View
213
Download
1
Category
Preview:
DESCRIPTION
mlmlmlml
Citation preview
Proses Penuaan pada Jaringan Keras Rongga Mulut
1. Penuaan gigi
Berkaitan dengan proses fisiologis normal dan proses patologis
akibat tekanan fungsional dan lingkungan. Gigi geligi mengalami
diskolorasi menjadi lebih gelap dan kehilangan email akibat abrasi, erosi,
dan atrisi.
Gigi-gigi biasanya menunjukkan tanda-tanda perubahan dengan
bertambahnya usia perubahan ini bukanlah sebagai akibat dari usia tetapi
disebabkan oleh refleks, keausan, penyakit, kebersihan mulut, dan
kebiasaan. Email mengalami perubahan pada yang nyata karena
pertanbahan usia, termasuk kenaikan konsetrasi nitrogen dan fluoride
sejalan usia.
Erosi : Melarutnya email gigi (kalsium) oleh asam.Erosi merupakan
kelinan yang disebabkan hilangnya jaringan keras gigi karena
proses kimiawi dan tidak melibatkan bakeri.
Penyebab utama larutnya email
gigi adlah makanan atu
minuman yang mengandung
asam, asam yang timbul akibat
gangguan pencernaan yaitu
hasil metabolisme sisa makanan
oleh kuman, asm yang mempunyai PH kurang dari 5,5.
Abrasi : terkikisnya lapisan email gigi sehingga email menjadi
berkurang atau hilang hingga mencapi dentin .
Penyebab yaitu gaya friksi (gesekan) langsung antara gigi yang
berkontak dengan objek eksternal karena cara menyikat gigi yang
tidak tepat, kebiasaan buruk seperti menggigit pensil, mengunyah
tembakau, menggunakan tusuk gigi yang berlebihan diantara
gigi, serta pemakaian gigi tiruan lepasan yang menggunakan
cengkeraman.
Atrisi : hilangnya suatu substansi gigi secara bertahap (keausan) pada
permukaan oklusal, incisal, dan proksimal gigi karena proses
mekanis yang terjadi secara fisiologis akibat pengunyahan.
Penyebabnya yaitu proses pengunyahan didukung oleh kebiasaan
buruk seperti mrngunyah sirih, kontak premature dan makanan
yang bersifat abrasive, serta proses fisiologis pengunyahan pada
manula.
DENTIN
Karena adanya perubahan pada enamel (ex. Atrisi). Perubahan
pada dentin. Stimulasi odontoblas menghasilkan pola pelapisan dentin
yang jarang - jarang, sehingga serat matriks orientasinya menjadi
berjauhan dan susunan tubulus menjadi kacau. Reaksi kedua dapat
terbentuk dentin sklerotik pada tubulus yang terekspos di area atrisi.
Material yang terdeposisi pada dentin sklerotik lebih mengandung apatit
ke dalam tubulus dentin. Prosesnya dimulai dari akar ke korona pada
dentin yang sudah tua terbentuk perluasan batas permukaan pulpa pada
dentin yang menunjukkan konsentrasi tertinggi flouride disebabkan
penggabungan fluoride dari cairan jaringan pulpa pada pembentukan
dentin yang lambat.
Selain itu juga terjadinya proses pembentukan:
a. Dentin sekunder : kelanjutan dentinogenesis, reduksi jumlah
odontoblas.
b. Dentin tersier : adanya respon ransangan, odontoblas berdesakan, dan
tubulus dentin bengkok.
c. Dentin skelrotik : karies terhenti/berjalan sangat lambat, tubulus dentin
menghilang, dan merupakan system pertahanan tubuh ketika ada
karies.
d. Dead tracks (saluran mati ) : tubulus dentin kosong.
PULPA
a. Peningkatan kalsifikasi jaringan pulpa.
b. Penurunan komponen vaskuler dan seluler.
c. Reduksi ukuran ruang pulpa, pembentukan dentin yang berlanjut
sejalan dengan usia menyebabkan reduksi secara bertahap pada ukuran
kamar pulpa.
d. Peningkatan jaringan kolagen pulpa
2. Penuaan Tulang Alveolar
Terjadinya resorpsi dari processus alveolaris terutama setelah
pencabutan gigi sehingga tinggi wajah berkurang, pipi dan labium oris
tidak terdukung, wajah menjadi keriput dan juga terjadi resorpsi pada
caput mandibula, fossa glenoidales yang akan membatasi ruang gerak
membuka dan menutup mandibular.
Degenerasi tulang alveolar menyebabkan gigi geligi tampak lebih
panjang. Masa tulang (baik pada tulang alveolar atau sendi rahang )
menurun akibat menurunya asupan kalsium dan hilangnya mineral
tulang. Massa tulang dewasa mencapai puncaknya sekitar 35 tahun.
Kemudian massa tulang menurun sejalan dengan usia, dengan hilangnya
tulang kortikal maupun tulang trebekular.
Tulang alveolar juga mengalami remodeling. Resorbsi rahang atas
menyebabkan dasar sinus tipis. Dalam suatu kelompok orang berusia 65
tahun atau yang lebih tua, menunjukkan adanya kehilangan perlekatan dan
tulang alveolar yang lebih berat dibandingkan orang yang lebih muda.
Gambaran klinis ini kemungkinan terjadi akibat efek dari akumulasi plak
dalam jangka waktu yang lama. Faktanya, penelitian klinis menyimpulkan
bahwa penuaan kronologis tidak selalu menyebabkan terjadinya
kehilangan perlekatan ataupun penurunan penyangga tulang alveolar.
3. Penuaan Sementum
Seiring usia sementum menjadi kurang permeable pada molekul
bahan celup dan ion. Lapisan dalam sementum tidak punya sel sementosit
yang hidup karena molekul nutrisi tidak dapat mencapai flouride saat
bertambahnya ketebalan secara lambat selama hidup dan menjadi batas
dengan ligamen periodonsium. Penebalan sementum disepanjang seluruh
permukaan akar meningkat seiring dengan bertambahnya usia, dan
penebalan ini lebih terlihat pada sepertiga apikal akar.
B. Proses Penuaan pada Jaringan Periodontal Rongga Mulut
1. Pada Gingiva
a) Epithelium Gingiva.
Penipisan dan penurunan keratinisasi pada epithelium gingiva
dilaporkan dengan usia. Penemuan-penemuan yang significan tersebut
dapat berisi sebuah peningkatan dalam permeabilitas epithelium pada
antigens bacterial, penurunan resistensi pada trauma fungsional atau
keduanya. Perubahan dengan aging termasuk flattening (pendataran)
atau pengumpulan retepeg dan merubah densitas sel.
Efek aging pada daerah junctional epithelium telah menjadi
subjek pada banyak spekulasi. Migrasi junctional epithelium dari
posisinya, sebagai contoh pada enamel, ke posisi apical lainnya pada
permukaan akar dengan disertai resesi gingiva. Luas dari attached
gingiva akan diharapkan berkurang dengan usia, namun sebaliknya
muncul sebagai suatu kebenaran. Migrasi pada junctional epithelium
dipermukaan akar dapat disebabkan oleh erupsi gigi melalui gingiva
pada suatu pertahanan kontak oklusal dengan gigi lawannya (erupsi
pasif) sebagai suatu hasil pada permukaan gigi yang hilang dari atrisi.
Resesi gingiva bukan merupakan proses fisiologi dari aging namun
dijelaskan oleh efek kumulatif inflamasi atau trauma pada
periodonsium.
b) Jaringan Ikat Gingiva.
Meningkatnya usia menyebabkan kekasaran serta penebalan
pada jaringan ikat gingival. Perubahan kualitatif dan kuantitatif pada
kolagen termasuk peningkatan rata-rata soluble menjadi insoluble
collagen. Meningkatnya mekanis, kekuatan dan denaturasi suhu. Akibat
rtersebut berindikasi pada meningkatnya stabilisasi kolagen yang
disebabkan oleh karena perubahan dalam konformasi molekuler.
c) Ligamentum Periodontal.
Perubahan pada ligamentum periodontal karena usia tua
(penuaan) atau aging termasuk meningkatnya jumlah fibroblast dan
suatu struktur irregular berlebih membuat perubahan pada jaringan ikat
gingiva. Penemuan lain menyebutkan adanya penurunan produksi
matriks organic dan resting cell epithelium serta meningkatnya jumlah
dari sabut elastic. Lebarnya celah akan menurun apabila gigi tidak
berfungsi. Hal ini bisa menyebabkan gigi menjadi mudah tanggal dan
hilang.
d) Cementum.
Penebalan cementum paling sering ditemukan. Peningkatannya
bisa 5-10 kali lipat seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini terjadi
karena adanya deposisi yang terus berlanjut setelah gigi erupsi.
Penebalan terjadi biasanya pada permukaan apical dan lingual.
e) Tulang Alveolar
Perubahan morfologenik pada tulang alveolar mencerminkan
adanya perubahan usia dalam situs yang menyerupai tulang. Secara
spesifik pada periodonsium ditemukan adanya permukaan periodontal
yang lebih ireguler dan lebih sedikit inserti regular sabut-sabut kolagen.
Meskipun usia adalah factor yang beresiko osteoporosis, hal tersebut
tidak kausatif dan selanjutnya seharusnya dikenal dalam proses
fisiologis menua.
2. Proses Penuaan pada Mukosa Mulut.
Pada mukosa terjadi perubahan baik pada struktur, fungsi dan
elastisitas jaringan mukosa mulut. Gambaran klinis jaringan mukosa mulut
lansia tidak berbeda jauh dengan individu muda, tetapi riwayat adanya
trauma, penyakit mukosa, kebiasaan merokok, dan adanya gangguan pada
kelenjar ludah dapat mengubh gambran klinis
Gambaran histologis jaringan mukosa mulut yaitu trjadi penipisan
epitel, penurunan proliferasi seluler, hilangnya lemak dan elastisitas
submukosa, meningkatnya jaringan ikat fibrotik yang disertai perubahan
degenerati kolagen. Penipisan epitel diakibatkan rendahnya kemampuan
sel sel epitel untuk memperbaiki diri. Hal ini berhubungan dengan
terganggunya asupan nutrisi pada mukosa.
Pada proses penuaan, penumpukan serat kolagen akan semakin
bertambah pada pembuluh darah. Ini akan berakibat pada hilangnya
elastisitas pembuluh darah, sehingga pembuluh darah akan semakin kaku.
Aliran darahpun juga akan terganggu, sehingga asupan nutrisi untuk sel sel
epitel akan memburuk.
Perubahan struktural, tampak mukosa makin pucat,
tipis,halus,kering dan hilangnya stipling. Hilangnya stipling karena
behubungan dengan hilangnya keratin akibat proses penuaan.
Karakteristik penuaan mukosa mulut :
- Terlihat pucat dan kering
- Hilangnya stippling
- Terjadinya Oedema
- Elastisitas jaringan berkurang
- Jaringan mudah mengalami iritasi dan rapuh
- Kemunduran lamina propria
- Epitel mengalami penipisan
- Keratinisasi berkurang
- Vaskularisasi berkurang sehingga mudah atropi
- Penebalan serabut kolagen pada lamina propia
GINGIVA
Terjadinya penambahan papilla jaringan ikat dan menurunnya
keratinisasi epitel. Keratinisasi epitel gingiva yang menipis dan berkurang
terjadi berkaitan dengan usia. Keadaan ini berarti permeabilitas terhadap
antigen bakteri meningkat, resistensi terhadap trauma fungsional
berkurang, atau keduanya. Karena itulah, perubahan tersebut dapat
mempengaruhi hasil perawatan periodontal jangka panjang.
Pergerakkan dent gingival junction ke apical meluas ke Cemento Enamel
Junction
Migrasi epitel junction ke arah permukaan akar dapat disebabkan
oleh erupsi gigi melewati gingiva sebagai usaha untuk mengatur kontak
oklusal dengan gigi lawannya (erupsi pasif) akibat hilangnya permukaan
gigi karena atrisi. Hal ini kemudian berkaitan dengan resesi gingiva.
Resesi gingiva yang terjadi pada lanjut usia bukanlah merupakan proses
fisiologis yang pasti, namun merupakan akibat kumulatif dari inflamasi
atau trauma yang terjadi pada periodontal (seperti menyikat gigi yang
terlalu keras).
LIDAH
Pada lidah, proses penuaan
akan berakibat berkurangnya tonus
lidahh. Hal ini disebabkan karena
serabut – serabut otot mulai digantikan
oleh jaringan kolagen dan lemak,
sehingga kekuatan dan kelenturan otot
menurun yang nantinya akan mempengaruhi kemampuan kontraksi pada
lidah. Lidah nampak bercelah dan beralur atau ada pula yang tampak
berambut .Varikositas pada ventral lidah tampak jelas. Manifestasi yang
sering terlihat adalah atrofi papil lidah dan terjadinya fisura-fisura.
Sehubungan dengan ini maka terjadi perubahan persepsiterhadap
pengecapan. Akibatnya orang tua sering mengeluh tentang kelainan yang
dirasakan terhadap rasa tertentu misalnya pahit dan asin. Dimensi lidah
biasanya membesar dan akibat kehilangan sebagian besar gigi, lidah
besentuhan dengan pipi waktu mengunyah, menelan dan berbicara.
KELENJAR SALIVA
Pada kelenjar saliva terjadi pengurangan pada produksi saliva. Ini
disebabkan oleh adanya degenerasi sel asini, yaitu sel yang bertugas untuk
sekresi saliva. Selain itu, terjadi penumpukanfibrosa pada sel sel kelenjar
saliva. Terganggunya proses produksi saliva tentunya akan mengganggu
proses pengunyahan,penelanan, dan pencernaan,dapat pula menimbulkan
xerostomia . Saliva yang mengandung enzyme ptyalin tentunya akan
mempengaruhi dari proses pemecahan polisakarida pada makanan. Selain
itu, akan mempersulit fungsi bicara,dan menaikkan angka kemungkinan
terjadinya karies gigi.
MANDIBULA
Penuaan pada mandibula terjadi karena adanya resorpsi tulang
alveolar.Resorbsialveolar sampai setinggi 1 cm terutama pada rahang
tanpa gigi atau setelah pencabutan.
TULANG ALVEOLAR
Terjadi resorbsi dari processus alveolaris, terutama setelah
pencabutan gigi, sehingga tinggi wajah berkurang pipi dan labium oris tidak
terdukung sehingga wajah menjadi keriput.
Resorbsi tulang alveolar menyebabkan pengurangan jumlah tulang
akibat kerusakan tulang karena adanya peningkatan osteoklast (fungsinya :
perusakan tulang) sehingga terjadi
proses osteolisis dan peningkatan
vaskularisasi.
Akibat penuaan
mengakibatkan kontraksi otot
bertambah panjang saat menutup
mulut. Hal ini menyebabkan kerja
sendi lebih kompleks. Terjadi resorbsi
pada caput mandibula, membatasi
ruang gerak membuka danmenutup mandibula.Penuaan mengakibatkan
kehilangan kontak oklusal sehingga mengacaukan fungsi kunyah.
TMJ
Penambahan usia menunjukkan perubahan umum dari otot karena
hilangnya serabut otot untuk gerakan mandibula. Reduksi lebih lanjut pada
ketebalan otot rahang ditemukan pada orang tidak bergigi dibanding yang
masih bergigi. Perubahan ini terjadi akibat dari proses degenerasi
sehingga melemahnya otot-otot mengunyah yang mengakibatkan sukar
membuka mulut secara lebar. Sehingga dapat mengakibatkan:
1. Pengurangan jumlah gigi akibat penaan, terutama di gigi posterior
telah diindikasikan sebagai penyabab gangguan TMJ. Hal ini karena
condilust mandibula akan mencari posisi yang nyaman pada saat
menutup mulut. Inilah yang memicu perubahan letak condilust pada
fossa glenoid dan menyebabkan kelainan pada TMJ.
2. Akibat penuaan mengakibatkan kontraksi otot bertambah panjang saat
menutup mulut. Hal ini menyebabkan kerja sendi lebih kompleks.
3. Penuaan mengakibatkan remodeling.
Pengaruh perubahan usia pada gigi geligi :
- Pergerakan ke mesial (kea rah depan) dari gigi geligi. Pada tiap arcus dentalis
yang berhubungan dengan ausnya facies aproximalis (daerah kontak) dari
gigi geligi tetangganya (proses penyesuaian local untuk gigi sebelahnya).
- Atrisi enamel, diikuti dengan terbukanya dentin pada facies occlusalis dan
edge insisal. Proses ini berhubungan dengan reduksi besar cavitas pulparis
karena dentin sekunder yang mengalami atrisi yang hebat.
- Pergerakan mandibula ke depan dalam hubungan dengan maksila.
Diakibatkan karena atrisi bonjol-bonjol gigi belakang cenderung
menimbulkan kontak gigitan tepi dari insisivus atas dan bawah bertemu.
- Resesi gingiva, menyebabkan CEJ pada cavum oris sehingga perlekatan
ligamentum periodonsium akan berkurang dan tepi soket tereabsorpsi.
Terjadi rasa ngilu/ karies serviko fasial, menganggu estetika karena gigi
terlihat panjang, dinding poket meradang, jumlah sel fibrobrast ligament
periodontal menurun.
- Akar gigi memanjang karena deposisi cementum pada regio apicalis sehingga
kompensasi resesi gusi ke arah akar menyebabkan erupsi aktif.
- Penyempitan rongga pulpa dan penebalan sementum
Recommended