View
28
Download
1
Category
Preview:
DESCRIPTION
teori
Citation preview
Makalah Ini Disusun Dalam Rangka Untuk Memenuhi
Tugas Kelompok Mata Kuliah Teori Ekonomi Makro I
Dosen : Lukman Fadhiliya, M. Pd
Di susun oleh :
Kelompok 2
1. Dewi Ratnawati (122130005)
2. Sulastri Tiara Pangestika (122130019)
3. Anisatul Khoiroh (122130024)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2014
BAB IPEMBAHASAN
1. Pengertian Teori Konsumsi dan Fungsi Konsumsi
Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh
rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang telah
melakukan pembelanjaan tersebut. Sedangkan teori konsumsi adalah teori yang
mempelajari bagaimana manusia / konsumen itu memuaskan kebutuhannya dengan
pembelian / penggunaan barang dan jasa.
C = f (YD)
Fungsi Konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara
tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional
(pendapatan disposible) perekonomian tersebut. Selama ini, kita mengetahui konsumsi
merupakan fungsi dari pendapatan siap pakai (disposible income). Secara metematik
dapat dituliskan sebagai
Dimana C merupakan besarnya tingkat konsumsi dan YD adalah besarnya pendapatan
siap pakai (Disposable Income).
APC=C/Y
Dalam hubungan antara tingkat pendapatan dan tingkat konsumsi dapat dikenal dua
konsep. Satu konsep disebut average to propensity to consumption (APC), yaitu
besarnya konsumsi yang terjadi dibandingkan dengan tingkat pendapatan dimana
MPC = DC / DY
Konsep kedua disamping APC ada yang dikenal dengan marginal propencity to
consume (MPC), yaitu perbandingan antara pertambahan konsumsi dibandingkan
dengan pertambahan pendapatan yang terjadi. Dimana besarnya nilai
1. Teori Konsumsi John Maynard Keynes
Beberapa hipotesis Keynes tentang teori konsumsi adalah
berdasarkan intropeksi dan observasi kausal. Pertama dan terpenting, Keynes
menduga bahwa kecenderungan mengkonsumsi marginal atau marginal propensity to
consume (MPC) yaitu kenaikan konsumsi dari setiap unit pendapatan, dimana
besarnya nilai MPC adalah antara nol dan satu. Kecenderungan mengkonsumsi
marginal adalah krusial bagi rekomendasi kebijakan Keynes untuk menurunkan
pengangguran yang kian meluas. Kekuatan kebijakan fiskal, untuk mempengaruhi
perekonomian seperti ditunjukkan oleh pengganda kebijakan fiskal muncul dari
umpan balik antara pendapatan dan konsumsi.
Kedua, Keynes menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan yang disebut
kecenderungan mengkonsumsi rata-rata atau average propensity to consume (APC),
turun ketika pendapatan naik. Ia percaya bahwa tabungan adalah kemewahan,
sehingga ia berharap orang kaya akan menabung dalam proporsi yang lebih tinggi
dari pendapatan mereka ketimbang si miskin.
Ketiga, Keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi
yang penting dan tingkat tabungan tidak memiliki peran penting Asumsi dasar ini
berlawanan dengan kepercayaan diri para ekonom Klasik sebelumnya. Para ekonom
Klasik berpendapat bahwa tingkat bunga yang lebih tinggi akan mendorong tabungan
dan menghambat konsumsi. Keynes menegaskan bahwa pengaruh tingkat bunga
terhadap konsumsi hanya sebatas teori. Kesimpulannya bahwa pengaruh jangka
pendek dari tingkat bunga terhadap pengeluaran individu dari pendapatannya bersifat
sekunder dan relatif tidak penting. Jadi, menurut keynes konsumsi secara mutlak
(absolut) cenderung lebih banyak dipengaruhi dari tingkat pendapatan sekarang.
Secara singkat, di bawah ini disajikan beberapa catatan mengenai fungsi konsumsi
Keynes : (Soediyono Reksoprayitno, 2000: 146 ).
1) Variabel nyata adalah bahwa fungsi konsumsi Keynes menunjukkan hubungan
antara pendapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi yang kedua-duanya
dinyatakan dengan mengunakan tingkat harga konstan.
2) Pendapatan yang terjadi. Maksudnya, bahwa pendapatan nasional yang
menentukan besar kecilnya pengeluaran konsumsi adalah pendapatan nasional yang
terjadi (current national income).
3) Pendapatan absolute disebutkan bahwa fungsi konsumsi Keynes variabel
pendapatan nasionalnya perlu diinterprestasikan sebagai pendapatan nasional
absolut, yang dapat dilawankan dengan pendapatan permanen, pendapatan relatif dan
sebagainya.
4) Bentuk fungsi konsumsi Keynes. Keynes berpendapat bahwa fungsi konsumsi
berbentuk lengkung, yaituseperti tergambar pada Gambar 5.1 di bawah ini sebagai
kurva C0C’. Jika pada berbagai liteatur temasuk pada buku referensi ini fungsi
konsumsi digambarkan garis lurus, hal ini dilakukan adalah hanya untuk memudahkan
saja dalam analisis. Selanjutnya menurut Keynes adalah :
a) Fungsi konsumsi tidak melalui titik silang sumbu nol, melainkan memotong
sumbu vertikal pada nilai C0 yang positip. Artinya, baik dalam bentuk fungsi konsumsi
garis lurus maupun melengkung, bahwa meningkatnya pendapatan nasional
mengakibatkan nilai APC menurun dan berlaku pula MPC < APC.
b) Fungsi konsumsi bebentuk lengkung dengan nilai MPC yang menurun dengan
meningkatnya pendapatan nasional.
c) Tingkat pembelanjaan konsumsi yang dinyatakan sebagai Co atau simbol “a”
diartikan bahwa, walaupun seseorang atau suatu keluarga tidak mempunyai
pendapatan, mereka masih tetap melakukan pembelanjaan untuk konsumsi. Karena
mereka perlu makan, membayar sewa rumah dan membeli pakaian sebagai kebutuhan
pokok esensial mereka.
(C) Tingkat konsumsi dengan harga konstan
Y=Y
C1
Cb
B C’
C
Ca A Y A
C0
C0
0 Y0 Y1 Tingkat
Pendapatan (Y)
Gambar 1.1. Fungsi Konsumsi Menurut Keynes
1. Fungsi Konsumsi Berdasarkan Hipotesis Pendapatan Relatif
James S. Duesenberry mengemukakan bahwa pengeluaran konsumsi suatu
masyarakat ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah
dicapainya. Ia berpendapat bahwa, jika pendapatan berkurang konsumen tidak akan
banyak mengurangi pengeluaran untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat
konsumsi yang masih tetap tinggi, mereka harus terpaksa mengurangi besarnya
saving. Apabila pendapatan bertambah maka konsumsi mereka juga akan bertambah,
tetapi bertambahnya tidak terlalu besar. Sedangkan saving akan dengan pesatnya.
Kenyataan ini terus kita jumpai sampai tingkat pendapatan tertinggi yang telah
pernah dicapai dapat dicapainya lagi. Sesudah puncak dari pendapatan sebelumnya
telah dapat dilalui, maka tambahan pendapatan akan banyak menyebabkan
bertambahnya pengeluaran untuk konsumsi. Sedangkan di lain pihak, bertambahnya
saving tidak begitu cepat. (Soediyono Reksoprayitno, 2000).
Dalam teorinya, Dusenberry menggunakan asumsi yaitu :
1. Selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah interdependen.
Artinya pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran yang
dilakukan oleh orang disekitarnya (lingkungan tetangganya).
2. Pengeluaran konsumsi adalah irreversibel. Artiya pola pengeluaran seseorang
pada saat penghasilan naik akan berbeda dengan pola pengeluaran pada saat
penghasilan mengalami penuruan.
C = f (YC, YPP)
Duesenberry juga berteori bahwa rumah tangga senang memelihara standar hidup
tertentu. Menurutnya, cukup beralasan untuk menyajikan fungsi konsumsi rumah
tangga sebagai
Dimana Yc adalah menunjukkan pendapatan sekarang dan YPP sebagai pendapatan
tertinggi sebelumnya. Apabila pendapatan sekarang (YC) selalu lebih tinggi daripada
pendapatan tertinggi sebelumnya (YPP), maka tingkat konsumsi akan dihubungkan
dengan tingkat pendapatan relatif seseorang di dalam suatu masyarakat.
Y=C
C/tahun
LRC
C3
cb T G
C2 C3 F
ca S
C1 C1 E
c0 R
C0
450
0 Y0 Ya Y1 Yb Y2 Y3
Y/tahun
Gambar 1.2. Fungsi Konsumsi Jangka Pendek dan Panjang dengan Hipotesis
Pendapatan Relatif
Berdasarkan Gambar 1.2 di atas nampak terdapat beberapa situasi yang dapat di
alami seseorang pada situasi tingkat konsumsinya. Situasi pertama, pertumbuhan
konsumsi konstan pada tingkat pendapatan relatif. Konsumsi rumah tangga saling
tergantung dan karena itu didasarkan pada tingkat pendapatan relatif yang pernah ia
capai. Konsumsi agregatif sama dengan C0, C1,C2, dan C3. Untuk masing-masing tingkat
pendapatan absolut Y0, Y1, Y2, dan Y3. Situasi kedua, Fluktuasi pada tingkat pendapatan
relatif. Rumah tangga akan mencoba memelihara standar hidup mereka sebelumnya
bila tingkat pendapatan mereka merosot (jatuh). Misal dengan asumsi tingkat
pendapatan merosot dari Y3 ke Y1. Konsumsi akan turun dari C3 ke Ca di titik S dan
bukan ke C1 di titik E, karena tingkat pendapatan Y2 masih mempengaruhi tingkat
konsumsi tersebut, sehingga ia merasa keseimbangan konsumsi di titik S adalah lebih
baik daripada di titik E. Jika tingkat pendapatan naik kembali ke Yb, maka tingkat
konsumsi akan tetap di atas Ca, (yaitu yang diinginkan antara Ca dan Cb) karena tingkat
konsumsi masih dipengaruhi tingkat tertinggi sebelumnya Y2. Jika sekali lagi Y2dapat
dicapai, maka konsumsi akan berjalan sebagai fungsi LRC.
Perubahan-perubahan dalam pendapatan akan menghasilkan fungsi konsumsi jangka
pendek. Karena itu, MPC di bawah hipotesis pendapatan relatif tidak akan tetap
melainkan berubah-ubah. Beberapa hubungan dasar dalam teori konnsumsi dengan
tingkat pendapatan relatif dapat dilihat dari kecondongan rata-rata mengonsumsi
(APC) dan kecondongan marginal berkonsumsi (MPC) sebagai berikut :
a) Ada pertumbuhan konstan tingkat pendapatan, maka APC konstan dan
MPC = APC
b) Pendapatan sekarang turun di bawah tingkat pendapatan sebelumnya. APC naik,
maka MPC < APC
c) Pendapatan naik, tetapi dibawah tingkat pendapatan sebelumnya. APC turun,
dan MPC naik, maka MPC < APC.
d) Pendapatan naik di atas tingkat pendapatan sebelumnya. APC konstan,
MPC = APC
1. Fungsi Konsumi Berdasarkan Hipotesis Siklus Hidup ( Life Cycle
Hypothesis)
Teori konsumsi berdasarkan hipotesis siklus hidup ( life cycle hypothesis) mulai ditulis
pada abad ke 18 atau tahun 1950-an, (Mankiw, 2007). Teori ini merupakan hasil
kolaborasi dari tiga ekonom yakni: Albert Ando, Ricard Brumberg dan Franco
Modigliani. Teori ini menerangkan bahwa pola penerimaan dan pola pengeluaran
konsumsi seseorang pada umumnya dipengaruhi oleh masa dalam siklus hidupnya.
Karena orang cenderung menerima penghasilan atau pendapatan yang rendah pada
usia muda, tinggi pada usia menengah dan rendah pada usia tua, maka rasio tabungan
akan berfluktuasi sejalan dengan perkembangan umur mereka yaitu orang muda akan
mempunyai tabungan negatif (dissaving), orang berumur menengah menabung dan
membayar kembali pinjaman pada masa muda mereka, dan orang usia tua akan
mengambil tabungan yang dibuatnya di masa usia menengah.
C = (W+RY) / T
Salah satu argumentasi yang penting bahwa pendapatan bervariasi selama kehidupan
seseorang adalah masa pensiun. Kebanyakan orang merencanakan pensiun bekerja
ketika umur kira-kira 65 tahun ke atas, dan mereka sadar bahwa pendapatan mereka
akan turun setelah itu. Tetapi, mereka tidak ingin standar kehidupannya turun besar
dibanding konsumsi saat sekarang. Misal, seseorang berharap dapat hidup selama T
tahun lagi dan memiliki kekayaan total sebesar W dan mengharapkan pendapatan
terbesar Y selama pensiun R tahun dari sekarang. Berapa tingkat konsumsi yang akan
dipilih konsumen tersebut jika ia ingin mempertahankan tingkat konsumsi merata
selama hidupnya? Jika sumber daya hidup konsumen adalah dari kekayaan awal W
dengan penghasilan seumur hidup R x Y, dengan asumsi bunga nol, maka kita dapat
mengetahui besarnya tingkat konsumsi total adalah W+RY, sehingga konsumsi rata-
rata selama hidupnya (T) tahun adalah
Kita dapat pula menulis fungsi konsumsi seseorang sebagai :
C = (1/T) W + (R/T) Y atau
C = aW + bY
Misal, jika seseorang ingin hidup selama T = 50 tahun dan bekerja selama R =30
tahun, maka fungsi konsumsinya dapat ditulis sebagai :
C = (1/50) W + (30/50) Y atau
C = 0.02 W + 0.6Y.
Asumsi dasar teori konsumsi siklus hidup adalah menganggap bahwa individu
merencanakan perilaku konsumsi dan tabungan mereka selama periode yang panjang
dengan tujuan mengalokasikan konsumsi mereka untuk membuat hidup mereka lebih
baik. Asumsi utamanya bahwa kebanyakan orang memilih gaya hidup yang stabil,
secara umum bukannya menabung habis-habisan di suatu periode demi pendapatan
besar di periode berikutnya, namun mengkonsumsi yang sama di setiap periodenya.
Menurut teori konsumsi siklus hidup, karena orang ingin meratakan konsumsi selama
hidupnya, maka kaum muda yang sedang bekerja menabung, sedangkan kaum tua
yang pensiun menghabiskan tabungannya atau dissaving, ( mankiw, 2007).
C/tahun
C3 D
C2 B C
Bag III
Bag II
Y
C1 A
C0 Bag I
0
T1 T2 T3 Waktu (T)
Gambar 1.3. Pola Pendapatan dan Pola Konsumsi dengan Hipotesis Siklus Kehidupan
1. Fungsi Konsumsi Berdasarkan Hipotesis Pendapatan Permanen
Teori konsumsi berdasarkan hipotesis pendapatan permanen (permanentincome
hypothesis) dikemukakan oleh Milton Friedman. Menurut teori ini, pendapatan
masyarakat dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pendapatan permanen (permanent
income) dan pendapatan sementara (transitory income).Pengertian dari pendapatan
permanen adalah
a) Pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat
diperkirakan sebelumnya, misalnya pendapatan dari gaji, upah.
b) Pendapatan yang diperoleh dari semua faktor yang menentukan kekayaan
seseorang ( yang menciptakan kekayaan).
Pengertian pendapatan sementara adalah pendapatan yang tidak bisa diperkirakan
sebelumnya. (Guritno Mangkoesoebroto, 1998: 72).
Friedman menyimpulkan studinya bahwa konsumsi permanen seseorang konsumen
atau suatu masyarakat mempunyai hubungan yang positif dan proporsional dengan
pendapatannya atau pendapatan mereka yang bersangkutan (Soediyono, 2001)
Milton Friedman mengatakan bahwa, pendapatan sekarang (Y) terdiri dari pendapatan
permanen (Yp) dan pendapatan sementara atau pendapatan transitori (YT). Secara
matematik dapat ditulis sebagai: Y=YP+YT.
Jika pendapatan sekarang dapat ditulis sebagai: Y=YP+YT maka, tingkat konsumsi juga
dapat ditulis sebagai fungsi dari C=CP+CT.
C Y=C
CP=kYP
C2 G SRCF1
SRCF0
F
C1
C0 E
0 Y0=Y0P Y1 Y1
P Y
Gambar 1.4. Fungsi Konsumsi dengan Pendekatan Pendapatan Permanen
Pada Gambar 1.4 di atas, misal pendapatan permanen berada pada Y0, jika pendapatan
aktual naik ke Y1, makakonsumsi hanya akan berpindah (naik atau turun) sepanjang
kurva SRCF0 yaitu pada C1 atau konsumsi hanya naik dari C0 ke C1 atau hanya naik dari
titik E ke titik F. Tetapi, perubahan pendapatan permanen akan menggeser kurva
konsumsi jangka pendek ke atas. Misal, ketika pendapatan permanen berubah (naik)
dari Y0P ke Y1
P, maka SRCF0 akan bergerser ke SRCF1.Ini berarti konsumsi naik dari
C0 keC2, atau naik dari titik E ke titik G.
Apabila kita tulis kembali persamaan teori Friedman di atas sebagai :
Y = YP + YT, dan C = CP + CT.
Dimana Ct = kYt, maka Ct = k[YP t-1 = j(Yt – YP
t-1)] atau
Ct =kYPt + kj (Yt – YP
t-1)
Dengan demikian, maka disimpulkan bahwa fungsi konsumsi Milton Friedman
tersebut memiliki dua nilai MPC, yaitu; kecondongan konsumsi marginal dari
pendapatan permanen dan kecondongan konsumsi marginal dari pendapatan
transitori. Nilai MPC dari pendapatan permanen adalah k, sedangkan nilai MPC dari
pendapatan transitori adalah kj. Nilai k atau MPC dari pendapatan permanen sering
disebut sebagai MPC dalam jangka panjang, dan nilai kj atau MPC dari pendapatan
transitori sering disebut sebagai MPC dalam jangka pendek. Selanjutnya, juga
dijelaskan bahwa umumnya nilai MPC dalam jangka panjang lebih besar dari pada
nilai MPC dalam jangka pendek, atau secara metematik dapat ditulis sebagai : nilai k
> nilai kj.
1. Faktor – Faktor Penentu Tingkat Konsumsi
Faktor – faktor yang menentukan tingkat konsumsi adalah sebagai berikut :
1. Pendapatan rumah tangga (household income), semakin besar pendapatan,
semakin besar pula pengeluaran untuk konsumsi.
2. Kekayaan rumah tangga (household wealth), semakin besar kekayaan, tingkat
konsumsi juga akan menjadi semakin tinggi. Kekayaan misalnya berupa saham,
deposito berjangka dan kendaraan bermotor.
3. Prakiran masa depan (household expectations), bila masyarakat memperkirakan
harga barang-barang akan mengalami kenaikan, maka mereka akan lebih banyak
membeli / belanja barang-barang.
4. Tingkat bunga (interest rate). Bila tingkat bunga tabungan tinggi / naik, maka
masyarakat merasa lebih untung jika uangnya ditabung daripada dibelanjakan.
Berarti antara tingkat bunga dengan tingkat konsumsi mempunyai korelasi
negatif.
5. Pajak (taxation), pengenaan pajak akan menurunkan pendapatan disposable yang
diterima masyarakat, akibatnya akan menurunkan konsumsinya.
6. Jumlah dan konsumsi penduduk, jumlah penduduk yang banyak akan
memperbesar pengeluaran konsumsi. Sedangkan komposisi penduduk yang
didominasi pendududuk usia produktif usia kerja (15-64 tahun) akan
memperbesar tingkat konsumsi
7. Faktor sosial budaya, misalnya berubahnya pola kebiasaan makan, perubahan
etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain yang dianggap
lebih modern. Contohnya adalah berubahnya kebiasaan orang Indonesia
berbelanja dari pasar tradisional ke pasar swalayan (super market)
BAB II
A. Kesimpulan
Fungsi Konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara
tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional
(pendapatan disposible) perekonomian tersebut.
Menurut teori keynes konsumsi secara mutlak (absolut) cenderung lebih banyak
dipengaruhi dari tingkat pendapatan sekarang.
Dalam teori konsumsi hipotesis pendapatan relatif Dusenberry menggunakan asumsi
yaitu Selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah interdependen dan
pengeluaran konsumsi adalah irreversibel
Asumsi dasar teori konsumsi siklus hidup adalah menganggap bahwa individu
merencanakan perilaku konsumsi dan tabungan mereka selama periode yang panjang
dengan tujuan mengalokasikan konsumsi mereka untuk membuat hidup mereka lebih
baik.
Pada teori konsumsi hipotesis pendapatan permanen, konsumsi permanen seseorang
konsumen atau suatu masyarakat mempunyai hubungan yang positif dan proporsional
dengan pendapatannya atau pendapatan mereka yang bersangkutan
Faktor-faktor penentu tingkat konsumsi yaitu pendapatan rumah tangga, kekayaan
rumah tangga, prakiran masa depan, tingkat bunga, pajak, jumlah dan konsumsi
penduduk serta faktor sosial budaya.
1. Rekomendasi
Setelah mempelajari teori konsumsi tersebut semua pembaca diharapkan mampu
memahami teori – teori konsumsi tersebut, sehingga mampu memanage konsumsi
(pengeluaran-pengeluaran) kebutuhan hidup sehari-hari dan tabungan kita.
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan, Haris. 2012. Teori Konsumsi. Diakses
darihttp://wawanhariskurnia.blogspot.com/2012/12/teori-konsumsi.html Pada tanggal
03 Maret 2014 pukul 07.10
Prasetyo, P. Eko. 2012. Fundamental Makro Ekonomi. Yogyakarta : Beta Offset.
Sukiro, Sadono. 2010. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada
Recommended