View
24
Download
8
Category
Preview:
DESCRIPTION
tentir kedokteran
Citation preview
1
TENTIR GASTROINTESTINAL 2011
SUMATIF II - PART IV
Riska Wahyuningtyas
Fitriana Nur Rahmawati Hasna Afifah
T-18 TATALAKSANA NUTRISI GANGGUAN GASTROINTESTINAL PADA ANAK
Kali ini kita akan belajar bagaimana penatalaksanaan nutrisi berbagai gangguan/penyakit GI
pada anak. Nah, di sini ada tiga hal mendasar dalam tatalaksana pada pasien, yaitu
perhatikan obat-obatan (medikamentosa), nutrisi, Pengasuhan/
perawatan(nursing)-yang tentu saja dilakukan oleh perawat.
Mengapa kita perlu memberikan penatalaksanaan nutrisi ke anak-anak? Karena seperti
yang telah kita pelajari dalam modul TUMBANG dulu, anak itu masih dalam masa
pertumbuhan dan perkembangan, jika ia sakit bukan etiologi sakitnya saja yang perlu
diberantas, namun juga perlu mencegah kegagalan tumbuh. Jadi, pada dasarnya tujuan
penatalaksanaan ini adalah agar anak-anak tetap bisa tumbuh dan berkembang dengan
optimal (alias pertumbuhannya gak ikut terganggu juga karena kesehatan GI-nya
terganggu) dengan kata lain mencegah FTT (Fail To Thrive) dan juga mencegah malnutrisi
(khususnya pada pasien yang ada sedang dirawat, bahaya kan udah bagus2 dikasih obat
buat sakitnya, eh nutrisinya diabaikan, so alhasil pengobatannya akan sia2 belaka). Kenapa
bisa begitu? Selain itu, kata dr. Aryo, jika ada anak sakit terus diobati dan nutrisinya buruk,
maka penyembuhannya akan lebih lama dibandingkan dengan anak yang sakit diobati dan
nutrisi terjaga dengan baik.
Nah, khusus untuk kasus pediatrik atau anak-anak, perlu perawatan nutrisi khusus, di
antaranya terdiri dari:
1. Penilaian status gizi dia masuk gizi normal,malnutrisi atau obesitas
2. Kebutuhan nutrisi: kalori, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral. Kalau pada
pasien dengan kelainan paru-paru tidak boleh diberikan karbohidrat dalam jumlah
besar karena dapat meningkatkan jumlah karbondioksida dan menurunkan
kemampuan untuk bernafas.
3. Penentuan: formula, rute pemberian
4. Pengawasan monitor apakah pemberian nutrisi udah tepat atau belum
Ada dua jenis cara pemberian nutrisi, yang pasti temen-temen udah pada tau semua, yaitu
oral/enteral dan parenteral. Oral/enteral (kata dokternya sih cara yang IKHLAS alias
tidak dipaksakan) berarti nutrisinya masuk lewat GI tract, entah lewat mulut, lewat NGT,
transpylorik (NDT-NasoDuodenalTube/NJT-Naso Jejunal Tube), percutaneous
gastrojejunostomy (alatnya dimasukin lewat kulit,lalu dilubangin hingga masuk ke lambung
dan nyampek ke jejunum)-biasanya alat ini dipasang pada pasien dengan cerebral palsy, di
mana kemampuan oral motoriknya udah gak bagus lagi, bolus atau intermiten (diberi
makan tiap 1 jam, misalnya), atau gak secara terus-terusan (24 jam nonstop, biasanya
pada pasien yang tidak sadar). Klo parenteral berarti yang selain jalur GI, misalnya lewat
intravena, intramuskular, dll.
2
Untuk gambar gastrostomi ada di slide 9 yah.,,,,
Lalu, nutrisi apa saja yang bisa masuk lewat jalur enteral maupun parenteral?
Kalau nutrisi enteral ya sama saja kayak makanan yang bisa dimakan orang dewasa
(solid food-makanan padat), ditambah ASI, susu formula (macam-macamnya:
standard formula untuk bayi usia 0-8 bulan, follow up untuk bayi usia 6-12 bulan,
growing up untuk bayi usia lebih dari 12 bulan). Ada juga formula khusus yang
ditujukkan bagi anak yang tidak cukup bulan (lahir prematur), hypoallergic, hanya
mengandung kedelai, rendah/bebas laktosa, modular (hanya mengandung 1 makronutrien,
misal hanya karbohidrat saja, protein saja), high density (misalnya pediasure, dimana
dalam 1 cc mengandung 1 kalori). Sedangkan untuk nutrisi parenteral, ia harus dalam
bentuk khusus dulu baru bisa digunakan, seperti protein dalam bentuk asam amino,
karbohidrat dalam bentuk dekstrosa, lemak dalam bentuk emulsi lemak, vitamin dalam
bentuk multivitamin intravena, dan mineral dalam bentuk elektrolit dan trace
elements.
Dalam pemberian nutrisi secara parenteral, lalu kapan kita pake vena perifer atau vena
sentral?
Pake vena sentral (misal.vene jugularis atau cubiti) jika umurnya bayi udah lebih
dari 2 minggu, osmolaritasnya > 960, dan terdapat restriksi cairan. Retensi cairan juga
diperlukan pada bayi dengan penyakit jantung.
Pake vena perifer jika umurnya < 2 minggu, osmolaritasnya 600-800, dan tidak
terdapat restriksi cairan
Sebelumnya perlu kita ingat kembali dasar pemberian makanan pada bayi berdasarkan
usianya:
Umur (bulan) Makanan
0-6 ASI/susu formula
6-12 ASI/susu formula
Makanan setengah padat & padat
>12 ASI/susu formula
Makanan padat/makanan keluarga
1. Muntah
Pada kasus muntah hijau, bayi harus diperlalukan seperti kasus obstruksi sampai terbukti
bukan obstruksi. Tapi kalau ternyata bukan muntah karena obstruksi, tatalaksananya,
antara lain:
1. Pemberian makanan dalam jumlah kecil tetapi sering (misalnya jadi separuh porsi
sebelumnya)
2. Pemilihan makanan menurut umur anak (maksudnya jika umurnya < 6 bulan ya tetep
dikasih ASI saja, 8 bulan tetap makan seperti biasanya pake ASI/susu formula
ditambah makanan setengah padat, intinya tidak ada menu makan yang dirubah).
3. NGT (naso gastric tube) terkadang dibutuhkan, untuk pemberian:
a. Susu formula
b. Makanan cair
NGT ini hanya digunakan JIKA pemberian secara enteral gagal. Ingat hindari
penggunaan jalur parenteral sebisa mungkin.
2. Diare Akut
Manajemen diet bergantung pada umur dan riwayat diet pasien
Praktik pemberian makanan pada bayi tetap (tidak diganti menunya)
o 0-6 bulan: ASI/susu formula
o 6-12 bulan: ASI/susu formula, makanan setengah padat & padat
o >12 bulan: makanan padat/keluarga
Gambar Naso Gatric Tube (NGT) Biasanya pada bayi (terutama bayi prematur) gak dipasang NGT untuk memberi nutrisi, soalnya lubang hidungnya masih kecil, dikhawatirkan
terjadi sesak nafas, oleh karenanya digunakan OGT (Oral
gastric tube) pada bayi2 ini. Namun, sebenarnya
dibandingkan OGT, NGT lebih bagus karena dapat difiksasi
lebih mudah.
Gambar Naso Duodenal Tube(NDT)
Dalam pemasangan alat ini tidak semudah NGT, dimana
perlu panduan alat USG pada saat memasangnya dalam tubuh pasien. Tapi,
keunggulannya alat ini bisa dipake lama sekitar 1 bulan, sementara NGT hanya boleh dipake paling tidak 3-5 hari, dan kemudian harus ganti
dengan alat yang baru.
3
Namun, jika terdapat dehidrasi langkah awal adalah rehidrasi secepatnya atau nggak
kasih obat diare anjuran WHO yaitu zink.
Berikut ini penatalaksaan nutrisi Diare akut berdasarkan usia dan diet:
Bayi 0-6 Bulan: Tidak Dehidrasi, Dehidrasi Ringan-Sedang
Teruskan ASI
ORS (oral rehydration solution)
Bayi 0-6 Bulan dengan Susu Formula: Tidak Dehidrasi, Dehidrasi Ringan-Sedang
Teruskan susu formula
ORS
Susu formula yang diencerkan tidak memberikan manfaat
Bayi 0-6 Bulan dengan Susu Formula: Dehidrasi Berat
IVFD
Teruskan susu formula
ORS
Susu formula yang diencerkan tidak memberikan manfaat
Formula bebas laktosa (Pada dehidrasi berat sering sekali disertai intoleransi
laktosa, oleh karenanya sementara diberi formula bebas laktosa selama kurang
lebih 2 minggu untuk mengistirahatkan villi)
Bayi 6-12 Bulan
Teruskan ASI/susu formula
ORS
Makanan setengah padat/padat
Bayi 6-12 Bulan: Tidak Dehidrasi, Dehidrasi Ringan-Sedang
Teruskan ASI/susu formula
ORS
Makanan setengah padat/padat sebaiknya diteruskan
Maknaan tinggi karbohidrat sederhana sebaiknya dihindari
Diet sangat spesifik seperti BRAT (bananas, rice, apple sauce & toast) biasanya
dianjurkandi Amerika. Banana dianjurkan karena mengandung kalium yang
dapat menurunkan risiko kembung, mengandung serat dan pectin, dimana pectin
ini dapat mengentalkan feses.
Bayi 6-12 Bulan: Dehidrasi Berat
IVFD
Teruskan ASI/susu formula (bebas laktosa)
ORS
Makanan seteangah padat/padat sebaiknya dilanjutkan
Makanan tinggi karbohidrat sederhana sebaiknya dihindari
Diet sangat spesifik seperti BRAT (bananas, rice, apple sauce & toast) biasanya
dianjurkan
Anak-anak Di Atas 1 Tahun
Teruskan ASI/susu formula
ORS
Makanan padat sebaiknya dilanjutkan
Makanan tinggi gula sederhana sebaiknya dihindari
Diet sangat spesifik seperti BRAT (bananas, rice, apple sauce & toast) biasanya
dianjurkan
3. Diare Kronik
Prinsip penatalaksanaan nutrisi pada diare kronik:
Bayi dengan diare yang sulit diatasi berisiko malnutrisi dan sebaiknya melakukan
skrining nutrisi untuk mengidentifikasi siapa saja yang membutuhkan permeriksaan
nutrisi formal dengan pengembangan perencanaan pengawasan nutrisi
Diare kronik > 2mgg pemberian nutrisi tidak bisa sama bila sudah ada sindroma
malabsorpsi (malabsorbsi lemak, protein, maupun karbohidrat) tidak bisa kasih
makanan biasa lagi, harus kasih yang gampang dicerna. Lemak dalam bentuk MCT –
trigliserida rantai pendek, protein dalam bentuk protein hidrolisa, dan karbohidrat
dalam bentuk maltodekstrosa.
Usahakan enteral dulu. Kalau villi sudah habis atau atrofi sehingga enzim pencernaan
sudah tidak ada digunakan MCT (Medium Chain Triglyceride), protein hidrolisa
(dipeptida pendek, asam amino), karbohidrat yang tidak perlu enzim (maltodekstosa-
CHO sederhana yg sudah diproduksi janin usia 3 minggu).
Formula enteral yang tinggi lemak dan tinggi MCT (Medium Chain Triglyceride),
sebaiknya diberikan untuk anak-anak dengan diare yang sulit diatasi yang mengalami
intoleransi karbohidrat
Pemberian Nutrisi parenteral sebaiknya diberikan untuk anak-anak dengan diare
yang sulit diatasi yang tidak dapat mempertahankan status nutrisi normal dengan
asupan oral dan enteral
Gunakan infus 2 minggu supaya usus istirahat dulu vili tumbuh enzimnya ada
lag.
Jika penatalaksanaan enteral gagal mengindikasikan harus dirawat dan diberi nutrisi
parenteral.
Anjuran pake Bubur daging ayam karena mudah diserap/ dicerna. Urutan daging
yang mudah dicerna/diserap: ayam, ikan, daging sapi. Daging sapi paling susah
dicerna.
4. Diare pada Anak yang Mengalami Malnutrisi Berat
Diare persisten yang terjadi setiap hari selama minimal 14 hari
Pengaturan pemberian makanan sama dengan pengaturan pemberian makanan untuk
anak dengan malnutrisi berat
ASI sebaiknya dilanjutkan sesering dan selama anak tersebut mau
4
Intoleransi susu jarang ketika pengaturan pemberian makanan yang dianjurkan untuk
malnutrisi di-follow up
Jika terjadi intoleransi laktosa, ganti susu hewan dengan formula bebas laktosa
Profil saluran cerna mirip dengan anak diare kronik. Kalau diare kronik lama2 bisa jadi
gizi buruk. Diare kronik sama gizi buruk mana dulu bisa diketahui dari anamnesis.
Kalau gizi buruk biasanya dari keluarga tidak mampu yg kemudian mengalami infeksi.
Formula Diet untuk Malnutrisi Berat
Formula di dalam tabel di atas dibuat oleh WHO. F-75 merupakan terapi inisiasi dimana
mengandung bahan makanan yang rendah laktosa dan bersifat isoosmolar. Formula 75
berarti terdapat 75 kalori/cc. Sedangkan F-100 (Formula 100) diberikan jika keadaan
bayi sudah stabil dan pemberian ini bersifat hiperosmoler.
5. KONSTIPASI
Terapi lini pertama intervensi cairan dan makanan
Makanan tinggi serat sangat direkomendasikan
AAP : 0.5 g/kgBW
Toilet training posisi yg benar adalah duduk karena otot gluteal akan relaks
merangsang sensasi ingin BAB dan relaksasi otot perianal (kurang lebih 10-15 menit
setiap abis makan). Di Indonesia banyak yang BAB jongkok angka hemoroid di
indonesia tinggi. Kaki juga tidak boleh ngegantung saat duduk.
Penelitian ribuan bayi konstipasi dg kolonoskopi 90% tdk ditemukan apa2
(anorganik), 10% hirschprung/gangguan otot, divertikulum, tulang ekor ke atas
(organik). Jadi penyebabnya adalah kebiasaan makan (tdk byk makan serat), kurang
minum, toilet training yang belum maksimal.
Serat yang paling efektif adalah: wheat bran (sejenis kulit gandum), buah, sayur, oat,
jagung, kedelai
Sumber serat diet yang baik adalah:
buah : apel, apricot, blueberries, kurma, pear, kismis, strawberry, alpukat
sayur: buncis, brokoli
sereal, jeli, puding
Kalau diare kan dianjurkan makan pisang karena banyak mengandung kalium dan
pektin (mengeraskan).
6. NYERI ABDOMEN
Jika disebabkan karena Intoleransi laktosa diet bebas laktosa.
Jika disebabkan karena konstripasi diet tinggi serat
7. PERDARAHAN GI
Kalau terjadi perdarahan dalam traktus GI jangan sekali-sekali memberikan
makanan lewat oral karena karbohidrat misalnya dapat memicu bakteri sehingga
dpt memprovokasi terjadinya infeksi
Susu formula atau makanan cair baru boleh mulai diberikan setelah perdarahan
mereda. Kemudian volume ditingkatkan secara bertahap.
8. GERD
GERD masukknya isi gaster ke lambung, biasanya memiliki gejala atau komplikasi
berupa: muntah, penurunan BB, disfagia, esofagitis, masalah pernapasan.
Bagaimana penatalaksanaannya?
1. Intervensi diet
Dengan memberikan makanan yang kental (tujuannya agar makanan tidak lagi
dipengaruhi oleh gaya gravitasi sehingga tidak mudah kembali ke esofagus,
biasanya dikentalkan dengan tepung beras/tepung jagung) dan frekuensi
pemberian makan rendah.
14 RCT (Randomised Controlled Trial): membahas kontroversi penggunaan
formula kental dan formula standard. Hasil yang ada menunjukkan bahwa terdapat
regurgitas dan muntah, iritabilitas, menangis, disfagia, dan gejala regurgitas
berupa iritabilitas, batuk, rasa tercekik, dan mudah bangun di malam hari.
Makanan kental hanya sedikit efektif pada GERD yang terjadi pada anak yang
sehat
2. Memposisikan
3. Obat-obatan
4. Pembedahan/operasi
KONSEP PENATALAKSANAAN NUTRISI:
Selalu beri makan secara enteral/oral sebisa mungkin dan cegah pemberian secara
parenteral semaksimal mungkin karena apa? Jika terlalu lama puasa (gak digunakan
jalur oral/enteralnya-nya) dapat mempersulit bayi ketika akan makan secara
oral/enteral setelah sembuh disebabkan enzim2, hormon2 sudah banyak yang
keenakan istirahat. Jadinya pas mau dikasih makan secara normal, dia gak siap
memproses atau mencerna.
5
Demikian tentir kali ini. Mohon maaf jika ada kekurangan dalam menginterpretasikan. Saya
sangat mengharapkan saran dan masukan demi hasil yang lebih baik di kemudian hari.
Semoga bermanfaat dan sukses ujiannya.....amiin ^_^
[Riska Wahyuningtyas]
T-22 PEMERIKSAAN DAN PENATALAKSANAAN DISFAGIA
Disfagia itu artinya kesulitan makan (kalo pada anak-anak) atau gangguan menelan (pada
dewasa). Di tentir ini kita akan membahas tentang semua hal tentang disfagia,
epidemiologi, pendekatan multidisiplin dan komplikasinya.
KNOWLEDGE
Disfagia bisa terjadi pada berbagai macam gangguan antara lain stroke, gangguan N.IX, X,
dan XII, kasus trauma kepala, tumor gaster, bahkan tumor kepala.
POPULASI
Populasi di sini maksudnya lebih ke epidemiologinya sih. Ternyata disfagia ini bisa timbul
pada berbagai macam kelainan, mulai dari Oral & Oropharyngeal cancer, Laryngeal
cancer, kelainan neurologi (Stroke,TBI, CP), sampe kelainan degenerative
(Parkinson, ALS, Myasthenia Gravis etc).
Insiden
Ternyata 74,6% dari 55 pasien CP (Cerebral Palsy) mengalami disfagia, dan penyebab
terbanyaknya adalah disfungsi oromotor (penurunan fungsi lidah, rahang) dan kontrol
postural yang buruk. Bukan cuma CP, 34,7% dari 206 pasien stroke juga mengalami
disfagia.
Trus apa sih makna klinis disfagia pada pasien stroke? Jadi disfagia adalah variabel
penting buat memprediksi kematian dan disabilitas dari pasien. Makanya nanti kalo kita
dapet pasien stroke penting tuh buat ngecek ada disfagia atau ga.
PENDEKATAN MULTIDISIPLIN
Nah untuk menangani disfagia ini kita membutuhkan pendekatan multidisiplin, maksudnya
adalah kerjasama dari berbagai bidang. Antara lain dari neurologi, THT, Gizi, dan tentu saja
rehab medik. Contohnya untuk proses makan aja, ternyata kan ada aspek sarafnya, trus
THT, dll.
Proses Menelan
Udah pada tau lah ya fasenya apa aja (yang ada tiga itu lho). Nah komponen-komponen
yang termasuk di dalamnya adalah:
Dorongan bolus dari mulut ke faring penutupan jalur napas pembukaan sphincter
atas esofagus propulsi dinding faringeal dan dasar lidah yang akan mendorong bolus
melalui faring dan kemudian ke esofagus.
KOMPLIKASI
Bila tidak ditangani ternyata disfagia itu bisa bikin repot juga karena menyebabkan
aspirasi yang bisa berujung ke infeksi dada, malnutrisi, dehidrasi, dan dapat
memperlama masa perawatan di rumah sakit. Ujung-ujung komplikasi di atas bisa
menyebabkan kematian.
Aspirasi
Di atas ada gambar tipe aspirasi. Aspirasi itu ada tiga, ada yang sebelum menelan,
selama menelan, dan setelah menelan. Kalau yang (A) gara-gara penurunan kontrol
lidah jadinya terjadi aspirasi sebelum menelan, yang (B) karena ga ada respon menelan, ya
udah jadinya masuk ke aspirasi sebelum menelan, yang (C) karena penurunan penutupan
laringeal jadi aspirasi selama menelan, terakhir (D) karena adanya penumpukan makanan
akibat kelainan menelan jadinya masuk ke aspirasi setelah menelan.
Jadi dapat kita simpulkan penyebab aspirasi itu ada tiga :
- Penurunan penutupan laringeal
- Penurunan atau bahkan tidak ada respon menelan
- Penumpukan makanan pada sinus piriformis (recessus piriformis, itu lho yang
ada di praktikum anat)
6
TANDA DISFAGIA
Gimana biar kita tau ada difsfagia atau ga? Ada beberapa tanda ni :
- Dysarthric speech, bahasa awamnya sih pelo (ada gangguan di fase oral akibat
kelainan di nervus XII)
- Voice (hoarse or breathy) suaranya ga jelas gitu
- Excessive drooling ngiler (sialorrhea), soalnya bibirnya ga mengatup
sempurna, ada masalah di ototnya)
- Sering batuk, keselek makanan, dan sputum (ada riak, batuk tapi ga bisa keluar)
- Lama makan, penurunan BB yang ga jelas, mengunyah dengan sekuat
tenaga
- Mulut susah membuat bolus (soalnya lidahnya kaku, ga sinkron)
- Nyeri atau obstruksi selama menelan
EVALUASI
Misalnya udah ada disfagia nih, kita kan mau melakukan tatalaksana, ada beberapa hal
yang mesti kita perhatikan :
- Orientasi (pasiennya harus sadar, soalnya kan kita bakal nyuruh2 dia misal buat nelen),
bahasa, persepsi visuo-motor
- Kontrol motorik (kemampuan buat bergerak)
- Postur tubuh (kesegarisan kepala, leher, badan dan ekstremitas), ga mungkin kan kita
makan dengan lancar kalo posisi kepalanya miring
- Kualitas pernapasan
- Refleks batuk dan perlindungan jalan napas (supaya ga aspirasi)
- Ekspresi otot wajah
- Otot-otot untuk mengunyah
- Gigi
- Otot lidah
- Refleks oral primitif (refleks gigit dan tongue thrust)
- Artikulasi
- Diadochokinetic tasks disuruh nyebutin pa, ta, ka
- Otot laringeal ekstrinsik
- Penutupan palatopharyngeal
- Kualitas suara (kualitas, pitch, sama intensitas)
TEKNIK PEMERIKSAAN
Berikut alat-alat yang digunakan untuk memeriksa disfagia, ada USG, Videofluoroscopy,
Flexible Endoscopic Evaluation of Swallowing (FEES), Scintigraphy, dan Pharangeal
Manometry. Nah yang dari awal kuliah ditekenin sama dokternya itu yang FEES. FEES ini
nih yang paling sering dipake di Indonesia, karena ga invasif namun butuh kerjasama
dari pasien. Sebenernya yang paling bagus itu yang videofluoroscopy (dipake di luar
negeri), sayangnya invasif karena pake barium.
TUJUAN
Tujuan kita meriksa trus menatalaksana disfagia ini antara lain:
- Mencegah aspirasi
- Menjaga asupan nutrisi yang adekuat
- Mengembalikan kemampuan makan lewat oral sampe pada tingkat yang teraman
- Meningkatkan kontrol motorik pada satiap fase menelan melalui normalisasi
tonus dan memfasilitasi pergerakan yang berkualitas (abstrak banget, tapi
ngerti lah ya maksudnya)
MANAJEMEN
Manajemennya antara lain :
1. Tipe manajemen nutrisi
Bisa oral atau non-oral, tergantung kondisi pasien. Kalau yang non-oral bisa lewat NGT
atau gastrotomi, jejenostomi. Perlu diinget ni mengenai penggunaan NGT jangan lama-
lama soalnya bisa menyebabkan NGT syndrome (sakit dada, paresis, otalgia,
odinophagia), selain itu bikin otot-otot menelan jadi melemah (soalnya ga digunain).
2. Waktu memulai terapi dan tipenya
Bisa berupa latihan atau kompensasi, dan diberikan secara langsung atau tidak
langsung
3. Menentukan startegi terapi spesifik yang diberikan
Manajemen Rehab Medik
Yang di atas tadi kan lebih ke terapi nutrisi, sekarang ke manajemen rehabnya :
1. Terapi kognitif
2. Modifikasi makanan
a. Tekstur
b. Posisi/postur
c. Rute makanan
d. Pengawasan/supervisi caregiver (pengurus) si pasien juga harus diajarin
manajemennya biar bisa ngawasi pasien
e. Manajemen sekresi latihan batuk yang efektif, latihan pernapasan dan
kebugaran
3. Stimulasi sensoris
Di daerah faringnya dikasih sensasi dingin, tujuannya buat melatih pengecapannya
4. Modulasi refleks menelan
5. Latihan terapeutik
Ga cuma mulut aja yang dilatih, tapi juga postur dll. Soalnya postur juga berperan kan
supaya bisa menelan dengan baik
6. Compensatory swallowing manuevers
Diajarin tips-trik menelan gitu. Jadi pasien dibimbing tiap langkah untuk menelan,
karena cara supaya bisa nelen itu beda-beda, tergantung kelainannya di mana. Nanti
dijelasin lebih lanjut.
7
Nothing By Mouth
Kapan sih pasien itu ga boleh makan lewat mulut? Yaitu pada pasien yang punya risiko
tinggi terjadi aspirasi. Hal tersebut bisa terjadi kalau :
- Tingkat kesadarannya menurun
- Tingkat responsi terhadap stimulasi menurun
- Hilangnya respon menelan dan batuk
- Kesulitan menahan sekresi sering keselek dan batuk
- Kualitas bicara menurun karena ada makanan menumpuk
- Penurunan yang signifikan pada kekuatan gerakan mulut, faring, dan laring
- Ga bisa mempertahankan posisi badan dan kepala yang adekuat kalo ga
dibantu
CARA MENELAN (MANUVER)
Manuver Masalah yang timbul saat melakukan langkah menelan
SUPRAGLOTIK Nelennya lama pada kondisi fase faringeal, penurunan atau keterlambatan
penutupan vocal fold
SUPER-
SUPRAGLOTIK
Penurunan penutupan jalur nafas, jadi lebih bener2 bisa nelen kalo sal.nafas
tertutup
EFFORTFUL Penurunan pergerakan ke posterior dari dasar lidah
MENDELSOHN Penurunan pergerakan laringeal dan kurangnya koordinasi otot2 menelan. Jadi
pada mendelson ini bisa nelen kalo si pasien tarik nafas dulu-dibatukin-baru nelen.
PILIHAN MAKANAN UNTUK DIET PADA DISFAGIA
Berikut hal-hal penting dalam memilih tipe makanan yang akan diberikan pada pasien
disfagia adalah :
1. Konsistensi dan tekstur makanan harus sama
2. Densitas dan volume yang cukup
3. Dijaga agar tetap kohesive
4. Tetap ada rasa dan disesuaikan suhunya (jangan kepanasan atau terlalu dingin)
5. Jika darurat, makanannya gampang disedot atau dibuang
POSTUR TUBUH
Kelainan Menelan Postur yang dianjurkan
Transit di mulut kurang efisien Agak mendongak
Terlambat dalam memicu proses menelan dari faring Agak nunduk
penutupan laryngeal Agak nunduk
kontraksi pharyngeal Agak nunduk; (head rotated to damaged side)
kontraksi pharyngeal Berbaring pada satu sisi
Paresis pharyngeal unilateral Head rotated to damaged side
Disfungsi cricopharyngeal Head rotated
KONSISTENSI MAKANAN
Food Consistencies Disorders for Which These Foods Are
Most Appropriate
Thin liquids
Oral tongue dysfunction
tounge base retraction
pharyngeal wall contraction
laryngeal elevation
cricopharyngeal opening
Thickened Liquids Oral tongue dysfunction
Delayed pharyngeal swallow
Purees and thick foods, including thickened liquids
Delayed pharyngeal swallow
laryngeal closure the entrance
laryngeal closure throughout
[Fitriana Nur Rahmawati & Hasna Afifah]
Recommended