View
6
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
LAPORAN HASIL PENELITIAN
HIBAH BERSAING
FENOMENOLOGICARING BALAPADA BUDAYA MASYARAKAT MADURA TERHADAP KONDISI SAKIT KELUARGA
Oleh :
Asnani, S.Kep. Ns., M.Ked
Dr. Yessy Dessy Arna, S.Kp., M.Kep., Sp.Kom
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SUTOPO
JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA
TAHUN 2018
LAPORAN HASIL PENELITIAN
HIBAH BERSAING
FENOMENOLOGI CARING BALAPADA BUDAYA MASYARAKAT MADURA TERHADAP KONDISI SAKIT KELUARGA
Oleh :
Asnani, S.Kep. Ns., M.Ked
Dr. Yessy Dessy Arna, S.Kp., M.Kep., Sp.Kom
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SUTOPO
JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA
TAHUN 2018
ii
ABSTRAK
Kuatnya nilai-nilai budaya dan keagamaan yang dianut oleh masyarakat Madura, juga mempengaruhi aspek hubungan emosional yang kuat antar masyarakat dan keluarga. Apabila salah satu anggota keluarga mereka sakit dan mereka merasa memiliki “bala” pada orang tersebut, semua anggota keluarga akan ikut mengantarkan si sakit ke rumah sakit dan secara bersama-sama rasa “bala” di antara mereka mengharuskan mereka untuk tinggal dan menemani anggota keluarga yang sedang sakit dan di rawat di Rumah Sakit. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena caring bala pada budaya Madura terhadap kondisi sakit keluarga. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Depp Interview pada Key Informance. Konsep keluargabagimasyarakat Maduradikategorikanmenjadiduayaitukeluargadekat dan keluargajauh. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors) pada budaya masyarakat Madura sangaterat pada kepedulianuntuksaling bantu membantu dan tolongmenolongdiantaramereka.Nilai perhatian (caring) dalam hubungan sosial dan keluarga masyarakat Madurabentukkehadirananggotakeluarga yang lain di saatmerekamembutuhanmerupakannilai yang paling berhargabagikehidupanmereka.Konsep sakit menurut masyarakat Maduraadaduamacamyaitusakitkarenapenyakit dan sakitkarena “dibuat/di tenung” oleh orang lain.Konsep dukungan sosial dan dukungankeluarga pada anggota keluarga yang sakit adalahkehadiran dan perhatiandari orang terdekat, kebutuhan di dampingisaatdalamkondisisakitselaludirasakan, halinidikarenakankehadirankeluarga, bantuanmotivasi, materiil dan spiritual dapatmempercepat proses kesembuhan. Mengedepankanaspekkebutuhanpendampingankeluarga pada kliendarisuku Madura saatsedangmengalamisakit dan dirawat di RumahSakit.
Kata kunci : Caring, Bala, Keluarga
iii
RINGKASAN
Kuatnya nilai-nilai budaya dan keagamaan yang dianut oleh masyarakat
Madura, juga mempengaruhi aspek hubungan emosional yang kuat antar
masyarakat dan keluarga.Sebagian besar masyarakat di Madura menyatakan
bahwa diantara mereka masih saling kenal dan sangat dekat antara keluarga
hingga tiga generasi, yang dikenal dengan istilah “telo popo”.
Kedekatan antar keluarga pada tiga generasi tersebut atau yang dimaksud
dengan “telo popo” membuat mereka merasa bertanggung jawab untuk memberi
perhatian satu dengan yang lain, baik dalam keadaan sehat maupun sakit, terhadap
si kaya maupun si miskin, perhatian diantara mereka tetap dijaga dengan baik.
Terbukti apabila salah satu anggota keluarga mereka sakit dan mereka merasa
memiliki “bala” pada orang tersebut, semua anggota keluarga akan ikut
mengantarkan si sakit ke rumah sakit dan secara bersama-sama rasa “bala” di
antara mereka mengharuskan mereka untuk tinggal dan menemani anggota
keluarga yang sedang sakit dan di rawat di Rumah Sakit.
Fenomena tersebut mengharuskan tenaga medis dan petugas kesehatan
memahami fenomena “bala” dan caring yang ditunjukkan oleh masyarakat
Madura pada anggota keluarga mereka yang sedang sakit. Hal ini bermanfaat
untuk menjalin kolaborasi yang positif antara klien, keluarga, dan petugas
kesehatan.Penilitian kualitatif ini dilakukan untuk mengetahui fenomenologi
budaya caring yang dilakukan masyarakat Madura yang biasa disebut dengan
Bala. Perhatian petugas kesehatan saat merawat klien tidak hanya pada aspek
psikologi klien tetapi juga care terhadap kebutuhan psikologis keluarga sebagai
support sistem klien selama sakit.
iv
DAFTAR ISI
Halaman Judul........................................................................................................ ii
Lembar Pengesahan ..............................................................................................iii
Ringkasan................................................................................................................iv
Daftar Isi...................................................................................................................v
Daftar Tabel ...........................................................................................................vi
Daftar Gambar ......................................................................................................vii
Daftar Lampiran....................................................................................................viii
Bab 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………. .1
1.2 Identifikasi Penyebab Terjadinya Masalah …………………………………... 2
1.3 Rumusan Masalah..............................................................................................3
1.4Tujuan Penelitian.............................................................................................. 3
1.5 Manfaat Penelitian............................................................................................ 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Caring .................................................................................................. 5
2.2 Struktur dan Fungsi Keluarga ...........................................................................7
2.3 Konsep Budaya..................................................................................................8
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian.................................................................................................12
3.2Partisipan...........................................................................................................12
3.3 Instrumen Penelitian / alat Pengumpulan Data................................................12
3.4Tehnik Pengumpulan Data................................................................................13
3.5 Pengolahan Data dan Analisa Data..................................................................14
3.6 Keabsahan Data...............................................................................................16
3.7 Etika Penelitian................................................................................................18
BAB 4 HASIL PENELITIAN / KEMAJUAN ..................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21
v
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Acuan analisis data hasil penelitian ................................................... 15
Tabel 4.1 Ringkasan Kemajuan Penelitian ...................................................... 19
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model “Matahari Terbit” dariMadeleine M. Leininger (1961)............. 9
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Pengorganisasian Kerja Peneliti ................................................ Lampiran 2 : Biodata peneliti ..........................................................................Lampiran 3 : Pernyataan keaslian penelitian ...................................................Lampiran 4 : Panduan wawancara ...................................................................Lampiran 5 : Informed Consent .......................................................................Lampiran 6 : Surat ijin penelitian dari Bakesbangpol Provinsi Jatim .............Lampiran 7 : Surat ijin penelitian dari Bakesbangpol Kab. Bangkalan ...........Lampiran 8 : Surat ijin penelitian dari Bakesbangpol Kab. Sampang .............Lampiran 9 : Surat ijin penelitian dari Bakesbangpol Kab. Pamekasan ..........Lampiran 10 : Surat ijin penelitian dari Bakesbangpol Kab. Sumenep .............Lampiran 11 : Surat Persetujuan Etik Penelitian ...............................................
viii
BAB I
1.1 Latar belakang
Suku Madura merupakan etnis dengan populasi besar di Indonesia, jumlahnya
sekitar 7 juta jiwa.Mereka berasal dari Pulau Madura dan pulau-pulau
sekitarnya.Populasi penduduk Madura hingga awal tahun 2017tercatat sebanyak
4.097.393 jiwa.Pulau Madura berbentuk seakan mirip badan Sapi, terdiri dari
empat Kabupaten, yaitu : Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep.
Karakteristik masyarakat Madura pada dasarnya adalah orang yang
mempunyai etos kerja yang tinggi, suka merantau karena keadaan wilayahnya
yang tidak baik untuk bertani. Orang perantauan asal Madura umumnya
berprofesi sebagai pedagang, misalnya: berjual-beli besi tua, pedagang asongan,
dan pedagang pasar.
Mayoritas masyarakat suku Madura adalah penganut Islam. Suku Madura
terkenal karena gaya bicaranya yang blak-blakan serta sifatnya yang
temperamental dan mudah tersinggung, tetapi mereka juga dikenal hemat,
disiplin, dan rajin bekerja. Untuk naik haji, orang Madura sekalipun miskin pasti
menyisihkan sedikit penghasilannya untuk simpanan naik haji. Selain itu orang
Madura dikenal mempunyai tradisi Islam yang kuat, sekalipun kadang melakukan
ritual Pethik Laut atau Rokat Tasse (sama dengan larung sesaji).
Kuatnya nilai-nilai budaya dan keagamaan yang dianut oleh masyarakat
Madura, juga mempengaruhi aspek hubungan emosional yang kuat antar
masyarakat dan keluarga.Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh
peneliti pada beberapa orang asli Madura (lahir, besar, dan bekerja di Bangkalan)
tentang hubungan antar keluarga dan saudara pada suku Madura, sebagian besar
menyatakan bahwa diantara mereka masih saling kenal dan sangat dekat antara
keluarga hingga tiga generasi, yang dikenal dengan istilah “telo popo”.
1
Kedekatan antar keluarga pada tiga generasi tersebut atau yang dimaksud
dengan “telo popo” membuat mereka merasa bertanggung jawab untuk memberi
perhatian satu dengan yang lain, baik dalam keadaan sehat maupun sakit, terhadap
si kaya maupun si miskin, perhatian diantara mereka tetap dijaga dengan baik.
Terbukti apabila salah satu anggota keluarga mereka sakit dan mereka merasa
memiliki “bala” pada orang tersebut, semua anggota keluarga akan ikut
mengantarkan si sakit ke rumah sakit dan secara bersama-sama rasa “bala” di
antara mereka mengharuskan mereka untuk tinggal dan menemani anggota
keluarga yang sedang sakit dan di rawat di Rumah Sakit.
Fenomena tersebut mengharuskan tenaga medis dan petugas kesehatan
memahami fenomena “bala” dan caring yang ditunjukkan oleh masyarakat
Madura pada anggota keluarga mereka yang sedang sakit. Hal ini bermanfaat
untuk menjalin kolaborasi yang positif antara klien, keluarga, dan petugas
kesehatan.Hubungan persaudaraan diantara keluarga itu disebut dengan
“bala”.Bagaimana hubungan persaudaraan atau “bala” dan fenomena tingginya
perhatian “caring” antar masyarakat Madura terhadap kondisi sakit keluarga perlu
di lakukan penelitian kualitatif pada fenomena tersebut.
1.2 Identifikasi Penyebab Terjadinya Masalah
Kedekatan antar keluarga pada tiga generasi pada budaya Madura atau yang
disebut dengan “telo popo” membuat mereka merasa bertanggung jawab untuk
memberi perhatian satu dengan yang lain, baik dalam keadaan sehat maupun sakit,
terhadap si kaya maupun si miskin, perhatian diantara mereka tetap dijaga dengan
baik. Terbukti apabila salah satu anggota keluarga mereka sakit dan mereka
merasa memiliki “bala” pada orang tersebut, semua anggota keluarga akan ikut
mengantarkan si sakit ke rumah sakit dan secara bersama-sama rasa “bala” di
antara mereka mengharuskan mereka untuk tinggal dan menemani anggota
keluarga yang sedang sakit dan di rawat di Rumah Sakit.
2
Fenomena tersebut terkadang menimbulkan kesalahpahaman antara keluarga
dari suku Madura dengan petugas kesehatan yang ada di Rumah Sakit. Perbedaan
cara pandang terkait bala dan caring anatara masyarakat Madura dan petugas
kesehatan menjadi pencetus kurang baiknya hubungan kolaboratif antara klien,
keluarga, dan petugas kesehatan. Kajian fenomena bala dan caring pada
masyarakat Madura seyogyanya menjadi pemahaman baru bagi petugas kesehatan
dalam memberikan pelayanan kesehatan yang mencakup aspek Bio, Psiko, Sosio,
dan Spiritual. Aspek kultural merupakan aspek lain yang perlu menjadi perhatian
petugas kesehatan sebagai bagian dari etnografi kelompok masyarakat tertentu.
Hal tersebut mengharuskan tenaga medis dan petugas kesehatan memahami
fenomena “bala” dan caring yang ditunjukkan oleh masyarakat Madura pada
anggota keluarga mereka yang sedang sakit.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang dan identifikasi masalah diatas, dapat
dirumuskan masalah penelitian “bagaimanakah fenomenologicaring bala pada
budaya masyarakat Madura terhadap kondisi sakit keluarga?”
1.4 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum :
Mengkaji fenomenomenologicaring bala pada budaya masyarakat Madura
terhadap kondisi sakit keluarga.
2. Tujuan Khusus:
a. Mendiskripsikan konsep keluarga menurut masyarakat madura
b. Mendiskripkanfaktor sosial dan keterikatan keluarga(kinship and social
factors) pada budaya masyarakat Madura
c. Mendiskripsikan nilai perhatian (caring) dalam hubungan sosial dan
keluarga masyarakat Madura
d. Mendiskripsikan konsep sakit menurut masyarakat Madura
3
e. Mendiskripsikan konsep dukungan sosial dan keluarga pada anggota
keluarga yang menderita sakit pada masyarakat Madura
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Profesi Keperawatan
Digunakan sebagai bahan masukan pada pengembangan intervensi
keperawatan pada layanan rawat inap tentang pentingnya memahami
budaya bala dan caring pada suku Madura untuk menambah
kemampuan pemberian pelayanan keperawatan yang komprehensif
pada klien dan keluarga dengan mengedepankan aspek sosio pada
pemberian Asuhan keperawatan.
1.5.2 Bagi Ilmu Keperawatan
Dapat mengenal lebih dekat budaya suku Madura dan strategi intervensi
keperawatan yang akan digunakan dengan mamasukkan hasil penelitian
ini pada mata kuliah Transcultural Nursing.
1.5.3 Bagi masyarakat Madura
Diharapkan masyarakat memiliki kesempatan untuk menyampaikan
fenomena psikologis dan emosional tentang bala dan caring pada salah
satu anggota keluarga yang sakit dan mampu menciptakan hubungan
yang harmonis antara petugas kesehatan dan masyarakat selama mereka
berada di rumah sakit.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Berikut ini akan diuraikan tinjauan teori sebagai acuan kajian fenomena budaya
bala dan caring pada suku Madura di Jawa Timur, antara lain :
2.1 Konsep caring
Konsep caring dikemukakan oleh Teori Jean Watson (1988) yang telah
dipublikasikan dalam keperawatan adalah “Human Scince and Human
Care”.Watson mengatakan bahwa fokus utama dalam keperawatan adalah pada
carative factor yang bermula dariperspektif humanistic yang dikombinasikan
dengan dasar pengetahuan ilmiah.Oleh karena itu, perawat perlu mengembangkan
filosofi humanistic dan sistem nilai serta seni yang kuat.Filosofi humanistic dan
sistem nilai ini memberi pondasi yang kokoh bagi ilmu keperawatan, sedangkan
dasar seni dapat membantu perawat dalam mengembangkan visi mereka serta
nilai – nilai dunia dan keterampilan berpikir yang kritis.Pengembangan
keterampilan berpikir kritis dibutuhkan dalam asuhan keperawatan, namun
fokusnya lebih pada peningkatan kesehatan, bukan pengobatan penyakit.
Beberapa asumsi dasar tentang teori Watson adalah sebagai berikut :
1. Asuhan keperawatan dapat dilakukan dan dipraktikkan secara interpersonal.
2. Asuhan keperawatan terlaksana oleh adanya factor carative yang
menghasilkan kepuasan pada kebutuhan manusia.
3. Asuhan keperawatan yang efektif dapat meningkatkan kesehatan dan
perkembangan individu dan keluarga.
Respons asuhan keperawatan tidak hanya menerima kondisi seseorang saat ini
saja, tetapi juga hal-hal lain yang mungkin terjadi padanya di kemudian hari .
Lingkungan asuhan keperawatan adalah sesuatu yang menawarkan kemungkinan
5
perkembangan potensi dan memberi keleluasaan bagi seseorang untuk memilih
kegiatan yang terbaik bagi dirinya dalam waktu yang telah ditentukan.
Asuhan keperawatan lebih bersifat healthgenic (menyehatkan) daripada curing
(mengobati).Praktik keperawatan mengintegrasikan pengetahuan biofisik dan
perilaku manusia untuk menigkatkan kesehatan danmembantu individu yang
sakit.Ilmu caring melengkapi ilmu curing.Praktik caring merupakan inti dari
intervensi keperawatan.
Dalam penilaian Watson, penyakit mungkin saja teratasi dengan upaya
pengobatan. Akan tetapi, tanpa perawatan, penyakit itu akan tetap ada dan kondisi
sehat tidak akan tercapai. Caring merupakan intisari keperawatan dan
mengandung arti responsive antara perawat dank klien.Caring dapat membantu
seseorang lebih terkontrol, lebih berpengetahuan, dan dapat membantu
meningkatkan kesehatannya.
Struktur ilmu caring dibangun dari sepuluh factor carative`yaitu :
1. Membentuk system nilai humanistik-altruistik.
2. Menanamkan keyakinan dan harapan ( faith-hope ).
3. Mengembangkan sensitifitas diri sendiri dan orang lain.
4. Membina hubungan saling percaya dan saling bantu.
5. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan posotif dan negative.
6. Menggunakan metode pemecahan masalah yang sistematis dalam
pengambilan keputusan.
7. Meningkatkan proses belajar mengajar interpersonal.
8. Menyediakan lingkungan yang mendukung, melindungi, dan memperbaiki
mental sosiokultural dan spiritual.
9. Membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
10. Mengembangkan faktor kekuatan eksistensial fenomenologis.
6
2.2Struktur dan Fungsi Keluarga
Menurut Burgess dkk. (1963, dalam Friedman, 1998) : keluarga berorientasi pada
tradisi dan digunakan sebagai referensi secara luas, yaitu : (1).keluarga terdiri dari
orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan adopsi, (2). para
anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga,
atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga
tersebut sebagai rumah mereka, (3). anggota keluarga berinteraksi dan
berkomunikasi satu sama lain dalam peran-peran sosial keluarga seperti suami
isteri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan anak perempuan, saudara dan saudari, (4).
keluarga sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang diambil dari
masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri. Berbagai bentuk keluarga secara
umum dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Keluarga Inti (konjugal) : keluarga yang menikah, sebagai orang tua, atau
pemberi nafkah. Keluarga inti terdiri dari suami, isteri, dan anak mereka
(anak kandung, anak adopsi, atau keduanya).
b. Keluarga Orientasi (keluarga asal) : unit keluarga yang di dalamnya
seseorang dilahirkan.
c. Keluarga besar : Keluarga inti dan orang-orang yang ada hubungan darah,
yang paling lazim menjadi anggota keluarga orientasi yaitu : salah satu
teman keluarga inti, termasuk sanak saudara (kakek, nenek, tante, paman,
dan sepupu) (Friedman, 1998).
Konsep struktural-fungsional memandang struktur keluarga yang meliputi : (1)
struktur peran keluarga, (2) sistem nilai dalam keluarga, (3) proses komunikasi
dalam keluarga, dan (4) struktur kekuasaan. Sedangkan fungsi dasar keluarga
adalah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota individu dalam keluarga
maupun masyarakat secara luas. Pada tahap pengkajian 5 fungsi keluarga yang
harus dikaji, adalah : (1) fungsi afektif, (2) Sosialisasi dan fungsi penempatan
sosial, (3) Fungsi reproduktif, (4) Fungsi ekonomi, (5) Fungsi perawatan
kesehatan.
7
2.3 Konsep Budaya
Pandangan pendekatan Budaya pada pemberian Asuhan Keperawatan
dikemukakan oleh Madeleine M. Leininger adalah pendiri keperawatan
transkultural.Ilmu transcultural Nursing bertujuan untuk menemukan keragaman
budaya pada pemberian perawatan manusia dan universalities dalam kaitannya
dengan pandangan budaya dari berbagai wilayah di dunia, meningkatkan dan
memberikan perawatan budaya kongruen yang bermanfaat untuk orang lain.
Pengkajian budaya merupakan pengkajian yang sistematik dan
komprehensif dari nilai-nilai pelayanan budaya, kepercayaan, dan praktek
individual, keluarga, dan komunitas. Tujuan pengkajian budaya adalah untuk
mendapatkan informasi yang signifikan dari klien sehingga perawat dapat
menerapkan kesamaan pelayanan budaya (Leininger dan McFarland, 2002).
Model “Matahari Terbit” dari Leininger menggambarkan keberagaman
budaya dalam kehidupan sehari-hari dan membantu menjelaskan alasan mengapa
pengkajian budaya harus dilakukan secara komprehensif. Model tersebut
beranggapan bahwa nilai-nilai pelayanan budaya, kepercayaan, dan praktik
merupakan hal yang tidak dapat diubah dalam budaya dan dimensi struktur sosial
masyarakat, termasuk di dalamnya konteks lingkungan, bahasa, dan riwayat etnik.
Berikut ini akan disajikan gambar 2.1. Model “Matahari Terbit” dariMadeleine M.
Leininger (1961)
8
Gambar 2.1.Model “Matahari Terbit” dariMadeleine M. Leininger (1961)
9
Berdasarkan 7 komponen yang adapada "Sunrise Model" yaitu :
a. Faktor tehnologi (technological factors)
Tehnologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih ataumendapat
alternatif penyelesaian masalah dalam pelayanankesehatan. Perawat perlu
mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaanberobat atau cara mengatasi masalah
kesehatan, alasan mencari bantuankesehatan, alasan klien memilih pengobatan
alternatif dan persepsi kliententang penggunaan dan pemanfaatan tehnologi
untuk mengatasipermasalahan kesehatan saat ini.
b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yangamat
realistis bagi para pemeluknya.Agama memberikan motivasi yangsangat kuat
untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan diatas kehidupannya
sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawatadalah : agama yang
dianut, status pernikahan, cara pandang klienterhadap penyebab penyakit, cara
pengobatan dan kebiasaan agama yangberdampak positif terhadap kesehatan.
c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga(kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : namalengkap, nama
panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin,status, tipe keluarga,
pengambilan keputusan dalam keluarga, danhubungan klien dengan kepala
keluarga.
Status klien dalam hirarki sosial biasanya berhubungan dengan kualitas seperti
usia dan gender, dan status kesuksesan seperti pendidikan dan kedudukan.
Perawat menentukan siapa yang berhak membuat keputusan dalam keluarga
dan bagaimana cara membicarakannya dengan individu yang bersangkutan.
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkanoleh
penganut budaya yang dianggap baik atau buruk.Norma-normabudaya adalah
suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbataspada penganut budaya
terkait.Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :posisi dan jabatan yang
10
dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yangdigunakan, kebiasaan makan,
makanan yang dipantang dalam kondisisakit, persepsi sakit berkaitan dengan
aktivitas sehari-hari dan kebiasaanmembersihkan diri.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segalasesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhankeperawatan lintas budaya
(Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikajipada tahap iniadalah :
peraturan dan kebijakan yang berkaitan denganjam berkunjung, jumlah
anggota keluarga yang boleh menunggu, carapembayaran untuk klien yang
dirawat.
f. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumbermaterial
yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.Faktor ekonomi
yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaanklien, sumber biaya
pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,biaya dari sumber lain
misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantoratau patungan antar anggota
keluarga.
g. Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalammenempuh
jalur pendidikan formal tertinggi saat ini.Semakin tinggipendidikan klien
maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-buktiilmiah yang rasional
dan individu tersebut dapat belajar beradaptasiterhadap budaya yang sesuai
dengan kondisi kesehatannya.Hal yangperlu dikaji pada tahap iniadalah :
tingkat pendidikan klien, jenispendidikan serta kemampuannya untuk belajar
secara aktif mandiritentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang
kembali.
11
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji
fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura terhadap kondisi sakit
keluarga. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Depp Interview pada
Key Informanceyaitu sumber informasi dari salah satu masyarakat asli Madura
yang lahir, besar, bekerja, dan bertempat tinggal di Madura. Key Informanceyang
dimaksud adalah tokoh masyarakat atau sesepuh yang diakui oleh masyarakat
sekitar pada kemampuan dan pemahamannya tentang budaya bala di Madura.
3.2 Partisipan
Partisipan / subyek penelitian pada penelitian kualitatif ini adalah masyarakat asli
Madura yang lahir, besar, bekerja, dan bertempat tinggal di Madura. Jumlah
Menurut Yusuf Ah, dkk (2017) pada penelitian fenomenologi dapat menggali 10-
30 orang atau kurang bila telah mencapai saturasi.Partisipan yang akan diambil
pada penelitian ini minimal 12 partisipan sampai diperoleh saturasi data penelitian
yang diperoleh dari wawancara dengan Key Informancedan masyarakat Madura,
dimana Pulau Madura terdiri dari empat Kabupaten, yaitu :Bangkalan, Sampang,
Pamekasan dan Sumenep
3.3 Instrumen Penelitian / Alat Pengumpulan Data
Pada Penelitian ini, Peneliti sebagai instrumen utama dalam pengumpulan data,
Alat pengumpulan data yang digunakan adalah HandPhone sebagai perekam
suaradan telephone interviews, serta pedoman wawancara.
12
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian kualitatif ini adalah sebagai
berikut:
a. Wawancara
Wawancara atau interview adalah bentuk komunikasi verbal jadi
semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi atau dapat
diartikan suatuteknikpengumpulandatayangdilakukandengan
tanyajawabantarapenelitidenganobyekyangditeliti. Wawancaradilakukan
dangan secaraterbuka, diawali dengan peneliti bisa mengajukan pertanyaan
yangtidakberstrukturdimanapartisipanmendapat kebebasan dan kesempatan
untuk mengemukakanpikiran,pandangan,danperasaannya tanpadiaturketat
oleh peneliti.Setelah peneliti memperoleh sejumlah keteranganmakapeneliti
dapat mengadakan wawancarayanglebihberstruktur berdasarkan
apayangtelah disampaikanpartisipantersebut.
Tujuanwawancaraialahuntuk mengetahuiapa yangterkandungdalam
pikirandanhati oranglain, bagaimana pandangannya tentangdunia,yaituhal-
hal yangtidakpenelitiketahuimelaluiobservasi.
D
atayangdiperolehdalamwawancaradapatdiperhalus,dirincidandiperdalam(dis
ebutsoft data) karenamasihdapatmengalamiperubahan.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif
diutamakandatayangdiperoleh melalaui percakapan atau tanyajawab(verbal).
b. Observasi
Observasiadalah teknikpengumpulandatayang dilakukan secarasistematisdan
disengajamelalui pengamatandanpencatatan terhadapgejalayang diteliti.
Adabermacam-macamobservasiyaitu:
1. ObservasiPartisipatifadalahpenelititerlibatdengan kegiatanseharihari
orangyangsedangdiamati atau yang digunakan sebagai
sumberdatapenelitian.
13
2. Observasi terus terang atau samar samar adalah peneliti dalammelakukan
pengumpulan data menyatakanterus terangkepadasumberdata.
3. Observasitakberstukturadalahobservasiyangtidak dipersiapkansecara
sistimatis tentangapayangakan diobservasi.
J.P Spradley (dalam Nasution1988),tiap situasi terdapattigakomponenyakni
ruang(tempat), pelaku(aktor)dan kegiatan (aktivityas).
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalahmencari data mengenaihal-hal
atauvariabelberupacatatan,transkrip, buku-
buku,suratkabar,majalah,prasasti,notulen rapat, legger,agendadan
sebagainya.Dokumentasiini digunakanuntuk melengkapidata yang
diperolehdari hasil wawancaradan observasi yangbersumberdari
dokumendanrekaman, foto- fotodan lain lain.
Dokumentasiadalah salah satumetode pengumpulandatakualitatif
denganmelihatatau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh
subjeksendiriatauolehoranglaintentangsubjek.
Jawaban informan kunci(key informance)dan informan umum (general
informance) akan dilakukan saturasi data dengan menganalisis beberapa
jawaban dari responden penelitian dengan teknik Snowball Sampling.
3.5 Pengolahan data dan Analisa Data
Pengolahaan dan analisis data dilakukan secara bersamaan selama
proses penelitian. Pengolahan data pada penelitian ini tidak harus dilakukan
setelah data terkumpul atau analisis data tidak mutlak dilakukan setelah
pengolahan data selesai. Dalam hal ini sementara data dikumpulkan,
peneliti dapat mengolah dan melakukan analisis data secara bersamaan.
Sebaliknya, pada saat menganalisis data, peneliti dapat kembali lagi
kelapangan untuk memperoleh tambahan data yang dianggap perlu dan
mengolahnya kembali sampai didapatkan saturasi data.
14
Analisis data mengacu pada tabel 3.1 dibawah ini :
Tabel 3.1 Acuan analisis data hasil penelitian
Tema Sub Tema Kategori Kata KunciPendekatan budaya dalam pemberian asuhan keperawatan berdasar model “matahari terbit” (M. Leininger, 2002) berkaitan dengan fenomena Caring Bala pada budaya masyarakatMadura terhadap kondisi sakit keluarga
1.Faktor tehnologi (technological factors)
2.Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
3.Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
4.Faktor Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
5.Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Persepsi sehat sakit. Kebiasaan berobat atau cara
mengatasi masalah kesehatan Alasan mencari bantuan kesehatan Alasan memilih pengobatan
alternatif
Agama yang dianut Status pernikahan Cara pandang terhadap penyebab
penyakit Cara pengobatan dan kebiasaan
agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
Biodata partisipan (nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,status, tipe keluarga),
Pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan partisipan dengan kepala keluarga.
Posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga
Bahasa yang digunakan Kebiasaan makan makanan yang
dipantang dalam kondisi sakit. Persepsi sakit berkaitan dengan
aktivitas sehari-hari Kebiasaan membersihkan diri.
Peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
Pekerjaan partisipan
Pemanfaatan tehnologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan
Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan diatas kehidupannya
Status klien dalam hirarki sosial biasanya berhubungan dengan kualitas seperti usia dan gender, dan status kesuksesan seperti pendidikan dan kedudukan.
Norma budaya mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganutnya.
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya.
Pemanfaatan
15
6.Faktor ekonomi (economical factors)
7.Faktor pendidikan (educational factors)
.
Sumber biaya pengobatan Biaya dari sumber lain misalnya
asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga
Tingkat pendidikan Jenis pendidikan serta
kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali
sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh
Latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap adaptasi budaya sesuai dengan kondisi kesehatannya
3.6 Keabsahan Data
Untukmenetapkan keabsahan datadiperlukan teknik pemeriksaan dan
pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkanatas
sejumlahkriteriatertentu.Adaempatkriteria yang
digunakanyaitu:derajadkepercayaan (credibility), keteralihan
(transferability),kebergantungan (dependability)
dankepastian(confrimability).
1. Kredibilitas(credibility).
NoengMuhadjir(2000) mengemukakan adalimateknikyangdipakai
untukmenguji kredibilitas suatustudidalampenelitiankualitatifyaitu;
a. Mengujiterpecayanyatemuan
b. Pertemuan pengarahan dengan kelompok peneliti
untukmengatasibias,danlain-lain
c. Analisiskasusnegatif yangfungsinyauntukmerevisi hipotesis
d. Menguji hasil temuan tentative dan penafsiran dengan rekaman
video,audio,photoatau semacamnya
e. Mengakaji temuan pada kelompok-kelompokdarimanakita
memperolehdatanya(Noeng Muhadjir,2000).
Sedangkan menurutLexy J.Maleong (2002)teknik
pemeriksaandatatersebutterdiridari:
a. PerpanjanganWaktuPenelitian
Pertama,peneliti dengan perpanjanganwaktupenelitianakandapat
menguji ketidakbeneraninformasiyang disebabkan oleh
distorsi,baikyangberasaldari dirisendiri,maupun dari
respondendanmembangunkepercayaansubjek. Kedua,perpanjangan
waktu penelitian juga dimaksudkan untukmembangun kepercayaan para
subjekterhadappeneliti danjugakepercayaandiri peneliti sendiri.
b. KetekunanPengamatan
Ketekunan pengamatanbermaksudmenemukan ciri- ciridan
unsurdalamsituasiyangsangatrelevan denganpersoalanatau isu yang
sedang dicaridan kemudianmemusatkandiri padahal-hal tersebut
secararinci.
c. Triangulasi
Triangulasi adalah teknikpemeriksaan datayang memanfaatkan
sesuatuyanglain diluardataitu untuk keperluan pengecekanatausebagai
pembanding
terhadapdataitu.Denzimdalam(LexyJ.Maleong,2002),membedakan
empatmacam triagulasisebagai teknikpemeriksaan
penggunaansumber,metode, penyidik,danteori.
d. Pengecekanmelaluidatarekaman
Film, video tape, video kamera, tape recorder, kamera
photoatauhandycammisalnya dapat digunakansebagai alatperekam
yangdatanya dimanfaatkan untukmengujikredibilitashasil penelitian. Jadi
bahan-bahan yang tercatatatau terekam itu dapatdigunakansebagai
patokan untuk mengujisewaktu-waktudiadakan analisisdan
penafsirandata.
2. Transferbilitas(transferability)
Teknik ini menuntut peneliti agar
melaporkanhasilpenelitiannyasehinggauraiannya itu dilakukan seteliti
mungkin yang menggambarkan konteks
17
tempatpenelitiandiselenggarakan.Uraiannya harus mengungkapkan
secara khusus sekali segala sesuatuyangdibutuhkan oleh
pembacaagardapat memahamipenemuan-penemuanyangdiperoleh.
3. Dependendabilitas(dependability).
Untukmenyakinkanbahwahasil penelitianyang dilakukan itu realiabel
sebagaimanadalam konsep penelitian kuantitatif,makadilakukandengan
cara auditing kebergantungan.
4. Confirmabilitas(confrimability).
Untukmendapatkan datayang obyektif,jugadilakukan
dengancaraauditingkepastian data.Pertama-tama
auditorperlumemastikanapakahhasil penemuannyaitu benar-
benarberasal dari data.Sesudahituauditor berusahamembuatkeputusan
apakahsecaralogis kesimpulanituditarikdanberasaldaridata.
3.7 Etika penelitian
Dalam melakukan penelitian, Peneliti mengajukan permohonan ijin
penelitian ke Bakesbangpol Propinsi Jawa Timur dan Bakespangpol
Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenepserta mengurus Surat Tugas
dari Direktur Poltekkes Kemenkes Surabaya. Selanjutnya dilakukan
perlakuan sesuai penelitian peneliti dengan menekankan masalah etika yang
meliputi :
1 Informed Consent (Lembar Persetujuan)
Partisipan ditetapkan setelah terlebih dahulu mendapatkan penjelasan tentang
kegiatan penelitian, tujuan penelitian, setelah partisipan menyatakan setuju
untuk dijadikan partisipan serta tertulis melalui informed consent. Calon
partisipan yang tidak menyetujui untuk dijadikan partisipan tidak akan
dipaksa.
2 Anonymity (Tanpa Nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas partisipan, penelitian tidak
mencantumkan nama partisipan pada lembar persetujuan.
3 Confidentiality (Kerahasiaan)
18
Partisipan yang dijadikan subyek dalam penelitian akan dirahasiakan identitas
spesifiknya (nama, gambar atau foto, ciri-ciri fisik) dan hanya informasi
tertentu saja yang disampaikan.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Hasil penelitianfenomenologi caring bala pada budayamasyarakat Madura
terhadapkondisisakitkeluargaakandiuraikansebagaiberikut :
A. DistribusiInforman
Pada penelitian ini memilih informan sebanyak 23 orangasli Madura dan
bertempattinggal di Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Key
informanterdiridari 8 orang adalahpemuka agama di 4 wilayah penelitian, 12
orang dianggaptokohmasyarakat di wilayah penelitian, dan 3 orang
lainnyaadalahgenerasimuda yang dianggapmemilikiprestasi di
sekitartempattinggalinforman. Dari 23 informanhampirseluruhnya 20 orang
(87%) adalahlaki-laki. Seluruhmasyarakat yang menjadikey
informanberagamaislam.
Data yang diambildilakukan denganteknikwawancara mendalam (indepth
interview).
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin(n=23)
Jenis Kelamin Frekuensi %
Laki-laki 20 87
Perempuan 3 13
Total 23 100
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 23 informan yang berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 20 orang (87%) dan yang berjenis kelamin
perempuan sebanyak 3 orang (13%).
19
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi InformanBerdasarkan Umurdi Madura (n=23)
Umur Frekuensi %
15-35 3 13
36-55 8 35
56-75 12 52
Total 23 100
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 23 informan masyarakat
Madura sebagianbesarinformanberusia56-75tahunyaitusebanyak12orang
(52%).
B. Hasil Analisis Kualitatif
Deskripsi hasil dan analisis penelitian dimaksudkan untuk menyajikan
datayang dimiliki sesuai dengan pokok permasalahan yang akan dikaji pada
penelitian yaitu :
1. Diskripsikonsepkeluargamenurutmasyarakat Madura
Saatpenelitimenanyakantentangpengertiankeluarga,
beberapainformanmenyatakankeluargamarupakankerabatdekat yang
memilikiartipentingbagikehidupannya.
Keluargadapatdikategorikanmenjadiduayaitukeluargadekat dan
keluargajauh. Keluarga dekat adalah saudara sedarah atau saudara dari
istri/suami yang tempat tinggalnya berdekatan, sedangkan keluarga jauh
adalah keluarga yang tempat tinggalnya jauh.
Dari hasil wawancara, beberapa informan memberikan argumen yang
serupa, hamper seluruhnya mengatakan ketika mendengar kata
keluargabiasanya pikiran mereka langsung tertuju pada hubungan
kekerabatan antara saudara sedarah atau sanak family yang tinggal
berdekatan dengan tempat tinggal informan atau berada jauh dengan
informan.
20
“Keluargamemilikiartipentingbagikehidupansaya,
keluargabagisayaadalahkerabatdekat dan kerabatjauh(I/2)”
“Keluargaadalahhartabagihubungankekerabatan(I/7)”
“Keluargapentinguntukkehirupansayakarenakeluargaharta paling
berharga (I/12)”
Kedekatanhubungankeluargabagimasyarakat Madura sangaterat.
Keluargabagimasyarakat Madura berada pada urutanpertama dan
utamabagikehidupanmereka. Bagimasyarakat Madura
keluargatidakhanyamemilikihubungandarahsajatetapikekerabatan dan
kedekatandiantaramereka. Keluargadekatbagimerekaadalahsiapapun yang
bertempattinggaldekatdenganlokasirumahmerekaataupun yang
jauhdengantempattinggalmereka, namunmemilikikedekatan dan
kekerabatandenganmereka.
“
Tetanggasebelahrumahsayasudahsayaanggapkeluargakarenamerekamemi
likiartipentingbagikehidupansaya(I/5)”
“Tetanggabagisayasudahsayaanggapkeluargasayasendiri(I/3)”
Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
yang dikemukakan olehMadeleine M. Leininger (1961) bahwaAgama
adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yangamat realistis
bagi para pemeluknya.Agama memberikan motivasi yangsangat kuat
untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan diatas
kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh
perawatadalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang
21
klienterhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama
yangberdampak positif terhadap kesehatan.
Masyarakat Madura sebagianbesarsejakkecilterbiasasekolah di
pondokpesantren dan sekolahberbasis Islam. Pendidikan agama dari para
ustad dan
ustadzahsangatmempengaruhipolamikirmerekatentangartipentingkeluargab
agikehidupanmereka. Masyarakat di
mintauntukselaluberperilakubersihuntukmenjagakesehatanmereka.
Pahamtersebutdikenaldenganbersihadalahbagiandariiman. Sehingga orang
yang
berimansudahseharusnyahidupbersihuntukmenjagatubuhnyadariseranganp
enyakit.
2. Diskripsifaktorsosial dan keterikatankeluarga
Faktorsosial dan keterikatankeluargabagimasyarakat Madura pada
beberapainformanmenyatakanhubungankeluargabagimerekabertujuanuntu
ksaling bantu membantu dan tolongmenolong,
tidakhanyadalamkondisikesusahanatauberdukasajatetapi juga
dalamkondisihajatankelurga.
Dari hasil wawancara, beberapa informan memberikan
pernyataanyang sama, sebagian besar mengatakan hubungansosial dan
keterikatanantarkeluargasangaterat pada kepedulianuntuksaling bantu
membantu dan tolongmenolongdiantaramereka. Apabila salah
satudiantaramerekadianggaptidakpedulidengankeluarga yang lain,
merekatetapmemilikitanggungjawab moral untuksaling bantu membantu
dan tolongmenolong.
“Keluargasebagaipelindung dan parembhekdeyyeh (bermusyawarah)(I/1)”
22
“Keluargapunya tanggungjawabuntuksalingbantu membantu dan
tolongmenolong(I/7)”
“Sudahmenjadikewajibankeluargauntuksalingbantu membantu dan
tolongmenolong(I/4)”
Hubungansosial dan keterikatandiantarakeluargabagimasyarakat Madura
sangaterat. Prinsip bantu membantu dan
tolongmenolongitumerekawujudkandengankehadiranmerekadisaaatadakelu
arga lain yang
sedangmengalamikesusahanatauhajatanpernikahandenganmembawauangat
aubarang yang dibutuhkan oleh keluarga. Pihakkeluarga yang
menerimabantuandalambentukuangataubarangakanmencatatapasajabentukb
antuan yang pernahmerekaterimadarikeluargalain.
Sudahmenjaditanggungjawabmerekauntukmelakukanhalsamaapabiladikem
udianharikeluargatersebutmengadakanhajatanataukesusahan, minimal
uangataubarang yang diberikansamadengan yang pernahditerima.
Apabilabesarannyatidaksamamakakeluargaakanmenganggapkepeduliansipe
mberi pada keluarga lain tidakseimbang, halituakanmenimbulkan rasa
bersalah dan rasa malubagikeluarga yang
tidakmampumembalasbantuananggotakeluarga lain pada dirinya.
“apabila kami
sedanghajatanataukesusahankeluargaakandengansenaghatidatangmember
ibantuan. Bantuan yang diberikanbisadalambentukuangataubarang(I/8)”
“Bantuan yang diberikan oleh keluargaakan kami
catatsupayadikemudianharikitadapatmengembalikanbantuantersebut
minimal samadengan yang pernahkitaterima(I/3)”
“Kami merasamaluapabilabantuan yang pernah kami
terimadarikelurgakelak di kemudianhari kami
tidakmampumembalasnya(I/9)”
23
“Apabilakeluargamaumembantu kami
makakamipunharusmaumembantumereka(I/11)”
3. Diskripsitentangnilaicaring (perhatian)
dalamhubungansosialkeluargamasyarakat Madura
Caring (Perhatian) dalamhubungansosialkeluarga pada masyarakat
Madura, beberapainformanmenyatakanbentukperhatianmereka yang
dilakukan oleh keluargaadalahkehadiranmerekasaatkeluarga lain
sedangmengalamikesusahan
(sakitataumeninggal)ataupunhajatanpernikahan.
Bentukkehadirananggotakeluarga yang lain di
saatmerekamembutuhanmerupakannilai yang paling
berhargabagikehidupanmereka.
Merekatidakpernahmerasahidupsendirikarenabanyakkeluarga lain yang
selaluhadir di saatmerekamembutuhkan.
Dari hasil wawancara, beberapa informan memberikan
pernyataanyang sama, hampirseluruhnyamengatakan perhatian yang
diberikan oleh keluargadekatataupunkeluargajauhadalahkehadiran. Arti
kehadirankelurgadekat dan
keluargajauhbagimerekasangatpentingsebagaibentukdukungan dan
motivasidalammengadapiberbagaikeadaandalamkehidupannya.
Apabilaadakeluarga yang sakitataumeninggal dunia
karakteristikmasyarakat Madura
adalahtidakpuasapabilainformasitentangkondisisakitataumeninggal dunia
keluarga yang lain tersebuthanyadariceritaataukabardari orang lain.
Merekaakandatanglangsunguntukmelihatbagaimanakeadaan dan
kondisianggotakeluarganya yang sakitatau yang sedangmengalami proses
berduka.
Upayatersebutdilakukankarenamenurutpendapatmerekaitulahbentukperhati
24
an yang sebenarnya.
Apabilamerekaberhalanganhadirkarenakondisikeluargamereka yang
tidakmemungkinkanuntukdatangsaatitumaka di
kemudianharimerekaakantetapmengusahakanuntukdatang pada keluarga
yang sedangmengalamikesusahanatauhajatan yang lain.
“Bentukperhatiankeluarga yang kami rasakanadalahkehadirannya yang
terpenting(I/2)”
“Perhatian kami pada keluarga yang sedangsakit kami
selaludatangmenjenguk(I/7)”
“Kami datanguntukmemastikankondisikeluarga kami (I/6)”
Bentukcaring (perhatian) dalamhubungansosialkeluargamasyarakat
Madura adalahkehadiran. Kehadiranadalahhal yang
sangatpentingbagikehidupanhubungansosial di antaramereka.
Bentukkehadiran yang
merekalakukansebagaibuktibahwamerekapeduliataskesusahan dan
kebahagiaan yang dirasakan oleh keluargadekatataupunkeluargajauh.
Masyarakat Madura merasabahwadengankehadirankeluarga di
sampingmerekasemuamasalahbisateratasidenganbaik.
Keadaantersebutmerupakanwarisanturuntemurundari orang tuamereka dan
akanterusmerekapertahankan. Apabilamerekatidakpedulidengankeluarga
yang lain mereka juga
khawatirbiladikemudianharimerekaakanmendapatkanperlakuan yang
samadarikeluarga.
“Kebiasaanberkunjung pada keluarga yang sakit, hajatan, atau yang
lainadalahwarisandari orang tua(I/8)”
25
“
Kalaukitamendapatperhatiandarikeluargayasudahsewajarnyakitamembala
sperhatianmereka(I/4).
“Kalau kami dengankeluargakitaada yang sakit, meninggal, atauhajatan,
kami akandatang, tidakpedulijarak, waktu, dan biaya” (I/12).
Teori Jean Watson (1988) yang dikenaldengan“Human Scince and Human
Care”. Caring (perhatian) dibangun dari sepuluh factor carative`yaitu
membentuk sistem nilai humanistik-altruistik, menanamkan keyakinan dan
harapan ( faith-hope ), mengembangkan sensitifitas diri sendiri dan orang
lain, membina hubungan saling percaya dan saling bantu, meningkatkan
dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif, menggunakan metode
pemecahan masalah yang sistematis dalam pengambilan keputusan,
meningkatkan proses belajar mengajar interpersonal, menyediakan
lingkungan yang mendukung, melindungi, dan memperbaiki mental
sosiokultural dan spiritual, membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar
manusia, dan mengembangkan faktor kekuatan eksistensial
fenomenologis.
4. Diskripsikonsepsakitmenurutmasyarakat Madura
Konsepsakitmenurutmasyarakat Madura
adaduamacamyaitusakitkarenapenyakit dan sakitkarena “dibuat/di tenung”
oleh orang lain. Informasi yang
diperolehdaribeberapainformanmenyatakansakit yang umumdirasakan
oleh orang lain itumerupakansakitbiasakarenapenyakit, namunapabilasakit
yang dialamimenimbulkangejala yang aneh yang tidakbiasadialami oleh
orang lain itudisebabkan oleh “ilmuhitam/tenung” yang di kirim oleh
orang lain.
Dari hasil wawancara, beberapa informan memberikan
pernyataanyang sama, sebagianbesarmengatakan penyakitumum yang
26
dideritabiasanyagejala yang munculumum di rasakan juga oleh orang lain,
namunapabilagejala yang muncul di rasa aneh dan berbedadengan yang
lain,
itudianggapbukanpenyakitbiasakarenakumantetapikarenakirimanilmuhita
m/Tenung. Di Madura ilmuhitam/tenungmasihada dan
dipercayabisamembuatseseorangsakitbahkansampaimeninggal.
“sakit yang wajarkalaugejala yang munculsamadengan yang
dialamibanyak orang, kalaugejalanyaanehitukarenailmuhitam(I/2)”
“Tenung yang bisabikin orang sakit di Madura masihada(I/6)”
“Sakitbiasaitubisadiobatidengandoktertapikalausakitkarena “ditiup”
orang itutidakbisasembuhkalauberobatkerumahsakittetapiharuske
kyai(I/14)”
Masyarakat beranggapanbahawabilaadaanggotakeluarga yang sakit dan
sembuhsetelahberobatkedokterataumantri/perawatituberartisakitbiasa,
namunapabilatidakkunjungsembuhberartiitukarenailmuhitam yang dikirim
oleh orang lain.
“
Kalausakitgejalanyamuntahdarahwarnahitamituberartikarenailmuhitamta
pikalomuntahdarahnyawarnamerahitupenyakitbiasa(I/3)”
“
sakitbiasaberobatkedokterpastisebuhtapikalausakitkarenailmuhitamharus
kepak kyai (I/5)”
“Ada keluargasaya yang sakitmuntahpaku, jarum,
itupastibukanpenyakitbiasa(I/7)”
Madeleine M. Leininger (1961) mengatakan faktor teknologi
(technological factors)kesehatan memungkinkan individu untuk memilih
27
ataumendapat alternatif penyelesaian masalah dalam pelayanankesehatan.
Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaanberobat atau cara
mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuankesehatan, alasan
klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi kliententang penggunaan
dan pemanfaatan tehnologi untuk mengatasipermasalahan kesehatan saat
ini.
Dapatdisimpulkanbahwapersepsimasyarakattentangpenyebabsakits
angatmempengaruhikeputusanmerekadalammemanfaatkanfaktorteknologi
pemanfaatanfasilitaspelayanankesehatan. Perlupendampingan dan
penjelasan yang tepat pada masyarakatbahwasetiappenyakit di sebabkan
oleh perununansistemkekebalantubuh dan invasikumanpenyakit.
5. Diskripsikonsepdukungansosial dan dukungankeluarga pada
anggotakeluarga yang sakit
Dukungansosial dan dukungankeluarga pada anggotakeluarga yang sakit
pada masyarakat Madura merupakankewajiban yang harusdilakukan.
Menurutmasyarakat Madura keluargaitutidakhanyaadalanyaikatan dan
pertaliandarahsajatetapi orang lain pun yang tinggal di
sekitarrumahmerekasudahmerekaanggapsebagaisaudara.
Peranpentingtetanggasebagaisaudaradekatsamapentingnyadengansaudarase
pertaliandarah.
Dari hasil wawancarayang dilakukan oleh peneliti pada beberapa informan
memberikan pernyataanyang sama, sebagianbesarmengatakan
dukungandaritemansekitartempattinggalmerekasangatmerekaperlukan dan
berartipentingbagikehidupanmereka.
Merekatidakpeduliapakahadahubunganpertaliandarahatautidak, siapapun
yang perhatian dan
pedulidenganmerekasecaraotomatismerekaanggapsebagaisaudara.
28
“saudaramenurutsaya orang yang peduli dan perhatiandengankita(I/20)”
“Dukungandaritemansamasajadengandukungandarikeluarga(I/23)”
“Dukungan orang sekitar dan dukungandarikeluargasedarah di
hatisayasamapentingnya(I/14)”
Masyarakat beranggapanbahawabilaadaanggotakeluarga yang
sakitkehadiran dan perhatiandari orang terdekatsangatdiperlukan. Keluarga
yang lain menyadaribahwakebutuhan di
dampingisaatdalamkondisisakitselaludirasakan,
halinidikarenakankehadirankeluarga, bantuanmotivasi, materiil dan
spiritual dapatmempercepat proses kesembuhan.
“yakalausakitkeluargatidakada yang datangsedihlah(I/22)”
“saatsakit yang
menyembuhkanitutidakhanyaobatsajatapikehadirankeluargasangatpenting
(I/21)
“kalausakit di tunggubanyakkeluargaitutenang, butuhsewaktu-
waktumerekaada (I/19)
“ Tidakadaharta yang paling berhargaselainkehadirankeluarga (I/16)
Faktor sosial dan keterikatan keluarga(kinship and social
factors)yang dikemukakan oleh Madeleine M. Leininger
(1961)adalahstatus klien dalam hirarki sosial biasanya berhubungan
dengan kualitas seperti usia dan genderdan status kesuksesan seperti
pendidikan dan kedudukan. Perawat menentukan siapa yang berhak
membuat keputusan dalam keluarga dan bagaimana cara
membicarakannya dengan individu yang bersangkutan.
29
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan1. Konsep keluargabagimasyarakat
Madurakeluargadapatdikategorikanmenjadiduayaitukeluargadekat dan
keluargajauh.
Keluargadekatadalahsaudarasedarahatausaudaradariistri/suami yang
tempattinggalnyaberdekatan, atausiapapun yang
bertempattinggaldekatdenganlokasirumahmerekasedangkankeluargajauhad
alahkeluarga yang tempattinggalnyajauh.
2. Faktor sosial dan keterikatan keluarga(kinship and social factors) pada
budaya masyarakat Madura sangaterat pada kepedulianuntuksaling bantu
membantu dan tolongmenolongdiantaramereka.
3. Nilai perhatian (caring) dalam hubungan sosial dan keluarga masyarakat
Madurabentukkehadirananggotakeluarga yang lain di
saatmerekamembutuhanmerupakannilai yang paling
berhargabagikehidupanmereka.
4. Konsep sakit menurut masyarakat
Maduraadaduamacamyaitusakitkarenapenyakit dan sakitkarena “dibuat/di
tenung” oleh orang lain.
5. Konsep dukungan sosial dan dukungankeluarga pada anggota keluarga
yang menderita sakit pada masyarakat Maduraadalahkehadiran dan
perhatiandari orang terdekat, kebutuhan di
dampingisaatdalamkondisisakitselaludirasakan,
halinidikarenakankehadirankeluarga, bantuanmotivasi, materiil dan
spiritual dapatmempercepat proses kesembuhan.
B. Saran
1. BagiProfesiKeperawatan
Mengedepankanaspekkebutuhanpendampingankeluarga pada
kliendarisuku Madura saatsedangmengalamisakit dan dirawat di
RumahSakit.
2. BagiIlmuKeperawatan
PengembangankonsepKeperawatankeluargabahwakeluargatidakhanyame
milikipertaliandarah dan atauhubunganperkawinansaja,
namunlebihluasdariituyaitukeluargaadalah orang terdekat dan
memilikiperhatian dan kepedulianbagikeluargaklien.
3. Bagi Masyarakat Madura
Budayakekerabatan dan
kepeduliandiantaramerekasebagaisebuahkeluargaharustetapdipertahankan
sebagaikekayaanbudaya yang sangatbaikbagikehidupanmasyarakat
Madura.
30
31
DAFTAR PUSTAKA
Ary,Donald,Lucy CheserJacobs,dan ChristineK.Sorensen (2010)., IntroductiontoResearchinEducation, EightEdition,USA: WadsworthCengageLearning.
Badan Pusat Statistik. Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia - Hasil Sensus Penduduk 2011 2012. ISBN 9789790644175.
Basis data direkomendasi oleh D. Bambang Sudarsono (2012).http://www.hamline.edu/ apakabar/basisdata/1997/01/30/0097.html, diperoleh tanggal 10 Januari, 2018).
Bodgan,RobertC.dan SariKnoppBiklen (2006).,QualitativeResearchfor Education:anIntroductionto TheoriesandMethods, Fifth Edition,USA:
Bomar, Perri J. (2004). Promoting Health in Families : Applying Family Research and Theory to Nursing Practice, Third Edition. Philadelphia : Saunders
Chandra, Budiman. (2005). Pengantar Statistik Kesehatan.Jakarta : EGC Friedman. (2008). Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik. Alih Bahasa Ina Debora, Yoakim Asy. Jakarta : EGC
Friedman, Bowden, & Jones.(2003). Family Nursing, Research, Theory, & Practice.Jersey : Prentice Hall
Helvie.(2008). Advance Practice Nursing in The Community.California : Sage Publication, inc
Moleong, Lexy. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Muslihati, Jurnal studi sosial, Th. 6, No. 2, Nopember 2014, 120-125, Nilai-nilai Psychological Well-Being dalam Budaya Madura dan Kontribusinya Pada Pengembangan Kesiapan Karier Remaja Menghadapi Bonus Demografi http://lp2m.um.ac.id/wp-content/uploads/2014/03/g.pdf diakses 1 Agustus 2018
Nursalam&Pariani, (2011). PendekatanPraktisMetodologiRisetKeperawatan. Jakarta: CV. Sagung Seto
Saryono,2010. Metodologi Penelitian Kualitatif dalam BidangKesehatan. Yogyakarta: NuhaMedika
Syeh, Mirzal. (2013). Teori Health Belief Model (https://syehaceh.wordpress.com/2013/09/18/ teori-health-belief-model/, diakses pada tanggal 3 Januari 2018)
Stanhope, Marcia. 1997. Perwatan Kesehatan Masyarakat Suatu Proses dan Praktek untuk Peningkatan Kesehatan.Bandung :Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan, Pajajaran.
Stuart & Sundeen (1998).Principle and Practice of Psychiatric Nursing. 6 th. Ed. Philadelphia: The C V Mosby.
Yusuf Ah, Fitryasari R, dkk (2017) Riset Kualitatif Dalam Keperawatan. Jakarta : Mitra Wacana Media
33
32
PEDOMAN WAWANCARA
FENOMENA CARING BALAPADA BUDAYA MADURA TERHADAP KONDISI SAKIT KELUARGA
1. Apakah saudara orang asli Madura ?
2. Berapa lama anda tinggal dan menetap di Madura ?
3. Agama yang dianut ?
4. Menurut anda apa arti penting dari keluarga ?
5. Pentingkah Saudara dalam kehidupan anda ?
6. Seberapa dekat hubungan persaudaraan anda dengan keluarga ?
7. Apakah anda kenal dengan sepupu dan keponakkan anda ?bila kenal
gambarkan garis keturunan keluarga besar saudara ?
8. Bila dalam keluarga besar anda ada yang menderita sakit, apa yang anda
rasakan ?
9. Kemana saudara membawa keluarga atau kerabat bila menderita sakit ?
10. Apa alasan saudara membawa keluarga berobat ke tempat tersebut ?
11. Menurut saudara apa saja yang dapat menyebabkan sakit ?
12. Cara mencari bantuan pengobatan seperti apa yang paling tepat menurut
saudara ?
13. Apakah aktifitas keagamaan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan
seseorang ?apa alasannya ?
14. Siapakah yang paling bertanggung jawab bila ada anggota keluarga yang
sakit ?
15. Keputusan siapakah yang paling didengar oelh keluarga pada saat mencari
bantuan kesehatan ?
16. Bagaimanakah cara keluarga dalam mengambil keputusan ?
17. Apakah pendapat saudara tentang arti pentingnya kebersihan bagi kesehatan ?
18. Seperti apakah kebiasaan makan dan minum yang dianut dalam keluarga ?
19. Berikan pendapat saudara tentang aktifitas sehari-hari yang dapat
menyebabkan kondisi sakit pada keluarga ?
20. Sebagai bentuk perhatian atas sakit yang diderita saudara anda biasanya hal apa
saja yang anda lakukan ?
21. Bila anda tidak memiliki waktu untuk mengantar saudara yang sakit ke rumah
sakit, hal apa yang anda lakukan selanjutnya ?
22. Bila harus memilih antara pekerjaan dan mengantar saudara ke rumah sakit,
mana yang akan anda dahulukan ?
23. Seringkah anda melakukan pertemuan keluarga ?bila ya, bentuk pertemuan
keluarga seperti apa yang sering dilakukan oleh keluarga ?
24. Apa tujuan dari pertemuan keluarga tersebut ?seberapa besar manfaatnya ?
25. Bila anggota keluarga yang sakit tidak memiliki biaya untuk membayar jasa
perawatan di Rumah Sakit, apa yang dilakukan oleh anggota keluarga yang lain
?
26. Apakah saudara nyaman dengan kondisi Rumah Sakit saat mengantar atau
menunggu saudara anda yang sedang sakit ?kemukakan alasannya !
27. Apa yang saudara harapkan dari perilaku petugas kesehatan dalam hal ini
perawat, pada saat merawat saudara anda yang sedang sakit ?
28. Apa yang saudara harapkan dari fasilitas pelayanan kesehatan di rumah Sakit,
pada saat anda sedang menemani saudara anda yang sedang sakit ?
29. Apa yang dilakukan oleh keluarga untuk mencegah terjadinya penyakit
berulang /kambuh ?
30. Bagaimana cara keluarga mengatasi biaya pengobatan bagi keluarga yang
sakit ?
38
39
Recommended