View
380
Download
44
Category
Preview:
DESCRIPTION
Geriatri
Citation preview
LAPORAN TUTORIAL I
MODUL “KUINGIN ANAKKU SEPERTI ANAK TETANGGA”
BLOK TUMBUH KEMBANG DAN GERIATRI
Tutor : dr. Martira Meddeppungeng, Sp.A(K)
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2A
Sukri Lakowani 1102070090
Agung Dirgantara 1102080103
Zarah Alifani Dzulhijjah 1102090115
L.M Akhiruddin 1102090079
Assafahani Sibua 1102090038
M. Taufik Syarifuddin 1102090010
Fadli 1102090131
Tasia Ma’bud 1102090044
Risda Nurfadila 1102090018
Rismawaty Samonding 1102090096
Andi Fajar Apriani 1102090106
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT dengan berkat dan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga laporan tutorial modul I ini dapat diselesaikan dengan baik
dan tak lupa kami kirimkan salam dan shalawat kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan laporan ini, khususnya kepada Ibunda dr. Martira
Meddeppungeng, Sp.A(K) yang telah membimbing kami selama proses tutorial
berlangsung.
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan dalam
Blok Tumbuh Kembang dan Geriatri di Fakultas Kedokteran Universitas Muslim
Indonesia, yang berisi hasil diskusi kelompok kami tentang gangguan pertumbuhan
dan perkembangan anak, patofisiologi terjadinya ikterus, kejang, letargi, dan
hubungan antara masing-masing gejala yang ditampilkan dalam skenario modul ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan,baik dari segi isi, penulisan maupun kata-kata yang digunakan. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan laporan
diskusi modul ini lebih lanjut, akan kami terima dengan senang hati. Tidak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
tugas ini.
Makassar, 31 Desember 2011
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap orang tua mengidamkan memiliki anak yang sehat, cerdas,
berpenampilan menarik, dan berakhlak mulia. Kualitas seorang anak dapat dinilai dari
proses tumbuh kembang. Proses tumbuh kembang merupakan hasil interaksi faktor
genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik/keturunan adalah faktor yang
berhubungan dengan gen yang berasal dari ayah dan ibu, sedangkan faktor lingkungan
meliputi lingkungan biologis, fisik, psikologis, dan sosial.
Pertumbuhan dan perkembangan mengalami peningkatan yang pesat pada usia
dini, yaitu dari 0 sampai 5 tahun. Masa ini sering juga disebut sebagai fase ”Golden
Age”. Golden age merupakan masa yang sangat penting untuk memperhatikan
tumbuh kembang anak secara cermat agar sedini mungkin dapat terdeteksi apabila
terjadi kelainan. Selain itu, penanganan kelainan yang sesuai pada masa golden age
dapat meminimalisasi disfungsi tumbuh kembang anak sehingga mencegah terjadinya
disfungsi permanen.
Pemantauan tumbuh kembang anak meliputi pemantauan dari aspek fisik,
psikologi, dan sosial. Sedini mungkin pemantauan dapat dilakukan oleh orang tua.
Istilah tumbuh kembang terdiri atas dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling
berkaitan dan sulit untuk dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan ukuran, besar, jumlah
atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu. Pertumbuhan bersifat
kuantitatif sehingga dapat diukur dengan satuan berat (gram, kilogram), satuan
panjang (cm, m), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan
nitrogen dalam tubuh). Perkembangan (development) adalah pertambahan
kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Perkembangan
menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel, jaringan, organ, dan sistem organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.
Proses perkembangan terjadi secara simultan dengan pertumbuhan, sehingga
setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Perkembangan merupakan
hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya.
Perkembangan fase awal meliputi beberapa aspek kemampuan fungsional, yaitu
3
kognitif, motorik, emosi, sosial, dan bahasa. Perkembangan pada fase awal ini akan
menentukan perkembangan fase selanjutnya. Kekurangan pada salah satu aspek
perkembangan dapat mempengaruhi aspek lainnya.
Untuk mengatasi kelainan tumbuh kembang pada anak, ada beberapa hal yang
dapat dilakukan pasangan suami istri yang belum mememiliki keturunan dapat
melaksanakan berbagai upaya pencegahan, Ibu hamil seyogyanya melakukan
pencegahan dan pemeriksaan terpadu, ibu bersalin sebaiknya di tolong paramedis
terlatih di tempat pelayanan kesehatan, serta perawatan dan pemeliharaan anak – anak
dengan optimal pada fase tumbuh kembang. Jikalau orang tua sudah memiliki anak
dengan kelainan tumbuh kembang, tetap ada beberapa upaya penanganan sehingga
dapat meminimalkan gangguan pada anak serta mencegah kecacatan yang lebih
parah.
Kelainan atau penyimpangan tumbuh kembang anak dapat dikendalikan sejak
awal. Istilah tumbuh kembang mencakup daua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi
saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan
perkembangan.Pertumbuhan ( growth) berkaitan dnegan masalah perubahan ukuran,
besar, jumlah atau dimensi tingkat sel, organ, maupun individu, yang bisa diukur
dengan ukuran berat, ukuran panjang, umur tulang, dan keseimbangan metabolic
( retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh ). Perkembangan (development ) adalah
pertambahan kemampuan ( skill) dalam struktur tubuh yang lebih kompleks dalam
pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini
menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel – sel tubuh, jaringan tubuh, organ –
organ, dan system oragan yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing –
masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual,
dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Artinya, pertumbuhan
mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan
pematangan fungsi organ/individu.
4
BAB II
ISI
I. SKENARIO
Adinda seorang anak perempuan lahir pada tanggal 17 Desember 2010 dibawa
oleh ibunya ke puskesmas pada tanggal 5 November 2011 karena Adinda tidak seperti
anak tetangga sebelah rumah yang seusia dengannya.
Anamnesis (dari ibunya) :
Diperoleh informasi bahwa Adinda lahir ditolong oleh bidan dengan berat
badan lahir 3200 gram, panjang badan 50 cm, lingkar kepala 32 cm, ia segera
menangis, tetapi puncak kepala bengkak yang hilang dalam waktu 3 hari. Pada usia 4
hari, si bayi malas menetek dan kulit di seluruh tubuhnya tampak berwarna kuning.
Adinda pernah kejang satu kali, hanya mempi eroleh ASI selama 3 bulan
karena ibunya sudah harus masuk kerja. Pada usia 4 bulan telah diberi bubur susu.
Pada usia 6 bulan, adinda belum bisa duduk, namun kepala sudah bisa tegak.
Saat ini anak bisa tersenyum spontan tapi belum bisa mengoceh, kerincing dan
mainan yang dipegangnya selalu jatuh. Sepulang kerja, ibu selalau mengajak bicara.
Adinda mendapat imunisasi lengkap. Berat badan Adinda 2 bulan terakhir berturut-
turut 6700 gram dan 6900 gram. Panjang badan 2 bulan yang lalu adalah 63 cm (TB
ayah 160 cm dan TB Ibu adalah 152 cm)
Hasil Pemeriksaan:
Anak belum bisa duduk, kedua kaki kaku, tidak ditemukan anomali pada
organ lainnya. Berat badan saat ini 7000 gram, panjang badan 65 cm, dan lingkar
kepala 40 cm.
II. KATA SULIT
Imunisasi
a. Aktif: stimulasi sistem imun untuk pertahanan melawan penyakit
b. Pasif:Timbulnya reaktivitas imun spesifik pada individu yg nonimun
dengan pemberian sel limfoid tersensitasi atau serum dari individu
yang imun
Kaki kaku: Bersifat atau ditandai dengan spasme;hipertonik;kontraksi
involunter otot yang tiba- tiba mengeras.
5
III. KATA KUNCI DAN ANALISIS KASUS
- Tanggal lahir : 17 Desember 2010
- Tanggal kunjungan/pemeriksaan : 5 November 2011
- Umur sekarang : 10 bulan 18 hari = 11 bulan
- Potensi tinggi anak usia 18 tahun :
Wanita = (Tinggi Ayah + Tinggi Ibu –13 cm) +/- 8.5cm
= (160 + 152 – 13)/2 = 149.5 ± 8.5 = 141-158 cm
Neonatus
BB : 3200 g = normal (N : 2500gr–4000gr)
PB : 50 cm = normal (N : 47 cm – 52
cm)
LK : 32 cm = kurang (N : 33 cm – 38
cm )
Puncak kepala bengkak : trauma lahir
Segera menangis : baik = normal (Apgar Score : ± > 7)
Malas menetek : tidak normal
Ikterus seluruh tubuh hari ke 4 : Derajat 4-5 (Bilirubin 11,1-18,3 atau
> 15 mg%)
Usia 6 bulan
6
Kejang satu kali : tidak normal = depolarisasi berlebihan
ASI 3 bulan : Normal minimal 6 bulan dan belum
diberi MPA
Diberi bubur susu usia 4 bulan : Tidak boleh sebelm 6 bulan
Perkembangan
Menurut
Denver II
Motorik
Kasar
Bahasa Motorik
Halus
Personal
Sosial
Sekarang Kepala
tegak, belum
bisa duduk
Belum bisa
mengoceh
Tidak bisa
memegang
mainan
Tersenyum
spontan
Umur
Perkembangan
<6,8 bulan
bulan
<4,5 bulan < 3,9 bulan >2,1 bulan
Seharusnya Dapat duduk tanpa dibantu, dapat tengkuran dan berbalik sendiri, dapat merangkak dan meraih benda atau mendekati seseorang
mengoceh dengan nada, dapat mengeluarkan kata-kata tanpa arti
Sudah bisa memegang mainan, Memegang benda kecil dengan ibu jari dan telunjuk dan dapat melempar benda-benda
Sudah dapat tersenyum spontan Mengenal muka anggota keluarga dan takut terhdapa orang asing
Usia 9 bulan
Pertumbuhan
BB: 6.700 (kurang)
- TM I : 700-1.000 g/bln = 5.300 – 6200 g
- TM II: 500-6.000 g/bln = 6.800-8000 g
- TM III: 350- 450 g/bln = 7.850- 9.350g
PB : 63 cm (kurang)
- TM I : 2,8 – 4,4 cm/bln = 71,4- 76,2 cm
- TM II: 1,9-2,6 cm/bln =77,1- 84 cm
7
- TM III: 1,3-1,6 cm/ bln =81- 88,8 cm
Usia 10 bulan
Pertumbuhan
BB : 6.900 gr (kurang)
-TM IV = 250-350 g/bln = 8.100-9.700 g
PB : -
Usia 11 bulan (sekarang)
Pertumbuhan
BB : 7.000 gr (kurang)
- TM IV : 250-350 g/bln = 8.350-10.050 g
PB : 65 cm (kurang)
- TM IV : 1,2 -1,3 cm/bln= 83,4 – 91,4 cm
LK : 40 cm (Kurang)
Kurva Lingkar kepala Nellhaus
Perkembangan
Belum bisa duduk, kedua kaki kaku = tidak normal
Seharusnya perkembangan usia 11 bulan
Perkembangan Normal
Motorik kasar duduk tanpa sokongan, telungkup:merangkak& merayap, dapat berjalan dengan dituntun
Motorik halus genggaman menggunting, melihat mainan-mainan yang dijatuhkan
Pendengaran&bahasa Mengulang bunyi yang didengarnya dan belajar menyatakan satu kata
Sosial membedakan orang asing, berpartisipasi dalam permainan, menirukan kegiatan, minum dari cangkir, tepuk tangan,da-da dengan tangan
8
IV. PERTANYAAN
1. Sebutkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak !
2. Apa yang menyebabkan Adinda malas menetek ?
3. Jelaskan patomekanisme terjadinya ikterus pada Adinda serta jelaskan
hubungannya dengan keluhan malas menyusu!
4. Apakah ada hubungan antara imunisasi yang didapat dengan gangguan yang
dialami Adinda? Jelaskan !
5. Jelaskan etiologi, patofisiologi kejang yang dialami dan dampak kedepannya !
6. Bagaimana hubungan gangguan pertumbuhan dan perkembangan?
7. Jelaskan pencegahan yang dapat dilakukan untuk kasus di atas !
8. Sebutkan Differential Diagnosis dari kasus di atas !
V. PEMBAHASAN
1. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak
a. Faktor genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses
tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel
telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan
b. Faktor lingkungan
Lingkungan Pranatal
Gizi ibu pada waktu hamil
Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu
sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi dengan BBLR (Berat
Badan Lahir Rendah) atau lahir mati.
Mekanis
9
Trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat menyebabkan kelainan
bawaan pada bayi yang dilahirkan.
Toksin/ zat kimia
Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap zat-zat
teratogen. Misalnya obat-obatan anti kanker dsb dapat menyebabkan
kelainan bawaan.
Endokrin
Hormone-hormon yang mungkin berperan dalam pertumbuhan janin
adalah somatotropin, hormon plasenta, hormon tiroid dan insulin.
Radiasi
Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat
menyebabkan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali atau cacat
bawaan lainnya.
Infeksi
Infeksi intrauterine yang sering menyebabkan cacat bawaan adalah
TORCH
Stress
Stress yang dialami ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi
tumbuh kembang janin antara lain: cacat bawaan dan kelainan
kejiwaan.
Imunitas
Rhesus ABO inkomtabilitas sering menyebabkan abortus, hidrops
fetalis atau lahir mati.
Anoksia Embrio
Menurunnya oksigenasi janin melalui gangguan pada plasenta atau tali
pusat, menyebabkan BBLR (Berat badan Lahir Rendah)
Lingkungan Postnatal
Lingkungan biologis
o Ras/ suku bangsa
Pertubuhan somatic juga dipengaruhi oleh ras/ suku bangsa.
o Jenis kelamin
10
Dikatakan anak laki-laki lebih sering sakit dibandingkan anak
perempuan.
o Umur
Umur yang paling rawan adalah masa balita, oleh karena pada
masa itu anak mudah sakit dan mudah terjadi kekurangan gizi.
o Gizi
Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang
anak, dimana kebutuhan anak berbeda dengan dewasa, karena
makanan bagi anak dibutuhkan juga untuk pertumbuhan, diman
dipengaruhi oleh ketahanan makanan keluarga.
o Perawatan kesehatan
Perawatan kesehatan yang teratur, tidak saja kalau anak sakit,
tetapi pemeriksaan kesehatan dan menimbang anak secara rutin
setiap bulan, akan menunjang pada tumbuh kembang anak.
o Kepekaan terhadap penyakit
Dengan memberikan imunisasi, maka diharapkan anak
terhindar dari penyakit-penyakit yang sering menyebabkan
cacat atau kematian.
Faktor fisik
o Cuaca, musim dan keadaan geografis suatu daerah
Musim kemarau yang panjang/adanya bencana alam, dapat
berdampak pada tumbuh kembang anak, antara lain : akibat
gagalnya panen, sehngga banyak anak yang kekurangan gizi.
o Sanitasi
Sanitasi lingkungan memiliki peranan penting yang cukup
dominan dalam penyediaan lingkungan yang mendukung
kesehatan anak dan tumbuh kembangnya.
o Keadaan rumah
Keadaan perumahan yang layak dengan konstruksi bangunan
yang tidak membahayakan penghuninya, serta tidak penuh
sesak akan menjamin kesehatan penghuninya.
Faktor psikososial
11
o Stimulasi
Anak yang mendapat stimulasi terarah dan teratur akan lebih
cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang/ tidak
mendapat stimulus.
o Stress
Stress pada anak akan berpengaruh pada anak berpengaruh
pada tumbuh kembangnya.
o Cinta dan kasih sayang
Salah satu hak anak adalah hak untuk dicintai dan dilindungi.
Anak memerlukan kasih sayang dan perlakuan yang adil dari
orang tuanya.
o Kualitas interaksi anak dan orang tua
Interaksi timbal balik antara anak dan orang tua, akan
menimbulkan keakraban dalam keluarga.
Faktor keluarga
o Pekerjaan dan pendapatan keluarga
Pendapatan keluarga yang baik akan menunjang tumbuh
kembang anak karena orang tua akan menyediakan segala
kebutuhan anak.
o Pendidikan orang tua.
Merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh
kembang anak.
o Jumlah saudara
Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang keadaan sosial
ekonominya cukup akan mengakibatkan berkurangnya
perhatian dan kasih saying yang diterima anak.
o Stabilitas rumah tangga
Tumbuh kembang anak akan berbeda pada keluarga yang
harmonis dibandingkan dengan mereka yang kurang harmonis.
o Kepribadian orang tua
12
Kepribadian orang tua yang terbuka tentunya berpengaruh
berbeda tehadap tumbuh kembang anak, bila dibandingkan
dengan mereka yang yang kepribadiannya tertutup
2. Penyebab anak malas menyusu
Malas menyusui dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, apakah itu adalah
faktor dari ibu atau dari adinda.
Faktor dari ibu dapat meliputi :
Cara menyusui, dimana cara menyusui dari ibu adinda yang masih
salah/belum sesuai. Seperti karena areola pada mammae tidak masuk
seluruhnya sehingga pemberian ASI kurang efektif
Berhubungan dengan posisi bayi yang kurang sesuai dengan posisi menyusui
sehingga pemberian ASI terganggu.
Kondisi puting susu yang kurang baik, seperti puting rata (inverted nipple)
Dari faktor bayi, berhubungan dengan kondisi dari bayi itu sendiri. Berdasarkan
kasus, beberapa kemungkinan yang berhubungan adalah :
Terjadinya perdarahan pada daerah kepala yang disebabkan persalinan lama,
adanya perdarahan menyebabkan gangguan kepada otak yang menyebabkan
kejang pada bayi
Sesak napas yang mengakibatkan gangguan menyusui, sesak napas itu sendiri
kemungkinan disebabkan oleh penyakit jantung seperti PDA/ASD
Peningkatan bilirubin Indirect yang sering pada bayi prematur, menyebabkan
kern ikterus, menyebabkann bilirubin mudah menembus sawar otak dan
berakibat pada kerusakan otak,berakibat kejang dan menyebabkan gangguan
pada proses menyusui
3. Patomekanisme terjadinya ikterus dan hubungannya dengan malas
menyusu
Ikterus (‘jaundice’) terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah,
sehingga kulit(terutama) dan atau sklera bayi (neonatus) tampak kekuningan. Pada
13
orang dewasa, ikterus akantampak apabila serum bilirubin > 2 mg/dL (> 17
µmol/L), sedangkan pada neonatus baru tampak apabila serum bilirubin > 5
mg/dL ( >86µmol/L).
Metabolisme bilirubin:
Langkah oksidasi yang pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari heme
dengan bantuan enzim heme oksigenase yaitu suatu enzim yang sebagian besar
terdapat dalam sel hati, dan organ lain. Pada reaksi tersebut juga terdapat besi
yang kembali untuk pembentukan haemoglobin dan karbon monoksida
yangdieksresikan ke dalam paru. Biliverdin kemudian akan direduksi menjadi
bilirubin oleh enzim biliverdin reduktase. Biliverdin bersifat larut
dalam air dan secaracepat akan dirubah menjadi bilirubin melalui reaksi
bilirubin reduktase. Berbeda dengan biliverdin, bilirubin bersifat lipofilik
dan terikat dengan hydrogen serta pada pH normal bersifat tidak larut. Jika
tubuh akan mengeksresikan, diperlukanmekanisme transport dan eliminasi
bilirubin.
a. Transportasi Bilirubin
Pembentukan bilirubin yang terjadi di sistem retikulo endothelial,
selanjutnya dilepaskan ke sirkulasi yanga akan berikatana dengan albumin.
Bayi baru lahir mempunyai kapasitas plasma yang rendah terhadap bilirubin
karena konsentrasi albumin yang rendah dan kapasitas ikatan molar yang
kurang. Bilirubin yang terikat pada albumin serum ini merupakan zat non
polar dan tidak larut dalam air dan kemudian akan di transportasi ke dalam sel
hepar. Bilirubin yang terikat dengan albumin tidak dapat memasuki susuna
syaraf pusat dan bersifat nontoksik. Selain itu albumin juga mempunyai
afinitas yang tinggi terhadap obat- obatan yang bersifat asam seperti penicillin
dan sulfonamide. Obat- obat tersebut akan menempati tempat utama
perlekatan albumin untuk bilirubin sehingga bersifat kompetitor serta
dapat pula melepaskan ikatan bilirubin dengan albumin.
b. Asupan Bilirubin
Pada saat kompleks bilirubin- albumin mencapai membrane plasma
hepatosit, albumin terikat ke reseptor permukaan sel. Kemudian bilirubin, di
14
transfer melalui sel membrane yang berikatan dengan ligandin (protein y),
mungkin juga dengan protein ikatan sitosilik lainnya
c. Konjugasi Bilirubin
Bilirubin yang terkonjugasi dikonversikan ke bentuk bilirubin
konjugasi yang larut dalam air di reticulum endoplasma dengan bantuan enzim
uridin diphospateglukuronosyl transferase menjadi bilirubin monoglukorida
yang selanjutnya akan dikonjugasi menjadi bilirubin diglukoronida.
Bilirubin kemudian diekskresikan ke dalam kalanikulus
empedu, sedangkan satu molekul bilirubin tak terkonjugasi akan
kembali ke reticulum endoplasmic utnuk rekonjugasi berikutnya.
d. Eksresi Bilirubin
Setelah mengalami proses konjugasi, bilirubin akan dieksresikan
kedalam kandung empedu kemudian memasuki saluran cerna dan di
eksresikan melalui feses. Setelah berada dalam usus halus bilirubin yang
terkonjugasi tidak langsung direabsorbsi, kecuali jika dikonversi kembali
menjadi bentuk tidak terkonjugasi oleh enzim beta- glukoronidase yang
terdapat dalam usus. Reabsorbsi kembali bilirubin dari saluran cerna dan
kembali ke hati untuk di konjugasi kembali disebut sirkulasi enterohepatik.
15
Patofisiologi ikterus
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan.
Keadaan yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban
bilirubin pada sel hepar yang b e r l e b i h a n .
H a l i n i d a p a t d i t e m u k a n b i l a t e r d a p a t p e n i n g k a t a n p e n g h a n
c u r a n e r i t r o s i t , polisitemia. Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga
dapat menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi
apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau pada bayihipoksia, asidosis.
Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah
a p a b i l a d i t e m u k a n g a n g g u a n k o n j u g a s i h e p a r a t a u n e o n a t u s y a n g
m e n g a l a m i g a n g g u a n ekskresi, misalnya sumbatan saluran empedu. Pada
derajat tertentu bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan
tubuh.Toksisitas terutama ditemukan ada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut
dalam air tapimudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya
efek patologis pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus darah
otak. Kelainan yang terjadi pada otak disebutKernikterus. Pada umumnya
16
dianggap bahwa kelainan pada syaraf pusat tersebut mungkin akan timbul
apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl.Mudah tidaknya kadar
bilirubin melewati darah otak ternyata tidak hanya tergantung p a d a
k e a d a a n n e o n a t u s . B i l i r u b i n i n d i r e k a k a n m u d a k m e l e w a t i d a r a h
o t a k a p a b i l a b a y i terdapat keadaan Berat Badan Lahir Rendah, hipoksia, dan
hipolikemia.
Ikterus dan Malas Menyusu
Efek toksik bilirubin ialah neurotoksik dan kerusakan sel secara umum.
Bilirubin dapat masuk ke jaringan otak. Ensefalopati bilirubin (Kern Icterus) adalah
terdapatnya tanda-tanda klinis akibat deposit bilirubin dalam sel otak. Kelainan ini
dapat terjadi dalam bentuk akut atau kronik. Bentuk akut terdiri atas 3 tahap; tahap 1
(1-2 hari pertama): refleks isap lemah, hipotonia, kejang; tahap 2 (pertengahan
minggu pertama): tangis melengking, hipertonia, epistotonus; tahap 3 (setelah minggu
pertama): hipertoni. Bentuk kronik: pada tahun pertama: hipotoni, motorik terlambat.
Sedang setelah tahun pertama didapati gangguan gerakan, kehilangan pendengaran
sensorial.
Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam
menimbulkan kerusakan sel-sel saraf, meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga
dapat terjadi. Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta
mengganggu sintesis DNA. Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori
dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala
sisa berupa tuli saraf. Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding
dengan konsentrasi bilirubin serum. Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang
terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan.
Manifestasi klinis akut bilirubin ensefalopati dapat berupa :
a. Pada fase awal, bayi dengan ikterus berat akan tampak letargi,
hipotonik, dan reflek hisap buruk.
b. Pada fase intermediate, moderate stupor, iritabilitas dan hipertoni.
c. Selanjutnya bayi akan demam, high – pitched cry, kemudian akan
menjadi drowsiness dan hipotoni.
17
Pada tahap yang kronis bilirubin ensefalopati, bayi yang bertahan hidup,
akan berkembang menjadi bentuk athetoid cerebral palsy yang berat,
gangguan pendengaran, displasia dental – enamel, paralysis upward gaze.
Dapat terjadi kern ikterus yaitu keruskan otak akibat perlangketan bilirubin
indirek pada otak.
P a d a k e r n i k t e r u s g e j a l a k l i n i k p a d a p e r m u l a a n t i d a k j e l a s a n t
a r a l a i n b a y i t i d a k m a u menghisap, letargi, mata berputar-putar,
gerakan tidak menentu (involuntary movements),
k e j a n g t o n u s o t o t m e n i n g g i , l e h e r k a k u , d a n a k h i r n y a
o p i s t o t o n u s . B a y i y a n g s e l a m a t b i a s a n y a m e n d e r i t a g e j a l a s i s
a b e r u p a p a r a l y s i s s e r e b r a l d e n g a n a t e t o s i s , g e n g g u a n pen
dengaran, paralysis sebagian otot mata dan displasia dentalis
4. Hubungan riwayat imunisasi dengan keluhan
Tujuan imunisasi yaitu untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat
mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit
yang sering berjangkit.
Beberapa manfaat imunisasi adalah sebagai berikut:
Untuk Anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan
kemungkinan cacat atau kematian.
Untuk Keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila
anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa
anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
Untuk Negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat
dan berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara
Umur Vaksin Tempat
Bayi lahir dirumah
0 Bulan (0-7 hari) HB1 Dirumah
1 Bulan BCG Posyandu
18
2 Bulan HB2 Posyandu
3 Bulan HB2, DPT1, Polio1 Posyandu
4 Bulan HB3, DPT2. Polio2 Posyandu
9 Bulan Campak dan Polio 4 Posyandu
Bayi lahir di RS/Bidan
praktek
0 Bulan (0-7hari) HB1, Polio1, BCG RS/Bidan Praktek
2 Bulan HB2, DPT1, Polio 2 Posyandu
3 Bulan HB3, DPT2, Polio 3 Posyandu
4 Bulan DPT3, Polio 4 Posyandu
9 Bulan Campak Posyandu
19
20
Penyakit Gejala-gejala
penyakit
Penyebab / Cara penularan
Vaksin Dosis/Umur Catatan
TBC Batuk selama 2 minggu atau lebih
Rasa nyeri dalam dada
Batuk darah
Capek / Lelah
Berat badan menurun
Nafsu makan berkurang
Kedinginan Demam
lebih dari 1 bulan
Berkeringat di malam hari
Pada anak, sering terjadi TBC ekstra-paru
Kematian (50% kasus TBC paru yang tidak diobati)
Bakteri TBC (bakteri terhirup)
BCG 1 dosis, sebaiknya pada bayi < 1 tahun
Vaksin boleh diberi pada semua umur
Difteria Tenggorok terlihat selaput putih kotor, dengan peradangan
Sakit tenggorakan
Pembengkakan kelenjar
Pembengkakan leher
Kematian (5-10% kasus yang tidak diobati)
Bakteri difteria
(Bakteri terhirup)
DPT 3 dosis, selang waktu antara dosis minimal 4 minggu
---
21
Penyakit Gejala-gejala
penyakit
Penyebab / Cara penularan
Vaksin Dosis/Umur Catatan
Polio Kelumpuhan
Kecacatan
Kematian
Virus
(Virus ditularkan oleh tangan, air dll yang mengandung kotoran)
OPV 4 dosis, selang waktu antara dosis minimal 4 minggu
4 dosis seharusnya diberi sebelum anak berumur 1 tahun
Hepatitis B
Peradangan hati
Terjadi kanker hati dalam 15-25% kasus (banyak tahun setelah terinfeksi pertama)
Virus
(cairan tubuh)
HepB 3 dosis, 1 dan 6 bulan sejak dosis pertama
---
Campak Gejala pilek biasa
Demam Bercak
merah Pnemonia Kematian
Virus
(virus terhirup)
Campak 1 dosis, berumur 9-11 bulan
---
Pertusis (Batuk Rejan)
Batuk yang sangat keras, sukar berhenti
Muka menjadi merah atau kebiruan
Muntah Kematian
pada bagian kecil kasus
Bakteri Pertusis
(Bakteri terhirup)
DPT 3 dosis, selang waktu antara dosis minimal 4 minggu
---
22
Penyakit Gejala-gejala
penyakit
Penyebab / Cara penularan
Vaksin Dosis/Umur Catatan
Tetanus Kejang dan kaku secara menyeluruh yang sangat sakit
Pada bayi, tiba-tiba bayi tidak bisa menyusui
Angka kematian sangat tinggi – 10-90% porsent kasus yang tidak diobati (kematian lebih sering terjadi pada anak kecil dan bayi)
Toxin produced by Bakteri Tetanus
(Bakteri masuk ke dalam tubuh melalui luka, mis. tali pusat terpotong)
DPT atau TT
DPT: 3 dosis, selang waktu antara dosis minimal 4 minggu
ATAU
TT: 2 dosis, selang waktu antara dosis minimal 4 minggu, kemudian 1 dose ‘booster’
TT boleh diberikan kepada ibu hamil, atau kepada calon pengantin wanita (CPW). Hal ini mencegah penyakit tetanus bagi bayi baru lahir, karena bayinya mendapat zat anti dari ibunya. Setiap ibu seharusnya dapat 3 dosis minimal, sebaiknya 5.
Bila 1 dosis waktu CPW, maka 2 dosis pada kehamilan pertama
Bila 2 dosis waktu CPW, maka 1 dosis pada kehamilan pertama
Bila 0 dosis waktu CPW, maka 2 dosis pada kehamilan pertama, dan 1 dosis pada kehamilan kedua.
Pada skenario, terdapat informasi bahwa Imunisasi yang didapati oleh adinda
sudah lengkap. Namun untuk lebih memperjelas kemungkinan bahwa imunisasi
yang dilakukan masih dibawah pengetahuan sang ibu, maka perlu pula dipikirkan
kemungkinan imunisasi yang tidak lengkap. Imunisasi yang tidak lengkap
23
mempunyai hubungan tidak langsung terhadap pertumuhan dan perkembangan
anak. Di mana, imunisasi yang tidak lengkap menyebabkan sistem imun belum
terbentuk sempurna dan bayi lebih mudah terpajan oleh antigen sehingga bayi
lebih mudah terkena penyakit. Dan apabila anak mudah terserang penyakit,
kemungkinan intake nutrisi yang dibutuhkan akan menurun akibat mengurangnya
nafsu makan pada saat sakit. Akibatnya, nutrisi yang dibutuhkan pada periode
pertumbuhan dan perkembangan tidak terpenuhi.
Beberapa vaksin menyebabkan efek samping, tetapi pada mayoritas orang efek
samping tersebut ringan saja misalnya deman ringan, sakit/pembengkakan lokal
ditempat suntikan. Efek ini akan hilang dengan sendirinya dalam waktu singkat
(1-2 hari). Efek samping yang gawat sanagt jarang terjadi. Risiko yang sangat
kecil bahwa anak akan mengalami efek samping gawat harus dibandingkan
dengan risiko yang jauh lebih besar, yaitu anak kena penyakit jika dia tidak
diimunisasi. DPT sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam
ringan atau nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping
tersebut terjadi karena adanya komponen pertusis di dalam vaksin.
Pada kurang dari 1% penyuntikan, DPT menyebabkan komplikasi berikut:
- Demam tinggi (lebih dari 40,5° Celsius)
- Kejang
- Kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah
mengalami kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarganya)
- Syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon).
Jika anak sedang menderita sakit yang lebih serius dari pada flu ringan, imunisasi
DPT bias ditunda sampai anak sehat. Jika anak pernah mengalami kejang,
penyakit otak atau perkembangannya abnormal, penyuntikan DPT sering ditunda
sampai kondisinya membaik atau kejangnya bisa dikendalikan. 1-2 hari setelah
mendapatkan suntikan DPT, mungkin akan terjadi demam ringan, nyeri,
kemerahan atau pembengkakan di tempat penyuntikan. Untuk mengatasi nyeri dan
menurunkan demam, bisa diberikan asetaminofen (atau ibuprofen). Untuk
mengurangi nyeri di tempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres hangat atau
lebih sering menggerak-gerakkan lengan maupun tungkai yang bersangkutan
24
5. Patofisiologi kejang dan dampaknya
Kejang adalah gangguan lepas muatan listrik yang berlebihan dari sinkrom
pada sekelompok sel neuron otak. (Ngastiyah,1997). Adanya gangguan fungsi
otak karena suhu tinggi, radang, tumor, trauma dan gangguan elektrolit atau
metabolisme.
Etiologi kejang digolongkan :
1. Intrakranial
a) Gangguan metabolic
Hiperglikemi
Hipokalsemia
Hipomagnesium
Gangguan elektrolit
b) Toksik
Intoksikasi anastesi
Drug withdrawal (penghentian obat)
c) Kelainan diturunkan
gangguan metabolism
kekurangan peridoxin
d) Kernikterus
2. Ekstrakanial
a) Asfiksia
b) Trauma ( perdarahan )
c) Infeksi
bakteri dan virus
d) Kelainan
3. Idiopatik
a) kejang yang terjadi 48 jam pertama yaitu asfiksia, trauma lahir dan
hipoglikemi
b) kejang hari ke 5 – 27 yaitu hipokalsemia ( bukan komplikasi)
c) kejang antara hari 7 – 10 karena infeksi dan kelainan genetic
25
Patofisiologi kejang adalah sebagai berikut :
Untuk mempertahankan hidup sel atau organ otak diperlikan energi yang
didapat dari metabolisme.bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting
adalah glukosa dan oksigen. Sifat proses itu adalah oksidasi dengan perantaraan
fungsi paru- paru dan diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler.
Dari uraian diatas dapat kita ketahui bahwa sumber energi otak adalah glukosa
yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh
membran yang teridri dari permukaan membran yaitu lipoid dan permukaan luar
yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilaalui dengan
mudah oleh ion kalium (K+) dan sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit
lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibat konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi
dan konsentrasi Na+ rendah, sedang diluar sel neuron terdapat keadaan
sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan sdiluar sel,
maka terdapat keadaan potensial membran yang disebut potensial membran dari
neuron. Untuk menjaga keseimbengan potensial membran ini diperlukan energi
dan bantuan en zim Na-K ATP- ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah menjadi :
Perubahan kosentrasi ion diluar ekstraseluler
Rangnsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau
aliran listrik dari sekitarnya.
26
Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.
Pada seoarang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari
seluruh tubnuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Oleh karena
itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron
dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun natrium
melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas
muatn listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun
kemembran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter
dan terjadi kejang.
Mekanisme dasar terjadinya kejang adalah peningkatan aktifitas listrik yang
berlebihan pada neuron-neuron dan mampu secara berurutan merangsang sel
neuron lain secara bersama-sama melepaskan muatan listriknya. Hal tersebut
diduga disebabkan oleh kemampuan membran sel sebagai pacemaker neuron
untuk melepaskan muatan listrik yang berlebihan, berkurangnya inhibisi oleh
neurotransmitter asam gama amino butirat [GABA] atau meningkatnya eksitasi
sinaptik oleh transmiter asam glutamat dan aspartat melalui jalur eksitasi yang
berulang, sertaStatus epileptikus terjadi oleh karena proses eksitasi yang
berlebihan berlangsung terus menerus, di samping akibat ilnhibisi yang tidak
sempurna.
27
Dampak kejang pada anak adalah :
Tidak apa – apa
Epilepsi
Cacat mental atau ganngguan kepribadian
Cacat fisik atau kelumpuhan
Kematian
Kepayahan
Hipertensi
Tekanan intra cranial
28
6. Bagaimana hubungan gangguan pertumbuhan dan perkembangan?
Dari scenario, didapatkan data lingkar kepala yang kurang dari normal. Kecilnya
lingkar kepala menunjukkan ukuran otak yang kecil pula (mikrosefali). Kecilnya
otak berbanding dengan usia menunjukkan ketidaksempurnaan perkembangan
otak. Ada bagian- bagian yang mengatur fungsi- fungsi tertentu yang terganggu
perkembangannya sehingga fungsi- fungsinya juga terganggu atau terlambat.
Lingkra kepala yang merupakan unsur pertumbuhan mengalami gangguan yang
juga akan memunculkan beragam gangguan fungsi yang menggambarkan
perkembangan. Jadi, secara tidak langsung, gangguan pertumbuhan juga
menyebabkan gangguan perkembangan.
Begitu pula dengan kurangnya berat badan berbanding dengan usia. Hal ini
menunjukkan kurangnya nutrisi pada anak. Kurangnya nutrisi juga berefek
terhadap perkembangan otak dan organ- organ lainnya. Hal ini juga akan
mempengaruhi perkembangan anak tersebut. Panjang badan juga menunjukkan
hal yang sama. Kesesuaian antara setiap komponen pertumbuhan dengan usia
dapat disesuaikan dengan kurva pertumbuhan. Kurva yang dipakai dapat
menggunakan standar CDS, tetapi sekarang lebih dianjurkan menggunakan kurva
standar WHO, yaitu NCHS (National Center for Health Statistic). Antara
persentil ke 50 dengan ke 3 adalah normal, kurang dari persentil 3 adalah
malnutrisi untuk berat badan terhadap umur . Disepakati pula bahwa nilai median
29
-2SD sebagai batas antara gizi baik dengan gizi kurang (cut off point) yang
mempunyai nilai yang kurang lebih sama dengan persentil ke 3 atau 80%
terhadap median.
30
Untuk lingkar kepala,digunakan Kurve Lingkar Kepala Nellhaus. Lingkar kepala
mencerminkan volume intracranial. Dipakai untuk menaksir pertumbuhan otak.
Apabila otak tidak tumbuh normal maka kepala akan kecil sehingga LK yang
lebih kecil (mikrosefali) akan menunjuukan adanya retardasi mental.
Ada gangguan pertumbuhan berupa gangguan panjang badan dapat diduga juga
merupakan factor keturunan. Hal ini bisa di perkirakan dari tinggi badan Ayah
dan Ibunya. Namun, tinggi badan maksimalnya baru bisa terlihat setelah umur 18
tahun. Pada usia ini, tingginya termasuk perawakan pendek atau tidak bisa dilihat
pada kurva CDC.
31
Taksiran tinggi badannya adalah 141- 158 cm. Pada table terlihat tinggi 158 cm
dibawah persentil 50, sebenarnya masih normal.Tetapi 141 cm termasuk
perawakan pendek. Jadi, kemungkinan factor genetic juga memberikan pengaruh
terhadap tinggi badannya di usia 18 tahun.
32
Di Indonesia, pemantauan tumbuh kembang anak menggunakan KMS (Kartu
Menuju Sehat). KMS yang ada di Indonesia berdasarkan standar Harvard,
dimana 50 persentil standar Harvar ddianggap 100 % yang merupakan batas atas
garis hijau. Garis titik- titik merupakan batas gizi baik dan gizi kurang
berdasarkan median -2 SD , mempunyai nilai yang kurang lebih sama dengan
persentil 3, atau 80% terhadap median. Sedangkan garis merah adalah 60%
terhadap median yang merupakan batas gizi kurang terdap gizi buruk.Tiap garis
warna pada KMS berniali 5%.. Jika menggunakan KMS, termasuk N atau normal
jika grafik BB mengikuti garis pertumbuhan atau kenaikan BB sama dengan
Kenaikan BB Minimum (KBM), sedangkan termasuk T (Tidak naik) jika grafik
BB mendatar atau menurun memotong garis pertumbuhan dibawahnya atau
kenaikan BB kurang dari BKM. Selain itu penggolongannya juga bisa
menggunakan kalsifikasi dibawah ini:
N1: Tumbuh kejar (Catch up growth) = pertumbuhan diatas garis baku
N2: Tumbuh normal = pertumbuhan sejajar garis baku
T1 : Growth faltering = kurang atau tumbuh kurang dari yang diharapkan
T2 : Flat growth = pertumbuhan datar atau BB tetap
33
T3: Loss of growth = arah garis kurang dari arah garis baku
7. Penatalaksanaan dan Pencegahan
Deteksi dini terhadap gangguan perkembangan dan pertumbuhan anak
Penilaian pertumbuhan dan perkembangan dapat dilakukan sedini mungkin
sejak anak dilahirkan. Deteksi dini merupakan upaya penjaringan yang
dilaksanakan secara komprehensif untuk menemukan penyimpangan tumbuh
kembang dan mengetahui serta mengenal faktor resiko pada balita, yang
disebut juga anak usia dini. Melalui deteksi dini dapat diketahui
penyimpangan tumbuh kembang anak secara dini, sehingga upaya
pencegahan, stimulasi, penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan
indikasi yang jelas pada masa-masa kritis proses tumbuh kembang. Upaya-
upaya tersebut diberikan sesuai dengan umur perkembangan anak, dengan
demikian dapat tercapai kondisi tumbuh kembang yang optimal (Tim Dirjen
Pembinaan Kesmas, 1997). Penilaian pertumbuhan dan perkembangan
meliputi dua hal pokok, yaitu penilaian pertumbuhan fisik dan penilaian
perkembangan. Masing-masing penilaian tersebut mempunyai parameter dan
alat ukur tersendiri.
a) Pengukuran berat badan (BB)
Pengukuran ini dilakukan secara teratur untuk memantau pertumbuhan dan
keadaan gizi balita. Balita ditimbang setiap bulan dan dicatat dalam Kartu
Menuju Sehat Balita (KMS Balita) sehingga dapat dilihat grafik
pertumbuhannya dan dilakukan interfensi jika terjadi penyimpangan.
b) Pengukuran tinggi badan (TB)
Pengukuran tinggi badan pada anak sampai usia 2 tahun dilakukan dengan
berbaring., sedangkan di atas umur 2 tahun dilakukan dengan berdiri. Hasil
pengukuran setiap bulan dapat dicatat pada dalam KMS yang mempunyai
grafik pertumbuhan tinggi badan.
c) Pengukuran Lingkar Kepala Anak (PLKA)
PLKA adalah cara yang biasa dipakai untuk mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan otak anak. Biasanya ukuran pertumbuhan tengkorak
mengikuti perkembangan otak, sehingga bila ada hambatan pada
pertumbuhan tengkorak maka perkembangan otak anak juga terhambat.
34
Pengukuran dilakukan pada diameter occipitofrontal dengan mengambil
rerata 3 kali pengukuran sebagai standar.
d) Development Screening Denver Test
DDST II merupakan alat untuk menemukan secara dini masalah
penyimpangan perkembangan anak umur 0 s/d < 6 tahun. Instrumen ini
merupakan revisi dari DDST yang pertama kali dipublikasikan tahun 1967
untuk tujuan yang sama.
Pemeriksaan yang dihasilkan DDST II bukan merupakan pengganti
evaluasi diagnostik, namun lebih ke arah membandingkan kemampuan
perkembangan seorang anak dengan anak lain yang seumur. DDST II
digunakan untuk menilai tingkat perkembangan anak sesuai umurnya pada
anak yang mempunyai tanda-tanda keterlambatan perkembangan maupun
anak sehat. DDST II bukan merupakan tes IQ dan bukan merupakan
peramal kemampuan intelektual anak di masa mendatang. Tes ini tidak
dibuat untuk menghasilkan diagnosis, namun lebih ke arah untuk
membandingkan kemampuan perkembangan seorang anak dengan
kemampuan anak lain yang seumur.
Menurut Pedoman Pemantauan Perkembangan Denver II (Subbagian
Tumbuh Kembang Ilmu Kesehatan Anak RS Sardjito, 2004), formulir tes
DDST II berisi 125 item yg terdiri dari 4 sektor, yaitu: personal sosial,
motorik halus-adaptif, bahasa, serta motorik kasar. Sektor personal sosial
meliputi komponen penilaian yang berkaitan dengan kemampuan
penyesuaian diri anak di masyarakat dan kemampuan memenuhi kebutuhan
pribadi anak. Sektor motorik halus-adaptif berisi kemampuan anak dalam
hal koordinasi mata-tangan, memainkan dan menggunakan benda-benda
kecil serta pemecahan masalah, sehingga apabila hasil test menunjukkan
adanya kelambatan ataupenyimpangan dari aspek motorik, fisik, emosional,
dan sosial dapat dilakukan upaya terpadu dan terindikasi khusus untuk
mencegah terjadinya kelainan fisik, mental, psikomotorik.
35
36
Beri Stimulus agar si Kecil melewati tahap perkembangannya dengan baik
Pemberian stimulus-stimulus adalah untuk melatih atau mengajarkan anak-
anak supaya melalui tahapan perkembangannya dengan baik. Stimulasi
dilakukansambil bermain, misalnya mengajak anak berlari berkeliling meja
makan sambil berpura-pura menjadi kucing yang dikejar anjing kecil. Begitu
pula ketika mau mandi, ajak anak berlari atau melompat-lompat ke arah kamar
mandi. Kemudian minta ia membuka kancing bajunya, dan menaruh baju
kotornya dengan melemparnya ke arah keranjang cucian. Kegiatan-kegiatan
itu saja sudah menstimulasi beberapa motorik kasar si kecil.
a) Stimulasi Motorik Kasar
Tugas perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti
berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar dan menangkap,serta
menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meningkatkan
keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak usia 4 tahun,
anak sangat menyenangi kegiatan fisik yang mengandung bahaya, seperti
melompat dari tempat tinggi atau bergantung dengan kepala menggelantung
ke bawah. Pada usia 5 atau 6 tahun keinginan untuk melakukan kegiatan
berbahaya bertambah. Anak pada masa ini menyenangi kegiatan lomba,
seperti balapan sepeda, balapan lari atau kegiatan lainnya yang
mengandung bahaya. Nah, agar motorik anak dapat berkembang dengan
baik dan sempurna perlu dilakukan stimulasi yang terarah dan terpadu.
Berikut stimulasi yang dapat diberikan:
Jalan
Orangtua berdiri berjarak dengan anak sambil memegang mainan
yang menarik. Gunakan karpet bergambar atau tempelkan gambar-
gambar yang menarik di lantai. Minta anak untuk menginjak
karpet/lantai. Misalnya, “Ayo Dek, injak gambar gajahnya!”.
Mainan seperti mobil-mobilan atau troli yang bisa didorong-dorong
juga bisa membantu anak belajar berjalan.
Lari
Stimulasi lari bisa dimulai ketika anak berada pada fase jalan,
sekitar usia 12 bulan ke atas. Aktivitasnya bisa berupa menendang
37
bola, main sepeda (mulai roda 4 sampai bertahap ke roda 3 dan
kemudian roda 2) serta naik turun tangga.
Lompat
Lompat di tempat atau di trampolin. Jangan lompat-lompat di
tempat tidur karena meski melatih motorik namun “mengacaukan”
kognitif. Dalam arti, mengajarkan perilaku atau mindset yang tidak
baik pada anak. Karena seharusnya tempat tidur bukan tempat untuk
melompat atau bermain.Lompatan berjarak (gambarlah lingkaran-
lingkaran dari kapur atau gunakan lingkaran holahop yang diatur
sedemikian rupa letaknya). Minta anak untuk melompati lingkaran-
lingkaran tersebut, gradasikan tingkat kesulitan dengan
memperlebar jarak dan menggunakan kaki dua lalu satu secara
bergantian.
Lempar
Main lempar tangkap bola (gradasikan tingkat kesulitannya) yaitu
posisi, besar bola, berat bola, dan jenis lambungan. Pada posisi bisa
dilakukan sambil duduk kaki lurus, duduk kaki bersila, duduk kaki
seperti huruf W ke belakang, jongkok, dan bahkan berdiri. Pada
jenis lambungan, bisa dilakukan dengan lambungan dari atas,
sejajar, atau lambungan dari bawah.
Main dartboard atau lempar panah. Gunakan jenis dartboard yang
khusus buat anak-anak (yang aman dan tidak tajam), seperti jenis
dartboard yang terbuat dari papan velcrow dan anak panahnya
diganti dengan bola yang bervelcrow.
b) Stimulasi Motorik Halus
Perkembangan motorik halus anak taman kanak-kanak ditekankan pada
koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan
meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan.
Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak sangat
berkembang bahkan hampir sempurna. Walaupun demikian anak usia ini
masih mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu
bangunan. Hal ini disebabkan oleh keinginan anak untuk meletakkan balok
secara sempurna sehingga kadang-kadang meruntuhkan bangunan itu
38
sendiri. Pada usia 5 atau 6 tahun koordinasi gerakan motorik halus
berkembang pesat. Pada masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan
gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan
tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan,antara lain dapat dilihat pada
waktu anak menulis atau menggambar.
Nah agar motorik anak dapat berkembang dengan baik dan sempurna perlu
dilakukan stimulasi yang terarah dan terpadu. Berikut stimulasi yang dapat
diberikan sesuai umurnya. Stimulasi berikut mudah diterapkan dengan
sarana dan fasilitas yang ada di sekitar kita
Kelompok Umur 0-3 Bulan
Menggantungkan mainan yang dapat berputar/berbunyi dan
berwarna cerah sehingga membuat bayi tertarik dan melihat,
menggapai/menendang mainan tersebut.
Letakkan/sentuhkan sebuah mainan kecil, berbunyi dan
berwarna cerah pada tangan bayi atau punggung jari-jarinya.
Ajak bayi meraba dan merasakan berbagai bentuk permukaan
seperti mainan binatang, mainan plastik, kain-kain perca, dan
lain-lain.
Kelompok Umur 3-6 Bulan
Stimulasi sebelumnya tetap dilanjutkan.
Letakkan mainan sejenis rattle lalu coba tarik pelan-pelan untuk
melatih bayi memegang dengan kuat.
Letakkan sebuah mainan di tangan bayi dan perhatikan apakah
ia memindahkannya ke tangan yang lain. Lain waktu berikan
mainan pada kedua tangannya.
Kelompok Umur 6-9 Bulan
Mengambil benda-benda kecil, seperti remahan roti.
Memasukkan benda ke dalam wadah.
Bermain genderang dengan menggunakan kaleng kosong bekas
dan tunjukkan cara memukulnya.
Membuat bunyi-bunyian dengan membenturkan 2 kubus/balok
yang tidak dapat pecah.
Kelompok Umur 9-12 Bulan
39
Bermain dengan maian yang mengapung di air.
Menyusun balok/kotak.
Menggambar dengan menggunakan krayon/pensil berwarna.
Bermain dengan menggunakan peralatan memasak, tentunya
yang aman dan berbahan plastik khusus buat si kecil.
Upaya pembinaan tumbuh kembang anak dirahkan untuk meningkatkan
kesehatan fisik, mental, dan emosional dan sosial anak. Upaya tersebut
dilakukan sedini mungkin sejak di dalam kandungan dengan perhatian khusus
pada bayi dan anak balita yang merupakan masa kritis dan masa emas bagi
kelangsungan tumbuh kembang anak.
Secara umum kebutuhan anak balita terbagi pada 2 bagian yaitu (1)
kebutuhan fisik seperti kebutuhan untuk hidup: fisiologis, makan, minum, dan
istirahat. (2) kebutuhan psikologis yaitu rasa aman, nyaman, disayang, serta
diperhatikan, sehingga anak tumbuh percaya diri dan bangga akan kemampuan
dirinya. (3) perlakuan yang salah (4) tindakan yang dapat dilakukan. (5)
a) Kebutuhan Fisik Anak Balita
Kebutuhan fisik anak balita menurut rentang usia dapat dilihat dari matriks
berikut ini:
NO
SIKLUS/USIA
ANAK
KEBUTUHAN ESSENSIAL
JENIS LAYANAN
1 Janin dalam kandungan sampai lahir
1. Asupan gizi seimbang
- Pemberian makanan bergizi seimbang - Suplementasi gizi mikro
2. Janin tumbuh kembang secara normal
Pelayanan pemeriksaan kehamilan
Stimulasi janin dalam kandungan
Penyuluhan tentang konsep diri ibu hamil
3. Pencegahan dan pengobatan penyakit
- Imunisasi TT- Pencegahan penyakit menular lainnya- Pengobatan
4. Asuhan persalinan
Pertolongan persalinan
5. Asuhan bayi baru lahir
1.Pencatatan berat dan panjang lahir.2. Manajemen terpadu bayi muda (MTBM) a.l:
- Pemeriksaan kesehatan- Penanganan penyakit- Injeksi vitamin K1- Pemberian salep mata
40
NO
SIKLUS/USIA
ANAK
KEBUTUHAN ESSENSIAL
JENIS LAYANAN
- Perawatan tali pusar - Menjaga bayi tetap hangat
2 Bayi 0-28 hari
1.Asupan gizi seimbang
- Inisiasi menyusui dini- Pemberian ASI ekslusif- Pemberian makanan bergizi seimbang bagi ibu- Suplementasi gizi mikro bagi ibu
2. Asuhan bayi baru lahir
- Pencatatan berat dan panjang lahir- Manajemen terpadu bayi muda (MTBM) yang
mencakup antara lain:-Pemeriksaan kesehatan-Penanganan penyakit-Injeksi vitamin K1-Pemberian salep mata-Perawatan tali pusar-Menjaga bayi tetap hangat
3.Pencegahan penyakit
Pemberian Imunisasi
4.Tumbuh kembang normal
Stimulasi tumbuh kembang
5. Akte kelahiran Pencatatan kelahiran & penerbitan akte kelahiran
3 Bayi 1 – 24 bulan
1. Asupan gizi seimbang
Pemberian ASI ekslusif untuk bayi usia 1-6 bulan
Pemberian makanan bergizi dan Suplementasi gizi makro kepada ibu
Pemberian ASI untuk usia 6-24 bulan
Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) mulai usia 6 bulan
Pemberian makanan keluarga bergizi seimbang untuk anak usia 1 tahun keatas
Pemberian zat gizi mikro mulai usia 6 bulan
41
2. Tumbuh kembang normal
Penimbangan setiap bulan
Stimulasi dini
Penyuluhan stimulasi tumbuh kembang bagi ibu, keluarga, dan pengasuh lainnya
Deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (DIDTK)
2. Pencegahan dan pengobatan penyakit
Imunisasi lengkap sebelum usia 1 tahun
Manajemen terpadu balita sakit (MTBS)
Perawatan balita gizi buruk
Pencegahan penyakit menular.
4 Anak 2-6 tahun
1. Asupan gizi seimbang
Pemberian makanan dengan gizi seimbang (family food)
Fortifikasi /suplementasi zat gizi mikro sampai usia 5 tahun
2. Tumbuh kembang normal
Penimbangan balita setiap bulan sampai usia 5 tahun
Stimulasi dini
Penyuluhan stimulasi tumbuh kembang bagi ibu, keluarga, dan pengasuh lainnya
Deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (DIDTK)
3. Pencegahan dan pengobatan penyakit
Imunisasi booster
Manajemen terpadu balita sakit (MTBS)
Perawatan balita gizi buruk
Pencegahan penyakit menular lainnya
4. Pengembangan kecerdasan jamak:- Verbal/
bahasa- Matematik/
logika- Spasial- Kinestetik- Musik- Interpersona
l- Intrapersona
l- Naturalis- Spiritual
Pendidikan dini melalui pemberian rangsangan pendidikan sesuai tahap perkembangan dan potensi anak mencakup: - Pengembangan sensori motor,- Pengembangan main peran,- pengembangan main pembangunan.- Bimbingan keagamaan sesuai sesuai usia anak.- Bimbingan belajar sambil bermain bagi anak usia 3 – 4 tahun untuk memenuhi hak anak atas pendidikan.
Janin sampai 6 tahun yang mempunyai kebutuhan khusus
- Penerimaan dan kasih sayang
- Pemeliharaan dan perawatan.
- Asuhan,
Pemeliharaan, perawatan, bimbingan, pendidikan, pembinaan dan perlindungan
Sesuai kebutuhan khususnya
42
bimbingan, didikan dan pembinaan
- perlindungan
b) Kebutuhan Psikologis Anak Balita
Kebutuhan psikososial anak balita, yang dapat dilakukan orang tua atau pengasuh
dapat mempengaruhi optimalisasi tumbuh kembang anak balita. Perilaku orang tua
atau orang dewasa lainnya yang perlu diperhatikan, yakni:
Akrab
Sejak anak masih dalam kandungan, orang tua harus menjalin akrab dengan
anak, demikian halnya setelah anak mencapai balita, pengasuh atau
pembimbing harus menjalin akrab dengan anak. Keakraban ini penting untuk
memberikan rasa nyaman dan aman yang diperlukan anak untuk
mengeksplorasikan lingkungannya. Tanpa rasa nyaman dan aman, anak akan
menarik diri dari dunianya. Anak menjadi tidak terbuka dengan pengalaman
dan kesempatan-kesempatan belajar, dimana hal ini akan dibawanya sampai
meninggal.
Disiplin
Disiplin tidak ada hubungan dengan hukuman dan aturan yang kaku. Disiplin
lebih terkait dengan kebiasaan hidup teratur dan kebiasaan ini harus dimulai
dari orang tua. Anak menyukai keteraturan dan rutinitas dan ini penting untuk
membentuk pola kebiasaan, termasuk kedisiplinan. Kebiasaan hidup teratur
dapat dilakuak melaui; kebiasaan mengembalikan barang ke tempatnya semula,
membereskan mainan, merapikan meja setelah dipergunakan dsb.
Hindari Kekerasan.
Marah kepada anak tanpa alasan yang dapat dipahami oleh anak sudah
merupakan salah satu bentuik kekerasan. Menghukum baik fisik maupun
mental termasuk memukul, mendiamkan anak, memasang muka cemberut,
hanya akan membuat anak kehilangan percaya diri dan lebih jauh lagi anak
akan kehilangan harga diri.
Toleransi
43
Bertoleransi terhadap kesalahan anak, bukan kebalikan dari disiplin. Kesalahan
yang dilakukan anak sering kali hanya karena perbedaan pandang kita sebagai
orang tua atau orang dewasa dengan cara pandang anak. Menghargai
perbedaan perlu dikenalkan pada saat anak mulai dapat berbicara dan bermain
dengan teman sebayanya. Konflik yang sering terjadi karena kita tidak bisa
menghargai perbedaan. Hal terkecil tetapi penting untuk dilakukan orangtua
adalah mendengarkan dan menghargai pendapat anak.
Menjadi Motivator.
Anak tidak sekedar mencontoh dan anak tidak hanya membutuhkan
keteladanan orangtua. Dorongan atau motivasi sering lebih penting daripada
ajakan. Terlebih pada usia setahun, saat anak memerlukan kemampuan untuk
mengontrol dirinya, motivasi berperan penting agar kelak tidak menjadi anak
yang pemalu atau peragu. Dorongan orang tua akan muncul dengan sendirinya
jika orangtua atau pengasuh sering mendampingi atau memfasilitasi kegiatan
bermain anak. Tentu saja dorongan untuk mendikte yang sering muncul tanpa
kita sadari harus benar-benar kita hindari.
8. Differential Diagnosis
GLOBAL DEVELOPMENTAL DELAY (GDD)
A. Definisi
Global Developmental Delay atau Keterlambatan Perkembangan Menyeluruh adalah
suatu keadaan dimana terjadi paling sedikit 2 dari 5 kriteria perkembangan anak yang
terlambat, yaitu perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi, dan
kemandirian.
B. Jenis Perkembangan Anak
1. Motorik Kasar
Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian
besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.
Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan
44
sebagainya. Motorik kasar merupakan area terbesar perkembangan di usia batita.
Diawali dengan kemampuan berjalan, lantas lari, lompat dan lempar. Nah, modal
dasar untuk perkembangan ini ada 3 (yang berkaitan dengan sensori utama), yaitu
keseimbangan, rasa sendi (propioceptif) dan raba (taktil). Untuk melatihnya yang
jelas lakukan sedini mungkin saat semua perkembangan sensorinya terpenuhi.
Berkaitan dengan ini, orangtua harus bijak melihat kesiapan anak. Misal, anak 12
bulan yang sudah bisa berjalan bisa distimulasi untuk perkembangan berikutnya yaitu
lari, lompat, dan lempar. Sebaliknya, bila fase berjalan belum dilalui anak dengan
baik, tentu tahapan perkembangan berikutnya pun belum bisa diajarkan. Lantaran
itulah, penting bagi kita untuk mengetahui tahap-tahap perkembangan per usia anak.
Cara ini juga memungkinkan kita mendeteksi gangguan yang siapa tahu dialami si
kecil.
2 Ketrampilan Motorik halus
Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian
anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih.
Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun
balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat
penting agar anak bisa berkembang dengan optimal.
Usia Motorik kasar Motorik halus
0-3 bulan - mengangkat kepala,- guling-
guling, - menahan
kepala tetap tegak,
- melihat, meraih dan menendang mainan gantung, - memperhatikan benda
bergerak, - melihat benda-benda
kecil,- memegang benda,- meraba dan merasakan
bentuk permukaan,3-6 bulan - menyangga
berat, - mengembang
kan kontrol kepala.- Duduk.
- memegang benda dengan kuat,- Memegang benda
dengan kedua tangan,- makan sendiri,- mengambil benda-benda
kecil.
45
6-9 bulan - merangkak- menarik ke
posisi berdiri- berjalan
berpegangan- berjalan
dengan bantuan.
- Memasukkan benda kedalam wadah,- Bermain ’genderang’- Memegang alat tulis dan
mencoret-coret- Bermain mainan yang
mengapung di air- Membuat bunyi-
bunyian.- Menyembunyikan dan
mencari mainan9-12 bulan - bermain bola
- membungkuk- berjalan
sendiri- naik tangga.
- Menyusun balok/kotak- Menggambar- Bermain di dapur.
3. Kemampuan Bicara dan Bahasa
Masa bayi adalah masa dimana kontak erat antara ibu dan anak terjalin sehingga dalam
masa ini, pengaruh ibu dalam mendidik anak sangat besar. Kemampuan bicara bayi
masih dalam bentuk pra bicara, yang diekspresikan dengan cara menangis, mengoceh,
gerakan isyarat dan ekspresi wajah seperti tersenyum. Bahkan pada masa ini lebih sering
muncul senyum sosial sebagai reaksi terhadap rangsangan dari luar .
Ekspresi emosi adalah bahasa pertama sebelum bayi berbicara, sebagai cara untuk
mengkomunikasikan dirinya pada orang tua atau orang lain. Bayi akan bereaksi pada
ekspresi wajah dan tekanan suara, sebaliknya orangtua membaca ekspresi bayi dan
merespon jika ekspresi bayi menunjukkan tertekan atau gembira. Terkait dengan ekspresi
emosi bayi, yang mudah dikondisikan, maka ekspresi emosi bayi mudah dikondisikan.
Jika orangtua lebih banyak menunjukkan suasana hati yang positif seperti selalu gembira,
santai dan menyenangkan, akan mempengaruhi pemahaman bayi terhadap sesuatu dan
cenderung menimbulkansuasana hati yang menyenangkan. Sebaliknya jika orang dewasa
mengkondisikan dengan situasi yang tidak menyenangkan maka suasana emosi bayi
cenderung buruk. Kemampuan bicara pada bayi sebenarnya ada hubungannya dengan
perkembangan otak, terutama pada saat bayi menangkap kata-kata yang diucapkan dan
menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya. Pada saat bayi berjalan, berbicara,
tersenyum dan mengerutkan dahi, sebenarnya tengah berlangsung perubahan dalam otak.
46
Meski keterkaitan sel-sel syaraf (neuron) yang dimiliki bayi, masih sangat lemah, namun
akan sangat mempengaruhi pada perkembangan sel syaraf pada tahap selanjutnya. Bayi
mengerti dan memahami sesuatu yang berada disekelilingnya, tidak terbatas dengan
melihat serta memanipulasi namun sebenarnya bayi sudah memiliki kemampuan untuk
memberi perhatian, menciptakan simbolisasi, meniru dan menangkap suatu konsep
melalui gerakan sudah lebih berkembang. Oleh karenanya untuk mengoptimalkan
kemampuan otaknya maka bayi perlu lebih banyak menstimulasi bayi untuk mengenal
benda-benda sekelilingnya sambil terus mengajak berbicara.
Usia Kemampuan Bicara dan Bahasa
0-3 bulan o prabicara,o meniru suara-suara, o mengenali berbagai suara.
3-6 bulan o mencari sumber suara, o menirukan kata-kata..
6-9 bulan o menyebutkan nama gambar di buku majalah,o menunjuk dan menyebutkan nama gambar-
gambar.9-12 bulan o menirukan kata-kata
o berbicara dengan bonekao bersenandung dan bernyanyi.
4. Kemampuan Sosialisasi dan Kemandirian
Kemampuan sosialisasi dan kemandirian dapat dirangsang dengan sosialisasi pada masa
bayi diawali di dalam keluarga, dimana dalam keluarga terjadi hubungan timbal balik
antara bayi dan pengasuh atau orangtua. Melalui perhatian dan perilaku orangtua akan
memberi kerangka pada bayi dalam berinteraksi dan pengalaman yang terpenting bagi
bayi karena keluarga adalah melibatkan proses kasih sayang. Kemampuan bayi untuk
bersosialisasi mulai muncul, dasar-dasar sosial mulai dibentuk, yang diperoleh dengan
cara mencontoh perilaku pada situasi sosial tertentu, misalnya mencontoh perilaku sosial
dari kakak atau orang tuanya, yang akhirnya akan mempengaruhi cara penyesuaian
pribadi dan sosialnya dikemudian hari. Kemampuan sosialisasi dan kemandirian pada
masa bayi sbb:
47
Usia Kemampuan Sosialisasi dan Kemandirian
0-3 bulan o memberi rasa aman dan kasih sayang,o mengajak bayi tersenyum, o mengajak bayi mengamati benda-benda dan
keadaan di sekitarnya, o meniru ocehan dan mimik muka bayi,o mengayun bayi,o menina bobokan.
3-6 bulan o bermain ”ciluk ba’, o melihat dirinya di kaca,o berusaha meraih mainan.
6-9 bulan o mulai bermain atau ’bersosialisasi’ dengan orang lain.
o Mulai melambaikan tangan jika ditinggal pergi.o Mulai membalas lambaian tangan orang lain.
9-12 bulan o Minum sendiri dari sebuah cangkir,o Makan bersama-samao Menarik mainan yang letaknya agak jauh.
CEREBRAL PALSY
A. Pendahuluan
Cerebral palsy adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun
waktu dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik di dalam susunan saraf
pusat, bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak
yang belum selesai pertumbuhannya (1,2)Walaupun lesi serebral bersifat statis dan tidak
progresif, tetapi perkembangan tanda-tanda neuron perifer akan berubah akibat maturasi
serebral. Yang pertama kali memperkenalkan penyakit ini adalah William John Little
(1843), yang menyebutnya dengan istilah cerebral diplegia, sebagai akibat prematuritas
atau afiksia neonatorum. Sir William Olser adalah yang pertama kali mem- perkenalkan
istilah cerebral palsy, sedangkan Sigmund Freud menyebutnya dengan istilah Infantile
Cerebral Paralysis. Walaupun sulit, etiologi cerebral palsy perlu diketahui untuk
tindakan pencegahan. Fisioterapi dini memberi hasil baik, namun adanya gangguan
perkembangan mental dapat menghalangi tercapainya tujuan pengobatan. Winthrop
Phelps menekankan pentingnya pendekatan multi- disiplin dalam penanganan penderita
cerebral palsy, seperti disiplin anak, saraf, mata, THT, bedah tulang, bedah saraf,
48
psikologi, ahli wicara, fisioterapi, pekerja sosial, guru sekolah Iuar biasa. Di samping itu
juga harus disertakan peranan orang tua dan masyarakat
B. Insidensi
Dengan meningkatnya pelayanan obstetrik dan perinatologi dan rendahnya angka
kelahiran di negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika Serikat angka kejadian
cerebral palsy akan menurun. Narnun di negara-negara berkembang, kemajuan tektiologi
kedokteran selainmenurunkan angka kematian bayi risiko tinggi, juga meningkatkan
jumlah anak-anak dengan gangguan perkembangan. Adanya variasi angka kejadian di
berbagai negara karena pasien cerebal palsy datang ke berbagai klinik seperti klinik
saraf, anak, klinik bedah tulang, klinik rehabilitasi medik dan se-bagainya. Di samping itu
juga karena para klinikus tidak kon- sisten menggunakan definisi dan terminologi
cerebral palsy. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi insidensi penyakit ini yaitu:
populasi yang diambil, cara diagnosis dan ketelitiannya. Misalnya insidensi cerebral
palsy di Eropa (1950) sebanyak 2,5 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan di Skandinavia
sebanyak 1,2 - 1,5 per 1000 kelahiran hidup. Gilroy memperoleh 5 dan 1000 anak
memperlihatkan defisit motorik yang sesuai dengan cerebral palsy; 50% kasus termasuk
ringan sedangkan 10% termasuk berat. Yang dimaksud ringan ialah penderita yang dapat
mengurus dirinya sendiri, sedangkan yang tergolong berat ialah penderita yang
memerlukan perawatan khusus; 25% mempunyai intelegensi rata-rata (normal),
sedangkan 30% kasus menunjukkan IQ di bawah 70; 35% disertai kejang, sedangkan
50% menunjukkan adanya gangguan bicara. Laki-laki lebih banyak daripada wanita.
Insiden relative cerebral palsy yang digolongkan berdasarkan keluhan motorik adalah
sebagai berikut: spastik 65%, atetosis 25%, dan rigid, tremor, ataktik I0%
C. Etiologi
Penyebab cerebral palsy dapat dibagi dalam tiga Periode yaitu:
1) Pranatal :
a) Malformasi kongenital.
b) Infeksi dalam kandungan yang dapat menyebabkan kelainan janin
c) Radiasi.
d) Tok gravidarum.
e) Asfiksia dalam kandungan
49
2) Natal :
a) Anoksialhipoksia.
b) Perdarahan intra kranial.
c) Trauma lahir.
d) Prematuritas.
3) Postnatal :
a) Trauma kapitis.
b) Infeksi misalnya
c) Kern icterus.
Beberapa penelitian menyebutkan faktor prenatal dan perinatal lebih berperan
daripada faktor pascanatal. Studi oleh Nelson dkk (1986) (dikutip dari 13) menyebutkan
bayi dengan berat lahir rendah, asfiksia saat lahir, iskemi prenatal, faktor genetik,
malformasi kongenital, toksin, infeksi intrauterin merupakan faktor penyebab cerebral
palsy. Faktor prenatal dimulai saat masa gestasi sampai saat lahir, sedangkan faktor
perinatal yaitu segala faktor yang menyebabkan cerebral palsy mulai dari lahir sampai
satu bulan kehidupan. Sedang1 faktor pasca natal mulai dari bulan pertama kehidupan
sampai 2 tahun (Hagberg dkk 1975), atau sampai 5 tahun kehidupan (Blair dan Stanley,
1982), atau sampai 16 tahun (Perlstein, Hod, 1964) (dikutip dari 12)
D. GAMBARAN KLINIK
Gambaran klinik cerebral palsy tergantung dari bagian dan luasnya jaringan otak yang
mengalami kerusakan.
i. Paralisis
Dapat berbentuk hemiplegia, kuadriplegia, diplegia, monoplegia, triplegia.
Kelumpuhan ini mungkin bersifat flaksid, spastik atau campuran.
ii. Gerakan involunter
Dapat berbentuk atetosis, khoreoatetosis, tremor dengan tonus yang dapat bersifat
flaksid, rigiditas, atau campuran.
iii. Ataksia
Gangguan koordinasi ini timbul karena kerusakan sereblum. Penderita biasanya
memperlihatkan tonus yang menurun (hipotoni), dan menunjukkan perkembangan
50
motorik yang terlambat. Mulai berjalan sangat lambat, dan semua pergerakan serba
canggung.
iv. Kejang
Dapat bersifat umum atau fokal.
v. Gangguan perkembangan mental
Retardasi mental ditemukan kira-kira pada 1/3 dari anak dengan cerebral palsy
terutama pada grup tetraparesis, diparesis spastik dan ataksia. Cerebral palsy yang
disertai dengan retardasi mental pada umumnya disebabkan oleh anoksia serebri yang
cukup lama, sehingga terjadi atrofi serebri yang menyeluruh. Retardasi mental masih
dapat diperbaiki bila korteks serebri tidak mengalami kerusakan menyeluruh dan
masih ada anggota gerak yang dapat digerakkan secara volunter. Dengan
dikembangkannya gerakan-gerakan tangkas oleh anggota gerak, pekkembangan
mental akan dapat dipengaruhi secara positif.
vi. Mungkin didapat juga gangguan penglihatan (misalnya hemianopsia,
strabismus, atau kelainan refraksi), gangguan bicara, gangguari sensibilitas.
vii. Problem emosional terutama pada saat remaja.
E. KLASIFIKASI
Banyak klasifikasi yang diajukan oleh para ahli, tetapi pada kesempatan ini akan
diajukan klasifikasi berdasarkan gambaran klinis dan derajat kemampuan fungsionil.
Berdasarkan gejala klinis maka pembagian cerebral palsy adalah sebagai berikut:
a. Tipe spastis atau piramidal.
Pada tipe ini gejala yang hampir selalu ada adalah :
a) Hipertoni (fenomena pisau lipat).
b) Hiperrefleksi yang djsertai klonus.
c) Kecenderungan timbul kontraktur.
d) Refleks patologis.
Secara topografi distribusi tipe ini adalah sebagai berikut:
a) Hemiplegia apabila mengenai anggota gerak sisi yang sama.
b) Spastik diplegia. Mengenai keempat anggota gerak, anggota gerak bawah lebih
berat.
51
c) Kuadriplegi, mengenai keempat anggota gerak, anggota gerak atas sedikit lebih
berat.
d) Monoplegi, bila hanya satu anggota gerak.
e) Triplegi apabila mengenai satu anggota gerak atas dan dua anggota gerak
bawah, biasanya merupakan varian dan kuadriplegi.
2. Tipe ekstrapiramidal
Akan berpengaruh pada bentuk tubuh, gerakan involunter, seperti atetosis, distonia,
ataksia. Tipe ini sering disertai gangguan emosional dan retardasi mental. Di samping
itu juga dijumpaigejala hipertoni, hiperrefleksi ringan, jarang sampai timbul klonus.
Pada tipe ini kontraktunjarang ditemukan, apabila mengenai saraf otak bisa terlihat
wajah yang asimetnis dan disantni.
3. Tipe campuran
Gejala-gejalanya merupakan campuran kedua gejala di atas misalnya hiperrefleksi
dan hipertoni disertai gerakan khorea.
Berdasarkan derajat kemampuan fungsional.
a. Ringan:
Penderita masih bisa melakukan pekerjaanlaktifitas sehari- hari sehingga sama
sekali tidak atau hanya sedikit sekali membutuhkan bantuan khusus.
b. Sedang:
Aktifitas sangat terbatas. Penderita membutuhkan bermacam-macam bantuan
khusus atau pendidikan khusus agar dapat mengurus dirinya sendiri, dapat
bergerak atau berbicara. Dengan pertolongan secara khusus, diharapkan
penderita dapat mengurus diri sendiri, berjalan atau berbicara sehingga dapat
bergerak, bergaul, hidup di tengah masyarakat dengan baik.
c. Berat:
Penderita sama sekali tidak bisa melakukan aktifitas fisik dan tidak mungkin
dapat hidup tanpa pertolongan orang lain. Pertolongan atau pendidikan khusus
yang diberikan sangat sedikit hasilnya. Sebaiknya penderita seperti ini
ditampung dalam rumah perawatan khusus. Rumah perawatan khusus ini hanya
untuk penderita dengan retardasi mental berat, atau yang akan menimbulkan
gangguan sosial-emosional baik bagi keluarganya maupun lingkungannya
52
F. PATOGENESIS
Perkembangan susunan saraf dimulai dengan terbentuknya neural tube yaitu
induksi dorsal yang terjadi pada minggu ke 3-4 masa gestasi dan induksi ventral,
berlangsung pada minggu ke 5-6 masa gestasi. Setiap gangguan pada masa ini bisa
mengakibatkan terjadinya kelainan kongenital seperti kranioskisis totalis, anensefali,
hidrosefalus dan lain sebagainya. Fase selanjutnya terjadi proliferasi neuron, yang terjadi
pada masa gestasi bulan ke 2-4. Gangguan pada fase ini bisa mengakibatkan mikrosefali,
makrosefali. Stadium selanjutnya yaitu stadium migrasi yang terjadi pada masa gestasi
bulan 3-5. Migrasi terjadi melalui dua cara yaitu secara radial, berdiferensiasi dan daerah
periventnikuler dan subventrikuler ke lapisan sebelah dalam koerteks serebri; sedangkan
migrasi secara tangensial sd berdiferensiasi dan zone germinal menuju ke permukaan
korteks serebri. Gangguan pada masa ini bisa mengakibatkan kelainan kongenital seperti
polimikrogiri, agenesis korpus kalosum. Stadium organisasi terjadi pada masa gestasi
bulan ke 6 sampai beberapa tahun pascanatal. Gangguan pada stadium ini akan
mengakibatkan translokasi genetik, gangguan metabolisme. Stadium mielinisasi terjadi
pada saat lahir sampai beberapa tahun pasca natal. Pada stadium ini terjadi proliferasi sd
neuron, dan pembentukan selubung mialin. Kelainan neuropatologik yang terjadi
tergantung pada berat dan ringannya kerusakan Jadi kelainan neuropatologik yang terjadi
sangat kompleks dan difus yang bisa mengenai korteks motorik traktus piramidalis
daerah paraventnkuler ganglia basalis, batang otak dan serebelum. Anoksia serebri sering
merupakan komplikasi perdarahan intraventrikuler dan subependim Asfiksia perinatal
sering berkombinasi dengan iskemi yang bisa menyebabkan nekrosis
Kerniktrus secara klinis memberikan gambaran kuning pada seluruh tubuh dan
akan menempati ganglia basalis, hipokampus, sel-sel nukleus batang otak; bisa
menyebabkan cerebral palsy tipe atetoid, gangguan pendengaran dan mental retardasi.
Infeksi otak dapat mengakibatkan perlengketan meningen, sehingga terjadi obstruksi
ruangan subaraknoid dan timbul hidrosefalus. Perdarahan dalam otak bisa meninggalkan
rongga yang berhubungan dengan ventrikel. Trauma lahir akan menimbulkan kompresi
serebral atau perobekan sekunder. Trauma lahir ini menimbulkan gejala yang ireversibel.
Lesi ireversibel lainnya akibat trauma adalah terjadi sikatriks pada sel-sel hipokampus
yaitu pada kornu ammonis, yang akan bisa mengakibatkan bangkitan epilepsi
53
G. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis lengkap tentang riwayat kehamilan,
perinatal dan pascanatal, dan memperhatikan faktor risiko terjadinya cerebral palsy. Juga
pemeriksaan fisik lengkap dengan memperhatikan perkembangan motorik dan mental
dan adanya refleks neonatus yang masih menetap. Pada bayi yang mempunyai risiko
tinggi diperlukan pemeriksaan berulang kali, karena gejaladapat berubah, terutama pada
bayi yang dengan hipotoni, yang menandakan perkembangan motorik yang terlambat;
hampir semua cerebral palsy melalui fase hipotoni. Pemeriksaan penunjang lainnya yang
diperlukan adalah foto polos kepala, pemeriksaan pungsi lumbal. Pemeriksaan EEG
terutama pada pendenita yang memperlihatkan gejala motorik, seperti tetraparesis,
hemiparesis, atau karena sering disertai kejang. Pemeriksaan ultrasonografi kepala atau
CT Scan kepala dilakukan untuk mencoba mencani etiologi. Pemeniksaan psikologi
untuk menentukan tingkat kemampuan intelektual yang akan menentukan cara
pendidikan ke sekolah biasa atau sekolah luar biasa
H. PENATALAKSANAAN
Tidak ada terapi spesifik terhadap cerebral palsy. Terapi bersifat simtomatik,
yang diharapkan akan memperbaiki kondisi pasien. Terapi yang sangat dini akan dapat
mencegah atau mengurangi gejala-gejala neurologik. Untuk menentukan jenis terapi atau
latihan yang diberikan dan untuk menentukan keberhasilannya maka perlu diperhatikan
penggolongan cerebral palsy berdasarkan derajat kemampuan fungsionil yaitu derajat
ringan, sedang dan berat.Tujuan terapi pasien cerebral palsy adalah membantu pasien
dan keluarganya memperbaiki fungsi motorik dan mencegah deformitas serta
penyesuaian emosional dan pendidikan sehingga pendenta sedikit mungkin memerlukan
pertolongan orang lain, diharapkan penderita bisa mandiri. Obat-obatan yang diberikan
tergantung pada gejala-gejala yang muncul. Misalnya untuk kejang bisa diberikan anti
kejang. Untuk spastisitas bisa diberikan baclofen dan diazepam. Bila gejala berupa
nigiditas bisa diberikan levodopa. Mungkin diperlukan terapi bedah ortopedi maupun
bedah saraf untuk merekonstruksi terhadap deformitas yang terjadiFisioterapi dini dan
intensif untuk mencegah kecacatan, juga penanganan psikolog atau psikiater untuk
mengatasi perubahan tingkah laku pada anak yang lebih besar. Yang tidak boleh
dilupakan adalah masalah pendidikan yang harus sesuai dengan tingkat kecerdasan
54
penderita. Occupational therapy ditujukan untuk meningkatkan kemampuan untuk
menolong diri sendiri, memperbaiki kemampuan motorik halus, penderita dilatih supaya
bisa mengenakan pakaian, makan, minum dan keterampilan lainnya. Speech therapy
diberikan pada anak dengan gangguan wicara bahasa, yang ditangani seorang ahli
I. PROGNOSIS
Prognosis tergantung pada gejala dan tipe cerebral palsy. Di Inggris dan
Skandinavia 20 - 25% pasien dengan cerebral palsy mampu bekerja sebagai buruh
penuh; sebanyak 30-35% dari semua pasien cerebral palsy dengan retardasi mental
memerlukan perawatan khusus. Prognosis paling baik pada derajat fungsionil yang
ringan. Prognosis bertambah berat apabila disertai dengan retardasi mental, bangkitan
kejang, gangguan penglihatan dan pendengaran. Pengamatan jangka panjang yang
dilakukan oleh Cooper dkk seperti dikutip oleh Suwirno T menyebutkan ada tendensi
perbaikan fungsi koordinasi dan fungsi motorik dengan bertambahnya umur pasien
cerebral palsy yang mendapatkan rehabilitasi yang baik
55
BAB III
INFORMASI TAMBAHAN
Hak anak dalam Islam
Anak adalah anugerah yang diberikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Anugerah yang membuat
sepasang hati semakin bertambah bahagia. Kebahagiaan yang tidak bisa dinilai dengan harta-
benda.
Karena itu, sudah sepantasnya orang tua menyayangi anaknya dan menghargai hak-haknya, baik
dalam segi kesehatannya juga penjagaannya.
a. Diperhatikan sejak di dalam rahim
Sepasang suami-istri harus memperhatikan keadaan anaknya ketika berada di rahim, baik
yang berhubungan dengan kesehatan bayi yang dikandungnya maupun sifat-sifat yang
akan diturunkan dari ibunya ke anaknya. Seorang ibu harus sadar terhadap apa yang
dikerjakan di kesehariannya. Jangan sampai dia memiliki kebiasaan-kebiasaan jelek yang
secara tidak dia sadari akan berpengaruh terhadap perilaku bayinya nanti.
Seorang ayah wajib menafkahi ibu yang mengandung anaknya, Alasannya adalah
ibu tersebut mengandung anaknya dan menafkahi anak itu wajib. Allah subhanahu wa
ta’ala berfirman:
56
Artinya: “Jika mereka (wanita-wanita itu) sedang hamil, maka nafkahilah mereka
sampai mereka melahirkan kandungannya...” (QS Ath-Thalaq : 6)
b. Mmeperlihatkan rasa gembira ketika lahir
Sang anak dilahirkan sudah sepantasnya seorang ayah dan ibu menunjukkan rasa
senangnya. Bagaimanapun keadaan anak itu. Baik laki-laki maupun perempuan.
Terkadang sebagian orang tua memiliki rasa benci jika yang dilahirkan adalah
perempuan. Perlu kita ketahui ini, rasa kebencian itu merupakan sifat jahiliah yang masih
dimiliki oleh sebagian kaum muslimin. Allah subhanahu wa ta’ala telah mengabarkan di
dalam Al-Qur’an tentang perbuatan yang telah dilakukan oleh orang-orang Quraisy di
masa Jahiliah. Mereka membunuh bayi-bayi perempuan mereka yang baru dilahirkan.
Allah subhanahu wa ta’ala berkata:
Artinya: “Dan apabila seseorang di antara mereka diberi kabar tentang (kelahiran)
anak perempuan, maka hitamlah (merah padamlah) mukanya dan dia sangat marah. Dia
57
menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang
disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan
ataukah dia akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah! Alangkah
buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (QS An-Nahl : 58-59)
Terkadang Allah menguji sang Ayah dan sang Ibu dengan anak yang cacat.
Mereka diuji dengan kebutaan, kebisuan, ketulian atau cacat yang lainnya pada sang
Anak. Orang yang paham bahwa itu adalah ujian, maka dia akan berlapang dada untuk
menerimanya dan tetap merasa senang. Sebaliknya orang yang tidak paham, maka dia
tidak akan senang, tidak rida bahkan terkadang bisa sampai mengarah ke perceraian atau
pembunuhan sang Anak.
3 Menjaga agar tetap hidup
Anak pun memiliki hak untuk hidup. Allah subhanahu wa ta’ala berkata:
Artinya: “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan!
Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya
membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.” (QS Al-Isra’ : 31)
Bentuk pembunuhan yang banyak dilakukan adalah dengan peraktek aborsi.
Aborsi hukumnya adalah haram, terkecuali ada alasan darurat yang membolehkannya.
Yang sungguh mengherankan –berdasarkan data yang penulis dapatkan-, justru ibu-ibu
yang telah memiliki dua atau tiga anaklah yang paling banyak melakukan peraktek ini.
Hendaklah mereka segera bertobat dan memohon ampun kepada Allah.
4. Memberikan nama yang baik
58
Anak pun memiliki hak untuk diberi nama yang baik dan bagus didengar. Nama itulah
yang mewakili dirinya untuk kehidupannya kelak. Oleh karena itu, janganlah salah dalam
memilihkan nama.
Islam telah mengajarkan agar memilih nama-nama islami dan menjauhi nama-
nama yang mengandung unsur penyerupaan dengan agama lain atau penyerupaan dengan
pelaku-pelaku kemaksiatan. Sudah sepantasnya seorang muslim bangga dengan nama
islaminya.
Memilih nama yang islami tidak perlu susah-susah. Penulis teringat dengan nasihat
Syaikh ‘Abdul-Muhsin Al-’Abbad (Ahli hadis Madinah) ketika beliau ditanya tentang
beberapa nama arab yang agak asing didengar ditelinga, kemudian beliau menjawab,
“Pilihlah nama-nama yang tidak perlu ditanyakan lagi apakah boleh memakai nama itu
ataukah tidak!”. Nama-nama yang seperti di maksudkan oleh Syaikh ‘Abdul-Muhsin
sangat banyak sekali, seperti: ‘Abdullah, ‘Abdurrahman, ‘Abdurrahim dan sejenisnya,
nama-nama para nabi, nama-nama sahabat yang terkenal dll. Begitu pula untuk anak
perempuan, banyak sekali nama wanita-wanita solehah, seperti: Fatimah, Khadijah,
Aisyah dll.
5. Memberikan ASI yang cukup dan memperhatikan nutrisi
anak
Anak memiliki hak untuk dijaga kesehatannya. Makanan yang paling bagus untuk bayi di
bawah umur dua tahun adalah ASI (Air Susu Ibu).
59
Artinya: “Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu
bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi rezki
(makanan) dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani
melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita
kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya. Dan orang yang
mendapatkan warisan pun berkewajiban demikian…” (QS Al-Baqarah: 233).
Ibnu Hazm berkata, “Seorang ibu wajib menyusui anaknya, baik dia itu adalah seorang yang
merdeka ataupun budak, atau seorang yang berada di bawah tanggungan suaminya, tuannya
ataupun tidak di bawah tanggungan siapa-siapa. Hal ini disebabkan karena hak anaknya
yang berasal dari air mani yang dinisbatkan kepada suaminya atau selain suaminya, baik dia
itu senang atau tidak, bahkan anak seorang khalifah pun dipaksa untuk itu.
6. Memperhatikan kebersihan
60
Orang tua wajib memperhatikan kebersihan anaknya. Secara tidak disadari, hal ini sangat
berpengaruh terhadap perkembangan mental sang Anak. Begitu pula, sudah sepantasnya
orang tua mengajarkan cara menjaga kebersihan. Sebagai contoh kecil, mengajarkannya
untuk tidak membuang sampah kecuali di tempat sampah, mengajarkannya untuk
membersihkan tempat tidur dan membiasakannya untuk menggosok giginya.
Islam adalah agama yang yang sangat memperhatikan kebersihan. Di antara
bentuk ajaran Islam yang menjelaskan tentang kebersihan adalah disyariatkannya
berkhitan, baik untuk laki-laki maupun perempuan.
7. Keringanan Puasa Untuk Wanita Menyusui
Di antara kemudahan dalam syar’at Islam adalah memberi keringanan kepada wanita
hamil dan menyusui untuk tidak berpuasa. Jika wanita hamil takut terhadap janin yang
berada dalam kandungannya dan wanita menyusui takut terhadap bayi yang dia sapih –
misalnya takut kurangnya susu- karena sebab keduanya berpuasa, maka boleh baginya
untuk tidak berpuasa, dan hal ini tidak ada perselisihan di antara para ulama. Dalil yang
menunjukkan hal ini adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla meringankan setengah shalat untuk musafir dan
meringankan puasa bagi musafir, wanita hamil dan menyusui.” (HR. An Nasai no. 2275)
Fatwa Syaikh al utsaimin : "Wanita hamil atau menyusui tidak boleh berbuka pada siang
Ramadhan kecuali karena ada udzur (alasan yang dibenarkan). Dan apabila keduanya
berbuka karena ada udzur, wajib atas keduanya untuk mengqadha' shaum.
Juga berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala : “Dan wajib bagi orang-orang
yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu):
memberi makan seorang miskin” (Al-Baqarah : 184)
Namun jika yang di inginkan oleh sang ibu adalah tetap berpuasa. Maka ini juga
diperbolehkan dengan syarat tidak memberikan dampak kepada ibu dan janin. Karena
saat dalam keadaan puasa, dalan tubuh ibu menghasilkan hormon HPL yang berfungsi
61
sebagai glukosa sparing action untuk memberikan nutrisi kepada janin saat ibu puasa.
Namun agar tidak memberikan syubhat mengenai boleh tidaknya, baiknya sang ibu
mengkonsultasikan dengan dokter mengenai kondisi janin jika puasa pada keadaan itu.
Karena bisa saja keadaannya termasuk dalam kondisi maridh (orang sakit).
Perawatan Pertama
Perawatan bayi baru lahir dalam pandangan Islam sebenarnya tidak jauh beda dalam
pandangan standar para ahli dan pakar perawatan bayi dan anak.
Susuilah bayi selekasnya setelah dibersihkan oleh perawat atau bidan yang membantu persalinan.
Karena air susu pertama dari ibu mengandung Kollostrum yang sangat dibutuhkan bayi.
Biasakan ucapkan basmallah saat menyusui. Ingat bayi telah punya ingatan, dan aktif
merekam apapun yang diucapkan dan perdengarkan bahkan ketika bayi masih dalam kandungan.
Selesai menyusui, selalu usahakan untuk mendekap anak di dada sebelah kiri. Pada dada
kiri ibu terletak jantung di baliknya. Hingga anak akan merasakan degup jantung ibunya, sebagai
stimulan rasa sayang dan ikatan batin antara keduanya.
Sebenarnya tata cara ataupun perawatan bayi lahir dalam pandangan Islam tidak terlalu
mengikat dan baku. Yang utama adalah hanya harus mengenalkan Allah SWT pada bayi sejak
dini. Dari bacaan-bacaan doa pada saat terjadi rutinitas perawatan makhluk mungil ini. Semisal
ketika ingin menyusu, sesudah menyusu, ketika bayi bersin, ketika bayi senyum dan tampak
bahagia
Kewajiban pertama
Mempersiapkan beberapa hal sesuai dengan akidah ajaran agama Islam, yaitu
i. Melakukan aqiqah
Islam mengajarkan untuk melakukan aqiqah pada bayi baru lahir, sebagai perwujudan rasa
bersyukur manusia atas pemberian anugerah dari Allah SWT berupa seorang anak.
Memotong dua ekor kambing untuk anak lelaki dan seekor untuk anak perempuan.
ii. Mencukur rambut
Mencukur rambut bayi adalah bagian dari urutan kegiatan aqiqah. Setelah mencukur,
kemudian rambut ditimbang dan disamakan dengan harga emas sesuai berat timbangan
rambut cukuran tadi. Yang kemudian uang harga emas tersebut disedekahkan kepada fakir
62
miskin. Aqiqah dan mencukur dilakukan lebih cepat lebih baik. Namun bila belum ada
rezeki, maka lakukanlah dalam kelipatan sembilan sejak hari kelahiran bayi.
iii. Memberi nama
Rangkaian berikutnya adalah memberi nama. Sunnah Nabi Muhammad SAW adalah
memberi nama dengan nama-nama yang baik. Bila lelaki disarankan untuk menggunkan
nama Muhammad diawalnya ataupun boleh memakai nama-nama Allah SWT sesuai asmaul
husna namun dengan mencantumkan Abdul atau Abdullah di depannya, yang artinya adalah
‘hamba’ atau ‘hamba Allah’.
63
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa kanak-kanak Midle Childhood merupakan Golden age, yang dapat
mempengaruhi terbentuknya karakter dari segi IQ, EQ dan SQ, sehingga perlu
pengawasan khusus supaya tahap perkembangannya sesuai.
Perkembangan anak terdiri dari beberapa aspek yang terjadi pada tahapan usia
anak yaitu aspek fisik, aspek motorik, aspek kognitif dan aspek emosi.
Aspek perkembangan motorik merupakan aspek yang perlu mendapatkan
perhatian khusus, karena aspek ini berkaitan langsung dengan pembentukan
karakter anak.
Pemeriksaan perkembangan anak ke dokter spesialis anak sangat penting pada
massa pertumbuhan (1-5tahun) untuk memantau perkembangan anak.
Pemberian stimulasi-stimulasi dari orang tua dan guru anak usia dini merupakan
hal yang penting untuk mengajarkan dan membantu perkembangan anak ke tahap
selanjutnya lebih mudah.
B. Saran
Massa anak-anak perlu mendapatkan perhatian yang lebih dari orang tua.
Orang tau sebaiknya melakukan test atau pengecekan ke dokter spesialis secara
rutin untuk memantau tahapan perkembangan anak
Orang tua dan atau orang di sekitar anak diharapkan mampu memberikan
stimulasi-stimulasi yang sesuai dengan usia yang membantu perkembangan anak
menuju tahapan yang lebih tinggi.
64
DAFTAR PUSTAKA
1. Soetjiningsih,dr.SpAK.1995.Tumbuh Kembang Anak.Jakarta:EGC.
2. http://www.smallcrab.com/anak-anak/535-mengenal-ikterus-neonatorum
3. http://www.mentorhealthcare.com
65
Recommended