View
236
Download
3
Category
Preview:
Citation preview
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEM (DRPs) PADA
PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN PENYAKIT
PENYERTA HIPERTENSI DI LANTAI 5 TERATAI RUMAH
SAKIT UMUM PUSAT (RSUP) FATMAWATI PERIODE
BULAN JANUARI-JUNI 2016
SKRIPSI
DHENNY ARMAN SIREGAR
1111102000012
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018/1439 H
i
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEM (DRPs) PADA
PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN PENYAKIT
PENYERTA HIPERTENSI DI LANTAI 5 TERATAI RUMAH
SAKIT UMUM PUSAT (RSUP) FATMAWATI PERIODE
BULAN JANUARI-JUNI 2016
SKRIPSI
Diajukan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana farmasi (S.Farm)
DHENNY ARMAN SIREGAR
1111102000012
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018/1439 H
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
Nama : Dhenny Arman Siregar
Program Studi : Farmasi
Judul : Identifikasi Drug Related Problem (Drps) Pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Penyakit Penyerta Hipertensi
Di Lantai 5 Teratai Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)
Fatmawati Periode Bulan Januari – Juni Tahun 2016
Diabetes Melitus biasa disebut dengan the silent killer karena penyakit ini dapat
mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan.
Hipertensi sering dikatakan sebagai pembunuh tidak tampak serta diam-diam atau
the silent and invisible killer karena umumnya tidak menunjukkan gejala
(asimptomatis) dan berpotensial letal. Menurut American Society of Hypertension
(ASH), Hipertensi adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala yang
mempengaruhi progresivitas masalah kardioavaskuler. Drug related problems
(DRPs) adalah peristiwa atau keadaan dimana terapi obat berpotensi
mempengaruhi outcome klinik yang diinginkan. Identifikasi DRPs penting untuk
meningkatkan efektivitas terapi khususnya pada penyakit yang membutuhkan
pengobatan sepanjang hidup seperti Hipertensi. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui seberapa banyak terjadinya DRP pada pasien rawat inap dengan
penyakit Diabetes Melitus tipe 2 yang disertai dengan penyakit Hipertensi di
RSUP Fatmawati, adapun kategori DRPs yang meliputi adalah interaksi obat dan
ketidaktepatan dosis. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang
menggunakan rancangan penelitian cross sectional (potong lintang), dengan
pengumpulan data secara restrospektif. Data yang digunakan adalah data rekam
medis pasien. Data yang diperoleh dikaji secara deskriptif berdasarkan literatur.
Sebanyak 30 rekam medis pasien digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kejadian DRPs pada kategori interaksi obat secara teori
berpotensial terjadi 220 kali (90 %). Interaksi mayor berpotensial terjadi sebanyak
16.36 % sementara interaksi moderat dan minor berpotensial terjadi sebanyak
70.90 % dan 12.72 %. Kemudian pada DRP kategori masalah dosis obat terjadi 18
kali dosis obat kurang dan 18 kali dosis obat lebih.
Kata kunci: Diabetes Melitus, Hipertensi, drug related problem
vi
ABSTRACT
Name : Dhenny Arman Siregar
Program Study : Pharmacy
Title : Identification of Drug Related Problem (DRPs) in Diabetes Mellitus
Type 2 patients with Hypertension at 5th floor of Teratai in General
Hospital Center (RSUP) Fatmawati Period January – June 2016
Diabetes Mellitus is commonly referred as the slinets killer because the disease
may effect all organs of the body and cause a variety of complaints. Hypertension
is often called the silent and invisible killer because it commonly symptomsless
and potentially lethal. According to the American Society of Hypertension (ASH),
hypertension is a syndrome or collection symtoms that influences of
progressiveness a cardiovascular problem. Drug related problems (DRPs) are the
state where the medicine therapy is potential to affect the expected clinic outcome.
DRPs identification is prominent to improve the effectiveness therapy,
particularly to the illness which needs a long life medical treatment such as
hypertension. The aim and objectives of the present study is to determine how
many the DRP in hospitalized patients with hypertension accompanied with coronary
heart disease in Fatmawati Central General Hospital. The categories of DRPs that
included are drug interactions and dosing problem. This study was an observational
study used cross sectional study design, by collected data retrospectively. The data
used patient's medical records. The data obtained were examined descriptively
based on the literature 30 patient medical records were identified for this study.
The result of the study points that incidence of DRPs in the category of drug
interactions in theory was potentially 220 times (90%). Major potential drug
interaction accounted for 16.36 % of the total number of interactions while
moderate potential drugs interaction and minor potential drugs interaction were
70,90 % and 12.72 % respectively. In category of dosing problems, there were 18
cases of drugs dose too low and 18 cases of drug dose too high.
Keyword : Diabetes Mellitus, Hypertension, Drug Related Problem
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirarahmanirrahim
Alhamdulillah, segala puji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah
Subhānahu wa ta’ālā atas limpahan nikmat iman, Islam, kesehatan, kekuatan
serta kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan
skripsi ini dengan baik. Iringan Shalawat dan salam tercurah kepada Nabi
Muhammad Shallallāhu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan para sahabatnya, yang
telah memberikan keteladanan kepada seluruh umat, sehingga dapat membedakan
mana yang hak dan mana yang batil dan mampu melaksanakan risalah Islam yang
sesuai dengan agama yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya, sebagai
agama yang rahmatan lil ‘ālamīn.
Skripsi dengan judul “Identifikasi Drug Related Problem (Drps) Pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Penyakit Penyerta Hipertensi Di Lantai 5
Teratai Rumah Sakit Umum Pusat (Rsup) Fatmawati Periode Bulan Januari-Juni
2016” ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk
mendapatkan gelar sarjana farmasi di Program Studi Farmasi, Fakultas Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama proses penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis menyadari
begitu banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah
meluangkan waktunya dalam mendidik, membimbing, dan mendoakan yang
terbaik kepada penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Arief Sumantri, SKM., M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt selaku kepala Program Studi Farmasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dr. Dra Delina Hasan, M.Kes., Apt dan Ibu Dra. Alfina Rianti, M.Pharm., Apt
selaku pembimbing 1 dan 2 yang dengan sabar senantiasa meluangkan waktu
dan pikirannya untuk membimbing dan memberikan arahan selama proses
penyusunan skripsi.
4. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang dengan tulus ikhlas memberikan ilmunya kepada penulis.
viii
5. Segenap staff dan pegawai RSUP Fatmawati yang telah membantu penulis
selama proses penelitian.
6. Keluarga tercinta, Ayahanda Ahmad Dahruddin Siregar dan Ibunda
Nurdingin Hasibuan yang senantiasa memberikan dukungan, doa, semangat,
dan kasih sayang yang terus mengalir tanpa henti, Abang, kakak dan adik
serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan serta doa pada
penulis.
7. Sahabat Miyadah, Nurul, Fifi, Okka, Meryza, Munee, Sausan, Philia, Rais,
Monic,Vernanda, Mufida, Puspita, Akas, Rifqi, Arsyad, Nicky, Ali, Ayu,
Titis, Mazay, Tari, Dini, Firda, Rika, Kiki, Nana, Dana, Wafa, yang tidak
pernah berhenti memberikan semangat, bantuan dan motivasi kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman Program Studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
telah memberikan dukungan dan kerjasamanya selama perkuliahan.
9. Seluruh pihak yang telah banyak membantu dan berpartisipasi dalam berbagai
hal hingga terselesaikannya penyusunan skripsi sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Semua itu karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh sebab
itu, penulis dengan segala kerendahan hati mengharap kritik dan saran dari
pembaca demi perbaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga seluruh ilmu dan
pengalaman yang telah didapatkan selama menjalani perkuliahan dan penyusunan
skripsi ini dapat memberikan berkah dan manfaat khususnya bagi penulis serta
para pembaca umumnya.
Semoga Allah subhānahu wa ta’ālā senantiasa meridhai dan memberikan
petunjuk kepada seluruh hamba-Nya yang senantiasa berusaha dan melakukan
kebaikan kepada seluruh makhluk hidup di dunia ini.
Jakarta, 3 Juli 2018
Penulis
ix
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dhenny Arman Siregar
NIM : 1111102000012
Program Studi : Farmasi
Fakultas : Ilmu Kesehatan
Jenis Karya : Skripsi
demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah saya,
dengan judul :
Identifikasi Drug Related Problem (Drps) Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe
2 Dengan Penyakit Penyerta Hipertensi Di Lantai 5 Teratai Rumah Sakit
Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Periode Bulan Januari – Juni Tahun 2016
untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital
Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan
sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada Tanggal : 3 Juli 2018
Yang menyatakan,
(Dhenny Arman Siregar)
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
ABSTRACT ..................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
1.3.1. Tujuan umum .................................................................... 3
1.3.2. Tujuan khusus .................................................................... 3
1.4. Manfaat Panelitian ...................................................................... 3
1.5. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 5
2.1. Asuhan Kefarmasian ................................................................... 5
xi
2.2. Drug Related Problem (DRPs) ................................................... 6
2.3. Diabetes Melitus ......................................................................... 9
2.3.1. Jenis – jenis Diabetes Melitus ........................................... 9
2.3.1.1. Diabetes Melitus tipe I ......................................... 9
2.3.1.2. Diabetes Melitus tipe 2 ......................................... 9
2.3.1.3. Diabetes Melitus Gestasional ............................... 10
2.3.2.Diagnosis Diabetes Melitus ............................................... 10
2.3.3.Penatalaksanaan Diabetes Melitus ..................................... 11
2.3.3.1.Terapi Non Farmakologi ....................................... 11
2.3.3.2.Terapi Farmakologi ............................................... 12
2.4. Hipertensi .................................................................................... 15
2.4.1.Jenis – jenis Hipertensi ...................................................... 15
2.4.1.1.Hipertensi Primer(Essensial) ................................. 15
2.4.1.2.Hipertensi Sekunder .............................................. 16
2.4.2.Klasifikasi Tekanan Darah ................................................. 16
2.4.3.Pengelolaan Hipertensi ...................................................... 16
2.4.3.1.Terapi Non Farmakologi ....................................... 16
2.4.3.2.Terapi Farmakologi ............................................... 17
2.5.Komplikasi Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Hipertensi ............. 17
2.5.1.Penatalaksanaan Terapi pada Diabetes Melitus Tipe 2 dengan
Penyakit Penyerta Hipertensi ...................................................... 18
2.5.1.1.Terapi Non Farmakologi ....................................... 18
2.5.1.2.Terapi Farmakologi ............................................... 18
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ..... 23
3.1. Kerangka Konsep ........................................................................ 23
3.2. Definisi Operasional ................................................................... 24
xii
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 25
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 25
4.1.1.Lokasi Penelitian ................................................................ 25
4.1.2.Waktu Penelitian ................................................................ 25
4.2. Desain Penelitian ........................................................................ 25
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................. 25
4.3.1. Populasi ............................................................................. 25
4.3.2. Sampel ............................................................................... 25
4.4. Kriteria inklusi dan eksklusi ....................................................... 26
4.4.1. Kriteria inklusi ................................................................... 26
4.4.2. Kriteria eksklusi ................................................................ 26
4.5. Prosedur Penelitian ..................................................................... 26
4.5.1. Persiapan ........................................................................... 26
4.5.2. Pelaksanaan Pengumpulan Data ........................................ 26
4.5.3. Pengolahan Data ................................................................ 26
4.5.4. Analisis Data ..................................................................... 27
BAB V Hasil dan Pembahasan ...................................................................... 28
5.1. Hasil ........................................................................................... 28
5.1.1. Karakteristik Pasien ........................................................... 28
5.1.2. Profil Penggunaan Obat ..................................................... 30
5.1.3. Drug Related Problem ....................................................... 32
5.1.3.1 Interaksi Obat ........................................................ 32
5.1.3.2 Dosis yang Didapatkan Dibawah Dosis Terapi ..... 33
5.1.3.3 Dosis yang Didapatkan Diatas Dosis Terapi ......... 34
5.2. Pembahasan ................................................................................ 35
5.2.1. Karakteristik Pasien ........................................................... 35
xiii
5.2.1.1 Karakteristik Pasien Berdasarkan Usia ................. 35
5.2.1.2 Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin .. 35
5.2.1.3 Karaktersitik Pasien Berdasarkan Penyakit
Penyerta Lain ......................................................... 36
5.2.2. Profil Penggunaan Obat ..................................................... 37
5.2.2.1 Penggunaan Obat AntiDiabetes Tunggal .............. 37
5.2.2.2 Penggunaan Obat AntiDiabetes Kombinasi .......... 37
5.2.2.3 Penggunaan Obat AntiHipertensi .......................... 38
5.2.3. Drug Related Problem ....................................................... 38
5.2.3.1 Interaksi Obat ....................................................... 38
5.2.3.1.1 Interaksi Obat Berdasarkan Tingkat
Keparahan ............................................. 39
5.2.3.2 Dosis Dibawah Dosis Terapi ................................. 45
5.2.3.3 Dosis Diatas Dosis Terapi ..................................... 46
5.3. Keterbatasan Penelitian ............................................................... 46
5.3.1. Kendala .............................................................................. 46
5.3.2. Kelemahan ......................................................................... 47
5.3.3. Kekuatan ............................................................................ 47
BAB VI Kesimpulan ........................................................................................ 48
6.1. Kesimpulan ................................................................................. 48
6.2. Saran ........................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 49
Lampiran .......................................................................................................... 51
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kriteria Denegakan Diagnosis Diabetes Melitus .......................... 11
Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC...................................... 16
Tabel 5.1 Karakteristik Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 yang Disertai dengan
Penyakit Penyerta Hipertensi ........................................................ 28
Tabel 5.2 Distribusi Penyakit Penyerta pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
yang Disertai dengan Penyakit Hipertensi .................................... 29
Tabel 5.3 Profil Penggunaan Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 yang
Disertai dengan Penyakit Hipertensi ............................................. 30
Tabel 5.4 Penggunaan Obat AntiDiabetes yang paling Banyak Diberikan pada
Pasien ............................................................................................ 30
Tabel 5.5 Penggunaan Obat AntiHipertensi Paling Banyak Diberikan pada
Pasien ............................................................................................ 31
Tabel 5.6 Data Potensi Kejadian Interaksi Obat pada Pasien Diabetes Melitus
Type 2 yang Disertai dengan Hipertensi ....................................... 32
Tabel 5.7 Data Potensi Interaksi Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 yang
Disertai dengan Penyaki Penyerta Hipertensi Berdasarkan Tingkat
Keparahan...................................................................................... 32
Tabel 5.8 Distribusi Jumlah DRP Dosis Dibawah Dosis Terapi ................... 33
Tabel 5.9 Distribusi Jumlah DRP Dosis Diatas Dosis Terapi. ...................... 34
Tabel 5.10 Interaksi Obat pada Tingkat Mayor .............................................. 40
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari RSUP Fatmawati ............................. 51
Lampiran 2. Data Pasien Keseluruhan .......................................................... 54
Lampiran 3. Data Interaksi Obat ................................................................... 87
Lampiran 4. Data Dosis Pasien ..................................................................... 135
1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan
ketiadaan absolut insulin atau penurunan relatif insensitivitas sel terhadap insulin
(Corwin, 2009).
Diabetes Melitus disebut dengan the silent killer karena penyakit ini dapat
mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan.
Penyakit yang akan ditimbulkan antara lain gangguan penglihatan mata, katarak,
penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh, infeksi paru-
paru, gangguan pembuluh darah, stroke dan sebagainya. Tidak jarang penderita
Diabetes Melitus (DM) yang sudah parah menjalani amputasi anggota tubuh
karena terjadi pembusukan (Depkes,2005).
Pada umumnya, DM dikelompokkan menjadi 2, yaitu DM tipe 1 dan DM
tipe 2. Pada DM tipe 1, disebut Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM),
disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin oleh sel beta pankreas. DM tipe 2, juga
disebut Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM), disebabkan oleh
penurunan sensitivitas jaringan target terhadap insulin (Ozougwu et al, 2013). Hal
ini disebabkan banyaknya faktor resiko yang berkaitan dengan diabetes melitus
tipe 2 tersebut seperti obesitas, gaya hidup, dan pola makan yang buruk (Charles
dan Ivar, 2011).
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana seseorang memiliki tekanan
darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg,
menggunakan obat-obatan antihipertensi atau telah dinyatakan sedikitnya dua kali
oleh dokter atau tenaga kesehatan profesional lainnya bahwa orang tersebut
memiliki tekanan darah tinggi (Roger et al, 2012).
Angka kejadian Hipertensi cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun di Indonesia. Menurut survei Riskesdas tahun 2007-2008, kejadian
prevalensi Hipertensi di Indonesia telah mencapai 31,7% dari total penduduk
dewasa (Syamsudin, 2011). Hipertensi dijumpai dua kali lebih banyak pada
penderita diabetes dibandingkan pada penderita tanpa diabetes (Waspadji, 2010).
2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Munculnya hipertensi pada diabetes disebabkan hiperglikemia pada diabetes
melitus yang dapat meningkatkan angiostensin II sehingga dapat menyebabkan
hipertensi, dengan timbulnya hipertensi dapat menyebabkan komplikasi yang
lebih lanjut seperti jantung koroner, nefropati diabetes, dan retinopati diabetes
(Novitasari, dkk., 2011).
Drug related problems (DRPs) merupakan suatu peristiwa atau keadaan
dimana terapi obat berpotensi atau secara nyata dapat mempengaruhi hasil terapi
yang diinginkan (Bemt and Egberts, 2007; Pharmaceutical Care Network Europe
Foundation, 2010). Identifikasi DRPs pada pengobatan penting dalam rangka
mengurangi morbiditas, mortalitas dan biaya terapi obat (Ernst and Grizzle,
2001). Hal ini akan sangat membantu dalam meningkatkan efektivitas terapi obat
terutama pada penyakit-penyakit yang sifatnya kronis, progresif dan
membutuhkan pengobatan dengan jangka waktu yang lama.
Diabetes melitus tipe 2 merupakan masalah kesehatan yang sering dijumpai
di masyarakat dan memerlukan penanggulangan yang baik dan tepat. Pengobatan
diabetes tipe 2 sering mendapatkan banyak obat sehingga memperbesar
kemungkinan terjadinya drug related problems (DRPs). Tanpa penanganan yang
adekuat keduanya akan berakhir dengan komplikasi yang sama yaitu kematian
karena kardioserebrovaskular dan gagal ginjal (Waspadji, 2010). Dengan adanya
penyakit komplikasi seperti diatas dapat menimbulkan kejadian drug related
problems (DRPs), karena obat diabetes dapat memperburuk keadaan
hipertensinya atau obat hipertensi dapat meningkatkan kadar glukosa darah
pasien.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan
permasalahan penelitian yaitu pentingnya pemilihan obat terutama pada pasien
diabetes melitus tipe 2 dengan penyakit penyerta hipertensi untuk menghindari atau
menurunkan angka terjadinya drug related problems (DRPs) di lantai 5 teratai
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati periode bulan
Januari – Juni tahun 2016.
3
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui drug related problems
(DRPs) yang terjadi pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan penyakit
penyerta hipertensi di lantai 5 teratai Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Pusat (RSUP) Fatmawati periode bulan Januari – Juni tahun 2016.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui adanya (DRPs) pada kategori interaksi obat terhadap
pasien diabetes melitus tipe 2 dengan penyakit penyerta hipertensi yang
dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati tahun 2016.
2. Untuk mengetahui adanya (DRPs) pada kategori dosis terlalu rendah
terhadap pasien diabetes melitus tipe 2 dengan penyakit penyerta hipertensi
yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati periode
tahun 2016.
3. Untuk mengetahui adanya (DRPs) pada kategori dosis terlalu tinggi
terhadap pasien diabetes melitus tipe 2 dengan penyakit penyerta hipertensi
yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati tahun
2016.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis, penelitian ini akan menambah khasanah ilmu pengetahuan
tentang DRPs yang dapat memberikan manfaat kepada dokter dan apoteker
di RSUP Fatmawati.
2. Secara metodologi, penelitian ini dapat digunakan pada penelitian lainnya
untuk pengobatan penyakit lain dalam melihat DRPs.
3. Secara aplikatif, hasil penelitian ini hendaknya dapat diterapkan dan
menjadi masukan kebijakan RSUP Fatmawati serta sebagai informasi bagi
dokter dan apoteker dalam menetukan obat pada pengobatan penyakit
diabetes melitus tipe 2 yang disertai dengan penyakit penyerta hipertensi.
4
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian dengan judul “Identifikasi Drug Related Problem
(DRPs) pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 dengan Penyakit Penyerta Hipertensi
di lantai 5 teratai Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati periode bulan
Januari – Juni tahun 2016” hanya mengacu pada kejadian Drug Related Problem
(DRPs) yaitu interaksi obat, dosis terlalu rendah dan dosis terlalu tinggi. Besar
sampel sebanyak 30 pasien dan desain penelitian ini adalah rancangan analisa
deskriptif yang bersifat retrospektif cross sectional dan lama penelitian ini selama
dua bulan dengan lokasi penelitian di RSUP Fatmawati.
5 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Asuhan Kefarmasian
Peningkatan mutu pelayanan rumah sakit perlu terus diupayakan termasuk
pelayanan farmasi di rumah sakit. Paradigma pelayanan farmasi yang sekarang
berkembang adalah pelayanan kefarmasian yang berazaskan pada konsep asuhan
kefarmasian (Anonim, 2004). Asuhan kefarmasian merupakan praktek yang mana
farmasis bertanggung jawab atas kebutuhan pasien berkenaan dengan obat dan
bertanggungjawab atas terapi obat yang disediakan untuk tujuan pencapaian hasil
terapi pasien yang positif (Cipolle, dkk., 1998).
Asuhan kefarmasian tidak dimaksudkan untuk menggantikan peran dari
dokter atau tenaga kesehatan lainnya tetapi untuk memenuhi kebutuhan dalam
sistem perawatan kesehatan yang semakin meningkat karena resep obat bagi
seorang pasien yang lebih kompleks, meningkatnya produk obat dan informasi
obat yang ada di pasar, meningkatnya kompleksitas terapi obat, dan tingkat
signifikan morbiditas yang berkaitan dengan obat dan mortalitas yang berkaitan
dengan pengunaan obat, dan biaya finansial dan manusia yang tinggi dari
kecelakaan obat (Cipolle, dkk., 1998).
Tujuan pelayanan farmasi rumah sakit adalah pelayanan farmasi yang
paripurna sehingga dapat : tepat pasien, tepat dosis, tepat cara pemakaian, tepat
kombinasi, tepat waktu dan tepat harga. Selain itu pasien juga diharapkan
mendapatkan pelayanan penyuluhan yang dianggap perlu oleh farmasis sehingga
pasien mendapatkan pengobatan yang efektif, efisien, aman, rasional bermutu dan
terjangkau (Anonim, 2004).
Dari uraian-uraian di atas dapat diketahui bahwa pelayanan farmasi sangat
diperlukan untuk menjangkau ruang perawatan penderita. Hal ini disebabkan
karena perkembangan masalah obat dan peresepan yang lebih kompleks, antara
lain:
a. Peresepan yang tidak/kurang rasional, diantaranya :
1) Peresepan boros
2) Peresepan salah
6
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3) Peresepan berlebihan
4) Peresepan kurang
5) Peresepan majemuk
b. Peresepan dua atau lebih bersamaan yang tidak tepat
c. Cara pemakaian atau rute pemberian yang tidak tepat
d. Pemberian obat yang salah
e. Dosis pemberian yang kurang tepat
f. Kegagalan dalam menyesuaikan dosis obat karena perubahan pola
metabolisme dan ekskresi
g. Kegagalan dalam mengenali dini efek samping obat atau interaksi obat
h. Masalah ketidakpatuhan penderita terhadap aturan penggunaan obat (Hubeis,
2002)
2.2. Drug Related Problem (DRPs)
Drug Related Problems (DRPs) didefinisikan sebagai kejadian yang tidak
diinginkan yang dialami oleh pasien yang melibatkan terapi obat dan cenderung
mengganggu kesembuhan yang pasien inginkan. Drug Related Problems
mempunyai dua komponen utama :
a. Peristiwa yang tidak diharapkan atau resiko dari peristiwa yang dialami oleh
pasien. Kejadian ini dapat memberikan bentuk dari keluhan medis, gejala,
diagnosis, penyakit, ketidakmampuan, atau sindrom. Peristiwa tersebut dapat
disebabkan oleh kondisi psikologis, fisiologis, sosiokultural atau ekonomi.
b. Adanya gejala antara kejadian yang tidak diharapkan pasien dan terapi obat.
Keterkaitan ini dapat berupa konsekuensi dari terapi obat, saran yang berkaitan
dengan sebab dan efek atau kejadian yang memerlukan terapi obat untuk
resolusi dan pencegahannya.
Pada penelitian di Minnesota Pharmaceutical Care Project, kira-kira 10%
dari semua pasien mempunyai dua atau lebih Drug Related Problems pada awal
pemeriksaan oleh farmasis. Sekitar 5% dari pasien mempunyai lebih dari empat
Drug Related Problems yang memerlukan prioritasisasi dan pemecahan. Daftar
dari Drug Related Problems yang diprioritaskan berdasarkan resiko adalah
sebagai berikut:
7
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1. Problem mana yang harus diselesaikan (atau dicegah) dengan segera dan mana
yang diselesaikan.
2. Problem mana yang akan diidentifikasi oleh farmasis sebagai perhatian
utamanya.
3. Problem mana yang dapat dipecahkan oleh terapis dan pasien secara langsung.
4. Problem mana yang memerlukan intervensi orang lain (mungkin anggota
keluarga, dokter, perawat, atau spesialis lainnya) (Cipolle, dkk., 1998)
Jenis-jenis Drug Related Problems (DRPs) dan penyebabnya menurut
Cipolle, dkk., (2004) disajikan sebagai berikut:
1. Membutuhkan terapi tambahan obat
a. Pasien mempunyai kondisi medis baru yang membutuhkan terapi awal pada
obat.
b. Pasien mempunyai penyakit kronik yang membutuhkan terapi obat
berkesinambungan.
c. Pasien mempunyai kondisi kesehatan yang membutuhkan farmakoterapi
kombinasi untuk mencapai efek sinergis atau potesiasi.
d. Pasien dalam keadaan risiko pengembangan kondisi kesehatan baru yang
dapat dicegah dengan penggunaan alat pencegah penyakit pada terapi obat
dan / atau tindakan pramedis.
2. Terapi obat yang tidak perlu
a. Pasien yang sedang mendapatkan pengobatan yang tidak tepat indikasi pada
waktu itu.
b. Pasien yang tidak sengaja maupun sengaja kemasukan sejumlah racun dari
obat atau kimia, sehingga menyebabkan rasa sakit pada waktu itu.
c. Pengobatan pada pasien pengkonsumsi obat, alkohol, dan rokok.
d. Kondisi kesehatan pasien lebih baik diobati dengan terapi tanpa obat.
e. Pasien yang mendapatkan beberapa obat untuk kondisi yang mana hanya
satu terapi obat yang terindikasi.
f. Pasien yang mendapatkan terapi obat untuk pengobatan yang tidak tepat
dihindarkan dari reaksi efek samping yang disebabkan dengan pengobatan
lainnya.
8
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Terapi obat salah
a. Pasien menerima obat yang paling tidak efektif untuk indikasi pengobatan.
b. Pasien menjadi sulit disembuhkan dengan terapi obat yang digunakan.
c. Bentuk sediaan obat tidak tepat.
4. Dosis terlalu rendah
a. Dosis yang digunakan terlalu rendah untuk memberikan respon kepada
pasien.
b. Konsentrasi obat dalam darah pasien dibawah batas teurapetik yang
diharapkan.
c. Jarak dan waktu pemberian obat terlalu jarang untuk menghasilkan respon
yang diinginkan.
5. Reaksi obat yang merugikan
a. Pasien memperoleh reaksi alergi dalam pengobatan.
b. Ketersediaan obat dapat menyebabkan interaksi dengan obat lain atau
makanan pasien.
c. Penggunaan obat menyebabkan terjadinya reaksi yang tidak dikehendaki
yang tidak terkait dengan dosis.
d. Penggunaan obat yang kontraindikasi.
6. Dosis terlalu tinggi
a. Dosis terlalu tinggi untuk pasien.
b. Pasien dengan konsentrasi obat dalam darah diatas batas teurapetik obat
yang diharapkan.
c. Obat, dosis, rute, perubahan formulasi yang tidak tepat untuk pasien.
d. Dosis dan frekuensi pemberian tidak tepat untuk pasien.
7. Kepatuhan
a. Pasien tidak menerima aturan pemakaian obat yang tepat (penulisan,
pengobatan, pemberian, pemakaian).
b. Pasien tidak patuh dengan aturan yang diberikan untuk pengobatan.
c. Pasien tidak mengambil obat yang diresepkan karena harganya mahal.
d. Pasien tidak mengambil beberapa obat-obat yang diresepkan karena kurang
mengerti.
9
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
e. Pasien tidak mengambil beberapa obat yang diresepkan karena sudah
merasa sehat.
2.3. Diabetes Melitus
Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit atau gangguan metabolisme
kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah
disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai
akibat insufisiensi fungsi insulin (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005).
2.3.1 Jenis – jenis diabetes Melitus
2.3.1.1 Diabetes Melitus tipe I
Diabetes ini merupakan diabetes yang jarang atau sedikit populasinya,
diperkirakan kurang dari 5-10% dari keseluruhan populasi penderita diabetes.
Diabetes tipe ini disebabkan kerusakan sel-sel β pulau Langerhans yang
disebabkan oleh reaksi otoimun. Pada pulau Langerhans kelenjar pankreas
terdapat beberapa tipe sel, yaitu sel β, sel α dan sel σ. Sel-sel β memproduksi
insulin, sel-sel α memproduksi glukagon, sedangkan sel-sel σ memproduksi
hormon somastatin. Namun demikian serangan autoimun secara selektif
menghancurkan sel-sel β.
Destruksi otoimun dari sel-sel β pulau Langerhans kelenjar pankreas
langsung mengakibatkan defesiensi sekresi insulin. Defesiensi insulin inilah yang
menyebabkan gangguan metabolisme yang menyertai DM Tipe 1. Selain
defesiensi insulin, fungsi sel-sel α kelenjar pankreas pada penderita DM tipe 1
juga menjadi tidak normal. Pada penderita DM tipe 1 ditemukan sekresi glukagon
yang berlebihan oleh sel-sel α pulau Langerhans. Secara normal, hiperglikemia
akan menurunkan sekresi glukagon, tapi hal ini tidak terjadi pada penderita DM
tipe 1, sekresi glukagon akan tetap tinggi walaupun dalam keadaan hiperglikemia,
hal ini memperparah kondisi hiperglikemia. Salah satu manifestasi dari keadaan
ini adalah cepatnya penderita DM tipe 1 mengalami ketoasidosis diabetik apabila
tidak mendapatkan terapi insulin.
10
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.3.1.2 Diabetes Melitus tipe II
Diabetes Melitus tipe 2 merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih
banyak penderitanya dibandingkan dengan DM tipe 1, terutama terjadi pada orang
dewasa tetapi kadang-kadang juga terjadi pada remaja. Penyebab dari DM tipe 2
karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tak mampu merespon insulin secara
normal, keadaan ini disebut resietensi insulin.
Disamping resistensi insulin, pada penderita DM tipe 2 dapat juga timbul
gangguan gangguan sekresi insulin dan produksi glukosa hepatik yang berlebihan.
Namun demikian, tidak terjadi pengrusakan sel-sel β langerhans secara autoimun
sebagaimana terjadi pada DM tipe 1. Dengan demikian defisiensi fungsi insulin
pada penderita DM tipe 2 hanya bersifat relatif, tidak absolut.
Obesitas yang pada umumnya menyebabkan gangguan pada kerja insulin,
merupakan faktor risiko yang biasa terjadi pada diabetes tipe ini, dan sebagian
besar pasien dengan diabetes tipe 2 bertubuh gemuk. Selain terjadi penurunan
kepekaan jaringan pada insulin, yang telah terbukti terjadi pada sebagian besar
dengan pasien diabetes tipe 2 terlepas pada berat badan, terjadi pula suatu
defisiensi jaringan terhadap insulin maupun kerusakan respon sel α terhadap
glukosa dapat lebih diperparah dengan meningkatya hiperglikemia, dan kedua
kerusakan tersebut dapat diperbaiki melalui manuver-manuver teurapetik yang
mengurangi hiperglikemia tersebut (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005).
2.3.1.3 Diabetes Melitus gestasional
Diabetes Melitus gestasional adalah keadaaan diabetes yang timbul selama
masa kehamilan, dan biasanya berlangsung hanya sementara. Keadaan ini terjadi
karena pembentukan hormon pada ibu hamil yang menyebabkan resistensi insulin
(Tandra, 2008).
2.3.2 Diagnosis diabetes Melitus
Diagnosis DM biasanya diikuti dengan adanya gejala poliuria, polidipsia,
polifagia dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya.
Diagonosis DM dapat dipastikan apabila hasil pemeriksaan kadar glukosa darah
sewaktu ≥ 200 mg/dl dan hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa ≥ 126
mg/dl. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini.
11
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 2.1. Kriteria penegakan diagnosis diabetes Melitus
Glukosa plasma
puasa
Glukosa plasma 2 jam
setelah makan
Normal <100 mg/dl <140 mg/dl
Diabetes ≤126 mg/dl ≥200 mg/dl
2.3.3 Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Pada penatalaksanaan diabetes Melitus, langkah pertama yang harus
dilakukan adalah penatalaksanaan tanpa obat berupa pengaturan diet dan olah
raga. Apabila dalam langkah pertama ini tujuan penatalaksanaan belum tercapai,
dapat dikombinasi dengan langkah farmakologis berupa terapi insulin atau terapi
obat hipoglikemik oral, atau kombinasi keduanya (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes,
2005).
2.3.3.1 Terapi Non Farmakologi
1. Pengaturan diet
Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan
diabetes. Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang
seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak. Tujuan pengobatan diet
pada diabetes adalah:
a. Mencapai dan kemudian mempertahankan kadar glukosa darah
mendekati kadar normal.
b. Mencapai dan mempertahankan lipid mendekati kadar yang optimal.
c. Mencegah komplikasi akut dan kronik.
d. Meningkatkan kualitas hidup.
Terapi nutrisi direkomendasikan untuk semua pasien diabetes Melitus,
yang terpenting dari semua terapi nutrisi adalah pencapian hasil metabolis
yang optimal dan pencegahan serta perawatan komplikasi. Untuk pasien
DM tipe 1, perhatian utamanya pada regulasi administrasi insulin dengan
diet seimbang untuk mencapai dan memelihara berat badan yang sehat.
Penurunan berat badan telah dibuktikan dapat mengurangi resistensi insulin
dan memperbaiki respon sel-sel β terhadap stimulus glukosa.
12
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Olah raga
Berolah secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula
darah tetap normal. Prinsipya, tidak perlu olah raga berat, olah raga ringan
asal dilakukan secara teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi
kesehatan.
Beberapa contoh olah raga yang disarankan, antara lain jalan atau lari
pagi, bersepeda, berenang, dan lain sebagainya. Olah raga akan
memperbanyak jumlah dan juga meningkatkan penggunaan glukosa (Ditjen
Bina Farmasi dan Alkes, 2005).
2.3.3.2 Terapi Farmakologi
1. Insulin
Insulin adalah hormon yang dihasilkan dari sel β pankreas dalam
merespon glukosa. Insulin merupakan polipeptida yang terdiri dari 51 asam
amino tersusun dalam 2 rantai, rantai A terdiri dari 21 asam amino dan
rantai B terdiri dari 30 asam amino. Insulin mempunyai peran yang sangat
penting dan luas dalam pengendalian metabolisme, efek kerja insulin adalah
membantu transport glukosa dari darah ke dalam sel.
Macam – macam sediaan insulin :
1. Insulin kerja singkat
Sediaan ini terdiri dari insulin tunggal biasa, mulai kerjanya baru
sesudah setengah jam (injeksi subkutan), contoh: Actrapid, Velosulin,
Humulin Regular.
2. Insulin kerja panjang (long-acting)
Sediaan insulin ini bekerja dengan cara mempersulit daya larutnya
di cairan jaringan dan menghambat resorpsinya dari tempat injeksi ke
dalam darah. Metoda yang digunakan adalah mencampurkan insulin
dengan protein atau seng atau mengubah bentuk fisiknya, contoh:
Monotard Human.
13
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Insulin kerja sedang (medium-acting)
Sediaan insulin ini jangka waktu efeknya dapat divariasikan dengan
mencampurkan beberapa bentuk insulin dengan lama kerja berlainan,
contoh: Mixtard 30 HM (Tjay dan Rahardja, 2002).
Secara keseluruhan sebanyak 20-25% pasien DM tipe 2 kemudian
akan memerlukan insulin untuk mengendalikan kadar glukosa darahnya.
Untuk pasien yang sudah tidak dapat dikendalikan kadar glukosa
darahnya dengan kombinasi metformin dan sulfonilurea, langkah
selanjutnya yang mungkin diberikan adalah insulin (Waspadji, 2010).
2. Obat Antidiabetik Oral
Obat-obat antidiabetik oral ditujukan untuk membantu penanganan
pasien diabetes Melitus tipe 2. Farmakoterapi antidiabetik oral dapat
dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau kombinasi dari dua
jenis obat (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005).
a. Golongan Sulfonilurea
Golongan obat ini bekerja merangsang sekresi insulin dikelenjar
pankreas, oleh sebab itu hanya efektif apabila sel-sel β Langerhans
pankreas masih dapat berproduksi Penurunan kadar glukosa darah yang
terjadi setelah pemberian senyawa-senyawa sulfonilurea disebabkan oleh
perangsangan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas. Obat golongan ini
merupakan pilihan untuk diabetes dewasa baru dengan berat badan
normal dan kurang serta tidak pernah mengalami ketoasidosis
sebelumnya (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005).
1) Sulfonilurea generasi pertama
Tolbutamid diabsorbsi dengan baik tetapi cepat dimetabolisme
dalam hati. Masa kerjanya relatif singkat, dengan waktu paruh
eliminasi 4-5 jam (Katzung, 2002). Dalam darah tolbutamid terikat
protein plasma. Di dalam hati obat ini diubah menjadi
karboksitolbutamid dan diekskresi melalui ginjal (Handoko dan
Suharto, 1995).
Asektoheksamid dalam tubuh cepat sekali mengalami
biotransformasi, masa paruh plasma 0,5-2 jam. Tetapi dalam tubuh
14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
obat ini diubah menjadi 1-hidroksilheksamid yang ternyata lebih kuat
efek hipoglikemianya daripada asetoheksamid sendiri. Selain itu itu 1-
hidroksilheksamid juga memperlihatkan masa paruh yang lebih
panjang, kira-kira 4-5 jam (Handoko dan Suharto, 1995).
Klorpropamid cepat diserap oleh usus, 70-80% dimetabolisme
di dalam hati dan metabolitnya cepat diekskresi melalui ginjal. Dalam
darah terikat albumin, masa paruh kira-kira 36 jam sehingga efeknya
masih terlihat beberapa hari setelah pengobatan dihentikan (Handoko
dan Suharto, 1995).
Tolazamid diserap lebih lambat di usus daripada sulfonilurea
lainnya dan efeknya pada glukosa darah tidak segera tampak dalam
beberapa jam setelah pemberian. Waktu paruhnya sekitar 7 jam
(Katzung, 2002).
2) Sulfonilurea generasi kedua
Gliburid (glibenklamid) khasiat hipoglikemisnya yang kira-kira
100 kali lebih kuat daripada tolbutamida. Sering kali ampuh dimana
obat-obat lain tidak efektif lagi, risiko hipoglikemia juga lebih besar
dan sering terjadi. Pola kerjanya berlainan dengan sulfonilurea yang
lain yaitu dengan single-dose pagi hari mampu menstimulasi sekresi
insulin pada setiap pemasukan glukosa (selama makan) (Tjay dan
Rahardja, 2002). Obat ini dimetabolisme di hati, hanya 21% metabolit
diekresi melalui urin dan sisanya diekskresi melalui empedu dan
ginjal (Handoko dan Suharto, 1995).
Glipizid memiliki waktu paruh 2-4 jam, 90% glipizid
dimetabolisme dalam hati menjadi produk yang aktif dan 10%
diekskresikan tanpa perubahan melalui ginjal (Katzung, 2002).
Glimepiride dapat mencapai penurunan glukosa darah dengan
dosis paling rendah dari semua senyawa sulfonilurea. Dosis tunggal
besar 1 mg terbukti efektif dan dosis harian maksimal yang dianjurkan
adalah 8 mg. Glimepiride mempunya waktu paruh 5 jam dan
dimetabolisme secara lengkap oleh hati menjadi produk yang tidak
aktif (Katzung, 2002).
15
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b. Golongan Biguanida
Golongan ini yang tersedia adalah metformin, metformin
menurunkan glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap kerja insulin
pada tingkat selular dan menurunkan produksi gula hati. Metformin juga
menekan nafsu makan hingga berat badan tidak meningkat, sehingga
layak diberikan pada penderita yang overweight (Ditjen Bina Farmasi
dan Alkes, 2005).
c. Golongan Tiazolidindion
Golongan obat baru ini memiliki kegiatan farmakologis yang luas
dan berupa penurunan kadar glukosa dan insulin dengan jalan
meningkatkan kepekaan bagi insulin dari otot, jaringan lemak dan hati,
sebagai efeknya penyerapan glukosa ke dalam jaringan lemak dan otot
meningkat. Tiazolidindion diharapkan dapat lebih tepat bekerja pada
sasaran kelainan yaitu resistensi insulin tanpa menyebabkan
hipoglikemia dan juga tidak menyebabkan kelelahan sel β pankreas.
Contoh: Pioglitazone, Troglitazon.
d. Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim
glukosidase alfa di dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan
hiperglikemia postprandrial. Obat ini bekerja di lumen usus dan tidak
menyebabkan hipoglikemia dan juga tidak berpengaruh pada kadar
insulin. Contoh: Acarbose (Tjay dan Rahardja, 2002).
2.4 Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan dimana seseorang mengalami kenaikan tekanan
darah di atas normal atau kronis (dalam waktu yamg lama). Menurut WHO, tidak
bergantung pada usia, pada keadaan istirahat batas normal teratas untuk tekanan
sistolik 140 mmHg, sedangkan tekan diastolik 90 mmHg. Daerah batas yang
harus diamati bila sistolik 140-149 mmHg dan diastolik 90-94 mmHg (Anonim,
2008).
16
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.4.1 Jenis – jenis Hipertensi
2.4.1.1 Hipertensi Primer (Essensial)
Hipertensi primer meliputi lebih kurang 90% dari seluruh pasien hipertensi
dan 10% lainnya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Oleh karena itu, upaya
penanganan hipertensi primer lebih mendapatkan prioritas. Peninggian tekanan
darah tidak jarang merupakan satu-satunya tanda pada hipertensi primer.
Bergantung pada tingginya tekanan darah gejala yang timbul dapat berbeda-beda,
kadang-kadang hipertensi primer berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala
setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti ginjal, mata, otak, dan jantung.
2.4.1.2 Hipertensi sekunder
Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder dari penyakit
komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah. Pada
kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau renovaskular
adalah penyebab sekunder yang paling sering. Obat-obat tertentu, baik secara
langsung atupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau memperberat
hipertensi dengan menaikkan tekanan darah (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes,
2006).
2.4.2 Klasifikasi Tekanan Darah
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC
7) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal,
prehipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2 dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC
Klasifikasi
Tekanan Darah
TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi derajat 1 140 – 159 90 – 99
Hipertensi derajat 2 ≥160 ≥100
Keterangan : TDS = Tekanan Darah Sistolik
TDD = Tekanan Darah Diastolik
17
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.4.3 Pengelolaan Hipertensi
2.4.3.1 Terapi Non Farmakologi
Terapi ini dapat dilakukan dengan mengubah gaya hidup seseorang. Semua
pasien dan individu dengan riwayat keluarga hipertensi perlu dinasehati mengenai
gaya hidup, seperti menurunkan kegemukan, asupan garam (total, < 5 g/hari),
asupan lemak jenuh dan alkohol (pria < 21 unit dan perempuan < 14 unit per
minggu), banyak makan buah dan sayuran, tidak merokok dan berolah raga yang
teratur, semua ini terbukti dapat merendahkan tekanan darah dapat menurunkan
penggunaan obat-obat (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2006).
2.4.3.2 Terapi Farmakologi
Selain cara non farmakologi, penatalaksanaan utama hipertensi adalah obat.
Keputusan untuk memulai memberikan obat antihipertensi berdasarkan beberapa
faktor seperti derajat peninggian tekanan darah, terdapatnya kerusakan organ
target, dan terdapatnya manifestasi klinis penyakit kardiovaskular atau faktor
risiko lain.
Adapun obat-obat yang digunakan adalah: Diuretics, Angiostensin
Converting Enzyme Inhibitor (ACE Inhibitor), Angiostensin Reseptor Blocker
(ARB), Beta Blocker (BBs), Calcium Chanel Blocker (CCB) (Ditjen Bina Farmasi
dan Alkes, 2006).
2.5 Komplikasi Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Hipertensi
Secara umum diperkirakan hipertensi dijumpai dua kali lebih banyak pada
populasi diabetes dibanding non diabetes. Hipertensi diketahui mempercepat dan
memperberat penyulit-penyulit akibat diabetes seperti penyakit jantung koroner,
stroke, nefropati diabetik, retinopati diabetik, dan penyakit kardiovaskular akibat
diabetes, yang meningkat dua kali lipat bila disertai hipertensi. Hipertensi
merupakan faktor utama dari harapan hidup dan komplikasi pada pasien diabetes
dan menentukan evaluasi dari nefropati dan retinopati penderita diabetes
khususnya.
Adapun salah satu penyebab terjadinya hipertensi adalah resistensi
insulin/hiperinsulinemia. Kaitan hipertensi primer dengan resistensi insulin telah
diketahui sejak beberapa tahun silam, terutama pada pasien gemuk. Insulin
18
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
merupakan zat penekan karena meningkatkan kadar ketekolamin dan reabsorpsi
natrium (Saseen dan Carter, 2005).
Hubungan antara diabetes tipe 2 dan hipertensi lebih kompleks dan tidak
berkaitan dengan nefropati. Pada pasien diabetes tipe 2, hipertensi seringkali
bagian dari sindrom metabolik dari resistensi insulin. Hipertensi mungkin muncul
selama beberapa tahun pada pasien ini sebelum diabetes Melitus muncul.
Hiperinsulinemia memperbesar patogenesis hipertensi dengan menurunkan
ekskresi sodium pada ginjal, aktivitas stimulasi dan tanggapan jaringan pada
sistem saraf simpatetik, dan meningkatkan resistensi sekeliling vaskular melalui
hipertropi vaskular. Penatalakasanaan yang giat dari hipertensi (<130/80 mmHg)
mengurangi perkembangan komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular (Saseen
dan Carter, 2005).
2.5.1 Penatalaksanaan Terapi Pada Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Penyakit
Penyerta Hipertensi
2.5.1.1 Terapi Non Farmakologi
Tujuan pengobatan hipertensi pada diabetes adalah untuk mengurangi
morbiditas dan mortalitas akibat diabetes sendiri dan akibat hipertensinya. Dalam
penanganan diabetes dengan komplikasi hipertensi, diperlukan perhatian khusus
seperti nefropati, retinopati, gangguan serebrovaskular, obesitas, hiperinsulinemia,
hipokalemia, hiperkalemia, impotensi penyakit vaskuler perifer, neuropati
autonom, dan dislipidemia. Pengobatan non farmakologi berupa pengurangan
asupan garam, penurunan berat badan untuk pasien gemuk, dan berolah raga
(Saseen dan Carter, 2005).
2.5.1.2 Terapi Farmakologi
Penanggulangan farmakologi dilakukan secara individual dengan
memperhatikan berbagai aspek pasien. Oleh karena penyandang diabetes Melitus
mempunyai kelainan metabolik, hal ini harus diperhatikan dalam pemilihan obat.
Obat antihipertensi yang ideal untuk penyandang diabetes Melitus
sebaiknya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Efektif menurunkan tekanan darah.
2. Tidak mengganggu toleransi glukosa atau mengganggu respons terhadap hipo-
hiperglikemia.
19
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Tidak mempengaruhi fraksi lipid.
4. Tidak menyebabkan hipotensi postural, tidak mengurangi aliran darah tungkai,
tidak meningkatkan risiko impotensi.
5. Bersifat kardio-protektif dan reno-protektif (Saseen dan Carter, 2005).
Adapun obat yang digunakan untuk pasien hipertensi dengan diabetes
Melitus adalah sebagai berikut :
1. Angiostensin Converting Enzyme (ACE) Inhibitor
ACE Inhibitor bekerja dengan cara menghambat perubahan angiotensin
I menjadi angiotensin II. Golongan obat ini diindikasikan untuk hipertensi
pada diabetes tergantung insulin dengan nefropati, dan mungkin untuk semua
pasien diabetes (Anonim, 2000).
Keuntungan dari ACE Inhibitor pada diabetes adalah ACE Inhibitor
tidak mempunyai efek biokimia yang merugikan pada regulasi glukosa
seperti agen yang lainnya. Selain itu, pada pasien-pasien nephropathia
diabetica ACE Inhibitor merupakan obat pilihan yang lebih baik dibanding
dengan diuretik, karena ACE Inhibitor tidak menimbulkan gangguan pada
regulasi glukosa dan fungsi ginjal (Saseen dan Carter, 2005).
ACE inhibitor sangat dianjurkan dalam mengendalikan diabetes. Obat
ini merupakan pilihan utama untuk penyakit hipertensi dengan kondisi
diabetes. Rekomendasi ini berdasarkan fakta yang menunjukan penurunan
hipertensi yang berhubungan dengan komplikasi, termasuk penderita sakit
jantung, peningkatan penyakit ginjal, dan stroke. Terapi ACE inhibitor
mungkin merupakan bahan antihipertensif yang sangat penting bagi pasien
diabetes (Saseen dan Carter, 2005).
ACE inhibitor amat berguna untuk nefropati diabetik, dimana dilatasi
arteriol eferen memperlambat penurunan progresif fungsi ginjal dan dapat
mengurangi proteinuria juga dapat memperbaiki sensivitas insulin dan tanpa
efek pada lipid atau asam urat dalam serum (Saseen dan Carter, 2005).
Contoh obat-obat golongan ini yaitu Captropil, Lisinopril, Ramipril,
Enalapril, Tanapres (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2006).
20
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Angiostensin II Reseptor Blocker (ARB)
ARB menurunkan tekanan darah dengan menghambat secara langsung
reseptor angiostensin II yang sudah diketahui pada manusia: vasokonstrisi,
pelepasan aldosteron, aktivasi simpatetik, pelepasan hormon antidiuretik dan
konstriksi arteriol efferent dari glomelurus ( Ditjen Bina Farmasi dan Alkes,
2006).
ARB mempunyai kemiripan dengan ACE inhibitor yaitu merupakan
obat pilihan pertama dalam pengobatan hipertensi dengan diabetes. ARB
lebih disukai sebagai bahan pertama untuk mengontrol hipertensi dengan
diabetes. Secara farmakologis, ARB akan memberikan nepropoteksi pada
vasodilasi dalam efferent arteriol dari ginjal selain itu ARB juga
meningkatkan sensifitas insulin (Gray, dkk., 2006).
ARB digunakan untuk mengurangi progresi pada diabetik nefropati,
diabetes Melitus tipe 2 dengan protenuria dan kejadian penyakit ginjal. ARB
merupakan antihipertensi yang menunjukkan bukti pengurangan kerusakan
ginjal pada pasien diabetes Melitus tipe 2 dengan nefropati (Saseen dan
Carter, 2005). Contoh obat-obat golongan ini yaitu Valsartan, Losartan,
Irbesartan, Telmisartan, Olmesartan (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2006).
3. Diuretik
a. Diuretik Hemat Kalium
Diuretik hemat kalium bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus
kolingentes daerah korteks dengan cara menghambat reabsorbsi natrium dan
sekresi kalium dengan jalan antagonisme kompetitif. Contoh diuretik hemat
kalium adalah spironolakton. Diuretik ini menyebabkan diuresis tanpa
menyebabkan kehilangan kalium dalam urin (Anonim, 2009).
Efek hiperglikemik yang ditimbulkan diuretik nampaknya ditunjukkan
dengan hilangnya kalium. Pasien dengan penurunan konsentrasi serum
potasium menunjukkan lebih mengganggu toleransi glukosa dan dengan
suplementasi potasium dapat mencegah terjadinya hiperglikemia.
Mempertahankan konsentrasi serum kalium normal pada pasien yang
dirawat dengan terapi diuretik merupakan hal yang penting (Saseen dan
Carter, 2005).
21
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b. Diuretik Thiazid
Diuretik Thiazid sangat bermanfaat pada para penderita diabetes, baik
dalam bentuk tunggal maupun gabungan. Perhatian utamanya adalah
kecenderungan menjadikan lebih buruk hiperglikemia, tetapi efek ini
cenderung menjadi kecil dan tidak memproduksi kejadian kardiovaskuler
lebih dibandingkan dengan kelas obat lainnya (Chobanian, dkk., 2004).
Selain itu, merubah diet atau dosis pengobatan diabetes dapat mengatur
hiperglikemia jika hal tersebut terjadi (Saseen dan Carter, 2005).
Diuretik Thiazid merupakan obat pilihan kedua dalam hipertensi pada
DM tipe I dengan nefropathi dan hipertensi pada DM tipe II tanpa
nefropathi. Thiazide Diuretics dalam dosis besar dapat menyebabkan
gangguan toleransi glukosa, memperburuk fraksi lipid, menyebabkan
hipokalemia, dan impotensi (Bakri, dkk., 2001). Contoh obat-obat golongan
Thiazide Diuretics adalah Khorthalidon, Hidrolorotiazid, Indapamid, dan
Metolazon (Saseen dan Carter, 2005).
4. Beta Blocker (β-blocker)
Beta blocker ditujukan untuk resiko kardiovaskular pada pasien
diabetes, dan bahan ini digunakan ketika dibutuhkan. Beta blocker telah
ditunjukan paling tidak pada satu studi menjadi sama efektif dengan ACE
inhibitor dalam hal perlindungan terhadap morbiditas dan mortalitas pasien
diabetes (Saseen dan Carter, 2005).
Obat ini dapat menghambat sekresi insulin dan menyebabkan
hiperglikemia, tetapi resiko rendah yang relatif dari efek ini biasanya lebih
banyak dalam penurunan pada hipertensi yang berkaitan dengan komplikasi.
Jika glukosa darah meningkat, dosis beta blocker dapat dikurangi atau dapat
dilakukan dengan terapi diabetes (Saseen dan Carter, 2005)
Beta blocker merupakan obat pilihan kedua dalam hipertensi pada DM
tipe I dengan nefropati dan hipertensi pada DM tipe II tanpa nefropati. Beta
blocker bersifat netral terhadap metabolisme glukosa dan lipid serta
mempunyai efek renoprotektif dan kardioprotektif. Efek samping dari obat
ini selain menghambat sekresi insulin, juga mengaburkan gejala-gejala
hipoglikemia serta memperberat gangguan aliran darah perifer yang biasa
22
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
terjadi pada penyandang diabetes. Selain itu obat ini dapat memperburuk
profil lipid. Efek samping ini dapat dikurangi dengan pemakaian Beta
Blocker kardioselektif (Bakri, dkk., 2001). Contoh obat-obat golongan ini
yaitu Betaxolol, Atenonol, Metoprolol, dan Bisoprolol (Saseen dan Carter,
2005).
Atenolol, betaxolol, bisoprolol, dan metoprolol adalah penyekat beta
yang kardioselektif, jadi lebih aman daripada penyekat beta yang
nonselektif pada penyakit arteri perifer dan diabetes yang karena alasan
khusus harus diberi penyekat beta. Tetapi kardioselektif adalah fenomena
yang tergantung dosis. Pada dosis yang lebih tinggi, penyekat beta yang
kardioselektif kehilagan selektifitas relatifnya untuk reseptor beta-1 dan
akan memblok reseptor beta-2 seefektif memblok reseptor beta-1 (Ditjen
Bina Farmasi dan Alkes, 2006).
5. CCB (Calcium Chanel Blocker)
CCB direkomendasikan sebagai pilihan untuk merawat hipertensi
pada pasien diabetes. CCB tidak mempengaruhi sensivitas insulin atau
metabolisme glukosa dan nampak menjadi obat antihipertensif yang ideal
untuk pasien diabetes dan hipertensi. Bagaimanapun bukti menunjukkan
penurunan kardiovaskular dengan CCB pada pasien diabetes tidak
meyakinkan sebagaimana antihipertensif yang lain (diuretic, beta blocker,
ACE inhibitor, dan ARB) (Sassen dan Carter, 2005).
CCB tidak berbahaya bagi penderita diabetes, meskipun demikian,
CCB dianggap sebagai bahan kedua setelah beta blocker, ACE inhibitor,
dan ARB. Target tekanan darah pada pasien diabetes adalah < 130/80
mmHg karena kebanyakan pasien diabetes membutuhkan tiga atau lebih
antihipertensif untuk mencapai tujuan ini, CCB merupakan bahan yang
berguna dalam populasi ini, khususnya bila dikombinasi dengan bahan lain
(Saseen dan Carter, 2005). Contoh obat-obat golongan ini yaitu Amlodipin,
Felodipin, Nifedipin, Diltiazem, dan Verapamil (Ditjen Bina Farmasi dan
Alkes, 2006).
23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Rekam medis pasien Diabetes
Melitus tipe 2 dengan penyakit
penyerta Hipertensi periode
bulan Januari - Juni 2016 di
RSUP Fatmawati
Pasien yang
memenuhi kriteria
inklusi dan eklusi
Obat penyakit
Diabetes
Melitus tipe 2
DRP
Interaksi obat Dosis terlalu rendah
Gambar 3.1. Kerangka Konsep
Obat penyakit
Hipertensi
Obat lainnya
Dosis terlalu tinggi
24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.2 Definisi Operasional
a). Rekam Medis : catatan dan dokumen tentang indentitas, anamnesis,
pemeriksaan, diagnosis, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang
diberikan kepada seorang penderita selama di rawat di rumah sakit, baik rawat
jalan maupun rawat inap.
b). DRPs : suatu kejadian yang tidak diharapkan dari pengalaman pasien akibat
terapi obat, sehingga secara aktual maupun potensial dapat mengganggu
keberhasilan penyembuhan yang diharapkan
c). Interaksi obat : situasi dimana suatu zat mempengaruhi aktivitas obat, yaitu
meningkatkan atau menurunkan efeknya, atau menghasilkan efek baru yang
tidak diinginkan atau direncanakan.
d). Dosis terlalu rendah : keadaan dimana pasien diberikan obat dengan dosis
terlalu rendah untuk mencapai respon, jika jarak interval pemberian terlalu
jarang atau ketika interaksi obat dapat mengurangi bioavailabilitas obat.
e). Dosis terlalu tinggi : keadaan dimana pasien diberikan obat dengan dosis terlalu
tinggi, jika jarak interval pemberian obat terlalu pendek, jika durasi kerja obat
terlalu panjang, jika terjadi interaksi obat yang dapat menyebabkan reaksi
toksik, atau jika sediaan obat diadministrasikan terlalu cepat.
25 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.1.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rekam Medik dan Depo Farmasi RSUP
Fatmawati Jakarta Selatan.
4.1.2 Waktu Penelitian
Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada pada bulan November 2016
sampai Januari 2017. Analisa data dilaksanakan pada bulan Agustus 2017 hingga
Maret 2018
4.2 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional (potong lintang), yaitu
pengumpulan data variabel untuk mendapatkan gambaran kejadian DRP pada
pasien pada waktu tertentu, dengan rancangan analisis deskriptif. Pengumpulan
data dilakukan dengan metode retrospektif .
Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder, yaitu berupa
catatan rekam medis pasien diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi hipertensi di
RSUP Fatmawati Jakarta Selatan periode Januari sampai Juni tahun 2016.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien diabetes melitus tipe 2
dengan penyakit penyerta hipertensi yang dirawat di RSUP Fatmawati Jakarta
Selatan pada periode Januari sampai Juni tahun 2016 dengan populasi sebanyak
150 pasien.
4.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian adalah populasi yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi. Sampel diambil secara purposive dari populasi yang ada. Besar
sampel sebanyak 30 sampel.
26
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
4.4.1 Kriteria inklusi
Pasien rawat inap yang diagnosis diabetes mellitus tipe 2 yang disertai
penyakit hipertensi berdasarkan hasil pemeriksaan dokter periode Januari - Juni
2016.
1. Pasien yang berusia di atas 25 tahun baik pria maupun wanita.
2. Pasien yang menerima obat lebih dari satu macam obat.
3. Pasien dengan rekam medis yang lengkap
4.4.2 Kriteria ekslusi
1. Rekam medis yang tidak lengkap, hilang, dan tidak jelas.
2. Pasien diabetes mellitus yang tidak disertai hipertensi.
3. Pasien wanita hamil.
4.5 Prosedur Penelitian
4.5.1 Persiapan
1. Pengurusan izin penelitian di RSUP Fatmawati.
2. Presentasi proposal di RSUP Fatmawati.
3. Presentasi proposal di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.5.2 Pelaksanaan Pengumpulan Data
1. Penelusuran data pasien Diabetes Melitus tipe 2 dengan penyakit
penyerta Hipertensi yang dirawat inap di RSUP Fatmawati Jakarta
Selatan periode bulan Januari 2016 sampai dengan bulan Juni 2016.
2. Pengambilan dan pencatatan data hasil rekam medis berupa nomor rekam
medis, identitas pasien (nama,umur jenis kelamin, dan penyakit
komplikasi), tanggal perawatan, tekanan darah, diagnosa, data
penggunaan obat (jenis obat, regimen dosis, dan lama penggunaan), hasil
laboratorium diruang instalasi rekam medis.
4.5.3 Pengolahan Data
1. Editing data
Peneliti melakukan penilaian terhadap data mentah, pemeriksaan
kembali kebenaran data yang diperoleh dan mengeluarkan data yang
tidak memenuhi kriteria penelitian.
27
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Coding Data
Peneliti melakukan coding terhadap data yang terpilih dari proses
seleksi untuk mempermudah analisis di program Microsoft Excel.
3. Entry Data
Peneliti memasukan data yang telah dilakukan proses coding ke dalam
program Microsoft Excel dalam bentuk tabel.
4. Cleaning data
Kegiatan pengecekan kembali sebelum dilakukan analisis lebih lanjut
untuk menghindari terjadinya ketidaklengkapan atau kesalahan data.
4.5.4 Analisis Data
Analisis data dilakukan menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan
akan dianalisis dengan analisa univariat. Analisa univariat dilakukan untuk
menganalisis setiap variabel (terikat maupun bebas) yang akan diteliti secara
deskriptif. Adapun pengolahan data dengan menggunakan analisis univariat ialah:
1. Karakteristik Pasien
a. Jenis Kelamin
b. Usia Pasien
c. Penyakit Komplikasi
2. Penggunaan antidiabetes dan obat antihipertensi tunggal.
3. Penggunaan antidiabetes dan obat antihipertensi kombinasi.
28 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
5.1.1 Karakteristik Pasien
Demografi pasien meliputi jenis kelamin, usia, dan jenis penyakit
penyerta. Identifikasi Drug Related Problems pada pasien digambarkan
secara deskriptif dalam bentuk persentase. Jumlah pasien Diabetes Melitus
type 2 yang disertai dengan penyakit hipertensi di instalasi rawat inap teratai
lantai 5 selatan Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati pada bulan Januari -
Juni 2016 terdapat 150 pasien dan didapat 30 pasien yang masuk kriteria
inklusi dalam penelitian ini. Untuk data karakteristik pasien yang menerima
terapi obat dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 5.1 Karakteristik Pasien Diabetes Melitus tipe 2 yang Disertai
dengan Penyakit Hipertensi di instalasi rawat inap Teratai lantai V
RSUP Fatmawati, 2016 (n=30)
Karekteristik Pasien Jumlah Presentase (%)
Berdasarkan Jenis Kelamin
Perempuan 17 56%
Laki-laki 13 44%
Berdasarkan Usia
Dewasa Awal (26 – 35 tahun) - -
Dewasa Akhir (36 – 45 tahun) 1 3%
Lansia Awal (46-55 tahun) 8 27%
Lansia Akhir (56 – 65 tahun) 11 37%
Manula (> 65 tahun) 10 33%
Dari tabel di atas, terlihat bahwa pasien Diabetes Melitus type 2 yang
disertai penyakit hipertensi didominasi oleh perempuan sebanyak 56%, dan
selebihnya laki-laki sebanyak 44%.
Tabel 5.1 diatas menunjukkan bahwa pasien Diabetes Melitus type 2 yang
disertai penyakit hipertensi yang paling banyak adalah kelompok lansia akhir
sebanyak 37%, kemudian manula yaitu 33%, lansia awal sebanyak 27%, dewasa
akhir sebanyak 3% sedangkan kelompok dewasa awal tidak mengalami. Untuk
data distribusi penyakit penyerta lain yang diderita pasien Diabetes Melitus type 2
yang disertai penyakit hipertensi dapat dilihat pada tabel 5.2 dibawah.
29
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 5.2 Distribusi Penyakit Penyerta pada Pasien Diebetes Mellitus
Tipe 2 yang Disertai Penyakit Hipertensi di instalasi rawat inap Teratai
lantai V RSUP Fatmawati
Penyakit Penyerta Jumlah Presentase (%)
Hiponatremia 8 11%
Anemia 7 9%
Hipokalemia 5 7%
Chronic Kidney Disease 4 6%
Dislipidemia 4 6%
Infeksi Saluran Kemih 4 6%
Stroke 4 6%
Acute Kidney Injury 3 4%
Dispepsia 3 4%
Sepsis 3 4%
Hipoglikemia 2 3%
Hipoalbuminemia 2 3%
Gastritis 2 3%
Atrial Fibrallition 1 1%
Bisitopenia 1 1%
Ca gaster 1 1%
Community Acquired Pneumonia 1 1%
Coronary Artery Disease 1 1%
Coronery Artery Fistula 1 1%
Dengue fever 1 1%
Esofagitis 1 1%
Fraktur humerus 1 1%
Geriatrik 1 1%
Hematemesis melena 1 1%
Hipertrigliserida 1 1%
Hipokalsemia 1 1%
Hipomagnesemia 1 1%
Ketoasidosis Diabetikum 1 1%
Malnutrisi 1 1%
Retinopati 1 1%
Seizure 1 1%
Ulcus gaster 1 1%
Vertigo 1 1%
Dari tabel 5.2 terlihat bahwa Hiponatremia adalah penyakit penyerta
terbanyak yang diderita pasien Diabetes Melitus type 2 dan Hipertensi yaitu
sebanyak 11%, kemudian diikuti oleh Anemia sebanyak 9%, Hipokalemia
sebanyak 7%, lalu diikuti Chronic Kidney Disease, Dislipidemia, Infeksi Saluran
Kemih, Stroke, masing-masing 6%, dan selebihnya dibawah 5% yaitu Acute
Kidney Injury, Dispepsia, Sepsis, Hipoglikemia, Hipoalbuminemia, Gastritis,
Atrial Fibrallition, Bisitopenia, Ca gaster, Community Acquired Pneumonia,
30
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Coronary Artery Disease, Coronery Artery Fistula, Dengue fever, Esofagitis,
Fraktur humerus, Geriatrik, Hematemesis melena, Hipertrigliserida,
Hipokalsemia, Hipomagnesemia, Ketoasidosis Diabetikum, Malnutrisi,
Retinopati, Seizure, Ulcus gaster, Vertigo.
5.1.2 Profil Penggunaan Obat
Untuk profil penggunaan obat pasien Diabetes Melitus type 2 yang disertai
dengan hipertensi di instalasi rawat inap teratai lantai 5 selatan RSUP Fatmawati
dapat dilihat pada tabel dibawah.
Tabel 5.3 Profil Penggunaan Obat pada Pasien Diabetes Melitus tipe 2 yang
Disertai dengan Penyakit hipertensi di instalasi rawat inap Teratai lantai V
RSUP Fatmawati, 2016
Profil Penggunaan Obat Jumlah Presentase (%)
Obat Antidiabetes Kombinasi 13 43%
Obat Antidiabetes Tunggal 11 37%
Tidak Diberikan Obat Antidiabetes 6 20%
Obat Antihipertensi Tunggal 14 47%
Obat Antihipertensi Kombinasi 11 37%
Tidak Diberikan Obat Antihipertensi 5 16%
Berdasarkan tabel diatas, pada pasien Diabetes Melitus type 2 yang
disertai dengan hipertensi terlihat bahwa pasien yang mendapatkan antidiabetes
kombinasi sebanyak 43%, antidiabetes tunggal sebanyak 37%, dan selebihnya
tidak mendapatkan obat antidiabetes. Kemudian sebanyak 47% pasien Diabetes
Melitus type 2 yang disertai hipertensi diberikan obat antihipertensi golongan
tunggal, antihipertensi kombinasi sebanyak 37%, dan selebihnya tidak
mendapatkan obat antihipertensi.
Tabel 5.4 Penggunaan Obat Antidiabetes yang Paling Banyak
Diberikan pada Pasien
Profil Penggunaan Obat Frekuensi Presentase (%)
Obat Diabetes Tunggal
Metformin 5 62.5%
Lantus 2 25%
Actrapid 1 12.5%
Obat Diabetes Kombinasi
Novorapid + Lantus 1 12.5%
Humalog + Lantus 1 12.5%
Metformin + Glimepirid 1 12.5%
Metformin + Novorapid 1 12.5%
31
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gliquidone + Glucophage + Lantus 1 12.5%
Metformin + Glimepirid + Lantus 1 12.5%
Novomix + Novorapid + Metformin 1 12.5%
Metformin + Glimepirid + Lantus + Humalog 1 12.5%
Berdasarkan tabel diatas, untuk penggunaan obat diabetes tunggal yang
paling banyak diberikan pada pasien Diabetes Melitus type 2 yang disertai dengan
hipertensi adalah metformin sebanyak 5 pasien.
Untuk penggunaan obat diabetes kombinasi yang diberikan pada pasien
yaitu masing-masing sebanyak 1 pasien.
Tabel 5.5 Penggunaan Obat Antihipertensi yang Paling Banyak Diberikan
pada Pasien
Profil Penggunaan Obat Frekuensi Presentase (%)
Obat Hipertensi Tunggal
Amlodipine 8 57.14%
Captopril 2 14.28%
Adalat Oros (Nifedipine) 1 7.14%
Bisoprolol 1 7.14%
Lisinopril 1 7.14%
Ramipril 1 7.14%
Obat Hipertensi Kombinasi
Amlodipine + Captopril 2 18.18%
Amlodipine + Cardace (Ramipril) 2 18.18%
Amlodipine + Perdipine 1 9.09%
Amlodipine + Bisoprolol 1 9.09%
Adalat Oros (Nifedipine) + Captopril 1 9.09%
Micardis (Telmisartan) + Bisoprolol + Amlodipine 1 9.09%
Amlodipine + VBlock (cavedilol) + Candesartan + Ramipril 1 9.09%
Amlodipine + Ramipril + Hydrochlorothiazide + Bisoprolol 1 9.09%
Amlodipine + Candesartan + Captopril + Bisoprolol 1 9.09%
Berdasarkan tabel diatas, untuk penggunaan obat hipertensi tunggal yang
paling banyak diberikan pada pasien Diabetes Melitus type 2 yang disertai dengan
hipertensi adalah amlodipine yaitu sebanyak 8 pasien (57.14%).
Untuk penggunaan obat hipertensi kombinasi yang paling banyak
diberikan pada pasien adalah pada penggunaan amlodipin dengan captopril dan
amlodipine dengan cardace yaitu masing-masing sebanyak 2 pasien (18.18%).
32
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5.1.3 Drug Related Problems (DRPs)
5.1.3.1 Interaksi Obat
Berdasarkan kejadian Drug Related Problems kategori interaksi obat pada
pasien Diabetes Melitus type 2 yang disertai dengan hipertensi dapat dilihat pada
tabel dibawah.
Tabel 5.6 Data Potensi Kejadian Interaksi Obat pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 yang Disertai Dengan Hipertensi (n=30)
Kejadian Interaksi Obat Jumlah Presentase (%)
Mengalami Interaksi Obat 27 Pasien 90%
Tidak Mengalami Interaksi Obat 3 Pasien 10%
Dari data diatas dapat dilihat bahwa hasil DRP kategori interaksi obat pada
pada pasien Diabetes Melitus type 2 yang disertai dengan hipertensi, terdapat 27
pasien (90%) yang berpotensi mengalami interaksi obat. Berdasarkan tingkat
keparahan interaksi obat yang terjadi pada pasien Diabetes Melitus type 2 yang
disertai dengan hipertensi dapat dilihat pada tabel berikut.
Berdasarkan tingkat keparahan interaksi obat yang terjadi pada pasien
Diabetes Melitus type 2 yang disertai dengan hipertensi dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 5.7 Data Potensi Interaksi Obat pada Pasien Diabetes Melitus
Tipe 2 yang disertai dengan Penyakit Hipertensi Berdasarkan
Tingkat Keparahan
Potensi Interaksi Obat Berdasarkan
Tingkat Keparahan Jumlah Persentase (%)
Moderate 156 70.90%
Major 36 16.36%
Minor 28 12.72%
Total 220 90.00%
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa potensi interaksi obat berdasarkan
tingkat keparahannya paling tinggi yaitu moderate sebanyak 70,90%, disusul
tingkat major sebanyak 16,36%, kemudian minor sebanyak 12,72%.
33
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5.1.3.2 Dosis yang Didapatkan Dibawah Dosis Terapi
Berdasarkan kejadian DRPs kategori dosis dibawah dosis terapi pada
penggunaan obat pada pasien Diabetes Melitus type 2 yang disertai dengan
hipertensi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.8 Distribusi Jumlah DRP Dosis Di Bawah Dosis Terapi (%)
No Golongan Terapi
Obat
Nama Generik Rute Dosis yang
Digunakan
Dosis Normal Frekuensi Presentase
(%)
1 Antiulserasi Lansoprazole IV 30mg - 1x 30 mg secara
inj IV lambat
2x/hari
3 16.66%
Lansoprazole IV 30mg - 1x 30 mg secara
inj IV lambat
2x/hari
Lansoprazole IV 1ampul -2x 30 mg secara
inj IV lambat
2x/hari
2 Obat SSP golongan
lain
Prohiper
(Methylphenidate)
PO 1/2tab - 2x 20-30 mg/hari
diberikan
dalam 2-3
dosis terbagi
2 11.11%
Prohiper
(Methylphenidate)
PO 1/2-0-0 20-30 mg/hari
diberikan
dalam 2-3
dosis terbagi
3 Antikonvulsan,
antiepilepsi
Fenitoin PO 100mg - 1x 100mg - 3-
4xsehari
2 11.11%
Fenitoin PO 100mg - 2x 100mg - 3-
4xsehari
4 Antihipertensi Bisoprolol PO 1.25mg - 1x 5mg/hari 2 11.11%
Bisoprolol PO 1.25mg - 1x 5mg/hari
Vbloc (Carvedilol) PO 3,125mg - 1x 6.25mg/hari 1 5.56%
5 Vitamin, elektrolit KSR PO 600mg - 2x 1-2 tab 3x
/hari
1 5.56%
6 Antirefluks Sucralfat PO 1c - 3x 1gr-4x/hari 1 5.56%
7 Diuretic Mannitol IV 50cc - 4x 250 ml-1 L
dalam 24 jam
1 5.56%
8 Antihiperlipidemia Gemfibrozil PO 300mg - 1x 600mg 2x/hari 1 5.56%
9 Antidiabetik Glucophage
(Metformin)
PO 1 - 1x 500 mg 2-
3xsehari
1 5.56%
10 Insufisiensi ginjal
kronik
Ketosteril (Asam
Amino Esensial)
PO II - 3x 4-8 kapsul
3x/hari
1 5.56%
11 Suplemen,
elektrolit, antidote
Natrium Bikarbonat PO 1-3x 1-5gr/hari 1 5.56%
12 Calcium Channel
Blocker
Amlodipine PO 2.5mg-1x 5-10mg 1 5.56%
Total 18 100%
34
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa untuk kategori DRPs pada dosis
dibawah dosis terapi, paling banyak pada penggunaan lansoprazol sebanyak 3
pasien (25%).
5.1.3.3 Dosis yang Didapatkan Diatas Dosis Terapi
Berdasarkan kejadian DRPs kategori dosis diatas dosis terapi pada
penggunaan obat antidiabetes pada pasien penderita Diabetes Melitus type 2 yang
disertai dengan hipertensi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.9 Distribusi Jumlah DRP Dosis Di Atas Dosis Terapi (%)
No
Golongan Terapi
Obat
Nama Generik Rute Dosis yang
Digunakan
Dosis Normal Frekuensi Presentase
(%)
1 Antiulserasi Omeprazole IV 40mg - 2x 40 mg 1x/hari 7 38.89%
Omeprazole IV 40mg - 2x 40 mg 1x/hari
Omeprazole IV 40mg - 2x 40 mg 1x/hari
Omeprazole IV 40mg - 2x 40 mg 1x/hari
Omeprazole IV 40mg - 2x 40 mg 1x/hari
Omeprazole IV 1amp - 2x 40 mg 1x/hari
Omeprazole IV 1gr - 2x 40 mg 1x/hari
2 Vasodilator perifer
dan activator cerebral
Citicolin IV 1000mg - 2x Max 1000mg/hari 3 16.67%
Citicolin IV 500mg - 3x Max 1000mg/hari
Citicolin IV 500mg - 3x Max 1000mg/hari
3 Vitamin Asam Folat PO 3tab-1x 0.5-1mg/hari 3 16.67%
Asam Folat PO 3tab-1x 0.5-1mg/hari
Asam Folat PO 3tab-1x 0.5-1mg/hari
4 Diuretic Lasix
(Furosemide)
IV 5mg/jam 20-40mg/hari 1 5.56%
5 Antibiotic Meropenem IV 1gr – 3x 500mg/8jam 1 5.56%
Ciprofloxasin PO 400mg -2x 250-500mg/hari 1 5.56%
6 Antikoagulasi Kalnex (Asam
Traneksamat)
IV 500mg – 2x 2-10ampul (10-
50mL)/hari
1 5.56%
7 Obat kumur Minosep
(Chlorhexidine
Gluconate)
Diku
mur
4x 2x sehari 1 5.56%
Total 18 100%
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa untuk kategori DRPs dosis diatas
dosis terapi, paling banyak pada penggunan citicolin jalur intravena sebanyak
7kali (38.89%).
35
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5.2 Pembahasan
5.2.1 Karakter Pasien
5.2.1.1 Karakteristik Pasien Berdasarkan Usia
Didapat sampel sebanyak 30 pasien yang masuk kriteria inklusi dari total
populasi sebanyak 150 pasien. Hal ini dikarenakan banyak data yang tidak masuk
kriteria inklusi seperti umur pasien yang dibawah 25tahun, data rekam medis
yang tidak lengkap, tekanan darah harian yang tidak dipantau, hasil lab yang tidak
lengkap, tidak terdapat data umur, dan berat badan pasien.
Terlihat pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa penderita Diabetes Melitus
type 2 yang disertai dengan Hipertensi terbanyak adalah pasien pada rentang usia
56-65 tahun, yaitu sebanyak 11pasien. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Prima Ayu Oktavia pada tahun 2014 yang menunjukkan prevalensi
paling banyak pada usia 51-60 sebanyak 28.6%, lalu diikuti pada usia 61-70
sebanyak 25.4%. Peningkatan risiko diabetes seiring dengan berjalannya umur,
khususnya pada usia lebih dari 40tahun yang disebabkan karena pada usia tersebut
mulai terjadi peningkatan intoleransi glukosa. Adanya proses penuaan
menyebabkan berkurangnya kemampuan sel β pancreas dalam memproduksi
insulin (Sunjaya, 2009). Selain itu pada individu yang berusia lebih tua terdapat
penurunan aktivitas mitokondria di sel-sel otot sebsar 35%. Hal ini berhubungan
dengan peningkatan kadar lemak di oto sebesar 30% dan memicu terjadinya
resistensi insulin.
5.2.1.2 Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari tabel 5.1 diatas dapat dilihat bahwa pasien penderita Diabetes Melitus
type 2 yang disertai hipertensi lebih banyak pada perempuan yaitu sebanyak 17
pasien (56%) dan sisanya pada laki-laki sebanyak 13 pasien (44%). Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Riskesdas pada tahun 2013 yang
menunjukkan prevalensi penderita Diabetes Melitus lebih besar pada wanita
(7.70%) dibandingkan pria (5.60%).
Diabetes Melitus merupakan salah saatu penyakit dengan angka kejadian
tertinggi di Indonesia dan tingginya angka tersebut menjadikan Indonesia
peringkat keempat jumlah DM terbanyak di dunia setelah India, China, dan
Amerika Serikat (Suyono, 2006). Tingginya kejadian DM type 2 pada perempuan
36
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko, seperti obesitas, kurang aktivitas/latihan
fisik, usia, dan riwayat DM saat hamil.
5.2.1.3 Karakteristik Pasien Berdasarkan Penyakit Penyerta Lain
Dari data tabel 5.2 menunjukkan bahwa penyakit penyerta lain yang
diderita oleh pasien Diabetes Melitus type 2 yang disertai dengan hipertensi paling
banyak adalah hyponatremia yaitu sebanyak 11%, diikuti oleh anemia yaitu
sebanyak 9%, lalu hypokalemia 7%, lalu diikuti oleh oleh dislipidemia, CKD,
stroke, ISK yaitu sebanyak 6%, dan untuk penyakit yang lainnya dibawah 5%.
Hiponatremia adalah sebuah gangguan elektrolit (gangguan pada garam
dalam darah) dimana konsentrasi natrium dalam plasma lebih rendah dari normal,
khusunya dibawah 135meq/L. Sebagian besar kasus hyponatremia terjadi dalam
hasil orang dewasa dari jumlah berlebih atau efek dari hormon penahan air yang
dikenal dengn nama hormone antidiuretik. Hiponatremia paling sering merupakan
komplikasi dari penyakit medis lain yang dimana banyak cairan kaya natrium
yang hilang (misalnya karena diare atau muntah), atau kelebihan air yang
terakumulasi dalam tubuh pada tingkat yang lebih tinggi daripada yang dapat
dieksresikan.
Anemia didefinisakan sebagai penurunan kadar hemoglobin dalam darah
dan merupakan suatu kondisi dimana jumlah sel darah yang mempunyai kapasitas
membawa oksigen tidak dapat mencukupi kebutuhan fisiologis tubuh. Seseorang
bisa dikatakan anemia berdasrkan kriteria world health organization (WHO) jika
terjadi penurunan kadar hemoglobin dibawah normal. Penurunan kadar
hemoglobin dibawah normal yaitu ketika kadar hemoglobin dibawah <120 g/L
atau <12.0 g/dL. Pada dasarnya anemia disebabkan karena gangguan
pembentukan, kehilangan darah (pendarahan), dan proses penghancuran yang
terlalu cepat. Anemia merupakan salah satu bagian dari komplikasi kronis yang
terjadi jika DM tidak dikelola dengan baik. Kontrol glikemik yang buruk
menyebabkan terjadinya neuropati otonom sehingga mengganggu produksi
eritropoiten dan pelepasannya karena sebagian mekanisme tersebut diatur oleh
sistem saraf otonom, selain itu juga terjadi kerusakan arsitektur ginjal karena
hiperglikemia kronis dan akibat terbentuknya advanced glycation end product
(AGEs), yang akhirnya dapat meneyebabkan terjadinhya anemia pada pasien DM.
37
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5.2.2. Profil Penggunaan Obat
5.2.2.1. Penggunaan Obat Antidiabetes Tunggal
Pemakaian obat antidiabetes tunggal telah banyak diberikan kepada
pasien, baik secara oral maupun injeksi. Pemakaian obat antidiabetes tunggal yang
paling banyak digunakan adalah golongan Biguanida yaitu Metformin sebanyak 8
pasien (57.14%).
Untuk pemberian antidiabetes oral berupa Metformin pada proses awal
terapi telah sesuai dengan apa yang diterbitkan PERKENI, dimana Metformin
merupakan antidiabetes oral pilihan utama (Soegondo,2002). Karena Metformin
mampu mengendalikan kondisi glikemia menjadi normal dan menurunkan efek
toksik glukosa pada pancreas sehingga dapat memperbaiki fungsi sel β (Sterne,
2007). Metformin bermanfaat terhadap sistem kardiovaskular dan mempunyai
risiko yang kecil terhadap kejadian hipoglikemia. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Praditya (2006), dimana penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah
Metformin (47%).
Penggunaan antidiabetes tunggal terbesar setelah golongan Biguanida
adalah lantus. Lantus (insulin glargine rekombinan) adalah insulin manusia
dengan komposisi kimia yang sedikit dimodifikasi. Perubahan kimia memberikan
Insulin glargine dengan onset lambat tindakan (70 menit) dan durasi yang lebih
lama tindakan (24 jam) dibandingkan insulin manusia biasa. Kegiatannya tidak
memuncak. Lantus adalah insulin long-acting yang digunakan untuk mengobati
orang dewasa dengan diabetes tipe 2 dan orang dewasa serta anak-anak (6 tahun
dan lebih tua) dengan diabetes tipe 1 untuk kontrol gula darah tinggi.
5.2.2.2. Penggunaan Obat Antidiabetes Kombinasi
Kombinasi obat antidiabetes digunakan pada saat penggunaan obat
antidiabetes tunggal belum mencapai target glikemik yang diinginkan.
Berdasarkan penggunaan obat antidiabetes kombinasi pada pasien Diabetes
Melitus type 2 yang disertai dengan hipertensi diatas, didapatkan kombinasi yang
berbeda-beda pada tiap masing-masing pasien. Namun dari hasil pengolahan data
tidak ditemukan pemberian obat antidiabetes kombinasi yang terbanyak, karena
masing-masing pasien menggunakan obat antidiabetes kombinasi yang berbeda-
beda dan dengan jumlah.
38
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5.2.2.3. Penggunaan Obat Antihipertensi
Pemakaian obat antihipertensi tunggal telah banyak diberikan kepada
pasien, baik secara oral maupun injeksi. Pemakaian obat antihipertensi tunggal
yang paling banyak digunakan adalah Amlodipin. Menurut Pedoman Tatalaksana
Hipertensi pada Penyakit Kardiovaskular, antagonis kalsium digunakan sebagai
obat tambahan setelah optimalisasi dosis β blocker bila terjadi tekanan darah tetap
tinggi, angina yang persisten atau adanya kontraindikasi absolute pemberian dari
β blocker. Antagonis kalsium bekerja mengurangi kebutuhan oksigen miokard
dengan menurunkan resistensi vaskuler perifer dan menurunkan tekanan darah.
Selain itu antagonis kalsium juga akan meningkatkan suplai oksigen miokard
dengan efek vasodilatasi koroner (Soenarta et al, 2015).
Penggunaan antihipertensi terbesar setelah amlodipine adalah captopril.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gumi V.C. dkk di Bali pada
tahun 2013 yang menunjukkan penggunaan obat paling banyak adalah captopril,
dimana captopril umumnya dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik
sebesar 15-25 % dari tekanan darah awal (V.C Gumi et al, 2013).
5.2.3. Drug Related Problem (DRPs)
5.2.3.1. Interaksi Obat
Interaksi obat terjadi jika efek suatu obat (index drug) berubah akibat
adanya (precipitant drug), makanan, atau minuman. Interaksi obat dapat
menghasilkan efek yang memang dikehendaki (desirable drug interaction), atau
efek yang tidak dikehendaki (undesirable/ adverse drug interactions) yang
lazimnya menyebabkan efek samping obat dan/atau toksisitas karena
meningkatnya kadar obat di dalam plasma,atau sebaliknya menurunkan kadar obat
dalam plasma yang menyebabkan hasil terapi menjadi tidak optimal. Sejumlah
besar obat baru yang dilepas di pasaran setiap tahunnya menyebabkan interaksi
baru antar obat akan semakin sering muncul terjadi (Gitawati 2008).
Interaksi obat dapat terjadi saat pemberiaan dua obat secara bersamaan, baik
antidiabetes dengan antihipertensi, antidiabetes dengan obat lain, atau
antihipertensi dengan obat lain. Interaksi obat yang mungkin timbul dapat dilihat
pada referensi yang lebih detail, misalnya Medscape, Stockley’s Drug
39
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Interactions, lexicomp dan drugs.com. Interaksi antar sesama obat antidiabetes
dan interaksi obat antidiabetes dengan obat lain dapat mempengaruhi efek kerja
dari obat antidiabetes tersebut dan akan mempengaruhi kadar glukosa darah. Hal
ini dapat menyebabkan kadar glukosa darah yang menurun secara drastic
(hipoglikemia) atau dapat menyebabkan keadaan kadar glukosa drah yang
melebihi batas normal (hiperglikemia) (gula darah sewaktu >200mg/dl). Hasil
analisis dapat dilihat pada lampiran.
5.2.3.1.1. Interaksi Obat Berdasarkan Tingkat Keparahan
Dalam interaksi obat, hal lain yang harus diperhatikan adalah tingkat
signifikansi dari interaksi obat yang berkaitan dengan besarnya efek yang akan
terjadi pada pasien. Tingkat signifikansi interaksi obat ini terbagi menjadi tiga,
yaitu minor, moderat dan major. Tingkat signifikansi major merupakan interaksi
yang harus dihindari karena bersifat membahayakan, dapat mengancam jiwa dan
dapat menyebabkan kerusakan permanen. Tingkat signifikansi moderat
merupakan interaksi yang dihindari, jika digunakan memerlukan pemantauan
yang cukup ketat dari tim medis. Interaksi ini dapat menyebabkan memburuknya
status klinis pasien, sehingga diperlukan pengobatan tambahan, rawat inap, atau
memperpanjang masa inap di rumah sakit. Tingkat signifikansi minor merupakan
interaksi yang tidak begitu bermasalah, dapat diatasi dengan baik. Menghindari
resiko atau meminimalkan resiko interaksi dengan tetap dilakukannya pemantauan
status pasien (Samiyah, 2017).
Berdasarkan identifikasi interaksi obat secara literatur, didapatkan seluruh
pasien Diabetes Melitus type 2 yang disertai dengan hipertensi mengalami
interaksi obat. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat keparahan interaksi obat yang
paling banyak terjadi adalah pada tingkat moderat, yaitu sebanyak 156 kejadian
(70,90 %). Interaksi obat pada tingkat moderat adalah interaksi obat yang cukup
bermakna signifikan secara klinis, lebih baik dihindari menggunakan kombinasi
kecuali jika dalan keadaan khusus atau manfaatnya lebih besar dibanding potensi
resikonya. Namun pada penelitian ini, interaksi obat pada tingkat moderat tidak
dapat diamati secara keseluruhan apakah terjadi interaksi yang berdampak pada
terapi dikarenakan design penelitian yang bersifat retrospektif.
40
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Selanjutnya interaksi obat terbanyak kedua adalah pada tingkat keparahan
mayor, yaitu sebanyak 36 kejadian (16,36 %). Jenis obat yang mengalami
interaksi mayor dapat dilihat pada tabel 5.12 dibawah.
Tabel 5.10 Interaksi Obat pada Tingkat Mayor
No Obat Pertama Obat Kedua Interaksi Obat Efek Interaksi
1 Fenitoin Amlodipine amlodipin dapat ↑ efek
fenitoin dan fenitoin
dapat ↓ efek
amlodipine
monitor untuk toksisitas fenitoin jika amlodipine
dimulai / dosis meningkat, atau efek fenitoin
menurun jika amlodipine dihentikan / dosis
menurun. monitor untuk mengurangi efek terapi
amlodipine dengan penggunaan bersamaan
fenitoin. pelabelan nifedipin merekomendasikan
menghindari penggunaan bersamaan dengan
fenitoin, dan pelabelan kanadian nimodipine
kontraindikasi penggunaan bersamaan dari fenitoin
2 Simvastatin Amlodipine amlodipine dapat ↑
kadar simvastatin
dalam darah dan ↑ efek
samping
hindari penggunaan amlodipine bersamaan dengan
simvastatin bila memungkinkan. jika digunakan
bersama, hindari dosis simvastatin lebih dari 20mg
/ hari, dan pantau secara ketat untuk tanda-tanda
toksisitas inhibitor HMG-CoA reduktase (misalnya.
Myositis, rhabdomyolysis)
3 Amlodipine Simvastatin amlodipine dapat ↑
kadar simvastatin
dalam darah dan ↑efek
samping
hindari penggunaan amlodipine bersamaan dengan
simvastatin bila memungkinkan. jika digunakan
bersama, hindari dosis simvastatin lebih dari 20mg
/ hari, dan pantau secara ketat untuk tanda-tanda
toksisitas inhibitor HMG-CoA reduktase (misalnya.
Myositis, rhabdomyolysis)
4 Allopurinol Calcium Carbonate calcium carbonat dapat
↓ penyerapan
allopurinol
berikan calcium carbonat setidaknya 3 jam sebelum
pemberian allopurinol untuk mengurangi risiko
potensial dari interaksi ini
5 Allopurinol Ramipril ramipril dapat ↑
potensi reaksi alergi
atau hipersensitivitas
terhadap allopurinol
jika allopurinol harus digunakan pada pasien yang
menggunakan ramipril, pantau reaksi
hipersensitivitas setelah inisiasi terapi allopurinol
minimal selama 5 minggu
6 Domperidone Metoclopramide dapat saling ↑ efek
QTc-Prolonging
penggunaan bersamaan harus dihindari bila
memungkinkan. Penggunaan bersama diharapkan
secara substansial meningkatkan resiko untuk
toksisitas yang serius, termasuk pengembangan
torsades de pointes(TdP) atau takiaritmia ventrikel
yang signifikan lainnya. pasien dengan faktor
resiko yang hadir (misalnya. usia yang lebih tua,
jenis kelamin perempuan, bardikardia,
hipokalemia, hipomagnesemia, penyakit jantung,
dan konsetrasi obat yang lebih tinggi), akan
memiliki resiko yang lebih tinggi untuk toksisitas
yang berpotensi mengancam nyawa ini.
penggunaan kombinasi semacam itu harus disertai
dengan pemantauan ketat untuk bukti perpanjangan
QT atau perubahan lain dari ritme jantung
7 Lasix Sucralfat sucralfat dapat ↓ efek
lasix, dapat merusak
penyerapan Lasix
hindari pemberian oral lasix dan sucralfat secara
bersamaan. Pemberian terpisah paling tidak 2 jam.
Tidak berlaku untuk lasix yang diberikan secara
parenteral
8 Ramipril Candesartan candesartan dapat
↑efek toxic Ramipril
penggunaan bersamaan secara khusus tidak
dianjurkan dan merupakan kontraindikasi pada
41
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pasien dengan nefropati diabetik. Jika kombinasi
seperti itu harus digunakan, monitor pasien lebih
dekat untuk respon yang lebih besar dari yang
diperkirakan pada kombinasi, termasuk
pemantauan tekanan darah, fungsi ginjal, dan
konsentrasi kalium
9 Amlodipine Simvastatin amlodipine dapat ↑
kadar simvastatin
dalam darah dan ↑efek
samping
hindari penggunaan amlodipine bersamaan dengan
simvastatin bila memungkinkan. jika digunakan
bersama, hindari dosis simvastatin lebih dari 20mg
/ hari, dan pantau secara ketat untuk tanda-tanda
toksisitas inhibitor HMG-CoA reduktase (misalnya.
Myositis, rhabdomyolysis)
10 Haloperidol Ondansetron dapat saling ↑ efek
QTc-Prolonging
penggunaan bersamaan harus dihindari bila
memungkinkan. Penggunaan bersama diharapkan
secara substansial meningkatkan resiko untuk
toksisitas yang serius, termasuk pengembangan
torsades de pointes(TdP) atau takiaritmia ventrikel
yang signifikan lainnya. pasien dengan faktor
resiko yang hadir (misalnya. usia yang lebih tua,
jenis kelamin perempuan, bardikardia,
hipokalemia, hipomagnesemia, penyakit jantung,
dan konsetrasi obat yang lebih tinggi), akan
memiliki resiko yang lebih tinggi untuk toksisitas
yang berpotensi mengancam nyawa ini.
penggunaan kombinasi semacam itu harus disertai
dengan pemantauan ketat untuk bukti perpanjangan
QT atau perubahan lain dari ritme jantung
11 Haloperidol Metoclopramide metoclopromide dapat
↑ efek toksik
haloperidol
hindari penggunaan metoclopramide dalam
kombinasi dengan obat lain yang terkait dengan
pengembangan reaksi ekstrapiramidal (misalnya.
Tardive dyskinesia) dan sindrom neuroleptik ganas
12 Ascardia Asam Mefenamat asam mefenamat dapat
↑ efek negatif/toksik, ↓
efek kardioprotektif
ascardia, ascardia
dapat ↓ konsentrasi
serum asam
mefenamat, dan
kombinasi dapat ↑
resiko perdarahan
pantau peningkatan resiko perdarahan selama
penggunaan asam mefenamat dan ascardia secara
bersamaan. Ibuprofen, dan mungkin NSAID
nonselektif lainnya, dapat mengurangi efek
kardioprotektif ascardia. Tampak bijaksana untuk
menghindari penggunaan iburpofen secara rutin
dans ering pada pasien yang menerima ascardia
untuk kardioprotektifnya. analgesik alternatif
(misalnya. acetaminophen) mungkin pilihan yang
lebih aman. pasien mungkin memerlukan konseling
tentang waktu pemberian ibuporfen dan ascardia
yang tepat. ibuprofen harus diberikan 30-120menit
setelah ascardia segera dikeluarkan, 2-4jam setelah
ascardia rilis diperpanjang, atau setidaknya 8jam
sebelum ascardia
13 Pradaxa Ascardia ascardia dapat ↑ efek
negatif/toksik pradaxa,
↑ resiko perdarahan
pertimbangkan dengan seksama resiko dan manfaat
yang diperkirakan dari kombinasi ini. tingkatkan
pemantauan untuk melihat perdarahan jika
dabigatran (pradaxa) digunakan dalam kombinasi
dengan obat antiplatelet apa pun. Monografi
produk kanada untuk dabigatran (pradaxa) secara
khusus merekomendasikan untuk menghindari
penggunaan bersama dari prasugrel atau ticagrelor,
dan itu juga merekomendasikan bahwa aspirin
(ascardia) dosis rendah (100mg/hari) dapat
dipertimbangkan jika diperlukan tetapi penggunaan
antiplatelet tidak dianjurkan untuk pencegahan
42
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
stroke pada pasien dengan atrial fibralasi
14 Pradaxa Asam Mefenamat asam mefenamat dapat
↑ efek negatif/toksik
pradaxa, ↑ resiko
perdarahan
resiko komprehensif untuk penilaian manfaat harus
dilakukan untuk semua pasien sebelum penggunaan
bersamaan dari obat pradaxa dan asam mefenamat.
Resiko kemungkinan bervariasi sesuai dengan
dosis dan durasi penggunaan yang diperkirakan.
Jika digabungkan awasi pasien lebih dekat untuk
tanda-tanda dan gejala perdarahan dengan
penggunaan bersamaan, dan konseling pasien
tentang peningkatan resiko perdarahan untuk
segera melaporkan tanda-tanda atau gejala
kemungkinan perdarahan
16 Pradaxa Simvastatin simvastatin dapat ↑
efek antikoagulan
pradaxa
pertimbangkan alternatif HMG-CoA reductase
inhibitor (statin) pada pasien yang memakai
dabigatran (pradaxa) yang memerlukan terapi
statin. Jika digunakan bersama, pantau pasien
secara dekat untuk tanda dan gejala perdarahan
17 Simarc Clopidogrel clopidogrel dapat ↑
efek antikoagulan
simarc
tingkatkan pemantauan ketekunan untuk tanda dan
gejala perdarahan jika obat ini digunakan secara
bersamaan
18 Ciprofloxasin Ondansetron dapat saling ↑ efek
QTc-Prolonging
penggunaan bersamaan harus dihindari bila
memungkinkan. Penggunaan bersama diharapkan
secara substansial meningkatkan resiko untuk
toksisitas yang serius, termasuk pengembangan
torsades de pointes(TdP) atau takiaritmia ventrikel
yang signifikan lainnya. pasien dengan faktor
resiko yang hadir (misalnya. usia yang lebih tua,
jenis kelamin perempuan, bardikardia,
hipokalemia, hipomagnesemia, penyakit jantung,
dan konsetrasi obat yang lebih tinggi), akan
memiliki resiko yang lebih tinggi untuk toksisitas
yang berpotensi mengancam nyawa ini.
penggunaan kombinasi semacam itu harus disertai
dengan pemantauan ketat untuk bukti perpanjangan
QT atau perubahan lain dari ritme jantung
19 Ciprofloxasin Ulsafat ulsafat dapat ↓
konsentrasi serum
ciprofloxasin
interaksi dapat diminimalkan dengan pemberian
ciprofloxasin oral sitidaknya 2jam sebelum atau
6jam sebelum dosis ulsafat. Pemisahan yang lebih
besar dari kedua obat tampaknya akan mengurangi
resiko untuk interaksi yang signifikan lebih jauh.
Jika harus diberikan lebih dekat bersama daripada
yang diinginkan, pantau untuk penurunan efek
terapeutik dari ciprofloxasin oral
Domperidone Ondansetron dapat saling ↑ efek
QTc-Prolonging
penggunaan bersamaan harus dihindari bila
memungkinkan. Penggunaan bersama diharapkan
secara substansial meningkatkan resiko untuk
toksisitas yang serius, termasuk pengembangan
torsades de pointes(TdP) atau takiaritmia ventrikel
yang signifikan lainnya. pasien dengan faktor
resiko yang hadir (misalnya. usia yang lebih tua,
jenis kelamin perempuan, bardikardia,
hipokalemia, hipomagnesemia, penyakit jantung,
dan konsetrasi obat yang lebih tinggi), akan
memiliki resiko yang lebih tinggi untuk toksisitas
yang berpotensi mengancam nyawa ini.
penggunaan kombinasi semacam itu harus disertai
dengan pemantauan ketat untuk bukti perpanjangan
QT atau perubahan lain dari ritme jantung
43
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
20 Bisoprolol Fenitoin fenitoin dapat ↑
metabolisme
bisoprolol sehingga
dapat ↑ resiko
kegagalan terapi
pertimbangkan alternatif untuk salah satu obat
berinteraksi untuk menghindari kegagalan
terapeutik subtrat. Beberapa kombinasi secara
khusus dikontraindikasikan oleh produsen.
Penyesuaian dosis yang disarankan juga ditawarkan
oleh beberapa produsen. harap tinjau sisipan paket
yang berlaku. pantau efek penurunan substrat CYP
jika inducer CYP dimulai/dosis meningkat, dan
peningkatan efek jika inducer CYP
dihentikan/dosis menurun
21 Ultracet Alprazolam alprazolam dapat ↑
efek ultracet
hindari penggunaan bersama analgesik opioid dan
bezodiazepin atau depresan SSP lainnya bila
memungkinkan. Obat-obat ini hanya boleh
dikombinasikan jika pilihan pengobatan alternatif
tidak memadai. Jika digabungkan, batasi dosis dan
durasi setiap obat hingga seminimal mungkin
sambil mencapai efek klinis yang diinginkan.
peringatkan pasien dan pengasuh tentang resiko
pernapasan/sedasi yang diperlambat atau sulit.
22 Ultracet Esilgan esilgan dapat ↑ efek
ultracet
hindari penggunaan bersama analgesik opioid dan
bezodiazepin atau depresan SSP lainnya bila
memungkinkan. Obat-obat ini hanya boleh
dikombinasikan jika pilihan pengobatan alternatif
tidak memadai. Jika digabungkan, batasi dosis dan
durasi setiap obat hingga seminimal mungkin
sambil mencapai efek klinis yang diinginkan.
peringatkan pasien dan pengasuh tentang resiko
pernapasan/sedasi yang diperlambat atau sulit.
23 Amlodipine Rifampicin rifampicin dapat ↓
konsentrasi serum
amlodipine
pertimbangkan terapi alternatif untuk obat
kontraindikasi ini pada pasien yang menerima
rifampicin. Penghambat calcium channel blockers
(CCBs) kemungkinan akan berinteraksi dengan
turunan rifampicin hingga setidaknya beberapa
derajat. Jika menggunakan kombiasi ini, monitor
pasien secara dekat untuk tanda-tanda klinis efek
terapi CCB yang berkurang. peningkatan dosis
CCB atau terapi alterantif (non-CCB) mungkin
diperlukan
24 Haloperidol Fenitoin fenitoin dapat ↑
metabolisme
haloperidol
pertimbangkan alternatif untuk salah satu obat
berinteraksi untuk menghindari kegagalan
terapeutik subtrat. Beberapa kombinasi secara
khusus dikontraindikasikan oleh produsen.
Penyesuaian dosis yang disarankan juga ditawarkan
oleh beberapa produsen. harap tinjau sisipan paket
yang berlaku. pantau efek penurunan substrat CYP
jika inducer CYP dimulai/dosis meningkat, dan
peningkatan efek jika inducer CYP
dihentikan/dosis menurun
25 Haloperidol Rifampicin rifampicin dapat ↑
metabolisme
haloperidol
pertimbangkan alternatif untuk salah satu obat
berinteraksi untuk menghindari kegagalan
terapeutik subtrat. Beberapa kombinasi secara
khusus dikontraindikasikan oleh produsen.
Penyesuaian dosis yang disarankan juga ditawarkan
oleh beberapa produsen. harap tinjau sisipan palket
yang berlaku. pantau efek penurunan substrat CYP
jika inducer CYP dimulai/dosis meningkat, dan
peningkatan efek jika inducer CYP
dihentikan/dosis menurun
44
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
26 Insulin Pioglitazon pioglitazon dapat ↑
efek toksik insulin
jika insulin dikombinasikan dengan pioglitazon,
pengurangan dosis insulin harus dipertimbangkan
untuk mengurangi resiko hipoglikemia. Pantau
pasien untuk retensi cairan dan tanda/gejala gagal
jantung dengan kombinasi ini
27 Levemir Pioglitazon pioglitazon dapat ↑
efek toksik levemir
jika levemir dikombinasikan dengan pioglitazon,
pengurangan dosis levemir harus dipertimbangkan
untuk mengurangi resiko hipoglikemia. Pantau
pasien untuk retensi cairan dan tanda/gejala gagal
jantung dengan kombinasi ini
28 Novorapid Pioglitazon pioglitazon dapat ↑
efek toksik novorapid
jika novorapid dikombinasikan dengan pioglitazon,
pengurangan dosis novorapid harus
dipertimbangkan untuk mengurangi resiko
hipoglikemia. Pantau pasien untuk retensi cairan
dan tanda/gejala gagal jantung dengan kombinasi
ini
29 Fenitoin Rifampicin rifampicin dapat ↓
konsentrasi serum
fenitoin
jika memungkinkan, cari alternatif ini. jika obat-
obat ini digunakan bersama-sama, pantau secara
ketat untuk penurunan konsentrasi/efek jika
rifampicin dimulai/dosis meningkat, atau
peningkatan konsentrasi/efek jika rifampicin
dihentikan/dosis menurun
30 Ceremax Fenitoin fenitoin dapat ↓
konsentrasi serum
ceremax
hindari penggunaan bersamaan dari ceremax dan
fenitoin
31 Nimotop Fenitoin fenitoin dapat ↓
konsentrasi serum
nimotop
hindari penggunaan bersamaan dari nimotop dan
fenitoin
32 Bisoprolol Fenitoin fenitoin dapat ↑
metabolisme
bisoprolol
pertimbangkan alternatif untuk salah satu obat
berinteraksi untuk menghindari kegagalan
terapeutik subtrat. Beberapa kombinasi secara
khusus dikontraindikasikan oleh produsen.
Penyesuaian dosis yang disarankan juga ditawarkan
oleh beberapa produsen. harap tinjau sisipan paket
yang berlaku. pantau efek penurunan substrat CYP
jika inducer CYP dimulai/dosis meningkat, dan
peningkatan efek jika inducer CYP
dihentikan/dosis menurun
33 Diazepam Fenitoin fenitoin dapat ↑
metabolisme diazepam
pertimbangkan alternatif untuk salah satu obat
berinteraksi untuk menghindari kegagalan
terapeutik subtrat. Beberapa kombinasi secara
khusus dikontraindikasikan oleh produsen.
Penyesuaian dosis yang disarankan juga ditawarkan
oleh beberapa produsen. harap tinjau sisipan paket
yang berlaku. pantau efek penurunan substrat CYP
jika inducer CYP dimulai/dosis meningkat, dan
peningkatan efek jika inducer CYP
dihentikan/dosis menurun
34 Largactil Ondansetron dapat saling ↑ efek
QTc-Prolonging
penggunaan bersamaan harus dihindari bila
memungkinkan. Penggunaan bersama diharapkan
secara substansial meningkatkan resiko untuk
toksisitas yang serius, termasuk pengembangan
torsades de pointes(TdP) atau takiaritmia ventrikel
yang signifikan lainnya. pasien dengan faktor
resiko yang hadir (misalnya. usia yang lebih tua,
jenis kelamin perempuan, bardikardia,
hipokalemia, hipomagnesemia, penyakit jantung,
dan konsetrasi obat yang lebih tinggi), akan
45
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
memiliki resiko yang lebih tinggi untuk toksisitas
yang berpotensi mengancam nyawa ini.
penggunaan kombinasi semacam itu harus disertai
dengan pemantauan ketat untuk bukti perpanjangan
QT atau perubahan lain dari ritme jantung
35 Tramadol Largactil largactil dapat ↑ efek
depresan SSP tramadol
hindari penggunaan bersama analgesik opioid dan
bezodiazepin atau depresan SSP lainnya bila
memungkinkan. Obat-obat ini hanya boleh
dikombinasikan jika pilihan pengobatan alternatif
tidak memadai. Jika digabungkan, batasi dosis dan
durasi setiap obat hingga seminimal mungkin
sambil mencapai efek klinis yang diinginkan.
peringatkan pasien dan pengasuh tentang resiko
pernapasan/sedasi yang diperlambat atau sulit
36 Tramadol Frego frego dapat ↑ efek
depresan SSP tramadol
hindari penggunaan bersama analgesik opioid dan
bezodiazepin atau depresan SSP lainnya bila
memungkinkan. Obat-obat ini hanya boleh
dikombinasikan jika pilihan pengobatan alternatif
tidak memadai. Jika digabungkan, batasi dosis dan
durasi setiap obat hingga seminimal mungkin
sambil mencapai efek klinis yang diinginkan.
peringatkan pasien dan pengasuh tentang resiko
pernapasan/sedasi yang diperlambat atau sulit
Interaksi obat yang terjadi pada pasien secara umum dapat dibedakan ke
dalam 2 kategori yaitu interaksi obat potensial dan interaksi obat aktual. Interaksi
obat potensial merupakan interaksi obat yang diprediksikan dapat terjadi pada
pasien yang mendapatkan terapi obat. Prediksi pada interaksi ini dapat dilihat
pada literatur. Interaksi obat potensial ini dapat menjadi prediktor akan terjadinya
interaksi obat aktual. Interaksi obat aktual adalah interaksi obat yang terjadi pada
pasien dan ditandai dengan munculnya gejala yang terjadi pada pasien akibat
interaksi yang terjadi.
5.2.3.2 Dosis Dibawah Dosis Terapi
Dosis kurang adalah dosis yang terlalu kecil yaitu dibawah 20% dari yang
seharusnya diberikan pada pasien atau yang frekuensi pemberiannya kurang
berdasarkan dosis standar. Kejadian DRPs akibat dosis yang tidak adekuat atau
efektif merupakan masalah kesehatan yang serius dan dapat menambah biaya
terapi bagi pasien. Sebaik apapun diagnosis dan penilaian yang dilakukan hal itu
tidak akan ada artinya apabila pasien tidak menerima dosis yang tepat sesuai
dengan kebutuhannya. Secara garis besar, suatu regimen obat dianggap sesuai
dengan indikasinya, tidak mengalami efek samping akibat obat, akan tetapi tidak
memperoleh manfaat terapi yang diinginkan (Masitoh, 2009).
46
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Data dosis pasien dibandingkan dengan beberapa literature seperti ISO dan
MIMS Indonesia. Penilaian evaluasi DRPs dosis dibawah dosis terapi pada pasien
didasarkan pada dosis regimen yang diberikan lalu dibandingkan dengan yang
terdapat di dalam literatur.
Dari hasil analisa deskriptif pada dosis dibawah dosis terapi pada pasien
yang didasarkan pada dosis regimen yang diberikan, terdapat 18 kali kejadian
dosis obat yang diberikan pada pasien tidak sesuai dengan yang terdapat dalam
literature. Diantaranya adalah penggunaan lansoprazole sebanyak 3 kali, diikuti
dengan fenitoin, bisoprolol, dan prohiper yang masing-masing sebanyak 2 kali.
5.2.3.3 Dosis Diatas Dosis Terapi
Pemberian obat dengan dosis diatas dosis terapi dapat meningkatkan
resiko toksisitas. Dosis berlebih dalam penelitian ini adalah obat yang diterima
pasien melebihi dosis pemakaian normal. Batasan dosis yang dianggap dosis
berlebih adalah dosis yang diberikan 20% lebih tinggi dari dosis standar
(Masitoh, 2009). Data dosis pasien dibandingkan dengan beberapa literatur seperti
ISO dan MIMS Indonesia. Penilaian evaluasi DRPs dosis diatas dosis terapi pada
pasien didasarkan pada dosis regimen yang diberikan lalu dibandingkan dengan
yang terdapat di dalam literatur.
Dari hasil analisa deskriptif pada dosis regimen yang diberikan, ditemukan
18 kejadian dosis diatas dosis terapi, dan seluruhnnya diberikan di atas 20 % dari
dosis yang seharusnya. Diantaranya yang paling banyak adalah pada penggunaan
omeprazol secara intravena.
5.3 Keterbatasan Penelitian
5.3.1 Kendala
1. Pengambilan data dan jumlah sampel
Pada proses pengambilan data ada beberapa data pasien yang kurang
lengkap, khususnya data berat badan pasien, sehingga tidak dapat diambil data
pasien dan menyebabkan sampel menjadi terbatas sesuai kriteria inklusi dan
eklusi.
Untuk beberapa dosis pemberian obat tidak diberikan berapa kekuatan obat
yang digunakan, sehingga mengurangi pengukuran DRPs pada sampel.
47
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5.3.2 Kelemahan
1. Penelitian retrospektif
Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif, cara ini mempunyai
kelemahan karena waktu kejadian sudah berlalu, sehingga tidak dapat dilakukan
pertanyaan secara langsung pada pasien, terutama untuk meneliti potensi interaksi
obat.
5.3.3 Kekuatan
1. Penelitian ini sebelumnya belum pernah dilakukan di RSUP Fatmawati
dan di UIN Syarif Hidaya tullah Jakarta. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi
referensi dan gambaran Drug Related Problems kategori penyesuaian dosis dan
interaksi obat pada pasien rawat inap yang menderita Diabetes Melitus type 2
yang disertai dengan Hipertensi. Data yang diambil sesuai kriteria inklusi dan
ekslusi.
48 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB VI
KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
1. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada 90% pasien dari subjek penelitian
berpotensi terjadi Drug Related Problems (DRPs) pada kategori interaksi obat
sebanyak 220 kali.
2. Untuk Drug Related Problems (DRPs) dosis dibawah terjadi pada 12 golongan
terapi, yang terbanyak diantaranya adalah Lansoprazole yaitu hampir 18%.
3. Untuk Drug Related Problems (DRPs) dosis diatas terjadi sebanyak 7
golongan terapi, yang terbanyak diantaranya adalah omeprazol intravena yaitu
hampir 39%.
6.2 Saran
1. Perlu adanya monitoring dan evaluasi terapi pada pasien Diabetes melitus tipe
2 dengan penyakit penyerta Hipertensi mengingat 90% pasien penelitian terjadi
interaksi obat.
2. Perlu adanya kerjasama dan kolaborasi yang tepat antara dokter, apoteker, dan
tenaga kesehatan lainnya untuk meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian
dan pengobatan pada pasien, sehingga didapatkan terapi yang tepat, efektif,
dan aman.
49 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
Adriansyah. (2010). Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Ketidakpatuhan
Pasien Penderita Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan di RSU H. Adam Malik
Medan. Skripsi Sarjana pada Fakultas Farmasi USU Medan
Al Homsi MF, Lukic ML.1992. An update on the pathogenesis of Diabetes Mellitus,
Department of Pathology and Medical Microbiology (Immunology Unit) Faculty
of Medicine and Health Sciences. UAE University, Al Ain, United Arab Emirates
Anonim. (2016). MIMS Petunjuk Konsultasi Edisi 16 Tahun 2016/2017. Bhuana Ilmu
Populer
Anonim, 2000, Pharmaceutical Compounding-Nonsteril Preparations, USP Cahpter
795 cit. Allen , L.V., 2008, vol 13, No. 4, Secundum Artem, USA
Anonim. (2008). DOI: Data Obat di Indonesia Edisi 11 Tahun 2008. OMNI
International Hospital
Anonim. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Anonim. (2013). Stastical Fact Sheet: High Blood Pressure. Amerika: American Heart
Association, Inc
Anonim, 2006. PCNE classification for Drug Related Problems. Pharmaceutical Care
Network Europe Foundation, V 6.2
Anonim. 2008. Hipertensi. http://www.rsbk-batam.com.co.id. Diakses 26 Juni 2016
Aram V. Chobanian, M.D. 2004. The Seventh Report of the Joint National Committee
on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. U .
S . Department Of Health And Human Services, NIH Publication
Bemt and Egberts.2007.Pharmaceutical Care Network Europe Foundation, 2010
Bemt, V. D. and Egberts. 2007. Drug-Related Problems: Definitions and Classification.
EJHP
Charles, J., dan Ivar, F. 2011. Relationship Polychlorinated Byphenyls With Diabetes
Tipe 2 and Hipertesion. Environmental Monitoring of The Journal
Cipolle, R.J, Strand, L.M., Morley, P.C. 2004. Pharmaceutical Care Practice the
Clinician’s Guide. Second Edition, 73-119, McGraw-Hill, New York
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Ditjen Bina Farmasi dan Alkes. 2005. Pharmaceutical Care untuk penyakit Diabetes
Mellitus. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Ditjen Bina Farmasi dan Alkes. 2006. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit
Hipertensi. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
50
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dipiro,JT.2009. Pharmacoterapy Handbook 7th edition.Mc Graw Hill.New York.
Gray, H.H., Dawkins, K.D., Simpson, A., dan Morgan, J.M. 2006. Lecture Notes On
Cardiology. Edisi 4. Jakarta: Erlangga.
Handoko, T., dan Suharto, B. 1995. Insulin, Glukagon dan Antidiabetik Oral, Dalam:
Farmakologi dan Terapi. Editor: Sulistia G. Ganiswara, Setabudy Rianto, Frans
D. Suyatna, Purwantyastuti, dan Nafrialdi. Edisi 4. Jakarta: Gaya Baru
International Diabetes Federation. IDF Diabetes Atlas 5th
edition. 2012
International Diabetes Federation. IDF Diabetes Atlas 7th
edition. 2015
Katzung, B.G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. Buku 2. Edisi 8. Jakarta: Salemba
Medika.
Ozougwu JC, Obimba KC, Belonwu CD, Unakalamba CB. 2013. The pathogenesis and
pathophysiology of type 1 and type 2 diabetes mellitus.
Report of a WHO.1999.Consultation Part 1: Diagnosis and Classification of Diabetes
Mellitus World Health Organization Department of Noncommunicable Disease
Surveillance Geneva-WHO/NCD/NCS/99.2.1999
Roger, V.L. et al., 2012. Heart disease and stroke Statistics. American Heart
Association
Sassen, J.J., dan Carter, B.L. 2005. Hypertension. Pharmacotherapy: A
Phatophysiologic Approach. Editor: Joseph Dipiro, Robert Talbert, Gary Yee,
Gary Matzke, Barbara Wells, dan Michael Posey. Edisi 8. New York: Appleton
and Lange.
Syamsudin. 2011. Buku Ajar Farmakoterapi Kardiovaskular Dan Renal. Jakarta:
Penerbit Salemba Medika
Tandra, H. 2008. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang- DIABETES.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Tjay, T.H., Rahardja, K. 2002. Obat-obat Penting : Khasiat, Penggunaan, dan Efek-
Efek Sampingnya. Edisi VI. Jakarta: Penerbit PT. Elex Media Komputindo.
Waspadji S. 2005. Diabetes Mellitus : Mekanisme dasar dan pengelolaannya yang
rasional. Jakarta :. Penerbit FKUI
World Health Organization. Diabetes Mellitus: Report of a WHO Study Group. Geneva:
WHO, 1985. Technical Report Series 727
Lampiran 1. Surat Ijin penelitian dari RSUP Fatmawati
51 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
52
Uin Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 2. Data Pasien Keseluruhan
53 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
NO NO
RM
NAMA P/W TGL
RAW
AT
DIAGNOSA KELUH
AN
OBAT YG
DIGUNAK
AN
NAMA
GENERIK
KETERAN
GAN
DOSIS RUT
E
WAKTU
PENGGU
NAAN
HASIL LAB
TD GD
1 1400
555
NUR BAETI p / u
:
50th
/ bb
: 55
/ t :
150
22-
12-
2015
sd 5-
1-
2016
hipokalemia
berat,
hiponatremia
,
hipomagnese
mia,
hipocalsemia
, dm tipe 2,
hipertensi
grade 1, cap,
nyeri
dada
atipikal
Domperido
ne
domperidone antiemetik 10mg -
3x
po tgl 22-12-
2015 sd 7-
1-2016
tgl 1-1-2016 :
130/80,
140/80,
130/80, tgl 2-
1 : 120/80,
140/90, tgl 3-
1 :140/80, tgl
4-1 : 110/60,
140/90, tgl 5-
1 : 110/70,
140/80, tgl 6-
1 : 130/80,
150/90, tgl 7-
1 : 100/80
tgl 1-1-
2016 :
184,318,
tgl 2-1 :
188,151,21
5,183, tgl
3-1 :
132,175,19
1, tgl 4-1 :
133,190,27
5, tgl 5-1 :
162,236,26
9, tgl 6-1 :
144, tgl 7-1
: 122
amlodipin amlodipin antihipertens
i
5gr - 1x po tgl 21-12-
2015 sd
23-12-
2015
amlodipin amlodipin antihipertens
i
10mg -
1x
po tgl 23-12-
2015 sd 7-
1-2016
aspar k kalium L-
aspartate
suplementasi
kalium
1tab -
3x
po tgl 24-12-
2015 sd 2-
1-2016
sulfat
ferrous
ferrous sulphate anemia
defenisi besi
1tab -
3x
po tgl 26-12-
2015 sd 7-
1-2016
Ksr kcl pencegahan
dan
pengobatan
hipokalemia
2tab -
3x
po tgl 23-12-
2015 sd
26-12-
2015
Ksr kcl pencegahan
dan
pengobatan
hipokalemia
600mg -
3x
po tgl 30-12-
2015 sd 7-
1-2016
novorapid insulin aspart antidiabetik
injeksi
500cc sc tgl 23-12-
2015
novorapid insulin aspart antidiabetik
injeksi
6unit -
3x
sc tgl 30-12-
2015
novorapid insulin aspart antidiabetik
injeksi
8unit -
3x
sc tgl 4 -1-
2016
lantus insulin glargine antidiabetik
injeksi
6unit -
1x
sc tgl 30-12-
2015 sd 2-
1-2016
lantus insulin glargine antidiabetik
injeksi
8unit -
1x
sc tgl 4-1-
2016 sd 7-
1-2016
lantus insulin glargine antidiabetik
injeksi
10unit -
1x
sc tgl 7-1-
2016
54
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
cefotaxime cefotaxime antibiotik
injeksi,
antibakteri
1gr - 3x iv tgl 22-12-
2015 sd 7-
1-2016
ca glukonas kalsium glukonas terapi
hipokalemia
dan
hiperkalemia
(elektrolit)
1gr - 2x iv tgl 24-12-
2015 sd 7-
1-2016
MgSo4
40%
5cc iv tgl 24-12-
2015 sd
25-12-
2015
MgSo4
40%
10cc iv tgl 25-12-
2015 sd
26-12-
2015
nacl 3% 500cc/2
4jam
iv tgl 22-12-
2015
nacl 0,9% +
kcl 25meq
500cc/1
2jam
iv tgl 22-12-
2015 sd
31-12-
2015
nacl 0,9% 500cc/8j
am
iv tgl 1-1-
2016
NO NO
RM
NAMA P/W TGL
RAW
AT
DIAGNOSA KELUH
AN
OBAT YG
DIGUNAK
AN
NAMA
GENERIK
KETERAN
GAN
DOSIS RUT
E
WAKTU
PENGGU
NAAN
HASIL LAB
TD GD
2 1401
377
NURWINA
ZAINUDIN
p/
58
th /
bb :
53 /
t :
160
cm
27-
12-
2015
sd
13-
01-
2016
dm tipe 2,
dyspesia,
hipertensi,
lemas
dan
riwayat
kejang
antasida syr Aluminium
Hidroksida dan
Magnesium
Hidroksida
Penetralisir
Asam
Lambung
1cth -
3x
po tgl 11-1-
2016 sd
13-1-2016
tgl 9-1-2016 :
130/77 ,
100/60 tgl 10 :
120/70 tgl 11 :
120/80 tgl 12 :
140/80 tgl 13 :
90/60
tgl 6-1-
2016 : 96,
157, 193.
tgl 8 : 138.
tgl 13 :
167. omeprazole omeprazole obat
lambung
20mg -
2x
iv tgl 29-12-
2015 sd
11-1-2016
amlodipin amlodipin antihipertens
i
10mg -
1x
po tgl 11-1-
2016
Ksr kcl pencegahan
dan
pengobatan
hipokalemia
600mg -
2x
po tgl 25-12-
2015 sd
13-1-2016
55
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
simvastatin simvastatin antikolestero
l
20mg -
1x
po tgl 29-12-
2015 sd
12-1-2016
Domperido
ne
domperidone antiemetik 10mg -
3x
po tgl 28-12-
2015 sd
12-1-2016
minosep minosep gargle obat kumur 4x po tgl 27-12-
2015 sd
13-1-2016
fenitoin phenytoin antikonvulsa
n,
antiepilepsi
100mg -
3x
po tgl 5-1-
2016 sd
13-1-2016
fenitoin phenytoin antikonvulsa
n,
antiepilepsi
100mg -
1x
iv tgl 28-12-
2015 sd
29-1-2015
humalog insulin lispro antidiabetik
injeksi
6ui - 3x sc tgl 29-12-
2015 sd
13-1-2016
lantus insulin glargine antidiabetik
injeksi
12u - 1x sc tgl 30-12-
2015 sd
31-12-
2015
captopril captopril antihipertens
i
12mg -
3x
tgl 5-1-
2016 sd
12-1-2016
ascardia aspirin antiplatelet 80mg -
1x
po tgl 30-12-
2015 sd
11-1-2016
insulin insulin reguler antidiabetik 1cc/jam iv tgl 27-12-
2015 sd
28-12-
2015
Na cl 0,9 500cc/8j
am
iv tgl 27-12-
2015 sd
11-1-2016
ceftriaxon ceftriaxone antibiotik
golongan
sefalosporin
2gr - 1x iv tgl 28-12-
2015 sd
11-1-2016
NO NO NAMA usia TGL DIAGNOSA KELUH OBAT YG NAMA KETERAN DOSIS RUT WAKTU HASIL LAB
56
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
RM RAW
AT
AN DIGUNAK
AN
GENERIK GAN E PENGGU
NAAN
TD GD
3 1402
822
MASLIATY
M. SOLEH
p / u
: 58
/ bb
: 53
/ t :
160
cm
2-1-
2016
sd 9-
1-
2016
Ca gaster st
IV dengan
meta hepar,
hematemesis
melena ec Ca
gaster,
anemia,
malnutrisi,
hipertensi
terkontrol,
dm tipe 2
lemak
member
at
Domperido
ne
domperidone antiemetik 10mg -
3x
po tgl 2 - 8 tgl 2-1-2016 :
100/60, tgl 3-
1 : 100/70,
120/70, tgl 4-
1 : 110/70 ,
100/70, tgl 5-
1 : 100/60,
130/80, tgl 6-
1 : 120/80,
120/80, tgl 7-
1 : 120/80, tgl
8-1 : 100/60,
130/70, tgl 9-
1 : 130/80
tgl 1-1 :
142,
sukralfat sucralfat obat saluran
cerna
lainnya
1gr - 4x po tgl 2 - 9
vit k vitamin k antikoagulan
, vitamin
1ampul
- 3x
iv tgl 1 - 9
transamin as. Tranexamat hemostatik 500mg -
3x
iv tgl 1 - 9
omeprazole omeprazole obat
lambung
40mg -
2x
iv tgl 5 - 9
combiflex
peri
Asam Amino (
Alanine, Arginine
Glutamate,
Aspartic Acid,
Calcium Chloride
Dihydrate,
Glucose
Monohydrate,
Glutamic Acid,
Glycine
Soja/Glycine,
Histidine
Hydrochloride,
Isoleucine,
Leucine, Lysine
Hydrochloride
and Magnesium
Acetate
Tetrahydrate)
perawatan
Gula darah
rendah,
Dehidrasi,
Skizofrenia,
Mempertaha
nkan kisaran
osmolalitas,
Depresi,
Detoksifikas
i hati dan
kondisi
lainnya.
1000 -
1x
iv tgl 4 - 9
57
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ringer
fundin
Calcium Chloride
Dihydrate,
Magnesium
Chloride
Hexahydrate,
Malic Acid,
Potassium
Chloride, Sodium
Acetate
Trihydrate and
Sodium Chloride.
perawatan
Kadar
natrium
yang rendah,
Tetani
hypocalcemi
c, Jumlah
rendah
magnesium
dalam darah,
Xerostomia,
Kekurangan
kalium,
Ketidakseim
bangan
elektrolit
dan kondisi
lainnya.
500 - 2x iv tgl 4 -9
ringer
laktat
ringer laktat Tetani
hypocalcemi
c,
Kekurangan
kalium,
Ketidakseim
bangan
elektrolit,
Kadar
natrium
yang rendah,
Kadar
kalium
rendah,
Kadar
magnesium
yang rendah,
Tingkat
kalsium
yang rendah,
Darah dan
kehilangan
1000cc -
1x
iv tgl 1 - 4
58
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
cairan,
Aritmia,
Hipertensi
ringer
laktat
ringer laktat Tetani
hypocalcemi
c,
Kekurangan
kalium,
Ketidakseim
bangan
elektrolit,
Kadar
natrium
yang rendah,
Kadar
kalium
rendah,
Kadar
magnesium
yang rendah,
Tingkat
kalsium
yang rendah,
Darah dan
kehilangan
cairan,
Aritmia,
Hipertensi
5000cc/
6jam
iv tgl 1 - 4
NO NO
RM
NAMA P/W TGL
RAW
AT
DIAGNOSA KELUH
AN
OBAT YG
DIGUNAK
AN
NAMA
GENERIK
KETERAN
GAN
DOSIS RUT
E
WAKTU
PENGGU
NAAN
HASIL LAB
TD GD
4 1411
941
SUDJATMI p / u
: 76
9-2-
2016
ulcus gaster,
gastritis
lemas,
bab
enzyplex Amylase,
Calcium
obat
lambung
1tab -
3x
po tgl 10 - 16 tgl 9 - 2 -
2016 : 150/80,
tgl 9 - 2 -
2016 : 120
59
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
/ bb
:
58k
g / t
:
150
sd
16-2-
2016
antrium, dm
tipe 2,
hipertensi,
dislipidemia
hitam,
mencret
Pantothenate,
Desoxycholic
Acid,
Dimethylpolysilo
xane, Lipase,
Niacinamide,
Protease, Vitamin
B1, Vitamin B12,
Vitamin B2 and
Vitamin B6
tgl 10 :
160/90,
100/70, tgl 11
: 120/80,
120/70, tgl 12
: 120/80,
120/80, tgl 13
: 130/80,
130/70, tgl 14
: 130/80,
140/80, tgl 15
: 130/70,
120/80, tgl 16
: 140/80
mucosta rebamipide gastritis
ulcer,ulkus
peptikus
100mg -
3x
po tgl 10 - 16
amlodipin amlodipin antihipertens
i
5mg -
1x
po tgl 10 - 16
simvastatin simvastatin antikolestero
l
10mg -
1x
po tgl 10 - 15
omeprazole omeprazole obat
lambung
40mg -
2x
iv tgl 9 - 10
farmadol paracetamol/aceta
minophen
analgesik
(Non-opioid)
1000mg iv tgl 11 - 14
transamin as. Tranexamat hemostatik 500mg -
3x
iv tgl 9 - 10
omeprazole omeprazole obat
lambung
40mg -
1x
iv tgl 11 - 16
NO NO
RM
NAMA P/W TGL
RAW
AT
DIAGNOSA KELUH
AN
OBAT YG
DIGUNAK
AN
NAMA
GENERIK
KETERAN
GAN
DOSIS RUT
E
WAKTU
PENGGU
NAAN
HASIL LAB
TD GD
5 1305
259
AGUS
MISWATI
p / u
: 53
/ bb
: 50
/ t :
150
19-2-
2016
sd 7-
3-
2016
ckd st V
overload, dm
tipe 2,
anemia,
hiponatremia
, cad,
dislipidemia,
hipertensi
sesak vit b12 vitamin B12 vitamin,
mineral
1tab -
3x
po tgl 20-2 sd
7-3
tgl 20-2 :
160/97, 150/
98, tgl 21-2 :
150/90,
160/85, tgl
22-2 : 140/80,
140/80, tgl
23-2 : 130/70,
160/90, tgl
24-2 : 130/80,
151/83, tgl
25-2 : 130/80,
tgl 19-2 :
173, tgl 20-
2 : 174,
146, 165,
tgl 21-2 :
109, 157,
126, tgl 22-
2 : 160,
173, tgl 25-
2 : 165,
154, tgl 26-
2 : 202,
asam folat asam folat vitamin 3tab -
1x
po tgl 21-2 sd
7-3
caco3 calsium carbonat antacid,
antidot,
calcium salt,
electrolyte
supplement
oral
1caps -
2x
po tgl 21-2 sd
7-3
bicnat natrium
bicarbonat
urine
alkalinizatio
1caps -
3x
po tgl 21-2 sd
7-3
60
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
n, antasida 110/70, tgl
26-2 : 165/86,
tgl 27-2 :
171/87,
159/80, tgl
28-2 : 150/80,
150/80, tgl
29-2 : 150/80,
120/70, tgl 1-
3 : 150/90,
148/79, tgl 2-
3 : 180/94, tgl
3-3 :114/88,
150/70, tgl 4-
3 : 157/94, tgl
5-3 : 163/85,
140/80, tgl 6-
3 : 168/80,
120/70, tgl 7-
3 : 140/80
187, 180,
tgl 29-2 :
97, 115, tgl
3-3 : 164,
151, 197,
tgl 5-3 :
176, 198,
tgl 7-3 :
219, 107,
165
amlodipin amlodipin antihipertens
i
10mg -
1x
po tgl 21-2 sd
7-3
ascardia aspirin antiplatelet 80mg -
1x
po tgl 23-2 sd
7-3
mertigo betahistine
mesylate
Meniere
disease,
Vascular
headaches
1tab -
3x
po tgl 4-3 sd -
7-3
allopurinol allopurinol obat
hiperurisemi
a & gout
200mg -
1x
po tgl 25-2 sd
7-3
simvastatin simvastatin antikolestero
l
20mg -
1x
po tgl 25-2 sd
7-3
sukralfat sucralfat obat saluran
cerna
lainnya
1c - 3x po tgl 26-2 sd
7-3
metoclopra
mide
metoclopramide antiemetik,
prokinetik
1tab -
3x
po tgl 29-2 sd
7-3
v bloc carvedilol antihipertens
i
3,125mg
- 1x
po tgl 1-3 sd
7-3
isdn isosorbite dinitrat antianginal 10mg -
3x
po tgl 3-3 sd -
7-3
paracetamo
l
paracetamol analgesik,
antipiretik
2tab -
3x
po tgl 3-3 sd -
7-3
candesartan candesartan antihipertens
i
8mg -
2x
po tgl 4-3 sd -
7-3
ceftriaxon ceftriaxone antibiotik
golongan
sefalosporin
2gr - 1x iv tgl 20-2 sd
7-3
omeprazole omeprazole obat
lambung
40mg -
2x
iv tgl 1-3 sd
7-3
lantus insulin glargine antidiabetik
injeksi
12ui -
1x
sc tgl 19-2 sd
7-3
nephrosteril 250mg -
1x
iv tgl 19-2 sd
7-3
ketosteril asam keto esensial insufisiensi
ginjal kronis
II - 3x po tgl 20-2 sd
4-3
61
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
lansoprazol lansoprazole antiulserasi 30mg -
1x
iv tgl 24-2 sd
2-3
domperidon
e
domperidone antiemetik 1 - 3x sc tgl 24-2 sd
29-2
lasix furosemid antidiuretik 40mg -
1x
iv tgl 19-2
lasix furosemid antidiuretik 5mg/ja
m
iv tgl 19-2 sd
29-2
na cl 0,9 500cc/2
4jam
iv tgl 19-2 sd
tgl 27-2
ramipril ramipril antihipertens
i
2,5mg -
1x
po tgl 19-2 sd
tgl 27-2
ranitidin ranitidin antiulserasi 1ampul iv tgl 24-2
extra
tramadol tramadol analgesik
opioid
extra
1amp
iv tgl 28-2
new diatab attapulgite antidiare 2tab po tgl 20-2 sd
22-2
NO NO
RM
NAMA P/W TGL
RAW
AT
DIAGNOSA KELUH
AN
OBAT YG
DIGUNAK
AN
NAMA
GENERIK
KETERAN
GAN
DOSIS RUT
E
WAKTU
PENGGU
NAAN
HASIL LAB
TD GD
6 1403
562
ANIH
AMSARI
p / u
: 64
/ bb
: 42
/ t :
150
6-1-
2016
sd 9-
1-
2016
hipoglikemia
, dm tipe 2,
acute on ckd,
hipokalemia,
dispepsia,
hipertensi
grade 2
penurun
an
kesadara
n, batuk
domperidon
e
domperidone antiemetik 10mg -
3x
po tgl 6 - 8 tgl 6-1 :
180/120, tgl
7-1 : 150/90,
160/90, tgl 8-
1 : 130/90,
150/80, tgl 9-
1 : 154/87
tgl 5-1 :
52,tgl 6-1 :
124, 143,
143, tgl 7-1
: 230, 193,
tgl 8-1 :
180
ksr kcl pencegahan
dan
pengobatan
hipokalemia
60mg -
3x
po tgl 6 - 9
amlodipin amlodipin antihipertens
i
10mg -
1x
po tgl 6 - 9
fluimucil fluimucil antiasma,
infeksi
saluran
pernapasan
200mg -
3x
po tgl 8
lansoprazol lansoprazole antiulserasi 30mg -
1x
iv tgl 6 - 9
ceftriaxon ceftriaxone antibiotik
golongan
sefalosporin
2gr - 1x iv tgl 6
d10% dextrose antidiabetik /8jam iv tgl 5-6
62
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
injeksi
NO NO
RM
NAMA P/W TGL
RAW
AT
DIAGNOSA KELUH
AN
OBAT YG
DIGUNAK
AN
NAMA
GENERIK
KETERAN
GAN
DOSIS RUT
E
WAKTU
PENGGU
NAAN
HASIL LAB
TD GD
7 1418
119
DETRIS
SAPUTRA
l / u
: 47
2-3-
2016
sd 9-
3-
2016
sepsis dd,
cvd stroke,
sepsis ec
community
acquired
pneumoniae
dengan
retensi
sputum ,
ketoacidosis
dm pada dm
tipe 2 dalam
regulasi
insulin,
hipertensi on
pedipine
dengan
riwayat HT
emergency,
riwayat
kejang
penurun
an
kesadara
n,
kejang
fenitoin phenytoin antikonvulsa
n,
antiepilepsi
100mg -
2x
po tgl 2 - 9 tgl 4 : 153/96,
217/121,
176/103, tgl 5
: 183/113,
167/96,
175/108, tgl 7
: 155/94,
194/93,
143/78, tgl 8 :
165/102,
155/79
tgl 2 : 519,
472, 366,
414, 203,
177, tgl 3 :
180, 202,
218, 138,
135, 180,
304, 203,
tgl 4 : 203,
254, 297,
176, tgl 5 :
226, 216,
215, 165,
269, tgl 6 :
311, 165,
235, 287,
274, 169,
tgl 7 : 244,
251, 257,
tgl 8 : 309,
339, 367
amlodipin amlodipin antihipertens
i
10mg -
1x
po tgl 2 - 9
insulin drip antidiabetik
injeksi
iv tgl 4 - 6
perdipine
drip
nicardipine HCL antihipertens
i
iv tgl 4 - 9
ventolin+bi
solvon
salbutamol antiasma /8jam -
3x
inhal
asi
tgl 4 - 9
insulin insulin reguler antidiabetik
injeksi
3unit/ja
m - 1x
iv tgl 2
omeprazole omeprazole obat
lambung
40mg iv tgl 2 - 6
citicoline citicoline Vasodilator
perifer dan
Aktivator
cerebral
500mg -
2x
iv tgl 7 - 9
meropenem meropenem beta-lactam 1gram -
3x
iv tgl 3- 9
dexametaso
n
dexametason corticosteroi
d hormones
5mg
extra
iv tgl 3 - 9
premix
NaCl 0,9%
+ kcl 25
meq
/12jam iv
ivfd nacl
0,9%
2000cc -
1x
iv tgl 2
ivfd nacl
0,9% + kcl
12,5meq
/12jam iv tgl 2
d10% dextrose antidiabetik
injeksi
500ml/2
4jam
iv tgl 3 - 4
63
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
nacl 0,9% 500ml/1
2jam
iv tgl 3 - 9
nacl
0,9%+kcl
12,5meq
/8jam iv tgl 3 - 4
valsartan valsartan angiotensin
II antagonist
80mg -
1x
po tgl 8 - 9
novorapid insulin aspart antidiabetik
injeksi
8iu -3x sc tgl 7 - 8
lantus insulin glargine antidiabetik
injeksi
6iu - 1x sc tgl 7 - 8
novorapid insulin aspart antidiabetik
injeksi
10iu -
3x
sc tgl 8
lantus insulin glargine antidiabetik
injeksi
8iu - 1x sc tgl 8
NO NO
RM
NAMA P/W TGL
RAW
AT
DIAGNOSA KELUH
AN
OBAT YG
DIGUNAK
AN
NAMA
GENERIK
KETERAN
GAN
DOSIS RUT
E
WAKTU
PENGGU
NAAN
HASIL LAB
TD GD
8 1404
222
SALMAH p / u
: 48
/ t :
160
8-1-
2016
sd
14-1-
2016
chronic
kidney
disease, dm
tipe 2,
anemia
normositik
normokrom,
hipertensi stg
2,
hipoalbumin
emia,
dislipidemia,
hipoglik
emia
valsartan valsartan angiotensin
II antagonist
80mg -
1x
po tgl 8 - 14 tgl 13 -1-2016
: 120/80, tgl
10-1 : 110/80,
140/70, tgl
11-1 : 130/90,
136/86, tgl
12-1 : 120/80,
170/90, tgl
13-1 : 160/80,
tgl 14-1 :
170/90
tgl 8-1 :
53, tgl 9-1
: 74, 58,
103, 92,
198, 97,
71, 81, tgl
10-1 : 74,
136, 151,
161, tgl
amlodipin amlodipin antihipertens
i
5mg -
1x
po tgl 8 - 12
asam folat asam folat vitamin 3tab -
1x
po tgl 8 - 14
bicnat natrium
bicarbonat
urine
alkalinizatio
n, antasida
1tab -
3x
po tgl 8 - 14
caco3 calsium carbonat antacid,
antidot,
calcium salt,
electrolyte
supplement
oral
1tab -
3x
po tgl 8 - 14
vit b12 vitamin B12 vitamin,
mineral
1tab -
3x
po tgl 8 - 14
fujimin pujimin vitamin 1tab -
3x
po tgl 8 - 14
azitromicin azitromicin antibakteri 500mg -
1x
po tgl 9 - 13
64
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
fluimucil acetylcysteine mucolitic
agent
200mg -
3x
po tgl 9 - 13
furosemide furosemid antidiuretik 40mg -
1x
po tgl 11
furosemide furosemid antidiuretik 40mg -
2x
iv tgl 8 - 11
ceftriaxon ceftriaxone antibiotik
golongan
sefalosporin
2gr - 1x iv tgl 9 - 13
d10% dextrose antidiabetik
injeksi
500cc/1
2jam
iv tgl 9 - 11
nacl 500cc/1
2jam
iv tgl 11
amlodipin amlodipin antihipertens
i
10mg -
1x
po tgl 13 - 14
NO NO
RM
NAMA P/W TGL
RAW
AT
DIAGNOSA KELUH
AN
OBAT YG
DIGUNAK
AN
NAMA
GENERIK
KETERAN
GAN
DOSIS RUT
E
WAKTU
PENGGU
NAAN
HASIL LAB
TD GD
9 9173
11
SUKACA l /u
:
82th
/ bb
:
70k
g / t
:
168
11-3-
2016
sd
22-3-
2016
hipoglikemia
pada dm tipe
2, hipertensi
grade 2,
anemia
normositik
normokrom,
hiponatremia
e.c intake
sulit,
hipokalemia
e.c intake
sulit, ulkus
dm cruris
dextra
penurun
an
kesadara
n,
hipoglik
emia
pada dm
tipe 2
lisinofril lisinopril antihipertens
i
5mg -
1x
po tgl 12 -22 tgl 12 :
147/74,
142/60, tgl 13
: 135/72,
115/71, tgl 14
: 130/76,
131/71, tgl 15
: 120/70,
100/70, tgl 16
: 120/80, tgl
17 : 120/80,
123/72, tgl 18
: 130/70,
111/66, tgl 19
: 120/80,
120/80,
120/60, tgl 20
: 128/67,
130/80, tgl 21
: 127/73,
124/77, tgl 22
: 138/79
tgl 11-3 :
26, 74, 72,
45, 63, 47,
71, 100, tgl
12-3 : 130,
206, 149,
107, 159,
tgl 13-3 :
135, 108,
106, tgl 14-
3 : 139,
140, 367,
141, tgl 14-
3 : 114,
105, tgl 16-
3 : 140,
117, tgl 17-
3 : 87, 87,
tgl 18-3 :
141, tgl 19-
3 : 120, tgl
20-3 : 120,
ondansetro
n
ondansetron antiemetik 4mg -
3x
iv tgl 12 - 18
cefotaxime cefotaxime antibakteri 1gram -
3x
iv tgl 14 - 22
ceftriaxon ceftriaxone antibiotik
golongan
sefalosporin
2gr - 1x iv tgl 14
d10% dextrose antidiabetik
injeksi
500cc/8j
am
iv tgl 12 - 16
nacl 0,9% /8jam iv tgl 15 - 18
nacl 0,9% 500cc/2
4jam
iv tgl 18 - 21
65
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
106, 146,
tgl 21-3 :
126, 159,
111, tgl 22-
3 : 145
NO NO
RM
NAMA P/W TGL
RAW
AT
DIAGNOSA KELUH
AN
OBAT YG
DIGUNAK
AN
NAMA
GENERIK
KETERAN
GAN
DOSIS RUT
E
WAKTU
PENGGU
NAAN
HASIL LAB
TD GD
10 1007
464
PARNI
SATIMAN
p / u
:
48th
/ bb
:
55k
g / t
:
155
20-4-
2016
sd
27-4-
2016
dm tipe 2
dengan
komplikasi
KAD,
hipertensi,
hipertrigliser
idemia, AKI,
dispepsia
muntah
-
muntah
valsartan valsartan angiotensin
II antagonist
80mg -
1x
po tgl 22- 27 tgl 20-4 :
150/90,
130/70,
160/100, tgl
21-4 : 137/76,
tgl 22-4 :
150/90,
140/80, tgl
23-4 : 120/80,
tgl 24-4 :
120/80,
120/80, tgl
25-4 : 110/60,
110/70, tgl
26-4 : 130/80,
130/80, tgl
27-4 : 110/80
tgl 18-4 :
363, 209,
196, 198,
tgl 20-4 :
127, tgl 21-
4 : 258,
187, 94, tgl
22-4 : 175,
125, 157,
tgl 23-4 :
63, 164,
253, tgl 24-
4 : 260,
208, 260,
tgl 25-4 :
286, 224,
213, tgl 26-
4 : 203,
104
alprazolam alprazolam antiansietas 0,5mg -
0-0-1
po tgl 22-27
lantus insulin glargine antidiabetik
injeksi
10unit -
1x
sc tgl 23 - 25
lantus insulin glargine antidiabetik
injeksi
12unit -
1x
sc tgl 25
ceftriaxon ceftriaxone antibiotik
golongan
sefalosporin
2gr - 1x iv tgl 18 - 27
omeprazole omeprazole obat
lambung
40mg -
1x
iv tgl 18 - 27
ondansetro
n
ondansetron antiemetik 4mg -
3x
iv tgl 18 - 27
clinimix amino acids,
glucose,
electrolyte
parenteral
nutritional
products
1000 -
1x
iv tgl 22-25
nacl 0,9 % 500cc -
2x
iv tgl 18 - 23
ranitidin ranitidin antiulserasi 1ampul
extra
iv tgl 18
ondansetro
n
ondansetron antiemetik 4mg -
2x
iv tgl 18 - 20
insulin insulin reguler antidiabetik
injeksi
2unit/24
jam
iv tgl 18 - 20
NO NO
RM
NAMA P/W TGL
RAW
AT
DIAGNOSA KELUH
AN
OBAT YG
DIGUNAK
AN
NAMA
GENERIK
KETERAN
GAN
DOSIS RUT
E
WAKTU
PENGGU
NAAN
HASIL LAB
TD GD
11 1417 H. p / u 19-3- dm tipe 2, kejang- fenitoin phenytoin antikonvulsa 300mg po tgl 18 tgl 19 : tgl 18 :
66
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
069 NURHASA
N SATIM
:
57th
/ bb
: 60
/ t :
160
2016
sd
28-
2016
hipertensi,
ISK,
hipokalemia
kejang n,
antiepilepsi
loading 149/93, tgl 20
: 163/94,
159/90,
146/89, tgl 21
: 147/105,
140/80,
145/85,
142/102, tgl
23 : 142/109,
tgl 24 :
120/80,
130/80, tgl 25
: 140/90,
130/80, tgl 26
: 150/80,
120/80, tgl 27
: 120/80,
130/80, tgl 28
: 150/90
408, 277,
175, 39,
105, 87,
58, 85, tgl
19 : 69, 94,
65, 115,
141, 146,
155, tgl 20
: 220, 200,
324, 400,
tgl 21 :
466, 416,
376, 319,
tgl 23 :
321, 274,
259, tgl 24
: 384, tgl
25 : 170,
tgl 27 : 136
fenitoin phenytoin antikonvulsa
n,
antiepilepsi
100mg -
3x
po tgl 18 - 28
adalat oros nifedipin GTS antihipertens
i & angina
30mg -
1x
po tgl 18 - 28
clopidogrel clopidogrel antikoagulan
, antiplatelet,
&
fibrinolitik
(trombolitik)
75mg -
1x
po tgl 18 - 28
citicoline citicoline Vasodilator
perifer dan
Aktivator
cerebral
500mg -
2x
iv tgl 18 - 23
nacl 0,9 %
+ kcl
25meq
500ml/1
2jam
iv tgl 18 - 23
nacl 0,9% 2000cc loadi
ng
tgl 18
d40% dextrose antidiabetik
injeksi
3flash iv tgl 18
d10% dextrose antidiabetik
injeksi
500cc/8j
am
iv tgl 18
nacl 3% /24jam iv tgl 20
novorapid insulin aspart antidiabetik
injeksi
8unit -
3x
iv tgl 23 - 28
nacl 0,9% 500cc -
2x
iv tgl 23 - 28
NO NO
RM
NAMA P/W TGL
RAW
AT
DIAGNOSA KELUH
AN
OBAT YG
DIGUNAK
AN
NAMA
GENERIK
KETERAN
GAN
DOSIS RUT
E
WAKTU
PENGGU
NAAN
HASIL LAB
TD GD
12 2999
19
ASNGARI l / u
: 57
/ bb
: 60
/ t :
160
20-4-
2016
sd
29-4-
2016
stroke ec
perdarahan
intra
serebral,
hipertensi,
dm tipe 2
penurun
an
kesadara
n 5jam
sebelum
masuk
amlodipin amlodipin antihipertens
i
5mg -
1x
po tgl 21 - 28 tgl 21 :
170/80,
170/80, tgl 22
: 170/80,
175/95,
188/99, tgl 24
tgl 23 :
206, 197,
109, tgl 24
: 146, 413,
tgl 25 :
110, 173,
asam
mefenamat
asam mefenamat Anti
Inflamasi
Non Steroid
500mg -
3x
po tgl 21 - 29
captopril captopril antihipertens 12,5mg extra tgl 21 - 29
67
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
rumah
sakit
i : 160/90, tgl
25 : 130/90,
tgl 26 :
180/80,
100/70, tgl 27
: 180/100,
120/80,
180/100, tgl
28 : 170/90,
tgl 29 : 180/90
244, tgl 27
: 75, 111,
67, tgl 29 :
123, 230
candesartan candesartan antiemetik 8mg -
1x
(malam)
po tgl 22 - 29
haloperidol haloperidol antipsikotik 1/2tab -
2x
po tgl 25 - 29
citicoline citicoline Vasodilator
perifer dan
Aktivator
cerebral
500mg -
2x
iv tgl 21 - 26
ranitidin ranitidin antiulserasi 1ampul
- 2x
iv tgl 21 - 28
manitol mannitol diuretik 125cc -
4x
iv tgl 21 - 23
manitol mannitol diuretik 75cc -
4x
iv tgl 25 - 26
metoclopra
mide
metoclopramide antiemetik,
prokinetik
1ampul
- 3x
iv tgl 21 – 26
manitol mannitol diuretik 100cc -
4x
iv tgl 23 – 25
humalog insulin lispro antidiabetik
injeksi
10ui -
3x
sc tgl 22 – 29
lantus insulin glargine antidiabetik
injeksi
(malam)
10 - 1x
(malam)
sc tgl 22 – 28
nacl 0,9% 500cc/1
2jam
iv tgl 21 – 29
manitol mannitol diuretik 50cc -
4x
iv tgl 26- 27
omeprazole omeprazole obat
lambung
1amp -
1x
iv tgl 28
NO NO
RM
NAMA P/W TGL
RAW
AT
DIAGNOSA KELUH
AN
OBAT YG
DIGUNAK
AN
NAMA
GENERIK
KETERAN
GAN
DOSIS RUT
E
WAKTU
PENGGU
NAAN
HASIL LAB
TD GD
13 1446
400
ROGAYAH
PURBADI
SANTOSO
p / u
:
61th
6-7-
2016
sd
16-7-
2016
cvd s1,
hipertensi,
dm tipe 2,
anemia,
hipalbumeni
cvd s1,
hiperten
si grade
1
clopidogrel clopidogrel antikoagulan
, antiplatelet,
&
fibrinolitik
(trombolitik)
75mg -
1x
po tgl 5-16 tgl 6 : 120/70,
140/80,
150/90, tgl 7 :
150/90,
170/90, tgl 8 :
tgl 6 : 72,
71, 145,
125, 119,
tgl 7 : 148,
125, 114,
68
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
mia ascardia aspirin antiplatelet 80mg -
1x
po tgl 5-16 160/100,
180/100, tgl 9
: 140/80,
170/94, tgl 10
: 100/70,
140/70, tgl 11
: 130/80,
140/90, tgl 12
: 150/80, tgl
13 : 140/90,
169/93, tgl 14
: 150/90,
120/80,
150/90, tgl 15
: 120/80,
130/80
254, 247,
tgl 8 : 196,
212, 227,
tgl 9 : 107,
182, 220,
tgl 10 :
148, 200,
233, tgl 11
: 148, 219,
159, tgl 12
: 140, 122,
tgl 13 :
118, 252,
tgl 14 :
139, 218,
132, tgl 15
: 158
amlodipin amlodipin antihipertens
i
10mg -
1x
po tgl 5-16
cardace ramipril antihipertens
i
5mg -
2x
po tgl 5-16
ksr kcl pencegahan
dan
pengobatan
hipokalemia
1tab -
2x
po tgl 8-16
gemfibrozil
e
gemfibrozil antihiperlipi
demia
300mg -
1x
po tgl 8-16
ambroxol
syr
ambroxol antibronkiek
tis,
antiemfisme
(obat batuk)
1c - 3x po tgl 10-16
gliquidone gliquidone antidiabetik 30mg -
2x (pagi
dan
sore)
po tgl 14-16
citicoline citicoline Vasodilator
perifer dan
Aktivator
cerebral
1000mg
- 2x
iv tgl 5-16
nacl 0,9% 500/12ja
m
iv tgl 12-16
d 10% dextrose antidiabetik
injeksi
500 - 3x iv tgl 10
nacl+kcl
25meq
/12jam iv tgl 5-14
d10% dextrose antidiabetik
injeksi
/8jam iv tgl 5-7
d40% 25ml iv tgl 5
NO NO
RM
NAMA P/W TGL
RAW
AT
DIAGNOSA KELUH
AN
OBAT YG
DIGUNAK
AN
NAMA
GENERIK
KETERAN
GAN
DOSIS RUT
E
WAKTU
PENGGU
NAAN
HASIL LAB
TD GD
14 1440
100
BACHTIAR
SJAMSUDI
N
l / u
:
76th
2-6-
2016
sd
gastritis
erosif,
esofagitis
hemator
ax
melatoni
sukralfat sucralfat obat saluran
cerna
lainnya
1c - 3x
(30meni
t a.c)
po tgl 2 - 16 tgl 2 :
160/100, tgl 3
: 150/90, tgl 4
tgl 3 : 183,
165, tgl 4 :
167, 102,
69
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
/ bb
:
76k
g / t
:
168
cm
16-6-
2016
grade A, dm
tipe 2,
anemia,
AKI,
hipertensi,
n, BAB
hitam
gliquidone gliquidone antidiabetik 1 - 1x po tgl 2 - 14 : 140/90, tgl 5
: 140/80,
140/90, tgl 6 :
120/80,
120/80, tgl 7 :
120/80,
160/80, tgl 8 :
130/80,
160/100, tgl 9
: 120/80,
150/100, tgl
10 : 120/80,
tgl 11 :
130/80,
110/80,
160/90, tgl 12
: 110/70,
144/75, tgl 13
: 120/80,
120/90, tgl 14
: 110/78,
110/80, tgl 15
: 130/80,
120/85,
120/80
tgl 7 : 116,
112, tgl 8 :
100, tgl 10
: 108, 108,
tgl 11 :
117, tgl 12
: 145, 146,
183, tgl 14
: 99, 157,
142, tgl 15
: 114, 115
glucophage metformin antidiabetik 1 - 1x po tgl 2 - 16
ceftriaxon ceftriaxone antibiotik
golongan
sefalosporin
2gr - 1x iv tgl 2 - 16
lansoprazol lansoprazole antiulserasi 1ampul
- 2x
iv tgl 2 - 16
vit k vitamin k antikoagulan
, vitamin
1ampul
- 3x
iv tgl 2 - 10
transamin asam traneksamat antifibrinolit
ik
1ampul
- 3x
iv tgl 2 - 10
lantus insulin glargine antidiabetik
injeksi
16unit -
1x
sc tgl 2 - 12
nacl 0,9% 500cc -
2x
iv tgl 2 - 16
amlodipin amlodipin antihipertens
i
5mg -
1x
po tgl 8 - 14
bisoprolol bisoprolol antihipertens
i
2,5mg -
1x
po tgl 8 - 16
cetirizine cetirizine antialergi 1tab -
1x
po tgl 9 - 16
amlodipin amlodipin antihipertens
i
1mg -1x po tgl 14 - 16
lactulax lactulax antidiare 1c - 1x po tgl 14 - 16
microlax
supp
microlax antidiare 1 - 1x recta
l
tgl 9
NO NO
RM
NAMA P/W TGL
RAW
AT
DIAGNOSA KELUH
AN
OBAT YG
DIGUNAK
AN
NAMA
GENERIK
KETERAN
GAN
DOSIS RUT
E
WAKTU
PENGGU
NAAN
HASIL LAB
TD GD
15 1424
794
SAODAH p /
44th
/ bb
:
75k
g / t
:
155
cm
26-3-
2016
sd 5-
4-
2016
stroke,
hipertensi,
dm tipe 2,
dislipid,
sequele
stroke
lemah
anggota
gerak
betaserc betahistine
dihydrochloride
antivertigo 8mg -
3x
po tgl 28-3 sd
5-4
tgl 27-3 :
150/90,
170/80, tgl
28-3 :
160/100,
150/90, tgl
29-3 : 160/90,
187/99, tgl
30-3 : 180/90,
tgl 30-3 :
186, 159,
234, tgl 31-
3 : 126,
159, 234,
tgl 1-4 :
184, 226,
161, tgl 2-4
: 172, 185,
amlodipin amlodipin antihipertens
i
5mg -
1x
po tgl 30-3 sd
5-4
valsartan valsartan angiotensin
II antagonist
80mg -
1x
po tgl 30-3 sd
5-4
atorvastatin atorvastatin antikolestero
l
20mg -
1x
(malam)
po tgl 30-3 sd
4-4
70
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ascardia aspirin antiplatelet 80mg -
1x
po tgl 30-3 sd
5-4
150/80, tgl
31-3 :
160/100,
160/100, tgl
1-4 : 150/100,
140/90, tgl 2-
4 : 150/80,
160/90, tgl 3-
4 : 150/90,
150/100, tgl
4-4 : 140/80,
134/75, tgl 5-
4 : 140/80
141, tgl 3-4
metformin metformin antidiabetes 500mg -
1-0-1
po tgl 30-3 sd
5-4
paracetamo
l
paracetamol analgesik,
antipiretik
500mg -
3x
po tgl 30-3 sd
5-4
cilostazol cilostazol antiplatelet 100mg -
1x
po tgl 30-3 sd
5-4
citicoline citicoline Vasodilator
perifer dan
Aktivator
cerebral
500mg -
2x
po tgl 1-4 sd
5-4
citicoline citicoline Vasodilator
perifer dan
Aktivator
cerebral
500mg -
2x
iv tgl 26-3 sd
1-4
ranitidin ranitidin antiulserasi 1ampul
- 2x
iv tgl 26-3 sd
1-4
na cl 0,9 500/12ja
m
iv tgl 26-3 sd
1-4
cardace ramipril antihipertens
i
2,5 mg -
1x
po tgl 28 – 30
NO NO
RM
NAMA P/W TGL
RAW
AT
DIAGNOSA KELUH
AN
OBAT YG
DIGUNAK
AN
NAMA
GENERIK
KETERAN
GAN
DOSIS RUT
E
WAKTU
PENGGU
NAAN
HASIL LAB
TD GD
16 1437
097
SALIMIN
ABD
HAMID
l /
64th
/ bb
:
70k
g / t
:
170
cm
15-5-
2016
sd
20-5-
2016
cvd s1
batang otak,
sepsis
pneumonia,
fraktur
humarius,
hipertensi,
dm tipe 2,
isk
tidak
sadar
ascardia aspirin antiplatelet 320mg -
1x
po tgl 15-18 tgl 15 :
122/89,
101/67, tgl 16
: 124/80,
141/88,
141/87, tgl 17
: 122/75,
117/68, tgl 18
: 121/75,
155/100,
153/80, tgl 19
: 134/90,
137/86,
116/71
tgl 14 : 284
forneuro forneuro vitamin 1tab -
1x
po tgl 15-20
simvastatin simvastatin antikolestero
l
20mg -
1x
po tgl 15-20
pradaxa dabigatran anti
pembekuan
darah,
antiplatelet
&
fibrinolytics
75mg -
1x
po tgl 18-20
fujimin pujimin vitamin 3x1 po tgl 19
asam asam mefenamat Anti 500mg - po tgl 19 - 20
71
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
mefenamat Inflamasi
Non Steroid
2x
citicoline citicoline Vasodilator
perifer dan
Aktivator
cerebral
500mg -
2x
iv tgl 15-20
meropenem meropenem beta-lactam 1gr - 3x iv tgl 16-20
paracetamo
l
paracetamol analgesik,
antipiretik
4x1 po tgl 16-17
paracetamo
l
paracetamol analgesik,
antipiretik
1gr - 3x iv tgl 16-20
nebulizer
vetolin :
bisolvon :
NaCl
antiasma 3x/hari inhal
asi
tgl 16-19
keterolac ketorolac Anti
Inflamasi
Non Steroid
30mg -
3x
iv tgl 15-19
manitol mannitol diuretik 125iu 4x iv tgl 16
manitol mannitol diuretik 100iu -
4x
iv tgl 18
manitol mannitol diuretik 75iu -
4x
iv tgl 20
nacl 0,9% 500cc -
2x
iv tgl 15-20
NO NO
RM
NAMA P/W TGL
RAW
AT
DIAGNOSA KELUH
AN
OBAT YG
DIGUNAK
AN
NAMA
GENERIK
KETERAN
GAN
DOSIS RUT
E
WAKTU
PENGGU
NAAN
HASIL LAB
TD GD
17 1460
395
DEDEH BT
SANIN
p /
55th
/ bb
:
55k
g / t
:
150
cm
11-9-
2016
sd
23-9-
2016
hipertensi,
dm tipe 2,
cvd, caf, af
lemas
seluruh
badan
clopidogrel clopidogrel antikoagulan
, antiplatelet,
&
fibrinolitik
(trombolitik)
75mg -
1x
po tgl 11 - 19 tgl 11-9 :
147/90,
147/90,
148/99,
142/89,
139/85,
155/95,
153/89,
141/93,
134/89,
142/85,
tgl 11-9 :
230, tgl 13-
9 : 196,
205, 208,
203, 207,
tgl 23-9 :
261, atorvastatin atorvastatin antikolestero
l
20mg -
1x
po tgl 11 - 22
furosemid furosemid antidiuretik 40mg -
1x
po tgl 13 - 23
spironolact
one
spironolactone antidislipide
mia
25mg -
1x
po tgl 13 - 23
72
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
digoxin digoxin obat jantung 0.125 -
1x
po tgl 13 - 23 125/81,
116/81,
132/89,
138/88,
121/73,
130/72,
130/80,
126/76,
155/94,
159/104,
123/77,
140/89,
143/83,
132/83, tgl
12-9 : 149/95,
149/95,
150/80,
159/88,
140/90,
148/90,
140/85,
140/90,
133/90,
149/90, tgl 13
-9 : 150/90,
155/90,
156/87,
150/97,
136/95,
129/80,
141/94,
130/89,
135/88,
143/84,
143/83,
140/87,
140/87,
145/80,
140/80,
simarc warfarin antikoagulan 4mg -
1x
po tgl 13 - 22
ramipril ramipril antihipertens
i
10mg -
1x
po tgl 13 - 23
metformin metformin antidiabetes 500 - 1x po tgl 21 - 23
citicoline citicoline Vasodilator
perifer dan
Aktivator
cerebral
500mg -
3x
iv tgl 11 - 23
piracetam piracetam neurotropik 12gr -
1x
iv tgl 14 - 15
piracetam piracetam neurotropik 3gr -4x iv tgl 14 - 23
asering 500ml -
2x
iv tgl 11 - 23
vit c vitamin c vitamin 1mg -1x po tgl 11 - 15
73
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
140/93,
135/90,
145/80,
143/85,
140/80,
125/85,
149/92, tgl
14-9 : 138/98,
140/90,
138/90,
146/90,
125/84,
130/80,
127/76,
127/76,
131/82,
138/81,
134/84,
132/84,
136/77,
135/79,
128/83,
119/77,
130/80,
124/77,
103/62,
127/81,
132/82,
116/80,
137/77, tgl
16-9 : 110/70,
110/80, tgl
17-9 : 120/90,
130/90, tgl
18-9 : 130/90,
140/80, tgl
19-9 : 140/80,
110/80,
120/80, tgl
20-9 : 120/80,
74
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
120/80,
110/90, tgl
21-9 : 130/90,
110/70, tgl
22-9 : 110/70,
110/90
NO NO
RM
NAMA P/W TGL
RAW
AT
DIAGNOSA KELUH
AN
OBAT YG
DIGUNAK
AN
NAMA
GENERIK
KETERAN
GAN
DOSIS RUT
E
WAKTU
PENGGU
NAAN
HASIL LAB
TD GD
18 1448
164
YANTO l /
74th
/ bb
:
50k
g / t
:
160
cm
18-7-
2016
sd
22-7-
2016
ckd,
hiponatremia
, dm ttipe 2,
hipertensi,
anemia
Lemas ketosteril asam keto esensial insufisiensi
ginjal kronis
II - 3x po tgl 17 - 22 tgl 18-7 :
150/80,
140/70, tgl
19-7 : 160/90,
tgl 20-7 :
160/90,
163/99, tgl
21-7 : 150/90,
150/90, tgl
22-7 : 120/80,
110/80
tgl 17-7 :
109, tgl 19-
7 : 99, 158 b12 vitamin b12 vitamin,
mineral
1 - 3x po tgl 17 – 22
caco3 calsium carbonat antacid,
antidot,
calcium salt,
electrolyte
supplement
oral
1 - 3x po tgl 17 – 22
bicnat natrium
bicarbonat
urine
alkalinizatio
n, antasida
1 - 3x po tgl 17 - 22
asam folat asam folat vitamin 3tab -
1x
po tgl 17 - 22
valsartan valsartan angiotensin
II antagonist
80 - 1x po tgl 21 -22
omeprazole omeprazole obat
lambung
40mg -
2x
iv tgl 17 - 22
ondansetro
n
ondansetron antiemetik 4mg -
3x
iv tgl 17 - 22
venofer on
hd
venofer antianemia 100mg -
1x
iv tgl 22
na cl 0,9 500cc/2
4jam
iv tgl 17 - 18
NO NO
RM
NAMA P/W TGL
RAW
AT
DIAGNOSA KELUH
AN
OBAT YG
DIGUNAK
AN
NAMA
GENERIK
KETERAN
GAN
DOSIS RUT
E
WAKTU
PENGGU
NAAN
HASIL LAB
TD GD
19 5267
14
ADIDJAN
PANUT
l /
74th
23-4-
2016
sea in
geriatric,
diare,
mual,
new diatab attapulgite antidiare II - 3x po tgl 23 - 28 tgl 23-4 :
150/80, tgl
tgl 23-4 :
180 b complex vitamin b vitamin 1 - 3x po tgl 23 – 28
75
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
/ bb
:
56k
g / t
:
175
cm
sd28-
4-
2016
hyponatremi
a, dm tipe 2,
hipertensi
lemas,
demam,
complex 24-4 : 145/85,
120/70, tgl
25-4 : 140/60,
142/62, tgl
26-4 :
150/70,100/70
, tgl 27-4 :
150/60,
169/68, tgl
28-4 : 140/70
Paracetamo
l
paracetamol analgesik,
antipiretik
1 - 3x po tgl 23 – 28
micardis telmisartan antihipertens
i
80mg -
1x
po tgl 23 – 28
bisoprolol bisoprolol antihipertens
i
5mg -
1x
po tgl 23 – 28
metformin metformin antidiabetes 500mg -
3x
po tgl 23 – 28
ranitidin ranitidin antiulserasi 1 - 2x po tgl 23 – 28
simvastatin simvastatin antikolestero
l
10mg -
1x
po tgl 23 – 28
miniaspi asam asetil
salisilat (asetosal)
antiagregasi
platelet
80mg -
1x
po tgl 23 – 25
ulsafat sucralfat antirefluks 1c - 3x po tgl 25 – 28
amlodipin amlodipin antihipertens
i
5gr - 1x po tgl 27 – 28
ciprofloxaci
n
ciprofloxacin antibiotik 400mg -
2x
iv tgl 23 – 28
omeprazole omeprazole obat
lambung
40mg -
2x
iv tgl 23 – 28
ondansetro
n
ondansetron antiemetik 4mg -
3x
iv tgl 25 – 28
iufd rl 500/8ja
m
iv tgl 23 – 28
NO NO
RM
NAMA P/W TGL
RAW
AT
DIAGNOSA KELUH
AN
OBAT YG
DIGUNAK
AN
NAMA
GENERIK
KETERAN
GAN
DOSIS RUT
E
WAKTU
PENGGU
NAAN
HASIL LAB
TD GD
20 1436
771
SUNADI
SUKAR
l /
65th
/ bb
:
60k
g / t
:
160
cm
14-5-
2016
sd
20-5-
2016
dengeu
fever, dm
tipe 2,
hipertensi,
AKI,
hiponatremia
, peningkatan
transaminase
demam Paracetamo
l
paracetamol analgesik,
antipiretik
500mg -
3x
po tgl 14-20 tgl 14-5 :
90/80, tgl 15-
5 : 138/100,
130/80, tgl
16-5 : 100/60,
110/70, tgl
17-5 : 130/70,
140/70, tgl
18-5 : 150/80,
130/80, tgl
tgl 13-5 :
264, tgl 1-7
: 99, 102, amlodipin amlodipin antihipertens
i
5mg -
1x
po tgl 18-20
new diatab attapulgite antidiare 2tab
(bila
mencret
)
po tgl 15
asam
mefenamat
asam mefenamat Anti
Inflamasi
500mg po tgl 19-20
76
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Non Steroid 19-5 : 140/90,
120/80, tgl
20-5 : 130/80 omeprazole omeprazole obat
lambung
40mg -
2x
iv tgl 14-20
omeprazole omeprazole obat
lambung
1amp -
2x
iv tgl 18
ondansetro
n
ondansetron antiemetik 4mg -
3x
iv tgl 18-20
rl 500ml iv tgl 19-20
domperidon
e
domperidone antiemetik 1tab -
3x
po tgl 14-18
NO NO
RM
NAMA P/W TGL
RAW
AT
DIAGNOSA KELUH
AN
OBAT YG
DIGUNAK
AN
NAMA
GENERIK
KETERAN
GAN
DOSIS RUT
E
WAKTU
PENGGU
NAAN
HASIL LAB
TD GD
21 1516
5
BURHANU
DIN
BUJANG
l /
53th
/ bb
: 70
/ t :
170
11-4-
2016
sd
17-4-
2016
dm tipe 2
terkontrol
diet,
hipertensi
terkontrol
demam,
pusing
Paracetamo
l
paracetamol analgesik,
antipiretik
500mg
tiap
4jam
po tgl 11 -17 tgl 12-4 :
110/70,
130/90, tgl
13-4 : 146/82,
120/80, tgl
14-4 : 150/80,
140/90, tgl
15-4 :
160/100,
160/100, tgl
16-4 : 160/80,
150/90, tgl
17-4 : 140/80
metformin metformin antidiabetes 1000mg
- 1x
po tgl 11 -17
captopril captopril antihipertens
i
6,25mg
-2x
po tgl 11 -17
simvastatin simvastatin antikolestero
l
20mg -
1x
po tgl 11 -17
omeprazole omeprazole obat
lambung
40mg -
1x
iv tgl 11 -17
rl 500cc -
4x
iv tgl 11 -17
gelofusin 500cc -
2x
iv tgl 14 - 17
NO NO
RM
NAMA P/W TGL
RAW
AT
DIAGNOSA KELUH
AN
OBAT YG
DIGUNAK
AN
NAMA
GENERIK
KETERAN
GAN
DOSIS RUT
E
WAKTU
PENGGU
NAAN
HASIL LAB
TD GD
22 1448
962
ITA
FARIDA
p/ /
67
th /
bb :
62k
g / t
:
22-7-
2016
sd
25-7-
2017
dm tipe 2,
hipertensi,
UAP
(unstabl
e angina
pectoris
)
platogrix clopidogrel Antikoagula
n,
Antiplatelet,
&
Fibrinolitik
(Trombolitik
)
75mg -
1x
po tgl 22-25 tgl 22-7 :
140/80, tgl
23-7 : 140/80,
110/70, tgl
24-7 : 120/80,
120/80, tgl
25-7 : 120/80,
tgl 23-7 :
141, tgl 24-
7 : 199, tgl
25-7 : 168,
268
77
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
150
cm
atorvastatin atorvastatin antikolestero
l
20mg -
1x
po tgl 22-25 131/70
amlodipin amlodipin antihipertens
i
5mg -
3x
po tgl 22-25
metformin metformin antidiabetes 1 tab -
2x
po tgl 22-25
glimepirid glimepirid antidiabetik 2mg -
1x
po tgl 23-25
asam
mefenamat
asam mefenamat Anti
Inflamasi
Non Steroid
1x1 po tgl 23-25
Paracetamo
l
paracetamol analgesik,
antipiretik
650
extra
po tgl 24-25
trizedon mr trimetazidine
hydrochloride
antianginal 1 - 2x po tgl 24-25
lantus insulin glargine antidiabetik
injeksi
12unit -
1x
sc tgl 22-25
isdn isosorbide
dinitrate
anti-anginal
drugs
5mg -
3x
po tgl 22-24
NO NO
RM
NAMA P/W TGL
RAW
AT
DIAGNOSA KELUH
AN
OBAT YG
DIGUNAK
AN
NAMA
GENERIK
KETERAN
GAN
DOSIS RUT
E
WAKTU
PENGGU
NAAN
HASIL LAB
TD GD
23 1452
658
KITEM p /
66th
/ bb
: 65
/ t :
150
10-8-
2016
sd
23-8-
2016
hipertensi
grade II, dm
tipe 2,
hypokalemia
, seizure
atraer
penurun
an
keadara
n sejak
3 jam
sebelum
masuk
rumah
sakit
laxadyne
syr
laxadine Konstipasi
(utk bilas
usus sblm &
ssdh op),
bilas usus
sblm
pemeriksaan
radiologi.
II s - 2x po tgl 10 - 22 tgl 10-8 :
156/94,
182/97, tgl
11-8 : 160/90,
160/90,
170/99, tgl
12-8 : 161/94,
134/77,
150/89, tgl
13-8 : 178/92,
143/79,
139/84, tgl
14-8 : 182/81,
170/96,
171/89, tgl
15-8 : 163/90,
142/78,
tgl 9-8 :
209, tgl 11-
8 : 251,
312, tgl 17-
8 :
321,232,21
2, tgl 18-8
: 232, tgl
20-8 : 216,
270, 197,
tgl 22-8 :
173, 215
Paracetamo
l
paracetamol analgesik,
antipiretik
500mg -
3x
po tgl 10 - 23
amlodipin amlodipin antihipertens
i
10mg -
1x
po tgl 10 - 23
prohiper metilfenidat
hidroklorida
obat SSP
golongan
lain
1/2tab -
2x
po tgl 10 - 23
ramipril ramipril antihipertens
i
10mg -
1x
po tgl 11 - 23
78
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
fenitoin phenytoin antikonvulsa
n,
antiepilepsi
100mg -
3x
po tgl 12 - 23 180/85, tgl
16-8 : 170/90,
165/85,
170/90, tgl
17-8 : 180/98,
130/90,
130/90, tgl
18-8 : 140/90,
160/80, tgl
19-8 : 130/90,
150/90,
150/80, tgl
20-8 :
140/100,
120/80, tgl
21-8 : 130/80,
120/80, tgl
22-8 : 140/80,
130/80, tgl
23-8 : 120/80
asam folat asam folat vitamin 1tab -
2x
po tgl 12- 23
aspar k kalium L-
aspartate
suplementasi
kalium
1tab -
1x
po tgl 12 - 23
metformin metformin antidiabetes 500mg -
3x
po tgl 15 - 23
ksr kcl pencegahan
dan
pengobatan
hipokalemia
1 - 1x po tgl 17 - 18
manitol mannitol diuretik 75cc -
4x
iv tgl 10 - 22
citicoline citicoline Vasodilator
perifer dan
Aktivator
cerebral
500mg -
2x
iv tgl 10 - 15
vit c vitamin c vitamin 1/2amp
- 2x
iv tgl 10 - 18
vit k vitamin k antikoagulan
, vitamin
1amp -
1x
iv tgl 10 - 16
kalnex asam tarneksamat antikoagulas
i
500mg -
2x
iv tgl 10 - 16
ceftriaxon ceftriaxone antibiotik
golongan
sefalosporin
2gr - 1x iv tgl 12 - 22
na cl 0,9 500cc
/12jam
iv tgl 9 - 22
kcl 50mEq
/12jam
iv tgl 15 - 16
hct hidroklorotiazida antihipertens
i
25mg -
1x
po tgl 18 - 19
bisoprolol bisoprolol antihipertens
i
1,25mg
- 1x
po tgl 18 - 19
glimepirid glimepirid antidiabetik 1mg -
1x
po tgl 22 - 23
piracetam piracetam neurotropik 3gr - 4x iv tgl 16 - 22
79
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
NO NO
RM
NAMA P/W TGL
RAW
AT
DIAGNOSA KELUH
AN
OBAT YG
DIGUNAK
AN
NAMA
GENERIK
KETERAN
GAN
DOSIS RUT
E
WAKTU
PENGGU
NAAN
HASIL LAB
TD GD
24 4737
22
SURIPTO l /
67th
/
17-
11-
2016
sd
23-
11-
2016
dm tipe 2 ,
retinopati,
hipertensi,
infrontrensia
urine, isk,
parfensiom
syndrome
Lemas ascardia aspirin antiplatelet 80mg -
1x
po tgl 17 - 23 tgl 17-11 :
110/70, tgl
18-11 :
140/90,
110/70, tgl
19-11 :
130/70, tgl
20-11 :
130/80,
133/86, tgl
21-11 :
130/70,
140/80, tgl
22-11 :
150/70,
151/90, tgl
23-11 :
140/90
tgl 17-11 :
132, tgl 18-
11 : 116,
113, 180,
tgl 19-11 :
114, 126,
108, tgl 21-
11 : 122,
153, 153,
tgl 23-11 :
136, 104,
179
Paracetamo
l
paracetamol analgesik,
antipiretik
500mg -
3x
po tgl 17 - 23
bisoprolol bisoprolol antihipertens
i
2,5 - 1x po tgl 19 - 23
simvastatin simvastatin antikolestero
l
10mg -
1x
po tgl 19 - 23
levazide levodopa antiparkinso
n
1tab -
2x
po tgl 21 - 23
asam folat asam folat vitamin 1tab -
2x
po tgl 21 - 23
heximer hexymer antiparkinso
n
1tab -
2x
po tgl 21 - 23
brainact
oral
citicoline Vasodilator
perifer dan
Aktivator
cerebral
500 - 3x po tgl 21 - 23
metformin metformin antidiabetes 500mg -
2x
po tgl 23
valsartan valsartan angiotensin
II antagonist
80 - 1x po tgl 23
ceftriaxon ceftriaxone antibiotik
golongan
sefalosporin
2gr - 1x iv tgl 17 - 23
novorapid insulin aspart antidiabetik
injeksi
4unit -
3x
iv tgl 17 - 23
rl ringer laktat 1500/24
jam
iv tgl 17 - 23
NO NO
RM
NAMA P/W TGL
RAW
AT
DIAGNOSA KELUH
AN
OBAT YG
DIGUNAK
AN
NAMA
GENERIK
KETERAN
GAN
DOSIS RUT
E
WAKTU
PENGGU
NAAN
HASIL LAB
TD GD
25 1437
033
MAIMUNA
H
MUHARAL
p /
57th
/ bb
: 50
14-5-
2016
sd
23-5-
CUD s2,
hipertensi,
dm tipe 2,
isk
demam simvastatin simvastatin antikolestero
l
20mg -
1x
po tgl 14 - 22 tgl 14-5 :
150/90,
160/100, tgl
15-5 : 140/90,
tgl 14-5 :
163
captopril captopril antihipertens
i
12,5mg
- 3x
po tgl 14 - 23
80
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
/ t :
155
2016 ascardia aspirin antiplatelet 80mg -
1x
po tgl 14 - 23 140/80, tgl
16-5 : 100/70,
140/90, tgl
17-5 : 139/90,
tgl 18-5 :
140/90,
170/100, tgl
19-5 : 130/90,
tgl 20-5 :
130/80,
130/80, tgl
21-5 : 155/89,
tgl 22-5 :
160/80,120/80
,120/80
Paracetamo
l
paracetamol analgesik,
antipiretik
500mg -
4x
po tgl 15 - 23
alprazolam alprazolam antiansietas 0,5mg -
1x
po tgl 15 - 20
ultracet tramadol
HCl,paracetamol
analgetik 1tab -
1x
po tgl 16 - 23
Co-
trimoxazole
co-trimoxazole antibiotik 2x1 po tgl 17 - 22
ambroxol ambroxol obat batuk
dan pilek
1 - 3x po tgl 16 - 23
aciclovir acyclovir antivirus 500mg
0-1-0
po tgl 20 - 22
arcalion sulbutiamine vitamin 2-0-0 po tgl 20 - 23
prohiper metilfenidat
hidroklorida
obat SSP
golongan
lain
1/2-0-0 po tgl 20 - 23
esilgan estazolam hiponatik
dan sedative
1mg -
1x
po tgl 20 - 21
inhalasi (
bisolvon :
berotec 1 :
1 )
inhal
asi
tgl 16 - 23
citicoline citicoline Vasodilator
perifer dan
Aktivator
cerebral
500mg -
2x
iv tgl 14 - 20
ranitidin ranitidin antiulserasi 1amp -
2x
iv tgl 14 - 23
ceftriaxon ceftriaxone antibiotik
golongan
sefalosporin
2gr - 1x iv tgl 15 - 22
manitol mannitol diuretik 50cc -
4x
iv tgl 18 - 19
na cl 0,9 /12jam iv tgl 14 - 23
NO NO
RM
NAMA P/W TGL
RAW
DIAGNOSA KELUH
AN
OBAT YG
DIGUNAK
NAMA
GENERIK
KETERAN
GAN
DOSIS RUT
E
WAKTU
PENGGU
HASIL LAB
TD GD
81
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
AT AN NAAN
26 613532 TJUK
SUNARTI
p /
63th
/ bb
: 60
/ t :
158
30-8-
2016
sd 9-
9 -
2016
bisitopenia,
korutiopesi,
hipercoagula
ble state, dm
tipe 2, low
back pain,
sisa akar /
radix,
dementra,
hipertensi
nyeri
perut ,
pusing ,
demam
sukralfat sucralfat obat saluran
cerna
lainnya
1c - 3x po tgl 29-8 sd
9-9
tgl 30-8 :
140/80,
160/80, tgl
31-8 : 130/80,
130/80,
130/70, tgl 1-
9 : 130/70,
140/80,
140/80, tgl 2-
9 : 140/80,
130/70,
130/80, tgl 3-
9 : 120/ 70,
110/60,
120/70, tgl 4-
9 : 110/70,
130/90,
110/70, tgl 5-
9 : 110/60,
140/90,
130/80, tgl 6-
9 : 100/60,
100/60,
100/70, tgl 7-
9 : 120/80,
110/80,
120/80, tgl 8-
9 : 120/70,
120/80,
120/80, tgl 9-
9 : 120/70,
120/80
tgl 29-8 :
194, tgl 2-9
: 108, tgl
3-9 : 121,
124, tgl 4-9
: 120, tgl
5-9 : 100,
93,
amlodipin amlodipin antihipertens
i
10 mg -
1x
po tgl 31-8 sd
9-9
valsartan valsartan angiotensin
II antagonist
160 mg
- 1x
po tgl 31-8 sd
9-9
lactulax lactulax antidiare 15ml -
3x
po tgl 31-8 sd
9-9
diazepam diazepam ansiolitik cps
campura
n - 2x
po tgl 2-7 sd
8-9
epsonal eperisone HCL antispasmodi
k
cps
campura
n - 2x
po tgl 2-7 sd
8-9
Paracetamo
l
paracetamol analgesik,
antipiretik
cps
campura
n - 2x
po tgl 2-7 sd
8-9
metformin metformin antidiabetes 500mg -
2x
po tgl 3-9 sd
9-9
newdiatab attapulgite antidiare 2tab /
diare
po tgl 8
cefotaxim cefotaxime antibakteri 1gr - 3x iv tgl 5-9 sd
8-9
clobazam clobazam ansiolitik 1caps -
3x
po tgl 29-8 sd
2-9
curcuma curcuma suplemen 1tab -
3x
po tgl 31-8
omeprazole omeprazole obat
lambung
1gr - 2x iv tgl 29-8 sd
31-8
na cl 0,9
NO NO
RM
NAMA P/W TGL
RAW
AT
DIAGNOSA KELUH
AN
OBAT YG
DIGUNAK
AN
NAMA
GENERIK
KETERAN
GAN
DOSIS RUT
E
WAKTU
PENGGU
NAAN
HASIL LAB
TD GD
27 6135
32
SUYONO
SUPENO
l / u
:
28
juli
dm tipe 2,
hipertensi
kejang
diatas
amlodipin amlodipin antihipertens
i
5 mg po tgl 28-7 sd
8-8
tgl 28-7 :
130/97,
tgl 28-7 :
815, 511,
82
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
49th
/ bb
: 70
/ t :
172
2016
sd 8
agust
us
2016
3x sejak
1 hari
SMrs
clopidogrel clopidogrel antikoagulan
, antiplatelet,
&
fibrinolitik
(trombolitik)
75 mg -
1x
po tgl 28-7 sd
8-8
155/102, tgl
29-8 : 145/96,
151/90,
167/86, tgl
30-7 : 143/78,
130/95,127/84
, tgl 31-7 :
120/78,
120/78,
125/76,
115/76, tgl 1-
8 : 124/81, tgl
2-8 : 141/97,
140/80,
120/90, tgl 3-
8 : 140/90,
130/80, tgl 4-
8 : 130/90,
110/80, tgl 5-
8 : 130/80,
130/81, tgl 6-
8 : 130/90, tgl
7-8 : 120/80,
120/108, tgl
8-8 : 120/80,
tgl 9-8 :
130/80
tgl 29 -7 :
340, 244,
176, 327,
tgl 29 - 7 :
263, 246,
192, tgl 30-
7 : 374,
142, 134,
tgl 31-7 :
93, 159,
141, tgl 1-8
: 73, 195,
188, tgl 2-8
: 216, 259,
tgl 3-8 :
232, 244,
tgl 5-8 :
215, 259,
342, tgl 7-8
: 127, 169,
185
asam folat asam folat vitamin 1tab -
2x
po tgl 29-7 sd
8-8
etambutol ethambutol anti
tuberkulosis
1000 -
1x (ada
di
pasien)
po tgl 31-7 sd
6-8
rifampicin rifampin anti
tuberkulosis
1x ( ada
di
pasien)
po tgl 31-7 sd
6-8
inh isoniazid antituberkul
osisi
1x ( ada
di
pasien)
po tgl 31-7 sd
6-8
pioglitazon pioglitazone antidiabetes 30mg -
1x
po tgl 2-8 sd
9-8
haloperidol haloperidol antipsikotik 0,5mg
2x
po tgl 5-8 sd
8-8
novorapid insulin aspart antidiabetik
injeksi
8unit -
3x
sc tgl 28-7 sd
8-8
novorapid insulin aspart antidiabetik
injeksi
6unit -
3x
sc tgl 5-8 sd
6-8
insulin insulin reguler antidiabetik
injeksi
1unit -
1x
iv tgl 28-7
insulin insulin reguler antidiabetik
injeksi
5unit/ja
m
iv tgl 28-7
insulin insulin reguler antidiabetik
injeksi
1unit/ja
m
iv tgl 28-7
levemir levemir (insulin
detemir)
antidiabetes 8ui - 1x sc tgl 6-8 sd
7-8
fenitoin phenytoin antikonvulsa
n,
antiepilepsi
100mg -
3x
iv tgl 28-7 sd
3-8
citicoline citicoline Vasodilator
perifer dan
Aktivator
500mg -
3x
iv tgl 28-7 sd
3-8
83
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
cerebral
ivfd nacl
0,9%
1500ml
- LD
iv tgl 28-7
ivfd nacl
0,9%
500ml/6
jam
iv tgl 28-7 sd
1-8
na cl 0,9 500 ml -
2x
iv tgl 1-8 - 3-
8
NO NO
RM
NAMA P/W TGL
RAW
AT
DIAGNOSA KELUH
AN
OBAT YG
DIGUNAK
AN
NAMA
GENERIK
KETERAN
GAN
DOSIS RUT
E
WAKTU
PENGGU
NAAN
HASIL LAB
TD GD
28 1444
284
NURATI P /u
:
57th
22-6-
2016
sd 7-
7201
6
subarachonoi
d
hemorrhage,
traumatic
brain injurg,
hipantremia
berat, dm
tipe 2 gula
darah tidak
terkontrol,
hipertensi
SAH,
OS
pejalan
kaki
tertabra
k motor
6jam
SMRS
amlodipin amlodipin antihipertens
i
10mg -
1x
po tgl 21-6 sd
7-7
tgl 22-6:
160/85,
159/80, tgl
23-6: 171/92,
172/95,
155/82, tgl
24-6 : 179/93,
168/91,
186/116, tgl
25-6: 165/95,
197/116,
181/100, tgl
26-6:
191/114,
166/87, tgl
27-6:
190/100,
180/90,
172/91, tgl
28-6:
159/100,
155/80,
160/86, tgl
29-6: 144/90,
144/96, tgl
30-6: 140/90,
150/90,
130/80, tgl 1-
7: 140/80,
tgl 21-6 :
358, 88, tgl
22-6 :
367tgl 23-6
: 156, 195,
tgl 24-6 :
238, 260,
182, 276,
tgl 25-6:
280, 221,
262, 269,
tgl 26-6:
267, 147,
273, tgl 27-
6: 216,
219, 264,
323, tgl 28-
6: 176,
279, 369,
266, tgl 29-
6: 193,
258, 315,
241, tgl 30-
6: 184,
233, 243,
196, tgl 1-
7: 206, tgl
2-7: 322,
182, 255,
candesartan candesartan antihipertens
i
32mg -
1x
po tgl 21-6 sd
6-7
manitol mannitol diuretik 125cc -
4x
iv tgl 21-6 sd
3-7
manitol mannitol diuretik 100cc -
4x
iv tgl 3-7 sd
7-7
ranitidin ranitidin antiulserasi 50mg -
3x
iv tgl 21-6 sd
7-7
fenitoin phenytoin antikonvulsa
n,
antiepilepsi
100mg -
3x
iv tgl 21-6 sd
27-6
fenitoin phenytoin antikonvulsa
n,
antiepilepsi
100mg -
3x
po tgl 1-7 sd
7-7
ceftriaxon ceftriaxone antibiotik
golongan
sefalosporin
2gr - 1x iv tgl 21-6 sd
7-7
actrapid insulin human antidiabetes kelipata
n 4unit
iv tgl 21-6 sd
1-7
ceremax nimodipine Profilaksis
dan
pengobatan
defisit
neurologik
iskemik
karena
vasospasme
2cc/jam iv tgl 21-6 sd
30-6
84
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
serebral
setelah
perdarahan
subarakhnoi
d (SAH)
150/90, tgl 2-
7: 140/80,
130/70, tgl 3-
7: 130/80,
140/85,
150/80,
150/90, tgl 4-
7: 150/80,
150/80, tgl 5-
7: 150/90,
160/80, tgl 6-
7: 160/90,
160/100,
180/100, tgl
7-7: 180/100,
170/90
tgl 3-7:
277, 315,
135, tgl 4-
7: 127,
165, tgl 6-
7: 173,
248, tgl 7-
7: 330
na cl 0,9 %
+ 3N
/8jam iv tgl 21-6 sd
30-6
na cl 0,9 % 500cc/2
4jam
iv tgl 3-7 sd
7-7
nimotop nimodipine Profilaksis
dan
pengobatan
defisit
neurologik
iskemik
karena
vasospasme
serebral
setelah
perdarahan
subarakhnoi
d (SAH)
2tab -
4x
po tgl 27-6 sd
7-7
captopril captopril antihipertens
i
25mg -
2x
po tgl 28-6 sd
7-7
diazepam diazepam ansiolitik 5mg -
2x
po tgl 28-6 sd
3-7
ivfd rl ringer laktat 500cc/8j
am
iv tgl 3-7 sd
7-7
bisoprolol bisoprolol antihipertens
i
5mg -
1x
po tgl 26-6 sd
7-7
Paracetamo
l
paracetamol analgesik,
antipiretik
1gr
extra
iv tgl 2-7 sd
3-7
nacl caps capsul -
3x
po tgl 7-7
NO NO
RM
NAMA P/W TGL
RAW
AT
DIAGNOSA KELUH
AN
OBAT YG
DIGUNAK
AN
NAMA
GENERIK
KETERAN
GAN
DOSIS RUT
E
WAKTU
PENGGU
NAAN
HASIL LAB
TD GD
29 4888
38
DJULIANT
O
L /u
:
25-6-
2016
vertigo, dm
tipe 2, cud sI
sakit
kepala
metformin metformin antidiabetes 500mg -
3x
po tgl 27 -6 sd
1-7
tgl 25-6 :
140/90, tgl
tgl 25-6 :
413,442,
85
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
SONTODIH
ARDJO
73th sd 1-
7-
2016
(recurrent),
hiponatremia
, hipertensi
glimepirid glimepirid antidiabetik 2mg -
1x (
30menit
sebelum
makan
pagi)
po tgl 27-6 sd
1-7
26-6 :
140/80,150/80
, 140/80, tgl
27-6 : 160/80,
130/80, tgl
28-6 : 140/80,
160/80, tgl
29-6 : 100/80,
160/80, tgl
30-6 : 140/80,
130/80
219, tgl 26-
6 : 137,
192, 380,
209, tgl 27-
6 : 140,
340, 387,
tgl 28-6 :
218, 159,
182, tgl 1-7
: 109, 241
lantus insulin glargine antidiabetik
injeksi
14unit -
1x
sc tgl 27-6 sd
30-6
valsartan valsartan angiotensin
II antagonist
80mg -
1x
po tgl 29-6 sd
1-7
na cl 0,9 500 - 3x iv tgl 25-6 sd
30-6
nacl 0,9 500/8ja
m
iv tgl 29-6 sd
30-6
betahistin betahistine
dihydrochloride
antivertigo 24mg -
3x
po tgl 24-6 sd
1-7
frego flunarizine antivertigo 5mg -
2x
po tgl 27-6 sd
1-7
ascardia aspirin antiplatelet 80mg -
1x
po tgl 28-6 sd
1-7
microlax
supp
microlax antidiare extra recta
l
tgl 27-6
humalog insulin lispro antidiabetik
injeksi
15ui -
2x
sc tgl 25-6 sd
27-6
ranitidin ranitidin antiulserasi 1amp -
2x
iv tgl 24-6 sd
27-6
ondansetro
n
ondansetron antiemetik 4mg -
extra
iv tgl 24-6 sd
1-7
citicoline citicoline Vasodilator
perifer dan
Aktivator
cerebral
500mg -
2x
po tgl 1-7
tramadol tramadol analgesik
opioid
50mg -
2x/drip
dalam
nacl
100cc
iv tgl 30-6 sd
1-7
largactil chlorpromazine antipsikotik 25mg -
extra
po tgl 26-6
86
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
NO NO
RM
NAMA P/W TGL
RAW
AT
DIAGNOSA KELUH
AN
OBAT YG
DIGUNAK
AN
NAMA
GENERIK
KETERAN
GAN
DOSIS RUT
E
WAKTU
PENGGU
NAAN
HASIL LAB
TD GD
30 7281
70
RM
SADEWO
DRS
l / u
:
76th
15-7-
2016
sd
22-7-
2016
dm tipe 2,
twnsion
typeheadche,
hipertensi,
chronisc
venous
insuffianci
lemas novomix insulin aspart
biphasic
antidiabetes 2x (22-
0-24)
sc tgl 15 - 22 tgl 16-7-2016
: 130/80,
130/80,
150/80, tgl
17-7 : 160/80,
165/84,
170/85, tgl
18-7 : 168/84,
175/85,
180/113, tgl
19-7 : 160/85,
148/73,
162/91, tgl 20
: 127/77,
144/80,
169/90, tgl
21-7 : 141/84,
127/78,
157/81, tgl
22-7 : 127/67,
137/70
tgl 16-7 :
240, 263,
tgl 17 :
178, tgl 18
: 86, tgl 19
: 226, 189,
260, tgl 20
: 103, 236,
447, tgl 21
: 234, 276,
296, tgl 22
: 156, 200
novomix insulin aspart
biphasic
antidiabetes 2x (20-
0-20)
sc tgl 18 - 19
novorapid insulin aspart antidiabetik
injeksi
1x (0-
15-0)
sc tgl 20 - 21
metformin metformin antidiabetes 500mg -
1x
(malam)
po tgl 21
valsartan valsartan angiotensin
II antagonist
160 - 1x po tgl 18 - 21
adalat oros nifedipin GTS antihipertens
i & angina
30mg -
1x
po tgl 19 - 21
Paracetamo
l
paracetamol analgesik,
antipiretik
500mg -
1x cps
campura
n
po tgl 20 - 21
diazepam diazepam ansiolitik 1mg -
1x cps
campura
n
po tgl 20 - 21
captopril captopril antihipertens
i
12,5 -
1x extra
po tgl 17 - 18
na cl 0,9 /16jam iv tgl 16 - 18
Lampiran 3. Interaksi Obat
87 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
PASIEN NAMA
OBAT
INTERAKSI OBAT KETERANG
AN
TINGKAT
KEPARA
HAN
MANAJEMEN
obat 1 obat 2
1 domperidone amlodipine ksr ksr dapat ↓
efek terapeutik
amlodipine
Moderate Monitor untuk mengurangi efek terapeutik dari
amlodipin jika ksr dimulai / dosis meningkat, atau
peningkatan efek jika ksr dihentikan / dosis
menurun
amlodipine amlodipine ca glukonas ca glukonas
dapat ↓ efek
terapeutik
amlodipine
Moderate Monitor untuk mengurangi efek terapeutik dari
amlodipin jika ksr dimulai / dosis meningkat, atau
peningkatan efek jika ksr dihentikan / dosis
menurun
aspar k novorapid lantus lantus dapat ↑
efek
hipoglikemik
novorapid
Moderate Meskipun penggunaan bersamaan dari dua atau
lebih obat yang dapat menyebabkan hipoglikemia
(baik sebagai niat terapeutik atau sebagai efek
buruk) sering tepat secara klinis, penggunaan
Kombinasi semacam itu sering secara substansial
meningkatkan risiko hipoglikemia. pantau pasien
secara dekat untuk efek hipoglikemik tambahan jika
dua atau lebih dari obat ini digabungkan
sulfat ferrous
ksr
novorapid
lantus
cefotaxime
ca glukonas
2 antasida fenitoin amlodipin amlodipin
dapat ↑ efek
fenitoin dan
fenitoin dapat
↓ efek
amlodipine
Major monitor untuk toksisitas fenitoin jika amlodipine
dimulai / dosis meningkat, atau efek fenitoin
menurun jika amlodipine dihentikan / dosis
menurun. monitor untuk mengurangi efek terapi
amlodipine dengan penggunaan bersamaan
phenytoin. pelabelan nifedipin merekomendasikan
menghindari penggunaan bersamaan dengan
88
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
fenitoin, dan pelabelan kanadian nimodipine
kontraindikasi penggunaan bersamaan dari fenitoin
omeprazole simvastatin amlodipin amlodipine
dapat ↑ kadar
simvastatin
dalam darah
dan ↑ efek
samping
Major hindari penggunaan amlodipine bersamaan dengan
simvastatin bila memungkinkan. jika digunakan
bersama, hindari dosis simvastatin lebih dari 20mg /
hari, dan pantau secara ketat untuk tanda-tanda
toksisitas inhibitor HMG-CoA reduktase (misalnya.
Myositis, rhabdomyolysis)
amlodipine simvastatin fenitoin fenitoin dapat
↓ efek
simvastatin
Moderate pertimbangkan untuk menghindari penggunaan
fenitoin dan simvastatin secara bersamaan. pantau
untuk mengurangi efek terapi simvastatin jika
fenitoin dimulai/dosis naik, atau peningkatan efek
(kemungkinan toksisitas) jika fenitoin
dihentikan/dosis menurun. beras ragi merah
mengandung lovastatin (mungkin 2.4mg per 600mg
beras ragi) dan beberapa senyawa asam mevinic
lainnya
ksr amlodipine antasida antasida dapat
↓ efek terapi
amlodipine
Moderate monitor untuk efek terapi yang menurun dari
amlodipine jika antasida dimulai/dosis meningkat,
atau peningkatan efek jika antasida dihentikan/dosis
menurun
simvastatin captopril antasida antasida dapat
↓ efek
captopril
Moderate monitor untuk mengurangi efek captopril jika
diberikan dengan antasida
domperidone captopril Aspirin aspirin dapat ↑
efek
nefrotoksik
captopril dan
dapat ↓ efek
Moderate pantau untuk mengurangi efek terapeutik dari
captopril, jika dikombinasikan dengan salisilat.
Selain itu, pantau untuk gagal ginjal akut ketika
obat-obat ini digabungkan
89
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
terapi captopril
minosep humalog Aspirin aspirin dapat ↑
efek
hipoglikemik
Humalog
Moderate pantau efek farmakologis yang berlebihan (mis.
hipoglikemia) pada pasien yang menerima aspirin
dengan humalog. ini mungkin lebih menjadi
perhatian pada pasien yang menerima aspirin
dengan dosis 3gram atau lebih per hari
fenitoin humalog novorapid novorapid
dapat ↑ efek
hipoglikemik
Humalog
Moderate meskipun penggunaan bersamaan dari dua atau
lebih obat yang dapat menyebabkan hipoglikemia
(baik sebagai terapi atau sebagai efek samping)
sering sesuai secara klinis, penggunaan kombinasi
tersebut sering secara substansial meningkatkan
risiko hipoglikemia. pantau pasien secara dekat
untuk efek hipoglikemik tambahan jika dua atau
lebih dari obat ini digabungkan
humalog humalog Lantus lantus dapat ↑
efek
hipoglikemik
Humalog
Moderate meskipun penggunaan bersama dari humalog dan
lantus yang menyebabkan hipoglikemia secara
klinis sesuai, penggunaan kombinasi semacam itu
sering secara substantif meningkatkan risiko
hipoglikemia. pantau pasien secara dekat untuk efek
hipoglikemik jika obat ini digabungkan
lantus humalog insulin insulin dapat ↑
efek
hipoglikemik
Humalog
Moderate meskipun penggunaan bersama dari humalog dan
insulin yang menyebabkan hipoglikemia secara
klinis sesuai, penggunaan kombinasi semacam itu
sering secara substantif meningkatkan risiko
hipoglikemia. pantau pasien secara dekat untuk efek
hipoglikemik jika obat ini digabungkan
captopril novorapid aspirin aspirin dapat ↑
efek
hipoglikemik
novorapid
Moderate pantau efek farmakologis yang berlebihan (mis.
hipoglikemia) pada pasien yang menerima aspirin
dengan novorapid. ini mungkin lebih menjadi
perhatian pada pasien yang menerima aspirin
dengan dosis 3gram atau lebih per hari
90
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ascardia novorapid lantus lantus dapat ↑
efek
hipoglikemik
novorapid
Moderate meskipun penggunaan bersama dari novorapid dan
lantus yang menyebabkan hipoglikemia secara
klinis sesuai, penggunaan kombinasi semacam itu
sering secara substantif meningkatkan risiko
hipoglikemia. pantau pasien secara dekat untuk efek
hipoglikemik jika obat ini digabungkan
insulin novorapid insulin insulin dapat ↑
efek
hipoglikemik
novorapid
Moderate meskipun penggunaan bersama dari novorapid dan
insulin yang menyebabkan hipoglikemia secara
klinis sesuai, penggunaan kombinasi semacam itu
sering secara substantif meningkatkan risiko
hipoglikemia. pantau pasien secara dekat untuk efek
hipoglikemik jika obat ini digabungkan
novorapid lantus aspirin aspirin dapat ↑
efek
hipoglikemik
lantus
Moderate pantau efek farmakologis yang berlebihan (mis.
hipoglikemia) pada pasien yang menerima aspirin
dengan lantus. ini mungkin lebih menjadi perhatian
pada pasien yang menerima aspirin dengan dosis
3gram atau lebih per hari
cefotaxime lantus insulin insulin dapat ↑
efek
hipoglikemik
lantus
Moderate meskipun penggunaan bersama dari lantus dan
insulin yang menyebabkan hipoglikemia secara
klinis sesuai, penggunaan kombinasi semacam itu
sering secara substantif meningkatkan risiko
hipoglikemia. pantau pasien secara dekat untuk efek
hipoglikemik jika obat ini digabungkan
insulin aspirin aspirin dapat ↑
resiko
hipoglikemik
insulin dan ↓
gula darah
Moderate Pantau untuk efek farmakologis yang berlebihan
(mis. hipoglikemia) pada pasien yang menerima
aspirin dengan insulin. Ini mungkin lebih menjadi
perhatian pada pasien yang menerima aspirin
dengan dosis 3 gram atau lebih per hari
fenitoin omeprazole fenitoin dapat
↓ efek
omeprazole,
omeprazole
dapat ↑ efek
Moderate monitor untuk mengurangi efek terapi dari
omeprazole serta untuk peningkatan efek fenitoin
(yang terakhir terutama dengan dosis omeprazol
harian 40mg atau lebih besar) kapan saja obat ini
digunakan dalam kombinasi. dosis omeprazole
91
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
fenitoin yang lebih rendah (yaitu 20mg / hari) dan inhibitor
proton lainnya (misalnya, lansoprazole,
rabeprazole, pantoprazole) mungkin kurang
mungkin untuk meningkatkan efek fenitoin
aspirin antasida antasida dapat
↓ efek aspirin
Minor pantau untuk mengurangi efek terapi aspirin jika
antasida dimulai/dosis meningkat, atau peningkatan
efek jika antasida dihentikan/dosis menurun.
Interaksi ini seharusnya tidak menjadi perhatian
pada pasien yang menerima dosis aspirin
humalog captopril captopril dapat
↑ efek
hipoglikemik
lantus dan ↓
gula darah
Minor Tidak perlu tindakan. Pendidikan hipoglikemia
reguler dan pemantauan (yang menyertai
penggunaan humalog) harus cukup untuk
manajemen kemungkinan interaksi ini
novorapid captopril captopril dapat
↑ efek
hipoglikemik
lantus dan ↓
gula darah
Minor Tidak perlu tindakan. Pendidikan hipoglikemia
reguler dan pemantauan (yang menyertai
penggunaan novorapid) harus cukup untuk
manajemen kemungkinan interaksi ini
lantus Captopril captopril dapat
↑ efek
hipoglikemik
lantus dan ↓
gula darah
Minor Tidak perlu tindakan. Pendidikan hipoglikemia
reguler dan pemantauan (yang menyertai
penggunaan lantus) harus cukup untuk manajemen
kemungkinan interaksi ini
insulin Captopril captopril dapat
↑ efek
hipoglikemik
lantus dan ↓
gula darah
Minor Tidak perlu tindakan. Pendidikan hipoglikemia
reguler dan pemantauan (yang menyertai
penggunaan insulin) harus cukup untuk manajemen
kemungkinan interaksi ini
fenitoin Antasida antasida dapat
↑ efek fenitoin
Minor tidak diperlukan tindakan untuk sebagian besar
pasien. pertimbangkan untuk memantau kadar efek
fenitoin dan/atau pengaturan obat-obatan ini secara
berlebihan pada pasien berisiko tinggi
92
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
fenitoin Aspirin aspirin dapat ↑
efek fenitoin.
Namun,
sedikit atau
tidak ada
perubahan
dalam
konsentrasi
fenitoin yang
diharapkan
Minor tidak perlu tindakan
3 domperidone tidak terjadi
interaksi obat
sukralfat
vitamin k
transamin
omeprazole
4 enzyplex amlodipine simvastatin amlodipine
dapat ↑ kadar
simvastatin
dalam darah
dan ↑efek
samping
Major hindari penggunaan amlodipine bersamaan dengan
simvastatin bila memungkinkan. jika digunakan
bersama, hindari dosis simvastatin lebih dari 20mg /
hari, dan pantau secara ketat untuk tanda-tanda
toksisitas inhibitor HMG-CoA reduktase (misalnya.
Myositis, rhabdomyolysis)
mucosta
amlodipine
simvastatin
omeprazole
farmadol
transamin
5 vitamin b12 allopurinol calcium
carbonate
calcium
carbonat dapat
↓ penyerapan
Major berikan calcium carbonat setidaknya 3 jam sebelum
pemberian allopurinol untuk mengurangi risiko
potensial dari interaksi ini
93
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
allopurinol
asam folat allopurinol Ramipril ramipril dapat
↑ potensi
reaksi alergi
atau
hipersensitivit
as terhadap
allopurinol
Major jika allopurinol harus digunakan pada pasien yang
menggunakan ramipril, pantau reaksi
hipersensitivitas setelah inisiasi terapi allopurinol
minimal selama 5 minggu
caco3 domperidone metoclopram
ide
dapat saling ↑
efek QTc-
Prolonging
Major penggunaan bersamaan harus dihindari bila
memungkinkan. Penggunaan bersama diharapkan
secara substansial meningkatkan resiko untuk
toksisitas yang serius, termasuk pengembangan
torsades de pointes(TdP) atau takiaritmia ventrikel
yang signifikan lainnya. pasien dengan faktor resiko
yang hadir (misalnya. usia yang lebih tua, jenis
kelamin perempuan, bardikardia, hipokalemia,
hipomagnesemia, penyakit jantung, dan konsetrasi
obat yang lebih tinggi), akan memiliki resiko yang
lebih tinggi untuk toksisitas yang berpotensi
mengancam nyawa ini. penggunaan kombinasi
semacam itu harus disertai dengan pemantauan
ketat untuk bukti perpanjangan QT atau perubahan
lain dari ritme jantung
bicnat lasix sucralfat sucralfat dapat
↓ efek lasix,
dapat merusak
penyerapan
lasix
Major hindari pemberian oral lasix dan sucralfat secara
bersamaan. Pemberian terpisah paling tidak 2 jam.
Tidak berlaku untuk lasix yang diberikan secara
parenteral
amlodipine ramipril candesartan candesartan
dapat ↑efek
toxic ramipril
Major penggunaan bersamaan secara khusus tidak
dianjurkan dan merupakan kontraindikasi pada
pasien dengan nefropati diabetik. Jika kombinasi
seperti itu harus digunakan, monitor pasien lebih
dekat untuk respon yang lebih besar dari yang
94
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
diperkirakan pada kombinasi, termasuk pemantauan
tekanan darah, fungsi ginjal, dan konsentrasi kalium
ascardia amlodipine simvastatin amlodipine
dapat ↑ kadar
simvastatin
dalam darah
dan ↑efek
samping
Major hindari penggunaan amlodipine bersamaan dengan
simvastatin bila memungkinkan. jika digunakan
bersama, hindari dosis simvastatin lebih dari 20mg /
hari, dan pantau secara ketat untuk tanda-tanda
toksisitas inhibitor HMG-CoA reduktase (misalnya.
Myositis, rhabdomyolysis)
mertigo allopurinol Lasix lasix dapat ↑
efek toxic
allopurinol
Moderate hindari terapi kombinasi. Ketika harus digunakan
bersama, pantau pasien secara dekat untuk tanda-
tanda dan gejala-gejala dari reaksi tipe
hipersensitivitas allopurinol (misalnya, demam,
ruam, eosinofilia) atau efek merugikan lainnya
allopurinol amlodipine calcium
carbonate
calcium
carbonat dapat
↓ efek
terapeutik
amlodipine
Moderate pantau untuk mengurangi efek terapeutik dari
amlodipin jika calcium carbonat dimulai/dosis
meningkat, atau peningkatan efek jika calcium
carbonat dihentikan/dosis menurun
simvastatin isdn amlodipin amlodipin
dapat ↑ efek
hipotensi isdn
Moderate meskipun penggunaan dari dua atau lebih obat yang
dapat menurunkan tekanan darah(baik sebagai niat
terapeutik atau sebagai efek buruk) sering secara
klinis sesuai, penggunaan kombinasi semacam itu
sering secara substansial meningkatkan hipotensi.
Pantau pasien secara dekat untuk efek hipotensi
aditif jika dua atau lebih dari obat ini digabungkan
sucralfat isdn Candesartan candesartan
dapat ↑efek
hipotensi isdn
Moderate meskipun penggunaan dari dua atau lebih obat yang
dapat menurunkan tekanan darah(baik sebagai niat
terapeutik atau sebagai efek buruk) sering secara
klinis sesuai, penggunaan kombinasi semacam itu
sering secara substansial meningkatkan hipotensi.
Pantau pasien secara dekat untuk efek hipotensi
aditif jika dua atau lebih dari obat ini digabungkan
metoclopram isdn Carvedilol carvedilol Moderate meskipun penggunaan dari dua atau lebih obat yang
95
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ide dapat ↑efek
hipotensi isdn
dapat menurunkan tekanan darah(baik sebagai niat
terapeutik atau sebagai efek buruk) sering secara
klinis sesuai, penggunaan kombinasi semacam itu
sering secara substansial meningkatkan hipotensi.
Pantau pasien secara dekat untuk efek hipotensi
aditif jika dua atau lebih dari obat ini digabungkan
v bloc isdn Lasix lasix dapat
↑efek
hipotensi isdn
Moderate meskipun penggunaan dari dua atau lebih obat yang
dapat menurunkan tekanan darah(baik sebagai niat
terapeutik atau sebagai efek buruk) sering secara
klinis sesuai, penggunaan kombinasi semacam itu
sering secara substansial meningkatkan hipotensi.
Pantau pasien secara dekat untuk efek hipotensi
aditif jika dua atau lebih dari obat ini digabungkan
isdn isdn Ramipril ramipril dapat
↑efek
hipotensi isdn
Moderate meskipun penggunaan dari dua atau lebih obat yang
dapat menurunkan tekanan darah(baik sebagai niat
terapeutik atau sebagai efek buruk) sering secara
klinis sesuai, penggunaan kombinasi semacam itu
sering secara substansial meningkatkan hipotensi.
Pantau pasien secara dekat untuk efek hipotensi
aditif jika dua atau lebih dari obat ini digabungkan
paracetamol lantus Aspirin aspirin dapat ↑
resiko
hipoglikemik
lantus dan ↓
gula darah
Moderate Pantau untuk efek farmakologis yang berlebihan
(mis. hipoglikemia) pada pasien yang menerima
aspirin dengan lantus. Ini mungkin lebih menjadi
perhatian pada pasien yang menerima aspirin
dengan dosis 3 gram atau lebih per hari
candesartan lantus carvedilol carvedilol
dapat ↑ resiko
hipoglikemik
lantus dan ↓
gula darah
Moderate pantau peningkatan efek terapeutik lantus jika
carvedilol dimulai/dosis meningkat, atau efek
menurun jika carvedilol di hentikan/dosis menurun.
ceftriaxon lantus Lasix lasix dapat ↓
efek terapeutik
lantus
Moderate monitor glukosa darah lebih sering ketika pasien
yang diobati dengan lantus memulai terapi dengan
lasix. Peningkatan dosis lantus, atau kebutuhan
96
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk obat tambahan, mungkin diperlukan
omeprazole lasix Aspirin aspirin dapat ↑
efek Lasix
Moderate pantau pasien secara dekat untuk mengetahui tanda
dan gejala toksisitas ketika menggunakan lasix
bersama dengan aspirin dosis lebih tinggi. Juga
pantau lasix, karena aspirin (terutama pada dosis
yang lebih tinggi) dapat mengumpulkan respon
diuretic
lantus lasix tramadol tramadol dapat
↑ efek toxic
lasix, dan ↓
efek terapeutik
lasix
Moderate pasien harus dipantau untuk mengurangi efikasi
diuretik, retensi urin, dan gejala ortostasis bila
diterapi dengan tramadol dan lasix. Pertimbangkan
peningkatan pemantauan klinis tekanan darah (baik
duduk dan berdiri) pada pasien
lansoprazol metoclopramide tramadol tramadol dapat
↑ efek toxic
metoclopramid
e
Moderate gunakan hati-hati dengan penggunaan tramadol
dengan metocopramide. Pantau pasien lebih dekat
untuk bukti toksisitas serotonin (misalnya.
Perubahan status mental, ketidakstabilan otonom,
dan hiperaktivitas neuromuskular) atau sindrom
ganas neuroleptik (misalnya. hipertermia, kekakuan
otot, disfungsi otonom)
domperidone ranitidin carvedilol carvediol
dapat ↑ efek
rantidin
Moderate pantau untuk meningkatan efek substrat ranitidin
jika carvedilol dimulai atau dosis carvedilol yang
digunakan bersamaan meningkat. Sebaliknya,
pantau untuk mengurangi efek toksisitas jika
carvedilol dihentikan atau jika dosis carvedilol yang
digunakan bersamaan menurun
lasix ramipril Aspirin aspirin dapat ↑
efek
nefrotoksik
ramipril dan
dapat ↓ efek
terapeutik
Ramipril
Moderate pantau untuk mengurangi efek terapeutik dari
ramipril jika dikombinasikan dengan aspirin. Selain
itu, pantau untuk gagal ginjal akut ketika obat-obat
ini digabungkan
97
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ramipril ramipril Lasix lasix dapat ↑
efek hipotensi
ramipril , dan
↑ efek
nefrotoksik
Ramipril
Moderate monitor untuk hipotensi gejala dan gagal ginjal jika
ramipril dimulai pada pasien yang menerima
furosemid. Koreksi deplesi volume oleh gangguan
terapi diuretik atau pengurangan dosis diuretik
sebelum inisiasi ramipril/peningkatan dosis
dianjurkan. jika terapi diuretik tidak dapat dikurangi
(misalnya. pada pasien dengan gagal jantung),
memulai ramipril pada dosis yang sangat rendah
dan peningkatan dosis dengan sedikit peningkatan
dapat menimimalkan interaksi ini
ranitidin asprin calcium
carbonate
calcium
carbonat dapat
↓ konsentrasi
serum aspirin
Minor pantau untuk mengurangi efek terapeutik dari
aspirin jika calcium carbonat dimulai/dosis
meningkat, atau peningkatan efek jika calcium
carbonat dihentikan/dosis menurun. Interaksi ini
tidak boleh menjadi perhatian pada pasien yang
menerima dosis salisilat intemiten
tramadol lantus Ramipril ramipril dapat
↑ efek
hipoglikemik
lantus dan ↓
gula darah
Minor Tidak perlu tindakan. Pendidikan hipoglikemia
reguler dan pemantauan (yang menyertai
penggunaan lantus) harus cukup untuk manajemen
kemungkinan interaksi ini
new diatab paracetamol metoclopram
ide
metoclopramid
e dapat ↑
konsentrasi
serum
paracetmol
Minor tidak perlu tindakan
paracetamol tramadol tramadol dapat
↓ absorpsi
paracetamol
Minor tidak perlu tindakan
ranitidin calcium
carbonate
calcium
carbonat dapat
↓ konsentrasi
serum
Minor tidak perlu tindakan
98
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ranitidine
6 domperidone tidak terjadi
interaksi obat
ksr
amlodipine
fluimucil
lansoprazol
ceftriaxon
7 fenitoin fenitoin amlodipin amlodipin
dapat ↑
konsentrasi
serum fenitoin,
fenitoin dapat
↓ konsentrasi
serum
amlodipin
Moderate pantau toksisitas fenitoin jika amlodipin
dimulai/dosis meningkat, atau penurunan efek
fenitoin jika amlodipin dihentikan/dosis menurun.
Pantau untuk mengurangi efek terapeutik amlodipin
dengan penggunaan bersamaan fenitoin.
amlodipine fenitoin perdipine perdipine
dapat ↑
konsentrasi
serum fenitoin,
fenitoin dapat
↓ konsentrasi
serum
perdipine
Moderate pantau toksisitas fenitoin jika perdipine
dimulai/dosis meningkat, atau penurunan efek
fenitoin jika perdipine dihentikan/dosis menurun.
Pantau untuk mengurangi efek terapeutik perdipine
dengan penggunaan bersamaan fenitoin.
insulin insulin Lantus lantus dapat ↑
efek
hipoglikemik
insulin
Moderate meskipun penggunaan bersama dari insulin dan
lantus yang menyebabkan hipoglikemia secara
klinis sesuai, penggunaan kombinasi semacam itu
sering secara substantif meningkatkan risiko
hipoglikemia. pantau pasien secara dekat untuk efek
hipoglikemik jika obat ini digabungkan
perdipine insulin novorapid novorapid
dapat ↑ efek
Moderate meskipun penggunaan bersama dari insulin dan
novorapid yang menyebabkan hipoglikemia secara
99
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
hipoglikemik
insulin
klinis sesuai, penggunaan kombinasi semacam itu
sering secara substantif meningkatkan risiko
hipoglikemia. pantau pasien secara dekat untuk efek
hipoglikemik jika obat ini digabungkan
omeprazole lantus novorapid lantus dapat ↑
efek
hipoglikemik
novorapid
Moderate meskipun penggunaan bersama dari lantus dan
novorapid yang menyebabkan hipoglikemia secara
klinis sesuai, penggunaan kombinasi semacam itu
sering secara substantif meningkatkan risiko
hipoglikemia. pantau pasien secara dekat untuk efek
hipoglikemik jika obat ini digabungkan
citicolin fenitoin omeprazole omeprazol
dapat ↑
konsentrasi
serum fenitoin,
fenitoin dapat
↓ konsentrasi
serum
omeprazole
Moderate monitor untuk mengurangi efek terapi dari
omeprazole serta untuk peningkatan efek fenitoin
(yang terakhir terutama dengan dosis omeprazol
harian 40mg atau lebih besar) kapan saja obat ini
digunakan dalam kombinasi. dosis omeprazole
yang lebih rendah (yaitu 20mg / hari) dan inhibitor
proton lainnya (misalnya, lansoprazole,
rabeprazole, pantoprazole) mungkin kurang
mungkin untuk meningkatkan efek fenitoin
meropenem valsartan Kcl kcl dapat ↑
efek
hiperkalemia
valsartan
Moderate pantau tanda dan gejala hiperkalemia selama
penggunaan bersamaan dari valsartan dan kcl
dexametason
valsartan
novorapid
lantus
8 valsartan amlodipine caco3 caco3 dapat ↓
efek terapeutik
amlodipine
Moderate pantau untuk mengurangi efek terapeutik dari
amlodipin jika caco3 dimulai/dosis meningkat, atau
peningkatan efek jika caco3 dihentikan/dosis
menurun
amlodipine
100
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
asam folat
bicnat
caco3
vitamin b12
fujimin
azitromisin
fluimucil
furosemid
ceftriaxon
9 lisinofril tidak terjadi
interaksi obat
ondansetron
cefotaxime
ceftriaxon
10 valsartan insulin lantus lantus dapat ↑
efek
hipoglikemik
insulin
Moderate meskipun penggunaan bersama dari insulin dan
lantus yang menyebabkan hipoglikemia secara
klinis sesuai, penggunaan kombinasi semacam itu
sering secara substantif meningkatkan risiko
hipoglikemia. pantau pasien secara dekat untuk efek
hipoglikemik jika obat ini digabungkan
alprazolam
lantus
ceftriaxon
omeprazole
ondansetron
ranitidin
insulin
11 fenitoin fenitoin adalat oros adalat oros Moderate pantau lebih dekat untuk melihat efek yang diubah
101
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dapat ↑
konsentrasi
serum fenitoin,
fenitoin dapat
↓ konsentrasi
serum adalat
oros
dari kedua obat dianjurkan jika adalat oros dan
fenitoin harus digunakan bersama. Pasien harus
disarankan untuk memberi tahu dokter jika mereka
mengalami gejala toksisitas fenitoin (misalnya,
mengantuk, gangguan penglihatan, perubahan
status mental, kejang, mual, atau ataksia) atau
hilangnya efek CCB
adalat oros fenitoin novorapid novorapid
dapat ↑ resiko
hipoglikemik
fenitoin dan ↓
gula darah
Moderate pantau peningkatan efek terapeutik fenitoin jika
novorapid dimulai/dosis meningkat, atau efek
menurun jika novorapid di hentikan/dosis menurun.
clopidogrel fenitoin clopidogrel clopidogrel
dapat ↑
konsentrasi
serum fenitoin,
fenitoin dapat
↓ konsentrasi
serum
clopidogrel
Minor tidak perlu tindakan. Penyesuaian dosis mungkin
diperlukan jika suatu interaksi dicurigai
citicolin
novorapid
12 amlodipine haloperidol ondansetron dapat saling ↑
efek QTc-
Prolonging
Major penggunaan bersamaan harus dihindari bila
memungkinkan. Penggunaan bersama diharapkan
secara substansial meningkatkan resiko untuk
toksisitas yang serius, termasuk pengembangan
torsades de pointes(TdP) atau takiaritmia ventrikel
yang signifikan lainnya. pasien dengan faktor resiko
yang hadir (misalnya. usia yang lebih tua, jenis
kelamin perempuan, bardikardia, hipokalemia,
hipomagnesemia, penyakit jantung, dan konsetrasi
obat yang lebih tinggi), akan memiliki resiko yang
102
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
lebih tinggi untuk toksisitas yang berpotensi
mengancam nyawa ini. penggunaan kombinasi
semacam itu harus disertai dengan pemantauan
ketat untuk bukti perpanjangan QT atau perubahan
lain dari ritme jantung
asam
mefenamat
haloperidol metoclopram
ide
metoclopromi
de dapat ↑ efek
toksik
haloperidol
Major hindari penggunaan metoclopramide dalam
kombinasi dengan obat lain yang terkait dengan
pengembangan reaksi ekstrapiramidal (misalnya.
Tardive dyskinesia) dan sindrom neuroleptik ganas
captopril captopril asam
mefenamat
asam
mefenamat
dapat ↓ fungsi
ginjal yang
signifikan, ↓
efek
antihipertensi
Moderate Pantau penurunan efek terapeutik captopril bila
digunakan bersama dengan asam mefenamat. ini
kemungkinan paling memprihatinkan dengan dosis
kronis dan/atau dosis yang lebih tinggi dari asam
mefenamat. selain itu, terapi bersamaan dengan
asam mefenamat dan captopril meningkatkan resiko
disfungsi ginjal, terutam pasien juga menerima
diuretik
ondansetron captopril humalog captopril dapat
↑ efek
hipoglikemik
humalog
Minor tidak ada tindakan yang diperlukan. Pendidikan dan
pemantauan hipoglikemia regular (yang menyertai
penggunaan obat penurun glukosa darah) harus
memadai untuk manajemen kemungkinan interaksi
haloperidol asam mefenamat amlodipin asma
mefenamat
dapat ↓ efek
antihipertensi
amlodipin
Minor tidak ada tindakan
citicolin captopril lantus captopril dapat
↑ efek
hipoglikemik
lantus
Minor tidak ada tindakan yang diperlukan. Pendidikan dan
pemantauan hipoglikemia regular (yang menyertai
penggunaan obat penurun glukosa darah) harus
memadai untuk manajemen kemungkinan interaksi
ranitidin
manitol
103
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
metoclopram
ide
humalog
13 clopidogrel ascardia cardace ascardia dapat
↑ efek
nefrotoksik
dan ↓ efek
terapeutik
cardace
Moderate pantau untuk mengurangi efek terapeutik dari
cardace jika dikombinasikan dengan ascardia.
Selain itu, pantau untuk gagal ginjal akut ketika
obat-obat ini digabungkan
ascardia ascardia gliquidone ascardia dapat
↑ efek
hipoglikemik
gliquidone
Moderate
amlodipine cardace gliquidone cardace dapat
↑ efek
gliquidone
Moderate
cardace ascardia clopidogrel clopidogrel
dapat ↑ efek
negatif/toksik
ascardia, ↑
resiko
perdarahan
Moderate meskipun terapi kombinasi kadang-kadang
digunakan secara menguntungkan, peningkatan
resiko perdarahan mungkin terjadi. Pantau
peningkatan pada penurunan fungsi platelet
(misalnya. Perdarahan, memar, dll.) selama
penggunaan clopidogrel dan ascardia secara
bersamaan
ksr gemfibrozil gliquidone gemfobrozil
dapat ↑ efek
hipoglikemik
gliquidone
Moderate
gemfibrozile cardace ksr ksr dapat ↑
efek
hiperkalemia
Ramipril
Moderate pantau tanda dan gejala hiperkalemia selama
penggunaan bersamaan cardace dan ksr
ambroxol ksr gliquidone ksr dapat ↑
efek
Minor
104
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
hipoglikemik
gliquidone
gliquidone
citicolin
14 sucralfat metformin lantus lantus dapat ↑
efek
hipoglikemik
metformin
Moderate meskipun penggunaan bersama dari lantus dan
metformin yang menyebabkan hipoglikemia secara
klinis sesuai, penggunaan kombinasi semacam itu
sering secara substantif meningkatkan risiko
hipoglikemia. pantau pasien secara dekat untuk efek
hipoglikemik jika obat ini digabungkan
gliquidone
glucophage
ceftriaxon
lansoprazol
vitamin k
transamin
lantus
amlodipine
bisoprolol
cetirizine
lactulax
microlax
15 betaserc cardace valsartan valsartan dapat
↑ efek toksik
dan ↑
konsentrasi
serum cadace
Moderate penggunaan bersamaan secara khusus tidak
dianjurkan dan merupakan kontraindikasi pada
pasien dengan nefropati diabetik. Jika kombinasi
seperti itu harus digunakan, monitor pasien lebih
dekat untuk respon yang lebih besar dari yang
diperkirakan pada kombinasi, termasuk pemantauan
tekanan darah, fungsi ginjal, dan konsentrasi kalium
amlodipine ascardia cilostazol cilostazol Moderate meskipun terapi kombinasi kadang-kadang
105
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dapat ↑ efek
negatif/toksik
ascardia
menguntungkan, peningkatan resiko perdarahan
mungkin terjadi. Pantau peningkatan pada
penurunan fungsi platelet (misalnya. Perdarahan,
memar, dll.) selama penggunaan cilostazol dan
ascardia secara bersamaan
valsartan metformin ascardia ascradia dapat
↑ efek
hipoglikemik
metformin
Moderate Pantau untuk efek farmakologis yang berlebihan
(mis. hipoglikemia) pada pasien yang menerima
ascardia dengan metformin. Ini mungkin lebih
menjadi perhatian pada pasien yang menerima
ascardia dengan dosis 3 gram atau lebih per hari
atorvastatin metformin cardace cardace dapat
↑ efek
negatif/toksik
metformin
Moderate pantau respon pasien terhadap metformin lebih
ketat jika pasien menggunakan obat ini secara
bersamaan, terutama jika pasien memiliki faktor
resiko lain untuk hipoglikemia atau asidosis laktat.
Sejauh mana cardace berkontribusi pada
peningkatan resiko tidak jelas, tetapi pemabntauan
yang lebih dekat cenderung bijaksana bila
memungkinkan
ascardia cardace ascardia ascardia dapat
↑ efek
nefrotoksik
dan ↓ efek
terapeutik
cardace
Moderate pantau untuk mengurangi efek terapeutik dari
cardace jika dikombinasikan dengan ascardia.
Selain itu, pantau untuk gagal ginjal akut ketika
obat-obat ini digabungkan
metformin
paracetamol
cilostazol
citicolin
ranitidin
cardace
16 simvastatin ascardia asam
mefenamat
asam
mefenamat
Major pantau peningkatan resiko perdarahan selama
penggunaan asam mefenamat dan ascardia secara
106
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dapat ↑ efek
negatif/toksik,
↓ efek
kardioprotektif
ascardia,
ascardia dapat
↓ konsentrasi
serum asam
mefenamat,
dan kombinasi
dapat ↑ resiko
perdarahan
bersamaan. Ibuprofen, dan mungkin NSAID
nonselektif lainnya, dapat mengurangi efek
kardioprotektif ascardia. Tampak bijaksana untuk
menghindari penggunaan iburpofen secara rutin
dans ering pada pasien yang menerima ascardia
untuk kardioprotektifnya. analgesik alternatif
(misalnya. acetaminophen) mungkin pilihan yang
lebih aman. pasien mungkin memerlukan konseling
tentang waktu pemberian ibuporfen dan ascardia
yang tepat. ibuprofen harus diberikan 30-120menit
setelah ascardia segera dikeluarkan, 2-4jam setelah
ascardia rilis diperpanjang, atau setidaknya 8jam
sebelum ascardia
pradaxa pradaxa ascardia ascardia dapat
↑ efek
negatif/toksik
pradaxa, ↑
resiko
perdarahan
Major pertimbangkan dengan seksama resiko dan manfaat
yang diperkirakan dari kombinasi ini. tingkatkan
pemantauan untuk melihat perdarahan jika
dabigatran (pradaxa) digunakan dalam kombinasi
dengan obat antiplatelet apa pun. Monografi produk
kanada untuk dabigatran (pradaxa) secara khusus
merekomendasikan untuk menghindari penggunaan
bersama dari prasugrel atau ticagrelor, dan itu juga
merekomendasikan bahwa aspirin (ascardia) dosis
rendah (100mg/hari) dapat dipertimbangkan jika
diperlukan tetapi penggunaan antiplatelet tidak
dianjurkan untuk pencegahan stroke pada pasien
dengan atrial fibralasi
fujimin pradaxa asam
mefenamat
asam
mefenamat
dapat ↑ efek
negatif/toksik
pradaxa, ↑
resiko
perdarahan
Major resiko komprehensif untuk penilaian manfaat harus
dilakukan untuk semua pasien sebelum penggunaan
bersamaan dari obat pradaxa dan asam mefenamat.
Resiko kemungkinan bervariasi sesuai dengan dosis
dan durasi penggunaan yang diperkirakan. Jika
digabungkan awasi pasien lebih dekat untuk tanda-
tanda dan gejala perdarahan dengan penggunaan
107
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
bersamaan, dan konseling pasien tentang
peningkatan resiko perdarahan untuk segera
melaporkan tanda-tanda atau gejala kemungkinan
perdarahan.
asam
mefenamat
pradaxa simvastatin simvastatin
dapat ↑ efek
antikoagulan
pradaxa
Major pertimbangkan alternatif HMG-CoA reductase
inhibitor (statin) pada pasien yang memakai
dabigatran (pradaxa) yang memerlukan terapi
statin. Jika digunakan bersama, pantau pasien
secara dekat untuk tanda dan gejala perdarahan
citicolin
meropenem
ascardia
paracetamol
17 clopidogrel simarc clopidogrel clopidogrel
dapat ↑ efek
antikoagulan
simarc
Major tingkatkan pemantauan ketekunan untuk tanda dan
gejala perdarahan jika obat ini digunakan secara
bersamaan
atorvastatin clopidogrel piracetam dapat saling ↑
efek
antiplatelet
Moderate tingkatkan pemantauan ketekunan untuk tanda dan
gejala perdarahan jika obat dengan sifat antiplatelet
digunakan bersamaan
furosemid digoxin atorvastatin atorvastatin
dapat ↑
konsentrasi
serum digoxin
Moderate pantau dengan cermat tanda-tanda dan gejala
toksisitas digoxin saat menambahkan atorvastatin
(terutama pada dosis yang lebih tinggi) untuk
pasien yang menerima digoxin
spironolacto
ne
digoxin furosemid furosemide
dapat ↑ efek
negatif/toksik
digoxin
Moderate pantau peningkatan toksisitas digoxin jika
furosemid dimulai atau dosis ditingkatkan.
Pemantauan serum kalium dan magnesium secara
hati-hati bersamaan dengan pemberian terapi
penggantian elektrolit untuk memperbaiki
hipokalemia atau hipomagnesemia dapat
mengurangi resiko toksisitas digoxin
digoxin digoxin spironolacton spironolactone Moderate pantau pasien secara dekat untuk tanda-tanda atau
108
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
e dapat ↑ efek
negatif/toksik
digoxin
gejala toksisitas digoxin saat menggunakan digoxin
dan spironolactone dalam kombinasi. Pemantauan
tambahan konsentrasi digoxin juga dapat
dibenarkan, tetapi perhatikan bahwa spironolactone
dan metabolitnya dapat menggangu kinerja banyak
tes digoxin komersial, yang memepersulit
interprestasi pengukuran konsentrasi digoxin
simarc metformin furosemid furosemide
dapat ↓ efek
terapeutik
metformin
Moderate monitor glukosa darah lebih sering ketika pasien
yang diobati dengan metformin memulai terapi
dengan furosemid. Peningkatan dosis metformin,
atau kebutuhan untuk obat tambahan, mungkin
diperlukan
ramipril metformin ramipril ramipril dapat
↑ efek
negatif/toksik
ramipril
Moderate pantau respon pasien terhadap metformin lebih
ketat jika pasien menggunakan obat ini secara
bersamaan, terutama jika pasien memiliki faktor
resiko lain untuk hipoglikemia atau asidosis laktat.
Sejauh mana ramipril berkontribusi pada
peningkatan resiko tidak jelas, tetapi lebih
cenderung bijaksana bila memungkinkan
metformin ramipril furosemid furosemid
dapat ↑ efek
hipotensi dan
↑ nefrotoksik
ramipril
Moderate monitor untuk hipotensi gejala dan gagal ginjal jika
ramipril dimulai pada pasien yang menerima
furosemid. Koreksi deplesi volume oleh gangguan
terapi diuretik atau pengurangan dosis diuretik
sebelum inisiasi ramipril/peningkatan dosis
dianjurkan. jika terapi diuretik tidak dapat dikurangi
(misalnya. pada pasien dengan gagal jantung),
memulai ramipril pada dosis yang sangat rendah
dan peningkatan dosis dengan sedikit peningkatan
dapat menimimalkan interaksi ini
citicolin ramipril spironolacton
e
spironolactone
dapat ↑ efek
hyperkalemic
ramipril
Moderate obat ini sering, dan tepat demikian, digunakan
bersamaan dalam pengobatan CHF berat.
Tampaknya bijaksana untuk memantau peningkatan
insiden hiperkalemia jika spironolactone dan
109
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ramipril digunakan secara bersamaan
piracetam spironolactone atorvastatin atorvastatin
dapat ↑ efek
negatif/toksik
spironolactone
Moderate gunakan spironolactone dengan hati-hati pada
pasien yang menerima atorvastatin, karena potensi
teoritis untuk peningkatan yang disempurnakan
dalam aktivitas steroid endogen
vitamin c simarc piracetam piracetam
dapat ↑ efek
antikoagulan
simarc
Moderate tingkatkan ketekunanan pemantauan untuk tanda
dan gejala perdarahan jika obat ini digunakan
secara bersamaan
simarc vitamin c vitamin c
dapat ↓ efek
antikoagulan
dan ↓
konsentrasi
serum simarc
Moderate pemantauan lebih sering untuk antikoagulan
mungkin diperlukan pada saat memulai terapi
simarc dengan vitamin c bersamaan. Peningkatan
dosis simarc atau penghentian vitamin c dapat
menjadi pertimbangan berdasarkan status
antikoagulasi pasien
clopidogrel atorvastatin atorvastatin
dapat ↓ efek
antiplatelet
clopidogrel
Moderate tidak ada tindakan yang diperlukan
simarc spironolacton
e
spironolactone
dapat ↓ efek
antikoagulan
simarc
Moderate tidak ada tindakan yang diperlukan
18 vitamin b12 venofer valsartan valsartan dapat
↑ efek
hipotensi
venofer
Moderate meskipun penggunaan dari dua atau lebih obat yang
dapat menurunkan tekanan darah (baik sebagai niat
terapeutik atau sebagai efek buruk) sering secara
klinis sesuai, penggunaan kombinasi semacam itu
sering secara substansial meningkatkan hipotensi.
Pantau pasien secara dekat untuk efek hipotensi
aditif jika dua atau lebih dari obat ini digabungkan
caco3
bicnat
110
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
asam folat
valsartan
omeprazole
ondansetron
venofer
19 new diatab ciprofloxasin Ondansetron dapat saling ↑
efek QTc-
Prolonging
Major penggunaan bersamaan harus dihindari bila
memungkinkan. Penggunaan bersama diharapkan
secara substansial meningkatkan resiko untuk
toksisitas yang serius, termasuk pengembangan
torsades de pointes(TdP) atau takiaritmia ventrikel
yang signifikan lainnya. pasien dengan faktor resiko
yang hadir (misalnya. usia yang lebih tua, jenis
kelamin perempuan, bardikardia, hipokalemia,
hipomagnesemia, penyakit jantung, dan konsetrasi
obat yang lebih tinggi), akan memiliki resiko yang
lebih tinggi untuk toksisitas yang berpotensi
mengancam nyawa ini. penggunaan kombinasi
semacam itu harus disertai dengan pemantauan
ketat untuk bukti perpanjangan QT atau perubahan
lain dari ritme jantung
b complex ciprofloxasin Ulsafat ulsafat dapat ↓
konsentrasi
serum
ciprofloxasin
Major interaksi dapat diminimalkan dengan pemberian
ciprofloxasin oral sitidaknya 2jam sebelum atau
6jam sebelum dosis ulsafat. Pemisahan yang lebih
besar dari kedua obat tampaknya akan mengurangi
resiko untuk interaksi yang signifikan lebih jauh.
Jika harus diberikan lebih dekat bersama daripada
yang diinginkan, pantau untuk penurunan efek
terapeutik dari ciprofloxasin oral
paracetamol ciprofloxasin Miniaspi minispi dapat
↓ konsentrasi
serum
ciprofloxasin
Moderate untuk menimalkan potensi interaksi, pertimbangkan
pemberian ciprofloxasin minimal 2jam, atau 6jam
setelah, miniaspi. Pantau penurunan kadar/efek
ciprofloxasin bila digunakan bersama dengan
111
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
miniaspi. Paremeter pemantaun khusus untuk
pasien yang menerima aspirin buffered dan tidak
berlaku untuk untuk pasien yang menerima aspirin
biasa atau enterik
micardis metformin Miniaspi miniaspi dapat
↑ efek
hipoglikemik
metformin
Moderate Pantau untuk efek farmakologis yang berlebihan
(mis. hipoglikemia) pada pasien yang menerima
miniaspi dengan metformin. Ini mungkin lebih
menjadi perhatian pada pasien yang menerima
miniaspi dengan dosis 3 gram atau lebih per hari
bisoprolol metformin Ciprofloxasi
n
ciprofloxasin
dapat ↑ efek
hipoglikemik
dan
mengurangi
efek teraupetik
metformin
Moderate pantau untuk efek hipoglikemia atau hiperglikemia
selama pemberian bersamaan dengan obat penurun
darah dan antibiotik quinolon. Resiko hipoglikemia
muncul paling besar selama beberapa hari pertama
terapi antibiotik, sedangkan resiko hiperglikemia
lebih besar setelah beberapa hari terapi.
metformin metformin Ondansetron ondansetron
dapat ↑
konsentrasi
serum
metformin
Moderate pantau peningkatan efek metformin/toksisitas bila
dikombinasikan dengan ondansetron
ranitidin ciprofloxasin Micardis micardis dapat
↑ efek
aritmogenik
ciprofloxasin,
dan
ciprofloxasin
dapat ↑
nefrotoksik
micardis
Moderate tidak ada tindakan yang diperlukan. Jika micardis
dan ciprofloxasin digunakan bersamaan pada pasien
dengan faktor resiko lain untuk cedera ginjal akut
atau aritmia, pemantauan lebih sering dari fungsi
ginjal atau irama jantung mungkin tepat
simvastatin paracetamol Ondansetron ondansetron
dapat ↓
analgesik
Minor tidak ada tindakan spesifik yang diperlukan, tetapi
perlu diketahui bahwa paracetamol mungkin kurang
efektif pada pasien yang diobati dengan
112
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
paracetamol ondansetron
miniaspi simvastatin Ciprofloxasi
n
ciprofloxasin
dapat ↑ efek
myophatic (
rhabdomyolysi
s) dari
simvastatin
Moderate tidak ada tindakan yang dipelukan
ulsafat b complex Miniaspi miniaspi dapat
↓ konsentrasi
serum b
complex
Minor tidak ada tindakan yang diperlukan
ciprofloxasin
omeprazole
ondansetron
20 paracetamol domperidone Ondansetron dapat saling ↑
efek QTc-
Prolonging
Major penggunaan bersamaan harus dihindari bila
memungkinkan. Penggunaan bersama diharapkan
secara substansial meningkatkan resiko untuk
toksisitas yang serius, termasuk pengembangan
torsades de pointes(TdP) atau takiaritmia ventrikel
yang signifikan lainnya. pasien dengan faktor resiko
yang hadir (misalnya. usia yang lebih tua, jenis
kelamin perempuan, bardikardia, hipokalemia,
hipomagnesemia, penyakit jantung, dan konsetrasi
obat yang lebih tinggi), akan memiliki resiko yang
lebih tinggi untuk toksisitas yang berpotensi
mengancam nyawa ini. penggunaan kombinasi
semacam itu harus disertai dengan pemantauan
ketat untuk bukti perpanjangan QT atau perubahan
lain dari ritme jantung
amlodipine metformin Ondansetron ondansetron
dapat ↑
konsentrasi
Moderate pantau peningkatan efek metformin/toksisitas bila
dikombinasikan dengan ondansetron
113
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
serum
metformin
new diatab amlodipine Asam
mefenamat
asam
mefenamat
dapat ↓ efek
hipertensi
amlodipine
Minor tidak ada tindakan yang diperlukan
asam
mefenamat
paracetamol Ondansetron ondansetron
dapat ↓
analgesik
paracetamol
Minor tidak ada tindakan spesifik yang diperlukan, tetapi
perlu diketahui bahwa paracetamol mungkin kurang
efektif pada pasien yang diobati dengan
ondansetron
omeprazole
ondansetron
domperidone
metformin
21 paracetamol metformin Captopril captopril
dapat ↑ efek
toksik
metformin
yaitu
hipoglikemik
Moderate pantau respon pasien terhadap metformin lebih
ketat jika pasien menggunakan obat ini secara
bersamaan, terutama pasien memilik faktor resiko
lain untuk hipoglikemia atau asidosis laktat. Sejauh
mana captopril berkontribusi pada peningkatan
resiko tidak jelas, tetapi pemantaun yang lebih
dekat cenderung bijaksana bila memungkinkan
metformin
captopril
simvastatin
omeprazole
22 platogrix platogrix Amlodipine amlodipin
dapat ↓ efek
terapi
clopidogrel
Moderate pantau respon pasien terhadap platogrix secara
dekat saat menggunakan platogrix dengan
amlodipin. Baik signifikansi klinis dari interaksi ini
dan perbedaan resiko di antara individu CCB tidak
pasti
114
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
atorvastatin platogrix Asam
mefenamat
dapat saling ↑
efek
antiplatelet
Moderate tingkatkan pemantauan ketekunan untuk tanda dan
gejala perdarahan jika beberapa obat dengan sifat
antiplatelet digunakan bersamaan
amlodipine glimepirid Lantus lantus dapat ↑
efek
hipoglikemik
glimepirid
Moderate meskipun penggunaan bersama dari glimepirid dan
lantus yang menyebabkan hipoglikemia secara
klinis sesuai, penggunaan kombinasi semacam itu
sering secara substantif meningkatkan risiko
hipoglikemia. pantau pasien secara dekat untuk efek
hipoglikemik jika obat ini digabungkan
metformin glimepirid Metformin metformin ↑
efek
hipoglikemik
glimepirid
Moderate meskipun penggunaan bersama dari glimepirid dan
metformin yang menyebabkan hipoglikemia secara
klinis sesuai, penggunaan kombinasi semacam itu
sering secara substantif meningkatkan risiko
hipoglikemia. pantau pasien secara dekat untuk efek
hipoglikemik jika obat ini digabungkan
glimepirid isdn Amlodipine amlodipin
dapat ↑ efek
hipotensi isdn
Moderate meskipun penggunaan dari dua atau lebih obat yang
dapat menurunkan tekanan darah(baik sebagai niat
terapeutik atau sebagai efek buruk) sering secara
klinis sesuai, penggunaan kombinasi semacam itu
sering secara substansial meningkatkan hipotensi.
Pantau pasien secara dekat untuk efek hipotensi
aditif jika dua atau lebih dari obat ini digabungkan
asam
mefenamat
lantus Metformin metformin ↑
efek
hipoglikemik
lantus
Moderate meskipun penggunaan bersama dari lantus dan
metformin yang menyebabkan hipoglikemia secara
klinis sesuai, penggunaan kombinasi semacam itu
sering secara substantif meningkatkan risiko
hipoglikemia. pantau pasien secara dekat untuk efek
hipoglikemik jika obat ini digabungkan
paracetamol amlodipine asam
mefenamat
asam
mefenamat
dapat ↓ efek
hipertensi
amlodipine
Minor tidak ada tindakan yang diperlukan
115
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
trizedon mr platogrix Atorvastatin atorvastatin
dapat ↓ efek
antiplatelet
platogrix
Moderate tidak ada tindakan yang diperlukan
lantus glimepirid asam
mefenamat
asma
mefenamat
dapat ↑ dan ↓
efek
hipoglikemik
glimepirid
Minor tidak ada tindakan yang diperlukan
isdn
23 laxadyne bisoprolol Fenitoin fenitoin dapat
↑ metabolisme
bisoprolol
sehingga dapat
↑ resiko
kegagalan
terapi
Major pertimbangkan alternatif untuk salah satu obat
berinteraksi untuk menghindari kegagalan
terapeutik subtrat. Beberapa kombinasi secara
khusus dikontraindikasikan oleh produsen.
Penyesuaian dosis yang disarankan juga ditawarkan
oleh beberapa produsen. harap tinjau sisipan paket
yang berlaku. pantau efek penurunan substrat CYP
jika inducer CYP dimulai/dosis meningkat, dan
peningkatan efek jika inducer CYP dihentikan/dosis
menurun
paracetamol fenitoin Amlodipine amlodipin
dapat ↑ serum
konsentrasi
fenitoin dan
fentoin dapat ↓
serum
konsentrasi
amlodipin
Moderate pantau toksisitas fenitoin jika amlodipin
dimulai/dosis meningkat, atau penurunan efek
fenitoin jika amlodipin dihentikan/dosis menurun.
Pantau untuk mengurangi efek terapeutik amlodipin
jika digunakan bersamaan dengan fenitoin.
amlodipine amlodipine Prohiper prohiper dapat
↓ efek
antihipertensi
amlodipine
Moderate ketika menggunakan prohiper pada pasien yang
dirawat karena hipertensi, pantau respon tekanan
darah dengan seksama ketika memulai prohiper
atau selama penyesuaian dosis
116
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
prohiper bisoprolol Prohiper prohiper dapat
↓ efek
antihipertensi
bisoprolol
Moderate ketika menggunakan prohiper pada pasien yang
dirawat karena hipertensi, pantau respon tekanan
darah dengan seksama ketika memulai prohiper
atau selama penyesuaian dosis
ramipril glimepirid Bisoprolol bisoprolol
dapat ↑ resiko
hipoglikemik
glimepirid
Moderate monitor kadar glukosa darah secara dekat karena
bisoprolol dapat menurunkan efektivitas obat-
obatan jenis cardioselective beta-blocker (misalnya.
Atenolol, metoprolol) mungkin lebih kecil
kemungkinannya untuk berinteraksi atau mungkin
kurang berpengaruh pada respon sulfonylurea.
perhatikan bahwa cardioselective berkurang pada
peningkatan dosis . anjurkan pasien bahwa
takikardia, sebagai tanda hipoglikemia, mungkin
tidak ada opthalmic beta-blocker terkait dengan
resiko yang lebih rendah daripada obat sistemik
fenitoin glimepirid Hct hct dapat ↓
efek terapi
glimepirid
Moderate monitor glukosa darah lebih sering ketika pasien
yang diobati dengan glimepirid memulai terapi
dengan hct. Peningkatan dosis glimepirid, atau
kebutuhan obat tambahan, mungkin diperlukan
asam folat glimepirid Metformin metformin
dapat ↑ efek
hipoglikemik
glimepirid
Moderate meskipun penggunaan bersamaan dari metformin
dan glimepirid menyebabkan hipoglikemia sering
tepat secara klinis, penggunaan kombinasi semacam
itu sering secara substansial meningkatkan resiko
hipoglikemia. Pantau pasien secara lebih dekat
untuk efek hipoglikemik jika obat ini digabungkan
aspar k hct Prohiper prohiper dapat
↓ efek
antihipertensi
hct
Moderate ketika menggunakan prohiper pada pasien yang
dirawat karena hipertensi, pantau respon tekanan
darah dengan seksama ketika memulai prohiper
atau selama penyesuaian dosis
metformin metformin Hct hct dapat ↓
efek terapi
metformin
Moderate monitor glukosa darah lebih sering ketika pasien
yang diobati dengan metformin memulai terapi
dengan hct. Peningkatan dosis metformin, atau
kebutuhan obat tambahan, mungkin diperlukan
117
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ksr metformin Ramipril ramipril dapat
↑ efek toksik
metformin
yaitu
hipoglikemik
dan asidosis
laktat
Moderate pantau respon pasien terhadap metformin lebih
ketat jika pasien menggunakan obat ini secara
bersamaan, terutama jika pasien memiliki faktor
resiko lain untuk hipoglikemia atau asidosis laktat.
Sejauh mana ramipril berkontribusi pada
peningkatan resiko tidak jelas, tetapi pemantauan
yang lebih dekat cenderung bijaksana bila
memungkinkan
manitol paracetamol Fenitoin fenitoin dapat
↓ konsentrasi
serum
paracetamol
Moderate pantau untuk paracetamol hepatoksisitas yang
diinduksi jika dosis besar (penggunaan jangka
panjang) dari paracetamol digunakan pada pasien
yang memakai fenitoin atau fosphenytoin. Efek
penurunan paracetamol dapat dilihat
citicolin fenitoin asam folat asam folat
dapat ↓
konsentrasi
serum fenitoin
Moderate pantau untuk penurunan konsentrasi serum dan
efektivitas fenitoin jika asam folat dimulai/dosis
meningkat. Demikian pula, pantau peningkatan
konsentrasi fenitoin (dan kemungkinan toksisitas)
jika asam folat dihentikan/dosis menurun
vitamin c fenitoin Prohiper prohiper dapat
↑ konsentrasi
serum fenitoin
Moderate pantau untuk penurunan konsentrasi serum dan
efektivitas fenitoin jika prohiper dimulai/dosis
meningkat. Demikian pula, pantau peningkatan
konsentrasi fenitoin (dan kemungkinan toksisitas)
jika asam prohiper dihentikan/dosis menurun
vitamin k ramipril Hct hct dapat ↓
efek terapi
ramipril
Moderate monitor glukosa darah lebih sering ketika pasien
yang diobati dengan ramipril memulai terapi
dengan hct. Peningkatan dosis ramipril, atau
kebutuhan obat tambahan, mungkin diperlukan
kalnex ramipril Prohiper prohiper dapat
↓ efek
antihipertensi
ramipril
Moderate ketika menggunakan prohiper pada pasien yang
dirawat karena hipertensi, pantau respon tekanan
darah dengan seksama ketika memulai prohiper
atau selama penyesuaian dosis
ceftriaxon ramipril Ksr ksr dapat ↑
efek
Moderate pantau tanda dan gejala hiperkalemia selama
penggunaan bersamaan dari ramipril dan ksr
118
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
hiperkalemia
ramipril
hct ramipril Glimepiride ramipril dapat
↑ efek
hipoglikemik
glimepirid
Minor tidak ada tindakan yang diperlukan. Pendidikan dan
pemantauan hipoglikemia regular (yang menyertai
penggunaan obat penurun glukosa darah) harus
memadai untuk manajemen kemungkinan interaksi
bisoprolol
glimepirid
piracetam
24 ascardia levazide Bisoprolol bisoprolol
dapat ↑ efek
hipotensi
levazide
Moderate pasien yang berhati-hati tentang kemungkinan
peningkatan resiko untuk hipotensi postural
simptomatik ketika menggunakan levazide dalam
kombinasi dengan obat lain yang dapat
menyebabkan penurunan tekanan darah. Anjurkan
pasien untuk berdiri perlahan dari posisi duduk atau
berbaring untuk meminimalkan resiko pusing atau
jatuh terkait dengan hipotensi ortostatik
paracetamol levazide Valsartan valsartan dapat
↑ efek
hipotensi
levazide
Moderate pasien yang berhati-hati tentang kemungkinan
peningkatan resiko untuk hipotensi postural
simptomatik ketika menggunakan levazide dalam
kombinasi dengan obat lain yang dapat
menyebabkan penurunan tekanan darah. Anjurkan
pasien untuk berdiri perlahan dari posisi duduk atau
berbaring untuk meminimalkan resiko pusing atau
jatuh terkait dengan hipotensi ortostatik
bisoprolol metformin Ascardia ascardia dapat
↑ efek
hipoglikemik
metformin
Moderate Pantau untuk efek farmakologis yang berlebihan
(mis. hipoglikemia) pada pasien yang menerima
ascardia dengan metformin. Ini mungkin lebih
menjadi perhatian pada pasien yang menerima
ascardia dengan dosis 3 gram atau lebih per hari
simvastatin novorapid Ascardia ascardia dapat
↑ efek
Moderate Pantau untuk efek farmakologis yang berlebihan
(mis. hipoglikemia) pada pasien yang menerima
119
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
hipoglikemik
novorapid
ascardia dengan novorapid. Ini mungkin lebih
menjadi perhatian pada pasien yang menerima
ascardia dengan dosis 3 gram atau lebih per hari
levazide novorapid Bisoprolol bisoprolol
dapat ↑ efek
hipoglikemik
novorapid
Moderate pantau efek terapeutik novorapid jika bisoprolol
dimulai/dosis meningkat, atau efek menurun jika
bisoprolol dihentikan/dosis menurun. Cardiselective
beta-blocker mungkin lebih aman dari pada beta-
blocker non-selective
asam folat novorapid Metformin metformin
dapat ↑ efek
hipoglikemik
novorapid
Moderate meskipun penggunaan bersamaan dari novorapid
dan metformin menyebabkan hipoglikemia sering
tepat secara klinis, penggunaan kombinasi semacam
itu sering secara substansial meningkatkan resiko
hipoglikemia. Pantau pasien secara lebih dekat
untuk efek hipoglikemik jika obat ini digabungkan
heximer
brainact
metformin
valsartan
ceftriaxon
novorapid
25 simvastatin ultracet Alprazolam alprazolam
dapat ↑ efek
ultracet
Major hindari penggunaan bersama analgesik opioid dan
bezodiazepin atau depresan SSP lainnya bila
memungkinkan. Obat-obat ini hanya boleh
dikombinasikan jika pilihan pengobatan alternatif
tidak memadai. Jika digabungkan, batasi dosis dan
durasi setiap obat hingga seminimal mungkin
sambil mencapai efek klinis yang diinginkan.
peringatkan pasien dan pengasuh tentang resiko
pernapasan/sedasi yang diperlambat atau sulit.
captopril ultracet Esilgan esilgan dapat ↑
efek ultracet
Major hindari penggunaan bersama analgesik opioid dan
bezodiazepin atau depresan SSP lainnya bila
memungkinkan. Obat-obat ini hanya boleh
120
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dikombinasikan jika pilihan pengobatan alternatif
tidak memadai. Jika digabungkan, batasi dosis dan
durasi setiap obat hingga seminimal mungkin
sambil mencapai efek klinis yang diinginkan.
peringatkan pasien dan pengasuh tentang resiko
pernapasan/sedasi yang diperlambat atau sulit.
ascardia alprazolam Esilgan esilgan dapat ↑
efek toksik
alprazolam
Moderate penggunaan bersamaan dari dua atau lebih obat
yang memiliki potensi untuk menekan fungsi CNS
(baik sebagai niat terapeutik atau efek samping)
sering tepat secara klinis. Namun, penting untuk
mengenali bahwa resiko efek yang tidak diinginkan
dapat meningkat dengan penggunaan seperti itu.
pertimbangkan durasi penggunaan depresan SSP
dan setiap respon pasien (terutama toleransi
terhadap efek depresan SSP) ketika memilih obat
tambahan dan dosis. monitor untuk efek aditif
CNS-depresan setiap kali dua atau lebih depresan
SSP secara bersamaan digunakan. anjurkan pasien
untuk menghindari penggunaan depresan SSP lain
yang tidak terdaftar, terlarang, atau rekreasional
paracetamol captopril Ascardia ascardia dapat
↑ efek
nefrotoksik
dan ↓ efek
terapeutik
captopril
Moderate pantau untuk mengurangi efek terapeutik dari
captopril, jika dikombinasikan dengan ascardia.
Selain itu, pantau untuk gagal ginjal akut ketika
obat-obat ini digabungkan
alprazolam captopril Prohiper prohiper dapat
↓ efek
antihipertensi
captoril
Moderate ketika menggunakan prohiper pada pasien yang
dirawat karena hipertensi, pantau respon tekanan
darah dengan seksama ketika memulai prohiper
atau selama penyesuaian dosis
ultracet captopril cotrimoxazol
e
cotrimoxazole
dapat ↑ efek
hiperkalemia
Moderate pantau serum potasium secara dekat jika kombinasi
ini digunakan. Pertimbangkan menggunakan
alternatif untuk cotrimoxazole bila mungkin,
121
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
captopril terutama pada pasien dengan faktor resiko lain
untuk hiperkalemia (misalnya. Disfungsi ginjal,
usia yang lebih tua, penggunaan obat lain atau
suplemen yang dapat meningkatkan kalium,
penggunaan dosis tinggi cotrimoxazole
cotrimoxazol
e
manitol Ultracet ultracet dapat
↑ efek toksik
manitol
Moderate pasien harus dipantau untuk mengurangi efikasi
diuretik, retensi urin, dan gejala ortostasis bila
diterapi dengan tramadol dan lasix. Pertimbangkan
peningkatan pemantauan klinis tekanan darah (baik
duduk dan berdiri) pada pasien
ambroxol prohiper ranitidine ranitidine
dapat ↑
penyerapan
prohiper
Moderate untuk pasien yang menggunakan kapsul extended-
release prohiper dengan ranitidine, awasi secara
ketat untuk tanda-tanda perubahan respon klinis
terhadap prohiper, khususnya respon yang
berlebihan segera setelah pemberian dan/atau
respon yang berkurang secara potensial dalam
waktu sebelum dosis selanjutnya
aciclovir cotrimoxazole Ascardia ascardia dapat
↑ efek
hipoglikemik
cotrimoxazole
Moderate Pantau untuk efek farmakologis yang berlebihan
(mis. hipoglikemia) pada pasien yang menerima
ascardia dengan cotrimoxazole. Ini mungkin lebih
menjadi perhatian pada pasien yang menerima
ascardia dengan dosis 3 gram atau lebih per hari
arcalion ultracet Prohiper prohiper dapat
↑ efek toksik
ultracet
Moderate pantau tanda-tanda dan gejala serotonin
syndrome/toksisitas serotonin (misalnya. Perubahan
status mental, ketidakstabilan otonom,
hiperaktivitas neuromuskular) jika prohiper
dikombinasikan dengan modulator serotonin
prohiper paracetamol Ultracet ultracet dapat
↓ penyerapan
paracetamol
Minor tidak ada tindakan yang diperlukan
esilgan
citicolin
122
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ranitidin
ceftriaxon
manitol
26 sukralfat clobazam Diazepam diazepam
dapat ↑ efek
toksik
clobazam
Moderate penggunaan bersamaan dari dua atau lebih obat
yang memiliki potensi untuk menekan fungsi CNS
(baik sebagai niat atau efek samping) sering tepat
secara klinis. Namun, penting untuk mngenali
bahwa resiko efek yang tidak diinginkan dapat
meningkat dengan penggunaan seperti itu.
pertimbangkan durasi penggunaan depresan SSP
dan setiap respon pasien (terutama toleransi
terhadap efek depresan SSP) ketika memilih obat
tambahan dan dosis. monitor untuk efek aditif
CNS-depresan setiap kali dua atau lebih depresan
SSP secara bersamaan digunakan. anjurkan pasien
untuk menghindari penggunaan depresan SSP lain
yang tidak terdaftar, terlarang, atau rekreasional
amlodipine clobazam Epsonal epsonal dapat
↑ efek toksik
clobazam
Moderate penggunaan bersamaan dari dua atau lebih obat
yang memiliki potensi untuk menekan fungsi CNS
(baik sebagai niat atau efek samping) sering tepat
secara klinis. Namun, penting untuk mngenali
bahwa resiko efek yang tidak diinginkan dapat
meningkat dengan penggunaan seperti itu.
pertimbangkan durasi penggunaan depresan SSP
dan setiap respon pasien (terutama toleransi
terhadap efek depresan SSP) ketika memilih obat
tambahan dan dosis. monitor untuk efek aditif
CNS-depresan setiap kali dua atau lebih depresan
SSP secara bersamaan digunakan. anjurkan pasien
untuk menghindari penggunaan depresan SSP lain
yang tidak terdaftar, terlarang, atau rekreasional
valsartan clobazam Omeprazole omeprazole Moderate pantau dengan seksama untuk melihat efek samping
123
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dapat ↑
konsentrasi
serum dari
metabolit aktif
clobazam
clobazam terkait dosis ketika digunakan dengan
omeprazole. Pengaturan dosis clobazam mungkin
diperlukan
lactulax diazepam Epsonal epsonal dapat
↑ efek toksik
diazepam
Moderate penggunaan bersamaan dari dua atau lebih obat
yang memiliki potensi untuk menekan fungsi CNS
(baik sebagai niat atau efek samping) sering tepat
secara klinis. Namun, penting untuk mngenali
bahwa resiko efek yang tidak diinginkan dapat
meningkat dengan penggunaan seperti itu.
pertimbangkan durasi penggunaan depresan SSP
dan setiap respon pasien (terutama toleransi
terhadap efek depresan SSP) ketika memilih obat
tambahan dan dosis. monitor untuk efek aditif
CNS-depresan setiap kali dua atau lebih depresan
SSP secara bersamaan digunakan. anjurkan pasien
untuk menghindari penggunaan depresan SSP lain
yang tidak terdaftar, terlarang, atau rekreasional
diazepam
epsonal
paracetamol
metformin
new diatab
cefotaxime
clobazam
curcuma
omeprazole
27 amlodipine amlodipine Rifampicin rifampicin
dapat ↓
konsentrasi
Major pertimbangkan terapi alternatif untuk obat
kontraindikasi ini pada pasien yang menerima
rifampicin. Penghambat calcium channel blockers
124
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
serum
amlodipine
(CCBs) kemungkinan akan berinteraksi dengan
turunan rifampicin hingga setidaknya beberapa
derajat. Jika menggunakan kombiasi ini, monitor
pasien secara dekat untuk tanda-tanda klinis efek
terapi CCB yang berkurang. peningkatan dosis
CCB atau terapi alterantif (non-CCB) mungkin
diperlukan
clopidogrel haloperidol Fenitoin fenitoin dapat
↑ metabolisme
haloperidol
Major pertimbangkan alternatif untuk salah satu obat
berinteraksi untuk menghindari kegagalan
terapeutik subtrat. Beberapa kombinasi secara
khusus dikontraindikasikan oleh produsen.
Penyesuaian dosis yang disarankan juga ditawarkan
oleh beberapa produsen. harap tinjau sisipan paket
yang berlaku. pantau efek penurunan substrat CYP
jika inducer CYP dimulai/dosis meningkat, dan
peningkatan efek jika inducer CYP dihentikan/dosis
menurun
asam folat haloperidol Rifampicin rifampicin
dapat ↑
metabolisme
haloperidol
Major pertimbangkan alternatif untuk salah satu obat
berinteraksi untuk menghindari kegagalan
terapeutik subtrat. Beberapa kombinasi secara
khusus dikontraindikasikan oleh produsen.
Penyesuaian dosis yang disarankan juga ditawarkan
oleh beberapa produsen. harap tinjau sisipan palket
yang berlaku. pantau efek penurunan substrat CYP
jika inducer CYP dimulai/dosis meningkat, dan
peningkatan efek jika inducer CYP dihentikan/dosis
menurun
etambutol insulin pioglitazon pioglitazon
dapat ↑ efek
toksik insulin
Major jika insulin dikombinasikan dengan pioglitazon,
pengurangan dosis insulin harus dipertimbangkan
untuk mengurangi resiko hipoglikemia. Pantau
pasien untuk retensi cairan dan tanda/gejala gagal
jantung dengan kombinasi ini
rifampicin levemir Pioglitazone pioglitazon Major jika levemir dikombinasikan dengan pioglitazon,
125
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dapat ↑ efek
toksik levemir
pengurangan dosis levemir harus dipertimbangkan
untuk mengurangi resiko hipoglikemia. Pantau
pasien untuk retensi cairan dan tanda/gejala gagal
jantung dengan kombinasi ini
pioglitazon novorapid Pioglitazone pioglitazon
dapat ↑ efek
toksik
novorapid
Major jika novorapid dikombinasikan dengan pioglitazon,
pengurangan dosis novorapid harus
dipertimbangkan untuk mengurangi resiko
hipoglikemia. Pantau pasien untuk retensi cairan
dan tanda/gejala gagal jantung dengan kombinasi
ini
haloperidol fenitoin Amlodipine amlodipin
dapat ↑
konsentrasi
serum fenitoin,
fenitoin dapat
↓ konsentrasi
serum
amlodipin
Moderate pantau toksistas fenitoin jika amlodipin
dimulai/dosis meningkat, atau penurunan efek
fenitoin jika amlodipin dihentikan/dosis menurun.
Pantau untuk mengurangi efek terapeutik amlodipin
dengan penggunaan bersamaan fenitoin. Pelabelan
nifedipine merekomendasikan untuk menghindari
penggunaan bersamaan dengan fenitoin, dan
nimodipine label kontraindikasi kanada
menggunakan fenitoin secara bersamaan
novorapid fenitoin Rifampicin rifampicin
dapat ↓
konsentrasi
serum fenitoin
Major jika memungkinkan, cari alternatif ini. jika obat-
obat ini digunakan bersama-sama, pantau secara
ketat untuk penurunan konsentrasi/efek jika
rifampicin dimulai/dosis meningkat, atau
peningkatan konsentrasi/efek jika rifampicin
dihentikan/dosis menurun
levemir pioglitazon Rifampicin rifampicin
dapat ↑
metabolisme
pioglitazon
Moderate pertimbangkan alternatif untuk penggunaan
bersama rifampicin dengan obat pioglitazon. Pantau
pasien yang menerima kombinasi ini untuk
mengurangi efek pioglitazon
fenitoin clopidogrel Amlodipine amlodipin
dapat ↓ efek
terapi
clopidogrel
Moderate pantau respon terhadap clopidogrel secara dekat
saat menggunakan clopidogrel dengan amlodipin.
Baik signifikansi klinis dari interaksi ini dan
perbedaan resiko di antara individu calcium channel
126
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
blockers tidak pasti
citicolin clopidogrel Rifampicin rifampicin
dapat ↑
konsentrasi
serum
clopidogrel
Moderate pantau peningkatan efek clopidogrel dan toksisitas
(misalnya. Perdarahan) jika clopidogrel
dikombinasikan dengan rifampicin
insulin insulin Levemir levemir dapat
↑ efek
hipoglikemik
insulin
Moderate meskipun penggunaan bersamaan dari insulin dan
levemir menyebabkan hipoglikemia sering tepat
secara klinis, penggunaan kombinasi semacam itu
sering secara substansial meningkatkan resiko
hipoglikemia. Pantau pasien secara lebih dekat
untuk efek hipoglikemik jika obat ini digabungkan
insulin Novorapid novorapid
dapat ↑ efek
hipoglikemik
insulin
Moderate meskipun penggunaan bersamaan dari insulin dan
novorapid menyebabkan hipoglikemia sering tepat
secara klinis, penggunaan kombinasi semacam itu
sering secara substansial meningkatkan resiko
hipoglikemia. Pantau pasien secara lebih dekat
untuk efek hipoglikemik jika obat ini digabungkan
levemir Novorapid novorapid
dapat ↑ efek
hipoglikemik
levemir
Moderate meskipun penggunaan bersamaan dari levemir dan
novorapid menyebabkan hipoglikemia sering tepat
secara klinis, penggunaan kombinasi semacam itu
sering secara substansial meningkatkan resiko
hipoglikemia. Pantau pasien secara lebih dekat
untuk efek hipoglikemik jika obat ini digabungkan
fenitoin asam folat asam folat
dapat ↓
konsentrasi
serum fenitoin
Moderate pantau untuk penurunan konsentrasi serum dan
efektivitas fenitoin jika asam folat dimulai/dosis
meningkat. Demikian pula, pantau peningkatan
konsentrasi fenitoin (dan kemungkinan toksisitas)
jika asam folat dihentikan/dosis menurun
pioglitazon Clopidogrel clopidogrel
dapat ↓
konsentrasi
serum
Moderate pantau pasien yang menerima pioglitazon selama
pengobatan clopidogrel untuk melihat peningkatan
efek pioglitazon (misalnya. Penurunan glukosa
darah, edema atau hepatotoksisitas
127
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pioglitazon
28 amlodipine ceremax Fenitoin fenitoin dapat
↓ konsentrasi
serum ceremax
Major hindari penggunaan bersamaan dari ceremax dan
fenitoin
candesartan nimotop Fenitoin fenitoin dapat
↓ konsentrasi
serum nimotop
Major hindari penggunaan bersamaan dari nimotop dan
fenitoin
manitol bisoprolol Fenitoin fenitoin dapat
↑ metabolisme
bisoprolol
Major pertimbangkan alternatif untuk salah satu obat
berinteraksi untuk menghindari kegagalan
terapeutik subtrat. Beberapa kombinasi secara
khusus dikontraindikasikan oleh produsen.
Penyesuaian dosis yang disarankan juga ditawarkan
oleh beberapa produsen. harap tinjau sisipan paket
yang berlaku. pantau efek penurunan substrat CYP
jika inducer CYP dimulai/dosis meningkat, dan
peningkatan efek jika inducer CYP dihentikan/dosis
menurun
ranitidin captopril Candesartan candesartan
dapat ↑ efek
toksik
captopril
Moderate penggunaan bersamaan secara khusus tidak
dianjurkan dan merupakan kontraindikasi pada
pasien dengan nefropati diabetik. Jika kombinasi
seperti itu harus digunakan, monitor pasien lebih
dekat untuk respon yang lebih besar dari yang
diperkirakan pada kombinasi, termasuk pemantauan
tekanan darah, fungsi ginjal, dan konsentrasi kalium
fenitoin diazepam Fenitoin fenitoin dapat
↑ metabolisme
diazepam
Major pertimbangkan alternatif untuk salah satu obat
berinteraksi untuk menghindari kegagalan
terapeutik subtrat. Beberapa kombinasi secara
khusus dikontraindikasikan oleh produsen.
Penyesuaian dosis yang disarankan juga ditawarkan
oleh beberapa produsen. harap tinjau sisipan paket
yang berlaku. pantau efek penurunan substrat CYP
jika inducer CYP dimulai/dosis meningkat, dan
peningkatan efek jika inducer CYP dihentikan/dosis
128
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menurun
ceftriaxon fenitoin Amlodipine amlodipin
dapat ↑
konsentrasi
serum fenitoin,
fenitoin dapat
↓ konsentrasi
serum
amlodipin
Moderate pantau toksistas fenitoin jika amlodipin
dimulai/dosis meningkat, atau penurunan efek
fenitoin jika amlodipin dihentikan/dosis menurun.
Pantau untuk mengurangi efek terapeutik amlodipin
dengan penggunaan bersamaan fenitoin. Pelabelan
nifedipine merekomendasikan untuk menghindari
penggunaan bersamaan dengan fenitoin, dan
nimodipine label kontraindikasi kanada
menggunakan fenitoin secara bersamaan
acrtapid actrapid Bisoprolol bisoprolol
dapat ↑ efek
hipoglikemik
actrapid
Moderate pantau peningkatan efek terapeutik actrapid jika
bisoprolol dimulai/dosis meningkat, atau efek
menurun jika bisoprolol bisoprolol dihentikan/dosis
menurun. Cardioselective beta-blocker mungkin
lebih aman daripada beta-bolcker non-selektif.
Catatan : cardioselective terkait dengan dosis, dan
setiap beta-blocker dapat menyebabkan masalah.
anjurkan pasien bahwa takikardia, sebagai tanda
hipoglikemia, mungkin tidak ada. resiko yang
terkait dengan beta-blocker opthalmic mungkin
kurang dari yang terkait dengan obat sistemik.
opthalmic beta-blocker tidak mungkin menjadi
perhatian
ceremax ceremax Amlodipine amlodipin
dapat ↑
konsentrasi
serum ceremax
Moderate pantau peningkatan efek ceremax pada pasien yang
menerima amlodipin
nimotop nimotop Amlodipine amlodipin
dapat ↑
konsentrasi
serum nimotop
Moderate pantau peningkatan efek nimotop pada pasien yang
menerima amlodipin
captopril paracetamol Fenitoin fenitoin dapat
↓ konsentrasi
Moderate pantau untuk paracetamol hepatoksisitas yang
diinduksi jika dosis besar (penggunaan jangka
129
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
serum
paracetamol
panjang) dari paracetamol digunakan pada pasien
yang memakai fenitoin atau fosphenytoin. Efek
penurunan paracetamol dapat dilihat
diazepam ranitidin Fenitoin fenitoin dapat
↓ konsentrasi
serum ranitidin
moderate pantau untuk mengurangi efek ranitidin jika
fenitoin dimulai atau jika dosis fenitoin yang
digunakan bersamaan meningkat. Sebaliknya,
pantau untuk meningkatkan efek substrat/toksisitas
jika fenitoin dihentikan atau jika dosis fenitoin yang
digunakan bersamaan menurun. produsen yang
meresepkan informasi untuk obat tertentu dapat
berisi informasi tambahan mengenai kombinasi
obat spesifik yang menjadi perhatian
bisoprolol actrapid Captopril captopril dapat
↑ efek
hipoglikemik
actrapid
Minor tidak ada tindakan yang diperlukan. Pendidikan dan
pemantauan hipoglikemia regular (yang menyertai
penggunaan obat penurun glukosa darah) harus
memadai untuk manajemen kemungkinan interaksi
paracetamol
29 metformin largactil ondansetron dapat saling ↑
efek QTc-
Prolonging
Major penggunaan bersamaan harus dihindari bila
memungkinkan. Penggunaan bersama diharapkan
secara substansial meningkatkan resiko untuk
toksisitas yang serius, termasuk pengembangan
torsades de pointes(TdP) atau takiaritmia ventrikel
yang signifikan lainnya. pasien dengan faktor resiko
yang hadir (misalnya. usia yang lebih tua, jenis
kelamin perempuan, bardikardia, hipokalemia,
hipomagnesemia, penyakit jantung, dan konsetrasi
obat yang lebih tinggi), akan memiliki resiko yang
lebih tinggi untuk toksisitas yang berpotensi
mengancam nyawa ini. penggunaan kombinasi
semacam itu harus disertai dengan pemantauan
ketat untuk bukti perpanjangan QT atau perubahan
lain dari ritme jantung
glimepirid tramadol Largactil largactil dapat Major hindari penggunaan bersama analgesik opioid dan
130
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
↑ efek
depresan SSP
tramadol
bezodiazepin atau depresan SSP lainnya bila
memungkinkan. Obat-obat ini hanya boleh
dikombinasikan jika pilihan pengobatan alternatif
tidak memadai. Jika digabungkan, batasi dosis dan
durasi setiap obat hingga seminimal mungkin
sambil mencapai efek klinis yang diinginkan.
peringatkan pasien dan pengasuh tentang resiko
pernapasan/sedasi yang diperlambat atau sulit.
lantus tramadol Frego frego dapat ↑
efek depresan
SSP tramadol
Major hindari penggunaan bersama analgesik opioid dan
bezodiazepin atau depresan SSP lainnya bila
memungkinkan. Obat-obat ini hanya boleh
dikombinasikan jika pilihan pengobatan alternatif
tidak memadai. Jika digabungkan, batasi dosis dan
durasi setiap obat hingga seminimal mungkin
sambil mencapai efek klinis yang diinginkan.
peringatkan pasien dan pengasuh tentang resiko
pernapasan/sedasi yang diperlambat atau sulit.
valsartan largactil Frego dapat saling ↑
efek
negatif/toksik
Moderate penggunaan bersamaan dari dua atau lebih obat
yang memiliki potensi untuk menekan fungsi CNS
(baik sebagai niat atau efek samping) sering tepat
secara klinis. Namun, penting untuk mngenali
bahwa resiko efek yang tidak diinginkan dapat
meningkat dengan penggunaan seperti itu.
pertimbangkan durasi penggunaan depresan SSP
dan setiap respon pasien (terutama toleransi
terhadap efek depresan SSP) ketika memilih obat
tambahan dan dosis. monitor untuk efek aditif
CNS-depresan setiap kali dua atau lebih depresan
SSP secara bersamaan digunakan. anjurkan pasien
untuk menghindari penggunaan depresan SSP lain
yang tidak terdaftar, terlarang, atau rekreasional
betahistin largactil Valsartan valsartan dapat
↑ efek
Moderate meskipun penggunaan dari dua atau lebih obat yang
dapat menurunkan tekanan darah (baik sebagai niat
131
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
hipotensi
largactil
terapeutik atau sebagai efek buruk) sering secara
klinis sesuai, penggunaan kombinasi semacam itu
sering secara substansial meningkatkan hipotensi.
Pantau pasien secara dekat untuk efek hipotensi
aditif jika dua atau lebih dari obat ini digabungkan
frego glimepirid Ascardia ascardia dapat
↑ efek
hipoglikemik
glimepirid
Moderate Pantau untuk efek farmakologis yang berlebihan
(mis. hipoglikemia) pada pasien yang menerima
ascardia dengan glimepirid. Ini mungkin lebih
menjadi perhatian pada pasien yang menerima
ascardia dengan dosis 3 gram atau lebih per hari
ascardia glimepirid Humalog humalog dapat
↑ efek
hipoglikemik
glimepirid
Moderate meskipun penggunaan bersamaan dari glimepirid
dan humalog menyebabkan hipoglikemia sering
tepat secara klinis, penggunaan kombinasi semacam
itu sering secara substansial meningkatkan resiko
hipoglikemia. Pantau pasien secara lebih dekat
untuk efek hipoglikemik jika obat ini digabungkan
microlax glimepirid Lantus lantus dapat ↑
efek
hipoglikemik
glimepirid
Moderate meskipun penggunaan bersamaan dari glimepirid
dan lantus menyebabkan hipoglikemia sering tepat
secara klinis, penggunaan kombinasi semacam itu
sering secara substansial meningkatkan resiko
hipoglikemia. Pantau pasien secara lebih dekat
untuk efek hipoglikemik jika obat ini digabungkan
humalog glimepirid Metformin metformin
dapat ↑ efek
hipoglikemik
glimepirid
Moderate meskipun penggunaan bersamaan dari glimepirid
dan metformin menyebabkan hipoglikemia sering
tepat secara klinis, penggunaan kombinasi semacam
itu sering secara substansial meningkatkan resiko
hipoglikemia. Pantau pasien secara lebih dekat
untuk efek hipoglikemik jika obat ini digabungkan
ranitidin glimepirid Ranitidine ranitidin dapat
↑ konsentrasi
serum
glimepirid
Moderate pantau untuk peningkatan efek terapeutik
glimepirid jika ranitidin dimulai/dosis meningkat,
atau efek menurun jika ranitidin dihentikan/dosis
menurun
ondansetron humalog Ascardia ascardia dapat Moderate Pantau untuk efek farmakologis yang berlebihan
132
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
↑ efek
hipoglikemik
humalog
(mis. hipoglikemia) pada pasien yang menerima
ascardia dengan humalog. Ini mungkin lebih
menjadi perhatian pada pasien yang menerima
ascardia dengan dosis 3 gram atau lebih per hari
citicolin humalog Lantus lantus dapat ↑
efek
hipoglikemik
humalog
Moderate meskipun penggunaan bersamaan dari humalog dan
lantus menyebabkan hipoglikemia sering tepat
secara klinis, penggunaan kombinasi semacam itu
sering secara substansial meningkatkan resiko
hipoglikemia. Pantau pasien secara lebih dekat
untuk efek hipoglikemik jika obat ini digabungkan
tramadol humalog Metformin metformin
dapat ↑ efek
hipoglikemik
humalog
Moderate meskipun penggunaan bersamaan dari humalog dan
metformin menyebabkan hipoglikemia sering tepat
secara klinis, penggunaan kombinasi semacam itu
sering secara substansial meningkatkan resiko
hipoglikemia. Pantau pasien secara lebih dekat
untuk efek hipoglikemik jika obat ini digabungkan
largactil lantus Ascardia ascradia dapat
↑ efek
hipoglikemik
lantus
Moderate Pantau untuk efek farmakologis yang berlebihan
(mis. hipoglikemia) pada pasien yang menerima
ascardia dengan lantus. Ini mungkin lebih menjadi
perhatian pada pasien yang menerima ascardia
dengan dosis 3 gram atau lebih per hari
lantus Metformin metformin
dapat ↑ efek
hipoglikemik
lantus
Moderate meskipun penggunaan bersamaan dari lantus dan
metformin menyebabkan hipoglikemia sering tepat
secara klinis, penggunaan kombinasi semacam itu
sering secara substansial meningkatkan resiko
hipoglikemia. Pantau pasien secara lebih dekat
untuk efek hipoglikemik jika obat ini digabungkan
metformin Ascardia ascradia dapat
↑ efek
hipoglikemik
metformin
Moderate Pantau untuk efek farmakologis yang berlebihan
(mis. hipoglikemia) pada pasien yang menerima
ascardia dengan metformin. Ini mungkin lebih
menjadi perhatian pada pasien yang menerima
ascardia dengan dosis 3 gram atau lebih per hari
ondansetron Metformin ondansetron Moderate pantau peningkatan efek metformin/toksisitas bila
133
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dapat ↑
konsentrasi
serum
metformin
dikombinasikan dengan ondansetron
tramadol Ondansetron ondansetron
dapat ↓ efek
analgesik
tramadol
Moderate pantau pasien secara dekat untuk mendapatkan
bukti penurunan respon analgesik terhadap
tramadol dengan penggunaan bersamaan
ondansetron. Interaksi potensial ini kemungkinan
terkait dengan konsentrasi serum ondansetron,
berkurang secara signifikan
30 novomix captopril Valsartan vaslsartan
dapat ↑ efek
toksik
captopril
Moderate penggunaan bersamaan secara khusus tidak
dianjurkan dan merupakan kontraindikasi pada
pasien dengan nefropati diabetik. Jika kombinasi
seperti itu harus digunakan, monitor pasien lebih
dekat untuk respon yang lebih besar dari yang
diperkirakan pada kombinasi, termasuk pemantauan
tekanan darah, fungsi ginjal, dan konsentrasi kalium
novorapid metformin Captopril captopril dapat
↑ efek toksik
metformin
Moderate pantau respon pasien terhadap metformin lebih
ketat jika pasien menggunakan obat ini secara
bersamaan, terutama jika pasien memiliki faktor
resiko lain untuk hipoglikemia atau asidosis laktat.
Sejauh mana captopril berkontribusi pada
peningkatan resiko tidak jelas, tetapi pemantauan
yang lebih dekat cenderung bijaksana bila
memungkinkan
metformin novomix Metformin metformin
dapat ↑ efek
hipoglikemik
novomix
Moderate meskipun penggunaan bersamaan dari novomix dan
metformin menyebabkan hipoglikemia sering tepat
secara klinis, penggunaan kombinasi semacam itu
sering secara substansial meningkatkan resiko
hipoglikemia. Pantau pasien secara lebih dekat
untuk efek hipoglikemik jika obat ini digabungkan
valsartan novomix Novorapid novorapid
dapat ↑ efek
Moderate meskipun penggunaan bersamaan dari novomix dan
novorapid menyebabkan hipoglikemia sering tepat
134
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
hipoglikemik
novomix
secara klinis, penggunaan kombinasi semacam itu
sering secara substansial meningkatkan resiko
hipoglikemia. Pantau pasien secara lebih dekat
untuk efek hipoglikemik jika obat ini digabungkan
adalat oros novorapid Metformin metformin
dapat ↑ efek
hipoglikemik
novorapid
Moderate meskipun penggunaan bersamaan dari novorapid
dan metformin menyebabkan hipoglikemia sering
tepat secara klinis, penggunaan kombinasi semacam
itu sering secara substansial meningkatkan resiko
hipoglikemia. Pantau pasien secara lebih dekat
untuk efek hipoglikemik jika obat ini digabungkan
paracetamol novomix Captopril captopril dapat
↑ efek
hipoglikemik
novomix
Minor tidak ada tindakan yang diperlukan. Pendidikan dan
pemantauan hipoglikemia regular (yang menyertai
penggunaan obat penurun glukosa darah) harus
memadai untuk manajemen kemungkinan interaksi
diazepam novoradip Captopril captopril dapat
↑ efek
hipoglikemik
novorapid
Minor tidak ada tindakan yang diperlukan. Pendidikan dan
pemantauan hipoglikemia regular (yang menyertai
penggunaan obat penurun glukosa darah) harus
memadai untuk manajemen kemungkinan interaksi
captopril
Lampiran 4. Data Dosis Pasien
135 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
No
Pasien
Obat Golongan Obat Dosis Digunakan Dosis Normal Rute Keterangan
1 domperidone Antiemetik
(Antagonis
Dopamine)
10mg-3x1 10mg,max 30mg/hari PO Tepat
amlodipine calcium-channel
blocker (antagonis
kalsium
10mg-2x1 5-10mg PO Tepat
aspar k Elektrolit 1x1 tab 1-3 tab 3x/hari PO Tepat
sulfat ferrous anemia defenisi besi 1tab - 3x1 profilaksis : 1tab 200mg/hari,
teraupetik : 1tab 200mg 2-3x/hari
PO Tepat
Ksr Vitamin,elektrolit 1tab-3x1 1-2 tab 3x /hari PO Tepat
novorapid Antidiabetes 8unit - 3x1 0.15-0.2 unit/kg/hari SC Tepat
lantus Antidiabetes
(Insulin)
8unit - 1x1 1x/hari secara injeksi SK, 2-100
unit/hari
SC Tepat
cefotaxime Antibiotik
(Sefalosporin)
1gr - 3x1 max 12g/hari IV Tepat
ca glukonas Vitamin, elektrolit 1amp - 1x1 10ml IV Tepat
No
Pasien
Obat Golongan Obat Dosis Digunakan Dosis Normal Rute Keterangan
2 antasida Antiulserasi 1cth - 3x1 Dosis suspensi: 1-2 sdt 3-4x/hari PO Tepat
omeprazole antireflux agents
(PPI)
20mg - 2x1 20-40mg/hari PO Tepat
amlodipine calcium-channel
blocker (antagonis
kalsium
10mg - 2x1 5-10mg PO Tepat
Ksr Vitamin,elektrolit 1tab - 3x1 1-2 tab 3x /hari PO Tepat
simvastatin Agen dislipidemia 20mg - 1x1 10-20mg/hari PO Tepat
domperidone Antiemetik
(Antagonis
Dopamine)
10mg - 3x1 10mg,max 30mg/hari PO Tepat
minosep obat kumur 4x1 2x sehari dikumur Kelebihan
136
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
fenitoin antikonvulsan,
antiepilepsi
100mg - 3x1 100mg - 3-4xsehari PO Tepat
humalog Antidiabetes 6ui - 3x1 Diabetes mellitus tipe 2: dosis awal:
0.15 - 0.2 unit/kg/hari
SC Tepat
lantus Antidiabetes
(Insulin)
12u - 1x1 1x/hari secara injeksi SK, 2-100
unit/hari
SC Tepat
captopril Antihipertensi
(ACE Inhibitor)
12,5 - 1x1 6,25 mg/hari max 37,5mg PO Tepat
ascardia Antiplatelet 80mg - 1x1 NSTEMI: dosis awal 162-325 mg,
diikuti 75-100 mg/hari, STEMI:
dosis awal 162-325 mg, diikuti
dosis pemeliharaan 75-162 mg/hari
PO Tepat
novorapid Antidiabetes 8iu - 3x1 0.15-0.2 unit/kg/hari SC Tepat
cefotaxime Antibiotik
(Sefalosporin)
1gr - 3x1 max 12g/hari IV Tepat
No
Pasien
Obat Golongan Obat Dosis Digunakan Dosis Normal Rute Keterangan
3 domperidone Antiemetik
(Antagonis
Dopamine)
1tab - 3x1 10mg,max 30mg/hari PO Tepat
sucralfat obat saluran cerna
lainnya
15cc - 4x1 1gr-4x/hari PO Tepat
vitamin k Vitamin 3x1 10mg/hari 3-4x PO Tepat
transamin Haemostatik 500mg - 3x1 0,5-1g atau 10mg/kg 25-50mg/kg IV Tepat
omeprazole antireflux agents
(PPI)
20mg - 2x1 20-40mg/hari PO Tepat
No
Pasien
Obat Golongan Obat Dosis Digunakan Dosis Normal Rute Keterangan
4 enzyplex obat lambung 1tab - 3x1 3x1tab PO Tepat
mucosta gastritis ulcer,ulkus
peptikus
100mg - 3x1 100mg - 3x PO Tepat
amlodipine calcium-channel 10mg - 2x1 5-10mg PO Tepat
137
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
blocker (antagonis
kalsium
simvastatin Agen dislipidemia 20mg - 1x1 10-20mg/hari PO Tepat
omeprazole antireflux agents
(PPI)
1x1 20-40mg/hari IV Tepat
farmadol Analgesik (Non-
opioid)
1x1 0,5-1g tiap 4-6 jam, max 4g/hari IV Tepat
transamin Haemostatik 500mg - 3x1 0,5-1g atau 10mg/kg 25-50mg/kg IV Tepat
No
Pasien
Obat Golongan Obat Dosis Digunakan Dosis Normal Rute Keterangan
5 vitamin b12 Vitamin 1tab - 3x1 250mcg/hari PO Tepat
asam folat Vitamin 1tab - 3x1 5mg/hari PO Tepat
caco3 Mineral 3x1 max 16 tab/hari PO Tepat
bicnat suplemen
elektrolit,antidote
3x2 1-5gr/hari PO Tepat
amlodipine calcium-channel
blocker (antagonis
kalsium
10mg - 1x1 5-10mg PO Tepat
ascardia Antiplatelet 80mg - 1x1 NSTEMI: dosis awal 162-325 mg,
diikuti 75-100 mg/hari, STEMI:
dosis awal 162-325 mg, diikuti
dosis pemeliharaan 75-162 mg/hari
PO Tepat
mertigo Antibiotik
(Macrolida)
500mg - 1x1 500mg PO Tepat
allopurinol Sediaan
Hiperurisemia dan
gout (Xantine
Oksidase Inhibitor)
100mg - 3x1 100-300 mg/hari PO Tepat
simvastatin Agen dislipidemia 20mg - 1x1 10-20mg/hari PO Tepat
sucralfat Antirefluks 4x1 1gr-4x/hari PO Tepat
metoclopramide Antiemetik 1amp - 3x1 2mg/kg IV Tepat
v bloc Antihipertensi 3,125mg - 1x1 6.25mg/hari PO Kekurangan
138
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
isdn Anti-anginal
(vasodilator)
5mg - 3x1 15-120mg/hari PO Tepat
paracetamol Analgesik (Non-
opioid)
500mg – 3x1 0,5-1g tiap 4-6 jam, max 4g/hari PO Tepat
candesartan Diuretik
(Angiotensin II
Receptor blocker)
1x1 4mg/hari PO Tepat
ceftriaxon Antibiotik
(Sefalosporin)
2gr - 1x1 1gr/hari IV Tepat
omeprazole antireflux agents
(PPI)
40mg - 1x1 20-40mg/hari IV Tepat
lantus Antidiabetes
(Insulin)
12ui - 1x1 1x/hari secara injeksi SK, 2-100
unit/hari
SC Tepat
lansoprazol Antiulserasi 30mg - 1x1 30 mg secara inj IV lambat 2x/hari IV Kekurangan
domperidone Antiemetik
(Antagonis
Dopamine)
10mg - 3x1 10mg,max 30mg/hari PO Tepat
lasix Diuretik (loop) 2c - 3x1 40mg IV Tepat
ramipril Antihipertensi 2,5mg - 1x1 2.5-5 mg /hari, max: 20 mg/hari PO Tepat
ranitidin antagonis histamine 2x1 50mg IV Kelebihan
tramadol Analgesik (Opioid) Amp - 3x1 50-100mg DRIP Tepat
new diatab Antidiare 2tab - 4x1 max 12 tab/hari PO Tepat
No
Pasien
Obat Golongan Obat Dosis Digunakan Dosis Normal Rute Keterangan
6 domperidone Antiemetik
(Antagonis
Dopamine)
10mg - 3x1 10mg,max 30mg/hari PO Tepat
ksr Vitamin,elektrolit 1tab - 3x1 1-2 tab 3x /hari PO Tepat
amlodipine calcium-channel
blocker (antagonis
kalsium
10mg - 1x1 5-10mg PO Tepat
fluimucil Antidot (Mucolytic 3x1 200mg PO Tepat
139
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
agent)
lansoprazol Antiulserasi 30mg - 1x1 30 mg secara inj IV lambat 2x/hari IV Kekurangan
ceftriaxone Antibiotik
(Sefalosporin)
2gr - 1x1 1gr/hari IV Tepat
No
Pasien
Obat Golongan Obat Dosis Digunakan Dosis Normal Rute Keterangan
7 fenitoin antikonvulsan,
antiepilepsi
100mg - 2x1 100mg - 3-4xsehari PO Kekurangan
amlodipine calcium-channel
blocker (antagonis
kalsium
5mg - 1x1 5-10mg PO Tepat
perdipine drip Antihipertensi hipertensi darurat 0,5-6
mcg/kg/menit,krisis hipertensi akut
2-10mcg/kg/menit
iv
ventolin+bisolvon Antiasma Per 8jam Bisolvon nebulizer dewasa:1 ml,
Ventolin nebulizer dewasa: 2.5-5
mg, max 40 mg
inhalasi Tepat
omeprazole antireflux agents
(PPI)
2x1 20-40mg/hari IV Tepat
citicolin vasodilator perifer
dan aktivator
serebral
500mg - 2x1 tablet/kaplet/bubuk 1000-2000
mg/hari dalam dosis terbagi
PO Tepat
meropenem Antibiotik
(Betalactam)
500mg - 2x1 500mg/8jam IV Tepat
dexametason Antiemetik
(kortikosteroid)
5mg - 3x1 15-20mg/hari IV Tepat
valsartan Diuretik
(Angiotensin II
Receptor blocker)
80mg - 1x1 80mg PO Tepat
novorapid Antidiabetes 10iu - 3x1 0.15-0.2 unit/kg/hari SC Tepat
lantus Antidiabetes
(Insulin)
6iu - 1x1 1x/hari secara injeksi SK, 2-100
unit/hari
SC Tepat
140
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
No
Pasien
Obat Golongan Obat Dosis Digunakan Dosis Normal Rute Keterangan
8 valsartan Diuretik
(Angiotensin II
Receptor blocker)
80mg - 1x1 80mg PO Tepat
amlodipine calcium-channel
blocker (antagonis
kalsium
5mg - 1x1 5-10mg PO Tepat
asam folat Vitamin 1tab - 2x1 5mg/hari PO Tepat
bicnat suplemen
elektrolit,antidote
1tab - 3x1 1-5gr/hari PO Tepat
caco3 Mineral 1tab - 3x1 max 16 tab/hari PO Tepat
vitamin b12 Vitamin 1tab - 3x1 250mcg/hari PO Tepat
fujimin Vitamin 1tab - 3x1 3x1tab PO Tepat
azitromisin Antibiotik
(Macrolida)
500mg - 1x1 500mg PO Tepat
fluimucil Antidot (Mucolytic
agent)
3x1 200mg PO Tepat
furosemid Diuretik (loop) 1x1 40mg PO Tepat
ceftriaxon Antibiotik
(Sefalosporin)
2gr - 2x1 1gr/hari IV Tepat
No
Pasien
Obat Golongan Obat Dosis Digunakan Dosis Normal Rute Keterangan
9 lisinofril Antihipertensi
(ACE Inhibitor)
5mg - 1x1 10mg/hari PO Tepat
ondansetron Antiemetik
(Antagonis Reseptor
5HT)
8mg - 3x1 0,15mg/kg-16mg/dose IV Tepat
cefotaxime Antibiotik
(Sefalosporin)
1gr - 3x1 max 12g/hari IV Tepat
ceftriaxon Antibiotik
(Sefalosporin)
2gr - 2x1 1gr/hari IV Tepat
141
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
No
Pasien
Obat golongan obat Dosis Digunakan Dosis Normal Rute Keterangan
10 valsartan Diuretik
(Angiotensin II
Receptor blocker)
80mg - 1x1 80mg/hari PO Tepat
alprazolam Antiansietas
(benzodiazepin)
0,5mg - 1x1 250-500mcg PO Tepat
lantus Antidiabetes
(Insulin)
10unit - 1x1 1x/hari secara injeksi SK, 2-100
unit/hari
SC Tepat
ceftriaxon Antibiotik
(Sefalosporin)
2gr - 1x1 1gr/hari IV Tepat
omeprazole antireflux agents
(PPI)
40mg - 1x1 20-40mg/hari IV Tepat
ondansetron Antiemetik
(Antagonis Reseptor
5HT)
8mg - 3x1 0,15mg/kg-16mg/dose IV Tepat
clinimix parenteral
nutritional products
1000ml - 1x1 1000ml/hari disesuaikan dengan
kebutuhan energi pasien
IV Tepat
ranitidin antagonis histamin 1amp - 2x1 50mg IV Kelebihan
No
Pasien
Obat Golongan Obat Dosis Digunakan Dosis Normal Rute Keterangan
11 fenitoin antikonvulsan,
antiepilepsi
300mg loading load 10-15mg/kg bb PO Kekurangan
adalat oros antihipertensi &
angina
30mg - 1x1 10-30 mg 3 x/hari, max: 120-180
mg/hari
PO Tepat
clopidogrel Antikoagulan,
antiplatelet
75mg - 1x1 75mg/hari PO Tepat
142
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
citicolin vasodilator perifer
dan aktivator
serebral
500mg - 2x1 tablet/kaplet/bubuk 1000-2000
mg/hari dalam dosis terbagi
PO Tepat
novorapid Antidiabetes 8unit - 3x1 0.15-0.2 unit/kg/hari IV Tepat
No
Pasien
Obat Golongan Obat Dosis Digunakan Dosis Normal Rute Keterangan
12 amlodipine calcium-channel
blocker (antagonis
kalsium
10mg - 1x1 5-10mg PO Tepat
asam mefenamat Anti Inflamasi Non
Steroid
500mg - 3x1 Dosis awal 500 mg, kemudian 250
mg setiap 4 jam jika dibutuhkan,
maksimum diberikan selama 1
minggu
PO Tepat
captopril Antihipertensi
(ACE Inhibitor)
12,5mg - 1x1 6,25 mg/hari max 37,5mg PO Tepat
ondansetron Antiemetik
(Antagonis Reseptor
5HT)
8mg - 3x1 0,15mg/kg-16mg/dose IV Tepat
haloperidol Antipsikotik 1/2tab - 2x1 0.5-2mg 2xsehari PO Tepat
citicolin vasodilator perifer
dan aktivator
serebral
500mg - 2x1 tablet/kaplet/bubuk 1000-2000
mg/hari dalam dosis terbagi
PO Tepat
ranitidin Antacid, antiulser
(Antagonis
Histamin H2)
1amp - 2x1
(25mg/ml)
50mg IV Tepat
manitol Diuretic 125cc - 4x1 250 ml-1 L dalam 24 jam IV Tepat
manitol Diuretic 100cc - 4x1 250 ml-1 L dalam 24 jam IV Tepat
manitol Diuretic 75cc - 4x1 250 ml-1 L dalam 24 jam IV Tepat
143
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
metoclopramide Antiemetik 1amp - 3x1 2mg/kg IV Tepat
humalog Antidiabetes 10ui - 3x1 Diabetes mellitus tipe 2: dosis awal:
0.15 - 0.2 unit/kg/hari
SC Tepat
lantus Antidiabetes
(Insulin)
12unit - 1x1 1x/hari secara injeksi SK, 2-100
unit/hari
SC Tepat
No
Pasien
Obat Golongan Obat Dosis Digunakan Dosis Normal Rute Keterangan
13 clopidogrel Antikoagulan,
antiplatelet
75mg - 1x1 75mg/hari PO Tepat
ascardia Antiplatelet 80mg - 1x1 NSTEMI: dosis awal 162-325 mg,
diikuti 75-100 mg/hari, STEMI:
dosis awal 162-325 mg, diikuti
dosis pemeliharaan 75-162 mg/hari
PO Tepat
amlodipine calcium-channel
blocker (antagonis
kalsium
10mg - 1x1 5-10mg PO Tepat
cardace Antihipertensi 5mg - 2x1 2.5-5 mg/hari, max. 20 mg/hari PO Tepat
ksr Vitamin,elektrolit 1tab - 1x1 1-2 tab 3x /hari PO Tepat
gemfibrozile antihiperlipidemia,
fibrat
300mg - 1x1 600mg PO Kekurangan
ambroxol mukolitik, obat
batuk
15cc - 3x1 10 mL (2 sdt) 2-3 x/hr. PO Tepat
gliquidone Antidiabetes Oral 15mg - 2x1 15-45mg PO Tepat
citicolin vasodilator perifer
dan aktivator
serebral
1000mg - 2x1 tablet/kaplet/bubuk 1000-2000
mg/hari dalam dosis terbagi
PO Tepat
144
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
No
Pasien
Obat Golongan Obat Dosis Digunakan Dosis Normal Rute Keterangan
14 sucralfat Antirefluks 15cc - 4x1 1gr-4x/hari PO Tepat
gliquidone Antidiabetes Oral 15mg - 2x1 15-45mg PO Tepat
glucophage Antidiabetes 1x1 500 mg 2-3xsehari PO Kekurangan
ceftriaxon Antibiotik
(Sefalosporin)
2gr - 1x1 1gr/hari IV Tepat
lansoprazol Antiulserasi 1ampul - 2x1 30 mg secara inj IV lambat 2x/hari IV Kekurangan
vitamin k Vitamin 1amp - 3x1 2,5-10mg/hari IV Kelebihan
transamin Hemostatik 1amp - 3x1 IV Tepat
lantus Antidiabetes
(Insulin)
10unit - 1x1 1x/hari secara injeksi SK, 2-100
unit/hari
SC Tepat
amlodipine calcium-channel
blocker (antagonis
kalsium
5mg - 1x1 5-10mg PO Tepat
bisoprolol Antihipertensi (Beta
Blocker)
2,5mg - 1x1 5mg/hari PO Tepat
cetirizine Antihistamin
(antialergi)
1tab - 1x1 5-10mg/hari PO Tepat
lactulax Antidiare 1c - 1x1 dosis awal : 15-45ml/hari, dosis
pemeliharaan : 10-25ml/hari
PO Tepat
microlax Antidiare 1x1 1tube - 1x rectal Tepat
No
Pasien
Obat Golongan Obat Dosis Digunakan Dosis Normal Rute Keterangan
15 betaserc Antivertigo 2x1 8-16 mg 3x/hari PO Tepat
145
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
amlodipine calcium-channel
blocker (antagonis
kalsium
10mg - 1x1 5-10mg PO Tepat
valsartan Diuretik
(Angiotensin II
Receptor blocker)
80mg - 2x1 80mg PO Tepat
atorvastatin Antidislipidemia 20mg - 1x1 10-20mg/hari PO Tepat
ascardia Antiplatelet 80mg - 1x1 NSTEMI: dosis awal 162-325 mg,
diikuti 75-100 mg/hari, STEMI:
dosis awal 162-325 mg, diikuti
dosis pemeliharaan 75-162 mg/hari
PO Tepat
metformin Antidiabetes 500mg - 1-0-1 500 mg 2x/hari, max: 2250 mg/hari PO Tepat
paracetamol Analgesik (Non-
opioid)
500mg - 4x1 0,5-1g tiap 4-6 jam, max 4g/hari PO Tepat
cilostazol Antiplatelet 100mg - 1x1 50-100mg/hari PO Tepat
citicolin vasodilator perifer
dan aktivator
serebral
500mg - 2x1 tablet/kaplet/bubuk 1000-2000
mg/hari dalam dosis terbagi
PO Tepat
citicolin vasodilator perifer
dan aktivator
serebral
500mg - 2x1 tablet/kaplet/bubuk 1000-2000
mg/hari dalam dosis terbagi
IV Tepat
ranitidin antagonis histamin 1amp - 2x1 50mg IV Kelebihan
cardace Antihipertensi 2,5 mg - 1x1 2.5-5 mg/hari, max. 20 mg/hari PO Tepat
No
Pasien
Obat Golongan Obat Dosis Digunakan Dosis Normal Rute Keterangan
146
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
16 ascardia Antiplatelet 320mg - 1x1 NSTEMI: dosis awal 162-325 mg,
diikuti 75-100 mg/hari, STEMI:
dosis awal 162-325 mg, diikuti
dosis pemeliharaan 75-162 mg/hari
PO Tepat
forneuro Vitamin 1x1 1 tab/hari PO Tepat
simvastatin Agen dislipidemia 20mg - 1x1 10-20mg/hari PO Tepat
pradaxa Anticoagulants 75mg - 1x1 75-150mg/hari PO Tepat
fujimin Vitamin 3x1 3x1kapsul/hari PO Tepat
asam mefenamat Anti Inflamasi Non
Steroid
500mg - 2x1 Dosis awal 500 mg, kemudian 250
mg setiap 4 jam jika dibutuhkan,
maksimum diberikan selama 1
minggu
PO Tepat
citicolin vasodilator perifer
dan aktivator
serebral
500mg - 2x1 tablet/kaplet/bubuk 1000-2000
mg/hari dalam dosis terbagi
PO Tepat
meropenem Antibiotik
(Betalactam)
500mg - 2x1 500mg/8jam IV Tepat
paracetamol Analgesik (Non-
opioid)
500mg - 4x1 0,5-1g tiap 4-6 jam, max 4g/hari PO Tepat
No
Pasien
Obat Golongan Obat Dosis Digunakan Dosis Normal Rute Keterangan
17 clopidogrel Antikoagulan,
antiplatelet
75mg - 1x1 75mg/hari PO Tepat
atorvastatin Antidislipidemia 20mg - 1x1 10-20mg/hari PO Tepat
furosemid Diuretik (loop) 20mg - 2x1 40mg IV Tepat
spironolactone Antidislipidemia 25mg - 1x1 25-50 mg/hari terbagi dalam 1-2
dosis
PO Tepat
147
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
digoxin obat jantung 0.125 - 1x1 Dosis awal: 0.75-1.5 mg, dosis
pemeliharaan 0.125-0.5 mg
PO Tepat
simarc Antikoagulan
(Diuretik)
4mg - 1x1 5mg/hari PO Tepat
ramipril Antihipertensi 10mg - 1x1 2.5-5 mg /hari, max: 20 mg/hari Tepat
metformin Antidiabetes 500mg - 1x1 500 mg 2x/hari, max: 2250 mg/hari PO Tepat
citicolin vasodilator perifer
dan aktivator
serebral
500mg - 3x1 tablet/kaplet/bubuk 1000-2000
mg/hari dalam dosis terbagi
PO Tepat
piracetam Neurotropik 12gr - 1x1 Kasus akut: 3-9 g/hari dalam 3-4
dosis terbagi, kasus kronik: 1.2-4.8
g diberikan 2-3x/hari, kasus berat:
s/d 12 g/hari bila perlu
IV Tepat
piracetam Neurotropik 3gr - 4x1 Kasus akut: 3-9 g/hari dalam 3-4
dosis terbagi, kasus kronik: 1.2-4.8
g diberikan 2-3x/hari, kasus berat:
s/d 12 g/hari bila perlu
IV Tepat
vitamin c Vitamin 200mg - 2x1 maximal 2000mg/hari IV Tepat
No
Pasien
Obat Golongan Obat Dosis Digunakan Dosis Normal Rute Keterangan
18 ketosteril insufisiensi ginjal
kronis
II - 3x1 4-8 kapsul 3x/hari PO Tepat
vitamin b12 Vitamin 3x1 250mcg/hari PO Tepat
caco3 Mineral 3x1 max 16 tab/hari PO Tepat
bicnat suplemen
elektrolit,antidote
10mg - 1x1 1-5gr/hari PO Kekurangan
asam folat Vitamin 15mg/158 - 1x1 5mg/hari PO Tepat
148
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
valsartan Diuretik
(Angiotensin II
Receptor blocker)
80mg - 1x1 80mg PO Tepat
omeprazole antireflux agents
(PPI)
40mg - 1x1 20-40mg/hari IV Tepat
venofer on hd Antianemia 100mg - 1x1 Hemodialisis : 0,5mg/kg setiap
minggu selama 12 minggu;
maksimal 100mg/dosis
Non-dialisis : 0,5mg/kg setiap
minggu selama 12 minggu;
maksimal 100mg/dosis
IV Tepat
ondansetron Antiemetik
(Antagonis Reseptor
5HT)
4mg - 3x1 0,15mg/kg - 16mg/dosis IV Tepat
No
Pasien
Obat Golongan Obat Dosis Digunakan Dosis Normal Rute Keterangan
19 new diatab Antidiare 2tab - 4x1 max 12 tab/hari PO Tepat
b complex Antiemetik
(Antagonis
Dopamine)
1tab - 3x1 10mg,max 30mg/hari PO Tepat
paracetamol Analgesik (Non-
opioid)
500mg - 3x1 0,5-1g tiap 4-6 jam, max 4g/hari PO Tepat
micardis Antihipertensi 80mg - 1x1 Dosis awal : 40 mg/hari, biasanya
dosis dijaga pada rentang: 20-80
mg/hari
PO Tepat
bisoprolol Antihipertensi (Beta
Blocker)
2,5mg - 1x1 5mg/hari PO Tepat
metformin Antidiabetes 500mg - 3x1 500 mg 2x/hari, max: 2250 mg/hari PO Tepat
149
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ranitidin antagonis histamin 1amp - 2x1 50mg IV Kelebihan
simvastatin Agen dislipidemia 20mg - 1x1 10-20mg/hari PO Tepat
miniaspi Antikoagulan,
analgesik (non-
opioid)
1tab - 1x1 80mg/hari PO Tepat
ulsafat Antirefluks 1c - 4x1 1gr-4x/hari PO Tepat
ciprofloxasin Antibiotik
(kuionolon)
500mg - 1x1 250-500mg/hari PO Tepat
omeprazole antireflux agents
(PPI)
2x1 20-40mg/hari IV Tepat
ondansetron Antiemetik
(Antagonis Reseptor
5HT)
2x1 0,15mg/kg-16mg/dose IV Tepat
No
Pasien
Obat Golongan Obat Dosis Digunakan Dosis Normal Rute Keterangan
20 paracetamol Analgesik (Non-
opioid)
500mg - 3x1 0,5-1g tiap 4-6 jam, max 4g/hari PO Tepat
amlodipine calcium-channel
blocker (antagonis
kalsium
10mg - 1x1 5-10mg PO Tepat
new diatab Antidiare 2tab - 4x1 max 12 tab/hari PO Tepat
asam mefenamat Anti Inflamasi Non
Steroid
500mg - 1x1 Dosis awal 500 mg, kemudian 250
mg setiap 4 jam jika dibutuhkan,
maksimum diberikan selama 1
minggu
PO Tepat
omeprazole antireflux agents
(PPI)
2x1 20-40mg/hari IV Tepat
150
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ondansetron Antiemetik
(Antagonis Reseptor
5HT)
2x1 0,15mg/kg-16mg/dose IV Tepat
domperidone Antiemetik
(Antagonis
Dopamine)
10mg - 3x1 10mg,max 30mg/hari PO Tepat
No
Pasien
Obat Golongan Obat Dosis Digunakan Dosis Normal Rute Keterangan
21 paracetamol Analgesik (Non-
opioid)
500mg - 4x1 0,5-1g tiap 4-6 jam, max 4g/hari PO Tepat
metformin Antidiabetes 1000mg - 1x1 500 mg 2x/hari, max: 2250 mg/hari PO Tepat
captopril Antihipertensi
(ACE Inhibitor)
25mg - 2x1 6,25 mg/hari max 37,5mg PO Tepat
simvastatin Agen dislipidemia 20mg - 1x1 10-20mg/hari PO Tepat
omeprazole antireflux agents
(PPI)
20mg - 2x1 20-40mg/hari PO Tepat
No
Pasien
Obat Golongan Obat Dosis Digunakan Dosis Normal Rute Keterangan
22 platogrix Antikoagulan,
antiplatelet
75mg - 1x1 75mg/hari PO Tepat
atorvastatin Antidislipidemia 20mg - 1x1 10-20mg/hari PO Tepat
amlodipine calcium-channel
blocker (antagonis
kalsium
5mg - 1x1 5-10mg PO Tepat
metformin Antidiabetes 1 tab - 2x1 500 mg 2x/hari, max: 2250 mg/hari PO Tepat
glimepirid Antidiabetic 2mg - 1x1 Awal: 1-2 mg maksimal 8mg/hari PO Tepat
151
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
asam mefenamat Anti Inflamasi Non
Steroid
1x1 Dosis awal 500 mg, kemudian 250
mg setiap 4 jam jika dibutuhkan,
maksimum diberikan selama 1
minggu
PO Tepat
paracetamol Analgesik (Non-
opioid)
500mg - 3x1 0,5-1g tiap 4-6 jam, max 4g/hari PO Tepat
trizedon mr Antianginal 2x1 35 mg 2x/hari PO Tepat
lantus Antidiabetes
(Insulin)
12u - 1x1 1x/hari secara injeksi SK, 2-100
unit/hari
SC Tepat
isdn Anti-anginal
(vasodilator)
5mg - 3x1 15-120mg/hari PO Tepat
No
Pasien
Obat Golongan Obat Dosis Digunakan Dosis Normal Rute Keterangan
23 laxadyne Laxative 1x1 (2 sdm) 1-2 sdm (15-30 mL) 1 x/hr PO Tepat
paracetamol Analgesik (Non-
opioid)
500mg - 4x1 0,5-1g tiap 4-6 jam, max 4g/hari PO Tepat
amlodipine calcium-channel
blocker (antagonis
kalsium
10mg - 1x1 5-10mg PO Tepat
prohiper obat SSP golongan
lain
1/2tab - 2x1 20-30 mg/hari diberikan dalam 2-3
dosis terbagi
PO Kekurangan
ramipril Antihipertensi 10mg - 1x1 2.5-5 mg /hari, max: 20 mg/hari PO Tepat
fenitoin antikonvulsan,
antiepilepsi
100mg - 3x1 100mg - 3-4xsehari PO Tepat
asam folat Vitamin 3tab - 1x1 5mg/hari PO Tepat
aspar k Elektrolit 1tab - 1x1 1-3 tab 3x/hari PO Tepat
metformin Antidiabetes 500mg - 3x1 500 mg 2x/hari, max: 2250 mg/hari PO Tepat
ksr Vitamin,elektrolit 1tab - 3x1 1-2 tab 3x /hari PO Tepat
152
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
manitol Diuretic 75cc - 4x1 250 ml-1 L dalam 24 jam IV Tepat
citicolin vasodilator perifer
dan aktivator
serebral
500mg - 2x1 tablet/kaplet/bubuk 1000-2000
mg/hari dalam dosis terbagi
PO Tepat
vitamin c Vitamin 200mg - 2x1 maximal 2000mg/hari IV Tepat
vitamin k Vitamin 1amp - 3x1 2,5-10mg/hari IV Kelebihan
kalnex Antikoagulasi 500mg - 2x1 50 mg : 1 - 2 ampul/hari (5 - 10 mL)
dibagi dalam 1-2 dosis. Bila perlu 2
-10 ampul (10 - 50 mL) dengan cara
infus intravena.
100 mg : 2,5 - 5 mL/hari dibagi
dalam 1 - 2 dosis. Bila perlu 5 - 25
mL diberikan dengan cara infus
intravena.
IV Kelebihan
ceftriaxon Antibiotik
(Sefalosporin)
2gr - 1x1 1gr/hari IV Tepat
hct Diuretik 25mg - 2x1 12,5-50mg/hari PO Tepat
bisoprolol Antihipertensi (Beta
Blocker)
2,5mg - 1x1 5mg/hari PO Tepat
glimepirid Antidiabetic 1mg - 1x1 Awal: 1-2 mg maksimal 8mg/hari PO Tepat
piracetam Neurotropik 3g - 4x1 Kasus akut: 3-9 g/hari dalam 3-4
dosis terbagi, kasus kronik: 1.2-4.8
g diberikan 2-3x/hari, kasus berat:
s/d 12 g/hari bila perlu
IV Tepat
No
Pasien
Obat Golongan Obat Dosis Digunakan Dosis Normal Rute Keterangan
153
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
24 ascardia Antiplatelet 80mg - 1x1 NSTEMI: dosis awal 162-325 mg,
diikuti 75-100 mg/hari, STEMI:
dosis awal 162-325 mg, diikuti
dosis pemeliharaan 75-162 mg/hari
PO Tepat
paracetamol Analgesik (Non-
opioid)
500mg - 3x1 0,5-1g tiap 4-6 jam, max 4g/hari PO Tepat
bisoprolol Antihipertensi (Beta
Blocker)
2,5mg - 1x1 5mg/hari PO Tepat
simvastatin Agen dislipidemia 10mg - 1x1 10-20mg/hari PO Tepat
levazide Antiparkinson 1tab - 2x1 70-100mg/hari; maksimal
200mg/hari
PO Tepat
asam folat Vitamin 3tab - 1x1 5mg/hari PO Tepat
heximer Antiparkinson 1tab - 2x1 1-2mg/hari kemudian 3-5mg/hari,
bila perlu 6-10mg/hari atau 12-
15mg/hari di bagi 3-4dosis/hari
PO Tepat
brainact Pheripheral
Vasodilator
1tab - 2x1 500mg 2x/hari PO Tepat
metformin Antidiabetes 500mg - 2x1 500 mg 2x/hari, max: 2250 mg/hari PO Tepat
valsartan Diuretik
(Angiotensin II
Receptor blocker)
80mg - 1x1 80mg PO Tepat
ceftriaxon Antibiotik
(Sefalosporin)
2gr - 1x1 1gr/hari IV Tepat
novorapid Antidiabetes 4unit - 3x1 0.15-0.2 unit/kg/hari IV Tepat
No
Pasien
Obat Golongan Obat Dosis Digunakan Dosis Normal Rute Keterangan
25 simvastatin Agen dislipidemia 20mg - 2x1 10-20mg/hari PO Tepat
154
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
captopril Antihipertensi
(ACE Inhibitor)
25mg - 2x1 6,25 mg/hari max 37,5mg PO Tepat
ascardia Antiplatelet 80mg - 1x1 NSTEMI: dosis awal 162-325 mg,
diikuti 75-100 mg/hari, STEMI:
dosis awal 162-325 mg, diikuti
dosis pemeliharaan 75-162 mg/hari
PO Tepat
paracetamol Analgesik (Non-
opioid)
500mg - 3x1 0,5-1g tiap 4-6 jam, max 4g/hari PO Tepat
alprazolam Antiansietas
(benzodiazepin)
0,25mg - 1x1 250-500mcg PO Tepat
ultracet Analgesik (Non-
opioid+opioid)
3x1 max 8tab/hari PO Tepat
Co-Trimoxazole Antibiotic 2x1 960mg - 2x/hari PO Tepat
ambroxol Obat Batuk 15cc - 3x1 10 mL (2 sdt) 2-3 x/hr. PO Tepat
aciclovir Antivirus 500mg 0-1-0 200mg - 400mg/hari maksimal
800mg/hari
PO Tepat
arcalion Vitamin 2-0-0 1-3tab/hari PO Tepat
prohiper obat SSP golongan
lain
1/2-0-0 20-30 mg/hari diberikan dalam 2-3
dosis terbagi
PO Kekurangan
esilgan hiponatik dan
sedative
1mg - 1x1 1-2mg sebelum tidur PO Tepat
citicolin vasodilator perifer
dan aktivator
serebral
500mg - 2x1 tablet/kaplet/bubuk 1000-2000
mg/hari dalam dosis terbagi
PO Tepat
ranitidin antagonis histamin 1amp - 2x1 50mg IV kelebihan
ceftriaxon Antibiotik
(Sefalosporin)
2gr - 1x1 1gr/hari IV Tepat
155
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
manitol Diuretic 50cc - 4x1 250 ml-1 L dalam 24 jam IV Tepat
No
Pasien
Obat Golongan Obat Dosis Digunakan Dosis Normal Rute Keterangan
26 sukralfat Antirefluks 15cc - 4x1 1gr-4x/hari PO Tepat
amlodipine calcium-channel
blocker (antagonis
kalsium
10mg - 1x1 5-10mg PO Tepat
valsartan Diuretik
(Angiotensin II
Receptor blocker)
80mg - 1x1 80mg PO Tepat
lactulax Antidiare 15ml - 3x1 dosis awal : 15-45ml/hari, dosis
pemeliharaan : 10-25ml/hari
PO Tepat
diazepam Antikonvulsan,
ansiolitik
cps campuran 2x max 30mg/hari IV Tepat
epsonal Antipasmodik cps campuran 2x 1tab 3x/hari PO Tepat
paracetamol Analgesik (Non-
opioid)
cps campuran 2x 0,5-1g tiap 4-6 jam, max 4g/hari PO Tepat
metformin Antidiabetes 500mg - 2x1 500 mg 2x/hari, max: 2250 mg/hari PO Tepat
new diatab Antidiare 2tab - 4x1 max 12 tab/hari PO Tepat
cefotaxime Antibiotik
(Sefalosporin)
1gr - 3x1 max 12g/hari IV Tepat
clobazam Ansiolitik 1caps - 3x1 (cps
campuran)
20mg/hari PO Tepat
curcuma Vitamin 1tab - 3x1 1-2tab 3x/hari PO Tepat
omeprazole antireflux agents
(PPI)
20mg - 2x1 20-40mg/hari PO Tepat
156
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
No
Pasien
Obat Golongan Obat Dosis Digunakan Dosis Normal Rute Keterangan
27 amlodipine calcium-channel
blocker (antagonis
kalsium
10mg - 1x1 5-10mg PO Tepat
clopidogrel Antikoagulan,
antiplatelet
75mg - 1x1 75mg/hari PO Tepat
asam folat Vitamin 1tab - 2x1 5mg/hari PO Tepat
etambutol Antituberkulosis 1000mg - 1x1 (ada
di pasien)
15-25 mg/kg/hari, dosis max: 1600
mg
PO Tepat
rifampicin Antituberkulosis 1x1 ( ada di
pasien)
TB aktif =10 mg/kg/hari, max:600
mg/hari, TB laten= 10 mg/kg/hari,
max:600 mg/hari selama 4 bulan
PO Tepat
inh (isoniazid) Antituberkulosis 1x1 ( ada di
pasien)
TB laten: 300 mg/hari atau 900 mg
2x/minggu selama 6-9 bulan pada
pasien yang tidak memiliki HIV. TB
aktif: 5 mg/kg/hari atau 300 mg/hari
PO Tepat
pioglitazon Antidiabetes 30mg - 1x1 dosis awal 15 mg atau 30 mg
1x/hari, bila perlu : 45 mg 1x/hari
PO Tepat
haloperidol Antipsikotik 0,5mg - 2x1 dosis awal : 1,5-3 mg 2-3x/hari atau
3-5 mg, 2-3x/haridosis
pemeliharaan efektif serendah
mungkin (sampai serendah 5-10
mg/hari)
PO Tepat
novorapid Antidiabetes 8unit - 3x1 0.15-0.2 unit/kg/hari SC Tepat
levemir Antidiabetes 8ui - 1x1 Dosis SK bersifat individual (1-
2x/hari), dosis lazim: 0.2-1
unit/kg/hari
SC Tepat
157
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
fenitoin antikonvulsan,
antiepilepsi
100mg - 3x1 100mg - 3-4xsehari PO Tepat
citicolin vasodilator perifer
dan aktivator
serebral
500mg - 3x1 tablet/kaplet/bubuk 1000-2000
mg/hari dalam dosis terbagi
PO Tepat
No
Pasien
Obat Golongan Obat Dosis Digunakan Dosis Normal Rute Keterangan
28 amlodipine calcium-channel
blocker (antagonis
kalsium
10mg - 1x1 5-10mg PO Tepat
candesartan Diuretik
(Angiotensin II
Receptor blocker)
16mg - 1x1 max 16mg/hari PO Tepat
manitol Diuretic 125cc - 4x1 250 ml-1 L dalam 24 jam IV Tepat
manitol Diuretic 100cc - 4x1 250 ml-1 L dalam 24 jam IV Tepat
ranitidin antagonis histamin 50mg - 2x1 50mg IV Tepat
fenitoin antikonvulsan,
antiepilepsi
100mg - 3x1 100mg - 3-4xsehari PO Tepat
ceftriaxon Antibiotik
(Sefalosporin)
2gr - 1x1 1gr/hari IV Tepat
actrapid Antidiabetes kelipatan 4unit 0.5 iu/kg/hari IV Tepat
158
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ceremax Profilaksis dan
pengobatan defisit
neurologik iskemik
karena vasospasme
serebral setelah
perdarahan
subarakhnoid
(SAH)
2cc per jam dosis awal : 1 mg/jam (sampai 500
mg/jam, tingkatkan setelah 2 jam
menjadi 2 mg/jam
IV Tepat
nimotop Profilaksis dan
pengobatan defisit
neurologik iskemik
karena vasospasme
serebral setelah
perdarahan
subarakhnoid
(SAH)
2tab - 4x1 oral 60 mg setiap 4 jam (dosis total
sehari 360)
PO Tepat
captopril Antihipertensi
(ACE Inhibitor)
12,5mg - 2x1 6,25 mg/hari max 37,5mg PO Tepat
diazepam Antikonvulsan,
ansiolitik
1x1 max 30mg/hari IV Tepat
bisoprolol Antihipertensi (Beta
Blocker)
2,5mg - 1x1 5mg/hari PO Tepat
No
Pasien
Obat Golongan Obat Dosis Digunakan Dosis Normal Rute Keterangan
29 metformin Antidiabetes 500mg - 3x1 500 mg 2x/hari, max: 2250 mg/hari PO Tepat
159
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
glimepirid Antidiabetic 2mg - 1x1 (
30menit sebelum
makan pagi)
Awal: 1-2 mg maksimal 8mg/hari PO Tepat
lantus Antidiabetes
(Insulin)
16unit - 1x1 1x/hari secara injeksi SK, 2-100
unit/hari
SC Tepat
valsartan Diuretik
(Angiotensin II
Receptor blocker)
80mg - 1x1 80mg PO Tepat
betahistin Antivertigo 24mg - 3x1 24-48 mg/hari PO Tepat
frego Antivertigo 5mg - 2x1 10 mg diberikan pada malam hari
usia < 65 tahun dan 5 mg usia > 65
tahun
PO Tepat
ascardia Antiplatelet 80mg - 1x1 NSTEMI: dosis awal 162-325 mg,
diikuti 75-100 mg/hari, STEMI:
dosis awal 162-325 mg, diikuti
dosis pemeliharaan 75-162 mg/hari
PO Tepat
microlax Antidiare Extra 1tube - 1x rectal Tepat
humalog Antidiabetes 15ui - 3x1 Diabetes mellitus tipe 2: dosis awal:
0.15 - 0.2 unit/kg/hari
SC Tepat
ranitidin antagonis histamin 1amp - 2x1 50mg IV Kelebihan
ondansetron Antiemetik
(Antagonis Reseptor
5HT)
8mg - 3x1 0,15mg/kg-16mg/dose IV Tepat
citicolin vasodilator perifer
dan aktivator
serebral
500mg - 2x1 tablet/kaplet/bubuk 1000-2000
mg/hari dalam dosis terbagi
PO Tepat
160
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tramadol analgesik opioid 50mg - 2x/drip
dalam nacl 100cc
50 mg sebagai dosis tunggal, dapat
ditambahkan 50 mg sesudah selang
waktu 30-60 menit, max:400 gr/hari
IV Tepat
largactil Antipsikotik 25mg - extra awal : 10-25 mg sehari 1-2 kali,
naikkan pada interval 4-7 hari
dengan 10-25 mg/hari
Bila perlu, dosis maksimum : 800
mg
PO Tepat
No
Pasien
Obat Golongan Obat Dosis Digunakan Dosis Normal Rute Keterangan
30 novomix Antidiabetes 2x (22-0-24) dosis awal 6u saat makan pagi dan
6u saat makan malam atau 1x/hari
dosis 12u saat makan malam
SC Tepat
novorapid Antidiabetes 1x1 0.15-0.2 unit/kg/hari SC Tepat
metformin Antidiabetes 500mg - 1x1
(malam)
500 mg 2x/hari, max: 2250 mg/hari PO Tepat
valsartan Diuretik
(Angiotensin II
Receptor blocker)
80mg - 1x1 80mg PO Tepat
adalat oros antihipertensi &
angina
30mg - 1x1 10-30 mg 3 x/hari, max: 120-180
mg/hari
PO Tepat
paracetamol Analgesik (Non-
opioid)
500mg - 3x1 0,5-1g tiap 4-6 jam, max 4g/hari PO Tepat
diazepam Antikonvulsan,
ansiolitik
1x1 max 30mg/hari IV Tepat
captopril Antihipertensi
(ACE Inhibitor)
25mg - 2x1 6,25 mg/hari max 37,5mg PO Tepat
Recommended