih terdapat kesalahan coding yang
di-input oleh peserta ke dalam program robot. Pukul 15.35 WIB peserta diminta
untuk membongkar kembali robot yang telah dibuat dan membereskan peralatan
yang telah digunakan karena kegiatan ekstrakurikuler robotika seharusnya sudah
selesai sejak pukul 15.30 WIB. Pukul 15.40 WIB Pak Imam masuk ke ruang
perpustakaan dan memberikan pengarahan mengenai kegiatan robotika selanjutnya
dan menginformasikan tentang adanya kompetisi robotika yang akan dilaksanakan
bulan Oktober 2019. Pukul 15.50 WIB kegiatan robotika selesai dan ditutup.
CATATAN LAPANGAN 3
Kegiatan : Kegiatan Ekstrakurikuler Pertemuan Ke-11
Tempat : Ruang Perpustakaan Lantai 2 MTsN 1 Kota Tangerang Selatan
Tanggal : 11 Oktober 2019
Waktu : 14.30 – 16.00 WIB
Peneliti datang ke MTsN 1 Kota Tangerang Selatan pukul 15.00 WIB, lapor ke
ruang piket untuk melakukan observasi kegiatan ekstrakurikuler robotika MTsN 1
Kota Tangerang Selatan, kemudian peneliti berjalan menuju lokasi kegiatan
ekstrakurikuler robotika di ruang perpustakaan lantai 2. Peneliti memasuki ruangan
perpustakaan dan meminta izin kepada instruktur untuk mengamati kegiatan
ekstrakurikuler robotika. Seluruh peserta ekstrakurikuler robotika kelas VII sudah
berkumpul di ruang perpustakaan bersama 4 orang instruktur. Pada pertemuan kali
materi yang disampaikan oleh instruktur adalah mengenai berbagai kategori
permainan robot. Hal ini berhubungan dengan adanya Kontes Robot Nusantara yang
akan diselenggarakan pada 20 Oktober 2019 mendatang. Semakin dekatnya waktu
kompetisi, sehingga peserta dituntut untuk semakin serius dalam berlatih. Terdapat
beberapa kategori pada kompetisi ini, diantaranya Brickspeed, Kinder Mission,
Bowling, Creative Design, Coding Mission, Drone Mission, Sumo Push Push,
Volley Ball, Humanoid Mission,dan Soccer Cup. Peserta sangat antusias dalam
mencoba berbagai kategori, terutama kategori yang akan diikutinya dalam
kompetisi. Peserta berkumpul mengitari arena-arena yang sudah diatur oleh
instruktur. Mereka mencoba dan saling bergantian dengan peserta lain. Ruangan
dipenuhi oleh suara-suara peserta, ada yang memainkan robot sambil berteriak, ada
juga peserta yang bersorak menyemangati peserta yang lain. Pembelajaran kali ini
jauh dari kata tenang, namun penuh dengan semangat dan kegembiraan. Namun
demikian, terdapat beberapa peserta yang belum mendapatkan giliran terlihat
sedang bercanda dan berlarian di dalam ruangan. Ada juga peserta yang sedang
makan sambil menunggu giliran. Dan hanya sesekali intruktur terlihat menegur.
Waktu menunjukkan pukul 16.00 WIB. Kegiatan ekstrakurikuler telah berakhir.
Peserta saling bekerja sama merapikan peralatan yang ada. Setelah semua rapi,
instruktur menutup pembelajaran.
Hasil Observasi Program Ekstrakurikuler Robotika
No. Model
CIPP Aspek Indikator
Hasil Observasi
Keterangan
Ya Tidak
1.
Context
(Konteks)
Dasar
Hukum
Memiliki UU
Memiliki Perda
Memiliki SK
√
√
√
berupa Surat
Tugas
2. Tujuan Memiliki tujuan yang
didasari pada kebutuhan
√
3. Kurikulum
Ditetapkan secara
sistematis
Sesuai dengan tujuan
yang dirumuskan
√
√
4.
Input
(Masukan)
Kriteria
Instruktur
Memiliki kepribadian
yang baik
Memiliki sikap seorang
pendidik
Berpengalaman
dibidangnya
√
√
√
5. Peserta
Memenuhi persyaratan
Sesuai karakteristik
Termotivasi mengikuti
ekstrakurikuler
√
√
√
6. Materi
Berkaitan dengan tujuan
Sesuai dengan kurikulum
Bahan ajar tersedia
Sesuai standar
kompetensi
√
√
√
√
7. Metode
Sesuai dengan materi
Orientasi PBL
Komunikatif
Mengembangkan
kreatifitas
√
√
√
√
8. Media
Ketersediaan memadai
Berfungsi optimal
Kondisi baik
Mampu memfasilitasi
Mampu memotivasi
Sesuai SOP
√
√
√
√
√
√
Memperjelas materi √
9. Sarana dan
Prasarana
Ketersediaan memadai
Berfungsi optimal
Kondisi baik
Mampu memfasilitasi
Sesuai SOP
√
√
√
√
√
10. Pendanaan
Melalui rapat kerja
anggaran
Transparansi
Optimalisasi penggunaan
dana
√
√
√
11.
Process
(Proses)
Jadwal
Kegiatan
Seluruh rangkaian aktifitas
ekstrakurikuler
mulai dari awal hingga
akhir tahun ajaran tersusun
rapi dan terlaksana dengan
baik.
√
terdapat
kegiatan
kompetisi
yang
jadwalnya
tidak tetap
setiap
tahunnya
12. Kinerja
Instruktur
Menguasai materi
Menguasai kelas
Menunjukkan sikap
seorang pendidik
Berpengalaman
dibidangnya
Mampu menjawab
pertanyaan peserta
√
√
√
√
√
13. Aktifitas
Peserta
Disiplin
Mentaati tata tertib
Peserta serius saat
mengikuti pembelajaran
Selalu memperhatikan
penjelasan instruktur
Aktif bertanya jika
diberikan kesempatan
Aktif menjawab ketika
diberikan pertanyaan
√
√
√
√
√
√
14. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada
peserta ekstrakurikuler,
instruktur, fasilitas, dan
program.
√
15.
Product
(Produk)
Penguasaan
Materi
Memiliki nilai evaluasi
minimal 75.00
Mampu mengoperasikan
alat praktik
Aktif dalam tanya jawab
di kelas
√
√
√
16. Prestasi
Siswa aktif dalam
berbagai kompetisi
robotika
Siswa menjuarai
kompetisi robotika tingkat
nasional
Siswa menjuarai
kompetisi robotika tingkat
internasional
√
√
√
Pedoman Daftar Isian Dokumen Ekstrakurikuler Robotika
NO. DOKUMEN CETAK ADA TIDAK KETERANGAN
1. Gambaran umum (Profil madrasah) √
2. Visi dan misi madrasah √
3. Arah strategi √
4. Struktur organisasi √
5. Data peserta ekstrakurikuler
robotika √
6. Data instruktur robotika √
7. Materi ekstrakurikuler robotika √
8. Jadwal pelaksanaan ekstrakurikuler
robotika √
Jadwal
dikondisikan
9. Hasil evaluasi peserta
ekstrakurikuler robotika √
10. Data prestasi siswa di bidang
robotika √
NO. DOKUMEN FOTO ADA TIDAK KETERANGAN
1. Proses pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler robotika √
2. Ruang kegiatan ekstrakurikuler
robotika √
3. Sarana dan prasarana
ekstrakurikuler robotika √
4. Bentuk robot yang dihasilkan oleh
peserta ekstrakurikuler robotika √
SILABUS EKSTRAKURIKULER ROBOTIKA
MTSN 1 KOTA TANGERANG SELATAN
TH AJARAN 2019 / 2020
Silabus Ekstrakurikuler Robotika MTsN 1 Tangerang Selatan
SEMESTER GANJIL
No. Materi KIT Keterangan
1. Introduction
Part MRT,
Mainboard
Precoding, sensor
sound dan IR
Mengenalkan apa saja yang akan dipelajari selama
kegiatan ekstrakurikuler robotik
Merakit bebas mekanika konstruksi robot sederhana
(tanpa mainboard) secara berkelompok dan
menampilkannya di depan kelas
Mengenalkan bagian-bagian mainboard precoding
dan fungsi masing-masing mode yang terdapat
dalam mainboard
Mengenalkan sensor sound dan IR Sensor serta cara
kerjanya pada robot
2. Maze Solving MRT 3
Siswa dijelaskan peraturan maze solving
Siswa merakit robot bentuk Maze Solving
Siswa diajarkan cara mengoperasikan robot Maze
Solving
Siswa mensimulasikan lomba dengan temannya
Siswa dijelaskan program maze solving
3. Maze Solving MRT 3
Siswa dijelaskan peraturan maze solving
Siswa merakit robot bentuk Maze Solving
Siswa diajarkan cara mengoperasikan robot Maze
Solving
Siswa mensimulasikan lomba dengan temannya
Siswa dijelaskan program maze solving
4. Maze Solving MRT 3
Siswa dijelaskan peraturan maze solving
Siswa merakit robot bentuk Maze Solving
Siswa diajarkan cara mengoperasikan robot Maze
Solving
Siswa mensimulasikan lomba dengan temannya
Siswa dijelaskan program maze solving
5. Save the Forest Robot save the
forest & track
Siswa dijelaskan peraturan lomba
Siswa dijelaskan program dalam lomba save the
forest
Siswa diajarkan cara mengoperasikan robot di atas
arena save the forest
Siswa mensimulasikan lomba dengan temannya
6. Robot save the
forest & track
Robot save the
forest & track
Siswa dijelaskan peraturan lomba
Siswa dijelaskan program dalam lomba save the
forest
Siswa diajarkan cara mengoperasikan robot di atas
arena save the forest
Siswa mensimulasikan lomba dengan temannya
7. Sumo MRT 5
Siswa dijelaskan peraturan lomba sumo
Siswa merakit robot bentuk sumo
Siswa diajarkan cara mengoperasikan robot sumo
Siswa mensimulasikan lomba dengan temannya
8. VOLLY MRT 3
Siswa dijelaskan peraturan lomba
Siswa diajarkan cara mengoperasikan robot
Siswa mensimulasikan lomba dengan temannya
SILABUS EKSTRAKURIKULER ROBOTIKA
MTSN 1 KOTA TANGERANG SELATAN
TH AJARAN 2019 / 2020
Silabus Ekstrakurikuler Robotika MTsN 1 Tangerang Selatan
9. Humanoid Robot Humanoid
Siswa dijelaskan peraturan lomba
Siswa diajarkan cara memprogram robot
Siswa mensimulasikan lomba dengan temannya
10 Humanoid Robot Humanoid
Siswa dapatmembentukbentukbebasRero
Siswa diajarkan cara memprogram robot
Siswa mensimulasikan cara kerja robot
11 Humanoid Robot Humanoid
Siswa dijelaskan peraturan lomba
Siswa diajarkan cara memprogram robot
Siswa mensimulasikan lomba dengan temannya
12 Coding
Mainboard coding
dan elektrikal
(LED Sensor,
CDS Sensor,
Servo Motor, DC
motor, Touch)
Mengenalkan bagian-bagian mainboard coding serta
masing-masing fungsinya
Mengenalkan LED Sensor dan CDS Sensor beserta
kegunaan dan cara kerjanya pada robot
Memprogram servo motor, DC Motor, Touch serta
pengoperasiannya pada robot
Memprogram time delay pada DC Motor
13 Catapult MRT 3.3
Merakit robot ketapel
Menerapkan mainboard coding pada robot
Memprogram remote control, DC motor, dan servo
pada robot
Menjelaskan prinsip kerja mainboard dan sensor
pada robot yang dirakit
Memainkan robot yang telah dirakit
14 Forceps Robot MRT 3.3
Merakit forceps robot
Menerapkan mainboard coding pada robot
Memprogram remote control, DC motor, dan servo
pada robot
Menjelaskan prinsip kerja mainboard dan sensor
pada robot yang dirakit
15 Tank MRT 3.4
Merakit robot Truk sampah
Menerapkan mainboard coding pada robot
Memprogram remote control, DC motor, dan servo
pada robot
Menjelaskan prinsip kerja mainboard dan sensor
pada robot yang dirakit
16. Final test Siswa di haruskan menyelesaikan setiap soal materi
yang sudah diajarkan
SILABUS EKSTRAKURIKULER ROBOTIKA
MTSN 1 KOTA TANGERANG SELATAN
TH AJARAN 2019 / 2020
Silabus Ekstrakurikuler Robotika MTsN 1 Tangerang Selatan
SEMESTER GENAP
No. Materi KIT Keterangan
1.
Pengenalan
Hardware dan
Software Black
Smith
(memprogram
sederhana led)
Black Smith
Siswa mengetahui dan memahami jenis-jenis
mainbord yang ada
Siswa dapat memahami cara kerja Black Smith
2.
Black Smith 1
(memprogram
beberapa sensor
dan output)
Black Smith Siswa dapat mengkontrol sensor dengan Black
Smith
Siswa dapat mengetahui program sederhana dari
sesor menggunakan Black Smith
3.
Black Smith2
(memogram
beberapa sensor
dan output lebih
kompleks)
Black Smith Siswa dapat mengkombinasikan berbagai part
elektronik yang lebih kompleks
Siwa mampu berfikir lebih kompleks
4.
Pengenalan
Hardware dan
Software
Arduino(memprogr
am sederhana led)
Arduino Siswa mampu berfikir kiritis dan kreatif
Siswa dapat mempresentasikan dan bertanggung
jawab hasil kinerja yang dilakukan
5
Arduino 1
(memprogram
beberapa sensor
dan output)
Arduino
Siswa dapat mengkontrol sensor dengan Black
Smith
Siswa dapat mengetahui program sederhana dari
sesor menggunakan Black Smith
6.
Arduino 2
(memogram
beberapa sensor
dan output lebih
kompleks)
Arduino
Siswa dapat mengkombinasikan berbagai part
elektronik yang lebih kompleks
Siwa mampu berfikir lebih kompleks
7. Project Kreatif
Arduino Arduino
Siswa mampu berfikir kiritis dan kreatif
Siswa dapat mempresentasikan dan bertanggung
jawab hasil kinerja yang dilakukan
8. Project Kreatif
Arduino Arduino
Siswa mampu berfikir kiritis dan kreatif
Siswa dapat mempresentasikan dan bertanggung
jawab hasil kinerja yang dilakukan
9 Memprogram
Drone Drone
Siswa dapat mengendalikan dan mengoprasikan
Drone dengan baik
Siwa dapat mengenalbagian Drone
10 Memprogram
Drone Drone
Siswa dapat mengendalikan dan mengoprasikan
Drone dengan baik
Siswa mampu mencari jalan keluar dalam
menghadapi suatu masalah
11 Memprogram
Drone Drone
Siwa mampu menerbangkan dan menggendalikan
drone
Siswa dapat mengambil foto dan video dari
ketinggian
12 Drone (simulasi
lomba) Drone
Siswa dijelaskan cara kerja drone dan cara
mengoperasikannya
Siswa dijelasskan peraturan lomba
SILABUS EKSTRAKURIKULER ROBOTIKA
MTSN 1 KOTA TANGERANG SELATAN
TH AJARAN 2019 / 2020
Silabus Ekstrakurikuler Robotika MTsN 1 Tangerang Selatan
Siswa mensimulasikan lomba dengan rekannya
13 Item Recycle &
Marine Transporter
Robot item
recycle & track
Robot marine
transporter &
track
Siswa dijelaskan peraturan lomba
Siswa diajarkan cara mengoperasikan robot
(memisahkan jenis sampah sesuai kategorinya)
Siswa diajarkan cara mengoperasikan robot
(memindahkan ikan dan barrel sesuai dengan
tempatnya)
Siswa mensimulasikan lomba dengan temannya
14 Humanoid & IoT Robot Humanoid
& IoT
Siswa dijelaskan peraturan lomba
Siswa diajarkan cara memprogram robot
Siswa mensimulasikan lomba dengan temannya
15 Project kreatif Siswa membuat project sesuai tema yang diberikan
Siswa dapat menjelaskan project yang dibuat
16. Final Project (IoT)
IoT Siswa mampu berfikir kiritis dan kreatif
Siswa dapat mempresentasikan dan bertanggung
jawab hasil kinerja yang dilakukan
KUESIONER PESERTA DIDIK
EKSTRAKURIKULER ROBOTIKA
MTSN 1 KOTA TANGERANG SELATAN
Nama Responden :
Kelas :
No. Pernyataan Alternatif Jawaban
SB B C K
Aspek Proses
1. Instruktur menjelaskan tujuan kegiatan di awal
pertemuan kegiatan
2. Peserta didik dijelaskan tentang target kegiatan
3. Sebelum memulai kegiatan, instruktur melakukan
persiapan
4. Pada tahun ajaran baru, ekstrakurikuler robotika
selalu merekrut peserta didik baru
5. Peserta didik diperkenalkan tentang kegiatan
ekstrakurikuler robotika
6. Kegiatan ekstrakurikuler robotika dilaksanakan
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
7. Instruktur memberikan contoh saat menjelaskan
materi
8. Ekstrakurikuler robotika dilaksanakan di ruang
tersendiri (kelas / aula / lab / bengkel)
9. Peserta didik diberikan waktu untuk berdiskusi
10. Instruktur memantau kemajuan peserta didik
11. Instruktur memberikan tugas/project setiap
pelaksanaan kegiatan
12. Peralatan yang digunakan untuk pelaksanaan
ekstrakurikuler robotika memadai
13. Bahan yang digunakan untuk pelaksanaan
ekstrakurikuler robotika memadai
14. Melaksanakan kompetisi robotika untuk
meningkatkan kemampuan
15. Instruktur melakukan ujian setiap menyelesaikan
materi
16. Instruktur memberikan penilaian secara objektif
17. Peserta didik dilibatkan dalam penilaian oleh
instruktur
18. Salah satu kegiatan eksrakurikuler robotika adalah
mengikuti kompetisi robot
Aspek Produk
19. Kemampuan berkomunikasi menjadi lebih baik
setelah mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
robotika
20. Kreatifitas semakin meningkat setelah mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler robotika
21. Kemampuan bekerja sama menjadi lebih baik
setelah mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
robotika
22. Disiplin waktu lebih meningkat setelah mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler robotika
23. Ekstrakurikuler robotika dapat meningkatkan
prestasi non-akademik
24. Kegiatan ekstrakurikuler robotika menjadi sarana
mengembangkan minat
25. Kegiatan ekstrakurikuler robotika menjadi sarana
mengembangkan bakat
Informasi atau saran yang berkaitan dengan kegiatan ekstrakurikuler
robotika:
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Media Pembelajaran Ekstrakurikuler Robotika
Arduino Kit
Modul Pembelajaran
Fischer Technik Robotics
Partisi My Robot Time (MRT) 3 Mainboard
Rero Robot Line Core Robot
Prestasi Peserta Ekstrakurikuler Robotika
Tingkat Internasional Tingkat Nasional
MTsN 1 Kota Tangerang
Selatan meraih Juara 3
dalam Kompetisi
Madrasah Robotik 2019
Kegiatan Pembelajaran Ekstrakurikuler Robotika
Pembelajaran Persiapan Kompetisi
Latihan Gabungan Menjelang Kompetisi
Line Follower MRT 3 / HUNA
Menbuat Program Line Follower
(MRT3 / HUNA)
Dasar dari pemrograman maze.h pada maze solving MRT yaitu
pemrograman robot line follower, karena maze solving merupakan line
follower yang dimodifikasi sedemikian rupa sehingga menghasilkan
tantangan tantangan baru dalam pemrogramannya.
Oleh karena itu sebelum kita membahas lebih jauh tentang maze solving,
sebaiknhya kita pelajari dahulu apa itu robot line follower? bagaimana cara
kerja robot line follower? dan bagaimana cara memprogram line follower
pada MRT.
A. Robot Line Follower
Robot line follower adalah robot yang dapat bergerak sesuai garis
yang ditentukan, baik garis hitam maupun garis putih. Biasanya robot
line follower mengunakan sensor infrared (IR) untuk mendeteksi
warna dari jalur yang akan dilaluinya.
Pada beberapa kasus sensor IR yang digunakan berjumlah satu atau
dua sensor saja, namun biasanya agar pergerakan robot lebih halus
maka digunakan tiga sensor IR. Pada pembahasan kali ini kita akan
menggunakan tiga sensor IR (sensor kiri, sensor tengah dan sensor
kanan).
Line Follower MRT 3 / HUNA
B. Konfigurasi line follower pada MRT
IR2 (IN2) IR3 (IN3) IR4 (IN4)
Sensor kanan Sensor Tengah Sensor kiri
Tampak Bawah
IR 2 (sebelah kiri IR 1) dihubungkan ke Pin Input 2
IR 3 (IR yang tengah) dihubunkan ke Pin Input 3
IR 4 (sebelah kiri IR 3) dihubungkan ke Pin Input 4
C. Algoritma (Alur Program) line follower MRT
1) Inisialisasi program
2) Jika sensor tengah mendeteksi garis hitam, maka robot
bergerak maju
3) Jika sensor kiri mendeteksi garis hitam, maka robot berbelok
ke kiri
4) Jika sensor kanan mendeteksi garis hitam, maka robot
berbelok ke kanan
5) Ulangi lagi ke langkah no 2.
D. Pemrograman line follower pada MRT
1) Buka software MRT => Klik “Program Start” =>klik gambar
IR pada blok input.
Line Follower MRT 3 / HUNA
2) Aktifkan input dua, tiga dan empat, dan pilih mode sense pada
input 2, mode none pada imput 3 dan mode sense pada input
4(Ket: sensor tengah mendeteksi garis hitam).
3) Aktifkan “motor 1 left” isikan nilai speed nya antara 1 s/d
10(disarankan 8). Dan aktifkan juga “motor 1 right” isikan
nilai speednya sama dengan speed “motor 1 left”.
Line Follower MRT 3 / HUNA
4) Klik “End” pada baris program, lalu aktifkan input dua, tiga
dan empat, dan pilih mode none pada input 2, mode sense
pada imput 3 dan mode sense pada input 4(Ket: sensor kanan
mendeteksi garis hitam).
5) Aktifkan “motor 1 left” isikan nilai speed nya antara 1 s/d
10(disarankan 8). Dan aktifkan juga “motor 1 right” isikan
nilai speednya antara -1 s/d -10 (disarankan -8).
Line Follower MRT 3 / HUNA
6) Klik “End” pada baris program, lalu aktifkan input dua, tiga
dan empat, dan pilih mode sense pada input 2, mode sense
pada imput 3 dan mode none pada input 4(Ket: sensor kiri
mendeteksi garis hitam).
7) Aktifkan “motor 1 left” isikan nilai speed nya antara -1 s/d-
10(disarankan -8). Dan aktifkan juga “motor 1 right” isikan
nilai speednya antara 1 s/d 10 (disarankan 8).
Line Follower MRT 3 / HUNA
8) Program siap di download ke board MRT 3.
Maze Solving MRT 3 / HUNA
Cara Menggunakan “maze.h”Pada Lintasan Maze Solving
A. Contoh jenis arena maze solving
Pada jenis maze solving diatas peserta harus memprogram robot agar
menabrak pipa kuning(ditentukan oleh panitia) dan mengakhiri
lajunya di garis finish.Pemenang ditentukan oleh point terbesar, jika
point sama maka ditentukan dengan waktu tercepat.
Pada jenis maze solving diatas peserta harusmemprogram robot agar
mendapatkan point sebanyak-banyaknya (6 titik point) dan
mengakhiri jalannya sampai garis finish. Pemenang ditentukan oleh
point terbesar, jika point sama maka ditentukan dengan waktu
tercepat.
START
FINISH
Maze Solving MRT 3 / HUNA
Pada jenis maze solving diatas peserta harus memprogram robot agar
mendapatkan point sebanyak-banyaknya (6 titik point) dan
mengakhiri jalannya sampai garis finish. Pemenang ditentukan oleh
point terbesar, jika point sama maka ditentukan dengan waktu
tercepat.
Maze Solving MRT 3 / HUNA
B. Desain robot maze solving
Tampak Samping
Tampak Atas
Maze Solving MRT 3 / HUNA
Tampak Bawah
Posisi IR (Tampak Bawah)
IR1 (IN1) IR2 (IN2) IR3 (IN3) IR4 (IN4) IR5 (IN5)
Posisi IR (Tampak Atas)
IR5(IN5) IR4(IN4) IR3 (IN3) IR2(IN2) IR1(IN1)
Maze Solving MRT 3 / HUNA
Pada pemrograman maze solving menggunakan maze.h, sensor IR
yang digunakan sebanyak lima buah. Dengan mapped pin sebagai
berikut (tampak atas):
1. IR 1 (IR paling kanan) dihubungkan ke Pin Input 1
2. IR 2 (sebelah kiri IR 1) dihubungkan ke Pin Input 2
3. IR 3 (IR yang tengah) dihubunkan ke Pin Input 3
4. IR 4 (sebelah kiri IR 3) dihubungkan ke Pin Input 4
5. IR 5 (IR paling kiri) dihubungkan ke Pin Input 5
C. Langkah-langkah sebelum memprogram
Sebelum memprogram menggunakan maze.h ada beberapa langkah
yang harus dilakukan terlebih dahulu, berikut :
1. Simpan file maze.h ke directory: C:\MRT
2. Buka aplikasi MRT3=> Pilih pemrograman dengan mode
“Code” => klik checkbox “Edit Code”
Maze Solving MRT 3 / HUNA
3. Ketik#include “maze.h”diatas sintax int main ()=>hapus
sintax while (1) dan dua sintax dibawahnya.
4. Program maze solving menggunakan maze.h siap dimulai
Maze Solving MRT 3 / HUNA
D. Dasar pemrograman maze.h
Inti dari pemrograman maze.h yaitu, robot mengikuti garis sampai
menemui tikungan atau persimpangan didepannya.
a) Tikungan kanan hitam
Tikungan kanan hitam terjadi jika sensor IR 1, IR2 dan IR3
mendeteksi garis hitam.Sintax untuk menggerakan robot
sampai menemui tikungan kanan hitam yaitu,
ikutgarishitam(12,_,_);
Speed motor kiri
Speed motor kanan
Kondisi awal Kondisi akhir
b) Tikungan kanan putih
Tikungan kanan putih terjadi jika sensor IR 1, IR2 dan IR3
mendeteksi garis putih. Sintax untuk menggerakan robot
sampai menemui tikungan kanan putih yaitu,
ikutgarisputih(12,_,_);
Speed motor kiri
Speed motor kanan
Maze Solving MRT 3 / HUNA
Kondisi awal Kondisi akhir
c) Tikungan kiri hitam
Tikungan kiri hitam terjadi jika sensor IR 4, IR5 dan IR3
mendeteksi garis hitam.Sintax untuk menggerakan robot
sampai menemui tikungan kiri hitam yaitu,
ikutgarishitam(45,_,_);
Speed motor kiri
Speed motor kanan
Kondisi awal Kondisi akhir
d) Tikungan kiri putih
Tikungan kiri putih terjadi jika sensor IR 4, IR5 dan IR3
mendeteksi garis putih. Sintax untuk menggerakan robot
sampai menemui tikungan kiri putih yaitu,
ikutgarisputih(45,_,_);
Speed motor kiri
Speed motor kanan
Maze Solving MRT 3 / HUNA
Kondisi awal Kondisi akhir
e) Tikungan kanan tajam hitam
Tikungan kanan tajam hitam terjadi jika sensor IR 2 dan IR
3mendeteksi garis hitam. Sintax untuk menggerakan robot
sampai menemui tikungan kanan tajam hitam yaitu,
ikutgarishitam(23,_,_);
Speed motor kiri
Speed motor kanan
Kondisi awal Kondisi akhir
f) Tikungan kanan tajam putih
Tikungan kanan tajam putih terjadi jika sensor IR 2 dan IR
3mendeteksi garis putih. Sintax untuk menggerakan robot
sampai menemui tikungan kanan tajam putih yaitu,
ikutgarisputih(23,_,_);
Speed motor kiri
Speed motor kanan
Maze Solving MRT 3 / HUNA
Kondisi awal Kondisi akhir
g) Tikungan kiri tajam hitam
Tikungan kiri tajam hitam terjadi jika sensor IR 3 dan IR
4mendeteksi garis hitam. Sintax untuk menggerakan robot
sampai menemui tikungan kiri tajam hitam yaitu,
ikutgarishitam(34,_,_);
Speed motor kiri
Speed motor kanan
Kondisi awal Kondisi akhir
h) Tikungan kiri tajam putih
Tikungan kiri tajam putih terjadi jika sensor IR 3 dan IR
4mendeteksi garis putih. Sintax untuk menggerakan robot
sampai menemui tikungan kiri tajam putih yaitu,
ikutgarisputih(34,_,_);
Speed motor kiri
Speed motor kanan
Maze Solving MRT 3 / HUNA
Kondisi awal Kondisi akhir
i) Persimpangan hitam
Persimpangan hitam terjadi jika sensor IR 2 dan
IR4mendeteksi garis hitam.
Sintax untuk menggerakan robot sampai menemui
simpanganhitam yaitu,
ikutgarishitam(24,_,_);
Speed motor kiri
Speed motor kanan
Kondisi awal Kondisi akhir
j) Persimpangan putih
Persimpangan putih terjadi jika sensor IR 2 dan
IR4mendeteksi garis putih.
Sintax untuk menggerakan robot sampai menemui
simpanganputih yaitu,
ikutgarisputih(24,_,_);
Speed motor kiri
Speed motor kanan
Maze Solving MRT 3 / HUNA
Kondisi awal Kondisi akhir
k) Belok kanan
Belok kanan digunakan untuk memutarkan robot agar
menghadap ke bagian kanan. Dalam sintax “kanan(_,_,_);”
terdapat nilai untuk delay, nilai ini berpengaruh terhadap
seberapa tajam robot berbelok. Semakin besar nilai delay
maka semakin tajam robot berbelok.
Sintax untuk menghadapkan robot ke arah kanan yaitu,
kanan(_,_,_);
Speed motor kiri Delay
Speed motor kanan
Kondisi awal Kondisi akhir
Maze Solving MRT 3 / HUNA
l) Belok kiri
Belok kiri digunakan untuk memutarkan robot agar
menghadap ke bagian kiri. Dalam sintax “kiri(_,_,_);”
terdapat nilai untuk delay, nilai ini berpengaruh terhadap
seberapa tajam robot berbelok. Semakin besar nilai delay
maka semakin tajam robot berbelok.
Sintax untuk belok kiri yaitu,
kiri(_,_,_);
Speed motor kiri Delay
Speed motor kanan
Kondisi awal Kondisi akhir
m) Spartan hitam
Cara sintax spartan hitam yaitu robot akan:
maju ketika sensor IR2 dan IR4 mendeteksi garis
putih, sampai IR2 dan IR4 mendeteksi garis hitam
jika IR2 mendeteksi hitam robot akan belok ke kiri
sampai IR2 dan IR4 mendeteksi garis putih
(meluruskan posisi)
Maze Solving MRT 3 / HUNA
jika IR4 mendeteksi hitam robot akan belok ke
kanansampai IR2 dan IR4 mendeteksi garis putih
(meluruskan posisi)
Sintax untuk melewati spartan hitam yaitu,
spartanhitam();
Kondisi awal Kondisi akhir
n) Spartan putih
Cara sintax spartan putih yaitu robot akan:
maju ketika sensor IR2 dan IR4 mendeteksi garis
hitam, sampai IR2 dan IR4 mendeteksi garis putih
jika IR2 mendeteksi putih robot akan belok ke kiri
sampai IR2 dan IR4 mendeteksi garis hitam
(meluruskan posisi)
jika IR4 mendeteksi putih robot akan belok ke
kanansampai IR2 dan IR4 mendeteksi garis hitam
(meluruskan posisi)
Sintax untuk melewati spartan putih yaitu,
spartanputih();
Maze Solving MRT 3 / HUNA
Kondisi awal Kondisi akhir
o) Balik kanan hitam
Fungsi dari balik kanan hitamadalahmembelokan robot ke
kanan untuk memutar arah dari posisi semula. Inti dari sintax
“balikkananhitam(_,_);” yaitu robot balik arah sampai sensor
IR3 mendeteksi garis hitam.
Sintax untuk balik kanan hitam yaitu,
balikkananhitam(_,_);
Speed motor kiri
Speed motor kanan
Kondisi awal Kondisi akhir
p) Balik kanan putih
Fungsi dari balik kanan putih adalah membelokan robot ke
kanan untuk memutar arah dari posisi semula. Inti dari sintax
“balikkananputih(_,_);” yaitu robot balik arah sampai sensor
IR3 mendeteksi garis putih.
Sintax untuk balik kananputih yaitu,
Maze Solving MRT 3 / HUNA
balikkananputih(_,_);
Speed motor kiri
Speed motor kanan
Kondisi awal Kondisi akhir
q) Balik kiri hitam
Fungsi dari balik kiri hitam adalahmembelokan robot ke kiri
untuk memutar arah dari posisi semula. Inti dari sintax
“balikkirihitam(_,_);” yaitu robot balik arah sampai sensor
IR3 mendeteksi garis hitam.
Sintax untuk balik kirihitam yaitu,
balikkirihitam(_,_);
Speed motor kiri
Speed motor kanan
Kondisi awal Kondisi akhir
Maze Solving MRT 3 / HUNA
r) Balik kiri putih
Fungsi dari balik kiri putih adalah membelokan robot ke kiri
untuk memutar arah dari posisi semula. Inti dari sintax
“balikkiriputih(_,_);” yaitu robot balik arah sampai sensor
IR3 mendeteksi garis putih.
Sintax untuk balik kirihitam yaitu,
balikkiriputih(_,_);
Speed motor kiri
Speed motor kanan
Kondisi awal Kondisi akhir
s) Jump hitam
Fungsi dari jump hitam yaitu, robot dapar melaju ke
simpangan berikutnya tanpa harus mengikuti garis hitam. Inti
dari sintax “jumphitam(_,_);” yaitu robot maju sampai sensor
IR2 dan IR4 mendeteksi garis hitam.
Sintax untuk jumphitam yaitu,
jumphitam(_,_);
Speed motor kiri
Speed motor kanan
Maze Solving MRT 3 / HUNA
Kondisi awal Kondisi akhir
t) Jump putih
Fungsi dari jump putih yaitu, robot dapar melaju ke
simpangan berikutnya tanpa harus mengikuti garis putih. Inti
dari sintax “jumpputih(_,_);” yaitu robot maju sampai sensor
IR2 dan IR4 mendeteksi garis putih.
Sintax untuk jumpputih yaitu,
jumpputih(_,_);
Speed motor kiri
Speed motor kanan
Kondisi awal Kondisi akhir
u) Stop
Stop digunakan untuk menghentikan robot dalam kondisi
tertentu atau pada akhir program dengan nilai waktu tertentu.
Satuan nilai stop pada sintax “stop(_);” yaitu milli detik (ms).
Sintax untuk stop yaitu,
Maze Solving MRT 3 / HUNA
stop(_);
Delay
Setelah robot ikutgaris
hitam 24, robot akan
berhenti selama 5 detik
lalu robot akan balikkiri
hitam.
Setelah robot balikkiri hitam robot
akan berhenti seterusnya, karena
sintax stop berada diakhir
program.
Maze Solving MRT 3 / HUNA
E. Contoh penyelesaian program maze.h
1) Mengambil point ke 1
Sebelum program Ssetelah di
program
2) Mengambil point ke 2 dari posisi point ke 1
Maze Solving MRT 3 / HUNA
Sebelum program Setelah di
program
3) Contoh program dari start => mengambil semua point =>
menuju garis Finish
Maze Solving MRT 3 / HUNA
Maze Solving MRT 3 / HUNA
Sebelum program Setelah di
program
4) Mengambil semua point (lingkaran kining) tanpa menuju
finish
Berikut programnya:
F. Latihan pemrograman
1. Buatlah program untuk menggerakan robot dari kondisi
berikut:
START
FINISH
Maze Solving MRT 3 / HUNA
START
Sebelum program Setelah di
program
2. Programlah robot kalian untuk mendapatkan semua point dan
berhenti di garis Finish!
FINISH
No. NAMA PENGAJAR JENIS KELAMINMATA
PELAJARAN 1
MATA
PELAJARAN 2
1 Ulik Widiantoro, M.Pd L B. Indonesia
2 Dra. Hj. Surtini, M.Si P IPS
3 Tri Endah, S.Pd P IPA
4 Tjetjep Saiman, S.Pd L IPA LULUSAN JUMLAH PROSENTASE JK JUMLAH PROSENTASE
5 Dra. Dewi Widyantari P B. Inggris S1 41 63% L 27 42%
6 Dra. Iriastuti P B. Inggris S2 24 37% P 38 58%
7 Dra. Hj. Neneng Susilawati, M.Pd P B. Inggris
8 Hj. Iin Hamidah, S.Ag P IPS
9 Drs. Panji Waluyo, M.Pd L PKn
10 Dra. Hj. Nuraini, MA P Qurdits
11 Hj. Siti Nuraliyah, S.Ag P SKI
12 Drs. Nur Abdillah L B. Indonesia
13 Nofrianto, S.Pd L Penjas
14 Abdul Rozak, SH, MA L Akidah Akhlak
15 Midahwati, MA P Fiqih
16 Dra. Hj. Eka Munawaroh, M.Ed P Matematika
17 Ita Rosmita, MA P Fiqih
18 Dra. N. Supriati P B. Indonesia
19 Imam Sucipto, SP. S.Kom L Prakarya
20 Drs. Ashar Munadi L Akidah Akhlak
21 M. Kamal, S.Ag, M.Pd L B. Indonesia
22 Nalti Nasution, M.Pd L B. Inggris
23 Mawalidah, S.Ag P Matematika
24 Ikhlas, S.Ag, M.Pd L B. Arab
25 Siti Bahriah, MA P B. Arab
26 Masriah, MA P B. Arab
27 Dra. Hj. Siti Rochmaniah P B. Arab
28 Ganti Endang P., S.Pd P Matematika
29 Nur Utami, S.Pd P Matematika
30 Hj. Azizah, S.Ag P IPS
31 Asep Abdurrohim, S.Pd L IPS
32 Dra. Entu Tuningrat P IPA
33 Nurlena Hayati, S.Pd, M.Si P IPA
34 Wirda Hanum, S.Ag, M.Pd P B. Indonesia
35 Dian Rivia, S.Ag P B. Indonesia
36 Sri Rahayu, S.Sos P IPS
37 Umi Widaningsih, M.Pd P PKn
38 Yuli Astuti, S.Sos P PKn
39 Suhardo, S.Pd, M.Si L IPS
40 Drs. H. Madhari L IPS
41 Dasril, M.Pd L Penjas
42 Hamdani, S.Ag L Qurdits
43 Oman Sulaeman, S.Pd.I L Qurdits
44 Arif Syahrudin, S.Pd L Penjas
45 Lia Nurmalia, S.Psi P BP/BK
46 Sri Widiastuti, S.Psi P BP/BK
47 Sugiarni, S.Pd L IPA
48 Neneng Herawati, S.Pd P B. Inggris
49 Drs. Sanusi L IPA
50 Dede Saroni, M.Pd L B. Indonesia
51 Ety Muhammad, M.Pd P B. Indonesia
52 Maryanih, S.Ag P B. Indonesia
53 Tuti Sumiati, M.A P Fiqih Akidah Akhlak
54 Aulia Rahman, S.Pd P Matematika
55 Anna Saraswati, S.S. P B. Arab
56 Lia Yulia, S.Pd P Seni Budaya
57 Uung Suryadi, S.Ag L SKI
58 Afif Fauzi, S.Pd L B. Inggris
59 Syaiful Bahri, S.Ag L Mulok Tahfidz
60 Arif Ulinnuha, S.Pd.I L Mulok Tahfidz
61 Siti Rahayu, S.Pd P Matematika
62 Bedah Zubaedah, S.Pd.I P Akidah Akhlak
63 Mustain, S.Ag L Seni Budaya
64 Mutmainah, M.Pd P Matematika
65 H. Romlan, MA L SKI
DAFTAR KODE GURU PENGAJAR
S1
63%
S2
37%
LULUSAN
L
42% P
58%
JENIS KELAMIN
DAFTAR PESERTA EKSTRAKURIKULER ROBOTIKA
MTSN 1 KOTA TANGERANG SELATAN
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Kelas : VII
NO. NAMA SISWA
1. MUTHIA ZAHIDA
2. MAHARANI SEKAR
3. M. KIANDRA RAMDOVA
4. DIMAS ADYLITA
5. AULIA NUR IZZATI
6. HAFIDZ AFLAH
7. FEBY NAILA ANDIANI
8. HISYAM ARIEF
9. M. FITRIAN RIZKY
10. IBRAHIM ANDRA
11. GATHAN ATTAR
12. M. NUFAIL ARINDA
13. M. SALMAN
14. RESYA ARLINGGA
15. SAFIRA FITRI ANDINI
16. PUSPA RIZKY ALIKA
17. RASYA ISLAMI PASHA
18. SAKHI SAVERA
19. M. RAADHI DJAUHAR
20. HAJIRA KHAIRUNNISA
21. ALIYYA ZAHRA
22. M. AKBAR MAULANA
23. ZACKY ISNAI SYAH
24. AULIA KEYSA IRAWAN
25. NABILA NUR ZAHRA
26. RAJWA RAHIQ
27. RAHMAD AGUNG
28. MEYLISA NURAULIA
29. FAIQ KEENANDITYA
30. M. KHAFI ALGHIFARI
31. GHISAN ALIF RAJA
32. AHMAD SYAUQI
33. LATANSYA AGNIA
34. AUFAR RIJAL
35. ASYHA KAKADZA
Kelas : VIII
NO. NAMA SISWA
1. HIKARI FATHAN
2. HUMAM RIFQY
3. REFA NAILATUDDHUHA
4. SAHL IZZAN
5. BINTANG FAREL ULAL
6. ARYA BAYU ARKANA
7. VALDAN AKHDAN
8. ARIASATYA EZRA
9. RASHIFALMAS
10. REYVAN KEIVI
11. M. RIZKI RAMADHAN
12. MAULANA ZAQI
13. RILDHA NURAIN
14. ZIDNI FAHMI ADZKARI
15. M. HAZRIEL SETYAWAN
16. M. ADITYA RAHMAN
17. M. DZAKWAN
18. RADITYA SURYANSYAH
19. AQILA RAIHAN
20. M. ISMAIL ZUHAIR
21. SALMAN
22. EMIR FADLAN
23. GHASKA GHIFAF
24. M. HAFIDZ RAMADHAN
SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 semoga pembelajarannya lebih seru
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 sarana robot harus lebih banyak lagi
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 perlengkap robot dan perbanyak materi yang bagus
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 peralatan robot dimaksimalkan
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 perbanyak lagi alat dan bahan untuk robotnya
18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 waktu untuk latihan ditambah
23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 waktu untuk latihan ditambah
27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 lebih tersedianya robot disekolah
31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
32 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
33 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
34 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
35 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
36 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
37 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 lebih bagus lagi alat dan bahan
38 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
39 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 MTsN keluarkan modul robotik sendiri
40 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
41 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
42 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
43 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
44 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
45 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
46 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
47 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
48 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
49 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
50 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 semoga jadwal lebih teratur
51 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
52 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 sebaiknyasetiap pertemuan ada penilaian untuk semua kelompok
53 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
54 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
55 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
56 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
57 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
58 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
59 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
TOTAL 27 29 3 0 24 26 9 0 23 29 6 1 31 25 2 0 37 19 3 0 23 28 8 0 29 25 5 0 35 16 8 0 19 32 8 0 26 25 8 0 28 24 7 0 14 31 14 0 19 30 10 0 34 18 7 0 24 22 13 0 18 32 8 1 18 30 9 2 37 22 0 0 27 21 8 2 28 26 4 1 25 29 4 1 11 38 10 0 25 27 7 0 31 26 2 0 30 28 1 0
108 87 6 0 96 78 18 0 92 87 12 1 124 75 4 0 148 57 6 0 92 84 16 0 116 75 10 0 140 48 16 0 76 96 16 0 104 75 16 0 112 72 14 0 56 93 28 0 76 90 20 0 136 54 14 0 96 66 26 0 72 96 16 1 72 90 18 2 148 66 0 0 108 63 16 2 112 78 8 1 100 87 8 1 44 114 20 0 100 81 14 0 124 78 4 0 120 84 2 0
PROSENTASE 46% 49% 5% 0% 41% 44% 15% 0% 39% 49% 10% 2% 53% 42% 3% 0% 63% 32% 5% 0% 39% 47% 14% 0% 49% 42% 8% 0% 59% 27% 14% 0% 32% 54% 14% 0% 44% 42% 14% 0% 47% 41% 12% 0% 24% 53% 24% 0% 32% 51% 17% 0% 58% 31% 12% 0% 41% 37% 22% 0% 31% 54% 14% 2% 31% 51% 15% 3% 63% 37% 0% 0% 46% 36% 14% 3% 47% 44% 7% 2% 42% 49% 7% 2% 19% 64% 17% 0% 42% 46% 12% 0% 53% 44% 3% 0% 51% 47% 2% 0%
SB B C K
Proses 44% 44% 12% 0%
Produk 43% 47% 9% 1%
TOTAL 43% 45% 10% 1%
RANGKUMAN SARAN SISWA
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
178 195 206 206182 214 189 199 196177 186 204 188 185201 204 188 195 198
Instruktur melakukan ujian
setiap menyelesaikan
materi
Instruktur memberikan
penilaian secara objektif
Peserta didik diperkenalkan
tentang kegiatan
ekstrakurikuler robotika
Prosentase Rata-RataASPEK
Responden
Instruktur menjelaskan
tujuan kegiatan di awal
pertemuan kegiatan
Peserta didik dijelaskan
tentang target kegiatan
Sebelum memulai kegiatan,
instruktur melakukan
persiapan
Pada tahun ajaran baru,
ekstrakurikuler robotika
selalu merekrut peserta
didik baru
201 192 192 203 211 192
Instruktur memantau
kemajuan peserta didik
Instruktur memberikan
tugas/project setiap
pelaksanaan kegiatan
Peralatan yang digunakan
untuk pelaksanaan
ekstrakurikuler robotika
memadai
Bahan yang digunakan
untuk pelaksanaan
ekstrakurikuler robotika
memadai
Melaksanakan kompetisi
robotika untuk
meningkatkan kemampuan
Penggunaan Sumber Daya
Pelaksanaan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler
robotika menjadi sarana
mengembangkan minat
Kegiatan ekstrakurikuler
robotika menjadi sarana
mengembangkan bakat
Informasi atau saran
yang berkaitan
dengan kegiatan
ekstrakurikuler
robotika
Salah satu kegiatan
eksrakurikuler robotika
adalah mengikuti kompetisi
robot
Kemampuan
berkomunikasi menjadi
lebih baik setelah mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler
robotika
Kreatifitas semakin
meningkat setelah
mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler robotika
Kemampuan bekerja sama
menjadi lebih baik setelah
mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler robotika
Disiplin waktu lebih
meningkat setelah
mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler robotika
Ekstrakurikuler robotika
dapat meningkatkan
prestasi non-akademik
Peserta didik dilibatkan
dalam penilaian oleh
instruktur
Kegiatan ekstrakurikuler
robotika dilaksanakan
sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan
Instruktur memberikan
contoh saat menjelaskan
materi
Ekstrakurikuler robotika
dilaksanakan di ruang
tersendiri (kelas / aula / lab
/ bengkel)
Peserta didik diberikan
waktu untuk berdiskusi
Evaluasi Kegiatan
Saran
semoga pembelajarannya lebih seru
sarana robot harus lebih banyak lagi
perlengkap robot dan perbanyak materi yang bagus
peralatan robot dimaksimalkan
perbanyak lagi alat dan bahan untuk robotnya
lebih tersedianya robot disekolah
lebih bagus lagi alat dan bahan
sebaiknya MTsN keluarkan modul robotik sendiri
waktu untuk latihan ditambah
waktu untuk latihan ditambah
semoga jadwal lebih teratur
sebaiknya setiap pertemuan ada penilaian untuk semua kelompok
Indikator
Monitoring Kegiatan
SB 46%
B 49%
C 5%
K 0%
Instruktur menjelaskan tujuan kegiatan di awal pertemuan kegiatan
SB 41%
B 44%
C 15%
K 0%
Peserta didik dijelaskan tentang target kegiatan
SB 39%
B 49%
C 10%
K 2%
Sebelum memulai kegiatan, instruktur melakukan persiapan
SB 54%
B 43%
C 3%
K 0%
Pada tahun ajaran baru, ekstrakurikuler robotika selalu merekrut peserta didik baru
SB 63%
B 32%
C 5%
K 0%
Peserta didik diperkenalkan tentang kegiatan ekstrakurikuler robotika
SB 39%
B 47%
C 14%
K 0%
Kegiatan ekstrakurikuler robotika dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan
SB 49%
B 42%
C 9%
K 0%
Instruktur memberikan contoh saat menjelaskan materi
SB 59%
B 27%
C 14%
K 0%
Ekstrakurikuler robotika dilaksanakan di ruang tersendiri
SB 32%
B 54%
C 14%
K 0%
Peserta didik diberikan waktu untuk berdiskusi
SB 44%
B 42%
C 14%
K 0%
Instruktur memantau kemajuan peserta didik
SB 47%
B 41%
C 12%
K 0%
Instruktur memberikan tugas/project setiap pelaksanaan kegiatan
SB 24%
B 52%
C 24%
K 0%
Peralatan yang digunakan untuk pelaksanaan ekstrakurikuler robotika memadai
SB 32%
B 51%
C 17%
K 0%
Bahan yang digunakan untuk pelaksanaan ekstrakurikuler robotika memadai
SB 58%
B 30%
C 12%
K 0%
Melaksanakan kompetisi robotika untuk meningkatkan kemampuan
SB 41%
B 37%
C 22%
K 0%
Instruktur melakukan ujian setiap menyelesaikan materi
SB 30%
B 54%
C 14%
K 2%
Instruktur memberikan penilaian secara objektif
SB 31%
B 51%
C 15%
K 3%
Peserta didik dilibatkan dalam penilaian oleh instruktur
SB 63%
B 37%
C 0%
K 0%
Salah satu kegiatan eksrakurikuler robotika adalah mengikuti kompetisi robot
SB 47%
B 36%
C 14%
K 3%
Kemampuan berkomunikasi menjadi lebih baik setelah mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler robotika
SB 47%
B 44%
C 7%
K 2%
Kreatifitas semakin meningkat setelah mengikuti kegiatan ekstrakurikuler robotika
SB 42%
B 49%
C 7%
K 2%
Kemampuan bekerja sama menjadi lebih baik setelah mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
robotika
SB 19%
B 64%
C 17%
K 0%
Disiplin waktu lebih meningkat setelah mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
robotika
SB 42%
B 46%
C 12%
K 0%
Ekstrakurikuler robotika dapat meningkatkan prestasi non-akademik
SB 53%
B 44%
C 3%
K 0%
Kegiatan ekstrakurikuler robotika menjadi sarana mengembangkan minat
SB 51%
B 47%
C 2%
K 0%
Kegiatan ekstrakurikuler robotika menjadi sarana mengembangkan bakat
SB 44%
B 44%
C 12%
K 0%
ASPEK PROSES
SB 43%
B 47%
C 9%
K 1%
ASPEK PRODUK
SB 43%
B 46%
C 10%
K 1%
TOTAL PENILAIAN KESELURUHAN (PROSES & PRODUK)
SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
32 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
33 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
34 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
35 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
36 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
37 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
38 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
39 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
40 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
41 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
42 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
43 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
44 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
45 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
46 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
47 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
48 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
49 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
50 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
51 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
52 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
53 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
54 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
55 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
56 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
57 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
58 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
59 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
TOTAL 27 29 3 0 24 26 9 0 23 29 6 1 31 25 2 0 37 19 3 0 23 28 8 0 29 25 5 0 35 16 8 0 19 32 8 0 26 25 8 0 28 24 7 0 14 31 14 0 19 30 10 0 34 18 7 0 24 22 13 0 18 32 8 1 18 30 9 2 37 22 0 0
108 87 6 0 96 78 18 0 92 87 12 1 124 75 4 0 148 57 6 0 92 84 16 0 116 75 10 0 140 48 16 0 76 96 16 0 104 75 16 0 112 72 14 0 56 93 28 0 76 90 20 0 136 54 14 0 96 66 26 0 72 96 16 1 72 90 18 2 148 66 0 0
PROSENTASE 46% 49% 5% 0% 41% 44% 15% 0% 39% 49% 10% 2% 53% 42% 3% 0% 63% 32% 5% 0% 39% 47% 14% 0% 49% 42% 8% 0% 59% 27% 14% 0% 32% 54% 14% 0% 44% 42% 14% 0% 47% 41% 12% 0% 24% 53% 24% 0% 32% 51% 17% 0% 58% 31% 12% 0% 41% 37% 22% 0% 31% 54% 14% 2% 31% 51% 15% 3% 63% 37% 0% 0%
MEAN 195MAX 214
MIN 177
Instruktur memberikan
tugas/project setiap
pelaksanaan kegiatan Responden
Instruktur menjelaskan
tujuan kegiatan di awal
pertemuan kegiatan
Peserta didik dijelaskan
tentang target kegiatan
Sebelum memulai kegiatan,
instruktur melakukan
persiapan
Pada tahun ajaran baru,
ekstrakurikuler robotika
selalu merekrut peserta
didik baru
Peserta didik
diperkenalkan tentang
kegiatan ekstrakurikuler
robotika
Kegiatan ekstrakurikuler
robotika dilaksanakan
sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan
Instruktur memberikan
contoh saat menjelaskan
materi
Ekstrakurikuler robotika
dilaksanakan di ruang
tersendiri (kelas / aula / lab
/ bengkel)
Peserta didik diberikan
waktu untuk berdiskusi
Instruktur memantau
kemajuan peserta didik
Salah satu kegiatan
eksrakurikuler robotika
adalah mengikuti kompetisi
robot
Peralatan yang digunakan
untuk pelaksanaan
ekstrakurikuler robotika
memadai
Bahan yang digunakan
untuk pelaksanaan
ekstrakurikuler robotika
memadai
Melaksanakan kompetisi
robotika untuk
meningkatkan kemampuan
Instruktur melakukan ujian
setiap menyelesaikan
materi
Instruktur memberikan
penilaian secara objektif
Peserta didik dilibatkan
dalam penilaian oleh
instruktur
182 214204 188 195 198 177 186
Peralatan yang digunakan untuk pelaksanaan ekstrakurikuler robotika memadai
Salah satu kegiatan eksrakurikuler robotika adalah mengikuti kompetisi robot
204 188 185201 192 192 203 211 192 201
SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K
1 1 1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 1 1 1 1
3 1 1 1 1 1 1 1
4 1 1 1 1 1 1 1
5 1 1 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1 1 1
7 1 1 1 1 1 1
8 1 1 1 1 1 1 1
9 1 1 1 1 1 1 1
10 1 1 1 1 1 1 1
11 1 1 1 1 1 1 1
12 1 1 1 1 1 1 1
13 1 1 1 1 1 1 1
14 1 1 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 1 1 1
16 1 1 1 1 1 1 1
17 1 1 1 1 1 1 1
18 1 1 1 1 1 1 1
19 1 1 1 1 1 1 1
20 1 1 1 1 1 1 1
21 1 1 1 1 1 1 1
22 1 1 1 1 1 1 1
23 1 1 1 1 1 1 1
24 1 1 1 1 1 1 1
25 1 1 1 1 1 1 1
26 1 1 1 1 1 1 1
27 1 1 1 1 1 1 1
28 1 1 1 1 1 1 1
29 1 1 1 1 1 1 1
30 1 1 1 1 1 1 1
31 1 1 1 1 1 1 1
32 1 1 1 1 1 1 1
33 1 1 1 1 1 1 1
34 1 1 1 1 1 1 1
35 1 1 1 1 1 1 1
36 1 1 1 1 1 1 1
37 1 1 1 1 1 1 1
38 1 1 1 1 1 1 1
39 1 1 1 1 1 1 1
40 1 1 1 1 1 1 1
41 1 1 1 1 1 1 1
42 1 1 1 1 1 1 1
43 1 1 1 1 1 1 1
44 1 1 1 1 1 1 1
45 1 1 1 1 1 1 1
46 1 1 1 1 1 1 1
47 1 1 1 1 1 1 1
48 1 1 1 1 1 1 1
49 1 1 1 1 1 1 1
50 1 1 1 1 1 1 1
51 1 1 1 1 1 1 1
52 1 1 1 1 1 1 1
53 1 1 1 1 1 1 1
54 1 1 1 1 1 1 1
55 1 1 1 1 1 1 1
56 1 1 1 1 1 1 1
57 1 1 1 1 1 1 1
58 1 1 1 1 1 1 1
59 1 1 1 1 1 1 1
TOTAL 27 21 8 2 28 26 4 1 25 29 4 1 11 38 10 0 25 27 7 0 31 26 2 0 30 28 1 0
108 63 16 2 112 78 8 1 100 87 8 1 44 114 20 0 100 81 14 0 124 78 4 0 120 84 2 0
PROSENTASE 46% 36% 14% 3% 47% 44% 7% 2% 42% 49% 7% 2% 19% 64% 17% 0% 42% 46% 12% 0% 53% 44% 3% 0% 51% 47% 2% 0%
MEAN 196
MIN 178
Responden
Kemampuan berkomunikasi
menjadi lebih baik setelah
mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler robotika
Kreatifitas semakin
meningkat setelah
mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler robotika
Kemampuan bekerja sama
menjadi lebih baik setelah
mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler robotika
Disiplin waktu lebih
meningkat setelah
mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler robotika
Kegiatan ekstrakurikuler
robotika menjadi sarana
mengembangkan minat
Kegiatan ekstrakurikuler
robotika menjadi sarana
mengembangkan bakat
189 199 196 178 195 206 206
Ekstrakurikuler robotika
dapat meningkatkan prestasi
non-akademik
Kegiatan ekstrakurikuler robotika menjadi sarana mengembangkan minat
Kegiatan ekstrakurikuler robotika menjadi sarana mengembangkan bakat
Disiplin waktu lebih meningkat setelah mengikuti kegiatan ekstrakurikuler robotika
MAX 206
Recommended