View
2
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
TANGGUNG JAWAB HUKUM TENAGA MEDIS TERHADAP PASIEN
DALAM KASUS MALPRAKTIK OPERASI BEDAH CAESAR
DI RUMAH SAKIT UMUM KOTA MATARAM
JURNAL
Untuk memenuhi sebagai persyratan
Untuk mencapai derajat S-1 pada
Program Studi Ilmu Hukum
Oleh :
IRWANSYAH
D1A211 173
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2017
HALAMAN PENGESAHAN
TANGGUNG JAWAB HUKUM TENAGA MEDIS TERHADAP PASIEN
DALAM KASUS MALPRAKTIK OPERASI BEDAH CAESAR
DI RUMAH SAKIT UMUM KOTA MATARAM
Oleh :
IRWANSYAH
D1A211 173
Menyetujui,
Pembimbing Pertama,
Dr. H.M. ARBA,S.H., M.Hum.
NIP. 19761108 200812 1 00
TANGGUNG JAWAB HUKUM TENAGA MEDIS TERHADAP PASIEN
DALAM KASUS MALPRAKTIK OPERASI BEDAH CAESAR DI RUMAH
SAKIT UMUM KOTA MATARAM
IRWANSYAH
D1A211173
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perjanjian yang dilaksanakan
antara dokter dan pasien dalam operasi berdah Caesar serta untuk mengetahui
tanggung jawab hukum tenaga medis apabila terjadi kesalahan dalam pelaksanaan
operasi bedah Caesar. Penelitian ini menggunakan penelitian empiris. Manfaat dari
penelitian ini terdiri dari Manfaat Akademis dan Manfaat Praktis. Metode
penelitian yang digunakan dengan menggunakan pendekatan Perundang-undangan,
Pendekaran Konseptual dan Pendekatan Sosiologis. Penelitian ini membahas
Perjanjian Terapeutic antara dokter dan pasien telah diatur dalam hukum perikatan
pada KUH Perdata dengan didasarkan pada rasa kepercayaan antara dokter dan
pasien dengan melaksanakan prosedur pelaksanaan perjanjian serta melakukan
ganti rugi apabila terjadi kesalahan dalam operasi bedah Caesar.
Kata Kunci : Operasi Bedah Caesar, Perjanjian Terapeutic.
POWER MEDICAL LIABILITY OF PATIENTS IN SURGICAL
OPERATION MALPRATICE CASES CAESAR IN GENERAL HOSPITAL
CITY MATARAM
ABSTRACT
The purpose of this research is to known the agreement between doctor and
patient during Caesar Surgery and also to known responsibility of medical
personnel for medical error on Caesar Surgery. This research is using empirical
research. This research has benefit for academicals and practical benefits. This
research using statute approach method, Conceptual approach and Sociological
approach method. This research is to explain about Therapeutic agreement between
doctor and patient that has been set on legal agreement on private law of
Indonesian law, based on trust between doctor and patient to executing Therapeutic
agreement and to conduct compensation if there are malpractice on Caesar
Surgery.
Keywords : Caesar Surgery, Therapeutic Agreement.
I
I. PENDAHULUAN
Operasi bedah Caesar (Caesarean Section atau Cesarean Section)
atau biasa disebut juga dengan seksio sesarea (disingkat SC) adalah suatu
persalinan buatan, di mana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada
dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh
serta berat janin di atas 2500 gram.1
Operasi bedah Caesar tidak dapat dilaksanakan jika belum terdapat
persetujuan dari pasien atau anggota keluarganya mengenai tindakan
pembedahan tersebut. Dokter (Rumah Sakit) tidak dapat melakukan
tindakan medis berupa operasi hanya berdasarkan transaksi terapeutik
(perjanjian terapeutik).
Perjanjian terapeutik merupakan perjanjian yang dilakukan antara
dokter dan pasien untuk tindakan medis yang akan dilakukan. Perjanjian
terapeutik adalah persetujuan yang terjadi antara dokter dengan pasien yang
bukan di bidang pengobatan saja tetapi lebih luas, mencakup bidang
diagnostik, preventif, rehabilitatif, maupun promotif.2
Informasi mengenai tindakan yang dilakukan, manfaat dan risikonya
menjadi hak pasien karena kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia.
Aktivitas seseorang dapat dilakukan dan berlangsung dengan baik jika
kondisi seseorang tersebut sehat. Pembangunan juga dapat berlangsung
dengan baik jika masyarakat memiliki derajat kesehatan yang tinggi.
1Hanifa Wiknjosastro dkk, 1989, Ilmu Bedah Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, hal. 14
2 M. Jusuf Hanafiah dan Amri Amir, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Edisi 3.
Jakarta: hal. 39
II
Perjanjian yang dibuat menimbulkan hak dan kewajiban bagi para
pihak. Hak yang dimiliki manusia di bidang kesehatan umumnya adalah
hak atas pelayanan kesehatan (right to health care) yang dirangkum dalam
Rights of self determinations (TROS) yaitu hak dasar atau hak primer
individual yang terdiri dari:3 1) Hak atas 'privacy', melahirkan hak pasien
yang menyangkut segala sesuatu mengenai keadaan diri atau badannya
sendiri yang tidak ingin diketahui orang lain, kecuali dokter yang
memeriksanya. Hak ini dikenal sebagai hak pasien atau rahasia kedokteran;
2) hak atas tubuhnya sendiri.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No
585/Menkes/Per/XI/1989 Pasal 1 menyebutkan bahwa persetujuan tindakan
medis atau Informed Consent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien
atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang akan
dilakukan dokter terhadap pasien tersebut. Informasi tentang tindakan
medis harus diberikan kepada pasien, baik diminta atau tidak oleh pasien
tersebut.
Kemudian berdasarkan informasi tersebut pasien akan memutuskan
untuk menyetujui tindakan operasi yang ditawarkan atau menolak
persetujuan yang diberikan secara tertulis maupun lisan. Apabila pasien
menyetujui untuk dilaksanakannya tindakan operasi Caesar atas informasi
yang diberikan oleh dokter, maka pasien harus menandatangani persetujuan
secara tertulis.
3 Danny Wiradharma, 1996, Penuntun Kuliah Hukum Kedokteran, Jakarta: Binarupa
Aksara, hal. 40.
III
Informasi yang diberikan oleh dokter adalah mengenai tindakan apa
yang akan dilakukan oleh dokter, maka sejak pasien menandatangani
persetujuan atas informasi yang diberikan oleh dokter serta keuntungan dan
kelemahan setelah tindakan operasi bedah Caesar tersebut, berarti pada saat
itulah dokter dapat melakukan operasi bedah Caesar.
Berdasarkan penjelasan dalam latar belakang permasalahan tersebut
diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1)
Bagaimanakah perjanjian yang dilaksanakan antara dokter dan pasien
dalam operasi bedah Caesar?. 2) Bagaimanakah tanggung jawab hukum
tenaga medis apabila terjadi kesalahan dalam pelaksanaan operasi bedah
Caesar?
Dalam setiap penelitian diharapkan adanya suatu tujuan dan manfaat
serta kegunaan yang dapat diambil dari penelitian. Adapun manfaat dan
tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Untuk
mendeskripsikan dan mengkaji perjanjian yang dilaksanakan antara dokter
dan pasien dalam operasi bedah Caesar. 2) Untuk mendeskripsikan dan
mengkaji tanggung jawab tenaga medis apabila terjadi kesalahan dalam
pelaksanaan operasi bedah Caesar.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1) Manfaat Akademis:
Untuk menambah bahan ilmu pengetahuan dalam bidang hukum perdata
terutama mengenai hukum kesehatan dan menambah pustaka bagi siapa
saja khususnya mahasiswa/akademisi yang ingin mengetahui, mempelajari
dan menganalisa secara lebih mendalam pengetahuan tentang aspek hukum
IV
dalam tindakan medis operasi bedah Caesar. 2) Manfaat Praktis: Dapat
memberikan masukan bagi pihak-pihak yang memberikan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat untuk lebih memperhatikan standar etika dan
hukum. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data yang berguna bagi
masyarakat pada umumnya dan para pembaca pada khususnya mengenai
hal-hal yang dapat dilakukan untuk mempertahankan haknya sebagai pasien
saat mendapatkan layanan kesehatan kaitannya mereka yang melakukan
operasi bedah Caesar.
Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah: Ruang
lingkup penelitian merupakan bingkai penelitian yang menggambarkan
penelitian, mempersempit permasalahan dan membatasi area penelitian.
Dengan ruang lingkup penelitian juga menunjukkan secara pasti variabel-
variabel mana yang akan diteliti dan mana yang tidak atau untuk
menentukan apakah semua variabel yang berkaitan dengan penelitian akan
diteliti ataukah akan di eliminasi sebagian.
Sehingga sesuai dengan latar belakang permasalahan dan
perumusannya, serta untuk menjaga agar tidak menimbulkan interpretasi
yang luas mengenai masalah yang dibahas, maka dalam penelitian ini perlu
diberikan pembatasan-pembatasan yang membatasi ruang lingkup
kajiannya. Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah khusus pada
upaya perlindungan hukum pasien yang melahirkan secara Caesar akibat
kelalaian tindakan medik.
V
II. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Prosedur Pelaksanaan Perjanjian
Perjanjian yang dilakukan dalam perjanjian yang dilaksanakan antara
dokter dan pasien dalam operasi bedah Caesar adalah sebagai berikut:
Pemberian Informasi dari Dokter kepada Pasien (Informed Consent), Informed
Consent adalah suatu izin atau pernyataan persetujuan dari pasien yang
diberikan sebagai suatu izin atau pernyataan setuju dari pasien setelah ia
mendapat informasi yang dipahaminya dari dokter tentang penyakitnya.
Informasi yang diberikan dokter adalah mengenai kemungkinan terjadinya
resiko yang dapat membahayakan pasien, keuntungan dan kerugian dari
tindakan operasi yang akan dilaksanakan, kemungkinan rasa sakit atau lainnya.
Mengenai jenis-jenis informasi yang diberikan dalam informed consent,
menurut hasil wawancara dengan dr. I Nyoman Dwija Putra, Sp.B menyatakan
bahwa penjelasan yang diberikan oleh dokter adalah sebagai berikut:4 1.
Prosedur medik yang akan dilakukan ini merupakanprosedur terapeutik atau
prosedur diagnosis; 2. Risiko dari tindakan kedokteran pada pasien melahirkan.
Menurut Pasal 5 ayat 1 Permenkes Nomor 585 Tahun 1989 menyatakan bahwa
“informasi yang diberikan mencakup keuntungan dan kerugian dari tindakan
medik yang akan dilakukan baik diagnosis maupun terapeutik”. Risiko tersebut
harus dijelaskan secara lengkap dan jelas kepada pasien. Adapun risiko yang
harus dijelaskan tersebut meliputi berat ringannya risiko, kemungkinan risiko
4dr. I Nyoman Dwija Putra, Sp.B 2016, Dokter di Bagian Bedah, RSUD Kota Mataram,
tanggal 28 Oktober 2016, Pukul 11.36.
VI
tersebut timbul, dan kapan risiko tersebut timbul seandainya tindakan tersebut
dilakukan; 3. Penjelasan tentang tujuan tindakan kedokteran pada pasien
melahirkan. Setiap pasien yang datang ke rumah sakit mempunyai harapan
bahwa setiap tindakan yang dilakukan oleh dokter akan mengurangi
penderitaannya. Berkaitan dengan pasien melahirkan, maka pasien datang ke
rumah sakit untuk mengeluarkan bayi yang dikandungnya; 4. Alternatif
tindakan kedokteran lain yang tersedia. Dalam memberikan informasi, dokter
harus menjelaskan mengenai alternatif tindakan kedokteran yang akan
dilakukannya tersebut. Alternatif pertama yang ditawarkan kepada pasien
merupakan pilihan yang terbaik untuk pasien; 5. Penjelasan mengenai
prognosis dan biaya . Dalam pemberian informasi, dokter harus menjelaskan
mengenai jalannya penyakit, hal ini bertujuan agar pasien benar-benar
mengetahui keadaan yang terjadi pada dirinya. Selain itu dijelaskan juga
mengenai biaya yang harus dibayar dari tindakan kedokteran yang harus
dilakukan terhadapnya, hal ini bertujuan agar dapat memberikan pertimbangan
bagi pasien dalam mengambil keputusan; a. Perjanjian Tindakan Operasi Bedah
Caesar Atas Dasar Informed Consent; Sebelum dilakukan tindakan operasi
Caesar dilaksanakan, pihak Rumah Sakit memberikan dokumen perjanjian
tindakan kedokteran atas dasar informed consent yang harus ditanda tangani
oleh keluarga sebagai penanggung jawab. Dokumen perjanjian atas dasar
informed consent terdiri dari 4 lembar yaitu informasi dan persetujuan tindakan
kedokteran, persetujuan penggunaan darah dan produk darah, persetujuan
tindakan anestesi, persetujuan tindakan dan pengobatan yang berisiko tinggi; b.
VII
Sifat Perjanjian Operasi Bedah Caesar Atas Dasar Informed Consent; Sifat
perjanjian ini bersifat mutlak, artinya harus ada (wajib) persetujuan dari pasien
atau keluarganya sebelum tindakan operasi dilaksanakan. Jika pelaksanaan
perjanjian antara pihak rumah sakit dan pasien melahirkan tanpa adanya
pemberian informed consent menurut Pasal 1320 KUH Perdata dapat
dinyatakan sebagai suatu perjanjian yang tidak sah.
Setelah mempertimbangkan, pasien akan memberikan keputusan yang
terdiri dari dua kemungkinan keputusan, yaitu: 1) Menolak, Apabila pasien
menolak untuk dilakukan tindakan kedokteran tersebut, meskipun telah
mendapatkan penjelasan dari dokter mengenai konsekuensi penolakan tersebut,
maka pasien diharuskan mengisi dan menandatangani surat penolakan. Hal
tersebut dimaksudkan agar jika terjadi sesuatu di kemudian hari, dokter tidak
dipersalahkan atas hal tersebut. 2) Menerima, Pasien yang memutuskan untuk
menjalani tindakan kedokteran, maka antara pasien dan pihak rumah sakit
mengadakan suatu perjanjian untuk melakukan tindakan kedokteran tersebut.
Pasien yang menyetujui tindakan kedokteran tersebut diharuskan: a) Mengisi
identitas dengan jelas; b) Mengisi identitas keluarga terdekat pasien yang
berwenang memberikan persetujuan/ijin dan selanjutnya menuliskan hubungan
dengan pasien tersebut (sebagai suami, orang tua, anak atau wali); c)
Menandatangani dan mencantumkan nama jelas pada kolom yang tersedia.
Mengenai penandatanganan surat persetujuan tersebut dilakukan oleh
pasien atau keluarganya. Dari pihak Rumah Sakit, diwakili oleh dokter
operator. Serta dilakukan dihadapan dua orang saksi di antaranya satu orang
VIII
saksi dari pihak Rumah Sakit dan satu orang saksi dari pihak pasien. Bagi
pasien yang akan melakukan tindakan operasi, maka disertai tanda tangan
dokter anastesi; a. Bentuk Perjanjian Operasi Bedah Caesar Atas Dasar
Informed Consent, Pihak Rumah Sakit telah menyediakan suatu formulir yang
berisi klausul-klausul untuk adanya kesepakatan dan persetujuan atau
pernyataan tidak setuju dari para pihak untuk mengadakan suatu perjanjian
terapeutik.
Tanggung jawab hukum dokter apabila terjadi kesalahan dalam pelaksanaan
operasi bedah Caesar
1. Dasar hukum tanggung jawab atas kesalahan dan kelalaian
Pada dasarnya untuk menuntut tanggung jawab dokter yang
mengoperasi bedah Caesar karena kesalahan yang mengakibatkan kerugian
bagi pasien ada 2 macam yaitu: a.Tanggung jawab atas kerugian yang
didasarkan karena wanprestasi; Wanprestasi adalah suatu keadaan dimana
seorang tidak dapat memenuhi kewajibannya yang didasarkan pada suatu
perjanjian atau kontrak. Oleh karena itu kesalahan dokter dalam menjalankan
profesinya yang disebabkan karena wanprestasi berkaitan dengan adanya
kontrak terapeutik yang pada dasarnya ada kaitannya dengan kewajiban yang
timbul dari kontrak terapeutik tersebut menurut sifat kontrak yang diharuskan
oleh kepatutan, kebiasaan, dan undang-undang. Dengan demikian pasien harus
dapat membuktikan bahwa akibat kerugian yang timbul karena tidak
dipenuhinya kewajiban dokter sesuai dengan standar profesi medis yang
IX
berlaku dalam kontrak terapeutik; b. Tanggung jawab dokter atas kerugian
yang disebabkan karena perbuatan melawan hokum; Dokter adalah seorang
profesianal. Sebagai seorang yang professional dalam menjalankan tugasnya
terkait pada kode etik tertentu sebagai mekanisme control terhadap tingkah
lakunya yaitu didasarkan pada keputusan mentri kesehatan RI No.
443/Men.Kes/SK/X/1983 tentang berlakunya kode etik kedokteran Indonesia
(KODEKI) bagi para dokter di Indonesia, sebagai seorang yang professional
dibidang kedokteran dalam melakukan pelayanan medis harus memenuhi
standar profesi. Menurut pendapat Leenen bahwa standar profesi medis
adalah: Berbuat secar atelitif menurut ukuran medis, sebagai seorang dokter
yang memiliki kemampuan rata-rata dibandingkan dengan sarana upaya yang
sebanding dengan tujuan yang konkrit tindakan medis tersebut.5
Sehubungan dengan itu, jika seorang dokter dalam melakukan
pelayanan medis tidak sesuai dengan standar profesi medis yang disyaratkan
maka dokter tersebut dikatakan melakukan kesalahan profesianal. Kesalahan
profesianal dalam kepustakaan dikenal dengan Medical Malpratice.
Kesalahan profesianal dokter (Medical Malpratice) adalah kesalahan
dalam menjalankan profesi medis yang tidak sesuai dengan standar profesi
medis atau tidak melakukan tindakan medis menurut ukuran tertentu yang
didasrkan pada ilmu pengetahuan medis dan pengalaman yang rata-rata
dimiliki seseorang dokter menurut situasi dan kondisi dimana tindakan medis
itu dilakukan.
5 Fred Ameln, Tanggung Jawab Rumah Sakit Dan Tenaga, Jakarta, 1992, hal 52
X
Selanjudnya tanggung jawab dapat timbul berdasarkan pada perjanjian
dan perbuatan melawan hukum. Tanggung jawab karena melawan hukum
merupakan salah satu bentuk pertanggung jawaban yang didasarkan pada
ketentuan pasal 1365 KUHPerdata dikatakan; Tiap tindakan oleh seseorang
yang menimbulkan kerugian pada orang lain menyebabkan orang yang
menimbulkan kerugian itu bertanggung jawab untuk membayar kerugian,
Pasal 1366 KUHPerdata disebutkan bahwa; Orang harus bertanggung jawab
tidak hanya untuk kerugian yang ditimbulkan dengan sengaja melainkan juga
untuk kerugian yang disebabkan oleh kelalaian atau kealpaan, Pasaal 1367
KUHPerdata ditentukan bahwa; Orang dianggap bertanggung jawab tidak
hanya untuk kerugian yang disebabkan oleh perbuatannya sendiri melainkan
juga kerugian-kerugian dari orang-orang bagi siapa bertanggung jawab atau
oleh benda yang berada dibawah pengawasannya.
Dengan demikian menuntur pertanggung jawaban dokter yang
didasarkan atas perbuatan melawan hukum, maka pasien harus dapat
membuktikan bahwa kerugian yang dideritanya disebabkan oleh keslahan-
kesalahan dokter yang: 1) Bertentangan dengan kesalahan profesional; 2)
Melanggar hak pasien yang timbul dari kewajiban profesionalnya; 3)
Bertentangan dengan kesusilaan; 4) Bertentangan dengan kepatutan dalam
masyarakat.
Kontrak kerja antara Rumah Sakit dan dokter untuk melakukan
pelayanan medis di Rumah Sakit merupakan perjanjian untuk melakukan jasa
(Pasal 1601 KUHPerdata). Dalam arti bahwa pihak yang satu menghendaki
XI
dari pihak yang lain untuk melakukan suatu pelayanan jasa. Dalam hal ini
pihak Rumah Sakit menghendaki dari dokter untuk melakukan jasa pelayanan
medis.
Hubungan Rumah Sakit dengan pasien pada mulanya hanya
merupakan suatu hubungan di dalam perawatan. Dalam arti bahwa Rumah
Sakit hanya memberikan suatu perawatan yang baik dan wajar dengan
menyediakan kamar dan tempat tidur.6 Pada saat sekarang fungsi Rumah Sakit
disamping dalam upaya perawatan, juga pelayanan medis.
Perjanjian perawatan dimana terdapat kesepakatan antara Rumah Sakit
dan pasien bahwa Rumah Sakit menyediakan kamar perawatan dan tenaga
perawat untuk melakukan tindakan perwatan, sedangkan perjanjian
pelayanan medis di mana terdapat kesepakatan bahwa tenaga medis di Rumah
Sakit akan berupaya secara maksimal untuk menyembuhkan pasien melalui
tindakan medis.7
Oleh karena itu hubungan antara Rumah Sakit dan pasien merupakan
hubungan hukum maka timbul hak dan kewajiban antara kedua belah pihak.
Hak pasien dapat dibedakan antara hak-hak yang timbul dari hubungan antara
pasien dan Rumah Sakit dan kewajiban yang timbul dari kewajiban Rumah
Sakit berdasarkan ketentuan–ketentuan didalam pelayanan kesehatan.
2. Pelaksanaan tanggung jawab
Berdasarkan hasil penelitian, ada dua pihak yang bertanda tangan
dalam perjanjian tindakan operasi Caesar di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
6J. Guwandi, Dokter Dan Rumah Sakit, Fakultas Kedokteran UI, 1991, hal 41. Dalam buku
Dilema Etika Dan Hukum Dalam Pelayanan Medis, hal 76-77 7 Fred Amel, Op.cit, hal 42
XII
Mataram yaitu pihak pasien dan pihak dokter yang mewakili Rumah Sakit. a.
Hak dan Kewajiban pasien; Hak pasien mencakup hak atas informasi medik,
hak memberikan persetujuan tindak medik, hak untuk memilih dokter dan
Rumah Sakit, hak atas rahasia medik, hak untuk menolak pengobatan atau
perawatan secara tindak medik, hak untuk mendapat penjelaskan lain (second
opinion), serta hak untuk mengetahui isi rekam medik.
Dan kewajiban pasien ini sesuai dengan yng diatur dalam Pasal 43 UU
No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, yang meliputi: memberi
informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya, mematuhi
nasihat dan petunjuk dokter dan dokter gigi, mematuhi ketentuan yang berlaku
di saryankes, dan memberi imbalan jasa atas pelayanan yang diterima; a. Hak
dan Kewajiban Dokter; Hak-hak dokter antara lain adalah sesuai dengan hak-
hak dokter yang diatur pada Pasal 50 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran bahwa dokter dalam melaksanakan praktek
kedokteran mempunyai hak, yaitu: memperoleh perlindungan hukum
sepanjang menjalankan tugas sesuai standar profesi dan standar prosedur
operasi, memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau
keluarganya, serta menerima imbalan jasa. Hak-hak dan kewajiban dokter di
atas sesuai literatur yang diperoleh dari Surat Edaran Dirjen Pelayanan Medik
Nomor YM.02.04.3.5.2504 tanggal 10 Juni 1997 menyebutkan dokter
memiliki hak, yaitu: Mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan profesinya, memperoleh informasi yang lengkap dan jujur
dari pasien, hingga hak mendapatkan imbalan atas jasa profesi.
XIII
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perjannjian yang dilakukan oleh dokter dan pasien dalam oprasi bedah
Caesar adalah; a) Perjanjian yang di dasarkan kepada perjanjian teraupentik
dengan pemberian informasi kepada pasien yang di dasarkan pada informed
consent yang berisi: 1) Prosedur yang akan dilakukan ini merupakan
prosedur traupentik dan diagnosis. 2) Penjelasan tentang bagaimana
tindakan dokter pada pasien malpraktik. 3) Alternatif tindakan kedokteran
lain yang tersedia. 4) Penjelasan mengenai proses dan biaya.
2. Tanggung jawab hukum dokter apabila terjadi kesalahan dalam pelaksanaan
operasi bedah Caesar; a) Tanggung jawab atas kerugian yang didasarkan
karena wanprestasi; 1) Kesalahan dokter dalam menjalankan profesinya
yang disebabkan karena wanprestasi berkaitan dengan adanya kontrak
terapeutik yang pada dasarnya ada kaitannya dengan kewajiban yang timbul
dari kontrak terapeutik tersebut menurut sifat kontrak yang diharuskan oleh
kepatutan, kebiasaan, dan undang-undang. Dengan demikian pasien harus
dapat membuktikan bahwa akibat kerugian yang timbul karena tidak
dipenuhinya kewajiban dokter sesuai dengan standar profesi medis yang
berlaku dalam kontrak terapeutik. b) Tanggung jawab dokter atas kerugian
yang disebabkan karena perbuatan melawan hukum; Dokter adalah seorang
profesianal. Sebagai seorang yang professional dalam menjalankan
XIV
tugasnya terkait pada kode etik tertentu sebagai mekanisme kontrol
terhadap tingkah lakunya yaitu didasarkan pada keputusan mentri kesehatan
RI No. 443/Men.Kes/SK/X/1983 tentang berlakunya kode etik kedokteran
Indonesia (KODEKI) bagi para dokter di Indonesia.
Tanggung jawab dapat timbul berdasarkan pada perjanjian dan
perbuatan melawan hokum (Onrechtmatigedaad). Tanggung jawab karena
melawan hukum merupakan salah satu bentuk pertanggung jawaban yang
didasarkan pada ketentuan pasal 1365 KUHPerdata dikatakan ; Tiap
tindakan oleh seseorang yang menimbulkan kerugian pada orang lain
menyebabkan orang yang menimbulkan kerugian itu bertanggung jawab
untuk membayar kerugian, pasal 1366 KUHPerdata disebutkan bahwa ;
Orang harus bertanggung jawab tidak hanya untuk kerugian yang
ditimbulkan dengan sengaja melainkan juga untuk kerugian yang
disebabkan oleh kelalaian atau kealpaan, pasal 1367 KUHPerdata
ditentukan bahwa; Orang dianggap bertanggung jawab tidak hanya untuk
kerugian yang disebabkan oleh perbuatannya sendiri melainkan juga
kerugian-kerugian dari orang-orang bagi siapa bertanggung jawab atau oleh
benda yang berada dibawah pengawasannya. Dengan demikian ada dua
dasar hukum utama pertanggung jawaban yaitu pertanggung jawaban
berdasarkan pada perjanjian dan pertanggung jawaban karena perbuatan
melawan hukum.
Dengan demikian menuntut pertanggung jawaban dokter yang
didasarkan atas perbuatan melawan hukum, maka pasien harus dapat
XV
membuktikan bahwa kerugian yang dideritanya disebabkan oleh kesalahan-
kesalahan dokter yang: 1) Bertentangan dengan kesalahan profesional; 2)
Melanggar hak pasien yang timbul dari kewajiban profesionalnya; 3)
Bertentangan dengan kesusilaan; 4) Bertentangan dengan kepatutan dalam
masyarakat.
Dengan demikian, kemajuan ilmu pengetahuan khususnya dibidang
kedokteran dan dengan semakin banyaknya spesialisasi dari para dokter
maka tidak menutup kemungkinan bagi para dokter yang bukan staf medis
dari Rumah Sakit yang bersangkutan dapat melakukan upaya pelayanan
medis pada Rumah Sakit tersebut.
Kontrak kerja antara Rumah Sakit dan dokter untuk melakukan
pelayanan medis di Rumah Sakit merupakan perjanjian untuk melakukan
jasa (Pasal 1601 KUHPerdata) . dalam arti bahwa pihak yang satu
menghendaki dari pihak yang lain untuk melakukan suatu pelayanan jasa.
Dalam hal ini pihak Rumah Sakit menghendakidari dokter untuk
melakukan jasa pelayanan medis.
Perjanjian perawatan dimana terdapat kesepakatan antara Rumah
Sakit dan pasien bahwa Rumah Sakit menyediakan kamar perawatan dan
tenaga perawat untuk melakukan tindakan perwatan, sedangkan perjanjian
pelayanan medis di mana terdapat kesepakatan bahwa tenaga medis di
Rumah Sakit akan berupaya secara maksimal untuk menyembuhkan pasien
melalui tindakan medis.
XVI
Oleh karena itu hubungan antaran Rumah Sakit dan pasien
merupakan hubungan hukum maka timbul hak dan kewajiban antara kedua
belah pihak. Hak pasien dapat dibedakan antara hak-hak yang timbul dari
hubungan antara pasien dan Rumah Sakit dan kewajiban yang timbul dari
kewajiban Rumah Sakit berdasarkan ketentuan–ketentuan didalam
pelayanan kesehatan.
B. Saran
1. Saran bagi pasien yaitu saat memeriksakan kehamilan, pasien harus
memberikan informasi secara jelas mengenai perkembangan kehamilan dan
riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita dan pasien harus lebih
memperluas wawasannya mengenai hak-hak pasien dalam pelayanan medis.
Apabila dokter atau Rumah Sakit tidak melaksanakan pelayanan sesuai
standar pelayanan medis tersebut maka pasien dapat mengajukan tuntutan
ganti rugi.
2. Saran bagi dokter atau pihak medis yaitu dokter haruslah memberikan
informasi kepada pasien secara jelas sehingga informasi tersebut dapat
dipahami oleh pasien dan dokter dalam memberkan pelayanan medis
hendaklah sesuai dengan standar profesi kedokteran, dan berusaha
semaksimal mungkin untuk meminimalkan risiko.
Saran bagi Rumah Sakit yaitu pihak Rumah Sakit hendaklah
menyediakan sarana dan prasarana medis yang lebih lengkap sehingga
XVII
mempermudah kerja dokter dalam melakukan pemeriksaan dan diagnosis
dan dokumen persetujuan tindakan hendaknya dibuat lebih jelas dan dapat
dipahami oleh berbagai tingkatan sosial pasien, sehingga pasien yang
tingkat pendidikanmua rendah dapat memahami persetujuan tersebut.
Saran bagi pemerintah yaitu pemerintah selaku pembuat undang-
undang diharapkan dapat menyempurnakan peraturan perundang-undangan
yang mengatur masalah kesehatan sehingga dapat mengikuti perkembangan
masalah kesehatan yang semakin variatif.
.
DAFTAR PUSTAKA
1. BUKU- BUKU
Danny Wiradharma, 1996, Penuntun Kuliah Hukum Kedokteran, Jakarta:
Binarupa Aksara, hal. 40.
Fred Ameln, Tanggung Jawab Rumah Sakit Dan Tenaga, Jakarta, 1992, hal 52.
Hanifa Wiknjosastro dkk, 1989, Ilmu Bedah Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, hal. 14.
J. Guwandi, Dokter Dan Rumah Sakit, Fakultas Kedokteran UI, 1991, hal 41.
Dalam Buku Dilema Etika Dan Hukum Dalam Pelayanan Medis, hal
76-77.
M. Jusuf Hanafiah dan Amri Amir, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan.
Edisi 3. Jakarta: hal. 39.
2. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Indonesia, Undang –Undang Praktik kedokteran Nomor 29 Tahun 2004
Tentang Praktik Kedokteran, LN Nomor 4431
Indonesia, Peraturan Mentri Kesehatan Repbulk Indonesia Nomor
1871/menkes/per/IX/2011.
3. Hasil wawancar
dr. I Nyoman Dwija Putra, Sp.B 2016. Dokter di Bagian Bedah RSUD Kota
Mataram.
4. INTERNET
http://bidanku.com/persalinan-dengan-operasi-caesar. Akses 12 Maret 2015.
Recommended