View
75
Download
2
Category
Preview:
Citation preview
UNIVERSITAS TRISAKTI
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH
RS. PUSAT ANGKATAN UDARA Dr. ESNAWAN ANTARIKSA
---------------------------------------------------------------------------------------
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. D
Umur : 19 Tahun
Alamat : Bangka Belitung
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Belum Menikah
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan : Penjaga malam di pabrik es
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
I. ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis pada hari Senin tanggal 29 Oktober 2012 jam
15.00 WIB
1. Keluhan Utama
Patah tulang paha, tulang kering dan jari I, II, III kaki kanan
2. Keluhan Tambahan
Kaki sulit digerakkan dan nyeri
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Os datang ke RSPAU dr. Esnawan Antariksa dengan keluhan patah tulang pada
paha, tulang kering dan jari I, II, III kaki kanan. kaki sulit digerakkan dan terasa nyeri.
Os mengalami kecelakaan motor 10 bulan yang lalu pada tanggal 4 Januari 2012 dan
di rawat di RS Daerah di Bangka Belitung. Saat kecelakaan os ditabrak dari samping
oleh mobil dan langsung tidak sadarkan diri. Os memakai helm. Saat sadar os sudah
berada di rumah sakit dan tidak dapat mengingat kejadian yang menimpanya. Os
mengaku tidak ada luka di kepala, mual (-), muntah (-). Terdapat luka di sudut mulut
kanan, patah tulang pada jari ke-III tangan kanan, paha kanan, tulang kering kanan
dan jari kaki ke-I, II, III kanan. Tanggal 6 Januari 2012 dilakukan operasi
pemasangan plate pada os. Pada bulan Juni 2012 plate dibuka karena terdapat
pembengkakan dan nanah yang keluar dari luka operasi setelah pengangkatan jahitan.
Os merasa nyeri dan demam terus menerus. Pada bulan Agustus 2012 direncanakan
untuk dilakukan pemasangan plate tapi belum dilakukan karena tidak ada peralatan
yang memadai sehingga os dirujuk ke RSPAU.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi dan kencing manis disangkal. Alergi disangkal. Riwayat batuk
lama disangkal,
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada riwayat kencing manis, hipertensi dan alergi dalam keluarga
6. Riwayat Kebiasaan
Os merokok sudah dua tahun. Os jarang berolahraga.
7. Riwayat Sosial-Ekonomi dan Lingkungan
Rumah os terdiri dari satu lantai. Tidak ada tangga. Jalan menuju rumah tidak
mendaki.
II. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 120/80mmHg
Nadi : 84x/menit
Suhu : 36C
Pernapasan : 20x/menit
STATUS GENERALIS
Kepala : normochepali
Rambut : warna hitam, distribusi merata
Mata : conjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-
Hidung : simetris, secret (-)
Telinga : tidak ada kelainan
Mulut : sianosis (-), lidah tidak kotor
terdapat bekas luka di sudut mulut sebelah kanan
dengan ukuran panjang 3 cm.
Leher : tidak ada kelainan
Thoraks : Paru : suara nafas vesikuler +/+, rh -/-, wh -/-
Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : datar, supel, bising usus (+) normal, nyeri tekan (-), hepar dan
lien tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat pada keempat ekstremitas,
STATUS LOKALIS : Extremitas Inferior Dextra
Terdapat pemendekan pada ekstremitas inferior dextra :
Extremitas Inferior Dextra Extremitas Inferior Sinistra
Umbilicus – condylus
lateral
84 cm 89 cm
SIAS- condylus lateral 74 cm 84 cm
SIAS – lutut kanan 37 cm 47 cm
Lutut kanan – condylus
lateral
37 cm 41 cm
Kekuatan otot
5 5
3 5
MCP III dextra :
Look : terdapat deformitas pada interphalang, DIP tampak ada penebalan
Feel : nyeri tekan (-), capillary filling baik
Move : dapat digerakkan
Femur Dextra :
Look : terbalut elastic verband
Feel : nyeri tekan (+)
Move : os sulit menggerakkan kakinya, nyeri gerak (+)
Cruris Dextra:
look : Terbalut elastic verband
Tampak penonjolan tulang di 1/3 distal cruris
Feel : tidak terdapat nyeri tekan pada tonjolan tulang
Move : os sulit menggerakkan kakinya, nyeri gerak (+)
MTP I, II, III
Look : Tampak adanya deformitas
Tampak adanya scar pada kulit
Feel : terdapat nyeri tekan pada MTP I
Capillary filling baik
Move : MTP I, II, III dapat digerakkan
Dorsofleksi minimal pada pergelangan kaki
Kuku MTP I rusak
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM
RONTGEN
V. RESUME
Seorang laki-laki, umur 19 tahun dating ke RSPAU dr. Esnawan Antariksa dengan
keluhan utama patah tulang pada paha, tulang kering dan jari kaki kanan. Kaki
sulit digerakkan dan terasa nyeri. 10 bulan yang lalu os mengalami kecelakaan
lalulintas di rawat di RS Daerah Bangka Belitung dan dilakukan pemasangan plate.
Namun 5 bulan kemudian terjadi infeksi pada luka operasi setelah pengangkatan
jahitan sehingga dilakukan operasi pengeluaran plate. Os dirujuk ke RSPAU untuk
direncanakan pemasangan plate kembali.
VI. DIAGNOSIS KERJA
Multiple Fracture :
Non union os femur 1/3 tengah, malunion fraktur cruris 1/3 distal, fraktur MTP I,
II, III
VII. DIAGNOSIS BANDING
Fraktur tibia distal
Fraktur metarsal
VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN
Rontgen cruris dextra AP-Lateral
Rontgen Angkle dextra AP-Lateral
Bone Density
IX. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa :
Analgetik
Antibiotik
Non Medika mentosa :
Edukasi pasien untuk tidak bertumpu pada kaki yang sakit, berikan
penjelasan kepada pasien untuk melakukan latihan gerak pada kaki yang
sakit dan yang tidak sakit, sarankan kepada pasien untuk mengubah posisi
secara periodic.
Beri penyangga pada ekstremita yang sakit diatas dan di bawah fraktur
pada saat bergerak
Elevasi kaki
Pemasangan bidai sementara sampai dilakukan operasi
Fisioterapi
Post op : lakukan perawatan luka
Fraktur os femur
Dilakukan pemasangan ORIF plate and screw
Dilakukan Bone Graft dari Callus
Fraktur Cruris
Dilakukan reposisi terbuka dan pemasangan ORIF
Fraktur MTP
Difiksasi dengan menggunakan bidai
X. PROGNOSIS
Ad vitam : Bonam
Ad Sanationam : Dubia ad Bonam
Ad Fungtionam : Dubia ad Bonam
TINJAUAN PUSTAKA
FRAKTUR
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETAL
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengukur
pergerakan. Tulang manusia saling berhubungan satu dengan yang lain dalam
berbagai bentuk untuk memperoleh fungsi sistem muskuloskeletal yang optimum.
Aktivitas gerak tubuh manusia tergantung pada efektifnya interaksi antara sendi yang
normal unit-unit neuromuskular yang menggerakkannya. Elemen-elemen tersebut
juga berinteraksi untuk mendistribusikan stress mekanik ke jaringan sekitar sendi.
Otot, ligamen, rawan sendi dan tulang saling bekerjasama dibawah kendali sistem
saraf agar fungsi tersebut dapat berlangsung dengan sempurna.
a. Tulang
Tulang adalah organ vital yang berfungsi untuk alat gerak pasif, proteksi alat-alat
di dalam tubuh, pembentuk tubuh metabolisme kalsium, mineral dan organ
hemopoetik.
Komponen-komponen utama dari jaringan tulang adalah mineral-mineral dan
jaringan organik (kolagen dan proteoglikan). Kalsium dan fosfat membentuk suatu
kristal garam (hidroksiapatit), yang tertimbun pada matriks kolagen dan proteoglikan.
Matriks organik tulang disebut juga sebagai osteoid. Sekitar 70% dari osteoid adalah
kolagen tipe I yang kaku dan memberikan ketegangan tinggi pada tulang. Materi
organik lain yang juga menyusun tulang berupa proteoglikan seperti asam hialuronat.
1) Bagian-bagian dari tulang panjang yaitu:
a) Diafisis ( batang )
Merupakan bagian tengah tulang yang berbentuk silinder, bagian ini tersusun dari
tulang kortikal yang memiliki kekuatan yang besar.
b) Metafisis
Adalah bagian tulang yang melebar di dekat ujung akhir batang. Daerah ini
terutama disusun oleh tulang trabekula atau spongiosa yang mengandung, sumsum
merah.metafisis juga menopang sendi dan menyediakan daerah yang cukup luas untuk
perlekatan tendon pada epifisis.
c) Epifisis
Lempeng epifisis adalah pertumbuhan longitudinal pada anak-anak. Bagian ini
akan menghilang pada tulang dewasa. Bagian epifisis yang letaknya dekat dengan
sendi tulang panjang bersatu dengan metafisis sehingga pertumbuhan memanjang
tulang terhenti. Seluruh tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang disebut periosteum,
yaitu: yang mengandung sel-sel yang berproliferasi dan berperan dalam proses
pertumbuhan transversal tulang panjang. Pada tulang epifisis terdiri dari 4 zone, yaitu:
Daerah sel istirahat
Lapisan sel paling atas yang letaknya dekat dengan epifisis
Zona proliferasi
Pada zona ini terjadi pembelahan sel, dan disinilah terjadi pertumbuhan tulang
panjang. Sel-sel yang aktif ini didorong ke arah batang tulang, ke dalam daerah
hipertropi.
Daerah hipertropi
Pada daerah ini, sel-sel membengkak, menjadi lemah dan secara metabolik
menjadi tidak aktif.
Daerah kalsifikasi provisional
Sel-sel mulai menjadi keras dan menyerupai tulang normal.
Bila daerah proliferasi mengalami pengrusakan, maka pertumbuhan dapat terhenti
dengan retardasi pertumbuhan longitudinal anggota gerak tersebut atau terjasi
deformitas progresif bila terjadi hanya sebagian dari lempeng tulang yang mengalami
kerusakan berat.
Sebagaimana jaringan ikat lainnya, tulang terdiri dari komponen matriks dan sel.
Matriks tulang terdiri dari serat-serat kolagen dan protein non kolagen. Sedangkan sel
tulang terdiri dari:
Osteoblas
Sel tulang yang bertagunag jawab terhadap proses formasi tulang, yaitu; berfungsi
dalam sintesis matrik tulang yang disebut osteoid, suatu komponen protein dalam
jaringan tulang. Selain itu osteoblas juga berperan memulai proses resorpsi tulang
dengan cara memebersihkan permukaan osteoid yang akan diresorpsi melalui
berbagai proteinase netral yang dihasilkan. Pada permukaan osteoblas, terdapat
berbagai reseptor permukaan untuk berbagai mediator metabolisme tulang, termasuk
resorpsi tulang, sehingga osteoblas merupakan sel yang sangat penting pada bone
turnoven.
Osteosit
Sel tulang yang terbenam didalam matriks tulang. Sel ini berasal dari osteoblas,
memilliki juluran sitoplasma yang menghubungkan antara satu osteosit dengan
osteosit lainnya dan juga dengan bone lining cell di permukaan tulang. Fungsi osteosit
belum sepenuhnya diketahui, tetapi diduga berperan pada trasmisi signal dan stimuli
dari satu sel ke sel lainnya. Baik osteoblas maupun osteosit berasal dari sel
mesenkimal yang terdapat di dalam sumsum tulang, periosteum dan mungkin endotel
pembuluh darah. Sekali osteoblas mensintesis osteosid, maka osteoblas akan berubah
menjadi osteosit dan terbenam di dalam osteoid yang disintesisnya.
Osteoklas
Sel tulang yang bertanggung jawab terhadap proses resorpsi tulang. Pada tulang
trabekular osteoklas akan membentuk cekungan pada permukaan tulang yang aktif
yang disebut: lakuna howship. Sedangkan pada tulang kortikal, osteoklas akan
membentuk kerucut sedangkan hasil resorpsinya disebut: cutting cone, dan osteoklas
berada di apex kerucut tersebut. Osteoklas merupakan sel raksasa yang berinti
banyak, tetapi berasal dari sel hemopoetik mononuklear.
2) Faktor pertumbuhan osteogenik:
a) Hormon pertumbuhan (GH)
Hormon ini mempunyai efek langsung dan tidak langsung terhadap osteoblas
untuk meningkatkan remodeling tulang dan pertumbuhan tulang endokondral. Efek
langsungnya yaitu: dengan melalui interaksi reseptor GH pada permukaan osteoblas,
sedangkan efek tidak langsungnya melalui produksi insulin like growth faktor-1 (IGF)
b) TGF β
Merupakan polipeptida dengan BM 25.000. TGF β berfungsimenstimulasi
replikasi proteoblas, sintesis kolagen dan resorpsi tulang dengan cara menginduksi
opoptosis osteoklas.
c) Fibroblas Growth Faktor (FGF)
FGF 1 dan 2 adalah polipeptida dengan BM 17000 yang berperan pada
neovaskulrisasi, penyembuhan luka dan resorpsi tulang. FGF 1 dan 2 akan
merangsang replikasi sel tulang sehingga populasi sel tersebut meningkat dan
memungkinkan tejadinya sintesis kolagen tulang.
d) Platelet-Derived Growth Faktor (PDGF)
Merupakan polipeptida dengan BM 3000 dan pertama kali diisolasi dari trombosit
dan diduga berperan penting pada awal penyembuhan luka. PDGF berfungsi
merangsang replikasi sel dan sintesis kolagen tulang.
e) Vaskular Endotelial Growth Faktor (VEGF)
VEGF berperan sangat penting pada osifikasi endokondral. Semua osifikasi
endokondral, terjadi invasi pembuluh darah ke dalam eawan sendi selama mineralisasi
matriks, opoptosis kondrosit yang hipertropik, degenerasi matriks dan formasi tulang
3) Metabolisme tulang diatur oleh beberapa hormon, antara lain :
a) Hormon Paratiroid
Mempunyai efek langsung dan segera pada mineral tulang, menyebabkan kalsium
dan fosfat diabsorpsi dan bergerak memasuki serum. Disamping itu, peningkatan
kadar hormon paratiroid secara perlahan-lahan menyebabkan peningkatan jumlah dan
akttivitas osteoklas, sehingga terjadi demineralisasi.
b) Hormon Pertumbuhan
GH tidak mempunyai efek langsung terhadap remodeling tulang, tetapi melalui
perangsangan IGF 1. Efek langsung GH pada formasi tulang sangat kecil, karena sel-
sel tulang hanya mengekpresiksn reseptor GH dalam jumlah kecil.
c) Kalsitonin
Kalsitonin menyebabkan kontraksi sitoplasma osteoklas dan pemecahan osteoklas
menjadi sel mononuklear dan menghambat pembentukan osteoklas.
d) Estrogen dan Androgen
Mempunyai peranan penting dalam maturasi tulang yang sedang tumbuh dan
mencegah kehilangan masa tulang. Reseptor estrogen pada sel-sel tulang sangat
sedikit diekspresikan sehingga sulit diperlihatkan efek estrogen terhadap resorpsi dan
formasi tulang. Eatrogen dapat menurunkan resorpsi tulang secara tidak langsung
melalui penurunan sintesis berbagai sitokin, seperti IL-1, TNF-α, IL-6.
e) Hormon Tiroid
Berperan merangsang resorpsi tulang, hal ini akan menyebabkan pasien
hipertiroidisme akan disertai hiperkalsemia dan pasien pasca menopouse yang
mendapat supresi tiroid jangka panjang akan mengalami osteopenia.
f) 1,25-dehidroksivitamin D [1,25 (OH)2 D]
Merupakan vitamin D aktif yang berperan menjaga hemostasis kalsium dengan
cara meningkatkan absorpsi kalsium di usus dan mobilisasi kalsium dan tulang pada
keadaan kalsium yang adekuat.
Di tulang, 1,25 (OH)2 D akan menginduksi monositik stem cell di sumsum tulang
untuk berdiferensiasi menjadi osteoklas. Setelah itu sel ini kehilangan kemampuannya
untuk bereaksi terhadap 1,25 (OH)2D.
Pada proses mineralisasi tulang 1,25 (OH)2 D berperan dalam menjaga konsentrasi
Ca dan P di dalam cairan ekstraseluler sehingga deposisi kalsium hidroksiapatit pada
matriks tulang akan berlangsung baik.
4) Penyembuhan tulang
Ada beberapa tahap dalam penyembuhan tulang, antara lain:
a) Inflamasi
Dengan adanya patah tulang, tubuh mengalami respon yang sama dengan bila ada
cedera di lain tempat dalam tubuh. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cedera
dan terjadi pembentukan hematoma pada tempat patah tulang. Ujung fragmen tulang
mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat cedera kemudian
akan diinvasi oleh makrofag. Terjadi inflamasi, pembengkakan dan nyeri. Tahap
inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya pembengkakan
dan nyeri.
b) Proliferasi Sel
Dalam sekitar 5 hari, hematom akan mengalami organisasi. Terbentuk benang-
benang fibrin dalam jendolan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi dan
invasi fibroblas dan osteoblast, yang akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan
sebagai matriks kolagen pada patah tulang. Terbentuknya jaringan ikat fibrosa dan
tulang rawan (osteoid) dari periosteum tampak pertumbuhan melingkar.
c) Pembentukan Kalus
Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi
lain sampai celah sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan
jaringan fibrosa, tulang rawan dan tulang serat imatur. Bentuk kalus dan volume yang
dibutuhkan untuk menghubungkan defek secara langsung berhubungan dengan
pengrusakan tulang dan pergeseran tulang. Perlu waktu 3-4 minggu agar fragmen
tulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrosa.
d) Osifikasi
Pembentukan kalus mengalami penulangan dalam 2-3 minggu patah tulang melalui
proses penulangan endokondral. Mineral terus ditimbun sampai tulang benar-benar
telah bersatu dengan keras. Pada patah tulang orang dewasa normal, penulangan
memerlukan waktu 3sampai 4 bulan.
e) Remodeling
Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan
reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya. Remodeling memerlukan
waktu berbulan-bulan sampai bertahun-tahun, tergantung beratnyamodifikasi tulang
yang dibutuhkan, fungsi tulang dan pada kasus yang melibatkan tulang kompak dan
konselus, serta stress fungsional pada tulang
5) Nama-nama tulang pada tubuh
1. Cranium (tengkorak)
2. Mandibula (tulang rahang)
3. Clavicula (tulang selangka)
4. Scapula (tulang belikat)
5. Sternum (tulang dada)
6. Rib (tulang rusuk)
7. Humerus (tulang pangkal lengan)
8. Vertebra (tulang punggung)
9. Radius (tulang lengan)
10. Ulna (tulang hasta)
11. Carpal (tulang pergelangan tangan)
12. Metacarpal (tulang telapak tangan)
13. Phalanges (ruas jari tangan dan jari kaki)
14. Pelvis (tulang panggul)
15. Femur (tulang paha)
16. Patella (tulang lutut)
17. Tibia (tulang kering)
18. Fibula (tulang betis)
19. Tarsal (tulang pergelangan kaki)
20. Metatarsal (tulang telapak kaki)
6) Gerakan Tulang
a) Fleksi adalah gerakan yang memperkecil sudut antara dua tulang atau dua
bagian tubuh.
Dorsofleksi adalah gerakan menekuk telapak kaki di pergelangan ke arah
depan
Plantar fleksi adalah gerakan meluruskan telapak kaki pada pergelangan kaki
b) Ekstensi adalah gerakan yang memperbesar sudut antara dua tulang atau dua
bagian tubuh
Ekstensi adalah tubuh kembali ke posisi anatomis
Hiperekstensi mengacu pada gerakan yang memperbesar sudut pada bagian-
bagian tubuh melebihi 180o
c) Abduksi adalah gerakan tubuh menjauhi garis lurus tubuh
d) Aduksi adalah gerakan bagian tubuh saat kembali ke aksis utama tubuh atau
aksis longitudinal tungkai
e) Rotasi adalah gerakan tulang yang berputar di sekitar aksis pusat tulang itu
sendiri tanpa mengalami dislokasi lateral
Pronasi adalah rotasi medial lengan bawah dalam posisi anatomis, yang
mengakibatkan talapak tangan menghadap ke belakang
Supinasi adalah rotasi lateral lengan bawah yang mengakibatkan telapak
tangan mengahadap ke depan
f) Sirkumduksi adalah kombinasi dari semua gerakan angular dan berputar untuk
membuat ruang berbentuk kerucut, seperti saat mengayunkan lengan membentuk
putaran
g) Inversi adalah gerakan sendi pergelangan kaki yang memungkinkan telapak
kaki menghadap ke dalam atau medial
h) Eversi adalah gerakan sendi pergelangan kaki yang memungkinkan telapak
kaki menghadap ke arah luar
i) Protraksi adalah memajukan bagian tubuh seperti saat menonjolkan rahang
bawah ke depan
j) Retraksi adalah gerakan menarik bagian tubuh ke belakang seperti saat
meretraksi mandibula
k) Elevasi adalah pergerakan struktur ke arah superior, seperti saat mengatupkan
mulut dan mengangkat bahu
l) Depresi adalah menggerakkan suatu struktur ke arah inferior, seperti saat
membuka mulut
b. Sendi
Pengertian sendi adalah semua persambungan tulang, baik yang memungkinkan
tulang itu bergerak satu sama lain, maupun tidak dapat bergerak satu sama lain.
Secara anatomik, sendi di bagi menjadi 3 yaitu:
a) Sinartrosis
Sendi yang memungkinkan tulang-tulang yang berhubungan dapat bergerak satu
sama lain. Diantara tulan gyang saling bersambungan tersebut terdapat jaringan yang
dapat berupa jaringan ikat (sindesmosis), seperti: pada tulang tengkorak, antara gigi
dan rahang, dan antara radius dan ulna, atau dapat juga dengan jaringan tulang rawan
kondrosis) misalnya: persambungan antara os ilium, os iskium dan os pubikum.
b) Diartrosis
Sambungan antara 2 tulang atau yang memungkinkan tulang-tulang tersebut
bergerak sama lain. Diantara tulang-tulang yang bersendi tersebut terdapat rongga
yang disebut kavum artikulare. Diartrosis disebut juga sendi sinovial. Sendi ini
tersusun atas bongol sendi (ligamentum). Berdasarkan bentuknya, diartrosis dibagi
menjadi:
Sendi peluru misalnya: persendian panggul, glenohumeral yang
memungkinkan gerakan bebas penuh.
Sendi engsel, memungkinkan gerakan melipat hanya pada satu arah dan
contohnya pada persendian interfalang, humeroulnaris, lutut.
Sendi pelana, memungkinkan gerakan pada dua bidang yang saling tegak
lurus. Misalnya; persendian pada dasar ibu jari, karpometakarpal.
Sendi pivot yang memungkinkan rotasi untuk aktivitas, misalnya: persendian
antara radius dan ulna.
c) Amfiartrosis
Merupakan sendi yang memungkinkan tulang-tulang yang saling berhubungan
dapat bergerak secara terbatas, misalnya: sendi sakroiliaka dan sendi-sendi antara
korpus vertebra
1) Rawan Sendi
Rawan sendi merupakan jaringan avaskuler dan juga tidak memiliki jaringan saraf,
berfungsi sebagai bantalan terhadap beban yang jatuh ke dalam sendi.
Rawan sendi dibentuk oleh sel rawan sendi (kondrosit) dan matriks rawan sendi
a) Kondrosit
Kondrosit berfungsi mensintesis dan memelihara matriks rawan sehingga fungsi
bantalan rawan sendi tetap terjaga dengan baik
b) Matriks rawan sendi
Terutama terdiri dari:
Air
Proteoglikan
Proteoglikan merupakan molekul yang kompeks yang tersusun atas inti protein dan
glikosaminoglikan. Glikosaminoglikan yang menyusun proteoglikan tersusun dari
keratan sulfat, kondroitin-6-sulfat dan kondroitin-4-sulfat. Bersama-sama dengan
asam hialuronat, proteoglikan membentuk agregat yang dapat menghisap air dan
sekitarnya sehingga mengembang sedemikian rupa dan membentuk bantalan yang
sesuai fungsi rawan sendi. Bagian proteoglikan yang melekat pada asam hialuronat
adalah terminal-N dari inti proteinnya yang mungkin berperan dengan matriks
ekstraseluler lainnya.
Kolagen
Kolagen yang terdapat di dalam rawan sendi terutama adalah kolagen tipe II.
Kolagen tipe II tersusun dari 3 alpha yang membentuk gulungan tripel heliks.
Kolagen berfungsi sebagai kerangka bagi rawan sendi yang akan membatasi
pengembangan berlebihan agregat proteoglikan.
2) Membran Sinovial
Membran sinovial merupakan jaringan avaskuler yang melapisi permukaan dalam
kapsul sendi, tetapi tidak melapisi permukaan rawan sendi. Membran ini licin dan
lunak dan berlipat-lipat.
Walaupun banyak prmbuluh darah dan limfe di dalam jaringan subsinovial, tetapi
tidak satupun mencapai sinoviosit. Jaringan pembuluh darah ini berperan dalam
transfer konstituen darah ke dalam rongga sendi dan pembentuk cairan sendi.
Sel sinovisit terdiri dari 3 tipe yaitu:
a) Sinoviosit tipe A
Mempunyai banyak persamaan dengan makrofag, dan berfungsi melepaskan
debris-debris sel dan material khusus lainnya ke dalam rongga sendi
b) Sinovisit tipe B
Mempunyai banyak persamaan dengan fibroblas, berperan mensintesis dan
mengekresikan hialuronat yang merupakan zat aditif dalam cairan sendi dan berperan
dalam mekanisme lubrikasi, dan juga berperan memperbaiki kerusakan sendi yang
meliputi produksi kolagen dan melakukan proses remodeling.
c) Sel C
Sebagian sinovisit yang mempunyai ultrastruktur antara sel A dan sel B. Sinovium
dan kapsul sendi diinervasi oleh mekanoreseptor, pleksus saraf dan ujung bebas bebas
yang tidak dibungkus mielin. Ujung saraf ini merupakan neuron aferen primer yang
berfungsi sebagai saraf sensori dan memiliki neuropeptida yang disebut substansi-P.
3) Cairan Sinovial
Karakteristik cairan sendi pada berbagai keadaan ditunjukan pada tabel
berikut :
Sifat cairan
sendi
Norm
al
Grup I
Non
inflamasi
Grup II
Inflamasi
Grup III
Septik
Volum(lutut,
ml)
Viskositas
Warna
Kejernihan
Bekuan
musin
Leukosit
/mm3
Sel PMN(%)
Kultur MO
< 3,5
Sangat
tinggi
Tidak
berwarna
Traspa
ran
Tak
mudah
putus
200
< 25
Negati
f
> 3,5
Tinggi
Kekuninga
n
Transpara
n
Tak
mudah putus
200-2000
<25
Negatif
> 3,5
Rendah
Kuning
Transulen-
opak
Mudah
putus
2000-
100.000
>50
Negatif
> 3,5
Bervariasi
Tergantung
mikroorganisnya
Opak
Mudah putus
>500.000
>75
positif
c. Otot
Otot merupakan jaringan tubuh yang mempunyai kemampuan berkontraksi.
Adanya otot akan memungkinkan tubuh untuk menghasilkan suatu gerakan. Hampir
40% tubuh kita terdiri dari otot rangka yang berjumlah ± 500 otot, sedangkan otot
polos dan otot jantung hanya 10% saja.
1) Karakteristik otot
Setiap otot memiliki 4 karakteristik:
a) Iritabilitas
Otot mempunyai kemampuan untuk menerima dan merespon berbagai jenis
stimulus. Otot dapat merespon potensial aksi yang dialirkan oleh serabut saraf
menjadi stimulus elektrik yang dialirkan oleh serabut sarafmenjadi stimulus elektrik
yan gdialirkan secara langsung ke permukaan-permukaan otot atau tendonnya.
b) Kontraktilitas
Apabila otot menerima stimulus otot memiliki kemampuan untuk memendek.
c) Ekstensibilitas
Otot mampu memanjang baik pasif maupun aktif
d) Elastisitas
Setelah otot memendek atau memanjang, maka otot mampu kembali pada kondisi
normal atau istirahat baik dalam hal panjang atau bentuknya.
2) Tipe otot
Terdapat 3 jenis jaringan otot yaitu :
a) Otot Polos
Otot ini terdapat pada saluran cerna dan pembuluh darah dan diatur oleh sistem
saraf otonom
b) Otot Jantung
Otot yang terdapat di jantung dan diatur oleh sistem saraf otonom
c) Otot Lurik
Otot ini sebagian besar menempel ke tulang walaupun dalam jumlah kecil
menempel ke fascia, aponeurosis dan tulang rawan. Otot lurik dikendalikan oleh
kemauan
3) Struktur otot
Sel otot atau serabut otot rangka merupakan suatu silinder panjang dan lurus
mempunyai banyak inti. Serabut ini mempunyai diameter antara 0,01-0,1 mm dan
panjangnya sampai 30 cm. Inti sel terdapat dalam sarkoplasma. Serabut otot
dikelilingi oleh selaput jaringan ikat yang disebut: endomisium. Serabut-serabut otot
ini akan membentuk fasikulus yang dibungkus oleh parimisium. Pada sebagian besar
otot, fasikulus-fasikulus ini terikat bersama-sama oleh epimisium dan kadang-kadang
bergabung dengan fascia. Setiap serabut otot rangka terdiri dari ratusan miofibril.
Miofibril merupakan kumpulan dari ribuan filamen miosin dan filamen aktin. Miosin
berwarna gelap dan tebal sedangkan akti tipis dan terang.
4) Mekanisme kontraksi otot
Pada saat kontraksi filamen aktin dan miosin saling tumpang tindih sehingga Z line
mejadi semakin dekat satu dengan yang lainnya, sedangkan H zone semakin
menyempit. Apabila otot diregangkan maka ujung dari molekul aktin akan tertarik
sehingga hanya molekul miosin yang tertinggal pada H zone tampak lebih terang
dibandingkan saat kedua filamen tersebut saling tumpang tindih. Kontraksi akan
menyebabkan kedua filamen saling tumpang tindih dan tampak lebih gelap.I band
hanya terdiri dari molekul aktin, pada saat kontraksi ujung myosin akan masuk ke
daerah ini sehingga terlihat lebih gelap. Pada saat kontraksi penuh seluruh filamen
aktin dan myosin saling tumpang tindih sehingga tidak ada daerah yang terang.
Mekanisme tumpang tindih (sliding) yaitu kepala molekul myosin akan melekat di
satu tempat di molekul aktin membuat lekukan dan menarik molekul aktin.
Selanjutnya kepala tersebut akan melepaskan diri dari molekul aktin dan lekukan pada
kepala tersebut kembali keposisi semula. Setiap gerakan myosin akan menarik aktin
tersebut hanya akan menyebabkan pergerakan yang sedikit jaraknya, tetapi karena
adanya sejumlah gerakan menarik yang sangat cepat dari sejumlah mo;ekun myosin,
maka akan terjadi pemendekan otot.kepala miosin yang melekat ini disebut cross
bridge.
5) Tipe Kontraksi Otot
Kontraksi adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan terbentuknya suatu
respon tegangan otot terhadap stimulus
Terdapat 2 tipe kontraksi yaitu:
a) Kontraksi Isometriks
Kontraksi isometriks terjadi apabila tegangan di dalam serabut otot tidak
menyebabkan gerakan sendi. Isometrik berarati panjang otot sama antara sebelum dan
saat kontraksi. Contoh: bila kita mendorong dinding yang tidak dapat digerakkan.
b) Kontraksi Isotonik
Melibatkan kontraksi otot dan gerakan sendi. Pada kontraksi isotonik tegangan
tetap konstan sedang panjang otot memendek.
c) Kontraksi konsentrik
Apabila otot menjadi aktif dan menghasilkan suatu tegangan yang menyebabkan
otot menjadi memendek dan mengakibatkan gerakan.
Contoh: apabila otot fleksor lengan memendek yang mengakibatkan siku menjadi
fleksi.
d) Kontraksi eksentrik
Apabila lengan tersebut secara perlahan-lahan menurunkan beban pada ujung
lengan dari kondisi fleksi ke relaksasi secara perlahan-lahan.
DEFINISI FRAKTUR
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa. (Kapita Selekta Kedokteran; 2000)
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa (R. Sjamsuhidayat dan Wim de Jong,1998).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditemukan sesuai jenis dan
luasnya (Brunner dan suddarth, 2001).
Fraktur adalah patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
(Sylvia Anderson Price. Lorraine Mc Carty Klilson, 1995).
Fraktur dapat dibagi menjadi:
a. Fraktur tertutup (closed), bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar.
b. Fraktur terbuka (open, compound), terjadi bila terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit. Fraktur terbuka
dibagi menjadi tiga derajat (menurut R. Gustillo), yaitu:
1) Derajat I:
a) Luka < 1 cm
b) Kerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda luka remuk
c) Kontaminasi minimal
2) Derajat II:
a) Laserasi > 1 cm
b) Kerusakan jaringan lunak, tidak luas
c) Fraktur kominutif sedang
d) Kontaminasi sedang
3) Derajat III:
a) Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi
struktur kulit, otot, neurovascular serta kontaminasi derajat tinggi. Fraktur derajat III
terbagi atas:
b) Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat,
meskipun terdapat laserasi luas, atau fraktur segmental/sangat kominutif yang
disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa melihat besarnya ukuran luka
c) Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar atau
kontaminasi massif
d) Luka pada pembuluh arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki
tanpa melihat kerusakan jaringan lunak
Berbagai jenis khusus fraktur:
a. Fraktur komplet: patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya
mengalami pergeseran.
b. Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang
c. Fraktur tertutup: fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit
d. Fraktur terbuka: fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa
sampai ke patahan tulang.
e. Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah, sedang sisi lainnya
membengkak.
f. Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang
g. Kominutif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen
h. Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam
i. Kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang
belakang)
j. Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang oleh ligamen atau tendo
pada daerah perlekatannnya.
ETIOLOGI FRAKTUR
a. Trauma
b. Gaya meremuk
c. Gerakan puntir mendadak
d. Kontraksi otot ekstrem
e. Keadaan patologis: osteoporosis, neoplasma
f. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit
Lewis (2000) berpendapat bahwa tulang bersifat relatif rapuh namun mempunyai
cukup kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat diakibatkan
oleh beberapa hal yaitu:
a. Fraktur akibat peristiwa trauma
Sebagian fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang dapat
berupa pemukulan, penghancuran, perubahan pemuntiran atau penarikan. Bila
tekanan kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan jaringan
lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur lunak
juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan
kerusakan pada kulit diatasnya. Penghancuran kemungkinan akan menyebabkan
fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas.
b. Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan
Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain akibat
tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering dikemukakan pada tibia, fibula
atau matatarsal terutama pada atlet, penari atau calon tentara yang berjalan baris-
berbaris dalam jarak jauh.
c. Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang tersebut lunak
(misalnya oleh tumor) atau tulang-tulang tersebut sangat rapuh.
MANIFESTASI KLINIS FRAKTUR
Manifestasi klinis umum pada fraktur meliputi:
a. Luka pada daerah yang terkena membengkak dan disertai rasa sakit
b. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi, hematoma, dan edema
c. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
d. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang
melekat diatas dan dibawah tempat fraktur
e. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
f. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit
TAHAP PEMBENTUKAN TULANG
a. Tahap pembentukan hematom
Dalam 24 jam pertama mulai terbentuk bekuan darah dan fibrin yang masuk kearea
fraktur. Suplai darah meningkat, terbentuklah hematom yang berkembang menjadi
jaringan granulasi sampai hari kelima.
b. Tahap proliferasi
Dalam waktu sekitar 5 hari, hematom akan mengalami organisasi. Terbentuk
benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk
revaskularisasi dan invasi fibroblast dan osteoblast yang akan menghasilkan kolagen
dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan
ikat fibrosa dan tulang rawan.
c. Tahap pembentukan kalus
Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi
lain sampai celah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan
jaringan fibrosa, tulang rawan dan tulang serat imatur. Perlu waktu 3-4 minggu agar
frakmen tulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrosa
d. Osifikasi
Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu patah tulang
melalaui proses penulangan endokondrial. Mineral terus menerus ditimbun sampai
tulang benar-benar bersatu. Proses ini memerlukan waktu 3-4 bulan
e. Konsolidasi (6-8 bulan) dan Remodeling (6-12 bulan). Tahap akhir dari
perbaikan patah tulang
PATOFISIOLOGI
Fraktur terjadi ketika tulang mendapatkan energi kinetik yang lebih besar dari yang
dapat tulang serap. Fraktur itu sendiri dapat muncul sebagai akibat dari berbagai
peristiwa diantaranya pukulan langsung, penekanan yang sangat kuat, puntiran,
kontraksi otot yang keras atau karena berbagai penyakit lain yang dapat melemahkan
otot. Pada dasarnya ada dua tipe dasar yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur,
kedua mekanisme tersebut adalah: Yang pertama mekanisme direct force dimana
energi kinetik akan menekan langsung pada atau daerah dekat fraktur. Dan yang
kedua adalah dengan mekanisme indirect force, dimana energi kinetik akan
disalurkan dari tempat tejadinya tubrukan ke tempat dimana tulang mengalami
kelemahan. Fraktur tersebut akan terjadi pada titik atau tempat yang mengalami
kelemahan.
Pada saat terjadi fraktur periosteum, pembuluh darah, sumsum tulang dan daerah
sekitar jaringan lunak akan mengalami gangguan. Sementara itu perdarahan akan
terjadi pada bagian ujung dari tulang yang patah serta dari jaringan lunak (otot)
terdekat. Hematoma akan terbentuk pada medularry canal antara ujung fraktur dengan
bagian dalam dari periosteum. Jaringan tulang akan segera berubah menjadi tulang
yang mati. Kemudian jaringan nekrotik ini akan secara intensif menstimulasi
terjadinya peradangan yang dikarakteristikkan dengan terjadinya vasodilatasi, edema,
nyeri, hilangnya fungsi, eksudasi dari plasma dan leukosit serta infiltrasi dari sel darah
putih lainnya. Proses ini akan berlanjut ke proses pemulihan tulang yang fraktur
tersebut.
KOMPLIKASI
a. Komplikasi awal
- Shock Hipovolemik/traumatik
Syok hipovolemik akibat perdarahan (baik kehilangan darah eksterna maupun
yang tak kelihatan) dan kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak, dapat
terjadi pada berbagai fraktur termasuk fraktur femur. Karena tulang merupakan organ
yang sangat vaskuler, maka dapat terjadi kehilangan darah dalam jumlah besar
sebagai akibat trauma. Penanganan meliputi mempertahankan volume darah,
mengurangi nyeri yang diderita pasien, memasang pembebatan yang memadai dan
melindungi pasien dari cedera lebih lanjut.
- Emboli lemak
Fraktur tulang panjang, pelvis, fraktur multipel, cedera remuk (20-30 th)
Tekanan sumsum tulang > tek. kapiler Reaksi stres
Globula lemak masuk ke dalam darah Katekolamin
Bergabung dengan trombosit Memobilisasi asam lemak
Emboli
(Brunner, Suddarth; 2001)
Ada dua teori yang menyatakan bagaimana terjadinya emboli lemak. Teori
pertama menyatakan bahwa lemak dilepaskan dari sumsum tulang yang mengalami
injuri dan dikeluarkan seiring dengan meningkatnya tekanan intramedular dam
memasuki sirkulasi vena menuju kapiler pulmonal, beberapa tetesan lemak melewati
dasar kapiler dan masuk ke sirkulasi sistemik dan mengemboli organ lainnya seperti
otak. Teori kedua menyatakan bahwa katekolamin dilepaskan ketika terjadi mobilisasi
asam lemak bebas oleh trauma dari jaringan adipose, sehingga menyebabkan
hilangnya stabilitas emulsi chylomicron. Chylomicron membentuk tetesan lemak
yang besar pada paru, dan bisa mengakibatkan perubahan biokimia karena injury.
Jaringan dari paru, otak, hati, ginjal dan kulit yang paling sering terkena.
- Sindrom kompartemen
Terjadi pada saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk
kehidupan jaringan. Ini disebabkan oleh karena:
- Penurunan ukuran kompartemen otot karena fasia yang membungkus otot
terlalu ketat atau gips/balutan yang menjerat
- Peningkatan isi kompartemen otot karena edema atau perdarahan sehubungan
dengan berbagai masalah (iskemi, cedera remuk, toksik jaringan)
Kompartemen terdiri dari otot, tulang, saraf dan pembuluh darah yang mengalami
fibrosis dan fasia.
Tekanan kompartemen normal (< atau = 8 mmHg), jika di atas 30-40 mmHg dapat
merusak peredaran darah mikro. Manifestasi klinik yaitu nyeri iskhemik yang terus
menerus yang tidak dapat dikontrol dengan analgesik, nyeri yang meningkat dengan
Menyumbat pembuluh darah kecil
Otak Paru Ginjal Emboli sistemik
- Pucat- Petechia pada membran
pipi, kantung konjungtiva, palatum durum, fundus okuli, dan di atas dada serta lipatan ketiak depan
- Lemak bebas dalam urine
- Gagal ginjal
- Takipnea- Dyspnea- Krepitasi- Mengi- Sputum putih kental >>>- Takikardi - PO2 < 60 mmHg- Alkalosis respiratorik- Pada sinar X: badai salju
- Bingung- Delirium- koma
turunnya aliran arteri dan nyeri ketika dipalpasi atau dipindahkan, klien mungkin akan
mengalami kelemahan beraktivitas, paresthesia, rendahnya/absent dari nadi,
ekstremitas yang dingin dan pucat.
Perawatan yang dilakukan yaitu dengan memindahkan penyebab dari kompresi,
jika sindrom kompartmen disebabkan dari edema atau pendarahan maka diperlukan
fasciotomy, biasanya insisi dibiarkan terbuka sampai berkurangnya bengkak, selama
2-3 hari area tersebut dibungkus dengan longgar sehingga pemindahan kulit terjadi.
Sindrom kompartment juga dapat disebabkan klien yang mengalami luka bakar yang
hebat, injuri, gigitan berbisa atau prosedur revascularisasi.
- Kerusakan arteri
Terdiri dari contused, thrombosis, laserasi, atau arteri yang kejang. Arteries dapat
disebabkan ikatan yang terlalu ketat. Indikasi dari kerusakan arteri antara lain
absent/tidak teraturnya nadi, bengkak, pucat, kehilangan darah terus menerus, nyeri,
hematoma, dan paralysis. Intervensi emergency yaitu pemisahan atau pemindahan
pembalut yang mengikatnya, meninggikan atau merubah posisi dari bagian yang
injuri, mengurangi fraktur/dislokasi, operasi.
- Shock
Hypolemic shock merupakan masalah yang potensial karena fragment tubuh dapat
melaserasi pembuluh darah besar dan menyebabkan pendarahan, klien yang beresiko
tinggi yaitu klien dengan fraktur femur dan pelvis.
- Injuri saraf
Injuri saraf radial biasanya disebabkan fraktur humerus, manifestasinya antara lain
paresthesia, paralisis, pucat, ekstremitas yang dingin, meningkatnya nyeri dan
perubahan kemampuan untuk menggerakkan ekstremitas
- Volkmann’s iskhemik kontraktur
Komplikasi ini dapat menyebabkan lumpuhnya tangan atau lengan bawah akibat
fraktur, dimulai dengan timbulnya sindrom kompartmen pada sirkulasi vena dan
arteri. Jika tidak hilang, tekanan dapat menyebabkan iskhemik yang berkepanjangan
dan otot secara bertahap akan digantikan dengan jaringan fibrosis antara tendon dan
saraf. Mati rasa dan paralisis juga sering terjadi.
- Infeksi
Disebabkan kontaminasi fraktur yang terbuka atau terkena saat dioperasi. Agen
infeksi yang biasanya menimbulkan infeksi yaitu pseudomonas. Tetanus atau gas
gangren dapat meningkatkan resiko infeksi. Infeksi gas gangren berkembang didalam
dan mengkontaminasi luka, gas gangren disebabkan bakteri anaerobik.
Pengkajian menunjukkan: turunnya Hb secara cepat; naiknya suhu tubuh; nadi
semakin cepat; nyeri; bengkak lokal secara tiba-tiba; dan pucat.
Perawatan yang dapat dilakukan untuk kasus ini yaitu membuka luka lebih lebar
untuk membiarkan udara masuk dan mencegah terjadinya drainase. Insisi multipel
juga dapat dilakukan melewati kulit dan fascia, jahitan dan materi gangren
dihilangkan dan luka diirigasi. Jika gangren tetap berkembang, amputasi mungkin
diperlukan
(Brunner, Suddarth; 2001)
b. Komplikasi lambat
1) Delayed union
Proses penyembuhan fraktur sangat lambat dari yang diharapkan biasanya lebih
dari 4 bulan. Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai
dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena
penurunan supai darah ke tulang.
2) Non union
Non union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi
sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion ditandai
dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi
palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang kurang.
3) Mal union
Proses penyembuhan terjadi tetapi tidak memuaskan (ada perubahan bentuk).
Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat
kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan dengan
pembedahan dan reimobilisasi yang baik.
4) Nekrosis avaskuler tulang
Karena suplai darah menurun sehingga menurunkan fungsi tulang. Tulang yang
mati mengalami kolaps dan diganti oleh tulang yang baru. Pasien mengalami nyeri
dan keterbatasan gerak. Sinar X menunjukkan kehilangan kalsium dan kolaps
struktural.
5) Kekakuan sendi lutut
6) Gangguan saraf perifer akibat traksi yang berlebihan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur: menentukan lokasi, luasnya
fraktur/trauma
b. Scan tulang: menidentifikasi kerusakan jaringan lunak
c. Pemeriksaan jumlah darah lengkap
d. Hematokrit mungkin meningkat (hemokonsentrasi), menurun (perdarahan
bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh dari trauma multiple)
e. Peningkatan SDP: respon stres normal setelah trauma
f. Arteriografi: dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
g. Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal
h. Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah atau cedera
hati
PENATALAKSANAAN
Ada empat konsep dasar yang harus diperhatikan/pertimbangkan pada waktu
menangani fraktur:
a. Rekognisi: menyangkut diagnosa fraktur pada tempat kejadian kecelakaan dan
kemudian di rumah sakit.
1) Riwayat kecelakaan
2) Parah tidaknya luka
3) Diskripsi kejadian oleh pasien
4) Menentukan kemungkinan tulang yang patah
5) Krepitus
b. Reduksi: reposisi fragmen fraktur sedekat mungkin dengan letak normalnya.
Reduksi terbagi menjadi dua yaitu:
1) Reduksi tertutup: untuk mensejajarkan tulang secara manual dengan traksi atau
gips
2) Reduksi terbuka: dengan metode insisi dibuat dan diluruskan melalui
pembedahan, biasanya melalui internal fiksasi dengan alat misalnya; pin, plat yang
langsung kedalam medula tulang.
c. Retensi: menyatakan metode-metode yang dilaksanakan untuk
mempertahankan fragmen-fragmen tersebut selama penyembuhan (gips/traksi)
d. Rehabilitasi: langsung dimulai segera dan sudah dilaksanakan bersamaan
dengan pengobatan fraktur karena sering kali pengaruh cidera dan program
pengobatan hasilnya kurang sempurna (latihan gerak dengan kruck).
Penatalaksanaan umum
a. Atasi syok dan perdarahan, serta dijaganya lapang jalan nafas
b. Sebelum penderita diangkut, pasang bidai untuk mengurangi nyeri,
mencegah bertambahnya kerusakan jaringan lunak dan makin buruknya kedudukan
fraktur.
c. Fraktur tertutup:
1) Reposisi, diperlukan
anestesi. Kedudukan fragmen distal dikembalikan pada alligment dengan
menggunakan traksi.
2) Fiksasi atau imobilisasi
Sendi-sendi di atas dan di bawah garis fraktur biasanya di imobilisasi. Pada fraktur
yang sudah di imobilisasi maka gips berbantal cukup untuk imobilisasi.
3) Restorasi (pengembalian
fungsi)
Setelah imobilisasi akan terjadi kelemahan otot dan kekakuan sendi, dimana hal ini
diatasi dengan fisioterapi.
d. Fraktur terbuka:
1) Tindakan pada saat
pembidaian diikuti dengan menutupi daerah fraktur dengan kain steril (jangan di
balut)
2) Dalam anestesi, dilakukan
pembersihan luka dengan aquadest steril atau garam fisiologis
3) Eksisi jaringan yang mati
4) Reposisi
5) Penutupan luka
Masa kurang dari 6-7 jam merupakan GOLDEN PERIOD, dimana kontaminasi
tidak luas, dan dapat dilakukan penutupan luka primer.
6) Fiksasi
7) Restorasi
FRAKTUR FEMUR
Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat
disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti
degenerasi tulang/osteoporosis.
Fraktur femur dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Fraktur batang femur
Fraktur batang femur mempunyai insiden yang cukup tinggi di antara jenis-jenis
patah tulang. Umumnya fraktur femur terjadi pada batang femur 1/3 tengah. Fraktur
di daerah kaput, kolum, trokanter, subtrokanter, suprakondilus biasanya memerlukan
tindakan operatif.
b. Fraktur kolum femur
Dapat terjadi akibat trauma langsung, pasien terjatuh dengan posisi miring dan
trokanter mayor langsung terbentur pada benda keras seperti jalanan. Pada trauma
tidak langsung, fraktur kolum femur terjadi karena gerakan eksorotasi yang mendadak
dari tungkai bawah. Kebanyakan fraktur ini terjadi pada wanita usia tua yang
tulangnya sudah mengalami osteoporosis.
Fraktur kurang stabil bila arah sudut garis patah lebih besar dari 300 (tipe II atau
tipe III menurut Pauwel). Fraktur subkapital yang kurang stabil atau fraktur pada
pasien tua lebih besar kemungkinannya untuk terjadinya nekrosis avaskular.
Selain diatas fraktur femur juga dapat dibagi menjadi:
a. Fraktur Intrakapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan
melalui kepala femur (capital fraktur)
1) Hanya di bawah kepala femur
2) Melalui leher dari femur
b. Fraktur Ekstrakapsuler
Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih besar/yang
lebih kecil /pada daerah intertrokhanter. Terjadi di bagian distal menuju leher femur
tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah trokhanter kecil.
Manifestasi klinis
Pada fraktur batang femur, terjadi:
a. Daerah paha yang patahntulangnya sangat membengkak, ditemukan tanda
fungsio laesa, nyeri tekan dan nyeri gerak.
b. Tampak adanya deformitas angulasi ke lateral atau angulasi anterior,
endo/eksorotasi.
c. Ditemukan adanya pemendekan tungkai bawah
d. Pada fraktur 1/3 tengah femur, saat pemerikasaan harus diperhatikan pula
adanya kemungkinan dislokasi sendi panggul dan robeknya ligamentum di daerah
lutut. Setelah itu periksa juga keadaan nervus siatika dan arteri dorsalis pedis
Pada fraktur kolum femur, terjadi:
a. Pada pasien muda biasanya mempunyai riwayat kecelakaan berat, sedangkan
pasien tua biasanya hanya riwayat trauma ringan, misalnya terpeleset
b. Pasien tak dapat berdiri karena sakit pada panggul
c. Posisi panggul dalam keadaan fleksi dan endorotasi
d. Tungkai yang cedera dalam posisi abduksi, fleksi, dan eksorotasi, kadang juga
terjadi pemendekan
e. Pada palpasi sering ditemukan adanya hematom di daerah panggul
f. Pada tipe impaksi biasanya pasien masih bisa berjalan disertai rasa sakit yang
tidak begitu hebat, tungkai masih tetap dalam posisi netral
Tatalaksana
Pada fraktur femur tertutup, untuk sementara dilakukan traksi kulit dengan metode
ekstensi Buck, didahului dengan pemakaian Thomas splint, tungkai ditraksi dalam
keadaan ekstensi. Tujuan traksi kulit tersebut adalah untuk mengurangi rasa sakit dan
mencegah kerusakan jaringan lunak lebih lanjut di sekitar daerah yang patah. Setelah
itu dilakukan traksi kulit dapat dipilih non-operatif atau operatif.
a. Pengobatan non-operatif
Dilakukan traksi skeletal, yang sering disebut metode Perkin, dan metode balance
skeletal traction, pada anak di bawah 3 tahun digunakan traksi kulit Bryant,
sedangkan pada anak usia 3-13 tahun dengan traksi Russell.
- Metode Perkin
Pasien tidur terlentang, satu jari dibawah tuberositas tibia dibor dengan Steinman
pin, lalu ditarik dengan tali. Paha ditopang dengan 3-4 bantal. Tarikan dipertahankan
sampai 12 minggu lebih sampai terbentuk kalus yang cukup luas. Sementara itu,
tungkai bawah dapat dilatih untuk gerakan ekstensi dan fleksi.
- Metode Balance Skeletal Traction
Pasien tidur terlentang, satu jari dibawah tuberositas tibia dibor dengan Steinman
pin, lalu ditarik dengan tali. Paha ditopang dengan Thomas Splint, sedang tungkai
bawah ditopang oleh Pearson attachment. Tarikan dipertahankan sampai 12 minggu
atau lebih sampai tulangnya membentuk kalus yang cukup. Untuk mempersingkat
waktu rawat, setelah 4 minggu ditraksi, dipasang gips hemispica atau cast bracing.
- Traksi kulit Bryant
Anak tidur terlentang di tempat tidur. Kedua tungkai dipasang traksi kulit,
kemudian ditegakkan ke atas, ditarik dengan tali yang diberi beban 1-2 kg sampai
kedua bokong anak tersebut terangkat dari tempat tidur.
- Traksi Russel
Anak tidur terlentang, dipasang plester dari batas lutut. Dipasang sling di daerah
poplitea, sling dihubungkan dengan tali yang dihubungan dengan beban penarik.
Untuk mempersingkat waktu rawat, setelah 4 minggu ditraksi, dipasang gips
hemispica karena kalus yang terbentuk belum kuat benar.
b. Operatif
Indikasi operasi antara lain:
a. Penanggulangan non-operatif gagal
b. Fraktur multipel
c. Robeknya arteri femoralis
d. Fraktur patologik
e. Fraktur pada orang yang tua
Pada fraktur femur 1/3 tengah sangat baik untuk dipasang intramedularry nail.
Terdapat bermacam-macam intramedularry nail untuk femur, di antaranya Kuntscher
nail, A0 nail, dan Interlocking nail.
Operasi dapat dilakukan dengan cara terbuka dan cara tertutup. Cara terbuka yaitu
dengan menyayat kulit-fasia sampai ke tulang yang patah. Pen dipasang secara
retrograd. Cara interlocking nail dilakukan tanpa menyayat di daerah yang patah. Pen
dimasukkan melalui ujung trokanter mayor dengan bantuan image intensifier. Tulang
dapat direposisi dan pen dapat masuk ke dalam fragmen bagian distal melalui guide
tube. Keuntungan cara ini tidak menimbulkan bekas sayatan lebar dan perdarahan
terbatas.
FRAKTUR CRURIS
Fraktur cruris merupakan fraktur yang terjadi pada batang tibia dan fibula dan
merupakan fraktur yang sering terjadi disbanding fraktur batang tulang panjang
lainnya. Periost yang melapisi tibia agak tipis, terutama pada bagian depan yang
hanya dilapisi kulit sehingga tulang ini mudah patah dan biasanya fragmen fraktur
bergeser. Karena berada langsung di bawah kulit, sering ditemukan fraktur terbuka.
Cedera terjadi akibat gaya angulasi yang menyebabkan garis fraktur transversal
atau miring, kadang dengan fragmen kominutif. Tenaga rotasi dapat terjadi pada
olahragawan seperti pemain bola.
Pada pemeriksaan rontgen harus memenuhi syarat foto rontgen untuk
menghindari kesalahan diagnosa. Fraktur harus dibidai terlebih dahulu untuk
mengurangi rasa nyeri dan menghindari patah tulang menjadi terbuka dan
kerusakan jaringan yang lebih berat.
Manifestasi Klinis
Gejala yang tampak adanya deformitas angulasi atau endo/eksorotasi.
Daerah yang patah tampak bengkak
Nyeri gerak dan nyeri tekan.
Dapat terjadi sindrom kompartemen dengan gangguan vaskularisasi kaki
Tatalaksana
Jika tibia dan fibula yang fraktur maka yang diperhatikan adalah reposisi
tibia. Pemendekan kurang dari satu sentimeter tidak menjadi masalah karena akan
dikompensasi pada waktu pasien sudah mulai berjalan, namun lebih baik apabila
dapat dihindari.
Pada fraktur tertutup tibia dan fibula dengan garis fraktur transversal atau
miring yang stabil cukup diimobilisasi dengan gips dari jari kaki sampai puncak
paha dengan lutut letak faal, yaitu fleksi ringan, untuk mengatasi rotasi pada
daerah fragmen.
Setelah dipasang harus menunggu gips sampai kering betul yang biasanya
membutuhkan waktu dua hari. saat itu gips tidak boleh dibebani.
Penyambungan patah tulang diafisis biasanya membutuhkan waktu 3-4
bulan.
Angulasi dalam gips biasanya dapat dikoreksi dengan membentuk insisi
baji pada gips.
Pada fraktur yang cenderung tidak dislokasi diizinkan dan diinstruksikan
untuk menopang berat badan dan berjalan. Makin cepat patah tulang dibebani
makin cepat penyembuhannya.
Gips tidak boleh dibuka sampai pasien dapat berjalan tanpa rasa nyeri.
Pada garis fraktur yang miring dan membentuk spiral tidak stabil karena
cenderung membengkok dan memendek sesudah reposisi tertutup. Sehingga
diperlukan tindakan reposisi terbuka dan penggunaan fiksasi interna atau eksterna.
Fraktur dengan dislokasi fragmen dan tidak stabil membutuhkan traksi
kalkaneus kontinu. Setelah dterbentuk kalus fibrosis dipasang gips sepanjang
tungkai dari jari hingga paha.
FRAKTUR METATARSOPHALANGEAL
Umunya cedera MTP di sebabkan oleh kaki terbentur barang keras atau karena
kejatuhan barang berat. Patah tulang akan sembuh tanpa kesulitan. Penderita dapat
istirahat beberapa hari dengan kaki tinggi dan pembalut yang memberikan sanggaan
dan perlindungan terhadap gerakan dan sentuhan. Diberikan plester lebar yang khusus
atau bidai karena fraktur ini sangat nyeri. Analgetik harus diberikan dan hematom
subungual di ibu jari dikeluarkan segera melalui kuku.
KESIMPULAN
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Fraktur
menurut ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar dibagi
menjadi dua, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Menurut Mansjoer (2000
: 346-347) dan menurut Appley Solomon (1995 : 238-239) fraktur
diklasifikasikan Berdasarkan garis patah tulang yaitu greenstick, transversal,
spiral, dan obliq. Berdasarkan bentuk patah tulang yaitu complet, incomplet,
avulsi, comminuted, simple, dan komplikata. Penyebab fraktur ini dapat berupa
trauma langsung, tak langsung, maupun penyakit yang menyertai. Untuk
mendiagnosis suatu fraktur, harus dilakukan anamnesis trauma, pemeriksaan
fisik yang terdiri dari look, feel dan move, serta pemeriksaan penunjang X-ray.
Penatalaksaan dari fraktur yaitu dengan reposisi, fiksasi, union dan rehabilitasi.
Terdapat berbagai komplikasi yagn didapatkan bila penanganan fraktur ini tidak
adekuat diantaranya yaitu malunion, delayed union maupun nonunion.
DAFTAR PUSTAKA
1. Apley, A.Graham. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem APLEY. Ed.7.
Jakarta : Widya Medika.1995
2. Bagian Bedah Staf Pengajar Fakultas kedokteran Universitas Indonesia.
Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Binarupa Aksara.1995.
3. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta : PT. Yarsif
Watampone. 2007
4. Sjamsuhidajat R, De Jong Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.2004.
5. Schwartz, Shires, Spencer. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6.
Jakarta : EGC.2000.
6. Sabiston, David C. Buku Ajar Bedah bagian 2. Jakarta: EGC 1994.
7. http://orthoinfo.aaos.org
8. www.bedahugm.com
9. www.emedicine.com
10. www.wikipedia.com
11. Maguire J., 2012 Anterior Cruciate Ligament Pathology. Townsville
Orthopaedicsand Sports Surgery, Australia. Medscape. Available
from:http://emedicine.meds cape.com/article/307161-overview#showall
12. Healthwise Incorporated. 2011. Anterior Cruciate Ligament (ACL) Injuries.We
bmed. Available from: http://www.webmd.com/a-to-z-guides/anterior-cruciate-
ligament-acl-injuries-topic-overview
Recommended