View
702
Download
2
Category
Preview:
DESCRIPTION
susp. tumor rongga mulut
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumor rongga mulut adalah suatu pertumbuhan jaringan abnormal yang
terjadi pada rongga mulut. Jaringan tersebut dapat tumbuh pada bagian anterior,
posterior rongga mulut, dan tulang rahang. Pertumbuhannya dapat digolongkan
sebagai ganas (maligna) atau jinak (benigna). Perlu diperhatikan perbedaan antara
keduanya, bahwa tumor jinak merupakan pembentukan jaringan baru yang
abnormal dengan proses pembelahan sel yang masih terkontrol dan
penyebarannya terlokalisir. Sebaliknya pada tumor ganas, pembelahan sel sudah
tidak terkontrol dan penyebarannya meluas. Pada tumor ganas, sel tidak akan
berhenti membelah selama masih mendapat suplai makanan.
Rahang atas adalah bagian dari rongga mulut., nama lainnya adalah
palatum. Diatas rahang atas ada bagian yang disebut maksila, yang letaknya agak
dipinggir hidung dibawah kulit pipi. Tumor di rahang atas dapat berasal dari
langit-langit atau palatum, bisa dari maksila, atau juga bisa dari gusi rahang atas ,
maupun kulit mukosa pipi atas. Secara umum penderita mengeluh adanya
benjolan di dalam mulut di daerah rahang atas dibawah pipi (di dalam rongga
mulut). Sehingga harus dibedakan antara tumor jinak ataukah tumor tersebut
termasuk dalam jenis tumor ganas sehingga harus dilakukan pemeriksaan
penunjang untuk mengetahui diagnosa pastinya.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang diangkat dalam laporan kasus ini adalah
bagaimana definisi, etiologi, gejala klinis, penegakan diagnosis, penatalaksanaan
dan komplikasi dari tumor rahang atas.
1.3. Tujuan
Tujuan dari pembahasan kasus ini adalah untuk mengetahui secara pasti
definisi, etiologi, epidemiologi, patofisiologi, gejala klinis, penegakan diagnosis,
penatalaksanaan dan komplikasi dari tumor rahang atas.
1.4. Manfaat
1
1. Menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran pada umumnya, dan ilmu
gigi dan mulut pada khususnya
2. Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti
kepaniteraan klinik bagian ilmu gigi dan mulut
2
BAB II
STATUS PASIEN
2.1 Identitas Pasien
Nama : An. R
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Kepanjen
Umur : 2,5 tahun
Pekerjaan : -
Status : -
Suku Bangsa : Jawa - Indonesia
Tanggal Periksa : 29 Agustus 2013
Konsul dari : - Menderita : -
2.2 Anamnesis
1. Keluhan Utama : Bengkak pada rahang atas kiri
2. Riwayat Penyakit : Rahang atas kiri pasien bengkak sejak 1 minggu
yang lalu. Bengkak muncul tiba-tiba dan membesar dengan cepat, terasa
nyeri dan kadang berdarah, dan tidak demam. Oleh keluarga
diperiksakan ke puskesmas kemudian diberikan sirup anti nyeri namun
keuhan tidak kunjung membaik, sehingga keluarga berinisiatif untuk
memeriksakan ke poli gigi dan mulut RSUD Kanjuruhan Kepanjen.
3. Riwayat Perawatan
a. Gigi : Belum pernah
b. Jar.lunak rongga mulut dan sekitarnya : Belum pernah
4. Riwayat Kesehatan :
Kelainan darah : Disangkal
Tumor/keganasan : Disangkal
Kelainan endokrin : Disangkal
Kelainan Jantung : Disangkal
Gangguan nutrisi : Disangkal
Kelainan kulit/kelamin : Disangkal
Gangguan pencernaan : Disangkal
3
Kelainan Imunologi : Disangkal
Gangguan respiratori : Disangkal
Gangguan TMJ : Disangkal
Diabetes Melitus : Disangkal
Lain-lain : -
5. Obat-obatan yang telah/sedang dijalani : Sirup dari puskesmas
6. Keadaan sosial/kebiasaan : Pasien gosok gigi 2x sehari dan suka jajan-
jajanan seperti permen, coklat dan snack.
7. Riwayat Keluarga :
Kelainan darah : Disangkal
Kelainan endokrin : Disangkal
Diabetes melitus : Disangkal
Kelainan jantung : Disangkal
Kelainan syaraf : Disangkal
Alergi : Disangkal
Lain-lain : -
2.3 Pemeriksaan Fisik
1. Ekstra Oral
- Muka : asimetris
- Pipi kiri : dbn
- Pipi kanan : dbn
- Bibir atas : dbn
- Bibir bawah : dbn
- Sudut mulut : dbn
- Kelenjar submandibularis kiri : tidak ada pembesaran
- Kelenjar submandibularis kanan : tidak ada pembesaran
- Kelenjar submental : tidak ada pembesaran
- Kelenjar leher : tidak ada pembesaran
- Kelenjar sublingualis : tidak ada pembesaran
- Kelenjar parotis kanan : tidak ada pembesaran
- Kelenjar parotis kiri : tidak ada pembesaran
2. Intra Oral
4
- Mukosa labial atas : dbn
- Mukosa labial bawah : dbn
- Mukosa pipi kiri : dbn
- Mukosa pipi kanan : dbn
- Bukal fold atas : edem(+), terangkat
- Bukal fold bawah : dbn
- Labial fold atas : dbn
- Labial fold bawah : dbn
- Gingival rahang atas : bengkak(+), nyeri tekan (+)
- Gingival rahang bawah : dbn
- Lidah : dbn
- Dasar mulut : dbn
- Palatum : dbn
- Tonsil : dbn
- Pharynx : dbn
GP
-
GR KS
-
Keterangan : -
5
1 2 3 4 5 6 7 8 8 7 6 5 4 3 2 1
I II III IV V IV III II I
V IV III II I I II III IV
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
2.4 Diagnose Sementara
Susp. Tumor Rahang Atas
2.5 Rencana Perawatan
-
1. Pengobatan : -
2. Pemeriksaan Penunjang :
Lab.Rontgenologi mulut/ Radiologi : -
Lab.Patologi anatomi : -
• Sitologi : -
• Biopsi : √
Lab.Mikrobiologi : -
• Bakteriologi : -
• Jamur : -
Lab.Patologi Klinik : -
3. Rujukan :
Poli Penyakit Dalam : -
Poli THT : -
Poli Kulit & Kelamin : -
Poli Syaraf : -
Poli Bedah : +
2.7 Diagnose Akhir
Susp. Tumor Rahang Atas Sinistra
LEMBAR PERAWATAN
Tgl Elemen Diagnosa Therapi Ket
29/08
/2013
Rahang atas
sinistra
Susp. Tumor
Maksilaris Sinistra
- -
BAB III
6
PEMBAHASAN KASUS
3.1 Benjolan di Rongga Mulut
Benjolan pada rongga mulut adalah suatu lesi pada rongga mulut yang arah
perluasannya diatas permukaan jaringan yang ditempatinya. Secara umum jenis-
jenis benjolan ini adalah:
1. Papula, adalah suatu massa yang menonjol pada kulit/mukosa berbentuk
bulat/lonjong degan diameter < 1 cm.
2. Plaque/Plak, adalah suatu massa yang menonjol dengan atap yang rata.
Permukaannya bisa halus, kasar atau pecah-pecah. Ukurannya lebih besar dari
papula.
3. Vesikula (Vesikel, Vesicle), adalah suatu benjolan bulat dan bening,
transparan berisi cairan. Ukurannya < 1 cm.
4. Bula (Bulla), sama dengan vesikel, hanya ukurannya > 1 cm.
5. Pustula, sama seperti bula dan vesikula, tetapi pustula ini berisi pus (purulen).
6. Nodul (Nodule), suatu massa yang padat dan menonjol, juga mempunyai
dimensi perluasan ke bawah. Ukurannya +/- 1 cm.
7. Tumor, suatu massa padat yg menonjol dan juga mempunyai dimensi
perluasan kebawah. Ukurannya > 1 cm.Tumor atau (Neoplasia) adalah
pembentukan jaringan baru yang abnormal dan tidak dapat dikontrol oleh
tubuh. Tumor (neoplasia) terbagi menjadi 2 yaitu:
a. Tumor jinak (benign neoplasma)
Neoplasia jinak adalah pertumbuhan jaringan baru yang lambat, ekspansif,
terlokalisir, berkapsul, dan tidak bermetastasis (menyebar).
b. Tumor ganas (malignant neoplasma)
Neoplasma ganas adalah tumor yang tumbuhya cepat, infiltrasi ke
jaringan sekitarnya dan dapat menyebar ke organ-organ lain
(metastase).Neoplasia ganas sering disebut kanker.
Perbedaan klinis tumor jinak dan ganas:
7
Karakteristik Neoplasma jinak Neoplasma ganas
Kecepatan tumbuh Lambat Cepat
Batas Jelas, berkapsul Tidak berkapsul
Pergerakan Dapat digerakkan Cekat
Pertumbuhan dalam tulang Mendesak tulang/ ekspansif Menembus tulang/ infiltratif
Pemukaan lesi Menegang Ulserasi
Keterlibatan saraf Tidak ada Ada nyeri, paralise
Daerah yang terlibat Terlokalisir Luas/metastasis
Warna jaringan Normal Berubah
Efek terhadap jaringan tubuh Tidak ada/hiperfungsi Hipofungsi
3.2 Tumor Rongga Mulut
Secara umum tumor rongga mulut dapat dibedakan menjadi tumor odontogen
dan non odontogen (jaringan keras, jaringan lunak dan epitel). Menurut penelitian
di Amerika, karsinoma di rongga mulut paling banyak merupakan jenis karsinoma
sel skuamosa.
Batas-batas rongga mulut ialah :
Depan : tepi vermilion bibir atas dan bibir bawah
Atas : palatum durum dan molle
Lateral : bukal kanan dan kiri
Bawah : dasar mulut dan lidah
B e l a k a n g : a r k u s f a r i n g e u s a n t e r i o r k a n a n k i r i d a n u v u l a ,
arkus glossopalatinus kanan kiri, tepi lateral pangkal lidah, papilla
sirkumvalata lidah.
Ruang lingkup tumor rongga mulut meliputi daerah spesifik dibawah ini:
a . B i b i r
b . Lidah 2/3 anterior
c . Mukosa bukal
d . Dasar mulut
e . Ginggiva atas dan bawah
f . Trigonum retromolar, palatum durum
8
g . Palatum molle
Faktor risiko:
1. Usia
Semakin tua usia manusia maka sistem imun tubuh akan menurun, terjadi
akumulasi waktu dari mutasi genetik & paparan karsinogen. Menurut
penelitian, 95% kasus terjadi pada usia lebih dari 40 tahun, rata-rata 60 tahun.
2. Keadaan immunosupresi
3. Rokok
Kebiasaan merokok merupakan faktor resiko terjadinya karsinoma rongga
mulut. Hampir lebih dari 50% perokok 80% nya didapatkan karsinoma rongga
mulut. Rokok juga berhubungan dengan kekambuhan, 18% pasien yang tidak
melanjutkan merokok kambuh, 30% yang melanjutkan merokok kambuh.
4. Alkohol
5. Trauma yang kronik
6. Riwayat keganasan sebelumnya
Rokok dan alkohol memiliki efek sinergis. Perokok yang sering
menggunakan obat kumur (alkohol dengan kadar tinggi) memiliki faktor risiko
lebih tinggi. Predileksi yang paling sering yaitu pada lidah, orofaring, dan dasar
mulut, jarang ditemukan pada bibir, gusi, lidah bagian dorsal, dan palatal.
Insidensi Terjadinya Neoplasma Pada Rongga Mulut :
1. Kanker rongga mulut menempati urutan ke-6 keganasan diseluruh dunia
dengan insiden 2% pada laki-laki dan 0,6 % pada wanita.
2. Di negara berkembang seperti asia tenggara dan india kanker rongga mulut
lebih sering ditemukan sekitar 40% dari seluruh kanker organ tubuh lainnya.
3. Berdasarkan beberapa laporan sentral patologi frekuensi kanker rongga mulut
di Indonesia sudah mencapai 3-5% dari seluruh kanker organ tubuh lainnya.
Bagian patologi badan registrasi kanker Indonesia dibawah pengawasan
Dirjen Kesehatan RI melaporkan kanker RM menempati urutan ke-4 dari
keganasan di Indonesia.
4. Berdasarkan penelitian dari 300 pasien yang menderita tumor jinak:
53,3 % fibroma
9
13,3 % papilloma
6,7 % periferal giant cell granuloma
14,7 % piogenic granuloma
3 % lipoma
8 % hemangioma
1 % limfangioma
5. Berdasarkan lokasi
33,3 % pada ginggiva
20,3 % pada mukosa bukal
16,7 % pada lidah
13 % pada pallatum
11,7 % pada bibir
5,3 % pada labial comisura
3 % di bawah lidah
2,7 % dasar mulut
Tingkatan/Stadium Tumor Jaringan Regio Maksilofasial
1. Tingkatan /stadium pada tumor secara histologi
a. Tingkat I (berdiferensiasi baik/well diff), yaitu dimana tingkat diferensiasi
sel normal antara 75% - 100%, ada mutiara keratin
b. Tingkat II (berdiferensiasi sedang/intermediate/moderate diff), yaitu
dimana tingkat diferensiasi sel normal antara 50 -75% variasi dalam
ukuran sel-selnya, ukuran inti sel, hiperkromatik serta aktivitas mitosis
yang lebih menonjol
c. Tingkat III (berdiferensiasi buruk/poor diff), yaitu tingkat diferensiasi sel
normal antara 25-50% memperlihatkan ketidakteraturan dan cenderung
memperlihatkan gambaran anaplasia yang sulit untuk dikenali lagi. Sel
tumor tumbuh secara liar ke semua arah, menginfiltrasi jaringan ikat
dibawahnya, dimana lapisan basal tidak terlihat dan sering menghilang.
d. Tingkat IV (anaplastik/undiff), yaitu tingkat diferensiasi sel normal antara
0-25%
2. Stadium Perjalanan Penyakit Kanker
a. Stadium Pra Klinik
10
Penyakit kanker belum diketahui dengan pemeriksaan klinik baik
pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya.
b. Stadium Klinik
1) Stadium Dini(Early Stage)
Tumor masih kecil, terbatas pada organ tempat tumbuh, kerusakan
organ belum ada, kemungkinan sembuh besar
2) Stadium Lanjut (Advanced Stage)
Tumor tumbuh besar, menjalar ke jaringan sekitar atau kelenjar limfe
regional, merusak organ tempat tumbuh, kemungkinan sembuh kecil
3) Stadium Sangat lanjut (Far Advanced Stage)
Tumor sudah metastase ke seluruh tubuh
3. Menurut sistem TNM (UICC tahun 1980), derajat tumor dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Stage 1
Tumor primer, tidak ada metastasis ke kelenjar getah bening regional,
tidak ada metastasis jauh dari tumor primer.
Stage 2
Ukuran tumor antara 2-4 cm, tidak ada metastasis ke kelenjar getah bening
regional, tidak ada metastasis jauh dari tumor primer.
Stage 3
Ukuran tumor lebih dari 4 cm, tidak ada metastasis ke kelenjar getah
bening regional, tidak ada metastasis jauh dari tumor primer.
Stage 4
Tumor telah melibatkan struktur di sekitarnya seperti tulang kortikal atau
otot-otot lidah, tidak ada metastasis ke kelenjar getah bening regional,
tidak ada metastasis jauh dari tumor primer.
3.3 Pembagian Tumor
Tumor Jinak
Klaisifikasi tumor jinak odontogen (WHO, 1992)
Asal sel/ jaringan tumor Nama tumor
1. Tumor yang berasal dari jaringan epitel Ameloblstoma
11
Calcifying ephitelial odontogenic tumor
Squamous odontogenic tumor
Clear cell odontogenic tumor
2. Tumor yang berasal dari jaringan epitel
odontogen dan melibatkan ektomesenkim
odontogen dengan atau tanpa pembentukan
jaringan kerass gigi
Ameloblastic fibroma
Ameloblastic fibro-odontoma
Tumor-tumor odontoameloblasma
Adenomatid odontgenic tumor
Complex odotoma
Compound odontoma
3. Tumor yang berasal dari ektomesnkim
odontogen dengan atau tanpa melibatkan
epitel odontogen
Odotogeic fibroma
Myxoma
Cementoblastoma
Klasifikasi tumor non odontogen
Asal sel Nama tumor
1. Tumor jinak non odontogen
yang berasal dari epithelium
mulut
Papilloma skuamosa
Veruka vulgaris
Kondiloma akuminata
Molluscum contagiosum
Keratoakantoma
2. Tumor jinak non odontogen
yang berasal dari jaringan
ikat mulut
Lesi jaringan keras (tulang)
Fibroma
Giant cell fibroma
Epulis fisuratum
Peripheral giant cell granuloma
Peripheral ossifying fibroma
Palsiaded encapsulated neuroma
neurofibroma
Neurilemoma/schawnnoma
Tumor sel granular
Lipoma
3. Tumor jinak non Pleomorphic adenoma
12
odonntogen yang berasal
dari kelenjar ludah
Monomorphic adenoma
Whartin’s tumor
Tumor Ganas
Asal sel Nama tumor
1. Tumor ganas odontogen yang berasal dari
ectodermKarsinoma intra-alveolar
2. Tumor ganas odontogen yang berasal dari
mesodermOdontogenik sarkoma
3. Tumor ganas odontogen yang berasal dari
ektoderm dan mesodermAmeloblastoma fibrosarkoma
4. Tumor ganas non-odontogen
1. Squamus Cell Carcinoma
2. Osteosarkoma
3. Ewing’s Sarkoma
4. Multiple Myeloma
Lesi Jaringan Lunak
a. Fibroma (fibroma akibat iritasi)
Sering terdapat pada mukosa bagian bukal (sepanjang area gigitan), mukosa
labial, lidah, dan gusi. Lesi berupa nodus warna merah muda, permukaan yang
licin, diameter beberapa milimeter sampai 1,5 cm. Fibroma akibat iritasi biasa
terdapat pada dekade ke-4 dan ke-6. Perbandingan antara pria dan wanita1:2.
Tatalaksana Fibroma adalah dengan bedah eksisi konservatif. Pemeriksaan
histopatologi terhadap hasil eksisi.
b. Giant Cell Fibroma
Tumor fibrosa dengan prevalensi 5% dari semua tumor fibrosa pada mulut.
Terdapat pada gusi (50%), lidah, palatum dan gusi mandibula 2 kali lebih
sering dari pada gusi maksila. Gambarannya berupa nodus bulat atau
bertangkai dengan permukaan berbenjol-benjol sehingga mirip dengan
papiloma. Biasa terjadi pada usia yang lebih muda daripada fibrom teriritasi.
13
Terjadi pada 3 dekade pertama kehidupan (60%). Wanita lebih sering daripada
pria.
c. Epulis Fisuratum
Hiperplasia fibrosa akibat pengunaan gigi palsu. Terdapat pada maksila/
mandibula pada tepi alveolar bagian fasial dan terkadang pada tepi alveolar
bagian mandibula. Tampak lipatan tunggal atau multipel dari jaringan
hiperplastik pada vestibular alveolar. Lesinya tegas dan pada sebagian lesi
dapat berupa ulserasi dan eritema menyerupai granuloma piogenik. Ukuran
bervariasi dari 1 cm hingga seluruh panjang dari vestibula. Sering terjadi pada
wanita dengan umur menengah dan dewasa tua ketika penggunaan gigi palsu.
Tatalaksananya dengan terapi bedah dan pembuatan ulang gigi palsu atau
penyesuaian kembali tepi gigi palsu.
d. Peripheral Giant Cell Granuloma
Merupakan reaksi terhadap iritasi local atau trauma. Terdapat pada gusi atau
tepi alveolar edentuolus, berupa massa nodus merah atau biru kemerahan,
berbentuk bulat/bertangkai serta dapat disertai ulserasi.Gambaran klinisnya
menyerupai granuloma piogenik. Kebanyakan lesi berukuran kurang dari 2
cm. Terdapat pada semua usia dengan puncak prevalensi pada dekade ke-5
dan ke-6 kehidupan. Sekitar 60% kasus terjadi pada wanita.Terdapat pada
regio anterior maupun posterior dari ginggiva maupun mukosa alveolar dan
mandibula > maksila. Walupun lesi ini berkembang dalam jaringan lunak,
terkadang terdapat resorpsi berbentuk mangkuk pada tulang alveolar.
Tatalaksananya dengan bedah eksisi lokal hingga kebagian tulang yang
mendasarinya. Scalling pada gigi yang berdekatan untuk menghilangkan
sumber iritasi lebih lanjut. 10% kasus alami kekambuhan.
Pada beberapa kondisi sulit dibedakan dari pasien dengan hiperparatirod
(osteoclastik ”brown tumor”).
e. Peripheral Ossifying Fibroma
Lesi ini terdapat hanya pada gusi. Predileksinya sering pada lengkung maksila
dan lebih dari 50 % terdapat pada regio antara gigi insisivus dengan kaninus.
14
Biasanya gigi jarang terlibat.Massa nodus bulat/bertangkai dan permukaannya
biasanya mengalami ulserasi. Warnanya bervariasi dari merah (pyogenic
granuloma) hingga merah muda (fibromaakibat iritasi). Lesi berukuran kurang
dari 2 centimeter, lesi ini biasanya mengenai usia remaja dan dewasa muda
dengan prevalensi tertinggi pada usia antara 10 dan 19 tahun. Sekitar 2/3
kasus mengenai wanita. Tatalaksananya dengan bedah eksisi lokal.
f. Palisaded Encapsulated Neuroma
Sebuah tumor saraf dengan penyebab yang belum diketahui dengan pasti
tetapi diperkirakan karena trauma. Predileksi terbatas pada wajah (90%)
terutama hidung dan pipi. Pada mulut terdapat pada palatum durum. Antara
dekade ke-5 dan ke-7. Permukaan halus, tidak nyeri, papul yang berbentuk
kubah/nodul kurang dari 1 cm. terapinya dengan bedah eksisi lokal
konservatif. Lesi jarang mengalami kekambuhan.
g. Neurofibroma
Neoplasma saraf perifer yang paling sering terjadi yang berasal dari
percampuran beberapa tipe sel meliputi sel schwan dan perineural fibroblast.
Dapat berkembang sebagai tumor soliter atau merupakan bagian dari
neurofibromatosis. Tumor soliter paling sering terdapat pada dewasa muda
dan tampil sebagai lesi yang berkembang lambat, lunak, tidak nyeri. Lesi ini
3.4 Tahap-Tahap Pemeriksaan Untuk Menegakkan Diagnosa
Anamnesis
Riwayat pasien dibutuhkan untuk menyesuaikan keadaan masing-masing
pasien tetapi terkadang sulit untuk menemukan keluhan yang pasti. Beberapa
pasien merasa gugup, sukar berbicara, dan beberapa yang lainnya merasa
bingung. Pertanyaan awal membolehkan pasien berbicara panjang lebar dan
meningkatkan kepercayaan diri. Biasanya lebih baik dimulai dengan
pertanyaan “terbuka”. Terkadang sulit dihindari interupsi pasien yang
mencoba menyusun rekaman medis. Teknik bertanya adalah yang paling
penting ketika berhubungan dengan riwayat sosial dan psikologis atau
berhubungan dengan riwayat medis yang memalukan. Teknik pengambilan
riwayat kesehatan pasien:
15
1. Perkenalkan diri dan sambut pasien dengan menyebut namanya
2. Dudukkan pasien
3. Mulai dengan pertanyaan terbuka misalnya bagaimana rasa sakit yang dialami
pasien
4. Setelah itu, ajukan pertanyaan tertutup misalnya bagaimana gambaran rasa
sakit yang dialami pasien
5. Hindari jargon
6. Jelaskan kebutuhan untuk pertanyaan spesifik
7. Memperkirakan status mental pasien
8. Memperkirakan harapan pasien terhadap perawatan
Riwayat medis pasien sangat membantu diagnosis dari manifestasi rongga mulut.
Jika ditemukan masalah pada riwayat kesehatan pasien maka dokter harus
memutuskan apakah pasien dapat langsung dilakukan perawatan atau tidak.
Riwayat kesehatan gigi pasien dan pemeriksaan adalah sangat penting untuk
diagnosis nyeri gigi yang disebabkan gejala pada kepala dan leher. Hubungan
gejala dan peawatan gigi harus dicatat.
Pemeriksaan Klinis
Ekstra oral
Pertama lihat pasien, sebelum melihat ke mulut pasien.Anemia dan perawatan
kortikosteroid jangka panjang, pembengkakan parotis yang bisa mempengaruhi
tampilan wajah. Glandula parotis, sendi temporomandibular, nodus limfe
submandibular dan glandula tiroid harus dipalpasi.
Intra Oral
Pemeriksaan kavitas oral hanya dapat dilihat dengan pencahayaan yang bagus,
mirro dan tekanan udara atau sesuatu yang dapat mengeringkan gigi.
1. Jaringan lunak
Jaringan pada mulut biasanya diperiksa terlebih dahulu.Periksaan dilakukan
secara sistematis meliputi semua area mulut. Area yang tidak normal pada
mukosa harus dipalpasi.
2. Gigi
16
Gigi yang ada harus diperiksa kesehatan jaringan mulutnya, karies, status
restorasi. Pemeriksaan gigi harus dilakukan untuk kebaikan pasien.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiografi
Pemeriksaan radiografi yang dapat dilakukan yaitu CT scan (computerized
tomography), magnetic resonance imaging (MRI) dan ultrasound. Radiografi
sederhana juga bisa dilakukan walau nilainya hasilnya tidak sebaik yang lain.
Histopatologi
Biopsi
Biopsi adalah pemeriksaan histopatologi utama dalam diagnosis untuk penyakit
pada mukosa jaringan lunak dan tulang. Terkadang biopsy tidak membantu
namun tetap dapat mengeliminasi etiologi yang mungkin.
Biopsi adalah operasi pengambilan jaringan sampel dari makhluk hidup untuk
pemeriksaan mikroskopik dan diagnosis akhir.
Biopsi adalah pengambilan dan pemeriksaan jaringan dari suatu lesi. Terdapat
beberapa macam teknik biopsy. Teknik yang paling penting yaitu teknik surgical
biopsy. Satu-satunya kontraindikasi yang penting dalam biopsy adalah insisi
biopsy tumor glandula parotis. Prinsip dari biopsi yang sukses:
1. Pada lesi yang mencurigakan secara klinis, biopsi harus dilakukan secepat
mungkin.
2. Pemilihan dari teknik biopsi yang akan dilakukan ditentukan dari indikasi tiap
kasus.
3. Injeksi langsung dari larutan lokal anastesi kedalam lesi harus dihindari
karena ada kemungkinan terjadinya distorsi dari lesi.
4. Penggunaan dari blade electrosurgical dilarang karena meghasilkan suhu
yang tinggi yang menyebabkan koagulasi dan destruksi dari jaringan.
5. Spesimen jaringan tidak boleh dipegang dengan pinset. Apabila
penggunaannya diperlukan maka yang dipegang adalah bagian yang normal.
6. Spesimen jaringan yang diambil harus bersifat mewakili.
17
7. Langsung setelah pengambilan, spesimen jaringan harus diletakkan pada
wadah dengan fixative/penahan. Jaringan specimen yang terlalu lama diluar
wadah dapat mengerigkan spesimen, yang memungkinkan ada resiko jatuh
atau salah menempatkan spesimen.
8. Larutan fixative yang digunakna adalah formalin 10% bukan air, alkohol,
atau larutan lain yang dapat merusak jaringan.
9. Dianjurkan wadah yang dikirim ke laboratorium dibungkus platik utnuk
menghindari resiko kerusakan selama pengiriman dan hilangnya spesimen.
10. Label dengan nama pasien dan tanggal harus diletakkan diluar wadah, dan
bukan diatas penutup. Cara ini untuk menghindari kemungkinan tertukarnya
spesimen di laboratorium setelah dibuka.
Alat yang dibutuhkan untuk operasi biopsi dari jaringan lunak dan jaringan keras
adalah:syringe local anastesi, scalpel handle dan blade, pinset anatomi dan
surgical dan hemostat, needle holder, gunting curved, suction, periosteal elevator,
kuret periapikal, bone file, dan rongeur.Bahan yang diperlukan untuk biopsi
adalah:cartridge local anastesi dan jarum untuk anastesi, alat menjahit, surgical
dressing, kasa, dan botol kecil yang berisi 10% larutan formalin untuk
penempatan spesimen.
Untuk biopsi aspirasi, alat dan bahan yang dibutuhkan termasuk jarum trocar atau
jarum simple low-gauge, syringe plastic disposable, kaca mikroskop, dan bahan
fixative.
3.5 Anatomi tulang Maxilla
Tulang Maksila adalah tulang wajah primitive yang akan membagi wajah
menjadi dua bagianyaitu orbita dan tulang rahan yang ada dibawahnya. tulang
maksila akan menyokong gigi padarahang atas, namun paada saat pengunyahan
berlangsung maksila tidak bergerak sepertimadibula. Tulang maxilla terdiri atas
dua buah maxilla yang menyatu di tengah yang terdiri atas4 prosesus dan
badan maxilla.
18
Gambar. Tulang Rahang Atas Maksila Tampak Lateral.
Badan Maksila
Badan Maksila ini biasanya berbentuk pyramid, dimana dasarnya adalah kavum
nasi dan bagian puncaknya dibatasi oleh processus zigomaticus. Badan maksila
terdiri dari 4 permukaan utamayaitu: permukaan fasial (bagian anterior),
Infratemporal (bagian posterior), nasal (bagia medial)dan permukaan superior
(orbital)
a. Permukaan anterior (fasial)
permukaan anterior maksila akan membentuk pipi. Disini terdapat 2 fosa
yaitu fosainsisivus yang merupakan lubang dangkal yang terletak antara
soket gigi insisivus dankavum nasi, dan fosa kanina yang merupakan
lubang dalam bagian belakang, yangditandai oleh foramen infraorbitalis di
bagian atas, tepi alveolaris di bagian bawah, dan prosesus zigomatikum di
bagian depan.
b. Permukaan posterior
Permukaan posterior dari badan maksila akam membentuk dinding
anterior dari fosainfratemporal. Disini juga terdapat sebuah penonjolan,
yang sering disebut tuberositasmaksilaris.
c. Permukaan medial
Permukaan ini yang akan membentuk dinding lateral kavum nasi. Ciri
penting yang adadisini adalah groove lacrimalis. yaitu groove vertikal
yang terdapat didepan sinusmaksilla
19
d. Permukaan Superior
Permukaan superior dari maksila akan membentuk dinding bawah orbita.
Prosesus
Tulang maksila terdiri atas 4 prosesus yaitu:
a. Prosesus frontalis
Terletak pada bagian atas maksila berada diantara tulang hidung dengan
tulanglakrimalis.
b. Prosesus zigomatikus
Terletak pada bagian lateral maksila
c. Prosesus alveolaris
Terletak pada bagian inferior badan maksila, yang akan menyokong gigi
geligi padasoketnya.
d. Prosesus palatines
Terletak pada bagian horizontal dari permukaan mesial dari maksila
dimana badanmaksila akan bertemu dengan processus alveolaris.
20
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tumor di rongga mulut meupkan pertumbuhan dari berbagai jaringan di
dalam dan sekitar mulut termasuk tulang, otot dan syaraf. Pertumbuhan ini dapat
bersifat jinak (benigna) dan dapat bersifat ganas (maligna). Meskipun jarang
terjadi kanker yang ditemukan dalam mulut bisa berasal dari bagian tubuh lainnya
terutama paru-paru dan payudara.
Tumor dibagi dalam dua golongan, yaitu tumor jinak dan tumor ganas.
Kanker adalah istilah umum untuk semua jenis tumor ganas. Sel tumor pada
tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya tidak
cepat membesar. Sel kanker mendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempak
sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor
dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak
mudah dikeluarkan dengan cara operasi.
Tumor jinak diklasifikasikan berdasarkan:
1. Berasal dari jaringan epitelTumor yang berasal dari epitel adalah: Papilloma, Adenoma, Adenoma plemorfik
2. Berasal dari jaringan ikatTumor yang berasal dari jaringan ikat adalah: Fibroma, Periperial giant cell tumor, Central giant cell tumor, Lipoma, Hemangioma, Lymphangioma, Chondroma, Osteoma
3. Berasal dari jaringan ototTumor yang berasal dari jaringan otot adalah: Leiomyoma, Granular cell myoblastoma
4. Berasal dari jaringan syarafTumor yang berasal dari jaringan syaraf adalah: Traumatic neuroma, Neurofibroma, Pigmented ameloblastoma
5. Berasal dari kelenjar ludahTumor yang berasal dari kelenjar ludah adalah: Pleomorphic adenoma, Papillary cystadenoma lymphomatosum, Lympomatoid adenoma.
6. Tumor jinak ectodermal yang asalnya odontogenik. Termasuk didalamnya Enameloma, Ameloblastoma/ Adamantinoma.
21
Tumor ganas rongga mulut berbeda dengan yang jinak, karena tumor ganas bersifat menginvasi jaringan sekitar, berkembang sampai daerah endotel dan dapat bermetastase kebagian tubuh lain. Tumor ganas rongga mulut tumbuh sangat cepat, sehingga deteksi dini serta tindakan pencegahan sangat penting untuk mengatasi tumor ganas ini.
Tumor ganas rongga mulut dapat berasal dari jaringan epitel dan jaringan ikat. Tumor ganas yang berasal dari jaringan epitel adalah: Carsinoma sel squamosa dan Carsinoma sel basal, sedangkan yang berasal dari jaringan ikat adalah Fibrosarkoma.
Pada umumnya, untuk mendeteksi dini proses keganasan dalam mulut dapat dilakukan dengan melalui anamnese, pemeriksaan klinis dan diperkuat oleh pemeriksaan tambahan secara laboratorium.
4.2 Saran
Dokter gigi, dimana dalam perawatan rongga mulut dan gigi selalu melihat
bibir dan mukosa mulut mempunyai kesempatan yang luas untuk menemukan
tumor rongga mulut sedini mungkin. Penemuan dini tumor rongga mulut
merupakan faktor penting, bertujuan untuk terapi kuratif, prognosa yang makin
baik, kepentingan kosmetik dan mengurangi kecacatan serta kelangsungan hidup
yang lebih lama.
22
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Tumors of the Mouth - Oral Cancer. http://www.
Michvet.com/library/oncology/_oral_tumors.asp [25 Oktober 2008]
---------. 2008. Cancer (Malignant Tumour).
http://www.medicinenet.com/cancer/focus.htm [30 Juli 2008].
Balaram, P; Meenattoor,G. 1996. Imunology of Oral Cancer-A Review. Singapore
Dental Journal. Vol.21. No.1. 36.
Bolden, T.E. 1982. The Prevention and Detection of Oral Cancer, dalam
Stallard,R.E. A Textbook of Preventif Dentistry. Ed. Ke.2. Philadelphia. W.B.
Sainders Company. 277-306.
Borissov I, Pascalev M, Dinev I, Valchev I. 1998. Mandibulectomy as a method of
treatment of a mandibular canine tooth retention and secondary fibrous epulis
in a dog. http://www.vef.hr/vetarhif/papers/64.2/borissov.htm[25 Oktober
2008]
Coleman, G.C; Nelson,J.F. 1993. Principles of Oral Diagnosis. St. Louis Mosby
Year Book. 211-214.
Daftari, D.K: Mukti,P.R; Bhonsle, R.B [et.al]. 1992. Oral Squamus Cell
Carcinoma, dalam Prabhu S.R. Oral Diseases in the Tropics. New York.
Oxford Medical Publications. 429 -446.
Folson, T.C; White, C.P; Broner,l. [et,al]. 1972. Oral Exfoliatif Study. Review of
the Literature and Report of Three Year Study. Oral Surgery. 33. 61-64.
Kerr, D.A; Ash,M.M; Dean,M.H.1978.Oral Diagnosis. Ed. Ke-5 St. Louis.
C.V.Mosby Company.336-338.
Kirpensteijn J. 2006. Surgery of Oral Tumors. http://www.script/main/forum. asp?
articlekey=13931 [30 Juli 2008]
Lynch, M.A.1994. Burket's Oral Medicine. Diagnosis and Treatment. Ed.Ke-9.
Philadelphia. J.B.Lippincott Company. 203-213.
23
McKinney,R.V; Singh,B.B; Schafmer,D.L. 1985. Biopsi Techniques for the
General
Pedersen,W.G. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut, alih bahasa drg. Purwanto
dan drg. Basoeseno. Ed.Ke-1. Penerbit Buku KeJokteran EGC. Jakarta. 147-
150
Pinborg,J.J. 1986. Oral Precancer and Cancer, dalam Levine ,N. Current
Treatment in Dental Practice. Philadelphia. W.B. Saunders Company. 8-13.
Pinborg, J.J. 1991. Kanker dan Prakanker Rongga Mulut, alih bahasa
drg.LilianYuwono.Ed.ke-1. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 21-
93,125.
Plumb DC. 2004. Veterinary Drug Handbook. 5th edition. Blackwell Publishing:
Missisipi.
Sudiono Janti dkk. 2001. Penuntun Praktikum Patologi Anatomi. EGC: Jakarta
Sudiono Janti dkk. 2003. Ilmu Patologi. EGC: Jakarta
Sudiono janti,2008. Pemeriksaan Patologi untuk Diagnosis Neoplasma Mulut.
EGC: Jakarta
Syafriadi Mei, 2008. Patologi Mulut (Tumor Neoplastik dan Non Neoplastik
Rongga Mulut). Jogjakarta: Andi
Sciubba, J.J. 1999. Improving Detection of Precancerous and Cancerous Oral
lesions. JADA. Vol.130. 1445-1457.
Scully, C. 1992. Oncogen, Onco-Supressor, Carcinogenesis and Oral Cancer.
British Dental Journal. 173. 53.
Skhlar, G.1984. Oral Cancer. The Diagnosis, Therapy, Management and
Rehabilitation of The Oral Cancer Patient. Philadelphia. W.B. Saunders
Company. 63-70.
24
Subita, G.P. 1997. Kemopreventif Sebagai Satu Modalitas Pengendalian Kanker
Mulut. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Ed. Khusus KPPIKG
XI.582-585.
Tambunan, G. W. 1993. Diagnosis dan Tatalaksana Sepuluh Jenis Kanker
Terbanyak di Indonesia. Editor dr. Maylani Handoyo. Ed.Ke-2. Penerbit Buku
Kedokteran EGG. Jakarta. 185-198.
Williams, J.H. 1990. Oral Cancer and Precancer: Cliniccal Features. British
Dental Journal.168.13-17.
25
Recommended