View
2
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBANDINGKAN NILAI
PECAHAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM
( Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas III SD Negeri 1 Jatilawang
Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2010 / 2011 )
SKRIPSI
Oleh :
AULIA MASYARIBU
X7109015
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBANDINGKAN NILAI
PECAHAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM
( Pada Siswa Kelas III SD Negeri 1 Jatilawang Kecamatan Wonosegoro
Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2010 / 2011 )
Oleh :
AULIA MASYARIBU
X7109015
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Strata 1 (S1) Pendidikan Guru Sekolah Dasar
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul :
Upaya Meningkatkan Kemampuan Membandingkan Nilai Pecahan
Melalui Model Pembelajaran Kuantum ( Penelitian Tindakan Kelas pada
Siswa Kelas III SD Negeri 1 Jatilawang Kecamatan Wonosegoro Kabupaten
Boyolali Tahun Ajaran 2010/2011 )
Oleh :
Nama : Aulia Masyaribu
NIM : X7109015
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada Hari : Rabu
Tanggal : 29 Februari 2012
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Prof. Dr. Retno Winarni, M.Pd.
NIP 19560121 198203 2 003
Pembimbing II
Dra. Siti Wahyuningsih, M. Pd.
NIP 19610121 198601 2 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul :
Upaya Meningkatkan Kemampuan Membandingkan Nilai Pecahan
Melalui Model Pembelajaran Kuantum ( Penelitian Tindakan Kelas pada
Siswa Kelas III SD Negeri 1 Jatilawang Kecamatan Wonosegoro Kabupaten
Boyolali Tahun Ajaran 2010/2011 )
Oleh :
Nama : Aulia Masyaribu
NIM : X7109015
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi
persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Jum’at
Tanggal : 16 Maret 2012
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Hadi Mulyono, M.Pd. 1. …………..
Sekretaris : Drs. Hasan Mahfud, M.Pd. 2. …………...
Anggota I : Prof. Dr. Retno Winarni, M.Pd. 3. …………..
Anggota II : Dra. Siti Wahyuningsih, M.Pd. 4. ……………
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
NIP 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Aulia Masyaribu. UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MEMBANDINGKAN NILAI PECAHAN MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KUANTUM ( Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa
Kelas III SD Negeri 1 Jatilawang Kecamatan Wonosegoro Kabupaten
Boyolali Tahun Ajaran 2010 / 2011 ), Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Maret. 2012.
Tujuan penelitian adalah meningkatkan kemampuan membandingkan nilai
pecahan melalui model pembelajaran kuantum dan mengimplementasikan model
pembelajaran kuantum dalam meningkatkan kemampuan membandingkan nilai
pecahan pada siswa kelas III SD Negeri 1 Jatilawang Kecamatan Wonosegoro
Kabupaten Boyolali tahun ajaran 2010/2011.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas terdiri dari dua siklus,
tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi,
dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tehnik tes,
observasi, dan dokumentasi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SD
Negeri 1 Jatilawang. Analisis data yang digunakan secara deskriptif kualitatif.
Deskriptif kualitatif dilakukan dengan analisis interaktif yang terdiri dari reduksi
data, penyajian data, dan penarikan simpulan.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa melalui penggunaan model
pembelajaran kuantum dapat meningkatkan kemampuan membandingkan nilai
pecahan pada siswa kelas III SD Negeri 1 Jatilawang Kecamatan Wonosegoro
Kabupaten Boyolali tahun ajaran 2010/2011. Berdasarkan hasil penelitian
menyimpulkan bahwa peningkatan nilai rata-rata kelas pada data awal hingga
siklus II sebesar 55,94; 58,13; dan 64,13. Untuk ketuntasan klasikal pada data
awal hingga siklus II sebesar 37,5%; 37,5%; 75%. Penilaian terhadap aktivitas
guru pada siklus I dan II sebesar 2,52; 2,68; 3,09; dan 3,38. Penilaian terhadap
aktivitas siswa pada siklus I dan II sebesar 2,28; 2,65; 3,14; dan 3,55.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Aulia Masyaribu. UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MEMBANDINGKAN NILAI PECAHAN MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KUANTUM ( Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa
Kelas III SD Negeri 1 Jatilawang Kecamatan Wonosegoro Kabupaten
Boyolali Tahun Ajaran 2010 / 2011 ), Thesis. Surakarta: Faculty of Teacher
Training and Education Sebelas Maret University of Surakarta, March 2012.
The objective of this reseach is improving the skill of piece value
comparison through Quantum Learning process model in improving the skill of
piece value comparison in Jatilawang 1 Elementary School Wonosegoro District
Boyolali academic year 2010/2011.
The form of the research is Classroom Action Research. It consist of two
cycles, each cycle consist four stages includes planning, implementation,
observation, and reflection. The data collection technique used is test technique,
observation, and documentation. The subjects of research are the students in the
third grade in Jatilawang 1 Elementary School. The qualitative description done
by interactive analyzes includes the data reduction, the data collection, and
conclusion.
The result of the research shows that using Quantum Learning process
model can improve the skill of piece value comparison in Jatilawang 1
Elementary School Wonosegoro District Boyolali academic year 2010/2011.
Based on the result of this research shows the improvement of the class average
score in the first data are 55,94, cycle I is 58,13, and cycle II is 64,13. For the
classical completeness students 61 in the first data is 37,5%, cycle test I is 37,5%,
and cycle II is 75%. Evaluated from the teacher activities on first siclus and
second siclus are 2,52; 2,68; 3,09; dan 3,38. Evaluated from the students activities
on first siclus and second siclus are 2,28; 2,65; 3,14; dan 3,55.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Hening air mata, besarkan jiwaku.
Aku berlari dengan cintaku. Aku harus kuat mewujudkan mimpiku.
( Citra Skolastika )
Good artist copy, great artist steal.
( Pablo Picasso )
Dia yang tahu, tidak bicara. Dia yang bicara, tidak tau.
( Loo Tse )
God speaks in the silence of the heart. Listening is the beginning of prayer.
( Justin Bieber )
Formula terpenting untuk keberhasilan adalah ”cara kita berinteraksi dengan
masyarakat“.
( Theodore Rossevelt )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Ya Allah,
Puji syukur Alhamdulillah terucap atas kehadirat-Mu yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Mu sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Skripsi ini penulis persembahkan untuk :
Alm. Ayahanda Sularto Tercinta dan Ibunda Riastutik
Ayah menjadi teladan bagiku untuk menjadi seorang yang baik dan kuat
menghadapi tantangan dalam hidup ini. Ibu seorang motivator hidupku yang
menguatkan hati dan mentalku menghadapi hidup ini.
Kakakku Dacha Abullah Tercinta
Selalu memberikan dorongan, nasehat, menjadi inspirator, menjadi tempatku
bersandar, dan selalu menghiburku dalam menjalani hidup sehingga membuatku
lebih kuat dan tegar.
All Best Friends
Sahabat tak akan lekang oleh waktu karena kita untuk selamanya.
D2 PGSD kelas B 2007 dan S1 Transfer PGSD kelas A 2009.
Keluarga Besar SD Negeri 1 Jatilawang
Tempatku menimba ilmu untuk pengalaman profesiku.
Almamaterku PGSD FKIP UNS Surakarta
Tempatku belajar mengenai pengalaman, pengetahuan, dan kedewasaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi dengan Judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Membandingkan
Nilai Pecahan melalui Model Pembelajaran Kuantum ( Penelitian Tindakan Kelas
pada Siswa Kelas III SD Negeri 1 Jatilawang Kecamatan Wonosegoro Kabupaten
Boyolali Tahun Ajaran 2010 / 2011 )” ini diajukan untuk memenuhi persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari
berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi. Oleh sebab itu pada kesempatan
yang baik ini diucapkan terima kasih yang tulus kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta.
2. Drs. R. Indianto, M.Pd. selaku Ketua jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta.
3. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD FKIP UNS
Surakarta.
4. Prof. Dr. Retno Winarni, M.Pd. selaku dosen pembimbing I yang telah
dengan sabar membimbing, mengarahkan, dan memberikan dorongan
dalam penyusunan laporan ini.
5. Dra. Siti Wahyuningsih, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah
membimbing, mengarahkan, dan memberikan dorongan dalam
penyusunan laporan ini.
6. Himyatul Hasanah, S.Ag. selaku Kepala Sekolah SD Negeri 1 Jatilawang
Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali yang telah memberikan ijin
penelitian.
7. Kedua orang tua yang senantiasa memberikan dorongan, perhatian, serta
doa kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk keberhasilan dalam
menyelesaikan studi di Program S1 PGSD FKIP UNS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
8. Kakakku yang selalu memberikan doa agar penulis dapat menyelesaikan
studi di Program S1 PGSD FKIP UNS.
9. Teman-teman yang dengan sabar selalu menghibur, memberikan berbagai
bantuan, dorongan semangat, dan kesetiaan sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi di Program S1 PGSD FKIP UNS.
10. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.
Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi
bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami.
Surakarta, Maret 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………. i
HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………….. iii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………….. iv
HALAMAN ABSTRAK ……………………………………………….. v
HALAMAN MOTTO …………………………………………………... ix
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………… viii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………. ix
DAFTAR ISI …………………………………………………………….. xi
DAFTAR TABEL ……………………………………………………….. xiv
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….. xviii
PENDAHULUAN……………………………………………………….. 1
A. Latar Belakang…………………………………………. 1
B. Identifikasi Masalah …………………………………… 5
C. Pembatasan Masalah …………………………………… 6
D. Rumusan Masalah……………………………………… 6
E. Tujuan penelitian………………………………………. 6
F. Manfaat Penelitian……………………………………... 6
LANDASAN TEORI …………………………………...……………… 8
A. Kajian Teori …...………………………………………… 8
1. Hakikat Pembelajaran Matematika di SD ……………. 8
a) Pengertian Belajar …………………………… 8
b) Pengertian Pembelajaran …………………….. 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
c) Pengertian Matematika ………………………. 9
d) Pengertian Pembelajaran Matematika di SD …. 11
2. Hakikat Kemampuan Membandingkan Nilai
Pecahan …………………………………...……….... 12
a) Pengertian Kemampuan ……………………. 12
b) Pengertian Membandingkan ……………….. 13
c) Pengertian Kemampuan Membandingkan …. 14
d) Pengertian Nilai Pecahan ……………………. 15
3. Hakikat Model Pembelajaran Kuantum ……………. 16
a) Pengertian Model Pembelajaran ……………. 16
b) Pengertian Model Pembelajaran Kuantum …. 17
c) Karakteristik Umum Model Pembelajaran
Kuantum…………………………………….. 18
d) Prinsip Model Pembelajaran Kuantum ……... 19
e) Faktor Pendukung Model Pembelajaran
Kuantum…………………………………...… 20
f) Penerapan Model Pembelajaran Kuantum dalam
Pembelajaran ………………………………… 21
B. Penelitian yang Relevan ………………………………… 22
C. Kerangka Berpikir……………………………………….. 24
D. Hipotesis Penelitian ……………………………………... 25
METODE PENELITIAN ……..………………………………………. 26
A. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………. 26
B. Subjek Penelitian ………………………………………… 27
C. Sumber Data ..…………………………………………… 27
D. Teknik Pengumpulan Data ……………………………… 28
E. Prosedur Penelitian ……………………………………… 28
F. Validitas Data …………………………………...………. 36
G. Teknik Analisis Data …………………………………..... 37
H. Indikator Keberhasilan …………………………………... 38
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……..…………………… 40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
A. Hasil Penelitian ……..……………………………………. 40
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ……..………………… 40
2. Deskripsi Kondisi Awal ……..……………………. 40
3. Deskripsi Prosedur dan Hasil Penelitian ……..…… 43
a. Siklus I ……..……………………………………… 43
b. Siklus II ……..…………………………………… 54
B. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian ……..………… 67
1. Temuan dan Pembahasan Sebelum Tindakan ……..…… 67
2. Temuan dan Pembahasan Siklus I …….……..………… 67
3. Temuan dan Pembahasan Siklus II …..……..…………. 68
4. Hubungan Antar Siklus …..……..……………………... 69
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ………………………………. 74
A. Simpulan …..……..…………………….............................. 74
B. Implikasi …..……..…………………….............................. 74
C. Saran …..……..……………………..................................... 75
DAFTAR PUSTAKA …………………………………............................ 77
LAMPIRAN ………………………………….......................................... 79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9
Tabel 10
Tabel 11
Tabel 12
Tabel 13
Tabel 14
Tabel 15
Tabel 16
Daftar Nilai tentang Materi Membandingkan Nilai Pecahan ……
Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian …………………..
Penerapan Model Pembelajaran Kuantum tipe TANDUR ............
Penerapan Model Pembelajaran Kuantum tipe TANDUR ............
Indikator Keberhasilan …………………..………………………
Nilai Kemampuan Membandingkan Nilai Pecahan Siswa Kelas
III SD Negeri 1 Jatilawang sebelum Dilakukan Tindakan ……...
Data Nilai Kemampuan Membandingkan Nilai Pecahan Siswa
Kelas III sebelum Tindakan …………………………………………….………..
Data Nilai Kemampuan Membandingkan Nilai Pecahan yang
Berpenyebut Sama Siswa Kelas III Siklus I Pertemuan I …..........
Data Nilai Kemampuan Membandingkan Nilai Pecahan yang
Berpenyebut Sama Siswa Kelas III Siklus I Pertemuan II .…........
Data Nilai Kemampuan Membandingkan Nilai Pecahan yang
Berpenyebut Sama Siswa Kelas III pada Siklus I ………………...
Data Nilai Kemampuan Membandingkan Nilai Pecahan yang
Berpenyebut Berbeda Siswa Kelas III Siklus II Pertemuan I……..
Data Nilai Kemampuan Membandingkan Nilai Pecahan yang
Berpenyebut Berbeda Siswa Kelas III Siklus II Pertemuan II…….
Data Nilai Kemampuan Membandingkan Nilai Pecahan yang
Berpenyebut Berbeda Siswa Kelas III pada Siklus II……………..
Data Perbandingan Nilai Kemampuan Membandingkan Nilai
Pecahan Siswa Kelas III pada Sebelum Tindakan, Siklus I, dan
Siklus II……………………………………………………………
Data Perbandingan Nilai Rata-Rata Kelas Kemampuan
Membandingkan Nilai Pecahan Siswa Kelas III Sebelum
Tindakan, Siklus I, dan Siklus II Berdasarkan pada Lampiran 10,
Lampiran 11, dan Lampiran 12………………………………
Data Perbandingan Nilai Ketuntasan Klasikal Kemampuan
3
26
32
35
39
41
42
50
52
53
62
64
66
69
71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Membandingkan Nilai Pecahan Siswa Kelas III pada Sebelum
Tindakan, Siklus I, dan Siklus II…………………………………..
72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5
Gambar 6
Gambar 7
Gambar 8
Gambar 9
Gambar 10
Gambar 11
Gambar 12
Gambar 13
Gambar Bagan Kerangka Berpikir..................................................
Empat Langkah dalam Penelitian Tindakan Kelas….....................
Empat Langkah dalam Penelitian Tindakan Kelas ………………
Grafik Nilai Kemampuan Membandingkan Nilai Pecahan Siswa
Kelas III SD Negeri 1 Jatilawang sebelum Tindakan (Nilai
Awal)…………………………………………………………….
Grafik Nilai Kemampuan Membandingkan Nilai Pecahan yang
Berpenyebut Sama Siswa Kelas III SD Negeri 1 Jatilawang pada
Siklus I Pertemuan I …………………….......................................
Grafik Nilai Kemampuan Membandingkan Nilai Pecahan yang
Berpenyebut Sama Siswa Kelas III SD Negeri 1 Jatilawang pada
Siklus I Pertemuan II ………………………..................................
Grafik Nilai Kemampuan Membandingkan Nilai Pecahan yang
Berpenyebut Sama Siswa Kelas III SD Negeri 1 Jatilawang pada
Siklus I …………………………………........................................
Grafik Nilai Kemampuan Membandingkan Nilai Pecahan yang
Berpenyebut Berbeda Siswa Kelas III SD Negeri 1 Jatilawang
Siklus II Pertemuan I ……………………………………………..
Grafik Nilai Kemampuan Membandingkan Nilai Pecahan yang
Berpenyebut Berbeda Siswa Kelas III SD Negeri 1 Jatilawang
pada Siklus II Pertemuan II …........................................................
Grafik Nilai Kemampuan Membandingkan Nilai Pecahan yang
Berpenyebut Berbeda Siswa Kelas III SD Negeri 1 Jatilawang
pada Siklus II...................................................................................
Grafik Data Perbandingan Nilai Kemampuan Membandingkan
Nilai Pecahan dari Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II …..
Grafik Data Peningkatan Nilai Rata-Rata Kelas dalam
Pembelajaran Membandingkan Nilai Pecahan …………………...
Grafik Nilai Ketuntasan Klasikal dalam Pembelajaran
25
29
38
42
51
52
54
63
65
66
70
71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Membandingkan Nilai Pecahan di Kelas III SD Negeri 1
Jatilawang .......................................................................................
73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
Lampiran 14
Lampiran 15
Lampiran 16
Silabus Matematika Pokok Bahasan Pecahan Kelas III ………….
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) Siklus I Pertemuan I..
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) Siklus I Pertemuan II
Lembar Pengamatan Guru dalam Pembelajaran di Kelas Siklus I..
Lembar Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran di Kelas Siklus I…..
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) Siklus II Pertemuan I
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) Siklus II Pertemuan
II ......................................................................................................
Lembar Pengamatan Guru dalam Pembelajaran di Kelas Siklus II.
Lembar Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran di Kelas Siklus II....
Daftar Nilai Membandingkan Nilai Pecahan Siswa Kelas III SD
Negeri 1 Jatilawang sebelum Tindakan..........................................
Daftar Nilai Membandingkan Nilai Pecahan Siswa Kelas III SD
Negeri 1 Jatilawang pada Siklus I ……...........................................
Daftar Nilai Membandingkan Nilai Pecahan Siswa Kelas III SD
Negeri 1 Jatilawang pada Siklus II …….........................................
Daftar Nilai Ketuntasan Klasikal Membandingkan Nilai Pecahan
Siswa Kelas III SD Negeri 1 Jatilawang sebelum Tindakan ……..
Daftar Nilai Ketuntasan Klasikal Membandingkan Nilai Pecahan
Siswa Kelas III SD Negeri 1 Jatilawang pada Siklus I …………...
Daftar Nilai Ketuntasan Klasikal Membandingkan Nilai Pecahan
Siswa Kelas III SD Negeri 1 Jatilawang pada Siklus II …….........
Foto-foto Kegiatan Siklus I dan Siklus II ………………………...
79
81
88
95
99
101
108
115
119
121
122
123
124
125
126
127
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah adalah tempat peserta didik untuk menuntut ilmu, selain itu
pengembangan diri siswa juga dapat dilakukan. Pengembangan diri baik dari segi
akademis maupun non akademis perlu dilaksanakan dengan adanya bantuan
kepala sekolah, guru, dan orang tua. Dengan adanya pengembangan diri bagi diri
siswa, maka tujuan pendidikan dapat tercapai secara maksimal. Adapun tujuan
pendidikan yaitu untuk membina dan mengakses akses pendidikan serta
meningkatkan kualitas output pendidikan yang mampu bersaing pada tataran yang
lebih global (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007 : v).
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI (2007 : xi) menjelaskan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan tidak hanya
untuk memanusiakan manusia tetapi juga agar manusia menyadari posisinya
sebagai khalifatullah fil ardhi ( pemimpin di muka bumi ), yang pada gilirannya
akan semakin meningkatkan dirinya untuk menjadi manusia yang bertakwa,
beriman, berilmu, dan beramal saleh. Upaya untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia masih terus dilaksanakan karena dunia pendidikan adalah
sebuah mega proyek bersama bagi anak-anak bangsa yang sedang giat-giatnya
membangun agar bermartabat dan tidak ketinggalan diri dari bangsa-bangsa lain
di dunia.
Proses pendidikan dalam kegiatan belajar mengajar di Sekolah Dasar tidak
terlepas dari peran serta guru. Guru sebagai tenaga pendidik harus menguasai
kompetensi paedagogis, profesional, kepribadian, dan sosial yang telah tercantum
dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Kompetensi profesional dan paedagogis guru adalah kompetensi yang
berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan dan pembelajaran.
Beberapa kemampuan tersebut adalah kemampuan dalam penguasaan landasan
kependidikan, psikologi pengajaran, penguasaan materi pelajaran, penerapan
berbagai metode dan strategi pembelajaran, kemampuan dalam merancang dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
memanfaatkan berbagai media (sumber belajar), kemampuan dalam menyusun
program pembelajaran, dan kemampuan dalam mengembangkan kinerja
pembelajaran.
Kompetensi kepribadian dan sosial menggambarkan pribadi pendidik
beserta kepekaan terhadap lingkungan sekitar. Seorang pendidik yang memiliki
kepribadian baik maka kegiatan pembelajaran dalam kelas dapat terarah secara
maksimal, tetapi apabila memiliki kepribadian yang kurang baik maka kegiatan
pembelajaran dalam kelas akan mengalami gangguan. Selain itu kepekaan seorang
guru terhadap lingkungan sekitar baik terhadap rekan kerja maupun masyarakat
sekitar sebagai salah satu komponen MBS, dapat menggambarkan kondisi
sebenarnya guru tersebut. Dalam menyelesaikan suatu tugas, guru yang akrab tak
segan apabila mencari jalan keluar dengan mempertimbangkan saran guru lain.
Hal tersebut dapat mengembangkan potensi guru sebagai tenaga pendidik yang
memiliki jiwa sosial. Berbeda dengan guru independent yang hanya mengakui
bahwa pekerjaan pribadi memiliki nilai maksimal.
Kegiatan pembelajaran dalam kelas tidak selalu mengalami jalan yang
mulus. Permasalahan hasil belajar di sekolah sering dijumpai. Banyak siswa yang
mempunyai nilai tinggi dalam sejumlah mata pelajaran, namun kurang mampu
dalam menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam kehidupan sehari-
hari. Tidak sedikit siswa yang berhasil memperoleh nilai bagus dalam
pengetahuan non eksak tetapi memiliki kendala dalam pengetahuan eksak. Ilmu
pasti dalam pengetahuan eksak yang selalu memberikan persepsi kaku bagi diri
siswa, terutama dalam mata pelajaran Matematika.
Nyimas Aisyah (2007 : 2.17) menjelaskan bahwa banyak orang yang tidak
menyukai Matematika, termasuk anak-anak yang masih duduk di bangku SD.
Mereka menganggap bahwa Matematika sulit dipelajari serta gurunya kebanyakan
tidak menyenangkan, membosankan, menakutkan, angker, dan sebagainya.
Anggapan ini menyebabkan mereka semakin takut untuk belajar Matematika.
Sikap ini tentu saja mengakibatkan prestasi belajar Matematika mereka menjadi
rendah. Untuk mengatasinya maka penguasaan konsep dasar perlu ditanamkan
dulu pada anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Materi dalam konsep pecahan memerlukan kecermatan lebih bagi siswa.
Kemampuan membandingkan nilai pecahan memang harus dilakukan dengan
menggunakan model pembelajaran yang sesuai. Apabila hal tersebut tidak
dipenuhi maka penguasaan konsep materi tidak maksimal. Sesuai dengan yang
dikemukakan Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan Badan
Penelitian dan Pengembangan dalam Heruman (2007 : 43) menyatakan bahwa
pecahan merupakan salah satu topik yang sulit untuk diajarkan. Kesulitan itu
terlihat dari kurang bermaknanya kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dan
sulitnya pengadaan media pembelajaran.
Hasil penelitian awal yang dilakukan, diketahui bahwa nilai hasil ulangan
harian siswa tentang pecahan pada tahun ajaran sebelumnya untuk kelas III SD
Negeri 1 Jatilawang mendapatkan nilai yang kurang memuaskan, nilai yang
diperoleh siswa masih rendah. Oleh karena itu, untuk dikaji dan diteliti lebih
mendalam mengenai rendahnya kemampuan membandingkan nilai pecahan pada
siswa kelas III SD Negeri 1 Jatilawang. Dengan alasan, apabila rendahnya
kemampuan membandingkan nilai pecahan pada siswa kelas III SD Negeri 1
Jatilawang tidak segera diatasi, maka besar kemungkinan akan mengganggu
pembelajaran di tingkat selanjutnya karena di kelas IV dan V masih terdapat
materi pelajaran tentang pecahan.
Pretest di kelas III SD Negeri 1 Jatilawang dilakukan untuk mengetahui
kondisi awal kemampuan membandingkan nilai pecahan siswa. Berdasarkan
pretest diketahui bahwa dari 8 siswa yang terdiri dari 4 siswa laki-laki dan 4 siswa
perempuan diperoleh nilai rata-rata kelas mengenai materi membandingkan nilai
pecahan yaitu 55,94.
Tabel 1. Daftar Nilai tentang Materi Membandingkan Nilai Pecahan
Rentang Nilai Jumlah Siswa
31-40 2
41-50 1
51-60 2
61-70 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
71-80 1
Dijabarkan sesuai tabel di atas rata-rata kelas juga menunjukkan belum
mencapai KKM yaitu 61. Rendahnya nilai siswa tentang membandingkan nilai
pecahan tersebut menjadi petunjuk adanya kesulitan belajar atau “gagal” belajar,
artinya siswa mengalami kesulitan belajar pada materi membandingkan nilai
pecahan. Kesulitan belajar adalah suatu kejadian atau peristiwa yang
menunjukkan bahwa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan,
ada sejumlah siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai secara tuntas
bahan atau materi pelajaran yang diberikan.
Dilaksanakan identifikasi mengenai penyebab siswa mengalami kesulitan
dalam membandingkan nilai pecahan di kelas III SD Negeri 1 Jatilawang
berdasarkan evaluasi hasil observasi dan wawancara, hasilnya menujukkan bahwa
rendahnya motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Matematika dikarenakan
penggunaan model pembelajaran yang kurang sesuai. Untuk mengatasi rendahnya
kemampuan membandingkan nilai pecahan maka diperlukan penggunaan model
pembelajaran yang sesuai.
Model pembelajaran kuantum adalah salah satu model pembelajaran
inovatif yang memaksimalkan kemampuan siswa. Tokoh utama di balik
pembelajaran kuantum adalah Bobbi DePorter, seorang ibu rumah tangga. Dialah
perintis, pencetus, dan pengembang utama pembelajaran kuantum sejak tahun
1982 (Sugiyanto, 2008 : 65). Dalam hal ini nampak jelas bahwa model
pembelajaran kuantum telah lama diterapakan. Sugiyanto (2008 : 69)
menerangkan karakteristik umum model pembelajaran kuantum yaitu :
1. Berpangkal pada psikologi kognitif.
2. Bersifat humanistis yang mengganggap bahwa manusia selaku
pembelajar menjadi pusat perhatiannya.
3. Menekankan pentingnya peranan lingkungan dalam mewujudkan
pembelajaran yang efektif dan optimal.
4. Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna.,
bukan sekedar makna.
5. Menekankan pada pemercepat pembelajaran dengan taraf keberhasilan
tinggi.
6. Menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan
keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
7. Menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran.
8. Memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran.
9. Memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis.
10. Menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses
pembelajaran.
11. Mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan
ketertiban.
12. Mengintregrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses
pembelajaran.
Materi membandingkan nilai pecahan perlu dilakukan dengan
menggunakan media benda konkret agar pemahaman siswa terhadap teori dapat
terserap maksimal. Dengan demikian, maka model pembelajaran kuantum yang
paling tepat untuk diterapkan pada siswa kelas III SD Negeri 1 Jatilawang
Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali. Hal tersebut didasari bahwa pada
model pembelajaran kuantum memiliki tujuan untuk menanamkan konsep pada
diri siswa tentang materi dasar tentang pecahan dan bagaimana membandingkan
nilai pecahan secara tepat. Sugiyanto (2008 : 79) menerangkan bahwa model
pembelajaran kuantum memiliki kerangka TANDUR (Tanamkan, Alami, Namai,
Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan).
Faktor-faktor di atas yang mendorong untuk menerapkan model
pembelajaran kuantum pada siswa kelas III SD Negeri 1 Jatilawang Kecamatan
Wonosegoro Kabupaten Boyolali dalam upaya meningkatkan kemampuan
membandingkan nilai pecahan.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah yang dapat disajikan berdasarkan uraian latar
belakang masalah di atas adalah sebagai berikut :
1. Masih minimnya kemampuan membandingkan nilai pecahan pada
siswa kelas III SD Negeri 1 Jatilawang.
2. Menurunnya prestasi belajar matematika pada siswa kelas III SD
Negeri 1 Jatilawang.
3. Siswa belum memahami dalam menyelesaikan soal cerita
matematika mengenai pecahan.
4. Guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional
dalam memberikan materi pelajaran matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
5. Kurang luwesnya siswa dalam menerapkan pecahan dalam
kehidupan sehari-hari.
6. Minimnya kreatifitas siswa dalam berhitung campuran.
C. Pembatasan Masalah
Pernyataan dan permasalahan di lapangan yang menjadi dasar untuk
meningkatkan kemampuan membandingkan nilai pecahan, maka dilakukan
penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Membandingkan
Nilai Pecahan melalui Model Pembelajaran Kuantum ( Penelitian Tindakan
Kelas pada Siswa Kelas III SD Negeri 1 Jatilawang Kecamatan Wonosegoro
Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2010 / 2011 )”.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah
penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :
“Apakah penerapan model pembelajaran kuantum dapat meningkatkan
kemampuan membandingkan nilai pecahan pada siswa kelas III SD Negeri 1
Jatilawang tahun ajaran 2010 / 2011 ?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut :
Untuk meningkatkan kemampuan membandingkan nilai pecahan melalui
model pembelajaran kuantum pada siswa kelas III SD Negeri 1 Jatilawang tahun
ajaran 2010 / 2011.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat hasil Penelitian Tindakan Kelas ini di antaranya :
1. Manfaat Teoritis
Manfaat hasil penelitian secara teoritis diharapkan dapat memberikan
sumbangan untuk memperbaiki dan mengembangkan kualitas pendidikan atau
pembelajaran, khususnya yang bersangkutan dengan “Upaya Meningkatkan
Kemampuan Membandingkan Nilai Pecahan melalui Model Pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Kuantum ( Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas III SD Negeri 1
Jatilawang Tahun Ajaran 2010 / 2011 ).”
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa.
Penerapan model pembelajaran kuantum dapat meningkatkan
kemampuan membandingkan nilai pecahan, meningkatkan motivasi belajar
siswa, dan meningkatkan prestasi belajar khususnya hasil belajar siswa pada
pelajaran Matematika.
b. Bagi Guru.
Penerapan model pembelajaran kuantum dalam pembelajaran
Matematika belum umum dilakukan guru di sekolah. Oleh sebab itu, hasil
penelitian ini dapat memberikan pengalaman langsung pada guru,
khususnya bagi yang terlibat dalam memperoleh pengalaman baru untuk
menerapkan model pembelajaran yang lebih inovatif dalam pembelajaran
Matematika.
c. Bagi Sekolah.
Hasil penelitian ini dapat memberikan dampak positif pada guru-guru
lain sehingga memperoleh pengalaman baru untuk menerapkan model
pembelajaran kuantum dalam pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Hakikat Pembelajaran Matematika di SD
a. Pengertian Belajar
Istilah belajar sangat erat kaitannya dengan pendidikan, pada dasarnya
merupakan suatu unsur yang sangat fundamental dalam pendidikan. Tingkat
keberhasilan pendidikan sangat dipengaruhi oleh proses belajar yang dilakukan
oleh pelaku pendidikan khususnya siswa yang merupakan subjek pendidikan.
James Raths ( 1967 : 1 ) berpendapat bahwa belajar adalah istilah yang
sulit dan telah menjadi gangguan bagi seseorang dari tahun ke tahun sampai
sekarang, dan yang terbaik, tetap menjadi kesulitan untuk dijawab ( This difficult
question has plagued man for years and still is, at best, difficult to aswer ).
Mengajar dan belajar merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan
dalam proses pengajaran. John Dewey mengistilahkan keterkaitan itu sebagai
“menjual dan membeli“ ( Teaching is Learning as Selling is to Buying ). Artinya,
seseorang tidak mungkin akan menjual manakala tidak ada orang yang membeli,
yang berarti tidak akan ada perbuatan mengajar manakala tidak membuat seorang
belajar ( Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007 : 151 ).
Smith ( dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007 : 152 )
menjelaskan bahwa belajar adalah proses menanamkan ilmu pengetahuan atau
keterampilan ( studing is imparting knowledge or skill ).
Belajar merupakan proses mental yang dinyatakan dalam berbagai
perilaku, baik perilaku fisik-motorik maupun psikis. Melalui proses belajar
tersebut terjadi perubahan, perkembangan, kemajuan, baik dalam aspek fisik-
motorik, sosial-emosional maupun sikap dan nilai. Makin besar atau makin tinggi
atau banyak perubahan atau perkembangan itu dapat dicapai oleh siswa, maka
makin baiklah proses belajar ( Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007 :
124 ).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah kegiatan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, pendidikan moral, dan
keterampilan untuk dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah yang dilakukan oleh
guru dan siswa. Guru bertugas memberikan materi pembelajaran dan membantu
siswa dalam belajar. Sedangkan siswa menerima materi pembelajaran dan
bertanya apabila ada materi yang belum dipahami.
Pembelajaran merupakan kegiatan utama dalam implementasi kurikulum,
berfokus pada upaya guru menciptakan situasi belajar. Desain pembelajaran
disusun dengan memperhatikan tujuan yang akan dicapai, kemampuan dan
karakteristik siswa, kemampuan guru, sumber dan media yang tersedia serta
lingkungan sekitar ( Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007 : 97 ).
Ausubel dan Robinson ( 1968 ) ( dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan
FIP-UPI, 2007 : 112 ) menjelaskan bahwa pembelajaran ibarat uang yang
memiliki dua sisi, dilihat dari sisi guru disebut pengajaran, tetapi dilihat dari sisi
siswa adalah belajar.
Pembelajaran atau pengajaran pada dasarnya merupakan kegiatan guru
menciptakan situasi agar siswa belajar. Tujuan utama dari pembelajaran atau
pengajaran adalah agar siswa belajar ( Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-
UPI, 2007 : 124 ).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah kegiatan guru untuk menciptakan suasana belajar bagi siswa
dan sarana untuk mengimplementasikan kurikulum yang berlaku.
c. Pengertian Matematika
Matematika telah dikenal oleh bangsa-bangsa pada zaman dahulu. Hal ini
dibuktikan dengan adanya contoh-contoh tertulis dari pembangunan matematika
yang baru telah mencapai kemilaunya di Babilonia, Moskow, Mesir, dan India.
Matematika berasal dari bahasa Yunani, mathẽmatikả yang artinya penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
pola, struktur, perubahan, ruang, penelitian bilangan, dan angka ( Andini
Septiasari, 2008 : 28-29 ).
Reys, Suydam, Lindquist, dan Smith ( 1998 ) ( dalam Tim Pengembang
Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007 : 163 ) menjelaskan matematika dapat dipandang
sebagai suatu sistem yang terdiri atas ide, prinsip, dan proses sehingga keterkaitan
antar aspek-aspek tersebut harus dibangun dengan penekanan bukan pada memori
atau hafalan melainkan pada aspek penalaran atau intelegensi anak. Selain itu
matematika haruslah make sense.
DR. Wahyudin ( 2008 : iii ) menjelaskan bahwa matematika merupakan
cabang utama dari ilmu filsafat. Ilmu filsafat merupakan ilmu yang menjadi ibu
dari segala ilmu. Dengan demikian, pengajaran matematika menjadi salah satu hal
yang pokok dalam menanamkan nilai-nilai dasar ilmu pengetahuan kepada para
siswa. Sedangkan Prof. Yohanes Surya, Ph.D. ( 2008 : iii ) berpendapat bahwa
persoalan pokok yang dihadapi siswa dalam belajar matematika adalah rasa bosan
dan merasa bahwa matematika itu sulit.
Pandangan matematika tidak berhenti hanya disitu saja. Riedesel,
Schwantz, dan Clements ( 1996 ) ( dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-
UPI, 2007 : 170-171 ) berpendapat bahwa matematika dapat diartikan sebagai
berikut :
1. Matematika bukan sekedar aritmatika.
2. Matematika merupakan problem posing dan problem solving.
3. Matematika merupakan studi tentang pola dan hubungan.
4. Matematika merupakan bahasa.
5. Matematika merupakan cara dan alat berpikir.
6. Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang berkembang secara
dinamik.
7. Matematika adalah aktivitas ( doing mathematics ).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
matematika adalah cabang ilmu filsafat yang mempelajari pola, struktur,
perubahan, ruang, penelitian bilangan, dan angka dengan mengkaitkan ide,
prinsip, dan proses.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
d. Pengertian Pembelajaran Matematika di SD
Pembelajaran matematika di SD berbeda dengan pembelajaran di sekolah
lanjutan. Materi yang disampaikan pada siswa SD masih bersifat umum, berbeda
dengan materi matematika yang disampaikan siswa SMP atau SMA. Materi yang
disampaikan di SMP dan SMA sudah bersifat khusus.
Ausubel dan Robinson ( 1968 ) ( dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan
FIP-UPI, 2007 : 112 ) menjelaskan bahwa pembelajaran ibarat uang yang
memiliki dua sisi, dilihat dari sisi guru disebut pengajaran, tetapi dilihat dari sisi
siswa adalah belajar.
Pembelajaran merupakan kegiatan utama dalam implementasi kurikulum,
berfokus pada upaya guru menciptakan situasi belajar. Desain pembelajaran
disusun dengan memperhatikan tujuan yang akan dicapai, kemampuan dan
karakteristik siswa, kemampuan guru, sumber dan media yang tersedia serta
lingkungan sekitar ( Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007 : 97 ).
Pembelajaran atau pengajaran pada dasarnya merupakan kegiatan guru
menciptakan situasi agar siswa belajar. Tujuan utama dari pembelajaran atau
pengajaran adalah agar siswa belajar ( Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-
UPI, 2007 : 124 ).
DR. Wahyudin ( 2008 : iii ) menjelaskan bahwa matematika merupakan
cabang utama dari ilmu filsafat. Ilmu filsafat merupakan ilmu yang menjadi ibu
dari segala ilmu. Dengan demikian, pengajaran matematika menjadi salah satu hal
yang pokok dalam menanamkan nilai-nilai dasar ilmu pengetahuan kepada para
siswa. Sedangkan Prof. Yohanes Surya, Ph.D. ( 2008 : iii ) berpendapat bahwa
persoalan pokok yang dihadapi siswa dalam belajar matematika adalah rasa bosan
dan merasa bahwa matematika itu sulit.
Reys, Suydam, Lindquist, dan Smith ( 1998 ) ( dalam Tim Pengembang
Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007 : 163 ) menjelaskan matematika dapat dipandang
sebagai suatu sistem yang terdiri atas ide, prinsip, dan proses sehingga keterkaitan
antar aspek-aspek tersebut harus dibangun dengan penekanan bukan pada memori
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
atau hafalan melainkan pada aspek penalaran atau intelegensi anak. Selain itu
matematika haruslah make sense.
Pandangan matematika tidak berhenti hanya disitu saja. Riedesel,
Schwantz, dan Clements ( 1996 ) ( dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-
UPI, 2007 : 170-171 ) berpendapat bahwa matematika dapat diartikan sebagai
berikut :
1. Matematika bukan sekedar aritmatika.
2. Matematika merupakan problem posing dan problem solving.
3. Matematika merupakan studi tentang pola dan hubungan.
4. Matematika merupakan bahasa.
5. Matematika merupakan cara dan alat berpikir.
6. Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang berkembang secara
dinamik.
7. Matematika adalah aktivitas ( doing mathematics ).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran matematika di SD adalah kegiatan guru untuk menciptakan suasana
belajar bagi siswa SD untuk mempelajari cabang ilmu filsafat yang mempelajari
pola, struktur, perubahan, ruang, penelitian bilangan, dan angka dengan
mengkaitkan ide, prinsip, dan proses. Selain itu guru mengimplementasikan
kurikulum SD dengan bijak kepada siswa.
2. Hakikat Kemampuan Membandingkan Nilai Pecahan
a. Pengertian Kemampuan
Manusia memiliki karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang
lainnya, begitu pula kemampuan yang mereka miliki. Dalam kehidupan sehari-
hari kemampuan kerap dikaitkan dengan daya tangkap siswa terhadap materi
pelajaran. Kemampuan berasal dari kata “mampu” yang berarti kuasa (bisa,
sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya, mempunyai harta
berlebihan). Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu.
Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia
lakukan. Sejalan dengan hal itu, pendapat dari Chaplin ( dalam Ikatan Sarjana
Pendidikan Indonesia, 1993 : 13 ) ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
bakat, kesanggupan) merupakan tenaga/daya kekuatan untuk melakukan suatu
perbuatan.
Robbins ( dalam Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia, 1993 : 24 )
mengutarakan bahwa kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak
lahir dan merupakan hasil latihan atau praktek.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
kemampuan adalah kesanggupan yang dimiliki seseorang dalam melakukan
sesuatu, selain itu kemampuan dapat berarti daya tangkap siswa terhadap suatu
bahan materi. Kemampuan dalam pembelajaran mencakup berbagai aspek. Salah
satu aspek kemampuan yang harus dikuasai siswa adalah kemampuan
membandingkan nilai pecahan.
b. Pengertian Membandingkan
Membandingkan berasal dari kata dasar banding. Dalam kehidupan sehari-
hari, banding dapat berarti perbedaan dari 2 nilai suatu bilangan. Menurut DR.
Wahyudin (2008 : 40) membandingkan adalah rasio (perbandingan) dua buah
bilangan yang dinyatakan sebagai hasil bagi bilangan pertama oleh bilangan
kedua. Dengan kata lain rasio digunakan untuk melakukan perbandingan ukuran
kuantitas dua bagian atau lebih, yaitu berapa kali besarnya (banyaknya) sebuah
bagian dari bagian yang lain, tetapi dalam satuan yang sama.
Andrew King (2008 : 24) juga menjelaskan bahwa membandingkan dapat
digunakan untuk menunjukkan jumlah beberapa benda berbeda yang digabungkan
untuk membuat kesatuan. Hal ini dapat dicontohkan seperti cat yang seringkali
terbuat dari campuran warna-warna primer merah, biru, dan kuning. Untuk
mendapatkan warna yang tepat, warna-warna itu dicampur berdasarkan
perbandingan tertentu.
Menurut Heruman (2007 : 52) dalam mengajarkan konsep
membandingkan harus memiliki kemampuan prasyarat yang harus dimiliki siswa,
dalam hal ini guru harus melakukan drill. Dari beberapa definisi diatas maka
dapat disimpulkan bahwa membandingkan adalah kegiatan mencari perbedaan
ukuran kuantitas antara dua bagian yang memiliki satuan sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
c. Pengertian Kemampuan Membandingkan
Mata pelajaran Matematika adalah salah satu pelajaran yang memiliki
ketepatan ilmu pasti. Hal ini yang menggambarkan bahwa pelajaran Matematika
tidak dapat direkayasa dalam bentuk apapun. Apabila hal manipulasi data
dilakukan, maka penanaman konsep tidak dapat dipahami oleh siswa.
Kemampuan dalam materi pelajaran Matematika juga beragam, mulai dari
kemampuan operasi hitung campuran, kemampuan mencari luas, kemampuan
mencari volum, dan kemampuan membandingkan.
Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu.
Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia
lakukan. Sejalan dengan hal itu, pendapat dari Chaplin ( dalam Ikatan Sarjana
Pendidikan Indonesia, 1993 : 13 ) ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan,
bakat, kesanggupan) merupakan tenaga/daya kekuatan untuk melakukan suatu
perbuatan. Sedangkan menurut Robbins ( dalam Ikatan Sarjana Pendidikan
Indonesia, 1993 : 24 ) kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak
lahir dan merupakan hasil latihan atau praktek.
DR. Wahyudin (2008 : 40) mengutarakan bahwa membandingkan adalah
rasio (perbandingan) dua buah bilangan yang dinyatakan sebagai hasil bagi
bilangan pertama oleh bilangan kedua. Dengan kata lain rasio digunakan untuk
melakukan perbandingan ukuran kuantitas dua bagian atau lebih, yaitu berapa kali
besarnya (banyaknya) sebuah bagian dari bagian yang lain, tetapi dalam satuan
yang sama. Selain itu, Andrew King (2008 : 24) juga menjelaskan bahwa
membandingkan dapat digunakan untuk menunjukkan jumlah beberapa benda
berbeda yang digabungkan untuk membuat kesatuan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
kemampuan membandingkan adalah kesanggupan dalam melakukan
perbandingan antara dua bagian yang memilki kesatuan sama. Dalam hal ini
perbandingan dapat dilihat dari segi kualitas (besar) ataupun segi kuantitas
(jumlah) yang ditulis dengan menggunakan tanda lebih kecil (<), tanda lebih besar
(>), atau tanda sama dengan (=).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
d. Pengertian Nilai Pecahan
Nilai dalam Matematika berarti besaran dari suatu komponen yang diukur.
Menurut Baharin Shamsudin (2007 : 89) bahwa pengertian nilai adalah ciri
bilangan yang menunjukkan suatu jumlah atau harga suatu barang/benda. Contoh
dari value menurut Baharun Shamsudin (2007 : 89) yaitu :
- Nilai barang yang dihitung seperti dua puluh lima kaleng susu (jumlah
dari suatu benda).
- Nilai barang yang dibeli seperti harga sebuah pensil adalah Rp.1.250,00
(harga dari suatu benda/barang).
Pecahan adalah salah satu materi mata pelajaran Matematika yang
diajarakan pada siswa kelas III semester II. Pecahan adalah bagian dari seluruh
benda seperti kue, sebuah apel, atau sebuah ruang kelas (Andrew King, 2007 : 6).
Selain itu menurut Andini Septiasari (2008 : 43) pecahan adalah bilangan yang
menggambarkan dari keseluruhan, bagian dari suatu benda, atau bagian dari suatu
himpunan. Contoh-contoh pecahan adalah pecahan biasa, pecahan campuran,
pecahan desimal, dan persen. Sedangkan Max A. Sobel (2003 : 84) menyatakan
bahwa pecahan adalah sebagian dari keseluruhan.
Bambang Sumantri (1985 : 151) menyatakan bahwa sejak dulu pecahan
sudah merupakan kesulitan baik bagi anak maupun orang dewasa karena setiap
bilangan cacah tak dapat diucapkan dalam bentuk tak terhingga banyaknya. Hal
ini yang menyebabkan Baharin Shamsudin (2007 : 96) menyatakan bahwa
pecahan merupakan bagian dari sebuah benda.
Barbara Newmarch ( 2006 : 6 dan 9 ) berpendapat bahwa “Fractions can
also be thought of as proportions / parts of a whole, (e.g. 2/3 of the people in this
group wear glasses). The teacher can talk about what this means in terms of „two
in every three people wear glasses‟ and look at examples with the class. One of
the first places to start is to ask learners to think of some fractions they have
encountered in an everyday context, as a way of collecting up some possible
definitions of the meaning of fraction.” Artinya pecahan dapat juga diajarkan
sebagai bagian dari keseluruhan, ( contohnya 2/3 orang dalam kelompok ini
memakai kacamata ). Guru dapat membahas tentang arti pecahan dalam bentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
tertentu dari „dua per tiga orang memakai kacamata‟ dan lihat contohnya dalam
kelas. Salah satu tempat untuk memulai adalah bertanya pada murid tentang
maksud pecahan yang mereka kumpulkan dalam konteks sehari-hari, sebagai cara
mengumpulkan beberapa definisi yang pasti tentang arti pecahan.
Bilangan-bilangan 0,1,2,3,4,……… dipergunakan untuk menggambarkan
banyaknya himpunan-himpunan benda yang utuh. Bilangan-bilangan itu yang
disebut bilangan cacah. Kita mempergunakan jenis bilangan lain untuk
menerangkan pecahan-pecahan suatu benda. Bilangan-bilangan itu yang disebut
dengan bilangan pecahan (Soemartono, 1972 : 77).
Materi membandingkan nilai pecahan merupakan materi yang memiliki
kesulitan bagi diri siswa. Maka perlu digunakan model pembelajaran yang tepat
dalam menyampaikan materi ini. Setelah menguasai materi membandingkan nilai
pecahan diharapkan siswa mampu untuk membandingkan bagian yang berbeda
dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa nilai
pecahan adalah bilangan yang menunjukkan bagian dari keseluruhan benda yang
ditulis dengan menggunakan penyebut dan pembilang.
3. Hakikat Model Pembelajaran Kuantum
a. Pengertian Model Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik apabila menggunakan
model pembelajaran yang inovatif. Dalam hal ini seorang guru sangat erat
kaitannya dengan model pembelajaran, karena dengan pemilihan model
pembelajaran yang tepat maka tujuan pembelajaran akan dengan mudah tercapai
sesuai tujuan yang diharapkan. Menurut Winataputra (dalam Sugiyanto, 2008 : 7)
model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran
dan pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Pengertian model pembelajaran menurut Mark Reardon (2005 : 2) menerangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
bahwa model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan,
termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap kegiatan di dalam
pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Ada banyak model pembelajaran inovatif yang dikembangkan oleh para
ahli sebagai usaha untuk memaksimalkan keaktifan siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Model pembelajaran inovatif tersebut antara lain Pembelajaran
Berbasis Masalah (PBL), Pembelajaran Terpadu, Pembelajaran Kuantum,
Pembelajaran Kooperatif, dan Pembelajaran Kontekstual. Model–model ini sangat
baik untuk membuat pembelajaran menjadi menarik, membuat siswa aktif, dan
hasil yang dicapai memuaskan. Akan tetapi hal ini harus disesuaikan dengan
materi yang diberikan agar pengambilan suatu model pembelajaran sesuai.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah suatu strategi pembelajaran yang mengkondisikan siswa
pada suasana pembelajaran yang aktif dan sistematis dari awal pembelajaran
sampai akhir pembelajaran dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan sebelumnya.
b. Pengertian Model Pembelajaran Kuantum
Tokoh utama dalam model pembelajaran kuantum adalah Bobbi DePotter
yang menggeluti dalam bidang pembelajaran sejak tahun 1982. Dialah perintis,
pencetus, dan pengembang utama model pembelajaran kuantum. Beliau
mematangkan serta mengembangkan gagasan model pembelajaran kuantum di
SuperCamp, sebuah lembaga pembelajaran yang terletak di Kirkwood Meadows,
California, Amerika Serikat. Bobbi DePorter dkk menganalogikan prinsip
relativitas Einstein yaitu E= mc2. Dalam fisika kuantum istilah kuantum memang
diberi konsep perubahan energi menjadi cahaya selain diyakini adanya
ketidakteraturan dan indeterminisme alam semesta. Sedangkan DePorter (dalam
Sugiyanto 2008 : 67) menjelaskan bahwa istilah kuantum bermakna “interaksi-
interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya” dan istilah pembelajaran
kuantum bermakna “interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya
karena semua kehidupan adalah energi”. DePorter mengaplikasikan hal ini dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
kegiatan pembelajaran. Beliau menyatakan bahwa sebagai pelajar, belajar
bertujuan untuk meraih sebanyak mungkin cahaya, interaksi, hubungan, dan
inspirasi. Pembelajaran kuantum merupakan salah satu pendekatan penbelajaran
yang mengaktifkan siswa. Keaktifan siswa dalam hal ini dilakukan dengan
senang, nyaman, mudah serta dengan tingkat keberhasilan yang tinggi. Bobbi
DePorter dalam (2008 : 67) menjelaskan bahwa istilah kuantum memang diberi
konsep suatu perubahan energi menjadi cahaya selain diyakini adanya
ketidakteraturan dan indeterminisme alam semesta.
Pengertian model pembelajaran kuantum menurut Mark Reardon (2005 : 3)
adalah penggubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya. Selain itu
juga menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan
momen belajar. Model pembelajaran kuantum berfokus pada hubungan dinamis
dalam lingkungan kelas, interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk
belajar.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran kuantum beranalogi pada rumus Teori Relativitas Einstein yang
hanya mengambil konsep dasar bahwa dalam pembelajaran kuantum menekankan
pada interaksi antara pembelajar dengan pembelajar dan interaksi pengajar dengan
pembelajar. Dengan menekankan pada pengajar yang harus mengkondisikan
pembelajar pada situasi yang menyenangkan, menumbuhkan rasa keingintahuan
yang tinggi, pengalaman langsung dan penghargaan atas usaha pembelajar.
Dengan kata lain model pembelajaran kuantum adalah suatu model pembelajaran
yang memberikan trik, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat
mempertajam pemahaman, daya ingat, serta belajar sebagai proses menyenangkan
dan bermakna, sehingga membuat siswa nyaman dan berusaha untuk
memperbaiki hasil belajarnya.
c. Karakteristik Umum Model Pembelajaran Kuantum
Model pembelajaran kuantum mempunyai karakteristik umum yang dapat
memantapkan dan menguatkan sosoknya. Beberapa karakteristik umum yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
tampak membentuk sosok model pembelajaran kuantum yang dirangkum dari
Sugiyanto (2008 : 69) sebagai berikut:
1) Pembelajaran kuantum sebagai pangkal pada psikologi kognitif bukan
fisika kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum
dipakai.
2) Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis, bukan positivis-
empiris, “hewan-istis”, dan atau nativistis.
3) Pembelajaran kuantum lebih bersifat kontruktivis(tis), bukan
positivistis-empiris, behavioristis.
4) Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang
bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna.
5) Pembelajaran kuantum sangat menekan pada pemercepatan
pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.
6) Pembelajaran kuantum sangat menekankan kealamiahan dan
kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan
yang dibuat-buat.
7) Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada kebermaknaan dan
kebermutuan proses pembelajaran.
8) Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan
isi pembelajaran.
9) Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan
keterampilan akademis, keterampilan (dalam) hidup, dan prestasi
fisikal atau material.
10) Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai
bagian penting proses pembelajaran.
11) Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan,
bukan keseragaman dan ketertiban.
12) Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran
dalam proses pembelajaran.
d. Prinsip Model Pembelajaran Kuantum
Prinsip dapat berarti sebuah aturan aksi atau perbuatan yang diterima atau
dikenal dan sebuah hukuman, aksioma, atau doktrin fundamental. Ada tiga
macam prinsip utama yang membangun sosok model pembelajaran kuantum.
Ketiga prinsip utama yang dirangkum dalam Sugiyanto (2008 : 74) adalah sebagai
berikut:
1) Prinsip utama model pembelajaran kuantum berbunyi: “Bawalah
Dunia Mereka (Pembelajar) ke dalam Dunia Kita (Pengajar), dan
Antarkan Dunia Kita (pengajar) ke dalam Dunia Mereka
(Pembelajar)”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
2) Dalam model pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa proses
pembelajaran merupakan permainan orkestra simfoni. Selain memiliki
lagu atau partitur, pemainan simfoni ini memiliki struktur dasar chord.
Struktur dasar chord ini dapat disebut prinsip-prinsip dasar model
pembelajaran kuantum yang antara lain sebagai berikut:
a) Ketahuilah bahwa segalanya berbicara
b) Ketahuilah bahwa segalanya betujuan
c) Sadarilah bahwa pengalaman mendahului penamaan
d) Akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran.
e) Sadarilah bahwa sesuatu yang layak dipelajari layak pula
dirayakan.
3) Dalam model pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa
pembelajaran harus berdampak bagi terbentuknya keunggulan. Dengan
kata lain, pembelajaran perlu diartikan sebagai pembentukan
keunggulan. Oleh karena itu, keunggulan ini bahkan telah dipandang
sebagai jantung fondasi model pembelajaran kuantum. Keunggulan
tersebut antara lain:
a) Terapkanlah hidup dalam integritas
b) Akuilah kegagalan dapat membawa kesuksesan
c) Berbicaralah dengan niat baik
d) Tegaskanlah komitmen
e) Jadilah pemilik
f) Tetaplah lentur
g) Tetaplah lentur pertahankanlah keseimbangan.
e. Faktor Pendukung Model Pembelajaran Kuantum
Sugiyanto (2008 : 65) menguraikan tentang pembelajaran kuantum agar
setiap tenaga pendidik dapat mengenalinya lebih baik dan mampu
menempatkannya secara proporsional di antara berbagai pembelajaran lainnya.
Penjelasan dari pendapat di atas, secara singkat dapat diuraikan sebagai
berikut :
1) Suasana
Dalam kegiatan pembelajaran guru harus dapat memilih dan menerapkan
bahasa dengan baik dan benar, menjalin rasa simpati dengan siswa, membuat
suasana nyaman dan gembira, karena suasana tersebut akan membawa
kegembiraan siswa dalam belajar. Suasana yang menyenangkan seperti itu
bisa membuat siswa nyaman dalam belajar dan tidak membosankan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2) Landasan
Landasan dalam model pembelajaran kuantum di antaranya adalah kerangka
kerja, tujuan, keyakinan, kesepakatan, kebijakan, prosedur, dan aturan
bersama yang memberikan pedoman bagi siswa dan guru untuk bekerja dalam
komunitas belajar.
3) Lingkungan
Cara guru mengatur tatanan ruang kelas. Hal ini meliputi pengaturan meja dan
kursi, penerangan yang cukup, warna, serta iringan musik yang membuat
suasana belajar lebih santai dan nyaman. Lingkungan belajar yang mendukung
seperti itu akan membuat pembelajaran lebih menyenangkan.
4) Rancangan
Rancangan merupakan penciptaan unsur-unsur penting yang bisa
menumbuhkan minat siswa secara terarah. Selain itu rancangan juga berfungsi
agar siswa dapat lebih mendalami makna, dan memperbaiki proses tukar
menukar informasi. Rancangan yang jelas dan terarah akan menjadikan
pembelajaran lebih jelas dan bermakna.
5) Nilai-nilai dan keyakinan
Jika semua aspek ditata dengan baik, suatu keajaiban akan terjadi. Konteks
tersebut dapat menciptakan rasa saling memiliki. Kelas akan menjadi
komunitas belajar, tempat belajar yang menyenangkan bagi siswa bukan
karena unsur keterpaksaan.
Model pembelajaran kuantum menciptakan lingkungan fisik yang
mendukung yang akan meningkatkan dan memperkuat belajar. Ideal lingkungan
belajar meliputi pencahayaan yang memadai, warna tujuan, poster, tanaman, alat
peraga dan musik. Elemen ini mudah dimasukkan dalam satu kelas, dan siswa
menikmati belajar lebih dalam lingkungan yang nyaman.
f. Penerapan Model Pembelajaran Kuantum dalam Pembelajaran
Model pembelajaran kuantum memiliki pola pembelajaran yang berbeda
dari pembelajaran yang biasa atau konvensional. Didalam penerapan model
pembelajaran kuantum kita dikenalkan dengan konsep TANDUR yang merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
akronim dari; Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan.
Unsur-unsur tersebutlah yang telah membentuk basis struktur yang mendasari
model pembelajaran kuantum.
Konsep TANDUR akan membawa siswa pada kondisi pembelajaran yang
menyenangkan dan mengesankan. Sugiyanto (2008 : 79) menyatakan bahwa
kerangka TANDUR dapat membawa siswa menjadi tertarik dan berminat pada
setiap pelajaran apapun mata pelajarannya, tingkat kelas, dengan beragam
budayanya, jika pada guru betul-betul menggunakan prinsip-prinsip atau nilai-
nilai model pembelajaran kuantum.
Dalam kerangka perencanaan model pembelajaran kuantum,
TANDUR secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Tumbuhkan : Sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan
keingin tahuan mereka. Buatlah mereka tertarik
atau penasaran tentang materi yang kana kita
ajarkan.
2) Alami : Berikan mereka pengalaman belajar,
tumbuhkan “kebutuhan untuk mengetahui”.
3) Namai : Berikan “data” tepat saat minat memuncak
mengenalkan konsep-konsep pokok dari materi
pelajaran.
4) Demonstrasikan : Berikan kesempatan bagi mereka untuk
mengaitkan pengalaman dengan data baru
sehingga mereka menghayati dan membuatnya
sebagai pengalaman pribadi.
5) Ulangi : Rekatkan gambaran keseluruhannya. Ini dapat
dilakukan melalui pertanyaan postest, ataupun
penugasan, atau membuat iktisar hasil belajar
6) Rayakan : Ingat, jika layak dipelajari maka layak pula
dirayakan! Perayaan menambahkan dengan
asosiasi positif.
B. Penelitian yang Relevan
Dwi Rai Oktamarini dan I Gusti Ayu Indrayani (2009) dalam
penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kuantum (Quantum
Teaching) dengan Teknik Mind Mapping untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
Matematika pada Siswa Kelas V SD No 2 Bongan Tahun Pelajaran 2008/2009”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
menyimpulkan bahwa terjadinya peningkatan Prestasi Belajar Matematika setelah
dilaksanakannya pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Kuantum
(Quantum Teaching). Hal tersebut dapat terlihat dari kondisi awal sebelum
dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa 59,5 dengan prosentase ketuntasan
klasikal sebesar 60,33%, siklus I nilai rata-rata kelas 66,5 dengan prosentase
ketuntasan klasikal sebesar 65,38%, dan siklus II nilai rata-rata kelas meningkat
menjadi 76,5 dengan prosentase ketuntasan klasikal sebesar 88,46%. Jadi setelah
diterapkan model pembelajaran Kuantum (Quantum Teaching) pada siswa kelas
V SD No. 2 Bongan Tahun Pelajaran 2008/2009 terjadi peningkatan prestasi
belajar matematika, yaitu nilai rata-rata kelas 76,5 dengan prosentase ketuntasan
88,46%.
Penelitian Dwi Rai Oktamarini dan I Gusti Ayu Indrayani (2009) tersebut
relevan dengan penelitian ini. Penelitian tersebut memiliki persamaan dengan
penelitian ini yaitu penerapan model pembelajaran kuantum untuk mengatasi
masalah pembelajaran. Selain memiliki persamaan, kedua penelitian ini juga
memiliki perbedaan yaitu penelitian yang dilakukan Dwi Rai Oktamarini dan I
Gusti Ayu Indrayani adalah untuk meningkatkan prestasi belajar matematika pada
siswa kelas V SD No. 2 Bongan Tahun Pelajaran 2008/2009. Sedangkan pada
penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan membandingkan nilai pecahan
pada siswa kelas III SD Negeri 1 Jatilawang.
Alvany Rufaida (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan
Keterampilan Menulis Permulaan Melalui Model Quantum Learning Pada Siswa
Kelas 2 Sekolah Dasar Negeri Karangasem 1 Laweyan Surakarta Tahun Pelajaran
2009/2010” menyimpulkan bahwa terjadinya peningkatan Keterampilan Menulis
Permulaan setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan penerapan model
Quantum Learning. Hal tersebut dapat terlihat dari kondisi awal sebelum
dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa 62,5 dengan prosentase ketuntasan
klasikal sebesar 53,3%, siklus I nilai rata-rata kelas 66,2 dengan prosentase
ketuntasan klasikal sebesar 68,9% dan siklus II nilai rata-rata kelas meningkat
menjadi 70,7 dengan prosentase ketuntasan klasikal sebesar 71,1%. Pada siklus III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
nilai rata-rata kelas 73,7 dengan prosentase ketuntasan 82,2%. Jadi setelah
diterapkan model Quantum Learning pada siswa kelas 2 Sekolah Dasar Negeri
Karangasem 1 Laweyan Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 terjadi peningkatan
keterampilan menulis permulaan, yaitu nilai rata-rata kelas 73,7 dengan
prosentase ketuntasan 82,2%.
Penelitian Alvany Rufaida (2010) tersebut relevan dengan penelitian ini.
Penelitian tersebut memiliki persamaan dengan penelitian ini yaitu penerapan
model pembelajaran kuantum untuk mengatasi masalah pembelajaran. Selain
memiliki persamaan, kedua penelitian ini juga memiliki perbedaan yaitu
penelitian yang dilakukan Alvany Rufaida adalah untuk meningkatkan
keterampilan menulis permulaan pada siswa kelas 2 Sekolah Dasar Negeri
Karangasem 1 Laweyan Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010. Sedangkan pada
penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan membandingkan nilai pecahan
pada siswa kelas III SD Negeri 1 Jatilawang.
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran Matematika pada kelas III SD Negeri 1 Jatilawang,
khususnya materi membandingkan nilai pecahan sampai saat ini masih
menggunakan model pembelajaran ceramah. Pembelajaran yang dilaksanakan
kurang melibatkan siswa untuk aktif belajar dan cenderung statis. Hal itu
menyebabkan rendahnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dari
rendahnya motivasi tersebut menyebabkan siswa tidak antusias dalam mengikuti
pelajaran sehingga sebagian besar siswa tidak menguasai pelajaran yang diajarkan
khususnya materi membandingkan nilai pecahan.
Model pembelajaran kuantum merupakan salah satu alternatif untuk
mengatasi masalah yang disebabkan oleh pembelajaran yang berpusat pada guru.
Model pembelajaran kuantum dipilih karena model pembelajaran ini
mengaktifkan siswa tanpa mereka merasa terbebani, mereka dapat dengan bebas
belajar sesuai kemampuan dan gaya belajar mereka, karena dalam model ini
dianut sistem keberagaman, bukan keseragaman. Pola belajar seperti ini sangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
menyenangkan bagi siswa. Selain itu juga akan menuntut siswa aktif dan kreatif
dalam memecahkan masalah pembelajaran.
Setelah diterapkan model pembelajaran kuantum, maka dapat
meningkatkan kemampuan membandingkan nilai pecahan pada siswa kelas III SD
Negeri 1 Jatilawang tahun ajaran 2010/2011. Secara global uraian diatas dapat
tergambar dalam bagan kerangka pemikiran yang digambarkan pada gambar 1 :
Gambar 1. Gambar Bagan Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian
Perumusan hipotesis penelitian tindakan kelas berdasarkan landasan teori
dan kerangka pemikiran adalah sebagai berikut: “Melalui Model Pembelajaran
Kuantum dapat Meningkatkan Kemampuan Membandingkan Nilai Pecahan pada
Siswa Kelas III SD Negeri 1 Jatilawang Kecamatan Wonosegoro Kabupaten
Boyolali Tahun Ajaran 2010/2011”.
Tindakan
Kondisi Akhir
Kondisi Awal
Belum diterapkan model
pembelajaran kuantum
Penerapan model
pembelajaran kuantum
Setelah diterapkan model
pembelajaran kuantum
kemampuan siswa dalam
membandingkan nilai pecahan
meningkat 70 %.
Siklus I
Siklus II
Kemampuan
membandingkan nilai
pecahan meningkat 70% >
KKM.
Kemampuan siswa dalam
membandingkan nilai
pecahan rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Jatilawang Kecamatan
Wonosegoro Kabupaten Boyolali. Alasan yang mendasari penelitian dilaksanakan
di SD Negeri 1 Jatilawang, yaitu:
a. Pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran kuantum belum pernah
diteliti di SD Negeri 1 Jatilawang.
b. Kemampuan membandingkan nilai pecahan siswa kelas III SD Negeri 1
Jatilawang masih rendah.
2. Waktu
Waktu pelaksanaan penelitian ini pada semester genap tahun ajaran
2010/2011, yaitu mulai bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2011 atau selama
6 bulan. Adapun rincian jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian dapat dilihat pada
tabel 2 :
Tabel 2. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
No Kegiatan Bulan
Jan Feb Mart April Mei Juni
1.
Persiapan survei awal
sampai penyusunan
proposal
2.
Seleksi informasi,
penyiapan instrumen dan
alat
3.
Pelaksanaan Penelitian
Siklus I
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
4. Analisis Data
5. Penyusunan Laporan
6. Ujian Skripsi Jumat, 16 Maret 2012
B. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III SD Negeri 1
Jatilawang sebanyak 8 siswa yang terdiri dari 4 siswa laki-laki dan 4 siswa
perempuan. Sedangkan peneliti yang mengampu kelas III adalah Aulia
Masyaribu, A.Ma. Dalam melakukan tindakan kelas, peneliti berkolaborasi
dengan teman sejawat dan Kepala Sekolah.
Penelitian ini dilaksanakan dengan pertimbangan bahwa kemampuan
membandingkan nilai pecahan pada siswa kelas III SD Negeri 1 Jatilawang dalam
pembelajaran Matematika masih rendah.
C. Sumber Data
Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang rendahnya
kemampuan membandingkan nilai pecahan siswa kelas III pada pembelajaran
Matematika dan kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran serta
melaksanakan pembelajaran (termasuk penggunaan model pembelajaran) di kelas.
Data penelitian ini dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi :
1. Informan atau nara sumber, yaitu guru dan siswa SD Negeri 1 Jatilawang.
2. Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran Matematika dan
aktivitas lainnya yang bersangkutan.
3. Dokumen atau arsip yang antara lain berupa Kurikulum, Rencana
Pembelajaran, hasil belajar siswa, dan buku penilaian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
4. Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kuantum.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi
pengamatan/observasi, tes, dan dokumentasi yang masing-masing secara singkat
diuraikan berikut ini :
1. Pengamatan/Observasi
Observasi yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan ini adalah
observasi langsung. Observasi langsung adalah observasi yang dilakukan
tanpa perantara (langsung) terhadap objek yang diamati. Observasi langsung
ini dilakukan pada guru dan siswa kelas III SD Negeri 1 Jatilawang untuk
mengetahui kemampuan membandingkan nilai pecahan pada siswa selama
proses pembelajaran berlangsung.
2. Tes
Tes digunakan untuk mengetahui perkembangan dari peningkatan
kemampuan membandingkan nilai pecahan pada siswa kelas III SD Negeri 1
Jatilawang.
3. Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang berupa responden
penelitian. Dalam penelitian ini dipergunakan dokumentasi berupa foto pada
siswa kelas III SD Negeri 1 Jatilawang saat penelitian berlangsung.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini dengan
menggunakan model spiral tindakan kelas yang diadapatasi dari FKIP UNS
(2009:18) yang digambarkan pada gambar 2 :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Gambar 2. Empat Langkah dalam Penelitian Tindakan Kelas
Tahapan penelitian yang telah dilakukan berdasarkan gambar diatas
meliputi Tahap Refleksi Awal, yaitu mengidentifikasi permasalahan yang
dihadapi siswa dalam mempelajari materi mengukur membandingkan nilai
pecahan. Berdasarkan data hasil evaluasi yang diadakan oleh peneliti. Setelah itu,
baru mengadakan perencaan untuk siklus I.
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua tahap yaitu persiapan dan
pelaksanaan penelitian :
1. Persiapan
Pada tahap persiapan ini yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah melalui
wawancara dengan guru kelas III bersama-sama untuk menentukan
Identifikasi
Masalah
Refleksi
Perencanaan
Refleksi
Pelaksanaan
Pengamatan
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
ulang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
bentuk pemecahan masalah berupa penerapan model pembelajaran
kuantum pada pokok bahasan membandingkan nilai pecahan.
b. Mempersiapkan perangkat pembelajaran (rencana pembelajaran)
(terlampir)
c. Menyusun lembar observasi untuk siswa dan guru (terlampir)
d. Menyusun kisi-kisi instrumen soal tes (terlampir)
e. Menyusun soal-soal tes (terlampir)
f. Melakukan uji coba soal tes yang akan digunakan sebagai alat ukur
kemampuan membandingkan nilai pecahan, uji coba dilakukan di
luar sampel penelitian. Uji coba dilaksanakan di kelas III dengan item
soal 25.
2. Pelaksanaan Penelitian
Setiap siklus dalam penelitian ini mencakup empat langkah, yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Langkah-langkah
penelitian yang dilakukan pada tiap tahap ini adalah :
a. Siklus I
1) Perencanaan
Tahap perencanaan dalam penelitian ini berupa rencana kegiatan
yang menentukan langkah-langkah untuk memecahkan masalah
sebagai upaya memperbaiki kelemahan dalam proses pembelajaran
Matematika. Pada tahap perencanaan ini disiapkan rencana
pembelajaran membandingkan nilai pecahan yang berpenyebut sama
dengan menggunakan model pembelajaran kuantum. Dengan
menggunakan rencana pembelajaran diharapkan tujuan pembelajaran
akan terarah. Selain rencana pembelajaran juga disiapkan instrumen
penelitian yang terdiri dari menyusun soal pretes dan postes sebagai
alat ukur kemampuan membandingkan nilai pecahan berpenyebut
sama , menyusun lembar observasi aktivitas siswa untuk mengamati
aktivitas dan interaksi siswa pada saat pembelajaran berlangsung,
menyusun lembar observasi keberhasilan peneliti untuk mengamati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
kegiatan peneliti pada saat melaksanakan pembelajaran, menyusun
kisi–kisi soal tes, dan menyusun soal tes untuk mengetahui
peningkatan kemampuan membandingkan nilai pecahan berpenyebut
sama.
2) Pelaksanaan
Peneliti menjelaskan rencana kegiatan dengan melaksanakan
skenario pembelajaran yang telah dibuat berdasar rencana
pembelajaran. Adapun langkah–langkah pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kuantum adalah sebagai berikut
a) Kegiatan awal
(1) Penyiapan kondisi fisik
Aktivitas peneliti pada tahap ini mengecek kehadiran siswa
dan menyiapkan bahan pelajaran.
(2) Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran dan
menginformasikan media pembelajaran yang akan dilakukan.
(3) Apersepsi
Peneliti bertanya jawab tentang materi yang berkaitan dengan
nilai pecahan.
b) Kegiatan inti
(1) Pengembangan materi
Aktivitas peneliti dalam kegiatan inti menyampaikan
materi pelajaran tentang 25 soal membandingkan nilai
pecahan berpenyebut sama serta memberi cara penyelesaian.
(2) Penerapan menggunakan model pembelajaran kuantum
Penerapan model pembelajaran kuantum menggunakan
TANDUR :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Tabel 3. Penerapan Model Pembelajaran Kuantum tipe TANDUR
Tanamkan : Anak ditanya secara global tentang pecahan
yang mereka ketahui.
Alami : Anak diminta maju ke depan menuliskan
contoh beberapa pecahan yang berpenyebut
sama.
Namai : Anak diminta memberi nilai pecahan
tersebut.
Demonstrasikan : Anak membandingkan pecahan-pecahan
tersebut dengan menggunakan tanda <, >,
dan =.
Ulangi : Anak ditanya kembali tentang cara
membandingkan nilai pecahan yang
berpenyebut sama.
Rayakan : Anak diberi reward berupa point, pujian,
dan tepuk tangan
(3) Menganalisis dan mengevaluasi hasil kerja kelompok
Peneliti membantu siswa mengkaji ulang hasil kerja
kelompok, kemudian peneliti memberikan penguatan materi
terhadap hasil kerja kelompok.
c) Kegiatan akhir
Peneliti membimbing siswa untuk menyimpulkan materi
pelajaran, selanjutnya peneliti meminta siswa untuk belajar di
rumah mengulang materi, dan memberikan pekerjaan rumah.
3) Pengamatan
Pengamatan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran untuk
mencatat kemampuan membandingkan nilai pecahan yang
berpenyebut sama terhadap siswa meliputi : (1) melakukan kegiatan
yang terkait dengan pembelajaran, (2) berinteraksi satu sama lain,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
saling bertanya, dan saling menjelaskan, (3) mengerjakan soal tentang
membandingkan nilai pecahan, (4) menyimpulkan materi pada akhir
pelajaran. Pengamatan dalam kegiatan belajar mengajar dilakukan
secara kolaboratif dengan guru mitra terhadap pelaksanaan jalannya
proses belajar mengajar melalui lembar observasi. Urut– urutan
penyajian kegiatan peneliti dan kegiatan siswa dicatat melalui lembar
observasi. Melalui pengamatan dapat diketahui bagaimana sikap dan
perilaku siswa dalam kegiatan yang dilakukan, tingkat kemampuan
membandingkan nilai pecahan yang berpenyebut sama selama proses
kegiatan yang dilakukan, menilai kemampuan membandingkan nilai
pecahan yang berpenyebut sama siswa dan hasil evaluasi yang
diperoleh dari kegiatan siswa.
4) Refleksi
Peneliti mengadakan evaluasi pada tahap analisis terhadap
proses pembelajaran pada tiap pertemuan, kemudian direfleksikan
sebagai acuan dalam pelaksanaan siklus selanjutnya sebagai
penyempurnaan. Pada siklus I siswa yang tuntas berjumlah 3 dengan
persentase klasikal 37,5 %. Maka perlu dilanjutkan lagi ke siklus II.
b. Siklus II
1) Perencanaan
Tahap perencanaan dalam penelitian ini berupa rencana kegiatan
yang menentukan langkah-langkah untuk memecahkan masalah
sebagai upaya memperbaiki kelemahan dalam proses pembelajaran
Matematika. Pada tahap perencanaan ini disiapkan rencana
pembelajaran membandingkan nilai pecahan yang berpenyebut sama
dengan menggunakan model pembelajaran kuantum. Dengan
menggunakan rencana pembelajaran diharapkan tujuan pembelajaran
akan terarah. Selain rencana pembelajaran juga disiapkan instrumen
penelitian yang terdiri dari menyusun soal pretes dan postes sebagai
alat ukur kemampuan membandingkan nilai pecahan berpenyebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
sama , menyusun lembar observasi aktivitas siswa untuk mengamati
aktivitas dan interaksi siswa pada saat pembelajaran berlangsung,
menyusun lembar observasi keberhasilan peneliti untuk mengamati
kegiatan peneliti pada saat melaksanakan pembelajaran, menyusun
kisi–kisi soal tes, dan menyusun soal tes untuk mengetahui
peningkatan kemampuan membandingkan nilai pecahan berpenyebut
sama.
2) Pelaksanaan
Peneliti menjelaskan rencana kegiatan dengan melaksanakan
skenario pembelajaran yang telah dibuat berdasar rencana
pembelajaran. Adapun langkah–langkah pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kuantum adalah sebagai berikut
- Kegiatan awal
(1) Penyiapan kondisi fisik
Aktivitas peneliti pada tahap ini mengecek kehadiran siswa
dan menyiapkan bahan pelajaran.
(2) Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran dan
menginformasikan media pembelajaran yang akan dilakukan.
(3) Apersepsi
Peneliti bertanya jawab tentang materi yang berkaitan dengan
nilai pecahan.
- Kegiatan inti
(1) Pengembangan materi
Aktivitas peneliti dalam kegiatan inti menyampaikan
materi pelajaran tentang 25 soal membandingkan nilai
pecahan berpenyebut sama serta memberi cara penyelesaian.
(2) Penerapan menggunakan model pembelajaran kuantum
Penerapan model pembelajaran kuantum menggunakan
TANDUR :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Tabel 4. Penerapan Model Pembelajaran Kuantum tipe TANDUR
Tanamkan : Anak ditanya secara global tentang pecahan
yang mereka ketahui.
Alami : Anak diminta maju ke depan menuliskan
contoh beberapa pecahan yang berpenyebut
berbeda.
Namai : Anak diminta memberi nilai pecahan
tersebut.
Demonstrasikan : Anak membandingkan pecahan-pecahan
tersebut dengan menggunakan tanda <, >,
dan =.
Ulangi : Anak ditanya kembali tentang cara
membandingkan nilai pecahan yang
berpenyebut berbeda.
Rayakan : Anak diberi reward berupa point, pujian,
dan tepuk tangan
(3) Menganalisis dan mengevaluasi hasil kerja kelompok
Peneliti membantu siswa mengkaji ulang hasil kerja
kelompok, kemudian peneliti memberikan penguatan materi
terhadap hasil kerja kelompok.
- Kegiatan akhir
Peneliti membimbing siswa untuk menyimpulkan materi
pelajaran, selanjutnya peneliti meminta siswa untuk belajar di
rumah mengulang materi dan memberikan pekerjaan rumah.
3) Pengamatan
Pengamatan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran untuk
mencatat kemampuan membandingkan nilai pecahan yang
berpenyebut sama terhadap siswa meliputi : (1) melakukan kegiatan
yang terkait dengan pembelajaran, (2) berinteraksi satu sama lain,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
saling bertanya,dan saling menjelaskan, (3) mengerjakan soal tentang
membandingkan nilai pecahan, (4) menyimpulkan materi pada akhir
pelajaran. Pengamatan dalam kegiatan belajar mengajar dilakukan
secara kolaboratif dengan guru mitra terhadap pelaksanaan jalannya
proses belajar mengajar melalui lembar observasi. Urut– urutan
penyajian kegiatan guru dan kegiatan siswa dicatat melalui lembar
observasi. Melalui pengamatan dapat diketahui bagaimana sikap dan
perilaku siswa dalam kegiatan yang dilakukan, tingkat kemampuan
membandingkan nilai pecahan yang berpenyebut sama selama proses
kegiatan yang dilakukan, menilai kemampuan membandingkan nilai
pecahan yang berpenyebut sama siswa dan hasil evaluasi yang
diperoleh dari kegiatan siswa.
4) Refleksi
Guru mengadakan evaluasi pada tahap analisis terhadap proses
pembelajaran pada tiap pertemuan, kemudian direfleksikan sebagai
acuan dalam pelaksanaan siklus selanjutnya sebagai penyempurnaan.
Pada siklus II siswa yang tuntas berjumlah 6 dengan persentase
klasikal 75 %. Maka penelitian dihentikan pada siklus II.
F. Validitas Data
Penelitian ini harus dilakukan dengan menggunakan validitas data yang
tepat guna. Untuk menjamin validitas data dan pertanggungjawaban serta dapat
dijadikan dasar yang kuat untuk menarik kesimpulan, teknik yang digunakan
untuk memeriksa validitas data antara lain trianggulasi :
1. Trianggulasi Data (sumber) dengan cara mengumpulkan data sejenis dari
sumber berbeda. Dengan teknik ini diharapkan dapat memberikan informasi
yang lebih tepat sesuai keadaan siswa.
2. Trianggulasi Metode. Jenis trianggulasi metode ini dilakukan dengan
mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik pengumpulan
data yang berbeda. Yang ditekankan adalah penggunaan teknik atau metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
pengumpulan data yang berbeda dan bahkan lebih jelas untuk diusahakan
mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji kemantapan
informasinya.
3. Triangulasi Teori merupakan teknik yang menggunakan perspektif lebih dari
satu teori dalam membahas masalah yang dikaji. Selain itu, juga digunakan
review informan, yaitu teknik yang digunakan untuk menanyakan kembali
kepada informan, apakah data yang diperoleh sudah valid atau belum.
G. Teknik Analisis Data
Penelitian ini harus menggunakan teknik analisis data yang tepat. Agar
hasil penelitian terwujud susuai dengan tujuan maka dalam menganalisis data ini
menggunakan analisa model Milles dan Hubberman. Milles dan Hubberman
(dalam Iskandar 2008 : 75) menjelaskan bahwa kegiatan pokok analisis model
Milles dan Hubberman adalah meliputi reduksi data, display atau penyajian data,
dan mengambil simpulan kemudian diverifikasi.
1. Reduksi Data
Data-data penelitian yang telah dikumpulkan selanjutnya direduksi.
Reduksi adalah suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari
catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk
analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang
tidak perlu, dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa
sehingga simpulan-simpulan finalnya dapat ditarik kesimpulan/diverifikasi.
2. Penyajian Data
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam
penyajian ini dapat dilakukan melalui berbagai macam cara visual misalnya
gambar, grafik, chart network, diagram, matrik, dan sebagainya.
3. Penarikan Simpulan atau Verifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Hasil dari data-data yang telah didapatkan dari laporan penelitian
selanjutnya digabungkan dan disimpulkan serta diuji kebenarannya. Penarikan
simpulan merupakan bagian dari suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh
sehingga simpulan-simpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung.
Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya hasil dari
laporan penelitian. Kesimpulan adalah tinjauan ulang pada catatan di lapangan
atau simpulan dapat ditinjau sebagai makna-makna yang muncul dari data
yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya yaitu yang
merupakan validitasnya.
Secara lebih jelasnya, maka dapat melihat siklus analisis data tersebut
pada gambar 3 :
Gambar 3. Empat Langkah dalam Penelitian Tindakan Kelas
H. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas
ini adalah meningkatnya kemampuan membandingkan nilai pecahan pada siswa
kelas III SD Negeri 1 Jatilawang dengan menggunakan model pembelajaran
kuantum. Indikator penelitian ini bersumber dari kurikulum dan silabus KTSP
Matematika kelas III serta Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu 61.
Aktivitas belajar siswa dikatakan berhasil apabila mencapai 70% dari keseluruhan
siswa di dalam kelas yang mendapat nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yaitu 61. Indikator keberhasilan dapat disajikan pada tabel 5 berikut :
Pengumpulan Data
Kesimpulan – Kesimpulan
Penarikan/Verifikasi
Display Data
Reduksi Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Tabel. 5 Indikator Keberhasilan
Indikator Keberhasilan KKM
Aktivitas belajar siswa mencapai 70%
dari keseluruhan jumlah siswa. 61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Sekolah yang digunakan sebagai tempat penelitian adalah SD Negeri 1
Jatilawang yang berada di Dusun Kuniran, Desa Jatilawang, Kecamatan
Wonosegoro, Kabupaten Boyolali. Desa Jatilawang termasuk tempat yang
terpencil, berada di daerah perbatasan dengan Kabupaten Semarang dan
Kabupaten Grobogan. SD Negeri 1 Jatilawang berada 6 km dari pusat Kecamatan
Wonosegoro. Akses ke SD Negeri 1 Jatilawang hanya dapat dijangkau dengan
kendaraan pribadi, seperti sepeda motor dan mobil.
Lingkungan fisik sekolah tempat penelitian cukup baik, hal ini terlihat dari
tata ruang dan pemeliharaan sarana dan prasarana yang ada. Kondisi ruang kelas
V, VI, ruang perpustakaan, dan ruang guru terlihat rapi karena pada tahun 2007
mendapatkan bantuan DAK ( Dana Alokasi Khusus ). Tetapi untuk ruang kelas I,
II, III, dan IV perlu adanya perbaikan.
Proses pembelajaran di SD Negeri 1 Jatilawang sudah berlangsung secara
maksimal. Walaupun perlu diadakan pembenahan dalam penggunaan media,
metode, dan model pembelajaran. Mengenai keadaan guru dan tenaga
kependidikan, SD Negeri 1 Jatilawang terdiri dari 1 Kepala Sekolah berstatus
PNS, 5 Guru Kelas berstatus PNS, 1 Guru Agama Islam berstatus PNS, 1 Penjaga
berstatus PNS, 1 Guru Kelas WB, 1 Guru Bahasa Inggris WB, 1 Guru Penjaskes
WB, dan 1 Petugas Perpustakaan WB.
2. Deskripsi Kondisi Awal
Pelaksanaan tindakan penelitian di SD Negeri 1 Jatilawang, terlebih
dahulu dilakukan dengan observasi pada siswa kelas III SD Negeri 1 Jatilawang.
Kegiatan observasi tersebut dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi
nyata yang ada di lapangan berkaitan dengan kemampuan membandingkan nilai
pecahan.
40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Kondisi awal atau sebelum diadakannya tindakan, telah dilakukan pretest
untuk mengetahui sejauh mana kemampuan membandingkan nilai pecahan.
Berdasarkan pretest yang dilakukan didapat hasil yang tidak memuaskan. Dari
jumlah 8 siswa di kelas III, hanya 3 siswa atau 37,5 % siswa yang mampu
mendapatkan nilai ≥ KKM (KKM = nilai 61). Berarti masih ada 5 siswa atau 62,5
% yang belum mendapatkan nilai ≥ KKM.
Data nilai siswa dalam kemampuan membandingkan nilai pecahan pada
kondisi awal atau sebelum diadakannya tindakan dapat dilihat pada tabel 6 di
bawah ini :
Tabel. 6 Nilai Kemampuan Membandingkan Nilai Pecahan Siswa Kelas III SD
Negeri 1 Jatilawang sebelum Dilakukan Tindakan
No. NIS Nama Nilai Keterangan
1. 1790 Adi Mahkur Reza 39 Belum Tuntas
2. 1791 Alfianti 57 Belum Tuntas
3. 1792 Ela Wijayanti 56 Belum Tuntas
4. 1793 Fika Yuliana Saputri 79 Tuntas
5. 1795 M. Reza Saputra 70 Tuntas
6. 1796 M. Dwi Purwanto 48 Belum Tuntas
7. 1798 Rendianto 36 Belum Tuntas
8. 1826 Vina Khabibatun Naviska 63 Tuntas
Jumlah 448
Rata-rata 55,94
Tabel hasil pretest kemampuan membandingkan nilai pecahan diatas
diketahui bahwa masih banyak siswa yang mendapatkan nilai dibawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran Matematika yaitu 61. Rata-rata kelas
nilai kemampuan membandingkan nilai pecahan siswa adalah 55,94. Dari 8 siswa,
yang mendapatkan nilai yang memenuhi KKM hanya 3 siswa (37,5 %),
sedangkan 5 siswa (67,5 %) mendapat nilai dibawah KKM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Tabel nilai pretest kemampuan membandingkan nilai pecahan di atas
dapat disajikan dalam bentuk tabel seperti dalam tabel 7 di bawah ini :
Tabel 7. Data Nilai Kemampuan Membandingkan Nilai Pecahan Siswa Kelas III
sebelum Tindakan
No. Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1. 31-40 2 25 %
2. 41-50 1 12,5 %
3. 51-60 2 25 %
4. 61-70 2 25 %
5. 71-80 1 12,5 %
Jumlah 8 100 %
Tabel 7 di atas tentang kemampuan membandingkan nilai pecahan
siswa sebelum tindakan dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti gambar
4 di bawah ini :
NILAI AWAL SEBELUM TINDAKAN
0
0.5
1
1.5
2
31-40 41-50 51-60 61-70 71-80
FREK
UEN
SI N
ILA
I
Nilai Siswa
Gambar 4. Grafik Nilai Kemampuan Membandingkan Nilai Pecahan Siswa Kelas
III SD Negeri 1 Jatilawang sebelum Tindakan ( Nilai Awal )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Peneliti bersama Kepala Sekolah mengadakan diskusi untuk menentukan
pemecahan masalah dalam meningkatkan kemampuan membandingkan nilai
pecahan pada siswa kelas III SD Negeri 1 Jatilawang. Dari diskusi tersebut telah
disepakati untuk menerapkan model pembelajaran kuantum pada pembelajaran
kemampuan membandingkan nilai pecahan pada siswa kelas III.
3. Deskripsi Prosedur dan Hasil Penelitian
a. Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan 2 kali pertemuan, yaitu pada tanggal 18
dan 29 April 2011. Masing-masing pertemuan terdiri 2x35 menit. Adapun
tahapan-tahapan yang dilakukan pada siklus I adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan
Pengamatan dan pretest dilakukan di kelas III pada tahap perencanaan.
Tujuan dari pengamatan adalah untuk mengetahui model pembelajaran yang
akan diterapkan dalam pembelajaran pecahan dan untuk mengetahui
kemampuan siswa melalui pretest kemampuan membandingkan nilai pecahan.
Informasi yang didapat berdasarkan pengamatan pembelajaran di kelas
III SD Negeri 1 Jatilawang terdapat 8 siswa yang terdiri dari 4 siswa
perempuan dan 4 siswa laki-laki. Hasil pretest pada konsep kemampuan
membandingkan nilai pecahan hanya ada 3 siswa atau 37,5 % yang
memperoleh nilai sama dengan atau melebihi KKM. Berarti masih ada 5 siswa
atau 62,5 % siswa belum mampu mencapai nilai KKM, yaitu 61.
Kenyataan yang ada di kelas III SD Negeri 1 Jatilawang dan KTSP kelas
III, dapat dijadikan acuan dalam penyusunan langkah-langkah untuk
merencanakan pembelajaran tentang pecahan dengan menerapkan model
pembelajaran kuantum, antara lain :
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai indikator yang
telah dirumuskan. RPP disusun untuk 2 kali pertemuan yang masing-masing
untuk alokasi waktu 2x35 menit yang dilaksanakan pada tanggal 18 dan 29
April 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
2) Mempersiapkan media yang akan digunakan dalam pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Tahap ini dilaksanakan pembelajaran di kelas III dengan penerapan
model pembelajaran kuantum dan menggunakan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah disusun.
1) Pertemuan I
Pertemuan I dilaksanakan pada hari Senin, 18 April 2011.
Pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kuantum dilaksanakan
di kelas III dengan alokasi waktu 2x35 menit. Pembelajaran dimulai pada
pukul 07.35 sampai 08.45.
Guru menyuruh siswa untuk berkelompok sesuai dengan
kelompoknya masing-masing yang telah dibagi menjadi 2 kelompok secara
acak tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, latar belakang, rangking,
dan tingkat kepandaian. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa yang
memiliki kemampuan berbeda-beda.
Siswa duduk dengan kelompoknya masing-masing, kemudian guru
melakukan presensi untuk mengetahui kehadiran siswa. Sebelum memulai
pembelajaran, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
kepada siswa. Kemudian guru mempresentasikan materi yang akan
disampaikan, meliputi pengertian pecahan, contoh-contoh pecahan, dan cara
membandingkan nilai pecahan yang berpenyebut sama dengan
menggunakan media Kartu Pecahan yang telah disiapkan guru.
Guru memberikan media Kartu Pecahan dan tugas diskusi kepada
setiap kelompok setelah melakukan persentasi. Dengan bantuan guru setiap
kelompok berdiskusi untuk menyelesaikan tugas kelompok. Siswa saling
berdiskusi dan membagi tugas kelompok agar semua tugas dapat selesai
tepat waktu.
Siswa dalam kelompok saling berdiskusi untuk menyelesaikan tugas
dari guru dengan mencari di buku tulis maupun di buku modul matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Selain itu setiap kelompok mempraktekkan kegiatan membandingkan nilai
pecahan dengan menggunakan Kartu Pecahan. Penggunaan media tersebut
untuk mempermudah siswa dalam penyerapan materi. Guru mengobservasi
siswa dari kelompok A dan kelompok B. Pada saat siswa berdiskusi, guru
berkeliling kelas untuk mengamati siswa sekaligus membimbing kelompok
yang mengalami kesulitan.
Guru memberikan tanggung jawab kepada setiap kelompok untuk
membantu anggota kelompoknya yang belum paham. Dalam kelompok
tersebut, semua anggota harus saling memberi dan menerima informasi
yang disampaikan oleh anggota yang lain. Anggota yang sudah paham
dengan materi yang disampaikan oleh guru dapat melaksanakan peer
teaching (pembelajaran teman sebaya) terhadap anggota lain yang belum
memahami materi dengan menggunakan Kartu Pecahan.
Guru menunjuk kelompok A untuk mempresentasikan hasil diskusi
setelah semua kelompok selesai mengerjakan tugas kelompok. Kelompok B
memberikan tanggapan dari hasil paparan kelompok A. Selanjutnya guru
menunjuk kelompok B untuk mempresentasikan hasil diskusi. Kelompok A
memberikan tanggapan dari hasil paparan kelompok B. Kemudian Guru
memberikan penguatan materi dari hasil paparan kedua kelompok tersebut.
Setiap siswa diberi tes tertulis untuk dikerjakan secara mandiri dan
tanggung jawab setelah pembahasan hasil kerja kelompok selesai. Tes
tertulis tersebut dikerjakan untuk mengukur pemahaman setiap siswa
terhadap materi yang telah disampaikan guru pada siklus I pertemuan I.
Setelah selesai, semua tes tertulis yang dikerjakan harus dikumpulkan di
meja guru. Sebagai tindak lanjut, guru memberikan pekerjaan rumah dan
pesan kepada semua siswa agar mau melakukan percobaan membandingkan
nilai pecahan dengan media sederhana serta menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
2) Pertemuan II
Pertemuan II dilaksanakan pada hari Jumat, 29 April 2011.
Pembelajaran dilaksanakan di kelas III dengan alokasi waktu 2x35 menit
dan dimulai pada pukul 09.00 sampai 10.10. Pembelajaran dilaksanakan
menggunakan penerapan model pembelajaran kuantum dengan RPP yang
telah disusun sebelumnya.
Guru tetap menyuruh siswa duduk dengan kelompok-kelompok kecil
seperti pada pertemuan pertama. Setelah semua siswa berkelompok sesuai
dengan kelompoknya, guru melakukan presensi dan apersepsi. Tujuan dari
apersepsi ini adalah untuk mengarahkan perhatian dan pikiran siswa pada
materi yang akan disampaikan guru, yaitu tentang membandingkan nilai
pecahan yang berpenyebut sama. Tidak lupa guru juga menyampaikan
tujuan pembelajaran tersebut. Sebelum memulai presentasi, guru
menyampaikan hasil kerja kelompok dan hasil tes tertulis pada pertemuan
pertama. Kelompok dengan hasil terbaik akan menerima hadiah dari guru.
Hal ini bertujuan agar setiap kelompok termotivasi untuk menjadi yang
terbaik di kelas.
Guru mulai mempresentasikan materi yang akan disampaikan dalam
pembelajaran, yaitu meliputi pengertian pecahan, contoh-contoh pecahan,
dan membandingkan nilai pecahan yang berpenyebut sama dengan media
yang telah disiapkan guru.
Guru memberikan media berupa Kartu Pecahan setelah
mempresentasikan materi. Selain media sebagai tugas, guru juga memberi
soal latihan sebagai tugas kelompok. Tugas tersebut dikerjakan dalam setiap
kelompok secara bersama-sama. Masing-masing kelompok diberi kebebasan
untuk membagi tugas kepada anggotanya. Semua anggota kelompok saling
berinteraksi dan bekerja sama untuk menyelesaikan tugas tersebut. Anggota
kelompok yang telah memahami materi yang disampaikan guru, harus
mengajarkannya kepada anggota kelompok yang belum paham, sehingga
akan terjadi peer teaching (pembelajaran teman sebaya). Anggota yang
telah memahami materi akan berperan sebagai tutor sebaya terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
anggota kelompok yang lain, sehingga akan terjadi saling memberi dan
menerima dalam kelompok.
Guru menunjuk kelompok B untuk mempresentasikan hasil diskusi
setelah semua kelompok selesai mengerjakan tugas kelompok. Kelompok A
memberikan tanggapan dari hasil paparan kelompok B. Selanjutnya guru
menunjuk kelompok A untuk mempresentasikan hasil diskusi. Kelompok B
memberikan tanggapan dari hasil paparan kelompok A. Kemudian Guru
memberikan penguatan materi dari hasil paparan kedua kelompok tersebut.
Setiap siswa diberi tes tertulis untuk dikerjakan secara mandiri dan
tanggung jawab setelah pembahasan hasil kerja kelompok selesai. Tes
tertulis tersebut dikerjakan untuk mengukur pemahaman setiap siswa
terhadap materi yang telah disampaikan guru pada siklus I pertemuan II.
Setelah selesai, semua tes tertulis yang dikerjakan harus dikumpulkan di
meja guru. Sebagai tindak lanjut, guru memberi pekerjaan rumah dan pesan
kepada siswa agar selalu rajin belajar di rumah.
c. Pengamatan
Tahap pengamatan dilaksanakan oleh kolaborator dengan menggunakan
alat bantu berupa lembar pengamatan, baik lembar pengamatan guru maupun
lembar pengamatan siswa serta menggunakan dokumentasi dengan kamera dan
video. Pengamatan bukan hanya ditujukan pada proses pembelajaran, tetapi
juga pada aspek tindakan guru dalam melaksanakan pembelajaran, termasuk
suasana dan kondisi kelas pada saat pembelajaran.
1) Pertemuan I
Hasil pengamatan aktivitas guru dan siswa pada siklus I pertemuan I
adalah :
a) Kegiatan Siswa
Pengamatan yang dilakukan oleh guru pada siklus I pertemuan I
menunjukkan bahwa persiapan siswa terhadap pembelajaran masih dalam
taraf cukup. Dalam hal perhatian, sebagian besar siswa masih melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
aktivitas sendiri, sehingga perhatian terhadap pembelajaran masih cukup.
Keaktifan siswa dalam pembelajaran masih cukup, karena hanya sedikit
siswa yang merespon pembelajaran. Kerja sama antar anggota dalam
kelompok sudah menunjukkan aktivitas yang baik. Nilai dari aktivitas
siswa dalam pembelajaran memperoleh nilai rata-rata 2,28 ( penilaian
dilakukan oleh peneliti ).
b) Kegiatan Guru
Guru mempersiapkan siswa untuk belajar, sumber belajar dan
media pembelajaran sudah cukup. Dalam membuka pembelajaran, guru
sudah melakukannya dengan baik. Guru sudah melakukan kegiatan
pembelajaran dengan baik. Dalam pendekatan pembelajaran di kelas,
guru sudah melakukannya dalam taraf cukup. Dalam pemanfaatan media
pembelajaran, guru mampu melibatkan siswa untuk menggunakan media
pembelajaran. Dalam pembelajaran guru belum menunjukkan aktivitas
yang melibatkan siswa dengan baik. Dalam penilaian proses dan hasil
belajar, guru menunjukkan penilaian yang cukup. Guru menggunakan
bahasa yang baik dan benar dalam pembelajaran, tetapi guru belum
mampu menutup pembelajaran dengan baik. Aktivitas guru dalam siklus
I pertemuan I masih dalam taraf cukup dan hanya memperoleh nilai rata-
rata 2,52 ( penilaian dilakukan oleh 2 orang teman sejawat ).
2) Pertemuan II
Hasil pengamatan aktivitas guru dan siswa pada siklus I pertemuan II
adalah :
a) Kegiatan Siswa
Pengamatan yang dilakukan oleh guru pada siklus I pertemuan II
menunjukkan bahwa persiapan siswa terhadap pembelajaran sudah
menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan kerja kelompok
pada pertemuan sebelumnya, yakni sudah menunjukkan aktivitas yang
baik. Dalam hal perhatian, sebagian besar siswa masih melakukan
aktivitas sendiri, sehingga perhatian terhadap pembelajaran masih cukup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Keaktifan siswa dalam pembelajaran rata-rata masih cukup, karena hanya
sedikit siswa yang merespon pembelajaran. Kerja sama antar anggota
dalam kelompok rata-rata sudah menunjukkan aktivitas yang baik. Rata-
rata dari aktivitas siswa dalam pembelajaran memperoleh nilai 2,65
(penilaian dilakukan oleh peneliti).
b) Kegiatan Guru
Guru mempersiapkan siswa untuk belajar, sumber belajar, dan
media pembelajaran yang cukup pada tahap pra pembelajaran. Dalam
membuka pembelajaran, guru sudah melakukannya dengan baik. Guru
sudah melakukan kegiatan pembelajaran dengan kriteria cukup. Dalam
pendekatan pembelajaran di kelas, guru sudah melakukannya dengan
cukup. Dalam pemanfaatan media pembelajaran, guru mampu
melibatkan siswa untuk menggunakan media pembelajaran dengan
kriteria cukup. Dalam pembelajaran guru belum menunjukkan aktivitas
yang melibatkan siswa dengan cukup. Dalam penilaian proses dan hasil
belajar, guru menunjukkan penilaian yang baik. Guru menggunakan
bahasa yang baik dan benar dalam pembelajaran, selain itu guru juga
mampu menutup pembelajaran dengan baik. Aktivitas guru dalam siklus
I pertemuan II sudah ada peningkatan, tetapi masih dalam kriteria cukup
dan hanya memperoleh nilai rata-rata 2,68 ( penilaian dilakukan oleh 2
orang teman sejawat ).
d. Refleksi
Data-data yang diperoleh melalui pengamatan dan penilaian hasil
kemampuan membandingkan nilai pecahan dikumpulkan untuk dianalisis dan
direfleksi antar peneliti dengan kolaborator. Hal ini dilakukan sebagai pedoman
atau acuan pengambilan langkah pada siklus berikutnya. Adapun hasilnya
adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
a) Pertemuan I
Hasil pengamatan selama pembelajaran siklus I pertemuan I
menunjukkan bahwa kerja sama antar anggota dalam setiap kelompok sudah
menunjukkan kriteria baik. Sebagian besar siswa masih sering beraktivitas
sendiri dalam kelompoknya ketika guru sedang mempresentasikan materi.
Hal ini tentu mengakibatkan siswa belum memahami tentang cara
membandingkan nilai pecahan yang berpenyebut sama dengan baik,
sehingga nilai yang diperoleh siswa pada pertemuan pertama belum
menunjukkan peningkatan yang berarti. Pada siklus I pertemuan I ada 3
siswa yang memperoleh nilai 61 (KKM) atau 37,5 % dari 8 siswa.
Data nilai kemampuan membandingkan nilai pecahan yang
berpenyebut sama pada siswa kelas III siklus I pertemuan I dapat dilihat
pada tabel 8 di bawah ini :
Tabel 8. Data Nilai Kemampuan Membandingkan Nilai Pecahan yang
Berpenyebut Sama Siswa Kelas III Siklus I Pertemuan I
No. Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1. 31 - 40 1 12,5 %
2. 41 - 50 1 12,5 %
3. 51 - 60 3 37,5 %
4. 61 - 70 1 12,5 %
5. 71 - 80 2 25 %
Jumlah 8 100 %
Nilai kemampuan membandingkan nilai pecahan yang berpenyebut
sama pada siklus I pertemuan I dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti
pada gambar 5 di bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
NILAI SISWA PADA SIKLUS I PERTEMUAN I
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
31-40 41-50 51-60 61-70 71-80
FREK
UEN
SI N
ILA
I
Nilai Siswa
Gambar 5. Grafik Nilai Kemampuan Membandingkan Nilai Pecahan yang
Berpenyebut Sama Siswa Kelas III SD Negeri 1 Jatilawang pada Siklus I
Pertemuan I
Data yang ditunjukkan oleh tabel 8 dan gambar 5 menunjukkan bahwa
setelah dilaksanakan siklus I pertemuan I, siswa yang memperoleh nilai
antara 31 - 40 sebanyak 1 siswa atau 12,5 %, nilai antara 41 - 50 sebanyak 1
siswa atau 12,5 %, nilai antara 51 – 60 sebanyak 3 siswa atau 37,5 %, nilai
antara 61 - 70 sebanyak 1 siswa atau 12,5 %, dan nilai antara 71 - 80
sebanyak 2 siswa atau 25 %.
b) Pertemuan II
Hasil pengamatan selama pembelajaran siklus I pertemuan II
menunjukkan adanya kerja sama antar anggota dalam setiap kelompok.
Sebagian besar siswa sudah mampu menempatkan diri dan bekerja sama
dalam kelompoknya masing-masing. Ketika guru mempresentasikan materi,
siswa dalam setiap kelompok sudah menunjukkan perhatian yang lebih baik
bila dibandingkan pada pertemuan pertama. Hal tersebut mengakibatkan
siswa lebih mudah memahami materi membandingkan nilai pecahan yang
berpenyebut sama dengan baik, sehingga nilai yang diperoleh siswa pada
pertemuan kedua sudah menunjukkan peningkatan yang berarti bila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
dibandingkan dengan pertemuan pertama. Pada siklus I pertemuan II ada 4
siswa yang memperoleh nilai 61 (KKM) atau 50 % dari 8 siswa.
Data nilai kemampuan membandingkan nilai pecahan yang
berpenyebut sama pada siswa kelas III siklus I pertemuan II dapat dilihat
pada tabel 9 di bawah ini :
Tabel 9. Data Nilai Kemampuan Membandingkan Nilai Pecahan yang
Berpenyebut Sama Siswa Kelas III Siklus I Pertemuan II
No. Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1. 31 - 40 1 12,5 %
2. 41 - 50 1 12,5 %
3. 51 - 60 2 25 %
4. 61 - 70 2 25 %
5. 71 - 80 2 25 %
Jumlah 8 100 %
Kemampuan membandingkan nilai pecahan yang berpenyebut sama
pada siklus I pertemuan II dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti pada
gambar 6 di bawah ini :
NILAI SISWA PADA SIKLUS I PERTEMUAN II
0
0.5
1
1.5
2
31-40 41-50 51-60 61-70 71-80FREK
UEN
SI N
ILA
I
Nilai Siswa
Gambar 6. Grafik Nilai Kemampuan Membandingkan Nilai Pecahan yang
Berpenyebut Sama Siswa Kelas III SD Negeri 1 Jatilawang pada Siklus I
Pertemuan II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Tabel 9 dan gambar 6 pada siklus I pertemuan II menunjukkan bahwa
siswa yang memperoleh nilai antara 31-40 sebanyak 1 siswa atau 12,5 %,
nilai antara 41-50 sebanyak 1 siswa atau 12,5 %, nilai antara 51-60
sebanyak 2 siswa atau 25 %, nilai antara 61-70 sebanyak 2 siswa atau 25 %,
dan nilai antara 71-80 sebanyak 2 siswa atau 25 %.
Hasil yang diperoleh dari siklus I pertemuan I dan pertemuan II
menerangkan bahwa penerapan model pembelajaran kuantum dalam
membandingkan nilai pecahan yang berpenyebut sama menunjukkan hasil
yang cukup baik. Hal tersebut terlihat dari data yang diperoleh pada siklus I
pertemuan I dan II. Pada siklus I pertemuan I ada 3 siswa yang memperoleh
nilai 61 (KKM) atau 37,5 % dari 8 siswa. Sedangkan pada siklus I
pertemuan II ada 4 siswa yang memperoleh nilai 61 (KKM) atau 50 %
dari 8 siswa. Data tersebut menunjukkan bahwa ada peningkatan yang
cukup berarti setelah dilaksanakan siklus I dalam 2 pertemuan.
Hasil yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan pada siklus I dalam 2
pertemuan dapat disajikan pada tabel 10 dan gambar 7 di bawah ini :
Tabel 10. Data Nilai Kemampuan Membandingkan Nilai Pecahan yang
Berpenyebut Sama Siswa Kelas III pada Siklus I
No. Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1. 31 - 40 1 12,5 %
2. 41 - 50 1 12,5 %
3. 51 - 60 3 37,5 %
4. 61 - 70 1 12,5 %
5. 71 - 80 2 25 %
Jumlah 8 100 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
NILAI SISWA PADA SIKLUS I
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
31-40 41-50 51-60 61-70 71-80
FREK
UEN
SI N
ILA
I
Nilai Siswa
Gambar 7. Grafik Nilai Kemampuan Membandingkan Nilai Pecahan yang
Berpenyebut Sama Siswa Kelas III SD Negeri 1 Jatilawang pada Siklus I
Pelaksanaan siklus I pertemuan I dan II diperoleh data yang
menunjukkan bahwa ada 3 siswa atau 37,5 % siswa yang memperoleh nilai
61 (KKM) dari 8 siswa. Dengan demikian target pada indikator kinerja
belum tercapai, sehingga pembelajaran membandingkan nilai pecahan
dengan penerapan model pembelajaran kuantum akan dilanjutkan pada
siklus II.
b. Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan, yaitu pada tanggal 10
dan 19 Mei 2011. Masing-masing pertemuan terdiri dari 2x35 menit. Adapun
tahapan-tahapan yang dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan
Hasil refleksi pelaksanaan pada siklus I menunjukkan bahwa ada
peningkatan pada kemampuan membandingkan nilai pecahan yang
berpenyebut sama pada siswa kelas III, tetapi hasil yang diperoleh pada siklus I
belum maksimal. Hal tersebut ditunjukkan dengan masih ada 5 siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
belum tuntas dalam pembelajaran membandingkan nilai pecahan yang
berpenyebut sama. Dengan berpedoman pada analisis dan hasil refleksi pada
siklus I maka tahap perencanaan pada siklus II ini meliputi : penyusunan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang merupakan tindak lanjut dari
hasil yang diperoleh pada siklus I. Selain menyusun RPP guru juga akan
membuat lembar observasi untuk mengetahui bagaimana kondisi belajar
mengajar di kelas ketika diterapkan model pembelajaran kuantum pada
pembelajaran membandingkan nilai pecahan yang berpenyebut berbeda.
Langkah lain yang perlu disusun dalam tahap perencanaan ini adalah membuat
alat evaluasi untuk mengetahui apakah kemampuan siswa dalam
membandingkan nilai pecahan dengan penerapan model pembelajaran kuantum
dapat ditingkatkan.
b. Pelaksanaan
Tahap ini dilaksanakan pembelajaran di kelas III dengan penerapan
model pembelajaran kuantum beserta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang telah disusun. Siklus II dilaksanakan dalam 2 pertemuan, yaitu
pada tanggal 10 dan 19 Mei 2011.
1) Pertemuan I
Pertemuan I dilaksanakan pada hari Selasa, 10 Mei 2011.
Pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kuantum dilaksanakan
di kelas III dengan alokasi waktu 2x35 menit. Pembelajaran dimulai pada
pukul 09.35 sampai 10.45.
Pelajaran diawali dengan berdoa bersama dan dilanjutkan dengan
presensi. Guru meminta siswa untuk berkelompok sesuai dengan
kelompoknya masing-masing yang telah dibagi menjadi 2 kelompok secara
acak tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, latar belakang, rangking,
dan tingkat kepandaian. Masing-masing kelompok terdiri dari 2 siswa laki-
laki dan 2 siswa perempuan yang memiliki kemampuan berbeda-beda.
Untuk mengarahkan pikiran dan perhatian siswa, guru melakukan apersepsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
dengan menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan materi yang akan
diajarkan.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai kepada
siswa sebelum memulai pembelajaran. Kemudian guru mempresentasikan
materi yang akan disampaikan, meliputi pengertian pecahan, contoh-contoh
pecahan, dan cara membandingkan nilai pecahan yang berpenyebut berbeda
dengan menggunakan media Kartu Pecahan yang telah disiapkan guru.
Guru memberikan media Kartu Pecahan dan tugas diskusi kepada
setiap kelompok setelah melakukan presentasi. Dengan bantuan guru setiap
kelompok berdiskusi untuk menyelesaikan tugas kelompok. Siswa saling
berdiskusi dan membagi tugas kelompok agar semua tugas dapat selesai
tepat waktu.
Siswa dalam kelompok saling berdiskusi untuk menyelesaikan tugas
dari guru dengan mencari di buku tulis maupun di buku modul matematika.
Selain itu setiap kelompok mempraktekkan kegiatan membandingkan nilai
pecahan dengan menggunakan Kartu Pecahan. Penggunaan media tersebut
untuk mempermudah siswa dalam penyerapan materi. Guru mengobservasi
siswa dari kelompok A dan kelompok B. Pada saat siswa berdiskusi, guru
berkeliling kelas untuk mengamati siswa sekaligus membimbing kelompok
yang mengalami kesulitan.
Guru memberikan tanggung jawab kepada setiap kelompok untuk
membantu anggota kelompoknya yang belum paham. Dalam kelompok
tersebut, semua anggota harus saling memberi dan menerima informasi
yang disampaikan oleh anggota yang lain. Anggota yang sudah paham
dengan materi yang disampaikan oleh guru dapat melaksanakan peer
teaching (pembelajaran teman sebaya) terhadap anggota lain yang belum
memahami materi dengan menggunakan Kartu Pecahan.
Guru menunjuk kelompok A untuk mempresentasikan hasil diskusi
setelah semua kelompok selesai mengerjakan tugas kelompok. Kelompok B
memberikan tanggapan dari hasil paparan kelompok A. Selanjutnya guru
menunjuk kelompok B untuk mempresentasikan hasil diskusi. Kelompok A
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
memberikan tanggapan dari hasil paparan kelompok B. Kemudian Guru
memberikan penguatan materi dari hasil paparan kedua kelompok tersebut.
Setiap siswa diberi tes tertulis untuk dikerjakan secara mandiri dan
tanggung jawab setelah pembahasan hasil kerja kelompok selesai. Tes
tertulis tersebut dikerjakan untuk mengukur pemahaman setiap siswa
terhadap materi yang telah disampaikan guru pada siklus II pertemuan I.
Setelah selesai, semua tes tertulis yang dikerjakan harus dikumpulkan di
meja guru. Sebagai tindak lanjut, guru memberikan pekerjaan rumah dan
pesan kepada semua siswa agar mau melakukan percobaan membandingkan
nilai pecahan dengan media sederhana serta menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
2) Pertemuan II
Pertemuan II dilaksanakan pada hari Kamis, 19 Mei 2011.
Pembelajaran dilaksanakan di kelas III dengan alokasi waktu 2x35 menit
dan dimulai pada pukul 07.35 sampai 08.45. Pembelajaran dilaksanakan
dengan penerapan model pembelajaran kuantum dengan RPP yang telah
disusun sebelumnya.
Pelajaran diawali dengan berdoa bersama dan dilanjutkan dengan
presensi. Guru meminta siswa untuk berkelompok sesuai dengan
kelompoknya masing-masing yang telah dibagi menjadi 2 kelompok secara
acak tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, latar belakang, rangking,
dan tingkat kepandaian. Masing-masing kelompok terdiri dari 2 siswa laki-
laki dan 2 siswa perempuan yang memiliki kemampuan berbeda-beda.
Untuk mengarahkan pikiran dan perhatian siswa, guru melakukan apersepsi
dengan menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan materi yang akan
diajarkan.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai kepada
siswa sebelum memulai pembelajaran. Kemudian guru mempresentasikan
materi yang akan disampaikan, meliputi pengertian pecahan, contoh-contoh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
pecahan, dan cara membandingkan nilai pecahan yang berpenyebut berbeda
dengan menggunakan media Kartu Pecahan yang telah disiapkan guru.
Guru memberikan media Kartu Pecahan dan tugas diskusi kepada
setiap kelompok setelah melakukan presentasi. Dengan bantuan guru setiap
kelompok berdiskusi untuk menyelesaikan tugas kelompok. Siswa saling
berdiskusi dan membagi tugas kelompok agar semua tugas dapat selesai
tepat waktu.
Siswa dalam kelompok saling berdiskusi untuk menyelesaikan tugas
dari guru dengan mencari di buku tulis maupun di buku modul matematika.
Selain itu setiap kelompok mempraktekkan kegiatan membandingkan nilai
pecahan dengan menggunakan Kartu Pecahan. Penggunaan media tersebut
untuk mempermudah siswa dalam penyerapan materi. Guru mengobservasi
siswa dari kelompok A dan kelompok B. Pada saat siswa berdiskusi, guru
berkeliling kelas untuk mengamati siswa sekaligus membimbing kelompok
yang mengalami kesulitan.
Guru memberikan tanggung jawab kepada setiap kelompok untuk
membantu anggota kelompoknya yang belum paham. Dalam kelompok
tersebut, semua anggota harus saling memberi dan menerima informasi
yang disampaikan oleh anggota yang lain. Anggota yang sudah paham
dengan materi yang disampaikan oleh guru dapat melaksanakan peer
teaching (pembelajaran teman sebaya) terhadap anggota lain yang belum
memahami materi dengan menggunakan Kartu Pecahan.
Guru menunjuk kelompok A untuk mempresentasikan hasil diskusi
setelah semua kelompok selesai mengerjakan tugas kelompok dari guru.
Kelompok B memberikan tanggapan dari hasil paparan kelompok A.
Selanjutnya guru menunjuk kelompok B untuk mempresentasikan hasil
diskusi. Kelompok A memberikan tanggapan dari hasil paparan kelompok
B. Kemudian Guru memberikan penguatan materi dari hasil paparan kedua
kelompok tersebut.
Setiap siswa diberi tes tertulis untuk dikerjakan secara mandiri dan
tanggung jawab setelah pembahasan hasil kerja kelompok selesai. Tes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
tertulis tersebut dikerjakan untuk mengukur pemahaman setiap siswa
terhadap materi yang telah disampaikan guru pada siklus II pertemuan II.
Setelah selesai, semua tes tertulis yang dikerjakan harus dikumpulkan di
meja guru. Sebagai tindak lanjut, guru memberikan pekerjaan rumah dan
pesan kepada semua siswa agar mau melakukan percobaan membandingkan
nilai pecahan dengan media sederhana serta menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
c. Pengamatan
Tahap pengamatan dilaksanakan oleh kolaborator dengan menggunakan
alat bantu berupa lembar pengamatan, baik lembar pengamatan guru maupun
lembar pengamatan siswa serta menggunakan dokumentasi dengan kamera dan
video. Pengamatan bukan hanya ditujukan pada proses pembelajaran, tetapi
juga pada aspek tindakan guru dalam melaksanakan pembelajaran, termasuk
suasana dan kondisi kelas pada saat pembelajaran.
1) Pertemuan I
Hasil pengamatan aktivitas guru dan siswa pada siklus II pertemuan I
adalah :
a) Kegiatan Siswa
Pengamatan yang dilakukan oleh guru pada siklus II pertemuan I
menunjukkan bahwa persiapan siswa terhadap pembelajaran sudah dalam
taraf baik. Dalam hal perhatian, sebagian besar siswa sudah
memperhatikan pembelajaran dengan baik, sehingga perhatian terhadap
pembelajaran sudah baik. Keaktifan siswa dalam pembelajaran juga
sudah baik, karena beberapa siswa sudah menunjukkan aktivitas
merespon pembelajaran. Kerja sama antar anggota dalam kelompok
sudah menunjukkan aktivitas yang baik. Rata-rata dari aktivitas siswa
dalam pembelajaran memperoleh nilai 3,14 ( penilaian dilakukan oleh
peniliti ).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
b) Kegiatan Guru
Guru melakukannya dengan baik dalam hal mempersiapkan siswa
untuk belajar, sumber belajar, dan media pembelajaran. Dalam membuka
pembelajaran, guru sudah melakukannya dengan baik. Guru sudah
melakukan kegiatan pembelajaran dengan baik. Dalam pendekatan
pembelajaran di kelas, guru juga sudah melakukannya dengan baik.
Dalam pemanfaatan media pembelajaran, guru mampu melibatkan siswa
untuk menggunakan media pembelajaran dengan baik. Dalam
pembelajaran guru belum menunjukkan aktivitas yang melibatkan siswa
dengan baik. Sehingga dalam hal keterlibatan siswa, guru memperoleh
nilai cukup. Dalam penilaian proses dan hasil belajar, guru menunjukkan
penilaian yang baik. Guru menggunakan bahasa yang baik dan benar
dalam pembelajaran, selain itu guru juga mampu menutup pembelajaran
dengan melaksanakan refleksi, evaluasi dan tindak lanjut dengan baik.
Aktivitas guru dalam siklus II pertemuan I masih dalam taraf baik dan
memperoleh nilai rata-rata 3,09 ( penilaian dilakukan oleh 2 orang teman
sejawat ).
2) Pertemuan II
Hasil pengamatan aktivitas guru dan siswa pada siklus II pertemuan II
adalah :
a) Kegiatan Siswa
Pengamatan yang dilakukan oleh guru pada siklus II pertemuan II
menunjukkan bahwa persiapan siswa terhadap pembelajaran sudah
menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan kerja kelompok
pada pertemuan sebelumnya, yakni sudah menunjukkan aktivitas yang
baik. Dalam hal perhatian, sebagian besar siswa sudah menunjukkan
perhatian yang besar dan antusias terhadap pembelajaran, sehingga
perhatian terhadap pembelajaran sudah baik. Keaktifan siswa dalam
pembelajaran juga sudah baik, karena banyak siswa yang merespon
pembelajaran dengan bertanya kepada guru tentang pembelajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
sedang berlangsung. Kerja sama antar anggota dalam kelompok rata-rata
sudah menunjukkan aktivitas yang baik. Nilai dari aktivitas siswa dalam
pembelajaran memperoleh nilai rata-rata 3,55 ( penilaian dilakukan oleh
peneliti ).
b) Kegiatan Guru
Guru mempersiapkan siswa untuk belajar, sumber belajar, dan
media pembelajaran dengan baik pada tahap pra pembelajaran. Dalam
membuka pembelajaran, guru sudah melakukannya dengan baik. Guru
sudah melakukan kegiatan pembelajaran dengan kriteria baik. Dalam
pendekatan pembelajaran di kelas, guru sudah melakukannya dengan
baik. Dalam pemanfaatan media pembelajaran, guru mampu melibatkan
siswa untuk menggunakan media pembelajaran dengan kriteria baik.
Dalam pembelajaran guru sudah menunjukkan aktivitas yang melibatkan
siswa dengan baik. Dalam penilaian proses dan hasil belajar, guru
menunjukkan penilaian yang baik. Guru menggunakan bahasa yang baik
dan benar dalam pembelajaran, selain itu guru juga mampu menutup
pembelajaran dengan melaksanakan refleksi, evaluasi, dan tindak lanjut
dengan baik. Aktivitas guru dalam siklus II pertemuan II sudah ada
peningkatan jika dibandingkan dengan pertemuan I. Pada siklus II
pertemuan II guru memperoleh nilai rata-rata 3,38 ( penilaian dilakukan
oleh 2 orang teman sejawat ).
d. Refleksi
Data-data pada siklus II yang diperoleh melalui pengamatan dan
penilaian hasil kemampuan membandingkan nilai pecahan yang berpenyebut
berbeda dikumpulkan untuk dianalisis dan direfleksi antar peneliti dengan
kolaborator. Hal ini dilakukan sebagai pedoman atau acuan pengambilan
langkah pada siklus berikutnya. Adapun hasilnya adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
a) Pertemuan I
Hasil pengamatan selama pembelajaran siklus II pertemuan I
menunjukkan bahwa kerja sama antar anggota dalam setiap kelompok sudah
menunjukkan kriteria baik. Sebagian besar siswa sudah lebih
memperhatikan dan antusias terhadap pembelajaran dalam kelompoknya
masing-masing ketika guru sedang mempresentasikan materi. Hal ini tentu
berdampak positif untuk siswa yang belum memahami tentang cara
membandingkan nilai pecahan yang berpenyebut berbeda dengan baik.
Dengan perhatian siswa terhadap pembelajaran, berdampak pada nilai yang
diperoleh siswa pada pertemuan pertama siklus II sudah menunjukkan
peningkatan yang berarti. Pada siklus II pertemuan I ada 5 siswa yang
memperoleh nilai 61 (KKM) atau 62,5 % dari 8 siswa.
Data nilai kemampuan membandingkan nilai pecahan yang
berpenyebut berbeda pada siswa kelas III siklus II pertemuan I dapat dilihat
pada tabel 11 di bawah ini :
Tabel 11. Data Nilai Kemampuan Membandingkan Nilai Pecahan yang
Berpenyebut Berbeda Siswa Kelas III Siklus II Pertemuan I
No. Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1. 41 - 50 2 25 %
2. 51 - 60 1 12,5 %
3. 61 - 70 3 37,5 %
4. 71 - 80 1 12,5 %
5. 81 - 90 1 12,5 %
Jumlah 8 100 %
Kemampuan membandingkan nilai pecahan yang berpenyebut
berbeda pada siklus II pertemuan I dapat disajikan dalam bentuk grafik
seperti pada gambar 8 di bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
NILAI SISWA PADA SIKLUS II PERTEMUAN I
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
41-50 51-60 61-70 71-80 81-90
FREK
UEN
SI N
ILA
I
Nilai Siswa
Gambar 8. Grafik Nilai Kemampuan Membandingkan Nilai Pecahan yang
Berpenyebut Berbeda Siswa Kelas III SD Negeri 1 Jatilawang pada Siklus II
Pertemuan I
Pelaksanaan siklus II pertemuan I menunjukkan bahwa siswa yang
memperoleh nilai antara 41-50 sebanyak 2 siswa atau 25 %, nilai antara 51-
60 sebanyak 1 siswa atau 12,5 %, siswa yang memperoleh nilai antara 61-70
sebanyak 3 siswa atau 37,5 %, nilai antara 71-80 sebanyak 1 siswa atau 12,5
%, dan nilai antara 81-90 sebanyak 1 siswa atau 12,5 %.
b) Pertemuan II
Hasil pengamatan selama pembelajaran siklus II pertemuan II
menunjukkan adanya kerja sama yang baik antar anggota dalam setiap
kelompok. Sebagian besar siswa memperhatikan penjelasan guru ketika
guru sedang mempresentasikan materi pembelajaran, walaupun siswa masih
dalam kelompoknya masing-masing. Ketika guru memberikan tugas
kelompok, rata-rata semua anggota dalam setiap kelompok sudah turut andil
dalam menyelesaikan tugas kelompok tersebut. Dalam hal peer teaching
(pembelajaran teman sebaya) pun antar anggota kelompok sudah
menunjukkan kerja sama yang baik. Kerja sama dan perhatian yang baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
membuat siswa mudah dalam memahami materi membandingkan nilai
pecahan yang berpenyebut berbeda dengan baik, sehingga nilai yang
diperoleh siswa pada pertemuan kedua sudah menunjukkan peningkatan bila
dibandingkan dengan pertemuan pertama. Pada siklus II pertemuan II ada 6
siswa yang memperoleh nilai 61 (KKM) atau 75 % dari 8 siswa.
Data nilai kemampuan membandingkan nilai pecahan yang
berpenyebut berbeda pada siswa kelas III siklus II pertemuan II dapat dilihat
pada tabel 12 di bawah ini :
Tabel 12. Data Nilai Kemampuan Membandingkan Nilai Pecahan yang
Berpenyebut Berbeda Siswa Kelas III Siklus II Pertemuan II
No. Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1. 41 - 50 1 12,5 %
2. 51 - 60 1 12,5 %
3. 61 - 70 3 37,5 %
4. 71 - 80 2 25 %
5. 81 - 90 1 12,5 %
Jumlah 8 100 %
Kemampuan membandingkan nilai pecahan yang berpenyebut
berbeda siswa kelas III pada siklus II pertemuan II dapat disajikan dalam
bentuk grafik seperti pada gambar 9 di bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
NILAI SISWA PADA SIKLUS II PERTEMUAN II
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
41-50 51-60 61-70 71-80 81-90
FREK
UEN
SI N
ILA
I
Nilai Siswa
Gambar 9. Grafik Nilai Kemampuan Membandingkan Nilai Pecahan yang
Berpenyebut Berbeda Siswa Kelas III SD Negeri 1 Jatilawang pada Siklus II
Pertemuan II
Pelaksanaan siklus II pertemuan II menunjukkan bahwa siswa yang
memperoleh nilai antara 41-50 sebanyak 1 siswa atau 12,5 %, nilai antara
51-60 sebanyak 1 siswa atau 12,5 %, nilai antara 61-70 sebanyak 3 siswa
atau 37,5 %, nilai antara 71-80 sebanyak 2 siswa atau 25 % dan nilai antara
81-90 sebanyak 1 siswa atau 12,5 %.
Hasil yang diperoleh dari siklus II pertemuan I dan pertemuan II
menerangkan bahwa penerapan model pembelajaran kuantum dalam
kemampuan membandingkan nilai pecahan yang berpenyebut berbeda
menunjukkan hasil yang sangat baik. Hal tersebut terlihat dari data yang
diperoleh pada siklus II pertemuan I dan II. Pada siklus II pertemuan I ada 5
siswa yang memperoleh nilai 61 (KKM) atau 62,5 % dari 8 siswa.
Sedangkan pada siklus II pertemuan II ada 6 siswa yang memperoleh nilai
61 (KKM) atau 75 % dari 8 siswa. Data tersebut menunjukkan bahwa ada
peningkatan yang berarti setelah dilaksanakan siklus II dalam 2 pertemuan.
Secara umum data nilai kemampuan membandingkan nilai pecahan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
berpenyebut berbeda siswa kelas III SD Negeri 1 Jatilawang pada siklus II
dapat disajikan dalam tabel 13 dan gambar 10 di bawah ini :
Tabel 13. Data Nilai Kemampuan Membandingkan Nilai Pecahan yang
Berpenyebut Berbeda Siswa Kelas III pada Siklus II
No. Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1. 41 - 50 1 12,5 %
2. 51 - 60 1 12,5 %
3. 61 - 70 4 50 %
4. 71 - 80 1 12,5 %
5. 81 - 90 1 12,5 %
Jumlah 8 100 %
NILAI SISWA PADA SIKLUS II
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
41-50 51-60 61-70 71-80 81-90
FREK
UEN
SI N
ILA
I
Nilai Siswa
Gambar 10. Grafik Nilai Kemampuan Membandingkan Nilai Pecahan yang
Berpenyebut Berbeda Siswa Kelas III SD Negeri 1 Jatilawang pada Siklus II
Data yang diperoleh setelah dilaksanakan siklus II pertemuan I dan II
menunjukkan bahwa ada 6 siswa atau 75 % siswa yang memperoleh nilai
61 (KKM) dari 8 siswa. Dengan demikian target pada indikator kinerja telah
tercapai, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
membandingkan nilai pecahan dengan penerapan model pembelajaran
kuantum dianggap cukup, sehingga penelitian dihentikan pada siklus II.
Perlu diketahui bahwa 2 siswa yang belum mencapai KKM memiliki
keterbatasan dalam membaca sehingga dapat mempengaruhi kemampuan
dalam mata pelajaran yang lain. Sejumlah 2 siswa yang belum mencapai
KKM akan dikembalikan kepada guru kelas III karena siswa tersebut
menjadi tanggung jawab guru kelas yang bersangkutan.
B. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian
1. Temuan dan Pembahasan Sebelum Tindakan
Pelaksanakan pembelajaran sebelum penerapan model pembelajaran
kuantum pada pembelajaran pecahan, nilai yang diperoleh siswa cukup
memprihatinkan. Dari 8 siswa yang ada di kelas III, hanya ada 3 siswa atau 37,5
% yang memperoleh nilai ≥ KKM. Berarti masih ada 5 siswa atau 62,5 % siswa
belum mampu mencapai KKM, yaitu 61.
Tabel nilai pembelajaran membandingkan nilai pecahan pada tabel
distribusi 5 dan gambar 4 dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan tindakan
menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai antara 31-40 sebanyak 2 siswa
atau 25 %, nilai antara 41-50 sebanyak 1 siswa atau 12,5 %, siswa yang mendapat
nilai antara 51-60 sebanyak 2 atau 25 %, nilai antara 61-70 sebanyak 2 siswa atau
25 %, dan nilai antara 71-80 sebanyak 1 siswa atau 12,5 %. Rendahnya nilai
kemampuan membandingkan nilai pecahan ini disebabkan oleh kesulitan siswa
dalam memahami membandingkan pada pecahan. Selain itu, pembelajaran yang
dilakukan guru juga masih bersifat konvensional (tradisional) dan guru yang
mendominasi pembelajaran.
2. Temuan dan Pembahasan Siklus I
Pelaksanakan siklus I dengan penerapan model pembelajaran kuantum pada
pembelajaran pecahan di kelas III menunjukkan siswa yang memperoleh nilai ≥
61 (KKM) meningkat dari sebelum tindakan yang telah dilakukan. Nilai yang
diperoleh siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel 8 dan gambar 7 yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh siswa antara 31-40 sebanyak 1
siswa atau 12,5 %, nilai antara 41-50 sebanyak 1 siswa atau 12,5 %, siswa yang
mendapat nilai antara 51-60 sebanyak 3 atau 37,5 %, nilai antara 61-70 sebanyak
1 siswa atau 12,5 %, dan nilai antara 71-80 sebanyak 2 siswa atau 25 %.
Nilai siswa pada siklus I dalam pembelajaran membandingkan nilai pecahan
yang berpenyebut sama masih cukup rendah. Hal ini disebabkan oleh perhatian
siswa yang belum terkonsentrasi secara penuh terhadap pembelajaran. Sebagian
besar siswa masih sering beraktivitas sendiri ketika guru mempresentasikan
materi. Selain perhatian siswa, kerja sama antar anggota kelompok juga belum
maksimal. Hal tersebut terlihat dari penyelesaian tugas kelompok yang hanya
diselesaikan oleh salah satu atau beberapa anggota kelompok saja. Selain
beberapa hal tersebut, pada siklus I guru juga masih kesulitan dalam mewujudkan
suasana kelas yang kondusif untuk pembelajaran.
3. Temuan dan Pembahasan Siklus II
Tabel distributif 11 dan gambar 10 menunjukkan bahwa setelah
dilaksanakan tindakan siklus II, siswa yang memperoleh nilai antara 41-50
sebanyak 1 siswa atau 12,5 %, nilai antara 51-60 sebanyak 1 siswa atau 12,5 %,
siswa yang mendapat nilai antara 61-70 sebanyak 4 atau 50 %, nilai antara 71-80
sebanyak 1 siswa atau 12,5 %, dan nilai antara 81-90 sebanyak 1 siswa atau 12,5
%.
Tabel 11 dan grafik 10 menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh siswa
dalam pembelajaran membandingkan nilai pecahan ada peningkatan yang berarti
dari siklus sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan hambatan-hambatan yang ada
pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Hambatan-hambatan yang ada pada
siklus I diatasi dengan cara :
a. Guru selalu memperhatikan aktivitas siswa dalam memperhatikan materi
pelajaran. Jika ada siswa yang kurang memperhatikan, guru selalu
menegurnya, sehingga perhatian siswa terpusat pada pembelajaran.
b. Ketika semua siswa bekerja kelompok dalam kelompoknya, guru berkeliling
kelas untuk membimbing kelompok yang mengalami kesulitan. Siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
kurang berpartisipasi dalam kelompok dibimbing untuk turut andil dalam
menyelesaikan tugas kelompok. Guru selalu membimbing agar siswa yang
telah memahami materi pembelajaran mau memberikan bantuan kepada
anggota yang lain agar semua anggota dalam kelompok tersebut dapat
memahami materi dengan baik.
c. Pada siklus II guru selalu memperhatikan kegiatan yang dikerjakan siswa. Jika
ada siswa yang beraktivitas sendiri guru selalu menegurnya. Hal tersebut
membuat guru tidak kesulitan dalam mewujudkan kondisi kelas yang kondusif
untuk pembelajaran.
4. Hubungan Antar Siklus
Hasil evaluasi belajar mengalami peningkatan yang signifikan, hal ini
dibuktikan dengan adanya peningkatan kemampuan membandingkan nilai
pecahan mulai dari sebelum tindakan sampai setelah tindakan yang meliputi siklus
I dan siklus II. Dari hasil yang disajikan dalam bentuk tabel nilai dari sebelum
tindakan hingga sesudah tindakan yang meliputi siklus I dan II akan diketahui
hubungan peningkatan kemampuan membandingkan nilai pecahan antar siklus.
Berdasarkan tiga tabel nilai, yaitu nilai sebelum tindakan, nilai siklus I, dan nilai
siklus II maka kemampuan membandingkan nilai pecahan kelas III SD Negeri 1
Jatilawang dapat disajikan pada tabel 14 di bawah ini :
Tabel 14. Data Perbandingan Nilai Kemampuan Membandingkan Nilai Pecahan
Siswa Kelas III pada Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II
No. Interval
Nilai
Frekuensi Prosentase
Nilai Awal Siklus I Siklus II Nilai Awal Siklus I Siklus II
1. 31 - 40 2 1 0 25 % 12,5 % 0 %
2. 41 - 50 1 1 1 12,5 % 12,5 % 12,5 %
3. 51 - 60 2 3 1 25 % 37,5 % 12,5 %
4. 61 - 70 2 1 4 25 % 12,5 % 50 %
5. 71 - 80 1 2 1 12,5 % 25 % 12,5 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
6. 81 - 90 0 0 1 0 % 0 % 12,5 %
Jumlah 8 100 %
Nilai kemampuan membandingkan nilai pecahan dari sebelum tindakan
sampai siklus II dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti pada gambar 11 di
bawah ini :
Gambar 11. Grafik Data Perbandingan Nilai Kemampuan Membandingkan Nilai
Pecahan dari Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II
Tabel dan gambar perbandingan perolehan nilai membandingkan nilai
pecahan di atas menggambarkan hubungan antar siklus yaitu mengenai
kemampuan membandingkan nilai pecahan yang semakin meningkat dari sebelum
tindakan (nilai awal) hingga sesudah tindakan. Peningkatan kemampuan
membandingkan nilai pecahan tersebut dapat terjadi karena dilaksanakan
pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kuantum yang semakin baik
dari siklus ke siklus. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran kuantum dapat meningkatkan kemampuan membandingkan
nilai pecahan di kelas III SD Negeri 1 Jatilawang.
Nilai rata-rata kelas juga mengalami peningkatan dari sebelum tindakan,
siklus I sampai siklus II. Berdasarkan data pada lampiran 10, lampiran 11, dan
lampiran 12 maka perbandingan nilai rata-rata kelas dalam pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
membandingkan nilai pecahan siswa kelas III SD Negeri 1 Jatilawang dapat
disajikan pada tabel 15 di bawah ini :
Tabel 15. Data Perbandingan Nilai Rata-Rata Kelas Kemampuan
Membandingkan Nilai Pecahan Siswa Kelas III Sebelum Tindakan, Siklus I, dan
Siklus II Berdasarkan pada pada Lampiran 10, Lampiran 11, dan Lampiran 12
No. Tindakan Nilai Rata-rata Kelas
1. Sebelum Tindakan 55,94
2. Siklus I 58,13
3. Siklus II 64,13
Nilai rata-rata kelas dari sebelum tindakan, siklus I, dan siklus II mengalami
peningkatan. Pada sebelum tindakan nilai rata-rata kelas hanya sebesar 55,94,
pada siklus I nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 58,13, dan pada siklus II nilai
rata-rata kelas meningkat menjadi 64,13.
Perbandingan nilai rata-rata kelas pada sebelum tindakan, siklus I, dan
siklus II dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti pada gambar 12 di bawah ini:
Gambar 12. Grafik Data Peningkatan Nilai Rata-Rata Kelas dalam Pembelajaran
Membandingkan Nilai Pecahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan dari sebelum tindakan sampai
siklus II. Pada sebelum tindakan rata-rata kelas hanya 55,94. Pada siklus I ada
kenaikan nilai rata-rata kelas menjadi 58,13. Pada siklus II terjadi kenaikan lagi
sehingga nilai rata-rata kelas menjadi 64,13.
Nilai ketuntasan klasikal yang diperoleh siswa juga mengalami peningkatan
selain nilai rata-rata kelas. Berdasarkan data pada lampiran 11, lampiran 12, dan
lampiran 13 nilai ketuntasan klasikal dari sebelum tindakan sampai siklus II
mengalami kenaikan yang sangat berarti. Data peningkatan nilai klasikal dapat
disajikan pada tabel 16 di bawah ini :
Tabel 16. Data Perbandingan Nilai Ketuntasan Klasikal Kemampuan
Membandingkan Nilai Pecahan Siswa Kelas III pada Sebelum Tindakan, Siklus I,
dan Siklus II
No. Ketuntasan
Klasikal Frekuensi
Persentase
Ketuntasan Keterangan
1. Sebelum Tindakan 3 Siswa 37,5 % Meningkat
2. Siklus I 3 Siswa 37,5 %
3. Siklus II 6 Siswa 75 % Meningkat
Nilai ketuntasan klasikal selalu mengalami peningkatan dari sebelum
tindakan sampai siklus II berdasarkan tabel 16. Pada sebelum tindakan nilai
ketuntasan klasikal hanya 37,5 %. Pada siklus I nilai ketuntasan klasikal
meningkat menjadi 37,5 %. Pada siklus II meningkat lagi menjadi 75 %. Data
peningkatan nilai ketuntasan klasikal dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti
pada gambar 13 di bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Gambar 13. Grafik Nilai Ketuntasan Klasikal dalam Pembelajaran
Membandingkan Nilai Pecahan di Kelas III SD Negeri 1 Jatilawang
Peningkatan nilai ketuntasan klasikal dari sebelum tindakan, siklus I, dan
siklus II menunjukkan terpenuhinya kriteria indikator ketercapaian, yaitu 70%
siswa mendapat nilai ≥ Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 61. Terbukti
dengan persentase ketuntasan sebanyak 37,5 % pada kondisi awal (sebelum
tindakan) menjadi 75 % pada siklus II. Dari hasil yang telah diuraikan tersebut
terbukti bahwa penerapan model pembelajaran kuantum dapat meningkatkan
kemampuan membandingkan nilai pecahan pada siswa kelas III SD Negeri 1
Jatilawang Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali.
Indikator kinerja telah tercapai pada siklus II, maka penelitian tindakan
kelas diakhiri sampai siklus II dengan persentase siswa yang mencapai KKM
sebesar 75 % atau sebanyak 6 siswa. Sedangkan 2 siswa dengan persentase 25 %
belum mampu mencapai KKM. Perlu diketahui bahwa 2 siswa yang belum
mencapai KKM memiliki keterbatasan dalam membaca sehingga dapat
mempengaruhi kemampuan dalam mata pelajaran yang lain. Sejumlah 2 siswa
yang belum mencapai KKM akan dikembalikan kepada guru kelas III karena
siswa tersebut menjadi tanggung jawab guru kelas yang bersangkutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada
pembelajaran matematika dalam dua siklus, dapat disimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran kuantum dapat meningkatkan kemampuan membandingkan
nilai pecahan pada siswa kelas III SD Negeri 1 Jatilawang Kecamatan
Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2010/2011. Hal ini terbukti pada
prasiklus nilai rata-rata kelas hanya 55,94. Pada siklus I rata-rata kelas menjadi
58,13. Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 64,13.
Bukan hanya nilai rata-rata kelas yang mengalami peningkatan, tetapi ketuntasan
klasikal juga meningkat. Jika pada prasiklus ketuntasan klasikal hanya 37,5 %,
maka pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 37,5 %. Pada siklus II
ketuntasan klasikal meningkat lagi menjadi 75 %.
Penilaian terhadap aktivitas guru dan siswa juga mengalami peningkatan.
Pada siklus I pertemuan I rata-rata nilai aktivitas guru adalah 2,52 dan nilai
aktivitas siswa adalah 2,28. Pada siklus I pertemuan II rata-rata nilai aktivitas guru
adalah 2,68 dan nilai aktivitas siswa adalah 2,65. Pada siklus II pertemuan I rata-
rata nilai aktivitas guru adalah 3,09 dan nilai aktivitas siswa adalah 3,14. Pada
siklus II pertemuan II rata-rata nilai aktivitas guru adalah 3,38 dan nilai aktivitas
siswa adalah 3,55. Dengan demikian penerapan model pembelajaran kuantum
dapat dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan membandingkan nilai
pecahan pada siswa kelas III SD Negeri 1 Jatilawang Kecamatan Wonosegoro
Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2010/2011.
B. Implikasi
Penerapan model pembelajaran kuantum dapat dilaksanakan untuk
meningkatkan kemampuan membandingkan nilai pecahan pada siswa kelas III SD
Negeri 1 Jatilawang Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
2010/2011 berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Dengan hasil yang
dicapai tersebut maka penerapan model pembelajaran kuantum perlu ditingkatkan
penggunaannya dalam pembelajaran di kelas. Dengan hasil penelitian yang
diperoleh, maka dapat dikemukakan implikasi hasil penelitian :
1. Menambah pengetahuan guru dalam memilih model pembelajaran yang tepat
untuk melaksanakan pembelajaran, khususnya pembelajaran tentang pecahan
pada pelajaran matematika dan pada pelajaran lain pada umumnya.
2. Menunjukkan kepada guru tentang pentingnya penerapan model pembelajaran
yang inovatif, tidak hanya menggunakan model pembelajaran yang
konvensional.
3. Memberikan motivasi kepada siswa untuk melaksanakan pemaknaan materi
pembelajaran melalui model pembelajaran kuantum.
4. Mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran, salah satunya
adalah berperan sebagai tutor sebaya bagi siswa yang lain.
C. Saran
Beberapa saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan
berdasarkan simpulan dan implikasi dari penelitian yang telah dilakukan, antara
lain :
1. Bagi Sekolah
Hendaknya sekolah memfasilitasi dan mengupayakan adanya pelatihan bagi
guru dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menerapkan
model pembelajaran kuantum.
2. Bagi Guru
Sebaiknya guru terus-menerus meningkatkan kompetensi yang dapat
digunakan untuk mendukung dalam pembelajaran, seperti penerapan model
pembelajaran kuantum. Hal tersebut perlu dilaksanakan agar siswa tertarik
terhadap materi pembelajaran membandingkan nilai pecahan. Jika
pembelajaran yang dilaksanakan berkualitas, maka tujuan belajar akan mudah
tercapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
3. Bagi Siswa
Siswa harus lebih meningkatkan kemampuan membandingkan nilai pecahan
agar lebih mudah dalam mengikuti jalannya pembelajaran. Apalagi kalau siswa
lebih terfokus terhadap pembelajaran maka dapat menunjang proses
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas.
Recommended