View
217
Download
23
Category
Preview:
DESCRIPTION
Makalah Teori Akuntansi
Citation preview
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Fungsi akuntansi atau praktek pencatatan akuntansi dalam arti pencatatan
kejadian yang berhubungan dengan bisnis sudah dimulai lama, sejak adanya
kejadian transaksi bisnis, bahkan sejak adanya kehidupan sosial ekonomi manusia.
Dalam berbagai literatur akuntansi konvensional banyak ditulis akuntansi
lahir dari seorang pendeta Itali yaitu Luca Pacioli dengan bukunya yang berjudul
Summa de Arithmatica, Geometrica Proportioni et Proportinalita yang
diterbitkan tahun 1494 di Venice.
Pacioli mengungkapkan bahwa sistem pencatatan telah ada dan digunakan
di Venice lebih dari 200 tahun sebelumnya dengan mengadopsi angka Arab dan
akuntansi yang telah dikembangkan masyarakat Arab (Islam). Dalam bukunya,
setiap transaksi harus dicatat dua kali pada buku jurnal, yaitu di sisi kredit dan di
sisi debit. Meskipun Pacioli bukanlah penemu tata buku berpasangan namun
sangat membantu di dalam menyebarkan gagasan mengenai tata buku
berpasangan ke seluruh Eropa.
Akuntansi sejak saat itu terus berkembang sejalan dengan perkembangan
ekonomi dan semakin timbulnya pemisahan antara pemilik perusahaan dengan
manajemen. Pemicu perkembangan pesat dari ilmu akuntansi dianggap
disebabkan karena munculnya gelombang “scientific management” dan bertambah
1
meluasnya kepemilikan dan keterlibatan berbagai pihak dalam manajemen
perusahaan.
Dari awal dipraktekkannya akuntansi bahkan sampai beberapa tahun
kemudian tidak ada teori akuntansi. Selama tidak adanya struktur teori akuntansi
formal, maka yang terjadi adalah banyaknya alternatif metode pencatatan yang
berlaku dalam praktek, semua bersifat diizinkan, (permissive) sehingga
menimbulkan kebingungan masyarakat.
Vernon Kam (1986) mengemukakan fungsi dari adanya teori akuntansi
sebagai berikut :
1. Menjadi pegangan bagi lembaga penyusun standar akuntansi
menyusun standarnya.
2. Memberikan kerangka rujukan untuk menyelesaikan masalah
akuntansi dalam hal tidak adanya standar resmi.
3. Menentukan batas dalam hal melakukan ”judgment” dalam
penyusunan laporan keuangan.
4. Meningkatkan pemahaman dan keyakinan pembaca laporan
terhadap informasi yang disajikan laporan keuangan.
5. Meningkatkan kualitas dapat diperbandingkan.
Teori akuntansi didefinisikan sebagai alasan logis dalam bentuk suatu set
prinsip yang luas yang (1) memberikan kerangka umum dari rujukan di mana
prisnip akuntansi dapat dinilai, (2) pedoman pengembangan praktek dan prosedur
yang baru. Teori akuntansi bisa juga menjelaskan praktek yang berlaku saat ini
dan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang praktek tersebut. Tujuan
2
utama dari teori akuntansi adalah memberikan suatu set prinsip yang logis dan
saling terkait yang membentuk kerangka umum sebagai rujukan untuk menilai
dan mengembangkan praktek akuntansi yang baik.
Teori akuntansi berkaitan erat dengan penyusunan kebijaksanaan akutansi.
Teori bersama faktor politik dan kondisi dan sistem ekonomi akan menentukan
pembuatan kebijakan akuntansi.
Hadibroto (Media Akuntansi 1988) menekankan pentingnya Teori
Akuntansi. Menurut beliau ada sinyalemen yang berkembang yang menganggap
bahwa seolah teori akuntansi tidak dibutuhkan. Alasan yang mendasari pemikiran
ini adalah bahwa akuntansi bukanlah merupakan suatu disiplin ilmu yang dapat
menjelaskan semua gejala-gejala akuntansi di dalam prakteknya. Akuntansi
bersifat teknis dan prosedural dia sama seperti mesin saja tidak memerlukan
kreasi-kreasi atau inisiatif baru.
Untuk memperkuat argumen bahwa akuntansi merupakan disiplin ilmu
yang didasari oleh metode ilmiah, maka akuntansi pun mengalami perkembangan
disiplin ilmunya. Watts dan Zimmerman menjelaskan perkembangan dari teori
akuntansi dari normatif ke teori akuntansi positif dan dewasa ini berkembang ke
arah Teori Akuntansi Interpretatif, di mana masing-masing dalam menyusun teori
tersebut terdapat berbagai pendekatan. Misalnya dalam teori akuntansi positif
dilakukan pendekatan ekonomi dan perilaku (behavior).
Perkembangan teori positif tidak dapat dilepaskan dari ketidakpuasan
terhadap teori normatif (Watt & Zimmerman,1986). Selanjutnya dinyatakan
bahwa dasar pemikiran untuk menganalisa teori akuntansi dalam pendekatan
3
normatif terlalu sederhana dan tidak memberikan dasar teoritis yang kuat.
Terdapat tiga alasan mendasar terjadinya pergeseran pendekatan normatif ke
positif yaitu (Watt & Zimmerman,1986 ):
1. Ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menguji teori secara
empiris, karena didasarkan 'pada premis atau asumsi yang salah sehingga
tidak dapat diuji keabsahannya secara empiris.
2. Pendekatan normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor
secara individual daripada kemakmuran masyarakat luas.
3. Pendekatan normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya
alokasi sumber daya ekonomi secara optimal di pasar modal. Hal ini
mengingat bahwa dalam sistem perekonomian yang mendasarkan pada
mekanisme pasar, informasi akuntansi dapat menjadi alat pengendali bagi
masyarakat dalam mengalokasi sumber daya ekonomi secara efisien.
Selanjutnya Watt & Zimmerman menyatakan bahwa dasar pemikiran
untuk menganalisa teori akuntansi dalam pendekatan normatif terlalu sederhana
dan tidak memberikan dasar teoritis yang kuat. Untuk mengurangi kesenjangan
dalam pendekatan normatif, Watt & Zimmerman mengembangkan pendekatan
positif yang lebih berorientasi pada penelitian empirik dan menjustifikasi berbagai
teknik atau metode akuntansi yang sekarang digunakan atau mencari model baru
untuk pengembangan teori akuntansi dikemudian hari. Apabila teori normatif
menunjukkan cara terbaik untuk melakukan sesuatu berdasar premis, norma atau
standar, teori positif berusaha menjelaskan atau memprediksi fenomena nyata dan
mengujinya secara empirik (Godfrey et.a1,1997 dalam Anis dan Imam,2003).
4
Penjelasan atau prediksi dilakukan menurut kesesuaiannya dengan observasi
dengan dunia nyata.
Teori akuntansi kadang-kadang dibingungkan dengan pengertian normatif
dan positif. Watts dan Zimmerman (1986) menjelaskan teori normatif sebagai
berikut : teori normatif berusaha menjelaskan informasi apa yang seharusnya
dikomunikasikan kepada para pemakai informasi akuntansi dan bagaimana
akuntansi tersebut akan disajikan. Jadi teori normatif berusaha menjelaskan apa
yang seharusnya dilakukan oleh akuntan dalam proses penyajian informasi
keuangan kepada para pemakai dan bukan menjelaskan tentang apakah informasi
keuangan itu dan mengapa hal tersebut terjadi. Menurut Nelson dalam Anis dan
Imam (2003) teori normatif sering dinamakan teori a priori (dari sebab ke akibat
dan bersifat deduktif). Teori normatif bukan dihasilkan dari penelitian empiris
tetapi dihasilkan dari kegiatan semi research. Sebaliknya tujuan pendekatan teori
positif berusaha menguraikan dan menjelaskan apa dan bagaimana informasi
keuangan disajikan serta dikomunikasikan kepada para pemakai informasi
akuntansi atau dengan kata lain pendekatan teori positif bukanlah untuk
memberikan anjuran mengenai bagaimana praktik akuntansi seharusnya, tetapi
untuk menjelaskan mengapa praktik akuntansi mencapai bentuk seperti
keadaannya sekarang. Selain itu pendekatan teori positif sangat menekankan
pentingnya penelitian empiris untuk menguji apakah teori akuntansi yang telah
dikemukakan dalam banyak literatur teori akuntansi dapat menjelaskan praktik
akuntansi yang berlaku (Arif,1999).
5
Pendekatan positif telah memberikan sumbangan yang berarti bagi
pengembangan akuntansi menurut Watt Zimmerman (1986), yaitu :
a. Menghasilkan pola sistematik dalam pilihan akuntansi dan memberikan
penjelasan spesifik.
b. Memberikan kerangka yang jelas dalam memahami akuntansi.
c. Menunjukkan peran utama contracting cost dalam teori akuntansi.
d. Menjelaskan mengapa akuntansi digunakan dan memberikan kerangka
dalam memprediksi pilihan akuntansi.
e. Mendorong riset yang relevan dengan akuntansi dan menekankan pada
prediksi serta penjelasan terhadap fenomena.
Teori akuntansi positif digunakan untuk menjelaskan mengapa suatu
konsekuensi ekonomis (economic consequences) muncul. Konsekuensi ekonomis
adalah sebuah konsep yang menyatakan bahwa, walaupun bertentangan dengan
implikasi teori pasar modal efisien, pilihan kebijakan akuntansi dapat
mempengaruhi nilai perusahaan. Esensi penekanan konsekuensi ekonomis adalah
bahwa kebijakan akuntansi perusahaan, dan perubahan kebijakan tersebut,
merupakan permasalahan, terutama terhadap manajemen. Akan tetapi, apabila hal
tersebut merupakan permasalahan manajemen, kebijakan akuntansi pun
merupakan permasalahan investor yang memiliki perusahaan, karena manajer bisa
saja mengubah operasi sesungguhnya dari perusahaan dikarenakan perubahan
kebijakan akuntansi tersebut.
Istilah kebijakan akuntansi berhubungan dengan beberapa kebijakan
akuntansi, tidak hanya kebijakan yang mempengaruhi arus kas perusahaan saja.
6
Misalnya sebuah perusahaan mengubah metode penyusutan dari metode saldo
menurun ke metode garis lurus. Hal ini tidak dengan sendirinya mempengaruhi
arus kas perusahaan. Perubahan ini juga tidak akan berdampak pada pajak
penghasilan yang dibayar, karena otoritas pajak memiliki aturan sendiri untuk
biaya modal yang diperbolehkan. Bagaimanapun juga, kebijakan penyusutan
tersebut secara pasti akan mempengaruhi penerimaan bersih yang dilaporkan oleh
perusahaan. Oleh karena itu, berdasarkan doktrin konsekuensi ekonomis,
perubahan kebijakan akuntansi akan menjadi permasalahan, meskipun perubahan
kebijakan tersebut tidak memiliki dampak terhadap arus kas. Di bawah teori pasar
efisien perubahan tersebut tidak akan menjadi permasalahan karena tidak
berdampak secara langsung pada arus kas mendatang, dan nilai pasar dari
perusahaan.
Memahami konsep konsekuensi ekonomis tentang pilihan kebijakan
akuntansi adalah penting karena, pertama, konsep itu sendiri sebenarnya menarik.
Banyak dari kejadian paling menarik di dalam praktek akuntansi berasal dari
konsekuensi ekonomis. Kedua, sebuah pengajuan bahwa kebijakan akuntansi
bukan merupakan masalah bertentangan dengan pengalaman akuntan. Banyak dari
akuntansi keuangan tidak lepas dari diskusi dan argumentasi mengenai kebijakan
akuntansi mana yang seharusnya digunakan dalam berbagai kondisi, dan banyak
perdebatan dan konflik mengenai penyajian pernyataan keuangan melibatkan
pemilihan kebijakan akuntansi (Scott, 2006).
Banyaknya kejadian pada praktek akuntansi pada dunia bisnis yang
merupakan konsekuensi ekonomis dari adanya pemilihan suatu kebijakan
7
akuntansi oleh perusahaan. Teori akuntansi positif berusaha untuk memahami dan
memprediksi pemilihan kebijakan perusahaan. Berdasar perspektif teori akuntansi
positif, tidak sulit untuk mengetahui mengapa kebijakan akuntansi dapat
mempunyai konsekuensi ekonomis. Oleh karena itu penulis memilih untuk
membahas tentang “Konsekuensi Ekonomis dan Teori Akuntansi Positif”
dalam makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Apa saja kebijakan akuntansi yang mempunyai konsekuensi ekonomis?
2. Bagaimana Teori Akuntansi Positif dapat memprediksi tindakan dan reaksi
manajer terhadap suatu kebijakan akuntansi?
1.3 Landasan Teori
1.3.1 Konsekuensi Ekonomis
Zeff (1978) mendefinisikan konsekuensi ekonomis sebagai “dampak dari
laporan akuntansi pada perilaku pembuatan keputusan pada bisnis, pemerintah,
dan kreditor.” Esensi dari definisi tersebut adalah bahwa laporan akuntansi dapat
mempengaruhi keputusan sesungguhnya yang dibuat oleh manajer dan yang
lainnya, daripada secara sederhana mencerminkan hasil dari keputusan-keputusan
ini.
8
Zeff membuktikan beberapa desakan di Amerika Serikat di mana bisnis,
asosiasi industri, dan pemerintah mencoba untuk mempengaruhi, atau
mempengaruhi, standar akuntansi yang dibuat oleh Accounting Principles Board
(sebelum FASB) dan badan terdahulu, Committee on Accounting Procedure
(CAP).
“Intervensi pihak ketiga” ini, sebagaimana disebut Zeff, banyak
menyulitkan pembuatan standar akuntansi. Jika kebijakan akuntansi bukanlah
permasalahan, pilihan atas kebijakan tersebut seharusnya dipatuhi antara badan
penyusun standar dan para akuntan dan auditor yang bertugas untuk
mengimplementasikan standar-standar itu. Seandainya kelompok ini dilibatkan,
model akuntansi tradisional, berdasarkan konsep yang dikenal seperti penyesuaian
biaya dan penghasilan, realisasi, dan konservatisme, dapat digunakan dan tidak
ada selain kelompok yang dilibatkan akan peduli apa kebijakan spesifik yang
digunakan. Dengan kata lain, pilihan kebijakan akuntansi akan berdampak netral.
Zeff menggambarkan respon dari badan pembuat standar terhadap
berbagai macam intervensi ini. Respon yang satu adalah untuk memperluas
konstituensi pada badan pembuat standar itu sendiri; contohnya, Financial
Accounting Foundation (badan yang mengawasi FASB) mencakup tidak hanya
akuntan profesional tetapi juga anggota dari manajemen, industri sekuritas, dan
akademi. Selain itu, artikel standar baru yang diajukan menjadi sering digunakan
sebagai alat untuk mengizinkan berbagai konstituensi untuk mengomentari
perubahan kebijakan akuntansi yang diajukan.
9
Ketika Zeff mengemukakannya, badan pembuat standar menghadapi
dilema. Untuk mempertahankan kredibilitas dengan akuntan, mereka harus
membuat kebijakan akuntansi sesuai dengan model akuntansi keuangan dan
konsep tradisional penyesuaian dan realisasi. Karena penerimaan bersih tidak
muncul dari kegiatan ekonomi di bawah kondisi non-ideal, tidak ada teori yang
dapat menentukan dengan jelas kebijakan akuntansi mana yang sebaiknya
digunakan, selain kesepakatan yang samar bahwa relevan dan reliabilitas
dibutuhkan.
Konsekuensi ekonomi terutama terlihat pada penerapan akuntansi opsi
saham (employee stock options) dan akuntansi keberhasilan usaha (successful-
efforts accounting) pada industri minyak dan gas. Akuntansi opsi saham terdiri
dari opsi saham untuk manajemen dan, pada beberapa kasus, untuk karyawan lain,
memberikan mereka hak untuk membeli saham perusahaan selama beberapa
periode waktu. Akuntansi untuk ESO di AS secara tradisional berdasarkan pada
Opini 25 tahun 1972 yang dikeluarkan oleh Accounting Principles Board (APB
25). Hal ini memberikan contoh reaksi manajeman dan regulator terhadap
kebijakan akuntansi yang membawa konsekuensi ekonomi.
Pada Juni 1993, FASB mengeluarkan artikel mengenai usulan standar
baru. Artikel tersebut mengusulkan perusahaan mencatat biaya kompensasi
berdasarkan nilai wajar pada tanggal opsi saham karyawan diterbitkan selama
periode tersebut. Artikel tersebut memancing penolakan yang luar biasa dari
bisnis, yang segera meluas ke Kongres. Yang dikhawatirkan tentang konsekuensi
ekonomis yang terjadi akibat keuntungan yang dilaporkan lebih rendah.
10
Konsekuensi yang dinyatakan ini mencakup harga saham yang lebih rendah, biaya
modal yang lebih tinggi, kekurangan bakat manajerial, dan motivasi yang tidak
memadai untuk manajer dan karyawan.
Sejak tahun 1933 artikel tersebut dibatalkan, kita tidak tahu apakah
konsekuensi ekonomisnya akan sekeras kritik yang dilontarkan. Arus kas
perusahaan tidak akan dipengaruhi secara langsung dengan pencatatan biaya opsi
saham. Meskipun begitu, mengabaikan teori pasar modal efisien bahwa
perubahana kebijakan akuntansi tanpa berdampak terhadap arus kas tidak akan
mempengaruhi harga saham jika perubahaan tesebut diungkapkan secara penuh,
bisnis melihat adanya konsekuensi ekonomis. Jika tidak, maka tidak akan ada
penolakan yang meluas terhadap artikel tersebut.
Pada akuntansi keberhasilan usaha, hal yang diperhatikan adalah reaksi
investor terhadap penerapan kebijakan akuntansi. Bukti yang ada menyatakan
perubahan kebijakan akuntansi dapat berefek pada harga sekuritas, yang
memperkuat argumen konsekuensi ekonomis. Pada tahun 1977, SFAS 19
mengadopsi metode successful efforts costing. Perusahaan-perusahaan produsen
minyak dan gas kecil memprotes keras kebijakan tersebut. Hal itu mengingat
dengan penerapan metode alternatif successful effort, yaitu full costing, maka
total aset perusahaan pada skala tersebut akan menjadi lebih tinggi. Sebaliknya,
bagi perusahaan-perusahaan produsen minyak dan gas besar, metode successful
efforts dipandang lebih cocok karena menghemat pembayaran pajak. Untuk
mengakomodir kedua kepentingan tersebut, SEC pada tahun 1978 mengeluarkan
Accounting Series Release 253 yang memperkenalkan reserve recognition
11
accounting. Hal itu berarti bahwa pada akhirnya SEC bersikap mengakomodir
kedua metode pengakuan yang telah diterapkan secara umum dan mewakili
kepentingan masing-masing entitas bisnis tersebut (Zeff 2003). Perkembangan
peristiwa di atas merupakan ikhwal yang mengawali pengungkapan teori
akuntansi positif oleh Watts dan Zimmerman pada tahun 1978.
Teori pasar modal efisien memprediksi tidak ada reaksi harga terhadap
perubahan kebijakan akuntansi yang tidak berdampak kepada profitabilitas dan
arus kas. Jika tidak ada reaksi harga sekuritas, maka kenapa manajemen dan
regulator harus khawatir mengenai kebijakan akuntansi yang digunakan
perusahaan. Pada akuntansi opsi saham karyawan dan akuntansi keberhasilan
usaha, terlihat bahwa dua konstituensi besar pengguna pernyataan keuangan –
manajemen dan investor sangat bereaksi terhadap perubahan kebijakan akuntansi.
Teori konsekuensi ekonomi berasumsi bahwa pelaku-pelaku ekonomi
berperilaku rasional. Artinya, mereka adalah sekelompok orang yang
mendasarkan setiap aksi yang dilakukan berdasarkan pada pertimbangan yang
masuk akal (rasional) dan tidak semata didasari oleh emosi atau intuisi. Hal ini
merupakan cerminan langsung dari anggapan bahwa setiap aksi yang dipilih oleh
pelaku ekonomi pasti didasarkan pada pertimbangan biaya manfaat (costs-
benefits). Konsekuensinya adalah bila metode-metode akuntansi dipercayai akan
dapat mempengaruhi kemakmuran pihak-pihak yang berkepentingan, agen
(manajer) pasti menuntut adanya kompensasi. Jadi, antar pihak-pihak yang
berkepentingan harus ada kesepakatan dan juga konsekuensi yang harus
dipertimbangkan tentang apa yang akan terjadi dan/atau dijalani.
12
1.3.2 Teori Akuntansi Positif
Teori akuntansi positif (Positive Accounting Theory/PAT) dengan
memprediksi tindakan sebagai pilihan kebijakan akuntansi oleh manajer
perusahaan dan bagaimana manajer akan merespon kepada rencana standar
akuntansi yang baru. Contohnya, dapatkah kita memprediksi manajer mana yang
akan bereaksi terhadap standar akuntansi dengan nilai wajar untuk instrumen
keuangan, dan mana yang menentangnya?
Teori akuntansi positif mengamati bahwa perusahaan mengatur diri
mereka dalam cara yang paling efisien, agar memaksimalkan prospek mereka
untuk bertahan - beberapa perusahaan lebih terdesentralisasi dibanding yang lain,
beberapa perusahaan melakukan aktivitas di dalam sedangkan perusahaan yang
lain tidak masuk ke kegiatan yang sama, beberapa perusahaan membiayai lebih
dengan utang dibanding yang lain, dsb. Bentuk paling efisien dari perusahaan
bergantung pada beberapa faktor seperti lingkungan legal dan lingkungan
institusional, teknologi, dan tingkat kompetisi dalam bidang industrinya. Secara
bersamaan, faktor-faktor ini menentukan kesempatan penanaman modal yang
tersedia untuk perusahaan, dan juga prospeknya.
Sebuah perusahaan dapat dilihat sebagai sebuah “ranting kontrak”, yang
mana, organisasinya dapat digambarkan secara luas oleh kontrak yang
dimasukinya. Contohnya, kontrak dengan karyawan (termasuk manajer), dengan
supplier, dan dengan penyedia modal adalah pusat operasi dari perusahaan.
Perusahaan ingin memperkecil berbagai biaya kontrak yang berhubungan
13
dengan kontrak-kontrak tersebut. Biaya kontrak juga mempengaruhi biaya modal
perusahaan, karena obligasi dan saham merupakan kontrak antara perusahaan
dengan penyedia dana. Kontrak dengan biaya kontrak yang terendah disebut
kontrak efisien.
Perlu diingat bahwa teori akuntansi positif tidaklah menyarankan bahwa
perusahaan (dan pembuat standar) harus benar-benar menentukan kebijakan
akuntansi yang akan mereka gunakan. Hal ini akan menjadi sangat merugikan.
Lebih baik memberikan manajer fleksibilitas untuk memilih dari sekelompok
kebijakan akuntansi yang ada sehingga mereka dapat beradaptasi dengan kondisi
yang baru atau yang tidak dapat diramalkan. Memberikan manajemen
kelonggaran untuk memilih kebijakan akuntansi yang ada membuka kemungkinan
perilaku oportunistik. Dengan diberikan kumpulan kebijakan yang ada, manajer
dapat memilih kebijakan akuntansi yang ada untuk tujuan mereka sendiri,
sehingga mengurangi efisiensi kontrak.
Teori akuntansi positif mengasumsikan bahwa manajer bersifat rasional
(seperti investor) dan akan memilih kebijakan akuntansi yang mereka sukai jika
dimungkinkan. Akan tetapi, teori akuntansi positif tidak mengasumsikan bahwa
manajer akan bertindak seadanya untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan.
Bahkan, manajer hanya akan memaksimalkan keuntungan jika dia melihat hal ini
baik untuk kepentingan mereka.
Teori akuntansi positif menekankan kebutuhan penelitian empiris untuk
menentukan bagaimana kesepakatan antara biaya modal dan biaya kontrak,
fleksibilitas manajer untuk memilih kebijakan akuntansi, dan, bahkan, struktur
14
kerjasama pemerintah itu sendiri, berbeda dari perusahaan ke perusahaan
bergantung pada lingkungannya. Tujuan dari teori tersebut adalah untuk
memahami dan memprediksi pilihan kebijakan akuntansi manajerial pada
perusahaan yang berbeda.
Menurut Watt & Zimmerman (1986) tujuan teori akuntansi adalah untuk
menjelaskan dan memprediksi praktek akuntansi. Penjelasan (explanation)
menguraikan alasan mengapa suatu praktik dilakukan. Misalnya teori harus
menjelaskan mengapa suatu praktek dilakukan, sebagai contoh teori harus
menjelaskan mengapa banyak perusahaan lebih menyukai menggunakan metode
FIFO dibanding LIFO, sedangkan prediksi (prediction) berarti teori harus mampu
memprediksi berbagai fenomena praktik akuntansi yang belum dijalankan.
Fenomena yang belum dijalankan tidak selalu fenomena yang akan datang,
bisa fenomena yang telah terjadi tetapi belum ada bukti secara empiris untuk
menjustifikasi fenomena tersebut. Sebagai contoh teori akuntansi dapat
menyediakan hipotesis tentang atribut perusahaan yang menggunakan metode
FIFO dengan yang menggunakan metode LIFO, sehingga dapat diuji penggunaan
data historis pada perusahaan yang menggunakan dua metode tersebut. Jadi teori
merupakan pernyataan-pernyataan tentang hubungan logis (logical relationship)
antara variabel atau perilaku variabel-variabel alam atau sosial yang dapat
digunakan untuk menjelaskan (explanation) dan memprediksi (prediction)
berbagai fenomena tersebut.
Teori positif mulai berkembang sekitar tahun 1960-an yang dipelopori
oleh Watt & Zimmerman menitik beratkan pada pendekatan ekonomi dan perilaku
15
dengan munculnya hipotesis pasar efisien dan teori agensi. Hipotesa yang
digunakan oleh Watt & Zimmerman ada 3, yaitu (1) perencanaan bonus, (2)
perjanjian hutang dan ( 3) biaya proses politik. Teori positif lebih mengacu pada
penelitian empiris yang memaksimalkan keuntungan (baik investor, manajer
maupun masyarakat luas) dalam memilih metode akuntansi yang ada.
Rasyid (1997) menyatakan bahwa hubungan antara teori dan praktek
dalam akuntansi positif dengan adanya suatu means-end dichotomy, yaitu
keterpisahan antara dunia teori dan praktek. Asumsi ini akibat logis dari asumsi
ontologis (asumsi tentang obyek penelitian) yaitu pertanyaan tentang keberadaan
suatu obyek penelitian dan realita sosial. Peneliti harus dapat meyakinkan dirinya
tentang keberadaan sesuatu yang sedang dipelajari atau diteliti, apakah realita
sosial yang akan diteliti merupakan suatu obyek yang konkrit atau merupakan
suatu konsep (Gaffikin,1989,1998). Implikasinya dalam dunia akuntansi adalah
bahwa akuntansi dan akuntan menyediakan informasi seefisien dan seefektif
mungkin, sementara bagaimana manajer menggunakannya tidaklah menjadi
perhatian akuntan dan akuntansi.
Aliran positif merupakan perspektif yang dikenal luas oleh kalangan
akademisi saat ini. Aliran ini pertama kali diperkenalkan di Universitas Chichago,
kemudian meluas ke beberapa universitas lainnya di Amerika Serikat seperti
Rochester, Barkley, Stanford, UCLA, NY (Rasyid,1997). Teori akuntansi positif
mempunyai suatu kepercayaan bahwa realita sosial berada secara independen dari
manusia yang memiliki sifat atau esensi tersendiri.
16
BAB II
Pembahasan
2. 1. Kebijakan akuntansi yang mempunyai konsekuensi ekonomis
Secara ringkas, bukti-bukti empiris yang terkait dengan konsekuensi
ekonomis dari perubahan kebijakan metode atau teknik akuntansi sejauh ini dapat
dikelompokkan ke dalam tiga macam, yaitu :
1. Pilihan atas tipe atau jenis teknik atau metode akuntansi
Kelompok penelitian pertama mencoba melihat konsekuensi ekonomis
dari pilihan akuntansi. Dengan kata lain, apakah pilihan atas teknik atau
metode akuntansi merupakan fungsi dari beberapa faktor yang melekat
pada suatu perusahaan, seperti ukuran perusahaan, rasio kecukupan utang
(leverage), dan keberadaan dari rencana kompensasi manajemen (bonus).
Holthausen dan Leftwich (1983) membagi kelompok penelitian pertama
ini ke dalam tujuh jenis pilihan akuntansi. Ketujuh jenis pilihan akuntansi
tersebut adalah sebagai berikut:
a. metode penyusutan, pilihan antara percepatan (accelerated) dan
garis lurus (straight-line).
b. perlakuan bunga, pilihan antara mengkapitalisasi (capitalize) dan
dianggap sebagai biaya (expense).
c. penilaian persediaan, pilihan antara menggunakan metode
pengakuan persediaan FIFO dan LIFO.
17
d. perlakuan terhadap kredit pajak investasi, pilihan antara sistem
aliran langsung (flow-through) dan penundaan (defferal).
e. biaya-biaya ekplorasi gas dan minyak, pilihan antara biaya penuh
(full cost) dan keberhasilan usaha (successful efforts).
f. tanggungan pensiun yang tidak terdanai, panjang pendeknya
periode amortisasi.
g. kombinasi (portfolio) dari keempat metode yang ada, penyusutan,
persediaan, kredit pajak investasi, dan amortisasi pensiun.
2. Posisi lobi dan pemilihan pada standar akuntansi yang diajukan.
Watts dan Zimmerman menemukan bukti yang signifikan bahwa ukuran
perusahaan merupakan faktor utama yang menyebabkan munculnya upaya
lobi terhadap otoritas akuntansi standard (standard setting bodies) oleh
manajer perusahaan. Perusahaan besar (big company) yang dalam banyak
hal mudah menjadi sorotan publik (politically sensitive corporation)
memiliki dorongan yang kuat untuk melakukan lobi bilamana ada suatu
peruaturan akuntansi baru yang dapat mempengaruhi kinerja keuangannya
dalam jangka panjang. Disamping itu, perusahaan besar juga memiliki
dorongan yang kuat untuk tidak terlalu menonjolkan keuntungan (reported
income) karena kekhawatiran munculnya tudingan mendapatkan fasilitas
khusus atau monopoli. Bukti empiris cenderung mendukung hipotesis
bahwa perusahaan besar akan memilih metode akuntansi yang
menurunkan laba (income decreasing) (Watts dan Zimmerman, 1986: 222-
243).
18
3. Akibat dari pilihan akuntansi terhadap harga saham.
Perubahan-perubahan akuntansi yang diamati sejauh ini mencakup tiga
hal, yaitu :
a. purchase versus pooling
b. full cost versus successful efforts
c. accelerated versus staright line depreciation.
Sayangnya, hasil pengujian sejauh ini belum cukup konklusif untuk
sampai pada kesepakatan bahwa pilhan akuntansi mampu mempengaruhi
harga saham (nilai) perusahaan.
2. 2. Hipotesis Teori Akuntansi Positif dalam memprediksi tindakan dan
reaksi manajer terhadap kebijakan akuntansi
Prediksi yang dibuat oleh teori akuntansi positif secara luas disusun
berdasarkan tiga hipotesis, yang dirumuskan oleh Watt dan Zimmerman (1986).
Berdasarkan bentuk oportunistik berarti manajer memilih kebijakan akuntansi
sesuai dengan yang paling mereka sukai. Hipotesis dalam teori akuntansi positif
yang dirumuskan oleh Watt & Zimmerman (1986) dalam bentuk oportunistik
yang sering diinterpretasikan, yaitu :
1. Hipotesis rencana bonus (Plan Bonus Hypothesis)
Dalam ceteris paribus para manajer perusahaan dengan rencana bonus
akan lebih memungkinkan untuk memilih prosedur akuntansi yang dapat
menggantikan laporan earning untuk periode mendatang ke periode
sekarang atau dikenal dengan income smoothing. Dengan hipotesis
19
tersebut apabila manajer dalam sistem penggajiannya sangat tergantung
pada bonus akan cenderung untuk memilih metode akuntansi yang dapat
memaksimalkan gajinya, misalnya dengan metode acrual.
2. Hipotesis perjanjian hutang (Debt Convenat Hypothesis)
Dalam ceteris paribus manajer perusahaan yang mempunyai rasio
leverage (debt/equity) yang besar akan lebih suka memilih prosedur
akuntansi yang dapat menggantikan laporan earning untuk periode
mendatang ke periode sekarang. Dengan memilih metode akuntansi yang
dapat memindahkan pengakuan laba untuk periode mendatang ke periode
sekarang maka perusahaan akan mempunyai leverage ratio yang kecil,
sehingga menurunkan kemungkinan default technic. Seperti diketahui
bahwa banyak perjanjian hutang mensyaratkan peminjam untuk mematuhi
atau mempertahankan rasio hutang atas modal, modal kerja, ekuitas
pemegang saham, dll.selama masa perjanjian, jika perjanjian tersebut
dilanggar perjanjian hutang mungkin memberikan penalti, seperti kendala
dalam dividen atau pinjaman tambahan.
3. Hipotesis biaya proses politik (Politic Process Hypothesis)
Dalam ceteris paribus semakin besar biaya politik perusahaan, semakin
mungkin manajer perusahaan untuk memilih prosedur akuntansi yang
menangguhkan laporan earning periode sekarang ke periode mendatang.
Hipotesis ini berdasarkan asumsi bahwa perusahaan yang biaya politiknya
besar lebih sensitif dalam hubungannya untuk mentransfer kemakmuran
yang mungkin lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang biaya
20
politiknya kecil dengan kata lain perusahaan besar cenderung lebih suka
menurunkan atau mengurangi laba yang dilaporkan dibandingkan
perusahaan kecil.
Tiga hipotesis tersebut menunjukkan bahwa akuntansi teori positif
mengakui adanya 3 hubungan keagenan (1) antara manajemen dengan pemilik, (2)
antara manajemen dengan kreditur, (3) antara manajemen dengan pemerintah
(Anis dan Imam, 2003).
21
BAB III
Kesimpulan
Berdarkan bukti empiris, kebijakan akuntansi yang memiliki konsekuensi
ekonomis terdiri atas pilihan atas tipe atau jenis teknik atau metode akuntansi,
posisi lobi dan pemilihan pada standar akuntansi yang diajukan. Manajer memiliki
kesempatan untuk menggunakan teknik-teknik atau metode-metode akuntansi
(accounting techniques or methods) bilamana penggunaan tersebut akan dapat
mempengaruhi kinerja keuangan (accounting performance) perusahaan.
Pemilihan teknik-teknik akuntansi, apakah yang dapat menurunkan atau
menaikkan laba (decreasing or increasing income), sangat tergantung kepada
alasan atau motivasi para penanggung jawab pembuat laporan keuangan.
Teori akuntansi positif dapat menjelaskan tindakan yang akan diambil oleh
manajer dengan pendekatan hipotesis yang merupakan bagian penting dari teori
akuntansi positif yang memberikan prediksi empiris yang dapat diuji. Hipotesis
tersebut dinyatakan dalam bentuk oportunistik dan versi efisiensi. Dari perspektif
oportunistik, kemampuan manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi untuk
keuntungannya sendiri dapat terpengaruh. Dalam perspektif efisiensi, seperangkat
kebijakan yang ada mempengaruhi fleksibilitas perusahaan. Perubahan dalam
seperangkat kebijakan yang tersedia akan bermasalah bagi manajer. Sehingga, kita
mengharapkan manajemen utuk bereaksi, dan semakin besar standar baru
berpengaruh terhadap kontrak yang ada dan/atau mengurangi pilihan kebijakan
akuntansi, semakin kuat reaksi yang akan terjadi.
22
Daftar Pustaka
Budiarto, Arif. 1999. Teori akuntansi Dari Pendekatan Normatif ke Positif.
Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 1 No.3. Desember, hal 163-182.
Anis, Chariri dan Imam Ghozali. 2003. Teori Akuntansi. : BP Undip.
Harahap, Sofyan Syafri. 1994. Teori Akuntansi Laporan Keuangan. Jakarta :
Bumi Aksara.
Rasyid. 1997. Mengakarkan Akuntansi pada Bumi Sosio Kultural Indonesia:
Perlunya Persektif Alternatif. Media Akuntansi. No.23/Th.IV, hal 13-21.
Scott, William R. 2006. Financial Accounting Theory. 4th ed. USA : Prentice
Hall.
Watts, R.L. dan J.L. Zimmerman. 1986. Positive Accounting Theory. USA :
Prentice Hall.
23
Recommended