View
1
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK UTANG UANG DIBAYAR
GABAH DI KALANGAN MASYARAKAT PETANI DI KINDANG
KABUPATEN BULUKUMBA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Ekonomi Syari’ah (S.H) Pada Program Studi Hukum
Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
Sulfaidah
NIM 1052511072 16
PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1441 H/ 2020 M
ii
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK UTANG UANG DIBAYAR
GABAH DI KALANGAN MASYARAKAT PETANI DI KINDANG
KABUPATEN BULUKUMBA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Ekonomi Syari’ah (S.H) Pada Program Studi Hukum
Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
Sulfaidah
NIM 1052511072 16
PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1441 H/ 2020 M
iii
iv
v
vi
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Sulfaidah
NIM : 105251107216
Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah
Fakultas : Agama Islam
Kelas : B
Dengan ini menyatakan hal sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi, saya
menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Saya tidak melakukan penjiplakan ( Plagiat ) dalam menyusun skripsi ini.
3. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3 maka bersedia
untuk menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, 29 Syawal 1441 H
21 Juni 2020 M
Yang Membuat Pernyataan
Sulfaidah
NIM 105251107216
vii
ABSTRAK
SULFAIDAH. 105 2511072 16. 2020. Judul Skripsi: Tinjauan Hukum Islam
Terhadap Praktik Utang Uang Dibayar Gabah di Kalangan Masyarakat Petani di
Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba. Dibimbing oleh Hurriah Ali Hasan
dan Hasanuddin.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui praktik uang dengan pengembalian
berupa gabah beserta untuk mengetahui bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap
praktik tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melihat
masyarakat petani yang melakukan praktik utang uang dibayar gabah.
Penelitian ini menunjukkan bahwa praktik utang uang dibayar gabah ini pada
dasarnya boleh dilakukan atau sah menurut hukum Islam karena telah memenuhi
rukum dan syarat qard. Namun dengan adanya syarat dalam akad yang dirasa kurang
sesuai dengan syariat Islam, maka hukumnya menjadi tidak sah. Kelebihan yang
diperjanjikan oleh pihak yang melakukan transaksi tersebut menjadikan transaksi
tersebut mengandung unsur riba karena adanya pihak yang mendapatkan keuntungan.
Kaitannya dengan ini, utang piutang tersebut sudah tidak berdasarkan unsur saling
tolong menolong lagi karena kedua pihak akan saling memberikan keuntungan.
Kata Kunci : Utang piutang, pertanian, riba
viii
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang patutpenulishanturkansaatiniselainpujidansyukurkehadirat
Allah Swt. Karenaberkatrahmat, inayahdanhidayah-
Nyapenulisdapatdiberikankesehatandankesempatansehinggadapatmenyelesaikanskrip
siini yang berjudul “TinjauanHukum Islam
TerhadapPraktikUtangUangDibayarGabah di KalanganMasyarakatPetani di
KecamatanKindangKabupatenBulukumba”. Tidak lupa pula
penuliskirimkansalamsertasholawatatasjunjunganNabiullah Muhammad SAW,
sebagainabi yang
membawaumatnyadarizamankebodohanmenujuzamankepintarandansebagainabipanut
anumat Islam sepanjangzaman.
Karyatulisinimerupakanskripsi yang diajukankepadaFakultas Agama Islam
JurusanHukumEkonomiSyariahUniversitasMuhammadiyah Makassar
sebagaisalahsatusyaratuntukmemperolehgelarSarjanaHukumEkonomiSyariah.Penulis
sangatsadar,
mewujudkanhaltersebutbukanlahsemudahmembalikkantelapaktangan.Dari
awalsampaiakhirpenyusunanskripsiini,
penulisterkadangdiperhadapkanberbagaihambatandanrintangan, tapiberkat rasa
optimisdanbantuanberupadukunganmorilmaupunmaterildarisemuapihakakhirnyadeng
anucapanAlhamdulillah,skripsiinidapatdiselesaikan.
ix
Untukitudengansegalakerendahanhati, penulisinginmenyampaikan rasa
terimakasih yang sebesar-besarnyakepadasemuapihak yang
telahikutmembantudalampenyelesaianskripsiini.Terkhususkepadakedua orang tua
yang penulissangatcintai, bapakBasodanIbuSudarmi yang senantiasamendukung,
mendoakansertamelakukan yang terbaikuntukpenulis.Terimakasihsebesar-
besarnyaataskasihsayangdanjasa-jasanya yang tidakternilaikepadapenulis.
Padakesempatanini pula, rasa terimakasihpenulis yang dialamatkankepada:
1. Dr. H. AbdRahman Rahim, SE., MM.,
selakuRektorUniversitasMuhammadiyah Makassar.
2. Bapak Dr. H. MawardiPewangi, M.Pd.I.,selakuDekanFakultas Agama Islam.
3. Bapak Dr. Ir. H. MuchlisMapangaja, Mp.,selakuKetua Prodi
HukumEkonomiSyariah. BapakHasanuddin, SE.Sy., ME selakusekretaris
Prodi HukumEkonomiSyariah yang
senantiasamemberikanarahanselamamenempuh pendidikan.
4. IbuHurriah Ali Hasan, ST., ME., Ph.DdanBapakHasanuddin. SE.Sy., ME
selakupembimbing yang telahbanyakmemberikanarahan.
5. Bapak/IbudosenFakultas Agama Islam UniversitasMuhammadiyah Makassar
yang senantiasamembimbingpenulisselemamenempuhpendidikan S1
HukumEkonomiSyariah.
6. Adik-adikku, Aldidan Sri YuniraSilvidengansegalabantuandan energy positif
yang diberikanselamaini.
x
7. Teman-teman seangkatan, HES B dan tentunya kepada sahabat-sahabat
penulis Rinawati, Fatiha, Rahmawati R, Asmaul Husna, Nabilah, Inten Eqa
Saputri, terima kasih atas motivasi dan semangat yang selalu diberikan.
8. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Walaupundemikian,
dalamskripsiinipenulismenyadarimasihbelumsempurna.Olehkarernaitu,
penulismengharapkan saran dankritik demi kesempurnaanskripsiini.Akhir kata,
denganharapansemogakehadirannyakaryatulisinidapatmemberikanmanfaatbagikitase
mua.
Makassar,29 Syawal 1441
21 Juni 2020
Penulis,
SULFAIDAH
NIM. 105251107216
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii
PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................................ iii
BERITA ACARA MUNAQASYAH ................................................................ iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................... v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................. vi
ABSTRAK ........................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. LatarBelakangMasalah ............................................................................. 1
B. RumusanMasalah ..................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5
D. ManfaatPenelitian..................................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 7
1. Utang-Piutang ( Al-Qard) ......................................................................... 7
a. Pengertianutang-piutang ( Al-Qard) ................................................... 7
b. DasarHukumUtang-Piutang ............................................................... 9
c. RukundanSyaratUtangPiutang ......................................................... 12
d. TatakramadalamBerutang ................................................................ 15
e. HukumMemberikanKelebihan Dalam MembayarUtang ................... 16
f. Macam-macamBentukUtangPiutang ................................................ 17
2. Riba ....................................................................................................... 18
a. PengertianRiba ................................................................................ 18
b. DasarHukumRiba ............................................................................ 19
c. Macam-macamRiba ......................................................................... 21
xii
d. HikmahDiharamkannya Riba ........................................................... 23
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 25
A. Jenis Penelitian……………………………………………………………...25
B. Lokasi dan Objek Penelitian………………………………………………..25
C. Fokus Penelitian…………………………………………………………….26
D. Sumber Data………………………………………………………………..26
E. Instrument Penelitian……………………………………………………….27
F. Teknik Pengumpulan Data………………………………………………....27
G. Teknis Analisis Data……………………………………………………….29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 30
A. Gambaran umum lokasi penelitian ............................................................ 30
B. Hasil dan pembahasan .............................................................................. 32
1. Praktik Utang Uang Dibayar Dengan Gabah ...................................... 32
2. Tinjauan Hukum Islam Untuk Utang Piutang Uang Dibayar Gabah .... 39
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 49
A. Kesimpulan .............................................................................................. 49
B. Saran ........................................................................................................ 50
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 51
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai makhluk sosial yaitu makhluk yang berkodrat hidup
dalam masyarakat. Manusia selalu berhubungan satu sama lain untuk memenuhi
hajat hidupnya. Untuk memenuhi hajat hidupnya, banyak cara yang dapat
dilakukan. Islam memberikan ajaran kepada umat manusia selain untuk beribadah,
juga mengajarkan untuk melakukan hal-hal yang berkaitan dengan hubungan
sesama manusia.Islam mengatur hubungan yang kuat antara akhlak, akidah,
ibadah, dan muamalah.Kehidupan manusia sejatinya tidak pernah lepas dari
kegiatan bermuamalah untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya sehari-
hari.Aspek muamalah merupakan aturan bagi manusia dalam menjalankan
kehidupan sosial, sekaligus merupakan dasar untuk membangun sistem
perekonomian yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.1
Ajaran muamalah akan
menahan manusia dari menghalalkan segala cara untuk mencari rezeki. Muamalah
merupakan seluruh kegiatan hidup seseorang yang melakukan interaksi dalam
hubungannya dengan orang lain yang dibatasi oleh syariat yang terdiri dari hak
dan kewajiban.
Salah satu bentuk muamalah yang terjadi adalah utang-piutang, dengan
salah satu pihak sebagai pemberi utang dan pihak lain sebagai penerima utang.
Utang piutang adalah perkara yang tidak bisa dipisahkan dalam interaksi
kehidupan manusia. Ketidakmerataan dalam hal materi adalah salah satu
1 Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer (Bogor: Galia Indonesia,
2012), h.178.
2
penyebab munculnya perkara ini.Selain itu juga adanya pihak yang memberikan
peminjaman (utang) juga ikut ambil bagian dalam transaksi ini.Islam sebagai
agama yang mengatur segala urusan dalam kehidupan manusia juga mengatur
mengenai perkara utang piutang.Konsep utang piutang yang ada dalam Islam pada
dasarnya adalah untuk memberikan kemudahan bagi orang yang sedang
kesusahan.
Telah menjadi kewajiban bagi setiap muslim untuk saling tolong
menolong dan telah menjadi kehendak Allah Swt. bahwa manusia harus hidup
bermasyarakat dan saling tolong menolong antara satu dengan yang lain, bahwa
manusia tidak lepas dari bantuan orang lain, maka dari itu manusia dikategorikan
sebagai makhluk sosial, yang saling berinteraksi dan untuk memenuhi
kebutuhannya demi mencapai kemajuan dalam hidupnya.
Dalam aspek tolong menolong yakni aspek perekonomian keluarga, yang
mana sesama umat muslim harus saling memberi dan gotong royong terhadap
masyarakat yang membutuhkan, bahwasanya Islam telah memperbolehkan tolong
menolong apalagi dalam aspek perekonomian yang semata-mata telah banyak
yang membutuhkan pertolongan.
Dasar hukum utang piutang adalah QS. Al-Baqarah : 282 berikut ini:
كى نكزت ث فبكزج أجم يع إن زى ثد آيا إذا ردا ب أب انر
هم انر ن فهكزت الل ب عه كزت ك ة كبرت أل أ كبرت ثبنعدل
انحق انر عه كب ئب فئ ش ل جخط ي زث نزق الل انحق عه
ن هم فه م ل عزطع أ ضعفب أ ...ظفب أ
3
Terjemahnya :
“Wahai orang-orang yang beriman!Apabila kamu melakukan utang piutang untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.Dan hendaklah seorang
penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar.Janganlah penulis menolak
untuk menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkan kepadanya, maka
hendaklah dia menuliskannya.Dan hendaklah orang yang berutang itu
mendiktekannya, dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah, Tuhannya, dan
janganlah dia mengurangi sedikitpun daripadanya. Jika yang berutang itu orang
yang kurang akalnya atau lemah (keadaannya), atau tidak mampu mendiktekan
sendiri, maka hendaklah walinya mendiktekannya dengan benar… ”. (Q.S. Al-
Baqarah : 282)2
Ayat ini ditujukan untuk bentuk muamalah yang dilakukan tidak secara
tunai (utang). Dalam ayat ini dijelaskan bahwa ketika seseorang melakukan
transaksi utang-piutang dengan orang lain,maka batas waktu pembayaran
utangnya harus ditentukan. Batas waktu bisa menggunakan hari, minggu, ataupun
tahun.Waktu yang ditentukan ini juga mengandung makna bahwa ketika berutang
seharusnya sudah tergambar dalam benak si pengutang bagaimana serta dari mana
sumber pembayarannya.Hal ini bertujuan agar umat Islam berhati-hati dalam
melakukan utang-piutang.
Menurut aturan hukum Islam ketika seorang berutang kepada orang lain,
maka ia harus membayar utangnya dengan jumlah yang sama, tidak boleh ada
kelebihan dalam pembayaran utang karena jika terdapat kelebihan dalam
pembayaran utang maka hal itu termasuk riba.
Namun dalam perkembangan zaman dan semakin kompleksnya
permasalahan manusia dalam memenuhi kebutuhannya sering terjadi
2 Dapertemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, h. 4
4
ketidaksesuaian antara norma dan perilaku manusia. Seiring perubahan dalam
masyarakat praktik bermuamalah juga mengalami perubahan sehingga
permasalahan-permasalahan baru bermunculan.
Salah satu bentuk utang piutang di bidang pertanian banyak dipraktikkan
oleh masyarakat petani.Utang uang dibayar uang, utang uang dibayar hasil
pertanian, utang barang dibayar barang, utang uang dibayar barang, dan
sebagainya.
Utang piutang yang banyak terjadi di Kecamatan Kindang, Kabupaten
Bulukumba adalah utang piutang uang dengan hasil pertanian yaitu gabah. Karena
meskipun mayoritas penduduknya adalah petani, akan tetapi tidak semua
penduduknya memiliki tingkat perekonomian yang sama. Daerah Kindang
terkenal dengan hasil pertaniannya, bukan hanya berupa gabah, akan tetapi
cengkeh, cokelat dan juga kopi juga menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat.
Tetapi semua masyarakat lebih memusatkan pertaniannya pada tanaman cengkeh
dan hanya sebagian besar yang juga menggarap sawah untuk memenuhi
kebutuhan pokoknya.Masyarakat yang tidak menggarap sawah biasanya
mendapatkan gabah dari hasil membeli atau dari hasil pembayaran
piutang.Pembayaran piutang berupa gabah ini merupakan hasil dari peminjaman
uang yang diberikan sebelumnya.
Masyarakat di sana melakukan transaksi ini untuk saling mengisi
kekurangan kebutuhan satu sama lain. Masyarakat yang membutuhkan uang
hanya meminta pinjaman dengan menjanjikan gabah sebagai alat pembayarannya
apabila musim panen telah tiba dan masyarakat yang memberikan pinjaman
5
tersebut pastinya juga merasa terbantu dengan transaksi ini untuk pemenuhan
makanan pokoknya karena kebanyakan yang menjadi sasaran masyarakat yang
membutuhkan pinjaman uang ini adalah masyarakat petani yang tidak menggarap
sawah.
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka menarik kiranya
meengangkat fenomena yang telah terjadi untuk diangkat sebagai topik penelitian
yang berjudul : “TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK
UTANG UANG DIBAYAR GABAH DI KALANGAN MASYARAKAT
PETANI DI KECAMATAN KINDANG, KABUPATEN BULUKUMBA”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas terdapat
beberapa kesimpulan yang dapat dijadikan rumusan masalah sebagai dasar
penelitian ini, sebagai berikut :
1. Bagaimana praktik utang-piutang uang dibayar dengan gabah yang dilakukan
oleh masyarakat di Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba?
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam untuk utang piutang uang dibayar gabah?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai rumusan masalah yang dikaji, makatujuan dari penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui praktik utang uang dengan pengembalian berupa gabah
yang dilakukan oleh masyarakat di Kecamatan Kindang, Kabupaten
Bulukumba.
6
2. Untuk mengetahui tinjauan hukum ekonomi Islam tentang praktik utang
piutang uang dibayar dengan gabah.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pustaka bagi para
pembaca khususnya dalam hal pengembangan ilmu.
2. Secara praktis
a. Penulis
Menambah wawasan untuk berfikir kritis dan sistematis dalam
menghadapi permasalahan yang terjadi dan sebagai alat dalam
mengimplementasikan teori-teori ilmu ekonomi khususnya terkait dengan
ekonomi syariah (Islam) yang diperoleh selama kuliah.
b. Penulis selanjutnya
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk
pengembangan selanjutnya.
7
7
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Utang-Piutang ( Al-Qard)
a. Pengertian utang-piutang ( Al-Qard)
Istilah Arab yang sering digunakan untuk utang-piutang adalah al-dayn
(jamaknya al-duyun) dan qard.Dalam pengertian yang umum, utang piutang
mencakup transaksi jual-beli dan sewa-menyewa yang dilakukan secara tidak
tunai (kontan).Transaksi seperti ini dalam fikih dinamakan mudayanah dan
tadayun.3
Al-qard menurut bahasa memiliki arti al-qat’u (memotong). Dinamakan
demikian karena pemberian utang (muqrid) memotong sebagian hartanya dan
memberikannya kepada pengutang.4 Sedangkan al-qard menurut istilah terdapat
perbedaan pandangan antara para „ulama dan pakar, antara lain :
a. Menurut ulama Hanafiyah, al-qard adalah harta yang diserahkan kepada
orang lain untuk diganti dengan harta yang sama. Dalam arti lain al-qard
merupakan suatu transaksi yang dimaksudkan untuk memberikan harta
yang memiliki kesepadanan kepada orang lain untuk dikembalikan yang
sepadan dengan itu.5
b. Menurut ulama Syafi‟iyah, al-qard adalah penyerahan harta kepada orang
lain yang tidak disertai imbalan atau tambahan dalam pengembaliannya.6
3 Wahbab Az-Zuhaili, Fikih Islam wa Adillatuhu 5, terj. Abdul Hayyie al-Katani,cet. 1
(Jakarta: Gema Insani, 2011), h. 373. 4 Saleh al-Fauzan, Fikih Sehari-hari (Jakarta: Gema Insani, 2006), h. 410. 5 Wahbab Az-Zuhaili, Op. cit, h. 374. 6 Azharudin Latif, Fikih Muamalah (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h.150.
8
c. Menurut ulama Hanabilah, al-qard adalah penyerahan harta kepada
seseorang untuk dimanfaatkan dan ia wajib mengembalikan dengan harta
yang serupa sebagai gantinya.
d. Sayyid Sabiq memberikan definisi qirad ialah harta yang diberikan
seseorang pemberi qirad kepada orang yang diqiradkan untuk kemudian
dia memberikannya setelah mampu.7
e. Syafi‟i Antonio mendefinisikan, qard adalah pemberian harta kepada
orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain
meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Dalam literatur fiqih klasik,
qard dikategorikan dalam ‘aqad tatawwu’ atau akad saling membantu dan
bukan transaksi komersial.8
f. Menurut Ismail Nawawi, utang (qardu) ialah menyerahkan uang kepada
orang yang bisa memanfaatkannya., kemudian ia meminta
pengembaliannya sebesar uang tersebut.
Dari beberapa pengertian al-qard di atas, dapat disimpulkan bahwa al-
qard adalah suatu transaksi yang terjadi antara dua pihak yaitu pihak yang
memberikan haknya kepada orang lain dan pihak yang menerima
haknyauntuk ditasarrufkan. Sedangkan dalam pengembaliannya
ditangguhkan sesuai kesepakatan denga nilai yang sama.
7Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, ter. Kamaludd'in A. Marzuqi, cet. 11 (Bandung: Alma‟arif,
1997), h. 129. 8 Muhammad Syafi‟I Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema
Insani, 2001), h. 131.
9
b. Dasar Hukum Utang-Piutang
Utang piutang merupakan perbuatan kebajikan yang telah disyari‟atkan dalam
Islam, hukumnya adalah sunnah bagi orang yang memberikan utang dan mubah
atau boleh bagi orang yang minta diberi utang. Mengenai transaksi utang piutang
ini banyak disebut dalam Al-Qur‟an, hadis serta pendapat ulama.
Dalam Al-Qur‟an terdapat ayat yang menganjurkan supaya seseorang yang
melakukan utang-piutang hendaknya menentukan waktu pengembalian uang serta
diadakan perjanjian tertulis yang menyebutkan segala yang berhubungan dengan
utang piutang yang dilakukan. Adapun ayat sebagai berikut :
1. Q.S. Al-Baqarah : 280
زى ك س نكى إ قا خ رصد أ عسح ي ذ ععسح فظسح إن كب إ
رعه
Terjemahnya :
“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh
sampai dia berkelapangan.Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu,
lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”.9
2. Q.S. Al-Hadid : 11
ن أجس كسى ب عب ف بعف ن قسض ذا انر س الل ي
Terjemahnya :
“Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah
akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan
memperoleh pahala yang banyak”.10
9 Dapertemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, h. 47 10 Ibid, h. 538
10
3. Hadist
عز ل ظ فخ هك » قبل ر قجهكى أرب ان كب ف زجلا كب إ
ظس س قبل يب أعهى ، قم ن ا خ هذ ي . ن جض ز ف م ن م ع
ظس ى ، فأ أجبش ب ذ أثبع انبض ف اند س أ ك ئب غ قبل يب أعهى ش
ععس ان ش ع أرجب ظس ، انجخ . ان فأ خه الل »
Artinya :
Dari sahabat Hudzaifah, beliau pernah mendengar Rasulullah bersabda:“Ada
seorang laki-laki yang hidup di zaman sebelum kalian. Lalu datanglah seorang
malaikat maut yang akan mencabut rohnya. Dikatakan kepadanya (oleh malaikat
maut): “Apakah engkau telah berbuat kebaikan?” Laki-laki itu menjawab: “Aku
tidak mengetahuinya.” Malaikat maut berkata: “ Telitilah kembali apakah engkau
telah berbuat kebaikan.” Dia menjawab: “Aku tidak mengetahui sesuatu pun
amalan baik yang telah aku lakukan selain bahwa dahulu aku suka berjual beli
barang dengan manusia ketika di dunia dan aku selalu mencukupi kebutuhan
mereka. Aku memberi keluasan dalam pembayaran hutang bagi orang yang
memiliki kemampuan dan aku membebaskan tanggungan orang yang
kesulitan.”Maka Allah (dengan sebab itu) memasukkannya ke dalam surga.” (HR.
Bukhari III/1272 no.3266)11
Berdasarkan nash-nash di atas, para ulama telah ijma’ tentang kebolehan
utang piutang.Seseorang boleh berutang jika dalam kondisi terpaksa dalam rangka
menghindarkan diri dari bahaya, seperti untuk membeli makanan agar dirinya
terhindar dari kelaparan.
Selain itu, hukum qard berubah sesuai dengan keadaan, cara dan proses
akadnya. Adakalanya hukumnya boleh, kadang wajib, makruh dan haram.Jika
orang yang berutang adalah orang yang mempunyai kebutuhan mendesak,
sedangkan orang yang diutangi orang kaya, maka orang yang kaya itu wajib
memberinya utang. Jika pemberi utang mengetahui bahwa pengutang akan
menggunakan uangnya untuk berbuat maksiat atau perbuatan yang makruh, maka
11 Isnaini Harahap, dkk, Hadis-Hadis Ekonomi (Jakarta: Kencana, 2015), h. 166.
11
memberi utang hukumnya haram atau makruh sesuai dengan kondisinya. Jika
seorang yang berutang bukan karena adanya kebutuhan yang mendesak, tetapi
untuk menambah modal perdagangannya maka hukumnya mubah. Seseorang
dapat berutang jika dirinya yakin dapat membayarnya, seperti jika ia mempunyai
harta yang dapat diharapkan dan mempunyai niat menggunakannya untuk
membayar utangnya. Jika hal ini tidak ada pada diri pengutang, maka ia tidak
boleh berutang.
Al-qard disyariatkan dalam Islam bertujuan untuk mendatangkan
kemaslahatan bagi manusia.Seseorang yang mempunyai harta dapat membantu
mereka yang membutuhkan. Akad utang piutang dapat menumbuhkan rasa
kepedulian terhadap sesama, memupuk kasih sayang sesama terhadap sesama
manusia dengan menguraikan kesulitan yang dihadapi orang lain.12
Meskipun utang piutang diperbolehkan, namun Nabi Muhammad SAW
tidak menganjurkan umatnya untuk melakukan transaksi ini. Utang dalam
pandangan seorang muslim yang baik merupakan kesusahan dimalam hari dan
suatu penghinaan disiang hari. Oleh karena itu Nabi selalu meminta perlindungan
kepada Allah dari berutang. Do‟a Nabi sebagai berikut :
بل عح اندج فزخ انـ أعذ ثك ي عراة ان جس ، أعذ ثك ي ى إـانه
ذ ثك ي أع ى إــبد ، انه فزخ انـ حب فزخ انـ أعذ ثك ي ،
سو انـ أ ى انـ
Artinya :
“Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur, aku
berlindung kepadamu dari fitnah al-Masih ad-Dajjal, dan aku berlindung kepada-
12 Rozalinda, Fikih Ekonomi Syari’ah Prinsip dan Implementasi pada Sektor Keuangan
Syari’ah (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 30.
12
Mu dari fitnah hidup dan fitnah mati.Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung
kepada-Mu dari dosa dan utang”.
Beliau menjelaskan bahwa dalam utang itu ada suatu bahaya besar
terhadap budi pekerti seseorang. Beliau tidak mau menshalati jenazah apabila
diketahui bahwa waktu meninggalnya itu masih mempunyai tanggungan utang,
padahal dia tidak dapat melunasinya, sebagai usaha untuk menakut-nakuti orang
lain dari akibat utang. Berdasarkan penjelasan ini, seorang muslim tidak boleh
berutang kecuali karena sangat perlu. Kalaupun dia terpaksa harus berutang, sama
sekali tidak boleh melepaskan niat untuk membayar.
c. Rukun dan Syarat Utang Piutang
Dalam suatu transaksi utang piutang akan menjadi sah apabila rukun dan
syaratnya terpenuhi. Adapun rukun dari transaksi hutang piutang yang harus ada
dalam akad tersebut ada empat, yaitu sebagai berikut:
1) Muqrid, yaitu orang yang memberi pinjaman.
2) Muqtarid, yaitu seseorang yang mendapatkan utang atau barang.
3) Mawqud ‘alayh, yaitu uang atau barang yang dipinjam.
4) Sighat, yaitu ijab dan qabul.13
Sedangkan syarat-syarat transaksi utang piutang (qard) yang harus ada
dalam akad tersebut diantaranya yaitu :
1) „Aqid
Untuk „aqid, baik muqrid maupun muqtarid disyaratkan harus orang
yang dibolehkan melakukan tasarruf atau memiliki ahliyat al-ada’.Oleh
karena itu, qard tidak sah apabila dilakukan oleh anak yang masih dibawah
13 Segaf Hasan Baharun, Fikih Muamalah (Bangil: Ma‟had Darullughah Wadda‟wah,
2012), h. 113.
13
umur atau orang gila. Syafi‟iyah memberikan persyaratan untuk muqrid,
antara lain :
a) Ahliyah atau kecakapan untuk melakukan tabarru‟.
b) mukhtar (memiliki pilihan)
Sedangkan untuk muqtarid disyaratkan harus memiliki ahliyah atau
kecakapan untuk melakukan mu’amalah, seperti baligh, berakal dan tidak
mahjur ‘alayh.
2) Mawqud ‘alayh
Menurut jumhur ulama yang terdiri atas Malikiyah, Syafi‟iyah dan
Hanabilah yang menjadi objek akad dalam qardsama dengan objek akad
salam baik berupa barang-barang yang ditakar dan ditimbang (mawzunah)
maupun barang-barang yang tidak ada persamaannya seperti di pasaran
seperti hewan, barang-barang dagangan, dan barang yang dihitung. Atau
dengan perkataan lain setiap barang yang boleh dijadikan objek jual beli
boleh pula dijadikan objek akad qard.
Hanafiyah mengemukakan bahwa mawqud ‘alayh hukumnya sah dan
mal mithli seperti barang-barang yang ditakar dan ditimbang (mawzunah),
barang-barang yang dihitung. Sedangkan barang-barang yang tidak ada atau
sulit mencari persamaannya dipasaran tidak boleh dijadikan objek qard,
seperti hewan karena sulit mengembalikan dengan barang yang sama.14
14 Ahmad Wardi Muslich, Fikih Muamalat (Jakarta: Azzam, 2010), h. 278-279.
14
Menurut Ahmad Azhar Basyir, agar utang piutang menjadi sah, maka
barang yang dijadikan objek dalam utang piutang harus memenuhi beberapa
syarat :
1. Merupakan benda yang bernilai yang mempunyai persamaan dan
penggunaannya mengakibatkan musnahnya benda tersebut.
2. Dapat dimiliki.
3. Dapat diserahkan pada pihak yang berutang.
4. Telah ada pada waktu perjanjian dilakukan.15
Perlu diketahui bahwa syarat yang ada dalam akad menurut keabsahannya
terbagi menjadi tiga yaitu :
1. Syarat sahih adalah syarat yang sesuai dengan subtansi akad, mendukung
dan memperkuat subtansi akad dan dibendakan oleh syara‟ sesuai dengan
kebiasaan masyarakat (‘urf).
2. Syarat fasid adalah syarat yang tidak sesuai dengan salah satu kriteria yang
ada dalam syarat sahih atau akad yang semua rukunnya terpenuhi namun
ada syarat yang tidak terpenuhi. Akibat hukumnya mawquf (berhenti dan
tertahan sementara). Jadi belum terjadi perpindahan barang dari penjual
kepada pembeli dan perpindahan harga (uang) dari pembeli kepada
penjual, sebelum adanya usaha untuk melengkapi syarat-syarat tersebut.
3. Syarat batil adalah syarat tidak mempunyai kriteria syarat shahih dan tidak
memberi nilai manfaat bagi salah satu pihak atau lainnya, akan tetapi dapat
menimbulkan dampak negatif. 16
15 Ahmad Azhar Basyir, Azaz-Azaz Hukum Muamalah (Yogyakarta: Pn. Fakultas Hukum
Universitas Islam, 1990),h. 44.
15
3) Sighat
Akad qard dengan sighat ijab qabul atau bentuk lain yang bisa
menggantikannya, seperti caramu’atah (melakukan akad tanpa ijab qabul) dalam
pandangan jumhur. Meskipun menurut Syafi‟iyah caramu’atah tidaklah cukup
sebagaimana dalam akad-akad lain. Sighat ijab adalah pernyataan pihak yang
memberikan utang, sedangkan sighat qabul adalah pernyataan muqtarid menerima
ijab yang diucapkan oleh muqrid.
Sighat ijab bisa dengan menggunakan lafal qard (utang atau pinjam) dan salaf
(utang), atau dengan lafal yang mengandung arti kepemilikan.Contohnya : “Saya
milikkan kepadamu barang ini, dengan ketentuan engkau harus mengembalikan
kepada saya penggantinya”. Penggunaan kata milik disini bukan diberikan secara
cuma-cuma, melainkan pemberian utang yang harus dibayar.17
d. Tata Aturan dalam Berutang
Ada beberapa hal yang dijadikan penekanan dalam pinjam-meminjam atau
utang piutang tentang nilai-nilai sopan santun yang dikaitkan di dalamnya, ialah
sebagai berikut :
1) Sesuai dengan QS. Al-Baqarah : 282, utang-piutang supaya dikuatkan
dengan tulisan dari pihak berutang dengan disaksikan dua orang saksi laki-
laki atau dengan seorang saksi laki-laki dengan dua orang saksi wanita.
Untuk dewasa ini tulisan tersebut dibuat di atas kertas bersegel atau
bermaterai.
16Wahbah az-Zuhaili, Fikih Islam wa Adillatuhu (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2005), h. 203. 17Ibid, h, 375.
16
2) Pinjaman hendaknya dilakukan atas dasar adanya kebutuhan yang mendesak
disertai niat dalam hati akan membayarnya/ mengembalikannya.
3) Pihak berpiutang hendaknya berniat memberikan pertolongan kepada pihak
berutang. Bila yang meminjam tidak mampu mengembalikan, maka yang
berpiutang hendaknya membebaskannya.
4) Pihak yang berutang bila sudah mampu membayar pinjaman, hendaknya
dipercepat pembayaran utangnya karena lalai dalam pembayaran pinjaman
berarti berbuat zalim.18
e. Hukum Memberikan Kelebihan Dalam Membayar Utang
1) Kelebihan yang tidak diperjanjikan
Utang seharusnya dikembalikan dalam jumlah yang sama dengan
yang diterima dari orang yang memberikan utang tanpa tambahan, namun
apabila terdapat penambahan pembayaran yang di lakukan atas kemauan
orang yang berutang secara ikhlas sebagai tanda terima kasih atas bantuan
pemberian utang dan bukan didasari atas perjanjian sebelumnya, maka
kelebihan tersebut boleh (halal) bagi pihak orang yang memberikan utang,
dan merupakan kebaikan bagi orang yang berutang.19
2) Kelebihan Yang Diperjanjikkan
Tambahan yang dikehendaki oleh pemberi utang atau telah menjadi
perjanjian sewaktu akad, hal ini tidak boleh, tidak halal orang yang memberi
utang untuk mengambil tambahan itu.Misalnya orang yang memberi utang
berkata kepada yang berutang, “saya memberi utang engkau dengan syarat
18 Hendi Suhendi, fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), h. 98. 19H. Ahmad Khumedi Ja‟far, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Pusat Penelitian dan
Penerbitan IAIN Raden Intang Lampung, 2015), h. 168.
17
sewaktu membayar engkau tambah sekian.”Apabila disyaratkan ada
tambahan dalam pembayaran, hukumnya haram dan termasuk riba.
f. Macam-macam Bentuk Utang Piutang
Seiring perkembangan zaman, semakin banyak transaksi utang-piutang
yang dilakukan olah masyarakat dan semakin bervariasi, diantaranya :
1) Utang uang dibayar uang
Pemberian utang pada sesama merupakan perbuatan kebajikan, maka
seseorang yang memberi pinjaman, menurut pakar hukum Islam tidak dibolehkan
mengambil keuntungan (profit).Pemberian utang berupa uangdapat dilakukan
selama pembayarannya tidak ada unsur tambahan atau kelebihan di dalamnya.
2) Utang uang dibayar hasil pertanian
Untuk memenuhi kebutuhan hidup, berbagai macam cara dilakukan oleh
masyarakat. Salah satunya melakukan pengutangan uang kemudian dibayar
dengan harta yang dimiliki, seperti menggunakan hasil pertanian sebagai alat
pembayarannya. Pembayaran utang yang seperti ini dibolehkan selama nilai jual
dari hasil pertanian tersebut sama nilainya dengan jumlah uang yang dipinjam
sebelumnya serta kesepakatan dilakukan pada saat pelunasan utang bukan saat
pengambilan utang dan berdasarkan standar harga saat pelunasan bukan saat
peminjaman.
3) Utang barang dibayar barang
Pembayaran utang barang dengan barang juga dapat dilakukan selama
nilainya sama atau tidak mengandung tambahan yang diperjanjikan saat akad,
18
kecuali tambahan tersebut diberikan sebagai ucapan terima kasih dan dilakukan
saat pelunasan utang.
4) Utang uang dibayar barang
Pembayaran utang uang dengan barang juga dapat dilakukan selama
nilainya sama dan kesepakatannya dilakukan saat pelunasan utang.
Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa dalam utang dan pelunasannya
dibolehkan dengan jenis mata uang yang berbeda atau dengan komoditas berbeda,
dengan ketentuan kesepakatannya dilakukan bukan pada saat pengambilan utang
melainkan pada saat pelunasannya dan menggunakan standar harga waktu
pelunasan bukan pada saat pengambilan utang dan juga nilainya harus sama.
2. Riba
a. Pengertian Riba
Riba secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan) karena salah satu
perbuatan riba adalah meminta tambahan dari sesuatu yang dihutangkan. Riba
juga diartikan berkembang, berbunga, karena salah satu perbuatan riba adalah
membungakan harta uang atau yang lainnya yang dipinjamkan kepada orang
lain.20
Secara istilah, terdapat beberapa pengertian riba, diantaranya :
1) Abdurrahman al-jaziri, riba adalah akad yang terjadi dengan penukaran
tertentu, tidak diketahui sama atau tidak menurut aturan syara‟atau terlambat
salah satunya.
20 Hendi Suhendi, Fikih Muamalah (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 57.
19
2) Syaikh Muhammad Abduh, definisi riba adalah penambahan-penambahan
yang disyaratkan (uangnya), karena pengunduran janji pembayaran oleh
peminjam dari waktu yang telah ditentukan.21
3) Ahli fikih mendefinisikan riba sebagai penambahan pada salah satu dari dua
ganti yang sejenis tanpa ada ganti dari tambahan tersebut.22
4) Abdul Aziz Muhammad Azzam, riba adalah akad untuk satu ganti khusus
tanpa diketahui perbandingannya dalam penilaian syariat ketika berakad atau
bersama dengan mengakhirkan kedua ganti atau salah satu.23
b. Dasar Hukum Riba
Dasar keharaman riba disebut dalam Al-Qur‟an dan hadist :
1) Q.S. Al-Baqarah ayat 278-279
زى يؤي ك ثب إ انس ي ذزا يب ث آيا ار ا الل , ب أب انر فئ
انكى ل رجزى فهكى زءض أي إ زظن الل نى رفعها فأذا ثحسة ي
ل رظه رظهTerjemahnya :
“Hai orang-orang beriman, bertakwalah pada Allah dan tinggalkan sisa riba jika
kamu orang-orang yang beriman.Maka jika kamu tidak melaksanakan (apa yang
diperintahkan ini) maka ketahuilah, bahwa akan terjadi perang dahsyat dari Allah
dan Rasul-Nya dan jika kamu bertaubat maka bagi kamu pokok harta kamu, kamu
tidak dianiaya dan tidak (pula) dianiaya”.24
2) Q.S. Ali Imran ayat 130
نعهكى ار ا الل ثب أضعبفب ي بعفخ آيا ل رأكها انس ب أب انر
رفهح
21Ibid., h. 58. 22 Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat (Jakarta: Amzah, 2010), h. 217. 23Ibid, h. 84. 24 Dapertemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah Indonesia
20
Terjemahnya :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat
ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan”.25
3) Landasan as-Sunnah
ظهى انرت صه الل عه قبل قبل زظل الل أث ظعد انخدز ع
س س ثبنز انز عس عس ثبنش انش انجس ثبنجس خ خ ثبنف انف ثبنرت
اظزصا ف د أزث اخر شا أ ا ثد ف ثم د هح يثلا ث هح ثبن ان
اء ظ عط ف ان Artinya :
“Diriwayatkan oleh Abu Said Al Khudri bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda, "Emas hendaklah dibayar dengan emas, perak dengan perak,
gandum dengan gandum, tepung dengan tepung, kurma dengan kurma, garam
dengan garam, bayaran harus dari tangan ke tangan (cash). Barangsiapa memberi
tambahan atau meminta tambahan, sesungguhnya ia telah berurusan denga riba.
Penerima dan pemberi statusnya sama (berdosa)." (HR.Muslim)26
Berdasarkan nash-nash di atas dapat disimpulkan bahwa tambahan yang
kerap dilakukan oleh masyarakat dalam transaksinya merupakan perbuatan yang
tidak diridhai Allah Swt., karena perbuatan tersebut merupakan salah satu bentuk
kejahatan yang dilakukan secara terang-terangan meskipun tidak diketahui secara
langsung oleh masyarakat itu sendiri. Akan tetapi, Allah Swt. mengetahui segala
perbuatan dan isi hati hambanya. Dan Allah Swt. telah menjanjikan ganjarang
yang setimpal atas apa yang telah diperbuat oleh hambanya, serta Allah Swt.
sangat membenci perbuatan yang zalim. Oleh karena itu, kita harus selalu
senantiasa melakukan sesuatu dengan melihat atau memperhatikan terlebih dahulu
apakah hal tersebut boleh dilakukan atau tidak,
25Ibid, h. 66. 26 Labib Mz, Kumpulan Hadist Pilihan Shohih Bukhari (Surabaya: Tiga Dua, 1993), 175.
21
c. Macam-macam Riba
1) Riba Fadl
Riba fadl adalah jual beli dengan tambahan pada salah satu barang yang
saling ditukar. Dengan demikian, tambahan ini tanpa disertai penangguhan
penyertaan. Riba ini tidak terjadi kecuali pada dua barang sejenis, seperti satu
takar gandum dengan satu setengah takar gandum yang sama, satu gram emas
dengan satu setengah gram emas.27
Menurut Hendi Suhendi dalam buku fikih muamalah mendefinisikan riba
fadl adalah berlebih salah satu dari dua pertukaran yang diperjualbelikan.Bila
yang diperjualbelikan sejenis, berlebih takarannya pada barang-barang yang
ditakar dan berlebihukurannya pada barang-barang yang ditukar.28
2) Riba Yad
Riba yad yaitu jual beli dengan menunda penyerahan kedua barang atau
penyerahan salah satu barang tapi tanpa menyebutkan waktu
penangguhan.Maksudnya, akad jual beli yang tidak sejenis, seperti gandum
dengan kedelai, tanpa penyerahan barang di majelis akad.29
3) Riba nasi’ah
Riba nasi’ah adalah kelebihan atas utang piutang yang diberikan orang
yang berutang kepada pemilik modal ketika waktu yang disepakati jatuh
27 Wahbah az-Zuhaili, Fikih Islam wa Adillatuhu (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2005), h. 311. 28 Hendi Suhendi, Fikih Muamala (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005),h. 279. 29 Wahbah az-Zuhaili, Fiqh Islam Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2006), h. 36.
22
tempo.30
Riba nasi’ah juga terjadi pada pertukarang barang yang tidak
sejenis.
Riba nasi’ah juga bisa diartikan melebihkan pembayaran barang yang
diperjualbelikan, dipertukarkan atau dihutangkan karena diakhirkan waktu
pembayarannya baik yang sejenis maupun tidak.31
Menurut ulama Syafi‟iyah,
baik riba yad maupun riba nasi’ah tidak mungkin terjadi kecuali pada dua
barang yang berlainan jenis. Perbedaannya adalah bahwa riba yad terjadi
ketika terdapat penundaan penyerahan. Sedangkan riba nasi’ah terjadi ketika
terdapat penangguhan penyerahan dalam batasan waktu tertentu yang
disebutkan dalam akad meskipun waktu tersebut tidak panjang.Dengan
demikian, ulama Syafi‟iyah hanya membatasi riba nasi’ah pada jual beli yang
disertai denganpenentuan waktu penyerahan barang, sedangkan riba yad
terjadi pada jual beli tunai tapi terdapat penundaan penyerahan.32
Bentuk-bentuk riba yang dilakukan orang-orang jahiliyah adalah sebagai
berikut :
1. Sesesorang memberikan pinjaman 10 keping uang emas selama waktu
yang ditentukan dengan syarat nanti dibayar sebanyak 11 keping uang
emas.
2. Seorang meminjam 10 keping emas, bila jatuh tempo pelunasan dan ia
belum mampu membayar, ia akan mengatakan, “ Beri saya masa tangguh
30 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fikih dan Keuangan (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2006), h. 36. 31 Nasreon Hareon, Fikih Mu’amalah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), h. 183. 32 Wahbah az-Zuhaili, Fikih Islam wa Adillatuhu (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2005), h. 312.
23
nanti piutang anda akan saya tambah”. Dalam artian meminta
perpanjangan waktu dan akan membayarnya nanti dengan jumlah yang
lebih banyak.
3. Seseorang memberikan pinjaman modal usaha 100 keping uang emas.
Setiap bulannya ia mendapat bunga 2 keping uang emas. Bila telah
sampai masa yang ditentukan si peminjam harus mengembalikan modal
utuh sebanyak 100 keping uang emas. Jika ia telat melunasinya, maka ia
harus membayar denda keterlambatan yang terkadang rasionya lebih
besar daripada bunga bulanan.
4. Seseorang membeli barang dengan cara tidak tunai. Bila dia belum
melunasi utang pada saat jatuh tempo,maka ia harus membayar denda
keterlambatan selain melunasi utang pokok.33
d. Hikmah Diharamkannya Riba
Islam memperkeras persoalan haramnya riba, semata-mata demi melindungi
kemaslahatan manusia, baik dari segi akhlak, masyarakat, maupun
perekonomiannya.34
Adapun hikmah diharamkannya riba yaitu :
a. Dapat menimbulkan permusuhan antara pribadi dan mengikis habis
semangat kerjasama atau saling tolong-menolong, pengutamaan dan
membenci orang yang mengutamakan kepentingan sendiri dan ego, serta
orang yang mengeksploitir kerja keras orang lain.
33Dr. Rafiq Al Mishri, Al Azmah Al Maliyah Al Alamiyah, Hal Najidu Laha Fil Islam Min
Hall, (Darul Qalam, Damaskus, cetakan II, 2001), h. 25. 34 Syekh Muhammad Yusuf Qardhwi,(Halal dan Haram dalam Islam, terj.Muammal
Hamidy, Surabaya, Bina Ilmu, 2003), h. 274.
24
b. Manimbulkan tumbuhnya mental kelas pemboros yang tidak bekerja juga
dapat menimbulkan harta tanpa kerja keras sehingga tak ubahnya dengan
pohon benalu (parasit) yang tumbuh di atas jerih yang lain. Sebagaimana
diketahui bahwa Islam menghargai kerjasama dan menghormati orang yang
suka bekerja yang menjadikan kerja sebagai sarana mata pencaharian karena
kerja dapat menuntun orang kepada kemahiran dan mengangkat semangat
mental pribadi.
c. Riba sebagai salah satu cara menjajah. Karena orang berkata penjajahan
berjalan dibelakang pedagang dan pendeta. Dan kita telah mengenal riba.
d. Setelah semua iniIslam menyeru agar manusia suka mendermakan harta
kepada saudaranya dengan baik jika saudaranya membutuhkan harta.35
35Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah Jilid 12, terj. Kamaluddin A. Marzuki (Bandung: Al-
Ma‟arif, 1996), h. 121.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif.Penelitian
deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan atau
fenomena yang diteliti.
Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial
yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam
kawasannya maupun dalam peristilahannya.36
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu proses penelitian
dan pemahaman pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan
masalah manusia. Adapun metode yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu
menyajikan gambaran mengenai masalah sosial.
B. Lokasi dan Objek Penelitian
Pemilihan lokasi penelitian sangat penting dalam rangka
mempertanggungjawabkan data yang diambil.Adapun lokasi dalam penelitian
ini dilaksanakan di Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba.Dan yang
menjadi objek dari penelitian ini yaitu masyarakat yang melakukan transaksi
utang uang dibayar gabah.
36Lexy J. Moeleong.Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006), h. 26
26
C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Penelitian
Dalam penelitian ini fokus pada bentuk praktik utang piutang uang
dibayar gabah yang dilakukan oleh masyarakat di Kecamatan Kindang,
Kabupaten Bulukumba.Disertai dengan pandangan hukum Islam terhadap
bentuk praktik utang piutang yang dilakukan oleh masyarakat.
Praktik utang piutang yang dilakukan oleh masyarakat sering kali tidak
sesuai dengan ketentuan dalam hukum Islam, seperti adanya tambahan-
tambahan dalam akad utang piutang tersebut.
D. Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah sebagai
berikut :
1. Data Primer
Data primer adalah data penelitian yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli yang dalam hal ini diperoleh atau dikumpulkan dari lapangan
oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang
memerlukannya.37
Dalam penelitian ini data yang diperoleh bersumber dari
pihak-pihak yang melakukan utang uang dibayar gabah di Kecamatan
Kindang, Kabupaten Bulukumba.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dari
sumber-sumber yang telah ada.Data tersebut diperoleh dari perpustakaan atau
37 Etta Mamang Sungaji dan Sopiah, Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Penerbit Andi),
h. 171.
27
laporan-laporan penelitian terdahulu yang berbentuk tulisan.38
Data sekunder
dalam penelitian ini diperoleh dari buku-buku, jurnal, Al-Qur‟an dan hadist
yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah
diolah.Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Adapun alat
bantu yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data selama proses
penelitian ini terdiri dari, panduan wawancara (daftar pertanyaan), buku catatan,
kamera (video atau foto).
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah
sebgai berikut :
1. Observasi
Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang
berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda, serta rekaman gambar.39
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal, yaitu percakapan
yang bertujuan untuk memperoleh informasi.40
Komunikasi ini dilakukan secara
langsung oleh pihak yang membutuhkan informasi dengan pihak lain untuk
38 Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya
(Jakarta:Ghalia IKAPI, 2002), h. 82. 39 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 64-65. 40 Nasution, Metode Research (Jakarta: Bumi Aksara,2012), h. 113.
28
memperoleh informasi yang dibutuhkan. Dengan cara ini, kita dapat menggali
informasi lebih mendalam karena segala sesuatu yang tidak dipahami dapat
ditanyakan secara langsung. Dalam hal ini, penulis memperoleh informasi dari
tokoh masyarakat di kindang yang melakukan transaksi utang uang dibayar
dengan gabah yang terdiri dari :
a. Pemberi pinjaman (Muqrid)
Pemberi pinjaman yang dimaksud adalah pihak yang memberikan
piutang kepada muqtarid berupa uang dan akan menerima pembayaran
berupa gabah.
b. Penerima pinjaman (Muqtarid)
Adapun yang di maksud dengan penerima pinjaman adalah pihak
yang menerima utang dari muqtarid berupa uang dan akan melunasinya
dengan gabah.
c. Tokoh Agama
Tokoh Agama dalam hai ini yang menjelaskan terkait pandangan
hukum Islam terhadap praktik utang piutang yang dilakukan oleh
masyarakat.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah proses pencarian, pengumpulan dan penyediaan
data sebagai bukti akurat untuk memperkuat informasi yang telah diperoleh.
Dokumentasi ini bisa berupa gambar ataupun dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan penelitian yang diperoleh saat penelitian sedang berlangsung.
29
G. Teknis Analisis Data
Teknik analisis data adalah proses pengumpulan data secara sistematis
untuk mempermudah peneliti dalam memperoleh kesimpulan. Dari semua data
yang telah diperoleh dari lapangan saat penelitian, kemudian penulis
menganalisis dengan menggunakan analisa kualitatif untuk menggambarkan
keadaan atau fenomena yang terjadi.Dalam hal ini, penulis menganalisis bentuk
praktik utang piutang yang dilakukan oleh masyarakat, yaitu utang uang dibayar
gabah dengan menggunakan perspektif hukum Islam.
Menurut Miles dan Huberman, analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang
terjadi terjadi secara bersamaan, yaitu :41
1. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan,pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari
catatan-catatan tertulis di lapangan.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi
Kesimpulan akhir tidak hanya terjadi pada waktu proses pengumpulan data
saja, akan tetapi perlu diverifikasi agar benar-benar dapat
dipertanggungjawabkan.
41 Miles dan Huberman, Analisis Data Kualitatif (Jakarta: Universitas Indonesia Press,
1992), h. 16
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Wilayah
a) Sebelah Utaraberbatasan dengan Kecamatan Rilau Ale, Kecamatan
Bulukumpa dan Kabupaten Sinjai
b) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bantaeng
c) Sebelah Baratberbatasan dengan gunung bawakaraeng/Kabupaten Gowa
d) Sebelah Timurberbatasan dengan Kecamatan Gantarang
2. Keadaan Tipografi
Secara umum keadaan tipografi Kecamatan Kindang adalah daerah
dataran rendah dan daerah perbukitan. Wilayah Dusun Cilibbo, Bungaya,
Sapayya dan sebagian Mattiro Deceng berada di bawah daerah dataran rendah
(pinggir Sungai Hisang). Sedangkan sebagian Dusun Mattiro Deceng, Dusun
Gamaccaya, Kahayya dan Tabbuakang adalah daerah perbukitan.42
3. Iklim
Pada dasarnya Kecamatan Kindang beriklim tropis, dengan dua musim
yaitu musim kemarau dan musim penghujan.
4. Penduduk
Luas wilayah Kecamatan Kindang 148,76 Km2, terdiri dari delapan desa
dan satu kelurahan. Jumlah penduduk Kecamatan Kindang adalah 30.542 jiwa
42 Muhammad Arbi Baba, Katalog BPS Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba,
2020, h. 1
31
yang tersebar di delapam desa dan satu kelurahan, dengan rincian Laki-laki
sebanyak 14.860 jiwa dan perempuan sebanyak 15.682 jiwa.43
Adapun mata pencaharian masyarakat Kecamatan Kindang adalah
mayoritas petani, dengan ini menunjukkan bahwa di daerah ini mempunyai
potensi alam yang baik untuk dijadikan sebagai basis pertanian.
5. Pengairan
Pada umumnya setiap desa di Kecamatan Kindang mempunyai pengairan
desa yang dipergunakan untuk menunjang peningkatan hasil bumi pertanian dan
perkebunan. Adapun panjang pengairan/irigasi desa secara keseluruhan adalah
42,2 Km.44
Hal ini merupakan potensi yang cukup besar untuk pembangunan
sektor pertanian guna mendongkrak hasil produksi petani, namun perlu diadakan
perbaikan-perbaikan teerutama saluran agar saluran irigasi dapat berfungsi
secara optimal.
6. Peternakan
Pada sektor peternakan, Kecamatan Kindang mempunyai potensi yang
sangat besar untuk dikembangbiakkan, dimana hamper semua jenis ternak dapat
dikembangkan dengan baik. Hal ini disebabkan karena iklim yang sangan
mendukung
7. Perkebunan
Pada sektor ini, Kecamatan Kindang mempunyai potensi yang sangat
besar terutama tanaman cengkeh dan kopi.Tanaman ini merupakan tanaman di
43Ibid, h.2
44Ibid, h.13
32
Kecamatan Kindang yang mampu meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakat.
8. Pertanian
Masyarakat Kecamatan Kindang pada umumnya memilih komoditas padi
sebagai komoditas unggulan.Hal ini dilihat dari jumlah produksi padi pertahun
rata-rata 3756 Ton dengan luas area persawahan 3.642 Ha.45
B. Hasil dan Pembahasan
1. Praktik Utang Uang Dibayar Dengan Gabah
Islam telah menganggap transaksi utang piutang sebagai suatu bentuk
amalan yang bersifat sunnah, akan tetapi juga berubah sifat menjadi wajib pada
keadaan-keadaan tertentu. Islam tidak menganjurkan kesetaraan ekonomi, tetapi
mengupayakan kesejahteraan sosial.Salah satu dari sekian banyak jenis kegiatan
ekonomi yang berlaku dalam masyarakat adalah utang piutang.
Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan bermasyarakat, mereka pasti akan membutuhkan
orang lain untuk memenuhi kebutuhannya karena kebutuhan manusia yang tidak
terbatas sementara di sisi lain alat untuk memenuhan kebutuhan sangatlah
terbatas sehingga dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari
bantuan orang lain, maka untuk mencapai tujuan dan kemajuan hidup manusia
diperlukan kerjasama dan sikap saling menolong antar sesama yang dalam fiqih
diistilahkan dengan muamalah.
45Muhammad Arbi Baba, Katalog BPS Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba,
2020, h.1
33
a. Praktik Peminjaman
Manusia memang makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama
lain. Oleh karena itu, masyarakat tidak bisa terlepas dari campur tangan orang
lain terlebih lagi oleh kerabat sendiri karena sudah saling mengenal satu sama
lain dan saling percaya termasuk dalam hal pinjam meminjam.
Seperti yang dikatakan oleh Ibu Nawirah (Muqridh):
“Kami melakukan transaksi ini suka sama suka tidak ada unsur paksaan
sama sekali karena saling membutuhkan untuk memenuhi kebutuhan masing-
masing”.46
Ibu Herma (Muqridh) juga menjelaskan:
“Transaksi ini biasanya saya lakukan bersama tetangga atau dengan
kerabat sendiri sehingga sudah saling akrab, jadi saya tidak khawatir sedikit pun
bahwa mereka tidak akan melunasi utangnya”47
Tingkat perekonomian yang berbeda-beda menjadikan kegiatan utang
piutang sebagai sarana bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup
masyarakat.Kegiatan utang piutang tidak hanya sebagai bentuk kegiatan
ekonomi semata, namun juga dijadikan sebagai wadah untuk berinteraksi dan
bersosialisasi oleh masyarakat di kecamatan Kindang.
Seperti halnya yang dilakukan oleh masyarakat Kecamatan Kindang
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, mereka melakukan akad utang piutang
dengan pembayaran menggunakan gabah setelah musim panen tiba disebabkan
karena sudah menjadi kebiasaan masyarakat.
Awal mula terjadinya akad utang piutang di Kecamatan Kindang berawal
dari muqhtaridh membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarganya dan membutuhkan modal untuk menggarap sawahnya. Kemudian
46 Nawirah (Muqridh), Wawancara, Desa Borong Rappoa, 05 Maret 2010 47Herma (Muqridh), Wawancara, Desa Borong Rappoa. 05 Maret 2020
34
muqhtaridh meminjam uang kepada masyarakat lain yang tingkat
perekonomiannya menengah ke atas dengan pengembalian berupa gabah dengan
istilah pinjam uang dibayar dengan barang. Muqhridh menginginkan
pengembalian berupa gabah karena gabah bisa dikonsumsi dan juga bisa
disimpan dalam tempo lama.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibu Samuri (muqtaridh):
”Orang yang saya mintai pinjaman tidak mau jika saya membayar utang
saya nanti dengan uang juga. Mereka menginginkan pembayaran berupa gabah
dengan alasan mereka bisa menjualnya kembali saat harga gabah malah serta
dapat dikonsumsi”48
Masyarakat di Kecamatan Kindang merupakan masyarakat yang
bertahan hidup dengan mengandalkan hasil pertanian yang dimiliki, termasuk
menggunakan gabah sebagai alat tukar menukar untuk memenuhi kebutuhan
hidup.Terjadinya utang piutang uang dibayar gabah disebabkan oleh faktor
utama yaitu ekonomi.Minimnya kepemilikan uang tunai diwaktu-waktu tertentu
mengharuskan masyarakat melakukan transaksi tersebut agar memiliki
persediaan jika ingin membeli suatu kebutuhan.Musim panen padi (gabah)
dilakukan dua kali dalam setahun, yakni pada musim penghujan dan musim
kemarau.
Transaksi utang piutang ini sudah lama di lakukan oleh masyarakat di
Kecamatan Kindang.Utang piutang merupakan bentuk transaksi yang dapat
memberikan kemudahan bagi pihak-pihak yang melaksanakan transaksi tersebut
dan juga merupakan bentuk tolong menolong antar sesama manusia.Transaksi
48Samuri(Muqtaridh), Wawancara, Desa Anrihua, 29 Februari 2020
35
Utang piutang sudah lama dilakukan oleh masyarakat dan sudah menjadi tradisi
dalam masyarakat.
Ibu Ramlah (Muqtaridh), mengatakan:
“Sebelumnya saya tidak melakukan transaksi ini, akan tetapi kebutuhan
yang semakin banyak dan persediaan uang semakin menipis mengharuskan saya
melakukan transaksi tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga saya.
Selain itu, saya juga membutuhkan uang untuk keperluan menggarap sawah dan
saya juga mengharapkan hasil panen nanti sebagai alat untuk melunasi utang
saya”.49
Transaksi yang dilakukan oleh masyarakat berdasarkan kepercayaan satu
sama lain dan tidak ada unsur paksaan di dalamnya karena sudah saling
mengenal. Kebutuhan keluarga yang begitu banyak mengharuskan mereka
menjadikan hasil bertani sawah sebagai alat untuk pemenuhan kebutuhan, yaitu
dengan meminjam unag dan akan membayarnya dengan gabah. Hal ini
memudahkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya sehingga harus
melakukan transaksi tersebut dan dianggap menguntungkan.
b. Sistem Transaksi
Penyelesaian masalah sudah menjadi prioritas utama bagi masyarakat,
sehingga mereka tidak lagi memikirkan prosedur yang seharusnya ada dalam
sebuah transaksi utang piutang yang dilakukan.
Sama halnya yang dikatakan oleh Ibu Herma (Muqridh):
”Kami tidak pernah melakukan transaksi ini dengan perjanjian secara
tertulis dan menghadirkan saksi, kami hanya melakukannya secara lisan”.50
Dalam transaksi utang uang yang dibayar gabah yang terjadi di
Kecamatan Kindang ini bersifat tidak pasti dikarenakan padi/gabah yang
akandigunakan untuk membayar utang tersebut belum ada pada saat transaksi
49 Ramlah(Muqtaridh), Wawancara, Desa Anrihua, 29 Februari 2020 50 Herma(Muqridh), Wawancara, Desa Bororng Rappoa, 05 Maret 2020
36
dan tidak mau menerima pembayaran dengan gabah yang sudah lama. Karena
pihak muqtaridh bisa saja tidak bisa membayar utangnya karena gagal panen.
Namun perlu diketahui juga bahwa transaksi utang uang dibayar gabah
ini bersifat tidak pasti, karena gabah yang digunakan oleh petani untuk
membayar utang ini belum ada saat transaksi berlangsung.Namun peminjam
memberikan kemudahan kepada mqtaridh, misalnya muqtaridh tidak mampu
membayar utangnya pada waktu yang telah ditentukan saat akad, maka
muqtaridh bisa membayar utangnya pada musim panen selanjutnya denga resiko
harus membayar lebih banyak lagi.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibu Ramlah:
“Apabila saya belum bisa membayar utang setelah musim panen sesuai
perjanjian, maka saya diberi keringanan untuk melunasinya satelah musim panen
selanjutnya dengan resiko saya harus membayarnya dengan jumlah yang lebih
banyak dari jumlah yang telah disepakati sebelumnya.Akan tetapi hal ini
Alhamdulillah belum pernah saya alami”.51
Praktik utang piutang atau transaksi yang dilakukan oleh masyarakat
Kecamatan Kindang dilakukan dengan sistem utang piutang berbunga.Dimana
uang yang dipinjam harus dibayar dengan gabah yang nilainya tidak sesuai
dengan uang yang dipinjam karena peminjam telah memberikan pinjaman dalam
waktu yang cukup lama.Yaitu muqtaridh datang langsung kepada muqridh untuk
meminjam uang, kemudian kedua belah pihak membuat perjanjian bahwa
muqtaridh mengembalikan utangnya dengan gabah hasil panennya yang
nominalnya lebih besar dari pada pokok pinjaman uang yang dipinjam.
Ibu Samuri (Muqtaridh) menjelaskan:
51 Ramlah(Muqtaridh), Wawancara, Desa Anrihua, 29 Februari 2020
37
”Biasanya saya yang mendatangi langsung rumah orang yang ingin saya
mintai pinjaman dengan tujuan untuk meminta pinjaman uang dan saya diminta
untuk melunasinya nanti berupa gabah jika padi saya sudah selesai dipanen
dengan jumlah sesuai hasil negosiasi kami”.52
Saat negosiasi berlangsung, kedua pihak yang melakukan perjanjian
tidak menyebutkan secara pasti waktu pengembalian utang tersebut yang mereka
pahami hanya pelunasan itu dilakukan setelah padi dari pihak,uqtaridh sudah
selesai di panen dan telah melalui proses pengeringan terlebih dahulu.
Sebagaimana yang diucapkan oleh Ibu Ramlah (Muqtaridh):
”Untuk waktu pengembaliannya kami tidak menyebutkan secara pasti
yang jelas setelah padi saya sudah selesai dipanen dan sudah dikeringkan, maka
saya sudah harus melunasi utang saya”.53
Faktor utama yang melatarbelakangi transaksi utang piutang ini adalah
ketidaksediaannya modal bagi masyarakat untuk memenuhi semua kebutuhan
hidupnya dan untuk modal menggarap sawah mereka.Kemudahan yang
ditawarkan oleh transaksi utang piutang tersebut membuat minat masyarakat
untuk melakukan transaksi ini begitu tinggi, sehingga untuk menghentikan
masyarakat melakukan transaksi ini tergolong sulit karena sudah menjadi
kebiasaan masyarakat untuk memperoleh uang apabila mereka membutuhkan
uang untuk kepentingannya.
Ibu Ramlah (Muqtaridh) juga mengatakan:
“Saya melakukan ini untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang sangat
banyak. Saya tidak bisa mengandalkan hasil bertani yang hanya sekali dalam
setahun itupun kalau hasilnya kurang baik.Untuk menutupi semua kebutuhan
dalam waktu yang lama itu tidak akan cukup sehingga dan kebetulan juga orang
52 Samuri(Muqtaridh), Wawancara, Desa Anrihua, 29 Februari 2020 53 Ramlah(Muqtaridh), Wawancara, Desa Anrihua, 29 Februari 2020
38
yang punya uang meminta pembayarannya itu berupa gabah meskipun saya
harus membayar lebih”54
Keterbatasan pengetahuan masyarakat tentang lembaga keuangan yang
dapat menghindarkan mereka dari transaksi yang dilarang dalam agama, misalnya
melakukan peminjaman di bank-bank syariah. Akan tetapi, masyarakat
menganggap proses itu sulit dan hanya akan menyusahkan mereka.
Ibu Ramlah (Muqtaridh) memberikan tanggapannya:
”Saya tidak mengetahui bagaimana proses meminta pinjaman seperti di
Bank dan saya mengira itu hanya akan membuat saya repot karena prosesnya
yang rumit dan dengan kemudahan yang yang disediakan dalam transaksi ini
membuat saya lebih tertarik karena sangat mudah dan cepat ”55
Selain itu, Ibu Herma (Muqridh) juga mengatakan:
“Saya juga tidak pernah memikirkan halal dan haramnya transaksi
ini.Saya hanya membantu mereka yang meminta pinjaman dan saya juga merasa
diuntungkan dalam transaksi ini, jadi saya berpikir boleh-boleh saja”.56
Penyelesaian masalah sudah menjadi prioritas utama bagi masyarakat,
sehingga mereka tidak lagi memikirkan prosedur yang seharusnya ada dalam
sebuah transaksi utang piutang yang dilakukan.
Sama halnya yang dikatakan oleh Ibu Nawira (Muqridh), bahwa
”Kami tidak pernah melakukan transaksi ini dengan perjanjian secara
tertulis dan menghadirkan saksi, kami hanya melakukannya secara lisan”.57
Sekiranya, dalam melakukan transaksi dalam kehidupan harus dipahami
terlebih dahulu karena banyaknya transaksi yang dilakukan oleh masyarakat
melanggar dari agama atau melanggar unsur-unsur syariah. Serta pengetahuan
masyarakat tentang halal atau haramnya transaksi-transaksi yang sering mereka
54 Ibid 55Ibid 56 Herma(Muqridh), Wawancara, Desa Borong Rappoa, 05 Februari 2020 57 Nawira(Muqridh), Wawancara, Desa Borong Rappoa, 05 Maret 2020
39
lakukan dalam kehidupan sehari-hari masih sangatlah minim sehingga
memerlukan perhatian khusus dari pihak-pihak yang lebih paham akan hal
tersebut.
2. Tinjauan Hukum Islam Untuk Utang Piutang Uang Dibayar Gabah
Dalam syariat Islam, utang piutang masuk dalam bahasan mu’amalah
(transaksi non ritual ibadah).Dalam logika fiqih mu’amalah, berlaku kaidah
boleh melakukan apa saja sampai ada dalil yang melarangnya.Inilah prinsip
utama yang harus dipahami dalam membahas tentang uutang piutang dalam
Islam.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ustadz Jusman:
“Meskipun utang piutang diperbolehkan dalam Islam, akan tetapi itu
tidak bisa selalu dijadikan sebagai jalan keluar untuk menyelesaikan masalah.
Ada baiknya kita harus berusaha terlebih dahulu mencari jalan keluar lain karena
Allah menginginkan umatnya untuk senantiasa berusaha dan meminta
kepadanya. Jika memang sudah berusaha dan tidak ada jalan, maka hal ini boleh
dilakukan.”58
Setiap transaksi yang dilakukan harus disertai ijab dan qabul karena
merupakan unsur yang harus ada dalam sebuah akad.Perjanjian atau akad
merupakan hal pokok yang harus dilakukan oleh pihak setiap melakukan
transaksi.Akad tersebut perlu dilakukan agar adanya kejelasan tentang transaksi
yang dilakukan.
Dalam hal ini proses utang piutang telah terjadi unsur tolong menolong
yang disertai dengan ijab dan qabul antara muqtaridh dan muqridh. Pengertian
ijab dan qabul adalah tindakan mengungkapkan kerelaan untuk melakukan
58Ustad Jusman (tokoh agama di Desa Anrihua Kec. Kindang), wawancara pada hari
selasa tanggal 10 Maret 2020
40
perikatan (utang piutang), ungkapan pertama (muqtaridh) disebut ijab dan
respon atau jawaban pihak kedua (muqridh) disebut qabul yang dilakukan
menurut ketentuan syari‟at.
Objek dalam utang piutang ini telah memenuhi rukun dan syarat sahnya
akad utang piutang.Karena objek utang piutang ini merupakan harta milik
sempurna muqridh.Objek utang piutang adalah gabah, dapat diserahkan ketika
kedua belah pihak yang berakad yang secara otomatis dapat dimiliki oleh
muqtaridh ketika akad telah dilakukan kedua belah pihak.
Demikian juga dengan aqid (orang yang melakukan akad) dalam
transaksi utang piutang di Kecamatan Kindang ini telah sesuai dengan rukun dan
syarat sahnya akad utang piutang dilakukan.Yaitu orang yang melakukan utang
piutang tersebut baik muqridh maupun muqtaridh di Kecamatan Kindang
merupakan orang yang cakap hukum, baligh atau dewasa, berakal sehat dan
tanpa adanya paksaan dalam melakukan kesepakatan.
Dalam perjanjian utang piutang di Kecamatan Kindang telah diketahui
jumlah dan jangka waktunya, meskipun jenis barangnya berlainan, tetapi telah
disebutkan jenisnya adalah gabah.Namun, dipandang dari segi aqad utang
piutang yang dilakukan oleh masyarakat Kecamatan Kindang, peneliti
menganalisis bahwa praktik utang piutang ini sedikit menyimpang dari
ajaranIslam.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh UstadzJusman sebagai salah satu
Tokoh Agama di Desa Anrihua:
”Yang saya liat, masyarakat merasa sangat terbantu dengan transaksi ini
dalam mengatasi kesulitan yang dialami, akan tetapi yang mereka lakukan ini
41
sedikit menyimpang dari prinsip utang piutang yang sesuai dengan ajaran
Islam”59
Al-Qur‟an, dimana dalam surah Al-Baqarah : 282 :
كى نكزت ث فبكزج أجم يع إن زى ثد آيا إذا ردا ب أب انر
كبرت ثبنعدل
Terjemahnya :
“Wahai orang-orang yang beriman!Apabila kamu melakukan utang piutang
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah
seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar…”60
Berpedoman pada ayat di atas, peneliti berpendapat bahwa akad transaksi
utang piutang tidak sesuai dengan ajaran Al-Qur‟an karena dalam transaksi
perjanjian yang dilakukan oleh masyarakat Kecamatan Kindang yaitu perjanjian
antara kedua belah pihak tidak dalam bentuk tertulis, tidak ada catatan dan tidak
menghadirkan saksi ketika perjanjian utang piutang dilakukan. Sedangkan dalam
ayat tersebut mengatakan bahwa apabila melakukan segala bentuk perjanjian
hendaknya ada bukti tertulis karena dengan adanya buktu tertulis, maka transaksi
tersebut bersifat mengikat pada pihak yang melakukan perjanjian sehingga pihak
yang melakukan perjanjian tidak diperbolehkan melanggar atau
menyalahgunakan perjanjian tersebut sesukanya. Dalam ayat di atas juga
menjelaskan bahwa apabila melakukan perjanjian harus ada saksi karena dengan
adanya saksi, maka perjanjian yang mereka buat akan lebih baik dan terhindar
dari kekeliruan. Namun masyarakat Kecamatan Kindang tidak mencatat
transaksi yang mereka lakukan serta jika tidak ada saksi sekalipun mereka tidak
mempermasalahkan hal itu karena masing-masing di antara mereka telah
59Ustad Jusman (tokoh agama di Desa Anrihua Kec. Kindang), wawancara pada hari
selasa tanggal 10 Maret 2020 60 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahan
42
tertanam saling percaya antara satu sama lain, sehingga tidak ada sedikitpun
keraguan bahwa mereka akan melanggar kesepakatan yang telah mereka
lakukan.
Ustadz Jusman juga mengatakan:
“Dalam utang piutang, pihak yang melakukan transaksi tersebut
seharusnya tidak hanya mementingkan masalahnya terselesaikan dengan mudah,
akan tetapi kehalalannya juga sangat penting karena kita sebagai umat Islam
harus melakukan segala sesuatu sesuai dengan anjuran meskipun terkadang
sebagai manusia kita sering lalai.”61
Dalam ajaran Islam tentang Muamalah tidak hanya sebatas rasa saling
simpati dan tolong menolong saja melainkan ada ketentuan-ketentuan lain yang
harus dipatuhi, diantaranya larangan meminta tambahan atau kelebihan dari
pokok pinjaman yang diberikan.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ustadz Jusman:
“Jika tolong menolong dalam transaksi ini dijadikan sebagai alasan,
maka seharusnya pihak yang memberi pinjaman tidak mengharapkan adanya
keuntungan dalam transaksi tersebut meskipun hal ini diinginkan oleh pihak
yang meminta pinjaman, karena pihak yang memberi dan menerima tambahan
(riba) sama-sma mendapatkan dosa,”62
Perintah tolong menolong terdapat pada surah Al-Baqarah : 245
الل ب عب ف بعف ن أضعبفب كثسح قسض ذا انر س الل ي
رسجع إن جع جض Terjemahnya :
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik
(menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan
pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak.Dan Allah
61Ustad Jusman (tokoh agama di Desa Anrihua Kec. Kindang), wawancara pada hari
selasa tanggal 10 Maret 2020 62Ustad Jusman (tokoh agama di Desa Anrihua Kec. Kindang), wawancara pada hari
selasa tanggal 10 Maret 2020
43
menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepadanyalah kamu
dikembalikan.”63
Dari ayat diatas dapat diketahui bahwa manusia yang mau berbuat seperti
orang yang meminjamkan hartanya lalu dia menginfakkan hartanya di jalan
Allah dengan niat baik dan hati tulus, maka Allah akan menggantikannya
dengan berlipat ganda. Karena dengan begitu kita menolong sesama dan segala
kebaikan yang kita lakukan akan kembali pula pada diri kita sendiri.
Apabila terjadi kelebihan pembayaran dari jumlah uang pokok, maka
dapat dibedakan menjadi dua macam.Pertama, kelebihan yang tidak
diperjanjikan, yaitu apabila kelabihan pembayaran dilakukan oleh orang yang
berutang bukan didasarkan karena adanya perjanjian sebelumnya, maka
kelebihan tersebut itu boleh (halal).Kedua, kelebihan yang diperjanjikan yaitu
kelebihan berdasarkan perjanjian, maka kelebihan tersebut tidak diperbolehkan
(haram).
س ع ث عجد الل ع ب- ع الل ن الل ): قبل - زض زظل الل نع
سرش ان اش (عه ظهى انس ا أث ا ح , ز صح انزسير
Artinya :
“Dari Abdullah Ibnu Amar Ibnu al-‘Ash Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam melaknat orang yang memberi dan menerima
suap”. (Riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi.Hadits shahih menurut Tirmidzi).64
ن الل عه ظهى قبل انج أث أيبيخ زض الل ع ع ع :( ي
شفبعخ د ن دخ , شفع خ اة , ف جهب, فأ أث ف د أر ثبثب عظب ي
ثب د (انس ا أ , ز أث ا ي بل , ف إظب
63 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahan 64 Isnaini Harahap, dkk, Hadis-Hadis Ekonomi (Jakarta: Kencana, 2015), h. 98.
44
Artinya :
Dari Abu Umamah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa
Sallam bersabda: “Barangsiapa memberi syafa’at (menjadi perantara untuk suatu
kebaikan) kepada saudaranya, lalu ia diberi hadiah dan diterimanya, maka ia
telah mendatangi sebuah pintu besar dari pintu-pintu riba. ”(Riwayat Ahmad dan
Abu Dawud)65
Dari hadist tersebut dapat diketahui bahwa riba sangatlah tidak dianjurkan
dalam agama Islam karena dapat membawa malapetaka bagi semua pihak yang
terlibat dalam transaksi tersebut.Dari hadist tersebut juga dianjurkan untuk
senantiasa membantu sesama tanpa mengharapkan adanya keuntungan agar
mendapat kebaikan dari Allah SWT.
Tambahan yang diperoleh dalam utang piutang adalah tambahan yang
berasal dari inisiatif peminjam itu sendiri sebagai tandaterima kasih bukan
karena disyaratkan pada awal perjanjian dan juga tidak menjadi kebiasaan di
masyarakat tertentu dalam melakukan transaksi.Akan tetapi, kenyataan yang
terjadi di Kecamatan Kindang yaitu tambahan tersebut berasal dari pemikiran
pemberi pinjaman yang kemudian menjadi kesepakatan kedua belah pihak dan
ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat Kecamatan Kindang dalam melakukan
transaksi utang piutang.Dengan demikian, transaksi tersebut merupakan
transaksi yang tidak sesuai dengan konsep Islam.
Utang piutang yang dibayar dengan gabah yang terjadi di Kecamatan
Kindang tersebut termasuk riba karena pengembalian utang itu ditentukan oleh
pemberi pinjaman yang jumlahnya tidak sesuai dengan utang uang yang
dipinjam, melainkan lebih besar sehingga pemberi pinjaman mendapatkan
keuntungan dari utang teresbut.
65Ibid, h.107
45
Bila dikaitkan dengan konsep ekonomi Islam, transaksi utang piutang
tersebut merupakan transaksi yang terlarang untuk dilakukan. Karena utang
piutang yang mendatangkan manfaat merupakan salah satu bentuk transaksi
yang mengandung unsur riba.
Ustadz Jusman juga mengatakan:
”Masyarakat sudah menganggap hal ini merupakan sesuatu yang biasa
karena mereka tidak merasa kesulitan dalam pengembaliannya.Meskipun begitu
tetap tidak diperbolehkan oleh agama kita karena pihak pemberi pinjaman
menerima keuntungan dari orang yang meminta pinjaman. Dalam hal ini,
pemberi pinjaman tidak boleh memanfaatkan kesulitan orang lain untuk
mendapatkan keuntungan. Padahal dalam Al-Qur‟an sudah jelas melarang
adanya riba, namun masyarakat yang ingin mendapatkan keuntungan pastinya
tidak peduli dengan hal tersebut. Seharusnya masyarakat saling tolong menolong
tanpa mengharapkan keuntungan melainkan ridha dari Allah Swt”66
Al-Qur‟an dengan tegas melarang riba, baik dalam jumlah besar maupun
kecil, diantara ayat Al-Qur‟an yang melarang riba adalah surah Al-Baqarah : 278
زى يؤي ك ثب إ انس ي ذزا يب ث آيا ار ا الل ب أب انر
Terjemahnya :
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkanlah
sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-rang yang beriman.”67
Ayat tersebut jelas mengharamkan riba dan menegaskan haramnya riba
meskipun dalam jumlah kecil.Perjanjian utang piutang yang dilakukan oleh
masyarakat Kecamatan Kindang dengan kesepakatan adanya tambahan setelah
jatuh tempo, maka dalam perjanian utang piutang antara muqridh dan muqtaridh
yang dilaksanakan diKecamatan Kindang tidak sesuai dengan perspektif
ekonomi Islam karena termasuk kategori riba.Namun dalam praktik utang
66Ustad Jusman (tokoh agama di Desa Anrihua Kec. Kindang), wawancara pada hari
selasa tanggal 10 Maret 2020 67 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan
46
piutang yang dilakukan oleh masyarakat Kecamatan Kindang ini belum pernah
ada muqtaridh yang tidak bisa melunasi utangnya, mereka selalu melunasi
utangnya tepat pada waktunya sehingga penambahan setelah jatuh tempo itu
belum pernah ada.
Ustadz Jusman juga memberi pesan:
“Sebagai manusia yang senantiasa berusaha untuk selalu dekat dengan
sang pencipta, maka kita harus senantiasa menyerahkan segala sesuatu kepada
Allah, Sang Maha Pencipta, meskipun sedang mengalami kesusahan, akan tetapi
hal itu tidak bisa dijadikan tolak ukur bahwa Allah jauh dari kita, akan tetapi
kesusahan atau kesulitan tersebut harus menjadikan kita lebih dekat kepadanya
dan senantiasa bersyukur kepadanya dan jangan pernah mencoba untuk menjauh
darinya.” 68
Melihat bentuk transaksi yang dilakukan oleh muqridh dan muqtaridh
dalam melakukan transaksi utang piutang tersebut, maka bisa disimpulkan
bahwa transaksi yang dilakukan mengandung unsur riba nasia’ah, Dalam
Agama Islam dengan tegas melarang riba sebagaimana terdapat dalam firman
Allah Swt. Dalam surah Ali-Imran : 130
نعهكى ار ا الل ثب أضعبفب ي بعفخ آيا ل رأكها انس ب أب انر
رفهح
Terjemahnya :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat
ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapatkan
keberuntungan.”69
Dari ayat di atas, dapat diketahui bahwa manusia dilarang melakukan dan
memakan riba dengan berlipat ganda disini adalah memberikan pinjaman kepada
68Ustad Jusman (tokoh agama di Desa Anrihua Kec. Kindang), wawancara pada hari
selasa tanggal 10 Maret 2020 69 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahan
47
orang lain dengan mengharapkan tambahan. Manusia hanya disuruh bertawakal
dengan mencari rezeki yang ada dan tentu saja dengan cara yang halal dan tetap
tetap bekerja agar mendapat rezeki yang telah disediakan Allah Swt. Dengan
begitu Allah akan meridhai dan memberikan keberuntungan dunia dan akhirat
kepada manusia.
Keberuntungan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah
keberuntungan dunia akhirat. Jika manusia hanya mengambil keberuntungan
dunia saja otomatis keberuntungan akhirat tidak ada sedangkan jika manusia
mengharapkan keuntungan akhirat, maka keuntungan dunia pun tetap ada,
walaupun keuntungan akhirat tidak dapat melebihi keuntungan yang manusia
dapatkan dengan cara membungakan uang (riba), tetapi rezeki itu akan dating
karena rezeki manusia sesungguhnya sudah ditetapkan oleh Allah Swt. Selama
kita mau berusaha untuk mendapatkan rezeki yang halal.
Meskipun demikian, masyarakat tetap menjalani transaksi praktik utang
piutang tersebut dan merespon dengan baik dan menganggap transaksi ini sangat
membantu dan tidak memikirkan tentang kelebihan yang diambil, karena mereka
hanya memikirkan jalan keluar dari permasalahan yang mereka hadapi dan
hanya praktik ini yang mereka bisa lakukan karena dianggap sangat mudah
daripada harus meminta pinjaman kepada bank yang menurut mereka prosesnya
sangat rumit.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Adiwarman A Karim dalam bukunya
Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan bahwa riba nasi’ah yaitu riba yang
muncul akibat utang piutang yang tidak memenuhi kriteria untung muncul
48
bersama resiko dan hasil usaha muncul bersama biaya. Riba Nasi’ah muncul
karena adanya perbedaan, perubahan atau tambahan antara barang yang
diserahkan hari ini dengan barang yang diserahkan kemudian.
Berdasarkan teori di atas dan kenyataan yang ada, dapat ditarik
kesimpulan bahwa kenyataan yang ada tidak sesuai dengan ajaran atau teori
yang seharusnya. Dapat dilihat dari transaksi yang dilakukan oleh masyarakat
kindang, bahwa utang piutang uang dengan gabah tersebut mengandung unsur
riba nasi’ah karena adanya perbedaan jumlah barang yang diterima dan
diserhkan sebagai pelunasannya.
Hidup manusia harus senantiasa berpedoman kepada sumber ajaran
agama Islam, yaitu pada Al-Qur‟an dan As-Sunnah agar apa yang dilakukan
mendapat rahmat dari Allah Swt. yang mengetahui segala ada yang ada di langit
dan di bumi. Sebagai umat Islam yang baik, kita harus selalu berpegang teguh
pada agama Islam. Setiap permasalahan pasti ada jalan keluar, oleh karena itu
kita harus selalu senantiasa meyakini bahwa disetiap kesulitan yang dijalani
pasti ada jalan keluarnya selama kita yakin dan percaya kepada sang maha
pencipta.
49
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dari pembahasan dalam penelitian ini, maka
penulis dapat menarik suatu kesimpulan yang terkait dengan praktik utang
piyang yang dilakukan oleh masyarakat Kecamatan Kindang Kabupaten
Bulukumba, adapun kesimpulannya sebagai berikut :
1. Praktik utang piutang masyarakat Kecamatan Kindang Kabupaten
Bulukumba ini adalah praktik utang piutang uang yang dibayar dengan gabah.
Dimana dalam perjanjian utang piutang tersebut muqtaridh meminjam uang
kepada muqridh untuk memenuhi kebutuhan hidup dan keperluan untuk
menggarap sawahnya, kemudian uang tersebut akan diganti dengan gabah
setelah musim panen. Dimana jumlah pengembalian gabah tersebut
ditentukan oleh muqridh (pemberi pinjaman) dengan satuan kilogram (Kg).
Selain menentukan nilai barang tersebut para muqridh juga menentukan
jumlah keuntungan yang akan mereka terima dari utang tersebut. Meskipun
begitu, para muqtaridh masih tetap melakukan transaksi tersebut untuk
memenuhi kebutuhan hidup yang semakin tinggi.
2. Menurut perspektif ekonimi Islam, utang piutang yang dilakukan oleh
muqtaridh dan muqridh di Kecamatan Kindang ini ternyata tidak sesuai
dengan prinsip ekonomi Islam, dimana ada ketidakadilan yang dilakukan oleh
pihak muqridh dengan memberikan syarat pengembalian berupa gabah
setelah panen dengan jumlah uang yang diterima, sehingga utang piutang
50
tersebut mengandung unsur riba, dan berapapun kecilnya riba itu tetap haram.
Sedangkan dalam Islam hanya mengenal dengan istilah utang piutang
kebajikan yaitu tanpa mengambil manfaat dari apa yang dipinjamkan. Oleh
karena itu, prakstik yang terjadi di Kecamatan Kindang perlu mengacu pada
tuntunan dalam agama sehingga tidak ada yang dirugikan.
B. Saran
1. Sebaiknya masyarakat Kecamatan Kindang dalam melakukan transaksi utang
piutang harus berpedoman pada ajaran Islam dan tidak meninggalkan prinsip-
prinsip Islam agar tidak terjerumus dalam hal-hal yang dilarang dan lebih
meningkatkan sikap saling tolong menolong antar sesama terutama dalam
memberikan pinjaman tanpa mengharapkan imbalan.
2. Bagi muqridh sebaiknya tidak memberikan kelebihan dari pokok yang
dipinjamkan dan tidak perlu memberikan syarat tambahan agar transaksi
tersebut tidak mengandung riba karena berapapun jumlahnya riba akan tetap
haram.
3. Boleh melakukan utang piutang dengan jenis barang yang berbeda asal
dengan jumlah yang sama.
51
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur‟an Al-Karim
Antonio, Muhammad Syafi‟i. 2001. Bank Syariah: dari Teori ke Praktik. Jakarta:
Gema Insani.
Azzam, Abdul Aziz Muhammad. 2010. Fiqh Muamalat. Jakarta: Amzah.
Baba, Muhammad Arbi.2020. Katalog BPS Kecamatan Kindang Kabupaten
Bulukumba
Baharun, Segaf Hasan. 2012. Fikih Muamalah. Bangil: Ma‟had Darullughah
Wadda‟wah.
Basyir, Ahmad Azhar. 1990. Azaz-Azaz Hukum Muamalah. Yogyakarta: Pn.
Fakultas Hukum Universitas Islam.
Fauzan, Saleh. 2006. Fikih Sehari-hari. Jakarta: Gema Insani.
Harahap, Isnaini, dkk.2016. Hadis-Hadis Ekonomi, Jakarta: Kencana.
Hareon, Nasreon.2000. Fikih Mu’amalah. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya.
Jakarta:Ghalia IKAPI.
Huberman, Miles. 1992.Analisis Data Kualitatif, Jakarta: Universitas Indonesia
Press.
Ja‟far, A. Khumedi. 2015.Hukum Perdata Islam di Indonesia, Pusat Penelitian
DanPenerbitan IAIN Raden Intang Lampung.
Karim, Adiwarman A. 2006. Bank Islam Analisis Fikih dan Keuangan. Jakarta:
PT.Raja Grafindo Persada.
Latif, Azharuddin. 2005. Fikih Muamalah. Jakarta: UIN Jakarta Press.
Moleon, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Cet. 21. Bandung:
PT.Remaja Roskadakarya.
Muslich, Ahmad Wardi. 2010. Fikih Muamalat. Jakarta: Azzam.
Mz, Labib.1993. Kumpulan Hadist Pilihan Shohih Bukhari.Surabaya: Tiga Dua.
Nasution, S. 2012. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.
52
Nawawi, Ismail. 2012.Fikih Muamalah Klasik dan Kontempore. Bogor: Galia
Indonesia.
Rafiq Al Mishri, Dr. 2001. Al Azmah Al Maliyah Al Alamiyah, Hal Najidu Laha
FilIslam MinHall. Darul Qalam, Damaskus, cetakan II.
Rozalinda. 2015.Fikih Ekonomi Syari’ah Prinsip dan Implementasi pada Sektor
KeuanganSyari’ah. Jakarta: Rajawali Pers.
Sabiq, Sayyi. 1996. Fikih Sunnah Jilid 12, terj. Kamaluddin A. Marzuki.
Bandung: Al Ma‟arif.
Sugiyono. 2009.Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suhendi, Hendi2014. Fikih Muamalah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sungaji dan Sopiah, Etta Mamang.Metodologi Penelitian. Yogyakarta:
PenerbitAndi.
Qardhwi, Muhammad Yusuf. 2003. Halal dan Haram dalam Islam, terj.
Muammal Hamidy,Surabaya, Bina Ilmu.
Zuhaili (az), Wahbah. 2006.Fiqh Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Zuhaili (az), wahbah. 2007.Fikih Islam wa Adillatuhu, terj. Abdul Hayyie al
Kattani,jilid 5.Jakarta: Gema Insani.
RIWAYAT HIDUP
SULFAIDAH, lahir di Bulukumba, tanggal 07 Agustus
1998. Putri pertama dari pasangan Baso dan Sudarmi.
Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan di TK Pertiwi
Anrihua pada tahun 2004. Sekolah Dasar di SD Negeri 174
Anrihua pada tahun 2010. Peneliti melanjutkan pendidikan
Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 37 Bulukumba
dan tamat pada tahun 2013. Kemudian melanjutkan Sekolah
Menengah Atas di SMA Negeri 1 Bulukumba dan selesai pada tahun 2016. Di
tahun 2016 itu pula, Penulis melanjutkan pendidikan Petguruan Tinggi di
Universitas Muhammadiyah Makassar Fakultas Agama Islam pada Program Studi
Hukum Ekonomi Syariah (S1).
Selama menjadi mahasiswa, penulis baru aktif dalam organisasi saat
semester tiga di HMJ HES (Himpunan Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi
Syariah) periode 2018-2019 sebagai Anggota Bidang Organisasi.
Atas ridha Allah Swt. dan dengan kerja keras, pengorbanan, serta
kesabaran, pada tahun 2020 penulis mengakhiri masa perkuliahan S1 dengan judul
skripsi “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Utang Piutang Uang di
Bayar Gabah di Kalangan Masyarakat Petani Di Kecamatan Kindang
Kabupaten Bulukumba”.
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Dokumentasi
Wawancara dengan Ibu Samuri (sebagai muqtaridh) pada tanggal 29 Februari 2020 di
Desa Anrihua
Wawancara dengan Ibu Ramlah (sebagai muqtaridh) pada tanggal 29 Februari 2020
di Desa Anrihua
Wawancara dengan Nawirah (sebagai muqridh) pada tanggal 05 Maret 2020 di Desa
Borong Rappoa
Wawancara dengan Herma (sebagai muqridh) pada tanggal 05 Maret 2020 di Desa
Borong Rappoa
Wawancara dengan Ustadz Jusman (sebagai Tokoh Agama) pada tanggal 10 Maret
2020 di Desa Anrihua
Lampiran 2 : Pedoman Wawancara
DAFTAR PERTANYAAN MUQRIDH (PEMBERI PINJAMAN)
1. Hal apa yang mendorong anda untuk melakukan praktik ini?
2. Apakah ada syarat yang anda berikan untuk memperoleh pinjaman dari anda?
3. Kapan pembayaran utang dilakukan?
4. Apakah ada pembatasan waktu untuk melunasi utang tersebut?
5. Berapa jumlah uang yang biasa anda berikan kepada muqtaridh dan berapa
pula jumlah gabah yang di berikan saat pelunasan?
6. Apakah jumlah uang yang anda berikan setara dengan harga gabah?
7. Saat pelunasan utang, apakah ada tambahan yang diberikan oleh muqtaridh?
8. Bagaimana menurut anda jika ada tambahan dalam praktik utang piutang?
9. Apakah muqtaridh selalu tepat waktu untuk melunasi utangnya?
10. Jika ada? Apakah tambahan tersebut hanya sebagai tanda terima kasih atau
sudah merupakan perjanjian saat akad peminjaman?
11. Jika muqtarid yang menawarkan tambahan apakah anda menerima atau
menolaknya?
12. Berapa jumlah tambahan yang sering diperjanjikan?
13. Apakah anda sering memberikan syarat-syarat tertentu saat akan memberikan
pinjaman?
14. Jika ada, untuk apa syarat-syarat tersebut?
15. Apakah saat akad, praktik ini disaksikan oleh saksi?
16. Jika iya, siapa yang menjadi saksi dan berapa jumlah orangnya?
17. Apakah praktik utang piutang ini dituliskan perjanjiannya?
DAFTAR PERTANYAAN MUQTARIDH (PENERIMA PINJAMAN)
1. Bagaimana menurut anda tentang praktik utang uang di bayar gabah?
2. Apa tujuan anda melakukan praktik ini?
3. Apakah anda yang meminta kepada muqridh untuk melakukan praktik ini
atau muqridh yang menawarkannya kepada anda?
4. Apakah ada syarat yang diberikan oleh muqtarid saat melakukan
peminjaman?
5. Jika ada, apa saja syarat-syarat yang diberikan tersebut?
6. Apakah dalam peminjaman tersebut, muqridh selalu meminta tambahan atau
anda yang menawarkan tambahan tersebut?
7. Berapa jumlah tambahan yang sering diperjanjikan?
8. Bagaimana menurut anda jika ada tambahan dalam transaksi utang piutang
yang anda lakukan?
9. Apakah anda merasa dirugikan jika harus membayar utang dengan
tambahannya?
10. Berapa jumlah uang yang anda pinjam dan berapa jumlah gabah yang anda
berikan kepada muqtaridh?
11. Digunakan untuk apa uang yang dipinjam tersebut?
12. Apakah ada unsur kerelaan dalam transaksi tersebut
13. Apakah saat akad, praktik ini disaksikan oleh saksi?
14. Jika iya, siapa yang menjadi saksi dan berapa jumlah orangnya?
15. Apakah praktik utang piutang ini dituliskan perjanjiannya?
16. Bagaimana cara ibu mengembalikan utangnya? Apakah ada aturan khusus?
DAFTAR PERTANYAAN TOKOH AGAMA
1. Bagaimana menurut anda tentang transaksi utang uang dibayar gabah?
Lampiran 3 : Surat-surat Izin Penelitian
Recommended