View
353
Download
21
Category
Preview:
Citation preview
ii
STRATEGI PEMASARAN KAYU BUNDAR JATI (Tectona grandis)PADA PERUM PERHUTANI KBM PEMASARAN KAYU I
CIREBON JAWA BARAT
SKRIPSI
DHIDA PRAJA SUKMAWANH34061998
DEPARTEMEN AGRIBISNISFAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR
2010
ii
STRATEGI PEMASARAN KAYU BUNDAR JATI (Tectona grandis)PADA PERUM PERHUTANI KBM PEMASARAN KAYU I
CIREBON JAWA BARAT
SKRIPSI
DHIDA PRAJA SUKMAWANH34061998
DEPARTEMEN AGRIBISNISFAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR
2010
ii
STRATEGI PEMASARAN KAYU BUNDAR JATI (Tectona grandis)PADA PERUM PERHUTANI KBM PEMASARAN KAYU I
CIREBON JAWA BARAT
SKRIPSI
DHIDA PRAJA SUKMAWANH34061998
DEPARTEMEN AGRIBISNISFAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR
2010
iii
RINGKASAN
DHIDA PRAJA SUKMAWAN. Strategi Pemasaran Kayu Bundar Jati(Tectona grandis) pada Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu I CirebonJawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan JUNIAR ATMAKUSUMA).
Globalisasi perdagangan dunia yang salah satunya ditandai dengan eraperdagangan ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area) tahun 2010 membawadampak pada terciptanya suatu kondisi industri yang semakin luas dan kompetitifpada negara-negara yang tergabung dalam bagian perdagangan tersebut.Penghapusan berbagai hambatan perdagangan, seperti tarif dan non-tarif, proteksi,serta peraturan-peraturan lain yang dinilai menghambat masuknya arus investasiasing merupakan ancaman besar bagi perusahaan pada industri dalam negeri. Disisi lain, kondisi tersebut sekaligus merupakan peluang besar bagi perusahaanuntuk memasuki pasar ekspor luar negeri. Salah satu industri di Indonesia yangtelah berkontribusi bagi PDB Indonesia serta telah memanfaatkan peluang ekspordi pasar luar negeri adalah sub-sektor kehutanan.
Perum Perhutani merupakan salah satu badan usaha milik negara (BUMN)yang bergerak dalam industri kehutanan Indonesia. Perum Perhutani dituntutuntuk memerankan tiga fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi, sosial, danekologi. Pengelolaan sumberdaya hutan di Perum Perhutani secara garis besarterbagi ke dalam dua kelas perusahaan (KP), yaitu KP Jati dan KP Rimba. Hutanyang dikelola umumnya didominasi KP Jati 1.240.558 hektar (50,73 persen).Sejak tahun 2005, sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Direksi Perum PerhutaniNomor : 554/Kpts/Dir/2005 tanggal 26 September 2005 tentang StrukturOrganisasi Perum Perhutani telah didirikan Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM)Pemasaran Kayu Perum Perhutani yang bertanggung jawab terhadappenyelenggaraan pengelolaan usaha bisnis perusahaan secara mandiri untukmeningkatkan pendapatan perusahaan dengan inti pemasaran kayu.
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Perum Perhutani KBMPemasaran Kayu I Cirebon, yaitu Kabupaten Indramayu, Kuningan, Majalengka,Sumedang, Tasikmalaya, Garut, dan Ciamis. Waktu penelitian dilaksanakanselama bulan Maret 2010 sampai bulan Mei 2010. Teknik yang dipakai dalampenentuan sampel yaitu teknik non-probability sampling. Penentuan sampel atauresponden internal dilaksanakan dengan menggunakan cara purposive samplingdengan pertimbangan bahwa responden yang dimaksud memiliki kemampuan danwewenang dalam merumuskan kebijakan termasuk strategi pemasaranperusahaan, sedangkan responden eksternal terdiri atas satu orang ahli di bidangstrategi pemasaran ditambah dengan 30 responden konsumen pembeli kayubundar jati yang dikelompokkan (cluster random sampling) berdasarkan saluranmekanisme penjualan. Perincian formulasi strategi terdiri atas tahap pengumpulandata (Matriks IFE dan EFE), tahap analisis (Matriks IE dan SWOT, dan tahappengambilan keputusan (Matriks QSP).
Identifikasi terhadap faktor-faktor internal KBM Pemasaran Kayu ICirebon menunjukkan kekuatan dan kelemahan KBM Pemasaran Kayu I Cirebonyang dapat mempengaruhi kegiatan pemasarannya. Faktor kekuatan KBMPemasaran Kayu I Cirebon, yaitu kayu bundar jati memiliki jaminan legalitas,
iv
letak KBM Pemasaran Kayu I Cirebon strategis, kemampuan bermitra denganstakeholder, memiliki SOP dalam pemasaran kayu bundar jati, dan memilikiberbagai jenis kualitas kayu bundar jati yang tersegmentasi, sedangkan faktorkelemahan KBM Pemasaran Kayu I Cirebon, yaitu belum adanya visi dan misikhusus KBM Pemasaran Kayu I Cirebon, birokrasi yang panjang, harga kayubundar jati relatif tinggi, sarana dan prasarana TPK/TPn/TPKh masih buruk, danspesifikasi kayu bundar jati yang dipasarkan kurang sesuai dengan permintaanpasar.
Identifikasi terhadap faktor-faktor eksternal yang mempengaruhipemasaran produk kayu bundar jati menghasilkan faktor peluang dan ancamanyang dihadapi oleh KBM Pemasaran Kayu I Cirebon. Faktor peluang KBMPemasaran Kayu I Cirebon, yaitu sertifikasi ekolabel kayu di Indonesia, regulasiyang mengatur, permintaan kayu bundar jati yang tinggi, perkembangan teknologie-market, dan globalisasi perdagangan dunia, sedangkan faktor ancaman yangdihadapi oleh KBM Pemasaran Kayu I Cirebon, yaitu kurs nilai tukar mata uang,banyaknya produk substitusi, luas hutan jati yang semakin berkurang, adanyakebijakan regulator berupa rescoring, dan kayu bundar jati yang dijual olehpesaing.
Matriks IFE KBM Pemasaran Kayu I Cirebon menghasilkan total nilaitertimbang sebesar 2,756. Sedangkan, matriks EFE KBM Pemasaran Kayu ICirebon menghasilkan total nilai tertimbang sebesar 3,233. Hal tersebut dapatdiartikan bahwa KBM Pemasaran Kayu I Cirebon memiliki kemampuan rata-ratadalam memanfaatkan kekuatan dan meminimalkan kelemahan, serta memilikikemampuan yang tinggi untuk memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman.Dengan demikian, posisi KBM Pemasaran Kayu I Cirebon dalam matriks IEadalah pada sel II, yaitu pada posisi grow and build (tumbuh dan berkembang).Oleh sebab itu, strategi yang cocok untuk posisi tersebut adalah strategi intensifatau strategi integratif. Analisis SWOT KBM Pemasaran Kayu I Cirebonmenghasilkan enam alternatif strategi yang berkaitan dengan posisi perusahaandalam matriks IE.
Urutan prioritas strategi KBM Pemasaran Kayu I Cirebon berdasarkananalisis QSPM secara beurutan mulai dari urutan prioritas pertama hingga urutanprioritas terakhir adalah meningkatkan pelayanan pemasaran dengan nilai STASsebesar 6,393, memperluas pangsa pasar dengan nilai STAS sebesar 6,024,meningkatkan kualitas kayu bundar jati sesuai permintaan pasar dengan nilaiSTAS sebesar 5,999, meningkatkan efisiensi biaya dan produktivitas kayu bundarjati dengan nilai STAS sebesar 5,705, mengoptimalkan perencanaan pemasarandengan nilai STAS sebesar 5,684, dan prioritas staretgi yang terakhir adalahmeningkatkan manajemen organisasi berorientasi pemasaran dengan nilai STASsebesar 5,216.
v
STRATEGI PEMASARAN KAYU BUNDAR JATI (Tectona grandis)PADA PERUM PERHUTANI KBM PEMASARAN KAYU I
CIREBON JAWA BARAT
DHIDA PRAJA SUKMAWANH34061998
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untukmemperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNISFAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR
2010
vi
Judul Skripsi : Strategi Pemasaran Kayu Bundar Jati (Tectona grandis)pada Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu I CirebonJawa Barat
Nama : Dhida Praja Sukmawan
NIM : H34061998
Disetujui,Pembimbing
Ir. Juniar Atmakusuma, MSNIP. 19530104 197903 2 001
DiketahuiKetua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan ManajemenInstitut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MSNIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
vii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Strategi
Pemasaran Kayu Bundar Jati (Tectona grandis) pada Perum Perhutani KBM
Pemasaran Kayu I Cirebon Jawa Barat” adalah karya sendiri dan belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka
di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Maret 2010
Dhida Praja SukmawanH34061998
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Rembang pada tanggal 17 Desember 1988. Penulis
adalah anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Ir. H. Adam
Sukmara dan Ibu Hj. Yunani.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Jatiasih 03 Bekasi
pada tahun 2000 dan pendidikan lanjutan tingkat pertama di SLTP Negeri 9
Bekasi pada tahun 2003. Pendidikan menengah atas diselesaikan di SMA Negeri 2
Bekasi pada tahun 2006.
Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui
Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2006. Penulis memasuki
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada tahun 2007
melalui seleksi umum mayor minor yang dilakukan terhadap seluruh mahasiswa
IPB angkatan 43. Selama mengikuti pendidikan di IPB, penulis aktif
berorganisasi. Beberapa pengalaman organisasi yang pernah diikuti, yaitu Badan
Eksekutif Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama angkatan 43 IPB sebagai Ketua
Departemen Kewirausahaan periode tahun 2006-2007, Himpunan Profesi
Mahasiswa Peminat Agribisnis sebagai Wakil Ketua periode tahun 2008-2009 dan
sebagai Ketua periode tahun 2009-2010, serta Perhimpunan Organisasi Profesi
Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Indonesia sebagai anggota periode tahun
2008-2010. Penulis juga aktif mengikuti berbagai kepanitiaan baik sebagai ketua
pelaksana, koordinator divisi, maupun anggota divisi.
Berbagai prestasi dalam bidang akademik pernah diraih oleh penulis,
diantaranya yaitu Juara I Tingkat Nasional Lomba Karya Tulis Ilmiah Gebyar
Ekonomi yang diadakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) pada tahun 2009. Selain itu, penulis
merupakan penerima beasiswa Bantuan Khusus Mahasiswa dari Institut Pertanian
Bogor pada tahun 2010. Di sela-sela waktunya, penulis juga menjadi asisten
praktikum mata kuliah Ekonomi Umum selama empat semester.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Pemasaran Kayu
Bundar Jati (Tectona grandis) pada Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu I
Cirebon Jawa Barat”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan
internal dan eksternal yang mempengaruhi pemasaran, merumuskan strategi
pemasaran, dan menentukan urutan prioritas strategi yang dapat direkomdasikan
serta diterapkan dalam pemasaran produk kayu bundar jati Perum Perhutani KBM
Pemasaran Kayu I Cirebon.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan, baik dari aspek
teknis penulisan maupun substansi karena keterbatasan dan kendala yang
dihadapi. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun ke arah penyempurnaan sehingga penulis dapat menyusun penelitian
yang lebih baik di masa mendatang sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Kekurangan-kekurangan maupun kesalahan-kesalahan yang terdapat di dalam
skripsi ini juga dapat dijadikan pembelajaran oleh peneliti yang menjadikan
skripsi ini sebagai referensi agar kekurangan maupun kesalahan tersebut tidak
terulang lagi.
Bogor, Maret 2010
Dhida Praja Sukmawan
x
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyelesaian skripsi ini juga tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai
bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih
dan penghargaan kepada:
1. Ir. Juniar Atmakusuma, MS selaku dosen pembimbing skripsi atas
bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis
selama proses pra-penelitian hingga penyusunan skripsi.
2. Ir. Suharno, MAdev selaku dosen penguji utama dalam ujian skripsi penulis
atas kesediaan, pertanyaan, kriktik membangun, dan masukan yang berharga
bagi perbaikan skripsi penulis.
3. Dra. Yusalina, MSi selaku dosen penguji dari Komisi Akademik dalam ujian
skripsi penulis atas kesediaan, pertanyaan, kritik membangun, dan masukan
yang berharga bagi perbaikan skripsi penulis.
4. Eva Yolynda Aviny, SP, MM yang telah menjadi pembimbing akademik atas
bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada
penulis.
5. Orang tua tercinta (Ir. H. Adam Sukmara dan Hj. Yunani), saudara kandung
tersayang (Gema Putra Manggala, Aulia Kartika Putri, dan Yuniar Puspita
Sari), dan Meutia Utami untuk setiap dukungan, kasih sayang, dan doa yang
diberikan. Semoga ini bisa menjadi salah satu persembahan terbaik.
6. Pihak Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu I Cirebon (Dr. Ir. Achmad
Fachrodji, MM, Ir. Agus Dwi Nurjanto, MM, Ir. H. Adam Sukmara, Otong
Sutisna, SE, dan Sudaryana) sebagai responden penelitian atas penerimaan,
waktu, kesempatan, informasi, dan seluruh bantuan yang diberikan untuk
kelancaran proses penelitian.
7. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS, Ir. Dwi Rachmina, MSi, Dra. Yusalina, MSi,
Feryanto William Karo-karo, SP, dan seluruh dosen Departemen Agribisnis
atas pembelajaran keorganisasian, kepemimpinan, komunikasi, kordinasi, dan
administrasi Hipma 2009-2010.
8. Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan beasiswa Bantuan Khusus
Mahasiswa kepada penulis.
xi
9. Staf pelayanan akademik yang telah membantu penulis dalam urusan
administrasi serta seluruh staf Departemen Agribisnis.
10. Tiara Aulia Pradhina yang telah meluangkan waktu dan menyumbangkan
pikiran melalui pertanyaan, kritik, serta saran yang diberikan saat menjadi
pembahas seminar penulis.
11. Keluarga besar pasangan H. R. Rico Irfan Affiano dan Hj. Ida Yuliana Alka
karena telah berkenan memberikan tempat tinggal selama penulis menempuh
kuliah di IPB.
12. Teman-teman seperjuangan Sonic IPB (Bayu Cahyo Nugroho, Rido
Monthazeri, Yudhi Romansyah, Kusuma Ratih, Belinda Bunga Nagara, dan
Destya Kusuma Ariani) atas keceriaan, dukungan, dan doa yang diberikan.
13. Seluruh pengurus Hipma 2008-2009 dan 2009-2010 (Khususnya Hata, Ine,
Novi, Evy K, Leni, Ribut, Mayasari, Feby, Elva, Rozak, Ray, Syura, dan
Ridy) untuk pelajaran, kasih sayang, pengertian, dan dukungannya.
14. Teman-teman minor Matematika Keuangan dan Aktuaria (Ichfani, Meilina,
Wahyu, dan Hendra) atas semangat satu minor.
15. Seluruh teman-teman dan keluarga besar mahasiswa Departemen Agribisnis
angkatan 43 atas kebersamaan, kenangan, semangat, kasih sayang, dan
kekompakan kita selama penelitian sampai penulisan skripsi, serta mahasiswa
AGB 41, AGB 42, AGB 44, dan AGB 45.
16. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas
bantuannya.
Bogor, Maret 2010
Dhida Praja Sukmawan
xii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xvii
I PENDAHULUAN ................................................................... 11.1 Latar Belakang .............................................................. 11.2 Perumusan Masalah ....................................................... 41.3 Tujuan ............................................................................ 81.4 Manfaat .......................................................................... 81.5 Ruang Lingkup .............................................................. 9
II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 102.1 Kayu Bundar Jati ........................................................... 102.2 Perum Perhutani ............................................................ 11
2.2.1 Kesatuan Bisnis Mandiri Pemasaran Kayu ...... 122.3 Penelitian Terdahulu ..................................................... 13
III KERANGKA PEMIKIRAN .................................................. 153.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ........................................ 15
3.1.1 Definisi Strategi ................................................ 153.1.2 Manajemen Strategi .......................................... 163.1.3 Konsep Pemasaran ............................................ 173.1.4 Strategi Pemasaran ................................ .......... 213.1.5 Definisi Visi dan Misi ....................................... 213.1.6 Analisis Lingkungan Perusahaan ...................... 22
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional .................................. 29
IV METODE PENILITAN ......................................................... 324.1 Lokasi dan Waktu .......................................................... 324.2 Metode Penentuan Sampel ............................................ 324.3 Desain Penelitian ........................................................... 324.4 Data dan Instrumentasi .................................................. 334.5 Metode Pengumpulan Data ........................................... 334.6 Metode Pengolahan Data .............................................. 344.7 Definisi Operasional ...................................................... 35
V DESKRIPSI KBM PEMASARAN KAYU I CIREBON ..... 435.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ........................ 435.2 Lokasi dan Keadaan Perusahaan ................................... 455.3 Visi dan Misi Perusahaan .............................................. 465.4 Struktur Organisasi Perusahaan .................................... 47
VI ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN ...................... 486.1 Analisis Lingkungan Internal ........................................ 48
6.1.1 Aspek Sumberdaya Manusia ............................ 486.1.2 Aspek Produksi dan Operasi ............................. 49
xiii
6.1.3 Aspek Pemasaran .............................................. 506.1.4 Aspek Keuangan ............................................... 606.1.5 Aspek Manajemen ............................................ 616.1.6 Aspek Penelitian dan Pengembangan ............... 62
6.2 Analisis Lingkungan Eksternal ..................................... 636.2.1 Lingkungan Jauh ............................................... 636.2.2 Lingkungan Industri ......................................... 72
VII PERUMUSAN STRATEGI PEMASARAN ......................... 797.1 Tahap Pengumpulan Data (Input Stage) ....................... 79
7.1.1 Identifikasi Faktor Internal ............................... 797.1.2 Identifikasi Faktor Eksternal ............................ 827.1.3 Matriks IFE ....................................................... 867.1.4 Matriks EFE ...................................................... 88
7.2 Tahap Pencocokan (Matching Stage) ............................ 907.2.1 Matriks IE ......................................................... 907.2.2 Matriks SWOT ................................................. 92
7.3 Tahap Keputusan (Decision Stage) ............................... 967.3.1 Matriks QSP ..................................................... 96
VIII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 988.1 Kesimpulan .................................................................... 988.2 Saran .............................................................................. 99
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 101
LAMPIRAN ......................................................................................... 103
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Kontribusi (Share) Subsektor Kehutanan dalamPembentukan PDB Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008-2009 (dalam persen) ............................................................... 1
2. Kawasan Hutan Negara Wilayah Kerja Perum PerhutaniTahun 2009 ............................................................................ 2
3. Luas per Masing-Masing Kelas Perusahaan di PerumPerhutani Tahun 2009 ............................................................ 3
4. Data Penjualan Kayu di KBM Pemasaran Kayu I CirebonTahun 2009 ............................................................................ 4
5. Data Persediaan Kayu di KBM Pemasaran Kayu I CirebonTahun 2009 ............................................................................ 5
6. Klasifikasi Tanaman Jati ........................................................ 10
7. Data Penelitian Terdahulu ...................................................... 14
8. Daftar Responden Internal Perum Perhutani KBMPemasaran Kayu I Cirebon, Jawa Barat Tahun 2010 ............ 33
9. Daftar Responden Eksternal Perum Perhutani KBMPemasaran Kayu I Cirebon, Jawa Barat Tahun 2010 ............ 34
10. Penilaian Bobot Faktor Internal Perusahaan .......................... 36
11. Penilaian Bobot Faktor Eksternal Perusahaan ....................... 36
12. Bentuk Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) ................ 38
13. Bentuk Matriks EFE (External Factor Evaluation) .............. 38
14. Bentuk Matriks SWOT .......................................................... 40
15. Bentuk Matriks QSP (Quantitative Strategic Planning) ....... 42
16. Data Sumberdaya Manusia Pegawai KBM PemasaranKayu I Cirebon Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun2010 ........................................................................................ 49
17. Spesifikasi Produk Kayu Bundar Jati di Pemasaran Kayu ICirebon Tahun 2010 .............................................................. 53
18. Perkembangan Ekspor dan Impor Hasil Hutan IndonesiaTahun 2003-2008 ................................................................... 68
19. Deforestasi Tujuh Pulau Besar di Indonesia Tahun 2001-2005 ........................................................................................ 70
20. Beberapa Daftar Perusahaan yang Menjual Kayu BundarJati di Pulau Jawa Tahun 2009 .............................................. 75
xv
21. Perbandingan Harga Rata-rata Produk Subsitusi KayuBundar Jati Tahun 2009 ......................................................... 77
22. Matriks IFE KBM Pemasaran Kayu I Cirebon ...................... 87
23. Matriks EFE KBM Pemasaran Kayu I Cirebon ..................... 88
24. Matriks SWOT KBM Pemasaran Kayu I Cirebon ................ 95
25. Hasil QSPM KBM Pemasaran Kayu I Cirebon ..................... 97
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Persentase Penjualan Kayu Bundar di KBM PemasaranKayu I Cirebon Tahun 2009 .................................................. 5
2. Harga Jual Rata-rata Kayu Bundar Jati KBM PemasaranKayu I Cirebon Tahun 2006-2009 ......................................... 6
3. Volume Penjualan Kayu Bundar Jati KBM PemasaranKayu I Cirebon Tahun 2006-2009 ......................................... 7
4. Langkah-langkah Segmenting, Targeting, and Positioning(STP) ...................................................................................... 18
5. Bagan Bauran Pemasaran (Marketing Mix) ........................... 19
6. Kekuatan-kekuatan yang Mempengaruhi PersainganIndustri ................................................................................... 26
7. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian StrategiPemasaran Kayu Bundar Jati (Tectona grandis) pada KBMPemasaran Kayu I Cirebon Jawa Barat .................................. 31
8. Bentuk Matriks Internal-Eksternal (IE) ................................. 39
9. Peta Wilayah Kerja KBM Pemasaran Kayu I Cirebon .......... 44
10. Prosedur Pemasaran Kayu Bundar Jati .................................. 50
11. Saluran Distribusi Penjualan Kayu Bundar Jati di KBMPemasaran Kayu I Cirebon .................................................... 54
12. Mekanisme Penjualan Kayu Bundar Jati di KBMPemasaran Kayu I Cirebon .................................................... 55
13. Kurs Mata Uang Rupiah Terhadap Dollar Tahun2006-2009 .............................................................................. 66
14. Tingkat Inflasi Indonesia Tahun 2006-2009 .......................... 67
15. Bentuk Matriks Internal-Eksternal (IE) KBM PemasaranKayu I Cirebon ....................................................................... 91
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Data Nilai, Volume, dan Sisa Penjualan Kayu Bundar diKBM Pemasaran Kayu I Cirebon Tahun 2006-2009 ............. 104
2. Data Populasi Pembeli Kayu Bundar Jati di KBMPemasaran Kayu I Cirebon Tahun 2006-2009 ....................... 105
3. Daftar Nama Responden Pembeli Kayu Bundar Jati diKBM Pemasaran Kayu I Cirebon .......................................... 106
4. Struktur Organisasi Perum Perhutani KBM PemasaranKayu Unit III Jawa Barat dan Banten .................................... 108
5. Struktur Organisasi KBM Pemasaran Kayu I Cirebon,Jawa Barat .............................................................................. 109
6. Uraian Tugas, Tanggung Jawab, dan Wewenang PejabatKBM Pemasaran Kayu I Cirebon .......................................... 110
7. Prosedur Pemasaran Kayu Bundar Jati di KBM PemasaranKayu I Cirebon ....................................................................... 116
8. Pengelompokan KPH Asal Kayu ........................................... 120
9. Harga Jual Dasar Kayu Bundar Jati Perum PerhutaniTahun 2010 ............................................................................ 121
10. Alur Pengajuan Sertifikasi Ekolabel Hutan di ForestStewardship Council (FSC) ................................................... 134
11. Hasil Pemberian Rating Faktor Internal ................................ 135
12. Hasil Pemberian Rating Faktor Eksternal .............................. 136
13. Hasil Pembobotan Faktor Internal Responden 1 ................... 137
14. Hasil Pembobotan Faktor Internal Responden 2 ................... 138
15. Hasil Pembobotan Faktor Internal Responden 3 ................... 139
16. Hasil Pembobotan Faktor Internal Rata-rata .......................... 140
17. Hasil Pembobotan Faktor Eksternal Responden 1 ................. 141
18. Hasil Pembobotan Faktor Eksternal Responden 2 ................. 142
19. Hasil Pembobotan Faktor Eksternal Responden 3 ................. 143
20. Hasil Pembobotan Faktor Eksternal Rata-rata ....................... 144
21. Nilai IFE Matriks IE KBM Pemasaran Kayu I Cirebon ........ 145
22. Nilai EFE Matriks IE KBM Pemasaran Kayu I Cirebon ....... 146
23. Hasil Attractiveness Score Responden 1 ............................... 147
24. Hasil Attractiveness Score Responden 2 ............................... 148
xviii
25. Hasil Attractiveness Score Responden 3 ............................... 148
26. Hasil Attractiveness Score Rata-rata ...................................... 150
27. Hasil Total Attractiveness Score KBM Pemasaran Kayu ICirebon ................................................................................... 151
28. Data Hasil Kuisioner Responden Konsumen ......................... 152
29. Foto Dokumentasi .................................................................. 155
1
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Globalisasi perdagangan dunia yang salah satunya ditandai dengan era
perdagangan ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area) tahun 2010 membawa
dampak pada terciptanya suatu kondisi industri yang semakin luas dan kompetitif
pada negara-negara yang tergabung dalam bagian perdagangan tersebut.
Penghapusan berbagai hambatan perdagangan, seperti tarif dan non-tarif, proteksi,
serta peraturan-peraturan lain yang dinilai menghambat masuknya arus investasi
asing merupakan ancaman besar bagi perusahaan pada industri dalam negeri. Di
sisi lain, kondisi tersebut sekaligus merupakan peluang besar bagi perusahaan
untuk memasuki pasar ekspor luar negeri.
Salah satu industri di Indonesia yang telah berkontribusi bagi PDB
Indonesia serta telah memanfaatkan peluang ekspor di pasar luar negeri adalah
sub-sektor kehutanan (Tabel 1).
Tabel 1. Kontribusi (Share) Subsektor Kehutanan dalam Pembentukan PDBAtas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008-2009 (dalam persen)
Lapangan Usaha
Tahun
2007* 2008** 2009***
Jumlah JumlahTriwulan
I II III
Subsektor Kehutanan 0,91 0,81 0,73 0,84 0,81Sektor Pertanian, Peternakan,Kehutanan, dan Perikanan
13,71 14,40 15,64 15,57 16,30
Produk Domestik Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
PDB Tanpa Migas 89,45 89,35 92,76 92,84 92,46Catatan: Subsektor kehutanan hanya mencakup produk kehutanan dalam bentuk dasar, sepertikayu bundar (log), kayu bakar, rotan, bambu, dan lain-lain, sedangkan produk olahan lebih lanjuthasil hutan tercakup dalam PDB Sektor Industri Pengolahan.
Keterangan:* Angka sementara ** Angka sangat sementara *** Angka sangat sangat sementara
Sumber: Badan Pusat Statistik diacu dalam Eksekutif Data Strategis Kehutanan (2009), diolah
Perum Perhutani merupakan salah satu badan usaha milik negara (BUMN)
yang bergerak dalam industri kehutanan Indonesia. Perusahan ini memiliki
wilayah kerja yang meliputi kawasan hutan negara yang terdapat di wilayah
2
Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur, dan Provinsi Jawa Barat dan Banten
dengan luas total 2.426.206 hektar (Tabel 2).
Tabel 2. Kawasan Hutan Negara Wilayah Kerja Perum Perhutani Tahun 2009
Unit Kerja ProvinsiHutan
Produksi(Ha)
HutanLindung
(Ha)
Total Luas*)(Ha)
Unit I Jawa Tengah 546.290 84.430 630.720Unit II Jawa Timur 809.959 326.520 1.136.479
Unit IIIJawa BaratBanten
349.64961.406
230.70817.244
580.35778.650
Jumlah 1.767.304 658.902 2.426.206Keterangan:*) = Luas tersebut tidak termasuk kawasan hutan suaka alam dan wisata yang dikelola oleh
Ditjen PHPA Departemen Kehutanan
Sumber: Perum Perhutani (2010)
Perum Perhutani sebagai BUMN yang berbentuk perusahaan umum,
dituntut untuk memerankan tiga fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi, sosial,
dan ekologi. Perusahaan ini sebagai aset pemerintah diharapkan mampu
memberikan kontribusi yang berarti bagi pemasukan negara. Di sisi lain,
perusahaan juga dituntut untuk mendukung pengembangan usaha kerakyatan,
khususnya bagi masyarakat di sekitar hutan. Perum Perhutani sebagai pengelola
hutan negara di Pulau Jawa dan Madura memiiki tanggung jawab untuk menjaga
keseimbangan ekosistem pada wilayah yang dikelolanya yang sesuai dengan salah
satu misi Perum Perhutani untuk menuju Pengelolaan Hutan Lestari (PHL)1.
Pengelolaan sumberdaya hutan di Perum Perhutani secara garis besar
terbagi ke dalam dua kelas perusahaan (KP), yaitu KP Jati dan KP Rimba. Hutan
yang dikelola umumnya didominasi KP Jati 1.240.558 hektar (50,73 persen) dan
KP Pinus 859.300 hektar (35,14 persen). Perincian luas per masing-masing kelas
perusahaan dapat dilihat pada Tabel 3.
1 [Anonimus]. 2010. Profil Perum Perhutani.http://www.perumperhutani.com/index.php?option=com_content&task=view&id=12&Itemid=29.[19 Pebruari 2010].
3
Tabel 3. Luas per Masing-Masing Kelas Perusahaan di Perum Perhutani Tahun2009
No. Jenis Kelas Perusahaan Luas (Ha)Persentase
(%)1 Jati (Tectona grandis) 1.240.588 50,732 Pinus (Pinus merekusii) 859.300 35,143 Mahoni (Swietenia mahagoni) 102.842 4,214 Damar (Agathis sp) 100.896 4,135 Kayu Putih (Cajuput sp) 18.211 0,746 Sengon (Paraserianthes falcataria) 9.991 0,417 Meranti (Shorea sp) 13.860 0,578 Akasia (Acacia mangium) 22.485 0,929 Sonokeling (Dalbergia latifolia) 22.955 0,94
10 Kesambi/Indian lactree (Schleicera oleosa) 3.443 0,1411 Payau/Brackish tree 50.684 2,07
Total 2.445.225 100,00Sumber: Perum Perhutani (2010)
Perum Perhutani dalam menjalankan fungsi ekonominya, sejak tahun 2005
sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Direksi Perum Perhutani Nomor :
554/Kpts/Dir/2005 tanggal 26 September 2005 tentang Struktur Organisasi Perum
Perhutani telah mendirikan Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Pemasaran Kayu
Perum Perhutani yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pengelolaan
usaha bisnis perusahaan secara mandiri untuk meningkatkan pendapatan
perusahaan dengan inti pemasaran kayu. KBM Pemasaran Kayu III Jawa Barat
memiliki dua KBM Pemasaran Kayu, yaitu KBM Pemasaran Kayu I Cirebon dan
KBM Pemasaran Kayu II Bogor. KBM Pemasaran Kayu I Cirebon memiliki
wilayah kerja yang terdiri atas tujuh kesatuan pemangkuan hutan (KPH), yaitu
Ciamis, Garut, Indramayu, Majalengka, Sumedang, Kuningan, dan Tasikmalaya.
Sebagai salah satu unit pemasaran yang dimiliki oleh Perum Perhutani, KBM
Pemasaran Kayu I Cirebon juga harus menerapkan sistem Perhutani Customer
Care yang sedang difokuskan oleh pemasaran Perum Perhutani, seperti layanan
lelang e-market dan transaksi perdagangan langsung di tempat pelanggan guna
meningkatkan kepuasan konsumen, sehingga diperlukan perkembangan strategi
pemasaran yang akan direkomendasikan kepada Perum Perhutani KBM
Pemasaran Kayu I Cirebon sebagai salah satu unit pemasaran Perum Perhutani.
4
1.2 Perumusan Masalah
KBM Pemasaran Kayu I Cirebon merupakan salah satu KBM milik Perum
Perhutani yang memiliki tanggung jawab terhadap penyelenggaraan pengelolaan
usaha bisnis perusahaan secara mandiri untuk meningkatkan pendapatan
perusahaan dengan inti pemasaran kayu di wilayah Ciamis, Garut, Tasikmalaya,
Kuningan, Sumedang, Majalengka, dan Indramayu. Adapun beberapa jenis kayu
yang dipasarkan di KBM Pemasaran Kayu I Cirebon antara lain adalah kayu
bundar jati, pinus, mahoni, puspa, agathis, sonokeling, sonobrit, sengon, accor
mangium, maesopsis, rasamala, accor, johar, jabon, dan kayu rimba lainnya
(Tabel 4).
Tabel 4. Data Penjualan Kayu di KBM Pemasaran Kayu I Cirebon Tahun 2009
No. Jenis KayuJumlah
m3 Rp1 Jati 55.809 127.369.276.7222 Pinus 16.145 10.317.431.6763 Mahoni 15.585 13.162.983.1384 Agathis 0 05 Sonokeling 70 79.771.7046 Sonobrit 328 203.030.8417 Sengon 346 97.488.4858 Accor Mangium 1.785 773.525.8329 Maesopsis 114 41.502.031
10 Rasamala 4 2.232.18711 Accor 290 118.153.28112 Johar 408 107.536.90613 Puspa 104 47.136.10314 Jabon 0 015 Rimba Lain 1.956 842.179.483
Total 92.944 153.517.942.388Sumber: Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu I Cirebon (2010), diolah
Adapun persediaan kayu yang dimiliki oleh KBM Pemasaran Kayu I
Cirebon dapat dilihat pada Tabel 5.
5
Tabel 5. Data Persediaan Kayu di KBM Pemasaran Kayu I Cirebon Tahun2009
No. Jenis KayuPersediaanAwal (m3)
Pengoperan(m3)
Pengurangan(m3)
PersedianSiap Jual
(m3)1 Jati 60.492 1.195 466 58.8312 Pinus 16.145 0 0 16.1453 Mahoni 17.175 0 1.491 15.6844 Agathis 0 0 0 05 Sonokeling 80 8 0 726 Sonobrit 827 344 0 4837 Sengon 346 0 0 3468 Accor Mangium 1.785 0 0 1.7859 Maesopsis 114 0 0 114
10 Rasamala 4 0 0 411 Accor 290 0 0 29012 Johar 409 0 0 40913 Puspa 104 0 0 10414 Jabon 0 0 0 015 Rimba Lain 1.961 0 0 1.961
Total 99.732 1.547 1.957 96.228Sumber: Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu I Cirebon (2010), diolah
Data penjualan kayu pada Tabel 5 menunjukkan kayu bundar jati
menempati urutan penjualan pertama dengan kontribusi sebesar 83,16 persen dari
total penjualan kayu di KBM Pemasaran Kayu I Cirebon (Gambar 1).
Gambar 1. Persentase Penjualan Kayu Bundar di KBM Pemasaran Kayu ICirebon Tahun 2009Sumber: Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu I Cirebon (2010), diolah
6,74%
8,59%
Persentase Penjualan Kayu Bundar di KBM Pemasaran ICirebon Tahun 2009
5
Tabel 5. Data Persediaan Kayu di KBM Pemasaran Kayu I Cirebon Tahun2009
No. Jenis KayuPersediaanAwal (m3)
Pengoperan(m3)
Pengurangan(m3)
PersedianSiap Jual
(m3)1 Jati 60.492 1.195 466 58.8312 Pinus 16.145 0 0 16.1453 Mahoni 17.175 0 1.491 15.6844 Agathis 0 0 0 05 Sonokeling 80 8 0 726 Sonobrit 827 344 0 4837 Sengon 346 0 0 3468 Accor Mangium 1.785 0 0 1.7859 Maesopsis 114 0 0 114
10 Rasamala 4 0 0 411 Accor 290 0 0 29012 Johar 409 0 0 40913 Puspa 104 0 0 10414 Jabon 0 0 0 015 Rimba Lain 1.961 0 0 1.961
Total 99.732 1.547 1.957 96.228Sumber: Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu I Cirebon (2010), diolah
Data penjualan kayu pada Tabel 5 menunjukkan kayu bundar jati
menempati urutan penjualan pertama dengan kontribusi sebesar 83,16 persen dari
total penjualan kayu di KBM Pemasaran Kayu I Cirebon (Gambar 1).
Gambar 1. Persentase Penjualan Kayu Bundar di KBM Pemasaran Kayu ICirebon Tahun 2009Sumber: Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu I Cirebon (2010), diolah
83,16%
6,74%
8,59% 1,51%
Persentase Penjualan Kayu Bundar di KBM Pemasaran ICirebon Tahun 2009
Jati
Pinus
Mahoni
Rimba lainnya
5
Tabel 5. Data Persediaan Kayu di KBM Pemasaran Kayu I Cirebon Tahun2009
No. Jenis KayuPersediaanAwal (m3)
Pengoperan(m3)
Pengurangan(m3)
PersedianSiap Jual
(m3)1 Jati 60.492 1.195 466 58.8312 Pinus 16.145 0 0 16.1453 Mahoni 17.175 0 1.491 15.6844 Agathis 0 0 0 05 Sonokeling 80 8 0 726 Sonobrit 827 344 0 4837 Sengon 346 0 0 3468 Accor Mangium 1.785 0 0 1.7859 Maesopsis 114 0 0 114
10 Rasamala 4 0 0 411 Accor 290 0 0 29012 Johar 409 0 0 40913 Puspa 104 0 0 10414 Jabon 0 0 0 015 Rimba Lain 1.961 0 0 1.961
Total 99.732 1.547 1.957 96.228Sumber: Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu I Cirebon (2010), diolah
Data penjualan kayu pada Tabel 5 menunjukkan kayu bundar jati
menempati urutan penjualan pertama dengan kontribusi sebesar 83,16 persen dari
total penjualan kayu di KBM Pemasaran Kayu I Cirebon (Gambar 1).
Gambar 1. Persentase Penjualan Kayu Bundar di KBM Pemasaran Kayu ICirebon Tahun 2009Sumber: Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu I Cirebon (2010), diolah
Persentase Penjualan Kayu Bundar di KBM Pemasaran ICirebon Tahun 2009
Pinus
Mahoni
Rimba lainnya
6
Data penjualan tahun 2009 pada Gambar 1 dapat dirata-ratakan harga jual
kayu bundar jati adalah sebesar Rp 2.282.232/m3. Jika dilihat dari data persedian
dan penjualan kayu di KBM Pemasaran Kayu I Cirebon, kayu bundar jati dengan
harga penjualan rata-rata Rp 2.282.232/m3 hanya terjual sebanyak 55.809 m3 dari
jumlah persediaan sebanyak 60.492 m3 dengan jumlah pengoperan sebanyak
1.195 m3 dan pengurangan sebanyak 466 m3. Dengan demikian, terdapat sisa
sebanyak 3.022 m3 kayu bundar jati yang belum terjual. Selain itu, dari data yang
didapatkan mulai dari tahun 2006 hingga 2009 terjadi kecenderungan peningkatan
harga jual rata-rata (Gambar 2).
Gambar 2. Harga Jual Rata-rata Kayu Bundar Jati KBM Pemasaran Kayu ICirebon Tahun 2006-2009Sumber: Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu I Cirebon (2010), diolah
Data yang didapatkan mulai dari tahun 2006 hingga 2009 terjadi
kecenderungan penurunan volume kayu bundar jati yang terjual di KBM
Pemasaran Kayu I Cirebon (Gambar 3).
2006 2007 2008 2009
AI Rp823.883,00 Rp836.232,00 Rp1.083.151,00 Rp1.341.456,00
AII Rp1.853.729,00 Rp1.717.598,00 Rp2.251.174,00 Rp2.658.676,00
AIII Rp3.521.904,00 Rp2.957.905,00 Rp3.330.543,00 Rp4.194.239,00
Gabungan Rp1.674.916,00 Rp1.422.769,00 Rp1.951.119,00 Rp2.382.518,00
Rp0,00Rp500.000,00
Rp1.000.000,00Rp1.500.000,00Rp2.000.000,00Rp2.500.000,00Rp3.000.000,00Rp3.500.000,00Rp4.000.000,00Rp4.500.000,00
Harg
a Ju
al R
ata-
rata
Kay
u Ja
ti
Harga Jual Rata-rata Kayu Bundar Jati di PerumPerhutani KBM Pemasaran Kayu I Cirebon
7
Gambar 3. Volume Penjualan Kayu Bundar Jati KBM Pemasaran Kayu ICirebon Tahun 2006-2009Sumber: Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu I Cirebon (2010), diolah
Pemasaran kayu di setiap KBM Pemasaran Kayu milik Perum Perhutani
selalu memiliki target-target penjualan setiap tahunnya. Sumberdaya hutan yang
terbatas pada tujuh Kesatuan pemangkuan hutan (KPH) serta merujuk pada salah
satu misi Perum Perhutani yang memiliki prinsip Pengelolaan Hutan Lestari dan
daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS), maka terjadi trade off antara peraturan
yang menginginkan kelestarian hutan dengan target penjualan kayu yang
ditetapkan. Oleh sebab itu, diperlukan suatu strategi pemasaran yang baik agar
dapat mengatasi permasalahan tersebut serta untuk memaksimalkan pemasukan
pendapatan penjualan kayu tetapi tetap dapat meminimalisasi kerusakan hutan
lestasi.
Namun dari berbagai kendala tersebut, menunjukkan bahwa pemasaran
produk kayu bundar jati dipengaruhi oleh keadaan internal dan eksternal
perusahaan sehingga perkembangan strategi pemasaran fungsional yang
diturunkan dari strategi korporat yang telah ditetapkan menjadi suatu rekomendasi
kepada KBM Pemasaran Kayu I Cirebon agar sebaiknya mempertimbangkan
keadaan internal dan eksternal perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, maka
rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah:
53.357
0
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000Vo
lum
e Pe
njua
lan
(M3)
Volume Penjualan Kayu Bundar Jati di Perum PerhutaniKBM Pemasaran Kayu I Cirebon
7
Gambar 3. Volume Penjualan Kayu Bundar Jati KBM Pemasaran Kayu ICirebon Tahun 2006-2009Sumber: Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu I Cirebon (2010), diolah
Pemasaran kayu di setiap KBM Pemasaran Kayu milik Perum Perhutani
selalu memiliki target-target penjualan setiap tahunnya. Sumberdaya hutan yang
terbatas pada tujuh Kesatuan pemangkuan hutan (KPH) serta merujuk pada salah
satu misi Perum Perhutani yang memiliki prinsip Pengelolaan Hutan Lestari dan
daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS), maka terjadi trade off antara peraturan
yang menginginkan kelestarian hutan dengan target penjualan kayu yang
ditetapkan. Oleh sebab itu, diperlukan suatu strategi pemasaran yang baik agar
dapat mengatasi permasalahan tersebut serta untuk memaksimalkan pemasukan
pendapatan penjualan kayu tetapi tetap dapat meminimalisasi kerusakan hutan
lestasi.
Namun dari berbagai kendala tersebut, menunjukkan bahwa pemasaran
produk kayu bundar jati dipengaruhi oleh keadaan internal dan eksternal
perusahaan sehingga perkembangan strategi pemasaran fungsional yang
diturunkan dari strategi korporat yang telah ditetapkan menjadi suatu rekomendasi
kepada KBM Pemasaran Kayu I Cirebon agar sebaiknya mempertimbangkan
keadaan internal dan eksternal perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, maka
rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah:
53.357
87.215
67.565
2006 2007 2008
Tahun
Volume Penjualan Kayu Bundar Jati di Perum PerhutaniKBM Pemasaran Kayu I Cirebon
7
Gambar 3. Volume Penjualan Kayu Bundar Jati KBM Pemasaran Kayu ICirebon Tahun 2006-2009Sumber: Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu I Cirebon (2010), diolah
Pemasaran kayu di setiap KBM Pemasaran Kayu milik Perum Perhutani
selalu memiliki target-target penjualan setiap tahunnya. Sumberdaya hutan yang
terbatas pada tujuh Kesatuan pemangkuan hutan (KPH) serta merujuk pada salah
satu misi Perum Perhutani yang memiliki prinsip Pengelolaan Hutan Lestari dan
daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS), maka terjadi trade off antara peraturan
yang menginginkan kelestarian hutan dengan target penjualan kayu yang
ditetapkan. Oleh sebab itu, diperlukan suatu strategi pemasaran yang baik agar
dapat mengatasi permasalahan tersebut serta untuk memaksimalkan pemasukan
pendapatan penjualan kayu tetapi tetap dapat meminimalisasi kerusakan hutan
lestasi.
Namun dari berbagai kendala tersebut, menunjukkan bahwa pemasaran
produk kayu bundar jati dipengaruhi oleh keadaan internal dan eksternal
perusahaan sehingga perkembangan strategi pemasaran fungsional yang
diturunkan dari strategi korporat yang telah ditetapkan menjadi suatu rekomendasi
kepada KBM Pemasaran Kayu I Cirebon agar sebaiknya mempertimbangkan
keadaan internal dan eksternal perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, maka
rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah:
53.568
2009
Volume Penjualan Kayu Bundar Jati di Perum PerhutaniKBM Pemasaran Kayu I Cirebon
8
1) Apa saja faktor-faktor internal dan ekstenal perusahaan yang mempengaruhi
pemasaran produk kayu bundar jati pada Perum Perhutani KBM Pemasaran
Kayu I Cirebon?
2) Bagaimana alternatif strategi pemasaran yang dapat diterapkan dalam
pemasaran produk kayu bundar jati Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu I
Cirebon berdasarkan analisis faktor-faktor internal dan eksternalnya?
3) Bagaimana urutan prioritas strategi pemasaran yang sebaiknya dilaksanakan
oleh Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu I Cirebon?
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan
dari penelitian ini yaitu:
1) Mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang
mempengaruhi pemasaran produk kayu bundar jati Perum Perhutani KBM
Pemasaran Kayu I Cirebon.
2) Merumuskan strategi pemasaran yang dapat direkomendasikan untuk
diterapkan pada produk kayu bundar jati Perum Perhutani KBM Pemasaran
Kayu I Cirebon.
3) Menentukan urutan prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran
produk kayu bundar jati Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu I Cirebon.
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini, yaitu:
1) Bagi peneliti, penelitian ini akan menambah wawasan dan kompetensi di
bidang strategi dan pemasaran agribisnis sehingga dapat menjadi bekal ketika
kelak berkecimpung dalam masyarakat khususnya di bidang agribisnis.
2) Bagi pihak Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu I Cirebon, penelitian ini
dapat menjadi bahan masukan atau rujukan bagi kegiatan pemasaran dan
penetapan strategi kebijakan produk kayu bundar jati sehingga diharapkan
dapat meningkatkan penjualan produk dan menambah keuntungan
perusahaan.
9
3) Bagi masyarakat umum, penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai
produk kayu bundar jati dan proses pemasarannya sehingga dapat menjadi
referensi nantinya.
1.5 Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis strategi bisnis dan
bauran pemasaran produk kayu bundar jati dalam kondisi internal dan eksternal
yang dihadapi Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu I Cirebon. Produk yang
diteliti strategi pemasarannya adalah produk kayu bundar jati sebagai salah satu
produk kayu yang dipasarkan oleh Perum Perhutani Pemasaran Kayu I Cirebon,
sedangkan produk jenis kayu lainnya, seperti kayu mahoni, pinus, sengon, puspa,
dan lain sebagainya tidak diteliti. Perumusan strategi dan keadaan internal dan
eksternal perusahaan berdasarkan keadaan perusahaan saat ini. Rumusan strategi
yang baru dapat membuat Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu I Cirebon
dapat mencapai tujuannya.
Penelitian ini merupakan tahapan strategi fungsional di bidang pemasaran
pada Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu I Cirebon yang merupakan
pengembangan dari strategi korporat di bidang pemasaran yang telah ditentukan
oleh Perum Perhutani sebelumnya dengan alasan adanya keterbatasan teknis pada
penelitian kali ini. Selain itu, penelitian ini terbatas pada tahap pemberian
alternatif prioritas strategi pemecahan masalah, sedangkan aplikasi, implementasi,
dan evaluasi diserahkan kepada pihak manajemen Perum Perhutani KBM
Pemasaran Kayu I Cirebon. Penelitian ini juga menganalisis data berdasarkan
perspektif responden dari internal dan eksternal Perum Perhutani KBM
Pemasaran Kayu I Cirebon.
10
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kayu Bundar Jati
Kayu bundar jati merupakan kayu kelas satu karena kekuatan, keawetan
dan keindahannya. Secara teknis, kayu bundar jati memiliki kelas kekuatan I dan
kelas keawetan I. Kayu ini sangat tahan terhadap serangan rayap. Meskipun keras
dan kuat, kayu bundar jati mudah dipotong dan dikerjakan, sehingga disukai
untuk membuat furniture dan ukir-ukiran. Kayu yang diampelas halus memiliki
permukaan yang licin dan seperti berminyak. Pola-pola lingkaran tahun pada kayu
tampak jelas, sehingga menghasilkan gambaran yang indah.
Menurut Dalimunthe (2005), jati termasuk dalam famili Lamiaceae, ordo
Lamiales dengan daerah penyebarannya di Asia Tenggara, seperti Myanmar,
India, Thailand, dan Vietnam. Di Indonesia penyebarannya terutama di Pulau
Jawa, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, Maluku, dan
Lampung (Martawijaya dkk. 1995). Adapun klasifikasi tanaman jati dapat dilihat
pada Tabel 6.
Tabel 6. Klasifikasi Tanaman Jati2
Kingdom PlantaeSub-Kingdom TracheobiontaSuper-Division SpermatophytaDivision MagnoliophytaClass MagnoliopsidaSub-Class AsteridaeOrdo LamialesFamily LamiaceaeGenus TectonaSpecies Tectona grandis L. f.
Sumber: Plantamor (2010)
Kayu bundar jati memiliki beberapa karakteristik, yaitu warna kayu
terasnya berwarna kuning emas kecoklatan sampai merah kecoklatan dan mudah
dibedakan dengan kayu gubalnya berwarna putih agak keabu-abuan. Kayu bundar
jati memiliki dekoratif yang indah berkat jelasnya lingkaran tumbuh (Mandang
dan Pandit 1997).
2 [Anonimus]. 2010. Jati (Tectona grandis L. f.).http://www.plantamor.com/index.php?plant=1233. [13 Maret 2010].
11
Jati tumbuh dengan baik pada tanah yang sarang, terutama pada tanah
yang mengandung kapus. Jenis ini tumbuh di daerah dengan musim kering yang
nyata, dan pada ketinggian di bawah 700 m di atas permukaan laut. Jati tumbuh
baik di daerah beriklim tropik panas dan lembab, namun pertumbuhannya dapat
optimal bila berada pada daerah beriklim monsun dengan curah hujan antara
1.200-2.000 mm/tahun (Martawijaya dkk. 1995).
Dalam industri kayu, jati diolah menjadi venir (veneer) untuk melapisi
wajah kayu lapis mahal, serta dijadikan keping-keping parket (parquet) penutup
lantai. Selain itu, kayu bundar jati juga diekspor ke mancanegara dalam bentuk
furniture.
2.2 Perum Perhutani
Sejarah pengelolaan hutan di Pulau Jawa dan Madura dimulai sejak zaman
pemerintahan Belanda dengan perkembangan pengelolaan yang cukup panjang.
Pada masa Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Deandels, pada awal tahun 1800-
an dibangun hutan tanaman khususnya jati yang selanjutnya pada tahun 1986
mengeluarkan undang-undang kehutanan untuk daerah Jawa dan Madura. Pada
masa periode inilah pengelolaan hutan (timber management) dimulai.
Perum Perhutani menjadi badan usaha milik negara (BUMN) pada tahun
1972 berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 15 tahun 1972 dengan
wilayah kerja pada awalnya kawasan hutan negara di Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Berdasarkan PP nomor 2 tahun 1978, kawasan wilayah kerjanya diperluas
hingga kawasan hutan negara di Provinsi Jawa Barat. Perum Perhutani
mengemban tugas dan tanggung jawab pengelolaan hutan di Pulau Jawa, dengan
wilayah hutan yang dikelola seluas 2,426 juta hektar, terdiri dari hutan produksi
seluas 1,767 juta hektar dan sisanya hutan lindung.
Pada tahun 1986, Perum Perhutani mengalami penyesuaian sebagaimana
diamanatkan PP nomor 36 tahun 1986 tentang Perusahaan Umum Kehutanan
Negara (Perum Perhutani) dan disempurnakan kembali melalui penetapan PP
nomor 53 tahun 1999 tentang Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum
Perhutani). Akan tetapi, sesuai PP nomor 14 tahun 2001, Pemerintah menetapkan
Perhutani sebagai BUMN dengan bentuk Perseroan Terbatas (PT). Dengan
berbagai pertimbangan dari segala aspek, keberadaan Perhutani sebagai perseroan
12
dikembalikan menjadi perum berdasarkan PP nomor 30 tahun 2003. Dalam
operasionalnya Perum Perhutani di bawah koordinasi Kementerian Negara
BUMN dan dengan bimbingan teknis dari Departemen Kehutanan. Dalam
menjalankan tugasnya Perum Perhutani dipimpin oleh Direksi yang bertanggung
jawab atas kepengurusan perusahaan dan Dewan Pengawas yang bertugas
melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi.
Sesuai dengan SK Nomor : 17/Kpts/Dir/2009 tanggal 9 Januari 2009, visi
dan misi Perum Perhutani adalah sebagai berikut:
Visi Perum Perhutani
Menjadi pengelola hutan lestari untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Misi Perum Perhutani
1) Mengelola sumberdaya hutan dengan prinsip Pengelolaan Hutan Lestari
berdasarkan karakteristik wilayah dan daya dukung Daerah Aliran Sungai
(DAS) serta meningkatkan manfaat hasil hutan kayu dan bukan kayu,
ekowisata, jasa lingkungan, agroforestri serta potensi usaha berbasis
kehutanan lainnya guna menghasilkan keuntungan untuk menjamin
pertumbuhan perusahaan secara berkelanjutan.
2) Membangun dan mengembangkan perusahaan, organisasi serta sumberdaya
manusia perusahaan yang modern, profesional dan handal serta
memberdayakan masyarakat desa hutan melalui pengembangan lembaga
perekonomian koperasi masyarakat desa hutan atau koperasi petani hutan.
3) Mendukung dan turut berperan serta dalam pembangunan wilayah secara
regional dan nasional, serta memberikan kontribusi secara aktif dalam
penyelesaian masalah lingkungan regional, nasional, dan internasional.
2.2.1 Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Pemasaran Kayu
Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Pemasaran Kayu Perum Perhutani
dibentuk atas dasar Surat Keputusan (SK) Direksi Perum Perhutani Nomor :
554/Kpts/Dir/2005 tanggal 26 September 2005 tentang Struktur Organisasi Perum
Perhutani. Tugas dan kewenangan KBM Pemasaran Kayu adalah bertanggung
jawab terhadap penyelenggaraan pengelolaan usaha bisnis perusahaan secara
mandiri untuk meningkatkan pendapatan perusahaan dengan inti pemasaran kayu.
13
Dalam menjalankan tugasnya Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Pemasaran Kayu
dipimpin oleh seorang General Manager yang dibantu oleh beberapa orang
Manager pada setiap wilayahnya. Secara manajerial Manager bertanggung jawab
dan melapor pelaksanaan tugasnya kepada General Manager, sedangkan General
Manager bertanggung jawab dan melapor pelaksanaan tugasnya kepada Kepala
Unit.
2.3 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan judul “Strategi Pemasaran
Kayu Bundar Jati (Tectona grandis) pada Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu
I Cirebon, Jawa Barat” memiliki persamaan dengan penelitian-penelitian di atas,
yaitu mengenai strategi. Pada penelitian Pratama (2006) memiliki kesamaan pada
perusahaan yang diteliti di Perum Perhutani. Akan tetapi, perbedaannya adalah
lokasi tempat penelitian yang dilakukan, ruang lingkup tempat penelitian, dan
metode alat analisis yang digunakan menggunakan BSC sehingga manfaat yang
diperoleh untuk penelitian ini adalah gambaran umum mengenai Perum Perhutani.
Pada penelitian Siwang (2009) dan Styowati (2008) memiliki kesamaan pada alat
analisis matriks SWOT dan matriks IE serta QSPM. Perbedaannya adalah lokasi
tempat penelitian yang dilakukan dan ruang lingkup tempat penelitian sehingga
manfaat yang diperoleh untuk penelitian ini adalah mengenai konsep formulasi
strategi dengan menggunakan matriks IFE, EFE, IE, SWOT, dan QSP. Pada
penelitian Rahartanti (2009) dan Purnama (2009) memiliki kesamaan mengenai
analisis prioritas strategi pemasaran. Perbedaannya adalah lokasi tempat
penelitian yang dilakukan, ruang lingkup tempat penelitian, produk yang diteliti,
dan metode alat analisis yang digunakan menggunakan AHP serta jenis responden
yang diambil sehingga manfaat yang diperoleh untuk penelitian ini adalah
mengenai perbandingan keunggulan dan kelemahan antara penggunaan QSPM
dengan AHP bagi penelitian strategi pemasaran. Hal tersebut yang dapat
membedakan penelitian ini dengan penelitian lainnya. Pada penelitian ini yang
menjadi objek penelitian adalah kayu bundar jati pada Perum Perhutani KBM
Pemasaran Kayu I Cirebon dengan menggunakan alat analisis QSPM untuk dapat
mengetahui urutan prioritas dari beberapa alternatif strategi pemasaran yang
diperlukan oleh perusahaan (Tabel 7).
14
Tabel 7. Data Penelitian TerdahuluNama
PenulisTahun Judul Penelitian Metode Perbedaan
ArryAdityaPratama
2006
Analisis ManajemenStrategis denganPendekatan BalancedScorecare (BSC) padaPerum Perhutani, Jakarta
- SWOT- BSC
- Ruanglingkup
- Metode BSC
Dwi JuliStyowati
2008
Strategi Pemasaran MebelKayu: Studi Kasus diSentra Industri KecilPondok Bambu, JakartaTimur
- Regresi- IFE- EFE- SWOT- IE
- Lokasi- Metode
Regresi
HaryPurnama
2009
Strategi PemasaranAgrowisata Kebun BuahPlantera Fruit Paradise,Kabupaten Kendal, JawaTengah
- AHP- Lokasi- Metode
AHP
RatnaSogianSiwang
2009
Analisis StrategiPemasaran Produk SusuKuda Organik“Asambugar” UKM DianaHermawati, Parung, Bogor
- IFE- EFE- SWOT- IE- QSPM
- Lokasi
RinaYoanitaRahartanti
2009
Analisis PengambilanKeputusan PrioritasStrategi Pemasaran KopiHerbal Oriental CoffeeVitacinno pada CVAgrifamili Renanthera,Kabupaten Bogor, JawaBarat
- AHP- Lokasi- Metode
AHP
15
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1 Definisi Strategi
Menurut David (2006), strategi merupakan alat untuk mencapai sasaran
jangka panjang. Strategi dapat dikatakan sebagai sarana yang digunakan untuk
mencapai tujuan akhir. Strategi generik dibagi menjadi empat, yaitu:
1) Strategi Integrasi
Strategi ini memungkinkan perusahaan dapat mengendalikan para
distributor, pemasok, atau pesaing yang terdiri atas strategi:
a) Integrasi ke depan, yaitu memiliki atau meningkatkan kendali atas
distributor atau pengecer.
b) Integrasi ke belakang, yaitu mencoba memiliki atau meningkatkan kendali
atas perusahaan pemasok.
c) Integrasi horizontal, yaitu mencoba memiliki atau meningkatkan kendali
atas para pesaing.
2) Strategi Intensif
Strategi ini memerlukan strategi yang intensif untuk meningkatkan
posisi persaingan perusahaan dengan produk yang ada terdiri atas strategi:
a) Penetrasi pasar, yaitu mencari pangsa pasar yang lebih besar dari produk
atau jasa yang sudah ada sekarang melalui usaha pemasaran yang lebih
giat.
b) Pengembangan pasar, yaitu memperkenalkan produk atau jasa yang sudah
ada ke wilayah geografi baru.
c) Pengembangan produk, yaitu mencoba meningkatkan penjualan dengan
memperbaiki produk atau jasa yang sudah ada atau mengembangkan yang
baru.
3) Strategi Diversifikasi
Istilah diversifikasi mengacu pada sekelompok bentuk strategi yang
berbeda-beda. Hal ini dapat mengacu pada perubahan produk, pasar, atau
fungsi yang terdiri atas strategi:
a) Diversifikasi konsentrik, yaitu menambah produk atau jasa baru tetapi
masih terkait.
16
b) Diversifikasi konglomerat, yaitu menambah produk atau jasa baru yang
tidak terkait kepada pelanggan baru.
c) Diversifikasi horizontal, yaitu menambah produk atau jasa baru yang tidak
terkait kepada pelanggan yang sudah ada.
4) Strategi Divestasi
Strategi divestasi adalah strategi yang memiliki ciri-ciri utama dimana
perencana strategi bereaksi terhadap tekanan lingkungan akibat keadaan yang
memaksa yang terdiri atas strategi:
a) Rasionalisasi biaya, yaitu merestrukturisasi dengan cara mengurangi biaya
dan aset agar bisa meningkatkan penjualan dan keuntungan.
b) Divestasi, yaitu menjual suatu divisi atau bagian dari suatu organisasi
untuk meningkatkan modal yang selanjutnya digunakan untuk akuisisi
atau investasi strategis lebih lanjut.
c) Likuidasi, yaitu menjual semua aset sebuah perusahaan secara bertahap
sesuai dengan nilai nyata aset tersebut.
3.1.2 Manajemen Strategi
Pearce dan Robinson (2009), manajemen strategi adalah sekumpulan
keputusan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan
(implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran
perusahaan. Sejalan dengan itu, David (2006) mendefinisikan manajemen strategi
sebagai seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi
keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuan.
Adapun tiga tahapan manajemen strategi tersebut, yaitu:
1) Formulasi Strategi
Formulasi strategi mencakup upaya untuk mengembangkan misi
bisnis, mengenali peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menetapkan
kekuatan dan kelemahan internal perusahaan, menetapkan obyektif jangka
panjang, menghasilkan strategi alternatif, dan memilih strategi tertentu untuk
dilaksanakan. Kerangka kerja perumusan strategi perusahaan terdiri atas
tahap input (input stage), tahap pencocokan (matching stage), dan tahap
keputusan (decision stage).
17
2) Implementasi Strategi
Tahapan ini mensyaratkan perusahaan untuk menetapkan tujuan
tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan
sumberdaya sehingga strategi yang telah dirumuskan dapat berjalan.
3) Evaluasi Strategi
Tahapan terakhir dalam manajemen strategi mencakup upaya
meninjau ulang faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi saat
ini, mengukur kinerja, dan mengambil tindakan korektif.
3.1.3 Konsep Pemasaran
Philip Kotler (2009) mengartikan pemasaran sebagai suatu proses sosial,
dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan atau
inginkan dengan menciptakan dan mempertahankan produk atau jasa serta nilai
dengan individu dan kelompok lainnya sehingga kegiatan pemasaran merupakan
kegiatan yang berbeda dengan penjualan, transaksi, atau perdagangan.
Dalam konteks penyusunan strategi, pemasaran memiliki dua dimensi,
yaitu dimensi saat ini dan dimensi yang akan datang. Dimensi saat ini berkaitan
dengan hubungan yang telah ada antara perusahaan dengan lingkungannya,
sedangkan dimensi masa yang akan datang mencakup hubungan dimasa akan
datang yang diharapkan terjalin dengan program tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan tersebut.
1) Segmenting, Targeting, and Positioning (STP)
Keberhasilan pemasaran berawal dari perencanaan pemasaran yang
baik. Perencanaan pemasaran merupakan pedoman dalam pelaksanaan
kegiatan pemasaran. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
perencanaan pemasaran, antara lain adalah menetapkan pembeli yang
dijadikan target, memperkirakan jumlah penjualan, serta menyusun berbagai
kombinasi kebijakan pemasaran untuk mencapai target penjualan yang
ditentukan dengan cara mensegmentasi pasar.
Inti dari pemasaran strategis modern terdiri atas tiga langkah pokok,
yaitu segmentasi, penentuan pasar sasaran, dan positioning. Ketiga langkah
ini sering disebut STP (Segmenting, Targeting, and Positioning). Langkah
pertama adalah segmentasi pasar, yakni mengidentifikasi dan membentuk
18
kelompok pembeli yang terpisah-pisah yang membutuhkan produk atau
bauran pemasaran tersendiri. Langkah kedua targeting atau penentuan pasar
sasaran, yaitu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar untuk dimasuki
maupun dilayani. Langkah ketiga adalah positioning, yaitu tindakan
membangun dan mengkomunikasikan manfaat produk yang istimewa dari
produk di dalam pasar. Langkah-langkah STP dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Langkah-langkah Segmenting, Targeting, and Positioning (STP)Sumber: Kotler (2009)
2) Bauran Pemasaran
Kotler (2009) mendefinisikan marketing mix atau bauran pemasaran
sebagai serangkaian variabel yang dapat dikontrol dan tingkat variabel yang
digunakan oleh perusahaan untuk mempengaruhi pasaran yang menjai
sasaran. Beberapa variabel yang dapat digunakan untuk mempengaruhi
tanggapan pembeli antara lain adalah variabel produk, harga, tempat atau
saluran distribusi, dan promosi, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 5.
Segmenting
• Mengidentifikasivariabelsegmentasi dansegmentasi pasar.
• Mengembangkanbentuk segmenyangmenguntungkan.
Targeting
• Mengevalusidaya tarikmasing-masingsegmen.
• Memilihsegmen yangmenguntungkan.
Positioning
• Mengidentifikasipositioning yangmungkin untukmasing-masingsegmen.
• Memilih danmengkomunikasikan positioningyang terpilih.
19
Gambar 5. Bagan Bauran Pemasaran (Marketing Mix)Sumber: Kotler (2009)
Bauran pemasaran atau marketing mix bagi produk barang biasa
disebut dengan 4P, yaitu:
a) Product Mix (Bauran Produk)
Keputusan mengenai kebijakan produk yang perlu diperhatikan
adalah mengenai model, merek, label, dan kemasan. Ada beberapa
kemungkinan strategi, seperti membuat model tertentu sebagai ciri atau
seluruh produk yang dipasarkan perusahaan. Membuat merek yang
berlainan untuk produk yang sama yang ditawarkan atau membuat merek
tersendiri untuk setiap jenis produk. Strategi kemasan hendaknya
diarahkan untuk terciptanya manfaat tambahan, seperti menambah
ketahanan perlindungan kualitas, mempunyai efek promosi, sedangkan
keputusan mengenai label hendaknya memperjelas informasi kepada
konsumen, mempunyai efek promosi, dan lain sebagainya.
Product MixKeanekaragaman produkKualitasDesainBentukMerekKemasanUkuranPelayananJaminanPengembalian
Place MixSaluranRuang lingkupPenyortiranLokasiPersediaanPengangkutan
Price MixDaftar hargaRabatPotonganSyarat kreditJangka waktuPembayaran
Promotion MixPromosi penjualanIklanUsaha penjualanHubungan masyarakatPemasaran langsung
BauranPemasaran
Pasar Sasaran
20
b) Price Mix (Bauran Harga)
Keputusan tentang harga jual mempunyai implikasi yang cukup
luas bagi perusahaan maupun konsumen. Harga yang terlalu tinggi dapat
menimbulkan kemungkinan menurunnya daya saing. Sebaliknya, harga
rendah dapat menyebabkan kerugian, khususnya bila biaya meningkat.
Menurut Amir (2005), terdapat beberapa metode penetapan harga, yaitu:
i) Competitor-based Pricing, yaitu penetapan harga berdasarkan harga
yang ditetapkan oleh pesaing, apakah di bawah, di atas, atau sama
dengan harga pesaing.
ii) Cost-based Pricing, yaitu penetapan harga berdasarkan biaya yang
dibutuhkan dalam menghasilkan produk tersebut.
iii) Value-based Pricing, yaitu penetapan harga produk berdasakan nilai
yang terkandung dari produk tersebut. Penetapan harga ini sangat
cocok untuk produk yang inovatif.
c) Place Mix (Bauran Tempat atau Saluran Distribusi)
Keputusan saluran mempengaruhi dua hal, yaitu jangkauan
penjualan dan biaya. Setiap alternatif saluran yang dipilih jelas
dipengaruhi unsur-unsur lain yang terdapat dalam bauran pemasaran
perusahaan, seperti tujuan yang ingin dicapai, ciri-ciri pasar yang
dijadikan sasaran, dan karakteristik produk yang ditawarkan. Terdapat
beberapa alternatif yang mungkin dipilih perusahaan dalam
mendistribusikan produknya kepada konsumen, yaitu:
i) ProdusenKonsumen
ii) ProdusenPedagang pengecerKonsumen
iii) ProdusenPedagang besarPedagang pengecerKonsumen
iv) ProdusenAgenPedagang besarPedagang pengecerKonsumen
d) Promotion Mix (Bauran Promosi)
Kebijakan bauran pemasaran akan lebih berhasil jika prorgam telah
dikomunikasikan dengan cara yang terbaik. Mengkomunikasikan program
perusahaan kepada masyarakat atau konsumen dapat dilakukan dengan
empat variabel, yaitu:
21
i) Periklanan, yaitu bentuk presentasi dan promosi non-pribadi tentang
ide, barang, dan jasa yang dibayar oleh sponsor tertentu.
ii) Personal selling, yaitu presentasi lisan dalam suatu percakapan
dengan satu calon pembeli atau lebih yang ditujukan untuk
menciptakan penjualan.
iii) Publisitas, yaitu pendorong permintaan secara non-pribadi untuk suatu
produk, jasa, atau ide dengan menggunakan berita komersial di dalam
media massa dan sponsor tidak dibebani sejumlah bayaran secara
langsung.
iv) Promosi penjualan, yaitu kegiatan pemasaran selain personal selling,
periklanan, dan publisitas yang dapat mendorong pembelian
konsumen dan efektifitas pengecer.
3.1.4 Strategi Pemasaran
Menurut Wirawan (2009) dalam tesisnya menyatakan strategi pemasaran
adalah himpunan azas yang secara tepat, konsisten, dan layak dilaksanakan oleh
perusahaan guna mencapai sasaran pasar yang dituju dalam jangka panjang dan
tujuan perusahaan jangka panjang, dalam situasi persaingan tertentu. Dalam
strategi pemasaran terdapat strategi acuan berupa bauran pemasaran (marketing
mix) yang menetapkan komposisi terbaik dari empat komponen pemasaran untuk
dapat mencapai sasaran pasar yang dituju sekaligus mencapai tujuan dan sasaran
perusahaan.
Suatu sistem pemasaran dikatakan baik apabila sistem tersebut
memberikan manfaat yang sama baiknya bagi setiap pelaku pasar, yaitu produsen
dan lembaga pemasaran, manfaat tersebut berupa marjin keuntungan yang
dianggap pantas menurut korbanan-korbanan yang dikeluarkan, sedangkan bagi
konsumen manfaat tersebut adalah berupa kegunaan (utility) yang diperoleh
sesuai dengan harga riil yang harus dikeluarkan untuk mengkonsumsi suatu
komoditas (Limbong 1999).
3.1.5 Definisi Visi dan Misi
Visi adalah kemampuan untuk melihat wawasan ke masa depan dan
mencoba mengantisipasinya demi menghindari kegagalan dalam mewujudkan
22
misi dan sasaran yang hendak dicapai organisasi atau perusahaan, filsafat singkat
yang mendefinisikan arah yang akan ditempuh suatu organisasi atau perusahaan
(Marbun 2003). Cita-cita masa depan yang ada dalam benak pendiri yang kira-
kira mewakili seluruh anggota perusahaan disebut visi, sedangkan misi adalah
penjabaran secara tertulis mengenai visi agar menjadi mudah dimengerti atau jelas
bagi seluruh staf perusahaan (Umar 2003)
Misi perusahaan merupakan pernyataan atau rumusan umum yang luas dan
bersifat tahan lama tentang keinginan atau maksud perusahaan (Pearce dan
Robinson 2009). Misi ini mengandung filosofi bisnis dari para pengambil
keputusan strategis perusahaan, menyiratkan citra yang ingin dipancarkan
perusahaan, mencerminkan konsep diri perusahaan, dan mengindikasikan bidang
produk dan jasa utama perusahaan, serta kebutuhan utama pelanggan yang akan
dipengaruhi oleh perusahaan.
3.1.6 Analisis Lingkungan Perusahaan
Perusahaan sebagai suatu sistem akan berkaitan dengan sekumpulan faktor
tertentu yang dapat mempengaruhi arah dan kebijakan perusahaan dalam
mengelola bisnisnya agar dapat bertahan hidup dan berkembang. Lingkungan
yang mempengaruhi perusahaan tersebut dibagi menjadi dua, yaitu lingkungan
internal dan eksternal.
3.1.6.1 Analisis Lingkungan Internal
Menurut Pearce dan Robinson (2009), lingkungan internal memiliki dua
komponen, yaitu kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) yang
digunakan untuk mengembangkan serangkaian langkah strategi bagi perusahaan.
Tujuan menganalisis lingkungan internal adalah untuk dapat menilai kekuatan dan
kelemahan dalam mencapai tujuan perusahaan. Menurut Umar (2003), bidang
fungsional yang menjadi variabel dalam analisis internal antara lain adalah:
1) Manajemen
Fungsi manajeman terdiri atas lima aktivitas dasar, yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan pengendalian.
Perusahaan perlu memiiki manajemen atas sumberdaya yang dimilikinya agar
23
mampu mengembangkan dan meningkatkan berbagai potensi yang ada untuk
kemajuan perusahaan.
2) Pemasaran
Philip Kotler (2009) menyebutkan pemasaran adalah mengidentifikasi
dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial, yaitu memenuhi kebutuhan
dengan cara yang menguntungkan. Beberapa fungsi yang terkait dengan
pemasaran, antara lain aspek produk (product), harga (price), distribusi
(place), dan promosi (promotion) yang tergabung dalam bauran pemasaran
4P.
3) Keuangan atau Akuntansi
Umar (2003) menyatakan aspek keuangan/akuntansi adalah
kemampuan perusahaan memupuk modal jangka pendek dan jangka panjang,
beban yang harus ditanggung perusahaan sebagai upaya memperoleh modal
tambahan, hubungan baik dengan penanam modal dan pemegang saham,
pengelolaan keuangan, struktur modal kerja, harga jual produk, pemantauan,
penyebab inefisiensi, dan sistem akunting yang andal.
4) Produksi atau Operasi
Menurut Roger Schroeder diacu dalam David (2006) menyatakan
manajemen produksi/operasi terdiri atas lima area keputusan atau fungsi,
yaitu proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja, dan kualitas. Fungsi
produksi/operasi dari suatu bisnis terdiri atas semua aktivitas yang mengubah
input menjadi barang dan jasa.
5) Sumberdaya Manusia
Menurut Umar (2003), beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada
aspek sumberdaya manusia, antara lain langkah-langkah yang jelas mengenai
manajemen sumberdaya manusia, keterampilan dan motivasi kerja,
produktivitas, dan sistem imbalan.
6) Penelitian dan Pengembangan Produk
Penelitian dan pengembangan biasanya diarahkan pada produk-produk
baru sebelum pesaing melakukannya. Hal tersebut dilakukan untuk
meningkatkan pemasaran serta mendapatkan keunggulan dari biaya melalui
efisiensi.
24
3.1.6.2 Analisis Lingkungan Eksternal
Tujuan dari analisis lingkungan eksternal adalah mengembangkan daftar
peluang yang dapat dimanfaatkan perusahaan dan ancaman yang harus dihindari.
Perusahaan harus dapat menanggapi dengan baik peluang dan ancaman yang ada
dengan merumuskan strategi yang memanfaatkan peluang eksternal atau dengan
meminimalkan dampak ancaman potensial. Menurut Pearce dan Robinson (2009),
ada dua kategori faktor-faktor yang terdapat dalam lingkungan eksternal, yaitu:
1) Lingkungan Jauh
Lingkungan jauh ini tersusun atas serangkaian kekuatan yang timbul
dan berada di luar jangkauan serta biasanya terlepas dari situasi operasional
perusahaan. Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi perusahaan dengan
memberikan peluang, ancaman, dan kendala terhadap perusahaan dalam
menjalankan usahanya. Akan tetapi, secara individu, perusahaan tidak dapat
mempengaruhi lingkungan jauh ini. Faktor-faktor utama yang termasuk ke
dalam lingkungan jauh antara lain adalah:
a) Faktor Politik
Faktor ini menentukan parameter legal dan regulasi yang
membatasi operasi perusahaan. Kendala politik dikenakan pada
perusahaan melalui keputusan tentang perdagangan yang adil, undang-
undang anti-trust, program perpajakan, ketentuan upah minimum,
kebijakan tentang polusi dan penetapan harga, batasan administratif,
perlindungan terhadap pekerja, konsumen, masyarakat umum, dan
lingkungan.
b) Faktor Ekonomi
Menurut Pearce dan Robinson (2009), faktor ekonomi berkaitan
dengan sifat dan arah sistem ekonomi tempat suatu perusahaan beroperasi.
Dalam sistem ekonomi, perusahaan harus mempertimbangkan beberapa
hal, yaitu ketersediaan kredit secara umum, tingkat penghasilan yang
dibelanjakan, kecenderungan belanja masyarakat, suku bunga primer, dan
laju inflasi.
25
c) Faktor Sosial-Budaya
Beberapa faktor sosial yang dapat mempengaruhi suatu perusahaan,
antara lain kepercayaan, nilai, sikap, opini, dan gaya hidup di lingkungan
eksternal perusahaan yang berkembang dari pengaruh budaya, ekologi,
demografi, agama, pendidikan, dan etnik.
d) Faktor Teknologi
Adaptasi teknologi yang kreatif dapat membuka kemungkinan
tercapainya produk baru, penyempurnaan produk yang sudah ada, atau
penyempurnaan dalam teknologi produksi dan pemasaran.
2) Lingkungan Industri
Menurut Pearce dan Robinson (2009), lingkungan industri adalah
tingkatan dari lingkungan organisasi yang menghasilkan komponen-
komponen yang secara normal memiliki implikasi relatif lebih spesifik dan
langsung terhadap operasional perusahaan. Suatu perusahaan dalam jangka
panjang akan mampu bertahan jika berhasil mengembangkan strategi untuk
menghadapi lima kekuatan yang membentuk suatu struktur persaingan dalam
industri yang terdiri atas persaingan usaha sejenis dalam industri, ancaman
pendatang baru, ancaman produk substitusi, kekuatan daya tawar pemasok,
dan kekuatan daya tawar pembeli. Lima kekuatan bersaing dalam industri
dapat dilihat pada Gambar 6.
26
Kekuatan tawar
menawar pemasok
Ancaman masuknya
pendatang baru
Ancaman produk atau
jasa pengganti
Kekuatan tawar
menawar pembeli
Gambar 6. Kekuatan-kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan IndustriSumber: Porter (1991)
a) Ancaman Masuknya Pendatang Baru
Masuknya perusahaan pendatang baru akan berimplikasi terhadap
perusahaan yang sudah ada, seperti kapasitas akan bertambah, terjadinya
perebutan pangsa pasar dan perebutan sumberdaya produksi yang terbatas.
Terdapat beberapa faktor penghambat pendatang baru untuk masuk ke
dalam suatu industri yang sering disebut hambatan masuk, yaitu:
i) Skala Ekonomis
Skala ekonomis menggambarkan turunnya biaya satuan (unit
cost) suatu produk apabila volume absolut per periode meningkat.
Skala ekonomis ini dapat menghalangi masuknya pendatang baru
dengan memaksa para pendatang baru tersebut untuk masuk pada
skala besar dan menghadapi risiko adanya reaksi keras dari pesaing
yang ada atau masuk dengan skala kecil dan beroperasi dengan biaya
yang tidak menguntungkan.
Persaingan dikalangan anggota
industri
Persaingan di antaraperusahaan yang ada
Pendatang baru
Produk pengganti
PembeliPemasok
27
ii) Diferensiasi Produk
Diferensiasi menciptakan hambatan masuk dengan memaksa
pendatang baru mengeluarkan biaya yang besar untuk mengatasi
kesetiaan pelanggan yang ada. Kondisi ini biasanya akan berdampak
terhadap kerugian di saat awal dan seringkali bertahan untuk waktu
yang cukup panjang.
iii) Kebutuhan Modal
Kebutuhan untuk menanamkan sumberdaya keuangan yang
besar agar mampu bersaing dapat menciptakan hambatan masuk bagi
pemain baru, terutama jika modal tersebut diperlukan untuk
periklanan di saat awal yang tidak dapat kembali atau untuk kegiatan
riset dan pengembangan yang penuh risiko.
iv) Biaya Beralih Pemasok
Biaya beralih pemasok adalah biaya satu kali yang harus
dikeluarkan pembeli apabila berpindah dari produk pemasok tertentu
ke produk pemasok lainnya. Jika biaya beralih ini tinggi, maka
pendatang baru harus menawarkan penyempurnaan yang besar dalam
hal biaya atau prestasi agar pembeli mau beralih dari pemasok lama.
v) Akses ke Saluran Distribusi
Apabila saluran distribusi untuk produk tersebut telah dikuasai
oleh perusahaan yang sudah mapan, perusahaan baru mungkin sulit
memasuki saluran yang ada dan harus mengeluarkan biaya yang besar
untuk membangun saluran sendiri.
vi) Biaya Tidak Menguntungkan Terlepas dari Skala
Perusahaan yang telah mapan mungkin mempunyai
keunggulan biaya yang mungkin tidak dapat ditiru oleh pendatang
baru yang akan masuk ke dalam industri, seperti teknologi produk
milik sendiri, penguasaan atas bahan baku, lokasi yang
menguntungkan, subsidi pemerintah, dan kurva belajar atau
pengalaman.
28
b) Daya Tawar Menawar Pemasok
Kelompok pemasok yang terkuat menurut Pearce dan Robinson
(2009), yaitu jika didominasi oleh sedikit perusahaan dan lebih
terkonsentrasi daripada industri di tempat mereka menjual produknya,
produk pemasok bersifat unik atau jika terdapat biaya pengalihan,
pemasok tidak bersaing dengan produk-produk lain dalam industri,
pemasok memiliki kemampuan untuk melakukan intergasi maju ke
indsutri pembelinya, serta industri bukan merupakan pelanggan penting
bagi pemasok. Kekuatan tawar menawar pemasok dapat menaikkan harga
atau menurunkan kualitas barang atau jasa yang dijualnya.
c) Daya Tawar Menawar Pembeli
Pearce dan Robinson (2009) menyebutkan bahwa kriteria pembeli
yang kuat adalah jika pembeli terkonsentrasi atau membeli dalam jumlah
yang banyak, produk yang terbeli tidak terdiferensiasi atau standar, produk
yang dibeli dari industri merupakan komponen penting dari produk
pembeli dan merupakan komponen biaya yang cukup besar, pembeli
menerima laba rendah, produk industri tidak penting bagi kualitas produk
atau jasa pembeli, produk industri tidak menghasilkan penghematan energi
bagi pembeli, serta pembeli memiliki kemampuan untuk melakukan
integrasi baik.
d) Ancaman Produk Substitusi
Ancaman produk substitusi terjadi jika industri tidak mampu
meningkatkan kualitas produk dan mendiferensiasikannya. Produk
pengganti yang harus diperhatikan adalah kualitasnya mampu menandingi
kualitas produk industri dan dihasilkan oleh industri yang memiliki laba
bersih tinggi.
e) Persaingan di antara Industri Sejenis
Persaingan di antara kalangan anggota industri terjadi karena
perebutan posisi dan dengan menggunakan berbagai taktik, seperti
persaingan harga introduksi produk, dan perang iklan. Faktor yang
menyebabkan persaingan antara anggota industri, yaitu:
29
i) Jumlah peserta persaingan banyak dan setara dalam hal kekuatan.
ii) Pertumbuhan industri lambat mengakibatkan perebutan bagian pasar
yang dilakukan perusahaan yang ingin melakukan ekspansi.
iii) Produk atau jasa tidak terdiferensiasi atau tidak membutuhkan biaya
pengalihan.
iv) Biaya tetap tinggi atau produk mudah rusak menyebabkan keinginan
untuk menurunkan harga.
v) Penambahan kapasitas harus dalam jumlah besar.
vi) Hambatan keluar tinggi dan para anggota persaingan beragam dalam
hal strategi.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Analisis strategi diturunkan dari visi dan misi yang dimiliki oleh Perum
Perhutani. Sesuai dengan visi dan misi tersebut, langkah selanjutnya adalah
mengidentifikasi strategi pemasaran yang telah dilaksanakan oleh KBM
Pemasaran Kayu I Cirebon. Strategi pemasaran yang telah dilaksanakan
mencakup pasar sasaran yang terdiri atas segmentasi pasar, penentuan target, dan
penempatan posisi produk bagi konsumen, serta bauran pemasaran yang terdiri
atas bauran produk, harga, saluran distribusi, dan promosi. Kedua komponen
tersebut lalu dianalisis dengan cara memperhatikan faktor-faktor internal dan
eksternal perusahaan yang mempengaruhinya. Analisis terhadap lingkungan
internal dilaksanakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dari KBM
Pemasaran Kayu I Cirebon, sedangkan analisis lingkungan eksternal dilaksanakan
untuk mengetahui peluang dan ancaman yang dihadapi KBM Pemasaran Kayu I
Cirebon.
Dalam menetapkan strategi yang tepat bagi pemasaran kayu bundar jati,
KBM Pemasaran Kayu I Cirebon perlu mempertimbangkan faktor-faktor internal
dan eksternal khususnya kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang
dihadapi. Faktor internal terdiri atas kegiatan manajemen fungsional perusahaan,
seperti aspek produksi dan operasi, keuangan, pemasaran, sumberdaya manusia,
serta manajemen organisasi, sedangkan faktor eksternal adalah faktor ekonomi,
sosial, politik, kebijakan pemerintah, teknologi, pendatang baru, pembeli, produk
substitusi, dan pesaing. Dari hasil identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal
30
dapat diketahui posisi perusahaan dalam strategi pemasaran yang sedang
dijalankan.
Tahap identifikasi dilanjutkan dengan memilih faktor strategis bagi KBM
Pemasaran Kayu I Cirebon dalam bentuk matriks IFE (Internal Factor
Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation) yang bertujuan untuk
mengetahui posisi kekuatan dan kelemahan KBM Pemasaran Kayu I Cirebon
dalam menghadapi peluang dan ancaman yang ada. Selanjutnya, hasil dari matriks
IFE dan EFE digunakan untuk menganalisis posisi perusahaan dan strategi yang
sesuai untuk posisi tersebut dengan menggunakan matriks IE (Internal-External).
Rumusan alternatif strategi yang lebih terperinci didapatkan dari analisis matriks
SWOT (Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats).
Hasil dari analisis matriks SWOT merupakan empat alternatif strategi,
yaitu strategi penyesuaian kekuatan dengan peluang (SO strategy), strategi
penyesuaian kelemahan dengan peluang (WO strategy), strategi penyesuaian
kekuatan dengan ancaman (ST strategy), dan strategi penyesuaian kelemahan
dengan ancaman (WT strategy). Dari keempat alternatif strategi yang dihasilkan,
selanjutnya dipilih strategi terbaik untuk dapat diterapkan dalam manajemen
KBM Pemasaran Kayu I Cirebon dalam pemasaran kayu bundar jati.
Pemilihan strategi terbaik dianalisis secara kuantitatif menggunakan
QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). Dengan menggunakan matriks
QSP, maka dapat diketahui prioritas strategi yang dapat dilaksanakan oleh KBM
Pemasaran Kayu I Cirebon yang ditunjukkan oleh nilai TAS (Total Attractiveness
Score). Strategi dengan nilai TAS yang tertinggi merupakan strategi yang
diprioritaskan oleh KBM Pemasaran Kayu I Cirebon untuk pemasaran produknya.
Kerangka pemikiran operasional perusahaan ini dijelaskan dalam Gambar 5.
31
Gambar 7. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian Strategi PemasaranKayu Bundar Jati (Tectona grandis) pada Perum Perhutani KBMPemasaran Kayu I Cirebon Jawa Barat
Perum Perhutani
Strategi Pemasaran Kayu bundar jati:1) Segmenting, Targeting, and Positioning.2) Bauran Pemasaran (Produk, Harga, Distribusi, dan Promosi)
Analisis Lingkungan Internal:1) Sumberdaya Manusia2) Produksi dan Operasi3) Pemasaran4) Keuangan5) Manajemen6) Penelitian dan Pengembangan
Analisis Lingkungan Eksternal:1) Lingkungan
Jauha) Politikb) Ekonomic) Sosial-
Budayad) Teknologi
2) LingkunganIndustria) Pembelib) Pesaingc) Pendatang
barud) Pemasoke) Produk
substitusi
Evaluasi Faktor Internal (IFE) Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)
Matriks IE
Matriks SWOT
Alternatif Strategi Pemasaran
Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)
Prioritas Strategi Pemasaran
Visi dan Misi Perum Perhutani
Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu I Cirebon, Jawa Barat
Permasalahan di KBM Pemasaran Kayu I Cirebon:1) Harga jual rata-rata kayu bundar cenderung semakin meningkat.2) Volume penjualan kayu bundar cenderung semakin menurun.3) Adanya sisa kayu bundar jati yang tidak habis terjual.
Identifikasi Visi dan Misi KBM Pemasaran Kayu I Cirebon
32
IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu I
Cirebon, Jawa Barat yang beralamat di Jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo No.1
Telp. (0231) 204266 Fax. (0231) 204633 Cirebon, Jawa Barat, Indonesia.
Pemilihan lokasi penelitian dipilih dengan alasan bahwa Perum Perhutani KBM
Pemasaran Kayu I Cirebon merupakan salah satu kesatuan bisnis mandiri
pemasaran kayu milik Perum Perhutani yang memiliki kewenangan dalam
mengelola pemasaran kayu hasil hutan dari tujuh kesatuan pemangkuan hutan
(KPH) yang terdiri atas wilayah Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Kuningan,
Majalengka, Indramayu, dan Sumedang. Waktu penelitian dilaksanakan mulai
bulan Maret 2010 sampai bulan Mei 2010.
4.2 Metode Penentuan Sampel
Teknik yang dipakai dalam penentuan sampel atau sampling yaitu teknik
non-probability sampling. Penentuan sampel atau responden internal dilaksanakan
dengan menggunakan cara purposive sampling dengan pertimbangan bahwa
responden yang dimaksud memiliki kemampuan dan wewenang dalam
merumuskan kebijakan termasuk strategi pemasaran perusahaan. Responden
eksternal dipilih dari satu orang responden ahli di bidang strategi pemasaran
dengan menggunakan cara purposive sampling dengan pertimbangan bahwa
responden yang dimaksud ahli atau pakar di bidang pemasaran serta dari pihak
konsumen pembeli kayu bundar jati menggunakan teknik probability sampling
dengan cara cluster random sampling yaitu mengelompokkan kosumen sesuai
dengan jenis saluran mekanisme penjualan yang pernah dilakukan kemudian
diambil sampel responden dari tiap kelompok tersebut sesuai dengan kriteria yang
ditentukan.
4.3 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam metode penelitian ini adalah
metode survei berupa pengambilan sampel internal dari individu-individu
pengambil kebijakan termasuk strategi pemasaran perusahaan yang mewakili
33
populasi dalam perusahaan dan sampel eksternal dari seorang pakar atau ahli di
bidang strategi pemasaran serta sampel konsumen pembeli kayu bundar jati di
Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu I Cirebon.
4.4 Data dan Instrumentasi
Data penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer
diperoleh dari pengamatan dan wawancara langsung dengan kepala-kepala bagian
perusahaan serta pihak-pihak yang berkompeten lainnya untuk memperoleh
informasi faktor internal dan eksternal perusahaan, serta melakukan focus group
discussion (FGD) dengan ahli dan pihak dari Perum Perhutani, sedangkan data
sekunder diperoleh dari literatur, jurnal, buku, internet, data perusahaan, data
BPS, data Dinas Kehutanan, dan lain sebagainya.
Instrumentasi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu kuisioner, daftar
pertanyaan, alat pencatat berupa alat tulis kerja, software Microsoft Excel dan
Word, komputer, penyimpan elektronik berupa flashdisk dan harddisk external,
serta lain sebagainya.
4.5 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan selama bulan Maret 2010 di Perum
Perhutani KBM Pemasaran Kayu I Cirebon, Kantor BPS, Dinas Kehutanan,
Perpustakaan, dan lain sebagainya. Teknik pengumpulan data yang digunakan
pada penelitian ini adalah dengan cara pengamatan, wawancara langsung,
penyebaran kuisioner, browsing internet, focus group discussion (FGD), dan lain
sebagainya. Responden internal yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat
pada Tabel 8.
Tabel 8. Daftar Responden Internal Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu ICirebon, Jawa Barat Tahun 2010
Responden Nama Lengkap Keterangan1 Otong Sutisna, SE Asisten Manager Pemasaran2 Ir. H. Adam Sukmara Manager Pemasaran
Tabel 8 menunjukkan merupakan sampel yang dipilih secara sengaja
karena merupakan pihak-pihak yang memiliki kewenangan dalam menentukan
kebijakan termasuk strategi pemasaran perusahaan khususnya pada Perum
Perhutani KBM Pemasaran Kayu I Cirebon, Jawa Barat, sedangkan untuk
34
responden eksternal tediri atas satu orang ahli di bidang pemasaran dan 30 orang
pembeli kayu bundar jati yang dikelompokkan (cluster random sampling) sesuai
dengan jenis saluran distribusi penjualan yang pernah dilakukan kemudian
diambil beberapa responden dari setiap kelompok tersebut sesuai dengan kriteria
yang ditentukan (Tabel 9).
Tabel 9. Daftar Responden Eksternal Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu ICirebon, Jawa Barat Tahun 2010
Responden Nama Lengkap Keterangan
3 Dr. Ir. Achmad Fachrodji, MMDirektur Industri dan
Pemasaran Perum Perhutani4-34 30 Pembeli Kayu Bundar Jati (Terlampir di Lampiran 3)
4.6 Metode Pengolahan Data
Pengumpulan dan pengolahan data dilaksanakan berdasarkan kerangka
formulasi David (2006), yaitu dilakukan wawancara dan pengumpulan data pada
tahap input yang selanjutnya dilakukan analisis pada tahap pencocokan, dan
berakhir pada pemilihan strategi, seperti yang dijelaskan pada kerangka pemikiran
operasional. Perincian proses dari pengolahan dan analisis data adalah sebagai
berikut:
1) Tahap Pengumpulan Data (The Input Stage)
Tahap ini adalah tahap awal yang berfungsi untuk menyimpulkan
informasi dasar yang diperlukan dalam perumusan strategi. Adapun langkah-
langkah dari tahapan ini adalah pendeskripsian visi dan misi perusahaan,
pengidentifikasian faktor internal dan eksternal perusahaan dari data hasil
wawancara dengan pemegang kebijakan perusahaan, evaluasi faktor internal
dengan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) untuk melihat kekuatan dan
kelemahan perusahaan, serta evaluasi faktor eksternal dengan matriks External
Factor Evaluation (EFE) untuk melihat peluang dan ancaman perusahaan.
2) Tahap Pencocokan (The Matching Stage)
Tahap ini adalah tahap analisis strategi-strategi alternatif yang dapat
dilaksanakan dengan pengembangan faktor-faktor internal dan eksternal. Alat
analisisnya adalah matriks IE (Internal-External) dan matriks SWOT
(Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats) untuk melihat posisi
perusahaan berdasarkan faktor internal dan eksternal.
35
3) Tahap Pengambilan Keputusan (The Decision Stage)
Tahap ini merupakan tahap akhir setelah proses pengumpulan data dan
analisis alternatif strategi. Setelah berhasil mengembangkan sejumlah
alternatif strategi, perusahaan harus mampu mengevaluasi dan menentukan
strategi terbaik yang cocok untuk keadaan internal dan eksternal perusahaan.
Alat analisis yang digunakan adalah Quantitative Strategic Planning Matrix
(QSPM).
4.7 Definisi Operasional
Dalam penelitian ini digunakan beberapa alat yang dapat
mengkuantifikasikan strategi-strategi pemasaran yang bersifat kualitatif sehingga
dapat mempermudah dalam penentuan alternatif strategi yang dapat dilaksanakan.
Adapun beberapa alat penelitian yang akan dipakai adalah sebagai berikut:
1) Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE) dan Matriks Evaluasi Faktor Eksternal(EFE)
Tahap analisis data dimulai dengan melaksanakan analisis terhadap
faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan dengan menggunakan matriks
IFE dan EFE. Menurut David (2006) tahapan pembuatan matriks IFE atau
EFE adalah sebagai berikut:
a) Menuliskan semua kelemahan, kekuatan, peluang, dan ancaman dari
perusahaan. Kekuatan dan peluang didaftar lebih dahulu, lalu dilanjutkan
kelemahan dan ancaman. Daftar dibuat secara rinci pada kolom pertama.
b) Memberikan bobot terhadap daftar yang telah dibuat untuk menunjukkan
tingkat relatif kepentingan faktor dalam menunjukkan kesuksesan
pemasaran organisasi. Penentuan bobot faktor dilakukan dengan
menggunakan metode paired comparison yang dikembangkan oleh
Kinnear dan Taylor (1991). Metode ini dilakukan dengan penilaian
terhadap faktor strategis internal dan eksternal perusahaan oleh responden.
Responden adalah orang yang mengerti benar kondisi dan permasalahan
perusahaan.
Dalam pemberian bobot setiap faktor digunakan skala 1, 2, dan 3.
Skala 1 diberikan jika indikator horizontal kurang penting daripada
indikator vertikal. Skala 2 diberikan jika indikator horizontal sama penting
36
dengan indikator vertikal. Skala 3 diberikan jika indikator horizontal lebih
penting daripada indikator vertikal. Bentuk penilaian bobot faktor strategis
internal perusahaan dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Penilaian Bobot Faktor Internal Perusahaan
Faktor Strategis Internal a b c ….. iNilai(X)
Bobot(Yi)
a Xab Xbc Xc
….. …..i Xi
Nilai (X) Xa Xb Xc ….. Xi ∑XiTotal 1,00
Sumber: Kinnear dan Taylor (1991)
Bentuk penilaian bobot faktor strategis eksternal perusahaan dapat
dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Penilaian Bobot Faktor Eksternal Perusahaan
Faktor Strategis Eksternal a b c ….. jNilai(X)
Bobot(Yj)
a Xab Xbc Xc
….. …..j Xj
Nilai (X) Xa Xb Xc ….. Xj ∑XjTotal 1,00
Sumber: Kinnear dan Taylor (1991)
Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap
variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan
rumus:
= ∑ ; = ∑Keterangan:
Yi = Bobot variabel internal ke-i
Yj = Bobot variabel eksternal ke-j
Xi = Nilai variabel internal ke-i
37
Xj = Nilai variabel eksternal ke-j
i = a, b, c, ….., i
j = a, b, c, ….., j
n = Jumlah variabel
Pembobotan yang diperoleh berkisar antara 0,00 (tidak penting)
sampai 1,00 (sangat penting). Bobot yang diberikan pada setiap variabel
menunjukkan kepentingan relatif dari variabel tersebut terhadap
keberhasilan usaha. Total bobot yang diberikan harus sama dengan satu.
c) Menentukan rating tiap faktor yang menunjukkan keefektifan strategi
suatu organisasi saat ini dalam merespon faktor-faktor tersebut pada
kolom ketiga. Untuk matriks IFE, 1 = Kelemahan utama, 2 = Kelemahan
kecil, 3 = Kekuatan kecil, 4 = Kekuatan utama. Sedangkan untuk matriks
EFE, 1 = Di bawah rata-rata, 2 = Rata-rata, 3 = Di atas rata-rata, 4 =
Sangat baik. Setipa rating dikalikan dengan masing-masing bobot untuk
memperoleh skor pembobotan.
d) Menjumlahkan skor-skor tersebut sehingga diperoleh total skor
pembobotan. Total skor pembobotan antara 1 sampai dengan 4, dengan
nilai 1,0 pada matriks IFE menunjukkan kondisi internal perusahaan yang
sangat buruk, sedangkan nilai 4,0 mengindikasikan situasi internal
perusahaan sangat baik. Nilai 1,0 pada matriks EFE menunjukkan
perusahaan tidak mampu memanfaatkan peluang-peluang untuk
menghindari ancaman-ancaman, sedangkan nilai 4,0 mengindikasikan
bahwa perusahaan telah sangat baik memanfaatkan peluang untuk
menghadapi ancaman. Nilai 2,5 pada matriks IFE menunjukkan bahwa
situasi internal perusahaan berada pada tingkat rata-rata, sedangkan nilai
2,5 pada matriks EFE menggambarkan perusahaan mampu merespon
situasi eksternal secara rata-rata. Contoh matriks IFE dan EFE dapat
dilihat pada Tabel 12 dan Tabel 13.
38
Tabel 12. Bentuk Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)
Faktor-faktor InternalBobot
(0,0-1,0)Rating
(1,0-4,0)Skor
PembobotanKekuatan1.2.Kelemahan1.2.
TotalSumber: David (2006)
Tabel 13. Bentuk Matriks EFE (External Factor Evaluation)
Faktor-faktor EksternalBobot
(0,0-1,0)Rating
(1,0-4,0)Skor
PembobotanPeluang1.2.Ancaman1.2.
TotalSumber: David (2006)
2) Matriks Internal-Ekstenal (IE)
Matriks IE merupakan pemetaan skor total IFE dan EFE yang telah
dihasilkan pada tahap input (input stage). Sumbu horizontal pada matriks IE
memperlihatkan skor total IFE, sedangkan sumbu vertikal memperlihatkan
skor total EFE. Pada sumbu horizontal, skor antara 1,00 sampai 1,99
menunjukkan posisi internal perusahaan yang lemah, skor 2,00 sampai 2,99
menunjukkan posisi sedang, dan skor 3,00 sampai 4,00 menunjukkan posisi
internal yang kuat. Begitu pula pada sumbu vertikal, skor antara 1,00 sampai
1,99 menunjukkan respon perusahaan yang rendah terhadap faktor eksternal,
skor 2,00 sampai 2,99 menunjukkan respon yang sedang, dan skor 3,00
sampai 4,00 menunjukkan respon perusahaan yang tinggi terhadap faktor
eksternal. Matriks IE diperlihatkan dalam Gambar 8.
39
Gambar 8. Bentuk Matriks Internal-Eksternal (IE)Sumber: David (2006)
Gambar 8 menunjukkan sembilan sel alternatif strategi usaha.
Sembilan sel tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu:
a) Strategi Intensif atau Integratif
Strategi ini cocok untuk usaha yang berada dalam kelompok Grow
and Build (Sel I, II, IV). Strategi intensif antara lain adalah penetrasi pasar,
pengembangan pasar, atau pengembangan produk. Strategi integratif
antara lain adalah strategi integrasi ke depan, integrasi ke belakang, dan
integrasi horizontal.
b) Strategi Penetrasi Pasar dan Pengembangan Produk
Strategi ini sangat tepat bagi usaha yang berada dalam kelompok
Hold and Maintain (Sel III, V, VII).
c) Strategi Menutup atau Menyelamatkan Usaha
Strategi ini sangat tepat bagi usaha yang berada dalam kelompok
Harvest and Divest (Sel VI, VIII, IX).
3) Matriks SWOT
Analisis SWOT merupakan alat analisis yang dipakai dalam menyusun
faktor-faktor strategis berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman. Kekuatan (Strengths) merupakan suatu kelebihan khusus yang
memberikan keunggulan komparatif di dalam suatu industri yang berasal dari
organisasi. Kelemahan (Weaknesses) yaitu keterbatasan dan kekurangan
I II III
IV V VI
VII VIII IX
39
Gambar 8. Bentuk Matriks Internal-Eksternal (IE)Sumber: David (2006)
Gambar 8 menunjukkan sembilan sel alternatif strategi usaha.
Sembilan sel tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu:
a) Strategi Intensif atau Integratif
Strategi ini cocok untuk usaha yang berada dalam kelompok Grow
and Build (Sel I, II, IV). Strategi intensif antara lain adalah penetrasi pasar,
pengembangan pasar, atau pengembangan produk. Strategi integratif
antara lain adalah strategi integrasi ke depan, integrasi ke belakang, dan
integrasi horizontal.
b) Strategi Penetrasi Pasar dan Pengembangan Produk
Strategi ini sangat tepat bagi usaha yang berada dalam kelompok
Hold and Maintain (Sel III, V, VII).
c) Strategi Menutup atau Menyelamatkan Usaha
Strategi ini sangat tepat bagi usaha yang berada dalam kelompok
Harvest and Divest (Sel VI, VIII, IX).
3) Matriks SWOT
Analisis SWOT merupakan alat analisis yang dipakai dalam menyusun
faktor-faktor strategis berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman. Kekuatan (Strengths) merupakan suatu kelebihan khusus yang
memberikan keunggulan komparatif di dalam suatu industri yang berasal dari
organisasi. Kelemahan (Weaknesses) yaitu keterbatasan dan kekurangan
I II III
IV V VI
VII VIII IX
39
Gambar 8. Bentuk Matriks Internal-Eksternal (IE)Sumber: David (2006)
Gambar 8 menunjukkan sembilan sel alternatif strategi usaha.
Sembilan sel tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu:
a) Strategi Intensif atau Integratif
Strategi ini cocok untuk usaha yang berada dalam kelompok Grow
and Build (Sel I, II, IV). Strategi intensif antara lain adalah penetrasi pasar,
pengembangan pasar, atau pengembangan produk. Strategi integratif
antara lain adalah strategi integrasi ke depan, integrasi ke belakang, dan
integrasi horizontal.
b) Strategi Penetrasi Pasar dan Pengembangan Produk
Strategi ini sangat tepat bagi usaha yang berada dalam kelompok
Hold and Maintain (Sel III, V, VII).
c) Strategi Menutup atau Menyelamatkan Usaha
Strategi ini sangat tepat bagi usaha yang berada dalam kelompok
Harvest and Divest (Sel VI, VIII, IX).
3) Matriks SWOT
Analisis SWOT merupakan alat analisis yang dipakai dalam menyusun
faktor-faktor strategis berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman. Kekuatan (Strengths) merupakan suatu kelebihan khusus yang
memberikan keunggulan komparatif di dalam suatu industri yang berasal dari
organisasi. Kelemahan (Weaknesses) yaitu keterbatasan dan kekurangan
I II III
IV V VI
VII VIII IX
40
dalam hal sumberdaya, keahlian, dan kemampuan yang secara nyata
menghambat aktivitas keragaan organisasi. Peluang (Opportunities) adalah
situasi yang diinginkan atau disukai dalam lingkungan organisasi. Ancaman
(Threats) adalah penghalang bagi posisi yang diharapkan oleh organisasi dan
merupakan situasi yang paling tidak disukai dalam lingkungan organisasi.
Analisis secara kualitatif dilakukan dengan menggunakan analisis
SWOT berdasarkan data internal dan eksternal perusahaan. Matriks SWOT
digunakan untuk meringkas faktor strategis perusahaan yang mengilustrasikan
bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat
dipertemukan dengan kekuatan dan kelemahan internal perusahaan agar
menghasilkan empat kelompok kemungkinan alternatif strategi. Keterkaitan
faktor internal dan eksternal dapat digambarkan dalam bentuk matriks.
Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan
ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya untuk merumuskan beberapa alternatif strategi.
Tabel 14. Bentuk Matriks SWOTInternal
EksternalKekuatan (S) Kelemahan (W)
Peluang (O)
Strategi S-OMenciptakan strategiyang menggunakankekuatan untukmemanfaatkan peluang.
Strategi W-OMenciptakan strategiyang meminimalkankelemahan untukmemanfaatkan peluang.
Ancaman (T)
Strategi S-TMenciptakan strategiyang menggunakankekuatan untukmengatasi ancaman.
Strategi W-TMenciptakan strategiyang meminimalkankelemahan untukmenghindari ancaman.
Sumber: David (2006)
Keterkaitan faktor internal dan eksternal digambarkan dalam bentuk
matriks SWOT. Matriks SWOT merupakan suatu alat untuk meringkas faktor-
faktor strategis perusahaan yang mengilustrasikan bagaimana peluang-peluang
dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh perusahaan dapat dipertemukan
dengan kelemahan-kelemahan dan kekuatan-kekuatan internal perusahaan
untuk menghasilkan empat kelompok kemungkinan alternatif strategi yang
dapat dilihat pada Tabel 14.
41
Menurut David (2006), langkah-langkah yang diperlukan untuk
menyusun matriks SWOT adalah sebagai berikut:
a) Menentukan peluang eksternal perusahaan.
b) Menentukan ancaman eksternal perusahaan.
c) Menentukan kekuatan internal perusahaan.
d) Menentukan kelemahan internal perusahaan.
e) Mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan mencatat
resultan strategi SO dalam sel yang tepat.
f) Mencocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan mencatat
resultan strategi WO dalam sel yang tepat.
g) Mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat
resultan strategi ST dalam sel yang tepat.
h) Mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat
resultan strategi WT dalam sel yang tepat.
4) Matriks QSP adalah alat untuk melakukan pemeringkatan alternatif-alternatif
strategi hasil tahap sebelumnya sehingga menghasilkan prioritas strategi
(Tabel 15). Input yang digunakan adalah Stage 1 (The Input Stage) dan Stage
2 (The Matching Stage). Tahapan QSPM adalah sebagai berikut:
a) Mencatat hasil analisis faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan
eksternal (peluang dan ancaman).
b) Memberikan rating sesuai dengan rating matriks IFE dan EFE.
c) Memasukan alternatif strategi sesuai tahap 2 (The Matching Stage).
d) Meminta kepada responden yang sama pada tahap 1 untuk menentukan
Attractiveness Score (AS) atau nilai daya tarik, yaitu dengan cara meneliti
masing-masing faktor internal dan eksternal serta menentukan peran
faktor-faktor tersebut dalam pemilihan strategi. Nilai AS adalah 1 = Tidak
menarik, 2 = Agak menarik, 3 = Cukup menarik, 4 = Sangat menarik.
e) Menghitung total AS (TAS) atau total nilai daya tarik yang diperoleh dari
perkalian bobot dengan nilai AS rata-rata pada masing-masing baris. Nilai
TAS menunjukkan daya tarik relatif dari segi alternatif strategi.
42
f) Menjumlahkan nilai TAS pada setiap kolom QSPM. Alternatif strategi
yang paling baik adalah alternatif strategi yang memiliki nilai TAS paling
besar.
Keuntungan dari QSPM adalah strategi-strategi dapat diperiksa secara
berurutan dan bersamaan, serta tidak ada batas untuk jumlah strategi yang
dapat dievaluasi secara sekaligus. Kelebihan lainnya yaitu alat analisis ini
mengharuskan ahli strategi untuk memadukan faktor-faktor internal dan
eksternal yang terkait dalam proses keputusan. Melalui pengembangan QSPM,
faktor-faktor kunci memiliki kesempatan yang lebih kecil untuk terabaikan
atau diberi bobot secara tidak sesuai. Keterbatasan teknik ini adalah prosesnya
memerlukan penelitian intuitif dan asumsi yang diperhitungkan. Pemberian
peringkat dan nilai daya tarik mengharuskan keputusan subyektif, sedangkan
prosesnya harus menggunakan informasi obyektif (Tabel 15).
Tabel 15. Bentuk Matriks QSP (Quantitative Strategic Planning)
Faktor Utama BobotStrategi 1 Strategi 2 Strategi 3
AS TAS AS TAS AS TASFaktor Internal1.2.Faktor Eksternal1.2.
Jumlah TASSumber: David (2006)
43
V DESKRIPSI KBM PEMASARAN KAYU I CIREBON
5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu I Cirebon beserta seluruh KBM
Pemasaran Kayu lainnya berdiri sejak tahun 2006 sesuai dengan Surat Keputusan
(SK) Direksi Perum Perhutani Nomor : 554/Kpts/Dir/2005 tanggal 26 September
2005 tentang Struktur Organisasi Perum Perhutani. KBM Pemasaran Kayu I
Cirebon bersama KBM Pemasaran Kayu II Bogor merupakan kesatuan bisnis
mandiri di bidang pemasaran kayu bundar jati maupun kayu rimba lainnya yang
diampu oleh Perum Perhutani Unit III Jawa Barat serta memiliki wilayah kerja di
Provinsi Jawa Barat.
Secara khusus, KBM Pemasaran Kayu I Cirebon mengampu tujuh wilayah
kerja hutan atau kesatuan pemangkuan hutan (KPH), yaitu wilayah Kabupaten
Indramayu (KPH Indramayu), Kabupaten Sumedang (KPH Sumedang),
Kabupaten Majalengka (KPH Majalengka), Kabupaten Kuningan (KPH
Kuningan), Kabupaten Garut (KPH Garut), Kabupaten Tasikmalaya (KPH
Tasikmalaya), serta Kabupaten Ciamis dan Kota Banjar (KPH Ciamis) dapat
dilihat pada Gambar 9. KBM Pemasaran Kayu I Cirebon bertanggung jawab
dalam pemasaran kayu bundar jati maupun rimba dari ketujuh wilayah kerja hutan
atau kesatuan pemangkuan hutan tersebut. Dari ketujuh wilayah kerja hutan atau
kesatuan pemangkuan hutan tersebut, khusus untuk KBM Pemasaran Kayu I
Cirebon hanya KPH Ciamis yang telah dalam proses sertifikasi ekolabel hutan
internasional berupa Forest Stewardship Council (FSC) guna menuju pengelolaan
hutan lestari (PHL).
44
Gambar 9. Peta Wilayah Kerja KBM Pemasaran Kayu I CirebonSumber: Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu I Cirebon (2010), diolah
Selama tahun 2006 hingga tahun 2010, KBM Pemasaran Kayu I Cirebon
telah mengalami tiga kali pergantian kepemimpinan perusahaan. Pada periode
pertama tahun 2006-2007, KBM Pemasaran Kayu I Cirebon dipimpin oleh Bapak
Ir. Sudarwanto. Pada periode kedua tahun 2007-2008, KBM Pemasaran Kayu I
Cirebon dipimpin oleh Bapak Agus Sadikin, BScF. Selanjutnya, pada periode
ketiga tahun 2008-2010, KBM Pemasaran Kayu I Cirebon dipimpin oleh Bapak
Ir. H. Adam Sukmara.
Produk-produk hasil hutan yang dijual oleh KBM Pemasaran Kayu I
Cirebon merupakan produk kayu bundar baik kayu bundar jati maupun kayu
bundar rimba, seperti kayu bundar mahoni, pinus, sonokeling, sonobrit, accor
mangium serta kayu bundar rimba lainnya. Produk-produk kayu bundar tersebut
memiliki mutu, panjang, diameter, serta asal tebangan yang telah terbagi-bagi
sesuai dengan kebutuhan dan permintaan pasar yang ada. Selain itu, produk-
produk kayu bundar tersebut telah memiliki jaminan legalitas penebangan dan
penjualan.
45
5.2 Lokasi dan Keadaan Perusahaan
Lokasi perusahaan terbagi atas satu lokasi pemasaran di KBM Pemasaran
Kayu I Cirebon dan tujuh lokasi persediaan di tujuh kesatuan pemangkuan hutan
(KPH) yang diampu oleh KBM Pemasaran Kayu I Cirebon.
Lokasi pemasaran terletak di Perum Perhutani Unit III Jawa Barat KBM
Pemasaran Kayu I Cirebon yang beralamat di Jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo
No.1 Telp. (0231) 204266 Fax. (0231) 204633 Cirebon, Jawa Barat, Indonesia.
Lokasi tersebut dipilih karena kota Cirebon merupakan kota strategis yang
merupakan kota transit. Selain itu, kota Cirebon dipilih menjadi lokasi pemasaran
KBM Pemasaran Kayu I Cirebon karena kota Cirebon terletak di Provinsi Jawa
Barat yang berdekatan dengan batas sebelah barat Provinsi Jawa Tengah sehingga
dekat dengan lokasi produksi dan pasar, serta fasilitas sarana dan prasarana kota
Cirebon yang mendukung, seperti sarana dan prasarana transportasi berupa
terminal bis, stasiun kereta api, pelabuhan laut, bandara udara, serta infrastruktur
pendukung lainnya.
Lokasi persediaan KBM Pemasaran Kayu I Cirebon dibagi menjadi tiga
wilayah persediaan utama, yaitu wilayah persediaan I Ciamis, II Ciamis, dan III
Sumedang. Wilayah persediaan I Ciamis, terdiri atas TPK Emplak, TPn Cituur,
TPn Kertahayu, TPKh Pangandaran, dan TPKh Cijulang. Sedangkan, wilayah
persediaan II Ciamis, terdiri atas TPK Banjar, TPK Urug, TPn Cisurupan, TPKh
Madati, TPKh Cikoneng, TPKh Panjalu, TPKh wilayah Tasikmalaya, dan TPKh
wilayah Garut. Selanjutnya, wilayah persediaan III Sumedang, terdiri atas TPK
Sanca, TPK Cikamurang, TPK Tamansari, TPK Cikaraha, TPn Ciledug, TPn
Cisahang, TPKh Tampomas, TPKh Jombol, TPKh Cikawung-Jatimunggul, TPKh
Haurgeulis-Sanca, TPKh Congeang, TPKh Tomo Selatan-Utara, TPKh Talaga,
TPKh Ciwaringin, TPKh Cadasngampar, TPKh Cibingbin, TPKh Waled, dan
TPKh Luragung.
Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu I Cirebon memiliki waktu kerja
atau pelayanan pemasaran mulai dari hari Senin hingga Sabtu (kecuali hari libur
nasional) pada pukul 8.00 sampai 16.00 WIB. Sistem penggajian yang diterapkan
di KBM Pemasaran Kayu I Cirebon megikuti aturan yang sesuai dengan
penetapan gaji suatu perusahaan umum badan usaha milik negara yang telah
46
terstandarisasi sesuai dengan nilai UMR di Indonesia serta berdasarkan
pertimbangan kinerja, gaji pokok, golongan, dan tingkatan jabatan yang ada.
Sehingga nilai gaji setiap individu di Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu I
Cirebon berbeda-beda. Ditambah lagi dengan nilai potongan-potongan pinjaman
yang berbeda-beda sesuai kebutuhan masing-masing.
5.3 Visi dan Misi Perusahaan
Secara khusus, KBM Pemasaran Kayu I Cirebon belum memiliki visi dan
misi yang spesifik bagi perusahaannya. Hal ini terkait dengan pimpinan KBM
Pemasaran Kayu I Cirebon yang belum memiliki visi dan misi perusahaan yang
jelas baik secara lisan maupun tulisan yang menjadi pedoman untuk mencapai
tujuan perusahaan tersebut.
Dalam melaksanakan kegiatan pemasaran perusahaan selama ini, KBM
Pemasaran Kayu I Cirebon berpedoman kepada visi dan misi umum yang dimiliki
oleh Perum Perhutani untuk dapat mencapai tujuan perusahaan. Adapun visi
umum yang dimiliki oleh Perum Perhutani adalah menjadi pengelola hutan lestari
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Secara umum, misi yang diterapkan di Perum Perhutani, yaitu mengelola
sumberdaya hutan dengan prinsip Pengelolaan Hutan Lestari berdasarkan
karakteristik wilayah dan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) serta
meningkatkan manfaat hasil hutan kayu dan bukan kayu, ekowisata, jasa
lingkungan, agroforestri serta potensi usaha berbasis kehutanan lainnya guna
menghasilkan keuntungan untuk menjamin pertumbuhan perusahaan secara
berkelanjutan, membangun dan mengembangkan perusahaan, organisasi serta
sumberdaya manusia perusahaan yang modern, profesional dan handal serta
memberdayakan masyarakat desa hutan melalui pengembangan lembaga
perekonomian koperasi masyarakat desa hutan atau koperasi petani hutan, serta
mendukung dan turut berperan serta dalam pembangunan wilayah secara regional
dan nasional, serta memberikan kontribusi secara aktif dalam penyelesaian
masalah lingkungan regional, nasional, dan internasional.
47
5.4 Struktur Organisasi Perusahaan
Secara garis besar, struktur organisasi KBM Pemasaran Kayu I Cirebon
memiliki beberapa tingkatan yang terdiri atas top management, middle
management, dan bottom management. Pada tingkat top management, KBM
Pemasaran Kayu I Cirebon dipimpin oleh seorang Manager, sedangkan pada
tingkat middle manangement, di bawah Manager terdapat beberapa Asisten
Manager dan Kepala Urusan Pelayanan. Selanjutnya pada tingkat bottom
management, terdapat staf-staf pegawai karyawan KBM Pemasaran Kayu I
Cirebon.
Secara keseluruhan, jumlah pegawai di KBM Pemasaran Kayu I Cirebon
mulai dari tingkat top management hingga bottom management berjumlah tidak
kurang dari 135 orang yang terdiri atas 127 orang pegawai pria dan 8 orang
pegawai wanita. Secara detail, struktur organisasi KBM Pemasaran Kayu I
Cirebon dapat dilihat pada Lampiran 5. Uraian tugas, tanggung jawab, dan
wewenang pejabat pada KBM Pemasaran Kayu I Cirebon dapat dilihat pada
Lampiran 6.
48
VI ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN
Analisis lingkungan perusahaan merupakan salah satu cara yang harus
dilaksanakan dalam proses identifikasi manajemen strategi. Analisis lingkungan
perusahaan terdiri atas analisis lingkungan internal perusahaan dan eksternal
perusahaan.
6.1 Analisis Lingkungan Internal
Analisis lingkungan internal perusahaan dilakukan untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan. Analisis
lingkungan internal perusahaan dilakukan dengan pendekatan fungsional
perusahaan, yaitu aspek sumberdaya manusia, produksi dan operasi, pemasaran,
keuangan, manajemen, serta penelitian dan pengembangan.
6.1.1 Aspek Sumberdaya Manusia
KBM Pemasaran Kayu I Cirebon merupakan salah satu unit bisnis yang
dimiliki oleh Perum Perhutani secara umum. Perum Perhutani merupakan suatu
perusahaan Badan usaha milik negara yang sudah memiliki sistem organisasi yang
sudah mapan dan tertib. Dalam proses manajemen sumberdaya manusia, Perum
Perhutani sudah memiliki ketentuan dan peraturan tertentu sesuai dengan regulasi
yang mengatur. Dengan demikian, KBM Pemasaran Kayu I Cirebon yang
merupakan salah satu unit bisnis Perum Perhutani juga menerapkan ketentuan dan
peraturan dalam proses manajemen sumberdaya manusia yang ada.
KBM Pemasaran Kayu I Cirebon memiliki sumberdaya manusia atau
jumlah pegawai yang tidak kurang dari 135 orang pegawai terdiri atas 127 orang
pegawai pria dan 8 orang pegawai wanita. Menurut Manager KBM Pemasaran
Kayu I Cirebon, dari keseluruhan jumlah pegawai yang ada, KBM Pemasaran
Kayu I Cirebon masih kurang sekitar 26 orang pegawai. Data sumberdaya
manusia pegawai di KBM Pemasaran Kayu I Cirebon berdasarkan tingkat
pendidikan terakhir dapat dilihat pada Tabel 16.
49
Tabel 16. Data Sumberdaya Manusia Pegawai KBM Pemasaran Kayu I CirebonBerdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2010
Tingkat PendidikanJumlah Pegawai
Pria Wanita TotalS3 0 0 0S2 0 0 0S1 Kehutanan 4 0 4S1 Non-Kehutanan 3 2 5D3 Kehutanan 0 0 0D3 Non-Kehutanan 4 0 4D2 Kehutanan/PMK 0 0 0D2 Non-Kehutanan 0 0 0D1 Kehutanan/KKMA 1 0 1D1 Non-Kehutanan 1 3 4SKMA 0 0 0SLTA 84 2 86SMP 20 1 21SD 10 0 10Non-SD 0 0 0
Jumlah 127 8 135Sumber: Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu I Cirebon (2010), diolah
Tabel 16 menunjukkan bahwa jumlah pegawai KBM Pemasaran Kayu I
Cirebon dengan tingkat pendidikan terakhir sampai dengan jenjang SLTA
merupakan yang tertinggi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa KBM
Pemasaran Kayu I Cirebon memiliki kualitas sumberdaya manusia yang kurang di
bidang pemasaran.
6.1.2 Aspek Produksi dan Operasi
Proses produksi kayu bundar jati dimulai dari proses pembibitan,
penyemaian, penanaman, pemeliharaan, penjarangan, hingga ke penebangan
sepenuhnya merupakan tanggung jawab dari kesatuan pemangkuan hutan (KPH)
yang berpedoman kepada SOP Produksi yang biasa disebut dengan Indikator
Produksi dan Bucking Policy yang sudah menjadi standar khusus produksi di
Perum Perhutani, sedangkan KBM Pemasaran Kayu hanya memberikan usulan
daftar spesifikasi kayu bundar jati yang diminati oleh pasar. Dalam hal ini,
dibutuhkan komunikasi dan kordinasi antara KPH dengan KBM Pemasaran Kayu
agar terjalin sinergisitas sistem pemasaran kayu bundar yang terpadu. Daftar
spesifikasi kayu yang sudah siap untuk dipasarkan akan dicatat dalam sebuah
dokumen yang disebut daftar kapling.
50
Dalam proses operasi produksi, kayu bundar jati yang sudah ditebang oleh
petugas KPH, selanjutnya akan disimpan di tempat penimbunan kayu (TPK),
tempat pengumpulan (TPn), dan tempat pengumpulan khusus (TPKh) yang
menjadi tanggung jawab KBM Pemasaran Kayu. Mulai dari penyerahan kayu
bundar jati hasil tebangan hingga proses pemasaran kayu bundar jati, prosedur
yang menjadi pedoman adalah SOP Pemasaran atau yang biasa disebut dengan
prosedur pemasaran kayu bundar jati atau Alur SS-Sar. Tahapan-tahapan Alur SS-
Sar, yaitu penerimaan sementara DK 304c, penerimaan kayu, pengaplingan,
pelayanan pemasaran, pelayanan purna jual di TPK/TPn/TPKh, pengamanan,
serta monitoring, evaluasi, pengendalian, dan pelaporan. Secara garis besar
prosedur pemasaran kayu bundar jati dapat dilihat pada Gambar 10, sedangkan
secara detail prosedur pemasaran kayu bundar jati dapat dilihat pada Lampiran 7.
Gambar 10. Prosedur Pemasaran Kayu Bundar JatiSumber: Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu I Cirebon (2010)
6.1.3 Aspek Pemasaran
Pemasaran merupakan suatu proses yang dimulai dari perencanaan dan
pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi dan distribusi gagasan, barang
dan jasa dalam rangka untuk memuaskan tujuan individu dan organisasi. Proses
50
Dalam proses operasi produksi, kayu bundar jati yang sudah ditebang oleh
petugas KPH, selanjutnya akan disimpan di tempat penimbunan kayu (TPK),
tempat pengumpulan (TPn), dan tempat pengumpulan khusus (TPKh) yang
menjadi tanggung jawab KBM Pemasaran Kayu. Mulai dari penyerahan kayu
bundar jati hasil tebangan hingga proses pemasaran kayu bundar jati, prosedur
yang menjadi pedoman adalah SOP Pemasaran atau yang biasa disebut dengan
prosedur pemasaran kayu bundar jati atau Alur SS-Sar. Tahapan-tahapan Alur SS-
Sar, yaitu penerimaan sementara DK 304c, penerimaan kayu, pengaplingan,
pelayanan pemasaran, pelayanan purna jual di TPK/TPn/TPKh, pengamanan,
serta monitoring, evaluasi, pengendalian, dan pelaporan. Secara garis besar
prosedur pemasaran kayu bundar jati dapat dilihat pada Gambar 10, sedangkan
secara detail prosedur pemasaran kayu bundar jati dapat dilihat pada Lampiran 7.
Gambar 10. Prosedur Pemasaran Kayu Bundar JatiSumber: Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu I Cirebon (2010)
6.1.3 Aspek Pemasaran
Pemasaran merupakan suatu proses yang dimulai dari perencanaan dan
pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi dan distribusi gagasan, barang
dan jasa dalam rangka untuk memuaskan tujuan individu dan organisasi. Proses
50
Dalam proses operasi produksi, kayu bundar jati yang sudah ditebang oleh
petugas KPH, selanjutnya akan disimpan di tempat penimbunan kayu (TPK),
tempat pengumpulan (TPn), dan tempat pengumpulan khusus (TPKh) yang
menjadi tanggung jawab KBM Pemasaran Kayu. Mulai dari penyerahan kayu
bundar jati hasil tebangan hingga proses pemasaran kayu bundar jati, prosedur
yang menjadi pedoman adalah SOP Pemasaran atau yang biasa disebut dengan
prosedur pemasaran kayu bundar jati atau Alur SS-Sar. Tahapan-tahapan Alur SS-
Sar, yaitu penerimaan sementara DK 304c, penerimaan kayu, pengaplingan,
pelayanan pemasaran, pelayanan purna jual di TPK/TPn/TPKh, pengamanan,
serta monitoring, evaluasi, pengendalian, dan pelaporan. Secara garis besar
prosedur pemasaran kayu bundar jati dapat dilihat pada Gambar 10, sedangkan
secara detail prosedur pemasaran kayu bundar jati dapat dilihat pada Lampiran 7.
Gambar 10. Prosedur Pemasaran Kayu Bundar JatiSumber: Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu I Cirebon (2010)
6.1.3 Aspek Pemasaran
Pemasaran merupakan suatu proses yang dimulai dari perencanaan dan
pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi dan distribusi gagasan, barang
dan jasa dalam rangka untuk memuaskan tujuan individu dan organisasi. Proses
51
pemasaran juga terkait pada pemilihan target pasar (segmenting, targeting, dan
positioning), serta bauran pemasaran (product, price, place,dan promotion).
6.1.3.1 Pemasaran Sasaran (Segmenting, Targeting, dan Positioning)
Pemasaran sasaran meliputi tiga aktivitas kegiatan pemasaran, yaitu
segmentasi pasar, penentuan target pasar, dan positioning pasar. Pemasaran
sasaran yang ditetapkan di KBM Pemasaran Kayu I Cirebon adalah sebagai
berikut:
1) Segmentasi Pasar (Segmenting)
Segmentasi pasar mengelompokkan pelanggan ke dalam beberapa
segmen berdasarkan kebutuhan dan manfaat yang sama dengan diinginkan
pelanggan dalam menyelesaikan masalah konsumsi tertentu. KBM Pemasaran
Kayu I Cirebon membagi segmentasi pasarnya berdasarkan segmentasi
perilaku, yaitu membagi segmentasi pasar menjadi tiga kelompok, yaitu
pengolah langsung/end user/pabrikan, pedagang perantara/trader
(perorangan, badan usaha), dan public service obligation/PSO (pengrajin dan
warung kayu) seluruh Indonesia.
2) Target Pasar (Targeting)
Target pasar merupakan pembagian atau pengelompokkan pelanggan
yang telah tersegmentasi menjadi bagian yang lebih spesifik dan kecil lagi.
Adapun target pasar KBM Pemasaran Kayu I Cirebon untuk produk kayu
bundar jati adalah pengolah langsung/end user/pabrikan kayu bundar jati,
pedagang perantara/trader (perorangan, badan usaha) kayu bundar jati, dan
public service obligation/PSO (pengrajin dan warung kayu) kayu bundar jati
seluruh Pulau Jawa.
3) Positioning Pasar
Positioning pasar diterapkan berdasarkan kebutuhan dan karakteristik
unik pelanggan segmen tertentu. Positioning pasar yang diharapkan oleh
KBM Pemasaran Kayu I Cirebon adalah sebagai produk kayu bundar jati
KBM Pemasaran Kayu I Cirebon yang bersertifikast ekolabel dan
berlegalitas.
52
6.1.3.2 Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Strategi bauran pemasaran dimaksudkan untuk memperluas strategi
positioning segmen untuk mencakup semua aspek bauran pemasaran berupa
bauran produk, harga, promosi, dan tempat.
1) Bauran Produk (Product Mix)
Produk yang dijual berupa hasil kayu bundar jati yang berasal dari
kayu bersertifikat Forest Stewardship Council (FSC), kayu dalam proses
menuju sertifikasi, dan kayu tidak bersertifikat. Kayu bundar jati berdasarkan
statusnya digolongkan menjadi kayu vinir (Vi), kayu hara (H), kayu lokal
industri (In), dan kayu lokal. Semua produk yang akan dijual harus diukur,
diuji, dan dikapling terlebih dahulu sesuai dengan SNI dan pengaplingan
yang berlaku. Khusus untuk kayu bundar jati, masing-masing kapling hasil
hutan kayu bundar jati maksimum adalah 5 m3.
Secara garis besar, produk kayu bundar jati yang dipasarkan di KBM
Pemasaran Kayu I Cirebon dapat dilihat pada Tabel 17.
53
Tabel 17. Spesifikasi Produk Kayu Bundar Jati di Pemasaran Kayu I CirebonTahun 2010
Spesifikasi Uraian
Status Kayu
- Kayu vinir (Vi)- Kayu hara (H)- Kayu lokal industri (In)- Kayu lokal
Diameter Kayu- AI (4 – 19 cm)- AII (21 – 29 cm)- AIII (≥ 30 cm)
Mutu Kayu
- Utama (U)- Pertama (P)- Kedua (D)- Ketiga (T)- Keempat (M)- Kelima (L)
Panjang Kayu
- < 1,00 m- 1,00 – 1,90 m- 2,00 – 2,90 m- 3,00 – 3,90 m- 4,00 – 4,90 m- 5,00 – 5,90 m
Asal Tebangan
- A (Penghabisan)- B (Penghabisan)- C (Penghapusan)- D (Tak sangka)- E (Penjarangan)
Tipe KPH- C (Ciamis, Indramayu, dan Sumedang)- D (Tasikmalaya, Kuningan, Garut, dan Majalengka)
Sumber: PPDN Perum Perhutani (2010), diolah
2) Bauran Harga (Price Mix)
Harga penjualan kayu bundar jati terdiri atas harga jual dasar (HJD),
Surcharge, dan Diferensiasi. Harga jual dasar (HJD) dan Surcharge harga
kayu bundar jati ditetapkan langsung oleh Direksi Perum Perhutani. Harga
jual dasar (HJD) adalah besaran minimal yang ditetapkan oleh Direksi Perum
Perhutani untuk kepentingan penjualan di dalam negeri.
Surcharge adalah tambahan harga hasil hutan kayu bundar jati dan
rimba yang mengikat dan tidak terpisahkan dengan harga jual dasar (HJD)
yang diberlakukan karena kondisi dan perlakuan tertentu yang ditetapkan oleh
Direksi Perum Perhutani untuk kepentingan penjualan. Surcharge terdiri atas
surcharge pasar, perjanjian atau kontrak, dan MHL. Pertama, surcharge pasar
54
dikenakan terhadap kayu bundar jati berdasarkan sortimen dan status. Kedua,
surcharge perjanjian atau kontrak dikenakan terhadap saluran penjualan
perjanjian atau kontrak. Ketiga, surcharge MHL dikenakan terhadap
penjualan kayu-kayu yang berasal dari KPH-KPH bersertifikat dan KPH-
KPH dalam proses (In Process) menuju sertifikasi serta VLO (Verification of
Legal Origin).
Diferensiasi adalah penambahan atau pengurangan harga hasil hutan
kayu karena kondisi pasar yang ditetapkan oleh Kepala Unit atas usul dari
General Manager untuk kepentingan penjualan.
Pada saluran penjualan lelang, harga penawaran pertama pada
penjualan lelang dikenakan minimal sesuai dengan harga jual dasar (HJD)
yang telah ditetapkan langsung oleh Direksi Perum Perhutani. Kepala Unit
dan atau General Manager dapat menetapkan harga penawaran pertama pada
lelang di atas harga jual dasar (HJD). Secara terperinci, harga produk kayu
bundar jati yang dipasarkan di KBM Pemasaran Kayu I Cirebon dapat dilihat
di Lampiran 9.
3) Bauran Distribusi (Place Mix)
Saluran penjualan kayu bundar jati yang biasa dihadapi oleh Perum
Perhutani KBM Pemasaran Kayu I Cirebon dapat dilihat pada Gambar 11
berikut:
Gambar 11. Saluran Distribusi Penjualan Kayu Bundar Jati di KBM PemasaranKayu I CirebonSumber: Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu I Cirebon (2010), diolah
Mekanisme distribusi penjualan hasil hutan kayu bundar jati di Perum
Perhutani dilaksanakan melalui empat mekanisme penjualan, yaitu
mekanisme penjualan dengan perjanjian atau kontrak, langsung, lelang, dan
mekanisme penjualan lainnya yang ditetapkan oleh Direksi Perum Perhutani.
KBMPemasaran Kayu
I Cirebon
PedagangPengolah Konsumen
PedagangPerantara
PedagangPengolah Konsumen
55
Selama ini, KBM Pemasaran Kayu I Cirebon dalam melakukan
pemasaran kayu bundar jati melalui tiga mekanisme penjualan, yaitu
mekanisme penjualan dengan perjanjian atau kontrak, langsung, dan lelang
(Gambar 12).
Gambar 12. Mekanisme Penjualan Kayu Bundar Jati di KBM Pemasaran KayuI CirebonSumber: Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu I Cirebon (2010), diolah
Penjelasan mengenai saluran mekanisme penjualan kayu bundar jati di
Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu I Cirebon, yaitu:
a) Saluran Mekanisme Penjualan dengan Perjanjian atau Kontrak
Penjualan dengan perjanjian atau kontrak adalah penjualan hasil
hasil hutan kayu bundar jati yang dilakukan oleh Perum Perhutani dengan
pihak pembeli yang dituangkan dalam suatu perjanjian jual beli. Saluran
penjualan hasil hutan kayu bundar jati dengan perjanjian atau kontrak
diutamakan untuk pengolah langsung dan pabrikan. Hasil hutan kayu
bundar jati yang dapat dijual melalui saluran penjualan dengan perjanjian
atau kontrak, yaitu kayu bundar jati vinir (Vi), hara (H), lokal industri (In),
serta lokal AIII dan AII.
Kewenangan penjualan kontrak dilakukan oleh Kepala Unit dengan
surat kuasa khusus (SKK) dari Direksi Perum Perhutani. Pelayanan
penjualan berdasarkan perjanjian atau kontrak tersebut dilaksanakan oleh
General Manager. Perjanjian kontrak dibuat dengan memperhatikan
kemampuan produksi dan diberlakukan per triwulan. Apabila selama masa
pemberlakuan perjanjian atau kontrak tersebut belum dapat direalisasikan
KBM PemasaranKayu I Cirebon
Perjanjian/KontrakPengolah
langsung/enduser/pabrikan
Langsung
Pedagangperantara/trader
(perorangan, badanusaha)
Lelang
Public serviceobligation/PSO(pengrajin danwarung kayu)
56
maka perjanjian atau kontrak tersebut dapat diperpanjang satu kali dan
maksimal perpanjangan satu bulan.
Pengajuan pembelian melalui saluran perjanjian atau kontrak
ditujukan kepada Kepala Unit. Permohonan pembelian yang ditujukan ke
Direksi Perum Perhutani akan diteruskan atau direkomendasikan kepada
Kepala Unit. Setiap pengajuan pembelian melalui saluran penjualan
dengan perjanjian atau kontrak dilampiri foto kopi akte pendirian
perusahaan, surat tanda daftar perusahaan, SIUP, KTP pemilik perusahaan,
NPWP, ijin tempat (HO), dan IUIPHHK (ijin usaha industri pengolahan
hasil hutan kayu). Ijin akan diterbitkan setelah persyaratan terpenuhi dan
bukti penyerahan uang tandon yang besarnya ditentukan oleh Unit.
Volume pembelian melalui saluran perjanjian atau kontrak, yaitu kayu
bundar jati AIII dan AII lokal mutu M up minimal 50 m3, kayu bundar jati
AIII vinir atau hara minimal 25 m3, dan kayu bundar jati lokal industri
yang tidak dipilih untuk bahan baku industri (BBI) minimal 25 m3.
b) Saluran Mekanisme Penjualan Langsung
Penjualan langsung adalah penjualan hasil hutan kayu bundar jati
yang dilakukan dengan menerbitkan surat ijin pembelian (SIP). Saluran
penjualan langsung hasil hutan kayu bundar jati ditujukan untuk pengolah
langsung/pabrikan, pedagang perantara/trader (perorangan, badan usaha),
dan public service obligation/PSO (pengrajin dan warung kayu). Produk
hasil hutan kayu bundar jati yang dapat dijual melalui saluran penjualan
langsung, yaitu kayu bundar jati sortimen AI serta AII dan AIII mutu L up,
sedangkan untuk AII mutu T up dan AIII mutu M up seijin Kepala Unit.
Kayu temuan, kayu sisa pencurian, kayu bukti yang sudah divonis
pengadilan dan telah menjadi persediaan, serta kayu hasil uji ulang dapat
dijual melalui saluran penjualan langsung setelah tiga kali dilelang tidak
laku.
Saluran penjualan langsung hasil hutan kayu bundar jati
dilaksanakan dengan menerbitkan surat ijin pembelian (SIP) oleh General
Manager, Manager, dan pejabat lain yang ditunjuk oleh Kepala Unit.
Pelayanan penjualan melalui saluran penjualan langsung dilakukan oleh
57
General Manager, Manager, dan pejabat lain yang ditunjuk oleh Kepala
Unit. Surat ijin pembelian (SIP) dibuat dan diberlakukan per satu bulan
dan tidak dapat diperpanjang.
Pengajuan pembelian melalui saluran penjualan langsung ditujukan
kepada General Manager atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Kepala
Unit. Setiap pengajuan pembelian saluran penjualan langsung
dipersyaratkan melampirkan foto kopi surat-surat perijinan perusahaan
berupa SIUP dan surat ijin industri serta NPWP atau surat-surat identitas
lainnya. Volume pembelian melaui saluran penjualan langsung diatur oleh
Unit.
c) Saluran Mekanisme Penjualan Lelang
Penjualan melalui lelang adalah penjualan penjualan hasil hutan
kayu bundar jati yang dilaksanakan di depan umum dengan cara
penawaran terbuka. Penjualan hasil hutan kayu bundar jati melalui saluran
lelang dilaksanakan oleh kantor pelayanan kekayaan negara dan lelang
(KPKNL) dengan cara penawaran terbuka di tempat yang telah ditetapkan.
Pelaksanaan penjualan melalui saluran lelang dapat juga difasilitasi oleh
Direksi Perum Perhutani dalam rangka mengendalikan harga. Hasil hutan
kayu bundar jati yang dijual melalui saluran lelang adalah kayu bundar jati
semua sortimen dan mutu, kayu bundar jati bahan baku industri (BBI)
yang sudah berubah status menjadi bukan BBI, kayu bundar jati yang
sudah mengalami pengujian ulang, kayu sisa pencurian dan kayu temuan
yang sudah menjadi persediaan, serta kayu bukti yang sudah divonis
pengadilan dan telah menjadi persediaan.
Volume penjualan hasil hutan kayu bundar jati melalui saluran
lelang masing-masing KBM Pemasaran Kayu ditetapkan oleh Kepala Unit.
General Manager mengatur persiapan lelang termasuk jumlah volume
yang ditawarkan pada saat lelang. Daftar kapling yang akan ditawarkan
pada saat lelang (oversicht) untuk masing-masing TPK/TPn disusun oleh
Manager. Sebelum dilaksanakan lelang, terlebih dahulu diumumkan secara
luas melalui papan pengumuman atau di media cetak atau media lain
tentang tanggal atau waktu, tempat, volume, dan jenis. Pelaksanaan lelang
58
di Unit diatur oleh Kepala Unit. Para peminat lelang dapat memperoleh
daftar penawaran lelang (oversicht) di Kantor Manager yang bersangkutan
atau di tempat lain yang ditunjuk oleh General Manager.
4) Bauran Promosi (Promotion Mix)
Promosi merupakan salah satu faktor terpenting dalam proses
pemasaran. Kegiatan promosi bertujuan untuk memberikan gambaran dan
pengetahuan kepada konsumen tentang produk yang akan dipasarkan.
Beberapa kegiatan promosi yang dilakukan oleh KBM Pemasaran Kayu I
Cirebon, yaitu:
a) Iklan melalui Pameran, Poster, Banner, Brosur, dan Leaflet
KBM Pemasaran Kayu I Cirebon biasanya bekerjasama dengan
kesatuan pemangkuan hutan (KPH) dan dinas kehutanan setempat dalam
melakukan promosi berupa kegiatan pameran, lelang, dan kegiatan-
kegiatan lainnya yang sekaligus dapat menjadi media iklan bagi KBM
Pemasaran Kayu I Cirebon. Contohnya, KBM Pemasaran Kayu I Cirebon
menjalin kerjasama dengan pemerintah kota Indramayu dalam hal kegiatan
lelang yang dilaksanakan di aula pemerintahan kota Indramayu, KBM
Pemasaran Kayu I Cirebon juga menjalin kerjasama dengan pemerintah
kabupaten Cirebon dalam kegiatan One Man One Tree (OMOT), serta
KBM Pemasaran Kayu I Cirebon menjalin kerjasama dengan pemerintah
kota Cirebon dalam kegiatan pameran di alun-alun kota Corebon. Semua
kegiatan tersebut menjadi salah satu cara publikasi yang dilakukan oleh
KBM Pemasaran Kayu I Cirebon.
Selain itu, KBM Pemasaran Kayu I Cirebon juga telah memiliki
banner, poster, brosur, dan leaflet yang dapat dibagikan pada berbagai
kesempatan publikasi. Banner dan poster merupakan media publikasi
identitas sekaligus promosi pada saat KBM Pemasaran Kayu I Cirebon
mengikuti pameran-pameran di berbagai tempat. Sedangkan, brosur dan
leaflet berisi profil singkat KBM Pemasaran Kayu I Cirebon dan produk-
produk yang dipasarkan. Brosur dan leaflet akan dibagikan kepada para
konsumen dan diharapkan dapat menjadi media edukasi kepada konsumen
59
dan calon konsumen yang akan membeli produk kayu bundar jati di KBM
Pemasaran Kayu I Cirebon.
b) Iklan dan Pemasaran melalui Internet
KBM Pemasaran Kayu I Cirebon belum memiliki situs perusahaan
dan pemasarannya secara khusus. Akan tetapi, KBM Pemasaran Kayu I
Cirebon yang merupakan salah satu unit bisnis yang dimiliki oleh Perum
Perhutani maka situs pemasarannya dilakukan secara bersamaan dengan
situs yang dimiliki oleh Perum Perhutani. Adapun situs Perum Perhutani
adalah http://www.perumperhutani.com. Selain itu, dalam pelaksanaan
lelang, Perum Perhutani juga bekerjasama dengan sebuah situs internet
pemasaran yang memungkinkan Perum Perhutani dapat ikut melakukan
pemasaran lelang secara online, termasuk KBM Pemasaran Kayu I
Cirebon dapat menggunakan situs pemasaran tersebut dalam proses lelang.
Adapun situs pemasaran lelang tersebut adalah http://www.ipasar.co.id.
Pada situs pemasaran lelang tesebut, KBM Pemasaran Kayu I Cirebon
diberikan tempat khusus untuk dapat mengiklankan sekaligus melelang
produk-produk kayu bundar jati yang siap dilelang.
Menurut Manager KBM Pemasaran Kayu I Cirebon cara
pemasaran lelang melalui situs internet belum begitu efektif di masa
sekarang tetapi dapat menjadi peluang pemasaran di masa yang akan
datang. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah proporsi sumbangan
pendapatan yang dihasilkan dari lelang online sangatlah sedikit bahkan
hampir tidak ada. Kelemahan lainnya adalah orang yang dapat mengakses
informasi tersebut terbatas pada orang-orang yang mampu dan dapat
mengakses internet saja.
c) Word of Mouth Promotion
Hal terpenting yang dilakukan oleh KBM Pemasaran Kayu I
Cirebon adalah menjaga kualitas produk dan memberikan pelayanan yang
baik kepada konsumen. Dengan demikian, diharapkan konsumen akan
merasa puas dan akan menjadi loyal kepada produk tersebut. Loyalitas
konsumen merupakan promosi pemasaran yang cukup efektif karena
60
konsumen yang puas akan memberitahukan kepuasannya kepada
konsumen lainnya.
6.1.4 Aspek Keuangan
KBM Pemasaran Kayu I Cirebon sebagai salah satu unit kerja di Perum
Perhutani telah memiliki pedoman khusus dalam hal administrasi keuangan yang
telah ditentukan dan ditetapkan oleh Perum Perhutani yang ditujukan kepada
seluruh unit kerja yang ada di Perum Perhutani. Dalam mengelola administrasi
keuangannya, KBM Pemasaran Kayu I Cirebon telah memiliki SOP Keuangan
yang ditetapkan oleh Perum Perhutani. KBM Pemasaran Kayu I Cirebon juga
telah memiliki Asisten Manager Administrasi dan Umum dan Kepala Urusan
Keuangan beserta staf khusus keuangan KBM Pemasaran Kayu I Cirebon.
Pendapatan yang dihasilkan dari penjualan produk-produk kayu bundar jati
maupun rimba oleh KBM Pemasaran Kayu I Cirebon setiap harinya harus dikirim
dan dilaporkan kepada bagian keuangan KBM Pemasaran Kayu Unit III Jawa
Barat dan Banten di Bandung melalui bank secara otomatis. Sedangkan,
pengeluaran yang dibutuhkan oleh KBM Pemasaran Kayu I Cirebon harus
memberikan usulan yang ditujukan kepada KBM Pemasaran Kayu Unit III Jawa
Barat dan Banten di Bandung sehingga arus masuk dan keluar keuangan dikelola
oleh bagian keuangan KBM Pemasaran Kayu Unit III Jawa Barat dan Banten.
Sedangkan, bagian keuangan KBM Pemasaran Kayu I Cirebon hanya mencatat
dan melaporkan jumlah pendapatan, serta mengusulkan jumlah pengeluaran yang
dibutuhkan oleh KBM Pemasaran Kayu I Cirebon. Dengan adanya pencatatan dan
pelaporan ganda yang dilakukan oleh bagian keuangan di KBM Pemasaran Kayu
I Cirebon dengan bagian keuangan di KBM Pemasaran Kayu Unit III Jawa Barat
dan Banten tidak jarang terjadi perbedaan atau kesalahan pencatatan dan
pelaporan dari kedua belah pihak. Selain itu, sistem perhitungan ganda tersebut
dapat menyulitkan dalam mendeteksi kesalahan keuangan yang terjadi. Dengan
alasan demikian, antara bagian keuangan di KBM Pemasaran Kayu I Cirebon
dengan di KBM Pemasaran Kayu Unit III Jawa Barat dan Banten selalu
melakukan kordinasi yang dilakukan secara rutin.
61
6.1.5 Aspek Manajemen
Dalam menganalisis aspek manajemen KBM Pemasaran Kayu I Cirebon
dilakukan melalui pendekatan fungsi manajemen, yaitu planning, organizing,
actuating, controlling, dan leading.
1) Perencanaan (Planning)
Dalam melakukan kegiatan operasional pemasaran perusahaan, KBM
Pemasaran Kayu I Cirebon telah memiliki perencanaan pemasarannya dalam
setiap tahunnya yang disebut rencana kerja dan anggaran pemasaran (RKAP).
Rencana kerja dan anggaran pemasaran (RKAP) tersebut ditetapkan secara
bersamaan oleh KBM Pemasaran Kayu Unit III Jawa Barat dan Banten, KBM
Pemasaran Kayu I Cirebon, dan KBM Pemasaran Kayu II Bogor. Dalam
rencana kerja dan anggaran pemasaran (RKAP) dijelaskan mengenai tujuan
dan target pemasaran selama satu tahun, proporsi pemasaran serta anggaran
pendapatan dan pengeluaran setiap kesatuan bisnis mandiri (KBM), dan lain
sebagainya.
2) Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian yang telah diterapkan di KBM Pemasaran Kayu I
Cirebon sesuai dengan ketetapan Direksi Perum Perhutani pada Surat
Keputusan (SK) Direksi Perum Perhutani Nomor : 554/Kpts/Dir/2005 tanggal
26 September 2005 tentang Struktur Organisasi Perum Perhutani. Dimana,
pada setiap bagian di struktur organisasi yang diterapkan di KBM Pemasaran
Kayu I Cirebon telah memiliki jobs description dan pembagian tugas yang
jelas sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan KBM Pemasaran Kayu I
Cirebon.
3) Pemberian Motivasi (Actuating)
Manager KBM Pemasaran Kayu I Cirebon memiliki beberapa metode
dalam pemberian motivasi kepada seluruh karyawan KBM Pemasaran Kayu I
Cirebon. Manager KBM Pemasaran Kayu I Cirebon menempelkan kata-kata
motivasi dan kata-kata mutiara di setiap sudut ruangan kantor KBM
Pemasaran Kayu I Cirebon agar dapat dibaca oleh para karyawan maupun
para tamu yang datang ke KBM Pemasaran Kayu I Cirebon. Selain itu,
Manager KBM Pemesaran Kayu I Cirebon menerapkan sistem reward and
62
punishment, yaitu memberikan reward bagi setiap karyawan yang berhasil
mencapai prestasi tertentu dan memberikan punishment bagi karyaan yang
melakukan kesalahan atau kelalaian dalam bekerja.
4) Pengendalian (Controlling)
Proses pengendalian yang dilakukan oleh Manager KBM Pemasaran
Kayu I Cirebon berupa laporan dan progress report yang harus dilaporkan
oleh setiap bagian di KBM Pemasaran Kayu I Cirebon. Selain itu, dalam
melakukan proses pengendaliannya, Manager KBM Pemasaran Kayu I
Cirebon melakukan penilaian indeks prestasi kerja bagi setiap karyawan di
KBM Pemasaran Kayu I Cirebon yang akan dilaporkan kepada bagian
sumberdaya manusia di kantor Unit III Jawa Barat dan Banten.
5) Kepemimpinan (Leading)
Kepemimpinan KBM Pemasaran Kayu I Cirebon dipegang oleh
seorang Manager yang bernama Ir. H. Adam Sukmara. Manager KBM
Pemasaran Kayu I Cirebon memiliki kepemimpinan yang bersifat tegas,
disiplin, dan demokratis. Beliau akan bertindak tegas dan disiplin terhadap
karyawan yang melakukan kesalahan dan kelalaian kerja tetapi beliau juga
tidak segan-segan untuk bertanya dan memusyawarahkan sesuatu kepada para
karyawannya.
6.1.6 Aspek Penelitian dan Pengembangan
Pada bidang penelitian dan pengembangan, Perum Perhutani telah
melakukan penelitian dan pengembangan terhadap tanaman jati yang disebut Jati
Plus Perhutani (JPP) yaitu jati yang perkembangan diameternya akan bertambah 4
cm per tahunnya. KBM Pemasaran Kayu I Cirebon selalu melakukan pengujian
terhadap kayu-kayu bundar jati yang baru ditebang sebelum masuk ke dalam
TPK/TPn/TPKh oleh mandor penguji. Pengujian tersebut dimaksudkan untuk
mengelompokkan kayu bundar jati menurut spesifikasinya.
Dalam bidang pemasaran, KBM Pemasaran Kayu I Cirebon telah
melakukan riset pasar terkait preferensi konsumen terhadap kayu bundar jati yang
diminati oleh pasar sehingga KBM Pemasaran Kayu I Cirebon dapat memberikan
usulan spesifikasi kayu bundar jati yang sebaiknya ditebang kepada kesatuan
pemangkuan hutan (KPH).
63
Selain itu, dalam pengembangan sumberdaya manusia yang ada di KBM
Pemasaran Kayu I Cirebon secara rutin mengirimkan karyawannya mengikuti
pendidikan dan latihan (diklat) kehutanan Perum Perhutani di kota Madiun
sehingga sofskills para karyawan akan semakin meningkat dan semakin
berpeluang untuk mendapatkan promosi jabatan bagi karyawan yang telah
mengikuti pendidikan dan latihan tersebut.
6.2 Analisis Lingkungan Eksternal
Analisis lingkungan eksternal perusahaan dilakukan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman suatu
perusahaan. Analisis lingkungan eksternal perusahaan terdiri atas lingkungan jauh
dan lingkungan industri.
6.2.1 Lingkungan Jauh
Lingkungan jauh merupakan lingkungan eksternal yang memiliki
pengaruh tidak langsung kepada perusahaan. Lingkungan jauh dapat dianalisis
dengan menggunakan pendekatan aspek politik, ekonomi, sosial-budaya, dan
teknologi.
6.2.1.1 Aspek Politik
Aspek stabilitas politik negara Indonesia baik secara langsung maupun
tidak langsung dapat mempengaruhi pemasaran di KBM Pemasaran Kayu I
Cirebon. Kestabilan politik negara Indonesia akan membawa dampak positif
terhadap perkembangan pemasaran KBM Pemasaran Kayu I Cirebon karena
biasanya kestabilan politik suatu negara berimplikasi terhadap kestabilan ekonomi
suatu negara. Pemerintah sebagai stakeholder memiliki peranan penting dalam
kestabilan politik serta memiliki peranan penting dalam menciptakan kebijakan
yang dapat menstabilkan kondisi politik di suatu negara.
1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1978 TentangPenambahan Unit Produksi Perusahaan Umum Kehutanan Negara
Kebijakan peraturan pemerintah ini berisi mengenai pembubaran
Dinas Kehutanan Daerah Tingkat I Jawa Barat serta menambah unit produksi
perusahaan umum kehutanan negara (Perum Perhutani) Unit III Jawa Barat
yang bertempat di Bandung. Segala hak dan kewajiban, kekayaan, serta
64
perlengkapan yang semula dimiliki oleh Dinas Kehutanan Daerah Tingkat I
Jawa Barat beralih kepada Perum Perhutani Unit III Jawa Barat. Oleh sebab
itu, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat memperoleh kesempatan atau
peluang dalam mengelola hutan yang ada di Jawa Barat.
2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2003 TentangPerusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani)
Dalam kebijakan peraturan pemerintah ini, perusahaan umum
kehutanan negara (Perum Perhutani) adalah Badan usaha milik negara
sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969, yang
bidang usahanya berada dalam lingkup tugas dan kewenangan Menteri,
dimana seluruh modalnya dimiliki Negara berupa kekayaan Negara yang
dipisahkan dan tidak terbagi atas saham. Salah satu isi di dalam kebijakan ini
antara lain mengenai Perum Perhutani yang diberikan kewenangan oleh
pemerintah untuk melakukan pengelolaan kehutanan dengan wilayah kerja
seluruh Pulau Jawa, yang bagi menjadi Unit I Jawa Tengah, Unit II Jawa
Timur, dan Unit III Jawa Barat dan Banten.
3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2002 TentangTata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutandan Penggunaan Kawasan Hutan
Dalam peraturan pemerintah ini menjelaskan bagaimana tata hutan,
pengelolaan hutan, serta pemanfaatan hutan dan penggunaan hutan. Perum
Perhutani sebagai badan usaha miliki negara (BUMN) yang bertanggung
jawab dalam pengelolaan dan pemanfaatan hutan telah memiliki sistem dan
prosedur yang berlaku yang sesuai dengan peraturan pemerintah yang ada.
Lain halnya dengan hutan rakyat yan sebagian besar belum memiliki sistem
dan prosedur serta perizinan dalam pengelolaan hutan sehingga menjadikan
peluang kepada Perum Perhutani untuk dapat mengoptimalkan kesempatan
dalam melakukan pengelolaan dan pemanfaatan hutan sesuai dengan
kebijakan yang ada.
4) Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
Undang-undang ini menjelaskan mengenai sumberdaya alam
kehutanan yang dimiliki oleh Negara Indonesia. Semua hutan di dalam
wilayah Republik Indonesia termasuk kekayaan alam yang terkandung di
65
dalamnya dikuasai oleh negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Penguasaan hutan oleh negara memberi wewenang kepada pemerintah untuk
mengatur dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan hutan,
kawasan hutan, dan hasil hutan, menetapkan status wilayah tertentu sebagai
kawasan hutan atau kawasan hutan sebagai bukan kawasan hutan, serta
mengatur dan menetapkan hubungan-hubungan hukum antara orang dengan
hutan, serta mengatur perbuatan-perbuatan hukum mengenai kehutanan.
Salah satu perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) yang diberikan
wewenang dalam pengelolaan dan pemanfaatan hutan di Pulau Jawa adalah
Perum Perhutani.
6.2.1.2 Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi suatu negara akan berpengaruh terhadap kestabilan dan
perkembangan suatu perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Apabila keadaan ekonomi suatu negara dalam keadaan baik atau stabil maka
perkembangan perusahaan pun akan stabil. Sedangkan, jika keadaan ekonomi
suatu negara dalam keadaan buruk atau tidak stabil maka perkembangan
perusahaan pun akan tidak stabil.
1) Ketidakstabilan Nilai Kurs Mata Uang Rupiah terhadap Dollar
Ketidakstabilan nilai kurs mata uang suatu negara merupakan salah
satu indikator perkembangan ekonomi negara tersebut. Ketika kurs mata uang
suatu negara mengalami penguatan atau terapresiasi terhadap mata uang
negara lain, maka daya tawar mata uang negara tersebut akan meningkat.
Sebaliknya, ketika kurs mata uang suatu negara melemah atau terdepresiasi
terhadap mata uang negara lain, maka daya tawar mata uang negara tersebut
akan menurun. Mata uang yang sering menjadi tolak ukur penentuan kurs
mata uang suatu negara adalah mata uang dollar karena dollar memiliki
kestabilan yang cukup tinggi. Kurs mata uang rupiah terhadap dollar dapat
dilihat pada Gambar 13.
66
Gambar 13. Kurs Mata Uang Rupiah terhadap Dollar Tahun 2006-20093
Sumber: Bank Indonesia (2010), diolah
2) Tingkat Inflasi di Indonesia
Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga
secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang
saja tidak dapat disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau
mengakibatkan kenaikan harga pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi
disebut deflasi.
Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi
adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu
menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi
masyarakat yang nantinya akan mengakibatkan perubahan daya beli
masyarakat. Ketika tingkat inflasi suatu negara meningkat, maka tingkat
harga barang dan jasa yang ada di negara tersebut meningkat, sehingga daya
beli masyarakat akan semakin menurun, begitu juga sebaliknya. Berikut
adalah data tingkat inflasi di Indonesia pada tahun 2006 hingga 2009
(Gambar 14).
3 [Anonimus]. 2010. Kurs Nilai Tukar Mata Uang. http://www.bi.go.id. [1 Mei 2010].
(Rp10.600,00)(Rp10.400,00)(Rp10.200,00)(Rp10.000,00)(Rp9.800,00)(Rp9.600,00)(Rp9.400,00)(Rp9.200,00)(Rp9.000,00)(Rp8.800,00)(Rp8.600,00)(Rp8.400,00)
Kurs
Rp/
USD
66
Gambar 13. Kurs Mata Uang Rupiah terhadap Dollar Tahun 2006-20093
Sumber: Bank Indonesia (2010), diolah
2) Tingkat Inflasi di Indonesia
Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga
secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang
saja tidak dapat disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau
mengakibatkan kenaikan harga pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi
disebut deflasi.
Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi
adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu
menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi
masyarakat yang nantinya akan mengakibatkan perubahan daya beli
masyarakat. Ketika tingkat inflasi suatu negara meningkat, maka tingkat
harga barang dan jasa yang ada di negara tersebut meningkat, sehingga daya
beli masyarakat akan semakin menurun, begitu juga sebaliknya. Berikut
adalah data tingkat inflasi di Indonesia pada tahun 2006 hingga 2009
(Gambar 14).
3 [Anonimus]. 2010. Kurs Nilai Tukar Mata Uang. http://www.bi.go.id. [1 Mei 2010].
10.394
9.680
9.136
2006 2007 2008
Tahun
Kurs Rupiah / 1 USD
66
Gambar 13. Kurs Mata Uang Rupiah terhadap Dollar Tahun 2006-20093
Sumber: Bank Indonesia (2010), diolah
2) Tingkat Inflasi di Indonesia
Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga
secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang
saja tidak dapat disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau
mengakibatkan kenaikan harga pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi
disebut deflasi.
Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi
adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu
menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi
masyarakat yang nantinya akan mengakibatkan perubahan daya beli
masyarakat. Ketika tingkat inflasi suatu negara meningkat, maka tingkat
harga barang dan jasa yang ada di negara tersebut meningkat, sehingga daya
beli masyarakat akan semakin menurun, begitu juga sebaliknya. Berikut
adalah data tingkat inflasi di Indonesia pada tahun 2006 hingga 2009
(Gambar 14).
3 [Anonimus]. 2010. Kurs Nilai Tukar Mata Uang. http://www.bi.go.id. [1 Mei 2010].
9.166
2009
67
Gambar 14. Tingkat Inflasi Indonesia Tahun 2006-20094
Sumber: Bank Indonesia (2010), diolah
Dari gambar di atas, dapat dilihat tingkat inflasi negara Indonesia
yang berfluktuasi. Tingkat inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu
sebesar 11,06 persen. Hal tersebut terjadi disebabkan oleh terjadinya krisis
perekonomian global. Akan tetapi, pada gambar diatas dapat dilihat bahwa
tingkat inflasi di Indonesia memiliki kecenderungan yang menurun, dimana
tingkat inflasi pada tahun selanjutnya yaitu tahun 2009 mengalami penurunan
yang cukup tajam menjadi sebesar 2,78 persen yang mengakibatkan
perekonomian yang cukup stabil.
3) Nilai Ekspor dan Impor Subsektor Kehutanan Indonesia
Pada era perdagangan global, bagi sebuah negara yang menganut
sistem perekonomian terbuka, faktor perdagangan melalui kegiatan ekspor
dan impor merupakan salah satu komponen yang dapat mempengaruhi
tingkat pengeluaran agregat (Agregate Expenditure) yang dapat merespon
tingkat pendapatan nasional. Nilai ekspor dan impor suatu barang dan jasa
dapat menjadi salah satu tolak ukur nilai permintaan dan penawaran barang
dan jasa tersebut pada negara tersebut.
Subsektor kehutanan menjadi salah satu susbsektor yang memberikan
kontribusi (share) terhadap nilai produk domestik bruto (PDB) di negara
4 [Anonimus]. 2010. Tingkat Inflasi Indonesia. http://www.bi.go.id. [1 Mei 2010].
6,60%
0,00%
2,00%
4,00%
6,00%
8,00%
10,00%
12,00%
2006
Infla
si
67
Gambar 14. Tingkat Inflasi Indonesia Tahun 2006-20094
Sumber: Bank Indonesia (2010), diolah
Dari gambar di atas, dapat dilihat tingkat inflasi negara Indonesia
yang berfluktuasi. Tingkat inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu
sebesar 11,06 persen. Hal tersebut terjadi disebabkan oleh terjadinya krisis
perekonomian global. Akan tetapi, pada gambar diatas dapat dilihat bahwa
tingkat inflasi di Indonesia memiliki kecenderungan yang menurun, dimana
tingkat inflasi pada tahun selanjutnya yaitu tahun 2009 mengalami penurunan
yang cukup tajam menjadi sebesar 2,78 persen yang mengakibatkan
perekonomian yang cukup stabil.
3) Nilai Ekspor dan Impor Subsektor Kehutanan Indonesia
Pada era perdagangan global, bagi sebuah negara yang menganut
sistem perekonomian terbuka, faktor perdagangan melalui kegiatan ekspor
dan impor merupakan salah satu komponen yang dapat mempengaruhi
tingkat pengeluaran agregat (Agregate Expenditure) yang dapat merespon
tingkat pendapatan nasional. Nilai ekspor dan impor suatu barang dan jasa
dapat menjadi salah satu tolak ukur nilai permintaan dan penawaran barang
dan jasa tersebut pada negara tersebut.
Subsektor kehutanan menjadi salah satu susbsektor yang memberikan
kontribusi (share) terhadap nilai produk domestik bruto (PDB) di negara
4 [Anonimus]. 2010. Tingkat Inflasi Indonesia. http://www.bi.go.id. [1 Mei 2010].
6,60%
6,59%
11,06%
2006 2007 2008
Tahun
Tingkat Inflasi Indonesia
67
Gambar 14. Tingkat Inflasi Indonesia Tahun 2006-20094
Sumber: Bank Indonesia (2010), diolah
Dari gambar di atas, dapat dilihat tingkat inflasi negara Indonesia
yang berfluktuasi. Tingkat inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu
sebesar 11,06 persen. Hal tersebut terjadi disebabkan oleh terjadinya krisis
perekonomian global. Akan tetapi, pada gambar diatas dapat dilihat bahwa
tingkat inflasi di Indonesia memiliki kecenderungan yang menurun, dimana
tingkat inflasi pada tahun selanjutnya yaitu tahun 2009 mengalami penurunan
yang cukup tajam menjadi sebesar 2,78 persen yang mengakibatkan
perekonomian yang cukup stabil.
3) Nilai Ekspor dan Impor Subsektor Kehutanan Indonesia
Pada era perdagangan global, bagi sebuah negara yang menganut
sistem perekonomian terbuka, faktor perdagangan melalui kegiatan ekspor
dan impor merupakan salah satu komponen yang dapat mempengaruhi
tingkat pengeluaran agregat (Agregate Expenditure) yang dapat merespon
tingkat pendapatan nasional. Nilai ekspor dan impor suatu barang dan jasa
dapat menjadi salah satu tolak ukur nilai permintaan dan penawaran barang
dan jasa tersebut pada negara tersebut.
Subsektor kehutanan menjadi salah satu susbsektor yang memberikan
kontribusi (share) terhadap nilai produk domestik bruto (PDB) di negara
4 [Anonimus]. 2010. Tingkat Inflasi Indonesia. http://www.bi.go.id. [1 Mei 2010].
2,78%
2009
68
Indonesia. Dalam kontribusinya, subsektor kehutanan merupakan salah satu
subsektor bagian dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan.
Nilai ekspor dan impor hasil hutan di negara Indonesia memiliki
kecenderungan yang semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari data pada
Tabel 18.
Tabel 18. Perkembangan Ekspor dan Impor Hasil Hutan Indonesia Tahun 2003-2008
TahunEkspor Impor
Volume (Kg) Nilai ( US $) Volume (Kg) Nilai ( US $)2003 6.297.469.932 2.620.866.953 951.124.151 456.591.6542004 4.773.434.950 2.304.028.844 1.173.033.399 646.795.9622005 5.217.332.191 2.405.074.224 1.220.932.713 660.235.1942006 5.213.838.507 2.769.040.641 1.375.277.523 743.640.5642007 5.912.145.816 2.797.910.711 1.215.592.690 730.966.0142008 2.737.617.191 1.623.191.376 1.814.245.010 1.257.092.975
Sumber: Badan Pusat Statistik diacu dalam Eksekutif Data Strategis Kehutanan (2009), diolah
6.2.1.3 Aspek Sosial-Budaya
Perubahan sosial-budaya memiliki pengaruh yang besar terhadap hampir
semua produk, jasa, pasar, dan pelanggan. Aspek sosial-budaya berkaitan dengan
demografi penduduk, trend, gaya hidup masyarakat, perilaku konsumsi, dan lain
sebagainya. Faktor-faktor sosial-budaya tersebut dapat menjadi faktor peluang
maupun ancaman bagi suatu perusahaan.
1) Kelestarian Hutan
Peningkatan pemanasan global semakin dapat dirasakan oleh seluruh
manusia di dunia ini. Salah satu penyebab meningkatnya pemanasan global di
dunia ini disebabkan oleh peningkatan kadar karbon dioksida (CO2) di udara
atau yang biasa disebut dengan efek rumah kaca. Peningkatan kadar CO2 di
udara tersebut, salah satunya disebabkan oleh semakin berkurangnya luas
wilayah hutan sebagai tempat tumbuhnya tanaman yang dapat menghasilkan
oksigen (O2) dan menyerap karbon dioksida (CO2) sebagai proses
fotosintesis.
Hal tersebut menjadi salah satu alasan beberapa lembaga swadaya
masyarakat yang ada di seluruh dunia membentuk sebuah kegiatan yang
ramah lingkungan, seperti pemberian sertifikasi ekolabel pada hutan-hutan di
69
seluruh dunia. Salah satu lembaga swadaya masyarakat yang memberikan
sertifikasi ekolabel tersebut adalah Forest Stewardship Council (FSC) yang
telah diakui di seluruh dunia. Ada beberapa prinsip dan kriteria yang perlu
dipenuhi untuk mendapatkan sertifikasi ekolabel dari FSC yang disebut
dengan FSC Principles and Criteria, yaitu:
a) Principle 1
Compliance with all applicable laws and international treaties.
b) Principle 2
Demonstrated and uncontested, clearly defined, long–term land tenure
and use rights.
c) Principle 3
Recognition and respect of indigenous peoples' rights.
d) Principle 4
Maintenance or enhancement of long-term social and economic well-being
of forest workers and local communities and respect of worker’s rights in
compliance with International Labour Organisation (ILO) conventions.
e) Principle 5
Equitable use and sharing of benefits derived from the forest.
f) Principle 6
Reduction of environmental impact of logging activities and maintenance
of the ecological functions and integrity of the forest.
g) Principle 7
Appropriate and continuously updated management plan.
h) Principle 8
Appropriate monitoring and assessment activities to assess the condition
of the forest, management activities and their social and environmental
impacts.
i) Principle 9
Maintenance of High Conservation Value Forests (HCVFs) defined as
environmental and social values that are considered to be of outstanding
significance or critical importance.
70
j) Principle 10
In addition to compliance with all of the above, plantations must
contribute to reduce the pressures on and promote the restoration and
conservation of natural forests.
Perum Perhutani yang menggunakan sistem Pengelolaan Hutan
Lestari (PHL) menjadikan sertifikasi ekolabel tersebut menjadi sebuah
peluang bagi Perum Perhutani khususnya KBM Pemasaran Kayu I
Cirebon karena hasil hutan yang berasal dari hutan yang telah
bersertifikasi ekolabel memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Di samping
itu, permintaan kayu bundar jati yang berasal dari hutan yang bersertfikat
juga semakin meningkat baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
2) Tingkat Deforestasi di Indonesia
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki wilayah
kawasan hutan yang luas. Akan tetapi, setiap tahunnya hutan di negara
Indonesia mengalami deforestasi yaitu perubahan fungsi hutan (Tabel 19).
Hal tersebut merupakan sebuah ancaman bagi Perum Perhutani yang
bertanggung jawab dalam mengelola dan memanfaatkan hutan yang ada di
Pulau Jawa.
Tabel 19. Deforestasi Tujuh Pulau Besar di Indonesia Tahun 2001-2005
PulauDeforestasi (Ha/Tahun) Persentase
JumlahJumlah Rata-rataSumatera 1.345.500 269.100 24,70Kalimantan 1.230.100 246.020 22,58Sulawesi 866.300 173.260 15,90Maluku 214.900 42.980 3,94Papua 718.400 143.680 13,19Jawa 712.800 142.560 13,08Bali dan Nusa Tenggara 359.800 71.960 6,60Indonesia 5.447.800 1.089.560 100,00
Keterangan: Hasil citra spot vegetasi resolusi spasial 1 km
Sumber: Dirjen Planologi Kehutanan diacu dalam Eksekutif Data Strategis Kehutanan (2009)
Deforestasi biasanya disebabkan oleh perusakan hutan, pembalakan
liar, pembukaan lahan, mutasi fungsi hutan, dan lain sebagainya. Dengan
demikian, jika semakin tinggi deforestasi hutan, terlebih lagi deforestasi hutan
71
produksi, maka jumlah kayu jati yang dapat ditebang juga akan semakin
berkurang, sehingga pendapatan dari penjualan kayu bundar jati juga akan
berkurang.
6.2.1.4 Aspek Teknologi
Perubahan teknologi yang revolusioner dan penemuan memiliki pengaruh
yang dramatis terhadap suatu organisasi atau perusahaan. Pada umumnya,
penemuan teknologi dapat menurunkan biaya produksi dan meningkatkan jumlah
produksi suatu perusahaan.
1) Perkembangan Teknologi Pemasaran
Perkembangan teknologi pada aspek pemasaran terlihat pada faktor
promosi dan distribusi suatu pemasaran. Hal ini disebabkan oleh semakin
pesatnya perkembangan teknologi di bidang transportasi dan telekomunikasi.
Pada faktor promosi, perkembangan yang sangat pesat terlihat pada teknologi
internet yang semakin menjadi rujukan masyarakat dalam mengakses
informasi. Hampir setiap masyarakat dapat mengakses internet baik di
warung internet, kantor, bahkan di telepon selular masing-masing. Hal ini
menjadikan internet sebagai alat promosi yang efektif dan relatif murah jika
dibandingkan promosi dengan mengunakan media elektronik lain.
Menanggapi hal tersebut, KBM Pemasaran Kayu I Cirebon telah
memanfaatkan perkembangan teknologi tersebut dengan melakukan
penjualan lelang kayu bundar jati melalui internet yang memanfaatkan
hubungan kerja Perum Perhutani dengan pihak I-Pasar. Selain itu, KBM
Pemasaran Kayu I Cirebon juga telah memiliki electronic mail (e-mail).
Sedangkan, pada faktor distribusi, perkembangan teknologi transportasi saat
ini juga sangat pesat. Telah banyak terdapat alternatif alat transportasi yang
dapat mendistribusikan kayu bundar jati dari TPK/TPn/TPKh yang diampu
oleh KBM Pemasaran Kayu I Cirbon kepada para konsumennya.
2) Perkembangan Teknologi Produksi
Perkembangan teknologi pada kegiatan produksi dapat berdampak
pada efisiensi biaya produksi suatu perusahaan. Perum Perhutani telah
memiliki teknologi yang dapat membantu penelitian dan pengembangan
produksi produk kayu bundar jati dengan cara memutasi faktor-faktor genetik
72
tanaman jati sehingga tanaman jati akan memiliki keunggulan dalam segi
umur tanam, ukuran diameter, dan lain sebagainya.
Perum Perhutani telah memiliki bibit tanaman jati unggul yang
disebut dengan Jati Perhutani Plus (JPP). Jati ini dapat tumbuh lebih cepat
dibandingkan dengan tanaman jati lainnya dengan perkembangan ukuran
diameter yang lebih besar dan cepat. Selain itu, pada kegiatan penebangan
Perum Perhutani telah memiliki alat pemotong kayu berupa gergaji mesin
yang lebih modern, seperti circle saw, band saw ukuran 36 inchi, mesin
rotary, dan lain sebagainya sehingga dapat mempercepat waktu pemotongan
dan mengurangi jam kerja dan jumlah pekerja.
6.2.2 Lingkungan Industri
Lingkungan industri merupakan lingkungan yang dekat dengan perusahaan
sehingga secara langsung dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Porter (1991)
merumuskan lingkungan industri suatu perusahaan terdiri atas beberapa faktor
berikut:
6.2.2.1 Kekuatan Tawar Menawar Pembeli
Kekuatan tawar menawar pembeli atau konsumen di KBM Pemasaran
Kayu I Cirebon dapat dikatakan lemah. Hal ini disebabkan konsumen yang biasa
membeli kayu bundar jati di KBM Pemasaran Kayu I Cirebon belum memiliki
persatuan atau asosiasi pembeli yang dapat meningkatkan daya tawar pembeli
tersebut. Selain itu, Perum Perhutani merupakan satu-satunya perusahaan badan
usaha milik negara (BUMN) yang diberikan wewenang untuk mengelola
kehutanan di Pulau Jawa secara legal. Dengan demikian, keadaan tersebut
membuat konsumen kayu bundar jati memiliki biaya peralihan atau biaya
imbangan (opportunities cost) yang besar karena konsumen sangat sulit berpindah
kepada perusahaan lain atau produk substitusi lainnya.
6.2.2.2 Ancaman Pendatang Baru
Adanya keuntungan yang dirasakan suatu perusahaan dalam suatu industri
dapat menarik perusahaan lain untuk masuk ke dalam industri. Masuknya
perusahaan baru dalam industri berpengaruh terhadap perusahaan yang sudah ada
terlebih dahulu dalam industri karena akan terjadi perebutan pangsa pasar dan
73
sumberdaya produksi. Namun, tidak semua perusahaan baru dapat masuk dalam
industri. Hal ini disebabkan adanya hambatan masuk (barrier to entry) industri,
sehingga kemampuan perusahaan untuk menghadapi hambatan tersebut
menentukan apakah perusahaan tersebut dapat masuk ke dalam industri. Porter
(1991) menyebutkan terdapat enam hal yang menjadi hambatan bagi perusahaan
baru untuk masuk ke dalam industri. Enam hal tersebut adalah sebagai berikut:
1) Skala Ekonomis
Untuk mendirikan perusahaan kayu bundar jati harus beroperasi pada skala
usaha yang cukup besar. Hal ini disebabkan besarnya pangsa pasar yang
dapat dimasuki oleh produk kayu bundar jati ditambah lagi biaya pra-
produksi berupa biaya perizinan, legalitas, dan lain sebagainya.
2) Diferensiasi Produk
Produk yang dihasilkan perusahaan kayu bundar jati hampir sama secara
fisik. Hal yang membedakan adalah dalam segi kualitas produk kayu bundar
jati berkaitan dengan spesifikasi dan sertifikasi ekolabel kayu yang dilakukan
oleh Perum Perhutani.
3) Kebutuhan Modal
Modal yang diperlukan untuk memulai usaha ini cukup besar karena untuk
memulai usaha ini diperlukan biaya pra-produksi, produksi, dan pasca-
produksi yang sangat tinggi. Biaya pra-produksi dimulai dari biaya perizinan
usaha, sertifikasi ekolabel, pembukaan lahan tanam, dan lain sebagainya.
Sedangkan, biaya produksi terkait pembelian bibit unggul, pemeliharaan, dan
lain sebagainya. Selanjutnya, biaya pasca-produksi terkait dengan biaya
penebangan, biaya pengangkutan, biaya perizinan penjualan, dan lain
sebagainya.
4) Biaya Beralih Pemasok
Biaya beralih pemasok yang harus dikeluarkan oleh pendatang baru cukup
besar. Hal ini disebabkan biasanya KBM Pemasaran Kayu I Cirebon telah
memiliki hubungan yang cukup baik dengan kesatuan pemangkuan hutan
(KPH). Selain itu, prioritas utama yang menerima pasokan kayu bundar jati
dari KPH adalah KBM yang dimiliki oleh Perum Perhutani. Hubungan kerja
yang telah terjalin secara baik dan sesuai prosedur akan menyebabkan
74
pendatang baru kesulitan bahkan tidak mungkin untuk mengalihkan pemasok
tersebut.
5) Akses ke Saluran Distribusi
Saluran mekanisme penjualan untuk produk ini biasanya terdiri dari tiga
saluran mekanisme penjualan, yaitu saluran mekanisme distribusi penjualan
dengan perjanjian atau kontrak, langsung, dan lelang. Ketiga mekanisme
tersebut telah memiliki sistem dan ketentuan legalitas yang mengatur
sehingga pendatang baru yang akan masuk ke dalam industri ini akan
berdampak kepada harga jual kayu bundar jati yang lebih tinggi. Sedangkan,
saluran distribusi penjualan yang biasa terjadi di KBM Pemasaran Kayu I
Cirebon hanya ada 2, yaitu KBM Pemasaran Kayu I Cirebon ke pedagang
pengolah ke konsumen atau KBM Pemasaran Kayu I Cirebon ke pedagang
perantara ke pedagang pengolah ke konsumen
6) Independensi Ukuran Kerugian Biaya
Perusahaan yang sudah mapan mungkin memiliki keunggulan biaya yang
tidak mungkin ditiru oleh pendatang baru. Keunggulan itu mungkin berupa
kekayaan pengetahuan produk yang dilindungi oleh paten, akses untuk bahan
mentah yang lebih baik, lokasi yang lebih baik, atau subsidi pemerintah.
Dalam industri kayu bundar jati, perusahaan yang sudah mapan biasanya
memiliki akses kepada bahan baku yang lebih baik melalui peraturan legalitas
yang berlaku. Peraturan legalitas ini yang akan menjadi tantangan dan
hambatan masuknya pendatang baru.
6.2.2.3 Persaingan dalam Industri
Pesaing dalam industri kayu bundar jati adalah perusahaan lain yang juga
menjual produk kayu bundar jati. Produk kayu bundar jati dapat dipasarkan oleh
perusahaan yang memiliki lahan yang telah ditanami tanaman jati atau biasa
disebut dengan hutan jati rakyat. Beberapa daftar pesaing penjual kayu bundar jati
dapat dilihat pada Tabel 20.
75
Tabel 20. Beberapa Daftar Perusahaan yang Menjual Kayu Bundar Jati di PulauJawa Tahun 2009
No.Nama
PerusahaanLokasi
Harga Jual Rataan (dalam jutaanrupiah)
AI(Ø 19 cm)
AII(Ø 28 cm)
AIII(Ø 60 cm)
1KBM PemasaranKayu Bogor
Jawa Barat 1.711,0 3.379,0 7.638,5
2KBM PemasaranKayuPekalongan
Jawa Tengah 1.795,0 3.546,0 8015,5
3KBM PemasaranKayuPurwokerto
Jawa Tengah 1.795,0 3.546,0 8015,5
4KBM PemasaranKayu Cepu
Jawa Tengah 1.795,0 3.546,0 8015,5
5KBM PemasaranKayuRandublatung
Jawa Tengah 1.795,0 3.546,0 8015,5
6KBM PemasaranKayu Madiun
Jawa Timur 1.795,0 3.546,0 8015,5
7KBM PemasaranKayu Ngawi
Jawa Timur 1.795,0 3.546,0 8015,5
8KBM PemasaranKayuBojonegoro
Jawa Timur 1.795,0 3.546,0 8015,5
9KBM PemasaranKayu Mojokerto
Jawa Timur 1.795,0 3.546,0 8015,5
10Hutan JatiRakyat
Pulau Jawa 658,0 1.300,0 2.938,5
Sumber: RUPHR dan PPDN Perum Perhutani (2010), diolah
Tabel 20 menunjukkan bahwa industri kayu bundar jati masih merupakan
pasar oligopoli dimana terdapat beberapa penjual dan banyak pembeli. Persaingan
dalam industri ini adalah dalam segi harga dan kualitas. Dua hal tersebut
merupakan faktor terpenting untuk merebut pangsa pasar. Dalam segi harga, harga
produk kayu bundar jati sangat bervariasi. Akan tetapi, perbedaan harga produk
kayu bundar jati yang dipasarkan oleh semua KBM Pemasaran Kayu milik Perum
Perhutani terdapat sedikit perbedaan sesuai dengan kualitas dan spesifikasi
masing-masing kayu bundar jati yang dihasilkan setiap kesatuan pemangkuan
hutan (KPH) di Perum Perhutani. Akan tetapi, jika dilihat perbandingan harga
kayu bundar jati yang dipasarkan oleh Perum Perhutani dengan kayu bundar jati
yang berasal dari hutan jati rakyat sangat berbeda jauh. Hal ini disebabkan kayu
76
bundar jati yang berasal dari hutan jati rakyat tidak memiliki SOP dan pengujian
spesifikasi khusus terhadap kayu bundar jati. Kisaran harga yang cukup
bervariatif ini menimbulkan persaingan harga dalam industri karena harga yang
rendah dapat menjadi penarik konsumen. Namun, harga sangat berkaitan dengan
kualitas produk dan kualitas pelayanan perusahaan. Harga dengan kualitas produk
dan layanan perusahaan memiliki hubungan yang berbanding lurus.
Dalam hal persaingan harga dan kualitas, KBM Pemasaran Kayu I Cirebon
memiliki kekuatan yang dapat menjadi faktor keunggulannya dalam bersaing.
Dalam uraian sebelumnya, diketahui bahwa dalam segi kualitas, produk kayu
bundar jati dari KBM Pemasaran Kayu I Cirebon merupakan produk kayu bundar
jati yang memiliki variasi kualitas dan spesifikasi yang tinggi. Selain itu, produk
kayu bundar jati KBM Pemasaran Kayu I Cirebon memiliki legalitas dan dalam
proses sertifikasi ekolabel. Harga yang ditawarkan perusahaan ini cukup bersaing
apabila dibandingkan dengan produk kayu bundar jati yang dijual oleh KBM
Pemasaran Kayu Unit I Jawa Tengah dan Unit II Jawa Timur. Dua faktor ini
menjadi salah satu faktor persaingan dalam industri kayu bundar jati.
6.2.2.4 Kekuatan Tawar Menawar Pemasok
Pemasok memiliki peranan yang penting karena berkaitan dengan
kontinyuitas produksi. Selain itu, pemasok juga menentukan kualitas dan
kuantitas produk yang diproduksi. KBM Pemasaran Kayu I Cirebon mendapatkan
pasokan kayu bundar jati dari tujuh kesatuan pemangkuan hutan (KPH) yang
diampu oleh KBM Pemasaran Kayu I Cirebon. Dalam kedudukan di struktur
organisasi Perum Perhutani, KBM dan KPH menempati kedudukan yang hampir
sama. Kesatuan pemangkuan hutan (KPH) berkedudukan pada bagian produksi
dan bertanggung jawab penuh terhadap kegiatan produksi. Sedangkan, Kesatuan
bisnis mandiri (KBM) berkedudukan pada bagian pemasaran dan bertanggung
jawab penuh terhadap kegiatan pemasaran. Dengan demikian, KPH tidak dapat
mencampuri urusan pemasaran oleh KBM, begitu juga sebaliknya KBM tidak
dapat mencampuri urusan produksi oleh KPH. Oleh sebab itu, diperlukan
komunikasi dan kordinasi yang baik dan terpadu antara KPH dan KBM agar
kegiatan pemasaran secara umum dapat berjalan dengan baik dan lancar.
77
Selain itu, dengan penerapan sistem penggajian atau pemberian rumenerasi
upah bagi seluruh karyawan Perum Perhutani ditentukan juga oleh hasil penjualan
dari pendapatan pemasaran masing-masing Unit. Ketika pemasaran yang
dilakukan oleh KBM mengalami kendala dari bagian produksi KPH yang
mengakibatkan pendapatan KBM menurun maka pendapatan masing-masing Unit
juga menurun yang selanjutnya akan berdampak pada gaji yang diberikan kepada
seluruh karyawan pada Unit tersebut termasuk bagian produksi juga akan
berkurang sehingga dapat disimpulkan bahwa kekuatan tawar menawar pemasok
atau KPH sama kuat dengan KBM Pemasaran Kayu I Cirebon.
6.2.2.5 Produk Substitusi
Produk substitusi adalah produk lain di luar industri yang memiliki fungsi
yang sama dengan produk perusahaan. Produk substitusi dapat menjadi ancaman
jika memiliki harga yang lebih murah dan kualitas yang minimal sama atau lebih
baik dari produk perusahaan. Sebagai produk olahan untuk berbagai keperluan,
produk substitusi yang menjadi ancaman bagi produk kayu bundar jati adalah
kayu bundar rimba lainnya (Tabel 21), aluminium, besi, plastik, dan lain
sebagainya.
Tabel 21. Perbandingan Harga Rata-rata Produk Subsitusi Kayu Bundar JatiTahun 2009
No. Jenis Kayu Bundar Harga Rataan (Rp)
1 Jati 2.282.2352 Pinus 639.0483 Mahoni 844.5935 Sonokeling 1.139.5966 Sonobrit 618.9967 Sengon 281.7598 Accor Mangium 433.3489 Maesopsis 364.053
10 Rasamala 558.04711 Accor 407.42512 Johar 263.57113 Puspa 453.232
Sumber: Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu I Cirebon (2010), diolah
78
Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumberdaya alam memiliki
potensi kehutanan dan tambang yang sangat besar. Produk-produk substitusi
tersebut biasa digunakan menjadi bahan baku pembuatan mebeul, furniture,
rangka rumah, dan lain sebagainya. Tingginya keberadaan produk substitusi dari
produk kayu bundar jati memberikan ancaman yang besar bagi produk.
79
VII PERUMUSAN STRATEGI PEMASARAN
7.1 Tahap Pengumpulan Data (Input Stage)
Tahap input merupakan tahapan pertama dalam proses perumusan strategi.
Tahap ini menganalisis faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
perusahaan yang dihasilkan dari analisis lingkungan internal dan eksternal
perusahaan. Selanjutnya, faktor-faktor hasil analisis tersebut dikuantitatifkan
untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan kekuatan internal
dan peluang eksternal, serta kemampuan perusahaan untuk meminimalkan
dampak kelemahan internal dan ancaman eksternal. Alat analisis kuantitatif yang
digunakan adalah matriks Internal Factor Evaluation (IFE) untuk faktor-faktor
kekuatan dan kelemahan, serta matriks External Factor Evaluation (EFE) untuk
faktor-faktor peluang dan ancaman.
7.1.1 Identifikasi Faktor Internal
7.1.1.1 Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan
Identifikasi terhadap faktor internal akan menghasilkan kekuatan dan
kelemahan suatu perusahaan. Kekuatan dan kelemahan menentukan apakah
perusahaan mampu mengambil keuntungan dari peluang-peluang yang ada serta
menghindari ancaman-ancaman. Suatu faktor internal disebut sebagai kekuatan
apabila menyediakan keunggulan kompetitif bagi perusahaan dibandingkan
perusahaan lain dalam suatu industri. Suatu faktor internal disebut kelemahan
apabila terdapat sesuatu yang tidak dilakukan dengan baik oleh perusahaan atau
perusahaan tidak memiliki kapasitas untuk melakukannya sementara pesaing telah
memiliki kapasitas tersebut. Adapun faktor-faktor kekuatan dan kelemahan dari
KBM Pemasaran Kayu I Cirebon adalah sebagai berikut:
1) Kekuatan
a) Kayu bundar jati memiliki jaminan legalitas
Kayu bundar jati yang dipasarkan oleh Perum Perhutani merupakan kayu
bundar jati yang telah memiliki jaminan legalitas dari pemerintah, begitu
juga kayu bundar jati yang dipasarkan oleh KBM Pemasaran Kayu I
Cirebon. Kayu bundar jati tersebut telah memiliki perizinan dan sesuai
dengan prosedur peraturan yang jelas. Jaminan legalitas terhadap kayu
80
bundar jati dibuktikan dengan surat penjualan dan pembelian yang akan
diberikan oleh pihak Perum Perhutani.
b) Letak KBM Pemasaran Kayu I Cirebon strategis
Lokasi KBM Pemasaran Kayu I Cirebon yang berada di kota Cirebon
dapat dikatakan strategis karena kota Cirebon merupakan kota transit dan
terletak di perbatasan antara Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Selain
itu, kota Cirebon juga memiliki sarana dan prasarana yang baik dan
lengkap, seperti adanya terminal, stasiun, pelabuhan, bandar udara, dan
lain sebagainya, sehingga dipilihalah kota Cirebon sebagai lokasi dari
KBM Pemasaran Kayu I Cirebon Unit III Jawa Barat.
c) Kemampuan bermitra dengan stakeholder
Perum Perhutani sebagai sebuah perusahaan badan usaha milik negara
(BUMN) yang berbentuk perusahaan umum (Perum) memiliki kewajiban
tidak hanya untuk mencari keuntungan finansial semata, tetapi juga
bertanggung jawab terhadap kesejahteraan warga Indonesia serta
bertanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan alam, sehingga
diperlukan sebuah kemampuan untuk dapat bermitra baik kepada
stokeholder perusahaan maupun stakeholder lainnya.
d) Memiliki SOP dalam pemasaran kayu bundar jati
Perum Perhutani yang telah memiliki pengalaman dalam hal pengelolaan
hutan di Pulau Jawa sejak tahun 1972 telah memiliki suatu prosedur kerja
dan pedoman khusus dalam melakukan kegiatan operasional. KBM
Pemasaran Kayu I Cirebon juga telah memiliki pedoman khusus yang
diberikan oleh Perum Perhutani kepada seluruh KBM berupa prosedur
dan pedoman kerja yang disebut dengan SOP pemasaran atau SS-Sar,
sehingga kegiatan pemasarannya sudah dapat berjalan secara teratur.
e) Memiliki berbagai jenis kualitas kayu bundar jati yang tersegmentasi
Untuk memberikan pilihan dan meningkatkan pelayanan terhadap para
konsumen, maka Perum Perhutani memiliki beberapa jenis kualitas kayu
bundar jati yang telah terbagi-bagi agar dapat masuk ke dalam segmentasi
yang lebih variatif. Beberapa jenis kualitas yang dibagi oleh Perum
81
Perhutani, yaitu jenis mutu, diameter atau sortimen, ukuran panjang, asal
tebangan, tipe KPH, status, dan lain sebagainya.
2) Kelemahan
a) Belum adanya visi dan misi khusus KBM Pemasaran Kayu I Cirebon
KBM Pemasaran Kayu I Cirebon belum memiliki visi dan misi khusus
baik secara lisan maupun tulisan. Dalam melakukan kegiatan
operasionalnya KBM Pemasaran Kayu I Cirebon menggunakan visi dan
misi umum yang dimiliki oleh Perum Perhutani, sehingga KBM
Pemasaran Kayu I Cirebon belum memiliki tujuan yang lebih spesifik
untuk mendukung visi dan misi Perum Perhutani secara umum serta
pedoman sasaran kerja yang jelas bagi para karyawannya.
b) Birokrasi yang panjang
Dalam melakukan kegiatan operasional pemasarannya, KBM Pemasaran
Kayu I Cirebon berpedoman kepada prosedur SOP pemasaran ayau SS-
Sar yang telah ditetapkan oleh Perum Perhutani. Prosedur SS-Sar ini
membutuhkan waktu yang cukup lama dalam kegiatan pemasaran
ditambah lagi oleh waktu yang disebabkan oleh birokrasi tambahan yang
tidak perlu, seperti ketika adanya rapat, istirahat, kehadiran tamu, dan lain
sebagainya, sehingga mengakibatkan bertambah lamanya waktu dalam
kegiatan pemasaran.
c) Harga kayu bundar jati tinggi dibandingkan pesaing terutama dari hutanrakyat
Harga kayu jati yang dijual oleh KBM ditentukan langsung oleh Perum
Perhutani, begitu juga dengan KBM Pemasaran Kayu I Cirebon.
Sebenarnya, harga jual dasar (HJD) yang diberlakukan di KBM
Pemasaran Kayu I Cirebon sedikit lebih murah dibandingkan dengan
harga jual dasar (HJD) pada KBM Perum Perhutani yang mengampu
KPH tipe A dan B, terutama di daerah Provinsi Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Perbedaan tersebut karena kualitas kayu bundar jati dari kedua
Provinsi tersebut sedikit lebih baik dibandingkan dengan di daerah Jawa
Barat. Akan tetapi, apabila dibandingkan dengan harga jual kayu bundar
jati yang berasal dari hutan rakyat, harga jual dasar (HJD) kayu bundar
jati di KBM Pemasaran Kayu I Cirebon jauh lebih tinggi.
82
d) Sarana dan prasarana TPK/TPn/TPKh masih buruk
TPK/TPn/TPKh yang diampu oleh KBM Pemasaran Kayu I Cirebon
berasal dari tujuh wilayah kerja kesatuan pemangkuan hutan (KPH), yaitu
KPH Ciamis, Indramayu, Kuningan, Sumedang, Majalengka, Garut, dan
Tasikmalaya. Keberadaan TPK/TPn/TPKh tersebut sebagian besar
berlokasi dekat dengan wilayah produksi atau hutan tanaman jati yang
sebagian besar sarana dan prasarana masih buruk, terutama sarana dan
prasarana transportasi dan akomodasi, sehingga faktor tersebut menjadi
salah satu pertimbangan pembelian oleh konsumen.
e) Spesifikasi kayu bundar jati yang dipasarkan kurang sesuai denganpermintaan pasar
Kesatuan bisnis mandiri (KBM) merupakan bagian pemasaran yang
terpisah dengan kesatuan pemangkuan hutan (KPH) sebagai bagian
produksi menjadi salah satu faktor kelemahan perusahaan karena kedua
bagian memiliki kewenangan dan tanggung jawabnya masing-masing.
Kesatuan pemangkuan hutan (KPH) dalam melakukan proses produksi
berpedoman kepada SOP produksi atau Bucking Policy dimana kesatuan
pemangkuan hutan (KPH) akan menebang pohon jati yang sesuai dengan
peraturan tersebut dan bernilai tinggi, sedangkan kayu bundar jati yang
bernilai tinggi belum tentu diminati oleh pasar, sehingga diperlukan
kerjasama, komunikasi, dan kordinasi yang baik antara kesatuan
pemangkuan hutan (KPH) dengan kesatuan bisnis mandiri (KBM).
7.1.2 Identifikasi Faktor Eksternal
7.1.2.1 Identifikasi Peluang dan Ancaman
Identifikasi terhadap lingkungan eksternal perusahaan menghasilkan faktor
peluang dan ancaman. Peluang (opportunities) adalah situasi yang diinginkan atau
disukai dalam lingkungan organisasi. Sedangkan, ancaman (Threats) adalah
penghalang bagi posisi yang diharapkan oleh organisasi dan merupakan situasi
yang paling tidak disukai dalam lingkungan organisasi.
83
1) Peluang
a) Sertifikasi ekolabel kayu di Indonesia
Sertifikasi ekolabel kayu yang sedang dilakukan di Indonesia juga
direspon oleh Perum Perhutani. Sertifikasi tersebut dikeluarkan dan
berstandar Forest Stewardship Council (FSC) yang telah diakui secara
internasional. Dalam pemberlakuan FSC ini sejalan dengan tujuan Perum
Perhutani sebagai pengelolaan hutan lestari (PHL) di Indonesia. Pada
Provinsi Jawa Barat, terdapat dua KPH dalam proses sertifikasi, yaitu
KPH Banten dan KPH Ciamis, sehingga KBM Pemasaran Kayu I Cirebon
baru memiliki satu KPH dalam proses sertisikasi ekolabel, yaitu KPH
Ciamis. Ke depannya, Perum Perhutani akan menerapkan sertifikasi
ekolabel terhadap semua KPH yang ada.
b) Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
Hutan yang merupakan sumberdaya alam yang diperuntukkan bagi hajat
orang banyak sesuai dengan undang-undang yang berlaku, maka
pemanfaatannya diatur dan dikelola oleh pemerintah. Dalam hal ini
pemerintah menunjuk Perum Perhutani sebagai satu-satunya badan usaha
milik negara (BUMN) yang bertanggung jawab dan berwenang dalam
mengelola hutan di Pulau Jawa. Dengan demikian, segala kegiatan yang
dimaksudkan dalam pemanfataan dan pengelolaan kehutanan di Pulau
Jawa tidak terlepas dari regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah, seperti
yang tercantum di Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang
Kehutanan.
c) Permintaan kayu bundar jati yang tinggi
Kayu bundar jati merupakan bahan baku dari berbagai barang produksi,
seperti mebeul, furniture, rangka bangunan, dan lain sebagainya, sehingga
permintaan akan kayu bundar jati sangatlah tinggi. Hal ini dibenarkan
oleh pihak Perum Perhutani pada saat melakukan focus group discussion
(FGD) bahwa Perum Perhutani hanya dapat memenuhi lebih kurang
sekitar 500.000 m3 per tahun dari total permintaan terhadap kayu bundar
jati lebih kurang sekitar 2.000.000 m3 per tahun. Sisanya dipenuhi dari
hutan rakyat dan luar negeri.
84
d) Perkembangan teknologi e-market
Pada era-globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan teknologi dan
informasi sangat pesat. Perkembangan teknologi dan informasi ini
merupakan sebuah peluang yang dapat dipergunakan secara optimal
manfaatnya. Perkembangan teknologi dan informasi tidak lagi mengenal
jarak dan waktu sehingga sangat cocok dipergunakan bagi kegiatan
pemasaran terutama pada saat proses transaksi. Internet merupakan salah
satu bentuk perkembangan teknologi dan informasi. Internet sudah
banyak digunakan sebagai media pemasaran yang biasa disebut dengan e-
market atau electronic market. Melalui e-market, produsen dan konsumen
dapat bertransaksi secara jarak jauh tanpa harus bertatap muka. Oleh
sebab itu, perkembangan teknologi dan informasi merupakan sebuah
peluang bagi KBM Pemasaran Kayu I Cirebon yang sudah ikut serta
dalam i-pasar untuk saluran lelang kayu bundar jati.
e) Globalisasi perdagangan dunia
Globalisasi perdagangan dunia yang ditandai dengan era perdagangan
ASEAN Free Trade Area (AFTA) tahun 2003 serta Asia Pasific Economic
Coorperation (APEC) dan ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area)
tahun 2010 membawa dampak pada terciptanya suatu kondisi industri
yang semakin luas dan kompetitif pada negara-negara yang tergabung
dalam bagian perdagangan tersebut. Penghapusan berbagai hambatan
perdagangan, seperti tarif dan non-tarif, proteksi, serta peraturan-
peraturan lain yang dinilai menghambat masuknya arus investasi asing
merupakan peluang besar bagi perusahaan untuk memasuki pasar ekspor
luar negeri.
2) Ancaman
a) Ketidakstabilan kurs nilai tukar mata uang
Dalam perekonomian suatu negara yang menganut sistem perekonomian
terbuka, menjadikan ketidakstabilan kurs nulai tukar mata uang menjadi
salah satu variabel dalam perekonomian negara tersebut. Begitu juga
dengan negara Indonesia yang menganut sistem perekonomian negara
terbuka. Dari hasil analisis yang membandingkan perubahan kurs nilai
85
tukar rupiah terhadap dollar dengan perubahan pendapatan di KBM
Pemasaran Kayu I Cirebon didapatkan hubungan yang positif antara
kedua variabel tersebut. Hal ini dapat dilihat bahwa ketika kurs nilai mata
uang rupiah terhadap dollar terapresiasi atau menguat maka jumlah
pendapatan yang diterima oleh KBM Pemasaran Kayu I Cirebon juga
meningkat. Hal ini disebabkan karena mata uang yang menjadi alat bayar
transaksi penjualan dan pembelian di KBM Pemasaran Kayu I Cirebon
menggunakan mata uang rupiah.
b) Banyaknya produk substitusi
Banyaknya produk substitusi kayu bundar jati, seperti kayu bundar rimba
lainnya, aluminium, plastik, besi dan lain sebagainya dapat menjadi
ancaman bagi KBM Pemasaran Kayu I Cirebon. Hal tersebut dapat
mengakibatkan semakin banyaknya pilihan pengganti kayu bundar jati
bagi konsumen. Dengan fungsi yang sama, maka konsumen akan lebih
memilih produk dengan harga yang lebih rendah sehingga akan
mengakibatkan turunnya pendapatan penjualan kayu bundar jati di KBM
Pemasaran Kayu I Cirebon ketika konsumen lebih memilih produk
substitusi tersebut.
c) Luas hutan jati yang semakin berkurang
Secara umum para ahli kehutanan di dalam negeri dan di luar negeri
menganggap bahwa kondisi kehutanan di Indonesia, termasuk di Jawa
mulai tahun 2010 dengan cukup serius. Luas hutan telah menurun secara
drastis. Ancaman kerusakan tidak berkurang sebagai akibat penebangan
yang tidak terkendali termasuk penebangan tanpa ijin, perambahan,
penanaman hutan yang tidak berjalan, dan lain sebagainya yang secara
keseluruhan diprediksi merupakan ancaman terhadap kelestarian hutan.
Ancaman terhadap keberadaan dan keselamatan hutan negara, baik hutan
produksi, hutan lindung, dan hutan konservasi terus meningkat. Di antara
kawasan hutan yang dirambah ada yang telah berubah menjadi kawasan
pemukiman, pertanian, dan lain sebagainya.
86
d) Adanya kebijakan regulator berupa rescoring
Kebijakan regulator berupa rescoring adalah kebijakan terhadap penilaian
ulang fungsi hutan dan pengembalian hutan sesuai dengan fungsi yang
seharusnya. Kebijakan ini akan menjadi ancaman ketika hutan yang saat
ini menjadi hutan produksi tanaman jati ketika dilakukan kebijakan
rescoring, hutan tersebut termasuk ke dalam hutan produksi tanaman
selain jati sehingga luasan hutan produksi tanaman jati akan semakin
berkurang yang selanjutnya akan berdampak terhadap penurunan
pendapatan dari penjualan kayu bundar jati.
e) Kayu bundar jati yang dijual oleh pesaing
Adanya tingkat keuntungan yang didapatkan oleh suatu perusahaan dalam
industri kayu bundar jati dan terjadinya kelebihan permintaan (excess
demand) kayu bundar jati akan menyebabkan daya tarik perusahaan lain
untuk dapat masuk ke dalam industri tersebut. Kayu bundar jati yang
dijual dan berasal dari hutan rakyat merupakan sebuah ancaman yang
berarti bagi KBM Pemasaran kayu I Cirebon dalam memasarkan kayu
bundar jati. Hal ini terkait dengan harga kayu bundar jati KBM
Pemasaran kayu I Cirebon yang relatif tinggi dibandingkan dengan harga
jual kayu bundar jati yang berasal dari hutan rakyat dengan harga sangat
murah walaupun dengan tingkat kualitas kayu bundar jati yang berbeda.
7.1.3 Matriks IFE
Identifikasi terhadap faktor internal perusahaan menghasilkan sejumlah
faktor internal strategis berupa kekuatan dan kelemahan perusahaan. Setelah itu,
setiap faktor tersebut diberikan bobot dan rating oleh masing-masing responden.
Hasilnya diformulasikan dalam bentuk matriks Internal Factor Evaluation (IFE).
Matriks IFE dapat digunakan untuk meringkas serta mengevaluasi kekuatan dan
kelemahaan utama dalam bidang fungsional bisnis. Matriks IFE juga menjadi
dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan diantara bidang
fungsional tersebut.
87
Tabel 22. Matriks IFE KBM Pemasaran Kayu I Cirebon
Kode Faktor-faktor InternalTotalskor
KekuatanA Kayu bundar jati memiliki jaminan legalitas 0,481B Letak KBM Pemasaran Kayu I Cirebon strategis 0,385C Kemampuan bermitra dengan stakeholder 0,422D Memiliki SOP dalam pemasaran kayu bundar jati 0,272
EMemiliki berbagai jenis kualitas kayu bundar jati yangtersegmentasi
0,422
Kelemahan
FBelum adanya visi dan misi khusus KBM PemasaranKayu I Cirebon
0,138
G Birokrasi yang panjang 0,122
HHarga kayu bundar jati relatif tinggi dibandingkanpesaing
0,173
I Sarana dan prasarana TPK/TPn/TPKh masih buruk 0,170
JSpesifikasi kayu bundar jati yang dipasarkan kurangsesuai dengan permintaan pasar
0,170
Jumlah 2,756
Matriks IFE di atas menunjukkan hasil penilaian responden terhadap
faktor internal perusahaan. Matriks IFE KBM Pemasaran Kayu I Cirebon
menghasilkan total nilai tertimbang sebesar 2,756. Total nilai tertimbang tersebut
menunjukkan kemampuan yang rata-rata dari KBM Pemasaran Kayu I Cirebon
dalam memanfaatkan kekuatan dan meminimalkan kelemahan yang terdapat pada
internal perusahaan (Tabel 22).
Kekuatan utama perusahaan ditunjukkan oleh total nilai tertimbang yang
tertinggi di antara faktor-faktor kekuatan. Kekuatan utama KBM Pemasaran Kayu
I Cirebon yaitu faktor kayu bundar jati memiliki jaminan legalitas dengan nilai
tertimbang sebesar 0,481. Jaminan legalitas yang diberikan oleh KBM Pemasaran
Kayu I Cirebon pada produk kayu bundar jati menjadi pertimbangan terpenting
bagi konsumen untuk membeli kayu bundar jati karena kayu bundar jati yang
diperjualbelikan di negara Indonesia harus berstatus legal dan wajib memiliki
legalitas produksi maupun penjualan. Kekuatan terbesar kedua dan ketiga dari
KBM Pemasaran Kayu I Cirebon adalah faktor kemampuan bermitra dengan
stakeholder atau faktor memiliki berbagai jenis kualitas kayu bundar jati yang
tersegmentasi dengan nilai tertimbang yang sama sebesar 0,422 serta faktor letak
KBM Pemasaran Kayu I Cirebon strategis dengan nilai tertimbang sebesar 0,385.
88
Kelemahan utama perusahaaan diperlihatkan oleh nilai tertimbang terkecil
di antara faktor-faktor kelemahan yang ada. Kelemahan utama dari fungsional
KBM Pemasaran Kayu I Cirebon adalah faktor birokrasi yang panjang dengan
nilai tertimbang sebesar 0,122. Panjangnya birokrasi penjualan langsung
menjadikan salah satu kelemahan utama yang dimiliki oleh KBM Pemasaran
Kayu I Cirebon karena birokrasi yang panjang merupakan salah satu indikator
kurangnya pelayanan pemasaran yang ada. Kelemahan utama kedua dan ketiga
dari KBM Pemasaran Kayu I Cirebon adalah faktor belum adanya visi dan misi
khusus KBM Pemasaran Kayu I Cirebon dengan nilai tertimbang sebesar 0,138
serta faktor sarana dan prasarana TPK/TPn/TPKh masih buruk atau spesifikasi
kayu bundar jati yang dipasarkan kurang sesuai dengan permintaan pasar dengan
nilai tertimbang yang sama sebesar 0,170.
7.1.4 Matriks EFE
Identifikasi terhadap faktor eksternal perusahaan menghasilkan sejumlah
faktor eksternal strategis yang berupa peluang dan ancaman yang dihadapi oleh
perusahaan. Setelah itu, setiap faktor tersebut diberikan bobot dan rating oleh
masing-masing responden. Hasilnya diformulasikan dalam bentuk matriks
Eksternal Factor Evaluation (EFE).
Tabel 23. Matriks EFE KBM Pemasaran Kayu I Cirebon
Kode Faktor-faktor EksternalTotalskor
PeluangA Sertifikasi ekolabel kayu di Indonesia 0,407B Regulasi yang mengatur 0,346C Permintaan kayu bundar jati yang tinggi 0,556D Perkembangan teknologi e-market 0,117E Globalisasi perdagangan dunia 0,250
AncamanF Kurs nilai tukar mata uang 0,321G Banyaknya produk substitusi 0,389H Luas hutan jati yang semakin berkurang 0,328I Adanya kebijakan regulator berupa rescoring 0,181J Kayu bundar jati yang dijual oleh pesaing 0,339
Jumlah 3,233
Matriks EFE di atas menunjukkan hasil penilaian responden terhadap
faktor eksternal perusahaan. Matriks EFE KBM Pemasaran Kayu I Cirebon
89
menghasilkan total nilai tertimbang sebesar 3,233. Total nilai tertimbang tersebut
menunjukkan kemampuan yang tinggi dari KBM Pemasaran Kayu I Cirebon
dalam memanfaatkan peluang-peluang dan mengatasi ancaman-ancaman yang
dihadapi oleh perusahaan.
Peluang utama yang dihadapi oleh KBM Pemasaran Kayu I Cirebon
ditunjukkan oleh nilai tertimbang tertinggi di antara faktor-faktor peluang.
Peluang utama yang dihadapi oleh KBM Pemasaran Kayu I Cirebon yaitu faktor
permintaan kayu bundar jati yang tinggi dengan nilai tertimbang sebesar 0,556.
Pada kenyataannya, permintaan kayu bundar jati di negara Indonesia sangat tinggi
dengan catatan kualitas dan spesifikasi kayu bundar jati yang ditawarkan sesuai
dengan diminta oleh konsumen, sedangkan KBM Pemasaran Kayu I Cirebon
menawarkan kayu bundar jati dengan kualitas dan spesifikasi yang bernilai tinggi
dari hasil penebangan oleh kesatuan pemangkuan hutan (KPH). Padahal, kualitas
dan spesifikasi kayu bundar jati yang bernilai tinggi belum tentu diminati oleh
konsumen. Peluang utama kedua dan ketiga yang dihadapi oleh KBM Pemasaran
Kayu I Cirebon adalah faktor sertifikasi ekolabel kayu di Indonesia dengan nilai
tertimbang sebesar 0,407 serta faktor regulasi yang mengatur dengan nilai
tertimbang sebesar 0,346.
Ancaman utama yang dihadapi oleh KBM Pemasaran Kayu I Cirebon
diperlihatkan oleh nilai tertimbang tertinggi di antara faktor-faktor ancaman yang
ada. Ancaman utama yang dihadapi oleh KBM Pemasaran Kayu I Cirebon adalah
faktor banyaknya produk substitusi dengan nilai tertimbang sebesar 0,389. Produk
substitusi kayu bundar jati merupakan produk terdekat di luar industri kayu
bundar jati yang memiliki fungsi yang sama, seperti kayu rimba lain, plastik, besi,
dan lain sebagainya. Kayu bundar jati merupakan salah satu jenis kayu istimewa
memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan kayu rimba lainnya,
sehingga produk substitusi kayu bundar jati dengan fungsi yang sama tetapi
memiliki harga yang lebih murah merupakan ancaman utama bagi pemasaran
kayu bundar jati. Ancaman utama kedua dan ketiga yang dihadapi oleh KBM
Pemasaran Kayu I Cirebon adalah faktor kayu bundar jati yang dijual oleh pesaing
dengan nilai tertimbang sebesar 0,339 serta faktor luas hutan jati yang semakin
berkurang dengan nilai tertimbang sebesar 0,328 (Tabel 23).
90
7.2 Tahap Pencocokan (Matching Stage)
Tahap pencocokan merupakan tahapan kedua dari proses perumusan
strategi. Hasil yang didapatkan dari tahapan input merupakan bahan untuk tahap
pencocokan. Hasil analisis dari matriks IFE dan EFE yang berupa total nilai
tertimbang dicocokan dengan analisis matriks Internal-Eksternal (IE), sedangkan
faktor-faktor strategis internal dan eksternal dicocokan dengan analisis SWOT.
Hasil dari tahap pencocokan adalah alternatif strategi yang dapat dijalankan oleh
KBM Pemasaran Kayu I Cirebon.
7.2.1 Matriks IE
Matriks IE digunakan untuk mengetahui posisi suatu perusahaan. Dengan
mengetahui posisi perusahaan, maka akan memudahkan dalam proses pemilihan
strategi yang mengacu pada kekuatan dan kelemahan internal serta peluang dan
ancaman eksternal. Berdasarkan matriks IFE, KBM Pemasaran Kayu I Cirebon
memiliki total nilai tertimbang sebesar 2,756 yang mengindikasikan kemampuan
rata-rata dari KBM Pemasaran Kayu I Cirebon dalam memanfaatkan kekuatan
dan meminimalkan kelemahan yang terdapat pada internal perusahaan.
Sedangkan, berdasarkan matriks EFE, KBM Pemasaran Kayu I Cirebon memiliki
total nilai tertimbang sebesar 3,233 yang mengindikasikan kemampuan yang
tinggi dari KBM Pemasaran Kayu I Cirebon dalam memanfaatkan peluang-
peluang dan mengatasi ancaman-ancaman yang dihadapi oleh perusahaan dalam
proses pemasaran produk. Bila kedua nilai tertimbang tersebut dipadukan dalam
matriks IE, maka keduanya akan bertemu pada sel II yaitu pada posisi grow and
build (tumbuh dan berkembang). Gambar 15 menunjukkan matriks IE KBM
Pemasaran Kayu I Cirebon.
91
Gambar 15. Bentuk Matriks Internal-Eksternal (IE) KBM Pemasaran Kayu ICirebon
Pada sel grow and build ini, strategi yang dilakukan adalah strategi intensif
atau strategi integratif. Strategi intensif terdiri atas strategi penetrasi pasar kayu
bundar jati, pengembangan pasar kayu bundar jati, dan pengembangan produk
kayu bundar jati. Ketiga strategi tersebut membutuhkan usaha yang intensif dan
kontinyu untuk keberhasilan strategi tersebut. Stategi penetrasi pasar dilaksanakan
dengan meningkatkan market share melalui pemasaran yang lebih intensif atau
dengan melakukan intensifikasi pemasaran. Strategi pengembangan pasar
dilaksanakan dengan pengenalan produk kepada daerah-daerah yang secara
geografis baru. Sedangkan, strategi pengembangan produk dilaksanakan dengan
meningkatkan kualitas atau memodifikasi produk atau jasa yang telah ada
sebelumnya.
Strategi integratif terdiri atas strategi integrasi ke depan, integrasi ke
belakang, dan integrasi horizontal. Strategi integrasi ke depan dilaksanakan
dengan melakukan pengendalian terhadap distributor kayu bundar jati. Strategi
integrasi ke belakang dilaksanakan dengan meningkatkan kontrol terhadap
pemasok kayu bundar jati atau kesatuan pemangkuan hutan (KPH). Strategi
integrasi horizontal dilaksanakan dengan melakukan kontrol terhadap pesaing
kayu bundar jati terutama yang dihasilkan oleh hutan rakyat. Ketiga strategi
tersebut dilaksanakan agar dapat menunjang kegiatan pemasaran suatu
perusahaan. Strategi-strategi di atas merupakan pilihan bagi perusahaan.
I II III
IV V VI
VII VIII IX
91
Gambar 15. Bentuk Matriks Internal-Eksternal (IE) KBM Pemasaran Kayu ICirebon
Pada sel grow and build ini, strategi yang dilakukan adalah strategi intensif
atau strategi integratif. Strategi intensif terdiri atas strategi penetrasi pasar kayu
bundar jati, pengembangan pasar kayu bundar jati, dan pengembangan produk
kayu bundar jati. Ketiga strategi tersebut membutuhkan usaha yang intensif dan
kontinyu untuk keberhasilan strategi tersebut. Stategi penetrasi pasar dilaksanakan
dengan meningkatkan market share melalui pemasaran yang lebih intensif atau
dengan melakukan intensifikasi pemasaran. Strategi pengembangan pasar
dilaksanakan dengan pengenalan produk kepada daerah-daerah yang secara
geografis baru. Sedangkan, strategi pengembangan produk dilaksanakan dengan
meningkatkan kualitas atau memodifikasi produk atau jasa yang telah ada
sebelumnya.
Strategi integratif terdiri atas strategi integrasi ke depan, integrasi ke
belakang, dan integrasi horizontal. Strategi integrasi ke depan dilaksanakan
dengan melakukan pengendalian terhadap distributor kayu bundar jati. Strategi
integrasi ke belakang dilaksanakan dengan meningkatkan kontrol terhadap
pemasok kayu bundar jati atau kesatuan pemangkuan hutan (KPH). Strategi
integrasi horizontal dilaksanakan dengan melakukan kontrol terhadap pesaing
kayu bundar jati terutama yang dihasilkan oleh hutan rakyat. Ketiga strategi
tersebut dilaksanakan agar dapat menunjang kegiatan pemasaran suatu
perusahaan. Strategi-strategi di atas merupakan pilihan bagi perusahaan.
I II III
IV V VI
VII VIII IX
91
Gambar 15. Bentuk Matriks Internal-Eksternal (IE) KBM Pemasaran Kayu ICirebon
Pada sel grow and build ini, strategi yang dilakukan adalah strategi intensif
atau strategi integratif. Strategi intensif terdiri atas strategi penetrasi pasar kayu
bundar jati, pengembangan pasar kayu bundar jati, dan pengembangan produk
kayu bundar jati. Ketiga strategi tersebut membutuhkan usaha yang intensif dan
kontinyu untuk keberhasilan strategi tersebut. Stategi penetrasi pasar dilaksanakan
dengan meningkatkan market share melalui pemasaran yang lebih intensif atau
dengan melakukan intensifikasi pemasaran. Strategi pengembangan pasar
dilaksanakan dengan pengenalan produk kepada daerah-daerah yang secara
geografis baru. Sedangkan, strategi pengembangan produk dilaksanakan dengan
meningkatkan kualitas atau memodifikasi produk atau jasa yang telah ada
sebelumnya.
Strategi integratif terdiri atas strategi integrasi ke depan, integrasi ke
belakang, dan integrasi horizontal. Strategi integrasi ke depan dilaksanakan
dengan melakukan pengendalian terhadap distributor kayu bundar jati. Strategi
integrasi ke belakang dilaksanakan dengan meningkatkan kontrol terhadap
pemasok kayu bundar jati atau kesatuan pemangkuan hutan (KPH). Strategi
integrasi horizontal dilaksanakan dengan melakukan kontrol terhadap pesaing
kayu bundar jati terutama yang dihasilkan oleh hutan rakyat. Ketiga strategi
tersebut dilaksanakan agar dapat menunjang kegiatan pemasaran suatu
perusahaan. Strategi-strategi di atas merupakan pilihan bagi perusahaan.
I II III
IV V VI
VII VIII IX
92
Perusahaan harus menganalisis pilihan strategi-strategi tersebut agar mendapatkan
strategi pemasaran yang paling tepat untuk mencapai tujuan perusahaan tetapi
juga sesuai dengan keadaan internal dan eksternal perusahaan. Strategi-strategi di
atas masih bersifat umum, maka untuk mendapatkan strategi yang lebih spesifik
digunakan analisis SWOT.
7.2.2 Matriks SWOT
Analisis SWOT merupakan alat analisis yang menggambarkan bagaimana
manajemen perusahaan dapat menyusun alternatif strategi dengan mencocokan
peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dengan kekuatan dan kelemahan
internal yang dimiliki perusahaan. Dengan demikian, akan terbentuk strategi yang
sesuai dengan keadaan internal dan eksternal perusahaan tersebut. Dalam analisis
SWOT terdapat empat alternatif strategi, yaitu strategi yang mencocokan
kekuatan dengan peluang (SO), kekuatan dengan ancaman (ST), kelemahan
dengan peluang (WO), serta kelemahan dengan ancaman (WT) yang dapat dilihat
pada Tabel 24. Berdasarkan analisis SWOT terhadap kekuatan, kelemahan,
anacaman, dan peluang KBM Pemasaran Kayu I Cirebon, didapat enam alternatif
strategi, yaitu:
1) Strategi SO
a) Meningkatkan kualitas kayu bundar jati sesuai permintaan pasar
Kualitas kayu bundar jati dengan berbagai jenis spesifikasi yang dimiliki
oleh KBM Pemasaran Kayu I Cirebon merupakan faktor kekuatan utama
yang dimiliki oleh KBM Pemasaran Kayu I Cirebon. Kualitas kayu
bundar jati yang dimiliki oleh Perum Perhutani merupakan kayu bundar
jati baik yang telah memiliki sertifikasi ekolabel, dalam proses ekolabel,
maupun yang belum mendapatkan sertifikasi tetapi memiliki jaminan
legalitas dari pemerintah. Peluang sertifikasi ekolabel hutan yang
berstandar Forest Stewardship Council (FSC) menjadi sebuah
kesempatan bagi KBM Pemasaran Kayu I Cirebon dalam bersaing dengan
produk kayu bundar jati lainnya, khususnya kayu bundar jati lain yang
tidak memiliki sertifikat ekolabel dan jaminan legalitas. Selain itu, dengan
permintaan kayu bundar jati yang semakin tinggi dan mengharuskan
93
adanya sertifikasi ekolabel tersebut diharapkan strategi peningkatan
kualitas kayu bundar jati akan menjadi sebuah solusi yang baik.
2) Strategi ST
a) Meningkatkan efisiensi biaya dan produktivitas kayu bundar jati
Kualitas dan jaminan legalitas kayu bundar jati yang dimiliki oleh KBM
Pemasaran Kayu I Cirebon, serta kemampuan bermitra dengan
stakeholder, khususnya dengan badan-badan penelitian dan
pengembangan kehutanan dalam menciptakan bibit-bibit unggul tanaman
jati yang berkualitas akan dapat menanggulangi ancaman kehutanan
berupa luas hutan kayu jati yang semakin berkurang dan adanya kebijkan
regulator berupa rescoring yang mengharuskan peninjauan ulang terhadap
fungsi hutan yang ada. Selain itu, kekuatan tersebut diharapkan dapat
menanggulangi terdepresiasinya kurs nilai tukar rupiah terhadap dollar
yang berdampak terhadap harga jual kayu bundar jati serta banyaknya
produk substitusi berupa kayu bundar rimba lainnya.
b) Memperluas pangsa pasar
Dengan berbagai kekuatan yang dimiliki oleh KBM Pemasaran Kayu I
Cirebon, antara lain kayu bundar jati yang memiliki jaminan legalitas,
letak KBM yang strategis, kemampuan bermitra dengan stakeholder,
memiliki SOP pemasaran yang baik, dan memiliki berbagai jenis kualitas
kayu bundar jati, maka diperlukan perluasan pangsa pasar bagi produk
kayu bundar jati yang dimiliki oleh KBM Pemasaran Kayu I Cirebon.
Salah satu cara untuk dapat memperluas pangsa pasar adalah dengan
sosialisasi pemasaran yang lebih luas dengan cara meningkatkan iklan
atau promosi yang dapat mempublikasikan dan mengoptimalisasikan
kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh KBM Pemasaran Kayu I Cirebon
kepada para konsumen untuk dapat mengatasi ancaman terhadap produk-
produk substitusi lain juga kayu bundar jati lain yang dijual oleh pesaing.
3) Strategi WO
a) Meningkatkan pelayanan pemasaran
Kelemahan KBM Pemasaran Kayu I Cirebon berupa panjangnya
birokrasi, harga kayu bundar jati tinggi dibandingkan pesaing dari hutan rakyat,
94
buruknya sarana dan prasarana TPK/TPn/TPKh, serta kurang sesuainya
spesifikasi kayu bundar jati yang dipasarkan dapat diminimalisir atau
bahkan dihilangkan dengan cara mengoptimalkan peluang yang ada,
seperti sertifikasi ekolabel kayu di Indonesia, tingginya permintaan kayu
bundar jati, regulasi yang mendukung, perkembangan teknologi, serta
globalisasi perdagangan bebas dengan cara meningkatkan pelayanan
pemasaran berupa pelayanan pra-jual hingga purna-jual di KBM
Pemasaran Kayu I Cirebon sehingga diharapkan para konsumen akan
lebih nyaman dan loyal kepada perusahaan.
b) Meningkatkan manajemen organisasi berorientasi pemasaran
Pada awalnya, pemasaran kayu bundar jati di Perum Perhutani merupakan
kewenangan kesatuan pemangkuan hutan (KPH) sebelum terbentuknya
kesatuan bisnis mandiri (KBM). Setelah berdirinya KBM di Perum
Perhutani sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Direksi Perum Perhutani
Nomor : 554/Kpts/Dir/2005 tanggal 26 September 2005 tentang Struktur
Organisasi Perum Perhutani, maka sumberdaya manusia yang terdapat di
KBM Pemasaran Kayu I Cirebon sebagian besar berlatar belakang di
bidang produksi dan sangat kecil sekali yang berlatar belakang di bidang
pemasaran, sehingga diperlukan penyesuaian-penyesuaian kerja. Selain
itu, dengan belum adanya visi dan misi khusus yang dimiliki oleh KBM
Pemasaran Kayu I Cirebon diperlukan sebuah perubahan manajemen
organisasi yang berorientasi pemasaran, sehingga diharapkan ke depan
kegiatan pemasaran di KBM Pemasaran Kayu I Cirebon akan lebih baik.
4) Strategi WT
a) Mengoptimalkan perencanaan pemasaran
Untuk dapat mengetahui besaran harga dan spesifikasi kayu bundar jati
yang diinginkan oleh konsumen diperlukan perencanaan pemasaranan
yang baik. Salah satu tahapan perencanaan pemasaran dapat dilakukan
sebuah riset pasar (market intellegent) yang dilakukan secara rutin dan
terpadu dengan stokeholder maupun stakeholder sehingga KBM
Pemasaran Kayu I Cirebon dapat mengetahui kondisi pasar kayu bundar
95
jati saat ini terkait daya beli konsumen, permintaan konsumen, pesaing
lain, dan sebagainya.
Tabel 24. Matriks SWOT KBM Pemasaran Kayu I Cirebon
Internal
Eksternal
Kekuatan (S) Kelemahan (W)1. Kayu bundar jati
memiliki jaminanlegalitas.
2. Letak KBMPemasaran Kayu ICirebon strategis.
3. Kemampuan bermitradengan stakeholder.
4. Memiliki SOP dalampemasaran kayubundar jati.
5. Memiliki berbagaijenis kualitas kayubundar jati yangtersegmentasi.
1. Belum adanya visi danmisi khusus KBMPemasaran Kayu ICirebon.
2. Birokrasi yang panjang.3. Harga kayu bundar jati
tinggi dibandingkanpesaing dari hutanrakyat.
4. Sarana dan prasaranaTPK/TPn/TPKh masihburuk.
5. Spesifikasi kayu bundarjati yang dipasarkankurang sesuai denganpermintaan pasar.
Pel
uang
(O
)
1. Sertifikasiekolabel kayu diIndonesia.
2. UU Nomor 41Tahun1999.
3. Permintaan kayujati yang tinggi.
4. Perkembanganteknologi e-market.
5. Globalisasiperdagangandunia.
Strategi SO1. Meningkatkan
kualitas kayu jatisesuai permintaanpasar. (S1-S3-S4-S5-O1-O2-O3-O5)
Strategi WO4. Meningkatkan
pelayanan pemasaran.(W2-W3-W4-W5-O1-O2-O3-O4-O5)
5. Meningkatkanmanajemenorganisasiberorientasipemasaran. (W1-W2-O2)
Anc
aman
(T
)
1. Ketidakstabilankurs nilai tukarmata uang.
2. Banyaknyaproduk substitusi.
3. Luas hutan jatiyang semakinberkurang.
4. Adanyakebijakanregulator beruparescoring.
5. Kayu bundar jatiyang dijual olehpesaing.
Strategi ST2. Meningkatkan
efisiensi biaya danproduktivitas kayujati. (S1-S3-S4-S5-T1-T2-T3-T4-T5)
3. Memperluas pangsapasar. (S1-S2-S3-S4-S5-T2-T5)
Strategi WT6. Mengoptimalkan
perencanaanpemasaran. (W3-W5-T1-T2-T5)
96
7.3 Tahap Keputusan (Decision Stage)
Tahap keputusan merupakan tahap akhir dalam proses perumusan strategi.
Pada tahap ini akan dilaksanakan evaluasi terhadap strategi-strategi yang telah
dirumuskan. Hasil dari evaluasi tersebut berupa prioritas strategi yang dapat
dijalankan oleh perusahaan untuk mengembangkan pemasarannya. Tahap
keputusan pada penelitian ini menggunakan analisis QSPM (Quantitative
Strategic Planning Matrix).
7.3.1 Matriks QSP
QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) merupakan alat yang
memungkinkan penyusun strategi untuk mengevalusi alternatif strategi yang telah
dirumuskan secara obyektif berdasarkan faktor-faktor internal dan ekternal yang
telah diidentifikasi sebelumnya (David, 2006). Strategi-strategi yang tercipta
berdasarkan posisi perusahaan pada matriks IE yang lalu dirumuskan secara lebih
mendalam pada matriks SWOT untuk dievaluasi apakah strategi-strategi tersebut
menarik untuk menghadapi peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan
dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan.
Hasil akhir dari analisis QSPM berupa Total Attractiveness Score (TAS)
atau total skor daya tarik yang merupakan penjumlahan hasil perkalian rata-rata
nilai daya tarik (Attractiveness Score) suatu strategi terhadap faktor internal atau
eksternal tertentu dengan rata-rata bobot faktor internal dan ekstenal yang telah
dirumuskan dalam matriks IFE dan EFE. Nilai TAS yang dihasilkan lalu
diurutkan berdasarkan urutan besaran nilai. Urutan nilai TAS menggambarkan
urutan prioritas strategi yang dapat dilaksanakan oleh perusahaan. Strategi dengan
nilai TAS tertinggi adalah strategi yang paling diprioritaskan oleh perusahaan
untuk mengembangkan pemasarannya. Urutan prioritas strategi berdasarkan
matiks QSPM KBM Pemasaran Kayu I Cirebon diperlihatkan dalam Tabel 25.
97
Tabel 25. Hasil QSPM KBM Pemasaran Kayu I Cirebon
Strategi STAS PrioritasMeningkatkan pelayanan pemasaran. 6,393 1Memperluas pangsa pasar. 6,024 2Meningkatkan kualitas kayu bundar jati sesuaipermintaan pasar.
5,999 3
Meningkatkan efisiensi biaya dan produktivitas kayubundar jati.
5,705 4
Mengoptimalkan perencanaan pemasaran. 5,684 5Meningkatkan manajemen organisasi berorientasipemasaran.
5,216 6
Analisis QSPM pada alternatif strategi yang dirumuskan dalam matriks
SWOT KBM Pemasaran Kayu I Cirebon menghasilkan nilai STAS tertinggi
untuk stategi meningkatkan pelayanan pemasaran dengan nilai STAS sebesar
6,393. Urutan prioritas strategi selanjutnya berturut-turut adalah memperluas
pangsa pasar dengan nilai STAS sebesar 6,024, meningkatkan kualitas kayu
bundar jati sesuai permintaan pasar dengan nilai STAS sebesar 5,999,
meningkatkan efisiensi biaya dan produktivitas kayu bundar jati dengan nilai
STAS sebesar 5,705, mengoptimalkan perencanaan pemasaran dengan nilai STAS
sebesar 5,684, dan prioritas staretgi yang terakhir adalah meningkatkan
manajemen organisasi berorientasi pemasaran dengan nilai STAS sebesar 5,216.
98
VIII KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi pemasaran kayu bundar jati
(Tectona grandis) pada Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu I Cirebon, Jawa
Barat, maka dapat diambil kesimpulan yaitu:
1) Faktor kekuatan KBM Pemasaran Kayu I Cirebon, yaitu kayu bundar jati
memiliki jaminan legalitas, letak KBM Pemasaran Kayu I Cirebon strategis,
kemampuan bermitra dengan stakeholder, memiliki SOP dalam pemasaran
kayu bundar jati, dan memiliki berbagai jenis kualitas kayu bundar jati yang
tersegmentasi. Faktor kelemahan KBM Pemasaran Kayu I Cirebon, yaitu
belum adanya visi dan misi khusus KBM Pemasaran Kayu I Cirebon,
birokrasi yang panjang, harga kayu bundar jati tinggi dibandingkan pesaing dari
hutan rakyat, sarana dan prasarana TPK/TPn/TPKh masih buruk, dan
spesifikasi kayu bundar jati yang dipasarkan kurang sesuai dengan
permintaan pasar. Faktor peluang KBM Pemasaran Kayu I Cirebon, yaitu
sertifikasi ekolabel kayu di Indonesia, UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan, permintaan kayu bundar jati yang tinggi, perkembangan teknologi
e-market, dan globalisasi perdagangan dunia. Faktor ancaman yang dihadapi
oleh KBM Pemasaran Kayu I Cirebon, yaitu ketidakstabilan kurs nilai tukar
mata uang, banyaknya produk substitusi, luas hutan jati yang semakin
berkurang, adanya kebijakan regulator berupa rescoring, dan kayu bundar jati
yang dijual oleh pesaing.
2) Matriks IFE KBM Pemasaran Kayu I Cirebon menghasilkan total nilai
tertimbang sebesar 2,756. Sedangkan, matriks EFE KBM Pemasaran Kayu I
Cirebon menghasilkan total nilai tertimbang sebesar 3,233. Hal tersebut dapat
diartikan bahwa KBM Pemasaran Kayu I Cirebon memiliki kemampuan rata-
rata dalam memanfaatkan kekuatan dan meminimalkan kelemahan, serta
memiliki kemampuan yang tinggi untuk memanfaatkan peluang dan
menghindari ancaman. Dengan demikian, posisi KBM Pemasaran Kayu I
Cirebon dalam matriks IE adalah pada sel II, yaitu pada posisi grow and build
(tumbuh dan berkembang). Oleh sebab itu, strategi yang cocok untuk posisi
tersebut adalah strategi intensif atau strategi integratif. Analisis SWOT KBM
99
Pemasaran Kayu I Cirebon menghasilkan enam alternatif strategi yang
berkaitan dengan posisi perusahaan dalam matriks IE.
3) Urutan prioritas strategi KBM Pemasaran Kayu I Cirebon berdasarkan
analisis QSPM secara berurutan mulai dari urutan prioritas pertama hingga
urutan prioritas terakhir adalah meningkatkan pelayanan pemasaran dengan
nilai STAS sebesar 6,393, memperluas pangsa pasar dengan nilai STAS
sebesar 6,024, meningkatkan kualitas kayu bundar jati sesuai permintaan
pasar dengan nilai STAS sebesar 5,999, meningkatkan efisiensi biaya dan
produktivitas kayu bundar jati dengan nilai STAS sebesar 5,705,
mengoptimalkan perencanaan pemasaran dengan nilai STAS sebesar 5,684,
dan prioritas staretgi yang terakhir adalah meningkatkan manajemen
organisasi berorientasi pemasaran dengan nilai STAS sebesar 5,216.
8.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi pemasaran kayu bundar jati
(Tectona grandis) pada Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu I Cirebon, Jawa
Barat, maka saran yang dapat diberikan antara lain:
1) Bauran produk yang dapat disarankan pada KBM Pemasaran Kayu I Cirebon
adalah agar dapat meningkatkan kualitas kayu bundar jati sesuai permintaan
pasar dan mengoptimalkan perencanaan pemasaran dengan membentuk
bagian khusus yang bertugas melakukan riset pasar di semua saluran
penjualan secara rutin dan luas lagi. Setelah mengetahui jenis kualitas kayu
bundar jati yang sedang diminati pasar, KBM Pemasaran Kayu I Cirebon
diharapkan dapat bekerjasama, berkomunikasi, dan berkordinasi dengan
pihak produksi pada kesatuan pemangkuan hutan (KPH) dengan baik.
2) Bauran harga yang dapat disarankan pada KBM Pemasaran Kayu I Cirebon
adalah agar dapat meningkatkan efisiensi biaya dan produktivitas kayu
bundar jati dan melakukan riset pasar mengenai harga jual dasar yang sesuai
dengan kualitas dan spesifikasi kayu bundar jati yang dipasarkan serta
pertimbangan lain yang sesuai dengan daya beli para konsumen.
3) Bauran promosi yang dapat disarankan pada KBM Pemasaran Kayu I
Cirebon adalah agar dapat meningkatkan biaya iklan dan promosi yang sudah
100
ada serta mengoptimalkan perkembangan teknologi yang ada agar iklan dan
promosi lebih efisien dan efektif.
4) Bauran distribusi yang dapat disarankan pada KBM Pemasaran Kayu I
Cirebon adalah agar dapat memperbaiki dan meningkatkan fasilitas sarana
dan prasarana baik di kantor KBM maupun di TPK/TPn/TPKh. KBM
Pemasaran Kayu I Cirebon juga diharapkan dapat memperpendek jalur
birokrasi pemasaran yang tidak perlu pada setiap saluran dan mekanisme
penjualan yang ada. Salah satu caranya dengan merubah tata letak ruangan
yang saling berdekatan sesuai dengan jalur SOP pemasaran yang berlaku.
101
DAFTAR PUSTAKA
Amir, MT. 2005. Dinamika Pemasaran: Jelajahi dan Rasakan. Jakarta: PTRajaGrafindo Persada.
Dalimunthe P. 2005. Pertumbuhan diameter kayu jati (Tectona grandis L. f.):pengaruh iklim dan topografi terhadap sifat fisis dan anatomis [tesis].Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
David FR. 2006. Manajemen Strategis Konsep Edisi Kesepuluh. Budi IS,penerjemah; Rahoyo S, editor. Jakarta: Salemba Empat. Terjemahan dari:Strategic Management.
[Dephut] Departemen Kehutanan. 2009. Ekstekutif Data Strategis Kehutanan2009. Jakarta: Departemen Kehutanan RI
Kinnear TC, Taylor JR. 1991. Marketing Research: An Applied Approach FourthEdition. USA: McGraw-Hill, Inc.
Kotler P, Keller KL. 2009. Manajemen Pemasaran Jilid I Edisi Ketigabelas.Sabran B, penerjemah; Maulana A, Hardani W, editor. Jakarta: Erlangga.Terjemahan dari: Marketing Management, Thirteenth Edition.
Limbong WH. 1999. Sistem pemasaran komoditas tanaman pangan di beberapapropinsi Indonesia. Mimbar Sosek: Jurnal Sosial Ekonomi PertanianVol.12 No.1:50-72.
Marbun BN. 2003. Kamus Manajemen. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Martawijaya, Kartasujana AI, Kadir K, Prawira SA. 1995. Atlas Kayu IndonesiaJilid I. Bogor: Balai Penelitian Hasil Hutan
Pandit IKN, Yance M. 1997. Pedoman Identifikasi Jenis Kayu di Lapangan.Prosea Network Off. Bogor: Yayasan Prosea
Pearce JA, Robinson RB. 2009. Strategic Management: Formulation,Implementation, and Control Eleventh Edition. New York: McGraw-HillCompanies.
[Perhutani] Perum Perhutani. 2009. Buku Statistik Perum Perhutani Tahun 2009.Jakarta: Perum Perhutani.
[Perhutani] Perum Perhutani. 2010. Pedoman Penjualan Dalam Negeri Tahun2010. Jakarta: Perum Perhutani.
Porter ME. 1991. Strategi Bersaing. Maulana A, penerjemah; Hutauruk G, editor.Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Competitive Strategy.
Pratama AA. 2006. Analisis manajemen strategis dengan pendekatan balancedscorecare (BSC) pada Perum Perhutani, Jakarta [skripsi]. Bogor: FakultasEkonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Purnama H. 2009. Strategi pemasaran agrowisata kebun buah Plantera FruitParadise, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah [skripsi]. Bogor: FakultasEkonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
102
Rahartanti RY. 2009. Analisis pengambilan keputusan prioritas strategipemasaran kopi herbal Oriental Coffee Vitacinno pada CV AgrifamiliRenanthera, Kabupaten Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: FakultasEkonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Siwang RS. 2009. Analisis strategi pemasaran produk susu kuda organik“Asambugar” UKM Diana Hermawati, Parung, Bogor [skripsi]. Bogor:Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Styowati DJ. 2008. Strategi pemasaran mebel kayu: studi kasus di sentra industrikecil Pondok Bambu, Jakarta Timur [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan,Institut Pertanian Bogor.
Umar H. 2003. Strategic Management in Action. Jakarta: Gramedia PustakaUtama.
Wirawan RB. 2009. Identifikasi atribut produk dan analisis strategi pemasaranproduk fungisida akar gada (studi kasus PT Agricon, Bogor) [tesis].Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
103
LAMPIRAN
104
Lampiran 1. Data Nilai, Volume, dan Sisa Penjualan Kayu Bundar di KBM Pemasaran Kayu I Cirebon Tahun 2006-2009
No. Jenis Kayu2006 2007
Nilai (Rp) Volume (m3) Sisa (m3) Nilai (Rp) Volume (m3) Sisa (m3)1 Jati 89.368.090.962 53.356,755 20.474,752 124.087.055.231 87.215,172 4.464,3192 Mahoni 6.268.717.744 7.900,823 2.248,824 7.764.791.113 9.930,471 146,0333 Pinus 3.023.842.571 5.281,529 8,749 11.034.599.227 23.017,387 467,8104 Rimba Lainnya 576.426.512 1.435,579 158,772 1.291.891.905 2.399,302 374,285
Jumlah 99.237.077.789 67.974,686 22.891,097 144.178.337.476 122.562,332 5.452,447
(Lanjutan)
No. Jenis Kayu2008 2009
Nilai (Rp) Volume (m3) Sisa (m3) Nilai (Rp) Volume (m3) Sisa (m3)1 Jati 131.827.647.344 67.565,136 3.197,202 127.369.276.722 55.809,000 3.022,0002 Mahoni 11.385.362.945 13.971,549 4.802,483 13.162.983.138 15.585,000 99,0003 Pinus 9.841.419.575 19.442,965 0,486 10.317.431.676 16.145,000 0,0004 Rimba Lainnya 3.433.153.710 5.685,747 140,417 2.312.556.853 5.405,000 163,000
Jumlah 156.487.583.574 106.665,397 8.140,588 153.162.248.389 92.944,000 3.284,000Sumber: Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu I Cirebon (2010), diolah
104
105
Lampiran 2. Data Populasi Pembeli Kayu Bundar Jati di KBM Pemasaran KayuI Cirebon Tahun 2006-2009
No. Nama Alamat No. Nama Alamat No. Nama Alamat
1 Acong Jepara 33 Ema Kudus 65 KJ Jepara
2 Agay Banjar 34 Engkus Banjar 66 Kumis Jepara
3 Agustin Haurgeulis 35 Erik Sumedang 67 Lestari Jepara
4 Ahum Tasik 36 Fahmi Haurgeulis 68 Memet Ciamis
5 Amin Jepara 37 Farida Jepara 69 MJ Cirebon
6 Andri Jepara 38 Fariz Jepara 70 MPI Cirebon
7 Anisa Jepara 39 Fendi Ciamis 71 Mura Cirebon
8 Anong Sumedang 40 Gunawan Banjar 72 Nana Banjar
9 Anton Haurgeulis 41 H. Abidin Cirebon 73 Nanang Haurgeulis
10 Antonio Jepara 42 H. Ali Jepara 74 Parko Cirebon
11 Arief Jepara 43 H. Edi T Cirebon 75 Raden Jepara
12 Arsa Jepara 44 H. Emed Sumedang 76 Renal Tasik
13 Asep Cirebon 45 H. Harisman Ciamis 77 Rian Banjar
14 Asep E. Banjar 46 H. Iyus Banjar 78 Rizki Jepara
15 Asep H. Banjar 47 H. Karta Sumedang 79 RJ Jepara
16 Asep T. Tasik 48 H. Mukmin Banjar 80 Rohman Haurgeulis
17 Aska Jepara 49 Handoko Jakarta 81 Rohmat Jepara
18 Azhar Jepara 50 Hasan Jepara 82 Rusdi Indramayu
19 Bambang Jepara 51 Hendra Bandung 83 Sahrul Sukabumi
20 BMP Banjar 52 Heri Jepara 84 Sam Madiun
21 Candra Cirebon 53 Hj. Ai Banjar 85 Sarihe Jepara
22 Dadang H. Ciamis 54 Hj. Empu Banjar 86 Satrio Jepara
23 Dede Cirebon 55 Hj. Enny Banjar 87 Soleh Jepara
24 Dedi Haurgeulis 56 Hj. Erna Sumedang 88 Subur Banjar
25 Disa Klaten 57 Hj. Suradi Cirebon 89 Sukron Jepara
26 Dodi JP Cirebon 58 Ibu Ucup Banjar 90 Taman Sumedang
27 Dodik Klaten 59 IFI Jakarta 91 Ucu Kuningan
28 Donal Jepara 60 Index Sukoharjo 92 Yaya Banjar
29 Eda Bandung 61 Indo SM Cirebon 93 Yono Bandung
30 Edi Tegal Tegal 62 Iwan Bandung 94 Yopi Jepara
31 Eko Jepara 63 Jakaria Jepara 95 Yoyong Majenang
32 Ela Jepara 64 Juman Banjar 96 Yudi Garut
Sumber: Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu I Cirebon (2010)
106
Lampiran 3. Daftar Nama Responden Pembeli Kayu Bundar Jati di KBM Pemasaran Kayu I Cirebon
No. Nama Pembeli Alamat PerusahaanJenis
KelaminSaluran Penjualan
Perjanjian/Kontrak Langsung Lelang1 Neni Hozani Tasikmalaya Zanita P 0 1 02 Empu Puniarsih Sumedang Sumber Rezeki P 0 1 03 Hj. Enny Herawati Banjar CV Arafat P 0 1 14 Yati Rianti Sumedang PD Ginanjar Barokah P 0 1 15 Asep Hadiyat Ciamis Arthadian Lestari PD L 1 1 16 P. Supendi Ciamis Irama Jati L 0 1 17 Awan Setiawan Kuningan Mekar Jati L 0 1 18 H. Edi Junaedi Cirebon Jati Baru L 0 1 19 Hj. Salvia M. Banjar CV Putri Sejahtera P 1 1 1
10 Chefie ADZ Ciamis CV Dua Satria Perkasa L 0 1 011 Mulyono Cirebon CV Nagam Rotan L 0 1 112 Anton S. Indramayu PK Jateien L 0 1 113 Eda Permana Ciamis PD Didado Gotama L 0 1 114 Edi Candra Cirebon PK Nasional L 0 1 115 H. Abidin Cirebon Terus Jaya L 0 1 116 Iwan Dwi Bandung Prima Jati L 1 1 117 Ade Suparman Majalengka PK Jatira Jaya L 0 1 018 Asep Ciamis M. Rahmat L 0 1 019 Rimbawanto Purbalingga Manggala Tirta Rimba L 1 1 120 H. Deden Suryana Bandung CV Den’s Saputra L 1 1 021 Totong Suhaedi Luragung CV Alizaban L 0 1 022 Agus Julkarnaen Banjar PD Sadar L 0 1 023 Edi Karya Banjar Aditya L 0 1 0
106
107
24 Rahmat Shofi Jepara RJ L 0 0 125 Ahoem Zhorriens Tasikmalaya Karya Jati L 0 0 126 Sri Widodo Semarang CV Roda Jati L 0 1 027 Memet Ciamis Jabar Tectona L 0 1 128 M. Ansor Jepara - L 0 0 129 Heru Purnomo Rembang - L 1 1 130 Sunaryo Bekasi Usaha Jaya L 1 0 0
Jumlah 7 26 19
107
108
Lampiran 4. Struktur Organisasi Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu Unit III Jawa Barat dan Banten
108
108
Lampiran 4. Struktur Organisasi Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu Unit III Jawa Barat dan Banten
108
108
Lampiran 4. Struktur Organisasi Perum Perhutani KBM Pemasaran Kayu Unit III Jawa Barat dan Banten
108
109
Lampiran 5. Struktur Organisasi KBM Pemasaran Kayu I Cirebon, Jawa Barat
109
109
Lampiran 5. Struktur Organisasi KBM Pemasaran Kayu I Cirebon, Jawa Barat
109
109
Lampiran 5. Struktur Organisasi KBM Pemasaran Kayu I Cirebon, Jawa Barat
109
110
Lampiran 6. Uraian Tugas, Tanggung Jawab, dan Wewenang Pejabat KBMPemasaran Kayu I Cirebon
No. Jabatan Tugas, Tanggung Jawab, dan Wewenang
1. Manager Pemasaran
a) Menerima, mengevaluasi, dan menganalisislaporan-laporan harian, mingguan, periode,bulan, triwulan dari segenap Asman danKepala TPK/TPn/TPKh untuk ditindaklanjutidi lapangan dan melaporkannya kepadaGeneral Manager tembusan Kepala BiroProdisar.
b) Menerbitkan surat ijin pembelian kayu denganvolume maksimal 50 m3 per pemohon diwilayahnya.
c) Melaksanakan rekonsiliasi fisik danadministrasi dengan KPH pemasok setiapperiode dan melaporkan hasilnya kepadaGeneral Manager, tembusan kepada KepalaBiro Prodisar, Kepala Biro Keuangan, danPimpinan Unit.
d) Mengadakan pembinaan teknis danadministrasi kepada seluruh jajarannya.
e) Mengevaluasi dan mengandalikan seluruhkegiatan dari mulai kayu masuk sampaidengan penjualan, termasuk pengamananpersediaan.
f) Mengesahkan laporan per periode DKPmanual, laporan bulanan DKP Access, LHK,Perni 39, dan Mutasi DK.310 sertamelaporkannya kepada General Managertembusan Kepala Biro Prodisar dan KepalaBiro Keuangan.
g) Melakukan kontrol secara periodik transaksipenerimaan penjualan melalui validasi yangditerbitkan bank.
h) Bertindak sebagai pembantu bendaharawanmateriil dan pemegang persekot cabang (PPC).
i) Melaksanakan tugas lain yang diberikanGeneral Manager.
j) Bertanggung jawab kepada General Manager.
2.Asisten ManagerPemasaran
a) Secara harian, mingguan maupun periodikmenadih daftar kapling kepada KepalaTPK/TPn/TPKh dengan membandingkan sisapersediaan bebas di masing-masingTPK/TPn/TPKh, menerima dan menyimpandaftar kapling (DK.308) sertamenginformasikan kapling siap jual, kaplinglaku, dan realisasi pemasaran kepada Manager
111
Pemasaran tembusan kepada General Manager.b) Menyusun rencana alokasi daftar kapling
sesuai urutan prioritas saluran penjualan, yaitukontrak, penjualan langsung melalui SIPGeneral Manager dan Manager, sertapenjualan melalui saluran lelang, secaraberurutan berdasarkan absensi, proporsionalsesuai dengan jumlah volume dan lokasiTPK/TPn/TPKh yang tercantum dalam alokasikontrak/SIP untuk mendapatkan koreksi danpersetujuan Manager Pemasaran.
c) Mendistribusikan daftar kapling sesuai denganbutir 2 tersebut kepada Kaur Pelayanan untuktranskasi penjualan termasuk lelang.
d) Memverifikasi dan menandatangani dokumenpenjualan yang selanjutnya diserahkan kepadaAsman Administrasi dan Umum.
e) Melaksanakan rekonsiliasi secara hariandengan Asman terkait dan Kaur Dasi.
f) Menyusun analisis pasar dan melaporkankepada Manager Pemasaran sebagai dasarusulan penetapan harga.
g) Mengelola pembuatan laporan bulanan (DKPAccess, LHK, dan Perni 39)
h) Melaksanakan tugas lain yang diberikanManager Pemasaran.
i) Bertanggung jawab kepada ManagerPemasaran.
3.Asisten ManagerPersediaan
a) Melaksanakan monitoring, evaluasi, danpengawasan kegiatan penerimaan,pengaplingan, pelayanan angkutan pihak IIIdan pengamanan di wilayah kerjanya.
b) Melaporkan kemajuan hasil pekerjaan tersebutdi atas secara mingguan kepada ManagerPemasaran termasuk menyampaikanpenjelasan hasil evaluasi dan langkah-langkahpengendalian serta usul dalam suratpengantarnya, tembusan kepada GeneralManager.
c) Melakukan pembinaan teknis dan administrasipada TPK/TPn/TPKh.
d) Melakukan penatausahaan hasil hutan SS-Saruntuk TPKh di wilayah kerjanya danmelaporkan hasilnya kepada ManagerPemasaran.
e) Melaksanakan tugas lain yang diberikaManager Pemasaran.
f) Bertanggung jawab kepada Manager
112
Pemasaran.
4.Asisten ManagerAdministrasi danUmum
a) Mengelola:i) Pengurusan bidang keuangan, umum,
SDM, dan sarana prasarana.ii) Penyusunan laporan periodik, bulanan,
triwulan, dan tahunan pertanggungjawabankeuangan, SDM, Umum, dan saranaprasarana.
iii) Rekonsiliasi penerimaan harian danpenjualan dengan Asman terkait dan KaurDasi.
b) Menyiapkan usulan permintaan uang kerjakepada Manager Pemasaran danmengusulkannya kepada General Manager.
c) Menandatangi dokumen penjualan yang telahdisahkan oleh Asman Pemasaran setelahdiverifikasi oleh Kaur Keuangan dan uangsudah diterima oleh Kasir.
d) Memverifikasi, menandatanganipertanggungjawaban uang kerja dan bertidaksebagai pembantu pemegang persekot cabang.
e) Malaksanakan tugas lain yang diberikanManager Pemasaran.
f) Bertanggung jawab kepada ManagerPemasaran.
5.Kepala Urusan Datadan Informasi
a) Mengelola:i) Pemeliharaan SS-Sar, SIM, dan
pelaporannya.ii) Updating data penambahan dan
pengurangan persediaan dan kapling siapjual harian dari masing-masingTPK/TPn/TPKh, dan mengirimkan database tersebut ke kantor KBM Unit.
iii) Penyajian informasi kapling siap jualharian dan mengirimkan data base tersebutke kantor KBM Unit.
iv) Secara harian melakukan transfer data basepengurangan kepada TPK/TPn/TPKhterkit dan mengirimkan data base tersebutke kantor KBM Unit.
b) Secara harian melaksanakan rekonsiliasipenjualan dengan Kaur Keuangan dan KaurPelayanan.
c) Secara harian melaporkan realisasi penjualankepada Manager Pemasaran.
d) Membantu Manager Pemasaran menyiapkanlaporan penjualan per saluran penjualan, perjenis, per sotimen, dan sisa persediaan secara
113
mingguan.e) Menyiapkan LHK per periode, laporan Perni
39, dan gabungan DKP Access.f) Malaksanakan tugas lain yang diberikan
Manager Pemasaran.g) Bertanggung jawab kepada Manager
Pemasaran.
6.Kepala UrusanPelayanan
a) Mengelola:i) Pelayanan kepada pembeli sesuai rencana
alokasi yang sudah disetujui oleh ManagerPemasaran berdasarkan urutan prioritaspenjualan dan urutan absensi yangproporsional sesuai dengan jumla volumedan lokasi TPK/TPn/TPKh yang tercantumdalam alokasi kontrak/SIP.
ii) Penerimaan daftar kapling dari AsmanPemasaran sejumlah kepentingan tersebutdi atas, dan menyerahkan dokumenpenjualan untuk dikoreksi danditandatangani Asman Pemasaran danAsman Administrasi dan Umum.
iii) Registrasi dan rekapitulasi daftar kaplingyang sudah terjual dan melaporkan hasilpenjualan secara harian kepada AsmanPemasaran.
b) Melaksanakan rekonsiliasi secara hariantentang realisasi penjualan dalam volume danrupiah dengan Kaur Dasi dan Kaur Keuangan.
c) Melaksanakan tugas lain yang diberikanAsman Pemasaran.
d) Bertanggung jawab kepada Asman Pemasaran.
7.Kepala UrusanKeuangan
a) Mengelola:i) Pelaksanaan pengurusan bidang keuangan
mencakup transaksi penerimaan,pembayaran, perpajakan, dan retribusi.
ii) Koreksi pertanggungjawabankeuangan/perhitungan uang kerja berikutsurat bukti keuangan dari tiap PPC,memberikan nomor rekening pada suratbukti pertanggungjawaban keuangan.
iii) Penyimpanan arsip surat bukti keuangan.iv) Pembuatan usulan uang kerja.v) Pembukuan penerimaan penjualan.vi) Menyiapkan laporan pertanggungjawaban
keuangan atas perhitungan uang kerjasesuai lingkup wilayah pemasarannya.
vii)Secara harian melakukan rekonsiliasipenerimaan penjualan dengan Kaur Dasi
114
dan Kaur Pelayanan.b) Melaksanakan pengamatan pengeluaran
biaya/penghasilan dan pengendalian anggaran.c) Melakukan kontrol secara harian transaksi
penerimaan penjualan melalui validasi yangditerbitkan bank.
d) Melaksanakan tugas lain yang diberikanAsman Administrasi dan Umum.
e) Bertanggung jawab kepada AsmanAdministrasi dan Umum.
8.Kepala Urusan SDMdan Umum
a) Mengelola bidang SDM:i) Pengurusan surat perintah perjalanan
dinas, restitusi pemeriksaan danperawatan, daftar hadir, dan uang makan.
ii) Pengadministrasian keperluan pendidikan,pelatihan, kenaikan pangkat, pensiun, danpenghargaan.
iii) Penyimpanan surat-surat rahasiakepegawaian.
b) Mengelola bidang umum:i) Pengelolaan administrasi umum meliputi
penyimpanan, penggunaan ATK,perlengkapan kantor, ekspedisi suratmenyurat, dan blanko DK, serta FA-KB/KO.
ii) Pelaksanaan tata usaha sarana danprasarana perkantoran.
iii) Pengaturan kantor, alat komunikasi,kebersihan, dan keindahan kantor.
c) Melaksanakan ketertiban dan pengamananKantor Manager.
d) Melaksanakan tugas lain yang diberikanAsman Administrasi dan Umum.
e) Bertanggung jawab kepada AsmanAdministrasi dan Umum.
9.KepalaTPK/TPn/TPKh
a) Membuat rencana dan tata waktu/NPSpenerimaan dan pengaplingan kayu bulanDesember T-1 sesuai rencana produksi perjenis tebangan, jenis kayu, per sortimen dariKPH Pemasok berdasarkan data dari BiroProdisar. Termasuk kebutuhan luas dan dayatampung, menetapkan blok-blok penerimaan,kebutuhan karyawan dan tenaga kerja,menyiapkan kebutuhan sarana danperlengkapan kerja.
b) Memimpin kegiatan-kegiatan yang terkait daripenerimaan, pengaplingan, pelayanan,pengamanan, dan penatausahaan di
115
TP/TPn/TPKh.c) Menandatangani DK-DK sesuai dengan tugas
dan tanggungjawabnya.d) Menjalankan tugas selaku PPC (Pemegang
Persekot Cabang) dan pembantubendaharawan materiil sesuai denganketentuan yang berlaku.
e) Melakukan kordinasi dan rekonsiliasipenerimaan hasil hutan per periode denganAsper Pemasok.
f) Mengatur penempatan dan tugasMandor/Staff-nya, termasuk pembinaannya.
g) Secara harian dan periode melaporkan kepadaManager tembusan General Manager tentangkemajuan pekerjaan terkait dengan penerimaansementara, penerimaan, pengaplingan,angkutan pihak III. Termasuk menyampaikanevaluasi dan langkah-langkah pengendalianserta usul.
h) Melaksanakan tugas lain yang diberikan olehManager Pemasaran.
i) Bertanggung jawab kepada ManagerPemasaran.
Sumber: Perum Perhutani Unit III Jawa Barat (2010)
116
Lampiran 7. Prosedur Pemasaran Kayu Bundar Jati di KBM Pemasaran Kayu ICirebon
116
Lampiran 7. Prosedur Pemasaran Kayu Bundar Jati di KBM Pemasaran Kayu ICirebon
116
Lampiran 7. Prosedur Pemasaran Kayu Bundar Jati di KBM Pemasaran Kayu ICirebon
117117117
118118118
119119119
120
Lampiran 8. Pengelompokan KPH Asal Kayu
No.Kesatuan pemangkuan hutan (KPH)
Tipe A Tipe B Tipe C Tipe DI. UNIT I JAWA TENGAH1 Cepu Telawa Pati Surakarta2 Randublatung Gundih Balapulang Pekalongan Barat3 Kebonharjo Pemalang Banyumas Barat -4 Mantingan Kendal Banyumas Timur -5 Blora Semarang Kedu Selatan -6 Purwodadi - Kedu Utara -7 - - Pekalongan Timur -
II. UNIT II JAWA TIMUR1 Padangan Jombang Lawu Ds. Kediri2 Bojonegoro Mojokerto Malang Pasuruan3 Parengan Blitar Probolinggo Bwi. Barat4 Jatirogo Jember Bondowoso -5 Tuban Bwi. Utara Madura -6 Ngawi Bwi. Selatan - -7 Madiun - - -8 Saradan - - -9 Nganjuk - - -
III. UNIT III JAWA BARAT1 - - Cianjur Purwakarta2 - - Ciamis Sukabumi3 - - Banten Tasikmalaya4 - - Indramayu Kuningan5 - - Sumedang Bandung Utara6 - - - Bandung Selatan7 - - - Bogor8 - - - Garut9 - - - Majalengka
Sumber: PPDN Perum Perhutani, 2010
121
Lampiran 9. Harga Jual Dasar Kayu Bundar Jati Perum Perhutani Tahun 2010
1) Harga Jual Dasar (HJD) Kayu Bundar Jati Tipe KPH Aa) Sortimen AIII
MUTU/PANJANG(M)
HARGA PER M3 DALAM RIBUAN RUPIAH
DIAMETER (CM)
30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 69 70 - 79 80 UP
UTAMA (U)
Kurang dari 1,00 4.835 5.415 5.995 6.575 6.866 7.397 8.123 9.149 9.525
1,00 - 1,90 5.165 5.784 6.404 7.024 7.334 7.902 9.046 9.451 10.174
2,00 - 2,40 5.494 6.154 6.813 7.472 7.802 8.406 9.230 10.054 10.824
2,50 - 2,90 5.824 6.523 7.222 7.920 8.270 8.911 9.784 10.658 11.473
3,00 - 3,90 6.154 6.892 7.630 8.369 8.816 9.583 10.615 11.261 12.122
4,00 - 4,90 6.483 7.261 8.039 8.817 9.206 9.919 10.892 11.864 12.772
5,00 - 5,90 6.813 7.630 8.448 9.265 9.674 10.424 11.446 12.467 13.421
PERTAMA (P)
Kurang dari 1,00 4.335 4.855 5.375 5.895 6.155 6.632 7.282 8.203 8.539
1,00 - 1,90 4.630 5.186 5.742 6.297 6.575 7.084 8.110 8.473 9.122
2,00 - 2,40 4.926 5.517 6.108 6.699 6.995 7.537 8.275 9.014 9.704
2,50 - 2,90 5.221 5.848 6.475 7.101 7.414 7.989 8.772 9.555 10.286
3,00 - 3,90 5.517 6.179 6.841 7.503 7.904 8.592 9.517 10.096 10.868
4,00 - 4,90 5.812 6.510 7.207 7.905 8.254 8.893 9.765 10.637 11.451
5,00 - 5,90 6.108 6.841 7.574 8.307 8.673 9.345 10.262 11.178 12.033
KEDUA (D)
Kurang dari 1,00 3.835 4.295 4.755 5.215 5.445 5.867 6.442 7.256 7.554
1,00 - 1,90 4.096 4.588 5.079 5.571 5.816 6.267 7.174 7.496 8.069
2,00 - 2,40 4.357 4.880 5.403 5.926 6.188 6.667 7.321 7.974 8.584
2,50 - 2,90 4.619 5.173 5.727 6.282 6.559 7.067 7.760 8.453 9.099
3,00 - 3,90 4.880 5.466 6.052 6.637 6.992 7.600 8.419 8.931 9.614
4,00 - 4,90 5.142 5.759 6.376 6.993 7.301 7.867 8.638 9.410 10.129
5,00 - 5,90 5.403 6.052 6.700 7.348 7.673 8.267 9.077 9.888 10.644
KETIGA (T)
Kurang dari 1,00 3.334 3.735 4.135 4.535 4.735 5.102 5.602 6.310 6.569
1,00 - 1,90 3.562 3.989 4.417 4.844 5.058 5.449 6.238 6.518 7.017
2,00 - 2,40 3.789 4.244 4.698 5.153 5.381 5.797 6.366 6.934 7.465
2,50 - 2,90 4.016 4.498 4.980 5.462 5.703 6.145 6.748 7.350 7.912
3,00 - 3,90 4.244 4.753 5.262 5.772 6.080 6.609 7.321 7.766 8.360
4,00 - 4,90 4.471 5.008 5.544 6.081 6.349 6.841 7.512 8.182 8.808
5,00 - 5,90 4.698 5.262 5.826 6.390 6.672 7.189 7.893 8.598 9.256
KEEMPAT (M)
Kurang dari 1,00 3.001 3.361 3.721 4.081 4.261 4.591 5.042 5.679 5.912
122
1,00 - 1,90 3.206 3.590 3.975 4.360 4.552 4.905 5.615 5.866 6.315
2,00 - 2,40 3.410 3.819 4.229 4.638 4.842 5.218 5.729 6.241 6.718
2,50 - 2,90 3.649 4.049 4.482 4.916 5.133 5.531 6.073 6.615 7.121
3,00 - 3,90 3.888 4.278 4.736 5.194 5.472 5.948 6.588 6.990 7.524
4,00 - 4,90 4.024 4.507 4.990 5.473 5.714 6.157 6.760 7.364 7.927
5,00 - 5,90 4.229 4.736 5.244 5.751 6.005 6.470 7.104 7.738 8.330
KELIMA (L)
Kurang dari 1,00 2.668 2.988 3.308 3.628 3.788 4.081 4.481 5.048 5.255
1,00 - 1,90 2.849 3.191 3.533 3.875 4.046 4.360 4.991 5.214 5.613
2,00 - 2,40 3.031 3.395 3.759 4.123 4.304 4.638 5.093 5.547 5.972
2,50 - 2,90 3.213 3.599 3.984 4.370 4.563 4.916 5.398 5.880 6.330
3,00 - 3,90 3.395 3.802 4.210 4.617 4.864 5.287 5.856 6.213 6.688
4,00 - 4,90 3.577 4.006 4.435 4.865 5.079 5.473 6.009 6.546 7.047
5,00 - 5,90 3.759 4.210 4.661 5.112 5.337 5.751 6.315 6.879 7.405
b) Sortimen AII
MUTU/PANJANG (M)HARGA PER M3 DALAM RIBUAN RUPIAH
DIAMETER (CM)21 - 23 24 - 26 27 - 29
UTAMA (U)Kurang dari 1,00 2.381 2.897 3.2931,00 - 1,90 2.845 3.461 3.9352,00 - 2,90 3.092 3.762 4.2773,00 - 3,90 3.339 4.063 4.6194,00 - 4,90 3.587 4.364 4.9615,00 - 5,90 3.834 4.665 5.304PERTAMA (P)Kurang dari 1,00 2.171 2.641 3.0031,00 - 1,90 2.594 3.156 3.5882,00 - 2,90 2.819 3.430 3.9003,00 - 3,90 3.045 3.704 4.2124,00 - 4,90 3.270 3.979 4.5245,00 - 5,90 3.496 4.253 4.836KEDUA (D)Kurang dari 1,00 1.961 2.385 2.7121,00 - 1,90 2.343 2.851 3.2412,00 - 2,90 2.546 3.098 3.5223,00 - 3,90 2.750 3.346 3.8044,00 - 4,90 2.954 3.594 4.0865,00 - 5,90 3.157 3.841 4.368KETIGA (T)
123
Kurang dari 1,00 1.751 2.130 2.4221,00 - 1,90 2.092 2.545 2.8932,00 - 2,90 2.273 2.766 3.1453,00 - 3,90 2.455 2.987 3.3974,00 - 4,90 2.637 3.209 3.6485,00 - 5,90 2.819 3.430 3.900KEEMPAT (M)Kurang dari 1,00 1.576 1.917 2.1791,00 - 1,90 1.882 2.290 2.6042,00 - 2,90 2.046 2.489 2.8303,00 - 3,90 2.210 2.689 3.0574,00 - 4,90 2.373 2.888 3.2835,00 - 5,90 2.537 3.087 3.510
c) Sortimen AI
MUTU/PANJANG (M)HARGA PER M3 DALAM RIBUAN RUPIAH
DIAMETER (CM)4 - 7 10 - 13 16 - 19
PERTAMA (P)Kurang dari 1,00 0 1.023 1.6031,00 - 1,90 580 1.159 1.8162,00 - 2,90 682 1.364 2.1373,00 - 3,90 750 1.500 2.3514,00 - 4,90 818 1.637 2.5645,00 - 5,90 887 1.773 2.778KEDUA (D)Kurang dari 1,00 0 938 1.4691,00 - 1,90 531 1.063 1.6652,00 - 2,90 625 1.250 1.9593,00 - 3,90 688 1.375 2.1554,00 - 4,90 750 1.500 2.3515,00 - 5,90 813 1.626 2.547KETIGA (T)Kurang dari 1,00 0 853 1.3361,00 - 1,90 483 966 1.5142,00 - 2,90 568 1.137 1.7813,00 - 3,90 625 1.250 1.9594,00 - 4,90 682 1.364 2.1375,00 - 5,90 739 1.478 2.315KEEMPAT (M)Kurang dari 1,00 0 784 1.229
124
1,00 - 1,90 444 889 1.3932,00 - 2,90 512 1.046 1.6383,00 - 3,90 563 1.150 1.8024,00 - 4,90 614 1.255 1.9665,00 - 5,90 665 1.360 2.130
2) Harga Jual Dasar (HJD) Kayu Bundar Jati Tipe KPH Ba) Sortimen AIII
MUTU/PANJANG(M)
HARGA PER M3 DALAM RIBUAN RUPIAH
DIAMETER (CM)
30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 69 70 - 79 80 UP
UTAMA (U)
Kurang dari 1,00 4.722 5.289 5.856 6.423 6.706 7.225 7.934 8.937 9.303
1,00 - 1,90 5.044 5.650 6.255 6.860 7.163 7.718 8.835 9.231 9.938
2,00 - 2,40 5.366 6.010 6.654 7.298 7.620 8.211 9.016 9.821 10.572
2,50 - 2,90 5.688 6.371 7.054 7.736 8.078 8.703 9.557 10.410 11.206
3,00 - 3,90 6.010 6.732 7.453 8.174 8.611 9.360 10.368 10.999 11.840
4,00 - 4,90 6.332 7.092 7.852 8.612 8.992 9.689 10.638 11.588 12.475
5,00 - 5,90 6.654 7.453 8.251 9.050 9.449 10.181 11.179 12.178 13.109
PERTAMA (P)
Kurang dari 1,00 4.234 4.742 5.250 5.758 6.012 6.478 7.113 8.012 8.341
1,00 - 1,90 4.523 5.065 5.608 6.151 6.422 6.920 7.921 8.276 8.910
2,00 - 2,40 4.811 5.389 5.966 6.543 6.832 7.361 8.083 8.805 9.478
2,50 - 2,90 5.100 5.712 6.324 6.936 7.242 7.803 8.568 9.333 10.047
3,00 - 3,90 5.389 6.035 6.682 7.329 7.720 8.392 9.295 9.861 10.616
4,00 - 4,90 5.677 6.359 7.040 7.721 8.062 8.686 9.538 10.389 11.184
5,00 - 5,90 5.966 6.682 7.398 8.114 8.472 9.128 10.023 10.918 11.753
KEDUA (D)
Kurang dari 1,00 3.745 4.195 4.644 5.094 5.318 5.730 6.292 7.088 7.378
1,00 - 1,90 4.001 4.481 4.961 5.441 5.681 6.121 7.007 7.321 7.882
2,00 - 2,40 4.256 4.767 5.278 5.788 6.044 6.512 7.150 7.789 8.385
2,50 - 2,90 4.512 5.053 5.594 6.136 6.406 6.903 7.579 8.256 8.888
3,00 - 3,90 4.767 5.339 5.911 6.483 6.829 7.424 8.223 8.723 9.391
4,00 - 4,90 5.022 5.625 6.228 6.830 7.132 7.684 8.437 9.191 9.894
5,00 - 5,90 5.278 5.911 6.544 7.178 7.494 8.075 8.866 9.658 10.397
KETIGA (T)
Kurang dari 1,00 3.257 3.648 4.039 4.429 4.625 4.983 5.472 6.163 6.416
1,00 - 1,90 3.479 3.896 4.314 4.731 4.940 5.323 6.093 6.366 6.853
2,00 - 2,40 3.701 4.145 4.589 5.033 5.255 5.663 6.218 6.773 7.291
2,50 - 2,90 3.923 4.394 4.865 5.335 5.571 6.002 6.591 7.179 7.728
3,00 - 3,90 4.145 4.643 5.140 5.637 5.939 6.455 7.150 7.586 8.166
125
4,00 - 4,90 4.367 4.891 5.415 5.939 6.201 6.682 7.337 7.992 8.603
5,00 - 5,90 4.589 5.140 5.691 6.241 6.517 7.022 7.710 8.398 9.041
KEEMPAT (M)
Kurang dari 1,00 2.931 3.283 3.635 3.986 4.162 4.485 4.924 5.547 5.774
1,00 - 1,90 3.131 3.507 3.882 4.258 4.446 4.790 5.484 5.730 6.168
2,00 - 2,40 3.331 3.731 4.130 4.530 4.730 5.096 5.596 6.096 6.562
2,50 - 2,90 3.564 3.954 4.378 4.802 5.014 5.402 5.932 6.461 6.956
3,00 - 3,90 3.797 4.178 4.626 5.074 5.345 5.810 6.435 6.827 7.349
4,00 - 4,90 3.930 4.402 4.874 5.345 5.581 6.014 6.603 7.193 7.743
5,00 - 5,90 4.130 4.626 5.122 5.617 5.865 6.319 6.939 7.558 8.137
KELIMA (L)
Kurang dari 1,00 2.605 2.918 3.231 3.543 3.700 3.986 4.377 4.931 5.133
1,00 - 1,90 2.783 3.117 3.451 3.785 3.952 4.258 4.875 5.093 5.483
2,00 - 2,40 2.961 3.316 3.671 4.027 4.204 4.530 4.974 5.418 5.833
2,50 - 2,90 3.138 3.515 3.892 4.268 4.457 4.802 5.273 5.743 6.183
3,00 - 3,90 3.316 3.714 4.112 4.510 4.751 5.164 5.720 6.068 6.533
4,00 - 4,90 3.494 3.913 4.332 4.751 4.961 5.345 5.869 6.394 6.883
5,00 - 5,90 3.671 4.112 4.553 4.993 5.213 5.617 6.168 6.719 7.233
b) Sortimen AII
MUTU/PANJANG (M)HARGA PER M3 DALAM RIBUAN RUPIAH
DIAMETER (CM)21 - 23 24 - 26 27 - 29
UTAMA (U)Kurang dari 1,00 2.325 2.829 3.2171,00 - 1,90 2.778 3.380 3.8432,00 - 2,90 3.020 3.674 4.1783,00 - 3,90 3.262 3.968 4.5124,00 - 4,90 3.503 4.262 4.8465,00 - 5,90 3.745 4.556 5.180PERTAMA (P)Kurang dari 1,00 2.120 2.580 2.9331,00 - 1,90 2.533 3.082 3.5042,00 - 2,90 2.754 3.350 3.8093,00 - 3,90 2.974 3.618 4.1144,00 - 4,90 3.194 3.886 4.4195,00 - 5,90 3.414 4.154 4.723KEDUA (D)Kurang dari 1,00 1.915 2.330 2.6491,00 - 1,90 2.288 2.784 3.1652,00 - 2,90 2.487 3.026 3.440
126
3,00 - 3,90 2.686 3.268 3.7164,00 - 4,90 2.885 3.510 3.9915,00 - 5,90 3.084 3.752 4.266KETIGA (T)Kurang dari 1,00 1.710 2.080 2.3651,00 - 1,90 2.043 2.486 2.8262,00 - 2,90 2.221 2.702 3.0723,00 - 3,90 2.398 2.918 3.3184,00 - 4,90 2.576 3.134 3.5635,00 - 5,90 2.754 3.350 3.809KEEMPAT (M)Kurang dari 1,00 1.539 1.872 2.1291,00 - 1,90 1.839 2.237 2.5432,00 - 2,90 1.999 2.432 2.7653,00 - 3,90 2.158 2.626 2.9864,00 - 4,90 2.318 2.821 3.2075,00 - 5,90 2.478 3.015 3.428
c) Sortimen AI
MUTU/PANJANG (M)HARGA PER M3 DALAM RIBUAN RUPIAH
DIAMETER (CM)4 - 7 10 - 13 16 - 19
PERTAMA (P)Kurang dari 1,00 0 999 1.5661,00 - 1,90 566 1.133 1.7742,00 - 2,90 666 1.332 2.0873,00 - 3,90 733 1.466 2.2964,00 - 4,90 799 1.599 2.5055,00 - 5,90 866 1.732 2.714KEDUA (D)Kurang dari 1,00 0 916 1.4351,00 - 1,90 519 1.038 1.6262,00 - 2,90 611 1.221 1.9133,00 - 3,90 672 1.343 2.1054,00 - 4,90 733 1.466 2.2965,00 - 5,90 794 1.588 2.487KETIGA (T)Kurang dari 1,00 0 833 1.3051,00 - 1,90 472 944 1.4792,00 - 2,90 555 1.110 1.7393,00 - 3,90 611 1.221 1.913
127
4,00 - 4,90 666 1.332 2.0875,00 - 5,90 722 1.443 2.261KEEMPAT (M)Kurang dari 1,00 0 766 1.2001,00 - 1,90 434 868 1.3602,00 - 2,90 500 1.021 1.6003,00 - 3,90 550 1.124 1.7604,00 - 4,90 600 1.226 1.9205,00 - 5,90 650 1.328 2.080
3) Harga Jual Dasar (HJD) Kayu Bundar Jati Tipe KPH Ca) Sortimen AIII
MUTU/PANJANG(M)
HARGA PER M3 DALAM RIBUAN RUPIAH
DIAMETER (CM)
30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 69 70 - 79 80 UP
UTAMA (U)
Kurang dari 1,00 4.610 5.163 5.716 6.270 6.546 7.053 7.745 8.724 9.082
1,00 - 1,90 4.924 5.515 6.106 6.697 6.993 7.534 8.625 9.012 9.701
2,00 - 2,40 5.239 5.867 6.496 7.125 7.439 8.015 8.801 9.587 10.320
2,50 - 2,90 5.553 6.219 6.886 7.552 7.885 8.496 9.329 10.162 10.939
3,00 - 3,90 5.867 6.571 7.275 7.980 8.406 9.137 10.121 10.737 11.559
4,00 - 4,90 6.182 6.923 7.665 8.407 8.778 9.458 10.385 11.312 12.178
5,00 - 5,90 6.496 7.275 8.055 8.834 9.224 9.939 10.913 11.888 12.797
PERTAMA (P)
Kurang dari 1,00 4.133 4.629 5.125 5.621 5.869 6.324 6.944 7.821 8.142
1,00 - 1,90 4.415 4.945 5.475 6.004 6.269 6.755 7.733 8.079 8.697
2,00 - 2,40 4.697 5.260 5.824 6.388 6.669 7.186 7.891 8.595 9.253
2,50 - 2,90 4.979 5.576 6.173 6.771 7.070 7.617 8.364 9.111 9.808
3,00 - 3,90 5.260 5.892 6.523 7.154 7.536 8.192 9.074 9.626 10.363
4,00 - 4,90 5.542 6.207 6.872 7.537 7.870 8.479 9.311 10.142 10.918
5,00 - 5,90 5.824 6.523 7.222 7.921 8.270 8.911 9.784 10.658 11.473
KEDUA (D)
Kurang dari 1,00 3.656 4.095 4.534 4.972 5.192 5.594 6.142 6.919 7.203
1,00 - 1,90 3.906 4.374 4.843 5.311 5.546 5.975 6.840 7.147 7.694
2,00 - 2,40 4.155 4.653 5.152 5.651 5.900 6.357 6.980 7.603 8.185
2,50 - 2,90 4.404 4.933 5.461 5.990 6.254 6.738 7.399 8.059 8.676
3,00 - 3,90 4.653 5.212 5.770 6.329 6.667 7.247 8.027 8.516 9.167
4,00 - 4,90 4.903 5.491 6.079 6.668 6.962 7.501 8.236 8.972 9.658
5,00 - 5,90 5.152 5.770 6.388 7.007 7.316 7.882 8.655 9.428 10.149
KETIGA (T)
Kurang dari 1,00 3.179 3.561 3.942 4.324 4.515 4.864 5.341 6.017 6.263
128
1,00 - 1,90 3.396 3.804 4.211 4.619 4.822 5.196 5.948 6.215 6.690
2,00 - 2,40 3.613 4.046 4.480 4.914 5.130 5.528 6.070 6.612 7.117
2,50 - 2,90 3.830 4.289 4.749 5.208 5.438 5.859 6.434 7.008 7.544
3,00 - 3,90 4.046 4.532 5.018 5.503 5.797 6.302 6.980 7.405 7.971
4,00 - 4,90 4.263 4.775 5.286 5.798 6.054 6.523 7.162 7.802 8.398
5,00 - 5,90 4.480 5.018 5.555 6.093 6.362 6.854 7.526 8.198 8.826
KEEMPAT (M)
Kurang dari 1,00 2.861 3.205 3.548 3.891 4.063 4.378 4.807 5.415 5.637
1,00 - 1,90 3.056 3.423 3.790 4.157 4.340 4.676 5.353 5.593 6.021
2,00 - 2,40 3.252 3.642 4.032 4.422 4.617 4.975 5.463 5.950 6.406
2,50 - 2,90 3.479 3.860 4.274 4.687 4.894 5.273 5.790 6.307 6.790
3,00 - 3,90 3.707 4.079 4.516 4.953 5.217 5.671 6.282 6.664 7.174
4,00 - 4,90 3.837 4.297 4.758 5.218 5.448 5.870 6.446 7.021 7.559
5,00 - 5,90 4.032 4.516 5.000 5.483 5.725 6.169 6.774 7.378 7.943
KELIMA (L)
Kurang dari 1,00 2.543 2.849 3.154 3.459 3.612 3.891 4.273 4.813 5.011
1,00 - 1,90 2.717 3.043 3.369 3.695 3.858 4.157 4.759 4.972 5.352
2,00 - 2,40 2.890 3.237 3.584 3.931 4.104 4.422 4.856 5.289 5.694
2,50 - 2,90 3.064 3.431 3.799 4.167 4.350 4.687 5.147 5.607 6.036
3,00 - 3,90 3.237 3.626 4.014 4.402 4.638 5.041 5.584 5.924 6.377
4,00 - 4,90 3.411 3.820 4.229 4.638 4.843 5.218 5.730 6.241 6.719
5,00 - 5,90 3.584 4.014 4.444 4.874 5.089 5.483 6.021 6.559 7.060
b) Sortimen AII
MUTU/PANJANG (M)HARGA PER M3 DALAM RIBUAN RUPIAH
DIAMETER (CM)21 - 23 24 - 26 27 - 29
UTAMA (U)Kurang dari 1,00 2.270 2.762 3.1401,00 - 1,90 2.712 3.300 3.7522,00 - 2,90 2.948 3.587 4.0783,00 - 3,90 3.184 3.874 4.4044,00 - 4,90 3.420 4.161 4.7315,00 - 5,90 3.656 4.448 5.057PERTAMA (P)Kurang dari 1,00 2.070 2.518 2.8631,00 - 1,90 2.473 3.009 3.4212,00 - 2,90 2.688 3.270 3.7183,00 - 3,90 2.903 3.532 4.0164,00 - 4,90 3.118 3.794 4.3135,00 - 5,90 3.333 4.055 4.611
129
KEDUA (D)Kurang dari 1,00 1.869 2.274 2.5861,00 - 1,90 2.234 2.718 3.0902,00 - 2,90 2.428 2.954 3.3593,00 - 3,90 2.622 3.190 3.6274,00 - 4,90 2.816 3.427 3.8965,00 - 5,90 3.011 3.663 4.165KETIGA (T)Kurang dari 1,00 1.669 2.031 2.3091,00 - 1,90 1.994 2.426 2.7592,00 - 2,90 2.168 2.637 2.9993,00 - 3,90 2.341 2.848 3.2394,00 - 4,90 2.515 3.059 3.4785,00 - 5,90 2.688 3.270 3.718KEEMPAT (M)Kurang dari 1,00 1.502 1.828 2.0781,00 - 1,90 1.795 2.184 2.4832,00 - 2,90 1.951 2.374 2.6993,00 - 3,90 2.107 2.564 2.9154,00 - 4,90 2.263 2.753 3.1315,00 - 5,90 1.419 2.943 3.347
c) Sortimen AI
MUTU/PANJANG (M)HARGA PER M3 DALAM RIBUAN RUPIAH
DIAMETER (CM)4 - 7 10 - 13 16 - 19
PERTAMA (P)Kurang dari 1,00 0 975 1.5281,00 - 1,90 553 1.106 1.7322,00 - 2,90 650 1.301 2.0383,00 - 3,90 715 1.431 2.2414,00 - 4,90 780 1.561 2.4455,00 - 5,90 845 1.691 2.649KEDUA (D)Kurang dari 1,00 0 894 1.4011,00 - 1,90 507 1.013 1.5882,00 - 2,90 596 1.192 1.8683,00 - 3,90 656 1.311 2.0554,00 - 4,90 715 1.431 2.2415,00 - 5,90 775 1.550 2.428KETIGA (T)
130
Kurang dari 1,00 0 813 1.2741,00 - 1,90 461 921 1.4432,00 - 2,90 542 1.084 1.6983,00 - 3,90 596 1.192 1.8684,00 - 4,90 650 1.301 2.0385,00 - 5,90 705 1.409 2.207KEEMPAT (M)Kurang dari 1,00 0 748 1.1721,00 - 1,90 424 848 1.3282,00 - 2,90 488 997 1.5623,00 - 3,90 537 1.097 1.7184,00 - 4,90 585 1.197 1.8755,00 - 5,90 634 1.296 2.031
4) Harga Jual Dasar (HJD) Kayu Bundar Jati Tipe KPH Da) Sortimen AIII
MUTU/PANJANG(M)
HARGA PER M3 DALAM RIBUAN RUPIAH
DIAMETER (CM)
30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 69 70 - 79 80 UP
UTAMA (U)
Kurang dari 1,00 4.498 5.037 5.577 6.117 6.387 6.881 7.556 8.511 8.860
1,00 - 1,90 4.804 5.381 5.957 6.534 6.822 7.350 8.415 8.792 9.464
2,00 - 2,40 5.111 5.724 6.338 6.951 7.257 7.820 8.586 9.353 10.068
2,50 - 2,90 5.418 6.068 6.718 7.368 7.693 8.289 9.101 9.914 10.673
3,00 - 3,90 5.724 6.411 7.098 7.785 8.201 8.914 9.874 10.475 11.277
4,00 - 4,90 6.031 6.755 7.478 8.202 8.564 9.227 10.132 11.036 11.881
5,00 - 5,90 6.338 7.098 7.859 8.619 8.999 9.696 10.647 11.598 12.485
PERTAMA (P)
Kurang dari 1,00 4.032 4.516 5.000 5.484 5.726 6.169 6.774 7.631 7.944
1,00 - 1,90 4.307 4.824 5.341 5.858 6.116 6.590 7.544 7.882 8.485
2,00 - 2,40 4.582 5.132 5.682 6.232 6.507 7.011 7.698 8.385 9.027
2,50 - 2,90 4.857 5.440 6.023 6.606 6.897 7.431 8.160 8.889 9.568
3,00 - 3,90 5.132 5.748 6.364 6.980 7.353 7.992 8.853 9.392 10.110
4,00 - 4,90 5.407 6.056 6.705 7.353 7.678 8.273 9.084 9.895 10.652
5,00 - 5,90 5.682 6.364 7.046 7.727 8.068 8.693 9.546 10.398 11.193
KEDUA (D)
Kurang dari 1,00 3.567 3.995 4.423 4.851 5.065 5.458 5.993 6.750 7.027
1,00 - 1,90 3.810 4.267 4.725 5.182 5.411 5.830 6.674 6.973 7.506
2,00 - 2,40 4.053 4.540 5.026 5.513 5.756 6.202 6.810 7.418 7.985
2,50 - 2,90 4.297 4.812 5.328 5.843 6.101 6.574 7.218 7.863 8.464
3,00 - 3,90 4.540 5.085 5.629 6.174 6.504 7.070 7.831 8.308 8.944
131
4,00 - 4,90 4.783 5.357 5.931 6.505 6.792 7.318 8.036 8.753 9.423
5,00 - 5,90 5.026 5.629 6.233 6.836 7.137 7.690 8.444 9.198 9.902
KETIGA (T)
Kurang dari 1,00 3.102 3.474 3.846 4.218 4.405 4.746 5.211 5.870 6.111
1,00 - 1,90 3.313 3.711 4.108 4.506 4.705 5.069 5.803 6.063 6.527
2,00 - 2,40 3.525 3.948 4.371 4.794 5.005 5.393 5.922 6.450 6.944
2,50 - 2,90 3.736 4.185 4.633 5.081 5.305 5.716 6.277 6.837 7.360
3,00 - 3,90 3.948 4.421 4.895 5.369 5.656 6.148 6.810 7.224 7.777
4,00 - 4,90 4.159 4.658 5.157 5.657 5.906 6.364 6.987 7.611 8.194
5,00 - 5,90 4.371 4.895 5.420 5.944 6.206 6.687 7.343 7.998 8.610
KEEMPAT (M)
Kurang dari 1,00 2.792 3.127 3.462 3.797 3.964 4.271 4.690 5.283 5.499
1,00 - 1,90 2.982 3.340 3.698 4.055 4.234 4.562 5.223 5.457 5.874
2,00 - 2,40 3.172 3.553 3.934 4.314 4.505 4.854 5.329 5.805 6.249
2,50 - 2,90 3.394 3.766 4.170 4.573 4.775 5.145 5.649 6.154 6.624
3,00 - 3,90 3.616 3.979 4.406 4.832 5.090 5.533 6.129 6.502 6.999
4,00 - 4,90 3.743 4.192 4.642 5.091 5.315 5.727 6.289 6.850 7.374
5,00 - 5,90 3.934 4.406 4.878 5.350 5.586 6.018 6.608 7.199 7.749
KELIMA (L)
Kurang dari 1,00 2.481 2.779 3.077 3.375 3.524 3.797 4.169 4.696 4.888
1,00 - 1,90 2.651 2.969 3.287 3.605 3.764 4.055 4.643 4.851 5.222
2,00 - 2,40 2.820 3.158 3.497 3.835 4.004 4.314 4.737 5.160 5.555
2,50 - 2,90 2.989 3.348 3.706 4.065 4.244 4.573 5.021 5.470 5.888
3,00 - 3,90 3.158 3.537 3.916 4.295 4.525 4.918 5.448 5.779 6.222
4,00 - 4,90 3.327 3.727 4.126 4.525 4.725 5.091 5.590 6.089 6.555
5,00 - 5,90 3.497 3.916 4.336 4.755 4.965 5.350 5.874 6.399 6.888
b) Sortimen AII
MUTU/PANJANG (M)HARGA PER M3 DALAM RIBUAN RUPIAH
DIAMETER (CM)21 - 23 24 - 26 27 - 29
UTAMA (U)Kurang dari 1,00 2.215 2.695 3.0641,00 - 1,90 2.646 3.219 3.6602,00 - 2,90 2.876 3.499 3.9793,00 - 3,90 3.106 3.779 4.2974,00 - 4,90 3.336 4.059 4.6155,00 - 5,90 3.566 4.339 4.934PERTAMA (P)Kurang dari 1,00 2.019 2.457 2.7931,00 - 1,90 2.413 2.935 3.337
132
2,00 - 2,90 2.622 3.191 3.6283,00 - 3,90 2.832 3.446 3.9184,00 - 4,90 3.042 3.701 4.2085,00 - 5,90 3.252 3.956 4.498KEDUA (D)Kurang dari 1,00 1.824 2.219 2.5231,00 - 1,90 2.179 2.651 3.0142,00 - 2,90 2.369 2.882 3.2773,00 - 3,90 2.558 3.112 3.5394,00 - 4,90 2.748 3.343 3.8015,00 - 5,90 2.937 3.573 4.063KETIGA (T)Kurang dari 1,00 1.628 1.981 2.2531,00 - 1,90 1.946 2.367 2.6912,00 - 2,90 2.115 2.573 2.9263,00 - 3,90 2.284 2.779 3.1604,00 - 4,90 2.453 2.985 3.3945,00 - 5,90 2.622 3.191 3.628KEEMPAT (M)Kurang dari 1,00 1.466 1.783 2.0271,00 - 1,90 1.751 2.130 2.4222,00 - 2,90 1.903 2.316 2.6333,00 - 3,90 2.056 2.501 2.8444,00 - 4,90 2.208 2.686 3.0545,00 - 5,90 2.360 2.872 3.265
c) Sortimen AI
MUTU/PANJANG (M)HARGA PER M3 DALAM RIBUAN RUPIAH
DIAMETER (CM)4 - 7 10 - 13 16 - 19
PERTAMA (P)Kurang dari 1,00 0 952 1.4911,00 - 1,90 539 1.079 1.6902,00 - 2,90 634 1.269 1.9883,00 - 3,90 698 1.396 2.1874,00 - 4,90 761 1.523 2.3865,00 - 5,90 825 1.650 2.584KEDUA (D)Kurang dari 1,00 0 872 1.3671,00 - 1,90 494 989 1.5492,00 - 2,90 582 1.163 1.822
133
3,00 - 3,90 640 1.279 2.0054,00 - 4,90 698 1.396 2.1875,00 - 5,90 756 1.512 2.369KETIGA (T)Kurang dari 1,00 0 793 1.2421,00 - 1,90 449 899 1.4082,00 - 2,90 529 1.057 1.6573,00 - 3,90 582 1.163 1.8224,00 - 4,90 634 1.269 1.9885,00 - 5,90 687 1.375 2.154KEEMPAT (M)Kurang dari 1,00 0 730 1.1431,00 - 1,90 413 827 1.2952,00 - 2,90 476 973 1.5243,00 - 3,90 523 1.070 1.6774,00 - 4,90 571 1.167 1.8295,00 - 5,90 619 1.265 1.981
Sumber: PPDN Perum Perhutani, 2010
134
Lampiran 10.Alur Pengajuan Sertifikasi Ekolabel Hutan di Forest StewardshipCouncil (FSC)5
Sumber: Forest Stewardship Council (2010)
5 [Anonimus]. 2010. FSC Rules. http://www.fsc.org/fsc-rules.html. [15 Juni 2010].
135
Lampiran 11.Hasil Pemberian Rating Faktor Internal
No. Faktor-faktor InternalRating
Responden 1 Responden 2 Responden 3 Rata-rata
1Kayu bundar jati memiliki jaminanlegalitas.
4 4 4 4,000
2Letak KBM Pemasaran Kayu ICirebon strategis.
4 4 4 4,000
3Kemampuan bermitra denganstakeholder.
4 4 4 4,000
4Memiliki SOP dalam pemasarankayu bundar jati.
4 3 4 3,667
5Memiliki berbagai jenis kualitaskayu bundar jati yang tersegmentasi.
4 4 4 4,000
6Belum adanya visi dan misi khususKBM Pemasaran Kayu I Cirebon.
1 1 2 1,333
7 Birokrasi yang panjang. 2 2 2 2,000
8Harga kayu bundar jati relatif tinggidibandingkan pesaing.
2 1 2 1,667
9Sarana dan prasaranaTPK/TPn/TPKh masih buruk.
1 2 2 1,667
10Spesifikasi kayu bundar jati yangdipasarkan kurang sesuai denganpermintaan pasar.
1 1 2 1,333
135
136
Lampiran 12.Hasil Pemberian Rating Faktor Eksternal
No. Faktor-faktor EksternalRating
Responden 1 Responden 2 Responden 3 Rata-rata
1Sertifikasi ekolabel kayu diIndonesia.
4 4 3 3,667
2 Regulasi yang mengatur. 3 4 3 3,333
3Permintaan kayu bundar jati yangtinggi.
4 4 4 4,000
4 Perkembangan teknologi e-market. 2 2 3 2,3335 Globalisasi perdagangan dunia. 2 3 4 3,0006 Kurs nilai tukar mata uang. 4 3 3 3,3337 Banyaknya produk substitusi. 4 3 3 3,333
8Luas hutan jati yang semakinberkurang.
4 4 1 3,000
9Adanya kebijakan regulator beruparescoring.
3 3 1 2,333
10Kayu bundar jati yang dijual olehpesaing.
3 4 2 3,000
136
137
Lampiran 13.Hasil Pembobotan Faktor Internal Responden 1
Responden 1Kode Faktor Penentu Internal A B C D E F G H I J Jumlah Bobot
AKayu bundar jati memiliki jaminanlegalitas.
2 3 1 1 1 3 3 1 1 16 0,089
BLetak KBM Pemasaran Kayu ICirebon strategis.
2 3 3 1 1 3 3 3 1 20 0,111
CKemampuan bermitra denganstakeholder.
1 1 1 2 1 3 1 1 1 12 0,067
DMemiliki SOP dalam pemasarankayu bundar jati.
3 1 3 1 1 3 1 1 1 15 0,083
EMemiliki berbagai jenis kualitaskayu bundar jati yang tersegmentasi.
3 3 2 3 2 2 1 3 2 21 0,117
FBelum adanya visi dan misi khususKBM Pemasaran Kayu I Cirebon.
3 3 3 3 2 3 1 1 1 20 0,111
G Birokrasi yang panjang. 1 1 1 1 2 1 1 1 1 10 0,056
HHarga kayu bundar jati relatif tinggidibandingkan pesaing.
1 1 3 3 3 3 3 3 1 21 0,117
ISarana dan prasaranaTPK/TPn/TPKh masih buruk.
3 1 3 3 1 3 3 1 1 19 0,106
JSpesifikasi kayu bundar jati yangdipasarkan kurang sesuai denganpermintaan pasar.
3 3 3 3 2 3 3 3 3 26 0,144
Total 180 1,000137
138
Lampiran 14.Hasil Pembobotan Faktor Internal Responden 2
Responden 2Kode Faktor Penentu Internal A B C D E F G H I J Jumlah Bobot
AKayu bundar jati memiliki jaminanlegalitas.
3 2 3 2 2 3 2 3 2 22 0,122
BLetak KBM Pemasaran Kayu ICirebon strategis.
1 1 3 1 1 3 1 2 1 14 0,078
CKemampuan bermitra denganstakeholder.
2 3 3 2 1 3 2 3 2 21 0,117
DMemiliki SOP dalam pemasarankayu bundar jati.
1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 0,050
EMemiliki berbagai jenis kualitaskayu bundar jati yang tersegmentasi.
2 3 2 3 2 3 2 3 2 22 0,122
FBelum adanya visi dan misi khususKBM Pemasaran Kayu I Cirebon.
2 3 3 3 2 3 3 3 3 25 0,139
G Birokrasi yang panjang. 1 1 1 3 1 1 1 1 1 11 0,061
HHarga kayu bundar jati relatif tinggidibandingkan pesaing.
2 3 2 3 2 1 3 2 2 20 0,111
ISarana dan prasaranaTPK/TPn/TPKh masih buruk.
1 2 1 3 1 1 3 2 2 16 0,089
JSpesifikasi kayu bundar jati yangdipasarkan kurang sesuai denganpermintaan pasar.
2 3 2 3 2 1 3 2 2 20 0,111
Total 180 1,000138
139
Lampiran 15.Hasil Pembobotan Faktor Internal Responden 3
Responden 3Kode Faktor Penentu Internal A B C D E F G H I J Jumlah Bobot
AKayu bundar jati memiliki jaminanlegalitas.
3 3 3 3 3 3 3 3 3 27 0,150
BLetak KBM Pemasaran Kayu ICirebon strategis.
1 2 2 2 3 3 2 2 1 18 0,100
CKemampuan bermitra denganstakeholder.
1 2 3 3 3 3 3 3 3 24 0,133
DMemiliki SOP dalam pemasarankayu bundar jati.
1 2 1 2 2 3 3 1 1 16 0,089
EMemiliki berbagai jenis kualitaskayu bundar jati yang tersegmentasi.
1 2 1 2 2 2 2 1 1 14 0,078
FBelum adanya visi dan misi khususKBM Pemasaran Kayu I Cirebon.
1 1 1 2 2 1 1 1 1 11 0,061
G Birokrasi yang panjang. 1 1 1 1 2 3 1 1 1 12 0,067
HHarga kayu bundar jati relatif tinggidibandingkan pesaing.
1 2 1 1 2 3 3 1 1 15 0,083
ISarana dan prasaranaTPK/TPn/TPKh masih buruk.
1 2 1 3 3 3 3 3 1 20 0,111
JSpesifikasi kayu bundar jati yangdipasarkan kurang sesuai denganpermintaan pasar.
1 3 1 3 3 3 3 3 3 23 0,128
Total 180 1,000139
140
Lampiran 16.Hasil Pembobotan Faktor Internal Rata-rata
Responden 1 Responden 2 Responden 3 Rata-rataKode Faktor Penentu Internal Jumlah Bobot Jumlah Bobot Jumlah Bobot Jumlah Bobot
AKayu bundar jati memiliki jaminanlegalitas.
16 0,089 22 0,122 27 0,150 22 0,120
BLetak KBM Pemasaran Kayu ICirebon strategis.
20 0,111 14 0,078 18 0,100 17 0,096
CKemampuan bermitra denganstakeholder.
12 0,067 21 0,117 24 0,133 19 0,106
DMemiliki SOP dalam pemasaran kayubundar jati.
15 0,083 9 0,050 16 0,089 13 0,074
EMemiliki berbagai jenis kualitas kayubundar jati yang tersegmentasi.
21 0,117 22 0,122 14 0,078 19 0,106
FBelum adanya visi dan misi khususKBM Pemasaran Kayu I Cirebon.
20 0,111 25 0,139 11 0,061 19 0,104
G Birokrasi yang panjang. 10 0,056 11 0,061 12 0,067 11 0,061
HHarga kayu bundar jati relatif tinggidibandingkan pesaing.
21 0,117 20 0,111 15 0,083 19 0,104
ISarana dan prasarana TPK/TPn/TPKhmasih buruk.
19 0,106 16 0,089 20 0,111 18 0,102
JSpesifikasi kayu bundar jati yangdipasarkan kurang sesuai denganpermintaan pasar.
26 0,144 20 0,111 23 0,128 23 0,128
Total 180 1,000 180 1,000 180 1,000 180 1,000140
141
Lampiran 17.Hasil Pembobotan Faktor Eksternal Responden 1
Responden 1Kode Faktor Penentu Eksternal A B C D E F G H I J Jumlah Bobot
ASertifikasi ekolabel kayu diIndonesia.
3 1 3 2 1 3 1 3 3 20 0,111
B Regulasi yang mengatur. 1 1 3 2 1 3 1 2 3 17 0,094
CPermintaan kayu bundar jati yangtinggi.
3 3 3 3 3 3 3 3 2 26 0,144
D Perkembangan teknologi e-market. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 0,050E Globalisasi perdagangan dunia. 2 2 1 3 2 1 1 3 1 16 0,089F Kurs nilai tukar mata uang. 3 3 1 3 2 3 3 2 1 21 0,117G Banyaknya produk substitusi. 1 1 1 3 3 1 1 3 3 17 0,094
HLuas hutan jati yang semakinberkurang.
3 3 1 3 3 1 3 3 2 22 0,122
IAdanya kebijakan regulator beruparescoring.
1 2 1 3 1 2 1 1 1 13 0,072
JKayu bundar jati yang dijual olehpesaing.
1 1 2 3 3 3 1 2 3 19 0,106
Total 180 1,000
141
142
Lampiran 18.Hasil Pembobotan Faktor Eksternal Responden 2
Responden 2Kode Faktor Penentu Eksternal A B C D E F G H I J Jumlah Bobot
ASertifikasi ekolabel kayu diIndonesia.
2 2 3 3 3 3 2 2 3 23 0,128
B Regulasi yang mengatur. 2 2 3 3 3 2 1 2 2 20 0,111
CPermintaan kayu bundar jati yangtinggi.
2 2 3 3 3 2 2 3 2 22 0,122
D Perkembangan teknologi e-market. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 0,050E Globalisasi perdagangan dunia. 1 1 1 3 2 1 1 1 1 12 0,067F Kurs nilai tukar mata uang. 1 1 1 3 2 1 1 1 1 12 0,067G Banyaknya produk substitusi. 1 2 2 3 3 3 2 3 2 21 0,117
HLuas hutan jati yang semakinberkurang.
2 3 2 3 3 3 2 3 3 24 0,133
IAdanya kebijakan regulator beruparescoring.
2 2 1 3 3 3 1 1 2 18 0,100
JKayu bundar jati yang dijual olehpesaing.
1 2 2 3 3 3 2 1 2 19 0,106
Total 180 1,000
142
143
Lampiran 19.Hasil Pembobotan Faktor Eksternal Responden 3
Responden 3Kode Faktor Penentu Eksternal A B C D E F G H I J Jumlah Bobot
ASertifikasi ekolabel kayu diIndonesia.
1 1 3 3 1 1 3 3 1 17 0,094
B Regulasi yang mengatur. 3 1 3 1 3 1 3 3 1 19 0,106
CPermintaan kayu bundar jati yangtinggi.
3 3 3 3 3 3 3 3 3 27 0,150
D Perkembangan teknologi e-market. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 0,050E Globalisasi perdagangan dunia. 1 3 1 3 1 1 3 3 1 17 0,094F Kurs nilai tukar mata uang. 3 1 1 3 3 1 3 3 1 19 0,106G Banyaknya produk substitusi. 3 3 1 3 3 3 3 3 3 25 0,139
HLuas hutan jati yang semakinberkurang.
1 1 1 3 1 1 1 3 1 13 0,072
IAdanya kebijakan regulator beruparescoring.
1 1 1 3 1 1 1 1 1 11 0,061
JKayu bundar jati yang dijual olehpesaing.
3 3 1 3 3 3 1 3 3 23 0,128
Total 180 1,000
143
144
Lampiran 20.Hasil Pembobotan Faktor Eksternal Rata-rata
Responden 1 Responden 2 Responden 3 Rata-rataKode Faktor Penentu Eksternal Jumlah Bobot Jumlah Bobot Jumlah Bobot Jumlah Bobot
ASertifikasi ekolabel kayu diIndonesia.
20 0,111 23 0,128 17 0,094 20 0,111
B Regulasi yang mengatur. 17 0,094 20 0,111 19 0,106 19 0,104
CPermintaan kayu bundar jati yangtinggi.
26 0,144 22 0,122 27 0,150 25 0,139
D Perkembangan teknologi e-market. 9 0,050 9 0,050 9 0,050 9 0,050E Globalisasi perdagangan dunia. 16 0,089 12 0,067 17 0,094 15 0,083F Kurs nilai tukar mata uang. 21 0,117 12 0,067 19 0,106 17 0,096G Banyaknya produk substitusi. 17 0,094 21 0,117 25 0,139 21 0,117
HLuas hutan jati yang semakinberkurang.
22 0,122 24 0,133 13 0,072 20 0,109
IAdanya kebijakan regulator beruparescoring.
13 0,072 18 0,100 11 0,061 14 0,078
JKayu bundar jati yang dijual olehpesaing.
19 0,106 19 0,106 23 0,128 20 0,113
Total 180 1,000 180 1,000 180 1,000 180 1,000
144
145
Lampiran 21.Nilai IFE Matriks IE KBM Pemasaran Kayu I Cirebon
No. Faktor-faktor InternalIFE
Rating Bobot Nilai
1Kayu bundar jati memiliki jaminanlegalitas.
4,000 0,120 0,481
2Letak KBM Pemasaran Kayu ICirebon strategis.
4,000 0,096 0,385
3Kemampuan bermitra denganstakeholder.
4,000 0,106 0,422
4Memiliki SOP dalam pemasarankayu bundar jati.
3,667 0,074 0,272
5Memiliki berbagai jenis kualitaskayu bundar jati yang tersegmentasi.
4,000 0,106 0,422
6Belum adanya visi dan misi khususKBM Pemasaran Kayu I Cirebon.
1,333 0,104 0,138
7 Birokrasi yang panjang. 2,000 0,061 0,122
8Harga kayu bundar jati relatif tinggidibandingkan pesaing.
1,667 0,104 0,173
9Sarana dan prasaranaTPK/TPn/TPKh masih buruk.
1,667 0,102 0,170
10Spesifikasi kayu bundar jati yangdipasarkan kurang sesuai denganpermintaan pasar.
1,333 0,128 0,170
Rata-rata 2,767 0,100 0,277Total 27,667 1,000 2,756
146
Lampiran 22.Nilai EFE Matriks IE KBM Pemasaran Kayu I Cirebon
No. Faktor-faktor EksternalEFE
Rating Bobot Nilai
1Sertifikasi ekolabel kayu diIndonesia.
3,667 0,111 0,407
2 Regulasi yang mengatur. 3,333 0,104 0,346
3Permintaan kayu bundar jati yangtinggi.
4,000 0,139 0,556
4 Perkembangan teknologi e-market. 2,333 0,050 0,1175 Globalisasi perdagangan dunia. 3,000 0,083 0,2506 Kurs nilai tukar mata uang. 3,333 0,096 0,3217 Banyaknya produk substitusi. 3,333 0,117 0,389
8Luas hutan jati yang semakinberkurang.
3,000 0,109 0,328
9Adanya kebijakan regulator beruparescoring.
2,333 0,078 0,181
10Kayu bundar jati yang dijual olehpesaing.
3,000 0,113 0,339
Rata-rata 3,133 0,100 0,313Total 31,333 1,000 3,233
147
Lampiran 23.Hasil Attractiveness Score Responden 1
Responden 1
No Faktor-faktor StrategisST1
ST2
ST3
ST4
ST5
ST6
Kekuatan (Internal)
1Kayu bundar jati memiliki jaminanlegalitas.
4 4 4 4 4 4
2Letak KBM Pemasaran Kayu I Cirebonstrategis.
3 4 3 3 3 4
3Kemampuan bermitra denganstakeholder.
3 4 3 4 4 4
4Memiliki SOP dalam pemasaran kayubundar jati.
4 4 3 4 4 4
5Memiliki berbagai jenis kualitas kayubundar jati yang tersegmentasi.
4 3 3 3 1 4
Kelemahan (Internal)
1Belum adanya visi dan misi khususKBM Pemasaran Kayu I Cirebon.
1 2 2 2 4 2
2 Birokrasi yang panjang. 1 1 1 1 1 1
3Harga kayu bundar jati relatif tinggidibandingkan pesaing.
4 4 4 4 4 4
4Sarana dan prasarana TPK/TPn/TPKhmasih buruk.
2 2 2 2 2 2
5Spesifikasi kayu bundar jati yangdipasarkan kurang sesuai denganpermintaan pasar.
4 4 4 4 4 4
Peluang (Eksternal)
1 Sertifikasi ekolabel kayu di Indonesia. 4 4 4 4 4 4
2 Regulasi yang mengatur. 4 4 4 4 4 4
3Permintaan kayu bundar jati yangtinggi.
4 4 4 4 4 4
4 Perkembangan teknologi e-market. 2 1 4 4 1 3
5 Globalisasi perdagangan dunia. 4 4 4 2 2 4
Ancaman (Eksternal)
1 Kurs nilai tukar mata uang. 2 2 3 2 2 3
2 Banyaknya produk substitusi. 4 4 4 4 4 4
3Luas hutan jati yang semakinberkurang.
2 4 2 2 2 2
4Adanya kebijakan regulator beruparescoring.
4 4 1 2 1 1
5Kayu bundar jati yang dijual olehpesaing.
4 4 4 4 3 4
148
Lampiran 24.Hasil Attractiveness Score Responden 2
Responden 2
No Faktor-faktor StrategisST1
ST2
ST3
ST4
ST5
ST6
Kekuatan (Internal)
1Kayu bundar jati memiliki jaminanlegalitas.
4 3 3 4 2 3
2Letak KBM Pemasaran Kayu I Cirebonstrategis.
2 2 4 4 2 2
3Kemampuan bermitra denganstakeholder.
4 3 2 4 4 4
4Memiliki SOP dalam pemasaran kayubundar jati.
4 2 2 4 4 4
5Memiliki berbagai jenis kualitas kayubundar jati yang tersegmentasi.
4 3 4 4 2 4
Kelemahan (Internal)
1Belum adanya visi dan misi khususKBM Pemasaran Kayu I Cirebon.
3 3 4 4 4 3
2 Birokrasi yang panjang. 2 2 3 4 3 2
3Harga kayu bundar jati relatif tinggidibandingkan pesaing.
4 3 3 3 3 4
4Sarana dan prasarana TPK/TPn/TPKhmasih buruk.
2 2 4 4 3 3
5Spesifikasi kayu bundar jati yangdipasarkan kurang sesuai denganpermintaan pasar.
4 4 4 3 2 4
Peluang (Eksternal)
1 Sertifikasi ekolabel kayu di Indonesia. 4 3 4 4 2 4
2 Regulasi yang mengatur. 2 3 2 3 4 3
3Permintaan kayu bundar jati yangtinggi.
4 4 4 4 2 4
4 Perkembangan teknologi e-market. 2 2 4 3 2 3
5 Globalisasi perdagangan dunia. 4 3 4 3 2 4
Ancaman (Eksternal)
1 Kurs nilai tukar mata uang. 2 2 3 2 2 3
2 Banyaknya produk substitusi. 4 3 4 4 2 4
3Luas hutan jati yang semakinberkurang.
4 4 3 3 2 2
4Adanya kebijakan regulator beruparescoring.
4 3 2 4 3 3
5Kayu bundar jati yang dijual olehpesaing.
4 4 4 4 2 4
149
Lampiran 25.Hasil Attractiveness Score Responden 3
Responden 3
No Faktor-faktor StrategisST1
ST2
ST3
ST4
ST 5 ST 6
Kekuatan (Internal)
1Kayu bundar jati memiliki jaminanlegalitas.
1 1 1 1 1 1
2Letak KBM Pemasaran Kayu I Cirebonstrategis.
1 1 4 4 2 1
3Kemampuan bermitra denganstakeholder.
1 1 4 4 2 1
4Memiliki SOP dalam pemasaran kayubundar jati.
1 1 2 4 3 1
5Memiliki berbagai jenis kualitas kayubundar jati yang tersegmentasi.
2 2 1 1 1 2
Kelemahan (Internal)
1Belum adanya visi dan misi khususKBM Pemasaran Kayu I Cirebon.
1 1 2 2 2 1
2 Birokrasi yang panjang. 1 1 1 4 4 1
3Harga kayu bundar jati relatif tinggidibandingkan pesaing.
3 1 2 2 2 2
4Sarana dan prasarana TPK/TPn/TPKhmasih buruk.
1 1 3 4 2 2
5Spesifikasi kayu bundar jati yangdipasarkan kurang sesuai denganpermintaan pasar.
4 3 2 2 2 2
Peluang (Eksternal)
1 Sertifikasi ekolabel kayu di Indonesia. 2 2 3 3 2 2
2 Regulasi yang mengatur. 1 2 4 2 2 2
3Permintaan kayu bundar jati yangtinggi.
4 4 1 3 3 2
4 Perkembangan teknologi e-market. 2 2 3 4 3 3
5 Globalisasi perdagangan dunia. 2 3 3 3 3 2
Ancaman (Eksternal)
1 Kurs nilai tukar mata uang. 1 1 1 1 1 1
2 Banyaknya produk substitusi. 4 2 3 4 2 3
3Luas hutan jati yang semakinberkurang.
4 4 3 3 3 2
4Adanya kebijakan regulator beruparescoring.
3 3 1 1 1 1
5Kayu bundar jati yang dijual olehpesaing.
4 4 4 4 4 2
150
Lampiran 26.Hasil Attractiveness Score Rata-rata
Rata-rata
No Faktor-faktor Strategis ST 1 ST 2 ST 3 ST 4 ST 5 ST 6
Kekuatan (Internal)
1Kayu bundar jati memiliki jaminanlegalitas.
3,000 2,667 2,667 3,000 2,333 2,667
2Letak KBM Pemasaran Kayu I Cirebonstrategis.
2,000 2,333 3,667 3,667 2,333 2,333
3Kemampuan bermitra denganstakeholder.
2,667 2,667 3,000 4,000 3,333 3,000
4Memiliki SOP dalam pemasaran kayubundar jati.
3,000 2,333 2,333 4,000 3,667 3,000
5Memiliki berbagai jenis kualitas kayubundar jati yang tersegmentasi.
3,333 2,667 2,667 2,667 1,333 3,333
Kelemahan (Internal)
1Belum adanya visi dan misi khususKBM Pemasaran Kayu I Cirebon.
1,667 2,000 2,667 2,667 3,333 2,000
2 Birokrasi yang panjang. 1,333 1,333 1,667 3,000 2,667 1,333
3Harga kayu bundar jati relatif tinggidibandingkan pesaing.
3,667 2,667 3,000 3,000 3,000 3,333
4Sarana dan prasarana TPK/TPn/TPKhmasih buruk.
1,667 1,667 3,000 3,333 2,333 2,333
5Spesifikasi kayu bundar jati yangdipasarkan kurang sesuai denganpermintaan pasar.
4,000 3,667 3,333 3,000 2,667 3,333
Peluang (Eksternal)
1 Sertifikasi ekolabel kayu di Indonesia. 3,333 3,000 3,667 3,667 2,667 3,333
2 Regulasi yang mengatur. 2,333 3,000 3,333 3,000 3,333 3,000
3Permintaan kayu bundar jati yangtinggi.
4,000 4,000 3,000 3,667 3,000 3,333
4 Perkembangan teknologi e-market. 2,000 1,667 3,667 3,667 2,000 3,000
5 Globalisasi perdagangan dunia. 3,333 3,333 3,667 2,667 2,333 3,333
Ancaman (Eksternal)1 Kurs nilai tukar mata uang. 1,667 1,667 2,333 1,667 1,667 2,333
2 Banyaknya produk substitusi. 4,000 3,000 3,667 4,000 2,667 3,667
3Luas hutan jati yang semakinberkurang.
3,333 4,000 2,667 2,667 2,333 2,000
4Adanya kebijakan regulator beruparescoring.
3,667 3,333 1,333 2,333 1,667 1,667
5Kayu bundar jati yang dijual olehpesaing.
4,000 4,000 4,000 4,000 3,000 3,333
Total 58,000 55,000 59,333 63,667 51,667 55,667
151
Lampiran 27.Hasil Total Attractiveness Score KBM Pemasaran Kayu I Cirebon
No Faktor-faktor Strategis BobotST 1 ST 2 ST 3 ST 4 ST 5 ST 6
AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Kekuatan (Internal)
1 Kayu bundar jati memiliki jaminan legalitas. 0,120 3,000 0,361 2,667 0,321 2,667 0,321 3,000 0,361 2,333 0,281 2,667 0,321
2 Letak KBM Pemasaran Kayu I Cirebon strategis. 0,096 2,000 0,193 2,333 0,225 3,667 0,353 3,667 0,353 2,333 0,225 2,333 0,225
3 Kemampuan bermitra dengan stakeholder. 0,106 2,667 0,281 2,667 0,281 3,000 0,317 4,000 0,422 3,333 0,352 3,000 0,317
4 Memiliki SOP dalam pemasaran kayu bundar jati. 0,074 3,000 0,222 2,333 0,173 2,333 0,173 4,000 0,296 3,667 0,272 3,000 0,222
5 Memiliki berbagai jenis kualitas kayu bundar jati yang tersegmentasi. 0,106 3,333 0,352 2,667 0,281 2,667 0,281 2,667 0,281 1,333 0,141 3,333 0,352
Kelemahan (Internal)
1 Belum adanya visi dan misi khusus KBM Pemasaran Kayu I Cirebon. 0,104 1,667 0,173 2,000 0,207 2,667 0,277 2,667 0,277 3,333 0,346 2,000 0,207
2 Birokrasi yang panjang. 0,061 1,333 0,081 1,333 0,081 1,667 0,102 3,000 0,183 2,667 0,163 1,333 0,081
3 Harga kayu bundar jati relatif tinggi dibandingkan pesaing. 0,104 3,667 0,380 2,667 0,277 3,000 0,311 3,000 0,311 3,000 0,311 3,333 0,346
4 Sarana dan prasarana TPK/TPn/TPKh masih buruk. 0,102 1,667 0,170 1,667 0,170 3,000 0,306 3,333 0,340 2,333 0,238 2,333 0,238
5Spesifikasi kayu bundar jati yang dipasarkan kurang sesuai dengan permintaanpasar.
0,128 4,000 0,511 3,667 0,469 3,333 0,426 3,000 0,383 2,667 0,341 3,333 0,426
Peluang (Eksternal)
1 Sertifikasi ekolabel kayu di Indonesia. 0,111 3,333 0,370 3,000 0,333 3,667 0,407 3,667 0,407 2,667 0,296 3,333 0,370
2 Regulasi yang mengatur. 0,104 2,333 0,242 3,000 0,311 3,333 0,346 3,000 0,311 3,333 0,346 3,000 0,311
3 Permintaan kayu bundar jati yang tinggi. 0,139 4,000 0,556 4,000 0,556 3,000 0,417 3,667 0,509 3,000 0,417 3,333 0,463
4 Perkembangan teknologi e-market. 0,050 2,000 0,100 1,667 0,083 3,667 0,183 3,667 0,183 2,000 0,100 3,000 0,150
5 Globalisasi perdagangan dunia. 0,083 3,333 0,278 3,333 0,278 3,667 0,306 2,667 0,222 2,333 0,194 3,333 0,278
Ancaman (Eksternal)
1 Kurs nilai tukar mata uang. 0,096 1,667 0,160 1,667 0,160 2,333 0,225 1,667 0,160 1,667 0,160 2,333 0,225
2 Banyaknya produk substitusi. 0,117 4,000 0,467 3,000 0,350 3,667 0,428 4,000 0,467 2,667 0,311 3,667 0,428
3 Luas hutan jati yang semakin berkurang. 0,109 3,333 0,364 4,000 0,437 2,667 0,291 2,667 0,291 2,333 0,255 2,000 0,219
4 Adanya kebijakan regulator berupa rescoring. 0,078 3,667 0,285 3,333 0,259 1,333 0,104 2,333 0,181 1,667 0,130 1,667 0,130
5 Kayu bundar jati yang dijual oleh pesaing. 0,113 4,000 0,452 4,000 0,452 4,000 0,452 4,000 0,452 3,000 0,339 3,333 0,377
Jumlah TAS 5,999 5,705 6,024 6,393 5,216 5,684
Prioritas Strategi 3 4 2 1 6 5151
152
Lampiran 28. Data Hasil Kuisioner Responden Konsumen
153
154
No Saran dan Kritik Responden Pembeli
1Harga jangan terlalu mahal karena dengan harga Perum Perhutani saatini pasar drastis turun karena tidak sesuai dengan harga jual barangjadi
2 Lebih meningkatkan sumberdaya manusia3 Transportasi ke KBM Cirebon jauh
4Harap HJD+Diff. ditinjau kembali karena tidak sesuai dengan visi &misi Perhutani
5 Birokrasi dipercepat
6Pelayanan kurang diprioritaskan (kurang cepat) kalau bisa harga/diff.diturunkan sesuai pasar
7 Kepada pengusaha pelayanan agar dipermudah. Kasihan pengusaha8 Penjualan lebih diutamakan lagi dan sesuai permintaan9 Penjualan untuk lokal diutamakan. Perbandingan 70:30
10Pelayanan ditingkatkan, birokrasi harus dipermudah, KBMSar jugamementingkan kebutuhan menyangkut usaha kecil
11 Mohon pelayanan dipercepat12 Harga terlalu mahal13 Pelayanan lebih cepat lagi
14Pemasaran lebih terbuka lagi, tidak ada ruang untuk bertransaksiseperti barak
15 Terlalu berat untuk Diff. untuk A2
16Harga kayu lebih disesuaikan dengan kemampuan pasar dan pelayananakan lebih baik ditingkatkan
17 Lebih banyak diskon agar penjualan semakin mudah18 Tingkatkan kualitas pelayanan
19Penjualan kayu di KBM Pemasaran Kayu I Cirebon sangat baik bagikami terutama bagi kualitas kayu jatinya yang baik
20Agar penjualan dilaksanakan se-transparan mungkin dan lebihmemperhatikan kemampuan pasar
21 Harga terjangkau dan baik22 Supaya bisa mendapatkan FSC untuk KPH Ciamis23 Pihak Perhutani mempertimbangkan atas kenaikan Diff.+Surc.
155
Lampiran 29. Foto Dokumentasi
155
Lampiran 29. Foto Dokumentasi
155
Lampiran 29. Foto Dokumentasi
156
Recommended