View
70
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
5/20/2018 Tuli Akibat Bising
1/26
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Gangguan pendengaran adalah hal yang lazim kita temui saat ini. Salah
satunya adalah gangguan pendengaran akibat bising (GPAB) atau dalam istilah
asing disebut Noise Induce Hearing Lost (NIHL). Dengan semakin bertambah
majunya teknologi, maka semakin mudah dan nyaman hidup manusia. Tetapi
dibalik itu tersimpan ancaman yang sering tersamar dan tidak kita sadari. GPAB
ini merupakan salah satu ancaman kemajuan tersebut.
Bising dan penuaan merupakan dua hal utama penyebab hilangnya
pendengaran permanen. Sayangnya kelainan ini tidak dapat dikoreksi baik
menggunakan obat-obatan maupun tindakan operatif, tetapi GPAB dapat dicegah.5
Secara umum bising adalah bunyi yang tidak diinginkan. Bising secara
Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah suara yang tidak diharapkan dan tidak
menyenangkan yang menggangu, atau suara yang diinginkan namun berpotensi
menyebabkan gangguan kesehatan. Bahkan menurut WHO, bising dikategorikan
sebagai salah satu jenis polutan.2Bising yang intensitasnya 85 desibel (dB) atau
lebih dapat menyebabkan rusaknya reseptor pendengaran pada telinga dalam.10
Bising dapat kita temui juga dalam kehidupan kita sehari-hari. Tidak hanya bising
di tempat kerja, tetapi dapat juga bersumber dari alat rumah tangga, alat elektronik,
pemutar musik, pusat perbelanjaan sampai tempat bermain anak-anak.
Kehilangan pendengaran karena penuaan bukan suatu masalah yang
banyak ditemukan. Bandingkan dengan saat ini, rata-rata usia harapan hidup sudah
meningkat tajam.3Usia harapan hidup di Jepang adalah yang tertinggi, mencapai
usia 80 tahun. Negara maju seperti Australia, Kanada, Swiss dan lainnya memiliki
angka rata-rata harapan hidup yang mencapai 79 tahun.8 Saat usia rata-rata
5/20/2018 Tuli Akibat Bising
2/26
2
semakin tua, maka mulai muncullah akumulasi masalah kesehatan. Tidaklah
mengherankan jika pada saat ini kejadian kehilangan pendengaran semakin sering
terjadi.
Gangguan pendengaran akibat bising adalah tuli akibat terpapar bising
yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama. Tuli ini merupakan jenis
ketulian sensorineural yang paling banyak ditemui setelah presbiakusis. Sejalan
dengan berkembangnya gaya hidup masyarakat, kejadian kehilangan pendengaran
semakin banyak ditemukan. Selain paparan suara bising, ada banyak faktor lain
yang menyebankan gangguan pendengaran seperti hipertensi, diabetes, obat-
obatan, dan paparan substansi yang dapat merusak telinga merupakan penyebab
dari berkurangnya pendengaran.3
2. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan referat ini yaitu untuk memahami definisi,
etiologi, insidensi, patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis, dan
penatalaksanaan dari Tuli Akibat Bising.
5/20/2018 Tuli Akibat Bising
3/26
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. ANATOMI TELINGA
Telinga adalah alat indra/panca indra yang memiliki fungsi untuk
mendengar suara yang ada di sekitar kita sehingga kita dapat mengetahui/
mengidentifikasi apa yang terjadi di sekitar kita tanpa harus melihatnya dengan
mata kepala kita sendiri. Orang yang tidak bisa mendengar atau terdapat
gangguan pada pendengaranya disebut tuli. Telinga manusia terdiri atas tiga
bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga bagian dalam.
Gambar. 1. Anatomi Telinga Manusia 2
5/20/2018 Tuli Akibat Bising
4/26
4
1.1 Telinga Luar (Outer Ear)
Telinga bagian luar terdiri atas daun telinga (aurikula) dan liang telinga
sampai membran timpani. Rangka daun telinga ini terdiri dari tulang rawan
elastik dan kulit yang berfungsi untuk mengumpulkan getaran suara menuju
saluran telinga luar. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan 1/3 bagian luar
dengan rangka tulang rawan dan 2/3 bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang.
Panjang liang telinga luar ini 2,5-3 cm. Bagian ini dipisahkan dari cavitas
tympani oleh membrana tympanica, bagian ini dilapisi oleh kulit yang
dilengkapi glandula sebasea dan glandula seruminosa (modifikasi kelenjar
apokrin dengan menghasilkan serumen), dengan mempunyai fungsi sebagai
resonator gelombang. Serumen dan rambut telinga ini dapat mencegah
masuknya benda asing ke dalam telinga.5
Gambar. 2. Daun Telinga 2
5/20/2018 Tuli Akibat Bising
5/26
5
Gambar. 3. Liang Telinga 2
1.2. Telinga Tengah (Middle Ear)
Telinga bagian tengah ini dibatasi dan dimulai dari membran timpani
(gendang telinga) yang didalamnya terdapat rongga kecil berisi udara yang
terdiri atas tulang-tulang pendengaran yang terdiri atas maleus (martil), inkus
(landasan) dan stapes (sanggurdi). Membran timpani sendiri terdiri dari tiga
lapisan yang berturut-turut dari luar kedalam yaitu lamina kutaneus, laminapropia, lamina mukosa. Pada kasus-kasus OMA dengan perforasi atau kasus-
kasus OMSK yang mendapat pengobatan yang adekuat dan membran
timpaninya dapat menutup kembali, biasanya disebut dengan membran timpani
atropik. Karena pada kasus diatas hanya terbentuk lamina kutaneus dan lamina
mukosa saja, sehingga pada pemeriksaan dengan otoskop akan terlihat membran
timpani yang transparan. Pada bagian telinga tengah ini juga terdapat saluran
Eustacius (tuba Eustacius) yang menghubungkan telinga bagian tengah dengan
http://1.bp.blogspot.com/_8nhQT1LbhwY/S4pXC_RhKNI/AAAAAAAAAFo/CbEKeqB7-Ws/s1600-h/outer.jpg5/20/2018 Tuli Akibat Bising
6/26
6
faring. Antara telinga bagian dalam dan telinga bagian tengah dibatasi oleh
tingkap oval (fenestra ovalis) dan tingkap bulat (fenestra rotundra).
Telinga tengah berbentuk kubus dengan :
Batas luar : Membran timpani
Batas depan : Tuba Eustachius
Batas bawah : Vena jugularis (bulbus jugularis)
Batas belakang : Aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis.
Batas atas : Tegmen timpani (meningen/otak)
Batas dalam : Berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis
horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar
(round window) dan promontorium.5
Gambar. 4. Telinga Tengah 3
5/20/2018 Tuli Akibat Bising
7/26
7
Gambar. 5. Membran Timpani 3
1.3 Telinga Dalam (Inner Ear)
Bagian dalam telinga ini terdapat organ pendengaran yang terdiri atas
koklea (rumah siput) dan organ keseimbangan (vestibuler) yang terdiri atas
kanalis semi sirkularis, sakulus dan ultrikulus.5
Koklea ini terdiri atas dua ruangan atau saluran, canal vestibular bagian
atas dan canal timpanik pada bagian bawah. Kedua ruangan tersebut berisikan
cairan perilimfe dan dibatasi oleh duktus koklea. Sedangkan duktus koklea
berisikan cairan endolimfe. Pada bagian dasar duktus koklea inilah terdapat
reseptor pendengaran yang disebut dengan organ corti.5
http://1.bp.blogspot.com/-kloxHWqz5TE/TrxYKj4XszI/AAAAAAAAC_A/85rQzYIG4XE/s1600/New+Picture+(3).png5/20/2018 Tuli Akibat Bising
8/26
8
Bagian vestibulum telinga dalam dibentuk oleh sakulus, utrikulus, dan
kanalis semisirkularis. Utrikulus dan sakulus mengandung makula yang diliputi
oleh sel-sel rambut. Menutupi sel-sel rambut ini adalah suatu lapisan gelatinosayang ditembus oleh silia, dan pada lapisan ini terdapat pula otolit yang
mengandung kalsium dan dengan berat jenis yang lebih besar daripada
endolimfe. Karena pengaruh gravitasi, maka gaya dari otolit akan
membengkokkan silia sel-sel rambut dan menimbulkan rangsangan pada
reseptor. Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui suatu duktus sempit
yang juga merupakan saluran menuju sakus endolimfatikus. Makula utrikulus
terletak pada bidang yang tegak lurus terhadap makula sakulus. Ketiga kanalis
semisirkularis bermuara pada utrikulus. Masing-masing kanalis mempunyai satu
ujung yang melebar membentuk ampula dan mengandung sel-sel rambut Krista.
Sel-sel rambut menonjol pada suatu kupula gelatinosa. Gerakan endolimfe
dalam kanalis semisirkularis akan menggerakkan kupula yang selanjutnya akan
membengkokkan silia sel-sel rambut Krista dan merangsang sel reseptor.6
Gambar. 6. Telinga Dalam 4
5/20/2018 Tuli Akibat Bising
9/26
9
Gambar. 7. Telinga Dalam dan Koklea 4
1.4 Perdarahan Telinga
Perdarahan telinga terdiri dari 2 macam sirkulasi yang masing masing
secara keseluruhan berdiri satusatu memperdarahi telinga luar dan tengah, dan
satu lagi memperdarahi telinga dalam tanpa ada satu pun anastomosis diantara
keduanya. 7,8
Telinga luar terutama diperdarahi oleh cabang aurikulotemporal
a.temporalis superficial di bagian anterior dan dibagian posterior diperdarahi
oleh cabang aurikuloposterior a.karotis externa.7
Telinga tengah dan mastiod diperdarahi oleh sirkulasi arteri yang
mempunyai banyak sekali anastomosis. Cabang timpani anterior a.maxila
externa masuk melalui fisura retrotimpani. Melalui dinding anterior
mesotimpanum juga berjalan aa.karotikotimpanik yang merupakan cabang
5/20/2018 Tuli Akibat Bising
10/26
10
a.karotis ke timpanum .dibagian superior, a.meningia media memberikan
cabang timpanik superior yang masuk ketelinga tengah melalui fisura
petroskuamosa. A.meningea media juga memberikan percabangan a.petrosasuperficial yang berjalan bersama Nervus petrosa mayor memasuki kanalis
fasial pada hiatus yang berisi ganglion genikulatum. Pembuluh-pembuluh ini
beranastomose dengan suatu cabang a.auricula posterior yaitu a.stilomastoid,
yang memasuki kanalis fasial dibagian inferior melalui foramen stilomastoid.
Satu cabang dari arteri yang terakhir ini, a.timpani posterior berjalan melalui
kanalikuli korda timpani. Satu arteri yang penting masuk dibagian inferior
cabang dari a.faringeal asenden. Arteri ini adalah perdarahan utama pada tumor
glomus jugular pada telinga tengah.5,7,8
Aliran vena telinga luar dan tengah dilakukan oleh pembuluhpembuluh
darah yang menyertai arteri v.emisari mastoid yang menghubungkan kortek
keluar mastoid dan sinus lateral. Aliran vena telinga dalam dilakukan melalui 3
jalur aliran .dari koklea putaran tengah dan apical dilakukan oleh v.auditori
interna. Untuk putaran basiler koklea dan vestibulum anterior dilakukan oleh
v.kokhlear melalui suatu saluran yang berjalan sejajar dengan akuadutus
kokhlea dan masuk kedalam sinus petrosa inferior. Suatu aliran vena ketiga
mengikuti duktus endolimfa dan masuk ke sinus sigmoid pleksus ini
mengalirkan darah dari labirin posterior.7,8
1.5 Persarafan Telinga
Daun telinga dan liang telinga luar menerima cabangcabang sensoris daricabang aurikulotemporal saraf ke5 (N. Mandibularis) dibagian depan, dibagian
posterior dari Nervus aurikuler mayor dan minor, dan cabangcabang Nervus
Glosofaringeus dan Vagus. Cabang Nervus Vagus dikenal sebagai Nervus
Arnold. Stimulasi saraf ini menyebabkan reflek batuk bila teliga luar
dibersihkan. Liang telinga bagian tulang sebelah posterior superior dipersarafi
oleh cabang sensorik Nervus Fasial .7,8
5/20/2018 Tuli Akibat Bising
11/26
11
Tuba auditiva menerima serabut saraf dari ganglion pterygopalatinum dan
sarafsaraf yang berasal dari pleksus timpanikus yang dibentuk oleh Nervus
Cranialis VII dan IX.
7
. M.tensor timpani dipersarafi oleh Nervus Mandibularis(Nervus Cranial V3 ), sedangkan M.Stapedius dipersarafi oleh Nervus Fasialis.6
2. FISIOLOGI DAN MEKANISME PENDENGARAN
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke
koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga
tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi
getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas
membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini
akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga
perilimfa pada skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan melalui membrana
Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif
antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang
mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut,
sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari
badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga
melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan
potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius
sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.5
Ada lima langkah dalam proses mendengar, yaitu7:
a. Hantaran udara : sepanjang telinga luar sampai membrane timpani
b. Hantaran tulang : sepanjang telinga tengah sampai telinga dalam
c.
Hantaran air : sampai Organ Corti
d. Hantaran saraf : menuju otak
e. Interpretasi : oleh otak
5/20/2018 Tuli Akibat Bising
12/26
12
Gambar. 8. Mekanisme Pendengaran7
3. TULI AKIBAT BISING
3.1 DEFINISI TULI AKIBAT BISING
Bising adalah suara atau bunyi yang mengganggu atau tidak
dikehendaki. Dari definisi ini menunjukkan bahwa sebenarnya bising itu
sangat subyektif, tergantung dari masing-masing individu, waktu dan
tempat terjadinya bising. Sedangkan secara audiologi, bising adalah
campuran bunyi nada murni dengan berbagai frekwensi. Cacat
pendengaran akibat kerja ( occupational deafness / noise induced hearing
5/20/2018 Tuli Akibat Bising
13/26
13
loss ) adalah hilangnya sebahagian atau seluruh pendengaran seseorang
yang bersifat permanen, mengenai satu atau kedua telinga yang disebabkan
oleh bising terus menerus dilingkungan tempat kerja. Dalam lingkunganindustri, semakin tinggi intensitas kebisingan dan semakin lama waktu
pemaparan kebisingan yang dialami oleh para pekerja, semakin berat
gangguan pendengaran yang ditimbulkan pada para pekerja tersebut.
3.2 EPIDEMIOLOGI DAN INSIDENSI TULI AKIBAT BISING
Bising lingkungan kerja merupakan masalah utama pada kesehatan kerja di
berbagai negara. Sedikitnya 7 juta orang (35% dari populasi industri di Amerika
dan Eropa) terpajan bising 85 dB atau lebih.11 Di indonesia penelitian tentang
gangguan pendengaran akibat bising telah banyak dilakukan. Seperti penelitian
yang dilakukan oleh Sundari (2010) yang menemukan 31,55% pekerja pabrik
peleburan besi di Jakarta menderita tuli akibat bising dengan intensitas bising
antara 85-105 dB, dengan masa kerja rata-rata 8,99 tahun.11 Penelitian lain
dilakukan oleh Lusianawaty (2011) yang menemukan bahwa 7 dari 22 pekerja
(31,8%) di perusahaan kayu lapis Jawa Barat mengalami tuli akibat bising
dengan intensitas bising lingkungan antara 84,9-108,2 Db.11 Penelitian tentang
gangguan pendengaran akibat bising ini tidak hanya dilakukan di tempat kerja,
tetapi juga di lingkungan, seperti yang dilakukan oleh Hendarmin dan Hadjar
tahun 2011, mendapatkan bising jalan raya (jl. M.H Thamrin, Jakarta) sebesar 95
dB lebih pada jam sibuk.11
Fakta bahwa paparan bising yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan
pendengaran mulai dikenali sejak abad kedelapan belas. Pada awal abad ke-20,
gangguan pendengaran akibat bising ini dikenal dengan nama Boilermakers
Deafness.1Istilah ini muncul mungkin karena pada saat itu ketulian ini
ditemukan pada para pekerja pabrik yang bising. Jika kita tetap menginginkan
untuk terus menikmati kualitas hidup sehat, maka menjaga alat indera terutama
pendengaran adalah kuncinya.
5/20/2018 Tuli Akibat Bising
14/26
14
3.3 ETIOLOGI TULI AKIBAT BISING
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemaparan kebisingan :
1. Intensitas kebisingan
2. Frekwensi kebisingan
3. Lamanya waktu pemaparan bising
4. Kerentanan individu
5. Jenis kelamin
6. Usia
3.4 PATOFISIOLOGI TULI AKIBAT BISING
Sistem pendengaran adalah sebuah sistem yang kompleks. Sistem ini
bergantung pada beberapa sistem lain untuk menjalankan fungsinya dengan
baik. Fungsi pendengaran normal bergantung pada mekanisme mekanik pada
telinga tengah dan koklea, mikromekanik dan seluler dari organon corti,
keseimbangan kimiawi dan lingkungan bioelektris telinga dalam, dan sistem
saraf pusat beserta saraf penghubungnya yang bekerja dengan baik1.
Sebagian besar paparan bising akan menyebabkan gangguan pendengaran
sensorineural sementara yang dapat pulih dalam 24 sampai 48 jam. Keadaan
reversibel ini disebut sebagai kenaikan ambang dengar sementara atau
Temporary Threshold Shift (TTS)1. Apabila bising tersebut memiliki intensitas
yang cukup tinggi atau waktu paparan yang cukup lama bahkan keduanya, maka
akan terjadi kenaikan ambang dengar permanen, Permanent Threshold Shift
(PTS)1. Sedangkan trauma akustik adalah suatu paparan bising dalam tingkat
yang berbahaya dimana akan mengakibatkan keadaan PTS tanpa melalui proses
TTS dalam satu kali paparan 1.
Stadium dini dari tuli akibat paparan bising ditandai dengan kurva
ambang pendengaran yang curam pada frekuensi diantara 3000 dan 6000 Hz,
biasanya pertama kali muncul pada 4000 Hz. Pada fase dini ini penderita
5/20/2018 Tuli Akibat Bising
15/26
15
mungkin hanya mengeluh tinitus, suara yang teredam, rasa tidak nyaman di
telinga, atau penurunan pendengaran yang temporer. Keluhan-keluhan ini
dirasakan pada saat berada ditempat bising, atau sesaat setelah meninggalkantempat bising. Keluhan kemudian akan berangsur menghilang setelah beberapa
jam jauh dari lingkungan bising. Gangguan pendengaran biasanya tidak disadari
sampai ambang pendengaran bunyi nada percakapan yaitu 500, 1000, 2000 dan
3000 Hz lebih dari 25 dB. Awal dan perkembangan tuli syaraf akibat bising
lambat dan tidak jelas. Ketulian selalu bertipe sensorineural dan serupa baik
kualitas maupun kuantitasnya pada kedua telinga. Secara otoskopik, membran
timpani tampak normal4.
Dobie, R.A dalam Head and Neck Surgery-Otolaryngology,
menjelaskan bahwa GPAB mengakibatkan kerusakan pada organon corti.
Didapatkan kesulitan dalam menemukan kelainan anatomis sehubungan dengan
TTS, tetapi diyakini bahwa kelainan ini disebabkan oleh stereocilia dari sel
rambut yang berkurang ketegangannya yang mengakibatkan turunnya respon
terhadap rangsangan. Ketidakteraturan stereocilia ini dapat kembali normal
dalam jangka waktu tertentu. Sejalan dengan meningkatnya intensitas dan
durasi paparan bising, maka kerusakan akan semakin berat sampai akhirnya
terjadi hilangnya stereocilia tersebut. Ketika stereocilia telah hilang, maka sel
rambut sendiri akan mengalami kerusakan. Dengan bertambahnya paparan,
maka sel rambut dan sel-sel pendukung dalam organon corti akan turut rusak.
Selain itu juga dilaporkan adanya degenerasi syaraf pendengaran dan nukleus
pendengaran.
Penelitian eksperimental menunjukkan bahwa nada murni dengan
frekuensi dan intensitas tinggi akan merusak struktur di ujung tengah basal (mid
basal end) koklea dan frekuensi rendah akan merusak struktur dekat apeks
koklea. Bising dengan spektrum lebar dan intensitas tinggi akan menyebabkan
perubahan struktur di putaran basal pada daerah yang melayani nada 4000 Hz.
Kerusakan ringan terdiri dari terputusnya dan degenerasi sel-sel rambut luar
dan sel-sel penunjangnya. Kerusakan yang lebih berat menunjukkan adanya
5/20/2018 Tuli Akibat Bising
16/26
16
degenerasi, baik sel rambut luar maupun sel rambut dalam dan atau hilangnya
seluruh organon corti4.
Beberapa teori telah diajukan mengenai mengapa daerah yang melayani
frekuensi 4000 Hz lebih rentan terhadap pemaparan bising. Teori yang paling
populer adalah bahwa struktur anatomi di daerah tersebut lebih lemah.
Kelemahan struktur anatomi tersebut adalah sebagai akibat ketajaman
pendengaran dan spektrum dari stimulus suara. Didapatkan bahwa ketulian yang
paling dini terjadi pada sekitar satu sampai satu setengah oktaf diatas skala
frekuensi nada stimulator. Karena ambang pendengaran lebih peka pada nada
diantara 1000 dan 3000 Hz, beralasan untuk menduga bahwa bising industri,
karena spektrumnya, akan menyebabkan kerusakan paling dini pada frekuensi
antara 3000 sampai 4000 Hz 4.
Besarnya gangguan pendengaran yang didapat tidak hanya dipengaruhi
oleh intensitas bising dan durasi paparan tetapi juga karakter dari bising tersebut
(spektrum frekuensi dan pola waktu). Paparan terhadap nada murni atau bising
dengan spektrum frekuensi yang sempit menyebabkan gangguan pendengaran
terbesar. Gangguan pendengaran tersebut terjadi pada kira-kira satu setengah
oktaf diatas frekuensi suara dengan energi terbesar. Alasan dibalik pergeseran
satu setengah oktaf ini paling mungkin adalah dari jarak pergeseran maksimal
membran basilar terhadap dasar koklea saat adanya peningkatan intensitas
suara9.
Selain bervariasinya kondisi paparan, ada beberapa hal yang
menyebabkan bervariasinya kejadian GPAB pada paparan bising yang sama.Selain oleh paparan bising, GPAB juga dipengaruhi oleh beberapa variabilitas
meliputi perbedaan genetis, usia, jenis kelamin, warna kulit, perbedaan jalur
konduksi suara (telinga luar dan telinga tengah), suplai darah, dan inervasi
koklea.
5/20/2018 Tuli Akibat Bising
17/26
17
3.5 JENIS GANGGUAN TULI AKIBAT BISING
Secara umum efek kebisingan terhadap pendengaran dapat dibagi atas 2
kategori yaitu : 13,15,16
1. Noise Induced Temporary Threshold Shift ( TTS )
2. Noise Induced Permanent Threshold Shift ( NIPTS )
1.
NOISE INDUCED TEMPORARY THRESHOLD SHIFT ( NITTS )Seseorang yang pertama sekali terpapar suara bising akan mengalami
berbagai perubahan, yang mula-mula tampak adalah ambang pendengaran
bertambah tinggi pada frekwensi tinggi. Pada gambaran audiometri tampak
sebagai notch yang curam pada frekwensi 4000 Hz, yang disebut juga
acoustic notch.Pada tingkat awal terjadi pergeseran ambang pendengaran yang
bersifat sementara, yang disebut juga NITTS. Apabila beristirahat diluar
lingkungan bising biasanya pendengaran dapat kembali normal. 16
2. NOISE INDUCED PERMANENT THRESHOLD SHIFT ( NIPTS )
Didalam praktek sehari-hari sering ditemukan kasus kehilangan
pendengaran akibat suara bising, dan hal ini disebut dengan occupational
hearing loss atau kehilangan pendengaran karena pekerjaan atau nama
lainnya ketulian akibat bising industri.15
Dikatakan bahwa untuk merubah NITTS menjadi NIPTS diperlukan waktu
bekerja dilingkungan bising selama 10 15 tahun, tetapi hal ini bergantung
juga kepada :16
1. tingkat suara bising
2. kepekaan seseorang terhadap suara bising
NIPTS biasanya terjadi disekitar frekwensi 4000 Hz dan perlahan-lahan
meningkat dan menyebar ke frekwensi sekitarnya. NIPTS mula-mula tanpa
5/20/2018 Tuli Akibat Bising
18/26
18
keluhan,tetapi apabila sudah menyebar sampai ke frekwensi yang lebih rendah
( 2000 dan 3000 Hz ) keluhan akan timbul. Pada mulanya seseorang akan
mengalami kesulitan untuk mengadakan pembicaraan di tempat yang ramai,tetapi bila sudah menyebar ke frekwensi yang lebih rendah maka akan timbul
kesulitan untuk mendengar suarayang sangat lemah. Notch bermula pada
frekwensi 3000 6000 Hz, dan setelah beberapa waktu gambaran audiogram
menjadi datar pada frekwensi yang lebih tinggi. Kehilangan pendengaran pada
frekwensi 4000 Hz akan terus bertambah dan menetap setelah 10 tahun dan
kemudian perkembangannya menjadi lebih lambat.
3.6 GEJALA KLINIS TULI AKIBAT BISING
Tuli akibat bising dapat mempengaruhi diskriminasi dalam berbicara (
speech discrimination ) dan fungsi sosial. Gangguan pada frekwensi tinggi
dapat menyebabkan kesulitan dalam menerima dan membedakan bunyi
konsonan. Bunyi dengan nada tinggi, seperti suara bayi menangis atau
deringan telepon dapat tidak didengar sama sekali. Ketulian biasanya bilateral.
Selain itu tinnitus merupakan gejala yang sering dikeluhkan dan akhirnya
dapat mengganggu ketajaman pendengaran dan konsentrasi. 12
Secara umum gambaran ketulian pada tuli akibat bising ( noise induced
hearing loss ) adalah :15
1. Bersifat sensorineural
2. Hampir selalu bilateral
3. Jarang menyebabkan tuli derajat sangat berat ( profound hearing loss )
Derajat ketulian berkisar antara 40 s/d 75 dB.
4. Apabila paparan bising dihentikan, tidak dijumpai lagi
penurunanpendengaran yang signifikan.
5. Kerusakan telinga dalam mula-mula terjadi pada frekwensi 3000, 4000
dan 6000 Hz, dimana kerusakan yang paling berat terjadi pada frekwensi
4000Hz.
5/20/2018 Tuli Akibat Bising
19/26
19
6. Dengan paparan bising yang konstan, ketulian pada frekwensi 3000,
4000 dan 6000 Hz akan mencapai tingkat yang maksimal dalam 10 15
tahun.
Selain pengaruh terhadap pendengaran ( auditory ), bising yang
berlebihan juga mempunyai pengaruh non auditory seperti pengaruh terhadap
komunikasi wicara, gangguan konsentrasi, gangguan tidur sampai memicu
stress akibat gangguan pendengaran yang terjadi.12 ,13
3.8 DIAGNOSIS TULI AKIBAT BISING
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
termasuk otoskopi, dan pemeriksaan penunjang seperti audiometri. Pada
anamnesis ditemukan adanya tanda pernah berada di tempat dengan bising
tinggi dalam jangka waktu lama atau intensitas tinggi. Bising intensitas tinggi
tidak hanya didapat dari tempat bekerja, tetapi dapat juga didapat di lingkungan
tempat tinggal sehari-hari, contohnya riwayat penggunaan pemutar musik yang
berlebihan, aktifitas ke pusat hiburan yang terlalu sering, berada di lalu lintas
padat dalam jangka waktu lama dan lain-lain.
Pada pemeriksaan otoskopi biasanya tidak ditemukan adanya kelainan.
Pemeriksaan audiologi didapatkan tanda-tanda tuli sensori neural pada tes
penala. Pemeriksaan audiometri nada murni didapatkan tuli sensorineural pada
frekuensi antara 3000-6000 Hz dan pada frekuensi 4000 Hz sering didapatkan
takik (notch) yang patognomonik untuk jenis ketulian ini10.
Pemeriksaan audiologi khusus seperti SISI (Short Increment Sensitivity
Index), ABLB (Alternate Binaural loudness balance), MLB (monoaural
Loudness Balance), audiometri tutur, hasil menunjukkan adanya fenomena
rekrutmen yang patognomonik untuk tuli saraf koklea. Rekrutmen adalah suatu
fenomena dimana telinga yang tuli menjadi lebih sensitif terhadap kenaikan
intensitas bunyi yang kecil pada frekuensi tertentu setelah melewati ambang
dengarnya10. Sebagai contoh, orang yang pendengarannya normal tidak dapat
5/20/2018 Tuli Akibat Bising
20/26
20
mendeteksi kenaikan intensitas bunyi sebesar 1 dB bila sedang mendengarkan
bunyi nada murni yang kontinyu, sedangkan bila ada rekrutmen maka akan
dapat mendeteksi kenaikan bunyi tersebut
gambar Pemeriksaan audiologi untuk Gangguan Pendengaran Akibat Bising
3.8 PENATALAKSANAAN TULI AKIBAT BISING
Sesuai dengan penyebab ketulian, penderita sebaiknya dipindahkan
kerjanya dari lingkungan bising. Bila tidak mungkin dipindahkan dapat
dipergunakan alat pelindung telinga yaitu berupa sumbat telinga ( ear plugs),
tutup telinga ( ear muffs) dan pelindung kepala (helmet).12
Oleh karena tuli akibat bising adalah tuli saraf koklea yang bersifat
menetap (irreversible ), bila gangguan pendengaran sudah mengakibatkan
kesulitan berkomunikasi dengan volume percakapan biasa, dapat dicoba
pemasangan alat bantu dengar ( ABD ). Apabila pendengarannya telah
sedemikian buruk, sehingga dengan memakai ABD pun tidak dapat
berkomunikasi dengan adekuat, perlu dilakukan psikoterapi supaya pasien
dapat menerima keadaannya. Latihan pendengaran ( auditory training ) juga
5/20/2018 Tuli Akibat Bising
21/26
21
dapat dilakukan agar pasien dapat menggunakan sisa pendengaran dengan
ABD secara efisien dibantu dengan membaca ucapan bibir ( lip reading ),
mimik dan gerakan anggota badan serta bahasa isyarat untuk dapatberkomunikasi.12.14
3.9 PENATALAKSANAAN
Untuk mengurangi angka terjadinya GPAB, diperlukan usaha-usaha
baik secara promotif preventif dan rehabilitatif. Dalam mengupayakan usaha
tersebut diperlukan kerjasama yang baik dari masyarakat dan pemerintah
melalui tenaga kesehatan.
Tindakan pencegahan merupakan hal paling bijak yang dapat kita
lakukan dalam menghadapi masalah GPAB ini. Sejalan dengan ini,
Departemen Tenaga Kerja berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja
nomor: KEP-51/MEN/1999 telah menentukan batas paparan suara bising yang
diperkenankan.
Lama Pajanan Intensitas dlm dB
Jam 24
16
8
4
2
1
80
82
85
88
91
94
Menit 30
15
7.50
3.75
1.88
0.94
97
100
103
106
109
112
Detik 28.12
14.067.03
3.52
1.76
0.88
0.44
0.22
0.11
115
118121
124
127
130
133
136
139
Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dB, walau sesaat12
5/20/2018 Tuli Akibat Bising
22/26
22
Dengan dikeluarkannya peraturan, pemerintah berusaha melindungi
masyarakatnya yang bekerja ditempat bising. Perlindungan tersebut diwujudkan
dengan pengaturan jam kerja sesuai dengan paparan bising yang didapat olehpekerja.
Pembatasan pemaparan bising dapat dilakukan dengan mengontrol
lingkungan mesin atau perlindungan diri pekerja yang terpapar. Program
konservasi pendengaran yang ideal adalah dapat mengurangi atau menghilangkan
bising yang berbahaya tepat pada sumbernya4. Sayangnya kondisi ideal ini sukar
dicapai ditinjau dari pengaturan teknis dan ekonomi. Apabila pengontrolan sumber
bising tersebut masih tetap mebahayakan, maka dapat diberikan Alat Pelindung
Diri (APD) pekerja berupa sumbat telinga4.
Usaha-usaha diatas merupakan pencegahan terjadinya GPAB di tempat
kerja, yang disebut dengan Occupational Hearing Loss. Tetapi ada yang tidak
kalah pentingnya yaitu tindakan pencegahan GPAB diluar lingkungan kerja, yang
disebut dengan non-Occupational Hearing Loss.
Komnas PGPKT (Komite Nasional Penanggulangan Gangguan
Pendengaran dan Ketulian) telah melakukan penelitian menggunakan sound level
meter di 10 kota besar Indonesia pada tempat bermain anak, balita dan remaja.
Hasilnya sangat mengejutkan dimana tingkat kebisingan di area tersebut mencapai
90-97,9 dB. Komisi ini juga mengukur pemutar musik portabel, dimana didapatkan
angka 80 dB pada volume suara 50-60%6. Sumber-sumber bising ini rupanya
belum mendapat perhatian lebih sehingga belum ada peraturan yang mengikatnya.
Padahal sumber bising ini tidak kalah berbahaya dibanding dengan kebisingan di
tempat kerja, baik dari segi intensitas bising dan durasi paparan yang sulit
terkontrol.
Untuk dapat menghindari terjadinya ketulian akibat bising terutama diluar
lingkungan kerja ini perlu kiranya kita mendorong pemerintah melalui dinas terkait
untuk membuat peraturan tentang Intensitas Bising yang diijinkan di tempat
hiburan, arena bermain anak, dan pengontrolan penggunaan alat musik digital dan
lain-lain6.
5/20/2018 Tuli Akibat Bising
23/26
23
Selain itu kontrol orang tua terhadap anaknya juga tidak kalah pentingnya.
Kontrol ini diperlukan sebagai benteng keluarga, sementara pemerintah membuat
peraturan yang melindungi masyarakat dari paparan bising diluar tempat kerja.Orangtua hendaknya memberikan arahan tentang penggunaan alat pemutar musik
kepada anaknya, dengan tidak memutar volume melebihi 50%. Proteksi juga
dilakukan dengan membatasi waktu kunjungan anak ke pusat perbelanjaan dan
arena bermain anak. Karena tempat-tempat tersebut berdasarkan penelitian
memiliki intensitas bunyi sebesar 90-97 dB, sehingga kita tidak boleh lebih dari
satu jam disana.
3.10 PROGNOSIS TULI AKIBAT BISING
Oleh karena jenis ketulian akibat terpapar bising adalah tuli saraf koklea
yang sifatnya menetap, dan tidak dapat diobati secara medikamentosa maupun
pembedahan, maka prognosisnya kurang baik. Oleh sebab itu yang terpenting
adalah pencegahan terjadinya ketulian.12,13
5/20/2018 Tuli Akibat Bising
24/26
24
BAB III
KESIMPULAN
Gangguan Mendengar akibat suasana bising atau dikenal dengan NOICE
INDUCED HEARING LOSSmerupakan problem yang akan sering ditemukan di
zaman sekarang. Hal ini diakibatkan banyaknya kebisingan, bising adalah bunyi
yang tidak diinginkan, dimana bunyi ini memiliki frekuensi atapun decibel yang
tinggi. Dalam proses penurunan kemampuan mendengar dipengaruhi oleh Faktor-
faktor yang mempengaruhi pemaparan kebisingan :
1. Intensitas kebisingan
2. Frekwensi kebisingan
3. Lamanya waktu pemaparan bising
4. Kerentanan individu
5. Jenis kelamin
6. Usia
Dalam penegakan diagnosis anamnesis merupakan faktor penting karen
dapat mengetahui faktor faktor utama yang menjadi penyebab penurunan
kemampuan mendengar. Selain itu Pemeriksaan audiologi dapat membantu
memastikan diagnosis. Dalam penelitian terakhir untuk mengatasi keadaan
gangguan pendengaran akibat bising sukar dilakukan, yang dapat dilakukan adalah
pencegahan, mulai dari penggunaan perlindungan ataupun pemindahan dan
mengurangi kebisingan, akan tetapi untuk mengatasi penurunan kemampuan ini
dapat digunakan alat bantu dengar.
5/20/2018 Tuli Akibat Bising
25/26
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Higler, Boies, Adams. 1997. Boies Buku Ajar Penyakit THT Ed 6 Penyakit
Telinga Dalam hal: 128-133. Jakarta: EGC.
2.
Isaacson J.E. & Vora N.M. Differential diagnosis and treatment of hearing
loss. [online]. 2003. [cited 2011 October 18]. Available from URL:
http://www.aafp.org/afp/2003/0915/p1125.html
3. Dhingra, P.L. Anatomy of ear. In: Disease of ear, nose and throat. Fourth
edition. Elsevier. New Delhi. 2007. p5, 9.
4.
Mathur NN, Roland PS. Inner Ear, Noise Induced Hearing Loss, AvailablefromURL://emedicine,medscape.com/article/857365-overview, article last
update July 16, 2009, January 2011.
5.
Soetirto Indro, Hendarmin Hendarto, Bashiruddin Jenny. 2007. Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Dan Leher Ed 6
Gangguan Pendengaran(Tuli) hal: 10-16. Jakarta: FK UI.
6. Higler, Boies, Adams. 1997. Boies Buku Ajar Penyakit THT Ed 6 Anatomi
Telinga Dalam hal: 33-35. Jakarta: EGC.
7.
Gale Encyclopedia of Medicine. Copyright 2008 The Gale Group, Inc.
diunduh darihttp://medical-dictionary.thefreedictionary.com/hearing+loss.
8. Soetirto Indro, Bashiruddin Jenny. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher Ed 6 Tuli Mendadak hal: 46-48:
Jakarta: FK UI.
9. Neeraj N Mathur. 2011. Sudden Deafness. Diakses dari
http://emedicine.medscape.com/article/856313-overview.
10.
Abdilah F. 2004. Penatalaksanaan Satu Kasus Tuli Mendadak Unilateraldengan Sindrom Anti Phospholipid. Jakarta. Bagian THT FK-UI RSUPN
Dr.CiptoMangunkusumo.
11.Alviandi W, Soetirto I. 2006. Tuli Mendadak dan Implikasinya. Jakarta.
Bagian THTFK-UI RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo.
12.
Deafness Research. 1999. Sudden sensorineural hearing loss. UK.
Diakses
dari:http://www.deafnessresearch.org.uk/Sudden%20sensorineural%20hearin
g%20loss+1627.twl
http://www.aafp.org/afp/2003/0915/p1125.htmlhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_4//emedicine/http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/hearing+losshttp://emedicine.medscape.com/article/856313-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/856313-overviewhttp://medical-dictionary.thefreedictionary.com/hearing+losshttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_4//emedicine/http://www.aafp.org/afp/2003/0915/p1125.html5/20/2018 Tuli Akibat Bising
26/26
26
13.Anias CR. 2007. Otorhinolaryngology. Sudden Deafness. University of
RioDe janeiro. Diakses dari:http://www.medstudents.com.br/otor/otor4.htm.
14.Danesh AA and Andreasen WD. 2007. Sudden hearing loss.
Audilogical diagnosis and management. Denver, colorado: prepared for
American academyof audiology convention. Diakses dari:
www.coe.fau.edu/csd/SSHLPresAAA.pdf.
15.
Griffith RW. 2004. Sudden Deafness On One Side Is It Diabetes. Diakses
dari:http://www.healthandage.com/public/health-center/16/article-
home/2926/Sudden-Deafness-on-One-Side-Is-It-Diabetes.html.
16.Betesda, 2003. Sudden Deafness. Diakses dari:
http://www.asha.org/public/hearing/disorders/prevalence_adults.htm
http://www.medstudents.com.br/otor/otor4.htmhttp://www.coe.fau.edu/csd/SSHLPresAAA.pdfhttp://www.coe.fau.edu/csd/SSHLPresAAA.pdfhttp://www.medstudents.com.br/otor/otor4.htmRecommended