View
216
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
UNIVERSITAS INDONESIA
EVALUASI IKLAN TELEVISI SOSIALISASI PEMILU 2014 KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PADA
PEMILIH PEMULA
TUGAS KARYA AKHIR
M. GHURRON MUHAJJALIN 1006711031
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
DEPOK MEI 2014
i
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
EVALUASI IKLAN TELEVISI SOSIALISASI PEMILU 2014 KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PADA
PEMILIH PEMULA
TUGAS KARYA AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial
M. GHURRON MUHAJJALIN 1006711031
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KEKHUSUSAN KOMUNIKASI MEDIA
DEPOK MEI 2014
ii
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
ABSTRAK
Nama : M. Ghurron Muhajjalin Program Studi : Sarjana Ilmu Komunikasi Judul : Evaluasi Iklan Televisi Sosialisasi Pemilu 2014 Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia pada Pemilih Pemula
Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi formatif terhadap iklan televisi sosialisasi Pemilu 2014 dari Komisi Pemilihan Umum RI pada pemilih pemula. Penelitian ini menggunakan model pencapaian tujuan dimana evaluasi dilakukan melalui pengukuran tingkat kesuksesan atau kegagalan dalam mencapai objektif dari program. Melalui kuisioner yang diberikan pada 30 pemilih pemula serta wawancara dengan pihak sosialisasi KPU RI, penelitian ini menunjukkan bahwa iklan televisi sosialisasi Pemilu 2014 dikategorikan sangat efektif dalam hal peningkatan partisipasi pemilih. Kemudian juga dikategorikan cukup efektif dalam hal penyebarluasan informasi, tahapan, jadwal dan program pemilu; serta peningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan masyarakat tentang kepemiluan. Namun, untuk mengatasi beberapa kendala seperti minimnya pemilih muda yang menjadikan KPU sebagai sumber utama informasi, penelitian ini kemudian merekomendasikan KPU RI untuk (1) membangun kerjasama yang sinergis dan berkelanjutan utamanya dalam hal sosialisasi pemilu dengan media massa dan LSM terkait, serta (2) melakukan pemilihan media sosialisasi dengan seksama dan menyesuaikan konten pesan dengan platform media yang dipilih.
Kata Kunci: Evaluasi Program, Goal-Attainment, Sosialisasi Pemilu, Platform Sosialisasi, Konten Sosialisasi.
viii
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
ix
ABSTRACT
Name : M. Ghurron Muhajjalin Program : Bachelor of Communication Title : Evaluation of General Election 2014 Television Advertising Outreach Program of Indonesian General Election Commission on First-Time Voters This study is a formative evaluation of the television ads outreach programs of the 2014 election Indonesian General Election Commission. This study uses a model of goal-attainment models where the evaluation is done by measuring the level of success or failure in achieving the objectives of the program. Through a questionnaire given to 30 first-time voters as well as interviews with the KPU RI socialization, this study shows that the program has been very effective in terms of increasing voter participation. Then also been effective in terms of information dissemination, stage, and program schedule of the elections; and increasing knowledge, understanding and the ability of the electoral community. However, to overcome some obstacles such as the low number of young voters who make the Commission as the main source of information, this study then recommends KPU RI to (1) build synergistic and sustainable especially in terms of socialization election by the mass media and NGOs, as well as (2) conduct media selection and socialization carefully tailor the message content with selected media platforms.
Keywords: Program Evaluation, Goal-Attainment, Election Outreach Program, Outreach Platform, Content of Outreach Program
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
1
BAB 1
ANALISIS SITUASI
1.1. Latar Belakang
Di Indonesia, tahun 2014 dapat dikatakan sebagai tahun politik karena pada tahun
ini dilaksanakan pemilihan umum lima tahunan dimana seluruh warga negara
Indonesia akan menentukan sendiri anggota legislatif dan Presiden Republik
Indonesia yang akan menjabat selama lima tahun periode kepemimpinan. Dari
seluruh pemilu yang telah diselenggarakan, Indonesia kini termasuk ke dalam
peringkat 53 (dari 167 negara) dalam Indeks Demokrasi berdasarkan riset dari The
Economist Intellegence Unit (The Economist Intellegence Unit, 2013).
Pengukuran indeks demokrasi ini didasarkan pada lima kategori yaitu proses
pemilu dan pluralisme di dalamnya, hak-hak sipil, fungsi dan kinerja
pemerintahan, partisipasi politik, serta budaya politik. Indonesia mendapatkan
nilai 6,76 pada indikator proses pemilu dan pluralisme di dalamnya serta 6,11
pada indikator partipasi politik (dalam skala 1 sampai 10).
Di Indonesia sendiri, lembaga yang bertanggung jawab untuk menyelenggarakan
pemilihan umum (pemilu) yang sesuai dengan Undang-Undang dan dasar Negara
adalah Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia (DPR RI, 1999).
Begitu juga dengan Pemilu 2014 yang diikuti oleh 12 partai nasional dan 3 partai
lokal Aceh. Adanya KPU RI diharapkan mampu meningkatkan kualitas penerapan
demokrasi di Indonesia dengan menyelenggarakan pemilu yang sesuai dengan
semboyannya yaitu langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
1.1.1. Gambaran Sikap Masyarakat Terhadap Pemilu dari Tahun ke Tahun
Pemilu yang kini diadakan setiap lima tahun sekali, tentunya terus mengalami
perkembangan dalam setiap penyelenggaraanya. Selain itu, setiap pemilu juga
memiliki konteks sosial budaya yang berbeda yang tidak bisa disamakan dengan
pemilu sebelumnya. Misalnya saja Pemilu 2014 kini hanya diikuti oleh 12 partai
1
Universitas Indonesia
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
2
politik nasional dan 3 partai daerah karena proses verifikasi yang cukup ketat,
berbeda dengan Pemilu 2009 yang diikuti oleh 38 partai. Hal ini tentunya juga
merubah peta persaingan politik yang ada.
Perubahan lain terkait situasi sosial pemilu adalah tentang penerimaan informasi
terkait pemilu oleh masyarakat. Mayoritas partai politik semakin terfokus pada
kampanye melalui media massa baik televisi dan media cetak karena memiliki
jangkauan yang luas dan masih dirasa efektif dibandingkan kampanye melalui
mobilisasi massa dan orasi langsung. Hal ini salah satunya terlihat dalam
penelitian Mujani dan Liddle (2010) yang menunjukkan bahwa 88,8% pemilih
telah melihat pemberitaan politik dan pemerintahan di televisi, sedangkan 34,9 %
pemilih juga telah membaca berita mengenai pemilu di surat kabar.
Selain itu, pada Pemilu 2014 mulai berkembang tren media sosial seperti
Facebook dan Twitter sebagai salah satu platform kampanye. Melihat penetrasi
internet Indonesia yang telah mencapai sekitar 71,19 juta orang atau sekitar 28%
(Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, 2014), beberapa partai semisal
Gerindra telah menjadikan media sosial sebagai salah satu fokus dalam
berkampanye dan secara rutin melakukan kampanye melalui platform tersebut.
Peran media sosial dalam Pemilu 2014 semakin besar melihat jumlah pemilih
pemula yang kerap berinteraksi dengan dunia maya berkisar antara 22 juta orang
atau 12% dari jumlah total pemilih (Litbang Kompas, 2014). KPU mendefinisikan
pemilih pemula sebagai pemilih yang baru pertama kali akan melakukan
penggunaan hak pilihnya karena pada pemilu periode sebelumnya belum
memenuhi syarat untuk menjadi pemilih (Biro Teknis dan Hupmas KPU, 2010).
Adapun syarat yang harus dipenuhi agar warga negara Indonesia mempunyai hak
memilih berdasarkan UU No. 10 Tahun 2008 pasal 19 ayat 1 adalah genap
berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin.
KPU sebagai lembaga resmi negara yang bertanggung jawab untuk memberikan
informasi mengenai pemilu kepada calon pemilih juga menggunakan beberapa
media tertentu untuk menyebarluaskan informasi. Pada Pemilu 2014, KPU dapat
dikatakan telah memanfaatkan seluruh platform penyebaran informasi yang telah
Universitas Indonesia
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
3
Universitas Indonesia
ada. Selain memanfaatkan media konvensional yaitu televisi dan publikasi cetak
seperti baliho, billboard, dan poster; KPU juga memanfaatkan internet dan media
sosial seperti Facebook, email, Twitter, Blackberry Messenger, digital library,
dan situs resmi KPU. Selain itu KPU juga memanfaatkan telepon dan layanan
SMS broadcast untuk menjangkau calon pemilih.
Namun walaupun media penyebaran informasi terkait pemilu semakin beragam,
tren partisipasi masyarakat dalam pemilu tengah mengalami penurunan seperti
ditunjukkan pada grafik di bawah ini.
Gambar 1.1. Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu (Sumber: KPU 2013)
Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa terjadi penurunan tingkat partisipasi
masyarakat dalam pemilu hingga 20% dalam kurun waktu 10 tahun (1999-2009).
Jika penurunan ini terjadi secara linier diperkirakan partisipasi masyarakat hanya
mencapai sekitar 60% pada 2014 dan kurang dari 50% pada 2019.
Tren penurunan partisipasi masyarakat dalam pemilu di Indonesia merupakan
suatu bentuk apatisme masyarakat terhadap pemerintah dan perpolitikan
Indonesia. Soebagio (2008) mengemukakan bahwa penurunan partisipasi
masyarakat dalam pemilu/peningkatan golput di Indonesia terjadi karena beberapa
alasan berikut:
• Pemilu dan Pilkada langsung belum mampu menghasilkan perubahan
berarti bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
• Menurunnya kinerja partai politik yang tidak memiliki platform politik
yang realistis dan kader politik yang berkualitas serta komitmen politik
yang berpihak kepada kepentingan publik.
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
4
Universitas Indonesia
• Merosotnya integritas moral aktor-aktor politik (elit politik) yang
berperilaku koruptif dan lebih mengejar kekuasaan/kedudukan.
• Tidak terealisasikannya janji-janji yang dikampanyekan oleh elit politik
kepada publik yang mendukungnnya.
• Kejenuhan pemilih karena sering adanya Pemilu yang dipandang sebagai
kegiatan seremonial berdemokrasi yang lebih menguntungkan bagi para
elit politik.
• Kurang netralnya penyelenggara Pemilu yang masih berpotensi melakukan
keberpihakan kepada kontestan tertentu.
Hal-hal inilah yang secara terus-menerus dirasakan oleh masyarakat sehingga
berakibat pada tingginya tingkat apatisme masyarakat terhadap pemerintah dan
pemilu.
1.1.2. Peran Sentral KPU
Tren penurunan partisipasi masyarakat dalam pemilu inilah yang kemudian
menjadi salah satu alasan diadakannya program sosialisasi pemilu. Melalui
program ini, KPU berusaha meminimalisir angka golput sehingga pemilihan
umum dapat dilaksanakan secara lebih demokratis. Selain melakukan sosialisasi
melalui berbagai media massa, publikasi cetak, dan mobilisasi massa; KPU juga
menggandeng berbagai tokoh seperti tokoh perempuan, difabel, serta tokoh
keagamaan untuk mengarahkan calon pemilih agar menggunakan hak suaranya
dalam Pemilu 2014.
Program sosialisasi pemilu 2014 sendiri merupakan bagian dari grand design
kehumasan yang dirancang dan dilaksanakan oleh Biro Teknis dan Hubungan
Partisipasi Masyarakat di bawah Sekretaris Jendral KPU. Berdasarkan Peraturan
KPU no. 23, program sosialisasi pemilu ini memiliki 3 tujuan yaitu (1)
Penyebarluasan informasi, tahapan, jadwal dan program pemilu, (2)
Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan masyarakat tentang
kepemiluan, (3) Mendorong peningkatan partisipasi pemilih. Dalam grand design
kehumasan ini disebutkan bahwa terdapat 12 kegiatan yang termasuk ke program
sosialisasi, yaitu:
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
5
Universitas Indonesia
a. Training of Trainers (TOT) penggerak pemilu.
b. Duta pemilu/agen pemilu.
c. Training of Trainers (TOT) tokoh perempuan, difabel, pemilih pemula,
dan tokoh keagamaan.
d. Mengadakan lomba jingle.
e. Mengadakan lomba icon pemilu.
f. Gebyar pencanangan icon pemilu disertai lomba gerak jalan dan hiburan
rakyat.
g. Lomba foto pemilu.
h. Lomba film pendek KPU.
i. Baliho, spanduk, flyer, poster.
j. Iklan pemilu.
k. Balon udara KPU.
l. Billboard TV KPU.
Penelitian ini kemudian difokuskan pada evaluasi iklan televisi yang merupakan
bagian dari program sosialisasi Pemilu 2014. Iklan pemilu melalui televisi dipilih
karena kegiatan ini merupakan kegiatan sosialisasi yang paling banyak
menjangkau masyarakat. Selain itu, peran media massa kini juga semakin sentral
dalam pemilu dan politik secara keseluruhan. Seperti dikemukakan Brian McNair
(2003) bahwa sekarang politik telah berada di era mediasi dimana media massa
tidak hanya menjadi sarana penyampaian pesan dari organisasi politik (termasuk
KPU) kepada masyarakat namun juga mentransformasikan pesan tersebut melalui
berbagai proses interpretasi dan pembuatan berita. Selain itu media televisi dipilih
karena di Indonesia sendiri, televisi merupakan media yang paling dominan
dibandingkan dengan media lain. Hal ini terlihat dari data BPS yang menyebutkan
bahwa pada tahun 2012 persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang
menonton televisi adalah sebesar 91,68% (Badan Pusat Statistik, 2012).
Berdasarkan pengamatan, iklan televisi sosialisasi Pemilu 2014 yang dibuat oleh
KPU ini tidak hanya terbatas pada 1 tema saja. Terdapat banyak varian iklan
dengan tema dan pesan yang berbeda-beda. Misalnya, ada iklan yang ditujukan
untuk memberitahukan waktu pelaksanaan pemilu dan ada pula iklan yang
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
6
Universitas Indonesia
ditujukan untuk memberitahukan mekanisme menjadi pemilih khusus. Dengan
begitu, masyarakat akan semakin mengenal proses dan tahapan pemilu serta
semakin tergerak untuk berpartisipasi dalam pemilu.
Namun, iklan sosialisasi Pemilu 2014 dari KPU ini nampaknya masih memiliki
beberapa kekurangan. Kekurangan utama yang paling terlihat adalah buruknya
pemilihan media dan pemilihan jam tayang. Jarang sekali masyarakat melihat
iklan sosialisasi Pemilu 2014 di media/channel yang menjadi leader atau memiliki
penonton dalam jumlah besar seperti RCTI, SCTV, dan Trans TV. KPU lebih
memilih memanfaatkan jasa channel lain dengan jumlah penonton yang relatif
lebih sedikit jika dibandingkan dengan channel yang menjadi market leader
dalam industri seperti TVRI, dan NET. Selain itu, jam penayangan iklan yang
dipilih juga masih dirasa kurang efektif. Banyak iklan yang ditayangkan terlalu
pagi (sekitar pukul 05.00) dan banyak pula yang ditayangkan terlalu malam
(diatas jam 22.00). Iklan sosialisasi Pemilu ini juga sangat jarang ditayangkan
pada waktu prime time yang merupakan waktu dengan jumlah penonton paling
banyak (dalam 1 hari).
Kelemahan-kelemahan yang telah disebutkan di atas salah satunya disebabkan
oleh dana sosialisasi pemilu yang terbatas serta semakin tingginya harga spot
iklan di televisi. Hal ini kemudian juga disebabkan oleh banyaknya stasiun televisi
yang kurang kooperatif dengan KPU dan pemerintah secara umum. Misalnya saja,
masih banyak stasiun televisi yang belum melaksanakan PP No. 11. Th. 2005
pasal 25 yang menyebutkan bahwa RRI, TVRI, dan Lembaga Penyiaran Publik
Lokal wajib menyediakan waktu untuk siaran iklan layanan masyarakat yang
dilakukan dalam waktu yang tersebar mulai dari pukul 05.00 sampai dengan pukul
22.00 waktu setempat dengan harga khusus, atau jika dalam keadaan darurat
ditetapkan oleh Pemerintah sesuai dengan keperluan. Kemudian disebutkan juga
di pasal 25 ayat 6 bahwa waktu siaran iklan layanan masyarakat paling sedikit
30% (tiga puluh perseratus) dari siaran iklannya setiap hari. Jika seluruh stasiun
televisi dapat melaksanakan aturan ini, tentunya iklan sosialisasi Pemilu 2014 dari
KPU yang tergolong ke dalam iklan layanan masyarakat dapat ditayangkan secara
lebih efektif dan efisien.
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
7
Universitas Indonesia
1.2. Pernyataan Masalah
Telah dipaparkan sebelumnya bahwa dalam Pemilu 2014, diprediksikan akan
terjadi tingkat penurunan partisipasi masyarakat/calon pemilih. Di sisi lain,
berdasarkan pengamatan yang dilakukan hingga bulan Maret 2014 (satu bulan
sebelum pelaksanaan pemilu legislatif) pelaksanaan sosialisasi pemilu oleh KPU
RI masih dirasa kurang. Hal ini kemudian terbukti dari beberapa pemberitaan
media massa yang juga melihat pelaksanaan program sosialisasi KPU yang
kurang efektif. Beberapa di antaranya adalah pemberitaan oleh Kompas.com yang
mengutip pendapat praktisi iklan Butet Kertarajasa mengenai pelaksanaan
sosialisasi pemilu. Dalam pemberitaan tersebut, Butet mencermati jam tayang
iklan sosialisasi pemilu yang kebanyakan dirasa belum sesuai (Aritonang, 2011).
selain itu, situs berita Tempo.co juga memberitakan pendapat pengamat politik
yang memprediksikan angka partisipasi pemilih pada Pemilu 2014 kemungkinan
turun di angka 60% (Fikri, 2014). Padahal di satu sisi, salah satu target program
sosialisasi pemilu 2014 oleh KPU RI adalah tercapainya angka partisipasi pemilih
hingga 75%.
Selain itu berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada bulan Maret 2014,
konten dari modul sosialisasi yang digunakan oleh KPU RI masih sama persis
dengan konten modul sosialisasi Pemilu 2009. Modul-modul yang dimaksud
terdiri dari 3 seri dengan judul “Pemilu untuk Pemula”, “Siap Menjadi Pemilih”
dan “Memilih dengan Cerdas & Cermat”. Modul inilah yang digunakan oleh agen
pemilu pada program sosialisasi yang bersifat langsung kepada masyarakat
melalui KPU Daerah. Pada intinya, modul ini merupakan bahan pendidikan
pemilu bagi masyarakat. Konten dari modul ini semisal adalah sistem pemilu di
Indonesia, bagaimana cara menjadi pemilih yang sah, pemilih yang memberikan
suara di TPS lain, serta anjuran agar memilih calon legislatif/presiden yang
memiliki rekam jejak yang baik.
Sayangnya, dalam modul tersebut juga masih ditemukan beberapa informasi yang
masih mengacu pada Pemilu 2009 salah satunya seperti terlihat pada modul
dengan judul “Memilih dengan Cerdas & Cermat” dimana terdapat informasi
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
8
Universitas Indonesia
bahwa pemilu Presiden putaran II akan dilaksanakan pada 8 September 2009
(Biro Teknis dan Hupmas KPU, 2010). Hal ini menunjukkan belum adanya
keseriusan dari pihak KPU sendiri untuk berbenah dan melaksanakan program
sosialisasi yang lebih baik untuk mencapai target yang telah direncanakan.
Beberapa kegiatan yang termasuk ke dalam rangkaian program sosialisasi Pemilu
2014 seperti lomba jingle Pemilu, lomba maskot Pemilu, dan lomba film pendek
KPU juga tidak ditunjang oleh publikasi yang baik sehingga partisipasi masyarkat
hanya terbatas pada lingkup pulau Jawa yang juga didominasi oleh warga Jakarta.
Fakta bahwa program sosialisasi pemilu 2014 oleh KPU belum maksimal
kemudian juga diperkuat oleh hasil survey dari Youth Studies Centre (YouSure)
Fisipol UGM yang menunjukkan bahwa sumber informasi pemilih pemula di
Provinsi Yogyakarta mengenai pemilu masih didominasi oleh media massa yaitu
sebesar 37%, kemudian diikuti oleh sekolah sebesar 12%, berbeda dengan KPU
serta aparat desa yang hanya sebesar 9%. Informasi dari KPU dan aparat desa
yang dimaksud merupakan program sosialisasi langsung melalui tatap muka yang
dilakukan oleh agen pemilu/penggerak pemilu dengan memanfaatkan modul
pemilu yang telah dibuat KPU. Program sosialisasi secara langsung ini cukup
penting mengingat banyaknya masyarakat di daerah yang belum banyak terpapar
oleh media massa dan belum mengenyam pendidikan secara layak.
Masyarakat yang mayoritas mendapatkan informasi terkait pemilu melalui media
massa kemudian juga menimbulkan masalah lain yang timbul akibat banyaknya
politisi yang sekaligus menjabat sebagai pemilik media sehingga pemberitaan
serta informasi mengenai pemilu memiliki kecenderungan untuk memihak
kelompok/partai tertentu.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, pelaksanaan program sosialisasi
Pemilu 2014 masih belum maksimal dan oleh karenanya dirasa belum
memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai penyelenggaraan Pemilu
2014 dan belum mampu meningkatkan partisipasi masyarakat untuk
menggunakan hak suaranya dalam Pemilu 2014. Di sisi lain, KPU juga mendapat
hambatan eksternal yang meningkatkan apatisme masyarakat terhadap politik dan
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
9
Universitas Indonesia
pemerintahan sehingga meningkatkan kemungkinan masyarakat untuk golput atau
tidak berpartisipasi dalam Pemilu 2014.
Sejauh ini, program evaluasi yang dilaksanakan KPU masih mencakup
pengukuran persepsi masyarakat terhadap program dan kinerja kehumasan dan
KPU secara berkala dan belum terfokus pada evaluasi terhadap program
sosialisasi Pemilu secara khusus. KPU juga belum merencanakan pengevaluasian
oleh evaluator eksternal, padahal di satu sisi hasil evaluasi dari evaluator eksternal
dapat memperkaya dan melengkapi hasil evaluasi internal mereka.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini kemudian berusaha mengetahui
efektivitas pesan dan penggunaan media selama pelaksanaan program sosialisasi
Pemilu 2014. Penelitian ini kemudian difokuskan pada efektifitas pemilihan
media yang digunakan dalam program sosialisasi KPU serta kesesuaian pesan
yang dibuat dengan karakteristik media yang digunakan.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran menyeluruh
terkait pelaksanaan program sosialisasi Pemilu 2014 Komisi Pemilihan Umum
(KPU) RI. Selain itu, penelitian ini juga memiliki beberapa tujuan khusus yang
dipaparkan dalam beberapa poin berikut:
1. Memberikan evaluasi terhadap iklan televisi program sosialisasi Pemilu
2014 dari KPU RI.
2. Memberikan rekomendasi terhadap program sosialisasi Pemilu 2014
khususnya yang terkait dengan iklan televisi, sebagai upaya untuk
memaksimalkan tujuan pelaksanaan program tersebut.
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
10
BAB 2
KERANGKA EVALUASI
2.1. Model Evaluasi Program
Francis G. Caro (1971) dalam bukunya mengemukakan bahwa terdapat dua
macam model penelitian dalam penelitian evaluasi yaitu model pencapaian tujuan
(goal-attainment model) dan model sistem (the system model). Model penelitian
yang digunakan dalam penelitian evaluasi ini adalah model pencapaian tujuan
(goal-attainment model). Dalam model ini, evaluasi program dilihat sebagai suatu
proses pengukuran tingkat kesuksesan atau kegagalan dalam mencapai objektif
dari program. Jenis evaluasi dalam penelitian ini adalah evaluasi formatif yang
berarti bahwa penelitian ini dilakukan di tengah pelaksanaan program. Pemilihan
jenis evaluasi ini kemudian juga memperngaruhi model penelitian. Berikut
merupakan grafik yang menjelaskan model penelitian evaluasi program yang
digunakan.
Gambar 2.1. Model Evaluasi Program Formatif
Dari Gambar di atas, dapat dilihat bahwa model pencapaian tujuan merupakan
model evaluasi yang mendasarkan diri pada objektif dari suatu program. Pada
proses evaluasi ini, keefektifan suatu program diukur dari sukses/tidaknya
program tersebut meraih objektifnya. Model ini berasumsi bahwa jika objektif
dari suatu program dapat didefinisikan, maka pelaksana program dapat memilih
10
Universitas Indonesia
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
11
metode dan kriteria yang paling tepat untuk mencapai objektif tersebut (Caro,
1971 p. 74).
2.2. Evaluasi Program
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian evaluasi. Terminologi ‘evaluasi’
sendiri oleh Alkin (1973) didefinisikan sebagai suatu proses untuk memastikan
area perhatian, memilih informasi yang tepat, serta mengumpulkan dan
menganalisis informasi dalam rangka menghasilkan data yang berguna bagi
pembuat keputusan untuk menentukan pilihan diantara alternatif yang ada.
Penelitian evaluasi adalah penelitian penerapan yang mencoba menentukan
seberapa baiknya program mencapai tujuannya (Neuman, 2003). Penelitian
evaluasi bertujuan untuk memilih, memperbaiki, dan memantapkan program yang
telah atau sedang dijalankan.
Sriboonruang dalam Sanong (2002) mendefinisikan evaluasi sebagai suatu bidang
dalam ilmu terapan yang bertujuan untuk memahami tingkat kesuksesan suatu
projek dan sejauh mana objektif yang yang dipenuhi oleh objek tersebut.
Informasi yang diperoleh dari evaluasi pada pertengahan pelaksanaan projek akan
memungkinkan pihak terkait untuk menghasilkan keputusan yang mampu
menguatkan kelebihan dan meningkatkan efektifitas projek tersebut.
Dalam penelitian ini, telah disebutkan secara spesifik bahwa evaluasi yang
dilakukan adalah evaluasi program. Wholey, et.al (2010) kemudian menjelaskan
bahwa yang dimaksud dengan evaluasi program merupakan suatu penerapan
metode yang berusaha mencari tahu mengenai pelaksanaan dan hasil program.
Evaluasi program dapat berupa pemantauan (monitoring) berkala dan dapat pula
berupa studi tunggal yang melihat proses ataupun hasil dari program.
Pada penelitian ini, evaluasi program yang dimaksud adalah evaluasi terhadap
program sosialisasi Pemilu 2014 oleh KPU RI. Sosialisasi sendiri didefinisikan
sebagai proses dimana seseorang mempelajari dan menerima secara utuh suatu
tindakan yang terbentuk dalam masyarakat atau kelompok sosial tertentu
Universitas Indonesia
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
12
Universitas Indonesia
(Kammeyer, Ritzer, dan Yetman, 1990). Program sosialisasi Pemilu 2014
merupakan program skala nasional yang ditujukan untuk memberikan informasi
dan pemahaman, serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam Pemilu 2014.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, penelitian evaluasi ini terfokus pada iklan
televisi yang merupakan bagian dari program sosialisasi Pemilu 2014.
Penggunaan iklan sebagai sarana sosialisasi ini sejalan dengan apa yang
dikemukakan oleh Kotler, dkk, (2002) bahwa terdapat 7 tipe media utama yang
digunakan dalam suatu program sosialisasi/kampanye sosial. Tujuh tipe media
utama tersebut adalah iklan, hubungan masyarakat, material cetak, item promosi
spesial, penjualan secara personal, media populer.
Iklan televisi sosialisasi Pemilu 2014 ini berdasarkan jenisnya tergolong ke dalam
iklan layanan masyarakat yang didefinisikan oleh Crompton dan Lamb (1986)
sebagai suatu pengumuman atau pemberitahuan yang bersifat non komersial yang
mempromosikan program-program kegiatan, layanan pemerintah, layanan
organisasi non-bisnis dan pemberitahuan-pemberitahuan lainnya tentang layanan
kebutuhan masyarakat di luar ramalan cuaca dan pemberitahuan yang bersifat
komersial (Kasali, 1993).
Lebih jelas lagi, penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian evaluasi pesan
dalam iklan dan program sosialisasi Pemilu 2014 secara keseluruhan. Dengan kata
lain, penelitian ini lebih memfokuskan pada pesan yang disampaikan dalam
program serta pemilihan media yang dilakukan KPU RI.
2.3. Tujuan Evaluasi
Dari pemaparan di atas, kemudian ditarik kesimpulan bahwa evaluasi ini
merupakan evaluasi program formatif yang dilakukan di tengah pelaksanaan
program sosialisasi Pemilu 2014 dengan tujuan mengkaji kemungkinan terpenuhi
atau tidaknya target pencapaian hasil program berdasarkan hasil sementara, untuk
menentukan langkah-langkah korektif yang dimungkinkan agar target pencapaian
hasil program dapat dipenuhi sesuai dengan rencana semula.
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
13
BAB 3
GAMBARAN PROGRAM
3.1. Tujuan Program
Berdasarkan Peraturan KPU no. 23, program sosialisasi pemilu ini memiliki 3
tujuan yaitu (1) Penyebarluasan informasi, tahapan, jadwal dan program pemilu,
(2) Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan masyarakat tentang
kepemiluan, (3) Mendorong peningkatan partisipasi pemilih.
3.1.1. Jenis, Ruang Lingkup, dan Tujuan Evaluasi
Kegiatan evaluasi tidak pernah terlepas dari suatu tujuan tertentu. Wholey (1978)
menjelaskan bahwa penentuan tujuan evaluasi merupakan bagian dari proses
evaluasi yang kemudian menjadi dasar perencanaan evaluasi itu sendiri. Patton
(1997) mengemukakan tiga kegunaan dari temuan evaluasi yaitu: memberikan
penilaian menyeluruh, mengembangkan program, dan memberikan pemahaman
mengenai pola tertentu yang mengarahkan pada keefektifan program.
Mark, Henry, dan Julnes (2001) kemudian juga menjelaskan bahwa tujuan utama
dari suatu evaluasi adalah perbaikan sosial, dimana evaluasi dapat berkontribusi
pada institusi demokratis untuk memilih, mengawasi, meningkatkan, dan
merasionalisasi kebijakan dan program sosial. Variabel utama yang perlu dinilai
dalam evaluasi mengau kepada variabel tujuan program dan kemudian melakukan
perbandingan seberapa jauh capaian program menurut indikator tujuan yang
dimaksud.
Penelitian ini berusaha mengevaluasi iklan televisi sosialisasi Pemilu 2014 oleh
KPU RI. Penelitian evaluasi ini bersifat formatif yang berarti evaluasi ini
dilakukan saat program berlangsung (Scriven, 1991). Evaluasi formatif ini dipilih
karena berdasarkan pengamatan, hingga bulan Maret 2014 (satu bulan sebelum
pelaksanaan pemilu legislatif) pelaksanaan sosialisasi pemilu oleh KPU RI masih
dirasa kurang.
13
Universitas Indonesia
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
14
Unit analisis yang dipilih dalam penelitian ini adalah pemilih pemula. Pemilih
pemula dipilih karena jumlahnya yang cukup signifikan dalam Pemilu 2014.
Selain itu, pemilih pemula juga dianggap sebagai pihak yang paling
membutuhkan sosialisasi pemilu dari KPU karena minimnya pengetahuan pemilih
pemula terkait pemilu dimana mereka baru pertama kali berpartisipasi.
3.1.2. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini berusaha mengevaluasi iklan sosialisasi Pemilu 2014 terhadap
pemilih pemula. Oleh karena itu, teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
disesuaikan dengan jenis data yang ingin diperoleh, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kejelasan pesan dan ketepatan media penyampai pesan
yang digunakan metode survey melalui kuisioner. Responden dari
kuisioner ini adalah pemilih pemula yang dalam penelitian ini adalah
mahasiswa/mahasiswi aktif Universitas Indonesia. Kuisioner ini terdiri
dari pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka berupa pertanyaan secara
langsung kepada responden sehubungan dengan jawaban yang diberikan
pada lembar kuisioner.
Teknik penarikan sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah non-
probabilita, yaitu accidental sampling dimana sampel dipilih berdasarkan
kebetulan atau siapa saja yang ditemui secara insidental dan memenuhi
kriteria responden.
2. Sedangkan untuk pemilihan media, dalam penelitian ini dilakukan
wawancara mendalam kepada pihak KPU. Pihak KPU yang dimaksud
adalah perwakilan dari Biro Teknis dan Hubungan Partisipasi Masyarakat
yang merupakan biro pelaksana program sosialisasi Pemilu 2014.
3.2. Gambaran Umum Program
Dalam Pasal 10 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum
dan Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1999 tentang Pembentukan
Komisi Pemilihan Umum dan Penetapan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat
Universitas Indonesia
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
15
Universitas Indonesia
Umum Komisi Pemilihan Umum, dijelaskan bahwa untuk melaksanakan
Pemilihan Umum, KPU mempunyai tugas kewenangan sebagai berikut (DPR,
1999) :
1. merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan Pemilihan Umum;
2. menerima, meneliti dan menetapkan Partai-partai Politik yang berhak
sebagai peserta Pemilihan Umum;
3. membentuk Panitia Pemilihan Indonesia yang selanjutnya disebut PPI dan
mengkoordinasikan kegiatan Pemilihan Umum mulai dari tingkat pusat
sampai di Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya disebut TPS;
4. menetapkan jumlah kursi anggota DPR, DPRD I dan DPRD II untuk
setiap daerah pemilihan;
5. menetapkan keseluruhan hasil Pemilihan Umum di semua daerah
pemilihan untuk DPR, DPRD I dan DPRD II;
6. mengumpulkan dan mensistemasikan bahan-bahan serta data hasil
Pemilihan Umum;
7. memimpin tahapan kegiatan Pemilihan Umum.
Sebagai suatu komisi pemerintahan yang profesional, KPU juga memiliki visi
yang menjadi acuan kerja organisasi. Visi dari KPU sendiri adalah terwujudnya
Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara Pemilihan Umum yang memiliki
integritas, profesional, mandiri, transparan dan akuntabel, demi terciptanya
demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Untuk mencapai visi tersebut, KPU kemudian juga merumuskan misi organisasi
yang terangkum dalam beberapa poin. Salah satu misi organisasi/tujuan dari KPU
adalah untuk meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi aktif
dalam Pemilihan Umum demi terwujudnya cita-cita masyarakat Indonesia yang
demokratis. Dalam rangka mencapai misi tersebut, KPU RI memiliki beberapa
program terkait dimana salah satunya adalah program sosialisasi pemilu.
Program sosialisasi yang dilakukan oleh KPU RI sendiri dibagi menjadi 2, yaitu
yang dilakukan oleh KPU dan yang dilakukan oleh LSM dengan kerjasama
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
16
Universitas Indonesia
dengan lembaga donor (yang panduannya harus sesuai dengan KPU). Selain itu,
KPU Daerah (KPUD) juga memeliki wewenang tersendiri untuk merancang
program sosialisasi pemilu di masing-masing daerah. Untuk menghadapi Pemilu
2014, Biro Teknis dan Hubungan Partisipasi Masyarakat KPU RI telah merancang
program sosialisasi pemilu yang terdiri dari beberapa kegiatan dimana salah
satunya adalah mencanangkan iklan televisi sosialisasi Pemilu 2014. Iklan televisi
inilah yang kemudian akan dianalisa efektifitasnya pada penelitian ini.
Iklan pemilu merupakan suatu kegiatan sosialisasi berupa video pendek tematik
berisi informasi terkait Pemilu 2014 dan ajakan untuk berpartisipasi dalam Pemilu
2014 yang menyasar khalayak dalam jumlah besar dengan menggunakan media
televisi.
Dalam penelitian ini, iklan sosialisasi pemilu yang akan dikaji adalah iklan yang
ditayangkan sepanjang bulan Maret 2014. Dari sini kemudian didapatkan 5 iklan
televisi sosialisasi Pemilu 2014 yaitu iklan KPU versi “Jingle Pemilu Judika”,
iklan KPU versi “DPK”, iklan KPU versi “DPD”, iklan KPU versi “DCT”, dan
iklan KPU versi “Hari Pencoblosan”.
Seperti telah dipaparkan sebelumnya, penelitian ini mefokuskan pada iklan
televisi karena iklan merupakan kegiatan dalam program sosialisasi Pemilu 2014
yang paling banyak menjangkau masyarakat. Selain itu, iklan yang diambil adalah
iklan yang ditayangkan pada bulan Maret 2014 karena rentang waktu ini sudah
mendekati waktu pelaksanaan pemilu legislatif (9 April 2014) sehingga
diasumsikan rentang waktu tersebut adalah waktu dimana penayangan iklan
sosialisasi Pemilu 2014 memiliki intensitas yang tinggi.
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
17
BAB 4
ANALISIS DATA
4.1. Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Instrumen
Pre-test dalam penelitian ini dilakukan untuk mengukur reliabilitas dan validitas
penelitian. Uji reliabilitas dalam penelitian diukur secara keseluruhan atau semua
indikator yang dicantumkan dalam kuisioner diukur bersamaan. Secara
keseluruhan, penelitian ini tergolong reliabel karena memiliki nilai alpha
cronbach di atas 0,50 atau lebih tepatnya adalah 0,562 (terlampir). Selain itu, uji
reliabilitas masing-masing indikator juga menunjukkan bahwa seluruh indikator
yang digunakan sudah reliabel.
Sedangkan untuk uji validitas, penelitian ini menggunakan indikator nilai Kaiser
Mayer Olkin untuk mengetahui valid/tidaknya indikator dalam penelitian.
Berdasarkan hasil pre-test yang dilakukan, penelitian ini tergolong valid karena
menunjukkan nilai KMO di atas 0,50 atau 0,576 (terlampir).
4.2. Data Demografis Responden
Pada bagian ini dijelaskan data-data demografis responden berdasarkan usia dan
jenis kelamin. Data terkait umur dan jenis kelamin responden dimaksudkan untuk
menunjukkan keragaman responden serta persebaran dari tiap-tiap karakteristik
responden.
4.2.1. Usia
Berdasarkan usia, mayoritas usia dari responden yang tergolong pemilih pemula
adalah 20 tahun (60%). Responden dengan usia 19 tahun menempati proporsi
kedua terbanyak dengan jumlah 6 orang atau 20% dari total responden.
Persebaran usia responden secara detil dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Universitas Indonesia
17
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
18
Tabel 4.1. Persebaran Usia Responden
Usia Frekuensi Presentase 18-19 tahun 9 30%
20-21 tahun 21 66,7%
22 tahun 1 3.3%
Total 30 100%
4.2.2. Jenis Kelamin
Gambar 4.1. Jenis Kelamin Responden
Jika dilihat dari segi usia, jumlah responden laki-laki dan perempuan dapat
dikatakan hampir sama. Responden laki-laki menjadi mayoritas dengan presentase
sebesar 53,3% sedangkan responden perempuan memiliki presentase sebesar
46,7%.
4.3. Konsumsi Iklan Televisi Sosialisasi Pemilu 2014 oleh Responden
Sebelum melihat efektifitas program sosialisasi Pemilu 2014, dalam penelitian ini
sebelumnya juga dipaparkan beberapa data mengenai konsumsi dan penerimaan
pesan responden terkait iklan televisi dari KPU. Data ini mencakup intensitas
konsumsi iklan televisi dari KPU, pesan yang diingat dari iklan KPU, serta opini
masyarakat terhadap iklan televisi KPU.
Universitas Indonesia
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
19
4.3.1. Intensitas Responden dalam Menonton Iklan Televisi (TVC)
Sosialisasi Pemilu 2014
Sebelum melakukan analisa terhadap intensitas responden dalam menonton iklan
televisi sosialisasi Pemilu 2014, terlebih dahulu dilakukan pengklasifikasian dari
variabel tersebut. Dalam membuat klasifikasi ini, digunakan rumus (n-1)/n
dimana koefisien n adalah jumlah pilihan dalam skala likert yang digunakan
(dalam penelitian ini jumlah pilihan yang digunakan adalah 4 pilihan). Klasifikasi
intensitas menonton iklan televisi (TVC) sosialisasi Pemilu 2014 dari KPU adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.2. Klasifikasi Intensitas Menonton Iklan Televisi Sosialisasi Pemilu 2014
1,00 – 1,74 Sangat tinggi
1,75 – 2,49 Tinggi
2,50 – 3,24 Rendah
3,25 – 4,00 Sangat rendah
Dari sini kemudian dilakukan analisis deskriptif dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.3. Analisis Deskriptif Intensitas Menonton Iklan Televisi (TVC)
Sosialisasi Pemilu 2014
N Valid 30Missing 0
Mean 2.7667Median 3.0000Std. Deviation .81720
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata intensitas responden dalam
menonton iklan televisi sosialisasi Pemilu 2014 adalah 2,7667 yang berarti bahwa
intensitas responden dalam menonton iklan televisi sosialisasi Pemilu 2014
tergolong rendah.
Universitas Indonesia
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
20
4.3.2. Pesan yang Diingat Responden dari Iklan Sosialisasi Pemilu 2014
Gambar 4.2. Pesan Iklan Televisi KPU yang Paling Diingat Responden
Pada Gambar di atas dapat dilihat bahwa pesan pada iklan televisi dari KPU yang
paling diingat responden adalah pesan terkait waktu pelaksanaan Pemilu legislatif
2014. Pesan ini menjadi pesan yang paling diingat dengan presentase yang cukup
tinggi yaitu sebesar 66,6%. Dari sini dapat dilihat bahwa pesan yang diingat
responden masih mencakup informasi mengenai tahapan serta jadwal Pemilu
legislatif 2014. Informasi ini tentunya juga dapat meningkatkan partisipasi
pemilih pemula dalam Pemilu 2014 karena mereka menjadi tahu kapan mereka
harus meluangkan waktunya untuk memberikan hak suara. Namun di sisi lain,
iklan televisi KPU belum mampu menyampaikan pesan yang meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman masyarakat terkait kepemiluan. Hal ini terlihat dari
rendahnya tingkat penerimaan pesan yang terkait pengetahuan kepemiluan oleh
responden seperti informasi mengenai mekanisme menjadi pemilih khusus yang
hanya diingat oleh 16,67% responden serta informasi mengenai daftar lembaga
yang akan dipilih dalam Pemilu 2014 dan informasi mengenai partai-partai
peserta Pemilu 2014 yang hanya diingat oleh 3,3% responden.
Universitas Indonesia
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
21
4.4. Preferensi Media dan Sumber Informasi Responden
Sebagai bagian dari upaya untuk memberikan rekomendasi yang tepat guna bagi
program, responden juga diberikan pertanyaan mengenai preferensi media dan
sumber informasi mereka terkait Pemilu 2014. Hasil dari pertanyaan tersebut
dijabarkan dalam Gambar di bawah ini.
Gambar 4.3. Media yang Menjadi Sumber Informasi Pemilu 2014 Responden
Dari Gambar di atas dapat dilihat bahwa media yang menjadi sumber informasi
utama terkait Pemilu 2014 bagi responden adalah internet dengan presentase
mencapai 57,9%. Responden kemudian juga diberikan pertanyaan terbuka untuk
melihat alasan mereka memilih media tersebut, dan dari pertanyaan tersebut
ditemukan bahwa mayoritas responden memilih internet sebagai media yang
menjadi sumber informasi utama terkait Pemilu 2014 karena internet merupakan
media yang mudah diakses. Sedangkan untuk sumber informasi utama responden
terkait Pemilu 2014 dijelaskan melalui Gambar berikut:
Gambar 4.12. Pihak yang Menjadi Sumber Informasi Pemilu 2014 Responden
Universitas Indonesia
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
22
Dari Gambar di atas, terlihat bahwa media massa menjadi sumber informasi
utama responden terkait Pemilu 2014 dengan presentase sebesar 54,5%.
Mayoritas responden yang memilih media massa sebagai sumber informasi utama
Pemilu 2014 memilih media massa karena merasa media massa dapat dipercaya
dan tidak berpihak.
4.5. Opini Responden Terkait Iklan Sosialisasi Pemilu 2014
Opini/pendapat responden terkait iklan sosialisasi Pemilu 2014 dari KPU dilihat
melalui 3 indikator yaitu kejelasan pesan yang disampaikan dalam iklan,
pemilihan talent, serta kesesuaian iklan dengan situasi nyata Pemilu 2014. Hasil
analisa dari 3 indikator yang telah disebutkan di atas ditunjukkan pada tabel di
bawah ini:
Tabel 4.4. Nilai Rata-Rata Tiap Indikator dari Opini Terkait Iklan Sosialisasi
Pemilu 2014
Indikator Mean
Kejelasan penyampaian pesan oleh talent
dalam iklan. 2.0400
Ketepatan pemilihan talent dalam iklan. 2.6800
Kesesuaian penggambaran situasi pada iklan
dengan situasi nyata Pemilu 2014 2.7600
Dari sini dapat dilihat bahwa rata-rata responden tidak setuju dengan pemilihan
talent dalam iklan serta penggambaran situasi pada iklan dalam kaitannya dengan
situasi nyata Pemilu 2014. Namun, rata-rata responden setuju bahwa pesan dalam
iklan televisi sosialisasi Pemilu 2014 sudah disampaikan dengan jelas. Dari sini,
ketiga indikator tersebut kemudian digabungkan untuk melihat bagaimana opini
responden terkait iklan sosialisasi Pemilu 2014. Data yang dimaksud disajikan
pada tabel di bawah ini:
Universitas Indonesia
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
23
Tabel 4.5. Analisis Deskriptif Opini Responden Terkait Iklan Sosialisasi Pemilu
2014
N Valid 25Missing 5
Mean 2.4933Median 2.3333Std. Deviation .29059
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa opini responden terkait iklan sosialisasi
Pemilu 2014 cenderung kurang baik. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata yang
menunjukkan angka 2,493. Hal ini berarti rata-rata responden berpendapat bahwa
iklan televisi dari KPU belum mampu menyampaikan pesan sosialisasi Pemilu
2014 dengan baik.
4.6. Efektifitas Program Sosialisasi Pemilu 2014
Penelitian ini berusaha melakukan evaluasi terhadap program sosialisasi Pemilu
2014 dengan cara mengukur efektifitas pelaksanaan program. Efektifitas program
sosialisasi Pemilu 2014 ini dapat dilihat dari seberapa jauh pencapaian objektif
dari program itu sendiri. Oleh karena itu, analisa dalam penelitian ini dibagi sesuai
dengan tujuan pelaksanaan program sosialisasi Pemilu 2014. Tujuan tersebut
mencakup (1) Penyebarluasan informasi, tahapan, jadwal dan program pemilu, (2)
Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan masyarakat tentang
kepemiluan, (3) Mendorong peningkatan partisipasi pemilih. Tingkat capaian dari
masing-masing tujuan ini dilihat dari jumlah presentase responden yang sudah
memiliki kemampuan kognitif terkait tiap-tiap tujuan yang telah disebutkan
sebelumnya. Misalnya, seorang responden akan dikategorikan memiliki
kemampuan kognitif terkait tujuan pertama jika responden tersebut mengetahui
informasi, tahapan, jadwal dan program pemilu.
Analisis data ini kemudian diawali dengan klasifikasi tingkat keefektifan program
berdasarkan pencapaian tujuan. Klasifikasi ini didasarkan pada persentase jumlah
Universitas Indonesia
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
24
responden yang sudah memiliki kemampuan kognitif terkait tiap-tiap tujuan pada
program Sosialisasi Pemilu 2014. Klasifikasi ini dipaparkan pada tabel berikut:
Tabel 4.6. Klasifikasi Tingkat Capaian Tujuan Program Sosialisasi Pemilu 2014
Klasifikasi Capaian Program Tingkat Efektifitas
0%-25% Sangat tidak efektif
26%-50% Tidak efektif
51%-75% Efektif
75%-100% Sangat efektif
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa suatu capaian dikategorikan sangat tidak
efektif jika responden yang memiliki kemampuan kognitif terkait tujuan program
hanya mencapai 25% atau kurang. Begitu pula seterusnya.
4.6.1. Informasi, Tahapan, Jadwal, dan Program Pemilu
Gambar 4.5. Pengetahuan Responden Terkait Informasi, Tahapan, Jadwal, dan
Program Pemilu
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa presentase responden yang mengetahui
informasi, tahapan, jadwal, dan program pemilu mencapai 60,66% sedangkan
responden yang tidak mengetahui informasi, tahapan, jadwal, dan program pemilu
mencapai angka 39,34%. Dalam penelitian ini, sumber pengetahuan responden
terkait informasi, tahapan, jadwal, dan program pemilu juga dianalisa dengan
hasil yang dijabarkan pada Gambar di bawah ini:
Universitas Indonesia
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
25
Gambar 4.6. Sumber Pengetahuan Responden Terkait Informasi, Tahapan,
Jadwal, dan Program Pemilu
Dari Gambar di atas, dapat dilihat bahwa KPU dan partai politik bukan
merupakan sumber informasi utama responden untuk mengetahui informasi,
tahapan, jadwal, dan program pemilu. Hanya 20% responden yang mendapatkan
pengetahuan terkait informasi, tahapan, jadwal, dan program pemilu dari publikasi
KPU dan hanya 13,3% responden yang mendapatkannya dari program kampanye
partai politik. Sumber informasi yang menjadi pilihan mayoritas responden adalah
media massa dengan presentase sebesar 60%.
20% responden yang mendapatkan pengetahuan terkait informasi, tahapan,
jadwal, dan program pemilu dari publikasi KPU juga menjabarkan secara spesifik
informasi yang mereka terima seperti ditunjukkan dalam grafik di bawah ini:
Gambar 4.7. Informasi yang Didapatkan Responden dari Publikasi KPU
Universitas Indonesia
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
26
Dari Gambar di atas dapat dilihat bahwa informasi dari publikasi KPU yang
didapatkan oleh mayoritas responden adalah informasi mengenai jadwal
pelaksanaan pemilu legislatif (6 orang). Sedangkan informasi mengenai daftar
partai politik peserta Pemilu 2014 menempati peringkat kedua atau sebesar 4
orang.
Sedangkan penjabaran spesifik mengenai informasi apa saja yang diterima oleh
13,3% responden yang mendapatkan pengetahuan terkait informasi, tahapan,
jadwal, dan program pemilu dari program kampanye partai politik ditunjukkan
pada Gambar di bawah ini:
Gambar 4.8. Informasi yang Didapatkan Responden dari Program Kampanye
Partai Politik
Dapat dilihat pada Gambar di atas bahwa informasi yang paling banyak didapat
responden dari program kampanye partai politik adalah informasi mengenai daftar
partai politik peserta Pemilu 2014. Maksudnya, saat suatu partai politik
melaksanakan program kampanye-nya maka secara tidak langsung masyarakat
akan mengetahui bahwa partai tersebut merupakan partai peserta Pemilu 2014.
Kemudian dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa program kampanye partai
politik yang paling banyak dijadikan sumber informasi responden adalah
publikasi cetak partai (baliho, spanduk, dll) kemudian diikuti oleh iklan televisi
partai.
Universitas Indonesia
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
27
4.6.2. Pengetahuan Masyarakat Tentang Kepemiluan
Gambar 4.9. Pengetahuan Masyarakat Tentang Kepemiluan
Dari Gambar di atas, dapat dilihat bahwa sebanyak 55,93% responden telah
memiliki pengetahuan terkait kepemiluan. Responden yang tidak memiliki
pengetahuan terkait kepemiluan menunjukkan presentase yang tidak jauh berbeda
yaitu sebesar 48,9%.
Dalam rangka mengetahui pengetahuan terkait kepemiluan pemilih pemula,
responden juga diberikan pertanyaan terbuka sebagai upaya cross-check agar
dapat diketahui bahwa responden benar-benar memiliki pengetahuan,
pemahaman, dan kemampuan terkait kepemiluan. Data dari keseluruhan
pertanyaan terbuka tersebut akan dijabarkan dalam poin-poin di bawah ini:
• Syarat menjadi pemilih tetap dalam Pemilu 2014
Dari 46,7% (14 orang) responden yang merasa mengetahui syarat menjadi pemilih
tetap dalam Pemilu 2014, 14,3% (2 orang) menuliskan informasi yang salah.
Mayoritas responden (50%) mendapatkan informasi mengenai syarat menjadi
pemilih tetap dalam Pemilu 2014 dari media massa.
• Mekanisme warga negara yang belum terdaftar dalam DPT untuk
mengikuti Pemilu 2014
Dari 33,3% (10 orang) responden yang merasa mengetahui syarat menjadi pemilih
tetap dalam Pemilu 2014, 50% (5 orang) menuliskan informasi yang salah.
• Mekanisme partisipasi pemilih yang sedang tidak berada di wilayah TPS
tempat ia terdaftar
Dari 36,7% (11 orang) responden yang merasa mengetahui syarat menjadi pemilih
tetap dalam Pemilu 2014, 63,6% (7 orang) menuliskan informasi yang salah.
Universitas Indonesia
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
28
• Cara memilih calon legislatif yang sah sesuai aturan KPU
Dari 80% (24 orang) responden yang merasa mengetahui syarat menjadi pemilih
tetap dalam Pemilu 2014, 12,5% (3 orang) menuliskan informasi yang salah.
• Perbedaan antara pencoblosan pada nama calon legislatif dan pencoblosan
pada lambang partai
Dari 46,7% (14 orang) responden yang merasa mengetahui syarat menjadi pemilih
tetap dalam Pemilu 2014, 57,1% (8 orang) menuliskan informasi yang salah.
4.6.3. Pemahaman Masyarakat Tentang Kepemiluan
Sedangkan dari segi Pemahaman, analisis yang dilakukan menunjukkan hasil
sebagai berikut:
Gambar 4.10. Pemahaman Masyarakat Tentang Kepemiluan
Dari segi pemahaman, hasil analisis menunjukkan bahwa hanya terdapat 36,67%
responden yang memiliki pemahaman tentang kepemiluan. Sedangkan, 63,33%
responden belum memiliki pemahaman tentang kepemiluan.
Selain itu berdasarkan hasil cross-check melalui pertanyaan terbuka terkait
pemahaman responden tentang kepemiluan, didapatkan data sebagai berikut:
• Peran dan fungsi masing-masing lembaga yang akan dipilih anggotanya
dalam Pemilu legislatif 2014
Dari 33,3% (10 orang) responden yang merasa mengetahui syarat menjadi pemilih
tetap dalam Pemilu 2014, 60% (6 orang) menuliskan informasi yang salah.
Universitas Indonesia
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
29
• Nilai dan pengertian dari parliamentary treshold dalam Pemilu legislatif
2014
Dari 36,7% (11 orang) responden yang merasa mengetahui syarat menjadi pemilih
tetap dalam Pemilu 2014, 63,6% (7 orang) menuliskan informasi yang salah.
Mayoritas responden (50%) mendapatkan informasi mengenai syarat menjadi
pemilih tetap dalam Pemilu 2014 dari media massa.
• Nilai dan pengertian dari presidential treshold dalam Pemilu legislatif
2014
Dari 40% (12 orang) responden yang merasa mengetahui syarat menjadi pemilih
tetap dalam Pemilu 2014, 41,6% (5 orang) menuliskan informasi yang salah.
Mayoritas responden (46,1%) mendapatkan informasi mengenai syarat menjadi
pemilih tetap dalam Pemilu 2014 dari media massa.
4.6.4. Partisipasi Pemilih
Gambar 4.11. Tingkat Partisipasi Responden Dalam Pemilu 2014
Berdasarkan hasil penelitian, tingkat partisipasi pemilih pemula pada Pemilu
legislatif 2014 ini mencapai 76,7%. Hasil ini sesuai dengan rencana KPU RI yang
menargetkan tingkat partisipasi masyarakat sebesar 75%, atau 4% lebih tinggi dari
tingkat partisipasi masyarakat pada Pemilu 2009. Dari sini penelitian ini juga
berusaha mencari tahu alasan responden tidak berpartisipasi dalam Pemilu
legislatif 2014 dengan hasil yang dijabarkan dalam Gambar berikut:
Universitas Indonesia
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
30
Universitas Indonesia
Gambar 4.12. Alasan responden tidak berpartisipasi dalam Pemilu Legislatif 2014
Dari Gambar di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang tidak
menggunakan hak suaranya (4 orang) beralasan bahwa mereka tidak memilih
karena mereka sedang tidak berada di wilayah dimana dia terdaftar sebagai
pemilih. Selain itu, terdapat 3 orang responden yang memiliki alasan lain dimana
umumnya mereka tidak bisa memberikan hak suara karena sibuk/tengah
melakukan kegiatan lain.
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
31
BAB 5
INTERPRETASI, KESIMPULAN, DAN REKOMENDASI
5.1. Interpretasi Temuan Penelitian
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, penelitian evaluasi ini berusaha
melihat seberapa jauh capaian program berdasarkan tujuan/perencanaan program
itu sendiri. Tabel di bawah ini kemudian berusaha menunjukkan poin-poin apa
saja yang belum tercapai dari masing-masing iklan sosialisasi Pemilu 2014 jika
dibandingkan dengan perencanaan awal. Perencanaan awal dari iklan sosialisasi
Pemilu 2014 yang dimaksud terdiri dari beberapa tujuan yaitu: (1) Intensitas
paparan iklan yang tinggi pada pemilih, (2) Pemilihan talent iklan yang sesuai
dengan target khalayak, (3) Penggambaran situasi pemilu dalam iklan yang sesuai
dengan situasi nyata, serta (4) Pesan yang dapat diterima oleh target khalayak.
Pada tabel di bawah ini akan dipaparkan tujuan apa saja yang belum dipenuhi oleh
tiap-tiap iklan dalam implementasi penayangannya.
Tabel 5.1. Hasil Evaluasi Iklan Televisi Sosialisasi Pemilu 2014
No. Gambar Cuplikan Iklan Keterangan
1.
Judul : Iklan KPU versi “Jingle Pemilu Judika”
Durasi : 1 Menit
Talent : Judika “Idol”
Deskripsi :
Dalam iklan ini, talent (Judika) menyanyikan jingle Pemilu 2014 yang intinya mendorong masyarakat untuk menggunakan hak pilih.
Rata-rata pemilih pemula tidak setuju dengan pemilihan talent dalam iklan
Rata-rata pemilih pemula tidak setuju dengan penggambaran situasi pada iklan
31
Universitas Indonesia
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
32
2.
Judul : Iklan KPU versi “Daftar Pemilih Khusus (DPK)”
Durasi : 30 detik
Talent : Melani Putria
Deskripsi :
Iklan ini berisi pesan terkait mekanisme menjadi daftar pemilih khusus.
intensitas paparan iklan sosialisasi Pemilu 2014 di kalangan pemilih pemula masih rendah.
Rata-rata pemilih pemula tidak setuju dengan pemilihan talent dalam iklan
Rata-rata pemilih pemula tidak setuju dengan penggambaran situasi pada iklan
3.
Judul : Iklan KPU versi “Dewan Perwakilan Daerah (DPD)”
Durasi : 1 menit
Talent : Agung Hercules
Deskripsi :
Iklan ini berisi pesan/informasi terkait lembaga-lembaga yang akan dipilih dalam pemilihan umum legislatif 2014 dimana salah satunya adalah DPD.
Rata-rata pemilih pemula tidak setuju dengan pemilihan talent dalam iklan
Rata-rata pemilih pemula tidak setuju dengan penggambaran situasi pada iklan
4.
Judul : Iklan KPU versi “daftar Calon Tetap (DCT)”
Durasi : 30 detik
intensitas paparan iklan sosialisasi Pemilu 2014 di kalangan pemilih pemula masih rendah.
Rata-rata pemilih pemula tidak setuju dengan pemilihan talent dalam iklan
Rata-rata pemilih pemula
Universitas Indonesia
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
33
Universitas Indonesia
Talent : Joni Kribo
Deskripsi :
Iklan ini memberikan pesan bahwa masyarakat dapat melihat rekam jejak calon legislatif yang akan dipilih melalui situs resmi KPU.
tidak setuju dengan penggambaran situasi pada iklan
5.
Judul : Iklan KPU versi “Hari Pencoblosan”
Durasi : 30 detik
Talent : Daus Separo, Deliana Siahaan
Deskripsi :
Iklan ini memberikan pesan terkait waktu pelaksanaan pemilu serta ajakan pada masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya.
intensitas paparan iklan sosialisasi Pemilu 2014 di kalangan pemilih pemula masih rendah.
Rata-rata pemilih pemula tidak setuju dengan pemilihan talent dalam iklan
Rata-rata pemilih pemula tidak setuju dengan penggambaran situasi pada iklan
5.1.1. Konsumsi Iklan Televisi Pemilu 2014 oleh Responden
Dalam bagian ini terdapat tiga hal yang dianalisa yaitu intensitas menonton oleh
responden, pesan yang diingat responden dan opini responden terkait iklan
sosialisasi Pemilu 2014. Dari segi intensitas, hasil olah data menunjukkan bahwa
intensitas responden dalam menonton iklan televisi sosialisasi Pemilu 2014
tergolong rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh tiga faktor. Pertama, rendahnya
intensitas menonton iklan dikarenakan pihak KPU yang memang tidak
menayangkan iklan sosialisasi Pemilu 2014 secara intensif. Kedua, iklan
sosialisasi Pemilu 2014 tidak ditayangkan pada stasiun televisi yang memiliki
jumlah penonton tinggi. Dan ketiga, intensitas konsumsi iklan responden rendah
dikarenakan rendahnya pula intensitas responden dalam menonton televisi. Hal ini
sejalan dengan temuan lain dalam penelitian yang menunjukkan bahwa hanya
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
34
Universitas Indonesia
21,1% responden yang menjadikan televisi sebagai sumber informasi untuk
Pemilu 2014.
Kemudian, pesan yang paling diingat responden dari iklan sosialisasi Pemilu
2014 adalah waktu pelaksanaan Pemilu legislatif 2014 (66,6% resoponden
mengingat pesan tersebut). Hal ini sejalan dengan rencana dari pihak sosialisasi
KPU yang lebih memfokuskan program sosialisasi untuk meningkatkan
partisipasi dalam Pemilu 2014 dan menyebarkan informasi mengenai tahapan
pemilu (Ramadhan, 2014). Dari sini dapat disimpulkan bahwa program sosialisasi
KPU belum menjadikan tujuan kedua yaitu meningkatkan pengetahuan,
pemahaman dan kemampuan masyarakat tentang kepemiluan sebagai prioritas
utama. Selain itu, dari segi konten dan penyajian, responden juga memiliki opini
yang kurang baik terhadap iklan televisi sosialisasi Pemilu 2014. Responden
melihat bahwa iklan sosialisasi Pemilu 2014 belum mampu menyampaikan
informasi terkait Pemilu 2014 dengan baik.
5.1.2. Efektifitas Program Sosialisasi Pemilu 2014
5.1.2.1. Informasi, Tahapan, Jadwal, dan Program Pemilu
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, analisis efektifitas program sosialisasi
Pemilu 2014 didasarkan pada tingkat pencapaian tujuan (goal-attainment) dari
pelaksanaan program. Tujuan pertama program sosialisasi Pemilu 2014
sebagaimana disebutkan dalam Peraturan KPU no. 23 adalah “Penyebarluasan
informasi, tahapan, jadwal dan program pemilu”. Berdasarkan analisa yang telah
dilakukan, 60,66% responden telah memiliki pengetahuan terkait tujuan pertama
ini. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari tingkat pencapaian
tujuan pertama, program sosialisasi Pemilu 2014 ini sudah efektif.
Namun, hasil analisis data lain menunjukkan bahwa ternyata sumber pengetahuan
mayoritas responden terkait tujuan pertama ini bukan berasal dari KPU. Hanya
20% responden yang menjadikan KPU sebagai sumber pengetahuan utama
mereka terkait informasi, tahapan, jadwal, dan program pemilu, sedangkan 60%
responden menjadikan media massa sebagai sumber pengetahuan mereka. Dengan
mengaitkan hasil analisis tersebut dengan preferensi sumber informasi responden
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
35
Universitas Indonesia
terkait Pemilu 2014, memang terlihat bahwa mayoritas responden (54,5%) lebih
memilih media massa sebagai sumber informasi Pemilu 2014 dibandingkan KPU,
LSM, dan pihak lain. Alasan utama mengapa mayoritas responden memilih media
massa sebagai sumber informasi adalah karena responden melihat media massa
sebagai pihak yang dapat dipercaya dan tidak berpihak.
5.1.2.2. Pengetahuan, Pemahaman dan Kemampuan Masyarakat
Tentang Kepemiluan
Tujuan kedua program sosialisasi Pemilu 2014 sebagaimana disebutkan dalam
Peraturan KPU no. 23 adalah “Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan
kemampuan masyarakat tentang kepemiluan”. Hasil analisis sebagaimana
dipaparkan pada bab sebelumnya menunjukkan bahwa sebanyak 55,93%
responden telah memiliki pengetahuan tentang kepemiluan. Kemudian dari segi
pemahaman, analisis menunjukkan bahwa hanya 36,67% responden yang
memiliki pemahaman tentang kepemiluan. Hasil ini nampaknya sesuai dengan
hasil in-depth interview dengan pihak KPU yang memang menyatakan bahwa
terdapat skala prioritas pada pencapaian tujuan program sosialisasi KPU dimana
peningkatan partisipasi masyarakat pada pemilu serta penyebarluasan informasi,
tahapan, jadwal dan program pemilu lebih diutamakan dibandingkan dengan
peningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan masyarakat tentang
kepemiluan.
Kemudian, melalui upaya cross-check pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan
responden tentang kepemiluan melalui pertanyaan terbuka, ditemukan bahwa
masih terdapat responden yang memiliki pengetahuan kepemiluan yang masih
salah. Jika dirata-rata dari seluruh responden yang memberikan jawaban, terdapat
45,3% responden yang memberikan jawaban salah pada pertanyaan mengenai
pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan mereka tentang kepemiluan.
5.1.2.3. Partisipasi Pemilih
Dari segi partisipasi pemilih, hasil analisis menunjukkan bahwa 76,7% responden
telah berpartisipasi pada Pemilu legislatif 2014 sehingga dapat dikatakan bahwa
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
36
Universitas Indonesia
program sosialisasi Pemilu 2014 ini sudah sangat efektif dalam hal peningkatan
partisipasi pemilih. Hal ini merupakan hal yang baik karena pada pemilu kali ini,
KPU memasang target tingkat partisipasi masyarakat sebesar 75%. Pencapaian
target ini berlawanan dengan berbagai prediksi sebelumnya yang memperkirakan
jumlah partisipasi masyarakat dalam Pemilu 2014 yang lebih rendah dari Pemilu
2009.
Penelitian ini juga berusaha menganalisa alasan responden tidak berpartisipasi
pada Pemilu legislatif 2014. Dari hasil olah data dapat dilihat bahwa mayoritas
responden yang tidak menggunakan hak pilih dikarenakan mereka sedang tidak
berada di wilayah dimana dia terdaftar sebagai calon pemilih. Dari sini kemudian
dapat dikatakan bahwa terdapat beberapa responden yang belum mengetahui
mekanisme memilih di wilayah lain/wilayah yang berbeda dengan tempat dia
terdaftar sebagai pemilih. Hasil analisis lain juga menunjukkan hal yang sama
dimana hanya 36,7% (11 orang) responden yang mengetahui mekanisme
partisipasi bagi pemilih yang sedang tidak berada di wilayah TPS tempat dia
terdaftar.
5.2. Kesimpulan
Untuk kegiatan sosialisasi Pemilu 2014 yang berupa iklan melalui media televisi,
pemilih pemula cenderung memiliki intensitas yang rendah dalam menonton iklan
tersebut. Jika dikaitkan dengan data psikografis pemilih pemula, rendahnya
intensitas konsumsi iklan televisi dari KPU ini dikarenakan pemilih pemula
memiliki preferensi yang tinggi pada konten di internet dibandingkan televisi.
Selain itu, pemilih pemula yang mengkonsumsi iklan televisi terkait sosialisasi
Pemilu 2014 juga masih menganggap bahwa iklan tersebut belum menyampaikan
informasi Pemilu 2014 secara baik.
Sedangkan untuk efektifitas program sosialisasi Pemilu 2014 yang diukur melalui
tingkat capaian tujuan program (goal-attainment), hasil analisis menunjukkan
bahwa tingkat capaian dari tiap-tiap tujuan berbeda. Tujuan dengan capaian paling
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
37
Universitas Indonesia
baik adalah tujuan ketiga yaitu peningkatan partisipasi pemilih. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa iklan televisi sosialisasi Pemilu 2014 dikategorikan sangat
efektif dalam meningkatkan partisipasi pemilih. Kemudian, untuk tujuan pertama
yaitu penyebarluasan informasi, tahapan, jadwal dan program pemilu
menunjukkan tingkat capaian yang dapat dikategorikan cukup efektif. Namun
untuk tujuan pertama ini, perlu ditekankan terdapat sebagian kecil responden yang
menjadikan KPU sebagai sumber pengetahuan terkait informasi, tahapan, jadwal
dan program pemilu. Terakhir, tujuan kedua yaitu peningkatkan pengetahuan,
pemahaman dan kemampuan masyarakat tentang kepemiluan menjadi tujuan
dengan tingkat capaian yang paling rendah dengan kategori cukup efektif di level
pengetahuan dan tidak efektif di level pemahaman. Lebih jauh lagi, dari seluruh
responden yang memiliki pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan terkait
kepemiluan, ternyata hampir setengah dari respoden masih memberikan informasi
yang salah.
5.3. Rekomendasi
Berdasarkan analisis dan kesimpulan yang telah dijabarkan sebelumnya,
penelitian ini kemudian menghasilkan beberapa rekomendasi bagi pihak KPU
terkait perencanaan dan pelaksanaan program sosialisasi pemilu. Rekomendasi
yang dimaksud dipaparkan lewat beberapa poin di bawah ini:
• Pada tahap perencanaan, pihak KPU harus menyadari bahwa pihak lain
terutama media massa memiliki peran yang sangat besar dalam proses
diseminasi informasi pada masyarakat. Oleh karena itu, hubungan dan
kerjasama antara KPU dengan pihak lain seperti LSM dan media massa
harus sinergis dan berkelanjutan. Selain memberikan materi/konten
informasi pemilu pada media massa dan LSM, KPU juga perlu melakukan
pengawasan secara berkala terhadap konten dan metode yang disampaikan
oleh media massa dan LSM. KPU juga seharusnya melakukan pengawasan
terhadap informasi yang telah menyebar di masyarakat. Hal ini tentunya
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
38
Universitas Indonesia
ditujukan untuk menghindari kesalahan informasi yang beredar di
masyarakat.
• Informasi yang disampaikan KPU melalui iklan harus memiliki
diferensiasi dengan informasi dari sumber lain terutama dengan
pemberitaan media massa baik televisi, media cetak, maupun situs berita.
Hal ini dikarenakan, media massa telah menjadi sumber informasi utama
pemilih pemula terkait pemilu. Jadi seharusnya dalam menyampaikan
informasi harus ada sinergisasi strategi dan metode komunikasi antara
KPU dan media massa. Oleh karena itu selain menginformasikan, iklan
KPU seharusnya juga bisa mempersuasi calon pemilih untuk
menggunakan hak pilih dan berpartisipasi pada berbagai rangkaian
kegiatan pemilu. Media massa juga seharusnya dihimbau untuk
meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan masyarakat
tentang kepemiluan misalnya dengan cara mengarahkan konsumen media
tersebut untuk pro-aktif mencari informasi lebih mendalam terkait pemilu
pada sumber resmi KPU.
• Dari segi platform penyampaian informasi, KPU seharusnya melakukan
pemilihan media secara seksama berdasarkan pemahaman terhadap
kebiasaan/psikografis tiap-tiap segmen dalam masyarakat. Seluruh metode
komunikasi yang dipilih harus disesuaikan dengan segmen yang akan
disasar. Untuk segmen pemilih pemula, disarankan agar KPU lebih
memfokuskan program sosialisasi melalui media internet melihat jumlah
pemilih pemula yang memiliki kecenderungan untuk mengkonsumsi
konten dari internet dibanding media lain.
• Pihak KPU juga perlu menyesuaikan pesan yang disampaikan dengan
platform yang digunakan. Untuk iklan melalui media televisi, pesan yang
disampaikan sebaiknya adalah pesan tunggal serta disampaikan dengan
cara yang lebih persuasif. Untuk informasi yang lebih kompleks dapat
disampaikan melalui media lain seperti internet. Dengan begitu, seluruh
pesan dapat disampaikan secara efektif sehingga seluruh tujuan program
dapat tercapai dengan baik.
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
39
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Caro, F. G. (Ed.). (1977). Readings in Evaluation Research. Russell Sage Foundation.
Chinnanon, Sanong. (2002). UNODC Regional Training Monitoring and Evaluation for Alternative Development Projects. Thailand: International Center (IC), Chiang Mai University Chiang Mai
Chinnanon, Sanong. (2002). UNODC Regional Training Monitoring and Evaluation for Alternative Development Projects. Thailand: International Center (IC), Chiang Mai University Chiang Mai
Kammeyer, K. C., Ritzer, G., & Yetman, N. R. (1990). Sociology: Experiencing Changing Societies. Allyn & Bacon.
Kasali, Rhenald. (1993). Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Pustaka Grafiti.
Lee, Nancy R., Kotler, Philip. (2011). Social Marketing: Influencing Behaviors for Good. Los Angeles: SAGE Publications.
McNair, B. (2003). An Introduction to Political Communication (3rd ed.). London: Taylor & Francis.
Neuman, L. W. (2003). Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches. Boston: Pearson Education.
Patton, M. Q. (1997). Utilization-focused evaluation (3rd ed.). Springer Netherlands.
Scriven, M. (1991). Beyond Formative and Sumative Evaluation. Chichago: University of Chichago Press.
Wholey, J. S., Hatry, H. P., & Newcomer, K. E. (2010). Handbook of Practical Program Evaluation (Vol. 19). John Wiley & Sons.
Jurnal
Alkin, M. C. (1973). Evaluation Theory Development. In B. R. Worthen & J. R. Sanders (Eds.), Educational Evaluation: Theory and Practice (pp. 150- 155). Belmont, California: Wadsworth Publishing Company, Inc.
Universitas Indonesia
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
40
Universitas Indonesia
Mujani, S., & Liddle, R. W. (2010). Personalities, Parties, and Voters. Journal of Democracy, 21(2), 35-49.
Soebagio, H. (2010). Implication of the White Group in Perspective of the Democracy Development in Indonesia. MAKARA of Social Sciences and Humanities Series, 12(2).
Wholey, J. S. (1987). Evaluability Assessment: Developing Program Theory. New Directions for Program Evaluation, 1987(33), 77-92.
Sumber Elektronik
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. (2014, Januari 15). Press Release - Profil Terkini Internet Industri Indonesia. Diakses 6 Juli , 2014, dari situs resmi APJII: http://www.apjii.or.id/v2/read/content/info- terkini/213/press-release-profil-terkini-internet-industri-ind.html
Fikri, Ahmad. (Maret 25, 2014). Tingkat Partisipasi Pemilih Turun 60 Persen. Tempo.co.http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/03/25/269565286/Tingk at-Partisipasi-Pemilih-Turun-60-Persen
Litbang Kompas. (2014, April 4). Antusiasme Pemilih Muda. Diakses Juli 6, 2014, dari Portal Berita Kompas.com: http://nasional.kompas.com/read/2014/04/08/1946582/Antusiasme.Pemilih .Muda
Media Center KPU (2009, Juli 24). Rekapitulasi Nasional Perolehan Suara Pilpres 2009. Mei 8, 2014. http://mediacenter.kpu.go.id/images/media center/pilpres2009/rekapitulasi_nasional.pdf
Robekka, Deytri. (Januari 8, 2014). Praktisi Iklan: Sosialisasi Pemilu Tidak Efektif. Kompas.com. http://nasional.kompas.com/read/2014/01/08/ 2204370/Praktisi.Iklan.Sosial isasi.Pemilu.Tidak.Efektif
The Economist Intellegence Unit (2013, Maret 14). Democracy Index 2012: Democracy at a Standstill. Mei 8, 2014. http://pages.eiu.com/rs/eiu2/images/Democracy-Index-2012.pdf
Youth Studies Centre UGM. (Maret 12, 2014). Sosialisasi Pemilu kepada Pemilih Pemula di DIY Tidak Maksimal. http://ugm.ac.id/id/berita/8786- sosialisasi.pemilu.kepada.pemilih.pemula.di.diy.tidak.maksimal
Wawancara
Ramadhan, S. H. (2014, Mei 23). (M. G. Muhajjalin, Interviewer)
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian
No. Kuesioner Tanggal
Salam,
Saya mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi yang tengah melaksanakan Tugas Karya Akhir
mengenai Evaluasi Program Sosialisasi Pemilu 2014 Komisi Pemilihan Umum (KPU)
sebagai salah satu syarat kelulusan. Saya membutuhkan bantuan Saudara/i untuk mengisi
kuesioner berikut karena informasi yang Saudara/i berikan amat bermanfaat bagi penelitian
ini.
Kami harapkan Saudara/i dapat menjawab semua pertanyaan dan tidak melewatkan
pertanyaan. Dimohon pula untuk tidak menjawab berdasarkan jawaban ideal, tetapi
berdasarkan pengalaman pribadi anda.
Profil Responden
Nama:
Usia:
Jenis Kelamin: Laki-laki Perempuan
Angkatan: 2010 2011 2012 2013
Status: Mahasiswa
Pekerja/ Pegawai
Lain-lain: .....
Tempat tinggal
(Sekarang):
Apakah tempat tinggal anda sekarang sesuai dengan yang tertera di KTP anda? Ya Tidak
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
(lanjutan)
KUISIONER
1. Dalam satu bulan terakhir, seberapa sering anda melihat iklan televisi (TVC) dari
KPU?
a. Sangat sering
b. Sering
c. Jarang
d. Tidak pernah (Jika anda memilih opsi ini, silahkan langsung ke pertanyaan no. 7)
2. Iklan mana saja yang anda lihat? (anda bisa memilih lebih dari satu pilihan)
a. Iklan KPU versi “Jingle Pemilu Judika” b. Iklan KPU versi “DPK”
c. Iklan KPU versi “DPD” d. Iklan KPU versi “DCT”
e. Iklan KPU versi “Hari Pencoblosan”
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
(lanjutan)
3. Pesan apa yang anda ingat dari iklan KPU yang telah anda tonton?
naan Pemilu Legislatif 2014
sme untuk menjadi pemilih khusus
a yang akan dipilih pada Pemilu Legislatif 2014
peserta Pemilu 2014
e. ain-lain. Sebutkan: .....
setuju bahwa kata-kata yang disampaikan oleh talent dalam iklan
tonton sudah jelas?
setuju
. Sangat tidak setuju
an Pemilu yang anda tonton
setuju
d. angat tidak setuju
6. Apakah anda setuju bahwa situasi yang digambarkan pada iklan Pemilu yang anda
gat setuju
c. Tidak setuju
Informasi, Tahapan, Jadwal, dan Program Pemilu
b. Tidak
a. Waktu pelaksa
b. Mekani
c. Daftar lembag
d. Daftar Partai Politik
L
4. Apakah anda
Pemilu yang anda
a. Sangat
b. Setuju
c. Tidak setuju
d
5. Apakah anda setuju bahwa pemilihan talent pada ikl
sudah sesuai?
a. Sangat
b. Setuju
c. Tidak setuju
S
tonton sudah sesuai dengan situasi nyata Pemilu 2014?
a. San
b. Setuju
d. Sangat tidak setuju
7. Apakah anda mengetahui sebelumnya terkait tanggal pelaksanaan Pemilu legislatif
2014?
a. Ya
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
(lanjutan)
8. Apakah anda mengetahui sebelumnya terkait jam pelaksanaan Pemilu legislatif 2014?
bagi Partai Politik untuk melakukan
s, pertemuan tatap muka, penyebaran bahan
kam anye kepada umum, dan pemasangan alat peraga sebelum Pemilu legislatif
b. Tidak
10. Apakah anda mengetahui rentang waktu bagi Partai Politik untuk melakukan
ik sebelum Pemilu legislatif 2014?
mengetahui rentang waktu untuk masa tenang sebelum Pemilu legislatif
Tidak
n, jadwal, dan program Pemilu legislatif
aan 12a.)
t ke pertanyaan 12b. dan 12c.)
ri publikasi KPU? (anda bisa memilih lebih
dari satu pilihan)
b. Jadwal kampanye Partai Politik peserta Pemilu 2014
i Politik
h khusus
atif 2014
rta Pemilu 2014
g. ain-lain. Sebutkan: .....
a. Ya b. Tidak
9. Apakah anda mengetahui rentang waktu
kampanye melalui pertemuan terbata
p
2014?
a. Ya
kampanye terbuka, kampanye melalui rapat umum, dan iklan media massa cetak dan
elektron
a. Ya b. Tidak
11. Apakah anda
2014?
a. Ya b.
12. Darimana anda mengetahui terkait tahapa
2014?
a. Publikasi KPU (Lanjut ke pertany
b. Program kampanye Partai Politik (Lanju
c. Lain-lain
12a. Informasi apa saja yang anda dapatkan da
a. Jadwal pelaksanaan Pemilu legislatif 2014
c. Hari tenang kampanye Parta
d. Mekanisme untuk menjadi pemili
e. Daftar lembaga yang akan dipilih pada Pemilu Legisl
f. Daftar Partai Politik pese
L
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
(lanjutan)
12b. Jenis program kampanye Partai Politik apa yang anda maksud?
a dapatkan dari program kampanye Partai Politik? (anda bisa
memilih lebih dari satu pilihan)
b. Jadwal kampanye Partai Politik peserta Pemilu 2014
e untuk m
e. Daftar lembaga yang akan dipilih pada Pemilu Legislatif 2014
engetahuan, Pemahaman dan Kemampuan Masyarakat Tentang Kepemiluan
13. Apakah anda terdaftar sebagai DPT dalam Pemilu 2014?
a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu
14. Apakah anda mengetahui syarat untuk menjadi pemilih tetap dalam Pemilu 2014?
a. Ya (lanjut ke pertanyaan no. 14a. dan no. 14b.)
a. Iklan televisi Partai Politik
b.
c.
Kampanye terbuka Partai Politik
Publikasi cetak Partai (baliho, spanduk, banner, dll)
d. Lain-lain. Sebutkan: .....
12c. Informasi apa saja yang and
a. Jadwal pelaksanaan Pemilu legislatif 2014
c. Hari tenang kampanye Partai Politik
d. Mekanism enjadi pemilih khusus
f. Daftar Partai Politik peserta Pemilu 2014
g. Lain-lain. Sebutkan: .....
P
b. Tidak (lanjut ke pertanyaan no. 15)
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
(lanjutan)
h ini
tap dalam Pemilu
b. SM (misal: AyoVote, Matamassa, dll)
15a. Tuliskan alur mekanisme bagi warga negara yang telah memenuhi syarat namun belum
terdaftar dalam DPT untuk mengikuti Pemilu 2014 sebagaimana telah anda ketahui pada
kolom di bawah ini
14a. Apa saja syarat untuk menjadi pemilih tetap dalam Pemilu 2014? Tuliskan dalam kolom
di bawa
14b. Dari mana anda mendapatkan informasi mengenai syarat pemilih te
2014?
a. KPU
L
c. Media massa
d. Lain-lain
15. Apakah anda mengetahui mekanisme bagi warga negara yang telah memenuhi syarat
namun belum terdaftar dalam DPT untuk mengikuti Pemilu 2014?
a. Ya (Lanjut ke pertanyaan no. 15a.)
b. Tidak (Lanjut ke pertanyaan no. 16)
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
(lanjutan)
16. Apakah anda mengetahui cara partisipasi bagi pemilih yang sedang tidak berada di
wilayah TPS tempat ia terdafatar pada hari pelaksanaan Pemilu legislatif 2014?
a. Ya (Lanjut ke pertanyaan no. 16a.)
b. idak (Lanjut ke pertanyaan no. 17)
16a. Tulisk n cara/ mekanisme partisipasi bagi pemilih yang sedang tidak berada di wilayah
TPS tempat ia terdafatar pada hari pelaksanaan Pemilu legislatif 2014 sebagaimana telah
18. Apakah anda mengetahui perbedaan antara pencoblosan pada nama calon legislatif
T
a
anda ketahui pada kolom di bawah ini
17. Apakah anda mengetahui cara memilih calon legislatif yang sah sesuai aturan KPU?
a. Ya (Lanjut ke pertanyaan no. 17a.)
b. Tidak (Lanjut ke pertanyaan no. 18)
17a. Tuliskan cara memilih calon legislatif yang sah sesuai aturan KPU sebagaimana telah
anda ketahui pada kolom di bawah ini
dan pencoblosan pada lambang partai?
a. Ya (Lanjut ke pertanyaan no. 18a.)
b. Tidak (Lanjut ke pertanyaan no. 19)
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
(lanjutan)
8a. Jelaskan perbedaan antara pencoblosan pada nama calon legislatif dan pencoblosan pada
lambang partai sebagaimana telah anda ketahui pada kolom di bawah ini
getahui nama seluruh partai peserta Pemilu legislatif 2014?
t ke pertanyaan no. 19a.)
b. idak (Lanjut ke pertanyaan no. 20)
ll)
c. edia massa
20. Apakah sebelumnya anda mengetahui lembaga apa saja yang akan dipilih anggotanya
ilu legislatif 2014?
20a. Darim na anda mendapatkan informasi mengenai daftar lembaga apa saja yang akan
dipilih anggotanya dalam Pemilu legislatif 2014?
a. KPU
1
19. Apakah anda men
a. Ya (Lanju
T
19a. Darimana anda mendapatkan informasi mengenai partai peserta Pemilu legislatif 2014?
a. KPU
b. LSM (misal: AyoVote, Matamassa, d
M
d. Lain-lain
dalam Pem
a. Ya (Lanjut ke pertanyaan no. 20a.)
b. Tidak (Lanjut ke pertanyaan no. 21)
a
b. LSM (misal: AyoVote, Matamassa, dll)
c. Media massa
d. Lain-lain
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
(lanjutan)
engetahui peran dan fungsi masing-masing lembaga yang akan dipilih
Pemilu legislatif 2014?
21a. Darimana anda mendapatkan informasi mengenai peran dan fungsi masing-masing
akan dipilih anggotanya dalam Pemilu legislatif 2014? Tuliskan pada kolom di bawah ini
e a para calon legislatif yang terdaftar pada Pemilu 2014?
a. b. Tidak
23. Apakah anda mengetahui nilai ambang batas parliamentary treshold dan memahami
maksud dari angka tersebut?
a. Ya (Lanjut ke pertanyaan no. 23a. dan 23b.)
21. Apakah anda m
anggotanya dalam
a. Ya (Lanjut ke pertanyaan no. 21a. dan 21b.)
b. Tidak (Lanjut ke pertanyaan no. 22)
lembaga yang akan dipilih anggotanya dalam Pemilu legislatif 2014?
a. KPU
b. LSM (misal: AyoVote, Matamassa, dll)
c. Media massa
d. Lain-lain
ran dan fungsi masing-masing lembaga yang 21b. Berdasarkan sepengetahuan anda, apa pe
22. Apakah anda mengetahui bahwa KPU menyediakan fasilitas untuk melihat rekam
j j k
Ya
b. Tidak (Lanjut ke pertanyaan no. 24)
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
(lanjutan)
endapatkan informasi mengenai nilai dan pengertian dari
parliamentary treshold dalam Pemilu legislatif 2014?
dan apa ma sud dari angka tersebut? Tuliskan pada kolom di bawah ini
njut ke pertanyaan no. 24a. dan 24b.)
24a. Darim na anda mendapatkan informasi mengenai nilai dan pengertian dari presidential
treshold dalam Pemilu legislatif 2014?
a. PU
b. SM (misal: AyoVote, Matamassa, dll)
c. Media massa
d. Lain-lain
23a. Darimana anda m
a. KPU
b. LSM (misal: AyoVote, Matamassa, dll)
c. Media massa
d. Lain-lain
23b. Berdasarkan sepengetahuan anda, berapa nilai presentase dari parliamentary treshold
k
24. Apakah anda mengetahui nilai ambang batas presidential treshold dan memahami
maksud dari angka tersebut?
a. Ya (La
b. Tidak (Lanjut ke pertanyaan no. 25)
a
K
L
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
(lanjutan)
24b. Berdasarkan sepengetahuan anda, berapa nilai presentase dari presidential treshold dan
apa maksud dari angka tersebut? Tuliskan pada kolom di bawah ini
26. Apa alasan anda memilih media tersebut? (berdasarkan jawaban nomor 25) Tuliskan
27. Pihak mana yang menjadi sumber utama anda dalam mendapatkan informasi terkait
Pemilu 2014?
e. PU
25. Media apa yang menjadi sumber utama informasi terkait Pemilu 2014 yang anda
terima?
a. TV
b. Internet
c. Koran/ Majalah
d. Lain-lain
jawaban anda pada kolom di bawah ini
K
f. LSM (misal: AyoVote, Matamassa, dll)
g. Media massa
h. Lain-lain
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
(lanjutan)
28.
ipasi Pemilih
29.
30.
( ) Saya sedang tidak berada di wilayah tempat saya terdaftar sebagai pemilih.
( ) Saya
( ) Saya beranggapan bahwa suara saya tidak akan memberikan perubahan signifikan.
( ) Saya tidak mengerti tentang adanya pemilu legislatif.
( ) Lain-lain (sebutkan): ..........
TERIMAKASIH BANYAK ATAS PARTISIPASI ANDA
Apa alasan anda mempercayai informasi tersebut? (berdasarkan jawaban nomor 27)
ban anda pada kolom di bawah ini Tuliskan jawa
Partis
Apakah anda berpartisipasi dalam pemilu legislatif 2014?
a. Ya
b. Tidak (Jika anda memilih opsi ini, lanjut ke nomor 30)
Jika tidak, apa alasan anda?
tidak mengenal calon-calon legislatif yang saya pilih.
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
Lampiran 2. Hasil Olah Data 1. Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.562 23
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Pembuka no. 1 38.1111 17.111 -.319 .679
Pembuka no. 4 38.0000 14.250 .149 .555
Pembuka no. 5 37.3333 14.250 .184 .549
Pembuka no. 6 37.3333 15.750 -.140 .597
Tujuan 1a 39.0000 14.000 .379 .528
Tujuan 1b 38.5556 14.278 .243 .542
Tujuan 1c 39.0000 16.750 -.416 .613
Tujuan 1d 38.8889 13.611 .429 .517
Tujuan 1e 39.1111 15.111 .086 .560
Tujuan 1f 38.1111 13.611 .142 .564
Tujuan 2a 38.7778 11.444 .540 .465
Tujuan 2b 38.5556 13.778 .382 .524
Tujuan 2c 38.3333 14.000 .535 .522
Tujuan 2d 38.5556 13.528 .453 .514
Tujuan 2e 39.0000 13.250 .623 .499
Tujuan 2f 38.6667 14.000 .296 .534
Tujuan 2g 38.3333 16.000 -.250 .587
Tujuan 2h 38.6667 14.250 .230 .543
Tujuan 2i 38.5556 13.028 .600 .494
Tujuan 2j 38.4444 14.528 .215 .547
Tujuan 2k 38.2222 15.444 .000 .563
Tujuan 2l 38.3333 14.000 .535 .522
Tujuan 3a 39.0000 15.500 -.072 .578
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
(lanjutan)
2. Uji Validitas
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .576
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 6.397
Df 6
Sig. .380
3. Analisis Tujuan 1 (Penyebarluasan informasi, tahapan, jadwal dan program pemilu)
Ya Tidak Tujuan 1A 100 0 Tujuan 1B 50 50 Tujuan 1C 43,3 56,7 Tujuan 1D 53,3 46,7 Tujuan 1E 56,7 43,3 Rata-rata 60,66 39,34
4. Analisis Tujuan 2 Pengetahuan Tentang Kepemiluan
Ya Tidak Tujuan 2A 90 10 Tujuan 2B 46,7 53,3 Tujuan 2C 33,3 66,7 Tujuan 2D 36,7 63,3 Tujuan 2E 80 20 Tujuan 2F 46,7 53,3 Tujuan 2G 46,7 53,3 Tujuan 2H 60 40 Tujuan 2J 63,3 36,7 Rata-rata 55,93 44,07
Pemahaman Tentang Kepemiluan
Ya Tidak Tujuan 2I 33,3 66,7 Tujuan 2K 36,7 63,3 Tujuan 2L 40 60 Rata-rata 36,67 63,33
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
Lampiran 3. Transkrip Wawancara
Pewawancara : Mohammad Ghurron Muhajjalin
Narasumber : Sahruni Hasna Ramadhan (Kepala Sub Bagian Sosialisasi dan Kampanye
KPU RI)
Pewawancara : Nah jadi yang mau ditanyain itu tentang program sosialisasi dari KPU ini Bu.
Waktu itu kan saya udah minta data tentang kegiatannya, yang saya dapet itu ada 12 termasuk
iklan, training penggerak pemilu, dan macem-macem itu. Jadi kalau dari bagian humas
sendiri program sosialisasinya dimulai dari kapan?
Narasumber : Ya dari pertama kali tahapan dimulai
Pewawancara : Tahapan...
Narasumber : Tahapan pemilu. Ketika April 2013. Eh ngga juga sih jadi kan itu kan
perintah undang-undang kamu liat deh itu berapa hari atau berapa bulan sebelum pemilu. Itu
kalau ga salah oktober 2012 itu harusnya kita udah mulai sosialisasi
Pewawancara : Oh jadi waktunya udah diatur undang-undang ya Bu
Narasumber : Iya, jadi di undang-undang tahapannya emang panjang gitu. Jadi sejak
tahapan dimulai itu sudah dimulai sosialisasi
Pewawancara : Terus kalau proses pemilihan kegiatannya itu gimana Bu? Dari pihak
sosialisasi sendiri penentuannya gimana?
Narasumber : Kalo itu sih kebijakan. Itu kan sebenernya tergambar di peraturan KPU yang
kemarin aku kasi. Jadi kita emang pake metode-metode yang termasuk social campaign.
Yang kayak gitu, jadi ya standar lah.
Pewawancara : Jadi itu prosesnya pihak sosialisasi mengajukan ke komisioner atau gimana?
Kalau masalah budget.
Narasumber : Kalau budget jadi gini, biasanya kita ada arahan sebelumnya bahwa
sosialisasi itu harusnya begini, metodenya begini, segmennya ini, kalau untuk segmen ini
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
(lanjutan)
harus metodenya begini. Nah kita yang menerjemahkannya dalam bentuk kegiatan. Setelah
dapet kegiatannya itu kita ajukan anggaran. Nah nanti kan anggaran kita biasanya ngajuin
berapa disetujuinnya berapa. Nah nanti kita sesuaikan lagi tapi sudah berdasarkan masukan
kebijakan.
Pewawancara : Oh jadi ada yang bagian rasionalisasi anggaran gitu ya bu
Narasumber : Ada, pasti.
Pewawancara : Terus kalo dari pemilu 2009 yang dulu ada perbedaan kegiatan ga dengan
yang sekarang?
Narasumber : Banyak, pasti. Pertama kalo kita kan basic nya memang jumlah pemilih. Nah
jumlah pemilihnya berubah kan berarti segmen nya bertambah. Terus dari sisi anggaran juga
beda benget. Ya pokoknya bertambah lah semuanya karena memang semuanya serba
berbeda. Misalnya iklan kan harganya naik,
Pewawancara : Tapi kalo dari yang 2009 itu ada evaluasinya gitu ga Bu? Misalnya kegiatan
ini kurang efektif jadi sebaiknya 2014 jangan dilakukan.
Narasumber : Kalo itu sih ada sebenarnya. Tapi kalo metode sih kurang lebih sama karena
kita kan menggunakan metode-metode yang memang digunakan dalam social campaign.
Memang ada beberapa justru yang waktu 2009 itu tidak dilakukan justru 2014 dilakukan.
Pewawancara : Terus kalo dari program sosialisasi ini yang jadi fokus utamanya apa bu?
Narasumber : Ya sebenarnya sih ada dua hal besar ya yang petama itu tentu saja ajakan
memilih. Karena itu kita lebih menyampaikan pesan-pesan yang general. Jadi supaya orang
ga golput. Terus yang satu lagi itu lebih ke tahapan pemilu. Terutama tahapan krusial dimana
kita benar-benar membutuhkan partisipasi masyarakat. misalnya pemutakhiran data, terus
kemudian bagaimana tata cara memilih, kayak gitu.
Pewawancara : Kalo dari KPU sendiri kan medianya banyak yang digunakan. Maksudnya
ada media cetak, televisi, dan macem-macem. Kalo dari alokasi anggaran dan fokusnya
sendiri itu lebih ke mana bu?
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
(lanjutan)
Narasumber : Jadi memang dari peraturan KPU bisa keliatan tuh metodenya. Kalo kita kan
berangkat dari hasil survey bahwa memang masyarakat lebih suka menerima informasi
pemilu dari televisi. Jadi kita memang paling besar itu campaign melalui media massa.
Pewawancara : Berarti sebelumnya memang sudah ada surveynya ya bu
Narasumber : Iya, tapi bukan kita yang survey sih. Kita pake dari polling center dan
lembaga-lebaga survey lain gitu. Itu bisa dilihat di perludem.
Pewawancara : Terus kalo yang saya lihat kan ini di bagian awal ada macem-macem nama
seperti penggerak pemilu, agen pemilu.
Narasumber : Nah kita memang metodenya juga kita bagi. Ada yang campaign-nya lewat
media massa, ada juga yang namanya mobilisasi sosial. Nah yang mobsos itulah yang kita
gunakan gerakan-gerakan itu, ada yang goes to campus, ada gerakan demokrasi. Jadi tidak
cuma melalui media massa gitu.
Pewawancara : Itu kan kalo saya lihat ada banyak macamnya gitu, ada penggerak pemilu,
agen pemilu, relawan demokrasi . itu bedanya apa ya Bu?
Narasumber : Kalo tugas sih sama, kalo di rancangan awal sih kita sebutnya agen/
penggerak sosialisasi.ternyata ketika bener-bener sudah akan di eksekusi ternyata yang
efektif itu kita menyebutnya sebagai relawan. Jadi intinya kita mau punya relawan yang
terjun langsung di tengah-tengah masyarakat. jadi sama aja sebenernya. Cuma penyebutannya
berubah-ubah.
Pewawancara : Berarti itu di tiap-tiap KPU Daerah juga ada ya Bu?
Narasumber : Iya, memang pada intinya kita menitik beratkan di level kabupaten kota. Jadi
yang direkrut itu orang-orang dari masing-masing kabupaten kota
Pewawancara : Jadi sistem kooridnasinya gimana Bu? Maksudnya materi dan lain-lain kan
semua harus seragam di tiap-tiap daerah.
Narasumber : Itu memang ada proses. Jadi ga lansung turun ke lapangan. Jadi sebelum
turun ke lapangan disini kita mempersiapkan dulu yang namanya modul-modul yang akan
digunakan. Nah itu dibagi ke dalam lima segmen. Jadi ada perempuan, pemilih pemula,
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
(lanjutan)
marjinal, disabilitas, kemudian tokoh agama. Nah itu kebijakan dari level pusat. Ada
beberapa ahli dikumpulkan untuk menyiapkan modul. Setelah itu baru kita siapkan
diseminasi ke setiap kabupaten/ kota. Tapi eksekusi rekruitmennya memang di tingkat
kabupaten/ kota berdasarkan modul yang kita bikin. Tapi di lapangannya sih dia lebih
fleksibel. Itu cuma jadi acuan gitu.
Pewawancara : Kalau pihak lain yang ikut ngebantu itu koordinasinya gimana bu? Kan ada
LSM atau media massa yang ikut bantu menjelaskan tentang pemilu atau ngasi pendidikan
pemilu.
Narasumber : Jadi kalo kita mungkin hanya koordinasi materi, bahan, dan apa yang perlu
disampaikan. Kalo anggaran mereka memang sendiri. Kalau dari konten pasti komunikasi
sama kami semua.
Pewawancara : Jadi seluruh konten harus sesuai dengan KPU ya bu?
Narasumber : Kalo konten iya, jadi semua yang disampaikan kan harus benar. Tapi kalo
metode dan mekanisme pelaksanaannya di lapangan itu diserahkan ke mereka masing-
masing. Makanya kita kan sebenarnya ada program kerjasama antar lembaga, program
penyusunan dokumen-dokumen dengan mereka.
Pewawancara : Kalo dari pelaksanaannya sendiri, ada kendala yang dialami ga ya?
Narasumber : Kendala sih pasti ada. Kendala yang paling utama sih waktu ya. Waktu
tahapannya itu kan terbatas, jadi tahapan ini harus dimulai dan berakhir di waktu tertentu. Di
saat yang sama ada tahapan lain yang harus dilakukan. Jadi selalu beririsan antar tahapan
lain. Jadi memang saling tumpang tindih gitu. Sementara ada mekanisme penggunaan
anggaran yang ga bisa seenaknya dan bener-bener harus rigid.
Terus ini kan sifatnya hirarki, jadi yang agak berat itu bagaimana mengkomunikasikan apa
yang jadi kebijakan di pusat bisa diterjemahkan di daerah.
Pewawancara : Kalau kegitan seperti berbagai lomba itu juga apakah inisiasinya didasari
oleh riset atau gimana?
Narasumber : Sebenernya kan gini, kalo riset kan kita ga pernah bikin riset khusus.
Makanya kita kan selalu ngambil metode yang secara teori udah ada. Jadi misalnya untuk
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
(lanjutan)
mobilisasi sosial itu, kegiatan apa yang efektif, yang mungkin bisa mengumpulkan massa
dalam jumlah banyak.
Pewawancara : Kalau rangkaian lomba-lomba itu sudah selesai ya bu?
Narasumber : Sudah, nah kalau lomba itu salah satu tujuannya itu kita mau melibatkan
masyarakat dalam pemilu ini. Jadi misalnya kita mau punya jingle, punya logo, nah itu salah
satu caranya kan kita buat lomba. Jadi idenya itu dari masyarakat.
Pewawancara : Pasca seluruh kegiatan sosialisasi ini dari KPU sendiri ada kegiatan evaluasi
ga ya?
Narasumber : Pasti nanti ada evaluasi. Kalo kita tiap 3 bulan sekali ada evaluasi, tapi lebih
ke serapan. Cuman bukan cuma soal itung-itungan uang, tapi lebih ke kenapa disini ga
maksimal, kenapa disana maksimal. Itu kan pasti implikasinya ke kegiatan. Terus biasanya
nanti ada evaluasi besar-besaran setelah pilpres.
Pewawancara : Jadi kira-kira bisa di bilang evaluasinya itu untuk mengukur efektifitas
kegiatannya gitu ya bu?
Narasumber : Ya itu kan kalo pemilu itu kayak siklus. Jadi setelah merencanakan dan
melaksanakan nanti pasti ada evaluasi. Nanti dari segala lini dievaluasi. Nah itu nanti akan
jadi masukan untuk penyelenggaran pemilu selanjutnya.
Pewawancara : Kalo yang tiga bulan sekali itu..
Narasumber : Itu sebenernya lebih ke, misalnya kenapa kegiatan yang sedang berjalan ga
efektif, jadi kemudian kita akan ambil langkah-langkah untuk triwulan selanjutnya. Jadi nanti
kegiatannya bisa di dorong lagi. Tapi masih pada level kebijakan. Jadi misalnya kalo ada
kegiatan yang kurang efektif itu kenapa, tantangannya apa, nanti kita kasih masukan, apakah
itu perlu dilanjutkan apa kita perlu menambah kegiatan dan apa yang harus dimaksimalkan.
Pewawancara : Jadi efektifitas seluruh kegiatan sejauh ini dibanding 2009 gimana bu?
Narasumber : Sebenernya liatnya di output nanti. Kita kan nanti pasti outputnya voter
turnout. Nah itu bisa dibandingkan. Tapi emang tantangannya berbeda jadi gabisa dibilang ini
lebih baik dari yang lain.
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
(lanjutan)
Pewawancara : Kalo dari partisipasi sendiri..
Narasumber : Kalo dari target partisipasi, pileg kan tercapai. 75,11%
Pewawancara : Mungkin segitu dulu Bu, karena kelihatannya Ibu masih banyak yang harus
dikerjain
Narasumber : Iya mas ini lagi sibuk banget emang, maaf ya. Nanti kalau ada yang
ditanyain email aja. Jangan lupa beritahu kapan saya harus balas.
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014
Recommended