View
6
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
INISIASI PENDIRIAN
KONSORSIUM PEMBANGUNAN SOSIAL ORANG RIMBA
(KPS-OR)
DI KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUA BELAS
PRAKARSA MADANI
The Institutes for Research, Advocacy, Natural
Resources Management, and Community Development
Tahun 2019
2
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan Sosial Orang Rimba adalah proses perubahan sosial bagi
masyarakat adat Orang Rimba yang harus direncanakan sedemikian rupa
dimana dalam proses tersebut peranan manusia menjadi pusat dari proses
pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya yang diikuti oleh
proses pembangunan ekonomi yang dinamis. Dalam hal ini pembangunan
sosial masyarakat adat Orang Rimba lebih menitikberatkan kepada proses
pemberdayaan masyarakat sebagai kuncinya, dan perubahan sosial yang
direncanakan.
Sesuai dengan arah kebijakan dan strategi pembangunan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah 2015-2019, upaya keberlanjutan
pembangunan ekonomi ditempuh melalui strategi: peningkatan pertumbuhan
ekonomi dengan pengurangan kesenjangan antar wilayah, peningkatan
pendapatan perkapita serta pengurangan kesenjangan antar kelompok,
penurunan tingkat kemiskinan sehingga jumlah penduduk miskin berkurang serta
penerapan pola produksi/kegiatan ekonomi dan pola konsumsi hemat dan ramah
lingkungan. Sementara itu keberlanjutan pembangunan sosial, ditempuh melalui
beberapa strategi, diantaranya peningkatan keterjangkauan layanan dan akses
pendidikan, kesehatan, perumahan, pelayanan air bersih dan sanitasi
masyarakat.
Merujuk kepada arah kebijakan di atas, strategi yang ditempuh oleh
pemerintah RI masih menyisakan beberapa kelemahan, terutama
keterjangkauan implementasi strategi kepada Orang Rimba (indigenous people).
Kondisi kehidupan Orang Rimba yang seringkali berpindah, minimnya akses
transportasi dan komunikasi serta kehidupan Orang Rimba yang ekslusif
menyebabkan Orang Rimba kurang tersentuh oleh berbagai program
pembangunan yang semestinya mereka dapatkan sebagai bagian dari
masyarakat Indonesia.
Selain kondisi di atas, kehidupan Orang Rimba saat ini telah mengalami
perubahan sosial karena proses interaksi dengan dunia luar dan telah mengenal
3
ekonomi uang. Berbagai persoalan tengah dihadapi oleh komunitas Orang
Rimba, mulai dari persoalan internal dalam kelompok hingga persoalan dengan
pihak-pihak eksternal dimana Orang Rimba saling berinteraksi. Di dalam internal
kelompok Orang Rimba, terlihat adanya kerapuhan struktur sosial dan krisis
kepemimpinan. Temenggung, sebagai pemimpin tertinggi dari kelompok Orang
Rimba tidak lagi dipatuhi dan dianggap sebagai personil yang mengayomi
mereka. Jika perselisihan terjadi antara keluarga Orang Rimba dengan
Temenggung, maka keluarga ini akan memisahkan diri dan dengan mudah
membentuk struktur kepemimpinan baru.
Pengamatan lapangan menunjukkan bahwa pemahaman Orang Rimba
terhadap adat istiadat mereka relatif lemah. Perilaku-perilaku yang masa dahulu
tidak boleh dilakukan atau tabu, sekarang ini perilaku-perilaku tersebut
sepertinya sudah bukan merupakan hal yang tabu lagi. Kejadian pencurian buah-
buahan warga desa, pencurian brondol kelapa sawit warga dan perusahaan
serta kejadian penuntutan denda terhadap Jenang Air Hitam, merupakan indikasi
bahwa pemahaman terhadap adat kebiasaan Orang Dalam sudah semakin
dangkal. Di satu sisi, kondisi ini ditenggarai karena kurangnya transfer
pemahaman adat dan budaya dari kaum tua dan di sisi lain golongan muda dari
Orang Rimba, telah terpapar dengan dunia luar dengan berbagai kebutuhan
material, sementara sumber-sumber penghidupan mereka relatif terbatas.
Persoalan relasi Orang Rimba dengan pihak-pihak eksternal, juga semakin
kompleks. Kebiasaan mereka berpindah dari satu tempat ke tempat lain, dan
hidup dibawah sudung (semacam tenda dari plastik hitam) diantara pepohonan
kelapa sawit, tanpa sumber penghidupan yang pasti, telah menyebabkan Orang
Rimba seringkali diminta pergi ke tempat lain oleh pemilik-pemilik kebun kelapa
sawit. Kondisi ini diperparah lagi oleh adanya stereotip negatif dari sebagian
warga desa terhadap Orang Rimba dengan istilah mereka sebagai “pembohong,
kotor, pencuri”. Munculnya beberapa kasus tuduhan pencurian brondol tandan
buah segar kelapa sawit kepada Orang Rimba, bahkan diikuti oleh tindak
kekerasan oleh keamanan perusahaan kepada mereka, menjadikan relasi Orang
Rimba dengan pihak-pihak eksternal menjadi semakin tidak harmonis.
Sumber-sumber penghidupan yang terbatas, hewan buruan yang semakin
langka sementara kebutuhan material berupa sepeda motor, handphone, bahan
bakar, serta kebutuhan uang untuk menikah bagi keluarga muda ditengarai telah
4
menjadi penyebab proses terjadinya jual beli lahan dalam kawasan Tanam
Nasional Bukit 12 (TNBD) yang di buka oleh Orang Rimba baik berupa kebun
maupun lahan kosong kepada pihak-pihak eksternal. Kondisi ini menjadikan
relasi Orang Rimba dengan pihak TNBD, seolah-olah membentuk hubungan
simbiosis parasitisme. Di satu pihak, secara implisit, pihak TNBD telah memberi
kelonggaran bagi Orang Rimba untuk memanfaatkan ruang TNBD untuk
perbaikan ekonominya, tetapi di sisi lain Orang Rimba telah melakukan transaksi
jual beli secara diam-diam (bawah tangan) kepada pihak-pihak eksternal.
Kondisi lain yang cukup penting menjadi persoalan Orang Rimba dengan
pihak-pihak eksternal adalah kesan seolah-olah Orang Rimba mendapat
perlakuan khusus dengan hak-hak eksklusif. Jika warga desa atau aparat
keamanan perusahaan melakukan kesalahan terhadap Orang Rimba, maka
warga desa atau aparat keamanan perusahaan ini akan ditangkap dan akan
dikenakan sangsi sesuai hukum yang berlaku. Akan tetapi jika Orang Rimba
membuat kesalahan, maka mereka tidak akan ditangkap dan tentunya tidak akan
dijatuhi sangsi hukum. Kesan yang hidup di tengah masyarakat dan Orang
Rimba sendiri, bahwa mereka merupakan komunitas dengan hak-hak eksklusif
dan kebal hukum, telah menjadi kontra-produktif bagi terwujudnya hubungan
simbiosis mutualisme antara Orang Rimba dengan masyarakat. Bahkan kondisi
ini dapat menjadi konflik horizontal yang bersifat laten antara Orang Rimba
dengan pihak-pihak eksternal.
Di bidang pendidikan, anak-anak komunitas Orang Rimba, belum
mendapat sentuhan pendidikan formal sebagaimana program wajib pendidikan
dasar untuk anak-anak umur 7 sampai dengan 12 tahun. Karakteristik mereka
yang berpindah, mempunyai hubungan yang dekat dengan ibu mereka, serta
jarak yang relatif jauh dari fasilitas pendidikan, menjadikan anak-anak komunitas
Orang Rimba, tertinggal di bidang pendidikan. Upaya untuk meningkatkan
pengetahuan anak-anak Orang Rimba telah dilakukan oleh berbagai pihak
seperti Lembaga Swadaya Masyarakat, pihak Perusahaan dan Jenang selaku
pengayom Orang Rimba. Meskipun dengan jumlah peserta didik yang relatif
kecil, pendidikan yang diselenggarakan oleh pihak-pihak terkait ini adalah dalam
bentuk sekolah informal (sekolah rimba) dengan kemampuan akhir yang
diharapkan bisa membaca, menulis dan berhitung (calistung). Tantangan dalam
penyelenggaraan pendidikan sekolah alam ini juga relatif besar, terutama dari
5
para orang tua ortodok yang berpikiran bahwa sekolah akan merubah adat,
sekolah tidak membuat perut jadi kenyang.
Pada dasarnya, stakeholder telah berupaya melakukan program dan
kegiatan untuk mengatasi persoalan yang dihadapi oleh komunitas Orang Rimba.
Pemerintah daerah, telah membangun fasilitas rumah bagi Orang Rimba, dengan
harapan Orang Rimba tidak lagi hidup berkelana dan dapat hidup menetap.
Pihak Perusahaan, telah melakukan berbagai program dan kegiatan, mulai dari
program kesehatan, program pendidikan, program ekonomi produktif bahkan
bantuan beras bagi Orang Rimba. Pihak Jenang, juga menyelenggarakan
kegiatan sekolah alam di rumah singgah. Pihak TNBD, juga telah melakukan
pembinaan agar Orang Rimba dapat melakukan aktivitas usahatani dengan baik
di dalam Kawasan TNBD. Namun demikian, berbagai program stakeholder
tersebut, terkesan tumpang tindih dan belum bersinergi dengan baik.
Pelaksanaan program pembangunan sosial masyarakat adat haruslah lebih
mengedepankan pada pendekatan partisipatif yang melibatkan masyarakat/LSM,
dan dunia usaha. Dalam kaitannya dengan pemberdayaan komunitas adat di
kawasan TNBD telah ada partisipasi dari pihak LSM dan perusahaan
perkebunan swasta yang berada di sekitar kawasan TNBD dalam melakukan
program pemberdayaan. Namun hal ini belum dapat mencapai hasil yang optimal
dikarenakan masih terbatasnya cakupan program, rendahnya efektifitas
pelaksanaan, program masih bersifat charity, tidak adanya komunikasi yang
efektif antara para pihak yang melakukan program pemberdayaan, dan tidak ada
program pemberdayaan ekonomi bagi komunitas adat Orang Rimba.
Oleh karena itu diperlukan forum kemitraan bagi para pihak yang memiliki
program pemberdayaan bagi komunitas adat Orang Rimba yang dilandasi atas
prinsip saling percaya, keanekaragaman dan keberlanjutan sosial. Forum
kemitraan ini diharapkan dapat menjadi wadah koordinasi, saling menukar
informasi, berbagi sumberdaya, merencanakan, dan evaluasi program masing-
masing pihak untuk lebih mendorong keberhasilan dalam pembangunan sosial
bagi masyarakat adat Orang Rimba.
1.2. Tujuan
6
Tujuan Umum yang akan dicapai dalam inisiasi pendirian konsorsium
Pembangunan Sosial Orang Rimba di kawasan Taman Nasional Bukit 12 adalah
mewujudkan kemandirian sosial, budaya dan ekonomi Orang Rimba.
Tujuan khusus, inisiasi pendirian konsorsium pembangunan Orang Rimba
di kawasan Taman Nasional Bukit 12 sebagai berikut:
a. Membangun kesepahaman semua stakeholder dalam pembangunan sosial
Orang Rimba di kawasan Bukit 12.
b. Menyepakati bentuk dan pendirian organisasi/wadah dalam pembangunan
sosial Orang Rimba di kawasan Bukit 12.
c. Mengembangkan sinergi dan kerjasama program dan kegiatan stakeholder
dalam pembangunan sosial Orang Rimba di kawasan Bukit 12.
d. Melakukan koordinasi, monitoring dan evaluasi bersama terhadap program
dan kegiatan pembangunan sosial yang dirancang untuk kemandirian Orang
Rimba.
7
II. PELAKSANAAN KEGIATAN
2.1. Persiapan dan Membangun Jaringan Sosial
2.1.1. Audiensi di tingkat Kabupaten
Kegiatan audiensi di tingkat Kabupaten pada dasarnya diupayakan
untuk memperoleh dukungan kerjasama dalam melakukan upaya-upaya
pembangunan terhadap Suku Anak Dalam dari pihak Pemerintah Kabupaten
yang dalam hal ini diprioritaskan pada Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten
Merangin. Audiensi dengan pihak Pemerintah Kabupaten Sarolangun
dilakukan secara berkala baik melalui kunjungan langsung maupun melalui
komunikasi telpon. Melalui komunikasi yang dilakukan selama proses
audiensi, dibangun kesepakatan untuk melakukan pertemuan yang
melibatkan pihak Pemerintah Kabupaten Sarolangun, pihak PT. Astra Agro
Lestari, dan pihak Prakarsa Madani. Pertemuan ini dilaksanakan di Hotel
Harris Jakarta pada tanggal 13 Maret 2019 dengan agenda pokok
Pembahasan Rencana Pembentukan Wadah Kerjasama Intervensi
Perubahan Sosial Orang Rimba yang dihadiri oleh :
1. Hilal (Wakil Bupati Kabupaten Sarolangun)
2. Dedi Hendri (Asisten II Bupati Kabupaten Sarolangun)
3. Bandung Sahari (PT. Astra Agro Lestari Tbk.)
4. Joko Subagyo (PT. Astra Agro Lestari Tbk)
5. Nyoman Suyasa (PT. Astra Agro Lestari)
6. Elwamendri (Prakarsa Madani Institut)
7. Budi Setiawan (Prakarsa Madani Institut)
8. Idris Sardi (Prakarsa Madani Institut)
Beberapa hal yang dikemukakan dalam pertemuan dapat dijabarkan
senagai berikut :
1. Pihak Prakarsa Madani menginformasikan bahwa berdasarkan hasil
workshop yang telah dilaksanakan di aula Bappeda Kabupaten
Sarolangun pada tanggal 16 Februari 2019 dimana Prakarsa Madani
diminta untuk memfasilitasi pembentukan wadah kerjasama multi pihak
dalam rangka melakukan intervensi perubahan sosial Orang Rimba, maka
pihak Prakarsa Madani perlu mengkomunikasikan hal tersebut kepada
para Bupati yang di wilayahnya terdapat tempat hunian Orang Rimba.
8
Karena upaya mendorong perubahan sosial Orang Rimba merupakan
bagian dari sasaran pembangunan maka hal ini perlu mendapat
persetujuan dan dukungan dari para Bupati yang merupakan pemegang
otoritas terhadap wilayah yang menjadi hunian Orang Rimba. Dalam hal
ini pihak Prakarsa Madani membutuhkan arahan dan masukan guna
memperkuat gagasan yang telah dibangun.
2. Pihak Pemerintah Kabupaten Sarolangun memberikan apresiasi kepada
para pihak yang sudah mau ikut memikirkan perbaikan nasib Orang Rimba
yang diharapkan Orang Rimba juga bisa menikmati kemerdekaan. Pihak
Pemerintah Kabupaten Sarolangun juga menginformasikan bahwa
beberapa waktu yang lalu setelah kunjungan Presiden, Orang Rimba akan
dibangunkan fasilitas berupa perumahan. Kementerian sosial akan
mendukung pembangunan perumahan Orang Rimba, Pemkab Sarolangun
menyediakan lahan untuk perumahan, dan didukung juga oleh Pangdam
Sriwijaya. Ini salah satu model yang dilakukan oleh Pemkab Sarolangun
untuk pembinaan Orang Rimba yang melibatkan SKPD terkait. Sasaran
pertama Pemkab Sarolangun adalah mengupayakan Orang Rimba bisa
memiliki identitas (KTP) agar Orang Rimba bisa memperoleh bantuan
pemerintah dan program pembangunan. Tujuan Pemkab Sarolangun ke
9
depan adalah Orang Rimba bisa mendapat penghidupan yang layak,
pendidikan yang layak, dan kesehatan yang layak. Saat ini Pemkab
Sarolangun menanggung biaya hidup 2 kelompok yang akan dipersiapkan
menghuni kawasan Kampung Madani Orang Rimba. Untuk memberikan
motivasi, pihak Kepolisian dan TNI akan memprioritaskan Orang Rimba
menjadi polisi dan tentara. Saat ini masih ada tantangan dimana ada
kelompok kepentingan yang masih mempengaruhi Orang Rimba untuk
keluar dari pembinaan pemerintah dan diprovokasi dengan issue agama.
Harapannya ke depan kawasan pemukiman Orang Rimba bisa menjadi
salah satu kunjungan wisata yang dapat menjadi sumber pemasukan bagi
Orang Rimba. Mengenai wadah kerjasama yang digagas pada dasarnya
Pemkab Sarolangun menyambut baik dan akan memberikan dukungan.
Memang kalau hanya bertumpu pada pemerintah, tujuan yang akan
dicapai akan menjadi lambat karena anggaran Pemkab Sarolangun juga
sangat terbatas. Jadi keterlibatan berbagai pihak seperti perusahaan,
perguruan tinggi, LSM, dan sebagainya sangat diharapkan untuk
bersama-sama dengan pihak pemerintah dalam memperbaiki kehidupan
Orang Rimba. Salah satu persoalan yang dihadapi adalah Orang Rimba
yang hidup terpencar dan pihak Pemkab Sarolangun berupaya
mengarahkan mereka untuk menetap agar mudah dilakukan pembinaan.
Karena kalau masih hidup berpencar mereka sangat sulit sekali untuk
dijangkau dan dibutuhkan anggaran yang besar. Pemkab Sarolangun
sudah memiliki Kepala Seksi Pendidikan Suku Anak Dalam di Dinas
Sosial. Persoalan yang dihadapi Pemkab Sarolangun bahwa masalah
selalu datang secara bersamaan dan pihak Pemkab Sarolangun tidak
cukup kekuatan dalam melakukan penanganan. Kemudian, aktivitas
Pemkab Sarolangun tidak terekspo/terpublikasi sehingga sering Pemkab
Sarolangun dituding tidak peduli. Pemkab Sarolangun sudah membangun
klinik di dalam kawasan yang menjadi hunian Orang Rimba, dan program
pendidikan sudah lama dilakukan. Gagasan perumahan sebenarnya
awalnya digagas di dalam TNBD namun tidak memperoleh persetujuan
dari Kepala Balai TNBD. Oleh Pangdam Sriwijaya diarahkan ke kawasan
APL. Masalah Orang Rimba juga sudah dikomonikasikan kepada
Gubernur Provinsi Jambi namun tidak mendapat respon. Program yang
10
ada sekarang malah mendapat dukungan dari Pangdam Sriwijaya,
dijalankan tanpa dukungan anggaran nasional. Harapannya apa yang
digagas untuk perubahan Orang Rimba bisa menjadi model sebagai
inovasi bentuk pelayananan bagi Orang Rimba. Memang sangat
diperlukan koordinasi dan sinkronisasi aktivitas dan kalau sebelumnya ini
bisa dilakukan mungkin masalahnya tidak serumit yang sekarang. Sudah
banyak yang dilakukan Pemkab Sarolangun termasuk dulu pernah
dibagikan kebun namun kebun tersebut dijual oleh Orang Rimba. Pihak
Pemerintah Kabupaten Sarolangun juga memandang pentingnya
komunikasi para pihak agar bisa saling tahu. Sebelumnya, di mata
Pemkab Sarolangun, perusahaan selama ini hanya dilihat menjalankan
program CSR-nya hanya dalam bentuk bantuan sosial terutama pada saat
mau lebaran. Padahal perusahaan juga ternyata sudah melakukan banyak
hal dan Pemkab jadi tahu jika dikomunikasikan.
3. Pihak PT. Astra Agro Lestari menginformasikan bahwa saat ini ada sekitar
5 rombong Orang Rimba yang hidup dalam kawasan kebun sawit HGU
PT. SAL 1. Pihak PT. SAL 1 sudah memfasilitasi 3 program yaitu program
kesehatan, program pendidikan, dan pangan untuk pengentasan
kelaparan. Presdir Astra juga menginginkan agar Orang Rimba juga bisa
memperoleh KTP. Pihak Astra juga memiliki pandangan yang sama
bahwa diperlukan kolaborasi dan kerjasama antar pihak yang memiliki
tujuan yang sama. Ternyata setelah mendengar penjelasan dari pihak
Pemkab Sarolangun, pada dasarnya perusahaan dan pemerintah memiliki
tujuan yang sama dan seharusnya hal semacam ini sudah sejak lama
dikomunikasikan dan dipertemukan. Wadah kerjasama mungkin dirancang
dalam bentuk yang kecil dulu baru melangkah ke yang besar. Dimulai dari
keterlibatan Pemkab Sarolangun, Pemkab Merangin, PT. SAL 1, Balai
TNBD, dan Universitas Jambi. Ada beberapa program Astra yang butuh
dukungan dari pihak pemerintah daerah seperti program kesehatan. Pihak
Astra punya dokter, ambulan, dan pemanfaatan fasilitas ini memerlukan
dukungan dari Dinas Kesehatan setempat. PT. SAL juga dulu pernah
memberikan kebun dan kebun itu juga dijual oleh Orang Rimba.
Dari pertemuan tersebut beberapa kesimpulan yang dapat dirumuskan
antara lain :
11
1. Kesamaan pandangan antara pihak Pemerintah Kabupaten Sarolangun dan
Pihak PT. ASTRA Agro Lestari / PT. SAL 1 mengenai pentingnya kerjasama
dalam mendorong perubahan sosial orang rimba
2. Tindak lanjut pertemuan akan dilakukan pertemuan besar dengan melibatkan
para pihak yang nanti akan difasilitasi Prakarsa Madani.
3. Perlu dilakukan sharing program agar dapat dilakukan koordinasi untuk
meudahkan pencapaian tujuan bersama.
Pelaksanaan audiensi dengan pihak Pemerintah Kabupaten Merangin
hanya dilakukan melaui pertemuan koordinasi dengan Dinas Sosial
Kabupaten Merangin mengingat sulitnya menjadwalkan pertemuan dengan
Bupati Kabupaten Merangin dan jajaran pejabat Pemerintah Kabupaten
Merangin yang terkait dengan implementasi gagasan membangun media
kerjasama multipihak. Kendatipun demikian, melalui Dinas Sosial Kabupaten
Merangin, pihak Pemerintah Kabupaten Merangin juga sangat menyambut
baik dan mendukung upaya membangun kerjasama Multipihak dalam rangka
mendorong pembangunan sosial Orang Rimba.
2.1.2. Audiensi di tingkat Pusat (Dirjend PKAT, Dirjend Konservasi,
Dirjend PUPR)
Pelaksanaan audiensi di tingkat dilakukan melalui kunjungan langsung
untuk menyampaikan gagasan rencana pembentukan wadah kerjasama
multipihak untuk mendukung pembangunan sosial Orang Rimba. Kunjungan
dilakukan pada pada tanggal 8 – 9 April 2019 di tiga Kementerian yaitu :
1. Direktorat Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Dirjend
Pemberdayaan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia.
2. Direktorat Kawasan Konservasi Dirjend Konservasi Sumberdaya Alam dan
Ekosistem Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup Republik
Indonesia.
3. Direktorat Rumah Khusus Dirjend Penyediaan Perumahan Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia.
Agenda pokok kunjungan meliputi sosialisasi rencana pembentukan
wadah kerjasama multipihak pembangunan sosial Orang Rimba sekaligus
juga meminta kesediaan menjadi peserta dan nara sumber dalam acara
sarasehan yang akan dilaksanakan pada tanggal 25 April 2019. Pihak
12
Direktorat Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Dirjend Pemberdayaan
Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia dan Direktorat Kawasan
Konservasi Dirjend Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem
Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup Republik Indonesia
menyatakan dukungan dan bersedia memenuhi undangan sarasehan
sedangkan pihak Direktorat Rumah Khusus Dirjend Penyediaan Perumahan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia
belum bisa memenuhi harapan yang dikemukakan pihak Prakarsa Madani
karena pihak yang menerima kunjungan adalah staf biasa tidak dalam
kapasitas yang bisa mengambil keputusan.
2.1.3. Penyusunan Draft Perangkat Wadah Kerjasama Multipihak
Pembentukan wadah kerjasama multipihak harus dilengkapi dengan
beberapa perangkat yang meliputi aturan dasar, tata kerja pelaksanaan
program, dan arahan program yang nantinya akan menjadi pokok bahasan
dalam pertemuan yang melibatkan para pihak yang menjadi bagian dan
mendukung wadah kerjasama multipihak yang dibentuk. Penyusunan draft
sebagimana dimaksud difasilitasi oleh pihak Prakarsa Madani antara lain :
1. Draft Aturan Dasar disusun oleh Ir. Elwamendri, M.Si dan akan menjadi
nara sumber pembahasan dalam pertemuan para pihak.
2. Draft Tata Kerja Pelaksanaan Program disusun oleh Budi Setiawan, SP,
M.Si dan akan menjadi nara sumber pembahasan dalam pertemuan para
pihak.
3. Draft Arahan Program disusun oleh Idris Sardi, SP, M.Si dan akan menjadi
nara sumber pembahasan dalam pertemuan para pihak.
Penyusunan draft perangkat wadah kerjasama multipihak dilakukan
selama bulan Juni 2019 dan adapun naskah draft dimaksud dapat dilihat
pada lampiran laporan.
2.2. Audiensi dan FGD Para Pihak
2.2.1. Audiensi dengan Pemerintah Desa Olak Besar dan Paku Aji
Desa Olak Besar dan Paku Aji merupakan dua desa yang secara
administratif masuk dalam wilayah Kabupaten Batanghari. Audiensi dilakukan
dalam rangka menjajaki situasi Orang Rimba yang berada di wilayah
13
Kabupaten Batanghari mengingat wadah kerjasama multipihak yang digagas
meliputi ruang lingkup Provinsi Jambi. Di samping itu juga ditujukan untuk
menguatkan jaringan komunikasi dan hubungan kerjasama karena
pemerintah Desa Olak Besar dan Paku Aji juga sudah dilibatkan dalam
workshop yang dilaksanakan di kabupaten Sarolangun.
Kepala Desa Olak Besar dan Kepala Desa Paku Aji, pada prinsipnya
sangat mendukung adanya kerjsasama multi pihak dalam menuju proses
perubahan sosial Orang Rimba di Provinsi Jambi. Orang Rimba di Provinsi
Jambi, terutama yang menempati Taman Nasional Bukit Dua Belas, merupakan
satu kesatuan yang utuh sesuai dengan selokoh adat yang mereka anut : “Tanah
Garo Pangkal Waris, Sungai Serengam Ujung Waris, Air Hitam Tanah
Berjenang”. Dari keterangan Kepala Desa Olak besar, pada waktu dahulu, jika
Orang Rimba melakukan aktivitas melangun (pergi meninggalkan tempat
bermukim untuk sementara menghilangkan kesedihan), wilayah melangun
mereka terfokus kepada tiga tempat tersebut. Jika mereka berasal dari Air Hitam,
kemudian mereka melangun, maka daerah tempat tujuan melangun adalah
Tanah Garo (Pangkal Waris) atau Sungai Serengam (Ujung Waris). Di tempat
tujuan melangun, mereka diterima oleh orang desa yang mereka anggap
saudara dan mereka diizinkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi selama
kegiatan melangun. Saat ini menurut Kepala Desa Olak Besar dan Paku Aji,
institusi sosial tersebut sudah semakin kabur, karena menyempitnya ruang hidup
Orang Rimba, dan ditengarai pula ada pihak-ihak tertentu yang berupaya
memutus ikatan sosial ini karena dianggap merugikan Orang Rimba. Oleh karena
itu menurut Kepala Desa Olak Besar dan Paku Aji, salah satu upaya kerjasama
multi pihak ini adalah mendorong dan memulihkan kembali institusi sosial ini,
sehingga wilayah tujuan aktivitas melangun sebagai bentuk kebiasaan Orang
Rimba, tidak lagi keluar dari tiga daerah yang dipahami sebagai wilayah yang
dianggap sebagai saudara bagi Orang Rimba.
Selain itu, Kepala Desa Olak Besar dan Paku Aji juga mengharapkan
adanya sinergitas dan kordinasi yang dilakukan oleh para pihak terhadap Orang
Rimba. Salah satu topik yang menarik dibicarakan adalah masalah Rekam Kartu
Tanda Penduduk (KTP) untuk Orang Rimba. Menurut Kepala Desa Olak Besar
dan Paku Aji, Orang Rimba yang berdiam di Kecamatan Bathin XXIV (Kabupaten
Batanghari), agak berbeda dengan Orang Rimba yang berdiam di Air Hitam
14
(Kabupaten Sarolangun). Orang Rimba yang berdiam di Kabupaten Batanghari
(Sungai Serengam), terutama kaum perempuan, sangat tabu diphoto (diambil
gambar untuk KTP). Oleh karena itu perlu jalan keluar yang harus dibicarakan
oleh pihak pemerintah terhadap kondisi dan situasi yang dihadapi oleh Orang
Rimba yang bermukim di daerah Sungai Serengam.
Hal lain yang juga menarik untuk dicermati, menurut Kepala Desa Olak
Besar dan Paku Aji adalah kordinasi para pihak dalam melakukan aktivitas
pemberdayaan kepada Orang Rimba. Para pihak yang melakukan aktivitas
bersama terhadap Orang Rimba seringkali tidak melibatkan Pemerintah Desa,
baik pemerintah Desa Olak Besar maupun pemerintah Desa Paku Aji, padahal
Pemerintah Desa merupakan orang-orang yang mempunyai kedekatan secara
sosial dengan Orang Rimba. Pemerintah Desa seringkali terlibat dalam
penyelesaian sengketa antar Orang Rimba, maupun antara Orang Rimba
dengan pihak-pihak luar. Keputusan untuk menetapkan denda dan negosiasi
besaran dendapun dilakukan oleh Pemerintah Desa. Pemerintah Desa juga
mengetahui dengan pasti keberadaan harta pusaka seorang Temenggung
(berupa pohon sialang, dan jika Temenggung meninggal, harta pusaka inilah
yang akan diwariskan kepada Temenggung yang baru). Oleh karena itu Kepala
Desa Olak Besar dan Paku Aji sangat mengharapkan bahwa aktivitas-aktivitas
pemberdayaan terhadap Orang Rimba dan identifikasi kebutuhan Orang Rimba
ke depan perlu melibatkan Pemerintah Desa sebagai pihak yang juga harus
melakukan pengayoman kepada Orang Rimba.
Kepala Desa Olak Besar dan Paku Aji juga menjelaskan bahwa ada 4
(empat) Temenggung Orang Rimba yang bermukim di wilayah Kecamatan Bathin
XXIV (Kabupaten Batanghari) yaitu Temenggung Menyurau, Temenggung
Nyenong, Temenggung Ngamal dan Temenggung Ngirang. Temenggung
Menyurau bermukim di wilayah Sungai Terab dan mempunyai 79 Kepala
Keluarga. Temenggung Nyenong bermukim di wilayah Sungai Serengam dan
mempunyai 35 Kepala Keluarga. Temenggung Ngamal bermukim di wilayah
sungai Sakolado dan mempunyai 28 Kepala Keluarga. Temenggung Nggirang
bermukim di wilayah Sungai Kejasung Kecil dan mempunyai 27 Kepala Keluarga.
Menyimak pemahaman Kepala Desa Olak Besar dan Paku Aji berkenaan
dengan kondisi Orang Rimba di wilayah mereka, maka dapat disimpulkan bahwa
Kepala Desa Olak Besar dan Paku Aji sangat memahami kondisi Orang Rimba
15
dan merupakan suatu yang wajar jika ke depan, intervensi yang dilakukan para
pihak terhadap Orang Rimba menuju perubahan sosial Orang Rimba, sangat
perlu melibatkan Pemerintah Desa. Berbagai program atau kegiatan terhadap
Orang Rimba dirasakan memang belum mampu menjawab tuntutan perubahan
ke arah yang relatif lebih baik bagi Orang Rimba. Oleh karenanya sinergitas dan
kordinasi yang baik perlu di jalankan oleh forum kerjasama multi pihak yang
sudah digagas.
2.2.2. Sarasehan di Desa Pematang Kabau
Audiensi dan diskusi para pihak di Kecamatan Air Hitam dilaksanakan
pada tanggal 16 Maret 2019 bertempat di Balai Pertemuan Desa Pematang
Kabau Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun yang dikemas dalam
bentuk kegiatan Sarasehan. Kegiatan sarasehan ini bertujuan untuk
memperkuat pola hubungan komunikasi di tingkat bawah sebagai langkah
awal memperkuat gagasan untuk melakukan kerjasama dalam melakukan
pembangunan sosial Orang Rimba.
Kegiatan sarasehan ini melibatkan dan dihadiri oleh para pihak di
tingkat kecamatan yang meliputi :
1. Camat Kecamatan Air Hitam
16
2. Komandan Rayon Militer Kecamatan Pauh (yang meliputi wilayah Kerja
Kecamatan Air Hitam).
3. Kepala Kepolisian Sektor Kecamatan Air Hitam
4. Perwakilan Balai Taman Nasional Bukit Dua Belas
5. Perwakilan dari PT. Sari Aditya Loka 1
6. Perwakilan dari PT. Jambi Agro Wiyana (Sinar Mas Group)
7. Kepala Desa Pematang kabau
8. Tenaga lapangan PT. Sari Aditya Loka 1.
9. Temenggung dan Perwakilan Temenggung yang ada di Kabupaten
Sarolangun dan Kabupaten Merangin.
10. Perwakilan Prakarsa Madani
Beberapa pandangan yang dikemukan oleh para pihak dalam kegiatan
sarasehan dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Pihak Kapolsek pada dasarnya memiliki tugas dalam mengayomi seluruh
masyarakat baik masyarakat desa maupun masyarakat Orang Rimba
terkait penegakan hukum. Pihak kepolisian lebih mengedapankan aspek
pembinaan yang artinya, dalam penanganan masalah hukum, pihak
kepolisian membangun kerjasama dengan para tokoh masyarakat dan
pemerintah desa sehingga hal-hal yang bisa diselesaikan secara
kekeluargaan itu yang lebih diprioritaskan. Bagi warga desa dan Orang
Rimba, jika menghadapi masalah pelanggaran hukum, pihak kepolisian
siap memberikan pelayanan, kantor polsek terbuka 24 jam untuk melayani
masyarakat. Proses pembinaan kepolisian dasarnya dari hukum adat.
Jangan mempersepsikan kalau sudah punya KTP hukum adat tidak lagi
berlaku, kalau ada yang mengatakan seperti itu salah. Tapi namanya kita
hidup dalam negara maka ada hukum negara yang disebut hukum pidana
dan itu harus kita patuhi. Narkoba kenapa salah karena salah untuk tubuh
kita, berbahaya bagi tubuh kita. Mohon dipahami bahwa hukum dibuat
untuk melindungi kita. Mohon para temenggung untuk mengingatkan
warga dan anak-anak agar tidak melakukan pelanggaran hukum seperti
menggunakan narkoba, judi dan sebagainya.
2. Pihak Danramil yang saat ini mengkoordinir pembangunan kawasan
pemukiman Orang Rimba pada prinsipnya juga memiliki perhatian yang
besar terhadap upaya mendorong terjadinya perbaikan taraf hidup Orang
17
Rimba. Bagi tentara, posisi masyarakat desa dan Orang Rimba dipandang
sama dan tidak ada yang diistimewakan dan semuanya berhak mendapat
pengayoman terutama dari segi perlindungan kemananan. Saat ini, pihak
tentara melalui Dandim telah dibangun kerjasama bersama pemerintah
Kabupaten untuk coba mendorong Orang Rimba menjalani hidup menetap
yang salah satunya melalui pembangunan kawasan pemukiman Orang
Rimba yang pada akhirnya itu akan menjadi kampung Orang Rimba.
Kendatipun demikian, hal inipun perlu mendapat dukungan para pihak
termasuk pemerintah desa dan masyarakat desa. Adat Orang Rimba agar
tetap dilestarikan dan ditegakan. Adat jangan ditambah-tambahkan lagi,
ikuti apa yang sudah ada.
3. Pihak Balai TNBD pada dasarnya sudah menunjukan komitmen untuk
memberikan ruang penghidupan bagi Orang Rimba melalui pembukaan
akses bagi Orang Rimba untuk mengelola kawasan TNBD sebelumnya
mungkin tidak diperbolehkan. Pihak Balai TNBD telah menyusun
pembagian zonasi TNBD yang diselaraskan dengan adat Orang Rimba
yang kedepannya diharapkan tidak lagi terjadi benturan dan konflik
terutama terkait dengan keberadaan Orang Rimba yang masih bermukim
dalam kawasan TNBD. Kerjasama para mutlak diperlukan terutama terkait
dengan masalah anggaran dan diharapkan dukungan perusahaan dan
pemerintah kabupaten dapat bersama-sama mewujudkan apa yang telah
digagas oleh pihak Balai TNBD. Untuk pemanfaatan kawasan TNBD perlu
disurvey secara bersama sama kemudian dipetakan untuk ditetapkan
wilayah kelola temenggung. Hal ini untuk menghindari terjadinya tumpang-
tindih karena saat penetapan TNBD sudah ada bagian kawasan yang
digarap oleh Suku Anak Dalam dan masyarakat sekitar. Perubahan pola
hidup Suku Anak Dalam yang diharapkan tidak bersifat meninggalkan
kearifan lokal. TNBD sesuai yang diamanatkan untuk sumber
penghidupan Suku Anak Dalam. Soal menetap bisa dimana saja dan
diharapkan keberadaan TNBD bisa menjadi sumber penghidupan Orang
Rimba. Banyak kasus Orang Rimba tidak memelihara sumber
penghidupannya sendiri, ada kebun yang dimiliki sudah berpindah tangan
ke orang lain. Jadi ke depan Suku Anak Dalam bisa mempertahankan dan
memelihara apa yang menjadi sumber penghidupan. Balai TNBD bersama
18
pemerintah daerah (kabupaten) untuk mendorong perubahan pola hidup
Orang Rimba.
4. Pihak Camat menjelaskan bahwa perhatian pemerintah sangat besar
untuk mendorong kemajuan bagi Orang Rimba. Saat ini pihak pemerintah
tengah mengusahakan upaya perekaman data untuk pengurusan KTP
bagi Orang Rimba. Pemerintah berharap Orang Rimba bisa memperoleh
hidup yang layak dan warga desa tidak boleh cemburu jika pemerintah
memberikan perhatian besar kepada masyarakat Orang Rimba. Oranhg
Rimba dan masyarakat harus saling menghormati adat- istiadat masing-
masing dan jika ada permasalahan bisa diselesaikan secara bersama-
sama. Camat dalam kapasitasnya sebagian bagian dari pemerintah ikut
mendorong pelaksanaan program untuk Orang Rimba baik dari pusat,
provinsi, dan kabupaten. Camat menegaskan bahwa jika ada orang yang
tetap menyuruh Orang Rimba hidup di sudung maka itu jangan diikuti
karena Orang Rimba juga harus bisa hidup seperti orang desa. Saat ini
sebagian Orang Rimba sudah memiliki KTP dan camat terus
mengusahakan agar yang belum memiliki KTP ke depan sudah bisa
memiliki KTP. Dan ditegaskan oleh camat bahwa seluruh pengurusan
administrasi (KTP dan surat-menyurat) tidak dipungut biaya. Pesan camat
berkaitan dengan pemilu diharapkan semua yang sudah memiliki hak pilih
gunakanlah hak pilih tersebut dan diberikan kebebasan untuk memilih
siapapun. Hal-hal yang berkenaan dengan SAD merangin mungkin bisa
dibantu pak danramil untuk menyampaikan ke pak dandim karena camat
tidak punya kewenangan. Semoga pemerintah Merangin juga melakukan
hal yang sama seperti di Kabupaten Sarolangun. Pemerintah daerah
bersinergis dengan Balai TNBD karena Orang Rimba bersentuhan dengan
TNBD.
5. Pihak Kades Pematang Kabau menginformasikan bahwa Banyak hal yang
sudah dilakukan berbagai pihak untuk Orang Rimba dan keberhasilan
akan sangat ditentukan oleh komitmen kita bersama. Kita semua berharap
agar apa yang telah dilakukan dan diberikan oleh para pihak untuk
kemajuan Orang Rimba tidak sia-sia. Orang desa transmigran dulu juga
dihadapkan pada kehidupan yang sulit namun semua itu bisa dilalui
karena adanya motivasi yang kuat untuk merubah hidup. Kehadiran
19
transmigran juga sebenarnya untuk mendorong kemajuan masyarakat
desa sekitar. Dalam pandangan kepala desa, belakangan ini kita semua
sangat mudah dipengaruhi oleh budaya-budaya luar. Banyak informasi
yang diterima tidak dicerna sehingga banyak informasi yang salah diterima
begitu saja. Peranan orang tua dan para pimpinan Orang Rimba sangat
penting dan dibutuhkan untuk memberikan pendidikan bagi anak anak dan
anggota kelompok. Sekolah yang sudah difasilitasi oleh perusahaan agar
dimanfaatkan oleh Orang Rimba dan anak-anak dapat didorong untuk
sekolah disana.
Di samping menjaring pandangan para pihak, kegiatan sarasehan ini juga
memberikan kesempatan bagi Orang Rimba dan pihak-pihak yang memiliki
kedekatan sosial dengan Orang Rimba untuk curah pendapat. Berikut beberapa
pendapat dan pandangan Orang Rimba yang dikemukakan dalam kegiatan
sarasehan :
1. Pak Sekampung Depati dari Temenggung Ngepas : Kelompok kami
kurang diperhatiakan pemerintah. Kami mengharapkan anak anak kami bisa
bersekolah agar tidak bodoh seperti orang tuanya. Pemerintah diharapkan
bisa membantu kami untuk memperoleh rumah yang layak. Kami yang
berada di wilayah Merangin kurang perhatian dan kami senang mendengar
perhatian pemerintah di Sarolangun yang sangat besar terutama untuk Suku
Anak Dalam Air Hitam. Saat ini kami masih merasa tidak aman karena hidup
kami sering terusir karena numpang hidup di tanah orang lain.
2. Pak Temenggung Ngepas : Kami selalu pindah-pindah karena orang yang
punya tanah sering melarang Orang Rimba menegakkan sudung. Jadi
tolonglah kami ini dipikirkan agar bisa dapat hidup menetap. PT. SAL sudah
membantu mendidik anak-anak kami tapi belajarnya masih di bawah pohon
dan kami berharap bisa dibantu fasilitas pendidikan.
3. Pak Jang Desa Sungai Olak : Pemerintah jangan hanya memperhatikan
SAD di Air Hitam tapi juga SAD lainnya khusunya di Merangin perlu juga
diperhatikan. Soal Bukit 12 juga bisa dibuka untuk SAD lain dan tidak hanya
untuk SAD Air Hitam, pemerintah jangan pilih kasih. Sekarang kami
mendirikan tenda tenda selalu diusik karena tidak memiliki tanah yang bisa
kami gunakan untuk tempat tinggal. Kami sudah mau diusir orang yang
punya tanah, tidak ada penetapkan tanah untuk kami jadikan temapt tinggal.
20
Sekarang sudah 23 KK sudah ditetapkan rumah untuk tempat tinggal.
Anggota kami masih ada yang berpindah pindah.
4. Pak Sikar : Kami merasakan kehilangan tempat tinggal, kami makan tidak
merasa kenyang dan tidur tidak merasa nyenyak. Kami di Mandelang tidak
melihat adanya satu pohon yang tinggal padahal kami sudah tinggal di hutan
sejak jaman belum merdeka. Kalau di Bukit Dua Belas, SAD masih bisa
bercocok tanam, kami berharap juga diperhatikan oleh pemerintah, kami
berharap dengan pak kades, camat, dan pemerintah dan semua bersatu.
Masyarakat desa juga sering membantu kami, kami juga sering membantu
masyarakat desa. Masalah muncul karena mungkin anggota kami banyak
yang tidak tahu, jadi mohon pemerintah juga membantu kami. Kami
mengucapkan terima kasih kepada pemerintah dan pihak PT. SAL yang
sudah membantu sekolah dan anak-anak kami sudah bisa sekolah sejak
2013.
5. Wakil Temenggungf Meladang : Kami sudah istimewa, kami sudah punya
rumah mewah, sumber penghidupan juga perlu dibantu agar kami tidak lagi
pindah pindah. Kami menyadari bahwa keberadaan kami juga mengganggu
yang punya tanah.
6. Pak Jalaludin (Jenang) : Dari balai TNBD sudah dinformasikan sudah
ditetapkan tanah-tanah yang bisa diakses Orang Rimba, kami berharap
akses bisa dibuka per kelompok.
7. Pak Serenggi (Debalang Batin Temenggung Nggrip) : Dua tahun lalu
kami diberi kartu BBM namun tidak ada pelaksanaan. Tidak semua
temenggung memperoleh bantuan. Bantuan raskin awalnya 20, turun 15,
turun 10, turun 5 kg, mohon dijelaskan kenapa begitu, tolong dijelaskan.
8. Pak Besmen (Tengganai Kedundung Muda) : Apa yang disampaikan oleh
nara sumber saya sangat setuju. Apa yang mau dilakukan jangan terdesak
tapi dilakukan dengan cara pelan. Dorongan peningkatan ekonomi sudah
cukup banyak, dan berharap bantuan perumahan bisa semuanya dapat.
Kami berharap ada kegiatan-kegiatan yang bisa memberikan pemasukan
seperti pariwisata yang dikelola Orang Rimba.
9. Pak Bepayung : Kalau ada warga yang ngomong pak camat sekarang
bukan raja kami, saya mohon maaf. Saya harap kawan-kawan Orang Rimba
bisa sabar, tadi kita dengar semua ingin membantu tapi kita juga harus tahu
21
kemampuan raja-raja kami juga terbatas. Jadi mohon kita bisa sabar. Kami
merasa berterima kasih kepada bapak rajo-rajo yang sudah berusaha
membantu Orang Rimba. Orang desa bisa maju karena mengikuti peraturan
desa, kito Orang Rimba sudah tidak patuh dengan aturan temenggung.
10. Pak Tamrin (Babinsa Desa Bukit Suban) : Sudah pernah dicanangkan
program peduli Suku Anak Dalam namun tidak jalan karena ada kendala
komunikasi. Dari banyak pihak yang memperhatikan Suku Anak Dalam
memiliki persepsi yang berbeda. Orang rimba yang merasa putra daerah, ke
depan kalau tidak diperhatikan bisa terjadi konflik sosial. Saat ini gejala akan
muncul konflik sudah mulai kelihatan. Sejak tahun 2005, banyak pihak-pihak
yang memanfaatkan Suku Anak Dalam untuk kepentingan pribadi. Jadi
semoga ke depan tidak terjadi lagi. Mengurus Suku Anak Dalam banyak
rintangan terutama mendapat tudingan dari berbagai pihak, karena Suku
Anak Dalam selalu diprioritaskan. Langkah ke depan yang perlu dilakukan
adalah menguatkan sumber penghidupan, baru kita pengaruhi pola pikirnya.
11. Pak Bahtiar (Debalang Batin)
Adat-adat Suku Anak Dalam sudah banyak perubahan. Saya berharap adat-
istiadat Suku Anak Dalam jangan sampai punah dan harus tetap
dipertahankan. Adat-istiadat yang sudah ditinggalkan harus ditegakkan lagi
dan dipatuhi oleh Suku Anak Dalam. Kami harapkan ada zona perkebunan
dan ada jalan patroli di kawasan TNBD. Kami ingin Suku Anak Dalam
memiliki sumber penghidupan, ada kebun yang dirawat, dan anak-anak bisa
sekolah. Tidak ada gunanya Suku Anak Dalam tinggal di rumah mewah tapi
perutnya lapar. Bagi orang rimba, jika sudah diberi lahan jangan lagi
diperjual-belikan. Pemerintah dan perusahaan sudah berbaik hati membantu
SAD.
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari kegiatan sarasehan antara lain :
1. Pada dasarnya para pihak sudah melakukan banyak hal untuk mendorong
terjadinya perubahan taraf hidup Orang Rimba melalui berbagai macam
program yang dilaksanakan.
2. Beberapa pihak sudah membangun kerjasama dalam melakukan upaya
pembinaan terhadap Orang Rimba dan disadari bahwa kerja para pihak yang
sifatnya lebih luas dipandang sangat diperlukan.
22
3. Orang Rimba sudah menyadari bahwa para pihak sudah berbuat banyak
untuk mendorong Orang Rimba melalukan peningkatan terhadap taraf
hidupnya meskipun dirasakan masih belum memadai dan prinsip keadilan
belum sepenuhnya dirasakan oleh Orang Rimba.
4. Diharapkan ke depan bisa terjalin kerjasama dalam mendorong Suku Anak
Dalam untuk mencapai perubahan. Apapun masalah yang dihadapi penting
untuk dikomunikasikan ke pemegang otoritas dan pihak perusahaan juga
penting untuk diajak kerjasama.
5. Pada intinya, kerjasama antar pihak sudah menjadi keharusan dalam rangka
pembangunan Suku Anak Dalam.
2.3. Sarasehan Jakarta
Kegiatan Sarasehan Jakarta dilaksanakan pada tanggal 25 April 2019
bertempat di Hotel Santika Jakarta. Sarasehan ini merupakan langkah untuk
membangun kerjasama para pihak dalam melakukan pembangunan sosial
Orang Rimba. Para pihak yang hadir dalam sarasehan tersebut antara lain :
1. Perwakilan Direktorat Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Dirjend
Pemberdayaan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia.
23
2. Perwakilan Direktorat Kawasan Konservasi Dirjend Konservasi
Sumberdaya Alam dan Ekosistem Kementerian Kehutanan dan
Lingkungan Hidup Republik Indonesia.
3. Perwakilan Balai Taman Nasional Bukit Dua Belas Provinsi Jambi.
4. Perwakilan Dinas Sosial dan Pencatatan Sipil Provinsi Jambi.
5. Perwakilan Pemerintah Kabupaten Saroilangun Provinsi jambi.
6. Perwakilan Pemerintah Kabupaten Merangin Provinsi Jambi.
7. Perwakilan PT. Sari Aditya Loka 1.
8. Perwakilan PT. Sinar Mas Agro Resorces dan Technology
9. Perwakilan SSS PUNDI Sumatera Jambi
10. Perwakilan Prakarsa Madani Institute Jambi
Kegiatan Sarasehan dilaksanakan dengan memberikan kesempatan
kepada seluruh unsur perwakilan untuk mempersentasekan materi terkait
dengan upaya-upaya yang dilakukan dalam pembangunan sosial Orang
Rimba. Adapun pokok-pokok Materi yang disampaikan masing-masung unsur
perwakilan dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Prakarsa Madani Institut : Menggagas Pola Intervensi Perubahan Sosial
Orang Rimba di Provinsi Jambi dengan nara sumber Idris Sardi, SP, M.Si
(Koordinator Tim Riset).
24
2. Direktorat Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Dirjend
Pemberdayaan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia : Kebijakan
dan Strategi Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil dengan nara
sumber Dr. Harapan L. Gaol (Direktur).
3. Direktorat Kawasan Konservasi Dirjend Konservasi Sumberdaya Alam dan
Ekosistem Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup Republik
Indonesia : Penataan Ruang Konservasi dan Komunitas Adat dengan nara
sumber Ir. Dyah Murtiningsih, M.Hum (Direktur).
4. Balai Taman Nasional Bukit Dua Belas Provinsi Jambi : Kebijakan
Pengelolaan Taman Nasional Bukit Dua Belas Untuk Penghidupan Orang
Rimba dengan nara sumber Haidir, S.Hut, M.Si (Kepala).
5. Pemerintah Kabupaten Saroilangun Provinsi Jambi : Pemberdayaan Suku
Anak Dalam di Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi dengan nara
sumber Ir. Dedy Henry (Asisten II Bupati).
6. Pemerintah Kabupaten Merangin Provinsi Jambi : Kebijakan dan Program
Pembangunan Sosial Komunitas Adat Terpencil (SAD) di Kabupaten
Merangin Provinsi Jambi dengan nara sumber Dr. Agus Zainuddin (Ketua
BAPPEDA).
7. PT. Sari Aditya Loka 1 : Program Pemberdayaan Orang Rimba dan
Program CSR PT. Sari Aditya Loka 1 dengan nara sumber M. Hadi
Sugeng (Presiden Direktur) dan Joko Subagyo (Divisi CSR).
8. PT. Sinar Mas Agro Resorces dan Technology : Program CSR dan
Resolusi Konflik PT. Sinar Mas Group dengan nara sumber Aditya
Rahman (Divisi CSR) dan Yuli Rahma (Divisi CSR).
9. SSS PUNDI Sumatera Jambi : Program Sudung – Strategi Mendukung
Kehidupan Suku Anak Dalam di Jalur Lintas Tengah Sumatera dengan
nara sumber M. Sutono (Direktur).
Salah satu poin kesepakatan penting yang dibangun dalam kegiatan
sarasehan Jakarta adalah penggunaan istilah ”Suku Anak Dalam” yang
mengikuti nomenklatur yang telah ditetapkan. Hasil penting dari kegiatan
sarasehan Jakarta adalah ditandatanganinya Piagam Kesepakatan
pembentukan Forum Kerjasama Miltipihak Pembangun Sosial Suku Anak
Dalam di Provinsi Jambi yang dapat dilihat pada lampiran.
25
2.4. Workshop Jambi
Kegiatan workshop Jambi dilaksanakan pada tanggal 16 – 18 Juli 2019
bertempat di V Hotel Jambi. Kegiatan workshop ini bertujuan untuk membahas dan
menyepakati tiga agenda pokok yang merupakan pedoman dasar bagi Forum
Kerjasama Miltipihak Pembangun Sosial Suku Anak Dalam di Provinsi Jambi
yang meliputi :
1. Aturan Dasar Forum Kerjasama Miltipihak Pembangun Sosial Suku Anak
Dalam di Provinsi Jambi.
2. Tata Kerja Pelaksanaan Program Forum Kerjasama Miltipihak Pembangun
Sosial Suku Anak Dalam di Provinsi Jambi.
3. Arahan Program Forum Kerjasama Miltipihak Pembangun Sosial Suku
Anak Dalam di Provinsi Jambi.
Kegiatan workshop diawali dengan pemaparan materi dari lima keynote
speaker yang dihadirkan, yaitu :
1. Direktorat Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Dirjend
Pemberdayaan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia : Kebijakan
Nasional Pembangunan Sosial Komunitas Adat Terpencil keynote speaker
Dr. Harapan L. Gaol (Direktur).
2. Direktorat Kawasan Konservasi Dirjend Konservasi Sumberdaya Alam dan
Ekosistem Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup Republik
Indonesia : Kebijakan KLHK Dalam Mendukung Pembangunan Sosial
26
Suku Anak Dalam di Taman Nasional Bukit Dua Belas keynote speaker Ir.
Dyah Murtiningsih, M.Hum (Direktur).
3. Pemerintah Kabupaten Merangin : Kebijakan dan Program Pembangunan
Sosial Komunitas Adat Terpencil (SAD) di Kabupaten Merangin Provinsi
Jambi keynote speaker Dr. Al Harris (Bupati).
4. Dinas Sosial dan Pencatatan Sipil Provinsi Jambi : Program Pemberdayaan Suku
Anak Dalam di Provinsi Jambi keynote speaker Arif Munandar, SE, ME.
5. Pemerintah Kabupaten Sarolangun : Pemberdayaan Suku Anak Dalam di
Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi keynote speaker Ir. Dedy Henry
(Asisten II Bupati).
Kegiatan workshop dihadiri oleh berbagai unsur perwakilan yang terdiri
dari Kementerian Sosial RI, Kementerian KLHK RI, Balai Taman Nasional
Bukit Dua Belas, Dinas Sosial Provinsi Jambi, Pemerintah dan SKPD
Kabupaten Sarolangun dan Merangin, Pemerintah Kecamatan di Kabupaten
Merangin dan Sarolangun, Pemerintah Desa, Lembaga Adat Kecamatan Air
Hitam, Kepolisian Sektor Air Hitam, Pemerintah Desa, Perguruan Tinggi,
Perusahaan, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan Organisasi Profesi secara
keseluruhan berjumlah 86 peserta dengan rincian sebagai berikut :
No Nama Instansi / Perwakilan
1 Haidir Balai Taman Nasional Bukit Dua Belas
27
No Nama Instansi / Perwakilan
(TNBD)
2 Saefullah Balai Taman Nasional Bukit Dua Belas
(TNBD)
3 Supriadi Balai Taman Nasional Bukit Dua Belas
(TNBD)
4 Zukri Saad PT. Sinar Mas Group
5 M. Hadi Sugeng PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
6 Bandung Sahari PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
7 Joko Subagyo PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
8 Slamet Riadi PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
9 Surya Desa Tanah Garo Kabupaten Tebo
10 Njalo Suku Anak Dalam Air Hitam
11 H. Jailani (Tarip) Suku Anak Dalam Air Hitam
12 Temenggung Afrizal Suku Anak Dalam Air Hitam
13 Jalaludin Jenang Suku Anak Dalam
14 Temenggung Bepayung Suku Anak Dalam Air Hitam
15 Temenggung Nangkus Suku Anak Dalam Air Hitam
16 Temenggung Meladang Suku Anak Dalam Air Hitam
17 Temenggung Melayau
Tua
Suku Anak Dalam Air Hitam
18 Temenggung Nggrip Suku Anak Dalam Air Hitam
19 Juliadi Desa Bukit Suban Kabupaten Sarolangun
20 Fuad Muchlis Fakultas Pertanian Universitas Jambi
21 M. Sutono SSS PUNDI Sumatera
22 Agus Zainuddin BAPPEDA Kabupaten Merangin
23 Rusnal KPH Kabupaten Merangin
24 Thresa Jurenzy PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
25 Wasis Budiono
26 A. Yani BAPPEDA Kabupaten Sarolangun
27 Wawan D. PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
28 Samiaji PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
29 M. Ridwan Fakultas Kesehatan Masyarakat
28
No Nama Instansi / Perwakilan
Universitas Jambi
30 Decha Yudha BAPPEDA Kabupaten Merangin
31 Lydya Gusmalita BAPPEDA Kabupaten Merangin
32 Hasniko S Direktorat Kawasan Konservasi
Kementrial LHK RI
33 Andrie H. KPH Kabupaten Sarolangun
34 Ardi PERHEPI KOMDA Jambi
35 Sukoso Dinas Sosial Kabupaten Merangin
36 Afrizal Kantor Camat Tabir Selatan Kabupaten
Merangin
37 Temenggung Sikar Suku Anak Dalam Kabupaten Merangin
38 Temenggung Pakjang Suku Anak Dalam Kabupaten Merangin
39 Temenggung Ngepas Suku Anak Dalam Kabupaten Merangin
40 Abu Bakar Desa Mentawak Kabupaten Merangin
41 Usup Dinas Sosial Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Provinsi Jambi
42 Rumusdal DTPH Kabupaten Merangin
43 Alvino Ranuwinata DTPH Kabupaten Merangin
44 Sinun PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
45 Azizul Hakim PT. KDA Sinar Mas Group
46 Budi Kus Yulianto KPH VIII Hilir Kabupaten Sarolangun
47 Temenggung Bebayang Suku Anak Dalam Air Hitam
48 Zulkarnain Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Sarolangun
49 H. Mukhtar B. Lembaga Adat Air Hitam Kabupaten
Sarolangun
50 Mustaem Perkumpulan Walestra Jambi
51 A. Mukti Desa Paku Aji Kabupaten Batanghari
52 M. Atiq Desa Olak Besar Kabupaten Batanghari
53 Heru PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
54 Feby PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
55 Kasnadi PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
29
No Nama Instansi / Perwakilan
56 Haryunus PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
57 Hasrun PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
58 Nur Widiyanto Desa Gading Jaya Kabupaten Merangin
59 Hendri PT. JAW Sinar Mas Group
60 T Jenang Suku Anak Dalam Kabupaten Merangin
61 Mohd. Damay Dinas Perikanan Kabupaten Merangin
62 Riski Dinas Perikanan Kabupaten Merangin
63 Azrul Afandi Dinas Sosial Kabupaten Merangin
64 Tomi Safrial Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kabupaten Merangin
65 Koprawi Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kabupaten Merangin
66 Agus Salim Kantor Camat Nalo Tantan Kabupaten
Merangin
67 Ronny S. Dinas Kehutanan Povinsi Jambi
68 Wahyu Candra KPHP Kabupaten Sarolangun
69 Muslim Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Merangin
70 Fazriyas Fakultas Kehutanan Universitas Jambi
71 Ihsan Nurdin Hartanto Kementerian Sosial RI
72 M. Yusuf PT. Petrochina Jabung Ltd.
73 Alfred Okmillan Dinas Sosial Kabupaten Merangin
74 Nasrul Hadi GAPKI Provinsi Jambi
75 Sep Hurmuddin Dinas Kesehatan Kabupaten Sarolangun
76 Ajra BAPPEDA Kabupaten Sarolangun
77 Guldi BAPPEDA Kabupaten Sarolangun
78 Yosserizal BAPPEDA Kabupaten Sarolangun
79 H. Juddin Dinas Sosial Kabupaten Sarolangun
80 Awe Boyce PT. Sinar Mas Group
81 Perli Zebua BAPPEDA Kabupaten Merangin
82 Asparizal Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Jambi
30
No Nama Instansi / Perwakilan
83 Elwamendri Prakarsa Madani Institute
84 Budi Setiawan Prakarsa Madani Institute
85 Idris Sardi Prakarsa Madani Institute
86 Dodi Perwira Prakarsa Madani Institute
Hasil yang dicapai dalam kegiatan workshop antara lain :
1. Kesepakatan atas dokumen Aturan Dasar Forum Kerjasama Miltipihak
Pembangun Sosial Suku Anak Dalam di Provinsi Jambi, dokumen Tata
Kerja Pelaksanaan Program Forum Kerjasama Miltipihak Pembangun
Sosial Suku Anak Dalam di Provinsi Jambi, dan dokumen Arahan Program
Forum Kerjasama Miltipihak Pembangun Sosial Suku Anak Dalam di
Provinsi Jambi.
2. Peserta workshop juga melahirkan beberapa poin rekomendasi sebagai berikut :
a. Forum Kemitraan Pembangunan Sosial Suku Anak Dalam dapat
mempedomani rumusan-rumusan gagasan dihasilkan yang mencakup aturan
dasar, tata kerja pelaksanaan program, dan arahan program sebagai gagasan
bersama dari para pihak yang terlibat dalam perumusan dimaksud.
b. Para pihak yang melaksanakan berbagai aktivitas wajib melakukan koordinasi
dengan para pihak pemegang otiritas wilayah tempatan dan pengembaraan
Suku Anak Dalam dan meminta kepada para pihak pemegang otoritas wilayah
untuk melakukan penertiban terhadap kegiatan yang mengatasnakamakan
pembangunan sosial Suku Anak Dalam yang tidak mempoleh izin.
c. Menunjuk Prakarsa Madani Institute sebagai penyelenggara kesekretariatan
Forum Kemitraan Pembangunan Sosial Suku Anak Dalam dan memberikan
mandat untuk mengembangkan keterlibatan para pihak yang mencakup
wilayah Kabupaten Batanghari, Kabupaten Tebo, dan Kabupaten lainnya
dalam wilayah Provinsi Jambi yang juga menjadi wilayah tempatan dan
pengembaraan Suku Anak Dalam.
d. Mendorong proses pengintegrasian para pihak di tingkat bawah yang memiliki
potensi dalam mendukung pelaksanaan program yang meliputi kepala desa
sekitar kawasan TNBD, temenggung, jenang, pangkal waris, dan ujung waris
dalam wadah yang terorganisir.
31
III. REKOMENDASI
Keberadaan Forum Kerjasama multipihak Pembangunan Sosial
Suku Anak Dalam di Provinsi Jambi perlu mendapat dukungan agar
hal-hal yang direkomendasikan oleh para pihak dapat diwujudkan. Di
samping itu, pihak PT. SAL 1 juga harus tetap memainkan peranan
dalam melakukan pemberdayaan terhada Suku Anak Dalam
khususnya yang berada di sekitar wilayah kerja sebagai bagian dari
bentuk dukungan terhadap keberadaan Forum Kerjasama multipihak
Pembangunan Sosial Suku Anak Dalam di Provinsi Jambi.
Pelaksanaan program CSR PT. SAL 1 di masa yang akan datang
sudah menjadi bagian dari pelaksanaan program forum yang
termaktub dalam Arahan Program Forum Kerjasama multipihak
Pembangunan Sosial Suku Anak Dalam di Provinsi Jambi. Berbagai
tekanan yang ditujukan terhadap keberadaan PT. SAL 1 dalam
kaitannya dengan pemberdayaan Suku Anak Dalam juga perlu
diantisipasi melalui dukungan terhadap publikasi fakta-fakta lapangan
yang seringkali dipahami keliru oleh berbagai pihak. Selaras dengan
uraian di atas, maka beberapa hal yang dapat direkomendasikan
sebagai bentuk dukungan PT. SAL 1 terhadap keberadaan Forum
Pembangunan Sosial Suku Anak Dalam di Provinsi Jambi antara lain :
1. Forum Pembangunan Sosial Suku Anak Dalam di Provinsi Jambi
perlu didukung oleh keberadaan sekretariat yang dapat
menjembatani proses kerjasama para pihak dalam melaksanakan
arahan program dan sebagai pusat pengelolaan informasi dan
publikasi.
2. Penguatan hubungan sosial antara pihak PT. SAL 1 dengan Suku
Anak Dalam direkomendasikan untuk memprioritaskan program
CSR PT. SAL 1 ke arah pengembangan sumber-sumber pangan
bagi Suku Anak Dalam sebagai upaya pemenuhan kebutuhan
survival.
32
3. Untuk mengantisipasi berbagai pandangan yang keliru terhadap
keberadaan Suku Anak Dalam yang seringkali proses marjinalisasi
yang dihadapi dikaitkan dengan berbagai tekanan yang dituduhkan
bersumber dari keberadaan perusahaan, maka penting digagas
publikasi yang terkait dengan sistem tenurial, livelihood, dan
pembangunan sosial Suku Anak Dalam melalui dukungan
pelaksanaan riset secara komprehensif terkait dengan tiga tema
pokok dimaksud.
Recommended