View
220
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
pendidikan
Citation preview
PEBELAJARAN SCIENCE TECHNOLOGI SOCIETY (STS)
(Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran Kelas E)
MAKALAH
Oleh :
Niko Oktarian NIM 120210102044
Desy Qoraima Putri NIM 120210102077
Widya Nur Imami NIM 120210102121
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan kita mengenal istilah pembelajaran.
Pembelajaran merupakan proses kegiatan belajar mengajar yang juga berperan
dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Dari proses pembelajaran itu akan
terjadi sebuah kegiatan timbal balik antara guru dengan siswa untuk mencapai
tujuan yang lebih baik.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajran merupakan bantuan
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses
untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik (Hasbullah, 2001:
99).
Namun, kondisi dunia pendidikan saat ini sudah banyak berubah,
sehingga tuntutan pembelajaran juga berubah. Oleh karena itu, paradigma
pendidikan dan pembelajaran juga harus berubah sesuai dengan perkembangan
sains dan teknologi serta tuntutan zaman.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang mengandung aspek sains,
teknologi dan sosial yaitu Pembelajaran Science Technologi Society (STS) atau
dikenal dengan pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM). Maka dari itu,
dalam makalah ini akan dibahas mengenai pembelajaran Science Technologi
Society.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan pembelajaran Science Technologi Society
(STS)?
1.2.2 Bagaimana ciri-ciri dari pembelajaran Science Technologi Society
(STS)?
1.2.3 Bagaimana tahapan dari pembelajaran Science Technologi Society
(STS)?
1.2.4 Bagaimana domain model pembelajaran Science Technologi Society
(STS)?
1.2.5 Bagaimana pembelajaran Science Technologi Society (STS) bagi IPS?
1.3 Tujuan
1.3.1 Apa yang dimaksud dengan pembelajaran Science Technologi Society
(STS)?
1.3.2 Bagaimana ciri-ciri dari pembelajaran Science Technologi Society
(STS)?
1.3.3 Bagaimana tahapan dari pembelajaran Science Technologi Society
(STS)?
1.3.4 Bagaimana domain model pembelajaran Science Technologi Society
(STS)?
1.3.5 Bagaimana pembelajaran Science Technologi Society (STS) bagi IPS?
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pembelajaran Sciense, Technologi and Society (STS)
Menurut National Science Teachers Association NSTA Report (1991
dalam Rusmansyah 2001) Sains-Teknologi -Masyarakat merupakan terjemahan
dari Sains-Technogy-Society (STS), yaitu suatu usaha untuk menyajikan Ilmu
Pengetahuan Alam dengan mempergunakan masalah-masalah dari dunia nyata.
STM adalah suatu pendekatan yang mencakup seluruh aspek pendidikan yaitu
tujuan, topik/masalah yang akan dieksplorasi, strategi pembelajaran, evaluasi, dan
persiapan/kinerja guru. Pendekatan ini melibatkan siswa dalam menentukan
tujuan, prosedur pelaksanaan, pencarian informasi dan dalam evaluasi.
Poedjiadi dalam Fajar (2004) mengemukakan, secara etimologi, kata
teknologi berasal dari dua kata bahasa Yunani, yaitu kata techne dan logos.Techne
artinya seni (art) atau keterampilan, logos artinya kata-kata yang terorganisasi
atau wacana ilmiah yang mempunyai makna. Menurut pernyataan Amien (1992
dalam Fajar 2004), tujuan pendidikan sains abad 21 antara lain; harus tanggap
terhadap kondisi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi masa sekarang
dan masa yang akan datang dan masalah-masalah sosial yang timbul dari isu-isu
sosial.
Sedangkan menurut Hidayat (1992 dalam Fajar 2004) untuk pendidikan
sains 2000 hendaknya ditujukan pada pengembangan-pengembangan individu
yang melek sains, mengerti bahwa sains-teknologi dan masyarakat saling
mempengaruhi dan saling bergantung, mampu mempergunakan pengetahuannya
dalam membuat keputusankeputusan yang tepat dalam kehidupan sehari-hari.
Hidayat (1996 dalam Fajar 2004) menambahkan bahwa istilah STS untuk pertama
kali diciptakan oleh John Ziman dalam bukunya “Teaching and Learning About
science and Society” pada tahun 1980. Dalam bukunya tersebut, Ziman mencoba
mengungkapkan bahwa konsep-konsep dan proses-proses sains seharusnya sesuai
dengan kehidupan siswa sehari-hari.
Pendekatan Science, Technology and Society (STS) atau biasa disebut
juga pendekatan STM yaitu gabungan pendekatan konsep, pendekatan
keterampilan proses, pendekatan CBSA, pendekatan Inkuiri dan Diskoveri, serta
pendekatan lingkungan. Pendekatan STM berawal dari isu-isu yang berkembang
di masyarakat akibat dampak kemajuan sains dan teknologi. Filosofi yang
mendasari pendekatan STM yaitu filosofi Konstruktivisme, yaitu siswa menyusun
sendiri kosep dalam struktur kognitifnya, berdasarkan apa yang telah mereka
ketahui sebelumnya.
Definisi lain tentang STM dikemukakan oleh PENN STATE (2006:1)
bahwa STM merupakan an interdisciplinary approach which reflects the
widespread realization that in order to meet the increasing demands of a
technical society, education must integrate across disciplines. Dengan demikian,
pembelajaran dengan pendekatan STM haruslah diselenggarakan dengan cara
mengintegrasikan berbagai disiplin (ilmu) dalam rangka memahami berbagai
hubungan yang terjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini berarti
bahwa pemahaman kita terhadap hubungan antara sistem politik, tradisi
masyarakat dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi terhadap hubungan-
hubungan tersebut menjadi bagian yang penting dalam pengembangan
pembelajaran di era sekarang ini.
Pandangan tersebut senada dengan pendapat NC State University (2006:
1), bahwa STM merupakan an interdisciplinery field of study that seeks to explore
a understand the many ways that science and technology shape culture, values,
and institution, and how such factors shape science and technology. STM denga
demikian adalah sebuah pendekatan yang dimaksudkan untuk mengetahui
bagaimana sains dan teknologi masuk dan merubah proses-proses sosial di
masyarakat, dan bagaimana situasi sosial mempengaruhi perkembangan sains dan
teknologi.
Berdasarkan pengertian STM sebagaimana diungkapkan di bagian
sebelumnya, maka dapat diungkapkan bahwa yang menjadi tujuan pendekatan
STM ini secara umum sebagaimana diungkapkan oleh Rusymansyah (2006: 3)
adalah agar para peserta didik mempunyai bekal pengetahuan yang cukup
sehingga ia mampu mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah
dalam masyarakat dan sekaligus dapat mengambil tindakan sehubungan dengan
keputusan yang diambilnya.
2.2 Ciri-Ciri Pembelajaran STS
Ciri-ciri khas pembelajaran dengan model STS sebagai berikut :
1) Peserta didik mengidentifikasi masalah-masalah yang ada di daerahnya
dan dampaknya,
2) Menggunakan sumber-sumber setempat (nara sumber dan bahan-bahan)
untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan dalam pemecahan
masalah,
3) Keterlibatan peserta didik secara aktif dalam mencari informasi yang dapat
diterapkan untuk memecahkan masalah,
4) Penekanan pada keterampilan proses IPA, agar dapat digunakan oleh
peserta didik dalam mencari solusi terhadap masalahnya, dan
5) Sebagai perwujudan otonomi setiap individu dalam proses belajar.
Menurut Yager (1996 dalam Fajar 2004), Program STS pada umumnya memiliki
karakteristik/ciri-ciri sebagai berikut :
1. Identifikasi masalah-masalah setempat yang memiliki kepentingan dan
dampak.
2. Penggunaan sumber daya setempat (manusia, benda, lingkungan) untuk
mencari informasi yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah.
3. Keikutsertaan yang aktif dari siswa dalam mencari informasi yang dapat
diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-
hari.
4. Perpanjangan belajar di luar sekolah dan sekolah
5. Fokus kepada dampak sains dan teknologi terhadap siswa
6. Suatu pandangan bahwa isi dari pada sains bukan hanya konsep-konsep
saja yang harus dikuasai siswa dalam tes
7. Penekanan pada keterampilan proses dimana siswa dapat menggunakan
dalam memecahkan masalah
8. Penekanan pada kesadaran karir yang berkaitan dengan sains dan
teknologi
9. Kesempatan bagi siswa untuk berperan sebagai warga negara dimana ia
mencoba untuk memecahkan isu-isu yang telah diidentifikasi
10. Identifikasi bagaimana sains dan teknologi berdampak di masa depan.
11. Kebebasan atau otonomi dalam proses belajar
Horsley mengemukakan bahwa pembelajaran IPA dan teknologi diperlukan agar
konsisten dengan cara-cara para ahli dalam melakukan penyelidikan yang bersifat
ilmiah dan teknologi. Model pembelajaran IPA dan teknologi melibatkan peserta
didik dalam kegiatan-kegiatan penyelidikan, mengkonstruksi makna yang mereka
temukan, mengajukan penjelasan dan solusi yang masih tentatif, menelusuri
kembali konsep-konsep,dan menilai konsep-konsep yang dijadikan rujukan.
Model pembelajaran IPA dan teknologi yang berorientasi pada konstrukstivisme
dengan model STS yang diajukan oleh Horsley, et.al, Carin, dan Yager meliputi
empat tahap, yaitu tahap:
1) Invitasi
Pada tahap ini guru merangsang peserta didik mengingat atau
menampilkan kejadian-kejadian yang ditemui baik dari media cetak
maupun media elektronik yang berkaitan dengan topik yang merupakan
hasil observasi. Selanjutnya peserta didik merumuskan masalah yang akan
dicari jawabannya dengan tetap mengaitkan kepada topik yang dibahas,
peran Guru sangat diperlukan untuk menghaluskan rumusan masalah yang
diajukan peserta didik dan mengacu kepada sumber belajar, bisa berupa
LKS yang telah ada atau menyiapkan LKS yang baru. Guru dan peserta
didik mengidentifikasi bersama mengenai masalah atau pertanyaan dan
jawaban sementara yang paling mungkin dilakukan dengan
mempertimbangkan keadaan lingkungan dan alokasi waktu pembelajaran
serta topik.
2) Eksplorasi
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan peserta didik merupakan upaya
untuk mencari jawaban atau menguji jawaban sementara yang telah dibuat
dengan mencari data dari berbagai sumber informasi (buku, koran,
majalah, lingkungan, nara sumber, instansi terkait, atau melakukan
percobaan). Hasil yang diperoleh peserta didik hendaknya berupa suatu
hasil analisis dari data yang diperoleh. Kegiatan yang dilakukan peserta
didik dapat mengacu kepada LKS yang telah ada untuk topik tersebut atau
dapat juga mengembangkan sendiri berdasarkan LKS yang telah ada atau
membuat LKS yang baru. Kegiatan peserta didik dapat berlangsung di
dalam kelas, halaman sekolah, atau di luar sekolah yang diperkirakan
memungkinkan dilakukan oleh peserta didik. Kegiatan peserta didik pada
tahap ini di antaranya dapat berupa iur pendapat, mencari informasi,
bereksperimen, mengobservasi fenomena khusus, mendesain model, dan
mendiskusikan pemecahan masalah.
3) Eksplorasi dan Pemecahan Masalah
Pada tahap ini peserta didik diajak untuk mengkomunikasikan gagasan
yang diperoleh dari analisis informasi yang didapat, menyusun suatu
model penjelasan (baru), meninjau dan mendiskusikan solusi yang
diperoleh, dan menentukan beberapa solusi. Guru membimbing peserta
didik untuk memadukan konsep yang dihasilkannya dengan konsep yang
dianut oleh para ahli IPA. Peran Guru hendaknya dapat menghaluskan
atau meluruskan konsep peserta didik yang keliru.
4) Tindak Lanjut
Pada tahap ini peserta didik diajak untuk membuat suatu keputusan dengan
mempertimbangkan penguasaan konsep IPA dan keterampilan yang
dimiliki untuk berbagai gagasan dengan lingkungan, atau dalam
kedudukan peserta didik sebagai pribadi atau sebagai anggota masyarakat.
Peserta didik juga diharapkan merumuskan pertanyaan lanjutan dengan
ditemukannya suatu penjelasan terhadap fenomena alam (konsep IPA),
dan juga mengadakan pendekatan dengan berbagai unsur untuk
meminimalkan dampak negatif suatu hal atau yang merupakan tindakan
positif suatu masyarakat. Pengambilan tindakan ini di antaranya dapat
berupa kegiatan pengambilan keputusan, penerapan pengetahuan dan
keterampilan, membagi informasi dan gagasan,dan mengajukan
pertanyaan baru.
2.3 Tahapan Pembelajaran STS
Berikut adalah Tahapan-tahapan Model Pembelajaran Pendekatan STS
dalam bentuk tabel.
Tahapan Kegiatan Guru
1. Invitasi Memberikan pertan yaan
mengenai fenomena,
permasalahan biologi
yang relevan untuk
merangsang rasa ingin
tahu dan minat peserta
didik, untuk mengetahui
hal-hal yang sudah
diketahui peserta didik.
Peserta didik memberi
respon secara individual
atau kelompok dan
mengajukan suatu
masalah atau gagasan
yang akan dibahas
2. Eksplorasi Memberikan tugas agar
peserta didik mendapat
informasi yang cukup
melalui membaca,
observasi, wawancara,
diskusi, mengerjakan
LKS dan sebagainya
Mencari informasi dan
data dengan membaca,
observasi, berdiskusi,
merancang eksperimen,
menganalisa data
3. Eksplorasi dan
pemecahan
masalah
Memberikan tugas untuk
membuat laporan dan
mempresentasikan hasil
Membuat laporan hasil
penyelidikan, membuat
kesimpulan dan
penyelidikan atau
eksperimen secara
ringkas
mempresentasikan hasil
4. Tindak Lanjut Memberikan penjelasan
mengenai tindakan yang
akan diajukan
berdasarkan hasil
penyelidikan
Memberikan solusi
pemecahan masalah atau
membuat keputusan dan
memberikan ide/gagasan
Sintaks pembelajaran IPA dengan model STS menurut Carin, Horsley, dan Yager
tersebut diilustrasikan seperti pada Gambar berikut ini.
2.4 Domain Model Pembelajaran STS
Model pembelajaran STS ini telah dikembangkan oleh Robert E. Yager
et al untuk membantu Guru-Guru dalam mengajarkan IPA untuk mencapai lima
tujuan utama. Tujuan-tujuan itu dikarakteristikkan sebagai "domain". Domain-
domain itu meliputi domain konsep, proses, aplikasi, kreativitas, dan sikap.
2.4.1 Domain konsep
Domain konsep memfokuskan pada muatan IPAnya. Domain ini meliputi
fakta-fakta, prinsip, penjelasan-penjelasan, teori-teori dan hukum-hukum.
2.4.2 Domain proses
Domain ini menekankan pada bagaimana proses memperoleh pengetahuan
yang dilakukan oleh para saintis. Domain ini meliputi proses-proses yang sering
disebut keterampilan proses IPA, yaitu sebagai berikut: mengamati,
mengklasifikasi, mengukur, menginfer, memprediksi, mengenali variabel,
menginterpretasikan data, merumuskan hipotesis, mengkomunikasikan, memberi
definisi operasional, dan melaksanakan eksperimen
2.4.3 Domain Aplikasi
Domain ini menekankan pada penerapan konsep-konsep dan
keterampilan keterampilan dalam memecahkan masalah sehari-hari, misalnya
menggunakan proses-proses ilmiah dalam memecahkan masalah yang terjadi
dalam kehidupan sehari-hari, memahami dan menilai laporan media massa
mengenai pengembangan pengetahuan, pengambilan keputusan yang
berhubungan dengan kesehatan pribadi, gizi, dan gaya hidup yang didasarkan atas
pengetahuan/konsep-konsep IPA.
2.4.4 Domain kreativitas
Domain kreativitas terdiri atas interaksi yang komplek dari keterampilan-
keterampilan dan proses –proses mental. Dalam konteks ini, kreativitas terdiri atas
empat langkah, yaitu tantangan terhadap imajinasi (melihat adanya tantangan),
inkubasi, kreasi fisik, dan evaluasi.
2.4.5 Domain Sikap
Domain ini meliputi pengembangan sikap-sikap positif terhadap IPA
pada umumnya, kelas IPA, program IPA, kegunaan belajar IPA, dan Guru IPA,
serta yang tidak kalah pentingnya adalah sikap positif terhadap diri sendiri.
2.5. Penerapan Pendekatan STM
Pendekatan STM, sesuai dengan pengertian dan tujuan yang diungkapkan
sebelumnya, dalam penerapannya di dalam kelas sesungguhnya tidak
membutuhkan konsep ataupun proses yang terlalu unik. Sebagaimana menurut
pandangan National Science Teachers Association (1990:1), there are no concepts
and/or processes uniqe to STS. Hanya saja, ada beberapa prinsip yang harus
dimunculkan dalam pendekatan STM menurut National Science Teachers
Association (1990:2) yaitu sebagai berikut:
1. Peserta didik melakukan identifikasi terhadap persoalan dan dampak
yang ditimbulkan dari persoalan tersebut yang muncul di sekitar
lingkungannya
2. Menggunakan sumberdaya lokal untuk mencari informasi yang dapat
digunakan dalam penyelesaian persoalan yang telah berhasil
diidentifikasi
3. Menfokuskan pembelajaran pada akibat yang ditimbulkan oleh sains
dan teknologi bagi peserta didik
4. Pandangan bahwa pemahaman terhadap konten sains lebih berharga
daripada sekedar mampu mengerjakan soal
5. Adanya penekanan kepada keterampilan proses yang dapat digunakan
peserta didik untuk menyelesaikan persoalannya sendiri
6. Adanya penekanan pada kesadaran berkarir, terutama karir yang
berhubungan dengan sains dan teknologi
7. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memperoleh
pengalaman tentang aturan hidup bermasyarakat yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan persoalan yang telah diidentifikasi
2.6. Sains-Teknologi-Masyarakat bagi Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu bidang studi yang
dibangun dari integrasi beberapa ilmu sosial yaitu Ilmu Bumi atau Geografi,
Ekonomi, Sejarah, Sosiologi, dan Antropologi. Menurut Mulyasa (2002),
pengkajian akan fenomena sosial tidak dapat disikapi dari sudut pandang ilmu
geografi atau sejarah saja tetapi diperlukan ilmu-ilmu sosial lain seperti Ekonomi,
Antropologi, dan Sosiologi. Hal tersebut diperlukan karena dalam kenyataanya,
kegiatan manusia akan berdampak pada manusia yang lain serta lingkungannya.
Adanya saling ketergantungan satu dengan yang lain dan membutuhkan untuk
mempertahankan eksistensi hidupnya akan tetap ada.
Sesuai dengan fungsi dan tujuannya, Pengetahuan Sosial berfungsi
mengembangkan pengetahuan nilai dan sikap, serta keterampilan sosial peserta
didik untuk dapat menelaah masalah sosial yang dihadapi sehari-hari serta
menumbuhkan rasa bangga dan cinta terhadap perkembangan masyarakat
Indonesia, sedangkan tujuannya agar peserta didik mampu mengembangkan
pengetahuan, nilai, dan sikap serta keterampilan sosial yang berguna bagi dirinya,
untuk mengembangkan pemahaman tentang pertumbuhan masyarakat Indonesia
masa lampu hingga kini sehingga peserta didik bangga sebagai bangsa Indonesia.
Pembelajaran dengan pendekatan STM merupakan suatu bentuk
pembelajaran yang tidak hanya menekankan konsep-konsep sains yang biasa
digunakan dalam IPA. Walaupun sepintas terlihat bahwa sains dan teknologi lebih
cenderung untuk pembelajaran IPA, akan tetapi kajian tersebut tidak dapat lepas
dari peranan manusia. Peranan pendekatan STM dapat menjadi solusi dalam
pembelajaran IPS. IPA dan IPS bukanlah dikotomi karena kedua bidang tersebut
saling mendukung. Menurut Fajar (2004) pendekatan STM tidak perlu disusun
dalam pokok bahasan baru melainkan dapat disisipkan pada pokok bahasan yang
telah ada sehingga dapat memberikan gambaran yang utuh tentang berbagai aspek
kehidupan manusia.
Pendekatan STM dapat diimplementasikan pada pembelajaran IPS
dengan menekankan pada peran ilmu pengetahuan dan teknologi di dalam
berbagai kehidupan dan menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial terhadap
dampak ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang di masyarakat.
Berangkat dari isu-isu sosial yang berkembang pada masyarakat dan kehidupan
sehari-hari itu, siswa bersama dengan guru dapat selalu mengkaji fenomena sosial,
merasakan dampak positif maupun negatif adanya teknologi, dan mengenal nilai
yang dianut dalam masyarakat.
2.7. Kelebihan dan Kekurangan pendekatan STS/STM.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian tentang STS/STM ditemukan
beberapa kelebihan pendekatan STS/STM bagi siswa yang ditinjau dari beberapa
segi:
a. Siswa terlatih berfikir kritis dan logis
b. Siswa lebih memperhatikan perkembangan teknologi serta dapat
memanfaatkan secara bijaksana dan tepat guna
c. Siswa terampil dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebab dan
efek hasil observasi kegiatan tertentu
d. Dapat memancing ide-ide kreatif siswa
e. Meningkatkan minat belajar siswa
f. Siswa melihat sains sebagai kebutuhan atau alat untuk
menyelesaikan masalah
Selain memiliki beberapa kelebihan, Aisyah (2007) mengemukakan empat
hambatan pembelajaran dengan pendekatan STS/STM, yaitu:
a. Memerlukan waktu analisa dan implementasi yang cukup lama
b. Dibutuhkan biaya yang besar
c. Dibutuhkan kompetensi guru yang baik
d. Diperlukan komunikasi dengan stake holder
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendekatan Science, Technology and Society (STS) atau biasa disebut
juga pendekatan STM yaitu gabungan pendekatan konsep, pendekatan
keterampilan proses, pendekatan CBSA, pendekatan Inkuiri dan DiskoveriI, serta
pendekatan lingkungan. Pendekatan STM berawal dari isu-isu yang berkembang
di masyarakat akibat dampak kemajuan sains dan teknologi. Tahapan-tahapan
Model pembelajaran STS ada empat yaitu Invitasi, Eksplorasi, Eksplansi dan
pemecahan masalah, serta tindak lanjut. Domain model pembelajaran STS ada
lima yaitu : konsep, proses, Aplikasi, kreativitas, dan Sikap. Peranan pendekatan
STM juga dapat menjadi solusi dalampembelajaran IPS, mengingat IPA dan IPS
saling berkaitan.
3.2 Saran
Penulis sangat mengharapkan saran bagi yang membaca makalah ini.
Karena penulis merasa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Maka,
diharapkan bagi pembaca dalam memperhatikan perkembangan pendidikan
nasional seseorang menggunakan hal-hal atau uraian yang telah di uraikan oleh
penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Hasbullah. 2001. Dasar – Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raya Grafindo
Persada.
Nurdin, S. (2005). Jurnal: Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat
dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPS SD.
(http://ppsupi.org/abstrakips2005.html.) diakses tanggal 12 April 2015
Prayekti. (2001). Jurnal: Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat tentang
Konsep Pesawat Sederhana dalam Pembelajaran IPA di Kelas 5 Sekolah
Dasar. (http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/29/editorial.htm) diakses tanggal
12 Apri 2015
Rusmansyah, Irhasyuarna, Y. (2001). Jurnal: Implementasi Pendekatan Sains-
Teknologi- Masyarakat (STM) dalam Pembelajaran Kimia di SMU N
Banjarmasin. (http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/40/editorial40.htm)
diakses tanggal 12 April 2015
Yusuf, Lufti. 2007.Strategi Pembelajaran Biologi. Padang: UNP Press
Djojo Suradisastra. (1991). Pendidikan IPS III. Jakarta : Depdikbud.
Fajar, Arnie. (2004). Portofolio dalam Pembelajaran IPS. Rosda Karya. Bandung:
Penerbit Rosda Karya.
Iskandar, L. (1996). Pelajaran Geografi 1 berdasarkan Kurikulum 1994 untuk
Kelas
1 SMU, Bandung : Penerbit Pakar Raya.
Mulyasa, E. (2004). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Penerbit Rosda
Karya.
Nurdin, S. (2005). Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dalam
Meningkatkan Hasil Belajar IPS SD. Jurnal.
http://ppsupi.org/abstrakips2005.html.
Prayekti. (2001). Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat tentang Konsep
Pesawat
Sederhana dalam Pembelajaran IPA di Kelas 5 Sekolah Dasar. Jurnal.
http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/29/editorial.htm - 35k -
Rusmansyah, Irhasyuarna, Y. (2001). Implementasi Pendekatan Sains-Teknologi-
Masyarakat (STM) dalam Pembelajaran Kimia di SMU N Banjarmasin.
Jurnal. http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/40/editorial40.htm - 34k -
Somantri, M. Numan. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan
IPS.Bandung :
Penerbit Rosda Karya.
Recommended